pengaruh keberatan dan banding terhadap penerimaan pajak
TRANSCRIPT
-
8/17/2019 Pengaruh Keberatan Dan Banding Terhadap Penerimaan Pajak
1/3
Pengaruh Keberatan dan Bading Terhadap
Penerimaan Pajak
PENGARUH KEBERATAN TERHADAP PENERIMAAN PAJAK
Keberatan pajak (tax objection) merupakan “hak” Wajib Pajak yang diatur oleh
Undang-Undang perpajakan yang berlaku di hampir seluruh Negara yang demokratis,
terutama yang sistem perpajakannya menganut self assessment system. Wajib Pajak akan
mengajukan keberatan manakala tidak puas atau kurang puas terhadap suatu ketetapan pajak
yang dikenakan kepadanya.
Di Indonesia, sebagaimana diatur dalam pasal 25 ayat (1) Undang-Undang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan, Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan atas suatu:
A. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB);
B. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT);
C. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN);
D. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB); atau
E. Pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan
perundang-undangan perpajakan.
Sebagaimana dikemukakan di atas, manakala tidak puas atau kurang puas terhadap
suatu ketetapan pajak yang dikenakan kepadanya Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan.
Ini berati apabila Wajib Pajak “berpendapat” bahwa jumlah rugi, jumlah pajak, atau jumlah pemotongan atau pemungutan pajak tidak sebagaimana mestinya, Wajib Pajak dapat (berhak)
untuk mengajukan keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak. Atau dengan kata lain, adalah
hak para Wajib Pajak untuk mengajukan keberatan atas suatu Surat Ketetapan Pajak ataupun
pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga.
Dalam mengajukan keberatannya Wajib Pajak mengemukakan jumlah pajak yang
terutang, jumlah pajak yang dipotong atau dipungut, atau jumlah rugi menurut penghitungan
Wajib Pajak dengan disertai alasan yang menjadi dasar penghitungan. Yang dimaksud
-
8/17/2019 Pengaruh Keberatan Dan Banding Terhadap Penerimaan Pajak
2/3
dengan alasan-alasan yang menjadi dasar penghitungan adalah alasan-alasan yang jelas dan
dilampiri dengan fotokopi surat ketetapan pajak, bukti pemungutan atau bukti pemotongan
yang diajukan keberatan.
Pengajuan keberatan disampaikan kepada Kantor Pelayanan Pajak dimana wajib pajak terdaftar. Penanganan mengenai pengajuan keberatan Wajib Pajak dilaksanakan di
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak yang membawahi Kantor Pelayanan
Pajak.Selanjutnya dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal surat
keberatan diterima (oleh Kantor Pelayanan Pajak), Direktur Jenderal Pajak harusmemberikan
keputusan atas keberatan yang diajukan Wajib Pajak. Kemudian sesuai dengan ketentuan
pasal 26 ayat (3) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, keputusan
Direktur Jenderal Pajak atas keberatan dapat berupa mengabulkan seluruhnya atau sebagian,
menolak atau menambah besarnya jumlah pajak yang harus dibayar.
Dengan demikian ada kepastian hukum bagi Wajib Pajak yaitu jika dalam jangka
waktu 12 bulan Wajib Pajak tidak menerima keputusan atas keberatan yang diajukannya
maka keberatan Wajib Pajak harus diterima. Dan, adalah “legal” adanya bahwa keputusan
Direktur Jenderal Pajak terhadap pengajuan keberatan bisa berupa: mengabulkan seluruhnya
atau sebagian, menolak atau menambah besarnya jumlah pajak yang harus dibayar.
Jika keputusan Direktur Jenderal Pajak atas keberatan dapat berupa mengabulkan
seluruhnya atau sebagian maka penerimaan pajak akan berkurang dikarenakan penerimaan
pajak akan lebih sedikit dibandingkan besarnya pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar (SKPKB) , Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT).Begitu pula,
jika keputusan Direktur Jenderal Pajak atas keberatan dapat berupa mengabulkan seluruhnya
atau sebagian keberatan Wajib Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) maka
penerimaan pendapatan negara melalui pajak akan berkurang.
Jika keputusan Direktur Jenderal Pajak atas keberatan dapat berupa menolak
keberatan dari wajib pajak atas Surat Ketetapan Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Lebih Bayar, maka penerimaan pajak akan bertambah jika
wajib pajak tidak melakukan banding. Begitu pula, Jika keputusan Direktur Jenderal Pajak
atas keberatan dapat berupa menambah besarnya jumlah pajak yang harus dibayar maka
penerimaan pajak akan bertamabah jika wajib pajak tidak melakukan banding.
-
8/17/2019 Pengaruh Keberatan Dan Banding Terhadap Penerimaan Pajak
3/3
Sumber :
Suandy, Erly. 2014. Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat
www.ortax.org
www.ekonomi.kompasiana.com/moneter/2011/03/18/keberatan-pajak/ Eko P S (041411331224)
Meishella Apriliani (041411331226)
Safira Salsabila (041411331232)
M Cahyaning P (041411331238)
Rodhiyatus Sholihah (041411331242)
http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2011/03/18/keberatan-pajak/http://www.ortax.org/