pengaruh kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan pt bukit jaya abadi surabaya
DESCRIPTION
artikelTRANSCRIPT
" PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT BUKIT JAYA ABADI SURABAYA "
1.1 Latar Belakang Masalah
Dewasa ini perkembangan dunia kerja ditandai dengan semakin kerasnya persaingan yang ada dan sempitnya
lapangan kerja yang tersedia, hal inilah yang menjadi penyebab dan faktor utama bertambahnya tingkat
pengangguran yang sedang dialami Indonesia saat ini
Masalahnya adalah banyak perusahaan yang pada saat penerimaan calon tenaga kerja atau dalam hal ini
adalah disebut sebagai Sumber Daya Manusia (SDM) lebih mengutamakan menerima calon tenaga kerja yang
berasal dari lulusan luar negeri atau dari lulusan perguruan tinggi negri atau swasta yang terkemuka karena menurut
pandangan mereka bahwa para lulusan dari perguruan tinggi tersebut lebih bermutu (qualified) inovatif, kreatif,
dipandang lebih bergengsi dan membanggakan untuk membangun image perusahaan yang lebih maju dan
terdepan.
Namun sebenarnya tidak sedikit pula SDM yang berasal dari lulusan dalam negeri ini yang lebih bermutu
(qualified) kreatif, inovatif, memiliki integritas, memiliki potensi dan lebih kompeten hanya saja terbentur masalah
kesempatan, koneksifitas (hubungan dengan para pengusaha atau beberapa orang yang memiliki posisi penting
dibeberapa perusahaan), relasi (kenalan atau rekan dalam hubungan bisnis) yang lebih kuat atau memiliki
kesempatan kerja lebih baik.
Begitupun dengan dunia usaha, perdagangan dan perindustrian persaingan dalam dunia ini adalah sudah
menjadi suatu hal yang biasa terjadi, oleh karena itu setiap perusahaan harus mempunyai strategi dan konsep yang
tepat dalam mengelola sumber daya manusianya agar bisa membantu perusahaan dalam pencapaian target dan
tujuan - tujuan perusahaaan melalui sumber daya manusia yang handal, integritas, berpotensi dan kompeten untuk
bisa tetap exis dan bersaing di pasar.
Untuk itu setiap perusahaan harus memiliiki dan mempersiapkan serta menempatkan SDM yang handal, siap
dan tanggap sesuai dengan tugas dan tanggung jawab (job discription) pada posisi dan jabatan yang sudah
dipercayakan kepada SDM tersebut, pada saat ini banyak perusahaan yang maju, berkembang dan terdepan dalam
menjalankan aktivitas dan operasional perusahaan memiliki sistim, prosedur dan peraturan-peraturan yang harus
dipatuhi dan dijalankan oleh setiap SDM agar penyimpangan dan pelanggaran kerja tidak terjadi, supaya tetap
terjaga dan terciptanya situasi dan kondisi kerja yang kondusif dan dinamis, maka setiap perusahaan mengeluarkan
peraturan-peraturan atau membuat kebijakan-kebijakan (policy) dimana setiap karyawan atau SDM yang melanggar
peraturan dan prosedur kerja tersebut bisa mendapatkan sanksi, dimana sanksi setiap perusahaan ini berbeda-beda,
misalnya saja dengan adanya teguran, peringatan, hukuman (skors), potong gaji atau upah dan bahkan penundaan
pembayaran upah. Ini dilakukan agar para SDM meningkatkan disiplin kerja, selain itu perusahaan juga memberikam
penghargaan (reward) bagi karyawan yang memiliki prestasi dalam kinerjanya, ini dilakukan agar pegawai
termotivasi untuk terus meningkatkan kinerjanya untuk perkembangan serta kemajuan diri dan perusahaan tempat
dimana karyawan tersebut bekerja
Pada umumnya banyak perusahaan yang menganggap dirinya sudah maju, berkembang dan terdepan selalu
memberikan kesempatan kerja baru bagi para calon tenaga kerja atau SDM yang memiliki potensi dan berkompeten
dibidangnya untuk dapat bergabung dan berkembang baik secara kerja kelompok (team work) maupun kerja sendiri
(independent) menjadi SDM yang solid.
Saat ini banyak calon tenaga kerja dan karyawan yang menuntut upah tinggi tanpa dibarengi dengan kualitas
(mutu) dan kuantitas (hasil kerja) yang mendukung kinerja mereka yang baik dan kompeten, hasilnya banyak dari
mereka yang kecewa karena apa yang diharapkan dari satu perusahaan tidak sesuai dengan keinginan dan harapan
mereka dan tidak siapnya mereka dengan tuntutan perusahaan yang memiliki pergerakan atau mobilitas yang tinggi.
Sama halnya dengan perusahaan, mereka juga tidak mau mengambil resiko dengan calon tenaga kerja dan
keryawan yang tidak bisa memberikan kontribusi yang baik dalam pencapaian target dan tujuan-tujuan perusahaan,
faktor motivasi yang tak kalah penting dalam meningkatkan kinerja karyawan, motivasi bisa menjadi pendorong
seseorang melaksanakan sesuatu kegiatan guna mendapatkan hasil yang terbaik, oleh karena itulah tidak heran jika
karyawan yang mempunyai motivasi kerja yang tinggi biasanya mempunyai kinerja yang tinggi atau baik pula, untuk
itu motivasi kerja karyawan perlu ditingkatkan agar karyawan dapat menghasilkan kinerja dan prestasi yang terbaik.
Pelaksanaan tugas dan pekerjaan merupakan suatu kewajiban bagi karyawan didalam suatu organisasi baik
dalam organisasi pemerintahan maupun organisasi non pemerintahan, kemudian didalam pelaksanaan tugas dan
pekerjaan tersebut tentunya pasti mempunyai tujuan yang sama yakni mengharapkan sutu hasil pekerjaan dan tugas
yang baik serta memuaskan sesuai dengan apa yang ditentukan sebelumya.
Untuk mendapatkan suatu hasil kerja yang baik dan sesuai denga tujuan
organisasi maka setiap pimpinan suatu organisasi dapat dipastikan mempunyai
suatu aturan dan ketentuan yang dituangkan dalam bentuk kebijakan, kebijakan ini dibuat dengan maksud agar
setiap komponen organisasi melaksanakan tugas sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Didalam upaya mencapai tujuan tersebut perlu adanya suatu faktor yang harus dimiliki oleh para karyawan yakni
semangat kerja. Semangat kerja itu sendiri timbul dan tmbuh dalam diri karyawan yang disebabkan adanya motivasi
dari pimpinan dalam arti pimpinan memberi motif atau dorongan kepada karyawan dimana motif itu sendiri
menyangkut pada kebutuhan keryawan, baik kebutuhan batun maupun kebutuhan lahir, oleh karena itu pemberian
motif oleh pimpinan merupakan suatu kewajiban yang harus dijalankan agar tumbuh dan timbul semangat kerja
dalam diri karyawan tersebut. Sebab keberhasilan karyawan sangat tergantung dari motivasi dan kebujakan yang
diberikan oleh pimpinan.
Pemberian motif merupakan proses dari motivasi, motivasi itu sendiri merupakan proses pemberian motif
(penggerak) kepada para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas.
Sadar akan betapa pentingnya karyawan dalam organisaasi, maka sangat disayangkan karena pada
kenyataannya sumber daya manusia belum optimal, hal ini dapat dipastikan dengan membuktikan gejala-gejala dan
masalah yang terjadi berhubungan dengan kinerja karyawan, antara lain:
1. Banyak terlihat beberapa karyawan justru banyak menganggur dari pada menyelesaikan pekerjaannya.
2. Pada saat jam kerja berlangsung, masih terdapat beberapa orang karyawan yang tidak mau bekerja sama yaitu
melakukan kegiatan yang tidak ada kaitannya dengan pekerjaan atau tugas utama.
3. Masih adanya beberapa orang karyawan yang terlambat datang ke tempat kerja atau meninggalkan kantor sebelum
waktunya.
Penyelenggaraan motivasi sangat penting dikaitkan dengan upaya peningkatan semangat kerja karyawan
dilingkungan PT BJA., rendahnya motivasi kerja sangat dipengaruhi oleh perhatian pimpinan dalam meningkatkan
profesionalisme dan kinerja serta etos kerja karyawan.
Sebagaimana diketahui manfaat terhadap pemberdayaan sumber daya manusia sangat besar bagi upaya
mencapai tujuan organisasi dalam mencapai kesuksesan yaitu:
1. Menambah wawasan agar mencapai visi perusahaan.
2. Mengembangkan kemampuan.
3. Menanamkan “sense of belonging” (rasa ikut memiliki) agar loyal dan memiliki dedikasi.
4. Menumbuhkan semangat agar memiliki motivasi.
5. Meningkatkan etos kerja agar mempunyai komitmen yang tinggi.
Semangat kerja sedikit banyaknya dipengaruhi oleh perilaku pimpinannya, perilaku pimpinan yang baik yaitu:
1. Seorang pimpinan harus selalu berfikir positif, antusias, mampu memahami dan menghargai pihak lain (bawahan),
tetap tenang saat dalam situasi menegangkan, tetap optimis, tidak mengumpat terhadap bawahan, menjelasan
kesalahannya pada waktu dan tempat yang tepat.
2. Tidak menunda jawaban atau memberi jawaban yang mengambang.
Memberi perintah dengan gaya minta tolong.
3. Tidak lupa memberi hadiah atau penghargaan.
Hal tersebut sangat mempengaruhi semangat kerja karyawan dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya.
1.2 Rumusan Masalah
Melihat kenyataan yang cenderung semakin manunjukkan adanya kebiasaan berperilaku yang baik maupun
kurang baik pada karyawan PT BJA penulis dapat menyimpulkan masalah sebagai berikut:
1. Apakah kepemimpinan berpengaruh parsial secara signifikan terhadap kinerja karyawan PT BUKIT JAYA ABADI
SURABAYA?
2. Apakah motivasi kerja berpengaruh parsial secara signifikan terhadap kinerja karyawan PT BUKIT JAYA ABADI
SURABAYA?
3. Apakah kepemimpinan dan motivasi kerja berpengaruh simultan secara signifikan terhadap kinerja karyawan PT
BUKIT JAYA ABADI SURABAYA?
4. Manakah diantara variabel bebas kepemimpinan dan motivasi kerja yang berpengaruh dominan terhadap kinerja
karyawan PT BUKIT JAYA ABADI SURABAYA?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja
karyawan PT Bukit Jaya Abadi serta untuk mengetahui apakah faktor:
1. Kepemimpinan dapat berpengaruh parsial secara signifikan terhadap kinerja karyawan
2. Motivasi dapat berpengaruh parsial secara signifikan terhadap kinerja karyawan.
3. Kepemimpinan dan motivasi kerja dapat berpengaruh simultan secara signifikan terhadap kinerja karyawan
4. Untuk mengetahui manakah variabel bebas antara kepemimpinan dan motivasi kerja yang paling dominan dapat
berpengaruh terhadap peningkatan kinerja karyawan
1.4 Manfaat Penelitian
Informasi ini menjadi sarana pemberian informasi khususnya pihak manajemen dalam mengembangkan kinerja
karyawannya melalui proses pengambilan keputusan dalam penerapan kepemimpinan dan motivasi kerja serta
pengaruh kepemimpinan dan motivasi kerja kepada karyawan untuk menjalankan aktivitas kerjannya sesuai dengan
mekanisme standard dan prosedur kerja agar berjalan dengan dinamis, kondusif, efektif dan efisien dalam
pencapaian target dan tujuan - tujuan perusahaan.
Dengan penulisan atau penelitian ini penulis berharap dapat menambah wawasan dan dijadikan bahan
pertimbangan bagi para pembaca dalam penelitian yang sama, memberikan cakrawala dan wawasan yang lebih baik
bagi penulis atau peneliti dimasa-masa mendatang.
A. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan:
1. Manfaat akademis:
Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai pendalaman terhadap masalah-masalah yang berhubungan
dengan Sumber Daya Manusia serta upaya identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dilingkungan PT
BUKIT JAYA ABADI SURABAYA.
2. Bagi Ilmu Pengetahuan:
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu Manajemen
Sumber Daya Manusia pada umumnya dan terhadap pengaruh kepemimpinan dan motivasi kerja karyawan terhadap
kinerja karyawan PT BUKIT JAYA ABADI SURABAYA.
3. Bagi perusahaan khususnya PT BUKIT JAYA ABADI SURABAYA
Diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam rangka mengetahui pengaruh kepemimpinan dan
motivasi kerja terhadap kinerja karyawan PT BUKIT JAYA ABADI SURABAYA.
a. Bisa mengetahui seberapa besar pengaruh kepemimpinan terhadap motivasi kerja karyawan PT BUKIT JAYA ABADI
SURABAYA.
b. Diharapkan dapat memberikan tanggapan karyawan terhadap kepemimpinan, meningkatkan motivasi serta kinerja
mereka.
c. Terjalinnya hubungan kerja sama instansional antara karyawan dan organisasi.
d. Diharapkan dapat digunakan sebagai masukan atau pertimbangan bagi pimpinan.
e. Diharapkan dapat berguna bagi semua sumber daya manusia yang berkompeten yang memiliki kaitannya dengan
kinerja karyawan.
4. Manfaat bagi unit kerja
Diharapkan dapat memberikan gambaran dan rekomendasi bagi pimpinan dan seluruh jajaran khususnya
dilingkungan PT BUKIT JAYA ABADI SURABAYA dalam menentukan kebijakan dan mengambil keputusan untuk
meningkatkan kinerja para karyawan.
1. Bagi penulis
a. Sebagai upaya lebih mendalami masalah-masalah Sumber Daya Manusia serta menerapkan toeri-teori yang telah
diperoleh dibangku kuliah terhadap prektek dilapangan.
b. Kegiatan ini merupakan sebuah kesempatan untuk mencoba memecahkan persoalan yang ada diperusahaan tempat
dimana penulis mengadakan penelitian.
2. Untuk memenuhi tugas akhir bagi penulis dan sebagai persyaratan memperoleh gelar Magister Manajemen di
lembaga tempai penulis menimba ilmu dalam hal ini STIE MAHARDHIKA.
B. Kegunaan penelitian:
1. Dalam kajian penelitian dapat bermanfaat dibidang keilmuan yaitu Sumber Daya Manusia, kajian ini merupakan
sumbangan pada materi kepemimpinan, motivasi kerja dan kinerja karyawan tentang ada dan tidaknya pengaruh
diantara ketiga variabel tersebut.
2. Dalam kajian penelitian diharapkan dapat menemukan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
Selanjutnya kajian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai masukan kepada dunia pendidikan maupun kerja
yang berkaitan dalam kerangka meningkatkan mutu dan kinerja karyawan.
3. Jika hasil penelitian ini ternyata terbukti dimana ada pengaruh yang positif antara pengaruh kepemimpinan dengan
kinerja karyawan, dan pengaruh motivasi kerja dengan kinerja karyawan serta secara bersama-sama terdapat
pengaruh positif antara pengaruh kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan, maka hasil peneilitian
ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi perusahaan khususnya PT BUKIT JAYA ABADI SURABAYA dalam
merancang program yang berkaitan dengan peningkatan kinerja karyawan.
4. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan kepada perusahaan khususnya sebagai bahan
evaluasi kinerja karyawan dan masukan bagi karyawan sebagai bahan untuk evaluasi kinerja yang baik sebagai
individu maupun sebagai kelompok sehingga secara bersama-sama dapat merencanakan langkah yang konkrit
untuk meningkatkan kinerjanya dimasa-masa selanjutnya. Adanya hasil penelitian dimana pengaruh kepemimpinan
dan motivasi kerja karyawan secara bersama-sama dengan kinerja karyawan maka upaya untuk meningkatkan
kinerja dapat dilakukan dapat memperbaiki gaya kepemimpinan dan meningkatkan motivasi kerja karyawan.
5. Hasil penelitian ini juga diharapkan berguna bagi stake holder yaitu pihak dimana industri atau dunia kerja sebagai
partner perusahaan serta masyarakat sebagai konsumen dan sebagai masukan bagi mereka untuk merancang
program-program yang berkaitan dengan kinerja yang baik, semangat kerja maupun produktifitas dan kualitas kerja
karyawan.
C. Evaluasi keberhasilan jika:
1. Kepemimpinan dapat berperan dalam mendorong motivasi.
2. Motivasi kerja memiliki pengaruh yang strategis dalam mendorong produktivitas.
3. Mampu menempatkan orang-orang tertentu dilingkungan unit kerja atas dasar kecakapan dan kemampuan
karyawan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Membatasi masalah mengenai Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kepemimpinan dan motivasi
kerja dan hal lain yang mendukung landasan teori seperti komunikasi.
Pengertian dan arti Manajemen dari personel manajemen adalah Manajemen yang menitik beratkan
perhatiannya pada SDM atau personalia dalam suatu perusahaan tertentu, jadi personal manajemen merupakan
suatu cabang dari manajemen yang khusus menitik beratkan perhatiannya pada soal-soal kepegawaian/karyawan,
tugasnya adalah menitik beratkan kepada soal manusia dalam hubungan kerja dengan tidak melupakan faktor-faktor
produksi lainnya, maka Personel manajemen tidak dapat terlepas dari seluruh hubungan dengan faktor produksi
tenaga kerja itu, misalnya tempat kerja, alat-alat kerja, upah, cara-cara kerja dan lain-lain.
2.1.1 Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah Seni dan ilmu dalam mempengaruhi dan menuntun sesama manusia, karyawan dalam
suatu organisasi atau perusahaan kearah pencapaian tujuan bersama.
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi oranglain, sikap, pikiran dan semangat kejiwaan
seseorang yang terpanggil untuk memimpin dengan segala macam ucapan, perbuatan dan perilaku hidup, guna
mendorong dan mengantarkan yang dipimpinnya kearah pencapaian tujuan bersama.
Kepemimpinan adalah berorientasi pada tugas lebih besar dibandingkan dengan kepemimpinan berorientasi
pada karyawan (consideration).
Adalah Art or Science of Leadership, Seni atau Ilmu dalam memimpin, untuk mencapai tujuan tertentu.
Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku
pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budaya.
A. Syarat – syarat Pemimpin Handal:
1. Pemimpin mau belajar dari bawahan.
2. Fokus pada soft skill dari masing-masing SDM dalam organisasi.
B. Syarat – syarat Sukses Berkomunikasi Pemimpin Handal:
Menurut Dale Carnegie (2008), berpegang pada prinsip dasar yaitu: “The Art of Influence People“, atau seni
mempengaruhi orang lain melalui bukunya "How to Win Friend and Influence People":
1. Jangan mengkritik.
2. Manusia adalah yang dipenuhi dengan emosi atau perasaan dari pada dengan logika, oleh sebab itu tidak disarankan
untuk mencoba menyadarkan rekan kerja dengan cara mengkritik meskipun itu kritik yang menghancurkan ataupun
membangun dan disampaikan dengan cara yang sehalus mungkn. Kritik adalah sesuatu yang sangat mengganggu
dan hanya orang-orang tertentu saja yang dapat menahan kritik dan memutar balikkannya menjadi penghargaan
yang mempunyai manfaat jauh lebih besar bagi diri maupun team.
