teori sastra jawa -...

53
Diktat TEORI SASTRA JAWA DR. PURWADI, M.HUM PENDIDIKAN BAHASA DAERAH FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Telp: 0274-550843-12; Email: [email protected] Februari 2013

Upload: others

Post on 18-Jan-2020

42 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

Diktat

TEORI SASTRA JAWA

DR. PURWADI, M.HUM

PENDIDIKAN BAHASA DAERAH

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Telp: 0274-550843-12; Email: [email protected]

Februari 2013

Page 2: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

1

KATA PENGANTAR

Diktat ini disusun untuk memperlancar proses belajar mengajar Mata

Kuliah Teori Sastra Jawa di Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah, Fakultas Bahasa

dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta.

Nilai kearifan lokal yang diwariskan oleh para leluhur perlu sekali

disebarluaskan untuk diketahui oleh generasi muda, dengan harapan supaya dapat

dijadikan sebagai pegangan hidup sehari-hari.

Diktat ini tentu akan mempertebal wawasan jati diri dan nilai kebangsaan

kita dewasa ini yang berguna bagi para mahasiswa, dalam mempelajari seluk

beluk kesusastraan Jawa.

Yogyakarta, 02 Februari 2013

Dr. Purwadi, M.Hum

Page 3: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

2

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................... 1

Daftar Isi ................................................................................................. 2

BAB I Memahami Kesusastraan Jawa .................................................. 3

BAB II Sastra Jawa Prosa ..................................................................... 6

BAB III Sastra Jawa Puisi ...................................................................... 21

BAB IV Mutiara Luhur Dalam Sastra Lisan ........................................... 24

BAB V Sastra Dalam Bentuk Bahasa Perlambang ................................. 27

BAB VI Mengasah Keindahan Bahasa Kesusastraan ............................. 32

BAB VII Pengaruh Sastra Modern ......................................................... 34

Daftar Pustaka ......................................................................................... 44

Lampiran Silabus .................................................................................... 45

Lampiran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ........................................ 48

Biografi Penyusun ................................................................................... 52

Page 4: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

3

BAB I

MEMAHAMI KESUSASTRAAN JAWA

Pendidikan Sastra

Kesusastraan berasal dari kata dasar sastra. Kata sastra berasal dari bahasa

Sansekerta yaitu “sas” yang artinya mengajar dan “tra” yang artinya alat. Oleh

karena itu sastra dapat diartikan sebagai alat untuk mengajar. Contoh: buku, pena

dan tulisan. Adapun kesusastraan bermakna: Alat untuk mengajarkan ilmu. Buah

karya yang disusun dengan bahasa yang baik. Sedangkan bentuk kesusastraan ada

dua, yaitu: Kesusastran lesan yang berwujud dongeng, syair, puisi, peribahasa,

dan lain-lain. Kesusastraan tulis yang berwujud novel, naskah, babad, dan juga

puisi, syair dan lain-lain yang sudah ditulis.

Pendidikan kesusasteraan merupakan pendidikan yang harus diikuti oleh

umum, lebih-lebih kalangan pegawai istana dan pemuka masyarakat (Zoetmulder,

1985: 179). Kesadaran mengenai makna penting kedudukan ilmu bahasa, sastra,

sejarah, antropologi, kemanusiaan, kema-syarakatan, keagamaan, dan tata negara

telah memberi inspirasi para pejabat kerajaan untuk mendirikan, mengem-

bangkan, dan membantu proses pendidikan.

Kesusastraan tulis di nusantara berkembang sejak jaman adanya tulisan.

Tulisan pada jaman dahulu berwujud prasasti, misalnya prasasti di Candi

Prambanan dan prasasti Candi Ratu Boko. Setelah ada daun rontal, maka mulai

ada kesusastraan yang berupa kekawin yang ditulis di atas daun rontal tadi.

Page 5: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

4

Proses Kreatif

Karya sastra yang paling tua adalah Sêrat Canda-karana yang dibuat pada

masa dinasti Çailendra yang berkuasa sekitar tahun 700 Çaka. Sêrat

Candakarana ini berisi tentang pelajaran persajakan (Poerbatjaraka, 1957: 1).

Proses kreatif kepengarangan Jawa selalu mengalami perkembangan. Setelah

berkembang sedemikian rupa hingga saat ini, maka kesusastraan tulis dapat

dibedakan menjadi dua golongan besar yakni: Gancaran (Prosa) dan Geguritan

(Puisi).

Prosa adalah karya sastra yang disusun dengan bahasa tutur biasa.

Kalimat-kalimatnya seperti dalam kalimat tutur keseharian. Adapun yang

termasuk prosa adalah dongeng, babad, wiracarita, novel, essei, dan sandiwara.

Kesusastraan yang padat berisi dan diolah dengan bahasa indah disebut geguritan

atau puisi. Keindahan bahasa puisi Jawa terletak pada tiga macam yaitu Wilet,

wirama dan purwakanthi.

Wilet yaitu kelak-kelok suara agar ajeg, beruntun dan memiliki makna

yang tinggi. Wirama yaitu panjang pendek, keras liat dan tinggi rendah jatuhnya

suara. Purwakanthi termasuk salah satu jenis puisi Jawa. Purwakanti atau dhong

dhinging suara. Puisi merupakan kesusastraan yang sangat disenangi oleh

masyarakat sejak jaman kuno sampai sekarang. Puisi di jaman kuno disebut

kekawin karena mempergunakan bahasa kawi.

Sastra dan budaya Jawa yang adiluhung sangat berpengaruh di seluruh

pelosok nusantara. Bahkan di kawasan regional Asia Tenggara, kebudayaan Jawa

menempati posisi yang sangat vital. Penyebaran orang Jawa di berbagai benua

Page 6: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

5

pasti membawa tradisi dan adat istiadatnya. Oleh karena itu, kebudayaan Jawa

secara aktif menyesuaikan diri dengan arus globalisasi. Hal ini ditandai dengan

adanya pergaulan yang kosmopolit dalam percaturan internasional. Tanah Jawa

misuwur sebagai negeri yang gemah ripah loh jinawi, didukung oleh tanahnya

yang sangat subur. Topografi yang relatif datar dan penduduknya yang terdidik,

serta seni budaya yang edi peni membuat tanah Jawa senantiasa menjadi impian

bagi seluruh penduduk dunia.

Dalam konsteks historis, tanah Jawa menjadi pusat diplomasi luar negeri

bagi seluruh penduduk nusantara. Dari interaksi lokal merambah kawasan

nasional, regional dan internasional. Benua Eropa, Australia, Amerika Afrika dan

Asia, semuanya kasmaran dengan keelokan tanah Jawi. Ketika nusantara

dipersatukan kembali dalam negara kesatuan Republik Indonesia, orang-orang

Jawa tampil terdepan dalam kepemimpinan nasional. Ciri kepemimpinan nasional

pun terpengaruh dengan gaya kepemimpinan Jawa. Dengan demikian, dalam

rangka memajukan kebudayaan nasional, budaya Jawa memberikan sumbangsih

yang besar sekali maknanya. Misalnya saja, semboyan negara Bhinneka Tunggal

Ika, adalah berasal dari kata mutiara yang dirangkai oleh Empu Tantular, seorang

pujangga istana Majapahit.

Perbendaharaan sastra Jawa terus mengalami kemajuan setelah hadirnya

agama Islam. Keraton Demak Bintara, Pajang, Mataram, Surakarta, Yogyakarta,

Mangkunegaran dan Pura Pakualaman aktif mengembangkan sastra budaya.

Kitab-kitab Jawa kuna disalin dan diterjemahkan dalam metrum baru, sehingga

isinya lebih mudah untuk dilakukan sebagai obyek pengkajian.

Page 7: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

6

BAB II

SASTRA JAWA PROSA

Dongeng

Dongeng adalah cerita fiksi yang bernilai pendi-dikan budi pekerti. Tokoh

yang dipakai adalah hewan, kayu, batu, dan bisa juga manusia. Jenis-jenis

dongeng antara lain: Fabel, yakni dongeng tentang binatang; misalnya kancil

mencuri timun, kancil dan buaya, burung gagak dan kura-kura. Mite, yakni

dongeng tentang mitologi, misalnya dongeng Nyi Rara Kidul. Legenda, yakni

dongeng tentang asal mula kejadian. Misalnya dongeng asal mula Gunung Bromo,

dongeng Jaka Tengger, asal mula Rawa Pening, asal mula kota Banyuwangi, dan

masih banyak lagi.

Adapun buku-buku dongeng terkenal antara lain: Tantu Panggelaran,

Hikayat Kalilah dan Dimnah, dan Calon Arang. Dongeng berbahasa Jawa yang

telah diterbitkan antara lain: Prawira Sudirdja: Cariyos Tanah Pareden Diyeng

(1912). Reksa Kusuma: Cariyos Bengawan Solo (1916). Sastra Mintardja:

Cariyos Sendhang ing Tawun (1922). Yasa Suparta: Cariyos Redi Lawu (1936).

Kuswadiardja: Rara Kadreman (1916). Adisusastra: Kartimaya (1917). Di bawah

ini contoh-contoh dongeng berbahasa Jawa yang dapat digunakan sebagai sarana

untuk menyebarkan suri tauladan dan keutamaan:

Page 8: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

7

Rara Jonggrang

Cinarita, ana priya kang duwe sipat ambeg sura ajejuluk Bandung

Bandawasa. Bandung Bandawasa iku sekti mandraguna. Bandung kepengin

nglamar wanudya kang ayu sulistya aran Rara Jonggrang, putrine Prabu Boko.

