strategi lembaga kaligrafi al-qur’an (lemka)...
TRANSCRIPT
STRATEGI LEMBAGA KALIGRAFI AL-QUR’AN (LEMKA)
DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI SENI
KALIGRAFI ISLAM SEBAGAI MEDIA DAKWAH
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
KURNIAWAN PRASETIO
NIM: 1110051000117
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H / 2015 M
STRATEGI LEMBAGA KALIGRAFI AL.QUR'AII (LEMKA)DALAM MEMPERTAHANKANI EKSISTENSI SENIKALIGRAFI ISLAM SEBAGAI MEDIA DAKWAII
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasiuntuk Memenuhi Persyaratan MemperolehGelar Sarjana Komunikasi Islam (S-Kom.I)
Oleh:
Kurniawan PrasetioNIM. 1110051000117
Pembimbing
FAKULTAS ILMU DAI(WAH DAI\ ILMU KOMT]NIKASIPROGRAM STUDI KOMT]NIKASI PEII-YIARAN TSLAM
UIN SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA
L435 HJ2O15 M
PENGESAIIAN PAFIITIA UJIAI\
Skripsi judul Strategi Lembaga Kaligrafi Al-Qur'an (LEMKA) dalam
Mempertahankan Eksistensi Seni Kaligrafi Islam sebagai Media Dakwah sudah
diujikan dalam sidang munaqasyah di Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayayatullah Jakarta pada tanggal 16 April 2015. Skripsi ini
sudah di terima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi
Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakart+ l6 April 2015
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang
r. H/sunandar, MA Saprudin S.PdNip.19680906 199108 1 001ip.19620626 199403 I 002
Anggota
Penguji II
Hj. Nunung Khairiya/, ufaNip. 150 389 35J
UmiM
Sekertaris Sidang
Drs. S. nio MA
MAt{rP. 1971081
LEMBAR PER}TYATAAI{
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar shata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Semua sumber yang saya
cantumkan sesuai dengan
Hidayatullah Jakarta.
gunakan dalam penulisan ini telah saya
ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakaria.
,,,., -,"{al<art& 10 April 2015
i
ABSTRAK
Kuniawan Prasetio 1110051000117
Strategi Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an (LEMKA) dalam Mempertahankan
Eksistensi Seni Kaligrafi Islam sebagai Media Dakwah
Belakangan ini berbagai cara untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah
dalam rangka syiar menegakkan agama Islam, bermacam-macam media dan cara
untuk bedakwah. Salah satu media yang turut sukses untuk berdakwah adalah
melalui media seni kaligrafi Islam, seni Islam ini menjadi turut andil dalam
pengembangan agama Islam hingga saat ini, karena berdakwah tidak hanya
melalui ucapan atau ceramah dan pidato semata.
Salah satu lembaga yang terbentuk khusus dalam mengembangkan dan
mengajarkan seni kaligrafi Islam adalah Lembaga kaligrafi Al-Qur’an (LEMKA).
Lembaga ini mempunyai pilar-pilar khusus dalam setiap pergerakan-
pergerakanya. Seiring dengan perkembangan zaman, seni kaligrafi pun turut
berkembang, untuk mencapai perstasi yang memuaskan, tentunya LEMKA
memiliki strategi yang diterapkan dalam metode pembelajaran dan
mengkondisikan lingkungan sedemikian rupa, sehingga dapat mencetak generasi-
generasi muda yang siap menyampaikan dakwahnya melalui seni kaligrafi Islam.
Berdasarkan latar belakang diatas, kemudian pertanyaannya adalah
bagaimana strategi Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an dalam mempertahankan
eksistensi seni kaligrafi Al-Qur’an sebagai media dakwah? untuk mengetahui
strateginya, dan pertanyaan selanjutnya bagaimana implementasi strategi tersebut?
Dalam hal ini penulis menggunakan metode kualitatif terhadap penulisan
ini, dan guna mendapatkan data-data yang penulis butuhkan, maka penulis
menggunakan langkah-langkah dalam mengumpulkan data-data seperti mencari
data yang bersangkut paut dengan pembahasan penulis, lalu penulis menggunakan
metode obserpasi langsung ke Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an (LEMKA) guna
melengkapi data yang penulis butuhkan, dan yang bersangkut paut dengan judul
penulis, disamping itu juga penulis melakukan wawancara dengan beberapa
pengurus LEMKA serta penulis mencantumkan analisis data yang dilakukan
dengan dengan menggunakan analisis SWOT, hal ini bertujuan untuk mengetahui
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.
Dari hasil penelitian penulis, maka penulis dapat menyimpulkan langkah
strategi yang dilakukan oleh Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an (LEMKA) dalam
mempertahankan eksistensi seni kaligafi Al-Qur’an sebagai media dakwah, adalah
membentuk struktur organisasi kepengurusan dan juga menempatkan anggotanya
kesetiap departemen-departemen beserta program kerjanya. Langkah strategi yang
dilakukan LEMKA merupakan langkah awal guna mencapai tujuan LEMKA
yaitu meningkatkan pendidikan dan latihan kaligrafi untuk menciptakan para
khattat, guru khat, pelukis kaligrafi profesional. Setiap langkah-langkah yang
dilakukan LEMKA memiliki implemtasi yakni memberikan pengajaran kepada
angotanya tentang seni kaligrafi Islam melalui berbagai kegiatan serta
berkontribusi dalam perlatihan kewirausahaan dan ikut menyalurkan karya-karya
ke pasar-pasar atau galeri lukisan dan pameran lokal, nasional maupun
internasional guna mensukseskan dakwahnya melalui media seni kaligrafi Islam.
ii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hidarat Allah SWT,
yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga berkat izin-
Nya penulis mampu menyelesaikan pembuatan skripsi ini. Shalawat beserta
salam selalu tercurah kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih jauh dari sempurna
baik dalam hal bentuk maupun isinya. Namun berkat bantuan serta dukungan dari
berbagai pihak, Alhamdulillah skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu,
sepatutunya diberikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. H. Dede Rosyada M.A, Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Dr. H. Arief Subhan, M.A, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi beserta Wakil Dekan Bidang Akademik Suparto, M.Ed,
PhD, MA, Wakil Dekan Bidang Administrasi Drs. Jumroni, M.Si, dan
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Dr. Sunandar, M.Ag.
3. Rachmat Baihaky, M.A, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam dan, Fita Fathurrohmah, SS, M.Si, selaku Sekretaris
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
4. Ibu Umi Musyarrofah, M.A, selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan
pengarahan serta dorongan kepada penulis di sela-sela kesibukannya,
iii
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai waktu yang
diinginkan.
5. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang sangat berkontribusi
dalam memberikan banyak ilmu serta pengetahuan yang tiada terkira
kepada penulis selama menjalani Studi di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
6. Pimpinan dan segenap karyawan Perpustakaan Umum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta setra sluruh straf dan kariawan yang telah
melayani dan menyiapkan fasilitas titelatur, sampai penulis bisa
menyelesaikan studi ini.
7. Pimpinan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
yang telah memfasilitasi penulis untuk mempelajari dan mencari bahan
untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Para pegawai/ staf Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang
telah memberikan pelayanan yang prima kepada penulis.
9. Kepada kedua orang tua penulis, ayahanda tercinta Suwana dan ibunda
tercinta Badriah S.HI, yang telah membesarkan dan merawat penulis
dengan rasa cinta kasih dan sayang. Serta lantunan doa dan ridho yang
tak pernah putus, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Bapak Drs. H. D. Sirojuddin AR, M. Ag, selaku pimpinan Lembaga
Kaligrafi Al-Quran (LEMKA), para pengajar, pengurus, serta kawan-
kawan dari Lembaga Kaligrafi Al-Quran (LEMKA), yang telah
iv
mengarahkan, membantu, serta mengizinkan penulis dalam melakukan
penelitian ini.
11. Teman-teman KPI angkatan 2010, Khusunya teman-teman sekelas KPI
D: Abdullah Icshan Baihaqi, Abdurrahman, Agung Sulistiono Nugroho,
Boby Gunawan, Enjang Zaki, Fahmi Hayatudin, Helmi Afandi,
Sumantri, Maulana Fitian, Rahmat Hidayat, Syehab Budiyanto, Zainun
Najmi Hasmi dan tentunya teman-teman perempuan KPI D yang tidak
dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih atas kebersamaannya,
penulis bangga menjadi bagian dari kalian. Tetap berjuang dan tetap
semangat Semoga kita sama-sama bisa meraih kesuksesan.
12. Andri Ilham S.S dan semua pihak yang telah membantu, memotivasi,
dan memberikan masukan-masukan selama penulis kuliah dan dalam
penulisan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu,
sehingga penulis dapat menyelesaikan study di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tercinta ini.
Jazakumullah khairal jaza. Penulis berharap semoga karya tulis ini
bermanfaat bagi kita semua dan menambah setitik khazanah ilmu pengetahuan.
Jakarta, 10 April 2015
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 7
D. Metodologi Penelitian ............................................................. 8
E. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 11
F. Sistematika Penulisan.............................................................. 13
BAB II LANDASAN TEORI
A. Strategi .................................................................................... 14
B. Pengertian Lembaga ................................................................ 25
C. Pengertian Eksistensi .............................................................. 26
D. Seni Kaligrafi Islam ................................................................ 27
E. Pengertian Dakwah ................................................................. 32
F. Unsur-unsur Dakwah .............................................................. 35
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA KALIGRAFI AL-QUR’AN
(LEMKA)
A. Sejarah Berdirinya Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an (LEMKA)
................................................................................................. 41
B. Visi dan misi ........................................................................... 48
C. Moto dan Tujuan ..................................................................... 49
D. Struktur Kepengurusan Lembaga Kaligrafi Al-Quran
(LEMKA) ................................................................................ 49
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Strategi Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an (LEMKA) ................. 54
vi
B. Implementasi Strategi Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an (Lemka)
................................................................................................. 58
C. Analisis SWOT Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an (Lemka)........ 66
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 70
B. Saran ........................................................................................ 72
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 73
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tugas dakwah merupakan suatu kewajiban yang diemban oleh setiap
orang muslim menyampaikan kebenaran yang ada dalam as-sunnah dan Al-
Qur’an sudah menjadi konsekuensi seorang yang menganggap dirinya beriman,
walaupun yang disampaikan itu hanya satu ayat. Pada umumnya dakwah
dilakukan di depan mimbar dengan berceramah. Akan tetapi, beragam cara dalam
upaya syiar dan dakwah untuk menegakkan ayat-ayat Allah SWT di muka bumi
ini salah satunya melalui media seni kaligrafi. Media ini dinilai efektif untuk
mengenalkan sejarah dan nilai-nilai Islam kepada masyarakat luas.
Dakwah berasal dari kata Arab da’wah, merupakan bentuk mashdar dari
kata da’a (madly), yad’u (mudlari’), berarti seruan, ajakan, atau panggilan. Seruan
dan panggilan ini dapat dilakukan dengan suara, kata-kata, atau perbuatan.1
Dakwah harus mengandung dan melibatkan tiga unsur, yaitu: penyampaian pesan,
informasi yang disampaikan, dan penerimaan pesan. Namun dakwah mengandung
pengertian yang lebih luas dari istilah-istilah tersebut, karena istilah dakwah
mengandung makna sebagai aktivitas menyampaikan ajaran Islam, menyuruh
berbuat baik dan mencegah perbuatan mungkar, serta memberi kabar gembira dan
peringatan bagi manusia.2
1Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, (Jakarta, PT Penamadani 2008) , cet.
Ke-2 h. 144 2Muhammad Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta, Kencana, 2006),
cet. 1 h. 17
2
Adalah suatu kemunduran bagi umat Islam jika menganggap dakwah
adalah ceramah keagamaan di masjid saja. Dakwah tidak hanya dapat dilakukan
melalui ucapan semata. Salah satu cara yang kini bisa menjadi pilihan aktivis
dakwah yaitu melalui metode dakwah bil qolam. Dakwah yang satu ini, kini mulai
sering dijadikan sebagai salah satu penopang kesuksesan target dakwah. Karena
pada dasarnya, dakwah Islam tidak hanya dilakukan dengan kata-kata bijak, tetapi
juga bisa dilakukan dengan tulisan (qolam), dengan karya-karya seni, seperti seni
kaligrafi.
“Menurut Sidi Gazalba, Kesenian itu mengandung daya tarik yang
berkesan kenapa tidak mentafsirkannya untuk berdakwah sehingga
dakwah dapat menarik sasarannya dan pemanfaatannya. Seni bertujuan
untuk menimbulkan kesenangan yang bersifat estetik dan senang kepada
keindahan merupakan naluri atau fitrah manusia.”3
Allah menciptakan manusia untuk bisa menilai dan mencintai keindahan.
Salah satu keindahan yang dicintai manusia adalah seni. Seni merupakan fitrah
insani dan kebutuhan emosional manusia. Islam adalah agama yang menanamkan
rasa suka dan cinta akan keindahan dalam lubuk hati setiap muslim.
Seni merupakan perkara yang sangat penting karena berhubungan dengan
hati dan perasaan manusia. Seni berusaha membentuk kecendrungan dan perasaan
jiwa manusia dengan alat yang beraneka ragam seperti alat-alat yang dapat
didengar, dibaca, dilihat, dirasakan, maupun dipikirkan.4
Kaligrafi secara etimologis berasal dari bahasa Inggris, calligraphy yang
berasal dari dua suku kata bahasa Yunani, yaitu kallos:beauty (indah) dan
graphein:to write (menulis) yang berarti : tulisan yang indah atau seni tulisan
indah. Dalam bahasa Arab, bisa disebut khat yang berarti garis atau coretan pena
3Sidi Gazalba, Islam dan Kesenian, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1998), h. 186
4Yusuf Al-Qardawi, Islam dan Seni, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2000),h. 13
3
yang membentuk tulisan tangan. Dan disebut fann al-khath dalam arti seni
memperhalus tulisan atau memperbaiki coretan.5
Definisi lebih lengkap dikemukakan oleh D. Sirajuddin AR dengan
mengutip Syekh Syamsuddin Al-Akfani : “… Khat/ Kaligrafi adalah suatu ilmu
yang memperkenalkan bentuk-bentuk huruf tunggal, letak-letaknya, dan cara-cara
merangkainya menjadi sebuah tulisan yang tersusun; atau apa-apa yang ditulis di
atas garis-garis, bagaimana cara menulisnya dan menentukan mana yang tidak
perlu ditulis; mengubah ejaan yang perlu digubah dan menentukan cara
bagaimana untuk mengubahnya….”6
Allah SWT menyukai sesuai yang indah dan Ia menyukai agar hambanya
berbuat yang baik dan indah sesuai dengan pikiran dan akal sehat mereka. Maka
seni bukan hanya untuk sekedar kepuasan bagi hati manusia. Tetapi lebih dari itu,
seni termasuk juga kaligrafi merupakan sarana dakwah yang ampuh karena telah
merambah ke masyarakat luas demi penyebaran agama Islam.
Menurut pendapat Wiyoso Yudoseputro. bahwasannya, “… Seni Kaligrafi
Arab yang disebut khat merupakan satu karya seni rupa yang tidak kalah
pentingnya dari jenis seni rupa lainya. Sebagai seni tulis dengan tuntutan
keindahan, seni khat telah menempuh sejarahnya yang panjang dan mencapai
puncak-puncak perkembanganya sesuai dengan perkembangan dari aksara Arab
dan terutama peranan kebudayaan di tiap negara Islam….”7
5Ilham Khoiri R, Al-Quran Dan Kaligrafi Arab Peran Kitab Suci dalam Transformasi
Budaya, (Jakarta: Logos, 1999), cet. Ke-1 h. 49 6D. Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), cet.
Ke-1, edisi Ke-2, h. 3 7Wiyoso Yudoseputro, Pengantar Seni Rupa Islam Di Indonesia, (Bandung: Angkasa,
1986) h. 115
4
Kaligrafi Islam mempunyai kedudukan yang istimewa di antara cabang-
cabang seni Islam yang lain. Tidak seperti cabang seni Islam yang lain (musik,
arsitektur misalnya, yang dalam beberapa hal banyak dipengaruhi oleh gaya-gaya
lokal dan sejumlah seniman non muslim) kaligrafi mencapai puncak
keindahannya di tangan-tangan piawai seniman muslim sepenuhnya, tanpa
campur tangan pihak lain. Tanpa Islam barangkali huruf Arab tidak akan berarti
apa-apa. Hal ini dapat dilihat dari perhatian umat Islam terhadap tulisan yang
berawal dari perhatian mereka terhadap Al-Qur’an.Wahyu Allah yang turun
melalui Nabi Muhammad SAW adalah kalimat suci yang merupakan bahasa
Tuhan kepada hamba-Nya. Perhatian langsung antara tulisan dengan nilai-nilai
keagamaan yang sakral menjadikan umat Islam selalu termotivasi untuk terus
mengembangkannya.
Akan tetapi dalam pengembangan dan untuk mempertahankan seni
kaligrafi Islam agar tetap eksis membutuhkan strategi. Strategi dalam hal ini,
digunakan untuk mencapai suatu tujuan yang telah dicapai. Tujuan tidak mudah
dicapai tanpa strategi, karena pada dasarnya segala tindakan perbuatan itu tidak
terlepas dari strategi.
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen
(management) untuk mencapai suatu tujuan. Namun, untuk mencapai tujuan
tersebut, strategi berfungsi tidak sebagai peta jalan yang menunjukan arah saja,
tetapi harus menunjukan bagaimana taktik operasionalnya. Tujuan yang paling
utama adalah mencapai posisi khusus yang akan melampaui tujuan bagi
masyarakat yang berbeda-beda. Posisi itu sendiri harus diperoleh melalui analisis.
5
Saat ini media di Indonesia berkembang begitu pesat. Kebutuhan
masyarakat akan informasi juga turut meningkat. Kemajuan teknologi juga turut
mempengaruhi perkembangan media massa saat ini, bentuk penyajian informasi
yang beragam, mulai dari tulisan, gambar, audio, visual dan audio visual hadir
dalam kemasan yang menarik.
Seiring dengan perkembangan zaman, seni kaligrafi pun turut
berkembang. Sayangnya perkembangan itu terasa lambat di Indonesia karena
tidak ada wadah yang menjadi tempat untuk mengembangkan kreativitas seni
kaligrafi. Hal itu yang mendorong D. Sirajuddin AR, Dosen Fakultas Adab dan
Humaniora di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk
mendirikan sebuah lembaga yang mengembangkan kaligrafi khususnya kaligrafi
Al-Qur’an yang diberi nama Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an disingkat atau dikenal
LEMKA (singkatan ini sering digunakan untuk mempermudah dalam penulisan).
