pengaruh keterampilan manajerial kepala...

140
i PENGARUH KETERAMPILAN MANAJERIAL KEPALA MADRASAH TERHADAP PROFESIONALISME GURU MADRASAH IBTIDAIYAH DI KECAMATAN DUKUN KABUPATEN MAGELANG Oleh : Edi Martani, S.Pd.I NIM: 1220411163 TESIS KONSENTRASI MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN ISLAM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM PROGRAM PASCASARJANA UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2015

Upload: vanlien

Post on 10-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

PENGARUH KETERAMPILAN MANAJERIAL KEPALA MADRASAH

TERHADAP PROFESIONALISME GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

DI KECAMATAN DUKUN KABUPATEN MAGELANG

Oleh :

Edi Martani, S.Pd.I

NIM: 1220411163

TESIS

KONSENTRASI MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM

PROGRAM PASCASARJANA

UIN SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2015

v

PERSETUJUAN TIM PENGUJI UJIAN TESIS

Tesis berjudul : Pengaruh Keterampilan Manajerial Kepala Madrasah

terhadap Profesionalisme Guru Madrasah Ibtidaiyah di

Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang

Nama : Edi Martani, S.Pd.I

NIM : 1220411163

Program Studi : Pendidikan Islam

Konsentrasi : Manajemen dan Kebijakan Pendidikan Islam

Telah disetujui tim penguji munaqosah

Ketua : Prof. Dr. H. Maragustam, M.A ( )

Sekretaris : Dr. Abdul Munip, M.Ag ( )

Pembimbing/penguji : Dr. Siti Fathonah, M.Pd ( )

Penguji : Dr. Nurussaadah, S.Psi., M.Si.Psi ( )

Diujikan di Yogyakarta pada hari Jumat tanggal 19 Juni 2015

Waktu : 10.00 11.00 WIB

Hasil/nilai : 93,5 / A

IPK : 3,54

Predikat : Sangat Memuaskan

vii

ABSTRAK

Edi Martani, S.Pd.I. 2015. Pengaruh Keterampilan Manajerial Kepala

Madrasah terhadap Profesionalisme Guru Madrasah Ibtidaiyah di kecamatan

Dukun kabupaten Magelang. Tesis: Program Pascasarjana Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pembimbing Dr. Siti Fathonah, M.Pd.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; 1) Keterampilan manajerial

Kepala Madrasah Ibtidaiyah di kecamatan Dukun kabupaten Magelang, 2)

Profesionalisme guru Madrasah Ibtidaiyah di kecamatan Dukun kabupaten

Magelang, dan 3) Pengaruh keterampilan manajerial kepala madrasah terhadap

profesionalisme guru Madrash Ibtidaiyah di kecamatan Dukun kabupaten

Magelang.

Latar belakang penelitian ini adalah adanya tuntutan kepala madrasah

dalam mengelola lembaga pendidikan termasuk di dalamnya adalah mengelola

sumber daya manusia dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan di Madrasah

Ibtidaiyah. Maju mundurnya suatu lembaga pendidikan ditentukan oleh

keterampilan kepala madrasah dalam mengelola lembaga yang dipimpin. Kepala

madrasah selayaknya mampu memberdayakan guru secara maksimal dalam

menjalankan profesi guru sesuai dengan standar yang terkandung dalam

profesionalisme guru.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research). Teknik

pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara,

dokumentasi, dan angket. Adapun teknik analisis data dalam penelitian

menggunakan analisis korelasi dan regresi.

Hasil penelitian menunjukkan keterampilan manajerial kepala Madrasah

Ibtidaiyah di kecamatan Dukun termasuk kategori baik dengan rata-rata nilai

81,25%. Kemampuan kepala madrasah dalam mengelola lembaga dengan kategori

baik 37,98% kategori sedang 49,52% kategori cukup 10,10% dan kategori kurang

2,40%. Sedangkan profesionalisme guru Madrasah Ibtidaiyah di kecamatan

Dukun kabupaten Magelang termasuk kategori cukup dengan rata-rata nilai

74,34%. Tingkat profesionalisme guru tersebut secara berturut-turut berada pada

kategori baik 20,95% kategori sedang 47,70% kategori cukup 28,01% dan

kategori kurang 3,34%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ada pengaruh yang positif

keterampilan manajerial kepala madrasah terhadap profesionalisme guru

Madrasah Ibtidaiyah di kecamatan Dukun kabupaten Magelang dengan koefisien

korelasi 0,446 dan termasuk dalam kategori adanya korelasi sedang atau cukup.

Sedangkan sumbangan efektif (r determinasi) sebesar 0,199 yang berarti bahwa

keterampilan manajerial kepala madrasah berpengaruh terhadap profesionalisme

guru sumbangan pengaruh tersebut sebesar 19,9% sehingga tinggi rendahnya

keterampilan manajerial kepala madrasah berpengaruh terhadap profesionalisme

guru Madrasah Ibtidaiyah.

Kata Kunci: Keterampilan, Manajerial Kepala Madrasah, profesionalisme guru.

viii

PERSEMBAHAN

Tesis ini penulis persembahkan kepada:

Almamater Tercinta

Program Studi Pendidikan Islam

Konsentrasi Manajemen dan Kebijakan Pendidikan Islam

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

ix

MOTTO

Dan Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), Karena

sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali

nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku

Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Yusuf [12] : 53)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis

ini dengan tanpa hambatan. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan

kepada nabi besar Muhammad Saw atas pendidikan akhlaknya yang paling

sempurna.

Penyusunan tesis ini merupakan kajian singkat tentang pengaruh

keterampilan manajerial kepala madrasah terhadap profesionalisme guru

Madrasah Ibtidaiyah di Kecamatan Dukun kabupaten Magelang. Penulis

menyadari bahwa penyusunan tesis ini tidak dapat terwujud tanpa bantuan,

bimbingan dan dorongan dari banyak pihak. Oleh karena itu, dengan segala

kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Drs. H. Akh. Minhaji, M.A. Ph.D, selaku rektor Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

2. Prof. Noorhaidi, MA., M.Phil., Ph.D, selaku Direktur Pascasarjana

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

3. Prof. Dr. H. Maragustam, M.A, selaku Ketua dan Dr. Abdul Munip, S.Ag.,

M.Ag, selaku sekretaris Program Studi Pendidikan Islam Pascasarjana

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

4. Dr. Siti Fatonah, M.Pd, selaku pembimbing, terimakasih atas bimbingan,

kesabaran dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

5. Segenap Guru Besar, Dosen dan karyawan Program Pascasarjana Universitas

Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta yang selalu mendorong dan

memotovasi untuk segera menyeleasikan tesis, dan atas ilmu yang diberikan

kepada penulis.

xi

6. Pengawas pendidikan Agama Islam, Kepala Madrasah dan guru Madrasah

Ibtidaiyah Kecamatan Dukun yang telah banyak membantu penulis dalam

proses penelitian tesis ini.

7. Istri saya Pujiyati, S.Pd.I yang senantiasa membantu dan mendoakan penulis

agar tesis ini cepat selesai dan juga putra-putri kami Arfian Nur Charisi,

Arifudin Nurkhafidz, Azkina Samha Saufa yang dengan tekun menemani

penulis menyelesaikan tesis ini.

8. Teman-teman MKPI-A 2012 dan semua pihak yang telah banyak membantu

penulis selama studi sampai selesainya penyusunan tesis ini.

Kepada semua pihak, penulis ucapkan terimakasih yang sedalam-

dalamnya semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis dicatat oleh

Allah SWT sebagai amal kebaikan. Amin

Akhirnya penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan,

saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan. Semoga kehadiran tesis

ini bermanfaat untuk pembaca.

Yogyakarta, Juni 2015

Penulis

Edi Martani, S.Pd.I

NIM. 1220411163

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN...

HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI...

HALAMAN PENGESAHAN.

HALAMAN PERSETUJUAN TIM PENGUJI TESIS...

HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING.

ABSTRAK...

HALAMAN PERSEMBAHAN..

MOTTO...

KATA PENGANTAR.

DAFTAR ISI...

DAFTAR TABEL...

DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah... ...

B. Rumusan Masalah................

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.

D. Kajian Pustaka.

E. Kerangka Teoritik....

1. Keterampilan Manajerial Kepala Madrasah..

a. Keterampilan Manajerial

b. Kompetensi Kepala Madrasah.

c. Kepala Madrasah sebagai Manajer..

2. Profesionalisme Guru.

a. Profesionalisme..............

b. Kompetensi Profesional.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Profesionalisme..

F. Hipotesis Penelitian...

G. Metode Penelitian..

H. Sistematika Pembahasan

BAB II : GAMBARAN UMUM MADRASAH IBTIDAIYAH

A. Gambaran Umum Madrasah Ibtidaiyah kecamatan

Dukun.

B. Sebaran Madrasah Ibtidaiyah di kecamatan Dukun...

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

viii

ix

x

xii

xiv

xv

xvi

1

7

8

9

11

11

11

21

23

29

29

30

45

49

49

60

62

63

xiii

1. Keadaan Guru Madrasah Ibtidaiyah di kecamatan

Dukun...

2. Keadaan Guru Madrasah Ibtidaiyah Bersertifikat

Pendidik...

3. Keadaan Siswa Madrasah Ibtidaiyah di Kecamatan

Dukun...

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian.

1. Deskripsi Keterampilan Manajerial Kepala Madrasah

Ibtidaiyah di kecamatan Dukun..

2. Deskripsi Profesionalisme Guru Madrasah Ibtidaiyah

di kecamatan Dukun

3. Analisis Data Penelitian...

B. Pembahasan

1. Keterampilan Manajerial Kepala Madrasah

2. Profesionalisme Guru..

3. Pengaruh Keterampilan Manajerial kepala Madrasah

terhadap Profesionalisme Guru

BAB IV : PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran..

C. Kata Penutup

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN...

DAFTAR RIWAYAT HIDUP..

