pengaruh industri bata merah terhadap kondisi …

261
PENGARUH INDUSTRI BATA MERAH TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN DI DESA WANARATA KECAMATAN BANTARBOLANG KABUPATEN PEMALANG Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: NILA SELVI ADI NIM 11140150000006 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

Upload: others

Post on 08-Feb-2022

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH INDUSTRI BATA MERAH

TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN DI DESA WANARATA

KECAMATAN BANTARBOLANG KABUPATEN PEMALANG

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

NILA SELVI ADI NIM 11140150000006

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

i

ABSTRAK

NILA SELVI ADI. Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pengaruh

Industri Bata Merah Terhadap Kondisi Lingkungan di Desa Wanarata

Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh industri bata merah terhadap

kondisi lingkungan di Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten

Pemalang. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan

kuantitatif, bahwa data-data yang dikumpulkan dalam kegiatan penelitian

disajikan berupa angka-angka dan analisisnya menggunakan statistik. Teknik

pengumpulan datanya dengan menggunakan kuesioner, wawancara dan observasi.

Jumlah sampelnya adalah 21 responden dari masyarakat pekerja industri bata

merah dan masyarakat non pekerja. Teknik pengambilan sampel yaitu probability

sampling. Instrumen yang digunakan adalah angket dengan skala likert dan

metode analisis dengan menggunakan uji regresi linier sederhana dengan

pengujian asumsi dasar uji normalitas dan uji homogenitas, pengujian hipotesis

secara parsial (uji t) dan koefisien determinasi. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa uji regresi liniear sederhana didapatkan persamaan regresi Y = -22,714 +

3,042 X untuk pekerja dan Y = -0,640 + 1,846 X non pekerja. Perhitungan uji

normalitas dengan taraf signifikan 5% atau 0,05 menunjukkan signifikan dengan

nilai 0,200 dan uji homogenitas menunjukkan nilai 0,000. Perhitungan dari

hipotesis menggunakan uji t taraf signifikan 5% atau 0,05 berdasarkan nilai

thitung>ttabel (6,119 > 2,093) untuk pekerja dan thitung>ttabel (19,436 > 2,093) untuk

non pekerja. Angka R Square 0,939 untuk pekerja dan 0,984 untuk non pekerja.

Penelitian ini menunjukkan bahwa variabel industri bata merah berpengaruh

terhadap kondisi lingkungan di Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang

Kabupaten Pemalang.

Kata Kunci: Industri, Bata Merah, Kondisi Lingkungan

ii

ABSTRACT

NILA SELVI ADI. The Social Sciences Education Department, Faculty of

Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University

Jakarta. Effect of the Red Brick Industry on Environmental Conditions in

Wanarata Village, Bantarbolang District, Pemalang regency.

This study aims to determine the effect of the red brick industry on environmental

conditions in Wanarata Village, Bantarbolang District, Pemalang Regency. This

study uses a survey method with a quantitative approach, that the data collected

in research activities are presented in the form of numbers and analysis using

statistics. Data collection techniques using questionnaires, interviews and

observations. The number of samples was 21 respondents from the community of

red brick industry workers and non-workers. The sampling technique is

probability random sampling. The instrument used was a questionnaire with a

Likert scale and analysis method using a simple linear regression test by testing

the basic assumptions of the normality test and homogeneity test, partial

hypothesis testing (t test) and coefficient of determination. The results showed that

simple linear regression test obtained the regression equation Y = -22,714 +

3,042 X for workers and Y = -0,640 + 1,846 X non workers. Calculation of the

normality test with a significant level of 5% or 0.05 indicates a significant value

of 0.200 and the homogeneity test shows a value of 0,000. The calculation of the

hypothesis uses a significant t test of 5% or 0.05 based on tcount> ttable (6.119>

2.093) for workers and tcount> ttable (19.436> 2.093) for non workers. R Square

numbers 0.939 for workers and 0.984 for non workers. This study shows that the

red brick industry variable influences the environmental conditions in Wanarata

Village, Bantarbolang District, Pemalang District.

Keywords: Industry, Red Brick, Conditions Environmental

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat

Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga

dengan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Industri Bata Merah Terhadap Kondisi Lingkungan di Desa

Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang”. Skripsi ini

penulis susun dalam rangka untuk memenuhi salah satu persyaratan guna

memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tak lupa shalawat

beserta salam semoga selalu tercurahkan pada sang baginda alam, Nabi

besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya.

Sebagai makhluk sosial pada umumnya, penulis menyadari bahwa

pengetahuan, pemahaman, pengalaman, kemampuan dan kekuatan penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, dalam proses penyelesaian skripsi ini banyak mendapatkan

bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, baik moril maupun

materil, sehingga penyusunan skripsi berjalan lancar.

Maka dengan selesainya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan

terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan.

2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, yang senantisa

memberikan banyak perhatian dan motivasi kepada mahasiswa

tingkat akhir, disela-sela kesibukanya.

3. Bapak Drs. Syaripulloh, M.Si, Sekertaris Jurusan Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial, yang juga senantisa memberikan

banyak perhatian dan motivasi kepada mahasiswa tingkat akhir,

disela-sela kesibukanya.

iv

4. Bapak Dr. Sodikin, S.Pd., M.Si dan Ibu Neng Sri Nuraeni

M.Pd, selaku Dosen Pembimbing, yang senantiasa meluangkan

waktu, membimbing, memberi arahan, menasihati, dan

memotivasi penulis dengan penuh semangat dan kesabaran.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

khususnya Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang

telah memberikan ilmu pengetahuan pada penulis selama

menempuh pendidikan di bangku kuliah.

6. Kepala Desa Wanarata yang telah memberikan kesempatan

bagi penulis melakukan penelitian di Desa Wanarata.

7. Pengurus Instansi KESBANGPOL Kota Tangerang Selatan,

KESBANGPOL Kabupaten Pemalang, BPS Kabupaten

Pemalang, Kantor Balai Desa Wanarata yang senantiasa

memberikan kemudahan bagi penulis dalam mengurus berbagai

keperluan baik administrasi maupun pengambilan data demi

kelancaran penulis dalam penyusunan skripsi.

8. Pengusaha dan Tenaga Kerja Industri Bata Merah yang telah

memberikan izin dan partisipasinya dalam penelitian ini.

9. Masyarakat Desa Wanarata, yang rela meluangkan waktu di sela-

sela kegiatannya demi membantu penulis dalam penyusunan

skripsi.

10. Kedua orang tua Supriyadi dan Parihatun, adik Nisa Julia

Rossada, kakek Ramdi, nenek Taminah dan seluruh keluarga

besar tercinta yang selalu memberikan dukungan baik berupa

moril maupun materiil serta selalu memberikan motivasi,

dukungan dan selalu mendoakan tiada henti kepada penulis dalam

menjalani studi perkuliahan di Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

11. Sahabat seperjuangan (Muhammad Dimas Adi, Deska Nirawati,

Eli Irmawati, Fitria sulistyani, Iip Siti Fatimah, Indri Lestari,

v

Nailul Muna Awaliah), yang selalu memberikan bantuan,

dukungan, motivasi, semangat, keceriaan, dan menghibur penulis

ketika merasa tidak mampu menyelesaikan berbagai tugas dan

semoga persahabatan dan persaudaraaan kita tak lekang oleh

waktu.

12. Sahabat penulis (Murni Fatmala, Levi, Sri Rahayu, Siti sari Dewi,

Fatayatul Khusnia), yang selalu memberikan dukungan, semangat.

13. Teman-teman Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial angkatan 2014

khususnya teman-teman prodi Geografi yang telah memberikan

pengalaman dan warna selama menjalani perkuliahan.

14. Semua pihak yang penulis sadari atau tidak sadari turut

membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam

penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu.

Penulis berharap semoga segala kebaikan yang diberikan

mendapatkan pahala yang berlipat ganda oleh Allah SWT dan senantiasa

selalu dilindungi oleh Allah SWT.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran

demi perbaikan dimasa yang akan datang. Penulis berharap semoga skripsi

ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Jakarta, 9 Januari 2019

Penulis

Nila Selvi Adi

vi

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

LEMBAR PERNYATAAN UJI REFERENSI

ABSTRAK ...................................................................................................... i

ABSTRACT ...................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 8

C. Pembatasan Masalah ............................................................................. 9

D. Rumusan Masalah ................................................................................. 9

E. Tujuan Penelitian ................................................................................... 9

F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 9

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS .......................... 11

A. Kajian Teori........................................................................................... 11

1. Kajian Tentang Industri .................................................................... 11

a. Pengertian Industri ...................................................................... 11

b. Jenis-jenis Industri ...................................................................... 12

2. Kajian Tentang Bata Merah .............................................................. 15

a. Pengertian Bata Merah ............................................................... 15

b. Proses Pembuatan Bata Merah ................................................... 16

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Industri Bata Merah. 21

vii

3. Lingkungan ...................................................................................... 23

a. Pengertian Lingkungan .............................................................. 23

b. Lingkungan Fisik ....................................................................... 29

c. Kondisi Sosial Ekonomi ............................................................ 34

B. Penelitian yang Relevan ......................................................................... 44

C. Kerangka Berfikir .................................................................................. 45

D. Hipotesis Penelitian ............................................................................... 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 50

A. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 50

B. Metode Penelitian .................................................................................. 52

C. Populasi dan Sampel .............................................................................. 53

1. Populasi ........................................................................................... 53

2. Sampel ............................................................................................. 53

D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 54

1. Angket ............................................................................................. 55

2. Wawancara ...................................................................................... 55

3. Observasi ......................................................................................... 56

4. Dokumentasi .................................................................................... 56

E. Teknik Pengolahan Data......................................................................... 56

1. Editing ............................................................................................. 56

2. Skoring ............................................................................................ 57

3. Tabulasi ........................................................................................... 57

F. Variabel Penelitian ................................................................................. 57

1. Variabel Bebas ................................................................................. 57

2. Variabel Terikat ............................................................................... 57

G. Instrumen Penelitian............................................................................... 58

H. Definisi Variabel .................................................................................... 64

I. Teknik Analisis Data .............................................................................. 66

1. Uji Instrumen Kuesioner .................................................................. 66

a. Uji Validitas ............................................................................... 67

b. Uji Reliabilitas ........................................................................... 68

viii

2. Uji Asumsi Dasar ............................................................................. 69

a. Uji Normalitas ............................................................................ 69

b. Uji Homogenitas ........................................................................ 70

3. Analisis Regresi Liniear Sederhana ................................................... 70

4. Koefisien Determinasi ...................................................................... 71

5. Uji Hipotesis .................................................................................... 72

a. Uji t ........................................................................................... 72

J. Hipotesis Statistik .................................................................................. 73

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 74

A. Deskripsi Daerah Penelitian ................................................................... 74

1. Kondisi Fisik Daerah Penelitian ........................................................ 74

a. Letak dan Luas ........................................................................... 74

b. Topografi ................................................................................... 76

c. Iklim .......................................................................................... 76

d. Penggunaan Lahan ..................................................................... 76

2. Kondisi Sosial Daerah Penelitian ...................................................... 77

a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk ................................................ 77

b. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin ....... 78

c. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian .................. 81

d. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ............... 83

3. Deskripsi Responden ........................................................................ 84

a. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ....................................... 84

b. Responden Berdasarkan Usia ...................................................... 85

c. Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir .............................. 86

d. Responden Berdasarkan Status Perkawinan ................................. 87

4. Deskripsi Kepemilikan Fasilitas Hidup ............................................. 88

B. Deskripsi Hasil Penelitian ...................................................................... 91

1. Hasil Angket .................................................................................... 91

2. Hasil Wawancara ............................................................................. 118

3. Hasil Observasi ................................................................................ 123

ix

C. Hasil Analisis dan Pengujian Hipotesis ................................................... 127

1. Uji Instrumen ................................................................................... 127

a. Uji Validitas ............................................................................... 127

b. Uji Reliabilitas ........................................................................... 130

2. Uji Asumsi Dasar ............................................................................. 131

a. Uji Normalitas ............................................................................ 131

b. Uji Homogenitas ........................................................................ 132

3. Uji Regresi Linear Sederhana ........................................................... 132

4. Uji Koefisien Determinasi ................................................................ 134

5. Uji Hipotesis .................................................................................... 136

a. Uji t ........................................................................................... 136

D. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................. 138

E. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 145

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ..................................... 146

A. Kesimpulan ........................................................................................... 146

B. Implikasi ............................................................................................... 148

C. Saran ..................................................................................................... 148

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 150

LAMPIRAN

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Banyaknya Usaha Industri Menurut Kelasnya per Desa ....................... 5

Tabel 1.2 Banyaknya Desa menurut Kondisi Lingkungan ................................... 7

Tabel 2.1 Penelitian yang Relevan ..................................................................... 44

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ................................................................. 51

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Angket ................................................................ 59

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara ......................................................... 61

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Observasi ............................................................ 63

Tabel 4.1 Luas Penggunaan Lahan ..................................................................... 76

Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin ................. 78

Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Desa Wanarata Berdasarkan Usia Produktif ....... 80

Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian .......................... 81

Tabel 4.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ....................... 83

Tabel 4.6 Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ................................... 85

Tabel 4.7 Jumlah Responden Berdasarkan Usia .................................................. 85

Tabel 4.8 Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir .......................... 86

Tabel 4.9 Jumlah Responden Berdasarkan Status Perkawinan ............................. 87

Tabel 4.10 Kepemilikan Fasilitas Hidup (Kepemilikan Rumah) .......................... 88

Tabel 4.11 Kepemilikan Fasilitas Hidup (Kepemilikan Alat Elektronik) .............. 89

Tabel 4.12 Kepemilikan Fasilitas Hidup (Kepemilikan Kendaraan) ..................... 90

Tabel 4.13 Anggapan masyarakat terhadap keberadaan Industri Bata Merah

(Ketergangguan).............................................................................. 92

Tabel 4.14 Anggapan masyarakat terhadap keberadaan Industri Bata Merah

(Persetujuan) ................................................................................... 93

Tabel 4.15 Dampak yang ditimbulkan dari keberadaan industri positif

untuk masyarakat ............................................................................ 95

Tabel 4.16 Lamanya bekerja di industri bata merah ............................................ 97

Tabel 4.17 Lamanya masyarakat tinggal disekitar industri bata merah ................ 97

Tabel 4.18 Sistem upah yang diterima................................................................ 98

Tabel 4.19 Mata pencaharian masyarakat sekitar industri bata merah .................. 99

xi

Tabel 4.20 Kondisi air disekitar industri bata merah keruh.................................. 100

Tabel 4.21 Kualitas air tidak layak pakai untuk kebutuhan sehari-hari

masyarakat ...................................................................................... 101

Tabel 4.22 Udara yang dihasilkan dari asap pembakaran bata merah

(Ketergangguan).............................................................................. 103

Tabel 4.23 Udara yang dihasilkan dari asap pembakaran bata merah

(Ketergangguan pernafasan) ............................................................ 104

Tabel 4.24 Pendidikan anak ............................................................................... 107

Tabel 4.25 Bekerja di industri bata merah dapat membantu biaya pendidikan

anak/keluarga .................................................................................. 109

Tabel 4.26 Persepsi masyarakat terhadap pendidikan.......................................... 109

Tabel 4.27 Jaminan kesehatan dari pengusaha untuk pekerja industri

bata merah ...................................................................................... 111

Tabel 4.28 Jaminan kesehatan dari pengusaha untuk masyarakat

sekitar industri bata merah ............................................................... 112

Tabel 4.29 Pendapatan yang diperoleh dari bekerja di industri bata merah

(Kebutuhan sehari-hari) ................................................................... 112

Tabel 4.30 Pendapatan masyarakat sekitar industri (Peningkatan) ....................... 113

Tabel 4.31 Kepemilikkan rumah ........................................................................ 117

Tabel 4.32 Hasil Observasi ................................................................................ 123

Tabel 4.33 Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Instrumen Pekerja ............................ 128

Tabel 4.34 Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Instrumen Non Pekerja .................... 129

Tabel 4.35 Hasil Rekapitulasi Uji Reliabilitas Pekerja ........................................ 130

Tabel 4.36 Hasil Rekapitulasi Uji Reliabilitas Non Pekerja ................................. 130

Tabel 4.37 Hasil Rekapitulasi Uji Normalitas ..................................................... 131

Tabel 4.38 Hasil Rekapitulasi Uji Homogenitas .................................................. 132

Tabel 4.39 Hasil Rekapitulasi Uji Regresi Linear Sederhana Pekerja ................... 133

Tabel 4.40 Hasil Rekapitulasi Uji Regresi Linear Sederhana Non Pekerja ........... 134

Tabel 4.41 Hasil Rekapitulasi Uji Koefisien Determinasi Pekerja........................ 135

Tabel 4.42 Hasil Rekapitulasi Uji Koefisien Determinasi Non Pekerja ................ 135

Tabel 4.43 Hasil Rekapitulasi Uji t Pekerja......................................................... 136

xii

Tabel 4.44 Hasil Rekapitulasi Uji t Non Pekerja ................................................. 137

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir ............................................................... 48

Gambar 3.1 Peta Lokasi Desa Wanarata ........................................................... 51

Gambar 4.1 Peta Administrasi Desa Wanarata .................................................. 74

Gambar 4.2 Peta Persebaran Industri Bata Merah .............................................. 75

Gambar 4.3 Keberadaan Industri membuat kehidupan masyarakat lebih baik .... 94

Gambar 4.4 Dampak yang dirasakan masyarakat dengan adanya industri bata

merah ............................................................................................. 96

Gambar 4.5 Pencemaran air disekitar industri bata merah ................................. 99

Gambar 4.6 Pencemaran udara disekitar industri bata merah ............................. 102

Gambar 4.7 Kondisi tanah sekitar industri bata merah (Sebelum) ...................... 105

Gambar 4.8 Kondisi tanah sekitar industri bata merah (Sesudah) ...................... 106

Gambar 4.9 Jumlah anak masyarakat yang masih mengikuti pendidikan ........... 108

Gambar 4.10 Kondisi kesehatan masyarakat ..................................................... 110

Gambar 4.11 Pendapatan yang diperoleh perbulan ............................................ 114

Gambar 4.12 Jumlah tanggungan hidup ............................................................ 115

Gambar 4.13 Pengeluaran rata-rata perbulan ..................................................... 116

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Angket Penelitian

Lampiran 2 Pedoman Wawancara

Lampiran 3 Transkip Wawancara

Lampiran 4 Hasil Observasi

Lampiran 5 Hasil SPSS

Lampiran 6 Dokumentasi

Lampiran 7 Surat-surat Penelitian

Lampiran 8 Uji Referensi

Lampiran 9 Biografi Penulis

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan Nasional seperti yang diharapkan Indonesia terbilang

belum merata. Masih adanya perbedaan tingkat kesejahteraan antara wilayah

perkotaan dan pedesaan. Ketidaksejahteraan khususnya yang terjadi di

pedesaan dapat dilihat dari angka kemiskinan. Badan Pusat Statistik (BPS)

mencatat bahwa di Indonesia angka kemiskinan di pedesaan lebih besar

dibandingkan dengan di perkotaan. Menurut data yang dikeluarkan Januari

2016, terhitung hingga September 2015 jumlah kemiskinan di perkotaan

tercatat sebesar 10.61 juta jiwa sedangkan di pedesaan sebesar 17.89 juta jiwa

(BPS 2016).

Hal ini dikarenakan alasan sebenarnya pembangunan industri di

pedesaan adalah menekan biaya produksi karena upah buruh masyarakat desa

yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan masyarakat perkotaan. Selain

itu, sistem kontrak yang diterapkan oleh sebagian besar industri semakin

memperlemah posisi tawar masyarakat desa. Hal tersebut dapat dikarenakan

pola pengembangan industri besar yang padat modal dengan prinsip efisiensi

diterapkan melalui penggunaan alat modern sehingga membatasi penggunaan

tenaga kerja berdasarkan keahlian tertentu, yang pada gilirannya

menyebabkan tersingkirnya sejumlah masyarakat dari sektor tradisional.1

Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang mengupayakan

perkembangan ekonomi melalui industrialisasi. Sektor industri memberikan

kontribusi yang sangat penting terhadap penyerapan tenaga kerja.

Meningkatnya jumlah penduduk sekaligus akan menambah jumlah tenaga

kerja di daerah industri sehingga mendorong terciptanya berbagai aktifitas

ekonomi dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup. Menurut undang-

1 Purwanto. 2003. Perubahan pola pencaharian nafkah masyarakat petani di sekitar

kawasan industri (Kasus di Desa Ngoro, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur). [tesis]. Bogor (ID):

Insitut Pertanian Bogor.

2

undang No. 5 Tahun 1984 dalam Albert Napitupulu industri adalah kegiatan

ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi,

atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk

penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan

industri.2 Dengan adanya industri diharapkan mampu membuka lapangan

pekerjaan bagi tenaga kerja yang menganggur dan dapat mendorong

pertumbuhan ekonomi negara. Pertumbuhan penduduk yang semakin

meningkat dari tahun ke tahun sangat berpengaruh terhadap kebutuhan akan

tempat untuk tinggal. Semakin meningkat kebutuhan akan tempat tinggal,

semakin besar juga kebutuhan akan bahan baku untuk pembuatan bangunan.3

Tidak dapat dipungkiri bahwa pembangunan suatu industri mempunyai

dampak positif maupun negatif terhadap lingkungan dan berpotensi

menimbulkan dampak pada kondisi lingkungan alam.

Industri bata merah pada dasarnya adalah industri kecil. Aspek-aspek

penting yang harus diperhatikan oleh industri juga adalah lingkungan. Karena

bahan baku utama industri bata merah adalah tanah, dan terus menerus akan

digali yang akan menimbulkan dampak negatif. Dengan adanya ayat Al-

Qur’an ini sebagai sumber dan landasan bagi umat manusia untuk berlaku

sepantasnya kepada lingkungan. Lingkungan pada hakikatnya harus tetap

dijaga dan dirawat dengan baik. Pernyataan ini tersurat dalam potongan ayat

Al-Qur’an. Allah SWT berfirman dalam QS. Ar-Rum ayat 41 yang berbunyi:

2 Albert Napitupulu, Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan Suatu Tinjauan

Teoritis dan Praktis, (Bogor: IPB Press, 2013), h. 54 3 M. Deismasuci, D. Rohmat, dan Y. Malik, Dampak Industri Bata Merah Terhadap

Kondisi Lingkungan di Kecamatan Nagreg, Vol. 4, No. 2, Agustus, 2016, hlm. 2

ظهر الفساد فى البر والبحر بما كسبت ايدى الناس ليذيقهم بعض

الذي عملوا لعلهم يرجعون ١٤

3

Artinya :

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena

perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan

sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan

yang benar).” (QS. Ar-Rum ayat 41).

Industri merupakan suatu kegiatan manusia yang sangat

mempengaruhi keadaan sekitarnya termasuk lingkungan fisik maupun

lingkungan sosial ekonomi. Industri sendiri merupakan suatu kegiatan yang

dilakukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya agar ekonomi

mereka tercukupi. Ekonomi termasuk ke dalam sistem sosial yang saling

berinteraksi dengan sistem biofisik. Hubungan timbal balik yang erat antara

dua subsistem itu dapat berjalan dengan baik dan teratur apabila manusia itu

mengetahui bagaimana menjaga lingkungannya agar bisa dimanfaatkan lebih

bijaksana demi kelangsungan hidupnya sendiri, karena manusia dan

lingkungan sekitarnya merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan.4

Di daerah Kabupaten Pemalang khususnya di Desa Wanarata,

Kecamatan Bantarbolang terdapat industri kecil yang memanfaatkan tanah

sebagai bahan baku bata merah. Industri kecil itu dikenal dengan sebutan

industri batu bata merah. Kelompok Masyarakat di Desa Wanarata telah

mampu memanfaatkan sumber daya alam yang ada disekitarnya untuk

dijadikan sebagai sumber penghasilan. Batu bata adalah unsur bangunan yang

digunakan untuk membuat suatu bangunan. Bahan bangunan untuk membuat

batu bata berasal dari tanah liat dengan atau tanpa campuran bahan-bahan lain

yang kemudian dibakar pada suhu tinggi hingga tidak dapat hancur lagi

apabila direndam dalam air.5

Keberadaan industri batu bata tentu membawa dampak positif maupun

negatif, baik bagi lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Bagi

4 Vina Pratiwi, “Keterkaitan Antara Industri Bata Merah Dengan Kondisi Lingkungan Di

Desa Leuwilaja Kecamatan Sindangwangi Kabupaten Majalengka”, Skripsi Universitas

Pendidikan Indonesia Bandung, 2012, hlm. 38 5 Sri Hastutiningrum, Proses Pembuatan Batu Bata Berpori dari Tanah Liat dan Kaca,

Jurnal Teknologi Technoscientia, Vol. 5, No. 2, Februari, 2013, hlm. 201

4

kehidupan sosial, penambangan batu bata cenderung membawa dampak

positif seperti mengurangi tingkat pengangguran, meningkatkan tingkat

kesejahteraan masyarakat disekitar kawasan industri, tetapi bagi lingkungan

hidup industri membawa dampak negatif seperti pencemaran, polusi udara

dan sebagainya. Semakin meningkatnya kebutuhan akan bahan bangunan

terutama batu merah akan menyebabkan kebutuhan tanah galian juga semakin

banyak dan menimbulkan dampak terhadap kondisi lingkungan fisik.6

Selain dampak yang diuraikan di atas, salah satu dampak positif dari

keberadaan industri di antaranya penyerapan tenaga kerja dan peningkatan

pendapatan masyarakat sedangkan dampak negatifnya seperti pencemaran

lingkungan yang disebabkan oleh industri. Dampak positif dan negatif dari

keberadaan industri akan menimbulkan perubahan bagi masyarakat baik

kondisi sosial ekonomi maupun kondisi budaya masyarakat sekitar kawasan

industri tersebut.7

Mengungkapkan fungsi industrialisasi pedesaan yang lebih luas dari

hanya sekedar untuk pemerataan pendapatan dan perluasan kesempatan kerja,

antara lain adalah untuk: 1) mendorong pertumbuhan pedesaan dengan

mendiversifikasi sumber pendapatan; 2) meningkatkan dampak pertumbuhan

permintaan di dalam atau di luar suatu daerah; 3) meningkatkan kesempatan

kerja baru; 4) mendekatkan hubungan fungsional antara pertanian dengan

sektor urban atau industri; 5) meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan

industri; dan 6) mengurangi kemiskinan di pedesaan.8

UU Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup pasal-1, menjelaskan bahwa lingkungan adalah kesatuan

ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk

6 Nursia dan La Harudu, Dampak Penambangan Batu Bata Terhadap Degradasi

Lingkungan di Kelurahan Kolasa Kecamatan Parigi Kabupaten Muna, Jurnal Penelitian

Pendidikan Geografi, Vol. 1, No. 1, November, 2016, hlm. 116 7 Imam Nawawi, Yadi Ruyadi, Siti Komariah, Pengaruh Keberadaan Industri Terhadap

Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Desa Lagadar Kecamatan Marga Asih

Kabupaten Bandung. Jurnal. Mahasiswa Program Magister Pendidikan Sosiologi, Sekolah

Pascasarjana UPI. Hlm. 2 8 Thessa Ayuningtias, Dampak Industrialisasi Pedesaan Terhadap Kesejahteraan

Masyarakat, IPB :Bogor. Hlm.2

5

manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan

dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.9

Kecamatan Bantarbolang merupakan salah satu daerah yang

mengalami kegiatan industrialisasi pedesaan. Menurut BPS tahun 2017

Kecamatan Bantarbolang mempunyai luas wilayah yaitu 166,66 km2. Luas

wilayah tersebut terbagi atas sawah 26,96 km2 dan bukan sawah 139,70 km

2.

Dengan masih adanya wilayah yang potensial tersebut maka sangat bisa

untuk pembangunan industri di 17 desa/kelurahan yang ada di Kecamatan

Bantarbolang. Persebaran industri berdasarkan tingkatan kelas industri tahun

2017 yang sudah ada, tersebar di 8 desa/kelurahan yaitu Desa Sumurkidang,

Desa Wanarata, Desa Pedagung, Desa Pegiringan, Desa Bantarbolang, Desa

Sambeng, Desa Glandang, dan Desa Kuta. Untuk lebih jelas dapat dilihat

pada Tabel 1.1

Tabel 1.1

Banyaknya Usaha Industri Menurut Kelasnya per Desa/Kelurahan di

Kecamatan Bantarbolang

Kabupaten Pemalang Tahun 2017

No.

Desa/Kelurahan

Kelas Industri

Besar Sedang Kecil Rumahtangga

01. Sumurkidang 0 0 0 3

02. Wanarata 0 0 15 2

03. Pedagung 0 0 2 0

04. Suru 0 0 0 0

05. Banjarsari 0 0 0 0

06. Pegiringan 0 0 3 1

07. Karanganyar 0 0 0 0

08. Purana 0 0 0 0

09. Pabuaran 0 0 0 0

10. Sarwodadi 0 0 0 0

11. Bantarbolang 0 0 0 2

12. Sambeng 0 0 0 1

13. Glandang 0 0 5 0

14. Kuta 0 0 6 5

15. Kebon Gede 0 0 0 0

16. Peguyangan 0 0 0 0

9 HR. Mulyanto, Ilmu Lingkungan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 1

6

17. Lenggerong 0 0 0 0

Jumlah - - 31 14

Sumber: BPS Kecamatan Bantarbolang dalam Angka 2017

Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat bahwa, banyaknya usaha industri

menurut kelasnya per Desa/Kelurahan di Kecamatan Bantarbolang, banyak

tersebar di Desa Wanarata dengan jumlah industri kecil sebanyak 15 usaha

industri dan industri rumahtangga sebanyak 2 usaha industri.

Hal tersebut membuktikan bahwa di Desa Wanarata bidang usaha

industri mendominasi dibanding dengan Desa lain yang ada di Kecamatan

Bantarbolang. Hal tersebut juga mempengaruhi kondisi sosial ekonomi

karena salah satunya mampu menyerap tenaga kerja.

Disetiap suatu kegiatan usaha dalam hal ini industri, baik di kelas

rumah tangga sampai dengan skala besar perlu untuk dilakukannya tindakan

pencegahan terhadap pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang

mungkin terjadi akibat dari kegiatan usaha tersebut. Banyak cara yang bisa

dilakukan untuk mengelola sumberdaya alam ataupun lingkungan dalam

kegiatan industri salah satunya adalah AMDAL. Perubahan atau dampak

negatif yang bisa terjadi baik sumberdaya alam ataupun lingkungan pada saat

kegiatan industri berlangsung atau setelahnya dapat diminimalisir atau

dihilangakan dengan adanya AMDAL.

Di Kabupaten Pemalang pencemaran lingkungan yang banyak terjadi

adalah berupa pencemaran air dan juga pencemaran udara dari beberapa

Kecamatan yang ada. Terdapat 9 Kecamatan yang lingkungan hidupnya

sudah mengalami pencemaran. Kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Moga,

Kecamatan Belik, Kecamatan Bantarbolang, Kecamatan Randudongkal,

Kecamatan Pemalang, Kecamatan Taman, Kecamatan Petarukan, Kecamatan

Comal, dan Kecamatan Ulujami. Masing-masing Kecamatan mengalami

pencemaran tersendiri dan pencemaran tersebut diakibatkan oleh tingkatan

kelas industri yang berbeda. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 1.2.

Tabel 1.1 (Lanjutan)

7

Tabel 1.2

Banyaknya Desa/Kelurahan menurut Kondisi Lingkungan di

Kecamatan Bantarbolang

Kabupaten Pemalang Tahun 2017

No

.

Kecamatan

Sumber

Pencemaran Air

Sumber Pencemaran Udara

Rumah

Tangga

Pabrik Rumah

Tangga

Pabrik Lainnya

01. Moga 4 - - - -

02. Warungpring - - - - -

03. Pulosari - - - - -

04. Belik - - - - 3

05. Watukumpul - - - - -

06. Bodeh - - - - -

07. Bantarbolang - - - 1 -

08. Randudongkal 2 - 1 - -

09. Pemalang 1 - - - 2

10. Taman 2 3 - 1 1

11. Petarukan - 2 - 1 -

12. Ampelgading - - - - -

13. Comal - 1 1 1 -

14. Ulujami 2 4 2 1 2

Kab.

Pemalang

11 10 4 5 8

Sumber: BPS Kecamatan Bantarbolang dalam Angka 2017

Berdasarkan Tabel 1.2 terlihat bahwa, kondisi lingkungan Kecamatan

Bantarbolang mengalami pencemaran udara yang diakibatkan oleh

pabrik/industri, termasuk kondisi lingkungan di Desa Wanarata RT 31 RW

08, karena dalam industri bata merah kayu yang dibakar berjumlah besar. Dan

hal ini dapat menimbulkan asap yang cukup padat dan pastinya akan

menimbulkan pengaruh buruk bagi kesehatan. Selain itu, jarak pembakaran

bata merah yang satu dengan yang lainnya berdekatan, dan ada beberapa

industri bata merah berdekatan dengan jalan raya dan pemukiman warga. Jika

terjadi pembakaran secara bersamaan, maka ini akan menjadi masalah yang

besar untuk kesehatan warga setempat.

Dalam penelitian M. Deismasuci, D. Rohmat, dan Y. Malik yang

berjudul Dampak Industri Bata Merah Terhadap Kondisi Lingkungan di

8

Kecamatan Nagreg menunjukkan hasil penelitian bahwa Kecamatan Nagreg

memiliki potensi bahan baku untuk keberlanjutan bata merah yang masih baik

dilihat dari jenis tanahnya yang mendukung yaitu banyak terdapat tanah

andosol dan regosol dengan tekstur lempung liat dan bahan baku yang masih

melimpah terutama Desa Citaman dan Desa Nagreg Kendan. Keberadaan

industri bata merah juga memberikan dampak pada lingkungan sosial seperti

memberikan peluang pekerjaan bagi penduduk, pendapatan, dan tingkat

pendidikan serta dampak kepada lingkungan fisik seperti lubang bekas galian

dan kerusakan jalan. Untuk mengurangi kerusakan lingkungan yang

disebabkan oleh industri bata perlu diadakannya upaya pengurangan

kerusakan dengan cara menanam tanaman padi atau umbi-umbian pada lahan

bekas galian atau menjadikan genangan bekas galian menjadi kolam ikan.

Rekomendasi dari penelitian ini untuk pengusaha industri bata merah

sebaiknya melakukan pencampuran bahan baku untuk pembuatan bata merah

sehingga penggunaan bahan baku tanah bisa dikurangi.10

Berdasarkan permasalahan di atas penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Industri Bata Merah Terhadap

Kondisi Lingkungan di Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang

Kabupaten Pemalang”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang penelitian, dapat di peroleh identifikasi masalah

penelitian sebagai berikut:

1. Keberadaan industri bata merah mempengaruhi kondisi sosial ekonomi

masyarakat.

2. Masih adanya perbedaan tingkat kesejahteraan antara wilayah perkotaan

dan pedesaan.

3. Terjadinya pencemaran udara disebabkan oleh industri atau pabrik di

Kecamatan Bantarbolang.

10 M. Deismasuci, D. Rohmat, dan Y. Malik, Dampak Industri Bata Merah Terhadap

Kondisi Lingkungan di Kecamatan Nagreg, Vol. 4, No. 2, Agustus, 2016, hlm. 1

9

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan, maka masalah

yang diteliti dibatasi pada:

1. Pengaruh industri bata merah terhadap kondisi lingkungan di Desa

Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang.

2. Pengaruh industri bata merah terhadap kondisi lingkungan sosial ekonomi

di Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah yang diajukan

pada penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat pengaruh industri bata merah terhadap lingkungan fisik

di Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang?

2. Apakah terdapat pengaruh industri bata merah terhadap lingkungan sosial

ekonomi di Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten

Pemalang?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan di atas, maka tujuan

penelitian yang hendak dicapai adalah:

1. Untuk menganalisis pengaruh industri bata merah terhadap lingkungan

fisik di Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang.

2. Untuk menganalisis pengaruh industri bata merah terhadap lingkungan

sosial ekonomi di Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten

Pemalang.

F. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu

manfaat teoritis dan praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah kajian, khususnya tentang industri bata merah di Desa

Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang.

10

b. Dapat dijadikan sebagai salah satu bahan rujukan dalam penelitian

selanjutnya khususnya terkait masalah tentang industri bata merah di

Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang.

c. Untuk menambah wawasan pembelajaran Geografi khususnya bab

tentang Lingkungan Hidup kelas IX SMA.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk memperluas wawasan berfikir mengenai

ilmu pengetahuan tentang Lingkungan Hidup.

b. Bagi Pengusaha Industri

1) Sebagai sarana untuk mengetahui dampak aktivitas industri bata

merah terhadap kondisi lingkungan fisik di Desa Wanarata

Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang.

2) Sebagai sarana untuk mengetahui pengaruh industri bata merah

terhadap kondisi sosial ekonomi penduduk di Desa Wanarata

Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang.

c. Bagi Pemerintah

1) Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan

dan pengembangan industri batu bata.

2) Memberikan informasi untuk mengetahui dampak industri bata

merah dengan kondisi lingkungan di Desa Wanarata Kecamatan

Bantarbolang Kabupaten Pemalang.

11

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Kajian Tentang Industri

a. Pengertian industri

Menurut undang-undang No. 5 Tahun 1984 dalam Albert

Napitupulu industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan

mentah, bahan baku, barang setengah jadi, atau barang jadi menjadi

barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya,

termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.1

Secara harfiah menurut Soerjani dalam Albert Napitupulu

industrialisasi lebih mengarah pada suatu proses atau kegiatan

industri yang tengah berlangsung, sedangkan perkembangan

industrialisasi dapat dilihat secara langsung dari meningkatnya

jumlah pembangunan industri dan investasi yang menyertainya.2

Industrialisasi menurut Imam Supardi adalah pengolahan

bahan baku menjadi bahan jadi atau setengah jadi.3

Industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang

bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran

masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya alam, sumber daya

manusia, dana, dan lain-lain.4

Berdasarkan pengertian di atas, penulis menyimpulkan

bahwa industri adalah suatu proses pada perusahaan yang di

dalamnya terdapat kegiatan berupa mengelola bahan-bahan produksi

atau pengolahan bahan baku menjadi bahan jadi atau setengah jadi

1 Albert Napitupulu, Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan Suatu Tinjauan

Teoritis dan Praktis, (Bogor: IPB Press, 2013), h. 54 2 Ibid, h. 51 3 Imam Supardi, Lingkungan Hidup dan Kelestariannya, (Bandung: P.T. Alumni, 2003),

h. 94 4 M. Deismasuci, D. Rohmat, dan Y. Malik, Dampak Industri Bata Merah Terhadap

Kondisi Lingkungan di Kecamatan Nagreg, Jurnal Antologi Pendidikan Geografi, Vol. 4, No. 2,

Agustus, 2016, h. 2

12

untuk menghasilkan suatu barang yang mempunyai nilai tinggi atau

layak dijual. Industri juga memanfaatkan sumberdaya manusia,

sumberdaya alam, modal, dan sebagainya yang dimiliki dengan

tujuan untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran bagi

perusahaan, karyawan, dan masyarakat.

b. Jenis-Jenis Industri

Menurut Badan Pusat Statistik, industri digolongkan menjadi

empat menurut banyaknya tenaga kerja, yaitu:

1) Industri Rumah Tangga

Industri yang menggunakan tenaga kerja antara 1-4

orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas,

tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau

pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau

anggota keluarganya.

2) Industri Kecil

Industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai

19 orang, Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang

relative kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar

atau masih ada hubungan saudara.

3) Industri Sedang

Industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20

sampai 99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal

yang cukup besar, tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu,

dan pimpinan perusahaan memiliki kemapuan manajerial

tertentu.

4) Industri Besar

Industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang.

Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun

secara kolektif dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja

harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan perusahaan

13

dipilih melalui uji kemapuan dan kelayakan (fit and profer

test).5

Pengelompokan industri dilaksanakan oleh Departemen

Perindustrian dan Perdagangan dalam Industri Nasional Indonesia

dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu:

1) Industri Dasar, yang meliputi kelompok Industri Mesin dan

Logam Dasar (IMLD) dan kelompok Industri Kimia Dasar

(IKD). Yang termasuk dalam IMLD antara lain: industri mesin

pertanian, elektronika kereta api, pesawat terbang, kendaraan

bermotor, besi baja, dan sebagainya. Sedangkan yang termasuk

IKD antara lain: industri pengolahan kayu dan karet alam,

industri pestisida, industri pupuk, industri semen, industri silikat,

dan lain sebagainya.

2) Industri Kecil, yang meliputi antara lain : industri pangan

(makanan, minuman, tembakau), industri sandang dan kulit

(tekstil, pakaian jadi, serta barang dari kulit), industri kimia dan

bahan bangunan (industri kertas, percetakan, plastik, dan

sebagainya), industri galian bukan logam, industri logam

(mesin-mesin, alat-alat ilmu pengetahuan, barang dari logam,

dan sebagainya).

3) Industri Hilir, yaitu kelompok Aneka Industri (AI) yang meliputi

antara lain: industri yang mengolah sumber daya hutan, industri

yang mengolah hasil pertambangan, industri yang mengolah

sumber daya pertanian secara luas, dan sebagainya.6

5 Rofi Taufik Nugroho, “Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Pengrajin Industri Bata

Merah Di Kecamatan Pataruman Jawa Barat”, Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta, 2014, h.

14 6 Cut Ernawati, “Elastisitas Modal dan Tenaga Kerja Dalam Memproduksi Batu Bata di

Desa Cot Kumbang di Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya”, Skripsi Universitas Teuku

Umar Meulaboh Aceh Barat, 2013, h. 10

14

Industri secara garis besar dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

1) Industri dasar atau hulu

Industri hulu memiliki sifat sebagai berikut: padat modal,

berskala besar, menggunakan teknologi maju dan teruji.

