pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi ikan...

72
PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN RAINBOW BOESEMANI (Melanotaenia boesemani) SKRIPSI PROGRAM BUDIDAYA PERAIRAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN Oleh : WIDIATMAKA NIM. 135080500111045 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Upload: others

Post on 27-Oct-2020

7 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN RAINBOW BOESEMANI (Melanotaenia boesemani)

SKRIPSI PROGRAM BUDIDAYA PERAIRAN

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

Oleh : WIDIATMAKA

NIM. 135080500111045

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2017

Page 2: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN RAINBOW BOESEMANI (Melanotaenia boesemani)

SKRIPSI

PROGRAM BUDIDAYA PERAIRAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan

Di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

Oleh : WIDIATMAKA

NIM. 135080500111045

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2017

Page 3: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi
Page 4: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

IDENTITAS TIM PENGUJI

Judul : Pengaruh Kejutan Suhu Dingin Terhadap

Usaha Triploidisasi Ikan Rainbow

Boesemani (Melanotaenia boesemani)

Nama : W idiatmaka

NIM : 135080500111045

Program Studi

PENGUJI PEMBIMBING :

Pembimbing 1 : Dr. Ir. Maheno Sri Widodo, MS

Pembimbing 2 : Dr. Ir. Agoes Soeprijanto, MS

PENGUJI BUKAN PEMBIMBING :

Penguji 1 : Wahyu Endra Kusuma, S.Pi, M.P, D.Sc

Penguji 2 : Soko Nuswantoro, S.Pi, M.Si

Tanggal Ujian : 20 Desember 201

Page 5: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

v

PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya

juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh

orang lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar

pustaka.

Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil

penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.

Malang, November 2017

Mahasiswa,

(Widiatmaka)

Page 6: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

vi

RIWAYAT HIDUP

Widiatmaka adalah nama penulis skripsi ini. Penulis

lahir dari orang tua Suherman dan Suprihatin sebagai

anak tunggal. Penulis dilahirkan di Desa Karangan,

Kecamatan Karangan, Kabupaten Trenggalek, Jawa

Timur pada tanggal 05 Juni 1994. Penulis menempuh

pendidikan dimulai dari SD Negeri Surodakan III

(lulus tahun 2007), melanjutkan ke SMP Negeri I

Trenggalek (lulus tahun 2010) kemudian ke SMA Negeri I Trenggalek (lulus

tahun 2013) dan Universitas Brawijaya, Malang (on going), hingga akhirnya

bisa menempuh masa kuliah di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Program

Studi Budidaya Perairan.

Dengan ketekunan, motivasi tinggi untuk terus belajar dan berusaha, penulis

telah berhasil menyelesaikan skripsi ini. Semoga dengan penulisan skripsi ini

mampu memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan.

Akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur yang sebesar – besarnya atas

terselesaikannya skripsi yang berjudul “Pengaruh Kejutan Suhu Dingin

Terhadap Usaha Triploidisasi Ikan Rainbow Boesemani (Melanotaenia

Boesemani)”.

Page 7: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

vii

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis menyadari bahwa pelaksanaan penelitian skripsi ini tidak lepas

dari dukungan moril dan materil dari berbagai pihak. Melalui kesempatan ini,

penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya terhadap :

1. Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta inayahnya

sehingga memberikan kesadaran terhadap penulis untuk sesegera

mungkin menyusun skripsi ini.

2. Bapak Suherman, selaku ayah penulis yang senantiasa memberikan

dukungan moril dan materi untuk sesegera mungkin menyelesaikan studi

S1 agar secepatnya mendapat gelar Sarjana Perikanan.

3. Ibu Suprihatin, selaku Ibu dari penulis yang selalu sabar dalam mendidik

dan merawat penulis sedari kecil sehingga sekarang mampu menyusun

skripsi ini.

4. Saudara Arif Susbianto, yang telah memberikan inspirasi mengenai

penelitian ikan rainbow.

5. Dr. Ir. Maheno Sriwidodo, MS selaku pembimbing satu dalam

penyusunan skripsi yang selalu membimbing dan mengarahkan penulis

guna kelancaran program skripsi yang ditempuh.

6. Dr. Ir. Agoes Suprijanto, MS selaku pembimbing dua dalam penyusunan

skripsi yang selalu membimbing dan mengarahkan penulis guna

kelancaran program skripsi yang ditempuh.

7. Dr. Ir. Muhammad Fadjar, MSC selaku ketua program studi Budidaya

Perairan yang selalu memberikan pengarahan dalam pengambilan judul

skripsi, sehingga memudahkan penulis dalam menjalani program

skripsinya.

Page 8: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

viii

8. Pak Udin “Jhon”, selaku staf Laboratorium Budidaya Perairan divisi

Reproduksi ikan yang selalu memberikan bantuan dalam hal teknis untuk

kelancaran program skripsi yang ditempuh.

9. Sungging, Blek, Imam, Yuris, Shobir, Ulil dan Wahindra yang menjadi

mitra dalam melaksanakan program skripsi yang terhimpun di area “21”

serta lek Edo yang selalu menemani jaga malam ketika melakukan

perawatan dan pengamatan pada ikan.

10. Teman-teman “Repro People” yang selalu menemani saat pelaksanaan

skripsi.

11. Pak Bobby “Rainbow Man” yang selalu memberikan stok indukan rainbow

boesemani sebagai bahan yang digunakan dalam skripsi yang diambil.

Page 9: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

ix

RINGKASAN

WIDIATMAKA. Pengaruh Kejutan Suhu Dingin Terhadap Usaha Triploidisasi Ikan Rainbow Boesemani (Melanotaenia boesemani). Di bawah bimbingan Dr. Ir. Maheno Sri Widodo, MS dan Dr. Ir. Agoes Suprijanto, MS

Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis yang memiliki potensi sumberdaya ikan yang besar. Salah satunya adalah ikan hias, baik ikan hias air tawar maupun laut. Sedikitnya 240 jenis ikan hias laut (marine ornamental fish) dan 226 jenis ikan hias air tawar (freshwater ornamental fish). Beberapa jenis ikan hias air tawar bahkan tergolong spesies asli (indigenous species) dan langka, tidak terdapat di negara lain, misalnya Arwana (Sclerophages formosus), Botia (Botia macracantha) dan Balashark serta Rainbow Irian. Perkembangan ikan hias di Indonesia mengalami kemajuan yang terus meningkat, terutama ikan hias air tawar asli Indonesia. Prospek bisnis ikan hias di Indonesia cukup cerah. Faktor pendukungnya adalah jenis ikan yang beragam, air yang cukup, lahan yang masih luas dan iklim yang cocok. Ikan hias air tawar yang dibudidayakan di Indonesia tidak hanya komoditas ikan hias lokal saja tetapi ikan hias air tawar impor. Ikan rainbow merupakan salah satu komoditas ekspor dan salah satu ikan endemik yang artinya hanya ditemukan di Papua, Sulawesi dan Australia. Salah satu prinsip bioteknologi untuk meningkatkan produksi benih baik kualitas maupun kuantitasnya adalah rekayasa genetik. Dalam perkembangannya rekayasa genetik dapat dilakukan dengan poliploidisasi. Poliploidisasi merupakan salah satu metode manipulasi kromosom yang bertujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki kualitas ikan agar menghasilkan benih-benih yang mempunyai keunggulan, antara lain : pertumbuhan cepat, toleransi terhadap lingkungan dan resisten terhadap penyakit. Poliploidisasi yang banyak dikenal adalah triploidisasi dan tetraploidisi. Triploidisasi adalah manipulasi genetik yang dilakukan untuk membuat benih memiliki kromosom triploid, sedangkan tetraploidisasi adalah usaha yang dilakukan untuk membuat jumlah kromosom suatu individu menjadi tetraploid.

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Ikan Divisi Reproduksi Ikan dan Laboratorium Unit Pelaksana Teknis Perikanan Air Tawar Sumber Pasir Universitas Brawijaya, Malang pada bulan Mei 2017 – Juli 2017. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan eksperimen dengan rancangan acak lengkap menggunakan 4 perlakuan yaitu kejut suhu (0, 3, 4 dan 5°C) selama 90 detik dan 3 ulangan. Data hasil yang diperoleh dianalisa sidik ragam dilanjutkan uji BNT dan terakhir dilakukan uji polynomial orthogonal. Parameter utama yang diukur pada penelitian ini adalah jumlah ikan 3n, HR, SR dan GR, sedangkan parameter penunjang meliputi kualitas air meliputi suhu, pH dan oksigen terlarut.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa embriogenesis telur ikan rainbow boesemani sesuai dengan studi literatur yang ada. Kejutan suhu dingin juga dapat menghasilkan ikan rainbow boesemani yang triploid tetapi masih dalam persentase yang rendah atau tidak signifikan. Jumlah ikan triploid terbanyak yang dihasilkan pada penelitian ini didapatkan pada kejutan suhu 40 C sebeasar 13,33% jika dibandingkan dengan jumlah ikan triploid pada perlakuan kejutan suhu lainya. Diharapkan dengan diketahui bahwa kejutan suhu dingin berpengaruh untuk menghasilkan individu ikan triploid dapat memberikan manfaat bagi masyarakat untuk meningkatkan laju pertumbuhan pada ikan dan khususnya pertumbuhan pada ikan hias.

Page 10: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

x

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas limpahan

rahmat dan hidayah-Mu penulis dapat menyajikan Penelitian Skripsi yang

berjudul Pengaruh Pemberian Kejutan Suhu Dingin Terhadap Usaha Triploidisasi

Ikan Rainbow Boesemani (Melanotaenia boesemani)

Penelitian skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

mengerjakan skripsi pada program Strata-1 di Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang. Diharapkan skripsi ini berguna bagi

pihak yang membutuhkan sebagai suatu referensi terutama pada perkembangan

dan kemajuan pada sektor ikan hias di Indonesia .

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

sempurna dan memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam penyusunan skripsi ini

agar tulisan ini bisa bermanfaat bagi segenap pihak yang membutuhkan.

Malang, November 2017

Penulis

Page 11: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

xi

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ORISINALITAS .......................................................................... 4

UCAPAN TERIMAKASIH ................................................................................... vi

RINGKASAN ...................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ........................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv

1. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 3 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 3 1.4 Hipotesis ............................................................................................ 4 1.5 Kegunaan Penelitian .......................................................................... 4 1.6 Waktu dan Tempat ............................................................................. 4

2. TINAJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 5 2.1 Biologi Rainbow Boesemani ............................................................... 5

2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi ............................................................. 5 2.1.2 Reproduksi Rainbow Boesemani ................................................ 6 2.1.3 Perkembangan Telur Rainbow Boesemani ................................. 6

2.2 Pertumbuhan Ikan Rainbow Boesemani .......................................... 10 2.3 Triploidisasi ...................................................................................... 11 2.4 Metode Pemberian Kejutan Suhu ..................................................... 12 2.5 Pengaruh Pemberian Kejutan Suhu Dingin ...................................... 13 2.6 Triploidisasi Pada Ikan Hias ............................................................. 13 2.7 Metode Pengecekan Jumlah Kromosom .......................................... 14

3. METODE PENELITIAN ........................................................................................ 17 3.1 Alat dan Bahan Penelitian ................................................................ 17

3.1.1 Alat Penelitian ........................................................................... 17 3.1.2 Bahan Penelitian ....................................................................... 17 3.1.3 Media Penelitian ....................................................................... 17

3.3 Metode Penelitian ............................................................................ 18 3.4 Rancangan Percobaan Penelitian .................................................... 18 3.5 Prosedur Penelitian .......................................................................... 20

3.5.1 Persiapan Penelitian ................................................................. 20 3.6 Parameter Uji ................................................................................... 29

3.6.1 Parameter Utama ...................................................................... 29 3.6.2 Parameter Penunjang ............................................................... 30

3.7 Analisis Data .................................................................................... 31

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 32

Page 12: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

xii

4.1 Parameter Utama ............................................................................. 32 4.1.1 Embriogenesis Ikan Rainbow Boesemani ................................. 32 4.1.2 Jumlah Ikan Rainbow Roesemani Triploid ................................ 35 4.1.3 Hatcing Rate Telur Ikan Rainbow Boesemani ........................... 39 4.1.4 Survival Rate Ikan Rainbow Boesemani .................................... 42 4.1.5 Growth Rate Ikan Rainbow Boesemani ..................................... 44

4.2 Parameter Penunjang ...................................................................... 46

5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 51 5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 51 5.2 Saran ............................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 53

LAMPIRAN ......................................................................................................... 58

Page 13: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Ikan Rainbow Boesemani (Afini et al., 2016). ................................................... 5

2. Denah Percobaan. ......................................................................................... 19

3. Diagram Alur Aklimatisasi Indukan Rainbow Boesemani. .............................. 20

4. Diagram Alur Pemeliharaan Induk Rainbow Boesemani. ............................... 21

5. Diagram Alur Pemijahan Ikan Rainbow Boesemani. ...................................... 22

6. Diagram Alur Pengamatan Embriogenesis Telur Ikan Rainbow. .................... 23

7. Diagram Alur Pemberian Perlakuan Kejut Suhu Terhadap Telur yang Baru Dibuahi. ............................................................................................................. 24

8. Diagram penetasan telur ................................................................................ 25

9. Diagram Alur Pemeliharaan Larva. ................................................................ 26

10. Diagram Alur Uji Jumlah Kromosom. ........................................................... 27

11. (a) Kromosom larva rainbow boesemani diploid dan (b) kromosom larva boesemani dengan keterangan (Perbesaran 1000x). ........................................ 36

12. (a) Kromosom larva rainbow boesemani triploid dan (b) kromosom larva boesemani dengan keterangan (Perbesaran 1000x). ........................................ 37

