pengaruh kinerja keuangan terhadap pertumbuhan …... · nonmigas pada triwulan iii/2017 sebesar...
TRANSCRIPT
eJournal Administrasi Bisnis, 2019, 7 (2): 640-653 ISSN 2355-5408 , ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id © Copyright 2019
PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP
PERTUMBUHAN LABA PADA PERUSAHAAN SUB
SEKTOR FOOD AND BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI
BEI PERIODE TAHUN 2013-2017
Githa Dwi Cahyaning Putri Susanto1
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Current Ratio, Debt
To Equity Ratio, Inventory Turn Over, dan Total Asset Turn Over baik secara
simultan maupun parsial terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Food
And Beverages Yang Terdaftar di BEI Periode Tahun 2013-2017. Populasi dalam
penelitian ini adalah 18 perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI
periode tahun 2013-2017. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode
purposive sampling dan diperoleh sampel penelitian sebanyak 6 perusahaan.
Teknik analisis data yang digunakan adalah uji asumsi klasik (uji normalitas, uji
multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi), analisis regresi
berganda (persamaan regresi, koefisien korelasi, dan koefisien determinasi) dan
uji hipotesis (uji simultan dan uji parsial). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Current Ratio, Debt To Equity Ratio, Inventory Turn Over, dan Total Asset Turn
Over berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Pertumbuhan Laba Pada
Perusahaan Sub Sektor Food And Beverages yang terdaftar di BEI. Sedangkan
secara parsial, hanya variabel Total Asset Turn Over yang berpengaruh
signifikan terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Sub Sektor Food And
Beverages yang terdaftar di BEI.
Kata Kunci : Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Inventory Turn Over, Total
Asset Turn Over dan Pertumbuhan Laba
Pendahuluan Kinerja keuangan yang baik menunjukkan bahwa perusahaan dapat
bekerja dengan efektif dan efisien. Perusahaan dapat mengetahui hasil kinerjanya
melalui laporan keuangan. Fokus utama dalam pelaporan keuangan adalah
informasi mengenai kinerja perusahaan yang tersedia dengan mengukur laba
(earnings) dan komponennya (Irham Fahmi, 2014:22). Laba merupakan dasar
ukuran kinerja bagi kemampuan manajemen dalam mengoperasikan harta
perusahaan. Jadi berdasarkan laba, kinerja perusahaan dapat diprediksi dan laba
harus direncanakan dengan baik agar manajemen dapat mencapainya secara
efektif (Prawironegoro dan Purwanti, 2011:177). Salah satu cara untuk mengukur
kinerja keuangan adalah dengan melalui analisis rasio keuangan.
1 Mahasiswa Program S1 Ilmu Admistrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Mulawarman. Email: [email protected]
Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Pertumbuhan Laba (Githa)
641
Kinerja industri food and beverages setiap tahun cukup tinggi dengan
rata-rata di atas pertumbuhan sektor manufaktur. Pada triwulan III tahun 2017,
pertumbuhan industri F&B sebesar 9,46 persen atau naik dibanding pencapaian
di triwulan II/2017 sekitar 7,19 persen. Industri ini turut mendorong produksi
sektor pertanian melalui pengolahan dan penyerapan bahan bakunya serta mampu
membuka lapangan kerja yang banyak (Kemenperin, 2017). Badan Pusat Statistik
mencatat industri food and beverages mampu menyumbangkan PDB industri
nonmigas pada triwulan III/2017 sebesar 34,95 persen atau tertinggi dibanding
sektor lainnya (BPS, 2017).
Selama lima tahun terakhir, pertumbuhan laba pada perusahaan food and
beverages yang terdaftar di BEI dari tahun 2013-2017 mengalami fluktuasi. Hal
ini mengindikasikan bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki berupa SDM yang kompeten
dan berkomitmen dalam menggerakkan dan memberdayakan seluruh perangkat
organisasi serta pengelolaan aset perusahaan yang belum maksimal, sehingga
kinerja perusahaan menjadi tidak stabil.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul: “PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP
PERTUMBUHAN LABA PADA PERUSAHAAN SUB SEKTOR FOOD
AND BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2013 – 2017”
Kerangka Dasar Teori
Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan perusahaan merupakan satu diantara dasar penilaian
mengenai kondisi keuangan perusahaan yang dilakukan berdasarkan analisa
terhadap rasio keuangan perusahaan (Munawir, 2010:30).
