keberhasilan aplikasi pangkas akar dan inokulasi … · akar dan inokulasi fungi ektomikoriza pada...

30
KEBERHASILAN APLIKASI PANGKAS AKAR DAN INOKULASI FUNGI EKTOMIKORIZA PADA BIBIT MELINJO (Gnetum gnemon) ASEP KURNIAWAN DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: phamkhuong

Post on 15-Mar-2019

267 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEBERHASILAN APLIKASI PANGKAS AKAR DAN INOKULASI … · akar dan inokulasi fungi ektomikoriza pada bibit melinjo. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan

KEBERHASILAN APLIKASI PANGKAS AKAR DAN

INOKULASI FUNGI EKTOMIKORIZA PADA BIBIT

MELINJO (Gnetum gnemon)

ASEP KURNIAWAN

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: KEBERHASILAN APLIKASI PANGKAS AKAR DAN INOKULASI … · akar dan inokulasi fungi ektomikoriza pada bibit melinjo. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan
Page 3: KEBERHASILAN APLIKASI PANGKAS AKAR DAN INOKULASI … · akar dan inokulasi fungi ektomikoriza pada bibit melinjo. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keberhasilan Aplikasi

Pangkas Akar dan Inokulasi Fungi Ektomikoriza pada Bibit Melinjo (Gnetum

gnemon) adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan

belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Asep Kurniawan

NIM E44100089

Page 4: KEBERHASILAN APLIKASI PANGKAS AKAR DAN INOKULASI … · akar dan inokulasi fungi ektomikoriza pada bibit melinjo. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan

ABSTRAK

ASEP KURNIAWAN. Keberhasilan Aplikasi Pangkas Akar dan Inokulasi Fungi

Ektomikoriza pada Bibit Melinjo (Gnetum gnemon). Dibimbing oleh ARUM

SEKAR WULANDARI.

Aplikasi pangkas akar dan inokulasi fungi ektomikoriza pada bibit melinjo dapat

meningkatkan kolonisasi ektomikoriza tetapi belum dapat meningkatkan pertumbuhan

bibit melinjo selama 6 bulan inokulasi. Tujuan penelitian ini ialah mengetahui pengaruh

penambahan media tanam dan waktu pengamatan terhadap keberhasilan aplikasi pangkas

akar dan inokulasi fungi ektomikoriza pada bibit melinjo. Rancangan percobaan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan petak terbagi, sumber inokulum sebagai

petak utama terdiri atas 3 taraf (kontrol, bibit bermikoriza, inokulum tanah). Tingkat

pangkas akar sebagai anak petak yang terdiri atas 3 taraf (0%, 30%, dan 50%).

Pengamatan dilakukan pada bulan ke-9, 10, 11 setelah bibit diinokulasi. Penambahan

media tanam dan penambahan waktu pengamatan dapat meningkatkan keberhasilan

aplikasi pangkas akar dan inokulasi fungi ektomikoriza terlihat dari pertumbuhan bibit

melinjo. Inokulasi fungi ektomikoriza mulai memberikan pengaruh terhadap

pertumbuhan bibit melinjo pada bulan ke-9 setelah inokulasi. Kombinasi tingkat pangkas

akar 50% dengan inokulasi menggunakan inokulum tanah memberikan interaksi yang

terbaik pada peubah banyaknya cabang akar baru yang terbentuk pada bulan ke-9 setelah

inokulasi. Pada bulan ke 11 setelah inokulasi ditemukan tubuh buah Scleroderma sp. pada

bibit melinjo yang diinokulasi fungi ektomikoriza.

Kata kunci : ektomikoriza, inokulasi, melinjo, pangkas akar, scleroderma

ABSTRACT

ASEP KURNIAWAN. The Success Root Pruning Application and

Ectomycorrizhal Fungi Infection of Melinjo (Gnetum gnemon) Seedling’s.

Supervised by ARUM SEKAR WULANDARI.

The application of root pruning and ectomycorrizhal fungi inoculation can be

increase ectomycorrizha’s colonization but no significan effect to melinjo seedling’s

growth on the 6th month after inoculation. The aim of this research are to knowing the

influence of the additional planting medium and the observation’s duration of root

pruning application and ectomycorrizhal fungi inoculation on melinjo seedling’s. This

research is conducted by split plot design. The ectomycorrizhal fungi inoculation as the

main plot consists 3 types: control, ectomycorrizhae seedling, and soil inoculum. The root

pruning as sub plot also consists 3 types, there are: 0%, 30%, and 50%. Observation is

conducted on the 9th, 10

th, 11

th month after inoculation. The additional of planting

medium and the additional of observations’s duration can increase success root pruning

application and ectomycorrizhal fungi inoculation of melinjo seedling’s growth.

Ectomycorrizhal fungi inoculation influenced of melinjo seedling’s growth on the 9th

month after inoculation. The combination of root pruning level of 50 % and inoculation

by soil inoculum showed the best interaction of new branches rooted on 9th month after

inoculation. On the 11th month after inoculation the fruiting bodies of scleroderma sp. of

melinjo seedling had found.

Keywords : ectomycorrizhae, Gnetum gnemon, inoculation, root pruning, scleroderma

Page 5: KEBERHASILAN APLIKASI PANGKAS AKAR DAN INOKULASI … · akar dan inokulasi fungi ektomikoriza pada bibit melinjo. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Silvikultur

KEBERHASILAN APLIKASI PANGKAS AKAR DAN

INOKULASI FUNGI EKTOMIKORIZA PADA BIBIT

MELINJO (Gnetum gnemon)

ASEP KURNIAWAN

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 6: KEBERHASILAN APLIKASI PANGKAS AKAR DAN INOKULASI … · akar dan inokulasi fungi ektomikoriza pada bibit melinjo. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan
Page 7: KEBERHASILAN APLIKASI PANGKAS AKAR DAN INOKULASI … · akar dan inokulasi fungi ektomikoriza pada bibit melinjo. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan
Page 8: KEBERHASILAN APLIKASI PANGKAS AKAR DAN INOKULASI … · akar dan inokulasi fungi ektomikoriza pada bibit melinjo. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul

penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 ini ialah Keberhasilan

Aplikasi Pangkas Akar dan Inokulasi Fungi Ektomikoriza pada Bibit Melinjo

(Gnetum gnemon).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Arum Sekar Wulandari, MS

selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran dalam penyusunan

skripsi. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada M. Toha dan Titin

selaku orang tua, serta seluruh keluarga penulis atas segala doa dan kasih

sayangnya. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Wahyu,

Devina, dan Vivi, kepada teman-teman Departemen Silvikultur 47 dan keluarga

besar Silvikultur yang telah membantu penulis selama penelitian dan penyusunan

skripsi.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014

Asep Kurniawan

Page 9: KEBERHASILAN APLIKASI PANGKAS AKAR DAN INOKULASI … · akar dan inokulasi fungi ektomikoriza pada bibit melinjo. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Bahan dan Alat 2

Prosedur Penelitian 3

Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Hasil 5

Pembahasan 12

SIMPULAN DAN SARAN 14

Simpulan 14

Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 14

RIWAYAT HIDUP 18

Page 10: KEBERHASILAN APLIKASI PANGKAS AKAR DAN INOKULASI … · akar dan inokulasi fungi ektomikoriza pada bibit melinjo. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan

DAFTAR TABEL

1 Pedoman untuk memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi 4 2 Rekapitulasi hasil analisis ragam data pertumbuhan bibit melinjo yang

diberi perlakuan pangkas akar dan inokulasi fungi ektomikoriza selama

3 bulan pengamatan 5 3 Pertumbuhan bibit melinjo yang diberi perlakuan pangkas akar selama

