pengaruh keterampilan manajerial kepala...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH KETERAMPILAN MANAJERIAL KEPALA MADRASAH
TERHADAP PROFESIONALISME GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
DI KECAMATAN DUKUN KABUPATEN MAGELANG
Oleh :
Edi Martani, S.Pd.I
NIM: 1220411163
TESIS
KONSENTRASI MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015
v
PERSETUJUAN TIM PENGUJI UJIAN TESIS
Tesis berjudul : Pengaruh Keterampilan Manajerial Kepala Madrasah
terhadap Profesionalisme Guru Madrasah Ibtidaiyah di
Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang
Nama : Edi Martani, S.Pd.I
NIM : 1220411163
Program Studi : Pendidikan Islam
Konsentrasi : Manajemen dan Kebijakan Pendidikan Islam
Telah disetujui tim penguji munaqosah
Ketua : Prof. Dr. H. Maragustam, M.A ( )
Sekretaris : Dr. Abdul Munip, M.Ag ( )
Pembimbing/penguji : Dr. Siti Fathonah, M.Pd ( )
Penguji : Dr. Nurussaadah, S.Psi., M.Si.Psi ( )
Diujikan di Yogyakarta pada hari Jumat tanggal 19 Juni 2015
Waktu : 10.00 11.00 WIB
Hasil/nilai : 93,5 / A
IPK : 3,54
Predikat : Sangat Memuaskan
vii
ABSTRAK
Edi Martani, S.Pd.I. 2015. Pengaruh Keterampilan Manajerial Kepala
Madrasah terhadap Profesionalisme Guru Madrasah Ibtidaiyah di kecamatan
Dukun kabupaten Magelang. Tesis: Program Pascasarjana Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pembimbing Dr. Siti Fathonah, M.Pd.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; 1) Keterampilan manajerial
Kepala Madrasah Ibtidaiyah di kecamatan Dukun kabupaten Magelang, 2)
Profesionalisme guru Madrasah Ibtidaiyah di kecamatan Dukun kabupaten
Magelang, dan 3) Pengaruh keterampilan manajerial kepala madrasah terhadap
profesionalisme guru Madrash Ibtidaiyah di kecamatan Dukun kabupaten
Magelang.
Latar belakang penelitian ini adalah adanya tuntutan kepala madrasah
dalam mengelola lembaga pendidikan termasuk di dalamnya adalah mengelola
sumber daya manusia dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan di Madrasah
Ibtidaiyah. Maju mundurnya suatu lembaga pendidikan ditentukan oleh
keterampilan kepala madrasah dalam mengelola lembaga yang dipimpin. Kepala
madrasah selayaknya mampu memberdayakan guru secara maksimal dalam
menjalankan profesi guru sesuai dengan standar yang terkandung dalam
profesionalisme guru.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research). Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara,
dokumentasi, dan angket. Adapun teknik analisis data dalam penelitian
menggunakan analisis korelasi dan regresi.
Hasil penelitian menunjukkan keterampilan manajerial kepala Madrasah
Ibtidaiyah di kecamatan Dukun termasuk kategori baik dengan rata-rata nilai
81,25%. Kemampuan kepala madrasah dalam mengelola lembaga dengan kategori
baik 37,98% kategori sedang 49,52% kategori cukup 10,10% dan kategori kurang
2,40%. Sedangkan profesionalisme guru Madrasah Ibtidaiyah di kecamatan
Dukun kabupaten Magelang termasuk kategori cukup dengan rata-rata nilai
74,34%. Tingkat profesionalisme guru tersebut secara berturut-turut berada pada
kategori baik 20,95% kategori sedang 47,70% kategori cukup 28,01% dan
kategori kurang 3,34%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ada pengaruh yang positif
keterampilan manajerial kepala madrasah terhadap profesionalisme guru
Madrasah Ibtidaiyah di kecamatan Dukun kabupaten Magelang dengan koefisien
korelasi 0,446 dan termasuk dalam kategori adanya korelasi sedang atau cukup.
Sedangkan sumbangan efektif (r determinasi) sebesar 0,199 yang berarti bahwa
keterampilan manajerial kepala madrasah berpengaruh terhadap profesionalisme
guru sumbangan pengaruh tersebut sebesar 19,9% sehingga tinggi rendahnya
keterampilan manajerial kepala madrasah berpengaruh terhadap profesionalisme
guru Madrasah Ibtidaiyah.
Kata Kunci: Keterampilan, Manajerial Kepala Madrasah, profesionalisme guru.
viii
PERSEMBAHAN
Tesis ini penulis persembahkan kepada:
Almamater Tercinta
Program Studi Pendidikan Islam
Konsentrasi Manajemen dan Kebijakan Pendidikan Islam
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
ix
MOTTO
Dan Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), Karena
sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali
nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Yusuf [12] : 53)
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
ini dengan tanpa hambatan. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan
kepada nabi besar Muhammad Saw atas pendidikan akhlaknya yang paling
sempurna.
Penyusunan tesis ini merupakan kajian singkat tentang pengaruh
keterampilan manajerial kepala madrasah terhadap profesionalisme guru
Madrasah Ibtidaiyah di Kecamatan Dukun kabupaten Magelang. Penulis
menyadari bahwa penyusunan tesis ini tidak dapat terwujud tanpa bantuan,
bimbingan dan dorongan dari banyak pihak. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Drs. H. Akh. Minhaji, M.A. Ph.D, selaku rektor Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2. Prof. Noorhaidi, MA., M.Phil., Ph.D, selaku Direktur Pascasarjana
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3. Prof. Dr. H. Maragustam, M.A, selaku Ketua dan Dr. Abdul Munip, S.Ag.,
M.Ag, selaku sekretaris Program Studi Pendidikan Islam Pascasarjana
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
4. Dr. Siti Fatonah, M.Pd, selaku pembimbing, terimakasih atas bimbingan,
kesabaran dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
5. Segenap Guru Besar, Dosen dan karyawan Program Pascasarjana Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta yang selalu mendorong dan
memotovasi untuk segera menyeleasikan tesis, dan atas ilmu yang diberikan
kepada penulis.
xi
6. Pengawas pendidikan Agama Islam, Kepala Madrasah dan guru Madrasah
Ibtidaiyah Kecamatan Dukun yang telah banyak membantu penulis dalam
proses penelitian tesis ini.
7. Istri saya Pujiyati, S.Pd.I yang senantiasa membantu dan mendoakan penulis
agar tesis ini cepat selesai dan juga putra-putri kami Arfian Nur Charisi,
Arifudin Nurkhafidz, Azkina Samha Saufa yang dengan tekun menemani
penulis menyelesaikan tesis ini.
8. Teman-teman MKPI-A 2012 dan semua pihak yang telah banyak membantu
penulis selama studi sampai selesainya penyusunan tesis ini.
Kepada semua pihak, penulis ucapkan terimakasih yang sedalam-
dalamnya semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis dicatat oleh
Allah SWT sebagai amal kebaikan. Amin
Akhirnya penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan,
saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan. Semoga kehadiran tesis
ini bermanfaat untuk pembaca.
Yogyakarta, Juni 2015
Penulis
Edi Martani, S.Pd.I
NIM. 1220411163
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN...
HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI...
HALAMAN PENGESAHAN.
HALAMAN PERSETUJUAN TIM PENGUJI TESIS...
HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING.
ABSTRAK...
HALAMAN PERSEMBAHAN..
MOTTO...
KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISI...
DAFTAR TABEL...
DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR LAMPIRAN...
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah... ...
B. Rumusan Masalah................
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.
D. Kajian Pustaka.
E. Kerangka Teoritik....
1. Keterampilan Manajerial Kepala Madrasah..
a. Keterampilan Manajerial
b. Kompetensi Kepala Madrasah.
c. Kepala Madrasah sebagai Manajer..
2. Profesionalisme Guru.
a. Profesionalisme..............
b. Kompetensi Profesional.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Profesionalisme..
F. Hipotesis Penelitian...
G. Metode Penelitian..
H. Sistematika Pembahasan
BAB II : GAMBARAN UMUM MADRASAH IBTIDAIYAH
A. Gambaran Umum Madrasah Ibtidaiyah kecamatan
Dukun.
B. Sebaran Madrasah Ibtidaiyah di kecamatan Dukun...
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
x
xii
xiv
xv
xvi
1
7
8
9
11
11
11
21
23
29
29
30
45
49
49
60
62
63
xiii
1. Keadaan Guru Madrasah Ibtidaiyah di kecamatan
Dukun...
2. Keadaan Guru Madrasah Ibtidaiyah Bersertifikat
Pendidik...
3. Keadaan Siswa Madrasah Ibtidaiyah di Kecamatan
Dukun...
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian.
1. Deskripsi Keterampilan Manajerial Kepala Madrasah
Ibtidaiyah di kecamatan Dukun..
2. Deskripsi Profesionalisme Guru Madrasah Ibtidaiyah
di kecamatan Dukun
3. Analisis Data Penelitian...
B. Pembahasan
1. Keterampilan Manajerial Kepala Madrasah
2. Profesionalisme Guru..
3. Pengaruh Keterampilan Manajerial kepala Madrasah
terhadap Profesionalisme Guru
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran..
C. Kata Penutup
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN...
DAFTAR RIWAYAT HIDUP..
