pengaruh kegiatan keagamaan di lithang bakti...

93
PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI MAKIN DAN VIHARA AVALOKITASVARA TERHADAP HUBUNGAN HARMONIS ANTAR UMAT BERAGAMA DI PONDOK CABE Skripsi Diajukan Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Sukmaya NIM: 1113032100043 PROGRAM STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H / 2019 M  

Upload: phamthuy

Post on 27-Apr-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI MAKIN

DAN VIHARA AVALOKITASVARA TERHADAP HUBUNGAN

HARMONIS ANTAR UMAT BERAGAMA DI PONDOK CABE

Skripsi

Diajukan Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Sukmaya

NIM: 1113032100043

PROGRAM STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H / 2019 M

 

Page 2: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang
Page 3: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang
Page 4: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang
Page 5: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

i  

ABSTRAK SUKMAYA. Pengaruh Kegiatan Keagamaan Lithang Bakti Makin Terhadap Vihara Avalokitesvara Menjalin Hubungan Yang Harmonis Antar Umat Beragama, (Studi Kasus di Pondok Cabe) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagimana pandangan dan sikap perbedaan keyakinan, yang harmonis, karna penulis berupa mencari tau faktor apakah yang membuat kedua agama tersebut hususnya kerekatan agama Konghucu dengan agama Buddha yang ada di daerah Pondok Cabe .

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitaif dengan metode pengumpulan data yang di gunakan, wawancara bertujuan untuk mendafatkan data yang empiris dan fakta yang sahih atau yang dapat di percaya. Hasil penelitian menunjuk bahwa pengaruh kegiatan keagamaan umat Konghucu terhadap umat Buddha, pengaruh disini sangat positif mempengaruhi sehingga, pengaruh kegiatan yang di lakukan umat Konghucu terhadap umat Buddha yang ada di daeran Pondok Cabe. Dari hasil penelitian ini, di harapkan dapat bermanfat bagi umat Konghucu dan Buddha terutama untuk meningkatkan hidup yang lebih baik, dan mempunyai sikap toleran antar umat beragama, sehingga terbentuk keharmonisasian antar umat beragama. Hasil penemuan penelitan penulis menujukan bahwa adanya faktor-faktor yang mempengaruhi keharmanisan antara, umat Konghuvu dan umat Buddha yang ada di daerah pondok cabe. Seperti adanya himbawan dari pemuka agama atau tokoh dari umat Konghucu maupun dari umat Buddha yang menghimbau bahwasanya menjalankan kehidupan yang harmonis adalah bagian dari ajaran agamanya masing-masing baik ajaran dari agama Buddha maupun ajaran dari agma Konghucu itu sendiri. Menjalkan kehidupan yang harmonis karan adanya intraksi sosial dan saling menjaga, saling mengundang satu sama lain ketika ada kegiatan, ntah itu kegiatan keagamaan maupun kegiatan yang bersipat sosial, kegiatan-kegiatan itulah yang merekatkan hubungan dari dua agama tersebuat. Agama Konghucu dengan agama Buddha yang ada di Pondok Cabe Kata kunci: Harmonis, Agama Konghucu, Agama Buddha

Page 6: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

ii  

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah robbil al-lamin, segala puji bagi allah

segala puji bagi allah yang maha agung dan maha bijaksana,

maha suci allah dengan semua anugrah dan nikmatnya, dan

solawat serta salam ya allah sampaikan kepada jungjungan nabi

besar Muhammad SAW yang membawa umatnya dari zaman

kegelapan hingga menuju zaman terang benderang hingga saat

ini. Dan tidak ketinggalan pula kepada para sahabat dan para

tabi’in tabiat para kiyai yang selalu mengingatkan akan jalannya

hidup yang penuh anugerah ini.

Sesungguhnya tidak mudah bagi penulis untuk

menyusun skripsi ini akan tetapi meskipun demikian ,penulis

bertekad menyelesaikan skripsi ini agar dapat mengajukan

syarat kelulusan dalam jenjang perkuliahan setara S1

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sudah sepatutnya penulis menyampaikan ucapan terima

kasih dan penghargaan yang tulus dari semua pihak yang telah

membantu kelancaran skripsi ini. Bantuan dan dukungan

mereka, sedikit banyaknya telah meringankan beban penulis

selama mengerjakan skripsi ini meskipun tidak semua pihak

dapat penulis sebutkan satu persatu, setidaknya penulis merasa

perlu menyebutkan sejumlah nama yaitu:

1. Siti Nadroh, MA, selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah bersedia membimbing dan mengarahkan penulis

Page 7: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

iii  

selama menyusun Skripsi dan memberikan banyak ilmu serta

solusi pada setiap permasalahan atas penulisan dalam

mengerjakan Skripsi ini.

2. Kedua orang tua ayah tercinta Sarya dan ibu tersayang Hj.

Suntiah dan adik yang tersayang Atikah dan Siti Sulamah

yang telah memberikan dukungan moral maupun material

serta doa yang tak henti-hentinya kepada penulis.

3. Dr. Media Zainul Bahri, MA, selaku ketua jurusan Studi

Agama-agama Fakultas Ushuluddin

4. Dra. Hal imah SM, M, Ag selaku Sekertaris Jurusan Studi

Agama-agama, Fakultas Ushuluddin Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Ade Cahyadi selaku pengurus Lithang Bakti Makin

dan bapak Hendra selaku rohaniawan di Lithang Bakti

Makin dan tdak ketinggalan pula Bikhuni Santi pemimpin

jama`at sekaligus pengurus Vihara Avalokitesvara yang telah

membantu dan memudahkan dalam melakukan penelitian di

pondok cabe.

6. Seluruh pegawai perpustakaan Ushuluddin dan Perpustakaan

utama Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah meminjamkan buku-buku dan tempat sehingga

penlis terbantu.

7. Seluruh teman-teman husunya mas Cusayini Effendy yang

selalu memberilan motivasi, dan dukungan material maupun

Page 8: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

iv  

moral tida ketinggalan pula sodara seangkatan kelas Studi

Agama-Agama B angkatan 2013 wabil khusus Saniman,

wahid muhammad, dan muhamad firmanullah yang menuju

S, Ag, dan M Surya Al Hafizh yang selalu dan membantu di

saat penulis kesusahan.

8. Himpunan Mahasiswa Banten (HMB) dan Keluarga

Mahasiswa Cilegon Serang Banten (KMC) yang telah begitu

banyak memberikan pengalaman dan ilmu pengetahuan di

luar matakuliah penulis.

Penulis menyadari bahwasanya skripsi ini jauh dari kata

sempurna karna terbatasnya pengalaman dan pengetahuan

yang di miliki penulis. Oleh karna itu penuliah mengharapkan

segala bentuk serta masukan bahkan kritikan yang

membangun dari pihak. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat

bagi pembaca dan semua pihak, khususnya Studi Agama-

Agama bagi penulis

Ciputat 20 desember 20

18

Penulis

( Sukmaya )

Page 9: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

v  

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 8

D. Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 9

E. Kerangka Teori .......................................................................................... 10

F. Metodelogi Penelitian ............................................................................... 13

G. Sistematika Penulisan ............................................................................... 16

BAB II SEJARAH SINGKAT VIHARA AVALOKITASVARA DAN

LITHANG BAKTI MAKIN PONDOK CABE

A. Sejarah singkat profil Vihara Avalokitesvara ........................................... 19

1. Sejarah Singkat Vihara Avalokitasvara Pondok Cabe ......................... 19

2. Perkembangan Vihara Avalokitasvara Pondok Cabe ........................... 22

3. Tujuan Pembangunan Vihara Avalokitasvara Pondok Cabe ................ 24

4. Deskripsi Bangunan Vihara Avalokitasvara Saat Ini ........................... 25

5. Bangunan Vihara Saat Ini ..................................................................... 27

6. Tokoh-Tokoh Pendiri Vihara Avalokitasvara ...................................... 29

B. Sejarah berdirinya Lithang Bakti Makin Pondok Cabe ............................ 30

1. Sejarah Berdirinya Lithang Bakti Makin ............................................ 30

2. Tujuan Didirikannya Lithang Bakti Makin Pondok Cabe .................. 31

3. Perkembangan Lithang Bakti Makin .................................................. 32

C. Letak geograpis Pondok Cabe ................................................................... 34

Page 10: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

vi  

BAB III KEGIATAN KEAGAMAAN LITHANG DAN VIHARA DI

PONDOK CABE

A. Kegiatan keagamaan umat Konghucu ...........................................................

1. Sembahyang pada Thian ...................................................................... 36

2. Kebangkitan Nabi Konghucu .............................................................. 36

3. Peringatan Hari Besar Keagamaan Umat Konghucu .......................... 37

4. Aktivitas Litahng Bakti Makin di Pondok Cabe ................................. 37

B. Makna sembahyang dalam umat Buddha .................................................. 43

C. Bentuk kegiatan keagamaan harmoni di Pondok Cabe ............................. 44

BAB IV ANALISI PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN UMAT

KONGHUCU TERHADAP UMAT BUDDHA MENJALIN HUBUNGAN

YANG HARMONIS ANTAR UMAT BERAGAMA DI PONDOK CABE

A. Pengaruh Kegiatan Keagamaan Umat Konghucu terhadap umat Buddha di

Pondok Cabe ............................................................................................. 49

B. Relevansi Kehidupan Umat Beragama di Pondok Cabe ............................ 51

C. Relasi Antara Umat Konghucu dan Buddha di Pondok Cabe .................. 57

D. Respon Masarakat terkait berdirinya Lithang dan Vihara berdampingan 62

BAB V PENUTUP ...................................................................................................

A. Kesimpulan ............................................................................................... 65

B. Saran ......................................................................................................... 66

Page 11: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

1  

  

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Derah Pondok Cabe merupakan daerah, yang di dalamnya merupakan

banyak rumah ibadah yang sangat berdekatan akan tetapi penulis akan

menjelaskan dua agama saja, kuhususnya rumah ibadah agama Konghucu Lithang

Bakti Makin dan Vihara Avalokitasvara yaitu tempat ibadah umat Buddha,

walaupun rumah ibadanya agama Konghucu dan agama Buddha berdekatan.

Para penganut agamanya masing tidak ada yang bersitegang, antara penganut

agama Konghucu dan Buddha atau penganut agama yang lainya. Karna di daerah

Pondok Cabe, masi memegang dan menjungjung tinggi sikap teloransi antara

umat beragama.

Berdirinya Lithang Bakti Makin lebih awal dari pada Vihara Avalokitsvara,

berdirinya Lithang Bakti Makin, pada tanggal 20 oktober 1974 berdiri lebih dulu

dari pada Vihara Avalokitasvara sedangkan Vihara Avalokitesvara di bangun pada

tanggal 5 november 1983. walaupun kedua rumah ibadah berdekatan.

Hubungan antar keduanya terjalin dengan harmonis dan saling membantu

satu sama lain terutama dalam kegiatan keagamaan maupun kegiatan umum.

Hubungan yang baik adalah adanya interaksi sosial yang aktif dilakukan oleh

masyakarat, khususnya penganut agama Buddha dan konghucu di wilayah

Pondok Cabe. Terdapat banyak penganut agama-agama yanag hidup

berdampingan secara harmonis.

Page 12: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

2  

 

 

Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan masyarakat sosial

umat beragama.1 Interaksi sosial umat beragama dapat terjadi antar sesama

penganut agama tertentu maupun dengan penganut agama lain, seperti yang

terjadi di Pondok Cabe, yakni antara penganut agama Buddha dan Konghucu,

mereka melakukan kegiatan kerjasama dalam keagamaan maupun

kemasyarakatan, seperti seminar, kerja bakti, memperingati hari-hari besar

nasional

Hal seperti itu menurut Hendra Suprapto merupakan integrasi sosial, yakni

sebagai penyatuan kelompok-kelompok yang tadinya terpisah satu sama lain.

dengan melenyapkan perbedaan-perbedaan seperti agama, kebudayaan atau

penganut Agama.2

Penganut agama Khonghucu ketika melaksanakan kegiatan selalu mengundang

bahkan bekerjasama. Begitu pun penganut agama Buddha khususnya jama’at atau

muda-mudi Vihara Avalokitesvara selalu datang memenuhi undanganya

sehingga terjalin kehidupan beragama yang harmoni.3

Hubungan yang baik antara pengurus Vihara, Lithang dengan masyarakat

Pondok Cabe? misahkan perbedaan keyakinan antar sesama manusia, karena bagi

pengurus Vihara dan Lithang semua manusia adalah saudara tanpa pengecualian

apapun. Pengurus Lithang dalam keseharinnya memegang teguh satu prinsip

bahwa kita adalah saudara. Meskipun beda agama, ras, etnis dan suku mereka

menganggap adalah saudara.

                                                            1 Ws. Ht. Saputra, “Sejarah Makin Pondok Cabe-Pamulang Tangerang Selatan,”Sejarah

Makin di Pondok Cabe, No. 5 (Desember 2017), h. 21. 2 Wawancara Pribadi dengan Hendra Suprapto, Pondok Cabe 5 Desember 2017. 3 Wawancara Pribadi dengan Liem Henddra, Pondok Cabe 5 Desember 2017.

Page 13: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

3  

 

 

Prinsip seperti di atas selalu menjadi prioritas dalam kehidupan sehari-

hari. Pengurus Vihara dan Lithang selalu terbuka dengan pihak siapapun, bahkan

setiap kegiatan, baik yang dilakukan keagamaan Vihara maupun Lithang selalu

mengundang satu sama lain.salah satu contohnya ketika umat Konghucu sedang

menyiapkan buat perayaan keagamaan di situ umat Budda saling membantu satu

sama lain, disitulah terlihat toleransi antar umat beragama terjaga dan Bisa

dipastikan bahwa hubungan antara Lithang, dan Vihara dan masyarakat sangatlah

baik, harmonis, sejahtera dan damai. Di antara mereka tidak ada sekat-sekat sosial

tertentu yang memisahkan sesama saudara.4

Negara Indonesia merupakan negara yang memberikan kebebasan kepada

pemeluknya untuk dapat memeluk agamanya sesuai keyakinanya sendiri. Setiap

individu diberikan kebebasan memeluk agamanya sepanjang dibarengi dengan

sikap toleransi sehingga terjadinya hubungan yang harmonis dengan penganut

agama yang berbeda serta menjaga sikap saling menghargai antar pemeluk agama.

Indonesia tidak hanya beraneka ragam dalam kepercayaan (agama) tetapi

juga beraneka ragam budaya, suku, ras dan bahasa. Keragaman tersebut kemudian

lahirlah kemajukan dalam masyarakat Indonesia yang tumbuh berkembang

bersama dalam kehidupan yang harmonis, toleran dan sikap saling menghormati.

Kemajemukan tersebut menjadi alasan untuk tetap bersatu dan menjaga kesatuan

negara Republik Indonesia.5

                                                            4 Wawancara Pribadi dengan Bhikkuni Santi, Pondok Cabe, 6 Desember 2017. 5 Umar R. Soeroer, “Menuju Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika Harmoni”, Vol II,

No.VI, 2016 Artikel diakses pada 24 Januari 2018 dari http: //journal. uny.ac.id /index. Php /ippfa /article/view/722

Page 14: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

4  

 

 

Kehidupan umat beragama di Indonesia begitu majemuk, berbagai macam

agama tumbuh dan berkembang dalam satu Negara yang penuh dengan toleran

dan harmonis, tidak terkecuali termasuk agama Buddha dan Konghucu. Kedua

agama tersebut sudah lama hidup berdampingan dari dahulu kala sampai sekarang

dan mudah-mudahan berlanjut sampai di masa yang akan datang, tentu itu semua

tidak lepas dari peran dari tokoh-tokoh lintas agama yang datang ke Indonesia

dalam menyebarkan agama secara damai sehingga mudah diterima oleh berbagai

lapisan masyarakat.

Kehidupan penganut agama Khonghucu dan Buddha di Pondok Cabe bisa

menjadi potret bagi kehidupan umat beragama di Indonesia. Kita ketahui bersama

bahwa kehidupan umat beragama di Pondok Cabe tidak hanya terdapat penganut

agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang di dalamnya

terdapat semua penganut agama resmi yang diakui di Indonesia. Penganut agama

Islam, Protestan, Katholik, Hindu, Konghucu dan Buddha hidup berdampingan

dengan penuh kedamaian dan biasanya melakukan kerjasama dalam kegiatan-

kegiatan sosial.

Potret keharmonisan seperti itu perlu menjadi contoh bagi kehidupan umat

beragama di Indonesia dan dipandang perlu untuk diaplikasikan di daerah-daerah

lain yang hidup berdampingan dengan penganut agama lain. Selaras dengan

makna harmoni dalam segi terminologi, harmoni berarti tidak ada kerusuhan,

Page 15: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

5  

 

 

tenang, damai, tentram dan tidak melarang.6 Sedangkan harmoni dalam

Kamus Ilmiah Populer diartikan sebagai keselarasan, kecocokan dan keserasian.7

Harmoni dicapai jika tidak terjadi konflik-konflik sosial. Bukan berarti

dengan adanya perbedaan dan keragaman serta keberbedaan merupakan bagian

dari syarat terwujudnya keharmonisan sosial. Tanpa pluralitas atau kemajemukan

tidak bisa ditemukan istilah harmonis, rukun, selaras, serasi, bersatu dan

sebagainya. Keberbedaan dan keragaman tersebut akan membentuk

keharmonisan jika dikelola dengan baik.8

Kehidupan umat beragama membuat mereka juga butuh tempat untuk

melaksanakan peridabatan. Di mana ada umat beragama bisa kita pastikan ada

sebuah sarana tempat ibadah bagi setiap pemeluk agama, tidak terkecuali bagi

penganut agama yang ada di Pondok Cabe. Rumah ibadat merupaka sarana untuk

mendekatkan diri kepada Tuhan sehingga menjadi orang baik.9 Rumah ibadah

tersebut pada umumnya berfungsi sebagi tempat untuk melakukan ibadah, baik

ritual, seminar, maupaun pembinaan sosial keagamaan atau pembinaan keumatan

masing masing. Secara umum dapat terlihat bahwa perkembangan kegiatan sarana

keagamaan baik dari fungsinya maupun pertumbuhan semakin menunjukkan

kualitasnya yang sangat baik.