3 bulan pengamatan 6 4 Korelasi antara pangkas akar dan pertumbuhan bibit melinjo pada bulan

ke-11 setelah inokulasi 7 5 Pertumbuhan bibit melinjo dengan diberi perlakuan inokulasi fungi

ektomikoriza selama 3 bulan pengamatan 8 6 Interaksi antara perlakuan pangkas akar dengan inokulasi fungi

ektomikoriza terhadap pertumbuhan bibit melinjo 9

7 Rekapitulasi hasil analisis ragam tingkat kolonisasi ektimikoriza pada

bibit melinjo dengan perlakuan pangkas akar dengan inokulasi fungi

ektomikoriza 9 8 Persentase bibit terinfeksi akibat pangkas akar dan inokulasi fungi

ektomikoriza selama 3 bulan pengamatan 10

DAFTAR GAMBAR

1 Percabangan akar melinjo setelah diberikan perlakuan pemangkasan

akar 7 2 Performasi pertumbuhan bibit melinjo dengan perlakuan pangkas akar

terhadap inokulasi fungi ektomikoriza 8 3 Akar yang terinfeksi fungi ektomikoriza 10 4 Persentase akar melinjo yang terinfeksi berdasrkan tingkat pangkas akar

pada bulan ke-11 setelah inokulasi 10 5 Persentase akar melinjo terinfeksi akibat inokulasi fungi ektomikoriza

pada bulan ke-9 setelah inokulasi 11 6 Tubuh buah pada bibit melinjo yang terbentuk akibat infeksi akar

berektomikoriza 11

Page 11: KEBERHASILAN APLIKASI PANGKAS AKAR DAN INOKULASI … · akar dan inokulasi fungi ektomikoriza pada bibit melinjo. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan
Page 12: KEBERHASILAN APLIKASI PANGKAS AKAR DAN INOKULASI … · akar dan inokulasi fungi ektomikoriza pada bibit melinjo. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan
Page 13: KEBERHASILAN APLIKASI PANGKAS AKAR DAN INOKULASI … · akar dan inokulasi fungi ektomikoriza pada bibit melinjo. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ektomikoriza merupakan bentuk hubungan simbiosis mutualistik antara

fungi pembentuk ektomikoriza dengan akar tanaman tingkat tinggi, tanaman

memperoleh hara nutrisi sedangkan fungi memperoleh senyawa karbon hasil

fotosintesis (Smith dan Read 2008). Beberapa manfaat ektomikoriza bagi

pertumbuhan tanaman antara lain; mikoriza membantu penyerapan unsur hara

(Allen et al. 2003; Dehlin et al. 2004; Lilleskov et al. 2002; Baghel et al. 2009),

meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan (Dell 2002; Dunabeitia et al. 2004),

meningkatkan ketahanan terhadap penyakit (Onguene dan Kuyper 2002; Whipps

2004), dan pada beberapa spesies fungi ektomikoriza menghasilkan tubuh buah

yang dapat dikonsumsi (edible mushroom) (Hall et al. 2003; Wulandari 2002;

Yamada et al. 2007). Fungi ektomikoriza merupakan komponen penting dalam

ekosistem hutan dan umum ditemukan pada hutan-hutan tropis di daerah Asia

(Simard dan Durral 2004; Dell 2002; Brearly et al. 2007; Amaronpitak et al.

2006), berasosiasi dengan tanaman dari famili Dipterocarpaceae (Turjaman et al.

2006), Pinaceae (Chen 2006), dan Gnetaceae (Wulandari 2002).

Melinjo (Gnetum gnemon) memiliki syarat tumbuh yang tidak sulit, dapat

tumbuh di lingkungan yang kurang menguntungkan seperti tanah liat, berpasir

ataupun lempung, dengan kisaran pH yang cukup luas, sedikit asam hingga netral

(4−6). Melinjo memiliki berbagai manfaat seperti biji melinjo bisa diolah menjadi

bahan makanan, kulit melinjo memiliki kandungan senyawa antimikroba, zat

pewarna alami yang aman digunakan untuk makanan, dan enzim pensintesis

asam urat (Wulandari et al. 2012). Tanaman melinjo diketahui dapat membentuk

asosiasi dengan fungi ektomikoriza tetapi kajian tentang hal tersebut masih sedikit

dilakukan (Wulandari 2002, Riniarti 2010). Asosiasi ektomikoriza pada melinjo

dapat terjadi secara alami, tetapi ketersediaan bibit berektomikoriza masih sangat

sedikit, sehingga diperlukan penyediaan bibit melalui inokulasi buatan untuk

menghasilkan bibit melinjo bermutu baik, karena penampakan fisik bibit

berektomikoriza umumnya lebih kekar (vigor), tumbuh lebih cepat, dan mudah

beradaptasi dengan kondisi lingkungan penanaman yang baru (Jones et al. 2003).

Menurut Riniarti (2010), keberhasilan aplikasi ektomikoriza pada tanaman

kehutanan ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah aplikasi

teknologi inokulasi yang sesuai (Riniarti 2010). Inokulasi bibit melinjo dengan

fungi ektomikoriza sebaiknya dilakukan pada saat bibit masih muda, untuk

mendapatkan bibit yang terkolonisasi dengan baik (Krüger et al. 2004). Inokulasi

yang dilakukan pada bibit berumur 16 bulan menghasilkan jumlah bibit terinfeksi

sebesar 40% (Wulandari 2002). Jaringan akar yang sudah banyak yang berkayu

kemungkinan besar menjadi faktor penyebab kecilnya persentase bibit melinjo

yang terinfeksi oleh ektomikoriza. Metode pangkas akar dapat meningkatkan

tumbuhnya akar-akar lateral baru (Pourmajidian et al. 2009). Tumbuhnya akar

lateral akibat pangkas akar diharapkan dapat meningkatkan infeksi fungi

ektomikoriza.

Inokulasi fungi mikoriza belum memberikan pengaruh nyata terhadap

pertumbuhan bibit melinjo setelah 6 bulan perlakuan, hal tersebut diduga karena

Page 14: KEBERHASILAN APLIKASI PANGKAS AKAR DAN INOKULASI … · akar dan inokulasi fungi ektomikoriza pada bibit melinjo. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan

2

keterbatasan nutrisi dalam polibag dan waktu pengamatan yang kurang lama

(Febrianingrum 2014). Pada tahap awal inokulasi umumnya sebagian besar hasil

fotosintesis digunakan untuk mendukung terbentuknya asosiasi ektomikoriza.

Adanya ektomikoriza pada bibit melinjo pada pengamatan bulan ke-6 belum

tentu membantu bibit melinjo dalam meningkatkan pertumbuhan, karena

terbentuknya kolonisasi ektomikoriza yang efektif membutuhkan waktu yang

lama yaitu 10 sampai 12 bulan (Santoso et al .2007). Oleh karena itu diperlukan

penelitian lanjutan dengan penambahan unsur hara dan penambahan waktu

pengamatan lebih dari 6 bulan.

Perumusan masalah

Teknik pangkas akar pada bibit melinjo dapat meningkatkan keberhasilan

kolonisasi ektomikoriza 4 bulan setelah perlakuan, tetapi kolonisasi ektomikoriza

yang terbentuk belum dapat meningkatkan pertumbuhan bibit melinjo (Wulandari

et al. 2013). Kolonisasi ektomikoriza juga belum memberikan pengaruh nyata

terhadap pertumbuhan bibit melinjo setelah 6 bulan perlakuan. Hal tersebut

diduga karena keterbatasan nutrisi dan waktu pengamatan yang kurang lama

(Febrianingrum 2014). Ektomikoriza juga membutuhkan nutrisi untuk mendukung

pertumbuhannya pada tahap awal infeksi (Bertham 2011). Kolonisasi

ektomikoriza berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit setelah 10 sampai 12 bulan

inokulasi (Santoso et al. 2007), sehingga dilakukan penelitian lanjutan dengan

penambahan unsur hara dan penambahan waktu pengamatan.

Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan media

tanam dan waktu pengamatan terhadap keberhasilan infeksi fungi ektomikoriza

dan pertumbuhan bibit melinjo setelah 11 bulan diinokulasi (BSI).

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu diperolehnya tingkat pangkas akar yang

tepat pada bibit melinjo setelah 11 bulan diinokulasi (BSI) yang dapat

meningkatkan keberhasilan infeksi fungi ektomikoriza dan pengaruhnya terhadap

pertumbuhan bibit melinjo setelah 11 bulan diinokulasi.

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan, dari bulan Januari 2014 sampai

dengan Juni 2014. Lokasi penelitian di laboratorium dan rumah kaca Departemen

Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah bibit melinjo, polibag,

spidol plastik dan kertas koran. Media tanam (campuran tanah, kompos, cocopeat,

dan arang sekam). Alat yang digunakan ialah desikator, oven, timbangan dengan

ketelitian 0.1 g, gunting, penggaris, kaliper digital ketelitian 0.01 mm, mikroskop,

dan kamera.

Page 15: KEBERHASILAN APLIKASI PANGKAS AKAR DAN INOKULASI … · akar dan inokulasi fungi ektomikoriza pada bibit melinjo. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan

3

Prosedur Penelitian

Persiapan Bahan Tanam

Bibit Melinjo. Bibit melinjo yang digunakan berumur 14 bulan yang telah

diberi perlakuan pangkas akar dan diinokulasi dengan fungi ektomikoriza pada

saat berumur 7 bulan. Perlakuan pangkas akar dilakukan dengan 3 taraf, yaitu 0%

(kontrol), 30%, dan 50%. Inokulasi fungi ektomikoriza dilakukan dengan 3 taraf,

yaitu tanpa inokulasi (kontrol), inokulasi dengan inokulum bibit bermikoriza, dan

inokulasi dengan inokulum tanah.

Persiapan Media Tanam. Media awal yang digunakan pada bibit melinjo

umur 14 bulan adalah campuran tanah, pasir, kompos dan arang sekam. Media

sapih yang digunakan ialah campuran tanah, kompos, cocopeat, dan arang sekam

dengan perbandingan 3:3:3:1 (v/v/v/v). Media yang sudah tercampur dimasukkan

ke dalam polibag yang berukuran lebih besar dari polibag awal. Pemindahan bibit

dilakukan dengan melepas polibag sebelumnya dan menyertakan tanah awal

dengan hati-hati agar tanah tetap utuh dan tidak hancur ketika dipindahkan ke

media baru. Penyiraman dilakukan 3 hari sekali.

Pengamatan dan Pengambilan Data

Tinggi Bibit (cm). Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan

menggunakan penggaris. Bibit diukur mulai dari leher akar (batas antara batang

dengan akar diatas permukaan tanah) hingga pucuk. Pengukuran dilakukan 2

minggu sekali.

Diameter Batang (mm). Pengukuran diameter batang dilakukan dengan

menggunakan kaliper. Bibit diukur dengan jarak 1−2 cm di atas leher akar yang

sudah diberi tanda dengan spidol permanen. Pengkuran dilakukan 6 minggu sekali.

Biomassa Akar dan Pucuk (g). Perhitungan biomassa dilakukan dengan

mengukur berat basah (BB) dan berat kering (BK) akar dan pucuk. Pengambilan

data dilakukan pada 9, 10, 11, bulan setelah inokulasi (BSI). Pengukuran berat

basah dan berat kering dilakukan dengan memisahkan tanaman dari media tanam,

Akar dicuci dari kotoran dan tanah yang menempel, kemudian bagian akar dan

pucuk dipisahkan. Berat basah ditimbang sebelum akar dan pucuk dikreingkan,

berat kering didapatkan setelah akar dan pucuk dikeringkan dalam oven pada suhu

70 °C selama 120 jam.

Pengamatan Akar. Pengamatan dilakukan dengan cara memisahkan bibit

dari media tanam, kemudian diamati dengan kaca pembesar dan mikroskop.

Pemeriksaan dilakukan pada 9, 10, 11 bulan setelah inokulasi (BSI). Pemeriksaan

akar dilakukan untuk mengetahui persentase kolonisasi ektomikoriza,

pertumbuhan akar setelah dipangkas, dan jumlah bibit yang terinfeksi.

Pertumbuhan akar setelah dipangkas diamati dengan menghitung jumlah akar

yang bercabang akibat pemangkasan akar dan banyaknya cabang yang terbentuk.

Persentase kolonisasi ektomikoriza dan bibit terinfeksi dihitung dengan

menggunakan rumus:

Persentase kolonisasi mikoriza umlah akar lateral terinfeksi mikoriza

umlah seluruh akar lateral 100

Persentase bibit terinfeksi umlah bibit terinfeksi

umlah seluruh bibit yang diamati 100

Page 16: KEBERHASILAN APLIKASI PANGKAS AKAR DAN INOKULASI … · akar dan inokulasi fungi ektomikoriza pada bibit melinjo. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan

4

Analisis Data

Percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan petak terbagi.

Inokulasi fungi ektomikoriza sebagai petak utama yang terdiri atas 3 taraf yaitu:

tanpa inokulasi (kontrol), inokulasi dengan bibit berektomikoriza dan inokulasi

dengan inokulum tanah. Sebagai anak petak ialah tingkat pangkas akar yang

terdiri atas 3 taraf yaitu: 0%, 30%, dan 50%. Masing-masing perlakuan diulang

sebanyak 3 ulangan, dengan 1 ulangan terdiri atas 7 bibit melinjo. Data yang

diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis ragam

(ANOVA), apabila berpengaruh nyata akan dilanjutkan dengan uji selang

berganda Duncan pada taraf kesalahan 5%. Analisis data dilakukan dengan

menggunakan software SAS versi 9.1.3 portable dan SPSS. Analisis korelasi

dilakukan untuk melihat hubungan antara pangkas akar dengan kolonisasi

ektomikoriza maupun pertumbuhan bibit. Pedoman untuk memberikan penafsiran

terhadap koefisien korelasi yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Pedoman untuk memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi*

*Sumber: Sarwono (2008).

Model rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini ialah:

= Nilai pengamatan pada faktor inokulasi fungi ektomikoriza taraf ke-i,

faktor tingkat pemangkasan akar taraf ke-j, dan ulangan ke-k

= Nilai tengah (rataan) umum

= Pengaruh perlakuan inokulasi fungi ektomikoriza pada taraf ke-i

= Pengaruh perlakuan taraf pemangkasan akar pada taraf ke-j

= Pengaruh interaksi antara perlakuan inokulasi fungi ektomikoriza pada

taraf ke-i dan pemangkasan akar pada taraf ke-j

= Galat acak dari perlakuan inokulasi fungi ektomikoriza pada taraf ke-i

dan ulangan ke-k

= Galat acak percobaan

= Taraf inokulasi fungi ektomikoriza (tanpa diinokulasi fungi ektomikoriza,

diinokulasi dengan bibit berektomikoriza, dan diinokulasi dengan

inokulum tanah)

j……./ = Taraf pemangkasan akar (0%, 30%, 50%)

k……. = Ulangan (1, 2, 3)

Interval Koefisien Interpretasi

0 Tidak ada korelasi

0.00-0.25 Sangat lemah

0.25-0.50 Lemah

0.50-0.75 Kuat

0.75-0.99 Sangat kuat

1 Korelasi sempurna

Page 17: KEBERHASILAN APLIKASI PANGKAS AKAR DAN INOKULASI … · akar dan inokulasi fungi ektomikoriza pada bibit melinjo. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Analisis Ragam Data Hasil Pengukuran

Tabel 2 Rekapitulasi hasil analisis ragam data pertumbuhan bibit melinjo yang

diberi perlakuan pangkas akar dan inokulasi fungi ektomikoriza selama 3

bulan pengamatan

tn: tidak berbeda nyata, *: berbeda nyata pada taraf uji 5%, **: berbeda sangat

nyata pada taraf uji 1%, BB: berat basah, BK: berat kering, KK: koefisien

keragaman.