3. Berikan penghargaan yang jujur dan tulus.
4. Selalu ambil sisi positif dari rekan tersebut sehingga yang timbul bukan rasa cinta kritik melainkan penghargaan atau
pujian, lakukan dengan jujur dan tulus karena hal tersebut akan meningkatkan rasa percaya diri rekan atau bawahan.
5. Bangkitkan minat pada diri orang lain, rekan atau bawahan anda.
2.1.1.1 Definisi Kepemimpinan
Ada beberapa definisi tentang kepemimpinan menurut:
A. Walter J. Wardsworth (Wadsworth:2008):
Kepemimpinan adalah merupakan kemampuan yang tidak bisa dijelaskan namun berdasar pada prinsip-prinsip
dan alat-alat kongkrit yang bisa dipelajari oleh siapapun yang membantu seseorang untuk memandu suatu
organisasi atau kelompok orang untuk menuju suatu arah yang menguntungkan atau menuju tujuan yang berharga.
Seorang pemimpin punya pengikut, bahkan pemimpin-pemimpin yang buruk mempunyai pengikut, namun
biasanya tidak untuk waktu yang lama. Hal ini karena tujuan pemimpin adalah untuk mendapatkan hasil. Untuk
pemimpin yang buruk yang memaksa orang-orangnya berupaya untuk mengontrol atau berpura-pura untuk
mempunyai semua jawaban untuk mendapatkan sesuatu selain hasil jangka pendek. Pemimpin yang baik
mendapatkan tujuan jangka panjang dengan memotivasi dan membebaskan orang atau karyawannya untuk berfokus
pada pencapaian hasil dan tujuan-tujuan perusahaan.
Prinsip-prinsip kepemimpinan tidaklah sulit untuk dipahami atau diterapkan. Setiap orang bisa menjadi
pemimpin namun kesenjangan antara kepemimpinan dan manajemen biasa sangatlah lebar. Hal ini sangat
mambingungkan karena ada beberapa pertanyaan yang sering diajukan dan menjadi pertanyaan, Siapa motivator
yang terbaik? adalah Pemimpin, Siapa yang mendapatkan upaya terbaik dan pemikiran paling berguna dari banyak
orang? adalah Pemimpin, Siapa yang selalu memenuhi tantangan dan tujuan yang sulit? adalah Pemimpin, Siapa
yang meminta nilai - nilai kerja kuno seperti kesetiaan, komitmen, dan antusiasme pada pekerja? adalah Pemimpin,
Siapa yang mendapatkan kenaikan pangkat? adalah Pemimpin. Jadi, kenapa kita mempunyai banyak manajer
namun sangat sedikit pemimpin?.
Karena banyak yang percaya bahwa metode manajemen tradisional memerintah orang disekitar “memaksa dan
memberi penilaian” mendapatkan hasil yang lebih cepat, memang betul tetapi dengan menimbulkan pengorbanan
besar dalam moral, keeffektifan personal, dan keberhasilan jangka panjang.
Alat-alat yang dibutuhkan untuk memimpin dalam jangka panjang adalah seseorang harus belajar tentang
pentingnya nilai, misi, penetapan tujuan, komunikasi yang baik, aksi simbolis dan bagaimana cara untuk menciptakan
sekumpulan rekan pemimpin disekitar kita.
Tidak masalah apakah kita akan menjalankan general motor atau suatu departemen dengan dua pekerja,
prinsipnya sama dan jika seseorang bukan bos siapapun teknik kepemimpinan akan memberikan lebih banyak
dibanding hanya mempersiapkan kita untuk hal-hal yang lebih baik hal tersebut akan membantu kita untuk menarik
perhatian atasan-atasan kita.
Hal-hal yang mendasar untuk menjadi seorang pemimpin adalah kita tidak perlu kharisma atau ketrampilan
komunikasi seperti mantan presiden Amerika Serikat Ronald Regan atau Sam Walton, seorang pemimpin yang baik
bisa jadi pendiam, kasar, ramah, mengagumkan, pemalu, cerewet, suka menggertak, atau sifat manusia yang lain
termasuk yang kita punyai sekarang.
Ciri seorang pemimpin adalah ia memiliki pengikut bahkan pemimpin-pemimpin yang buruk pun memiliki
pengikut namun biasanya tidak untuk waktu yang lama, hal ini karena tujuan kepemimpinan adalah untuk
mendapatkan hasil, dan hal yang sulit untuk pemimpin yang buruk yang memaksa orang, berupaya untuk
mengontrol, atau berpura-pura untuk mempunyai semua jawaban untuk mendapatkan sesuatu selain hasil jangka
pendek.
Pemimpin yang baik mendapatkan tujuan jangka panjang dengan memotivasi dan membebaskan orang untuk
berfokus pada hasil kerja dan target yang menjadi tujuan pencapaian oleh perusahaan.
Yang perlu dilakukan oleh seorang pemimpin untuk memberikan motivasi kepada karyawannya memerlukan
beberapa kunci agar kepemimpinan itu berhasil, ada dua kunci kharakteristik untuk memotivasi karyawannya untuk
pencapaian keberhasilan:
a. Pemimpin berpegang pada sesuatu ide dan nilai yang dihormati oleh orang lain.
b. Pemimpin mendefinisikan realitas untuk orang - orang yang yang bekerja untuknya.
B. John C. Maxwel yang dikutip oleh Jen Z.A Hans (2006):
Kepemimpinan menurut John C. Maxwell, adalah "Seorang pemimpin haruslah cukup besar untuk mengakui
kesalahannya, cukup cerdas untuk memetik pelajaran darinya dan cukup kuat untuk melakukan tindakan perbaikan”.
Beberapa pelajaran tentang kepemimpinan:
1. Kepemimpinan adalah pengaruh, bukan soal gelar, jabatan atau kedudukan dalam struktur organisasi, melainkan
soal bagaimana mempengaruhi orang lain atau karyawannya.
2. Kepemimpinan yang melebar dibangun dari karakter yang mendalam, kepercayaan dan keterlibatan para pengikut
akan sebanding dengan karakter pemimpin.
3. Seorang pemimpin dapat menggabungkan dua tipe antara tipe pemikir dan tipe pelaku, dan dapat memisahkan
resiko kemungkinan kegagalan.
a. Tipe pemikir, adalah yang perlu lebih banyak berbuat.
b. Tipe pelaku, adalah yang perlu lebih banyak berfikir.
4. Para pemimpin haruslah cukup dekat berhubungan degan yang lain, tetapi cukup jauh didepan untuk memotivasi
mereka orang lain atau karyawannya.
5. Kepemimpinan adalah kapasitas untuk menterjemahkan visi menjadi kenyataan.
6. Seorang pemimpin haruslah cukup besar untuk mengakui kesalahan-kesalahannya, cukup cerdas untuk memetik
pelajaran dan cukup kuat untuk melakukan tindakan perbaikan.
7. Seorang pemimpin haruslah lebih dari sekedar menyenangkan orang lain atau karyawannya namun juga karenaNYA.
kalau kebutuhan pemimpin akan penegasan orang-orang melampaui kebutuhan pemimpin akan penegasanNYA
maka ia akan mengalami kesulitan. Kepemimpinan terkadang berarti melakukan tindakan yang tidak populer.
8. Pemimpin yang berencana menjadi lebih besar harus bertekad untuk mengekspos diri terhadap buku-buku serta
orang-orang besar. Masukan mereka dapat mempengaruhi pertumbuhan pemimpin lebih dari apapun dan pilihan
keduanya lebih bijaksana.
9. Seorang pemimpin harus hidup bersama orang-orang untuk mengetahui masalah-masalah mereka dan hidup
mereka, dan hidup bersamaNYA untuk memecahkannya.
10. Seorang pemimpin yang baik adalah seorang pemimpin yang memiliki kemampuan untuk mengatakan yang
sebenarnya, memaparkan keharusan-keharusan serta membeberkan perintah-perintah yang efektif kepada orang
lain. Mereka lakukan semua itu dengan kehangatan, pengertian, humor dan kepekaan sedemikian rupa sehingga tak
seorangpun merasa didesak, mereka malah menyukai pengalaman itu dan merasa lebih baik karenanya.
11. Pemimpin yang menonjol menarik hati para pengikutnya, bukannya pikiran mereka tidak menggunakan logika untuk
memenangkan hati pengikut mereka. Mereka mampu melontarkan sebuah visi, berempati, mambangkitkan
pengharapan dan berbicara kehati.
12. Kepemimpinan yang paling effektif adalah lewat teladan bukan lewat pendidikan, kredibilitas seorang pemimpin dan
haknya untuk diikuti adalah didasarkan pada kehidupannya bukan hanya ucapannya.
13. Pujian tertinggi yang dapat diterima seorang pemimpin adalah yang diberikan oleh orang-orang yang bekerja untuk
mereka.
14. Kalau seorang pemimpin ingin mengevaluasi kepemimpinan mereka sendiri adalah dengan melihat orang-orang
yang mengikutinya.
15. Kalau seorang pemimpin membayar sedikit, kualitas yang bisa diperoleh juga rendah, kalau seorang pemimpin
meberikan upah yang baik maka akan mendapatkan yang terbaik.
16. Mengagumkan kalau ada orang-orang atau karyawan yang percaya pada sang pemimpin tetapi lebih mengagumkan
kalau pemimpin percaya pada orang-orangnya atau karyawannya.
17. Seorang pemimpin perlu memperlihatkan kompetensi dan kepedulian tulus kepada yang lain dan karakter yang layak
dikagumi oleh yang lain ataupun karyawannya.
18. Didunia ini tidak ada jaminan yang ada hanyalah peluang, jaminan hanya ditemukan dalam ketaatan kita terhadap
Sang Pencipta dalam kehidupan kita.
C. Daniel Boorstin (majalah Parade, 6.8.1995):
“Dunia dewasa ini mungkin memilikii pemimpin-pemimpin, tetapi mereka berada dibawah bayang-bayang
selebritis. Pemimpin dikenal karena prestasi mereka, sedangkan kaum selebritis dikenal karena ketenaran mereka.
Pemimpin mencerminkan kemungkinan-kemungkinan akan hakikat manusia, sedangkan kaum selebritis
mencerminkan kemungkinan-kemungkinan pers dan media. Kaum selebritis adalah orang-orang yang membuat
berita, tetapi para pemimpin adalah orang-orang yang membuat sejarah”.
Kepemimpinan bisa didefinisikan sebagai bentuk inteligensi. Dalam waktu yang lama konsep kepemimpinan telah
diungkapkan dalam anekdot, gosip dan pembicaraan untuk menonjolkan diri sendiri. Meskipun pada akhirnya setiap
sistem yang berbeda dari masyarakat dan ekonomi kita telah melalui analisis empiris yang ketat, kepemimpinan tetap
merupakan tingkat studi yang secara relatif masih primitif sampai sekarang ini. Meskipun kebijaksanaan
konvensional cenderung menggolongkan orang-orang yang bekerja dalam sebuah oganisasi ke
dalam dua kategori yang berbeda dan terpisah, mereka yang bekerja dan mereka yang memimpin, kita tahu bahwa
dalam sebuah organisasi yang sukses adalah “Setiap Pemimpin Bekerja dan Setiap Karyawan Memimpin”.
Dalam setiap kasus para pemimpin kerja harus menguasai delapan peran dan alat yaitu dengan :
1. Mengetahui cara untuk memilih orang yang tepat.
2. Menghubungkan mereka dengan penyebab yang tepat.
3. Mengatasi masalah-masalah yang muncul.
4. Mengevaluasi kemajuan untuk mencapai tujuan.
5. Melakukan negosiasi resolusi terhadap konflik.
6. Menyembuhkan luka yang ditimbulkan oleh perubahan.
7. Melindungi kultur mereka dari bahaya krisis.
8. Mensinergikan semua pemegang saham sedemikian rupa sehingga memungkinkan mereka mencapai kemajuan
bersama-sama.
D. Mario Teguh Super Club (sumber: Hery Suherman, SM, Direct Selling, Human Capital Development):
Kepemimpinan adalah sebuah proses mempengaruhi individu atau organisasi untuk mencapai urutan hasil
dalam urutan tindakan yang setia pada sebuah misi.
Seorang pemimpin adalah seorang penjual harapan melalui kejelasan visi dan kekuatan misi, maka dipastikan
bahwa tindakan tersebut tidak berorientasi kepada kepentingan yang bukan bagi kebaikan yang dipimpin, bagi
seorang pemimpin menjadi yang dipercaya adalah hadiah yang lebih baik dari apapun, kepercayaan yang diberikan
anggota organisasi kepada seorang pemimpin datang dari perasaan terpastikan dalam mempercayakan proses
memimpin dalam pencapaian tujuan bersama kepadanya, untuk itu siapapun bisa mencapai kepantasan sebagai
seorang pemimpin, bila yang bersangkutan membiasakan dirinya untuk menggunakan orang lain, tanpa
merendahkan dirinya sendiri atau yang bersangkutan.
Bila anda berada dalam kendali diri yang baik maka mereka bisa merasan ketenangan dalam kepemimpinan
anda, tetapi bila mereka merasa lebih percaya diri dalam kepemimpinan anda maka anda adalah seorang pemimpin
yang berwibawa, untuk diperhatikan kewibawaan kepemimpinan seseorang dapat didefinisikan sebagai pesona
pribadi yang memenangkan peserta dan orang lain untuk bersikap dan berlaku sebagaimana yang dipimpinnya.
Semua pemimpin yang berhasil membangun kebesaran organisasinya selalu adalah pemimpin yang dekat
dengan mereka yang dipimpinnya, sadarilah bahwa dia yang tidak melakukan hal-hal yang tidak mendatangkan
kebaikan bagi mereka yang dipimpinnya telah menunda tercapainya kebaikan yang menjadi hak mereka, maka
kembangkanlah praktek-praktek kepemimpinan dan proses operasi yang membangun keceriaan dan keleluasaan
untuk mencapai hasil lebih baik.
Marilah kita menjadi pribadi – pribadi yang perbedaannya adalah kemampuan untuk mengubah yang biasa
menjadi luar biasa, suatu organisasi tidak mungkin bisa bergerak mendekati bentuk kreatifitas apapun bila sang
pemimpin menjadikan dirinya sendiri contoh utama dalam penolakan cara-cara yang lebih baik, darimana
memulainya? Seperti dalam hal apapun, mulailah dari diri anda sendiri, karena anda adalah seorang Khalifah”.
E. Menurut Hill dan Carrol (1997):
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan mendorong sejumlah orang (dua orang atau lebih) agar
bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terarah pada tujuan bersama.
2.1.1.2 Kharakteristik Kepemimpinan
A. Sifat-sifat umum kepemimpinan
Dalam setiap kasus menurut Wadsworth (2008) para pemimpin kerja harus menguasai atau memiliki delapan
peran yaitu:
1. Mengetahui cara untuk memilih orang yang tepat.
2. Menghubungkan mereka dengan penyebab yang tepat.
3. Mengatasi masalah-masalah yang muncul.
4. Mengevaluasi kemajuan untuk mencapai tujuan.
5. Melakukan negoisasi resolusi terhadap konflik.
6. Menyembuhkan luka yang ditimbulkan oleh perubahan.
7. Melindungi kultur mereka dari bahaya krisis.
8. Mensinergikan semua pemegang saham sedemikian rupa sehingga memungkinkan mencapai kemajuan bersama-
sama.
Kharakteristik seorang pemimpin selain sifat-sifat yang umum diatas adalah mereka mempunyai kesamaan
kharakteristik yang secara total, mendefinisikan pekerjaan mereka:
1. Kepemimpinan sebagai aktifitas mempengaruhi perilaku orang lain atau kelompok, maka sedang berlangsung
kepemimpinan, dengan demikian setiap orang melakukan proses kepemimpinan, dari waktu ke waktu apakah
aktifitasnya dipusatkan didunia usaha, lembaga, pemerintah dan keluarga.
2. Kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwa bagi para pengikut pilihan dari
sasaran-sasaran bagi kelompok atau organisasi. Pengorganisasian dari aktifitas kerja untuk mencapai sasaran
pemeliharaan hubungan kerja sama (Team Work) serta perolehan dukungan dan kerja sama dari orang-orang yang
berada diluar kelompok atau organisasi.
3. Memimpin (Leading) dibedakan dengan memerintah atau commanding jika tak cukup dijadikan landasan untuk
mencapai suatu hasil kerja dari sekelompok orang yang berorganisasi dapat digerakkan untuk melakukan suatu
karya dengan cara-cara yang paling efektif dan dengan perasaan senang.
4. Kepemimpinan sebagai suatu kegiatan untuk mempengaruhi orang lain atau seni untuk mempengaruhi perilaku
manusia baik perorangan ataupun kelompok untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama suatu organisasi.
B. Hal yang sangat berkaitan dengan kepemimpinan:
Hal yang perlu diperhatikan dan sangat berkaitan dengan kepemimpinan dalam pencapaian tujuan bagi seorang
pemimpin adalah Proses komunikasi.
1. Definisi Komunikasi:
Adalah bagaimana cara penyampaian pesan dalam bentuk komunikasi yang effektif dan susunan bahasa serta
pemahaman yang mudah dicerna sehingga tidak dimkungkinkan akan terjadidiscominucation (salah pengertian
dalam hal pemahaman) antar anggota tim atau karyawan dalam mengimplementasikannya dalam suatu kegiatan
atau bidang pekerjaan dan menitik beratkan pada pencapaian tujuan kelompok atau organisasi. Ada beberapa
pengertian mengenai komunikasi adalah:
a. Proses pencapaian informasi dan pengertian pada orang lain, komunikasi akan berhasil baik apabila timbul
pengertian dari kedua belah pihak dan dapat saling memahami.
b. Proses memberi dan menerima informasi antara dua pihak untuk maksud tertentu atau proses yang digunakan untuk
mencari kesamaan arti lewat transmisi pesan simbolik.
c. Komunikasi melibatkan orang, memahami komunikasi termasuk mencoba memahami bagaimana manusia untuk
saling berinteraksi dan berhubungan.
d. Komunikasi termasuk kesamaan arti.
e. Komunikasi termasuk simbol, isyarat, gerakan badan, suara, huruf, angka dan kata kerja, komunikasi dapat mewakili
atau mendekati ide yang mereka maksud untuk dikomunikasikan.
2. Tujuan Komunikasi
Tujuan komunikasi yang dimaksdukan dan dilakukan oleh seorang pemimpin kerja adalah untuk:
a. Mengubah perilaku.
b. Memperoleh tindakan.
c. Memberi dan mendapatkan informasi.
d. Memastikan terjadinya pengertian.
e. Untuk mempengaruhi orang lain kearah pencapaian tujuan.
