pengaruh industri bata merah terhadap kondisi …
TRANSCRIPT
PENGARUH INDUSTRI BATA MERAH
TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN DI DESA WANARATA
KECAMATAN BANTARBOLANG KABUPATEN PEMALANG
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
NILA SELVI ADI NIM 11140150000006
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
i
ABSTRAK
NILA SELVI ADI. Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pengaruh
Industri Bata Merah Terhadap Kondisi Lingkungan di Desa Wanarata
Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh industri bata merah terhadap
kondisi lingkungan di Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten
Pemalang. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan
kuantitatif, bahwa data-data yang dikumpulkan dalam kegiatan penelitian
disajikan berupa angka-angka dan analisisnya menggunakan statistik. Teknik
pengumpulan datanya dengan menggunakan kuesioner, wawancara dan observasi.
Jumlah sampelnya adalah 21 responden dari masyarakat pekerja industri bata
merah dan masyarakat non pekerja. Teknik pengambilan sampel yaitu probability
sampling. Instrumen yang digunakan adalah angket dengan skala likert dan
metode analisis dengan menggunakan uji regresi linier sederhana dengan
pengujian asumsi dasar uji normalitas dan uji homogenitas, pengujian hipotesis
secara parsial (uji t) dan koefisien determinasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa uji regresi liniear sederhana didapatkan persamaan regresi Y = -22,714 +
3,042 X untuk pekerja dan Y = -0,640 + 1,846 X non pekerja. Perhitungan uji
normalitas dengan taraf signifikan 5% atau 0,05 menunjukkan signifikan dengan
nilai 0,200 dan uji homogenitas menunjukkan nilai 0,000. Perhitungan dari
hipotesis menggunakan uji t taraf signifikan 5% atau 0,05 berdasarkan nilai
thitung>ttabel (6,119 > 2,093) untuk pekerja dan thitung>ttabel (19,436 > 2,093) untuk
non pekerja. Angka R Square 0,939 untuk pekerja dan 0,984 untuk non pekerja.
Penelitian ini menunjukkan bahwa variabel industri bata merah berpengaruh
terhadap kondisi lingkungan di Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang
Kabupaten Pemalang.
Kata Kunci: Industri, Bata Merah, Kondisi Lingkungan
ii
ABSTRACT
NILA SELVI ADI. The Social Sciences Education Department, Faculty of
Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University
Jakarta. Effect of the Red Brick Industry on Environmental Conditions in
Wanarata Village, Bantarbolang District, Pemalang regency.
This study aims to determine the effect of the red brick industry on environmental
conditions in Wanarata Village, Bantarbolang District, Pemalang Regency. This
study uses a survey method with a quantitative approach, that the data collected
in research activities are presented in the form of numbers and analysis using
statistics. Data collection techniques using questionnaires, interviews and
observations. The number of samples was 21 respondents from the community of
red brick industry workers and non-workers. The sampling technique is
probability random sampling. The instrument used was a questionnaire with a
Likert scale and analysis method using a simple linear regression test by testing
the basic assumptions of the normality test and homogeneity test, partial
hypothesis testing (t test) and coefficient of determination. The results showed that
simple linear regression test obtained the regression equation Y = -22,714 +
3,042 X for workers and Y = -0,640 + 1,846 X non workers. Calculation of the
normality test with a significant level of 5% or 0.05 indicates a significant value
of 0.200 and the homogeneity test shows a value of 0,000. The calculation of the
hypothesis uses a significant t test of 5% or 0.05 based on tcount> ttable (6.119>
2.093) for workers and tcount> ttable (19.436> 2.093) for non workers. R Square
numbers 0.939 for workers and 0.984 for non workers. This study shows that the
red brick industry variable influences the environmental conditions in Wanarata
Village, Bantarbolang District, Pemalang District.
Keywords: Industry, Red Brick, Conditions Environmental
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat
Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
dengan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Industri Bata Merah Terhadap Kondisi Lingkungan di Desa
Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang”. Skripsi ini
penulis susun dalam rangka untuk memenuhi salah satu persyaratan guna
memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tak lupa shalawat
beserta salam semoga selalu tercurahkan pada sang baginda alam, Nabi
besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya.
Sebagai makhluk sosial pada umumnya, penulis menyadari bahwa
pengetahuan, pemahaman, pengalaman, kemampuan dan kekuatan penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, dalam proses penyelesaian skripsi ini banyak mendapatkan
bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, baik moril maupun
materil, sehingga penyusunan skripsi berjalan lancar.
Maka dengan selesainya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan
terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan.
2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, yang senantisa
memberikan banyak perhatian dan motivasi kepada mahasiswa
tingkat akhir, disela-sela kesibukanya.
3. Bapak Drs. Syaripulloh, M.Si, Sekertaris Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial, yang juga senantisa memberikan
banyak perhatian dan motivasi kepada mahasiswa tingkat akhir,
disela-sela kesibukanya.
iv
4. Bapak Dr. Sodikin, S.Pd., M.Si dan Ibu Neng Sri Nuraeni
M.Pd, selaku Dosen Pembimbing, yang senantiasa meluangkan
waktu, membimbing, memberi arahan, menasihati, dan
memotivasi penulis dengan penuh semangat dan kesabaran.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
khususnya Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang
telah memberikan ilmu pengetahuan pada penulis selama
menempuh pendidikan di bangku kuliah.
6. Kepala Desa Wanarata yang telah memberikan kesempatan
bagi penulis melakukan penelitian di Desa Wanarata.
7. Pengurus Instansi KESBANGPOL Kota Tangerang Selatan,
KESBANGPOL Kabupaten Pemalang, BPS Kabupaten
Pemalang, Kantor Balai Desa Wanarata yang senantiasa
memberikan kemudahan bagi penulis dalam mengurus berbagai
keperluan baik administrasi maupun pengambilan data demi
kelancaran penulis dalam penyusunan skripsi.
8. Pengusaha dan Tenaga Kerja Industri Bata Merah yang telah
memberikan izin dan partisipasinya dalam penelitian ini.
9. Masyarakat Desa Wanarata, yang rela meluangkan waktu di sela-
sela kegiatannya demi membantu penulis dalam penyusunan
skripsi.
10. Kedua orang tua Supriyadi dan Parihatun, adik Nisa Julia
Rossada, kakek Ramdi, nenek Taminah dan seluruh keluarga
besar tercinta yang selalu memberikan dukungan baik berupa
moril maupun materiil serta selalu memberikan motivasi,
dukungan dan selalu mendoakan tiada henti kepada penulis dalam
menjalani studi perkuliahan di Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
11. Sahabat seperjuangan (Muhammad Dimas Adi, Deska Nirawati,
Eli Irmawati, Fitria sulistyani, Iip Siti Fatimah, Indri Lestari,
v
Nailul Muna Awaliah), yang selalu memberikan bantuan,
dukungan, motivasi, semangat, keceriaan, dan menghibur penulis
ketika merasa tidak mampu menyelesaikan berbagai tugas dan
semoga persahabatan dan persaudaraaan kita tak lekang oleh
waktu.
12. Sahabat penulis (Murni Fatmala, Levi, Sri Rahayu, Siti sari Dewi,
Fatayatul Khusnia), yang selalu memberikan dukungan, semangat.
13. Teman-teman Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial angkatan 2014
khususnya teman-teman prodi Geografi yang telah memberikan
pengalaman dan warna selama menjalani perkuliahan.
14. Semua pihak yang penulis sadari atau tidak sadari turut
membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam
penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Penulis berharap semoga segala kebaikan yang diberikan
mendapatkan pahala yang berlipat ganda oleh Allah SWT dan senantiasa
selalu dilindungi oleh Allah SWT.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
demi perbaikan dimasa yang akan datang. Penulis berharap semoga skripsi
ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Jakarta, 9 Januari 2019
Penulis
Nila Selvi Adi
vi
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
LEMBAR PERNYATAAN UJI REFERENSI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
ABSTRACT ...................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 8
C. Pembatasan Masalah ............................................................................. 9
D. Rumusan Masalah ................................................................................. 9
E. Tujuan Penelitian ................................................................................... 9
F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 9
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS .......................... 11
A. Kajian Teori........................................................................................... 11
1. Kajian Tentang Industri .................................................................... 11
a. Pengertian Industri ...................................................................... 11
b. Jenis-jenis Industri ...................................................................... 12
2. Kajian Tentang Bata Merah .............................................................. 15
a. Pengertian Bata Merah ............................................................... 15
b. Proses Pembuatan Bata Merah ................................................... 16
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Industri Bata Merah. 21
vii
3. Lingkungan ...................................................................................... 23
a. Pengertian Lingkungan .............................................................. 23
b. Lingkungan Fisik ....................................................................... 29
c. Kondisi Sosial Ekonomi ............................................................ 34
B. Penelitian yang Relevan ......................................................................... 44
C. Kerangka Berfikir .................................................................................. 45
D. Hipotesis Penelitian ............................................................................... 49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 50
A. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 50
B. Metode Penelitian .................................................................................. 52
C. Populasi dan Sampel .............................................................................. 53
1. Populasi ........................................................................................... 53
2. Sampel ............................................................................................. 53
D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 54
1. Angket ............................................................................................. 55
2. Wawancara ...................................................................................... 55
3. Observasi ......................................................................................... 56
4. Dokumentasi .................................................................................... 56
E. Teknik Pengolahan Data......................................................................... 56
1. Editing ............................................................................................. 56
2. Skoring ............................................................................................ 57
3. Tabulasi ........................................................................................... 57
F. Variabel Penelitian ................................................................................. 57
1. Variabel Bebas ................................................................................. 57
2. Variabel Terikat ............................................................................... 57
G. Instrumen Penelitian............................................................................... 58
H. Definisi Variabel .................................................................................... 64
I. Teknik Analisis Data .............................................................................. 66
1. Uji Instrumen Kuesioner .................................................................. 66
a. Uji Validitas ............................................................................... 67
b. Uji Reliabilitas ........................................................................... 68
viii
2. Uji Asumsi Dasar ............................................................................. 69
a. Uji Normalitas ............................................................................ 69
b. Uji Homogenitas ........................................................................ 70
3. Analisis Regresi Liniear Sederhana ................................................... 70
4. Koefisien Determinasi ...................................................................... 71
5. Uji Hipotesis .................................................................................... 72
a. Uji t ........................................................................................... 72
J. Hipotesis Statistik .................................................................................. 73
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 74
A. Deskripsi Daerah Penelitian ................................................................... 74
1. Kondisi Fisik Daerah Penelitian ........................................................ 74
a. Letak dan Luas ........................................................................... 74
b. Topografi ................................................................................... 76
c. Iklim .......................................................................................... 76
d. Penggunaan Lahan ..................................................................... 76
2. Kondisi Sosial Daerah Penelitian ...................................................... 77
a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk ................................................ 77
b. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin ....... 78
c. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian .................. 81
d. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ............... 83
3. Deskripsi Responden ........................................................................ 84
a. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ....................................... 84
b. Responden Berdasarkan Usia ...................................................... 85
c. Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir .............................. 86
d. Responden Berdasarkan Status Perkawinan ................................. 87
4. Deskripsi Kepemilikan Fasilitas Hidup ............................................. 88
B. Deskripsi Hasil Penelitian ...................................................................... 91
1. Hasil Angket .................................................................................... 91
2. Hasil Wawancara ............................................................................. 118
3. Hasil Observasi ................................................................................ 123
ix
C. Hasil Analisis dan Pengujian Hipotesis ................................................... 127
1. Uji Instrumen ................................................................................... 127
a. Uji Validitas ............................................................................... 127
b. Uji Reliabilitas ........................................................................... 130
2. Uji Asumsi Dasar ............................................................................. 131
a. Uji Normalitas ............................................................................ 131
b. Uji Homogenitas ........................................................................ 132
3. Uji Regresi Linear Sederhana ........................................................... 132
4. Uji Koefisien Determinasi ................................................................ 134
5. Uji Hipotesis .................................................................................... 136
a. Uji t ........................................................................................... 136
D. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................. 138
E. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 145
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ..................................... 146
A. Kesimpulan ........................................................................................... 146
B. Implikasi ............................................................................................... 148
C. Saran ..................................................................................................... 148
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 150
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Banyaknya Usaha Industri Menurut Kelasnya per Desa ....................... 5
Tabel 1.2 Banyaknya Desa menurut Kondisi Lingkungan ................................... 7
Tabel 2.1 Penelitian yang Relevan ..................................................................... 44
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ................................................................. 51
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Angket ................................................................ 59
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara ......................................................... 61
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Observasi ............................................................ 63
Tabel 4.1 Luas Penggunaan Lahan ..................................................................... 76
Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin ................. 78
Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Desa Wanarata Berdasarkan Usia Produktif ....... 80
Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian .......................... 81
Tabel 4.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ....................... 83
Tabel 4.6 Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ................................... 85
Tabel 4.7 Jumlah Responden Berdasarkan Usia .................................................. 85
Tabel 4.8 Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir .......................... 86
Tabel 4.9 Jumlah Responden Berdasarkan Status Perkawinan ............................. 87
Tabel 4.10 Kepemilikan Fasilitas Hidup (Kepemilikan Rumah) .......................... 88
Tabel 4.11 Kepemilikan Fasilitas Hidup (Kepemilikan Alat Elektronik) .............. 89
Tabel 4.12 Kepemilikan Fasilitas Hidup (Kepemilikan Kendaraan) ..................... 90
Tabel 4.13 Anggapan masyarakat terhadap keberadaan Industri Bata Merah
(Ketergangguan).............................................................................. 92
Tabel 4.14 Anggapan masyarakat terhadap keberadaan Industri Bata Merah
(Persetujuan) ................................................................................... 93
Tabel 4.15 Dampak yang ditimbulkan dari keberadaan industri positif
untuk masyarakat ............................................................................ 95
Tabel 4.16 Lamanya bekerja di industri bata merah ............................................ 97
Tabel 4.17 Lamanya masyarakat tinggal disekitar industri bata merah ................ 97
Tabel 4.18 Sistem upah yang diterima................................................................ 98
Tabel 4.19 Mata pencaharian masyarakat sekitar industri bata merah .................. 99
xi
Tabel 4.20 Kondisi air disekitar industri bata merah keruh.................................. 100
Tabel 4.21 Kualitas air tidak layak pakai untuk kebutuhan sehari-hari
masyarakat ...................................................................................... 101
Tabel 4.22 Udara yang dihasilkan dari asap pembakaran bata merah
(Ketergangguan).............................................................................. 103
Tabel 4.23 Udara yang dihasilkan dari asap pembakaran bata merah
(Ketergangguan pernafasan) ............................................................ 104
Tabel 4.24 Pendidikan anak ............................................................................... 107
Tabel 4.25 Bekerja di industri bata merah dapat membantu biaya pendidikan
anak/keluarga .................................................................................. 109
Tabel 4.26 Persepsi masyarakat terhadap pendidikan.......................................... 109
Tabel 4.27 Jaminan kesehatan dari pengusaha untuk pekerja industri
bata merah ...................................................................................... 111
Tabel 4.28 Jaminan kesehatan dari pengusaha untuk masyarakat
sekitar industri bata merah ............................................................... 112
Tabel 4.29 Pendapatan yang diperoleh dari bekerja di industri bata merah
(Kebutuhan sehari-hari) ................................................................... 112
Tabel 4.30 Pendapatan masyarakat sekitar industri (Peningkatan) ....................... 113
Tabel 4.31 Kepemilikkan rumah ........................................................................ 117
Tabel 4.32 Hasil Observasi ................................................................................ 123
Tabel 4.33 Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Instrumen Pekerja ............................ 128
Tabel 4.34 Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Instrumen Non Pekerja .................... 129
Tabel 4.35 Hasil Rekapitulasi Uji Reliabilitas Pekerja ........................................ 130
Tabel 4.36 Hasil Rekapitulasi Uji Reliabilitas Non Pekerja ................................. 130
Tabel 4.37 Hasil Rekapitulasi Uji Normalitas ..................................................... 131
Tabel 4.38 Hasil Rekapitulasi Uji Homogenitas .................................................. 132
Tabel 4.39 Hasil Rekapitulasi Uji Regresi Linear Sederhana Pekerja ................... 133
Tabel 4.40 Hasil Rekapitulasi Uji Regresi Linear Sederhana Non Pekerja ........... 134
Tabel 4.41 Hasil Rekapitulasi Uji Koefisien Determinasi Pekerja........................ 135
Tabel 4.42 Hasil Rekapitulasi Uji Koefisien Determinasi Non Pekerja ................ 135
Tabel 4.43 Hasil Rekapitulasi Uji t Pekerja......................................................... 136
xii
Tabel 4.44 Hasil Rekapitulasi Uji t Non Pekerja ................................................. 137
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir ............................................................... 48
Gambar 3.1 Peta Lokasi Desa Wanarata ........................................................... 51
Gambar 4.1 Peta Administrasi Desa Wanarata .................................................. 74
Gambar 4.2 Peta Persebaran Industri Bata Merah .............................................. 75
Gambar 4.3 Keberadaan Industri membuat kehidupan masyarakat lebih baik .... 94
Gambar 4.4 Dampak yang dirasakan masyarakat dengan adanya industri bata
merah ............................................................................................. 96
Gambar 4.5 Pencemaran air disekitar industri bata merah ................................. 99
Gambar 4.6 Pencemaran udara disekitar industri bata merah ............................. 102
Gambar 4.7 Kondisi tanah sekitar industri bata merah (Sebelum) ...................... 105
Gambar 4.8 Kondisi tanah sekitar industri bata merah (Sesudah) ...................... 106
Gambar 4.9 Jumlah anak masyarakat yang masih mengikuti pendidikan ........... 108
Gambar 4.10 Kondisi kesehatan masyarakat ..................................................... 110
Gambar 4.11 Pendapatan yang diperoleh perbulan ............................................ 114
Gambar 4.12 Jumlah tanggungan hidup ............................................................ 115
Gambar 4.13 Pengeluaran rata-rata perbulan ..................................................... 116
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Angket Penelitian
Lampiran 2 Pedoman Wawancara
Lampiran 3 Transkip Wawancara
Lampiran 4 Hasil Observasi
Lampiran 5 Hasil SPSS
Lampiran 6 Dokumentasi
Lampiran 7 Surat-surat Penelitian
Lampiran 8 Uji Referensi
Lampiran 9 Biografi Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan Nasional seperti yang diharapkan Indonesia terbilang
belum merata. Masih adanya perbedaan tingkat kesejahteraan antara wilayah
perkotaan dan pedesaan. Ketidaksejahteraan khususnya yang terjadi di
pedesaan dapat dilihat dari angka kemiskinan. Badan Pusat Statistik (BPS)
mencatat bahwa di Indonesia angka kemiskinan di pedesaan lebih besar
dibandingkan dengan di perkotaan. Menurut data yang dikeluarkan Januari
2016, terhitung hingga September 2015 jumlah kemiskinan di perkotaan
tercatat sebesar 10.61 juta jiwa sedangkan di pedesaan sebesar 17.89 juta jiwa
(BPS 2016).
Hal ini dikarenakan alasan sebenarnya pembangunan industri di
pedesaan adalah menekan biaya produksi karena upah buruh masyarakat desa
yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan masyarakat perkotaan. Selain
itu, sistem kontrak yang diterapkan oleh sebagian besar industri semakin
memperlemah posisi tawar masyarakat desa. Hal tersebut dapat dikarenakan
pola pengembangan industri besar yang padat modal dengan prinsip efisiensi
diterapkan melalui penggunaan alat modern sehingga membatasi penggunaan
tenaga kerja berdasarkan keahlian tertentu, yang pada gilirannya
menyebabkan tersingkirnya sejumlah masyarakat dari sektor tradisional.1
Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang mengupayakan
perkembangan ekonomi melalui industrialisasi. Sektor industri memberikan
kontribusi yang sangat penting terhadap penyerapan tenaga kerja.
Meningkatnya jumlah penduduk sekaligus akan menambah jumlah tenaga
kerja di daerah industri sehingga mendorong terciptanya berbagai aktifitas
ekonomi dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup. Menurut undang-
1 Purwanto. 2003. Perubahan pola pencaharian nafkah masyarakat petani di sekitar
kawasan industri (Kasus di Desa Ngoro, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur). [tesis]. Bogor (ID):
Insitut Pertanian Bogor.
2
undang No. 5 Tahun 1984 dalam Albert Napitupulu industri adalah kegiatan
ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi,
atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk
penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan
industri.2 Dengan adanya industri diharapkan mampu membuka lapangan
pekerjaan bagi tenaga kerja yang menganggur dan dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi negara. Pertumbuhan penduduk yang semakin
meningkat dari tahun ke tahun sangat berpengaruh terhadap kebutuhan akan
tempat untuk tinggal. Semakin meningkat kebutuhan akan tempat tinggal,
semakin besar juga kebutuhan akan bahan baku untuk pembuatan bangunan.3
Tidak dapat dipungkiri bahwa pembangunan suatu industri mempunyai
dampak positif maupun negatif terhadap lingkungan dan berpotensi
menimbulkan dampak pada kondisi lingkungan alam.
Industri bata merah pada dasarnya adalah industri kecil. Aspek-aspek
penting yang harus diperhatikan oleh industri juga adalah lingkungan. Karena
bahan baku utama industri bata merah adalah tanah, dan terus menerus akan
digali yang akan menimbulkan dampak negatif. Dengan adanya ayat Al-
Qur’an ini sebagai sumber dan landasan bagi umat manusia untuk berlaku
sepantasnya kepada lingkungan. Lingkungan pada hakikatnya harus tetap
dijaga dan dirawat dengan baik. Pernyataan ini tersurat dalam potongan ayat
Al-Qur’an. Allah SWT berfirman dalam QS. Ar-Rum ayat 41 yang berbunyi:
2 Albert Napitupulu, Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan Suatu Tinjauan
Teoritis dan Praktis, (Bogor: IPB Press, 2013), h. 54 3 M. Deismasuci, D. Rohmat, dan Y. Malik, Dampak Industri Bata Merah Terhadap
Kondisi Lingkungan di Kecamatan Nagreg, Vol. 4, No. 2, Agustus, 2016, hlm. 2
ظهر الفساد فى البر والبحر بما كسبت ايدى الناس ليذيقهم بعض
الذي عملوا لعلهم يرجعون ١٤
3
Artinya :
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan
sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar).” (QS. Ar-Rum ayat 41).
Industri merupakan suatu kegiatan manusia yang sangat
mempengaruhi keadaan sekitarnya termasuk lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial ekonomi. Industri sendiri merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya agar ekonomi
mereka tercukupi. Ekonomi termasuk ke dalam sistem sosial yang saling
berinteraksi dengan sistem biofisik. Hubungan timbal balik yang erat antara
dua subsistem itu dapat berjalan dengan baik dan teratur apabila manusia itu
mengetahui bagaimana menjaga lingkungannya agar bisa dimanfaatkan lebih
bijaksana demi kelangsungan hidupnya sendiri, karena manusia dan
lingkungan sekitarnya merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan.4
Di daerah Kabupaten Pemalang khususnya di Desa Wanarata,
Kecamatan Bantarbolang terdapat industri kecil yang memanfaatkan tanah
sebagai bahan baku bata merah. Industri kecil itu dikenal dengan sebutan
industri batu bata merah. Kelompok Masyarakat di Desa Wanarata telah
mampu memanfaatkan sumber daya alam yang ada disekitarnya untuk
dijadikan sebagai sumber penghasilan. Batu bata adalah unsur bangunan yang
digunakan untuk membuat suatu bangunan. Bahan bangunan untuk membuat
batu bata berasal dari tanah liat dengan atau tanpa campuran bahan-bahan lain
yang kemudian dibakar pada suhu tinggi hingga tidak dapat hancur lagi
apabila direndam dalam air.5
Keberadaan industri batu bata tentu membawa dampak positif maupun
negatif, baik bagi lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Bagi
4 Vina Pratiwi, “Keterkaitan Antara Industri Bata Merah Dengan Kondisi Lingkungan Di
Desa Leuwilaja Kecamatan Sindangwangi Kabupaten Majalengka”, Skripsi Universitas
Pendidikan Indonesia Bandung, 2012, hlm. 38 5 Sri Hastutiningrum, Proses Pembuatan Batu Bata Berpori dari Tanah Liat dan Kaca,
Jurnal Teknologi Technoscientia, Vol. 5, No. 2, Februari, 2013, hlm. 201
4
kehidupan sosial, penambangan batu bata cenderung membawa dampak
positif seperti mengurangi tingkat pengangguran, meningkatkan tingkat
kesejahteraan masyarakat disekitar kawasan industri, tetapi bagi lingkungan
hidup industri membawa dampak negatif seperti pencemaran, polusi udara
dan sebagainya. Semakin meningkatnya kebutuhan akan bahan bangunan
terutama batu merah akan menyebabkan kebutuhan tanah galian juga semakin
banyak dan menimbulkan dampak terhadap kondisi lingkungan fisik.6
Selain dampak yang diuraikan di atas, salah satu dampak positif dari
keberadaan industri di antaranya penyerapan tenaga kerja dan peningkatan
pendapatan masyarakat sedangkan dampak negatifnya seperti pencemaran
lingkungan yang disebabkan oleh industri. Dampak positif dan negatif dari
keberadaan industri akan menimbulkan perubahan bagi masyarakat baik
kondisi sosial ekonomi maupun kondisi budaya masyarakat sekitar kawasan
industri tersebut.7
Mengungkapkan fungsi industrialisasi pedesaan yang lebih luas dari
hanya sekedar untuk pemerataan pendapatan dan perluasan kesempatan kerja,
antara lain adalah untuk: 1) mendorong pertumbuhan pedesaan dengan
mendiversifikasi sumber pendapatan; 2) meningkatkan dampak pertumbuhan
permintaan di dalam atau di luar suatu daerah; 3) meningkatkan kesempatan
kerja baru; 4) mendekatkan hubungan fungsional antara pertanian dengan
sektor urban atau industri; 5) meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan
industri; dan 6) mengurangi kemiskinan di pedesaan.8
UU Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup pasal-1, menjelaskan bahwa lingkungan adalah kesatuan
ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk
6 Nursia dan La Harudu, Dampak Penambangan Batu Bata Terhadap Degradasi
Lingkungan di Kelurahan Kolasa Kecamatan Parigi Kabupaten Muna, Jurnal Penelitian
Pendidikan Geografi, Vol. 1, No. 1, November, 2016, hlm. 116 7 Imam Nawawi, Yadi Ruyadi, Siti Komariah, Pengaruh Keberadaan Industri Terhadap
Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Desa Lagadar Kecamatan Marga Asih
Kabupaten Bandung. Jurnal. Mahasiswa Program Magister Pendidikan Sosiologi, Sekolah
Pascasarjana UPI. Hlm. 2 8 Thessa Ayuningtias, Dampak Industrialisasi Pedesaan Terhadap Kesejahteraan
Masyarakat, IPB :Bogor. Hlm.2
5
manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan
dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.9
Kecamatan Bantarbolang merupakan salah satu daerah yang
mengalami kegiatan industrialisasi pedesaan. Menurut BPS tahun 2017
Kecamatan Bantarbolang mempunyai luas wilayah yaitu 166,66 km2. Luas
wilayah tersebut terbagi atas sawah 26,96 km2 dan bukan sawah 139,70 km
2.
