pengaruh kegiatan keagamaan di lithang bakti...
TRANSCRIPT
PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN DI LITHANG BAKTI MAKIN
DAN VIHARA AVALOKITASVARA TERHADAP HUBUNGAN
HARMONIS ANTAR UMAT BERAGAMA DI PONDOK CABE
Skripsi
Diajukan Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Sukmaya
NIM: 1113032100043
PROGRAM STUDI AGAMA-AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2019 M
i
ABSTRAK SUKMAYA. Pengaruh Kegiatan Keagamaan Lithang Bakti Makin Terhadap Vihara Avalokitesvara Menjalin Hubungan Yang Harmonis Antar Umat Beragama, (Studi Kasus di Pondok Cabe) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagimana pandangan dan sikap perbedaan keyakinan, yang harmonis, karna penulis berupa mencari tau faktor apakah yang membuat kedua agama tersebut hususnya kerekatan agama Konghucu dengan agama Buddha yang ada di daerah Pondok Cabe .
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitaif dengan metode pengumpulan data yang di gunakan, wawancara bertujuan untuk mendafatkan data yang empiris dan fakta yang sahih atau yang dapat di percaya. Hasil penelitian menunjuk bahwa pengaruh kegiatan keagamaan umat Konghucu terhadap umat Buddha, pengaruh disini sangat positif mempengaruhi sehingga, pengaruh kegiatan yang di lakukan umat Konghucu terhadap umat Buddha yang ada di daeran Pondok Cabe. Dari hasil penelitian ini, di harapkan dapat bermanfat bagi umat Konghucu dan Buddha terutama untuk meningkatkan hidup yang lebih baik, dan mempunyai sikap toleran antar umat beragama, sehingga terbentuk keharmonisasian antar umat beragama. Hasil penemuan penelitan penulis menujukan bahwa adanya faktor-faktor yang mempengaruhi keharmanisan antara, umat Konghuvu dan umat Buddha yang ada di daerah pondok cabe. Seperti adanya himbawan dari pemuka agama atau tokoh dari umat Konghucu maupun dari umat Buddha yang menghimbau bahwasanya menjalankan kehidupan yang harmonis adalah bagian dari ajaran agamanya masing-masing baik ajaran dari agama Buddha maupun ajaran dari agma Konghucu itu sendiri. Menjalkan kehidupan yang harmonis karan adanya intraksi sosial dan saling menjaga, saling mengundang satu sama lain ketika ada kegiatan, ntah itu kegiatan keagamaan maupun kegiatan yang bersipat sosial, kegiatan-kegiatan itulah yang merekatkan hubungan dari dua agama tersebuat. Agama Konghucu dengan agama Buddha yang ada di Pondok Cabe Kata kunci: Harmonis, Agama Konghucu, Agama Buddha
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah robbil al-lamin, segala puji bagi allah
segala puji bagi allah yang maha agung dan maha bijaksana,
maha suci allah dengan semua anugrah dan nikmatnya, dan
solawat serta salam ya allah sampaikan kepada jungjungan nabi
besar Muhammad SAW yang membawa umatnya dari zaman
kegelapan hingga menuju zaman terang benderang hingga saat
ini. Dan tidak ketinggalan pula kepada para sahabat dan para
tabi’in tabiat para kiyai yang selalu mengingatkan akan jalannya
hidup yang penuh anugerah ini.
Sesungguhnya tidak mudah bagi penulis untuk
menyusun skripsi ini akan tetapi meskipun demikian ,penulis
bertekad menyelesaikan skripsi ini agar dapat mengajukan
syarat kelulusan dalam jenjang perkuliahan setara S1
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sudah sepatutnya penulis menyampaikan ucapan terima
kasih dan penghargaan yang tulus dari semua pihak yang telah
membantu kelancaran skripsi ini. Bantuan dan dukungan
mereka, sedikit banyaknya telah meringankan beban penulis
selama mengerjakan skripsi ini meskipun tidak semua pihak
dapat penulis sebutkan satu persatu, setidaknya penulis merasa
perlu menyebutkan sejumlah nama yaitu:
1. Siti Nadroh, MA, selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah bersedia membimbing dan mengarahkan penulis
iii
selama menyusun Skripsi dan memberikan banyak ilmu serta
solusi pada setiap permasalahan atas penulisan dalam
mengerjakan Skripsi ini.
2. Kedua orang tua ayah tercinta Sarya dan ibu tersayang Hj.
Suntiah dan adik yang tersayang Atikah dan Siti Sulamah
yang telah memberikan dukungan moral maupun material
serta doa yang tak henti-hentinya kepada penulis.
3. Dr. Media Zainul Bahri, MA, selaku ketua jurusan Studi
Agama-agama Fakultas Ushuluddin
4. Dra. Hal imah SM, M, Ag selaku Sekertaris Jurusan Studi
Agama-agama, Fakultas Ushuluddin Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Ade Cahyadi selaku pengurus Lithang Bakti Makin
dan bapak Hendra selaku rohaniawan di Lithang Bakti
Makin dan tdak ketinggalan pula Bikhuni Santi pemimpin
jama`at sekaligus pengurus Vihara Avalokitesvara yang telah
membantu dan memudahkan dalam melakukan penelitian di
pondok cabe.
6. Seluruh pegawai perpustakaan Ushuluddin dan Perpustakaan
utama Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah meminjamkan buku-buku dan tempat sehingga
penlis terbantu.
7. Seluruh teman-teman husunya mas Cusayini Effendy yang
selalu memberilan motivasi, dan dukungan material maupun
iv
moral tida ketinggalan pula sodara seangkatan kelas Studi
Agama-Agama B angkatan 2013 wabil khusus Saniman,
wahid muhammad, dan muhamad firmanullah yang menuju
S, Ag, dan M Surya Al Hafizh yang selalu dan membantu di
saat penulis kesusahan.
8. Himpunan Mahasiswa Banten (HMB) dan Keluarga
Mahasiswa Cilegon Serang Banten (KMC) yang telah begitu
banyak memberikan pengalaman dan ilmu pengetahuan di
luar matakuliah penulis.
Penulis menyadari bahwasanya skripsi ini jauh dari kata
sempurna karna terbatasnya pengalaman dan pengetahuan
yang di miliki penulis. Oleh karna itu penuliah mengharapkan
segala bentuk serta masukan bahkan kritikan yang
membangun dari pihak. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan semua pihak, khususnya Studi Agama-
Agama bagi penulis
Ciputat 20 desember 20
18
Penulis
( Sukmaya )
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 8
D. Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 9
E. Kerangka Teori .......................................................................................... 10
F. Metodelogi Penelitian ............................................................................... 13
G. Sistematika Penulisan ............................................................................... 16
BAB II SEJARAH SINGKAT VIHARA AVALOKITASVARA DAN
LITHANG BAKTI MAKIN PONDOK CABE
A. Sejarah singkat profil Vihara Avalokitesvara ........................................... 19
1. Sejarah Singkat Vihara Avalokitasvara Pondok Cabe ......................... 19
2. Perkembangan Vihara Avalokitasvara Pondok Cabe ........................... 22
3. Tujuan Pembangunan Vihara Avalokitasvara Pondok Cabe ................ 24
4. Deskripsi Bangunan Vihara Avalokitasvara Saat Ini ........................... 25
5. Bangunan Vihara Saat Ini ..................................................................... 27
6. Tokoh-Tokoh Pendiri Vihara Avalokitasvara ...................................... 29
B. Sejarah berdirinya Lithang Bakti Makin Pondok Cabe ............................ 30
1. Sejarah Berdirinya Lithang Bakti Makin ............................................ 30
2. Tujuan Didirikannya Lithang Bakti Makin Pondok Cabe .................. 31
3. Perkembangan Lithang Bakti Makin .................................................. 32
C. Letak geograpis Pondok Cabe ................................................................... 34
vi
BAB III KEGIATAN KEAGAMAAN LITHANG DAN VIHARA DI
PONDOK CABE
A. Kegiatan keagamaan umat Konghucu ...........................................................
1. Sembahyang pada Thian ...................................................................... 36
2. Kebangkitan Nabi Konghucu .............................................................. 36
3. Peringatan Hari Besar Keagamaan Umat Konghucu .......................... 37
4. Aktivitas Litahng Bakti Makin di Pondok Cabe ................................. 37
B. Makna sembahyang dalam umat Buddha .................................................. 43
C. Bentuk kegiatan keagamaan harmoni di Pondok Cabe ............................. 44
BAB IV ANALISI PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN UMAT
KONGHUCU TERHADAP UMAT BUDDHA MENJALIN HUBUNGAN
YANG HARMONIS ANTAR UMAT BERAGAMA DI PONDOK CABE
A. Pengaruh Kegiatan Keagamaan Umat Konghucu terhadap umat Buddha di
Pondok Cabe ............................................................................................. 49
B. Relevansi Kehidupan Umat Beragama di Pondok Cabe ............................ 51
C. Relasi Antara Umat Konghucu dan Buddha di Pondok Cabe .................. 57
D. Respon Masarakat terkait berdirinya Lithang dan Vihara berdampingan 62
BAB V PENUTUP ...................................................................................................
A. Kesimpulan ............................................................................................... 65
B. Saran ......................................................................................................... 66
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Derah Pondok Cabe merupakan daerah, yang di dalamnya merupakan
banyak rumah ibadah yang sangat berdekatan akan tetapi penulis akan
menjelaskan dua agama saja, kuhususnya rumah ibadah agama Konghucu Lithang
Bakti Makin dan Vihara Avalokitasvara yaitu tempat ibadah umat Buddha,
walaupun rumah ibadanya agama Konghucu dan agama Buddha berdekatan.
Para penganut agamanya masing tidak ada yang bersitegang, antara penganut
agama Konghucu dan Buddha atau penganut agama yang lainya. Karna di daerah
Pondok Cabe, masi memegang dan menjungjung tinggi sikap teloransi antara
umat beragama.
Berdirinya Lithang Bakti Makin lebih awal dari pada Vihara Avalokitsvara,
berdirinya Lithang Bakti Makin, pada tanggal 20 oktober 1974 berdiri lebih dulu
dari pada Vihara Avalokitasvara sedangkan Vihara Avalokitesvara di bangun pada
tanggal 5 november 1983. walaupun kedua rumah ibadah berdekatan.
Hubungan antar keduanya terjalin dengan harmonis dan saling membantu
satu sama lain terutama dalam kegiatan keagamaan maupun kegiatan umum.
Hubungan yang baik adalah adanya interaksi sosial yang aktif dilakukan oleh
masyakarat, khususnya penganut agama Buddha dan konghucu di wilayah
Pondok Cabe. Terdapat banyak penganut agama-agama yanag hidup
berdampingan secara harmonis.
2
Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan masyarakat sosial
umat beragama.1 Interaksi sosial umat beragama dapat terjadi antar sesama
penganut agama tertentu maupun dengan penganut agama lain, seperti yang
terjadi di Pondok Cabe, yakni antara penganut agama Buddha dan Konghucu,
mereka melakukan kegiatan kerjasama dalam keagamaan maupun
kemasyarakatan, seperti seminar, kerja bakti, memperingati hari-hari besar
nasional
Hal seperti itu menurut Hendra Suprapto merupakan integrasi sosial, yakni
sebagai penyatuan kelompok-kelompok yang tadinya terpisah satu sama lain.
dengan melenyapkan perbedaan-perbedaan seperti agama, kebudayaan atau
penganut Agama.2
Penganut agama Khonghucu ketika melaksanakan kegiatan selalu mengundang
bahkan bekerjasama. Begitu pun penganut agama Buddha khususnya jama’at atau
muda-mudi Vihara Avalokitesvara selalu datang memenuhi undanganya
sehingga terjalin kehidupan beragama yang harmoni.3
Hubungan yang baik antara pengurus Vihara, Lithang dengan masyarakat
Pondok Cabe? misahkan perbedaan keyakinan antar sesama manusia, karena bagi
pengurus Vihara dan Lithang semua manusia adalah saudara tanpa pengecualian
apapun. Pengurus Lithang dalam keseharinnya memegang teguh satu prinsip
bahwa kita adalah saudara. Meskipun beda agama, ras, etnis dan suku mereka
menganggap adalah saudara.
1 Ws. Ht. Saputra, “Sejarah Makin Pondok Cabe-Pamulang Tangerang Selatan,”Sejarah
Makin di Pondok Cabe, No. 5 (Desember 2017), h. 21. 2 Wawancara Pribadi dengan Hendra Suprapto, Pondok Cabe 5 Desember 2017. 3 Wawancara Pribadi dengan Liem Henddra, Pondok Cabe 5 Desember 2017.
3
Prinsip seperti di atas selalu menjadi prioritas dalam kehidupan sehari-
hari. Pengurus Vihara dan Lithang selalu terbuka dengan pihak siapapun, bahkan
setiap kegiatan, baik yang dilakukan keagamaan Vihara maupun Lithang selalu
mengundang satu sama lain.salah satu contohnya ketika umat Konghucu sedang
menyiapkan buat perayaan keagamaan di situ umat Budda saling membantu satu
sama lain, disitulah terlihat toleransi antar umat beragama terjaga dan Bisa
dipastikan bahwa hubungan antara Lithang, dan Vihara dan masyarakat sangatlah
baik, harmonis, sejahtera dan damai. Di antara mereka tidak ada sekat-sekat sosial
tertentu yang memisahkan sesama saudara.4
Negara Indonesia merupakan negara yang memberikan kebebasan kepada
pemeluknya untuk dapat memeluk agamanya sesuai keyakinanya sendiri. Setiap
individu diberikan kebebasan memeluk agamanya sepanjang dibarengi dengan
sikap toleransi sehingga terjadinya hubungan yang harmonis dengan penganut
agama yang berbeda serta menjaga sikap saling menghargai antar pemeluk agama.
Indonesia tidak hanya beraneka ragam dalam kepercayaan (agama) tetapi
juga beraneka ragam budaya, suku, ras dan bahasa. Keragaman tersebut kemudian
lahirlah kemajukan dalam masyarakat Indonesia yang tumbuh berkembang
bersama dalam kehidupan yang harmonis, toleran dan sikap saling menghormati.
Kemajemukan tersebut menjadi alasan untuk tetap bersatu dan menjaga kesatuan
negara Republik Indonesia.5
4 Wawancara Pribadi dengan Bhikkuni Santi, Pondok Cabe, 6 Desember 2017. 5 Umar R. Soeroer, “Menuju Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika Harmoni”, Vol II,
No.VI, 2016 Artikel diakses pada 24 Januari 2018 dari http: //journal. uny.ac.id /index. Php /ippfa /article/view/722
4
Kehidupan umat beragama di Indonesia begitu majemuk, berbagai macam
agama tumbuh dan berkembang dalam satu Negara yang penuh dengan toleran
dan harmonis, tidak terkecuali termasuk agama Buddha dan Konghucu. Kedua
agama tersebut sudah lama hidup berdampingan dari dahulu kala sampai sekarang
dan mudah-mudahan berlanjut sampai di masa yang akan datang, tentu itu semua
tidak lepas dari peran dari tokoh-tokoh lintas agama yang datang ke Indonesia
dalam menyebarkan agama secara damai sehingga mudah diterima oleh berbagai
lapisan masyarakat.
Kehidupan penganut agama Khonghucu dan Buddha di Pondok Cabe bisa
menjadi potret bagi kehidupan umat beragama di Indonesia. Kita ketahui bersama
bahwa kehidupan umat beragama di Pondok Cabe tidak hanya terdapat penganut
agama Khonghucu dan Buddha, tetapi ada satu lingkungan yang di dalamnya
terdapat semua penganut agama resmi yang diakui di Indonesia. Penganut agama
Islam, Protestan, Katholik, Hindu, Konghucu dan Buddha hidup berdampingan
dengan penuh kedamaian dan biasanya melakukan kerjasama dalam kegiatan-
kegiatan sosial.
Potret keharmonisan seperti itu perlu menjadi contoh bagi kehidupan umat
beragama di Indonesia dan dipandang perlu untuk diaplikasikan di daerah-daerah
lain yang hidup berdampingan dengan penganut agama lain. Selaras dengan
makna harmoni dalam segi terminologi, harmoni berarti tidak ada kerusuhan,
5
tenang, damai, tentram dan tidak melarang.6 Sedangkan harmoni dalam
Kamus Ilmiah Populer diartikan sebagai keselarasan, kecocokan dan keserasian.7
Harmoni dicapai jika tidak terjadi konflik-konflik sosial. Bukan berarti
dengan adanya perbedaan dan keragaman serta keberbedaan merupakan bagian
dari syarat terwujudnya keharmonisan sosial. Tanpa pluralitas atau kemajemukan
tidak bisa ditemukan istilah harmonis, rukun, selaras, serasi, bersatu dan
sebagainya. Keberbedaan dan keragaman tersebut akan membentuk
keharmonisan jika dikelola dengan baik.8
Kehidupan umat beragama membuat mereka juga butuh tempat untuk
melaksanakan peridabatan. Di mana ada umat beragama bisa kita pastikan ada
sebuah sarana tempat ibadah bagi setiap pemeluk agama, tidak terkecuali bagi
penganut agama yang ada di Pondok Cabe. Rumah ibadat merupaka sarana untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan sehingga menjadi orang baik.9 Rumah ibadah
tersebut pada umumnya berfungsi sebagi tempat untuk melakukan ibadah, baik
ritual, seminar, maupaun pembinaan sosial keagamaan atau pembinaan keumatan
masing masing. Secara umum dapat terlihat bahwa perkembangan kegiatan sarana
keagamaan baik dari fungsinya maupun pertumbuhan semakin menunjukkan
kualitasnya yang sangat baik.