13. Persentase larva triploid ikan rainbow boesemani selama penelitian ........... 38

14. Hatching rate larva ikan rainbow boesemani selama penelitian ................... 40

15. Survival rate larva rainbow selama penelitian. ............................................. 43

16. Growth rate larva rainbow boesemani selama penelitian. ............................ 45

Page 14: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perkembangan Embrio Ikan Pelangi (Melanotaenia boesemani) ..................... 7

2. Perbandingan embriogenesis ikan rainbow boesemani pada literatur dan yang

diamati langsung oleh penulis ............................................................................ 32

3. Data jumlah larva triploid ............................................................................... 37

4. Tabel sidik ragam jumlah larva triploid rainbow boesemani............................ 38

5. Data hatcing rate larva ikan rainbow boesemani (%) .................................... 40

6. Tabel sidik ragam hatcing rate ikan rainbow boesemani ................................ 42

7. Data survival rate pada hari ke 15 larva ikan rainbow boesemani .................. 42

8. Sidik ragam survival rate pada larva ikan rainbow boesemani ....................... 43

9. Data growth rate masing-masing perlakuan ................................................... 44

10. Sidik ragam growth rate pada larva ikan rainbow boesemani ....................... 45

11. Kualitas air Suhu .......................................................................................... 47

12. Kualitas Air DO ............................................................................................ 49

13. Tabel kualitas air pH ................................................................................... 50

Page 15: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Glosarium ...................................................................................................... 58

2. Alat dan Bahan Penelitian .............................................................................. 60

3. Data Pengamatan dan Analisa Perhitungan Ikan Triploid .............................. 63

4. Data Pengamatan dan Analisa Perhitungan Hatcing Rate ............................. 66

5. Data Pengamatan dan Analisa Perhitungan Survival Rate ............................ 69

6. Data Pengamatan dan Analisa Perhitungan Growth Rate .............................. 72

7. Data Kualitas Air ............................................................................................ 75

Page 16: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis yang memiliki

potensi sumberdaya ikan yang besar. Di dunia ikan hias, Indonesia mendapat

julukan Home for Hundred of Exotic Ornamental Fish Species. Salah satu

keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia dan patut dibanggakan adalah

keragaman spesies ikan hias air tawar (Kusrini et al. 2015). Sedikitnya ada 240

jenis ikan hias laut (marine ornamental fish) dan 226 jenis ikan hias air tawar

(freshwater ornamental fish). Perkembangan ikan hias di Indonesia mengalami

kemajuan yang terus meningkat, terutama ikan hias air tawar asli Indonesia

(Priono dan Satyani, 2012).

Dewasa ini perkembangan ikan hias air tawar Indonesia memiliki 15 jenis

ikan hias air tawar yang sangat diminati oleh masyarakat yaitu, Arwana, Barbus,

Black ghost, Botia, Cupang, Diskus, Frontosa, Guppy, Koi, Lou Han, Maanvis,

Maskoki, Oskar, Platy, Rainbow (Pelangi) (Lesmana & Daelami 2009). Dari

beberapa jenis yang dibutkan salah satunya adalah ikan rainbow yang paling

diminati masyarakat khususnya penggemar ikan hias karena memiliki morfologi

tubuh dan pola warna yang khas dan unik.

Ikan rainbow boesemani dan ikan rainbow merah merupakan jenis ikan

endemik yang berasal dari Irian Jaya, Indonesia. Kedua jenis ikan ini paling

diminati masyarakat di antara lima genus dan 37 spesies dari famili

Melanotaeniidae (Kadarusman et al. 2010). Ikan rainbow boesemani memiliki

harga jual yang lumayan tinggi yaitu sekitar 10.000 rupiah/ekor sedangkan, ikan

rainbow merah sebesar 5000 rupiah/ekor (Kuncoro 2011). Hal ini menunjukkan

bahwa perkembangan bisnis ikan hias di Indonesia mengalami peningkatan yang

cukup baik.

Page 17: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

2

Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi benih baik kualitas

maupun kuantitasnya adalah rekayasa genetik atau rekayasa kromosom.

Manipulasi kromosom dapat menghasilkan ikan dengan kualitas genetik yang

unggul, antara lain pertumbuhan cepat, toleransi terhadap lingkungan tinggi dan

resisten terhadap penyakit. Salah satu bentuk manipulasi kromosom adalah

pembuatan ikan poliploid. Poliploid yang banyak dikenal adalah triploid dan

tetraploid. (Nurasni et al, 2012).

Ikan triploid dapat dihasilkan dengan dua cara, yaitu melalui pembuatan

ikan tetraploid disilangkan dengan ikan diploid atau melalui penghambatan

peloncatan polar body II pada saat meiosis II (Pristariyoto et al, 2012). Beberapa

cara dapat dilakukan untuk penghambatan peloncatan polar body II antara lain

dengan pemberian perlakuan fisik seperti melakukan kejutan (shocking) suhu

panas (heat shock) maupun dingin (cold shock), tekanan (hydrostatic pressure)

dan secara kimiawi (Mukti, 2001).

Potensi ikan hias di Indonesia perlu diadakan pemuliaan spesies-spesies

ikan yang dapat dikembangkan di perairan indonesia dan ikan asli endemik

Indonesia yang tidak ditemukan ditempat lain. Salah satu ikan asli Indonesia

adalah ikan rainbow atau ikan pelangi. Ikan ini asli endemik daerah Irian Jaya

yang saat ini menjadi primadona dari para pecinta ikan hias. Ikan ini memiliki

harga yang stabil dan memiliki beragam spesies. Prinsip bioteknologi adalah

usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas benih pada

ikan. Rekayasa genetik yang dilakukan untuk memenuhi tujuan tersebut salah

satunya adalah triploidisasi. Triploidisasi dapat dilakukan dengan berbagai

metode salah satunya adalah dengan perlakuan kejutan suhu dingin. Maka dari

itu, pada penelitian ini untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas benih ikan

Rainbow Boesemani dilakukan usaha triploidisasi dengan memberikan perlakuan

kejutan suhu dingin pada telur ikan yang baru dibuahi.

Page 18: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

3

1.2 Rumusan Masalah

Jenis ikan hias rainbow boesemani (M. boesemani) memiliki keunikan

pada warna tubuhnya yang indah dengan adanya garis-garis yang menyerupai

warna pelangi. Ikan rainbow ini juga banyak diminati oleh para pecinta ikan hias

terutama untuk aquascape. Namun para pembudidaya ikan rainbow memiliki

kendala yaitu lamanya masa pertumbuhan ikan rainbow boesemani itu sendiri.

Maka dari itu pada penelitian ini, penulis ingin melakukan uji coba atau penelitian

tentang triploidisasi ikan rainbow boesemani untuk menghasilkan benih ikan

unggul yang memiliki laju pertumbuhan yang lebih baik. Berdasarkan hal tersebut

dapat ditarik beberapa rumusan masalah di antaranya :

• Bagaimana pengaruh perlakuan kejutan suhu terhadap keberhasilan

triploidisasi ikan Rainbow Boesemani?

• Bagaimana pengaruh perlakuan triploidisasi Rainbow Boesemani

terhadap survival rate, growth rate dan hatching rate larva ikan tersebut?

• Berapa suhu pada perlakuan kejutan suhu dingin yang optimal dalam

usaha triploidisasi ikan tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

• Menjelaskan tentang pengaruh pemberian kejutan suhu pada saat

perkembangan embrio terhadap triploidisasi ikan Rainbow Boesemani

(Melanotaenia boesemani).

• Menjelaskan tentang efek triploidisasi terhadap survival rate, growth rate

dan hatching rate pada telur ikan Rainbow Boesemani (Melanotaenia

boesemani)

Page 19: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

4

• Menjelaskan mengenai lama waktu dan suhu yang optimal dalam

perlakuan kejutan suhu untuk triploidisasi ikan Rainbow Boesemani

(Melanotaenia boesemani)

1.4 Hipotesis

H0: Pemberian perlakuan kejut dingin pada saat perkembangan embrio ikan

tidak berpengaruh terhadap usaha triploidisasi ikan rainbow boesemani.

H1: Pemberian perlakuan kejut dingin pada saat perkembangan embrio ikan

berpengaruh terhadap usaha triploidisasi ikan rainbow boesemani.

1.5 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai informasi tentang pengaruh

pemberian kejutan suhu dingin terhadap triploidisasi ikan Rainbow Boesemani

untuk meningkatkan daya jual ikan ini.

1.6 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Perairan Divisi

Reproduksi Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan Laboratorium UPT

Air Tawar Sumber Pasir Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas

Brawijaya, Malang pada Bulan Mei – Juni 2017.

Page 20: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

5

2. TINAJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Rainbow Boesemani

2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi

Menurut Allen dan Cross (1980), klasifikasi ikan rainbow bosemani adalah

sebagai berikut:

Phylum : Chordata

Sub phylum : Vertebrata

Class : Osteichthyes

Subclass : Actinopterygii

Ordo : Atheriniformes

Family : Melanotaeniidae

Genus : Melanotaenia

Spesies : Melanotaenia boesemani

Gambar 1. Ikan Rainbow Boesemani (Afini et al., 2016).

Ikan Rainbow Boesemani (M. boesemani) memiliki bentuk tubuh yang

khas yaitu bentuk mulut yang agak panjang, tubuh pipih, sirip punggung dan sirip

perut berbentuk simetris mendekati ekor, bentuk sirip ekor agak bercagak,

memiliki sirip punggung ganda, sirip punggung pertama lebih kecil dibandingkan

sirip punggung kedua yang letaknya berdekatan, sedangkan bentuk kepala untuk

ikan jantan lebih kecil dari ikan betina. Panjang maksimal ikan rainbow

Page 21: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

6

boesemani sekitar 9 cm ukuran jantan dewasa dan 7 cm ukuran betina dewasa

(Allen, 1991).

2.1.2 Reproduksi Rainbow Boesemani

Spesies ikan yang berasal dari famili Melanotaeniidae umumnya

tergolong pemijah bertahap, tidak mengasuh anaknya dan memperlihatkan pola

pemijahan yang bervariasi berdasarkan musim yaitu pada musim basah, musim

kering dan sepanjang waktu. Aktivitas reproduksi dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu: lingkungan, pakan dan genetik. Salah satu faktor lingkungan yang

dapat mempengaruhi pola reproduksi organisme akuatik adalah media

penempelan telur atau substrat (Mustahal et al., 2014).

Menurut Siby et al. (2009), reproduksi terjadi saat ikan telah mencapai

tingkat kematangan tertinggi pada ukuran pertama kali matang gonad (L50) pada

ikan jantan 99,5 mm dan betina 99,2 mm. Hal ini menggambarkan kematangan

pada ikan Rainbow jantan dan betina terjadi pada ukuran yang relatif sama.

Selain itu, pencapaian ukuran pertama kali matang gonad (L50) dapat juga

berbeda pada ikan jantan dan betina. Selain itu diketahui juga bahwa puncak

pemijahan ikan pelangi merah jantan dan betina ikan pelangi merah terjadi saat

musim hujan. Kondisi ini dapat menjamin ketersediaan makanan di alam.

2.1.3 Perkembangan Telur Rainbow Boesemani

Menurut Chumaidi et al. (2009), proses perkembangan embrio ikan

pelangi dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu inti sel telur, pembentukan calon

embrio dan perkembangan embrio hingga telur. Perkembangan telur ikan pelangi

dari awal pembuahan hingga telur tersebut menetas membutuhkan waktu

penetasan selama 6 – 7 hari. Dan setelah menetas menjadi larva hingga kuning

telur pada larva tersebut habis membutuhkan waktu hingga 2 – 3 hari.

Perkembangan embrio ikan pelangi dapat dilihat pada Tabel 1.

Page 22: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

7

Tabel 1. Perkembangan Embrio Ikan Rainbow (Chumaidi et al. (2009).