3. Bentuk-bentuk Komunikasi:
a. Komunikasi tertulis:
Suatu bentuk komunikasi yang disampaikan atau dituangkan dalam bentuk atau berupa kata dan membentuk
suatu kalimat yang berisi pesan tertulis dan membutuhkan pemahaman dari si penerima pesan yang telah
membacanya.
b. Komunikasi lisan:
Suatu bentuk komunikasi yang disampaikan berupa ucapan dari si pengirim pesan kepada si penerima pesan.
c. Komunikasi dengan gambar:
Suatu bentuk komunikasi yang disampaikan berupa gambar-gambar secara simbolik yang membutuhkan
pemahaman yang tinggi bagi si penerima pesan.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Komunikasi:
Komunikasi dapat tercipta dengan baik karena adanya beberapa faktor
a. Komunikasi harus mudah untuk dimengerti.
b. Komunikasi harus lengkap.
c. Komunikasi harus tepat waktu dan sasaran.
d. Komunikasi perlu landasan saling percaya.
e. Komunikasi perlu memperhatikan situasi dan kondidi.
C. Cara-cara Pemimpin:
Beberapa cara pemimpin yang effektif dalam pencapaiann tujuan yang baik bagi seorang pemimpin adalah:
1. Pemimpin tidak mengontrol secara berlebihan.
2. Pemimpin membutuhkan cara pandang yang kuat.
3. Memiliki visi dan misi.
4. Menetapkan strategi , tujuan dan standard.
5. Komunikasi.
D. Syarat utama Pemimpin
Seorang pemimpin harus mampu mempengaruhi orang lain atau karyawan, mampu memotivasi dan
mengkoordinasikan para karyawan untuk dapat diajak bekerja sama dengan hubungan yang baik dalam rangka
pencapaian tujuan.
Kepemimpinan berkenaan dengan penggunaan pengawas dan semua aktifitas atau hubungan dalam
organisasi yang dapat dilakukan oleh seorang pemimpin.
E. Konsep Kepemimpinan :
1. Leadership is within the individual leader, adalah kemampuan yang berupa sifat - sifat yang dibawa sejak lahir oleh
seorang pemimpin.
2. Leader is function of the group, adalah memandang bahwa esensi kepemimpinan lebih ditekankan pada sifat suatu
kelompok daripada sifat pribadi pemimpin.
3. Leadership is function of the situation, adalah sebagai interaksi dari berbagai faktor internal dan external organisasi
dalam kaitannya dengan konsep kepemimpinan sebagai fungsi dari situasi.
F. Ciri – ciri seorang Pemimpin
Jika pemimpin tidak memiliki sifat-sifat umum, mereka memiliki kesamaan karakteristik yang secara total
mendefinisikan pekerjaan mereka. Karakteristik atau ciri-ciri seorang pemimpin dan yang harus dimiliki oleh seorang
adalah sebagai berikut:
1. Mempunyai kemauan untuk memimpin bukannya mengelola.
2. Memelihara moral yang tinggi diantara karyawan mereka.
3. Menginspirasikan komitmen dan kerja sama tim.
4. Menunjukkan pada saat yang sama energi, gairah, dan antusiasme.
5. Terfokus dan mampu memfokuskan orang-orang yang mereka pimpin.
6. Memandang masa depan dengan harapan dan optimisme.
7. Mengambil resiko secara hati-hati.
8. Jujur pada diri mereka sendiri.
9. Terus berjalan meskipun banyak hambatan.
10. Mengetahui bidang dan pekerjaan mereka secara mendalam.
11. Bekerja untuk menanamkan nilai pada orang-orang yang mereka pimpin.
12. Mengorientasikan diri mereka sendiri terhadap karyawan.
13. Mengambil perspektif jangka panjang.
14. Mengundang input
15. Mentoleransi kekeliruan.
16. Menetapkan standar dan tujuan.
17. Tetap tenang saat diserang kritikan.
18. Memastikan orang mempunyai sumber daya untuk melakukan pekerjaan.
19. Percaya diri sendiri dan orang-orangnya.
20. Memulai perubahan dari pada bereaksi terhadap perubahan.
21. Mengambil tanggung jawab.
22. Tidak takut bekerja berdampingan dengan orang-orang baik yang ambisius.
23. Menginginkan masa depan yang lebih baik.
24. Tidak menyalahkan orang lain.
25. Mempunyai sikap mengambil alih kesalahan.
26. Ingin untuk menang.
27. Penuh ingin tahu dan fleksibel.
28. Menguji asumsi secara konstan.
29. Tidak mengontrol secara berlebihan.
30. Memberi bawahan kebebasan untuk bertindak.
31. Mentoleransi walaupun tidak mengundang perbedaan pendapat.
32. Percaya mereka bisa mengubah dunia kearah yang lebih baik.
33. Melihat kesempatan dalam tantangan.
34. Membuat keputusan instingtif berdasarkan pengalaman.
35. Meluangkan waktu untuk mengajarkan pada orang atau karyawannya sudut pandang mereka.
Dari semua karakteristik seorang pemimpin yang telah disebutkan sebelumnya tidak semuanya ada dalam diri
seorang pemimpin, namun pemimpin yang baik sering menunjukkan kebanyakan diantaranya.
Cara–cara pemimpin, tidak mengontrol secara berlebihan, adalah tidak ada hubungannya dengan memerintah
bawahan atau karyawan semaunya, mengancam dan mencampuri pekerjaan bawahan atau karyawannya dalam
pencapaian hasil dan tujuan-tujuan perusahaan.
2.1.1.3 Gaya – gaya kepemimpinan
A. Beberapa Gaya tentang Kepemimpinan menurut Keith Devis (1981), ada 3 (tiga) perilaku kepemimpinan:
1. Kepemimpinan Otoriter (autoriterian), adalah:
Gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara
penuh, segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh pemimpin tersebut, sedangkan para bawahan
hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan:
a) Kepemimpinan dengan perilaku Dominan ciri-ciri:
1. Kurang yakin pada diri sendiri sehingga ada kecenderungan memanfaatkan orang lain untuk menangani
keputusannya dari pada mengalami kesalahan bila ditangani sendiri.
2. Melaksanakan dan mentaati perintah.
b) Kepemimpinan dengan perilaku Birokrat, ciri-ciri:
1. Berusaha agar lingkungan dan situasi kerja sesuai dengan aturan teoritis, diatur dengan prosedur-prosedur dan
mekanisme yang bersifat statis dan kaku serta didalam prakteknya dibatasi oleh posisi atau kedudukan yang tidak
sama antara pimpinan dan orang-orang yang dipimpin.
2. Menuntut ketaatan pada perintah pimpinan yang lebih tinggi dengan membuat atau melalui peraturan-peraturan yang
membenarkannya.
c) Kepemimpinan dengan perilaku Pembelot (Diserter), ciri-ciri:
1. Menghindari serta menghiraukan tugas dan tanggung jawab, tidak mau membimbing serta mengarahkan seseorang
atau karyawan maupun bawahan yang dipimpin agar berkurang atau melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan
organisasi.
2. Hanya melibatkan diri pada tugas-tugas yang ringan dan tidak banyak menggunakan energi baik fisik maupun psikis.
2. Kepemimpinan Bebas (laisses faire):
Adalah kebalikan dari kepemimpinan Otoriter, dari semua perilaku tipe ini cenderung didominasi oleh perilaku
kepemimpinan kompromi (compromiten) dan perilaku kepemimpinan pembelot, pemimpin jenis ini hanya terlibat
dalam kuantitas yang kecil dimana para bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian
masalah yang dihadapi, sehubungan dengan itu apabila tidak seorangpun yang dipimpin atau bawahan yang
mengambil inisiatif untuk menetapkan suatu keputusan dan tidak pula melakukan suatu kegiatan, maka
kepemimpinan dan keseluruhan kelompok atau organisasi menjadi tidak berfungsi, kebebasan dan menetapkan
suatu keputusan atau melakukan kegiatan diserahkan sepenuhnya pada orang-orang yang dipimpin.
3. Kepemimpinan Demokratis (democration):
Adalah kepemimpinan yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahannya.Setiap ada
permasalahan selalu mengikut sertakan bawahan sebagai suatu team yang utuh, pemimpin banyak memberikan
informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahan, adalah kepemimpinan yang menempatkan manusia
sebagai faktor utama dan terpenting dalam setiap kelompok atau organisasi, dengan mewujudkan dominasi perilaku
sebagai pelindung dan penyelamat, perilaku ini cenderung memajukan dan mengembangkan kelompok atau
organisasi sebagai pelaksana (eksecutive).
Pemimpinan demokrasi adalah kepemimpinan yang aktif, dinamis dan terarah, kagiatan-kegiatan pengendalian
dilaksanakan secara tertib dan bertanggung jawab, pemberian tugas-tugas disertai pelimpahan wewenang dan
tanggungjawab yang jelas memungkinkan setiap anggota berpartisipasi secara aktif, mengetahui pula bagaimana
melaksanakan secara efektif dan efisien, tipe ini dihormati dan disegani karena mampu mengembangkan,
memelihara dan menjaga kewibawaan atas diri hubungan manusiawi yang efektif.
4. Kepemimpinan Pelengkap:
Ada beberapa karakteristik kepemimpinan pelengkap:
a. Karismatik:
Diartikan sebagai keadaan atau tingkah laku yang dihubungkan dengan kemampuan luar biasa dalam hal
kepemimpinan seseorang untuk membangkitkan pemujaan dan rasa kagum dari masyarakat terhadap dirinya atau
atribut kepemimpinan yang didasarkan atas kualitas kepribadian individu.
b. Kepemimpinan Simbol:
Menempatkan seorang pemimpin sekedar sebagai lambang atau symbol tanpa menjalankan kegiatan
kepemimpinan yang sebenarnya, hanya dijalankan dengan memberi kesempatan untuk bertanya dan berkonsultasi
jika anggota memerlukannya.
Waktu perwujudan kepemimpinan pelengkap lebih dekat pada:
1. Tipe kepemimpinan bebas (causes faire), dijalankan oleh organisasi, setiap keputusan dan pelaksanaannya adalah
wewenang dan tanggung jawab sepenuhnya dari yang dipimpin pelaksana tanpa boleh diganggu gugat oleh
pemimpin yang menjadi symbol.
2. Tipe Pengayom, menempatkan seorang sebagai kepala, pada dasarnya bertugas sebagai layaknya kepala keluarga,
memiliki kesediaan dan kesanggupan dalam melayani anggotanya, dijalankan dengan melakukan kegiatan
kepeloporan, kesediaan berkorban, pengabdian, melindungi dan dan selalu menempatkan diri pada usaha
pemecahan masalah perseorangan atau kelompok.
3. Tipe Kepemimpinan Organisasi dan Administrator, dijalankan oleh para pemimpin yang senang dan memiliki
kemampuan mewujudkan dan membina kerjasama, yang pelaksanannya berlangsung secara sistematis dan terarah
pada tujuan yang jelas, keputusan yang ditetapkan merupakan hasil yang matang dan tak mudah berubah-ubah, dan
merupakan kepemimpinan yang mampu menggunakan serta memanfaatkan orang-orang yang dipimpin agar
bergerak kearah pencapaian tujuan.
B. Gaya Kepemimpinan menurut Dale Carnegie (2008),”How to Win Friend and
Influence People” (adalah suatu cara bagaimana mempengaruhi orang lain
melalui kepemimpinan):
1. Otokratis, kepemimpinan menggunakan pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan
strukturnya, jadi kekuasaanlah yang sangat dominan diterapkan.
2. Demokratis, kepemimpinan yang ditandai dengan adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan
pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Kepemimpinan Demokratis cenderung bermoral tinggi dapat
bekerja sama mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan dirinya sendiri.
3. Kendali Bebas, kepemimpinan dengan memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi
bersifat longgar dan pemimpin bersifat pasif.
Gaya kepemimpinan kepemimpinan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kecenderungan ke arah gaya
kepemimpinan transformasional, faktor ini terdiri dari 5 (lima) indikator sebagai berikut:
1. Menimbulkan rasa optimis dan setia kepada organiasi.
2. Senantiasa menjadi sumber inspirasi bagi bawahan dalam bekerja.
3. Memberi petunjuk atau saran pada bawahan atau karyawan agar mampu memikirkan masalah lama dengan cara
baru.
4. Menghargai kecakapan karyawan dan pertimbangan logis dalam menyelesaikan masalah.
5. Memperlakukan karyawan secara personal dengan kondisi masing-masing.
2.1.1.4 Teori Kepemimpinan
Teori Kepemimpinan secara umum, adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dikenal juga sebagai kemampuan untuk memperoleh
consensus anggota organisasi untuk melakukan tugas manajemen agar tujuan organisasi tercapai.
Menurut Goerge Terry, Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama
dan sukarela dalam mencapai tujuan kelompok.
Menurut Cyriel O’Daniel, Kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai
tujuan umum, dari beberapa teori tersebut diatas yaitu oleh George Terry dan Cyriel O’Daniel dapat disimpulkan,
Kepemimpinan terdiri atas:
1. Mempengaruhi orang lain agar mau melakukan sesuatu.
2. Memperoleh konsensus atau suatu pekerjaan.
3. Untuk mencapai tujuan manager.
4. Untuk memperoleh manfaat bersama.
Jika dilihat dari konteks kepemimpinan hal yang saling terkait adalah adanya unsur kader penggerak, adanya
peserta yang digerakkan, adanya komunikasi, adanya tujuan organisasi dan adanya manfaat yang tak hanya
dinikmati oleh sebagian anggota.
2.1.2 Motivasi
2.1.2.1 Definisi Motivasi
Adalah dorongan psikologis yang mengarahkan seseorang kearah suatu tujuan, motivasi membuat keadaan
dalam diri imdividu muncul, terarah dan mempertahankan perilaku motivasi menjadi dorongan (driving force)
terhadap seseorang agar mau melaksanakan sesuatu.
Motivasi pada setiap individu tidaklah sama dan berbeda satu dengan yang lain, untuk itu diperlukan pengatahuan
mengenai pengetahuan dan hakekat motivasi, serta kemampuan tehnik menciptakan situasi sehingga menimbulkan
motivasi atau dorongan bagi mereka yang untuk berbuat atau berperilaku sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh
individu lain.
Menurut Anton Irianto (2005), Motivasi berasal dari kata ‘move’ yang artinya bergerak dan definisi motivasi masih
sering diperdebatkan, diantaranya “Motivasi adalah yang menggerakkan atau mendorong kelompok organisasi atau
orang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu“.
Menurut Hasibuan (2000), Motivasi adalah pemberian penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang agar
mereka mau bekerjasama, bekerja effektif dan terintegrasi dengan segala daya upaya untuk mencapai kepuasan.
Motivasi memegang peranan penting karena motivasi merupakan hal yang menyebabkan, menyalurkan dan
mendukung perilaku manusia supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal.
2.1.2.2 Teori Motivasi
Berikut ini ada beberapa asumsi mengenai teori motivasi:
A. Teori kebutuhan
Teori dengan asumsi “Semua orang sama, semua situasi sama, dan selalu ada satu cara terbaik “:
1. Teori hierarki kebutuhan Maslow, Manusia Piramida:
Menurut Abraham H Maslow ada lima jenis kebutuhan manusia dari yang terendah sampai dengan yang
tertinggi:
a. Kebutuhan fisiologis.
b. Kebutuhan rasa aman.
c. Kebutuhan social.
d. Kebutuhan status.
e. Kebutuhan aktualisasi diri.
2. Teori ERG Clayton Alfred, Manusia Tiga Tingkat:
Membagi manusia menjadi tiga tingkat, antara lain:
a. Kebutuhan Existence, kebutuhan fisiologis dan rasa aman.
b. Kebutuhan Relatednes, kebutuhan social dan struktur social.
c. Kebutuhan Actuality, kebutuhan untuk beraktualitas.
B. Teori Perilaku Manusia Tikus
Teori yang mengamati pelbagai perilaku orang yang memang diasumsikan bisa diukur:
a. Jika seseorang memperoleh apa yang diinginkan, maka “Penghargaan positif meningkatkan kinerja”.
b. Jika seseorang menghindari apa yang tidak diinginkan, maka “Penghargaan negative meningkatkan kinerja”.
c. Jika seseorang memperoleh apa yang tidak diinginkan, maka “Hukuman menurunkan kinerja”.
d. Jika seseorang tidak memperoleh apa yang tidak diinginkan, maka “Ancaman pemecatan menurunkankinerja”.
Teori perilaku manusia tikus ini dibedakan oleh beberapa kategori, diantaranya:
1. Teori Efek Thorndike, Manusia pencari kesenangan:
Teori ini menyatakan bahwa jika yang dilakukan seseorang menyenangkan, ia akan lebih sering melakukannya,
Jika perilakunya buruk, ia pasti tidak akan mengulanginya. Jadi perilaku akan semakin melekat pada diri seseorang
apabila:
a. Kesenangan atau kepedihan muncul seketika akibat suatu perilaku.
b. Kesenangan atau kepedihan tersebut terjadi berulang-ulang.
c. Kesenangan atau kepedihan tersebut benar-benar dirasakan oleh orang tersebut.
2. Teori Analisis Transaksional Eric Berne, Manusia bermental transaksi:
Teori ini menyatakan bahwa salah satu motivator paling kuat bagi manusia adalah dihargai secara positif,
menerima pengakuan pribadi dari orang lain.
Seseorang membutuhkan “rangsangan” dari orang lain agar merasa puas secara emosional dan psikologis. Jika
rangsangan positif tidak diberikan, mereka yang haus akan rangsangan ini akan semakin sulit diatur dan
mengganggu hanya untuk mencari perhatian. Bahkan rangsangan negative lebih baik dari pada diabaikan atau tidak
menerima rangsangan sama sekali.
3. Teori Tujuan, Manusia Bermental Sepak Bola:
Teori ini menyatakan bahwa mencapai tujuan adalah sebuah motivator, hampir setiap orang menyukai kepuasan
kerja karena mencapai sebuah tujuan spesifik, saat seseorang menentukan tujuan yang jelas kinerja biasanya
meningkat, sebab:
a. Ia akan berorientasi pada hal-hal yang diperlukan.
b. Ia akan berusaha keras mencapai tujuan tersebut.
c. Tugas-tugas sebisa mungkin akan disesuaikan.
d. Semua jalan untuk mencapai tujuan pasti akan ditempuh.
e. Bawahan harus menyetujui dan menerima tujuan itu.
Bila mereka berfikir sebuah tujuan terlalu sulit atau kurang penting, maka orang tersebut tidak termotivasi untuk
mencapainya.
4. Teori Kelompok, Manusia Sosial:
Teori ini menyatakan bahwa suatu kelompok kerja cenderung menerapkan norma-norma poduksi mereka
sendiri dan memastikan anggota baru mereka untuk mengikuti aturan yamg dibuat kelompok tersebut, untuk
melakukan hal ini, kelompok biasanya memakai beragam mekanisme sosial agar anggota tidak berproduksi secara
berlebihan atau kurang.
5. Teori Dua Faktor:
Teori ini menyatakan bahwa “Kepuasan dan ketidakpuasan“, adalah dua faktor yang berbeda, seseorang
menghindari ketidak puasan, tetapi hal ini belum tentu memberi kepuasan.
Pemuas : Pekerjaan menarik, pekerjaan menantang, kesempatan
berprestasi, penghargaan, promosi jabatan.
Faktor darurat : Gaji pengawasan, kondisi kerja, keamanan kerja, status.