Melihat banyaknya penganut agama resmi yang diakui di Indonesia tentu
sarana keagamaan di Pondok Cabe cukup banyak jumlahnya. Keberadaan sarana
6 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi
Keempat (Jakarta: PT Gramedia, 2008), h. 206. 7 Pius A Paranto, dkk., Kamus Ilmiah Populer (Surabaya : Arkola Surabaya, T.t), h. 220. 8 Abdul Jamil Wahab, Harmoni di Negeri Seribu Agama Membumikan Teologi dan Fikih
Kerukunan (Jakarta : PT Gramedia, 2015), h. 5. 9 Mursyid Ali, Pemetaan Kerukunan Kehidupan Beragama di Berbagai Daerah di
Indonesia (Jakarta : Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2009), h. 33.
6
rumah ibadah itu sesuai prosedur atau perizinan, juga lebih didasarkan pada
kebutuhan mendesak warga sekitar. Terkadang hal ini dapat menjadi konflik jika
tidak dipelihara sikap harmonis di kalangan mereka.
Masyarakat Indonesia umumnya dan Pondok Cabe khususnya yang
religius memandang peran tokoh agama dan lembaga keagamaan sangat sentral
dalam membangun dan meningkatkan sikap saling menghormati dan rukun dalm
kehidupan sehari yang berdampingan dengan penganut agama lain. Para tokoh
Agama memiliki peran yang sangat penting, karena fatwa-fatwa mereka
memberikan andil terbesar dalam membangun masarakat yang lebih baik,
tentunya agar tercipta masyarakat yang penuh toleran, damai, harmonis dan lain-
lain.10
Pola hubungan sosial keharmonisan umat beragama di Pondok Cabe
integrative yaitu menunjuk pada situasi dan kondisi di mana semua kelompok
etnis, ras, suku, agama dan kelompok kepentingan bersatu-padu dalam
menghadapi sebuah persoalan bersama dengan mengedepankan demokrasi, hak
azasi manusia, keadilan hukum, nilai-nilai budaya yang berlaku, kebersamaan,
kesederajatan, penghargan atas keyakinan, memberikan prestasi dan mobilisasi
sosial, penghindaran tindakan kekerasan fisik dan keyakinan, rasa aman dengan
identitas yang di miliki dan eksistensi yang keseluruhanya di lakukan secara
partisipasif dan penuh kearipan dalan menjaga sikap toleran, sehingga terjalin
10 Wawancara Pribadi dengan Bhikkuni Santi, Pondok Cabe, 6 Desember 2017
7
rasa kekeluargaan dan menghargai satu sama lain sehingga menjadi hubungan
yang sangat harmoni.11
Dari uraian di atas mengambarkan bahwa bentuk-bentuk harmonisasi
hubungan antara umat beragama yang pernah tumbuh, dan berkembang di
Indonesia adalah toleransi hubungan antara umat beragama, dialog, antar umat
beragama. dialog dan kerjasama antar umat beragama. Indonesia memiliki
wilayah perkumpulan yang sangat luas, dan beraneka ragam baik dari segi
topograpi maupan geografinya, baik hubungan antar individu atau pemeluk
Agama. di masing-masing wilayah bayak ragam Agama. Termasuk di daerah
Pondok Cabe, bentuk toleran dan harmonis, terlihat jelas mesti berdampingan dan
tetap harmoni. maka dari itu saya mengangkat judul skrpsi ini dengan judul:
Pengaruh Kegiatan Keagamaan Lithang Bakti Makin dan Vihara
Avalokitesvara Terhadap Hubungan Harmonis Antar Umat Beragama Di
Pondok Cabe.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas penulis merumuskan permasalahan dalam
sebuut dalam bentuk pernyataan sebagai berikut:
Bagaimana relasi penganut Konghucu dengan penganut Buddha dalam kegiatan
keagamaan untuk menjalin hubungan yang harmonis?
11 Mursyid, Pemetaan kerukunan, h. 39.
8
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah di
uraian di atas, dapat di ketahui tujuan dan manfaat penulisan.
Untuk mengetahui bagaimana relasi penganut Konghucu dengan
penganut Budha dalam kegiatan keagamaan untuk menjalin hubungan
yang harmonis.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Teoritis
Hasil penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran atau
memperkaya konsep-konsep atas pemikiran terhadap pengaruh kegiatan
keagamaan di Lithang Bakti Makin terhadap Vihara Avalokitasvara.
2. Praktis
Hasil penelitian ini dapat mewujudkan kerukunan dan keharmonisasian
antar penganut agama Koghucu dan Buddha di Pondok Cabe
3. Akademik
Sebagai salah satu persyaratan guna mendapatkan gelar Serjana Agama
(S.Ag)
D. Tinjauan Pustaka
Tujuan adanya tinjauan pustaka yaitu untuk membuktikan orisinalitas
penelitian dan menguraikan penelitian sebelumnya yang memiliki objek penelitian
9
dan kajian yang relevan dengan penelitian ini. Selama penulis melacak karya
ilmiah sebelumnya, penulis menemukan beberapa karya ilmiah yang mirip dengan
judul penulis meskipun tidak seratus persen kemiripannya.
Pertama, yaitu Skripsi karya Viviana mahasiswi Prodi Studi Agama-
Agama tahun 2011 dengan judul “Konsep Humanisme Agama Khonghucu dalam
Membentuk Manusia Sempurna (Studi Kasus Lithang Bakti Makin Pondok Cabe)
judul jelas berbeda dengan judul yang penulis angkat tetapi ada hal yang
menyamakannya yaitu studi kasus yang sama-sama berfokus di kawasan Pondok
Cabe.
Kedua, yaitu Skripsi karya Dita Sopia Sari mahasiswi Studi Agama-agama
tahun 2012 dengan judul “ Masjid dan Vihara : Kerukunan Hubungan Antara
Islam dan Buddha (Studi Kasus di Kelurahan Pondok Cabe Kecamatan Pamulang
Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten) judul hampir mirip dengan judul yang
penulis angkat tetapi yang membedakannya adalah judul penulis lebih berfokus
pada hubungan umat yang beragama Buddha dan Khonghucu. Meskipun dalam
hal studi kasus berfokus pada wilayah yang sama.
Ketiga, yaitu skripsi karya Gunawan Saidi mahasiswa Studi Agama-agama
tahun 2011 dengan judul “Perkembangan Agama Khonghucu di Indonesia pada
Masa Reformasi (1998-2007) (Studi Kasus di Masyarakat Cina Pengamat Agama
Khonghucu di Tangerang Selatan)”, hal yang menyamakan dengan judul yang
penulis angkat adalah tentang membahas perkembangan Agama khonghucu dan
sama-sama berfokus pada studi kasus yang sama. Tapi yang membedakannya
10
dengan judul penulis adalah skripsi ini hanya membahas perkembangan Agama
Khonghucu dari masa reformasi hingga tahun 2007.
Adapun karya ilmiah dan buku yang menginspirasi penulis dalam
melakukan penelitian ini sebagi berikut: Pertama, Sang Ji, Religion and Religious
Life in China, Kedua, M. Ridwan Lubis, Agama dalam diskursus Intelektual dan
perkumpulan kehidupan beragama di Indonesia, Ketiga, Cheu Hock Tong, Chinese
Beliefs and Practice in Southeast Asia, Keempat, Jeannyee Wong, Buddha His Life
and Teaching, Kelima, Mursyid Ali, Pemetaan kerukunan kehidupan beragama di
berbagi daerah di Indonesia, Keenam, WS. Mulyadi Liang, Mengenal Agama
Khonghucu, Ketujuh, Dalai Lama, Worlds In Harmony.
E. Kerangka TeoriTeori
Teori adalah serangkayan gabungan dari beberapa kosep yang saling
berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai
penomena yang terjadi.
1. Teori teloransi
Kata toleransi dalam Kamus Besar Indonesia (KBBI) adalah sifat atau
sikap: dua kelompok yang berbeda kebudayaan itu saling berhubungan penuh,
penyimpangan yang masih diterima, batas ukur untuk penambahan atau
pengurangan yang masih diperbolehkan.12
Secara terminologi, toleransi adalah sikap terbuka atau memberikan
kebebasan kepada sesama manusia baik dalam menjalankan kehidupannya,
12 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 2011), Cet V, h. 1204.
11
menentukan nasibnya dan mengatur hidupnya selama kegiatan tersebut tidak
mengganggu dan bertentangan dengan syarat-syarat terciptanya masyarakat yang
damai dan harmonis.13
Istilah toleransi (Tolerance) adalah istilah yang modern, baik dari segi
nama maupun kandungannya.14 Istilah tersebut pertama kali lahir di Barat di
bawah situasi, kondisi politis dan sosial yang budayanya sangantlah khas.
Kata toleransi berasal dari bahasa Latin, yaitu tolerantia yang berarti
kelonggaran, kelembutan hati, keringanan dan kesabaran. Oleh karena itu dapat
kita pahami bahwa toleransi merupakan sikap terbuka untuk memberikan hak
sepenuhnya kepada orang lain agar menyampaikan pendapatnya, sekalipun
pendapatnya salah dan berbeda. Istilah toleransi dikenal sangat baik di dataran
Eropa, terutama pada revolusi Prancis. Yang sangat terkenal slogannya akan
kebebasan, persamaan dan persaudaraan.15 Ketiga slogan tersebut sangatlah dekat
secara etimologis dengan konsep toleransi.
Dari definisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa toleransi adalah sikap
terbuka dalam memberikan kebebasan kepada sesama manusia baik dalam
menjalankan dan mengatur kehidupannya, mengutarakan pendapatnya selama
tidak mengganggu hak dan kebebasan orang lain.
2 Teori sosial.
Teori sosial adalah teori yang semua ilmu pengetahuan yang mempelajari
aspek-aspek kehidupan manusia dimasarakat aspek –aspek tersebut
13 Umar Hasyim, Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam Sebagai Dasar
menuju Dialoq dan Kerukunan Antar Umat Beragama (Surabaya: Bina Ilmu, 1979), h. 22. 14 Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama (Jakarta : Perspektif, 2005), h. 212. 15 Zuhairi Misrawi, Alquran Kitab Toleransi (Jakarta : Pustaka Oasis, 2007), h. 161.
12
meliputi interaksi sosial (sosiologis) dan mempunyai kebutuhan materi (
ekonomi ) dan mempelajari norma hukum dan prilaku manusia itu sendiri.
2. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua jenis penelitian yaitu
penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Untuk memperoleh data dalam
membangun dan memperkaya tulisan ilmiah ini, penulis menggunakan studi
kepustakaan (Library Research), yaitu suatu penelitian untuk memperoleh data
baik untuk data primer maupun data sekunder yang bersumber dari buku, majalah,
artikel, jurnal, dan lain-lain, berdasarkan hasil bacaan, catatan dan bahan-bahan
lainnya yang diolah untuk dikumpulkan.16 Deskriptif analitik digunakan penulis
untuk menganalisis data-data yang berdasarkan bahan-bahan yang telah dibaca
secara mendalam. 17 Kemudian penelitian lapangan (field research), merupakan
penelitian yang besumber dari hasil wawancara, abstraksi, instrumen hasil angket,
dan lainnya. Penelitian ini dilakukan di Pondok Cabe dan melakukan pengamatan
serta wawancara, adapun yang diwawancarai yaitu tokoh-tokoh agama pengurus
agama Buddha maupun agama Khonghucu, dan didukung dengan sumber yang
ada di kitab agama Buddha maupun kitab agama Khonghucu.
Penelitian pada hakikatnya merupakan salah satu rangkaian kegiatan
ilmiah, baik untuk keperluan mengumpulkan data, menarik kesimpulan atas
16 Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2004), h. 3. 17 Nyoman Kutha Ratna, Metodologi Penelitian: Kajian Budaya dan Ilmu Sosial
Humaniora Pada Umumnya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cetakan pertama, 2010), h. 84.
13
gejala-gejala tertentu dalam gejala empirik.18 Jenis penelitian ini adalah penelitian
kualitatif.19 Ciri-ciri metodologi penelitian dengan kualitatif menurut Suripan Sadi
Hutumo, diantaranya sumber data ilmiah artinya penulis harus memahami secara
langsung kehidupan sehari-hari dalam masyarakat.20
2. Sumber Primer
a. Sumber Primer
Sumber primer adalah data yang dapat memberikan data penelitian secara
langsung Sumber data primer ini merupakan sumber utama, seperti hasil
wawancara foto-foto yang dilampirkan dan berupa dokumen yang di berikan
langsung dari pihak pengurus Lithang Bakti Makin dan pengurus Vihara
Avalokitesvara. berupa karya yang ditulis langsung oleh orang ahli dalam bidang
agama Buddha. Atau yang ditulis oleh penganut agama Konghucu dan penganut
atau pakar ahli dalam agama Buddha dan Khonghucu itu sendiri.21
b. Sumber Sekunder
Sumber sekunder adalah data yang materinya secara tidak langsung
berhubungan dengan masalah yang diungkapkan. Sumber data ini digunakan
sebagai pelengkap dari sumber data primer yang berisi tentang kajian-kajian
pokok yang relevan atau yang berhubungan dengan tema yang di angkat. Data
18 Burhan Bangun, ed. Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2001), h. 91. 19 Penelitian Kualitatif dapat dipahami sebagai penelitian yang menghasilkan pemahaman
mengenai kata-kata, baik lisan maupun tulisan dan tingkah laku yang dapat diamati dari objek yang diteliti.
20 Bagong Suyanto, Metode Penelitian Sosial (Jakarta: Kencana Prenneda Media Group, 2011), h.166.
21 Uharsini Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 117.
14
sekunder ini berupa buku, artikel atau jurnal ilmiah, majalah atau media lain yang
mendukung.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Studi Kepustakaan
penelitian ini, Penulis menggunakan buku-buku pustaka yang berisi teori-
teori sosiologi agama dan antropologi agama22 tentang agama Khonghucu dan
Buddha yang terkait dengan permasalahan yang dibahas. Buku-buku tersebut
merupakan buku yang di tulis oleh orang ahili dalam bidang agama Khonghucu
sebagai sumber primer, dan juga buku-buku yang di tulis oleh orang lain yang
bukan orang cina maupun penganut Khonghucu tetapi ia memiliki pengetahuan
tentang agama tersebut sebagai sumber sekunder. Adapun penulis mengumpulkan
data baik dari perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan
Nasional RI, dan sumber yang lainnya.
b. Wawancara Mendalam (Indepth Interview)23
Penulis mewawancarai masarakat setempat yang ada di daerah Pondok
Cabe, selain mewawancarai warga setempat penulis juga mewawancarai penganut
agama Khonghucu atau pengurus rumah ibadah/lithang dan vihara yang ada di
daerah Pondok Cabe. Untuk melengkapi data yang telah ada dan memperoleh
22 Pengertian sosiologi Agama adalah studi tentang penomena sosial, dan memandang
agama sebagi penomena sosial, sosiologi agama selalu berusaha untuk menemukan prinsip-prinsip umum mengenai hubungan agama dengan masarakat. Sosiologi agama adalah sala satu cabang sosiologi umum yang mempelajari masarakat agama secara sosiologis guna mencapi keterangan keterangan dan pasti demi kepentingan masarakat agama itu sendiri dan masarakat luas pada umumnya. Adapun Pengertian antropologi Agama adalah ilmu pengetahuan yang berusaha memplajari ilmu tentang manusia yang menyangkut agama dengan pendekatan budaya.
23 Hadari Nawawi & Martini Hadari, Penelitian Terapan (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1996), h. 217
15
secara langsung, serta mengetahui bagaimana pola kegiatan keagamaanya dan
hubungan diantara umat Khonghucu dan umat Buddha di Pondok Cabe itu sendiri.
4. Pendekatan Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan sosiologis
dan antropologis karena kedua pendekatan ini mencari relevansi dan pengaruh
agama terhadap fenomena sosial. Micheals Northcoot menjelaskan bahwa
pendekatan sosiologis dibedakan dari pendekatan lainya karena fokus kepada
interaksi agama dan masarakat.24
Prspektif sosiologis adalah agama di pandang sebagi sistem kepercayaan
yang di wujudkan dalam prilaku sosial tentu hal ini berkaitan dengan pengalaman
baik prilaku individu maupun kelompok dan perilaku yang di perankan terkait
dengan sistem keyakinan dan ajaran agama yang di anutnya.
perhatianya pada struktur sosial kontruksi pengalaman manusia dan kebudayanya
termasuk agama. objek-objek pengetahuan, praktik-praktik dan intitusi-intitusi
dalam dunia sosial, oleh para sosiolog di pandang sebagi produk interaksi manusia
dan kontruksi sosial. Bagi para sosiolog, agama adalah sebagi salah satu bentuk
kontruksi sosial.