Tahap Perkembangan Karakteristik Perkembangan

Durasi Perkembangan

(Menit)

Pembelahan pertama telur membentuk dua sel. Butiran minyak berada pada bidang sisi telu antara kutub anima dan kutub vegetatif

0

Pembelahan kedua inti telur membentuk 4 sel. Butiran minyak bergerak ke bawah menuju kutub vegetatif

61

Pembelahan ketiga inti telur membentuk 8 sel. Butiran minyak berada pada kutub vegetatif

73

Pembelahan keempat inti telur membentuk 16 sel

77

Pembelahan kelima inti telur membentuk 32 sel

142

Pembelahan keenam inti telur membentuk 64 sel

147

Page 23: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

8

Pembelahan ketujuh inti telur membentuk banyak sel

234

Morula, sel-sel inti telur mulai bergerak ke bawah melingkupi kuning telur

658

Blastula, sel-sel inti telur telah melingkupi ½ kuning telur

781

Gastrula sel-sel inti telur telah melingkupi 2/3 kuning telur

1.204

Neurula calon embrio sudah terbentuk, beberapa somit sudah terlihat

1.177

Embrio awal. Embrio membentuk huruf C dan terbentuk calon mata

1.310

Embrio akhir. Bintik mata sudah terlihat somit-somit mulai terlihat jelas

1.466

Page 24: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

9

Telur menetas menjadi larva

8.660

Hasil penelitian Nugraha (2004), menyatakan proses perkembangan

embrio ikan rainbow akan menetas 7 hari setelah terjadi pembuahan. Telur yang

dibuahi akan terlihat terang di daerah kutub-kutub anima yang mengalami

pembelahan, sementara bagian yang lebih gelap merupakan massa kuning telur

yang terdapat dikutub vegetative dan tidak mengalami pembelahan. Pada

perkembangannya, pembelahan pertama terjadi pada satu jam 13 menit setelah

pembuahan yang menghasilkan dua sel yang ukurannya sama besar, tetapi lebih

kecil dari satu sel sebelumnya. Pembelahan kedua terjadi satu jam 45 menit

setelah pembuahan yang menghasilkan empat sel yang ukurannya sama besar,

tetapi lebih kecil dari dua sel sebelumnya. Pembelahan kedua ini diawali dengan

dua buah blastomer yang masing-masing membelah menjadi dua sel sehingga

menghasilkan empat buah blastomer yang sama besar. Keempat buah blastomer

tersusun dalam dua baris yang sejajar dimana setiap baris terdiri dari dua buah

blastomer yang sama besar. Peristiwa selanjutnya adalah pembelahan ke tiga,

ke empat, ke lima dan seterusnya hingga membentuk morula pada lima jam

delapan menit setelah pembuahan. Pada saat morula ini sel-sel hasil

pembelahan sulit untuk dihitung jumahnya. Setelah fase morula, fase berikutnya

adalah fase blastula dengan ditandai terbentuknya rongga blastosul dibawah

blastoderm dan lapisan troploblas/periblas dibawah blastosul. Terjadi tepat tujuh

jam 45 menit setelah pembuahan. Perubahan selanjutnya adalah dari fase

blastula menjadi fase glastrula. Perubahan fase blastula ke fase glastrula ini

membutuhkan waktu empat jam 42 menit atau 12 jam 27 menit dari fase

pembuahan. Fase glastrula ini ditandai dengan adanya lekukan pada bagian

Page 25: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

10

endoderm, sehingga terdapat tiga lapisan yaitu ektoderm, mesoderm, dan

endoderm. Perkembangan selanjutnya adalah fase awal organogenesis teramati

18 jam 50 menit setelah pembuahan dengan dimulai pembentukan tabung yang

menyerupai bentuk tubuh atau disebut juga notokorda. Kemudian akan muncul

tonjolan yang menyerupai bentuk tubuh atau disebut notokorda. Kemudian akan

muncul tonjolan yang menyerupai bakal kepala, bakal tubuh dan setelah itu akan

muncul somit. Pada 35 jam 42 menit setelah pembuahan fase bintik mata

terbentuk. Pertama-tama akan terdapat bakal mata yang kemudian dari jam ke

jam mata tersebut berubah warna dari coklat muda, coklat tua hingga mata

sudah benar-benar berwarna hitam. Pada saat bersamaan juga kuning telur

diserap oleh tubuh embrio untuk pembentukan organ-organ tubuhnya. Setelah 47

jam 26 menit embrio ikan akan terlihat mulai bergerak-gerak, walaupun tidak

secara aktif akan tetapi ini menandakan bahwa embrio dalam telur tersebut telah

ditiupkan ruh. Setelah pergerakan pertama kali embrio ini maka secara sedikit

demi sedikit akan terjadi pembentukan organ-organ tubuh yang lain hingga

embrio siap untuk menetas, yaitu ketika tujuh hari setelah pembuahan. Jika telur

sudah menetas pada larva tersebut masih mempunyai kantong kuning telur.

Kuning telur ini bias bertahan 2-3 hari sebagai cadangan makanan.

2.2 Pertumbuhan Ikan Rainbow Boesemani

Dalam perkembangan hidupnya, ikan rainbow mengalami beberapa fase

kehidupan yaitu telur, larva, benih, dewasa, induk. Menurut Chumaidi et al.,

(2009), proses embryogenesis yang terjadi pada ikan pelangi merah berlangsung

relatif lama yaitu 125 jam. Setelah proses embriogenesi, larva ikan rainbow

merah ketika menetas sudah memiliki sirip dada dan sirip ekor yang masih

menyatu dengan anal dan sirip punggung. Larva ikan rainbow sudah membentuk

sirip dada sebelum larva menetas, sedangkan pada spesies rainbow sirip dada

terlihat ketika larva baru menetas

Page 26: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

11

Larva ikan rainbow boesemani yang baru menetas sudah memiliki sirip

dada namun sirip anal dan sirip punggung masih menyatu dengan sirip ekor yang

berbentuk bulat. Larva ikan rainbow boesemani yang berusia 11 hari sudah

mengalami pembelokan tulang ekor di sirip ekor. Larva ikan rainbow boesemani

usia 14 hari sudah terlihat sirip anal dan sirip punggung dengan panjang total

8.12 mm dengan sirip anal yang sudah memiliki jarijari sirip yang lebih mengeras.

Jarijari sirip punggung terlihat mengeras ketika larva ikan rainbow boesemani

berusia 18 hari dan belum terlihat sirip punggung yang terbagi menjadi dua

bagian (Yuliani, 2013).

2.3 Triploidisasi

Salah satu proses poliploidisasi adalah triploidisasi dengan terbentuknya

individu yang memiliki kromosom tiga set yang steril. Triploidisasi telah dilakukan

dan digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan ikan. Pembentukan ikan

triploid dilakukan dengan memberi kejutan panas pada telur yang dibuahi secara

normal pada saat tingkat meiosis II. Pemberian kejutan tersebut diharapkan

dapat mencegah terlepasnya polar-body II sehingga terbentuk keadaan triploid

(Nurasni, 2012). Ikan triploid dapat dihasilkan dengan dua cara, yaitu melalui

pembuatan ikan tetraploid disilangkan dengan ikan diploid atau melalui

penghambatan peloncatan polar body II pada saat meiosis II (Pristiariyoto, 2013).

Poliploidisasi adalah usaha, proses atau kejadian yang menyebabkan

individu berkromosom lebih dari dua set. Salah satunya yang paling populer

adalah triploidisasi. Individu triploid adalah individu yang memiliki tiga set

kromosom (3n). Individu tersebut bersifat steril sehillgga memiliki laju

pertumbuhan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan individu normal. Hal ini

dikarenakan individu triploid tidak membutuhkan energi untuk perkembangan

Page 27: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

12

gonadnya sehingga energi tersebut dapat digunakan untuk pertuinbuhan

tubuhnya (Widiyanti, 2008).

2.4 Metode Pemberian Kejutan Suhu

Pada penelitian mengenai poliploidisasi telah dilakukan pada beberapa

kelompok ikan untuk menghasilkan ikan poliploid melalui induksi kejutan dingin.

Pemberian kejutan suhu biasanya dilakukan pada saat perkembangan telur ikan

atau beberapa saat setelah telur terbuahi oleh sperma pejantan. Perlakuan

kejutan suhu dingin untuk dapat memperlihatkan individu triploidisasi pada

penelitian yang dilakukan oleh Tian-jun Xu dan Song-lin Chen (2010), kejutan

suhu dingin 3°C dilakukan tiga atau empat menit setelah pembuahan telur oleh

sperma jantan pada ikan Japanese flounder (Paralichthys olivaceus). Menurut

Hartono dan Witoko (2012), pembentukan individu triploid pada ikan patin dapat

dilakukan dengan kejutan suhu 40C yang dilakukan dua sampai lima menit

setelah proses pembuahan. Sedangkan Cassani dan Caton (1985), menyatakan

untuk menghasilkan individu triploid pada ikan grass carp dapat dilakukan

dengan kejutan dingin pada suhu 5-70C pada saat 2-4 menit setelah terjadi

pembuahan.

Menurut Van Eenennaam (1995), untuk menghasilkan individu triploid

pada ikan dapat dilakukan dengan kejutan suhu dingin 30C pada saat setelah

terjadi proses pembuahan telur oleh sperma jantan. Menurut Hartono dan

Febriani (2013), kejutan suhu dingin 40C pada telur ikan patin yang telah dibuahi

dapat menghasilkan individu triploid ikan patin. Kejutan suhu dingin 40C

dilakukan 3 menit setelah terjadi pembuahan. Sedangkan Marx dan Sukumaran

(2007), menyatakan kejutan suhu dingin 50C dapat menghasilkan individu triploid

pada ikan lele (Clarias gariepinus). Kejutan suhu dingin 50C dilakukan saat

setelah 2-4 menit terjadi pembuahan.

Page 28: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

13

2.5 Pengaruh Pemberian Kejutan Suhu Dingin

Efek atau pengaruh dari perendaman telur yang dilakukan dalam suhu

rendah untuk beberapa saat tentunya mempunyai pengaruh dalam proses

ploidisasi. Hal ini dijelaskan oleh Ulusu dan Tezcan (2001), bahwa kejutan suhu

dingin dapat mempengaruhi komposisi membran dan fungsi susunan membran

yang optimal. Kejutan dingin juga dapat mempengaruhi pembelahan sel pada

telur ikan. Selain itu, kejutan suhu rendah dapat merusak protein-protein pada

sitoplasma telur. Perlakuan perendaman telur ini dilakukan setelah beberapa

saat terjadi pembuahan.

Menurut Hartono et al. (2016), bahwa perlakuan kejutan suhu rendah

dapat menyebabkan kematian pada telur, hal ini disebabkan karena adanya

kerusakan sitoplasma pada telur itu sendiri. Selain itu, perlakuan kejutan suhu

rendah juga dapat menyebabkan kerusakan pada benang spindle yang terbentuk

selama proses pembelahan sel didalam telur. Hal ini disebabkan karena adanya

kejutan ganda pada telur yang sudah diberikan kejutan suhu dingin (3-50C) akan

langsung diinkubasi pada perairan dengan suhu normal. Hal ini juga dapat

mempengaruhi daya tetas pada telur tersebut.

2.6 Triploidisasi Pada Ikan Hias

Triploidisasi umumnya telah banyak dilakukan pada ikan konsumsi namun

rekaya genetik berupa triploidisasi juga telah dilakukan pada ikan hias. Salah

satu usaha triploidisasi pada ikan hias telah dilakukan Uma dan Chandran

(2008), pada ikan hias black tetra (Gymnocorymbus ternetzi) dengan

menggunakan kejutan suhu dingin 90C pada telur ikan black tetra yang baru saja

dibuai dengan waktu kejutan suhu dingin yang optimal selama 2,75 menit.

Setelah dilakukan kejutan suhu dingin, telur dimasukan ke dalam akuarium untuk

proses inkubasi telur dengan suhu 250C sampai terjadinya penetasan telur.

Page 29: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

14

Penelitian mengenai triploidisasi pada ikan hias tidak hanya pada ikan

black tetra saja, triploidisasi pada ikan hias lainnya telah dilakukan

Sumantadinata dan Hadiroseyani (2002) yang melakukan triploidisasi pada ikan

hias lain yaitu ikan koi dengan menggunakan kejutan suhu panas dan kejutan

suhu dingin. Pada kejutan suhu panas menggunakan suhu 400C dan suhu dingin

dapat menggunakan suhu 40C pada telur yang telah dibuahi selama 1-1,5 menit

dan dilakukan 2-3 menit setelah terjadi pembuahan pada telur. Triploidisasi pada

ikan koi ini bertujuan untuk meningkatkan laju pertumbuhan dan perbaikkan

warna pada tubuh ikan koi.

2.7 Metode Pengecekan Jumlah Kromosom

Pengujian jumlah kromosom pada ikan yang diberi perlakuan merupakan

kunci dari keberhasilan pada penelitian yang dilakukan ini. Ada beberapa metode

pengecekan jumlah kromosom pada makhluk hidup dan ikan pada khususnya

adalah metode yang digunakan oleh Said et al. (2003), pada penelitian ini juga

dilakukan perhitungan jumlah kromosom ikan rainbow. Pada metode perhitungan

kromosom yang digunakan ada beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan

diantaranya adalah:

a. Persiapan Jaringan

Sejumlah larva ikan berumur 10 - 30 hari direndam dalam larutan kolkisin

0,01 - 0,09% w/v (70 - 90 mg kolkisin dalam 1 L air pemeliharaan). Larva

dibiarkan berenang selarna 7,5 - 9,0 jam. Larva kemudian dimatikan dan

dimasukkan dalam larutan hipotonik 0,075M KCI selama 90 - 100 menit. Larva

kemudian difiksasi dengan larutan Carnoy yaitu campuran etanol absolut dengan

asam asetat glasial (dengan perbandingan 3:1) selama 2x30 menit.

Page 30: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

15

b. Pembuatan Preparat

Larva yang telah difiksasi dikeringkan dengan kain kasa atau kertas tisu

kemudian ditempatkan dalam kaca objek cekung dan ditetesi 3 - 5 tetes asam

asetat 50%. Larva diaduk dengan scalpel sampai terbentuk suspensi. Suspensi

diambil menegunakan pipet pasteur kemudian dibuat ring (lingkaran) pada kaca

obyek yang telah diletakkan di atas hot plate pada suhu 45 - 500C. Pembuatan

lingkaran dilakukan dengan cara mengeluarkan suspense, lalu dihisap kembali.

Pada tiap preparat dapat dibuat 3 - 4 lingkaran dan setiap sampel suspensi dapat

dibuat 4 - 5 buah preparat.

c. Pewarnaan Preparat

Preparat yang dihasilkan diwarnai menggunakan Giemsa yang dilarutkan

dalam Phosphat Buffer Saline/PBS pH 6. 88 dengan perbandingan 1:30, selama

30-60 menit. Preparat kemudian dicuci dengan air mengalir lalu dikering

anginkan. Hasilnya diamati di bawah mikroskop pada perbesaran 400 - 1000 kali.

Preparat dengan sebaran yang baik dipotret dengan perbesaran 1000 kali untuk

kemudian dianalisis.

d. Pengamatan dan Pengambilan Data

Analisis diiakukan terhadap jumlah dan bentuk kromosom. Jumlah

kromosom dihitung dan diambil dari 10 - 20 ring dengan sebaran yang baik.

Untuk menentukan jumlah kromosom, perlu dilakukan perhitungan secara

manual dan jika ikan memiliki kromosom triploid maka jumlah kromosom akan

menjadi setengah kali lebih banyak dari ikan normal, sedangkan ikan tetraploid

memiliki jumlah kromosom dua kali kromosom ikan normal.

