pengaruh inokulasi mikoriza, kotoran walet dan...

33
PENGARUH INOKULASI MIKORIZA, KOTORAN WALET DAN PEMUPUKAN PHOSPHAT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS DI TANAH PASIR Usulan Penelitian Diajukan oleh : Amirilia Indayati 20130210001 Program Studi Agroteknologi Kepada FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017

Upload: hanhan

Post on 03-Mar-2019

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH INOKULASI MIKORIZA, KOTORAN WALET DAN …blog.umy.ac.id/amirilia/files/2017/08/UPLOAD-2.pdfdapat dilakukan dengan cara memanipulasi pada lahan pasir. Cara manipulasi ... selain

PENGARUH INOKULASI MIKORIZA, KOTORAN WALET

DAN PEMUPUKAN PHOSPHAT TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS

DI TANAH PASIR

Usulan Penelitian

Diajukan oleh :

Amirilia Indayati

20130210001

Program Studi Agroteknologi

Kepada

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2017

Page 2: PENGARUH INOKULASI MIKORIZA, KOTORAN WALET DAN …blog.umy.ac.id/amirilia/files/2017/08/UPLOAD-2.pdfdapat dilakukan dengan cara memanipulasi pada lahan pasir. Cara manipulasi ... selain

ii

Page 3: PENGARUH INOKULASI MIKORIZA, KOTORAN WALET DAN …blog.umy.ac.id/amirilia/files/2017/08/UPLOAD-2.pdfdapat dilakukan dengan cara memanipulasi pada lahan pasir. Cara manipulasi ... selain

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) mula-mula dikenal dalam

bentuk kemasan kaleng hasil impor. Kemudian sekitar tahun 1980-an barulah

tanaman ini dibudidayakan di Indonesia secara komersial, meskipun masih dalam

skala kecil. Selanjutnya jagung manis semakin dikenal serta banyak dikonsumsi

karena memiliki rasa yang lebih manis dibandingkan jagung biasa. Permintaan

masyarakat Indonesia akan sayuran termasuk jagung manis pada tahun 2011 yaitu

sekitar 87.336 ton (Pusat Kajian Hortikultura Tropika, 2011). Hal ini berdampak

pada kebijakan pemerintah melakukan impor jagung manis pada tahun 2011 yang

mencapai 4.178 ton (Direktorat Jenderal Horikultura, 2011). Tingginya impor

jagung manis tersebut disebabkan rendahnya produktivitas jagung manis di

Indonesia yang rata-rata hanya sebesar 8,31 ton ha-1 (Palungkun dan Asiani,

2004) dengan luasan lahan tanam hanya sekitar 105 hektar belum mampu

memenuhi kebutuhan jagung manis dalam negeri (Palungkun dan Asiani, 2004).

Menurut Apriyantono (2012) produksi jagung manis khususnya varietas Bonanza

F1 berpotensi menghasilkan produksi tongkol dengan kelobot 33—34,5 ton ha-1 .

Rendahnya produktivitas jagung manis di dalam negeri tersebut salah satunya

disebabkan oleh semakin sempitnya lahan pertanian karena alih fungsi lahan.

Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah perluasan areal lahan pertanian

dengan memanfaatkan lahan-lahan yang masih marginal. Salah satu lahan

marginal yaitu lahan pasir pantai selatan Yogyakarta (Fasli, 2013).

Pasir pantai atau lahan pasir memiliki beberapa keterbatasan diantaranya

kemampuan menahan airnya yang sangat rendah, miskin akan zat hara, daya ikat

antar partikel juga rendah, intensitas cahaya matahari yang tinggi dan kadar garam

juga sangat tinggi . Namun, hal ini sesuai dengan tanaman jagung yang tergolong

tanaman C4 yang membutuhkan sinar matahari yang melimpah. Berkaitan dengan

permasalahan, seperti miskin akan zat hara dan daya ikat partikel yang rendah

dapat dilakukan dengan cara memanipulasi pada lahan pasir. Cara manipulasi

yang dapat dilakukan dengan pengairan yang cukup, penambahan bahan organik

Page 4: PENGARUH INOKULASI MIKORIZA, KOTORAN WALET DAN …blog.umy.ac.id/amirilia/files/2017/08/UPLOAD-2.pdfdapat dilakukan dengan cara memanipulasi pada lahan pasir. Cara manipulasi ... selain

2

berupa pupuk kompos atau pupuk kandang, maupun pemberian plastik sebagai

alas dasar atau penggunaan polibag (Anonim, 2009).

Dari penelitian Sunardi (2007) bahwa kandungan unsur makro pada lahan

pasir pantai Samas Bantul yaitu kadar unsur N = 1,3 %, P = 33,6 ppm, K = 0,1 %,

Mg = 0,2 %, Ca = 1,8 % . Data penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk

memperbaiki kondisi tanah pasir pantai Samas, sehingga dapat memberikan dosis

pemupukan yang tepat untuk meningkatkan kualitas tanaman.

Tanaman sangat membutuhkan unsur hara untuk pertumbuhan dan

perkembangan tanaman sehingga bisa mendapatkan hasil yang maksimal. Salah

satunya yaitu jagung yang merupakan tanaman palawija merupakan tanaman yang

banyak ditanam petani ketika tidak menanam padi. Produksi jagung Jawa Tengah

dalam setahun berkisar antara 2,5 juta sampai 3 ton. Jagung di Jawa Tengah

sebagian besar digunakan untuk industri terutama industri pakan ternak, sebagian

kecil untuk konsumsi masyarakat (terutama Jagung Manis) dan pakan ternak atau

hewan peliharaan (Dinas Pertanian, 2010).

Tanaman dapat menyerap unsur hara melalui akar atau melalui daun. Pada

unsur P, selain bersumber dari pelapukan bebatuan/bahan induk juga berasal dari

mineralisasi P-organik hasil dekomposisi sisa-sisa tanaman yang

mengimmobilisasikan P dari larutan tanah dan hewan. Tetapi dibanding N, P-

tersedia dalam tanah relatif lebih cepat menjadi mudah hilang (terlindih) akibat

struktur tanah yang berpasir dan cepat terlindih sehingga mempunyai keterbatasan

mengikat air dan mengikat unsur hara. Pemanfaatan mikoriza vesikular arbuskula

(MVA) merupakan salah satu alternatif dalam menanggulangi permasalahan pada

tanah berpasir, karena MVA dapat membantu tanaman menyerap unsur hara

khususnya P dan air . Dari hasil penelitian Sri Yusnaini (2009) bahwa MVA

mampu memperbaiki struktur tanah dan dapat mengurangi dosis pupuk SP-36

mencapai 40 %, maka dengan imbangan pada lahan pasir dengan pupuk P 90 %,

80%, 70%, dapat mengurangi penggunaan P annorganik.

Tidak hanya pemanfaatan Mikoriza Vesikular Arbuskula (MVA),

pemanfaatan limbah kotoran walet juga dapat membantu penyimpanan air di

dalam tanah , sebagai sumber unsur hara dan kotoran walet diduga mengandung

Page 5: PENGARUH INOKULASI MIKORIZA, KOTORAN WALET DAN …blog.umy.ac.id/amirilia/files/2017/08/UPLOAD-2.pdfdapat dilakukan dengan cara memanipulasi pada lahan pasir. Cara manipulasi ... selain

3

bakteri pelarut phospat (BPF) . Fosfat guano merupakan hasil akumulasi sekresi

burung walet atau kelelawar yang terlarut dan bereaksi dengan batu gamping

akibat pengaruh air hujan dan air tanah. Menurut Lestari (2011), komposisi dari

pupuk walet adalah Fosfat 14 %, Fosfat terlarut dalam asam sitrat 10 %, Nitrogen

1 – 2 %, Kalium 1 % dan Zat organik mencapai 24 %. Manfaat dari penggunaan

guano antara lain dapat meningkatkan kesuburan tanah, meningkatkan jumlah dan

aktifitas metabolik jasad mikro di dalam tanah, penyumbang unsur P ke dalam

tanah, serta meningkatkan pertumbuhan akar dan tunas (Balipost, 2005). Aplikasi

pupuk organik guano diharapkan mampu memperbaiki kondisi tanah baik fisik,

kimia maupun biologis tanah. Pelepasan unsur hara yang berjalan lambat

diharapkan dapat digunakan jagung secara efisien.Pemanfaatan pupuk tersebut

tidak serta merta menghilangkan penggunaan pupuk P. Hal ini disebabkan

peningkatan pertumbuhan tanaman karena bersimbiosis dengan mikoriza

ditemukan lebih besar pada sumber P yang sukar larut daripada sumber P yang

mudah larut (Bolan et al., 1987).

B. Perumusan Masalah

Adapun permasalahan yang ditemukan adalah sebagai berikut:.

1. Bagaimana pengaruh inokulasi MVA dan Kotoran Walet pada tanaman

jagung di lahan pasir ?

2. Apakah jagung yang diinokulasi MVA dan Kotoran Walet pada lahan

pasir dapat mengurangi dosis pemupukan pupuk P?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh inokulasi MVA dan kotoran walet terhadap

pertumbuhan jagung manis pada lahan pasir.

2. Mendapatkan dosis pupuk P terbaik dan tertepat dari semua perlakuan

terhadap pertumbuhan jagung manis pada pasir pantai.

