pengaruh keangkaramurkaan durga terhadap burisrawa …
TRANSCRIPT
1
Pengaruh Keangkaramurkaan Durga Terhadap Burisrawa Dalam Lakon
Panakawan Kembar
Muhammad Fauzi
Program Studi Sastra Daerah Untuk Sastra Jawa
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia
Abstrak
Lakon merupakan istilah lain dari drama. Lakon dalam masyarakat Jawa terdiri dari beberapa jenis, seperti kethoprak, wayang wong (wayang orang), ludruk, dan drama tradisional. Lakon yang diteliti yaitu lakon klasik wayang orang dengan objek pengkajian berupa naskah lakon wayang orang dengan judul Panakawan Kembar. Naskah ini ditulis oleh Undung Wiyono selaku tim Wayang Orang Sekar Budaya Nusantara dan dipentaskan pertama kali pada tahun 2005 oleh TVRI. Pemilihan objek penelitian ini karena dalam naskah lakon Panakawan Kembar terdapat pesan moral yang dapat menjadi contoh kehidupan di masyarakat. Terdapat konflik pertarungan antara sifat baik melawan sifat buruk. Penelitian naskah wayang orang Panakawan Kembar dilakukan dengan cara penelitian struktural menggunakan buku teori Analisis Drama dan Teater karya Soediro Satoto dan buku teori Etika Jawa : Sebuah Analisis Falsafi Tentang Kebijaksanaan Hidup Orang Jawa (1984) karya Franz Magnis Suseno. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif untuk mencapai tujuan yaitu mengetahui nilai moralitas dan memberikan pemahaman mengenai sifat-sifat baik yang terdapat dalam naskah lakon Panakawan Kembar.
Kata kunci: drama, struktural, panakawan, moralitas, wayang.
Pendahuluan
Sastra merupakan karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti
keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman, 1990:70). Dalam
buku Membaca Sastra (2002:16) Teks sastra atau sastra tulis digolongkan menjadi tiga genre,
yaitu genre puisi, prosa, dan drama. Genre dalam sastra tulis salah satunya adalah lakon.
Lakon merupakan istilah lain dari drama. Lakon berasal dari bahasa jawa ‘laku’ yang
ditambah akhiran ‘an’. (Satoto, 2016:36). Menurut Poerwadarminta dalam kamusnya
Baoesastra djawa (1939:257), laku memiliki arti tindakan.
Lakon merupakan salah satu jenis sastra selain prosa dan puisi. Definisi lakon ialah
karangan berbentuk drama yang ditulis dengan maksud untuk dipentaskan (Sudjiman,
1990:41). Lakon dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti karangan yang disampaikan
kembali melaluli tindak-tanduk dalam benda perantara hidup (manusia) atau sesuatu (boneka,
Pengaruh motivasi ..., Muhammad Fauzi, FEB UI, 2015
2
wayang) sebagai pemain. Lebih jelasnya, naskah lakon adalah cerita yang ditulis untuk
dipentaskan, sedangkan lakon adalah hasil pementasan dari naskah lakon.
Pengkajian lakon dapat dilaksanakan menggunakan dua aspek, yaitu aspek sastra atau
literer dan aspek pementasan atau teatrikal (Satoto, 2016:13). Aspek literer lebih
mementingkan unsur-unsur struktural naskahnya, sedangkan aspek teatrikal lebih
mementingkan penggarapan dan pementasannya. Pada pengkajian ini, lakon yang diteliti
adalah jenis lakon wayang orang melalui aspek literer.
Objek pengkajiannya berupa naskah lakon wayang orang berjudul Panakawan Kembar.
Naskah ini ditulis oleh Bapak Undung Wiyono. Naskah ini dipertunjukan pertama kali oleh
tim Wayang Orang Sekar Budaya Nusantara pada tahun 2005 di Televisi Republik Indonesia
(TVRI). Kemudian dipentaskan secara langsung pada tahun 2015 dengan judul yang diubah
menjadi Panakawan Tanding di Gedung Kesenian Jakarta.
Penelitian sastra lakon melalui aspek literer hanya sebatas penelitian struktural. Oleh
karena itu untuk mencapai tujuan penelitian hanya berfokus kepada unsur-unsur struktural
sastra. Unsur yang difokuskan dalam penelitian ini yaitu tokoh dan penokohan serta amanat.
Unsur tokoh dan penokohan sangat berperan penting dalam suatu karya sastra lakon untuk
menimbulkan masalah dalam cerita lakon tersebut. Tokoh dan penokohan juga berfungsi
untuk menyampaikan pesan moral atau amanat kepada pembaca atau penikmat karya sastra
lakon tersebut. Pada penelitian ini juga tidak mengabaikan unsur lain selain unsur tokoh,
penokohan, dan amanat. Akan tetapi juga menganalisis semua unsur struktural. Pada dasarnya
unsur struktural memiliki hubungan dan keterkaitan satu sama lain sehingga membentuk
suatu karya sastra yang utuh.
Lakon Panakawan Kembar merupakan lakon carangan atau lakon yang bersifat tidak
pokok atau tidak ada dalam kitab cerita wayang, baik Mahabharata maupun Ramayana. Akan
tetapi cerita ini merupakan sebuah cerita pembaruan dari lakon Sembadra Larung
(Ensiklopedi Wayang, 1999 : 273). Lakon Panakawan Kembar merupakan lakon pembaruan,
maka dari itu dapat diketahui bahwa lakon Panakawan Kembar dibuat dengan gaya atau
gagrak Surakarta. Gaya atau gagrak Surakarta memiliki suatu ciri khas sendiri yaitu sering
melakukan pembaruan dalam cerita-cerita wayang atau Yasa Enggal. (Soetarno, 2011).
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang terdapat dalam
naskah lakon wayang orang Panakawan Kembar, yaitu menjelaskan bagaimana unsur-unsur
teks saling mengkonstruksi dalam naskah lakon wayang orang Panakawan Kembar serta
bagimana moralitas yang dapat dipetik dalam naskah lakon wayang orang Panakawan
Kembar. Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh hasil yang dapat menambah ilmu dan
Pengaruh motivasi ..., Muhammad Fauzi, FEB UI, 2015
3
wawasan pembaca di bidang sastra pada umumnya dan di bidang lakon dan naskah wayang
orang pada khususnya. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan renungan bagi
masyarakat untuk mengenal, mengetahui, kemudian memilih sifat-sifat yang disampaikan
melalui naskah lakon Panakawan Kembar.