Ratu Boko ngerti yen Bandung mau dudu priyagung kang duwe tumindak becik,

mula lamaran mau ditolak. Bandung muntab banjur Prabu Boko dipejahi. Asma

Ratu Boko iku saiki kanggo tetenger petilasan ing Gunung Saragedug, sakidule

Candhi Prambanan.

Iba sedhihe Rara Jonggrang ngerti yen ramane diprajaya dening Bandung

Bandawasa. Dheweke ora bisa selak nampani panglamare Bandung amarga ora

ana maneh kang bisa nulungi. Mula lamaran mau katrima dening Rara Jonggrang

kanthi pamundhut supaya digawekake candhi kanthi sewu reca ing sajroning

sawengi. Pamundhut mau kaya-kaya mokal, pancene supaya kersane Bandung

nggarwa dheweke mau cabar.

Ananging, dudu Bandung Bandawasa yen ora bisa nyembadani

pamundhut mau. Kanthi kadigdayan sing gedhe, Bandung ngetokake bala

prewangan arupa jin setan peri prayangan saengga sadurunge jago kluruk candhi

mau wis meh rampung cacah 999 reca kurang 1 maneh.

Ngerti yen candhine meh rampung, Rara Jonggrang wara-wara marang

wong sadesa supaya enggal nutu pari lan ngeculake jago supaya pada kluruk.

Kesaru swaraning jago, candhi mau cabar bubar tanpa dadi. Bandung ngerti yen

jago kluruk mau saka pokale Rara Jonggrang kang culika. Mulane sang putri disot

Page 9: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

8

dadi reca kanggo nggenepi reca kang kaping 1.000. Reca iku mau yaiku reca

Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing Candhi Siwa sisih lor.

Babad

Babad yaitu prosa yang biasanya menceritakan sejarah atau kisah seorang

tokoh. Babad yang berisi sejarah yaitu Babad Tanah Jawa, Babad Giyanti, Babad

Tanah Pasundan, Babad Mataram, Babad Kartasura, Babad Kediri, Babad

Madura, Babad Pacina, Babad Pakepung, Babad Ngayogyakarta. Adapun yang

berisi biografi misalnya: Babad Diponegoro, Babad Cakranegara, dan

sebagainya.

Riwayat

Riwayat yaitu cerita yang menguraikan riwayat hidup seseorang. Contoh

buku riwayat: Ki Padmasusastra: Biografi Raden Ng. Ranggawarsita. MA

Candranegara: Lampahanipun RMA Purwa Lelana (1865). Suwignya: Kyai Ageng

Pandanaran (1938). Contoh sastra riwayat yang menceritakan perjalanan

Pangeran Prawirareja Bupati Madiun:

Kacariyos, lalampahanipun Pangeran Rangga Prawiradirja, bupati ing

Madiun, bawah karaton ing Ngayogyakarta, kaleres mantu kaliyan kanjeng sultan

ing Ngayogyakarta, pinuju badhe malebet grebeg ing wulan rabingulawal.

Mangka manawi lumampah dhateng nagari Ngayogya tumpakanipun aneh sanget,

inggih punika satunggiling amben kajeng jati, wiyaripun cekap dipun enggeni

tiyang kalih dasa, sapirantosipun sadaya, amben wau kadekekaken pawon utawi

Page 10: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

9

pakiwan, payunipun motha mawi kapageran kepang, sarta mawi senthong-

senthongan, dipun rembat tiyang kawandasa. Ing wektu wulan Rabingulawal

tanggal nem mesthi sowan garebeg Mulut. Sang pangeran sagarwa putra santana

sami numpak amben wau, miwah sangkep sadadameling aprang. Sareng

lampahipun dumugi ngepos Delanggu Surakarta, ingkang angrembat amben sami

leren ngaso.

Kocap putranipun sang pangeran kakung taksih timur amonthah nedha

menda gibas buntutipun meh klangsrah ing siti kathahipun wolu. Sang pangeran

andangu dhateng demang pos ing Delanggu. Demang matur, ‘Menda punika

gadhahanipun demang patuh ing Delanggu.’

Enggalipun demang Delanggu katimbalan, sampun sowan, pangeran

Madiun ngandika, ‘E, demang, iku wedhus apa nyata duwekmu?’

Demang matur, ‘Nuwun bandara, punika menda kagunganipun kanjeng

gusti pangeran adipati Mangkunagara, abdidalem amung angreksa kemawon.’

‘E, demang, sarehne anakku raden mas timur amonthah jaluk wedhus iku,

kabeneran kagungane kanjeng gusti, aku anjaluk siji, besuk yen aku wis tutug

Ngayogja, wedhus mau dakbalekake marang kowe, ing Ngayogja akeh kang

duwe, supaya raden mas mariya gone monthah.’

Raden ayu inggih dherek ngandika, ‘Iya, demang, wenehna siji, yen kowe

matur aku kang jaluk temtu ora dadi ing panggalihe, mengko aku bakal maringi

ganjaran marang kowe.’

Demang matur, ‘Bendara, mugi sampun andadosaken duka dalem, awit

abdidalem boten saged angaturaken, karana abdidalem sampun tampi dhawuh

Page 11: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

10

papacakipun kanjeng gusti: Sinten-sinten para gusti amundhut menda punika,

abdidalem boten kalilan angaturaken. Bilih abdidalem anerak papacak wau

amesthi dipun ukum sarta kapocot saking kademangan kawula, mila, bandara,

sanget ajrih kawula.’

E, demang, wis ora. Prakara wedhuse siji bae nganti dadi dukane, malah

dadi danganing panggalihe. Ewadene manawa kowe nganti nemu duka, gedhene

kapocot, kowe enggal tekaa ing Madiun, aku bakal paring kalungguhan

sandhuwure pangkat demang, iya iku pangkat mantri, lungguh bumi limang jung.’

‘Nuwun, bandara, kawula boten saged ngaturaken.’

Sang pangeran tuwuh dukanipun, ngandika sora, ‘E, demang, kowe iku ora

ngrasakake kandhane uwong, mung atimu dhewe koturuti, cekake yen kowe ora

angulungake wedhus mau, mesthi endhasmu dak bedhil.’

Demang Delanggu sareng mireng pangandikanipun sang pangeran ingkang

kasar, sanalika boten darbe ajrih matur purun, ‘Dhuh, dhuh, bandara, kula punika

asal saking tiyang sudra papa, bangsaning tiyang narakarya, mangka sapunika

ngantos dados demang patuh, punika namung saking antep temen kula ing gusti,

saha boten perlu panjenengan dalem ngandika pangancam dhateng kula, awit kula

sanes lare alit.’

Sang pangeran sareng mireng wangsulanipun demang Dlanggu enggal

angasta sanjata buwis ingkang sampun dipun iseni, ‘Lah, saiki pecating

nyawamu!’

Demang boten kumelap manahipun, pangeran enggal anyentil buwisipun,

mimis angengingi dhadhanipun demang, tatu tembus aneratas tanpa sambat

Page 12: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

11

dhawah lajeng pejah, rah sumamburat kados pancuran. Sang pangeran dhawah

bidhal dhateng Ngayogja.

Kacariyos, para warisipun demang ambekta mayit dhateng

Mangkunagaran, kacaosaken kanjeng gusti pangeran adipati Mangkunagara, saha

matur purwa madya wasananipun demang Dlanggu manggih pejah. Kanjeng gusti

sanget dukanipun, lajeng sowan dhateng karesidenan, saha mayit kabekta.

Sampun apapanggihan kaliyan kanjeng tuwan residen, kanjeng gusti matur

wiwitan dumugi wekasan, saha angaturaken mayitipun demang Dlanggu. Tuwan

residen enggal animbali tuwan mestri ing loji ageng, boten dangu tuwan mestri

sampun dhateng ing karesidenan. Tuwan residen enggal angandika dhateng tuwan

mestri kadhawuhaken amariksa mayitipun demang Dlanggu, sarta adamela serat

papriksan leresipun pejah kenging dadamel sanjata. Sasampunipun tuwan mestri

adamel serat papriksan, nyatakaken pejahing mayit dipun aniaya tiyang sarana

labet kasanjata, serat papriksan kaaturaken tuwan residen.

Tuwan residen ngandika, ‘Kanjeng gusti, kula badhe angaturi serat

dhateng residen Ngayogyakarta, kula anedha dhatengipun ing Surakarta pangeran

Madiun. Bilih sampun dhateng ing Sala, saderenging kapancas prakawisipun

amesthi kula tahan wonten ing loji ageng, nanging kula kedah nyuwun lilah

rumiyin kaliyan kanjeng tuwan ageng guprenur jendral.’

‘Kula inggih nyumanggakaken kanjeng tuwan residen kemawon,

minggahipun dhateng pangadilan luhur.’

‘Kanjeng tuwan residen ngandika, ‘Sampun mesthi, awit prakawis

rajapejah.’ Lajeng atatabean.

Page 13: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

12

Kocapa kanjeng tuwan residen ing Surakarta enggal angaturi serat dhateng

kanjeng tuwan residen ing Ngayogyakarta, turi serat dhateng kanjeng tuwan

residen ing Ngayogyakarta, suraosipun anedha dhatengipun pangeran rangga

Prawiradirja bupati ing Madiun, ingkang sapunika wonten ing kadhaton

Ngayogyakarta, awit kadakwa dening kanjeng gusti pangeran adipati Mangku-

nagara ing Surakarta, sampun amejahi demang Delanggu, sarana dipun sanjata,

karana badhe kapriksa kanyatan-ipun.