Dengan masih adanya wilayah yang potensial tersebut maka sangat bisa
untuk pembangunan industri di 17 desa/kelurahan yang ada di Kecamatan
Bantarbolang. Persebaran industri berdasarkan tingkatan kelas industri tahun
2017 yang sudah ada, tersebar di 8 desa/kelurahan yaitu Desa Sumurkidang,
Desa Wanarata, Desa Pedagung, Desa Pegiringan, Desa Bantarbolang, Desa
Sambeng, Desa Glandang, dan Desa Kuta. Untuk lebih jelas dapat dilihat
pada Tabel 1.1
Tabel 1.1
Banyaknya Usaha Industri Menurut Kelasnya per Desa/Kelurahan di
Kecamatan Bantarbolang
Kabupaten Pemalang Tahun 2017
No.
Desa/Kelurahan
Kelas Industri
Besar Sedang Kecil Rumahtangga
01. Sumurkidang 0 0 0 3
02. Wanarata 0 0 15 2
03. Pedagung 0 0 2 0
04. Suru 0 0 0 0
05. Banjarsari 0 0 0 0
06. Pegiringan 0 0 3 1
07. Karanganyar 0 0 0 0
08. Purana 0 0 0 0
09. Pabuaran 0 0 0 0
10. Sarwodadi 0 0 0 0
11. Bantarbolang 0 0 0 2
12. Sambeng 0 0 0 1
13. Glandang 0 0 5 0
14. Kuta 0 0 6 5
15. Kebon Gede 0 0 0 0
16. Peguyangan 0 0 0 0
9 HR. Mulyanto, Ilmu Lingkungan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 1
6
17. Lenggerong 0 0 0 0
Jumlah - - 31 14
Sumber: BPS Kecamatan Bantarbolang dalam Angka 2017
Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat bahwa, banyaknya usaha industri
menurut kelasnya per Desa/Kelurahan di Kecamatan Bantarbolang, banyak
tersebar di Desa Wanarata dengan jumlah industri kecil sebanyak 15 usaha
industri dan industri rumahtangga sebanyak 2 usaha industri.
Hal tersebut membuktikan bahwa di Desa Wanarata bidang usaha
industri mendominasi dibanding dengan Desa lain yang ada di Kecamatan
Bantarbolang. Hal tersebut juga mempengaruhi kondisi sosial ekonomi
karena salah satunya mampu menyerap tenaga kerja.
Disetiap suatu kegiatan usaha dalam hal ini industri, baik di kelas
rumah tangga sampai dengan skala besar perlu untuk dilakukannya tindakan
pencegahan terhadap pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang
mungkin terjadi akibat dari kegiatan usaha tersebut. Banyak cara yang bisa
dilakukan untuk mengelola sumberdaya alam ataupun lingkungan dalam
kegiatan industri salah satunya adalah AMDAL. Perubahan atau dampak
negatif yang bisa terjadi baik sumberdaya alam ataupun lingkungan pada saat
kegiatan industri berlangsung atau setelahnya dapat diminimalisir atau
dihilangakan dengan adanya AMDAL.
Di Kabupaten Pemalang pencemaran lingkungan yang banyak terjadi
adalah berupa pencemaran air dan juga pencemaran udara dari beberapa
Kecamatan yang ada. Terdapat 9 Kecamatan yang lingkungan hidupnya
sudah mengalami pencemaran. Kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Moga,
Kecamatan Belik, Kecamatan Bantarbolang, Kecamatan Randudongkal,
Kecamatan Pemalang, Kecamatan Taman, Kecamatan Petarukan, Kecamatan
Comal, dan Kecamatan Ulujami. Masing-masing Kecamatan mengalami
pencemaran tersendiri dan pencemaran tersebut diakibatkan oleh tingkatan
kelas industri yang berbeda. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.1 (Lanjutan)
7
Tabel 1.2
Banyaknya Desa/Kelurahan menurut Kondisi Lingkungan di
Kecamatan Bantarbolang
Kabupaten Pemalang Tahun 2017
No
.
Kecamatan
Sumber
Pencemaran Air
Sumber Pencemaran Udara
Rumah
Tangga
Pabrik Rumah
Tangga
Pabrik Lainnya
01. Moga 4 - - - -
02. Warungpring - - - - -
03. Pulosari - - - - -
04. Belik - - - - 3
05. Watukumpul - - - - -
06. Bodeh - - - - -
07. Bantarbolang - - - 1 -
08. Randudongkal 2 - 1 - -
09. Pemalang 1 - - - 2
10. Taman 2 3 - 1 1
11. Petarukan - 2 - 1 -
12. Ampelgading - - - - -
13. Comal - 1 1 1 -
14. Ulujami 2 4 2 1 2
Kab.
Pemalang
11 10 4 5 8
Sumber: BPS Kecamatan Bantarbolang dalam Angka 2017
Berdasarkan Tabel 1.2 terlihat bahwa, kondisi lingkungan Kecamatan
Bantarbolang mengalami pencemaran udara yang diakibatkan oleh
pabrik/industri, termasuk kondisi lingkungan di Desa Wanarata RT 31 RW
08, karena dalam industri bata merah kayu yang dibakar berjumlah besar. Dan
hal ini dapat menimbulkan asap yang cukup padat dan pastinya akan
menimbulkan pengaruh buruk bagi kesehatan. Selain itu, jarak pembakaran
bata merah yang satu dengan yang lainnya berdekatan, dan ada beberapa
industri bata merah berdekatan dengan jalan raya dan pemukiman warga. Jika
terjadi pembakaran secara bersamaan, maka ini akan menjadi masalah yang
besar untuk kesehatan warga setempat.
Dalam penelitian M. Deismasuci, D. Rohmat, dan Y. Malik yang
berjudul Dampak Industri Bata Merah Terhadap Kondisi Lingkungan di
8
Kecamatan Nagreg menunjukkan hasil penelitian bahwa Kecamatan Nagreg
memiliki potensi bahan baku untuk keberlanjutan bata merah yang masih baik
dilihat dari jenis tanahnya yang mendukung yaitu banyak terdapat tanah
andosol dan regosol dengan tekstur lempung liat dan bahan baku yang masih
melimpah terutama Desa Citaman dan Desa Nagreg Kendan. Keberadaan
industri bata merah juga memberikan dampak pada lingkungan sosial seperti
memberikan peluang pekerjaan bagi penduduk, pendapatan, dan tingkat
pendidikan serta dampak kepada lingkungan fisik seperti lubang bekas galian
dan kerusakan jalan. Untuk mengurangi kerusakan lingkungan yang
disebabkan oleh industri bata perlu diadakannya upaya pengurangan
kerusakan dengan cara menanam tanaman padi atau umbi-umbian pada lahan
bekas galian atau menjadikan genangan bekas galian menjadi kolam ikan.
Rekomendasi dari penelitian ini untuk pengusaha industri bata merah
sebaiknya melakukan pencampuran bahan baku untuk pembuatan bata merah
sehingga penggunaan bahan baku tanah bisa dikurangi.10
Berdasarkan permasalahan di atas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Industri Bata Merah Terhadap
Kondisi Lingkungan di Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang
Kabupaten Pemalang”.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang penelitian, dapat di peroleh identifikasi masalah
penelitian sebagai berikut:
1. Keberadaan industri bata merah mempengaruhi kondisi sosial ekonomi
masyarakat.
2. Masih adanya perbedaan tingkat kesejahteraan antara wilayah perkotaan
dan pedesaan.
3. Terjadinya pencemaran udara disebabkan oleh industri atau pabrik di
Kecamatan Bantarbolang.
10 M. Deismasuci, D. Rohmat, dan Y. Malik, Dampak Industri Bata Merah Terhadap
Kondisi Lingkungan di Kecamatan Nagreg, Vol. 4, No. 2, Agustus, 2016, hlm. 1
9
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan, maka masalah
yang diteliti dibatasi pada:
1. Pengaruh industri bata merah terhadap kondisi lingkungan di Desa
Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang.
2. Pengaruh industri bata merah terhadap kondisi lingkungan sosial ekonomi
di Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah yang diajukan
pada penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh industri bata merah terhadap lingkungan fisik
di Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang?
2. Apakah terdapat pengaruh industri bata merah terhadap lingkungan sosial
ekonomi di Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten
Pemalang?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan di atas, maka tujuan
penelitian yang hendak dicapai adalah:
1. Untuk menganalisis pengaruh industri bata merah terhadap lingkungan
fisik di Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang.
2. Untuk menganalisis pengaruh industri bata merah terhadap lingkungan
sosial ekonomi di Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten
Pemalang.
F. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu
manfaat teoritis dan praktis.
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah kajian, khususnya tentang industri bata merah di Desa
Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang.
10
b. Dapat dijadikan sebagai salah satu bahan rujukan dalam penelitian
selanjutnya khususnya terkait masalah tentang industri bata merah di
Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang.
c. Untuk menambah wawasan pembelajaran Geografi khususnya bab
tentang Lingkungan Hidup kelas IX SMA.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Sebagai sarana untuk memperluas wawasan berfikir mengenai
ilmu pengetahuan tentang Lingkungan Hidup.
b. Bagi Pengusaha Industri
1) Sebagai sarana untuk mengetahui dampak aktivitas industri bata
merah terhadap kondisi lingkungan fisik di Desa Wanarata
Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang.
2) Sebagai sarana untuk mengetahui pengaruh industri bata merah
terhadap kondisi sosial ekonomi penduduk di Desa Wanarata
Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang.
c. Bagi Pemerintah
1) Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan
dan pengembangan industri batu bata.
2) Memberikan informasi untuk mengetahui dampak industri bata
merah dengan kondisi lingkungan di Desa Wanarata Kecamatan
Bantarbolang Kabupaten Pemalang.
11
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Kajian Tentang Industri
a. Pengertian industri
Menurut undang-undang No. 5 Tahun 1984 dalam Albert
Napitupulu industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan
mentah, bahan baku, barang setengah jadi, atau barang jadi menjadi
barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya,
termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.1
Secara harfiah menurut Soerjani dalam Albert Napitupulu
industrialisasi lebih mengarah pada suatu proses atau kegiatan
industri yang tengah berlangsung, sedangkan perkembangan
industrialisasi dapat dilihat secara langsung dari meningkatnya
jumlah pembangunan industri dan investasi yang menyertainya.2
Industrialisasi menurut Imam Supardi adalah pengolahan
bahan baku menjadi bahan jadi atau setengah jadi.3
Industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya alam, sumber daya
manusia, dana, dan lain-lain.4
Berdasarkan pengertian di atas, penulis menyimpulkan
bahwa industri adalah suatu proses pada perusahaan yang di
dalamnya terdapat kegiatan berupa mengelola bahan-bahan produksi
atau pengolahan bahan baku menjadi bahan jadi atau setengah jadi
1 Albert Napitupulu, Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan Suatu Tinjauan
Teoritis dan Praktis, (Bogor: IPB Press, 2013), h. 54 2 Ibid, h. 51 3 Imam Supardi, Lingkungan Hidup dan Kelestariannya, (Bandung: P.T. Alumni, 2003),
h. 94 4 M. Deismasuci, D. Rohmat, dan Y. Malik, Dampak Industri Bata Merah Terhadap
Kondisi Lingkungan di Kecamatan Nagreg, Jurnal Antologi Pendidikan Geografi, Vol. 4, No. 2,
Agustus, 2016, h. 2
12
untuk menghasilkan suatu barang yang mempunyai nilai tinggi atau
layak dijual. Industri juga memanfaatkan sumberdaya manusia,
sumberdaya alam, modal, dan sebagainya yang dimiliki dengan
tujuan untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran bagi
perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
b. Jenis-Jenis Industri
Menurut Badan Pusat Statistik, industri digolongkan menjadi
empat menurut banyaknya tenaga kerja, yaitu:
1) Industri Rumah Tangga
Industri yang menggunakan tenaga kerja antara 1-4
orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas,
tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau
pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau
anggota keluarganya.
2) Industri Kecil
Industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai
19 orang, Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang
relative kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar
atau masih ada hubungan saudara.
3) Industri Sedang
Industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20
sampai 99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal
yang cukup besar, tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu,
dan pimpinan perusahaan memiliki kemapuan manajerial
tertentu.
4) Industri Besar
Industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang.
Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun
secara kolektif dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja
harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan perusahaan
13
dipilih melalui uji kemapuan dan kelayakan (fit and profer
test).5
Pengelompokan industri dilaksanakan oleh Departemen
Perindustrian dan Perdagangan dalam Industri Nasional Indonesia
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu:
1) Industri Dasar, yang meliputi kelompok Industri Mesin dan
Logam Dasar (IMLD) dan kelompok Industri Kimia Dasar
(IKD). Yang termasuk dalam IMLD antara lain: industri mesin
pertanian, elektronika kereta api, pesawat terbang, kendaraan
bermotor, besi baja, dan sebagainya. Sedangkan yang termasuk
IKD antara lain: industri pengolahan kayu dan karet alam,
industri pestisida, industri pupuk, industri semen, industri silikat,
dan lain sebagainya.
2) Industri Kecil, yang meliputi antara lain : industri pangan
(makanan, minuman, tembakau), industri sandang dan kulit
(tekstil, pakaian jadi, serta barang dari kulit), industri kimia dan
bahan bangunan (industri kertas, percetakan, plastik, dan
sebagainya), industri galian bukan logam, industri logam
(mesin-mesin, alat-alat ilmu pengetahuan, barang dari logam,
dan sebagainya).
3) Industri Hilir, yaitu kelompok Aneka Industri (AI) yang meliputi
antara lain: industri yang mengolah sumber daya hutan, industri
yang mengolah hasil pertambangan, industri yang mengolah
sumber daya pertanian secara luas, dan sebagainya.6
5 Rofi Taufik Nugroho, “Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Pengrajin Industri Bata
Merah Di Kecamatan Pataruman Jawa Barat”, Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta, 2014, h.
14 6 Cut Ernawati, “Elastisitas Modal dan Tenaga Kerja Dalam Memproduksi Batu Bata di
Desa Cot Kumbang di Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya”, Skripsi Universitas Teuku
Umar Meulaboh Aceh Barat, 2013, h. 10
14
Industri secara garis besar dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1) Industri dasar atau hulu
Industri hulu memiliki sifat sebagai berikut: padat modal,
berskala besar, menggunakan teknologi maju dan teruji.
Lokasinya selalu dipilih dekat dengan bahan baku yang
mempunyai sumber energi sendiri, dan pada umumnya lokasi ini
belum tersentuh pembangunan. Oleh karena itu industri hulu
membutuhkan perencanaan yang matang beserta tahapan
pembangunannya, mulai dari perencanaan sampai operasional.
Di sudut lain juga dibutuhkan pengaturan tata ruang, rencana
pemukiman, pengembangan kehidupan perekonomian,
pencegahan kerusakan lingkungan, dan lain-lain. Pembangunan
industri ini dapat mengakibatkan perubahan lingkungan, baik
dari aspek sosial-ekonomi dan budaya maupun pencemaran.
Terjadi perubahan tatanan sosial, pola konsumsi, tingkah laku,
sumber air, kemunduran kualitas udara, penyusutan sumber daya
alam, dan sebagainya.
2) Industri hilir
Industri ini merupakan perpanjangan proses industri
hulu. Pada umumnya industri ini mengolah bahan setengah jadi
menjadi barang jadi, lokasinya selalu diusahakan dekat pasar,
menggunakan teknologi madya dan teruji, padat karya.7
3) Industri kecil
Industri kecil banyak berkembang di pedesaan dan
perkotaan, memiliki peralatan sederhana, walaupun hakikat
produksinya sama dengan industri hilir, tetapi sistem
pengolahannya lebih sederhana. Sistem tata letak pabrik maupun
pengolahan limbah belum mendapat perhatian. Sifat industri ini
padat karya.
7 Philip Kristanto, Ekologi Industri, (Yogyakarta: Andi, 2004), h. 156
15
Klasifikasi industri secara konvensional sebagai berikut:
1) Industri Primer
Industri yang mengubah bahan mentah menjadi bahan
setengah jadi, misalnya pertanian, pertambangan.
2) Industri Sekunder
Industri yang mengubah barang setengah jadi menjadi
barang jadi.
3) Industri Tersier
Industri yang sebagian besar meliputi industri jasa dan
perdagangan atau industri yang mengolah bahan industri
sekunder.8
2. Kajian Tentang Bata Merah
a. Pengertian Bata Merah
Batu bata menurut Soejoto dalam Sri Hastutiningrum adalah
batu buatan yang terbuat dari suatu bahan yang dibuat oleh manusia
supaya mempunyai sifat-sifat seperti batu. Hal tersebut hanya dapat
dicapai dengan memanasi (membakar) atau dengan pengerjaan-
pengerjaan kimia.9
Batu bata menurut Ramli dalam Miftakhul Huda dan Erna
Hastuti adalah salah satu unsur bangunan dalam pembuatan
konstruksi bangunan yang terbuat dari tanah liat ditambah air
dengan atau tanpa bahan campuran lain melalui beberapa tahap
pengerjaan, seperti menggali, mengolah, mencetak,
mengeringkan, membakar pada temperatur tinggi hingga matang
dan berubah warna, serta akan mengeras seperti batu jika
didinginkan hingga tidak dapat hancur lagi bila direndam dalam
air.10
Batu bata menurut Cut Ernawati yaitu suatu proses produksi
yang di dalamnya terdapat perubahan bentuk dari benda yang berupa
8 Ibid, h. 157 9 Sri Hastutiningrum, Proses Pembuatan Batu Bata Berpori dari Tanah Liat dan Kaca,
Jurnal Teknologi Technoscientia, Vol. 5, No. 2, Februari, 2013, h. 201 10 Miftakhul Huda dan Erna Hastuti, Pengaruh Temperatur Pembakaran dan
Penambahan Abu Terhadap Kualitas Batu Bata, Jurnal Neutrino, Vol 4, No. 2, April 2012, h. 143
16
tanah liat menjadi bentuk lain (batu bata), sehingga lebih berdaya
guna.11
Dapat di simpulkan oleh penulis bahwa batu bata merupakan
hasil produksi tangan manusia yang dibuat dari bahan tanah liat
dengan proses yang panjang seperti adanya menggali, mengolah,
mencetak, mengeringkan, hingga membakar dan menjadi keras
layaknya sifat batu serta bisa digunakan untuk bahan bangunan atau
yang lain yang mempunyai daya guna di dalamnya.
b. Proses Pembuatan Bata Merah
Proses pembuatan batu bata menurut Suwardono dalam
Miftakhul Huda dan Erna Hastuti yaitu melalui beberapa tahapan,
meliputi penggalian bahan mentah, pengolahan bahan,
pembentukan, pengeringan, pembakaran, pendinginan, dan
pemilihan (seleksi). Adapun tahap-tahap pembuatan batu bata, yaitu
sebagai berikut:
1) Penggalian Bahan Mentah
Penggalian bahan mentah batu bata merah sebaiknya
dicarikan tanah yang tidak terlalu plastis, melainkan tanah yang
mengandung sedikit pasir untuk menghindari penyusutan.
Penggalian dilakukan pada tanah lapisan paling atas kira-kira
setebal 40-50 cm, sebelumnya tanah dibersihkan dari akar
pohon, plastik, daun, dan sebagainya agar tidak ikut terbawa.
Kemudian menggali sampai ke bawah sedalam 1,5-2,5 meter
atau tergantung kondisi tanah. Tanah yang sudah digali
dikumpulkan dan disimpan pada tempat yang terlindungi.
Semakin lama tanah liat disimpan, maka akan semakin baik12
karena menjadi lapuk. Tahap tersebut dimaksudkan untuk
membusukkan organisme yang ada dalam tanah liat.
11 Cut Ernawati, h. 14 12 Miftakhul Huda dan Erna Hastuti, h. 143
17
2) Pengolahan Bahan Mentah
Tanah liat sebelum dibuat batu bata merah harus
dicampur secara merata yang disebut dengan pekerjaan
pelumatan dengan menambahkan sedikit air. Air yang
digunakan dalam proses pembuatan batu bata harus air bersih,
air harus tidak sadah tidak mengandung garam yang larut di
dalam air, seperti garam dapur, air yang digunakan kirakira
20% dari bahan-bahan yang lainnya, pelumatan bisa dilakukan
dengan kaki atau diaduk dengan tangan. Bahan campuran yang
ditambahkan pada saat pengolahan harus benar-benar menyatu
dengan tanah liat secara merata. Bahan mentah yang sudah jadi
ini sebelum dibentuk dengan cetakan, terlebih dahulu dibiarkan
selama 2 sampai 3 hari dengan tujuan memberi kesempatan
partikel-partikel tanah liat untuk menyerap air agar menjadi
lebih stabil, sehingga apabila dibentuk akan terjadi penyusutan
yang merata.
3) Pembentukan Batu Bata
Bahan mentah yang telah dibiarkan 2-3 hari dan sudah
mempunyai sifat plastisitas sesuai rencana, kemudian dibentuk
dengan alat cetak yang terbuat dari kayu atau kaca sesuai
ukuran standart SNI S-04-1989-F atau SII-0021-78. Supaya
tanah liat tidak menempel pada cetakan, maka cetakan kayu
atau kaca tersebut dibasahi air terlebih dahulu. Lantai dasar
pencetakan batu bata merah permukaannya harus rata dan
ditaburi abu.
Langkah awal pencetakan batu bata yaitu letakkan
cetakan pada lantai dasar pencetakan, kemudian tanah liat yang
telah siap ditaruh pada bingkai cetakan dengan tangan sambil
ditekan-tekan sampai tanah liat memenuhi segala sudut ruangan
pada bingkai cetakan. Selanjutnya cetakan diangkat dan batu
bata mentah hasil dari cetakan dibiarkan begitu saja agar
18
terkena sinar matahari. Batu bata mentah tersebut kemudian
dikumpulkan pada tempat yang terlindung untuk diangin-
anginkan.
4) Pengeringan Batu Bata Merah
Proses pengeringan batu bata akan lebih baik bila
berlangsung secara bertahap agar panas dari sinar matahari
tidak jatuh secara langsung, maka perlu dipasang penutup
plastik. Apabila proses pengeringan terlalu cepat dalam artian
panas sinar matahari terlalu menyengat akan mengakibatkan
retakan-retakan pada batu bata nantinya. Batu bata yang sudah
berumur satu hari dari masa pencetakan kemudian dibalik.
Setelah cukup kering, batu bata tersebut ditumpuk menyilang
satu sama lain agar terkena angin. Proses pengeringan batu bata
memerlukan waktu dua hari jika kondisi cuacanya baik.
Sedangkan pada kondisi udara lembab, maka proses
pengeringan batu bata sekurang-kurangnya satu minggu.
5) Pembakaran Batu Bata
Pembakaran yang dilakukan tidak hanya bertujuan untuk
mencapai suhu yang dinginkan, melainkan juga memperhatikan
kecepatan pembakaran untuk mencapai suhu tersebut serta
kecepatan untuk mencapai pendinginan. Selama proses
pembakaran terjadi perubahan fisika dan kimia serta mineralogy
dari tanah liat tersebut. Proses pembakaran13
batu bata harus
berjalan seimbang dengan kenaikan suhu dan kecepatan suhu,
ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan, yaitu:
a) Tahap pertama adalah penguapan (pengeringan), yaitu
pengeluaran air pembentuk, terjadi hingga temperatur kira-
kira 120°C.