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Pada penelitian terdahulu, tidak banyak ditemukan penelitian mengenai naskah lakon,
namun terdapat penelitian tentang wayang. Salah satunya penelitian berbentuk skripsi karya
Hanief Syafi Al Umam dengan judul Lakon Antasena Takon Rama “Perangipun Kakang
Kawah Adhi Ari-Ari” (2016). Penelitian tersebut menggunakan sumber data naskah lakon
hasil dari pementasan atau transkrip. Penelitian tersebut pun terbatas, penulis hanya meneliti
unsur-unsur strukturalnya saja tanpa menganalisis budaya yang terkandung dalam lakon
tersebut.. Berbeda dengan penelitian saat ini dimana peneliti juga melakukan analisis
mengenai nilai-nilai keutamaan dan keangkaramurkaan serta pengaruh besar seorang tokoh
terhadap tokoh utama yaitu pengaruh keangkaramurkaan Durga kepada Burisrawa.
Data dan Metodologi
Penelitian ini menggunakan sumber data yaitu naskah lakon dengan judul Panakawan
Kembar karya Undung Wiyono yang dipentaskan oleh tim wayang orang Sekar Budaya
Nusantara tahun 2005. Selanjutnya sumber data pada penelitian ini disebut NLPK.
Penelitian ini disusun menggunakan teori Prof. Dr. H. Soediro Satoto dalam bukunya,
Analisis drama & Teater (2016). Buku tersebut menjelaskan pengertian drama/lakon dan
menjabarkan unsur-unsur pembangun sebuah drama/lakon. Unsur-unsur tersebut yang
kemudian disebut unsur-unsur struktural. Teori tersebut dipilih sebagai teori dasar dalam
penelitian ini karena lebih berfokus kepada struktural drama/lakon.
Selain itu, penelitian ini dikerjakan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif
kualitatif. Penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif dalam bentuk kata-kata yang
tertulis maupun bentuk lisan dari obyek yang diamati. Metode tersebut dipilih untuk
mengungkapkan pendapat atau tanggapan masyarakat terhadap suatu masalah. Metode ini
juga bertujuan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala
yang ada, mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktik-praktik yang berlaku,
membuat perbandingan atau evaluasi dan menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam
menghadapi masalah yang sama.
Pengaruh motivasi ..., Muhammad Fauzi, FEB UI, 2015
4
Pada penelitian naskah lakon wayang orang berjudul Panakwan Kembar, terdapat
tahapan-tahapan analisis yang dilakukan untuk mendapatkan sebuah temuan menggunakan
teori dan metodologi di atas. Tahapan-tahapan analisis pada NLPK digambarkan
menggunakan bagan berikut ini:
(Bagan Tahapan Analisis)
Keterangan bagan:
Analisis NLPK dimulai dengan menganalisis unsur-unsur struktural yang saling berkaitan
satu sama lain, yaitu penokohan, alur, latar, tema dan amanat, tikaian, dan cakapan. Setelah
menganalisis unsur-unsur struktural NLPK, kemudian dilakukan analisis etika berdasarkan
analisis struktural sebelumnya. Kemudian setelah melakukan analisis struktural dan etika,
ditarik kesimpulan dari temuan-temuan dalam analisis-analisi tersebut.
Pertarungan Dalam Lakon Panakawan Kembar
Jika dilihat berdasarkan siklus cerita wayang, maka cerita dalam NLPK termasuk
kedalam siklus cerita wayang Mahabharata. Hal tersebut dapat dilihat pada tokoh-tokoh yang
muncul dalam cerita Panakawan Kembar yaitu para Pandawa dan Panakawan. Tokoh-tokoh
yang muncul dalam NLPK merupakan tokoh-tokoh yang terdapat dalam siklus Mahabharata.
Tokoh-tokoh tersebut kemudian dibagi menjadi dua pihak yang saling berperang. Pihak
pertama yaitu pihak Arjuna dan pihak kedua yaitu pihak Burisrawa.
Penokohan
Alur
Latar
Tema dan Amanat
Tikaian
Cakapan
Naskah Lakon Wayang Orang Panakawan Kembar
Etika
Kesimpulan
Pengaruh motivasi ..., Muhammad Fauzi, FEB UI, 2015
5
Penjabaran tokoh-tokoh NLPK dikategorikan berdasarkan peran watak, seperti yang
tampak pada tabel berikut :
Protagonis Antagonis Tritagonis
1. Arjuna
2. Sembadra
1. Bathari Duurga
2. Burisrawa
1. Prabu Kresna
2. Resi Kanwa
Peran Pembantu
1. Semar
2. Gareng
3. Petruk
4. Bagong
5. Patih Sucitra
6. Patih Surata
7. Ulupi
8. Puntadewa
9. Werkudara
10. Panakawan palsu
Berdasarkan tabel pengelompokan tokoh di atas, tokoh-tokoh dalam NLPK dibagi
menjadi empat kelompok. Keempat kelompok tersebut yaitu Protagonis yang terdiri dari
Arjuna, Sembadra. Antagonis yang terdiri dari Bathari Durga dan Burisrawa. Tritagonis yang
terdiri dari Kanwa dan Kresna. Serta kesepuluh tokoh peran pembantu yang terdiri dari
Semar, Gareng, Petruk, Bagong, Patih Sucitra, Patih Surata, Ulupi, Puntadewa, Werkudara,
Panakawan Palsu. Tabel tersebut membuktikan bahwa tokoh-tokoh yang hadir di dalam
NLPK merupakan tokoh-tokoh yang bercerita atau hadir dalam siklus cerita wayang
Mahabharata. Jika dilihat hanya berdasarkan tokoh utamanya pun sudah dapat disimpulkan
bahwa tokoh Arjuna yang berperan sebagai tokoh utama berada di siklus cerita wayang
Mahabharata.
Tokoh antagonis, protagonis, dan tritagonis sangat berpengaruh dalam cerita NLPK.