Sareng kanjeng tuwan residen ing Ngayogja anampeni serat saking residen

Surakarta, enggal anitih kareta malebet ing kadhaton sowan kanjeng sultan,

kapanggihan wonten pandhapi ageng, angaturaken serat saking residen Surakarta,

ingkang sampun kajawekaken. Sasampuning kawaos kanjeng Sultan angandika,

‘Inggih, bapa residen, leres pangeran Madiun wonten ing karaton kula, nanging

ing sapunika saweg ginanjar sakit panas, manawi sampun sakeca enggal kula

aturaken dhumateng bapa.’

Kanjeng tuwan residen pamit mundur, lajeng tatabean. Sasampuning

rawuh ing dalem karesidenan, lajeng nyerat wangsulan dhateng residen ing

Surakarta, bilih pangeran Madiun sapunika saweg ginanjar sakit panas, manawi

sampun saras enggal kula aturaken dhateng Surakarta.

Kacariyos kanjeng Sultan enggal animbali pangeran rangga Prawiradirja,

bupati ing Madiun, sampun sowan ingarsa nata. Sang aprbu angandika, ‘E,

rangga, dhek mau tuwan residen sowan marang kadhaton, awit wus anampani

layang saka tuwan residen Surakarta, surasane sira digugat marang pangeran

adipati Mangkunagara, yen sira tinarka wus amateni demang ing Dlanggu, sarana

Page 14: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

13

sira bedhil. Lah saiki kepriye kang dadi karepira, apa sira mringkus apa bregagah.

Yen sira wani bregagah saiki ingsun paringi sangu saleksa, lan pametune bumi

Madiun ingsun paringake marang sira minangka prabeya ingoning prajurit, yens

sira mringkus enggal sira ingsun tampakake marang residen.’

‘Kawula nuwun, gusti, abdidalem suka bingah ambregagah.’

‘Lah mengko bengi sira lolosa saka kadhaton, yen sira wus teka ing

Madiun angadegna baris, angrayutana bumi kiwa tengening Madiun.’

Pangeran rangga matur sandika, saha lajeng nyungkemi sampeyanipun

sang prabu nyuwun pangestu, lajeng lengser saking ngarsa dalem. Pangeran

rangga sampun papanggihan kaliyan ingkang garwa raden ayu, badhe lolos

dhateng Madiun, angadegaken baris balela kaliyan kumpeni Walandi, awit

piyambakipun mogok katarik residen Surakarta, saha sampun kaiden kanjeng

sultan, dene raden ayu dipun tilar wonten ing Ngayogja. Ingkang garwa matur

kaliyan muwun, pejah gesang badhe andherekaken, nanging sang pangeran boten

pareng mindhak angriribedi, benjing manawi jinurung ing Gusti Allah badhe

kapurugan. Pangeran rangga lajeng anglem-pakaken sentana tuwin wadya

balanipun, ing dalu wau lolos medal redi kidul.

Enggaling cariyos sampun dumugi ing Madiun, tumunten anglempakaken

wadya bala Madiun, sanalika sampun saged nglempak prajurit kalih ewu langkep

sadadamelipun, lajeng angangkati kawula warganipun dados panewu mantri

kaliwon utawi pangkat bupati, baris ngadeg wonten ing Pethik, ajujuluk pangeran

rangga ing Pethik.

Page 15: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

14

Kanjeng sultan sampun angwunigani bilih Pangeran Rangga lolos saking

kadhaton, enggal dhawuh dhateng abdi anggandhek kinen asuka wuninga dhateng

karesidenan yen pangeran rangga bupati wadana Madiun sampun lolos saking

karaton, lajeng balela badhe apacak baris wonten ing Madiun, kula enggal badhe

utusan prajurit anggebag ingkang amucuki dados kraman, saha nyuwun bantu

prajurit Walandi, mumpung dereng ageng pabarisipun.

Sareng tuwan residen Ngayogja tampi katrangan saking kanjeng sultan

ingkang makaten, enggal-enggal asuka wuninga dhumateng residen ing Surakarta.

tuwan residen Surakarta atampi katrangan bilih pangeran rangga Madiun balela,

sampun awit damel reresah wonten ing dhusun Pethik Madiun, tuwan residen

enggal ngaturi wuninga ing kanjeng sunan kinen sedhiya prajurit anggebag

kraman wau.

Kacariyos barisipun pangeran rangga sampun ageng, wadya balanipun

boten kirang saking saleksa, sampun wiwit adamel reresah, ananging pangeran

rangga lajeng manggih gerah sanget boten dangu seda, layonipun kakubur ing

Madiun, wadya bala kraman lajeng sami bibar. Kanjeng Sultan sampun tampi

lapuran saking Madiun pangeran rangga sampun ajal jalaran sakit panas sanget.

Kanjeng sultan enggal asuka wuninga dhumateng tuwan residen ajalipun pangeran

rangga ing Madiun, para kraman sampun sami bibar sadaya.

Wiracarita

Wiracarita yaitu cerita yang isinya keperwiraan dan kepahlawanan.

Wiracarita disebut juga epos. Misalnya yaitu Serat Baratayudha, Cerita Panji,

Page 16: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

15

Serat Menak, dan Serat Rengganis. Di bawah ini dikutipkan Serat Rama karya

Pujangga Yasadipura I yang menceritakan kepahlawanan Prabu Ramawijaya

beserta bala tentaranya:

Dhandanggula

Tabuh sapta nujya Buda Manis Wulan Sura kaping tigang dasa Ing mangsa kapat wukune Kurantil Je kang taun Sirneng tata pandhita siwi Sangkala duk manurat Agnya maha nurun Mangun langening carita Caritane Bathara Rama ing kawi Jinarwakken ing krama Mardya kawuryan ing krama niti Manawung mangka sekar macapat Ingkang rinengga kandhane Nenggih reksasa Prabu Ing Ngalengka prajanira di Sumbageng tri bawana Prakoswa dibya nung Winongwong karataonira Angluwihi kumalungkung aneng bumi Tan ana kang tumimbang Kasudiranira anggeteri Risang Buminata ing Ngalengka Kusut para ratu kabeh Ditya reksasa diyu Myang ratuning manuswa sami Tan ana kang kuwawa Lumawan ing kewuh Nadyan Dewa Suralaya Batharendra rebut reh kasoran dening Lan Sri Maha Yaksendra Bisikanira Sri Narapati Buminata Ngalengka Rawana Dasamuka peparabe Nenggih kang darbe turun Saking bapa manuswa yekti

Page 17: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

16

Ambek Nata pandhita Eyang lawan buyut Sira Bagawan Wisrawa Sang Wisrawa putrane padma anenggih Padma pustreng Pulastha Pangkur Gumandhul ana ing epang Tathakakya namane kang raseksi Ngrerusak karyanipun Ngarubiru pratapan Memateni si Tathakakya puniku Balane Prabu Dasaswa Prayitna satriya kalih Sang Rama sigra amenthang Arasira mangekapadaneki Umepas sanjata mamprung Pedhot tenggake kena Tathakakya tiba gembunge gumebrug Kadya parbata anakan Tibane anggegirisi Suka kang cantrik sadaya Dene sirna ditya kang mbebayani Kabeh saisining gunung Samya suka sadaya Pitik iwen sato ilang geringipun Kidang sangsam andaka Manuk memreng miwah kancil Nadyan gajah samya susah Tan ana kang wani angalap bukti Bala sato samya kuru Tan antuk amemangsa Amung warak kang mendhem kang misih lemu Sanadyan kayu wowohan Tan kober awoh barindhil Mangkya sato samya luwar Labuh brata enggar angalap bukti Myang wowohan samya mendhuh Sekar-sekar umekar Samya eca tyasira Sang Maha Wiku

Page 18: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

17

Sawusnya nir kang bebaya Mangkana satriya kalih Dinusan munggeng palangka Tinuturan marang Sang Maha Resi ‘Heh, rungunen putraningsun iya pituturingwang sira uga panjanmane Sang Hyang Wisnu sinungan karya rumeksa rahayuning bumi-bumi tan ana sangsayanira iya ngendi ana wong bakal luwih tan ana sandhunganipun sawatara kewala marma sira sinung widagda dibya nung dening mbangun turutira mring bapa rumekseng resi Asmarandana Tan wuwusan ing tulis Rerenggan sang pinangantyan Pan sampun pinanggihaken Putri Mantilidiraja Lawan putra Ngayodya Sinembahken putri jalu Raring rama prabu kalihnya Saestu Sang Rama Ratih Carya kang samya angayap Ndulu ri sang pinanganten Miwah apsari sawarga Anggung selar-seluran Kayungyun samya tumurun Ring pureng Mantilidiraja Sagunging kang para bibi Myang para cethi sadaya Miyat ing sang pinanganten Supe anadhah anendra Kacaryan dennya mulat Ing sangkepe kalihipun Tan pantes tinon ing janma

Page 19: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

18

Sayekti para apsari Siniweng Endrabawana Datan winuwus resmine Cinendhak ingkang carita Mburu lampahing kandha Risang Dasarata Prabu Pamit angendhuh kang putra Busekan nagri Mantili Punggawa ingkang pinatah Umiring sang pinanganten Mangkana Sri Dasarata Saking Mantili budha Swaraning bala gumuruh Prapta sajawining kitha Kusut nagari Mantili Kadya koncatan sesotya Coplok saking embanane Sinta minangka sesotya Nagri Mantilidiraja Sayekti embananipun Marma lum Mantilidiraja Mijil Lamun sira madeg narapati Yayi wekasingong Apan ana ing Prabu ugere Sastra cetha ulatana nuli Omahna den pasti Wulanging sastreku Rehning janma tama nguni-uni Kang mengku kaprabon Ingkang nistha kawruhana kabeh Miwah madya utama ywa lali Liring siji-siji Den kena ywa tungkul Tindaking nistha mangka wewedi Temah tan anggepok Ingkang madya resepana bae Mring utama sira den kepengin Den kadi sira mrih

Page 20: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

19

Sengseming dyah ayu Nistha iku tindak walang ati Saliring pakewoh Iya bela-bela ing ciptane Mring santana myang punggawa mantri Anggung sangga runggi Andhedher pakewuh Tan wun ing reh ing don neniwasi Ambek kang mangkono Ing madyane ilangena kabeh Den patitis awrat sangga runggi Utamane yayi Kabeh den kacakup Ala ayu pan darbenireki Ing rat tan pakewoh Ingkang ala ya prihen becike Pinet ing suka dinanan ugi Waregana ping-ping Jejelana wuruk Ing kadarman wruhna pakenaning Peten sukaning wong Barang karya ana bebukane Wineweka ing reh ingkang isi Ala lawan becik Tuwin gampang ewuh

Sandiwara

Sandiwara atau disebut drama yaitu cerita yang berupa dialog antara tokoh

satu dan lainnya. Yang termasuk drama yaitu: kethoprak, wayang, dhagelan,

opera, dan yang terkenal adalah monolog. Contoh sandiwara yang populer adalah

ludruk.