Sedangkan pada penelitian lain yang membahas tentang triploidisasi

yang dilakukan oleh Alawi et al. (2009), penentuan keberhasilan induksi triploid

dievaluasi berdasarkan pengukuran sel darah merah (diameter panjang, pendek,

luas dan volume sel) saat ikan berumur 40 hari. Hasil studi memperlihatkan

Page 31: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

16

bahwa sel darah merah (luas atau volume) ikan triploid lebih besar dari sel darah

merah diploid. Tingkat induksi triploid dihitung berdasarkan volume sel darah

merah 1.5 kali dari sel darah diploid dari 12 ekor ikan yang disampel.

Page 32: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

17

3. METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan Penelitian

3.1.1 Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain heater aquarium 75

watt, akuarium pemijahan ukuran 50 x 30 x 30 cm, akuarium pemeliharaan induk

berukuran 120 x 50 x 50 cm, toples ukuran 4 liter, toples ukuran 15 liter,

thermometer akuarium, kotak sterofoam, pipet tetes, mikroskop binokuler,

kamera, aerator set, alat tulis, rak akuarium, seser, substrat penempelan telur

ikan, sectio set, hot plate, kabel roll dan objek glass, timbangan analitik, DO

meter, pH meter, heater masak, cawan petri, beaker glass.

3.1.2 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain indukan ikan

rainbow boesemani (M. boesemani) yang didapatkan dari petani ikan di

Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten, pakan alami berupa

artemia, jentik nyamuk, cacing darah beku, telur ikan rainbow, asam asetat, KCL,

giemsa, akuades, asam asetat glasial, kolkisin.

3.1.3 Media Penelitian

Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuarium yang

berukuran 50 x 30 x 30 cm yang berisi air tawar berjumlah lima buah untuk

pemijahan indukan ikan rainbow dan tiga buah akuarium berukuran 120 x 50 x 50

cm untuk tempat pemeliharaan indukan. Kemudian dibutuhkan juga toples

ukuran 15 liter untuk inkubasi telur yang sudah diberikan perlakuan suhu. Toples

ukuran 4 liter yang digunakan untuk pemberian perlakuan kejutan suhu yang

diberi heater dan thermometer, sedangkan akuarium untuk pembesaran larva

berukuran 120 x 40 x 15 cm dengan masing-masing tempat adalah 20 x 10 x 15

Page 33: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

18

cm. Air yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari tandon air yang ada di

Laboratorium Budidaya divisi Reproduksi Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Universitas Brawijaya Malang. Sedangkan untuk pengecekan jumlah

kromosom ikan yang diberi perlakuan, dilakukan di Laboratorium UPT Air Tawar

Sumber Pasir Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya,

Malang.

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif dan

eksperimen. Budiarto (2002), menjelaskan bahwa metode deskriptif dapat

diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan

menggambarkan/melukiskan keadaan subjek/objek penelitian pada saat

sekarang berdasarkan fakta-fakta. Sedangkan menurut Hartanto (2003), bahwa

dasar penelitian eksperimen adalah menguji hubungan satu sebab (cause) dan

akibat (effect). Sistem yang digunakan dalam pengujian yaitu tertutup dengan

kondisi terkontrol. Rancangan penelitian ini berguna untuk mendapatkan

informasi yang relevan.

3.4 Rancangan Percobaan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Desain

rancangan acak lengkap ini digunakan karena percobaan dilakukan di

laboratorium dengan kondisi lingkungan yang dapat dikontrol (Nazir, 2003). RAL

merupakan rancangan penelitian yang paling sederhana dengan bahan yang

homogen dan perlakuan terbatas. Keuntungan menggunakan RAL yaitu denah

perancangan lebih mudah, analisis statistik terhadap subjek percobaan sangat

sederhana, fleksibel dalam penggunaan jumlah perlakuan dan jumlah ulangan,

kehilangan informasi relatif sedikit dalam hal data hilang dibandingkan dengan

rancangan lain (Novianti et al., 2014).

Page 34: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

19

Penelitian ini dilakukan peneliti didasari oleh beberapa alasan tertentu.

Dari beberapa alasan diantaranya adalah pemijahan secara alami dipilih karena

ikan rainbow tidak bisa untuk distriping dan juga pemberian kejut suhu dilakukan

dengan dasar sebelum terbentuknya kutub anima pada telur, sehingga dapat

disimpulkan badan polar belum meninggalkan sel telur yang baru saja dibuahi,

sedangkan pemilihan suhu kejut 3, 4 dan 5 ⁰C karena pada suhu 4 ⁰C dapat

mengakibatkan komposisi dan fungsi susunan membran pada telur tidak optimal.

Pada suhu 4 ⁰C juga dapat mempengaruhi pembelahan sel pada telur ikan yang

diakibatkan rusaknya protein-protein pada sitoplasma telur. Suhu 3 dan 5⁰C

dipilih karena suhu tersebut satu derajat di atas dan di bawah suhu yang dapat

mendenaturasi protein. Lama kejutan suhu dipilih 90 detik dari hasil persiapan

penelitian. Pada lama waktu ini didapati daya tetas telur yang paling tinggi dari

waktu 120 dan 150 detik, sehingga dipilih untuk meningkatkan telur yang

menetas dengan tujuan untuk meningkatkan ketelitian dengan adanya telur yang

berhasil menetas lebih banyak.

K : Perlakuan kontrol, yaitu penetasan telur ikan secara normal (biasa)

A : Perlakuan kejutan suhu dingin 3˚C pada telur yang baru terfertilisasi selama

90 detik

B : Perlakuan kejutan suhu dingin 4˚C pada telur yang baru terfertilisasi selama

90 detik

C : Perlakuan kejutan suhu dingin 5˚C pada telur yang baru terfertilisasi selama

90 detik

Gambar 2. Denah Percobaan. Keterangan : (K-C) Perlakuan, (1-3) = Ulangan

K3 A3 B1 C2 C1 B3

A2 K2 A1 B2 C3 K1

Page 35: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

20

3.5 Prosedur Penelitian

3.5.1 Persiapan Penelitian

a. Aklimatisasi Indukan Rainbow Boesemani

• Aklimatisasi yang dilakukan pertama adalah menyiapkan wadah

pemeliharaan berupa akuarium dengan dimensi 120 x 50 x 50 cm.

Penggunaan akuarium yang relatif besar dengan tujuan agar fluktuasi

suhu yang tinggi dapat dihindari karena banyaknya jumlah volume air,

sehingga suhu cenderung mudah dikontrol.

• Akuarium tersebut kemudian dibersihkan dan diisi air dengan ketinggian

40 cm.

• Akuarium yang telah berisi air, selanjutnya diberi filter air untuk menjaga

kebersihan akuarium dan memberi gerakan air agar mempermudah

terjadinya difusi oksigen dan diberi heater aquarium 50 watt sebanyak

empat buah dan di atur suhunya 30ºC.

• Satu dari lima heater yang telah dipasang setiap satu minggu sekali

dilepas, sehingga pada hari ke 28 akuarium tidak menggunakan heater

Akuarium Pemeliharaan

Diberi heater 4 buah, Thermometer dan Aerasi pada akuarium tersebut

Aklimatisasi dilakukan selama satu bulan

Setiap satu minggu sekali heater yang terpasang pada akuarium dilepas

satu persatu

Pada minggu ke empat akuarium yang digunakan untuk memelihara

ikan sudah tidak menggunakan heater lagi

Gambar 3. Diagram Alur Aklimatisasi Indukan Rainbow Boesemani.

Page 36: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

21

sama sekali. Hal ini bertujuan agar ikan dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungan baru.

b. Pemeliharaan Induk Rainbow Boesemani

• Pemeliharaan induk ikan rainbow boesemani (Melanotaenia boesemani)

meliputi pemberian pakan dua kali sehari yaitu pada pagi hari pukul 07.00

dan pada sore hari pukul 16.00.

• Pakan yang digunakan dalam pemeliharaan induk adalah pakan berupa

cacing darah beku. Untuk satu kali memberi pakan berjumlah 12 kotak

dan cacing darah beku sebelumnya juga harus diencerkan terlebih dahulu

setelah itu diberikan pada induk.

• Penyifonan atau pembersihan akuarium dari lumut, feses dan kotoran lain

dilakukan setiap tiga hari sekali atau dilakukan dua kali dalam satu

minggu. Penyifonan ini juga bertujuan agar induk ikan rainbow terhindar

dari berbagai penyakit. Alat yang digunakan untuk penyifonan selang

berukuran 0.5 dim/inchi dan metode yang digunakan adalah metode flow

water. Flow water itu berarti pada saat air mulai keluar juga harus

ditambahkan air kedalam akuarium yang sedang dibersihkan.

Indukan Rainbow Boesemani

Diberi pakan dua kali sehari

Pagi pukul 07.00 dan sore pukul 16.00 diberi pakan berupa cacing

darah beku yang berjumlah 12 kotak

Penyifonan kotoran dan sisa pakan dilakukan setiap dua kali dalam satu

minggu

Gambar 4. Diagram Alur Pemeliharaan Induk Rainbow Boesemani.

Page 37: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

22

c. Pemijahan Ikan Rainbow Boesemani

• Pemijahan dilakukan di dalam akuarium yang memiliki dimensi 50 x 30 x

30 cm yang diisi air dengan ketinggian 40 cm.

• Akuarium pemijahan dilengkapi dengan airator yang menjamin adanya

oksigen terlarut dalam air.

• Sebelum dipijahkan, ikan jantan dan betina dipasangkan selama tiga hari

tanpa memberikan substrat untuk penempelan telur.

• Pemijahan dilakukan pada hari keempat setelah tiga hari dipasangkan

dengan perbandingan antara jantan dan betina adalah 2:3.

• Setelah ikan dipasangkan selama tiga hari, kemudian pada hari keempat

ketinggian air dalam akuarium diturunkan menjadi 20 cm dan aerator juga

tetap dinyalakan untuk memenuhi kebutuhan oksigen terlarut dalam air.

• Akuarium yang telah dikurangi ketinggian airnya kemudian di beri substrat

berupa tali rafia di dalamnya berjumlah lima buah pada pukul 16.00 WIB.

Akuarium pemijahan diberi substrat berupa tali rafia yang dilengkapi

pemberat berjumlah tiga buah

Indukan Jantan dan Betina

Dipasangkan pada akuarium pemijahan selama tiga hari

Perbandingan pada tiap-tiap akuarium pemijahan antara jantan dan

betina adalah 2:3

Pada hari ke empat, setelah diberi pakan air pada akuarium pemijahan

diturunkan menjadi 20 cm

Pemijahan berlangsung selama satu malam dan selama masa

pemijahan dilakukan pengontrolan setiap 30 menit sekali

Gambar 5. Diagram Alur Pemijahan Ikan Rainbow Boesemani.

Page 38: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

23

• Ikan diawasi terus sepanjang malam untuk pengambilan telur yang baru

saja dibuahi untuk selanjutnya diberikan perlakuan kejutan suhu.

• Telur yang baru saja dikeluarkan oleh induk betina dan dibuahi oleh

sperma induk jantan secepatnya dikeluarkan dari perairan untuk

selanjutnya diberikan perlakuan suhu.

• Pemijahan ikan ini akan berakhir pada pagi hari pada pukul 05.00 WIB

substrat diangkat dan air kembali diisi dengan ketinggian 40 cm.

d. Pengamatan Embriogenesis Telur Ikan Rainbow

• Pengamatan embriogenesis telur ikan dilakukan dari pertama telur

diangkat sampai telur menetas.

• Pengamatan dilakukan pada setiap perlakuan yang dilakukan pada ikan

(kontrol, kejut suhu 3o, 4o dan 5⁰C).

• Pengamatan dilakukan dengan objek glass cekung di bawah mikroskop

dengan perbesaran 40 dan 100 kali.

Telur yang diangkat dari akuarium 30 menit setelah dilakukannya

pemijah dimulai kontroling pada pukul 00.00

Diangkat dari akuarium dan diganti setelah substrat lama diambil

Telur yang menempel pada substrat diambil satu dan diamati sesuai

dengan literature yang telah didapat

Khusus untuk embryogenesis telur dengan perlakuan, sebelum telur

diamati terlebih dahulu dilakukan kejutan suhu 3o, 4o dan 5⁰C

Pengamatan dilakukan di bawah mikroskop dengan objek glass cekung

dengan perbesaran 40 sampai 100 kali

Gambar 6. Diagram Alur Pengamatan Embriogenesis Telur Ikan Rainbow.

Page 39: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

24

• Hasil dari pengamatan embriogenesis berguna untuk menentukan kapan

dilakukan kejutan suhu yang tepat untuk membuat usaha triploidisasi ikan

ini berhasil.

e. Pemberian Perlakuan Kejut Suhu Terhadap Telur yang Baru Dibuahi

• Pemberian kejutan suhu dilakukan menggunakan toples ukuran 4 liter

yang suhunya disesuaikan dengan cara mencampurkan es batu dengan

air biasa dan ditunggu sampai suhu yang diinginkan.

• Kejutan suhu (perendaman) dilakukan selama 90 detik.

• Perendaman dilakukan dengan cara mengambil substrat dari akuarium

pemijahan yang telah berisi telur dan derendam beserta substratnya.

• Suhu yang digunakan untuk perendaman adalah 3o, 4o dan 5°C.

• Setelah perendaman selesai, telur yang telah diberi perlakuan

dikembalikan ke dalam wadah penetasan toples berukuran 15 liter

dengan suhu air yang normal.

• Jika telur yang telah diberi perlakuan kejutan suhu berhasil menetas

berarti telur tersebut mampu bertahan dengan perlakuan kejutan suhu

yang diberikan dan bisa dipelihara sampai menjadi dewasa.