Laporan Keuangan Laporan Keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan
kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat
dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut. Munawir
dalam Fahmi (2015:2) mengatakan, laporan keuangan merupakan alat yang
sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan
dan hasil-hasil yang telah di capai oleh perusahaan yang bersangkutan.
Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses untuk membedah
laporan keuangan kedalam unsur-unsurnya dan menelaah masing-masing dari
unsur tersebut dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang
baik dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri (Hery, 2017:113).
Rasio Keuangan Rasio Keuangan merupakan suatu perhitungan rasio dengan menggunakan
laporan keuangan yang berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kondisi
keuangan dan kinerja perusahaan. Rasio Keuangan adalah angka yang diperoleh
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 7, Nomor 2, 2019: 640-653
642
dari hasil perbandingan antara satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya
yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (Hery, 2017:138).
Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan merupakan alat untuk menilai dan menganalisa
keadaan keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini, dan kemungkinannya di masa
depan (Syamsuddin, 2012:37). Jenis-Jenis Rasio Keuangan yang sering
digunakan untuk menilai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan adalah:
1. Rasio Likuiditas, merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh
tempo. Rasio likuiditas diperlukan untuk analisis kredit atau analisis risiko
keuangan. Rasio likuiditas terdiri atas Current Ratio, Quick Ratio dan Rasio
Cash. Rasio Likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Current
Ratio, yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo
dengan menggunakan aset lancar yang tersedia.
2. Rasio Solvabilitas, merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya. Rasio solvabilitas terdiri
atas Debt to Assets Ratio, Debt to Equity Ratio, Long Term Debt to Equity
Ratio, Time Interest Earned Ratio, dan Operating Income to Liabilities. Rasio
Solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio,
yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang
dengan total ekuitas.
3. Rasio Aktivitas, merupakan rasio yang d igunakan untuk mengukur tingkat
efisiensi atas pemanfaatan sumber daya yang dimiliki perusahaan atau untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari.
Rasio aktivitas terdiri atas Perputaran Piutang Usaha (Account Receivable
Turnover), Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over), Perputaran Modal
Kerja (Working Capital Turnover), dan Perputaran Aset Tetap (Fixed Assets
Turnover). Rasio Aktivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Inventory Turn Over, yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali
dana yang tertanam dalam persediaan akan berputar dalam satu periode dan
Total Assets Turnover, yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur berapa
jumlah penjualan yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam
dalam total aset.
Pertumbuhan Laba
Pertumbuhan laba adalah rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan meningkatkan laba bersih dibanding tahun sebelumnya, dihitung
dengan cara mengurangkan laba periode sekarang dengan laba periode
sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada periode sebelumnya (Harahap,
2016:310). Laba yang digunakan dalam penelitian ini merupakan laba setelah
pajak (Earning After Tax). Pertumbuhan laba dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu: Besarnya perusahaan, umur perusahaan, tingkat leverage, tingkat
penjualan, dan perubahan laba masa lalu.
Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Pertumbuhan Laba (Githa)
643
Bursa Efek
Menurut UU No. 8/1995 tentang pasar modal (UUPM), menyebutkan
bahwa pengertian bursa efek, yaitu pihak yang menyelenggarakan dan
menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan
beli efek pihak-pihak yang lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara
mereka.
Metode Penelitian
Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Kasiram dalam
Sujarweni (2015:39) mengatakan bahwa, penelitian kuantitatif adalah suatu
proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai
alat menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin diketahui.
Definisi Operasional
1. Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah Pertumbuhan Laba (Y). Laba
yang digunakan adalah laba setelah pajak (earning after tax).
100% X
1-tY
1-tY
tY
ΔYit
2. Variabel Independen
a. Current Ratio (X1), rasio ini membandingkan aktiva lancar dengan hutang
lancar.
