pengaruh kemampuan intelektual, kecerdasan … · 2013-03-22 · segala puji bagi allah yang maha...

92
i PENGARUH KEMAMPUAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP SIKAP ETIS FISKUS (Studi Kasus KPP Pratama Kramat Jati) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh : Arsinawati Nim : 205082000249 Dibawah bimbingan Pembimbing I Pembimbing II Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Rahmawati, SE, MM NIP: 196902032001121003 NIP: 197708142006042003 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M

Upload: others

Post on 27-Feb-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

PENGARUH KEMAMPUAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP

SIKAP ETIS FISKUS (Studi Kasus KPP Pratama Kramat Jati)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

Arsinawati

Nim : 205082000249

Dibawah bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Rahmawati, SE, MM NIP: 196902032001121003 NIP: 197708142006042003

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

ii

Hari ini Senin Tanggal Dua Puluh Tiga Desember Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas Nama Arsinawati NIM 205082000249 dengan judul skripsi: “PENGARUH KEMAMPUAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP SIKAP ETIS FISKUS (Studi Kasus Pada KPP Pratama Kramat Jati)”. Memperhatikan Penampilan Mahasiswa Tersebut Selama Ujian Berlangsung, Maka Skripsi ini Sudah Dapat Diterima Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 23 November 2009

Tim Penguji Ujian Komprehensif Rini, SE, Ak, MSi Yusroh Rahma, SE, M.Si Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Ahmad Rodoni Penguji Ahli

iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Arsinawati

2. Tempat/ tanggal lahir : Kuntu / 01 Maret 1987

3. Alamat : Jl. Buluh 007/016 No. 28 Cililitan Kramat Jati,

Jakarta Timur

4. Telepon : (021) 8091050 / 081219055822

II. PENDIDIKAN

1. SD : Negeri 047 Riau 1999

2. SMP : Negeri 04 Riau 2002

3. MAN : Negeri 06 Jakarta 2005

4. SI : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

III. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Yahya

2. Tempat & Tgl Lahir : Riau, 17 Juli 1948

3. Alamat : Komplek Dokagu UIR blok B No. 36 Marpoyan

Pekan baru (Riau)

4. Ibu : Hj. Nurwailis

5. Tempat & Tgl Lahir : Riau, 3 Desember 1949

6. Alamat : Komplek Dokagu UIR Blok B No. 36 Marpoyan

Pekan baru (Riau)

7. Telepon : 081378742860

8. Anak ke dari : 4 dari 4 saudara

iv

Influence of Intelligence Ability, Emotional Quotient and Spiritual Quotient of Fiskus’s Ethics

By Arsinawati

ABSTRACT

This study aims to analyze the influence of intelligence ability of fiskus’s Ethics, the influence of emotional quotient of fiskus’s ethics, the influence of spiritual quotient of fiksus’s ethics and the influence of intelligence ability, emotional quotient, and spiritual quotient simultaneously on the fiksus’s ethics. The focus variables of research are intelligence ability, spiritual quotient, spiritual quotien as independent variables and fiskus’s ethics as a bound variable. This study using questionnaire instruments as 50 respondents. While the methods for data analysis and hypothesis testing using SPSS author of 12 versions. From the results of this study can be seen that intelligence ability and emotional quotient does not significantly impact to fiskus’s ethics, but spiritual quotient does significantly impact the fiskus’s ethics. Keyword: Intelligence Ability, Emotional Quotient, Spiritual Quotient, Ethics.

v

Pengaruh Kemampuan Intelektual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Sikap Etis Fiskus

Oleh

Arsinawati

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kemampuan intelektual terhadap sikap etis fiskus, pengaruh kecerdasan emosional terhadap sikap etis fiskus, pengaruh kecerdasan spiritual terhadap sikap etis fiskus, dan pengaruh kemampuan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara bersama-sama terhadap sikap etis fiskus. Variabel yang menjadi focus penelitian adalah kemampuan intelektual, kecerdasan spiritual, kecerdasan spiritual sebagai variabel bebas dan sikap etis fiskus sebagai variabel terikat. Penelitian ini menggunakan instrument kuisioner sebanyak 50 responden. Sedangkan untuk metode analisis data dan uji hipotesis penulis menggunakan program SPSS versi 12.

Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa kemampuan intelektual dan kecerdasan emosional tidak berpengaruh secara signifikan dengan sikap sikap etis fiskus, tetapi kecerdasan spiritual yang berpengaruh secara signifikan terhadap sikap etis fiskus. Kata kunci: kemampuan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, sikap etis

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang maha pengasih lagi maha penyanyang,

pemilik bumi, langit serta isinya, yang menurunkan Al quran petunjuk hidup yang

sempurna bagi seluruh manusia. Dan berkat rahmatnya pula penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh Kemampuan

Intelektual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual Terhadap

Sikap Etis Fiskus (Studi Kasus Pada KPP Pratama Kramat Jati)”. Salam

serta shalawat atas nabi Muhammad SAW, penutup para nabi dan rasul yang

diutus yang sebaik-baik agama dan umatnya bagi seluruh alam. Semoga kita

semua dapat petunjuk dari ajarannya selalu amin.

Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat-

syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi Pada Fakultas Ekonomi dan Ilmu

Sosial Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa

segala kerja keras demi terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari dukungan,

dorongan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ucapkan

terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Allah SWT atas segala rahmat dan hidaya-nya atas segala petunjuk dan

ilmunya atas segala pelajaran dan pengajaran hidup, atas segala sejarah

dimana diri ini menjadi tahu untuk berpijak, serta kasih sayang untuk

hambanya yang tak pernah habis dan Rasulullah SAW atas segala

perjuangan dan keteladannya sehingga diri ini tahu seperti apa.

2. Kedua orang tuaku tercinta omak dan ayah, terima kasih telah

mengorbankan materi dan non materi peluh demi kami, waktu, dan sabar

telah mendidik kami.

3. Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku dosen pembimbing I yang telah banyak

mengarahkan dan memotifasi penulis dalam menyelesaikan skripsi

4. Rahmawati, SE, MM, selaku dosen pembimbing II yang telah banyak

memberikan perhatian dan waktunya untuk membantu penulis

memberikan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

vii

5. Para dosen penguji ujian komprehensif yaitu Prof. Dr. Ahmad Rodoni

selaku penguji ahli, Rini, SE, Ak, MSi selaku ketua, dan Yusro Rahma,

SE,M.si selaku sekretaris. Terima kasih atas bantuannya.

6. Seluruh dosen dan staf administrasi, staf perpustakaan, dan semuanya yang

tidak bisa disebutkan satu persatu, terimah kasih atas bantuan, kemudahan

dan pelayanan yang diberikan selama penulis menjalankan kuliah.

7. Untuh Bapak Kuswino selaku ketua staf KPP Pratama Kramat Jati yang

telah membantu menyebar kuisioner, terima kasih atas bantuannya dan

waktunya. Bu Ira yang telah membantu menerima penulis agar dapat

melakukan riset di KPP Pratama Kramat Jati, terima kasih atas

kesempatannya. Dan semua staf aparat pajak yang telah meluangkan

waktunya untuk mengisi kuisioner.

8. Semua teman-teman seperjuangan Akuntansi B angkatan 2005 yang telah

memberikan berjuta-juta kenangan selama menjalankan kuliah dan tidak

dapat disebutkan satu-persatu.

9. Teman-teman Seperjuangan, buat ka seli dan ka ani terimah kasih atas

kesabarannya dalam memberikan ilmu dan, dan keluarga istisyhaad

(nadiya, anahe, jumi, cut, leni, khadijah, silvi, yuyun).

Tentunya dalam penulis skripsi ini, masih banyak kekurangannya, karena itu,

penulis menerima saran dan kritik yang membangun, demi terciptanya gairah

keilmuan ini. Sedikit banyaknya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak yang memerlukan.

Ciputat, 1 Juni 2010

(Arsinawati)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan ........................................................................................... i

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ..................................................................... ii

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif .......................................................... iii

Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................ iv

Abstract .............................................................................................................. v

Abstrak ............................................................................................................... vi

Kata Pengantar ................................................................................................... vii

Daftar Isi ............................................................................................................ ix

Daftar Tabel ....................................................................................................... xiii

Daftar Gambar .................................................................................................... xiv

Daftar Lampiran ................................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ................................................................... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Pajak.................................................................... 9

2. Pengertian Etika .................................................................... 12

3. Kendala Penindakan Hukum Terhadap Fiskus .................... 15

ix

4. Etika Pegawai........................................................................ 17

5. Penagihan Pajak .................................................................... 20

6. Syarat Pemungutan Pajak...................................................... 21

7. Sistem Pemungutan Pajak.………………………………… 22

8. Asas-Asas Pemungutan Pajak .............................................. 23

9. Intelegensi ............................................................................. 24

10. Kemampuan Intelektual ........................................................ 25

11. Kecerdasan Emosional .......................................................... 26

12. Kecerdasan Spiritual ............................................................. 28

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ................................................... 31

C. Kerangka Pemikiran ................................................................... 32

D. Hipotesis ..................................................................................... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... 34

B. Metode Penentuan Sampel ......................................................... 34

C. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 35

D. Metode Analisi Data ................................................................... 36

1. Uji Kualidata Data................................................................. 36

a. Uji validitas .................................................................... 36

b. Uji Realibilitas ................................................................ 36

2. Uji Asumsi Klasik................................................................. 37

c. Uji Formalitas ................................................................. 37

d. Uji heteroskedastisitas..................................................... 37

x

e. Uji Multikolonieritas....................................................... 38

3. Uji hipotesis ......................................................................... 38

f. Koefesien Determinasi (R2) ............................................ 38

g. Uji signifikansi simultan (Uji Statistik F) ....................... 39

h. Uji Parameter Individual (Uji statistik t)......................... 39

E. Operasional Variabel Penelitian.................................................. 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat dan Perkembangan KPP Pratama Jakarta

Kramat Jati ............................................................................ 44

2. Visi dan Misi KPP Pratama Kramat Jati ............................... 45

3. Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi KPP Pratama

Kramat Jati ............................................................................ 46

4. Struktur Organisasi KPP Pratama Jakarta Kramat Jati ......... 47

B. Hasil Analisis Deskriptif ............................................................. 49

C. Uji Statistik Data, Pengolahan Data dan Pembahasan

1. Uji Kualitas Data................................................................... 51

a. Uji validitas ..................................................................... 51

b. Uji Realibilitas ................................................................ 55

2. Uji Asumsi Klasik................................................................. 57

a. Uji Normalitas................................................................. 57

b. Uji Heteroskesdatisitas.................................................... 57

c. Uji Multikolonieritas....................................................... 58

xi

3. Uji hipotesis

a. Koefisien Determinasi (R2) ............................................. 59

b. Uji signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ...................... 60

c. Uji Parameter Individual (Uji Statistik t) ........................ 61

d. Analisis Regresi Berganda .............................................. 63

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan ................................................................................ 66

B. Implikasi ..................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 69

LAMPIRAN

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ................................................. 31

Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian............................................... 41

Tabel 4.1 Profil Responden Berdasarkan Usia ........................................ 50

Tabel 4.2 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ......................... 50

Tabel 4.3 Profil Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ............... 51

Tabel 4.4 Uji Validitas Kemampuan Intelektual...................................... 52

Tabel 4.5 Uji Validitas Kecerdasan Emosional ....................................... 52

Tabel 4.6 Uji Validitas Kecerdasan Emosional Loc 3,4 dan 6

di Keluarkan ............................................................................ 53

Tabel 4.7 Uji Validitas Kecerdasan Spiritual........................................... 54

Tabel 4.8 Uji Validitas Sikap Etis Fiskus ................................................ 54

Tabel 4.9 Uji Reliabilitas Kemampuan Intelektual.................................. 55

Tabel 4.10 Uji Reliabilitas Kecerdasan Emosional.................................... 55

Tabel 4.11 Uji Reliabilitas Kecerdasan Spiritual ....................................... 56

Tabel 4.12 Uji Realibilitas Sikap Etis Fiskus............................................... 56

Tabel 4.13 Multikolonieritas ...................................................................... 59

Tabel 4.14 Model Summary....................................................................... 59

Tabel 4.15 ANOVA ................................................................................... 60

Table 4.16 Uji Statisti t .............................................................................. 61

Tabel 4.17 Uji Regresi Berganda ............................................................... 63

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran.............................................................. 32

Gambar 4.1 Uji Normalitas....................................................................... 57

Gambar 4.2 Uji Heteroskedastisitas.......................................................... 58

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lampiran Struktur Organisasi

Lampiran 2 Lampiran Kuisioner

Lampiran 3 Data Distribusi Responden

Lampiran 4 Hasil Output SPSS Reliability

Lampiran 5 Hasil Output SPSS Regression

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pajak merupakan komponen penting penerimaan Negara. Begitu

besarnya kontribusi penerimaan pajak terhadap penerimaan Negara sehingga

penerimaan pajak dapat mempengaruhi jalannya roda pemerintahan. Dana dari

penerimaan pajak sebagai sumber utama Anggaran Pendapatan Belanja

Negara (APBN) dialokasikan untuk mendanai berbagai sendi kehidupan

bangsa, mulai dari sektor pertanian, pertambangan, industri, perbankan,

kesehatan, pendidikan, sampai subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM). Dengan

demikian, betapa vitalnya sektor pajak dalam rangka memenuhi kebutuhan

pembangunan suatu bangsa dan dalam menjamin bergulirnya pemerintahan.

Oleh karena itulah, sektor pajak harus benar-benar dikelola dengan

manajemen yang baik yaitu pengelolaan yang berbasis ketransparan,

kejujuran, akuntabilitas dan juga dilengkapi dengan etos kerja yang tinggi dari

pihak fiskus.

Terkuaknya makelar kasus pajak di Ditjen Pajak melalui

pengungkapan mafia pajak yang diduga melibatkan Gayus Tambunan,

pegawai golongan III A di lingkungan Ditjen Pajak, menimbulkan reaksi keras

dari publik. Hingga kini, lebih dari 12.000 face bookers telah mendukung aksi

penolakan pembayaran pajak (tax avoidance). Tak salah jika ada yang

1

berandai-andai, jika anggota staf golongan IIIA saja bisa korupsi lebih dari Rp

25 miliar.

