pengaruh intensitas kebisingan terhadap ...eprints.ums.ac.id/27295/11/02._jurnal_publikasi.pdfambang...

18
PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA DI PG. POERWODADIE MAGETAN ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh : PUTRI OCTAVIANI SHINTA DEWI J 410 090 052 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

Upload: lamtuyen

Post on 11-Jun-2018

223 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP ...eprints.ums.ac.id/27295/11/02._JURNAL_PUBLIKASI.pdfambang batas 85 dB(A). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh intensitas

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP

PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA DI PG. POERWODADIE MAGETAN

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh :

PUTRI OCTAVIANI SHINTA DEWI J 410 090 052

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

Page 2: PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP ...eprints.ums.ac.id/27295/11/02._JURNAL_PUBLIKASI.pdfambang batas 85 dB(A). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh intensitas
Page 3: PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP ...eprints.ums.ac.id/27295/11/02._JURNAL_PUBLIKASI.pdfambang batas 85 dB(A). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh intensitas
Page 4: PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP ...eprints.ums.ac.id/27295/11/02._JURNAL_PUBLIKASI.pdfambang batas 85 dB(A). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh intensitas

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA

DI PG. POERWODADIE MAGETAN

Putri Octaviani Shinta Dewi J 410 090 052

Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Surakarta 57162

Abstrak PG. Poerwodadie Magetan merupakan Industri yang bergerak dibidang agribisnis perkebunan tebu yang menghasilkan produk utama berupa gula pasir. Industri ini menggunakan mesin-mesin yang menimbulkan kebisingan melebihi (NAB) nilai ambang batas 85 dB(A). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh intensitas kebisingan terhadap penurunan daya dengar pada pekerja di PG. POERWODADIE Magetan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah karyawan PG. Poerwodadie magetan sebanyak 182 orang (pada lokasi terpapar < NAB 130 orang dan lokasi terpapar >NAB 79 orang). Pemilihan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling pada lokasi terpapar intensitas bising > NAB menjadi 40 orang. Sedangkan pada lokasi yang terpapar intensitas bising < NAB menjadi 50 orang. Pada pengambilan sampel yang kedua menggunakan random sampling diketahui sampel penelitian ini pada lokasi > NAB menjadi 20 orang sedangkan pada lokasi < NAB menjadi 20 orang. Uji statistik menggunakan chi square dengan menggunakan SPSS 21. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil pada telinga kanan p = 0,038 dan pada telinga kiri p = 0,018 yang menunjukkan bahwa nilai p < 0,05 yang artinya ada pengaruh signifikan antara intensitas kebisingan terhadap penurunan daya dengar pada pekerja di PG. Poerwodadie Magetan. Kata Kunci : Intensitas Kebisingan, Penurunan Daya Dengar ABSTRACT

PG. Poerwodadie Magetan industry works in the field of sugar cane plantation with granulated sugar as the major product. This industry uses machines which produce overwhelming noises that surpass (NAB) threshold value 85 dB(A). The purpose of this study is to determine the influence of the noise intensity toward the decrease of the hearing ability on the worker’s at PG. Poerwodadie Magetan. The research method is analytic method with cross sectional plan. The research population is the worker of PG. Poerwodadie Magetan With amount of 182 workers (exposed location < NAB 130 person and exposed location > NAB 79

Page 5: PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP ...eprints.ums.ac.id/27295/11/02._JURNAL_PUBLIKASI.pdfambang batas 85 dB(A). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh intensitas

person). Sample selection uses purposive sampling technique in exposed location of noise intensity > NAB become 40, while in exposed location of noise intensity < NAB become 50 person. On the second sampling uses random sampling, it is discovered that sample on > NAB location is 20 person and sample on < NAB is 20 person. Statistic test uses chi square with SPSS 21. The result of the study shows that on the right ear p = 0,038 and on the left ear p = 0,018 that points on score p < 0,05 which means there is a significant between the noise intensity toward the decrease of the hearing ability on the worker’s at PG. Poerwodadie Magetan.

Keywords : noise intensity, decrease of hearing ability

A. PENDAHULUAN

PG. POERWODADIE PTPN XI merupakan pabrik yang bergerak dalam

bidang usaha agribisnis perkebunan tebu yang menghasilkan produk utama

gula pasir (Admin, 2009). Dalam menjalankan proses memproduksi gula, pabrik

PG. Poerwodadie menggunakan mesin- mesin produksi dalam skala besar.