64

65

66

67

68

80

87

96

96

98

99

102

103

104

105

109

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1

Tabel 2

Tabel 3

Tabel 4

Tabel 5

Tabel 6

Tabel 7

Tabel 8

Tabel 9

Tabel 10

Tabel 11

Tabel 12

Tabel 13

Tabel 14

Tabel 15

Tabel 16

Tabel 17

Tabel 18

Tabel 19

Tabel 20

Tabel 21

Tugas dan Fungsi Guru

Kisi-kisi Kuisioner

Pengukuran secara Deskriptif

Pengujian Validitas Instrumen

Nilai Pengujian Reliabilitas

Indeks Korelasi r Product Moment

Data Statistik Madrasah Ibtidaiyah di Kecamatan Dukun

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah di Kecamatan Dukun

Daftar Guru Bersertifikat Pendidik

Data Siswa Madrasah Ibtidaiyah di kecamatan Dukun

Deskriptif Variabel

Statistik Diskriptif Variabel Keterampilan Manajerial

Kategori Variabel Keterampilan Manajerial

Statistik Diskriptif Variabel Profesionalisme Guru

Kategori Variabel Keterampilan Manajerial

Uji Normalitas Keterampilan Manajerial

Uji Normalitas Profesionalisme

Persamaan Regresi

Uji Linearitas

Model Summary

Indeks Korelasi r Product Moment

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1

Gambar 2

Gambar 3

Gambar 4

Gambar 5

Gambar 6

Gambar 7

Gambar 8

Gambar 9

Gambar 10

Gambar 11

Gambar 12

Gambar 13

Langkah-langkah Dasar dalam Proses Pengawasan

Proses Manajemen

Tingkatan Manajer berdasarkan Keterampilan yang dibutuhkan

Tugas Guru

Hubungan antara Variabel Bebas dan Terikat

Peta Wilayah Kecamatan Dukun

Hasil Pengkategorian Keterampilan Manajerial Kepala

Madrasah

Hasil Pengkategorian Profesionalisme Guru

Grafik Normalitas Data X dan Y

Grafik Tebaran Data Hubungan X dan Y

Garis Regresi Nilai Keterampilan Manajerial dan

Profesionalisme Guru

Diagram Prosentase Keterampilan Manajerial Kepala

Madrasah

Diagram Prosentase Profesionalisme Guru

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Lampiran 2

Lampiran 3

Lampiran 4

Lampiran 5

Lampiran 6

Lampiran 7

Lampiran 8

Lampiran 9

Lampiran 10

Lampiran 11

Lampiran 12

Lampiran 13

Lampiran 14

Lampiran 15

Lampiran 16

Lampiran 17

Angket Penelitian Variabel Keterampilan Manajerial

Hasil Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen Variabel

Keteranpilan Manajerial

Angket Penelitian Variabel Profesionalisme Guru

Hasil Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen Variabel

Profesionalisme Guru

Perbaikan Instrumen Penelitian Variabel Keterampilan

Manajerial Kepala Manajerial Kepala Madrasah

Perbaikan Instrumen Penelitian Variabel Keterampilan

Manajerial Kepala Manajerial Kepala Madrasah

Hasil Wawancara dengan Responden

Uji Normalitas Variabel Dependen

Korelasi

Regresioan

Hasil Olah Data Variabel Keterampilan Manajerial Kepala

Madrasah

Hasil Olah Data Variabel Profesionalisme Guru

Kesediaan Menjadi Pembimbing Tesis

Permohonan Izin Penelitian

Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

Berita Acara Seminar Proposal

Daftar Riwayat Hidup Penulis

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manajemen merupakan hal yang sangat penting dalam semua bidang

kehidupan. Dengan manajemen yang baik, maka sebuah institusi pendidikan

akan dapat berkembang secara optimal sebagaimana diharapkan. Manajemen

pendidikan diartikan sebagai sekumpulan fungsi untuk menjamin efisiensi dan

efektifitas pelayanan pendidikan melalui perencanaan, pengambilan

keputusan, perilaku kepemimpinan, penyiapan alokasi sumber daya, kondisi

personil, penciptaan iklim organisasi yang kondusif, serta penentuan

pengembangan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan

masyarakat di masa depan.1 Misirih seorang Anggota Komisi IV DPRD Kota

Samarinda mengatakan bahwa manajemen pendidikan di Indonesia belum

profesional, akuntabel, dan transparan.2

Ketiadaan tenaga-tenaga manajer pendidikan professional ini antara

lain yang mengharuskan pengadaan terobosan-terobosan untuk membawa

pendidikan itu sejalan dengan langkah-langkah pendidikan yang semakin

cepat. Disamping itu permasalahan pendidikan kita sangat komplek yang

menyangkut bukan saja masalah-masalah teknis pendidikan, tetapi juga

meliputi kegiatan-kegiatan perencanaan, pendanaan, dan efisiensi dari sistem

1 Wahyudi, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajaran (Learning

Organization) (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm 8. 2 Misirah, Pemerintah Wajib Tingkatkan Kualita SDM Guru, dalam

http://www.poskotakaltim.com/berita/read/16819, diakses tanggal 21 Desember 2013.

http://www.poskotakaltim.com/berita/read/16819

2

itu sendiri.3 Dalam pengelolaan administrasi pendidikan, diperlukan kualitas

personil yang memadai, dalam arti penempatan orang yang tepat sesuai

dengan kompetensi yang diperlukan untuk profesionalisme yang efektif dan

efisien.

Dalam usaha mewujudkan tujuan pendidikan, manajemen merupakan

faktor yang sangat penting. Oleh karena itu, agar pendidikan dapat maju, maka

harus dikelola oleh administrator pendidikan yang profesional. Disamping

pentingnya administrator pendidikan yang profesional, usaha yang penting

dalam pencapaian tujuan pendidikan adalah kerjasama yang baik antara semua

unsur yang ada, termasuk mendayagunakan seluruh sarana dan prasarana

pendidikan. Dalam konteks inilah, administrator pendidikan memegang

peranan yang cukup penting.

Penerapan otonomi daerah menjadi dasar atas berlangsungnya

desentralisasi pendidikan nasional, terutama urgensinya dengan upaya

pembangunan masyarakat demokratis, pengembangan social capital, dan

peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan daya saing bangsa.4

Pemberian otonomi pendidikan yang luas pada sekolah merupakan kepedulian

pemerintah terhadap gejala-gejala yang muncul di masyarakat serta upaya

peningkatan mutu pendidikan secara umum. Pemberian otomoni ini menuntut

pendekatan manajemen yang lebih kondusif di sekolah agar dapat

mengakomodasi seluruh keinginan sekaligus memberdayakan berbagai

3 Tilaar, H. A. R, Manajemen Pendidikan Nasional: Kajian Pendidikan Masa Depan,

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 153-154. 4 Iskandar Agung & Yufridawati, Pengembangan Pola Kerja Harmonis dan Sinergis

antara Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas, (Jakarta: Bestari Buana Murni, 2013), hlm. 20-21.

3

komponen masyarakat secara efektif, guna mendukung kemajuan dan system

yang ada di sekolah.5 Desentralisasi manajemen pendidikan merupakan

pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada daerah dan masyarakat

untuk membuat keputusan manajemen dan menyusun perencanaan sendiri

dalam mengatasi masalah pendidikan dengan mengacu kepada system

pendidikan nasional. Pelimpahan kewenangan kepada daerah dan masyarakat

dalam hal manajemen pendidikan bertujuan untuk meningkatkan efektifitas

dan efisiensi manajemen dan kepuasan kerja pegawai melalui pemecahan

masalah-masalah yang berhubungan langsung dengan daerah.6

Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah

mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi

nasional. Penataan sumber daya manusia perlu diupayakan secara bertahap

dan berkesinambungan melalui sistem pendidikan yang berkualitas baik pada

jalur pendidikan formal, informal, maupun non formal, mulai dari pendidikan

dasar sampai pendidikan tinggi.7

Keberhasilan pendidikan di madrasah ditentukan oleh keberhasilan

kepala madrasah dalam mengelola sumber daya manusia yang tersedia di

madrasah. Sebagai pengelola pendidikan, kepala madrasah bertanggung jawab

terhadap keberhasilan penyelenggaraan pendidikan dengan cara melaksanakan

administrasi sekolah dengan seluruh substansinya. Di samping itu kepala

5 Mulyasa, E, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan Implementasi,

(Bandung: Rosda Karya, 2012hlm. 11 6 Ara Hidayat & Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan. (Yogyakarta: Kaukaba, 2012),

hlm 52. 7 Mulyasa, E. 2004. Menjadi Kepala madrasah Profesional Dalam Konteks

Menyukseskan MBS dan KBK. (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004), hlm. 4.

4

madrasah bertanggung jawab terhadap kualitas sumber daya manusia yang ada

agar mereka mampu menjalankan tugas-tugas pendidikan. Oleh karena itu,

sebagai pengelola, kepala madrasah memiliki tugas untuk mengembangkan

kinerja para personel terutama para guru kearah profesionalisme yang

diharapkan.8

Kualitas pengelolaan madrasah ditentukan oleh bagaimana cara kepala

madrasah memimpin lembaganya. Perilaku dan gaya kepemimpinan yang

ditampilkan oleh kepala madrasah bergantung pada visi dan misi yang

dimilikinya. Kepala madrasah yang visioner dan memiliki pandangan jauh

kedepan (futuristik) akan mengambil langkah dengan memperhitungkan

dampak jangka pendek, menengah dan panjang. Kepala madrasah yang

visioner akan sangat memperhitungkan bagaimana potensi guru-guru dan

sumber daya lainnya, yang akan dipergunakan sebagai bahan pertimbangan

untuk menentukan kebijakan kepemimpinannya.9

Kepala madrasah dalam satuan pendidikan merupakan pemimpin.

Kepala madrasah mempunyai jabatan ganda dan peran penting dalam

melaksanakan proses pendidikan. Kepala madrasah adalah pengelola

pendidikan di madrasah, sekaligus pemimpin formal pendidikan di

madrasah.10

Sardiman mengemukakan bahwa guru adalah salah satu komponen

manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha

8 Didin Kurniadin & Imam Machali. Manajemen Pendidikan Konsep & Prinsip

Pengelolaan Pendidikan. (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 295. 9 Bedjo Sujanto, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah. Model Pengelolaan Sekolah

di Era Otonomi Daerah, (Jakarta: Sagung Seto, 2007), hlm. 24 10 Ara Hidayat & Imam Machali, Pengelolaan hlm 106.

5

pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan.

Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur di bidang

kependidikan harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya

sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin

berkembang. Dalam hal ini guru tidak semata-mata sebagai pengajar yang

melakukan transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai pendidik yang

melakukan transfer nilai-nilai sekaligus sebagai pembimbing yang

memberikan pengarahkan dan menuntun siswa dalam belajar.11

Hasil prasurvei di lapangan menunjukkan bahwa rendahnya mutu hasil

belajar siswa tidak hanya disebabkan oleh kurangnya motivasi belajar siswa,

matifasi guru ataupun kelemahan-kelemahan yang ada pada guru, namun

faktor utama dari permasalahan tersebut adalah lemahnya keterampilan

manajerial kepala madrasah dalam mengelola sumber daya pendidikan.12

Dalam melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala

madrasah belum memiliki strategi yang tepat untuk mendayagunakan tenaga

kependidikan melalui kerjasama, memberikan kesempatan kepada para tenaga

kependidikan untuk meningkatkan profesinya, serta mendorong keterlibatan

semua tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan dalam rangka

mensukseskan program madrasah. Keterampilanketerampilan yang

diperlukan dalam mencapai keberhasilan madrasah, yaitu keterampilan

konseptual, keterampilan hubungan dan keterampilan tehnikal. Dalam

11 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2005), hlm. 125 12 Hasil wawancara pendahuluan dengan beberapa guru Madrasah Ibtidaiyah di

Kecamatan Dukun pada tanggal 31 Oktober 2013

6

keterampilan konseptual kepala madrasah belum mampu melihat madrasah

dan semua program pendidikan sebagai suatu keseluruhan. Keterampilan

hubungan manusia antara guru dengan kepala madrasah dan sebaliknya belum

terjalin dengan baik, juga pelum efektif dan efisien baik secara perorangan

maupun kelompok. Sedangkan dalam keterampilan tehnikal yaitu kecakapan

dan keahlihan yang harus dimiliki, belum terlihat pada kepala Madrasah

Ibtidaiyah di kecamatan Dukun.13

Kepala madrasah tersebut belum mampu serta profesional dalam

menyusun program madrasah yang efektif, menciptakan iklim madrasah

yang kondusif dan membangun unjuk kerja personel madrasah serta

membimbing guru melaksanakan proses pembelajaran. Di madrasah, kepala

madrasah senantiasa berinteraksi dengan guru bawahannya, memonitor dan

menilai kegiatan mereka sehari-hari. Namun sifat keteladanan kepala

madrasah belum nampak. Rendahnya profesionalisme guru Madrasah

Ibtidaiyah di Kecamatan Dukun bisa dilihat melalui kualifikasi akademik yang

belum semuanya berijazah S1, DIV atau lebih. Hal itu tentunya akan

berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas yang pada gilirannya akan

berpengaruh pula terhadap pencapaian tujuan pendidikan.14

Berdasarkan fenomena di Madrasah Ibtidaiyah di Kecamatan Dukun

Kabupaten Magelang menunjukan bahwa 1) Rendahnya motivasi kerja kepala

madrasah dalam melaksanakan tugasnya, 2) Pengalaman kerja kepala

madrasah yang masih minim, 3) Lemahnya disiplin kerja kepala madrasah

13 Hasil Observasi yang dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah GUPPI Mangunsoko Dukun

pada tanggal 1 Nopember 2013 14 Sumber diambil dari emis offline madrasah pada bulan Oktober 2013

7

dalam melaksanakan tugasnya, 4) Kemampuan manajerial kepala madrasah

masih rendah, 5) Keterampilan kepala madrasah dalam menyelesaikan

permasalahan belum memuaskan.15

Berdasarkan kajian teoritis di atas, beberapa alasan yang mendorong

penulis untuk melakukan penelitian ini. Pertama, kemajuan dibidang

pendidikan membutuhkan manajer pendidikan yang mampu mengelola satuan

pendidikan dan mampu meningkatkan profesionalisme guru dalam mencapai

tujuan pendidikan. Kedua, persepsi masyarakat selama ini memposisikan guru

sebagai kunci utama keberhasilan atau kegagalan pendidikan, karena gurulah

yang berinteraksi langsung dengan siswa di dalam kelas. Masyarakat selama

ini memposisikan guru sebagai kunci utama keberhasilan atau kegagalan

pendidikan. Padahal, seorang guru hanyalah salah satu komponen dalam

satuan pendidikan di madrasah. Di samping guru, kepala madrasah adalah

pihak yang memegang peranan utama. Ketiga, kajian empiris dengan tema ini

menarik untuk dilakukan mengingat perkembangan ilmu dan teori

manajemen, khususnya manajemen pendidikan, yang berkembang dengan

pesat.

Dari latar belakang masalah yang dikemukakan di atas maka

mendorong penulis memilih judul Pengaruh Keterampilan Manajerial Kepala

Madrasah Terhadap Profesionalisme Guru Madrasah Ibtidaiyah di Kecamatan

Dukun Kabupaten Magelang.

B. Rumusan Masalah

15 Hasil Pengamatan dan wawancara dengan beberapa guru dan wakil wali murid dari tiga

Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Dukun awal Nopember 2013

8

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah keterampilan manajerial kepala Madrasah Ibtidaiyah di

kecamatan Dukun kabupaten Magelang?

2. Bagaimanakah profesionalisme guru Madrasah Ibtidaiyah di kecamatan

Dukun kabupaten Magelang?

3. Adakah pengaruh positif yang signifikan keterampilan manajerial kepala

madrasah terhadap profesionalisme guru Madrasah Ibtidaiyah di

kecamatan Dukun kabupaten Magelang?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengkaji dan menganalisis keterampilan manajerial kepala

Madrasah Ibtidaiyah di kecamatan Dukun kabupaten Magelang.

b. Untuk mengkaji dan menganalisis profesionalisme guru Madrasah

Ibtidaiyah di kecamatan Dukun kabupaten Magelang.

c. Untuk mengkaji dan menganalisis pengaruh keterampilan manajerial

kepala madrasah terhadap profesionalisme guru Madrasah Ibtidaiyah

di kecamatan Dukun kabupaten Magelang.

2. Manfaat Penelitian

a. Kegunaan teoritis

1) Sebagai sumbangsih dalam pengembangan ilmu pengetahuan

khususnya ilmu manajemen/ kepemimpinan kepala madrasah.

9

2) Sebagai bahan referensi bagi peneliti berikutnya dalam topik yang

relevan.

b. Kegunaan Praktis

1) Hasil penelitian dapat digunakan sebagai input bagi pimpinan

dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan

kepemimpinan kepala madrasah dalam kaitannya dengan

peningkatan profesionalisme guru.

2) Sebagai bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran guna

meningkatkan profesionalisme guru Madrasah Ibtidaiyah di

kecamatan Dukun kabupaten Magelang.

3) Memberikan sumbangan pemikiran dan perbaikan dalam

kepemimpinan kepala madrasah.

D. Kajian Pustaka

Berdasarkan penelusuran terhadap beberapa karya penelitian

sebelumnya yang memiliki tema yang relevan dengan tema penelitian

mengambil dua jenis pendekatan dalam penelitian yaitu kualitatif dan

kuantitatif sebagi berikut:

Pertama, Mulyono Priyono, Tesis, Manajemen Kepala Madrasah

dalam Peningkatan Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMPIT

Abu Bakar Yogyakarta, (2012). Dalam penelitian ini peneliti berhasil

menemukan beberapa strategi penting yang telah dilakukan kepala madrasah

dalam memenej kinerja dan kualitas guru PAI dengan memberikan

pemahaman kepada guru-guru tentang materi unggulan, mengajak guru dalam

10

perumusan materi PAI, mengadakan pelatihan penilaian serta evaluasi.

Hasilnya adalah perubahan kinerja guru kearah yang lebih baik.16

Kedua, Komari Achmad, Tesis Peran Kepemimpinan Kepala

Madrasah dalam Meningkatkan Efektifitas di Madrasah Aliyah Negeri

Godean, Sleman Yogyakarta. Penelitian ini membahas tentang upaya yang

dilakukan oleh kepala madrasah dalam mewujudkan efektifitas pendidikan

dan lebih fokus pada penerapan fungsi-fungsi manajemen madrasah yang

dapat mendukung pendidikan berjalan secara efektif. Hasil penelitiannya

adalah 1) terdapat pengaruh yang signifikan antara kemampuan manajerial

kepala madrasah, sumberdaya madrasah secara bersama-sama terhadap

kepuasan kerja guru dengan sumbangan efektif sebesar 55,4%. 2) terdapat

pengaruh yang signifikan antara kemampuan manajerial kepala madrasah

terhadap kepuasan kerja guru dengan sumbangan efektif sebesar 32,3%. 3)

terdapat pengaruh yang signifikan pula peningkatan sumberdaya terhadap

kepuasan kerja guru dengan sumbangan efektif sebesar 44,6%.17

Dari kedua tesis peneliti merasakan dua paparan dengan jenis yang

berbeda, tesis pertama memaparkan penerapan menejemen oleh kepala

madrasah terhadap kinerja guru, sementara tesis kedua mencoba mencari

seberapa signifikan pengaruh antara kemampuan kepala madrasah dalam

mengelola sumber daya madrasah. Dari kedua paparan tersebut, peneliti

16 Mulyono Priyono, Manajemen Kepala Sekolah dalam Peningkatan Kinerja Guru

Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMPIT Abu Bakar Yogyakarta Tesis, (Yogyakarta: PPS UIN

Sunan Kalijaga, 2012) 17 Komari Achmad, Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan

Efektifitas di Madrasah Aliyah Negeri Godean, Sleman Yogyakarta, Tesis, (Yogyakarta: PPS UIN

Sunan Kalijaga, 2005)

11

mencoba melengkapi dengan memaparkan keterampilan kepala madrasah

dalam mengelola profesionalisme guru dan sekaligus meneliti seberapa

signifikan sumbangan yang diberikan oleh keterampilan manajerial kepala

madrasah jika ditingkatkan terhadap profesionalisme guru.