Lokasinya selalu dipilih dekat dengan bahan baku yang

mempunyai sumber energi sendiri, dan pada umumnya lokasi ini

belum tersentuh pembangunan. Oleh karena itu industri hulu

membutuhkan perencanaan yang matang beserta tahapan

pembangunannya, mulai dari perencanaan sampai operasional.

Di sudut lain juga dibutuhkan pengaturan tata ruang, rencana

pemukiman, pengembangan kehidupan perekonomian,

pencegahan kerusakan lingkungan, dan lain-lain. Pembangunan

industri ini dapat mengakibatkan perubahan lingkungan, baik

dari aspek sosial-ekonomi dan budaya maupun pencemaran.

Terjadi perubahan tatanan sosial, pola konsumsi, tingkah laku,

sumber air, kemunduran kualitas udara, penyusutan sumber daya

alam, dan sebagainya.

2) Industri hilir

Industri ini merupakan perpanjangan proses industri

hulu. Pada umumnya industri ini mengolah bahan setengah jadi

menjadi barang jadi, lokasinya selalu diusahakan dekat pasar,

menggunakan teknologi madya dan teruji, padat karya.7

3) Industri kecil

Industri kecil banyak berkembang di pedesaan dan

perkotaan, memiliki peralatan sederhana, walaupun hakikat

produksinya sama dengan industri hilir, tetapi sistem

pengolahannya lebih sederhana. Sistem tata letak pabrik maupun

pengolahan limbah belum mendapat perhatian. Sifat industri ini

padat karya.

7 Philip Kristanto, Ekologi Industri, (Yogyakarta: Andi, 2004), h. 156

15

Klasifikasi industri secara konvensional sebagai berikut:

1) Industri Primer

Industri yang mengubah bahan mentah menjadi bahan

setengah jadi, misalnya pertanian, pertambangan.

2) Industri Sekunder

Industri yang mengubah barang setengah jadi menjadi

barang jadi.

3) Industri Tersier

Industri yang sebagian besar meliputi industri jasa dan

perdagangan atau industri yang mengolah bahan industri

sekunder.8

2. Kajian Tentang Bata Merah

a. Pengertian Bata Merah

Batu bata menurut Soejoto dalam Sri Hastutiningrum adalah

batu buatan yang terbuat dari suatu bahan yang dibuat oleh manusia

supaya mempunyai sifat-sifat seperti batu. Hal tersebut hanya dapat

dicapai dengan memanasi (membakar) atau dengan pengerjaan-

pengerjaan kimia.9

Batu bata menurut Ramli dalam Miftakhul Huda dan Erna

Hastuti adalah salah satu unsur bangunan dalam pembuatan

konstruksi bangunan yang terbuat dari tanah liat ditambah air

dengan atau tanpa bahan campuran lain melalui beberapa tahap

pengerjaan, seperti menggali, mengolah, mencetak,

mengeringkan, membakar pada temperatur tinggi hingga matang

dan berubah warna, serta akan mengeras seperti batu jika

didinginkan hingga tidak dapat hancur lagi bila direndam dalam

air.10

Batu bata menurut Cut Ernawati yaitu suatu proses produksi

yang di dalamnya terdapat perubahan bentuk dari benda yang berupa

8 Ibid, h. 157 9 Sri Hastutiningrum, Proses Pembuatan Batu Bata Berpori dari Tanah Liat dan Kaca,

Jurnal Teknologi Technoscientia, Vol. 5, No. 2, Februari, 2013, h. 201 10 Miftakhul Huda dan Erna Hastuti, Pengaruh Temperatur Pembakaran dan

Penambahan Abu Terhadap Kualitas Batu Bata, Jurnal Neutrino, Vol 4, No. 2, April 2012, h. 143

16

tanah liat menjadi bentuk lain (batu bata), sehingga lebih berdaya

guna.11

Dapat di simpulkan oleh penulis bahwa batu bata merupakan

hasil produksi tangan manusia yang dibuat dari bahan tanah liat

dengan proses yang panjang seperti adanya menggali, mengolah,

mencetak, mengeringkan, hingga membakar dan menjadi keras

layaknya sifat batu serta bisa digunakan untuk bahan bangunan atau

yang lain yang mempunyai daya guna di dalamnya.

b. Proses Pembuatan Bata Merah

Proses pembuatan batu bata menurut Suwardono dalam

Miftakhul Huda dan Erna Hastuti yaitu melalui beberapa tahapan,

meliputi penggalian bahan mentah, pengolahan bahan,

pembentukan, pengeringan, pembakaran, pendinginan, dan

pemilihan (seleksi). Adapun tahap-tahap pembuatan batu bata, yaitu

sebagai berikut:

1) Penggalian Bahan Mentah

Penggalian bahan mentah batu bata merah sebaiknya

dicarikan tanah yang tidak terlalu plastis, melainkan tanah yang

mengandung sedikit pasir untuk menghindari penyusutan.

Penggalian dilakukan pada tanah lapisan paling atas kira-kira

setebal 40-50 cm, sebelumnya tanah dibersihkan dari akar

pohon, plastik, daun, dan sebagainya agar tidak ikut terbawa.

Kemudian menggali sampai ke bawah sedalam 1,5-2,5 meter

atau tergantung kondisi tanah. Tanah yang sudah digali

dikumpulkan dan disimpan pada tempat yang terlindungi.

Semakin lama tanah liat disimpan, maka akan semakin baik12

karena menjadi lapuk. Tahap tersebut dimaksudkan untuk

membusukkan organisme yang ada dalam tanah liat.

11 Cut Ernawati, h. 14 12 Miftakhul Huda dan Erna Hastuti, h. 143

17

2) Pengolahan Bahan Mentah

Tanah liat sebelum dibuat batu bata merah harus

dicampur secara merata yang disebut dengan pekerjaan

pelumatan dengan menambahkan sedikit air. Air yang

digunakan dalam proses pembuatan batu bata harus air bersih,

air harus tidak sadah tidak mengandung garam yang larut di

dalam air, seperti garam dapur, air yang digunakan kirakira

20% dari bahan-bahan yang lainnya, pelumatan bisa dilakukan

dengan kaki atau diaduk dengan tangan. Bahan campuran yang

ditambahkan pada saat pengolahan harus benar-benar menyatu

dengan tanah liat secara merata. Bahan mentah yang sudah jadi

ini sebelum dibentuk dengan cetakan, terlebih dahulu dibiarkan

selama 2 sampai 3 hari dengan tujuan memberi kesempatan

partikel-partikel tanah liat untuk menyerap air agar menjadi

lebih stabil, sehingga apabila dibentuk akan terjadi penyusutan

yang merata.

3) Pembentukan Batu Bata

Bahan mentah yang telah dibiarkan 2-3 hari dan sudah

mempunyai sifat plastisitas sesuai rencana, kemudian dibentuk

dengan alat cetak yang terbuat dari kayu atau kaca sesuai

ukuran standart SNI S-04-1989-F atau SII-0021-78. Supaya

tanah liat tidak menempel pada cetakan, maka cetakan kayu

atau kaca tersebut dibasahi air terlebih dahulu. Lantai dasar

pencetakan batu bata merah permukaannya harus rata dan

ditaburi abu.

Langkah awal pencetakan batu bata yaitu letakkan

cetakan pada lantai dasar pencetakan, kemudian tanah liat yang

telah siap ditaruh pada bingkai cetakan dengan tangan sambil

ditekan-tekan sampai tanah liat memenuhi segala sudut ruangan

pada bingkai cetakan. Selanjutnya cetakan diangkat dan batu

bata mentah hasil dari cetakan dibiarkan begitu saja agar

18

terkena sinar matahari. Batu bata mentah tersebut kemudian

dikumpulkan pada tempat yang terlindung untuk diangin-

anginkan.

4) Pengeringan Batu Bata Merah

Proses pengeringan batu bata akan lebih baik bila

berlangsung secara bertahap agar panas dari sinar matahari

tidak jatuh secara langsung, maka perlu dipasang penutup

plastik. Apabila proses pengeringan terlalu cepat dalam artian

panas sinar matahari terlalu menyengat akan mengakibatkan

retakan-retakan pada batu bata nantinya. Batu bata yang sudah

berumur satu hari dari masa pencetakan kemudian dibalik.

Setelah cukup kering, batu bata tersebut ditumpuk menyilang

satu sama lain agar terkena angin. Proses pengeringan batu bata

memerlukan waktu dua hari jika kondisi cuacanya baik.

Sedangkan pada kondisi udara lembab, maka proses

pengeringan batu bata sekurang-kurangnya satu minggu.

5) Pembakaran Batu Bata

Pembakaran yang dilakukan tidak hanya bertujuan untuk

mencapai suhu yang dinginkan, melainkan juga memperhatikan

kecepatan pembakaran untuk mencapai suhu tersebut serta

kecepatan untuk mencapai pendinginan. Selama proses

pembakaran terjadi perubahan fisika dan kimia serta mineralogy

dari tanah liat tersebut. Proses pembakaran13

batu bata harus

berjalan seimbang dengan kenaikan suhu dan kecepatan suhu,

ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan, yaitu:

a) Tahap pertama adalah penguapan (pengeringan), yaitu

pengeluaran air pembentuk, terjadi hingga temperatur kira-

kira 120°C.

13 Miftakhul Huda dan Erna Hastuti, , h. 144

19

b) Tahap oksidasi, terjadi pembakaran sisa-sisa tumbuhan

(karbon) yang terdapat di dalam tanah liat. Proses ini

berlangsung pada temperatur 650°C-800°C.

c) Tahap pembakaran penuh. Batu bata dibakar hingga

matang dan terjadi proses sintering hingga menjadi bata

padat. Temperatur matang bervariasi antara 920°C1020°C

tergantung pada sifat tanah liat yang dipakai.

d) Tahap penahanan. Pada tahap ini terjadi penahanan

temperatur selama 1-2 jam. Pada tahap 1, 2 dan 3 kenaikan

temperatur harus perlahan-lahan, agar tidak terjadi kerugian

pada batanya. Antara lain: pecah-pecah, noda hitam pada

bata, pengembangan, dan lain-lain.14

Proses pembuatan bata merah tradisional Dalam pembuatan

batu bata terdapat tahapan- tahapan yaitu sebagai berikut:

1) Penggalian bahan mentah

Kegiatan penggalian tanah dilakukan pada kedalaman

tertentu yaitu 1 sampai 2 meter, karena apabila dalamnya lebih

dari 1 meter kualitas tanah kurang baik untuk pembuatan batu.

Bata atau bata merah adalah batu buatan yang berasal dari tanah

liat yang dalam keadaan lekat dicetak, dijemur beberapa hari

sesuai15

dengan aturan lalu dibakar sampai malang, sehingga

tidak dapat hancur lagi jika direndam dengan air.

2) Persiapan pengolahan bahan

Menyiapkan bahan untuk pembentukan bata merah yang

dimaksud dengan penyiapan bahan ini adalah penghancuran

tanah, pembersihan kotoran, kemudian pencampuran dengan air

sehingga bahan menjadi cukup lunak untuk dibentuk bata

merah.

14 Miftakhul Huda dan Erna Hastuti, h. 145 15 Rofi Taufik Nugroho, “Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Pengrajin Industri Bata

Merah Di Kecamatan Pataruman Jawa Barat”, Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta, 2014, h.

17

20

3) Membuat adonan

Adonan bata merah dibuat dengan cara mencampurkan

tanah liat dengan air dan campuran lain seperti abu sisa

pembakaran, adonan ini kemudian diinjak-injak menggunakan

kaki untuk mendapatkan hasil adonan yang baik.

4) Mencetak

Setelah adonan jadi kemudian adonan di cetak kotak-

kotak persegi panjang dengan cetakan bata merah yang terbuat

dari kayu berukuran 6 cm × 10cm × 20cm.

5) Proses pengeringan bata merah

Cara pengeringan adalah dengan menjemur batu bata di

tempat terbuka, waktu yang dibutuhkan untuk proses

pengeringan adalah 5-6 hari tergantung cuacanya.16

6) Proses pembakaran bata merah

Pada proses ini batu bata yang sudah kering dan tersusun

rapih sudah siap untuk dibakar, akan tetapi pembakaran batu

batatergantung dari keinginan pengrajin dan kondisi keuangan

perajin. Biasanya dalam satu bulan proses pembakaran yang

dilakukan satu kali. Dalam proses pembakaran batu bata ini

disediakan tempat khusus atau dibuatkan rumah-rumahan yang

disebut brak. Proses pembakaran menggunakan sekam bakar

atau berambut.

7) Pemilihan atau seleksi bata merah

Tumpukan bata merah yang sudah dibakar dibiarkan

selama kurang lebih satu minggu agar panasnya berangsur-

angsur turun. Setelah dingin tumpukan batu bata tersebut

dibongkar dan diseleksi untuk kemudian di jual.17

16 Rofi Taufik Nugroho, h. 18 17 Rofi Taufik Nugroho, h. 19

21

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Industri Bata

Merah

1) Bahan Baku

Menurut UU No.tahun 1984 Tentang Perindustrian,

bahan baku industri adalah bahan mentah yang diolah atau tidak

diolah yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana produksi dalam

industri.

Batu bata dibuat dari bahan dasar lempung atau tanah liat

ditambah air dan sekam. Lempung adalah tanah hasil pelapukan

batuan keras, seperti basalt (batuan dasar), andesit, daan granit

(batu besi). Bahan baku tambahan yang digunakan dalam

pembuatan bata merah adalah berambut (sekam) dan air.

Berambut digunakan sebagai campuran agar bata merah yang

dihasilkan tidak mudah retak, sedangkan air digunakan untuk

membantu proses pengolahan bahan mentah dan proses

pencetakan. Pengrajin bata merah di Kecamatan Pataruman

Kota Banjar biasanya mendapatkan bahan baku tanah dari

gunung dan tanah dari pinggiran sungai.

2) Bahan Bakar

Pembangkit tenaga diperlukan untuk menjalankan mesin

dan peralatan produksi yang berada didalam industri tertentu.

Terjaminnya kelangsungannya sumber tenaga ini berarti

terjaminnya pelaksanaan kegiatan produksi dalam industri yang

bersangkutan.

Proses pembakaran bata merah menggunakan bahan

bakar berupa sekam bakar atau kayu bakar untuk membakar bata

merah yang sudah dicetak dan dikeringkan. Biasanya

pembakaran dilakukan dalam sebuah tempat yang sudah

disediakan yaitu tobong atau brak.

22

3) Tenaga Kerja Menurut UU No.13 tahun Tentang

Ketenagakerjaan

Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu

melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik

untuk memenughi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarkat.

Tenaga kerja merupakan suatu faktor produksi sehingga

dalam kegiatan industri diperlukan sejumlah tenaga yang

mempunyai kemampuan dan keterampilan tertentu sesuai

dengan kebutuhan perusahaan. Pada industri kecil dan industri

rumah tangga seperti pada industri bata merah, biasanya tenaga

kerjanya terdiri dari dua kategori, yaitu tenaga kerja dari dalam

keluarga dan tenga dari luar keluarga.

Tenaga kerja yang digunakan oleh pengrajin industri bata

merah di Kecamatan Pataruman sebagian besar adalah tenaga

kerja dari keluarga dan rumah tangga, yaitu anggota keluarga

dan rumah tangga yang ikut bekerja dalam proses produksi bata

merah.

4) Modal

Modal merupakan faktor yang sangat penting dalam

kelancaran suatu produksi industri. Modal usaha dapat diperoleh

dengan dua cara, yaitu modal sendiri dan modal luar. Modal

sendiri adalah modal yang dimaksudkan oleh partisipasi

pemilik, yang seterusnya akan dioperasikan selama usaha

tersebut masih berjalan. Sedangkan modal luar adalah modal

luar adalah modal yang diperoleh selama waktu tertentu, karena

harus dikembalikan dengan disertai bunga. Modal dalam

industri bata merah dibedakan menjadi dua, yaitu :

a) Modal tetap dalam industri bata merah berupa peralatan

yang dipakai untuk proses pembuatan bata merah, seperti

cangkul, alat pencetak dan tempat untuk proses pembakaran

(brak).

23

b) Modal Operasional dalam proses produksi bata merah

adalah modal yang digunakan untuk membeli kebutuhan

yang berkaitan dengan usaha industri bata merah, seperti

bahan baku, membeli bahan bakar, dan mengupah tenaga

kerja.

5) Pemasaran

Menurut John Soeprihanto, Pemasaran merupakan suatu

sisitem keseluruhan dari suatu kegiatan yang ditujukan untuk

merencanakan, menentukan harga, memproduksi dan

mendistribusikan barang dan jasa yang yang memuaskan

kebutuhan para pembeli.

6) Transportasi

Peranan transportasi erat kaitannya dengan sarana untuk

penggangkutan bahan mentah ke tempat produksi sekaligus

ssbagai alat pengangkutan dalam usaha pemasaran hasil

produksi.Daerah-daerah dengan sarana transportasi yang baik

sangat menguntungkan bagi berdirinya suatu industri. Fasilitas

transportasi merupakan hal penting bagi setiap industri karena

transportasi yang baik dan cepat akan mendukung kelancaran

proses produksi.18

3. Lingkungan

a. Pengertian Lingkungan

Lingkungan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia dalam

Amos adalah berasal dari kata lingkung yaitu sekeliling, sekitar.

Lingkungan adalah bulatan yang melingkungi atau melingkari,

sekalian yang terlingkung di suatu daerah sekitarnya.19

Lingkungan menurut Ensiklopedia Umum dalam Amos

adalah alam sekitar termasuk orang-orangnya dalam hidup pergaulan

18 Rofi Taufik Nugroho, hlm. 17-22 19 Amos Neolaka, Kesadaran Lingkungan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), h. 25

24

yang mempengaruhi manusia sebagai anggota masyarakat dalam

kehidupan dan kebudayaannya.20

Lingkungan menurut Ensiklopedia Indonesia dalam Amos

adalah segala sesuatu yang ada di luar suatu organisme,

meliputi: (1) lingkungan mati (abiotik), yaitu lingkungan di luar

suatu organisme yang terdiri atas benda atau faktor alam yang

tidak hidup, seperti bahan kimia, suhu, cahaya, gravitasi,

atmosfer, dan lainnya, (2) lingkungan hidup (biotik), yaitu

lingkungan di luar suatu organisme yang terdiri atas organisme

hidup, seperti tumbuhan, hewa, dan manusia.21

Lingkungan adalah seluruh faktor luar yang mempengaruhi

suatu organisme, faktor-faktor ini dapat berupa organisme hidup

(biotic factor) atau variabel-variabel yang tidak hidup (abiotic

factor) misalnya suhu, curah hujan, panjangnya siang, angin, serta

arus-arus laut.22

UU Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal-1, menjelaskan bahwa

lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,

keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang

mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan

manusia serta makhluk hidup lain.23

Lingkungan diartikan sebagai kombinasi antara kondisi fisik dan

kelembagaan. Kondisi fisik mencakup keadaan sumber daya

alam seperti tanah, air, energi surya, udara, mineral, serta flora

dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan.

Sedangkan bagian kelembagaan dari lingkungan adalah ciptaan

manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan

fisik itu.24

20 Ibid, h. 25 21 Ibid, h. 25 22 HR. Mulyanto, Ilmu Lingkungan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 1 23 Ibid, h. 1 24 M. Suparmoko, Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, (Yogyakarta: BPFE,

2012), h. 3

25

Lingkungan adalah suatu sistem kompleks yang berada di

luar individu yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

organisme.25

Dapat disimpulkan penulis bahwa lingkungan merupakan

bagian dari unsur kehidupan di dunia dengan cakupan yang sangat

luas yang meliputi dua faktor yaitu biotik dan abiotik seperti

manusia itu sendiri, hewan, tumbuhan, ruang, daya, keadaan, suhu,

curah hujan, panjangnya siang, angin, arus-arus laut dan sebagainya

yang semuanya saling mempengaruhi satu dengan lainnya.

Berdasarkan Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Pokok

Lingkungan Hidup No. 23 Tahun 1997, unsur-unsur lingkungan

hidup adalah:

1) Sumber daya manusia

2) Sumber daya hayati

3) Sumber daya non hayati

4) Sumber daya buatan

Namun, ada konsep lain yang menyebutkan bahwa

lingkungan hidup disusun oleh unsur ABC yaitu:

1) Abiotic environment, komponen lingkungan fisik (SDA non

hayati)

Komponen sumber daya non hayati (abiotik) merupakan

komponen benda-benda mati dan keadaan fisik seperti air,

tanah, udara, suhu, kelembaban, angin dan lain-lain. Sumber

alam abiotik tidak memiliki kemampuan untuk bertambah

banyak, non renewable resources, seperti minyak bumi, batu

bara dan lain-lain. Karena keterbatasan sumber daya abiotik

diperlukan adanya kebijakan dalam penggunaan dan

pemanfaatannya untuk dapat mendukung pemenuhan kebutuhan

manusia.

25 Nasruddin Anshoriy Ch dan Sudarsono, Kearifan Lingkungan dalam Perspektif Budaya

Jawa, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h. 2

26

Dalam UUPLH tahun 1997 terdapat ketentuan perlindungan

sumber daya alam non hayati yang meliputi tentang air, tanah,

udara, bahan galian, bentang alam dan formasi geologis

(perwujudan alam yang penting untuk ilmu pengetahuan).

Tanah merupakan sumber daya alam yang paling

strategis dan dimungkinkan sangat rawan akan konflik. Tanah

adalah sumber daya lahan untuk melakukan pembangunan, tapi

sifatnya terbatas sehingga perlu diperhatikan agar tanah tidak

rusak ataupun diterlantarkan. Untuk itu diterapkan wacana

pengelolaan tata ruang atau tata guna tanah dalam rangka

melindungi kelestariannya.

Air adalah sumber utama kehidupan manusia. Karena

mempengaruhi hajat hidup orang banyak pemerintah

menerapkan tata guna air, dimana pengelolaan didasarkan tidak

hanya pada penggunaan tapi juga pengembangan dan

pemanfaatan air atau sumber air guna meningkatkan taraf hidup

rakyat. Air di muka bumi meliputi:

a) Air Tawar, dari darat: Air permukaan yaitu sungai, danau

rawa dan salju, air bawah tanah

b) Air Asin, berupa air laut.

2) Biotic environment, komponen biologi (SDA hayati)

Sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur hayati di

alam yang terdiri dari sumber daya alam nabati (tumbuhan) dan

sumber daya alam hewani (satwa) yang bersama dengan unsur

non hayati di sekitarnya secara keseluruhan membentuk

ekosistem (UUPLH No. 23 tahun 1997).

Sumber daya alam hayati (biotik) berupa semua

tumbuhan dan tanaman (flora), hewan (fauna), mikroba dan

jasad renik lainnya yang hidup di darat, laut dan udara. Sumber

daya ini memiliki sifat dapat diperbaharui, yaitu dengan cara

memperbanyak diri melalui perkembangbiakan. Karena sifat

27

inilah maka sumber daya hayati disebut juga dengan renewable

resources.

Tumbuhan sebagai sumber hayati dapat digunakan

untuk:

a) Penghasil bahan dasar obat-obatan, contoh: jahe, kunyit.

b) Penghasil minyak nabati, contoh: kelapa.

c) Tanaman hias, contoh: anggrek, mawar.

d) Penghasil pangan, contoh: padi, gandum.

e) Penghasil kayu, contoh: pohon jati, meranti.

f) Mengatasi pencemaran lingkungan, contoh tumbuhan yang

dapat menyerap zat pencemar adalah enceng gondok (di

perairan). Sedangkan di darat tumbuhan dapat menyerap

pencemaran dari asap-asap industri maupun sarana

transportasi.

Dalam kehidupan sehari-hari terdapat kerancuan istilah

antara tumbuhan dan tanaman. Tumbuhan adalah semua

kelompok flora yang hidupnya terjadi secara alami, seperti hutan

primer (hutan yang terbentuk tanpa ada campur tangan

manusia). Sedangkan tanaman adalah kelompok flora yang

hidup karena ditanam oleh manusia, termasuk didalamnya

tanaman budidaya untuk pangan dan industri.

Hewan (satwa) memiliki peran dalam kehidupan

manusia sebagai:

a) Sumber protein hewani, contoh: ikan, ayam.

b) Bahan sandang, contoh: domba.

c) Penyerbuk bunga, contoh: serangga.

d) Penyubur tanaman, contoh: cacing.

e) Pembasmi hama, contoh: ular, burung sebagai pengendali

hama biologis.

28

Sumber daya alam hayati, terutama di Indonesia,

memiliki keanekaragaman (diversifikasi) jenis yang sangat

tinggi, baik yang hidup di darat maupun perairan.

3) Cultural environment, komponen kebudayaan (SDM, SD

buatan)

Lingkungan hidup manusia tidak dapat dipisahkan dari

lingkungan hidup (fisik, biologis, geografis, sosio-budaya dan

ekonomis). Ada beberapa model interaksi antara manusia

dengan lingkungannya, antara lain:

a) Manusia sangat dipengaruhi oleh lingkungan fisik (fisis

determinis).

b) Manusia mempengaruhi lingkungan fisik (possibilisme).

c) Manusia dan lingkungan fisik saling mempengaruhi

(immanimisme).

d) Kebudayaan menjadi perantara hubungan antara manusia

dengan lingkungan (probabilisme).

Sumber daya buatan merupakan hasil dari campur tangan

manusia, ilmu dan teknologi sehingga alam berubah menjadi

lingkungan binaan (tidak alami). Sumber daya buatan ini

meliputi bendungan, waduk, instalasi energi, perumahan,

pemukiman dan lainnya. Perubahan sifat lingkungan dari yang

alami menjadi tidak alami cenderung mengakibatkan kerusakan

lingkungan karena banyaknya rantai ekosistem yang terputus

sehingga mempengaruhi nilai-nilai lingkungan alami. Pada saat

ini kecenderungan pembangunan yang dilakukan manusia lebih

mengutamakan kepentingan ekonomis daripada kepentingan

ekologis. Apalagi jumlah penduduk terus bertambah sehingga

sumber daya binaan pun makin meluas.26

26 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pokok Lingkungan Hidup diakses

01/08/2018 pkl 01:02 wib.

29

b. Lingkungan Fisik

Lingkungan fisik adalah segala benda mati dan keadaan fisik

yang ada disekitar individu-individu, seperti batu-batuan, mineral,

air, udara, unsur-unsur iklim, cuaca, suhu, kelembapan, angin, faktor

gaya berat, dan lain-lain.27

Lingkungan fisik atau yang disebut lingkungan abiotik adalah

istilah yang biasanya digunakan untuk menyebut sesuatu yang tidak

hidup (benda-benda mati). Komponen abiotik merupakan komponen

penyusun ekosistem yang terdiri dari benda-benda tak hidup. Secara

terperinci, komponen abiotik merupakan keadaan fisik dan kimia di

sekitar organisme yang menjadi medium dan substrat untuk

menunjang berlangsungnya kehidupan organism tersebut.

Beberapa contoh komponen abiotik adalah sebagai berikut:

1) Air

Hampir semua makhluk hidup membutuhkan air. Karena

itu,air merupakan komponen yang sangat vital bagi kehidupan.

Sebagian besar tubuh makhluk hidup tersusun oleh air dan tidak

ada satupun makhluk hidup yang tidak membutuhkan air.

Meskipun demikian, kebutuhan organisme akan air tidaklah

sama antara satu dengan yang lainnya. Begitu pula dengan

ketersediaan air di suatu daerah, tidak sama antara daerah satu

dengan yang lainnya.

Hal ini juga akan mempengaruhi cara hidup organisme

yang ada di daerah-daerah tersebut. Misalnya hewan yang hidup

di daerah gurun akan memiliki kapasitas penggunaan air yang

relatif sedikit sebagai penyesuaian terhadap lingkungan

hidupnya yang miskin air. Berbagai jenis tumbuhan yang ada

juga beradaptasi dengan keadaan tersebut, salah satunya dengan

27 Imam Supardi, Lingkungan Hidup dan Kelestariannya, (Bandung: P.T. Alumni, 2003),

h. 2

30

membentuk daun yang tebal dan sempit sehingga mengurangi

penguapan, contohnya adalah tumbuhan kaktus.

Air merupakan faktor yang sangat penting dalam

mendukung kehidupan, baik untuk hewan maupun untuk

tumbuh-tumbuhan. Banyaknya air untuk mendukung kehidupan

setiap species adalah tidak sama. Ada yang hanya memerlukan

sedikit air saja untuk hidupnya seperti tumbuh-tumbuhan

xerophyt dan hewan-hewan yang hidup di padang pasir karena

mereka ini mempunyai adaptasi tertentu yang memungkinkan

mereka hidup dalam kekeringan. Ada yang memerlukan banyak

air untuk hidupnya seperti hewan-hewan yang hidup di air dan

tumbuh-tumbuhan mexophy yaitu tumbuh-tumbuhan di darat

dan hewan-hewannya memerlukan air secukupnya, di antara

kedua hal tersebut.

Untuk manusia sendiri dalam menunjang kehidupannya,

air merupakan hal yang vital. Agar didapatkan kehidupan yang

sehat dan bersih, diperlukan banyak air yang bersih. Yang

dimaksudkan dengan air yang bersih ialah air yang tidak

berwarna, tidak berbau dan tidak mengandung zat-zat yang

dapat mengganggu kesehatan tubuhnya. Air bisa berperan

sebagai penyebar penyakit yang akhirnya dapat mengganggu

kesehatan dan lingkungan hidup manusia. Di samping sebagai

keperluan pokok untuk keperluan tubuh, air juga penting dalam

membantu bermacam-macam proses baik itu dalam rangka

penggalian dan pengelolaan atau pengolahan sumber-sumber

alam untuk menunjang kehidupan manusia maupun untuk

memproses bahan-bahan yang diperlukan manusia.28

28 Imam Supardi, Lingkungan Hidup dan Kelestariannya, (Bandung: P.T. Alumni, 2003),

h. 21-22

31

2) Udara

Udara sangat penting bagi kehidupan di bumi ini.

Oksigen diperlukan manusia dan hewan untuk bernapas atau

karbondioksida yang diperlukan tumbuhan untuk berfotosintesis

juga berasal dari udara. Bahkan bumi pun dilindungi oleh

atmosfer yang merupakan lapisan-lapisan udara.

Polusi Udara tersebut berasal dari kegiatan mesin-mesin

produksi pabrik yang pembuangan limbah asapnya melalui

cerobong perusahaan, terutama perusahaan yang dalam produksi

lebih banyak melakukan kegiatan pembakaran.

Berikut ndikator Polusi udara adalah sebagai berikut:

a) Indikator Fisik

Untuk mengetahui adanya sifat-sifat udara yang

dapat diamati. Udara yang bersih seharusnya tidak berwarna

dan tidak berbau. Adanya warna atau bau pada udara

menunjukan adanya polutan.

b) Indikator Kimia

Konsentrasi senyawa-senyawa polutan di udara

dapat menjadi indikator polusi udara. Kandungan senyawa

kimia di udara secara normal terutama adalah N2

(Nitrogen). Senyawa gas lainnya seperti karbon monoksida

(CO), sulfur dioksida (SO2), ozon (O2) dan materi partikulat

(debu).

c) Indikator Biologi

Polusi udara dapat diamati dari makhluk hidup

lumut keras (Lichenes). Makhluk hidup ini banyak

ditemukan menempel di batang pohon atau di permukaan

batuan. Lumut keras dapat dijadikan indikator polusi udara

karena makhluk hidup ini memiliki tingkat sensivitas tinggi.

32

3) Cahaya matahari

Keadaan udara di suatu tepat dipengaruhi oleh cahaya

matahari, kelembapan, dan juga temperatur (suhu). Intensitas

cahaya matahari yang diterima oleh suatu daerah akan

mempengaruhi kelembaban atau kadar uap air di udara. Selain

itu, cahaya matahari juga menyebabkan peningkatan suhu atau

temperatur udara. Adanya perbedaan temperatur menyebabkan

terjadinya perbedaan tekanan udara, sehingga udara mengalir

atau bergerak membentuk angin. Kesemuanya memberikan

pengaruh bagi organisme.

Cahaya matahari merupakan sumber energi utama semua

makhluk hidup, karena dengannya tumbuhan dapat

berfotosintesis. Sedangkan keberadaan uap air di udara akan

mempengaruhi kecepatan penguapan air dari permukaan tubuh

organisme. Organisme yang hidup di daerah panas (suhu udara

tinggi dan kelembaban rendah) akan berupaya untuk

mengurangi penguapan air dari dalam tubuh, misalnya unta yang

merupakan hewan khas padang pasir. Sedangkan beruang kutub,

karena hidup di lingkungan yang sangat dingin, beradaptasi

dengan memiliki rambut yang tebal.

Selain perbedaan suhu udara juga bisa menimbulkan

angin, yaitu aliran udara akibat perbedaan tekanan. Sehingga

organisme akan menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut.

Contohnya pada tumbuhan. Tumbuhan yang hidup di daerah

dengan angin yang kencang, daerah pantai misalnya,

membentuk sistem perakaran yang kuat dan batang yang elastis

supaya tidak mudah patah ketika diterpa angin. Contohnya jenis

tumbuhan tersebut adalah cemara udang.

33

4) Tanah

Keberadaan suatu ekosistem juga dipengaruhi oleh

kondisi tanah. Bila bumi hanya berisi batu dan logam, tanpa ada

tanah maka tidak akan ada berbagai jenis tumbuhan dan

organisme lainnya.

Tanah merupakan tempat hidup bagi berbagai jenis

organisme, terutama tumbuhan. Adanya tumbuhan akan

menjadikan suatu daerah memiliki berbagai organisme pemakan

tumbuhan dan organisme lain yang memakan pemakan

tumbuhan tersebut. Sebagai perbandingan adalah tanah yang

subur dengan tanah yang tandus. Kualitas tanah bisa dilihat dari

derajat keasaman (pH), tekstur (komposisi partikel tanah), dan

kandungan garam mineral atau unsur hara.

Berikut ini ciri-ciri kesuburan tanah adalah sebagai

berikut :

a) Memiliki lapisan humus tebal

b) Memiliki pH tanah netral

c) Tekstur lempung

d) Kaya dengan biota tanah

e) Dapat ditumbuhi berbagai macam tanaman.

Berikut ini indikator kesuburan tanah adalah sebagai

berikut :

a) Kapasitas absorbsi

b) Tingkat kejenuhan basa

c) Kandungan liat

d) Kandungan bahan organik.

5) Topografi

Topografi adalah letak suatu tempat dipandang dari

ketinggian di atas permukaan air laut atau dipandang dari garis

bujur dan garis lintang. Topografi yang berbeda menyebabkan

perbedaan penerimaan intensitas cahaya, kelembaban, tekanan

34

udara, dan suhu udara, sehingga topografi dapat

menggambarkan distribusi makhluk hidup.

6) Iklim

Iklim merupakan keadaan cuaca rata-rata di suatu tempat

yang luas dalam waktu yang lama (30 tahun), terbentuk oleh

interaksi berbagai komponen abiotik seperti kelembaban

udara,suhu, curah hujan, cahaya matahari, dan lain sebagainya.

Iklim mempunyai hubungan yang erat dengan komunitas

tumbuhan dan kesuburan tanah. Contohnya adalah di daerah

yang beriklim tropis, seperti Indonesia, memiliki hutan yang

lebat dan kaya akan keanekaragaman hayati yang disebut hutan

hujan tropis sedang kan di daerah subtropis hutan seperti itu

tidak dijumpai.29

c. Kondisi Sosial Ekonomi

Menurut Singarimbum dan Penny dalam Imam Nawawi

kondisi sosial ekonomi adalah keadaan struktur sosial ekonomi

masyarakat dalam suatu daerah. Dengan empat parameter yang

digunakan untuk mengukur kondisi sosial ekonomi yaitu: mata

pencaharian, pendidikan, kesehatan, dan transportasi.30

Menurut Bintarto dalam Imam Nawawi kondisi sosial ekonomi

adalah sutau usaha bersama dalam suatu masyarakat untuk

menanggulangi atau mengurangi kesulitan hidup. Dengan lima

parameter yang dapat digunakan untuk mengukur kondisi sosial

ekonomi yaitu: usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,

pekerjaan, dan pendapatan.31

Menurut Sumardi dalam Basrowi dan Juariyah kondisi sosial

ekonomi adalah suatu kedudukan yang diatur secara sosial dan

menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam masyarakat,

29 https://id.wikipedia.org/wiki/Abiotik, diakses tanggal 16 November 2017 pukul 17.53 30 Imam Nawawi, Pengaruh Keberadaan Industri Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi dan

Budaya Masyarakat (Studi Kasus di Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung),

Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 2014, h. 18 tidak dipublikasikan 31 Ibid., h. 19

35

pemberian posisi itu disertai pula dengan seperangkat hak dan

kewajiban yang harus dimainkan oleh pembawa status.32

Berdsarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa

kondisi sosial ekonomi merupakan sutau usaha dari masyarakat

untuk menanggulangi atau mengurangi kesulitan hidup serta dalam

memenuhi kebutuhan hidup. Dengan menggunakan beberapa

parameter untuk kondisi sosial ekonomi antara lain: usia, jenis

kelamin, mata pencaharian, pendidikan, kesehatan, dan pendapatan.

Pada akhirnya faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi tingkat

kesejahteraan. Jadi kondisi sosial ekonomi merupakan segala sesuatu

yang berkenaan dengan masyarakat terutama dalam kaitannya untuk

mencapai kesejahteraan dengan cara memanfaatkan tenaga, waktu,

dan sebagainya.

Keberadaan industri di suatu daerah dalam skala industri

besar maupun skala indusrti kecil akan memberi pengaruh dan

membawa perubahan terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat

sekitarnya baik secara langsung maupun tidak langsung seperti

tersedianya lapangan pekerjaan dan akan berpengaruh pada tingkat

pendapatan masyarakat. Tumbuh kembangnya industri di tengah-

tengah masyarakat dapat memberikan peluang adanya kesempatan

kerja.

Kondisi sosial ekonomi yang di maksud dalam penelitian ini

adalah gambaran umum mengenai keadaan sosial ekonomi

masyarakat Desa Wanarata yang bekerja di industri bata merah,

meliputi tingkat pendidikan, kesehatan, pendapatan, dan kepemilikan

fasilitas hidup. Adapun secara umum perbaikan kondisi sosial

ekonomi tersebut dijelaskan sebagai berikut:

32 Basrowi dan Siti Juariyah, Analisis Kondisi Sosial Ekonomi dan Tingkat Pendidikan

Masyarakat Desa Srigading Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur, Jurnal

Ekonomi dan Pendidikan, Vol. 7 Nomor 1, 2010, h. 60

36

1) Pendidikan

John Dewey dalam Hasbullah memaknai pendidikan

sebagai “proses pembentukan kecakapan-kecakapan

fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan

sesama manusia”.33

Langeveld dalam Hasbullah memberikan pengertian

pendidikan ialah setiap usaha pengaruh, perlindungan dan

bantuan yang diberikan kepada anak tertuju pada

pendewasaan anak itu, atau lebih tepatnya membantu anak

agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.

Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (yang diciptakan

oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup

sehari-hari dan sebagainya). Dan ditujukan kepada orang

yang belum dewasa.34

Menurut Ihsan dalam Zurinal dan Wahdi Sayuti

pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan

mengembangkan potensi-potensi pembawaan, baik potensi

jasmani dan rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam

masyarakat dan kebudayaan.35

Pendidikan yang sejatinya merupakan alat atau media

untuk menggali kemampuan dan intelektualitas manusia juga

memiliki fungsi, “Fungsi utama pendidikan ialah

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak,

kepribadian serta peradaban yang bermartabat dalam hidup dan

kehidupan atau dengan kata lain pendidikan berfungsi

memanusiakan manusia agar manusia menjadi yang benar sesuai

dengan norma yang dijadikan landasan.36

Selain fungsi, pendidikan juga memiliki tujuan,

tujuannya adalah sebuah hal mutlak dari pendidikan karena

33 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2008),

h. 2 34 Ibid. 35 Zurinal dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan: Pengantar & Dasar-Dasar Pelaksanaan

Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h.1 36 Abdul Kadir, dkk, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2012), h. 81

37

inilah yang menjadi tolak ukur serta arah bagi suatu pendidikan.

Tujuan pendidikan menurut Langeveld dalam abdul Kadir dkk,

dibedakan menjadi enam bagian, namun penulis mengambil

pandangannya yang bersifat umum tentang tujuan pendidikan

menurutnya, bahwa “tujuan umum yang akan dicapai di akhir

proses pendidikan yaitu tercapainya kedewasaan jasmani dan

rohani peserta didik”.37

Pemenuhan atas hak untuk mendapatkan pendidikan

yang bermutu merupakan ukuran keadilan dan pemerataan atas

hasil pembangunan dan sekaligus merupakan investasi sumber

daya manusia yang diperlukan untuk mendukung

keberlangsungan pembangunan. Pemerataan, akses dan

peningkatan mutu pendidikan akan membuat warga negara

Indonesia memiliki kecakapan dalam rangka pembangunan

manusia seutuhnya. Beberapa indikator output yang dapat

menunjukkan kualitas pendidikan SDM antara lain Angka

Partisipasi Sekolah (APS), dan Angka Partisipasi Murni (APM).

Indikator input pendidikan salah satunya adalah fasilitas

pendidikan.

a) Angka Partisipasi Sekolah (APS)

Salah satu tujuan dari Millenium Development

Goals (MDGs) adalah menjamin bahwa sampai dengan

tahun 2015 semua anak, baik laki-laki maupun perempuan

dapat menyelesaikan pendidikan dasar (primary schooling).

Salah satu indikator yang dapat digunakan adalah Angka

Partisipasi Sekolah (APS) untuk menilai pencapaian MDGs

yaitu melihat akses pendidikan pada penduduk usia sekolah.

Penduduk usia sekolah tersebut kemudian digolongkan pada

kelompok usia 1) 7-12 tahun; 2) 13-15 tahun; dan 3) 16-18

tahun.