C. Teori Proses
Teori dengan asumsi “Perilaku ditentukan oleh pelbagai macam faktor”, setiap orang memutuskan sendiri
perilaku mereka dalam organisasi. Setiap orang memiliki jenis kebutuhan, keinginan, dan tujuan yang berbeda-beda
dengan orang lain. Setiap orang memilih rencana berperilaku berdasar persepsi (harapan) seberapa jauh perilaku
tersebut akan mencapai hasil yang diharapkan.
1. Model teori Lawler, Manusia Pengharap:
Teori ini menyatakan, bahwa bawahan harus diarahkan pada penghargaan dimasa yang akan datang dari pada
belajar dari masa lalu.
Bila mereka melihat kemungkinan adanya pengahargaan berdasar usaha mereka, mereka semakin bekerja keras,
kinerja meningkat dan penghargaan diberikan, akibatnya hal ini memberikan kepuasan yang meningkatkan usaha.
D. Teori Kecenderungan
Teori dengan asumsi “Setiap orang berbeda, setiap orang mamiliki kebutuhannya sendiri-sendiri”.Kepribadian
berdampak pada motivasi,
1. Teori Tiga Kebutuhan Mc Clelland, Manusia Prestasi:
Teori ini menyatakan bahwa bawahan menginginkan 3 (tiga hal) dari pekerjaannya:
a. Prestasi (need of acciefment).
b. Kekuasaan (need of power).
c. Perhatian (need of affection).
2. Teori Percaya Diri, Manusia yang membatasi diri:
Teori ini menyatakan bahwa bawahan hanya dapat berhasil mencapai target yang mereka yakini dapat mereka
capai.
3. Teori Keadilan, J Stacy Adam, Manusia Adil:
Teori ini menyatakan bahwa ketika kita membandingkan dengan orang lain dan kita merasa lebih buruk. Kita
melihat situasi kita sebagai kurang adil, bukan hanya merasa frustasi, motivasipun terpengaruh.
Ada dua kemungkinan tanggapan:
a. Mengurangi usaha sehingga penghargaan tampak adil (menurunkan motivasi)
b. Berusaha meningkatkan penghargaan atau pendapatan (meningkatkan motivasi)
Bila itu tidak mungkin, kita menghapus kekecewaan dengan mengundurkan diri dari organisasi tersebut.
4. Teori Valensi, Manusia Penjudi:
Teori ini menyatakan bahwa manusia cenderung membuat pilihan dan mengambil resiko yang tersedia, maka
seseorang tersebut memilih perilaku yang memberikannya hasil terbaik sesuai dengan apa yang diinginkannya.
Teori ini memungkinkan seseorang membuat keputusan secara sadar, ada 3 (tiga) elemen penting:
a. Hasil, akibat apa yang mungkin timbul dari suatu perilaku.
b. Valensi, seberapa baik atau menarikkah hasil tersebut?
c. Harapan, jika saya lakukan ini, akankah saya memperoleh hasil itu?
5. Teori X dan Y Donad Mc Gregor, Manusia Baik dan Manusia Jahat:
Teori ini menyatakan bahwa cara pandang seorang pemimpin akan mempengaruhi caranya memotivasi
bawahan.
Teori X, pemimpin menganggap bawahan:
a. Membenci pekerjaannya.
b. Tidak mempunyai gagasan.
c. Tidak mempunyai penyelesaian masalah.
d. Hanya memikirkan uang.
e. Perlu dikendalikan secara kuat.
f. Pemalas dan tidak dapat dipercaya sehingga pemimpin tersebut akan memotivasi dengan cara-cara sebagai berikut:
1) Mengatakan dengan jelas apa yang harus dilakukan
2) Melakukan pengawasan secara ketat.
3) Membuat semua keputusan seorang diri.
4) Tidak menghendaki partisipasi.
5) Penghargaan hanya dalam bentuk gaji.
6) Mengharapkan kontribusi minimum.
Teori Y, pemimpin menganggap bawahan:
a. Menikmati pekerjaannya.
b. Bersedia memberi kontribusi.
c. Bersedia menerima tanggung jawab.
d. Dapat membuat keputusan bagi diri sendiri.
e. Mampu menanggulangi masalah.
f. Mampu membuat rencana kerja jangka panjang dan mencapainya sehingga pemimpin tersebut akan memotivasi
bawahan dengan cara-cara sebagai berikut:
1) Memberi tanggung jawab.
2) Memberikan mereka kesempatan untuk membuat keputusan akan pekerjaan mereka.
3) Memberi mereka kesempatan memberikan saran-saran dan menjalankannya.
4) Memberi mereka penghargaan dengan cara lain bukan hanya dengan uang.
2.1.2.3 Bentuk Motivasi
A. Motif
Salah satu unsur dari motivasi adalah Motif atau alasan atau sesuatu yang yang memotivasi. Motivasi dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok External dan Internal:
1. Motivasi Eksternal
Adalah motivasi yang berasal dari luar diri manusia dan dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu motivasi
ekternal positif dan motivasi eksternal negatif:
a. Motivasi Eksternal Positif, biasanya berupa hadiah, atau imbalan yang membangkitkan niat orang untuk berbuat
sesuatu, misalnya dalam bentuk upah, gaji, komisi, insentif, promosi, dan sebagainya yang berhubungan dan ada
kaitannya dengan kinerja seorang karyawan.
b. Motivasi Eksternal Negatif, adalah sesuatu yang dipaksakan dari luar agar orang menghindari sesuatu yang tak
diinginkan misal, sangsi, hukuman, peraturan, tata tertib dan sebagainya.
Motivasi Eksternal bersifat sementara tergantung stabil dan tidak stabilnya, artinya karena sifatnya sesuatu yang
dipasang dari luar kekuatannya bisa cepat pudar secepat tanggapan orang terhadap sesuatu yang sifatnya
pemberian.
2. Motivasi Internal
Adalah motivasi dari dalam diri manusia sendiri, jenis motivasi ini dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu
motivasi internal positif dan motivasi internal negatif:
a. Motivasi Internal Positif, motivasi ini muncul karena kegunaan untuk tumbuh dan berkembang serta mengekspresikan
diri, misalnya, ingin karier lebih baik, keinginan untuk dapat meraih sukses dan keberhasilan, aktualisasi diri dan
sebagainya.
b. Motivasi Internal Negatif, motivasi ini muncul biasanya karena tekanan, ancaman, ketakutan, kekhawatiran dan
lainnya misalnya, takut tertinggal oleh kelompok atau lingkungan, takut kehilangan, takut menderita kerugian dan
sebagainya.
Motivasi Internal sifatnya lebih permanen, mandiri, dan stabil. Karena dorongan berasal dari dalam, kondisi
kejiwaan orang yang bersangkutanlah yang akan menentukan kuat tidaknya motivasi dan berlangsung lama atau
tidaknya. Tetapi secara umum dapat dikatakan bahwa sesuatu yang dari dalam ini akan lebih permanen karena tidak
tergantung pada pihak lain dan sepenuhnya tergantung pada diri sendiri, mengingat bahwa manusia adalah makhluk
sosial dan lingkungan sekitar juga mudah mempengaruhinya.
Harus diakui pula bahwa mayoritas manusia cenderung berfikir dan bersifat negatif. Oleh karenanya pengaruh
lingkungan negatif seperti ini, motivasi internal bisa surut dan bahkan padam.
B. Bentuk Lain Motivasi
Ada beberapa bntuk lain dari motivasi antara lain:
1. Teguran atau Kritik
Menegur berarti mengingatkan bila seseorang tidak mencapai standard agar dia dapat mencoba kembali
mencapai standard tersebut, didalam menegur seorang motivator harus dapat memperlihatkan kesalahan yang
terjadi, memiliki cukup fakta dan disertai perasaan sang motivator, apakah marah, tersinggung ataupun frustasi.
Mengkritik adalah suatu tindakan yang sulit, kalau kita melihat prinsip berkomunikasi yang diugkapkan oleh Dale
Carnegie “Jangan mengkritik, mencerca atau mengeluh, sebaliknya berikan penghargaan yang jujur dan tulus, jadi
sebisa mungkin jangan menyampaikan kritik akan tetapi berikan saran-saran berharga yang membangun".
2. Amarah
Amarah adalah emosi yang digunakan oleh pembicara-pembicara untuk memukau pendengarnya, amarah
seorang jendral digunakan untuk membangkitkan kemarahan seluruh tentaranya, amarah seorang manager untuk
menegaskan kembali standard keunggulan mutu perusahaan.
3. Tantangan
Adalah target yang tidak mustahil untuk dilakukan dengan melihat keterbatasan-keterbatasan yang ada,
tantangan yang realistis mampu membangkitkan antusiasme dari staf atau team untuk memberikan performa terbaik
yang semakin baik lagi.
4. Keterbatasan Fisik
Didalam buku-buku banyak yang mengisahkan orang-orang yang memiliki keterbatasan fisik bisa berhasil dan
berjaya dibidangnya, setelah mereka memperoleh keberhasilan mereka tidak tinggal diam tetapi selalu memotivasi
orang lain apalagi yang mengalami keterbatasan fisik untuk terus berusaha mencapai keberhasilan dan tidak selalu
melihat kekurangan yang mereka miliki.
5. Kepercayaan dan Tanggung jawab
Buatlah orang tersebut merasa penting dan dibutuhkan oleh orang lain serta diperhatikan oleh orang lain
termasuk diri anda.
Secara umum orang terpengaruh untuk berusaha jika diberikan tanggung jawab, karena tanggung jawab adalah
wujud otoritas untuk membuat perubahan atau mengambil keputusan, lebih jauh lagi memberikan tanggung jawab
berarti memberikan kesempatan kepada seseorang untuk membuktikan kemampuannya.
6. Materi
Memberikan materi adalah untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia (teori Mashlow), materi dapat berupa
gaji yang pantas, fasilitas, kendaraan, rumah dan lain sebaganya, motivasi diberbagai bidang dan olah raga, motivasi
berupa latihan berupa latihan mental khusunya kepada pemain-pemain muda untuk membentuk kepercayaan diri,
keyakinan dan target untuk menjadi juara, Motivasi merupakan
faktor non teknis yang menentukan kondisi mental atlit disamping faktor non teknis.
Didalam sebuah pertandingan kehadiran pendukung memberikan keuntungan besar kepada atlit yang
didukungnya. Bagi perusahaan, secanggih apapun pengetahuan dari pemimpin puncaknya dalam titik tertentu
keberhasilan ditentukan oleh berapa besar motivasi kerja dari seluruh karyawan dari perusahaan tersebut. Motivasi
kerja tersebut ditunjukkan dengan penampilan yang prima untuk perusahaan.
Bagi ketentaraan, dalam setiap pertempuran kehadiran seorang pemimpin perang yang disegani memberikan
motivasi tempur yang tinggi kepada setiap tentara yang dipimpinnya.
Dengan menjadi seorang motivator kita dapat memperoleh keuntungan-keuntungan seperti kerja sama team,
jiwa kepemimpinan dan motivasi diri yang lebih kuat. Seseorang yang memberikan motivasi kepada teman-teman,
kerabat, rekan kerja membuat dunia ini akan menjadi tempat hidup yang lebih baik.
7. Kebutuhan
Bentuk motivasi adalah kebutuhan, menurut Abraham Mashlow (1908-1970) kebutuhan manusia itu berjenjang
dan dapat digambarkan dalam bentuk anak tangga atau hirarki.
Adalah seperti yang dijelaskan dalam gambar berikut ini :
V
IV
III
II
I
Gambar 2.1
Tangga Kebutuhan Manusia
Sumber (Mashlow 1908-1970)
Keterangan gambar:
I. Kebutuhan Fisiologis, adalah merupakan kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, papan serta kebutuhan lainnya
seperti kesehatan.
II. Kebutuhan akan rasa aman, adalah mencakup rasa aman, dalam pengertian yang luas, misalnya kewenangan tidak
dikurangi, tidak terancam degradasi, penghasilan tidak berkurang dan lain sebagainya.
III. Kebutuhan Sosial, adalah keinginan berbagi, diterima oleh lingkungan maupun masyarakat dan sebagainya.
IV. Kebutuhan akan Harga Diri (self esteem) misalnya kebutuhan untuk dikenali, dan dihargai dan juga rasa bangga
(proud).
V. Kebutuhan akan Aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk mengekspresikan diri, bakat, hobi, ide-ide, dan pikiran serta
kemampuan yang dimiliki.
Tangga kebutuhan menurut Mashlow juga bisa digambarkan dalam bentuk piramida sebagai berikut:
I
II
III
IV
V
Gambar 2.2
Piramida Kebutuhan
Sumber (Mashlow 1908 -1970)
Keterangan gambar:
I. Aktualisasi, prestasi tinggi, kompetensi, kreatifitas, dan kemandirian, pribadi tertentu.
II. Kebutuhan Ego, prestasi tinggi, kompetensi, kreatifitas, dan kemandirian pribadi tertentu.
III. Kebutuhan Sosial, Afiliasi, asosasi, diterima persahabatan, dan kasih sayang.
IV. Kebutuhan Rasa Aman, bebas dari rasa takut, dan perlindungan, terhadap bahaya, ancaman dan kemiskinan
V. Kebutuhan Jasmani, makanan, kesehatan dan materi. Motivator adalah
faktor-faktor yang dapat menciptakan kepuasan kerja yang disebut juga faktor pendukung antara lain:
a. Pencapaian / penyelesaian pekerjaan.
b. Pengenalan untuk menyelesaikan pekerjaan.
c. Tanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaan.
d. Kelanjutan dan pertumbuhan dalam kemampuan.
2.1.2.4 Hal-hal yang mempengaruhi motivasi kerja
Ada beberapa faktor motivasi yang mempengaruhi sistim kinerja pada karyawan antara lain:
1. Penyempurnaan sistim upah dan gaji berdasar jasa, prestasi kerja karyawan.
2. Penetapan ketentuan dalam bentuk undang-undang, peraturan terhadap perda dan lain-lain yang bersifat
perlindungan hukum terhadap profesionalitas karyawan untuk memberikan rasa aman baik secara fisik maupun
psikis.
Beberapa hal yang mempengaruhi terhambatnya prestasi atau kinerja seorang karyawan:
1. Sistim pengupahan atau penggajian yang tidak memperhatikan kebijakan-kebijakan yang telah dan ditetapkan oleh
pemerintah.
2. Kurang menghargai pekerjaan seorang karyawan atau bawahan dengan mempertimbangkan pengalaman yang telah
dimiliki oleh seorang karyawan.
3. Memiliki sistim atau kebijakan perusahaan sendiri terhadap penggajian atau pengupahan, hal ini biasannya dilakukan
oleh perusahaan yang menerima atau mencari calon karyawan melalui suatuagen atau yang biasa disebut
dengan out sourching dengan sistim kontrak triwulanan, semesteran atau tahunan dimana jika dalam perjanjian
kontrak tersebut si calon karyawan bisa atau tidak bisa melakukan pekerjaannya dengan baik atau sebaliknya,
maka si calon karyawan tersebut bisa diberhentikan ataupun diperpanjang masa kontraknya.
4. Sistim penilaian yang kurang akurat karena hanya dilakukan dengan melaui informasi orang perorang sehingga data
yeng didapat bisa dibuat-buat atau tidak yang sebenarnya tanpa melaui analisa dan tindakan koreksi yang bijaksana.
Hal ini bisa memicu semangat seorang karyawan bisa menurun karena merasa kurang diperhatikan atau merasa
kurang dipercaya oleh masing-masing atasannya atau hasil kerja atau prestasi seorang karyawan dianggap masih
meragukan.
2.1.2.5 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Kerja
Menetapkan visi dan misi perusahaan yang sejalan dengan kebutuhan dan tujuan para anggota atau karyawan,
adapun beberapa hal tersebut antara lain:
1. Tantangan
Manusia dikarunai mekanisme pertahanan diri yang disebut ’’fight atau flight“ yaitu ketika dihadapkan pada
suatu tantangan, secara naluri manusia akan melakukan tindakan untuk menghadap tantangan tersebut (fight) atau
menghindar (flight). Dalam banyak kasus tantangan yang ada merupakan suatu rangsangan untk mencapai
kesuksesan. Dengan kata lain tantangan tersebut justru merupakan motivator. Namun demikian tak semua pekerjaan
menghadirkan tantangan. Sebuah iman tidak akan selamanya akan menghadapi suatu tantangan.
Salah satu kriteria yang dapat dipakai sebagai acuan apakah suatu tugas memiliki tantangan adalah tingkat
kesulitan dari tugas tersebut. Jika terlalu sulit mungkin dapat dianggap sebagai hal yang mustahil dilaksanakan,
maka team bisa saja menyerah sebelum memulai pekerjaanya. Sebaliknya jika terlalu mudah maka team juga akan
malas untuk mengerjakanya karena dianggap tidak akan menimbulkan kebanggaan bagi yang melakukannya.
2. Keakraban
Tim yang sukses biasanya ditandai dengan sikap yag akrab satu sama lain, setia kawan, dan merasa senasib
dan sepenanggungan. Para anggota team saling menyukai dan berusaha keras untuk mengembangkan dan
memelihara hubungan interpersonal. Hubungan ini sangat penting karena hal tersebut merupakan dasar terciptanya
keterbukaan dan komunikasi langsung serta dukungan sesama anggota team.
3. Tanggung jawab
Tanggung jawab mengimplikasikan adanya suatu otoritas untuk membuat perubahan atau mengambil suatu
keputusan. Team yang diberi tanggung jawab dan otoritas yang proporsional cenderung akan memiliki motivasi kerja
tinggi.
4. Kesempatan untuk maju
Setiap orang akan melakukan banyak cara untuk dapat mengembangkan diri, mempelajari konsep dan
ketrampilan baru serta melangkah menuju kehidupan yang lebih baik. Jika dalam sebuah team setiap anggota
merasa bahwa team tersebut dapat memberikan peluang bagi mereka untuk melakukan hal-hal tersebut diatas maka
akan tercipta motivasi dan komitmen yang tinggi. Hal ini penting mengingat bahwa perkembangan pribadi
memberikan nilai tambah bagi individu dalam meningkatkan harga diri.
5. Kepemimpinan
Leadership (kepemimpinan) merupakan faktor yang berperan penting dalam mendapatkan komitmen anggota,
team leader berperan dalam menciptakan kondisi yang kondusif bagi team untuk bekerja dengan tenang dan
harmonis. Seseorang yang memberikan motivasi kepada teman-teman, kerabat rekan kerja membuat dunia ini akan
menjadi tempat hidup yang lebih baik.
2.1.2.6 Faktor-faktor pendukung motivasi
Motivator adalah faktor-faktor yang dapat menciptakan kepuasan kerja yang disebut juga faktor pendukung
antara lain:
1. Pencapaian dalam penyelesaian pekerjaan.
2. Pengenalan untuk menyelesaikan pekerjaan.
3. Tanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaan.
4. Kelanjutan dan pertumbuhan dalam kemampuan.
2.1.2.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
Ada beberapa hal yang mempengaruhi motivasi sebagai berikut:
1. Eksistensi:
Merupakan kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup seseorang, misalkan makan, minum, pakaian,
perlindungan dan rasa aman serta lingkungan yang nyaman.