Ketiga kelompok tokoh tersebut yang membangun konflik dalam cerita NLPK. Sedangkan
kesepuluh tokoh peran pembantu tidak terlalu berpengaruh terhadap jalannya cerita dalam
NLPK. Kesepuluh tokoh tersebut merupakan bumbu-bumbu penyedap dalam penulisan karya
sastra agar karya sastra tersebut lebih menarik dan bernilai lebih. Tidak banyak dialog yang
diucapkan oleh kesepuluh tokoh di atas. Meski demikian, para Panakawan baik yang asli
maupun yang palsu tetap berdialog membawakan cerita secara improvisasi terutama pada saat
adegan Gara-gara. Oleh karena itu hanya sedikit ditemukan data mengenai para panakawan.
Meski demikian Panakawan tetap dijadikan judul lakon.
Pihak Arjuna dibantu oleh kedua kakaknya yaitu Puntadewa dan Werkudara. Puntadewa
dikenal juga dengan nama Yudihistira yang merupakan kakak pertama Arjuna. Werkudara
dikenal juga dengan nama Bima yang merupakan kakak kedua Arjuna. Puntadewa,
Werkudara dan Arjuna ditambah kedua adiknya yaitu Nakula dan Sadewa adalah pihak yang
memiliki sifat-sifat keutamaan. Kelompok tersebut bernama Pandawa. Selain dibantu oleh
kedua kakaknya, Arjuna juga dibantu Prabu Kresna, brahmana bernama Resi Kanwa, dua
Pengaruh motivasi ..., Muhammad Fauzi, FEB UI, 2015
6
patih Kesatrian Madukara dan para abdi yaitu Panakawan. Panakawan terdiri dari Semar,
Gareng, Petruk, dan Bagong.
Di pihak lawan, Burisrawa dibantu oleh Bathari Durga yang merupakan penguasa Hutan
Krendawahana. Dikutip dari Ensiklopedi Wayang aksara D-E-F terbitan Senawangi (2017),
Bathari Durga pada awalnya bernama Dewi Uma yang merupakan istri dari Bathara Guru.
Dewi Uma dikutuk oleh Bathara Guru karena menolak diajak bercumbu diatas lembu Andini
menjadi seseorang yang berwujud raksasa perempuan. Dewi Uma yang telah berubah wujud
menjadi raksasa perempuan kemudian ditukar badannya dengan badan Sang Hyang Permoni
yang berwatak jahat dan culas oleh Bathara Guru. Badan rasaksa perempuan yang berjiwa
culas tersebut diberi nama Bathari Durga dan diberi tempat tinggal di Hutan Krendawahana.
Bathari Durga berkuasa atas segala jin, demit, genderuwo, hantu, dan makhluk halus lainnya.
Jika dilihat dari sekian banyak makhluk halus yang menjadi pengikutnya, terdapat empat
makhluk halus yaitu Jaramaya, Palasiya, Klenthing Mungil, dan Topeng Greges di dalam
NLPK. Keempat makhluk tersebut dipilih untuk membantu Burisrawa dengan cara diubah
wujudnya menjadi para Panakawan.
Pertarungan antara keutamaan dan keangkaramurkaan digambarkan menggunakan bagan
berikut ini :
Keterangan ikon
: satu tokoh mendukung tokoh lainnya
: satu tokoh memiliki hubungan dengan tokoh lainnya
: suatu tokoh mengalami konflik dengan tokoh lainnya.
Burisrawa
Durga
Arjuna
Sembadra
Puntadewa
Werkudara
Semar
Gareng
Petruk
Bagong
Ulupi Sucitra
Surata
Panakawan Palsu
Kanwa
Kresna
Pengaruh motivasi ..., Muhammad Fauzi, FEB UI, 2015
7
Keterangan bentuk bagan Keterangan warna
: tokoh Protagonis : Keutamaan
: tokoh Antagonis : Keangkaramurkaan
: tokoh Tritagonis
: tokoh Peran Pembantu
Pada NLPK, Bathari Durga berpihak kepada Burisrawa yang sebagaimana sudah
dijelaskan bahwa Burisrawa berada dipihak angkara. Kekuatan yang dimiliki oleh Bathari
Durga sangat berpengaruh terhadap rencana jahat Burisrawa untuk menculik Dewi Sembadra.
Bathari Durga menggunakan kekuatannya untuk mengubah wujud Burisrawa menjadi sesosok
Arjuna palsu yang dapat mengelabuhi Dewi Sembadra dan para patih Kesatrian Madukara.
Pengaruh yang diberikan Bathari Durga terlihat jelas sangat kuat mempengaruhi Burisrawa.
Jika Bathari Durga tidak memberikan pengaruh kekuatannya terhadap Burisrawa maka dapat
dipastikan tidak ada konflik dalam NLPK. Hal tersebut dikarenakan munculnya kedua tokoh
tersebut di awal cerita sehingga sangat berpengaruh terhadap plot atau alur cerita lakon
Panakawan Kembar. Jika tidak ada pengaruh Bathari Durga terhadap Burisrawa maka tidak
akan ada penculikan dan tikaian-tikaian lain dalam NLPK.
Cerita NLPK yang terdiri dari empat adegan dijelaskan sebagai berikut :
• Adegan I
Diceritakan Burisrawa sedang gundah-gulana karena jatuh cinta kepada Dewi Sembadra.
Cinta Burisrawa bertepuk sebelah tangan tanpa mendapatkan balasan dari sang pujaan hatinya
karena Dewi Sembadra telah dipersunting dan menjadi istri Arjuna. Rasa cintanya yang begitu
besar kepada Dewi Sembadra membuatnya gelap mata. Burisrawa melakukan Tapa untuk
meminta pertolongan kepada Bathari Durga. Usaha yang dilakukannya tidak sia-sia, Bathari
Durga memberikan pertolongan kepada Burisrawa dengan mengubahnya menjadi sosok
Arjuna dan memberikan bantuan empat prajurit yang diubah menjadi para Panakawan.