Untuk mencapai perstasi yang memuaskan, tentunya LEMKA memiliki
strategi yang diterapkan dalam metode pembelajaran dan mengkondisikan
lingkungan sedemikian rupa, sehingga dapat mencetak generasi-generasi muda
yang siap menyampaikan dakwahnya melalui seni kaligrafi Islam.
“LEMKA yang berdiri pada tahun 1985 yang dipimpin D.
Sirajuddin AR ini adalah sebuah wadah untuk menumbuhkan dan
meningkatkan kecintaan pada generasi muda terhadap seni kaligrafi Islam
di Indonesia melalui kegiatan-kegiatan yang strategis seperti pembinaan
kreativitas, pengembangan minat dan bakat, kursus kaligrafi terpadu,
kompetisi, pergelaran dan pameran, pengembangan galeri dan diskusi
wawasan seni budaya.”8
Di LEMKA juga diajarkan bahwa kaligrafi adalah sebuah bentuk seni
yang memiliki isyarat berupa simbol, untuk menyampaikan makna. Simbol ini
8D. Sirajuddin, AR, Kaligrafi: Peristiwa dan Ide-ide Pengembangannya, (Jakarta:
Lemka studio, 1995) h. 35
6
tidak bisa dilepaskan dari agama Islam yang menjadi pijakan awal tumbuhnya
seni kaligrafi. Makna yang terkandung dari simbol tersebut merupakan bagian dari
tafsir seniman. Itulah sebabnya kaligrafi dapat menjadi salah satu media dakwah
yang menarik untuk melukiskan bagaimana indahnya agama Islam.
Melihat pentingnya peran strategi bagi sebuah lembaga pendidikan agar
mampu mencetak para alumninya menjadi manusia-manusia yang berkualitas dan
berguna di masyarakat terutama untuk agama. Maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang: “Strategi Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an
(LEMKA) dalam Mempertahankan Eksistensi Seni Kaligrafi Islam sebagai
Media Dakwah”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis membatasi fokus pada strategi LEMKA
dalam mempertahankan eksistensi seni kaligrafi Islam sebagai media dakwah.
2. Perumusan Masalah
Agar pembahasan berfokus pada satu permasalahan penulis membatasi
kajian ini strategi Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an (LEMKA) dalam
Mempertahankan Eksistensi Seni Kaligrafi Islam Sebagai Media Dakwah, adapun
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana strategi Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an (LEMKA) dalam
mempertahankan eksistensi seni kaligrafi Islam sebagai media
dakwah?
7
b. Bagaimana implementasi strategi Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an
(Lemka)?
c. Analisis SWOT Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an (LEMKA)?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui strategi Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an (LEMKA)
dalam Mempertahankan eksistensi seni kaligrafi Islam sebagai media
dakwah.
b. Untuk mengetahui bagaimana hasil yang telah dicapai Lembaga
Kaligrafi Al-Qur’an (LEMKA) dalam mempertahankan eksistensi seni
Kaligrafi Islam sebagai media dakwah.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu :
a. Penelitian ini diharapakan dapat menjadi sumbangan pikiran dalam
pengembangan ilmu dakwah di Fakultas Ilmu Dakwan dan Ilmu
Komunikasi
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pikiran dalam
mengembangakan metode dakwah, melalu media seni Kaligrafi Islam.
Juga diharapkan sebagai bahan para da’i lainnya yang ingin
mengambil langkah-langkah dalam melakukan dakwah melalui seni
kaligrfi Islam.
c. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi wawasan bagi para praktisi
dakwah di seluruh Indonesia bahwa berdakwah tidak harus selalu di
8
depan mimbar, akan tetapi untuk menyampaikan serta menegakan
ayat-ayat Allah SWT bisa melalui seni Kaligrafi Islam.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Metode ini mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang
berlaku dalam masyarakat, termasuk tentang hubungan serta pengaruh dari suatu
fenomena. Penelitan yang bersifat deskriptif ini untuk membuat rancangan secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau
daerah tertantu, yang terjadi saat penelitian berlangsung dan menyajikan apa
adanya.9
Penelitian tentang strategi Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an (LEMKA) dalam
mempertahankan eksistensi seni kaligrafi sebagai media dakwah ini termasuk
dalam pendekatan kualitatif, menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan
metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati.10
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi Penelitan adalah Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an (LEMKA) yang
bertempat di Jl. Semanggi 1 No. 26, Ciputat, Jakarta Selatan. Penulis memilih
lokasi tersebut karena di sanalah tempat dan pusat kegiatan LEMKA berlangsung.
9Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009),
cet. Ke- 10 h. 18 10
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,
1998), cet Ke-9 h. 3
9
Hal itu dapat memudahkan peneliti dalam melakukan observasi dan wawancara
pada narasumber. Sedangkan waktu penelitian dimulai dari bulan September 2014
sampai Maret 2015.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam Penelitian ini subjek penelitiannya adalah Lembaga Kaligrafi Al-
Qur’an (LEMKA) termasuk pemimpin, dan pengajar di LEMKA, dimana mereka
adalah orang-orang yang diangap berdakwah melalui seni kaligrafi. Sedangkan
objek penelitiannya adalah strategi Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an (LEMKA)
dalam mempertahankan eksistensi seni kaligrafi Islam sebagai media dakwah.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data-data yang berkenaan dengan penelitian ini,
penulis menggunakan beberapa teknik yaitu :
a. Observasi
Observasi dalam penelitian ini akan dilakukan dengan melihat keadaan
dan gambaran umum ketika proses belajar ataupun dalam kegiatan dakwah
LEMKA sedang berlangsung. Teknik ini penulis gunakan untuk mendapat
gambaran umum dan bentuk konkrit.
b. Wawancara
Wawancara yang akan dilakukan oleh peneliti berupa komunikasi
langsung dalam bentuk tanya jawab secara lisan kepada narasumber. Wawancara
yang bersifat bebas dan terbuka ini diajukan kepada D. Sirajuddin AR selaku
pendiri serta pimpinan di LEMKA, juga guru yang mengajar di LEMKA
Muhammad Jakfar, serta peserta didik Niaam Masykuri yang sedang
memperdalam ilmu kaligrafinya di LEMKA.
10
c. Dokumentasi
Yaitu dengan melihat catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau
peristiwa yang ada. Data-data ini dapat diperoleh melalui dokumen-dokumen
yang berupa catatan formal, dan juga buku-buku, artikel, majalah, koran yang
membahas tentang LEMKA atau kaligrafi dan bahan informasi lainnya yang
memiliki relevensi dengan masalah penelitian serta dapat memperkaya dan
mempertajam analisa studi ini.
d. Triangulasi
Untuk menguji kredibilitas data, peneliti juga melakukan triangulasi, yaitu
teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.11
Tahapannya antara lain
menggunakan data informan (objek dakwah), seperti peserta didik LEMKA
sebagai penguat hasil wawancara. Lalu membandingkan data hasil observasi pada
kegiatan LEMKA dengan data hasil wawancara. Dan melihat data yang
dikumpulkan apakah sesuai dengan teori yang digunakan pada penelitian ini.
5. Teknik Analisis Data
Langkah pertama adalah mendeskripsikan data yang diperoleh dari
wawancara secara mendalam dari narasumber di antaranya pimpinan LEMKA,
guru-guru LEMKA serta para murid yang sedang memperdalam ilmu kaligrafinya
di LEMKA. Selain itu, peneliti harus mencantumkan data-data hasil observasi.
Untuk memperkuat analisis peneliti mencantumkan data-data hasil dokumentasi
tentang LEMKA. Data-data tersebut nantinya akan dikembangkan lagi sesuai
11
Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2011), cet. Ke-13 h. 241
11
dengan teori yang digunakan peneliti. Untuk menguji kredibilitas data, penulis
juga mencantumkan data triangulasi dari penelitian ini.
E. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penelitian, salah satu langkah awal yang dilakukan
penulis adalah mencari dan menelaah hasil karya atau penelitian terdahulu yang
mempunyai judul, subjek, objek penelitian yang hampir sama dengan penelitian
yang akan disusun oleh penulis atau yang berhubungan dengan LEMKA dan
tentang seni kaligrafi Islam. Tinjauan pustaka ini dimaksudkan agar dapat
mengetahui apakah yang penulis akan teliti sekarang tidak sama dengan penelitian
terdahulu. Lalu peneliti menemukan beberapa penelitian yang hampir sama, yaitu:
1. Skripsi dengan judul “PERAN LEMBAGA KALIGRAFI AL-QURA’N
(LEMKA) DALAM DAKWAH MELALU SENI KALIGRAFI ISLAM”
yang ditulus oleh Ilham Berlian, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2011. Dalam skripsi ini
penulis meneliti, peran LEMKA dalam dakwah melalui kaligrafi dalam
fungsi dan tugasnya.
2. “KEPEMIMPINAN D. SIROJUDIN AR. MD PADA LEMBAGA
KALIGRAFI AL-QURA’N (LEMKA) DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN KALIGRAFI DI INDONESIA” yang ditulis oleh
Saiful Huda, mahasiswa jurusan Manajemen Dakwah UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Pada tahun 2008. Dalam skripsi ini penulis meneliti
tentang tokoh kaligrafer yang bernama D. Sirojudin AR. MA yang
12
mengembangkan seni kaligrafi di LEMKA (Lembaga Kaligrafi Al-
Qur’an).
Kedua skripsi diatas memfokuskan peran dan kepemimpinan dalam
pengembangan seni kaligrafi Islam sebagai media dakwah. Berbeda dengan kedua
peneliti diatas, penulis memfokuskan penelitian terhadap strategi Lembaga
Kaligrafi Al-Qur’an (LEMKA) dalam mempertahankan eksistensi seni kaligrafi
Islam sebagai media dakwah.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan riset ini, penulis mengacu kepada “Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)” yang diterbitkan oleh Center For
Quality Development and Assurance (CeQDA UIN Jakarta) tahun 2007. Dan
untuk mempermudah tahap demi tahap pembatasan skripsi ini, maka penulis
menyusunnya ke dalam lima bab yang dibagi kedalam sub-sub bab sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian,
tinjauan pustaka dan sistematika penuliasan.
BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini penulis memaparkan tentang
pengertian strategi, pengertian dakwah beserta ruang lingkupnya, pengertian seni
dan pengertian kaligrafi.
BAB III GAMBARAN UMUM Dalam bab ini penulis memaparkan
Gambaran umum Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an (LEMKA).
13
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA strategi Lembaga Kaligrafi
Al-Qur’an (LEMKA) dalam mempertahankan eksistensi seni kaligrafi Islam
sebagai media dakwah, serta kendala dan hambatan yang dilalui LEMKA dalam
seni kaligrafi Islam sebagai media dakwah.
BAB V Penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Strategi
1. Pengertian Strategi
“Kata strategi berasal dari bahasa yunani, yaitu stratogos” yang berarti
militer juga berarti memimpin. Dalam konteks awalnya, strategi diartikan
Generalship atau suatu yang dilakukan para jendaral dalam membuat rencana
untuk menaklukan musuh dan memenangkan perang.1 Sehingga tidak
mengherankan jika pada awal perkembangannya istilah strategi digunakan dan
popular dilingkungan militer.
Strategi berarti suatu yang dikerjakan oleh para jendral. Oleh karena itu
pengertian yang paling umum dan tua tentang istilah strategi selalu dikaitakan
dengan pekerjaan para jendral dalam peperangan. Hal ini terlihat dari apa yang
dimuat dalam oxford pocket dictionary “strategi adalah seni perang, khususnya
perencanaan gerak pasukan, kapal dan sebagainya menuju posisi yang layak”.
Rencana tindakan atau kebijakan dalam bisnis atau politik dan sebagainya. Dalam
kamus istilah manajemen, setrategi adalah rencana yang cermat mengenai
kegiatan untuk mencapai sasaran khusus dan saling berhubungan dalam hal,
waktu dan ukuran.2
1Setiawan Hari Purnomo dan Zulkieflimansyah, Manajeman Strategi Sebuah Konsep
Pengantar, (Jakarta : lembaga penerbitan fakultas ekonomi, UI 1999), h.8 2Panitia Istilah Manajemen Lembaga PPM, Kamus Istilah Manajemen, (Jakarta : Balai
Aksara, 1983), Cet. Ke-2, h. 245
15
Istilah strategi juga hampir selalu dikaitkan dengan arah, tujuan dan
kegiatan jangka panjang. strategi juga dikaitkan dengan penentuan posisi
organisasi dengan mempertimbangkan lingkungan sekitarnya. Strategi bisa
diartikan sebagai suatu cara, siasat, akal atau tipu muslihat yang dipergunakan
untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Cara-cara dan siasat yang dipakai tersebut
memiliki visi tertentu, maka Lembaga harus mempunyai strategi atau akal dan
siasat agar visi dan misi organisasi dapat diwujudkan sesuai dengan keinginan.3
Penggunaan kata strategi dalam manajemen atau suatu organisasi diartikan
sebagai kiat cara dan teknik utama yang dirancang secara sistematik dalam
melaksanakan fungsi manajemen yang terarah pada tujuan strategi organisasi.4
Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan strategi adalah seni atau ilmu
yang menggunakan sumber daya untuk melakukan kegiatan tertentu.5
Strategi adalah program untuk pencapaian tujuan-tujuan organisasi dalam
pelaksanaan misi. Kata “program” dalam definisi tersebut menyangkut suatu
peranan aktif, sadar dan rasional yang dimainkan oleh manajer dalam perumusan
strategi organisasi. Strategi dapat juga didefinisikan sebagai pola tanggapan
organisasi terhadap lingkungannya sepanjang waktu. Difinisi ini mengandung arti
bahwa setiap organisasi mempunyai strategi walaupun tidak pernah secara
eksplisit dirumuskan strategi menghubungkan sumber daya manusia dan berbagai
3Mulkanasir, “Strategi Pengembangan Kualitas Sumber Daya Manusia”, Jurnal Kajian
Dakwah & Komunikasi. Volume VIII. No. 2, (Desember, 2006) h. 275 4Hadari Nawwi, Manajemen Strategi Organisasi Non Profit Bidang Pemerintah dengan
Ilustari Di Bidang Pendidikan, (Yogyakarta : gadjah mada universitas press, 2000), cet ke- 1, h.
147 5Departemen Pendidikan dan Kebudayaan R.I, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta :
balai pustaka,1997), h. 199
16
sumber daya lainnya dengan tantangan dan resikio yang harus dihadapi dari
lingkungan diluar perusahaan.6
Secara umum, strategi mempunyai pengertian suatu garis besar haluan
dalam bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan, penetapan strategi
harus didahului oleh analisis kekuatan lawan yang meliputi jumlah personal,
kekuatan dan persenjataan, kondisi lapangan, posisi musuh dan lain sebagainya.
“Menurut Prof. Dr. A.M. Kardiman, strategi adalah penentuan
tujuan utama dalam berjangka panjang dan sasaran dari suatu perusahaan
atau organisasi serta pemilihan cara-cara bertindak dan menganalisasikan
sumberdaya yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan tersebut. Jadi
strategi menyangkut soal pengatuaran sebagai sumber daya yang dimiliki
perusahaan agar dalam jangka panjang tidak kalah bersaing.”7
Strategi juga dapat dibedakan dari dua aspek penting yakni bentuk dan isi
strategi. Segi bentuk memperhatikan strategi sebagai suatu rencana. Maka strategi
dirumuskan sebelum kegiatan dilaksanakan dan fungsi sebagai pedoman dalam
pelaksanaan dan evaluasi kegiatan yang akan dilaksanakan.
Berdasarkan pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa strategi
adalah proses rencana yang bersifat menyeluruh dan terintegrasi berisikan sasaran
dan program jangka panjang yang dirumuskan berdasarkan keunggulan dan
kelemahan perusahaan atau organisasi guna menghadapi peluang dan ancaman
dari luar.
Karena strategi adalah sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan
perusahaan atau organisai, strategi memiliki beberapa sifat:
6T. Hani Handoko, manajemen Edisi 2, (Yogyakarta : BPFE, 1998), h. 86
7A.M. Kardiman, Pengantar Ilmu Manajemen,(Jakarta: PT. Pronhalindo), h. 58
17
a. Menyatu (unified), yaitu menyatukan seluruh bagian-bagian dalam
perusahaan.
b. Menyeluruh (comprehensive), yaitu mencakup seluruh aspek dalam
perusahaan
c. Integral (integrated), yaitu strategi akan cocok/ sesuai dari seluruh
tingkatan.8
2. Tahap-Tahap Staregi
a. Analisis lingkungan
Analisis lingkungan merupakan proses awalnya dalam manajemen.
Tahapan ini berintikan pada analisis lingkungan internal dan analisis lingkungan
eksternal. Aktivitas analisi ini kerap digabung dalam suatu kesatuan aktivitas yang
lebih dikenal sebagai SWOT (Strengths, weaknesses, opertunities, and threats),
hasil analisis SWOT akan menunjukan kualitas kuantifikasi posisi organisasi yang
kemudian memberikan rekomendasi berupa pilihan strategi generik serta
kebutuhan atau modipikasi sumber daya organisasi.9
Berikuti ini di jelaskan tentang analisis SWOT :
1) Strength (kekuatan) adalah kekuatan yang dapat diandalkan oleh lembaga.
Dengan adanya kekuatan ini suatu lembaga dapat memahami dan mengetahui
cara tepat dalam menyusun rencana global.
8Agustinus Sri Wahyuni, Manajemen Strategik: Pengantar Proses Berfikir Strategic,
(Jakarta: Binarupa Aksara, 1996) cet. Ke-1, h. 16 9Ismail Yusanto & M Karebet, Manajemen Strategis Perspektif Syariah, (Jakarta: khairul
bayan, 2003), h. 11
18
2) Weaknes (kelemahan) adalah keterbatasan dan kekurangan yang dimiliki
sebuah lembaga. Dengan mengetahui kelemahan, lembaga yang diharapkan
dapat mengantisipasi agar kelemahan tersebut tidak menjadi penghalang
dalam mencapai rencana global.
3) Opprtunity (peluang) adalah situasi yang menguntukan lembaga. Dengan
mengetahui peluang lembaga diharapkan dapat memanfaatkannya menjadi
potensi yang dapat mengantarkan tujuan utama.