E. Kerangka Teoritik

1. Keterampilan Manajerial Kepala Madrasah

a. Keterampilan Manajerial

Keterampilan adalah kemampuan dalam melaksanakan tugas

berdasarkan kompetensi pekerjaan dan hasilnya dapat diamati.18

Burhanudin mengatakan bahwa keterampilan sepadan dengan kata

kecakapan, dan kepandaian yang disebut dengan skill.19

Manajerial merupakan kata sifat yang berhubungan dengan

kepemimpinan dan pengelolaan. Dalam banyak kepustakaan, kata

manajerial sering disebut sebagai asal kata dari management yang

berarti melatih kuda atau secara harfiah diartikan sebagai to handle

yang berarti mengurus, menangani, atau mengendalikan. Sedangkan,

management merupakan kata benda yang dapat berarti pengelolaan,

tata pimpinan atau ketatalaksanaan. Pada prinsipnya pengertian

manajemen mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut: (a) ada

tujuan yang ingin dicapai; (b) sebagai perpaduan ilmu dan seni; (c)

merupakan proses yang sistematis, terkoordinasi, koperatif, dan

terintegrasi dalam memanfaatkan unsur-unsurnya; (d) ada dua orang

18 Wahyudi, Kepemimpinan Kepala , hlm. 67. 19 Burhanudin, Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan

(Jakarta: Bumi Aksara, 1990), hlm. 530.

12

atau lebih yang bekerjasama dalam suatu organisasi; (e) didasarkan

pada pembagian kerja, tugas dan tanggung jawab; (f) mencakup

beberapa fungsi; (g) merupakan alat untuk mencapai tujuan.

Manajemen merupakan suatu proses pengelolaan sumber daya

yang ada mempunyai empat fungsi yaitu perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan. Hal ini sesuai

dengan pendapat Terry bahwa bahwa fungsi manajemen mencakup

kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan

pengawasan yang dilakukan untuk mencapai sasaran yang telah

ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber

daya lainnya. Tugas dan tanggung jawab kepala madrasah adalah

merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan,

mengkoordinasikan, mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan

madrasah, yang meliputi bidang proses belajar mengajar, administrasi

kantor, administrasi siswa, administrasi pegawai, administrasi

perlengkapan, administrasi keuangan, administrasi perpustakaan, dan

administrasi hubungan masyarakat.

Oleh sebab itu, dalam rangka mencapai tujuan organisasional,

kepala madrasah pada dasarnya mempunyai tugas dan tanggung jawab

untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan

13

pengawasan terhadap seluruh sumber daya yang ada dan kegiatan-

kegiatan yang dilakukan di madrasah.20

Manajemen merupakan pengelolaan usaha, kepengurusan,

ketatalaksanaan, penggunaan sumber daya manusia dan sumber daya

alam secara efektif untuk mencapai sasaran organisasi yang di

inginkan. Sedangkan dalam kegiatan manajemen merupakan

perencanaan, pengorganisasian, pengawasan dan evaluasi dalam

kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh pengelola pendidikan untuk

membentuk peserta didik yang berkualitas sesuai tujuan.21

Dari beberapa definisi dapat disimpulkan bahwa manajemen

adalah seni yang dimiliki seorang manajer atau leader dalam

mengorganisasikan seluruh komponen-komponen produksi terhadap

pencapaian tujuan organisasi secara tepat guna efektif dan efisien.22

Dalam praktiknya, manajemen pendidikan memerlukan

berbagai fungsi manajemen. Fungsi-fungsi manajemen dalam

pendidikan pada umumnya meliputi fungsi perencanaan (planning),

fungsi pengorganisasian (organizing), fungsi penggerakan (actuating),

dan fungsi pengawasan (controlling).23

1) Fungsi Manajemen

20

Soetopo, Hendiyat, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan. (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1984), hlm. 14

21 Mulyono, Manajemen Administrasi &Organisasi Pendidikan. (Jogjakarta: Ar-Ruzz

Media, 2014), hlm. 18 22 Mukhamar Ilyasin & Nanik Nurhayati, Manajemen Pendidikan Islam. (Yogyakarta:

Aditya Media, 2012), hlm. 64 23 Didin Kurniadin & Imam Machali. Manajemen Pendidikan , hlm. 125-126

14

Fokus manajemen adalah memfungsikan dan

mengoptimalkan kemampuan menyusun rencana dan anggaran,

berdasarkan rencana organisasi dan rencana anggaran, dan

memfungsikan masyarakat untuk berpartisipasi mengelola

organisasi. Fungsi atau aktifitas organisasi menyesuaikan diri

dengan lingkungannya, menentukan struktur kerja berdasarkan

kebutuhan-kebutuhan dalam mencapai tujuan.24

Fungsi manajemen sebagaimana tersebut di atas merupakan

fungsi pokok manajemen yang merupakan suatu proses yang

berkesinambungan. Substansi dari masing-masing fungsi tersebut

dapat dideskripsikan sebagai berikut.

a) Perencanaan (Planning)

Perencanaan (Planning), merupakan fungsi yang paling

awal dari keseluruhan fungsi manajemen. Perencanaan adalah

proses kegiatan yang menyiapkan secara sistematis kegiatan-

kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.

Kepala madrasah sebagai top manajemen di lembaga

pendidikan madrasah mempunyai tugas untuk membuat

perencanaan, baik dalam bidang program pembelajaran dan

kurikulum, kepegawaian, kesiswaan, keuangan maupun

perlengkapan. Dalam perencanaan terdapat langkah-langkah

24 Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, (Bandung:

Alfabeta, 2013), hlm. 56

15

yang harus ditempuh oleh seorang manajer, yaitu:25

memilih

sasaran (tujuan) organisasi, sasaran (tujuan) ditetapkan untuk

setiap sub-unit organisasi divisi, departemen. program

ditentukan untuk mencapai tujuan dengan cara yang sistematik.

Perencanaan merupakan proses yang sistematis dalam

pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan

pada waktu yang akan datang. Dalam perencanan terkandung

makna pemahaman terhadap apa yang telah dikerjakan,

permasalahan yang dihadapi, dan alternatif pemecahannya,

serta untuk melaksanakan prioritas kegiatan yang telah

ditentukan secara proporsional.26

Perencanaan disusun untuk menjembatani kesenjangan

keadaan di masa sekarang dan masa yang akan datang. Dalam

penyusunan perencanaan dikenal waktu atau jenjang

perencanaan yaitu perencanaan jangka pendek dengan rentang

waktu 1 sampai 5 tahun, perencanaan jangka menengah

dengan rentang waktu 5 sampai 10 tahun dan perencanaan

jangka panjang dengan rentang waktu di atas 10 tahun.

Dalam perencanaan terdapat proses-proses yang dapat

dilakukan oleh seorang manajer, yaitu:27

merumuskan tujuan

yang jelas, mengidentifikasi dan menganalisis data terkait

25 Mulyono, Manajemen Administrasi, hlm. 26 26

Mulyasa, E, Manajemen hlm. 20 27 Mulyono, Manajemen Administrasi, hlm. 26

16

dengan masalah, mencari dan menganalisis alternatif

pemecahan masalah, mengkomparasikan alternatif yang

ditemukan, antara alternatif yang tepat guna, berhasil guna dan

praktis, mengambil keputusan, menyusun rencana kegiatan.

b) Pengorganisasian (organizing)

Pengorganisasian (organizing), merupakan langkah

lanjutan dari tahap perencanaan yang telah disusun

sebelumnya. Pengorgnisasian adalah mengelompokkan dan

menentukan berbagai kegiatan penting dan memberikan

kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan itu.28

Pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan pembagi

tugas-tugas pada orang yang terlibat dalam kerjasama sekolah.

Karena tugas-tugas itu sangat banyak dan tidak dapat

diselesaikan oleh slah satu orang saja, tugas itu dibagi untuk

dikerjakan oleh masing-masing unit organisasi.29

Menurut Ernest Dale, pengorganisasian sebagai sebuah

proses yang berpola yang terdiri atas; pemerincian pekerjaan,

pembagian pekerjaan, penyatuan pekerjaan, koordinasi

pekerjaan, dan monitoring serta reorganisasi.30

28

G.R Terry dan L.W Rue, Azas-azas Manajemen, (terj) Winardi (Bandung: Alumni

Press, 1986), hlm. 9. 29 Syaiful Sagala, Manajemen , hlm. 58 30

Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2004), hlm.1

17

Dalam pengorganisasian, langkah-langkah yang

dilakukan sebagai berikut:31

memahami tujuan institusional,

mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang diperlukan dalam

mencapai tujuan institusional, mengelompokkan kegiatan yang

serumpun menjadi satu unit kerja, menetapkan fungsi, tugas,

wewenang dan tanggung jawab setiap unit kerja, menetapkan

personel setiap unit kerja, menentukan hubungan kerja antar

unit.

Dalam pengorganisasian terdapat prinsip-prinsip yang

dapat dipedomani, prinsip tersebut meliputi; mempunyai

tujuan yang jelas, kesatuan arah dari berbagai bagian

organisasi, adanya kesatuan pemerintah, adanya keseimbangan

antara wewenang dan tanggung jawab seseorang dalam

melaksanakan tugasnya.32

c) Penggerakan (actuating)

Penggerakan (actuating), adalah salah satu fungsi

manajemen untuk merealisasikan hasil perencanaan dan

pengorganisasian. Penggerakan merupakan upaya

menggerakkan dan mengarahkan tenaga kerja serta

mendayagunakan fasilitas yang ada. Penggerakan dalam

organisasi biasa diartikan sebagai keseluruhan proses

pemberian motif bekerja kepada para bawahan sedemikian

31

Mulyono, Manajemen Administrasi, hlm. 27 32 Syaiful Sagala, Manajemen Strategik , hlm. 60

18

rupa sehingga mereka bersedia bekerja secara sungguh-

sungguh demi tercapainya tujuan organisasi.33

Penggerakan

mencakup di dalamnya adalah kepemimpinan, motivasi,

komunikasi dan bentuk-bentuk lain dalam rangka

mempengaruhi seseorang untuk melakukan sesuatu guna

mencapai tujuan organisasi.34

Prinsip utama dalam penggerakan ini adalah bahwa

perilaku dapat diatur, dibentuk, atau diubah dengan system

imbalan yang positif yang dikendalikan dengan cermat.35

d) Pengawasan (controlling)

Pengawasan (controlling), merupakan proses untuk

memastikan bahwa aktifitas telah berjalan sesuai dengan yang

direncanakan. Lewat fungsi pengendalian, manajer

mempertahankan organisasi tetap pada jalurnya. Pengendalian

sangat penting untuk meminimalisir tingkat kesalahan.36

Pengawasan merupakan kunci keberhasilan dalam keseluruhan

proses manajemen, perlu dilihat secara komprehensif, terpadu,

dan tidak terbatas pada hal-hal tertentu.37

Dengan pengawasan

yang tepat, kesalahan yang terjadi bisa terdeteksi lebih awal

sehingga penanganan dan penyeselesaian bisa segera diatasi.