Melihat banyaknya penganut agama resmi yang diakui di Indonesia tentu

sarana keagamaan di Pondok Cabe cukup banyak jumlahnya. Keberadaan sarana

                                                            6 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi

Keempat (Jakarta: PT Gramedia, 2008), h. 206. 7 Pius A Paranto, dkk., Kamus Ilmiah Populer (Surabaya : Arkola Surabaya, T.t), h. 220. 8 Abdul Jamil Wahab, Harmoni di Negeri Seribu Agama Membumikan Teologi dan Fikih

Kerukunan (Jakarta : PT Gramedia, 2015), h. 5. 9 Mursyid Ali, Pemetaan Kerukunan Kehidupan Beragama di Berbagai Daerah di

Indonesia (Jakarta : Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2009), h. 33.

Page 16: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

6  

 

 

rumah ibadah itu sesuai prosedur atau perizinan, juga lebih didasarkan pada

kebutuhan mendesak warga sekitar. Terkadang hal ini dapat menjadi konflik jika

tidak dipelihara sikap harmonis di kalangan mereka.

Masyarakat Indonesia umumnya dan Pondok Cabe khususnya yang

religius memandang peran tokoh agama dan lembaga keagamaan sangat sentral

dalam membangun dan meningkatkan sikap saling menghormati dan rukun dalm

kehidupan sehari yang berdampingan dengan penganut agama lain. Para tokoh

Agama memiliki peran yang sangat penting, karena fatwa-fatwa mereka

memberikan andil terbesar dalam membangun masarakat yang lebih baik,

tentunya agar tercipta masyarakat yang penuh toleran, damai, harmonis dan lain-

lain.10

Pola hubungan sosial keharmonisan umat beragama di Pondok Cabe

integrative yaitu menunjuk pada situasi dan kondisi di mana semua kelompok

etnis, ras, suku, agama dan kelompok kepentingan bersatu-padu dalam

menghadapi sebuah persoalan bersama dengan mengedepankan demokrasi, hak

azasi manusia, keadilan hukum, nilai-nilai budaya yang berlaku, kebersamaan,

kesederajatan, penghargan atas keyakinan, memberikan prestasi dan mobilisasi

sosial, penghindaran tindakan kekerasan fisik dan keyakinan, rasa aman dengan

identitas yang di miliki dan eksistensi yang keseluruhanya di lakukan secara

partisipasif dan penuh kearipan dalan menjaga sikap toleran, sehingga terjalin

                                                            10 Wawancara Pribadi dengan Bhikkuni Santi, Pondok Cabe, 6 Desember 2017 

Page 17: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

7  

 

 

rasa kekeluargaan dan menghargai satu sama lain sehingga menjadi hubungan

yang sangat harmoni.11

Dari uraian di atas mengambarkan bahwa bentuk-bentuk harmonisasi

hubungan antara umat beragama yang pernah tumbuh, dan berkembang di

Indonesia adalah toleransi hubungan antara umat beragama, dialog, antar umat

beragama. dialog dan kerjasama antar umat beragama. Indonesia memiliki

wilayah perkumpulan yang sangat luas, dan beraneka ragam baik dari segi

topograpi maupan geografinya, baik hubungan antar individu atau pemeluk

Agama. di masing-masing wilayah bayak ragam Agama. Termasuk di daerah

Pondok Cabe, bentuk toleran dan harmonis, terlihat jelas mesti berdampingan dan

tetap harmoni. maka dari itu saya mengangkat judul skrpsi ini dengan judul:

Pengaruh Kegiatan Keagamaan Lithang Bakti Makin dan Vihara

Avalokitesvara Terhadap Hubungan Harmonis Antar Umat Beragama Di

Pondok Cabe.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas penulis merumuskan permasalahan dalam

sebuut dalam bentuk pernyataan sebagai berikut:

Bagaimana relasi penganut Konghucu dengan penganut Buddha dalam kegiatan

keagamaan untuk menjalin hubungan yang harmonis?

                                                            11 Mursyid, Pemetaan kerukunan, h. 39.

Page 18: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

8  

 

 

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah di

uraian di atas, dapat di ketahui tujuan dan manfaat penulisan.

Untuk mengetahui bagaimana relasi penganut Konghucu dengan

penganut Budha dalam kegiatan keagamaan untuk menjalin hubungan

yang harmonis.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Teoritis

Hasil penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran atau

memperkaya konsep-konsep atas pemikiran terhadap pengaruh kegiatan

keagamaan di Lithang Bakti Makin terhadap Vihara Avalokitasvara.

2. Praktis

Hasil penelitian ini dapat mewujudkan kerukunan dan keharmonisasian

antar penganut agama Koghucu dan Buddha di Pondok Cabe

3. Akademik

Sebagai salah satu persyaratan guna mendapatkan gelar Serjana Agama

(S.Ag)

D. Tinjauan Pustaka

Tujuan adanya tinjauan pustaka yaitu untuk membuktikan orisinalitas

penelitian dan menguraikan penelitian sebelumnya yang memiliki objek penelitian

Page 19: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

9  

 

 

dan kajian yang relevan dengan penelitian ini. Selama penulis melacak karya

ilmiah sebelumnya, penulis menemukan beberapa karya ilmiah yang mirip dengan

judul penulis meskipun tidak seratus persen kemiripannya.

Pertama, yaitu Skripsi karya Viviana mahasiswi Prodi Studi Agama-

Agama tahun 2011 dengan judul “Konsep Humanisme Agama Khonghucu dalam

Membentuk Manusia Sempurna (Studi Kasus Lithang Bakti Makin Pondok Cabe)

judul jelas berbeda dengan judul yang penulis angkat tetapi ada hal yang

menyamakannya yaitu studi kasus yang sama-sama berfokus di kawasan Pondok

Cabe.

Kedua, yaitu Skripsi karya Dita Sopia Sari mahasiswi Studi Agama-agama

tahun 2012 dengan judul “ Masjid dan Vihara : Kerukunan Hubungan Antara

Islam dan Buddha (Studi Kasus di Kelurahan Pondok Cabe Kecamatan Pamulang

Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten) judul hampir mirip dengan judul yang

penulis angkat tetapi yang membedakannya adalah judul penulis lebih berfokus

pada hubungan umat yang beragama Buddha dan Khonghucu. Meskipun dalam

hal studi kasus berfokus pada wilayah yang sama.

Ketiga, yaitu skripsi karya Gunawan Saidi mahasiswa Studi Agama-agama

tahun 2011 dengan judul “Perkembangan Agama Khonghucu di Indonesia pada

Masa Reformasi (1998-2007) (Studi Kasus di Masyarakat Cina Pengamat Agama

Khonghucu di Tangerang Selatan)”, hal yang menyamakan dengan judul yang

penulis angkat adalah tentang membahas perkembangan Agama khonghucu dan

sama-sama berfokus pada studi kasus yang sama. Tapi yang membedakannya

Page 20: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

10  

 

 

dengan judul penulis adalah skripsi ini hanya membahas perkembangan Agama

Khonghucu dari masa reformasi hingga tahun 2007.

Adapun karya ilmiah dan buku yang menginspirasi penulis dalam

melakukan penelitian ini sebagi berikut: Pertama, Sang Ji, Religion and Religious

Life in China, Kedua, M. Ridwan Lubis, Agama dalam diskursus Intelektual dan

perkumpulan kehidupan beragama di Indonesia, Ketiga, Cheu Hock Tong, Chinese

Beliefs and Practice in Southeast Asia, Keempat, Jeannyee Wong, Buddha His Life

and Teaching, Kelima, Mursyid Ali, Pemetaan kerukunan kehidupan beragama di

berbagi daerah di Indonesia, Keenam, WS. Mulyadi Liang, Mengenal Agama

Khonghucu, Ketujuh, Dalai Lama, Worlds In Harmony.

E. Kerangka TeoriTeori

Teori adalah serangkayan gabungan dari beberapa kosep yang saling

berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai

penomena yang terjadi.

1. Teori teloransi

Kata toleransi dalam Kamus Besar Indonesia (KBBI) adalah sifat atau

sikap: dua kelompok yang berbeda kebudayaan itu saling berhubungan penuh,

penyimpangan yang masih diterima, batas ukur untuk penambahan atau

pengurangan yang masih diperbolehkan.12

Secara terminologi, toleransi adalah sikap terbuka atau memberikan

kebebasan kepada sesama manusia baik dalam menjalankan kehidupannya,

                                                            12 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai

Pustaka, 2011), Cet V, h. 1204.

Page 21: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

11  

 

 

menentukan nasibnya dan mengatur hidupnya selama kegiatan tersebut tidak

mengganggu dan bertentangan dengan syarat-syarat terciptanya masyarakat yang

damai dan harmonis.13

Istilah toleransi (Tolerance) adalah istilah yang modern, baik dari segi

nama maupun kandungannya.14 Istilah tersebut pertama kali lahir di Barat di

bawah situasi, kondisi politis dan sosial yang budayanya sangantlah khas.

Kata toleransi berasal dari bahasa Latin, yaitu tolerantia yang berarti

kelonggaran, kelembutan hati, keringanan dan kesabaran. Oleh karena itu dapat

kita pahami bahwa toleransi merupakan sikap terbuka untuk memberikan hak

sepenuhnya kepada orang lain agar menyampaikan pendapatnya, sekalipun

pendapatnya salah dan berbeda. Istilah toleransi dikenal sangat baik di dataran

Eropa, terutama pada revolusi Prancis. Yang sangat terkenal slogannya akan

kebebasan, persamaan dan persaudaraan.15 Ketiga slogan tersebut sangatlah dekat

secara etimologis dengan konsep toleransi.

Dari definisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa toleransi adalah sikap

terbuka dalam memberikan kebebasan kepada sesama manusia baik dalam

menjalankan dan mengatur kehidupannya, mengutarakan pendapatnya selama

tidak mengganggu hak dan kebebasan orang lain.

2 Teori sosial.

Teori sosial adalah teori yang semua ilmu pengetahuan yang mempelajari

aspek-aspek kehidupan manusia dimasarakat aspek –aspek tersebut

                                                            13 Umar Hasyim, Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam Sebagai Dasar

menuju Dialoq dan Kerukunan Antar Umat Beragama (Surabaya: Bina Ilmu, 1979), h. 22. 14 Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama (Jakarta : Perspektif, 2005), h. 212. 15 Zuhairi Misrawi, Alquran Kitab Toleransi (Jakarta : Pustaka Oasis, 2007), h. 161.

Page 22: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

12  

 

 

meliputi interaksi sosial (sosiologis) dan mempunyai kebutuhan materi (

ekonomi ) dan mempelajari norma hukum dan prilaku manusia itu sendiri.

2. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua jenis penelitian yaitu

penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Untuk memperoleh data dalam

membangun dan memperkaya tulisan ilmiah ini, penulis menggunakan studi

kepustakaan (Library Research), yaitu suatu penelitian untuk memperoleh data

baik untuk data primer maupun data sekunder yang bersumber dari buku, majalah,

artikel, jurnal, dan lain-lain, berdasarkan hasil bacaan, catatan dan bahan-bahan

lainnya yang diolah untuk dikumpulkan.16 Deskriptif analitik digunakan penulis

untuk menganalisis data-data yang berdasarkan bahan-bahan yang telah dibaca

secara mendalam. 17 Kemudian penelitian lapangan (field research), merupakan

penelitian yang besumber dari hasil wawancara, abstraksi, instrumen hasil angket,

dan lainnya. Penelitian ini dilakukan di Pondok Cabe dan melakukan pengamatan

serta wawancara, adapun yang diwawancarai yaitu tokoh-tokoh agama pengurus

agama Buddha maupun agama Khonghucu, dan didukung dengan sumber yang

ada di kitab agama Buddha maupun kitab agama Khonghucu.

Penelitian pada hakikatnya merupakan salah satu rangkaian kegiatan

ilmiah, baik untuk keperluan mengumpulkan data, menarik kesimpulan atas

                                                            16 Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

2004), h. 3. 17 Nyoman Kutha Ratna, Metodologi Penelitian: Kajian Budaya dan Ilmu Sosial

Humaniora Pada Umumnya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cetakan pertama, 2010), h. 84. 

Page 23: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

13  

 

 

gejala-gejala tertentu dalam gejala empirik.18 Jenis penelitian ini adalah penelitian

kualitatif.19 Ciri-ciri metodologi penelitian dengan kualitatif menurut Suripan Sadi

Hutumo, diantaranya sumber data ilmiah artinya penulis harus memahami secara

langsung kehidupan sehari-hari dalam masyarakat.20

2. Sumber Primer

a. Sumber Primer

Sumber primer adalah data yang dapat memberikan data penelitian secara

langsung Sumber data primer ini merupakan sumber utama, seperti hasil

wawancara foto-foto yang dilampirkan dan berupa dokumen yang di berikan

langsung dari pihak pengurus Lithang Bakti Makin dan pengurus Vihara

Avalokitesvara. berupa karya yang ditulis langsung oleh orang ahli dalam bidang

agama Buddha. Atau yang ditulis oleh penganut agama Konghucu dan penganut

atau pakar ahli dalam agama Buddha dan Khonghucu itu sendiri.21

b. Sumber Sekunder

Sumber sekunder adalah data yang materinya secara tidak langsung

berhubungan dengan masalah yang diungkapkan. Sumber data ini digunakan

sebagai pelengkap dari sumber data primer yang berisi tentang kajian-kajian

pokok yang relevan atau yang berhubungan dengan tema yang di angkat. Data

                                                            18 Burhan Bangun, ed. Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2001), h. 91. 19 Penelitian Kualitatif dapat dipahami sebagai penelitian yang menghasilkan pemahaman

mengenai kata-kata, baik lisan maupun tulisan dan tingkah laku yang dapat diamati dari objek yang diteliti.

20 Bagong Suyanto, Metode Penelitian Sosial (Jakarta: Kencana Prenneda Media Group, 2011), h.166. 

21 Uharsini Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 117.

Page 24: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

14  

 

 

sekunder ini berupa buku, artikel atau jurnal ilmiah, majalah atau media lain yang

mendukung.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Studi Kepustakaan

penelitian ini, Penulis menggunakan buku-buku pustaka yang berisi teori-

teori sosiologi agama dan antropologi agama22 tentang agama Khonghucu dan

Buddha yang terkait dengan permasalahan yang dibahas. Buku-buku tersebut

merupakan buku yang di tulis oleh orang ahili dalam bidang agama Khonghucu

sebagai sumber primer, dan juga buku-buku yang di tulis oleh orang lain yang

bukan orang cina maupun penganut Khonghucu tetapi ia memiliki pengetahuan

tentang agama tersebut sebagai sumber sekunder. Adapun penulis mengumpulkan

data baik dari perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan

Nasional RI, dan sumber yang lainnya.

b. Wawancara Mendalam (Indepth Interview)23

Penulis mewawancarai masarakat setempat yang ada di daerah Pondok

Cabe, selain mewawancarai warga setempat penulis juga mewawancarai penganut

agama Khonghucu atau pengurus rumah ibadah/lithang dan vihara yang ada di

daerah Pondok Cabe. Untuk melengkapi data yang telah ada dan memperoleh

                                                            22 Pengertian sosiologi Agama adalah studi tentang penomena sosial, dan memandang

agama sebagi penomena sosial, sosiologi agama selalu berusaha untuk menemukan prinsip-prinsip umum mengenai hubungan agama dengan masarakat. Sosiologi agama adalah sala satu cabang sosiologi umum yang mempelajari masarakat agama secara sosiologis guna mencapi keterangan keterangan dan pasti demi kepentingan masarakat agama itu sendiri dan masarakat luas pada umumnya. Adapun Pengertian antropologi Agama adalah ilmu pengetahuan yang berusaha memplajari ilmu tentang manusia yang menyangkut agama dengan pendekatan budaya.

23 Hadari Nawawi & Martini Hadari, Penelitian Terapan (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1996), h. 217

Page 25: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

15  

 

 

secara langsung, serta mengetahui bagaimana pola kegiatan keagamaanya dan

hubungan diantara umat Khonghucu dan umat Buddha di Pondok Cabe itu sendiri.

4. Pendekatan Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan sosiologis

dan antropologis karena kedua pendekatan ini mencari relevansi dan pengaruh

agama terhadap fenomena sosial. Micheals Northcoot menjelaskan bahwa

pendekatan sosiologis dibedakan dari pendekatan lainya karena fokus kepada

interaksi agama dan masarakat.24

Prspektif sosiologis adalah agama di pandang sebagi sistem kepercayaan

yang di wujudkan dalam prilaku sosial tentu hal ini berkaitan dengan pengalaman

baik prilaku individu maupun kelompok dan perilaku yang di perankan terkait

dengan sistem keyakinan dan ajaran agama yang di anutnya.

perhatianya pada struktur sosial kontruksi pengalaman manusia dan kebudayanya

termasuk agama. objek-objek pengetahuan, praktik-praktik dan intitusi-intitusi

dalam dunia sosial, oleh para sosiolog di pandang sebagi produk interaksi manusia

dan kontruksi sosial. Bagi para sosiolog, agama adalah sebagi salah satu bentuk

kontruksi sosial.