Toples ukuran 4 liter diisi air yang suhunya disesuaikan dengan masing-

masing perlakuan yang diinginkan

Telur dalam substrat langsung dimasukkan ke dalam toples ukuran 4

liter yang suhunya sudah disesuaikan dan perendaman dilakukan

selama 90 detik

Telur yang sudah diberi perlakuan kemudian dikembalikan pada wadah

penetasan toples ukuran 15 liter

Penetasan akan berlangsung selama satu minggu

Gambar 7. Diagram Alur Pemberian Perlakuan Kejut Suhu Terhadap Telur yang Baru Dibuahi.

Page 40: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

25

f. Penetasan Telur

• Pada penetasan telur diberikan suhu kamar selama masa penetsan,

penetasan ini berlangsung selama 6 sampai 7 hari terhitung dari hari

pertama kali telur dibuahi.

• Selama masa penetasan telur setiap hari pada perkembangan telur

diamati dan dihitung telur yang mati dan dilakukan pemeliharaan agar

telur tetap bersih terhindar dari kotoran-kotoran.

• Tempat penetasan telur adalah toples berukuran 15 liter dan diberi

aerator agar telurnya tetap mendapatkan oksigen terlarut yang optimal.

• Setiap wadah diberi penetasan telur diberikan atau diletakkan telur yang

berjumlah 25 butir.

• Selama masa penetasan telur setiap harinya diamati, untuk memonitoring

kesehatan telur untuk menghitung jumlah telur yang sehat dan mati, serta

untuk menentukan jumlah hatcing rate telur yang didapat.

Telur di letakkan pada wadah penetasan toples ukuran 15 liter yang

masing-masing berjumlah 25 butir

Dimasukkan pada toples berukuran 15 liter dan diberi kertas label

Penetasan berlangsung selama 6-7 hari

Setiap pagi dikontrol kesehatan dan kebersihan dari tempat penetasan

Setelah telur menetas dilakukan perhitungan hatcing rate dengan rumus

(Murni et al., 2015)

Gambar 8. Diagram penetasan telur

Page 41: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

26

g. Pemeliharaan Larva

• Pemeliharaan larva dilakukan menggunakan inkubator yang memiliki

resirkulasi air ukuran 120 x 40 x 15 dengan masing-masing tempat adalah

20 x 10 x 15 cm.

• Bak pemeliharaan dilengkapi dengan thermometer akuarium yang

berfungsi sebagai penanda suhu. Jika sewaktu-waktu suhu mengalami

perubahan yang derastis bisa langsung ditangani.

• Pemeliharaan larva dari menetas berlangsung selama 15 hari, sampai

larva siap untuk diamati jumlah kromosomnya. Selama pemeliharaan juga

diamati dan dicatat bila ada larva yang mati.

• Sebelum dilakukan uji kromosom ikan terlebih dulu dihitung survival rate

dan growth rate untuk mengetahui perkembangan larva tersebut.

Penetasan berlangsung selama 6-7 hari

Dilakukan pada akuarium inkubator dengan ukuran 20 x 10 x 15 cm

Setelah berusia 15 hari ikan siap dicek jumlah kromosomnya

Diberi pakan setiap pagi dan sore menggunakan artemia secukupnya

(Mambrasar et al., 2015)

Dihitung SR nya

Dihitung GR nya

(Afrianto dan Liviawaty, 2005)

Gambar 9. Diagram Alur Pemeliharaan Larva.

Page 42: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

27

h. Uji Jumlah Kromosom

Larva umur 15 hari

Dilakukan perendaman larva ikan dalam larutan kolkisin 0,01 -0,09%

w/v (10-90 mg kolkisin dalam 1 L air pemeliharaan). Larva dibiarkan

berenang selarna 7,5 - 9,0 jam.

Setelah dilakukan perendaman, larva ikan kemudian dimatikan dan

dimasukkan dalam larutan hipotonik 0,075M KCI selama 90 - 100 rnenit.

Larva kemudian difiksasi dengan larutan Carnoy yaitu campuran etanol

absolut dengan asam asetat glasial (dengan perbandingan 3 : 1 )

selama 2x30 menit.

Selanjutnya dilakukan pembuatan preparat yaitu dengan cara larva

yang telah difiksasi dikeringkan dengan kain kasa atau kertas tisu

kemudian ditempatkan dalam kaca objek cekung dan ditetesi 3 - 5 tetes

asam asetat 50%. Larva diaduk dengan scalpel sampai terbentuk

suspensi.

Selanjutnya supensi diambil menggunakan pipet Pasteur kemudian

dibuat ring (lingkaran) pada kaca obyek yang telah diletakkan di atas hot

plate pada suhu 45 - 500C. Pada tiap preparat dapat dibuat 3 - 4

lingkaran.

Selanjutnya dilakukan pewarnaan preparat menggunakan giemsa yang

dilarutkan dalam Phosphat Buffer Saline/PBS pH 6,88 dengan

perbandingan 1:30 selama 30-60 menit.

Preparat kemudian dicuci dengan air mengalir lalu dikeringanginkan.

Preparat kemudian diamati di bawah mikroskop pada perbesaran 400 -

1000 kali.

Preparat dengan sebaran yang baik didokumentasikan dengan

perbesaran 1000 kali urtuk kemudian dianalisis dan dihitung jumlah

kromosomnya.

Dihitung jumlah ikan yang memliki kromosom triploid

(Nurasni, 2012)

Gambar 10. Diagram Alur Uji Jumlah Kromosom.

Page 43: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

28

• Larva yang telah dipelihara selama 15 hari diambil 5 ekor larva ikan

sebagai sampel setiap perlakuan selanjutnya dilakukan uji jumlah

kromosom di bawah mikroskop.

• Persiapan jaringan dengan larva ikan direndam dalam larutan kolkisin

0,01 -0,09% wlv (10-90 mg kolkisin dalam 1 L air pemeliharaan). Larva

dibiarkan berenang selarna 7,5 - 9,0 jam.

• Larva kemudian dimasukkan dalam larutan hipotonik 0,075M KCI selama

90 - 100 rnenit.

• Larva kemudian difiksasi dengan larutan Carnoy yaitu campuran etanol

absolut dengan asam asetat glasial (dengan perbandingan 3 : 1 ) selama

2x30 menit.

• Pembuatan preparat yaitu dengan cara larva yang telah difiksasi

dikeringkan dengan kertas saring kemudian ditempatkan dalam kaca

objek cekung dan ditetesi 3-5 tetes asam asetat 50%. Larva diaduk

dengan scalpel sampai terbentuk suspensi.

• Suspensi diambil menegunakan pipet Pasteur kemudian dibuat rrirg

(lingkaran) pada kaca obyek yang telah diletakkan di atas hot plate

pada suhu 45 – 50 0C.

• Pembuatan lingkaran dilakukan dengan cara mengeluarkan suspensi,

lalu dihisap kembali. Jadi pada saat setelah meneteskan atau

mengeluarkan lalu dihisap kembali berfungsi agar pada saat dipanaskan

tidak menggumpal.

• Pada tiap preparat dapat dibuat 3-4 lingkaran dan setiap sampel suspensi

dapat dibuat 4 - 5 buah preparat.

Page 44: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

29

• Pewarnaan Preparat menggunakan giemsa yang dilarutkan dalam

Phosphat Buffer Saline/PBS pH 6,88 dengan perbandingan 1:30, selama

30-60 menit.

• Preparat kemudian dicuci dengan air mengalir lalu dikeringanginkan.

Hasilnya diamati di bawah mikroskop pada perbesaran 400 - 1000 kali.

• Preparat dengan sebaran yang baik didokumentasikan dengan

perbesaran 1000 kali untuk kemudian dianalisis dan dihitung jumlah

kromosomnya.

• Ikan sampel yang telah dihitung jumlah kromosomnya kemudian dicatat

untuk mendapatkan hasil dan dapat ditarik kesimpulan.

3.6 Parameter Uji

3.6.1 Parameter Utama

Parameter utama yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

A. Embriogenesis telur ikan rainbow praecox (M. boesemani)

Pengamatan perkembangan embrio ikan rainbow diperlukan untuk

mengetahui kapan sebaiknya dilakukan kejutan suhu. Menurut Nurasni (2012),

untuk membentuk individu triploid kejutan yang pas adalah ketika telur

mengalami perkembangan meiosis dua yaitu sebelum keluarnya badan polar

kedua dari dalam sel telur yang telah terbuahi.

B. Jumlah ikan yang memiliki jumlah kromosom triploid (presentase)

Induksi ikan triploid ditentukan dengan jumlah kromosom yang berasal

dari 5 individu secara acak (random) per perlakuan. Nurasni (2012), menyatakan

bahwa induksi ploidisasi dapat dihtiung dengan rumus sebagai berikut:

Page 45: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

30

C. Hatching rate telur dari masing-masing perlakuan

Untuk mengukur daya tetas telur dilakukan dengan menghitung jumlah

telur yang menetas dibagi jumlah total telur yang dibuahi dikalikan seratus

persen. Murni et al. (2015), menjelaskan bahwa perhitungan penetesan telur ikan

dihitung menggunakan rumus:

D. Survival rate ikan dari masing-masing perlakuan

Survival rate atau sintasan menurut Mambrasar et al. (2015), menyatakan

bahwa untuk menghitung sintasan hidup larva dengan mencatat jumlah larva

yang mampu bertahan hidup selama masa pemeliharaan. Perhitungan sintasan

hidup larva dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

E. Growth rate Ikan dari masing-masing perlakuan

Growth rate atau laju pertumbuhan mutlak dapat dihitung dengan cara

bobot awal larva dibagi dengan bobot akhir larva yang dipelihara selama

beberapa hari. Hasil ini dapat diketahui dari pembagian antara Wt atau berat

akhir larva denngan W0 atau berat awal larva pada awal masa pemeliharaan

(Afrianto dan Liviawaty, 2005).

3.6.2 Parameter Penunjang

Penelitian yang akan dilakukan peneliti terdapat tiga parameter

penunjang yang diamati. Selama penelitian berlangsung dilakukan pengamatan

terhadap kualitas air media budidaya meliputi suhu, pH dan DO. Pengukuran

Page 46: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

31

suhu menggunakan Thermometer, pengukuran pH menggunakan pH meter dan

pengukuran DO menggunakan DO meter.

3.7 Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis secara statistik dengan

menggunakan analisis keragaman (ANOVA). Rancangan percobaan yang

digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL). Dilakukan uji BNT dengan

selang kepercayaan 95%-99% untuk menguji apakah terdapat pengaruh antar

perlakuan yang diberikan. Jika terdapat pengaruh yang berbeda nyata, maka

dilanjutkan uji Ortogonal untuk mengetahui perlakuan yang memberikan hasil

tertinggi dan terendah. Data kualitas air dianalisis secara deskritif dengan

menampilkan table dan gambar. Analisis data dilakukan dengan bantuan

program SPSS 16.0 dan Ms.Exel 2013.

Page 47: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

32

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Parameter Utama

4.1.1 Embriogenesis Ikan Rainbow Boesemani

Pada pengamatan embriogenesis didapatkan bahwa triploidisasi bisa

diperoleh dengan memberikan kejutan suhu pada embrio yang telah dibuahi 3-7

menit setelah terjadinya proses fertilisasi atau sebelum terjadinya pembelahan

pertama. Hal ini karena tidak bisanya ikan rainbow boesemani untuk distripping,

maka dalam penelitian ini dilakukan metode baru dengan menggunakan

pemijahan alami dan pengangkatan telur setiap 30 menit sekali (sebelum adanya

pembelahan sel). Pengamatan embriogenesis pada penelitian ini untuk

membuktikan kesesuaian waktu pembelahan telur pada studi literatur dengan

kondisi di lapang. Perbandingan antara sumber dari literatur dan pengamatan

langsung pada embriogenesis yang dilakukan penulis dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Perbandingan embriogenesis ikan rainbow boesemani pada literatur dan yang diamati langsung oleh penulis

Sumber Literatur (Chumaidi et al.,

2009)

Pengamatan Embrio

Keterangan Waktu

00.00 09/6/2016

Membentuk satu sel 00.37

10/06/2017

Page 48: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

33

Pembelahan pertama telur membentuk dua sel. Butiran minyak berada pada bidang sisi telu antara kutub anima dan kutub vegetatif

01.00 10/6/2016

Pembelahan kedua inti telur membentuk 4 sel. Butiran minyak bergerak ke bawah menuju kutub vegetatif

01.30 10/6/2017

Pembelahan ketiga inti telur membentuk 8 sel. Butiran minyak berada pada kutub vegetatif

02.15 10/6/2017

Pembelahan keempat inti telur membentuk 16 sel

02.50 10/6/2017

Pembelahan kelima inti telur membentuk 32 sel

03.10 10/6/2017

Pembelahan keenam inti telur membentuk 64 sel

03.46 10/6/2017

Page 49: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

34

Pembelahan ketujuh inti telur membentuk banyak sel

06.24 10/6/2017

Morula, sel-sel inti telur mulai bergerak ke bawah melingkupi kuning telur

14.00 10/6/2017

Blastula, sel-sel inti telur telah melingkupi ½ kuning telur

16.25 10/6/2017

Glastrula sel-sel inti telur telah melingkupi 2/3 kuning telur

19.15 10/6/2017

Neurula calon embrio sudah terbentuk, beberapa somit sudah terlihat

00.30 11/6/2017

Embrio awal. Embrio membentuk huruf C dan terbentuk calon mata

01.55 11/6/2017

Page 50: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

35

Embrio akhir. Bintik mata sudah terlihat somit-somit mulai terlihat jelas

05.55 12/6/2017

Dari hasil pengamatan yang dilakukan dapat diketahui adanya

kesesuaian antara sumber dari literatur dengan pengamatan yang dilakukan

secara langsung pada laboratorium reproduksi ikan. Walaupun adanya

perbedaan menurut Chumaidi et al., (2009), menyatakan bahwa perbedaan suhu

lingkungan tidak begitu berpengaruh pada perkembangan embrio ikan rainbow.