2. Keterkaitan:
Kebutuhan untuk memiliki hubungan personal yang baik untuk saling berbagi pikiran dan perasaan serta
kebutuhan untuk memiliki kebutuhan komunikasi dua arah yang terbaik, kebutuhan untuk pengembangan diri dan
peningkatan kreatifitas serta menghasilkan pekerjaan yang produktif.
Kebutuhan manusia dapat dipilahkan menjadi dua kelompok, kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder:
a. Kebutuhan Primer, meliputi kebutuhan dasar (fisiologis) dan kebutuhan akan rasa aman, disebut juga
sebagai higine faktor karena memiliki nilai motivasi yang rendah karena sifat dasarnya yang sudah dipenuhi maka itu
sudah bisa dikatakan mencukupi.
b. Kebutuhan Sekunder, meliputi kebutuhan sosial, kebutuhan akan harga diri, dan bisa juga disebut sebagai motivator
karena kebutuhan ini memang sangat memotivasi. Nilai motivasi yang dihasilkan oleh kebutuhan ini sangat besar
kerena orang-orang yang yang dimotivasi oleh kebutuhan sekunder ini sangat antusias, energik, dan siap
menghadapi tantangan, orientasinya terarah pada penghargaan dan pencapaian-pencapaian prestasi, tidak
gampang mengeluh, dan sikap-sikap tak gampang lelah, benar-benar siap meluncur kedepan, mengalami masa-
masa pertumbuhan yang cepat dan meraih sukses demi sukses.
2.1.2.8 Teori-Teori Motivasi
Beberapa teori motivasi menurut:
A. Menurut George Haman Teori Exchange (pertukaran) dan Behavioral (tingkah laku):
Exchange teori memusatkan perhatian dengan menggunakan arti atau nilai terhadap aktor, makin bernilai bagi
seseorang suatu tingkah laku orang lain yang ditujukan padanya, makin besar kemungkinan atau makin sering ia
akan mengulangi tingkah laku tersebut.
Pertukaran kembali (re exchange) tertentu berlaku terhadap kedua belah pihak makin diragukan seseorang
hubungannya dengan orang lain makin besar kemungkinan orang tersebut akan mengembangkan emosi misal
marah, dan tak mengulanginya lagi. Makin tinggi ganjaran atau reward atau pengahargaan yang diperoleh makin
besar kemungkinan tingkah laku akan dapat diulang. Demikian juga sebaliknya makin tinggi biaya atau ancaman
maupun hukuman (punishment) yang akan diperoleh makin kecil kemungkinan tingkah laku yang serupa akan
dilakukan.
B. Teori Behavioral Sociology (Hubungan antara akibat dan Tingakah laku):
Memusatkan perhatian pada hubungan antara akibat dari tingkah laku yang diperlukan sebagai variabel
independent, akibat dari tingkah laku ini yang terjadi dimasa lalu mempengaruhi tingkah laku yang terjadi dimasa
sekarang, sesuatu ganjaran yang tak membawa pengaruh terhadap aktor tidak akan diulang.
C. Teori Sebab Akibat menurut Penelitian oleh Koentjoroningrat (2008):
Merupakan pernyataan mengenai sebab-akibat atau mengenai adanya suatu hubungan positif antara gejala-
gejala yang diteliti dari satu atau beberapa faktor tertentu dalam masyarakat, dari pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa teori adalah segugus konsep, definisi, dan proposisi yang mengandung suatu pengertian atau
dengan kata lain teori digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan beberapa konsekuensi langsung dari
hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
2.1.2.9 Resiko
Hal lain yang mempengaruhi kinerja karyawan dan pendukung motivasi kerja karyawan adalah resiko. Resiko
adalah suatu akibat dari tindakan yang telah diambil baik itu tindakan baik maupun tindakan buruk. Resiko
dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu sebagai bahaya dan hal yang belum terjadi:
1. Bahaya, melihat resiko sebagai hal yang bahaya akan mendatangkan rasa takut dan akan membuat ragu-ragu,
misalnya; takut gagal, takut bangkrut, takut jadi bahan tertawaan dan lain sebagainya.dan menghasilkan keraguan
karena tidak dapat mengambil keputusan karena tidak ada tindakan.
2. Sesuatu yang belum terjadi, melihat resiko sebagai sesuatu yang belum terjadi akan membuat seseorang lebih berani
dan dengan demikian akan bisa membuat keputusan yang mantap karena didalamnya seseorang dapat melihat
kepastian.
Hal yang belum terjadi umumnya dapat direncanakan dan tentunya dapat diperhitungkan, bila dalam
perhitungan kita bahwa ada kepastian akan keberhasilan atau besar kecilnya resiko sebanding dengan kesempatan
dan resiko terburuk dapat diantisipasi dan dapat dengan mantap melangkah untuk mengambil tindakan seperlunya.
Dengan kepastian ini akan dihasilkan keputusan yang menghasilkan tindakan dan tentu saja tindakan ini
menghasilkan dua kemungkinan yaitu antara gagal dan sukses. Kadang-kadang tindakan menghasilkan kegagalan
namun kegagalan memberi pengalaman maupun pelajaran yang seringkali sangat berharga, dibalik kegagalan selalu
ada sukses bila dapat menemukannya. Mempelajari kembali dengan baik maka kemungkinan besar akan
menemukan kesuksesan karena kegagalan adalah sukses yang tertunda. Dengan demikian melihat resiko dengan
sesuatu yang belum terjadi dapat mengantarkan seseorang masuk kedalam siklus kesuksesan.
2.1.3 Kinerja
2.1.3.1 Definisi Kinerja
Kinerja adalah sebuah kata dalam bahasa Indonesia dari kata dasar “kerja” yang menterjemahkan dari bahasa
asing “prestasi” bisa pula berarti “hasil kerja”.
Kinerja adalah tercapainya tujuan suatu organisasi hanya dimungkinkan karena upaya para pelaku yang
terdapat pada organisasi tersebut, salah satu definisi tentang kinerja karyawan bahwa kinerja adalah hasil yang
dicapai seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab masing – masing dalam rangka mencapai upaya tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal,
tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
Berdasarkan pengertian ini sebenarnya terdapat hubungan yang erat antara kinerja perorangan ( individual
performance) dengan kinerja lembaga (institusional performance), dengan perkataan lain bila kinerja perorangan baik
maka kemungkinan besar kinerja organisasi juga baik.
Kinerja seorang individu akan lebih baik bila dia mempunyai keahlian atau (skill) yang tinggi, bersedia bekerja
karena digaji atau diberi upah sesuai dengan perjanjian, mempunyai harapan (expectation) merupakan hal yang
menciptakan motivasi seseorang untuk bersedia melaksanakan kegiatan kerja dengan kinerja yang baik, maka akan
berdampak pada kinerja organisasi yang baik pula.
Kinerja merupakan tindakan-tindakan atau pelaksanaan tugas yang dapat diukur sedangkan Kinerja merupakan
catatan perolehan yang dihasilkan oleh suatu fungsi yang pekerjaan tertentu atau kegiatan selama periode waktu
tertentu, pengertian kinerja tersebut identik dengan pengertian prestasi kerja, menurut Heidirachman dan Husnan
(1995) yang menyatakan bahwa kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-
tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesunggguhan serta waktu,
disamping itu kinerja merupakan kemampuan seseorang dalam usaha mencapai hasil yang baik atau menonjol
kearah tercapainya tujuan organisasi, begitu pula Siagian (1993) mendefinisikan bahwas kinerja atau prestasi kerja
adalah sebagai hasil kerja seseorang pada kesatuan waktu atau ukuran tertentu.
Bedasarkan pada beberapa pengertian tersebut maka dalam penulisan ini yang dimaksud dengan kinerja
karyawan adalah hasil yang dicapai oleh seorang karyawan dalam kurun waktu tertentu berdasarkan standar kerja
yang ditetapkan, kinerja merupakan salah satu alat ukur dari prestasi kerja karyawan, prestasi kerja merupakan issue
penting baik bagi organisasi bisnis maupun non bisnis.
Kepentingan ini relevan dengan dengan keperluan organisasi baik jangka panjang maupun jangka pendek,
dalam jangka pendek tercapainya tujuan organisasi juga sangat dipengaruhi oleh effektifitas gerak internal
organisasi yang dapat diukur dari produktifitas sumber daya yang tersedia, semakin produktif sumber daya yang ada
semakin dapat diyakinkan bahwa tujuan organisasi dapat dicapai, ketidak produktifan sumber daya organisasi dapat
mempengaruhi eksistensi organisasi tersebut dalam jangka panjang, kecuali dipaksakan untuk tetap eksis apapun
resiko yang harus ditanggung.
Penilaian prestasi kerja harus mempunyai hubungan dengan pekerjaan, yang berarti bahwa penilaian benar-
benar menilai perilaku atau kerja yang mendukung kegiatan organisasi tempat karyawan tersebut bekerja, kinerja
dari organisasi merupakan juga jawaban dari berhasil tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan, para atasan
atau manager sering tidak memperhatikan kecuali sudah amat buruk atau segala sesuatu jadi serba salah.
Terlalu sering manager tidak mengetahui betapa buruknya kinerja telah merosot sehingga perusahaan atau
instansi menghadapi krisis yang serius, kesan-kesan buruk organisasi yang mendalam berakibat dan mengabaikan
tanda-tanda peringatan adanya kinerja yang merosot.
Ada beberapa pendapat tentang kinerja:
1. Kinerja (prestasi kerja) menurut Purwadarminto (1990):
”Kinerja adalah merupakan hasil yang telah dicapai”.
2. Menurut Saidi (1992) kinerja (prestasi kerja):
Kinerja adalah kemampuan, kesanggupan dan kecakapan seseorang. Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja
yang dicapai seorang karyawan dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya sehingga mutu
kepemimpinan dalam suatu organisasi memainkan peranan yang sangat dominan dalam keberhasilan organisasi
dalam menyelenggarakan berbagai kegiatannya terutama terlihat dalam kinerja para bawahannya.
3. Kinerja menurut Prabu Mangkunegara (2000):
”Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang atau
karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya"
4. Kinerja menurut Ambar Teguh Sulistyowati (2003):
“Kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil
kerjanya"
5. Kinerja menurut Malayu SP Hasibuan (2001):
“Kinerja (prestasi Kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas yang
dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan juga ketepatan waktu"
6. Kinerja menurut John Whitmore (1997):
“Kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seseorang kinerja adalah suatu perbuatan, suatu
prestasi, suatu pameran umum ketrampilan"
7. Kinerja menurut Veisel Rivoli (2004):
‘Kinerja merupakan perilaku yang nyata ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh
karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan"
8. Menurut John Withmore dalam (Coaching for performance) (1997):
“Kinerja adalah pelaksanaan dari fungsi-fungsi yang dituntut dari seseorang, atau suatu perbuatan, suatu
prestasi, suatu pameran umum, ketrampilan kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan
dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan
dengan visi yang diemban perusahaan serta mengetahui dampak positif dari suatu kebijakan operasional"
9. Menurut Mink (1993):
Mengemukakan pendapatnya bahwa "Individu yang memiliki kinerja yang tinggi memiliki beberapa
karakteristik" yaitu diantaranya:
a. Berorientasi pada prestasi.
b. Memiliki percaya diri.
c. Berpengendalian diri.
d. Kompetensi.
2.1.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja:
1. Kemampuan mereka.
2. Motivasi.
3. Dukungan yang diterima.
4. Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan.
5. Hubungan mereka dengan organisasi.
Berdasar pengertian diatas penulis menarik kesimpulan bahwa kinerja merupakan kualitas dan kuantitas dari
suatu hasil kerja (out put) individu maupun kelompok dalam suatu aktifitas tertentu yang diakibatkan oleh
kemampuan alami atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi.
A. Menurut Mangkunegara (2000) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain:
1. Kemampuan secara psikologis
Kemampuan (ability) seseorang atau karyawan terdiri dari:
a. Kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (pendidikan).
b. Motivasi, terbentuk dari sikap (attitude) seorang karyawan dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan
kondisi yang menggerakkan diri karyawan terarah untuk mencapai tujuan kerja.
2. Sikap mental
Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai potensi kerja secara
maksimal.
B. Menurut David C.Mc Clelland (1997) seperti dikutip Mangkunegara (2001) berpendapat bahwa “Ada hubungan yang
positif antara motif berprestasi dengan pencapaian kerja”, motif berprestasi adalah suatu dorongan dalam diri
seseorang untuk melakukan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya agar mampu mencapai prestasi kerja
(kinerja) dengan predikat terpuji.
Ada 6 (enam) karakteristik dari seseorang yang memiliki motif berprestasi
yang tinggi yaitu:
1. Memiliki tanggung jawab yang tinggi.
2. Berani mengambil resiko.
3. Memiliki tujuan yang realistis.
4. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi tujuan.
5. Memanfaatkan umpan balik yang konkrit dalam seluruh kegiatan kerja yang dilakukan.
6. Mencari kesempatan untuk merealisasikan yang telah diprogramkan.
C. Menurut Gibson (1997), ada 3 (tiga) faktor yang berpengaruh terhadap kinerja:
1. Faktor individu: kemampuan, ketrampilan, latar belakang keluarga pengalaman kerja, tingkat social dan demografi
seseorang.
2. Faktor psikologis: persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasan kerja.
3. Faktor organisasi: strutur organisasi, design pekerjaan, kepemimpinan, system penghargaan (reward system).
2.1.3.3 Penilaian Kerja
Penilaian kerja (performance appraisal), pada dasarnya merupakan faktor kunci guna mengembangkan suatu
organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya program atau kebijakan yang lebih baik atas sumber daya
manusia yang ada dalam perusahaan atau organisasi, penilaian kerja individu sangat bermanfaat bagi dinamika
pertumbuhan organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut maka dapat diketahui kondisi sebenarnya
tentang bagaimana kinerja karyawan.
A. Beberapa pendapat tentang penilaian kerja menurut:
1. Bernard dan Russel (1993), “A way of measuring the contribution of individuals to their organization” yaitu penilaian
kerja adalah bagaimana mengukur kontribusi individu atau karyawan kepada organisasi tempat mereka bekerja".
2. Cascio (1992), “Penilaian kerja adalah sebuah gambaran atau deskripsi yang sistematis tentang kelemahan dan
kekuatan dari seseorang atau suatu kelompok".
3. Bambang Wahyudi (2004), "Penilaian kerja adalah suatu evaluasi yang dilakukan secara periodik dan sistematis
tentang prestasi kerja atau jabatan seorang tenaga kerja termasuk potensi pengembangannya.
4. Henry Simamora (2004), “Penilaian kerja adalah proses yang dipakai oleh organisasi yang mengevaluasi
pelaksanaan kerja individu karyawan.
B. Tujuan Penilaian Kinerja
Ada beberapa pendapat tentang tujuan penilain kerja menurut:
1. Syafrudin Alwi (2001), secara teoritis tujuan penilaian dikategorikan sebagai suatu yang bersifat evaluasi
(evaluation) dan pengembangan (development).
a. Yang bersifat evaluasi harus menyelesaikan:
1. Hasil penilaian digunakan sebagai dasar pemberian kompensasi.
2. Hasil penilaian digunakan sebagai (staffing decision) pengambilan keputusan atas diri personil atau karyawan secara
individu.
3. Hasil penilaian digunakan sebagai system seleksi.
b. Yang bersifat (development) pengembangan, penilaian harus menyelesaikan:
1. Prestasi riil yang dicapai individu.
2. Kelemahan-kelemahan individu yang menghambat kinerja.
3. Prestasi yang dikembangkan.
C. Manfaat penilaian kerja
Kontribusi hasil-hasil penilaian merupakan suatu sangat bermanfaat bagi perencanaan kebijakan organisasi,
adapun secara terperinci penilaian kinerja bagi organisasi adalah:
1. Penyesuain kompensasi.
2. Perbaikan kinerja.
3. Kebutuhan latihan dan pengembangan.
4. Pengambilan keputusan dalam hal penempatan, promosi, mutasi, pemecatan, pemberhentian, dan perencanaan
tenaga kerja.
5. Untuk kepentingan penilaian karyawan.
6. Membantu diagnosis terhadap kesalahan design karyawan.
2.1.3.4 Pengukuran Kinerja
Kinerja merupakan tindakan–tindakan atau pelaksanaan tugas yang dapat diukur, hal ini dapat berkaitan dengan
kuantitas dan kualitas pekerjaan yang dapat diselesaikan oleh individu atau SDM dalam kurun waktu tertentu,
beberapa pendapat yang membahas ukuran kinerja dibawah ini menjadi dasar penentuan variabel kerja secara
umum, yang kemudian diterjemahkan kedalam penilaian perilaku secara mendasar yaitu:
1. Kualitas kerja.
2. Kuantitas kerja.
3. Pengetahuan tentang pekerjaan
4. Pendapat atau pernyataan yang disampaikan.
5. Keputusan yang diambil.
6. Perencanaan kerja.
7. Daerah organisasi kerja/otoritas kerja.
Jadi kinerja berkenaan dengan hasil pekerjaan yang dicapai oleh seorang karyawan atau SDM dalam suatu
periode tertentu, dalam hal ini kinerja berkaitan dengan kuantitas maupun kualitas pekerjaan yang dihasilkan, cara
pengukuran yang dapat digunakan seperti penghematan, tingkat kesalahan dan sebagainya.
Hampir seluruh cara-cara pengukuran kinerja mempertimbangkan kuantitas, kualitas, dan ketepatan waktu,
pengukuran kinerja adalah mutu (kehalusan, kebersihan, dan ketelitian), jumlah waktu (kecepatan jumlah macam
kerja (banyaknya keahlian) jumlah jenis alat (ketrampilan dalam mempergunakan bermacam-macam alat) dan
pengetahuan tentang pekerjaan, tidak semua kriteria pengukuran kinerja dipakai dalam suatu penilaian kinerja
karyawan, hal ini tentu harus disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang telah dinilai.
Bernadin dan Russel (1993) mengajukan 6 (enam) kriteria primer yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja:
1. Quality (kualitas), merupakan tingkat sejauh mana proses atau hasil pelaksanaan kegiatan mendekati kesempurnaan.
2. Quantity (kuantitas), merupakan jumlah yang dihasilkan misalnya, jumlah rupiah, unit, siklus kegiatan yang
diselesaikan.
3. Time lines (batas waktu), adalah tingkat sejauh mana kegiatan diselesaikan pada waktu yang dikehendaki, dengan
memperhatikan koordinasi output lain serta waktu yang tersedia untuk kegiatan lain.
4. Cost Effectiveness (keefektifan biaya), adalah tingkat sejauh mana penggunaan daya organisasi (manusia,
keuangan, teknologi dan materi) dimaksimalkan untuk mencapai hasil tertinggi atau pengurangan kerugian dan
setiap unit penggunaan sumber daya.
5. Need for Supervision (pengawasan), merupakan tingkat sejauh mana pekerjaan dapat melaksanakan suatu fungsi
pekerjaan tanpa memerlukan pengawasan seorang supervisor untuk mencegah tindakan yang kurang diinginkan.
6. Interpersonal Impact (personal Image), merupakan tingkat sejauh mana karyawan memelihara harga diri, nama baik
dan kerja sama diantara rekan kerja dan bawahan.