Adapun pendekatan antropolog agama Pendekatan ini lebih untuk melihat
pengaruh agama dalam kehidupan sosial masyarakat. Antropologi agama
berkaitan dengan soal-soal upacara, kepercayaan, tindakan dan kebiasaan yang
24 Media Zainul Bahri, Wajah Studi Agama-agama (Dari era Teosofi Indonesia (1901-
1940) Hingga Masa Reformasi (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2015), h. 43
16
tetap (everyday life) dalam masyarakat sebelum mengenal tulisan, yang menunjuk
pada apa yang dianggap suci dan supernatural.25
Pendekatan yang digunakan oleh para ahli antropologi dalam meneliti
wacana keagamaan adalah pendekatan kebudayaan. Yaitu melihat agama sebagai
inti kebudayaan. Nilai-nilai keagamaan tersebut terwujud dalam kehidupan
masyarakat.26
5. Analisis data
Setelah data penelitian terkumpul, maka langkah selanjutnya penulis
melakukan analisis data. Analisis data adalah proses penyusunan data agar data
tersebut dapat ditafsirkan.27 Metode analisis yang digunakan ialah Content
Analysis (analisis isi), yaitu upaya menafsirkan ide atau gagasan tentang
hubungan antara agama Buddha dan agama Konghucu.28
Di analisis secara mendalam dan seksama guna menjawab permasalahan
hubungan dan kegiatan keagamaan antara umat beragama.
6. Teknik penulisan
Mengenai teknik penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada standar
penulisan skripsi yang bersandarkan pada buku “Pedoman Akademik” yang
diterbitkan oleh Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
25Imam Suprayogo, Metodologi Penelitian Sosial Agama (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2003), h. 167. 26U. Maman KH, metodologi Penelitian Agama: Teori dan Praktik (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2006), h. 94. 27Munawir Sjadzali, Partisipasi Umat Beragama Dalam Pembangunan Nasional
(Jakarta:Depag Press, 1983), h. 63-64. 28 Dadang Rahmad, Metode Penelitian Agama (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2000), h.
102.
17
G. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika penulisan pada penelitian ini di susun secara
sistematis dan terperinci, terdiri dari Bab dan Sub Bab sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Dalam pembahasan bab pertama, merupakan pendahuluan berisi tentang
Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Dan Manfaat Penelitian,
Tinjauan Pustaka, Kerangka Teori, Metodelogi penelitian, Sistematika penulisan
BAB II : PROFIL VIHARA AVALOKITESVARA DAN LITHANG BAKTI
DI PONDOK CABE
Dalam pembahsan bab kedua, memaparkan Profil Vihara Avalokitesvara
di Pondok Cabe, Profil Lithang Bakti Makin di Pondok Cabe Sejarah dan
Berkembangnya Vihara Avalokitesvara dan Lihang Bakti Makin di Pondok Cabe
BAB III: KEGIATAN KEAGAMAN LITHANG DAN VIHARA DI
PONDOK CABE
Dalam pembahasan bab ketiga berisi tentang Kegiatan-kegiatan kajian
keagamaan lithang bakti makin dan vihara avalokitesvara, Kekgiatan perayaan
keagamaan, Kegiatan sosial yang di lakikan umat lithang bakkti makin dan vihara
avalokitesvara di pondok cabe
BAB IV ANALISIS PENGARUH KEGIATAN KEAGAMA’AN DI
LINTANG BAKTI DAN VIHARA AVALOKITASVARA
Dalam pembahasan bab keempat membahas tentang pengaruh kegiatan
keagamaan umat konghucu terhadap umat buddha,Relevansi kehidupan harmonis
antara umat konghucu dan buddha di pondok cabe, dan mengikuti konsep metode
18
kerukunan umat beragama Di indonesia, Hubungan kegiatan keagamaan umat
konghucu dan umat buddha di pondok cabe, Pandangan masyarakat terhadap
harmonisasi antara umat beragama di pondok cabe,
BAB V : PENUTUP
Dalam pembahasan yang terakhir yaitu penutup berisi Kesimpulan, Saran,
dan Referensi. Di sini penulis akan menyiapkan hasil penulisan desktiptif penulis
dalam penulisan skripsi ini. Hasil-hasil temuan yang penulis dapatkan dalam
penelitian ini. Penulis juga meminta kritik dan saran untuk melengkapi penulisan
skripsi ini.
19
BAB II
SEJARAH SINGKAT VIHARA AVALOKITASVARA DAN LITHANG
BAKTI MAKIN PONDOK CABE
A. Sejarah Singkat dan Profil Vihara Avalokitesvara Pondok Cabe
1. Sejarah Singkat Vihara Avalokitasvara Pondok Cabe
Vihara adalah rumah ibadah agama Buddha, dan vihara juga bisa
dinamakan kuil, karena umumnya adalah dari etnis Tionghoa, maupun
Konfusius, akan tetapi di Indonesia, karna orang yang ke Vihara/kuil umumnya
adalah etnis dari orang tionghoa, maka menjadi aga sulit dibedakan karna
umumnya sudah menjadi sinkitisme antara buddaisme, taoisme, salah satu
contohnya adalah Vihara Avalokitasvara yang terletak di jalan cabe raya nomor
64, Rt/Rw: 05/05 kelurahan Pondok Cabe kecamatan pemulang, di Kota
Tangerang Selatan.Vihara Avalokitasvara mempunyai sejarah yang menarik
untuk di tulis dalam skripsi, hingga perkembangan yang pesat hingga saat ini.1
Kurang lebih selama 35 tahun, awalnya bangunan Vihara Avalokitesvara
ini seperti bangunan rumah biasa di bangun sekitar 1983 untuk sekedar beribadah
umat buddha yang ada di Pondok Cabe. Vihara Avalokitesvara didirikan oleh
seorang biarawati yang bernama Bikhuni gina. Pada mulanya, yaitu tahun 1987,
biarawati Gina dengan mendapatkan dukungan dana dari umat, mendirikan
“Vihara Thian Su Tong” di Jalan cabe Raya nomor 64 Jakarta selatan.
1 Wawancara Pribadi dengan Maya Nugraha, Pondok Cabe 5 Desember 2017
20
Saat itu vihara digunakan sebagai tempat bersembahyang untuk
memuliakan Dewi Kwan She Im Po Sat dan tempat tinggal para umat yang ingin
menyucikan diri dan berbakti untuk pengembangan Agama Buddha Mahayana
dengan ajaran welas asih Dewi Kwan She Im Po Sat. Pada tahun 1988 namanya
diubah menjadi “Vihara Avalokitesvara” atau yang sering dikenal juga sebagai
“Kwam Im Tang”, yang dipakai hingga sekarang.
Bikhuni Gina tidak mempunyai murid biarawati penerus yang akan
melanjutkan pengurusan vihara, maka menjelang meninggalnya pada Januari
1991, dengan disaksikan oleh beberapa umat, antara lain Ibu Dewi Juwita dan
Almarhum Dr. Alex Tjandra S.H., beliau menunjuk Y.A. Bhiksu Dutavira sebagai
penerus untuk memelihara, mengelola dan mengurus vihara.
Pada saat itu umat yang datang ke vihara boleh dikatakan sangat sedikit
sekali dan tidak melakukan kebaktian, melainkan hanya melakukan tiam hio atau
memasang dupa saja. Di bawah kepemimpinan Y.A. Bhiksu Dutavira mulailah
diadakan kebaktian bersama dan diajarkan ajaran Agama Buddha. Pada awalnya,
kebaktian hanya dihadiri 7 umat, akan tetapi semakin hari semakin banyak umat
yang mengikuti kebaktian dan bersembahyang.
Vihara Avalokitesvara memiliki luas mencapai 3 hektar dengan altar Dewi
Kwan Im sebagai Altar utamanya. Di altar ini terdapat patung Dewi Kwan Im
yang berusia hampir sama dengan bangunan vihara tersebut. Selain itu di sisi
samping kanan dan kiri terdapat patung dewa-dewa yang berjumlah kurang lebih
5 dan tiang batu yang berukir naga.2
2 Wawancara Pribadi Cik Mey, Pondok Cabe 5 Desember 2017.
21
Selain itu Vihara Avalokitas berdekatan dengan klenteng meskipun
berdekatan tidak ada berstegang maupun kontak pisik, bahkan mereka saling
membantu saling satu sama lain, terlihat harmonis, mesti beda keyakinan, Lithang
Makin sering melakukan kegiatan yang siftnya sosial dengan Vihara
avalokitasvara, Themi salah satu pengurus lithang Bakti Makin menceritakan
bagaimana menjaga sikap toleran, untuk mempererat tali persodaran antara
Lithang dan Vihara, dan saling menjaga satu sama lain rumah ibadah yang iya
bangun bersama.
yang Terletak di samping vihara, ini juga menceritakan bagaimana vihara
ini digunakan sebagai tempat blajar dan di gunakan sebagi tempat ketika sedang
kerohanian, bentuk bangunan vihara avalokitasvara sangat unik pada umumnya.
Bahkan bangunan vihara saat ini masih terlihat kokoh meskipun sudah lama
layaknya bangunan baru dengan warna merahnya yang khas. Dan Vihara
avalokitasvara ini di bangun oleh orang pengelana dari jambi yang bernama
bikhuni Gina,
sebelum mebangun dan mendirikan vihara bikku Gina berkelana
kedaerah-daerah lain dan pada ahirnya bikhuni Gina mendirikan Vihara
Avalokitasvara ini di Pondok Cabe, dan terwujudnya pembangunan rumah ibadah
pada tahun 1983 membangun Vihara avalokitasvara ini di sini, di daerah Pondok
cabe, yang berdomisili Pondok Cabe Jakarta selatan di .3
Semenjak di bangunya vihara avalokitasvara di Pondok Cabe, selain penduduk
sini yang ibadah di sini banyaknya juga pendatang-pendatang yang mau beribadah
3 Wawancara Pribadi Maya Nugraha, Pondok Cabe 5 Desember 2017.
22
di Vihara Avalokiasvara ini. Padahal vihara avalokiasvara ini yang di bangun
pada tahun 1983 yang notabenya masi tergolng baru di bandingkan dengan
vihara-yang lain, akan tetapi perkembangannya sangat pesat dan di minati sama
orang-orang luar, dan menariknya di vihara avalokiasvara ini di rutinitas kegiatan-
kegiatan muda-mudi melakukan kegiatan sepeti, diskusi, balajar, dan di adanaya
seminar rutinan, satu minggu sekali dan materinya di isi oleh bikku dan ngambil
dari pengurus vihara yang lain yang bekerjasama.
Dengan Vihara Avalokitasvara bahkan yang mengisi seminar mingguan
yang ngisi seminarnya orang luar misalkan dari , orang tonghoa aslinya, vihara
avalokitasvara, artinya sebegitu berkembangnya vihara avalokitasvara ini.
2. Perkembangan Vihara Avalokitasvara Pondok Cabe.
Sejalan dengan silih berkembangan Vihara Avalokitesvara Dengan jumlah
umat yang semakin berkembang, maka pada tahun 1987 sampai medio tahun 1988
vihara mengadakan renovasi Dharmasala, hingga dapat menampung 150 umat
untuk melakukan kebaktian bersama. Sedikit berkilas balik tentang pencarian
rupang Dewi Kwan Im Po Sat pada tahun 1983, karena sesuai dengan nama
Vihara Avalokitesvara berarti seharusnya,
vihara mempunyai sebuah rupang Avalokitesvara Bodhisattva; maka pada
saat renovasi, dengan dana yang teralokasi saat itu sebesar 18 juta rupiah, Y.A.
Bhiksu Dutavira mencari rupang Dewi Kwan Im Po Sat ke berbagai tempat,
sampai akhirnya ke negeri Singapura, di negeri ini ditemukanlah sebuah rupang
Dewi Kwan Im dengan pose sedang menuang air yang bermakna memberi air
kehidupan memberi harapan dan kebahagiaan, rupang tersebut milik seorang
23
bhiksu dan dihargai 48 juta rupiah, yang pasti jumlah tersebut sangatlah jauh dari
dana yang dialokasikan.
Dengan pertimbangan kebaikan bhiksu yang membolehkan untuk
membawa, Y.A. Bhiksu Dutavira berdoa dan melakukan poa pwe (melempar dua
belah kayu yang menyerupai bentuk kacang) untuk mendapatkan izin membawa
rupang tersebut ke Indonesia. Ternyata memang perbuatan bajik selalu
mendapatkan berkah dari Hyang Buddha, meskipun dana yang terkumpul awalnya
tidak mencukupi, tetapi umat berduyun-duyun memberikan dana untuk pembelian
rupang sehingga dana terkumpul dengan mudah dan tercukupi, bahkan lebih.
Sejalan dengan perkembangannya selain sebagai tempat kebaktian, tempat belajar
Dharma atau kursus ajaran Buddha, vihara juga Sebelum di dirikan Vihara tanah
yang sekarang yang di bangun rumah ibadah/vihara dulunya tanah liar masih
hutan, Pada tanggal 03 januari Tahun 1987ada orang yang mengibahkan tanahnya
untuk di bangun rumah ibadah/Vihara Avalokitasvara, bikuni Gina dan tmnya
biku sanghay membangun vihara avalokitasvara pembangunan vihara
avalokitasvara yang di bangun bikuni gina berdasarkan surat rekomendasai/surat
izin. Yang di berikan oleh bupati setempat yang ada di kabupaten tengrang.4
Namun sejak pendirian vihara tidak mudah, banyak hambatan hambatan
yang harus di lalui, sejak itu tercatat ada 150 orang umat budda yang beribadah di
vihara avalokitasvara, namun bukan itu saja hambatan yang harus di lalau, ketika
vihara baru di bangn ada musibah, seperti prampokan lebih tepatnya pada tanggal
15 Mei pada Tahun 1988 akan tetapi kurang lebih dari 5 tahun perkebangan umat
4Wawancara Pribadi Bikkhuni Santi, Pondok Cabe 5 Desember 2017.
24
Buddha di pondok cabe berkemang pesat, dari di mualinya kegiatan-kegiatan
yang di lakukan pengurus vihara Avalokitasvara seperti kegiatan-kegiatan
seremonial, pendidikan anak buddis, diskusi, muda mudi yang di kembangkan
bikkuni gina dan pengurus yang lainya.5
Selain itu berkebnangnya Agama buddha di Pondok cabe, di bantu oleh
kerjasama antara vihara yang lainya, dan di bantuh di kembangkan oleh tokoh-
tokoh budha yang ikut berperan dalam Vihara Avalokitasvara.
3. Tujuan Pembangunan Vihara Avalokitesvara Pondok Cabe
Tujuan dan pungsi didirkanya rumah ibadah budha atu biasa di sebut
vihara, Vihara atu gedung vihara merupakan kebutuhan primer di dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan ibadah dan di dalamnya di gunakan untuk
mengadakan kegiatan-kegiatan kursus-kursus umum yang menunjang
pemahaman agama Buddha, antara lain kursus bahasa Mandarin, bahasa Inggris,
kursus komputer, kursus matematika atau pelajaran sekolah secara gratis selain itu
juga melakukan kegiatan sosial dan kunjungan-kunjungan ke panti jompo, panti
asuhan, penyantunan orang meninggal, kunjungan umat kepada orang usia lanjut,
memberikan bea siswa maupun membiayai anak yang positif selain itu di gunakan
juga untuk kegiatan ibadah dan di gunakan juga sebagi kegiatan-kegiatan sosial
seperti seminar, kesenian, dan kegiatan yang lainya.
Pembuatan rumah ibadah bukan haya di lakukan oleh umat buddha,
melainkan semua agama membutuhkan gedung/rumah ibadah seperti islam yang
membutuhkan Masjid, keristen yang membutuhkan gereja, dan yang lainya
5 Wawancara Pribadi Bikkhuni Santi, Pondok Cabe 5 Desember 2017
25
membutuhkan rumah ibadah, bahkan dalam kitabnya pun di jelaskan betapa
pentingnya rumah ibadah, bahkan salah satu persaratan mendirikan agama harus
ada rumah ibadah yang di campumkan dalam regulasi pembuatan rumah ibadah.
Pembuatan rumah ibadah membutuhkan perencanaan dan persiapan yang
sangat matang di segala sisi termasuk kesiapan umat, yang ada di daerah pondok
cabe, untuk memberikan dukunganya dan dalam perencanaan yang sangat matang
dalam melakukan pembangunan rumah ibadah di butuhkan kondisi yang stabil
sangat di butuhkan agar di dalam pembangunan rumah ibadah/Vihara agar dalam
pembangunan tidak memiliki kendala apapaun, rencana membangun dan
pembangunan rumah ibadah di daerah pondok cabe oleh bikuni gina dan biku
bahadrasilo adalah bukti-bukti bikuni dan buiku dengan cara membangun vihara
di Pondok Cabe,
Tujuan pembangunan vihara avalokitasvara di daerah Pondok Cabe.
Tentunya agar warga setempat yang menganut agama buddha bisa beribadah, dan
rumah ibadah tersebut menjadi pusat kegiatan ritual keagamaan sekaligus tempat
pembinaan dan pusat aktivitas warha jamaat setempat, adanya rumah ibadah juga
merupakan simbol kehadiran dan identitas umat yang beribadah di dalamnya.6
4. Deskripsi Bangunan Vihara Avalokitasvara saat ini.
Vihara Avalokitesvara terletak di Jalan cabe Raya No. 48, Kelurahan cabe
raya, Kotamadya Jakarta selatan, Propinsi DKI Jakarta. Vihara ini sangat mudah
dicapai karena berada di sisi jalan raya yang ramai dengan lingkungan pertokoan
serta tidak jauh dari pusat bisnis. Vihara yang juga dikenal dengan nama Kwam
6 Wawancara Pribadi dengan Susan Chen, Pondok Cabe 7 Desember 2017.
26
Yin Tang. Vihara ini merupakan Vihara Buddhis yang ditujukan kepada Dewi
Kwan Im dan Buddha Sakyamuni.Dilihat dari bentuknya, bangunan seperti rumah
tinggal biasa. Ciri yang dapat dikenali adalah adanya sebuah wadah dupa yang
terletak di depan pintu masuk halaman serta tungku pembakaran kertas yang
terdapat di bangunan samping.