Adapun pendekatan antropolog agama Pendekatan ini lebih untuk melihat

pengaruh agama dalam kehidupan sosial masyarakat. Antropologi agama

berkaitan dengan soal-soal upacara, kepercayaan, tindakan dan kebiasaan yang

                                                            24 Media Zainul Bahri, Wajah Studi Agama-agama (Dari era Teosofi Indonesia (1901-

1940) Hingga Masa Reformasi (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2015), h. 43

Page 26: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

16  

 

 

tetap (everyday life) dalam masyarakat sebelum mengenal tulisan, yang menunjuk

pada apa yang dianggap suci dan supernatural.25

Pendekatan yang digunakan oleh para ahli antropologi dalam meneliti

wacana keagamaan adalah pendekatan kebudayaan. Yaitu melihat agama sebagai

inti kebudayaan. Nilai-nilai keagamaan tersebut terwujud dalam kehidupan

masyarakat.26

5. Analisis data

Setelah data penelitian terkumpul, maka langkah selanjutnya penulis

melakukan analisis data. Analisis data adalah proses penyusunan data agar data

tersebut dapat ditafsirkan.27 Metode analisis yang digunakan ialah Content

Analysis (analisis isi), yaitu upaya menafsirkan ide atau gagasan tentang

hubungan antara agama Buddha dan agama Konghucu.28

Di analisis secara mendalam dan seksama guna menjawab permasalahan

hubungan dan kegiatan keagamaan antara umat beragama.

6. Teknik penulisan

Mengenai teknik penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada standar

penulisan skripsi yang bersandarkan pada buku “Pedoman Akademik” yang

diterbitkan oleh Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

                                                            25Imam Suprayogo, Metodologi Penelitian Sosial Agama (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2003), h. 167. 26U. Maman KH, metodologi Penelitian Agama: Teori dan Praktik (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2006), h. 94. 27Munawir Sjadzali, Partisipasi Umat Beragama Dalam Pembangunan Nasional

(Jakarta:Depag Press, 1983), h. 63-64. 28 Dadang Rahmad, Metode Penelitian Agama (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2000), h.

102.

Page 27: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

17  

 

 

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika penulisan pada penelitian ini di susun secara

sistematis dan terperinci, terdiri dari Bab dan Sub Bab sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Dalam pembahasan bab pertama, merupakan pendahuluan berisi tentang

Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Dan Manfaat Penelitian,

Tinjauan Pustaka, Kerangka Teori, Metodelogi penelitian, Sistematika penulisan

BAB II : PROFIL VIHARA AVALOKITESVARA DAN LITHANG BAKTI

DI PONDOK CABE

Dalam pembahsan bab kedua, memaparkan Profil Vihara Avalokitesvara

di Pondok Cabe, Profil Lithang Bakti Makin di Pondok Cabe Sejarah dan

Berkembangnya Vihara Avalokitesvara dan Lihang Bakti Makin di Pondok Cabe

BAB III: KEGIATAN KEAGAMAN LITHANG DAN VIHARA DI

PONDOK CABE

Dalam pembahasan bab ketiga berisi tentang Kegiatan-kegiatan kajian

keagamaan lithang bakti makin dan vihara avalokitesvara, Kekgiatan perayaan

keagamaan, Kegiatan sosial yang di lakikan umat lithang bakkti makin dan vihara

avalokitesvara di pondok cabe

BAB IV ANALISIS PENGARUH KEGIATAN KEAGAMA’AN DI

LINTANG BAKTI DAN VIHARA AVALOKITASVARA

Dalam pembahasan bab keempat membahas tentang pengaruh kegiatan

keagamaan umat konghucu terhadap umat buddha,Relevansi kehidupan harmonis

antara umat konghucu dan buddha di pondok cabe, dan mengikuti konsep metode

Page 28: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

18  

 

 

kerukunan umat beragama Di indonesia, Hubungan kegiatan keagamaan umat

konghucu dan umat buddha di pondok cabe, Pandangan masyarakat terhadap

harmonisasi antara umat beragama di pondok cabe,

BAB V : PENUTUP

Dalam pembahasan yang terakhir yaitu penutup berisi Kesimpulan, Saran,

dan Referensi. Di sini penulis akan menyiapkan hasil penulisan desktiptif penulis

dalam penulisan skripsi ini. Hasil-hasil temuan yang penulis dapatkan dalam

penelitian ini. Penulis juga meminta kritik dan saran untuk melengkapi penulisan

skripsi ini.

Page 29: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

19  

  

BAB II

SEJARAH SINGKAT VIHARA AVALOKITASVARA DAN LITHANG

BAKTI MAKIN PONDOK CABE

A. Sejarah Singkat dan Profil Vihara Avalokitesvara Pondok Cabe

1. Sejarah Singkat Vihara Avalokitasvara Pondok Cabe

Vihara adalah rumah ibadah agama Buddha, dan vihara juga bisa

dinamakan kuil, karena umumnya adalah dari etnis Tionghoa, maupun

Konfusius, akan tetapi di Indonesia, karna orang yang ke Vihara/kuil umumnya

adalah etnis dari orang tionghoa, maka menjadi aga sulit dibedakan karna

umumnya sudah menjadi sinkitisme antara buddaisme, taoisme, salah satu

contohnya adalah Vihara Avalokitasvara yang terletak di jalan cabe raya nomor

64, Rt/Rw: 05/05 kelurahan Pondok Cabe kecamatan pemulang, di Kota

Tangerang Selatan.Vihara Avalokitasvara mempunyai sejarah yang menarik

untuk di tulis dalam skripsi, hingga perkembangan yang pesat hingga saat ini.1

Kurang lebih selama 35 tahun, awalnya bangunan Vihara Avalokitesvara

ini seperti bangunan rumah biasa di bangun sekitar 1983 untuk sekedar beribadah

umat buddha yang ada di Pondok Cabe. Vihara Avalokitesvara didirikan oleh

seorang biarawati yang bernama Bikhuni gina. Pada mulanya, yaitu tahun 1987,

biarawati Gina dengan mendapatkan dukungan dana dari umat, mendirikan

“Vihara Thian Su Tong” di Jalan cabe Raya nomor 64 Jakarta selatan.

                                                            1 Wawancara Pribadi dengan Maya Nugraha, Pondok Cabe 5 Desember 2017 

Page 30: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

20  

  

Saat itu vihara digunakan sebagai tempat bersembahyang untuk

memuliakan Dewi Kwan She Im Po Sat dan tempat tinggal para umat yang ingin

menyucikan diri dan berbakti untuk pengembangan Agama Buddha Mahayana

dengan ajaran welas asih Dewi Kwan She Im Po Sat. Pada tahun 1988 namanya

diubah menjadi “Vihara Avalokitesvara” atau yang sering dikenal juga sebagai

“Kwam Im Tang”, yang dipakai hingga sekarang.

Bikhuni Gina tidak mempunyai murid biarawati penerus yang akan

melanjutkan pengurusan vihara, maka menjelang meninggalnya pada Januari

1991, dengan disaksikan oleh beberapa umat, antara lain Ibu Dewi Juwita dan

Almarhum Dr. Alex Tjandra S.H., beliau menunjuk Y.A. Bhiksu Dutavira sebagai

penerus untuk memelihara, mengelola dan mengurus vihara.

Pada saat itu umat yang datang ke vihara boleh dikatakan sangat sedikit

sekali dan tidak melakukan kebaktian, melainkan hanya melakukan tiam hio atau

memasang dupa saja. Di bawah kepemimpinan Y.A. Bhiksu Dutavira mulailah

diadakan kebaktian bersama dan diajarkan ajaran Agama Buddha. Pada awalnya,

kebaktian hanya dihadiri 7 umat, akan tetapi semakin hari semakin banyak umat

yang mengikuti kebaktian dan bersembahyang.

Vihara Avalokitesvara memiliki luas mencapai 3 hektar dengan altar Dewi

Kwan Im sebagai Altar utamanya. Di altar ini terdapat patung Dewi Kwan Im

yang berusia hampir sama dengan bangunan vihara tersebut. Selain itu di sisi

samping kanan dan kiri terdapat patung dewa-dewa yang berjumlah kurang lebih

5 dan tiang batu yang berukir naga.2

                                                            2 Wawancara Pribadi Cik Mey, Pondok Cabe 5 Desember 2017. 

Page 31: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

21  

  

Selain itu Vihara Avalokitas berdekatan dengan klenteng meskipun

berdekatan tidak ada berstegang maupun kontak pisik, bahkan mereka saling

membantu saling satu sama lain, terlihat harmonis, mesti beda keyakinan, Lithang

Makin sering melakukan kegiatan yang siftnya sosial dengan Vihara

avalokitasvara, Themi salah satu pengurus lithang Bakti Makin menceritakan

bagaimana menjaga sikap toleran, untuk mempererat tali persodaran antara

Lithang dan Vihara, dan saling menjaga satu sama lain rumah ibadah yang iya

bangun bersama.

yang Terletak di samping vihara, ini juga menceritakan bagaimana vihara

ini digunakan sebagai tempat blajar dan di gunakan sebagi tempat ketika sedang

kerohanian, bentuk bangunan vihara avalokitasvara sangat unik pada umumnya.

Bahkan bangunan vihara saat ini masih terlihat kokoh meskipun sudah lama

layaknya bangunan baru dengan warna merahnya yang khas. Dan Vihara

avalokitasvara ini di bangun oleh orang pengelana dari jambi yang bernama

bikhuni Gina,

sebelum mebangun dan mendirikan vihara bikku Gina berkelana

kedaerah-daerah lain dan pada ahirnya bikhuni Gina mendirikan Vihara

Avalokitasvara ini di Pondok Cabe, dan terwujudnya pembangunan rumah ibadah

pada tahun 1983 membangun Vihara avalokitasvara ini di sini, di daerah Pondok

cabe, yang berdomisili Pondok Cabe Jakarta selatan di .3

Semenjak di bangunya vihara avalokitasvara di Pondok Cabe, selain penduduk

sini yang ibadah di sini banyaknya juga pendatang-pendatang yang mau beribadah

                                                            3 Wawancara Pribadi Maya Nugraha, Pondok Cabe 5 Desember 2017. 

Page 32: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

22  

  

di Vihara Avalokiasvara ini. Padahal vihara avalokiasvara ini yang di bangun

pada tahun 1983 yang notabenya masi tergolng baru di bandingkan dengan

vihara-yang lain, akan tetapi perkembangannya sangat pesat dan di minati sama

orang-orang luar, dan menariknya di vihara avalokiasvara ini di rutinitas kegiatan-

kegiatan muda-mudi melakukan kegiatan sepeti, diskusi, balajar, dan di adanaya

seminar rutinan, satu minggu sekali dan materinya di isi oleh bikku dan ngambil

dari pengurus vihara yang lain yang bekerjasama.

Dengan Vihara Avalokitasvara bahkan yang mengisi seminar mingguan

yang ngisi seminarnya orang luar misalkan dari , orang tonghoa aslinya, vihara

avalokitasvara, artinya sebegitu berkembangnya vihara avalokitasvara ini.

2. Perkembangan Vihara Avalokitasvara Pondok Cabe.

Sejalan dengan silih berkembangan Vihara Avalokitesvara Dengan jumlah

umat yang semakin berkembang, maka pada tahun 1987 sampai medio tahun 1988

vihara mengadakan renovasi Dharmasala, hingga dapat menampung 150 umat

untuk melakukan kebaktian bersama. Sedikit berkilas balik tentang pencarian

rupang Dewi Kwan Im Po Sat pada tahun 1983, karena sesuai dengan nama

Vihara Avalokitesvara berarti seharusnya,

vihara mempunyai sebuah rupang Avalokitesvara Bodhisattva; maka pada

saat renovasi, dengan dana yang teralokasi saat itu sebesar 18 juta rupiah, Y.A.

Bhiksu Dutavira mencari rupang Dewi Kwan Im Po Sat ke berbagai tempat,

sampai akhirnya ke negeri Singapura, di negeri ini ditemukanlah sebuah rupang

Dewi Kwan Im dengan pose sedang menuang air yang bermakna memberi air

kehidupan memberi harapan dan kebahagiaan, rupang tersebut milik seorang

Page 33: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

23  

  

bhiksu dan dihargai 48 juta rupiah, yang pasti jumlah tersebut sangatlah jauh dari

dana yang dialokasikan.

Dengan pertimbangan kebaikan bhiksu yang membolehkan untuk

membawa, Y.A. Bhiksu Dutavira berdoa dan melakukan poa pwe (melempar dua

belah kayu yang menyerupai bentuk kacang) untuk mendapatkan izin membawa

rupang tersebut ke Indonesia. Ternyata memang perbuatan bajik selalu

mendapatkan berkah dari Hyang Buddha, meskipun dana yang terkumpul awalnya

tidak mencukupi, tetapi umat berduyun-duyun memberikan dana untuk pembelian

rupang sehingga dana terkumpul dengan mudah dan tercukupi, bahkan lebih.

Sejalan dengan perkembangannya selain sebagai tempat kebaktian, tempat belajar

Dharma atau kursus ajaran Buddha, vihara juga Sebelum di dirikan Vihara tanah

yang sekarang yang di bangun rumah ibadah/vihara dulunya tanah liar masih

hutan, Pada tanggal 03 januari Tahun 1987ada orang yang mengibahkan tanahnya

untuk di bangun rumah ibadah/Vihara Avalokitasvara, bikuni Gina dan tmnya

biku sanghay membangun vihara avalokitasvara pembangunan vihara

avalokitasvara yang di bangun bikuni gina berdasarkan surat rekomendasai/surat

izin. Yang di berikan oleh bupati setempat yang ada di kabupaten tengrang.4

Namun sejak pendirian vihara tidak mudah, banyak hambatan hambatan

yang harus di lalui, sejak itu tercatat ada 150 orang umat budda yang beribadah di

vihara avalokitasvara, namun bukan itu saja hambatan yang harus di lalau, ketika

vihara baru di bangn ada musibah, seperti prampokan lebih tepatnya pada tanggal

15 Mei pada Tahun 1988 akan tetapi kurang lebih dari 5 tahun perkebangan umat

                                                            4Wawancara Pribadi Bikkhuni Santi, Pondok Cabe 5 Desember 2017. 

Page 34: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

24  

  

Buddha di pondok cabe berkemang pesat, dari di mualinya kegiatan-kegiatan

yang di lakukan pengurus vihara Avalokitasvara seperti kegiatan-kegiatan

seremonial, pendidikan anak buddis, diskusi, muda mudi yang di kembangkan

bikkuni gina dan pengurus yang lainya.5

Selain itu berkebnangnya Agama buddha di Pondok cabe, di bantu oleh

kerjasama antara vihara yang lainya, dan di bantuh di kembangkan oleh tokoh-

tokoh budha yang ikut berperan dalam Vihara Avalokitasvara.

3. Tujuan Pembangunan Vihara Avalokitesvara Pondok Cabe

Tujuan dan pungsi didirkanya rumah ibadah budha atu biasa di sebut

vihara, Vihara atu gedung vihara merupakan kebutuhan primer di dalam

melaksanakan kegiatan-kegiatan ibadah dan di dalamnya di gunakan untuk

mengadakan kegiatan-kegiatan kursus-kursus umum yang menunjang

pemahaman agama Buddha, antara lain kursus bahasa Mandarin, bahasa Inggris,

kursus komputer, kursus matematika atau pelajaran sekolah secara gratis selain itu

juga melakukan kegiatan sosial dan kunjungan-kunjungan ke panti jompo, panti

asuhan, penyantunan orang meninggal, kunjungan umat kepada orang usia lanjut,

memberikan bea siswa maupun membiayai anak yang positif selain itu di gunakan

juga untuk kegiatan ibadah dan di gunakan juga sebagi kegiatan-kegiatan sosial

seperti seminar, kesenian, dan kegiatan yang lainya.

Pembuatan rumah ibadah bukan haya di lakukan oleh umat buddha,

melainkan semua agama membutuhkan gedung/rumah ibadah seperti islam yang

membutuhkan Masjid, keristen yang membutuhkan gereja, dan yang lainya

                                                            5 Wawancara Pribadi Bikkhuni Santi, Pondok Cabe 5 Desember 2017 

Page 35: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

25  

  

membutuhkan rumah ibadah, bahkan dalam kitabnya pun di jelaskan betapa

pentingnya rumah ibadah, bahkan salah satu persaratan mendirikan agama harus

ada rumah ibadah yang di campumkan dalam regulasi pembuatan rumah ibadah.

Pembuatan rumah ibadah membutuhkan perencanaan dan persiapan yang

sangat matang di segala sisi termasuk kesiapan umat, yang ada di daerah pondok

cabe, untuk memberikan dukunganya dan dalam perencanaan yang sangat matang

dalam melakukan pembangunan rumah ibadah di butuhkan kondisi yang stabil

sangat di butuhkan agar di dalam pembangunan rumah ibadah/Vihara agar dalam

pembangunan tidak memiliki kendala apapaun, rencana membangun dan

pembangunan rumah ibadah di daerah pondok cabe oleh bikuni gina dan biku

bahadrasilo adalah bukti-bukti bikuni dan buiku dengan cara membangun vihara

di Pondok Cabe,

Tujuan pembangunan vihara avalokitasvara di daerah Pondok Cabe.

Tentunya agar warga setempat yang menganut agama buddha bisa beribadah, dan

rumah ibadah tersebut menjadi pusat kegiatan ritual keagamaan sekaligus tempat

pembinaan dan pusat aktivitas warha jamaat setempat, adanya rumah ibadah juga

merupakan simbol kehadiran dan identitas umat yang beribadah di dalamnya.6

4. Deskripsi Bangunan Vihara Avalokitasvara saat ini.

Vihara Avalokitesvara terletak di Jalan cabe Raya No. 48, Kelurahan cabe

raya, Kotamadya Jakarta selatan, Propinsi DKI Jakarta. Vihara ini sangat mudah

dicapai karena berada di sisi jalan raya yang ramai dengan lingkungan pertokoan

serta tidak jauh dari pusat bisnis. Vihara yang juga dikenal dengan nama Kwam

                                                            6 Wawancara Pribadi dengan Susan Chen, Pondok Cabe 7 Desember 2017. 

Page 36: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

26  

  

Yin Tang. Vihara ini merupakan Vihara Buddhis yang ditujukan kepada Dewi

Kwan Im dan Buddha Sakyamuni.Dilihat dari bentuknya, bangunan seperti rumah

tinggal biasa. Ciri yang dapat dikenali adalah adanya sebuah wadah dupa yang

terletak di depan pintu masuk halaman serta tungku pembakaran kertas yang

terdapat di bangunan samping.