Ludruk merupakan seni sandiwara khas yang tumbuh di Jawa Timur.

Sesuai dengan karakter masyarakat Jawa Timur, ludruk sungguh mewakili dan

mudah sekali dikenali. Syarat pementasan ludruk telah disepakati bersama, yaitu

Page 21: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

20

menggunakan dialek Surabayan. Meskipun menggunakan bahasa Jawa krama,

tetap terdapat warna kental bahasa Jawa Timuran. Bahasa ini dikenal agak kasar,

namun merakyat. Ludruk yang terkenal misalnya Ludruk Kopasgad Trisuladarma,

Enggal Tresna, Sari Murni, Mahamurni dan Pancamarga.

Selain ludruk contoh sandiwara adalah ketoprak. Cerita ketoprak banyak

diambil dari Babad Demak, Babad Pajang, Babad Majapahit, Babad Tanah Jawi,

Babad Kraton, Babad Kartasura, Babad Mangkubumi dan Babad Dipanagara.

Unsur ketauladanan dan kepahlawanan para bangsawan Jawa mendominasi lakon

ketoprak. Bagi kebanyakan orang Jawa, ketoprak merupakan sumber inspirasi

nasionalisme sekaligus sarana nostalgia pada kehidupan masa lampau. Contoh

paguyuban kethoprak yang terkenal misalnya Siswo Budoyo, PS Bayu dan

kethoprak Mataram.

Seni sandiwara lainnya yaitu wayang wong. Kesenian ini mengambil

cerita dari epos Ramayana dan Mahabharata. Paguyuban wayang wong yang

masih berlangsung terus hingga sekarang contohnya adalah wayang wong

Sriwedari di Surakarta.

Page 22: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

21

BAB III

SASTRA JAWA PUISI

Kekawin

Kekawin dari kata dasar kawi yang artinya syair. Di jaman kuno orang

yang pintar membuat kesusastraan kekawin dinamai kavya. Ciri-ciri kekawin itu:

Satu bait terdiri dari empat baris. Tiap baris jumlah suku katanya sama.

Pembacaan kekawin itu terikat oleh suara berat yang disebut “guru” dan

suara ringan yang disebut “lagu”. Nama-nama kekawin: Sardula Wikridita,

Garirangsi, Sikarini, Jagadita, Praharsini, Kusumawicitra, Lalitawisama,

Aswalalita, Wasantatilaka dan Ragakusuma.

Kidung

Pada jaman tengahan, kira-kira jaman kepujanggaan Majapahit akhir ada

genre puisi yang disebut kidung. Banyak kitab yang digubah dengan metrum

kidung sebagai contoh: Kidung Harsawijaya, Kidung Subrata, Kidung

Sundayana, Kidung Sorandaka, Kidung Ranggalawe, Wangbang Wideya, Kidung

Panji.

Tembang

Tembang merupakan puisi yang dinyanyikan. Jenis tembang ada tiga

macam, yaitu: Macapat, Tengahan dan tembang Gedhe.

Page 23: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

22

Parikan

Parikan juga termasuk puisi. Kata parikan ada hubungannya dengan kata

pari, atau pantun. Puisi Jawa yang berupa parikan ada hubungannya juga dengan

pantun dalam kesusastraan Indonesia. Akan tetapi, parikan Jawa lebih bebas

dibanding pantun.

Wangsalan

Wangsalan juga termasuk puisi dan merupakan puisi yang sangat indah,

karena susunan kata-katanya kait berkait secara semu. Jika dirasakan, kadang-

kadang mirip dengan cangkriman. Wangsalan ada tiga jenis yaitu: Wangsalan

pacelathon, wangsalan edi peni dan wangsalan yang berupa tembang.

a. Wangsalan Pacelathon

Atis hawa, ampun lali pecel Nganjuk.

Atis hawa: sejuk – Nganjuk.

Balung klapa, ethok-

ethok ora ngerti. Balung klapa: bathok –

ethok-ethok.

Balung jagung, punika tanggel jawab kawula.

Balung jagung: janggel – tanggel jawab.

b. Wangsalan Edi Peni

Ancur kaca, kaca kocak munggwing netra. Wong wruh rasa, tan mamak ing tata krama.

Ancur kaca: rasa; kaca kocak mung-gwing netra: tesmak.

Ari Sena, Sena gelung minangkara. Ngesthi-harja, luhur darajating praja.

Ari Sena: Harjuna; Sena: Werkudara

Page 24: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

23

Bibis tasik, tasik wanda winor tirto. Maju mundur tangeh kasil kang sinedya.

Bibis tasik: undur-undur; Tasik suku kata winor tirta: parem.

c. Wangsalan Tembang

Pangkur

Singgang gung kang piniyara

Mardi siswa kekawining estri.

Wineh winulangaken wadu.

Peputhut mong Pregiwa

Kang sumewa pasewakaning

kadangun.

Pangrantamireng pradangga.

Sesendhon genti-genti.

Singgang gung piniyara: winih.

Mardi siswa: mudang.

Kekawining estri: wadu.

Peputhut mong Pregiwa: Janaloka.

Pangrantamireng pradangga: sendhon.

Page 25: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

24

BAB IV

MUTIARA LUHUR DALAM SASTRA LISAN

Paribasan

Paribasan adalah untaian kalimat yang bentuknya tertentu dan bermakna

kias. Akan tetapi, ada yang maknanya tidak tentu, malah ada yang maknanya

harus diurai untuk menemukan isinya. Yang termasuk paribasan adalah:

Bebasan Panyandra

Seloka Pepindhan

Cangkriman Isbat

Pasemon Sanepa

Wangsalan

Bebasan

Bebasan adalah peribahasa yang bermakna kias. Contoh:

Adigang, adigung

adi-guna.

Orang yang mengagungkan kekuatan,

keluhuran dan kepintaran

Adol lenga kari busik Orang membagi tapi tidak kebagian.

Saloka

Saloka adalah peribahasa yang bermakna kias, dengan perbandingan pada

bentuk metafor makhluk hidup atau keadaan.

Aji godhong garing. Hal yang tidak berharga sama sekali.

Page 26: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

25

Ana gula ana semut. Tempat yang banyak rejekinya pasti

banyak yang mendatangi.

Pepindhan

Pepindhan yaitu perumpamaan yang bermakna denotatif. Contoh:

Abange kaya godhong katirah.

Abang kumpul padha abang kaya alas kobong.

Banyake pepati kaya babadan cacing.

Banyake pepeti kaya sulung mlebu geni.

Ali-aline nggunung sapitul.

Antenge kaya temanten ditemokake.

Ayune kaya Dewi Ratih.

Sanepa

Sanepa adalah paribasan yang berisi perumpamaan tapi bermakna terbalik.

Contoh:

1. Ambune arum jamban. = bacin sekali.

2. Awake kuru semangka. = gendut sekali.

3. Balunge atos debog. = lunak sekali.

4. Barange aji godhong garing. = tak berharga.

5. Bobote abot kapuk. = ringan sekali.

Page 27: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

26

Panyandra

Salah satu cara menghidupkan suasana dalam kesusastraan adalah dengan

melukiskan keindahan, kebagusan, dan kebaikan melalui ibarat atau disebut

panyandra. Fungsi panyandra dengan demikian adalah yaitu untuk

menggambarkan keadaan yang baik supaya kelihatan mengesankan. Contoh:

1. Alise nanggal sepisan.

2. Astane nggendhewa gadhing.

3. Athi-athine ngudhup turi.

4. Bangkekane nawon kemit.

5. Bathuke nyela cendhani.

6. Bokonge manjang ilang.

Page 28: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

27

BAB V

SASTRA DALAM BENTUK BAHASA PERLAMBANG

Cangkriman

Cangkriman yaitu kalimat susunan kata untuk tebak-tebakan. Biasanya

cangkriman terjadi dalam bahasa lesan. Bentuk cangkriman ada yang tetap dan

ada yang berubah-ubah. Cangkriman ada yang berupa wancahan, pepindhan dan

ada yang berupa tembang.

a. Cangkriman Wancah

Bot ginawa theng, teng

ginawa bot

= Klobot ginawa entheng,

genteng ginawa abot.

Burnas kopen = Bubur panas kokopen.

Leng pak dhewot = Celeng gupak dhedhe

nguwot.