Peubah Umur

(BSI)

Pangkas

akar (P)

Inokulasi

fungi

ektomikoriza

(I)

PxI KK

(%)

Perkembangan akar bibit

Jumlah akar yang bercabang 9 ** * tn 49.02

10 ** * * 22.24

11 ** tn tn 31.86

Banyaknya cabang baru 9 ** ** * 32.05

10 ** tn tn 25.92

11 ** tn tn 26.59

BB akar ( ) 9 tn tn tn 31.02

10 ** tn tn 18.05

11 * tn tn 28.10

BK akar ( ) 9 tn tn tn 31.08

10 * tn tn 22.54

11 * tn tn 25.43

Pertumbuhan tajuk bibit

Tinggi bibit (cm) 9 tn * tn 19.88

10 ** ** tn 11.69

11 * * tn 12.96

Diameter (cm) 9 tn tn tn 38.95

10 tn tn tn 41.11

11 tn tn tn 33.93

BB pucuk ( ) 9 tn tn tn 24.58

10 * tn tn 20.99

11 * tn tn 25.26

BK pucuk ( ) 9 tn tn tn 23.94

10 * tn tn 20.65

11 * tn tn 20.46

Page 18: KEBERHASILAN APLIKASI PANGKAS AKAR DAN INOKULASI … · akar dan inokulasi fungi ektomikoriza pada bibit melinjo. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan

6

Tabel 3 Pertumbuhan bibit melinjo yang diberi perlakuan pangkas akar selama 3

bulan pengamatan

Peubah Umur

(BSI) Uji F

Tingkat pangkas akar (%)

0 30 50

Perkembangan akar bibit

Jumlah akar yang bercabang 9 ** 0.55b 5.12a 1.44b

10 ** 0.00b 2.00a 2.00a

11 ** 0.00b 3.11a 3.00a

Banyaknya cabang baru 9 ** 1.16b 6.55a 5.74a

10 ** 0.00b 5.62a 6.83a

11 ** 0.00b 9.88a 7.44a

BB akar ( ) 9 tn 6.67a 7.06a 6.01a

10 ** 3.48b 7.02a 6.54a

11 * 3.47b 7.72a 7.25a

BK akar ( ) 9 tn 2.60a 3.38a 2.24a

10 * 1.48b 3.21a 3.23a

11 * 1.56b 2.78ab 3.16a

Pertumbuhan tajuk bibit

Tinggi bibit (cm) 9 tn 3.69a 5.07a 5.37a

10 ** 4.80b 6.72a 7.27a

11 * 5.58b 8.31a 5.58a

BB pucuk ( ) 9 tn 10.94a 13.75a 15.21a

10 * 8.54b 16.55a 15.05a

11 * 10.08b 18.04a 18.35a

BK pucuk ( ) 9 tn 4.31a 5.60a 6.13a

10 * 4.14b 6.54ab 8.27a

11 * 4.75b 6.81ab 7.93a

BB: berat basah, BK: berat kering, tn: tidak berbeda nyata, *: berbeda nyata pada

taraf 5%, **: berbeda nyata pada taraf 1 % (uji jarak berganda Duncan)

Pengamatan bibit melinjo dilakukan pada bulan ke-9, 10, 11 setelah bibit

diinokulasi (BSI). Pertumbuhan bibit melinjo yang diamati meliputi

perkembangan akar bibit dan pertumbuhan tajuk bibit. Data yang diperoleh

dianalisis menggunakan analisis ragam untuk mengetahui ada atau tidaknya

pengaruh nyata terhadap peubah yang diamati. Hasil analisis ragam dapat dilihat

pada Tabel 2.

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa perlakuan pangkas akar memberikan

pengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit melinjo, sedangkan perlakuan

inokulasi fungi ektomikoriza berpengaruh terhadap peubah jumlah akar yang

bercabang, banyaknya cabang akar baru yang terbentuk, dan tinggi bibit. Interaksi

pangkas akar dan inokulasi fungi ektomikoriza terhadap pertumbuhan bibit hanya

terjadi pada komponen perkembangan akar bibit melalui peubah jumlah akar yang

bercabang dan banyaknya cabang baru yang terbentuk. Gambar 1 menunjukkan

perlakuan pangkas akar dapat mengakibatkan terbentuknya cabang-cabang baru

pada perakaran bibit melinjo.

Page 19: KEBERHASILAN APLIKASI PANGKAS AKAR DAN INOKULASI … · akar dan inokulasi fungi ektomikoriza pada bibit melinjo. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan

7

Gambar 1 Percabangan akar melinjo setelah diberikan perlakuan pemangkasan

akar: (a) akar lateral normal, (b) akar lateral bercabang 2, (c) akar

lateral bercabang 3.

Pertumbuhan Bibit Melinjo

Perlakuan pangkas akar berpengaruh nyata terhadap komponen

pertumbuhan bibit melinjo yang diamati. Pangkas akar 30% memberikan

pengaruh sangat nyata terhadap peubah jumlah akar yang bercabang dan

banyaknya cabang baru yang terbentuk dibandingkan dengan perlakuan pangkas

akar yang lainnya. Perlakuan pangkas akar juga memberikan pengaruh nyata

terhadap berat basah dan berat kering akar, selain itu perlakuan pangkas akar

memberikan pengaruh nyata terhadap komponen pertumbuhan tajuk bibit.

Pengaruh perlakuan pangkas akar disajikan pada Tabel 3. Korelasi antara

perlakuan pangkas akar dengan peubah pertumbuhan tinggi dan berat kering akar

menunjukkan korelasi yang lemah dan positif. Artinya semakin tinggi tingkat

pangkas akar maka akan diikuti peningkatan nilai peubah tersebut dan hubungan

keduanya signifikan. Korelasi pangkas akar dengan peubah pertumbuhan diameter

batang positif, korelasinya sangat lemah, dan hubungan keduanya tidak signifikan.

Korelasi kuat dan positif terlihat pada perlakuan pangkas akar dengan peubah

berat kering pucuk, hubungan keduanya signifikan. Nilai korelasi yang tidak

signifikan menunjukkan bahwa peningkatan pangkas akar tidak memberikan

peningkatan pertumbuhan yang signifikan terhadap bibit melinjo tersebut, begitu

juga sebaliknya. Nilai korelasi antara pangkas akar dengan peubah pertumbuhan

dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Korelasi antara pangkas akar dan pertumbuhan bibit melinjo pada bulan

ke-11 setelah inokulasi

tn: tidak berbeda nyata, *: berbeda nyata pada taraf 5%, **: berbeda nyata pada

taraf 1%

Peubah Uji F Koefisien korelasi (r)

Pertumbuhan tinggi bibit (cm) * 0.436

Pertumbuhan diameter batang (mm) tn 0.090

Berat kering akar ( ) * 0.481

Berat kering pucuk ( ) ** 0.533

a b c

Page 20: KEBERHASILAN APLIKASI PANGKAS AKAR DAN INOKULASI … · akar dan inokulasi fungi ektomikoriza pada bibit melinjo. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan

8

Tabel 5 Pertumbuhan bibit melinjo dengan diberi perlakuan inokulasi fungi

ektomikoriza selama 3 bulan pengamatan

BB: berat basah, BK: berat kering, angka-angka pada baris yang sama tidak

berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji jarak berganda Duncan).

Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa pertumbuhan bibit melinjo yang

diberi perlakuan inokulasi ektomikoriza mulai memberikan pengaruh pada peubah

jumlah akar yang bercabang, banyaknya cabang baru, dan tinggi pada bulan ke-9

setelah inokulasi (BSI). Inokulasi fungi ektomikoriza dengan inokulum tanah

memberikan hasil yang baik pada peubah tinggi. Gambar 2 menunjukkan

performansi pertumbuhan bibit melinjo akibat perlakuan pangkas akar.

Gambar 2 Performansi pertumbuhan bibit melinjo dengan perlakuan pangkas

akar 0%, 30%, dan 50% terhadap inokulasi fungi ektomikoriza: (a)

kontrol, (b) bibit bermikoriza, dan (c) inokulum tanah

Pengaruh Interkasi Tingkat Pangkas Akar dan Inokulasi Fungi

Ektomikoriza terhadap Pertumbuhan Bibit Melinjo

Interaksi antara tingkat pangkas akar dan inokulasi fungi ektomikoriza

terhadap pertumbuhan bibit melinjo terlihat pada komponen perkembangan akar

bibit yaitu pada jumlah akar yang bercabang 10 BSI dan banyaknya cabang baru

Peubah Umur

(BSI)

Uji

F

Inokuasi fungi ektomikoriza

Kontrol Bibit

bermikoriza

Inokulum

tanah

Perkembangan akar bibit

Jumlah akar yang bercabang 9 tn 1.55a 3.75a 1.66a

10 * 1.00b 1.11ab 1.89a

11 tn 2.89a 1.33a 1.89a

Banyaknya cabang baru 9 ** 1.57b 5.14ab 6.58a

10 tn 3.50a 4.81a 4.47a

11 tn 4.67a 6.66a 6.00a

Pertumbuhan tajuk bibit

Tinggi bibit (cm) 9 * 3.87b 4.76ab 5.50a

10 ** 5.01b 5.92ab 7.86a

11 * 6.31b 6.67ab 8.71a

a b c

Page 21: KEBERHASILAN APLIKASI PANGKAS AKAR DAN INOKULASI … · akar dan inokulasi fungi ektomikoriza pada bibit melinjo. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan

9

yang terbentuk 9 BSI. Pada Tabel 5 dapat terlihat bahwa jumlah akar yang

bercabang tertinggi 10 BSI dihasilkan oleh interaksi antara tingkat pangkas akar

30% dan inokulasi fungi ektomikoriza dengan inokulum tanah, dan untuk

banyaknya cabang baru yang terbentuk tertinggi 9 BSI dihasilkan oleh kombinasi

antara tingkat pangkas akar 50% dan inokulasi fungi ektomikoriza dengan

inokulum tanah.

Tabel 6 Interaksi antara perlakuan pangkas akar dan inokulasi fungi ektomikoriza

terhadap pertumbuhan bibit melinjo

Tingkat pangkas

akar (%)

Inokulasi fungi ektomikoriza

Kontrol Bibit bermikoriza Inokulum tanah

Jumlah akar yang bercabang 10 BSIª

0 0.00c 0.00c 0.00c

30 2.00ab 1.00bc 3.00a

50 1.00bc 2.33a 2.66a

Banyaknya cabang baru yang terbentuk 9 BSIª

0 0.00c 2.50bc 1.00bc

30 4.72bc 5.00bc 6.08b

50 5.44b 4.55bc 12.66a

ªAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak

berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan); BSI: bulan setelah

inokulasi.

Tingkat Kolonisasi Ektomikoriza

Peubah yang diamati pada kolonisasi ektomikoriza ialah persentase akar

terinfeksi dan persentase bibit terinfeksi. Pengamatan tingkat kolonisasi

ektomikoriza bertujuan untuk mengetahui keberhasilan infeksi fungi ektomikoriza

akibat diberikan perlakuan pangkas akar dan inokulasi fungi ektomikoriza. Hasil

analisis ragam tingkat kolonisasi fungi ektomikoriza dapat dilihat pada Tabel 7.

Berdasarkan hasil yang diperoleh diketahui bahwa persentase akar

terinfeksi berpengaruh nyata terhadap perlakuan pangkas akar dan sumber

inokulum pada pengamatan bulan ke-9, 10, 11 setelah inokulasi (BSI), namun

tidak adanya interaksi antara kedua peubah tersebut. Peubah persentase infeksi

bibit dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 7 Rekapitulasi hasil analisis ragam tingkat kolonisasi ektomikoriza

pada bibit melinjo dengan perlakuan tingkat pangkas akar dan

inokulasi fungi ektomikoriza selama 3 bulan pengamatan

tn: tidak berbeda nyata, *: berbeda nyata pada taraf uji 5%

Peubah Umur

(BSI)

Pangkas

akar (P)

Inokulasi

fungi

ektomikoriza

(I)

PxI KK

(%)

Persentase akar terinfeksi (%) 9 tn * tn 46.12

10 tn tn tn 32.79

11 * tn tn 40.58

Page 22: KEBERHASILAN APLIKASI PANGKAS AKAR DAN INOKULASI … · akar dan inokulasi fungi ektomikoriza pada bibit melinjo. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan

10

Tabel 8 Persentase bibit terinfeksi akibat diberikan pangkas akar dan inokulasi

fungi ektomikoriza selama 3 bulan pengamatan

BSI: bulan setelah inokulasi

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa bibit-bibit yang terinfeksi

fungi ektomikoriza akibat pangkas akar dan inokulasi fungi ektomikoriza

mengalami peningkatan persentase infeksi bibit setiap bulannya. Pada pengamatan

bulan terakhir menunjukkan bahwa semua bibit yang diamati terinfeksi fungi

ektomikoriza akibat perlakuan pangkas akar dan inokulasi fungi ektomikoriza.

Gambar 3 menunjukkan bahwa perlakuan pangkas akar dan inokulasi fungi

ektomikoriza dapat menyebabkan akar melinjo terinfeksi fungi ektomikoriza.

Gambar 3 Infeksi fungi ektomikoriza: (a) akar yang tidak terinfeksi, (b) akar yang

teriinfeksi, (c) ektomikoriza

Perlakuan pangkas akar memberikan pengaruh yang nyata terhadap akar

yang terinfeksi fungi ektomikoriza. Berdasarkan Gambar 4 dapat diketahui bahwa

pada bulan ke-11 setelah inokulasi tingkat pangkas akar 50% memberikan hasil

infeksi akar yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pangkas akar lainnya.

Gambar 4 Persentase akar melinjo yang terinfeksi berdasarkan tingkat pangkas

akar pada bulan ke-11 setelah inokulasi. Garis vertical di atas tiap

balok data menunjukkan galat baku dan huruf-huruf di atas balok data

menunjukkan perbandingan nilai tengah berdasarkan uji selang

berganda Duncan pada taraf uji 5%.