4) Threath (ancaman) adalah suatu keadaan yang tidak menguntungkan
lembaga. Ancaman ini perlu diketahui lembaga dengan baik. Dengan
mengetahui ancaman lembaga dapat mengambil langkah-langkah awal agar
ancaman tersebut tidak menjadi kenyataan.10
Tujuan utama dilakukannya analisis lingkungan internal dan analisis
eksternal suatu lembaga adalah mengindentifikasi peluang yang harus segera
mendapat perhatian serius dan pada saat yang sama lembaga menentukan
beberapa kendala dan ancaman yang perlu diantisipasi.11
Dalam pemaparan diatas penulis menyimpulkan bahwa analisis
lingkungan eksternal maupun internal, maka suatu lembaga akan mengetahui
aspek mana yang berpengaruh terhadap kemampuan lembaganya. Sehingga
lembaga tersebut dapat mengindentifikasi peluang-peluang yang ada, dengan
begitu kelemahan yang dimiliki dapat menjadi kekuatan yang dapat mengokohkan
lembaga.
10
Mulia Nasution, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Djambatan, 1996), h. 30-31. 11
Amirullah & Sri Budi Cantika, Manajemen Strategik, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2002)
cet. Ke-1 h. 127
19
b. Perumusan Strategi
Perumusan strategi ini di dalamnya termasuk mengembangkan tujuan
mengenali peluang dan ancaman eksternal, menetapkan kekuatan dan kelemahan
internal, menghasilkan strategi alternative dan memilih strategi-strategi tertentu
yang akan dilaksanakan.
Menurut David Aaker, sebagaimana dikutip oleh Kusnadi terdapat
beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam merumuskan atau memilih suatu
strategi yaitu :
1.) Strategi harus tanggap terhadap lingkungan ekstrim.
2.) Strategi melibatkan keunggulan kompetitif.
3.) Strategi harus sejalan dengan strategi yang lainnya yang terdapat
didalam organisasi.
4.) Strategi menyiapkan keluwasan yang tepat pada bisnis dan organisasi
strategi harus sesuai dengan misi organisasi dan tujuan jangka
panjang.
5.) Strategi secara keorganisasian dipandang layak dan wajar.
Oleh karena itu penulis menyimpulkan bahwa perumusan strategi
memiliki peran besar dalam suatu lembaga. Dengan memiliki tujuan, maka
lembaga dapat merealisasikan target yang akan dicapai. Strategi yang dirumuskan
hendaknya harus melihat kearah depan terhadap suatu lembaga agar suatu
lembaga dapat mencapai tujuannya.
c. Implementasi Strategi
20
Didalamnya termasuk menciptakan struktur organisasi yang efektif,
menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan system informasi
yang diterima. Implementasi berarti memobilisasikan manusia yang ada dalam
sebuah organisasi untuk mengubah strategi yang dirumuskan menjadi tindakan.
Tahap ini merupakan tahap yang paling sulit karena memerlukan kedisiplinan,
komitmen dan pengorbanan. Kerjasama juga merupakan kunci dari berhasil atau
tidaknya implementsi strategi.
e. Pengendalian Strategi
Pengendalian strategi terdiri atas penentuan cakupan besaran keberhasilan
(kualitatif dan kuantitatif) dalam mencapai strategi organisasi. Selama
implementasi berlangsung, kemajuan secara berkala atau pada tahap-tahap
penting untuk menilai apakah organisasi bergerak kearah sasarannya harus
diperikasa, apakah strategi itu diimplementasikan seperti yang direncanakan dan
apakah strategi tersebut mencapai hasil yang diharapkan.
Secara umum pengendalian strategi terdiri dari 3 langkah, yaitu:
1. Pengukur kinerja (Mesure The Performen) yaitu perbandingan antara standar
dengan pelaksanaan.
2. Perbandingan prestasi dengan strandar (Compare The Performance Match The
Standard) yaitu langkah untuk membandingkan hasil-hasil yang telah diukur
dengan target atau standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
21
3. Mengambil tindakan korektif (The Corrective Action), yaitu tindakan
manajerial yang diambil para manajer ketika prestasi rendah dibawah standar
atau target yang telah ditetapkan.12
Dari pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengendalian
strategi dibutuhkan untuk mengukur hasil kerja terhadap strategi yang
dirumuskan. Dengan mengukur hasil kerja yang telah dicapai, maka suatu
lembaga akan mengetahui posisi lembaganya. Sehingga kesalahan yang mungkin
terjadi dapat diminimalisir.
3. Proses Strategi
Strategi yang dikatakan oleh Joel Ross dan Michel bahwa sebuah
organisasi tanpa adanya strategi umpama kapal tanpa kemudi, bergerak berputus
dalam lingkaran. Organisasi yang dimiliki seperti pengembara, tanpa adanya
tujuan tertentu.13
Adapun proses strategi terdiri dari tiga tahapan :
a. Perumusan Strategi
Dalam perumusan strategi termasuk didalamnya, adalah pengembangan
tujuan, mengenali peluang dan ancaman eksternal, menetapkan suatu obyektifitas,
menghasilkan strategi alternatif memilih strategi untuk dilaksanakan.14
Dalam
perumusan strategi juga ditentukan suatu sikap untuk memutuskan, memperluas,
menghidari atau melakukan suatu keputusan dalam suatu proses kegiatan.
12
Amirullah & Sri Budi Cantika, Manajemen Strategik, h. 183 13
Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta : PT Prenhalindo, 1998) h. 3 14
Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, h 15
22
Teknik perumusan strategi yang penting dapat didukung menjadi kerangka
kerja diantaranya:
1.) Tahap input (masukan)
Dalam tahap ini proses yang dilakukan adalah meringkas informasi sebagai
masukan awal, dasar yang diperlukannya untuk merumuskan strategi.
2.) Tahap mencocokan
Proses yang dilakukan adalah memfokuskan pada penghasilan strategi alternative
yang layak dengan mendukung faktor-faktor eksternal dan interal.
3.) Tahap pemutusan
Menggunakan suatu macam teknik, diperoleh input sasaran dalam
mengepaluasi strategi alternative yang telah diindetifikasi dalam tahap kedua.
Perumusan strategi haruslah selalu melihat kearah depan dan tujuan artinya peran
perencanaan amatlah penting dan mempunyai andil yang besar baik interen
maupun eksteren.
b. Implementasi Strategi
Implementasi strategi termasuk pengembangan adanya dalam mendukung
strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif, mengubah arah,
menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan sistem informasi yang
termasuk. Implementasi sering disebut tahapan tindakan, karena implementasi
berarti mobilisasi manusia yang ada dalam sebuah strategi yang dirumuskan
menjadi tindakan. Tahap ini merupakan tahap yang paling sulit karena
23
memerlukan kedisiplinan, komitmen dan pengorbanan, kerjasama juga merupakan
kunci dari berhasil atau tidaknya implementasi strategi.
c. Evaluasi Strategi
Menerapkan dari tahap akhir strategi ada tiga macam aktifitas mendasar
untuk mengevaluasi strategi.
1.) Menuju faktor-faktor eksternal (berupa peluang dan ancaman) dan faktor-
faktor internal (kekuatan dan kelemahan) yang menjadi dasar asumsi
pembuatan strategi. Adapun perubahan faktor internal seperti tidakan yang
dilakukan. Perubahan yang ada akan menjadi satu hambatan dalam
pencapaian tujuan begitu pula dalam faktor internal yang diantaranya strategi
yang tidak efektip atau atau efektivitas implementasi yang buruk akan
berakibat buruk bagi hasi yang akan dicapai.
2.) Mengukur pestasi ( membandingkan hasil kenyataan yang diharapakan
dengan kenyatan). Menyelidiki penyimpangan dari rencana, mengevaluasi
prestasi individual dan menyimak kemajuan yang dibuat kearah penyampaian
yang dinyatakan. Keriteria untuk mengevaluasi strategi harus dapat diukur
dan dibutuhkan, keriteria yang meramalkan hasil lebih dari pada kriteria yang
mengungkapkan apa yang telah terjadi.
3.) Mengambil tidakan kreatif untuk memastikan bahwa prestasi diluar rencana.
Dalam mengambil tidakan kreatif tidak harus berarti bahwa strategi yang
sudah ada akan ditinggalkan, bahkan strategi baru harus dirumuskan.15
15
Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, h. 5-6
24
Segala kegiatan kreatif harus konsisten secara internal dan tanggunjawab
secara sosial, evaluasi diperlukan karena keberhasilan hari ini bukan merupakan
jaminan keberhasilan dimasa depan, evaluasi strategi mungkin berupa tidakan
yang kompleks dan peka, karena terlalu banyak penekanan. Pada evaluasi strategi
akan merugiakan suatu hasil yang akan dicapai. Evaluasi strategi sangat penting
untuk memastikan sasaran yang dinyatakan telah dicapai. Evaluasi strategi perlu
untuk semua organisasi dari semua kegiatan dengan mempertanyakan dan asumsi
manajerial, harus memicu tujuan dan nilai-nilai merangsang kreativitas.
Kotler menjelaskan langkah-langkah strategi usaha adalah sebagai berikut:
1.) Mengolah perbedaan
Strategi ini mencakup perbedaan inovatif dari pesaing. Apa yang pembeli
harapkan dari produsen disebut paket jasa primer (primary service package),
sedangkan penambahan jasa disebut (secondry service package), jasa sekunder
ialah yang disebut perbedaan inovatif. Perbedaan itu dapat berupa perbedaan
penawaran, penyimpanan maupun citranya, terutama melalui simbol dan merek.
2.) Mengolah kualitas jasa
Salah satu cara utama mendeferensiasikan perusahaan jasa adalah
memberiakan jasa berkualiatas lebih tinggi dari pesaing secara konsisten.
Kuncinya adalah memenuhi atau melebihi harapan kualitas jasa yang dijanjikan
dengan akurat dan terpercaya, membantu pelanggan mendapatkan jasa yang
dijanjikan dengan akurat dan terpercaya, membantu pelanggan mendapatkan jasa
25
dengan cepat, sopan dan peduli dalam pelayanan, fasilitas fisik, peralatan dan
media yang prima.
3.) Mengelola produktivitas
Langkah-langkah produktivitsa dalah : prusahaan harus mengelola
produktivitas pekerjaannya dengan membuat pegawainya berkerja lebih terampil,
meningkatkan kualitas jasa, mengindustrikan jasa-jasa, menentukan solusi produk
baru, merancang jasa yang lebih efektif, memberikan insentif pada pelanggan
untuk menggantikan tenaga perusahaan dengan tenaga mereka sendiri atau
menggunakan teknologi untuk penghemat waktu dan biaya.16
B. Pengertian Lembaga
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia akan dijumpai beberapa arti
tentang lembaga. Arti pertama adalah sesuatu, kedua acuan; sesuatu yang
memberi bentuk kepada orang lain, dan ketiga badan atau organisasi yang
bertujuan melakukan suatu penelitian keilmuan dalam melakukan suatu usaha.17
Sedangkan pengertian lembaga atau organisasi secara etimologi berasal dari
istilah Yunani yaitu organom dan istlah Latin yaitu organum yang berarti alat,
bagian, anggota, atau badan.
James D. Money mengatakan, sebagaimana dikutip Abdul Syani, bahwa
organisasi adalah bentuk setiap perikatan manusia untuk mencapai suatu tujuan
16
Philip Kotler, Manajemen Pemasara : Analisis, Perecanaan, Implementasi dan
Pengendalian,(Jakarta: Salemba Empat, 1995), h. 88-89 17
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1990), h. 512
26
bersama.18
Sedangkan menurut Ernest Dale dan L.C. Micehelon, bahwa “…
organisasi dapat disebut sebagai suatu sistem komunikasi dan juga pernah
didefinisikan sebagai koordinasi. Komunikasi diperlukan untuk meyakinkan
bahwa setiap orang mengerti tujuan organisasi, apa bagiannya dalam mencapai
tujuan itu, apa faedahnya meraih tujuan dengan usaha terbaiknya. Sedangkan
koordinasi sebagainya adalah perlu untuk meyakinkan bahwa setiap orang turut
berjasa dalam usaha meraih tujuan bersama itu tanpa kehilangan
kepercayaan….”19
Dengan melihat penjelasan diatas, maka lembaga menurut penulis yaitu
wadah atau tempat orang-orang berkumpul, bekerja sama secara berencana
terorganisasi, terkendali, terpimpin dengan memanfaatkan sumberdaya dan juga
merupakan seperangkat tindakan, perbuatan, atau pekerjaan yang diharapkan
dilakukan oleh suatu organisasi tertentu dalam suatu masyarakat atau lingkungan,
yang bertujuan untuk melakukan sesuatu penelitan keilmuan, dalam usaha
pencapaian tujuan bersama.
C. Pengertian Eksistensi
Secara etimologi, eksistensialisme berasal dari kata eksistensi, eksistensi
berasal dari bahasa inggris yaitu excitence; dari bahasa laitin exitere yang berarti
muncul, ada, timbul, memilih keberadaan aktual. Dari kata ex berarti keluar dan
sister yang berarti muncul atau timbul. Beberapa pengertian secara terminologi,
yaitu “…pertama, apa yang ada, kedua, apa yang memiliki aktualitas (ada), dan
ketiga adalah segala sesuatu (apa saja) yang di dalam menekankan bahwa sesuatu
18
Abdul Syani, Manajemen Organisasi, (Jakara: Bina Aksara, 1987), h.20 19
Abdul Syani, Manajemen Organisasi, h.22
27
itu ada. Berbeda dengan esensi yang menekankan kealpaan sesuatu (apa
sebenarnya sesuatu itu sesuatu dalam kodratnya). Jadi eksistensi tidak bersifat
kaku dan terhenti, melaikan lentur atau kenyal dan mengalami perkembangan atau
sebaliknya kemunduran, tergantung pada kemampuan dalam mengaktualisasikan
potensi-potensinya…”20
Dimana keberadaan yang di maksud adalah pengaruh atas ada atau tidak
adanya kita. Eksistensi ini perlu “diberikan” orang lain kepada kita, karena dengan
adanya respon dari orang di sekeliling kita ini membuktikan bahwa keberadaan
kita diakui. Tentu akan terasa sangat tidak nyaman ketika kita ada namun tidak
satupun orang menganggap kita ada, oleh karena itu pembuktian akan keberadaan
kita dapat dinilai dari beberapa orang yang menanyakan kita atau setidaknya
merasa sangat membutuhkan kita jika kita ada. Sehingga maksud dari eksistensi di
sini adalah keberadaan lembaga.
D. Seni Kaligrafi Islam
Seni adalah ide, gagasan, perasaan, gejolak jiwa, suara hati, yang yang
diekspresikan atau diwujudkan, melalui unsur-unsur tertentu, yang bersifat indah
utnuk memenuhi kebutuhan manusia, walaupun banyak juga karya seni yang
digunakan untuk binatang. Seni dikatakan indah menurut yang menikmati.
Pendapat seni menurut parah ahli :
1. Menurut Alexander Baum Garton Seni adalah keindahan dan seni adalah
tujuan yang positif menjadikan penikmat (yang melihatnya) merasa dalam
kebahagiaan.
20
UNESA, “Pengertian trend menurut para ahli”, diakses pada tanggal 5 Desember 2014
dari http://blog.elearning.unesa.ac.id/pdf-archive/pengertian-trend-menurut-para-ahli.pdf
28
2. Menurut Aristoteles Seni adalah bentuk pengungkapannya dan
penampilannya tidak pernah menyimpang dari kenyataan dan seni itu
adalah meniru alam.
3. Menurut Kihajar Dewantara Seni merupakan hasil keindahan sehingga
dapat menggerakan perasaan indah orang yang melihatnya, oleh karena itu
perbuatan manusia yang dapat mempengaruhi dapat menimbulkan
perasaan indah itu seni.
4. Menurut Sudarmaji Seni adalah segala manifestasi batin dan pengalaman
estetis dengan menggunakan media bidang, garis, warna, tekstur, volume
dan gelap terang.21
Sedangkan seni menurut Islam, menurut Seyyed Hossein Nasr, merupakan
hasil dari pengejawantahan Keesaan pada bidang keanekaragaman. Artinya seni
Islam sangat terkait dengan karakteristik-karakteristik tertentu dari tempat
penerimaan wahyu Al-Qur’an yang dalam hal ini adalah masyarakat Arab. Jika
demikian, bisa jadi seni Islam adalah seni yang terungkap melalui ekspresi budaya
lokal yang senada dengan tujuan Islam. Sementara itu, bila kita merujuk pada akar
makna Islam yang berarti menyelamatkan ataupun menyerahkan diri, maka bisa
jadi yang namanya seni Islam adalah ungkapan ekspresi jiwa setiap manusia yang
termanifestakian dalam segala macam bentuknya, baik seni ruang maupaun seni
suara yang dapat membimbing manusia ke jalan atau pada nilai-nilai ajaran
Islam.22
21
Wikipedia, “Pengertian Seni”, diakses pada tangal 6 Desember 2014 dari
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Seni 22
“Hakikan Seni dalam Islam”, diakses pada taggal 6 desember 2014 dari
http://www.unjabisnis.net/2010/07/hakikat-seni-dalam-islam.html
29
Sedangkan seni kaligrafi berasal dari bahasa Inggris yang disederhanakan,
yaitu Calligraphy, diambil dari kata Latin yaitu Kallos yang berarti indah dan
Graph yang berarti tulisan atau aksara.23
Secara terminology menurut Syeikh
Syamsuddin al-Akfani, sebagaimana dikutip oleh D. Sirajudin AR, “…Khat atau
kaligrafi adalah suatu ilmu yang memperkenalkan bentuk-bentuk huruf tunggal,
letak-letaknya, dan cara-cara merangkainya menjadi sebuah tulisan yang tersusun.
Atau apa-apa yang ditulis di atas garis-garis, bagaimana cara menulisnya dan
menentukan di mana yang tidak perlu ditulis; mengubah ejaan yang perlu diubah
dan menentukan cara bagaimana untuk mengubahnya….”24
Ahli lainnya, Ya’qut al-Musta’simi, kaligrafer kenamaan di masa
kesulatanan Turki Usmani (Ottoman) yang juga dikutip oleh D. Sirajuddin AR,
melihat seni kaligrafi dari sudut keindahan rasa yang dikandungnya. Karena itu, ia
membuatnya batasan sebagai berikut : 25
Artinya:
“Kaligrafi adalah seni arsitektur rohani, yang lahir melalui
perabot kebendaan.”