Linak litu lingga lilur = lali anak putu lali tangga

lali sedulur.

b. Cangkriman Pepindhan

Anake gelungan, ibune ngrembyang. (pakis)

Disuguh opak angin. (ora disuguh)

Emboke dielus-elus, anake diidak-idak. (andha)

Gajah nguntal sangkrah. (pawon)

Page 29: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

28

Ing ndhuwur wayangan, ing ngisor jedhoran (undhuh krambil)

c. Cangkriman untuk sindiran

Aku sowan adoh-adoh kok mung disuguh anggur. (dianggurake).

Akeh wong adol pitik disrimpungi, wong adol mbako diambungi.

Ana banyu pahit yen tetes legi.

Sapa kang gelem ngukur meja, pancen wong hebat.

d. Cangkriman berwujud tembang atau cerita. Contoh:

Ana titah duwe sikil papat ananging ora bisa mlaku. Apa iku? (Meja)

Ana titah duwe gulu tanpa sirah, duwe awak tanpa tangan. Anehe kok

duwe cangkem. Apa iku? (Botol).

Ana titah, yen dikethok mundhak dhuwur. Apa? (Kathok)

Pucung

Bapak pucung, dudu punthuk dudu gunung Manggon ing salira Dedegira datan inggil Yen wis mangsa Pak Pucung kuthah ludira. (kukul)

Pasemon

Pasemon disebut juga perlambang. Gunanya untuk mengutarakan maksud

dengan sopan, atau untuk menyindir dengan cara halus. Jika kurang hati-hati,

bisa-bisa orang yang disindir tidak paham maksudnya. Contoh:

Page 30: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

29

Catur rana semune segara asat.

Melambangkan negara empat, yaitu Kedhiri, Jenggala, Singasari dan

Ngurawan yang selalu bertikai, akhirnya sama-sama ruskanya.

Ganda kenthir semune liman pepeka.

Melambangkan raja Sri Pamekas di Pajajaran yang melabuh putranya yang

bernama Siung Wanara akhirnya tewas karena kurang berhati-hati.

Masih banyak pasemon lainnya yang biasa untuk pembicaraan sehari-hari.

Misalnya dalam acara lamaran calon pengantin. Pada acara lamaran banyak

kalimat-kalimat dari pihak laki-laki maupun pihak perempuan yang berupa

pasemon untuk menghaluskan maksud.

Sandiasma

Di tanah Jawa, banyak sekali pujangga yang terkenal. Semuanya bisa

untuk tauladan bagi bangsa di seluruh dunia, terutama bangsa Indonesia, tidak

hanya orang Jawa saja. Para pujangga tadi ketika hidupnya banyak menulis karya-

karya sastra yang besar sekali manfaatnya. Akan tetapi banyak yang ketika

menulis, dalam rangka tidak mau menonjolkan diri, tidak bersedia menyebut

namanya dengan jelas. Biasanya nama pujangga yang pengarang disamarkan

dengan sandiasma. Contoh tembang yang memuat sandiasma:

Rarasing kang sekar sarkara mrih

Den aksama de ning kang sudyarsa

Ngawikani wengkuning reh

Beraweng para ratu

Page 31: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

30

Ilanga kang sesangker sarik

Rongas westhining angga

Gagating tyas antuk

Wartaning kang parotama

Sinung tengran sembah trus sukaning budi

Tataning kang carita

(Ranggawarsita, Serat Witaradya)

Sengkalan

Kalimat bermakna angka yang digunakan untuk menyebut angka tahun

disebut sengkalan. Menurut bentuknya sengkalan ada dua, yaitu 1) sengkalan

lamba, yaitu sengkalan bisa berbentuk untaian kata atau kalimat, 2) sengkalan

memet, yaitu sengkalan yang berbentuk bangunan atau gambar pada dinding.

Sedangkan menurut tahun yang digunakan, ada tahun yang menurut

hitungan matahari disebut surya-sengkala, dan tahun menurut hitungan rembulan

disebut candrasengkala. Contoh sengkalan di dalam serat-serat kuno:

No Kitab Sengkalan Artinya

1. Serat Bharatayuda Sanga kudha sudha candrama 1079

2. Suluk Wujil – Sunan Bonang Panerus tingal tataning nabi 1529

3. Serat Niti Praja – Sultan

Agung

Geni rasa eka driya 1563

4. Serat Wiwaha-jarwa – Yasadi-

pura I

Tasik sonya giri juga 1704

Page 32: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

31

5. Serat Centhini – Paku Buwana

V

Paksa suci sabda ji 1742

Sengkalan lain yang memuat peristiwa sejarah:

No Kejadian Sengkalan Artinya

1. Adege Kraton Majapahit Rupa luhur mantrining ratu 1303

2. Ing pasareyane Putri Cempa,

Trowudan

Kaya wulan putri iku 1313

3. Rusake negara agung

Majapahit

Sirna ilang kertaning bumi

1400

4. Adege Kraton Demak Rupa luhur karyaning wong 1401

5. Adege Kraton Pajang Guna luhur tataning ratu

1503

Sengkalan Memet

No Tempat Bunyi sengkalan Artinya

1. Ing Tratag rambat Kraton

Ngayogyakarta

Pancagana salira tunggal 1865

2. Ing Kraton Ngayogyakarta

sisih kidul

Dwi naga rasa tunggal 1682

3. Ing Kraton Surakarta Naga muluk tinitihan janma 1708

4. Ing Panggung Kraton Surakarta Panggung sanggabuwana 1708

Page 33: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

32

BAB VI

MENGASAH KEINDAHAN

BAHASA KESUSASTRAAN

Tembung Camboran

Tembung camboran atau kata majemuk adalah dua kata atau lebih yang

dirangkap menjadi satu dan membentuk arti baru. Tembung camboran, dibagi

menjadi dua:

a) Camboran Wutuh

uler kambang bimaputra

semar mendem rimbatmaja

nagasari janurkuning

jaran goyang dhandhanggula

bibit kawit bapa biyung

b) Camboran Tugel

bangjo : abang ijo

barji barbeh : bubar siji bubar kabeh

byarpet : mak byar mak pet

dhegus : gedhe tur bagus

dhekwur : siji cendhek siji dhuwur

Page 34: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

33

Tembung Dasa Nama

Tembung dasa nama yaitu bermacam kata-kata yang artinya sama. Contoh:

abang : abrit, mbranang, dadu, jingga, merah, rekta putra, sunu, siwi,

tanaya, weka, yoga

angin : bayu, braja, pawana, sindhung riwut, samirana, maruta

arep : arep, arsa, ayun

ati : kalbu, galuh, driya, panggalih, prana, tyas, wardaya, nala

awak : rada, badan, angga

Tembung Entar

Tembung entar yaitu dua kata atau lebih yang digabung menjadi satu dan

bermakna kiasan atau tidak sebenarnya. Contoh:

abang kupinge : masah

abang-abang lambe : lamis

abot sanggane : berat

adol ayu : pamer kecantikan

adol bagus : pamer ketampanan

Tembung Saroja

Tembung Saroja adalah dua kata yang artinya hampir sama dan digabung

menjadi satu. Contoh:

adas pulawaras

adhem ayem

Page 35: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

34

BAB VII

PENGARUH SASTRA MODERN

Novel

Novel juga disebut roman. Banyak yang membedakan antara roman

dengan novel, tetapi sesungguhnya sama saja. Novel-novel modern lebih banyak

yang kemudian difilmtelevisikan menjadi telenovela. Contoh-contoh kutipan

novel berbahasa Jawa dapat dilihat di bawah ini:

Ngulandara

“…………….., judheg aku!” Punika angluhipun satunggaling priyantun

ngadeg, cancut, wonten ngiringanipun mobil oto ingkang sampun kabikak

tutupipun. Wironipun kablesekaken menginggil, ngantos kathokipun ketingal

sekedhik, jasipun sampun kabikak, kantun ngangge rangkepan. Pacaking badan

methentheng ragi mbungkuk. Nering pandulu tumuju dhateng mesining oto. Sajak

migatosaken sanget dhateng kawontenaning motor punika.

Nitik tetesing kringetipun saking bathuk tuwin saking gulu, dalah telesing

rangkepan ingkang wingking, cetha yen priyantun wau sampun kepara dangu

tumandang damel awrat. Saboten-botenipun inggih kaesuk ngong-sronging

manah.

Priyantun wau umuripun udakawis seketan taun, nanging kebekta saking

saening badan, lan saged ugi saking anggenipun boten alitan manah, ketingalipun

saweg umur kawan dasa taun.

Page 36: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

35

Ing salebetipun oto wau ingkang linggih ing bak wingking sisih kiwa

priyantun estri, umur tigang dasa gangsal taun, ingkang wonten sisih tengen ugi

priyantun estri wetawis saweg pitulasan taun.

Memperipun priyantun estri ingkang wonten sisih kiwa punika bojonipun,

ingkang wonten tengen anakipun. Ing salebetipun priyantun wau uthek madosi

ingkang njalari mogok otonipun, ingkang estri ketingal suntrut. Tanga-nipun

tengen sedhakep, badan kasendhekaken ing cagaking tendha, sirahipun

kabantalaken tangan kiwa. Kados boten mokal yen ta kawastanana saweg susah

manahipun.

Nanging anakipun boten makaten. Linggihipun sendhen, ketingal sajak

sasekecanipun, sumelehing pasemon kenging dipun wastani mesem ajegan.

Tangan-ipun tansah ngolak-alik kacunipun sutra ingkang sinulam peni.

Ngantos sawetawis dangu priyantun tetiga wau boten sami cecriyosan,

dumadakan ingkang estri sumela sanjang dhateng ingkang jaler semu netah, “Ta,

pak! Biyen mula aku rak wis kandha yen wong ngingu oto kuwi akeh

kesusahane.”