Page 6: PENGARUH INOKULASI MIKORIZA, KOTORAN WALET DAN …blog.umy.ac.id/amirilia/files/2017/08/UPLOAD-2.pdfdapat dilakukan dengan cara memanipulasi pada lahan pasir. Cara manipulasi ... selain

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Budidaya Jagung Manis di Lahan Pasir

Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman yang termasuk ke dalam

famili Graminae, termasuk dalam tumbuhan yang menghasilkan biji (Spermatophyta),

sedangkan bijinya tertutup oleh bakal buah sehingga termasuk dalam golongan

tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae), dimasukkan ke dalam kelas

Monocotyledoneae, ordo Graminaceae dan digolongkan ke dalam genus Zea dengan

nama ilmiah Zea mays. L (Faedah, 2015).

Tanaman jagung manis yang sering disebut dengan Zea Mays Saccharata ialah

tanaman jagung yang sering sekali dikonsumsi sebagai jagung bakar atau sayur. Satu

siklus hidupnya diselesaikan dalam 60-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan

tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.

Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya

berketinggian antara 1 sampai 3 meter, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6

meter. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum

bunga jantan (Faedah, 2015).

Adapun cara budidaya jagung manis menurut Sahrizal (2014) antara berikut:

1. Persiapan bahan tanam

Ketersediaan benih sebaiknya dengan mutu tinggi baik genetik dan fisiknya.

Jagung manis (Gandis) beradaptasi baik dataran rendah sampai sedang dengan potensi

hasil ± 16,8 ton/ hektar. Golongan varietas hibrida silang tunggal F 2139 x M 2139,

berbunga pada umur 51 sampai 59 hari setelah tanam. Tinggi tanaman jagung mencapai

184 cm dengan tinggi tongkol 89 cm dan berjumlah 1 tongkol per tanaman. Kadar gula

mencapai 12,1 °Brix. Jenis varietas unggul tidak sulit untuk mencari di kios-kios

pertanian bisa ditemukan keberadaanya (Sahrizal, 2014) .

2. Persiapan media tanam

Media tanah pasir dalam polybag 12,5 kg dan dicampur dengan bahan organik

449 gram per tanaman. Media pasir mempunyai tekstur pasir sehingga air mudah lolos

dan mudah hilang maka diperlukan bahan organik untuk dapat mengikat air.

Page 7: PENGARUH INOKULASI MIKORIZA, KOTORAN WALET DAN …blog.umy.ac.id/amirilia/files/2017/08/UPLOAD-2.pdfdapat dilakukan dengan cara memanipulasi pada lahan pasir. Cara manipulasi ... selain

5

3. Penanaman

Setiap lubang sedalam 2-3 cm kemudian dimasukan 2 butir benih jagung manis

dan di tutup kembali dengan tanah.

4. Pemeliharaan Tanaman

a) Penyulaman

Proses pemeliharaan yang pertama adalah penyulaman. Penyulaman pada

jagung manis dilakukan saat jagung berusia 7 hari setelah tanam atau ketika jagung

sudah tumbuh. Walaupun tidak melalui penyemaian namun penyulaman ini sangat

penting, ganti bibit jagung yang tidak tumbuh atau mati dengan bibit yang baru untuk

menghasilkan pertumbuhan jagung yang seragam (Ruang Tani, 2016).

b) Pemupukan

Tanaman jagung membutuhkan pemupukan untuk metabolisme

pertumbuhannya. Pemupukan pada budidaya tanaman jagung manis dilakukan dua kali

yaitu umur tanaman 0 dan 35 hari setelah tanam (HST) pada jenis tanah yang

didominasi liat dan tiga kali yaitu pada pupuk dasar, 28-30 HST dan 40-45 (HST) pada

tanah yang didominasi pasir. Takaran pupuk tunggal per hektar yang umum digunakan

adalah 300 kg Urea, 200 kg SP-36 dan 150 kg KCl. Pemupukan dasar pada lahan pasir

yaitu1/3 bagian pupuk Urea dan 1 bagian pupuk SP-36 diberikan saat tanam, 7 cm di

parit kiri dan kanan lubang tanam sedalam 5 cm lalu ditutup tanah sedangkan untuk

susulan pertama yaitu 1/3 bagian pupuk Urea ditambah 1/3 bagian pupuk KCl diberikan

setelah tanaman berumur 28 - 30 hari, 15 cm di parit kiri dan kanan lubang tanam

sedalam 10 cm lalu di tutup tanah dan sedangkan susulan kedua yaitu 1/3 bagian pupuk

Urea diberikan saat tanaman berumur 40- 45 hari. Sedang takaran pupuk majemuk per

hektar yang digunakan adalah 400 kg NPK 15:15:15 , 270 kg Urea dan 80 kg SP-36

(Jagung Hibrida, 2015).

c) Penyiangan

Kemudian setelah tanaman tumbuh saat berusia 7 hari setelah tanam lakukan

penyiangan dengan membersihkan tanaman liar atau rumput liar dan gulma dengan cara

mencabut atau mencangkul hingga hingga bersih agar tidak mengganggu proses

pertumbuhan jagung sehingga jagung dapat tumbuh dengan baik. Membersihkan gulma

Page 8: PENGARUH INOKULASI MIKORIZA, KOTORAN WALET DAN …blog.umy.ac.id/amirilia/files/2017/08/UPLOAD-2.pdfdapat dilakukan dengan cara memanipulasi pada lahan pasir. Cara manipulasi ... selain

6

secara manual atau alami lebih baik dari pada menggunakan pestisida guna

mendapatkan hasil panen yang maksimal (Ruang Tani, 2016).

d) Pengairan

Penyiraman atau pengairan sangat dibutuhkandan sangat wajib dibutuhkan bagi

semua tanaman termasuk tanaman jagung manis. Ketika musim kemarau jagung disiram

sehari sekali dengan kapasitas lapang. Pengairan sangat dibutuhkan jagung manis saat

masa berbunga sehingga pemberian air lebih diperhatikan agar terjadi kelayuan (Ruang

Tani, 2016).

3. Hama dan penyakit

Hama dan penyakit yang banyak ditemukan dalam budidaya jagung manis

antara lain:

a) Penggerek batang jagung (O. furnacalis), hama ini menyerang tanaman pada

vase vegetatif maupun generatif. Kerusakan tanaman terjadi karena larva menggerek

bagian batang tanaman untuk mendapatkan makanan. Penggerek batang jagung bisa

dikendalikan secara teknis dengan mengatur rotasi tanam seperti dengan kedelai dan

kacang tanah. Selain itu bisa juga dengan dengan memotong bunga jantan dan

menerapkan waktu tanam yang tepat. Pembasmian hayati dengan memanfaatkan musuh

alami seperti Trichogramma spp. atau predator alami Euborellia annulata yang

memangsa larva ( Alam Tani, 2014). Pembasmian secara kimiawi juga dapat dilakukan

dengan pemberian insektisida yang mengandung bahan aktif karbofuran seperti furadan.

Cara penggunaan adalah dengan memberikan 4 – 5 butir furadan pada pucuk daun pada

umur tanaman 30 – 40 hari (Petani TOP, 2016).

b) Ulat Tongkol (H. armigera), hama ini menyerang tongkol jagung. Pada awalnya

imago meninggalkan telur pada rambut-rambut jagung. Setelah larva tumbuh akan

masuk kedalam tongkol. Hama ini mempunyai kebiasaan berpindah-pindah, sehingga

kerusakan yang ditimbulkan pada tongkol jagung bisa lebih banyak dibanding jumlah

larvanya. Pencegahan terhadap hama ini adalah dengan menerapkan pengolahan tanah

yang baik. Pengolahan tanah yang akan mengurangi populasi ulat tongkol berikutnya.

Musuh utama dari hama ini adalah Trichogramma spp. yang merupakan parasit telur

dan Eriborus argentiopilosa parasit pada larva muda ( Alam Tani, 2014). Pengendalian

Page 9: PENGARUH INOKULASI MIKORIZA, KOTORAN WALET DAN …blog.umy.ac.id/amirilia/files/2017/08/UPLOAD-2.pdfdapat dilakukan dengan cara memanipulasi pada lahan pasir. Cara manipulasi ... selain

7

secara kimiawi juga dapat dilakukan dengan memberikan insektisida sesuai anjuran

(Petani TOP, 2016).

c) Tikus (Rattus argentiventer), hama ini biasanya menyerang tanaman jagung

manis yang ditanam di lahan sawah. Tikus memakan tongkol muda yang sedang matang

susu, umumnya tikus memakan tongkol dari ujung hingga pertengahan pangkal.

Pengendalian hama tikus secara organik adalah dengan memburu dan membasmi tikus

dari sarangnya( Alam Tani, 2014).

d) Hawar daun (Helminthosporium turcicum), penyakit ini menyerang daun dengan

gejala awal bercak-bercak kecil berbentuk oval yang berkembang menjadi hawar

berwarna coklat keabu-abuan. Biasanya serangan ditemukan pada daun tua (bawah)

kemudian menjalar ke daun muda (atas). Pada keadaan yang parah bisa menyababkan

kematian pada tanaman dengan penampakan daun kering seperti terbakar. Untuk

mengendalikannya gunakan varietas yang tahan, pengolahan tanah yang baik,

penyiangan dan pengaturan jarak tanam. Pada budidaya jagung manis non-organik bisa

diaplikasikan fungisida ( Alam Tani, 2014).

e) Hawar daun (Curvularia sp.), cendawan ini menyebabkan hawar daun dengan

gejala awal bercak tak beraturan di ujung daun, pusat bercak berwarna coklat keputihan

dengan pinggiran coklat tua. Bercak meluas ke pangkal daun hingga membuat seluruh

daun mengering. Penyakit ini cepat menyebar pada kondisi kelembaban dan curah hujan

tinggi. Pengendaliannya dengan memilih varietas tahan, perbaikan drainase tanah,

meningkatkan sanitasi kebun dan menghilangkan tanaman atau bagian tanaman yang

terkena( Alam Tani, 2014).