Penetapan standar kinerja diperlukan untuk mengetahui apakah kinerja karyawan telah sesuai dengan sasaran
sekaligus melihat secara aktual dengan hasil yang optimal.
2.2 Penelitian Yang Terdahulu
Suatu penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti yang terdahulu dalam konteks atau lingkup yang sama
mengenai pengaruh kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan dalam suatu perusahaan, instansi
maupun lembaga sebagai sampel dan populasi penelitian oleh peneliti, dimana dalam penelitian tersebut terdapat
beberapa variabel bebas kepemimpinan (X1) dan motivasi kerja (X2) serta variable terikat kinerja (Y) sebagai
indikator penelitian yang mana setelah dilakukan penelitian dapat disimpulkan atau dapat ditarik kesimpulan ada atau
tidaknya pengaruh diantara variabel bebas tersebut terhadap kinerja karyawan dan pengaruh diantara variable
tersebut secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama secara signifikan mempengaruhi kinerja karyawan dan
diantara dua variable bebas tersebut variable mana yang paling dominan yang dapat mempengaruhi kinerja
karyawan.
2.2.1 Penelitian Oleh Djaenuri Dan Rusianto (2008)
Djaenuri (2008) dan IR.Rusianto (2008) adalah bahwa kinerja karyawan secara individual merupakan sesuatu
yang dianggap penting baik bagi karyawan maupun organisasi, dari hasil penelitian yang terdahulu sebagaimana
sebagaimana telah diuraikan gaya-gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap terhadap kinerja karyawan, dengan kinerja karyawan yang baik tentunya bisa meraih tujuan organisasi dan
tujuan masing-masing individu karyawan.
2.2.2 Penelitian Oleh Ari Heriyanto (2008)
Gaya kepemimpinan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan dalam hal ini ditunjukkan oleh
signifikasi nilai t, motivasi karyawan dipengaruhi (memoderasi) gaya kepemimpinan terhadap kinerja kepemimpinan
dalam merancang suatu program yang memfokuskan diri pada proses pengembangan gaya kepemimpinan para
kepala bagian atau unit kerja dan memberikan pemahaman kepada setiap pimpinan unit kerja mengenai pentingnya
penerapan gaya kepemimpinan yang mampu mendukung adanya peningkatan kinerja karyawan, perlunya hubungan
terbuka saling memahami antara pimpinan unit dan karyawan sehingga diharapkan kebutuhan dan keinginan dari
karyawan dapat terakomodasi oleh pimpinan perusahaan.
2.2.3 Penelitian Oleh Endang Dwi Hastuti (2008)
Untuk meningkatkan kinerja karyawan perusahaan hendaknya lebih memperhatikan motivator dapat
memotivasi karyawan misalnya dengan pemberian tunjangan kesehatan, pemberian bonus, (rewards)penghargaan
dan promosi jabatan bagi yang berprestasi secara adil, pemberian kesempatan untuk mengikuti pelatihan dan
pengembangan, membuat kebijakan yang dapat memberikan pemahaman tentang pentingnya penerapan gaya
kepemimpinan yang konsisten misalnya dengan melibatkan karyawan dalam berpendapat dan mengambil keputusan
dilingkungan kerja agar kinerja dapat semakin meningkat.
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN
3.1 Kerangka konseptual Penelitian
Kerangka yang mendasari penelitian ini adalah penelitian yang terdahulu yang dilakukan oleh Djaenuri (2008)
dan IR.Rusianto (2008) adalah bahwa kinerja karyawan secara individual merupakan sesuatu yang dianggap penting
baik bagi karyawan maupun organisasi.
Dari hasil penelitian yang terdahulu sebagaimana telah diuraikan gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan, dengan kinerja karyawan yang baik tentunya dapat
meraih tujuan organisasi dan tujuan masing-masing individu karyawan.
Dari penelitian yang terdahulu sebagaimana telah diuraikan maka penulis ingin melihat pengaruh gaya-gaya
kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan di PT BUKIT JAYA ABADI SURABAYA, untuk lebih
mudahnya memahami penelitian tesis ini penulis menyajikan modul kerangka konseptual seperti pada gambar
berikut ini:
Variabel Terikat (Y)Kinerja Karyawan
Gambar 3.1
Kerangka Konseptual Penelitian
Penelitian ini adalah didukung oleh
Djaenuri (2008) dan Ir. Rusianto (2008)
Keterangan: = Uji parsial atau sendiri-sendiri
= Uji simultan atau bersama-sama
Gambar = Kerangka Konseptual
Sumber = Diolah oleh penulis
3.2 Hipotesis Penelitian
Bertitik tolak pada pada perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis yang dapat
diambil adalah sebagai berikut:
1. Diduga faktor kepemimpinan yang berpengaruh dalam peningkatan kinerja karyawan PT BUKIT JAYA ABADI
SURABAYA.
2. Diduga faktor motivasi kerja yang berpengaruh dalam peningkatan kinerja karyawan PT BUKIT JAYA ABADI
SURABAYA.
3. Diduga faktor yang dominan terhadap peningkatan kinerja karyawan PT BUKIT JAYA ABADI SURABAYA.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Dengan semakin tingginya tingkat pengangguran dan terbatasnya lapangan kerja serta semakin langkanya
SDM yang kompeten yang terjadi saat ini mengakibatkan persaingan kerja semakin tajam, dalam hal ini akan
membuat perusahaan semakin selektif dalam penerimaan calon karyawan dan SDM baru serta dalam memberikan
jabatan atau posisi dan promosi yang baru kepada para SDM atau calon karyawannya.
Untuk mengantisipasi hal tersebut maka perlu diperhatikan faktor-faktor kepemimpinan dan motivasi kerja
sehingga rumusan masalah yang dapat diambil sehubungan dengan hal tersebut diatas adalah: “Sejauh mana
Pengaruh Kepemimpinan dan Motivasi kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT BUKIT JAYA ABADI SURABAYA“.
4.2 Devinisi Operasional Dan Variabel Penelitian
4.2.1 Definisi Operasional
Adapun penjelasan dari judul, variabel operasional dan pengukurannya adalah sebagai berikut:
Variabel bebas Kepemimpinan (X1), adalah:
Kepemimpinan adalah Seni dan ilmu dalam mempengaruhi dan menuntun sesama manusia, karyawan dalam
suatu organisasi atau perusahaan kearah pencapaian tujuan bersama.
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi oranglain, sikap, pikiran dan semangat kejiwaan
seseorang yang terpanggil untuk memimpin dengan segala macam ucapan, perbuatan dan perilaku hidup, guna
mendorong dan mengantarkan yang dipimpinnya kearah pencapaian tujuan bersama.
Aktivitas mempengaruhi orang lain untuk bekerja keras dengan penuh kemauan yang diarahkan untuk
mencapai tujuan organisasi dan seni mempengaruhi orang lain untuk melakukan unjuk kerja maksimum guna
mempengaruhi orang lain untuk menyelesaikan suatu tugas, mencapai tujuan organisasi atau perusahaan.
Variabel bebas Motivasi (X2), adalah:
Yang menggerakkan atau mendorong kelompok organisasi atau karyawan untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu. Ada beberapa faktor motivasi yang mempengaruhi sistim kinerja pada karyawan antara lain : (1)
Penyempurnaan sistem upah dan gaji berdasar jasa, prestasi kerja karyawan (2) Penetapan ketentuan dalam bentuk
undang-undang, peraturan terhadap perda dan lain-lain yang bersifat perlindungan hukum terhadap profesional
karyawan untuk memberikan rasa aman baik secara fisik maupun psikis.
Sesuatu bentuk kesadaran dengan konsekuensi baik dan tidaknya yang ada dalam diri setiap karyawan yang
menjadi alasan mengapa dan untuk apa tujuan itu ingin dicapai.
Variabel terikat Kinerja (Y), adalah:
a. Kinerja merupakan kemampuan seseorang dalam usaha mencapai hasil yang baik atau menonjol kearah tercapainya
tujuan organisasi.
b. Kinerja atau prestasi kerja adalah sebagai hasil kerja seseorang pada kesatuan waktu atau ukuran tertentu.
c. Kinerja adalah hasil yang dicapai oleh seorang karyawan dalam kurun waktu tertentu berdasarkan standar kerja yang
ditetapkan.
d. Kinerja merupakan salah satu alat ukur dari prestasi kerja dan hasil yang dicapai oleh seorang karyawan, kelompok
organisasi atau perusahaan dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-
masing dalam rangka mencapai upaya tujuan organisasi atau perusahaan yang bersangkutan secara legal, tidak
melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
Variable bebas pendukung Komunikasi, adalah:
a. Adalah proses pencapaian informasi dan pengertian pada orang lain. Komunikasi bisa berhasil baik apabila timbul
pengertian dari kedua belah pihak dan dapat saling memahami.
b. Proses memberi dan menerima informasi antara dua pihak untuk maksud tertentu atau proses yang digunakan untuk
mencari kesamaan arti lewat transmisi pesan simbolik.
Variabel bebas pendukung Evaluasi, adalah:
Yang digunakan untuk mengukur tingkat kinerja karyawan.
Variabel bebas pendukung Usaha, adalah :
Suatu kegiatan yang mengerahkan tenaga, pikiran dan kemampuan kita perorangan atau perusahaan untuk
mencapai suatu maksud atau tujuan.
Variabel bebas pendukung Prestasi kerja, adalah :
Suatu hasil kerja yang telah dicapai oleh para karyawan dengan peranan kepemimpinan dan motivasi kerja setelah
melalui tahap evaluasi kerja yang dilakukan oleh para pengambil keputusan dalam suatu perusahaan.
Populasi dan sampel PT BUKIT JAYA ABADI, adalah :
Nama sebuah perusahaan yang terletak disurabaya yang merupakan populasi obyek dan sample penelitian bagi
penulis yang memiliki karyawan dan beberapa tempat lokasi dalam menjalankan aktivitas perusahaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap
prestasi atau kinerja karyawan PT BUKIT JAYA ABADI SURABAYA
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey/observasi lapangan dan wawancara/interview,
responden penelitian adalah seluruh karyawan PT BUKIT JAYA ABADI SURABAYA yang diambil secara random
sebanyak 60 orang karyawan sebagai sampel penelitian.
Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen bebentuk angket untuk variabel kepemimpinan, motivasi
kerja dan kinerja karyawan.
Variabel terikat pendukung lain Disiplin, adalah:
Suatu bentuk usaha karyawan dalam mematuhi dan menjalankan prosedur, peraturan dan sistim yang ada pada
suatu perusahaan.
4.2.2 Variabel Penelitian
Adapun penjelasan variabel operasional dan pengukurannya adalah sebagai berikut:
Variabel bebas Kepemimpinan (X1), adalah:
Kepemimpinan adalah Seni dan ilmu dalam mempengaruhi dan menuntun sesama manusia, karyawan dalam
suatu organisasi atau perusahaan kearah pencapaian tujuan bersama.
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi oranglain, sikap, pikiran dan semangat kejiwaan
seseorang yang terpanggil untuk memimpin dengan segala macam ucapan, perbuatan dan perilaku hidup, guna
mendorong dan mengantarkan yang dipimpinnya kearah pencapaian tujuan bersama.
Aktivitas mempengaruhi orang lain untuk bekerja keras dengan penuh kemauan yang diarahkan untuk mencapai
tujuan organisasi dan seni mempengaruhi orang lain untuk melakukan unjuk kerja maksimum guna mempengaruhi
orang lain untuk menyelesaikan suatu tugas, mencapai tujuan organisasi atau perusahaan.
Variabel bebas Motivasi (X2), adalah:
Yang menggerakkan atau mendorong kelompok organisasi atau karyawan untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu, ada beberapa faktor motivasi yang mempengaruhi sistim kinerja pada karyawan antara lain: (1)
Penyempurnaan sistim upah dan gaji berdasar jasa, prestasi kerja karyawan. (2) Penetapan ketentuan dalam bentuk
undang-undang, peraturan terhadap perda dan lain-lain yang bersifat perlindungan hukum terhadap professional
karyawan untuk memnberikan rasa aman bsik secara fisik maupun psikis, suatu bentuk kesadaran dengan
konsekuensi baik dan tidaknya yang ada dalam diri setiap karyawan yang menjadi alasan mengapa dan untuk
apakah tujuan itu ingin dicapai.
Variabel terikat Kinerja (Y), adalah:
Hasil yang dicapai oleh seorang karyawan, kelompok organisasi atau perusahaan dalam kurun waktu tertentu sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawab masing–masing dalam rangka mencapai upaya tujuan organisasi atau
perusahaan yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
Populasi dan sampel, PT BUKIT JAYA ABADI, adalah:
Nama sebuah perusahaan yang terletak disurabaya yang merupakan populasi obyek dan sample penelitian bagi
penulis yang memiliki karyawan dan beberapa tempat lokasi dalam menjalankan aktivitas perusahaan.
4.3 Sumber dan Metode Pengumpulan Data
4.3.1 Metode Pengumpulan Data
Ada beberapa metode pengumpulan data yaitu:
1. Observasi, adalah cara pengumpulan data dengan cara melakukan pencatatan secara cermat dan sistematik.
2. Interview atau Wawancara, adalah merupakan metode pengumpulan data dengan memberikan beberapa pertanyaan
secara langsung (berkomunikasi langsung) dengan responden. Dalam berwawancara terdapat proses interaksi
antara pewawancara dengan responden.
3. Angket (kusioner atau daftar pertanyaan), merupakan pengumpulan data dengan memberikan data dengan
memberikan daftar pertanyaan kepada responden untuk diisi.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulan data melalui angket yaitu dengan
menyebarkan lembar kuisioner atau daftar pertanyaan kepada para responden untuk memberikan jawaban yang
dirasa benar bagi responden, selanjutnya dari data yang terkumpul disusun dengan menggunakan
Skala Likert, dimana setiap jawaban diberi skor sebagai berikut:
a. SSS, Sangat Setuju Sekali dengan skor = 6
b. SS, Sangat Setuju, dengan skor = 5
c. S, Setuju, dengan skor = 4
d. KS, Kurang Setuju, dengan skor = 3
e. TS, Tidak Setuju, dengan skor = 2
f. STS, Sangat Tidak Setuju, dengan skor = 1
4.3.2 Sumber Data
Sumber data dibagi menjadi dua yaitu data intern dan data extern
1. Data Intern, yaitu data yang yang dikumpulkan oleh suatu lembaga atau instansi yang terkait dalam hal ini PT BJA
dan hasilnya digunakan untuk keperluan lembaga atau instansi tersebut.
2. Data Extern, yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber diluar perusahaan. Data extern dibagi menjadi dua yaitu
data extern primer dan data extern sekunder:
a. Data Extern Primer, adalah data yang dikumpulkan dan diolah oleh organisasi yang menerbitkan atau
menggunakannya.
b. Data Extern Sekunder, adalah data yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang bukan
pengolahnya. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari:
1) Data Primer, merupakan data yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan penelitian, yang biasanya diperoleh
melalui pengamatan terhadap subyek penelitian dan responden. Dalam penelitian ini penulis menggunakan data
primer yang diperoleh dengan menggunakan kuisioner atau daftar pertanyaan dan dibagikan kepada responden
untuk dijawabnya.
2) Data Sekunder, adalah data yang bermanfaat untuk penelitian yang diperoleh dari sumber-sumber tertentu. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan data sekunder yang diperoleh dari buku-buku dan dokumen-dokumen yang
terkait dengan obyek penelitian.
4.3.3 Analisis Statistik Diskriptif
Statistik Diskriptif didalam penelitian ini dibutuhkan untuk menganalisa data dengan mendiskripsikan atau
memberikan gambaran atas data-data yang telah terkumpul, tanpa maksud membuat suatu kesimpulan umum atau
melakukan generalisasi (Sugiyono:2001).
Hal ini bertujuan untuk menggambarkan tentang kondisi pengaruh dari variabel gaya kepemimpinan dan
motivasi kerja terhadap kinerja karyawan di PT BJA yang kesemuanya akan didiskripsikan melalui distribusi frekuensi
jawaban responden terhadap sejumlah item pertanyaan yang diberikan melalui kuisioner angket/kuisioner.
Agar hasil penelitian dapat dipertanggung jawabkan maka instrumen penelitian pada kuisioner yang digunakan
sebagai pengumpulan data primer tersebut harus memenuhi syarat validitas dan reliabilitas oleh karena itu perlu uji
validitas dan reliabilitas.
4.3.4 Uji Reliabilitas dan Validitas
1. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas atau keandalan dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana kuisioner yang diajukan dapat
memberikan hasil yang tidak berbeda jika dilakukan pengukuran kembali terhadap obyek yang sama pada waktu
yang berlainan.
Menurut Nazir (1998) bahwa suatu kuisioner disebut mempunyai reliabilitas atau dapat dipercaya, jika kuisioner
itu stabil dan dapat diandalkan sehingga penggunaan kuisioner tersebut berkali-kali akan memberikan hasil yang
serupa.
Dalam penelitian ini uji reabilitas dilakukan dengan melihat koefisien Alpha Cronbach yang dirumuskan sebagai
berikut:
r
α =
1 = (k – 1) r
Dimana:
α = Keandalan Alpha Cronbach.
k = Jumlah pernyataan dalam skala.
r = Rata-rata korelasi diantara butir pernyataan.
Teknik ini dilakukan pada pernyataan–pernyataan handal, sedangkan kriterianya menurut kutipan Djaenuri (2008)
dan Suharsimi (1993) adalah sebagaimana tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.2
Indeks Kriteria ReabilitasNo Interval Alpha Cronbach Kriteria
1 <0,200 Sangat Rendah2 0,200 - 0,399 Rendah
3 0,400 - 0,599 Cukup
4 0,600 - 0,799 Tinggi5 0,800 - 1,000 Sangat Tinggi
Suber: Djaenuri (2008) dan Suharsimi (1998)
2. Uji Validitas
Pengujian validitas untuk melihat sejauh mana alat ukur yang digunakan valid atau tidak menurut Sugiyono
(1999) dan Djaenuri (2008), hasil penelitian dikatakan valid bila terdapat kesamaan antara item pada instrumen
penelitian yang dipergunakan adalah dengan cara membandingkan indeks korelasiproduct moment pearson dengan
level signifikan 5% dengan nilai kritis, dimana r dapat digunakan dengan rumus:
N (ΣXY) – (Σ X. ΣY)xy =
√ N (ΣX² - N (ΣX)² - (ΣY² - ΣY)²)
Keterangan :
xy = Koefisien korelasi product moment
X = Skor item X
Y = Skor item Y
N = Banyaknya sample
Bila probalilitas hasil korelasi lebih kecil dari 0,05 maka dinyatakan valid dan sebaliknya dinyatakan tidak. Pada
umumnya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah apabila r ≥ 0,3. Jadi apabila korelasi antara butir
dengan skor total kurang dari 0,3 % maka butir pada instrumen yang digunakan dinyatakan tidak valid Djaenuri
(2008) dan Sugiyono(1999).