Terjadinya banyak penyimpangan yang dilakukan berbagai individu,

sangat mempengaruhi etika yang memberikan dampak negatif yang sangat

luas bagi berbagai elemen yang terlibat didalam perusahaan bahkan

berdampak pada perekonomian suatu Negara. Selain itu dampak yang terjadi

bukan hanya berimbas pada sektor ekonomi saja tetapi psikis serta kredibilitas

fiskus itu sendiri, baik kepercayaan pelaku usaha, investor dan citra para

fiskus itu dimata masyarakat. Pelaku penyimpangan di dunia pajak bukanlah

orang-orang tingkat intelegensianya rendah, bahkan mereka adalah orang-

orang cerdas, yang mampu memanipulasi data, sehingga banyak orang

percaya atas kelihaiannya dalam pencatatan data.

Oleh karena itu sikap fiskus sangat penting dalam menentukan

mengelola perpajakan, karena sekarang banyak pihak yang melanggar kode

etik yang ada, lalu dimana etika yang seharusnya melekat pada aparat pajak

(fiskus), padahal telah jelas mereka mengetahui standar kode etik aparat pajak

yang ada. lalu mengapa kecerdasan mereka tidak membawa mereka membuat

sistem atau hasil kinerja yang baik, malah membawa dampak negatif luas, lalu

seberapa besar pengaruh kemampuan intelektual terhadap etika mereka

sebagai seorang pemungutan pajak (fiskus).

Hasil survey yang dilakukan di Amerika Serikat tentang kecerdasan

emosional menjelaskan bahwa apa yang diinginkan oleh pemberi kerja tidak

hanya ketampilan teknik saja melainkan dibutuhkan kemampuan dasar untuk

2

belajar dalam pekerjaan yang bersangkutan. Di antaranya adalah kemampuan

mendengar dan berkomunikasi lisan, adaptasi, kreatifitas, ketahanan mental

terhadap kegagalan, kepercayaan diri, motivasi, kerjasama tim dan keinginan

memberi kontribusi terhadap perusahaan. Seseorang yang memiliki

kecerdasan emosional yang tinggi akan mampu mengendalikan emosinya

sehingga dapat menghasilkan optimalisasi pada fungsi kerjanya.

Banyak contoh disekitar kita membuktikan bahwa orang yang

memiliki kecerdasan otak saja, atau banyak memiliki gelar yang tinggi belum

tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Bahkan seringkali yang

berpindidikan formal lebih rendah ternyata banyak yang lebih berhasil.

Kebanyakan program pendidikan hanya berpusat pada kecerdasan akal (IQ)

saja, padahal yang diperlukan sebenarnya adalah bagaimana mengembangkan

kecerdasan hati, seperti ketangguhan, inisiatif, optimisme, kemampuan

beradaptasi yang kini telah menjadi dasar penilain baru, saat ini begitu banyak

orang berpindidikan dan tampak begitu menjanjikan, namun karirnya

terhambat atau lebih buruk lagi, tersingkir, akibat rendahnya kecerdasan

emosional dan kecerdasan spiritual mereka.

Memasuki abad 21, paradigma yang beranggapan bahwa IQ

(Intelegent Quotient) sebagai satu-satunya tolok ukur kecerdasan yang juga

dijadikan parameter keberhasilan dan kesuksesan kinerja Sumber Daya

Manusia, digugurkan oleh munculnya konsep atau paradigma kecerdasan lain

yang ikut menentukan terhadap kesuksesan dan keberhasilan seseorang dalam

hidupnya. Hasil survei statistik dan penelitian yang dilakukan, yang ditulis

3

oleh Krugman dalam artikel “On the road on Chairman Lou”( The New York

Times26/6/1994), Menyebutkan bahwa IQ ternyata sesungguhnya tidak cukup

untuk menerangkan kesuksesan seseorang (Fathul, 2007).

Jadi, selain IQ (kemampuan intelektual) dibutuhkan juga EQ

(kecerdasan emosional) dan SQ (kecerdasan spiritual) untuk dapat berhasil

dan sukses dalam mencapai keberhasilan dan kesuksesan dalam bekerja dan

itu berpengaruh terhadap sikap etis, seorang fiskus yang memiliki pemahaman

atau kecerdasan emosi dan tingkat religiusitas yang tinggi akan mampu

bertindak atau berprilaku etis dalam profesi dan organisasi. Kemampuan

akademik bawaan, nilai rapor, dan prediksi kelulusan pendidikan tinggi tidak

memprediksi seberapa baik kinerja seseorang sudah bekerja atau seberapa

tinggi sukses yang dicapainya dalam hidup. Sebaliknya menyatakan bahwa

seperangkat kecakapan khusus seperti empati, disiplin diri, dan inisiatif

mampu membedakan orang sukses dari mereka yang berprestasi biasa-biasa

saja, selain kecerdasan akal yang dapat mempengaruhi keberhasilan orang

dalam bekerja. Ia juga tidak mempertentangkan kecerdasan intelektual dan

kecerdasan emosional, melainkan memperlihatkan adanya kecerdasan yang

bersifat emosional, ia berusaha menemukan keseimbangan cerdas antara

emosi dan akal (Fathul, 2007).

Tanpa adanya pengendalian atau kematangan emosi (EQ) dan

keyakinan terhadap Tuhan yang Maha Esa (SQ), sangat sulit bagi fiskus untuk

bertahan dalam menghadapi tekanan frustasi, stress, menyelesaikan konflik

yang sudah menjadi bagian atau risiko profesi, dan memikul tanggung jawab

4

seperti apa yang disebutkan dalam pedoman kode etik perpajakkan, serta

untuk tidak menyalahgunakan kemampuan dan keahlian yang merupakan

amanah yang dimilikinya kepada jalan yang tidak dibenarkan. Hal tersebut

akan berpengaruh terhadap hasil kinerja mereka atau terjadinya

penyimpangan-penyimpangan, kecurangan dan manipulasi terhadap tugas

yang diberikan. Karena seseorang yang memiliki kecerdasan emosional yang

baik akan mampu untuk mengetahui serta menangani perasaan mereka dengan

baik, mampu untuk menghadapi perasaan orang lain dengan efektif. Selain itu

juga seseorang fiskus yang memiliki pemahaman atau kecerdasan emosi dan

tingkat religiusitas yang tinggi akan mampu bertindak atau berperilaku dengan

etis dalam profesi.

Karena itulah perlu adanya perubahan akan makna dalam sistem

pemerintahan, dalam menyikapi makin beratnya tantangan di era globalisasi

dan dalam rangka membentuk pribadi yang berkualitas dan memiliki etos

kerja yang tinggi. Sehingga peran lembaga pendidik termasuk perguruan

tinggi sebagai pencetak Sumber Daya Manusia dalam perusahaan dan

perpajakan yang di pemerintahan diharapkan mampu mengangkat nilai-nilai:

kejujuran, komitmen, amanah, integritas, bertanggung jawab, keyakinan

terhadap sifat-sifat Tuhan YME dan keteguhan hati merupakan bagian

pengajaran yang diberikan kepada para fiskus.

Berbagai penelitian tentang etika baik etika profesi fiskus maupun

etika bisnis memberikan bukti empiris mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi sikap dan perilaku etis seseorang (dalam hal ini aparat pajak,

5

mahasiswa, manajer, karyawan, dan salesmen) yang dapat dikelompokkan ke

dalam tiga aspek, yaitu: 1)Aspek individual; 2) Aspek organisasional; dan 3)

Aspek lingkungan.

Penelitian ini difokuskan pada aspek individual yang mempengaruhi

sikap etis fiskus di KPP jakarta. Penelitian ini dimotovasi oleh penelitian

Afria Lisda (2009), yang menunjukkan intelektual, religiusitas dan EQ sebagai

faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku etis seseorang. Dengan

demikian, penelitian yang berfokus pada aspek individual ditekankan pada

dimensi kemampuan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ) dan

kecerdasan spiritual (SQ) sebagai faktor yang mempengaruhi sikap etis fiskus.

Penelitian ini pada dasarnya merupakan replikasi dari penelitian Afria

Lisda (2009) yang berjudul “Pengaruh Kemampuan Intelektual, Kecerdasan

Emosional, Kecerdasan Spiritual Terhadap Perilaku Etis Auditor Sarta

Dampaknya Kinerja (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik)”. Peneliti

tertarik untuk mereplikasi penelitian tersebut karena masalah tentang sikap etis

aparat pajak (fiskus) menjadi sesuatu yang sangat menarik saat ini, apalagi

jika dikaitkan dengan masalah kemampuan intelektual, kecerdasan emosional

dan kecerdasan spiritual.

Terdapat perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya, perbedaan-perbedaan tersebut antara lain:

1. Responden penelitian. Responden penelitian sebelumnya adalah auditor

yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP), sedangkan penelitian ini

6

2 Tempat penelitian. Tempat penelitian pada penelitian sebelumnya di KAP

yang terdapat di wilayah DKI Jakarta. Sedangkan pada penelitian ini

adalah di KPP Kramat Jati.

3 Jumlah variabel dependen. Penelitian sebelumnya hanya terdiri dua

variabel dependen yaitu variabel perilaku etis auditor dan kinerja auditor,

sedangkan dalam penelitian ini terdapat satu variabel dependen, yaitu

sikap etis fiskus.

Oleh karena peneliti tertarik meneliti bagaimana pengaruh

Kemampuan Intelektual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual

terhadap Sikap Etis Fiskus, yang akan menjadi penerus estafet kinerja para

pemerintah perpajakan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

a. Apakah kemampuan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan

spiritual berpengaruh signifikan terhadap sikap etis fiskus?

b. Apakah kemampuan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan

spiritual berpengaruh secara simultan terhadap sikap etis fiskus?

7

8

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mengenalkan pengaruh kemampuan intelektual, kecerdasan emosional,

kecerdasan spiritual terhadap sikap etis fiskus.

b. Mengenalkan pengaruh kemampuan intelektual, kecerdasan emosional,

dan kecerdasan spiritual secara simultan terhadap sikap etis fiskus.

2. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak, diantaranya:

a. Memberikan masukan bagi dunia akademis (khususnya dalam bidang

pendidikan perpajakan) dalam mendidik dan mendiskusikan mengenai

pentingnya kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual bagi para

mahasiswa, sebagai fiskus dalam menjalankan tugas pemerintah

perpajakkan di masa yang akan datang lebih baik.

b. Sebagai sarana informasi bagi masyarakat tentang kecerdasan

emosional dan kecerdasan spiritual yang dapat memberikan kontribusi

positif untuk pengembangan dan perbaikan diri ke arah yang lebih

baik.

c. Memberikan informasi bagi responden mengenai pentingnya

kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual, sehingga mereka

dapat mengembangkan dan melatih kecerdasan emosional dan

kecerdasan spiritual secara mandiri sebagai bekal yang dalam

melakukan pekerjaan .

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Pajak

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 28 Tahun

2007 Tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 tahun

1983 Pasal 1, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat.

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-

Undang sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa

secara langsung. Pajak dipungut penguasa berdasarkan norma-norma

hukum guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif

untuk mencapai kesejahteraan umum (http://id.wikipedia.org/wiki/Pajak).

Ilyas dan Burton (2007:5) mengutip beberapa pengertian pajak

dari Santoso Brotodihardjo, S.H., dalam bukunya “Pengantar Ilmu Hukum

Pajak” mengemukakan beberapa pendapat pakar tentang definisi pajak,

beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Feldmann

Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan

terutang kepada penguasa, (menurut norma-norma yang ditetapkan

9

secara umum), tanpa adanya kontra prestasi, dan semata-mata

digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.

b. M.J.H. Smeets

Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui

norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakannya, tanpa adanya

kontra prestasi yang dapat ditunjukan dalam hal yang individual;

maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Smeets

mengakui bahwa definisinya hanya menonjolkan fungsi budgeter saja,

baru kemudian ia menambahkan fungsi mengatur pada definisinya.

c. Soeparman Soemahamidjaja

Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang yang

dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-orma hukum, guna

menutup biaya-biaya prduksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif

dalam mencapai kesejahteraan umum. Ia mencantumkan istilah iuran

wajib dengan harapan terpenuhinya ciri bahwa pajak dipungut dengan

bantuan dari dan kerja sama dengan Wajib Pajak, sehingga perlu juga

dihindari penggunaan istilah “paksaan”. Selanjutnya ia berpendapat

terlalu berlebihan kalau khusus mengenai pajak, ditekankan

pentingnya unsur paksaan karena dengan mencantumkan unsur

paksaan seakan-akan tidak ada kesadaran bagi masyarakat untuk

melakukan kewajibannya.

10

d. Rochmat Soemitro

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan

Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa

timbal (kontra prestasi), yang langsung dapat menunjukan dan yang

digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Rochmat Soemitro

menjelaskan bahwa unsur “dapat dipaksakan” artinya bahwa bila utang

pajak tidak dibayar, maka utang pajak tersebut dapat ditagih dengan

menggunakan kekerasan seperti dengan mengeluarkan Surat Paksa dan

melakukan penyitaan bahkan bisa dengan melakukan penyanderaan.

Sedangkan terhadap pembayaran pajak tersebut tidak dapat ditunjukan

jasa timbal balik tertentu seperti halnya dengan retribusi.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan

beberapa hal yang melekat pada ciri-ciri pajak, yaitu:

1. Sifatnya dapat dipaksakan.

2. Pembayaran pajak harus berdasarkan Undang-Undang.

3. Pemungutan pajak dapat dilakukan oleh negara baik pemerintah

pusat/daerah.

4. Pajak adalah peralihan kekayaan dari sektor swasta ke sektor publik.

5. Tidak ada kontra prestasi (imbalan) yang langsung dirasakan oleh si

pembayar pajak.

6. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran

pemerintah bagi kepentingan masyarakat umum. Secara umum

pemahaman terhadap etika dapat diartikan sebagai suatu refleksi dari

11

suatu kumpulan kepercayaan yang terdapat dalam diri individu tentang

benar dan salah. Sedangkan pengertian secara kontekstual, pemahaman

2. Pengertian Etika

Etika merupakan kepercayaan yang ada dalam diri individu yang

merefleksikan kepercayaan etika yang lebih spesifik tentang dan dalam

konteks perilaku kepatuhan pajak (Henderson; 2005).

Riset awal yang menguji peran etika dalam kepatuhan pajak diteliti

oleh Schwartz dan Orleans (1967) yang berfokus pada aspek komitmen

sosial terhadap kepatuhan pajak. Jackson dan Milliron (1986) selanjutnya

mengembangkan riset ini dengan mencoba mendefenisikan etika dalam

dua pengukuran yaitu orientasi etika dan evaluasi etika.