Dengan penerapan mesin produksi tersebut dapat menimbulkan suara bising yang

tidak dikehendaki. Pengaruh utama dari kebisingan bagi kesehatan pekerja adalah

kerusakan pada indera-indera pendengar. Mula-mula efek kebisingan pada

pendengaran adalah sementara dan pemulihan terjadi secara cepat sesudah

pemaparan dihentikan. Tetapi pemaparan secara cepat sesudah pemaparan

dihentikan. Tetapi pemaparan secara terus- menerus mengakibatkan kerusakan

menetap pada indera-indera pendengar (Mulia, 2005). Gejala penurunan

pendengaran disertai dengan timbulnya tinitus (telinga berdenging) (Irma &Intan,

2013).

Kebisingan dapat diartikan sebagai bunyi-bunyian yang tidak dikehendaki

oleh telinga kita, karena dapat mengganggu ketenangan bekerja, merusak

pendengaran dan dapat menimbulkan salah komunikasi. Tingkat gangguan

tersebut ditentukan oleh tiga aspek yaitu lama pajanan kebisingan, intensitas

kebisingan dan frekuensinya. Kebisingan yang berlangsung lama akan

memperburuk pendengaran. Intensitas yang sangat kuat dapat mengganggu

pendengaran, bahkan akibat paling buruk adalah manusia bisa tuli. Aspek yang

Page 6: PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP ...eprints.ums.ac.id/27295/11/02._JURNAL_PUBLIKASI.pdfambang batas 85 dB(A). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh intensitas

ketiga adalah frekuensi yang menunjukkan jumlah dari gelombang-gelombang

suara yang sampai ditelinga setiap detik. Frekuensi dinyatakan dalam jumlah

getaran perdetik atau Hertz (Hz) (Purnomo, 2003).

Berdasarkan hasil observasi dan pengukuran kebisingan yang telah

dilakukan peneliti, bahwa tingkat kebisingan yang terjadi pada pabrik tersebut

sebesar 92 dB(A). Hasil tersebut menunjukkan bahwa intensitas kebisingan yang

terjadi melebihi nilai ambang batas yang telah ditetapkan menurut Peraturan

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.13/Men/X/2011 tentang

faktor fisik dan kimia ditempat kerja yaitu 85 dB(A) untuk 8 jam kerja. Selain itu

pekerja juga kurang disiplin dalam pemakaian alat pelindung diri (ear muff

maupun ear plug) dan masa kerja pekerja lebih dari 5 tahun.

Dari uraian diatas adanya kasus penurunan daya dengar pada pekerja

berasal dari bunyi/suara yang tidak dikehendaki yang melebihi standar yang telah

ditetapkan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

pengaruh kebisingan terhadap penurunan daya dengar pada pekerja pabrik di PG.

POERWODADIE Magetan.

B. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian observasional analitik, menggunakan pendekatan cross sectional.

Pendekatan cross sectional merupakan suatu penelitian yang mempelajari

hubungan antara faktor risiko (independen) dengan faktor efek (dependen),

dimana melakukan observasi atau pengukuran variabel sekali dan sekaligus pada

waktu yang sama (Riyanto, 2011).

Penelitian dilaksanakan di PG. Poerwodadie Magetan pada bulan Juni-juli

2013. Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga kerja di PG. Poerwodadie

sejumlah 182 orang. Besar sampel pekerja yang terpajan bising < NAB 103 orang.

Sedangkan pada pada pekerja yang terpajan bising > NAB 79 orang. Teknik

pengambilan sampel dengan cara purposive sampling dan random sampling. Uji

statistik yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji Chi Square dengan

tabulasi bantuan komputer program SPSS versi 21 dengan interpretasi hasil

sebagai berikut:

Page 7: PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP ...eprints.ums.ac.id/27295/11/02._JURNAL_PUBLIKASI.pdfambang batas 85 dB(A). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh intensitas

1. Jika p value ≤ 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan

2. Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil

a. Analisis Univariat

1) Karakteristik Responden

a) Jenis Kelamin

Dari hasil pengambilan data karakteristik responden, diketahui

bahwa sampel yang menjadi subyek penelitian ini berjenis kelamin laki –

laki.

b) Usia

Dari hasil pengambilan data karakteristik responden, diketahui

bahwa sampel yang menjadi subyek penelitian ini berusia antara 20 – 45

tahun.