Selain itu ada juga yang menyatakan bahwa kaligrafi merupakan apa-apa
yang ditulis ahli dengan sentuhan kesenian. Kaligrafi melahirkan suatu ilmu
tersendiri tentang cara menulis, meneliti tentang tanda-tanda bahasa yang bisa
dikonunikasikan, yang dibuat secara profesional dan harmonis yang dapat dilihat
23
D. Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, (Jakarta : Multi Kreasi Singgasana, 1992) h. 1 24
D. Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 3 25
D. Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 3
30
secara kasat mata dan diakui sebagaimana susunan yang dihasilkan lewat kerja
kesenian.26
Banyak hal yang merujuk kepada pengertian kaligrafi. Ubaidillah Ibn al-
Abbas menyebutkan sebagai lisan al yadd atau lidahnya tangan; karena dengan
tulisan indah tangan bicara. Dalam pelbagai seloka, seni kaligrafi dan khat
dilukisakan sebagai kecantikan rasa, duta akal, penasehat pikiran, senjata
pengetahuan, penjinak suadara dalam pertikaian, pembicara jarak jauh, penyimpan
rahasia, khazanah rupa-rupa masalah kehidupan. Ringkasnya, “Khat itu ibarat ruh
di dalam tubuh,” seberti dikatakan sebagian Ulama.27
Meskipun bermacam-macam pengertian diungkapkan oleh para ahli,
namun pada dasarnya tujuan ungkapan tersebut mengarah kepada arti tulisan yang
indah. Dapat juga dikatakan suatu tulisan yang dirangkai dengan nilai estetika
yang bersumber pada pikiran atu ide dan diwujudkan melalui benda materi (alat
tulis) yang diikat oleh aturan dan tata cara tertentu. Jadi seni kaligrafi itu sebuah
kepandaian menulis tulisan indah. dengan mengikuti metode-metode khusus
untuk mempelajarinya.
Dalam apresiasinya, kaligrafi lebih sering menjadi alat visual ayat-ayat Al-
Qur’an, sehingga bukan hanya menambah keindahan ayat, tetapi juga dapat
mengetuk hati penikmatnya.28
Sebuah lukisan kaligrafi ayat Al-Qur’an yang indah
menarik dapat merubah gaya hidup dan mampu mengajak seseorang kepada amal
saleh.
26
Ilham Khoiri, Al-Qur’an dan Kaligrafi Arab, (Jakarta: PT. Logos, 1999), h.50 27
D. Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 3 28
Departemen Agama RI. Keterampilan menulis Kaligafi, (Jakarta: DIRJEN Pembinaan
kelembagaan Agama Islam, 2011) h. 7
31
Kaligrafi Arab telah menjadi perintis jalan mengenal pengetahuan,
sebagaimana tulisan pada semua bahasa. Dan agama Islam mengajak untuk
mempelajari bacaan dan tulisan, sebagaimana dikumandangkan dengan indahnya
ayat-ayat kitab suci yang mulia, dengan menyebut kalam berulang-ulang.29
Yang lebih mengagumkan adalah, bahwa ternyata membaca dan menulis
adalah merupakan perintah pertama dan wahyu permulaan Allah SWT yang
disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW di awal misinya. Wahyu itu
menyebutkan:
Artinya :
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah,
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan pelantara kalam,
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya,
Dapat dipastikan, bahwa kalam atau pena memiliki kaitan erat dengan seni
penulisan kaligrafi. Jika kalam disebut-sebut sebagai alat penunjang pengetahuan
seperti wahyu di atas, maka ia tidak lain dari pada sarana Sang Khaliq dalam
rangka memberikan petunjuk kepada manusia. Ini membuat gambaran yang tegas,
bahwa kaligrafi mendominasi tempat tertua dalam percaturan sejarah Islam itu
sendiri.30
Imanlah yang telah mendorong kaum Muslimin memperelok kaligrafi
untuk menulis al-Qur’an. Dipadukannya keelokan goresan kata-kata dengan
29
Kamil Al-Baba, Dinamika Kaligrfi Islam, (Jakarta: Darul Ulum Press, 1992), h. 55 30
D. Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 4
32
keindahan makna yang dikandung. Sampai di sini tulisan Arab mencurahkan
perhatian dan partisipasinya dengan dilindungi segala niat yang suci. Sehingga,
apabila disebut al-Qur’an, teringat pula kaligrafi yang digunakan untuk menulis
kitab suci tersebut.31
E. Pengertian Dakwah
a. Secara Etimologi
Dakwah berasal dari kata Arab da’wah, merupakan bentuk mashdar dari
kata da’a (madly), yad’u (mudlari’), berarti seruan, ajakan, atau panggilan. Seruan
dan panggilan ini dapat dilakukan dengan suara, kata-kata, atau perbuatan.32
Dalam ayat-ayat al-Qur’an sering juga kita jumpai kata-kata dakwah seperti:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah
dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali
Imran: 104)
b. Secara Terminologi
Terdapat berbagai pendapat para ahli tentang pengertian dakwah secara
terminologi, hal ini tergantung sudut pandang pada sudut pandang mereka dan
pemahaman mereka di dalam memberi pengertian dakwah itu, sehingga definisi
menurut pakar yang satu sama lainnya sering terdapat perbedaan dan juga terdapat
31
Kamil Al-Baba, Dinamika Kaligrfi Islam, h. 57 32
Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, (Jakarta, PT Penamadani 2008) , cet.
Ke-2 h. 144
33
persamaan. Untuk lebih jelasnya di bawah ini akan dijelaskan beberapa definisi
dakwah menurut para ahli di antaranya:
1. Dr. M. Quraish Shihab
Dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha
mengubah situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi
maupun masyarakat. Perwujudan dakwah bukan sekedar usaha
peningkatan pemahaman dalam tingkah laku dan pandangan hidup
saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi sekarang ini,
ia harus berperan menuju kepada pelaksanaan ajaran Islam secara
lebih menyeluruh dalam berbagai aspek.33
2. Prof. Toha Yahya Umar
Dakwah ialah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan
yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan
kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.34
3. Prof. H. M. Arifin
Dakwah adalah suatu ajakan yang baik dalam bentuk lisan, tulisan,
tingkah laku dan sebagainya, yang dilakukan secara sadar dan
berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain, baik secara
kelompok supaya timbul dalam dirinya, pengertian, kesadaran, sikap,
penghayatan serta pengalaman terhadap ajaran agama sebagi massage
yang disampaikan kepada orang lain tanpa adanya unsur-unsur
pakasaan.35
4. Zainuddin M.Z
Dakwah adalah usaha memberikan jawaban Islam terhadap problem
kehidupan yang dialami oleh umat manusia, dimana dari usaha
tersebut akan melahirkan kepada ajaran Islam yang diserukan oleh
juru dakwah.36
Dari beberpa pengertian dakwah diatas penulis menyimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan dakwah ialah usaha menyampaikan sesuatu yang baik dan benar
kepada orang lain, baik itu perorangan maupun kelompok tentang pandangan dan
tujuan hidup manusia sesuai ajaran Islam.
F. Unsur-unsur Dakwah
33
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakt, (Bandung: Mizan, 2001), h. 194. 34
Toha Yahya Umar, Ilmu Dakwah (Jakarta: Wijaya, 1979), h. 1 35
H. M. Afifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi (Jakarta: Bulan Bintang, 1977),
h. 17 36
Zainuddin M.Z, Rahasia Keberhasilan Dakwah, (Surabaya: Ampel Suci, 1994), h. 110
34
Unsur-unsur dakwah dalam pembahasan ini adalah bagian-bagian yang
terkait dan merupakan satu-kesatuan dalam penyelenggaran dakwah. Hal itu juga
bisa disebut sebagai komponen-komponen dakwah, yang selanjutnya gerak
dakwah disesuikan dengan bidang garap dari masing-masing komponen.
Adapun unsur-unsur yang dimaksud adalah:
a. Subyek Dakwah (Da'i)
Subyek dakwah adalah pelaku dakwah (Da'i atau mubaligh). Dalam
pelaksanaannya subyek dakwah dapat secara individu atau bersama-sama. Hal ini
tergantung pada besar kecilnya sekala penyelenggaraan dakwah dan
permasalahan-permasalahan dakwah yang akan digarap. Semakin luas dan
kompleksnya permasalahan dakwah yang dihadapi, tentunya semakin besar pula
penyelenggaraan dakwah, mengingat keterbatasan subyek dakwah, baik dibidang
keilmuan, pengalaman, tenaga, dan biaya, maka subyek dakwah sangat
memerlukan manajemen yang terorganisir, karena akan lebih efektif dari
pada yang secara individu dalam rangka pencapaian tujuan dakwah.
Dalam pengertian subyek dakwah yang terorganisir, dapat dibedakan
kedalam tiga komponen, yaitu: (1) Da'i, (2) Perencana dan (3) Pengelola dakwah.
Sebagai seorang Da'i harus memiliki syarat-syarat tertentu, di antaranya:37
1) Sedapat mungkin menguasai isi kandungan Al-Qur'an dan Sunnah Rasul serta
hal-hal yang berhubungan dengan tugas-tugas dakwah.
2) Menguasai ilmu pengetahuan yang ada hubunganya dengan tugas- tugas
dakwah.
3) Taqwa kepada Allah SWT, yang sudah menjadi keharusan bagi setiap
37
M. Mashur Amin, Metode Dakwah Islam dan Berbagai Keputusan Pembangunan
Tentang Aktivitas Keagamaan, (Yogyakarta: Sumbangsih, 1980), hlm. 22-24
35
Muslim.
b. Obyek Dakwah (Mad'u)
Obyek dakwah adalah setiap orang atau sekelompok orang yang dituju
atau menjadi sasaran suatu kegiatan dakwah. Berdasarkan pengertian tersebut
maka setiap manusia tanpa membedakan jenis kelamin, usia, pekerjaan,
pendidikan, warna kulit, dan lain sebagainya adalah sebagai objek dakwah. Yang
mana objek dakwah atau tipe mad’u.38
Dalam aktifitas dakwahnya, seorang da’i harus memahami karakter dan
latar belakang mad’u. Dengan beragamnya latar belakang dari pendidikan, budaya
ekonomi dan pemahaman terhadap konsep Islam serta wawasan pengetahuan
umum yang dimiliki mad’u, di samping menguasai materi dakwah seorang da’i
juga membutuhkan pemahaman tentang karakteristik mad’u yang beragam
tersebut.
Dakwah Islam memiliki tujuan agar supaya timbul dalam diri umat
manusia suatu pengertian tentang nilai-nilai ajaran Islam, kesadaran sikap,
penghayatan, serta pengamalan terhadap ajaran agama dengan ikhlas. Abdul
Rosyad Shaleh berpendapat bahwa tujuan utama dakwah adalah nilai atau hasil
yang ingin dicapai oleh keseluruhan tindakan yakni terwujudnya kebahagiaan dan
kesejahtraan hidup di dunia dan akhirat yang diridhoi oleh Allah SWT.39
c. Materi dakwah
Pada dasarnya materi dakwah Islam tergantung pada tujuan dakwah yang
38
A. Karim Zaidan, Asas al-Dakwah, diterjemahkan. M. Asywadie Syukur dengan judul
Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Media Dakwah, 1979), hlm.68 39
Abdul Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), h. 190
36
hendak dicapai. Namun secara global dapatlah dikatakan bahwa materi dakwah
dapat diklasifikasikan menjadi tiga hal pokok, yaitu masalah keimanan (aqidah),
masalah keislaman (syariah), masalah budi pekerti (akhlakul karimah).40
1. Aqidah
Aqidah dalam Islam mencakup masalah-masalah yang erat hubungannya
dengan rukun iman. Di bidang aqidah ini bukan saja pembahasannya tertuju
pada masalah- masalah yang wajib diimani, akan tetapi materi dakwah
meliputi juga masalah- masalah yang dilarang, misalnya syirik, ingkar dengan
Tuhan dan sebagainya.41
2. Syariah
Syariah dalam Islam erat hubungannya dengan amal lahir (nyata)
dalam rangka mentaati semua peraturan/hukum Allah guna mengatur hubungan
antara manusia dengan Tuhannya dan mengatur pergaulan hidup antara sesama
manusia.
3. Akhlakul Karimah
Materi dakwah yang terakhir yaitu masalah akhlak, yang merupakan
pelengkap keimanan dan keislaman seseorang. Meskipun berfungsi sebagai
pelengkap, bukan berarti masalah akhlak kurang penting, akan tetapi akhlak
adalah sebagai penyempurna keimanan dan keislaman.
d. Metode Dakwah
Kata metode sering dipakai dalam bahasa Indonesia yang dalam
Kamus Bahasa Indonesia disebutkan, "..metode ialah cara yang teratur dan
terpikir baik- baik untuk mendapatkan maksud cara kerja yang bersistem untuk
40
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983),
h. 60 41
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 90
37
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan....”42
Akan tetapi yang dimaksud dengan metode di sini adalah metode dakwah,
yakni sebuah cara menyampaikan ide kepada orang lain dengan tujuan perubahan
sikap atau tingkah laku sehingga yang diajak mau mengikuti dan melaksanakan
apa yang disampaikan oleh seorang da'i.
Berdasarkan bentuk-bentuk penyampaiannya metode dakwah dapat
dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu:
1. Bil Lisan
Dakwah bil lisan adalah dakwah yang dilaksanakan melalui lisannya.
Metode ini sangat umum digunakan oleh para da'i di dalam ceramah,
pidato, nasihat, dan lain-lain. Menurut Ki Moesa A. Machfoed, disebutkan
“…dakwah ini bentuknya dapat berupa ceramah keagamaan, pengajian dengan
berbagai bentuknya. Dalam ceramahnya tersebut, dapat juga diselingi dengan
humor, baik melalui kata-kata atau gerakan badan dan mimik wajah….”43
Dakwah bil lisan merupakan sebuah ajakan dakwah dengan menggunakan
lisan atau perkataan, antara lain melalui:
a. Mudzakarah
Mengingatkan orang lain jika berbuat salah, baik dalam ibadah maupun
perbuatan.
b. Qaulun Ma'rufan
Dengan berbicara dalam pergaulannya sehari-hari yang disertai dengan
42
Depdikbud R.I, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1989), h. 915 43
Ki Moesa A. Machfoed, Filsafat Dakwah dan penerapannya, (Jakarta: PT. Bulan
Bintang, 2004), h. 190
38
misi agama Allah dan agama Islam.
c. Nasehatuddin
Memberi nasehat kepada orang lain yang tengah dilanda masalah
kehidupan agar mampu melaksanakan agamanya yang baik.
d. Majlis Ta'lim
Penjelasan terhadap bab-bab ajaran agama dengan menggunakan kitab dan
diakhiri dengan dialog.
e. Pengajian Umum
Menyajikan materi dakwah di depan umm. Isi dari materi dakwah
tidak terlalu banyak, tetapi dapat menarik perhatian mad'u (pendengar).
f. Mujadalah
Berdebat dengan menggunakan argumentasi serta alas an dan diakhiri
dengan kesepakatan bersama dengan menarik suatu kesimpulan.44
2. Bil Hal
Dakwah bil hal adalah dakwah yang dilakukan dengan perbuatan
nyata yang meliputi keteladanan. Kata hal dalam bahasa berarti berubah,
hal, ikhwal, bisa juga berarti perpindahan, gerakan (bergerak), berarti
menunjukkan keadaan (hal keadaan). Aqib Suminto memberikan pengertian
dakwah bil hal adalah amaliah yang berupa mengembangkan masyarakat
dalam rangka mewujudkan tatanan sosial, ekonomi, budaya yang sesuai dengan
prinsip-prinsip ajaran Islam.45
44
Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah Islam, (Jakarta: Pustaka
Setia, 1997), h. 58 45
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983),
h. 60
39
3. Bil Qalam
Dakwah bil qalam adalah dakwah yang dilakukan melalui tulisan. Dakwah
ini memerlukan keahlian khusus dalam hal menulis dan merangkai kata-kata
sehingga penerima dakwah akan tertarik untuk membacanya tanpa mengurangi
maksud yang terkandung di dalamnya, dakwah tersebut dapat dilakukan di media
massa seperti surat kabar, majalah, buku, buletin, maupun lewat internet.46
“Menurut Jalaluddin Rakhmat dalam buku Islam Aktual,
memberikan definisi dakwah bil qalam adalah berdakwah melalui
media cetak, mengingat kemajuan teknologi sehingga memungkinkan
seorang berkomunikasi secara intens serta pesan dakwah dapat menyebar
seluas-luasnya.”47
e. Media Dakwah
Media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat membantu juru dakwah
dalam menyampaikan dakwah secara efektif dan efisien. Kata media berasal dari
bahasa Latin median, yang merupakan jamak dari medium, yang berarti alat
perantara.48
Sedangkan pengertian istilah, adalah peralatan yang digunakan untuk
menyampaikan materi dakwah kepada penerima dakwah. Media dakwah dalam
arti sempit adalah alat dakwah. Merupakan media dakwah yang memiliki peran
atau kedudukan sebagai penunjang tercapainya tujuan. Pada zaman modern
seperti sekarang ini, seperti televise, video, kaset rekaman, majalah, dan surat
kabar.49
Hamzah Ya’qub membagi media dakwah menjadi lima macam, yaitu :
46
Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek dalam Berdakwah di Indonesia, (Jakarta:
PT. Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 39 47
Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual: Refleksi Sosial Cendikiawan Muslim,
(Bandung: Mizan, 1998), h. 172 48
Asmuni Syukri, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya : Al-Ikhlas, 1983), h.
163 49
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), h. 35
40
1. Lisan, inilah media dakwah paling sederhana yang menggunakan lidah
dan suara, dakwah dengan media ini dapat berbentuk khotbah, pidato,
ceramah, kuliah, diskusi, dan sebagainya.
2. Tulisan, dilakukan dengan perantara tulisan umpamanya: buku, majalah,
surat kabar, spanduk, surat menyurat, dan sebagainya.
3. Lukisan, yakni gambar-gambar hasil seni lukis, kaligrafi, karikatur, dan
sebagainya.
4. Audio Visual, yaitu alat dakwah yang sekaligus merangsang indera
penglihatan atau pendengaran seperti televisi, film, slide, OHP, internet,
dan sebagainya.
5. Akhlak, yaitu perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran
Islam.50
beberapa media yang dapat digunakan sebagai saluran pengiriman pesan
dakwah antara lain, yaitu: Lembaga-lembaga dakwah Islam, lingkungan
keluarga, organisasi-organisasi Islam, majlis taklim, hari-hari besar Islam, media
masa, seni budaya, dan lain-alin.
50
Hamzah Ya’cub, Publisistik Islam Teknik Dakwah Dan Leadership, (Bandung: CV
Diponegoro, 1981), h. 47-48.