Bangunan vihara ini terletak di atas tanah seluas 3 hektar dengan luas
bangunan utama ±300 m2. Dibagian depan yang tak di pagari dengan warna
bangunan warna has merah . Pintu masuknya terdapat di tengah-tengah. Bangunan
menghadap utara. Denah bangunan berbentuk empat persegi panjang. Teras depan
merupakan ruang terbuka yang cukup sempit karena dulunya pernah mengalami
pemotongan luas tanah untuk keperluan jalur lambat. Lantainya ditutup ubin
keramik warna putih polos berukuran 30 x 30 cm. Di teras ini, tepatnya di depan
pintu masuk terdapat wadah dupa, yang terbuat dari kuningan, bentuknya bulat
dengan tiga buah kaki, hiasan terdapat pada bagian badan dan kaki berupa hiasan
barongsai.
Pintu masuk menuju ruang utama berada di tengah-tengah yang dilengkapi
daun pintu dari kayu jati yang dicat berwarna merah. Lantai ruangan ditinggikan
±10 cm dan ditutup ubin marmer berukuran 40 x 40 cm. Dinding luar yang juga
merupakan dinding teras diberi lubang angin serta diberi hiasan motif swastika
dari besi yang dicat warna hitam dan merah. Dinding bagian dalam dicat warna
krem.
Atap bangunan berbentuk pelana, tanpa hiasan, ditutup genteng. Di sudut
kiri pintu masuk terdapat sebuah tambur dan di sudut kanannya terdapat sebuat
27
genta yang digantungkan dekat jendela. Pada awalnya bangunan utama terdiri dari
2 ruangan yang disekat tembok, dimana pada bagian depan terdiri dari altar
Avalokitesvara Bodhisattva di bagian tengah, altar Kwan Kong di sisi kanan dan
altar Dewa Tai Sui di sisi kiri. Dalam perkembangan selanjutnya sekat tembok di
bagian tengah dibuka karena semakin banyaknya umat yang bersembahyang
sehingga altar Avalokitesvara Bodhisattva digabung menjadi satu dengan altar
utama Sakyamuni Buddha.
Dinding ruang Dharmasala dilapisi porselin bergambar Avalokitesvara
dengan nama-nama donatur di bawahnya. Altar utama dilapisi marmer dan
dindingnya ditutup keramik berwarna putih. Pada tingkat I terdapat patung
Sakyamuni Buddha dalam ukuran yang besar. Patung ini terbuat dari bahan fiber
yang dicat berwarna kuning emas. Posisi patung duduk di atas teratai dengan aura
lidah api. Tingkat II berisi patung kayu Dewi Kwan Im dengan manifestasi tangan
seribu, duduk di atas bunga teratai. Tingkat ke II terdapat patung Kwan Im dalam
posisi berdiri memegang botol dengan ekspresi wajah yang lembut, patung ini
terbuat dari kayu.
Ruang lainnya adalah ruang tambahan di sisi kiri altar untuk mengenang
jasa, ruang belakang yang terdapat ruang tamu dan sekaligus dapat merangkap
sebagai ruang serba guna, juga terdapat ruang perpustakaan, dapur, tempat tinggal
dan lain-lain. (dengan kutipan “Kelenteng Kuno Di DKI Jakarta selatan”,
Dept.Pendidikan Nasional)
5. Bangunan Vihara Saat ini
28
Bangunan vihara saat ini menempati luas tanah 18 x 47 m, terdiri dari 2
lantai untuk bagian depan dan 5 ½ lantai untuk bagian belakang, dengan halaman
depan sebagai tempat parkir kendaraan dan tempat tungku pembakaran kertas.
Sebagai penghubung antar lantai, vihara dilengkapi dengan 2 buah tangga, di
bagian depan dan bagian belakang bangunan, serta 2 buah lift.
Masing-masing lantai dari bangunan vihara mempunyai fungsi tersendiri,
yaitu : Lantai 1 : Digunakan sebagai ruang sembahyang, toko souvenir, ruang
makan umum, dapur, tempat administrasi dan lain-lain Lantai 2 : Digunakan
untuk ruang Dharmasala altar
Lantai 1 : merupakan tempat sembahyang yang lebih ditujukan untuk umat
yang ingin bersembahyang tiam hio. Setelah memasuki pintu utama kita akan
langsung disambut oleh tiga rupang kayu Kuan Im Pu Sa yang diukir dengan
sangat indah. Pada lantai 1 selain terdapat altar Tie Kong atau Tian Kung yang
terletak di depan pintu vihara, juga terdapat altar Se Mien Fo atau Dewa 4 Muka
terletak pada bagian tengah, dan pada bagian utama terdapat altar Buddha,
Avalokitesvara Bodhisattva, di bagian kirinya terdapat altar Dewa Tai Sui serta di
bagian kanannya terdapat altar Dewa Kwan Kong.
Lantai 2 : merupakan altar utama atau ruang Dharmasala, pada lantai ini
juga terdapat altar Tie Kong, altar mengenang jasa berupa papan nama. Pada altar
utama di tingkat I terdapat 3 rupang Buddha yang merupakan rupang Sakyamuni
Buddha, Bhaisajyaguru Buddha dan Amitabha Buddha serta rupang Dewi Kwan
29
Im dengan manifestasi tangan seribu. Pada tingkat II terdapat rupang Dewi Kwan
Im.7
6. Tokoh-tokoh pendiri Vihara Avalokitesvara
1. Nama : Bhikuni Gina.
Bikuni Gina lahir pada tanggal 5 Februari pada Tahun 1933. Bhikuni Gina
lahir di Jambi. Sebelum beliau mendirikan Vihara di Pondok Cabe dulunya beliau
berkelana, salah satu tempat yang pernah beliau tempati beliau pernah jadi bikuni
di vihara Dahanagun Bogor, di vihara bogor belau pernah jadi anggota pengurus
vihara pada waktu tahun 1967,dan pada Tahun 1973 beliau keluar dari vihara
Dahanagun, dan melanjutkan mengembara, setelah itu Bikhuni gina datang ke
daerah Cabe Raya, dan kebetulan pada waktu itu, di Daerah Cabe Raya masih sepi
masih semak-semak blukar dan kebetulan pada waktu itu ada tanah warga yang di
ibahkan utuk di bangun rumah ibadan, terus bikuni Gina bersama temanya yang
bernama biku syangho mengurus surat rekomendasi/izin setempat bahwasanya
tanah yang di ibahkan akan di bangun rumah ibadah/Vihara Avalokitasvara.
2. Nama : Bhiku Sanghy
Beliau lahir pada Tahun 1935. beliau pernah akif di pengurus di vihara
Bogor. Sebelum belau mendirikan Vihara Avalokitasvara di pondok cabe belau
juga pernah di vihara Dahanagun Bogor sebagi pengurus bersama Bhikuni Gina.8
B. Sejarah pendirian Lithang Bakti Makin di Pondok Cabe.
Nama MAKIN Pondok Cabe pada awalnya bernama MAKIN Ciputat
yang didirikan oleh Alm Bapak law A Set; Alm Bapak Budiman; Alm Bapak
7.Wawancara Pribadi dengan Cici Maya, Pondok Cabe 5 September 2017 8 Wawancara Pribadi dengan Bhikuni Gina, Pondok Cabe 5 September 2017.
30
Gaw Tek Tjiu Alm Bapak kwee Yen Nah dan Alm Bapak Ong Tjng Yam. Pada
Minggu, 20 Oktober 1974 terjadilah pertemuan pertama di rumah Bapak Law A
Set sekaligus membahas pembentukan Lithang.
Pendiri yang memeliki peranan penting dalam pembentukan Lithang
sekaligus pembina rohani umat Konghucu di Pondok Cabe adalah Alm. Bapak
Ong Tjeng Yam. Dia adalah salah satu umat umat dari Makin Cibinong Bogor
yang kebetulan bekerja di perkebunan Cengkeh di Pondok Cabe. Dia pula yang
mengarahkan dan mendidik umat Konghucu di Pondok Cabe agar selalu
mengikuti kebaktian, yang diikuti sekitar 250 orang.9
Pada 28 Oktober tahun 1974 mendapatkan rekomendasi/izin mendirikan
Lithang Bakti Makin oleh Bupati Tanggerang, surat tersebut ditanda tangani oleh
H.E Muchdi. Kemudian tahun 1975 Alm. Bapak Ong Tjeng Yam menghibahkan
tanahnya seluas +\-400 untuk didirikan tempat ibadah bagi umat Konghucu.
Tetapi masa pembangunan mengalami hambatan karena kekurangan dana.
Ketika di mana lithang belum didirikan, umat Konghucu beribadat di
Blandongan depan rumah Bapak Law A Set dengan cara yang sangat sederhana.
Pada Tahun 1986 sampi Tahun 1992 Lithang dibangun seperti bentuknya yang
sekarang. Pada Tahun yang sama yakni pada Tahun 1989, tepatnya pada tanggal
18 Juni peletakan batu pertama diletakan oleh Bapak Obun Burhanudin selaku
Camat Kecamatan Ciputat.
Pada masa pembangunan ini Tahun 1977 s/d 1987 pengembangan agama
Konghucu pasang surut yang di sebabkan oleh karna tidak adanya pembinanan
9 Lembaran daerah kabupaten tenggerang, nomor; 03 , Seri E 2015, “ Pembentukan 77 kelurahan di lingkungan dearah kabupaten tanggerang’ e‐book h. 14 di akses pada 25 Desember 2017 Dari http://www.jdih.sekjen.kmanegri.go.id/fils/kab_tanggrang_3_2015.pdf.
31
(Bapak Ong Tjng Yam yang telah di pindah tugaskan ke daerah lain) dan pada
saat itu belum ada rohaniawan setempat membuat MAKIN Pondok Cabe hanya
bisa mengandalkan rohaniawan dari daeraah lain. Namun dengan demikian,
perkembangan kebaktian pemuda, pelayanan umat, dan pemberian nilai Agama:
di sekolah-kolah yang di asuh oleh Dq. Kwee Kian Tjuan dan Dq Kwee Ho Tjuan
yang sekarang menjadi Pak Ws Ht Saputra tetap berjalan meskipun kebaktian
umum sudah tidak ada.10
1. Tujuan di dirikanaya Lithang Bakti Makin Pondok Cabe.
Dalam pendirian rumah ibadah, secara tidak langsung harus memiliki
tujuan. Lithang Bakti Makin Pondok Cabe yang di dirikan pada Tahun 1974 tidak
lepas dari tujuan.
Tujuan itu yang menjadikan tempat ibadah bisa mengembangkan masyarakat,
terlebih khususnya buat penganut agama Konghucu dapat melakukan apa yang
diperintahkan oleh Tuhannya dan menjauhi laranganya, serta dapat membedakan
mana yang baik dan yang buruk bagi dirinya dan lingkunganya.
Selain itu Lithang Bakti Makin Pondok Cabe juga bertujuan untuk
memberikan pendidikan rohani pada umat Konghucu, kalau sebelumnya umat
Konghucu yang ada di daerah Pondok Cabe hanya mendirikan upacara saja. Tapi
tentang keimanan, jalan suci Tuhan, dan pembinaan rohani sendiri tidak ada
sehingga perlu bagi umat Konghucu untuk mengikuti makana persembahayangan
10Ws. Ht. Saputra, Sejarah Makin Pondok Cabe‐Pamulang Tangerang Selatan.
32
dan juga untuk meningkatkan keimanan untuk bertakwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.11
Tujuan tersebut bahawasanya untuk menghidupkan dan mengembalikan
agama konghucu yang sebenarnya. Karna pada jaman dahulu agama konghucu di
resmikan, ajaran umat Konghucu yang iya pelajari haya mengerti ajaran Tionghoa
yang ada sebelumnya dengan di campur dengan tradisi lokal (Indonesia).12
Maka dari itu, keinginan umat Konghucu kembali ke ajaran yang
sebenarnya melalui Lithang, dengan tujuan agar umat Konghucu ada yang
mengajarkan ajaran-ajaranya yang ada di dalam kitab agama Konghucu, dan
melakukan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan ajarannya.
2. Perkembangan Lithang Bakti Makin.
Pada tahun 1975 Bapak Law A Set mengibahkan tanahnya seluas +/-400
untuk di bangun Lithang Bakti Makin Pondok Cabe. Pembangunan tersebut
berdasarkan surat rekomendasai yang di berikan oleh bupati kabupaten tangerang
H.E Muchid, yang tercatat pada Tanggal 28 Oktober 1975. Namun masa
pembangunan Lithang Bakti Makin Pondok Cabe. Tidak sesuai dengan apa yang
di harapkan, bahkan dalam pembangunan tersebut mengalami hambatan dan
kekurangan dana.
Namun Tahun 1977 s/d Tahun 1987 kurang lebih 10 Tahun perkembangan
Agama Konghucu mengalami pasang surut yang di sebabkan karna tidak adanya
pembinaan oleh Bapak Ong Tjng Yam yang telah di pindah tugaskan ke daerah
lain dan belum adanya tenaga rohaniawan setempat yang membuat Makin Pondok
11 Ws. Ht. Saputra, Sejarah Makin Pondok Cabe‐Pamulang Tangerang Selatan. 12 Wawancara pribadi dengan Hendra Suprapto. Pondok Cabe 6 desember 2017.
33
Cabe haya bisa mengandalkan rohaniawan dari daerah lain. Namaun demikian
kebaktian pemuda, pelayanan umat, dan pemberian nilai-nilai Agama di sekolah”
yang di asuh Dq Kwee Kian Tjuan dan Dq Kwee Ho Tjuan yang sekarang di
panggil Dengan sebutan Bapak WS tetap berjalan walopun kebaktian umum
sudah tida ada.
Kebangkitan Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe terjadi pada Tahun
1987, tepatnya pada tanggal 19 September yang di plopori oleh angkatan muda
Pondok Cabe yang di antaranya seperti,Ws, Ht saputra Dq. Law Kim It. Beliau-
beliau berhasil mengadakan pertemuan dengan tokoh konghucu dan mengundang
plopor pendiri MAKIN Pondok Cabe pada pertemuan tersebut terpilih Bapak
Kwee Kim Sam (encam) yang pada saat itu terpilih sebagi ketua Rw 05 desa
Pondok cabe sebagi ketua Makin.
Dengan kepemimpinan baru dai waktu itu, perkembangan agama
Konhgucu di Lithang Bakti Makin Pondok Cabe terus meningkat pesat bahkan
setiap kali kebaktian malam cell it dan cap go sampai tidak tertampung. Pada
tahun 1990 terdapat dua orang rohaniawan Js. Ht Saputra dan Js Aang Budiman.
Dan pada tanggal 22 desember 2007 bahkan Js Aang Menjadi guru Agama.13
Karena adanya dukungan pemerintah setempat dan juga seluruh umat Konghucu
di Lithang Bakti Makin Pondok Cabe dan sekitarnya maka di bangunlah Lithang
Bakti yang baru dipeletakan batu patung singa pertama oleh Bapak Obun
Burhandudin pada tanggal 18 juli Tahun 1989 selaku camat kecamatan ciputat.
13 Ws. Ht. Saputra, Sejarah Makin Pondok Cabe‐Pamulang Tangerang Selatan.
34
Hingga saat ini usianya yang ke-44 tahun walaupun tiap berganti
kepemimpin di setiap priodenya, Lithang Bakti Makin Pondok Cabe masi tetap
eksis di dalam misinya untuk selalu mengembangkan Agama konghucu dan
memberikan playanan dan pembinaan di Lithang Bakti Makin di Pondok Cabe
pamulang dan sekitarnya yang di mana setiap umat berdomisili di pamulang,
bojong sari sawangan sasak tinggi ciputat, serta serpong BSD hingga saat ini telah
terdaptar 780 umat yang berhimpun di Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe.
3. Letak Geografis Lithang Pondok Cabe
Lithang Bakti Makin Pondok Cabe atau dikenal sebagai Makin Pondok
Cabe terletak di Jalan Kemiri No. 57, Rt/RW 05/05, Kelurahan Pondok Cabe,
Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan. Litang merupakan tempat ibadah
yang lokasinya strategis sehingga mudah dijangkau oleh umat yang akan
beribadah.
Lithang yang dibangun dengan hasil musyawarah ini, terbagi menjadi 2
bagian yakni altar luar dan altar bagian dalam. Altar bagian luar yang digunakan
untuk beribadah kepada Tuhan yang diapit oleh dua buah patung singa batu, dan
juga sebelah kirinya terdapat tempat duduk yang dipergunakan para jemaatnya
untuk melakukan diskusi.14
Altar bagian dalam, saat masuk terdapat tempat alat-alat untuk melakukan
kebaktian, kemudian tempat duduk kebaktian para umat Khonghucu; lonceng dan
mimbar sebagai pelengkap kebaktian dan ruang sembahyang atau meja
sembahyang terdapat patung dewa Khongcu sebagai tempat pemujaan utama,
14 Wawancara Pribadi dengan Hendra Suprapto, 6 Desember 2017.
35
lengkap dengan lilin, tempat pembakaran dupa, menancapkan lidi hio dan tempat
pembakaran uang kertas atau jin lu.