“Hem! Ibune mono wasis yen mung nutuh.”

Anakipun nyelani, “Yah, ibu ki! Punapa inggih oto menika namung

murugaken kesusahan thok? Wong lagi sepisan bae dingendikakake akeh!”

“Lah ya kuwi Tien nek ibumu.”

“Nyatane nek kaya ngene iki kepriye hara? Mangka neng tengah bulak,

wis jam setengah nem, kathik atise kaya ngene. Gunung Sumbing wis kemul

Page 37: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

36

ampak-ampak, dalah ingkang Kledhung ya wis meh putih, dhasar dalane

sumengka, kok jebul otone bobrok!”

“Yah, ibune ki ta! Rak ya lumrah ta yen oto kuwi sok mogok, ora kok

banjur bobrok ngono. Iki rak mung saka ana adon-adon sing durung mathuk

utawa mlesed saka mesthine. Ana oto isih kincling-kincling ngene jare bobrok.”

“Ingkang risak menika napanipun ta pak? Mangke gek dipun paeka sopir

ingkang mentas medal menika.”

“Mempere ya ngono Tien, nanging bapakmu ora priksa.”

“Hara ta ibune kuwi rak tanduk maneh olehe nutuh ….. Nek pangiraku

ora. Sabab metune kuwi jalaran dheweke dadi lurah desa, tur maneh neng

jajahanku, dadi mesthine ora gelem gawe wisuna menyang aku.”

“Ngona-ngonoa kae nyatane! Nek kaya ngene iki banjur priye hara?”

“Sawise, kepriye, lah ya kudu nrima. Mengko yen ana oto saka Wanasaba

utawa saka Parakan sing wis ngglondhang, ya padha nunggang kuwi bae.”

“Inggih pak, terkadhang mangke wonten saestu, nanging sewanipun inggih

lajeng awis.

Ibunipun nyambeti, “Prakara laranging sewan kuwi dudu barang-barang,

balik anane bae durung karuwan! Mangka dina iki ora kebener pasaran Kreteg

utawa Parakan, kathik wis wayah ngene, bisane ana saka ngendi?” Wedaling

wicanten makaten wau kanthi sugal, mratandhani saya sanget anyeling manahipun

lan kados dene sampun telas pangajeng-ajengipun ... (Margana Djajaatmadja,

1932).

Page 38: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

37

Geguritan

Perkembangan sastra Jawa juga tak luput dari pengaruh dalam bentuk

puisi. Puisi modern dalam sastra Jawa disebut geguritan gagrak anyar. Geguritan

gagrak anyar keluar dari aturan-aturan seperti dalam tembang, parikan,

wangsalan, dan lain-lainnya. Berkembangnya geguritan gagrak anyar bersamaan

dengan perkembangan kesusastraan Indonesia.

Keindahan puisi modern atau geguritan gagrak anyar tidak pada pergulatan

bahasa, tetapi lebih pada isinya untuk mengekspresikan perasaan jiwa. Jelas sekali

bahwa geguritan merupakan pengaruh puisi modern. Contoh geguritan gagrak

anyar:

Mbarang

Bocah cilik manis, kakang adi Runtang-runtung nyang endi-endi Nyangking angklung saka bumbung Mlebu lurung metu lurung Bocah cilik manis, kedhana-kedhini Runtang-runtung mbarang separan-paran Ngupa boga nyambung panguripan sadulitan Nambal nista kang lunga teka wira-wiri, nrenyuhi Nembangi lagu-lagu, memelasi Mbukak babad ngenesi ati Koncatan bapa biyung, dheweke tininggal keri Bocah cilik manis, kedhana-kedhini Runtang-runtung nyang endi-endi Dina-dina uripe kaliput ayang-ayangane mega.

Pengarang geguritan gagrak anyar sampai sekarang berkembang dengan

subur. Contohnya: Group Diskusi Sastra Blora: Napas-napas Tlatah Cengkar,

Tepungan Karo Omah Lawas, Esmiet, Poer Adhie Prawoto dan Anjrah Lelana

Page 39: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

38

Brata dan (Suripan Sadi Hutama, 1984: 17). Pertumbuhan sastra Jawa baik prosa

maupun puisi berkembang melalui koran, majalah, buletin dan buku-buku

modern. Bahkan sekarang dengan media elektronik para pecinta geguritan

menuangkan buah pikirnya dengan lebih bebas.

Cerita Cekak

Cerita cekak atau disingkat dengan Cerkak biasanya dipublikasikan

melalui majalah berbahasa Jawa. Di bawah ini contoh-contoh cerkak:

Pelaut Lan Gegantilaning Ati

Cerkak ini karya Oskandar R yang diterbitkan oleh majalah Djayabaya

Minggu Wage, 6 Februari 1966 no. 20.

Denpasar, Malem Minggu.

Sawijining toko kang gedhe dhewe ing kutha iki.

Ing pojokan, cedhak lawang, ana priya ngadeg. Tangane sing kwia njagang

ing meja kaca, dene sing tengen dolnan dhompet konci mobil. Mripate maetr

mandeng sawenehing wanita manganggo blus kuning enom. Lan wanita mau,

najan katone katrem nguwasi piranti ngadisara ing njeron lemari kaca, ngerti yen

disawang. Raine ngatonake mangkel ngatine wong wadon kang wani-wani wedi.

Wanita mau mingser nengen, menyang panggonan kain-kain lan ramening

wong kang bisa ngaling-ngalingi dheweke saka pamandenge priya mau. Nanging

Page 40: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

39

nalika dheweke takon-takon regane kain marang pelayan nuli mengo ngiwa,

dheweke sumurup blegere priya mau kang wis ngadeg ing pojokaning meja.

Wanita mau nyoba mesem. Manis eseme. Untune kang pindha mutiara

rintik-rintik apik. Lan rikala priya mau genti mesem, eseme sakala mbleret.

Saiki dijajal maneh mandeng mripate priya mau. Mripate sing dipandeng

kaya nembus-nembusa. Lan pranyata wanita mau kasoran.

Saiki si wanita ngadeg ing ngarepe kasir, arep mbayar barang-barang sing

dituku. Priya mau ora adoh saka kono. Nuli ing papan njupuk barang-barang.

Priya mau iya ora adoh saka kono.

Rikala lumaku ing trotoar, ngetan wanita mau noleh lan weruh si priya

nrombol ramening wong liwat klawan sajak kesusu.

Ora let suwe priya mau wis mlaku ing sandhinge. Sok-sok iya kambi

nadah pangesuke wong-wong liwat sing arep nyenggol wanita mau. Nuli,

“Sugeng dalu!” tembunge.

Wanita mau mung tumoleh.

Sumambunge, “Mbok aja sombong-sombong … kok ora gelem

mangsuli!”

Ngawuningani menawa kapeksan alus, wanita mau mangsuli klawan

mangke, “Sugeng dalu!”

“Nah, ngono rak ya apik.” Kandhane priya mau.

Saiki kekarone nyabrang dalan. Tetumpakan pating sliri. Tanpa sengaja

kekarone gandheng tangan. Bareng kelingan, wanita mau enggal-enggal narik

tangane dhewe. Mlaku ing trotoar maneh.

Page 41: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

40

Ujug-ujug, “Panjenengan, pelaut?” pitakone si wanita.

“Pirsa saka ngendi?” si pria gumun.

“Potongan panjenengan. Cukuran panjenengan. Dompet panjenengan.”

“Oh?” si pria ngambali suwara gumune kambi nglirik dompet kang ana

tulisane AL. Dudu DK. Nuli tembunge, “Umurku telung puluh loro ora ana

samondra sing durung dak ambah. Aku duwe sesanti: ing ngendia wae aku

nemoni sawijining wanita sing bisa ngrikatake kegeging jantungku, mesthi

dakgoleki, najan tekan poncote jagad, nek durung tepung, ndakparani kambi

kandha, “Saudari, aku kepengin tepungan karo sliramu. Tenan, aku kepengin

tepungan.”

Wanita mau gumuyu tumengkling, nuli kandheg sadhela, bebarengan

nyawang wong-wong sing padha nggrombol nonton dokar ketabrak montor.

“Apa kabeh pelaut nakale sliramu kaya panjenengan?” pitakone wanita,

bareng wis jumangkah maneh neruske laku.

“Ya kabeh pelaut nakale kaya aku. Nanging ora kabeh sesantine padha

karo aku. Uga ora kabeh pelaut sing umure telung puluh loro durung kawin.”

“Pamer!” wanita mau ngelokake. “Kesempatan baik untuk memamerkan

diri bahwa anda belum punya istri. Dakkira ora kabeh pelaut wani nyedhaki

sawijining wanita, nuli kandha ‘Saudari, aku kepengin tepung karo sliramu’!”

“Ya, ora kabeh pelaut wani mara lan nyedhaki sawijining wanita, nuli

kandha, ‘Saudari, aku kepengin tepung karo sliramu’.”

“Aku kagum!” ujare wanita mau.

“Sliramu kagum?”

Page 42: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

41

“Priya ngendi wae mesti seneng banget mrang wanita sing gelem kagum.

Kagum iya kagum, nanging aku duwe sesanti: ing ngendia wae aku nemoni

sawijining wanita sing bisa ngrikatake kegeging jantungku, mesthi dakgoleki,

najan tekan poncote jagad, nek durung tepung, ndakparani kambi kandha,

“Saudari, aku kepengin tepungan karo sliramu. Tenan, aku kepengin tepung karo

sliramu.! Kepriye panemumu?”