64
65
66
67
68
80
87
96
96
98
99
102
103
104
105
109
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
Tabel 9
Tabel 10
Tabel 11
Tabel 12
Tabel 13
Tabel 14
Tabel 15
Tabel 16
Tabel 17
Tabel 18
Tabel 19
Tabel 20
Tabel 21
Tugas dan Fungsi Guru
Kisi-kisi Kuisioner
Pengukuran secara Deskriptif
Pengujian Validitas Instrumen
Nilai Pengujian Reliabilitas
Indeks Korelasi r Product Moment
Data Statistik Madrasah Ibtidaiyah di Kecamatan Dukun
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah di Kecamatan Dukun
Daftar Guru Bersertifikat Pendidik
Data Siswa Madrasah Ibtidaiyah di kecamatan Dukun
Deskriptif Variabel
Statistik Diskriptif Variabel Keterampilan Manajerial
Kategori Variabel Keterampilan Manajerial
Statistik Diskriptif Variabel Profesionalisme Guru
Kategori Variabel Keterampilan Manajerial
Uji Normalitas Keterampilan Manajerial
Uji Normalitas Profesionalisme
Persamaan Regresi
Uji Linearitas
Model Summary
Indeks Korelasi r Product Moment
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5
Gambar 6
Gambar 7
Gambar 8
Gambar 9
Gambar 10
Gambar 11
Gambar 12
Gambar 13
Langkah-langkah Dasar dalam Proses Pengawasan
Proses Manajemen
Tingkatan Manajer berdasarkan Keterampilan yang dibutuhkan
Tugas Guru
Hubungan antara Variabel Bebas dan Terikat
Peta Wilayah Kecamatan Dukun
Hasil Pengkategorian Keterampilan Manajerial Kepala
Madrasah
Hasil Pengkategorian Profesionalisme Guru
Grafik Normalitas Data X dan Y
Grafik Tebaran Data Hubungan X dan Y
Garis Regresi Nilai Keterampilan Manajerial dan
Profesionalisme Guru
Diagram Prosentase Keterampilan Manajerial Kepala
Madrasah
Diagram Prosentase Profesionalisme Guru
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13
Lampiran 14
Lampiran 15
Lampiran 16
Lampiran 17
Angket Penelitian Variabel Keterampilan Manajerial
Hasil Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen Variabel
Keteranpilan Manajerial
Angket Penelitian Variabel Profesionalisme Guru
Hasil Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen Variabel
Profesionalisme Guru
Perbaikan Instrumen Penelitian Variabel Keterampilan
Manajerial Kepala Manajerial Kepala Madrasah
Perbaikan Instrumen Penelitian Variabel Keterampilan
Manajerial Kepala Manajerial Kepala Madrasah
Hasil Wawancara dengan Responden
Uji Normalitas Variabel Dependen
Korelasi
Regresioan
Hasil Olah Data Variabel Keterampilan Manajerial Kepala
Madrasah
Hasil Olah Data Variabel Profesionalisme Guru
Kesediaan Menjadi Pembimbing Tesis
Permohonan Izin Penelitian
Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
Berita Acara Seminar Proposal
Daftar Riwayat Hidup Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manajemen merupakan hal yang sangat penting dalam semua bidang
kehidupan. Dengan manajemen yang baik, maka sebuah institusi pendidikan
akan dapat berkembang secara optimal sebagaimana diharapkan. Manajemen
pendidikan diartikan sebagai sekumpulan fungsi untuk menjamin efisiensi dan
efektifitas pelayanan pendidikan melalui perencanaan, pengambilan
keputusan, perilaku kepemimpinan, penyiapan alokasi sumber daya, kondisi
personil, penciptaan iklim organisasi yang kondusif, serta penentuan
pengembangan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan
masyarakat di masa depan.1 Misirih seorang Anggota Komisi IV DPRD Kota
Samarinda mengatakan bahwa manajemen pendidikan di Indonesia belum
profesional, akuntabel, dan transparan.2
Ketiadaan tenaga-tenaga manajer pendidikan professional ini antara
lain yang mengharuskan pengadaan terobosan-terobosan untuk membawa
pendidikan itu sejalan dengan langkah-langkah pendidikan yang semakin
cepat. Disamping itu permasalahan pendidikan kita sangat komplek yang
menyangkut bukan saja masalah-masalah teknis pendidikan, tetapi juga
meliputi kegiatan-kegiatan perencanaan, pendanaan, dan efisiensi dari sistem
1 Wahyudi, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajaran (Learning
Organization) (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm 8. 2 Misirah, Pemerintah Wajib Tingkatkan Kualita SDM Guru, dalam
http://www.poskotakaltim.com/berita/read/16819, diakses tanggal 21 Desember 2013.
http://www.poskotakaltim.com/berita/read/16819
2
itu sendiri.3 Dalam pengelolaan administrasi pendidikan, diperlukan kualitas
personil yang memadai, dalam arti penempatan orang yang tepat sesuai
dengan kompetensi yang diperlukan untuk profesionalisme yang efektif dan
efisien.
Dalam usaha mewujudkan tujuan pendidikan, manajemen merupakan
faktor yang sangat penting. Oleh karena itu, agar pendidikan dapat maju, maka
harus dikelola oleh administrator pendidikan yang profesional. Disamping
pentingnya administrator pendidikan yang profesional, usaha yang penting
dalam pencapaian tujuan pendidikan adalah kerjasama yang baik antara semua
unsur yang ada, termasuk mendayagunakan seluruh sarana dan prasarana
pendidikan. Dalam konteks inilah, administrator pendidikan memegang
peranan yang cukup penting.
Penerapan otonomi daerah menjadi dasar atas berlangsungnya
desentralisasi pendidikan nasional, terutama urgensinya dengan upaya
pembangunan masyarakat demokratis, pengembangan social capital, dan
peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan daya saing bangsa.4
Pemberian otonomi pendidikan yang luas pada sekolah merupakan kepedulian
pemerintah terhadap gejala-gejala yang muncul di masyarakat serta upaya
peningkatan mutu pendidikan secara umum. Pemberian otomoni ini menuntut
pendekatan manajemen yang lebih kondusif di sekolah agar dapat
mengakomodasi seluruh keinginan sekaligus memberdayakan berbagai
3 Tilaar, H. A. R, Manajemen Pendidikan Nasional: Kajian Pendidikan Masa Depan,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 153-154. 4 Iskandar Agung & Yufridawati, Pengembangan Pola Kerja Harmonis dan Sinergis
antara Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas, (Jakarta: Bestari Buana Murni, 2013), hlm. 20-21.
3
komponen masyarakat secara efektif, guna mendukung kemajuan dan system
yang ada di sekolah.5 Desentralisasi manajemen pendidikan merupakan
pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada daerah dan masyarakat
untuk membuat keputusan manajemen dan menyusun perencanaan sendiri
dalam mengatasi masalah pendidikan dengan mengacu kepada system
pendidikan nasional. Pelimpahan kewenangan kepada daerah dan masyarakat
dalam hal manajemen pendidikan bertujuan untuk meningkatkan efektifitas
dan efisiensi manajemen dan kepuasan kerja pegawai melalui pemecahan
masalah-masalah yang berhubungan langsung dengan daerah.6
Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah
mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi
nasional. Penataan sumber daya manusia perlu diupayakan secara bertahap
dan berkesinambungan melalui sistem pendidikan yang berkualitas baik pada
jalur pendidikan formal, informal, maupun non formal, mulai dari pendidikan
dasar sampai pendidikan tinggi.7
Keberhasilan pendidikan di madrasah ditentukan oleh keberhasilan
kepala madrasah dalam mengelola sumber daya manusia yang tersedia di
madrasah. Sebagai pengelola pendidikan, kepala madrasah bertanggung jawab
terhadap keberhasilan penyelenggaraan pendidikan dengan cara melaksanakan
administrasi sekolah dengan seluruh substansinya. Di samping itu kepala
5 Mulyasa, E, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan Implementasi,
(Bandung: Rosda Karya, 2012hlm. 11 6 Ara Hidayat & Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan. (Yogyakarta: Kaukaba, 2012),
hlm 52. 7 Mulyasa, E. 2004. Menjadi Kepala madrasah Profesional Dalam Konteks
Menyukseskan MBS dan KBK. (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004), hlm. 4.
4
madrasah bertanggung jawab terhadap kualitas sumber daya manusia yang ada
agar mereka mampu menjalankan tugas-tugas pendidikan. Oleh karena itu,
sebagai pengelola, kepala madrasah memiliki tugas untuk mengembangkan
kinerja para personel terutama para guru kearah profesionalisme yang
diharapkan.8
Kualitas pengelolaan madrasah ditentukan oleh bagaimana cara kepala
madrasah memimpin lembaganya. Perilaku dan gaya kepemimpinan yang
ditampilkan oleh kepala madrasah bergantung pada visi dan misi yang
dimilikinya. Kepala madrasah yang visioner dan memiliki pandangan jauh
kedepan (futuristik) akan mengambil langkah dengan memperhitungkan
dampak jangka pendek, menengah dan panjang. Kepala madrasah yang
visioner akan sangat memperhitungkan bagaimana potensi guru-guru dan
sumber daya lainnya, yang akan dipergunakan sebagai bahan pertimbangan
untuk menentukan kebijakan kepemimpinannya.9
Kepala madrasah dalam satuan pendidikan merupakan pemimpin.
Kepala madrasah mempunyai jabatan ganda dan peran penting dalam
melaksanakan proses pendidikan. Kepala madrasah adalah pengelola
pendidikan di madrasah, sekaligus pemimpin formal pendidikan di
madrasah.10
Sardiman mengemukakan bahwa guru adalah salah satu komponen
manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha
8 Didin Kurniadin & Imam Machali. Manajemen Pendidikan Konsep & Prinsip
Pengelolaan Pendidikan. (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 295. 9 Bedjo Sujanto, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah. Model Pengelolaan Sekolah
di Era Otonomi Daerah, (Jakarta: Sagung Seto, 2007), hlm. 24 10 Ara Hidayat & Imam Machali, Pengelolaan hlm 106.
5
pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan.
Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur di bidang
kependidikan harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya
sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin
berkembang. Dalam hal ini guru tidak semata-mata sebagai pengajar yang
melakukan transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai pendidik yang
melakukan transfer nilai-nilai sekaligus sebagai pembimbing yang
memberikan pengarahkan dan menuntun siswa dalam belajar.11
Hasil prasurvei di lapangan menunjukkan bahwa rendahnya mutu hasil
belajar siswa tidak hanya disebabkan oleh kurangnya motivasi belajar siswa,
matifasi guru ataupun kelemahan-kelemahan yang ada pada guru, namun
faktor utama dari permasalahan tersebut adalah lemahnya keterampilan
manajerial kepala madrasah dalam mengelola sumber daya pendidikan.12
Dalam melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala
madrasah belum memiliki strategi yang tepat untuk mendayagunakan tenaga
kependidikan melalui kerjasama, memberikan kesempatan kepada para tenaga
kependidikan untuk meningkatkan profesinya, serta mendorong keterlibatan
semua tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan dalam rangka
mensukseskan program madrasah. Keterampilanketerampilan yang
diperlukan dalam mencapai keberhasilan madrasah, yaitu keterampilan
konseptual, keterampilan hubungan dan keterampilan tehnikal. Dalam
11 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2005), hlm. 125 12 Hasil wawancara pendahuluan dengan beberapa guru Madrasah Ibtidaiyah di
Kecamatan Dukun pada tanggal 31 Oktober 2013
6
keterampilan konseptual kepala madrasah belum mampu melihat madrasah
dan semua program pendidikan sebagai suatu keseluruhan. Keterampilan
hubungan manusia antara guru dengan kepala madrasah dan sebaliknya belum
terjalin dengan baik, juga pelum efektif dan efisien baik secara perorangan
maupun kelompok. Sedangkan dalam keterampilan tehnikal yaitu kecakapan
dan keahlihan yang harus dimiliki, belum terlihat pada kepala Madrasah
Ibtidaiyah di kecamatan Dukun.13
Kepala madrasah tersebut belum mampu serta profesional dalam
menyusun program madrasah yang efektif, menciptakan iklim madrasah
yang kondusif dan membangun unjuk kerja personel madrasah serta
membimbing guru melaksanakan proses pembelajaran. Di madrasah, kepala
madrasah senantiasa berinteraksi dengan guru bawahannya, memonitor dan
menilai kegiatan mereka sehari-hari. Namun sifat keteladanan kepala
madrasah belum nampak. Rendahnya profesionalisme guru Madrasah
Ibtidaiyah di Kecamatan Dukun bisa dilihat melalui kualifikasi akademik yang
belum semuanya berijazah S1, DIV atau lebih. Hal itu tentunya akan
berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas yang pada gilirannya akan
berpengaruh pula terhadap pencapaian tujuan pendidikan.14
Berdasarkan fenomena di Madrasah Ibtidaiyah di Kecamatan Dukun
Kabupaten Magelang menunjukan bahwa 1) Rendahnya motivasi kerja kepala
madrasah dalam melaksanakan tugasnya, 2) Pengalaman kerja kepala
madrasah yang masih minim, 3) Lemahnya disiplin kerja kepala madrasah
13 Hasil Observasi yang dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah GUPPI Mangunsoko Dukun
pada tanggal 1 Nopember 2013 14 Sumber diambil dari emis offline madrasah pada bulan Oktober 2013
7
dalam melaksanakan tugasnya, 4) Kemampuan manajerial kepala madrasah
masih rendah, 5) Keterampilan kepala madrasah dalam menyelesaikan
permasalahan belum memuaskan.15
Berdasarkan kajian teoritis di atas, beberapa alasan yang mendorong
penulis untuk melakukan penelitian ini. Pertama, kemajuan dibidang
pendidikan membutuhkan manajer pendidikan yang mampu mengelola satuan
pendidikan dan mampu meningkatkan profesionalisme guru dalam mencapai
tujuan pendidikan. Kedua, persepsi masyarakat selama ini memposisikan guru
sebagai kunci utama keberhasilan atau kegagalan pendidikan, karena gurulah
yang berinteraksi langsung dengan siswa di dalam kelas. Masyarakat selama
ini memposisikan guru sebagai kunci utama keberhasilan atau kegagalan
pendidikan. Padahal, seorang guru hanyalah salah satu komponen dalam
satuan pendidikan di madrasah. Di samping guru, kepala madrasah adalah
pihak yang memegang peranan utama. Ketiga, kajian empiris dengan tema ini
menarik untuk dilakukan mengingat perkembangan ilmu dan teori
manajemen, khususnya manajemen pendidikan, yang berkembang dengan
pesat.
Dari latar belakang masalah yang dikemukakan di atas maka
mendorong penulis memilih judul Pengaruh Keterampilan Manajerial Kepala
Madrasah Terhadap Profesionalisme Guru Madrasah Ibtidaiyah di Kecamatan
Dukun Kabupaten Magelang.
B. Rumusan Masalah
15 Hasil Pengamatan dan wawancara dengan beberapa guru dan wakil wali murid dari tiga
Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Dukun awal Nopember 2013
8
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah keterampilan manajerial kepala Madrasah Ibtidaiyah di
kecamatan Dukun kabupaten Magelang?
2. Bagaimanakah profesionalisme guru Madrasah Ibtidaiyah di kecamatan
Dukun kabupaten Magelang?
3. Adakah pengaruh positif yang signifikan keterampilan manajerial kepala
madrasah terhadap profesionalisme guru Madrasah Ibtidaiyah di
kecamatan Dukun kabupaten Magelang?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengkaji dan menganalisis keterampilan manajerial kepala
Madrasah Ibtidaiyah di kecamatan Dukun kabupaten Magelang.
b. Untuk mengkaji dan menganalisis profesionalisme guru Madrasah
Ibtidaiyah di kecamatan Dukun kabupaten Magelang.
c. Untuk mengkaji dan menganalisis pengaruh keterampilan manajerial
kepala madrasah terhadap profesionalisme guru Madrasah Ibtidaiyah
di kecamatan Dukun kabupaten Magelang.
2. Manfaat Penelitian
a. Kegunaan teoritis
1) Sebagai sumbangsih dalam pengembangan ilmu pengetahuan
khususnya ilmu manajemen/ kepemimpinan kepala madrasah.
9
2) Sebagai bahan referensi bagi peneliti berikutnya dalam topik yang
relevan.
b. Kegunaan Praktis
1) Hasil penelitian dapat digunakan sebagai input bagi pimpinan
dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan
kepemimpinan kepala madrasah dalam kaitannya dengan
peningkatan profesionalisme guru.
2) Sebagai bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran guna
meningkatkan profesionalisme guru Madrasah Ibtidaiyah di
kecamatan Dukun kabupaten Magelang.
3) Memberikan sumbangan pemikiran dan perbaikan dalam
kepemimpinan kepala madrasah.
D. Kajian Pustaka
Berdasarkan penelusuran terhadap beberapa karya penelitian
sebelumnya yang memiliki tema yang relevan dengan tema penelitian
mengambil dua jenis pendekatan dalam penelitian yaitu kualitatif dan
kuantitatif sebagi berikut:
Pertama, Mulyono Priyono, Tesis, Manajemen Kepala Madrasah
dalam Peningkatan Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMPIT
Abu Bakar Yogyakarta, (2012). Dalam penelitian ini peneliti berhasil
menemukan beberapa strategi penting yang telah dilakukan kepala madrasah
dalam memenej kinerja dan kualitas guru PAI dengan memberikan
pemahaman kepada guru-guru tentang materi unggulan, mengajak guru dalam
10
perumusan materi PAI, mengadakan pelatihan penilaian serta evaluasi.
Hasilnya adalah perubahan kinerja guru kearah yang lebih baik.16
Kedua, Komari Achmad, Tesis Peran Kepemimpinan Kepala
Madrasah dalam Meningkatkan Efektifitas di Madrasah Aliyah Negeri
Godean, Sleman Yogyakarta. Penelitian ini membahas tentang upaya yang
dilakukan oleh kepala madrasah dalam mewujudkan efektifitas pendidikan
dan lebih fokus pada penerapan fungsi-fungsi manajemen madrasah yang
dapat mendukung pendidikan berjalan secara efektif. Hasil penelitiannya
adalah 1) terdapat pengaruh yang signifikan antara kemampuan manajerial
kepala madrasah, sumberdaya madrasah secara bersama-sama terhadap
kepuasan kerja guru dengan sumbangan efektif sebesar 55,4%. 2) terdapat
pengaruh yang signifikan antara kemampuan manajerial kepala madrasah
terhadap kepuasan kerja guru dengan sumbangan efektif sebesar 32,3%. 3)
terdapat pengaruh yang signifikan pula peningkatan sumberdaya terhadap
kepuasan kerja guru dengan sumbangan efektif sebesar 44,6%.17
Dari kedua tesis peneliti merasakan dua paparan dengan jenis yang
berbeda, tesis pertama memaparkan penerapan menejemen oleh kepala
madrasah terhadap kinerja guru, sementara tesis kedua mencoba mencari
seberapa signifikan pengaruh antara kemampuan kepala madrasah dalam
mengelola sumber daya madrasah. Dari kedua paparan tersebut, peneliti
16 Mulyono Priyono, Manajemen Kepala Sekolah dalam Peningkatan Kinerja Guru
Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMPIT Abu Bakar Yogyakarta Tesis, (Yogyakarta: PPS UIN
Sunan Kalijaga, 2012) 17 Komari Achmad, Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan
Efektifitas di Madrasah Aliyah Negeri Godean, Sleman Yogyakarta, Tesis, (Yogyakarta: PPS UIN
Sunan Kalijaga, 2005)
11
mencoba melengkapi dengan memaparkan keterampilan kepala madrasah
dalam mengelola profesionalisme guru dan sekaligus meneliti seberapa
signifikan sumbangan yang diberikan oleh keterampilan manajerial kepala
madrasah jika ditingkatkan terhadap profesionalisme guru.
E. Kerangka Teoritik
1. Keterampilan Manajerial Kepala Madrasah
a. Keterampilan Manajerial
Keterampilan adalah kemampuan dalam melaksanakan tugas
berdasarkan kompetensi pekerjaan dan hasilnya dapat diamati.18
Burhanudin mengatakan bahwa keterampilan sepadan dengan kata
kecakapan, dan kepandaian yang disebut dengan skill.19
Manajerial merupakan kata sifat yang berhubungan dengan
kepemimpinan dan pengelolaan. Dalam banyak kepustakaan, kata
manajerial sering disebut sebagai asal kata dari management yang
berarti melatih kuda atau secara harfiah diartikan sebagai to handle
yang berarti mengurus, menangani, atau mengendalikan. Sedangkan,
management merupakan kata benda yang dapat berarti pengelolaan,
tata pimpinan atau ketatalaksanaan. Pada prinsipnya pengertian
manajemen mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut: (a) ada
tujuan yang ingin dicapai; (b) sebagai perpaduan ilmu dan seni; (c)
merupakan proses yang sistematis, terkoordinasi, koperatif, dan
terintegrasi dalam memanfaatkan unsur-unsurnya; (d) ada dua orang
18 Wahyudi, Kepemimpinan Kepala , hlm. 67. 19 Burhanudin, Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan
(Jakarta: Bumi Aksara, 1990), hlm. 530.