Sedangkan pengamatan embriogenesis menjadi dasar waktu yang tepat untuk

melakukan kejutan suhu terhadap telur ikan rainbow boesemani. Karena untuk

melakukan perlakuan kejutan suhu pada telur yang sudah dibuahi perlu

menentukan waktu sebelum terjadi pembelahan kedua. Menurut (Mukti et al,

2001) pada umumnya triploidisasi dilakukan dengan memberikan tekanan

hidrostatik atau dengan cara lain yaitu dengan kejutan suhu. Ikan triploid dapat

diproduksi dengan melalui pemberian kejutan suhu pada saat pembelahan

meiosis 1, sehingga polar body II tidak keluar dari sel telur. Perlakuan tersebut

berpengaruh terhadap pergerakan normal dari kromosom saat meiosis.

4.1.2 Jumlah Ikan Rainbow Roesemani Triploid

Uji triploidisasi dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode

diantaranya adalah pengamatan diameter sel darah merah, perhitungan jumlah

kromosom secara langsung pada jaringan atau sel dan pengamatan jumlah inti

dari sel telur. Pada penelitian yang dilakukan oleh penulis, uji triploidisasi

dilakukan dengan menggunakan perhitungan jumlah kromosom ikan secara

langsung dengan metode Klingerman dan Bloom. Metode ini dipilih karena

Page 51: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

36

metode ini cukup sederhana dan yang paling mungkin dilakukan karena larva

sampel yang diambil baru berusia 15 hari saat dilakukan uji kromosom dilakukan.

Untuk pengambilan sampel diambil 5 ekor larva disetiap perlakuan.

Hasil dari uji kromosom pada penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil

pengamatan gambar dokumentasi kromosom ikan rainbow boesemani diploid

dapat dilihat pada gambar 11, hasil yang didapatkan oleh peneliti yaitu

menggunakan mikroskop binokuler dengan perbesaran 1000x.

Pada gambar 11 menunjukan ikan diploid memiliki dua set atau sepasang

kromosom (2n) dari hasil pengamatan didapatkan sebanyak 51 kromosom,

sedangkan jumlah kromosom ikan rainbow boesemani diketahui memiliki 48

kromosom. Ikan pelangi merah (Glossolepis incisus) dan ikan pelangi boesemani

(Melanotaenia boesemani) diploid memiliki jumlah kromosom yang sama yaitu 48

buah (Said et al. 2003). Hasil yang didapatkan masih tergolong ikan diploid

karena jumlahnya masih dikisaran 48 kromosom. Untuk lebih jelasnya

keterangan perhitungan lihat pada gambar 11a adalah gambar kromosom ikan

rainbow boesemani yang tidak diberi perlakuan (diploid), sedangkan gambar 11b

adalah gambar yang telah diberikan keterangan untuk mempermudah

perhitungan kromosom.

Gambar 11. (a) Kromosom larva rainbow boesemani diploid dan (b) kromosom larva boesemani dengan keterangan (Perbesaran 1000x).

A. B.

Page 52: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

37

Pada gambar 12 didapatkan hasil ikan triploid (3n) jumlah kromosom

yang dimiliki yaitu 3 set kromosom. Hal ini terjadi karena beberapa menit setelah

telur terbuahi oleh sperma, telur diberi perlakuan kejutan suhu dingin sehingga

mengakibatkan polar body tidak bisa loncat dan akhirnya didapatkan total

kromosom yang berada pada telur menjadi tiga set yaitu dari sperma, telur itu

sendiri dan yang terakhir dari badan polar yang ditahan. Untuk hasil pengamatan

didapatkan sebanyak 70 kromosom. Jumlah yang didapat sudah tergolong dalam

ikan triploid karena berada dikisaran 72 kromosom atau 3 set kromosom. Proses

triploidisasi pada ikan prinsipnya adalah untuk mencegah atau menahan

peloncatan polar body II dari telur dan mengakibatkan adanya tiga set kromsosm

yaitu satu dari telur, satu dari sperma dan satu dari badan polar (Lawson dan

Ishola, 2010).

Tabel 3. Data jumlah persentase larva triploid.

Perlakuan Ulangan (%)

Rata-rata (%) 1 2 3

K 0 0 0 0

A 0 0 20 6,67

B 20 20 0 13,33

C 20 0 0 6,67

Gambar 12. (a) Kromosom larva rainbow boesemani triploid dan (b) kromosom larva boesemani dengan keterangan (Perbesaran 1000x).

A. B.

Page 53: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

38

Data yang didapat selanjutnya dimasukkan ke dalam tabel sidik ragam

untuk mencari apakah masing-masing perlakuan yang berbeda menuntukkan

perbedaan yang signfikan atau tidak. Tabel sidik ragam dari data jumlah ikan 3n

dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Tabel sidik ragam jumlah larva triploid rainbow boesemani

JK Db KT F. Hit F 5% F 1 %

Perlakuan 88,88889 2 44,44444 0,333333 5,14 10,95

Acak 800 6 133,3333 Ns

Total 888,8889 8

ket : non signifikan (ns) atau tidak berbeda nyata

Dari hasil perhitungan pada tabel sidik ragam di atas dapat disimpulkan

bahwa pemberian suhu yang berbeda pada penelitian ini tidak berbeda nyata

terhadap jumlah ikan triploid larva ikan rainbow boesemani setelah dilakukan

pemeliharaan selama 15 hari.

Gambar 13. Persentase larva triploid ikan rainbow boesemani selama penelitian

Page 54: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

39

Suhu kejut dingin merupakan salah satu faktor utama dalam mengubah

kromsom dari diploid (2n) menjadi triploid (3n) pada beberapa saat setelah

fertilisasi. Diketahui lama waktu pemberian kejutan suhu juga dapat

mempengaruhi tingkat keberhasilan dari triploidisasi pada ikan (Hartono dan

Purbosari, 2010). Karena pada penelitian ini pemijahan atau fertilisasinya

dilakukan secara alami maka tingkat keberhasilannya sangat sulit ditentukan.

Tidak bisanya ikan rainbow distriping mengakibatkan proses fertilisasi juga harus

dilakukan secara alami. Ikan triploid memiliki sifat mandul karena tidak dapat

melangsungkan proses perpasangan kromosom, sehingga energi yang

digunakan untuk reproduksi pada ikan diploid digunakan untuk pertumbuhan

somatik atau tubuh pada ikan triploid, sehingga pertumbuhannya lebih cepat

(Pristiariyoto et al. 2013). Perkembangan gonad ikan diploid tidak jauh berbeda

dengan perkembangan gonad ikan mas tetraploid. Ikan diploid dan tetraploid

sama-sama mengalami perkembangan gonad secara normal. Hal ini berbeda

dengan ikan triploid yang menunjukkan bahwa jaringan gonad di dalam rongga

tubuhnya tidak berkembang secara baik atau dikatakan steril dimungkinkan

mengalami kecacatan pada organ gonad organisme tersebut (Mukti et al., 2001).

4.1.3 Hatcing Rate Telur Ikan Rainbow Boesemani

Hatching rate atau daya tetas adalah banyaknya larva yang menetas

dibandingkan dengan jumlah telur yang ditebar atau diberi perlakuan dalam

bentuk persen. Daya tetas dihitung untuk mengetahui seberapa banyak

perbedaan antar perlakuan dan mencari perlakuan mana yang memiliki hasil

terbaik atau melihat apakah pengeruh dari pemberian kejut suhu berdampak

pada daya tetas telur ikan rainbow boesemani selama masa penelitian.

Diharapkan pemberian perlakuan tidak berdampak pada daya tetas ikan rainbow

boesemani dan daya tetas ikan rainbow boesemani tetap mendekati 100%. Data

Page 55: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

40

daya tetas ikan rainbow boesemani dapat dilihat pada tabel 5, sedangkan grafik

daya tetasnya dapat dilihat pada gambar 14.

Tabel 5. Data hatcing rate larva ikan rainbow boesemani (%)

Perlakuan

Ulangan (%)

Rata-rata (%)

1 2 3

K 84 88 84 85,33

A 56 56 60 57,33

B 68 72 56 65,33

C 60 64 64 62,67

Berdasarkan beberapa sumber dijelaskan Yulianto dan Ikrom, (2015),

bahwa telur ikan pelangi akan menetas dalam kurun waktu 6-7 hari. Dari total

830 butir telur yang dihasilkan dalam satu kali pemijahan, didapat 713 butir telur

yang menetas menjadi larva. Dari pembenihan yang dilakukan dapat disimpulkan

bahwa total telur ikan pelangi yang menetas sebesar 85 %, dari sembilan pasang

induk yang telah dipijahkan. Perhitungan statistik hatcing rate dilihat pada tabel 5.

Gambar 14. Hatching rate larva ikan rainbow boesemani selama penelitian

Page 56: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

41

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa perlakuan K (Kontrol)

memiliki nilai daya tetas yang paling tinggi dengan nilai rata- rata 85,33% butir

telur yang menetas diikuti dengan perlakuan B yaitu 65,33%, perlakuan C

62,66% dan perlakuan A 57,33%.

Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa telur tanpa

perlakuan atau kontrol memiliki tingkat penetasan yang paling baik. Dari total 25

telur rata-rata dari perlakuan kontrol menetas sebanyak 22 butir. Jika disajikan

dalam bentuk persen, maka total telur yang menetas adalah 85 %. Dari grafik

juga dapat disimpulkan bahwa semakin dingin pemberian kejut suhu pada telur

yang menetas juga semakin sedikit karena pemberian kejutan suhu dilakukan

dengan variasi suhu yang berbeda dan tidak menggunakan variasi waktu

perendaman dengan suhu yang sama. Hal ini dikarenakan pemberian kejut

dingin akan mengganggu proses perkembangan dari telur dan juga

embryogenesis ikan rainbow boesemani sesuai dengan pernyataan (Djawad dan

Jompa, 2007), bahwa telur-telur yang mendapat perlakuan kejutan dingin akan

terseleksi yakni telur yang tidak mampu melawan tekanan kejutan dingin yang

diberikan akan rusak dan tidak menetas sehingga hanya telur-telur yang

berkualitas baik yang mampu bertahan melawan tekanan suhu dingin tersebut.

Hal ini juga dikarenakan perkawinan dilakukan secara alami tidak secara striping.

Kontrol tidak dimasukkan kedalam tabel perhitungan statistik karena

memiliki selang perlakuan yang berbeda dengan perlakuan 3, 4 dan 50C.

Perhitungan statistik hanya untuk mencari pengaruh atau perbedaan pada tiap-

tiap perlakuan saja. Setelah hasil dari perlakuan diketahui, untuk mengetahui

perbedaan dari masing-masing perlakuan, data dimasukkan ke dalam tabel sidik

ragam yang bertujuan untuk melihat dari antar perlakuan mempunyai perbedaan

atau tidak. Tabel sidik ragam pada perhitungan hatcing rate dapat dilihat pada

tabel 6.

Page 57: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

42

Tabel 6. Tabel sidik ragam hatcing rate ikan rainbow boesemani

JK db KT F. Hit F 5% F 1 %

Perlakuan 99,556 2 49,778 1,867 5,14 10,95

Acak 160 6 26,667 Ns

Total 259,556 8

ket : non signifikan (ns) atau tidak berbeda nyata `

Berdasarkan tabel 6 dapat disimpulkan bahwa pada pemberian kejut

suhu yang diberikan pada penelitian ini dengan perbedaan antar perlakuan yaitu

satu derajat tidak berbeda nyata terhadap hasil daya tetas larva ikan pelangi

boesemani (Melanotaenia boesemani).

4.1.4 Survival Rate Ikan Rainbow Boesemani

Survival rate atau sintasan merupakan banyaknya larva yang berhasil

bertahan hidup dibandingkan jumlah larva awal dari awal pemberian perlakuan

sampai waktu tertentu. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan survival rate

dihitung selama 15 hari terhitung dari menetasnya larva ikan tersebut. Hasil

perhitungan untuk analisa statistik dilihat pada tabel 7 sedangkan diagram atau

grafik untuk perbandingan survival rate dapat dilihat pada gambar15.

Tabel 7. Data survival rate pada hari ke 15 larva ikan rainbow boesemani

Perlakuan

Ulangan

Rata-rata

1 2 3

K 80,95 90,91 90,84 87,45

A 78,57 71,43 80,00 76,67

B 82,35 83,33 87,71 83,80

C 86,67 81,25 75,00 80,97

Page 58: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

43

Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa pada perlakuan K

memiliki nilai rata-rata yang paling baik yaitu 87,45 % diikuti dengan perlakuan B

memiliki rata-rata sebesar 83,80 %, perlakuan C sebesar 80,97 % dan perlakuan

A sebesar 76,67 %. Untuk mengetahui perhitungan statistik antar perlakuan A, B

dan C dan mencari apakah perbedaan antar perlakuan berbeda nyata atau

tidak. Data yang tersaji dalam tabel kemudian dimasukkan ke dalam tabel sidik

ragam untuk mengetahui pengaruh dari setiap perlakuan yang diberikan. Analisis

ini berguna untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang nyata dari perbedaan

pemberian kejutan suhu yaitu 3, 4 dan 5⁰C. Analisis sidik ragam dapat dilihat

pada tabel 8.

Tabel 8. Sidik ragam survival rate pada larva ikan rainbow boesemani

JK Db KT F. Hit F 5% F 1%

Perlakuan 77,423 2 38,711 1,997 5,14 10,95

Acak 116,324 6 19,387 Ns

Total 193,743 8

ket : non signifikan (ns) atau tidak berbeda nyata

Gambar 15. Survival rate larva rainbow selama penelitian.

Page 59: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

44

Dari hasil perhitungan pada tabel sidik ragam di atas dapat disimpulkan

bahwa pemberian suhu dingin yang berbeda pada penelitian ini tidak berbeda

nyata terhadap sintasan larva ikan rainbow boesemani setelah dilakukan

pemeliharaan selama 15 hari.