4. Gejala kekurangan unsur pada tanaman jagung manis

a) Gejala kekurangan nitrogen (N)

Daun berwarna kuning pada ujung daun dan melebar menuju tulang daun membentuk

huruf V pada bagian bawah daun. Gejala lain kekurangan unsur hara N pada tanaman

jagung manis yaitu tongkol jagung kecil dan ujung tongkol tidak berbiji (Pusat Pelatihan

Pertanian, 2015).

b) Gejala kekurangan posphor (P)

Page 10: PENGARUH INOKULASI MIKORIZA, KOTORAN WALET DAN …blog.umy.ac.id/amirilia/files/2017/08/UPLOAD-2.pdfdapat dilakukan dengan cara memanipulasi pada lahan pasir. Cara manipulasi ... selain

8

Pinggir daun berwarna ungu kemerahan mulai dari ujung ke pangkal daun dan gejala

nampak pada bagian pinggir daun. Gejala lain tanaman kekurangan posfor (P)

kesuburan polen menurun sehingga mengganggu persarian dan pembentukan biji,

pembentukan biji tidak sempurna, tongkol kecil dan sering bengkok (Pusat Pelatihan

Pertanian, 2015).

c) Gejala kekurangan Kalium (K)

Daun berwarna kuning, bagian pinggir biasanya berwarna coklat seperti terbakar, tulang

daun tetap hijan dan warna kuning membentuk huruf V terbalik pada bagian pinggir

daun. Gejala lain tanaman kekurangan kalium (K) yaitu ujung tongkol tidak berbiji,

bijinya jarang dan tidak sempurna(Pusat Pelatihan Pertanian, 2015).

d) Gejala kekurangan sulfur (S)

Pangkal daun berwarna kuning dan bergaris – garis dan nampak pada daun yang terletak

dekat pucuk (Pusat Pelatihan Pertanian, 2015).

5. Panen

Jagung manis mulai berbunga setelah 45 hari dan 10 hari sebelum panen raya,

panen jagung harus dilakukan. Selama periode ini akan tumbuh dua tongkol jagung,

petik tongkol bawah. Pemanenan tongkol muda dimaksudkan agar asupan nutrisi pada

tongkol utama tercukupi, sehingga hasilnya maksimal (Ruang Tani, 2016).

Selain memilih tongkol muda, papas daun bawah helai 2-3. Jika muncul kembali

tunas buah muda sebelum panen raya, Petiklah sebagai panen tambahan. Panen utama

budidaya jagung manis dapat dilakukan setelah 65-70 hari tanaman tua (Ruang Tani,

2016).

Salah satu kunci utama keberhasilan peningkatan produktivitas jagung manis

adalah pengaplikasian pupuk berimbang ke dalam tanah, dengan memperhatikan kadar

unsur hara tanah, jenis pupuk yang sesuai dan kondisi lingkungan fisik di areal

penanaman. Aplikasi pemupukan ke dalam tanah perlu mempertimbangkan jenis pupuk

serta dosis/takaran pada jenis tanah dan lingkungan tertentu (Dupont, 2012).

Page 11: PENGARUH INOKULASI MIKORIZA, KOTORAN WALET DAN …blog.umy.ac.id/amirilia/files/2017/08/UPLOAD-2.pdfdapat dilakukan dengan cara memanipulasi pada lahan pasir. Cara manipulasi ... selain

9

B. Lahan Pasir

Tanah pasiran merupakan tanah yang kandungan fraksi pasirnya dominan atau

lebih besar 50 % fraksi total. Lahan pantai berpasir termasuk lahan marjinal yang

bersifat dinamis dan jika tidak segera dikelola akan mengalami kerusakan permanen.

Kondisi lahan yang marjinal tersebut disebabkan tidak hanya oleh faktor biofisik semata

yang secara alami kurang mendukung untuk budidaya, tetapi juga upaya penanganan

yang ada masih belum optimal, bila tidak segera ditangani, dampak negatif yang terjadi

semakin luas (Benny, 2011).

Gustafon (1962) dalam Rajiman, dkk. (2008) dalam Hasibuan (2015)

menyatakan bahwa secara umum tanah pasiran mempunyai tekstur kasar, agregatnya

lemah sampai tak beragregasi, bersifat porus, kapasitas penyimpanan lengasnya rendah

serta rentan terhadap erosi air dan angin. Tidak hanya itu kendala utama yang dihadapi

dalam kegiatan rehabilitasi lahan adalah rendahnya unsur hara, toksisitas aluminium,

fiksasi P tinggi, pH sangat asam, rendahnya bahan organik. Lahan berpasir yang telah

dikelola dapat memberikan kesuburan tanah yang meningkat dengan hasil produksi

pertanian yang lebih baik dari tanah mineral biasa, kondisi iklim membaik dari suhu

tertinggi 36 0C menjadi 33 0C dan kelembaban meningkat dari 60% menjadi 80%, curah

hujan meningkat dari 2246 mm/tahun menjadi 5738 mm/tahun, kondisi iklim mikro

yang nyaman menjadikan jumlah pengunjung meningkat dan berdampak pada

pendapatan wisata naik 82% (Rp.114.000,-di2006 jadi Rp.255.000.000,-di2011)

(Benny, 2011). Salah satu upaya meningkatkan produktivitas lahan pasir pantai ini

adalah mengelola ketersediaan hara dengan cara memasukkan berbagai bahan yang

dapat memperbaiki sifat fisik dan menambah serta mempertahankan ketersediaan hara

dalam tanah (bahan organik).

Bahan organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui, didaur ulang,

dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh tanaman

tanpa mencemari tanah dan air. Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa-

sisa tanaman dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan

kembali. Bahan organik demikian berada dalam pelapukan aktif dan menjadi mangsa

serangan jasad mikro. Sebagai akibatnya bahan tersebut berubah terus dan tidak mantap

Page 12: PENGARUH INOKULASI MIKORIZA, KOTORAN WALET DAN …blog.umy.ac.id/amirilia/files/2017/08/UPLOAD-2.pdfdapat dilakukan dengan cara memanipulasi pada lahan pasir. Cara manipulasi ... selain

10

sehingga harus selalu diperbaharui melalui penambahan sisa-sisa tanaman atau binatang

( Dinda Bunga, 2016).

Faktor yang pengaruhi kandungan bahan organik tanah adalah: iklim, vegetasi,

topografi, waktu, bahan induk dan pertanaman (cropping). Sebaran vegetasi berkaitan

erat dengan pola tertentu dari tagihan temperatur dan curah hujan. Pada wilayah yang

Curah Hujan rendah, maka vegetasi juga jarang sehingga akumulasi bahan organik juga

rendah. Pada wilayah yang temperatur dingin, maka kegiatan mikroroganisme juga

rendah sehingga proses dekomposisi lambat. Apabila terjadi laju pelonggokan bahan

organik melampaui laju dekomposisinya, terutama pada daerah dengan kondisi jenuh air

dan suhu rendah, maka kandungan bahan organik akan meningkat dengan tingkat

dekomposisi yang rendah ( Dinda Bunga, 2016).

Ciri dan kandungan bahan organik tanah merupakan ciri penting suatu tanah,

karena bahan organik tanah mempengaruhi sifat-sifat tanah melalui berbagai cara. Hasil

perombakan bahan organik mampu mempercepat proses pelapukan bahan-bahan

mineral tanah (distribution) bahan organik di dalam tanah berpengaruh terhadap

pemilahan (differentiation) horison. Proses perombakan bahan organik merupakan

mekanisme awal yang selanjutnya menentukan fungsi dan peran bahan organik tersebut

di dalam tanah seperti peresepan dan penyimpanan air dan unsur hara ( Dinda Bunga,

2016).

C. Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA)

Fungi mikoriza arbuskula merupakan suatu bentuk asosiasi antara jamur dengan

akar tumbuhan tingkat tinggi, yang mencerminkan adanya interaksi fungsional yang

saling menguntungkan antara suatu tumbuhan dengan satu atau lebih galur mikobion

dalam ruang dan waktu. Fungi mikoriza termasuk golongan endomikoriza. Tipe fungi

ini dicirikan oleh hifa yang intraseluler yaitu hifa yang menembus ke dalam korteks dari

satu sel ke sel yang lain (Manan, 1993).