• Adegan II
Patih Sucitra dan Patih Surata sedang berada di taman Madukara. Kedua patih tersebut
berada di taman Madukara bersama Dewi Sembadra dan para putri taman. Tiba-tiba
Burisrawa yang berwujud Arjuna palsu datang dan langsung merayu Dewi Sembadra. Dewi
Sembadra merasa aneh dengan sikap suaminya yang tidak seperti biasanya. Dirinya menaruh
curiga kepada suaminya sedangkan suaminya, Arjuna palsu semakin kasar memperlakukan
istrinya.
Pengaruh motivasi ..., Muhammad Fauzi, FEB UI, 2015
8
Kedua patih yang dibantu oleh para putri taman tersebut segera menghalangi Arjuna
palsu. Berkat bekal kekuatan Arjuna palsu yang diberikan oleh Bathari Durga, Arjuna palsu
tersebut berhasil menculik Dewi Sembadra dengan menggunakan ilmu yang membuat kedua
patih dan para putri raja tidak sadarkan diri. Kemudian Arjuna palsu menghilang bersama
Dewi Sembadra.
Arjuna asli datang bersama para Pandawa, tidak lama kemudian disusul oleh Prabu
Kresna. Melihat keadaan genting, Prabu Kresna menyarankan kepada Arjuna untuk mencari
brahmana sakti dengan tujuan meminta bantuan menemukan kembali istrinya, Dewi
Sembadra. Tanpa menunggu waktu, Aruna bergegas mencari brahmana tersebut.
• Adegan Gara-gara
Gara-gara merupakan sebuah adegan yang diceritakan oleh dalang mengenai dunia yang
sedang dilanda bencana alam yang berpengaruh sampai ke kayangan. Setelah itu ditampilkan
adegan yang santai dan diluar dari lakon yang sedang dibawakan oleh dalang tersebut. Tokoh-
tokoh yang muncul itu adalah keempat punakawan.
Pada NLPK tidak terdapat dialog untuk gara-gara. Dialog gara-gara tidak tertulis dalam
naskah melainkan dilakukan secara spontan. Dalam NLPK hanya terdapat keterangan bahwa
terdapat satu adegan setelah adegan II dan sebelum adegan III, yaitu gara-gara.
• Adegan III
Ketika di tengah hutan, Arjuna bertemu dengan Brahmana yang bernama Resi Kanwa
dan putrinya bernama Dewi Ulupi. Melihat ketampanan Arjuna, Resi Kanwa berniat
menjadikannya menantu. Arjuna bersedia dijadikan menantu tetapi dengan satu syarat.
Syaratnya adalah membantu menemukan Dewi Sembadra yang diculik Burisrawa. Resi
Kanwa mengeluarkan kesaktiannya, tiba-tiba Arjuna dan para Panakawan palsu muncul.
Dewi Sembadra bingung melihat dua Arjuna dan dua Panakawan.
Kedua Arjuna lalu berperang tanding satu lawan satu. Kekuatan keduanya sama. Suasana
semakin menegang. Tiba-tiba Resi Kanwa mengadakan sayembara. Barangsiapa yang dapat
masuk kedalam pusaka Kendi Pratala, dialah Arjuna yang asli. Sayambara pun dimulai,
awalnya Arjuna asli gagal. Arjuna palsu pun mencoba masuk ke dalam Kendi Pratala,
kemudian Arjuna palsu berhasil masuk ke dalam kendi. Dengan sigap, Resi Kanwa langsung
menutup kendi. Kendi tersebut kemudian dibanting. Aruna yang di dalam kendi berubah
wujud menjadi Burisrawa. Kemudian datanglah Prabu Kresna dan para Pandawa.
• Adegan IV
Pada adegan terakhir diceritakan para Panakawan asli bertarung dengan para Panakawan
palsu. Panakawan palsu kalah dan berubah wujud menjadi siluman pengikut Bathari Durga.
Pengaruh motivasi ..., Muhammad Fauzi, FEB UI, 2015
9
Sama halnya seperti adegan gara-gara, pada adegan IV tidak ditemukan data yang spesifik
dan hanya terdapat keterangan sebagai berikut : “PANAKAWAN KEMBAR!!!! Mereka
saling ruket, Panakawan palsu badhar. Selesai…”
Peristiwa-peristiwa yang dimunculkan pada tiap adegan diurutkan untuk menentukan jenis
alur apa yang terdapat dalam NLPK. Urutan peristiwa dijabarkan sebagai berikut :
1. Gundah-gulananya Burisrawa karena jatuh cinta kepada Dewi Sembadra.
2. Negosiasi antara Burisrawa dengan Bathari Durga.
3. Wujud Burisrawa diubah oleh Bathari Durga menjadi Arjuna dan empat siluman Bathari
Durga menjadi Panakawan.
4. Penyampaian pesan Sembadra terhadap Patih Sucitra dan Patih Surata agar selalu
menjaga kedamaian Kasatrian Madukara
5. Rayuan Arjuna palsu terhadap Dewi Sembadra.
6. Penculikan Dewi Sembadra oleh Arjuna palsu.
7. Kemunculan para Pandawa dan Prabu Kresna.
8. Pemberian saran kepada Arjuna asli untuk mencari Brahmana oleh Prabu Kresna.
9. Pertemuan antara Arjuna asli dengan Resi Kanwa.
10. Negosiasi antara Arjuna asli dengan Resi Kanwa.
11. Pembacaan mantra oleh Resi Kanwa untuk memanggil Arjuna palsu.
12. Perang antara kedua Arjuna.
13. Sayembara Memasuki Kendi Pratala.
14. Terkuaklah siapa Arjuna palsu yang menculik Dewi Sembadra.
15. Perang antara kedua Panakawan.
16. Kembalinya wujud Panakawan palsu menjadi anak buah Bathari Durga.
Peristiwa-peristiwa di atas menjelaskan bahwa awal mula konflik dalam NLPK yaitu
pada peristiwa dimana Burisrawa meminta pertolongan kepada Bathari Durga. Hal tersebut
menjelaskan bahwa pengaruh keangkaramurkaan yang diberikan Bathari Durga sangat besar
terhadap Burisrawa sehingga muncul konflik yang membantu jalannya cerita.