41
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA KALIGRFI AL-QUR’AN (LEMKA)
A. Sejarah Berdirinya Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an (LEMKA)
1. Lahirnya Sebuah Gagasan
Ide pertama untuk mendirikan LEMKA berasal dari Drs. Didin Sirojuddin
AR, seorang dosen Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN)
Jakarta. Dimulai dari keinginan yang sebetulnya mirip khayalan itu, untuk
mendirikan semacam organisasi atau lembaga untuk mengembangkan seni
kaligrafi atau khat yang menjadi hobinya. "Khayalan" itu muncul pada tahun
1975, ketika Sirojuddin akan menamatkan masa belajar enam tahun sebagai santri
Pondok Modern Gontor.1
Tahun 1976 Sirojuddin resmi menjadi mahasiswa Fakultas Adab UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Keinginan itu bertambah kuat, setelah ternyata di
Jakarta lebih leluasa menyalurkan bakat menulis khatnya di pelbagai penerbitan
dan badan-badan lain. Tetapi, sampai menamatkan kuliah pada 1982, khayalan
masih tetap sebagai khayalan. Meskipun telah diusahakan mencari teman-teman
sesama khatat (para penulis khat) untuk sepakat membuat wadah "tempat
bernaung", gagasan itu sama sekali tidak menarik perhatian mereka. Mencari
kawan-kawan yang kurang commit terhadap kaligrafi, lebih mustahil lagi. Namun,
rasa penasaran masih terus bergolak. Sementara itu, melukis dan melukis "hanya
untuk diri sendiri" terasa membosankan, meskipun diakuinya telah menghasilkan
1Wawancara pribadi dengan D. Sirajuddin AR, Ciputat, 21 Februari 2015
42
banyak uang.2
Setahun kemudian, tahun 1983, ada panggilan mengajar pada mata kuliah
(yang secara kebetulan adalah) kaligrafi. Dengan demikian, dosen kaligrafi di
Fakultas Adab menjadi dua orang, yang sebelumnya hanya Prof. H.M. Salim
Fachry. Masa mengajar pada tahun-tahun pertama kerap dipenuhi kebingungan,
karena tidak adanya petunjuk pelaksanaan dan BCO (Basic Course Outline) yang
jelas. Sedangkan pengetahuan tentang sejarah kaligrafi, demikian diakui sendiri
oleh Sirojuddin, sama sekali tidak dimilikinya karena pada waktu itu buku-buku
mengenai kaligrafi sulit didapat dan masalah semacam itu belum dipopulerkan.
Di tahun 1983 itu, Sirojuddin bersama Prof. H.M. Salim Fachry dan
Ustadz K.H.M. Abd. Razzaq Muhili al-Khattat dari Tangerang sama-sama
diangkat menjadi Dewan Hakim Sayembara Kaligrafi MTQ Nasional ke-13
di Padang. Kedua orang tersebut merupakan guru kaligrafi Sirojuddin. K.H.M.
Abdur Razzaq dikenal sebagai penulis khat professional paling terkemuka di
Indonesia yang goresan tangannya terentang di antara ratusan buku agama di
Tanah Air. Sedangkan Prof. H.M. Salim Fachry adalah penulis Al-Qur'an Pusaka
atas pesanan almarhum Presiden Soekarno. Saat terbang di pesawat menuju
Padang, keinginan Sirojuddin itu dikemukakan kepada kedua gurunya itu
yang serta merta disambut ucapan "Alhamdulillah". Bahkan, Prof. H.M. Salim
Fachry kemudian mengatakan, bahwa sesungguhnya ia pun sudah lama
menginginkan adanya asosiasi para khattat, tapi bagaimana mewujudkannya?
Ia pun mendesak Sirojuddin untuk segera melaksanakan rencana itu. Sayang,
2Situs LEMKA, ”Tentang LEMKA”, diakses pada tanggal 25 Januari 2015 dari
http://www.lemka.net/p/tentang-lemka.html?m=1
43
rencana itu lagi-lagi terlantar sampai dua tahun kemudian.3
Bukan karena "salah bunda mengandung" jika rencana itu berulang-ulang
tertunda. Pasalnya, terkait dengan siapa-siapa saja orang-orang yang akan
dihimpun dan bagaimana teknisnya? Apa program yang akan dilaksanakan? Siapa
tutor-tutor kaligrafinya? Ke mana sayap organisasi harus dikembangkan? Setelah
gagasan itu mulai marak dan berbunga, kesulitan untuk memetik dan
menerapkannyalah yang muncul. Jika organisasi itu lahir, bagaimana mekanisme
kerjanya, sedangkan pada waktu itu Prof. H.M. Salim Fachry yang berusia lebih
80 tahun sudah mulai uzur, K.H.M. Abd. Razzaq sendiri sudah mendekati
70 tahunan. Di Jakarta, mencari khattat-khattat muda yang berpengalaman
dalam organisasi juga sulit.4
Sambil menunggu adanya jalan keluar, Sirojuddin iseng-iseng menyusun
diktat kuliah kaligrafi. Modalnya: dari tidak tahu sama sekali "hakekat" kaligrafi.
Ia mondar-mandir dan meminjam beberapa buku refrence kepada K.H.M.
Abd. Razzaq di Tangerang. Di luar dugaan, diktat yang direncanakan maksimal
50 halaman, berkembang tak terkendali sampai 430 halaman. Di situ ia
menghentikan karangannya. Dari luasnya isi diktat itu, ada kesimpulan
sangat penting yang jadi renungan: bahwa kaligrafi itu sangat filosofis dan
strategis untuk dikembangkan. Kejutan selanjutnya, ketika diktat itu iseng-iseng
dilemparkan ke penerbit (Pustaka Panjimas, Jakarta), kemudian dicetak 5.000
eksemplar, ternyata habis dalam 7 bulan saja. Akhirnya Sirojuddin semakin yakin,
bahwa massa yang akan digarap memang benar-benar ada, dan mereka
3Situs LEMKA, Tentang LEMKA, diakses pada tanggal 25 Januari 2015 dari
http://www.lemka.net/p/tentang-lemka.html?m=1 4Wawancara pribadi dengan D. Sirajuddin AR, Ciputat, 21 Februari 2015
44
benar- benar menunggu pembinaan, terbukti dari puluhan surat yang
diterimanya yang mengeluh tentang sulitnya mengembangkan bakat di daerah.
Tidak ada lagi yang harus ditunggu. Kali ini Sirojuddin terpaksa "nekad".
Caranya sangat sederhana. Di malam hari dibuat coret-coretan tata tertib dan
acuan job alakadarnya, hanya dua lembar. Seorang mahasiswanya yang paling
akrab kepadanya karena sering meminjam buku, bernama Ece Abidin, dipanggil
menghadap. Ece, kelahiran Sukabumi, pada waktu itu baru duduk di
semester II Fakultas Adab Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam. Ece disuruh
menghubungi kawan-kawan sekelasnya yang telah ditentukan untuk menjalin
aliansi kerjasama. Diskusi antar dua orang ini terjadi di malam menjelang bulan
sabit 24 Rajab 1405 Hijriyah atau 15 April 1985. Semula kawan-kawan Ece
menyatakan gamang, karena sadar tahu apa mereka tentang kaligrafi. Tapi, Ece
yang membawa pesan gurunya itu meyakinkan dengan penuh semangat, bahwa
yang penting organisasi itu terbentuk dahulu. Soal nanti, jangan dipusingkan
sekarang. Sementara Ece melobi kawan-kawan mahasiswanya yang belum
berpengalaman organisasi itu, Sirojuddin merancang rencana-rencana lebih
lanjut.5
Para tanggal 17 April 1985 (26 Rajab 1405 H), semua komponen pengurus
siap menerima "gagasan besar" tersebut, dan hari itu pula ditentukan sebagai hari
dan tanggal kelahiran LEMKA. Kemudian pada tangal 20 April 1985 (29
Rajab 1405 H), Dekan Fakultas Adab UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Drs.
Abd. Muthalib Sulaiman, memberikan pengukuhannya di ruang sidang Fakultas
5Situs LEMKA, Tentang LEMKA, diakses pada tanggal 25 Januari 2015 dari
http://www.lemka.net/p/tentang-lemka.html?m=1
45
Adab. Selain Pengurus Harian yang diketuai oleh Drs. D. Sirojuddin AR, hadir
pada pertemuan itu Prof. H.M. Salim Fachry yang kemudian menjabat sebagai
Pembina utama. Sedangkan K.H. M. Abd. Razzaq Muhili berhalangan. Acara
bersejarah tersebut diliput wartawan Panji Masyarakat Moh. Nazi yang
memuatnya pada majalah edisi ke 466.
Sangatlah luar biasa, bahkan "setengah aneh" sebuah lembaga yang
diperuntukkan bagi pembinaan penyandang bakat "se-Tanah Air" hanya
dikendalikan oleh para Pengurus yang terdiri dari seorang dosen muda dan
para mahasiswa tingkat I. Pada waktu itu, semuanya berkomentar: "Benar-benar
langkah nekad!"6 Oleh Ketua LEMKA, para mahasiswa pengurus angkatan
pertama itu dianggap sebagai orang-orang yang berjasa "memberi kekuatan
moral", sehingga asosiasi yang semula hanya merupakan khayalan pribadi
wujud jadi kenyataan dan milik bersama. Selengkapnya, nama-nama para
mahasiswa itu adalah:
1. Ece Abidin
2. M. Hamid Ibrahim
3. Badriati
4. Ikhwan Azizi
5. Ahmad Ghazali Zhahir
6. Gustiri Ibnu Ahmad
7. Nani Nur'aini
8. Rd. Siti Sa'adah
6 Tim 7 LEMKA, Pak Didin: Menabur Ombak Kaligrafi, (Jakarta: LEMKA Studio,
2006), h. 80
46
9. M. Amin Anwar
10. Liga Bukra
11. Darta
12. M. Nur Muvid
13. Mudrik Qori Indra (semester IV)
Empat hari setelah pengukuhan, yaitu tanggal 24 April 1985 (4
Sya'ban 1405 H), berhasil disusun AD/ART LEMKA dengan Tim Perumus:
Drs. D. Sirojuddin AR, Badri Yatim, Asep Usman Ismail, Ece Abidin, Mudrik
Qori Indra dan Fuad Jabali. Lima nama tersebut terakhir adalah para mahasiswa
Fakultas Adab UIN Jakarta. Setelah itu komposisi Pengurus pun mulai
disempurnakan. Sampai saat ini, LEMKA terus berjalan dan berkembang,
yang sampai saat ini pembelajaran sudah mencapai gelombang ke-50, dan
telah melahirkan ribuan khattat maupun pelukis kaligrafi yang menyebar di
seluruh Tanah air Indonesia.
2. Nama dan Tujuan Lembaga
Nama yang mula-mula direncanakan adalah Poros Kaligrafi Ciputat.
Tetapi, ketika disingkat menjadi PKC, timbul kesan yang sangat buruk. Apalagi di
Indonesia, singkatan PKC adalah Partai Komunis Cina. Selain itu, kata-kata
Ciputat memberikan gambaran yang eksklusif. Mulanya, Ciputat, memang,
diharapkan menjadi pusat pengembangan gagasan di atas.
Di suatu sore tanggal 18 April 1985, Sirojuddin kedatangan tamu, yaitu
Amin Nurdin dan Badri Yatim, keduanya adalah kawan-kawannya semenjak di
pesantren. Setelah mengutarakan nama itu, mereka pun menunjukkan
47
ketidaksetujuannya. Lahirlah nama Lembaga Kaligrafi Islam. Tetapi, nama itu
akan memberikan beban terlalu berat, mengingat nama Islam terlalu agung
dan bisa meluas. Setelah diajukan satu nama lagi, Lembaga kaligrafi Al-
Qur'an, Badri dan Amin setuju. Diuraikan oleh Sirojuddin tentang alasan
mengambil kata "Al-Qur'an" tersebut, yaitu: "Al-Qur'an sebagai sumber etika,
ketika seorang khattat menggoreskan kaligrafi Arab." Jadi, olahannya adalah
kaligrafi Arab, etika pengolahannya bersumber kepada akhlak Al-Qur'an.
Dengan demikian, seorang khattat atau kaligrafer akan selalu dikontrol dan di
bawah perlindungan gagasan, ilham penciptaan, estetika dan ajaran-ajaran yang
terpantul dari bias keinginan Al Qur'an. Dalam ungkapan yang lebih sederhana
lagi: Seorang khattat atau kaligrafer haruslah berakhlak baik, berbudi pekerti
luhur, saleh dan berkarya untuk keagungan agama sesuai ajaran-ajaran yang
tertuang dalam Kitab Suci Al-Qur’an.7
Lembaga Kaligrafi Al-Qur'an, mula-mula, disingkat menjadi
LEKAR. Tetapi dikhawatirkan mengingatkan orang kepada LEKAR, sebuah
organisasi kesenian underbow PKI di zaman Orde Lama. Lalu berubah kepada
LKI dan akhirnya menjadi LEMKA. Setelah menemukan kata yang pas ini,
ketiga sobat tersebut saling menjabat tangan sangat kencang sekali. Saat
pengukuhan LEMKA berlangsung, 20 April 1985, tujuan LEMKA dipaparkan
dengan jelas tanpa ragu-ragu lagi, yaitu: "Pengembangan bakat dan pengenalan
khazanah Islam" dengan usaha-usaha antara lain "Mempercepat proses
pemasyarakatan seni menulis khat atau kaligrafi kepada seluruh lapisan
7Situs LEMKA, Tentang LEMKA, diakses pada tanggal 25 Januari 2015 dari
http://www.lemka.net/p/tentang-lemka.html?m=1
48
masyarakat, khususnya masyarakat muda, di tanah Air."
B. Visi dan Misi8
Visi dan Misi LEMKA antara lain :
1. Visi : Memperkenalkan serta mengembangkan seni budaya Islam,
khusunya kaligrafi.
2. Misi :
a. Membina dan mengembangkan kader-kader potensial di bidang seni
kaligrafi secara profesional.
b. Memelopori dan mengembangkan seni dan budaya Islam, khususnya
di bidang seni kaligrafi kepada masyarakat luas di seluruh Tanah Air.
c. Menjalin kerja sama dengan lembaga seni Islam nasional dan
internasional.
d. Menjalin kerja sama dengan lembaga seni nasional dan internasional
dalam kerangka pengembangan seni Islam.
e. Membina usaha organisatoris pengembangan kaligrafi, termasuk di
dalamnya memotifasi tumbuhnya sanggar-sanggar kaligrafi di pelbagai
tempat di tanah air.
f. Berperan aktif dalam setiap kegiatan yang menunjang pengembangan
seni dan budaya Islam, khususnya seni kaligrafi.
g. Menanamkan citra seni kaligrafi sebagai bagian dari pembinaan
tamaddun Islam yang memperkaya dan mempertinggi harkat dan
martabat kemanusiaan.
8LEMKA, Draf AD/ART LEMKA (Pada Musyawarah Tahunan LEMKA,2013)
49
h. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan identitas dan asas organisasi serta
berguna untuk mencapai tujuan organisasi.
C. Moto dan Tujuan LEMKA
Sebagai lembaga kaligrafi yang sudah berdiri sejak 30 tahun yang lalu
tersebut, tentunya LEMKA mempunyai moto dan tujuan, antara lain:
1. Moto : Menulis dan Melukis untuk membangun Kreatifitas
2. Tujuan :
a. Menghasilkan para khattat, guru khat, dan pelukis kaligrafi
yang mampu menerapkan ilmu keterampilannya secara baik,
sestematis, ilmiah sesuai dengan kaidah-kaidah khattiyah.
b. Mengabdikan dan menyebarluaskan ilmu dan keterampilan
kaligarfi menuju kejayaan Islam.
c. Muwujudkan masyarakat pecinta seni kaligrafi Al-Qur’an yang
diridhoi Allah SWT.9
D. Struktur Kepengurusan Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an (LEMKA)
Seperti halnya lembaga-lembaga lain, LEMKA juga mempunyai struktur
kepengurusan dalam organisasinya. Kepengurusan ini diganti secara bertahap
setiap periode dua tahun sekali. Kepengurusan yang masih aktif pada periode saat
ini (2013-2015) adalah sebagai berikut.
9LEMKA, Draf AD/ART LEMKA (Pada Musyawarah Tahunan LEMKA,2013)
50
SUSUNAN PENGURUS
LEMBAGA KALIGRAFI AL-QUR’AN (LEMKA)
PERIODE 2013-201510
Dewan Pertimbangan Organisasi
Ketua : Drs. Ece Abidin
Sekretaris : H. Momon Abdurrahman Syarif
Anggota : Drs. Ali Akbar, M.Hum
Drs. H.M. Hamid Ibrahim, MM
Uud Mas’USudin, SPd.I
Prof. Dr. H.M. Oman Fathurrahman, S.Ag., M.Hum.
Dr. H. Ahmad Tholabi Kharlie, SHI, M.A
H. Aep Ermana DE, S.Ag., M.Pd.
H. Edi Amin, MAg
Ilham Khairi, S.Ag., MSR
Pengurus Harian
Direktur : Drs. H.D. Sirojuddin AR, M.Ag.
Sekretaris : Dede Syamsuddin A.
Bendahara : Fikri Latifatul Hud
Departemen Pembinaan Minat dan Bakat
Ketua : M. Jakfar
Sekretaris : Khairul Ikhwan
Anggota : Iis Kholisoh
10
LEMKA, Draf AD/ART LEMKA (Pada Musyawarah Tahunan LEMKA,2013)
51
Ahmad Qusairi
Mawardi
Rahmad A.
Ahmad Sholihin
Abd. Muthalib
Departemen Pembinaan Aparat dan Organisasi
Ketua : Saiful Huda, S.Sos.I
Sekretaris : Zulhaizam
Anggota : Prasetio
M. Ghazali
Mukhlas
Dodi Normansyah
Abd. Rahman
Departemen Pameran dan Pengembangan Galeri
Ketua : Kurnia Agung Robiansyah, SEI
Sekretaris : Heri Sumarna
Anggota : Drs. Effendi Le’ong
Hussain Al-Musta’simi
Kusna Sanjaya
Poniman
Munadiannur Husni
Rifqi Fahrizal
M. Sholeh
Departemen Pengembangan Kewirausahaan
52
Ketua : H.M. Dhohiruddin, SS
Sekretaris : Nasruddin
Anggota : Zulfahmi
Husnul Marom
Abdul Muis
Fathimah Fairusi
M. Zainal Musthafa
Departemen Informatika dan Kontak Kelembagaan
Ketua : H. Mauluddin Anwar, S.Ag.
Sekretaris : H. Nurkholis
Anggota : Ahmad Sholeh
Mukhlis
Alan Zuhri
Nurhalimah
Forum Mubahasah Seni dan Budaya
Ketua : Yusuf Efendi
Sekretaris : Ni’am Masykuri
Anggota : Iman Syaiful Mu’minin, S.Pd.I
Yusuf Qardhawi
Junaedi
Afrijal
Forum Pembinaan Pengajar
Ketua : H. Isep Misbah, S.Ag.