Current Ratio = 100% X Lancar Kewajiban
LancarAset
b. Debt to Equity Ratio (X2), rasio ini membandingkan total hutang dengan
total modal.
Debt to Equity Ratio = 100% X Modal Total
Hutang Total
c. Inventory Turn Over (X3), rasio ini membandingkan total penjualan
dengan persediaan.
Inventory Turn Over =
Persediaan
Penjualan
d. Total Asset Turn Over (X4), rasio ini membandingkan total penjualan
dengan total aktiva.
Total Asset Turnover =
Aset Total
Penjualan
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan sub sektor food and
beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode penelitian
yaitu tahun 2013-2017 yang berjumlah 18 perusahaan. Pemilihan sampel dalam
penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Kriteria yang dipilih
untuk menjadi sampel adalah :
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 7, Nomor 2, 2019: 640-653
644
1. Perusahaan sub sektor food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) dan bertahan selama tahun 2013-2017.
2. Perusahaan sub sektor food and beverages yang menerbitkan annual report
selama periode penelitian (tahun 2013 sampai dengan 2017).
3. Perusahaan sub sektor food and beverages yang memperoleh laba selama
periode tahun 2013-2017 dan tidak memiliki data ekstrim.Berdasarkan kriteria
yang digunakan dalam penelitian ini, maka sampel yang terpilih
Berdasarkan kriteria yang ada, maka sampel yang terpilih adalah
sebanyak 6 perusahaan sub sektor food and beverages yang terdaftar di BEI
periode tahun 2013-2017 yaitu PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT
Nippon Indosari Corpindo Tbk, PT Sekar Bumi Tbk, PT Sekar Laut Tbk, PT
Siantar Top Tbk, dan PT Ultra Jaya Milk Industry & Trading Co. Tbk.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan penelitian ini terdiri atas
metode dokumentasi yang diakses melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia, yaitu
www.idx.co.id dan metode kepustakaan.
Teknik Analisis Data
Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali,
2011:160).
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya variabel
independen yang memiliki kemiripan antar variabel independen (Sujarweni, 2015:158).
c. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara
variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel sebelumnya
(Sujarweni, 2015:159).
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji Hetroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan yang lain (Ghozali, 2011:143).
Analisis Regresi Linier Berganda
a. Persamaan regresi
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara dua atau lebih
variabel independen dengan variabel dependen.
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 Keterangan :
Y = Pertumbuhan Laba
a = Konstanta atau Intercept
b1-5 = Koefisien regresi
Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Pertumbuhan Laba (Githa)
645
X1 = Current Ratio (CR)
X2 = Debt to Equity Ratio (DER)
X3 = Inventory Turn Over (ITO)
X4 = Total Assets Turn Over (TATO)
b. Koefisien Korelasi (R)
Koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui kuatnya hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat. Semakin besar R maka semakin tepat
model regresi yang dipakai sebagai alat peramalan, karena total variasi dapat
menjelaskan variabel tidak bebas (Sugiyono, 2016:184).
c. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh
antara dua variabel atau lebih. Semakin besar nilai R2, maka semakin besar
pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat (Sugiyono,
2017:286).
Uji Hipotesis
a. Uji F (Simultan)
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen secara
simultan berpengaruh terhadap variabel dependen (Sugiyono, 2016:192).
b. Uji t (Parsial)
Uji t dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel
independen secara parsial terhadap variabel dependen (Sugiyono, 2016:181).
Hasil Analisis dan Pembahasan
Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 30
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 54.27029823
Most Extreme Differences
Absolute .148
Positive .148
Negative -.096
Kolmogorov-Smirnov Z .812
Asymp. Sig. (2-tailed) .525
Sumber : Data diolah dengan SPSS versi 21 Berdasarkan hasil pengujian statistik dengan model Kolmogorov-Smirnov,
dihasilkan nilai signifikan sebesar 0,525 > 0,05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa data dalam model regresi telah berdistribusi secara normal.