33 Didin Kurniadin & Imam Machali. Manajemen , hlm. 131 34 Ara Hidayat & Imam Machali, Pengelolaan hlm. 25 35 Syaiful Sagala, Manajemen Strategik , hlm. 61 36 Fatah Syukur NC, Manajemen Pendidikan Berbasis pada Madrasah, (Semarang:

Pustaka Rizqi Putra, 2011), hlm. 20 37 Mulyasa, E, Manajemen hlm. 21

19

Prinsip-prinsip yang perlu dilakukan dalam pengawasan

meliputi:38

tertuju kepada strategis sebagai kunci sasaran yang

menentukan keberhasilan, mengawasan harus menjadi umpan

balik sebagai bahan reviri dalam mencapai tujuan, harus

fleksibel dan responsif terhadap perubahan-perubahan kondisi

dan lingkungan, cocok dengan organisasi, merupakan control

diri sendiri, bersifat langsung, memperhatikan hakikat manusia

dalam mengontrol personel. Pengawasan berfungsi untuk

mengukur tingkat efektifitas kerja personal dan tingkat

efisiensi penggunaan metode dan alat tertentu dalam usaha

mencapai tujuan organisasi, sehingga pengawasan

sesungguhnya merupakan alat pengukuran terhadap efektivitas,

efisiensi dan produktifitas organisasi.39

Pengawasan secara mendasar memperhatikan ukuran

penampilan nyata terhadap penampilan perencanan mendeteksi

penyebaran secara signifikan antara hasil dan harapan-harapan,

dan mengidentifikasi alasan penyebaran ini, dan akhirnya

mengambil tindakan perbaikan.40

Dalam pengawasan terdapat langkah-langkah yang bisa

dilakukan, langkah tersebut dapat dilihat dalam diagram

berikut:

38 Syaiful Sagala, Manajemen Strategik , hlm. 65 39

Ara Hidayat & Imam Machali, Pengelolaan hlm. 26 40 Syaiful Sagala, Manajemen Strategik , hlm. 65

20

Gambar 1. Langkah-langkah Dasar dalam Proses Pengawasan41

tidak

ya

2) Proses Manajemen

Proses manajemen adalah daur beberapa gugusan kegiatan

dasar yang berhubungan secara integral, yang dilaksanakan di

dalam manajemen secara umum, yaitu proses perencanaan, proses

pengorganisasian, proses pelaksanaan dan proses pengendalian

dalam rangka untuk mencapai sesuatu tujuan secara ekonomis.42

Empat fungsi manajemen yang meliputi perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan merupakan satu

kesatuan yang saling memerlukan, sehingga manajemen tidak akan

bisa berjalan dengan baik apabila salah satunya tidak bekerja

dengan baik. Keempat fungsi manajemen tersebut berjalan secara

teratur dan membentuk suatu proses manajemen, selanjutnya

digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut:

41 Syaiful Sagala, Manajemen Strategik , hlm. 66 42 http://id.wikipedia.org/wiki/Proses_Manajemen. Akses tanggal 14 Maret 2014

Standar dan

metode

yang

ditetapkan

untuk

mengukur

prestasi

Mengukur Prestasi Kerja

Apakah

prestasi

memenuhi standar?

Mengukur

Prestasi

Kerja

Tidak

berbuat

apa apa

http://id.wikipedia.org/wiki/Proses_Manajemen

21

Gambar 2. Proses Manajemen43

MERENCANAKAN

Manajer menggunakan

logika dan metode

untuk memikirkan

sasaran dan tindakan

MENGENDALIKAN

Manajer memastikan

bahwa organisasi

bergerak mencapai

tujuan organisasi

MENGORGANISASIKAN

Manajer mengatur dan

mengalokasikan pekerjaan,

wewenang, dan sumber daya

untuk mencapai sasaran

organisasi

MEMIMPIN

Manajer mengarahkan,

mempengaruhi, dan

memotivasi karyawan

untuk melaksanakan

tugas yang penting

b. Kompetensi Kepala Madrasah

Kompetensi adalah kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan

atau memutuskan sesuatu hal.44

Kompetensi kepala madrasah adalah

pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan

kepala madrasah dalam kebiasaan berpikir dan bertindak secara

konsisten yang memungkinkannya menjadi kompeten atau

berkemampuan mengambil keputusan tentang penyediaan,

43 Mulyono, Manajemen Administrasi , hlm. 25 44 Suprihatiningrum, Jamil, Guru Profesional, Pedoman Kinerja, Kualifikasi, &

Kompetensi Guru, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 97.

22

pemanfaatan dan peningkatan potensi sumberdaya untuk

meningkatkan kualitas pendidikan di madrasah.45

Kompetensi merupakan komponen utama dari standar profesi di

samping kode etik sebagai regulasi perilaku profesi yang ditetapkan

dalam prosedur dan sistem pengawasan tertentu.46

Kompetensi kepala madrasah seperti tertulis dalam Lampiran

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13

Tahun 2007, tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah disebutkan

bahwa kompetensi kepala madrasah meliputi 5 dimensi kompetensi

yaitu; kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan sosial.47

Dari masing-masing dimensi konpetensi terdapat beberapa poin

kompetensi.

Secara lebih rinci kompetensi yang harus dimiliki kepala madrasah

agar dapat memimpin lembaga pendidikan secara efektif dalam

bingkai manajemen berbasis sekolah/madrash. Kompetensi tersebut

adalah: memiliki landasan dan wawasan pendidikan, memahami

madrasah sebagai sistem, memahami manajemen, merencanakan

pengembangan madrasah, mengelola kurikulum, mengelola tenaga

kependidikan, mengelola sarana dan prasarana, engelola kesiswaan,

mengelola keuangan, mengelola hubungan madrasah dan masyarakat,

mengelola kelembagaan, mengelola sistem informasi madrasah,

45 Wahyudi, Kepemimpinan Kepala hlm. 28-29 46 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2012), hlm. 26 47 Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 13 Tahun 2007 tentang Standar

Kepala Sekolah/Madrasah

23

memimpin madrasah, mengembangkan budaya madrasah, memiliki

dan melaksanakan kreatifitas inovasi dan jiwa kewirausahaan,

mengembangkan diri, mengelola waktu, menyususn dan

melaksanakan regulasi madrasah, memberdayakan sumber daya

madrasah, melakukan koordinasi/ penyerasian, mengambil keputusan

secara terampil, melakukan monitoring dan evaluasi, melaksanakan

supervisi, menyiapkan melaksanakan dan menindaklanjuti hasil

akreditasi dan membuat laporan akuntalilitas madrasah.48

c. Kepala Madrasah sebagai Manajer

Dalam dunia pendidikan, manajer adalah seseorang yang

menjalankan aktivitas untuk memadukan sumber-sumber pendidikan

agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah

ditentukan sebelumnya.49

Pengelolaan pendidikan dengan menciptakan lingkungan

belajar yang kondusif secara berkelanjutan merupakan komitmen

dalam pemenuhan janji sebagai pemimpin pendidikan. Tugas utama

yang diemban oleh kepala madrasah sebagai seorang pemimpin adalah

merumuskan berbagai bentuk kebijakan yang berkaitan dengan visi,

orentasi dan strategi pelaksanaan pelaksanaan pendidikan yang efektif

dan efisien.50

48 Mulyono, Manajemen Administrasi, hlm. 153-164 49

Wahyudi, Kepemimpinan Kepala hlm. 68 50 Syaiful Sagala, Manajemen Strategik, hlm. 88

24

Deskripsi tugas dan tanggung kepala madrasah dapat dilihat

dari dua fungsi, yaitu kepala madrasah sebagai administrator dan

sebagai supervisor. Kepala madrasah sebagai administrator di

madrasah mempunyai tugas dan tanggung jawab atas seluruh proses

manajerial yang mencakup perencanaan, pengorganisasian,

penggerakan, dan pengawasan terhadap seluruh bidang garapan yang

menjadi tanggung jawab madrasah. Bidang garapan manajemen

tersebut dapat meliputi bidang personalia, siswa, tata usaha,

kurikulum, keuangan, sarana dan prasarana, hubungan madrasah dan

masyarakat serta unit penunjang lainnya.51

Sedangkan, kepala madrasah sebagai supervisor berkaitan

dengan kegiatankegiatan pelayanan terhadap peningkatan

kemampuan profesionalisme guru dalam rangka mencapai proses

pembelajaran yang berkualitas. Untuk dapat melakukan tugas dan

tanggung jawab tersebut, kepala madrasah perlu memiliki berbagai

kemampuan yang diperlukan. Menurut Katz bahwa kemampuan

manajerial itu meliputi technical skill (kemampuan teknik), human

skill (kemampuan hubungan kemanusiaan), dan conceptual skill

(kemampuan konseptual). Kemampuan teknik adalah kemampuan

yang berhubungan erat dengan penggunaan alat-alat, prosedur, metode

dan teknik dalam suatu aktivitas manajemen secara benar (working

51 Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan

Permasalahannya. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 4

25

with things). Sedangkan, kemampuan hubungan kemanusiaan

merupakan kemampuan untuk menciptakan dan membina hubungan

baik, memahami dan mendorong orang lain sehingga mereka bekerja

secara suka rela, tiada paksaan dan lebih produktif (working with

people). Kemampuan konseptual adalah kemampuan mental untuk

mengkoordinasikan, dan memadukan semua kepentingan serta

kegiatan organisasi. Dengan kata lain, kemampuan konseptual ini

terkait dengan kemampuan untuk membuat konsep (working with

ideas) tentang berbagai hal dalam lembaga yang dipimpinnya.52

Keterampilan-keterampilan manajerial diperlukan untuk

melaksanakan tugas manajerial secara efektif akan tetapi jenis

ketrampilan berbeda menurut tingkatan manajer dalam organisasi.