Sekretaris : Apipuddin Syarif, M.Ag.
53
Anggota : Ahmad Munir
Ujang Badrussalam
Hj. Ernawati, S.PdI
54
BAD IV
TEMUAN DAN ANALISA DATA
A. Strategi Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an (LEMKA).
Strategi merupakan sebuah proses yang sistimatis dan berkesinambungan
dimana orang membuat keputusan-keputusan tentang tujuan yang ingin dicapai
pada masa depan dan langkah utama untuk mencapai kesuksesan. Sebagai
Lembaga yang berdakwah dengan media kaligafi Islam, LEMKA senantiasa
melakukan pembenahan-pembenahan dalam berbagai sektor pendidikan baik
formal ataupun non formal, agar mendapat kualitas yang maksimal untuk para
anggotanya baik dari peserta didik dan pengurus, eksisnya dan suksesnya kaligrafi
Islam tergantung dari seberapa besar kecintaan angota LEMKA dalam
menerapakan nilai-nilai Islam yang ada dalam Kaligrafi tersebut, menurut
pimpinan Lembaga kaligrafi Al-Qur’an (LEMKA) yatiu “wadawamuhu „allal
dinil Islam” yang indikatornya adalah langgengnya kaligrafi itu digunakan untuk
Islam. Sesungguhnya kecintaan terhadap Islam menjadi faktor utama yang dapat
menjadikan kesuksesan Lembaga kaligrafi Al-Qur’an (LEMKA). Didin Sirajudin
menambahkan :
“Kesuksesan LEMKA dalam menerapkan setrateginya didorong
dengan metode rekreatif, yang dimaksud disini adalah mengajarkan atau
memberikan dorongan baik kepada anggota dan peserta didik dengan cara
rasa senang, menulis karena senang dan melukis karena senang.
Ditumbuhkan rasa cintanya terhadap huruf-huruf Al-Quran, sehingga dia
akan memeliharanya jikalau melakukan dengan terpaksa maka akan hilang
rasa cinta dengan sendirinya”.1
1 Wawancara pribadi dengan D. Sirajuddin AR, Ciputat, 21 Februari 2015
55
Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam mempertahankan eksistensi
seni kaligarafi Islam sebagai media dakwah di Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an
(LEMKA) maka ada beberapa Strategi yang merumuskan diantaranya:
1. Strategi jangka panjang yang meliputi:
Program jangka panjang ini diarahkan pada hal-hal berikut:
a. Secara garis besar dalam program jangka panjang ini, yang tercamtum
dalam Visi dan Misi LEMKA. Dalam hal ini LEMKA Memperkenalkan
serta mengembangkan seni budaya Islam, khusunya kaligrafi serta
membina dan mengembangkan kader-kader potensial di bidang seni
kaligrafi secara profesional. LEMKA juga Memelopori dan
mengembangkan seni dan budaya Islam, khususnya di bidang seni
kaligrafi kepada masyarakat luas di seluruh Tanah Air.
b. Sarana dan Prasarana, dalam hal ini penunjang sarana dan Prasarana
amatlah sangat penting atau dibutuhkan oleh para peserta didik maupun
pengurusnya guna mengingkatkan segala aktifitas mereka, semakin
lengkap fasilitas yang ada di sebuah Departemen yang ada di LEMKA
tentunya akan meningkatkan semangat para peserta didik dan para
pengajar untuk mengingkatkan nilai-nilai ajaran Islam dan profesionalisme
seni kaligrafi Islam.
Penerapan visi dan misi merupakan modal yang sangat penting bagi
LEMKA untuk mengukur dan merencanakan berbagai keperluan strategis.
Dengan membuat visi dan misi berarti mengetahui arah dan tujuanya. Visi disini
pada hakekatnya merupakan gambaran tentang masa depan LEMKA, Sedangkan
misi adalah bagaian-bagaian pencapaian yang akan dilakukan guna merealisasikan
56
dari visi tersebut. Yang menggambarkan atau menjabarkan esensi dari niat
LEMKA dan menjelaskannya secara tersetruktur dan melembaga.
2. Startegi jangka pendek.
Tujuannya untuk menjabarkan dan memantapkan pelaksanaan program
jangka panjang, sehingga menjadi landasan bagi tahap berikutnya, serta
meningkatkan kualitas profesionalisme dan manajemen organisasi, guna
Memantapkan peranan LEMKA dalam masyarakat.
a. Suasana lingkungan belajar yang Edukatif.
Suasana lingkungan merupakan salah satu penentu keberhasilan
pendidikan dalam pembelajaran kaligrafi. maka dari itu suasana
lingkungan belajar di LEMKA harus dibentuk sedemikian rupa agar para
peserta didik yang belajar didalamnya merasa nyaman dan selalu
termotivasi guna meningkatkan kadar keindahan tulisan kaligrafinya.
b. Program Unggulan.
Disadari bahwa kemampuan para peserta didik di LEMKA sangat
bervariatif, mungkin ada memiliki intelegen yang tinggi ada juga yang
memiliki kemampuan yang standar, oleh sebab itu, dalam hal ini harus
benar-benar membuat program yang sangat variatif agar para peserta didik
LEMKA yang kurang menonjol dapat menyeimbangi pelajaran yang ada.
Startegi LEMKA berjangka baik strategi jangka panjang dan strategi
jangka pendek, penyusunan strategi tersebut sangat dipengaruhi oleh kebijakan
57
pimpinan, kondisi lingkungan baik internal maupun eksternal, serta pihak-pihak
yang berkepentingan.
Dalam menerapkan atau mengimplementasikan strategi jangka panjang
maupun jangka pendek maka LEMKA menciptakan susunan kepengurusan yang
diantaranya:
Susunan Kepengurususan Departemen minat dan bakat.
Ketua : M. Jakfar S.S
Sekretaris : Khairul Ikhwan
Anggota : Iis Kholisoh
Ahmad Qusairi
Mawardi
Rahmad A.
Ahmad Sholihin
Abd. Muthalib
Kepengurusan departemen minat dan bakat memiliki tanggungjawab untuk
membuka program kursus LEMKA, Mengadakan pembinaan kaligrafi di lembaga
dan sanggar-sanggar di tanah air dan tentunya selalu Mengadakan evaluasi dan
menyelenggarakan pengembangan kurikulum pada setiap akhir gelombang
kursus.
Susunan pengurus merupakan hal yang pital bagai setiap lembaga,
organisasi maupun institusi. Sehingga tidak ada yang berlebihan dalam
penempatan-penempatan departemen LEMKA, dengan menempatkan kebagian
departemen-departeman didukung dengan kemampuan masing-masing angota
yang kredibel dibidangnya, sehingga guna menerapkan strategi LEMKA dalam
58
mempertahankan eksistensi seni kaligafi Islam sebagai media dakwah
diunggulkan oleh angota-angota yang pintar dan juga cerdas.
Dari pemaparan diatas, dilain pihak Pimpinan LEMKA sangat berperan
aktif dalam mensukseskan setrategi LEMKA dalam mempertahankan eksistensi
seni kaligrafi Islam sebagai meda dakwah. Tentunya tugas direktur LEMKA tidak
akan berarti apa-apa tanpa dukungan dan peran aktif bawahannya.
B. Implementasi Strategi Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an (LEMKA)
Penerapan Strategi Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an (LEMKA) dalam
Mempertahankan eksistensi seni kaligrafi Islam sebagai media dakwah maka
LEMKA membuat strategi-strategi hasil dari implementasi diantarannya:
1. Kursus Kaligrafi
Kursus kaligrafi adalah kegiatan utama dari LEMKA dikelola oleh
Departemen Pembinaan Minant dan Bakat yang di dalamnya terdapat (include)
Pembinaan kreativitas, Pengmebangan minat dan bakat. Penyelenggaraan Kursus
kaligafi ini merupakan bagian strategi garda depan dan menepatakan prioriatas
utama di antara seluruh program kegiatan dan usaha LEMKA. Kegiatan tersebut
menjadi sarana pembinaan minat dan bakat untuk melahirkan kaligrafer-kaligrafer
mahir atau pelukis kaligrafi yang ahli mengelola karya sebagai bagian dari upaya
mempertahankan kelestarian kaligrafi Islam, meningkatkan sikap mental serta
wawasan keislaman dengan penguasaan skill menulis kaligrafi Al-Quran dan
pendalam terhadap makna yang terkandung di dalam kaligrafi itu sendiri.
59
Materi program pengajaran terdiri dari paket-paket pelajaran mengenai
semua jenis khat (huruf-huruf kaligafi), sejarah perkembangan kaligafi dan
wawasan seni budaya Islam secara umum.
Ada empat jenjang kursus yang diistilahkan dengan basic yang harus
diikuti oleh peserta kursus LEMKA, sebagian jenjang memiliki beberapa kelas.
Dengan menyesuaikan tingkat kesukaran materi, nilai kegunaan yang
diprioritaskan. Berikut pemaparannya:
a. Basic I mempelajari materi khat Naskhi dengan penambahan materi
sejarah kaligafi.
b. Basic II mempelajari khat Tsulus dengan penambahan wawasan dasar
seni Islam.
c. Basic III memperlajari khat Diwani dan khat Farisi serta
memperkenalkan khat Riqah serta menambahkan materi wawasan seni
Islam lanjutan sampai dengan akhir.
d. Basic IV pemantapan semua jenis khat yang pernah dipelajari di basic-
basic sebelumnya kemudian diarahkan pada aplikasi seni mengolah
tatawarna, melalui berbagai media seperti kanvas, kaca triplek dan
sebagainya.
Setiap jenjang (basic) kursus kaligafi di LEMKA ditempuh selama empat
bulan dengan enam belas kali pertemuan (sekali seminggu). Setiap satu pertemuan
membutuhkan waktu 120 menit, di mulai setiap hari minggu dari jam 9 pagi
hingga jam 12 siang. Setelah itu bagai peserta didik yang telah berhasil
menyelesaikan jenjang kursus di LEMKA, berhak mendapatkan sertifikat.
60
Tentunya untuk mensukseskan strategi yang pertama ini LEMKA yang
terdiri dari jajaran pengurus serta pengajar memberi contoh dalam pembinaan
kaligrafinya kepada pesetra didik. Sebagaimana dijelaskan oleh pimpinan
LEMKA, Didin Sirajudin mengatakan:
“Dalam metode pembinaan, LEMKA belajar dengan metode
demostratif, yaitu dengan cara guru mendeonstrasikan selanjuatnya murid
menirukan. Disini guru tidak hanya menyuruh akan tetapi
mendemostrasikan.”2
Dengan metode pengajaran kaligrafi ini, guru mengajak peserta didiknya
agar selalu termotivasi, Sirajudin kembali menjelaskan:
”Seorang bijak mengatakan: guru biasa berbicara, guru yang baik
menerangkan, guru yang hebat mendemonstrasikan dan guru yang agung
memberi motivasi.”3
Selain itu baik guru dan khususnya peserta didik akan terus bersemangat
dalam pembelajaran seni kaligrafi Islam ini. Disini juga guru menanamkan pesan-
pesan dakwah dalam pengajarannya, bahwasannya dengan dakwah melalui tulisan
indah kaligafi ini maka akan semakin menarik orang dalam melihat terutama
sebagai peserta didik akan lebih semangat mempelajarinya, dengan keindahan
goresan kaligrafi yang dibuat diharapkan akan menambah rasa cinta terhadap
agama itu sendiri, yakni Islam dan Al-Qur’an.
2. Pengajian kitab kuning
Di LEMKA juga diajarkan pengajian kitab kuning yang berjudul
Nashih Al-Khaththathin. Kitab yang ditulis sendiri oleh Sirajuddin ini berisi
tentang nasehat-nasehat tentang adab maupun etika dalam menulis kaligrafi
2 Wawancara pribadi dengan D. Sirajuddin AR, Ciputat, 21 Februari 2015
3 Wawancara pribadi dengan D. Sirajuddin AR, Ciputat, 21 Februari 2015
61
kepada calon atau mereka yang sudah mahir menulis kaligrafi.
Sebagaimana Sirajuddin mengatakan:
"Di LEMKA juga diajarkan pengajian kitab kuning, yang judulnya
Nashih Al-Khaththathin. Kitab ini mengajarkan tentang akhlak tolabul
ilmi, termasuk di dalamnya ilmu menulis. Diajarkan bagaimana
prilaku khattat itu ketika seseorang sedang belajar kaligrafi." 4
Kitab ini, walaupun terlihat sederhana, mempunyai fungsi dan
peranan yang cukup penting bagi para penulis kaligrafi. Hal ini
terutama dalam membentuk karakter seorang penulis kaligrafi yang mampu
menghasilkan karya seni bernilai tinggi dan memiliki integritas spiritual yang
mumpuni.
3. Kegiatan aktual seperti: Mengikuti perlombaan.
Dalam pembinaan krativitas dan pengembangan bakat melalui kursus
kaligrafi, maka perlu sebuah kompetiasi atau perlombaan sebagai ajang praktek
dan untuk memacau para kader dan terutama perserta didik. Banyak juga manfaat
mengikuti perlombaan diantaranya menurut salah satu pengajar LEMKA
Muhammad Jakfar mengatakan:
“banyak manfaat yang dapat diambil dari mengikuti perlombaan
kaligrafi, pertama dari segi ukhuwah Islamiyah dapat menjalin ajang
silaturahim, dari segi keilmuan pastinya menambah pengalaman juga dapat
mengembangkan karya kita menjadi lebih baik, karena dalam
pembelajaran kursus kaligafi di LEMKA harus diaplikasikan pada
kegiatan lomba.”5
Dengan mengikuti ajang perlombaan khususnya perlombaan kaligrafi,
pastinya peserta didik LEMKA akan dapat termotivasi. Kegiatan perlombaan yng
diikuti tersebut terdiri dari Musabaqoh Tilawatil Al-Qur’an (MTQ) tentunya
4 Wawancara pribadi dengan D. Sirajuddin AR, Ciputat, 21 Februari 2015
5 Wawancara pribadi dengan Muhammad Jakfar, Ciputat, 28 Februari 2015
62
cabang lomba kalgrafi, dan terdiri dari beberapa lapisan, dari MTQ tingkat daerah
hingga Nasional, lalu ada ada Musabaqah Khatilil Al-Qur’an Mahasiswa
Nasional, Musabaqah Khatilil Al-Qur’an Telkom Grup. Ditingkat pelajar, ada
juga event-event seperti pekan Olahraga dan Seni Pondok Pesantren Nasional
(POSPENAS). Semua itu sebagai wujud aplikasi dalam melaksanakan dakwah
Qur’ani agar lebih semangat menjalankanya.
4. Pagelaran seni dan pameran kaligrafi
Dengan pameran kaligrafi ini LEMKA berharap dapat menarik minat
masyarakat untuk mencintai Al-Qur'an lewat huruf-huruf yang indah.
Dengan menampilkan lukisan di pameran, diharapkan tertarik hatinya kepada
Al-Qur'an lewat huruf-huruf yang indah.
Bagai seorang pelukis, pameran mengandung makna yang strategis untuk
memperkenalkan diri pada publik. Boleh dikatakan, popularitas seorang pelukuis
sangat ditentukan oleh sering atau tidaknya berpameran, sebab dari kegiatan
tersebut ia dapat mengekspresikan segala kepuasan batinnya kepada para peminat
dan penonton. Selain itu, pameran juga dapat menjadi ajang komersialisasi karya
seni lukis kaligrafi yang dapat mendatangkan nilai materi yang cukup besar.
Dengan keindahan kaligrafi ini, LEMKA berusaha menyampaikan pesan-
pesan dakwahnya untuk mengajak masyarakat agar mempelajari Islam dengan
seni yang indah. “Innallaha Jamilun Yuhibbul Jamal” Sesungguhnya Allah itu
indah dan menyukai keindahan. Salah satu kegiatan pagelaran seni dan pameran
LEMKA yakni di Taman Mini Indonesia Indah tepatnya di Musium Bait Al-
Qur’an.
5. Diskusi wawasan seni budaya
63
Di bawah Forum Mubahasah Seni Budaya LEMKA, para khattat dan
pelukis kaligafi diajak untuk aktif dalam diskusi atau dialog-dialog kaligrafi
sebagai ajang pengembangan wawasan seni Islam. Dengan diskusi atau dialog
diharapkan nanti para khattat/kaligrafer ini bukan hanya bisa berkarya tetapi juga
faham hakikat kaligrafi, terutama kaligrafi Islam adalah salah satu media yang
sangat efektif dalam penyampaian pesan-pesan dakwah.
Tentunya diskusi ini dimaksudkan untuk menambah pengetahuan anggota
LEMKA secara lebih dalam, baik tentang seni Islam secara umum maupun seni
kaligrafi lebih khusus. Yang bisa disimpulkan yaitu bahwa para khattat diajak
untuk jadi orang pintar yang berlimu yang tidak hanya terampil. Biasanya diskusi
wawasan seni budaya Islam ini diadakan ketika ada event-event lomba kaligrafi
maupun ketika LEMKA sedang mengadakan suatu acara, contohnya ketika
berkunjung kekampung seni Jelekong Kabupaten Bandung.
6. Safari seni budaya
LEMKA mencanangkan pelajarannya dengan suasana rekreatif sehingga
apa yang diajarkannya itu bernuansa menyenangkan bagi peserta didik.
Contohnya Safari seni budaya ini untuk dapat menikmati keindahan di wilayah-
wilayah hiburan yang menarik, misalnya di alam terbuka. Sebagaiman pimpinan
LEMKA Didin Sirajudin mengatakan:
“Dari segi fisik belajar kaligrafi di LEMKA tidak hanya didalam
gedung, bisa belajar dialam terbuka, dengan mengajak peserta didik
LEMKA untuk belajar serta melukis di Lembah, tepi sungai, Sawah,
hutan, pinggir pantai. Jadi, Menulis sambil melukis.”6
6 Wawancara pribadi dengan D. Sirajuddin AR, Ciputat, 21 Februari 2015
64
Dengan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan LEMKA melalui alam
terbuka, selain menambah semangat dan senang bagi peserta didik masi banyak
lagi diantaranya salah satu peserta LEMKA Ni’am Masykuri mengatakan:
“Manfaat belajar kaligrafi di alam terbuka sangat banyak, saya
pribadi belajar di kelas terus menerus sangat membosankan, di LEMKA
ada waktu khusus untuk belajar di alam-alam terbuka, selain kita bisa
belajar juga bisa untuk refreshing dan mencari inspirasi. Semuanya supaya
belajar kaligrafi tidak sumpek (bosan), karena kaligafi pada dasarnya
pengerjaanya selalu di ruangan belajar di kelas maupun kamar. Hal ini
yang menjadikan banyak manfaat belajar kaligafi di ruang terbuka”.7
Hampir semua anggota LEMKA baik Pimpinan, pengurus hingga peserta
didik diwajibkan ikut serta dalam kegiatan ini, diantara tempat-tempat yang
dijadikan safari seni budaya LEMKA ialah, di pantai Bagedur Banten, Pondok
Halimun Gunung Salak.