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 7, Nomor 2, 2019: 640-653
646
b. Uji Multikolinieritas
Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Current Ratio .301 3.319
Debt to Equity Ratio .226 4.426
Inventory Turn Over .497 2.011
Total Assets Turn Over .466 2.144
Sumber : Data Diolah dengan SPSS versi 21
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa variabel independen
memiliki nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF yang dihasilkan antara 1-10, sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas pada model regresi.
c. Uji Autokorelasi
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .635a .403 .307 58.45090 2.067
Sumber : Data Diolah dengan SPSS versi 21
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh nilai Durbin-Watson (DW-Test)
sebesar 2,067 dengan nilai dL = 1,143 dan dU = 1,739. Sehingga nilai DW
terletak diantara batas atas (dU) dan 4-dU yaitu 1,739 < 2,067 < 2,261, maka
dapat disimpulkan bahwa model regresi dinyatakan tidak terdapat autokorelasi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 17.662 13.225 1.336 .194
Current Ratio -.022 .031 -.242 -.693 .494
Debt to Equity Ratio -.004 .087 -.019 -.046 .964
Inventory Turn Over -.120 .160 -.204 -.749 .461
Total Assets Turn Over -.349 5.348 -.018 -.065 .948
Sumber : Data Diolah dengan SPSS versi 21
Berdasarkan hasil Uji Glejser diatas, dihasilkan nilai signifikansi dari
masing-masing variabel independen > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa
pada model regresi ini tidak ditemukan adanya masalah heteroskedastisitas.
Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Pertumbuhan Laba (Githa)
647
Persamaan Regresi Linier Berganda
a. Persamaan Regresi
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std.
Error
Beta
1 (Constant) -205.687 85.799 -2.397 .024
Current Ratio .196 .202 .274 .973 .340
Debt to Equity Ratio .017 .563 .010 .030 .976
Inventory Turn Over 1.517 1.037 .321 1.463 .156
Total Assets Turn Over 124.581 34.696 .813 3.591 .001
Sumber : Data Diolah dengan SPSS versi 21
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh persamaan regresi linier berganda dari
variabel Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Inventory Turn Over dan Total
Asset Turnover dan Pertumbuhan Laba adalah sebagai berikut:
Y = -205,687 + 0,196 CR + 0,017 DER + 1,517 ITO + 124,581 TATO
Interpretasi Model:
a. Nilai konstanta sebesar -205,687 dengan arah hubungan negatif menunjukkan
bahwa apabila variabel independen yaitu Current Ratio, Debt to Equity Ratio,
Inventory Turn Over dan Total Assets Turn Over dianggap konstan maka pertumbuhan
laba telah mengalami penurunan sebesar -205,687 atau 20,57%.
b. b1 sebesar 0,196 dengan arah hubungan positif menunjukkan bahwa setiap
kenaikan Current Ratio sebesar 1% maka, akan diikuti oleh kenaikan
pertumbuhan laba sebesar 0,196 atau 19,6% dengan asumsi variabel lain
tetap.
c. b2 sebesar 0,017 dengan arah hubungan positif menunjukkan bahwa setiap
kenaikan Debt to Equity Ratio sebesar 1% maka akan diikuti oleh kenaikan
pertumbuhan laba sebesar 0,017 atau 1,7% dengan asumsi variabel lain tetap.
d. b3 sebesar 1,517 dengan arah hubungan positif menunjukkan bahwa setiap
kenaikan Inventory Turn Over sebesar 1 kali maka akan diikuti oleh kenaikan
pertumbuhan laba sebesar 1,52 kali dengan asumsi variabel lain tetap.
e. b4 sebesar 0,577 dengan arah hubungan positif menunjukkan bahwa setiap
kenaikan Total Assets Turn Over sebesar 1 kali maka akan diikuti oleh
kenaikan pertumbuhan laba sebesar 124,58 kali dengan asumsi variabel lain
tetap.
b. Koefisien Korelasi (R)
Berdasarkan hasil pengujian koefisien korelasi, diperoleh nilai R sebesar
0,635 yang berarti tingkat hubungan antara Current Ratio, Debt to Equity Ratio,
Inventory Turn Over dan Total Asset Turnover terhadap Pertumbuhan Laba berada
di tingkat hubungan yang kuat yaitu sebesar 63,5%.