Bangunan Lithang dominan berwarna merah dan emas. Merah berarti
bahagia dan meriah, sedangkan emas memiliki makna mahal dan mewah.
Harapan umat Khonghucu dalam perkembangannya mereka artikan dalam warna
merah dan emas tersebut. Pada bagian atap dihiasi oleh hiasan-hiasan imlek yang
semuanya uang dan pada dinding lithang terdapat foto-foto para pendiri lithang,
bangunan pertama lithang sebelum direnovasi, dan juga orang yang pernah
berkunjung ke lithang.
Adapun batas wilayah lithang bakti MAKIN Pondok Cabe yang terletak di
Jalan Kemiri No. 57, Rt/RW 05/05, Kelurahan Pondok Cabe, Kecamatan
Pamulang, Kota Tangerang Selatan. Adalah sebagai berikut:
Sebelah utara : Kelurahan Pondok Cabe Ilir
Sebelah selatan : Kota Depok
Sebelah barat : Kecamatan Pamulang Timur
Sebelah timur : Kota Depok15
15 Ws. Ht. Saputra, Sejarah Makin Pondok Cabe‐Pamulang Tangerang Selatan.
36
BAB III
KEGIATAN KEAGAMAAN ANTARA UMAT KONGHUCU DAN
BUDDHA DI PONDOK CABE
A. Kegiatan Keagamaan Umat Konghucu di Pondok Cabe.
1. Sembahyang pada Thian
Semabahyang pada Thian merupakan rasa suyukur setiap pagi,
siang, sore, pada di waktu saat menerima rejki (makan) umat konghucu pada
pagi hari, sore menerima rezki saat makam melakukan sembahyang kepada
thian sembahyang ini mereka lakukan di depan meja sembahyang atau
(altar) yang terdapat di rumahnya. Umumnya meja sembahyang ini di
simpan di ruang tamu agar kalo ada yang berkunjung ke rumahnya, akan
sangat mudah kalo ingin sembahyang.
Kegiataan keagamaan umat konghucu biasa di lakukan dua kali
dalam sehari yaitu pagi dan sore, sembahyang atau kita kenal dengan ibadah
umat konghucu yang di lakukan dengan membakar( dupa ) dan di lakukan
secara rutin setiap pagi dan sore, sembahyang atau beribadahnya umat
konghucu khusus juga di lakukan pada waktu tertentu saja malam
penutupan tahun dan tanggal satu dan tanggal 15 penanggalan atau hari raya
Imlek.1
2. Kebangkitan pada Nabi Konghucu.
Kegiatan untuk merayakan kebangkitan nabi konghucu, kebangkitan
yang di lakukan pada peringatan hari lahir nabi konghucu yang jatuh pada
1 M. Iksan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Konghucu Di Indonesia (Jakarta:
pelita kebajikan ,2005), h. 170.
37
tanggal 27 bulan 8 penanggalan imlek(ci sing Tan) pada peringatan
wafatnya nabi konghucu tanggal 18 bulan 2 (Ci Sing Ki Sien) dan pada
peringatan hari genta rohani ( Bok Tok).
3. Peringatan Hari Besar Keagamaan.
Dalam agama konghucu , hari besar yang paling paling penting
adalah hari raya imlek atau yang di sebut Tahun Baru Cina hari raya imlek
jatuh pada hari pertama bula pertama dalam penanganan imlek yang pada
waktu yang berbeda-beda pada penanggalan masehi. Dan hari besar lain
adalah Cap Go Meh yang jatuh pada tanggal 15 hari setelah imlek.
4. Aktifitas Lintang Bakti Makain Di Pondok Cabe
Aktifitas yang di lakukan lithang bakti makin di pondok cabe terdiri
dari:
a. Kegiatan kebaktian.
Kebaktian malam Chee It dan Cap Go untuk umum. Kebaktian
malam chee It dan Cap Go untuk umum yakni Anak-anak sekolah hari
minggu PKAIN (Remaja atau pemuda agama konghucu). Dan juga orang
dewasa yang di adakan setiap malam 1 dan 14\15 bulan imlek yakni pada
awal atau pertengahan bulan.
Kebaktian malam jum,at untuk orang tua. Merupakan kebaktian
mingguan umat konghucu di lintang bakti makin pondok cabe. Yang hanya
di lakukan untuk orang tua saja.
Sekolah minggu untuk anak-anak dari pukul 09. 00 sampe pukul 10.00 pagi.
Pada sekolah minggu untuk anak anak yang di adakan karna di sekolahnya
tidak memiliki guru agama konghucu, maka di lithang bakti makin di
38
adakan sekolah minggu untuk anak-anak dari jam 09.00 sampe jam10. 00
pagi.2
1. Kebaktian rmaja atau pemuda agama konghucu( PAKIN) dari jam 11
sampi jam 12.00 siang. Kebaktian Remaja atau pemuda agama konghucu
yang di adakan setiap seminggu sekali pada pukul 11.00 sampe pukul
12.00 siang.
2. Kebaktian syukuran ulang tahun umat konghucu yang di adakan setiap
bulan sekali, tepatnya pada ahir bulan yang di lakukan atau di laksanakan
di lithang bakti makin setiap umat konghucu yang lahir pada bulan yang
sama akan di kumpulkan setiap bulan tersebut dan tanpa membeda-
bedakan tanggal.
3. Tujuan pelayanan tersebut untuk memberikan doa doa tersebut adalah untuk
mendoakan yang berulang tahun agar mendapatkan kemudahan dalam
hidupnya.
b. Pelayanan umat;
1. Pelayanan doa ulang tahun.
Pelayanan doa ulang tahun berbeda dengan pelayanan syukuran ulang tahun.
Pada pelayanan doa ulang tahun ini rohaniawan akan datang ke rumah yang
sedang merayakan ulang tahun untuk mendoakan agar dapat kemudahan
dalam hidupnya.
2 Wawancara pribadi dengan Hendra Suprapto, Pondok Cabe 25 Desember 2017
39
2. Memberi nilai-nilai agama untuk anak sekolah dari taman kanak-kanak
sampi perguruan tinggi.3
Pada playanan umat ini di adakan di lithang bakti makin atas permintaan
sekolah dari tamn kanak-kanak hingga perguruan tinggi karna dari pihak
yang di sekolah di karnakan blum ada guru yang mengajjarkan agama
konghucu kurikulum di lithang di sesuikan dengan kurikulum yang ada di
sekolah dan buku yang di gunakan merupakan hasil dari percetakan dari
.a. Upacara pernikahan.
Upacara pernikahan dalam agama konghucu di lakukan sebagi berikut:
Dalam keluarga:
dilakukan terlebih dahulu upacara pertemuan pengantin kemudian
sembahyang di altar keluarga.
melaksanakan penghormatan(Pai Ciu) pada orang tua.
Seblum upacara melakukan pertemuan kepada mempelai para pempelai
melakukan sembahyang kepada Tuhan yang maha esa dan kepada altar
para leluhur yang akan di pimpin oleh orang tua para pempelai masing-
masing.
Di Lithang
Peneguhan pernikahan di Lithang.
Orang tua atau wali dan saksi.
Di pimpin oleh rohaniawan atau tiangloo atau di bantu dengan oleh orang
tua pempelai.
3 Wawancara pribadi dengan Hendra Suprapto, Pondok Cabe 23 September, 2017
40
Penggunaan dupa pemimpin memakei dupa 9 batang dan pempelai
masing-masing memegang 3 batang dupa.
Setelah penaikan dupa dilakukan penghormatan dan membongkokan
badan 3 kali kearah altar dan kedua kecalon berlutut(kwi ping sien).
Meneguk air sidi yakni air yang terdiri dari ari putih dan air
belengkeng(klengkeng,angco,tangkih dan teh rebus)
Bila di dalam keluarga belum melaksanakan Cio Thau
setelah menerima peneguhan mempelai wajib mengurus ke formilan
pernikahan kepada kantor catatan sifil.
1. Membesuk dan Mendoakan Orang yang Sakit.
Sosial yang tinggi di buktikan oleh umat penganut agama konghucu
dengan cara mengadakan pelayanan umat untuk membesuk dan
mendoakan umat yang sedang sakit, pelayanan umat ini di adakan pada
setiap hari sabtu sekali kecuali dalam keadan yang keritis maka
pengunjungan menjenguk orang sakit di percepat.
Upacara Kematian.
Pada upacara kematian ini rohaniawan lithang bakti makin akan
mengunjungi atau datang kerumah duka ,para rohaniawan akan
mempersiapkan barang-barang yang di gunakan untuk penguburan dan
menyembahyangkan jenajah yakni dari mendoakan awal jenajah di
masukan kedalam peti,mencari hari penguburan sebelum jenajah di
kuburkan dan sesudah di kuburkan selama tiga tahun penguburan.
Setiap Bulan Chit Gwee selalu Mengadakan Bakti Sosial
41
Bakti sosial Chit Gwee di gunakan pada setiap akhir bulan pada bakti sosial ini
umat konghucu memberi atau bagi-bagi sembako kepada pakir yang tida mampu,
bakti sosial ini bukan hanya untuk umat konghucu, namun buat semua umat
termasuk dari kalangan umat buddha.
B. Makna Persembahyangan Dalam Sembahyang Agama Buddha
Umat buddha biasanya melakukan atau sebelum melakukan kegiatan
keagamaan (Sembahyang) di sertai dengan pemberian persembahan di
altarnya, berupa:
1. Dupa, Lilin, Air Minum, Buang, dan Buah- Buahan
Persembahan barang dalam sembahyang secara lengkap seperti di
atas biasanya di lakukan pada hari Uposatha/Upavasatha atau dilakukan
pada hari raya lainya dan biasanya pada hari itu biasanya umat buddha
memakan makanan nabati (vegatarian).
Dupa dengan wangi khasnya selain berguna untuk membersihkan udara
dan lingkungan (Daharmadatu), juga membuat suasana jadi religius, dan
membuat hati jadi khusu harumnya dupa meneyebar ke seluruh penjuru
sama halnya dengan harumnya perbuatan.
2. Aktifitas Sosial Keagamaan4
Umat Khonghucu dan Umat Buddha yang ada di daerah Pondok
Cabe selalu rutin melakukan keagiatan diskusi atau kajian kajian
keagamaan yang di lakukan satu bulan sekali bergilir di setiap rumah
warga (umat konghucu) masing-masing RT. dan sudah menjadi tradisi
selesai jadual yang biasa di lakukan untuk melakukan diskusi dan diskusi
4 Wawancara Pribadi dengan Cek May warga Pondok Cabe, 15 September 2017
42
di lakukan antar umat beragama yang bisanya di lakukan oleh umat
konghucu dan buddha di daerah pondok cabe, selain diskusi biasanya
umat konghucu dan buddha sering melakukan interaksi sosialnya,
sehingga tejalin, kerukunan antar umat beragama.
1. Kegiatan Keagamaan Umat Buddha di Pondok Cabe.
Daerah pondok cabe adalah sebuah daerah yang mayoritas
masarakatnya memeluk atau menyakini Agama beragam pemeluk agama
dari yang Islam, keristen, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Dan islam sebagi
mayoritas pemeluk agama islam di daerah pondok cabe masi memegang
teguh sikap teloransi dan keharmonisasian dengan pemeluk agama lain yang
di wariskan masarakat masa lampau.
Kegiatan Keagamaan Agama Buddha yang di lakukan di Vihara
Avalokitesvara ada sbermacam macam kegiatan, Menurut Lindsey (2005)
dalam bukunya “Chinese Indonesian : Remembering, Distorting,
Forgeting” menyatakan bahwa beberapa kegiatan yang berlangsung dalam
vihara adalah :
1. Tempat beribadah ataupun penyampaian sumpah.
2. Dapat dijadikan sebagai tempat melangsungkan acara pernikahan
bagi umat Buddha.
3. Sebagai tempat melangsungkan acara untuk pengadopsian anak.
4. Tempat dalam melaksanakan organisasi social dalam melestarikan
budaya
43
Adapun Perayaan Keagamaan hari raya agama Buddha yang
dirayakan di Vihara Avalokitesvara adalah5 :
Waisak, yaitu merupakan hari suci agama Buddha. Hari Waisak juga
dikenal dengan nama Visakah Puja atau Buddha Purnima di India, Saga
Dawa di Tibet, Vesak di Malaysia, dan Singapura, Visakha Bucha di
Thailand, dan Vesak di Sri Lanka. Nama ini diambil dari bahasa Pali
"Wesakha", yang pada gilirannya juga terkait dengan "Waishakha" dari
bahasa Sanskerta
Asadha, yaitu merupakan salah satu perayaan penting bagi umat
Buddha terutama aliran Theravada yang biasanya berlangsung di bulan Juli,
pada hari bulan purnama di bulan ke-8 penanggalan lunar. Perayaan ini
memperingati diberikan khotbah pertama Buddha Gautama di taman rusa
Isipatana di Benares dan didirikan sangha di dunia. Di Thailand, Asadha
Puja merupakan hari libur pemerintah dan penjualan alkohol dilarang.
Asadha sendiri merupakan nama bulan ke-8 dari penanggalan buddhis.
Kathina, yaitu Hari Suci Kathina adalah hari suci agama Buddha
untuk menunjukkan rasa baktinya kepada Sangha. Ada juga yang menyebut
Hari Kathina sebagai hari Sangha.
Magha Puja, yaitu merupakan peristiwa penting dan bersejarah bagi
Agama Buddha yang terjadi di bulan Magha. Maka dari itu, Magha Puja
masih diperingati setiap tahunnya untuk selalu mengenang dan
merenungkan peristiwa agung yang terjadi pada bulan Magha.
5 Lindsey, Chinese Indonesian : Remembering, Distorting, Forgeting (London, 2005), h.
231-232.
44
Puja Bakti, yaitu kegiatan rutin yang di laksanakan satu hari dalam
satu minggu.
Patiidana yaitu kegiatan berdana untuk sanak sodara yang telah
meninggal
C. Bentuk kegiatan keagamaan yang harmoni antara umat Buddha dan
Konghucu di pondok cabe.
1. Aktifitas Sosial Keagamaan pemeluk Agama Buddha
Dalam Agama Buddha, setiap vihara wajib memiliki salah satu
aturan pokok ajaran Buddha yang kemudian harus dipelajari dan diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Nah Vihara Avalokitesvara yang ada di
kelurahan Pondok Cabe. ini mempunyai klinik yang terbuka bagi siapa saja.
Klinik ini dibuka setiap hari jum’at mulai dari 13.00-15.00 melayani
penyakit umum yang ditangani oleh dua dokter umum. Hanya dengan
membayar sebesar Rp.10.000 maka seseorang sudah dapat memeriksakan
diri dan berobat. Dibukanya klinik ini semata-mata hanya untuk
menpraktikan ajaran yang sudah dipelajari yaitu salah satunya menebarkan
cinta dan kasih yang luas dan menolong siapapun. Dan mereka juga rutin
membagikan sembako kepada orang yang kurang mampu setiap tahunnya.
2. Bentuk-bentuk kerja sama dalam bidang sosial kemasyarakatan
a. Gotong Royong
Kegiatan Gotong royong dijadikan kegiatan rutinitas setiap
minggunya oleh seluruh masyarakat Pondok Cabe.setiap kepala rumah
atau perwakilan rumah harus ikut serta dalam membersihkan
lingkungan sekitar seperti membersihkan selokan dan memotong
45
rumput yang sudah tinggi dan lain sebagainya sedangkan para ibu-ibu
sibuk menyiapkan jamuan untuk dihidangkan kepada para pekerja
b. Pembangunan sarana dan prasana
Salah satu kegiatan pembangunan sarana dan prasarana di
Kelurahan Pondok Cabe yaitu pendirian gapura yang biasa diganti
setiap 17 Agustus hari kemerdekaan RI. Gapura dibuar semeneraik
mungkin adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
kerukunan antar umat beragama di Pondok Cabe.
3. Kesadaran Beragama
Kesadaran beragama merupakan bagian yang terasa dalam pikiran
dan dapat diuji melalui intropeksi atau dapat dikatakan bahwa ia adalah
aspek mental dan aktifitas agama karena kesaran orag untuk beragama
merupakan kemantapan jiwa seseorang untuk memberikan gambaran
tentang bagaimana dan sikap keberagaman seseorang itu berbeda-beda dan
sulit untuk dirubah sebab ini sudah berdasarkan pertimbangan dan
pemikiran yang matang.
4. Mengahargai Kemajemukan
Warga kelurahan Pondok Cabe yakin bahwa ajaran agama adalah
yang paliung mulia namun keyakinan itu tidak harus membuat mereka
arogan dan merendahkan agama lain, jadi dengan kata lain dalam sisi
yang lebih substansif, menghargai kemajemukan mendorong utntuk
membuka diri terhadap dialog dan menukar informasi tentang kebijakan
dan anti terhadap kemusuhan.
5. Toleransi antar Umat Beragama
46
Sudah terlihat jelas toleransi antar umat beragama terjalin sangat
harmonis. Memang toleransi dan kerukunan bahasan yang tidak dapat
dipisahan satu sama lain.6
Kerukunan berdampak pada toleransi begitupun sebaliknya
tolenransi menghasilkan kerukunan. Jika kerukunan antar umat beragama
intern dan pemerintah tercipta serta dihasilkan antar umat beragama
maka akan menghasilkan umat yang rukun. Berikut salah satu aksi
penulis lakukan kepada pandita dan juga humas di vihara Avalokitesvara.