Tabel 2. Frekuensi Usia Responden

No. Usia (tahun) Frekuensi Persentase (%) 1. 20 – 25 1 2,5 2. 26 – 30 4 10 3. 31 – 35 7 17,5 4. 36 – 40 3 7,5 5 41 – 45 25 62,5

Jumlah ∑ 40 ∑ 100 Mean: 39,10 Standar deviasi: 6.356

Berdasarkan tabel 2, frekuensi umur responden yang paling banyak

adalah umur 41 – 45 tahun sebanyak 25 responden atau 62,5% dari

jumlah sampel. Frekuensi umur responden yang paling sedikit adalah

umur 20 – 25 tahun sebanyak 1 responden atau 2,5% dari jumlah sampel.

Nilai mean pada tabel frekuensi umur responden adalah 39,10 dan

standar deviasinya 6356.

c) Masa Kerja

Berdasarkan hasil pengambilan data karakteristik responden, masa

kerja yang di ambil adalah > 5 tahun. Berikut distribusi respondennya

Page 8: PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP ...eprints.ums.ac.id/27295/11/02._JURNAL_PUBLIKASI.pdfambang batas 85 dB(A). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh intensitas

Tabel 3. Frekuensi Masa Kerja Responden

No. Masa Kerja (tahun) Frekuensi Persentase (%) 1. 5 – 10 15 37,5 2. 11 – 16 7 17,5 3. 17 – 22 9 22,5 4. 23 – 28 9 22,5

Jumlah ∑ 40 ∑ 100 Mean : 15,05 Standar deviasi : 7418

Berdasarkan tabel 3, diketahui bahwa frekuensi masa kerja

responden yang paling banyak adalah masa kerja 5 – 10 tahun sebanyak

15 responden atau 37,5% dari jumlah sampel. Sedangkan frekuensi masa

kerja responden yang paling sedikit adalah masa kerja 11 – 16 tahun

sebanyak 7 responden atau 17,5% dari jumlah sampel. Nilai mean pada

tabel frekuensi umur responden adalah 15,05 dan standar deviasinya

7456.

d) Riwayat Penyakit Pendengaran

Berdasarkan data responden dipoliklinik PG. Poerwodadie, bahwa

subjek penelitian tidak mempunyai riwayat penyakit pendengaran

sebelumnya baik bawaan sejak lahir maupun sebelum bekerja di PG.

Poerwodadie Magetan.

2) Intensitas Kebisingan

a) Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di lokasi > NAB

Tabel 4. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di Lokasi > NAB

No Lokasi Intensitas kebisingan (dB)

Analisa Hasil

1 Stasiun gilingan 87 > NAB 2 Pabrik tengah 90 >NAB 3 Sentral Listrik 92 >NAB

Mean :89,67 Standart deviasi:2.517

Sumber : Data Primer Penelitian, 22 Juni 2013

Page 9: PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP ...eprints.ums.ac.id/27295/11/02._JURNAL_PUBLIKASI.pdfambang batas 85 dB(A). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh intensitas

b) Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di Lokasi < NAB

Tabel 5. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di Lokasi < NAB

No Lokasi Intensitas kebisingan (dB)

Analisa Hasil

1 Pos satpam 58 < NAB 2 Kantor 58 < NAB 3 Garasi 62 < NAB

Mean :59.33 Standar deviasi :2309

Sumber : Data Primer Penelitian, 22 Juni 2013

3) Penurunan Daya Dengar

Penurunan daya dengar dilakukan dengan menggunakan alat ukur

audiometer dengan perolehan hasil sebagai berikut:

1) Lokasi terpapar > NAB

Tabel 6. Hasil Pengukuran Fungsi Pendengaran Telinga Kanan > NAB

NO NAMA TELINGA KANAN Daya

dengar 4000 Hz

Keterangan

500 1000 2000 4000

1 A 45 35 20 70 70 Penurunan daya dengar

2 B 25 20 10 30 30 Penurunan daya dengar

3 C 20 20 25 50 50 Penurunan daya dengar

4 D 25 60 10 25 30 Penurunan daya dengar

5 E 25 20 30 15 15 Normal

6 F 20 15 20 15 15 Normal

7 G 30 25 15 10 10 Normal

8 H 25 20 15 15 15 Normal

9 I 15 20 30 15 15 Normal

10 J 35 25 25 25 25 Normal

11 K 15 20 25 30 30 Penurunan daya dengar

12 L 35 30 10 20 20 Normal

13 M 35 15 30 15 15 Normal

Page 10: PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP ...eprints.ums.ac.id/27295/11/02._JURNAL_PUBLIKASI.pdfambang batas 85 dB(A). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh intensitas

14 N 25 25 35 10 10 Normal

15 O 30 25 15 65 65 Penurunan daya dengar

16 P 30 60 25 45 45 Penurunan daya dengar

17 Q 25 25 25 30 30 Penurunan daya dengar

18 R 40 20 15 30 30 Penurunan daya dengar

19 S 25 20 10 10 10 Normal

20 T 40 45 25 25 25 Normal

Sumber : Data Primer Penelitian, 22 Juni 2013

Tabel 7. Hasil Pengukuran Fungsi Pendengaran Telinga Kiri > NAB

NO NAMA TELINGA KIRI

Daya dengar

4000 Hz

Keterangan

500 1000 2000 4000

1 A 30 25 20 20 70 Penurunan daya dengar

2 B 30 20 15 35 35 Penurunan daya dengar

3 C 25 20 10 50 50 Penurunan daya dengar

4 D 30 25 10 35 35 Penurunan daya dengar

5 E 30 20 15 25 25 Normal

6 F 20 20 25 20 20 Normal

7 G 30 25 15 10 10 Normal

8 H 25 15 20 20 20 Normal

9 I 25 20 10 20 20 Normal

10 J 40 30 30 25 25 Normal

11 K 25 20 30 40 40 Penurunan daya dengar

12 L 30 20 15 20 20 Normal

13 M 30 25 15 15 15 Normal

14 N 35 25 25 20 20 Normal

15 O 15 20 20 60 60 Penurunan daya dengar

Page 11: PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP ...eprints.ums.ac.id/27295/11/02._JURNAL_PUBLIKASI.pdfambang batas 85 dB(A). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh intensitas

16 P 35 25 35 65 65 Penurunan daya dengar

17 Q 30 25 30 30 30 Penurunan daya dengar

18 R 35 30 20 30 30 Penurunan daya dengar

19 S 20 20 10 20 20 Normal

20 T 40 30 20 30 30 Penurunan daya dengar

Sumber : Data Primer Penelitian, 22 Juni 2013

Berdasarkan tabel 7 dan 8 tersebut, diperoleh hasil pengukuran

penurunan daya dengar pada telinga kiri dan kanan di lokasi yang terpapar

intensitas kebisingan > NAB terdapat hasil tertinggi yaitu 70 dB (A).

2) Lokasi terpapar < NAB

Tabel 8. Hasil Pengukuran Fungsi Pendengaran Telinga Kanan < NAB No NAMA TELINGA KANAN Daya

dengar 4000 Hz

Keterangan

500 1000 2000 4000

1 U 20 15 15 30 30 penurunan daya dengar 2 V 35 25 10 10 10 Normal 3 W 30 20 10 30 30 penurunan daya dengar 4 X 25 20 15 25 25 Normal 5 Y 25 20 10 15 15 Normal 6 Z 30 20 10 10 10 Normal 7 AA 35 20 10 15 15 Normal 8 BB 40 30 10 20 20 Normal 9 CC 25 25 15 15 15 Normal 10 DD 35 25 20 20 20 Normal 11 EE 35 25 15 25 25 Normal 12 FF 20 30 40 20 20 Normal 13 GG 20 60 25 20 20 Normal 14 HH 40 30 10 15 15 Normal 15 II 35 30 15 25 25 Normal 16 JJ 30 30 10 15 15 Normal 17 KK 30 25 15 25 25 Normal 18 LL 25 30 15 20 20 penurunan daya dengar 19 MM 25 25 15 10 10 Normal 20 NN 30 25 10 25 25 Normal

Sumber : Data Primer Penelitian, 22 Juni 2013

Page 12: PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP ...eprints.ums.ac.id/27295/11/02._JURNAL_PUBLIKASI.pdfambang batas 85 dB(A). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh intensitas