Diantara sel-sel terdapat hifa yang membelit atau struktur hifa yang bercabang-

cabang yang disebut arbuskula. Pembengkakan yang terbentuk pada hifa yang

berbentuk oval disebut vesikula. Arbuskula merupakan tempat pertukaran metabolit

antara jamur dan tanaman. Adanya arbuskula sangat penting untuk mengidentifikasi

Page 13: PENGARUH INOKULASI MIKORIZA, KOTORAN WALET DAN …blog.umy.ac.id/amirilia/files/2017/08/UPLOAD-2.pdfdapat dilakukan dengan cara memanipulasi pada lahan pasir. Cara manipulasi ... selain

11

bahwa telah terjadi infeksi pada akar tanaman , sedangkan vesikula merupakan organ

penyimpan makanan dan berfungsi sebagai propagul (organ reproduktif). Selanjutnya

dikatakan bahwa seluruh endofit dan yang termasuk genus Gigaspora, Scutellospora,

Glomus, Sclerocystis dan Acaulospora mampu membentuk arbuskula (Scannerini dan

Bonfante-Fosolo, 1983)

Vesikula menurut Abbott dan Robson (1982), berbentuk globosa dan berasal

dari menggelembungnya hifa internal dari fungi mikoriza. Vesikula ditemukan baik di

dalam maupun di luar lapisan kortek parenkim. Tidak semua fungi mikoriza membentuk

vesikula dalam akar inangnya, seperti Gigaspora dan Scutellospora. Banyak pendapat

tentang fungsi dari vesikula ini, yaitu sebagai organ reproduksi atau organ yang

berfungsi sebagai tempat penyimpanan makanan yang kemudian diangkut ke dalam sel

(Delvian, 2003). Ciri utama arbuskula mikoriza adalah terdapatnya arbuskula di dalam

korteks akar. Awalnya fungi tumbuh di antara sel-sel korteks, kemudian menembus

dinding sel inang dan berkembang di dalam sel (Brundrett et al., 1996).

Manfaat dari MVA dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu manfaat dalam

ekosistem, manfaat bagi tanaman, dan manfaatnya bagi manusia. Manfaat mikoriza

MVA dalam ekosistem sangat penting, yaitu berperan dalam siklus hara, memperbaiki

struktur tanah dan menyalurkan karbohidrat dari akar tanaman ke organisme tanah yang

lain, sedangkan manfaat bagi tanaman yaitu dapat meningkatkan penyerapan unsur hara,

terutama P. MVA ini dapat mengeluarkan enzim fosfatase dan asam-asam organik,

khususnya oksalat yang dapat membantu membebaskan P. MVA dapat membantu

mengatasi masalah ketersediaan fosfat melalui dua cara, pengaruh langsung melalui

jalinan hifa eksternal yang diproduksinya secara intensif sehingga tanaman bermikoriza

akan mampu meningkatkan kapasitasnya dalam menyerap unsur hara dan air dan

pengaruh tidak langsung, dimana mikoriza dapat memodifikasi fisiologis akar sehingga

dapat mengeksresikan asam-asam organik dan fosfatase asam ke dalam tanah. Fosfatase

asam merupakan suatu enzim yang dapat mamacu proses mineralisasi P Organik dengan

mengkatalisis pelepasan P dari kompleks organik menjadi kompleks anorganik. Manfaat

lain yaitu bagi manusia, mikoriza dapat meningkatkan produktivitas tumbuhan, karena

dapat memproduksi bunga lebih awal (Wikipedia, 2014).

Page 14: PENGARUH INOKULASI MIKORIZA, KOTORAN WALET DAN …blog.umy.ac.id/amirilia/files/2017/08/UPLOAD-2.pdfdapat dilakukan dengan cara memanipulasi pada lahan pasir. Cara manipulasi ... selain

12

Hasil penelitian Idwar, dkk (2000), melaporkan bahwa dengan pemberian MVA

pada jagung, meningkatkan tinggi tanaman mencapai 32,3%, berat brangkas kering

meningkat 34,02% dan berat biji kering peningkatan mencapai 13,41 % dibandingkan

jagung yang tanpa pemberian MVA.

Takaran pupuk mikoriza yang diberikan adalah 8 ku/ha di tanah dengan P

tersedia rendah atau hanya 4 ku/ha di tanah dengan P tersedia tinggi. Pemakaian pupuk

mikoriza ternyata dapat mengurangi penggunaan pupuk SP-36 sebesar 30 - 50 % jika

pada tanah yang biasa. MVA pada lahan pasir dapat menurunkan pupuk P sebesar 15 -

25 %. (Novriandi dan Madjid, 2007)

D. Kotoran Walet

Walet berpotensi menjadi pupuk guano. Pupuk guano adalah pupuk yang berasal

dari kotoran burung liar yang memiliki kandungan hara paling tinggi dibandingkan

pupuk organik dari jenis lain termasuk pupuk Guano yang berasal dari kotoran burung

walet juga saat ini mulai mendapat perhatian. Di Indonesia,saat ini diperkirakan ada

sekitar 10.000 rumah walet dari berbagai ukuran. Sebagian besar tersebar dipulau jawa

dengan produksi 80 - 100 ton pertahun dengan tingkat perkembangan 5 % - 10 %

pertahun (Redaksi Trubus, 2009).

Seiring semakin meningkatnya peternak burung walet diberbagai daerah,

kotoran burung walet yang menjadi limbah di sarang walet jumlahnya meningkat dan

perlu dimanfaatkan dengan maraknya peternakan walet yang sangat menjanjikan itu,

meningkatkan jumlah kotoran walet yang sangat potensial diolah kembali menjadi

pupuk yang bernilai ekonomi cukup tinggi. Dosis pupuk guano dilahan pasir yaitu 30

ton/hektar (Nur Hafizah Faisal, 2014). Menurut Lestari (2011), komposisi dari pupuk

organik walet adalah Fosfat (P2O5) 14 %, Fosfat (P2O5) terlarut dalam asam sitrat 10 %

Nitrogen (N2) 1 – 2%, Kalium (K) 1 % , Zat organik mencapai 24 %dan kandungan air

maksimal 5 %. Tidak hanya unsur hara, kotoran walet juga bermanfaat karena

mengandung bakteria dan mikrobiotik flora yang bermanfaat bagi tanaman dan kotoran

walet termasuk pada kotoran Guano yang diduga mengandung bakteri pelarut fosfat

(Joko Samudro, 2016). Belum ada penelitian kandungan mikroorganisme didalam

Page 15: PENGARUH INOKULASI MIKORIZA, KOTORAN WALET DAN …blog.umy.ac.id/amirilia/files/2017/08/UPLOAD-2.pdfdapat dilakukan dengan cara memanipulasi pada lahan pasir. Cara manipulasi ... selain

13

kotoran walet oleh karena itu perlu adanya penelitian lebih lanjut kandungan kotoran

walet.

Kotoran juga mempunyai manfaat antara lain dapat meningkatkan kesuburan

tanah, meningkatkan jumlah dan aktifitas metabolik jasad mikro di dalam tanah

penyumbang unsur P ke dalam tanah, serta meningkatkan pertumbuhan akar dan tunas.

Aplikasi pupuk organik Guano diharapkan mampu memperbaiki kondisi tanah baik

fisik, kimia maupun biologis tanah. Pelepasan unsur hara yang berjalan lambat

diharapkan dapat digunakan jagung secara efisien (Nur Hafizah Faisal, 2014).

Menurut Fatonah (2002), penggunaan Guano takaran 900 kg / hektar atau 45/ kg

/ P2O5 hektar menghasilkan berat 100 biji yang lebih tinggi sebesar 18,11 gram pada

tanaman kacang tunggak . Hasil penelitian Widodo (1999), menyatakan bahwa

penggunaan takaran 450 kg / hektar atau 22,5 kg P2O5/ hektar mampu memberikan hasil

terbaik tanaman selada sebesar 11,46 ton / hektar. Hasil penelitian Arif Amrizial (2012)

menyatakan bahwa 20 ton/ hektar guano mampu memberikan bobot tongkol jagung

berkolobot 395,8 gram.

E. Asosiasi antar perlakuan

Lahan pasiran adalah lahan yang tekstur tanahnya memiliki fraksi pasir > 70 %

dengan porositas total < 40 % kurang dapat menyimpan air karena memiliki daya hantar

air cepat dan kurang dapat menyimpan hara karena kekurangan koloid tanah. Tanah

pasiran pada umumnya rendah kandungan bahan organiknya, sehingga jarang berada

dalam ikatan partikel tanah (tidak membentuk gumpal) sehingga cenderung memiliki

struktur lepas – lepas dan mudah diolah (Gunawan budiyanto, 2014) .Oleh karena itu

lahan pasir perlu diberikan bahan organik untuk memperbaiki struktur dan tekstur tanah.

Tidak hanya itu menurut penelitian Hasibuan (2015) bahan organik seperti pupuk

kotoran hewan dan kompos sersah daun mampu memperbaiki tekstur tanah pasir karena

pemberian bahan organik berupa kompos akan membentuk ruang pori mikro menjadi

lebih banyak, dimana pori mikro merupakan pori yang digunakan untuk mengikat air.

Semakin banyak ruang pori mikro yang terbentuk maka tanah akan mempunyai daya

simpan lengas yang semakin meningkat, lengas tanah akan mengisi ruang pori-pori

Page 16: PENGARUH INOKULASI MIKORIZA, KOTORAN WALET DAN …blog.umy.ac.id/amirilia/files/2017/08/UPLOAD-2.pdfdapat dilakukan dengan cara memanipulasi pada lahan pasir. Cara manipulasi ... selain

14

tanah, biasannya ruang pori tanah yang terisi adalah pori-pori besar, terlebih dahulu

baru mengisi pori-pori mikro. Jika terjadi penguapan atau penggunaan air oleh tanaman

maka pori-pori besar dahulu yang ditinggalkan oleh air lalu menyusul pori-pori mikro.