37 Ibid., h. 81

38

b) Angka Partisipasi Murni (APM)

Angka Partisipasi Murni (APM) merupakan

persentase jumlah anak yang sedang bersekolah pada

jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya terhadap

jumlah seluruh anak pada kelompok usia sekolah yang

bersangkutan. Secara sederhana APM dikelompokkan ke

dalam: 1) Sekolah Dasar; 2) Sekolah Menengah Pertama;

dan 3) Sekolah Menengah Atas atau Kejuruan.38

2) Pendapatan

Menurut Sumardi dalam Endang mengemukakan bahwa

pendapatan yang diterima oleh penduduk akan dipengaruhi oleh

tingkat pendidikan yang dimilikinya. Pendapatan merupakan

jumlah semua pendapatan kepala keluarga maupun anggota

lainnya yang diwujudkan dalam bentuk uang atau barang.39

Tingkat ekonomi masyarakat disesuaikan dengan

pendapatan dibagi menjadi 3 (tiga) tingkatan yaitu:

a) Ekonomi tinggi, golongan yang berpenghasilan tinggi

adalah golongan yang mempunyai penghasilan atas

pekerjaannya jauh lebih besar dibandingkan dengan

kebutuhan pokoknya. Kebutuhan pokok adalah kebutuhan

esensial yang sedapat mungkin harus dipenuhi. Kebutuhan

esensial ini seperti makanan, pakaian, perumahan,

kesehatan, pendidikan, partisipasi, transportasi, perawatan

pribadi dan rekreasi.

b) Ekonomi sedang/menengah, golongan berpenghasilan

sedang sudah dekat dengan golongan yang berpenghasilan

tinggi. Ini berarti golongan yang berpenghasilan ekonomi

38

Badan Pusat Statistik, Indikator Kesejahteraan Rakyat 2015, (Jakarta: Badan Pusat

Statistik, 2015) h. 85. 39 Endang Sri Indrawati, Status Sosial Ekonomi dan Intensitas Komunikasi Keluarga

Pada Ibu Rumah Tangga di Panggung Kidul Semarang Utara, Jurnal Psikologi Undip, Vol. 14,

No. 1, April, 2015, h. 54-55

39

sedang cenderung masih dapat menyi-sihkan hasil kerjanya

untuk kebutuhan lain yang sifatnya tidak esensial.

c) Ekonomi rendah adalah golongan miskin yang memperoleh

pendapatannya sebagai imbalan atas pekerjaanya yang

jumlahnya sangat sedikit apabila dibandingkan pemenuhan

kebutuhan pokoknya. Kebutuhan esensial tidak dapat

terpenuhi maksimal.

Berdasarkan jenisnya, Biro Pusat Statistik membedakan

pendapatan menjadi dua yaitu sebagai berikut:

d) Pendapatan Berupa Barang

Pendapatan berupa barang merupakan segala

penghasilan yang bersifat regular dan biasa, akan tetapi

tidak selalu berupa balas jasa dan diterimakan dalam bentuk

barang atau jasa. Barang dan jasa yang diterima/diperoleh

dinilai dengan harga pasar sekalipun tidak di imbangi

ataupun disertai transaksi uang oleh yang menikmati barang

dan jasa tersebut. Demikian juga penerimaan barang secara

cuma-cuma, pembelian barang dan jasa dengan harta

subsidi atau reduksi dari majikan merupakan pendapatan

berupa barang.

e) Pendapatan Berupa Uang

Berdasarkan bidang kegiatannya, pendapatan

meliputi pendapatan sektor formal dan pendapatan sektor

informal. Pendapatan sektor formal adalah segala

penghasilan baik berupa barang atau uang yang bersifat

regular dan diterimakan biasanya balas jasa di sektor formal

yang terdiri dari pendapatan berupa uang, meliputi: gaji,

upah dan hasil infestasi dan pendapatan berupa barang-

barang meliputi: beras, pengobatan, transportasi,

perumahan, maupun yang berupa rekreasi. Sedangkan

pendapatan sektor informal adalah segala penghasilan baik

40

berupa barang maupun uang yang diterima sebagai balas

jasa di sektor informal yang terdiri dari pendapatan dari

hasil infestasi, pendapatan yang diperoleh dari keuntungan

sosial, dan pendapatan dari usaha sendiri, yaitu hasil bersih

usaha yang dilakukan sendiri, komisi dan penjualan dari

hasil kerajinan rumah.

Pendapatan yang diterima oleh penduduk akan

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimilikinya. Dengan

pendidikan yang tinggi mereka akan dapat memperoleh

kesempatan yang lebih luas untuk mendapatkan pekerjaan yang

lebih baik disertai pendapatan yang lebih besar. Sedangkan bagi

penduduk yang berpendidikan rendah akan mendapat pekerjaan

dengan pendapatan yang kecil.40

3) Kesehatan

Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam

semua aspek. Secara keseluruhan kesehatan dicapai melalui

kombinasi dari fisik, mental, dan kesejahteraan sosial

ekonomi.41

Kesehatan menjadi modal dasar untuk dapat

melangsungkan hidupnya.

Sebagaimana pengertian kesehatan menurut (Organisasi

Kesehatan Dunia WHO) Tahun 1948 menyebutkan bahwa

pengertian kesehatan adalah sebagai “Suatu keadaan fisik,

mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan

penyakit atau kelemahan.” Sedangkan menurut Ridley kesehatan

merupakan unsur penting agar kita menikmati hidup yang

berkualitas, baik di rumah maupun dalam pekerjaan. Kesehatan

juga merupakan faktor penting menjaga keberlangsungan sebuah

40 Fatimah Djafar, Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Motivasi

Belajar Anak, Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Vol. 2, No. 1, Februari, 2014, h. 5 41 Charis Christiani, Pratiwi, dan Bambang, Analisis Dampak Kepadatan Penduduk

Terhadap Kualitas Hidup Masyarakat Provinsi Jawa Tengah, Jurnal Ilmiah, h. 104

41

organisasi.42

Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik

kesimpulannya bahwa kesehatan merupakan unsur penting agar

kita menikmati hidup yang berkualitas baik itu keadaan fisik,

mental, maupun sosial kesejahteraan manusia baik di rumah

maupun dalam pekerjaan dan juga Kesehatan juga merupakan

faktor penting menjaga keberlangsungan sebuah organisasi.

Terciptanya kondisi sehat harus dilakukan agar kesehatan

itu terpelihara, usaha – usaha tersebut sebagaimana diungkapkan

oleh Entjang (dalam Imam Nawawi) yaitu :

a) Memelihara kebersihan

b) Konsumsi makanan yang sehat

c) Cara hidup yang teratur

d) Meningkatkan daya tahan tubuh dan kesehatan jasmani

e) Meningkatkan taraf kesehatan rohaniah

f) Melengkapi rumah dengan fasilitas yang menjamin hidup

sehat

g) Pemeriksaan kesehatan.43

Uraian di atas menjelaskan bahwa begitu banyak usaha

yang bisa dilakukan dalam menciptakan kesehatan, sehingga

kesehatan tersebut terjaga, seperti pemeliharaan kebersihan baik

itu jasmani maupun rohaniah. Kesehatan masyarakat menjadi

indikator yang penting dalam melihat kondisi sosial ekonominya,

karena dengan kesehatan yang baiklah para masyarakat dapat

melakukan aktifitas kesehariannya dengan baik.

42 Achmad Suaeb, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (Studi Kasus: Pembersih Kaca

Jendela), Jurnal Ilmiah, Vol. 100, 2016, h. 3 43 Imam Nawawi, Pengaruh Keberadaan Industri Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi dan

Budaya Masyarakat (Studi Kasus di Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung),

Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 2014, h. 23 tidak dipublikasikan

42

4) Kepemilikan Fasilitas Hidup

Pemilikan kekayaan atau fasilitas adalah kekayaan dalam

bentuk barang-barang di mana masih bermanfaat dalam

menunjang kehidupan ekonominya. Fasilitas atau kekayaan itu

antara lain: barang-barang berharga dan jenis kendaraan pribadi.

Barang-barang yang berharga tersebut antara lain: tanah, sawah,

rumah dan lain-lain.44

Rumah merupakan salah satu kebutuhan primer,

kebutuhan yang paling mendasar yang tidak dapat dilepaskan

dari kehidupan manusia sekaligus merupakan faktor penentu

indikator kesejahteraan rakyat. Rumah selain sebagai tempat

tinggal, juga dapat menunjukkan status sosial seseorang, yang

berhubungan positif dengan kualitas/kondisi rumah. Semakin

tinggi status sosial seseorang semakin besar peluang untuk

memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal dengan kualitas yang

lebih baik. Selain itu rumah juga merupakan sarana

pengamanan dan pemberian ketentraman hidup bagi manusia

dan menyatu dengan lingkungannya. Kualitas lingkungan

rumah tinggal mempengaruhi status kesehatan penghuninya.

a) Status Kepemilikan Rumah Tinggal

Status kepemilikan rumah tinggal merupakan salah

satu indikator untuk melihat tingkat kesejahteraan dan

juga peningkatan taraf hidup masyarakat. Kondisi

ekonomi rumah tangga sangat berpengaruh terhadap

kepemilikan rumah tinggal. Status kepemilikan rumah

tinggal yang dicakup di sini adalah rumah milik sendiri,

kontrak, sewa, bebas sewa, rumah dinas, rumah milik

orang tua/saudara atau status rumah kepemilikan lainnya.

Rumah tangga yang menempati rumah milik sendiri dapat

44 Fatimah Djafar, Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Motivasi

Belajar Anak, Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Vol. 2, No. 1, Februari, 2014, h. 5

43

dikatakan telah mampu memenuhi kebutuhan akan tempat

tinggal yang terjamin dan permanen dalam jangka

panjang.

b) Fasilitas yang Dimiliki

Kualitas kenyamanan rumah tinggal ditentukan oleh

kelengkapan fasilitas rumah tinggal, seperti tersedianya air

bersih, sanitasi yang layak, serta penerangan yang baik.

Ketersediaan dalam jumlah yang cukup terutama untuk

keperluan minum dan masak dapat bersumber dari air

kemasan, air isi ulang maupun air dari ledeng. Sedangkan

penyediaan sarana jamban merupakan bagian dari usaha

sanitasi yang cukup penting peranannya. Jika ditinjau dari

sudut kesehatan lingkungan, pembuangan kotoran manusia

yang tidak saniter akan mencemari lingkungan terutama

tanah dan sumber air.

Fasilitas rumah tinggal yang berkaitan dengan hal

tersebut adalah ketersediaan jamban sendiri dengan tangki

septik dan jamban sendiri namun belum menggunakan

tangki septik. Fasilitas perumahan lainnya yang juga

penting adalah penerangan. Sumber penerangan yang ideal

adalah yang berasal dari listrik (PLN dan Non PLN),

karena cahaya listrik lebih terang dibanding sumber

penerangan lainnya. Fasilitas lain yang dapat digunakan

untuk mengukur tingkat kesejahteraan adalah dengan

melihat fasilitas barang apa saja yang dimiliki. Barang-

barang tersebut dapat berupa emas maupun kendaraan.45

45

Badan Pusat Statistik, Indikator Kesejahteraan Rakyat 2015, (Jakarta: Badan Pusat

Statistik, 2015) h. 112.

44

B. Penelitian yang Relevan

Tabel 2.1

Penelitian yang Relevan

No Penulis Judul Persamaan Perbedaan Hasil

1. M.

Deismasuci,

D. Rohmat

dan Y. Malik.

Dampak

Industri Bata

Merah

Terhadap Kondisi

Lingkungan

di Kecamatan

Nagreg

Pada

penelitian ini

persamaannya

adalah peneliti sama-sama

meneliti

tentang industri bata

merah.

Perbedaannya

peneliti

melakukan

penelitian dengan

menggunakan

metode penelitian

deskriptif

sedangkan penulis

menggunakan

metode

penelitian deskritif

analisis

dengan pendekatan

Kuantitatif.

Keberadaan

industri bata

merah

memberikan dampak pada

lingkungan

sosial seperti memberikan

peluang

pekerjaan bagi

penduduk,

pendapatan,

dan tingkat pendidikan

serta dampak

kepada lingkungan

fisik seperti

lubang bekas

galian dan kerusakan

jalan.

2. Vina Pratiwi

Keterkaitan Antara

Industri Bata

Merah

Dengan Kondisi

Lingkungan

di Desa Leuwilaja

Kecamatan

Sindangwangi Kabupaten

Majalengka.

Pada penelitian ini

persamaannya

adalah peneliti

sama-sama meneliti

tentang

industri bata merah.

Perbedaannya ada pada

analisis data,

objek dan

subjek atas penelitian

Hasil Adanya

industri bata

merah

mempengaruhi kondisi

sosial

ekonomi penduduk

setempat,

baik pendapatan,

pendidikan,

dan

kepemilikan fasilitas

hidup.

3. Rofi Taufik Nugroho

Tingkat Kesejahteraa

n Rumah

Tangga

Pada penelitian ini

persamaannya

adalah peneliti

Perbedaannya yaitu pada

penelitian ini

teknik

Tingkat kesejahteraan

rumah

tangga

45

Pengrajin Industri Bata

Merah di

Kecamatan Pataruman

Jawa Barat

sama-sama meneliti

tentang

industri bata merah.

pengumpulan data

menggunakan

wawancara, dokumentasi

dan observasi.

Sedangkan

penulis teknik pengumpulan

data

menggunakan angket,

wawancara,

obsevasi dan dokumentasi

pengrajin bata merah di

Kecamatan

Pataruman Jawa Barat

sejahtera

berdasarkan

indikator-indikator dari

BPS tahun

2005.

C. Kerangka Berfikir

Menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1984 dalam Albert Napitupulu

industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,

barang setengah jadi, atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih

tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan

perekayasaan industri.46

Menurut Badan Pusat Statistik, industri digolongkan menjadi empat

menurut banyaknya tenaga kerja, yaitu: 1) Industri Rumah Tangga adalah

industri yang menggunakan tenaga kerja antara 1-4 orang. Ciri industri ini

memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota

keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga

itu sendiri atau anggota keluarganya. 2) Industri Kecil adalah industri yang

tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang, Ciri industri kecil

adalah memiliki modal yang relative kecil, tenaga kerjanya berasal dari

lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. 3) Industri Sedang

adalah industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99 orang.

Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja

memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki

kemapuan manajerial tertentu. 4) Industri Besar adalah industri dengan

46 Albert Napitupulu, Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan Suatu Tinjauan

Teoritis dan Praktis, (Bogor: IPB Press, 2013), h. 54

Tabel 2.1 (Lanjutan)

46

jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ciri industri besar adalah memiliki

modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam bentuk pemilikan saham,

tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan perusahaan

dipilih melalui uji kemapuan dan kelayakan (fit and profer test).47

Dalam hal ini, peneliti lebih mengkhususkan pada industri kecil yaitu

industri bata merah.

Menurut UU Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal-1, menjelaskan bahwa lingkungan

adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk

hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan

perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.48

Lingkungan dibagi menjadi dua yaitu lingkungan fisik dan lingkungan

kondisi sosial ekonomi.

Lingkungan fisik atau yang disebut lingkungan abiotik adalah istilah

yang biasanya digunakan untuk menyebut sesuatu yang tidak hidup (benda-

benda mati). Komponen abiotik merupakan komponen penyusun ekosistem

yang terdiri dari benda-benda tak hidup. Secara terperinci, komponen abiotik

merupakan keadaan fisik dan kimia di sekitar organisme yang menjadi

medium dan substrat untuk menunjang berlangsungnya kehidupan organisme

tersebut. Lingkungan Fisik yang diukur dari indikator kondisi lingkungan

dibagi menjadi enam yaitu: air, udara, cahaya matahari, tanah, topografi, dan

iklim. Namun peneliti hanya mengukur 1) Air yang bersih dapat diukur dari

indikator yaitu air yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mengandung

zat-zat yang dapat mengganggu kesehatan tubuhnya. 2) Udara dapat diukur

dari indikator Fisik bahwa udara yang bersih seharusnya tidak berwarna dan

tidak berbau. Adanya warna atau bau pada udara menunjukan adanya polutan.

Indikator Kimia, kandungan senyawa kimia di udara secara normal terutama

adalah N2 (Nitrogen). Senyawa gas lainnya seperti karbon monoksida (CO),

47 Rofi Taufik Nugroho, “Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Pengrajin Industri Bata

Merah Di Kecamatan Pataruman Jawa Barat”, Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta, 2014, h.

14 48 Ibid, h. 1

47

sulfur dioksida (SO2), ozon (O2) dan materi partikulat (debu). Indikator

Biologi, polusi udara dapat diamati dari makhluk hidup lumut keras

(Lichenes). Makhluk hidup ini banyak ditemukan menempel di batang pohon

atau di permukaan batuan. Lumut keras dapat dijadikan indikator polusi udara

karena makhluk hidup ini memiliki tingkat sensivitas tinggi. 3) Tanah, berikut

ini indikator kesuburan tanah adalah sebagai berikut: Kapasitas absorbs,

tingkat kejenuhan basa, kandungan liat, kandungan bahan organik.

Menurut Sumardi dalam Basrowi dan Juariyah kondisi sosial ekonomi

adalah suatu kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan

seseorang pada posisi tertentu dalam masyarakat, pemberian posisi itu disertai

pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dimainkan oleh

pembawa status.49

Kondisi sosial ekonomi dibagi menjadi empat yaitu: 1) Pendidikan

yang diukur dari indikator ada dua yaitu Angka Partisipasi Sekolah (APS)

dan Angka Partisipasi Murni (APM), namun peneliti hanya mengukur dari

Angka Partisipasi Murni (APM). 2) Pendapatan yang diukur dari indikator

ada dua yaitu pendapatan berupa barang dan pendapatan berupa uang, namun

peneliti hanya mengukur dari pendapatan berupa uang. 3) Kesehatan yang

diukur dari indikator ada dua yaitu kesehatan di rumah dan kesehatan di

tempat kerja. 4) Kepemilikan Fasilitas Hidup yang diukur dari indikator ada

dua yaitu status kepemilikan hidup dan fasilitas yang dimiliki.

Kerangka berfikir secara keseluruhan dapat dilihat pada skema

kerangka berfikir. Seperti pada Gambar 2.1.

49 Basrowi dan Siti Juariyah, Analisis Kondisi Sosial Ekonomi dan Tingkat Pendidikan

Masyarakat Desa Srigading Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur, Jurnal

Ekonomi dan Pendidikan, Vol. 7 Nomor 1, 2010, h. 60

48

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Berfikir

Industri

Industri Bata Merah

Lingkungan Fisik

Air Cahaya

Matahari

Udara Pendapatan

(BPS)

Pendidikan

(BPS)

Kesehatan (Ridley)

Kepemilikan

Fasilitas Hidup (BPS)

Industri

Rumah

Tangga

Industri

Kecil

Industri

Sedang

Industri

Besar

Kondisi Sosial Ekonomi

Lingkungan

Tanah Topografi Iklim

APS APM

M

Barang Uang

Rumah

Pekerjaan

Status

Kepemilkan

Rumah

Tinggal

Fasilitas

yang

Dimiliki

(Imam

Supardi)

Indikator:

- Air yang

tidak

berwarna

- Air yang

tidak berbau

- Air yang tidak

mengandung zat-zat yang

dapat

mengganggu

kesehatan tubuhnya

(Wikipedia)

Indikator:

- Fisik: Udara

tidak berwarna

dan tidak

berbau

- Kimia:

Nirogen,

karbon monoksida,

sulfur

dioksida,

ozon, partikulat

- Biologi:

Lumut keras (Lichenes)

(Wikipedia)

Indikator:

- Kapasitas

absorbsi

- Tingkat

kejenuhan basa

- Kandungan

liat

- Kandungan

bahan

organik

Kondisi Lingkungan

Pengaruh Industri Bata Merah

Terhadap Kondisi Lingkungan di

Desa Wanarata Kecamatan

Bantarbolang Kabupaten Pemalang

49

D. Hipotesis Penelitian

Menurut Iskandar dalam Musfiqon hipotesis adalah pernyataan yang

masih harus diuji kebenarannya secara empirik. Sebab, hipotesis masih

bersifat dugaan, belum merupakan pembenaran atas jawaban masalah

penelitian.50

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Ho: Tidak ada pengaruh positif dan signifikan industri bata merah terhadap

kondisi lingkungan di Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang

Kabupaten Pemalang.

Ha: Ada pengaruh positif dan signifikan industri bata merah terhadap kondisi

lingkungan di Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten

Pemalang.

50 M. Musfiqon, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya,

2012), cet ke-1, h. 46

50

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini bertempat di Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang

Kabupaten Pemalang. Desa Wanarata adalah sebuah Desa yang terletak di

Kecamatan Bantarbolang, Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah.

Desa Wanarata dihimpit oleh dua sungai, sehingga menjadi tempat

yang indah dan subur. Wanarata sendiri diduga adalah Desa warisan dari

Kerajaan Majapahit, Pasundan serta Mataram. Sebagai bukti dari logat bicara

satu kelurahan tersebut, setiap dusun berbeda-beda, inilah suatu keunikan

tersendiri yang dimiliki oleh Desa Wanarata.

Desa Wanarata terdiri atas 10 Dukuh yaitu Dukuh Gudang, Dukuh

Benteng Karangsari, Dukuh Krajan III, Dukuh Krajan IV, Dukuh Krajan V-

Kalisirem, Dukuh Lenggak, Dukuh Kedungsambi, Dukuh Guluk, Dukuh

Mulyoharjo dan Dukuh Karangpucung.

Lokasi Desa Wanarata terletak di Pemalang bagian Selatan yang

termasuk dataran tinggi dan banyak pegunungan. Desa Wanarata terletak

antara 109°17'30"-109°40'30" BT dan 6°52'30"-7°20'11" LS. Dengan luas

wilayah luas wilayah 88.678,58 ha atau 617,52/Km, dengan batas-batas

wilayah:

Sebelah Utara : Desa Belik

Sebelah Selatan : Desa Bantarbolang

Sebalah Timur : Desa Suru

Sebelah Barat : Desa Banjarsari

51

Adapun Peta Lokasi Penelitian seperti disajikan pada Gambar 3.1

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian

Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2018

sampai bulan Desember 2019. Seperti disajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Jadwal Kegiatan Penelitian

No Keterangan Jan Feb Jul Agst Sept Okt Nov Des Jan

1 Revisi

proposal

skripsi

2 Penyusunan

instrumen

penelitian

3 Pengujian

instrumen

penelitian

4 Mengambil

data penelitian

52

5 Mengolah

data penelitian

6 Menyusun bab

4 dan bab 5

7 Melengkapi

lampiran

8 Sidang

munaqosah

9 Revisi skripsi

B. Metode Penelitian

Penggunaan metode akan berpengaruh pada keberhasilan penelitian,

oleh karena itu penelitian haruslah ilmiah dan proses yang digunakan dalam

penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis

sehingga penelitian dapat dipertanggung jawabkan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian survei

dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Iskandar “Penelitian survei adalah

penelitian yang dilakukan melalui pengamatan langsung terhadap suatu gejala

atau pengumpulan informasi dari populasi besar maupun kecil, tetapi data

yang dipelajari adalah data dari sampel sebagai mewakili data populasi

tersebut”.1 Penelitian kuantitatif adalah penelitian berupa angka-angka dan

analisis data menggunakan statistik. Metode ini digunakan untuk

mendapatkan data yang alamiah, dimana peneliti harus melakukan perlakuan

seperti mengedarkan angket dalam pengumpulan data. Dalam penelitian ini

peneliti berusaha untuk dapat mengetahui pengaruh industri bata merah

(Variabel Bebas) yang akan diberikan simbol X terhadap kondisi lingkungan

(Variabel Terikat) yang diberi simbol Y.

1 Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Jakarta : Referensi, 2013) hlm.

67

Tabel 3.1 (Lanjutan)

53

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari unit analisis atau hasil

pengukuran yang dibatasi oleh kriteria tertentu.2 Jadi populasi bisa

dikatakan sebagai sekelompok objek yang menjadi masalah penelitian

atau merupakan keseluruhan dari objek penelitian.

a. Populasi Wilayah

Populasi wilayah dalam penelitian ini adalah seluruh wilayah

di Desa Wanarata, terutama wilayah yang terdapat industri bata merah

yaitu Dukuh Lenggak dan Dukuh Kedungsambi yang berjumlah 7

industri bata merah.

b. Populasi Manusia

Populasi manusia dalam penelitian ini adalah seluruh

penduduk Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten

Pemalang yang memiliki total jumlah penduduk 11402 jiwa.

2. Sampel

Sampel adalah sekumpulan atau sebagian dari unit populasi yang

diperoleh melalui proses sampling tertentu.3

Pada penelitian ini menggunakan teknik sampel Probability

sampling. Probability sampling artinya penarikan sampel didasarkan atas

pemikiran bahwa keseluruhan unit populasi memiliki kesempatan yang

sama untuk dijadikan sampel.4 Dengan demikian, dalam rancangan ini

tidak terdapat deskriminasi unit populasi yang satu dengan yang lainnya.

Karena jumlah populasi diharapkan dapat mewakili populasi.

a. Sampel Wilayah

Sampel wilayah dalam penelitian ini adalah wilayah yang

terdapat industri bata merah yaitu RW 08 dan RW 09.

2 Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian, (Bandung: CV Mandar

Maju, 2011), h. 72 3 Ibid, h. 72 4 Burhan bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Komunikasi, Ekonomi, dan

Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta : Kencana, 2005), hlm.116

54

b. Sampel Manusia

Sampel manusia dalam penelitian ini adalah 21 responden.

Peneliti mengambil sampel dengan cara total probability sampling

yang terdiri dari 7 pekerja industri bata merah dan 14 non pekerja

industri bata merah dan diambil dari 7 industri yang terdiri dari dua

Dukuh yaitu Dukuh Lenggak dan Dukuh Kedungsambi yaitu industri

bata merah Pak Yono, industri bata merah Pak Ahmad Khaeruzin,

industri bata merah Pak Ari Mustabik, industri bata merah Pak

Kasmari, industri bata merah Pak Saki, industri bata merah Pak

Siswono, industri bata merah Pak Sudarjo.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari peneliti adalah mendapatkan data.

Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan

mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.5

Pengumpulan data dalam penelitian ini terdapat dua sumber data yang

digunakan, yaitu sumber data primer merupakan sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data, sedangkan sumber data sekunder

merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul

data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.6

Teknik pengumpulan berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang

digunakan untuk mengumpulkan data. Untuk mengumpulkan data yang

diperlukan dalam penelitian, maka peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data berupa observasi dan kuesioner (angket).

5 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,

2014), Cet ke-20, h. 224 6 Ibid, h. 225

55

1. Kuesioner (angket)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada untuk dijawabnya.7

Pada penelitian ini angket ditujukan kepada penduduk sekitar

industri bata merah dan tenaga kerja bata merah di Desa Wanarata

Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang.

2. Wawancara

Menurut Muhamad “Wawancara adalah teknik untuk

mengumpulkan data yang akurat untuk keperluan proses pemecahan

masalah tertentu, yang sesuai dengan data”.8

Sedangkan menurut Sukandarrumidi dan Haryanto “Wawancara

yaitu suatu proses tanya jawab secara lesan antara interviewer (orang

yang menginterview) dengan interviewee (orang yang diinterview).9

Peneliti melakukan teknik wawancara dengan tujuan menggali

informasi mendalam dari responden mengenai hal yang akan diamati dan

sebagai studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus

diteliti. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan bentuk wawancara

sistematik, dimana peneliti terlebih dahulu menyiapkan pedoman

wawancara sebelum melakukan wawancara terhadap responden.

Alasan peneliti melakukan teknik pengumpulan data dengan

wawancara untuk memperdalam dan menguatkan data kuantitatif yang

diperoleh melalui angket.

Pada penelitian ini wawancara ditujukan Kepala Desa Wanarata

dan pengusaha industri bata merah di Desa Wanarata Kecamatan

Bantarbolang Kabupaten Pemalang.

7 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,

2014), Cet ke-20, h. 142 8 Muhamad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, (Jakarta : PT. Raja grafindo Persada,

2008) hlm. 151 9 Sukandarrumidi, Haryanto, Dasar-Dasar Penulisan Proposal Penelitian (Yogyakarta :

Gadjah Mada Press, 2014) hlm. 45

56

3. Observasi (pengamatan)

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja,

sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk

kemudian dilakukan pencatatan. Observasi sebagai alat pengumpul data

dapat dilakukan secara spontan dapat pula dengan daftar isian yang telah

disiapkan sebelumnya.10

Adapun yang akan diobservasi oleh peneliti adalah bahan baku,

bahan bakar, transportasi pemasaran, kondisi air, kondisi tanah, keadaan

udara, bentuk rumah, atat elektronik, sarana komunikasi, alat

transportasi.

4. Dokumentasi

Dokumen adalah kumpulan fakta dan data yang tersimpan dalam

bentuk teks atau artefak.11

Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan

data yang mendukung penelitian data-data tersebut didapat dari kantor

Desa Wanarata berupa monografi Desa, Badan Pusat Statistik (BPS)

Kabupaten Pemalang berupa data mengenai jumlah Industri Bata Merah

dan jumlah pekerja Industri Kecil Menengah (IKM).

E. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data meliputi kegiatan Editing, Skoring, Tabulasi. Dapat

dijabarkan sebagai berikut:

1. Editing

Editing adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh

para pengumpul data. Tujuannya dari editing adalah untuk mengurangi

kesalahan atau kekurangan yang ada di dalam daftar pertanyaan yang

sudah diselesaikan sampai sejauh mungkin.12

10 Joko Subagyo, Metodologi Penelitian dalam Teori dan Praktik, (Bandung: Rineka

Cipta, 2011), h. 63 11 Musfiqon, Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Prestasi

Pustakaraya, 2012), hlm. 131. 12 Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara,

2016), Cet ke-15, h. 153

57

2. Skoring

Skoring adalah pemberian nilai pada setiap jawaban yang

dikumpulkan peneliti dari instrumen yang telah disebarkan. Setiap item

pertanyaan atau pernyataan yang dimunculkan dalam instrumen

dikualifikasikan dalam bentuk angka.13

3. Tabulasi

Tabulasi adalah peneliti membuat tabel yang formatnya

disesuaikan dengan jenis data yang telah diklasifikasi sebelumnya.

Melalui tabel ini dimaksudkan agar data penelitian lebih mudah dibaca

dan dianalisis menggunakan rumus statistik yang dipilih.14

F. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.15

1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat.16

Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah industri bata

merah yang meliputi keberadaan Industri Bata Merah.

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas.17

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kondisi lingkungan

yang meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial ekonomi di Desa

Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang.

13 Musfiqon, Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Prestasi

Pustakaraya, 2012), h. 171 14 Ibid, h. 174 15 Rachmat Trijono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Depok: Papas Sinar Sinanti,

2015), h. 31 16 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,

2009), h. 39 17 Ibid.,

58

G. Instrumen Penelitian

Menurut Syofian Siregar, instrumen penelitian adalah suatu alat yang

dapat digunakan untuk memperoleh, mengolah dan menginterpretasikan

informasi yang diperoleh dari para responden yang dilakukan dengan

menggunakan pola ukur yang sama.18

Instrumen penelitian adalah berupa kisi-kisi atau berisi indikator-

indikator yang akan di teliti dan sebagai alat untuk mengukur fenomena yang

diteliti. Instrumen penelitian ini dibuat untuk mengungkapkan data mengenai

pengaruh industri bata merah terhadap kondisi lingkungan di Desa Wanarata

Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang.

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu industri bata merah

sebagai variabel X dan kondisi lingkungan sebagai variabel Y.

Dalam penelitian ini, teknik pengukuran data menggunakan skala

likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi

seseorang tentang gejala atau masalah yang ada dimasyarakat atau yang

dialaminya.

Cara interpretasi dapat berdasarkan sebagai berikut:

Angka : 0 – 25% : Sangat tidak setuju (sangat tidak baik)

Angka : 26 – 50% : Tidak setuju (tidak baik)

Angka : 51 – 75% : Setuju (baik)

Angka : 76 – 100% : Sangat setuju (sangat baik).19

Indikator variabel ini dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun

pertanyaan atau pernyataan yang akan diberikan kepada responden. Instrumen

yang akan disusun dan dilakukan dalam penelitian mengenai “Pengaruh

Industri Bata Merah Terhadap Kondisi Lingkungan di Desa Wanarata

Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang)”.

18 Syofian Siregar, Statsitik Parametrik Untuk Penelitian Kualitatif: Dilengkapi Dengan

Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), Cet. 1, hlm. 75 19 A. Aziz Alimul Hidayat, Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data,

(Jakarta : Salemba Medika, 2008) hlm. 90

59

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan terdiri dari kuesioner

atau angket, wawancara, pedoman observasi. Berikut kisi-kisi instrumen

angket tenaga kerja dan non tenaga kerja seperti disajikan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Kuesioner (Angket) Tenaga Kerja dan Non Tenaga

Kerja

Variabel Indikator Sub Indikator Responden Instrumen No

Angket

Variabel

Bebas

(Industri

Bata

Merah)

1. Kegiatan

Industri

a. Anggapan

masyarakat

terhadap

keberadaan

industri

Tenaga

kerja, Non

tenaga

kerja

Angket 1,2

2. Dampak

dari

Industri

b. Dampak

terhadap

masyarakat

Tenaga

Kerja, Non

tenaga

kerja

Angket 3,4,5

3. Tenaga

Kerja

a. Lama kerja Tenaga

Kerja

Angket 6

b. Sistem upah Tenaga

Kerja

Angket 7

4. Bukan

tenaga

kerja

a. Lama tinggal

disekitar

industri

Non tenaga

kerja

Angket 6

b. Mata

pencaharian

Non tenaga

kerja

Angket 7

Variabel

Terikat

(Lingku

ngan

Fisik)

1. Air a. Kondisi Air Tenaga

Kerja, Non

tenaga

kerja

Angket 8,9

b. Kualitas Air Tenaga

Kerja, Non

Angket 10

60

tenaga

kerja

2. Udara a. Kondisi udara Tenaga

Kerja, Non

tenaga

kerja

Angket 11,12

3. Tanah a. Kondisi tanah Tenaga

Kerja, Non

tenaga

kerja

Angket 13,14

Variabel

Terikat

(Kondisi

Sosial

Ekonom

i)

1. Pendidikan a. Kondisi

pendidikan

Tenaga

Kerja, Non

tenaga

kerja

Angket 15,16

b. Pendidikan

keluarga

Tenaga

Kerja, Non

tenaga

kerja

Angket 17

2. Kesehatan a. Kondisi

kesehatan

Tenaga

Kerja, Non

tenaga

kerja

Angket 18

b. Jaminan

kesehatan

Tenaga

Kerja, Non

tenaga

kerja

Angket 19

3. Pendapatan a. Anggapan

masyarakat

terhadap

pendapatan

Tenaga

Kerja, Non

tenaga

kerja

Angket 20

b. Jumlah Tenaga Angket 21

Tabel 3.2 (Lanjutan)

61

pendapatan

perbulan

Kerja, Non

tenaga

kerja

c. Tanggungan

hidup

Tenaga

Kerja, Non

tenaga

kerja

Angket 22

d. Jumlah

pengeluaran

perbulan

Tenaga

Kerja, Non

tenaga

kerja

Angket 23

4. Kepemilik

an Fasilitas

Hidup

a. Kepemilikkan

rumah

Tenaga

Kerja, Non

tenaga

kerja

Angket 24

Berikut kisi-kisi instrumen wawancara Kepala Desa dan pengusaha

industri bata merah seperti disajikan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Kepala Desa dan Pengusaha Industri

Bata Merah

Variabel Indikator Sub Indikator Responden Instrumen No

Variabel

Bebas

(Industri

Bata

Merah)

1. Keberadaan

Industri

Anggapan

terhadap

keberadaan

industri

Kepala Desa

Pedoman Wawancara

1

2. Aturan

(Regulasi)

Aturan

membangun

industri

Kepala

Desa

Pedoman

Wawancara 2

3. Kontribusi Kontribusi

perangkat desa

Kepala

Desa

Pedoman

Wawancara 3

Tabel 3.2 (Lanjutan)

62

4. Dampak dari

Industri

Dampak

terhadap

masyarakat

Kepala Desa

Pedoman Wawancara

4

Variabel

Terikat

(Lingkun

gan

Fisik)

1. Air Kondisi Air Kepala

Desa

Pedoman

Wawancara 5

2. Tanah Kondisi tanah Kepala

Desa

Pedoman

Wawancara 6

Variabel

Terikat

(Kondisi

Sosial

Ekonomi)

1. Kesehatan Kondisi

kesehatan

Kepala

Desa

Pedoman

Wawancara

7

2. Pendapatan Meningkatkan

pendapatan

masyarakat

Kepala

Desa

Pedoman

Wawancara 8

Variabel

Bebas

(Industri

Bata

Merah)

1. Keberadaan

industri

a. Lama

mendirikan

industri

Pengusaha

Industri

Pedoman Wawancara

1

b. Jumlah

tenaga kerja

Pengusaha

Industri

Pedoman

Wawancara 2

c. Upah tenaga

kerja

Pengusaha

Industri

Pedoman

Wawancara 3

d. Kepemilikan

industri

Pengusaha

Industri

Pedoman

Wawancara 4

e. Pemasaran

bata merah

Pengusaha

Industri

Pedoman

Wawancara 5

f. Transportasi Pengusaha

Industri

Pedoman

Wawancara 6

Variabel

Terikat

(Lingkun

gan

Fisik)

1. Air Pencemaran air Pengusaha

Industri

Pedoman

Wawancara 7

2. Udara Pencemaran

udara

Pengusaha

Industri

Pedoman

Wawancara 8

3. Tanah Kondisi tanah Pengusaha

Industri

Pedoman Wawancara

9

Tabel 3.3 (Lanjutan)

63

Berikut kisi-kisi instrumen observasi seperti disajikan pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Observasi

Variabel Sub Indikator Instrumen

Industri Bata Merah

(X)

a. Bahan baku Observasi

b. Bahan bakar Observasi

c. Transportasi

pemasaran

Observasi

Kondisi Lingkungan

(Y):

Lingkungan Fisik

a. Kondisi air Observasi

b. Kondisi tanah Observasi

c. Keadaan udara Observasi

Kondisi Sosial

Ekonomi

a. Bentuk rumah Observasi

b. Alat elektronik Observasi

c. Sarana komunikasi Observasi

d. Alat transportasi Observasi

Variabel

Terikat

(Kondisi

Sosial

Ekonomi)

1. Pendidikan Meningkatkan

pendidikan

anak

Pengusaha

Industri

Pedoman Wawancara

10

2. Kesehatan Jaminan

kesehatan

tenaga kerja

Pengusaha

Industri

Pedoman

Wawancara 11

3. Pendapatan a. Jumlah

pendapatan

perbulan

Pengusaha

Industri

Pedoman

Wawancara 12

b. Membantu

perekonomi

an keluarga

Pengusaha

Industri

Pedoman

Wawancara 13

4. Kepemilikan

fasilitas

hidup

a. Alat-alat

elektronik

Pengusaha

Industri

Pedoman Wawancara

14

Tabel 3.3 (Lanjutan)

64

H. Definisi Variabel

Menurut Burhan Bungin “variabel adalah sebuah fenomena (yang

berubah-ubah) dengan demikian maka bisa jadi tidak ada suatu peristiwa di

alam ini yang tidak dapat disebut variabel, tinggal bagaimana kualitas

variabelnya, yaitu bagaimana bentuk variasi fenomena tersebut.”20

Menurut Sukandarrumidi dan Haryanto “variabel penelitian adalah

suatu atribut atau sifat atau nilai dari objek yang mempunyai variasi tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan.21

Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa

variabel penelitian adalah objek suatu penelitian yang memiliki variasi

tertentu untuk dapat dipelajari sehingga diperoleh informasi kemudian ditarik

kesimpulan.

Terdapat dua macam dalam penelitian ini yaitu variabel independen

dan variabel dependen. Sebagaimana menurut Sukandarrumidi dan Haryanto:

Variabel independen disebut pula sebagai variabel stimulus, predictor,

antecenden, atau atau variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab adanya perubahan. Sedangkan variabel dependen

disebut pula sebagai model output, kriteria, konsekuen, variabel terikat

merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena

adanya variabel bebas.22

Dalam penelitian ini peneliti menetapkan industri bata merah sebagai

variabel independen atau variabel bebas (X) yakni masukan yang akan

memberi pengaruh pada kondisi lingkungan. Sedangkan kondisi lingkungan

sebagai variabel dependen atau variabel terikat (Y) variabel ini meupakan

hasil dari pengaruh variabel independen.

20Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan

Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2005), hlm 70 21 Sukandarrumidi, Haryanto, Dasar-Dasar Penulisan Proposal Penelitian (Yogyakarta :

Gadjah Mada Press, 2014) hlm.63 22 Ibid., h. 64

65

1. Industri Bata Merah

a. Definisi Konseptual

Industri bata merah merupakan kegiatan ekonomi yang

mengolah bahan mentah menjadi barang jadi. Industri kerajinan bata

merah di Desa Wanarata yang dimaksud merupakan industri kecil

karena memiliki modal kecil dan tenaga kerja yang sedikit. Dalam

penelitian ini yang akan dibahas adalah keberadaan industri bata

merah.

b. Definisi Operasional

Industri merupakan persepsi masyarakat mengenai

keberadaan industri yang dilihat dari kegiatan industri, dampak dari

industri, dan tenaga kerja. Dalam penelitian ini yang menjadi

indikator dari industri bata merah adalah tenaga kerja dan non tenaga

kerja.

2. Kondisi Lingkungan

a. Definisi Konseptual

Lingkungan menurut Ensiklopedia Indonesia dalam Amos

adalah segala sesuatu yang ada di luar suatu organisme, meliputi: (1)

lingkungan mati (abiotik), yaitu lingkungan di luar suatu organisme

yang terdiri atas benda atau faktor alam yang tidak hidup, seperti

bahan kimia, suhu, cahaya, gravitasi, atmosfer, dan lainnya, (2)

lingkungan hidup (biotik), yaitu lingkungan di luar suatu organisme

yang terdiri atas organisme hidup, seperti tumbuhan, hewa, dan

manusia.23

Dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah lingkungan

fisik dan sosial ekonomi.