Peubah Umur (BSI)

9 10 11

Persentase bibit terinfeksi (%) 93 96 100

b

ab

a

0

10

20

30

40

50

60

70

80

0 30 50

Akar

ter

infe

ksi

(%

)

Tingkat pangkas akar (%)

a b c

a

b

1 cm

Page 23: KEBERHASILAN APLIKASI PANGKAS AKAR DAN INOKULASI … · akar dan inokulasi fungi ektomikoriza pada bibit melinjo. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan

11

Gambar 5 Persentase akar melinjo terinfeksi akibat inokulasi fungi ektomikoriza

pada bulan ke-9 setelah inokulasi. Garis vertical di atas tiap balok data

menunjukkan galat baku dan huruf-huruf di atas balok data

menunjukkan perbandingan nilai tengah berdasarkan uji selang

berganda Duncan pada taraf uji 5%.

Gambar 5 menunjukkan persentase akar melinjo yang terinfeksi fungi

ektomikoriza akibat perlakuan inokulasi fungi ektomikoriza pada bulan ke-9

setelah inokulasi. Berdasarkan hasil dapat dilihat bahwa bibit melinjo yang

diinokulasi menggunakan inokulum tanah memberikan hasil yang lebih baik

dibandingkan dengan sumber inokulum lainnya.

Gambar 6 Tubuh buah pada bibit melinjo yang terbentuk akibat infeksi akar

bermikoriza: (a) muncul di permukaan, (b) di samping

Perlakuan pangkas akar dan inokulasi fungi ektomikoriza mengakibatkan

terjadinya kolonisasi ektomikoriza pada akar melinjo. Pada tahap yang lebih lanjut

infeksi akar ini akan mengakibatkan terbentuknya tubuh buah dari fungi

ektomikoriza seperti pada Gambar 6. Tubuh buah tersebut ditemukan pada bibit

melinjo bermikoriza yang sebelumnya diberi perlakuan pangkas akar 30%. Pada

penelitian ini ditemukan 3 bibit yang muncul tubuh buahnya.

a

ab

a

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Kontrol Bibit

bermikoriza

Inokulum

tanah

Ak

ar t

erin

fek

si (

%)

Inokulasi fungi ektomikoriza

a b

1 cm 1 cm

Page 24: KEBERHASILAN APLIKASI PANGKAS AKAR DAN INOKULASI … · akar dan inokulasi fungi ektomikoriza pada bibit melinjo. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan

12

Pembahasan

Teknik pangkas akar pada bibit melinjo dapat meningkatkan keberhasilan

kolonisasi ektomikoriza 4 bulan setelah perlakuan, tetapi kolonisasi ektomikoriza

yang terbentuk belum dapat meningkatkan pertumbuhan bibit melinjo (Wulandari

et al. 2013). Inokulasi fungi ektomikoriza belum memberikan pengaruh nyata

terhadap pertumbuhan bibit melinjo setelah 6 bulan perlakuan, hal tersebut

diduga karena keterbatasan nutrisi dalam polibag dan waktu pengamatan yang

kurang lama (Febrianingrum 2014). Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui

bahwa penambahan media tanam pada bibit meinjo dapat membantu proses

pertumbuhan bibit melinjo 11 bulan setelah diinokulasi. Unsur hara yang

terkandung dalam media tanam digunakan sebagai bahan baku nutrisi untuk

pertumbuhan bibit melinjo. Fungi ektomikoriza juga membutuhkan nutrisi untuk

mendukung petumbuhannya (Bertham 2011). Inokulasi fungi ektomikoriza

berpengaruh nyata terhadap komponen pertumbuhan bibit melinjo yaitu pada

peubah tinggi bibit setelah 11 bulan inokulasi. Pembentukan struktur mikoriza

terjadi setelah 3 bulan diinokulasi, sedangkan peningkatan pertumbuhannya baru

dapat dilihat setelah enam bulan. Data yang didapat menunjukkan bahwa

perlakuan inokulasi fungi ektomikoriza memberikan hasil pertumbuhan tanaman

yang lebih baik jika dibandingkan dengan tanpa inokulasi, hal tersebut disebabkan

inokulasi fungi ektomikoriza setelah 6 bulan perlakuan telah melewati tahap

perkembangan struktur vegetatif dengan jalan pemberian unsur P yang lebih

banyak sehingga mendorong pertumbuhan tanaman.

Adanya fungi ektomikoriza pada akar tanaman dapat meningkatkan

penyerapan unsur hara P. Peningkatan kandungan P dalam jaringan tanaman

dapat mempercepat pembelahan sel terutama pada perkembangan jaringan

meristem tanaman sehingga berakibat lebih lanjut terhadap pertumbuhan tinggi

dan diameter. Bibit yang diinokulasi dengan inokulum tanah pada bulan ke-11

setelah inokulasi menunjukkan pertumbuhan yang tertinggi, lebih baik 57.9%

dibandingkan dengan kontrol. Berdasarkan penelitian Riniarti (2010) inokulasi

fungi ektomikoriza memberikan pertambahan tinggi bibit melinjo yang terus

meningkat setiap bulannya. Inokulasi menggunakan inokulum tanah lebih efektif

dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman. Hal ini disebabkan oleh fragmen-

fragmen miselium dari inokulum tanah lebih mudah menyebar di sela-sela akar

lateral dibandingkan dengan miselium dari bibit bermikoriza, sehingga

memudahkan fungi kontak dengan akar untuk menginfeksi, yang pada akhirnya

dapat meningkatkan penyerapan unsur P dari dalam tanah untuk proses

pertumbuhan bibit. Miselium dari akar yang terinfeksi fungi ektomikoriza

merupakan organ penting yang berperan dalam penyerapan unsur hara pada

tanaman inang (Nara 2006).

Pangkas akar merupakan praktik mengurangi bagian sistem akar. Metode

pemangkasan akar dapat meningkatkan tumbuhnya akar-akar lateral baru

(Pourmajidian et al. 2009). Pangkas akar berperan dalam meningkatkan

percabangan akar melalui peningkatan jumlah akar lateral baru dan dapat

menurukan konsentrasi hormon sitokinin. Pada akar yang dipangkas, konsentrasi

hormon sitokinin menurun menyebabkan transportasi hormon auksin dari

meristem apikal menuju akar berjalan lancar dan merangsang pertumbuhan akar

lateral (Campbell et al. 2003; Allen et al. 2003). Berdasarkan penelitian ini,

Page 25: KEBERHASILAN APLIKASI PANGKAS AKAR DAN INOKULASI … · akar dan inokulasi fungi ektomikoriza pada bibit melinjo. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan

13

pangkas akar memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap jumlah akar yang

bercabang dan banyaknya cabang baru yang terbentuk. Pangkas akar dapat

merangsang pertumbuhan akar lateral pada bibit melinjo umur 7 bulan (Wulandari

et al. 2013) dan 2 bulan (Pamujianto 2014). Penambahan jumlah akar dan

banyaknya cabang baru yang terbentuk akibat pangkas akar berpengaruh terhadap

biomassa akarnya.

Tingkat pangkas akar 30% dan 50% memberikan hasil yang lebih baik

terhadap pertumbuhan tinggi bibit melinjo dan biomassa bibit melinjo

dibandingkan bibit melinjo yang tidak diberikan perlakuan pangkas akar. Pangkas

akar pada bibit melinjo memberikan pengaruh nyata terhadap biomassa akar

tanaman bulan ke-10 dan ke-11 setelah inokulasi. Hal tersebut terjadi karena

nutrisi yang diserap oleh akar tanaman sudah digunakan untuk pertumbuhan akar

sehingga mengkakibatkan biomassa akar tanaman tersebut bertambah.

Pertumbuhan akar yang baik ditandai oleh tingginya nilai biomassa akar yang

menunjukkan volume akar. Volume akar yang besar mengakibatkan serapan air

dan unsur hara yang baik. Dengan semakin banyaknya jumlah akar dan cabang

baru yang terbentuk akibat pangkas akar, maka semakin besar pula luas bidang

penyerapan air dan mineral oleh tanaman (Campbell et al. 2003).