Tabel 9. Hasil Pengukuran Fungsi Pendengaran Telinga Kiri < NAB

No

NAMA TELINGA KIRI

Daya

dengar

4000 Hz

Keterangan

500 1000 2000 4000

1

U 25 20 20 40 40

penurunan daya

dengar

2 V

40 30 10 25 25 Normal

3 W

30 25 15 15 15 Normal

4 X

25 35 30 25 25 Normal

5

Y 20 35 25 35 35

penurunan daya

dengar

6 Z

30 30 25 25 25 Normal

7 AA

35 30 25 25 25 Normal

8 BB

25 20 25 15 15 Normal

9 CC

30 15 10 20 20 Normal

10 DD

35 25 15 25 25 Normal

11

EE 35 25 30 30 30

penurunan daya

dengar

12 FF

40 30 30 25 25 Normal

13 GG

35 25 20 20 20 Normal

14 HH

30 25 10 10 10 Normal

15 II

35 30 20 25 25 Normal

16 JJ

30 25 10 15 15 Normal

Page 13: PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP ...eprints.ums.ac.id/27295/11/02._JURNAL_PUBLIKASI.pdfambang batas 85 dB(A). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh intensitas

17 KK

30 20 25 25 25 Normal

18 LL

25 20 15 20 20 Normal

19 MM

35 30 20 10 10 Normal

20 NN

30 25 10 10 10 Normal

Sumber : Data Primer Penelitian, 22 Juni 2013

Berdasarkan tabel 9 dan 10 tersebut, diperoleh hasil pengukuran

penurunan daya dengar pada telinga kiri dan kanan di lokasi yang terpapar

intensitas kebisingan < NAB terdapat hasil tertinggi yaitu 40 dB (A).

a. Analisis Bivariat

Hasil analisis bivariat menggunakan SPSS 21 dengan uji statistik

chi square sebagai berikut:

Tabel 10. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan terhadap

Penurunan Daya Dengar Telinga Kanan Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 4.286a 1 .038

Continuity Correctionb 2.976 1 .084

Likelihood Ratio 4.435 1 .035

Fisher's Exact Test .082 .041

Linear-by-Linear Association 4.179 1 .041

N of Valid Casesb 40

Dari hasil uji statistik SPSS 21 menunjukkan bahwa pada telinga

kanan nilai p = 0,038 , nilai tersebut menunjukkan bahwa nilai p < 0,05

yang artinya ada pengaruh yang signifikan antara intensitas kebisingan

dengan penurunan daya dengar pada telinga kanan.

Tabel 11. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan terhadap

Penurunan Daya Dengar Telinga Kiri

Page 14: PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP ...eprints.ums.ac.id/27295/11/02._JURNAL_PUBLIKASI.pdfambang batas 85 dB(A). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh intensitas

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 5.584a 1 .018

Continuity Correctionb 4.103 1 .043

Likelihood Ratio 5.812 1 .016

Fisher's Exact Test .041 .020

Linear-by-Linear Association 5.444 1 .020

N of Valid Casesb 40

Dari hasil uji statistik SPSS 21 menunjukkan bahwa pada telinga

kanan nilai p = 0,018 , nilai tersebut menunjukkan bahwa nilai p < 0,05

yang artinya ada pengaruh yang signifikan antara intensitas kebisingan

dengan penurunan daya dengar pada telinga kiri.

2. Pembahasan

a. Karakteristik Subjek Penelitian

1) Jenis Kelamin

Responden penelitian pada penelitian ini berjenis kelamin laki –

laki. Sehingga responden penelitian akan cenderung mengalami penurunan

pendengaran karena menurut Anizar (2009) pria cenderung mengalami

kehilangan pendengaran lebih cepat dari pada wanita

2) Usia

Pada tabel 2 terlihat bahwa nilai mean usia responden penelitian

sebesar 39,10 tahun. Sehingga menurut Commite On Conservation Of

Hearing Of American Academy Of Ortolarynology dapat dikatakan bahwa

usia responden akan lebih terhindar dari penurunan pendengaran karena

seseorang dalam usia produktif yaitu 15 – 55 tahun dapat terhindar dari

presbiacussis (penurunan pendengaran) (Ballenger dalam Deo, 2012)

Hasil pada tabel 2 tersebut akan menunjukkan bahwa jika terdapat

penurunan pendengaran bukan karena usia. Karena menurut Intan & Irma

Page 15: PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP ...eprints.ums.ac.id/27295/11/02._JURNAL_PUBLIKASI.pdfambang batas 85 dB(A). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh intensitas

(2013) bahwa terjadinya penurunan pendengaran terjadi pada usia lebih

dari 60 tahun.