Berdasarkan urutan peristiwa di atas, laju cerita NLPK digambarkan dengan gambar alur
sebagai berikut ini :
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1. Alur Maju
Hal tersebut dikarenakan hubungan antar peristiwa berurutan dan berkesinambungan
secara kronologis dari tahap awal hingga tahap akhir.
Pengaruh motivasi ..., Muhammad Fauzi, FEB UI, 2015
10
2. Alur Erat.
Pada segi kualitatif, alur NLPK termasuk ke dalam alur erat karena rangkaian peristiwa
sangat padu di dalamnya.
3. Alur Tunggal
Pada segi kuantitatif, alur NLPK termasuk ke dalam alur tunggal karena tidak ada alur lain
yang tumpang tindih. Tidak ada pencabangan alur di dalam NLPK.
4. Alur Lurus
Alur dalam NLPK merupakan alur lurus karena jalinan peristiwa memiliki tahapan yang
urut atau runtut mulai dari peristiwa pertama hingga sampai peristiwa terakhir.
Penyajian peristiwa pada adegan tidak seluruhnya sampai pada tahapan klimaks
(Darmoko, 2017). Pada naskah lakon pun biasanya ditemukan lebih dari satu kali terjadinya
klimaks. Klimaks bisa terjadi dalam setiap adegan. akan tetapi juga berkemungkinan suatu
peristiwa hanya sampai gawatan saja, belum sampai klimaks sudah mendapatkan selesaian.
Oleh karena itu, penyajian struktur alur pada NLPK menggunakan “Piramida Gustav Freytag”
yang terdapat pada buku teori Analisis Drama dan Teater (Satoto, 2016). Penyajian struktur
alur digambarkan melalui diagram berikut ini:
Adegan I Adegan II Adegan III Adegan IV
……………………. 6 ………………………... 12 ………. 15 …….
…... 2 ………… 5 ........ 7……….... 10 .………..... 13 ……………..
1 3 4 8 9 11 14 16
(Diagram Alur)
Peristiwa pertama yaitu gundah-gulananya Burisrawa yang jatuh cinta terhadap Sembadra
merupakan pengantar persoalan yang terdapat di adegan pertama. Kemudian timbul gawatan
Pengaruh motivasi ..., Muhammad Fauzi, FEB UI, 2015
11
berupa negosiasi antara Burisrawa dan Bathari Durga. Atas kesepakatan tersebut kemudian
diubahlah wujud Burisrawa menjadi Arjuna yang merupakan selesaian dari pengantar
pertama. Peristiwa keempat kembali menjadi pengantar persoalan yang terdapat di adegan
kedua yaitu pesan dari Sembadra kepada kedua Patih untuk menjaga taman Madukara.
Timbullah gawatan dari peristiwa munculnya Arjuna palsu yang merayu Sembadra sampai
naik ke titik klimaks dimana Sembadra diculik oleh Arjuna palsu. Setelah klimaks lalu
muncullah para Pandawa dan Prabu Kresna yang menjadi leraian dari klimaks tersebut.
Setelah leraian, terjadilah selesaian dimana Prabu Kresna memberi saran kepada Arjuna untuk
mencari Brahmana yang dapat membantu menemukan kembali istrinya, Sembadra.
Peristiwa selanjutnya yaitu bertemunya Arjuna dengan Brahmana sakti bernama Resi
Kanwa yang merupakan pengantar pada adegan ketiga. Sempat terjadi gawatan pada adegan
ketiga ketika Arjuna bernegosiasi dengan Resi Kanwa dan atas kesepakatan tersebut, Resi
Kanwa dapat menemukan Sembadra dan Arjuna Palsu. Setelah itu terjadilah klimaks yaitu
pertarungan antara Arjuna asli dan Arjuna palsu. Leraian yang muncul yaitu dibuat sayembara
memasuki kendi. Terbongkarlah siapa Arjuna palsu dengan wujud sebenarnya yang menjadi
selesaian pada klimaks kedua adegan tiga. Pada adegan empat, langsung terjadi klimaks yaitu
pertarungan antara Panakawan asli dengan Panakawan palsu dan selesaian yaitu terkuaklah
siapa sosok dari para Panakawan palsu.
Selanjutnya penentuan tema berdasarkan peristiwa-peristiwa fungsional. Peristiwa-
peristiwa fungsional dalam NLPK dimulai dengan peristiwa pertama yaitu gundah-gulananya
Burisrawa karena jatuh cinta kepada Dewi Sembadra. Kemudian peristiwa ketiga yaitu wujud
Burisrawa diubah menjadi Arjuna dan empat siluman Bathari Durga menjadi Panakawan.
Selanjutnya peristiwa keenam yaitu penculikan Dewi Sembadra oleh Arjuna palsu. Kemudian
peristiwa kedelapan yaitu pemberian saran kepada Arjuna asli untuk mencari Brahmana oleh
Prabu Kresna. Selanjutnya peristiwa kesepuluh yaitu negosiasi antara Arjuna asli dengan Resi
Kanwa. Selanjutnya peristiwa kedua belas yaitu perang antara kedua Arjuna dan yang terakhir
peristiwa keempat belas yaitu terkuaknya siapa Arjuna palsu yang menculik Dewi Sembadra.
Tokoh-tokoh yang muncul pada peristiwa fungsional kemudian dijabarkan guna
membantu menemukan tema pada NLPK. Tokoh pertama yaitu Burisrawa yang merupakan
tokoh antagonis yang telah membuat konflik dengan menculik Dewi Sembadra. Tokoh kedua
yaitu Bathari Durga yang juga merupakan tokoh antagonis karena telah menyalahgunakan
kekuatan yang dimiliki untuk membantu berbuat kejahatan. Tokoh ketiga yaitu Arjuna yang
merupakan tokoh protagonis dalam NLPK. Hal tersebut dibuktikan dengan konflik
penculikan istrinya, Dewi Sembadra oleh tokoh antagonis Burisrawa tokoh keempat yaitu
Pengaruh motivasi ..., Muhammad Fauzi, FEB UI, 2015
12
Sembadra yang merupakan tokoh protagonis dalam NLPK yang terlibat dalam konflik
penculikan dirinya oleh Burisrawa. Kemudian Prabu Kresna yang menjadi tokoh tritagonis
karena telah memberikan saran untuk menemui brahmana sakti dan tokoh terakhir yaitu Resi
Kanwa selaku tokoh tritagonis kerana telah mempertemukan kedua Arjuna.