Perlakuan pangkas akar dan inokulasi fungi ektomikoriza memberikan

pengaruh yang nyata terhadap tingkat kolonisasi fungi ektomikoriza. Pada bulan

ke-11 setelah inokulasi pangkas akar 30% dan 50% meningkatkan kolonisasi

ektomikoriza pada akar bibit melinjo dibandingkan dengan kontrol. Hal tersebut

sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya yang menyatakan bahwa

tingkat pangkas akar 30% dan 50% mampu meningkatkan tingkat kolonisasi

ektomikoriza pada bibit melinjo umur 6 bulan setelah inokulasi (Febrianingrum

2014). Inokulasi fungi ektomikoriza juga memberikan pengaruh nyata pada bulan

ke-9 setelah inokulasi.

Kolonisasi mikoriza pada akar bervariasi dari sangat tinggi (100%) sampai

sangat rendah (0%) bergantung kepada jenis pohon dan spesies fungi mikorizanya

(Santosa 2007). Inokulasi fungi ektomikoriza menggunakan bibit yang

bermikoriza menunjukkan hasil yang lebih rendah daripada inokulasi

menggunakan inokulum tanah. Hal ini terjadi karena adanya kompetisi antara

bibit melinjo perlakuan dengan bibit melinjo sebagai sumber inokulum dalam

alokasi nutrisi dan air dalam polibag yang sama. Ektomikoriza juga membutuhkan

nutrisi untuk mendukung pertumbuhannya pada awal infeksi (Bertham 2011).

Kompetisi didefinisikan sebagai pengaruh negatif suatu spesies terhadap spesies

lainnya yang berhubungan dengan alokasi sumberdaya, atau pembatasan akses

sumberdaya yang ada (Keddy 2007). Hasil penelitian Kennedy et al. (2009)

menunjukkan bahwa waktu pembentukkan kolonisasi merupakan salah satu faktor

yang menyebabkan kompetisi antar fungi ektomikoriza.

Perlakuan pangkas akar dan inokulasi fungi ektomikoriza mengakibatkan

terjadinya kolonisasi ektomikoriza pada akar melinjo. Pada tahap yang lebih lanjut

infeksi akar ini mengakibatkan terbentuknya tubuh buah dari fungi ektomikoriza.

Dalam penelitian ini ditemukan tubuh buah fungi ektomikoriza pada tiga bibit

melinjo yang bermikoriza, salah satunya ditemukan pada bibit bermikoriza

dengan tingkat pangkas akar 30%. Ciri-ciri tubuh buah yang terdapat pada bibit

melinjo yang ditemukan berwarna putih hingga kuning kecoklatan, berbentuk

bulat, dan terbentuk pada permukaan media tanam. Fungi ektomikoriza yang

Page 26: KEBERHASILAN APLIKASI PANGKAS AKAR DAN INOKULASI … · akar dan inokulasi fungi ektomikoriza pada bibit melinjo. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan

14

digunakan dalam penelitian ini ialah Scleroderma sp., termasuk dalam divisi

Basidiomycota. Beberapa fungi ektomikoriza menghasilkan tubuh buah yang

dapat dimakan/dikonsumsi oleh manusia. Salah satu fungi ektomikoriza yang

tubuh buahnya dapat dikonsumsi ialah Scleroderma sinnamariense. Tubuh buah

yang masih muda (warna glebanya masih putih dapat dikonsumsi sebagai bahan

sayuran (Wulandari 2002).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penambahan media tanam dan penambahan waktu pengamatan dapat

meningkatkan keberhasilan aplikasi pangkas akar dan inokulasi fungi

ektomikoriza pada bibit melinjo setelah 11 bulan perlakuan. Kolonisasi

ektomikoriza memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit melinjo

pada pengamatan bulan ke-10 dan ke-11 setelah inokulasi. Tingkat pangkas akar

50% dan inokulasi fungi ektomikoriza dengan inokulum tanah memberikan

kolonisasi terbaik pada bibit melinjo setealah 11 bulan dinokulasi.

Saran

Perlakuan pangkas akar 50% dan inokulasi fungi ektomikoriza dengan

menggunakan inokulum tanah dapat memberikan hasil yang baik terhadap

pertumbuhan akar dan tajuk bibit melinjo, oleh karena itu perlu penerapan

perlakuan tersebut terhadap tanaman kehutanan lainnya untuk mengetahui

pengaruhnya.

DAFTAR PUSTAKA

Allen MF, Hipps LE, Wooldridge GL. 1998. Wind dispersal and subsequent

establishment of VA mycorrhizal fungi across a successional arid landscape.

Landscape Ecology 2(3):165-171.

Allen MF, Swenson W, Querejeta JJ, Warburton LME, Treseder KK. 2003.

Ecology of mycorrhizae: A conceptual framework for complex interactions

among plants and fungi. Annu Rev Phytopathol 41:271–303.

Baghel RK, Sharma R, Pandey AK. 2009. Activity of acid phosphatase in the

ectomycorrhizal fungus Cantharellus tropicalis under controlled conditions.

J Trop For Sci 21(3):218–222.

Bertham RYH. 2011. Inokulasi ganda fungi mikoriza arbuskula dan

rhizobium lokal meningkatkan pertumbuhan dan hasil tiga varietas

Page 27: KEBERHASILAN APLIKASI PANGKAS AKAR DAN INOKULASI … · akar dan inokulasi fungi ektomikoriza pada bibit melinjo. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan

15

kedelai di ultisol, Bengkulu, Indonesia. Di dalam: Budi SW, Turjaman

M, Mardatin NF, Nusantara AD, Trisilawati O, Sitepu IR, Wulandari

AS, Riniarti M, Setyaningsih L, editor. Percepatan Sosialisasi

Teknologi Mikoriza untuk Mendukung Revitalisasi Pertanian, Perkebunan,

dan Kehutanan. Prosiding Seminar Nasional Mikoriza II; 2007 Jul 17-

21; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Seameo Biotrop. hlm 11-19.

Brearly FQ, Scholes JD, Press CM, Palfner G. 2007. How does light and

phosphorus fertilization affect the growth and ectomycorrhizal community

of two contrasting dipterocarp spesies. Plant Ecol 192:237–249.

Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2003. Biologi. Manalu W,

penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Biology.

Chen Y. 2006. Optimizing Scleroderma spore inoculum for eucalyptus nursery in

South China [disertasi]. Perth: Division of Biology and Engineering,

Murdoch University.

Chen YL, Kang LH, Malajczuk N, Dell B. 2006. Selecting ectomycorrhizal fungi

for inoculating plantationsin south China: effect of Scleroderma on

colonization and growth of exotic Eucalyptus globulus, E. urophylla, Pinus

elliottii, and P. radiata. Mycorrhiza 16:251–259.

Dehlin H, Nilson MC, Wardle DA, Shevtsova. 2004. Effect of shading and humus

fertility on growth, competition and ectomycorrhizal colonization of boreal

forest tree seedling. Can J For Res 34:2573–2586.

Dell B. 2002. Role of mycorrhiza fungi in ecosystems. CMU J 1:47–55.

Duñabeitia MK, Hormilla S, Garcia-Plazaola JI, Txarterina K, Arteche U, Becerril

JM. 2004. Differential responses of three fungal species to environmental

factors and their role inthe mycorrhization of Pinus radiata D. Don.

Mycorrhiza 14:11–18.

Febrianingrum HW 2014. Pruning akar untuk meningkatkan keberhasilan

infeksi fungi ektomikoriza pada bibit melinjo (Gnetum gnemon) umur 7

bulan [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Hall IA, Yun W, Amicucci A. 2003. Cultivation of edible ectomycorrhizal

mushrooms. Trends in Biotechnol 21:433–438.