Orientasi etika mengarah pada pengertian etika secara umum atau

lebih dikaitkan dengan teori–teori psikologi tentang konsistensi antara

tindakan dan kepercayaan yang dimiliki (Lindzey; 1985). Sedangkan

pengertian evaluasi etika lebih terfokus pada pengertian etika secara

kontekstual yaitu menghubungkan sikap individu dan kepercayaan yang

bisa saja berbeda tergantung dari situasi yang dihadapi (misalnya

ketidakpatuhan pajak dapat dibedakan dengan bentuk kriminal lainnya).

Grasmick dan Green (1980), Grasmick dan Scott (1982), Kaplan

dan Reckers (1985) serta Reckers dkk. (1994), mendefinisikan etika dalam

konteks perilaku ketidakpatuhan pajak sebagai sesuatu yang secara moral

adalah salah atau tidak bermoral. Hasil riset mereka menunjukkan bahwa

terdapat hubungan positif antara etika dan kepatuhan pajak, sedangkan

12

riset yang menunjukkan hasil negatif ditunjukkan oleh Webley dan Eidjar

(2001).

Riset yang dilakukan oleh Ghosh and Terry (1996) mendefinisikan

etika sebagai perasaan apakah seseorang akan melakukan manipulasi

untuk mencapai tujuannya yang dalam hal ini dikontekskan sebagai

ketidakpatuhan pajak yang disengaja membuktikan bahwa seseorang yang

memiliki standar etika yang tinggi serta memiliki kemungkinan diaudit

akan memiliki ketidakpatuhan yang rendah dan sebaliknya.

Riset yang menggunakan etika untuk memprediksi kepatuhan

pajak secara spesifik dilakukan oleh Henderson (2005) yang

menginvestigasi effek dari orientasi etika dan evaluasi etika membuktikan

bahwa orientasi etika mempengaruhi etika evaluasi dan selanjutnya secara

positif mempengaruhi kepatuhan pajak. Riset ini mencoba membangun

suatu model yang menggambarkan hubungan langsung maupun tidak

langsung antara orientasi etika, evaluasi etika dan kepatuhan pajak. Dari

penjelasan di atas menunjukkan bahwa pada dasarnya perilaku individu

berperan dalam menentukan keputusan yang akan diambil berkaitan

dengan kepatuhan pajak.

Lembaga pajak secara sistimatik dapat mempengaruhi moral atau

etika pajak sehingga para pembayar pajak secara sukarela bersedia

membayar pajak. Pada dasarnya terdapat kontrak psikologis antara

pembayar pajak dan lembaga pajak dalam hal menetapkan perubahan

13

fiskal tercakup didalamnya loyalti dan etika antara pihak-pihak yang

melakukan kontrak Feld dan Frey (2005).

Teori etika seperti teori teological memberikan pemahaman

mendasar tentang bagaimana individu membuat keputusan dan menyadari

dengan sepenuhnya atas setiap konsekuensi yang akan diterima dari setiap

keputusan yang dibuatnya. Dengan demikian pemahaman ini sesuai

dengan keputusan individu yang berkaitan dengan keputusan kepatuhan

pajak, karena setiap keputusan yang akan diambilnya baik patuh atau tidak

memiliki konsekuensi yang harus diterima.

Walaupun terdapat bukti-bukti tentang hubungan antara

pemahaman etika dan perilaku kepatuhan pajak namun masih diperlukan

suatu investigasi yang lebih mendalam antara hubungan antara evaluasi

etika atau pemahaman etika dengan keputusan kepatuhan pajak. Dalam

konteks kepatuhan pajak, etika evaluasi di bagi dalam tiga dimensi yaitu

moral equity, relativism, contractualism, atau yang disebut dengan multi-

dimensional ethics scale (MES).

MES juga digunakan oleh Henderson (2005) dan membuktikan

bahwa MES memiliki potensi untuk memberikan bukti terhadap keputusan

kepatuhan pajak. Hal ini ditunjukkan dalam hasil risetnya yang

membuktikan adanya hubungan positif dan signifikan antara evaluasi etika

dan kepatuhan pajak. (http://www.scribd.com/doc/31267470/DISERTASI)

14

3. Kendala Penindakan Hukum Terhadap Fiskus

Wewenang Dirjen Pajak sangat tinggi. fiskus yang menentukan

potensi penerimaan pajak dan sekaligus yang bertugas merealisasikannya.

Fiskus yang melakukan pemeriksaan pajak dan sekaligus mengadilinya.

Aparat yang berhak menafsirkan bunyi UU Pajak (KUP, PPh, PPN) dan

jika Wajib Pajak tidak setuju dengan perhitungan/penafsiran tersebut Surat

Ketetapan Pajak, maka wajib pajak dipersilahkan mengikuti proses

selanjutnya (keberatan, banding) dalam pelaksanaannya ada beberapa

kendala untuk melakukan penindakan hukum secara tegas kepada aparat

Dirjen Pajak, yaitu:

1) Selama ada kecenderungan Dirjen Pajak berlindung dibalik Pasal 34

KUP yang menyebutkan pada intinyta petugas pajak dilarang

memberikan informasi mengenai wajib pajak serta informasi lainnya

mengenai pajak, ketika BPK, Itjen Depkeu (IBI), atau aparat penegak

hukum mencoba melakukan penelitian awal atas dugaan terjadinya

tindak pidana korupsi. Kondisi ini menyebabkan aparat sulit mencari

bukti awal sebagai persyaratan untuk melakukan penyelidikan/

penyidikan.

Namun sebenarnya jawaban atas kesulitan penyidikan ini juga terdapat

dalam pasal 34 KUP ayat3 dan 4 di mana menteri keuangan dapat

memberikan ijin tertulis yang merupakan akses untuk kepentingan

penyidikan.

15

2) Selama terdapat hubungan yang bersifat saling menguntungkan

(simbiosis mutualisme) antara Fiskus dengan Wajib Pajak. Tentu saja

yang dimaksud Fiskus dan Wajib Pajak di sini adalah oknum (tidak

bisa digeneralisasi bahwa semua atau sebagian besar Fiskus dan Wajib

Pajak melakukan hal yang sama. Sebagian besar wajib pajak lebih suka

membayar pajak kepada Fiskus dibandingkan langsung ke negara.

Artinya, sejumlah kecil kewajiban pajaknya dibayarkan ke negara,

sedangkan sebagian yang lain dibayarkan ke Fiskus, dengan asumsi

Wajib Pajak masih bisa menghemat pajak yang sebenarnya terutang ke

negara. Sebagai businessman, wajib pajak cenderung menghindari

konfrontasi dengan Fiskus karena sejarah menunjukkan bahwa dengan

bermain aman bersama Fiskus.

3) Selayaknya markus (makelar kasus) di peradilan yang banyak

diperankan pengacara, maka dalam konteks mafia pajak, yang

bertindak sebagai perantara antara Fiskus dan Wajib Pajak adalah

konsultan pajak. Di beberapa wajib pajak yang masih culun sering

ditemui fee untuk konsultan pajak yang tidak wajar jumlah/nilainya.

Fee inilah yang biasanya digunakan untuk bermain dengan Fiskus.

Mekanisme suap secara tidak langsung seperti ini memang

menyulitkan dalam proses pembuktian di pengadilan.

4) Sebagian besar Fiskus punya background sebagai akuntan/ sarjana

hukum. Oleh karena itu, mereka sangat lihai bermain-main dalam

mafia pajak dan bagaimana menyembunyikan harta hasil kekayaannya

16

Menurut komite pengawas perpajakkan (KPP) ada dua belas titik

rawan praktek makelar kasus dan penyelewengan dirjen pajak, misalnya

(proses pemeriksaan,penagihan dan pengadilan pajak), yaitu:

1. Proses pemeriksaan, penagihan, account representative, dan

pengadilan pajak

2. Keberatan pajak

3. Banding pajak

4. Pemeriksaan bukti permulaan dan penyidikan pajak

5. Penuntutan

6. Persidangan

7. Wajib pajak bermain dengan konsultan pajak

8. Oknum pajak merangkap sebagai konsultan pajak

9. Oknum pengadilan pajak

10. Main melalui rekayasa akuntansi

11. Main melalui fasiltas pajak

12. Main melalui peraturan pajak

4. Etika Pegawai Pajak (Fiskus)

1. Menghormati agama, kepercayaan, budaya, dan adat istiadat orang

lain.

Pegawai harus mengembangkan sikap kerja sama dan toleransi dalam

melaksanakan tugas, yang meliputi:

a. Saling menghormati antar pemeluk agama dan penganut

kepercayaan yang berbeda, sehingga terbina kerukunan antar

17

pegawai maupun dengan pihak lain yang akan menimbulkan

suasana kondusif dalam melaksanakan tugas

b. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan

agama dan kepercayaan masing-masing sehingga terbina

kerukunan antar pegawai

c. Saling menghormati budaya dan adat istiadat orang lain sehingga

terbina kerukunan antar pegawai maupun dengan pihak lain

2. Bekerja secara profesional, transparan, dan akuntabel

a. Bekarja secara profesional meliputi yaitu:

Integritas, yaitu ukuran kualitas moral pegawai yang diwujudkan

dalam sikap jujur, bersih dari tindakan tercela, dan senantiasa

mengutamakan kepentingan Negara. Disiplin, yaitu pencerminan

ketaatan pegawai terhadap setiap ketentuan yang berlaku.

Kompetensi, yaitu ukuran tingkat pengetahuan, kemampuan dan

penguasaan atas bidang tugas pegawai sehingga mampu

melaksanakan tugas secara efektif dan efisien

b. Bekerja secara transparan, yaitu setiap pegawai bersikap terbuka

dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan

ketentuan yang berlaku. Namun demikian, kerahasiaan jabatan

sesuai

c. Bekerja secara akuntabel, yaitu pegawai harus bertanggung jawab

dan bersedia untuk diperiksa oleh pihak yang berwenang atas

18

setiap keputusan atau tindakan yang diambil dalam rangka

pelaksanaan tugas

3. Mengamankan data dan atau informasi yang dimiliki direktorat jendral

pajak

a. Mengamankan data atau informasi

Termasuk dalam pengertian data dan atau informasi adalah semua

dokumen (hardcopy), media elektronik (softcopy), maupun data

pada aplikasi portal DJP.

Semua data dan informasi hanya digunakan untuk kepentingan

pelaksanaan tugas dan tidak digunakan untuk kepentingan pribadi

atau golongan

b. Mengamankan used id dan password serta tidak membocorkan

kepada pegawai dan atau pihak lain yang tidak berhak

c. Memusnahkan dokumen yang tidak terpakai sesuai dengan

prosedur

d. Tidak mengijinkan orang yang tidak berhak dalam ruangan kerja.

4. Memberikan pelayanan kepada wajib pajak, sesama pegawai, atau

pihak lain dalam pelaksanaan tugas dengan sebaik-baiknya. Pelayanan

prima merupakan nilai sikap dan perilaku setiap pegawai dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan kualitas terbaik.

5. Menaati perintah kedinasan

Perintah kedinasan adalah perintah yang diberikan oleh atasan yang

berwenang mengenai atau yang ada hubungannya dengan kedinasan

19

6. Bertanggung jawab dalam penggunaan barang inventaris milik

rektorat jendral pajak DJP memiliki barang inventaris yang

merupakan fasilitas bagi pegawai agar dapat menunjang pelkasanaan

tugas dengan efektif dan efisien.

7. Mentaati ketentuan jam kerja dan tata tertip kantor

Pegawai berada ditempat kerja sesuai dengan ketentuan mengenai jam

kerja dan menfaatkan jam kerja tersebut untuk melaksanakan

pekerjaan yang menjadi tanggung jawab. Mentaati kententuan jam

kerja agar tidak dipahami bahwa pegawai hanya berada ditempat kerja

pada jam kerja yang ditentukan.

8. Menjadi panutan yang baik bagi masyarakat dalam memenuhi

kewajiban perpajak

5. Penagihan Pajak

Dalam Undang-Undang Nomor 19 tahun 2000 tentang penagihan

pajak dengan surat paksa menyatakan bahwa:

“Penagihan pajak adalah serangkain tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan pengihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita”.

Dalam UU No.16 tahun 2000 disebutkan bahwa dasar penagihan

pajak adalah Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang

Bayar ( SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan

(SKPKBT), dan Surat Keputusan Pembetulan (SKP), Surat Keputusan

20

Keberatan (SKK), Surat Putusan Banding (SPB), yang menyebabkan

jumlah pajak yang harus dibayar bertambah.

6. Syarat Pemungutan Pajak

Menurut Early (2005) Syarat Pemungutan Pajak, yaitu:

a. Pemungutan Pajak Harus Adil (Syarat Keadilan) Sesuai dengan

Tujuan Hukum

Yakni mencapai keadilan undang-undang dan pelaksanaan

pemungutan harus adil. Adil dalam arti perundangan-undangan

diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta

disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Sementara adil dalam

pelaksanannya, yakni dengan memberikan hak bagi wajib pajak (WP)

untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran dan

mengajukan banding kepada majelis pertimbangan pajak.

b. Pemungutan Pajak Harus Berdasarkan Undang-Undang (Syarat

Yuridis).

Pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini memberikan

jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi Negara maupun

warganya.

c. Tidak Menganggu Perekonomian (Syarat Ekonomis)

Pemungutan tidak boleh menganggu kelancaran kegiatan produksi

ataupun perdangangan sehingga tidak menimbulkan kelesuan

perekonomian masyarakat.

21

d. Pemungutan Pajak Harus Efisien (Syarat Finansial)

Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan

sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.

e. Sistem Pemungutan Pajak Harus Sederhana

Sistem pemungutan perpajakan yang sederhana akan memudahkan dan

mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Syarat ini telah dipenuhi dalam undang-undang perpajakan yang baru.

7. Sistem Pemungutan Pajak

Hasil pemungutan pajak sedapat mungkin cukup untuk menutup

sebagian dari pengeluaran-pengeluaran Negara sesuai dengan fungsi

budgetair. System pemungutan pajak ini dapat dibagi menjadi:

a. Official Assessment System

System ini merupakan system pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya

pajak yang terutang.

Ciri dari Official Assessment System ini adalah:

1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada

fiskus.

2) Wajib pajak bersifat pasif

3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh

fiskus.

b. Self Assessment System

System ini merupakan pemungutan pajak yang memberi wewenang,

kepercayaan, tanggunng jawab kepada wajib pajak untuk menghitung,

22

memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak

yang harus dibayar.

Ciri dari Self Assessment System ini yaitu:

1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada

wajib pajak sendiri.

2) Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan

melaporkan sendiri pajak yang terutang.

3) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

c. With Holding System

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada pihak ketiga untuk mendorong atau memungut

besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

8. Asas-Asas Pemungutan Pajak

Menurut Erly (2005) Asas-asas pemungutan pajak sebagaimana

dikemukan oleh Adam Smith dalam buku An Inquiri into the nature and

cause of the Wealth of Nations menyatakan bahwa pemungutan pajak

hendaknya didasarkan pada:

a. Equality

Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak

dikenakan kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan

kemampuan membayar pajak atau ability to pay dan sesuai dengan

manfaat yang diterima. Adil dimaksudkan bahwa setiap pajak

23

menyumbangkan uang untuk pengeluaran pemerintah sebanding

dengan kepentingannya dan manfaat yang diminta.

b. Certainty

Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang, oleh karena

itu, Wajib Pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya

pajak yang terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu

pembayaran.

c. Convenience

Kapan Wajib Pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan

saat-saat yang tidak menyulitkan wajib pajak sebagai contoh pada saat

Wajib Pajak memperoleh penghasilan, sistem pemungutan pajak ini

disebut Pay to You Earn.

d. Economy

Secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan biaya pemenuhan

kewajiban pajak bagi wajib pajak diharapkan seminimum mungkin,

demikian pula beban yang dipikul Wajib Pajak.

9. Intelegensi,

Pengertian intelegensi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

adalah daya membuat reaksi atau penyesuaian yang cepat dan tepat, baik

secara fisik maupun mental, terhadap pengalaman-pengalaman baru,

membuat pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki siap untuk

dipakai apabila dihadapkan pada faktor-faktor atau kondisi-kondisi baru

kecerdasan. Lain halnya dengan intelektual, intelektual dalam Kamus

24

Besar Bahasa Indonesia berarti cerdas berakal dan berpikiran jernih

berdasarkan ilmu pengetahuan; yang mempunyai kecerdasan tinggi

(cendekiawan); dan totalitas pengertian atau kesadaran, terutama yang

menyangkut pemikiran dan pemahaman (Depdiknas, 2007).

10. Kemampuan Intelektual

Menurut Thoha (2000) kecerdasan intelektual (IQ) adalah

kecerdasan seseorang yang dibawa sejak lahir dan pengaruh didikan dan

pengalaman.

Robin (1996) kecerdasan intelektual (IQ) adalah kecerdasan

numeris, pemahaman verbal, kecepatan perseptual, penalaran induktif,

penalaran deduktif, visualisasi ruang, dan ingatan.

Banyak diantara orang yang sebenarnya memiliki intelengensi

yang cukup tinggi, tetapi tidak mendapat kemajuan dalam lingkungannya.

Ini disebabkan karena misalnya, kekurangmampuan bergaul dengan orang

lain dalam masyarakat atau kurang memiliki cita-cita yang tinggi sehingga

tidak atau kurangnya adanya usaha untuk mencapainya. Sebaliknya ada

pula seseorang yang sebenarnya memiliki intelengensi yang sedang saja,

dapat lebih maju dan mendapatkan kehidupan yang lebih layak berkat

ketekunan dan keuletan dan tidak banyak faktor-faktor yang mengganggu

atau merintanginya.

Azwar (2004) kecerdasan intelektual (IQ) adalah interprestasi hasil

tes inteligensi (kecerdasan) ke dalam angka yang dapat menjadi petunjuk

25

mengenai kedudukan tingkat inteligensi seseorang. Alfred Binet dan

Theodore Simon mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan yang

terdiri dari tiga komponen, yaitu: kemampuan untuk mengarahkan pikiran

atau mengarahkan tindakan, kemampuan untuk mengubah arah tindakan

bila tindakan tersebut telah dilakukan, dan kemampuan untuk mengeritik

diri sendiri.

Kemampuan intelektual merupakan logika deduktif dan pemikiran

abstrak, mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah dan sanggup

menyelesaikan dilema etis. intelegent quotient (IQ) dihitung berdasarkan

perbandingan antara tingkat kemampuan mental (mental age) dengan

tingkat usia (chronological age), merentang mulai dari kemempuan

dengan katagori idiot sampai dengan jenius (Syaodih, 2005 dalam

Sudrajat, 2008) ada tujuh dimensi yang membentuk kemampuan

intelektual seseorang, yaitu: kemahiran berhitung, pemahaman verbal,

kecepatan preseptual, penalaran induktif, penalaran deduktif, visualisasi

ruang,dan ingatan.

11. Kecerdasan Emosional

Menurut Wibowo (2002) kecerdasan emosional adalah kecerdasan

untuk menggunakan emosi sesuai dengan keinginan, kemampuan untuk

mengendalikan emosi sehingga memberikan dampak yang positif.

Kecerdasan emosional dapat membantu membangun hubungan dalam

menuju kebahagian dan kesejahteraan.

26

Menurut Golemen (2000) kecerdasan emosional adalah

kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya

dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan

pengaruh manusiawi.

Menurut Goleman (2007) terdapat lima dimensi atau komponen

kecerdasan emosional (EQ) yaitu:

a. Pengenalan diri (self awareness)

Dimensi pertama adalah self awareness, artinya mengetahui keadaan

dalam diri, hal yang lebih disukai, dan intuisi. Kompetensi dalam

dimensi pertama adalah mengenali emosi diri, mengetahui kekuatan

dan keterbatasan diri, dan keyakinan akan kemampuan sendiri.

b. Pengendalian Diri (self regulation)

Dimensi kedua adalah self regulation, artinya mengelola keadaan

dalam diri dan sumber daya diri sendiri. Kompetensi dimensi kedua ini

adalah menahan emosi dan dorongan negatif, menjaga norma kejujuran

dan integritas, bertanggung jawab atas kinerja pribadi, luwes terhadap

perubahan dan terbuka terhadap ide-ide serta informasi baru.

c. Motivasi (motivation)

Dimensi ketiga adalah motivation, artinya dorongan yang membimbing

atau membantu peraihan sasaran atau tujuan. Kompetensi dimensi

ketiga adalah dorongan untuk menjadi lebih baik, menyesuaikan

dengan sasaran kelompok atau organisasi, kesiapan untuk

27

memanfaatkan kesempatan, dan kegigihan dalam memperjuangkan

kegagalan dan hambatan.

d. Empati (empaty)

Dimensi keempat adalah empaty, yaitu kesadaran akan perasaan,

kepentingan dan keprihatinan orang. Dimensi keempat terdiri dari

kompetensi understanding others, developing others, costumer service,

menciptakan kesempatan melalui pergaulan dengan berbagai macam

orang, membaca hubungan antara keadaan emosi dan kekuatan

hubungan suatu kelompok.

e. Keterampilan Sosial (sosial skill)

Dimensi kelima adalah sosial skill, artinya kemahiran dalam

menggugah tanggapan yang dikehendaki oleh orang lain. Diantaranya

adalah kemempuan persuasi, mendengar dengan terbuka, dan memberi

kesan yang jelas, kemampuan menyelesaikan pendapat, semangat

leadership, kolaborasi dan kooperasi, serta time building.

12. Kecerdasan spiritual

Kecerdasan spiritual atau SQ adalah kecerdasan untuk menghadapi

dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu menempatkan perilaku

dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, serta

menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna

dibandingkan dengan yang lain (Zohar dan Marsal, 2002).

28

Definisi kecerdasan spiritual yang lebih sesuai dengan

perkembangan psikologi mutakhir dijelaskan oleh Sinetar menurutnya,

kecerdasan spiritual adalah pikiran yang mendapat inspirasi, dorongan,

dan efektifitas yang terinspirasi, theisneis atau penghayatan ketuhanan

yang didalamnya kita semua menjadi bagian (Sinetar, 2000 dalam Zohar

dan Marsal, 2001).

Tanda-tanda dari SQ yang telah berkembang dengan baik

mencakup hal-hal berikut (Zohar dan Marssal, 2002):

a. Kemampuan bersifat fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif).

b. Tingkat kesadaran diri yang tinggi.

c. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan.

d. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit.

e. Kualitas hidup yang di ilhami oleh visi dan nilai-nilai.

f. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu.

g. Kecenderungan untuk perpandangan holistik.

h. Kecenderungan untuk bertanya “mengapa?” atau “bagaimana jika?”

untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar.

i. Menjadi apa yang disebut oleh para psikolog sebagai “bidang mandiri”

yaitu memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konfensi.

Menurut Darmayuwono (2008), orang yang cerdas secara spiritual

memiliki sejumlah ciri-ciri antara lain:

a. Fleksibel

Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi di tandai

dengan sikap hidupnya yang fleksibel atau luwes. Orang ini dapat

29

membawa diri dan mudah menyesuaikan diri dengan berbagai situasi

yang dihadapi.

b. Kemampuan refleksi tinggi

Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi, memiliki

kemampuan refleksi yang tinggi pula. Dia cenderung bertanya

“mengapa” atau “bagaimana seandainya” sebagai kelanjutan dari

“apa” dan “bagaimana”.

c. Kesadaran tinggi dan lingkungan tinggi

Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi akan

memiliki kesadaran diri (self–awareness) dan kesadaran lingkungan

yang tinggi. Kesadaran tinggi berarti telah mengenal dirinya (misalnya

mengendalikan emosi) dengan mengenal dirinya maka dia juga

mengenal orang lain, mampu membaca maksud dan keinginan orang

lain. Kesadaran lingkungan tinggi mencakup kepedulian terhadap

sesama, persoalan hidup yang dihadapi bersama, dan juga peduli

terhadap bangsa dan negara.

d. Kemampuan kontemplasi tinggi

Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi di tandai juga

dengan adanya kemampuan kontemplasi yang tinggi, misalnya

kemampuan mendapat inspirasi dari berbagai hal, kemampuan

menyampaikan nilai dan makna kepada orang lain, mengamati

berbagai hal untuk menarik hikmahnya dan memiliki kreatifitatas

tinggi.

30

e. Berpikir secara holistik

Berpikir secara holistik berarti berpikir secara menyeluruh,

mengkaitkan berbagai hal yang berbeda-beda dan terintegrasi.

f. Berani menghadapi penderitaan

Orang yang mempunyai kesadaran spiritual yang tinggi adalah orang

yang berani menghadapi penderitaan dan perbedaan.

g. Berani melawan arus atau tradisi

Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi, juga di

tandai dengan adanya keberanian melawan arus yang buruk.

h. Sesedikit mungkin menimbulkan kerusakan

Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi akan

berprilaku secara hati-hati sehingga dapat meminimalisir kerusakan.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Sebelumnya

Peneliti Judul Perbedaan Persamaan Alat

analisis Hasil

Afria Lisda (2009) Mora Hernia (2008) Tikollah, dkk (2006)

Pengaruh kemampuan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap perilaku etis auditor serta dampaknya pada kinerja Kemampuan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi

Perilaku etis auditor serta dampaknya pada kinerja Sikap etis mahasiswa akuntansi Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi

- Kemampuan intelektual

- Kecerdasan emosional

- Kecerdasan spiritual

- Kemampuan

intelektual - Kecerdasan

emosional - Kecerdasan

spiritual - Kemampuan

intelektual - Kecerdasan

emosional - Kecerdasan

spiritual

Regresi Berganda Regresi berganda Regresi Berganda

Kecerdasan emosional yang tidak berpengaruh terhadap perilaku auditor

Kemampuan intelektual tidak berpengaruh terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi kecerdasan intelektual yang berpengaruh signifikan dan dominan terhadap sikap etis mahasiswa, kecerdasan emosional

31

Sri Suryaningsum (2003) Afifah dkk (2004)

Pengaruh kecerdasan emosional terhadap tingkat pemahaman akuntansi Pengaruh pendidikan tinggi akuntansi terhadap kecerdasan emosional

Pemahaman akuntansi Pendidikan tinggi akuntansi

- Kecerdasan

emosional

- Kecerdasan emosional

Regresi Berganda Uji beda

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi tingkat kecerdasan emosional mahasiswa junior dan mahasiswa tingkat akhir jurusan akuntansi berbeda secara signifikan, namun perbedaan itu lebih dipengaruhi oleh faktor usia

C. Kerangka Pemikiran

Gambar di bawah ini menunjukkan kerangka pemikiran mengenai

“Pengaruh Kemampuan Intelektul (IQ), Kecerdasan Emosional (EQ), dan

Kecerdasan Spiritual (SQ) terhadap Sikap Etis Fiskus”.

Hipotesis

Gambar 2.1

Kemampuan Intelektual

(X1)

Kecerdasan Spritual

(X3)

Kecerdasan Emosional

(X2)

Sikap Etis Fiskus

(Y)

Model Hubngan Kemampuan Intelektual, Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan Spritual Terhadap Sikap Etis Fiskus

32

D. Hipotesis

Perumusan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini bertujuan

untuk menguji apakah kemampuan intelektual, kecerdasan emosional dan

kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap sikap etis piskus.

Berdasarkan pemikiran tersebut maka hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini sebagai berikut:

Ha1: kemampuan intelektual, kecerdasan emosional dan kecardasan

spiritual berpengaruh secara signifikan terhadap sikap etis fiskus

Ha2: kemampuan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual

berpengaruh secara simultan terhadap sikap etis fiskus

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lingkungan KPP Pratama Jakarta Kramat

Jati yang berlokasi di Jl. Dewi Sartika untuk memperoleh data yang berkaitan

dengan permasalahan yang teliti.

Penelitian ini ditujukan untuk mengamati sejauh mana kemampuan

intelektual, sikap etis fiskus. Sehingga objek penelitian ini adalah: “Pengaruh

Kemampuan Intelektual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan

Spiritual Terhadap Sikap Etis Fiskus.”

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi menurut Sugiono (2002:55) adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini yaitu aparat pajak (fiskus) yang

berada di Kantor Pelayanan Pajak. Sedangkan metode pengambilan sampel

dilakukan dengan teknik Judgement Sampling (pertimbangan) yaitu

merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya

diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu umumnya disesuaikan

dengan tujuan atau masalah penelitian dan Convience Sampling adalah istilah

umum yang menacangkup variasi luasnya prosedur pemilihan responden.

34

C. Metode Pengumpulan Data

Menurut (Sugiono,2004) apabila dilihat dari sumber data maka

pengumpulan data menggunakan sumber primer dan sekunder.

“Sumber primer adalah sumber yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak

langsung memberikan data kepada pengumpul data yaitu misalnya dengan

melihat dokumen atau lewat orang lain”.