Berdasarkan penjabaran peristiwa fungsional dalam alur dan penokohan di atas, dapat
disimpulkan bahwa tema yang terdapat dalam NLPK adalah pertarungan antara sifat
keutamaan melawan sifat keangkaramurkaan. Sifat-sifat keutamaan yang diwakili oleh Arjuna
melawan sifat-sifat kanagkaramurkaan yang diwakili oleh Burisrawa atas pengaruh Bathari
Durga. Pada umumnya, pertarungan memang menjadi inti cerita dalam setiap naskah lakon.
Baik naskah lakon cerita Ramayana yang menceritakan pertarungan antara Rama Wijaya
melawan Prabu Dasamuka atau Rahwana, maupun naskah lakon cerita Mahabharata yang
menceritakan pertarungan antara pihak Pandawa dengan pihak Kurawa yang masih
bersaudara.
Cerita NLPK ini merupakan bentuk lakon carangan dari cerita Mahabharata, yaitu
Arjuna yang mewakili pihak Pandawa dan Bathari Durga yang mewakili pihak Kurawa. Akan
tetapi cerita NLPK lebih menyerupai kisah dalam cerita Ramayana, yaitu kasus penculikan
Dewi Shinta yang merupakan istri Rama Wijaya oleh Rahwana.
Pertarungan antara tokoh Burisrawa dengan tokoh Arjuna untuk memperebutkan
Sembadra. Jika dilihat dari awal cerita, Burisrawa sudah kalah oleh Arjuna yang berhasil
mendapatkan Sembadra dan mempersuntingnya. Kemudian karena pengaruh kekuatan yang
dimiliki oleh Bathari Durga, Burisrawa berhasil menculik Sembadra. Sedangkan Arjuna dapat
merebut kembali istrinya dengan pengaruh kekuatan yang dimiliki Resi Kanwa atas usulan
Prabu Kresna.
Untuk menjamin stabilitas cerita dalam NLPK, maka pengaruh kekuatan Bathari Durga
terhadap Burisrawa sangan berperan penting. Keangkaramurkaan yang ditimbulkan oleh
sosok Bathari Durga memiliki tempat dalam NLPK yaitu menjadi lawan dari keutamaan yang
ditimbulkan oleh tokoh-tokoh yang berseberangan dengan Bathari Durga. Dengan demikian
maka dapat terwujudnya hakikat drama dengan hadirnya Bathari Durga dalam NLPK.
Dalam NLPK, tikaian yang terjadi ialah tikaian individu dengan individu. Akan tetapi
tiap-tiap individu secara simbolis mewakili sebuah kelompok. Tikaian utama yang terjadi
dalam NLPK adalah pertarungan antara Arjuna dengan Burisrawa. Arjuna merupakan
perwakilan kelompok Pandawa. Sedangkan Burisrawa mewakili kelompok Kurawa. Tikaian
tersebut terjadi karena Burisrawa melakukan penculikan terhadap Dewi Sembadra yang
Pengaruh motivasi ..., Muhammad Fauzi, FEB UI, 2015
13
merupakan istri dari Arjuna. Penculikan tersebut dibantu dengan menggunakan kekuatan
Bathari Durga yang dapat mengubah wujud Burisrawa menjadi Arjuna palsu.
Selain tikaian utama atau tikaian pokok, terdapat konflik-konflik dalam NLPK. Konflik-
konflik tersebut berupa klimaks dalam analisis alur sebelumnya. Konflik-konflik tersebut
yaitu :
1. Peristiwa 6
Penculikan Dewi Sembadra oleh Burisrawa yang telah menyamar dengan cara mengubah
wujud menjadi Arjuna. Perubahan wujud Burisrawa dibantu dengan kekuatan Bathari
Durga.
2. Peristiwa 12
Pertarungan antara Aruna asli dengan Arjuna palsu. Pertarungan tersebut terjadi karena
kekuatan Resi Kanwa yang menggunakan kesaktiannya untuk memanggil Arjuna palsu.
Selain itu pertarungan yang sama kuatnya dapat dimenangkan oleh Arjuna asli atas
bantuan Resi Kanwa melalui sayembara.
3. Peristiwa 15
Peperangan antara Panakawan asli dengan Panakawan palsu dan dimenangkan oleh para
Panakawan asli. Kemudian Panakawan palsu berubah kewujud asalnya yaitu para siluman
pengikut Bathari Durga. Para siluman lalu berlarian kembali ke asalnya yaitu hutan
Krendawahana.
Durga dipercaya sebagai Dewi Penolong bagi orang yang menderita karena perlakuan
yang tidak adil. Salah satu contohnya yaitu Burisrawa yang cintanya tidak terbalas oleh Dewi
Sembadra kerana perlakuan yang tidak adil dari kakaknya Dewi Sembadra yaitu Baladewa.
Baladewa pernah berjanji untuk menikahkan Dewi Sembadra dengan Burisrawa. Akan tetapi
Burisrawa gagal untuk menikahi Dewi Sembadra karena pengaruh Prabu Kresna.
(Bagan Pertarungan)
ARJUNA
DURGA
BURISRAWA
SEMBADRA
KRESNA
KANWA Pertarungan keutamaan (Arjuna)
dengan
keangkaramurkaan (Burisrawa)
Pengaruh motivasi ..., Muhammad Fauzi, FEB UI, 2015
14
Diagram di atas menjelaskan tentang Burisrawa yang mendapat pengaruh kekuatan
Bathari Durga berada di pihak keangkaramurkaan, sedangkan Arjuna yang mendapat
pengaruh kekuatan Prabu Kresna dan Resi Kanwa berada di pihak keutamaan. Pertarungan
tersebut yang menjadi konflik serta sebagai hakikat inti dari drama Panakawan Kembar
Pada diagram 1 dijelaskan bahwa setelah terjadi klimaks yaitu peristiwa penculikan Dewi
Sembadra yang dilakukan oleh Burisrawa (poin 6), terdapat selesaian yaitu Prabu Kresna
selaku pamong para Pandawa memberikan saran kepada Arjuna untuk mencari brahmana
sakti yang dapat membantu menemukan kembali istrinya (poin 8). Saran yang diberikan oleh
Prabu Kresna kepada Arjuna dapat diartikan sebagai pengaruh kekuatan Prabu Kresna yang
membantu Arjuna dalam mengatasi masalah. Meskipun mungkin Prabu Kresna dapat
langsung membantu Arjuna untuk menyelesaikan masalahnya, akan tetapi alur dibuat
sedemikian rupa untuk memunculkan gawatan baru yang membuat cerita di dalam NLPK
menjadi semakin menarik.