Keterampilan teknikal sangat penting artinya pada tingkatan

manajemen lebih rendah, pada tingkat manajemen yang lebih tinggi,

keterampilan konseptual lebih diperlukan. Semakin tinggi kedudukan

seseorang dalam jenjang kepemimpinan dalam suatu organisasi,

keterampilan teknisnya semakin tidak relevan dan sebaliknya

keterampilan hubungan manusia semakin dominan. Jika dibuat

gambar tingkatan manajemen berdasarkan keterampilan manajerial

yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:53

52 Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala hlm. 14

53 Wahyudi, Kepemimpinan Kepala hlm. 68

26

Gambar 3.Tingkatan manajer berdasarkan keterampilan manajerial

yang dibutuhkan.

Manajer Puncak

Keterampilan

Konseptual

Manajer menengah

Keterampilan

Hubungan

Manusia

Manajer lini

Keterampilan

Teknikal

Berdasarkan gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa kepala

madrasah sebagai seorang manajer puncak dalam suatu organisasi

memerlukan keterampilan hubungan manusia. Keterampilan tersebut

harus dimiliki oleh semua tingkatan manajer. Kepala madrasah yang

baik berdasarkan tingkatan manajer adalah kepala madrasah yang

mempunyai keterampilan konseptual tinggi daripada keterampilan

teknikal.

Desentralisasi pemerintahan telah melahirkan otonomisasi

penyelenggaraan pendidikan yang memunculkan perspektif baru

dalam pengelolaan pendidikan, salah satunya adalah manajemen

berbasis sekolah/madrasah (MBS/M). Otonomi madrasah atau

desentralisasi pengelolaan madrasah berarti pengelolaan pendidikan

berdasarkan kebutuhan madrasah/masyarakat. Madrasah-madrasah

27

diberi kewenangan penuh dalam merancang kebutuhan layanan

pendidikan berdasarkan kebutuhan masyarakat.54

Dalam kaitannya dengan pengembangan personalia di madrasah,

kepala madrasah setidaknya memiliki kompetensi dasar manajerial

yaitu;

1) Keterampilan teknis (technical skill) atau keterampilan yang

berhubungan dengan pengetahuan, metode dan teknik-teknik

tertentu dalam menyelesaikan suatu tugas-tugas tertentu.

Keterampilan teknikal merupakan kemampuan kepala madrasah

dalam menaggapi dan memahami serta cakap menggunakan

metode-metode termasuk yang bukan pengajaran, antara lain:

pengetahuan keuangan, pelaporan, penjadwalan dan

pemeliharaan.55

2) Keterampilan hubungan manusiawi (human skill), kemampuan

seorang pemimpin di dalam bekerja melalui orang lain secara

efektif untuk membina kerjasama. Keterampilan hubungan

manusia adalah kemampuan kepala madrasah untuk

bekerjasama, berkomunikasi dengan personel madrasah dalam

rangka menciptakan suasana saling percaya terhadap program

madrasah dan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan

unjuk kerja guru. Perilaku tersebut meliputi: menerima kritik

yang membangun, menciptakan dan memelihara hubungan

54

Ara Hidayat & Imam Machali, Pengelolaan hlm. 53-54 55 Wahyudi, Kepemimpinan Kepala hlm. 75

28

positif dengan guru dan personel madrasah serta masyarakat dan

mendukung program madrasah.56

3) Keterampilan konseptual (conceptual skill), berupa kemampuan

dalam berfikir, menganalisis, memutuskan dan memecahkan

masalah dengan baik.57

Keterampilan konseptual merupakan

kemampuan mengembangkan kemampuan mengembangkan

gagasan untuk merencanakan, mengkoordinasi, melakukan

pengawasan, dan memecahkan masalah.58

Kepala madrasah merupakan subyek yang paling banyak

terlibat dalam aplikasi inovasi manajemen pendidikan di tingkat

mikro. Mereka bermarkas dan bekerja di dalam sistem pendidikan

sebagai kepala atau pimpinan atau sebutan lain yang sesuai dengan

jabatan itu. Sebutan formal untuk kepala madrasah di Indonesia adalah

guru yang mendapatkan tugas tambahan sebagai Kepala Madrasah.

Dengan memegang tugas tambahan itu, berarti tugas utamanya adalah

guru. Sebutan itu juga bermakna bahwa kedudukannya sebagai tenaga

professional lebih dominan daripada kedudukannya sebagai pejabat

administratif yang menjalankan tugas-tugas administrasi atau

ketatalaksanaan sekolah.59

Kepala madrasah sebagai pengelola pendidikan bertanggung

jawab terhadap keberhasilan penyelenggaraan kegiatan pendidikan

56 Wahyudi, Kepemimpinan Kepala hlm. 73 57 Ara Hidayat & Imam Machali, Pengelolaan hlm. 107. 58 Wahyudi, Kepemimpinan Kepala hlm. 75 59 Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen S0kolah. Dari Unit Birokrasi ke Lembaga

Akademik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 9

29

dengan cara melaksanakan administrasi madrasah dengan seluruh

substansinya. Disamping itu kepala madrasah bertanggung jawab

terhadap kualitas sumber daya manusia yang ada agar mereka mampu

menjalankan tugas-tugas pendidikan. Oleh karena itu sebagai

pengelola, kepala madrasah memiliki tugas untuk mengembangkan

kinerja para personal (guru) kearah profesionalisme yang

diharapkan.60

2. Profesionalisme Guru

a. Profesionalisme

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata profesionalisme

sama arti dengan mutu, kualitas dan tindak tanduk yang merupakan

ciri suatu profesi atau orang yang profesional.61

Profesionalisme adalah sebagai komitmen untuk ide-ide

profesional dan karir. Secara operatif profesionalisme memberi

definisi jabatan keilmuan teknik dan jabatan yang akan diberikan

pada pelayanan masyarakat agar secara khusus pandangan-

pandangan jabatan dikoreksi secara keilmuan dan etika sebagai

pengukuhan terhadap profesionalisme.62

Profesi atau profesionalisme dapat diartikan sebagai

pandangan yang menganggap bidang pekerjaan sebagai suatu

pengabdian melalui keahlian khusus yang diperoleh melalui

60 Ara Hidayat & Imam Machali, Pengelolaan hlm. 106. 61 Poerwadarminta, W.J.S, Kamus Umum Bahahasa Indonesia, Edisi ketiga, cet. keempat,

(Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm 911. 62

Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 199.

30

pendidikan tertentu dan menganggap keahlian itu sebagai suatu yang

harus diperbaharui dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan

memanfaatkan kemajuan-kemajuan yang ada.63

Profesionalisme

dapat diartikan juga sebagai komitmen para anggota suatu profesi

untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus menerus

mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam

melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya itu. Profesionalisme

juga menunjuk pada derajat penampilan seseorang sebagai

professional atau penampilan suatu pekerjaan sebagai suatu profesi,

ada yang profesionalismenya tinggi, sedang, dan rendah.64

Profesionalisme menunjuk pada derajat penampilan seseorang

sebagai professional atau penampilan suatu pekerjaan sebagai

profesi. Profesionalisme juga mengacu kepada sikap komitmen

anggota profesi untuk bekerja berdasarkan standar yang tinggi dan

kode etik profesinya.65

b. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional sebagaimana tertuang dalam Standar

Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c adalah

kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan

mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik

63 Najamuddin, Profesionalisme Guru dalam http://sumut.kemenag.go.id diakses tanggal

24 Desember 2013. 64 Suprihatiningrum, Jamil, Guru Profesional, Pedoman Kinerja, Kualifikasi, &

Kompetensi Guru, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 52. 65 Udin Syaefudin Saud, Pengembangan Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm.

7-8.

http://sumut.kemenag.go.id/

31

memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar

Nasional Pendidikan.66

Kemampuan profesional tersebut meliputi

hal-hal sebagai berikut; (1) menguasai landasan kependidikan, (2)

menguasai bahan pengajaran, (3) menyusun program pengajaran, (4)

melaksanakan program pengajaran, (5) menilai hasil dan proses

belajar mengajar yang telah ditetapkan.67

Sedangkan dalam standar kompetensi kepala madrasah,

pengawas dan guru disebutkan bahwa kompetensi professional

meliputi; (1) penguasaan materi, (2) penguasaan kompetensi mata

pelajaran, (3) kemampuan mengembangkan materi/bahan ajar, (4)

kemampuang pengembangan diri, (5) pemanfatan teknologi

pembelajaran.68

c. Guru Profesional

Guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung

jawab dalam mendidik, mengajar dan membimbing peserta didik.

Orang yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan

merancang program pembelajaran serta mampu menata dan

mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya

dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses

pendidikan.69

Guru memegang peranan penting dalam memberikan

66 E. Mulyasa, Standar Kompetensi , hlm. 135 67 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013),

hlm. 18-19 68

Iskandar Agung & Yufridawati, Pengembangan pola, hlm. 56. 69 Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan. Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan di

Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm. 15.

32

pengertian dan pemahaman mengenai pelajaran yang diajarkan.

Madrasah sebagai institusi pendidikan membutuhkan guru yang di

samping sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pendidik yang

memberikan bekal pengetahuan kepada siswanya akan etika,

kemampuan untuk survive dalam hidup, moral empati, juga kreasi.70

Kata profesional menunjukkan bahwa guru adalah sebuah

profesi, yang bagi guru, seharusnya menjalankan profesinya dengan

baik. Dengan demikian ia akan disebut sebagai guru yang

professional.71

Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus

yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip profesional

sebagaimana disebutkan dalam Bab II, Pasal 7, yaitu:72

1) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;

2) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan,

keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia;

3) Memiliki kualitas akademik latar belakang pendidikan sesuai

dengan bidang tugas;

4) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang

tugas;

5) Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas

keprofesionalan;

70 Pupuh Fathurrohman & Aa Suryana, Guru Profesional. (Bandung: Refika Aditama,

2012), hlm. 13 71 Naim, Ngaimun, Menjadi Guru Inspiratif. Memberdayakan dan Mengubah Jalan

Hidup Siswa, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hlm. 58. 72 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.

33

6) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi

kerja;

7) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan

secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;

8) Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan

tugas keprofesionalan; dan

9) Memiliki organisasi yang mempunyai kewenangan mengatur

hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

Secara khusus, sebagai sebuah profesi keguruan, ada

beberapa kriteria sebagaimana disampaikan oleh National Education

Assosiation (NEA), yaitu:73

jabatan yang melibatkan kegiatan

intelektual; jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang

khusus; jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama;

jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang

berkesinambungan; jabatan yang menjanjikan karier hidup dan

keanggotaan yang permanen; jabatan yang menentukan baku

(standarnya) sesndiri; jabatan yang lebih mementingkan layanan di

atas keuntungan pribadi; jabatan yang mempunyai organisasi

profesional yang kuat dan terjalin erat.