Untuk mendukung penyusunan skripsi, penulis melakukan penelitian

dengan mengumpulkan data yang berhubungan dengan masalah yang akan

diteliti dengan menggunakan dua metode penelitian, yaitu:

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data primer dan

data sekunder, yaitu data mengenai sejarah perusahaan, kegiatan usaha,

struktur organisasi dan kemampuan intelektual, kecerdasan emosional dan

kecerdasan sipiritual terhadap sikap etis fiskus.

2. Questionnaires

Dalam melakukan pengujian pada penelitian ini. Ada beberapa tahapan

yang dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis. Untuk tahap awal

terlebih dahulu dilakukan pengujian instrument penelitian yaitu angket

(kuisioner) yang akan disebarkan pada responden. Tujuannya agar angket

tersebut dapat dijadikan instrumen yang akan tepat atau layak untuk

pengukuran dalam penelitian ini.

35

D. Metode Analisi Data

Setelah kuiseoner yang dikirimkan kepada responden kembali, maka

langkah selanjutnya adalah menganalisis data dengan metode analisis yang

sesuai untuk digunakan. Dengan memberikan dan menjumlahkan bobot

jawaban pada masing-masing pertanyaan untuk masing-masing variabel.

1. Uji Kualidata Data

a. Uji validitas

Uji validitas dimaksudkan untuk mengukur sejauhmana variabel yang

digunakan benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur.

Pengujian validitas dengan menggunakan Pearson Correlation yaitu

dengan cara menghitung korelasi antar skor masing-masing butir

pertanyaan dengan total skor (Ghozali,2005). Kriteria valid atau tidak

valid adalah jika korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan

tersebut dapat dikatakan valid, dan jika korelasi skor masing-masing

butir pertanyaan denga total skor mempunyai tingkat signifikan < 0,05

maka butir pertanyaan tersebut tidak valid (Santoso,2001).

b. Uji Realibilitas

Uji reabilitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana hasil

pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali

atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat

pengukuran yang sama. Peneliti melakukan uji reliabilitas dengan

menghitung Cronbach’s Alpha dari masing-masing instrument dalam

suatu variabel. Reliabilitas suatu instrument variabel dikatakan baik

36

jika memeliki cronbach’s alpha >0.6 (Nunnaly,1967 dalam Ghozali,

2005).

2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

normalitas, uji heteroskedastisitas dan uji multikolonieritas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat penyebaran data yang normal

atau tidak, karena data diperoleh langsung dari pertama melalui

kuisioner dalam (Ghozali,2005) screening terhadap normalitas data

merupakan langkah awal yang harus dilakukan untuk setiap analisis

multivariate, khususnya jika tujuannya adalah inferensi. Pengujian

normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan uji normal

probability plot dimana data dikatakan normal jika nilai sebaran data

berada disekitar garis lurus diagonal.

b. Uji heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang

homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

Deteksi ada atau tidaknya heteroskesdastisitas dapat dilihat dari ada

tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Jika ada pola tertentu

seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur

(bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka

mengindikasikan bahwa telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada

37

pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0

pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas

(Ghozali,2005:105).

c. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi

yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel

independen (Ghozali,2005:91).

Deteksi ada tidaknya multikolonieritas dalam model regresi adalah

dilihat dari besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance

(TOL). Regresi bebas dari masalah multikolonieritas jika nilai VIF <

10 dan nilai tolerance >10 (Ghozali,2005:92).

3. Uji hipotesis

a. Koefesien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) bertujuan mengukur seberapa jauh

kemampuan variabel independen (kemampuan intelektual, kecerdasan

emosional dan kecerdasan spiritual) dalam menjelaskan variasi

variabel dependen (sikap etis fiskus). Nilai koefisien determinasi

adalah antara nol dan satu. Nilai yang mendekati satu berarti variabel

independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan

untuk memprediksi variabel dependen (Ghozali,2005:83).

Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias

terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam

38

mode. Setiap penambahan satu variabel independen, maka R2 pasti

meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu penelitian ini

menggunakan nilai R2 (koefisien determinasi), jika nilai R2 adalah

sebesar 1 berarti fluatuasi varabel dependen seluruhnya dapat

dijelaskan oleh variabel independen dan tidak ada faktor lain yang

menyebabkan fluktuasi variabel dependen. Nilai R2 berkisar 0 sampai

1. Jika mendekati 1 berarti semakin kuat kemampuan variabel

independen dapat menjelaskan variabel dependen. Sebaliknya, jika

nilai R2 semakin mendekati angka 0 berarti semakin lemah

kemampuan variabel independen dapat menjelaskan fluktuasi variabel

dependen (Ghozali,2005).

b. Uji signifikansi simultan (Uji Statistik F)

Uji F dilakukan dengan tujuan menguji apakah semua variabel

independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh

secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Jika nilai

signifikansi > 0,05 maka Ha ditolak, sebaliknya jika nilai signifikansi <

0,05 maka Ha diterima.

c. Uji Parameter Individual (Uji statistik t)

Uji t bertujuan untuk menguji seberapa jauh pengaruh satu variabel

independen secara individual yaitu kemampuan intelektual, kecerdasan

emosional dan kecerdasan spiritual dalam menerangkan variabel

dependen, yaitu sikap etis fiskus.

39

d. Analisis Regresi Berganda

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan multiple

regression untuk menguji pengaruh kemampuan intelektual,

kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap sikap etis

fiskus. Jadi analisis regresi berganda akan dilakukan bila jumlah

variabel independennya minimal 2, yang dirumuskan sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β 2X2 + β 3X3 + e

Dimana :

α : Konstanta

β1: Koefisien Kemampuan Intelektual

β2: Koefisien Kecerdasan Emosional

β 3 : Koefisien Kecerdasan Spiritual

Y : Sikap Etis Fiskus

X1: Kemampuan Intelektual

X2: Kecerdasan Emosional

X3: Kecerdasan Spiritual

e : error

E. Operasional Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu:

1. Variabel dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini yang terdiri atas:

a. Kemampuan Intelektual (IQ)

Kemampuan Intelektual merupakan interprestasi hasil tes intelegensi

(kecerdasan) ke dalam angka yang dapat menjadi petunjuk mengenai

kedudukan tinggi intelegensi seseorang (Azwar, 2004).

40

b. Kecerdasan Emosional (EQ)

Kecerdasan Emosional merupakan kemampuan mengenali perasaan

orang diri sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri,

serta mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam

hubungan dengan orang lain (Golemen,2005)

c. Kecerdasan Spritual (SQ)

Kecerdasan Spritual merupakan kecerdasan untuk menghadapi dan

memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu menempatkan perilaku

dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya,

serta menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih

bermakna dibandingkan dengan yang lain (Zohar & Marshall, 2002)

2. Variabel independen

a. Sikap Etis adalah respon aparat pajak terhadap kejadian yang

mengandung situasi dilemis berdasarkan Prinsip Kode Etik

Perpajakan.

Tabel Operasional Variabel Penelitian

Variabel Sub variabel Indikator Skala

Kemampuan

intelektual

(Shapiro,2001

dalam Afria,2009)

• Wawasan luas

• Rasional

• Membaca jurnal

peraturan pajak yang

berlaku sekarang

• Selalu memiliki

informasi dan gagasan

• Kreatif

• Menerima saran orang

lain

Ordinal

41

Kecerdasan

Emosional

(Tisnawati dan

Sri,2003 dalam RM

dan Aziza,2006)

Kecerdasan

Spiritual

(Sukidi,2002 dalam

Afria Lisda)

• Kritis

• Pengenalan diri

• Motivasi

• Empati

• Pengendalian diri

• Keterampilan sosial

• Religius

• Eksistensi diri

• Sifat positif

• Beretika

• Kepedulian sosial

• Berpikir logis

• Mengakui kekurangan

• Suka tantangan

• Berpikiran terbuka

• Suka memberikan

solusi

• Sanggup

menyelesaikan masalah

• Merasa khawatir

• Menyukai diri sendiri

• Percaya diri

• Dorongan prestasi kerja

• Komitmen

• Instropeksi

• Memahami

• Kendali diri

• Sabar

• Kemampuan

Mengorganisasi

• Rajin beribadah

• Merasa dekat dengan

tuhan

• Berpendirian pada

kebenaran

• Jujur

• Amanah

• Kesesuain antara kata

dan perbuatan

• Menganut standar etika

• Tidak melanggar

hukum

Ordinal

Ordinal

42

Sikap Etis

• Sikap Etis piskus

sesuai dengan

tuntunan lembaga

(lembaga)

• Terbuka

• Mematuhi aturan

• Sesuai dengan surat

perintah dari lembaga

• Memotivasi

• Menjaga penampilan

• Kebersamaan

• Tidak mengadu domba

Ordinal

43

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat dan Perkembangan KPP Pratama Jakarta Kramat

Jati

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kramat Jati beralamat di Jalan

Dewi Sartika No. 189 Cawang- Jakarta Timur. Wilayah kerja Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kramat Jati pada Awalnya Mencakup

Lima Kecamatan yaitu: Kecamatan Kramat Jati, Kecamatan Pasar Rebo,

Kecamatan Makasar, Kecamatan Ciracas, dan Kecamatan Cipayung.

Namun setelah terjadi pemecahan Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Kramat

Jati menjadu dua yaitu: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kramat Jati dan

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pasar Rebo. Pada bulan 3 juli 2007

(berdasarkan keputusan direktur jenderal pajak nomor: KEP-86/PJ/2007

tentang penerapan organisasi, tata kerja dan saat mulai beroperasinya

kantor pelayanan pajak pratama dan kantor pelayanan, penyuluhan dan

konsultasi perpajakan di lingkungan kantor wilayah DJP diwilayah daerah

khusus ibu kota jakarta selain kantor wilayah DJP jakarta pusat), cakupan

wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kramat Jati

menjadi dua kecamatan yaitu: Kecamatan Kramat Jati dan Kecamatan

Makasar.

44

Dengan adanya perubahan Keputusan Menteri Keuangan Nomor

443/KMK.01/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah

Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan

Pajak Bumi dan Bangunan, Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak,

dan Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan sebagaimana

telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor

519/KMK.01/2003 yang kemudian diubah dengan Keputusan Menteri

Keuangan No.254/KMK.01/2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta 1 KPP Madya dan KPP

Pratama di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta 1

dengan demikian KPP Jakarta Kramat Jati diubah menjadi KPP Pratama

Kramat Jati.

2. Visi dan Misi KPP Pratama Kramat Jati

Adapun Visi dan Misi KPP Pratama Kramat Jati adalah sebagai

berikut:

a. Visi KPP Pratama Kramat Jati

Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem

administrasi perpajakan modern yang efektif, efesien dan dipercaya

masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.

b. Misi KPP Pratama Jakarta Kramat Jati

Menghimpun penerimaan pajak Negara berdasarkan Undang-Undang

Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan

anggaran pendapatan dan belanja Negara melalui sistem administrasi

perpajakan yang efektif dan efesien.

45

3. Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi KPP Pratama Kramat Jati

KPP Pratama Kramat Jati mempunyai Kedudukan, Tugas Pokok

dan Fungsi sebagai berikut:

a. Kedudukan;

KPP Pratama merupakan unsur pelaksana atau instansi vertical

dibawah kantor wilayah Direktorat Jenderal Pajak. Vertikal di

Direktorat Jenderal Pajak yang merupakan salah satu instansi dibawah

Departemen Keuangan. Dalam melakukan penelitian ini, lokasi yang

peneliti pilih adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kramat Jati yang

beralamat di Jl. Dewi Sartika No.189 A. Jakarta Timur Telp. (021)

8093046 Fax.8091753.

b. Tugas Pokok;

KPP Pratama Kramat Jati mempunyai tugas melaksanakan

penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan wajib pajak dibidang Pajak

Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang

Mewah, Pajak Tidak Langsung Lainnya. Pajak Bumi dan Bangunan

dalam wilayah wewenangnya .

c. Fungsi KPP;

Dalam melaksanakan tugasnya KPP Pratama Kramat Jati mempunyai

fungsi sebagai berikut:

1) Pengumpulan dan Pengolahan Data, penyajian informasi

Perpajakan, Pengamatan Potensi Perpajakan dan Ekstensifikasi

Wajib Pajak;

46

2) Penelitian dan Penatausahaan Surat Pemberitahuan Tahunan

(SPT), Syarat Pemberitahuan Masa serta berkas wajib pajak;

3) Pengawasan Pembayaran Masa Pajak Penghasilan, Pajak

Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dan Pajak

Tidak Langsung lainnya;

4) Penatausahaan piutang pajak, penerimaan, penagihan, penyelesaian

keberatan, penatausahaan banding;

5) Penyelesaian restitusi Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai,

Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, dan Pajak TIdak Langsung

Lainnya;

6) Pemeriksaan sederhana dan penerapan sanksi perpajakan;

7) Penerbitan dan pembetulan Surat Ketetapan Pajak;

8) Pengurangan sanksi pajak;

9) Penyuluhan dan Konsultasi perpajakan;

10) Pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP).

4. Struktur Organisasi KPP Pratama Jakarta Kramat Jati

Struktur Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kramat Jati meliputi:

Sub Bagian Umum;

Mempunyai tugas yaitu: melakukan urusan kepegawaian,

keuangan, tata usaha dan rumah tangga.

a. Seksi Penagihan;

Mempunyai tugas yaitu melakukan urusan penatausahaan piutang

pajak, penundaan dan asuransi tunggakan pajak,penagihan aktif,

47

usulan penghapusan piutang pajak serta penyimpanan dokumen-

dokumen penagihan.

b. Seksi Ekstensifikasi;

Mempunyai tugas yaitu melakukan pengamatan potensi perpajakan,

pendataan objek pajak dan subjek pajak, penilaian dalam rangka

ekstensifikasi.

c. Seksi Pemeriksaan;

Mempunyai tugas yaitu melakukan penyusunan rencana pemeriksaan,

pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan

penyaluran surat perintah pemeriksaan pajak serta administrasi

pemeriksaan perpajakan lainnya.

d. Seksi PDI (Pengolahan Data dan Informasi);

Mempunyai tugas yaitu melakukan pengumpulan, pencarian dan

pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen

perpajakan, urusan tata usaha, penerimaan perpajakan, pengalokasian

Pajak Bumi dan Bangunan, pelayanan dukungan teknis computer,

pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling, pelaksanaan i-SIS MIOP dan

SIG serta penyiapan laporan kinerja.

e. Seksi Pelayanan;

Mempunyai tugas yaitu melakukan penetapan dan penertiban produk

hukum perpajakan, pengadministrsian dokumen dan berkas

perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT),

48

serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan. Pelaksanaan

registrsi Wajib Pajak, serta melakukan kerjasama perpajakan.

f. Seksi Waskon (Pengawasan dan Konsultasi);

Seksi waskon mempunyai tugas yaitu melakukan pengawasan

kepatuhan perpajakan wajib pajak, bimbingan atau himbauan kepada

wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil wajib

pajak, analisa kinerja wajib pajak, melakukan rekonsiliasi data waib

pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi

hasil banding. Setiap account representative yang dikoordinasi Kepala

Seksi Waskon mempunyai tanggung jawab atas sejumlah wajib pajak

berdasarkan wilayah tertentu.

g. Kelompok Jabatan Fungsional;

Mempunyai tugas yaitu melakukan pemeriksaan pajak, yang meliputi

pemeriksaan lengkap, pemeriksaan sederhana, dan pemeriksaan dalam

rangka penagihan (Delinquency audit).