23 Amos Neolaka, h. 25

66

b. Definisi Operasional

Kondisi lingkungan merupakan perubahan yang terjadi pada

lingkungan fisik maupun kondisi sosial ekonomi masyarakat dengan

adanya industri bata merah. Kondisi lingkungan merupakan variabel

terikat (Y). Dalam penelitian ini kondisi lingkungan yang dimaksud

adalah persepsi masyarakat tentang kondisi lingkungan fisik dan

kondisi sosial ekonomi tenaga kerja industri garmen di Desa

Wanarata yang meliputi air, udara, tanah, pendapatan, pendidikan,

kesehatan, dan kepemilikan fasilitas hidup.

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk

mendapatkan variabel kondisi lingkungan adalah angket atau

kuesioner.

Dari definisi oprasional di atas, maka dapat di ketahui dua

variabel yaitu:

1) Kondisi lingkungan fisik yaitu air, udara, tanah

2) Kondisi sosial ekonomi meliputi pendidikan, kesehatan,

pendapatan, dan fasilitas hidup.

Dimana industri bata merah merupakan variabel bebas

sedangkan kondisi lingkungan merupakan variabel terikat atau

variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.

I. Teknik Analisis Data

1. Uji Instrumen Kuesioner

Untuk mendapatkan skala pengukuran atau instrumen yang baik,

harus memiliki validitas dan reabilitas instrumen yang akan digunakan

dalam penelitian tersebut. Instrumen yang digunakan dalam penelitian

harus telah melalui kajian awal, peneliti harus menganalisis data-data

kajian awal untuk melihat validitas dan reabilitas dari instrumen yang

akan digunakan.24

24 Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, (Jakarta : Referensi, 2013)

hlm.96

67

Uji validitas dan reliabilitas digunakan untuk menguji data yang

menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner untuk melihat

pertanyaan dalam kuesioner yang diisi oleh responden tersebut layak

atau belum petanyaan-pertanyaan digunakan.

a. Uji Validitas

Menurut Wiratna Sujarweni “uji validitas digunakan untuk

mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan

dalam mendefinisikan suatu variabel”. 25

Uji validitas dapat menggunakan rumus Person Product

Moment, setelah itu diuji dengan menggunakan uji t dan lalu baru

dilihat penapsirannya dari indeks korelasinya.

Rumus Person Product Moment :

Keterangan :

rhitung = koefisien korelasi

ΣXi = jumlah skor item

ΣYi = jumlah skor total (item)

n = jumlah responden

Rumus uji t :

Keterangan :

t = nilai t hitung

r = koefisien korelasi hasil r hitung

n = jumlah responden

25 Wiratna Sujarweni,Statistika untuk Penelitian,( Yogyakarta : Graha Ilmu, 2012) hlm.

177

68

Untuk tabel tᵅ = 0,05 derajat kebebasan (dk = n-2)

Jika nilai t hitung > t tabel berarti valid demikian sebaliknya, jika

nilai t hitungnya < t tabel tidak valid, apabila instrumen valid,

maka indeks koelasinya (r) adalah sebagai berikut :26

0,800 – 1,000 : sangat tinggi

0,600 – 0,799 : tinggi

0,400 – 0,599 : cukup tinggi

0,200 – 0,399 : rendah

0,000 – 0,199 : sangat rendah (tidak valid)27

b. Uji Reliabilitas

Menurut Wiratna Sujarweni “reliabilitas (kendalan)

merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden

dalam menjawab hal yang berkaitan dengan kontruk-kontruk

pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun

dalam suatu bentuk kuesioner”.28

Setelah mengukur validitas, maka perlu mengukur

reliabilitas data, apakah alat ukur dapat digunakan atau tidak.

Dalam mengukur reliabilitas dapat digunakan beberapa rumus

diantaranya: rumus belah dua dan Spearman Brown (jika untuk

mengetahui seluruh tes) Kuder Richardson 20, Anova Hoyt, dan

Alfa. Buku ini hanya akan membahas penggunaan rumus

Spearman Brown.

Rumus Spearman Brown :

Keterangan :

r11 = koefisien reliabilitas internal seluruh item

rb = korelasi product moment antara belahan

26 A. Aziz Alimul Hidayat, Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data,

(Jakarta : Salemba Medika, 2008) hlm. 93 27 Ibid., hlm.94 28 Wiratna Sujarweni, op.cit., h.186

69

ketika menggunakan metode ini sebaiknya pertanyaan

adalah berjumlah genap sehingga memudahkan untuk dibelah.29

2. Uji Asumsi Dasar

Uji asumsi dasar digunakan untuk mengetahui pola dan varian

serta kelineritasan dari suatu populasi (data). Apakah populasi atau

data berdistribusi normal atau tidak, atau juga uji dapat digunakan

untuk mengetahui apakah populasi mempunyai beberapa varian yang

sama, serta untuk menguji kelinearitasan data.

a. Uji Normalitas

Analisi regresi merupakan teknik membangun persamaan

garis lurus untuk membuat penaksiran. Agar penaksiran tersebut

tepat, maka persamaan yang digunakan untuk menaksir juga harus

yang tepat (fitted).30

Untuk mengindentifikasi apakah model regresi yang

diperoleh sudah memenuhi asumsi Classical Normal Linear

Regression Model (CLNRM). Untuk tujuan ini, diantaranya

diperlukan pengujian terhadap normalitas kesalahan pengganggu

(normality of disturbance error term).

Pengujian terhadap normalitas ini dapat dilakukan dengan

banyak cara, seperti uji chi-square goodness of fit. Pengujian uji

chi-square goodness of fit digunakan formula :

Yang menyatakan bahwa :

Oi = frekuensi observasi pada kelas atau interval i

Ei = frekuensi yang diharapkan pada kelas i didasarkan pada

29 A. Aziz Alimul Hidayat, Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data,

(Jakarta : Salemba Medika, 2008) hlm. 100 30 Algifari, Analisis Regresi Teori, Kasus, dan Solusi, (Yogyakarta : BPFE-

YOGYAKARTA, 2013) hlm.31

70

distribusi hipotesis, yaitu distribusi normal31

jika nilai x2 lebih kecil dari nilai kritisnya (x

2 tabel ; df. = N – 1 –

k; dimana N adalah banyaknya kelas dan k adalah banyaknya

parameter yang diestimasi), maka dapat disimpulkan bahwa

kesalahan pengganggunya (disturbance Ui) kemungkinan berasal

dari distribusi hipotesis (distribusi normal).32

b. Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah

objek (tiga sampel atau lebih) yang diteliti mempunyai varian yang

sama. Bila objek yang diteliti tidak mempunyai varian yang sama.

Maka uji anova tidak dapat diberlakukan. Metode yang digunakan

dalam melakukan uji homogenitas ini adalah metode varian

terbesar dibandingkan varian terkecil.33

3. Analisis Regresi Linear Sederhana

Salah satu alat yang dapat digunakan dalam memprediksi

permintaan di masa yang akan datang dengan berdasarkan data data

masa lalu, atau untuk mengetahui pengaruh satu variabel bebas

(independent) terhadap satu variabel tak bebas (dependent) adalah

menggunakan regresi linear.34

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan regresi linear sederhana

yang digunakan hanya untuk satu variabel bebas (independent) dan

satu variabel tak bebas (dependent). Tujuan penerapan metode ini

adalah untuk meramalkan atau memprediksi besaran nilai variabel tak

bebas (dependent) yang dipengaruhi oleh variabel bebas (independent).

Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio. Rumus

regresi linear sederhana sebagai berikut:

31 Algifari, Analisis Regresi Teori, Kasus, dan Solusi, (Yogyakarta : BPFE-

YOGYAKARTA, 2013) hlm.32 32 Ibid., hlm.33 33 Syofian Siregar, Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif Dilengkapi dengan

Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17, (Jakarta: PT Bumi Aksara), h.167. 34 Syofian Siregar, Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif Dilengkapi dengan

Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17, (Jakarta: PT Bumi Aksara), hlm.379

71

Y= a + b.X

Keterangan :

Y = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)

X = Variabel Independen

a dan b = Konstanta35

4. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi adalah salah satu nilai statistik yang

dapat digunakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara dua

variabel. Nilai koefisien determinasi menunjukan persentase variasi

nilai variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh persamaan regresi

yang dihasilkan.36

Koefisien determinasi yang diperoleh dari suatu sampel disebut

koefisien determinasi sampel. koefisien determinasi sampel diperoleh

dari hubungan antara dua macam variabel, yaitu deviasi nilai Y

observasi dalam satu set data disekitar garis regresi dan deviasi Y

observasi di sekitar rata-ratanya.

Koefisien determinasi (r2) adalah satu dikurangi rasio antara

besarnya deviasi nilai Y observasi dari garis regresi dengan besarnya

deviasi nilai Y observasi dari rata-ratanya. Atau secara sistematis dapat

ditulis sebagai berikut:37

35 Syofian Siregar, Statistika Terapan Untuk Perguruan Tinggi (Jakarta : Prenadamedia

Group, 2015) hlm.220 36 Algifari, Analisis Regresi Teori, Kasus, dan Solusi, (Yogyakarta : BPFE-

YOGYAKARTA, 2013) hlm.45 37 Ibid., hlm. 46

72

5. Uji Hipotesis

a. Uji Parsial (Uji t)

Pengambilan keputusan dari Ho dan Ha diterima atau ditolak,

maka untuk itu dilakukan pengujian atas hipotesis ini dengan

menggunakan Uji t yang digunakan untuk mengetahui pengaruh

variabel independen secara individual terhadap variabel dependen

apakah pengaruhnya signifikan atau tidak. Uji t dilakukan dengan

membandingkan t hitung dengan t tabel guna mengetahui seberapa

jauh masing-masing variabel bebas pengaruh industri bata merah

terhadap kondisi lingkungan di Desa Wanarata Kecamatan

Bantarbolang kabupaten Pemalang.

Rumus yang dapat digunakan dalam menerapkan uji t adalah sebagai

berikut:

Keterangan:

X = rata-rata hasil pengambilan data

µ0 = nilai rata-rata ideal

s = standar deviasi sampel

n = jumlah sampel

kaidah keputusan:

Jika t hitung < ttabel maka Ho diterima, artinya variabel X tidak

berpengaruh nyata terhadap variabel Y.

Jika thitung > ttabel maka Ho di tolak, artinya variabel X berpengaruh

nyata terhadap variabel Y.

73

J. Hipotesis Statistik

Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh industri bata merah

terhadap kondisi lingkungan di Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang

Kabupaten Pemalang adalah:

1. H0 : ρ = 0; Tidak ada pengaruh positif dan signifikan industri bata merah

terhadap kondisi lingkungan di Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang

Kabupaten Pemalang.

2. Ha : ρ ≠ 0; Ada pengaruh positif dan signifikan industri bata merah

terhadap kondisi lingkungan di Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang

Kabupaten Pemalang.

Keterangan:

H0 = Hipotesis 0

Ha = Hipotesis alternatif

ρ = simbol yang menunjukan kuatnya hubungan.

74

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Daerah Penelitian

1. Kondisi Fisik Daerah Penelitian

Untuk mengetahui keadaan fisik dari daerah penelitian dapat

digambarkan seperti berikut ini, yaitu:

a. Letak dan Luas

Desa Wanarata merupakan suatu Desa di Kecamatan

Bantarbolang Kabupaten Pemalang dengan luas keseluruhan sekitar

88.678,58 Ha, mempunyai 12 RW dan 51 RT. Wilayah ini

berbatasan dengan daerah sebagai berikut:

Sebelah utara : Desa Banjarsari/Karanganyar, Kecamatan Bodeh

Sebelah selatan : Desa Watukumpul, Kecamatan Watukumpul

Sebelah timur : Desa Suru, Kecamatan Kesesi

Sebelah Barat : Desa Sumurkidang, Kecamatan Jatinegara

Adapun Peta Administrasi seperti disajikan pada Gambar 4.1

75

Jarak dari Desa Wanarata ke ibukota Kecamatan sekitar 7 km

dengan lama jarak tempuh bila menggunakan kendaraan bermotor

sekitar 10-15 menit. Sedangkan jarak ke ibukota Kabupaten sekitar

24 km dengan lama jarak tempuh sekitar 1 jam dengan

menggunakan kendaraan bermotor.

Secara letak wilayahnya, Desa Wanarata masuk kedalam

Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa

Tengah. Desa Wanarata memiliki kepadatan penduduk sekitar

617,52 km, dikelilingi kawasan industri kecil/rumah tangga dan

wilayah pertanian. Untuk menjangkau Desa Wanarata ini sangat

mudah dengan menggunakan transportasi pribadi maupun umum.

Kondisi jalan yang menghubungkan Desa Wanarata dengan wilayah

sekitarnya sangat baik. Adapun pergerakan manusia dan arus barang

baik dari luar atau sebaliknya sangat lancar.

Berdasarkan letak yang strategis maka industri di Desa

Wanarata berkembang dengan baik karena penyediaan bahan baku

maupun pemasaran hasil produksinya dapat dengan mudah

dilakukan. Berikut persebaran industri bata merah di Desa Wanarata

dapat dilihat pada Gambar 4.2.

76

b. Topografi

Secara topografi wilayah Desa Wanarata membentang datar

dengan ketinggian 212 mdpl.

c. Iklim

Desa Wanarata mempunyai iklim tropis dengan suhu rata-rata

harian 40 0C, dengan curah hujan rata-rata 3000 mm pertahun.

d. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Desa Wanarata terbagi menjadi

beberapa bagian wilayah. Seperti disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1

Luas Wilayah Menurut Penggunaan di Desa Wanarata Tahun

2017

No Penggunaan Lahan Luas Presentase

(%)

1 Luas Tanah Sawah 447,00 ha/m2

0,50%

2 Luas Tanah Kering 83.268,00 ha/m2

93,89%

3 Luas Tanah Perkebunan 7,00 ha/m2

0,007%

4 Luas Fasilitas Umum 3.956,58 ha/m2

4,46%

5 Luas Tanah Hutan 1.000,00 ha/m2

1,12%

Total Luas 88.678,58 ha/m2

100%

Sumber: Data Profil Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang

Kabupaten Pemalang 2017

Berdasarkan Tabel 4.1 bahwa sebagian besar luas wilayah

Desa Wanarata sebesar 447,00 ha/m2

atau 0,50% digunakan untuk

luas tanah sawah, 83.268,00 ha/m2 atau 93,89% digunakan untuk

luas tanah kering, 7,00 ha/m2

atau 0,007% digunakan untuk luas

tanah perkebunan, 3.956,58 ha/m2

atau 4,46% digunakan untuk luas

fasilitas umum, 1.000,00 ha/m2

atau 1,12% digunakan untuk luas

tanah hutan.

77

2. Kondisi Sosial Daerah Penelitian

a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Penduduk adalah orang yang tinggal di suatu wilayah pada

waktu tertentu. Pengertian penduduk menurut Undang-Undang No

10 Tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan keluarga

sejahtera adalah “orang dalam matranya sebagai pribadi, anggota

keluarga, anggota masyarakat, warga negara, dan himpunan

kuantitas yang bertempat tinggal di suatu wilayah dalam batas

wilayah negara pada waktu tertentu”. Jumlah penduduk yang

mendiami suatu wilayah akan terus mengalami perubahan. Hal ini

dipengaruhi oleh proses demografi seperti fertilitas, mortalitas dan

migrasi.

Faktor penduduk merupakan faktor yang penting dalam gerak

pembanguanan suatu daerah, sehingga dalam pendayagunaan sumber

daya manusia diperlukan tenaga-tenaga produktif yang tampil.

Penduduk yang mendiami suatu wilayah erat kaitannya dengan

kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk dapat diklasifikasikan

menjadi kepadatan penduduk kasar, kepadatan penduduk agraris dan

kepadatan penduduk fisiologis.

Berdasarkan data monografi Desa Wanarata Kecamatan

Bantarbolang Kabupaten Pemalang Tahun 2017, jumlah penduduk di

Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang berjumlah 11402 jiwa,

dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 5643 jiwa, jumlah

penduduk perempuan sebanyak 5759 jiwa dan jumlah kepala

keluarga sebanyak 3165 KK. Desa Wanarata memiliki luas wilayah

sebesar 88.678,58 Ha, kepadatan penduduk di Desa Wanarata

Kecamatan Bantarbolang adalah 617,52 Jiwa/Km2

Mengenai ketentuan kepadatan penduduk menurut Undang-

Undang No 5 Tahun 1960 adalah sebagai berikut:

1) 0 – 51 orang/Km2 termasuk wilayah tidak padat;

2) 51 – 250 orang/Km2 termasuk wilayah kurang padat;

78

3) 251 – 400 orang/Km2 termasuk wilayah padat;

4) > 400 orang/Km2 termasuk wilayah sangat padat;

Berdasarkan hasil perhitungan, maka Desa Wanarata

Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang termasuk kedalam

wilayah sangat padat, karena rata-rata kepadatan penduduknya > 400

Jiwa/Km2, yaitu mencapai 617,52 Jiwa/Km

2.

b. Komposisi Penduduk Desa Wanarata Berdasarkan Umur dan

Jenis Kelamin

Komposisi penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin

memegang peranan penting dalam pembagian produktivitas kerja

serta erat kaitannya dengan kemungkinan-kemungkinan

pertumbuhan penduduk di masa yang akan datang. Hal tersebut

didasarkan pada ketentuan-ketentuan bahwa kelompok usia 0-14

tahun dianggap sebagai penduduk belum produktif, kelompok usia

15-64 tahun sebagai kelompok penduduk produktif, dan kelompok

usia 65 tahun ke atas dianggap sebagai kelompok penduduk yang

non produktif. Berikut komposisi penduduk Desa Wanarata

berdasarkan umur dan jenis kelamin. Seperti terlihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2

Komposisi Penduduk Desa Wanarata Berdasarkan Umur dan

Jenis Kelamin Tahun 2017

No Kelompok

Umur

Jenis Kelamin Jumlah

(Jiwa) Laki-Laki Perempuan

1 0-4 tahun 270 281 551

2 5-9 tahun 329 354 683

3 10-14 tahun 356 343 699

4 15-19 tahun 380 412 792

5 20-24 tahun 495 493 988

6 25-29 tahun 502 539 1041

7 30-34 tahun 489 513 1002

79

8 35-39 tahun 451 498 949

9 40-44 tahun 398 413 811

10 45-49 tahun 365 397 762

11 50-54 tahun 362 378 740

12 55-59 tahun 351 371 722

13 60-64 tahun 248 253 501

14 >65 tahun 647 514 1161

Jumlah 5643 5759 11402

Sumber: Data Profil Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten

Pemalang 2017

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui rasio jenis kelamin

(sex ratio) untuk penduduk yang ada di daerah penelitian, dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:1

Sex Ratio =

x 100

Sex Ratio = 97,98

Sex Ratio = 98

Dari hasil perhitungan tersebut menunjukan bahwa rasio jenis

kelamin di Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang sebesar 98

yang berarti pada tiap 1000 perempuan terdapat 98 laki-laki

dengan kata lain rasionya lebih besar jenis kelamin perempuan dari

pada laki-laki. Komposisi penduduk ini memegang peranan penting

dalam produktifitas dengan memberikan kemungkinan-kemungkinan

pertumbuhan penduduk di masa yang akan datang.

Adapun komposisi penduduk berdasarkan pada usia belum

produktif, usia produktif dan usia tidak produktif dapat dilihat pada

Tabel 4.3.

1 Sri Moertaningsih Adioetomo, Omas Bulan Samosir, Dasar-Dasar Demografi,

(Jakarta : Salemba Empat, 2010) hlm. 32

Tabel 4.2 (Lanjutan)

80

Tabel 4.3

Komposisi Penduduk Desa Wanarata Berdasarkan Usia

Produktif Tahun 2017

No Kelompok Umur Jumlah Presentase (%)

1 0 – 14 tahun 1933 16,9%

2 15 – 64 tahun 8308 72,9%

3 >65 1161 10,2%

Jumlah 11402 100%

Sumber: Data Profil Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang

Kabupaten Pemalang 2017

Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa lebih dari setengahnya

(72,9%) penduduk Desa Wanarata termasuk ke dalam usia produktif.

Dari tabel tersebut dapat diketahui angka beban tanggungan

(dependence ratio), angka beban tanggungan dihitung menggunakan

rumus sebagai berikut:

Rasio Beban Tanggung =

x 100

Rasio Beban Tanggung =

x 100

Rasio Beban Tanggung = 37,24

Rasio Beban Tanggung = 37.

Dari hasil perhitungan di atas, diartikan bahwa setiap 100

penduduk produktif harus menanggung beban penduduk non

produktif (penduduk belum produktif dan penduduk tidak produktif)

sebanyak 37 jiwa.

Adapun komposisi penduduk berdasarkan jenis mata

pencaharian dapat dilihat pada Tabel 4.4.

81

c. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian

Mata pencaharian merupakan kebutuhan dasar dan bagian

dari ekonomi yang paling penting karena sebagai sumber

penghidupan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-

hari.

Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten

Pemalang, penduduknya memiliki mata pencaharian sangat

bervariasi, mulai dari sektor pertanian, perdagangan, industri, hingga

sektor jasa.

Berikut komposisi penduduk Desa Wanarata berdasarkan

jenis mata pencaharian. Seperti terlihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4

Komposisi Penduduk Desa Wanarata Berdasarkan Jenis Mata

Pencaharian

No. Mata Pencaharian Jumlah

1 Petani 170 orang

2 Buruh Tani 2310 orang

3 Buruh Migran 2 orang

4 Pegawai Negeri sipil 160 orang

5 Pengrajin 2 orang

6 Pedagang barang kelontong 210 orang

7 Montir 15 orang

8 Perawat swasta 4 orang

9 Bidan swasta 2 orang

10 Ahli Pengobatan Alternatif 1 orang

11 TNI 2 orang

12 POLRI 4 orang

13 Guru swasta 56 orang

14 Pedagang keliling 29 orang

15 Tukang kayu 82 orang

82

16 Pembantu rumah tangga 497 orang

17 Karyawan Perusahaan Pemerintah 195 orang

18 Wiraswasta 200 orang

19 Perangkat Desa 18 orang

20 Buruh harian lepas 744 orang

21 Buruh jasa perdagangan hasil bumi 1554 orang

22 Buruh usaha jasa transportasi dan

perhubungan

102 orang

23 Buruh usaha jasa informasi dan

komunikasi

4 orang

24 Pemilik usaha warung, rumah makan

dan restoran

35 orang

25 Dukun/paranormal/supranatural 2 orang

26 Jasa pengobatan alternatif 1 orang

27 Sopir 76 orang

28 Pemulung 2 orang

29 Pengrajin industri rumah tangga 18 orang

30 Tukang anyaman 7 orang

31 Tukang jahit 39 orang

32 Tukang kue 18 orang

33 Tukang rias 5 orang

34 Tukang sumur 31 orang

35 Karyawan honorer 230 orang

36 Tukang las 2 orang

37 Tukang listrik 2 orang

38 Anggota legislatif 2 orang

39 Satpam/Security 15 orang

Jumlah 6848 orang

Sumber: Data Profil Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten

Pemalang 2017

Tabel 4.4 (Lanjutan)

83

Berdasarkan Tabel 4.4 bahwa sebagian besar penduduk Desa

Wanarata, jenis mata pencahariannya adalah buruh tani sebanyak

2310 orang.

Adapun komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

dapat dilihat pada Tabel 4.5.

d. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah salah satu tolak ukur sejauh mana

perkembangan dan kemajuan suatu daerah. Pendidikan merupakan

suatu kebutuhan yang penting bagi manusia, karena tingkat

pendidikan dapat berpengaruh terhadap tingkat kualitas sumber daya

manusia, pola pikir dan tingkah laku seseorang, sehingga pendidikan

diarahkan untuk menciptakan manusia yang berkualitas dan mampu

bersaing dalam kehidupannya. Semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang maka akan semakin tinggi juga kualitas hidupnya, dan

sebaliknya.

Berikut komposisi penduduk Desa Wanarata berdasarkan

tingkat pendidikan. Seperti terlihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5

Komposisi Penduduk Desa Wanarata Berdasarkan Tingkat

Pendidikan Tahun 2017

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Buta huruf 593

2 Belum sekolah 1179

3 Belum Tamat SD 76

4 Tamat SD 2128

5 Tamat SMP 2934

6 Tamat SMA 3766

7 Tamat D1 56

8 Tamat D3 132

84

Sumber: Data Profil Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten

Pemalang 2017

Berdasarkan Tabel 4.5 bahwa sebagian besar penduduk Desa

Wanarata, pendidikan terakhirnya adalah SMA sebanyak 3766

orang.

3. Deskripsi Responden

Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa

Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang yang bekerja di

Industri Bata Merah dan yang tidak bekerja di Industri Bata Merah.

Jumlah responden yang dipilih sebagai responden sebanyak 21 orang

dengan karakteristik berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir,

dan status perkawinan.

Adapun karakteristik klasifikasi demografis responden

berdasarkan jenis kelamin. Seperti terlihat pada Tabel 4.6.

a. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten

Pemalang, penduduknya memiliki dua jenis kelamin yaitu laki-laki

dan perempuan.

Berikut jumlah responden berdasarkan jenis kelamin. Seperti

terlihat pada Tabel 4.6.

9 Tamat S1 502

10 Tamat S2 28

11 Tamat S3 8

Jumlah 11402

Tabel 4.5 (Lanjutan)

85

Tabel 4.6

Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Responden Jenis kelamin Jumlah Persentase

(%)

Tenaga

Kerja

Laki-laki 7 100%

Perempuan 0 0%

Jumlah 7 100%

Non Pekerja

Laki-laki 3 21,4%

Perempuan 11 78,6

Jumlah 14 100%

Total 21

Sumber: Hasil Penelitian 2018

Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui bahwa 7 responden pekerja

terdiri dari 7 orang atau 100% adalah responden laki-laki dan 0

orang atau 0% adalah responden perempuan. Kemudian, 14

responden non pekerja terdiri dari 3 orang atau 21,4% adalah

responden laki-laki dan 11 orang atau 78,6% adalah responden

perempuan.

b. Responden Berdasarkan Usia

Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten

Pemalang, penduduknya memiliki usia yang bervariasi.

Berikut jumlah responden berdasarkan usia. Seperti terlihat

pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7

Jumlah Responden Berdasarkan Usia

Responden Usia Jumlah Persentase (%)

Pekerja <20 tahun 0 0%

20 – 30 tahun 1 14,3%

86

31 – 40 tahun 2 28,6%

>40 tahun 4 57,1%

Jumlah 7 100%

Non pekerja <20 tahun 0 0%

20 – 30 tahun 5 35,7%

31 – 40 tahun 9 64,3%

>40 tahun 0 0%

Jumlah 14 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2018

Berdasarkan Tabel 4.7 diketahui bahwa 7 responden pekerja

terdiri dari 1 orang atau 14,3% adalah berusia 20-30 tahun, 2 orang

atau 28,6% berusia 31-40 tahun, dan 4 orang atau 57,1% berusia >40

tahun. Kemudian, diketahui bahwa 14 responden non pekerja terdiri

dari 5 orang atau 35,7% adalah berusia 20-30 tahun, 9 orang atau

64,3% berusia 31-40 tahun, dan 0 orang atau 0% berusia >40 tahun.

c. Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Responden di Desa Wanarata bependidikan paling tinggi

hanya SMA dan kebanyakan hanya lulusan SD dan SMP.

Berikut jumlah responden berdasarkan pendidikan terakhir.

Seperti terlihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8

Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Responden Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase

(%)

Pekerja SD 5 71,4%

SMP 2 28,6%

SMA/SMK 0 0%

D.III 0 0%

Jumlah 7 100%

Tabel 4.7 (Lanjutan)

87

Non Pekerja SD 4 28,6%

SMP 8 57,1%

SMA/SMK 2 14,3%

D.III 0 0%

Jumlah 14 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2018

Berdasarkan Tabel 4.8 diketahui bahwa 7 responden pekerja

terdiri dari 5 orang atau 71,4% adalah lulusan SD, 2 orang atau

28,6% lulusan SMP. Kemudian, diketahui bahwa 14 responden non

pekerja terdiri dari 4 orang atau 28,6% adalah lulusan SD, 8 orang

atau 57,1% lulusan SMP, dan 2 orang atau 14,3 lulusan SMA/SMK.

d. Responden Berdasarkan Status Perkawinan

Dari 7 responden pekerja dan 14 responden non pekerja di

Desa Wanarata sudah bersatus nikah. Seperti terlihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9

Jumlah Responden Berdasarkan Status Perkawinan

Responden Status

Perkawinan

Jumlah Persentase

Pekerja

Nikah 7 100%

Belum Nikah 0 0%

Jumlah 7 100%

Non Pekerja

Nikah 14 100%

Belum Nikah 0 0%

Jumlah 14 100%

Total 21

Sumber: Hasil Penelitian 2018

Berdasarkan Tabel 4.9 diketahui bahwa 7 responden pekerja

terdiri dari 7 orang atau 100% sudah berstatus nikah. Kemudian,

Tabel 4.8 (Lanjutan)

88

diketahui bahwa 14 responden non pekerja terdiri dari 14 orang atau

100% sudah bersatatus nikah.

4. Deskripsi Kepemilikan Fasilitas Hidup

Tingkat sosial ekonomi masyarakat bisa diukur dengan melihat

dari kepemilikan fasilitas hidup seperti kepemilikan rumah, kepemilikan

alat elektronik dan kendaraan, berikut data responden mengenai

kepemilikan rumah. Seperti terlihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10

Kepemilikan Fasilitas Hidup (Kepemilikan Rumah)

Responden No Milik Jumlah Persentase

(%)

Pekerja 1 Sendiri (Pribadi) 4 57,1%

2 Orang tua/Mertua 3 42,9%

3 Menyewa 0 0%

4 Mengontrak 0 0%

5 Menumpang 0 0%

Jumlah 7 100%

Non Pekerja 1 Sendiri (Pribadi) 10 71,4%

2 Orang tua/Mertua 4 28,6%

3 Menyewa 0 0%

4 Mengontrak 0 0%

5 Menumpang 0 0%

Jumlah 14 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2018

89

Berdasarkan Tabel 4.10 diketahui data indsutri bata merah pada

responden pekerja sekitar 4 orang atau 57,1% responden memiliki rumah

atas kepemilikan sendiri, 3 orang atau 42,9% kepemilikan rumahnya

merupakan kepemilikan orang tua/ mertua. Sedangkan pada data

responden non pekerja 10 orang atau 71,4% responden yang memiliki

rumah atas kepemilikan sendiri, 4 orang atau 28,6% responden yang

kepemilikan rumahnya merupakan kepemilikan orang tua/ mertua.

Berikut data responden mengenai kepemilikan alat elektronik.

Seperti terlihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11

Kepemilikan Fasilitas Hidup (Kepemilikan Alat Elektronik)

Responden No Alat

Elektronik

Jumlah Persentase (%)

Pekerja 1 TV 7 25,9%

2 Radio 0 0%

3 Mesin Cuci 4 14,8%

4 VCD 5 18,6%

5 Dispenser 4 14,8%

6 Telpon 0 0%

7 HP 7 25,9%

Jumlah 27 100%

Non Pekerja 1 TV 14 28,6%

2 Radio 0 0%

3 Mesin Cuci 8 16,3%

4 VCD 7 14,3%

5 Dispenser 6 12,2%

6 Telpon 0 0%

7 HP 14 28,6%

Jumlah 49 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2018

90

Berdasarkan Tabel 4.11 dengan adanya industri bata merah pada

responden pekerja, 7 orang atau 25,9% responden mempunyai TV, 4

orang atau 14,8% responden memiliki mesin cuci, 5 orang atau 18,6%

responden memiliki VCD, 4 orang atau 14,8% responden memiliki

dispenser, dan 7 orang atau 25,9% responden memiliki HP, dan tidak ada

responden yang memiliki radio dan telpon rumah.

Sedangkan pada responden non pekerja, 14 orang atau 28,6%

responden mempunyai TV dan HP, 8 orang atau 16,3% responden

memiliki mesin cuci, 7 orang atau 14,3% responden memiliki VCD, 6

orang atau 12,2% responden memiliki dispenser, dan tidak ada responden

yang memiliki radio dan telpon rumah.

Berikut data responden mengenai kepemilikan kendaraan. Seperti

terlihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12

Kepemilikan Fasilitas Hidup (Kepemilikan Kendaraan)

Responden No Jenis Kendaraan Jumlah Persentase (%)

Pekerja 1 Mobil dan Motor - -

2 Mobil - -

3 Motor 7 58,3%

4 Sepeda 5 41,7%

5 Tidak ada 0 -

Jumlah 12 100%

Non Pekerja 1 Mobil dan Motor 0 -

2 Mobil 0 -

3 Motor 14 58,3%

4 Sepeda 10 41,7%

5 Tidak ada - -

Jumlah 24 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2018

91

Berdasarkan Tabel 4.12 pada responden pekerja, dapat dilihat

bahwa semua responden memiliki kendaraan motor yaitu 7 orang atau

58,3% responden memiliki motor dan 5 orang atau 41,7 responden

memiliki sepeda, kemudian pada responden non pekerja semua

responden memiliki kendaraan motor yaitu 14 orang atau 58,3%

responden dan 10 orang atau 41,7 memiliki sepeda dan tidak ada

responden yang memiliki mobil. Dari data tersebut bahwa kendaraan

bermotor sudah menjadi barang yang sangat dibutuhkan atau kebutuhan

yang harus dipenuhi.

B. Deskripsi Hasil Penelitian

Industri bata merah adalah salah satu industri kecil yang berada di

Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang. Bata merah

merupakan salah satu jenis bahan dasar pembangunan rumah yang sudah

sangat umum digunakan di Indonesia, dari zaman dulu hingga zaman modern

seperti saat ini bata merah memang sudah menjadi salah satu bahan wajib di

dalam membangun rumah.

Keberadaan industri bata merah di Desa Wanarata sudah cukup lama

dari tahun 2000 sampai sekarang dan merupakan salah satu ladang pekerjaan

bagi warga masyarakat sekitar industri. Berikut hasil penelitian angket dari

pekerja industri bata merah dan masyarakat non pekerja.

1. Hasil Angket

Hasil penelitian mengenai tanggapan masyarakat pekerja

mengenai pengaruh industri bata merah terhadap kondisi lingkungan di

Desa Wanarata. Seperti terlihat pada Tabel 4.13.

92

Tabel 4.13

Anggapan Masyarakat Terhadap Keberadaan Industri Bata

Merah (Ketergangguan)

Responden No Tanggapan Jumlah Persentase

(%)

Pekerja 1 Sangat tidak terganggu 3 42,9%

2 Tidak terganggu 4 57,1%

3 Biasa saja 0 0%

4 Terganggu 0 0%

5 Sangat terganggu 0 0%

Jumlah 7 100%

Non Pekerja 1 Sangat tidak terganggu 2 14,3%

2 Tidak terganggu 4 28,6%

3 Biasa saja 2 14,3%

4 Terganggu 4 28,6%

5 Sangat terganggu 2 14,3%

Jumlah 14 100%

Berdasarkan Tabel 4.13 pada responden pekerja menjelaskan

bahwa 3 responden atau 42,9% menyatakan sangat tidak terganggu, 4

responden atau 57,1% menyatakan tidak terganggu, 0 responden atau 0%

menyatakan biasa saja, 0 responden atau 0% menyatakan terganggu, dan

0 responden atau 0% menyatakan sangat tidak terganggu. Sedangkan

pada responden non pekerja menjelaskan bahwa 2 responden atau 14,3%

menyatakan sangat tidak terganggu, 4 responden atau 28,6% menyatakan

tidak terganggu, 2 responden atau 14,3% menyatakan biasa saja, 4

responden atau 28,6% menyatakan terganggu, dan 2 responden atau

14,3% menyatakan sangat tidak terganggu. terhadap tanggapan

masyarakat bahwa masyarakat pekerja dan non pekerja merasa tidak

terganggu dengan keberadaan industri bata merah di Desa Wanarata daan

hanya sedikit yang merasa terganggu dengan keberadaan industri bata

93

merah di Desa Wanarata. Berikut data responden mengenai keberadaan

industri (persetujuan). Seperti terlihat pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14

Anggapan Masyarakat Terhadap Keberadaan Industri Bata

Merah (Persetujuan)

Responden No Tanggapan Jumlah Persentase (%)

Pekerja 1 Sangat setuju 3 42,9%

2 Setuju 4 57,1%

3 Ragu 0 0%

4 Tidak setuju 0 0%

5 Sangat tidak setuju 0 0%

Jumlah 7 100%

Non Pekerja 1 Sangat setuju 6 42,8%

2 Setuju 4 28,6%

3 Ragu 4 28,6%

4 Tidak setuju 0 0%

5 Sangat tidak setuju 0 0%

Jumlah 14 100%

Berdasarkan Tabel 4.14 pada responden pekerja menjelaskan

bahwa 3 responden atau 42,9% menyatakan sangat setuju, 4 responden

atau 57,1% menyatakan setuju, 0 responden atau 0% menyatakan ragu, 0

responden atau 0% menyatakan tidak setuju, dan 0 responden atau 0%

menyatakan sangat tidak setuju. Sedangkan pada responden non pekerja

menjelaskan bahwa 6 responden atau 42,8% menyatakan sangat setuju, 4

responden atau 28,6% menyatakan setuju, 4 responden atau 28,6%

menyatakan ragu, 0 responden atau 0% menyatakan tidak setuju, dan 0

responden atau 0% menyatakan sangat tidak setuju. Terhadap pertanyaan

diatas bahwa masyarakat pekerja dan non pekerja setuju dengan

keberadaan industri bata merah di Desa Wanarata. Berikut data

94

responden mengenai pertanyaan apakah dengan keberadaan industri

membuat kehidupan masyarakat lebih baik Seperti terlihat pada Gambar

4.3.

Gambar 4.3

Keberadaan Industri Membuat Kehidupan Masyarakat Lebih Baik

Berdasarkan Gambar 4.3 pada responden pekerja menjelaskan

bahwa 2 responden atau 28,6% menyatakan sangat baik, 5 responden

atau 71,4% menyatakan baik, 0 responden atau 0% menyatakan biasa

saja, 0 responden atau 0% menyatakan tidak baik, dan 0 responden atau

0% menyatakan sangat tidak baik. Sedangkan pada responden non

pekerja menjelaskan bahwa 0 responden atau 0% menyatakan sangat

baik, 4 responden atau 28,6% menyatakan baik, 8 responden atau 57,1%

menyatakan biasa saja, 2 responden atau 14,3% menyatakan tidak baik,

dan 0 responden atau 0% menyatakan sangat tidak baik terhadap

pertanyaan bahwa dengan keberadaan industri bata merah membuat

kehidupan masyarakat lebih baik. Berikut data responden mengenai

pertanyaan apakah dampak yang ditimbulkan dari keberadaan industri

positif untuk masyarakat. Seperti terlihat pada Tabel 4.15.

0%

28,6% 28,6%

71,4%

57,1%

0%

14,3%

0% 0% 0% 0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

non pekerja pekerja

Sangat Baik

Baik

Biasa Saja

Tidak Baik

Sangat Tidak Baik

95

Tabel 4.15

Dampak Yang Ditimbulkan Dari Keberadaan Industri Positif Untuk

Masyarakat

Responden No Tanggapan Jumlah Persentase (%)

Pekerja 1 Sangat Positif 3 42,9%

2 Positif 4 57,1%

3 Biasa saja 0 0%

4 Negatif 0 0%

5 Sangat Negatif 0 0%

Jumlah 7 100%

Non Pekerja 1 Sangat Positif 2 14,3%

2 Positif 5 35,71%

3 Biasa saja 7 50%

4 Negatif 0 0%

5 Sangat Negatif 0 0%

Jumlah 14 100%

Berdasarkan Tabel 4.15 pada responden pekerja menjelaskan

bahwa 3 responden atau 42,9% menyatakan sangat positif, 4 responden

atau 57,1% menyatakan positif, 0 responden atau 0% menyatakan biasa

saja, 0 responden atau 0% menyatakan negatif, dan 0 responden atau 0%

menyatakan sangat negatif. Sedangkan pada responden non pekerja

menjelaskan bahwa 2 responden atau 14,3% menyatakan sangat positif, 5

responden atau 35,71% menyatakan positif, 7 responden atau 50%

menyatakan biasa saja, 0 responden atau 0% menyatakan negatif, dan 0

responden atau 0% menyatakan sangat negatif terhadap pertanyaan

bahwa dampak yang ditimbulkan dari keberadaan industri positif untuk

masyarakat. Berikut data responden mengenai pertanyaan apa saja

dampak yang Bapak/Ibu/Saudara rasakan dengan adanya industri bata

merah. Seperti terlihat pada Gambar 4.4.

96

D

Gambar 4.4

Dampak Yang Dirasakan Masyarakat Dengan Adanya Industri Bata

Merah

Berdasarkan Gambar 4.4 responden pekerja menjelaskan bahwa 4

responden atau 57,1% menyatakan adanya lapangan pekerjaan baru, 3

responden atau 42,9% bertambahnya pendapatan sehari-hari, 0 responden

atau 0% menyatakan biasa-biasa saja, 0 responden atau 0% tidak ada

manfaat bagi masyarakat setempat, dan 0 responden atau 0% menyatakan

pencemaran lingkungan. Sedangkan pada responden non pekerja

menjelaskan bahwa 1 responden atau 7,14% menyatakan adanya

lapangan pekerjaan baru, 5 responden atau 35,71% bertambahnya

pendapatan sehari-hari, 2 responden atau 14,28% menyatakan biasa-biasa

saja, 4 responden atau 28,6% tidak ada manfaat bagi masyarakat

setempat, dan 2 responden atau 14,3% menyatakan pencemaran

lingkungan terhadap pertanyaan dampak yang Bapak/Ibu/Saudara

rasakan dengan adanya industri bata merah. Berikut data responden

mengenai pertanyaan sudah berapa lama Bapak/Ibu/saudara menjadi

pekerja industri. Seperti terlihat pada Tabel 4.16.