3) Masa Kerja

Hasil analisa pada tabel 3 diketahui bahwa mean masa kerja

responden sebesar 15,05 tahun tidak mempengaruhi terjadinya penurunan

daya dengar. Karena menurut Pulat (1992), Grandjean (1993), Plog (1995),

dan Dobie (1995) dalam Tarwaka (2004) menyatakan bahwa terjadinya

penurunan daya dengar pada frekuensi 4000 Hz dibandingkan frekuensi lain

menunjukkan bahwa kehilangan pendengaran tersebut disebabkan karena

pemajanan kebisingan pada intensitas tinggi.

4) Riwayat Penyakit Pendengar

Semua responden dalam penelitian ini tidak mempunyai riwayat

penyakit pendengaran. Sehingga menunjukkan bahwa jika terjadi

penurunan pendengaran bukan disebabkan oleh karena penyakit

sebelumnya dan hanya disebabkan karena kebisingan. Berdasarkan

Harrianto (2008) beberapa penyakit yang pernah diderita sejak dalam

kandungan perlu ditanyakan, karena penyakit tersebut dapat menyebabkan

gangguan pendengaran sebelum terpajan bising di tempat kerja.

b. Intensitas Kebisingan

Dari hasil pengukuran intensitas kebisingan menggunakan sound

level meter pada lokasi yang terpajan intensitas kebisingan > NAB dan <

NAB yang dapat dilihat pada tabel 4 dan 5 bahwa lokasi pos satpam

memiliki nilai intensitas kebisingan sebesar 58 dB(A), pada lokasi kantor

memiliki nilai intensitas kebisingan sebesar 58 dB(A) sedangkan pada

lokasi di garasi intensitas kebisingan memiliki nilai 62 dB(A). Pada lokasi

– lokasi tersebut pekerja terpapar intensitas kebisingan selama 8 jam

sehingga berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Nomor PER.13/Men/X/2011 tentang faktor fisik dan kimia ditempat kerja

dapat dikatakan masih dibawah nilai ambang batas karena NAB

kebisingan yaitu 85 dB(A) untuk 8 jam kerja.

Page 16: PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP ...eprints.ums.ac.id/27295/11/02._JURNAL_PUBLIKASI.pdfambang batas 85 dB(A). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh intensitas

Sedangkan lokasi yang intensitas kebisingannya > NAB terdapat

pada lokasi stasiun gilingan dengan memiliki intensitas kebisingan 87

dB(A), pada lokasi pabrik tengah intensitas bisingnya sebesar 90 dB(A)

dan pada sentral listrik intensitas kebisingannya 92 dB(A) ketiga lokasi

tersebut masih diatas nilai ambang batas yang telah ditetapkan untuk 8 jam

kerja.

c. Penurunan Daya Dengar

Dari hasil pengukuran penurunan daya dengar menggunakan

audiometri pada responden yang terpapar bising > NAB dan terpapar

bising < NAB menunjukkan bahwa pada telinga kanan dan kiri

mempunyai pengaruh yang signifikan antara intensitas kebisingan dengan

penurunan daya dengar. Hal tersebut sejalan dengan teori yang telah

dikemukakan oleh Soepardi, dkk (2007) bahwa terjadinya penurunan daya

dengar terjadi apabila daya dengarnya > 25 dB(A). Dan apabila daya

dengarnya < 25(A) dianggap normal.

d. Analisis Pengaruh Intensitas Kebisingan terhadap Penurunan

Daya Dengar

Kebisingan merupakan semua suara yang tidak dikehendaki yang

bersumber dari alat-alat produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat

tertentu dapat menimbulkan penurunan daya dengar (Anizar, 2009). Bising

yang intensitasnya lebih dari 85 desibel dB(A) dapat mengakibatkan

kerusakan pada reseptor pendengaran corti di telinga dalam. Yang sering

mengalami kerusakan adalah alat corti untuk reseptor bunyi yang

berfrekuensi 4000 Hz (Soepardi,dkk, 2007).