13 Miftakhul Huda dan Erna Hastuti, , h. 144
19
b) Tahap oksidasi, terjadi pembakaran sisa-sisa tumbuhan
(karbon) yang terdapat di dalam tanah liat. Proses ini
berlangsung pada temperatur 650°C-800°C.
c) Tahap pembakaran penuh. Batu bata dibakar hingga
matang dan terjadi proses sintering hingga menjadi bata
padat. Temperatur matang bervariasi antara 920°C1020°C
tergantung pada sifat tanah liat yang dipakai.
d) Tahap penahanan. Pada tahap ini terjadi penahanan
temperatur selama 1-2 jam. Pada tahap 1, 2 dan 3 kenaikan
temperatur harus perlahan-lahan, agar tidak terjadi kerugian
pada batanya. Antara lain: pecah-pecah, noda hitam pada
bata, pengembangan, dan lain-lain.14
Proses pembuatan bata merah tradisional Dalam pembuatan
batu bata terdapat tahapan- tahapan yaitu sebagai berikut:
1) Penggalian bahan mentah
Kegiatan penggalian tanah dilakukan pada kedalaman
tertentu yaitu 1 sampai 2 meter, karena apabila dalamnya lebih
dari 1 meter kualitas tanah kurang baik untuk pembuatan batu.
Bata atau bata merah adalah batu buatan yang berasal dari tanah
liat yang dalam keadaan lekat dicetak, dijemur beberapa hari
sesuai15
dengan aturan lalu dibakar sampai malang, sehingga
tidak dapat hancur lagi jika direndam dengan air.
2) Persiapan pengolahan bahan
Menyiapkan bahan untuk pembentukan bata merah yang
dimaksud dengan penyiapan bahan ini adalah penghancuran
tanah, pembersihan kotoran, kemudian pencampuran dengan air
sehingga bahan menjadi cukup lunak untuk dibentuk bata
merah.
14 Miftakhul Huda dan Erna Hastuti, h. 145 15 Rofi Taufik Nugroho, “Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Pengrajin Industri Bata
Merah Di Kecamatan Pataruman Jawa Barat”, Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta, 2014, h.
17
20
3) Membuat adonan
Adonan bata merah dibuat dengan cara mencampurkan
tanah liat dengan air dan campuran lain seperti abu sisa
pembakaran, adonan ini kemudian diinjak-injak menggunakan
kaki untuk mendapatkan hasil adonan yang baik.
4) Mencetak
Setelah adonan jadi kemudian adonan di cetak kotak-
kotak persegi panjang dengan cetakan bata merah yang terbuat
dari kayu berukuran 6 cm × 10cm × 20cm.
5) Proses pengeringan bata merah
Cara pengeringan adalah dengan menjemur batu bata di
tempat terbuka, waktu yang dibutuhkan untuk proses
pengeringan adalah 5-6 hari tergantung cuacanya.16
6) Proses pembakaran bata merah
Pada proses ini batu bata yang sudah kering dan tersusun
rapih sudah siap untuk dibakar, akan tetapi pembakaran batu
batatergantung dari keinginan pengrajin dan kondisi keuangan
perajin. Biasanya dalam satu bulan proses pembakaran yang
dilakukan satu kali. Dalam proses pembakaran batu bata ini
disediakan tempat khusus atau dibuatkan rumah-rumahan yang
disebut brak. Proses pembakaran menggunakan sekam bakar
atau berambut.
7) Pemilihan atau seleksi bata merah
Tumpukan bata merah yang sudah dibakar dibiarkan
selama kurang lebih satu minggu agar panasnya berangsur-
angsur turun. Setelah dingin tumpukan batu bata tersebut
dibongkar dan diseleksi untuk kemudian di jual.17
16 Rofi Taufik Nugroho, h. 18 17 Rofi Taufik Nugroho, h. 19
21
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Industri Bata
Merah
1) Bahan Baku
Menurut UU No.tahun 1984 Tentang Perindustrian,
bahan baku industri adalah bahan mentah yang diolah atau tidak
diolah yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana produksi dalam
industri.
Batu bata dibuat dari bahan dasar lempung atau tanah liat
ditambah air dan sekam. Lempung adalah tanah hasil pelapukan
batuan keras, seperti basalt (batuan dasar), andesit, daan granit
(batu besi). Bahan baku tambahan yang digunakan dalam
pembuatan bata merah adalah berambut (sekam) dan air.
Berambut digunakan sebagai campuran agar bata merah yang
dihasilkan tidak mudah retak, sedangkan air digunakan untuk
membantu proses pengolahan bahan mentah dan proses
pencetakan. Pengrajin bata merah di Kecamatan Pataruman
Kota Banjar biasanya mendapatkan bahan baku tanah dari
gunung dan tanah dari pinggiran sungai.
2) Bahan Bakar
Pembangkit tenaga diperlukan untuk menjalankan mesin
dan peralatan produksi yang berada didalam industri tertentu.
Terjaminnya kelangsungannya sumber tenaga ini berarti
terjaminnya pelaksanaan kegiatan produksi dalam industri yang
bersangkutan.
Proses pembakaran bata merah menggunakan bahan
bakar berupa sekam bakar atau kayu bakar untuk membakar bata
merah yang sudah dicetak dan dikeringkan. Biasanya
pembakaran dilakukan dalam sebuah tempat yang sudah
disediakan yaitu tobong atau brak.
22
3) Tenaga Kerja Menurut UU No.13 tahun Tentang
Ketenagakerjaan
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik
untuk memenughi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarkat.
Tenaga kerja merupakan suatu faktor produksi sehingga
dalam kegiatan industri diperlukan sejumlah tenaga yang
mempunyai kemampuan dan keterampilan tertentu sesuai
dengan kebutuhan perusahaan. Pada industri kecil dan industri
rumah tangga seperti pada industri bata merah, biasanya tenaga
kerjanya terdiri dari dua kategori, yaitu tenaga kerja dari dalam
keluarga dan tenga dari luar keluarga.
Tenaga kerja yang digunakan oleh pengrajin industri bata
merah di Kecamatan Pataruman sebagian besar adalah tenaga
kerja dari keluarga dan rumah tangga, yaitu anggota keluarga
dan rumah tangga yang ikut bekerja dalam proses produksi bata
merah.
4) Modal
Modal merupakan faktor yang sangat penting dalam
kelancaran suatu produksi industri. Modal usaha dapat diperoleh
dengan dua cara, yaitu modal sendiri dan modal luar. Modal
sendiri adalah modal yang dimaksudkan oleh partisipasi
pemilik, yang seterusnya akan dioperasikan selama usaha
tersebut masih berjalan. Sedangkan modal luar adalah modal
luar adalah modal yang diperoleh selama waktu tertentu, karena
harus dikembalikan dengan disertai bunga. Modal dalam
industri bata merah dibedakan menjadi dua, yaitu :
a) Modal tetap dalam industri bata merah berupa peralatan
yang dipakai untuk proses pembuatan bata merah, seperti
cangkul, alat pencetak dan tempat untuk proses pembakaran
(brak).
23
b) Modal Operasional dalam proses produksi bata merah
adalah modal yang digunakan untuk membeli kebutuhan
yang berkaitan dengan usaha industri bata merah, seperti
bahan baku, membeli bahan bakar, dan mengupah tenaga
kerja.
5) Pemasaran
Menurut John Soeprihanto, Pemasaran merupakan suatu
sisitem keseluruhan dari suatu kegiatan yang ditujukan untuk
merencanakan, menentukan harga, memproduksi dan
mendistribusikan barang dan jasa yang yang memuaskan
kebutuhan para pembeli.
6) Transportasi
Peranan transportasi erat kaitannya dengan sarana untuk
penggangkutan bahan mentah ke tempat produksi sekaligus
ssbagai alat pengangkutan dalam usaha pemasaran hasil
produksi.Daerah-daerah dengan sarana transportasi yang baik
sangat menguntungkan bagi berdirinya suatu industri. Fasilitas
transportasi merupakan hal penting bagi setiap industri karena
transportasi yang baik dan cepat akan mendukung kelancaran
proses produksi.18
3. Lingkungan
a. Pengertian Lingkungan
Lingkungan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia dalam
Amos adalah berasal dari kata lingkung yaitu sekeliling, sekitar.
Lingkungan adalah bulatan yang melingkungi atau melingkari,
sekalian yang terlingkung di suatu daerah sekitarnya.19
Lingkungan menurut Ensiklopedia Umum dalam Amos
adalah alam sekitar termasuk orang-orangnya dalam hidup pergaulan
18 Rofi Taufik Nugroho, hlm. 17-22 19 Amos Neolaka, Kesadaran Lingkungan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), h. 25
24
yang mempengaruhi manusia sebagai anggota masyarakat dalam
kehidupan dan kebudayaannya.20
Lingkungan menurut Ensiklopedia Indonesia dalam Amos
adalah segala sesuatu yang ada di luar suatu organisme,
meliputi: (1) lingkungan mati (abiotik), yaitu lingkungan di luar
suatu organisme yang terdiri atas benda atau faktor alam yang
tidak hidup, seperti bahan kimia, suhu, cahaya, gravitasi,
atmosfer, dan lainnya, (2) lingkungan hidup (biotik), yaitu
lingkungan di luar suatu organisme yang terdiri atas organisme
hidup, seperti tumbuhan, hewa, dan manusia.21
Lingkungan adalah seluruh faktor luar yang mempengaruhi
suatu organisme, faktor-faktor ini dapat berupa organisme hidup
(biotic factor) atau variabel-variabel yang tidak hidup (abiotic
factor) misalnya suhu, curah hujan, panjangnya siang, angin, serta
arus-arus laut.22
UU Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal-1, menjelaskan bahwa
lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lain.23
Lingkungan diartikan sebagai kombinasi antara kondisi fisik dan
kelembagaan. Kondisi fisik mencakup keadaan sumber daya
alam seperti tanah, air, energi surya, udara, mineral, serta flora
dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan.
Sedangkan bagian kelembagaan dari lingkungan adalah ciptaan
manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan
fisik itu.24
20 Ibid, h. 25 21 Ibid, h. 25 22 HR. Mulyanto, Ilmu Lingkungan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 1 23 Ibid, h. 1 24 M. Suparmoko, Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, (Yogyakarta: BPFE,
2012), h. 3
25
Lingkungan adalah suatu sistem kompleks yang berada di
luar individu yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
organisme.25
Dapat disimpulkan penulis bahwa lingkungan merupakan
bagian dari unsur kehidupan di dunia dengan cakupan yang sangat
luas yang meliputi dua faktor yaitu biotik dan abiotik seperti
manusia itu sendiri, hewan, tumbuhan, ruang, daya, keadaan, suhu,
curah hujan, panjangnya siang, angin, arus-arus laut dan sebagainya
yang semuanya saling mempengaruhi satu dengan lainnya.
Berdasarkan Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Pokok
Lingkungan Hidup No. 23 Tahun 1997, unsur-unsur lingkungan
hidup adalah:
1) Sumber daya manusia
2) Sumber daya hayati
3) Sumber daya non hayati
4) Sumber daya buatan
Namun, ada konsep lain yang menyebutkan bahwa
lingkungan hidup disusun oleh unsur ABC yaitu:
1) Abiotic environment, komponen lingkungan fisik (SDA non
hayati)
Komponen sumber daya non hayati (abiotik) merupakan
komponen benda-benda mati dan keadaan fisik seperti air,
tanah, udara, suhu, kelembaban, angin dan lain-lain. Sumber
alam abiotik tidak memiliki kemampuan untuk bertambah
banyak, non renewable resources, seperti minyak bumi, batu
bara dan lain-lain. Karena keterbatasan sumber daya abiotik
diperlukan adanya kebijakan dalam penggunaan dan
pemanfaatannya untuk dapat mendukung pemenuhan kebutuhan
manusia.
25 Nasruddin Anshoriy Ch dan Sudarsono, Kearifan Lingkungan dalam Perspektif Budaya
Jawa, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h. 2
26
Dalam UUPLH tahun 1997 terdapat ketentuan perlindungan
sumber daya alam non hayati yang meliputi tentang air, tanah,
udara, bahan galian, bentang alam dan formasi geologis
(perwujudan alam yang penting untuk ilmu pengetahuan).
Tanah merupakan sumber daya alam yang paling
strategis dan dimungkinkan sangat rawan akan konflik. Tanah
adalah sumber daya lahan untuk melakukan pembangunan, tapi
sifatnya terbatas sehingga perlu diperhatikan agar tanah tidak
rusak ataupun diterlantarkan. Untuk itu diterapkan wacana
pengelolaan tata ruang atau tata guna tanah dalam rangka
melindungi kelestariannya.
Air adalah sumber utama kehidupan manusia. Karena
mempengaruhi hajat hidup orang banyak pemerintah
menerapkan tata guna air, dimana pengelolaan didasarkan tidak
hanya pada penggunaan tapi juga pengembangan dan
pemanfaatan air atau sumber air guna meningkatkan taraf hidup
rakyat. Air di muka bumi meliputi:
a) Air Tawar, dari darat: Air permukaan yaitu sungai, danau
rawa dan salju, air bawah tanah
b) Air Asin, berupa air laut.
2) Biotic environment, komponen biologi (SDA hayati)
Sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur hayati di
alam yang terdiri dari sumber daya alam nabati (tumbuhan) dan
sumber daya alam hewani (satwa) yang bersama dengan unsur
non hayati di sekitarnya secara keseluruhan membentuk
ekosistem (UUPLH No. 23 tahun 1997).
Sumber daya alam hayati (biotik) berupa semua
tumbuhan dan tanaman (flora), hewan (fauna), mikroba dan
jasad renik lainnya yang hidup di darat, laut dan udara. Sumber
daya ini memiliki sifat dapat diperbaharui, yaitu dengan cara
memperbanyak diri melalui perkembangbiakan. Karena sifat
27
inilah maka sumber daya hayati disebut juga dengan renewable
resources.
Tumbuhan sebagai sumber hayati dapat digunakan
untuk:
a) Penghasil bahan dasar obat-obatan, contoh: jahe, kunyit.
b) Penghasil minyak nabati, contoh: kelapa.
c) Tanaman hias, contoh: anggrek, mawar.
d) Penghasil pangan, contoh: padi, gandum.
e) Penghasil kayu, contoh: pohon jati, meranti.
f) Mengatasi pencemaran lingkungan, contoh tumbuhan yang
dapat menyerap zat pencemar adalah enceng gondok (di
perairan). Sedangkan di darat tumbuhan dapat menyerap
pencemaran dari asap-asap industri maupun sarana
transportasi.
Dalam kehidupan sehari-hari terdapat kerancuan istilah
antara tumbuhan dan tanaman. Tumbuhan adalah semua
kelompok flora yang hidupnya terjadi secara alami, seperti hutan
primer (hutan yang terbentuk tanpa ada campur tangan
manusia). Sedangkan tanaman adalah kelompok flora yang
hidup karena ditanam oleh manusia, termasuk didalamnya
tanaman budidaya untuk pangan dan industri.
Hewan (satwa) memiliki peran dalam kehidupan
manusia sebagai:
a) Sumber protein hewani, contoh: ikan, ayam.
b) Bahan sandang, contoh: domba.
c) Penyerbuk bunga, contoh: serangga.
d) Penyubur tanaman, contoh: cacing.
e) Pembasmi hama, contoh: ular, burung sebagai pengendali
hama biologis.
28
Sumber daya alam hayati, terutama di Indonesia,
memiliki keanekaragaman (diversifikasi) jenis yang sangat
tinggi, baik yang hidup di darat maupun perairan.
3) Cultural environment, komponen kebudayaan (SDM, SD
buatan)
Lingkungan hidup manusia tidak dapat dipisahkan dari
lingkungan hidup (fisik, biologis, geografis, sosio-budaya dan
ekonomis). Ada beberapa model interaksi antara manusia
dengan lingkungannya, antara lain:
a) Manusia sangat dipengaruhi oleh lingkungan fisik (fisis
determinis).
b) Manusia mempengaruhi lingkungan fisik (possibilisme).
c) Manusia dan lingkungan fisik saling mempengaruhi
(immanimisme).
d) Kebudayaan menjadi perantara hubungan antara manusia
dengan lingkungan (probabilisme).
Sumber daya buatan merupakan hasil dari campur tangan
manusia, ilmu dan teknologi sehingga alam berubah menjadi
lingkungan binaan (tidak alami). Sumber daya buatan ini
meliputi bendungan, waduk, instalasi energi, perumahan,
pemukiman dan lainnya. Perubahan sifat lingkungan dari yang
alami menjadi tidak alami cenderung mengakibatkan kerusakan
lingkungan karena banyaknya rantai ekosistem yang terputus
sehingga mempengaruhi nilai-nilai lingkungan alami. Pada saat
ini kecenderungan pembangunan yang dilakukan manusia lebih
mengutamakan kepentingan ekonomis daripada kepentingan
ekologis. Apalagi jumlah penduduk terus bertambah sehingga
sumber daya binaan pun makin meluas.26
26 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pokok Lingkungan Hidup diakses
01/08/2018 pkl 01:02 wib.
29
b. Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik adalah segala benda mati dan keadaan fisik
yang ada disekitar individu-individu, seperti batu-batuan, mineral,
air, udara, unsur-unsur iklim, cuaca, suhu, kelembapan, angin, faktor
gaya berat, dan lain-lain.27
Lingkungan fisik atau yang disebut lingkungan abiotik adalah
istilah yang biasanya digunakan untuk menyebut sesuatu yang tidak
hidup (benda-benda mati). Komponen abiotik merupakan komponen
penyusun ekosistem yang terdiri dari benda-benda tak hidup. Secara
terperinci, komponen abiotik merupakan keadaan fisik dan kimia di
sekitar organisme yang menjadi medium dan substrat untuk
menunjang berlangsungnya kehidupan organism tersebut.
Beberapa contoh komponen abiotik adalah sebagai berikut:
1) Air
Hampir semua makhluk hidup membutuhkan air. Karena
itu,air merupakan komponen yang sangat vital bagi kehidupan.
Sebagian besar tubuh makhluk hidup tersusun oleh air dan tidak
ada satupun makhluk hidup yang tidak membutuhkan air.
Meskipun demikian, kebutuhan organisme akan air tidaklah
sama antara satu dengan yang lainnya. Begitu pula dengan
ketersediaan air di suatu daerah, tidak sama antara daerah satu
dengan yang lainnya.
Hal ini juga akan mempengaruhi cara hidup organisme
yang ada di daerah-daerah tersebut. Misalnya hewan yang hidup
di daerah gurun akan memiliki kapasitas penggunaan air yang
relatif sedikit sebagai penyesuaian terhadap lingkungan
hidupnya yang miskin air. Berbagai jenis tumbuhan yang ada
juga beradaptasi dengan keadaan tersebut, salah satunya dengan
27 Imam Supardi, Lingkungan Hidup dan Kelestariannya, (Bandung: P.T. Alumni, 2003),
h. 2
30
membentuk daun yang tebal dan sempit sehingga mengurangi
penguapan, contohnya adalah tumbuhan kaktus.
Air merupakan faktor yang sangat penting dalam
mendukung kehidupan, baik untuk hewan maupun untuk
tumbuh-tumbuhan. Banyaknya air untuk mendukung kehidupan
setiap species adalah tidak sama. Ada yang hanya memerlukan
sedikit air saja untuk hidupnya seperti tumbuh-tumbuhan
xerophyt dan hewan-hewan yang hidup di padang pasir karena
mereka ini mempunyai adaptasi tertentu yang memungkinkan
mereka hidup dalam kekeringan. Ada yang memerlukan banyak
air untuk hidupnya seperti hewan-hewan yang hidup di air dan
tumbuh-tumbuhan mexophy yaitu tumbuh-tumbuhan di darat
dan hewan-hewannya memerlukan air secukupnya, di antara
kedua hal tersebut.
Untuk manusia sendiri dalam menunjang kehidupannya,
air merupakan hal yang vital. Agar didapatkan kehidupan yang
sehat dan bersih, diperlukan banyak air yang bersih. Yang
dimaksudkan dengan air yang bersih ialah air yang tidak
berwarna, tidak berbau dan tidak mengandung zat-zat yang
dapat mengganggu kesehatan tubuhnya. Air bisa berperan
sebagai penyebar penyakit yang akhirnya dapat mengganggu
kesehatan dan lingkungan hidup manusia. Di samping sebagai
keperluan pokok untuk keperluan tubuh, air juga penting dalam
membantu bermacam-macam proses baik itu dalam rangka
penggalian dan pengelolaan atau pengolahan sumber-sumber
alam untuk menunjang kehidupan manusia maupun untuk
memproses bahan-bahan yang diperlukan manusia.28
28 Imam Supardi, Lingkungan Hidup dan Kelestariannya, (Bandung: P.T. Alumni, 2003),
h. 21-22
31
2) Udara
Udara sangat penting bagi kehidupan di bumi ini.
Oksigen diperlukan manusia dan hewan untuk bernapas atau
karbondioksida yang diperlukan tumbuhan untuk berfotosintesis
juga berasal dari udara. Bahkan bumi pun dilindungi oleh
atmosfer yang merupakan lapisan-lapisan udara.
Polusi Udara tersebut berasal dari kegiatan mesin-mesin
produksi pabrik yang pembuangan limbah asapnya melalui
cerobong perusahaan, terutama perusahaan yang dalam produksi
lebih banyak melakukan kegiatan pembakaran.
Berikut ndikator Polusi udara adalah sebagai berikut:
a) Indikator Fisik
Untuk mengetahui adanya sifat-sifat udara yang
dapat diamati. Udara yang bersih seharusnya tidak berwarna
dan tidak berbau. Adanya warna atau bau pada udara
menunjukan adanya polutan.
b) Indikator Kimia
Konsentrasi senyawa-senyawa polutan di udara
dapat menjadi indikator polusi udara. Kandungan senyawa
kimia di udara secara normal terutama adalah N2
(Nitrogen). Senyawa gas lainnya seperti karbon monoksida
(CO), sulfur dioksida (SO2), ozon (O2) dan materi partikulat
(debu).
c) Indikator Biologi
Polusi udara dapat diamati dari makhluk hidup
lumut keras (Lichenes). Makhluk hidup ini banyak
ditemukan menempel di batang pohon atau di permukaan
batuan. Lumut keras dapat dijadikan indikator polusi udara
karena makhluk hidup ini memiliki tingkat sensivitas tinggi.
32
3) Cahaya matahari
Keadaan udara di suatu tepat dipengaruhi oleh cahaya
matahari, kelembapan, dan juga temperatur (suhu). Intensitas
cahaya matahari yang diterima oleh suatu daerah akan
mempengaruhi kelembaban atau kadar uap air di udara. Selain
itu, cahaya matahari juga menyebabkan peningkatan suhu atau
temperatur udara. Adanya perbedaan temperatur menyebabkan
terjadinya perbedaan tekanan udara, sehingga udara mengalir
atau bergerak membentuk angin. Kesemuanya memberikan
pengaruh bagi organisme.
Cahaya matahari merupakan sumber energi utama semua
makhluk hidup, karena dengannya tumbuhan dapat
berfotosintesis. Sedangkan keberadaan uap air di udara akan
mempengaruhi kecepatan penguapan air dari permukaan tubuh
organisme. Organisme yang hidup di daerah panas (suhu udara
tinggi dan kelembaban rendah) akan berupaya untuk
mengurangi penguapan air dari dalam tubuh, misalnya unta yang
merupakan hewan khas padang pasir. Sedangkan beruang kutub,
karena hidup di lingkungan yang sangat dingin, beradaptasi
dengan memiliki rambut yang tebal.
Selain perbedaan suhu udara juga bisa menimbulkan
angin, yaitu aliran udara akibat perbedaan tekanan. Sehingga
organisme akan menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut.
Contohnya pada tumbuhan. Tumbuhan yang hidup di daerah
dengan angin yang kencang, daerah pantai misalnya,
membentuk sistem perakaran yang kuat dan batang yang elastis
supaya tidak mudah patah ketika diterpa angin. Contohnya jenis
tumbuhan tersebut adalah cemara udang.
33
4) Tanah
Keberadaan suatu ekosistem juga dipengaruhi oleh
kondisi tanah. Bila bumi hanya berisi batu dan logam, tanpa ada
tanah maka tidak akan ada berbagai jenis tumbuhan dan
organisme lainnya.
Tanah merupakan tempat hidup bagi berbagai jenis
organisme, terutama tumbuhan. Adanya tumbuhan akan
menjadikan suatu daerah memiliki berbagai organisme pemakan
tumbuhan dan organisme lain yang memakan pemakan
tumbuhan tersebut. Sebagai perbandingan adalah tanah yang
subur dengan tanah yang tandus. Kualitas tanah bisa dilihat dari
derajat keasaman (pH), tekstur (komposisi partikel tanah), dan
kandungan garam mineral atau unsur hara.
Berikut ini ciri-ciri kesuburan tanah adalah sebagai
berikut :
a) Memiliki lapisan humus tebal
b) Memiliki pH tanah netral
c) Tekstur lempung
d) Kaya dengan biota tanah
e) Dapat ditumbuhi berbagai macam tanaman.
Berikut ini indikator kesuburan tanah adalah sebagai
berikut :
a) Kapasitas absorbsi
b) Tingkat kejenuhan basa
c) Kandungan liat
d) Kandungan bahan organik.
5) Topografi
Topografi adalah letak suatu tempat dipandang dari
ketinggian di atas permukaan air laut atau dipandang dari garis
bujur dan garis lintang. Topografi yang berbeda menyebabkan
perbedaan penerimaan intensitas cahaya, kelembaban, tekanan
34
udara, dan suhu udara, sehingga topografi dapat
menggambarkan distribusi makhluk hidup.
6) Iklim
Iklim merupakan keadaan cuaca rata-rata di suatu tempat
yang luas dalam waktu yang lama (30 tahun), terbentuk oleh
interaksi berbagai komponen abiotik seperti kelembaban
udara,suhu, curah hujan, cahaya matahari, dan lain sebagainya.