Dari segi kepribadian seorang guru seyogyanya memenuhi

kriteria berikut ini; a) Dapat menjadi panutan/digugu dan ditiru

perilakunya, b) Taat pada agama, c) Taat pada undang-undang dan

73 Fatah Syukur NC, Manajemen Pendidikan Berbasis pada Madrasah, (Semarang:

Pustaka Rizqi Putra, 2011), hlm. 152-154.

34

atau aturan, d) Taat pada norma social, e) Tidak

sombong/demokratis, f) Tidak menyembunyikan ilmu, g) Ikhlas

beramal, h) Mempunyai idealisme, i) Menjaga hubungan sosial

dengan sesama, j) Suka pemaaf tidak pendendam, k) Sayang kepada

anak didik, l) Berakhlakul karimah, m) Dapat menjadi orang tua dari

anak didik, n) Menguasai mata pelajaran, p) Yakin terhadap

kebenaran yang diajarkan.

Sedangkan dari segi penampilan fisik, guru selayaknya; a)

Mengenakan pakaian yang rapi, b) Penampilan sopan, c) Ceria dan

ramah, d) Menjaga hubungan dengan murid, guru dan lawan jenis, e)

Menjaga etika makan dll.

Guru yang profesional akan memiliki komitmen yang tinggi

disertai dengan kemampuan sesuai dengan bidang keahliannya.

Profesionalitas adalah tuntutan yang harus dipenuhi oleh guru. Guru

yang profesional dan efektif merupakan kunci keberhasilan dalam

proses pembelajaran di kelas.74

Untuk membentuk watak kepribadian yang semacam itu

tidak tumbuh dengan tiba-tiba, akan tetapi memerlukan latihan,

pembiasaan dan pembiasaan yang cukup. Itulah sebabnya, salah satu

kompetensi guru profesional harus ada sertifikat guru. Ijasah bukan

semata-mata karena alasan formalitas.75

Kompetensi guru perlu

ditingkatkan untuk menjadikan seorang guru menjadi profesional.

74 Prim Masrokan Mutohar. Manajemen Mutu Sekolah. Strategi Peningkatan Mutu dan

Daya Saing Lembaga Pendidikan Islam, (Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 153-154. 75 Fatah Syukur NC, Manajemen Pendidikan hlm. 152.

35

Strategi yang dilakukan berupa; pendidikan dan pelatihan (diklat),

seminar, worshop, dan sebagainya sebagaimana dalam uraian

berikut:76

1) Pendidikan dan Pelatihan meliputi antara lain; inhouse training

(IHT) yaitu pelatihan yang laksanakan secara internal di

kelompok kerja guru, madrasah atau tempat lain yang

ditetapkan untuk menyelenggarakan pelatihan;77

program

magang, kemitraan madrasah, belajar jarak jauh, pelatihan

berjenjang dan pelatihan khusus, kursus singkat di LPTK,

pembinaan internal madrasah, pendidikan lanjut.

2) Pendidikan selain Diklat antara lain; diskusi pendidikan,

seminar, workshop, penelitian, penulisan buku/bahan ajar,

pembuatan media pembelajaran, pembuatan karya teknologi/

karya seni.

Sebagai guru yang profesional salah satu wujudnya adalah

mampu menyelenggarakan proses pembelajaran dan penilaian yang

menyenangkan bagi siswa dan guru, sehingga dapat mendorong

tumbuhnya kreatifitas belajar pada diri siswa. Guru professional

seyogyanya selalu memegang teguh kode etik, mengetahui tugas,

peran dan fungsinya serta senantiasa mempunyai semangat yang

tinggi dalam melaksanakan tugasnya dalam proses pembelajaran.

76 Sri Sumarni, Modul Kebijakan Pengembangan Profesi Guru, (Yogyakarta: LPTK UIN

Sunan Kalijaga, 2012), hlm. 10-11. 77 Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta, 2013),

hlm.30

36

1) Kode Etik Guru

Kode etik guru ditetapkan dalam suatu kongres yang

dihadiri oleh seluruh utusan cabang dan pengurus daerah PGRI

se Indonesia dalam kongres ke XIII di Jakarta tahun 1973, yang

kemudian disempurnakan dalam kongres PGRI ke XVI tahun

1989 juga di Jakarta yang berbunyi sebagai berikut :

1) Guru berbakti membimbing siswa untuk membentuk

manusia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.

2) Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.

3) Guru berusaha memperoleh informasi tentang siswa

sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.

4) Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang

menunjang berhasilnya proses belajar-mengajar.

5) Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid

dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta

dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.

6) Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan

dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya.

7) Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat

kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial.

8) Guru secara bersama-sama memelihara dan

meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana

perjuangan dan pengabdian.

37

9) Guru melaksanakan segala kebijaksanaan Pemerintah

dalam bidang pendidikan.78

Dalam kode etik guru dikatakan bahwa guru adalah

seorang pendidik, jadi dia bukan hanya sebagai pengajar.

Sebagai seorang pendidik, maka keberadaan seorang guru bukan

hanya sekedar berkewajiban menyampaikan materi kepada

siswa, akan tetapi dia juga berkewajiban menyampaikan skill

dan nilai. Ini berarti bahwa tugas guru tidak selesai pada pada

aspek knowledge saja, pandai ilmu pengetahuan dan dapat

menyampaikan kepada siswa, namun juga harus dapat menjadi

teladan bagi siswanya. Perilaku yang dilakukan guru harus

menjadi cermin dan contoh bagi siswanya. Perilaku guru harus

tercermin dalam kepribadiannya, bukan hanya pada perilaku

lahiriyahnya, tetapi tumbuh dari hati yang dalam.

Selain kode etik guru Indonesia, sebagai pernyataan

kebulatan tekad guru Indonesia, maka pada kongres PGRI XVI

yang diselenggarakan tanggal, 3 sampai dengan 8 Juli 1989 di

Jakarta telah ditetapkan adanya Ikrar Guru Indonesia dengan

rumusan sebagai berikut :

a) Kami Guru Indonesia, adalah insan pendidik bangsa

yang beriman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha

Esa.

78 E. Mulyasa, Standar Kompetensi , hlm. 47.

38

b) Kami Guru Indonesia, adalah pengemban dan pelaksana

cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia,

pembela dan pengamal Pancasila yang setia pada

Undang-undang Dasar 1945.

c) Kami Guru Indonesia, bertekad bulat mewujudkan

tujuan nasional dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

d) Kami Guru Indonesia, bersatu dalam wadah organisasi

perjuangan Persatuan Guru Republik Indonesia,

membina persatuan dan kesatuan bangsa yang berwatak

kekeluargaan.

e) Kami Guru Indonesia, menjunjung tinggi Kode Etik

Guru Indonesia sebagai pedoman tingkah laku profesi

dalam pengabdiannya terhadap bangsa, negara, dan

kemanusiaan. 79

2) Hak dan Kewajiban Guru

Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak:80

a) Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup

minimum dan jaminan kesejahteraan social.

b) Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan

tugas dan prestasi kerja.

c) Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas

dan hak atas kekayaan intelektual.

79 Tutik Rachmawati & Daryanto, Penilaian Kinerja Profesi Guru dan Angka Kreditnya

(Yogyakarta: Gava Media, 2013), hlm. 9-10. 80 Fatah Syukur NC, Manajemen Pendidikan.. .hlm. 155.

http://www.pgri.or.id/ikrar-guru/organisasi/ikrar-guru/ikrar-guru

39

d) Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan

kompetensi.

e) Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana

pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas

keprofesionalan.

f) Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan

ikut menentukan kelulusan, penghargaan, dan atau sanksi

kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan,

kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan.

g) Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam

melaksanakan tugas.

h) Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi

profesi.

i) Memiliki kesempatan untuk berperan dalam menentukan

kebijakan pendidikan.

j) Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan

meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi.

k) Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam

bidangnya.

Dengan hak-hak guru yang sangat banyak tersebut, maka

dalam melaksanakan tugasnya, guru berkewajiban:

40

a) Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses

pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan

mengevaluasi hasil pembelajaran.

b) Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi

akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan

dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan

seni.

c) Bertindak obyektif dan tidak diskriminatif atas dasar

pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan

kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan

status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran.

d) Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan,

hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan

etika.

e) Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan.81

3) Tugas, Peran dan Fungsi Guru

Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas

maupun di luar dinas, dalam bentuk pengabdian. Apabila

dikelompokkan terdapat tiga jenis tugas guru, yaitu tugas guru

dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam

bidang kemanusiaan.82

81 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

Bab IV, Pasal 20. 82 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013),

hlm. 6

41

Tugas dan peran guru tidak terbatas dalam masyarakat

saja, guru pada hakekatnya merupakan komponen yang sangat

strategis serta mempunyai peran penting dalam menentukan

gerak dan arah suatu bangsa.83

Tugas guru secara rinci adalah: sebagai pengajar,

pembimbing, administrator kelas, pengembang kurikulum,

pengembang profesi dan membina hubungan dengan masyarakat

yang merupakan tugas pokok profesi guru.84

Inti tugas guru adalah menyelamatkan masyarakat dari

kebodohan, sifat serta perilaku buruk yang menghancurkan

masa depan mereka. Guru harus memaknai tugasnya sebagai

amanat Allah untuk mengabdi kepada sesamanya dan berusaha

melengkapi dirinya dengan empat sifat utama para nabi, yaitu

sidiq, amanah, tablig dan fathanah. Dengan keempat sifat

tersebut, guru dapat melaksanakan tugasnya secara

professional.85

Kedudukan guru senantiasa relevan dengan zaman dan

selalu diperlukan. Kedudukan tersebut merupakan penghargaan

masyarakat yang besar maknanya bagi guru. Secara singkat

tugas guru digambarkan dalam bagan berikut.

83 Moh. Uzer Usman, Menjadi , hlm. 7 84 Udin Syaefudin Saud, Pengembangan Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm.

32-33 85 Suprihatiningrum, Jamil, Guru Profesional hlm. 28-29.