Penyelesaian pengujian validitas ini menggunakan program spss for windows versi 12
4.3.5 Uji Asumsi Klasik
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model yang digunakan baik atau tidak didalam penelitian ini ,model yang
baik hasil ujinya menghasilkan estimator linier yang tidak bias terbaik Best Linier Unbias Estimator (BLUE) dengan
asumsi bahwa:
1. Non Multi kolinieritas.
2. Homoskedastisitas.
3. Non–Outokorelasi.
4. Berdistribusi Norma.
Namun dalam penelitian ini tidak semua asumsi klasik diuji, tetapi model regresi yang diuji adalah normalitas,
autokorelasi, multikolinearitas, dan heterokedastisitas.
1. Uji Normalitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji sebuah model regresi, variable bebas dan variable terikat atau keduanya
memiliki distribusi normal atau tidak, suatu model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau
mendekati normal (Singgih: 2000) dan (Djaenuri: 2008).
Sebagai dasar pengambilan keputusan, jika residual dan distribusi normal maka nilai-nilai sabaran data terletak
disekitar garis lurus, uji normalitas ini dibutuhkan untuk memenuhi salah satu asumsi regresi berganda.
2. Uji Autokorelasi
Pengujian ini dipergunakan untuk menguji kelayakan terhadap model regresi yang dipergunakan dalam
penelitian, sehingga dapat memberikan arti apakah terdapat korelasi antara anggota sample yang dipergunakan
dalam penelitian, sebagai dasar pengambilan keputusan didalam uji ini adalah sebagai berikut:
a. Jika angka Durbin-waston (D-W) terletak dibawah -2, maka model yang digunakan terdapat autokorelasi.
b. Jika angka Durbin-Waston (D-W) terletak diantara -2 sampai +2, maka model yang digunakan terdapat autokorelasi.
c. Jika angka Durnin-Waston (D-W) terletak diatas =2, maka model yang digunakan terdapat autokorelasi negatif
(Santoso:2000) dan (Djaenuri:2008).
3. Uji Multikoleris (Kolinearitas Ganda)
Muhammad Sholeh (2006) dan Djaenuri (2008) mengatakan bahwa ujii Multikolinieritas dilakukan guna
mengetahui apakan variabel bebas tersebut tidak saling berkorelasi atau ada hubungan linier diantara variabel-
variabel bebas dalam model regresi yang digunakan. Untuk mendetaksi ada atau tidaknya Multikolinieritas didalam
model regresi digunakan beberapa cara, antara lain:
a. Menganalisa matriks korelasi variabel-variabel bebas. Jika antara variabel bebas memiliki korelasi yang cukup tinggi
(umumnya diatas 0,9), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas.
b. Multikolinieritas juga dapat dilihat dari toleransi dan nilai Variance Inflating Factor (VIF) yang diperolehnya. Jika nilai
toleransi yang diperoleh kurang dari 1 dan VIF antara 1 dan 2 maka dapat dikatakan bahwa persamaan suatu model
penelitian tidak manunjukkan gejala Multikolinieritas.
Model regresi yang dikatakan bebas dari masalah multikolinieritas atau yang disebut juga non-multikolinieritas
apabila nilai VIF lebih kecil dari 5 (Santoso:2000) dan (Djaenuri:2006).
4. Uji Heterokedastisitas
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah model regresi yang digunakan terjadi ketidaksamaan varians dari residual
dari suatu pengamatan yang lain.
Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
Homokedastisitas, dan bila berbeda disebut Heterokedastisitas. Jadi model regresi yang terbaik adalah tidak terjadi
Heterokedastisitas, misalnya si Achmad adalah orang kaya, maka ia akan bervariasi dalam membelanjakan
uangnya, sedang si Fulan orang miskin hanya sedikit saja variasi yang dapat ia belanjakan uangnya, maka kedua
golongan tersebut sungguh sangat berbeda dalam membelanjakan uangnya.
Pendeteksian uji ini cukup dengan melihat ada dan tidaknya suatu pola tertentu pada grafik (Santoso:2000) dan
(Djaenuri:2008).
Sebagai dasar pengambilan keputusan dalam penguian ini adalah:
1. Jika terdapat pola yang tertentu seperti titik-titik yang terdapat didalam gambar grafik (scalterplot) membentuk pola
tertentu yeng teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka telah terjadi Heterokedastisitas).
2. Jika tidak terdapat suatu pola tertentu yang jelas secara titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y,
maka tidak terjadi Heterokedastisitas.
4.3.6 Uji Persamaan Regresi
Analisis regresi linier berganda pada dasarnya merupakan ekstensi dari metode regresi dalam
analisis bivariate yang pada umumnya digunakan untuk menguji pengaruh 2 atau lebih variabel independen terhadap
variabel dependen dengan skala pengukuran unterval atau rasio dalam suatu persamaan linier, pengaruh variabel
independen (karena pada umumnya ada korelasi antar variabel independen) dalam anailisis regresi nerganda dapat
diukur secara partial dan secara bersama–sama yang ditunjukkan oleh coefisien of multiple determination
(R²). (Moeleong, J Lexy:2006) dan (Djaenuri:2008).
Oleh karena itu dalam penelitian ini diadakan pengujian-pengujian statistik sebagai berikut:
1. Koefisien Regresi
Koefisien regresi menunjukkan pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat dan terarah (positip
atau negatif).
2. Koefisien Korelasi
Koefisien korelasi menunjukkan pada kuat atau lemahnya hubungan. Kuat jika diatas 50 %, sedangkan lemah
jika dibawah 50 %. Untuk koefisien korelasi ada dua jenis yaitu korelasi parsial dan korelasi simultan.
a. Uji Parsial (Uji t)
Pengujian ini adalah untuk menguji apakah tiap–tiap variabel bebas secara individual berpengaruh atau tidal
terhadap variabel terikat
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Formulasi nihil dan hipotesa alternative
a. Ho : b = 0, berarti seluruh variabel bebas X secara individual tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat
Y.
b. H : b ≠0, berarti seluruh variabel bebas X secara individual mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat.
2. Menurut taraf signifikan α / 2 = 0,025.
3. Menurut daerah penerimaan dan penolakan, menghitung statistik uji-t dengan rumus sebagai berikut :
Bt hitung =
Sb
Keterangan :
b = Koefisien untuk X
Sb = Standart error untuk koefisien regresi b.
4. Menarik kesimpulan berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan H0 ditolak jika : t hitung < - t (α: n-k – 1) atau : t
hitung > - t (α/2 : n–k–1).
Untuk melakukan proses analisis tersebut digunakan alat bantu komputer dengan programStatistical Product and
Service Solution (SPSS) yang merupakan alat analisis statistik.
b. Uji Simultan (Uji F)
Uji ini untuk melihat tingkat signifikan atau tidak signifikan pengaruh fariabel bebas secara bersama-sama
terhadap variabel terikat. Sedangkan langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan formulasi hipotesa nihil dan alternative.
2. H0 : b1 = b2 = 0, berarti seluruh variabel bebas secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel
terikat.
3. H1 : b1 = b2 = 0, berarti seluruh variabel bebas secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap variabel
terikat.
4. Menentukan daerah penerimaan dan penolakan H0.
5. Menarik kesimpulan berdasar uji statistik yang telah dilakukan, Ho ditolak jika : Nilai F hitung > F tabel (α : k : n – k –
1).
6. Penarikan kesimpulan dapat pula dengan menggambarkan hasil print out computer dengan memperhatikan
probability, dengan menggunakan kriteria bahwa H0 ditolak jika probabilitynya < 5 %.
3. Uji Persamaan Regresi ( Uji Hipotesis/Analisis Uji t dan Uji F)
Uji statistik didalam penelitian ini adalah dengan menggunakan statistik inferensial, yaitu statistik digunakan
untuk menganalisa data smpel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi, biasa disebut dengan statistik induktif atau
statistik probabilitas (Sugiyono:1998) dan (Djaenuri:2008).
Berdasar hasil dari uji ini maka akan didapat kesimpulan dari data sampel yang akan diberlakukan pada populasi
yang memiliki suatu peluang kesalahan dan kebenaran (kepercayaan) yang dinyatakan dalam prosentase, yang
disebut juga tingkat signifikasi.
Uji hipotesis penelitian ini menurut (Djaenuri:2008), disebut dengan regresi linier berganda yaitu untuk
menganalisis pengaruh masing-masing variabel bebas X terhadap variabel terikat Y, baik secara parsial maupun
simultan, dengan persamaan regresi sebagai berikut:
Y = a + B1X1 + B2X2 + e
Dimana:
Y = Variabel terikat (Kinerja karyawan)
B1, B2 = Koefisien regresi dari masing-masing variabel independen X1, X2
a = Nilai konstanta
e = Error atau sisa (Residual)
X1 = Variabel bebas (Gaya kepemimpinan)
X2 = Variabel bebas (Motivasi Kerja)
4. Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien Determinasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel bebas independen
terhadap variabel terikat independen dimana semakin besar nilai R² maka semakintepat model regresi yang dipakai
sebagai alat untuk peramalan.
Adapun rumus koefisien determinasi menurut Guarrati (1991) dan Djaenuri (2008) adalh sebagai berikut:
B1 Σ X1 Y1 + b2 Σ X2 Y1 + bn Σ Xn Y1R² =
Σ X Y
Dimana hasinya dapat dilihat dari hasil perhitungan dengan menggunakan komputer program SPSS Versi 12.
5. Uji Variabel Dominan
Untuk menguji variabel yang dominan digunakan indikator koefisien beta standarized dari variabel-variabel dari
model regresi. Koefisien beta standarized diperoleh dari hasil perkalian antara koefisien parsial korelasi (SDx1 / Sdy)
dan koefisien variabelnya (b1), dengan rumus Koefisien Beta Standarized adalah:
SDx1 . bi
SDxy
BAB V
POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian
Adalah sejauh mana pengaruh kepemimpinan dan motivasi kerja serta faktor yang paling dominan terhadap
kinerja karyawan dilingkungan PT BUKIT JAYA ABADI SURABAYA yang menjadi sampel penelitian bagi penulis.
5.2 Populasi dan Sampel penelitian
Penelitian ini mengambil tempat di PT BJA sebagai penelitian, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
karyawan yang bekerja pada PT BJA.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan proporsional random sampling yakni dengan
membagi populasi kedalam sub populasi, besarnya sampel setiap sub populasi diambil secara proporsional dengan
sub populasi yang lain sehingga sub populasi dapat terwakili secara proporsional sebagai sampel penelitian.
5.2.1 Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah sebuah perusahaan yang menjadi obyek penelitian bagi penulis di PT BJA Surabaya
yang memiliki beberapa tempat lokasi dalam menjalankan aktivitas perusahaan yaitu:
a. Kantor Pusat (head office)
Untuk mengurusi segala bentuk keperluan data administrasi dan keuangan perusahaan dan karyawan maupun
karyawan PT BJA secara keseluruhan baik dikantor cabang dan pusat berkantor dialamat yang terletak di:
Alamat : Jl. Panjang Jiwo no.58 Surabaya
Telepon : 031 – 8433166
Fax : 031 - 8433186 atau 8411371
E-mail : [email protected]
http : //www.bukitjaya.com
b. PT DutaCipta Pakarperkasa
Adalah perusahaan yang tergabung dalam PT BJA Group, yang memproduksi pembuatan alat-alat infrastruktur
manufaktur dan pembuatan kerangka dari besi baja siap pasang yang mana PT BJA adalah sebagai induk
perusahaan yang terletak dikantor pusat (head office) disurabaya, adapun pabrik dan work shop divisi tempat
konstruksi Industri ini dilakukan berlokasi yang terletak di:
Alamat : Jl. Mastrip IX/07 Waru Gunung
Karang Pilang – Surabaya
Telepon : 031- 7660492
Fax : 031 - 7660493 atau 7665482
5.2.2 Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh karyawan PT BJA yang menjadi obyek penelitian bagi penulis sebagai
responden dengan menyebar lembar kuisioner dari berbagai tingkat jabatan atau posisi dari beberapa divisi atau
bagian yang terdapat di PT BJA.
5.2.3 Struktur Organisasi Perusahaan PT BUKIT JAYA ABADI SURABAYA
Gambar 5.1
Struktur Organisasi Perusahaan
PT BJA SURABAYA
5.2.4 Visi Dan Misi Perusahaan
Visi dan misi perusahaan adalah suatu krido atau motto setiap perusahaan dimana setiap visi dan misi
tersebut ada pengharapan bagi perusahaan untuk bisa menjadi perusahaan yang besar dan bisa tetap eksis, dapat
maju dan berkembang, dapat mensejahterakan karyawannya dan dapat menjadi pemimpin pasar dalam setiap
bidang bisnis utamanya.
5.2.4.1 Kompetensi Inti Umum
Secara Umum:
1. Bergerak dalam bidang enjinering, pengadaan, dan konstruksi.
2. Bergerak dalam bidang industri besi baja.
3. Bergerak dalam bidang konsultan solusi enjinering dan teknologi informasi.
A. VISI:
“Menjadi salah satu kebanggaan Indonesia melalui existensi global yang kuat di setiap bidang bisnis utamanya”.
B. MISI:
“Menjadi pemimpin pasar di setiap bisnis utamanya”.
C. KOMITMENT
1. Kualitas:Mengutamakan kualitas dalam sistem operasi untuk menghasilkan produk dan jasa yang melebihi kualitas
internasional.2. Sumber daya manusia:
Mengembangkan budaya belajar dan perbaikan terus menerus diseluruh lini perusahaan.
3. Kepuasan pelanggan:Memenuhi kepuasan pelanggan dengan memberikan hasil melebihi harapan.
4. Tanggung jawab sosial:
Berkontribusi kepada pembangunan ekonomi nasional dan masyarakat sekitarnya.
5.2.4.2 Kompetensi
Kompetensi Inti:
PT Bukit Jaya Abadi Surabaya
“Membangun infrastructure negara melalui proses enjinering, pengadaan dan konstruksi“.
A. Visi
“Menjadi perushaan multi-nasional yang terkemuka dan sejahtera dibidang jasa enjinering, pegadaan dan
konstruksi”.
B. Misi
“Menjadi pemimpin pasar di Indonesia dan pemain global yang tangguh dibidang penyedia jasa enjinering,
pengadan dan konstruksi melalui manajemen proyek yang professional”.
5.3 Data Responden Penelitian
5.3.1 Data Responden Jumlah Karyawan
Responen berdasarkan tingkat posisi dan jabatan:
Tabel 5.2
Data Karyawan PT BJA SurabayaNo Departeman Jumlah
Karyawan 1 HUMAN RESOURCES (KEPEGAWAIAN):
- MANAGER
- SUPERVISOR dan STAF
2. ACCOUNTING (KEUANGAN):
- MANAGER
- SUPERVISOR dan STAF
3. FINANCE (KEUANGAN):
- MANAGER, Ass Diurector Operation
- SUPERVISOR dan STAF
4. DESIGN ENGINEERING
- MANAGER, Deputy, Cost Estimation Mngr, Design Structure Mngr
- SUPERVISOR dan STAF
5. GENERAL AFFAIR (BAGIAN UMUM):
- MANAGER
- SUPERVISOR dan STAF
6. INFORMATION TECHNOLOGY (TEKHNOLOGI INFORMASI):
- MANAGER
- SUPERVISOR dan STAF
7. MARKETING & SALES (M&S)
- MANAGER, Deputy Director, Dev, Koordinator
- SUPERVISOR dan STAF
8. VENDOR MANAJEMEN
- MANAGER
- SUPERVISOR dan STAF
9. PROCUREMENT (BAGIAM PEMBELIAN):
- MANAGER
- SUPERVISOR dan STAF
10. LEGAL (SITAC):
- MANAGER
- SUPERVISOR dan STAF
11. TAX (PAJAK):
- MANAGER, Konsultan
- SUPERVISOR dan STAF
12. PROJECT (PROYEK):
- MANAGER, Asst Direct, General Project Mngr, Koordinator
- SUPERVISOR dan STAF
13. MAINTENANCE (PEMELIHARAN)
- MANAGER
- SUPERVISOR dan STAF
14. WARE HOUSE (GUDANG):
- MANAGER
- SUPERVISOR dan STAF
15. WORK SHOP
- MANAGER
- SUPERVISOR dan STAF
Total Karywaan =
Sumber: diperoleh dari data karyawan perusahaan
5.4 Analis Data
5.4.1 Ruang Lingkup Analisis
Dalam analisa pembahasan tesis ini penulis membatasi masalah mengenai tingkat kinerja ditinjau dari segi
kepemimpinan dan motivasi kerja karyawan PT BUKIT JAYA ABADI SURABAYA adapun difinisi dari kepemimpinan
dan motivasi kerja adalah seperti yang sudah dijelaskan pada penjelasan variabel sebelumnya
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian explanatoris (explanatory research) yaitu jenis penelitian
yang berupaya menjelaskan pengaruh antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis,teknik pengumpulan data
dilakukan melalui kuisioner, wawancara dan observasi yang terdiri dari data primer dan sekunder, selanjutnya data
dianalisis secara kuantitatif dengan teknik analisis diskriptif dan analisis linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
1. Secara simultan kepemimpinan dan motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT BUKIT JAYA ABADI
SURABAYA. Hal ini dapat dikatakan bahwa kepemimpinan dan motivasi kerja dijalankan dengan baik dan dapat
meningkatkan kinerja karyawan.
2. Secara parsial variabel kepemimpinan dan motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT BUKIT JAYA
ABADI SURABAYA.
3. Kepemimpinan merupakan variabel yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap kinerja PT BUKIT JAYA
ABADI SURABAYA. Hal ini dapat dijelaskan bahwa kinerja karyawan menjadi dan selalu meningkat pada saat
pimpinan lebih tegas dalam melaksanakan kepemimpinannya guna meningkatkan etos kerja yang baik.
5.5 Analisis Hasil Penelitian
5.5.1 Analisis Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Sebelum kuesioner dibagikan secara penuh (turun lapangan), perlu uji dicobakan dahulu untuk melihat
apakah pertanyaan-pertanyaannya valid dan reliabel atau tidak. Pada penelitian ini, kuisioner ini diujikan terlebih
dahulu kepada 10 responden dari seluruh karyawan yang bekerja pada PT BUKIT JAYA ABADI yang berjumlah
sekitar 280 orang.
Uji validitas digunakan mengukur tingkat validitas dari penggunaan item indikator sebagai alat ukur variabel,
uji ini mengkonfirmasi apakah indikator tersebut bisa digunakan mengukur variabel yang diteliti atau tidak.
Tabel 5.3
Uji Korelasi Variabel Kepeminpinan (X1)
Pada tabel 5.3 disajikan uji korelasi pada variabel kepemimpinan. Tabel tersebut menyajikan kolom item
variabel yang merupakan indikator variabel penelitian, nilai korelasi r, signifikansi atau probabilitas penolakan Ho,
dan keterangan yang menerangkan apakah item tersebut valid.
Tabel 5.4
Uji Validtas Variabel kepemimpinan (X1)
Sumber : Lampiran 3
Pada tabel 5.4 disajikan uji validitas pada variabel kepemimpinan. Tabel tersebut menyajikan kolom item
variabel yang merupakan indikator variabel penelitian, nilai korelasi r, signifikansi atau probabilitas penolakan Ho,
dan keterangan yang menerangkan apakah item tersebut valid.