Bangunan vihara ini terletak di atas tanah seluas 3 hektar dengan luas

bangunan utama ±300 m2. Dibagian depan yang tak di pagari dengan warna

bangunan warna has merah . Pintu masuknya terdapat di tengah-tengah. Bangunan

menghadap utara. Denah bangunan berbentuk empat persegi panjang. Teras depan

merupakan ruang terbuka yang cukup sempit karena dulunya pernah mengalami

pemotongan luas tanah untuk keperluan jalur lambat. Lantainya ditutup ubin

keramik warna putih polos berukuran 30 x 30 cm. Di teras ini, tepatnya di depan

pintu masuk terdapat wadah dupa, yang terbuat dari kuningan, bentuknya bulat

dengan tiga buah kaki, hiasan terdapat pada bagian badan dan kaki berupa hiasan

barongsai.

Pintu masuk menuju ruang utama berada di tengah-tengah yang dilengkapi

daun pintu dari kayu jati yang dicat berwarna merah. Lantai ruangan ditinggikan

±10 cm dan ditutup ubin marmer berukuran 40 x 40 cm. Dinding luar yang juga

merupakan dinding teras diberi lubang angin serta diberi hiasan motif swastika

dari besi yang dicat warna hitam dan merah. Dinding bagian dalam dicat warna

krem.

Atap bangunan berbentuk pelana, tanpa hiasan, ditutup genteng. Di sudut

kiri pintu masuk terdapat sebuah tambur dan di sudut kanannya terdapat sebuat

Page 37: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

27  

  

genta yang digantungkan dekat jendela. Pada awalnya bangunan utama terdiri dari

2 ruangan yang disekat tembok, dimana pada bagian depan terdiri dari altar

Avalokitesvara Bodhisattva di bagian tengah, altar Kwan Kong di sisi kanan dan

altar Dewa Tai Sui di sisi kiri. Dalam perkembangan selanjutnya sekat tembok di

bagian tengah dibuka karena semakin banyaknya umat yang bersembahyang

sehingga altar Avalokitesvara Bodhisattva digabung menjadi satu dengan altar

utama Sakyamuni Buddha.

Dinding ruang Dharmasala dilapisi porselin bergambar Avalokitesvara

dengan nama-nama donatur di bawahnya. Altar utama dilapisi marmer dan

dindingnya ditutup keramik berwarna putih. Pada tingkat I terdapat patung

Sakyamuni Buddha dalam ukuran yang besar. Patung ini terbuat dari bahan fiber

yang dicat berwarna kuning emas. Posisi patung duduk di atas teratai dengan aura

lidah api. Tingkat II berisi patung kayu Dewi Kwan Im dengan manifestasi tangan

seribu, duduk di atas bunga teratai. Tingkat ke II terdapat patung Kwan Im dalam

posisi berdiri memegang botol dengan ekspresi wajah yang lembut, patung ini

terbuat dari kayu.

Ruang lainnya adalah ruang tambahan di sisi kiri altar untuk mengenang

jasa, ruang belakang yang terdapat ruang tamu dan sekaligus dapat merangkap

sebagai ruang serba guna, juga terdapat ruang perpustakaan, dapur, tempat tinggal

dan lain-lain. (dengan kutipan “Kelenteng Kuno Di DKI Jakarta selatan”,

Dept.Pendidikan Nasional)

5. Bangunan Vihara Saat ini

Page 38: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

28  

  

Bangunan vihara saat ini menempati luas tanah 18 x 47 m, terdiri dari 2

lantai untuk bagian depan dan 5 ½ lantai untuk bagian belakang, dengan halaman

depan sebagai tempat parkir kendaraan dan tempat tungku pembakaran kertas.

Sebagai penghubung antar lantai, vihara dilengkapi dengan 2 buah tangga, di

bagian depan dan bagian belakang bangunan, serta 2 buah lift.

Masing-masing lantai dari bangunan vihara mempunyai fungsi tersendiri,

yaitu : Lantai 1 : Digunakan sebagai ruang sembahyang, toko souvenir, ruang

makan umum, dapur, tempat administrasi dan lain-lain Lantai 2 : Digunakan

untuk ruang Dharmasala altar

Lantai 1 : merupakan tempat sembahyang yang lebih ditujukan untuk umat

yang ingin bersembahyang tiam hio. Setelah memasuki pintu utama kita akan

langsung disambut oleh tiga rupang kayu Kuan Im Pu Sa yang diukir dengan

sangat indah. Pada lantai 1 selain terdapat altar Tie Kong atau Tian Kung yang

terletak di depan pintu vihara, juga terdapat altar Se Mien Fo atau Dewa 4 Muka

terletak pada bagian tengah, dan pada bagian utama terdapat altar Buddha,

Avalokitesvara Bodhisattva, di bagian kirinya terdapat altar Dewa Tai Sui serta di

bagian kanannya terdapat altar Dewa Kwan Kong.

Lantai 2 : merupakan altar utama atau ruang Dharmasala, pada lantai ini

juga terdapat altar Tie Kong, altar mengenang jasa berupa papan nama. Pada altar

utama di tingkat I terdapat 3 rupang Buddha yang merupakan rupang Sakyamuni

Buddha, Bhaisajyaguru Buddha dan Amitabha Buddha serta rupang Dewi Kwan

Page 39: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

29  

  

Im dengan manifestasi tangan seribu. Pada tingkat II terdapat rupang Dewi Kwan

Im.7

6. Tokoh-tokoh pendiri Vihara Avalokitesvara

1. Nama : Bhikuni Gina.

Bikuni Gina lahir pada tanggal 5 Februari pada Tahun 1933. Bhikuni Gina

lahir di Jambi. Sebelum beliau mendirikan Vihara di Pondok Cabe dulunya beliau

berkelana, salah satu tempat yang pernah beliau tempati beliau pernah jadi bikuni

di vihara Dahanagun Bogor, di vihara bogor belau pernah jadi anggota pengurus

vihara pada waktu tahun 1967,dan pada Tahun 1973 beliau keluar dari vihara

Dahanagun, dan melanjutkan mengembara, setelah itu Bikhuni gina datang ke

daerah Cabe Raya, dan kebetulan pada waktu itu, di Daerah Cabe Raya masih sepi

masih semak-semak blukar dan kebetulan pada waktu itu ada tanah warga yang di

ibahkan utuk di bangun rumah ibadan, terus bikuni Gina bersama temanya yang

bernama biku syangho mengurus surat rekomendasi/izin setempat bahwasanya

tanah yang di ibahkan akan di bangun rumah ibadah/Vihara Avalokitasvara.

2. Nama : Bhiku Sanghy

Beliau lahir pada Tahun 1935. beliau pernah akif di pengurus di vihara

Bogor. Sebelum belau mendirikan Vihara Avalokitasvara di pondok cabe belau

juga pernah di vihara Dahanagun Bogor sebagi pengurus bersama Bhikuni Gina.8

B. Sejarah pendirian Lithang Bakti Makin di Pondok Cabe.

Nama MAKIN Pondok Cabe pada awalnya bernama MAKIN Ciputat

yang didirikan oleh Alm Bapak law A Set; Alm Bapak Budiman; Alm Bapak

                                                            7.Wawancara Pribadi dengan Cici Maya, Pondok  Cabe 5 September 2017 8 Wawancara Pribadi dengan Bhikuni Gina, Pondok  Cabe 5 September 2017. 

Page 40: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

30  

  

Gaw Tek Tjiu Alm Bapak kwee Yen Nah dan Alm Bapak Ong Tjng Yam. Pada

Minggu, 20 Oktober 1974 terjadilah pertemuan pertama di rumah Bapak Law A

Set sekaligus membahas pembentukan Lithang.

Pendiri yang memeliki peranan penting dalam pembentukan Lithang

sekaligus pembina rohani umat Konghucu di Pondok Cabe adalah Alm. Bapak

Ong Tjeng Yam. Dia adalah salah satu umat umat dari Makin Cibinong Bogor

yang kebetulan bekerja di perkebunan Cengkeh di Pondok Cabe. Dia pula yang

mengarahkan dan mendidik umat Konghucu di Pondok Cabe agar selalu

mengikuti kebaktian, yang diikuti sekitar 250 orang.9

Pada 28 Oktober tahun 1974 mendapatkan rekomendasi/izin mendirikan

Lithang Bakti Makin oleh Bupati Tanggerang, surat tersebut ditanda tangani oleh

H.E Muchdi. Kemudian tahun 1975 Alm. Bapak Ong Tjeng Yam menghibahkan

tanahnya seluas +\-400 untuk didirikan tempat ibadah bagi umat Konghucu.

Tetapi masa pembangunan mengalami hambatan karena kekurangan dana.

Ketika di mana lithang belum didirikan, umat Konghucu beribadat di

Blandongan depan rumah Bapak Law A Set dengan cara yang sangat sederhana.

Pada Tahun 1986 sampi Tahun 1992 Lithang dibangun seperti bentuknya yang

sekarang. Pada Tahun yang sama yakni pada Tahun 1989, tepatnya pada tanggal

18 Juni peletakan batu pertama diletakan oleh Bapak Obun Burhanudin selaku

Camat Kecamatan Ciputat.

Pada masa pembangunan ini Tahun 1977 s/d 1987 pengembangan agama

Konghucu pasang surut yang di sebabkan oleh karna tidak adanya pembinanan                                                             

9 Lembaran daerah kabupaten tenggerang, nomor; 03 , Seri E 2015, “ Pembentukan 77 kelurahan di lingkungan dearah kabupaten tanggerang’ e‐book h. 14 di akses pada  25 Desember   2017 Dari http://www.jdih.sekjen.kmanegri.go.id/fils/kab_tanggrang_3_2015.pdf.  

Page 41: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

31  

  

(Bapak Ong Tjng Yam yang telah di pindah tugaskan ke daerah lain) dan pada

saat itu belum ada rohaniawan setempat membuat MAKIN Pondok Cabe hanya

bisa mengandalkan rohaniawan dari daeraah lain. Namun dengan demikian,

perkembangan kebaktian pemuda, pelayanan umat, dan pemberian nilai Agama:

di sekolah-kolah yang di asuh oleh Dq. Kwee Kian Tjuan dan Dq Kwee Ho Tjuan

yang sekarang menjadi Pak Ws Ht Saputra tetap berjalan meskipun kebaktian

umum sudah tidak ada.10

1. Tujuan di dirikanaya Lithang Bakti Makin Pondok Cabe.

Dalam pendirian rumah ibadah, secara tidak langsung harus memiliki

tujuan. Lithang Bakti Makin Pondok Cabe yang di dirikan pada Tahun 1974 tidak

lepas dari tujuan.

Tujuan itu yang menjadikan tempat ibadah bisa mengembangkan masyarakat,

terlebih khususnya buat penganut agama Konghucu dapat melakukan apa yang

diperintahkan oleh Tuhannya dan menjauhi laranganya, serta dapat membedakan

mana yang baik dan yang buruk bagi dirinya dan lingkunganya.

Selain itu Lithang Bakti Makin Pondok Cabe juga bertujuan untuk

memberikan pendidikan rohani pada umat Konghucu, kalau sebelumnya umat

Konghucu yang ada di daerah Pondok Cabe hanya mendirikan upacara saja. Tapi

tentang keimanan, jalan suci Tuhan, dan pembinaan rohani sendiri tidak ada

sehingga perlu bagi umat Konghucu untuk mengikuti makana persembahayangan

                                                            10Ws. Ht. Saputra, Sejarah Makin Pondok Cabe‐Pamulang Tangerang Selatan. 

Page 42: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

32  

  

dan juga untuk meningkatkan keimanan untuk bertakwa terhadap Tuhan Yang

Maha Esa.11

Tujuan tersebut bahawasanya untuk menghidupkan dan mengembalikan

agama konghucu yang sebenarnya. Karna pada jaman dahulu agama konghucu di

resmikan, ajaran umat Konghucu yang iya pelajari haya mengerti ajaran Tionghoa

yang ada sebelumnya dengan di campur dengan tradisi lokal (Indonesia).12

Maka dari itu, keinginan umat Konghucu kembali ke ajaran yang

sebenarnya melalui Lithang, dengan tujuan agar umat Konghucu ada yang

mengajarkan ajaran-ajaranya yang ada di dalam kitab agama Konghucu, dan

melakukan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan ajarannya.

2. Perkembangan Lithang Bakti Makin.

Pada tahun 1975 Bapak Law A Set mengibahkan tanahnya seluas +/-400

untuk di bangun Lithang Bakti Makin Pondok Cabe. Pembangunan tersebut

berdasarkan surat rekomendasai yang di berikan oleh bupati kabupaten tangerang

H.E Muchid, yang tercatat pada Tanggal 28 Oktober 1975. Namun masa

pembangunan Lithang Bakti Makin Pondok Cabe. Tidak sesuai dengan apa yang

di harapkan, bahkan dalam pembangunan tersebut mengalami hambatan dan

kekurangan dana.

Namun Tahun 1977 s/d Tahun 1987 kurang lebih 10 Tahun perkembangan

Agama Konghucu mengalami pasang surut yang di sebabkan karna tidak adanya

pembinaan oleh Bapak Ong Tjng Yam yang telah di pindah tugaskan ke daerah

lain dan belum adanya tenaga rohaniawan setempat yang membuat Makin Pondok

                                                            11 Ws. Ht. Saputra, Sejarah Makin Pondok Cabe‐Pamulang Tangerang Selatan. 12 Wawancara pribadi dengan Hendra Suprapto. Pondok Cabe 6 desember 2017. 

Page 43: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

33  

  

Cabe haya bisa mengandalkan rohaniawan dari daerah lain. Namaun demikian

kebaktian pemuda, pelayanan umat, dan pemberian nilai-nilai Agama di sekolah”

yang di asuh Dq Kwee Kian Tjuan dan Dq Kwee Ho Tjuan yang sekarang di

panggil Dengan sebutan Bapak WS tetap berjalan walopun kebaktian umum

sudah tida ada.

Kebangkitan Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe terjadi pada Tahun

1987, tepatnya pada tanggal 19 September yang di plopori oleh angkatan muda

Pondok Cabe yang di antaranya seperti,Ws, Ht saputra Dq. Law Kim It. Beliau-

beliau berhasil mengadakan pertemuan dengan tokoh konghucu dan mengundang

plopor pendiri MAKIN Pondok Cabe pada pertemuan tersebut terpilih Bapak

Kwee Kim Sam (encam) yang pada saat itu terpilih sebagi ketua Rw 05 desa

Pondok cabe sebagi ketua Makin.

Dengan kepemimpinan baru dai waktu itu, perkembangan agama

Konhgucu di Lithang Bakti Makin Pondok Cabe terus meningkat pesat bahkan

setiap kali kebaktian malam cell it dan cap go sampai tidak tertampung. Pada

tahun 1990 terdapat dua orang rohaniawan Js. Ht Saputra dan Js Aang Budiman.

Dan pada tanggal 22 desember 2007 bahkan Js Aang Menjadi guru Agama.13

Karena adanya dukungan pemerintah setempat dan juga seluruh umat Konghucu

di Lithang Bakti Makin Pondok Cabe dan sekitarnya maka di bangunlah Lithang

Bakti yang baru dipeletakan batu patung singa pertama oleh Bapak Obun

Burhandudin pada tanggal 18 juli Tahun 1989 selaku camat kecamatan ciputat.

                                                            13 Ws. Ht. Saputra, Sejarah Makin Pondok Cabe‐Pamulang Tangerang Selatan. 

Page 44: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

34  

  

Hingga saat ini usianya yang ke-44 tahun walaupun tiap berganti

kepemimpin di setiap priodenya, Lithang Bakti Makin Pondok Cabe masi tetap

eksis di dalam misinya untuk selalu mengembangkan Agama konghucu dan

memberikan playanan dan pembinaan di Lithang Bakti Makin di Pondok Cabe

pamulang dan sekitarnya yang di mana setiap umat berdomisili di pamulang,

bojong sari sawangan sasak tinggi ciputat, serta serpong BSD hingga saat ini telah

terdaptar 780 umat yang berhimpun di Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe.

3. Letak Geografis Lithang Pondok Cabe

Lithang Bakti Makin Pondok Cabe atau dikenal sebagai Makin Pondok

Cabe terletak di Jalan Kemiri No. 57, Rt/RW 05/05, Kelurahan Pondok Cabe,

Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan. Litang merupakan tempat ibadah

yang lokasinya strategis sehingga mudah dijangkau oleh umat yang akan

beribadah.

Lithang yang dibangun dengan hasil musyawarah ini, terbagi menjadi 2

bagian yakni altar luar dan altar bagian dalam. Altar bagian luar yang digunakan

untuk beribadah kepada Tuhan yang diapit oleh dua buah patung singa batu, dan

juga sebelah kirinya terdapat tempat duduk yang dipergunakan para jemaatnya

untuk melakukan diskusi.14

Altar bagian dalam, saat masuk terdapat tempat alat-alat untuk melakukan

kebaktian, kemudian tempat duduk kebaktian para umat Khonghucu; lonceng dan

mimbar sebagai pelengkap kebaktian dan ruang sembahyang atau meja

sembahyang terdapat patung dewa Khongcu sebagai tempat pemujaan utama,

                                                            14 Wawancara Pribadi dengan Hendra Suprapto, 6 Desember 2017. 

Page 45: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

35  

  

lengkap dengan lilin, tempat pembakaran dupa, menancapkan lidi hio dan tempat

pembakaran uang kertas atau jin lu.