12
atau lebih yang bekerjasama dalam suatu organisasi; (e) didasarkan
pada pembagian kerja, tugas dan tanggung jawab; (f) mencakup
beberapa fungsi; (g) merupakan alat untuk mencapai tujuan.
Manajemen merupakan suatu proses pengelolaan sumber daya
yang ada mempunyai empat fungsi yaitu perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Terry bahwa bahwa fungsi manajemen mencakup
kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan
pengawasan yang dilakukan untuk mencapai sasaran yang telah
ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber
daya lainnya. Tugas dan tanggung jawab kepala madrasah adalah
merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan,
mengkoordinasikan, mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan
madrasah, yang meliputi bidang proses belajar mengajar, administrasi
kantor, administrasi siswa, administrasi pegawai, administrasi
perlengkapan, administrasi keuangan, administrasi perpustakaan, dan
administrasi hubungan masyarakat.
Oleh sebab itu, dalam rangka mencapai tujuan organisasional,
kepala madrasah pada dasarnya mempunyai tugas dan tanggung jawab
untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan
13
pengawasan terhadap seluruh sumber daya yang ada dan kegiatan-
kegiatan yang dilakukan di madrasah.20
Manajemen merupakan pengelolaan usaha, kepengurusan,
ketatalaksanaan, penggunaan sumber daya manusia dan sumber daya
alam secara efektif untuk mencapai sasaran organisasi yang di
inginkan. Sedangkan dalam kegiatan manajemen merupakan
perencanaan, pengorganisasian, pengawasan dan evaluasi dalam
kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh pengelola pendidikan untuk
membentuk peserta didik yang berkualitas sesuai tujuan.21
Dari beberapa definisi dapat disimpulkan bahwa manajemen
adalah seni yang dimiliki seorang manajer atau leader dalam
mengorganisasikan seluruh komponen-komponen produksi terhadap
pencapaian tujuan organisasi secara tepat guna efektif dan efisien.22
Dalam praktiknya, manajemen pendidikan memerlukan
berbagai fungsi manajemen. Fungsi-fungsi manajemen dalam
pendidikan pada umumnya meliputi fungsi perencanaan (planning),
fungsi pengorganisasian (organizing), fungsi penggerakan (actuating),
dan fungsi pengawasan (controlling).23
1) Fungsi Manajemen
20
Soetopo, Hendiyat, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan. (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1984), hlm. 14
21 Mulyono, Manajemen Administrasi &Organisasi Pendidikan. (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2014), hlm. 18 22 Mukhamar Ilyasin & Nanik Nurhayati, Manajemen Pendidikan Islam. (Yogyakarta:
Aditya Media, 2012), hlm. 64 23 Didin Kurniadin & Imam Machali. Manajemen Pendidikan , hlm. 125-126
14
Fokus manajemen adalah memfungsikan dan
mengoptimalkan kemampuan menyusun rencana dan anggaran,
berdasarkan rencana organisasi dan rencana anggaran, dan
memfungsikan masyarakat untuk berpartisipasi mengelola
organisasi. Fungsi atau aktifitas organisasi menyesuaikan diri
dengan lingkungannya, menentukan struktur kerja berdasarkan
kebutuhan-kebutuhan dalam mencapai tujuan.24
Fungsi manajemen sebagaimana tersebut di atas merupakan
fungsi pokok manajemen yang merupakan suatu proses yang
berkesinambungan. Substansi dari masing-masing fungsi tersebut
dapat dideskripsikan sebagai berikut.
a) Perencanaan (Planning)
Perencanaan (Planning), merupakan fungsi yang paling
awal dari keseluruhan fungsi manajemen. Perencanaan adalah
proses kegiatan yang menyiapkan secara sistematis kegiatan-
kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
Kepala madrasah sebagai top manajemen di lembaga
pendidikan madrasah mempunyai tugas untuk membuat
perencanaan, baik dalam bidang program pembelajaran dan
kurikulum, kepegawaian, kesiswaan, keuangan maupun
perlengkapan. Dalam perencanaan terdapat langkah-langkah
24 Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2013), hlm. 56
15
yang harus ditempuh oleh seorang manajer, yaitu:25
memilih
sasaran (tujuan) organisasi, sasaran (tujuan) ditetapkan untuk
setiap sub-unit organisasi divisi, departemen. program
ditentukan untuk mencapai tujuan dengan cara yang sistematik.
Perencanaan merupakan proses yang sistematis dalam
pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan
pada waktu yang akan datang. Dalam perencanan terkandung
makna pemahaman terhadap apa yang telah dikerjakan,
permasalahan yang dihadapi, dan alternatif pemecahannya,
serta untuk melaksanakan prioritas kegiatan yang telah
ditentukan secara proporsional.26
Perencanaan disusun untuk menjembatani kesenjangan
keadaan di masa sekarang dan masa yang akan datang. Dalam
penyusunan perencanaan dikenal waktu atau jenjang
perencanaan yaitu perencanaan jangka pendek dengan rentang
waktu 1 sampai 5 tahun, perencanaan jangka menengah
dengan rentang waktu 5 sampai 10 tahun dan perencanaan
jangka panjang dengan rentang waktu di atas 10 tahun.
Dalam perencanaan terdapat proses-proses yang dapat
dilakukan oleh seorang manajer, yaitu:27
merumuskan tujuan
yang jelas, mengidentifikasi dan menganalisis data terkait
25 Mulyono, Manajemen Administrasi, hlm. 26 26
Mulyasa, E, Manajemen hlm. 20 27 Mulyono, Manajemen Administrasi, hlm. 26
16
dengan masalah, mencari dan menganalisis alternatif
pemecahan masalah, mengkomparasikan alternatif yang
ditemukan, antara alternatif yang tepat guna, berhasil guna dan
praktis, mengambil keputusan, menyusun rencana kegiatan.
b) Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian (organizing), merupakan langkah
lanjutan dari tahap perencanaan yang telah disusun
sebelumnya. Pengorgnisasian adalah mengelompokkan dan
menentukan berbagai kegiatan penting dan memberikan
kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan itu.28
Pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan pembagi
tugas-tugas pada orang yang terlibat dalam kerjasama sekolah.
Karena tugas-tugas itu sangat banyak dan tidak dapat
diselesaikan oleh slah satu orang saja, tugas itu dibagi untuk
dikerjakan oleh masing-masing unit organisasi.29
Menurut Ernest Dale, pengorganisasian sebagai sebuah
proses yang berpola yang terdiri atas; pemerincian pekerjaan,
pembagian pekerjaan, penyatuan pekerjaan, koordinasi
pekerjaan, dan monitoring serta reorganisasi.30
28
G.R Terry dan L.W Rue, Azas-azas Manajemen, (terj) Winardi (Bandung: Alumni
Press, 1986), hlm. 9. 29 Syaiful Sagala, Manajemen , hlm. 58 30
Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2004), hlm.1
17
Dalam pengorganisasian, langkah-langkah yang
dilakukan sebagai berikut:31
memahami tujuan institusional,
mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang diperlukan dalam
mencapai tujuan institusional, mengelompokkan kegiatan yang
serumpun menjadi satu unit kerja, menetapkan fungsi, tugas,
wewenang dan tanggung jawab setiap unit kerja, menetapkan
personel setiap unit kerja, menentukan hubungan kerja antar
unit.
Dalam pengorganisasian terdapat prinsip-prinsip yang
dapat dipedomani, prinsip tersebut meliputi; mempunyai
tujuan yang jelas, kesatuan arah dari berbagai bagian
organisasi, adanya kesatuan pemerintah, adanya keseimbangan
antara wewenang dan tanggung jawab seseorang dalam
melaksanakan tugasnya.32
c) Penggerakan (actuating)
Penggerakan (actuating), adalah salah satu fungsi
manajemen untuk merealisasikan hasil perencanaan dan
pengorganisasian. Penggerakan merupakan upaya
menggerakkan dan mengarahkan tenaga kerja serta
mendayagunakan fasilitas yang ada. Penggerakan dalam
organisasi biasa diartikan sebagai keseluruhan proses
pemberian motif bekerja kepada para bawahan sedemikian
31
Mulyono, Manajemen Administrasi, hlm. 27 32 Syaiful Sagala, Manajemen Strategik , hlm. 60
18
rupa sehingga mereka bersedia bekerja secara sungguh-
sungguh demi tercapainya tujuan organisasi.33
Penggerakan
mencakup di dalamnya adalah kepemimpinan, motivasi,
komunikasi dan bentuk-bentuk lain dalam rangka
mempengaruhi seseorang untuk melakukan sesuatu guna
mencapai tujuan organisasi.34
Prinsip utama dalam penggerakan ini adalah bahwa
perilaku dapat diatur, dibentuk, atau diubah dengan system
imbalan yang positif yang dikendalikan dengan cermat.35
d) Pengawasan (controlling)
Pengawasan (controlling), merupakan proses untuk
memastikan bahwa aktifitas telah berjalan sesuai dengan yang
direncanakan. Lewat fungsi pengendalian, manajer
mempertahankan organisasi tetap pada jalurnya. Pengendalian
sangat penting untuk meminimalisir tingkat kesalahan.36
Pengawasan merupakan kunci keberhasilan dalam keseluruhan
proses manajemen, perlu dilihat secara komprehensif, terpadu,
dan tidak terbatas pada hal-hal tertentu.37
Dengan pengawasan
yang tepat, kesalahan yang terjadi bisa terdeteksi lebih awal
sehingga penanganan dan penyeselesaian bisa segera diatasi.