Iklim mempunyai hubungan yang erat dengan komunitas
tumbuhan dan kesuburan tanah. Contohnya adalah di daerah
yang beriklim tropis, seperti Indonesia, memiliki hutan yang
lebat dan kaya akan keanekaragaman hayati yang disebut hutan
hujan tropis sedang kan di daerah subtropis hutan seperti itu
tidak dijumpai.29
c. Kondisi Sosial Ekonomi
Menurut Singarimbum dan Penny dalam Imam Nawawi
kondisi sosial ekonomi adalah keadaan struktur sosial ekonomi
masyarakat dalam suatu daerah. Dengan empat parameter yang
digunakan untuk mengukur kondisi sosial ekonomi yaitu: mata
pencaharian, pendidikan, kesehatan, dan transportasi.30
Menurut Bintarto dalam Imam Nawawi kondisi sosial ekonomi
adalah sutau usaha bersama dalam suatu masyarakat untuk
menanggulangi atau mengurangi kesulitan hidup. Dengan lima
parameter yang dapat digunakan untuk mengukur kondisi sosial
ekonomi yaitu: usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
pekerjaan, dan pendapatan.31
Menurut Sumardi dalam Basrowi dan Juariyah kondisi sosial
ekonomi adalah suatu kedudukan yang diatur secara sosial dan
menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam masyarakat,
29 https://id.wikipedia.org/wiki/Abiotik, diakses tanggal 16 November 2017 pukul 17.53 30 Imam Nawawi, Pengaruh Keberadaan Industri Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi dan
Budaya Masyarakat (Studi Kasus di Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung),
Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 2014, h. 18 tidak dipublikasikan 31 Ibid., h. 19
35
pemberian posisi itu disertai pula dengan seperangkat hak dan
kewajiban yang harus dimainkan oleh pembawa status.32
Berdsarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa
kondisi sosial ekonomi merupakan sutau usaha dari masyarakat
untuk menanggulangi atau mengurangi kesulitan hidup serta dalam
memenuhi kebutuhan hidup. Dengan menggunakan beberapa
parameter untuk kondisi sosial ekonomi antara lain: usia, jenis
kelamin, mata pencaharian, pendidikan, kesehatan, dan pendapatan.
Pada akhirnya faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi tingkat
kesejahteraan. Jadi kondisi sosial ekonomi merupakan segala sesuatu
yang berkenaan dengan masyarakat terutama dalam kaitannya untuk
mencapai kesejahteraan dengan cara memanfaatkan tenaga, waktu,
dan sebagainya.
Keberadaan industri di suatu daerah dalam skala industri
besar maupun skala indusrti kecil akan memberi pengaruh dan
membawa perubahan terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat
sekitarnya baik secara langsung maupun tidak langsung seperti
tersedianya lapangan pekerjaan dan akan berpengaruh pada tingkat
pendapatan masyarakat. Tumbuh kembangnya industri di tengah-
tengah masyarakat dapat memberikan peluang adanya kesempatan
kerja.
Kondisi sosial ekonomi yang di maksud dalam penelitian ini
adalah gambaran umum mengenai keadaan sosial ekonomi
masyarakat Desa Wanarata yang bekerja di industri bata merah,
meliputi tingkat pendidikan, kesehatan, pendapatan, dan kepemilikan
fasilitas hidup. Adapun secara umum perbaikan kondisi sosial
ekonomi tersebut dijelaskan sebagai berikut:
32 Basrowi dan Siti Juariyah, Analisis Kondisi Sosial Ekonomi dan Tingkat Pendidikan
Masyarakat Desa Srigading Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur, Jurnal
Ekonomi dan Pendidikan, Vol. 7 Nomor 1, 2010, h. 60
36
1) Pendidikan
John Dewey dalam Hasbullah memaknai pendidikan
sebagai “proses pembentukan kecakapan-kecakapan
fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan
sesama manusia”.33
Langeveld dalam Hasbullah memberikan pengertian
pendidikan ialah setiap usaha pengaruh, perlindungan dan
bantuan yang diberikan kepada anak tertuju pada
pendewasaan anak itu, atau lebih tepatnya membantu anak
agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.
Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (yang diciptakan
oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup
sehari-hari dan sebagainya). Dan ditujukan kepada orang
yang belum dewasa.34
Menurut Ihsan dalam Zurinal dan Wahdi Sayuti
pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi-potensi pembawaan, baik potensi
jasmani dan rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam
masyarakat dan kebudayaan.35
Pendidikan yang sejatinya merupakan alat atau media
untuk menggali kemampuan dan intelektualitas manusia juga
memiliki fungsi, “Fungsi utama pendidikan ialah
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak,
kepribadian serta peradaban yang bermartabat dalam hidup dan
kehidupan atau dengan kata lain pendidikan berfungsi
memanusiakan manusia agar manusia menjadi yang benar sesuai
dengan norma yang dijadikan landasan.36
Selain fungsi, pendidikan juga memiliki tujuan,
tujuannya adalah sebuah hal mutlak dari pendidikan karena
33 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2008),
h. 2 34 Ibid. 35 Zurinal dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan: Pengantar & Dasar-Dasar Pelaksanaan
Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h.1 36 Abdul Kadir, dkk, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2012), h. 81
37
inilah yang menjadi tolak ukur serta arah bagi suatu pendidikan.
Tujuan pendidikan menurut Langeveld dalam abdul Kadir dkk,
dibedakan menjadi enam bagian, namun penulis mengambil
pandangannya yang bersifat umum tentang tujuan pendidikan
menurutnya, bahwa “tujuan umum yang akan dicapai di akhir
proses pendidikan yaitu tercapainya kedewasaan jasmani dan
rohani peserta didik”.37
Pemenuhan atas hak untuk mendapatkan pendidikan
yang bermutu merupakan ukuran keadilan dan pemerataan atas
hasil pembangunan dan sekaligus merupakan investasi sumber
daya manusia yang diperlukan untuk mendukung
keberlangsungan pembangunan. Pemerataan, akses dan
peningkatan mutu pendidikan akan membuat warga negara
Indonesia memiliki kecakapan dalam rangka pembangunan
manusia seutuhnya. Beberapa indikator output yang dapat
menunjukkan kualitas pendidikan SDM antara lain Angka
Partisipasi Sekolah (APS), dan Angka Partisipasi Murni (APM).
Indikator input pendidikan salah satunya adalah fasilitas
pendidikan.
a) Angka Partisipasi Sekolah (APS)
Salah satu tujuan dari Millenium Development
Goals (MDGs) adalah menjamin bahwa sampai dengan
tahun 2015 semua anak, baik laki-laki maupun perempuan
dapat menyelesaikan pendidikan dasar (primary schooling).
Salah satu indikator yang dapat digunakan adalah Angka
Partisipasi Sekolah (APS) untuk menilai pencapaian MDGs
yaitu melihat akses pendidikan pada penduduk usia sekolah.
Penduduk usia sekolah tersebut kemudian digolongkan pada
kelompok usia 1) 7-12 tahun; 2) 13-15 tahun; dan 3) 16-18
tahun.
37 Ibid., h. 81
38
b) Angka Partisipasi Murni (APM)
Angka Partisipasi Murni (APM) merupakan
persentase jumlah anak yang sedang bersekolah pada
jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya terhadap
jumlah seluruh anak pada kelompok usia sekolah yang
bersangkutan. Secara sederhana APM dikelompokkan ke
dalam: 1) Sekolah Dasar; 2) Sekolah Menengah Pertama;
dan 3) Sekolah Menengah Atas atau Kejuruan.38
2) Pendapatan
Menurut Sumardi dalam Endang mengemukakan bahwa
pendapatan yang diterima oleh penduduk akan dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan yang dimilikinya. Pendapatan merupakan
jumlah semua pendapatan kepala keluarga maupun anggota
lainnya yang diwujudkan dalam bentuk uang atau barang.39
Tingkat ekonomi masyarakat disesuaikan dengan
pendapatan dibagi menjadi 3 (tiga) tingkatan yaitu:
a) Ekonomi tinggi, golongan yang berpenghasilan tinggi
adalah golongan yang mempunyai penghasilan atas
pekerjaannya jauh lebih besar dibandingkan dengan
kebutuhan pokoknya. Kebutuhan pokok adalah kebutuhan
esensial yang sedapat mungkin harus dipenuhi. Kebutuhan
esensial ini seperti makanan, pakaian, perumahan,
kesehatan, pendidikan, partisipasi, transportasi, perawatan
pribadi dan rekreasi.
b) Ekonomi sedang/menengah, golongan berpenghasilan
sedang sudah dekat dengan golongan yang berpenghasilan
tinggi. Ini berarti golongan yang berpenghasilan ekonomi
38
Badan Pusat Statistik, Indikator Kesejahteraan Rakyat 2015, (Jakarta: Badan Pusat
Statistik, 2015) h. 85. 39 Endang Sri Indrawati, Status Sosial Ekonomi dan Intensitas Komunikasi Keluarga
Pada Ibu Rumah Tangga di Panggung Kidul Semarang Utara, Jurnal Psikologi Undip, Vol. 14,
No. 1, April, 2015, h. 54-55
39
sedang cenderung masih dapat menyi-sihkan hasil kerjanya
untuk kebutuhan lain yang sifatnya tidak esensial.
c) Ekonomi rendah adalah golongan miskin yang memperoleh
pendapatannya sebagai imbalan atas pekerjaanya yang
jumlahnya sangat sedikit apabila dibandingkan pemenuhan
kebutuhan pokoknya. Kebutuhan esensial tidak dapat
terpenuhi maksimal.
Berdasarkan jenisnya, Biro Pusat Statistik membedakan
pendapatan menjadi dua yaitu sebagai berikut:
d) Pendapatan Berupa Barang
Pendapatan berupa barang merupakan segala
penghasilan yang bersifat regular dan biasa, akan tetapi
tidak selalu berupa balas jasa dan diterimakan dalam bentuk
barang atau jasa. Barang dan jasa yang diterima/diperoleh
dinilai dengan harga pasar sekalipun tidak di imbangi
ataupun disertai transaksi uang oleh yang menikmati barang
dan jasa tersebut. Demikian juga penerimaan barang secara
cuma-cuma, pembelian barang dan jasa dengan harta
subsidi atau reduksi dari majikan merupakan pendapatan
berupa barang.
e) Pendapatan Berupa Uang
Berdasarkan bidang kegiatannya, pendapatan
meliputi pendapatan sektor formal dan pendapatan sektor
informal. Pendapatan sektor formal adalah segala
penghasilan baik berupa barang atau uang yang bersifat
regular dan diterimakan biasanya balas jasa di sektor formal
yang terdiri dari pendapatan berupa uang, meliputi: gaji,
upah dan hasil infestasi dan pendapatan berupa barang-
barang meliputi: beras, pengobatan, transportasi,
perumahan, maupun yang berupa rekreasi. Sedangkan
pendapatan sektor informal adalah segala penghasilan baik
40
berupa barang maupun uang yang diterima sebagai balas
jasa di sektor informal yang terdiri dari pendapatan dari
hasil infestasi, pendapatan yang diperoleh dari keuntungan
sosial, dan pendapatan dari usaha sendiri, yaitu hasil bersih
usaha yang dilakukan sendiri, komisi dan penjualan dari
hasil kerajinan rumah.
Pendapatan yang diterima oleh penduduk akan
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimilikinya. Dengan
pendidikan yang tinggi mereka akan dapat memperoleh
kesempatan yang lebih luas untuk mendapatkan pekerjaan yang
lebih baik disertai pendapatan yang lebih besar. Sedangkan bagi
penduduk yang berpendidikan rendah akan mendapat pekerjaan
dengan pendapatan yang kecil.40
3) Kesehatan
Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam
semua aspek. Secara keseluruhan kesehatan dicapai melalui
kombinasi dari fisik, mental, dan kesejahteraan sosial
ekonomi.41
Kesehatan menjadi modal dasar untuk dapat
melangsungkan hidupnya.
Sebagaimana pengertian kesehatan menurut (Organisasi
Kesehatan Dunia WHO) Tahun 1948 menyebutkan bahwa
pengertian kesehatan adalah sebagai “Suatu keadaan fisik,
mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan
penyakit atau kelemahan.” Sedangkan menurut Ridley kesehatan
merupakan unsur penting agar kita menikmati hidup yang
berkualitas, baik di rumah maupun dalam pekerjaan. Kesehatan
juga merupakan faktor penting menjaga keberlangsungan sebuah
40 Fatimah Djafar, Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Motivasi
Belajar Anak, Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Vol. 2, No. 1, Februari, 2014, h. 5 41 Charis Christiani, Pratiwi, dan Bambang, Analisis Dampak Kepadatan Penduduk
Terhadap Kualitas Hidup Masyarakat Provinsi Jawa Tengah, Jurnal Ilmiah, h. 104
41
organisasi.42
Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik
kesimpulannya bahwa kesehatan merupakan unsur penting agar
kita menikmati hidup yang berkualitas baik itu keadaan fisik,
mental, maupun sosial kesejahteraan manusia baik di rumah
maupun dalam pekerjaan dan juga Kesehatan juga merupakan
faktor penting menjaga keberlangsungan sebuah organisasi.
Terciptanya kondisi sehat harus dilakukan agar kesehatan
itu terpelihara, usaha – usaha tersebut sebagaimana diungkapkan
oleh Entjang (dalam Imam Nawawi) yaitu :
a) Memelihara kebersihan
b) Konsumsi makanan yang sehat
c) Cara hidup yang teratur
d) Meningkatkan daya tahan tubuh dan kesehatan jasmani
e) Meningkatkan taraf kesehatan rohaniah
f) Melengkapi rumah dengan fasilitas yang menjamin hidup
sehat
g) Pemeriksaan kesehatan.43
Uraian di atas menjelaskan bahwa begitu banyak usaha
yang bisa dilakukan dalam menciptakan kesehatan, sehingga
kesehatan tersebut terjaga, seperti pemeliharaan kebersihan baik
itu jasmani maupun rohaniah. Kesehatan masyarakat menjadi
indikator yang penting dalam melihat kondisi sosial ekonominya,
karena dengan kesehatan yang baiklah para masyarakat dapat
melakukan aktifitas kesehariannya dengan baik.
42 Achmad Suaeb, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (Studi Kasus: Pembersih Kaca
Jendela), Jurnal Ilmiah, Vol. 100, 2016, h. 3 43 Imam Nawawi, Pengaruh Keberadaan Industri Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi dan
Budaya Masyarakat (Studi Kasus di Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung),
Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 2014, h. 23 tidak dipublikasikan
42
4) Kepemilikan Fasilitas Hidup
Pemilikan kekayaan atau fasilitas adalah kekayaan dalam
bentuk barang-barang di mana masih bermanfaat dalam
menunjang kehidupan ekonominya. Fasilitas atau kekayaan itu
antara lain: barang-barang berharga dan jenis kendaraan pribadi.
Barang-barang yang berharga tersebut antara lain: tanah, sawah,
rumah dan lain-lain.44
Rumah merupakan salah satu kebutuhan primer,
kebutuhan yang paling mendasar yang tidak dapat dilepaskan
dari kehidupan manusia sekaligus merupakan faktor penentu
indikator kesejahteraan rakyat. Rumah selain sebagai tempat
tinggal, juga dapat menunjukkan status sosial seseorang, yang
berhubungan positif dengan kualitas/kondisi rumah. Semakin
tinggi status sosial seseorang semakin besar peluang untuk
memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal dengan kualitas yang
lebih baik. Selain itu rumah juga merupakan sarana
pengamanan dan pemberian ketentraman hidup bagi manusia
dan menyatu dengan lingkungannya. Kualitas lingkungan
rumah tinggal mempengaruhi status kesehatan penghuninya.
a) Status Kepemilikan Rumah Tinggal
Status kepemilikan rumah tinggal merupakan salah
satu indikator untuk melihat tingkat kesejahteraan dan
juga peningkatan taraf hidup masyarakat. Kondisi
ekonomi rumah tangga sangat berpengaruh terhadap
kepemilikan rumah tinggal. Status kepemilikan rumah
tinggal yang dicakup di sini adalah rumah milik sendiri,
kontrak, sewa, bebas sewa, rumah dinas, rumah milik
orang tua/saudara atau status rumah kepemilikan lainnya.
Rumah tangga yang menempati rumah milik sendiri dapat
44 Fatimah Djafar, Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Motivasi
Belajar Anak, Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Vol. 2, No. 1, Februari, 2014, h. 5
43
dikatakan telah mampu memenuhi kebutuhan akan tempat
tinggal yang terjamin dan permanen dalam jangka
panjang.
b) Fasilitas yang Dimiliki
Kualitas kenyamanan rumah tinggal ditentukan oleh
kelengkapan fasilitas rumah tinggal, seperti tersedianya air
bersih, sanitasi yang layak, serta penerangan yang baik.
Ketersediaan dalam jumlah yang cukup terutama untuk
keperluan minum dan masak dapat bersumber dari air
kemasan, air isi ulang maupun air dari ledeng. Sedangkan
penyediaan sarana jamban merupakan bagian dari usaha
sanitasi yang cukup penting peranannya. Jika ditinjau dari
sudut kesehatan lingkungan, pembuangan kotoran manusia
yang tidak saniter akan mencemari lingkungan terutama
tanah dan sumber air.
Fasilitas rumah tinggal yang berkaitan dengan hal
tersebut adalah ketersediaan jamban sendiri dengan tangki
septik dan jamban sendiri namun belum menggunakan
tangki septik. Fasilitas perumahan lainnya yang juga
penting adalah penerangan. Sumber penerangan yang ideal
adalah yang berasal dari listrik (PLN dan Non PLN),
karena cahaya listrik lebih terang dibanding sumber
penerangan lainnya. Fasilitas lain yang dapat digunakan
untuk mengukur tingkat kesejahteraan adalah dengan
melihat fasilitas barang apa saja yang dimiliki. Barang-
barang tersebut dapat berupa emas maupun kendaraan.45
45
Badan Pusat Statistik, Indikator Kesejahteraan Rakyat 2015, (Jakarta: Badan Pusat
Statistik, 2015) h. 112.
44
B. Penelitian yang Relevan
Tabel 2.1
Penelitian yang Relevan
No Penulis Judul Persamaan Perbedaan Hasil
1. M.
Deismasuci,
D. Rohmat
dan Y. Malik.
Dampak
Industri Bata
Merah
Terhadap Kondisi
Lingkungan
di Kecamatan
Nagreg
Pada
penelitian ini
persamaannya
adalah peneliti sama-sama
meneliti
tentang industri bata
merah.
Perbedaannya
peneliti
melakukan
penelitian dengan
menggunakan
metode penelitian
deskriptif
sedangkan penulis
menggunakan
metode
penelitian deskritif
analisis
dengan pendekatan
Kuantitatif.
Keberadaan
industri bata
merah
memberikan dampak pada
lingkungan
sosial seperti memberikan
peluang
pekerjaan bagi
penduduk,
pendapatan,
dan tingkat pendidikan
serta dampak
kepada lingkungan
fisik seperti
lubang bekas
galian dan kerusakan
jalan.
2. Vina Pratiwi
Keterkaitan Antara
Industri Bata
Merah
Dengan Kondisi
Lingkungan
di Desa Leuwilaja
Kecamatan
Sindangwangi Kabupaten
Majalengka.
Pada penelitian ini
persamaannya
adalah peneliti
sama-sama meneliti
tentang
industri bata merah.
Perbedaannya ada pada
analisis data,
objek dan
subjek atas penelitian
Hasil Adanya
industri bata
merah
mempengaruhi kondisi
sosial
ekonomi penduduk
setempat,
baik pendapatan,
pendidikan,
dan
kepemilikan fasilitas
hidup.
3. Rofi Taufik Nugroho
Tingkat Kesejahteraa
n Rumah
Tangga
Pada penelitian ini
persamaannya
adalah peneliti
Perbedaannya yaitu pada
penelitian ini
teknik
Tingkat kesejahteraan
rumah
tangga
45
Pengrajin Industri Bata
Merah di
Kecamatan Pataruman
Jawa Barat
sama-sama meneliti
tentang
industri bata merah.
pengumpulan data
menggunakan
wawancara, dokumentasi
dan observasi.
Sedangkan
penulis teknik pengumpulan
data
menggunakan angket,
wawancara,
obsevasi dan dokumentasi
pengrajin bata merah di
Kecamatan
Pataruman Jawa Barat
sejahtera
berdasarkan
indikator-indikator dari
BPS tahun
2005.
C. Kerangka Berfikir
Menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1984 dalam Albert Napitupulu
industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi, atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih
tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan
perekayasaan industri.46
Menurut Badan Pusat Statistik, industri digolongkan menjadi empat
menurut banyaknya tenaga kerja, yaitu: 1) Industri Rumah Tangga adalah
industri yang menggunakan tenaga kerja antara 1-4 orang. Ciri industri ini
memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota
keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga
itu sendiri atau anggota keluarganya. 2) Industri Kecil adalah industri yang
tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang, Ciri industri kecil
adalah memiliki modal yang relative kecil, tenaga kerjanya berasal dari
lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. 3) Industri Sedang
adalah industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99 orang.
Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja
memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki
kemapuan manajerial tertentu. 4) Industri Besar adalah industri dengan
46 Albert Napitupulu, Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan Suatu Tinjauan
Teoritis dan Praktis, (Bogor: IPB Press, 2013), h. 54
Tabel 2.1 (Lanjutan)
46
jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ciri industri besar adalah memiliki
modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam bentuk pemilikan saham,
tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan perusahaan
dipilih melalui uji kemapuan dan kelayakan (fit and profer test).47
Dalam hal ini, peneliti lebih mengkhususkan pada industri kecil yaitu
industri bata merah.
Menurut UU Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal-1, menjelaskan bahwa lingkungan
adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk
hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.48
Lingkungan dibagi menjadi dua yaitu lingkungan fisik dan lingkungan
kondisi sosial ekonomi.
Lingkungan fisik atau yang disebut lingkungan abiotik adalah istilah
yang biasanya digunakan untuk menyebut sesuatu yang tidak hidup (benda-
benda mati). Komponen abiotik merupakan komponen penyusun ekosistem
yang terdiri dari benda-benda tak hidup. Secara terperinci, komponen abiotik
merupakan keadaan fisik dan kimia di sekitar organisme yang menjadi
medium dan substrat untuk menunjang berlangsungnya kehidupan organisme
tersebut. Lingkungan Fisik yang diukur dari indikator kondisi lingkungan
dibagi menjadi enam yaitu: air, udara, cahaya matahari, tanah, topografi, dan
iklim. Namun peneliti hanya mengukur 1) Air yang bersih dapat diukur dari
indikator yaitu air yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mengandung
zat-zat yang dapat mengganggu kesehatan tubuhnya. 2) Udara dapat diukur
dari indikator Fisik bahwa udara yang bersih seharusnya tidak berwarna dan
tidak berbau. Adanya warna atau bau pada udara menunjukan adanya polutan.
Indikator Kimia, kandungan senyawa kimia di udara secara normal terutama
adalah N2 (Nitrogen). Senyawa gas lainnya seperti karbon monoksida (CO),
47 Rofi Taufik Nugroho, “Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Pengrajin Industri Bata
Merah Di Kecamatan Pataruman Jawa Barat”, Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta, 2014, h.
14 48 Ibid, h. 1
47
sulfur dioksida (SO2), ozon (O2) dan materi partikulat (debu). Indikator
Biologi, polusi udara dapat diamati dari makhluk hidup lumut keras
(Lichenes). Makhluk hidup ini banyak ditemukan menempel di batang pohon
atau di permukaan batuan. Lumut keras dapat dijadikan indikator polusi udara
karena makhluk hidup ini memiliki tingkat sensivitas tinggi. 3) Tanah, berikut
ini indikator kesuburan tanah adalah sebagai berikut: Kapasitas absorbs,
tingkat kejenuhan basa, kandungan liat, kandungan bahan organik.
Menurut Sumardi dalam Basrowi dan Juariyah kondisi sosial ekonomi
adalah suatu kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan
seseorang pada posisi tertentu dalam masyarakat, pemberian posisi itu disertai
pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dimainkan oleh
pembawa status.49
Kondisi sosial ekonomi dibagi menjadi empat yaitu: 1) Pendidikan
yang diukur dari indikator ada dua yaitu Angka Partisipasi Sekolah (APS)
dan Angka Partisipasi Murni (APM), namun peneliti hanya mengukur dari
Angka Partisipasi Murni (APM). 2) Pendapatan yang diukur dari indikator
ada dua yaitu pendapatan berupa barang dan pendapatan berupa uang, namun
peneliti hanya mengukur dari pendapatan berupa uang. 3) Kesehatan yang
diukur dari indikator ada dua yaitu kesehatan di rumah dan kesehatan di
tempat kerja. 4) Kepemilikan Fasilitas Hidup yang diukur dari indikator ada
dua yaitu status kepemilikan hidup dan fasilitas yang dimiliki.
Kerangka berfikir secara keseluruhan dapat dilihat pada skema
kerangka berfikir. Seperti pada Gambar 2.1.