Bangunan Lithang dominan berwarna merah dan emas. Merah berarti

bahagia dan meriah, sedangkan emas memiliki makna mahal dan mewah.

Harapan umat Khonghucu dalam perkembangannya mereka artikan dalam warna

merah dan emas tersebut. Pada bagian atap dihiasi oleh hiasan-hiasan imlek yang

semuanya uang dan pada dinding lithang terdapat foto-foto para pendiri lithang,

bangunan pertama lithang sebelum direnovasi, dan juga orang yang pernah

berkunjung ke lithang.

Adapun batas wilayah lithang bakti MAKIN Pondok Cabe yang terletak di

Jalan Kemiri No. 57, Rt/RW 05/05, Kelurahan Pondok Cabe, Kecamatan

Pamulang, Kota Tangerang Selatan. Adalah sebagai berikut:

Sebelah utara : Kelurahan Pondok Cabe Ilir

Sebelah selatan : Kota Depok

Sebelah barat : Kecamatan Pamulang Timur

Sebelah timur : Kota Depok15

                                                            15 Ws. Ht. Saputra, Sejarah Makin Pondok Cabe‐Pamulang Tangerang Selatan. 

Page 46: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

36  

BAB III

KEGIATAN KEAGAMAAN ANTARA UMAT KONGHUCU DAN

BUDDHA DI PONDOK CABE

A. Kegiatan Keagamaan Umat Konghucu di Pondok Cabe.

1. Sembahyang pada Thian

Semabahyang pada Thian merupakan rasa suyukur setiap pagi,

siang, sore, pada di waktu saat menerima rejki (makan) umat konghucu pada

pagi hari, sore menerima rezki saat makam melakukan sembahyang kepada

thian sembahyang ini mereka lakukan di depan meja sembahyang atau

(altar) yang terdapat di rumahnya. Umumnya meja sembahyang ini di

simpan di ruang tamu agar kalo ada yang berkunjung ke rumahnya, akan

sangat mudah kalo ingin sembahyang.

Kegiataan keagamaan umat konghucu biasa di lakukan dua kali

dalam sehari yaitu pagi dan sore, sembahyang atau kita kenal dengan ibadah

umat konghucu yang di lakukan dengan membakar( dupa ) dan di lakukan

secara rutin setiap pagi dan sore, sembahyang atau beribadahnya umat

konghucu khusus juga di lakukan pada waktu tertentu saja malam

penutupan tahun dan tanggal satu dan tanggal 15 penanggalan atau hari raya

Imlek.1

2. Kebangkitan pada Nabi Konghucu.

Kegiatan untuk merayakan kebangkitan nabi konghucu, kebangkitan

yang di lakukan pada peringatan hari lahir nabi konghucu yang jatuh pada

                                                            1 M. Iksan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Konghucu Di Indonesia (Jakarta:

pelita kebajikan ,2005), h. 170. 

Page 47: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

37  

tanggal 27 bulan 8 penanggalan imlek(ci sing Tan) pada peringatan

wafatnya nabi konghucu tanggal 18 bulan 2 (Ci Sing Ki Sien) dan pada

peringatan hari genta rohani ( Bok Tok).

3. Peringatan Hari Besar Keagamaan.

Dalam agama konghucu , hari besar yang paling paling penting

adalah hari raya imlek atau yang di sebut Tahun Baru Cina hari raya imlek

jatuh pada hari pertama bula pertama dalam penanganan imlek yang pada

waktu yang berbeda-beda pada penanggalan masehi. Dan hari besar lain

adalah Cap Go Meh yang jatuh pada tanggal 15 hari setelah imlek.

4. Aktifitas Lintang Bakti Makain Di Pondok Cabe

Aktifitas yang di lakukan lithang bakti makin di pondok cabe terdiri

dari:

a. Kegiatan kebaktian.

Kebaktian malam Chee It dan Cap Go untuk umum. Kebaktian

malam chee It dan Cap Go untuk umum yakni Anak-anak sekolah hari

minggu PKAIN (Remaja atau pemuda agama konghucu). Dan juga orang

dewasa yang di adakan setiap malam 1 dan 14\15 bulan imlek yakni pada

awal atau pertengahan bulan.

Kebaktian malam jum,at untuk orang tua. Merupakan kebaktian

mingguan umat konghucu di lintang bakti makin pondok cabe. Yang hanya

di lakukan untuk orang tua saja.

Sekolah minggu untuk anak-anak dari pukul 09. 00 sampe pukul 10.00 pagi.

Pada sekolah minggu untuk anak anak yang di adakan karna di sekolahnya

tidak memiliki guru agama konghucu, maka di lithang bakti makin di

Page 48: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

38  

adakan sekolah minggu untuk anak-anak dari jam 09.00 sampe jam10. 00

pagi.2

1. Kebaktian rmaja atau pemuda agama konghucu( PAKIN) dari jam 11

sampi jam 12.00 siang. Kebaktian Remaja atau pemuda agama konghucu

yang di adakan setiap seminggu sekali pada pukul 11.00 sampe pukul

12.00 siang.

2. Kebaktian syukuran ulang tahun umat konghucu yang di adakan setiap

bulan sekali, tepatnya pada ahir bulan yang di lakukan atau di laksanakan

di lithang bakti makin setiap umat konghucu yang lahir pada bulan yang

sama akan di kumpulkan setiap bulan tersebut dan tanpa membeda-

bedakan tanggal.

3. Tujuan pelayanan tersebut untuk memberikan doa doa tersebut adalah untuk

mendoakan yang berulang tahun agar mendapatkan kemudahan dalam

hidupnya.

b. Pelayanan umat;

1. Pelayanan doa ulang tahun.

Pelayanan doa ulang tahun berbeda dengan pelayanan syukuran ulang tahun.

Pada pelayanan doa ulang tahun ini rohaniawan akan datang ke rumah yang

sedang merayakan ulang tahun untuk mendoakan agar dapat kemudahan

dalam hidupnya.

                                                            2 Wawancara pribadi dengan Hendra Suprapto, Pondok Cabe 25 Desember 2017 

Page 49: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

39  

2. Memberi nilai-nilai agama untuk anak sekolah dari taman kanak-kanak

sampi perguruan tinggi.3

Pada playanan umat ini di adakan di lithang bakti makin atas permintaan

sekolah dari tamn kanak-kanak hingga perguruan tinggi karna dari pihak

yang di sekolah di karnakan blum ada guru yang mengajjarkan agama

konghucu kurikulum di lithang di sesuikan dengan kurikulum yang ada di

sekolah dan buku yang di gunakan merupakan hasil dari percetakan dari

.a. Upacara pernikahan.

Upacara pernikahan dalam agama konghucu di lakukan sebagi berikut:

Dalam keluarga:

dilakukan terlebih dahulu upacara pertemuan pengantin kemudian

sembahyang di altar keluarga.

melaksanakan penghormatan(Pai Ciu) pada orang tua.

Seblum upacara melakukan pertemuan kepada mempelai para pempelai

melakukan sembahyang kepada Tuhan yang maha esa dan kepada altar

para leluhur yang akan di pimpin oleh orang tua para pempelai masing-

masing.

Di Lithang

Peneguhan pernikahan di Lithang.

Orang tua atau wali dan saksi.

Di pimpin oleh rohaniawan atau tiangloo atau di bantu dengan oleh orang

tua pempelai.

                                                            3 Wawancara pribadi dengan Hendra Suprapto, Pondok Cabe 23 September, 2017

Page 50: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

40  

Penggunaan dupa pemimpin memakei dupa 9 batang dan pempelai

masing-masing memegang 3 batang dupa.

Setelah penaikan dupa dilakukan penghormatan dan membongkokan

badan 3 kali kearah altar dan kedua kecalon berlutut(kwi ping sien).

Meneguk air sidi yakni air yang terdiri dari ari putih dan air

belengkeng(klengkeng,angco,tangkih dan teh rebus)

Bila di dalam keluarga belum melaksanakan Cio Thau

setelah menerima peneguhan mempelai wajib mengurus ke formilan

pernikahan kepada kantor catatan sifil.

1. Membesuk dan Mendoakan Orang yang Sakit.

Sosial yang tinggi di buktikan oleh umat penganut agama konghucu

dengan cara mengadakan pelayanan umat untuk membesuk dan

mendoakan umat yang sedang sakit, pelayanan umat ini di adakan pada

setiap hari sabtu sekali kecuali dalam keadan yang keritis maka

pengunjungan menjenguk orang sakit di percepat.

Upacara Kematian.

Pada upacara kematian ini rohaniawan lithang bakti makin akan

mengunjungi atau datang kerumah duka ,para rohaniawan akan

mempersiapkan barang-barang yang di gunakan untuk penguburan dan

menyembahyangkan jenajah yakni dari mendoakan awal jenajah di

masukan kedalam peti,mencari hari penguburan sebelum jenajah di

kuburkan dan sesudah di kuburkan selama tiga tahun penguburan.

Setiap Bulan Chit Gwee selalu Mengadakan Bakti Sosial

Page 51: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

41  

Bakti sosial Chit Gwee di gunakan pada setiap akhir bulan pada bakti sosial ini

umat konghucu memberi atau bagi-bagi sembako kepada pakir yang tida mampu,

bakti sosial ini bukan hanya untuk umat konghucu, namun buat semua umat

termasuk dari kalangan umat buddha.

B. Makna Persembahyangan Dalam Sembahyang Agama Buddha

Umat buddha biasanya melakukan atau sebelum melakukan kegiatan

keagamaan (Sembahyang) di sertai dengan pemberian persembahan di

altarnya, berupa:

1. Dupa, Lilin, Air Minum, Buang, dan Buah- Buahan

Persembahan barang dalam sembahyang secara lengkap seperti di

atas biasanya di lakukan pada hari Uposatha/Upavasatha atau dilakukan

pada hari raya lainya dan biasanya pada hari itu biasanya umat buddha

memakan makanan nabati (vegatarian).

Dupa dengan wangi khasnya selain berguna untuk membersihkan udara

dan lingkungan (Daharmadatu), juga membuat suasana jadi religius, dan

membuat hati jadi khusu harumnya dupa meneyebar ke seluruh penjuru

sama halnya dengan harumnya perbuatan.

2. Aktifitas Sosial Keagamaan4

Umat Khonghucu dan Umat Buddha yang ada di daerah Pondok

Cabe selalu rutin melakukan keagiatan diskusi atau kajian kajian

keagamaan yang di lakukan satu bulan sekali bergilir di setiap rumah

warga (umat konghucu) masing-masing RT. dan sudah menjadi tradisi

selesai jadual yang biasa di lakukan untuk melakukan diskusi dan diskusi

                                                            4 Wawancara Pribadi dengan Cek May warga Pondok Cabe, 15 September 2017

Page 52: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

42  

di lakukan antar umat beragama yang bisanya di lakukan oleh umat

konghucu dan buddha di daerah pondok cabe, selain diskusi biasanya

umat konghucu dan buddha sering melakukan interaksi sosialnya,

sehingga tejalin, kerukunan antar umat beragama.

1. Kegiatan Keagamaan Umat Buddha di Pondok Cabe.

Daerah pondok cabe adalah sebuah daerah yang mayoritas

masarakatnya memeluk atau menyakini Agama beragam pemeluk agama

dari yang Islam, keristen, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Dan islam sebagi

mayoritas pemeluk agama islam di daerah pondok cabe masi memegang

teguh sikap teloransi dan keharmonisasian dengan pemeluk agama lain yang

di wariskan masarakat masa lampau.

Kegiatan Keagamaan Agama Buddha yang di lakukan di Vihara

Avalokitesvara ada sbermacam macam kegiatan, Menurut Lindsey (2005)

dalam bukunya “Chinese Indonesian : Remembering, Distorting,

Forgeting” menyatakan bahwa beberapa kegiatan yang berlangsung dalam

vihara adalah :

1. Tempat beribadah ataupun penyampaian sumpah.

2. Dapat dijadikan sebagai tempat melangsungkan acara pernikahan

bagi umat Buddha.

3. Sebagai tempat melangsungkan acara untuk pengadopsian anak.

4. Tempat dalam melaksanakan organisasi social dalam melestarikan

budaya

Page 53: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

43  

Adapun Perayaan Keagamaan hari raya agama Buddha yang

dirayakan di Vihara Avalokitesvara adalah5 :

Waisak, yaitu merupakan hari suci agama Buddha. Hari Waisak juga

dikenal dengan nama Visakah Puja atau Buddha Purnima di India, Saga

Dawa di Tibet, Vesak di Malaysia, dan Singapura, Visakha Bucha di

Thailand, dan Vesak di Sri Lanka. Nama ini diambil dari bahasa Pali

"Wesakha", yang pada gilirannya juga terkait dengan "Waishakha" dari

bahasa Sanskerta

Asadha, yaitu merupakan salah satu perayaan penting bagi umat

Buddha terutama aliran Theravada yang biasanya berlangsung di bulan Juli,

pada hari bulan purnama di bulan ke-8 penanggalan lunar. Perayaan ini

memperingati diberikan khotbah pertama Buddha Gautama di taman rusa

Isipatana di Benares dan didirikan sangha di dunia. Di Thailand, Asadha

Puja merupakan hari libur pemerintah dan penjualan alkohol dilarang.

Asadha sendiri merupakan nama bulan ke-8 dari penanggalan buddhis.

Kathina, yaitu Hari Suci Kathina adalah hari suci agama Buddha

untuk menunjukkan rasa baktinya kepada Sangha. Ada juga yang menyebut

Hari Kathina sebagai hari Sangha.

Magha Puja, yaitu merupakan peristiwa penting dan bersejarah bagi

Agama Buddha yang terjadi di bulan Magha. Maka dari itu, Magha Puja

masih diperingati setiap tahunnya untuk selalu mengenang dan

merenungkan peristiwa agung yang terjadi pada bulan Magha.

                                                            5 Lindsey, Chinese Indonesian : Remembering, Distorting, Forgeting (London, 2005), h.

231-232. 

Page 54: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

44  

Puja Bakti, yaitu kegiatan rutin yang di laksanakan satu hari dalam

satu minggu.

Patiidana yaitu kegiatan berdana untuk sanak sodara yang telah

meninggal

C. Bentuk kegiatan keagamaan yang harmoni antara umat Buddha dan

Konghucu di pondok cabe.

1. Aktifitas Sosial Keagamaan pemeluk Agama Buddha

Dalam Agama Buddha, setiap vihara wajib memiliki salah satu

aturan pokok ajaran Buddha yang kemudian harus dipelajari dan diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari. Nah Vihara Avalokitesvara yang ada di

kelurahan Pondok Cabe. ini mempunyai klinik yang terbuka bagi siapa saja.

Klinik ini dibuka setiap hari jum’at mulai dari 13.00-15.00 melayani

penyakit umum yang ditangani oleh dua dokter umum. Hanya dengan

membayar sebesar Rp.10.000 maka seseorang sudah dapat memeriksakan

diri dan berobat. Dibukanya klinik ini semata-mata hanya untuk

menpraktikan ajaran yang sudah dipelajari yaitu salah satunya menebarkan

cinta dan kasih yang luas dan menolong siapapun. Dan mereka juga rutin

membagikan sembako kepada orang yang kurang mampu setiap tahunnya.

2. Bentuk-bentuk kerja sama dalam bidang sosial kemasyarakatan

a. Gotong Royong

Kegiatan Gotong royong dijadikan kegiatan rutinitas setiap

minggunya oleh seluruh masyarakat Pondok Cabe.setiap kepala rumah

atau perwakilan rumah harus ikut serta dalam membersihkan

lingkungan sekitar seperti membersihkan selokan dan memotong

Page 55: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

45  

rumput yang sudah tinggi dan lain sebagainya sedangkan para ibu-ibu

sibuk menyiapkan jamuan untuk dihidangkan kepada para pekerja

b. Pembangunan sarana dan prasana

Salah satu kegiatan pembangunan sarana dan prasarana di

Kelurahan Pondok Cabe yaitu pendirian gapura yang biasa diganti

setiap 17 Agustus hari kemerdekaan RI. Gapura dibuar semeneraik

mungkin adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya

kerukunan antar umat beragama di Pondok Cabe.

3. Kesadaran Beragama

Kesadaran beragama merupakan bagian yang terasa dalam pikiran

dan dapat diuji melalui intropeksi atau dapat dikatakan bahwa ia adalah

aspek mental dan aktifitas agama karena kesaran orag untuk beragama

merupakan kemantapan jiwa seseorang untuk memberikan gambaran

tentang bagaimana dan sikap keberagaman seseorang itu berbeda-beda dan

sulit untuk dirubah sebab ini sudah berdasarkan pertimbangan dan

pemikiran yang matang.

4. Mengahargai Kemajemukan

Warga kelurahan Pondok Cabe yakin bahwa ajaran agama adalah

yang paliung mulia namun keyakinan itu tidak harus membuat mereka

arogan dan merendahkan agama lain, jadi dengan kata lain dalam sisi

yang lebih substansif, menghargai kemajemukan mendorong utntuk

membuka diri terhadap dialog dan menukar informasi tentang kebijakan

dan anti terhadap kemusuhan.

5. Toleransi antar Umat Beragama

Page 56: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

46  

Sudah terlihat jelas toleransi antar umat beragama terjalin sangat

harmonis. Memang toleransi dan kerukunan bahasan yang tidak dapat

dipisahan satu sama lain.6

Kerukunan berdampak pada toleransi begitupun sebaliknya

tolenransi menghasilkan kerukunan. Jika kerukunan antar umat beragama

intern dan pemerintah tercipta serta dihasilkan antar umat beragama

maka akan menghasilkan umat yang rukun. Berikut salah satu aksi

penulis lakukan kepada pandita dan juga humas di vihara Avalokitesvara.