33 Didin Kurniadin & Imam Machali. Manajemen , hlm. 131 34 Ara Hidayat & Imam Machali, Pengelolaan hlm. 25 35 Syaiful Sagala, Manajemen Strategik , hlm. 61 36 Fatah Syukur NC, Manajemen Pendidikan Berbasis pada Madrasah, (Semarang:
Pustaka Rizqi Putra, 2011), hlm. 20 37 Mulyasa, E, Manajemen hlm. 21
19
Prinsip-prinsip yang perlu dilakukan dalam pengawasan
meliputi:38
tertuju kepada strategis sebagai kunci sasaran yang
menentukan keberhasilan, mengawasan harus menjadi umpan
balik sebagai bahan reviri dalam mencapai tujuan, harus
fleksibel dan responsif terhadap perubahan-perubahan kondisi
dan lingkungan, cocok dengan organisasi, merupakan control
diri sendiri, bersifat langsung, memperhatikan hakikat manusia
dalam mengontrol personel. Pengawasan berfungsi untuk
mengukur tingkat efektifitas kerja personal dan tingkat
efisiensi penggunaan metode dan alat tertentu dalam usaha
mencapai tujuan organisasi, sehingga pengawasan
sesungguhnya merupakan alat pengukuran terhadap efektivitas,
efisiensi dan produktifitas organisasi.39
Pengawasan secara mendasar memperhatikan ukuran
penampilan nyata terhadap penampilan perencanan mendeteksi
penyebaran secara signifikan antara hasil dan harapan-harapan,
dan mengidentifikasi alasan penyebaran ini, dan akhirnya
mengambil tindakan perbaikan.40
Dalam pengawasan terdapat langkah-langkah yang bisa
dilakukan, langkah tersebut dapat dilihat dalam diagram
berikut:
38 Syaiful Sagala, Manajemen Strategik , hlm. 65 39
Ara Hidayat & Imam Machali, Pengelolaan hlm. 26 40 Syaiful Sagala, Manajemen Strategik , hlm. 65
20
Gambar 1. Langkah-langkah Dasar dalam Proses Pengawasan41
tidak
ya
2) Proses Manajemen
Proses manajemen adalah daur beberapa gugusan kegiatan
dasar yang berhubungan secara integral, yang dilaksanakan di
dalam manajemen secara umum, yaitu proses perencanaan, proses
pengorganisasian, proses pelaksanaan dan proses pengendalian
dalam rangka untuk mencapai sesuatu tujuan secara ekonomis.42
Empat fungsi manajemen yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan merupakan satu
kesatuan yang saling memerlukan, sehingga manajemen tidak akan
bisa berjalan dengan baik apabila salah satunya tidak bekerja
dengan baik. Keempat fungsi manajemen tersebut berjalan secara
teratur dan membentuk suatu proses manajemen, selanjutnya
digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut:
41 Syaiful Sagala, Manajemen Strategik , hlm. 66 42 http://id.wikipedia.org/wiki/Proses_Manajemen. Akses tanggal 14 Maret 2014
Standar dan
metode
yang
ditetapkan
untuk
mengukur
prestasi
Mengukur Prestasi Kerja
Apakah
prestasi
memenuhi standar?
Mengukur
Prestasi
Kerja
Tidak
berbuat
apa apa
http://id.wikipedia.org/wiki/Proses_Manajemen
21
Gambar 2. Proses Manajemen43
MERENCANAKAN
Manajer menggunakan
logika dan metode
untuk memikirkan
sasaran dan tindakan
MENGENDALIKAN
Manajer memastikan
bahwa organisasi
bergerak mencapai
tujuan organisasi
MENGORGANISASIKAN
Manajer mengatur dan
mengalokasikan pekerjaan,
wewenang, dan sumber daya
untuk mencapai sasaran
organisasi
MEMIMPIN
Manajer mengarahkan,
mempengaruhi, dan
memotivasi karyawan
untuk melaksanakan
tugas yang penting
b. Kompetensi Kepala Madrasah
Kompetensi adalah kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan
atau memutuskan sesuatu hal.44
Kompetensi kepala madrasah adalah
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan
kepala madrasah dalam kebiasaan berpikir dan bertindak secara
konsisten yang memungkinkannya menjadi kompeten atau
berkemampuan mengambil keputusan tentang penyediaan,
43 Mulyono, Manajemen Administrasi , hlm. 25 44 Suprihatiningrum, Jamil, Guru Profesional, Pedoman Kinerja, Kualifikasi, &
Kompetensi Guru, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 97.
22
pemanfaatan dan peningkatan potensi sumberdaya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di madrasah.45
Kompetensi merupakan komponen utama dari standar profesi di
samping kode etik sebagai regulasi perilaku profesi yang ditetapkan
dalam prosedur dan sistem pengawasan tertentu.46
Kompetensi kepala madrasah seperti tertulis dalam Lampiran
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2007, tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah disebutkan
bahwa kompetensi kepala madrasah meliputi 5 dimensi kompetensi
yaitu; kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan sosial.47
Dari masing-masing dimensi konpetensi terdapat beberapa poin
kompetensi.
Secara lebih rinci kompetensi yang harus dimiliki kepala madrasah
agar dapat memimpin lembaga pendidikan secara efektif dalam
bingkai manajemen berbasis sekolah/madrash. Kompetensi tersebut
adalah: memiliki landasan dan wawasan pendidikan, memahami
madrasah sebagai sistem, memahami manajemen, merencanakan
pengembangan madrasah, mengelola kurikulum, mengelola tenaga
kependidikan, mengelola sarana dan prasarana, engelola kesiswaan,
mengelola keuangan, mengelola hubungan madrasah dan masyarakat,
mengelola kelembagaan, mengelola sistem informasi madrasah,
45 Wahyudi, Kepemimpinan Kepala hlm. 28-29 46 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2012), hlm. 26 47 Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 13 Tahun 2007 tentang Standar
Kepala Sekolah/Madrasah
23
memimpin madrasah, mengembangkan budaya madrasah, memiliki
dan melaksanakan kreatifitas inovasi dan jiwa kewirausahaan,
mengembangkan diri, mengelola waktu, menyususn dan
melaksanakan regulasi madrasah, memberdayakan sumber daya
madrasah, melakukan koordinasi/ penyerasian, mengambil keputusan
secara terampil, melakukan monitoring dan evaluasi, melaksanakan
supervisi, menyiapkan melaksanakan dan menindaklanjuti hasil
akreditasi dan membuat laporan akuntalilitas madrasah.48
c. Kepala Madrasah sebagai Manajer
Dalam dunia pendidikan, manajer adalah seseorang yang
menjalankan aktivitas untuk memadukan sumber-sumber pendidikan
agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditentukan sebelumnya.49
Pengelolaan pendidikan dengan menciptakan lingkungan
belajar yang kondusif secara berkelanjutan merupakan komitmen
dalam pemenuhan janji sebagai pemimpin pendidikan. Tugas utama
yang diemban oleh kepala madrasah sebagai seorang pemimpin adalah
merumuskan berbagai bentuk kebijakan yang berkaitan dengan visi,
orentasi dan strategi pelaksanaan pelaksanaan pendidikan yang efektif
dan efisien.50
48 Mulyono, Manajemen Administrasi, hlm. 153-164 49
Wahyudi, Kepemimpinan Kepala hlm. 68 50 Syaiful Sagala, Manajemen Strategik, hlm. 88
24
Deskripsi tugas dan tanggung kepala madrasah dapat dilihat
dari dua fungsi, yaitu kepala madrasah sebagai administrator dan
sebagai supervisor. Kepala madrasah sebagai administrator di
madrasah mempunyai tugas dan tanggung jawab atas seluruh proses
manajerial yang mencakup perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, dan pengawasan terhadap seluruh bidang garapan yang
menjadi tanggung jawab madrasah. Bidang garapan manajemen
tersebut dapat meliputi bidang personalia, siswa, tata usaha,
kurikulum, keuangan, sarana dan prasarana, hubungan madrasah dan
masyarakat serta unit penunjang lainnya.51
Sedangkan, kepala madrasah sebagai supervisor berkaitan
dengan kegiatankegiatan pelayanan terhadap peningkatan
kemampuan profesionalisme guru dalam rangka mencapai proses
pembelajaran yang berkualitas. Untuk dapat melakukan tugas dan
tanggung jawab tersebut, kepala madrasah perlu memiliki berbagai
kemampuan yang diperlukan. Menurut Katz bahwa kemampuan
manajerial itu meliputi technical skill (kemampuan teknik), human
skill (kemampuan hubungan kemanusiaan), dan conceptual skill
(kemampuan konseptual). Kemampuan teknik adalah kemampuan
yang berhubungan erat dengan penggunaan alat-alat, prosedur, metode
dan teknik dalam suatu aktivitas manajemen secara benar (working
51 Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 4
25
with things). Sedangkan, kemampuan hubungan kemanusiaan
merupakan kemampuan untuk menciptakan dan membina hubungan
baik, memahami dan mendorong orang lain sehingga mereka bekerja
secara suka rela, tiada paksaan dan lebih produktif (working with
people). Kemampuan konseptual adalah kemampuan mental untuk
mengkoordinasikan, dan memadukan semua kepentingan serta
kegiatan organisasi. Dengan kata lain, kemampuan konseptual ini
terkait dengan kemampuan untuk membuat konsep (working with
ideas) tentang berbagai hal dalam lembaga yang dipimpinnya.52
Keterampilan-keterampilan manajerial diperlukan untuk
melaksanakan tugas manajerial secara efektif akan tetapi jenis
ketrampilan berbeda menurut tingkatan manajer dalam organisasi.
Keterampilan teknikal sangat penting artinya pada tingkatan
manajemen lebih rendah, pada tingkat manajemen yang lebih tinggi,
keterampilan konseptual lebih diperlukan. Semakin tinggi kedudukan
seseorang dalam jenjang kepemimpinan dalam suatu organisasi,
keterampilan teknisnya semakin tidak relevan dan sebaliknya
keterampilan hubungan manusia semakin dominan. Jika dibuat
gambar tingkatan manajemen berdasarkan keterampilan manajerial
yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:53
52 Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala hlm. 14
53 Wahyudi, Kepemimpinan Kepala hlm. 68
26
Gambar 3.Tingkatan manajer berdasarkan keterampilan manajerial
yang dibutuhkan.