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 7, Nomor 2, 2019: 640-653
648
c. Koefisien Determinasi (R2)
Berdasarkan hasil pengujian koefisien determinasi, diperoleh nilai R2
sebesar 0,307. Hal ini berarti 30,7% dari variabel dependen dapat dipengaruhi
oleh variabel independen. Sedangkan sisanya sebesar 69,3% dapat dipengaruhi oleh
variabel atau faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Uji Hipotesis
a. Uji Simultan (Uji F)
Model Sum of
Squares
df Mean Square F Sig.
1 Regression 57653.411 4 14413.353 4.219 .010b
Residual 85412.693 25 3416.508
Total 143066.104 29
Sumber : Data Diolah dengan SPSS versi 21 Berdasarkan nilai signifikansi yang diperoleh, yaitu sebesar 0,010 < 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Inventory
Turn Over dan Total Assets Turn Over berpengaruh signifikan secara simultan terhadap
Pertumbuhan Laba pada perusahaan sub sektor food and beverages yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2013-2017. b. Uji Parsial (Uji T)
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std.
Error Beta
1 (Constant) -205.687 85.799 -2.397 .024
Current Ratio .196 .202 .274 .973 .340
Debt to Equity Ratio .017 .563 .010 .030 .976
Inventory Turn Over 1.517 1.037 .321 1.463 .156
Total Assets Turn Over 124.581 34.696 .813 3.591 .001
Sumber : Data Diolah dengan SPSS versi 21 1. Variabel Current Ratio (X1)
Nilai Sig. Current Ratio sebesar 0,340 > dari 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa Current Ratio tidak berpengaruh signifikan secara parsial
terhadap Pertumbuhan Laba pada perusahaan sub sektor food and beverages
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2013-2017.
2. Variabel Debt to Equity Ratio (X2)
Nilai Sig. Debt to Equity Ratio sebesar 0,030 > dari 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh signifikan secara
parsial terhadap Pertumbuhan Laba pada perusahaan sub sektor food and
beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2013-2017.
Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Pertumbuhan Laba (Githa)
649
3. Variabel Inventory Turn Over (X3)
Nilai Sig. Inventory Turn Over sebesar 0,156 < dari 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa Inventory Turn Over tidak berpengaruh signifikan secara
parsial terhadap Pertumbuhan Laba pada perusahaan sub sektor food and
beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2013-2017.
4. Variabel Total Asset Turn Over (X4)
Nilai Sig. Total Asset Turn Over sebesar 0,001 < dari 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa Total Asset Turn Over tidak berpengaruh signifikan secara
parsial terhadap Pertumbuhan Laba pada perusahaan sub sektor food and
beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2013-2017.
Pembahasan Hasil Penelitian
Analisis Secara Simultan (Uji F)
Berdasarkan hasil uji simultan (Uji F), diperoleh nilai signifikansi sebesar
0,010 < 0,05 yang berarti Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Inventory Turn
Over dan Total Asset Turn Over berpengaruh signifikan secara simultan terhadap
Pertumbuhan Laba pada perusahaan sub sektor food and beverages yang terdaftar
di BEI periode tahun 2013-2017.
Pada perusahaan sub sektor food and beverages, tingginya Current Ratio
tidak diikuti dengan pertumbuhan laba, dikarenakan adanya terlalu banyak dana
yang tertanam pada modal kerja yang tidak menghasilkan keuntungan. Semakin
tinggi Debt to Equity Ratio akan menunjukkan komposisi total hutang yang
semakin besar dibanding dengan total modal sendiri yang berdampak pada
semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar, sehingga perusahaan akan
dihadapkan pada beban bunga yang tinggi dan dapat menurunkan pertumbuhan
laba yang akan diperoleh.
Inventory Turn Over yang tinggi menandakan semakin cepat persediaan
berputar dalam satu tahun dan mengakibatkan perusahaan harus mengeluarkan
lebih banyak biaya untuk pengadaan, penanganan serta perawatan persediaan
yang dapat berdampak pada penurunan pertumbuhan laba. Total Assets Turn
Over yang tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan laba yang diperoleh
perusahaan, hal ini karena perusahaan dapat memanfaatkan aset yang dimiliki
untuk meningkatkan penjualan yang berdampak pada meningkatnya laba.