Sukmaya: apakah pernah terjadi konflik antar umat beragama di Pondok

Cabe?

Pandita: dari dulu hingga sekarang tidak pernah terjadi konflik seperti

kerusuhan atau yang lain sebagainya, selain itu kami (umat buddha dan

khongucu) selalu berinteraksi sosial dengan baik.

Sukmaya: menurut Anda apa faktor yang membuat umat buddha dan

khonghucu kelurahan Pondok Cabe dalam kerukunan ?7

Pandita: sederhana saja menurut saya kami Umat Buddha dan umat

khonghucu kelurahan Pondok Cabe melakukan hal yang seharusnya

dilakukan sebagai warga negara Indonesia tidak melakukan kekerasan,

melakukan bersosialisasi dan berinteraksi yang baik tidak menaruh

kecurigaan yang ujung-ujungnya menimbukan konflik, kami umat

buddha selalu terbuka kepada uat Khonghucu.

Sukmaya: adakah kegiatan Sosial yang dilakukan Umat buddha sebagai

bentuk keharmonisan anta warganya jika ada apa saja kegiatannya?8                                                             

6 Wawancara Pribadi dengan Hadi, Pondok Cabe 21 September 2017. 7 Wawancara Pribadi dengan Iyan Gunawan selaku warga pondok cabe, 21 September

2017.

Page 57: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

47  

Pandita: ada kami umat buddha pondok caba secara rutin tiap tahun

melaksanakan bagi-bagi sembako kepada semua warga yang kurang

mampu. Kami meminta dara dari kelurahan siapa saja warga yang kurang

mampu, baru kami membagikan sembakonya. Kegiatan ini semata-mata

untuk menolong warga yang kurang mampu tidak ada unsur politik dan

lain sebagainya.

6. Dialog antar umat beragama

Yang terjadi Pondok Cabe sudah sangat terjalin sangat baik dialog

ini merupakan mencegah adanya pemikiran negatif terhadap satu kaum.9

Begitupun juga dalam perayaan hari besar baik dari itu agama Konghucu

dan Buddha dikelurahan Pondok Cabe berjalan dengan sangat baik seperti

perayaan hari besar pada umumnya yang membedakan adanya warga

khonghucu pada perayaan waisak yang diselenggarakan umat Buddha

dikelurahan pondok cabe. Begitupun sebaliknya hari perayaan khonghucu

cap gomeh mereka melakukan hanya sekedar memeriahkan saja tapi tidak

saat momen yang sakral (berdoa/sembahyang)bagi kelurahan pondok cabe

perbedaan kepercayaan bukanlah menjadi untuk menjalin interaksi sosial

yang harmonis. Mereka tidak merasa terganggu dalam melakukan aktifitas

kegiatan sehari-hari. Diatas perbedaan keyakinan ini. Kunci keharmonisan

pada komunikasi atau dialog antar umat beragama. Beliau sangat dekat

dengan pemuka khonghucu yang pernah mengisi kerohanian beliau sering

bertukar pikiran dan saling bertanya tentang masalah bagaimanapun juga

anggota kelurahan tidak membedakan dalam pelayanan hal pelayanan jika

                                                                                                                                                                   8 Wawancara Pribadi dengaan Salma selaku warga Pondok Cabe 21 September 2017. 9 Wawancara Pribadi dengan Suaib selaku warga Pondok Cabe 25 September 2017.

Page 58: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

48  

ada warga yang beda agama datang ke kantor kelurahan karena keperluan

keanggotaan simbol kerukunan.

Page 59: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

49  

  

BAB IV

ANALISI PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN UMAT KONGHUCU

TERHADAP UMAT BUDDHA MENJALIN HUBUNGAN YANG

HARMONIS ANTAR UMAT BERAGAMA DI PONDOK CABE

A. Pengaruh kegiatan keagamaan umat Konghucu terhadap umat

Buddha di Pondok Cabe.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (kbbi) pengaruh adalah

daya yang ada atau timbul dari suatu (orang, benda) yang ikut membentuk

watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.

Kegiatan keagamaan adalah kegiatan yang bertujuan untuk memberikan

pemahaman dan pengetahuan serta penghayatan dan pengalama tentang

ajaran yang di anut oleh penganutnya itu sendiri, sehingga menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan, serta berahlak mulia,

berbicara masalah kegiatan kegiatan atau pengaruh kegiatan keagaman.

Kegiatan keagamaan merupakan salah satu pilar agama yang

menduduki peran yang sangat penting, karna salah satu untuk

meningkatkan keimanan seseorang. Ketakwaan serta budi pekerti akan

menjadi target yang utama yang harus di capi sebaik mungkinYa dengan

cara melakukan kegiatan ke agamaan.Kegiatan keagamaan sangatlah

berpengaruh dengan pembentukan keperibadian seseorang senhingga

menjadi baik hal tersebut seperti tertuang dalam buku ilmu jiwa agama

karangan zakiah derajat, bahwa.

Page 60: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

50  

  

Pada umunya Agama, seseorang akan di tentukan oleh pendidikan

pengalaman pengalaman dan latihan yang di lalui atau yang di ajarkan

sama orang tuanya atau gurunya`

Beragam kegiatan sudah tarjalin antara penganut agama konghucu

dan buddha di pondok cabe, diantaranya adalah kegiatan seminar dan

bedah kitab suci yang diikuti oleh umat buddha dan konghucu se jawa

barat. Selain itu kita juga melakukan acara sosial bersama dengan umat

buddha.1

Kegiatan keagamaan yang terjalin antara umat konghucu dan

buddha tidak hanya seremonial saja, tetapi juga terjalin kegiatan tahunan

seperti kunjungan dari wisata rohani dan kunjugan tempat ibadah. Kegitan

ini berjalan secara rutin yaitu setiap tahun sebagaimana ketika vihara

avalokitasvara dan lithang bakti makin merayakan hari ulang tahunnya.

Biasanya mereka saling mengundang untuk hadir dan mengikuti

serangakain kegaitan sosial.

Adapun kegaiatan bagian pemudanya yang terjalin antara penganut

agama buddha dan konghucu adalah melakukan diskusi bersama. Kegiatan

diskusi ter sebut membahas berbagai hal seperti sosial dan lain-lain.2

B. Relepansi kehidupan harmonis antara umat Konghucu dan umat

Buddha di Pondok Cabe

                                                            1 Wawancara Pribadi dengan Hendra Suprapto, Pondok Cabe 25 Desember 2017 2 Wawancara Pribadi dengan Bikhuni Santi, Pondok Cabe 25 Desember 2017

Page 61: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

51  

  

Kerukunan umat beragama adalah program pemerintah yang

meliputi semua Agama semua warga negra kesatuan republik Indonesia.

Pada tahun 1967 yang di adakanya musawarah antar umat beragma,

presiden suharto dalam musyawarah tersebut pemerintah tidak

menghalangi penyebaran suatu Agama dengan sarat penyebaran tersebut

di tunjukan bagi mereka yang belum beragama di Indonesia. Kepada

semua pemuka agama. Dan masarakat agar melakukan jiwa yang

berteloransi terhadap sesama umat beragama

Pada tahun 1972 di adakannya dialog antar umat beragama. Dan di

alog tersebut adalah salah satu forum percakapan antar tokoh-tokoh

agama pemuka masarakat dan pemerintah. Tujuanya adalah untuk

mewujudkan kesadaran, bersama menjalin hubungan yang akrab dalam

menghadapi masalah masarakat.

Kerukunan umat beragama bertujuan untuk memotivasi dan

mendominasikan semua umat beragama agar dapat ikut serta dalam

pembangunan bangsa. Kerukunan umat beragama di Indonesia adalah

program pemerintah sesuai dengan GBHN (Garis-Garis Besar Haluan

Negara) tahun 1999 dan Propenas (Program Pembangunan Nasional) 2000

tentang sasaran pembangunan bidang agama. Kerukunan hidup di

Indonesia tidak termasuk akidah atau keimanan menurut ajaran agama

yang dianut warga negara Indonesia, yaitu Islam, Kristen Protestan,

Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu.

Pasal 29 ayat 2 UUD 1945 menyatakan bahwa negara menjamin

kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing

Page 62: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

52  

  

dan untuk beribadat dan menurut agama sesuai keyakinan masing-

masing3. Namun demikian kebebasan tersebut harus dilakukan dengan

tidak mengganggu dan merugikan umat lain, karena terganggunya

hubungan antar pemeluk berbagai agama akan membawa akibat yang

dapat menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa.

Setiap umat beragama diberi kesempatan melakukan ibadah sesuai

dengan keimanan dan kepercayaan masing-masing. Sebagai sebuah negara

yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri dari berbagai ras, suku,

adat-istiadat, golongan, kelompok, dan agama, serta strata sosial. Kondisi

dan situasi seperti ini merupakan suatu kewajaran sejauh perbedaan-

perbedaan ini disadari keberadaanya dihayati. Namun demikian

perbedaan-perbedaan tersebut mengemuka dan menjadi sebuah ancaman

untuk kerukunan hidup, maka perbedaan tersebut menjadi masalah yang

harus diselesaikan . Maka pemerintah membuat perundang-undangan yang

membahas ruang lingkup kerukunan umat beragama di Indonesia.

Peraturan perundang-undangan yang mengatur kehidupan

beragama, dan komunikasi antar umat beragama di Indonesia bisa dibilang

cukup banyak, mulai dari UUD 1945, sejumlah undang, peraturan

pemerintah, sampai dengan peraturan menteri4. Sejumlah regulasi yang

disediakan inilah sebagai pedoman umat beragama dan mengekspresikan

dan melaksanakan keyakinan agamanya didepan publik. Semua peraturan

perundang-undangan tersebut wajib dipahami betul-betul oleh setiap

                                                            3 Mubarok, Kompodium Regulasi Kerukunan Umat Beragama (Jakarta:PKUB Sekteriat

Jendral Kemenag RI), h. 10. 4 Mubarok, Kompendium Regulasi Kerukunan Umat Beragama,h. 12-13.

Page 63: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

53  

  

warga Indonesia, agar tidak ada keraguan, saling menggangu bahkan

sampai saling menyakiti satu sama lain.

Bangsa Indonesia harus bangga memiliki Pancasila sebagai

ideologi yang bisa mengikat bangsa Indonesia yang demikian besar dan

majemuk. Pancasila adalah konsensus Nasional yang dapat diterima semua

paham , golongan, dan kelompok masyarakat Indonesia. Kehidupan

bangsa Indonesia akan semakin kukuh,apabila segenap komponen bangsa

disamping memahami dan melaksanakan Pancasila, juga secara konsekuen

menjaga sendi-sendi utama lainnya, yakni Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia dan

Bhineka Tunggal Ika sebagai empat pilar kehidupan berbangsa dan

bernegara

Negara Indonesia menganut prinsip kebebasan dalam beragama.

Landasan konstitusi yang membahas tentang hak hidup bagi tiap-tiap

penduduk terdapat dalam pasal 29 ayat 2.

Negara yang multi agama seperti Indonesia ini, kerukunan agama

merupakan salah satu faktor pendukung terciptanya stabilitas dan

ketahanan nasional. Karena itu kerukunan umat agama perlu dibina dan

ditingkatkan agar tidak menjurus kepada ketegangan yang dapat

menimbulkan perpecahan bangsa.

Kemajemukan bangsa Indonesia termasuk dalam hal agama adalah

merupakan kekayaan budaya nasional yang dapat menjadi kebanggaan.

Manusia dengan keterbatasannya mempunyai masalah yang serba

kompleks dan penuh dinamik dan menjalin interaksi sosial. Dalam

Page 64: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

54  

  

memelihara keharmonisan antar umat beragama belum tentu berjalan

lancar. Untuk memelihara keharmonisan hubungan ini, Tuhan

menurunkan agama yang mengandung pedoman dasar dalam mengatur

hubungan antar sesama manusia itu sendiri .5

Agama mempunyai kedudukan dan peran yang sangat penting dan

strategis, utamanya sebagai landasan spiritual, moral, dan etika dalam

pembangunan Nasional yang kokoh. Agama bukan hanya dipandang

sebagai instrumen mobilisasi politik, melainkan memperlakukannya

sebagai sumbe etika dalam interaksi, baik diantaranya sesama penguasa

dengan penguasa maupun penguasa dengan rakyat.

Dalam sejarah perjalanan bangsa, tidak dapat dipungkiri bahwa

yang menjadi perekat dan pengikat kerukunan bangsa adalah nilai-nilai

yang tumbuh hidup dan berkembang dalam kehidupan bermasyarakat.

Semakin tinggi intensitas konflik keagamaan pada suatu komunitas umat

beragama menandakan kualitas kerukunan keagamaan pada sebuah

komunitas menandakan semakin rendah intensitas konflik keagamaan

pada komunitas tersebut.

Banyak faktor yang dapat memelihara kerukunan keagamaan tetap

dalam kondisi sehat. Diantara faktor tersebut adalah pengembangan

persepsi positif antar umat yang berbeda paham keagamaan. Persepsi

positif ini semacam antibody, ketahanan diri yang memang sudah melekat

pada diri seseorang. Persepsi positif merupakan fitrah manusia sebagai

mahluk sosial yang sama- sama ingin selalu berteman dan hidup

                                                            5 Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Beragama (Jakarta: Sekeratariat Jendral MPR

RI. 2012), h. 12.

Page 65: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

55  

  

berkelompok. Berikut faktor yang dapat memelihara kerukunan umat

beragama dalam kondisi sehat 6

1. Persepsi, yakni aspek kehidupan yang masuk dalam wilayah penilaian

para pemeluk agama dalam kaitannya dengan pemeluk agama lainnya

2. Sikap yakni pendirian yang diperlihatkan oleh para pemeluk agama

yang berespon terhadap pemeluk agama lainnya

3. Kerja sama, yakni aspek hubungan sosial antara para pemeluk agama

yang berbeda

Proses kehidupan bertoleransi dapat dilihat dari adanya partisipasi

seluruh umat beragama, karena toleransi menjunjung tinggi kebebasan dan

kesamaan yang menyeluruh, yaitu tidak ada diskriminasi. Toleransi

sebagai pedoman hidup manusia menurut manusia merupakan perilaku

yang hormat dan menghormati pada setiap tindakan dan aktivitasnya,

sehingga akan tercipta suatu masyarakat yang memiliki kultur toleransi.

Masyarakat yang penuh toleransi adalah masyarakat yang mempunyai

perilaku hidup baik dengan keseharian dalam tindakan yang dilandasi oleh

unsur-unsur hidup bertoleransi. Penerapan sifat dan unsur-unsur toleransi

pada setiap tindakan setiap hari meliputi, menghargai, dan memahami

keanekaragaman, menghormati kebebasan, pelaksanaan musyawarah, dan

mengakui persamaan.

                                                            6 Survei Nasional Kerukunan Umat Beragama di Indonesia (Jakarta : Puslitbang

Kehidupan Keagamaan,2013), h.12.

Page 66: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

56  

  

Hal ini dapat dimaknai bahwa dalam mewujudkan kerukunan,

tidak hanya cukup membangun persepsi, akan tetapi sikap dan tindakan

antarumat beragama, cukup besar kaitannya dengan variabel kerjasama,

dan membangun kerukunan. Demikian juga kerjasama antar umat

beragama sangat berhubungan erat dengan membangun kerukunan.

Sekalipun kerukunan beragama pada dasarnya adalah unsur internal pada

masing-masing daerah akan tetapi kerukunan umat beragama adalah

modal utama menuju kerukunan nasional7. Kerukunan beragama juga

dapat dilihat melalui pendekatan organisme . Pendekatan ini

menggambarkan bahwa kerukunan beragama di Indonesia. Dapat

diibaratkan sebagai mahluk hidup yang kadang kala mengalami kondisi

sekarat kadang kala sehat dan kadang kala sekarat kerukunan agama

adalah sebuah kondisi yang dinamis selalu on going process selalu

berubah disetiap saat. Kondisi kerukunan umat keagamaan pada saat ini

memang menampakan wajah yang ramah dan baik, tapi pada saat yang

lain mungkin akan menampakan wajah yang buruk tergantung pada

perkembangan lingkungan yang strategis disekitarnya. Diantara

lingkungan yang secara teoritik sangat berpengaruh adalah lingkungan

sosial,keagamaan, ekonomi, politik dan keagamaan.

C. Relasi Keagamaan antar umat Konghucu dan umat Buddha di

Pondok Cabe

Dalam kehidupan beragama penting kiranya untuk menjelaskan

tentang kerukunan umat beragama. Dan cara untuk mengetahui hubungan                                                             

7 M. Ridwan Lubis, Agama dalam Diskursus Intelektual dan Pergumulan Kehidupan Beragama (Jakarta:PKUB,2015), h.251.

Page 67: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

57  

  

itu akan bisa terjadi dengan mewujudkan terciptanya kerukunan, hal ini

akan di jelaskan dengan berbagi interaksi yang terjadi di masarakat itu

sendiri. Penjelasan tentang interaksi dalam kamus besar bahasa Indonesia

yang berarti saling mempengaruhi sedangkan masarakat iyalah sejumblah

manusia yang berarti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan

yang mereka anggap menurut suerjonoo soekanto mengatakan bahwa

pengertian adalah salah satu peroses interaksi sosial, karna pada dasarnya

interaksi sosial tidak akan terjadi apabila tida memenuhi dua sarat. Yaitu

kontak soaial dan komunikasi sedangkan arti masarakat menurut ahli

antropologi. R. Linton mengemukakan bahwa masarakat adalah setiap

seklompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama,

sehingga mereka ini dapat menggorganisasika dirinya berpikir tentang

dirinya dalam satu kesatuan saosial dalam batas batas tertentu,

Berikut ini penulis maenggambarkan apa itu hubungan antar umat

beragam, terlebihnya yang ada di daerah Pondok Cabe.