7,14%

57,1%

35,71%

42,9%

14,28%

0%

28,6%

0%

14,3%

0% 0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

non pekerja pekerja

Adanya Lapangan Pekerjaan Baru

Bertambahnya Pendapatan Sehari-hari

Biasa-biasa Saja

Tidak Ada Manfaat Bagi Masyarakat Setempat

Pencemaran Lingkungan

97

Tabel 4.16

Lamanya Bekerja di Industri Bata Merah

No Tanggapan Jumlah Persentase (%)

1 Lebih dari 10 tahun 2 28,6%

2 6-10 tahun 2 28,6%

3 2-5 tahun 1 14,3%

4 Kurang dari 2 tahun 1 14,3%

5 Kurang dari satu tahun 1 14,3%

Jumlah 7 100%

Berdasarkan Tabel 4.16 responden pekerja menjelaskan bahwa 2

responden atau 28,6% menyatakan lebih dari 10 tahun, 2 responden atau

28,6% 6-10 tahun, 1 responden atau 14,3% menyatakan 2-5 tahun, 1

responden atau 14,3% menyatakan kurang dari 2 tahun, dan 1 responden

atau 14,3% menyatakan kurang dari satu tahun terhadap pertanyaan

bahwa Bapak/Ibu/Saudara menjadi pekerja industri bata merah ini.

Berikut data responden mengenai pertanyaan sudah berapa lama

Bapak/Ibu tinggal disekitar industri bata merah. Seperti terlihat pada

Tabel 4.17.

Tabel 4.17

Lamanya Masyarakat Tinggal Disekitar Industri Bata Merah

No Tanggapan Jumlah Persentase (%)

1 Lebih dari 10 tahun 8 57,14%

2 6-10 tahun 4 28,57%

3 2-5 tahun 2 14,3%

4 Kurang dari 2 tahun 0 0%

5 Kurang dari satu

tahun

0 0%

Jumlah 14 100%

98

Berdasarkan Tabel 4.17 responden non pekerja menjelaskan

bahwa 8 responden atau 57,14% menyatakan lebih dari 10 tahun, 4

responden atau 28,57% 6-10 tahun, 2 responden atau 14,3% menyatakan

2-5 tahun, 0 responden atau 0% menyatakan kurang dari 2 tahun, dan 0

responden atau 0% menyatakan kurang dari satu tahun terhadap

pertanyaan sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal disekitar industri bata

merah. Berikut data responden mengenai pertanyaan sistem upah yang

Bapak/Ibu/Saudara terima. Seperti terlihat pada Tabel 4.18.

Tabel 4.18

Sistem Upah Yang Diterima

No Tanggapan Jumlah Persentase (%)

1 Bulanan 0 0%

2 Kurang dari satu bulan 0 0%

3 Mingguan 2 28,6%

4 Harian 2 28,6%

5 Tidak tentu 3 42,8%

Jumlah 7 100%

Berdasarkan Tabel 4.18 responden pekerja menjelaskan bahwa 0

responden atau 0% menyatakan bulanan, 0 responden atau 0%

menyatakan kurang dari satu bulan, 2 responden atau 28,6% menyatakan

mingguan, 2 responden atau 28,6% menyatakan harian, dan 3 responden

atau 42,8% menyatakan tidak tentu terhadap pertanyaan bahwa sistem

upah yang Bapak/Ibu/Saudara terima. Berikut data responden mengenai

pertanyaan sudah apa mata pencaharian Bapak/Ibu/Saudara. Seperti

terlihat pada Tabel 4.19.

99

Tabel 4.19

Mata Pencaharian Masyarakat Sekitar Industri Bata Merah

No Tanggapan Jumlah Persentase (%)

1 PNS 0 0%

2 Wiraswasta 0 0%

3 Buruh 6 42,9%

4 Petani 2 14,2%

5 Tidak ada 6 42,9%

Jumlah 14 100%

Berdasarkan Tabel 4.19 responden non pekerja menjelaskan

bahwa 0 responden atau 0% menyatakan PNS, 0 responden atau 0%

menyatakan wiraswasta, 6 responden atau 42,9% menyatakan buruh, 2

responden atau 14,2% menyatakan petani, dan 6 responden atau 42,9%

menyatakan tidak ada terhadap pertanyaan mata pencaharian

Bapak/Ibu/Saudara. Berikut data responden mengenai pertanyaan adanya

pengolahan bata merah terjadi pencemaran air disekitar industri. Seperti

terlihat pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5

Pencemaran Air Disekitar Industri Bata Merah

0% 0% 0% 0% 0% 0%

57,1%

42,9% 42,9%

57,1%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

non pekerja pekerja

Sangat Setuju

Setuju

Ragu

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

100

Berdasarkan Gambar 4.5 responden pekerja menjelaskan bahwa 0

responden atau 0% menyatakan sangat setuju, 0 responden atau 0%

menyatakan setuju, 0 responden atau 0% menyatakan tidak pasti, 3

responden atau 42,9% menyatakan tidak setuju, dan 4 responden atau

57,1% menyatakan sangat tidak setuju. Sedangkan responden non

pekerja menjelaskan bahwa 0 responden atau 0% menyatakan sangat

setuju, 0 responden atau 0% menyatakan setuju, 0 responden atau 0%

menyatakan tidak pasti, 8 responden atau 57,14% menyatakan tidak

setuju, dan 6 responden atau 42,86% menyatakan sangat tidak setuju

terhadap pertanyaan bahwa adanya pengolahan bata merah tidak terjadi

pencemaran air disekitar industri. Berikut data responden mengenai

pertanyaan kondisi air disekitar industri bata merah keruh karena adanya

pengolahan bata merah. Seperti terlihat pada Tabel 4.20.

Tabel 4.20

Kondisi Air Disekitar Industri Bata Merah Keruh

Responden No Tanggapan Jumlah Persentase (%)

Pekerja 1 Sangat setuju 0 0%

2 Setuju 0 0%

3 Ragu 0 0%

4 Tidak setuju 4 57,1%

5 Sangat tidak setuju 3 42,9%

Jumlah 7 100%

Non Pekerja 1 Sangat setuju 0 0%

2 Setuju 0 0%

3 Ragu 0 0%

4 Tidak setuju 8 57,14%

5 Sangat tidak setuju 6 42,85%

Jumlah 14 100%

101

Berdasarkan Tabel 4.20 responden pekerja menjelaskan bahwa 0

responden atau 0% menyatakan sangat setuju, 0 responden atau 0%

menyatakan setuju, 0 responden atau 0% menyatakan tidak pasti, 4

responden atau 57,1% menyatakan tidak setuju, dan 3 responden atau

42,9% menyatakan sangat tidak setuju. Sedangkan responden non

pekerja menjelaskan bahwa 0 responden atau 0% menyatakan sangat

setuju, 0 responden atau 0% menyatakan setuju, 0 responden atau 0%

menyatakan tidak pasti, 8 responden atau 57,14% menyatakan tidak

setuju, dan 6 responden atau 42,85% menyatakan sangat tidak setuju

terhadap pertanyaan bahwa kondisi air disekitar industri bata merah tidak

keruh karena adanya pengolahan bata merah. Berikut data responden

mengenai pertanyaan kualitas air tidak layak pakai untuk kebutuhan

sehari-hari masyarakat disekitar industri bata merah. Seperti terlihat pada

Tabel 4.21.

Tabel 4.21

Kualitas Air Tidak Layak Pakai Untuk Kebutuhan Sehari-Hari

Masyarakat

Responden No Tanggapan Jumlah Persentase (%)

Pekerja 1 Sangat setuju 0 0%

2 Setuju 0 0%

3 Ragu 0 0%

4 Tidak setuju 3 42,9%

5 Sangat tidak setuju 4 57,1%

Jumlah 7 100%

Non Pekerja 1 Sangat setuju 0 0%

2 Setuju 0 0%

3 Ragu 0 0%

4 Tidak setuju 8 57,14%

5 Sangat tidak setuju 6 42,85%

Jumlah 14 100%

102

Berdasarkan Tabel 4.21 responden pekerja menjelaskan bahwa 0

responden atau 0% menyatakan sangat setuju, 0 responden atau 0%

menyatakan setuju, 0 responden atau 0% menyatakan tidak pasti, 3

responden atau 42,9% menyatakan tidak setuju, dan 4 responden atau

57,1% menyatakan sangat tidak setuju. Sedangkan responden non

pekerja menjelaskan bahwa 0 responden atau 0% menyatakan sangat

setuju, 0 responden atau 0% menyatakan setuju, 0 responden atau 0%

menyatakan tidak pasti, 8 responden atau 57,14% menyatakan tidak

setuju, dan 6 responden atau 42,85% menyatakan sangat tidak setuju

terhadap pertanyaan bahwa kualitas air sangat layak pakai untuk

kebutuhan sehari-hari masyarakat disekitar industri bata merah. Berikut

data responden mengenai pertanyaan adanya asap saat pembakaran bata

merah terjadi pencemaran udara di sekitar industri. Seperti terlihat pada

Gambar 4.6.

Gambar 4.6

Pencemaraan Udara Di Sekitar Industri Bata Merah

0% 0%

28,6%

0%

21,4%

28,6%

21,4%

42,8%

28,6% 28,6%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

non pekerja pekerja

Sangat Setuju

Setuju

Ragu

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

103

Berdarsarkan Gambar 4.6 responden pekerja menjelaskan bahwa

0 responden atau 0% menyatakan sangat setuju, 0 responden atau 0%

menyatakan setuju, 2 responden atau 28,6% menyatakan tidak pasti, 3

responden atau 42,8% menyatakan tidak setuju, dan 2 responden atau

28,6% menyatakan sangat tidak setuju. Sedangkan responden non

pekerja menjelaskan bahwa 0 responden atau 0% menyatakan sangat

setuju, 4 responden atau 28,6% menyatakan setuju, 3 responden atau

21,4% menyatakan tidak pasti, 3 responden atau 21,4% menyatakan tidak

setuju, dan 4 responden atau 28,6% menyatakan sangat tidak setuju

terhadap pertanyaan bahwa adanya asap saat pembakaran bata merah

terjadi pencemaraan udara di sekitar industri. Berikut data responden

mengenai pertanyaan udara yang dihasilkan dari asap pembakaran bata

merah mengganggu pekerja industri. Seperti terlihat pada Tabel 4.22.

Tabel 4.22

Udara Yang Dihasilkan Dari Asap Pembakaran Bata Merah

(Ketergangguan)

No Tanggapan Jumlah Persentase (%)

1 Sangat Setuju 0 0%

2 Setuju 0 0%

3 Tidak Pasti 3 42,9%

4 Tidak Setuju 3 42,9%

5 Sangat Tidak Setuju 1 14,2%

Jumlah 7 100%

Berdasrkan Tabel 4.22 menjelaskan responden pekerja bahwa 0

responden atau 0% menyatakan sangat setuju, 0 responden atau 0%

menyatakan setuju, 3 responden atau 42,9% menyatakan tidak pasti, 3

responden atau 42,9% menyatakan tidak setuju, dan 1 responden atau

14,2% menyatakan sangat tidak setuju terhadap pertanyaan bahwa udara

104

yang dihasilkan dari asap pembakaran bata merah mengganggu pekerja

industri. Berikut data responden mengenai pertanyaan udara yang

dihasilkan dari asap pembakaran bata merah mengganggu pernafasan

masyarakat sekitar industri. Seperti terlihat pada Tabel 4.23.

Tabel 4.23

Udara Yang Dihasilkan Dari Asap Pembakaran Bata Merah

(Ketergangguan Pernafasan)

No Tanggapan Jumlah Persentase (%)

1 Sangat Setuju 0 0%

2 Setuju 4 28,6%

3 Tidak Pasti 2 14,2%

4 Tidak Setuju 4 28,6%

5 Sangat Tidak Setuju 4 28,6%

Jumlah 14 100%

Berdarkan Tabel 4.23 menjelaskan responden non pekerja bahwa

0 responden atau 0% menyatakan sangat setuju, 4 responden atau 28,6%

menyatakan setuju, 2 responden atau 14,2% menyatakan tidak pasti, 4

responden atau 28,6% menyatakan tidak setuju, dan 4 responden atau

28,6% menyatakan sangat tidak setuju terhadap pertanyaan bahwa udara

yang dihasilkan dari asap pembakaran bata merah mengganggu

pernafasan masyarakat sekitar industri. Berikut data responden mengenai

pertanyaan tanah disekitar industri subur sebelum adanya industri bata

merah. Seperti terlihat pada Gambar 4.7.

105

Gambar 4.7

Kondisi Tanah Sekitar Industri Bata Merah

(Sebelum)

Berdasarkan Gambar 4.7 menjelaskan responden pekerja bahwa

1 responden atau 14,3% menyatakan sangat setuju, 1 responden atau

14,3% menyatakan setuju, 2 responden atau 28,6% menyatakan tidak

pasti, 2 responden atau 28,6% menyatakan tidak setuju, dan 1 responden

atau 14,3% menyatakan sangat tidak setuju. Sedangkan responden non

pekerja menjelaskan bahwa 2 responden atau 14,3% menyatakan sangat

setuju, 3 responden atau 21,4% menyatakan setuju, 2 responden atau

14,3% menyatakan tidak pasti, 5 responden atau 35,7% menyatakan tidak

setuju, dan 2 responden atau 14,3% menyatakan sangat tidak setuju

terhadap pertanyaan tanah disekitar industri subur sebelum adanya

industri bata merah. Berikut data responden mengenai pertanyaan tanah

disekitar industri subur setelah adanya industri bata merah. Seperti

terlihat pada Gambar 4.8.

14,3% 14,3%

21,4%

14,3% 14,3%

28,6%

35,7%

28,6%

14,3% 14,3%

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

30,00%

35,00%

40,00%

non pekerja pekerja

Sangat Setuju

Setuju

Ragu

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

106

Gambar 4.8

Kondisi Tanah Sekitar Industri Bata Merah

(Sesudah)

Berdasarkan Gambar 4.8 pada responden pekerja menjelaskan

bahwa 3 responden atau 42,9% menyatakan sangat setuju, 4 responden

atau 57,1% menyatakan setuju, 0 responden atau 0% menyatakan tidak

pasti, 0 responden atau 0% menyatakan tidak setuju, dan 0 responden

atau 0% menyatakan sangat tidak setuju. Sedangkan pada responden non

pekerja menjelaskan bahwa 5 responden atau 35,7% menyatakan sangat

setuju, 9 responden atau 64,3% menyatakan setuju, 0 responden atau 0%

menyatakan tidak pasti, 0 responden atau 0% menyatakan tidak setuju,

dan 0 responden atau 0% menyatakan sangat tidak setuju terhadap

pertanyaan bahwa tanah disekitar industri subur setelah adanya industri

bata merah. Berikut data responden mengenai pertanyaan apakah semua

anak Bapak/Ibu/Saudara pernah/sedang mengikuti pendidikan sekolah.

Seperti terlihat pada Tabel 4.24.

35,7%

42,9%

64,3%

57,1%

0% 0% 0% 0% 0% 0% 0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

70,00%

non pekerja pekerja

Sangat Setuju

Setuju

Ragu

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

107

Tabel 4.24

Pendidikan Anak

Responden No Tanggapan Jumlah Persentase (%)

Pekerja 1 Ya 5 71,42%

2 Sebagian 0 0%

3 Ragu-ragu 0 0%

4 Tidak tahu 0 0%

5 Tidak ada 2 28,57%

Jumlah 7 100%

Non Pekerja 1 Ya 10 71,42%

2 Sebagian 1 7,14%

3 Ragu-ragu 0 0%

4 Tidak tahu 0 0%

5 Tidak ada 3 21,42%

Jumlah 14 100%

Berdasarkan Tabel 4.24 pada responden pekerja menjelaskan

bahwa 5 responden atau 71,42% menyatakan ya, 0 responden atau 0%

menyatakan sebagian, 0 responden atau 0% menyatakan ragu-ragu, 0

responden atau 0% menyatakan tidak tahu, dan 2 responden atau 28,57%

menyatakan tidak ada. Sedangkan pada responden non pekerja

menjelaskan bahwa 10 responden atau 71,42% menyatakan ya, 1

responden atau 7,14% menyatakan sebagian, 0 responden atau 0%

menyatakan ragu-ragu, 0 responden atau 0% menyatakan tidak tahu, dan

3 responden atau 21,4% menyatakan tidak ada terhadap pertanyaan

bahwa anak Bapak/Ibu/Saudara pernah/sedang mengikuti pendidikan

sekolah. Berikut data responden mengenai pertanyaan berapa jumlah

anak Bapak/Ibu/Saudara yang masih mengikuti pendidikan. Seperti

terlihat pada Gambar 4.9.

108

B

e

r

Gambar 4.9

Jumlah Anak Masyarakat Yang Masih Mengikuti Pendidikan

Berdasarkan Gambar 4.9 pada responden pekerja menjelaskan

bahwa 0 responden atau 0% menyatakan perguruan tinggi (0 orang) , 2

responden atau 28,6% menyatakan SMA (2 orang), 1 responden atau

14,3% menyatakan SMP (1 orang), 3 responden atau 42,9% menyatakan

SD (3 orang), dan 1 responden atau 14,3% menyatakan tidak ada.

Sedangkan pada responden non pekerja menjelaskan bahwa 0 responden

atau 0% menyatakan perguruan tinggi (0 orang) , 4 responden atau 28,6%

menyatakan SMA (4 orang), 3 responden atau 21,4% menyatakan SMP

(3 orang), 4 responden atau 28,6% menyatakan SD (4 orang), dan 3

responden atau 21,4% menyatakan tidak ada terhadap pertanyaan bahwa

jumlah anak Bapak/Ibu/Saudara yang masih mengikuti pendidikan.

Berikut data responden mengenai pertanyaan dengan bekerja di industri

bata merah dapat membantu biaya pendidikan anak/keluarga. Seperti

terlihat pada Tabel 4.25.

0% 0%

28,6% 28,6%

21,4%

14,3%

28,6%

42,9%

21,4%

14,3%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

50%

non pekerja pekerja

Perguruan Tinggi

SMA

SMP

SD

Tidak Ada

109

Tabel 4.25

Bekerja Di Industri Bata Merah Dapat Membantu Biaya Pendidikan

Anak/Keluarga

No Tanggapan Jumlah Persentase (%)

1 Sangat Setuju 2 28,6%

2 Setuju 5 71,4%

3 Tidak Pasti 0 0%

4 Tidak Setuju 0 0%

5 Sangat Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 7 100%

Berdasarkan Tabel 4.25 pada responden pekerja menjelaskan

bahwa 2 responden atau 28,6% menyatakan sangat setuju, 5 responden

atau 71,4% menyatakan setuju, 0 responden atau 0% menyatakan tidak

pasti, 0 responden atau 0% menyatakan tidak setuju, dan 0 responden

atau 0% menyatakan sangat tidak setuju terhadap pertanyaan bahwa

dengan bekerja di industri bata merah dapat membantu biaya pendidikan

anak/keluarga. Berikut data responden mengenai pertanyaan bagaimana

tanggapan Bapak/Ibu/Saudara terhadap pendidikan. Seperti terlihat pada

Tabel 4.26.

Tabel 4.26

Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan

No Tanggapan Jumlah Persentase (%)

1 Sangat penting 9 64,28%

2 Penting 5 35,71%

3 Biasa saja 0 0%

4 Tidak penting 0 0%

5 Sangat tidak penting 0 0%

Jumlah 14 100%

110

Berdasarkan Tabel 4.26 pada responden non pekerja menjelaskan

bahwa 9 responden atau 64,28% menyatakan sangat penting, 5

responden atau 35,71% menyatakan penting, 0 responden atau 0%

menyatakan biasa aja, 0 responden atau 0% menyatakan tidak penting,

dan 0 responden atau 0% menyatakan sangat tidak penting terhadap

pertanyaan bagaimana tanggapan Bapak/Ibu/Saudara terhadap

pendidikan. Berikut data responden mengenai pertanyaan adanya

industri bata merah mempengaruhi kondisi kesehatan. Seperti terlihat

pada Gambar 4.10.

Gambar 4.10

Kondisi Kesehatan Masyarakat

Berdasarkan Gambar 4.10 pada responden pekerja menjelaskan

bahwa 0 responden atau 0% menyatakan sangat setuju, 0 responden atau

0% menyatakan setuju, 3 responden atau 42,9% menyatakan tidak pasti,

3 responden atau 42,9% menyatakan tidak setuju, dan 1 responden atau

14,2% menyatakan sangat tidak setuju. Sedangkan pada responden non

pekerja menjelaskan bahwa 0 responden atau 0% menyatakan sangat

setuju, 4 responden atau 28,6% menyatakan setuju, 2 responden atau

14,3% menyatakan tidak pasti, 3 responden atau 21,4% menyatakan tidak

0% 0%

28,6%

0%

14,3%

42,9%

21,4%

42,9%

35,7%

14,2%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

50%

non pekerja pekerja

Sangat Setuju

Setuju

Ragu

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

111

setuju, dan 5 responden atau 35,7% menyatakan sangat tidak setuju

terhadap pertanyaan bahwa adanya industri bata merah mempengaruhi

kondisi kesehatan. Berikut data responden mengenai pertanyaan adanya

jaminan kesehatan dari pengusaha untuk pekerja industri bata merah.

Seperti terlihat pada Tabel 4.27.

Tabel 4.27

Jaminan Kesehatan Dari Pengusahan Untuk Pekerja Industri Bata

Merah

No Tanggapan Jumlah Persentase (%)

1 Sangat Setuju 0 0%

2 Setuju 5 71,42%

3 Tidak Pasti 0 0%

4 Tidak Setuju 0 0%

5 Sangat Tidak Setuju 2 28,57%

Jumlah 7 100%

Berdasarkan Tabel 4.27 pada responden pekerja menjelaskan

bahwa 0 responden atau 0% menyatakan sangat setuju, 5 responden atau

71,42% menyatakan setuju, 0 responden atau 0% menyatakan tidak pasti,

0 responden atau 0% menyatakan tidak setuju, dan 2 responden atau

28,57% menyatakan sangat tidak setuju terhadap pertanyaan adanya

jaminan kesehatan dari pengusahan untuk pekerja industri bata merah.

Berikut data responden mengenai pertanyaan adanya jaminan kesehatan

dari pengusaha untuk masyarakat sekitar industri bata merah. Seperti

terlihat pada Tabel 4.28.

112

Tabel 4.28

Jaminan Kesehatan Dari Pengusaha Untuk Masyarakat Sekitar

Industri Bata Merah

No Tanggapan Jumlah Persentase (%)

1 Sangat Setuju 0 0%

2 Setuju 0 0%

3 Tidak Pasti 0 0%

4 Tidak Setuju 4 28,6%

5 Sangat Tidak Setuju 10 71,4%

Jumlah 14 100%

Berdasarkan Tabel 4.28 pada responden non pekerja menjelaskan

bahwa 0 responden atau 0% menyatakan sangat setuju, 0 responden atau

0% menyatakan setuju, 0 responden atau 0% menyatakan tidak pasti, 4

responden atau 28,6% menyatakan tidak setuju, dan 10 responden atau

71,4% menyatakan sangat tidak setuju terhadap pertanyaan adanya

jaminan kesehatan dari pengusaha untuk masyarakat sekitar industri bata

merah. Berikut data responden mengenai pertanyaan pendapatan yang

diperoleh dari bekerja di industri mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Seperti terlihat pada Tabel 4.29.

Tabel 4.29

Pendapatan Yang Diperoleh Dari Bekerja Di Industri Bata Merah

(Kebutuhan Sehari-Hari)

No Tanggapan Jumlah Persentase (%)

1 Sangat Setuju 2 28,6%

2 Setuju 4 57,1%

3 Tidak Pasti 0 0%

4 Tidak Setuju 0 0%

5 Sangat Tidak Setuju 1 14,3%

Jumlah 7 100%

113

Berdasarkan Tabel 4.29 pada responden pekerja menjelaskan

bahwa 2 responden atau 28,6% menyatakan sangat setuju, 4 responden

atau 57,1% menyatakan setuju, 0 responden atau 0% menyatakan tidak

pasti, 0 responden atau 0% menyatakan tidak setuju, dan 1 responden

atau 14,3% menyatakan sangat tidak setuju terhadap pertanyaan

pendapatan yang diperoleh dari bekerja di industri mencukupi kebutuhan

sehari-hari. Berikut data responden mengenai pertanyaan adanya industri

bata merah pendapatan masyarakat sekitar industri menjadi meningkat.

Seperti terlihat pada Tabel 4.30.

Tabel 4.30

Pendapatan Masyarakat Sekitar Industri

(Peningkatan)

No Tanggapan Jumlah Persentase (%)

1 Sangat Setuju 1 7,14%

2 Setuju 2 14,28%

3 Tidak Pasti 3 21,42%

4 Tidak Setuju 2 14,28%

5 Sangat Tidak Setuju 6 42,85%

Jumlah 14 100%

Berdasarkan Tabel 4.30 pada responden non pekerja menjelaskan

bahwa 1 responden atau 7,14% menyatakan sangat setuju, 2 responden

atau 14,28% menyatakan setuju, 3 responden atau 21,42% menyatakan

tidak pasti, 2 responden atau 14,28% menyatakan tidak setuju, dan 6

responden atau 42,85% menyatakan sangat tidak setuju terhadap

pertanyaan adanya industri bata merah pendapatan masyarakat sekitar

industri menjadi meningkat. Berikut data responden mengenai

pertanyaan berapakah pendapatan yang Bapak/Ibu/saudara peroleh

perbulan. Seperti terlihat pada Gambar 4.11.

114

Gambar 4.11

Pendapatan Yang Diperoleh Perbulan

Berdasarkan Gambar 4.11 pada responden pekerja menjelaskan

bahwa 4 responden atau 57,1% menyatakan lebih dari Rp. 2.000.000, 3

responden atau 42,9% menyatakan Rp. 1.000.000 - Rp. 2.000.000, 0

responden atau 0% menyatakan Rp. 750.000 - Rp. 1.000.000, 0

responden atau 0% menyatakan Rp. 500.000 - Rp. 750.000, dan 0

responden atau 0% menyatakan kurang dari Rp. 500.000. Sedangkan

responden non pekerja menjelaskan bahwa 2 responden atau 14,3%

menyatakan lebih dari Rp. 2.000.000, 2 responden atau 14,3%

menyatakan Rp. 1.000.000 - Rp. 2.000.000, 1 responden atau 7,1%

menyatakan Rp. 750.000 - Rp. 1.000.000, 2 responden atau 14,3%

menyatakan Rp. 500.000 - Rp. 750.000, dan 7 responden atau 42,9%

menyatakan kurang dari Rp. 500.000 terhadap pertanyaan bahwa

pendapatan yang Bapak/Ibu/Saudara peroleh perbulan. Berikut data

responden mengenai pertanyaan berapa jumlah tanggungan hidup

Bapak/Ibu/Saudara. Seperti terlihat pada Gambar 4.12.

14,3%

57,1%

14,3%

42,9%

7,1%

0%

14,3%

0%

42,9%

0% 0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

non pekerja pekerja

Lebih Dari Rp.2jt

Rp. 1jt - Rp. 2jt

Rp. 750rb - Rp. 1jt

Rp. 500rb - Rp. 750rb

Kurang Dari Rp. 500rb

115

Gambar 4.12

Jumlah Tanggungan Hidup

Berdasarkan Gambar 4.12 pada responden pekerja menjelaskan

bahwa 1 responden atau 14,3% menyatakan lebih dari 4 orang, 0

responden atau 0% menyatakan 4 orang, 3 responden atau 42,9%

menyatakan 3 orang, 2 responden atau 28,6% menyatakan 2 orang, dan 1

responden atau 14,3% menyatakan 1 orang. Sedangkan pada responden

non pekerja menjelaskan bahwa 2 responden atau 14,3% menyatakan

lebih dari 4 orang, 3 responden atau 21,4% menyatakan 4 orang, 4

responden atau 28,6% menyatakan 3 orang, 3 responden atau 21,4%

menyatakan 2 orang, dan 2 responden atau 14,3% menyatakan 1 orang

terhadap pertanyaan bahwa jumlah tanggungan hidup

Bapak/Ibu/Saudara. Berikut data responden mengenai pertanyaan berapa

pengeluaran rata-rata Bapak/Ibu/Saudara dalam sebulan. Seperti terlihat

pada Gambar 4.13.

14,3% 14,3%

21,4%

0%

28,6%

42,9%

21,4%

28,6%

14,3% 14,3%

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

30,00%

35,00%

40,00%

45,00%

50,00%

non pekerja pekerja

Lebih Dari 4 Orang

4 Orang

3 Orang

2 Orang

1 Orang

116

Gambar 4.13

Pengeluaran Rata-Rata Perbulan

Berdasarkan Gambar 4.13 pada responden pekerja menjelaskan

bahwa 5 responden atau 71,4% menyatakan diatas Rp. 1.000.0000, 1

responden atau 14,28% menyatakan Rp. 750.000 - Rp. 1.000.000, 0

responden atau 0% menyatakan Rp. 500.000 - Rp. 750.000, 0 responden

atau 0% menyatakan Rp. 250.000 - Rp. 500.000, dan 0 responden atau

0% menyatakan kurang dari Rp. 250.000. Sedangkan responden non

pekerja menjelaskan bahwa 7 responden atau 50% menyatakan diatas Rp.

1.000.0000, 5 responden atau 35,7% menyatakan Rp. 750.000 - Rp.

1.000.000, 2 responden atau 14,3% menyatakan Rp. 500.000 - Rp.

750.000, 0 responden atau 0% menyatakan Rp. 250.000 - Rp. 500.000,

dan 0 responden atau 0% menyatakan kurang dari Rp. 250.000 terhadap

pertanyaan bahwa pengeluaran rata-rata Bapak/Ibu/Saudara dalam

sebulan. Berikut data responden mengenai pertanyaan milik siapa rumah

yang Bapak/Ibu/Saudara tempati . Seperti terlihat pada Tabel.4.31.

50%

71,4%

35,7%

14,28% 14,3%

0% 0% 0% 0%

14,28%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

non pekerja pekerja

Diatas Rp. 1jt

Rp. 750rb - Rp. 500rb

Rp. 500rb - Rp. 750rb

Rp. 250rb - Rp. 500rb

Kurang Dari Rp. 250rb

117

Tabel 4.31

Kepemilikkan Rumah

Responden No Tanggapan Jumlah Persentase (%)

Pekerja 1 Milik pribadi 4 57,1%

2 Milik mertua/orang

tua

3 42,9%

3 Menyewa 0 0%

4 Mengontrak 0 0%

5 Menumpang 0 0%

Jumlah 7 100%

Non Pekerja 1 Milik pribadi 8 57,14%

2 Milik mertua/orang

tua

6 42,85%

3 Menyewa 0 0%

4 Mengontrak 0 0%

5 Menumpang 0 0%

Jumlah 14 100%

Berdasarkan Tabel 4.31 pada responden pekerja menjelaskan

bahwa 4 responden atau 57,1% menyatakan milik pribadi, 3 responden

atau 42,9% menyatakan milik mertua/orangtua, 0 responden atau 0%

menyatakan menyewa, 0 responden atau 0% menyatakan mengontrak,

dan 0 responden atau 0% menyatakan menumpang. Sedangkan

responden non pekerja menjelaskan bahwa 8 responden atau 57,14%

menyatakan milik pribadi, 6 responden atau 42,85% menyatakan milik

mertua/orangtua, 0 responden atau 0% menyatakan menyewa, 0

responden atau 0% menyatakan mengontrak, dan 0 responden atau 0%

menyatakan menumpang terhadap pertanyaan Milik siapa rumah yang

Bapak/Ibu/Saudara tempati.

118

2. Hasil Wawancara

Wawancara dilakukan kepada 8 orang narasumber di antaranya 7

pengusaha industri bata merah dan 1 Kepala Desa Wanarata Kecamatan

Bantarbolang Kabupaten Pemalang.

a. Wawancara dilakukan dengan Kepala Desa Wanarata Kecamatan

Bantarbolang Kabupaten Pemalang untuk mengetahui pendapat

Kepala Desa terkait pengaruh industri bata merah di Desa Wanarata

didapatkan informasi sebagai berikut:

1) Keberadaan industri bata merah di di Desa Wanarata tidak

mengganggu masyarakat sekitar. Hal ini sesuai dengan yang

diungkapkan oleh Kepala Desa Wanarata yaitu Bapak Sutedjo

bahwa:

“Kalau mengganggu saya rasa tidak, karena kebanyakan

lokasi industri jauh dari rumah-rumah penduduk, tetapi

memang ada beberapa rumah yang dekat dengan industri,

tapi selama ini tidak ada warga yang melapor ke perangkat

desa jika mereka terganggu dengan adanya industri.”

2) Regulasi (aturan) mengenai tanah yang disewa untuk bahan bata

merah yaitu jika tanah sudah rata dan dapat ditanami padi atau

tanaman yang lain pengusaha wajib tidak melakukan lagi

pengambilan tanah sebagai bahan mentah karena akan merusak.

3) Kontribusi dari perangkat desa untuk memajukan industri bata

merah adalah ikut serta membantu menyewakan tanah untuk

bahan baku membuat bata merah.

4) Dampak positif dan negatif dari adanya industri bata merah

yaitu:

Dampak positifnya adalah tanah yang untuk bahan bata merah

yaitu tanah tidak rata seperti bergunung-gunung, yang tidak

bisa dimanfaatkan untuk menanam padi dan tanaman yang

lainnya, karena adanya batu bata kemudian bisa dimanfaatkan.

Sedangkan negatifnya jika tanah semakin lama digali dan

waktunya cukup lama akan membuat tanah menjadi tidak

119

subur, maka itu harus ada yang namanya perjanjian antara

penyewa tanah dengan yang punya tanah untuk setelah rata

sebaiknya sudah berhenti untuk digali dan tanah dikembalikkan

kepemilik.

5) Dengan adanya industri bata merah tidak terjadi pencemaran air

disekitar industri karena industri bata merah tidak membuang

limbah yang mencemari air.

6) Kondisi tanah sebelum dan sesudah adanya industri bata merah,

sebelum adanya industri bata merah tanah tidak rata seperti

bergunung-gunung dan tidak bisa dimanfaatkan untuk menanam

padi dan tanaman yang lainnya, setelah ada industri bata merah

tanah kemudian bisa di manfaatkan untuk menanam padi atau

tanaman palawija.

7) Dengan adanya industri bata merah tidak mempengaruhi

kesehatan masyarakat disekitar industri. Hal ini sesuai dengan

yang diungkapkan oleh Kepala Desa Wanarata yaitu Bapak

Sutedjo bahwa:

“Saya kira tidak mempengaruhi karena saat

pembakaran asap keluarnya keatas saya kira tidak

mengganggu karena walaupun jauh kena angin juga

sudah hilang. Saya kira tidak mengganggu masalah

asap ini.”

8) Dengan adanya industri bata merah dapat membantu pendapatan

masyarakat. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh

Kepala Desa Wanarata yaitu Bapak Sutedjo bahwa:

“Iya pasti membantu, dengan adanya industri bata merah

sangat mengurangi pengangguran di Desa Wanarata

karena dari dulu banyak pengangguran dan yang tadinya

perantau ke tanah abang Jakarta, melainkan beralih

bekerja di bata merah, setelah adanya bata merah disini

mereka tidak lagi merantau tapi di rumah. disekitar

industri maka sekarang adanya industri batu bata merah

banyak tenaga kerja yang terserap disitu.”

120

b. Wawancara dilakukan dengan 7 pengusaha industri bata merah di

Desa Wanarata untuk mengetahui pendapat pengusaha tentang

pengaruh industri bata merah terhadap kondisi lingkungan di Desa

Wanarata didapatkan informasi sebagai berikut:

1) Pengusaha industri sudah mendirikan usahanya sekitar 2-15

tahun.

2) Tenaga kerja setiap harinya juga banyak bervariasi ada yang 6,7

sampai 12 orang .

3) Penghasilan tenaga kerja rata-rata dari tujuh industri sekitar

Rp.60.000-Rp.100.000.

4) Status kepemilkan industri semua pengusaha adalah milik

sendiri dan tanahnya menyewa ke pihak desa.

5) Untuk pemasaran bata merah kebanyakan masih disekitar

kabupaten Pemalang, tapi sering juga ke Kabupaten Tegal,

Pekalongan dan Purbalingga.

6) Transportasi pemasaran pengusaha melihat dekat jauhnya

pembeli, jika dekat biasanya memakai pick up dan jika jauh

menggunakan truk.

7) Untuk masalah air tidak secara langsung berpengaruh terhadap

masyarakat karena industri tidak membuang limbah kimia,

namun dalam proses pembuatan batu bata merah, air yang

digunakan untuk pencampuran tanah sedikit sulit ketika musim

kemarau karena sumur mengalami kekeringan jadi tenaga kerja

harus mengambilnya di sungai dengan menggunakkan selang,

tetapi hanya beberapa industri yang dekat dengan sungai,

industri yang dijauh dari sungai mengalami kesulitan untuk

mendapatkan air untuk pencampuran bahan baku pembuatan

batu bata.

8) Untuk masalah udara sebagian masyarakat mengeluhkan asap-

asap atau polusi yang dikeluarkan industri bata merah yang

121

mengarah ke perumahan warga. Namun beberapa pengusaha

industri bata merah sudah berusaha meminimalisir dengan

menggunakan kayu sebagai alat pembakaran sehingga tidak

keluar asap yang tebal.

9) Untuk masalah tanah terjadi perubahan kondisi tanah. Tanah

yang berasal dari persawahan digali secara terus menerus

menimbulkan lubang-lubang galian sehingga tidak dapat

digunakan untuk bercocok tanam. Namun para pengusaha

industri bata merah mengembalikan kondisi tersebut setelah

selesai melakukan produksi batu bata merah. Tanah tersebut

masih tetap subur dan diratakkan kembali untuk menanam padi

atau tanaman palawija.

Tanah di Desa Wanarata banyak yang tidak rata. Dataran yang

semula tinggi atau tidak bisa digunakan untuk bercocok tanam

setelah diambil tanah tersebut untuk pembuatan batu bata merah,

topografi tersebut menjadi rendah dan bisa dimanfaatkan untuk

bercocok tanam.

10) Untuk pendidikan, jenjang pendidikan pengusaha industri bata

merah bervariasi, ada yang tidak sekolah, SD, SLTP, SLTA

sampai S1. Sesudah pengusaha mempunyai industri bata merah,

mereka mengaku ada perubahan untuk pendidikan anak-anaknya

sampai bisa membantu membiayai pendidikan cucu-cucunya,

yang tadinya mereka hanya sampai tamat SMP setelah

mempunyai industri bata merah kebanyakan anak-anak dari

pengusaha sekolah sampai ke perguruan tinggi. Artinya adalah

terjadi perubahan dalam segi aspek pendidikan dari masyarakat

di Desa Wanarata.

11) Menurut pengusaha untuk perekonomian keluarga sangat

terbantu dengan adanya industri bata merah.

12) Untuk jaminan kesehatan belum ada tapi jika ada yang sakit

pengusaha tetap memberikan bantuan. Kondisi atau keadaan

122

kesehatan masyarakat di Desa Wanarata sebelum dan sesudah

adanya industri batu bata merah relatif sama. Hanya saja pada

saat proses pembakaran bata merah sebagian masyarakat

terganggu oleh asap-asapnya. Namun menurut beberapa

pengusaha kondisi seperti itu sudah diminimalisir dengan

menggunakan kayu saat pembakaran dan tidak akan

mengganggu masyarakat sekitar industri.

13) Pendapatan merupakan penghasilan yang di dapat seseorang dari

hasil kerja keras atau usahanya. Pendapatan juga dapat diukur

dari tempat dimana seseorang bekerja. Sebagian besar

pengusaha industri bata merah sebelum mempunyai industri

pekerjaannya adalah sebagai petani, serabutan, dan pedagang.

Keberadaan industri batu bata merah cukup berpengaruh

terhadap pendapatan yang diterima oleh pengusaha ataupun

pekerja, penghasilan bersih pengusaha sekitar Rp.4.000.000-

Rp.12.000 dan untuk masyarakat pekerja bisa mendapatkan

penghasilan bersih sekitar Rp.60.000-Rp.100.000 perhari. Bagi

pengusaha pendapatan yang diperoleh sangat membantu

perekonomian keluarga karena dengan mempunyai industri bata

merah dapat membantu ekonomi keluarga.

14) Kepemilikan fasilitas hidup berguna sebagai kemudahan

masyarakat ataupun sebagai pemuas kebutuhan hidupnya.

Setelah adanya industri bata merah di Desa Wanarata tentu

fasilitas hidup yang dimiliki pengusaha bertambah. Pengusaha

industri bata merah mengaku dapat membeli keperluan-

keperluan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sekarang

pengusaha mampu untuk membeli alat elektronik seperti TV,

mesin cuci, VCD, dispenser. Alat komunikasi seperti HP bahkan

beberapa pengusaha mampu membeli motor dan mobil.

123

3. Hasil Observasi

Adapun yang akan diobservasi oleh peneliti adalah bahan baku,

bahan bakar, transportasi pemasaran, kondisi air, kondisi tanah, keadaan

udara, bentuk rumah, atat elektronik, sarana komunikasi, alat

transportasi. Berikut hasil observasi dapat dilihat pada Tabel 4.32.

Tabel 4.32

Hasil Observasi

No Aspek yang diamati Ketersediaan

1 Industri Bata Merah Ya Tidak

a. Bahan baku

b. Bahan Bakar

c. Transportasi

Keadaan

2 Kondisi Lingkungan Baik Tidak

Kondisi Fisik:

a. Air

b. Tanah

c. Udara

Ketersediaan

Kondisi Sosial Ekonomi: Ya Tidak

a. Bangunan rumah

1) Permanen

2) Semi permanen

b. Alat elektronik

1) TV

2) Radio

3) Mesin cuci

4) Vcd

5) Dispenser

124

c. Alat komunikasi

1) Telepon rumah

2) HP

d. Alat transportasi

1) Motor

2) Mobil

3) Sepeda

Sumber : Hasil observasi 2018 Desa Wanarata

a. Industri bata merah

Hasil observasi secara langsung di lapangan, melihat

masyarakat Desa Wanarata mulai menjalankan aktivitas sejak pagi.