Analisis Secara Parsial (Uji t)
Pengaruh Current Ratio secara Parsial Terhadap Pertumbuhan Laba
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai signifikansi
Current Ratio lebih besar dari taraf signifikansi yaitu 0,340 > 0,05. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa Current Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap
Pertumbuhan Laba pada 6 perusahaan sub sektor food and beverages yang
terdaftar di BEI periode tahun 2013-2017. Hal ini menunjukkan bahwa tingginya
kemampuan perusahaan dalam membayar hutang lancar menggunakan aset
lancarnya tidak diikuti dengan peningkatan perolehan laba perusahaan,
dikarenakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya tidak memberikan jaminan ketersediaan modal kerja guna mendukung
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 7, Nomor 2, 2019: 640-653
650
aktivitas operasional perusahaan, sehingga perolehan laba yang ingin dicapai
menjadi tidak seperti yang diharapkan. Ini memiliki makna aktiva lancar yang
dimiliki terlalu tinggi, yang akan mengakibatkan adanya kelebihan aktiva lancar
yang mempunyai pengaruh tidak baik terhadap pertumbuhan laba (Ade Gunawan
dan Sri Fitri Wahyuni, 2013).
Berdasarkan data laporan keuangan sampel perusahaan food and
beverages dalam penelitian ini yaitu PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
tahun 2017, PT Nippon Indosari Corpindo Tbk tahun 2016, PT Sekar Bumi Tbk
tahun 2015 dan 2016, PT Sekar Laut Tbk tahun 2015 dan 2016, PT Siantar Top
Tbk tahun 2014, PT Ultra Jaya Milk Industry & Trading Co. Tbk tahun 2014,
2016 dan 2017, hal ini dapat terjadi karena adanya penimbunan kas dan setara
kas, banyaknya piutang tak tertagih, serta persediaan yang menumpuk sehingga
berdampak pada penurunan laba yang diperoleh perusahaan.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh
Darminto dan Suryo (2002:76) yaitu apabila angka rasio lancar (current ratio)
terlalu tinggi, hal itu berarti adanya terlalu banyak dana yang tertanam pada
modal kerja yang tidak menghasilkan keuntungan. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Gunawan, Ade dan Wahyuni
(2013) yang menyatakan bahwa Current Ratio tidak berpengaruh signifikan
secara parsial terhadap Pertumbuhan Laba.
Pengaruh Debt to Equity Ratio Secara Parsial terhadap Pertumbuhan Laba
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai signifikansi
Debt to Equity Ratio lebih besar dari taraf signifikansi yaitu 0,976 > 0,05.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh
signifikan terhadap Pertumbuhan Laba pada 6 perusahaan sub sektor food and
beverages yang terdaftar di BEI periode tahun 2013-2017. Hasil penelitian ini
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sutrisno (2012:218) yang
menyatakan bahwa semakin tinggi rasio ini, berarti modal sendiri semakin sedikit
dibanding dengan hutangnya. Bagi perusahaan, sebaiknya besarnya hutang tidak
boleh melebihi modal sendiri agar beban tetapnya tidak terlalu tinggi.
Bagi 6 sampel perusahaan food and beverages dalam penelitian ini,
menunjukkan bahwa tingginya Debt to Equity Ratio tidak dapat mempengaruhi
perolehan laba perusahaan. Hal ini karena struktur modal perusahaan lebih
didominasi oleh hutang dibandingkan dengan modal sendiri. Dominasi atas
hutang tentunya memberikan dampak terhadap kelangsungan hidup perusahaan,
terutama dalam meningkatkan laba yang diperoleh. Ini mengindikasikan bahwa
peningkatan hutang perusahaan yang digunakan untuk modal kerja atau aktivitas
operasional perusahaan tidak mampu menghasilkan keuntungan yang optimal,
sehingga perubahan Debt to Equity Ratio memiliki pengaruh yang tidak
signifikan untuk dapat meningkatkan kinerja atau laba perusahaan (Gunawan,
Ade dan Wahyuni, 2013).