B. Hasil Analisis Deskriptif

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer yang

diperoleh dengan cara mengirimkan kuisioner sebanyak 60 buah kepada aparat

pajak (fiskus) KPP Pratama Jakarta Kramat Jati. namun dari 60 kuisioner yang

disebarkan, yang kembali sebanyak 50 buah kuisioner, sedangkan yang tidak

kembali sebanyak 10 buah, yang berarti dapat dianalisis.

49

1. Deskripsi Responden Berdasarkan Usia

Tabel 4.1 Profil Responden Berdasarkan Usia

Usia Jumlah Persentase

Dibawah 25 th 13 26,00% 25-50 33 66.00%

Diatas 50 4 8,00% Total 50 100%

Sumber: Data diolah

Berdasarkan analisis diatas menunjukkan bahwa sebesar 8,00%

fiskus berusia diatas 50 th, 66,00% fiskus berusia 25-50 th dan 26,00%

fiskus berusia dibawah 25th.

2. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.2 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin Jumlah Persentase Perempuan 23 46,00% Laki-laki 27 54,00%

Total 50 100%

Berdasarkan analisis diatas menunjukkan bahwa sebesar 54,00%

responden didominasi oleh jenis kelamin laki-laki, dan sisanya berjenis

kelamin perempuan. Hal ini dapat terlihat dilapangan bahwa fiskus lebih

banyak laki-laki dibandingkan dengan perempuan.

3. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

50

Tabel 4.3 Profil Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan terakhir Jumlah Persentase

D3 5 10,00% S1 22 44,00% S2 16 32,00% S3 7 14,00%

Lainnya 0 0 Total 50 100%

Sumber: Data diolah

Berdasarkan analisis diatas menunjukkan bahwa rata-rata fiskus

pendidikan terakhir S1 atau yang sederajat, ini ditunjukkan dengan angka

44,00% berpendidikan S2 dengan angka 32,00%, pendidikan S3 dengan

angka 14,00% dan D3 dengan angka 10,00%.

C. Uji Statistik Data, Pengolahan Data dan Pembahasan

1. Uji Kualitas Data

a. Uji validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid

tidaknya suatu kuisioner, suatu kuisioner dikatakan valid jika

pertanyaan pada kuisioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang

akan diukur oleh kuisioner tersebut.

Valid bearti instrument tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono,2006). Pengujian ini

dilakukan dengan menggunakan Pearson Correlation. Pedoman suatu

model dikatakan valid jika tingkat signifikansi dibawah 0.05 maka

butir pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid.

51

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Kekampuan Intelektual

Butir Pertanyaan Pearson Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan

Pertanyaan 1 0,558** 0,000 Valid

Pertanyaan 2 0,321* 0,023 Valid

Pertanyaan 3 0,538** 0,000 Valid

Pertanyaan 4 0,597** 0,000 Valid

Pertanyaan 5 0,426** 0,000 Valid

Pertanyaan 6 0,513** 0,000 Valid

Pertanyaan 7 0,640** 0,000 Valid

Pertanyaan 8 0,573** 0,000 Valid

Pertanyaan 9 0,521** 0,000 Valid

Pertanyaan 10 0,333* 0,018 Valid

Sumber: Data primer yang diolah

Berdasarkan analisis diatas menunjukkan variabel kemampuan

intelektual mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan

nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Namun terdapat signifikansi 0.018 pada

pertanyaan 10 dan signifikansi 0.023 pada pertanyaan 2.

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Kecerdasan Emosional

Butir Pertanyaan Pearson Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan

Pertanyaan 1 0,586** 0,000 Valid

Pertanyaan 2 0,401* 0,004 Valid

Pertanyaan 3 -0,102 0,479 Tidak Valid

Pertanyaan 4 -0,163 0,258 Tidak Valid

Pertanyaan 5 0,422** 0,000 Valid

Pertanyaan 6 -0,127 0,379 Tidak Valid

Pertanyaan 7 0,322* 0,023 Valid

52

Pertanyaan 8 0,419** 0,000 Valid

Pertanyaan 9 0,642** 0,000 Valid

Pertanyaan 10 0,491** 0,000 Valid

Sumber: Data primer yang diolah

Berdasarkan analisis diatas menunjukkan variabel kemampuan

intelektual mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan

nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, terkecuali tiga pertanyaan dari variabel

kecerdasan emosional yaitu loc 3,4 dan loc 6 yang dinyatakan tidak valid

karena memiliki nilai signifikansi diatas 0,05, sehingga harus dikeluarkan dan

tidak diikutsertakan dalam pengujian data selanjutnya. Adapun hasil

pertanyaan yang tidak valid kemungkinan disebabkan oleh kesibukan

responden dan waktu. Pengujian dilakukan kembali berdasarkan pertanyaan

loc 3,4 dan loc 6 yang sudah dikeluarkan. Hasil pengujian berdasarkan

pertanyaan yang sudah dikeluarkan yaitu loc 3,4 dan loc 6 dapat dilihat pada

tabel 4.6

Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Setelah LOC3.4 dan LOC6 Dikeluarkan

Butir Pertanyaan Pearson Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan

Pertanyaan 1 0,691** 0,000 Valid

Pertanyaan 2 0,351* 0,013 Valid

Pertanyaan 3 0,579** 0,000 Valid

Pertanyaan 4 0,343* 0,015 Valid

Pertanyaan 6 0,486** 0,000 Valid

Pertanyaan 7 0,492** 0,000 Valid

Sumber: Data primer yang diolah

53

Berdasarkan analisis diatas menunjukkan variabel kemampuan

intelektual mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan

nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Namun terdapat signifikansi 0.013 pada

pertanyaan 2 kemudian 0.015 pada pertanyaan 4.

Tabel 4.7

Hasil Uji Validitas Kecerdasan Spiritual

Butir Pertanyaan Pearson Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan

Pertanyaan 1 0,553** 0,000 Valid

Pertanyaan 2 0,602** 0,000 Valid

Pertanyaan 3 0,756** 0,000 Valid

Pertanyaan 4 0,686** 0,000 Valid

Pertanyaan 5 0,668** 0,000 Valid

Pertanyaan 6 0,618** 0,000 Valid

Pertanyaan 7 0,742** 0,000 Valid

Pertanyaan 8 0,632** 0,000 Valid

Pertanyaan 9 0,688** 0,000 Valid

Sumber: data primer diolah

Berdasarkan analisis diatas menunjukkan variabel kecerdasan spiritual

mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai

signifikansi lebih kecil dari 0,05.

Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Sikap Etis Fiskus

Butir Pertanyaan Pearson Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan

Pertanyaan 1 0,529** 0,000 Valid

Pertanyaan 2 0,856** 0,000 Valid

Pertanyaan 3 0,860** 0,000 Valid

Pertanyaan 4 0,760** 0,000 Valid

Pertanyaan 5 0,834** 0,000 Valid

54

Pertanyaan 6 0,840** 0,000 Valid

Sumber: data primer diolah

Berdasarkan analisis diatas menunjukkan variabel sikap etis fiskus

mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai

signifikansi lebih kecil dari 0,05.

b. Uji Realibilitas

Setelah instrument dipastikan akurasinya, kemudian dilakukan

pengujian reliabilitas dengan menggunakan cronbach’s alpha. Realibilitas

suatu instrument variabel dikatakan baik jika memiliki cronbach’s alpha > 0,6

(Nunnaly, 1967 dalam Ghozali,2005).

Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kemampuan Intelektual

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items N of Items ,632 ,683 10

Berdasarkan analisis diatas menunjukkan nilai croanbach’s alpha atas

variabel kemampuan intelektual sebesar 0,632, sehingga dapat disimpulkan

bahwa pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai

croanbach’s alpha lebih besar dari 0,6.

Tabel 4.10

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kecerdasan Emosional

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items N of Items ,610 ,642 7

55

Berdasarkan analisis diatas menunjukkan nilai croanbach’s alpha atas

variabel kecerdasan emosional sebesar 0,610, sehingga dapat disimpulkan

bahwa pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai

croanbach’s alpha lebih besar dari 0,6.

Tabel 4.11 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kecerdasan Spiritual

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items N of Items ,829 ,839 9

Berdasarkan analisis diatas menunjukkan nilai croanbach’s alpha atas

variabel kecerdasan spiritual sebesar 0,829, sehingga dapat disimpulkan

bahwa pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai

croanbach’s alpha lebih besar dari 0,6.

Tabel 4.12 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Sikap Etis Fiskus

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items N of Items ,866 ,872 6

Berdasarkan analisis diatas menunjukkan nilai croanbach’s alpha atas

variabel sikap etis fiskus sebesar 0,866, sehingga dapat disimpulkan bahwa

pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai croanbach’s

alpha lebih besar dari 0,6.

56

2. Uji Asumsi Klasik

1. Uji normalitas

Pengujian normalitas bertujuan menguji variabel independen yaitu

kemampuan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual,

dan variabel dependen yaitu sikap etis fiskus dalam sebuah model regresi

berdistribusi normal atau tidak

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Observed Cum Prob

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

Expe

cted C

um Pr

ob

Dependent Variable: SEF

Formalitas Gambar 4.1

Berdasarkan Grafik diatas memperlihatkan hasil dari uji normalitas

dengan menggunakan Normality Probability Plot yang menyebar disekitar

garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Maka dapat disimpulkan

bahwa data dalam penelitian ini sudah terdidtibusi dengan normal atau

sudah memenuhi asumsi normalitas.

2. Uji heteroskesdatisitas

Grafik Scatterplot dibawah ini merupakan hasil uji

heteroskedastisitas untuk variabel independen yaitu kemampuan

57

intelektual, kecerdsan emosional dan kecerdasan spiritual, dan variabel

dependen yaitu sikap etis fiskus. Berdasarkan uji tersebut menunjukkan

bahwa titik-titik data menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu

pola, baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. hal ini berarti

tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Dapat disimpulkan

bahwa instrument penelitian memenuhi asumsi homoskedastisitas.

Scatterplot

-3 -2 -1 0 1 2 3 4

Regression Standardized Predicted Value

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

Regre

ssion

Stud

entiz

ed De

leted

(Pres

s) Re

sidua

l

Dependent Variable: SEF

Heterokedastisitas

Gambar 4.2

3. Uji Multikolonieritas

Deteksi terhadap multikolonieritas dapat dilihat dari Variance

Inflation Factor (VIF) dan Tolerance (TOL). Regresi yang bebas dari

problem multikolonieritas apabila nilai VIF < 10 dan tolerance > 10, maka

data tersebut dikatakan tidak ada multikolonieritas.

58

Tabel 4.13 Multikolonieritas

Collinearity Statistics Model

Tolerance VIF

Kemampuan Inteletual

Kecerdasan Emosional

Kecerdasan Spiritual

878

983

876

1.139

1.017

1.142

a. Dependen Variabel: Sikap Etis Fiskus Sumber:data Primer diolah

Berdasarkan analisis diatas bahwa VIF kemampuan intelektual

1.139, kecerdasan emosional 1.017, dan kecerdasan spiritual 1.142. dan

TOL kemampuan intelektual 878, kecerdasan emosional 983, dan

kecerdasan spiritual 876, ini berarti instrument penelitian dapat dianggap

tidak terjadi multikolinieritas atau tepatnya hanya low collnearity

(Stanislaus: 2006). Sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini

didukung oleh teori klasik dan layak dipakai dalam pengujian.

4. Uji hipotesis

a. Koefisien Determinasi (R2)

Tabel 4.14 Model Summary b

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 ,507(a) ,257 ,209 2,056 a Predictors: (Constant), KS, KE, KI b Dependent Variable: SEF

Berdasarkan tabel Model Summary diatas diporoleh hasil

bahwa R 0.209, jika disajikan persentasenya adalah sebesar 2.09%.

angka tersebut mempunyai maksud bahwa variabel kemampuan

intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara

59

bersama-sama dapat menjelaskan sebesar 2.09% variabel sikap etis

fiskus. Adapun sisanya sebesar 97.91% (100%-2.09%) dipengaruhi

oleh variabel lain dan tidak termasuk dalam analisis regresi ini. Hal ini

menunujukkan bahwa kemampuan intelektual, kecerdasan emosional

dan kecerdasan spiritual dapat memberikan pengaruh fositif terhadap

sikap etis fiskus. Standard Error of Estimate (SEE) 2.056. semakin

kecil SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam

memprediksi variabel dependen.

b. Uji signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Tabel 4.15 ANOVA b

Model Sum of

Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 67,249 3 22,416 5,305 ,003(a) Residual 194,371 46 4,225 Total 261,620 49

a Preda.predictors: (Constant), KS, KE, KI b Dependent Variable: SEF

1) Jika nilai probilitas sig lebih kecil atau sama dengan nilai probilitas

0.05 atau (sig < 0.05), maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya

signifikan (terdapat pengaruh yang nyata).

2) Jika nilai probabilitas sig lebih besar dari nilai probabilitas 0.05

atau (sig > 0.05), maka Ha ditolak dan Ho diterima, artinya tidak

signifikan (tidak terdapat pengaruh yang nyata).