Dalam beberapa sumber dijelaskan bahwa sintasan dipengaruhi oleh

beberapa faktor diantaranya adalah kualitas air, kualitas larva dan penanganan

atau pemeliharaan. Menurut Mubarokah et al. (2015) menjelaskan bahwa

sintasan larva ikan pelangi berkisar antara 55-99%. Selain dipengaruhi oleh

pakan, sintasan juga dapat dipengaruhi oleh kualitas air tempat pemeliharaan

larva tersebut. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Nur dan Nurhidayat. (2012)

juga mengemukakan bahwa kualitas air merupakan komponen yang dapat

memengaruhi sintasan, perkembangbiakan, pertumbuhan, pengelolaan dan

produksi ikan. Variabel kualitas air tersebut meliputi suhu, pH, oksigen terlarut,

serta senyawa-senyawa lainnya.

4.1.5 Growth Rate Ikan Rainbow Boesemani

Growth rate merupakan laju pertumbuhan ikan yang dipelihara selama

hari penelitian. Pada penelitian kali ini laju pertumbuhan diukur dalam jangka

waktu 15 hari untuk menentukan pengaruh triploidisasi terhadap laju

pertumbuhan pada larva ikan rainbow boesemani. Data dari hasil penelitian

dapat dilihat pada tabel 9 dan gambar 16.

Tabel 9. Data growth rate masing-masing perlakuan

Perlakuan Ulangan

Rata-rata 1 2 3

K 0,0173 0,0157 0,0164 0,01647

A 0,01720 0,01480 0,02062 0,01754

B 0,02160 0,02280 0,01670 0,02037

C 0,02320 0,01360 0,01570 0,01840

Page 60: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

45

Grafik dibuat untuk membandingkan pengaruh dari setiap perlakuan

dengan kontrol. Dari grafik di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perlakuan B

(kejut suhu 40C) dan perlakuan C (kejut suhu 50C) memiliki laju pertumbuhan

yang tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Urutan masing-masing

perlakuan dari yang tertinggi sampai yang paling rendah adalah perlakuan B, C,

A kemudian perlakuan K.

Data yang tersaji dalam tabel 9 kemudian dimasukkan ke dalam tabel

sidik ragam untuk mengetahui pengaruh dari setiap perlakuan yang diberikan

pada penelitian ini. Analisis ini berguna untuk mengetahui apakah ada

perbedaan yang nyata dari perbedaan pemberian kejutan suhu pada tiga

perlakuan yaitu 30, 40 dan 50C. Analisis sidik ragam dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Sidik ragam growth rate pada larva ikan rainbow boesemani

JK Db KT F. Hit F 5% F 1%

Perlakuan 0,00001 2 0,000006 0,5195 5,14 10,95

Acak 0,00007 6 0,000012 Ns

Total 0,00009 8

ket : signifikan (s) atau berbeda nyata

Gambar 16. Growth rate larva rainbow boesemani selama penelitian.

Page 61: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

46

Dari hasil perhitungan pada tabel sidik ragam di atas dapat disimpulkan

bahwa pemberian kejut suhu yang berbeda pada penelitian ini tidak berbeda

nyata terhadap laju pertumbuhan larva ikan rainbow boesemani setelah

dilakukan pemeliharaan selama 15 hari.

Menurut Mukti et al. (2001) dalam penelitiannya, ikan triploid akan

mengalami pertumbuhan yang tinggi terutama pada saat periode perkembangan

atau kematangan gonad maupun masa pemijahan, karena energi yang

diperlukan untuk metabolisme perkembangan gonad ketika musim pemijahan

dipergunakan untuk pertumbuhan somatik atau tubuh. Sehingga efek konsumsi

energi dalam proses reproduksi akan menentukan perbedaan laju pertumbuhan

antara triploid dan diploid. Hal ini dapat dijadikan sebuah trobosan baru untuk

mempersingkat waktu pemeliharaan yang dibutuhkan untuk memproduksi ikan

rainbow boesemani dewasa (siap jual). Sedangkan menurut Haryani dan

Sulawesty. (2003), menyatakan bahwa kendala yang dihadapi bagi para petani

ikan adalah pertumbuhan ikan yang lambat, sehingga memerlukan waktu yang

lama untuk memlihara sampai ukuran jual. Karena pemeliharaan yang lama

memnyebabkan meningkatnya biaya produksi untuk budidaya ikan pelangi.

4.2 Parameter Penunjang

Kualitas air merupakan salah satu faktor penting dalam melakukan

kegiatan budidaya karena kualitas air seperti pH, suhu dan DO mampu

mempengaruhi proses metabolism dalam tubuh organisme perairan. Dalam

kegiatan budidaya ketiga unsur tersebut tidak bisa dilepaskan karena saling

berhubungan satu dengan yang lain jika salah satu tidak terpenuhi maka

selanjutnya juga berpengaruh buruk bagi kegiatan budidaya. Oksigen terlarut

merupakan salah satu syarat mutlak untuk organisme perairan seperti ikan,

udang atau kerang untuk mampu melakukan metabolisme dan tumbuh. Suhu

Page 62: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

47

juga menjadi faktor penting karena suhu mampu mempengaruhi dari laju

metabolism ikan. Akan tetapi suhu juga dapat menyebabkan kematian ikan bila

peningkatan suhu drastis. pH juga mempunyai peranan dalam keberhasilan

budidaya, maka dari itu dalam penelitian ini dilakukan pengukuran kualitas air

berupa oksigen terlarut, suhu dan pH dalam perairan pada pukul 14.00 dan 05.00

WIB untuk mengetahui kadar masing-masing kualitas air dan pemilihan waktu

tersebut karena pada waktu-waktu tersebut masing-masing kualitas air berada

pada titik krisis.

A. Suhu

Menurut Kordi dan Tamsil (2010), suhu sangat berpengaruh terhadap

pertumbuhan ikan. Secara umum laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan

kenaikan suhu. Suhu juga dapat menekan kehidupan ikan, bahkan

menyebabkan kematian bila peningkatan suhu drastis. Sifat ikan yang poikiloterm

mengakibatkan rendahnya laju metabolism ketika suhu mengalami penurunan.

Sedangkan menurut Maniagasi et al. (2013), parameter kualitas air yang sangat

berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan ikan salah satunya adalah

suhu. Suhu sangat mempengaruhi terhadap aktivitas metabolisme organisme

perairan, oleh karena itu penyebaran organisme pada suatu perairan dibatasi

oleh suhu perairan tersebut.

Pada hasil penelitian yang telah dilakukan penulis, pada pengukuran

kualitas air pada pagi dan sore pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada

tabel 11.

Tabel 11. Kualitas air Suhu

Parameter Pengukuran

Hasil Pengukuran (⁰C)

Suhu Tertinggi Suhu Terendah

Waktu Pengukuran

Pagi 23,4 – 24,9 24,9 23,4

Sore 25,2 – 28,8 28,8 25,2

Page 63: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

48

Pada tabel 11 dapat dilihat bahwa pengukuran yang dilakukan pagi dan

sore menunjukan hasil suhu pada pagi hari berkisar antara 23,4 – 24,9 0C dan

pada sore hari yaitu 25,2 – 28,8 0C. Pengukuran suhu dilakukan pada sore hari

karena pada waktu ini didapat suhu kritis yaitu mencapai suhu maksimal dan

minimal. Hasil pengukuran yang dilakukan penulis menunjukkan kisaran suhu

terendah adalah 23,4 0C dan yang tertinggi adalah 28,8 0C. Hal ini sesuai dengan

Nurhidayat dan Hidayat, (2012), menyebutkan bahwa ikan rainbow atau yang

sering disebut dengan ikan rainbow mampu hidup pada suhu perairan yang

berkisar antara 22 0C hingga 29 0C. Perubahan suhu perairan dapat disebabkan

oleh curah hujan, penguapan, suhu dan kelembapan udara. Jika perubahan suhu

sangat drastis bisa berbahaya bagi kelangsungan hidup organisme bahkan nafsu

makan bisa menurun. Selain itu pengaruh lainnya adalah terhadap laju

metabolisme ikan. Semakin tinggi suhu air maka laju metabolisme ikan akan

semakin meningkat dan sebaliknya jika suhu air terlalu rendah, maka laju

metabolisme akan menurun. Dapat disimpulkan bahwa suhu pada media

pemeliharaan selama masa penelitian sesuai dengan kadar optimal ikan rainbow

boesemani.

B. Oksigen Terlarut (DO)

Dalam sistem budidaya air yang baik harus mengandung oksigen yang

memadai, oksigen yang terlarut sangat dibutuhkan untuk bernafas dan

membantu proses metabolisme tubuh. Didalam air sebenarnya sudah

mengandung oksigen terlarut akan tetapi jika didalam wadah pemeliharaan

terdapat organisme yang banyak tetep saja masih kurang sehingga dibantu

dengan sistem aerasi. Air yang kekurangan oksigen dapat diatasi dengan

memberikan suplai oksigen melalui aerasi (Bachtiar, 2005). Sedangkan menurut

Tatangindatu et al. (2013), DO yang seimbang untuk hewan budiaya adalah lebih

Page 64: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

49

dari 5 mg/L. Jika oksigen terlarut tidak seimbang akan menyebabkan sress pada

ikan karena otak tidak mendapat suplai oksigen yang cukup, serta kematian

akibat kekurangan oksigen (anoxia) yang disebabkan karena jaringan tubuh ikan

tidak dapat mengikat oksigen yang terlarut dalam darah. Hal ini bisa berakibat

fatal terhadap organisme tersebut seperti kematian.

Pada penelitian yang telah dilakukan penulis, pengukuran oksigen terlarut

dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12. Kualitas Air DO

Parameter Pengukuran

Hasil Pengukuran (ppm)

DO Tertinggi DO Terrendah

Waktu Pengukuran

Pagi 5,90 – 7,10 7,10 5,90

Sore 6,20 – 7,32 7,32 6,20

Pengukuran kualitas air yang telah dilakukan selama hari pada tabel 12

dapat dilihat hasil dari pengukuran DO (Oksigen terlarut). Pada tabel dapat

disimpulkan bahwa pada pengukuran yang dilakukan pada pagi hari didapat hasil

kisaran DO adalah 5,90 – 7,10 ppm, sedangkan pengukuran yang dilakukan sore

hari hasilnya DO perairan adalah 6,20 – 7,32 ppm. Selain suhu DO merupakan

faktor penting lain yang menjadi kunci keberhasilan budidaya akuatik. Pada ikan

pelangi sendiri untuk kandungan oksigen terlarut disebutkan oleh (Said et al.

2005), kadar oksigen terlarut pada media pemeliharaan ikan rainbow adalah 4,6

– 7,8 mg/l. Dapat disimpulkan bahwa oksigen terlarut pada media pemeliharaan

selama masa penelitian sesuai dengan kadar optimal ikan rainbow boesemani.

C. pH

Derajat keasaman (pH) air merupakan faktor pembatas pada

pertumbuhan ikan dan jasad renik lainnya (plankton, zooplankton dan lain-lain).

Page 65: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

50

Nilai keasaman (pH) perairan yang sangat rendah (sangat asam) dapat

menyebabkan kematian pada ikan. Gejala yang diperlihatkan adalah gerakan

ikan tidak teratur, tutup insang bergerak sangat aktif dan ikan berenang sangat

cepat di permukaan. Sebaliknya jika pH perairan terlalu tinggi maka pertumbuhan

ikan akan terhambat (Cahyono, 2001). Sedangkan Satyani dan Priono (2012),

menyatakan bahwa lingkungan air yang ideal bagi ikan hias rata-rata adalah 6-7.

Pada penelitian yang telah dilakukan penulis, hasil dari pengukuran

kualiatas air yaitu pH selama 15 hari dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13. Tabel kualitas air pH

Parameter Pengukuran

Hasil Pengukuran

pH Tertinggi pH Terendah

Waktu Pengukuran

Pagi 6,60 – 7,20 7,20 6,60

Sore 6,30 – 7,10 7,10 6,30

Pada tabel 13 yang telah disajikan dapat dilihat bahwa pada media

pemeliharaan ikan rainbow boesemani pH yang diapat pada sore hari dalam

kisaran 6,60 – 7,20, sedangkan pada pagi hari 6,30 – 7,10. pH air yang cocok

untuk biota air berbeda-beda, namun sebagian besar biota perairan lebih

menyukai pH perairan yang mendekati nilai 7 atau netral. Dalam penelitian yang

dilakukan (Mujadid et al. 2014) dapat disimpulkan, ikan pelangi boesemani dapat

tumbuh dan berkembang dengan baik pada kisaran pH 6,5 – 7,0, Sedangkan

menurut Bleher (2002), kisaran pH yang sesuai untuk kelangsungan hidup ikan

rainbow yaitu berada pada kisaran pH 6 – 8. Dapat disimpulkan bahwa pH pada

media pemeliharaan selama masa penelitian sesuai dengan kadar optimal ikan

rainbow boesemani.

Page 66: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

51

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah triploidisasi pada

ikan rainbow boesemani berhasil dilakukan namun dengan pemijahan yang

dilakukan secara alami. Pada pengamatan embriogenesis yang dilakukan

bertujuan untuk membandingkan dengan literatur untuk penentuan

pengangkatan substrat yang berisi telur yang baru saja dibuahi untuk dapat

dijadikan patokan saat pemberian kejutan suhu dingin. Jumlah ikan triploid

terbanyak yang dihasilkan pada penelitian ini didapatkan pada kejutan suhu 4o C

jika dibandingkan dengan jumlah ikan triploid pada perlakuan kejut suhu lainnya,

namun hal ini masih tergolong rendah. Pada perlakuan kejut suhu 3o dan 5o C

juga didapatkan hasil ikan triploid namun dengan jumlah yang lebih rendah.