Dengan mengikuti mereka dari beberapa aspek di antaranya yaitu dalam

bidang ekonomi, sosial, politik, dan budaya sebagi berikut:

a. Interaksi Masarakat Dalam Bidang Ekonomi

Dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari

manusia akan berperan sebagai makhluk ekonomi, faktor pemenuhan

kebutuhan ini memerlukan kebutuhan ini mendorong manusia untuk

berinteraksi antara satu dengan yang lain untuk mencari dan

mendapatkan apa yang diinginkan.

Page 68: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

58  

  

Menurut N Gregory Mankiw dalam bukunya Principles Of

Economics, dia mengatakan bahwa sekarang ini banyak negara

sebelumnya memiliki perekonomian yang tersentralisasi,

meninggalkan sistem tersebut dan mencoba mengembangkan

perekonomian pasar. Dalam sebuah perekonomian pasar (market

economic), keputusan-keputusan dari suatu perencana yang terpusat

digantikan oleh keputusan-keputusan dari jutaan perusahaan dan

rumah tangga. Perusahaan memutuskan siapa yang akan dipekerjakan

dan barang yang akan dihasilkan. Rumah tangga menentukan akan

kerja di perusahaan apa dan akan membeli barang apa dengan

pendapatan mereka. Perusahaan dan rumah tangga saling berinteraksi

di pasar, di mana harga dan kepentingan pribadi memandu keputusan-

keputusan yang mereka buat.8

Jarak yang begitu dekat pasar secara daya tarik pasar yang

untuk berkumpul dan berinteraksi satu sama lain, baik untuk

bertransaksi menarik daya tarik warga untuk membuka toko atau

warung di sepanjang jalan. Menurut pengamatan penulis yang

diperkuat dengan keterangan warga setempatdan tokoh agama.

Wilayah tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat Pondok Cabe

dalam bidang ekonomi tidak membedakan satu dengan yang lainnya.

Semua diperlakukan sama meski berbeda agama, suku, dan etnis.

Kesimpulan tersebut berdasarkan keterangan warga,

diantaranya Sukanta, seorang wiraswasta yang beragama Konghucu

                                                            8 N. Gregory Mankiw, Principle of Econimics Pengantar ekonomi Mikro (Jakarta:

Salemba Empat, 2004), Edisi 3, h.11.

Page 69: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

59  

  

bahwa ia mempunyai mitra bisnis dari pemeluk agama Buddha yang

sudah dianggap seperti saudaranya sendiri, Hubungan mereka sangat

erat Sekat-sekat perbedaan. Selain itu pendapat senada juga

diungkapkan oleh Lafni, seorang pedagang agama Buddha yang

berasal dari desa Pondok Cabe menurutnya sebagai pedagang yang

baik tidak perlu membeda-bedakan sementara menurut pedagang yang

beragama Khonghucu yang bernama Ike, ia juga tidak membeda-

bedakan pembeli semua harus dilayani dengan baik tanpa membeda-

bedakan tanpa masalah agama. Karena penduduk pribumi dan etnis

China bersaudara dan menghargai satu sama lain.

b. Interaksi Masyarakat dalam bidang Sosial

Masyarakat terdiri dari beberapa individu, individu-

individu tersebut dipengaruhi oleh berbagai latar belakang dan

kelompok-kelompok sosial. Fakta tersebut pada akhirnya akan

membentuk suatu masyarakat heterogen dengan ada atau tidak

terjadinya kelompok sosial ini maka terbentuk suatu lapisan

masyarakat yang bersetara. Adapun wujud salah satu interaksi

sosial di Desa Pondok Cabe yang dilakukan oleh tokoh agama

Khonghucu yang menginstruksikan anggota Banser untuk

melindungi jalannya massa perayaan umat Konghucu begitu juga

ketika perayaan hari besar keagamaan dalam satu waktu tokoh

Agama Buddha mengambil kebijakan yang sama untuk saling

Page 70: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

60  

  

melindungi bahkan saling bekerja sama antara agama Khonghucu

antara agama Buddha di Pondok Cabe.9

Tokoh Agama Khonghucu menjelaskan bahwa antara

pemeluk agama di Desa Pondok Cabe berjalan sangat baik dan

pemimpin agama Buddha di Pondok Cabe atau pemimpin Vihara

menjelaskan bahwa hubungan baik tersebut dapat dilihat dari rasa

saling melindungi dan menjaga satu sama lain. Kebersamaan dan

membantu sesama jika ada diantara mereka mengalami kesusahan

hal ini dapat dilihat ketika agama Khonghucu mengadakan

kegiatan sosial Umat Buddha berpartisipasi begitu juga sebaliknya

kegiatan interaksi sehari-hari tidak mempersalahkan ras, suku, dan

agama. Namun jika kegiatan tersebut menyangkut kegiatan

keagamaan mereka hanya menghormati.

c. Interaksi Masyakat dalam Bidang Budaya

Kata Budaya berasal dari bahasa Belanda yang berarti

Culture, yang menggunakan kata Culture sedangkan dalam bahasa

arab menggunakan kata Isaqofa. secara akar kata Culture berasal

dari kata Color yang artinya mengolah. Menegerjakan,

menyuburkan dan mengembangkan terutama mengelola tanah.

Dari segi arti kata Culture mengalami perkembangan yang

maknanya menjadi sebagian segala daya dan aktivitas manusia

dalam mengelola dan mengubah alam.10

                                                            9 Wawancara pribadi dengan Hendra Suprapto, Pondok Cabe 25 Desember 2017. 10 Wawancara Pribadi dengan Wayan selaku Rohaniawan, Pondok Cabe 25 Desember

2017.

Page 71: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

61  

  

Sedangkan jika ditinjau dari bahasa Indonesia, kebudayaan

berasal dari bahasa sansekerta Budhaya yakni bentuk jama dari

Budhi yang berarti baik atau akal, jika kebudayaan adalah hasil

buddi atau akal manusia mencari kesempurnaan hidup kebudayaan

dibagi menjadi 2 jenis, yang pertama yaitu kebudayaan materi

seperti hasil cipta yang berwujud barang-barang hasil pengelolaan

alam seperti gudang pabrik.

Kebudayaan dengan kata lain dimana orang hidup

bermasyakat pasti akan timbul kebudayaaan. Salah satu wujud

kerukunan umat beragama yang diliputi budaya di daerah Pondok

Cabe pernah diadakannya perayaan cap go meh yang dimeriahkan

oleh pertunjukan barongsai itu merupakan bentuk saling

menghargai umat buddha dan menghargai satu wujud dalam

mengakui etnis tionghoa yang menganut agama Buddha di Pondok

Cabe.

D. Respon masarakat terkait keberadaan Lithang Bakti makin yang

berdekatan dengan Vihara Avalokitesvara

Masarakat yang ada di daerah Pondok cabe adalah tipikal

masarakat yang menjungjung tinggi sikap toleransi tinggi. Mereka

masarakat Pondok Cabe tidak merasa terganggu dengan berdirinya vihara

yang berdekatan tidak mengganggu akifitasnya. rumah ibadah Lithang

dan Vihara Avalokitasvara walopun berdekatan antara umat Konghucu

dan umat buddha tidak ada bersitegang antara penganut yang lain. selama

tidak terganggu atau mengganggu dengan aktivitasnya. Mereka mengakui

Page 72: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

62  

  

bahwasanya Vihara yang di sampingnya adalah sebuah perbedaan yang

harus di jaga dan saling menghargai satu dengan yang lain. Karna Vihara

di bangun dengan sarat dan regulasi yang di sahkan oleh pemerintah dan

masarakat harus menerimanya dengan sikap yang terbuka.

Menurut Koyim,11 semenjak berdirinya vihara avalokitasvar tidak

pernah terjadinya konflik antar warga yang berbeda keyakinan tersebut

Karna itu semua titipan dari orang-orang terdahulu, yang harus di jaga

agar anak cucu mengetahui sejarah di Pondok Cabe, bagi masarakat yang

ada di daerah Pondok Cabe itu sendiri bangunan Vihara Avalokitasvara ini

bukan hanya sekedar hanya bangunan bersejarah ataupun tempat

peribadatan semata saja, akan tetapi menjadi simbol bagimana masarakat

terdahulu mampu mewariskan keharmonisasian dalam menghadapi setiap

perbedaan yang ada di jaman dahulu hingga sekarang masi terus terjaga

dan masih tetap harmonis. dalam berdasarkan hasil wawancara

bahwasanya sikap toleran di kedepankan sehingga sesama pemeluk tida

ada yang konta pun dengan berdekatanya rumah ibadah antara lithang

bakti makin dan Vihara Avalokitesvara karna mereka sudah terbiasa

dengan kegiatan – kegiatan yang di lakukan umat buddha yang biasa di

lakukan kerja sama dalam melakukan kegiatan bersama seperti saling

menyumbang umat Buddha ke umat Konghucu, seing seminar dan

kegiatan bulanan seperti bersih-bersih sampah, keja bakti bersama

sehingga terjalin dan berpengaruh positif untuk keharmonisasian antar

umat beragama di Pondok Cabe.

                                                            11 Wawancara Pribadi dengan Koyim warga Pondok Cabe 25 Desember 2017

Page 73: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

63  

  

Sebagai contoh juga kedepanya bagi umat lain yang masi asing

dengan perbedaan sehingga tida terjadi mis komunikasi antara ini dan

umat yang lain. Walupun rumah ibadahnya berdekatan akan tetapi

nyatanya keharmonisasian antar umat beragama terjalin sangat baik

bahkan tak jarang penduduk hidup di kawasan vihara dan lithang ikut

terlibat dalam urusan membantu ketika ada perayaan-perayaan di vihara

sekalipun di lithang bahkan saling membantu dalam bentuk tenaga,

maupun dalam bentuk materi.

. Bahkan salah satu dari warga di sana yang menganut Agama

Konghucu berpendapat dalam wawancara dengan pak Suryani salah satu

ketua pemuda yang ada di Rt 04. 12 yang penulis lakukan bahwasanya

negeri kita negeri yang menjungjung tinggi kebinekaan tunggal ika,

artinya kita harus menerima perbadaan, karna dengan adanya perbedaan

hidup akan indah.

                                                            12 Wawancara Pribadi dengan Suryani selaku Ketua Pemuda, Pondok Cabe 25 Desember

2017.

Page 74: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

65  

  

BAB V

KESIMPULAN

Relasi Agama Konghucu dengan Agama Buddha di Pondok Cabe terjalin sangat

baik dikarnakan adanya faktor-faktor yang mendorong seperti interaksi sosial,

doktrin, atau fatwa-fatwa para pemuka agama yang di yakini penganutnya.

bahkan salah satu tokoh dari Agama Buddha yang mengatakan hubungan yang

harmonis.

Dan mempunyai rasa penuh kasih sayang, itu ajaran dari agama Buddha

sendiri karna pada hakekatnya manusia adalah mahluk yang di dalamnya

mempunya lebih besar kasih sayang di bandingkan kejelekanya, dalam agama

Konghucu di sebut Yin Yang atau yang di sebut yin-yang adalah dua konsep

dalam filosopi Tionghoa yang biasanya untuk mendiskrpsikan sifat kekuatan yang

saling berhubungan satu sama lain.

Sehingga hubungan agama Konghucu dan agama Buddha terjalin

hubungan yang sangat baik, seperti saling menghormati meskipun beda

keyakinan, saling mengundang ketika ada perayaan dan saling membantu satu

sama lain. Karna penulis tertarik akan keindahan dan keharmonisan di Pondok

Cabe, keberadan Llitang Bakti Makin dan Vihara Avalokitesvara yang di pondok

Cabe karna bagi penulis.

Lithang Bakti Makin dan Vihara Avalokitasvara adalah bentuk simbol

kerukunan umat beragama khususnya yang ada di daerah Pondok Cabe, karena di

daerah Pondok Cabe umatnya atau penduduknya sangat menjunjung tinggi

perbedaan dan keharmonisasian antar umat beragama di Pondok Cabe, sebab ini

Page 75: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

66  

  

akan menjadi salah satu bentuk contoh yang harus diikuti oleh masyarakat lain

yang hidup dan keyakinanya berbeda. Keberadaan Lithang Bakti Makin dan

Vihara Avalokitsvara terletak berdampingan, meskipun berdampingan pemeluk

agama Konghucu dan Buddha selama ini terjalin harmonis dan tidak ada

bersitegang antara sesama pemeluk agama, bahkan mereka toleran,

Adapun paktor pendukung yang kuat yaitu pada simbol Lithang Bakti

Makin di altar depan adanya patung yang mempunya fungsional simbolik di mana

fungsi religious merupakan fungsi yang utama yaitu untuk melakukan ibadah atau

sembahyang. Fungsi sepiritual ditunjukan sebagi dayatarik agar pengikut agama

Konghucu akan memberi pengaruh yang positif terhadap agama Buddha di Vihara

Avalokitesvara yang ada di sampingnya, terlihat rukun dan harmonis.

Page 76: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian penulis pandangan atau pendapat para pengurus Lithang

Bakti Makin dan Vihara Avalokitesvara, Kegiatan keagamaan maupun kegiatan sosisl

sangat perlu untuk melangsungkan kehidupan yang terjalin harmonis sehingga pandangan

orang dengan perbedaan keyakinan tidak selalu di anggap negatif oleh orang lain karna

pada hakekatnya teloransi sangat di butuhkan di kalangan semua penganut agama yang

berbeda,

1. Peran tokoh agama mesti meningkatkan kajian-kajian yang bersipatnya umum dan

peran pemuka harus lebih meningkatkan doktrin-doktrin yang positif agar umatnya

selalu meningkatkan sikap toleransi antar umat beragama.

2. Kepada seluruh penganut agama agar tetap menjaga keharmonisan walopun berbeda

keyakinan, khususnya buat umat Konghucu dan Buddha yang ada di Pondok Cabe.

3. Pihak Fakultas atau perpustakaan Ushuluddin, mesti memperbanyak buku-buku

tentang kerukunan umat beragama, agar penulis atau mahasiswa yang lain mudah

untuk mencari sumber dan reperensi yang sudah di siapkan pihak kampus.

4. Penulis sadar bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, dan akan adalagi

pembahasan yang mendalam dan detil tentang, pengaruh kegiatan keagamaan di

Lithang Bakti Makin dan Vihara Avalokitesvara.

Page 77: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

1  

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mursyidi ed, Pemetaan Kerukunan Kehidupan Beragama di Berbagai Daerah di

Indonesia Jakarta : puslitbang kehidupan keagamaan, 2009

Arikunto, Uharsini Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek Jakarta: Rineka Cipta,

2002.

Bahri, Media Zainul Wajah Studi Agama-agama (Dari era Teosofi Indonesia (1901-1940)

Hingga Masa Reformasi Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2015.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.

Hadari Nawawi & Martini Hadari, Penelitian Terapan Yogyakarta: Gajah Mada University

Press, 1996.

Hadikusuma, S.H, Prof. Hilman Antropologi Agama, Bandung: PT. Aditya Bakti, 1993.

Hasyim, Umar Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam Sebagai Dasar menuju

Dialoq dan Kerukunan Antar Umat Beragama, Surabaya: Bina Ilmu, 1979.

KH, U. Maman metodologi Penelitian Agama : Teori dan Praktik Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2006.

Misrawi, Zuhairi Alquran Kitab Toleransi, Jakarta : Pustaka Oasis, 2007.

Paranto, Pius A, Kamus Ilmiah Populer Surabaya : Arkola Surabaya, 2011

Rahmad, H. Dadang Metode Penelitian Agama, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2000.

Sjadzali, H. Munawir Partisipasi Umat Beragama Dalam Pembangunan Nasional, Jakarta:

Depag Press, 1983.

Soeroer, Umar R, Menuju Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika Harmoni, Vol II, No.VI,

2013.

Suprayogo, Imam Metodologi Penelitian Sosial Agama Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2003.

Page 78: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

2  

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Ed. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka, 2007

Thoha, Anis Malik Tren Pluralisme Agama, Jakarta : Perspektif, 2005.

Wahab, Abdul Jamil Harmoni di Negeri Seribu Agama Membumikan Teologi dan Fikih

Kerukunan Jakarta : PT Gramedia, 2015

 

Page 79: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

LAMPIRAN

NARASUMBER

Gambar 1. Dokumentasi penelitian di Lithang Bakti Makin Vihara Avalokitesvara di Pondok Cabe

Page 80: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

Themi sekaligus ketua pemuda umat Konghucu di lithang Bakti Makin.

Gambar 2

Altar depan tempat umat buddha beribadah di Vihara avalokitesvara pondok cabe.

Gambar 3. Yang di tengah mister Williem selaku narasumber di vihara Avalokitesvara di Pondok Cabe.

Page 81: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

Gambar 4 .

Gambar 5 . Pengurus Vihara Avalokitesvara di Pondok Cabe.

Page 82: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

Gambar 6 . Bikhuni Santi narasumber dan pengurus Vihara Alokitesvara di Pondok Cabe.

Page 83: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

Gambar 7 . Sebelah kanan bapak Ade Cahyadi selaku pengurusLlithang Makti Makin.

Sebelah kiri bapak Hendra Suprapto selaku rohaniawan di Lithag Bakti Makin Di Pondok Cabe.