Selain itu pula tanah yang merupakan sumber kehidupan yang baik adalah tanah yang

subur, yaitu kemampuan atau kualitas suatu tanah dalam menyediakan unsur-unsur hara

tanaman dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan tanaman, dalam bentuk senyawa

yang dapat dimanfaatkan tanaman, dan dalam perbandingan yang sesuai untuk

pertumbuhan tanaman tertentu apabila suhu dan faktor-faktor pertumbuhan lainnya

mendukung pertumbuhan normal tanaman. Didalam tanah salah satu yang penting dan

sangat dibutuhkan dalam jumlah yang banyak adalah unsur hara Fosfor (P) tetapi Fosfor

di dalam tanah tidak mudah bergerak (immobile) dan sebagian besar terikat atau

terfiksasi oleh oksida, mineral liat, dan bahan organik. Meskipun sumber posfor didalam

tanah mineral cukup banyak, tanaman masih bisa mengalami kekurangan posfor karena

posfor mudah terikat oleh unsur lain sehingga menjadi senyawa yang sukar larut dalam

air. Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi ketersediaan Fosfor menurut Puja

Kurnia (2010), yaitu :

1. Jumlah liat : Tekstur makin halus retensi P makin besar dan kuat. Tanah dengan

kadar liat yang tinggi akan dapat memfiksasi P lebih tinggi dibandingkan

dengan kadar liat yang rendah.

2. Tipe liat : Tanah dengan liat kaolinit ( pada tanah dengan curah hujan dan

temperature tinggi ) dapat menahan atau memfiksasi lebih tinggi. Pada tanah ini

p yang diberikan cepat diubah menjadi P tidak larut.

3. Waktu aplikasi : Makin lama dan makin banyak P ditambahkan , kontak atau

berhubungan dengan tanah, maka makin besar kemungkinan untuk terfiksasi,

sehingga pemberian dapat diatur sesuai taraf dan frekuensi.

4. Aerasi : Oksigen O2 ibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman dan absorpsi hara.

Juga sangat penting untuk pelapukan bahan organik P oleh mikroba.

5. Pemadatan : Pemadatan dapat mengurangi aerasi dan ruang pori dalam zone

perakaran. Hal ini mengurangi serapan P dan pertumbuhan tanaman. Pemadatan

juga menyebabkan volume akar untuk melakukan penetrasi. Juga membatasi

Page 17: PENGARUH INOKULASI MIKORIZA, KOTORAN WALET DAN …blog.umy.ac.id/amirilia/files/2017/08/UPLOAD-2.pdfdapat dilakukan dengan cara memanipulasi pada lahan pasir. Cara manipulasi ... selain

15

untuk mengambil P tanah , hal ini sesuai dengan jarak pergerakan P sangat

pendek.

6. Lengas : Peningkatan lengas tanah pada kondisi optimum akanmeningkatkan p

tersedia bagi tanaman, tanah dengan banyak lengas akan mengurangi O2,

sehingga mengurangi pertumbuhan dan aktifitas akar.

7. Status P tanah: Tanah yang mendapat P lebih dari P yang diambil tanaman akan

memberikan status P lebih tinggi, mempertahankan P dalam status optimum

adalah sangat penting

8. Temperature : Temperature sangat penting dalam hubungannya dengan

pertumbuhan tanaman, akan tetapi kurang penting dengan ketersediaan P,

temperature sangat tinggi atau rendah dapat membatasi serapan P oleh tanaman.

9. Kemasaman : Kelarutan berbagai senyawa P dapat dipengaruhi oleh

kemasaman (pH) tanah. Fosfat (P) yang berasosiasi Fe, Al dan Mn mempunyai

keluaran dalam air rendah, logam tersebut sangat dominan di tanah masam.

10. Tanaman : Beberapa tanaman mempunyai sistem perakaran serabut, dan

beberapa tunjang. Perbedaan ini berperan dalam kemampuan tanaman dalam

mengambil dan selanjutnya dapat menentukan metode pemberian P.

Karena unsur Fosfor sukar terlarut dan biasanya fosfor mudah hilang terlindih

akibat struktur tanah yang berpasir sehingga diperlukan MVA dan kotoran walet.

Tanaman sebagai tanaman inang bagi MVA sedangkan manfaat mikoriza MVA dalam

ekosistem sangat penting, yaitu berperan dalam siklus hara, memperbaiki struktur tanah

dan menyalurkan karbohidrat dari akar tanaman ke organisme tanah yang lain,

sedangkan manfaat bagi tanaman yaitu dapat meningkatkan penyerapan unsur hara,

terutama P. MVA ini dapat mengeluarkan enzim fosfatase dan asam-asam organik,

khususnya oksalat yang dapat membantu membebaskan P. MVA dapat membantu

mengatasi masalah ketersediaan fosfat melalui dua cara, pengaruh langsung melalui

jalinan hifa eksternal yang diproduksinya secara intensif sehingga tanaman bermikoriza

akan mampu meningkatkan kapasitasnya dalam menyerap unsur hara dan air dan

pengaruh tidak langsung, dimana mikoriza dapat memodifikasi fisiologis akar sehingga

dapat mengeksresikan asam-asam organik dan fosfatase asam ke dalam tanah (Sri

yusnaini, 2009).

Page 18: PENGARUH INOKULASI MIKORIZA, KOTORAN WALET DAN …blog.umy.ac.id/amirilia/files/2017/08/UPLOAD-2.pdfdapat dilakukan dengan cara memanipulasi pada lahan pasir. Cara manipulasi ... selain

16

Sedangkan kotoran walet sebagai bahan organik tambahan untuk memperbaiki

tekstur tanah berpasir dan mengandung unsur hara bagi tanaman. Tidak hanya itu

kotoran walet diduga mempunyai kandungan bakteri pelarut fosfat yang menjadi

alternatif untuk mengefisienkan pemupukan fosfat adalah dengan memanfatkan

kelompok mikroorganisme pelarut fosfat. Mikroorganisme pelarut fosfat adalah

kelompok mikroorganisme yang mampu melarutkan fosfat tidak tersedia menjadi

tersedia dan dapat diserap tanaman ( Arief Meftah, 2016).

F. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini diduga bahwa dari P 75% menunjukkan perbaikan

dalam pertumbuhan tanaman jagung di pasir pantai dengan tambahan 25 % kotoran

walet dan MVA.

Page 19: PENGARUH INOKULASI MIKORIZA, KOTORAN WALET DAN …blog.umy.ac.id/amirilia/files/2017/08/UPLOAD-2.pdfdapat dilakukan dengan cara memanipulasi pada lahan pasir. Cara manipulasi ... selain

17

III. TATA CARA PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada Januari 2017 di Green House, dan di

Laboratorium Agrobioteknologi Fakultas pertanian di Desa Tamantirto, Kecamatan

Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

B. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi : benih jagung varietas

manis (Zea mays var. saccharata), tanah pasir, bahan organik, polybag ukuran 3 kg,

pupuk Sp-36,pupuk Urea,pupuk KCl, Larutan KOH 10%, Larutan HCl 1%, Larutan

Acid Fusin , Aquadest dan Agar.

Alat yang digunakan adalah Haemocytometer, penggaris, timbangan analitik,

LAM, jarum ose, kaca preparat, mikroskop, tabung reaksi, pipet tetes, otoklaf, petridish

dan bunsen.

C. Metode Penelitian

Penelitian eksperimen akan dilakukan dengan menggunakan metode percobaan

yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan dengan perlakuan Faktor

tunggal kombinasi yaitu pemberian MVA, Kotoran Walet, Kotoran Walet dan MVA

serta berbagai dosis pupuk P terdiri dari 3 aras . Perlakuan yang diujikan adalah

komposisi media tanam yaitu:

A. Pupuk SP-36 100 % dosis anjuran + MVA

B. Pupuk SP-36 75% dosis anjuran + Kotoran Walet 25 % + MVA

C. Pupuk SP-36 75% dosis anjuran + Kotoran Walet 25 %

D. Pupuk SP-36 50% dosis anjuran + Kotoran Walet 50 % + MVA

E. Pupuk SP-36 50% dosis anjuran + Kotoran Walet 50 %

Masing – masing perlakuan diulang 3 kali sehingga ada 15 unit setiap unit ada 3

korban sehingga terdapat 90 polibag tanaman.

Page 20: PENGARUH INOKULASI MIKORIZA, KOTORAN WALET DAN …blog.umy.ac.id/amirilia/files/2017/08/UPLOAD-2.pdfdapat dilakukan dengan cara memanipulasi pada lahan pasir. Cara manipulasi ... selain

18

D. Cara Penelitian

1. Sterilisasi alat dengan uap air panas bertekanan (Outoclafe) dengan

memasukan alat kedalam otoklaf dan ditutup rapat kemudian kompor

dinyalakan hingga tekanan mencapai 1 atm (15 psi) selama 15 – 30 menit.

2. Pembuatan media Pikovskaya’s agar dengan cara menimbang medium

kemudian dilarutkan dalam penangas air untuk mempercepat kelarutan.

Setelah larut, agar – agar ditambahkan ke larutan yang dijadikan larutan

1000 ml dengan menambahkan aquades. Ukur pH dengan mengatur pH

sekitar 6,8 – 7,0 (pH netral). Larutan yang sudah diukur pH yang sesuai

kemudian dimasukan pada wadah yang dikehendaki seperti tabung reaksi.

Setelah dimasukan ke wadah,wadah disterilkan dengan otoklaf pada

temperatur 121o C dengan tekanan 1 atm (selama 15 menit).