Hatching rate telur ikan tanpa perlakuan kejutan suhu menunjukan hasil yang

tertinggi dan semakin rendah kejut suhu yang diberikan maka semakin rendah

pula HR telur tersebut, namun dalam hitungan statistic hasilnya tidak berbeda

nyata. Survival rate pada penelitian yang telah dilakukan tidak berbeda nyata

antar perlakuan dan hasil yang paling baik adalah pada perlakuan C dan A dikuti

dengan perlakuan B dan C. Laju pertumbuhan atau growth rate larva ikan

rainbow boesemani hasilnya tidak berbeda nyata. Perlakuan C dengan kejutan

suhu 4o C memiliki laju pertumbuhan yang paling tinggi karena memiliki jumlah

ikan dengan kromosom 3n paling tinggi.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan penulis adalah adanya penelitian lanjutan

untuk triploidisasi ikan hias khusunya pada ikan rainbow, karena ikan pelangi

merupakan salah satu ikan asli dari indonesi. Selain itu penelitian lanjutan

Page 67: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

52

mengenai variasi suhu dan lama waktu kejutan diperlukan untuk meningkatkan

hasil jumlah ikan yang triploid. Minimnya jumlah ikan yang memiliki koromosom

3n pada penelitian ini dikarenakan barunya metode yang digunakan penulis

dalam pengecekan jumlah kromosom pada larva ikan rainbow boesemani.

Page 68: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

53

DAFTAR PUSTAKA

Afini, I., D. Elfidasari., T. Kadarini Dan S. T. Musthofa. 2016. Analisis Morfometrik Dan Meristic Hasil Persilangan Ikan Pelangi Boesemani (Melanotaenia boesemani) Dan Ikan Pelani Merah Abnormal (Glossolepis incisus). Life Science 5(1) : 42 – 51.

Afrianto, E dan E. Liviawaty. 2005. Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta. 57 hlm.

Alawi, H., Nuraini dan Sapriana. 2009. Induksi Triploid Ikan Selais (Kryptoterus lympok) Menggunakan Kejutan Panas. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 14 (1): 37-47.

Allen, G.R. 1991. Field guide to the freshwater fishes of New Guinea. Christensen Research Institute. Madang. PNG.

, Cross. 1980. Description of Five New Rainbowfishes (Melanotaeniidae) from New Guinea Rec. West. Aust. Mus 8(3):337-396.

Bachtiar, Y. 2005. Mencegah Mas Koki Mudah Mati. Agro Media Pustaka. Depok. 64 hlm.

Bleher, H.2002. Fishes in Nature and in The Aquarium. Nutrafin Aquatic News. Aquapress. Italy.

Budiarto, E, 2002. Biostatika untuk kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC. 11-28.

Cahyono, B. 2001. Budidaya Ikan di Perairan Umum. Kanisius. Yogyakarta. 67 hlm.

Cassani, J. R. dan W. E. Caton. 1985. Induced Triploidy in Grass Crap, Ctenopharyngodon idella. Aquaculture. Elsevier Science Publisher. 46(1): 37-44.

Chumaidi., B. Nur., Sudarto., L. Pouyad dan J. Slembrouck. 2009. Pemijahan Dan Perkembangan Embrio Ikan Pelangi, Melanotenia spp. Asal Papua. Jurnal Perikanan. 11(2): 131-137.

Djawad, I. M., dan Jompa. H., 2007. Pengaruh Kejutan Dingin Terhadap Masa Inkubasi, Derajat Penetasan, dan Sintasan Prelarva Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsskal). Jurnal Sains dan Teknologi. 7 (3): 119 – 124.

Hartanto, R. 2003. Modul Metedologi Penelitian. Universitas Diponegoro, Semarang. 24 hlm.

Hartono, D. Puji dan N. Purbosari. 2010. Perbaikan mutu dan penignkatan produksi ikan mas koki (Carrasius auratus) melalui rekayasa st kromosom. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. 10(3): 144-149.

Page 69: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

54

, dan D. Febriani. 2013. Pengaruh Lama Waktu Pemberian Kejutan Suhu Dingin Pada Pembentukan Individu Triploid Ikan Patin (Pangasius sp.). Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan. 12(3): 61-68.

, dan P. Witoko. 2012. Pengaruh Jarak Waktu Pemberian Kejutan Dingin Pada Pembentukan Individu Triploid Ikan Patin (Pangasius Sp). Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. 12(3): 156-162.

, P. Witoko dan N. Purbosari. 2016. The Effect of Heat Shock on The Tetraploidy of Catfish (Pangasius hypophthalamus). Journals of Aquaculture. 9(3): 597-603.

Haryani, G. S dan F. Sulawesty. 2003. Efek hormon 17-α-metiltestosteron terhadap pertumbuhan ikan pelangi irian (Melanotaenia boesemani). Jurnal Iktiologi Indonesia. 3(1): 1-20.

Kadarini, T., S. Subandiyah dan M. Zamroni. 2015. Dukungan kelestarian keanekaragaman melalui produksi larva ikan rainbow kurumoi (Melanotaenia parva) pada ukuran induk berbeda.Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon. 1(5): 1227-1332.

Kadarusman, Sudarto E, Paradis dan Pouyaud L. 2010. Description of Melanotaenia fasinensis, A New Species of Rainbowfishes (Melanotaeniidae) from West Papua, Indonesia with Comment on The Rediscovery of M. ajamaruensis and The Endangered Status of M. Parva. Cybium 34(2):207-215.

Kordi, M. G. H. K, dan A. Tamsil. 2010. Pembenihan Ikan Laut Ekonomis Secara Buatan. Lily Publisher. Yogyakarta. 190 hml.

Kuncoro, E. B. 2008. Aquascape Pesona Taman Akuarium Air Tawar. Kanisius. Yogyakarta. 97 hlm.

Kuncoro EB. 2011. Sukses Budi Daya Ikan Hias Air Tawar. Yogyakarta: Lily Publisher.

Kusrini, E., S. Cindelaras dan A. B. Prasetio. 2015. Pengembangan Budidaya Ikan Hias Koi (Cyprinus carpio) Lokal Di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias Depok. Media Akuakultur. 10(2): 71-78.

Lesmana DS, Daelami D. 2009. Panduan Lengkap Ikan Hias Air Tawar Populer. Jakarta: Penebar Swadaya.

Mambrasar, P., R. Monijung., O. Kalesaran dan J.C. Watung. 2015.Sintasan Dan Pertumbuhan Larva Ikan Ikan Lele (Clarias sp) Hasil Penetasan Telur Melalui Penambahan Madu Dalam Pengenceran Sperma. Jurnal Budiaya Perairan. 3(1): 101-107.

Maniagasi, R., S.T, Sipriana dan Y. Mundeng. 2013. Analisa Kualitas Fisika Kimia Diareal Budidaya Ikan Danau Tondano Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Budidaya Perairan. 1(2): 29-37.

Page 70: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

55

Marx, K. Karal dan N. Sukarman. 2007. Production of triploid African catfish, Clarias gariepinus (Burchell), Using Chromosome Manipulation Techniques. Journal fish Research. 11(2): 121-130.

Mubarokah, D., Tarsim dan T. Kadarini. 2015. Embriogenesis dan daya tetas telur ikan pelangi (Melanotaenia parva) pada salinitas yang berbeda. Aquasains: 157-167.

Mujadid, I.,Ediyanto dan Nurhidayat. 2014. Fekunditas optimal ikan rainbow boesemani (Melanotaenia boesemani) dengan perbandingan beberapa ukuran. Jurnal Ilmiah Satya Mina Bahari. 1(1).

Mukti, A.H., Rustidja, S. B. Sumitro dan M. S. Djati. 2001. Poliploidisasi Ikan Mas (Cyprinus carpio L.). Biosain. 1(1): 111-116.

Murni., N. Insana dan A.H. Sambu. 2015. Optimasi Dosis yang Berbeda Terhadap Daya Tetas (Hatching Rate) dan Sintasan Pada Telur Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus) yang Diberi Ekstrak Meniran (Phillanthus Niruri ). Jurnal Ilmu Perikanan. 4(2): 1-7.

Mustahal, D. Hermawan dan G. Gumilar. 2014. Produksi Larva Ikan Rainbow Merah Perrot (Glossolepis incisus) Dengan Jumlah Substrat Tali Rafia yang Berbeda. Jurnal Perikanan dan Ilmu Kelautan. 4(4): 243-250.

Nazir, 2003. Metode Penelitian. Cetakan Kelima, Jakarta, Ghalia Indonesia.

Novianti, V., Anisa, dan Sirajang N. 2014. Keragaman dalam blok pada rancangan acak kelompok tidak lengkap seimbang dengan intergradien. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin. Makassar. 110 hlm.

Nugraha, F. 2004. Embriogenesis dan Perkembangan Larva Ikan Rainbow (Glossolepis incisus). Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 55 hlm

Nur, B., dan Nurhidayat. 2012. Optimalisasi reproduksi ikan pelangi kurumoi Melanotaenia parva Allen, 1990 melalui rasio kelamin induk dalam pemijahan. Jurnal Ikhtiologi Indonesia. 12(2): 99-109.

, Chumaidi., Sudarto., L. Pouyaud dan J. Slembrouck. 2009. Pemijahan dan Perkembangan Embrio Ikan Pelangi (Melanotaenia spp.) Asal Sungai Sawiat, Papua. Jurnal Riset Akuakultur. 4(2): 147-156.

Nurasni, A. 2012. Pengaruh Suhu dan Lama Kejutan Panas Terhadap Triploidisasi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus). IJAS. 2(1): 19- 27.

Priono, B dan D. Satyani. 2012. Penggunaan berbagai jenis filter untuk pemeliharaan ikan hias air tawar di akuarium. Media Akuakultur. 7(2): 76-83.

Pristiariyoto, P., Isnawati dan N. Kuswanti. 2013. Pengaruh konsentrasi dan lama perendaman telur dalam larutan kolkhisin terhadap laju pertumbuhan ikan patin (Pangasius pangasius). Lentera Bio. 2(3): 229-232.

Page 71: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

56

Rustidja. 2004. Analisa Jumlah Kromosom Ikan Mas Koki (Carrasius auratus) Tetraploid yang Dihasilkan Dengan Metode Kejutan Suhu panas. Jurnal Perikanan UGM. 1(1): 1-8.

Said, S. Djamhuriyah., O. Charman., Hidayat dan Abinawanto. 2003. Studi Kromosom Ikan Pelangi (Melanotaenia lacustris). Jurnal Iktiologi Indonesia. 3(2): 79-85.

, W.D. Supyawati dan Noortiningsih. 2005. Pengaruh Jenis Pakan dan Kondisi Cahaya Terhadap Warna Ikan Pelangi Merah (Glossolepis incises) Jantan. Jurnal Iktiologi Indonesia. 5(2): 1-7.

Satyani, D dan B. Priono. 2012. Penggunaan Berbagai Wadah Untuk Pembudidayaan Ikan Hias Air Tawar. Media Akuakultur. 7(1): 1-6.

Siby, L. Sofia., M. F. Rahardjo dan D. S. Sjafei. 2009. Biologi Reproduksi Ikan Pelangi Merah (Glossolepis incisus, Weber 1907) Di Danau Sentani. Jurnal Iktiologi Indonesia. 9(1): 49-61.

Sumanatadinata, K. Alimuddin dan Y. Hadiroseyani. 2002. Fenotipe Keturunan Diploid dan Triploid Persilangan Ikan Koi Kohaku dan Sanke Betina Dengan Jantan Putih dan Merah. Jurnal Akuakultur Indonesia. 1(3): 97-100.

Tatangindatu, F., O. Kalesaran dan R. Rompas. 2013. Studi Parameter Fisika Kimia Air Pada Areal Budidaya Ikan di Danau Tondano, Desa Paleloan, Kabupaten Minahasa. Jurnal Budiaya perairan. 1(2): 8-19.

Tian-jun Xu dan Song-lin Chen. 2010. Induction of All-triploid Japanese Flounder (Paralichthys olivaceus) by Cold Shock. Journal of Aquaculture. 62(1): 43-49.

Ulusu, N. Nuray dan E. F. Tezcan. 2001. Cold Shock Protein. Turkey Journals Medical Science. 31(1): 283-290.

Umu, B dan M. R. Chandran. 2008. Induction of Triploidy in Gymnocorymbis ternetzi (Boulenger). Journal of Fisheries and Hydrobiology. 3(2): 41-47.

Van Eenennaam, L. Alison. 1995. Induction of Meiotic Gynogenesis and Polyploidy in White Sturgeon (Acipenser transmontanus Richardson). Journal of Animal Science. 1-6.

Widiyanti, P. Marlina. 2008. Tetraploidisasi Ikan Lele Afrika (Clarias gariepinus, Burchell 1822). Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 55 hlm.

Yuliani, F., S. Z. Musthofa., T. Kadarini dan D. Elfidasari. 2013. Perkembangan Larva Ikan Rainbow Boesemani (Melanotaenia bosesemani): Tahap Perkembangan Sirip dan Pembelokan Tulang Ekor. Unnes Journal of Life Science. 2(2): 100-104.

Yulianto, H dan F. D. Ikrom .2015. Kajian Budidaya Ikan Rainbow (Melanotaenia) di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan hias Depok, Jawa Barat. PENA Akuakultur. 12(1): 79-93.

Page 72: PENGARUH KEJUTAN SUHU DINGIN TERHADAP USAHA TRIPLOIDISASI IKAN …repository.ub.ac.id/8297/1/WIDIATMAKA.pdf · 2020. 5. 15. · pengaruh kejutan suhu dingin terhadap usaha triploidisasi

57

Yusup. 2000. Ragam Jenis Ikan Hias. Putra Danayu Publisher. Jakarta. Hlm 132.