Page 84: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

Biodata Data Responden

Nama : Hendra Suprapto

Beliau lahir pada tanggal 01 Januari 1944 di surabaya jawa timur pendidikan beliu

Adalah rohaniawan di lithang bakti makin selain sebagi raohaniawan beliu juga mengajar di umat konghucu khusus anak anak dan remaja

Selain rohaniawan beliau juga guru\ ngajar di makin untuk anak anak dan remaja pada hari minggu

Nama Ws. Ht Saputra

Beliau lahir pada tanggal 15 febuari di pondok cabe dan beliau pimpinan atau ketua di Lithang Bakti makin

Nama Temy

Tanggal lahir 20 juli 1990 dan beliau ketua pemuda di lithang bakti makin selain ketua pemuda beliu juga bekerja di perhusaan

Nama Koyim

Tanggal lahir 12 Januari 1991 dan beliau adalah jamaat umat konghucu di lithang bakti makin pondok cabe, pekerjaan sebagi penjaga tokoh

Nama : Bikhuni Santi

Tanggal lahir 28 Desember 1944 dan beliau adalah ketua di Vihara Avalokitasvara

Nama : Bikhuni Ghina

Tanggal lahir 2 Maret 1949 dan beliau pengurus di Vihara Avolokitasvara bersama bikhuni santi.

Nama: Cik Maya

Tanggal lahir 9 september 1979 dan beliau pengurus Vihara Avalokitasvara Pondok cabe.

Page 85: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

Wawancara

S : Nama bhikku siapa?

B : Nama saya bhikkuni Santi, umur saya 62 tahun, tahun pertama saya menjadi bhikku adalah di wihara satya wanaram puncak, trs kita sudah berkelana dari tahun 87 sampai sekarang. Jadi kita meskipun bertugas disini tapi kita juga sering keluar untuk mengisi acara seperti ceremonial, ceramah, tergantung permintaan dari umat.

S : trs jabatan ibu disini apa?

B: saya disini sebagai bhikkuni saja hanya sebatas anggota, kita kan ada ketuanya, kebetulan karena ketuanya diatas sedang tidak enak badan. Jadi saya yang mewakili beliau

S: Profil vihara ini bagaimana ?

B: oh itu tahun 83 sudah ada tanah tapi pembangunan sejak tahun 85 dan diresmikan pada tahun tersebut, trs itu yang berdomisili disini adalah bhikkuni yang sudah mendiang sekarang. Itu bhikku gina kemarin dia adalah bhikku yang membangun vihara ini dan berdomisili disini meskipun dia orang jambi. Jadi dia sebelum meninggal inilah peninggalan beliau, jadi ya kita yang tinggal disini hanya meneruskan pengembangan agama buddha seperti ceremonial dan kegiatan kegiatan buddhisme. Trs selain itu kita kalau acara seperti hari hari besar waisak, asadah, katina itu selalu ada. Jadi untuk perkembangan itu saya pikir sudah tidak seperti dulu. Trs hubungan kita dengan umat dan masyarakat sekitar juga baik

S: perkembangan dari pendiri wihara ini apakah ada kendala?

B : kalau kendala tidak ada ya, karena umat kita juga sudah terbiasa untuk kebaktian, baksos. Terutama baksos yang diadakan setiap tahun, kalau tidak waisak ya bulan ke tujuh, bulan tujuh itu ya imlek, lalu kita sembahyang atau ceremonial besar besaran, lalu setelahnya kita bagi beras biasanya

S: trs kegiatan keagamaan dalam menjaga keharmonisan misalkan seperti seminar kerjasama dengan lithang begitu?

B : Oh kita dari dulu dengan yang belakang selalu harmonis dulu bhikkuni mejina, sewaktu hidup selalu membagi kan beras ke belakang karena pada waktu umat yang belakang kan sedikit. Terkadang ada hubungan timbal balik diantara yang dibelakang dengan kita, sehingga hubungan kita tidak ada masalah, tidak hanya dibelakang bahkan dengan yang keristen maupun muslim pun gpp, welcome koq kita.

S : oh jadi seperti kegiatan seminar sering diadakan dengan belakang bu?

B: JADI kita kalau seminar itu belum, kita selama disini belum pernah Cuma hubungan saja tetap harmonis

S: oh jadi kalau seminar itu belum pernah?

B : belum , Cuma kalau pemuda pemudi salalu mengadakan kegiatan untuk buddhisme. yaudah

S : BEGINI bu kan ibu pernah di undang ke acara ke seminar sebagai pembicara, kira kira yang disampaikan itu apa?

Page 86: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

B : biasanya kalau seminar itu, bagaimana apa ajaran buddha dengan islam itu bagaimana ada perbedaan meskipun tidak terlalu mencolok, kebaikan itu pasti, Cuma kan ditempat kita itu kan ada pancasila, pokok itu buddhis, sehingga dalam dirinya itu hanya ada satu keyakinan dan itu wajib diterapkan dalam kehidupan sehari hari seperti dilarang mencuri, asusila, mabuk, menghindari pencurian, pembunuhan, dan berbohong, trs itu pokok landasan utama yang harus dijalankan di kehidupan sehari hari untuk mengurangi kekotoran batin yang ada dalam diri kita saeperti sombong congkak,iri hati dan itu semua dapat dihindari sehingga kehidupan kita ini mendapat suatu kebahagiaan bila tidak merugikan orang lain. Jadi dalam buddhis itu pancasila sangat penting sekali diterapkan dalam kehidupan

S : seminar kan belum pernah bekerja sama dengan belakang ?

B : Cuma kalau ajarannya kita selalu mengadakan diskusi diantara muda mudi, kalau seminar kita sering

S : dalam keperibadatan pernah tidak dengan kerja sama dengan lithang?

B : oh kita pernah, Cuma waktu saya di purwekerto saya pernah diskusi lintas agama.

S : jadi kalau disini juga sering ya bu bu?

B: kita jarang, tapi kalau yang muda mudi mungkin sering pernah, tapi kalau untuk lithangnya sering karena disitu kan umatnya sedikit, muda mudinya lumayan banyak, orang tuanya hanya ibadah saja lalu pulang. Berbeda dengan disini kan ada dhammanya ajarannya itu pasti. hari minggu boleh datang kesini

S : oh yang dari Jakarta utara bukan bu? Soalnya saya juga pernah kesini

B : bhikku? Gada dari Jakarta utara paling dari banten

S: hubungan dengan masyarakat sekitar bagaimana bu?

B: oh hubungan kita baik dengan masyarakat sekitar juga ga ada masalah

S : pernah kerja sama dengan kegiatan apa begitu?

B : oh pernah bahkan seing, Cuma ya hubungan kita kaya kita mau bagi beras kita undang mereka, terus kalau kita ada apa apa mereka juga bantu

S : pandangan bhikku mengenai harmonisasi ?

B : kalau kita ya yang namanya harmonisasi itu baik dimana pun itu kita selalu welcome dan tidak ada masalah

S : peran dalam menjaga keharmonisan ?

B : peran kita satu, saling menghormati, dimanapun kita selalu menghormati, dengan menghormati kita jauh dari masalah, kedua saling bantu, seperti baksos, jadi apa ya kita punya selalu bagikan baik itu beras maupun lainnya, dimana keharmonisan itu bisa terjalin berkanjut

S : ceramah yang diperuntukan bagi muda mudi apa diadakan?

Page 87: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

B: oh pernah setiap diskusi, kita ada jadi tidak hanya bagi kita tapi terhadap semuanya, kita siap membantu apapun itu kalau diperlukan, kita ga masalah, malah dulu pernah ada pesantren yang sering kesini lalu kita bantu mereka.

S : hubungan dengan non buddhis itu gada masalah bu?

B: oh baik ga ada masalah karena hidup ini susah apa lagi dibuat susah, kita baik baik saja saling menghargai saling menghormati, kalau ada kita rangku biarpun ga ada ya tidak apa apa

S : tapi diskusi dengan pihak lithang yang muda mudinya pernah?

B : oh itu pernah tapi itu tidak berlangsung disini jadi tidak hanya disini, tapi kalau disini tidak pernah

S: kenapa gapernah?

B: oh karena kita pun juga gatau siapa pengurus lithang itu jadi gatau siapa mereka

S : kita kan baru disni sekitar tahun 30 tahunan,

B : oh jadi lebih dulu lithang apa wihara ini bu yang lebih berdiri?

S : waduh pokoknya kita berdiri tahun 85 dan baru tahu kalau ada wihara disini tahun 87. Dulu daerah sini masih sepi masih banyak perampokan juga.

S : oh iya bhikku disini ada ga buletin?

B : oh kita ga ada, karena minim tenaga

S : terus media media seperti koran itu ada ?

B : oh belum ada disini, karena pengurusnya Cuma 3 orang, kurang tenaga kita disini

 

  

Page 88: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

Nn S : Nama bapak siapa?

H : Nama saya Hendra suprapto

S : Jabatan bapak sebagai apa?

H : Jabatan saya sebagai rohaniawan

S : Kegiatan keagamaan yang biasa dilalukan disini ?

H : Disini biasa kebaktian rutin seminggu sekali, lalu kebaktian kamis malam jum’at selain itu juga

ada kebaktian cey cap go, cey itu tanggal 1 konselik penanggalan tionghoa sama tanggal 15 nya

begitu. Jadi sebulan itu dua kali yaitu tanggal 1 dan 15 dan ada hari-hari besar lainnya yang diadakan

disini

S : Lalu kegiatan seperti seminar, apa pernah dilakukan disini?

H : ada, kita juga pernah mengadakan bedah kitab suci lalu pernah ada perkumpulan lithang se-banten

raya pernah sampai dari jawa barat kita undang kesini dan tampa mengurang di sini juga mengundang

vihara di samping kita sebagi bentuk teloran. Lalu ada acara kebktian bersama-sama

S : kalau kegiatan acara dengan agama lain pernah?

H : pernah kita juga justru diadakan rutin setiap tahun. Kunjungan dari wisata bina rohani, anak-anak

sekolah untuk lebih mengenal rumah ibadah disini

S : lalu kerjasama dengan wihara pernah?

H : pernah , kalo kita ada kegiatan kiat saling mengundang bahkan kadang vihak vihara membantu

untuk maen barongsay kalo ada ada acara ulangtahun lithang ,

S : kalau pemuda disini pernah mengadakan acara dengan agama lain?

H : kalau pemuda disni pernah diskusi keluar dengan agama lain tapi kalau mengadakan acara dengan

agama lain disni pernah ada tetapi dengnan vihara yang ada di samping

S : bagaimana hubungan dengan warga sekitar ?

Page 89: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

H : Oh hubungan dengan masyarakat sangat baik bahkan luar biasa, bahkan sudah terjalin hubungan

persaudaraan, jadi meskipun kita etnis tionghoa pendatang, tapi kita diterima dengan baik sekali disni,

bahkan ada yang kawin campur dengan warga disni, bahkan setiap tahun kita juga mengadakan acara

bakti sosial yang diadakan 2 kali untuk umum, apalagi kalau ibadah kebaktian besar pasti diadakan.

S : dan apakah itu hanya berlaku bagi umat khonghucu?

H : tidak, semua boleh ikut, dari rt/rw kita tanya ada gak yang membutuhkan kalau ada ya kita kasih,

tidak peduli agamanya apa

S : lalu bagaimana menurut bapak mengenai harmonisasi?

H : kalau diajaran kita sih, kita memegang satu prinsip bahwa semua adalah saudara, di empat penjuru

lautan semua adalah saudara, jadi ribuan tahun yang lalu nabi kita sudah mengadakan itu, jadi

semuanya tidak peduli apapun itu dia adalah saudara, semua yang datang kepada kita dalah saudara

S : Lalu pak bagaimana harmonisasi perspektif agama khonghucu?

H : satu jalan suci kita adalah satu yaitu hubungan kepada Tuhan, selain itu juga menjaga hubungan

baik manusia, atau bisa disebut tepa sarya. Banyak sebenernya yang diajarkan nabimkita tapi dua itu

saja cukup

S : bagaimana peran lithang dalam menjaga harmonisasi?

H : dalam setiap ibadah kita selalu mengutip ayat-ayat dari nabi kita, yaitu seperti empat penjuru

lautan semua adalah saudara, dan membahagiakan yang dekat maka yang jauh akan berdatangan,

jangan sampai kita melupakan yang dekat

S : Pernah ga ada kegiatan dengan warga sekitar?

H : oh pernah, contohnya kita kerja bakti, karena kita sudah membaur dengan mereka, jadi kalau ada

apa apa selalu kita kerja sama dengan mereka

S : Berarti kalau ada acara yang diselenggarakan bersama mau terlibat pihak lithang?

Page 90: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

H : oh iya kita pasti dengan senang hati terlibat. Karena biasanya hari besarnya kan sama, dia dan

disini tridharma sama dasar-dasar nya dengan kita, dulu juga pernah mereka minta barongsai dan kita

merayakan cap go meh bersama

S : selain barongsai apa ada kegiatan yang diminta pihak wihara?

H : ada banyak sih paling sampai sekarang Cuma sebatas itu, karena dia kan buddha yang murni

paling baca parita, karena kalau kita teliti lebih lanjut bahwa tridarma itu kan menyatukan tiga agama

menjadi satu, dan karena itu pula orang juga sudah tahu mana buddhis mana khonghucu

S : berarti tindakan dalam menjaga keharmonisan?

H : siapapun dia agamanya apa, kita anggap mereka saudara, setiap ada kesusahan kita bantu, itu yang

dituntut dari khonghucu

S : pak pernah ada kelompok tertentu kesini dengan niatan jelek?

H : OH ga ada, karena kita dekat sekali dengan warga sekitar jadi kalau ada masalah bgitu warga

biasanya bantu kita, paling yang dikhawatirkan adalah motor, soalnya maling motor dimana-mana

haha

S : mengenai acara bakti sosial tadi pak. Apa ada klaim tertentu bahwa ini khonghucu, ini islam begitu

pak?

H : OH ITU tidak biasanya kita kumpulkan dulu mana uamt khonghucu yang dalam keadaan ada, lalu

kita cari warga sekitar yang membutuhkan, karena kan disetiap harta kita tidak seratus persen semua

milik kita, bahwa di dalam harta kita justru ada hak untuk mereka yang harus dibagikan. Percuma kita

sembahyang tapi kalau hubungan dengan sesama tidak dijaga. Intinya kita harus menjaga harmonisasi

untuk keadaan negara yang lebih baik

S : langkah-langkah untuk menghadapi radikalisme agama?

H : intinya harus paham agama sepenuhnya jangan setengah-setengah karena sampai hari ini

penyebab munculnya radikalisme agama ya itu karena mereka paham agamanya setengah setengah

Page 91: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

S : jadi kalau keberagamaan sudah inkusif yak pak?

H: oh iya disni lingkungannya sudah terbuka sekali, ramah dan nerima apa adanya kita, bahkan kita

pernah waktu puasa ikut bagi bagi takjil bahkan ikut bayar zakat fitrah juga.

S : bapak kalau mengisi kebaktian disini saja ?

H : oh ngga saya tidak hanya disini pernah saya isi di Jakarta bahkan sampai ke bogor juga pernah, ini

pak ade ketua lithang daerah sini,

S: pak ade, pernah ga disini mengadakan acara keagamaan dengan wihara?

A : OH kalau kita pernah ko mengadakan bareng , paling Cuma ada acara ulang tahun wihara baru

kita diundang begitu juga sebaliknya, pemudanya juga pernah pernah kan rata-rata umat jemaat

disana kan orang dari Jakarta kebanyakan

S : sejarah lithang disni pak ?

A : lithang disini dibangun tahun 74, direnov tahun 92 dan jadi seperti kaya sekarang

S : ADA kendala gak pak dari berdirinya lithang disini?

A : oh gada, bahkan bupati tanggerang yang meresmikan lithang ini,

S : berati bapak generasi keberapa yang mengurus lithang ini?

A : saya yang ketujuh, yang pertama itu bapak saya

S : ada seperti pemilu pak ?

A : IYA SISTEMnya seperti begitu jadi nanti dipilih langsung oleh jemaat, dan ada masa periodenya

yaitu 4 tahun, dan jabatan saya berakhir nanti oktober 2018

S : jadi apa kita boleh ikut serta pak dalam kegiatan lithang disini?

A : oh boleh, bahkan sering ko mahasiswa uin kesini biasanya menghadiri upacara kamatian

pernikahan kebaktian besar, nanti kalau ada acara saya kasih kabar

S : jadi hubungan dengan warga sekitar bagaimana pak?

Page 92: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

A : baik, malah disni saya sebagai ketua rw disni jadi lingkungan disini kan majemuk, semuanya akur

akur saja

S : kira-kira apa perekatnya?

A : oh karena disni gada panatisme agama, jadi semuanya sudah terbiasa dengan keberagamaan dalam

beragama.

S : oh jadi pak kalau misal diundang untuk menghadiri acara keagamaan dengan agama lain?

A : pasti saya hadir, mau itu maulid, natalan, lebaran pokoknya kalau diundang dan saya masih sehat

pasti saya hadir. Intinya saling berbaur dan mengikuti ajaran nabi

S : langkah bapak dalam menjaga keharmonisan agama yang ada di pondok cabe?

A : saling menghormati, saling menghargai, dan ga ngusik ibadah mereka

S : oh jadi bapak itu gak menonjolkan agamanya apa yang penting rukun bgitu?

A : iya betul, paling ditamakan itu kerukunan untuk keberlangsungan negara ini

S : jadi menurut bapak itu semua agama itu mengajarkan kebaikan namun pemaknaannya saja yang

berbeda?

A : iya begitu

S : umat khonghucu disni apakah banyak?

A : sekitar 400an, terutama pas imlek ramai sekali disini

S : apakah ada organisasi pemuda khonghucu?

A : ada namanya pakin, pemuda agama khonghucu, kalau perkin itu perempuan khonghucu,

S : lithang ini sudah berapa kali direnov?

A : baru 2 kali bahkn nanti akan ditingkat lagi, dan parkiran akan diperluas lagi

S : apakah pak iksan sering kesini ?

Page 93: PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43913/2/SUKMAYA... · agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang

A : pernah tapi itu sudah lama , bahkan isi khotbah juga pernah sudah dua kali