Sukmaya: apakah pernah terjadi konflik antar umat beragama di Pondok
Cabe?
Pandita: dari dulu hingga sekarang tidak pernah terjadi konflik seperti
kerusuhan atau yang lain sebagainya, selain itu kami (umat buddha dan
khongucu) selalu berinteraksi sosial dengan baik.
Sukmaya: menurut Anda apa faktor yang membuat umat buddha dan
khonghucu kelurahan Pondok Cabe dalam kerukunan ?7
Pandita: sederhana saja menurut saya kami Umat Buddha dan umat
khonghucu kelurahan Pondok Cabe melakukan hal yang seharusnya
dilakukan sebagai warga negara Indonesia tidak melakukan kekerasan,
melakukan bersosialisasi dan berinteraksi yang baik tidak menaruh
kecurigaan yang ujung-ujungnya menimbukan konflik, kami umat
buddha selalu terbuka kepada uat Khonghucu.
Sukmaya: adakah kegiatan Sosial yang dilakukan Umat buddha sebagai
bentuk keharmonisan anta warganya jika ada apa saja kegiatannya?8
6 Wawancara Pribadi dengan Hadi, Pondok Cabe 21 September 2017. 7 Wawancara Pribadi dengan Iyan Gunawan selaku warga pondok cabe, 21 September
2017.
47
Pandita: ada kami umat buddha pondok caba secara rutin tiap tahun
melaksanakan bagi-bagi sembako kepada semua warga yang kurang
mampu. Kami meminta dara dari kelurahan siapa saja warga yang kurang
mampu, baru kami membagikan sembakonya. Kegiatan ini semata-mata
untuk menolong warga yang kurang mampu tidak ada unsur politik dan
lain sebagainya.
6. Dialog antar umat beragama
Yang terjadi Pondok Cabe sudah sangat terjalin sangat baik dialog
ini merupakan mencegah adanya pemikiran negatif terhadap satu kaum.9
Begitupun juga dalam perayaan hari besar baik dari itu agama Konghucu
dan Buddha dikelurahan Pondok Cabe berjalan dengan sangat baik seperti
perayaan hari besar pada umumnya yang membedakan adanya warga
khonghucu pada perayaan waisak yang diselenggarakan umat Buddha
dikelurahan pondok cabe. Begitupun sebaliknya hari perayaan khonghucu
cap gomeh mereka melakukan hanya sekedar memeriahkan saja tapi tidak
saat momen yang sakral (berdoa/sembahyang)bagi kelurahan pondok cabe
perbedaan kepercayaan bukanlah menjadi untuk menjalin interaksi sosial
yang harmonis. Mereka tidak merasa terganggu dalam melakukan aktifitas
kegiatan sehari-hari. Diatas perbedaan keyakinan ini. Kunci keharmonisan
pada komunikasi atau dialog antar umat beragama. Beliau sangat dekat
dengan pemuka khonghucu yang pernah mengisi kerohanian beliau sering
bertukar pikiran dan saling bertanya tentang masalah bagaimanapun juga
anggota kelurahan tidak membedakan dalam pelayanan hal pelayanan jika
8 Wawancara Pribadi dengaan Salma selaku warga Pondok Cabe 21 September 2017. 9 Wawancara Pribadi dengan Suaib selaku warga Pondok Cabe 25 September 2017.
48
ada warga yang beda agama datang ke kantor kelurahan karena keperluan
keanggotaan simbol kerukunan.
49
BAB IV
ANALISI PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN UMAT KONGHUCU
TERHADAP UMAT BUDDHA MENJALIN HUBUNGAN YANG
HARMONIS ANTAR UMAT BERAGAMA DI PONDOK CABE
A. Pengaruh kegiatan keagamaan umat Konghucu terhadap umat
Buddha di Pondok Cabe.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (kbbi) pengaruh adalah
daya yang ada atau timbul dari suatu (orang, benda) yang ikut membentuk
watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.
Kegiatan keagamaan adalah kegiatan yang bertujuan untuk memberikan
pemahaman dan pengetahuan serta penghayatan dan pengalama tentang
ajaran yang di anut oleh penganutnya itu sendiri, sehingga menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan, serta berahlak mulia,
berbicara masalah kegiatan kegiatan atau pengaruh kegiatan keagaman.
Kegiatan keagamaan merupakan salah satu pilar agama yang
menduduki peran yang sangat penting, karna salah satu untuk
meningkatkan keimanan seseorang. Ketakwaan serta budi pekerti akan
menjadi target yang utama yang harus di capi sebaik mungkinYa dengan
cara melakukan kegiatan ke agamaan.Kegiatan keagamaan sangatlah
berpengaruh dengan pembentukan keperibadian seseorang senhingga
menjadi baik hal tersebut seperti tertuang dalam buku ilmu jiwa agama
karangan zakiah derajat, bahwa.
50
Pada umunya Agama, seseorang akan di tentukan oleh pendidikan
pengalaman pengalaman dan latihan yang di lalui atau yang di ajarkan
sama orang tuanya atau gurunya`
Beragam kegiatan sudah tarjalin antara penganut agama konghucu
dan buddha di pondok cabe, diantaranya adalah kegiatan seminar dan
bedah kitab suci yang diikuti oleh umat buddha dan konghucu se jawa
barat. Selain itu kita juga melakukan acara sosial bersama dengan umat
buddha.1
Kegiatan keagamaan yang terjalin antara umat konghucu dan
buddha tidak hanya seremonial saja, tetapi juga terjalin kegiatan tahunan
seperti kunjungan dari wisata rohani dan kunjugan tempat ibadah. Kegitan
ini berjalan secara rutin yaitu setiap tahun sebagaimana ketika vihara
avalokitasvara dan lithang bakti makin merayakan hari ulang tahunnya.
Biasanya mereka saling mengundang untuk hadir dan mengikuti
serangakain kegaitan sosial.
Adapun kegaiatan bagian pemudanya yang terjalin antara penganut
agama buddha dan konghucu adalah melakukan diskusi bersama. Kegiatan
diskusi ter sebut membahas berbagai hal seperti sosial dan lain-lain.2
B. Relepansi kehidupan harmonis antara umat Konghucu dan umat
Buddha di Pondok Cabe
1 Wawancara Pribadi dengan Hendra Suprapto, Pondok Cabe 25 Desember 2017 2 Wawancara Pribadi dengan Bikhuni Santi, Pondok Cabe 25 Desember 2017
51
Kerukunan umat beragama adalah program pemerintah yang
meliputi semua Agama semua warga negra kesatuan republik Indonesia.
Pada tahun 1967 yang di adakanya musawarah antar umat beragma,
presiden suharto dalam musyawarah tersebut pemerintah tidak
menghalangi penyebaran suatu Agama dengan sarat penyebaran tersebut
di tunjukan bagi mereka yang belum beragama di Indonesia. Kepada
semua pemuka agama. Dan masarakat agar melakukan jiwa yang
berteloransi terhadap sesama umat beragama
Pada tahun 1972 di adakannya dialog antar umat beragama. Dan di
alog tersebut adalah salah satu forum percakapan antar tokoh-tokoh
agama pemuka masarakat dan pemerintah. Tujuanya adalah untuk
mewujudkan kesadaran, bersama menjalin hubungan yang akrab dalam
menghadapi masalah masarakat.
Kerukunan umat beragama bertujuan untuk memotivasi dan
mendominasikan semua umat beragama agar dapat ikut serta dalam
pembangunan bangsa. Kerukunan umat beragama di Indonesia adalah
program pemerintah sesuai dengan GBHN (Garis-Garis Besar Haluan
Negara) tahun 1999 dan Propenas (Program Pembangunan Nasional) 2000
tentang sasaran pembangunan bidang agama. Kerukunan hidup di
Indonesia tidak termasuk akidah atau keimanan menurut ajaran agama
yang dianut warga negara Indonesia, yaitu Islam, Kristen Protestan,
Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu.
Pasal 29 ayat 2 UUD 1945 menyatakan bahwa negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing
52
dan untuk beribadat dan menurut agama sesuai keyakinan masing-
masing3. Namun demikian kebebasan tersebut harus dilakukan dengan
tidak mengganggu dan merugikan umat lain, karena terganggunya
hubungan antar pemeluk berbagai agama akan membawa akibat yang
dapat menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa.
Setiap umat beragama diberi kesempatan melakukan ibadah sesuai
dengan keimanan dan kepercayaan masing-masing. Sebagai sebuah negara
yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri dari berbagai ras, suku,
adat-istiadat, golongan, kelompok, dan agama, serta strata sosial. Kondisi
dan situasi seperti ini merupakan suatu kewajaran sejauh perbedaan-
perbedaan ini disadari keberadaanya dihayati. Namun demikian
perbedaan-perbedaan tersebut mengemuka dan menjadi sebuah ancaman
untuk kerukunan hidup, maka perbedaan tersebut menjadi masalah yang
harus diselesaikan . Maka pemerintah membuat perundang-undangan yang
membahas ruang lingkup kerukunan umat beragama di Indonesia.
Peraturan perundang-undangan yang mengatur kehidupan
beragama, dan komunikasi antar umat beragama di Indonesia bisa dibilang
cukup banyak, mulai dari UUD 1945, sejumlah undang, peraturan
pemerintah, sampai dengan peraturan menteri4. Sejumlah regulasi yang
disediakan inilah sebagai pedoman umat beragama dan mengekspresikan
dan melaksanakan keyakinan agamanya didepan publik. Semua peraturan
perundang-undangan tersebut wajib dipahami betul-betul oleh setiap
3 Mubarok, Kompodium Regulasi Kerukunan Umat Beragama (Jakarta:PKUB Sekteriat
Jendral Kemenag RI), h. 10. 4 Mubarok, Kompendium Regulasi Kerukunan Umat Beragama,h. 12-13.
53
warga Indonesia, agar tidak ada keraguan, saling menggangu bahkan
sampai saling menyakiti satu sama lain.
Bangsa Indonesia harus bangga memiliki Pancasila sebagai
ideologi yang bisa mengikat bangsa Indonesia yang demikian besar dan
majemuk. Pancasila adalah konsensus Nasional yang dapat diterima semua
paham , golongan, dan kelompok masyarakat Indonesia. Kehidupan
bangsa Indonesia akan semakin kukuh,apabila segenap komponen bangsa
disamping memahami dan melaksanakan Pancasila, juga secara konsekuen
menjaga sendi-sendi utama lainnya, yakni Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
Bhineka Tunggal Ika sebagai empat pilar kehidupan berbangsa dan
bernegara
Negara Indonesia menganut prinsip kebebasan dalam beragama.
Landasan konstitusi yang membahas tentang hak hidup bagi tiap-tiap
penduduk terdapat dalam pasal 29 ayat 2.
Negara yang multi agama seperti Indonesia ini, kerukunan agama
merupakan salah satu faktor pendukung terciptanya stabilitas dan
ketahanan nasional. Karena itu kerukunan umat agama perlu dibina dan
ditingkatkan agar tidak menjurus kepada ketegangan yang dapat
menimbulkan perpecahan bangsa.
Kemajemukan bangsa Indonesia termasuk dalam hal agama adalah
merupakan kekayaan budaya nasional yang dapat menjadi kebanggaan.
Manusia dengan keterbatasannya mempunyai masalah yang serba
kompleks dan penuh dinamik dan menjalin interaksi sosial. Dalam
54
memelihara keharmonisan antar umat beragama belum tentu berjalan
lancar. Untuk memelihara keharmonisan hubungan ini, Tuhan
menurunkan agama yang mengandung pedoman dasar dalam mengatur
hubungan antar sesama manusia itu sendiri .5
Agama mempunyai kedudukan dan peran yang sangat penting dan
strategis, utamanya sebagai landasan spiritual, moral, dan etika dalam
pembangunan Nasional yang kokoh. Agama bukan hanya dipandang
sebagai instrumen mobilisasi politik, melainkan memperlakukannya
sebagai sumbe etika dalam interaksi, baik diantaranya sesama penguasa
dengan penguasa maupun penguasa dengan rakyat.
Dalam sejarah perjalanan bangsa, tidak dapat dipungkiri bahwa
yang menjadi perekat dan pengikat kerukunan bangsa adalah nilai-nilai
yang tumbuh hidup dan berkembang dalam kehidupan bermasyarakat.
Semakin tinggi intensitas konflik keagamaan pada suatu komunitas umat
beragama menandakan kualitas kerukunan keagamaan pada sebuah
komunitas menandakan semakin rendah intensitas konflik keagamaan
pada komunitas tersebut.
Banyak faktor yang dapat memelihara kerukunan keagamaan tetap
dalam kondisi sehat. Diantara faktor tersebut adalah pengembangan
persepsi positif antar umat yang berbeda paham keagamaan. Persepsi
positif ini semacam antibody, ketahanan diri yang memang sudah melekat
pada diri seseorang. Persepsi positif merupakan fitrah manusia sebagai
mahluk sosial yang sama- sama ingin selalu berteman dan hidup
5 Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Beragama (Jakarta: Sekeratariat Jendral MPR
RI. 2012), h. 12.
55
berkelompok. Berikut faktor yang dapat memelihara kerukunan umat
beragama dalam kondisi sehat 6
1. Persepsi, yakni aspek kehidupan yang masuk dalam wilayah penilaian
para pemeluk agama dalam kaitannya dengan pemeluk agama lainnya
2. Sikap yakni pendirian yang diperlihatkan oleh para pemeluk agama
yang berespon terhadap pemeluk agama lainnya
3. Kerja sama, yakni aspek hubungan sosial antara para pemeluk agama
yang berbeda
Proses kehidupan bertoleransi dapat dilihat dari adanya partisipasi
seluruh umat beragama, karena toleransi menjunjung tinggi kebebasan dan
kesamaan yang menyeluruh, yaitu tidak ada diskriminasi. Toleransi
sebagai pedoman hidup manusia menurut manusia merupakan perilaku
yang hormat dan menghormati pada setiap tindakan dan aktivitasnya,
sehingga akan tercipta suatu masyarakat yang memiliki kultur toleransi.
Masyarakat yang penuh toleransi adalah masyarakat yang mempunyai
perilaku hidup baik dengan keseharian dalam tindakan yang dilandasi oleh
unsur-unsur hidup bertoleransi. Penerapan sifat dan unsur-unsur toleransi
pada setiap tindakan setiap hari meliputi, menghargai, dan memahami
keanekaragaman, menghormati kebebasan, pelaksanaan musyawarah, dan
mengakui persamaan.
6 Survei Nasional Kerukunan Umat Beragama di Indonesia (Jakarta : Puslitbang
Kehidupan Keagamaan,2013), h.12.
56
Hal ini dapat dimaknai bahwa dalam mewujudkan kerukunan,
tidak hanya cukup membangun persepsi, akan tetapi sikap dan tindakan
antarumat beragama, cukup besar kaitannya dengan variabel kerjasama,
dan membangun kerukunan. Demikian juga kerjasama antar umat
beragama sangat berhubungan erat dengan membangun kerukunan.
Sekalipun kerukunan beragama pada dasarnya adalah unsur internal pada
masing-masing daerah akan tetapi kerukunan umat beragama adalah
modal utama menuju kerukunan nasional7. Kerukunan beragama juga
dapat dilihat melalui pendekatan organisme . Pendekatan ini
menggambarkan bahwa kerukunan beragama di Indonesia. Dapat
diibaratkan sebagai mahluk hidup yang kadang kala mengalami kondisi
sekarat kadang kala sehat dan kadang kala sekarat kerukunan agama
adalah sebuah kondisi yang dinamis selalu on going process selalu
berubah disetiap saat. Kondisi kerukunan umat keagamaan pada saat ini
memang menampakan wajah yang ramah dan baik, tapi pada saat yang
lain mungkin akan menampakan wajah yang buruk tergantung pada
perkembangan lingkungan yang strategis disekitarnya. Diantara
lingkungan yang secara teoritik sangat berpengaruh adalah lingkungan
sosial,keagamaan, ekonomi, politik dan keagamaan.
C. Relasi Keagamaan antar umat Konghucu dan umat Buddha di
Pondok Cabe
Dalam kehidupan beragama penting kiranya untuk menjelaskan
tentang kerukunan umat beragama. Dan cara untuk mengetahui hubungan
7 M. Ridwan Lubis, Agama dalam Diskursus Intelektual dan Pergumulan Kehidupan Beragama (Jakarta:PKUB,2015), h.251.
57
itu akan bisa terjadi dengan mewujudkan terciptanya kerukunan, hal ini
akan di jelaskan dengan berbagi interaksi yang terjadi di masarakat itu
sendiri. Penjelasan tentang interaksi dalam kamus besar bahasa Indonesia
yang berarti saling mempengaruhi sedangkan masarakat iyalah sejumblah
manusia yang berarti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan
yang mereka anggap menurut suerjonoo soekanto mengatakan bahwa
pengertian adalah salah satu peroses interaksi sosial, karna pada dasarnya
interaksi sosial tidak akan terjadi apabila tida memenuhi dua sarat. Yaitu
kontak soaial dan komunikasi sedangkan arti masarakat menurut ahli
antropologi. R. Linton mengemukakan bahwa masarakat adalah setiap
seklompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama,
sehingga mereka ini dapat menggorganisasika dirinya berpikir tentang
dirinya dalam satu kesatuan saosial dalam batas batas tertentu,
Berikut ini penulis maenggambarkan apa itu hubungan antar umat
beragam, terlebihnya yang ada di daerah Pondok Cabe.