Manajer Puncak
Keterampilan
Konseptual
Manajer menengah
Keterampilan
Hubungan
Manusia
Manajer lini
Keterampilan
Teknikal
Berdasarkan gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa kepala
madrasah sebagai seorang manajer puncak dalam suatu organisasi
memerlukan keterampilan hubungan manusia. Keterampilan tersebut
harus dimiliki oleh semua tingkatan manajer. Kepala madrasah yang
baik berdasarkan tingkatan manajer adalah kepala madrasah yang
mempunyai keterampilan konseptual tinggi daripada keterampilan
teknikal.
Desentralisasi pemerintahan telah melahirkan otonomisasi
penyelenggaraan pendidikan yang memunculkan perspektif baru
dalam pengelolaan pendidikan, salah satunya adalah manajemen
berbasis sekolah/madrasah (MBS/M). Otonomi madrasah atau
desentralisasi pengelolaan madrasah berarti pengelolaan pendidikan
berdasarkan kebutuhan madrasah/masyarakat. Madrasah-madrasah
27
diberi kewenangan penuh dalam merancang kebutuhan layanan
pendidikan berdasarkan kebutuhan masyarakat.54
Dalam kaitannya dengan pengembangan personalia di madrasah,
kepala madrasah setidaknya memiliki kompetensi dasar manajerial
yaitu;
1) Keterampilan teknis (technical skill) atau keterampilan yang
berhubungan dengan pengetahuan, metode dan teknik-teknik
tertentu dalam menyelesaikan suatu tugas-tugas tertentu.
Keterampilan teknikal merupakan kemampuan kepala madrasah
dalam menaggapi dan memahami serta cakap menggunakan
metode-metode termasuk yang bukan pengajaran, antara lain:
pengetahuan keuangan, pelaporan, penjadwalan dan
pemeliharaan.55
2) Keterampilan hubungan manusiawi (human skill), kemampuan
seorang pemimpin di dalam bekerja melalui orang lain secara
efektif untuk membina kerjasama. Keterampilan hubungan
manusia adalah kemampuan kepala madrasah untuk
bekerjasama, berkomunikasi dengan personel madrasah dalam
rangka menciptakan suasana saling percaya terhadap program
madrasah dan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan
unjuk kerja guru. Perilaku tersebut meliputi: menerima kritik
yang membangun, menciptakan dan memelihara hubungan
54
Ara Hidayat & Imam Machali, Pengelolaan hlm. 53-54 55 Wahyudi, Kepemimpinan Kepala hlm. 75
28
positif dengan guru dan personel madrasah serta masyarakat dan
mendukung program madrasah.56
3) Keterampilan konseptual (conceptual skill), berupa kemampuan
dalam berfikir, menganalisis, memutuskan dan memecahkan
masalah dengan baik.57
Keterampilan konseptual merupakan
kemampuan mengembangkan kemampuan mengembangkan
gagasan untuk merencanakan, mengkoordinasi, melakukan
pengawasan, dan memecahkan masalah.58
Kepala madrasah merupakan subyek yang paling banyak
terlibat dalam aplikasi inovasi manajemen pendidikan di tingkat
mikro. Mereka bermarkas dan bekerja di dalam sistem pendidikan
sebagai kepala atau pimpinan atau sebutan lain yang sesuai dengan
jabatan itu. Sebutan formal untuk kepala madrasah di Indonesia adalah
guru yang mendapatkan tugas tambahan sebagai Kepala Madrasah.
Dengan memegang tugas tambahan itu, berarti tugas utamanya adalah
guru. Sebutan itu juga bermakna bahwa kedudukannya sebagai tenaga
professional lebih dominan daripada kedudukannya sebagai pejabat
administratif yang menjalankan tugas-tugas administrasi atau
ketatalaksanaan sekolah.59
Kepala madrasah sebagai pengelola pendidikan bertanggung
jawab terhadap keberhasilan penyelenggaraan kegiatan pendidikan
56 Wahyudi, Kepemimpinan Kepala hlm. 73 57 Ara Hidayat & Imam Machali, Pengelolaan hlm. 107. 58 Wahyudi, Kepemimpinan Kepala hlm. 75 59 Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen S0kolah. Dari Unit Birokrasi ke Lembaga
Akademik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 9
29
dengan cara melaksanakan administrasi madrasah dengan seluruh
substansinya. Disamping itu kepala madrasah bertanggung jawab
terhadap kualitas sumber daya manusia yang ada agar mereka mampu
menjalankan tugas-tugas pendidikan. Oleh karena itu sebagai
pengelola, kepala madrasah memiliki tugas untuk mengembangkan
kinerja para personal (guru) kearah profesionalisme yang
diharapkan.60
2. Profesionalisme Guru
a. Profesionalisme
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata profesionalisme
sama arti dengan mutu, kualitas dan tindak tanduk yang merupakan
ciri suatu profesi atau orang yang profesional.61
Profesionalisme adalah sebagai komitmen untuk ide-ide
profesional dan karir. Secara operatif profesionalisme memberi
definisi jabatan keilmuan teknik dan jabatan yang akan diberikan
pada pelayanan masyarakat agar secara khusus pandangan-
pandangan jabatan dikoreksi secara keilmuan dan etika sebagai
pengukuhan terhadap profesionalisme.62
Profesi atau profesionalisme dapat diartikan sebagai
pandangan yang menganggap bidang pekerjaan sebagai suatu
pengabdian melalui keahlian khusus yang diperoleh melalui
60 Ara Hidayat & Imam Machali, Pengelolaan hlm. 106. 61 Poerwadarminta, W.J.S, Kamus Umum Bahahasa Indonesia, Edisi ketiga, cet. keempat,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm 911. 62
Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 199.
30
pendidikan tertentu dan menganggap keahlian itu sebagai suatu yang
harus diperbaharui dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan
memanfaatkan kemajuan-kemajuan yang ada.63
Profesionalisme
dapat diartikan juga sebagai komitmen para anggota suatu profesi
untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus menerus
mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam
melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya itu. Profesionalisme
juga menunjuk pada derajat penampilan seseorang sebagai
professional atau penampilan suatu pekerjaan sebagai suatu profesi,
ada yang profesionalismenya tinggi, sedang, dan rendah.64
Profesionalisme menunjuk pada derajat penampilan seseorang
sebagai professional atau penampilan suatu pekerjaan sebagai
profesi. Profesionalisme juga mengacu kepada sikap komitmen
anggota profesi untuk bekerja berdasarkan standar yang tinggi dan
kode etik profesinya.65
b. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional sebagaimana tertuang dalam Standar
Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c adalah
kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik
63 Najamuddin, Profesionalisme Guru dalam http://sumut.kemenag.go.id diakses tanggal
24 Desember 2013. 64 Suprihatiningrum, Jamil, Guru Profesional, Pedoman Kinerja, Kualifikasi, &
Kompetensi Guru, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 52. 65 Udin Syaefudin Saud, Pengembangan Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm.
7-8.
http://sumut.kemenag.go.id/
31
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar
Nasional Pendidikan.66
Kemampuan profesional tersebut meliputi
hal-hal sebagai berikut; (1) menguasai landasan kependidikan, (2)
menguasai bahan pengajaran, (3) menyusun program pengajaran, (4)
melaksanakan program pengajaran, (5) menilai hasil dan proses
belajar mengajar yang telah ditetapkan.67
Sedangkan dalam standar kompetensi kepala madrasah,
pengawas dan guru disebutkan bahwa kompetensi professional
meliputi; (1) penguasaan materi, (2) penguasaan kompetensi mata
pelajaran, (3) kemampuan mengembangkan materi/bahan ajar, (4)
kemampuang pengembangan diri, (5) pemanfatan teknologi
pembelajaran.68
c. Guru Profesional
Guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung
jawab dalam mendidik, mengajar dan membimbing peserta didik.
Orang yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan
merancang program pembelajaran serta mampu menata dan
mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya
dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses
pendidikan.69
Guru memegang peranan penting dalam memberikan
66 E. Mulyasa, Standar Kompetensi , hlm. 135 67 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013),
hlm. 18-19 68
Iskandar Agung & Yufridawati, Pengembangan pola, hlm. 56. 69 Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan. Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan di
Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm. 15.
32
pengertian dan pemahaman mengenai pelajaran yang diajarkan.
Madrasah sebagai institusi pendidikan membutuhkan guru yang di
samping sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pendidik yang
memberikan bekal pengetahuan kepada siswanya akan etika,
kemampuan untuk survive dalam hidup, moral empati, juga kreasi.70
Kata profesional menunjukkan bahwa guru adalah sebuah
profesi, yang bagi guru, seharusnya menjalankan profesinya dengan
baik. Dengan demikian ia akan disebut sebagai guru yang
professional.71
Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus
yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip profesional
sebagaimana disebutkan dalam Bab II, Pasal 7, yaitu:72
1) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;
2) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan,
keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia;
3) Memiliki kualitas akademik latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas;
4) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang
tugas;
5) Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas
keprofesionalan;
70 Pupuh Fathurrohman & Aa Suryana, Guru Profesional. (Bandung: Refika Aditama,
2012), hlm. 13 71 Naim, Ngaimun, Menjadi Guru Inspiratif. Memberdayakan dan Mengubah Jalan
Hidup Siswa, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hlm. 58. 72 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.
33
6) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi
kerja;
7) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan
secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;
8) Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugas keprofesionalan; dan
9) Memiliki organisasi yang mempunyai kewenangan mengatur
hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Secara khusus, sebagai sebuah profesi keguruan, ada
beberapa kriteria sebagaimana disampaikan oleh National Education
Assosiation (NEA), yaitu:73
jabatan yang melibatkan kegiatan
intelektual; jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang
khusus; jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama;
jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang
berkesinambungan; jabatan yang menjanjikan karier hidup dan
keanggotaan yang permanen; jabatan yang menentukan baku
(standarnya) sesndiri; jabatan yang lebih mementingkan layanan di
atas keuntungan pribadi; jabatan yang mempunyai organisasi
profesional yang kuat dan terjalin erat.