49 Basrowi dan Siti Juariyah, Analisis Kondisi Sosial Ekonomi dan Tingkat Pendidikan
Masyarakat Desa Srigading Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur, Jurnal
Ekonomi dan Pendidikan, Vol. 7 Nomor 1, 2010, h. 60
48
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Berfikir
Industri
Industri Bata Merah
Lingkungan Fisik
Air Cahaya
Matahari
Udara Pendapatan
(BPS)
Pendidikan
(BPS)
Kesehatan (Ridley)
Kepemilikan
Fasilitas Hidup (BPS)
Industri
Rumah
Tangga
Industri
Kecil
Industri
Sedang
Industri
Besar
Kondisi Sosial Ekonomi
Lingkungan
Tanah Topografi Iklim
APS APM
M
Barang Uang
Rumah
Pekerjaan
Status
Kepemilkan
Rumah
Tinggal
Fasilitas
yang
Dimiliki
(Imam
Supardi)
Indikator:
- Air yang
tidak
berwarna
- Air yang
tidak berbau
- Air yang tidak
mengandung zat-zat yang
dapat
mengganggu
kesehatan tubuhnya
(Wikipedia)
Indikator:
- Fisik: Udara
tidak berwarna
dan tidak
berbau
- Kimia:
Nirogen,
karbon monoksida,
sulfur
dioksida,
ozon, partikulat
- Biologi:
Lumut keras (Lichenes)
(Wikipedia)
Indikator:
- Kapasitas
absorbsi
- Tingkat
kejenuhan basa
- Kandungan
liat
- Kandungan
bahan
organik
Kondisi Lingkungan
Pengaruh Industri Bata Merah
Terhadap Kondisi Lingkungan di
Desa Wanarata Kecamatan
Bantarbolang Kabupaten Pemalang
49
D. Hipotesis Penelitian
Menurut Iskandar dalam Musfiqon hipotesis adalah pernyataan yang
masih harus diuji kebenarannya secara empirik. Sebab, hipotesis masih
bersifat dugaan, belum merupakan pembenaran atas jawaban masalah
penelitian.50
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
Ho: Tidak ada pengaruh positif dan signifikan industri bata merah terhadap
kondisi lingkungan di Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang
Kabupaten Pemalang.
Ha: Ada pengaruh positif dan signifikan industri bata merah terhadap kondisi
lingkungan di Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten
Pemalang.
50 M. Musfiqon, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya,
2012), cet ke-1, h. 46
50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini bertempat di Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang
Kabupaten Pemalang. Desa Wanarata adalah sebuah Desa yang terletak di
Kecamatan Bantarbolang, Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah.
Desa Wanarata dihimpit oleh dua sungai, sehingga menjadi tempat
yang indah dan subur. Wanarata sendiri diduga adalah Desa warisan dari
Kerajaan Majapahit, Pasundan serta Mataram. Sebagai bukti dari logat bicara
satu kelurahan tersebut, setiap dusun berbeda-beda, inilah suatu keunikan
tersendiri yang dimiliki oleh Desa Wanarata.
Desa Wanarata terdiri atas 10 Dukuh yaitu Dukuh Gudang, Dukuh
Benteng Karangsari, Dukuh Krajan III, Dukuh Krajan IV, Dukuh Krajan V-
Kalisirem, Dukuh Lenggak, Dukuh Kedungsambi, Dukuh Guluk, Dukuh
Mulyoharjo dan Dukuh Karangpucung.
Lokasi Desa Wanarata terletak di Pemalang bagian Selatan yang
termasuk dataran tinggi dan banyak pegunungan. Desa Wanarata terletak
antara 109°17'30"-109°40'30" BT dan 6°52'30"-7°20'11" LS. Dengan luas
wilayah luas wilayah 88.678,58 ha atau 617,52/Km, dengan batas-batas
wilayah:
Sebelah Utara : Desa Belik
Sebelah Selatan : Desa Bantarbolang
Sebalah Timur : Desa Suru
Sebelah Barat : Desa Banjarsari
51
Adapun Peta Lokasi Penelitian seperti disajikan pada Gambar 3.1
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian
Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2018
sampai bulan Desember 2019. Seperti disajikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian
No Keterangan Jan Feb Jul Agst Sept Okt Nov Des Jan
1 Revisi
proposal
skripsi
2 Penyusunan
instrumen
penelitian
3 Pengujian
instrumen
penelitian
4 Mengambil
data penelitian
52
5 Mengolah
data penelitian
6 Menyusun bab
4 dan bab 5
7 Melengkapi
lampiran
8 Sidang
munaqosah
9 Revisi skripsi
B. Metode Penelitian
Penggunaan metode akan berpengaruh pada keberhasilan penelitian,
oleh karena itu penelitian haruslah ilmiah dan proses yang digunakan dalam
penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis
sehingga penelitian dapat dipertanggung jawabkan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian survei
dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Iskandar “Penelitian survei adalah
penelitian yang dilakukan melalui pengamatan langsung terhadap suatu gejala
atau pengumpulan informasi dari populasi besar maupun kecil, tetapi data
yang dipelajari adalah data dari sampel sebagai mewakili data populasi
tersebut”.1 Penelitian kuantitatif adalah penelitian berupa angka-angka dan
analisis data menggunakan statistik. Metode ini digunakan untuk
mendapatkan data yang alamiah, dimana peneliti harus melakukan perlakuan
seperti mengedarkan angket dalam pengumpulan data. Dalam penelitian ini
peneliti berusaha untuk dapat mengetahui pengaruh industri bata merah
(Variabel Bebas) yang akan diberikan simbol X terhadap kondisi lingkungan
(Variabel Terikat) yang diberi simbol Y.
1 Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Jakarta : Referensi, 2013) hlm.
67
Tabel 3.1 (Lanjutan)
53
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari unit analisis atau hasil
pengukuran yang dibatasi oleh kriteria tertentu.2 Jadi populasi bisa
dikatakan sebagai sekelompok objek yang menjadi masalah penelitian
atau merupakan keseluruhan dari objek penelitian.
a. Populasi Wilayah
Populasi wilayah dalam penelitian ini adalah seluruh wilayah
di Desa Wanarata, terutama wilayah yang terdapat industri bata merah
yaitu Dukuh Lenggak dan Dukuh Kedungsambi yang berjumlah 7
industri bata merah.
b. Populasi Manusia
Populasi manusia dalam penelitian ini adalah seluruh
penduduk Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten
Pemalang yang memiliki total jumlah penduduk 11402 jiwa.
2. Sampel
Sampel adalah sekumpulan atau sebagian dari unit populasi yang
diperoleh melalui proses sampling tertentu.3
Pada penelitian ini menggunakan teknik sampel Probability
sampling. Probability sampling artinya penarikan sampel didasarkan atas
pemikiran bahwa keseluruhan unit populasi memiliki kesempatan yang
sama untuk dijadikan sampel.4 Dengan demikian, dalam rancangan ini
tidak terdapat deskriminasi unit populasi yang satu dengan yang lainnya.
Karena jumlah populasi diharapkan dapat mewakili populasi.
a. Sampel Wilayah
Sampel wilayah dalam penelitian ini adalah wilayah yang
terdapat industri bata merah yaitu RW 08 dan RW 09.
2 Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian, (Bandung: CV Mandar
Maju, 2011), h. 72 3 Ibid, h. 72 4 Burhan bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta : Kencana, 2005), hlm.116
54
b. Sampel Manusia
Sampel manusia dalam penelitian ini adalah 21 responden.
Peneliti mengambil sampel dengan cara total probability sampling
yang terdiri dari 7 pekerja industri bata merah dan 14 non pekerja
industri bata merah dan diambil dari 7 industri yang terdiri dari dua
Dukuh yaitu Dukuh Lenggak dan Dukuh Kedungsambi yaitu industri
bata merah Pak Yono, industri bata merah Pak Ahmad Khaeruzin,
industri bata merah Pak Ari Mustabik, industri bata merah Pak
Kasmari, industri bata merah Pak Saki, industri bata merah Pak
Siswono, industri bata merah Pak Sudarjo.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari peneliti adalah mendapatkan data.
Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.5
Pengumpulan data dalam penelitian ini terdapat dua sumber data yang
digunakan, yaitu sumber data primer merupakan sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data, sedangkan sumber data sekunder
merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul
data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.6
Teknik pengumpulan berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang
digunakan untuk mengumpulkan data. Untuk mengumpulkan data yang
diperlukan dalam penelitian, maka peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data berupa observasi dan kuesioner (angket).
5 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2014), Cet ke-20, h. 224 6 Ibid, h. 225
55
1. Kuesioner (angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada untuk dijawabnya.7
Pada penelitian ini angket ditujukan kepada penduduk sekitar
industri bata merah dan tenaga kerja bata merah di Desa Wanarata
Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang.
2. Wawancara
Menurut Muhamad “Wawancara adalah teknik untuk
mengumpulkan data yang akurat untuk keperluan proses pemecahan
masalah tertentu, yang sesuai dengan data”.8
Sedangkan menurut Sukandarrumidi dan Haryanto “Wawancara
yaitu suatu proses tanya jawab secara lesan antara interviewer (orang
yang menginterview) dengan interviewee (orang yang diinterview).9
Peneliti melakukan teknik wawancara dengan tujuan menggali
informasi mendalam dari responden mengenai hal yang akan diamati dan
sebagai studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan bentuk wawancara
sistematik, dimana peneliti terlebih dahulu menyiapkan pedoman
wawancara sebelum melakukan wawancara terhadap responden.
Alasan peneliti melakukan teknik pengumpulan data dengan
wawancara untuk memperdalam dan menguatkan data kuantitatif yang
diperoleh melalui angket.
Pada penelitian ini wawancara ditujukan Kepala Desa Wanarata
dan pengusaha industri bata merah di Desa Wanarata Kecamatan
Bantarbolang Kabupaten Pemalang.
7 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2014), Cet ke-20, h. 142 8 Muhamad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, (Jakarta : PT. Raja grafindo Persada,
2008) hlm. 151 9 Sukandarrumidi, Haryanto, Dasar-Dasar Penulisan Proposal Penelitian (Yogyakarta :
Gadjah Mada Press, 2014) hlm. 45
56
3. Observasi (pengamatan)
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja,
sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk
kemudian dilakukan pencatatan. Observasi sebagai alat pengumpul data
dapat dilakukan secara spontan dapat pula dengan daftar isian yang telah
disiapkan sebelumnya.10
Adapun yang akan diobservasi oleh peneliti adalah bahan baku,
bahan bakar, transportasi pemasaran, kondisi air, kondisi tanah, keadaan
udara, bentuk rumah, atat elektronik, sarana komunikasi, alat
transportasi.
4. Dokumentasi
Dokumen adalah kumpulan fakta dan data yang tersimpan dalam
bentuk teks atau artefak.11
Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan
data yang mendukung penelitian data-data tersebut didapat dari kantor
Desa Wanarata berupa monografi Desa, Badan Pusat Statistik (BPS)
Kabupaten Pemalang berupa data mengenai jumlah Industri Bata Merah
dan jumlah pekerja Industri Kecil Menengah (IKM).
E. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data meliputi kegiatan Editing, Skoring, Tabulasi. Dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Editing
Editing adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh
para pengumpul data. Tujuannya dari editing adalah untuk mengurangi
kesalahan atau kekurangan yang ada di dalam daftar pertanyaan yang
sudah diselesaikan sampai sejauh mungkin.12
10 Joko Subagyo, Metodologi Penelitian dalam Teori dan Praktik, (Bandung: Rineka
Cipta, 2011), h. 63 11 Musfiqon, Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Prestasi
Pustakaraya, 2012), hlm. 131. 12 Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara,
2016), Cet ke-15, h. 153
57
2. Skoring
Skoring adalah pemberian nilai pada setiap jawaban yang
dikumpulkan peneliti dari instrumen yang telah disebarkan. Setiap item
pertanyaan atau pernyataan yang dimunculkan dalam instrumen
dikualifikasikan dalam bentuk angka.13
3. Tabulasi
Tabulasi adalah peneliti membuat tabel yang formatnya
disesuaikan dengan jenis data yang telah diklasifikasi sebelumnya.
Melalui tabel ini dimaksudkan agar data penelitian lebih mudah dibaca
dan dianalisis menggunakan rumus statistik yang dipilih.14
F. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.15
1. Variabel Bebas (X)
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat.16
Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah industri bata
merah yang meliputi keberadaan Industri Bata Merah.
2. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas.17
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kondisi lingkungan
yang meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial ekonomi di Desa
Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang.
13 Musfiqon, Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Prestasi
Pustakaraya, 2012), h. 171 14 Ibid, h. 174 15 Rachmat Trijono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Depok: Papas Sinar Sinanti,
2015), h. 31 16 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2009), h. 39 17 Ibid.,
58
G. Instrumen Penelitian
Menurut Syofian Siregar, instrumen penelitian adalah suatu alat yang
dapat digunakan untuk memperoleh, mengolah dan menginterpretasikan
informasi yang diperoleh dari para responden yang dilakukan dengan
menggunakan pola ukur yang sama.18
Instrumen penelitian adalah berupa kisi-kisi atau berisi indikator-
indikator yang akan di teliti dan sebagai alat untuk mengukur fenomena yang
diteliti. Instrumen penelitian ini dibuat untuk mengungkapkan data mengenai
pengaruh industri bata merah terhadap kondisi lingkungan di Desa Wanarata
Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang.
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu industri bata merah
sebagai variabel X dan kondisi lingkungan sebagai variabel Y.
Dalam penelitian ini, teknik pengukuran data menggunakan skala
likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi
seseorang tentang gejala atau masalah yang ada dimasyarakat atau yang
dialaminya.
Cara interpretasi dapat berdasarkan sebagai berikut:
Angka : 0 – 25% : Sangat tidak setuju (sangat tidak baik)
Angka : 26 – 50% : Tidak setuju (tidak baik)
Angka : 51 – 75% : Setuju (baik)
Angka : 76 – 100% : Sangat setuju (sangat baik).19
Indikator variabel ini dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun
pertanyaan atau pernyataan yang akan diberikan kepada responden. Instrumen
yang akan disusun dan dilakukan dalam penelitian mengenai “Pengaruh
Industri Bata Merah Terhadap Kondisi Lingkungan di Desa Wanarata
Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang)”.
18 Syofian Siregar, Statsitik Parametrik Untuk Penelitian Kualitatif: Dilengkapi Dengan
Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), Cet. 1, hlm. 75 19 A. Aziz Alimul Hidayat, Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data,
(Jakarta : Salemba Medika, 2008) hlm. 90
59
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan terdiri dari kuesioner
atau angket, wawancara, pedoman observasi. Berikut kisi-kisi instrumen
angket tenaga kerja dan non tenaga kerja seperti disajikan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Kuesioner (Angket) Tenaga Kerja dan Non Tenaga
Kerja
Variabel Indikator Sub Indikator Responden Instrumen No
Angket
Variabel
Bebas
(Industri
Bata
Merah)
1. Kegiatan
Industri
a. Anggapan
masyarakat
terhadap
keberadaan
industri
Tenaga
kerja, Non
tenaga
kerja
Angket 1,2
2. Dampak
dari
Industri
b. Dampak
terhadap
masyarakat
Tenaga
Kerja, Non
tenaga
kerja
Angket 3,4,5
3. Tenaga
Kerja
a. Lama kerja Tenaga
Kerja
Angket 6
b. Sistem upah Tenaga
Kerja
Angket 7
4. Bukan
tenaga
kerja
a. Lama tinggal
disekitar
industri
Non tenaga
kerja
Angket 6
b. Mata
pencaharian
Non tenaga
kerja
Angket 7
Variabel
Terikat
(Lingku
ngan
Fisik)
1. Air a. Kondisi Air Tenaga
Kerja, Non
tenaga
kerja
Angket 8,9
b. Kualitas Air Tenaga
Kerja, Non
Angket 10
60
tenaga
kerja
2. Udara a. Kondisi udara Tenaga
Kerja, Non
tenaga
kerja
Angket 11,12
3. Tanah a. Kondisi tanah Tenaga
Kerja, Non
tenaga
kerja
Angket 13,14
Variabel
Terikat
(Kondisi
Sosial
Ekonom
i)
1. Pendidikan a. Kondisi
pendidikan
Tenaga
Kerja, Non
tenaga
kerja
Angket 15,16
b. Pendidikan
keluarga
Tenaga
Kerja, Non
tenaga
kerja
Angket 17
2. Kesehatan a. Kondisi
kesehatan
Tenaga
Kerja, Non
tenaga
kerja
Angket 18
b. Jaminan
kesehatan
Tenaga
Kerja, Non
tenaga
kerja
Angket 19
3. Pendapatan a. Anggapan
masyarakat
terhadap
pendapatan
Tenaga
Kerja, Non
tenaga
kerja
Angket 20
b. Jumlah Tenaga Angket 21
Tabel 3.2 (Lanjutan)
61
pendapatan
perbulan
Kerja, Non
tenaga
kerja
c. Tanggungan
hidup
Tenaga
Kerja, Non
tenaga
kerja
Angket 22
d. Jumlah
pengeluaran
perbulan
Tenaga
Kerja, Non
tenaga
kerja
Angket 23
4. Kepemilik
an Fasilitas
Hidup
a. Kepemilikkan
rumah
Tenaga
Kerja, Non
tenaga
kerja
Angket 24
Berikut kisi-kisi instrumen wawancara Kepala Desa dan pengusaha
industri bata merah seperti disajikan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Kepala Desa dan Pengusaha Industri
Bata Merah
Variabel Indikator Sub Indikator Responden Instrumen No
Variabel
Bebas
(Industri
Bata
Merah)
1. Keberadaan
Industri
Anggapan
terhadap
keberadaan
industri
Kepala Desa
Pedoman Wawancara
1
2. Aturan
(Regulasi)
Aturan
membangun
industri
Kepala
Desa
Pedoman
Wawancara 2
3. Kontribusi Kontribusi
perangkat desa
Kepala
Desa
Pedoman
Wawancara 3
Tabel 3.2 (Lanjutan)
62
4. Dampak dari
Industri
Dampak
terhadap
masyarakat
Kepala Desa
Pedoman Wawancara
4
Variabel
Terikat
(Lingkun
gan
Fisik)
1. Air Kondisi Air Kepala
Desa
Pedoman
Wawancara 5
2. Tanah Kondisi tanah Kepala
Desa
Pedoman
Wawancara 6
Variabel
Terikat
(Kondisi
Sosial
Ekonomi)
1. Kesehatan Kondisi
kesehatan
Kepala
Desa
Pedoman
Wawancara
7
2. Pendapatan Meningkatkan
pendapatan
masyarakat
Kepala
Desa
Pedoman
Wawancara 8
Variabel
Bebas
(Industri
Bata
Merah)
1. Keberadaan
industri
a. Lama
mendirikan
industri
Pengusaha
Industri
Pedoman Wawancara
1
b. Jumlah
tenaga kerja
Pengusaha
Industri
Pedoman
Wawancara 2
c. Upah tenaga
kerja
Pengusaha
Industri
Pedoman
Wawancara 3
d. Kepemilikan
industri
Pengusaha
Industri
Pedoman
Wawancara 4
e. Pemasaran
bata merah
Pengusaha
Industri
Pedoman
Wawancara 5
f. Transportasi Pengusaha
Industri
Pedoman
Wawancara 6
Variabel
Terikat
(Lingkun
gan
Fisik)
1. Air Pencemaran air Pengusaha
Industri
Pedoman
Wawancara 7
2. Udara Pencemaran
udara
Pengusaha
Industri
Pedoman
Wawancara 8
3. Tanah Kondisi tanah Pengusaha
Industri
Pedoman Wawancara
9
Tabel 3.3 (Lanjutan)
63
Berikut kisi-kisi instrumen observasi seperti disajikan pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Observasi
Variabel Sub Indikator Instrumen
Industri Bata Merah
(X)
a. Bahan baku Observasi
b. Bahan bakar Observasi
c. Transportasi
pemasaran
Observasi
Kondisi Lingkungan
(Y):
Lingkungan Fisik
a. Kondisi air Observasi
b. Kondisi tanah Observasi
c. Keadaan udara Observasi
Kondisi Sosial
Ekonomi
a. Bentuk rumah Observasi
b. Alat elektronik Observasi
c. Sarana komunikasi Observasi
d. Alat transportasi Observasi
Variabel
Terikat
(Kondisi
Sosial
Ekonomi)
1. Pendidikan Meningkatkan
pendidikan
anak
Pengusaha
Industri
Pedoman Wawancara
10
2. Kesehatan Jaminan
kesehatan
tenaga kerja
Pengusaha
Industri
Pedoman
Wawancara 11
3. Pendapatan a. Jumlah
pendapatan
perbulan
Pengusaha
Industri
Pedoman
Wawancara 12
b. Membantu
perekonomi
an keluarga
Pengusaha
Industri
Pedoman
Wawancara 13
4. Kepemilikan
fasilitas
hidup
a. Alat-alat
elektronik
Pengusaha
Industri
Pedoman Wawancara
14
Tabel 3.3 (Lanjutan)
64
H. Definisi Variabel
Menurut Burhan Bungin “variabel adalah sebuah fenomena (yang
berubah-ubah) dengan demikian maka bisa jadi tidak ada suatu peristiwa di
alam ini yang tidak dapat disebut variabel, tinggal bagaimana kualitas
variabelnya, yaitu bagaimana bentuk variasi fenomena tersebut.”20
Menurut Sukandarrumidi dan Haryanto “variabel penelitian adalah
suatu atribut atau sifat atau nilai dari objek yang mempunyai variasi tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan.21
Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
variabel penelitian adalah objek suatu penelitian yang memiliki variasi
tertentu untuk dapat dipelajari sehingga diperoleh informasi kemudian ditarik
kesimpulan.
Terdapat dua macam dalam penelitian ini yaitu variabel independen
dan variabel dependen. Sebagaimana menurut Sukandarrumidi dan Haryanto:
Variabel independen disebut pula sebagai variabel stimulus, predictor,
antecenden, atau atau variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab adanya perubahan. Sedangkan variabel dependen
disebut pula sebagai model output, kriteria, konsekuen, variabel terikat
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena
adanya variabel bebas.22
Dalam penelitian ini peneliti menetapkan industri bata merah sebagai
variabel independen atau variabel bebas (X) yakni masukan yang akan
memberi pengaruh pada kondisi lingkungan. Sedangkan kondisi lingkungan
sebagai variabel dependen atau variabel terikat (Y) variabel ini meupakan
hasil dari pengaruh variabel independen.
20Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2005), hlm 70 21 Sukandarrumidi, Haryanto, Dasar-Dasar Penulisan Proposal Penelitian (Yogyakarta :
Gadjah Mada Press, 2014) hlm.63 22 Ibid., h. 64
65
1. Industri Bata Merah
a. Definisi Konseptual
Industri bata merah merupakan kegiatan ekonomi yang
mengolah bahan mentah menjadi barang jadi. Industri kerajinan bata
merah di Desa Wanarata yang dimaksud merupakan industri kecil
karena memiliki modal kecil dan tenaga kerja yang sedikit. Dalam
penelitian ini yang akan dibahas adalah keberadaan industri bata
merah.
b. Definisi Operasional
Industri merupakan persepsi masyarakat mengenai
keberadaan industri yang dilihat dari kegiatan industri, dampak dari
industri, dan tenaga kerja. Dalam penelitian ini yang menjadi
indikator dari industri bata merah adalah tenaga kerja dan non tenaga
kerja.
2. Kondisi Lingkungan
a. Definisi Konseptual
Lingkungan menurut Ensiklopedia Indonesia dalam Amos
adalah segala sesuatu yang ada di luar suatu organisme, meliputi: (1)
lingkungan mati (abiotik), yaitu lingkungan di luar suatu organisme
yang terdiri atas benda atau faktor alam yang tidak hidup, seperti
bahan kimia, suhu, cahaya, gravitasi, atmosfer, dan lainnya, (2)
lingkungan hidup (biotik), yaitu lingkungan di luar suatu organisme
yang terdiri atas organisme hidup, seperti tumbuhan, hewa, dan
manusia.23
Dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah lingkungan
fisik dan sosial ekonomi.
23 Amos Neolaka, h. 25
66
b. Definisi Operasional
Kondisi lingkungan merupakan perubahan yang terjadi pada
lingkungan fisik maupun kondisi sosial ekonomi masyarakat dengan
adanya industri bata merah. Kondisi lingkungan merupakan variabel
terikat (Y). Dalam penelitian ini kondisi lingkungan yang dimaksud
adalah persepsi masyarakat tentang kondisi lingkungan fisik dan
kondisi sosial ekonomi tenaga kerja industri garmen di Desa
Wanarata yang meliputi air, udara, tanah, pendapatan, pendidikan,
kesehatan, dan kepemilikan fasilitas hidup.
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk
mendapatkan variabel kondisi lingkungan adalah angket atau
kuesioner.
Dari definisi oprasional di atas, maka dapat di ketahui dua
variabel yaitu:
1) Kondisi lingkungan fisik yaitu air, udara, tanah
2) Kondisi sosial ekonomi meliputi pendidikan, kesehatan,
pendapatan, dan fasilitas hidup.
Dimana industri bata merah merupakan variabel bebas
sedangkan kondisi lingkungan merupakan variabel terikat atau
variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.
I. Teknik Analisis Data
1. Uji Instrumen Kuesioner
Untuk mendapatkan skala pengukuran atau instrumen yang baik,
harus memiliki validitas dan reabilitas instrumen yang akan digunakan
dalam penelitian tersebut. Instrumen yang digunakan dalam penelitian
harus telah melalui kajian awal, peneliti harus menganalisis data-data
kajian awal untuk melihat validitas dan reabilitas dari instrumen yang
akan digunakan.24
24 Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, (Jakarta : Referensi, 2013)
hlm.96
67
Uji validitas dan reliabilitas digunakan untuk menguji data yang
menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner untuk melihat
pertanyaan dalam kuesioner yang diisi oleh responden tersebut layak
atau belum petanyaan-pertanyaan digunakan.
a. Uji Validitas
Menurut Wiratna Sujarweni “uji validitas digunakan untuk
mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan
dalam mendefinisikan suatu variabel”. 25
Uji validitas dapat menggunakan rumus Person Product
Moment, setelah itu diuji dengan menggunakan uji t dan lalu baru
dilihat penapsirannya dari indeks korelasinya.