Jones MD, Durall DM, Cairney WG. 2003. Ectomycorrhizal fungal communities

at forest edges. New Phytol. 157:399-422.

Keddy PA. 2007. Plant and Vegetation. New york (US): Cambridge University

Press.

Kennedy PG, Peay KG, Bruns TD. 2009. Root tip competition ectomycorrhizal

fungi: Are priority effects a rule or an exception? Ecology 90:2098–2107.

Krüger A, Berghöfer TP, Frettinger P, Herrmann S, Buscot F, Oelmüller R. 2004.

Identification of premycorrhiza-related plant genes in the association

between Quercus robur and Piloderma croceum. New Phytol. 163:149-157.

doi:10.1111/j.1469-8137.2004.01091.x.

Lilleskov EA, Fahey TJ, Horton TR, Lovett GM. 2002. Belowground

ectomycorrhizal fungal community change over a nitrogen deposition

gradient in Alaska. Ecology 83:104–115.

Nara K. 2006. Ectomycorrhizal network and seedling establishment during early

primary succession. New Phytol 169:169–178.

Page 28: KEBERHASILAN APLIKASI PANGKAS AKAR DAN INOKULASI … · akar dan inokulasi fungi ektomikoriza pada bibit melinjo. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan

16

Onguene NA, Kuyper TW. 2002. Importance of ectomycorrhiza network for

seedling survival and ectomycorrhiza formation in rain forests of South

Cameroon. Mycorrhiza 12:13–17.

Pamujianto R. 2014. Pruning akar untuk meningkatkan kolonisasi

ektomikoriza pada bibit melinjo (Gnetum gnemon) umur 2 bulan

[skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Pourmajidian MR, Ammi S, Taban M, Spahbodi K, Parsakhoo A. 2009. Effect of

the extent of root pruning on growth, biomass, and nutrient content of oak

(Quercus castaneifolia C.A.Mey,) seedlings. JABS 3(1):87-91.

Riniarti M. 2010. Dinamika kolonisasi 3 fungi ektomikoriza Scleroderma spp. dan

hubungannya dengan pertumbuhan tanaman inang [disertasi]. Bogor

(ID): Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Santosa PB et al. 2011.Kolonisasi mikoriza pada jenis-jenis tanaman hutan rawa

gambut. Di dalam: Budi SW, Turjaman M, Mardatin NF, Nusantara

AD, Trisilawati O, Sitepu IR, Wulandari AS, Riniarti M, Setyaningsih

L, editor. Percepatan Sosialisasi Teknologi Mikoriza untuk Mendukung

Revitalisasi Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan. Prosiding Seminar

Nasional Mikoriza II; 2007 Jul 17-21; Bogor, Indonesia. Bogor (ID):

Seameo Biotrop. hlm 290-294.

Santoso E, Turjaman M, Irianto RSB. 2007. Aplikasi mikoriza untuk

meningkatkan kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan terdegradasi. Di dalam:

Siran AS, Bismark M, Samsoedin I, Suhaendi H, Pratiwi, Haryono,

Mardiah, editor. Konservasi dan Rehabilitasi Sumber Daya Alam.

Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian; 2006 Sep 20; Padang,

Indonesia. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.

hlm:71-80.

Sarwono. 2008. Prosedur-prosedur popular statistik untuk mempermudah riset

skripsi. Korelasi. [Internet]. [diunduh 2014 agu]. Tersedia pada;

http//www.jonathansarwono.infokorelasi/korelasi.htm.

Simard SW, Durral DM. 2004. Mycorrhizal networks: a review of their extent,

function, and importance. Can J Bot 82:1140–1165.

Smith SE, Read DJ. 2008. Mycorrhizal Symbiosis. Third Edition. London:

Academic Press.

Turjaman M, Tamai Y, Segah H, Limin SH, Osaki M, Tawaraya K. 2006.

Increase in early growthand nutrient uptake of Shorea seminis seedlings

inoculated with two ectomycorrhizal fungi. J of Trop For Sci 18:243–249.

Watling R, Lee SS, Turnbull E. 2002. The Occurrence and Distribution of

Putative Ectomycorrhizal Basidiomycetes in a Regenerating South East

Asian Rain Forest. Di Dalam: Watling R, Frankland JC, Ainsworth AM,

Isaac S, Robinson CH, editor. Tropical Mycology Volume 1, Macromycetes.

New York: CABI Publishing. Hlm 116—203.

Whipps JM. 2004. Prospects and limitations for mycorrhizas in biocontrol of root

pathogens. Can J Bot 82:1198–1227.

Wulandari AS. 2002. Beberapa gatra biologi ektomikoriza Scleroderma pada

melinjo [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Wulandari S, Subandi, Muntolib. 2012. Inhibisi xantin oksidase oleh ekstra etanol

kulit melinjo relatif terhadap allopurinol. Jurnal online Universutas Negeri

Malang [Internet]. [diunduh 2013 Nov 15]. Tersedia pada:

Page 29: KEBERHASILAN APLIKASI PANGKAS AKAR DAN INOKULASI … · akar dan inokulasi fungi ektomikoriza pada bibit melinjo. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan

17

http://jurnalonline.um.ac.id/data/artikel/artikel5ECD9DCBF08E100E0AC

A3C5AF4C0 7164.pdf.

Wulandari AS, Supriyanto, Febrianingrum HW. 2013. Pruning akar: teknik

untuk meningkatkan kolonisasi ektomikoriza pada akar melinjo. [editor

tidak diketahui]. Mikoriza untuk Membangun Kemandirian Pertanian

dan Pelestariam Lingkungan Hidup. Prosiding Seminar Nasional Mikoriza

III; 2013 Nov 25-26; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Seameo Biotrop. hlm:

21-22.

Yamada A, Kobayashi H, Ogura T, Fukada M. 2007. Sustainable fruit body

formation of edible mycorrhizal Tricholoma spesies for 3 years in open pot

culture with pine seedling hosts. Mycoscience 48:104–108.

Yamada A, Ogura T, Ohmasa M. 2001. Cultivation of mushrooms of

ectomycorrhizal fungi associated with Pinus densyfloraby in vitro

mycorrhizal synthesis. Mycorrhiza 11:67–81.

Page 30: KEBERHASILAN APLIKASI PANGKAS AKAR DAN INOKULASI … · akar dan inokulasi fungi ektomikoriza pada bibit melinjo. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan

18

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 10 Juni 1992 dari ayah M. Toha

dan ibu Titin. Penulis adalah putra ke-5 dari 6 bersaudara. Tahun 2010 penulis

lulus dari SMA Bina Bangsa Sejahtera Bogor dan pada tahun yang sama penulis

lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Talenta

Mandiri (UTM) IPB dan diterima di Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di keanggotaan TGC (Tree

Grower Community) dan beberapa kepanitian di dalam kampus maupun di luar

kampus. Penulis pernah melaksanakan kegiatan Praktik Pengenalan Ekosistem

Hutan (PPEH) di Sancang Timur-Papandayan, kegiatan Praktik Pengelolaan

Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat serta kegiatan Praktik Kerja

Profesi (PKP) di Divisi Rehabilitation and Reclamation di PT Jorong Barutama

Greston, Kalimantan Selatan.

Guna memperoleh sarjana kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi

dengan judul ―Keberhasilan Aplikasi Pangkas Akar dan Inokulasi Fungi

Ektomikoriza pada Bibit Melinjo (Gnetum gnemon)‖ di bawah bimbingan Dr Ir

Arum Sekar Wulandari, MS.