Dimulai dengan keseharian yang biasa dilakukan masyarakat Desa

kebanyakan yaitu menyapu rumahnya hingga teras depan kegiatan

tersebut dilakukan sebelum menjalankan aktivitasnya atau sebelum

mereka bekerja. Kemudian masyarakat mulai sibuk dengan rutinitas

masing- masing. Ada yang pergi ke sekolah untuk mengantar

anaknya, bertani, dan ke industri.

Masyarakat yang bekerja di industri bata merah yang berada

di Desa Wanarata, mereka pergi bekerja menggunakan motor, ada

juga yang memakai sepeda dan berjalan kaki karena jaraknya dengan

rumah cukup dekat. Kegiatan indsutri dilakukan sejak pagi hari

sampai sore hari. Biasanya para pekerja boleh pulang kerumah hanya

untuk sekedar sholat ataupun makan siang di rumah. Kegiatan

dilakukan baik dalam keadaan cuaca panas ataupun musim

penghujan.

Berdasarkan hasil penelitian di industri bata merah di Desa

Wanarata yang dilakukan di 7 industri bata merah yang bertempat di

Dukuh Lenggak khususnya RT 32 RW 08. Peneliti mengamati dua

industri bata merah di dukuh Lenggak, bukan hanya di dukuh

Lenggak peniliti juga mengamati 5 industri di dukuh Kedung Sambi

125

khususnya di RT 37, 38, 39 dan RW 09. Di industri bata merah

peneliti mengamati apa saja bahan baku, bahan bakar, tranportasi,

air, tanah, dan udara yang ada di industri bata merah dan peneliti

juga mengamati kondisi sosial ekonomi masayarakat yang bekerja

dan tidak bekerja di industri bata merah.

Bahan baku yang digunakan untuk membuat bata merah

adalah tanah liat, air dan sekam padi. Bahan bakar yang digunakan

untuk pembuatan bata merah adalah kayu. Transportasi yang

digunakan untuk mengangkut/pemasaran bata merah menggunakan

truk atau los bak tergantung sedikit atau banyaknya permintaan

konsumen.

Melihat dari sisi kondisi lingkungan fisik sekitar industri

bata merah memberikan dampak pada lingkungan sekitar. Air

disekitar industri tidak tercemar dan tetap bisa dipergunakan untuk

kebutuhan sehari-hari masyarakat. Air yang digunakan untuk

pencampuran bahan baku bata merah biasanya para pekerja

mengambil dari sumur yang dibuat di sekitar industri, membuat

galian-galian untuk penampungan air, jika sumur sedang kering

biasanya pekerja mengambil air dari sungai dengan cara memasang

selang yang lebih besar.

Hal yang sama dengan kondisi tanah bekas galian untuk

bahan baku masih bisa dimanfaatkan kembali. Kondisi tanah yang

awal mulanya adalah tanah yang tidak rata dan tidak bisa ditanami

padi sekarang dengan adanya kegiatan industri bata merah tanah

yang tadinya tidak rata digunakan untuk bahan baku pembuatan bata

merah dan pengusaha bisa memanfaatkan untuk menanam padi atau

tanaman palawija setelah tanah sudah rata.

Berbeda dengan kondisi lingkungan fisik air dan tanah,

kondisi lingkungan fisik udara disekitar industri mengganggu

masyarakat yang rumahnya dekat dengan industri bata merah, saat

pembakaran berlangsung asap yang berdebu akan tertiup angin dan

126

masuk kerumah-rumah masyarakat sekitar, sehingga membuat

rumah masyarakat sekitar kotor, akan tetapi dari tujuh industri hanya

2 industri yang dekat dengan rumah-rumah masyarakat dan lima

industri bertempat ditengah-tengah sawah sehingga tidak

mengganggu masyarakat sekitar.

b. Kondisi Sosial Ekonomi

Indikator-indikator kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa

Wanarata dapat di lihat dari bangunan rumah, alat elektronik, sarana

komunikasi, dan kepemilikkan fasilitas hidup.

Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa kondisi sosial

ekonomi masyarakat Desa Wanarata dilihat dari tempat tinggal atau

rumah. Sebagian besar masyarakat bangunan rumah yang ditempati

sudah permanen bahkan beberapa bangunan tersebut luas. Namun

kebanyakan rumah di Desa Wanarata khususnya di dukuh Lenggak

dan Kedung Sambi sederhana dan tidak bertingkat serta berdekatan

satu dengan yang lain.

Dilihat dari kepemilikan barang-barang elektronik, sebagian

besar masyarakat sudah dapat memenuhi kebutuhan hidupnya akan

barang-barang elektronik seperti TV, Mesin Cuci, VCD, dan

dispenser maupun alat komunikasi seperti HP. Semua hal tersebut

layaknya seperti kebutuhan primer yang harus dimiliki oleh

masyarakat. Namun ada beberapa masyarakat yang memang tidak

memiliki keseluruhan barang-barang elektronik.

Masyarakat Desa Wanarata biasanya melakukan aktivitas

sehari-hari atau ke tempat kerja menggunakan motor jika jauh dan

menggunakan sepeda jika dekat. Rata-rata masyarakat Desa

Wanarata dalam satu keluarga memiliki motor dan beberapa

keluarga memiliki sepeda. Untuk kendaraan mewah seperti mobil

hanya masyarakat tertentu saja yang memilikinya.

Maka dapat disimpulkan bahwa kondisi sosial ekonomi

masyarakat Desa Wanarata lebih baik. Karena dengan adanya

127

pendapatan sebagai pekerja di industri bata merah masyarakat

sebagian besar dapat memenuhi kebutuhannya. Artinya dengan

adanya industri bata merah membawa pengaruh terhadap kondisi

sosial ekonomi masyarakat di Desa Wanarata Kecamatan

Bantarbolang Kabupaten Pemalang.

C. Hasil Analisis dan Pengujian Hipotesis

1. Uji Instrumen Kuesioner

a. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat

keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Untuk mendapatkan data

primer peneliti melakukan penyebaran kuesioner kepada responden

masyarakat Desa Wanarata yang bekerja di industri bata merah dan

yang tidak bekerja di industri bata merah. Setiap item pertanyaan

dikatakan valid jika nilai dari item pernyataan atau r hitung tersebut

positif dan lebih besar dari r tabel. Pada uji try out 10 responden,

yang terdiri dari 5 masyarakat yang bekerja di industri bata merah

dan 5 masyarakat yang tidak bekerja di industri bata merah. Peneliti

menggunakan rumus df = n-2, jadi 10-2 = 8 dan didapati nilai 0,707

sebagai r tabel.

Sedangkan uji reliabilitas digunakan untuk menguji konsistensi

data dalam jangka waktu tertentu, yaitu untuk megetahui sejauh

mana pengukuran yang dapat dipercaya atau diandalkan. Variabel-

variabel tersebut dikatakan Cronbach Alpha-nya memiliki nilai >

0,60 yang berarti bahwa instrumen dapat dipergunakan sebagai

pengumpul data yang handal yaitu pengukuran relatif koefisien jika

dilakukan pengukuran ulang. Uji reliabilitas ini bertujuan untuk

melihat konsistensi.

Sebelum kuesioner dibagikan ke 21 responden, peneliti

melakukan try out atau pra survey terhadap 10 responden dengan

memberikan 24 pertanyaan untuk menguji validitas dan reliabilitas

128

dari seluruh pertanyaan tersebut. Berikut ini adalah hasil uji validitas

dan reliabilitas pada variabel penelitian pengaruh industri bata merah

terhadap kondisi lingkungan. Hasil uji validitas dalam penelitian ini

dapat dilihat pada Tabel 4.33.

Tabel 4.33

Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Instrumen Pekerja

No Item

Pertanyaan

Person

Correlatic Kesimpulan

1 Q.1 0,867 Valid

2 Q.2 0,867 Valid

3 Q.3 0,762 Valid

4 Q.4 0,867 Valid

5 Q.5 0,869 Valid

6 Q.6 0,963 Valid

7 Q.7 0,963 Valid

8 Q.8 0,867 Valid

9 Q.9 0,869 Valid

10 Q.10 0,867 Valid

11 Q.11 0,762 Valid

12 Q.12 0,867 Valid

13 Q.13 0,911 Valid

14 Q.14 0,867 Valid

15 Q.15 0,869 Valid

16 Q.16 0,892 Valid

17 Q.17 0,762 Valid

18 Q.18 0,867 Valid

19 Q.19 0,869 Valid

20 Q.20 0,762 Valid

21 Q.21 0,869 Valid

22 Q.22 0,779 Valid

23 Q.23 0,869 Valid

24 Q.24 0,869 Valid

Sumber: hasil output SPSS data primer yang telah diolah, 2018 Hasil uji validitas

Berdasarkan Tabel 4.33 terdapat 24 pertanyaan yang

diberikan kepada 5 responden dalam penelitian ini adalah pekerja

yang menunjukan bahwa 24 item dinyatakan valid. Artinya nilai r

129

hitung lebih besar dari r tabel yaitu sebesar 0,707 dan ada item yang

tidak valid atau di bawah angka 0,707.

Adapun rekapitulasi hasil uji validitas instrumen non

pekerja dapat dilihat pada Tabel 4.34.

Tabel 4.34

Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Instrumen Non Pekerja

No Item

Pertanyaan Person Correlatic Kesimpulan

1 Q.1 0,883 Valid

2 Q.2 0,883 Valid

3 Q.3 0,767 Valid

4 Q.4 0,883 Valid

5 Q.5 0,900 Valid

6 Q.6 0,883 Valid

7 Q.7 0,883 Valid

8 Q.8 0,883 Valid

9 Q.9 0,883 Valid

10 Q.10 0,883 Valid

11 Q.11 0,767 Valid

12 Q.12 0,974 Valid

13 Q.13 0,821 Valid

14 Q.14 0,821 Valid

15 Q.15 0,883 Valid

16 Q.16 0,767 Valid

17 Q.17 0,883 Valid

18 Q.18 0,974 Valid

19 Q.19 0,767 Valid

20 Q.20 0,802 Valid

21 Q.21 0,870 Valid

22 Q.22 0,821 Valid

23 Q.23 0,883 Valid

24 Q.24 0,883 Valid

Berdasarkan Tabel 4.34 terdapat 24 pertanyaan yang

diberikan kepada 5 responden dalam penelitian ini adalah

masyarakat yang tidak bekerja di industri bata merah menunjukan

bahwa keseluruhan dinyatakan valid. Artinya nilai r hitung lebih

130

besar dari r tabel yaitu sebesar 0,707 dan tidak ada item yang tidak

valid atau di bawah angka 0,707.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana

hasil pengukuran tetap konsisten. Dimana, suatu kuesioner dikatakan

reliabel atau handal jika jawaban responden terhadap pertanyaan

adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Untuk uji

reliabilitas bisa dilihat pada Tabel 4.35.

Tabel 4.35

Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Pekerja

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,970 24

Berdasarkan Tabel 4.35 bahwa hasil Cronbach Alpha lebih

besar dari 0,60 yaitu sebesar 0,970. Dapat disimpulkan bahwa semua

variabel dinyatakan reliabel.

Tabel 4.36

Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Non Pekerja

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,982 24

Berdasarkan Tabel 4.36 bahwa hasil Cronbach Alpha lebih

besar dari 0,60 yaitu sebesar 0,982. Dapat disimpulkan bahwa semua

variabel dinyatakan reliabel.

131

2. Uji Asumsi dasar

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah

populasi data berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini

menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov, yaitu dengan cara

melihat nilai signifikasi, jika nilai Prob. /Sig F > 5%, sebaran bersifat

normal. Namun, jika nilai Prob. /Sig F < 5%, sebaran bersifat tidak

normal. Berikut hasil uji normalitas data dengan metode

Kolmogorov-Smirnov bisa terlihat pada Tabel 4.37.

Tabel 4.37

Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardize

d Residual

N 21

Normal Parametersa,b

Mean ,0000000

Std. Deviation 4,39605563

Most Extreme

Differences

Absolute ,144

Positive ,144

Negative -,131

Test Statistic ,144

Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d

Berdasarkan Tabel 4.37 menunjukan hasil pengujian

normalitas dari indikator-indikator penelitian. Hasil penelitian

menunjukan bahwa seluruh indikator penelitian berdistribusi normal.

Berdasarkan data dari tabel diatas nilai semua indikator memiliki

signifikansi Kolmogorov Smirnov dengan nilai 0,200 > 0,05.

132

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui varian dari

beberapa populasi yang ada. Kriteria pengambilan keputusan adalah

jika probabilitas (sig)>0,05, maka distribusi data adalah homogen.

Jika probabilitas (sig)<0,05, maka distribusi data adalah tidak

homogen. Berikut hasil uji homogenitas dengan metode One-Way

Anova dapat dilihat pada Tabel 4.38.

Tabel 4.38

Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas

Berdasarkan Tabel 4.38 bahwa pengujian homogenitas di

atas besarnya nilai signifikan adalah 0,000. Nilai ini menunjukkan

bahwa nilai sig < α = 0,000 < 0,05, maka distribusi data adalah

homogenya atau varian tidak sama.

3. Uji Regresi Linear Sederhana

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis regresi sederhana. Analisis regresi sederhana digunakan

sebagai alat analisis statistik karena penelitian ini dirancang untuk

meneliti variabel-variabel yang berpengaruh dari variabel indevenden

terhadap variabel dependen.

Test of Homogeneity of Variances

Hasil

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1944187874851

4588,000 7 8 ,000

133

Tabel 4.39

Rekapitulasi Hasil Uji Regresi Linear Sederhana Pekerja Industri

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.

Collinearity

Statistics

B

Std.

Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -

22,714 14,282 -1,590 ,173

Keberadaa

n_Industri 3,042 ,522 ,934 5,829 ,002 1,000 1,000

Berdasarkan Tabel 4.39 diketahui persamaan regresi adalah sebagai

berikut:

Y = a + bX

Y = - 22,714 + 3,042X

Model dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai berikut :

1) Nilai konstanta (a) adalah -22,714, dapat diartikan jika Keberadaan

Industri nilainya adalah 0, maka kondisi lingkungan akan mengalami

kenaikan sebesar -22,714.

2) Nilai koefisien variabel Keberadaan Industri (X) bernilai positif, yaitu

3,042, dapat diartikan bahwa apabila Keberadaan Industri mengalami

kenaikan 1 satuan sedangkan variabel lain tetap, maka variabel

dependen (Kondisi Lingkungan) akan mengalami kenaikan 3,042.

134

Tabel 4.40

Rekapitulasi Hasil Uji Regresi Linear Sederhana Non Pekerja

Industri

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardize

d

Coefficients

t Sig.

Collinearity

Statistics

B

Std.

Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -,640 4,546 -,141 ,890

Keberadaan

_Industri 1,846 ,204 ,934 9,060 ,000 1,000 1,000

Berdasarkan tabel 4.40 diketahui persamaan regresi adalah sebagai

berikut:

Y = a + bX

Y = - 0,640 + 1,846X

Model dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai berikut :

1) Nilai konstanta (a) adalah -0,640, dapat diartikan jika Keberadaan

Industri nilainya adalah 0, maka Perilaku Etis akan mengalami

kenaikan sebesar -0,640.

2) Nilai koefisien variabel Keberadaan Industri (X) bernilai positif, yaitu

1,846, dapat diartikan bahwa apabila Keberadaan Industri mengalami

kenaikan 1 satuan sedangkan variabel lain tetap, maka variabel

dependen (Kondisi Lingkungan) akan mengalami kenaikan 1,846.

4. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefesien Determinasi digunakan untuk menjelaskan proporsi

variabel independen (Keberadaan Industri) yang mampu dijelaskan oleh

variabel dependen (Kondisi Lingkungan) dalam persamaan regresi. Pada

pengujian Koefisien Determinasi dengan melihat nilai Adjusted R Square

135

dengan nilai antara 0 sampai dengan 1. Apabila nilai Adjusted R Square

bernilai kecil menunjukan kemampuan variabel-variabel independen

dalam menjelaskan variabel dependen terbatas. Jika nilai yang mendekati

1 berarti variabel-variabel independen memberikan informasi untuk

memprediksi variabel dependen. Hasil uji koefisien determinasi dapat

dilihat pada Tabel 4.41.

Tabel 4.41

Rekapitulasi Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Pekerja Industri

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 ,939a ,882 ,859 5,102

Berdasarkan Tabel 4.41 nilai yang digunakan adalah nilai

Adjusted R Square yaitu 0,939. Maka dapat diartikan bahwa variabel

independen (Keberadaan Industri), dapat menjelaskan variabel

dependen (Kondisi Lingkungan) sebesar 85,9%.

Tabel 4.42

Rekapitulasi Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Non Pekerja

Industri

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 ,984a ,969 ,967 2,706

Berdasarkan Tabel 4.42 nilai yang digunakan adalah nilai

Adjusted R Square yaitu 0,984. Maka dapat diartikan bahwa variabel

independen (Keberadaan Industri), dapat menjelaskan variabel

dependen (Kondisi Lingkungan) sebesar 96.7%.

136

5. Uji Hipotesis

a. Uji t (parsial)

Uji individual yaitu, statistik bagi koefisien regresi dengan

hanya satu koefisien regresi yang mempengaruhi Y. Uji ini gunanya

ialah untuk menemukan nilai korelasi murni yang terlepas dari

pengaruh-pengaruh variabel lainnya. Uji ini menggunakan taraf

signifikansi 0,05 untuk uji 2 arah dengan prosedur statistik sebagai

berikut :

1) Taraf signifikan (α = 0.05/2 = 0.025)

2) Distribusi t dengan derajat kebebasan df (n-k-1)

3) Apabila thitung>ttabel, maka terdapat pengaruh variabel X terhadap

variabel Y

4) Apabila thitung>ttabel, maka tidak terdapat pengaruh variabel X

terhadap variabel Y

Hasil pengujian dapat di lihat pada Tabel 4.43.

Tabel 4.43

Rekapitulasi Hasil Uji t (parsial) Pekerja Industri

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -23,044 12,438 -1,853 ,123

Keberadaan_Industri 2,741 ,448 ,939 6,119 ,002

Sebelum menjelaskan hasil dari uji T berdasarkan Tabel

4.43, perlu terlebih dahulu menentukan ttabel. Taraf signifikansi

0,05/2 = 0,025, dengan distribusi t = n-k-1 atau 21-1-1 = 19, setelah

137

itu lihat pada ttabel dengan taraf signikansi 0,025 pada jumlah sampel

atau n = 19, maka diperoleh ttabel = 2,093.

Variabel independen setelah di uji menghasilkan hasil uji

sebagai berikut :

Ho : Keberadaan Industri tidak berpengaruh terhadap Kondisi

Lingkungan

Ha : Keberadaan Industri berpengaruh terhadap Kondisi Lingkungan

Variabel Keberadaan Industri memiliki nilai signifikansi

sebesar 0,002 nilai ini lebih kecil dari 0,025. Sedangkan thitung>ttabel

(6,119 > 2,093). Hasil ini dapat disimpulkan bahwa Keberadaan

Industri (X1) berpengaruh terhadap Kondisi Lingkungan.

Tabel 4.44

Rekapitulasi Hasil Uji t (parsial) Non Pekerja Industri

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -6,925 2,931 -2,362 ,036

Keberadaan_Industri 2,364 ,122 ,984 19,436 ,000

Sebelum menjelaskan hasil dari uji T berdasarkan Tabel

4.44 perlu terlebih dahulu menentukan ttabel. Taraf signifikansi 0,05/2

= 0,025, dengan distribusi t = n-k-1 atau 21-1-1 = 19, setelah itu lihat

pada ttabel dengan taraf signikansi 0,025 pada jumlah sampel atau n =

19, maka diperoleh ttabel = 2,093.

Variabel Keberadaan Industri memiliki nilai signifikansi

sebesar 0,000 nilai ini lebih kecil dari 0,025. Sedangkan thitung>ttabel

138

(19,436 > 2,093). Hasil ini dapat disimpulkan bahwa Keberadaan

Industri (X1) berpengaruh terhadap Kondisi Lingkungan.

D. Hasil Pembahasan Penelitian

Hasil penelitian yang telah di jelaskan merupakan proses penelitian

yang telah dilakukan peneliti berdasarkan data-data yang bisa

dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penelitian yang dilakukan

menggunakan metode kuantitatif, tentang apakah ada pengaruh industri bata

merah terhadap kondisi lingkungan di Desa Wanarata. Berikut ini

pembahasan yang akan dijelaskan sesuai dengan instrumen dan hasil

penelitian lapangan.

Berdasarkan hasil penelitian keberadaan industri bata merah di Desa

Wanarata bagi masyarakat sekitar merupakan pembangunan yang sangat

bermanfaat sebagaimana berdasarkan hasil penelitian bahwasannya 57,1%

responden pekerja dan 42,8% responden non pekerja merasa sangat setuju

dengan keberadaan industri bata merah di Desa Wanarata.

Keberadaan industri bata merah di Desa Wanarata membuat

kehidupan masyarakat lebih baik, artinya keberadaan industri bata merah

memberikan dampak positif bagi masyarakat. Hasil penelitian menunjukan

sekitar 71,4% responden pekerja menyatakan baik bagi kehidupan masyarakat

di Desa Wanarata. Selain itu dampak yang ditimbulkan oleh industri bata

merah bagi masyarakat positif dengan 57,1% responden pekerja. Kemudian

keberadaan industri bata merah ternyata telah membuka lapangan pekerjaan

dan menambah pendapatan sehari-hari masyarakat sekitar. Dengan presentase

57,1% responden pekerja menyatakan membuka lapangan pekerjaan dan

35,71% responden non pekerja menyatakan pendapatan mereka bertambah.

Melihat dari aspek lingkungan fisik berdasarkan dari indikator air,

udara, tanah. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwasannya

57,1% responden pekerja dan 57,14% responden non pekerja merasa tidak

terjadi pencemaran air disekitar industri. Kemudian hasil penelitian yang

telah dilakukan menunjukan bahwasannya 42,8% responden pekerja merasa

tidak terjadi pencemaraan udara di sekitar industri. Sedangkan tanah disekitar

139

industri sebelum adanya industri bata merah tidak subur hal ini bisa dilihat

bahwasanya 57,1% responden pekerja dan 35,7% responden non pekerja

menyatakan setuju jika sebelum adanya industri bata merah tanah disekitar

industri tidak subur, dan setelah ada industri bata merah tanah menjadi subur

hal ini bisa dilihat bahwasanya 57,1% responden pekerja dan 64,3%

responden non pekerja menyatakan setuju jika sesudah adanya industri bata

merah tanah disekitar industri menjadi subur.

Melihat dari aspek kondisi sosial ekonomi masyarakat berdasarkan

dari indikator pendidikan, pendapatan, kesehatan, dan kepemilikan fasilitas

hidup. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa pendidikan

masyarakat Desa Wanarata yang bekerja di industri bata merah sebagian

besar pernah mengikuti pendidikan sekolah sebanyak 71,42% responden

pekerja dan 71,42% responden non pekerja artinya mereka menyadari

pentingnya pendidikan. Mereka beranggapan bahwa pendidikan itu sangat

penting dan banyak dari mereka ingin anaknya bersekolah setinggi mungkin.

Keberadaan industri ternyata membantu mereka dalam membiayai pendidikan

anaknya, sekitar 71,4% responden pekerja sangat setuju bahwa keberadaan

industri membantu membiayai menyekolahkan anak-anak mereka dan 64,28

responden non pekerja menyatakan bahwa pendidikan itu sangat penting.

Berdasarkan pendapatan yang diperoleh, hasil penelitian menunjukkan

bahwa pendapatan bersih perbulan masyarakat Desa Wanarata yang bekerja

di industri bata merah akan mempengaruhi tingkat kebutuhan mereka. Hal ini

sesuai dengan teori dari Lukman dan Indoyana bahwa tingkat pendapatan

akan mempengaruhi jenis kebutuhan dan cara memenuhi kebutuhan

seseorang.2 Dari penelitian diperoleh bahwa sebagian responden 57,1%

pendapatan sebulannya mencapai lebih dari Rp. 2.000.000, dari data tersebut

bahwa masyarakat berpendapatan cukup tinggi. Hasil di atas diperkuat

dengan pernyataan responden sekitar 57,1% merasa tercukupi atau dapat

2 Lukman dan Indoyana Nasrudin, Pengantar Teori Mikro Ekonomi, (Jakarta: UIN jakarta

Perss, 2007), h. 3

140

mencukupi kebutuhan sehari-hari dengan pendapatan yang diperoleh dari

bekerja di industri bata merah yang ada di Desa Wanarata. Dari data di atas

dapat disimpulkan bahwa, keberadaan industri di Desa Wanarata

mempengaruhi tingkat pendapatan masayarakat.

Berdasarkan tingkat kesehatan tenaga kerja di industri bata merah baik

meskipun waktu bekerja pagi sampai sore hari yang rentan membahayakan

kesehatan para pekerja. Bisa dilihat dari hasil penelitian diperoleh bahwa

sekitar 42,9% reponden menyatakan mereka merasa tidak terganggu

kesehatannya saat bekerja,. Selain itu masyarakat non pekerja Desa wanarata

tidak merasa kesehatannya terganggu oleh industri bata merah dengan

presentase sekitar 35,7%. Melihat pengaruh keberadaan industri terhadap

kesehatan dari penelitian ini, bahwa industri tidak memberikan pengaruh

negatif terhadap tingkat kesehatan pekerja dan masyarakat non pekerja di

Desa Wanarata.

Berdasarkan kepemilikan fasilitas hidup, manusia pada hakikatnya

jika pendapatannya tinggi maka kebutuhannya pun ikut bertambah dengan

alasan karena punya uang. Hal tersebut dapat dilihat dari kepemilikan fasiltas

hidup seperti kepemilikan atas alat elektronik dan jenis kendaraan masyarakat

Desa Wanarata cukup tinggi, hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian

bahwa sebesar 7 orang atau 25,9% responden pekerja dan 14 orang atau

28,6% responden non pekerja sudah mempunyai TV, 4 orang atau 33,3%

responden pekerja dan 8 orang atau 16,3% responden non pekerja memiliki

mesin cuci, 5 orang atau 18,6% responden pekerja dan 7 orang atau 14,3

responden non pekerja memiliki VCD, 4 orang atau 14,8% responden pekerja

dan 6 orang atau 12,2% responden non pekerja memiliki dispenser, 7 orang

atau 25,9% responden pekerja dan 14 orang atau 28,6% responden non

pekerja memiliki HP.

Kemudian di lihat dari kepemilikan jenis kendaraan seluruh

responden 58,3% responden pekerja dan 58,3% responden non pekerja sudah

mempunyai kendaraan bermotor, karena pada saat ini motor merupakan suatu

yang sangat diperlukan untuk memudahkan aktivitas sehari-hari dan menjadi

141

kebutuhan yang harus dipenuhi, terlihat dari banyaknya masyarakat yang

sudah mempunyai banyak kendaraan bermotor. Hal tersebut dipengaruhi oleh

keberadaan industri yang meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga

kepemilikan fasilitas hidupnya pun ikut meningkat. Hal ini sesuai dengan

teori dari Bintarto (dalam Imam Nawawi) bahwa tingkat kondisi sosial

ekonomi merupakan usaha bersama dalam suatu masyarakat untuk

menanggulangi atau mengurangi kesulitan hidup.3

Hasil ini juga dapat dibuktikan dari uji asumsi dasar yang dilihat dari

uji normalitas yang menggunakan metode kolmograv smirnov. Berdasarkan

besarnya nilai Kolmogrov-Smirnov adalah 0,200 dapat diketahui bahwa nilai

unstandardized residual memiliki nilai Asymp. Sig > 0,5 dan ini mengartikan

bahwa data terdistribusi dengan normal. Selanjutnya berdasarkan pengujian

homogenitas di atas besarnya nilai signifikan adalah 0,000. Nilai ini

menunjukkan bahwa nilai sig < α = 0,000 < 0,05, maka distribusi data adalah

homogenya atau varian tidak sama.

Setelah itu dilakukan dengan pengujian koefisien determinasi pada

pekerja industri di ketahui nilai koefisien R sebesar 0,939 mengandung arti

bahwa hubungan antara variabel keberadaan industri bata merah dengan

kondisi lingkungan sebesar 0,939 atau mempunyai hubungan yang kuat

positif. Sedangkan pada non pekerja industri nilai koefisien R sebesar 0,984

mengandung arti bahwa hubungan antara variabel keberadaan industri bata

merah dengan kondisi lingkungan sebesar 0,984 atau mempunyai hubungan

yang kuat positif .Dalam penelitian ini peneliti mengambil nilai dari koefisien

determinasi Adjusted R Square. Pada pekerja industri nilai koefisien R2

(Adjusted R Square) 0,859 hasil ini menunjukkan bahwa 85,9% variabel

kondisi lingkungan dapat dijelaskan oleh variabel independen (keberadaan

industri bata merah), nilai adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu

variabel independen ditambahkan kedalam model. Sedangkan pada non

3 Imam Nawawi, “Pengaruh Keberadaan Industri Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Dan

Budaya Masyarakat (Stdi di Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung)”, Skripsi

Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 2014, tidak dipublikasikan.

142

pekerja industri nilai koefisien R2 (Adjusted R Square) 0,967 hasil ini

menunjukkan bahwa 96,7% variabel kondisi lingkungan dapat dijelaskan oleh

variabel independen (keberadaan industri bata merah), nilai adjusted R2 dapat

naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam

model.

Berdasarkan uji t dengan taraf signifikansi 10% keberadaan industri

bata merah memiliki pengaruh signifikan terhadap kondisi lingkungan, pada

pekerja industri nilai (thitung = 6,119 > ttabel =2,093) sedangkan pada non

pekerja industri nilai (thitung = 19,436> ttabel =2,093).

Y = a + bX

Y = - 22,714 + 3,042X

Kemudian dilakukan analisis regresi dari hasil pengujian regresi pada

pekerja indsutri Y = -22,714 + 3,042 X yang digunakan sebagai dasar untuk

memperkirakan kondisi lingkungan yang dipengaruhi oleh keberadaan

industri bata merah. Artinya, apabila keberdaan industri X nilainya adalah 0,

maka kondisi lingkungan Y nilainya -22,714 (b) = koefisien regresi variabel

keberadaan industri X sebesar = 3,042 Sedangkan pada non pekerja indsutri

Y = - 0,640 + 1,846 X yang digunakan sebagai dasar untuk memperkirakan

kondisi lingkungan yang dipengaruhi oleh keberadaan industri. Artinya,

apabila keberdaan industri X nilainya adalah 0, maka kondisi lingkungan Y

nilainya -0,640 (b) = koefisien regresi variabel keberadaan industri bata

merah X sebesar = 1,846.

Hal ini ini diperkuat dari hasil observasi yang peneliti lakukan bahwa

terkait lingkungan fisik Desa Wanarata dilihat dari kondisi tanah bekas galian

untuk bahan baku masih bisa dimanfaatkan kembali. Kondisi tanah yang awal

mulanya adalah tanah yang tidak rata dan tidak bisa ditanami padi sekarang

dengan adanya kegiatan industri bata merah tanah yang tadinya tidak rata

digunakan untuk bahan baku pembuatan bata merah dan pengusaha bisa

memanfaatkan untuk menanam padi atau tanaman palawija setelah tanah

sudah rata.

143

Sedangkan berdasarkan hasil observasi terkait sosial ekonomi Desa

Wanarata dilihat dari tempat tinggal atau rumah. Sebagian besar masyarakat

bangunan rumah yang ditempati sudah permanen bahkan beberapa bangunan

tersebut luas. Namun kebanyakan rumah di Desa Wanarata khususnya di

dukuh Lenggak dan Kedung Sambi sederhana dan tidak bertingkat serta

berdekatan satu dengan yang lain. Kepemilikan barang-barang elektronik,

sebagian besar masyarakat sudah dapat memenuhi kebutuhan hidupnya akan

barang-barang elektronik seperti TV, Mesin Cuci, VCD, dan dispenser

maupun alat komunikasi seperti HP. Semua hal tersebut layaknya seperti

kebutuhan primer yang harus dimiliki oleh masyarakat. Namun ada beberapa

masyarakat yang memang tidak memiliki keseluruhan barang-barang

elektronik.

Masyarakat Desa Wanarata biasanya melakukan aktivitas sehari-hari

atau ke tempat kerja menggunakan motor jika jauh dan menggunakan sepeda

jika dekat. Rata-rata masyarakat Desa Wanarata dalam satu keluarga

memiliki motor dan beberapa keluarga memiliki sepeda. Untuk kendaraan

mewah seperti mobil hanya masyarakat tertentu saja yang memilikinya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha industri bata merah

keberadaan industri sangat mempengaruhi kondisi lingkungan, lingkungan

fidik maupun sosial ekonomi.

Untuk masalah air tidak secara langsung berpengaruh terhadap

masyarakat karena industri tidak membuang limbah kimia.

Masalah udara sebagian masyarakat mengeluhkan asap-asap atau

polusi yang dikeluarkan industri bata merah yang mengarah ke perumahan

warga. Namun beberapa pengusaha industri bata merah sudah berusaha

meminimalisir dengan menggunakan kayu sebagai alat pembakaran sehingga

tidak keluar asap yang tebal.

Sedangkan untuk tanah terjadi perubahan kondisi tanah. Tanah yang

berasal dari persawahan digali secara terus menerus menimbulkan lubang-

lubang galian sehingga tidak dapat digunakan untuk bercocok tanam. Namun

para pengusaha industri bata merah mengembalikan kondisi tersebut setelah

144

selesai melakukan produksi batu bata merah. Tanah tersebut masih tetap

subur dan diratakkan kembali untuk menanam padi atau tanaman palawija.

Untuk pendidikan sesudah pengusaha mempunyai industri bata merah,

mereka mengaku ada perubahan untuk pendidikan anak-anaknya sampai bisa

membantu membiayai pendidikan cucu-cucunya, yang tadinya mereka hanya

sampai tamat SMP setelah mempunyai industri bata merah kebanyakan anak-

anak dari pengusaha sekolah sampai ke perguruan tinggi. Artinya adalah

terjadi perubahan dalam segi aspek pendidikan dari masyarakat di Desa

Wanarata.

Pendapatan merupakan penghasilan yang di dapat seseorang dari hasil

kerja keras atau usahanya. Pendapatan juga dapat diukur dari tempat dimana

seseorang bekerja. Sebagian besar pengusaha industri bata merah sebelum

mempunyai industri pekerjaannya adalah sebagai petani, serabutan, dan

pedagang. Keberadaan industri batu bata merah cukup berpengaruh terhadap

pendapatan yang diterima oleh pengusaha ataupun pekerja, penghasilan

bersih pengusaha sekitar Rp.4.000.000-Rp.12.000 dan untuk masyarakat

pekerja bisa mendapatkan penghasilan bersih sekitar Rp.60.000-Rp.100.000

perhari. Bagi pengusaha pendapatan yang diperoleh sangat membantu

perekonomian keluarga karena dengan mempunyai industri bata merah dapat

membantu ekonomi keluarga.

Kepemilikan fasilitas hidup berguna sebagai kemudahan masyarakat

ataupun sebagai pemuas kebutuhan hidupnya. Setelah adanya industri bata

merah di Desa Wanarata tentu fasilitas hidup yang dimiliki pengusaha

bertambah. Pengusaha industri bata merah mengaku dapat membeli

keperluan-keperluan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sekarang pengusaha

mampu untuk membeli alat elektronik seperti TV, mesin cuci, VCD,

dispenser. Alat komunikasi seperti HP bahkan beberapa pengusaha mampu

membeli motor dan mobil.

Hal ini juga diperkuat dengan hasil penelitian sebelumnya bahwa

industri bata merah berpengaruh terhadap kondisi lingkungan. Dari penelitian

ini terdapat kemiripan hasil yang terdapat pada penelitian yang terdahulu.

145

Yakni, Skripsi milik Vina Pratiwi, Mahasiswa Universitas Pendidikan

Indonesia 2012 dengan judul “Keterkaitan Antara Industri Bata Merah

Dengan Kondisi Lingkungan di Desa Leuwilaja Kecamatan Sindangwangi

Kabupaten Majalengka”. Penelitian ini meneliti untuk mengetahui hubungan

antara industri bata merah dengan kondisi lingkungan. Hasilnya dengan

adanya industri bata merah mempengaruhi kondisi sosial ekonomi penduduk

setempat, baik pendapatan, pendidikan, dan kepemilikan fasilitas hidup.4

E. Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang dilakukan saat ini masih memiliki banyak kekurangan dan

keterbatasan, diantaranya sebagai berikut :

1. Penelitian ini hanya mengambil sampel sebanyak 21 responden dan 7

industri

2. Dana yang dapat disediakan oleh peneliti dalam menyelesaikan

penelitian ini sangat terbatas

3. Aksesibilitas menuju industri bata merah kurang bagus, sehingga peneliti

kesulitan untuk menuju tempat tersebut.

4 Vina Pratiwi, “Keterkaitan Antara Industri Bata Merah Dengan Kondisi Lingkungan Di

Desa Leuwilaja Kecamatan Sindangwangi Kabupaten Majalengka”, Skripsi Universitas

Pendidikan Indonesia Bandung, 2012

146

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan uji t keberadaan industri batu bata merah memiliki pengaruh

signifikan terhadap kondisi lingkungan. Berdasakan nilai thitung > ttabel

(6,119 > 2,093) untuk pekerja dan berdasarkan nilai thitung > ttabel (19,436

> 2,093) untuk masyarakat non pekerja yang artinya keberadaan industri

bata merah berpengaruh terhadap lingkungan fisik di Desa Wanarata

Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang. Berdasarkan nilai

koefisien determinasi R Square pekerja industri 0,859 atau 85,9%

sedangkan non pekerja industri diperoleh nilai 0,967 atau 96,7% yang

artinya variabel independen (keberadaan industri) dapat menjelaskan

variabel dependen (lingkungan fisik) dalam persaamaan regresi.

Berdasarkan nilai uji regresi linier sederhana didapatkan persamaan

regresi pekerja indsutri Y = -22,714 + 3,042 X sedangkan untuk non

pekerja didapatkan regresi Y = - 0,640 + 1,846 X. Hal ini dibuktikan

dengan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwasannya

57,1% responden pekerja dan 57,14% responden non pekerja merasa

tidak terjadi pencemaran air disekitar industri. Kemudian hasil penelitian

yang telah dilakukan menunjukan bahwasannya 42,8% responden

pekerja merasa tidak terjadi pencemaraan udara di sekitar industri.

Sedangkan tanah disekitar industri sebelum adanya industri bata merah

tidak subur hal ini bisa dilihat bahwasanya 57,1% responden pekerja dan

35,7% responden non pekerja menyatakan setuju jika sebelum adanya

industri bata merah tanah disekitar industri tidak subur, dan setelah ada

industri bata merah tanah menjadi subur hal ini bisa dilihat bahwasanya

57,1% responden pekerja dan 64,3% responden non pekerja menyatakan

147

setuju jika sesudah adanya industri bata merah tanah disekitar industri

menjadi subur.

2. Berdasarkan uji t keberadaan industri batu bata merah memiliki pengaruh

signifikan terhadap kondisi lingkungan. Berdasakan nilai thitung > ttabel

(6,119 > 2,093) untuk pekerja dan berdasarkan nilai thitung > ttabel (19,436

> 2,093) untuk masyarakat non pekerja yang artinya keberadaan industri

bata merah berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi di Desa

Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang. Berdasarkan

nilai koefisien determinasi R Square pekerja industri 0,859 atau 85,9%

sedangkan non pekerja industri diperoleh nilai 0,967 atau 96,7% yang

artinya variabel independen (keberadaan industri) dapat menjelaskan

variabel dependen (kondisi sosial ekonomi) dalam persaamaan regresi.

Berdasarkan nilai uji regresi linier sederhana didapatkan persamaan

regresi pekerja indsutri Y = -22,714 + 3,042 X sedangkan untuk non

pekerja didapatkan regresi Y = - 0,640 + 1,846 X. Hal ini dibuktikan

dengan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwasannya

sebagian besar masyarakat setuju dengan adanya industri bata merah

masyarakat merasa terbantu dalam hal pembiayaan sekolah anak mereka.

Sebagian besar pendapatan per bulan dari masyarakat sudah lebih dari

Rp. 2.000.000 dan sudah cukup tinggi jika dilihat pendapatannya, karena

pendapatan seseorang bisa dilihat dari mata pencahariannya. Kemudian

kondisi kesehatan dari masyarakat Desa Wanarata antara sebelum dan

sesudah adanya industri batu bata merah cukup baik atau tidak ada

dampak negatif untuk kesehatan masyarakat. Selain itu kepemilikan

fasilitas hidupnya jika dilihat dari kepemilikan alat elektronik dan

kendaraan bermotor sebagian besar masyarakat sudah memiliki alat-alat

seperti TV, Radio, Mesin Cuci, VCD, Dispenser, Telepon Rumah, Hp,

dan motor. Artinya sebagian besar masyarakat telah tercukupi kebutuhan

akan kepemilikan fasilitas hidupnya.

Hal ini menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara

industri bata merah terhadap kondisi lingkungan di Desa Wanarata

148

Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang. Penelitian ini

membuktikan terjawabnya hipotesis penelitian yaitu Ha diterima dan Ho

ditolak.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah dilakukan, maka peneliti dapat

memberikan implikasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam

menentukan kebijakan yang berhubungan dengan kondisi lingkungan.

1. Implikasi Teoritis

Secara teoritis, keberadaan industri termasuk faktor yang mempengaruhi

kondisi lingkungan. Keberadaan indusri sangat memberikan pengaruh

terhadap kondisi lingkungan fisik maupun kondisi lingkungan sosial

ekonomi di masyarakat. Sehingga implikasi dari penelitian ini bagi

pemilik industri di Desa Wanarata sehingga meningkatkan kualitas dan

kuantitas kondisi lingkungan (fisik dan sosial ekonomi) sehingga

memberikan banyak dampak posisif daripada dampak negatif pada

kondisi lingkungan (fisik dan sosial ekonomi) di Desa Wanarata..