Rumus Person Product Moment :
Keterangan :
rhitung = koefisien korelasi
ΣXi = jumlah skor item
ΣYi = jumlah skor total (item)
n = jumlah responden
Rumus uji t :
Keterangan :
t = nilai t hitung
r = koefisien korelasi hasil r hitung
n = jumlah responden
25 Wiratna Sujarweni,Statistika untuk Penelitian,( Yogyakarta : Graha Ilmu, 2012) hlm.
177
68
Untuk tabel tᵅ = 0,05 derajat kebebasan (dk = n-2)
Jika nilai t hitung > t tabel berarti valid demikian sebaliknya, jika
nilai t hitungnya < t tabel tidak valid, apabila instrumen valid,
maka indeks koelasinya (r) adalah sebagai berikut :26
0,800 – 1,000 : sangat tinggi
0,600 – 0,799 : tinggi
0,400 – 0,599 : cukup tinggi
0,200 – 0,399 : rendah
0,000 – 0,199 : sangat rendah (tidak valid)27
b. Uji Reliabilitas
Menurut Wiratna Sujarweni “reliabilitas (kendalan)
merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden
dalam menjawab hal yang berkaitan dengan kontruk-kontruk
pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun
dalam suatu bentuk kuesioner”.28
Setelah mengukur validitas, maka perlu mengukur
reliabilitas data, apakah alat ukur dapat digunakan atau tidak.
Dalam mengukur reliabilitas dapat digunakan beberapa rumus
diantaranya: rumus belah dua dan Spearman Brown (jika untuk
mengetahui seluruh tes) Kuder Richardson 20, Anova Hoyt, dan
Alfa. Buku ini hanya akan membahas penggunaan rumus
Spearman Brown.
Rumus Spearman Brown :
Keterangan :
r11 = koefisien reliabilitas internal seluruh item
rb = korelasi product moment antara belahan
26 A. Aziz Alimul Hidayat, Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data,
(Jakarta : Salemba Medika, 2008) hlm. 93 27 Ibid., hlm.94 28 Wiratna Sujarweni, op.cit., h.186
69
ketika menggunakan metode ini sebaiknya pertanyaan
adalah berjumlah genap sehingga memudahkan untuk dibelah.29
2. Uji Asumsi Dasar
Uji asumsi dasar digunakan untuk mengetahui pola dan varian
serta kelineritasan dari suatu populasi (data). Apakah populasi atau
data berdistribusi normal atau tidak, atau juga uji dapat digunakan
untuk mengetahui apakah populasi mempunyai beberapa varian yang
sama, serta untuk menguji kelinearitasan data.
a. Uji Normalitas
Analisi regresi merupakan teknik membangun persamaan
garis lurus untuk membuat penaksiran. Agar penaksiran tersebut
tepat, maka persamaan yang digunakan untuk menaksir juga harus
yang tepat (fitted).30
Untuk mengindentifikasi apakah model regresi yang
diperoleh sudah memenuhi asumsi Classical Normal Linear
Regression Model (CLNRM). Untuk tujuan ini, diantaranya
diperlukan pengujian terhadap normalitas kesalahan pengganggu
(normality of disturbance error term).
Pengujian terhadap normalitas ini dapat dilakukan dengan
banyak cara, seperti uji chi-square goodness of fit. Pengujian uji
chi-square goodness of fit digunakan formula :
Yang menyatakan bahwa :
Oi = frekuensi observasi pada kelas atau interval i
Ei = frekuensi yang diharapkan pada kelas i didasarkan pada
29 A. Aziz Alimul Hidayat, Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data,
(Jakarta : Salemba Medika, 2008) hlm. 100 30 Algifari, Analisis Regresi Teori, Kasus, dan Solusi, (Yogyakarta : BPFE-
YOGYAKARTA, 2013) hlm.31
70
distribusi hipotesis, yaitu distribusi normal31
jika nilai x2 lebih kecil dari nilai kritisnya (x
2 tabel ; df. = N – 1 –
k; dimana N adalah banyaknya kelas dan k adalah banyaknya
parameter yang diestimasi), maka dapat disimpulkan bahwa
kesalahan pengganggunya (disturbance Ui) kemungkinan berasal
dari distribusi hipotesis (distribusi normal).32
b. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah
objek (tiga sampel atau lebih) yang diteliti mempunyai varian yang
sama. Bila objek yang diteliti tidak mempunyai varian yang sama.
Maka uji anova tidak dapat diberlakukan. Metode yang digunakan
dalam melakukan uji homogenitas ini adalah metode varian
terbesar dibandingkan varian terkecil.33
3. Analisis Regresi Linear Sederhana
Salah satu alat yang dapat digunakan dalam memprediksi
permintaan di masa yang akan datang dengan berdasarkan data data
masa lalu, atau untuk mengetahui pengaruh satu variabel bebas
(independent) terhadap satu variabel tak bebas (dependent) adalah
menggunakan regresi linear.34
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan regresi linear sederhana
yang digunakan hanya untuk satu variabel bebas (independent) dan
satu variabel tak bebas (dependent). Tujuan penerapan metode ini
adalah untuk meramalkan atau memprediksi besaran nilai variabel tak
bebas (dependent) yang dipengaruhi oleh variabel bebas (independent).
Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio. Rumus
regresi linear sederhana sebagai berikut:
31 Algifari, Analisis Regresi Teori, Kasus, dan Solusi, (Yogyakarta : BPFE-
YOGYAKARTA, 2013) hlm.32 32 Ibid., hlm.33 33 Syofian Siregar, Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif Dilengkapi dengan
Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17, (Jakarta: PT Bumi Aksara), h.167. 34 Syofian Siregar, Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif Dilengkapi dengan
Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17, (Jakarta: PT Bumi Aksara), hlm.379
71
Y= a + b.X
Keterangan :
Y = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)
X = Variabel Independen
a dan b = Konstanta35
4. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi adalah salah satu nilai statistik yang
dapat digunakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara dua
variabel. Nilai koefisien determinasi menunjukan persentase variasi
nilai variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh persamaan regresi
yang dihasilkan.36
Koefisien determinasi yang diperoleh dari suatu sampel disebut
koefisien determinasi sampel. koefisien determinasi sampel diperoleh
dari hubungan antara dua macam variabel, yaitu deviasi nilai Y
observasi dalam satu set data disekitar garis regresi dan deviasi Y
observasi di sekitar rata-ratanya.
Koefisien determinasi (r2) adalah satu dikurangi rasio antara
besarnya deviasi nilai Y observasi dari garis regresi dengan besarnya
deviasi nilai Y observasi dari rata-ratanya. Atau secara sistematis dapat
ditulis sebagai berikut:37
35 Syofian Siregar, Statistika Terapan Untuk Perguruan Tinggi (Jakarta : Prenadamedia
Group, 2015) hlm.220 36 Algifari, Analisis Regresi Teori, Kasus, dan Solusi, (Yogyakarta : BPFE-
YOGYAKARTA, 2013) hlm.45 37 Ibid., hlm. 46
72
5. Uji Hipotesis
a. Uji Parsial (Uji t)
Pengambilan keputusan dari Ho dan Ha diterima atau ditolak,
maka untuk itu dilakukan pengujian atas hipotesis ini dengan
menggunakan Uji t yang digunakan untuk mengetahui pengaruh
variabel independen secara individual terhadap variabel dependen
apakah pengaruhnya signifikan atau tidak. Uji t dilakukan dengan
membandingkan t hitung dengan t tabel guna mengetahui seberapa
jauh masing-masing variabel bebas pengaruh industri bata merah
terhadap kondisi lingkungan di Desa Wanarata Kecamatan
Bantarbolang kabupaten Pemalang.
Rumus yang dapat digunakan dalam menerapkan uji t adalah sebagai
berikut:
Keterangan:
X = rata-rata hasil pengambilan data
µ0 = nilai rata-rata ideal
s = standar deviasi sampel
n = jumlah sampel
kaidah keputusan:
Jika t hitung < ttabel maka Ho diterima, artinya variabel X tidak
berpengaruh nyata terhadap variabel Y.
Jika thitung > ttabel maka Ho di tolak, artinya variabel X berpengaruh
nyata terhadap variabel Y.
73
J. Hipotesis Statistik
Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh industri bata merah
terhadap kondisi lingkungan di Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang
Kabupaten Pemalang adalah:
1. H0 : ρ = 0; Tidak ada pengaruh positif dan signifikan industri bata merah
terhadap kondisi lingkungan di Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang
Kabupaten Pemalang.
2. Ha : ρ ≠ 0; Ada pengaruh positif dan signifikan industri bata merah
terhadap kondisi lingkungan di Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang
Kabupaten Pemalang.
Keterangan:
H0 = Hipotesis 0
Ha = Hipotesis alternatif
ρ = simbol yang menunjukan kuatnya hubungan.
74
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Daerah Penelitian
1. Kondisi Fisik Daerah Penelitian
Untuk mengetahui keadaan fisik dari daerah penelitian dapat
digambarkan seperti berikut ini, yaitu:
a. Letak dan Luas
Desa Wanarata merupakan suatu Desa di Kecamatan
Bantarbolang Kabupaten Pemalang dengan luas keseluruhan sekitar
88.678,58 Ha, mempunyai 12 RW dan 51 RT. Wilayah ini
berbatasan dengan daerah sebagai berikut:
Sebelah utara : Desa Banjarsari/Karanganyar, Kecamatan Bodeh
Sebelah selatan : Desa Watukumpul, Kecamatan Watukumpul
Sebelah timur : Desa Suru, Kecamatan Kesesi
Sebelah Barat : Desa Sumurkidang, Kecamatan Jatinegara
Adapun Peta Administrasi seperti disajikan pada Gambar 4.1
75
Jarak dari Desa Wanarata ke ibukota Kecamatan sekitar 7 km
dengan lama jarak tempuh bila menggunakan kendaraan bermotor
sekitar 10-15 menit. Sedangkan jarak ke ibukota Kabupaten sekitar
24 km dengan lama jarak tempuh sekitar 1 jam dengan
menggunakan kendaraan bermotor.
Secara letak wilayahnya, Desa Wanarata masuk kedalam
Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa
Tengah. Desa Wanarata memiliki kepadatan penduduk sekitar
617,52 km, dikelilingi kawasan industri kecil/rumah tangga dan
wilayah pertanian. Untuk menjangkau Desa Wanarata ini sangat
mudah dengan menggunakan transportasi pribadi maupun umum.
Kondisi jalan yang menghubungkan Desa Wanarata dengan wilayah
sekitarnya sangat baik. Adapun pergerakan manusia dan arus barang
baik dari luar atau sebaliknya sangat lancar.
Berdasarkan letak yang strategis maka industri di Desa
Wanarata berkembang dengan baik karena penyediaan bahan baku
maupun pemasaran hasil produksinya dapat dengan mudah
dilakukan. Berikut persebaran industri bata merah di Desa Wanarata
dapat dilihat pada Gambar 4.2.
76
b. Topografi
Secara topografi wilayah Desa Wanarata membentang datar
dengan ketinggian 212 mdpl.
c. Iklim
Desa Wanarata mempunyai iklim tropis dengan suhu rata-rata
harian 40 0C, dengan curah hujan rata-rata 3000 mm pertahun.
d. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Desa Wanarata terbagi menjadi
beberapa bagian wilayah. Seperti disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1
Luas Wilayah Menurut Penggunaan di Desa Wanarata Tahun
2017
No Penggunaan Lahan Luas Presentase
(%)
1 Luas Tanah Sawah 447,00 ha/m2
0,50%
2 Luas Tanah Kering 83.268,00 ha/m2
93,89%
3 Luas Tanah Perkebunan 7,00 ha/m2
0,007%
4 Luas Fasilitas Umum 3.956,58 ha/m2
4,46%
5 Luas Tanah Hutan 1.000,00 ha/m2
1,12%
Total Luas 88.678,58 ha/m2
100%
Sumber: Data Profil Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang
Kabupaten Pemalang 2017
Berdasarkan Tabel 4.1 bahwa sebagian besar luas wilayah
Desa Wanarata sebesar 447,00 ha/m2
atau 0,50% digunakan untuk
luas tanah sawah, 83.268,00 ha/m2 atau 93,89% digunakan untuk
luas tanah kering, 7,00 ha/m2
atau 0,007% digunakan untuk luas
tanah perkebunan, 3.956,58 ha/m2
atau 4,46% digunakan untuk luas
fasilitas umum, 1.000,00 ha/m2
atau 1,12% digunakan untuk luas
tanah hutan.
77
2. Kondisi Sosial Daerah Penelitian
a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Penduduk adalah orang yang tinggal di suatu wilayah pada
waktu tertentu. Pengertian penduduk menurut Undang-Undang No
10 Tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan keluarga
sejahtera adalah “orang dalam matranya sebagai pribadi, anggota
keluarga, anggota masyarakat, warga negara, dan himpunan
kuantitas yang bertempat tinggal di suatu wilayah dalam batas
wilayah negara pada waktu tertentu”. Jumlah penduduk yang
mendiami suatu wilayah akan terus mengalami perubahan. Hal ini
dipengaruhi oleh proses demografi seperti fertilitas, mortalitas dan
migrasi.
Faktor penduduk merupakan faktor yang penting dalam gerak
pembanguanan suatu daerah, sehingga dalam pendayagunaan sumber
daya manusia diperlukan tenaga-tenaga produktif yang tampil.
Penduduk yang mendiami suatu wilayah erat kaitannya dengan
kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk dapat diklasifikasikan
menjadi kepadatan penduduk kasar, kepadatan penduduk agraris dan
kepadatan penduduk fisiologis.
Berdasarkan data monografi Desa Wanarata Kecamatan
Bantarbolang Kabupaten Pemalang Tahun 2017, jumlah penduduk di
Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang berjumlah 11402 jiwa,
dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 5643 jiwa, jumlah
penduduk perempuan sebanyak 5759 jiwa dan jumlah kepala
keluarga sebanyak 3165 KK. Desa Wanarata memiliki luas wilayah
sebesar 88.678,58 Ha, kepadatan penduduk di Desa Wanarata
Kecamatan Bantarbolang adalah 617,52 Jiwa/Km2
Mengenai ketentuan kepadatan penduduk menurut Undang-
Undang No 5 Tahun 1960 adalah sebagai berikut:
1) 0 – 51 orang/Km2 termasuk wilayah tidak padat;
2) 51 – 250 orang/Km2 termasuk wilayah kurang padat;
78
3) 251 – 400 orang/Km2 termasuk wilayah padat;
4) > 400 orang/Km2 termasuk wilayah sangat padat;
Berdasarkan hasil perhitungan, maka Desa Wanarata
Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang termasuk kedalam
wilayah sangat padat, karena rata-rata kepadatan penduduknya > 400
Jiwa/Km2, yaitu mencapai 617,52 Jiwa/Km
2.
b. Komposisi Penduduk Desa Wanarata Berdasarkan Umur dan
Jenis Kelamin
Komposisi penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin
memegang peranan penting dalam pembagian produktivitas kerja
serta erat kaitannya dengan kemungkinan-kemungkinan
pertumbuhan penduduk di masa yang akan datang. Hal tersebut
didasarkan pada ketentuan-ketentuan bahwa kelompok usia 0-14
tahun dianggap sebagai penduduk belum produktif, kelompok usia
15-64 tahun sebagai kelompok penduduk produktif, dan kelompok
usia 65 tahun ke atas dianggap sebagai kelompok penduduk yang
non produktif. Berikut komposisi penduduk Desa Wanarata
berdasarkan umur dan jenis kelamin. Seperti terlihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2
Komposisi Penduduk Desa Wanarata Berdasarkan Umur dan
Jenis Kelamin Tahun 2017
No Kelompok
Umur
Jenis Kelamin Jumlah
(Jiwa) Laki-Laki Perempuan
1 0-4 tahun 270 281 551
2 5-9 tahun 329 354 683
3 10-14 tahun 356 343 699
4 15-19 tahun 380 412 792
5 20-24 tahun 495 493 988
6 25-29 tahun 502 539 1041
7 30-34 tahun 489 513 1002
79
8 35-39 tahun 451 498 949
9 40-44 tahun 398 413 811
10 45-49 tahun 365 397 762
11 50-54 tahun 362 378 740
12 55-59 tahun 351 371 722
13 60-64 tahun 248 253 501
14 >65 tahun 647 514 1161
Jumlah 5643 5759 11402
Sumber: Data Profil Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten
Pemalang 2017
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui rasio jenis kelamin
(sex ratio) untuk penduduk yang ada di daerah penelitian, dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:1
Sex Ratio =
x 100
Sex Ratio = 97,98
Sex Ratio = 98
Dari hasil perhitungan tersebut menunjukan bahwa rasio jenis
kelamin di Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang sebesar 98
yang berarti pada tiap 1000 perempuan terdapat 98 laki-laki
dengan kata lain rasionya lebih besar jenis kelamin perempuan dari
pada laki-laki. Komposisi penduduk ini memegang peranan penting
dalam produktifitas dengan memberikan kemungkinan-kemungkinan
pertumbuhan penduduk di masa yang akan datang.
Adapun komposisi penduduk berdasarkan pada usia belum
produktif, usia produktif dan usia tidak produktif dapat dilihat pada
Tabel 4.3.
1 Sri Moertaningsih Adioetomo, Omas Bulan Samosir, Dasar-Dasar Demografi,
(Jakarta : Salemba Empat, 2010) hlm. 32
Tabel 4.2 (Lanjutan)
80
Tabel 4.3
Komposisi Penduduk Desa Wanarata Berdasarkan Usia
Produktif Tahun 2017
No Kelompok Umur Jumlah Presentase (%)
1 0 – 14 tahun 1933 16,9%
2 15 – 64 tahun 8308 72,9%
3 >65 1161 10,2%
Jumlah 11402 100%
Sumber: Data Profil Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang
Kabupaten Pemalang 2017
Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa lebih dari setengahnya
(72,9%) penduduk Desa Wanarata termasuk ke dalam usia produktif.
Dari tabel tersebut dapat diketahui angka beban tanggungan
(dependence ratio), angka beban tanggungan dihitung menggunakan
rumus sebagai berikut:
Rasio Beban Tanggung =
x 100
Rasio Beban Tanggung =
x 100
Rasio Beban Tanggung = 37,24
Rasio Beban Tanggung = 37.
Dari hasil perhitungan di atas, diartikan bahwa setiap 100
penduduk produktif harus menanggung beban penduduk non
produktif (penduduk belum produktif dan penduduk tidak produktif)
sebanyak 37 jiwa.
Adapun komposisi penduduk berdasarkan jenis mata
pencaharian dapat dilihat pada Tabel 4.4.
81
c. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian
Mata pencaharian merupakan kebutuhan dasar dan bagian
dari ekonomi yang paling penting karena sebagai sumber
penghidupan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-
hari.
Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten
Pemalang, penduduknya memiliki mata pencaharian sangat
bervariasi, mulai dari sektor pertanian, perdagangan, industri, hingga
sektor jasa.
Berikut komposisi penduduk Desa Wanarata berdasarkan
jenis mata pencaharian. Seperti terlihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4
Komposisi Penduduk Desa Wanarata Berdasarkan Jenis Mata
Pencaharian
No. Mata Pencaharian Jumlah
1 Petani 170 orang
2 Buruh Tani 2310 orang
3 Buruh Migran 2 orang
4 Pegawai Negeri sipil 160 orang
5 Pengrajin 2 orang
6 Pedagang barang kelontong 210 orang
7 Montir 15 orang
8 Perawat swasta 4 orang
9 Bidan swasta 2 orang
10 Ahli Pengobatan Alternatif 1 orang
11 TNI 2 orang
12 POLRI 4 orang
13 Guru swasta 56 orang
14 Pedagang keliling 29 orang
15 Tukang kayu 82 orang
82
16 Pembantu rumah tangga 497 orang
17 Karyawan Perusahaan Pemerintah 195 orang
18 Wiraswasta 200 orang
19 Perangkat Desa 18 orang
20 Buruh harian lepas 744 orang
21 Buruh jasa perdagangan hasil bumi 1554 orang
22 Buruh usaha jasa transportasi dan
perhubungan
102 orang
23 Buruh usaha jasa informasi dan
komunikasi
4 orang
24 Pemilik usaha warung, rumah makan
dan restoran
35 orang
25 Dukun/paranormal/supranatural 2 orang
26 Jasa pengobatan alternatif 1 orang
27 Sopir 76 orang
28 Pemulung 2 orang
29 Pengrajin industri rumah tangga 18 orang
30 Tukang anyaman 7 orang
31 Tukang jahit 39 orang
32 Tukang kue 18 orang
33 Tukang rias 5 orang
34 Tukang sumur 31 orang
35 Karyawan honorer 230 orang
36 Tukang las 2 orang
37 Tukang listrik 2 orang
38 Anggota legislatif 2 orang
39 Satpam/Security 15 orang
Jumlah 6848 orang
Sumber: Data Profil Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten
Pemalang 2017
Tabel 4.4 (Lanjutan)
83
Berdasarkan Tabel 4.4 bahwa sebagian besar penduduk Desa
Wanarata, jenis mata pencahariannya adalah buruh tani sebanyak
2310 orang.
Adapun komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan
dapat dilihat pada Tabel 4.5.
d. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan adalah salah satu tolak ukur sejauh mana
perkembangan dan kemajuan suatu daerah. Pendidikan merupakan
suatu kebutuhan yang penting bagi manusia, karena tingkat
pendidikan dapat berpengaruh terhadap tingkat kualitas sumber daya
manusia, pola pikir dan tingkah laku seseorang, sehingga pendidikan
diarahkan untuk menciptakan manusia yang berkualitas dan mampu
bersaing dalam kehidupannya. Semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang maka akan semakin tinggi juga kualitas hidupnya, dan
sebaliknya.
Berikut komposisi penduduk Desa Wanarata berdasarkan
tingkat pendidikan. Seperti terlihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5
Komposisi Penduduk Desa Wanarata Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Tahun 2017
No Tingkat Pendidikan Jumlah
1 Buta huruf 593
2 Belum sekolah 1179
3 Belum Tamat SD 76
4 Tamat SD 2128
5 Tamat SMP 2934
6 Tamat SMA 3766
7 Tamat D1 56
8 Tamat D3 132
84
Sumber: Data Profil Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten
Pemalang 2017
Berdasarkan Tabel 4.5 bahwa sebagian besar penduduk Desa
Wanarata, pendidikan terakhirnya adalah SMA sebanyak 3766
orang.
3. Deskripsi Responden
Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa
Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang yang bekerja di
Industri Bata Merah dan yang tidak bekerja di Industri Bata Merah.
Jumlah responden yang dipilih sebagai responden sebanyak 21 orang
dengan karakteristik berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir,
dan status perkawinan.
Adapun karakteristik klasifikasi demografis responden
berdasarkan jenis kelamin. Seperti terlihat pada Tabel 4.6.
a. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten
Pemalang, penduduknya memiliki dua jenis kelamin yaitu laki-laki
dan perempuan.
Berikut jumlah responden berdasarkan jenis kelamin. Seperti
terlihat pada Tabel 4.6.
9 Tamat S1 502
10 Tamat S2 28
11 Tamat S3 8
Jumlah 11402
Tabel 4.5 (Lanjutan)
85
Tabel 4.6
Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Responden Jenis kelamin Jumlah Persentase
(%)
Tenaga
Kerja
Laki-laki 7 100%
Perempuan 0 0%
Jumlah 7 100%
Non Pekerja
Laki-laki 3 21,4%
Perempuan 11 78,6
Jumlah 14 100%
Total 21
Sumber: Hasil Penelitian 2018
Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui bahwa 7 responden pekerja
terdiri dari 7 orang atau 100% adalah responden laki-laki dan 0
orang atau 0% adalah responden perempuan. Kemudian, 14
responden non pekerja terdiri dari 3 orang atau 21,4% adalah
responden laki-laki dan 11 orang atau 78,6% adalah responden
perempuan.
b. Responden Berdasarkan Usia
Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten
Pemalang, penduduknya memiliki usia yang bervariasi.
Berikut jumlah responden berdasarkan usia. Seperti terlihat
pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7
Jumlah Responden Berdasarkan Usia
Responden Usia Jumlah Persentase (%)
Pekerja <20 tahun 0 0%
20 – 30 tahun 1 14,3%
86
31 – 40 tahun 2 28,6%
>40 tahun 4 57,1%
Jumlah 7 100%
Non pekerja <20 tahun 0 0%
20 – 30 tahun 5 35,7%
31 – 40 tahun 9 64,3%
>40 tahun 0 0%
Jumlah 14 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2018
Berdasarkan Tabel 4.7 diketahui bahwa 7 responden pekerja
terdiri dari 1 orang atau 14,3% adalah berusia 20-30 tahun, 2 orang
atau 28,6% berusia 31-40 tahun, dan 4 orang atau 57,1% berusia >40
tahun. Kemudian, diketahui bahwa 14 responden non pekerja terdiri
dari 5 orang atau 35,7% adalah berusia 20-30 tahun, 9 orang atau
64,3% berusia 31-40 tahun, dan 0 orang atau 0% berusia >40 tahun.
c. Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Responden di Desa Wanarata bependidikan paling tinggi
hanya SMA dan kebanyakan hanya lulusan SD dan SMP.
Berikut jumlah responden berdasarkan pendidikan terakhir.