LEMKA menggunakan metode tersebut merupakan hasil dari pengalaman-
pengalaman pimpinan LEMKA yakni Drs. Didin Sirajuddin AR. Yang beliau
kutip dari seorang tokoh dari Jepang yang bernama Kuribayasi. Metode cara
belajar tersebut terbukti ampuh dan lebih cepat dalam pemasukan ide, gagasan
dan ilmu.
7. Kegiatan pengembangan usaha
Untuk mensukseskan strategi LEMKA dalam mempertahankan
eksistensinya di dalam maupun di luar negeri, maka dilain pihak belajar kaligrafi
di LEMKA tidak semata-mata hanya untuk belajar saja melainkan kegunaan
untuk kelestarian seni Islam ini sangat banyak diantaranya; Menulis masjid,
7 Wawancara pribadi dengan Niaam Masykuri, Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
4 Maret 2015
65
menulis buku, menulis mushaf Al-Qur'an, menyalurkan karya-karya lukisan
kaligrafinya di ajang pameran seperti di Musium Bait Al-Qur’an Taman mini
Indonesia Indah, pasar-pasar seperti di galeri-galeri lukisan yang tersebar di mana-
mana dan sebagainya, sebagai bahan penyebaran pesan-pesan dakwah melalui
media seni kaligrafi Islam. Oleh sebab itu, para kaligrafer LEMKA harus giat
memasarkan kaligrafi hasil karyanya, setra bergerak tanpa ada perhentian.
Sirajuddin mengatakan:
“Apabila roda mobil bergerak maka akan bergerak terus, akan
tetapi jikalau nyawa dan mesinya berhenti, berhenti pula semuanya”8
Semua itu dilakukan untuk mempertahankan eksistensi LEMKA dalam
mempertahankan seni kaligafi Islam sebagai media dakwah. Metode tersebut
harus selalu LEMKA jalankan, melalui teknik penulisan gambar atau lukisan
kaligrafi dan dengan memberikan pelajaran serta pemahaman pada khattat-
khattatnya, diharapkan kaligrafi yang digoreskan dapat menyampaikan makna dan
pesan-pesan dakwah Islam dengan baik dan benar.
Pada dasarnya dakwah dapat mengunakan berbagai media yang dapat
merangsang indra-indra manusia serta dapat menimbulkan perhatian untuk
menerima dakawah. Semakin tepat dan efektif media dakwah yang dipakai maka
akan semakin efektif pula upaya pemahaman ajaran Islam pada masyarakat yang
menjadi sasaran dakwah.
LEMKA bisa bertahan dan tetap eksis hingga saat ini tentunya hasil dari
perjuang-perjuang terdahulu yang telah dilakukan hingga saat ini, Didin
Sirajuddin menjelaskan:
8 Wawancara pribadi dengan D. Sirajuddin AR, Ciputat, 21 Februari 2015
66
“Secara pribadi saya sendiri berusaha tekun untuk
mempertahankan dan memodifikasi program-programnya, saya memimpin
LEMKA harus tampil memberikan contoh, saya menyuruh orang untuk
melukis saya juga ikut melukis, saya menyuruh mereka menulis saya juga
menulis. Sehingga menyuruh membuat tulisan bagus saya pun punya
tulisan yang bagus. Saya mengajar peserta didik berwawasan, saya pun
juga. Semua itu saya tampil memberi contoh agar terus seiring seprjuangan
dan sejalan.”9
C. Analisis SWOT Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an (LEMKA)
Dalam tahapan ini LEMKA setidaknya melakukan pekerjaan analisis
terhadap lingkungan internal maupun ekternal dan kemudian merumuskan ke
dalam keputusan-keputusan strategis. Adapun proses analisis yang dilakukan
LEMKA meliputi indentifikasi lingkungan didalam berupa kekuatan (strengts)
kelemahan (weaknesses) dan diluar LEMKA peluang (opertiuities) dan ancaman
(threats) yang dilakukan dengan analisis SWOT.
Strengts (kekuatan) yakni memperhitungkan kekuatan yang dimiliki,
biasanya menyangkut manusia, dana, beberapa piranti yang dimiliki. Dalam
menentukan strategi Lembaga kaligrafi Al-qur’an LEMKA dalam
mempertahankan eksistensi seni kaligafi Islam sebagai media dakwah ditunjang
oleh kekuatan diantaranya meliputi:
1. Guru/ Pengajar
Banyaknya pakar khattat maser kaligrafi yang sudah menjuarai berbagai
event-event perlombaan seperti H. Isep Misbah, S.Ag., Kurnia Agung
Robiansyah, SEI. yang dimiliki oleh LEMKA, berpengalaman dibidang seni
9 Wawancara pribadi dengan D. Sirajuddin AR, Ciputat, 21 Februari 2015
67
kaligrafi dan sudah menjuarai diberbagai kompetisi baik nasional maupun
internasional, sehingga tidak lagi mencari pakar seni kaligrafi yang lain.
2. Peserta didik
Peserta didik yang berada dalam kawasan pendidikan LEMKA diwajibkan
untuk selalu berkarya dan mengikuti kompetisi-kompetisi yang ada baik di
nasional maupun internasional, sehingga termotivasi untuk selalu
mengembangkan karya kaligrafinya supaya menjadi lebih baik dan indah.
3. Sarana
Sarana yang ada mendukung untuk berjalannya program, diantaranya adalah:
1) Studio yang memadai untuk belajar dan berkarya.
2) Banyaknya karya-karya master baik nasional maupun internasional
yang ada di LEMKA sehingga para pelajar selalu dapat meningkatkan
karyanya.
3) Buku panduan kaligrafi yang banyak tersedia di LEMKA.
Wekness (kelemahan) yakni memperhitungkan kelemahan-kelemahan
yang dimilikinya, yang menyangkut aspek-aspek yang dimiliki sebagai kekuatan.
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan LEMKA, dalam
menentukan strategi Lembaga kaligrafi Al-qur’an LEMKA dalam
mempertahankan eksistensi seni kaligafi Islam sebagai media dakwah dihadapkan
pada:
1. Fisik yang utama, belum tersedianya sarana fisik seperti aula untuk
menggelar seni-seni kaligrafi Islam. Selama ini dalam memberikan
pengajaran kepada peserta didik dan mengelar diskusi wawasan seni
kaligrafi Islam, LEMKA mengunakan aula yang disewa.
68
Opertinity (peluang) seberapa peluang yang mungkin tersedia diluar,
sehingga pluang yang sangat kecil sekalipun dapat tercapai. Peluang atau
kesempatan yang dapat diraih oleh Lembaga kaligrafi Al-qur’an LEMKA dalam
mempertahankan eksistensi seni kaligafi Islam sebagai media dakwah didukung
dengan:
1. Kebutuan masyarakat akan seni Islam, khususnya seni kaligrafi yang
merupakan seni Islam yang patutnya diperjuangkan agar tetap bertahan,
sehingga mereka membutuhkan guru untuk mengajarkan.
2. Menambah ilmu pengetahuan dalam melestarikan khazanah seni warisan
Islam.
Threats (ancaman) yakni memperhitukan kemungkinan adanya ancaman
dari dalam maupun dari luar. Lembaga kaligrafi Al-qur’an LEMKA dalam
mempertahankan eksistensi seni kaligafi Islam sebagai media dakwah tidak
pernah mendapat ancaman atau hambatan dalam menjalankan strateginya lebih
dihadapkan kepada:
1. Banyaknya mesin-mesin cetak digital untuk membuat kaligrafi.
Adapun cara untuk menghadapi kelemahan dan ancaman tersebut adalah:
1. Kelemahan
Pengurus harus berkewajiban mengadakan musyawarah untuk
mengagendakan pembangunan aula, baik dari segi pencarian tempat dan biaya
untuk pembangunan aula. Semua itu guna memajukan LEMKA lebih pesat lagi.
2. Ancaman
69
Seluruh anggota LEMKA baik dari pengurus maupun peserta didik, harus
memperbaharui sera memperindah tulisan kaligrafinya, karena goresan tangan
mempunyai nilai orisionalitas yang hanya bisa dilakukan oleh tanggan bukan oleh
mesin.
70
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis, yang berhubungan dengan
Strategi Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an (LEMKA) dalam Mempertahankan
Eksistensi Seni Kaligrafi Islam sebagai Media Dakwah, maka penulis menarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Strategi yang digunakan oleh Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an (LEMKA) dalam
mempertahankan eksistensi seni kaligrafi Islam sebagai media dakwah
adalah:
a. Membentuk struktur organisasi kepengurusan dan juga menempatkan
kesetiap departemen-departemen beserta program kerjanya.
b. Meningkatkan pendidikan dan latihan kaligrafi untuk menciptakan
para khattat, guru khat, pelukis kaligrafi profesional.
c. Membangun, mengembangkan, dan memperkuat jaringan seni
kaligrafi Islam diantaranya: penelitian, seminar, dan pameran kaligrafi
baik tingkat nasional maupun internasional.
2. Implementasi Strategi Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an adalah:
Implementasi yang diterapkan oleh Lembaga kaligrafi Al-Qur’an LEMKA
dalam mempertahankan eksistensi seni kaligrafi Islam sebagai media dakwah
adalah dengan cara menerapakan atau menjalankan strategi yang telah dibuat agar
tujuan sesuai dengan yang diharapkan:
71
a. Memberikan pengajaran kepada angotanya tentang seni kaligrafi Islam
melalui berbagai kegiatan seperti kursus kaligarfi, perlombaan kaligrafi,
pameran seni Islam, dan diskusi-diskusi tentang wawasan seni budaya
Islam.
b. Berkontribusi dalam perlatihan kewirausahaan dan ikut menyalurkan
karya-karya ke pasar-pasar seperti galeri-galeri lukisan dan pameran lokal
seperti di Taman Mini Indonesia Indah, nasional maupun internasional.
3. Analisis SWOT Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an:
1. Strengts (kekuatan)
Guru atau tenaga pengajar yang berkualitas, peserta didik yang
berantusias tinggi dalam mempelajari kaligrafi, serta sarana dan prasarana yang
memadai.
2. Weaknes (kelemahan)
Belum tersedianya sarana fisik seperti aula untuk menggelar seni-seni
kaligrafi Islam.
3. Opertuniy (peluang)
Kebutuan masyarakat akan seni Islam, khususnya seni kaligrafi yang
merupakan seni Islam. Juga menambah ilmu pengetahuan dalam melestarikan
khazanah seni warisan Islam.
4. Threts (ancaman)
Banyaknya mesin-mesin cetak digital untuk membuat kaligrafi.
72
B. Saran
Berdasarkan pada temuan-temuan diatas, terdapat beberapa saran yang
dapat penulis ajukan kepada Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an (LEMKA). Semoga
saran-saran ini dapat bermanfaat. anatara lain:
1. Harus senantiasa lebih kritis terhadap perkembangan kaligrafi di
Indonesia, agar dalam pemanfaatan seni kaligrafi Islam lebih terarah dan
tidak salah arah.
2. Memperbahui dan menambahkan materi yang diajarkan tentang
pemahaman kaidah-kaidah dan wawasan seni kaligrafi Islam, terlebih
khusus dari kegiatan kursus kaligrafi LEMKA.
3. LEMKA dengan kemajuan sampai sekarang ini, kiranya untuk lebih bisa
meningkatkan dengan manajemen yang lebih baik lagi. Misalnya, dalam
pelaksanaan program yang telah ditetapkan pada rapat kerja.
4. Khususnya kalang-kalangan yang berkompeten, seperti LPTQ, departemen
agama, Pemerintah daerah, lembaga-lembaga pendidikan dan kebudayaan
hendaknya untuk lebih berperan aktif memberikan dukungan, karena
dengan ini sangat menentukan terealisasinya pengembangan kaligrafi di
Indonesia.
73
DAFTAR PUSTAKA
A. Refrensi Buku
Al-Baba, Kamil, Dinamika Kaligrfi Islam. Jakarta: Darul Ulum Press, 1992
Ali Aziz, Moh. Ilmu Dakwah. Jakarta: Prenada Media. 2004.
Al-Qardawi, Yusuf. Islam dan Seni. Bandung: Pustaka Hidayah, 2000.
AR, D. Sirojuddin. Kaligrafi: Peristiwa dan ide-ide pengembangannya. Jakarta:
Lemka studio, 1995.
AR, D. Sirojuddin. Seni Kaligrafi Islam. Jakarta : Multi Kreasi Singgasana, 1992.
Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Dakwah. Jakarta: Logos, 1997. Cantika, Sri Budi & Amirullah. manajemen strategik. Yogyakarta: graha Ilmu,
2002.
David, Fred R. Manajemen Strategi Konsep. Jakarta : PT Prenhalindo, 1998.
Departemen Agama RI. Keterampilan menulis Kaligafi. Jakarta: DIRJEN
Pembinaan kelembagaan Agama Islam, 2011.
Faridl, Miftah. Dakwah Kontemporer. Bandung: Pusdai Press. 2000.
Gazalba, Sidi. Islam dan Kesenian. Jakarta: Pustaka al-Husna, 1998.
Handoko, T. Hani. manajemen Edisi 2. Yogyakarta : BPFE, 1998.
Ismail, Ilyas. Paradigma Dakwah Sayyid Quthub. Jakarta, PT Penamadani 2008
Jumroni. Metedologi Penelitian Komunikasi. Jakarta: Lembaga Penelitian Uin
Jakarta Press. 2006.
Khardiman, A.M. pengantar ilmu manajemen. Jakarta: PT. Pronhalindo.
Khoiri, Ilham. Al-Qur’an dan kaligrafi Arab. Jakarta: PT. Logos, 1999.
M.Z, Zainuddin. Rahasia Keberhasilan Dakwah. Surabaya: Ampel Suci, 1994.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1998.
Munir Amin, Samsul. Ilmu Dakwah, Jakarta :Penerbit Amzah. 2009.
Munir, Muhammad dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah. Jakarta, Kencana,
2006.
Nasution, Mulia, Pengantar Manajemen. Jakarta: Djambatan, 1996.
74
Nawwi, Hadari. Manajemen Strategi Organisasi Non Profit Bidang Pemerintah
dengan Ilustari Di Bidang Pendidikan. Yogyakarta : gadjah mada
universitas press, 2000.
Panitia Istilah Manajemen Lembaga PPM. Kamus Istilah Manajemen. Jakarta :
Balai Aksara, 1983.
Pendidikan, Departemen dan Kebudayaan R.I. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: balai pustaka, 1997.
Philip, Kotler. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan
pengendalian. Jakarta: Salemba Empat, 1995.
Purnomo, Setiawan Hari dan Zulkieflimansyah. manajeman strategi sebuah
konsep pengantar. Jakarta : lembaga penerbitan fakultas ekonomi, UI
1999.
Purwanto, Iwan. Manajemen Strategi. Bandung: Yrama Widaya, 2007.
Rosyad Shaleh, Abdul. Manajemen Dakwah. Jakarta: Bulan Bintang, 1993.
Shihab, Quraish Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakt. Bandung: Mizan, 2001
Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung:
Alfabeta, 2011),
Suryabrata, Sumardi. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2009.
Tim 7 LEMKA, Pak Didin: Menabur Ombak Kaligrafi. Jakarta: LEMKA Studio,
2006
Uchyana, Onong. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1992.
Wahyudi, Sri Agustinus. Manajemen Strategik: Pengantar Proses Berfikir
Strategik. Jakarta: Binarupa Aksara, 1996
Ya’cub, Hamzah. Publisistik Islam Teknik Dakwah Dan Leadership. Bandung:
CV Diponegoro, 1981.
Yudoseputro, Wiyoso. Pengantar Seni Rupa Islam Di Indonesia. Bandung:
Angkasa, 1986.
Yusanto, Ismail & M Karebet. Manajemen Strategis Perspektif Syariah. Jakarta:
khairul bayan, 2003.
75
B. Referensi Jurnal
Mulkanasir, “Strategi Pengembangan Kualitas Sumber Daya Manusia”, Jurnal
Kajian Dakwah & Komunikasi. Volume VIII. No. 2, (Desember, 2006) h.
274-287.
C. Referensi Internet
“Hakikan Seni dalam Islam”, diakses pada taggal 6 desember 2014 dari
http://www.unjabisnis.net/2010/07/hakikat-seni-dalam-islam.html
Situs LEMKA, Tentang LEMKA, diakses pada tanggal 25 Januari 2015 dari
http://www.lemka.net/p/tentang-lemka.html?m=1
UNESA, “Pengertian trend menurut para ahli”, diakses pada tanggal 5
Desember 2014 dari http://blog.elearning.unesa.ac.id/pdf-
archive/pengertian-trend-menurut-para-ahli.pdf
Wikipedia, Pengertian Seni, diakses pada tangal 6 Desember 2014 dari
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Seni
D. Wawancara
Wawancara pribadi dengan D. Sirajudin, AR, Ciputat, 21 Februari 2015
Wawancara pribadi dengan Muhammad Jakfar, Ciputat, 25 februari 2015
Wawancara pribadi dengan Niaam Masykuri, Kampus UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 4 Maret 2015.
HASIL WAWANCARA
Nama : Drs. H. Didin Sirajudin AR, M. Ag.
Jabatan : Direktur Lembaga Kaligrafi Al-Quran (LEMKA)
Tempat : Diruang Tamu Studio LEMKA
Hari/ tanggal : 21 Februari 2015
Pertanyaan-pertanyaan
1. Sebelum masuk kepada pertanyaan-pertanyaan khusus, saya akan mulai dari pertanyaan
yang berkaitan dengan profil bapak, dapatkah bapak jelaskan profil bapak?
Jawab: baik, saya lahir di Desa Karangtawang, Kuningan. Tepatnya pada tanggal 15 juli
1957. Aktif tugas sebagai dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta sampai sekarang. Pada tahun 1982 pernah menjadi wartawan majalah Panji
Masyarakat. Dan diselela-selala kuliah berkeinginan kuat untuk mendirikan lembaga kusus
untuk pengkajian kaligrafi, dan Alhamdulillah pada tahun 1985 cita-cita saya terwujudkan
mendirikan Lembaga Kaligrafi Al-Quran (LEMKA).