Dengan mengikuti mereka dari beberapa aspek di antaranya yaitu dalam
bidang ekonomi, sosial, politik, dan budaya sebagi berikut:
a. Interaksi Masarakat Dalam Bidang Ekonomi
Dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
manusia akan berperan sebagai makhluk ekonomi, faktor pemenuhan
kebutuhan ini memerlukan kebutuhan ini mendorong manusia untuk
berinteraksi antara satu dengan yang lain untuk mencari dan
mendapatkan apa yang diinginkan.
58
Menurut N Gregory Mankiw dalam bukunya Principles Of
Economics, dia mengatakan bahwa sekarang ini banyak negara
sebelumnya memiliki perekonomian yang tersentralisasi,
meninggalkan sistem tersebut dan mencoba mengembangkan
perekonomian pasar. Dalam sebuah perekonomian pasar (market
economic), keputusan-keputusan dari suatu perencana yang terpusat
digantikan oleh keputusan-keputusan dari jutaan perusahaan dan
rumah tangga. Perusahaan memutuskan siapa yang akan dipekerjakan
dan barang yang akan dihasilkan. Rumah tangga menentukan akan
kerja di perusahaan apa dan akan membeli barang apa dengan
pendapatan mereka. Perusahaan dan rumah tangga saling berinteraksi
di pasar, di mana harga dan kepentingan pribadi memandu keputusan-
keputusan yang mereka buat.8
Jarak yang begitu dekat pasar secara daya tarik pasar yang
untuk berkumpul dan berinteraksi satu sama lain, baik untuk
bertransaksi menarik daya tarik warga untuk membuka toko atau
warung di sepanjang jalan. Menurut pengamatan penulis yang
diperkuat dengan keterangan warga setempatdan tokoh agama.
Wilayah tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat Pondok Cabe
dalam bidang ekonomi tidak membedakan satu dengan yang lainnya.
Semua diperlakukan sama meski berbeda agama, suku, dan etnis.
Kesimpulan tersebut berdasarkan keterangan warga,
diantaranya Sukanta, seorang wiraswasta yang beragama Konghucu
8 N. Gregory Mankiw, Principle of Econimics Pengantar ekonomi Mikro (Jakarta:
Salemba Empat, 2004), Edisi 3, h.11.
59
bahwa ia mempunyai mitra bisnis dari pemeluk agama Buddha yang
sudah dianggap seperti saudaranya sendiri, Hubungan mereka sangat
erat Sekat-sekat perbedaan. Selain itu pendapat senada juga
diungkapkan oleh Lafni, seorang pedagang agama Buddha yang
berasal dari desa Pondok Cabe menurutnya sebagai pedagang yang
baik tidak perlu membeda-bedakan sementara menurut pedagang yang
beragama Khonghucu yang bernama Ike, ia juga tidak membeda-
bedakan pembeli semua harus dilayani dengan baik tanpa membeda-
bedakan tanpa masalah agama. Karena penduduk pribumi dan etnis
China bersaudara dan menghargai satu sama lain.
b. Interaksi Masyarakat dalam bidang Sosial
Masyarakat terdiri dari beberapa individu, individu-
individu tersebut dipengaruhi oleh berbagai latar belakang dan
kelompok-kelompok sosial. Fakta tersebut pada akhirnya akan
membentuk suatu masyarakat heterogen dengan ada atau tidak
terjadinya kelompok sosial ini maka terbentuk suatu lapisan
masyarakat yang bersetara. Adapun wujud salah satu interaksi
sosial di Desa Pondok Cabe yang dilakukan oleh tokoh agama
Khonghucu yang menginstruksikan anggota Banser untuk
melindungi jalannya massa perayaan umat Konghucu begitu juga
ketika perayaan hari besar keagamaan dalam satu waktu tokoh
Agama Buddha mengambil kebijakan yang sama untuk saling
60
melindungi bahkan saling bekerja sama antara agama Khonghucu
antara agama Buddha di Pondok Cabe.9
Tokoh Agama Khonghucu menjelaskan bahwa antara
pemeluk agama di Desa Pondok Cabe berjalan sangat baik dan
pemimpin agama Buddha di Pondok Cabe atau pemimpin Vihara
menjelaskan bahwa hubungan baik tersebut dapat dilihat dari rasa
saling melindungi dan menjaga satu sama lain. Kebersamaan dan
membantu sesama jika ada diantara mereka mengalami kesusahan
hal ini dapat dilihat ketika agama Khonghucu mengadakan
kegiatan sosial Umat Buddha berpartisipasi begitu juga sebaliknya
kegiatan interaksi sehari-hari tidak mempersalahkan ras, suku, dan
agama. Namun jika kegiatan tersebut menyangkut kegiatan
keagamaan mereka hanya menghormati.
c. Interaksi Masyakat dalam Bidang Budaya
Kata Budaya berasal dari bahasa Belanda yang berarti
Culture, yang menggunakan kata Culture sedangkan dalam bahasa
arab menggunakan kata Isaqofa. secara akar kata Culture berasal
dari kata Color yang artinya mengolah. Menegerjakan,
menyuburkan dan mengembangkan terutama mengelola tanah.
Dari segi arti kata Culture mengalami perkembangan yang
maknanya menjadi sebagian segala daya dan aktivitas manusia
dalam mengelola dan mengubah alam.10
9 Wawancara pribadi dengan Hendra Suprapto, Pondok Cabe 25 Desember 2017. 10 Wawancara Pribadi dengan Wayan selaku Rohaniawan, Pondok Cabe 25 Desember
2017.
61
Sedangkan jika ditinjau dari bahasa Indonesia, kebudayaan
berasal dari bahasa sansekerta Budhaya yakni bentuk jama dari
Budhi yang berarti baik atau akal, jika kebudayaan adalah hasil
buddi atau akal manusia mencari kesempurnaan hidup kebudayaan
dibagi menjadi 2 jenis, yang pertama yaitu kebudayaan materi
seperti hasil cipta yang berwujud barang-barang hasil pengelolaan
alam seperti gudang pabrik.
Kebudayaan dengan kata lain dimana orang hidup
bermasyakat pasti akan timbul kebudayaaan. Salah satu wujud
kerukunan umat beragama yang diliputi budaya di daerah Pondok
Cabe pernah diadakannya perayaan cap go meh yang dimeriahkan
oleh pertunjukan barongsai itu merupakan bentuk saling
menghargai umat buddha dan menghargai satu wujud dalam
mengakui etnis tionghoa yang menganut agama Buddha di Pondok
Cabe.
D. Respon masarakat terkait keberadaan Lithang Bakti makin yang
berdekatan dengan Vihara Avalokitesvara
Masarakat yang ada di daerah Pondok cabe adalah tipikal
masarakat yang menjungjung tinggi sikap toleransi tinggi. Mereka
masarakat Pondok Cabe tidak merasa terganggu dengan berdirinya vihara
yang berdekatan tidak mengganggu akifitasnya. rumah ibadah Lithang
dan Vihara Avalokitasvara walopun berdekatan antara umat Konghucu
dan umat buddha tidak ada bersitegang antara penganut yang lain. selama
tidak terganggu atau mengganggu dengan aktivitasnya. Mereka mengakui
62
bahwasanya Vihara yang di sampingnya adalah sebuah perbedaan yang
harus di jaga dan saling menghargai satu dengan yang lain. Karna Vihara
di bangun dengan sarat dan regulasi yang di sahkan oleh pemerintah dan
masarakat harus menerimanya dengan sikap yang terbuka.
Menurut Koyim,11 semenjak berdirinya vihara avalokitasvar tidak
pernah terjadinya konflik antar warga yang berbeda keyakinan tersebut
Karna itu semua titipan dari orang-orang terdahulu, yang harus di jaga
agar anak cucu mengetahui sejarah di Pondok Cabe, bagi masarakat yang
ada di daerah Pondok Cabe itu sendiri bangunan Vihara Avalokitasvara ini
bukan hanya sekedar hanya bangunan bersejarah ataupun tempat
peribadatan semata saja, akan tetapi menjadi simbol bagimana masarakat
terdahulu mampu mewariskan keharmonisasian dalam menghadapi setiap
perbedaan yang ada di jaman dahulu hingga sekarang masi terus terjaga
dan masih tetap harmonis. dalam berdasarkan hasil wawancara
bahwasanya sikap toleran di kedepankan sehingga sesama pemeluk tida
ada yang konta pun dengan berdekatanya rumah ibadah antara lithang
bakti makin dan Vihara Avalokitesvara karna mereka sudah terbiasa
dengan kegiatan – kegiatan yang di lakukan umat buddha yang biasa di
lakukan kerja sama dalam melakukan kegiatan bersama seperti saling
menyumbang umat Buddha ke umat Konghucu, seing seminar dan
kegiatan bulanan seperti bersih-bersih sampah, keja bakti bersama
sehingga terjalin dan berpengaruh positif untuk keharmonisasian antar
umat beragama di Pondok Cabe.
11 Wawancara Pribadi dengan Koyim warga Pondok Cabe 25 Desember 2017
63
Sebagai contoh juga kedepanya bagi umat lain yang masi asing
dengan perbedaan sehingga tida terjadi mis komunikasi antara ini dan
umat yang lain. Walupun rumah ibadahnya berdekatan akan tetapi
nyatanya keharmonisasian antar umat beragama terjalin sangat baik
bahkan tak jarang penduduk hidup di kawasan vihara dan lithang ikut
terlibat dalam urusan membantu ketika ada perayaan-perayaan di vihara
sekalipun di lithang bahkan saling membantu dalam bentuk tenaga,
maupun dalam bentuk materi.
. Bahkan salah satu dari warga di sana yang menganut Agama
Konghucu berpendapat dalam wawancara dengan pak Suryani salah satu
ketua pemuda yang ada di Rt 04. 12 yang penulis lakukan bahwasanya
negeri kita negeri yang menjungjung tinggi kebinekaan tunggal ika,
artinya kita harus menerima perbadaan, karna dengan adanya perbedaan
hidup akan indah.
12 Wawancara Pribadi dengan Suryani selaku Ketua Pemuda, Pondok Cabe 25 Desember
2017.
65
BAB V
KESIMPULAN
Relasi Agama Konghucu dengan Agama Buddha di Pondok Cabe terjalin sangat
baik dikarnakan adanya faktor-faktor yang mendorong seperti interaksi sosial,
doktrin, atau fatwa-fatwa para pemuka agama yang di yakini penganutnya.
bahkan salah satu tokoh dari Agama Buddha yang mengatakan hubungan yang
harmonis.
Dan mempunyai rasa penuh kasih sayang, itu ajaran dari agama Buddha
sendiri karna pada hakekatnya manusia adalah mahluk yang di dalamnya
mempunya lebih besar kasih sayang di bandingkan kejelekanya, dalam agama
Konghucu di sebut Yin Yang atau yang di sebut yin-yang adalah dua konsep
dalam filosopi Tionghoa yang biasanya untuk mendiskrpsikan sifat kekuatan yang
saling berhubungan satu sama lain.
Sehingga hubungan agama Konghucu dan agama Buddha terjalin
hubungan yang sangat baik, seperti saling menghormati meskipun beda
keyakinan, saling mengundang ketika ada perayaan dan saling membantu satu
sama lain. Karna penulis tertarik akan keindahan dan keharmonisan di Pondok
Cabe, keberadan Llitang Bakti Makin dan Vihara Avalokitesvara yang di pondok
Cabe karna bagi penulis.
Lithang Bakti Makin dan Vihara Avalokitasvara adalah bentuk simbol
kerukunan umat beragama khususnya yang ada di daerah Pondok Cabe, karena di
daerah Pondok Cabe umatnya atau penduduknya sangat menjunjung tinggi
perbedaan dan keharmonisasian antar umat beragama di Pondok Cabe, sebab ini
66
akan menjadi salah satu bentuk contoh yang harus diikuti oleh masyarakat lain
yang hidup dan keyakinanya berbeda. Keberadaan Lithang Bakti Makin dan
Vihara Avalokitsvara terletak berdampingan, meskipun berdampingan pemeluk
agama Konghucu dan Buddha selama ini terjalin harmonis dan tidak ada
bersitegang antara sesama pemeluk agama, bahkan mereka toleran,
Adapun paktor pendukung yang kuat yaitu pada simbol Lithang Bakti
Makin di altar depan adanya patung yang mempunya fungsional simbolik di mana
fungsi religious merupakan fungsi yang utama yaitu untuk melakukan ibadah atau
sembahyang. Fungsi sepiritual ditunjukan sebagi dayatarik agar pengikut agama
Konghucu akan memberi pengaruh yang positif terhadap agama Buddha di Vihara
Avalokitesvara yang ada di sampingnya, terlihat rukun dan harmonis.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian penulis pandangan atau pendapat para pengurus Lithang
Bakti Makin dan Vihara Avalokitesvara, Kegiatan keagamaan maupun kegiatan sosisl
sangat perlu untuk melangsungkan kehidupan yang terjalin harmonis sehingga pandangan
orang dengan perbedaan keyakinan tidak selalu di anggap negatif oleh orang lain karna
pada hakekatnya teloransi sangat di butuhkan di kalangan semua penganut agama yang
berbeda,
1. Peran tokoh agama mesti meningkatkan kajian-kajian yang bersipatnya umum dan
peran pemuka harus lebih meningkatkan doktrin-doktrin yang positif agar umatnya
selalu meningkatkan sikap toleransi antar umat beragama.
2. Kepada seluruh penganut agama agar tetap menjaga keharmonisan walopun berbeda
keyakinan, khususnya buat umat Konghucu dan Buddha yang ada di Pondok Cabe.
3. Pihak Fakultas atau perpustakaan Ushuluddin, mesti memperbanyak buku-buku
tentang kerukunan umat beragama, agar penulis atau mahasiswa yang lain mudah
untuk mencari sumber dan reperensi yang sudah di siapkan pihak kampus.
4. Penulis sadar bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, dan akan adalagi
pembahasan yang mendalam dan detil tentang, pengaruh kegiatan keagamaan di
Lithang Bakti Makin dan Vihara Avalokitesvara.
1
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mursyidi ed, Pemetaan Kerukunan Kehidupan Beragama di Berbagai Daerah di
Indonesia Jakarta : puslitbang kehidupan keagamaan, 2009
Arikunto, Uharsini Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek Jakarta: Rineka Cipta,
2002.
Bahri, Media Zainul Wajah Studi Agama-agama (Dari era Teosofi Indonesia (1901-1940)
Hingga Masa Reformasi Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2015.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.
Hadari Nawawi & Martini Hadari, Penelitian Terapan Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 1996.
Hadikusuma, S.H, Prof. Hilman Antropologi Agama, Bandung: PT. Aditya Bakti, 1993.
Hasyim, Umar Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam Sebagai Dasar menuju
Dialoq dan Kerukunan Antar Umat Beragama, Surabaya: Bina Ilmu, 1979.
KH, U. Maman metodologi Penelitian Agama : Teori dan Praktik Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2006.
Misrawi, Zuhairi Alquran Kitab Toleransi, Jakarta : Pustaka Oasis, 2007.
Paranto, Pius A, Kamus Ilmiah Populer Surabaya : Arkola Surabaya, 2011
Rahmad, H. Dadang Metode Penelitian Agama, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2000.
Sjadzali, H. Munawir Partisipasi Umat Beragama Dalam Pembangunan Nasional, Jakarta:
Depag Press, 1983.
Soeroer, Umar R, Menuju Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika Harmoni, Vol II, No.VI,
2013.
Suprayogo, Imam Metodologi Penelitian Sosial Agama Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2003.
2
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Ed. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka, 2007
Thoha, Anis Malik Tren Pluralisme Agama, Jakarta : Perspektif, 2005.
Wahab, Abdul Jamil Harmoni di Negeri Seribu Agama Membumikan Teologi dan Fikih
Kerukunan Jakarta : PT Gramedia, 2015
LAMPIRAN
NARASUMBER
Gambar 1. Dokumentasi penelitian di Lithang Bakti Makin Vihara Avalokitesvara di Pondok Cabe
Themi sekaligus ketua pemuda umat Konghucu di lithang Bakti Makin.
Gambar 2
Altar depan tempat umat buddha beribadah di Vihara avalokitesvara pondok cabe.
Gambar 3. Yang di tengah mister Williem selaku narasumber di vihara Avalokitesvara di Pondok Cabe.
Gambar 4 .
Gambar 5 . Pengurus Vihara Avalokitesvara di Pondok Cabe.
Gambar 6 . Bikhuni Santi narasumber dan pengurus Vihara Alokitesvara di Pondok Cabe.
Gambar 7 . Sebelah kanan bapak Ade Cahyadi selaku pengurusLlithang Makti Makin.
Sebelah kiri bapak Hendra Suprapto selaku rohaniawan di Lithag Bakti Makin Di Pondok Cabe.