Hasil analisis ANOVA diatas diperoleh F sebesar 5.305 dengan

nilai probabilitas (sig) sebesar 0.003, ini berarti nilai probabilitas sig

lebih kecil dari nilai probabilitas 0.05 atau (0.003 > 0.05). maka

60

terdapat pengaruh secara simultan antara kemampuan intelektual,

kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap sikap etis

fiskus.

c. Uji Parameter Individual (Uji Statistik t)

Tabel 4.16 Hasil Uji Statistik t

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta 1 (Constant

) 11,170 4,218 2,648 ,011

KI ,134 ,089 ,204 1,506 ,139 KE -,006 ,090 -,009 -,072 ,943 KS ,241 ,082 ,401 2,950 ,005

a Dependent Variable: SEF sumber: data Primer diolah

1) Jika nilai probabilitas sig lebih kecil atau sama dengan nilai

probabilitas 0.05 atau sig (sig < 0.05), maka Ha diterima dan

ditolak, artinya signifikan (terdapat pengaruh yang nyata).

2) Jika nilai probabilitas sig lebih besar dari nilai probabilitas 0.05

atau (sig > 0.05), maka Ha ditolak dan Ho diterima, artinya tidak

signifikan (tidak terdapat pengaruh yang nyata).

Hipotesis 1: Pengaruh kemampuan intelektual terhadap sikap etis

fiskus.

Hasil uji hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 4.16, variabel

kemampuan intelektual mempunyai tingkat signifikansi sebesar

0,139. Hal ini berarti menerima Ho1 sehingga dapat dikatakan

bahwa kemampuan intelektual tidak berpengaruh secara

61

signifikan terhadap sikap etis fiskus karena tingkat signifikansi

yang dimiliki variabel kemampuan intelektual lebih besar dari

0,05.

Hipotesis 2: Pengaruh kecerdasan emosional terhadap sikap etis

fiskus.

Hasil uji hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel 4.16, variabel

kecerdasan emosional mempunyai tingkat signifikansi

sebesar 0,943. Hal ini berarti menerima Ho2 sehingga dapat

dikatakan bahwa kecerdasan emosional tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap sikap etis fiskus karena tingkat

signifikansi yang dimiliki variabel kecerdasan emosional

lebih besar dari 0,05.

Hipotesis 3: Pengaruh kecerdasan spiritual terhadap sikap

etis fiskus.

Hasil uji hipotesis 3 dapat dilihat pada tabel 4.16, variabel

kecerdasan spiritual mempunyai tingkat signifikansi

sebesar 0,05. Hal ini berarti menerima Ha3 sehingga dapat

dikatakan bahwa kecerdasan spiritual berpengaruh secara

signifikan terhadap sikap etis fiskus karena tingkat

signifikansi yang dimiliki variabel kecerdasan spiritual

sama dari 0,05.

62

d. Analisis Regresi Berganda

Tabel 4.17 Hasil Uji Regresi Berganda

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta 1 (Constant) 11,170 4,218 2,648 ,011 KI ,134 ,089 ,204 1,506 ,139 KE -,006 ,090 -,009 -,072 ,943 KS ,241 ,082 ,401 2,950 ,005

a Dependent Variable: SEF sumber: data Primer diolah

Variabel kemampuan intelektual menunjukkan bahwa setiap

adanya perubahan satu variabel tingkat kemampuan intelektual maka dapat

menambah sikap etis fiskus, hasil penelitian ini tidak konsisten dengan

hasil penelitian yang dilakukan oleh Afria Lisda (2009), Tikollah dkk

(2006), dan Sri suryaningsum (2003). Perpedaan tersebut kemungkinan

disebabkan oleh oleh beberapa oleh beberapa hal, yakni 1) responden

penelitian, yakni fiskus, 2) variabel penelitian dimana dalam penelitian ini

IQ, EQ dan SQ digabungkan dalam satu penelitian serta ditekankan pada

sikap etis. Pengalaman fiskus yang kurang cukup, banyaknya junior yang

kurang berpengalaman hal ini dikarenakan lamanya mereka bekerja

kurang dati tiga tahun dan kurang pelatihan yang di ikuti oleh fiskus.

variabel kecerdasan emosional menunjukkan bahwa setiap adanya

perubahan satu satuan tingkat kecerdasan emosional maka dapat berkurang

sikap etis fiskus. hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Mora Hernia (2008). Kurangnya rasa untuk

63

mengenali perasaan sesama fiskus dan kurang mengendalikan perasaan

secara mendalam sehingga dapat menyebab berkurang membantu

perkembangan emosi dan akal. Tanpa adanya pengendalian atau

kematangan emosi sangat sulit bagi seorang fiskus untuk bertahan dalam

menghadapi tekanan frustasi, stress dan menyelesaikan konflik yang sudah

menjadi bagian atau resiko profesi dan memikul tanggung jawab seperti

apa yang disebutkan dalam pedoman kode etik.

Koefisien regresi untuk variabel kecerdasan spiritual sebesar

menunjukkan bahwa setiap adanya perubahan satu satuan tingkat

kecerdasan spiritual maka dapat bertambah sikap etis fiskus sebesar hasil

penelitian ini konsisten dengan penelitian Afria Lisda (2009) dan Mora

Hernia (2008) yang menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual berhubungan

positif terhadap sikap etis fiskus. Semakin besar kecerdasan spiritual

seseorang maka semakin baik sikap etika seseorang (fiskus), maka dalam

meningkatkan dengan melakukan diklat-diklat maka orang yang

mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi ditandai dengan sikap

hidupnya yang memiliki kesadaran diri dan kesadaran lingkungan yang

tinggi dan menjunjung nilai-nilai, kejujuran dalam melakukan tindakan.

Berdasarkan penelitian ini bahwa kemampuan intelektual,

kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual dapat akan meningkatkan

sikap etis fiskus tapi terkait dengan kasus Gayus dapat diartikan bahwa

Gayus memiliki kemampuan intelektual dan kecerdasan emosional yang

baik, tetapi kecerdasan spiritual yang rendah menyebabkan sikap etis yang

64

65

buruk atau rendah dengan fakta Gayus melakukan penyimpangan dari

kode etik fiskus yaitu manipulasi data untuk kepentingan pribadi. Dalam

modus yang dilakukan Gayus terdapat unsur-unsur pidana korupsi yang

dilakukan, yaitu: 1) melawan hukum dengan memberika informasi,

menunjukkan cela-celah atau membantu memenangkan wajib pajak dalam

persidangan, 2) memperkaya diri sendiri, 3) merugikan negara, 4)

menyalahgunakan wewenang.

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kemampuan intelektua,

kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual terhadap sikap etis fiskus,

maka dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai pengaruh kemampuan

intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual terhadap sikap etis

fiskus, yaitu:

1. Hasil uji t ditemukan secara parsial variabel independen (kecerdasan

spiritual) berpengaruh positif terhadap variabel dependen (sikap etis

fiskus), sedangkan variabel kemampuan intelektual dan kecerdasan

emosional tidak berpengaruh terhadap sikap etis fiskus.

2. Hasil uji F ditemukan Kemampuan intelektual, kecerdasan emosional dan

kecerdasan spiritual secara simultan berpengaruh signifikan terhadap sikap

etis fiskus.

3. Kemampuan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual

merupakan “trio kecerdasan” yang tak terpisahkan dalam kehidupan

seseorang sehingga perlu dikembangakan secara komprehensif dan

proporsional

66

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, berikut ini akan

diuraikan beberapa implikasi yang dianggap relevan dengan nilai penelitian:

1. Implikasi bagi pembentukan dan pengembangan sikap dan perilaku etis

fiskus itu sendiri, upaya pembentukan dan pengembangan sikap dan

perilaku etis tersebut dapat dilakukan dengan pengembangan IQ, EQ, dan

SQ secara komprehensif dan proporsional yang dapat dilakukan melalui

diklat-diklat untuk mengembangkan kecerdasan spiritual dan pelatihan-

pelatihan lembaga untuk lebih profosional. Agar upaya tersebut efektif,

diperlukan suatu strategi tertentu yang dapat dilakukan dengan

pendekatan: 1) intellectual-psychological process, yang diarahkan pada

pengesahan unsure akal pada diri manusia, 2) social interaction process,

yang diarahkan pada pengendalian nafsu dan akal dalam konteks interekasi

sosial, 3) spiritual process, yang diarahkan untuk mencipatakan divine

conciosness pada diri manusia.

2. Saran yang dapat peneliti berikan berdasarkan analisis di atas, yaitu KPP

Pratama Kramat Jati harus perlu mengembangakan diklat-diklat dan

pengajian untuk membentengi diri dari perbuatan yang melanggar etika.

Diindonesia banyak yang melanggar hukum kode etik seperti korupsi,

manipulasi data, dan lain-lain.

Berdasarkan keterbatasan dan kelemahan yang ada dalam penelitian

ini, maka dapat dikemukakan beberapa saran diantaranya:

67

68

1. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menyajikan hasil penelitian

yang lebih berkkualitas lagi dengan menganalisis dan menggambarkan

secara deskriptif peran kemampuan intelektual, kecerdasan emosioal dan

kecerdasan spiritual terhadap sikap etis fiskus atau penambahan variabel

lain.

2. Dapat mengembangkan penelitian ini pada dimensi-dimensi lain dari

aspek individual, pada aspek organisasi dan lingkuangan, pada responden

fiskus serta dengan pertautan antar variabel yang bersifat interaksi atau

dengan menambahkan variabel tertentu sebagai variabel modetering

maupun variabel intervening.

DAFTAR PUSTAKA

Agustian, Ary Ginanjar,”Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power: sebuah Inner Journey Melalui Al-ihsan”, Cetakan Pertama, Arga, Jakarta, 2003.

Armansyah.” Intelegency Quotient,Emotional Qoutient, dan Spritual Quotient

dalam Membentuk Perilaku Kerja”,Jurnal Ilmiah Manajemen dan Bisnis. Azwar, S. “ Pengantar Pskologi Intelegengsi. Cetakan Keempat. Pustaka Pelajar,

Yogyakarta, 2004 Ahmadi, Abu.”Psikologi Umum”, Rineka Cipta, Jakarta, 2003 Dani, K. “Kamus Lengkap Bahasa Indonesia”. Putra Harsa, Surabaya. 2002. Darmayuwono, Winarno. ”Rahasia Kecerdasan Spritual”, PT. Sangran Paran

Media, Jakarta, 2008. Ghozali, Imam.”Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Badan

Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang 2005 Goleman, Daniel,” Emotional Intellegence: Kecerdasan Emosional”, (Mengapa

EI Lebih Penting dari IQ)”, Cetakan Ketujuh Belas, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2007.

Golemen,Daniel. “Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi”, Cetakan

Keenam. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Diterjemahkan oleh Alex Tri Kuntjahyo Widodo dari Working with Emotional Intelligence. 2005

Hamid, Abdul.”Buku Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Press, Jakarta, 2007 Indrianto, Nur, dan Bambang Supomo,” Metodologi Penelitian Bisnis Untuk

Akuntansi dan Manajemen”, Edisi Pertama, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta,2002

Ilyas, Wirawan B dan Richard Burton, “Perpajakan Indonesia”, Salemba Empat,

Jakarta, 2003 Lisda, Afria,”Pengaruh Kemampuan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Dan

Kecerdasan Spiritual Terhadap Perilaku Etis Auditor Serta Dampaknya Pada Kinerja (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Public Jakarta)”, Skripsi, Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah jakarta, Jakarta, 2009.

69

Maryani, T & U. Ludigdo, Survey Atas Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap dan Perilaku Etis Akuntan. Jurnal TEMA 2 (1): 49-62, 2001.

Purwanto M. Ngalim.”Psikologi Pendidikan”, Remaja Roda Karya, Bandung,

2004 Pemerintah RI, “ Undang-Undang RI Nomor 28 tahun 2007 Tentang Perubahan

Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983, Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan”, Pemerintah RI, Jakarta, 2007.

RM, Rissyo Melandy dan Nurna Aziza,” Pengaruh Kecerdasan Emosional

Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi, Kepercayaan Diri Sebagai Variabel Pemoderasi”, Simposium Nasional Akuntansi 9, Padang, 2006.

Robins, Stephan P, “ Perilaku Organisasi Konsep Kontrovesi. Aplikasi Jilid i

Penerjemah: Hadyana Pujatmaka dan Benyamin Molan. Penerbit Prenhallindo, Jakarta.

Suandy, Erly, “Hukum Pajak”, Edisi Ketiga, Salemba Empat, Jakarta, 2005 Surat Edaran Nomor: SE-01/PJ.045/2007, Tentang Kebijakan Penagihan Pajak

,Tahun 2007. Sudrajat, Akhmat, “IQ,EQ, dan SQ: Dari Kecerdasan Tunggal Ke Kecerdasan

Majemuk”, artikel ini diakses pada tanggal 5 januari 2009, dari iq-eq-dan-sq-dari-kecerdasan-tunggal-ke- kecerdasan-majemuk.

Sufnawan, Fathul Huda, “Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Spritual Auditor

Terhadap Kinerja Auditor dalam Kantor Akuntan Publik”, artikel ini di akses pada tanggal 3 maret 2010 dari eq-sq dari kinerja auditor.

Tikollah, M. Ridwan, Iwan Triwiyono, dan Iwan Triyuwono, dan H. Unti

Ludigdo, “ Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi (Studi Pada Perguruan Tinggi Negeri Di Kota Makasar Provinsi Sulawesi Selatan)”, Symposium Nasional Akuntansi 9, Padang, 2006.

Tim Penyusun Kamus Pusat (Depdiknas), “ Kamus Besar Bahasa Indonesia”,

Dapertemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 2007. Trisnawati, Eka Indah dan Sri Suryaningrum. 2003. Pengaruh Kecerdasan

Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi. Surabaya. Sumposium Nasional Akuntansi VI.