42

Gambar 4. Tugas Guru86

Peran dan fungsi guru berpengaruh terhadap pelaksanaan

pendidikan di madrasah. Guru sebagai pekerja profesional

sebagaimana dirumuskan oleh P2TK Direktorat Jenderal

86 Moh. Uzer Usman, Menjadi , hlm. 8

TUGAS GURU

PROFESI MENGAJAR

KEMASYARAKATAN

KEMANUSIAAN

MELATIH

MENDIDIK Meneruskan dan

mengembangkan nilai-

nilai hidup

Meneruskan dan

mengembangkan ilmu

pengetahuan &teknologi

Mengembangkan

keterampilan dan

penerapannya

Transformasi diri

Auto-pengertian:

-homoludens

-homopuber

-homosapiens

Autoidentifikasi

Menjadi orang tua kedua

Mencerdaskan bangsa Indonesia

Mendidik dan mengajar masyarakat

untuk menjadi warga Negara

Indonesia yang bermoral Pancasila

43

Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, memiliki

tugas dan fungsi sebagai berikut: 87

Tabel 1. Tugas dan Fungsi Guru

TUGAS FUNGSI URAIAN TUGAS

I. Mendidik,

mengajar,

membimbing,

dan melatih

1. Sebagai

pendidik

1.1 Mengembangkan potensi/kemampuan dasar

peserta didik.

1.2 Mengembangkan kepribadian peserta didik

1.3 Memberikan keteladanan 1.4 Menciptakan suasana

pendidikan yang kondusif

2. Sebagai pengajar

2.1 Merencanakan pembelajaran

2.2 Melaksanakan pembelajaran yang

mendidik

2.3 Menilai proses dan hasil pembelajaran

3. Sebagai pembimbin

g

3.1 Mendorong berkembangnya perilaku

positif dalam

pembelajaran

3.2 Membimbing peserta didik memecahkan

masalah dalam

pembelajaran

4 Sebagai pelatih

4.1 Melatih keterampilan-keterampilan yang

diperlukan dalam

pembelajaran

4.2 Membiasakan peserta didik berperilaku positif

dalam pembelajaran

II. Membantu

pengelolaan

dan

pengembang

an program

sekolah

5. Sebagai

pengemban

g program

5.1 Membantu mengembangkan program

pendidikan sekolah dan

hubungan kerjasama intra

sekolah

6. Sebagai 6.1 Membantu secara aktif

87 E. Mulyasa, Standar Kompetensi , hlm. 20.

44

pengelola

program

dalam menjalin hubungan

dan kerjasama antar

sekolah dan masyarakat

III..Mengemban

gkan

keprofesiona

lan

7. Sebagai

tenaga

profesional

7.1 Melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan

kemampuan profesional

4) Tugas Guru dalam Proses Pembelajaran

Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional Pasal 39 ayat 1 disebutkan bahwa

guru sebagai tenaga kependidikan bertugas melaksanakan

administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan

pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada

satuan pendidikan. Dijelaskan pada pasal 2 bahwa guru atau

pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas

merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai

hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan.88

Guru profesional akan dapat menyelenggarakan proses

pembelajaran dan penilaian yang menyenangkan bagi siswa dan

guru sehingga dapat mendorong tumbuhnya kreatifitas belajar

pada diri siswa. Pemilihan strategi pembelajaran yang bervariasi

sangat menentukan minat dan partisipasi siswa dalam

pembelajaran. Dengan model pembelajaran yang tepat, siswa

selain menerima pengetahuan namun juga memiliki kesan yang

88 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional.

45

mendalam tentang materi pelajaran. Sehingga siswa terdorong

untuk mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam

mata pelajaran pada kehidupan sehari-hari.

Predikat guru profesional dapat dicapai dengan memiliki

empat karakteristik profesional yaitu:

a) Kemampuan profesional (professional capacity), yaitu

kemampuan inteligensi, sikap, nilai dan keterampilan

serta prestasi dalam pekerjaannya.

b) Kompetensi upaya profesional (professional effort), yaitu

kompetensi untuk membelajarkan siswa.

c) Kompetensi dalam pengelolaan waktu (time devotion).

d) Imbalan profesional (professional rent), imbalan yang

dapat menyejahterakan diri dan keluarganya.89

Guru menjadi kunci untuk mewujudkan pendidikan yang

baik bagi generasi penerus mulai dari tingkat dasar sampai

perguruan tinggi. Guru sebagai orang yang dipercaya dan

diteladani oleh murid harus memberi contoh yang baik. Hal ini

akan menjadi dasar yang kuat bagi seorang guru untuk

membentuk karakter siswa.90

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Profesionalisme

89 Mustofa, Upaya Pengembangan Profesionalisme di Indonesia, Jurnal Ekonomi &

Pendidikan, Vol. 4 No.1, April 2007 90 Muhammad Rohmadi, Menjadi Guru Profesional & Berkarakter, (Surakarta: Yuma

Pressindo, 2012), hlm. 7.

46

Profesionalisme sebagai penunjang kelancaran guru dalam

melaksanakan tugasnya, sangat dipengaruhi oleh dua faktor besar

yaitu faktor internal yang meliputi minat dan bakat, dan faktor

eksternal yaitu berkaitan dengan lingkungan, sarana prasarana91

,

serta berbagai latihan yang dilakukan guru.92

Profesionalisme guru akan menjadi optimal, bilamana

diintegrasikan dengan komponen madrasah baik kepala

madrasah, fasilitas kerja, guru, karyawan, maupun anak didik.

Faktor-faktor penyebab rendahnya profesionalisme guru dalam

pendidikan nasional kita memang tidak secerah di negara-negara

maju. Baik institusi maupun isinya masih memerlukan perhatian

ekstra pemerintah maupun masyarakat. Dalam pendidikan formal,

selain ada kemajemukan peserta, institusi yang cukup mapan, dan

kepercayaan masyarakat yang kuat, juga merupakan tempat

bertemunya bibit-bibit unggul yang sedang tumbuh dan perlu

penyemaian yang baik. Pekerjaan penyemaian yang baik itu

adalah pekerjaan seorang guru. Jadi guru memiliki peran utama

dalam sistem pendidikan nasional khususnya dan kehidupan kita

umumnya.

Guru sangat mungkin dalam menjalankan profesinya

bertentangan dengan hati nuraninya, karena ia paham bagaimana

harus menjalankan profesinya namun karena tidak sesuai dengan

91 Barmawi & Mohammad Arifin, Kinerja Guru Profesional, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media,

2014), hlm. 49. 92 Pupuh Fathurrohman & Aa Suryana, Guru hlm. 39

47

kehendak pemberi petunjuk atau komando maka cara-cara para

guru tidak dapat diwujudkan dalam tindakan nyata. Guru selalu

diintervensi. Tidak adanya kemandirian atau otonomi itulah yang

mematikan profesi guru dari sebagai pendidik menjadi pemberi

instruksi atau penatar. Bahkan sebagai penatar pun guru tidak

memiliki otonomi sama sekali. Selain itu, ruang gerak guru selalu

dikontrol melalui keharusan membuat Rencana Pelaksanaan

Pelajaran (RPP). Padahal, seorang guru yang telah memiliki

pengalaman mengajar di atas lima tahun sebetulnya telah

menemukan pola belajarnya sendiri. Dengan dituntutnya guru

setiap kali mengajar membuat RPP maka waktu dan energi guru

banyak terbuang.

Selain faktor di atas faktor lain yang menyebabkan

rendahnya profesionalisme guru disebabkan oleh antara lain; (1)

masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara utuh.

Hal ini disebabkan oleh banyak guru yang bekerja di luar jam

kerjanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sehingga

waktu untuk membaca dan menulis untuk meningkatkan diri tidak

ada; (2) belum adanya standar profesional guru sebagaimana

tuntutan di negara-negara maju; (3) kemungkinan disebabkan

oleh adanya perguruan tinggi swasta sebagai pencetak guru yang

lulusannya asal jadi tanpa mempehitungkan outputnya kelak di

lapangan sehingga menyebabkan banyak guru yang tidak patuh

48

terhadap etika profesi keguruan; (4) kurangnya motivasi guru

dalam meningkatkan kualitas diri karena guru tidak dituntut untuk

meneliti sebagaimana yang diberlakukan pada dosen di perguruan

tinggi.

Kecenderungan PGRI bersifat politis memang tidak bisa

disalahkan, terutama untuk menjadi pressure group agar dapat

meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Namun demikian di

masa mendatang PGRI sepantasnya mulai mengupayakan

profesionalisme para anggotanya. PGRI sebagai salah satu

organisasi guru di Indonesia mempunyai fungsi a) menyatukan

seluruh kekuatan dalam satu wadah, b) mengusahakan adanya

satu kesatuan langkah dan tindakan, c) melindungi kepentingan

anggotanya, d) menyiapkan program peningkatan kemampuan

para anggotanya, e) menyiapkan fasilitas penerbitan dan bacaan

dalam rangka peningkatan kemampuan profesional, f) mengambil

tindakan terhadap anggota yang melakukan pelanggaran baik

administrative maupun psikologis.93

Dengan melihat adanya

faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya profesionalisme guru,

pemerintah berupaya untuk mencari alternatif untuk

meningkatkan profesi guru.

93 Pupuh Fathurrohman & Aa Suryana, Guru Profesional hlm. 49

49

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul setelah

menentapkan anggapan dasar maka lalu membuat teori sementara yang

kebenarannya masih perlu diuji.94

Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis

sebagai berikut :

Ha : Ada pengaruh positif keterampilan manajerial kepala madrasah

terhadap profesionalisme guru Madrasah Ibtidaiyah di

kecamatan Dukun kabupaten Magelang.

Ho : Tidak ada pengaruh positif keterampilan manajerial kepala

madrasah terhadap profesionalisme guru Madrasah Ibtidaiyah di

kecamatan Dukun kabupaten Magelang.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Sedangkan desain

dalam penelitian ini adalah rencana dan struktur penyelidikan yang

disusun sedemikian rupa sehingga peneliti akan memperoleh jawaban

untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya. Berdasarkan permasalahan

yang diteliti, maka metode dan jenis penelitian ini menggunakan penelitian

Ex-Post Facto atau pengukuran sesudah kejadian dan deskriptif

korelasional. Metode ini dipergunakan karena penelitian ini berusaha

94 Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian. (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm. 67

50

untuk menemukan ada tidaknya pengaruh keterampilan manajerial kepala

madrasah terhadap profesionalisme guru Madrasah Ibtidaiyah di

kecamatan Du