Seperti terlihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8
Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Responden Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase
(%)
Pekerja SD 5 71,4%
SMP 2 28,6%
SMA/SMK 0 0%
D.III 0 0%
Jumlah 7 100%
Tabel 4.7 (Lanjutan)
87
Non Pekerja SD 4 28,6%
SMP 8 57,1%
SMA/SMK 2 14,3%
D.III 0 0%
Jumlah 14 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2018
Berdasarkan Tabel 4.8 diketahui bahwa 7 responden pekerja
terdiri dari 5 orang atau 71,4% adalah lulusan SD, 2 orang atau
28,6% lulusan SMP. Kemudian, diketahui bahwa 14 responden non
pekerja terdiri dari 4 orang atau 28,6% adalah lulusan SD, 8 orang
atau 57,1% lulusan SMP, dan 2 orang atau 14,3 lulusan SMA/SMK.
d. Responden Berdasarkan Status Perkawinan
Dari 7 responden pekerja dan 14 responden non pekerja di
Desa Wanarata sudah bersatus nikah. Seperti terlihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9
Jumlah Responden Berdasarkan Status Perkawinan
Responden Status
Perkawinan
Jumlah Persentase
Pekerja
Nikah 7 100%
Belum Nikah 0 0%
Jumlah 7 100%
Non Pekerja
Nikah 14 100%
Belum Nikah 0 0%
Jumlah 14 100%
Total 21
Sumber: Hasil Penelitian 2018
Berdasarkan Tabel 4.9 diketahui bahwa 7 responden pekerja
terdiri dari 7 orang atau 100% sudah berstatus nikah. Kemudian,
Tabel 4.8 (Lanjutan)
88
diketahui bahwa 14 responden non pekerja terdiri dari 14 orang atau
100% sudah bersatatus nikah.
4. Deskripsi Kepemilikan Fasilitas Hidup
Tingkat sosial ekonomi masyarakat bisa diukur dengan melihat
dari kepemilikan fasilitas hidup seperti kepemilikan rumah, kepemilikan
alat elektronik dan kendaraan, berikut data responden mengenai
kepemilikan rumah. Seperti terlihat pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10
Kepemilikan Fasilitas Hidup (Kepemilikan Rumah)
Responden No Milik Jumlah Persentase
(%)
Pekerja 1 Sendiri (Pribadi) 4 57,1%
2 Orang tua/Mertua 3 42,9%
3 Menyewa 0 0%
4 Mengontrak 0 0%
5 Menumpang 0 0%
Jumlah 7 100%
Non Pekerja 1 Sendiri (Pribadi) 10 71,4%
2 Orang tua/Mertua 4 28,6%
3 Menyewa 0 0%
4 Mengontrak 0 0%
5 Menumpang 0 0%
Jumlah 14 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2018
89
Berdasarkan Tabel 4.10 diketahui data indsutri bata merah pada
responden pekerja sekitar 4 orang atau 57,1% responden memiliki rumah
atas kepemilikan sendiri, 3 orang atau 42,9% kepemilikan rumahnya
merupakan kepemilikan orang tua/ mertua. Sedangkan pada data
responden non pekerja 10 orang atau 71,4% responden yang memiliki
rumah atas kepemilikan sendiri, 4 orang atau 28,6% responden yang
kepemilikan rumahnya merupakan kepemilikan orang tua/ mertua.
Berikut data responden mengenai kepemilikan alat elektronik.
Seperti terlihat pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11
Kepemilikan Fasilitas Hidup (Kepemilikan Alat Elektronik)
Responden No Alat
Elektronik
Jumlah Persentase (%)
Pekerja 1 TV 7 25,9%
2 Radio 0 0%
3 Mesin Cuci 4 14,8%
4 VCD 5 18,6%
5 Dispenser 4 14,8%
6 Telpon 0 0%
7 HP 7 25,9%
Jumlah 27 100%
Non Pekerja 1 TV 14 28,6%
2 Radio 0 0%
3 Mesin Cuci 8 16,3%
4 VCD 7 14,3%
5 Dispenser 6 12,2%
6 Telpon 0 0%
7 HP 14 28,6%
Jumlah 49 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2018
90
Berdasarkan Tabel 4.11 dengan adanya industri bata merah pada
responden pekerja, 7 orang atau 25,9% responden mempunyai TV, 4
orang atau 14,8% responden memiliki mesin cuci, 5 orang atau 18,6%
responden memiliki VCD, 4 orang atau 14,8% responden memiliki
dispenser, dan 7 orang atau 25,9% responden memiliki HP, dan tidak ada
responden yang memiliki radio dan telpon rumah.
Sedangkan pada responden non pekerja, 14 orang atau 28,6%
responden mempunyai TV dan HP, 8 orang atau 16,3% responden
memiliki mesin cuci, 7 orang atau 14,3% responden memiliki VCD, 6
orang atau 12,2% responden memiliki dispenser, dan tidak ada responden
yang memiliki radio dan telpon rumah.
Berikut data responden mengenai kepemilikan kendaraan. Seperti
terlihat pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12
Kepemilikan Fasilitas Hidup (Kepemilikan Kendaraan)
Responden No Jenis Kendaraan Jumlah Persentase (%)
Pekerja 1 Mobil dan Motor - -
2 Mobil - -
3 Motor 7 58,3%
4 Sepeda 5 41,7%
5 Tidak ada 0 -
Jumlah 12 100%
Non Pekerja 1 Mobil dan Motor 0 -
2 Mobil 0 -
3 Motor 14 58,3%
4 Sepeda 10 41,7%
5 Tidak ada - -
Jumlah 24 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2018
91
Berdasarkan Tabel 4.12 pada responden pekerja, dapat dilihat
bahwa semua responden memiliki kendaraan motor yaitu 7 orang atau
58,3% responden memiliki motor dan 5 orang atau 41,7 responden
memiliki sepeda, kemudian pada responden non pekerja semua
responden memiliki kendaraan motor yaitu 14 orang atau 58,3%
responden dan 10 orang atau 41,7 memiliki sepeda dan tidak ada
responden yang memiliki mobil. Dari data tersebut bahwa kendaraan
bermotor sudah menjadi barang yang sangat dibutuhkan atau kebutuhan
yang harus dipenuhi.
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Industri bata merah adalah salah satu industri kecil yang berada di
Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang. Bata merah
merupakan salah satu jenis bahan dasar pembangunan rumah yang sudah
sangat umum digunakan di Indonesia, dari zaman dulu hingga zaman modern
seperti saat ini bata merah memang sudah menjadi salah satu bahan wajib di
dalam membangun rumah.
Keberadaan industri bata merah di Desa Wanarata sudah cukup lama
dari tahun 2000 sampai sekarang dan merupakan salah satu ladang pekerjaan
bagi warga masyarakat sekitar industri. Berikut hasil penelitian angket dari
pekerja industri bata merah dan masyarakat non pekerja.
1. Hasil Angket
Hasil penelitian mengenai tanggapan masyarakat pekerja
mengenai pengaruh industri bata merah terhadap kondisi lingkungan di
Desa Wanarata. Seperti terlihat pada Tabel 4.13.
92
Tabel 4.13
Anggapan Masyarakat Terhadap Keberadaan Industri Bata
Merah (Ketergangguan)
Responden No Tanggapan Jumlah Persentase
(%)
Pekerja 1 Sangat tidak terganggu 3 42,9%
2 Tidak terganggu 4 57,1%
3 Biasa saja 0 0%
4 Terganggu 0 0%
5 Sangat terganggu 0 0%
Jumlah 7 100%
Non Pekerja 1 Sangat tidak terganggu 2 14,3%
2 Tidak terganggu 4 28,6%
3 Biasa saja 2 14,3%
4 Terganggu 4 28,6%
5 Sangat terganggu 2 14,3%
Jumlah 14 100%
Berdasarkan Tabel 4.13 pada responden pekerja menjelaskan
bahwa 3 responden atau 42,9% menyatakan sangat tidak terganggu, 4
responden atau 57,1% menyatakan tidak terganggu, 0 responden atau 0%
menyatakan biasa saja, 0 responden atau 0% menyatakan terganggu, dan
0 responden atau 0% menyatakan sangat tidak terganggu. Sedangkan
pada responden non pekerja menjelaskan bahwa 2 responden atau 14,3%
menyatakan sangat tidak terganggu, 4 responden atau 28,6% menyatakan
tidak terganggu, 2 responden atau 14,3% menyatakan biasa saja, 4
responden atau 28,6% menyatakan terganggu, dan 2 responden atau
14,3% menyatakan sangat tidak terganggu. terhadap tanggapan
masyarakat bahwa masyarakat pekerja dan non pekerja merasa tidak
terganggu dengan keberadaan industri bata merah di Desa Wanarata daan
hanya sedikit yang merasa terganggu dengan keberadaan industri bata
93
merah di Desa Wanarata. Berikut data responden mengenai keberadaan
industri (persetujuan). Seperti terlihat pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14
Anggapan Masyarakat Terhadap Keberadaan Industri Bata
Merah (Persetujuan)
Responden No Tanggapan Jumlah Persentase (%)
Pekerja 1 Sangat setuju 3 42,9%
2 Setuju 4 57,1%
3 Ragu 0 0%
4 Tidak setuju 0 0%
5 Sangat tidak setuju 0 0%
Jumlah 7 100%
Non Pekerja 1 Sangat setuju 6 42,8%
2 Setuju 4 28,6%
3 Ragu 4 28,6%
4 Tidak setuju 0 0%
5 Sangat tidak setuju 0 0%
Jumlah 14 100%
Berdasarkan Tabel 4.14 pada responden pekerja menjelaskan
bahwa 3 responden atau 42,9% menyatakan sangat setuju, 4 responden
atau 57,1% menyatakan setuju, 0 responden atau 0% menyatakan ragu, 0
responden atau 0% menyatakan tidak setuju, dan 0 responden atau 0%
menyatakan sangat tidak setuju. Sedangkan pada responden non pekerja
menjelaskan bahwa 6 responden atau 42,8% menyatakan sangat setuju, 4
responden atau 28,6% menyatakan setuju, 4 responden atau 28,6%
menyatakan ragu, 0 responden atau 0% menyatakan tidak setuju, dan 0
responden atau 0% menyatakan sangat tidak setuju. Terhadap pertanyaan
diatas bahwa masyarakat pekerja dan non pekerja setuju dengan
keberadaan industri bata merah di Desa Wanarata. Berikut data
94
responden mengenai pertanyaan apakah dengan keberadaan industri
membuat kehidupan masyarakat lebih baik Seperti terlihat pada Gambar
4.3.
Gambar 4.3
Keberadaan Industri Membuat Kehidupan Masyarakat Lebih Baik
Berdasarkan Gambar 4.3 pada responden pekerja menjelaskan
bahwa 2 responden atau 28,6% menyatakan sangat baik, 5 responden
atau 71,4% menyatakan baik, 0 responden atau 0% menyatakan biasa
saja, 0 responden atau 0% menyatakan tidak baik, dan 0 responden atau
0% menyatakan sangat tidak baik. Sedangkan pada responden non
pekerja menjelaskan bahwa 0 responden atau 0% menyatakan sangat
baik, 4 responden atau 28,6% menyatakan baik, 8 responden atau 57,1%
menyatakan biasa saja, 2 responden atau 14,3% menyatakan tidak baik,
dan 0 responden atau 0% menyatakan sangat tidak baik terhadap
pertanyaan bahwa dengan keberadaan industri bata merah membuat
kehidupan masyarakat lebih baik. Berikut data responden mengenai
pertanyaan apakah dampak yang ditimbulkan dari keberadaan industri
positif untuk masyarakat. Seperti terlihat pada Tabel 4.15.
0%
28,6% 28,6%
71,4%
57,1%
0%
14,3%
0% 0% 0% 0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
non pekerja pekerja
Sangat Baik
Baik
Biasa Saja
Tidak Baik
Sangat Tidak Baik
95
Tabel 4.15
Dampak Yang Ditimbulkan Dari Keberadaan Industri Positif Untuk
Masyarakat
Responden No Tanggapan Jumlah Persentase (%)
Pekerja 1 Sangat Positif 3 42,9%
2 Positif 4 57,1%
3 Biasa saja 0 0%
4 Negatif 0 0%
5 Sangat Negatif 0 0%
Jumlah 7 100%
Non Pekerja 1 Sangat Positif 2 14,3%
2 Positif 5 35,71%
3 Biasa saja 7 50%
4 Negatif 0 0%
5 Sangat Negatif 0 0%
Jumlah 14 100%
Berdasarkan Tabel 4.15 pada responden pekerja menjelaskan
bahwa 3 responden atau 42,9% menyatakan sangat positif, 4 responden
atau 57,1% menyatakan positif, 0 responden atau 0% menyatakan biasa
saja, 0 responden atau 0% menyatakan negatif, dan 0 responden atau 0%
menyatakan sangat negatif. Sedangkan pada responden non pekerja
menjelaskan bahwa 2 responden atau 14,3% menyatakan sangat positif, 5
responden atau 35,71% menyatakan positif, 7 responden atau 50%
menyatakan biasa saja, 0 responden atau 0% menyatakan negatif, dan 0
responden atau 0% menyatakan sangat negatif terhadap pertanyaan
bahwa dampak yang ditimbulkan dari keberadaan industri positif untuk
masyarakat. Berikut data responden mengenai pertanyaan apa saja
dampak yang Bapak/Ibu/Saudara rasakan dengan adanya industri bata
merah. Seperti terlihat pada Gambar 4.4.
96
D
Gambar 4.4
Dampak Yang Dirasakan Masyarakat Dengan Adanya Industri Bata
Merah
Berdasarkan Gambar 4.4 responden pekerja menjelaskan bahwa 4
responden atau 57,1% menyatakan adanya lapangan pekerjaan baru, 3
responden atau 42,9% bertambahnya pendapatan sehari-hari, 0 responden
atau 0% menyatakan biasa-biasa saja, 0 responden atau 0% tidak ada
manfaat bagi masyarakat setempat, dan 0 responden atau 0% menyatakan
pencemaran lingkungan. Sedangkan pada responden non pekerja
menjelaskan bahwa 1 responden atau 7,14% menyatakan adanya
lapangan pekerjaan baru, 5 responden atau 35,71% bertambahnya
pendapatan sehari-hari, 2 responden atau 14,28% menyatakan biasa-biasa
saja, 4 responden atau 28,6% tidak ada manfaat bagi masyarakat
setempat, dan 2 responden atau 14,3% menyatakan pencemaran
lingkungan terhadap pertanyaan dampak yang Bapak/Ibu/Saudara
rasakan dengan adanya industri bata merah. Berikut data responden
mengenai pertanyaan sudah berapa lama Bapak/Ibu/saudara menjadi
pekerja industri. Seperti terlihat pada Tabel 4.16.
7,14%
57,1%
35,71%
42,9%
14,28%
0%
28,6%
0%
14,3%
0% 0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
non pekerja pekerja
Adanya Lapangan Pekerjaan Baru
Bertambahnya Pendapatan Sehari-hari
Biasa-biasa Saja
Tidak Ada Manfaat Bagi Masyarakat Setempat
Pencemaran Lingkungan
97
Tabel 4.16
Lamanya Bekerja di Industri Bata Merah
No Tanggapan Jumlah Persentase (%)
1 Lebih dari 10 tahun 2 28,6%
2 6-10 tahun 2 28,6%
3 2-5 tahun 1 14,3%
4 Kurang dari 2 tahun 1 14,3%
5 Kurang dari satu tahun 1 14,3%
Jumlah 7 100%
Berdasarkan Tabel 4.16 responden pekerja menjelaskan bahwa 2
responden atau 28,6% menyatakan lebih dari 10 tahun, 2 responden atau
28,6% 6-10 tahun, 1 responden atau 14,3% menyatakan 2-5 tahun, 1
responden atau 14,3% menyatakan kurang dari 2 tahun, dan 1 responden
atau 14,3% menyatakan kurang dari satu tahun terhadap pertanyaan
bahwa Bapak/Ibu/Saudara menjadi pekerja industri bata merah ini.
Berikut data responden mengenai pertanyaan sudah berapa lama
Bapak/Ibu tinggal disekitar industri bata merah. Seperti terlihat pada
Tabel 4.17.
Tabel 4.17
Lamanya Masyarakat Tinggal Disekitar Industri Bata Merah
No Tanggapan Jumlah Persentase (%)
1 Lebih dari 10 tahun 8 57,14%
2 6-10 tahun 4 28,57%
3 2-5 tahun 2 14,3%
4 Kurang dari 2 tahun 0 0%
5 Kurang dari satu
tahun
0 0%
Jumlah 14 100%
98
Berdasarkan Tabel 4.17 responden non pekerja menjelaskan
bahwa 8 responden atau 57,14% menyatakan lebih dari 10 tahun, 4
responden atau 28,57% 6-10 tahun, 2 responden atau 14,3% menyatakan
2-5 tahun, 0 responden atau 0% menyatakan kurang dari 2 tahun, dan 0
responden atau 0% menyatakan kurang dari satu tahun terhadap
pertanyaan sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal disekitar industri bata
merah. Berikut data responden mengenai pertanyaan sistem upah yang
Bapak/Ibu/Saudara terima. Seperti terlihat pada Tabel 4.18.
Tabel 4.18
Sistem Upah Yang Diterima
No Tanggapan Jumlah Persentase (%)
1 Bulanan 0 0%
2 Kurang dari satu bulan 0 0%
3 Mingguan 2 28,6%
4 Harian 2 28,6%
5 Tidak tentu 3 42,8%
Jumlah 7 100%
Berdasarkan Tabel 4.18 responden pekerja menjelaskan bahwa 0
responden atau 0% menyatakan bulanan, 0 responden atau 0%
menyatakan kurang dari satu bulan, 2 responden atau 28,6% menyatakan
mingguan, 2 responden atau 28,6% menyatakan harian, dan 3 responden
atau 42,8% menyatakan tidak tentu terhadap pertanyaan bahwa sistem
upah yang Bapak/Ibu/Saudara terima. Berikut data responden mengenai
pertanyaan sudah apa mata pencaharian Bapak/Ibu/Saudara. Seperti
terlihat pada Tabel 4.19.
99
Tabel 4.19
Mata Pencaharian Masyarakat Sekitar Industri Bata Merah
No Tanggapan Jumlah Persentase (%)
1 PNS 0 0%
2 Wiraswasta 0 0%
3 Buruh 6 42,9%
4 Petani 2 14,2%
5 Tidak ada 6 42,9%
Jumlah 14 100%
Berdasarkan Tabel 4.19 responden non pekerja menjelaskan
bahwa 0 responden atau 0% menyatakan PNS, 0 responden atau 0%
menyatakan wiraswasta, 6 responden atau 42,9% menyatakan buruh, 2
responden atau 14,2% menyatakan petani, dan 6 responden atau 42,9%
menyatakan tidak ada terhadap pertanyaan mata pencaharian
Bapak/Ibu/Saudara. Berikut data responden mengenai pertanyaan adanya
pengolahan bata merah terjadi pencemaran air disekitar industri. Seperti
terlihat pada Gambar 4.5.
Gambar 4.5
Pencemaran Air Disekitar Industri Bata Merah
0% 0% 0% 0% 0% 0%
57,1%
42,9% 42,9%
57,1%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
non pekerja pekerja
Sangat Setuju
Setuju
Ragu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
100
Berdasarkan Gambar 4.5 responden pekerja menjelaskan bahwa 0
responden atau 0% menyatakan sangat setuju, 0 responden atau 0%
menyatakan setuju, 0 responden atau 0% menyatakan tidak pasti, 3
responden atau 42,9% menyatakan tidak setuju, dan 4 responden atau
57,1% menyatakan sangat tidak setuju. Sedangkan responden non
pekerja menjelaskan bahwa 0 responden atau 0% menyatakan sangat
setuju, 0 responden atau 0% menyatakan setuju, 0 responden atau 0%
menyatakan tidak pasti, 8 responden atau 57,14% menyatakan tidak
setuju, dan 6 responden atau 42,86% menyatakan sangat tidak setuju
terhadap pertanyaan bahwa adanya pengolahan bata merah tidak terjadi
pencemaran air disekitar industri. Berikut data responden mengenai
pertanyaan kondisi air disekitar industri bata merah keruh karena adanya
pengolahan bata merah. Seperti terlihat pada Tabel 4.20.
Tabel 4.20
Kondisi Air Disekitar Industri Bata Merah Keruh
Responden No Tanggapan Jumlah Persentase (%)
Pekerja 1 Sangat setuju 0 0%
2 Setuju 0 0%
3 Ragu 0 0%
4 Tidak setuju 4 57,1%
5 Sangat tidak setuju 3 42,9%
Jumlah 7 100%
Non Pekerja 1 Sangat setuju 0 0%
2 Setuju 0 0%
3 Ragu 0 0%
4 Tidak setuju 8 57,14%
5 Sangat tidak setuju 6 42,85%
Jumlah 14 100%
101
Berdasarkan Tabel 4.20 responden pekerja menjelaskan bahwa 0
responden atau 0% menyatakan sangat setuju, 0 responden atau 0%
menyatakan setuju, 0 responden atau 0% menyatakan tidak pasti, 4
responden atau 57,1% menyatakan tidak setuju, dan 3 responden atau
42,9% menyatakan sangat tidak setuju. Sedangkan responden non
pekerja menjelaskan bahwa 0 responden atau 0% menyatakan sangat
setuju, 0 responden atau 0% menyatakan setuju, 0 responden atau 0%
menyatakan tidak pasti, 8 responden atau 57,14% menyatakan tidak
setuju, dan 6 responden atau 42,85% menyatakan sangat tidak setuju
terhadap pertanyaan bahwa kondisi air disekitar industri bata merah tidak
keruh karena adanya pengolahan bata merah. Berikut data responden
mengenai pertanyaan kualitas air tidak layak pakai untuk kebutuhan
sehari-hari masyarakat disekitar industri bata merah. Seperti terlihat pada
Tabel 4.21.
Tabel 4.21
Kualitas Air Tidak Layak Pakai Untuk Kebutuhan Sehari-Hari
Masyarakat
Responden No Tanggapan Jumlah Persentase (%)
Pekerja 1 Sangat setuju 0 0%
2 Setuju 0 0%
3 Ragu 0 0%
4 Tidak setuju 3 42,9%
5 Sangat tidak setuju 4 57,1%
Jumlah 7 100%
Non Pekerja 1 Sangat setuju 0 0%
2 Setuju 0 0%
3 Ragu 0 0%
4 Tidak setuju 8 57,14%
5 Sangat tidak setuju 6 42,85%
Jumlah 14 100%
102
Berdasarkan Tabel 4.21 responden pekerja menjelaskan bahwa 0
responden atau 0% menyatakan sangat setuju, 0 responden atau 0%
menyatakan setuju, 0 responden atau 0% menyatakan tidak pasti, 3
responden atau 42,9% menyatakan tidak setuju, dan 4 responden atau
57,1% menyatakan sangat tidak setuju. Sedangkan responden non
pekerja menjelaskan bahwa 0 responden atau 0% menyatakan sangat
setuju, 0 responden atau 0% menyatakan setuju, 0 responden atau 0%
menyatakan tidak pasti, 8 responden atau 57,14% menyatakan tidak
setuju, dan 6 responden atau 42,85% menyatakan sangat tidak setuju
terhadap pertanyaan bahwa kualitas air sangat layak pakai untuk
kebutuhan sehari-hari masyarakat disekitar industri bata merah. Berikut
data responden mengenai pertanyaan adanya asap saat pembakaran bata
merah terjadi pencemaran udara di sekitar industri. Seperti terlihat pada
Gambar 4.6.
Gambar 4.6
Pencemaraan Udara Di Sekitar Industri Bata Merah
0% 0%
28,6%
0%
21,4%
28,6%
21,4%
42,8%
28,6% 28,6%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
non pekerja pekerja
Sangat Setuju
Setuju
Ragu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
103
Berdarsarkan Gambar 4.6 responden pekerja menjelaskan bahwa
0 responden atau 0% menyatakan sangat setuju, 0 responden atau 0%
menyatakan setuju, 2 responden atau 28,6% menyatakan tidak pasti, 3
responden atau 42,8% menyatakan tidak setuju, dan 2 responden atau
28,6% menyatakan sangat tidak setuju. Sedangkan responden non
pekerja menjelaskan bahwa 0 responden atau 0% menyatakan sangat
setuju, 4 responden atau 28,6% menyatakan setuju, 3 responden atau
21,4% menyatakan tidak pasti, 3 responden atau 21,4% menyatakan tidak
setuju, dan 4 responden atau 28,6% menyatakan sangat tidak setuju
terhadap pertanyaan bahwa adanya asap saat pembakaran bata merah
terjadi pencemaraan udara di sekitar industri. Berikut data responden
mengenai pertanyaan udara yang dihasilkan dari asap pembakaran bata
merah mengganggu pekerja industri. Seperti terlihat pada Tabel 4.22.
Tabel 4.22
Udara Yang Dihasilkan Dari Asap Pembakaran Bata Merah
(Ketergangguan)
No Tanggapan Jumlah Persentase (%)
1 Sangat Setuju 0 0%
2 Setuju 0 0%
3 Tidak Pasti 3 42,9%
4 Tidak Setuju 3 42,9%
5 Sangat Tidak Setuju 1 14,2%
Jumlah 7 100%
Berdasrkan Tabel 4.22 menjelaskan responden pekerja bahwa 0
responden atau 0% menyatakan sangat setuju, 0 responden atau 0%
menyatakan setuju, 3 responden atau 42,9% menyatakan tidak pasti, 3
responden atau 42,9% menyatakan tidak setuju, dan 1 responden atau
14,2% menyatakan sangat tidak setuju terhadap pertanyaan bahwa udara
104
yang dihasilkan dari asap pembakaran bata merah mengganggu pekerja
industri. Berikut data responden mengenai pertanyaan udara yang
dihasilkan dari asap pembakaran bata merah mengganggu pernafasan
masyarakat sekitar industri. Seperti terlihat pada Tabel 4.23.