Wibowo, B.S. Sharpehing Our Concept And Tools. Bandung. PT Syamil Cipta

Media. 2002

70

71

Wikipedia, “Pajak” Artikel diakses tanggal 14 september 2009 dari http://id.wikipedia.org/wiki/pajak

Zohar, Danah dan Ian Marshall,” SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spritual Dalam

Berpikir Integralistik dan Holistik Untuk Memaknai Kehidupan”, Cetakan Kedua, Mizan, Bandung, 2001

(http://www.scribd.com/doc/31267470/DISERTASI

www.dirjen pajak. Co.id

kuesioner KI1 KI2 KI3 KI4 KI5 KI6 KI7 KI8 KI9 KI10 KI KE1 KE2 KE3 KE4 KE5 KE6 KE7 KE8 KE9 KE10 KE KS1 KS2 KS3

1 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 37 4 3 3 4 2 4 4 2 3 3 32 4 4 4

2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 39 2 4 4 4 2 4 4 4 2 4 34 4 4 4

3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 2 41 2 5 4 5 1 4 4 5 4 4 38 5 5 5

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 37 2 2 4 4 2 4 4 4 2 2 30 4 4 4

5 3 3 3 2 3 2 2 2 3 2 25 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 35 3 4 3

6 4 4 4 5 4 5 5 5 4 2 42 1 4 4 3 2 4 4 4 1 3 30 5 5 5

7 5 4 4 4 4 4 4 4 4 2 39 1 4 4 4 2 3 2 2 2 4 28 4 4 4

8 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 1 5 5 5 1 5 5 5 1 5 38 4 5 5

9 4 4 4 4 4 4 5 5 4 3 41 3 3 4 4 2 4 5 5 3 4 37 5 5 4

10 5 4 4 4 5 4 5 4 4 2 41 1 4 4 4 2 4 3 4 2 4 32 4 4 4

11 3 3 4 4 4 4 3 4 3 1 33 2 4 3 3 2 4 3 4 3 4 32 4 4 4

12 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 37 3 4 4 3 2 3 3 4 3 3 32 4 4 4

13 5 4 3 4 4 5 4 5 4 2 40 1 4 4 4 2 4 2 4 1 4 30 4 3 4

14 4 4 3 3 3 4 4 4 4 1 34 1 3 3 4 2 4 4 3 3 4 31 3 4 4

15 4 4 4 5 4 5 4 4 4 2 40 4 4 5 4 2 4 2 4 2 2 33 2 4 4

16 2 2 4 4 4 4 5 3 4 2 34 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 36 5 4 4

17 2 4 3 4 4 4 4 5 5 3 38 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 37 3 4 4

18 2 3 3 4 3 4 3 4 4 2 32 2 3 3 3 3 4 4 4 3 3 32 5 3 5

19 3 4 3 3 4 5 4 4 3 1 34 2 4 4 4 4 3 4 3 4 3 35 4 4 4

20 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 39 4 5 4 4 2 4 3 3 3 4 36 5 4 4

21 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 35 4 5 3 3 2 4 5 5 3 4 38 5 4 4

22 4 4 4 5 4 5 3 4 4 2 39 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 39 5 4 5

23 3 4 5 5 4 5 5 5 4 2 42 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 37 4 3 3

24 2 4 3 4 4 4 3 4 3 2 33 2 4 3 3 2 3 4 3 4 3 31 4 4 4

25 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 37 2 3 4 4 2 4 3 3 3 3 31 4 3 4

26 4 3 5 4 4 3 4 4 3 5 39 4 3 5 4 3 3 4 3 4 3 36 5 3 4

27 4 4 4 3 3 4 5 3 4 4 38 3 4 3 4 3 3 5 4 4 5 38 3 3 4

28 4 3 5 3 4 4 3 5 3 4 38 4 3 5 4 3 4 3 4 3 4 37 5 3 4

29 4 3 5 4 3 4 5 5 4 3 40 4 3 4 3 5 2 4 3 5 4 37 4 3 4

30 4 3 5 4 3 4 5 5 4 3 40 4 3 4 3 5 2 4 3 5 4 37 4 3 4

31 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 37 1 3 3 4 2 4 4 4 4 4 33 3 4 4

32 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 37 1 3 3 4 2 4 4 2 3 3 29 4 4 4

33 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 39 2 4 4 4 2 4 4 4 2 4 34 4 4 4

34 4 4 4 4 4 4 5 5 5 2 41 2 5 4 5 1 4 4 5 4 4 38 5 5 5

35 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 2 2 4 4 2 4 4 4 2 2 30 4 4 4

36 4 3 4 4 4 5 5 4 4 4 41 4 4 4 4 2 3 4 4 2 3 34 4 4 4

37 4 4 3 4 4 3 5 4 4 4 39 3 3 4 4 4 4 3 4 5 4 38 4 4 4

38 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 37 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 37 4 5 5

39 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 40 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 37 4 4 4

40 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 37 3 4 4 4 4 5 2 3 4 4 37 4 4 4

41 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 37 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 41 4 4 4

42 4 4 5 4 4 4 3 4 4 4 40 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 37 4 4 4

43 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 36 4 5 4 3 5 2 4 3 5 4 39 4 5 4

44 4 3 5 4 4 4 4 5 4 3 40 4 3 4 4 3 2 3 3 3 3 32 4 3 3

45 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 38 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 33 4 3 3

46 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 37 4 4 4 5 2 2 2 3 3 4 33 3 4 4

47 4 3 4 4 3 3 4 4 4 5 38 4 4 4 2 3 3 3 2 3 4 32 4 4 4

48 4 4 4 3 3 3 4 4 4 5 38 4 4 2 3 3 3 3 4 4 4 34 4 4 4

49 4 5 4 4 4 3 2 1 4 4 35 5 4 3 4 3 4 4 4 5 4 40 4 4 4

50 4 5 4 4 4 3 2 1 4 4 35 5 4 3 4 3 4 4 4 5 4 40 4 4 4

KS4 KS5 KS6 KS7 KS8 KS9 KS SEF1 SEF2 SEF3 SEF4 SEF5 SEF6 SEF

4 4 4 4 4 4 36 4 4 3 4 4 4 23

4 4 4 4 4 4 36 4 4 4 4 4 4 24

5 5 4 5 5 5 44 5 5 5 5 5 5 30

4 4 4 4 4 4 36 4 4 4 4 4 4 24

3 3 3 3 4 4 30 4 4 3 4 3 3 21

5 5 5 4 5 5 44 5 5 5 4 4 5 28

4 4 4 4 4 3 35 4 4 4 4 4 4 24

5 5 5 5 5 5 44 5 5 5 5 5 5 30

4 5 3 4 4 4 38 3 4 4 4 4 4 23

5 4 4 4 4 4 37 5 4 4 4 5 5 27

4 5 4 4 4 3 36 4 4 4 4 4 4 24

4 4 4 4 4 4 36 4 4 4 4 4 4 24

4 5 4 4 4 4 36 4 4 4 4 4 4 24

4 4 3 4 4 4 34 4 4 4 4 4 4 24

4 4 2 2 2 2 26 4 4 4 4 4 4 24

1 4 4 4 4 2 32 3 5 5 5 5 5 28

4 4 3 4 4 3 33 4 4 4 4 4 4 24

5 5 3 4 5 4 39 4 5 4 5 4 4 26

4 4 4 4 3 4 35 4 4 4 4 4 4 24

4 3 3 4 4 3 34 5 5 5 5 5 5 30

4 4 4 5 5 3 38 4 4 3 4 4 4 23

4 4 5 4 4 4 39 4 4 4 4 5 5 26

3 3 3 4 4 3 30 4 4 4 4 4 4 24

3 4 3 3 4 4 33 4 5 5 5 5 5 29

4 4 3 4 4 3 33 3 4 4 4 3 3 21

5 5 4 3 4 4 37 4 3 3 4 3 3 20

2 3 4 3 5 3 30 3 4 4 4 4 4 23

2 5 3 4 3 4 33 4 4 4 4 4 4 24

3 4 5 4 3 4 34 3 4 4 4 4 5 24

3 4 5 4 3 4 34 4 4 4 4 4 4 24

4 4 4 4 4 5 36 4 4 4 4 4 4 24

4 4 4 4 4 4 36 4 4 4 4 4 4 24

4 4 4 4 4 4 36 4 4 4 4 4 4 24

5 5 4 5 5 5 44 5 5 5 5 5 5 30

4 4 4 4 4 4 36 4 4 4 4 4 4 24

4 4 5 4 4 4 37 4 4 4 4 4 4 24

4 4 4 4 5 5 38 4 4 4 4 4 4 24

5 5 5 5 5 5 44 4 4 4 4 5 5 26

4 3 4 4 4 4 35 5 3 3 4 4 4 23

4 4 5 4 3 4 36 4 4 4 4 4 4 24

5 5 5 5 4 4 40 4 4 4 4 4 4 24

5 4 4 4 4 4 37 4 5 5 5 5 5 29

4 5 4 4 3 4 37 4 4 4 4 4 4 24

3 3 3 4 3 4 30 4 4 4 4 4 4 24

4 4 4 4 4 4 34 3 4 4 3 5 5 24

4 4 3 3 3 4 32 4 4 4 4 4 5 25

3 3 3 3 4 4 32 3 4 4 4 4 4 23

4 3 4 4 4 4 35 4 4 4 4 5 4 25

3 4 4 4 4 4 35 4 4 4 4 4 4 24

3 4 4 4 4 4 35 4 4 4 4 4 4 24

KUESIONER

PENGARUH KEMAMPUAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL,

KECERDASAN SPRITUAL TERHADAP SIKAP ETIS

FISKUS

AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM SYHARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010

Hal: Permohonan Pengisian Kuesioner Jakarta, 12 Mei 2010

Kepada Yth.

Bapak/Ibu Responden

Di tempat

Dengan hormat,

Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir sebagai mahasiswa Program Strata Satu (S1)

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, saya:

Nama : Arsinawati

NIM : 205082000249

Fak/Jur/Smtr : Ekonomi dan Ilmu Sosial/Akuntansi/X

bermaksud melakukan penelitian ilmiah untuk penyusunan skripsi dengan judul “Pengaruh

Kemampuan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spritual Terhadap Sikap Etis

Fiskus (Studi pada Direktorat Dan Pelayanan Pajak di Jakarta)”.

Untuk itu, saya sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden dengan

mengisi lembar kuesioner ini secara lengkap dan sebelumnya saya mohon maaf telah menggangu

waktu bekerjanya. Data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan tidak

digunakan sebagai penilaian kinerja di tempat Bapak/Ibu bekerja, sehingga kerahasiaannya akan saya

jaga sesuai dengan etika penelitian.

Informasi yang diperoleh atas partisipasi Bapak/Ibu merupakan faktor kunci untuk

mengetahui pengaruh Pengaruh Kemampuan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spritual

Terhadap Sikap Etis Fiskus

Dimohon untuk membaca setiap pertanyaan secara hati-hati dan menjawab dengan lengkap semua

pertanyaan, karena apabila terdapat salah satu nomor yang tidak di isi maka kuesioner dianggap

tidak berlaku.

Tidak ada jawaban yang salah atau benar dalam pilihan anda, yang penting memilih jawaban yang

sesuai dengan pendapat anda.

Atas kesediaan Bapak/Ibu meluangkan waktu untuk mengisi dan menjawab semua pertanyaan

dalam penelitian ini, saya sampaikan terima kasih.

Dosen Pembimbing Hormat saya,

Peneliti

(Rahmawati SE, MM) (Arsinawati)

IDENTITAS RESPONDEN

Nama : ……………………

Jabatan : ……………………

Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

Umur : ………… tahun

Pendidikan Terakhir : D3 S1 S2 S3

Pengalaman Kerja : < 1 tahun 1-3 tahun >3 tahun

Berilah tanda silang (X) pada pernyataan di bawah ini sesuai dengan penilaian anda, dimana:

1. Sangat Tidak Setuju (STS) 2. Kurang Setuju (KS)

3. Netral (N) 4. Setuju (S)

5. Sangat Setuju (SS)

Kemampuan Intelektual

No. Keterangan TSS

KS

N S SS

1. Saya berlangganan dan secara sistematis membaca peraturan pajak yang berlaku sekarang.

2. Saya selalu memiliki informasi dan gagasan.

3. Saya adalah orang yang kreatif. 4. Saya dapat menerima saran dan kritik dari

orang lain.

5. Saya selalu berfikir logis dalam setiap hal (tidak emosional).

6.

Saya tidak pernah malu mengakui kekurangan diri saya.

7

Saya suka akan tantangan untuk menyelesaikan persoalan.

8 9

10

Saya selalu membuka pikiran saya terhadap hal-hal baru. Saya tidak pernah mengkritik tanpa memberi solusi. Saya sanggup menyelesaikan masalah saya sendiri tanpa bantuan orang lain.

Kecerdasan Emosional

No. Keterangan STS

KS N S SS

11. Saya sering merasa khawatir tanpa tahu apa penyebabnya.

12. Saya menyukai diri saya apa adanya dan tahu betul kekuatan diri saya.

13. Saya percaya diri dan mempunyai kemampuan untuk mendapatkan apa yang saya inginkan.

14 Saya tertarik pada pekerjaan yang menuntut saya memberikan gagasan baru.

15. Bila saya menemui hambatan dalam suatu tujuan, saya akan beralih pada tujuan lain karena saya tidak mampu.

16. Saya sering melakukan instropeksi diri untuk menemukan kembali hal-hal penting dalam hidup saya

17. Saya dapat melihat rasa sakit pada orang lain meskipun mereka tidak membicarakannya.

18.

19.

20

Saya merasa dapat mengendalikan hidup saya dengan penuh ketenangan, walaupun dalam kondisi yang tidak menyenangkan Saya kurang sabar menghadapi orang lain terutama yang tidak sesuai dengan pemikiran saya Saya mampu mengorganisasi dan memotivasi suatu kelompok (tim).

Kecerdasan Spiritual

No. Keterangan STS

KS N S SS

21 Saya adalah orang yang rajin beribadah. 22. Saya merasa cinta dan dekat dengan tuhan dalam

hati saya .

23. Saya memiliki keberanian untuk berpendirian pada kebenaran.

24. Saya adalah orang yang jujur. 25. Saya selalu memegang janji yang diamanahkan

kepada saya.

26. Apa yang sudah saya katakana selalu sesuai dengan perbuatan saya.

27. Saya menganut standar etika yang telah ditetapkan (perpajakan).

28. Saya menahan diri untuk tidak melakukan pelanggaran hukum meskipun saya dapat melakukannya tanpa risiko dan kena sangsi.

29. Saya seorang terbuka saat saya berinteraksi dengan orang lain.

Sikap Etis

No. Keterangan STS

KS N S SS

30. Saya mematuhi dan mentaati segala peraturan dalam melaksanakan tugas sebagai aparat pajak (fiskus).

31. Saya selalu melakukan tugas fiskus sesuai dengan surat perintah dari lembaga (perpajakan).

32. Saya selalu mendorong /memotivasi rekan untuk bertanggung jawab dalam melakukan tugas sebagai seorang fiskus.

33. Saya harus senantiasa menjaga penampilan dengan berpakain yang sederhana, sopan, rapi, dan sesuai dengan kode etik.

34.

35

Saya memiliki rasa kebersamaan/kekeluargaan diantara sesama aparat pajak (fiskus). Saya tidak pernah mengadu domba dan menjelek-jelekkan perilaku aparat pajak (fiskus)