Iki iya mujudake peksan alus. Wanita mau ngguyu dhisik cekikikan saking

geline, nuli mangsuli, “Jenengku Kartika!”

“Kartika? Apik banget jenengmu! Arep dak undang Ika!”

“Aja! Undangen aku Tik, kaya pangundange kanca-kancaku!”

“Wis ta, aku lilanana ngundang sliramu Ika. Saya ingin mengistimewakan

engkau.”

Kekarone lumaku terus. Nyabrang ing prapatan Bali Hotel. Banjur nliwati

dalan sing sepi. Tekan ing prapatan sacedhake museum, wanita mau kandha,

“Awake dhewe kudu pisah ing kene. Aku ora gelem panjenengan terake tekan

ngomah!”

“Nanging kapan bisa ketemu maneh? Sesuk sore ing ngarep toko kae

maneh, priye?”

Wanita mau manthuk.

Mangkono, sabanjure kekarone tansah bebarengan. Boncengan scooter

biru langit rina wengi. Sore-sore ngadeg ing pesisir Sanur nyawang ombak kang

gumulung, utawa ndlusup-ndlusup ing alas gaweyan ing sacedhake villa-villa

Sanur. Numpak sekoci wong loro ing tlaga Berantan, oyak-oyakan ing dalan

Page 43: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

42

menyang Istana Tampak Siring, ndeleng wong gawe reca ing Ubud. Saiki

kekarone katon ing Batur nyawang gunung gundul, sesuke ing Ujung, ing tilas

lahare Gunung Agung. Terkadang wis sore repet-repet kae isih lumaku

gegandhengan tangan ing sawah-sawah antarane Belangsinga lan Sukawati.

Nanging saben sapatemon mesti dipungkasi dening pepisahan.

Priya mau, kambi ngetokake sirahe saka cendela bis, kandha, “Kariya

basukyarja, Ika!”

Wanita mau arawat eluh, umik-umik, Panjenengan bakal dak pethuk

sakondure saka operasi. Aku mesti bakal seneng banget tetepungan karo calon

garwa panjenengan. Panjenengan kudu emut. Aja ginubel dening kenangan-

kenangan kang endah thok. Panjenengan iku perwira laut. Amrih cocoge, garwa

panjenengan kudu ayu. Lan, lan …”

Kambi nutupi tutuke wanita mau, si priya nuli kandha, “Rungokna! Aku

iki priya sing wis mateng. Yen deleng riwayatmu, sliramu iki pancen wanita sing

nakal dhewe sajagad. Nanging aku ora maelu apa sing klakon sadurunge kita

ketemu. Perihana kahananmu kaya esuk iki dina ingkang kawitan. Sing

dakanggep, dina iki lan sabanjure! Sliramu ngerti?”

“Aja! Aja ginubel dening kenangan-kenangan! Aku lalekna wae! Emuta!

Isih akeh kenya-kenya sing gelem dadi sisihan panjenengan, dudu aku!”

Nalika bis Damri wiwit nggereng, wanita mau mbengok setengah nangis,

“Emuta, aku wis randha!” Suara mau isih dumeling. Lan pancen saben dina,

sasuwene priya mau ngentekake cutine ing Bali iki, tetembungan mau tansah

dibolan-baleni dening si wanita.

Page 44: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

43

Saiki wanita sing memelas mau lumaku sepoyongan ing dalan kang sepi.

Ing sangisore lampu listrik dheweke mandheg lan sumendhe ing cagak sing anyes.

Saka dhadhane diwetokake layang sasuwek. Layang saka priya mau kang

dikongkon maca manawa priya mau wis budhal.

Dheweke maca:

Saiki awake dhewe wis padha adohe. Yen sliramu arep ninggal aku,

tinggalen! Nanging sadurunge, tancepna sawijining keris ing ingone villa Sanur.

Keris sing bakal dak anggo mateni sakabehe kenangan manis sasuwene kita

sesrawungan. Kenangan mau saiki isih angrem ing sirahku.

Si wanita ngremet layang mau banjur ditekem ing dhadhane. Dheweke tiba

ndhodhok, jalaran sikile ora kuwat nyangga anggane. Lan manuk-manuk esuk

padha nembang: kabeh wis malih ireng, kabeh wis malih ireng!

Page 45: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

44

DAFTAR PUSTAKA Any Asmara, 1952. Inderawati Prawan Bali. Surabaya: Panyebar Semangat.

_________, 1967. Ambyar Sadurunge Mekar. Sala: F.a. Penerbit Keluarga Soebarno.

Bu Hodo, 1966. Bemo Dengkul. Sala: FA Kartika. Eny Soemargo, 1967. Kembang Alamanda. Yogyakarta: Mekar Sari.

Margana Djajaatmadja, 1957. Ngulandara. Jakarta: Balai Pustaka. Moch. Soedjadi Madinah, 1953. Sambekalaning Bebrayan. Yogyakarta: Sinta-

Riskan. Oskandar R, 1966. Pelaut lan Geganthilaning Ati. Surabaya: Djayabaya.

Paku Buwana IV, 1982. Serat Wulangreh. Garapan Daru Suprapto. Surabaya: Citra Jaya Murti:.

Poerbatjaraka, 1957. Kapustakan Jawi. Jakarta: Djambatan. Purwadhi ATM, 1963. Sapine Katlisut. Surabaya: Djayabaya.

Ranggawarsita, 1980. Serat Kalatidha. Alihaksara Kamajaya, Yogyakarta: Yayasan Centhini.

Soedharmo KD, 1966. Ditodhong Pistul Kopong. Sala: P. Kondang. Suripan Sadi Hutama, 1984. Telaah Sastra Jawa Modern. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Sutrisminah, 1943. Siasat Kang … Mleset. Surabaya: Panyebar Semangat.

Suwarna Pragolapati, 1981. Titising Kadurakan. Widi Widayat, 1966. Prawan Keplayu. Sala: U.P. Kantcil Mas.

Yasadipura I, 1920. Serat Babad Giyanti. Jakarta: Balai Pustaka. Zoetmulder, 1985. Kalangwan: Sastra Jawa Kuna Selayang Pandang.

Terjemahan Dick Hartoko. Jakarta: Djambatan.

Page 46: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

45

LAMPIRAN SILABUS

SILABUS

MATA KULIAH : TEORI SASTRA JAWA

SIL/FBS-PBD/223 Revisi : 00 02 Februari 2013 Hal

1. Fakultas / Program Studi : FBS / Pendidikan Bahasa Jawa 2. Mata Kuliah & Kode : Teori Sastra Jawa Kode : PBD 223 3. Jumlah SKS : Teori : - SKS Praktik : 2 SKS

: Sem : Ganjil (l) Waktu : 16 pertemuan 4. Mata kuliah Prasyarat & Kode : ....................................... 5. Dosen : Dr. Purwadi I. DESKRIPSI MATA KULIAH Mahasiswa memiliki kemampuan membuat deskripsi, analisis dan interpretasi tentang teori sastra Jawa yang meliputi : sastra Jawa prosa, sastra Jawa puisi, dan kandungan ajarannya. Dengan memahami teori sastra Jawa diharapkan mahasiswa mampu memberi apresiasi terhadap nilai kearifan lokal warisan para pujangga.

II. STANDARISASI KOMPETENSI MATA KULIAH

Mahasiswa mampu memberi deskripsi, analisis dan interpretasi atas teori sastra Jawa dari masa ke masa. Dengan demikian mahasiswa akan mampu memberi penghargaan atas seluk beluk sastra Jawa.

III. POKOK BAHASAN DAN RINCIAN POKOK BAHASAN

Minggu ke

Pokok Bahasan Rincian Pokok Bahasan Waktu

I Budaya Jawa Purba Memberi penjelasan tentang Budaya Jawa Purba

100’

II Memahami kesusasteraan Jawa

Memberi penjelasan tentang pemahaman kesusasteraan Jawa

200’

III Sastra Jawa prosa Memberi penjelasan tentang Sastra Jawa prosa

200’

IV Sastra Jawa puisi Memberi penjelasan tentang Sastra Jawa puisi

200’

V Mutiara luhur dalam sastra lisan

Memberi penjelasan tentang Mutiara luhur dalam sastra lisan

200’

VI Sastra dalam bentuk Memberi penjelasan tentang 300’

Page 47: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

46

bahasa perlambang Sastra dalam bentuk bahasa perlambang

VII Mengasah keindahan bahasa kesusateraan

Memberi penjelasan tentang Mengasah keindahan bahasa kesusateraan

300’

VIII Ujian akhir 100’ IV. REFERENSI/ SUMBER BAHAN A. Wajib: Abdullah Ciptoprawiro, 1986, Filsafat Jawa, Gramedia, Jakarta. Graaf, 1987. Awal Kebangkitan Mataram Masa Pemerintahan Senapati. Jakarta:

Grafiti Pers. Haryanto, 1992. Pratiwimba Adiluhung Sejarah dan Perkembangan Wayang.

Jakarta: Djambatan. Kamajaya. 1980. Pujangga Ranggawarsita. Yogya: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan. Mangkunegara IV, 1982, Serat Tripama, Garapan Kamajaya. Yayasan Centhini :

Yogyakarta. ______________, 1983, Serat Wedhatama, Garapan Anjar Any. Aneka Ilmu :

Semarang. Sartono Kartodirjo. 1987. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500 – 1900, dari

Emporium sampai Imperium I. Jakarta: Gramedia. Simuh, 1996, Sufisme Jawa, Transformasi Tasawuf Islam ke Mistik Jawa,

Bentang, Yogyakarta. Sri Mulyono,1982, Wayang dan Filsafat Nusantara, Haji Masagung, Jakarta. ___________, 1989, Simbolisme dan Mistikisme Dalam Wayang, Haji Masagung,

Jakarta. Sudewa, 1989. Serat Panitisastra: Tradisi, Resepsi dan Transformasi.