Pemanfaatan dana dari hutang ini memiliki konsekuensi berupa kewajiban
untuk membayar angsuran pokok pinjaman beserta beban bunga yang tinggi,
Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Pertumbuhan Laba (Githa)
651
sehingga hal ini mengakibatkan penurunan pada laba yang diperoleh perusahaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Gunawan, Ade dan Wahyuni (2013) yang menyatakan bahwa Debt to Equity
Ratio tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Pertumbuhan Laba.
Pengaruh Inventory Turnover Secara Parsial terhadap Pertumbuhan Laba Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai signifikansi
Inventory Turnover lebih besar dari taraf signifikansi yaitu 0,156 > 0,05.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Inventory Turnover tidak berpengaruh
signifikan terhadap Pertumbuhan Laba pada 6 perusahaan sub sektor food and
beverages yang terdaftar di BEI periode tahun 2013-2017. Hal ini dikarenakan
perusahaan F&B merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak dibidang
produksi barang jadi, sehingga perusahaan dituntut untuk menyediakan
persediaan yang lebih banyak untuk menghindari terjadinya kekurangan
persediaan (stock out), dan mengakibatkan perusahaan harus mengeluarkan lebih
banyak biaya untuk pengadaan dan penanganan persediaan tersebut. Sehingga
biaya pokok produksi meningkat dan menekan tingkat pertumbuhan laba.
Berdasarkan laporan keuangan tahunan perusahaan food and beverages
yang menjadi sampel pada penelitian ini, terjadi kondisi ekonomi berupa
tingginya tingkat inflasi yang berdampak pada melemahnya nilai tukar rupiah dan
menyebabkan harga beli bahan baku dan beberapa biaya lainnya meningkat,
sehingga berdampak pada peningkatan beban pokok penjualan. Hal inilah yang
dapat menurunkan perolehan laba perusahaan, meskipun persediaan berputar
dengan cepat dan penjualan yang dihasilkan meningkat. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Adi, Mohammad Subkhan
(2012) yang menyatakan bahwa Inventory Turn Over tidak berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap Pertumbuhan Laba.
Pengaruh Total Asset Turnover Secara Parsial terhadap Pertumbuhan Laba Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai signifikansi
Total Asset Turnover lebih besar dari taraf signifikansi yaitu 0,001 > 0,05.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Total Asset Turnover tidak berpengaruh
signifikan terhadap Pertumbuhan Laba pada 6 perusahaan sub sektor food and
beverages yang terdaftar di BEI periode tahun 2013-2017. Hasil penelitian ini
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi total assets turn
over maka perubahan laba yang diperoleh perusahaan semakin tinggi. Hal ini
dikarenakan total assets turn over yang tinggi menunjukkan perusahaan dapat
memanfaatkan aktiva yang dimiliki untuk meningkatkan penjualan yang
berdampak pada meningkatnya laba (Agustina dan Silvia, 2012).
Hal ini berarti bahwa efektivitas pengelolaan sumber daya yang dimiliki
perusahaan dari ketersediaan total aset sangat baik, sehingga ketersediaan aset
yang dimiliki dapat meningkatkan aktivitas operasional perusahaan terutama
dalam hal kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan laba perusahaan.
Semakin cepat tingkat perputaran aktivanya maka laba bersih yang dihasilkan
akan semakin meningkat karena perusahaan telah berhasil memanfaatkan aset
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 7, Nomor 2, 2019: 640-653
652
perusahaan untuk meningkatkan penjualan yang akan berpengaruh terhadap
pendapatan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Gunawan, Ade dan Wahyuni (2013) yang menyatakan bahwa Total Assets
Turn Over secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Laba.
Penutup Berdasarkan hasil analisis pada bab sebelumnya, kesimpulan yang dapat
diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Variabel Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Inventory Turn Over dan Total Assets
Turn Over secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Laba
perusahaan food and beverages yang diteliti.
b. Variabel Current Ratio secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan laba perusahaan food and beverages yang diteliti.
c. Variabel Debt to Equity Ratio secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan laba perusahaan food and beverages yang diteliti.
d. Variabel Inventory Turn Over secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan laba perusahaan food and beverages yang diteliti.
e. Variabel Total Asset Turnover secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan laba perusahaan food and beverages yang diteliti.