3. Melakukan Karakteristik kotoran walet dengan cara Plate count dimedia

Pikovskaya’s dengan cara kerja isolasi dengan mecairkan medium dan

menuang dalam cawan petri steril secara aseptik dan dibiarkan sampai

padat. Kemudian membuat suspensi bakteri dengan mengambil 0,1 ml lalu

meinokulasikan ke permukaan media padat dalam cawan petri dan

meratakan suspensi bakteri dengan drigalsky. Setelah meinokulasi, cawan

petri diinkubasi secara terbalik pada suhu kamar. Diakhir inkubasi biasanya

tumbuh koloni yang terpisah – pisah dengan zona jernih disekitarnya dan

bakteri dapat diisolasi. Tiap koloni yang terpisah kemungkinan berasal satu

sel bakteri. Koloni yang berpisah tersebut diambil secara aseptik dengan ose

satu koloni yang dikehendaki dan suspensikan dalam air steril. Kemudian

diperiksa morfologi selnya dibawah mikroskop dengan pengecetan gram

dan gambar. Setelah digambar, dipindahkan masing – masing jenis hasil

isolasi ke dalam media Pikovskaya’s agar miring dan diinkubasikan pada

temperatur kamar yang sesuai selama 24 – 48 jam . Setelah 24 – 48 jam

hasil isolasi diuji kembali kemurniannya dengan pengecatan gram. Jika dari

tiap tabung hanya terdapat satu macam jamur/bakteri, diisolasi tersebut telat

berhasil. Koloni bakteri/ jamur yang telah murni selanjutnya dideterminasi

dengan melakukan identifikasi serta klasifikasi.

Page 21: PENGARUH INOKULASI MIKORIZA, KOTORAN WALET DAN …blog.umy.ac.id/amirilia/files/2017/08/UPLOAD-2.pdfdapat dilakukan dengan cara memanipulasi pada lahan pasir. Cara manipulasi ... selain

19

4. Perbanyakan Inokulum MVA dengan cara menyiapkan bahan yaitu tanah

bekas tanaman jagung, benih jagung, dan polybag ukuran 1 kg. Setelah

bahan sudah lengkap, tanah bekas tanaman jagung dimasukan ke dalam

polybag ukuran 1 kg dan kemudian disiram air ke tanah hingga air keluar

dari lubang polybag. Kemudian 2 benih jagung ditanam ke dalam

polybag yang berisikan tanah bekas jagung yang sudah lembab.

Perawatan yang dilakukan cukup menyiram tanaman jagung 2 hari satu 1

kali.

Setelah 3 minggu, tanaman jagung dicabut dan dilakukan

pengecekan infeksi dan spora dengan cara tanah dibongkar dan akar

jagung dibersihkan dan dicuci, kemudian dirajang dengan ukuran 1 cm.

Akar yang telah dipotong dimasukan dalam botol reaksi dan diberi KOH

10 % hingga semua akar tercelup dan dibiarkan selama 24 jam. Setelah

itu akar dibilas dengan air hingga bersih lalu HCl 1 % hingga akar

tercelup selama 1 jam, setelah itu larutan HCl dibuang dan diberi cat Acid

Fuhsin secukupnya selama 5 menit. 20 potongan akar diambil dan diatur

di kaca preparat dan diamati dibawah mikroskop, lalu dihitung persentase

infeksi dengan rumus :

% infeksi = Jumlah akar terinfeksi x 100%

Jumlah akar total

Bila infeksi jamur melebihi 80 %, maka ranjangan akar dicampur dengan

media pot kemudian dikering anginkan ± 3 hari dan dapat digunakan

sebagai crude inoculum sebanyak 40 gram/ lubang tanam sebelum benih

tanam. Tetapi apabila infeksi mikoriza kurang 80 % dan jumlah spora

yaitu ± 60 spora/ 100 gram tanah maka jumlah crude inokulum harus

ditambah 2 -3 kali lipat.

5. Penyiapan media tanam

Menyiapkan Kotoran Walet, tanah bekas jagung sebelumnya dengan

kultur pot ( tanah MVA), tanah pasir, Kotoran Walet, lalu di campur, dan

memasukan ke polybag ukuran 35 x 35 cm (@ 12,56 kg tanah pasir, tanah MVA

40 gram dan kotoran walet 1,9 gram (25%), 3,8 gram (50 %) ke setiap

Page 22: PENGARUH INOKULASI MIKORIZA, KOTORAN WALET DAN …blog.umy.ac.id/amirilia/files/2017/08/UPLOAD-2.pdfdapat dilakukan dengan cara memanipulasi pada lahan pasir. Cara manipulasi ... selain

20

polybag)(lampiran halaman 30). Tanah yang diambil dari lahan pasir pantai

Samas Bantul diayak dan dibersihkan dari kotoran kemudian tanah tersebut

dimasukkan polybag ukuran 38 x 32 cm setelah itu dicampur dengan tanah

bekas jagung yang sesuai dengan ketentuan dari pengecekan infeksi MVA dan

pengecekan spora maupun kotoran walet sesuai dari perlakuan sebanyak

ketentuan perlakuan.

6. Tiap polybag ditanami 3 benih jagung ke setiap polybag yang sudah di

kecambahkan selama semalam.

7. Penyiraman dilakukan sehari sekali sampai tanaman berumur 7 minggu setelah

tanam. Penyiraman dilakukan mecapai kapasitas lapang yaitu ± 200 ml.

8. Memberikan pupuk dasar pupuk urea ( 4,5 gram / tanaman) dan SP – 36 sesuai

perlakuan ( 100 % ( 3 gram / tanaman ) , 75 % ( 2,25 gram / tanaman) dan 50 %

( 1,5 gram / tanaman). Memberikan pupuk susulan pada 35 dan 45 HST dengan

dosis pupuk urea (4,5 gram / tanaman) dan KCl (2,25 gram / tanaman )

sedangkan pupuk Sp-36 sesuai perlakuan ( 100 % ( 3 gram / tanaman ) , 75 % (

2,25 gram / tanaman) dan 50 % ( 1,5 gram / tanaman) ( lampiran hal 29 ) .

9. Melakukan pengamatan tinggi tanaman, dan jumlah daun,setiap 1 minggu 1 kali.

10. Panen dilakukan dengan memanen jagung pada umur 7 minggu setelah tanam.

11. Setelah panen maka dilakukan pengamatan berat segar akar,panjang akar, berat

segar dan kering akar, berat segar dan kering tajuk, luas daun, jumlah tongkol

per tanaman, panjang tongkol, jumlah biji per tanaman, berat biji per tanaman

dan berat 100 biji.

E. Parameter

Parameter yang diamati yaitu :

1. Parameter yang diamati pada kotoran walet,yaitu :

a. Karekteristik

Pengamatan mikrobiologi jamur dan bakteri pada kotoran walet pada awal dan

akhir perlakuan. Adapun langkah pengamatannya adalah dengan mengambil satu

gram kotoran walet kemudian di masukan pada 99 ml akuades, kemudian

dilakukan pengenceran hingga 10-9.Variabel yang diamati adalah jumlah jamur

Page 23: PENGARUH INOKULASI MIKORIZA, KOTORAN WALET DAN …blog.umy.ac.id/amirilia/files/2017/08/UPLOAD-2.pdfdapat dilakukan dengan cara memanipulasi pada lahan pasir. Cara manipulasi ... selain

21

maupun bakteri dari masing – masing perlakuan. Metode perhitungan jumlah

mikroba dengan menggunakan metode plate count pada medium pikovskaya’s

dengan seri pengenceran 10-7, 10-8, 10-9 dengan memenuhi syarat sebagai berikut :

a. Jumlah koloni tiap cawan petri antara 30-300 koloni (CFU/ml)

b. Tidak ada koloni yang menutupi lebih dari setengah luas cawan (Spreader)

perbandingan jumlah koloni dari pengenceran berturut – turut antara pengenceran

yang lebih besar dengan pengenceran sebelumnya. Jika sama atau lebih kecil dari

2 maka hasilnya dirata – rata, dan jika lebih besar dari 2 maka yang dipakai adalah

jumlah dari hasil pengenceran sebelumnya.

c. Jika ulangan telah memenuhi syarat maka hasilnya dirata – rata.