Yogyakarta: Disertasi Pascasarjana UGM. Yasadipura I, 1920. Serat Babad Giyanti. Balai Pustaka : Jakarta. Zoetmulder, 1985. Kalangwan: Sastra Jawa Kuna Selayang Pandang.

Terjemahan Dick Hartoko. Jakarta: Djambatan. _______________1991. Manunggaling Kawula Gusti. Terjemahan Dick Hartoko.

Jakarta: Gramedia.

B. Anjuran :

Moedjanto, 1994. Konsep Kekuasaan Jawa, Penerapannya oleh Raja-Raja Mataram. Yogyakarta: Kanisius.

Padmasoekatja, 1990, Memetri Basa Jawi. Citra Jaya Murti: Surabaya. ______________, 1995, Silsilah Wayang Purwa Mawa Carita Jilid I-III. Citra

Jaya Murti : Surabaya. Paku Buwana IV, 1982, Serat Wulangreh. Garapan Daru Suprapto. Citra Jaya

Murti : Surabaya.

Page 48: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

47

Poerbatjaraka, 1957, Kapustakan Jawi, Djambatan, Djakarta. Purwadi, 2000. Desa Mawa Cara Negara Mawa Tata. Kreasi Wacana :

Yogyakarta. Ranggawarsita, 1980, Serat Kalatidha, alihaksara Kamajaya, Yayasan Centhini,

Yogyakarta. ___________________, 1988. Serat Wirid Hidayat Jati. Garapan Simuh. UI

Press : Jakarta. Rass, 1985, Bunga Rampai Sastra Jawa Mutakhir. Grafiti Press : Jakarta. Ricklefs, 1974. Yogyakarta under Sultan Mangkubumi 1749-1792 A History of the

Division of Java. London: Oxford University Press.

V. EVALUASI

No Komponen Evaluasi Bobot (%)

- Teknik yang dipakai dalam evaluasi berupa ujian

tulis. Nilai akhir diperoleh dari perhitungan

sebagai berikut.

NA = T + S + 2A 4

100 %

Jumlah 100% Yogyakarta, 02 Februari 2013 Mengetahui, Dosen, Ketua Jurusan PBD

Page 49: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

48

LAMPIRAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

MATA KULIAH : TEORI SASTRA JAWA

RPP/FBS-PBD/223 Revisi : 00 02 Februari 2013 Hal.

1. Fakultas / Program Studi : FBS / Pendidikan Bahasa Jawa 2. Mata Kuliah & Kode : Teori Sastra Jawa Kode : PBD 223 3. Jumlah SKS : Teori : - SKS Praktik : 2 SKS

: Sem : Gasal () Waktu : 16 pertemuan

4. Standar Kompetensi : Mahasiswa memiliki kemampuan membuat deskripsi, analisis dan interpretasi tentang teori sastra Jawa yang meliputi : sastra Jawa prosa, sastra Jawa puisi, dan kandungan ajarannya. Dengan memahami teori sastra Jawa diharapkan mahasiswa mampu memberi apresiasi terhadap nilai kearifan lokal warisan para pujangga.

5. Kompetensi Dasar : Mahasiswa mampu memberi deskripsi, analisis dan interpretasi atas teori sastra Jawa dari masa ke masa. Dengan demikian mahasiswa akan mampu memberi penghargaan atas seluk beluk sastra Jawa.

6. Indikator Ketercapaian : Setelah mengikuti program perkuliahan ini

mahasiswa mampu (1) memberi apresiasi atas teori sastra Jawa; (2) membuat analisis sastra Jawa prosa; (3) membuat analisis tentang sastra Jawa puisi.

7. Materi Pokok/Penggalan Materi : karya sastra Jawa dan literatur pendukung

Page 50: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

49

8. Kegiatan Perkuliahan :

Tatap Muka Komponen Langkah

Uraian Kegiatan Estimasi Waktu

Metode Media Sumber Bahan/Ref

erensi Budaya Jawa Purba

Memberi penjelasan tentang Budaya Jawa Purba

4 pertemuan x 100 menit

Teori dan diskusi

OHP dan alat tulis

A dan B

Memahami kesusasteraan Jawa

Memberi penjelasan tentang pemahaman kesusasteraan Jawa

4 pertemuan x 100 menit

Teori dan diskusi

OHP dan alat tulis

A dan B

Sastra Jawa prosa

Memberi penjelasan tentang Sastra Jawa prosa

4 pertemuan x 100 menit

Teori dan diskusi

OHP dan alat tulis

A dan B

Sastra Jawa puisi

Memberi penjelasan tentang Sastra Jawa puisi

1 x tatap muka atau 100 menit

Teori dan diskusi

OHP dan alat tulis

A dan B

Mutiara luhur dalam sastra lisan

Memberi penjelasan tentang Mutiara luhur dalam sastra lisan

1 x tatap muka atau 100 menit

Teori dan diskusi

OHP dan alat tulis

A dan B

Sastra dalam bentuk bahasa perlambang

Memberi penjelasan tentang Sastra dalam bentuk bahasa perlambang

4 pertemuan x 100 menit

Teori dan diskusi

OHP dan alat tulis

Mengasah keindahan bahasa kesusateraan

Memberi penjelasan tentang Mengasah keindahan bahasa kesusateraan

4 pertemuan x 100 menit

Teori dan diskusi

OHP dan alat tulis

Ujian akhir DAFTAR PUSTAKA Abdullah Ciptoprawiro, 1986, Filsafat Jawa, Gramedia, Jakarta. Graaf, 1987. Awal Kebangkitan Mataram Masa Pemerintahan Senapati. Jakarta:

Grafiti Pers. Haryanto, 1992. Pratiwimba Adiluhung Sejarah dan Perkembangan Wayang.

Jakarta: Djambatan. Kamajaya. 1980. Pujangga Ranggawarsita. Yogya: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

Page 51: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

50

Mangkunegara IV, 1982, Serat Tripama, Garapan Kamajaya. Yayasan Centhini : Yogyakarta.

______________, 1983, Serat Wedhatama, Garapan Anjar Any. Aneka Ilmu :

Semarang. Moedjanto, 1994. Konsep Kekuasaan Jawa, Penerapannya oleh Raja-Raja

Mataram. Yogyakarta: Kanisius. Padmasoekatja, 1990, Memetri Basa Jawi. Citra Jaya Murti: Surabaya. ______________, 1995, Silsilah Wayang Purwa Mawa Carita Jilid I-III. Citra

Jaya Murti : Surabaya. Paku Buwana IV, 1982, Serat Wulangreh. Garapan Daru Suprapto. Citra Jaya

Murti : Surabaya. Poerbatjaraka, 1957, Kapustakan Jawi, Djambatan, Djakarta. Purwadi, 2000. Desa Mawa Cara Negara Mawa Tata. Kreasi Wacana :

Yogyakarta. Ranggawarsita, 1980, Serat Kalatidha, alihaksara Kamajaya, Yayasan Centhini,

Yogyakarta. ___________________, 1988. Serat Wirid Hidayat Jati. Garapan Simuh. UI

Press : Jakarta. Rass, 1985, Bunga Rampai Sastra Jawa Mutakhir. Grafiti Press : Jakarta. Ricklefs, 1974. Yogyakarta under Sultan Mangkubumi 1749-1792 A History of the

Division of Java. London: Oxford University Press. Sartono Kartodirjo. 1987. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500 – 1900, dari

Emporium sampai Imperium I. Jakarta: Gramedia. Simuh, 1996, Sufisme Jawa, Transformasi Tasawuf Islam ke Mistik Jawa,

Bentang, Yogyakarta. Sri Mulyono,1982, Wayang dan Filsafat Nusantara, Haji Masagung, Jakarta. ___________, 1989, Simbolisme dan Mistikisme Dalam Wayang, Haji Masagung,

Jakarta. Sudewa, 1989. Serat Panitisastra: Tradisi, Resepsi dan Transformasi.

Yogyakarta: Disertasi Pascasarjana UGM.

Page 52: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

51

Yasadipura I, 1920. Serat Babad Giyanti. Balai Pustaka : Jakarta. Zoetmulder, 1985. Kalangwan: Sastra Jawa Kuna Selayang Pandang.

Terjemahan Dick Hartoko. Jakarta: Djambatan. _______________1991. Manunggaling Kawula Gusti. Terjemahan Dick

Hartoko. Jakarta: Gramedia.

Yogyakarta, 02 Februari 2013

Mengetahui, Dosen,

Ketua Jurusan PBD

Page 53: TEORI SASTRA JAWA - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/pendidikan/diktat-teori-sastra-jawa.pdf · Reca iku mau yaiku reca Durga Mahesa Sura Mardini sing mapan ing

52

BIODATA PENYUSUN

DR. PURWADI, M.HUM lahir di Grogol, Mojorembun, Rejoso, Nganjuk,

Jawa Timur pada tanggal 16 September 1971. Pendidikan SD sampai SMA

diselesaikan di tanah kelahirannya. Gelar sarjana diperoleh di Fakultas Sastra

UGM yang ditempuh tahun 1990-1995. Kemudian melanjutkan studi pada

Program Pascasarjana UGM tahun 1996-1998. Gelar Doktor di UGM diperoleh

pada tahun 2001.

Kini bertugas sebagai Dosen di Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah

Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta. Tinggal di Jl. Kakap

Raya 36 Minomartani Yogyakarta 55581. Telp 0274-881020. Email:

[email protected].