Dari hasil diperoleh bahwa nilai p < 0,05 sehingga menunjukkan

pengaruh yang signifikan antara intensitas kebisingan terhadap penurunan

daya dengar pada pekerja di PG. Poerwodadie Magetan. Sehingga hal

tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Anizar (2009) jika

terpapar kebisingan yang berlebihan dapat merusak telinga bagian dalam

sehingga kemampuan untuk mendengar suara berfrekuensi tinggi menjadi

Page 17: PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP ...eprints.ums.ac.id/27295/11/02._JURNAL_PUBLIKASI.pdfambang batas 85 dB(A). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh intensitas

hilang dan dapat meningkatkan kerusakan hingga suara berfrekuensi

rendah tidak dapat didengar.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sejenis yang pernah

dilakukan oleh Muslichah Iriani (2009) menyimpulkan bahwa adanya

pengaruh paparan bising terhadap gangguan pendengaran pada pekerja di

PT. GE LIGHTING Indonesia Yogyakarta. Sedangkan pada penelitian

Marselina Deo (2012) menyimpulkan bahwa ada pengaruh paparan bising

terhadap gangguan fungsi pendengaran pada tenaga kerja di PT.

ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA.

D. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Intensitas kebisingan di PG. Poerwodadie Magetan pada lokasi yang

terpapar intensitas kebisingan > NAB nilai rata-ratanya 89,67 dB(A).

sedangkan pada lokasi yang terpapar intensitas kebisingan < NAB nilai

rata-ratanya 59,33 dB(A).

2. Dengan uji statistik Chi Square di peroleh hasil penurunan daya dengar

pada telinga kanan p = 0,038 dan pada telinga kiri p = 0,018 yang

menunjukkan bahwa nilai p < 0,05 yang artinya ada pengaruh

signifikan antara intensitas kebisingan terhadap penurunan daya dengar

pada pekerja di PG. Poerwodadie Magetan.

B. Saran

1. Bagi Perusahaan

a. Sebaiknya perusahaan melakukan pengukuran faktor fisik terutama

kebisingan secara rutin untuk mengetahui tingkat kebisingan

sehingga jika diketahui terdapat kebisingan yang melebihi NAB

dapat segera dilakukan pengendalian bising yaitu:

1) Pengendalian pada sumber

2) Pengendalian pada media bising

3) Pengendalian pada penerima

Guna mengurangi penurunan daya dengar pada pekerja di PG.

Poerwodadie sehingga produktivitas kerja meningkat.

Page 18: PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP ...eprints.ums.ac.id/27295/11/02._JURNAL_PUBLIKASI.pdfambang batas 85 dB(A). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh intensitas

b. Sebaiknya perusahaan mewajibkan, memberi motivasi dan

memantau pekerjanya untuk membiasakan diri dan disiplin dalam

pemakaian alat pelindung diri (ear plug dan ear muff) agar tidak

terjadi penurunan daya dengar.

2. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk

pengembangan penelitian lainnya terkait dengan Pengaruh Intensitas

Kebisingan terhadap Penurunan Daya Dengar pada Pekerja.

Daftar Pustaka

Admin. 2009. PG. POERWODADIE. Di unduh: 21 April 2013. http://www.ptpn-11.com/pg-poerwodadie.html

Anizar. 2009. Teknik Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Industri. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Deo, Marselina. 2012. Pengaruh Intensitas Kebisingan terhadap Gangguan Fungsi Pendengaran pada Tenaga Kerja Bagian Weaving di PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA. (Skripsi). Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Harrianto, R. 2008. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Iriani, Muslichah. 2009. Pengaruh Paparan Bising terhadap Gangguan Pendengaran pada Pekerja di PT. GE LIGHTING INDONESIA YOGYAKARTA. (Skripsi). Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Irma, I dan Intan A. 2013. Penyakit Gigi, Mulut, dan THT. Yogyakarta: Nuha Medika.

Mulia R. M. 2005. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Purnomo, H. 2003. Pengantar Teknik Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu. Riyanto. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha

Medika

Soepardi E.A., Iskandar N., Bashiruddin J., Restuti R.D. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan. Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Jakarta: FK UI.

Tarwaka, Solichul HA. Bakri, Lilik Sudiajeng. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA PRESS.