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, maka hal ini penulis
dapat menyarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Bagi perusahaan
a. Diharapkan untuk dapat memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara
efektif dan efisien. Sehingga ketersediaan modal kerja dapat terjamin dan
dapat mendukung berjalannya kegiatan operasional yang akan
meningkatkan perolehan laba perusahaan.
b. Menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan ataupun modal usaha,
serta mengelolanya dengan baik agar hutang tersebut dapat memberikan
kontribusi pada pertumbuhan laba.
c. Meningkatkan perputaran persediaan, sehingga penjualan berjalan dengan
cepat dan perolehan laba perusahaan meningkat.
2. Bagi Investor
Bagi investor, sebelum mengambil keputusan untuk menanamkan modal
pada perusahaan food and beverages ini, sebaiknya menganalisis kinerja
keuangan perusahaan terlebih dahulu, melalui rasio keuangan yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan laba berupa rasio likuiditas, rasio solvabilitas,
dan rasio aktivitas agar para investor dapat mengetahui tingkat kinerja suatu
perusahaan dan dapat membuat keputusan yang tepat dalam berinvestasi.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat memperpanjang periode
penelitian, menambah jumlah sampel dengan kriteria yang sesuai, serta
menggunakan variabel lain yang dapat memberi pengaruh pada pertumbuhan
laba. Mengingat dalam penelitian ini, dihasilkan koefisien determinasi sebesar
Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Pertumbuhan Laba (Githa)
653
30,7%, sehingga untuk mengetahui 69,3% faktor lain yang mempengaruhi
pertumbuhan laba guna mendapatkan hasil yang lebih baik dari penelitian ini.
Daftar Pustaka
Darminto, Dwi P. dan Aji Suryo. 2002. Analisis Laporan Keuangan Hotel, Andi
Press, Yogyakarta.
Fahmi, Irham. 2013. Analisis Laporan Keuangan Manajemen Kinerja Teori dan
Aplikasi, Alfabeta, Bandung.
__________. 2015. Analisis Laporan Keuangan, Alfabeta, Bandung.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Hery. 2017. Analisis Laporan Keuangan, Cetakan Kedua, PT Grasindo, Jakarta.
Harahap, Sofyan Syafri. 2016. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Rajawali
Pers, Jakarta
Munawir. 2010. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Liberty, Yogyakarta
Prawironegoro, Darsono dan Ari Purwanti. 2011. Analisa Laporan Keuangan,
Edisi Keempat, Liberty, Yogyakarta.
Subramanyam, K.R. dan John J. WIld. 2013. Analisis Laporan Keuangan, Edisi
Kesepuluh, Salemba Empat, Jakarta.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Alfabeta,
Bandung.
. 2017. Statistika untuk penelitian, Alfabeta, Bandung
Sujarweni, V Wiratna. 2015. Metodologi Penelitian Bisnis dan Ekonomi, Pustaka
baru press, Yogyakarta.
Sutrisno. 2013. Manajemen Keuangan, Edisis Pertama, Cetakan Kesembilan
Penerbit Ekonisia: Yogyakarta.
Sunyoto, Danang. 2013. Analisis Laporan Keuangan untuk Bisnis. Penerbit:
Caps.
Syamsuddin, Lukman. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan, Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Adi, Mohammad Subkhan. 2012. Pengaruh Quick Ratio, Inventory Turnover, Net
Profit Margin, dan Return On Equity dalam Memprediksi Laba Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Daftar Efek Syariah. Skripsi.
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga: Yogyakarta
Agustina dan Silvia. 2012. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil. Vol. 2, No. 2
Gunawan, Ade dan Sri Fitri Wahyuni. 2013. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap
Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perdagangan Indonesia. Jurnal
Manajemen dan Bisnis. Vol. 13, No. 1
PT Bursa Efek Indonesia: http://www.idx.co.id. Diakses 18 April 2018
Badan Pusat Statistik: http://www.bps.go.id. Diakses 24 Mei 2018
Kementrian Perindustrian: http://www.kemenperin.go.id. Diakses 24 Mei 2018