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini memberikan implikasi pada kebijakan Pemerintah

Desa Wanarata sebagai perwakilan dari pemerintah untuk memberikan

perhatian lebih dan aturan yang positif dengan adanya keberadaan

industri di Desa Wanarata agar keberadaan industri dapat bermanfaat.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dijabarkan bebrapa saran untuk

menyajikan penelitian yang lebih berkualitas di masa mendatang, diantaranya

sebagai berikut:

1. Pemerintah

Bagi pemerintah hendaknya dibuatkan regulasi-regulasi yang jelas untuk

syarat pembangunan industri bata merah dan memenuhi kebutuhan

tenaga kerja industri bata merah Desa Wanarata seperti upah yang layak,

149

tunjangan kesehatan, tunjangan pendidikan guna menunjang

kesejahteraan yang seutuhnya.

2. Pengusaha Industri Bata Merah

Bagi pengusaha industri bata merah hendaknya memberikan hak yang

layak dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja industri bata merah Desa

Wanarata seperti upah yang layak, tunjangan kesehatan dan transportasi

guna menunjang kesejahteraan yang seutuhnya.

3. Masyarakat

Bagi masyarakat diupayakan agar lebih kritis dan kemampuan negosiasi

dengan pengusaha industri bata merah maupun pemerintah desa dalam

menanggapi kegiatan industri jika mengganggu kesehatan masyarakat

sekitar. Serta diharapkan lebih mengembangkan kreativitas dan sumber

daya yang dimiliki agar masyarakat mampu menciptakan kemandirian

ekonomi tanpa harus bergantung peda kegiatan industri.

4. Penelitian selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya, disarankan menambah variabel independen

yang berpengaruh terhadap lingkungan fisik dan sosial ekonomi dan

diharapkan memperluas objek penelitian, memperluas daerah survei dan

memperbanyak ragam sampel sehingga data yang diperoleh lebih valid

dan mengukur kedalaman lubang-lubang bekas galian.

150

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Kadir, dkk, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2012).

Achmadi, Cholid Narbuko dan Abu, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2016), Cet ke-15.

Algifari, Analisis Regresi Teori, Kasus, dan Solusi, (Yogyakarta : BPFE-

YOGYAKARTA, 2013).

Bambang, Charis Christiani, Pratiwi, Analisis Dampak Kepadatan Penduduk

Terhadap Kualitas Hidup Masyarakat Provinsi Jawa Tengah, Jurnal

Ilmiah, tidak dipublikasikan.

Djafar, Fatimah, Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap

Motivasi Belajar Anak, Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Vol. 2, No.

1, Februari, 2014.

Ernawati, Cut, “Elastisitas Modal dan Tenaga Kerja Dalam Memproduksi Batu

Bata di Desa Cot Kumbang di Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan

Raya”, Skripsi Universitas Teuku Umar Meulaboh Aceh Barat, 2013.

Hastuti, Miftakhul Huda dan Erna, Pengaruh Temperatur Pembakaran dan

Penambahan Abu Terhadap Kualitas Batu Bata, Jurnal Neutrino, Vol 4,

No. 2, April 2012.

Harudu, Nursia dan La, Dampak Penambangan Batu Bata Terhadap Degradasi

Lingkungan di Kelurahan Kolasa Kecamatan Parigi Kabupaten Muna,

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi, Vol. 1, No. 1, November, 2016.

Haryanto, Sukandarrumidi, Dasar-Dasar Penulisan Proposal Penelitian

(Yogyakarta: Gadjah Mada Press, 2014).

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada,

2008).

Hastutiningrum, Sri, Proses Pembuatan Batu Bata Berpori dari Tanah Liat dan

Kaca, Jurnal Teknologi Technoscientia, Vol. 5, No. 2, Februari, 2013.

151

Hidayat, A. Aziz Alimul, Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis

Data, (Jakarta: Salemba Medika, 2008).

Hidayat, Sedarmayanti dan Syarifudin, Metodologi Penelitian, (Bandung: CV

Mandar Maju, 2011).

https://id.wikipedia.org/wiki/Abiotik, diakses tanggal 16 November 2017 pukul

17.53 WIB.

Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Jakarta : Referensi,

2013).

Juariyah, Basrowi dan Siti, Analisis Kondisi Sosial Ekonomi dan Tingkat

Pendidikan Masyarakat Desa Srigading Kecamatan Labuhan Maringgai

Kabupaten Lampung Timur, Jurnal Ekonomi dan Pendidikan, Vol. 7

Nomor 1, 2010.

Kristanto, Philip, Ekologi Industri, (Yogyakarta: Andi, 2004).

Malik, M. Deismasuci, D. Rohmat, dan Y., Dampak Industri Bata Merah

Terhadap Kondisi Lingkungan di Kecamatan Nagreg, Jurnal Antologi

Pendidikan Geografi, Vol. 4, No. 2, Agustus, 2016.

Muhamad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, (Jakarta: PT. Raja grafindo

Persada, 2008).

Mulyanto, HR., Ilmu Lingkungan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007)

Musfiqon, M., Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta:PT Prestasi

Pustakaraya, 2012), cet ke-1.

Musfiqon, Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT.

Prestasi Pustakaraya, 2012).

Napitupulu, Albert, Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan Suatu

Tinjauan Teoritis dan Praktis, (Bogor: IPB Press, 2013).

Nasrudin, Lukman dan Indoyana, Pengantar Teori Mikro Ekonomi, (Jakarta: UIN

jakarta Perss, 2007).

152

Nawawi, Imam, Pengaruh Keberadaan Industri Terhadap Kondisi Sosial

Ekonomi dan Budaya Masyarakat (Studi Kasus di Desa Lagadar

Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung), Skripsi Universitas

Pendidikan Indonesia, Bandung, 2014, tidak dipublikasikan.

Neolaka, Amos, Kesadaran Lingkungan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008).

Nugroho, Rofi Taufik, “Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Pengrajin Industri

Bata Merah Di Kecamatan Pataruman Jawa Barat”, Skripsi Universitas

Negeri Yogyakarta, 2014.

Pratiwi, Vina, “Keterkaitan Antara Industri Bata Merah Dengan Kondisi

Lingkungan Di Desa Leuwilaja Kecamatan Sindangwangi Kabupaten

Majalengka”, Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, 2012.

Samosir, Sri Moertaningsih Adioetomo, Omas Bulan, Dasar-Dasar Demografi,

(Jakarta : Salemba Empat, 2010).

Sayuti, Zurinal dan Wahdi, Ilmu Pendidikan: Pengantar & Dasar-Dasar

Pelaksanaan Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006).

Siregar, Syofian, Statsitik Parametrik Untuk Penelitian Kualitatif: Dilengkapi

Dengan Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2013), Cet. 1.

Sri, Indrawati, Endang, Status Sosial Ekonomi dan Intensitas Komunikasi

Keluarga Pada Ibu Rumah Tangga di Panggung Kidul Semarang Utara,

Jurnal Psikologi Undip, Vol. 14, No. 1, April, 2015.

Suaeb, Achmad, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (Studi Kasus: Pembersih

Kaca Jendela), Jurnal Ilmiah, Vol. 100, 2016.

Subagyo, Joko, Metodologi Penelitian dalam Teori dan Praktik, (Bandung:

Rineka Cipta, 2011).

Sudarsono, Nasruddin Anshoriy Ch, Kearifan Lingkungan dalam Perspektif

Budaya Jawa, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008).

Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2012).

153

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung:

Alfabeta, 2009).

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung:

Alfabeta, 2014), Cet ke-20.

Sujarweni, Wiratna, Statistika untuk Penelitian,( Yogyakarta : Graha Ilmu, 2012).

Suparmoko, M., Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, (Yogyakarta:

BPFE, 2012).

Supardi, Imam, Lingkungan Hidup dan Kelestariannya, (Bandung: P.T. Alumni,

2003).

Trijono, Rachmat, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Depok: Papas Sinar

Sinanti, 2015).

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pokok Lingkungan Hidup

diakses 01/08/2018 pkl 01:02 WIB.

LAMPIRAN 1

Angket Penelitian

Pengaruh Industri Bata Merah Terhadap Kondisi Lingkungan di Desa

Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang

PETUNJUK PENGISIAN ANGKET

Mohon angket ini di isi oleh Bapak/Ibu/Saudara untuk menjawab seluruh

pertanyaan yang ada.

Berilah tanda silang (X) pada pilihan yang telah disediakan dan dipilih sesuai

dengan keadaan sebenarnya.

Saya mengucapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu/Saudara atas partisipasi

guna mensukseskan penelitian ini.

Identitas Responden :

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin : L/P

Pendidikan Terakhir :

Status Perkawinan : Kawin/Belum Kawin

A. Industri Bata Merah

1. Apakah Bapak/Ibu/Saudara merasa terganggu dengan adanya keberadaan

industri bata merah?

a. Sangat Tidak Terganggu

b. Tidak Terganggu

c. Biasa Saja

d. Terganggu

e. Sangat Terganggu

Tenaga Kerja

2. Apakah Bapak/Ibu/Saudara setuju dengan keberadaan industri bata merah di

daerah ini?

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Pasti

d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak Setuju

3. Apakah dengan keberadaan industri membuat kehidupan masyarakat lebih

baik?

a. Sangat Baik

b. Baik

c. Biasa Saja

d. Tidak Baik

e. Sangat Tidak Baik

4. Apakah dampak yang ditimbulkan dari keberadaan industri positif untuk

masyarakat?

a. Sangat Positif

b. Positif

c. Biasa saja

d. Negatif

e. Sangat Negatif

5. Apa saja dampak yang Bapak/Ibu/Saudara rasakan dengan adanya industri

bata merah?

a. Adanya lapangan pekerjaan baru

b. Bertambahnya pendapatan sehari-hari

c. Biasa-biasa saja

d. Tidak ada manfaat bagi masyarakat setempat

e. Pencemaran lingkungan

6. Sudah berapa lama Bapak/Ibu/Saudara menjadi pekerja industri bata merah

ini?

a. Lebih dari 10 tahun

b. 6-10 tahun

c. 2-5 tahun

d. Kurang dari 2 tahun

e. Kurang dari satu tahun

7. Sistem upah yang Bapak/Ibu/Saudara terima?

a. Bulanan

b. Kurang dari satu bulan

c. Mingguan

d. Harian

e. Tidak tentu

B. Kondisi Lingkungan

1. Lingkungan Fisik

Air

8. Adanya pengolahan bata merah terjadi pencemaran air disekitar industri

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Pasti

d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak Setuju

9. Kondisi air disekitar industri bata merah keruh karena adanya pengolahan

bata merah

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Pasti

d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak Setuju

10. Kualitas air tidak layak pakai untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat

disekitar industri bata merah

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Pasti

d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak Setuju

Udara

11. Adanya asap saat pembakaran bata merah terjadi pencemaraan udara di

sekitar industri

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Pasti

d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak Setuju

12. Udara yang dihasilkan dari asap pembakaran bata merah mengganggu pekerja

industri

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Pasti

d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak Setuju

Tanah

13. Tanah disekitar industri subur sebelum adanya industri bata merah

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Pasti

d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak Setuju

14. Tanah disekitar industri subur setelah adanya industri bata merah

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Pasti

d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak Setuju

2. Kondisi Sosial Ekonomi

Pendidikan

15. Apakah semua anak Bapak/Ibu/Saudara pernah/sedang mengikuti pendidikan

sekolah?

a. Ya

b. Sebagian

c. Ragu-ragu

d. Tidak tahu

e. Tidak ada

16. Berapa jumlah anak Bapak/Ibu/Saudara yang masih mengikuti pendidikan?

a. Perguruan Tinggi (.... orang)

b. SMA (.... orang)

c. SMP (.... orang)

d. SD (....orang)

e. Tidak ada

17. Dengan bekerja di industri bata merah dapat membantu biaya pendidikan

anak/keluarga?

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Pasti

d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak Setuju

Kesehatan

18. Adanya industri bata merah mempengaruhi kondisi kesehatan

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Pasti

d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak Setuju

19. Adanya jaminan kesehatan dari pengusahan untuk pekerja industri bata merah

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Pasti

d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak Setuju

Pendapatan

20. Pendapatan yang diperoleh dari bekerja di industri mencukupi kebutuhan

sehari-hari

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Pasti

d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak Setuju

21. Berapakah pendapatan yang Bapak/Ibu/Saudara peroleh perbulan?

a. Lebih dari Rp. 2.000.000

b. Rp. 1.000.000 - Rp. 2.000.000

c. Rp. 750.000 - Rp. 1.000.000

d. Rp. 500.000 - Rp. 750.000

e. Kurang dari Rp. 500.000

22. Berapa jumlah tanggungan hidup Bapak/Ibu/Saudara?

a. Lebih dari 4 orang

b. 4 orang

c. 3 orang

d. 2 orang

e. 1 orang

23. Berapa pengeluaran rata-rata Bapak/Ibu/Saudara dalam sebulan?

a. Diatas Rp. 1.000.000

b. Rp. 750.000 - Rp. 1.000.000

c. Rp. 500.000 - Rp. 750.000

d. Rp. 250.000 - Rp. 500.000

e. Kurang dari Rp. 250.000

Kepemilikan Fasilitas Hidup

24. Milik siapa rumah yang Bapak/Ibu/Saudara tempati?

a. Milik pribadi

b. Milik mertua/orang tua

c. Menyewa

d. Mengontrak

e. Menumpang

25. Alat elektronik, sarana komunikasi, transportasi yang Bapak/Ibu/Saudara

miliki

Beri tanda (X) sesuai kondisi Bapak/Ibu/Saudara

Barang Ada Tidak Jumlah

Tv

Radio

Mesin cuci

Vcd

Dispenser

Telepon

Hp

Mobil

Motor

Sepeda

Angket Penelitian

Pengaruh Industri Bata Merah Terhadap Kondisi Lingkungan di Desa

Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang

PETUNJUK PENGISIAN ANGKET

Mohon angket ini di isi oleh Bapak/Ibu/Saudara untuk menjawab seluruh

pertanyaan yang ada.

Berilah tanda silang (X) pada pilihan yang telah disediakan dan dipilih sesuai

dengan keadaan sebenarnya.

Saya mengucapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu/Saudara atas partisipasi

guna mensukseskan penelitian ini.

Identitas Responden

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin : L/P

Pendidikan Terakhir :

Status Perkawinan : Kawin/Belum kawin

A. Industri Bata Merah

1. Apakah Bapak/Ibu/Saudara merasa terganggu dengan adanya keberadaan

industri bata merah?

a. Sangat Tidak Terganggu

b. Tidak Terganggu

c. Biasa Saja

d. Terganggu

e. Sangat Terganggu

2. Apakah Bapak/Ibu/Saudara setuju dengan keberadaan industri bata merah di

Desa Wanarata?

a. Sangat Setuju

b. Setuju

Non Pekerja

c. Tidak Pasti

d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak Setuju

3. Apakah dengan keberadaan industri membuat kehidupan masyarakat lebih

baik?

a. Sangat Baik

b. Baik

c. Biasa Saja

d. Tidak Baik

e. Sangat Tidak Baik

4. Apakah dampak yang ditimbulkan dari keberadaan industri positif untuk

masyarakat?

a. Sangat Positif

b. Positif

c. Biasa saja

d. Negatif

e. Sangat Negatif

5. Apa saja dampak yang Bapak/Ibu/Saudara rasakan dengan adanya industri?

a. Adanya lapangan pekerjaan baru

b. Bertambahnya pendapatan sehari-hari

c. Biasa-biasa saja

d. Tidak ada manfaat bagi masyarakat setempat

e. Pencemaran lingkungan

6. Sudah berapa lama Bapak/Ibu/Saudara tinggal disekitar industri bata merah?

a. Lebih dari 10 tahun

b. 6-10 tahun

c. 2-5 tahun

d. Kurang dari 2 tahun

e. Kurang dari satu tahun

7. Apa mata pencaharian Bapak/Ibu/Saudara?

a. PNS

b. Wiraswasta

c. Buruh

d. Petani

e. Tidak ada

B. Kondisi Lingkungan

1. Lingkungan Fisik

Air

8. Adanya pengolahan bata merah terjadi pencemaran air disekitar industri

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Pasti

d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak Setuju

9. Kondisi air disekitar industri bata merah keruh karena adanya pengolahan

bata merah

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Pasti

d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak Setuju

10. Kualitas air tidak layak pakai untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat

disekitar industri

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Pasti

d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak Setuju

Udara

11. Adanya asap saat pembakaran bata merah terjadi pencemaraan udara di

sekitar industri

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Pasti

d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak Setuju

12. Udara yang dihasilkan dari asap pembakaran bata merah mengganggu

masyarakat sekitar industri

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Pasti

d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak Setuju

Tanah

13. Tanah disekitar industri subur sebelum adanya industri bata merah

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Pasti

d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak Setuju

14. Tanah disekitar industri subur setelah adanya industri bata merah

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Pasti

d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak Setuju

2. Kondisi Sosial Ekonomi

Pendidikan

15. Apakah semua anak Bapak/Ibu/Saudara pernah/sedang mengikuti pendidikan

sekolah?

a. Ya

b. Sebagian

c. Ragu-ragu

d. Tidak tahu

e. Tidak ada

16. Berapa jumlah anak Bapak/Ibu/Saudara yang masih mengikuti pendidikan?

a. Perguruan Tinggi (.... orang)

b. SMA (.... orang)

c. SMP (.... orang)

d. SD (....orang)

e. Tidak ada

17. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu/Saudara terhadap pendidikan?

a. Sangat penting

b. Penting

c. Biasa saja

d. Tidak penting

e. Sangat tidak penting

Kesehatan

18. Adanya industri bata merah mempengaruhi kondisi kesehatan

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Pasti

d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak Setuju

19. Adanya jaminan kesehatan dari pengusahan untuk masyarakat sekitar industri

bata merah

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Pasti

d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak Setuju

Pendapatan

20. Adanya industri bata merah pendapatan masyarakat sekitar industri menjadi

meningkat

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Pasti

d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak Setuju

21. Berapakah pendapatan yang Bapak/Ibu/Saudara peroleh perbulan?

a. Lebih dari Rp. 2.000.000

b. Rp. 1.000.000 - Rp. 2.000.000

c. Rp. 750.000 - Rp. 1.000.000

d. Rp. 500.000 - Rp. 750.000

e. Kurang dari Rp. 500.000

22. Berapa jumlah tanggungan hidup Bapak/Ibu/Saudara?

a. Lebih dari 4 orang

b. 4 orang

c. 3 orang

d. 2 orang

e. 1 orang

23. Berapa pengeluaran rata-rata Bapak/Ibu/Saudara dalam sebulan?

a. Diatas Rp. 1.000.000

b. Rp. 750.000 - Rp. 1.000.000

c. Rp. 500.000 - Rp. 750.000

d. Rp. 250.000 - Rp. 500.000

e. Kurang dari Rp. 250.000

Kepemilikan Fasilitas Hidup

24. Milik siapa rumah yang Bapak/Ibu/Saudara tempati?

a. Milik pribadi

b. Milik mertua/orang tua

c. Menyewa

d. Mengontrak

e. Menumpang

25. Alat elektronik, sarana komunikasi, transportasi yang Bapak/Ibu/Saudara

miliki

Beri tanda (X) sesuai kondisi Bapak/Ibu/Saudara

Barang Ada Tidak Jumlah

Tv

Radio

Mesin cuci

Vcd

Dispenser

Telepon

Hp

Mobil

Motor

Sepeda

LAMPIRAN 2

Pedoman Wawancara

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan Terakhir :

Lama Bekerja :

1. Menurut Bapak/Ibu bagaimana keberadaan industri bata merah?

2. Apakah ada regulasi (aturan) mengenai industri bata merah? Jika ada apa

saja?

3. Adakah kontribusi dari perangkat desa untuk memajukan industri bata

merah?

4. Menurut Bapak/Ibu apakah ada dampak positif dan negatif dari adanya

industri bata merah?

5. Apakah dengan adanya industri bata merah terjadi pencemaran air disekitar

industri?

6. Bagaimana kondisi tanah sebelum dan sesudah adanya industri bata merah?

7. Menurut Bapak/Ibu apakah dengan adanya adanya industri bata merah dapat

mempengaruhi kesehatan masyarakat disekitar industri?

8. Apakah dengan adanya industri bata merah dapat membantu pendapatan

masyarakat?

Kepala Desa

Pedoman Wawancara

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan Terakhir :

1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu mendirikan industri bata merah ini?

2. Berapa jumlah tenaga kerja yang ada di industri ini?

3. Berapa upah tenaga kerja di industri bata merah?

4. Bagaimana status kepemilikan industri bata merah?

5. Kemana sajakah daerah pemasaran bata merah milik Bapak/Ibu?

6. Apa alat transportasi untuk mengangkut bata merah ke tempat pemasaran?

7. Apakah dengan adanya industri bata merah terjadi pencemaran air disekitar

industri?

8. Apakah dengan adanya industri bata merah terjadi pencemaran udara

disekitar industri karena proses pembakaran?

9. Apa upaya yang dilakukan oleh pengusaha industri bata merah terhadap

bekas lubang-lubang galian?

10. Apakah dengan hasil yang diperoleh dari industri bata merah dapat membantu

meningkatkan pendidikan anak?

11. Apakah ada jaminan kesehatan yang diberikan untuk tenaga kerja di industri

bata merah? Jika ada berbentuk apa?

12. Berapakah pendapatan Bapak/Ibu dari industri bata merah ini?

13. Apakah dengan hasil yang diperoleh dari industri bata merah dapat membantu

perekonomian keluarga?

14. Apakah dengan mempunyai usaha bata merah membuat Bapak/Ibu dapat

memenuhi kepemilikkan fasilitas hidup?

Pengusaha Industri

LAMPIRAN 3

Transkip Wawancara

Nama : Pak Sutedjo

Umur : 62 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan Terakhir : SMA

Lama Bekerja : 2,5 tahun (Kepala Desa Pengganti)

Transkip Wawancara dengan Kepala Desa

N: Narasumber

P: Peneliti

P: Menurut Bapak apakah keberadaan industri bata merah di di Desa Wanarata

mengganggu masyarakat sekitar?

N: Kalau mengganggu saya rasa tidak, karena kebanyakan lokasi industri jauh

dari rumah-rumah penduduk, tetapi memang ada beberapa rumah yang dekat

dengan industri, tapi selama ini tidak ada warga yang melapor ke perangkat

desa jika mereka terganggu dengan adanya industri

P: Apakah ada regulasi (aturan) mengenai industri bata merah? Jika ada apa saja?

N: Regulasi (aturan) mengenai tanah yang disewa untuk bahan bata merah yaitu

jika tanah sudah rata dan dapat ditanami padi atau tanaman yang lain

pengusaha wajib tidak melakukan lagi pengambilan tanah sebagai bahan

mentah karena akan merusak.

P: Adakah kontribusi dari perangkat desa untuk memajukan industri bata merah?

N: Kontribusi dari perangkat desa untuk memajukan industri bata merah adalah

ikut serta membantu menyewakan tanah untuk bahan baku membuat bata

merah.

P: Menurut Bapak/Ibu apakah ada dampak positif dan negatif dari adanya industri

bata merah?

N: Pasti ada, dampak positifnya adalah tanah yang untuk bahan bata merah yaitu

tanah tidak rata seperti bergunung-gunung, yang tidak bisa dimanfaatkan untuk

menanam padi dan tanaman yang lainnya, karena adanya batu bata kemudian

bisa dimanfaatkan. Sedangkan negatifnya jika tanah semakin lama digali dan

waktunya cukup lama akan membuat tanah menjadi tidak subur, maka itu

harus ada yang namanya perjanjian antara penyewa tanah dengan yang punya

tanah untuk setelah rata sebaiknya sudah berhenti untuk digali dan tanah

dikembalikkan kepemilik.

P: Apakah dengan adanya industri bata merah terjadi pencemaran air disekitar

industri?

N: Dengan adanya industri bata merah tidak terjadi pencemaran air disekitar

industri karena industri bata merah kan tidak membuang limbah yang

mencemari air.

P: Bagaimana kondisi tanah sebelum dan sesudah adanya industri bata merah?

N: Jadi awalnya sebelum adanya industri bata merah tanah tidak rata seperti

bergunung-gunung dan tidak bisa dimanfaatkan untuk menanam padi dan

tanaman yang lainnya, nah setelah ada industri bata merah tanah kemudian bisa

di manfaatkan untuk menanam padi atau tanaman palawija.

P: Menurut Bapak/Ibu apakah dengan adanya adanya industri bata merah dapat

mempengaruhi kesehatan masyarakat disekitar industri?

N: Saya kira tidak mempengaruhi karena saat pembakaran asap keluarnya keatas

saya kira tidak mengganggu karena walaupun jauh kena angin juga sudah

hilang. Saya kira tidak mengganggu masalah asap ini.

P: Apakah dengan adanya industri bata merah dapat membantu pendapatan

masyarakat?

N: Iya pasti membantu, dengan adanya industri bata merah sangat mengurangi

pengangguran di Desa Wanarata karena dari dulu banyak pengangguran dan

yang tadinya perantau ke tanah abang Jakarta, melainkan beralih bekerja di

bata merah, setelah adanya bata merah disini mereka tidak lagi merantau tapi di

rumah. disekitar industri maka sekarang adanya industri batu bata merah

banyak tenaga kerja yang terserap disitu.

Transkip Wawancara

Nama : Pak Waryono

Umur : 57 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan Terakhir : SD

1) Transkip Wawancara dengan pengusaha 1

N : Narasumber

P : Peneliti

P : Sudah berapa lama Bapak/Ibu mendirikan industri bata merah ini?

N : Sudah 11 tahun

P : Berapa jumlah tenaga kerja yang ada di industri ini?

N : Yang rutin tiap hari ada itu 12 orang

P : Berapa upah tenaga kerja di industri bata merah?

N : Jadi sistemmnya borongan, yang harian ada 4 orang itu saya bayar Rp.

60.000 tiap hari saya kasih makan. Kalau borongan dihitung satu biji bata

Rp. 55. Kalau perminggu personil bisa terima Rp. 400.000. Rata-rata

sekitar Rp. 70.000 perharinya.

P : Bagaimana status kepemilikan industri bata merah?

N : Milik sendiri, tapi kalau tanah milik desa

P : Kemana sajakah daerah pemasaran bata merah milik Bapak/Ibu?

N : Sekitar pemalang, keluar kabupaten ada sekitar pekalongan

P : Apa alat transportasi untuk mengangkut bata merah ke tempat

pemasaran?

N : Tergantung sedikit banyaknya pesanan bata merah, kalau sedikit ya pakai

pickup kalau banyak ya pakai truk.

P : Apakah dengan adanya industri bata merah terjadi pencemaran air

disekitar industri?

N : Kita gak menggunakan air berbentuk limbah itu gak, malah saya

menggunakan air bersih, tidak membuang limbah

P : Apakah dengan adanya industri bata merah terjadi pencemaran udara

disekitar industri karena proses pembakaran?

N : Kalau di saya itu kan bakarnya pakai kayu bakar jadi tidak menimbulkan

asap tebal yang kotor

P : Apa upaya yang dilakukan oleh pengusaha industri bata merah terhadap

bekas lubang-lubang galian?

N : Sebelumnya tanah itu kan sudah menjadi sawah, jadi setelah selesai saya

gali sehingga tanah itu terambil yang bisa diproduksi itu saya jadikan

sawah kembali. Kepada si pemilik itu saya tidak merugikan pemilik, jadi

sudah bisa menjadi sawah baru saya kembalikan

P : Apakah dengan hasil yang diperoleh dari industri bata merah dapat

membantu meningkatkan pendidikan anak?

N : Iya pastinya.

P : Apakah ada jaminan kesehatan yang diberikan untuk tenaga kerja di

industri bata merah? Jika ada berbentuk apa?

N : Belum ada jaminan kesehatan untuk pekerja.

P : Berapakah pendapatan Bapak/Ibu dari industri bata merah ini?

N : Rp.12.000.000 bersihnya, kalau ngitung kotornya itu diitung global

semua jadi saya gak ngitung global, yang saya hitung yang masuk ke kas

saya

P : Apakah dengan hasil yang diperoleh dari industri bata merah dapat

membantu perekonomian keluarga?

N : Iya pasti sangat membantu.

P : Apakah dengan mempunyai usaha bata merah membuat Bapak/Ibu dapat

memenuhi kepemilikkan fasilitas hidup?

N : Iya pastinya bisa membeli barang-barang elektronik, yang tadinya tidak

mampu membeli sekarang bisa dan bisa beli HP, motor dan mobil.

Transkip Wawancara

Nama : Pak Ahmad Khaeruzin

Umur : 45 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan Terakhir : SLTA

2) Transkip Wawancara dengan pengusaha 2

N: Narasumber

P: Peneliti

P : Sudah berapa lama Bapak/Ibu mendirikan industri bata merah ini?

N : Baru 2 tahun

P : Berapa jumlah tenaga kerja yang ada di industri ini?

N : 12 orang

P : Berapa upah tenaga kerja di industri bata merah?

N : Tiap hari Rp. 100.000 per orang

P : Bagaimana status kepemilikan industri bata merah?

N : Milik sendiri, tapi kalau tanah milik desa

P : Kemana sajakah daerah pemasaran bata merah milik Bapak/Ibu?

N : Terutama di Pemalang, kadang keluar Kabupaten ke Pekalongan, Tegal

P : Apa alat transportasi untuk mengangkut bata merah ke tempat

pemasaran?

N : Untuk pengangkut ke luar kota pakai truk tapi kalau daerah sekitar

wanarata pake mobil terbuka

P : Apakah dengan adanya industri bata merah terjadi pencemaran air

disekitar industri?

N : Tidak, karena tidak menggunakan bahan kimia

P : Apakah dengan adanya industri bata merah terjadi pencemaran udara

disekitar industri karena proses pembakaran?

N : Gak ada, kan jauh dari rumah-rumah penduduk

P : Apa upaya yang dilakukan oleh pengusaha industri bata merah terhadap

bekas lubang-lubang galian?

N : Habis bekas galian diratain jadi bisa ditanami kembali dan menjadi

lahan yang subur

P : Apakah dengan hasil yang diperoleh dari industri bata merah dapat

membantu meningkatkan pendidikan anak?

N : Otomatis untuk pendidikan sangat membantu

P : Apakah ada jaminan kesehatan yang diberikan untuk tenaga kerja di

industri bata merah? Jika ada berbentuk apa?

N : Belum karena belum dianjurkan

P : Berapakah pendapatan Bapak/Ibu dari industri bata merah ini?

N : Tergantung keadaan kalau lagi rame ya lumayan kurang lebih Rp.

10.000.000.

P : Apakah dengan hasil yang diperoleh dari industri bata merah dapat

membantu perekonomian keluarga?

N : Iya alhamdulillah membantu.

P : Apakah dengan mempunyai usaha bata merah membuat Bapak/Ibu dapat

memenuhi kepemilikkan fasilitas hidup?

N : Iya alhamdulillah bisa membeli yang belum bisa dibeli saat belum punya

usaha ini.

Transkip Wawancara

Nama : Pak Ari Mustabik

Umur : 41 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan Terakhir : Tidak Sekolah

3) Transkip Wawancara dengan pengusaha 3

N : Narasumber

P : Peneliti

P : Sudah berapa lama Bapak/Ibu mendirikan industri bata merah ini?

N : 7 tahun

P : Berapa jumlah tenaga kerja yang ada di industri ini?

N : Kalau yang tetap 8 orang

P : Berapa upah tenaga kerja di industri bata merah?

N : Kurang lebih Rp. 70.000

P : Bagaimana status kepemilikan industri bata merah?

N : Kalau ini milik sendiri, tapi kalau tanah milik desa

P : Kemana sajakah daerah pemasaran bata merah milik Bapak/Ibu?

N : Yang tetep tuh toko bangunan masih di daerah Pemalang paling yang

jauh ke Purbalingga

P : Apa alat transportasi untuk mengangkut bata merah ke tempat

pemasaran?

N : Pakai pick up, truk

P : Apakah dengan adanya industri bata merah terjadi pencemaran air

disekitar industri?

N : Tidak, kan gak ada pembuangan limbah

P : Apakah dengan adanya industri bata merah terjadi pencemaran udara

disekitar industri karena proses pembakaran?

N : Tidak ada si.

P : Apa upaya yang dilakukan oleh pengusaha industri bata merah terhadap

bekas lubang-lubang galian?

N : Ya kalau tanah yang ubang-lubnag yang udah gak diambil tanahnya di

normalisasi lagi tanemin padi, kan tanggungjawab yang tadinya bagus

harus dibikin bagus lagi

P : Apakah dengan hasil yang diperoleh dari industri bata merah dapat

membantu meningkatkan pendidikan anak?

N : Iya sangat membantu

P : Apakah ada jaminan kesehatan yang diberikan untuk tenaga kerja di

industri bata merah? Jika ada berbentuk apa?

N : Tetep tanggungjawab kalau ada yang sakit

P : Berapakah pendapatan Bapak/Ibu dari industri bata merah ini?

N : Tidak bisa ditentukan, kadang-kadang kan yang namnya produksi ada

kerusakan ada apa, jadi gabisa ditentukan sebulan dapet berapa gabisa, ya

sekitar Rp.5.000.000

P : Apakah dengan hasil yang diperoleh dari industri bata merah dapat

membantu perekonomian keluarga?

N : Ya normal-normal aja

P : Apakah dengan mempunyai usaha bata merah membuat Bapak/Ibu dapat

memenuhi kepemilikkan fasilitas hidup?

N : Iya saya bisa beli barang-barang elektronik.

Transkip Wawancara

Nama : Pak Kasmari

Umur : 40 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan Terakhir : SD

4) Transkip Wawancara dengan pengusaha 4

N : Narasumber

P : Peneliti

P : Sudah berapa lama Bapak/Ibu mendirikan industri bata merah ini?

N : 15 tahun

P : Berapa jumlah tenaga kerja yang ada di industri ini?

N : Semua ada 10 orang

P : Berapa upah tenaga kerja di industri bata merah?

N : Sistemnya borongan, kalau yang harian perorang Rp.60.000 udah dapet

makan dan rokok

P : Bagaimana status kepemilikan industri bata merah?

N : Milik sendiri, tanahnya milik Desa

P : Kemana sajakah daerah pemasaran bata merah milik Bapak/Ibu?

N : Ya sekitar Pemalang sampai ke Comal, Pekalongan, Tegal

P : Apa alat transportasi untuk mengangkut bata merah ke tempat

pemasaran?

N : Tergantung wilayah, kalau jauh pakai truk kalau deket pakai pick up

P : Apakah dengan adanya industri bata merah terjadi pencemaran air

disekitar industri?

N : Tidak ada sih selama ini

P : Apakah dengan adanya industri bata merah terjadi pencemaran udara

disekitar industri karena proses pembakaran?

N : Tidak ada

P : Apa upaya yang dilakukan oleh pengusaha industri bata merah terhadap

bekas lubang-lubang galian?

N : Langsung jadiin sawah buat tanam padi

P : Apakah dengan hasil yang diperoleh dari industri bata merah dapat

membantu meningkatkan pendidikan anak?

N : Iya alhamdulillah membantu

P : Apakah ada jaminan kesehatan yang diberikan untuk tenaga kerja di

industri bata merah? Jika ada berbentuk apa?

N : Ya membantu alakadarnya, berupa uang

P : Berapakah pendapatan Bapak/Ibu dari industri bata merah ini?

N : Kalau kita bisa bakar 2x ya minimal Rp.10.000.000 perbulan

P : Apakah dengan hasil yang diperoleh dari industri bata merah dapat

membantu perekonomian keluarga?

N : Ya membantu sekali

P : Apakah dengan mempunyai usaha bata merah membuat Bapak/Ibu dapat

memenuhi kepemilikkan fasilitas hidup?

N : Iya dapat memenuhi untuk membeli barang-barang yang belum saya

punya.

Transkip Wawancara

Nama : Pak Saki

Umur : 45 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan Terakhir : SLTA

5) Transkip Wawancara dengan pengusaha 5

N : Narasumber

P : Peneliti

P : Sudah berapa lama Bapak/Ibu mendirikan industri bata merah ini?

N : 10 tahun

P : Berapa jumlah tenaga kerja yang ada di industri ini?

N : Ada 7 orang

P : Berapa upah tenaga kerja di industri bata merah?

N : Sistemnya borongan, perminggu Rp. 300.000 perorang

P : Bagaimana status kepemilikan industri bata merah?

N : Milik sendiri, tanahnya milik desa

P : Kemana sajakah daerah pemasaran bata merah milik Bapak/Ibu?

N : Sekitar Kabupaten Pemalang aja, kadang juga keluar Brebes, Pekalongan

P : Apa alat transportasi untuk mengangkut bata merah ke tempat

pemasaran?

N : Tergantung wilayah, kalau jauh pakai truk kalau deket pakai pick up

P : Apakah dengan adanya industri bata merah terjadi pencemaran air

disekitar industri?

N : Gak ada

P : Apakah dengan adanya industri bata merah terjadi pencemaran udara

disekitar industri karena proses pembakaran?

N : Tidak ada, kalau pakai kayu aman

P : Apa upaya yang dilakukan oleh pengusaha industri bata merah terhadap

bekas lubang-lubang galian?

N : Dimanfaatkan lagi, tadinya kan kobak-kobak nanti di urug lagi diratain

lagi supaya bisa ditanamin lagi padi, palawija

P : Apakah dengan hasil yang diperoleh dari industri bata merah dapat

membantu meningkatkan pendidikan anak?

N : Iya membantu

P : Apakah ada jaminan kesehatan yang diberikan untuk tenaga kerja di

industri bata merah? Jika ada berbentuk apa?

N : Belum ada jaminan, tapi kalau sakit ya saya bantu

P : Berapakah pendapatan Bapak/Ibu dari industri bata merah ini?

N : Bersihnya Rp. 4.000.000, kalau kotornya bisa puluhan juta

P : Apakah dengan hasil yang diperoleh dari industri bata merah dapat

membantu perekonomian keluarga?

N : Ya sangat membantu

P : Apakah dengan mempunyai usaha bata merah membuat Bapak/Ibu dapat

memenuhi kepemilikkan fasilitas hidup?

N : Iya seenggaknya lumayan memenuhi bisa membeli barang yang belum

ada.

Transkip Wawancara

Nama : Pak Siswono

Umur : 52 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan Terakhir : S1

6) Transkip Wawancara dengan pengusaha 6

N : Narasumber

P : Peneliti

P : Sudah berapa lama Bapak/Ibu mendirikan industri bata merah ini?

N : Ya kurang lebih sudah 15 tahun

P : Berapa jumlah tenaga kerja yang ada di industri ini?

N : Itu sistemnya borong sekitar 6 orang

P : Berapa upah tenaga kerja di industri bata merah?

N : Perhitungan mereka kalau kerja harian kisarannya upah sekitar 80rb

P : Bagaimana status kepemilikan industri bata merah?

N : Milik sendiri, tanahnya milik desa

P : Kemana sajakah daerah pemasaran bata merah milik Bapak/Ibu?

N : Pemasaran di daerah pemalang tapi kadang keluar kabupaten

P : Apa alat transportasi untuk mengangkut bata merah ke tempat

pemasaran?

N : Kadang pakai truk, engkel, mobil terbuka

P : Apakah dengan adanya industri bata merah terjadi pencemaran air

disekitar industri?

N : Tidak ada

P : Apakah dengan adanya industri bata merah terjadi pencemaran udara

disekitar industri karena proses pembakaran?

N : Kalau pembakaran tidak pakai kayu ya pasti ada lah ya polusi udara

P : Apa upaya yang dilakukan oleh pengusaha industri bata merah terhadap

bekas lubang-lubang galian?

N : Dimanfaatkan kembali, ini kan kita utamanya mengambil tanah-tanah

yang kurang produktif, susah diairi itu yang kering kita gali setelah kering

kita ambil tanahnya untuk di produksi, diratakan kembali untuk lahan

sawah

P : Apakah dengan hasil yang diperoleh dari industri bata merah dapat

membantu meningkatkan pendidikan anak?

N : Ya jelas membantu

P : Apakah ada jaminan kesehatan yang diberikan untuk tenaga kerja di

industri bata merah? Jika ada berbentuk apa?

N : Sementara belum ada, kalau misal ada kecelakaan kerja ya pasti

membantu

P : Berapakah pendapatan Bapak/Ibu dari industri bata merah ini?

N : Ini kalau di kalkulasi kurang lebih keuntungannya ya paling kurang lebih

Rp. 4.000.000

P : Apakah dengan hasil yang diperoleh dari industri bata merah dapat

membantu perekonomian keluarga?

N : Ya sangat membantu

P : Apakah dengan mempunyai usaha bata merah membuat Bapak/Ibu dapat

memenuhi kepemilikkan fasilitas hidup?

N : Ya dapat memenuhi fasilitas hidup, bisa membeli barang-barang

elektronik, HP, mobil.

Transkip Wawancara

Nama : Pak Sudarjo

Umur : 65 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan Terakhir : SLTP

7) Transkip Wawancara dengan pengusaha 7

N : Narasumber

P : Peneliti

P : Sudah berapa lama Bapak/Ibu mendirikan industri bata merah ini?

N : Sudah 16 tahun

P : Berapa jumlah tenaga kerja yang ada di industri ini?

N : Ada 13 orang

P : Berapa upah tenaga kerja di industri bata merah?

N : Upahnya borongan, paling ya tiap harinya Rp. 80.000 tapi sudah bersih,

udah dapet makan dan rokok

P : Bagaimana status kepemilikan industri bata merah?

N : Milik sendiri, tanahnya milik desa

P : Kemana sajakah daerah pemasaran bata merah milik Bapak/Ibu?

N : Pemasaran sampai kebupaten pemalang aja sih

P : Apa alat transportasi untuk mengangkut bata merah ke tempat

pemasaran?