2. Apa yang melatar belakangi berdirinya LEMKA
Jawab: Semua bermula dari pengalaman pribadi saya, LEMKA merupakan cita-cita saya
tahun 1975, keluar dari pondok pesantren gontor tidak mendapat banyak buku panduan
kedua tidak mendapat suatu lembaga untuk perkembangan kaligrafi di Indonesia. Waktu
itu lah tercetus suatu saat terutama saya ingin mengarang buku-buku kaligrafi kedua
mendirikan lembaga kaligrafi dengan entah belum terpikir namanya, jadi 10 tahun sebelum
itu sudah terdetik cita-cita untuk mendirikan lembaga tersebut tahun 1975.
Dari perjalanan pada tahun 1976 saya kuliah di Jakrata dulu sebelum UIN yakni IAIN
sampai selesai kuliah tahun 1982, dimulai dengan pelatihan pelatihan maksudnya
penggemblengan untuk mencari apa yang saya cari, dengan kegiatan kaligrafi sepetri
menulis mesjid menulis buku-buku agama dan berkeliling dari sanggar-sanggar lukis yang
ada di Jakarta, kemudian saya berkunjung dari tempat-tempat pameran lukis di hotel-hotel
selama kuliah, dari situ saya mempelajari apa-apa yang harus saya lakukan. Sampai tahun
1985 lembaga terwujud yaitu LEMKA yang saya ingin dirikan sudah punya bahan-bahan
untuk program pelaksanaannya, walaupun saya sendiri tidak tau teori pengembangan
kaligrafi teori pengajaran kaligrafi pun tidak tau karena dunia dulu masih serba gelap. Jadi
ketika LEMKA lahir tahun 1995 sampai saat itu pun masih belum ada juklak petunjuk
pengembangaannya bahkan belum ada cara membina huruf kaligrafi, tetapi lewat
pengalaman tersebut saya olah dan otak-atik sehigga dimulailah dari cara yang sederhana
yaitu belajar di LEMKA membina dari huruf alif jadi alif saja terlibeih dahulu, dimulai
dari alif kemudian huruf yang lain. Itu semua yang melatarbelakangi saya untuk
mendirikan sebuah lembaga kaligrafi.
3. Sejauh mana perkembangan LEMKA samapi saat ini?
Jawab: dimulai dari peserta binaan yang dibina lewat kursus kaligrafi di LEMKA Jakarta
tercatat sampai sekarang lebih dari 4000 orang, dan diluar itu ada beberapa kawasan yang
meskipun saya kurang tau pastinya lebih banyak dari itu. Kemudian dapat dilihat pula dari
orang yang membaca buku karangan saya, salah satunya contonya buku yang dikarang
yaitu menulis kaligrafi jilid 3 ternyata sudah cetakan yang ke 16, misalkan dijumlah 16 x
3000 = 48000. Setidaknya 48000 orang membaca buku itu. Dan dalam hal lain kru
LEMKA yang ikut dari berbagai ajang lomba baik di tingkat nasional maupun internasonal
selalu memenangkan perlombaan, diantaranya di Malaysia nama kejuaraanya Terengganu,
Abu dabi, Irak yakni kerjuaran IRCICA namanya. Jadi disini dari segi kompetisi selalu
diraih dari kru LEMKA, juga dalam hal lain para kru LEMKA tersebar dimana-mana
untuk dekorasi masjid musolah dan tempat-tempat instasi yang lain. Itulah perstasi yang
dicapai LEMKA.
4. Apakah ada kiat untuk mempertahankan LEMKA hingga saat ini?
Jawab: LEMKA bisa bertahan karena beberapa hal sebetulnya secara pribadi saya sendiri
berusaha tekun untuk mempertahankan dan trus memodifikasi program-program LEMKA,
dan juga saya memimpin LEMKA harus tampil memberi contoh, saya menyuruh orang
melukis saya juga melukis saya menyuruh orang menulis kaligafi saya juga menulis
kaligafi, sehingga menyuruh untuk menulis kaligrafi yang bagus saya juga punya tulisan
bagus, jadi saya tampil selalu memberi contoh kepada para khatat agar terus seiring dan
seperjuangan.
5. Apa saja metode pembelajaran kaligrafi di LEMKA?
Jawab: tentu ada, metode pembinaan salah satunya saya menggunakan factor novelty yaitu
belajar menggunakan sistem rekreatif, apa yang dimaksud disitu adalah belajar kaligrafi
dengan rasa senang, jadi orang itu harus menulis dengan rasa senang kemudian melukis
karena memang senang pada kaligrafi. Jadi rasa cinta itu lah yang mesti ditumbuhkan
terlebih dahulu, jadi bagaimana anak-anak itu ditumbuhkan rasa cintanya kepada huruf-
huruf Al-Quran, sehingga dia akan memeliharanya. Kalau dia merasa terpaksa apa lagi
merasa benci tentulah dia akan hilang dengan sendirinya, jadi itulah yang saya tumbuhkan.
Dan juga secara fisik pun LEMKA tidak hanya belajar didalam gedung tetapi kam
mengajak belajar di lembah, di sawah, di hutan tau di pinggir pantai. Semua itu saya
pelajari dari pengalaman kanan-kiri. Jadi pengalaman adalah guru termasuk pendengaran
adalah jiwa guru. Saya ketika mahasiswa sudah menemukan metode ini yaitu ketika saya
sedang mendengarkan radio BBC London yaitu Doktor Kolingwide banya bercerita
tentang tulisan terbesar didunia dan kalau dilihat tulisan besar dunia itu yaitu tulisan Arab,
dan kalau pun ada setelah itu yaitu Cina.
kemudia berlanjut di suara BBC London tentang pengalaman seorang Doktor ahli
pendidikan jepang kalau tidak salah namanya Doktor Kuribayashi dari Jepang beli
mengatakan: “bahwa sekolah bukan tempok dan gedung atau ruangan, sekolah adalah
suasana”. Maka dia membawa murid belajar belajar di pinggir pantai pinggir sawah
pinggir hutan pinggir sungai, nah cara belajar dialam terbuka seperti itu lebih mempercepat
pemasukan ide gagasan serta ilmu yang dipelajari. Itu semua saya pelajari jauh sebelum
terciptanya LEMKA. Akan tetapi apa-apa yang saya temukan itu semua itu saya jadikan
guru yang berharga.
6. Bagaimana cara memberikan pelajaran kaligrafi di LEMKA?
Jawab: di sini LEMKA memberikan pengajaran dengan cara metode Demostratif, yaitu
mendemonstrasikan si guru kemudian ditiru oleh murid, disini guru tidak hanya menyuruh
mengeritik saja melainkan mendemonstrasikan, sebaba seorang bijak mengatakan: “guru
biasa berbicara, guru yang baik menerangkan, guru yang hebat mendemonstrasikan dan
guru yang agung memberi motivasi”. Jadi LEMKA itu mendemonstrasikan juga
memberikan motivasi.
7. apa yang menjadikan LEMKA tetap eksis dan awet hingga saat ini?
Jawab: Alhamdulillah Allah memberikan keajekan terhadap LEMKA, karena
mengamalkan apa yang dikatakan Syaidina Ali RA, yakni “Wadawamuhu „Alal dini
Islam” yang arti luasnya: langgengnya Kaligrafi itu karena digunakan untuk keperluan
gama Islam, misal untuk menulis dan segala macam. Maka disini pelajaran kaligafi itu
digunakan bukan hanya semata pelajaran tapi untuk menulis masjid, untuk menulis buku,
bahkan juga dipamerkan. Akhirnya semua itu hidup, jadi bergerak tanpa ada perhentian
maka pabila bergerak terus yang bawah akan bergerak terus tapi, pabila nyawa atau
mesinnya berhenti berhenti pula pergerakan mobil dalam mencapai tujuannya. Hal ini
semua saya lihat dari kurang lebeih 46 sanggar kaligrafi yang ada di Indonesia, tetapi
semua itu menghilang secara perlahan dan hanya beberapa saja yang masih hidup.
Diantaranya sanggar kaligrafi Al-Quran di UIN Padang, ada juga AKLAM di Gontor, lebih
dari itu semuanya menghilang, karena tadi itu. Tidak menggunakan konsep dan tidak
dipelihara dengan tadi seperti saya contohkan sebelumnya, dan juga bergerak dalam artian
selalu mengikuti kegiatan-kegiatan aktual seprti lomba-lomba, jadi pemeliharaan yang
sedemikian itulah yang menjadikan LEMKA tetap eksis hingga saat ini.
8. apakah ada hambatan yang dimiliki LEMKA?
Jawab: hambatan yang ada di LEMKA ini terutama fisik yakni tempat belum tersedia,
sehingga rumah saya sendiri pun digunakan itu saja sepertinya, kalau dari sisi program
pembinaan hampir kita dapat berjalan dengan mengikuti arus perkembangan di Indonesia.
9. Apakah ada ancaman pada LEMKA?
Jawaban: itu juga semua seperti disebut-sebut oleh Kamil Albaba dalam kitabnya Ruh Al-
Khat Arobi: “Bahwa kini dunia arab mendapat ancaman mesin tulis yang mengambil peran
kaligrafi”. Akan tetapi perkataan beliau itu ancaman itu terbatas kalau sampai pada Arts
nya ternya goresan tangan belum bisa tergerus oleh mesin-mesin cetak, karena banyak
orang-orang yang lebih suka kepada nilai orisinilitas tulisan tangan ketimbang mesin, saya
juga melihat itu, tapi kalau di Indonesia meskipun ada kalangan yang merakit-rakit lukisan
dengan dikital atau mesin, tetapi ternyata sipembuat itu ternyata tidak leluasa berkerak dan
bahkan pasar juga tidak terbuka.
Pimpinan LEMKA
Drs. H. D. Sirajudin A.R M.A
Nama : Muhammad Jakfar S.S
Jabatan : Pengajar merangkap Pengurus Lembaga Kaligrafi Al-Quran (LEMKA)
Tempat : Dikontrakan Muhammad Jakfar S.S
Hari/ tanggal : 28 Februari 2015
1. Apa keuntungan mengajar di LEMKA?
Jawab: banyak ya.. salah satunya mendapat ilmu, menambat wawasan dan bagi teman-
teman yang diajar dan para pengajar menjadi akrab.
2. Dari segi apa saja pembelajaran kaligrafi di LEMKA?
Jawab: banyak ya.. selain ilmu Khat khususnya tentunya kita memberikan pelajaran
kaligrafi yang terdiri dari segi Koidah dan wawasan, yang terutama itu dua tersebut.
3. Adakah kesulitan serta hambatan dalam memberikan pelajaran?
Jawab: untuk sampai belum ada ya.. saya rasa hambatan maupun kesulitan dalam
pengajaran, karena LEMKA memberikan pelajaran didukung dengan adanya silabus yang
telah dibentuk sebelumnya.
5. Apa ada Manfaat mengikuti perlombaan kaligrafi?
Jawab: tentunya ada, dari segi keilmuan memberikan salah satu ajang silaturahim dan
memberikan pengalaman serta mendapat pengalaman, terus juga mengembangkan ilmu
yang kita pelajari selama ini, tapi teori nya bahwa kita aplikasi di perlombaan.
6. Apa saja Tantangan mengikuti perlombaan?
Jawab: kekuarangan persiapan menjadi tantangan kita dalam mengikuti pelajaran.
7. adakah nilai materi dalam mengikut perlombaan kaligrafi
Jawab: kalau dari segi materi tentunya banyak ya.. seperti yang dikatakan Syaidina Ali
: “Al Khattu min wafatiha Rizki” kaligrafi merupakan salah satu pintu rizki, tentunya
keuntungan mengikuti prlombaan kaligrafi dia ajang MTQ khususnya cabang perlombaan
Kaligrafi sudah jelas diantaranya dalam tiap tiap utusan atau disebut Kafilah mulai dari
tingkat kecamatan hingga nasional, mau menang atau tidak menang pasti mendapat uang
saku istilahnya.
8. Adakah titik kelemahan di LEMKA?
Jawab: ada, dalam hal keakraban ini antara pengajar dan peserta tidak adanya komunikasi,
untuk titik kelemahan di LEMKA itu bagai para peserta hanya sebagian yang datang
pulang datang pulang saja.
9. Akankah LEMKA akan menjadi lebih berkembang pesat?
Jawab: pasti itu! Kalau kita lihat sekarang ini wujud dari cita-cita pendiri LEMKA sudah
tercapai, yakni berdirinya mahad Kaligrafi tepatnya di Sukabumi.Tentunya perkembangan
pesat ini sudah bisa kita lihat contohnya datangnya peserta-peserta dari tiap-tiap daerah
untuk menimba ilmu di LEMKA.
Nama : Niaam Masykuri
Jabatan : Pelajar LEMKA
Tempat : Studio LEMKA Ciputat
Hari/ tanggal : 4 Maret 2015
1. Selama belajar di LEMKA apa saja keuntungan dari belajar di LEMKA?
Jawab: kalau menurut saya, Alhamdulillah ya sudah diberikan kesempatan untuk masuk
LEMKA, banyak sekali keuntungan terutama manfaat yang pertama saya di LEMKA
menemukan keluarga baru selain dirumah karena yang saya rasakan tenaga pengajarnya
sangat membaur tidak adanya batasan atara murid dan guru jadi seperti kawan sendiri. Dan
berkembanya bakat yang ada, yang dimualai dari rajin koreksian hasil latihan kaligrafi.
2. Sebagai seorang pelajar LEMKA yang pernah mengikuti perlombaan, adakah kesulitan
yang sodara rasakan saat mengikuti perlombaan?
Jawab: Pasti ada, setiap amal perbuatan pasti ada kesuliatan yang dihadapi. Kalau dalam
perlombaan yang saya rasakan terutama adalah rasa grogi, grogi disini karena saya dulu
belum mempunyai istilahnya jam terbang yang banyak. Setelah mengikuti lomba-lomba
namanya masih pemula, jadi belum juara-juara, akan tetapi saya lakukan it terus menerus
istikomah tidak memikirkan juara tau tidaknya yang penting diniatkan belajar yang
akhirnya lama-lama mental pun terasah dan kesulitan itu dapat terurai. Untuk selanjutnya
masalah waktu dalam perlombaan yang sangat terbatas. Semua itu tentunya dapat teratasi
dengan latihan dan latihan.
3. Manfaat sebagai peserta LEMKA dalam mengikuti perlombaan?
Jawab: tentunya banyak manfaat dari segi materi contohnya dari hasi juara bisa dipakai
untuk keperluan kuliah, baik biaya kuliah dan biaya hidup.
4. Dalam pembelajar LEMKA apa yang sodara rasakan dalam pembelajaran dialam
terbuka?
Jawab: kalau saya pribadi belajar di kelas trus-menerus sangat membosankan, makanya
kalo di LEMKA ada waktu khusus untuk belajar di luar. Seperti di Gunung Pondok
Halimun, terus di tepi pantai. Selain untuk belajar juga dan untuk reflesing dan mencari
insfirasi. Karena kaligrafi tidak mesti pengerjaannya didalam ruangan saja, dan pasti akan
sumpek.
5. cukup sekian wawancara kita Sodara Niaam. Makasi banyak ya..
Jawab: ohh..sudah selesai. Ok sama-sama.
Peserta LEMKA
Ni'am N{asykuri
Lampiran: Beberapa gambar aktivitas Lembaga Kaligrafi Al-Quran (LEMKA)
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS TSLAM NEGERI (UIN)SYARTF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASITelepon/Fax : (021) 7432728 I 74703580
NomorLampiranHal
1.9 norc
NamaNomor PokokTempat/Tanggal LahirSemesterJurusanL/KonsentrasiAlamat
Telp.
Tembusan :
1. Wakil Dekan Bidang Akademik2. Ketua Jurusan/Prodi. Komunikasi dan penyiaran Islam
Kumiawan Prasetio11100s1000117Bogor, 26 September l99lIX (Sembilan)Komunikasi dan Penyiaran IslamDs. Bantar Jaya Kp. Bantar Kambing RT 02107 Kab.Bogor081218293599
adalah benar mahasiswa aktif pada Fakultas Dakwah dan Ilmu KomunikasiUIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang akan melaksanakan penelitian/mencari datadalam rangka penulisan skripsi berjudul strategi Lembaga Kaligrafi Al-eur,an(LEMKA) dalam Mempertahankan Eksistensi Seni Kaligrili tttoi tibagai-MediaDah,uah.
Sehubungan dengan itu, dimohon kiranya Bapak/lb,/Sdr. dapatmenerima/mengizinkan mahasiswa kami tersebut dalam p.lukrunuu, kegiaiandimaksud.
Demikian, atas kerjasama dan bantuannya kami mengucapkan terima kasih.
Was s al amu' al aikum Wr. l4/b.
Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat I 5412 Indonesia website: mnr.fiJkuiniakarta.ac.id, E-mait : [email protected]
J akarta, /OJanuari 20 I 5
: Izin Penelitian (Skripsi)
Kepada Yth,Pimpinan Lembaga Kaligrafi Al-eur,an (LEMKA)di
Tempat
As salamu' alaikum Wr. I(b.
Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif HidayatullahJakarta menerangkan bahwa:
Dekan,
ubhan, MA"1I l0 199303 I b04
#i#$/u{s/trfINSIIII IE FOR QUR'AN|C CALUGRAPHY
SURAT KETERANGAN WAWAIYCARANomor: 3 5/SK/Lemk afiU 20 I s
Yang bertandatangan di bawah ini Direktur Lembaga Kaligrafi Alquran (LEMKA)menerangkan bahwa:
Nama
Nomor Pokok
TempaUTanggal Lahir
Jurusan/Semester
Fakultas
Program
Kurniawan Prasetio
l I 100510001 17
Bogor, 26 September l99l
Komunikasi dan Penyiaran Islam/IX
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
S1
telah melaksanakan wawancara di Lembaga Kaligrafi Alquran (LEMKA) padatanggal 21 Pebruari 2015 dalam rangka penelitian untuk bahan penulisan skripsiberjudul Strategi Lembaga Kaligrafi Al-Qur'an (LEMKA) dalam MempertahanitcanEksistensi Seni KaligraJi Islam sebagai Media Dalcwah.
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Lembaga Kaligrafi Alquran (LEMKA)
Sekretariat : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah, Jl. lr. H. Juanda 95 Ciputat Timur 15412Telp (021)7496279,7443329, Fax (021) 7496279 www.lemka.net e-mail : [email protected]
Galeri : Jl. Semanggi I No 26, Ciputat'l-imur 15412 Telp/Fax (021) 7496279Pesantren : Jl. Bhineka Karya 53, RT 03/06, Karamat, Gunung Puyuh, Sukabumi, Jawa Barat 43122TelplFax (0266\ 231754
Jakarta, 23 Pebruari 201 5