2. Parameter yang diamati pada tanaman korban minggu 3, 6 dan 9 setelah

tanam ,yaitu :

a. Jumlah Spora MVA

Tanah 250 gram dicampurkan dengan 1 liter aquades dan tuang cairan ke

saringan kasar 800,cuci saringan agar semua partikel kecil lolos saringan,ambil 1

ose pada larutan bening (tanpa lumpur) letakan ke kaca preparat dan amati

dimikroskop.

b. Persentasi infeksi MVA (%)

Cara kerja infeksi MVA kepada setiap tanaman berbagai perlakuan adalah akar

halus setiap tanaman jagung dipotong sekitar ± 1 cm sebanyak 20 potong

kemudian dicuci bersih dengan air, setelah itu akar halus direndam dalam

larutan KOH 10 % selama 24 jam. Setelah 24 jam, KOH dibilas dengan air steril

(tanpa mengeluarkan akar dari tabung reaksi). Kemudian akar halus tersebut

direndam menggunakan larutan HCl 1 % selama ± 1 jam. Setelah 1 jam, HCl

dibuang (tanpa mengeluarkan akar dari tabung reaksi), kemudian direndam

dengan larutan acid sebanyak 2 – 3 ml selama minimal 15 menit. Setelah 15

menit, larutan acid dibuang dan akar dicuci hingga tidak terlalu merah. Setelah

dicuci, 10 akar disetiap perlakuan disusun diatas kaca preparat. Kemudian kaca

preparat diamati di bawah mikroskop dan diklasifikasi.

c. Panjang akar (cm)

Page 24: PENGARUH INOKULASI MIKORIZA, KOTORAN WALET DAN …blog.umy.ac.id/amirilia/files/2017/08/UPLOAD-2.pdfdapat dilakukan dengan cara memanipulasi pada lahan pasir. Cara manipulasi ... selain

22

Ukur panjang beberapa akar dari pangkal akar sampai ujung akar setelah itu

dirata - rata.

d. Berat Segar akar (gram)

Setelah tanaman dicabut dan potong dari pangkal batang. Timbang akar sesudah

dipotong tersebut.

e. Berat Kering akar (gram)

Setelah akar diukur,akar dikeringkan bersama tajuk tanaman jagung.

f. Berat Segar Tajuk (gram)

Berat segar ditimbang dari pangkal batang sampai titik tumbuh tanaman jagung

pada saat minggu ketiga berakhir dan dilanjutkan dengan pengeringan bisa

dengan cara dioven maupun diangin-anginkan sampai kering.

g. Berat Kering Tajuk (gram)

Setelah dihitung berat segar dilanjutkan dengan pengeringan bisa dengan cara

dioven maupun diangin-anginkan sampai kering. Jika pangkal batang sampai

titik tumbuh tanaman jagung sudah kering maka setelah itu ditimbang.

h. Luas Daun (cm2)

Hitung luas permukaan daun dengan alat LAM ( Leaf Area Meter).

3. Parameter yang diamati pada tanaman jagung per minggu ,yaitu :

a. Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi Tanaman diukur dari pangkal batang sampai ujung daun tanaman jagung

(kantupkan daun jagung). Pengamatan dilakukan seminggu sekali setelah

tumbuh sampai menghasilkan yaitu minggu ke sembilan .Pengamatan ini

dilakukan agar mengetahui pertumbuhan tanaman jagung.

b. Jumlah Daun (helai)

Jumlah daun diamati setiap seminggu sekali sampai tanaman menghasilkan yaitu

minggu ke sembilan.

4. Parameter Komponen Hasil pada tanaman sample akhir :

a. Jumlah tongkol per tanaman.

Perhitungan jumlah tongkol dilakukan dengan cara menghitung jumlah

tongkol pada tanaman.

b. Panjang tongkol (cm)

Page 25: PENGARUH INOKULASI MIKORIZA, KOTORAN WALET DAN …blog.umy.ac.id/amirilia/files/2017/08/UPLOAD-2.pdfdapat dilakukan dengan cara memanipulasi pada lahan pasir. Cara manipulasi ... selain

23

Pengukuran panjang tongkol dilakukan dengan cara mengupas klobot

kemudian dilakukan pengukuran dari pangkal sampai ujung tongkol.

c. Jumlah biji per tanaman (butir)

Jumlah biji diperoleh dengan menghitung biji pipilan kering kering dari

tongkol tanaman sampel.

Page 26: PENGARUH INOKULASI MIKORIZA, KOTORAN WALET DAN …blog.umy.ac.id/amirilia/files/2017/08/UPLOAD-2.pdfdapat dilakukan dengan cara memanipulasi pada lahan pasir. Cara manipulasi ... selain

24

d. Berat biji per tanaman (gram)

Berat biji diperoleh dengan menimbang biji pipilan kering Ka 14 % dari

tongkol tanaman sampel kemudian dihitung dengan rumus :

W = 100 – Ka x b

100 – 14

Keterangan :

W = berat biji / tanaman pada kadar air 14 %

Ka = Kadar air biji yang diukur dengan moisture tester

b = berat biji / tanaman pada waktu pengukuran (gram)

e. Berat 100 biji (gram)

Berat 100 biji diperoleh dengan cara menimbang 100 bji pipilan kering

dengan kadar air 14 % setelah dilakukan pencampuran biji dari 5 tongkol

tanaman sampel kemudian data penimbangan dihitung dengan rumus :

Y = 100 – Ka x b

100 – 14

Keterangan :

Y = berat biji / tanaman pada kadar air 14 %

Ka = Kadar air biji yang diukur dengan moisture tester

b = berat biji / tanaman pada waktu pengukuran (gram)

F. Analisis Data

Hasil pengamatan dianalisis menggunakan sidik ragam ( Analisis of Variance )

pada tingkat kesalahan 5 % . Apabila ada beda nyata antar perlakuan, untuk mengetahui

pengaruh perlakuan yang berbeda dilakukan uji Duncan (DMRT) pada tingkat

kesalahan 5 %.

Page 27: PENGARUH INOKULASI MIKORIZA, KOTORAN WALET DAN …blog.umy.ac.id/amirilia/files/2017/08/UPLOAD-2.pdfdapat dilakukan dengan cara memanipulasi pada lahan pasir. Cara manipulasi ... selain

25

G. Jadual Penelitian

No.

Acara

Minggu

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Planting

2. Persiapan, pemupukan dan

penanaman benih jagung

3. Penyiraman dan pengamatan

4. Penyulaman dan penyiangan

5. Pemupukan sesuai dosis

yang dianjurkan

6. Pemanenan

7. Pengukuran diameter

daun,panjang akar dll.

Page 28: PENGARUH INOKULASI MIKORIZA, KOTORAN WALET DAN …blog.umy.ac.id/amirilia/files/2017/08/UPLOAD-2.pdfdapat dilakukan dengan cara memanipulasi pada lahan pasir. Cara manipulasi ... selain

26

DAFTAR PUSTAKA

Abbott LK dan Robson AD. 1982. The role of VA mycorrhizae fungi agriculture and

the selection of fungi for inoculation. Aust. J. Agric. Res. 33 : 389.

Alam Tani. 2014. Kiat Sukses Budidaya Jagung Manis Organik.

http://alamtani.com/budidaya-jagung-manis-organik.html. Akses 26

September 2016

Anonim . 2009. Lahan Pasir. http://eprints.uny.ac.id/8190/2/bab%201%20-

%2005308141009.pdf. Diakses Tanggal 6 Juli 2015

Apri. 2012. Tanaman Jagung Manis.

http://pagemenu.blogspot.com/2012/09/karakterisrik-dan-ciri-ciri-

tanaman_29.html. Diakses Tanggal 6 Juli 2015.

Apriyantono. A. 2011. Deskripsi jagung manis varietas Bonanza F1. Kementerian

Pertanian. Jakarta. 24 hlm. Arsyad A. R. 2001.

Arief Meftah. 2016. http://www.anakagronomy.com/2016/01/bakteri-pelarut-fosfat-

pengantar.html . Diakses Tanggal 6 januari 2017

Arif Amrizal. 2012. http://repository.unand.ac.id/20037/1/jurnal%20saia.pdf. Akses 26

September 2016

Balipost. 2005. Pupuk Organik Ramah Lingkungan.Http:// www co.id/ Balipost

Cetak/2005/4/24/11.Htm. Akses 26 September 2016

Benny. 2011. Lahan Pasir. http://www.forda-

mof.org/files/14_Komisi_3_Beny_Permasalahan_Lahan.pdf. Diakses

Tanggal 6 Juli 2015.

Bolan N. S., Robson A. D. and Barrow N. J. 1987. Effects of vesicular-arbuscular

mycorrhixa on the availability of iron phosphates to plants. Plant and Soil

99, 401-410.

Brundrett MC, Bougher N, Dells B, Grove T, dan Malajozuk N. 1996. Working with

mycorrhizas in forestry and agriculture. ACIAR. Canberra. 374 hlm.

Delvian. 2003. Keanekaragaman dan potensi pemanfaatan cendawan mikoriza

arbuskula (CMA) di Hutan Pantai [Disertasi]. Program Pasca

Sarjana,Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Dinas Pertanian. 2010. Produksi Pertanian. http://dinpertantph.jatengprov.

go.id/potensi.html. Diakses Tanggal 6 Juli 2015

Dinda Bunga. 2016. Bahan Organik.

https://www.academia.edu/7323804/BAHAN_ORGANIK_TANAH .

Diakses 20 April 2016

Direktorat Jenderal Horikultura. 2011. hortikultura.pertanian.go.id/wp.../06/LAKIP-

DITJEN-HORTIKULTURA-2011. Akses 26 September 2016

Dodi Rulyanda.2014. http://dodirullyandapgsd.blogspot.co.id/2014/11/lapisan-tanah-

struktur-tanah-dan-jenis.html . Diakses 20 April 2016.

Page 29: PENGARUH INOKULASI MIKORIZA, KOTORAN WALET DAN …blog.umy.ac.id/amirilia/files/2017/08/UPLOAD-2.pdfdapat dilakukan dengan cara memanipulasi pada lahan pasir. Cara manipulasi ... selain

27

Dupons. 2012. Tanaman Jagung. http://www.pioneer.com/web/site/indonesia/menuitem

.2274d8dde103500a2a112a11310093a0/. Diakses Tanggal 6 Juli 2015.

Faedah. 2015. Jagung Manis. http://blog.faedahjaya.com/petunjuk-budidaya/budidaya-

jagung-manis. Diakses Tanggal 6 Juli 2015.