Tabel 5.5
Uji Korelasi Variabel Motivasi (X2)
Pada tabel 5.5 dilakukan uji korelasi pada variabel motivasi (X2). Dari nilai korelasi yang didapatkan pada
item X2.1 sampai dengan X2.4 kesemuanya mempunyai korelasi diatas 0.5 dengan signifikansinya tidak melebihi
5%. Dapat dibuktikan bahwa semua indikator yang digunakan sebagai pengukur variabel motivasi telah memenuhi
syarat sebagai alat ukur.
Tabel 5.6
Uji Validitas Variabel Motivasi (X2)
Sumber : Lampiran 3
Pada tabel 5.6 dilakukan uji validitas pada variabel motivasi (X2). Dari nilai korelasi yang didapatkan pada
item X2.1 sampai dengan X2.4 kesemuanya mempunyai korelasi diatas 0.5 dengan signifikansinya tidak melebihi
5%. Dapat dibuktikan bahwa semua indikator yang digunakan sebagai pengukur variabel motivasi telah memenuhi
syarat sebagai alat ukur.
Tabel 5.7
Uji Korelasi Variabel Kinerja (Y)
Tabel 5.7 hasil uji korelasi pada variabel kinerja karyawan (Y) menunjukkan bahwa item Y1 sampai dengan
Y4 mempunyai korelasi diatas 0.5 dengan signifikansi tidak melebihi 5%. Oleh sebab itu item-item tersebut dapat
digunakan untuk mengukur indikator kinerja karyawan.
Tabel 5.8
Uji Vailiditas Variabel Kinerja (Y)
Sumber : Lampiran 3
Tabel 5.8 hasil uji validitas pada variabel kinerja karyawan (Y) menunjukkan bahwa item Y1 sampai
dengan Y4 mempunyai korelasi diatas 0.5 dengan signifikansi tidak melebihi 5%. Oleh sebab itu item-item tersebut
dapat digunakan untuk mengukur indikator kinerja karyawan.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas sebagaimana disebutkan pada bab terdahulu, tujuannya adalah untuk memastikan
kehandalan jawaban responden. Dari uji ini akan diketahui apakah data yang digunakan mempunyai konsistensi
yang mencukupi untuk bisa dianalisa.
Tabel 5.9
Uji Reliabilitas Variabel
Sumber : Lampiran 3
Pada tabel 5.9 menunjukkan bahwa dari ketiga variabel tersebut yaitu Kepemimpinan (X1), Motivasi (X2)
dan Kinerja (Y) adalah memiliki tingkat konsistensi yang mencukupi untuk dianalisa.
5.5.2 Analisis Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik bertujuan untuk menguji asumsi-asumsi yang mendasari model analisis regresi berganda.
Asumsi ini penting karena disamping kegunaan analisis regresi berganda untuk kepentingan ilmu pengetahuan
(pengujian hipotesis), model juga diharapkan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Agar hasil atau model
dapat digunakan untuk pengembilan keputusan sehari-hari maka model harus memenuhi asumsi klasik. Jika asumsi
ini terpenuhi maka model dikatakan BLUE (best linear unbiased estimation) atau estimasi linear terbaik yang tidak
bias.
Untuk itu model harus lolos uji : (1) asumsi multikolinearitas (2) asumsi hetroskedastisitas (3) asumsi
autokorelasi (4) asumsi normalitas.
1. Uji asumsi klasik : Multikolinearitas
Asumsi ini bertujuan untuk melihat apakah ada atau tidak korelasi yang tinggi antar variabel bebas. Dalam
model regresi, variabel bebas tidak boleh memiliki korelasi yang tinggi (diatas 80% atau 0.80) dengan variabel bebas
lainnya. Jika ada korelasi yang tinggi maka model menjadi tidak baik untuk digunakan sebagai prediktor. Hasilanalisis
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 5.10
Multikolinearitas
Sumber : Lampiran 5
Tabel diatas menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antar variabel bebas yang cukup besar (diatas 80%)
sehingga dapat dikatakan tidak ada multikolinearitas (korelasi yang ada masih bisa ditoleransi). Karena korelasi
antara variabel X1 dan X2 hanya 0.756 atau 75.6%, jadi model baik atau dapat digunakan dalam pengambilan
keputusan / kepentingan prediksi.
2. Uji asumsi klasik : Heteroskedastisitas
Asumsi ini bertujuan untuk melihat apakah ada atau tidak korelasi yang tinggi antara variabel bebas dengan
varians. Dalam model regresi, variabel bebas tidak boleh memiliki korelasi yang tinggi (diatas 80 % atau 0.80)
dengan variansi. Jika ada korelasi yang tinggi maka model menjadi tidak baik untuk digunakan sebagai prediktor.
Hasil analisis dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 5.11
Heterokedastis
Sumber: Lampiran 5
Tabel diatas menunjukkan bahwa tidak ada korelasi variable bebas dan varians yang cukup besar (diatas
80%) sehingga dapat dikatakan tidak ada hetroskedastisitas (korelasi yang ada masih bisa ditoleransi). Karena
korelasi X1 (Kepemimpinan) dengan varians sebesar 0.759 (75.9%), Motivasi (X2) hanya sebesar 0.785 (78.5%),
dan jadi dapat disimpulkan tidak ada hetroskedastisitas, sehingga model layak sebagai dasar prediktor atau
pengambilan keputusan.
3. Uji asumsi klasik : Autokorelasi
Asumsi ini bertujuan untuk melihat apakah ada atau tidaknya korelasi serial pada data. Dalam model
regresi, tidak boleh ada korelasi serial dalam data. Jika ada korelasi yang tinggi maka model menjadi tidak baik
untuk digunakan sebagai prediktor. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 5.12
Autokorelasi
Sumber : Lampiran 4
Oleh karena nilai DW masih dalam batas toleransi 1.55 s/d 2.55 yaitu sebesar 1.549 maka dapat dikatakan
bahwa tidak ada Autokorelasi. sehingga model layak sebagai dasar prediktor atau pengambilan keputusan
4. Uji asumsi Normalitas
Asumsi ini bertujuan untuk melihat apakah data bersifat normal atau tidak. Dalam regresi berganda, data atau
variabel harus berdistribusi normal. Jika data tidak berdistribusi normal maka analisis dengan regresi berganda (jenis
analisis parametrik) harus diganti dengan analisis chy-square (jenis analisis non parametrik). Hasil analisis dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Gambar 5.13
Uji normalitas untuk variabel X1 (Kepemimpinan )
Sumber : Lampiran 4
Karena data tersebar disekitar garis plot maka data dari variabel Kepemimpinan (X1) dikatakan normal.
Gambar 5.14
Uji normalitas untuk variabel X2 (Motivasi)
Sumber : Lampiran 4
Karena data tersebar disekitar garis plot maka data dari variabel Motivasi (X2) dikatakan normal
Gambar 5.15
Uji normalitas untuk variabel Y (Kinerja Karyawan)
Sumber: Lampiran 4
Karena data tersebar disekitar garis plot maka data dari variabel Kinerja Karyawan (Y) dikatakan normal.
5.5.3 Koefisien Regresi, Korelasi dan Determinasi
1. Koefisien Regresi
Koefisien regresi menunjukkan pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat dan arah (positip atau
negatif).
Tabel 5.16
Koefisien regresi
Sumber: Lampiran 4
Dari tabel diatas, persamaan regresi berganda dapat disusun sebagai berikut:
Y = -2,914+ 0.623 X1 + 0,498 X2
Koefisien regresi X1 (Kepemimpinan) sebesar 0.623 dan positip, ini berarti bahwa apabila variabel X1
(Kepemimpinan) naik satu-satuan maka Y (Kinerja Karyawan) akan naik sebesar 0.623 satuan dan sebaliknya jika
variabel X1 (Kepemimpinan) turun satu-satuan maka Y (Kinerja) akan turun sebesar 0.623 satuan. Dimana variabel
lain dianggap konstant atau tidak berubah.
Koefisien regresi X2 (Motivasi) sebesar 0,498 dan positif, ini berarti bahwa apabila variabel X2 (Motivasi)
naik satu-satuan maka Y (Kinerja Karyawan ) akan naik sebesar 0,498 dan sebaliknya jika variabel X2 (Motivasi)
turun satu-satuan maka Y (Kinerja Karyawan) akan turun sebesar 0,498. Dimana variabel lain dianggap konstant
atau tidak berubah.
2. Koefisien Korelasi
Koefisien korelasi menunjukkan pada kuat atau lemahnya hubungan. Kuat jika diatas 50%, sedangkan lemah
jika dibawah 50%. Untuk koefisien korelasi ada dua jenis yaitu korelasi parsial dan korelasi simultan.
a. Korelasi Simultan (Uji F)
Untuk korelasi simultan menunjukkan kuat atau lemahnya hubungan seluruh variabel X secara bersama-sama
terhadap variabel Y. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 5.17
Korelasi Simultan
Sumber : Lampiran 4
Tabel diatas menunjukkan koefisien korelasi simultan (R) sebesar 0,878 atau 87,8%. Ini berarti bahwa
secara bersama-sama (simultan) variabel Kepemimpinan (X1) dan Motivasi (X2) memiliki hubungan yang kuat
dengan Kinerja Karyawan (Y) karena diatas 50%.
b. Korelasi parsial (Uji t)
Untuk korelasi parsial menunjukkan kuat atau lemahnya hubungan masing-masing variabel X secara parsial
terhadap variabel Y. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 5.18
Korelasi Parsial
Sumber : Lampiran 4
Tabel diatas menunjukkan bahwa korelasi parsial antara Kepemimpinan (X1) dengan Kinerja Karyawan (Y)
sebesar 0.597 (59.7%). Ini berarti bahwa hubungan parsial variabel Kepemimpinan (X1) dengan Kinerja Karyawan
(Y) adalah kuat karena diatas 50%.
Korelasi parsial antara Motivasi (X2) dengan Kinerja Karyawan (Y) sebesar 0,472 (47,2%). Ini berarti bahwa
hubungan parsial variabel Motivasi (X2) dengan Kinerja Karyawan (Y) adalah lemah karena dibawah 50%.
3. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi menunjuk pada kontribusi variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Untuk
koefisien determinasi ada dua jenis yaitu determinasi parsial dan determinasi simultan.
a. Determinasi Simultan
Untuk determinasi simultan menunjukkan kontribusi seluruh variabel X secara bersama-sama terhadap
variabel Y. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.19
Determinasi Simultan
Sumber : Data Olahan SPSS
Tabel diatas menunjukkan koefisien determinasi simultan R square atau (R2) sebesar 0,771 atau 77,1%. Ini
berarti bahwa variasi naik-turunnya Kinerja Karyawan (Y), ditentukan atau dipengaruhi sebesar 77,1% oleh
variabel Kepemimpinan (X1), Motivasi (X2) dan sisanya 22,9% dipengaruhi oleh variabel diluar model. .
b. Determinasi Parsial
Untuk determinasi parsial menunjukkan kontribusi masing-masing variabel X secara terhadap variabel Y. Hasil
penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 5.20
Determinasi Parsial
Sumber: Lampiran 4
Hasil dari Spss memang tidak mengeluarkan koefisien determinasi parsial, oleh karenanya harus dihitung
dahulu koefisien determinasi parsial (r2) dari koefisien korelasi parsial (r) yaitu dengan memangkatkanduakan nilai
korelasi parsial tiap variabelnya perhitungannya sebagai berikut:
Tabel 5.21
Determinasi Parsial Variabel Kepemimpinan (X1)
Sumber : Data Olahan SPSS
Tabel diatas menunjukkan bahwa koefisien determinasi parsial Kepemimpinan (X1) terhadap Kinerja
Karyawan (Y) sebesar 0,356 (35,6%). Ini berarti bahwa variasi naik-turunnya Kinerja Karyawan (Y), ditentukan atau
dipengaruhi sebesar 35,6% oleh variabel Kepemimpinan (X1), dan sisanya 64,4% dipengaruhi oleh variabel lain.
Koefisien determinasi parsial Motivasi (X2) terhadap Kinerja Karyawan (Y) sebesar 0.222 (22.2%). Ini berarti
bahwa variasi naik-turunnya Kinerja Karyawan (Y), ditentukan atau dipengaruhi sebesar 22.2% oleh
variabel Motivasi (X2), dan sisanya 77.8% dipengaruhi oleh variabel lain.
5.5.4 Analisis uji hipotesis (Persamaan Regresi uji-t dan uji-F)
Hipotesis yang telah dirumuskan dibab sebelumnya, perlu diuji, apakah dapat diterima atau tidak (ditolak).
Untuk pengujian hipotesis ada dua macam yaitu pengujian hipotesis simultan (dengan uji-F) dan pengujian hipotesis
parsial (dengan uji-t). Namun juga pada penelitian ini ditambahkan pengujian hipotesis tentang yang paling dominan
(dengan melihat koefisien determinasi parsial yang paling besar). Untuk masing-masing pengujian diuraikan sebagai
berikut :
a. Pengujian Hipotesis Parsial (Uji-t)
Pada bagian ini, hipotesis parsial akan diuji. Pengujian hipotesis parsial ini dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu dengan membandingkan t-hitung dengan t-tabel (jika t-hitung > t-tabel maka hiptesis diterima) dan kedua
dengan hanya melihat tingkat signifikannya (sig). Kedua cara ini menghasilkan hasil yang sama. Pada metode
pertama, dilakukan dengan cara manual sedangkan dengan cara kedua, digunakan hasil print out SPSS. Cara
pertama hanya sangggup untuk menguji maksimal pada tingkat 1%.
Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 5.22
Uji – T
Sumber: Lampiran 4
Untuk nilai t-hitung telah diketahui pada tabel diatas (inisial t), Hipotesis parsial yang menyatakan bahwa,
“Secara parsial, X1 (Kepemimpinan) berpengaruh terhadap Y (Kinerja Karyawan)” adalah terbukti. Hal ini dapat
dilihat pada tingkat signifikan yaitu 0.000 (0%) yang berada dibawah nilai toleransi 5%.
Jadi hipotesis yang menyatakan bahwa secara parsial Kepemimpinan (X1), Motivasi (X2) berpengaruh
terhadap Kinerja Karyawan (Y) adalah terbukti.
b. Pengujian Hipotesis simultan (Uji-F)
Pada bagian ini, hipotesis simultan akan diuji. Pengujian hipotesis simultan ini dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu dengan membandingkan F-hitung dengan F-tabel (jika F hitung > F tabel maka hipotesis diterima) dan
kedua dengan hanya melihat tingkat signifikannya (sig). Kedua cara ini menghasilkan hasil yang sama. Pada metode
pertama, dilakukan dengan cara manual sedangkan dengan cara kedua, digunakan hasil print out SPSS. Cara
pertama hanya sangggup untuk menguji maksimal pada tingkat 1%.
Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 5.23
Uji Simultan (Uji-F)
Sumber : Lampiran 4
Untuk nilai F-hitung telah diketahui pada tabel diatas (inisial F), Hipotesis yang menyatakan bahwa “Secara
simultan, Kepemimpinan (X1), Motivasi (X2) berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan (Y)” adalah terbukti. Hal ini
juga dapat dilihat pada tingkat signifikan yaitu 0.000 (0%) yang berada jauh dibawah 1 dan 5%.
c. Pengujian Hipotesis dominan (analisis koefisien determinasi parsial)
Untuk menentukan hipotesis yang dominan, dapat dilihat pada koefisien determinasi parsial. Variabel yang
memiliki koefisien determinasi parsial yang terbesar, itulah yang memiliki pengaruh dominan pada variabel Y (Kinerja
Karyawan). Hasil analisis dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Variabel Dominan
Sumber : Data Olahan SPSS
Hasil analisis menunjukkan bahwa yang dominan mempengaruhi Kinerja Karyawan adalah
Kepemimpinan (X1). Karena memiliki koefisien determinasi parsial yang paling besar yaitu 0.356 atau 35.6%.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat hubungan yang positif antara kepeimimpinan terhadap kinerja karyawan. Dengan demikian semakin tinggi
persepsi karyawan terhadap kepemimpinan maka semakin tinggi pula prestasi kerjanya.
2. Terdapat hubungan positif antara motivasi kerja terhadap kinerja karyawan, dengan demikian semakin tinggi motivasi
kerja karyawan maka semakin tinggi pula prestasi kerjanya.
3. Terdapat hubungan positif secara bersama-sama antara kepemimpinan dan motivasi kerja karyawan PT BUKIT
JAYA ABADI SURABAYA.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa makin baik pelaksanaan kepemimpinan ditiap-tiap bagian atau
departemen maka menjadi semakin meningkat pula prestasi kerja karyawan
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan maka penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Kepemimpinan ditiap-tiap bagian sangat berpengaruh terhadap kinerja karyawan oleh sebab itu perlu untuk lebih
ditingkatkan dengan menerapkan gaya kepemimpinan dengan mendasarkan situasi organisasi dan kondisi pengikut
atau karyawan maka penerapan yang tepat adalah kombinasi dari gaya kepemimpinan seperti yang telah diuraikan
sebelumnya dan berorientasi kepada hasil kerja karyawan.
Kepala bagian dalam hal ini selaku pimpinan maupun supervisor harus mampu berkomunikasi dengan baik
terhadap para bawahannya dan bersikap terbuka dengan berperilaku, mengarahkan yang jelas terarah dan disertai
pengawasan, selain itu pula kepala bagian berperilaku mendukung bawahan dengan melakukan pujian, mau
mendengar keluhan dan membantu kesulitan yang dihadapi oleh bawahan.
Kepala bagian harus berusaha untuk membuat situasi dan kondisi organisasi yang stabil dan bisa membuat rasa
kekeluargaan, sebab karyawan akan mempunyai motivasi kerja dan berprestasi kerja jika mereka bergaul dan
bekerja sama yang baik diantara mereka.
2. Kepala bagian seharusnya selalu berusaha untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan, dan karyawan hendaknya
diarahkan kepada motivasi yang didasarkan pada kekuatan yang ada dalam diri manusia atau individu untuk selalu
berusaha untuk meningkatkan kinerjanya. Oleh karena itu karyawan hendaknya mempunyai keinginan yang kuat
untuk berprestasi mengingat akan tugas karyawan tidak hanya berkaitan dengan urusan administrasi saja namun
erat kaitannya dalam membantu keberhasilan karyawan dalam pencapaian tujuan perusahaan, organisai maupun
kelompok.
3. Kepemimpinan dan motivasi kerja harus bersama-sama sejalan agar kinerja karyawan meningkat. Oleh karena itu
karyawan harus benar-benar dapat selalu meningkatkan secara kontinyu prestasinya dengan mengusahakan selalu
hasil kerja yang bermutu baik dari segi kualitas dan kuantitas, teliti dan selalu dapat bekerja secara mandiri maupun
secara kelompok (team work).
Jumlah hasil kerja selalu ditingkatkan dan tidak menunda-nunda pekerjaan, disamping itu karyawan harus selalu
mau belajar dari kekurangannya sehingga mau meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan atau
potensi diri.
Diharapkan pula agar karyawan dapat selalu mengasah minat dan bakatnya untuk bekerja dan bertanggung
jawab atas hasil pekerjannya.
Diposkan oleh Aida Ajja di 23.02