Dari segi kepribadian seorang guru seyogyanya memenuhi
kriteria berikut ini; a) Dapat menjadi panutan/digugu dan ditiru
perilakunya, b) Taat pada agama, c) Taat pada undang-undang dan
73 Fatah Syukur NC, Manajemen Pendidikan Berbasis pada Madrasah, (Semarang:
Pustaka Rizqi Putra, 2011), hlm. 152-154.
34
atau aturan, d) Taat pada norma social, e) Tidak
sombong/demokratis, f) Tidak menyembunyikan ilmu, g) Ikhlas
beramal, h) Mempunyai idealisme, i) Menjaga hubungan sosial
dengan sesama, j) Suka pemaaf tidak pendendam, k) Sayang kepada
anak didik, l) Berakhlakul karimah, m) Dapat menjadi orang tua dari
anak didik, n) Menguasai mata pelajaran, p) Yakin terhadap
kebenaran yang diajarkan.
Sedangkan dari segi penampilan fisik, guru selayaknya; a)
Mengenakan pakaian yang rapi, b) Penampilan sopan, c) Ceria dan
ramah, d) Menjaga hubungan dengan murid, guru dan lawan jenis, e)
Menjaga etika makan dll.
Guru yang profesional akan memiliki komitmen yang tinggi
disertai dengan kemampuan sesuai dengan bidang keahliannya.
Profesionalitas adalah tuntutan yang harus dipenuhi oleh guru. Guru
yang profesional dan efektif merupakan kunci keberhasilan dalam
proses pembelajaran di kelas.74
Untuk membentuk watak kepribadian yang semacam itu
tidak tumbuh dengan tiba-tiba, akan tetapi memerlukan latihan,
pembiasaan dan pembiasaan yang cukup. Itulah sebabnya, salah satu
kompetensi guru profesional harus ada sertifikat guru. Ijasah bukan
semata-mata karena alasan formalitas.75
Kompetensi guru perlu
ditingkatkan untuk menjadikan seorang guru menjadi profesional.
74 Prim Masrokan Mutohar. Manajemen Mutu Sekolah. Strategi Peningkatan Mutu dan
Daya Saing Lembaga Pendidikan Islam, (Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 153-154. 75 Fatah Syukur NC, Manajemen Pendidikan hlm. 152.
35
Strategi yang dilakukan berupa; pendidikan dan pelatihan (diklat),
seminar, worshop, dan sebagainya sebagaimana dalam uraian
berikut:76
1) Pendidikan dan Pelatihan meliputi antara lain; inhouse training
(IHT) yaitu pelatihan yang laksanakan secara internal di
kelompok kerja guru, madrasah atau tempat lain yang
ditetapkan untuk menyelenggarakan pelatihan;77
program
magang, kemitraan madrasah, belajar jarak jauh, pelatihan
berjenjang dan pelatihan khusus, kursus singkat di LPTK,
pembinaan internal madrasah, pendidikan lanjut.
2) Pendidikan selain Diklat antara lain; diskusi pendidikan,
seminar, workshop, penelitian, penulisan buku/bahan ajar,
pembuatan media pembelajaran, pembuatan karya teknologi/
karya seni.
Sebagai guru yang profesional salah satu wujudnya adalah
mampu menyelenggarakan proses pembelajaran dan penilaian yang
menyenangkan bagi siswa dan guru, sehingga dapat mendorong
tumbuhnya kreatifitas belajar pada diri siswa. Guru professional
seyogyanya selalu memegang teguh kode etik, mengetahui tugas,
peran dan fungsinya serta senantiasa mempunyai semangat yang
tinggi dalam melaksanakan tugasnya dalam proses pembelajaran.
76 Sri Sumarni, Modul Kebijakan Pengembangan Profesi Guru, (Yogyakarta: LPTK UIN
Sunan Kalijaga, 2012), hlm. 10-11. 77 Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta, 2013),
hlm.30
36
1) Kode Etik Guru
Kode etik guru ditetapkan dalam suatu kongres yang
dihadiri oleh seluruh utusan cabang dan pengurus daerah PGRI
se Indonesia dalam kongres ke XIII di Jakarta tahun 1973, yang
kemudian disempurnakan dalam kongres PGRI ke XVI tahun
1989 juga di Jakarta yang berbunyi sebagai berikut :
1) Guru berbakti membimbing siswa untuk membentuk
manusia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
2) Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.
3) Guru berusaha memperoleh informasi tentang siswa
sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.
4) Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang
menunjang berhasilnya proses belajar-mengajar.
5) Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid
dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta
dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.
6) Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan
dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
7) Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat
kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial.
8) Guru secara bersama-sama memelihara dan
meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana
perjuangan dan pengabdian.
37
9) Guru melaksanakan segala kebijaksanaan Pemerintah
dalam bidang pendidikan.78
Dalam kode etik guru dikatakan bahwa guru adalah
seorang pendidik, jadi dia bukan hanya sebagai pengajar.
Sebagai seorang pendidik, maka keberadaan seorang guru bukan
hanya sekedar berkewajiban menyampaikan materi kepada
siswa, akan tetapi dia juga berkewajiban menyampaikan skill
dan nilai. Ini berarti bahwa tugas guru tidak selesai pada pada
aspek knowledge saja, pandai ilmu pengetahuan dan dapat
menyampaikan kepada siswa, namun juga harus dapat menjadi
teladan bagi siswanya. Perilaku yang dilakukan guru harus
menjadi cermin dan contoh bagi siswanya. Perilaku guru harus
tercermin dalam kepribadiannya, bukan hanya pada perilaku
lahiriyahnya, tetapi tumbuh dari hati yang dalam.
Selain kode etik guru Indonesia, sebagai pernyataan
kebulatan tekad guru Indonesia, maka pada kongres PGRI XVI
yang diselenggarakan tanggal, 3 sampai dengan 8 Juli 1989 di
Jakarta telah ditetapkan adanya Ikrar Guru Indonesia dengan
rumusan sebagai berikut :
a) Kami Guru Indonesia, adalah insan pendidik bangsa
yang beriman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
78 E. Mulyasa, Standar Kompetensi , hlm. 47.
38
b) Kami Guru Indonesia, adalah pengemban dan pelaksana
cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia,
pembela dan pengamal Pancasila yang setia pada
Undang-undang Dasar 1945.
c) Kami Guru Indonesia, bertekad bulat mewujudkan
tujuan nasional dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
d) Kami Guru Indonesia, bersatu dalam wadah organisasi
perjuangan Persatuan Guru Republik Indonesia,
membina persatuan dan kesatuan bangsa yang berwatak
kekeluargaan.
e) Kami Guru Indonesia, menjunjung tinggi Kode Etik
Guru Indonesia sebagai pedoman tingkah laku profesi
dalam pengabdiannya terhadap bangsa, negara, dan
kemanusiaan. 79
2) Hak dan Kewajiban Guru
Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak:80
a) Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup
minimum dan jaminan kesejahteraan social.
b) Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan
tugas dan prestasi kerja.
c) Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas
dan hak atas kekayaan intelektual.
79 Tutik Rachmawati & Daryanto, Penilaian Kinerja Profesi Guru dan Angka Kreditnya
(Yogyakarta: Gava Media, 2013), hlm. 9-10. 80 Fatah Syukur NC, Manajemen Pendidikan.. .hlm. 155.
http://www.pgri.or.id/ikrar-guru/organisasi/ikrar-guru/ikrar-guru
39
d) Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan
kompetensi.
e) Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana
pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas
keprofesionalan.
f) Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan
ikut menentukan kelulusan, penghargaan, dan atau sanksi
kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan,
kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan.
g) Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam
melaksanakan tugas.
h) Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi
profesi.
i) Memiliki kesempatan untuk berperan dalam menentukan
kebijakan pendidikan.
j) Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan
meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi.
k) Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam
bidangnya.
Dengan hak-hak guru yang sangat banyak tersebut, maka
dalam melaksanakan tugasnya, guru berkewajiban:
40
a) Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses
pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan
mengevaluasi hasil pembelajaran.
b) Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi
akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni.
c) Bertindak obyektif dan tidak diskriminatif atas dasar
pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan
kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan
status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran.
d) Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan,
hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan
etika.
e) Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan.81
3) Tugas, Peran dan Fungsi Guru
Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas
maupun di luar dinas, dalam bentuk pengabdian. Apabila
dikelompokkan terdapat tiga jenis tugas guru, yaitu tugas guru
dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam
bidang kemanusiaan.82
81 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
Bab IV, Pasal 20. 82 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013),
hlm. 6
41
Tugas dan peran guru tidak terbatas dalam masyarakat
saja, guru pada hakekatnya merupakan komponen yang sangat
strategis serta mempunyai peran penting dalam menentukan
gerak dan arah suatu bangsa.83
Tugas guru secara rinci adalah: sebagai pengajar,
pembimbing, administrator kelas, pengembang kurikulum,
pengembang profesi dan membina hubungan dengan masyarakat
yang merupakan tugas pokok profesi guru.84
Inti tugas guru adalah menyelamatkan masyarakat dari
kebodohan, sifat serta perilaku buruk yang menghancurkan
masa depan mereka. Guru harus memaknai tugasnya sebagai
amanat Allah untuk mengabdi kepada sesamanya dan berusaha
melengkapi dirinya dengan empat sifat utama para nabi, yaitu
sidiq, amanah, tablig dan fathanah. Dengan keempat sifat
tersebut, guru dapat melaksanakan tugasnya secara
professional.85
Kedudukan guru senantiasa relevan dengan zaman dan
selalu diperlukan. Kedudukan tersebut merupakan penghargaan
masyarakat yang besar maknanya bagi guru. Secara singkat
tugas guru digambarkan dalam bagan berikut.
83 Moh. Uzer Usman, Menjadi , hlm. 7 84 Udin Syaefudin Saud, Pengembangan Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm.
32-33 85 Suprihatiningrum, Jamil, Guru Profesional hlm. 28-29.