Saran yang diberikan Prabu Kresna membuat Arjuna kembali mendapat pengaruh
kekuatan dari tokoh lain yaitu Resi Kanwa. Berawal dari pertemuannya dengan Resi Kanwa,
Arjuna mengutarakan maksud dan tujuannya. Resi Kanwa bersedia membantu Arjuna tetapi
dengan satu syarat yaitu Arjuna bersedia menikahi putrinya, Ulupi. Atas nasihat dari para
Panakawan, Arjuan bersedia menerima syarat tersebut. Kemudian Resi Kanwa membacakan
Aji Pameling, yaitu kekuatan yang dimilikinya untuk memanggil atau mengundang seseorang
agar datang. Pengaruh kekuatan tersebut membantu mempertemukan Arjuna dengan Dewi
Sembadra, meski demikian Arjuna tidak dapat langsung membawa pulang kembali istrinya
dikarenakan Dewi Sembadra bingung menentukan sosok Arjuna yang asli.
Pengaruh kekuatan Resi Kanwa kembali dimunculkan. Resi Kanwa kemudian
mengeluarkan sebuah kendi bernama kendi paratala dan mengajak kedua Arjuna untuk
melakukan sayembara. Sayembara memasuki kendi tersebut. Siapa yang dapat masuk
kedalam kendi tersebut, ialah yang merupakan sosok Arjuna asli. Akan tetapi ternyata ucapan
Resi Kanwa terbalik. Arjuna palsu yang ternyata dapat memasuki kendi pratala. Setelah
Arjuna palsu masuk kemudian kendi ditutup rapat dan dibanting untuk mengetahui sosok
sebenarnya yang menyamar menjadi Arjuna.
Selain Prabu Kresna dan Resi Kanwa, kehadiran para Panakwan juga berpengaruh
terhadap power (kekuatan) Arjuna untuk menghadapi Burisrawa. Para Panakawan setia
mendampingi Arjuna mencari Brahmana sakti yaitu Resi Kanwa agar bisa membantu
menemukan istrinya. Panakawan juga berperan dalam pengambilan keputusan tentang syarat
Pengaruh motivasi ..., Muhammad Fauzi, FEB UI, 2015
15
yang diajukan Resi Kanwa terhadap Arjuna. Meski dalam NLPK, kehadiran para Panakawan
tidak terkait dengan cerita, mereka merupakan simbol adanya sesuatu yang menggejala di
masyarakat yaitu budaya kembar atau tandingan. Hadirnya sosok Panakawan palsu
merupakan simbol budaya tandingan yang sedang menggejala di masyarakat akibat sifat iri,
dengki, dan cemburu atas keberhasilan orang lain.
Kedua tokoh yang mengalami konflik sama-sama mendapatkan pengaruh kekuatan dari
tokoh lainnya. Burisrawa yang mendapat pengaruh kekuatan dari Bathari Durga berada di
pihak keangkaramurkaan dan Arjuna yang mendapat pengaruh kekuatan dari Prabu Kresna
berada di pihak keutamaan. Sekuat apapun pengaruh kekuatan di pihak keangkaramurkaan
pasti akan kalah dengan kekuatan di pihak keutamaan. Sejatinya, keutamaan akan selalu
menjadi pemenang jika bertarung dengan keangkaramurkaan. Hal tersebut terkandung dalam
sebuah proposisi Jawa yaitu Suradira Jayangingrat Lebur Dening Pangastuti.
Menurut Santosa (2013) proposisi tersebut memiliki arti sura (berani), dira (berani),
jayaningrat (menang di dunia), lebur (hancur), dening pangastuti (oleh kebaikan atau
keutamaan). Jika diterjemahkan secara bebas maka akan menjadi kebaikan atau keutamaan
akan mengalahkan semua bentuk kejahatan. Memahami konsep tersebut akan membuat siapa
pun merasa dirinya berdiri di tempat yang benar dan menjadi sosok yang utama. Untuk
mencapai kebenaran atau keutamaan pun tidak selalu diwujudkan dengan kekerasan,
perkelahian, peperangan, tetapi juga diwujudkan melalui kasih sayang. Kasih sayang yang
ditunjukkan kepada orang lain meskipun yang bersangkutan pernah melakukan kesalahan,
akan sangat berguna untuk menumpas kejahatan itu sendiri.
Hal tersebut yang dilakukan oleh Pandawa dan Prabu Kresna kepada Burisrawa setelah
diketahui berbuat kejahatan dengan menyamar menjadi Arjuna. Burisrawa tidak dibunuh
ataupun dihukum. Akan tetapi Burisrawa hanya dinasihati oleh Prabu Kresna bahwa
perbuatannya tersebut salah dan merugikan dirinya sendiri dan agar Burisrawa tidak
mengulangi perbuatannya tersebut. Perlakuan penuh kasih sayang tersebut akan membuat
Burisrawa meminta maaf dan berjanji untuk kembali kejalan yang benar.
Kesimpulan
Berdasarkan siklus cerita wayang, maka cerita dalam NLPK termasuk kedalam siklus
cerita wayang Mahabharata. Tokoh-tokoh yang muncul dalam NLPK merupakan tokoh-
tokoh yang terdapat dalam siklus Mahabharata. Tokoh-tokoh tersebut kemudian dibagi
menjadi dua pihak, yaitu pihak Arjuna dan pihak Burisrawa.