Biodata Data Responden
Nama : Hendra Suprapto
Beliau lahir pada tanggal 01 Januari 1944 di surabaya jawa timur pendidikan beliu
Adalah rohaniawan di lithang bakti makin selain sebagi raohaniawan beliu juga mengajar di umat konghucu khusus anak anak dan remaja
Selain rohaniawan beliau juga guru\ ngajar di makin untuk anak anak dan remaja pada hari minggu
Nama Ws. Ht Saputra
Beliau lahir pada tanggal 15 febuari di pondok cabe dan beliau pimpinan atau ketua di Lithang Bakti makin
Nama Temy
Tanggal lahir 20 juli 1990 dan beliau ketua pemuda di lithang bakti makin selain ketua pemuda beliu juga bekerja di perhusaan
Nama Koyim
Tanggal lahir 12 Januari 1991 dan beliau adalah jamaat umat konghucu di lithang bakti makin pondok cabe, pekerjaan sebagi penjaga tokoh
Nama : Bikhuni Santi
Tanggal lahir 28 Desember 1944 dan beliau adalah ketua di Vihara Avalokitasvara
Nama : Bikhuni Ghina
Tanggal lahir 2 Maret 1949 dan beliau pengurus di Vihara Avolokitasvara bersama bikhuni santi.
Nama: Cik Maya
Tanggal lahir 9 september 1979 dan beliau pengurus Vihara Avalokitasvara Pondok cabe.
Wawancara
S : Nama bhikku siapa?
B : Nama saya bhikkuni Santi, umur saya 62 tahun, tahun pertama saya menjadi bhikku adalah di wihara satya wanaram puncak, trs kita sudah berkelana dari tahun 87 sampai sekarang. Jadi kita meskipun bertugas disini tapi kita juga sering keluar untuk mengisi acara seperti ceremonial, ceramah, tergantung permintaan dari umat.
S : trs jabatan ibu disini apa?
B: saya disini sebagai bhikkuni saja hanya sebatas anggota, kita kan ada ketuanya, kebetulan karena ketuanya diatas sedang tidak enak badan. Jadi saya yang mewakili beliau
S: Profil vihara ini bagaimana ?
B: oh itu tahun 83 sudah ada tanah tapi pembangunan sejak tahun 85 dan diresmikan pada tahun tersebut, trs itu yang berdomisili disini adalah bhikkuni yang sudah mendiang sekarang. Itu bhikku gina kemarin dia adalah bhikku yang membangun vihara ini dan berdomisili disini meskipun dia orang jambi. Jadi dia sebelum meninggal inilah peninggalan beliau, jadi ya kita yang tinggal disini hanya meneruskan pengembangan agama buddha seperti ceremonial dan kegiatan kegiatan buddhisme. Trs selain itu kita kalau acara seperti hari hari besar waisak, asadah, katina itu selalu ada. Jadi untuk perkembangan itu saya pikir sudah tidak seperti dulu. Trs hubungan kita dengan umat dan masyarakat sekitar juga baik
S: perkembangan dari pendiri wihara ini apakah ada kendala?
B : kalau kendala tidak ada ya, karena umat kita juga sudah terbiasa untuk kebaktian, baksos. Terutama baksos yang diadakan setiap tahun, kalau tidak waisak ya bulan ke tujuh, bulan tujuh itu ya imlek, lalu kita sembahyang atau ceremonial besar besaran, lalu setelahnya kita bagi beras biasanya
S: trs kegiatan keagamaan dalam menjaga keharmonisan misalkan seperti seminar kerjasama dengan lithang begitu?
B : Oh kita dari dulu dengan yang belakang selalu harmonis dulu bhikkuni mejina, sewaktu hidup selalu membagi kan beras ke belakang karena pada waktu umat yang belakang kan sedikit. Terkadang ada hubungan timbal balik diantara yang dibelakang dengan kita, sehingga hubungan kita tidak ada masalah, tidak hanya dibelakang bahkan dengan yang keristen maupun muslim pun gpp, welcome koq kita.
S : oh jadi seperti kegiatan seminar sering diadakan dengan belakang bu?
B: JADI kita kalau seminar itu belum, kita selama disini belum pernah Cuma hubungan saja tetap harmonis
S: oh jadi kalau seminar itu belum pernah?
B : belum , Cuma kalau pemuda pemudi salalu mengadakan kegiatan untuk buddhisme. yaudah
S : BEGINI bu kan ibu pernah di undang ke acara ke seminar sebagai pembicara, kira kira yang disampaikan itu apa?
B : biasanya kalau seminar itu, bagaimana apa ajaran buddha dengan islam itu bagaimana ada perbedaan meskipun tidak terlalu mencolok, kebaikan itu pasti, Cuma kan ditempat kita itu kan ada pancasila, pokok itu buddhis, sehingga dalam dirinya itu hanya ada satu keyakinan dan itu wajib diterapkan dalam kehidupan sehari hari seperti dilarang mencuri, asusila, mabuk, menghindari pencurian, pembunuhan, dan berbohong, trs itu pokok landasan utama yang harus dijalankan di kehidupan sehari hari untuk mengurangi kekotoran batin yang ada dalam diri kita saeperti sombong congkak,iri hati dan itu semua dapat dihindari sehingga kehidupan kita ini mendapat suatu kebahagiaan bila tidak merugikan orang lain. Jadi dalam buddhis itu pancasila sangat penting sekali diterapkan dalam kehidupan
S : seminar kan belum pernah bekerja sama dengan belakang ?
B : Cuma kalau ajarannya kita selalu mengadakan diskusi diantara muda mudi, kalau seminar kita sering
S : dalam keperibadatan pernah tidak dengan kerja sama dengan lithang?
B : oh kita pernah, Cuma waktu saya di purwekerto saya pernah diskusi lintas agama.
S : jadi kalau disini juga sering ya bu bu?
B: kita jarang, tapi kalau yang muda mudi mungkin sering pernah, tapi kalau untuk lithangnya sering karena disitu kan umatnya sedikit, muda mudinya lumayan banyak, orang tuanya hanya ibadah saja lalu pulang. Berbeda dengan disini kan ada dhammanya ajarannya itu pasti. hari minggu boleh datang kesini
S : oh yang dari Jakarta utara bukan bu? Soalnya saya juga pernah kesini
B : bhikku? Gada dari Jakarta utara paling dari banten
S: hubungan dengan masyarakat sekitar bagaimana bu?
B: oh hubungan kita baik dengan masyarakat sekitar juga ga ada masalah
S : pernah kerja sama dengan kegiatan apa begitu?
B : oh pernah bahkan seing, Cuma ya hubungan kita kaya kita mau bagi beras kita undang mereka, terus kalau kita ada apa apa mereka juga bantu
S : pandangan bhikku mengenai harmonisasi ?
B : kalau kita ya yang namanya harmonisasi itu baik dimana pun itu kita selalu welcome dan tidak ada masalah
S : peran dalam menjaga keharmonisan ?
B : peran kita satu, saling menghormati, dimanapun kita selalu menghormati, dengan menghormati kita jauh dari masalah, kedua saling bantu, seperti baksos, jadi apa ya kita punya selalu bagikan baik itu beras maupun lainnya, dimana keharmonisan itu bisa terjalin berkanjut
S : ceramah yang diperuntukan bagi muda mudi apa diadakan?
B: oh pernah setiap diskusi, kita ada jadi tidak hanya bagi kita tapi terhadap semuanya, kita siap membantu apapun itu kalau diperlukan, kita ga masalah, malah dulu pernah ada pesantren yang sering kesini lalu kita bantu mereka.
S : hubungan dengan non buddhis itu gada masalah bu?
B: oh baik ga ada masalah karena hidup ini susah apa lagi dibuat susah, kita baik baik saja saling menghargai saling menghormati, kalau ada kita rangku biarpun ga ada ya tidak apa apa
S : tapi diskusi dengan pihak lithang yang muda mudinya pernah?
B : oh itu pernah tapi itu tidak berlangsung disini jadi tidak hanya disini, tapi kalau disini tidak pernah
S: kenapa gapernah?
B: oh karena kita pun juga gatau siapa pengurus lithang itu jadi gatau siapa mereka
S : kita kan baru disni sekitar tahun 30 tahunan,
B : oh jadi lebih dulu lithang apa wihara ini bu yang lebih berdiri?
S : waduh pokoknya kita berdiri tahun 85 dan baru tahu kalau ada wihara disini tahun 87. Dulu daerah sini masih sepi masih banyak perampokan juga.
S : oh iya bhikku disini ada ga buletin?
B : oh kita ga ada, karena minim tenaga
S : terus media media seperti koran itu ada ?
B : oh belum ada disini, karena pengurusnya Cuma 3 orang, kurang tenaga kita disini
Nn S : Nama bapak siapa?
H : Nama saya Hendra suprapto
S : Jabatan bapak sebagai apa?
H : Jabatan saya sebagai rohaniawan
S : Kegiatan keagamaan yang biasa dilalukan disini ?
H : Disini biasa kebaktian rutin seminggu sekali, lalu kebaktian kamis malam jum’at selain itu juga
ada kebaktian cey cap go, cey itu tanggal 1 konselik penanggalan tionghoa sama tanggal 15 nya
begitu. Jadi sebulan itu dua kali yaitu tanggal 1 dan 15 dan ada hari-hari besar lainnya yang diadakan
disini
S : Lalu kegiatan seperti seminar, apa pernah dilakukan disini?
H : ada, kita juga pernah mengadakan bedah kitab suci lalu pernah ada perkumpulan lithang se-banten
raya pernah sampai dari jawa barat kita undang kesini dan tampa mengurang di sini juga mengundang
vihara di samping kita sebagi bentuk teloran. Lalu ada acara kebktian bersama-sama
S : kalau kegiatan acara dengan agama lain pernah?
H : pernah kita juga justru diadakan rutin setiap tahun. Kunjungan dari wisata bina rohani, anak-anak
sekolah untuk lebih mengenal rumah ibadah disini
S : lalu kerjasama dengan wihara pernah?
H : pernah , kalo kita ada kegiatan kiat saling mengundang bahkan kadang vihak vihara membantu
untuk maen barongsay kalo ada ada acara ulangtahun lithang ,
S : kalau pemuda disini pernah mengadakan acara dengan agama lain?
H : kalau pemuda disni pernah diskusi keluar dengan agama lain tapi kalau mengadakan acara dengan
agama lain disni pernah ada tetapi dengnan vihara yang ada di samping
S : bagaimana hubungan dengan warga sekitar ?
H : Oh hubungan dengan masyarakat sangat baik bahkan luar biasa, bahkan sudah terjalin hubungan
persaudaraan, jadi meskipun kita etnis tionghoa pendatang, tapi kita diterima dengan baik sekali disni,
bahkan ada yang kawin campur dengan warga disni, bahkan setiap tahun kita juga mengadakan acara
bakti sosial yang diadakan 2 kali untuk umum, apalagi kalau ibadah kebaktian besar pasti diadakan.
S : dan apakah itu hanya berlaku bagi umat khonghucu?
H : tidak, semua boleh ikut, dari rt/rw kita tanya ada gak yang membutuhkan kalau ada ya kita kasih,
tidak peduli agamanya apa
S : lalu bagaimana menurut bapak mengenai harmonisasi?
H : kalau diajaran kita sih, kita memegang satu prinsip bahwa semua adalah saudara, di empat penjuru
lautan semua adalah saudara, jadi ribuan tahun yang lalu nabi kita sudah mengadakan itu, jadi
semuanya tidak peduli apapun itu dia adalah saudara, semua yang datang kepada kita dalah saudara
S : Lalu pak bagaimana harmonisasi perspektif agama khonghucu?
H : satu jalan suci kita adalah satu yaitu hubungan kepada Tuhan, selain itu juga menjaga hubungan
baik manusia, atau bisa disebut tepa sarya. Banyak sebenernya yang diajarkan nabimkita tapi dua itu
saja cukup
S : bagaimana peran lithang dalam menjaga harmonisasi?
H : dalam setiap ibadah kita selalu mengutip ayat-ayat dari nabi kita, yaitu seperti empat penjuru
lautan semua adalah saudara, dan membahagiakan yang dekat maka yang jauh akan berdatangan,
jangan sampai kita melupakan yang dekat
S : Pernah ga ada kegiatan dengan warga sekitar?
H : oh pernah, contohnya kita kerja bakti, karena kita sudah membaur dengan mereka, jadi kalau ada
apa apa selalu kita kerja sama dengan mereka
S : Berarti kalau ada acara yang diselenggarakan bersama mau terlibat pihak lithang?
H : oh iya kita pasti dengan senang hati terlibat. Karena biasanya hari besarnya kan sama, dia dan
disini tridharma sama dasar-dasar nya dengan kita, dulu juga pernah mereka minta barongsai dan kita
merayakan cap go meh bersama
S : selain barongsai apa ada kegiatan yang diminta pihak wihara?
H : ada banyak sih paling sampai sekarang Cuma sebatas itu, karena dia kan buddha yang murni
paling baca parita, karena kalau kita teliti lebih lanjut bahwa tridarma itu kan menyatukan tiga agama
menjadi satu, dan karena itu pula orang juga sudah tahu mana buddhis mana khonghucu
S : berarti tindakan dalam menjaga keharmonisan?
H : siapapun dia agamanya apa, kita anggap mereka saudara, setiap ada kesusahan kita bantu, itu yang
dituntut dari khonghucu
S : pak pernah ada kelompok tertentu kesini dengan niatan jelek?
H : OH ga ada, karena kita dekat sekali dengan warga sekitar jadi kalau ada masalah bgitu warga
biasanya bantu kita, paling yang dikhawatirkan adalah motor, soalnya maling motor dimana-mana
haha
S : mengenai acara bakti sosial tadi pak. Apa ada klaim tertentu bahwa ini khonghucu, ini islam begitu
pak?
H : OH ITU tidak biasanya kita kumpulkan dulu mana uamt khonghucu yang dalam keadaan ada, lalu
kita cari warga sekitar yang membutuhkan, karena kan disetiap harta kita tidak seratus persen semua
milik kita, bahwa di dalam harta kita justru ada hak untuk mereka yang harus dibagikan. Percuma kita
sembahyang tapi kalau hubungan dengan sesama tidak dijaga. Intinya kita harus menjaga harmonisasi
untuk keadaan negara yang lebih baik
S : langkah-langkah untuk menghadapi radikalisme agama?
H : intinya harus paham agama sepenuhnya jangan setengah-setengah karena sampai hari ini
penyebab munculnya radikalisme agama ya itu karena mereka paham agamanya setengah setengah
S : jadi kalau keberagamaan sudah inkusif yak pak?
H: oh iya disni lingkungannya sudah terbuka sekali, ramah dan nerima apa adanya kita, bahkan kita
pernah waktu puasa ikut bagi bagi takjil bahkan ikut bayar zakat fitrah juga.
S : bapak kalau mengisi kebaktian disini saja ?
H : oh ngga saya tidak hanya disini pernah saya isi di Jakarta bahkan sampai ke bogor juga pernah, ini
pak ade ketua lithang daerah sini,
S: pak ade, pernah ga disini mengadakan acara keagamaan dengan wihara?
A : OH kalau kita pernah ko mengadakan bareng , paling Cuma ada acara ulang tahun wihara baru
kita diundang begitu juga sebaliknya, pemudanya juga pernah pernah kan rata-rata umat jemaat
disana kan orang dari Jakarta kebanyakan
S : sejarah lithang disni pak ?
A : lithang disini dibangun tahun 74, direnov tahun 92 dan jadi seperti kaya sekarang
S : ADA kendala gak pak dari berdirinya lithang disini?
A : oh gada, bahkan bupati tanggerang yang meresmikan lithang ini,
S : berati bapak generasi keberapa yang mengurus lithang ini?
A : saya yang ketujuh, yang pertama itu bapak saya
S : ada seperti pemilu pak ?
A : IYA SISTEMnya seperti begitu jadi nanti dipilih langsung oleh jemaat, dan ada masa periodenya
yaitu 4 tahun, dan jabatan saya berakhir nanti oktober 2018
S : jadi apa kita boleh ikut serta pak dalam kegiatan lithang disini?
A : oh boleh, bahkan sering ko mahasiswa uin kesini biasanya menghadiri upacara kamatian
pernikahan kebaktian besar, nanti kalau ada acara saya kasih kabar
S : jadi hubungan dengan warga sekitar bagaimana pak?
A : baik, malah disni saya sebagai ketua rw disni jadi lingkungan disini kan majemuk, semuanya akur
akur saja
S : kira-kira apa perekatnya?
A : oh karena disni gada panatisme agama, jadi semuanya sudah terbiasa dengan keberagamaan dalam
beragama.
S : oh jadi pak kalau misal diundang untuk menghadiri acara keagamaan dengan agama lain?
A : pasti saya hadir, mau itu maulid, natalan, lebaran pokoknya kalau diundang dan saya masih sehat
pasti saya hadir. Intinya saling berbaur dan mengikuti ajaran nabi
S : langkah bapak dalam menjaga keharmonisan agama yang ada di pondok cabe?
A : saling menghormati, saling menghargai, dan ga ngusik ibadah mereka
S : oh jadi bapak itu gak menonjolkan agamanya apa yang penting rukun bgitu?
A : iya betul, paling ditamakan itu kerukunan untuk keberlangsungan negara ini
S : jadi menurut bapak itu semua agama itu mengajarkan kebaikan namun pemaknaannya saja yang
berbeda?
A : iya begitu
S : umat khonghucu disni apakah banyak?
A : sekitar 400an, terutama pas imlek ramai sekali disini
S : apakah ada organisasi pemuda khonghucu?
A : ada namanya pakin, pemuda agama khonghucu, kalau perkin itu perempuan khonghucu,
S : lithang ini sudah berapa kali direnov?
A : baru 2 kali bahkn nanti akan ditingkat lagi, dan parkiran akan diperluas lagi
S : apakah pak iksan sering kesini ?
A : pernah tapi itu sudah lama , bahkan isi khotbah juga pernah sudah dua kali