42
Gambar 4. Tugas Guru86
Peran dan fungsi guru berpengaruh terhadap pelaksanaan
pendidikan di madrasah. Guru sebagai pekerja profesional
sebagaimana dirumuskan oleh P2TK Direktorat Jenderal
86 Moh. Uzer Usman, Menjadi , hlm. 8
TUGAS GURU
PROFESI MENGAJAR
KEMASYARAKATAN
KEMANUSIAAN
MELATIH
MENDIDIK Meneruskan dan
mengembangkan nilai-
nilai hidup
Meneruskan dan
mengembangkan ilmu
pengetahuan &teknologi
Mengembangkan
keterampilan dan
penerapannya
Transformasi diri
Auto-pengertian:
-homoludens
-homopuber
-homosapiens
Autoidentifikasi
Menjadi orang tua kedua
Mencerdaskan bangsa Indonesia
Mendidik dan mengajar masyarakat
untuk menjadi warga Negara
Indonesia yang bermoral Pancasila
43
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, memiliki
tugas dan fungsi sebagai berikut: 87
Tabel 1. Tugas dan Fungsi Guru
TUGAS FUNGSI URAIAN TUGAS
I. Mendidik,
mengajar,
membimbing,
dan melatih
1. Sebagai
pendidik
1.1 Mengembangkan potensi/kemampuan dasar
peserta didik.
1.2 Mengembangkan kepribadian peserta didik
1.3 Memberikan keteladanan 1.4 Menciptakan suasana
pendidikan yang kondusif
2. Sebagai pengajar
2.1 Merencanakan pembelajaran
2.2 Melaksanakan pembelajaran yang
mendidik
2.3 Menilai proses dan hasil pembelajaran
3. Sebagai pembimbin
g
3.1 Mendorong berkembangnya perilaku
positif dalam
pembelajaran
3.2 Membimbing peserta didik memecahkan
masalah dalam
pembelajaran
4 Sebagai pelatih
4.1 Melatih keterampilan-keterampilan yang
diperlukan dalam
pembelajaran
4.2 Membiasakan peserta didik berperilaku positif
dalam pembelajaran
II. Membantu
pengelolaan
dan
pengembang
an program
sekolah
5. Sebagai
pengemban
g program
5.1 Membantu mengembangkan program
pendidikan sekolah dan
hubungan kerjasama intra
sekolah
6. Sebagai 6.1 Membantu secara aktif
87 E. Mulyasa, Standar Kompetensi , hlm. 20.
44
pengelola
program
dalam menjalin hubungan
dan kerjasama antar
sekolah dan masyarakat
III..Mengemban
gkan
keprofesiona
lan
7. Sebagai
tenaga
profesional
7.1 Melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan
kemampuan profesional
4) Tugas Guru dalam Proses Pembelajaran
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 39 ayat 1 disebutkan bahwa
guru sebagai tenaga kependidikan bertugas melaksanakan
administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan
pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada
satuan pendidikan. Dijelaskan pada pasal 2 bahwa guru atau
pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai
hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan.88
Guru profesional akan dapat menyelenggarakan proses
pembelajaran dan penilaian yang menyenangkan bagi siswa dan
guru sehingga dapat mendorong tumbuhnya kreatifitas belajar
pada diri siswa. Pemilihan strategi pembelajaran yang bervariasi
sangat menentukan minat dan partisipasi siswa dalam
pembelajaran. Dengan model pembelajaran yang tepat, siswa
selain menerima pengetahuan namun juga memiliki kesan yang
88 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
45
mendalam tentang materi pelajaran. Sehingga siswa terdorong
untuk mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam
mata pelajaran pada kehidupan sehari-hari.
Predikat guru profesional dapat dicapai dengan memiliki
empat karakteristik profesional yaitu:
a) Kemampuan profesional (professional capacity), yaitu
kemampuan inteligensi, sikap, nilai dan keterampilan
serta prestasi dalam pekerjaannya.
b) Kompetensi upaya profesional (professional effort), yaitu
kompetensi untuk membelajarkan siswa.
c) Kompetensi dalam pengelolaan waktu (time devotion).
d) Imbalan profesional (professional rent), imbalan yang
dapat menyejahterakan diri dan keluarganya.89
Guru menjadi kunci untuk mewujudkan pendidikan yang
baik bagi generasi penerus mulai dari tingkat dasar sampai
perguruan tinggi. Guru sebagai orang yang dipercaya dan
diteladani oleh murid harus memberi contoh yang baik. Hal ini
akan menjadi dasar yang kuat bagi seorang guru untuk
membentuk karakter siswa.90
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Profesionalisme
89 Mustofa, Upaya Pengembangan Profesionalisme di Indonesia, Jurnal Ekonomi &
Pendidikan, Vol. 4 No.1, April 2007 90 Muhammad Rohmadi, Menjadi Guru Profesional & Berkarakter, (Surakarta: Yuma
Pressindo, 2012), hlm. 7.
46
Profesionalisme sebagai penunjang kelancaran guru dalam
melaksanakan tugasnya, sangat dipengaruhi oleh dua faktor besar
yaitu faktor internal yang meliputi minat dan bakat, dan faktor
eksternal yaitu berkaitan dengan lingkungan, sarana prasarana91
,
serta berbagai latihan yang dilakukan guru.92
Profesionalisme guru akan menjadi optimal, bilamana
diintegrasikan dengan komponen madrasah baik kepala
madrasah, fasilitas kerja, guru, karyawan, maupun anak didik.
Faktor-faktor penyebab rendahnya profesionalisme guru dalam
pendidikan nasional kita memang tidak secerah di negara-negara
maju. Baik institusi maupun isinya masih memerlukan perhatian
ekstra pemerintah maupun masyarakat. Dalam pendidikan formal,
selain ada kemajemukan peserta, institusi yang cukup mapan, dan
kepercayaan masyarakat yang kuat, juga merupakan tempat
bertemunya bibit-bibit unggul yang sedang tumbuh dan perlu
penyemaian yang baik. Pekerjaan penyemaian yang baik itu
adalah pekerjaan seorang guru. Jadi guru memiliki peran utama
dalam sistem pendidikan nasional khususnya dan kehidupan kita
umumnya.
Guru sangat mungkin dalam menjalankan profesinya
bertentangan dengan hati nuraninya, karena ia paham bagaimana
harus menjalankan profesinya namun karena tidak sesuai dengan
91 Barmawi & Mohammad Arifin, Kinerja Guru Profesional, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media,
2014), hlm. 49. 92 Pupuh Fathurrohman & Aa Suryana, Guru hlm. 39
47
kehendak pemberi petunjuk atau komando maka cara-cara para
guru tidak dapat diwujudkan dalam tindakan nyata. Guru selalu
diintervensi. Tidak adanya kemandirian atau otonomi itulah yang
mematikan profesi guru dari sebagai pendidik menjadi pemberi
instruksi atau penatar. Bahkan sebagai penatar pun guru tidak
memiliki otonomi sama sekali. Selain itu, ruang gerak guru selalu
dikontrol melalui keharusan membuat Rencana Pelaksanaan
Pelajaran (RPP). Padahal, seorang guru yang telah memiliki
pengalaman mengajar di atas lima tahun sebetulnya telah
menemukan pola belajarnya sendiri. Dengan dituntutnya guru
setiap kali mengajar membuat RPP maka waktu dan energi guru
banyak terbuang.
Selain faktor di atas faktor lain yang menyebabkan
rendahnya profesionalisme guru disebabkan oleh antara lain; (1)
masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara utuh.
Hal ini disebabkan oleh banyak guru yang bekerja di luar jam
kerjanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sehingga
waktu untuk membaca dan menulis untuk meningkatkan diri tidak
ada; (2) belum adanya standar profesional guru sebagaimana
tuntutan di negara-negara maju; (3) kemungkinan disebabkan
oleh adanya perguruan tinggi swasta sebagai pencetak guru yang
lulusannya asal jadi tanpa mempehitungkan outputnya kelak di
lapangan sehingga menyebabkan banyak guru yang tidak patuh
48
terhadap etika profesi keguruan; (4) kurangnya motivasi guru
dalam meningkatkan kualitas diri karena guru tidak dituntut untuk
meneliti sebagaimana yang diberlakukan pada dosen di perguruan
tinggi.
Kecenderungan PGRI bersifat politis memang tidak bisa
disalahkan, terutama untuk menjadi pressure group agar dapat
meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Namun demikian di
masa mendatang PGRI sepantasnya mulai mengupayakan
profesionalisme para anggotanya. PGRI sebagai salah satu
organisasi guru di Indonesia mempunyai fungsi a) menyatukan
seluruh kekuatan dalam satu wadah, b) mengusahakan adanya
satu kesatuan langkah dan tindakan, c) melindungi kepentingan
anggotanya, d) menyiapkan program peningkatan kemampuan
para anggotanya, e) menyiapkan fasilitas penerbitan dan bacaan
dalam rangka peningkatan kemampuan profesional, f) mengambil
tindakan terhadap anggota yang melakukan pelanggaran baik
administrative maupun psikologis.93
Dengan melihat adanya
faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya profesionalisme guru,
pemerintah berupaya untuk mencari alternatif untuk
meningkatkan profesi guru.
93 Pupuh Fathurrohman & Aa Suryana, Guru Profesional hlm. 49
49
F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul setelah
menentapkan anggapan dasar maka lalu membuat teori sementara yang
kebenarannya masih perlu diuji.94
Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis
sebagai berikut :
Ha : Ada pengaruh positif keterampilan manajerial kepala madrasah
terhadap profesionalisme guru Madrasah Ibtidaiyah di
kecamatan Dukun kabupaten Magelang.
Ho : Tidak ada pengaruh positif keterampilan manajerial kepala
madrasah terhadap profesionalisme guru Madrasah Ibtidaiyah di
kecamatan Dukun kabupaten Magelang.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Tipe penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Sedangkan desain
dalam penelitian ini adalah rencana dan struktur penyelidikan yang
disusun sedemikian rupa sehingga peneliti akan memperoleh jawaban
untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya. Berdasarkan permasalahan
yang diteliti, maka metode dan jenis penelitian ini menggunakan penelitian
Ex-Post Facto atau pengukuran sesudah kejadian dan deskriptif
korelasional. Metode ini dipergunakan karena penelitian ini berusaha
94 Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian. (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm. 67
50
untuk menemukan ada tidaknya pengaruh keterampilan manajerial kepala
madrasah terhadap profesionalisme guru Madrasah Ibtidaiyah di
kecamatan Du