Pengaruh motivasi ..., Muhammad Fauzi, FEB UI, 2015
16
Pihak Arjuna dibantu oleh kedua kakaknya, Puntadewa dan Werkudara, Prabu Kresna,
Resi Kanwa, dan para Panakawan. Pihak Burisrawa dibantu oleh Bathari Durga. Kekuatan
yang dimiliki oleh Bathari Durga sangat berpengaruh terhadap rencana jahat Burisrawa untuk
menculik Dewi Sembadra. Bathari Durga menggunakan kekuatannya untuk mengubah wujud
Burisrawa menjadi sesosok Arjuna palsu. Jika Bathari Durga tidak memberikan pengaruh
kekuatannya terhadap Burisrawa maka dapat dipastikan tidak ada konflik dalam NLPK.
Keangkaramurkaan yang ditimbulkan oleh sosok Bathari Durga memiliki kedudukan dalam
NLPK yaitu menjadi lawan dari keutamaan yang berasal dari tokoh-tokoh yang berseberangan
dengan Bathari Durga. Dengan demikian maka dapat terwujudnya hakikat drama yaitu sebuah
tikaian dengan hadirnya Bathari Durga dalam NLPK.
Walaupun pada wayang purwa tokoh Bathari Durga dikenal memiliki sifat angkara atau
sifat-sifat buruk, namun Durga dipercaya sebagai Dewi Penolong bagi orang yang terkena
musibah atau sedang menderita karena perlakuan yang tidak adil. Salah satu contohnya yaitu
Burisrawa yang sedang merasakan penderitaan karena cintanya yang tidak terbalas oleh Dewi
Sembadra kerana perlakuan yang tidak adil dari kakaknya Dewi Sembadra yaitu Baladewa.
Sejatinya, keutamaan akan selalu menjadi pemenang jika bertarung dengan
keangkaramurkaan. Hal tersebut terkandung dalam sebuah proposisi Jawa yaitu Suradira
Jayangingrat Lebur Dening Pangastuti. Proposisi tersebut berarti kebaikan atau keutamaan
akan mengalahkan semua bentuk kejahatan. Proposisi tersebut juga mengajarkan agar kita
bisa bersikap baik kepada semua orang termasuk orang yang pernah melakukan kesalahan
kepada diri kita. Dengan demikian perlakuan penuh kasih sayang tersebut akan membuat
orang yang melakukan kesalahan meminta maaf dan berjanji untuk kembali kejalan yang
benar dan banyak berbuat kebaikan.
Pertarungan antara sifat-sifat keutamaan melawan sifat-sifat keangkaramurkaan dalam
lakon wayang orang Panakawan Kembar dimenangkan oleh sifat-sifat keutamaan.
Berdasarkan analisis struktural yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa sifat utama akan
memenangi pertarungan dalam pertarungan dengan sifat angkara. Oleh karena itu masyarakat
jawa dapat menanmkan nilai-nilai keutamaan dalam hidupnya agar mendapatkan kehidupan
yang tentram dan nyaman.
Pengaruh motivasi ..., Muhammad Fauzi, FEB UI, 2015
17
Daftar Referensi
Buku
Abrams, H. M. (1998). The Mirror and The Lamp : Romantic Theory and The Critical Tradition. New York: Oxford University Press.
Achmad, S. W. (2017). Filsfat Jawa. Yogyakarta: Araska.
Budiman, M. dkk. (2002). Membaca Sastra. Magelang: indonesiatera.
Creswell, J. W. (2010) Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. (Ahmad Fawaid, penerjemah) Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rahyono, F. X. (2010). Kiat Menyusun Skripsi dan Strategi Belajar di Perguruan Tinggi. Jakarta: Penaku.
Rusdy, S. T. (2015). Semiotika dan Filsafat Wayang: Analisis Kritis Pagelaran Wayang. Jakarta: Yayasan Kertagama.
Saleh, M. (1975). Mahabarata. Jakarta: Balai Pustaka.
Santosa, I. B. (2013). Kitab Nasihat Hidup Orang Jawa. Yogyakarta: Dipta.
Satoto, S. (2016). Analisis Drama & Teater. Yogyakarta: Ombak.
Satoto, S. (1989). Pengkajian Drama I. Surakarta: SEBELAS MARET UNIVERSITY PRESS.
Sucipto, M. (2016). Kitab Lengkap Tokoh-Tokoh Wayang dan Silsilahnya. Yogyakarta: Narasi.
Sudjiman, P. (1990). Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.
Suseno, F. M. (1993). Etika Jawa: Sebuah Analisa Filsafat tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Susetya, W. (2008). Ramayana. Yogyakarta: Narasi.
Teeuw, A. (2013). Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.
Artikel Jurnal
Soetarno. (2011). Gaya Pedalangan Wayang Kulit Purwa Jawa Serta Perkembangannya. Jurnal Mudra Vol. 26, No. 1 .
Somantri, G. R. (2005). Memahami Metode Kualitatif. Makara, Sosial Humaniora, Vol. 9, No. 2 .
Kamus
Pengaruh motivasi ..., Muhammad Fauzi, FEB UI, 2015
18
Poerwadarminta. (1939). BAOESASTRA DJAWA. Batavia: J.B Wolters Uitgevers-Maatschappij N.V Groningen.
Sudjiman, P. (1990). Kamus Istilah Sastra. Jakarta: UI-Press.
Ensiklopedi
Solichin, d. (2017). Ensiklopedi Wayang Indonesia. Bandung: Mitra Sarana Edukasi.
Pranala
kbbi.web.id. (2017). Retrieved from Kamus Besar Bahasa Indonesia.
lib.ui.ac.id/unggah/node/7. (2017). Retrieved from Universitas Indonesia Library.
Skripsi
Ardani, A. D. (2016). Rejeki Nomplok Karya Yangti, Analisis Struktural. Depok.
Kustarini, V. (2014). Analisis Tema dan Amanat Dalam Novel Para Pawestri Pejuwang. Depok.
Umam, H. S. (2016). Lakon Antasena Takon Rama “Perangipun Kakang Kawah Adhi Ari-Ari”. Depok.
Disertasi
Darmoko. (2017). Wayang Kulit Purwa Lakon Semar Mbabar Jatidiri: Sanggit dan Wacana Kekuasaan Soeharto. Depok.
Pengaruh motivasi ..., Muhammad Fauzi, FEB UI, 2015
19
Pengaruh motivasi ..., Muhammad Fauzi, FEB UI, 2015