Fasli Jalal. 2013. Jumlah penduduk Indonesia.

http://www.republika.co.id/berita/nasional/ jabodetabek-

nasional/13/11/01/mvjx78-bkkbn-jumlah-penduduk-indonesia-sangat-

tinggi. Diakses Tanggal 6 Juli 2015.

Fatonah.2002. Pengaruh Jarak Tanam Antar Barisan dan Dosis Guano Terhadap

Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tunggak. Fakultas Pertanian UMY.

Yogyakarta.

Hasibuan, A. (2015). Pemanfaatan Bahan Organik dalam Perbaikan Beberapa Sifat

Tanah Pasir Pantai Selatan Kulon Progo. PLANTA TROPIKA: Jurnal

Agrosains (Journal Of Agro Science), 3(1), 31-40.

doi:http://dx.doi.org/10.18196/pt.2015.037.31-40 . Diakses Tanggal 09

Agustus 2017

Jagung Hibrida. 2015. Budidaya Jagung Hibrida.

https://jagunghibrida.wordpress.com/tag/pemupukan/ . Diakses Tanggal 27

Mei 2016

Joko Samudro. 2016. https://organikilo.co/2016/03/kandungan-nutrisi-pupuk-organik-

guano.html . Diakses 06 Januari 2017

Lestari. 2011. Pupuk majemuk organik guano walet.

http://id528084201011.indonetwork.co.id/2261825/pupuk-majemuk-

organik-guano-walet.htm. Diakses 30 November 2016

Manan S. 1993. Pengaruh mikoriza pada pertumbuhan semai Pinus merkusi di

persemaian. Kuliah silvikultur umum. Fakultas Kehutanan IPB.Bogor.

Hlm 247-261.

Novriandi dan Madjid.2007. Dasar – dasar ilmu tanah.

http://dokumen.tips/documents/fistum-download.html . Diakses Tanggal

30 Mei 2016

Nur Hafizah Faisal. 2014.Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Guano Dan Pupuk Hijau

Tithonia (Tithonia diversifolia) Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil

Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccrata sturt).

http://repository.unand.ac.id/19242/. Diakses Tanggal 6 Juli 2015

Palungkun, R. dan B. Asiani. 2004. Sweet Corn-Baby Corn : Peluang Bisnis ,

Pembudidayaan dan Penanganan Pasca Panen. Penebar Swadaya. Jakarta,

79 hal.

Petani TOP. 2016. Cara Penanggulangan Hama Utama Pada Tanaman Jagung Manis.

http://petanitop.blogspot.com/2016/06/cara-penanggulangan-hama-utama-

pada.html. Akses 21 November 2016

Page 30: PENGARUH INOKULASI MIKORIZA, KOTORAN WALET DAN …blog.umy.ac.id/amirilia/files/2017/08/UPLOAD-2.pdfdapat dilakukan dengan cara memanipulasi pada lahan pasir. Cara manipulasi ... selain

28

Puja Kurnia. 2016. http://makalah4all.wap.sh/Data/Kumpulan+makalah+pertanian

/__xtblog_entry/9601711-makalah-fosfor-unsur-hara-yang-mudah-

terfiksasi-tanah?__xtblog_block_id=1 . Diakses Tanggal 6 Januari 2017

Pusat Kajian Hortikultura Tropika. 2011. pkht.ipb.ac.id/index.php/faq. Akses 26

September 2016

Pusat Pelatihan Pertanian. 2015.

file:///F:/h1.4.PEMUPUKKAN%20PADA%20TANAMAN %20JAGUNG

%20(1).pdf . Akses 26 September 2016

Redaksi Indonesia kimia. 2011. Pupuk P. http://indonesiakimia.blogspot.com/2011/06

/pupuk-phosphat.html . Diakses Tanggal 6 Juli 2015

Redaksi Trubus. 2009. https://books.google.co.id/books?id=dULlJpA7EPIC&pg

=PA11&lpg=PA11&dq=perkembangan+pengusaha+wale+di+indonesia&s

ource=bl&ots=J3cvPDcbZdsig=zNTEzCKgjDbWMoUd9tSwBm2cowAl=

id&sa=X&ei=3uZyVdjuK5aouwSm6b2oCw&redir_esc=y#v=onepage&q

=perkembangan%20pengusaha%20walet%20di%20indonesia&f=false .

Diakses Tanggal 6 Juli 2015

Ruang Tani. 2016. 4 Panduan Mudah Dan Lengkap Cara Budidaya Jagung Manis.

http://www.ruangtani.com/4-panduan-mudah-dan-lengkap-cara-budidaya-

jagung-manis/ . Diakses Tanggal 12 Mei 2106

Sahrizal. 2014. Analisis Modal Budidaya Tanaman Jagung Manis (Sweet Gold F1).

http://www.seputarpertanian.com/2016/03/analisis-modal-budidaya-

tanaman-jagung.html. Akses 26 September 2016

Scannerini S dan Bonfante-Fosolo P. 1983. Comparative ultrastructural analysis of

mycorrhyzal associations. Can. J. Bot. 61: 917-922.

Sediyarso, M. 1999. Fosfat Alam sebagai Bahan Baku dan Pupuk Fosfat. Pusat

Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor 1999.

Sri Yusnaini. 2009. http://idci.dikti.go.id/pdf/JURNAL/JURNAL%20TANAH%

20TROPIKA/VOL%2014,%20No%203%20SEPTEMBER%202009/43-

696-1-PB.pdf . Diakses Tanggal 12 Mei 2016

Sunardi. 2007. Penentuan Kandungan Unsur Makro Pada Lahan Pasir Pantai Samas

Bantul Dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron (Aan). www.iaea.org,

Diakses Tanggal 17 November 2016

Widodo.2002. Kajian Imbangan Dosis Pupuk NPK dan Guano Fosfat Pada Tanaman

Jagung Baby corn. Skripsi. Fakultas Pertanian UMY. Yogyakarta.

Wikipedia. 2014. Mikoriza. http://id.wikipedia.org/wiki/Mikoriza. Diakses Tanggal 6

Juli 2015.

Page 31: PENGARUH INOKULASI MIKORIZA, KOTORAN WALET DAN …blog.umy.ac.id/amirilia/files/2017/08/UPLOAD-2.pdfdapat dilakukan dengan cara memanipulasi pada lahan pasir. Cara manipulasi ... selain

29

LAMPIRAN

Perhitungan Kebutuhan Pupuk per Tanaman

Asumsi:

a. Kedalaman : 20 cm

b. BV tanah pasir : 1,6 g/cm3

c. Volume = π.R2.t

= 3,14 . 102. 30

= 7850

d. Jarak Tanam Jagung Manis : 75 cm x 20 cm

e. Kandungan P2O5 dalam Kotoran Walet : 14 %

f. Kebutuhan pupuk : Urea (300 kg/h), KCl (150 kg/h) dan SP – 36 (200 kg/h)

g. Kebutuhan BO : 30 ton/h

h. Kandungan P2O5 dalam SP – 36 : x 200 kg = 72 kg

= = 66.666,67 tanaman

Kebutuhan Urea =

= 0,0045 kg / tanaman = 4,5 gram/ tanaman

Kebutuhan KCl =

= 0,00225 kg / tanaman = 2,25 gram / tanaman

Kebutuhan SP – 36 ( 100 % ) =

= 0,003 kg / tanaman = 3 gram / tanaman

Kebutuhan SP – 36 ( 75 % ) = x 3

= 2,25 gram / tanaman

Kebutuhan SP – 36 ( 50 % ) = x 3

= 1,5 gram / tanaman

Kebutuhan Kotoran Walet ( 25 % ) = x x 72

Page 32: PENGARUH INOKULASI MIKORIZA, KOTORAN WALET DAN …blog.umy.ac.id/amirilia/files/2017/08/UPLOAD-2.pdfdapat dilakukan dengan cara memanipulasi pada lahan pasir. Cara manipulasi ... selain

30

= = 0,0019 kg / tanaman

= 1,9 gram / tanaman

Kebutuhan Kotoran Walet ( 50 %) = x x 72

= = 0,0038 kg / tanaman

= 3,8 gram / tanaman

Kebutuhan Bahan Organik ( BO ) =

= 0,449 Kg / tanaman = 449 gram / tanaman

Kebutuhan pasir per polybag = BV x Volume

= 1,6 x 7850

= 12,56 kg

Page 33: PENGARUH INOKULASI MIKORIZA, KOTORAN WALET DAN …blog.umy.ac.id/amirilia/files/2017/08/UPLOAD-2.pdfdapat dilakukan dengan cara memanipulasi pada lahan pasir. Cara manipulasi ... selain

31

Layout Rancangan Acak Lengkap (RAL)

A.1 C.1 A.5 C.3 E.1

E.6 B.2 D.1 A.4 B.4

C.5 D.6 E.2 D.3 C.2

E.4 D.4 C.4 E.3 D.2

B.1 E.5 A.3 D.5 B.5

A.6 B.3 C.6 B.6 A.2

Keterangan :

A. Pupuk SP-36 100 % dosis anjuran + MVA

B. Pupuk SP-36 75% dosis anjuran + MVA + Kotoran Walet 25 %

C. Pupuk SP-36 75% dosis anjuran + Kotoran Walet 25 %

D. Pupuk SP-36 50% dosis anjuran + MVA + Kotoran Walet 50 %

E. Pupuk SP-36 50% dosis anjuran + Kotoran Walet 50 %