N : Tergantung banyak pemesan kalau banyak pakai truk, kalu dikit pakai

mobil terbuka

P : Apakah dengan adanya industri bata merah terjadi pencemaran air

disekitar industri?

N : Tidak ada

P : Apakah dengan adanya industri bata merah terjadi pencemaran udara

disekitar industri karena proses pembakaran?

N : Tidak ada

P : Apa upaya yang dilakukan oleh pengusaha industri bata merah terhadap

bekas lubang-lubang galian?

N : Kita kembalikan ke semula, yang tadinya sawah ke sawah lagi

P : Apakah dengan hasil yang diperoleh dari industri bata merah dapat

membantu meningkatkan pendidikan anak?

N : Ya membantu

P : Apakah ada jaminan kesehatan yang diberikan untuk tenaga kerja di

industri bata merah? Jika ada berbentuk apa?

N : Tidak ada

P : Berapakah pendapatan Bapak/Ibu dari industri bata merah ini?

N : Sebulan paling Rp. 6.000.000

P : Apakah dengan hasil yang diperoleh dari industri bata merah dapat

membantu perekonomian keluarga?

N : Ya pasti membantu

P : Apakah dengan mempunyai usaha bata merah membuat Bapak/Ibu dapat

memenuhi kepemilikkan fasilitas hidup?

N : Ya bisa lah ya memenuhi kalau itu, bisa beli HP, motor dll.

LAMPIRAN 4

Pedoman Observasi

Pengaruh Industri Bata Merah Terhadap Kondisi Lingkungan di

Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang

N

o

Aspek yang diamati Ketersediaan

1 Industri Bata Merah Ya Tidak

a. Bahan baku

b. Bahan Bakar

c. Transportasi

Keadaan

2 Kondisi Lingkungan Baik Tidak

Kondisi Fisik:

a. Air

b. Tanah

c. Udara

Ketersediaan

Kondisi Sosial Ekonomi: Ya Tidak

a. Bangunan rumah

1) Permanen

2) Semi permanen

b. Alat elektronik

1) TV

2) Radio

3) Mesin cuci

4) Vcd

5) Dispenser

c. Alat komunikasi

1) Telepon rumah

2) HP

d. Alat transportasi

1) Motor

2) Mobil

3) Sepeda

LAMPIRAN 5

Hasil SPSS

1. Hasil Uji Validitas

Hasil Uji Validitas Variabel Industri Bata Merah Pekerja

Correlations

ite

m1

ite

m2

ite

m3

ite

m4

ite

m5

ite

m6

ite

m7

ite

m8

ite

m9

ite

m1

0

ite

m1

1

ite

m1

2

ite

m1

3

ite

m1

4

ite

m1

5

ite

m1

6

ite

m1

7

ite

m1

Pearson

Correlati

on

1 1,0

00**

,66

7

1,0

00**

,61

2

,76

4

,76

4

1,0

00**

,61

2

1,0

00**

,66

7

1,0

00**

,72

1

1,0

00**

,61

2

,91

3*

,66

7

Sig. (2-

tailed)

,00

0

,21

9

,00

0

,27

2

,13

3

,13

3

,00

0

,27

2

,00

0

,21

9

,00

0

,17

0

,00

0

,27

2

,03

0

,21

9

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m2

Pearson

Correlati

on

1,0

00**

1 ,66

7

1,0

00**

,61

2

,76

4

,76

4

1,0

00**

,61

2

1,0

00**

,66

7

1,0

00**

,72

1

1,0

00**

,61

2

,91

3*

,66

7

Sig. (2-

tailed)

,00

0

,21

9

,00

0

,27

2

,13

3

,13

3

,00

0

,27

2

,00

0

,21

9

,00

0

,17

0

,00

0

,27

2

,03

0

,21

9

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m3

Pearson

Correlati

on

,66

7

,66

7 1

,66

7

,40

8

,87

3

,87

3

,66

7

,40

8

,66

7

1,0

00**

,66

7

,88

1*

,66

7

,40

8

,91

3*

1,0

00**

Sig. (2-

tailed)

,21

9

,21

9

,21

9

,49

5

,05

3

,05

3

,21

9

,49

5

,21

9

,00

0

,21

9

,04

9

,21

9

,49

5

,03

0

,00

0

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m4

Pearson

Correlati

on

1,0

00**

1,0

00**

,66

7 1

,61

2

,76

4

,76

4

1,0

00**

,61

2

1,0

00**

,66

7

1,0

00**

,72

1

1,0

00**

,61

2

,91

3*

,66

7

Sig. (2-

tailed)

,00

0

,00

0

,21

9

,27

2

,13

3

,13

3

,00

0

,27

2

,00

0

,21

9

,00

0

,17

0

,00

0

,27

2

,03

0

,21

9

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m5

Pearson

Correlati

on

,61

2

,61

2

,40

8

,61

2 1

,80

2

,80

2

,61

2

1,0

00**

,61

2

,40

8

,61

2

,68

6

,61

2

1,0

00**

,55

9

,40

8

Sig. (2-

tailed)

,27

2

,27

2

,49

5

,27

2

,10

3

,10

3

,27

2

,00

0

,27

2

,49

5

,27

2

,20

1

,27

2

,00

0

,32

7

,49

5

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m6

Pearson

Correlati

on

,76

4

,76

4

,87

3

,76

4

,80

2 1

1,0

00**

,76

4

,80

2

,76

4

,87

3

,76

4

,94

3*

,76

4

,80

2

,89

6*

,87

3

Sig. (2-

tailed)

,13

3

,13

3

,05

3

,13

3

,10

3

,00

0

,13

3

,10

3

,13

3

,05

3

,13

3

,01

6

,13

3

,10

3

,03

9

,05

3

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m7

Pearson

Correlati

on

,76

4

,76

4

,87

3

,76

4

,80

2

1,0

00**

1 ,76

4

,80

2

,76

4

,87

3

,76

4

,94

3*

,76

4

,80

2

,89

6*

,87

3

Sig. (2-

tailed)

,13

3

,13

3

,05

3

,13

3

,10

3

,00

0

,13

3

,10

3

,13

3

,05

3

,13

3

,01

6

,13

3

,10

3

,03

9

,05

3

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m8

Pearson

Correlati

on

1,0

00**

1,0

00**

,66

7

1,0

00**

,61

2

,76

4

,76

4 1

,61

2

1,0

00**

,66

7

1,0

00**

,72

1

1,0

00**

,61

2

,91

3*

,66

7

Sig. (2-

tailed)

,00

0

,00

0

,21

9

,00

0

,27

2

,13

3

,13

3

,27

2

,00

0

,21

9

,00

0

,17

0

,00

0

,27

2

,03

0

,21

9

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m9

Pearson

Correlati

on

,61

2

,61

2

,40

8

,61

2

1,0

00**

,80

2

,80

2

,61

2 1

,61

2

,40

8

,61

2

,68

6

,61

2

1,0

00**

,55

9

,40

8

Sig. (2-

tailed)

,27

2

,27

2

,49

5

,27

2

,00

0

,10

3

,10

3

,27

2

,27

2

,49

5

,27

2

,20

1

,27

2

,00

0

,32

7

,49

5

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m1

0

Pearson

Correlati

on

1,0

00**

1,0

00**

,66

7

1,0

00**

,61

2

,76

4

,76

4

1,0

00**

,61

2 1

,66

7

1,0

00**

,72

1

1,0

00**

,61

2

,91

3*

,66

7

Sig. (2-

tailed)

,00

0

,00

0

,21

9

,00

0

,27

2

,13

3

,13

3

,00

0

,27

2

,21

9

,00

0

,17

0

,00

0

,27

2

,03

0

,21

9

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m1

1

Pearson

Correlati

on

,66

7

,66

7

1,0

00**

,66

7

,40

8

,87

3

,87

3

,66

7

,40

8

,66

7 1

,66

7

,88

1*

,66

7

,40

8

,91

3*

1,0

00**

Sig. (2-

tailed)

,21

9

,21

9

,00

0

,21

9

,49

5

,05

3

,05

3

,21

9

,49

5

,21

9

,21

9

,04

9

,21

9

,49

5

,03

0

,00

0

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m1

2

Pearson

Correlati

on

1,0

00**

1,0

00**

,66

7

1,0

00**

,61

2

,76

4

,76

4

1,0

00**

,61

2

1,0

00**

,66

7 1

,72

1

1,0

00**

,61

2

,91

3*

,66

7

Sig. (2-

tailed)

,00

0

,00

0

,21

9

,00

0

,27

2

,13

3

,13

3

,00

0

,27

2

,00

0

,21

9

,17

0

,00

0

,27

2

,03

0

,21

9

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m1

3

Pearson

Correlati

on

,72

1

,72

1

,88

1*

,72

1

,68

6

,94

3*

,94

3*

,72

1

,68

6

,72

1

,88

1*

,72

1 1

,72

1

,68

6

,87

7

,88

1*

Sig. (2-

tailed)

,17

0

,17

0

,04

9

,17

0

,20

1

,01

6

,01

6

,17

0

,20

1

,17

0

,04

9

,17

0

,17

0

,20

1

,05

1

,04

9

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m1

4

Pearson

Correlati

on

1,0

00**

1,0

00**

,66

7

1,0

00**

,61

2

,76

4

,76

4

1,0

00**

,61

2

1,0

00**

,66

7

1,0

00**

,72

1 1

,61

2

,91

3*

,66

7

Sig. (2-

tailed)

,00

0

,00

0

,21

9

,00

0

,27

2

,13

3

,13

3

,00

0

,27

2

,00

0

,21

9

,00

0

,17

0

,27

2

,03

0

,21

9

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m1

5

Pearson

Correlati

on

,61

2

,61

2

,40

8

,61

2

1,0

00**

,80

2

,80

2

,61

2

1,0

00**

,61

2

,40

8

,61

2

,68

6

,61

2 1

,55

9

,40

8

Sig. (2-

tailed)

,27

2

,27

2

,49

5

,27

2

,00

0

,10

3

,10

3

,27

2

,00

0

,27

2

,49

5

,27

2

,20

1

,27

2

,32

7

,49

5

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m1

6

Pearson

Correlati

on

,91

3*

,91

3*

,91

3*

,91

3*

,55

9

,89

6*

,89

6*

,91

3*

,55

9

,91

3*

,91

3*

,91

3*

,87

7

,91

3*

,55

9 1

,91

3*

Sig. (2-

tailed)

,03

0

,03

0

,03

0

,03

0

,32

7

,03

9

,03

9

,03

0

,32

7

,03

0

,03

0

,03

0

,05

1

,03

0

,32

7

,03

0

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m1

7

Pearson

Correlati

on

,66

7

,66

7

1,0

00**

,66

7

,40

8

,87

3

,87

3

,66

7

,40

8

,66

7

1,0

00**

,66

7

,88

1*

,66

7

,40

8

,91

3*

1

Sig. (2-

tailed)

,21

9

,21

9

,00

0

,21

9

,49

5

,05

3

,05

3

,21

9

,49

5

,21

9

,00

0

,21

9

,04

9

,21

9

,49

5

,03

0

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m1

8

Pearson

Correlati

on

1,0

00**

1,0

00**

,66

7

1,0

00**

,61

2

,76

4

,76

4

1,0

00**

,61

2

1,0

00**

,66

7

1,0

00**

,72

1

1,0

00**

,61

2

,91

3*

,66

7

Sig. (2-

tailed)

,00

0

,00

0

,21

9

,00

0

,27

2

,13

3

,13

3

,00

0

,27

2

,00

0

,21

9

,00

0

,17

0

,00

0

,27

2

,03

0

,21

9

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m1

9

Pearson

Correlati

on

,61

2

,61

2

,40

8

,61

2

1,0

00**

,80

2

,80

2

,61

2

1,0

00**

,61

2

,40

8

,61

2

,68

6

,61

2

1,0

00**

,55

9

,40

8

Sig. (2-

tailed)

,27

2

,27

2

,49

5

,27

2

,00

0

,10

3

,10

3

,27

2

,00

0

,27

2

,49

5

,27

2

,20

1

,27

2

,00

0

,32

7

,49

5

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m2

0

Pearson

Correlati

on

,66

7

,66

7

1,0

00**

,66

7

,40

8

,87

3

,87

3

,66

7

,40

8

,66

7

1,0

00**

,66

7

,88

1*

,66

7

,40

8

,91

3*

1,0

00**

Sig. (2-

tailed)

,21

9

,21

9

,00

0

,21

9

,49

5

,05

3

,05

3

,21

9

,49

5

,21

9

,00

0

,21

9

,04

9

,21

9

,49

5

,03

0

,00

0

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m2

1

Pearson

Correlati

on

,61

2

,61

2

,40

8

,61

2

1,0

00**

,80

2

,80

2

,61

2

1,0

00**

,61

2

,40

8

,61

2

,68

6

,61

2

1,0

00**

,55

9

,40

8

Sig. (2-

tailed)

,27

2

,27

2

,49

5

,27

2

,00

0

,10

3

,10

3

,27

2

,00

0

,27

2

,49

5

,27

2

,20

1

,27

2

,00

0

,32

7

,49

5

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m2

2

Pearson

Correlati

on

,58

3

,58

3

,66

7

,58

3

,61

2

,76

4

,76

4

,58

3

,61

2

,58

3

,66

7

,58

3

,92

1*

,58

3

,61

2

,68

5

,66

7

Sig. (2-

tailed)

,30

2

,30

2

,21

9

,30

2

,27

2

,13

3

,13

3

,30

2

,27

2

,30

2

,21

9

,30

2

,02

6

,30

2

,27

2

,20

2

,21

9

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m2

3

Pearson

Correlati

on

,61

2

,61

2

,40

8

,61

2

1,0

00**

,80

2

,80

2

,61

2

1,0

00**

,61

2

,40

8

,61

2

,68

6

,61

2

1,0

00**

,55

9

,40

8

Sig. (2-

tailed)

,27

2

,27

2

,49

5

,27

2

,00

0

,10

3

,10

3

,27

2

,00

0

,27

2

,49

5

,27

2

,20

1

,27

2

,00

0

,32

7

,49

5

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m2

4

Pearson

Correlati

on

,61

2

,61

2

,40

8

,61

2

1,0

00**

,80

2

,80

2

,61

2

1,0

00**

,61

2

,40

8

,61

2

,68

6

,61

2

1,0

00**

,55

9

,40

8

Sig. (2-

tailed)

,27

2

,27

2

,49

5

,27

2

,00

0

,10

3

,10

3

,27

2

,00

0

,27

2

,49

5

,27

2

,20

1

,27

2

,00

0

,32

7

,49

5

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

tota

lsko

r

Pearson

Correlati

on

,86

7

,86

7

,76

2

,86

7

,86

9

,96

3**

,96

3**

,86

7

,86

9

,86

7

,76

2

,86

7

,91

1*

,86

7

,86

9

,89

2*

,76

2

Sig. (2-

tailed)

,05

7

,05

7

,13

4

,05

7

,05

6

,00

8

,00

8

,05

7

,05

6

,05

7

,13

4

,05

7

,03

1

,05

7

,05

6

,04

2

,13

4

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

Hasil Uji Validitas Variabel Kondisi Lingkungan Pekerja

Correlations

item18 item19 item20 item21 item22 item23 item24 Totalskor

item1 Pearson Correlation 1,000** ,612 ,667 ,612 ,583 ,612 ,612 ,867

Sig. (2-tailed) ,000 ,272 ,219 ,272 ,302 ,272 ,272 ,057

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item2 Pearson Correlation 1,000** ,612 ,667 ,612 ,583 ,612 ,612 ,867

Sig. (2-tailed) ,000 ,272 ,219 ,272 ,302 ,272 ,272 ,057

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item3 Pearson Correlation ,667 ,408 1,000** ,408 ,667 ,408 ,408 ,762

Sig. (2-tailed) ,219 ,495 ,000 ,495 ,219 ,495 ,495 ,134

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item4 Pearson Correlation 1,000** ,612 ,667 ,612 ,583 ,612 ,612 ,867

Sig. (2-tailed) ,000 ,272 ,219 ,272 ,302 ,272 ,272 ,057

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item5 Pearson Correlation ,612 1,000** ,408 1,000

** ,612 1,000

** 1,000

** ,869

Sig. (2-tailed) ,272 ,000 ,495 ,000 ,272 ,000 ,000 ,056

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item6 Pearson Correlation ,764 ,802 ,873 ,802 ,764 ,802 ,802 ,963**

Sig. (2-tailed) ,133 ,103 ,053 ,103 ,133 ,103 ,103 ,008

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item7 Pearson Correlation ,764 ,802 ,873 ,802 ,764 ,802 ,802 ,963**

Sig. (2-tailed) ,133 ,103 ,053 ,103 ,133 ,103 ,103 ,008

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item8 Pearson Correlation 1,000** ,612 ,667 ,612 ,583 ,612 ,612 ,867

Sig. (2-tailed) ,000 ,272 ,219 ,272 ,302 ,272 ,272 ,057

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item9 Pearson Correlation ,612 1,000** ,408 1,000

** ,612 1,000

** 1,000

** ,869

Sig. (2-tailed) ,272 ,000 ,495 ,000 ,272 ,000 ,000 ,056

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item10 Pearson Correlation 1,000** ,612 ,667 ,612 ,583 ,612 ,612 ,867

Sig. (2-tailed) ,000 ,272 ,219 ,272 ,302 ,272 ,272 ,057

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item11 Pearson Correlation ,667 ,408 1,000** ,408 ,667 ,408 ,408 ,762

Sig. (2-tailed) ,219 ,495 ,000 ,495 ,219 ,495 ,495 ,134

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item12 Pearson Correlation 1,000** ,612 ,667 ,612 ,583 ,612 ,612 ,867

Sig. (2-tailed) ,000 ,272 ,219 ,272 ,302 ,272 ,272 ,057

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item13 Pearson Correlation ,721 ,686 ,881* ,686 ,921

* ,686 ,686 ,911

*

Sig. (2-tailed) ,170 ,201 ,049 ,201 ,026 ,201 ,201 ,031

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item14 Pearson Correlation 1,000** ,612 ,667 ,612 ,583 ,612 ,612 ,867

Sig. (2-tailed) ,000 ,272 ,219 ,272 ,302 ,272 ,272 ,057

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item15 Pearson Correlation ,612 1,000** ,408 1,000

** ,612 1,000

** 1,000

** ,869

Sig. (2-tailed) ,272 ,000 ,495 ,000 ,272 ,000 ,000 ,056

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item16 Pearson Correlation ,913* ,559 ,913

* ,559 ,685 ,559 ,559 ,892

*

Sig. (2-tailed) ,030 ,327 ,030 ,327 ,202 ,327 ,327 ,042

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item17 Pearson Correlation ,667 ,408 1,000** ,408 ,667 ,408 ,408 ,762

Sig. (2-tailed) ,219 ,495 ,000 ,495 ,219 ,495 ,495 ,134

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item18 Pearson Correlation 1 ,612 ,667 ,612 ,583 ,612 ,612 ,867

Sig. (2-tailed)

,272 ,219 ,272 ,302 ,272 ,272 ,057

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item19 Pearson Correlation ,612 1 ,408 1,000** ,612 1,000

** 1,000

** ,869

Sig. (2-tailed) ,272

,495 ,000 ,272 ,000 ,000 ,056

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item20 Pearson Correlation ,667 ,408 1 ,408 ,667 ,408 ,408 ,762

Sig. (2-tailed) ,219 ,495

,495 ,219 ,495 ,495 ,134

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item21 Pearson Correlation ,612 1,000** ,408 1 ,612 1,000

** 1,000

** ,869

Sig. (2-tailed) ,272 ,000 ,495

,272 ,000 ,000 ,056

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item22 Pearson Correlation ,583 ,612 ,667 ,612 1 ,612 ,612 ,779

Sig. (2-tailed) ,302 ,272 ,219 ,272

,272 ,272 ,120

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item23 Pearson Correlation ,612 1,000** ,408 1,000

** ,612 1 1,000

** ,869

Sig. (2-tailed) ,272 ,000 ,495 ,000 ,272

,000 ,056

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item24 Pearson Correlation ,612 1,000** ,408 1,000

** ,612 1,000

** 1 ,869

Sig. (2-tailed) ,272 ,000 ,495 ,000 ,272 ,000

,056

N 5 5 5 5 5 5 5 5

totalskor Pearson Correlation ,867 ,869 ,762 ,869 ,779 ,869 ,869 1

Sig. (2-tailed) ,057 ,056 ,134 ,056 ,120 ,056 ,056

N 5 5 5 5 5 5 5 5

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Hasil Uji Validitas Variabel Industri Bata Merah Non Pekerja

Correlations

ite

m1

ite

m2

ite

m3

ite

m4

ite

m5

ite

m6

ite

m7

ite

m8

ite

m9

ite

m1

0

ite

m1

1

ite

m1

2

ite

m1

3

ite

m1

4

ite

m1

5

ite

m1

6

ite

m1

7

ite

m1

Pearson

Correlati

on

1 1,0

00**

,40

8

1,0

00**

,79

1

1,0

00**

1,0

00**

1,0

00**

1,0

00**

1,0

00**

,40

8

,80

2

,61

2

,61

2

1,0

00**

,40

8

1,0

00**

Sig. (2-

tailed)

,00

0

,49

5

,00

0

,11

1

,00

0

,00

0

,00

0

,00

0

,00

0

,49

5

,10

3

,27

2

,27

2

,00

0

,49

5

,00

0

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m2

Pearson

Correlati

on

1,0

00**

1 ,40

8

1,0

00**

,79

1

1,0

00**

1,0

00**

1,0

00**

1,0

00**

1,0

00**

,40

8

,80

2

,61

2

,61

2

1,0

00**

,40

8

1,0

00**

Sig. (2-

tailed)

,00

0

,49

5

,00

0

,11

1

,00

0

,00

0

,00

0

,00

0

,00

0

,49

5

,10

3

,27

2

,27

2

,00

0

,49

5

,00

0

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m3

Pearson

Correlati

on

,40

8

,40

8 1

,40

8

,64

5

,40

8

,40

8

,40

8

,40

8

,40

8

1,0

00**

,87

3

,66

7

,66

7

,40

8

1,0

00**

,40

8

Sig. (2-

tailed)

,49

5

,49

5

,49

5

,23

9

,49

5

,49

5

,49

5

,49

5

,49

5

,00

0

,05

3

,21

9

,21

9

,49

5

,00

0

,49

5

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m4

Pearson

Correlati

on

1,0

00**

1,0

00**

,40

8 1

,79

1

1,0

00**

1,0

00**

1,0

00**

1,0

00**

1,0

00**

,40

8

,80

2

,61

2

,61

2

1,0

00**

,40

8

1,0

00**

Sig. (2-

tailed)

,00

0

,00

0

,49

5

,11

1

,00

0

,00

0

,00

0

,00

0

,00

0

,49

5

,10

3

,27

2

,27

2

,00

0

,49

5

,00

0

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m5

Pearson

Correlati

on

,79

1

,79

1

,64

5

,79

1 1

,79

1

,79

1

,79

1

,79

1

,79

1

,64

5

,84

5

,64

5

,64

5

,79

1

,64

5

,79

1

Sig. (2-

tailed)

,11

1

,11

1

,23

9

,11

1

,11

1

,11

1

,11

1

,11

1

,11

1

,23

9

,07

1

,23

9

,23

9

,11

1

,23

9

,11

1

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m6

Pearson

Correlati

on

1,0

00**

1,0

00**

,40

8

1,0

00**

,79

1 1

1,0

00**

1,0

00**

1,0

00**

1,0

00**

,40

8

,80

2

,61

2

,61

2

1,0

00**

,40

8

1,0

00**

Sig. (2-

tailed)

,00

0

,00

0

,49

5

,00

0

,11

1

,00

0

,00

0

,00

0

,00

0

,49

5

,10

3

,27

2

,27

2

,00

0

,49

5

,00

0

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m7

Pearson

Correlati

on

1,0

00**

1,0

00**

,40

8

1,0

00**

,79

1

1,0

00**

1 1,0

00**

1,0

00**

1,0

00**

,40

8

,80

2

,61

2

,61

2

1,0

00**

,40

8

1,0

00**

Sig. (2-

tailed)

,00

0

,00

0

,49

5

,00

0

,11

1

,00

0

,00

0

,00

0

,00

0

,49

5

,10

3

,27

2

,27

2

,00

0

,49

5

,00

0

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m8

Pearson

Correlati

on

1,0

00**

1,0

00**

,40

8

1,0

00**

,79

1

1,0

00**

1,0

00**

1 1,0

00**

1,0

00**

,40

8

,80

2

,61

2

,61

2

1,0

00**

,40

8

1,0

00**

Sig. (2-

tailed)

,00

0

,00

0

,49

5

,00

0

,11

1

,00

0

,00

0

,00

0

,00

0

,49

5

,10

3

,27

2

,27

2

,00

0

,49

5

,00

0

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m9

Pearson

Correlati

on

1,0

00**

1,0

00**

,40

8

1,0

00**

,79

1

1,0

00**

1,0

00**

1,0

00**

1 1,0

00**

,40

8

,80

2

,61

2

,61

2

1,0

00**

,40

8

1,0

00**

Sig. (2-

tailed)

,00

0

,00

0

,49

5

,00

0

,11

1

,00

0

,00

0

,00

0

,00

0

,49

5

,10

3

,27

2

,27

2

,00

0

,49

5

,00

0

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m1

0

Pearson

Correlati

on

1,0

00**

1,0

00**

,40

8

1,0

00**

,79

1

1,0

00**

1,0

00**

1,0

00**

1,0

00**

1 ,40

8

,80

2

,61

2

,61

2

1,0

00**

,40

8

1,0

00**

Sig. (2-

tailed)

,00

0

,00

0

,49

5

,00

0

,11

1

,00

0

,00

0

,00

0

,00

0

,49

5

,10

3

,27

2

,27

2

,00

0

,49

5

,00

0

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m1

1

Pearson

Correlati

on

,40

8

,40

8

1,0

00**

,40

8

,64

5

,40

8

,40

8

,40

8

,40

8

,40

8 1

,87

3

,66

7

,66

7

,40

8

1,0

00**

,40

8

Sig. (2-

tailed)

,49

5

,49

5

,00

0

,49

5

,23

9

,49

5

,49

5

,49

5

,49

5

,49

5

,05

3

,21

9

,21

9

,49

5

,00

0

,49

5

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m1

2

Pearson

Correlati

on

,80

2

,80

2

,87

3

,80

2

,84

5

,80

2

,80

2

,80

2

,80

2

,80

2

,87

3 1

,76

4

,76

4

,80

2

,87

3

,80

2

Sig. (2-

tailed)

,10

3

,10

3

,05

3

,10

3

,07

1

,10

3

,10

3

,10

3

,10

3

,10

3

,05

3

,13

3

,13

3

,10

3

,05

3

,10

3

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m1

3

Pearson

Correlati

on

,61

2

,61

2

,66

7

,61

2

,64

5

,61

2

,61

2

,61

2

,61

2

,61

2

,66

7

,76

4 1

1,0

00**

,61

2

,66

7

,61

2

Sig. (2-

tailed)

,27

2

,27

2

,21

9

,27

2

,23

9

,27

2

,27

2

,27

2

,27

2

,27

2

,21

9

,13

3

,00

0

,27

2

,21

9

,27

2

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m1

4

Pearson

Correlati

on

,61

2

,61

2

,66

7

,61

2

,64

5

,61

2

,61

2

,61

2

,61

2

,61

2

,66

7

,76

4

1,0

00**

1 ,61

2

,66

7

,61

2

Sig. (2-

tailed)

,27

2

,27

2

,21

9

,27

2

,23

9

,27

2

,27

2

,27

2

,27

2

,27

2

,21

9

,13

3

,00

0

,27

2

,21

9

,27

2

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m1

5

Pearson

Correlati

on

1,0

00**

1,0

00**

,40

8

1,0

00**

,79

1

1,0

00**

1,0

00**

1,0

00**

1,0

00**

1,0

00**

,40

8

,80

2

,61

2

,61

2 1

,40

8

1,0

00**

Sig. (2-

tailed)

,00

0

,00

0

,49

5

,00

0

,11

1

,00

0

,00

0

,00

0

,00

0

,00

0

,49

5

,10

3

,27

2

,27

2

,49

5

,00

0

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m1

6

Pearson

Correlati

on

,40

8

,40

8

1,0

00**

,40

8

,64

5

,40

8

,40

8

,40

8

,40

8

,40

8

1,0

00**

,87

3

,66

7

,66

7

,40

8 1

,40

8

Sig. (2-

tailed)

,49

5

,49

5

,00

0

,49

5

,23

9

,49

5

,49

5

,49

5

,49

5

,49

5

,00

0

,05

3

,21

9

,21

9

,49

5

,49

5

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m1

7

Pearson

Correlati

on

1,0

00**

1,0

00**

,40

8

1,0

00**

,79

1

1,0

00**

1,0

00**

1,0

00**

1,0

00**

1,0

00**

,40

8

,80

2

,61

2

,61

2

1,0

00**

,40

8 1

Sig. (2-

tailed)

,00

0

,00

0

,49

5

,00

0

,11

1

,00

0

,00

0

,00

0

,00

0

,00

0

,49

5

,10

3

,27

2

,27

2

,00

0

,49

5

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m1

8

Pearson

Correlati

on

,80

2

,80

2

,87

3

,80

2

,84

5

,80

2

,80

2

,80

2

,80

2

,80

2

,87

3

1,0

00**

,76

4

,76

4

,80

2

,87

3

,80

2

Sig. (2-

tailed)

,10

3

,10

3

,05

3

,10

3

,07

1

,10

3

,10

3

,10

3

,10

3

,10

3

,05

3

,00

0

,13

3

,13

3

,10

3

,05

3

,10

3

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m1

9

Pearson

Correlati

on

,40

8

,40

8

1,0

00**

,40

8

,64

5

,40

8

,40

8

,40

8

,40

8

,40

8

1,0

00**

,87

3

,66

7

,66

7

,40

8

1,0

00**

,40

8

Sig. (2-

tailed)

,49

5

,49

5

,00

0

,49

5

,23

9

,49

5

,49

5

,49

5

,49

5

,49

5

,00

0

,05

3

,21

9

,21

9

,49

5

,00

0

,49

5

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m2

0

Pearson

Correlati

on

,61

2

,61

2

,66

7

,61

2

,96

8**

,61

2

,61

2

,61

2

,61

2

,61

2

,66

7

,76

4

,58

3

,58

3

,61

2

,66

7

,61

2

Sig. (2-

tailed)

,27

2

,27

2

,21

9

,27

2

,00

7

,27

2

,27

2

,27

2

,27

2

,27

2

,21

9

,13

3

,30

2

,30

2

,27

2

,21

9

,27

2

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m2

1

Pearson

Correlati

on

,55

9

,55

9

,91

3*

,55

9

,70

7

,55

9

,55

9

,55

9

,55

9

,55

9

,91

3*

,89

6*

,91

3*

,91

3*

,55

9

,91

3*

,55

9

Sig. (2-

tailed)

,32

7

,32

7

,03

0

,32

7

,18

2

,32

7

,32

7

,32

7

,32

7

,32

7

,03

0

,03

9

,03

0

,03

0

,32

7

,03

0

,32

7

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m2

2

Pearson

Correlati

on

,61

2

,61

2

,66

7

,61

2

,64

5

,61

2

,61

2

,61

2

,61

2

,61

2

,66

7

,76

4

1,0

00**

1,0

00**

,61

2

,66

7

,61

2

Sig. (2-

tailed)

,27

2

,27

2

,21

9

,27

2

,23

9

,27

2

,27

2

,27

2

,27

2

,27

2

,21

9

,13

3

,00

0

,00

0

,27

2

,21

9

,27

2

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m2

3

Pearson

Correlati

on

1,0

00**

1,0

00**

,40

8

1,0

00**

,79

1

1,0

00**

1,0

00**

1,0

00**

1,0

00**

1,0

00**

,40

8

,80

2

,61

2

,61

2

1,0

00**

,40

8

1,0

00**

Sig. (2-

tailed)

,00

0

,00

0

,49

5

,00

0

,11

1

,00

0

,00

0

,00

0

,00

0

,00

0

,49

5

,10

3

,27

2

,27

2

,00

0

,49

5

,00

0

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

ite

m2

4

Pearson

Correlati

on

1,0

00**

1,0

00**

,40

8

1,0

00**

,79

1

1,0

00**

1,0

00**

1,0

00**

1,0

00**

1,0

00**

,40

8

,80

2

,61

2

,61

2

1,0

00**

,40

8

1,0

00**

Sig. (2-

tailed)

,00

0

,00

0

,49

5

,00

0

,11

1

,00

0

,00

0

,00

0

,00

0

,00

0

,49

5

,10

3

,27

2

,27

2

,00

0

,49

5

,00

0

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

tota

lsko

r

Pearson

Correlati

on

,88

3*

,88

3*

,76

7

,88

3*

,90

0*

,88

3*

,88

3*

,88

3*

,88

3*

,88

3*

,76

7

,97

4**

,82

1

,82

1

,88

3*

,76

7

,88

3*

Sig. (2-

tailed)

,04

7

,04

7

,13

0

,04

7

,03

7

,04

7

,04

7

,04

7

,04

7

,04

7

,13

0

,00

5

,08

8

,08

8

,04

7

,13

0

,04

7

N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

Hasil Uji Validitas Variabel Kondisi Lingkungan Non Pekerja

Correlations

item18 item19 item20 item21 item22 item23 item24 Totalskor

item1 Pearson Correlation ,802 ,408 ,612 ,559 ,612 1,000** 1,000

** ,883

*

Sig. (2-tailed) ,103 ,495 ,272 ,327 ,272 ,000 ,000 ,047

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item2 Pearson Correlation ,802 ,408 ,612 ,559 ,612 1,000** 1,000

** ,883

*

Sig. (2-tailed) ,103 ,495 ,272 ,327 ,272 ,000 ,000 ,047

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item3 Pearson Correlation ,873 1,000** ,667 ,913

* ,667 ,408 ,408 ,767

Sig. (2-tailed) ,053 ,000 ,219 ,030 ,219 ,495 ,495 ,130

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item4 Pearson Correlation ,802 ,408 ,612 ,559 ,612 1,000** 1,000

** ,883

*

Sig. (2-tailed) ,103 ,495 ,272 ,327 ,272 ,000 ,000 ,047

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item5 Pearson Correlation ,845 ,645 ,968** ,707 ,645 ,791 ,791 ,900

*

Sig. (2-tailed) ,071 ,239 ,007 ,182 ,239 ,111 ,111 ,037

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item6 Pearson Correlation ,802 ,408 ,612 ,559 ,612 1,000** 1,000

** ,883

*

Sig. (2-tailed) ,103 ,495 ,272 ,327 ,272 ,000 ,000 ,047

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item7 Pearson Correlation ,802 ,408 ,612 ,559 ,612 1,000** 1,000

** ,883

*

Sig. (2-tailed) ,103 ,495 ,272 ,327 ,272 ,000 ,000 ,047

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item8 Pearson Correlation ,802 ,408 ,612 ,559 ,612 1,000** 1,000

** ,883

*

Sig. (2-tailed) ,103 ,495 ,272 ,327 ,272 ,000 ,000 ,047

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item9 Pearson Correlation ,802 ,408 ,612 ,559 ,612 1,000** 1,000

** ,883

*

Sig. (2-tailed) ,103 ,495 ,272 ,327 ,272 ,000 ,000 ,047

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item10 Pearson Correlation ,802 ,408 ,612 ,559 ,612 1,000** 1,000

** ,883

*

Sig. (2-tailed) ,103 ,495 ,272 ,327 ,272 ,000 ,000 ,047

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item11 Pearson Correlation ,873 1,000** ,667 ,913

* ,667 ,408 ,408 ,767

Sig. (2-tailed) ,053 ,000 ,219 ,030 ,219 ,495 ,495 ,130

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item12 Pearson Correlation 1,000** ,873 ,764 ,896

* ,764 ,802 ,802 ,974

**

Sig. (2-tailed) ,000 ,053 ,133 ,039 ,133 ,103 ,103 ,005

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item13 Pearson Correlation ,764 ,667 ,583 ,913* 1,000

** ,612 ,612 ,821

Sig. (2-tailed) ,133 ,219 ,302 ,030 ,000 ,272 ,272 ,088

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item14 Pearson Correlation ,764 ,667 ,583 ,913* 1,000

** ,612 ,612 ,821

Sig. (2-tailed) ,133 ,219 ,302 ,030 ,000 ,272 ,272 ,088

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item15 Pearson Correlation ,802 ,408 ,612 ,559 ,612 1,000** 1,000

** ,883

*

Sig. (2-tailed) ,103 ,495 ,272 ,327 ,272 ,000 ,000 ,047

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item16 Pearson Correlation ,873 1,000** ,667 ,913

* ,667 ,408 ,408 ,767

Sig. (2-tailed) ,053 ,000 ,219 ,030 ,219 ,495 ,495 ,130

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item17 Pearson Correlation ,802 ,408 ,612 ,559 ,612 1,000** 1,000

** ,883

*

Sig. (2-tailed) ,103 ,495 ,272 ,327 ,272 ,000 ,000 ,047

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item18 Pearson Correlation 1 ,873 ,764 ,896* ,764 ,802 ,802 ,974

**

Sig. (2-tailed)

,053 ,133 ,039 ,133 ,103 ,103 ,005

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item19 Pearson Correlation ,873 1 ,667 ,913* ,667 ,408 ,408 ,767

Sig. (2-tailed) ,053

,219 ,030 ,219 ,495 ,495 ,130

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item20 Pearson Correlation ,764 ,667 1 ,685 ,583 ,612 ,612 ,802

Sig. (2-tailed) ,133 ,219

,202 ,302 ,272 ,272 ,103

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item21 Pearson Correlation ,896* ,913

* ,685 1 ,913

* ,559 ,559 ,870

Sig. (2-tailed) ,039 ,030 ,202

,030 ,327 ,327 ,055

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item22 Pearson Correlation ,764 ,667 ,583 ,913* 1 ,612 ,612 ,821

Sig. (2-tailed) ,133 ,219 ,302 ,030

,272 ,272 ,088

N 5 5 5 5 5 5 5 5

1

2. Hasil Uji Reliabilitas

Hasil Uji Reliabilitas Pekerja Hasil Uji Reliabilitas Non Pekerja

item23 Pearson Correlation ,802 ,408 ,612 ,559 ,612 1 1,000** ,883

*

Sig. (2-tailed) ,103 ,495 ,272 ,327 ,272

,000 ,047

N 5 5 5 5 5 5 5 5

item24 Pearson Correlation ,802 ,408 ,612 ,559 ,612 1,000** 1 ,883

*

Sig. (2-tailed) ,103 ,495 ,272 ,327 ,272 ,000

,047

N 5 5 5 5 5 5 5 5

totalskor Pearson Correlation ,974** ,767 ,802 ,870 ,821 ,883

* ,883

* 1

Sig. (2-tailed) ,005 ,130 ,103 ,055 ,088 ,047 ,047

N 5 5 5 5 5 5 5 5

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,982 24

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,970 24

3. Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 21

Normal Parametersa,b

Mean ,0000000

Std. Deviation 4,39605563

Most Extreme Differences Absolute ,144

Positive ,144

Negative -,131

Test Statistic ,144

Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d

4. Hasil Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variances

Kondisi_Lingkungan

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1944187874851

4588,000 7 8 ,000

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

5. Hasil Uji Regresi Linier Sederhana

Pekerja Industri

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -22,714 14,282 -1,590 ,173

Keberadaan_

Industri 3,042 ,522 ,934 5,829 ,002 1,000 1,000

Non Pekerja Industri

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -,640 4,546 -,141 ,890

Keberadaan_

Industri 1,846 ,204 ,934 9,060 ,000 1,000 1,000

6. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Pekerja Industri

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 ,939a ,882 ,859 5,102

Non Pekerja Industri

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 ,984a ,969 ,967 2,706

7. Hasil Uji t (parsial)

Pekerja Industri

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -23,044 12,438 -1,853 ,123

Keberadaan_Industri 2,741 ,448 ,939 6,119 ,002

Non Pekerja Industri

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -6,925 2,931 -2,362 ,036

Keberadaan_Industri 2,364 ,122 ,984 19,436 ,000

LAMPIRAN 6

Lembar Dokumentasi

1. Keberadaan Industri Bata Merah

Tempat produksi bata merah

Bahan bakar bata merah Bahan Baku bata merah

Alat pencetak bata merah Alat pencetak bata merah

Proses mencetak bata merah

Proses pengeringan bata merah

Proses pembakaran bata merah

Bata merah yang sudah dibakar

Alat transportasi pemasaran bata merah

2. Kondisi Lingkungan

Lubang-lubang galian

Vegetasi yang tumbuh di lubang-lubang bekas galian

3. Kondisi Rumah Masyarakat Pekerja dan Non Pekerja

4. Memberikan Angket dan Wawancara

Memberikan angket kepada pekerja

Memberikn angket kepada masyarakat non pekerja

Wawancara dengan kepala desa Wawancara dengan Pak Siswono

Pengusaha industri bata merah

Wawancara dengan pak Ahmad K Wawancara dengak Pak Yono

Pengusaha industri bata merah Pengusaha industri bata merah

Nama Lengkap Penulis adalah Nila Selvi Adi biasa

dipanggil “Nila”. Lahir di Pemalang, 20 September 1995.

Putri dari Pasangan Bapak Supriyadi dan Ibu Parihatun.

Penulis merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Alamat

email penulis [email protected].

Penulis mengenyam Pendidikan diantaranya di MIN

Bantarbolang Tahun 2003-2008. SMP Nurul Salam

Bantarbolang Tahun 2008-2011. SMA Negeri Randudongkal Tahun 2011-2014.

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2014-2018) pada Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan IPS, Konsentrasi Geografi.

Skripsi yang penulis buat berjudul “Pengaruh Industri Bata Merah

Terhadap Kondisi Lingkungan di Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang

Kabupaten Pemalang”. Skripsi ini dibuat melalui berbagai arahan dan bimbingan

dari Bapak Dr. Sodikin, S.Pd., M.Si dan Ibu Neng Sri Nuraeni M.Pd.