Tabel 4.23
Udara Yang Dihasilkan Dari Asap Pembakaran Bata Merah
(Ketergangguan Pernafasan)
No Tanggapan Jumlah Persentase (%)
1 Sangat Setuju 0 0%
2 Setuju 4 28,6%
3 Tidak Pasti 2 14,2%
4 Tidak Setuju 4 28,6%
5 Sangat Tidak Setuju 4 28,6%
Jumlah 14 100%
Berdarkan Tabel 4.23 menjelaskan responden non pekerja bahwa
0 responden atau 0% menyatakan sangat setuju, 4 responden atau 28,6%
menyatakan setuju, 2 responden atau 14,2% menyatakan tidak pasti, 4
responden atau 28,6% menyatakan tidak setuju, dan 4 responden atau
28,6% menyatakan sangat tidak setuju terhadap pertanyaan bahwa udara
yang dihasilkan dari asap pembakaran bata merah mengganggu
pernafasan masyarakat sekitar industri. Berikut data responden mengenai
pertanyaan tanah disekitar industri subur sebelum adanya industri bata
merah. Seperti terlihat pada Gambar 4.7.
105
Gambar 4.7
Kondisi Tanah Sekitar Industri Bata Merah
(Sebelum)
Berdasarkan Gambar 4.7 menjelaskan responden pekerja bahwa
1 responden atau 14,3% menyatakan sangat setuju, 1 responden atau
14,3% menyatakan setuju, 2 responden atau 28,6% menyatakan tidak
pasti, 2 responden atau 28,6% menyatakan tidak setuju, dan 1 responden
atau 14,3% menyatakan sangat tidak setuju. Sedangkan responden non
pekerja menjelaskan bahwa 2 responden atau 14,3% menyatakan sangat
setuju, 3 responden atau 21,4% menyatakan setuju, 2 responden atau
14,3% menyatakan tidak pasti, 5 responden atau 35,7% menyatakan tidak
setuju, dan 2 responden atau 14,3% menyatakan sangat tidak setuju
terhadap pertanyaan tanah disekitar industri subur sebelum adanya
industri bata merah. Berikut data responden mengenai pertanyaan tanah
disekitar industri subur setelah adanya industri bata merah. Seperti
terlihat pada Gambar 4.8.
14,3% 14,3%
21,4%
14,3% 14,3%
28,6%
35,7%
28,6%
14,3% 14,3%
0,00%
5,00%
10,00%
15,00%
20,00%
25,00%
30,00%
35,00%
40,00%
non pekerja pekerja
Sangat Setuju
Setuju
Ragu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
106
Gambar 4.8
Kondisi Tanah Sekitar Industri Bata Merah
(Sesudah)
Berdasarkan Gambar 4.8 pada responden pekerja menjelaskan
bahwa 3 responden atau 42,9% menyatakan sangat setuju, 4 responden
atau 57,1% menyatakan setuju, 0 responden atau 0% menyatakan tidak
pasti, 0 responden atau 0% menyatakan tidak setuju, dan 0 responden
atau 0% menyatakan sangat tidak setuju. Sedangkan pada responden non
pekerja menjelaskan bahwa 5 responden atau 35,7% menyatakan sangat
setuju, 9 responden atau 64,3% menyatakan setuju, 0 responden atau 0%
menyatakan tidak pasti, 0 responden atau 0% menyatakan tidak setuju,
dan 0 responden atau 0% menyatakan sangat tidak setuju terhadap
pertanyaan bahwa tanah disekitar industri subur setelah adanya industri
bata merah. Berikut data responden mengenai pertanyaan apakah semua
anak Bapak/Ibu/Saudara pernah/sedang mengikuti pendidikan sekolah.
Seperti terlihat pada Tabel 4.24.
35,7%
42,9%
64,3%
57,1%
0% 0% 0% 0% 0% 0% 0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
non pekerja pekerja
Sangat Setuju
Setuju
Ragu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
107
Tabel 4.24
Pendidikan Anak
Responden No Tanggapan Jumlah Persentase (%)
Pekerja 1 Ya 5 71,42%
2 Sebagian 0 0%
3 Ragu-ragu 0 0%
4 Tidak tahu 0 0%
5 Tidak ada 2 28,57%
Jumlah 7 100%
Non Pekerja 1 Ya 10 71,42%
2 Sebagian 1 7,14%
3 Ragu-ragu 0 0%
4 Tidak tahu 0 0%
5 Tidak ada 3 21,42%
Jumlah 14 100%
Berdasarkan Tabel 4.24 pada responden pekerja menjelaskan
bahwa 5 responden atau 71,42% menyatakan ya, 0 responden atau 0%
menyatakan sebagian, 0 responden atau 0% menyatakan ragu-ragu, 0
responden atau 0% menyatakan tidak tahu, dan 2 responden atau 28,57%
menyatakan tidak ada. Sedangkan pada responden non pekerja
menjelaskan bahwa 10 responden atau 71,42% menyatakan ya, 1
responden atau 7,14% menyatakan sebagian, 0 responden atau 0%
menyatakan ragu-ragu, 0 responden atau 0% menyatakan tidak tahu, dan
3 responden atau 21,4% menyatakan tidak ada terhadap pertanyaan
bahwa anak Bapak/Ibu/Saudara pernah/sedang mengikuti pendidikan
sekolah. Berikut data responden mengenai pertanyaan berapa jumlah
anak Bapak/Ibu/Saudara yang masih mengikuti pendidikan. Seperti
terlihat pada Gambar 4.9.
108
B
e
r
Gambar 4.9
Jumlah Anak Masyarakat Yang Masih Mengikuti Pendidikan
Berdasarkan Gambar 4.9 pada responden pekerja menjelaskan
bahwa 0 responden atau 0% menyatakan perguruan tinggi (0 orang) , 2
responden atau 28,6% menyatakan SMA (2 orang), 1 responden atau
14,3% menyatakan SMP (1 orang), 3 responden atau 42,9% menyatakan
SD (3 orang), dan 1 responden atau 14,3% menyatakan tidak ada.
Sedangkan pada responden non pekerja menjelaskan bahwa 0 responden
atau 0% menyatakan perguruan tinggi (0 orang) , 4 responden atau 28,6%
menyatakan SMA (4 orang), 3 responden atau 21,4% menyatakan SMP
(3 orang), 4 responden atau 28,6% menyatakan SD (4 orang), dan 3
responden atau 21,4% menyatakan tidak ada terhadap pertanyaan bahwa
jumlah anak Bapak/Ibu/Saudara yang masih mengikuti pendidikan.
Berikut data responden mengenai pertanyaan dengan bekerja di industri
bata merah dapat membantu biaya pendidikan anak/keluarga. Seperti
terlihat pada Tabel 4.25.
0% 0%
28,6% 28,6%
21,4%
14,3%
28,6%
42,9%
21,4%
14,3%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
50%
non pekerja pekerja
Perguruan Tinggi
SMA
SMP
SD
Tidak Ada
109
Tabel 4.25
Bekerja Di Industri Bata Merah Dapat Membantu Biaya Pendidikan
Anak/Keluarga
No Tanggapan Jumlah Persentase (%)
1 Sangat Setuju 2 28,6%
2 Setuju 5 71,4%
3 Tidak Pasti 0 0%
4 Tidak Setuju 0 0%
5 Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 7 100%
Berdasarkan Tabel 4.25 pada responden pekerja menjelaskan
bahwa 2 responden atau 28,6% menyatakan sangat setuju, 5 responden
atau 71,4% menyatakan setuju, 0 responden atau 0% menyatakan tidak
pasti, 0 responden atau 0% menyatakan tidak setuju, dan 0 responden
atau 0% menyatakan sangat tidak setuju terhadap pertanyaan bahwa
dengan bekerja di industri bata merah dapat membantu biaya pendidikan
anak/keluarga. Berikut data responden mengenai pertanyaan bagaimana
tanggapan Bapak/Ibu/Saudara terhadap pendidikan. Seperti terlihat pada
Tabel 4.26.
Tabel 4.26
Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan
No Tanggapan Jumlah Persentase (%)
1 Sangat penting 9 64,28%
2 Penting 5 35,71%
3 Biasa saja 0 0%
4 Tidak penting 0 0%
5 Sangat tidak penting 0 0%
Jumlah 14 100%
110
Berdasarkan Tabel 4.26 pada responden non pekerja menjelaskan
bahwa 9 responden atau 64,28% menyatakan sangat penting, 5
responden atau 35,71% menyatakan penting, 0 responden atau 0%
menyatakan biasa aja, 0 responden atau 0% menyatakan tidak penting,
dan 0 responden atau 0% menyatakan sangat tidak penting terhadap
pertanyaan bagaimana tanggapan Bapak/Ibu/Saudara terhadap
pendidikan. Berikut data responden mengenai pertanyaan adanya
industri bata merah mempengaruhi kondisi kesehatan. Seperti terlihat
pada Gambar 4.10.
Gambar 4.10
Kondisi Kesehatan Masyarakat
Berdasarkan Gambar 4.10 pada responden pekerja menjelaskan
bahwa 0 responden atau 0% menyatakan sangat setuju, 0 responden atau
0% menyatakan setuju, 3 responden atau 42,9% menyatakan tidak pasti,
3 responden atau 42,9% menyatakan tidak setuju, dan 1 responden atau
14,2% menyatakan sangat tidak setuju. Sedangkan pada responden non
pekerja menjelaskan bahwa 0 responden atau 0% menyatakan sangat
setuju, 4 responden atau 28,6% menyatakan setuju, 2 responden atau
14,3% menyatakan tidak pasti, 3 responden atau 21,4% menyatakan tidak
0% 0%
28,6%
0%
14,3%
42,9%
21,4%
42,9%
35,7%
14,2%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
50%
non pekerja pekerja
Sangat Setuju
Setuju
Ragu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
111
setuju, dan 5 responden atau 35,7% menyatakan sangat tidak setuju
terhadap pertanyaan bahwa adanya industri bata merah mempengaruhi
kondisi kesehatan. Berikut data responden mengenai pertanyaan adanya
jaminan kesehatan dari pengusaha untuk pekerja industri bata merah.
Seperti terlihat pada Tabel 4.27.
Tabel 4.27
Jaminan Kesehatan Dari Pengusahan Untuk Pekerja Industri Bata
Merah
No Tanggapan Jumlah Persentase (%)
1 Sangat Setuju 0 0%
2 Setuju 5 71,42%
3 Tidak Pasti 0 0%
4 Tidak Setuju 0 0%
5 Sangat Tidak Setuju 2 28,57%
Jumlah 7 100%
Berdasarkan Tabel 4.27 pada responden pekerja menjelaskan
bahwa 0 responden atau 0% menyatakan sangat setuju, 5 responden atau
71,42% menyatakan setuju, 0 responden atau 0% menyatakan tidak pasti,
0 responden atau 0% menyatakan tidak setuju, dan 2 responden atau
28,57% menyatakan sangat tidak setuju terhadap pertanyaan adanya
jaminan kesehatan dari pengusahan untuk pekerja industri bata merah.
Berikut data responden mengenai pertanyaan adanya jaminan kesehatan
dari pengusaha untuk masyarakat sekitar industri bata merah. Seperti
terlihat pada Tabel 4.28.
112
Tabel 4.28
Jaminan Kesehatan Dari Pengusaha Untuk Masyarakat Sekitar
Industri Bata Merah
No Tanggapan Jumlah Persentase (%)
1 Sangat Setuju 0 0%
2 Setuju 0 0%
3 Tidak Pasti 0 0%
4 Tidak Setuju 4 28,6%
5 Sangat Tidak Setuju 10 71,4%
Jumlah 14 100%
Berdasarkan Tabel 4.28 pada responden non pekerja menjelaskan
bahwa 0 responden atau 0% menyatakan sangat setuju, 0 responden atau
0% menyatakan setuju, 0 responden atau 0% menyatakan tidak pasti, 4
responden atau 28,6% menyatakan tidak setuju, dan 10 responden atau
71,4% menyatakan sangat tidak setuju terhadap pertanyaan adanya
jaminan kesehatan dari pengusaha untuk masyarakat sekitar industri bata
merah. Berikut data responden mengenai pertanyaan pendapatan yang
diperoleh dari bekerja di industri mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Seperti terlihat pada Tabel 4.29.
Tabel 4.29
Pendapatan Yang Diperoleh Dari Bekerja Di Industri Bata Merah
(Kebutuhan Sehari-Hari)
No Tanggapan Jumlah Persentase (%)
1 Sangat Setuju 2 28,6%
2 Setuju 4 57,1%
3 Tidak Pasti 0 0%
4 Tidak Setuju 0 0%
5 Sangat Tidak Setuju 1 14,3%
Jumlah 7 100%
113
Berdasarkan Tabel 4.29 pada responden pekerja menjelaskan
bahwa 2 responden atau 28,6% menyatakan sangat setuju, 4 responden
atau 57,1% menyatakan setuju, 0 responden atau 0% menyatakan tidak
pasti, 0 responden atau 0% menyatakan tidak setuju, dan 1 responden
atau 14,3% menyatakan sangat tidak setuju terhadap pertanyaan
pendapatan yang diperoleh dari bekerja di industri mencukupi kebutuhan
sehari-hari. Berikut data responden mengenai pertanyaan adanya industri
bata merah pendapatan masyarakat sekitar industri menjadi meningkat.
Seperti terlihat pada Tabel 4.30.
Tabel 4.30
Pendapatan Masyarakat Sekitar Industri
(Peningkatan)
No Tanggapan Jumlah Persentase (%)
1 Sangat Setuju 1 7,14%
2 Setuju 2 14,28%
3 Tidak Pasti 3 21,42%
4 Tidak Setuju 2 14,28%
5 Sangat Tidak Setuju 6 42,85%
Jumlah 14 100%
Berdasarkan Tabel 4.30 pada responden non pekerja menjelaskan
bahwa 1 responden atau 7,14% menyatakan sangat setuju, 2 responden
atau 14,28% menyatakan setuju, 3 responden atau 21,42% menyatakan
tidak pasti, 2 responden atau 14,28% menyatakan tidak setuju, dan 6
responden atau 42,85% menyatakan sangat tidak setuju terhadap
pertanyaan adanya industri bata merah pendapatan masyarakat sekitar
industri menjadi meningkat. Berikut data responden mengenai
pertanyaan berapakah pendapatan yang Bapak/Ibu/saudara peroleh
perbulan. Seperti terlihat pada Gambar 4.11.
114
Gambar 4.11
Pendapatan Yang Diperoleh Perbulan
Berdasarkan Gambar 4.11 pada responden pekerja menjelaskan
bahwa 4 responden atau 57,1% menyatakan lebih dari Rp. 2.000.000, 3
responden atau 42,9% menyatakan Rp. 1.000.000 - Rp. 2.000.000, 0
responden atau 0% menyatakan Rp. 750.000 - Rp. 1.000.000, 0
responden atau 0% menyatakan Rp. 500.000 - Rp. 750.000, dan 0
responden atau 0% menyatakan kurang dari Rp. 500.000. Sedangkan
responden non pekerja menjelaskan bahwa 2 responden atau 14,3%
menyatakan lebih dari Rp. 2.000.000, 2 responden atau 14,3%
menyatakan Rp. 1.000.000 - Rp. 2.000.000, 1 responden atau 7,1%
menyatakan Rp. 750.000 - Rp. 1.000.000, 2 responden atau 14,3%
menyatakan Rp. 500.000 - Rp. 750.000, dan 7 responden atau 42,9%
menyatakan kurang dari Rp. 500.000 terhadap pertanyaan bahwa
pendapatan yang Bapak/Ibu/Saudara peroleh perbulan. Berikut data
responden mengenai pertanyaan berapa jumlah tanggungan hidup
Bapak/Ibu/Saudara. Seperti terlihat pada Gambar 4.12.
14,3%
57,1%
14,3%
42,9%
7,1%
0%
14,3%
0%
42,9%
0% 0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
non pekerja pekerja
Lebih Dari Rp.2jt
Rp. 1jt - Rp. 2jt
Rp. 750rb - Rp. 1jt
Rp. 500rb - Rp. 750rb
Kurang Dari Rp. 500rb
115
Gambar 4.12
Jumlah Tanggungan Hidup
Berdasarkan Gambar 4.12 pada responden pekerja menjelaskan
bahwa 1 responden atau 14,3% menyatakan lebih dari 4 orang, 0
responden atau 0% menyatakan 4 orang, 3 responden atau 42,9%
menyatakan 3 orang, 2 responden atau 28,6% menyatakan 2 orang, dan 1
responden atau 14,3% menyatakan 1 orang. Sedangkan pada responden
non pekerja menjelaskan bahwa 2 responden atau 14,3% menyatakan
lebih dari 4 orang, 3 responden atau 21,4% menyatakan 4 orang, 4
responden atau 28,6% menyatakan 3 orang, 3 responden atau 21,4%
menyatakan 2 orang, dan 2 responden atau 14,3% menyatakan 1 orang
terhadap pertanyaan bahwa jumlah tanggungan hidup
Bapak/Ibu/Saudara. Berikut data responden mengenai pertanyaan berapa
pengeluaran rata-rata Bapak/Ibu/Saudara dalam sebulan. Seperti terlihat
pada Gambar 4.13.
14,3% 14,3%
21,4%
0%
28,6%
42,9%
21,4%
28,6%
14,3% 14,3%
0,00%
5,00%
10,00%
15,00%
20,00%
25,00%
30,00%
35,00%
40,00%
45,00%
50,00%
non pekerja pekerja
Lebih Dari 4 Orang
4 Orang
3 Orang
2 Orang
1 Orang
116
Gambar 4.13
Pengeluaran Rata-Rata Perbulan
Berdasarkan Gambar 4.13 pada responden pekerja menjelaskan
bahwa 5 responden atau 71,4% menyatakan diatas Rp. 1.000.0000, 1
responden atau 14,28% menyatakan Rp. 750.000 - Rp. 1.000.000, 0
responden atau 0% menyatakan Rp. 500.000 - Rp. 750.000, 0 responden
atau 0% menyatakan Rp. 250.000 - Rp. 500.000, dan 0 responden atau
0% menyatakan kurang dari Rp. 250.000. Sedangkan responden non
pekerja menjelaskan bahwa 7 responden atau 50% menyatakan diatas Rp.
1.000.0000, 5 responden atau 35,7% menyatakan Rp. 750.000 - Rp.
1.000.000, 2 responden atau 14,3% menyatakan Rp. 500.000 - Rp.
750.000, 0 responden atau 0% menyatakan Rp. 250.000 - Rp. 500.000,
dan 0 responden atau 0% menyatakan kurang dari Rp. 250.000 terhadap
pertanyaan bahwa pengeluaran rata-rata Bapak/Ibu/Saudara dalam
sebulan. Berikut data responden mengenai pertanyaan milik siapa rumah
yang Bapak/Ibu/Saudara tempati . Seperti terlihat pada Tabel.4.31.
50%
71,4%
35,7%
14,28% 14,3%
0% 0% 0% 0%
14,28%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
non pekerja pekerja
Diatas Rp. 1jt
Rp. 750rb - Rp. 500rb
Rp. 500rb - Rp. 750rb
Rp. 250rb - Rp. 500rb
Kurang Dari Rp. 250rb
117
Tabel 4.31
Kepemilikkan Rumah
Responden No Tanggapan Jumlah Persentase (%)
Pekerja 1 Milik pribadi 4 57,1%
2 Milik mertua/orang
tua
3 42,9%
3 Menyewa 0 0%
4 Mengontrak 0 0%
5 Menumpang 0 0%
Jumlah 7 100%
Non Pekerja 1 Milik pribadi 8 57,14%
2 Milik mertua/orang
tua
6 42,85%
3 Menyewa 0 0%
4 Mengontrak 0 0%
5 Menumpang 0 0%
Jumlah 14 100%
Berdasarkan Tabel 4.31 pada responden pekerja menjelaskan
bahwa 4 responden atau 57,1% menyatakan milik pribadi, 3 responden
atau 42,9% menyatakan milik mertua/orangtua, 0 responden atau 0%
menyatakan menyewa, 0 responden atau 0% menyatakan mengontrak,
dan 0 responden atau 0% menyatakan menumpang. Sedangkan
responden non pekerja menjelaskan bahwa 8 responden atau 57,14%
menyatakan milik pribadi, 6 responden atau 42,85% menyatakan milik
mertua/orangtua, 0 responden atau 0% menyatakan menyewa, 0
responden atau 0% menyatakan mengontrak, dan 0 responden atau 0%
menyatakan menumpang terhadap pertanyaan Milik siapa rumah yang
Bapak/Ibu/Saudara tempati.
118
2. Hasil Wawancara
Wawancara dilakukan kepada 8 orang narasumber di antaranya 7
pengusaha industri bata merah dan 1 Kepala Desa Wanarata Kecamatan
Bantarbolang Kabupaten Pemalang.
a. Wawancara dilakukan dengan Kepala Desa Wanarata Kecamatan
Bantarbolang Kabupaten Pemalang untuk mengetahui pendapat
Kepala Desa terkait pengaruh industri bata merah di Desa Wanarata
didapatkan informasi sebagai berikut:
1) Keberadaan industri bata merah di di Desa Wanarata tidak
mengganggu masyarakat sekitar. Hal ini sesuai dengan yang
diungkapkan oleh Kepala Desa Wanarata yaitu Bapak Sutedjo
bahwa:
“Kalau mengganggu saya rasa tidak, karena kebanyakan
lokasi industri jauh dari rumah-rumah penduduk, tetapi
memang ada beberapa rumah yang dekat dengan industri,
tapi selama ini tidak ada warga yang melapor ke perangkat
desa jika mereka terganggu dengan adanya industri.”
2) Regulasi (aturan) mengenai tanah yang disewa untuk bahan bata
merah yaitu jika tanah sudah rata dan dapat ditanami padi atau
tanaman yang lain pengusaha wajib tidak melakukan lagi
pengambilan tanah sebagai bahan mentah karena akan merusak.
3) Kontribusi dari perangkat desa untuk memajukan industri bata
merah adalah ikut serta membantu menyewakan tanah untuk
bahan baku membuat bata merah.
4) Dampak positif dan negatif dari adanya industri bata merah
yaitu:
Dampak positifnya adalah tanah yang untuk bahan bata merah
yaitu tanah tidak rata seperti bergunung-gunung, yang tidak
bisa dimanfaatkan untuk menanam padi dan tanaman yang
lainnya, karena adanya batu bata kemudian bisa dimanfaatkan.
Sedangkan negatifnya jika tanah semakin lama digali dan
waktunya cukup lama akan membuat tanah menjadi tidak
119
subur, maka itu harus ada yang namanya perjanjian antara
penyewa tanah dengan yang punya tanah untuk setelah rata
sebaiknya sudah berhenti untuk digali dan tanah dikembalikkan
kepemilik.
5) Dengan adanya industri bata merah tidak terjadi pencemaran air
disekitar industri karena industri bata merah tidak membuang
limbah yang mencemari air.
6) Kondisi tanah sebelum dan sesudah adanya industri bata merah,
sebelum adanya industri bata merah tanah tidak rata seperti
bergunung-gunung dan tidak bisa dimanfaatkan untuk menanam
padi dan tanaman yang lainnya, setelah ada industri bata merah
tanah kemudian bisa di manfaatkan untuk menanam padi atau
tanaman palawija.
7) Dengan adanya industri bata merah tidak mempengaruhi
kesehatan masyarakat disekitar industri. Hal ini sesuai dengan
yang diungkapkan oleh Kepala Desa Wanarata yaitu Bapak
Sutedjo bahwa:
“Saya kira tidak mempengaruhi karena saat
pembakaran asap keluarnya keatas saya kira tidak
mengganggu karena walaupun jauh kena angin juga
sudah hilang. Saya kira tidak mengganggu masalah
asap ini.”
8) Dengan adanya industri bata merah dapat membantu pendapatan
masyarakat. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh
Kepala Desa Wanarata yaitu Bapak Sutedjo bahwa:
“Iya pasti membantu, dengan adanya industri bata merah
sangat mengurangi pengangguran di Desa Wanarata
karena dari dulu banyak pengangguran dan yang tadinya
perantau ke tanah abang Jakarta, melainkan beralih
bekerja di bata merah, setelah adanya bata merah disini
mereka tidak lagi merantau tapi di rumah. disekitar
industri maka sekarang adanya industri batu bata merah
banyak tenaga kerja yang terserap disitu.”
120
b. Wawancara dilakukan dengan 7 pengusaha industri bata merah di
Desa Wanarata untuk mengetahui pendapat pengusaha tentang
pengaruh industri bata merah terhadap kondisi lingkungan di Desa
Wanarata didapatkan informasi sebagai berikut:
1) Pengusaha industri sudah mendirikan usahanya sekitar 2-15
tahun.
2) Tenaga kerja setiap harinya juga banyak bervariasi ada yang 6,7
sampai 12 orang .
3) Penghasilan tenaga kerja rata-rata dari tujuh industri sekitar
Rp.60.000-Rp.100.000.
4) Status kepemilkan industri semua pengusaha adalah milik
sendiri dan tanahnya menyewa ke pihak desa.
5) Untuk pemasaran bata merah kebanyakan masih disekitar
kabupaten Pemalang, tapi sering juga ke Kabupaten Tegal,
Pekalongan dan Purbalingga.
6) Transportasi pemasaran pengusaha melihat dekat jauhnya
pembeli, jika dekat biasanya memakai pick up dan jika jauh
menggunakan truk.
7) Untuk masalah air tidak secara langsung berpengaruh terhadap
masyarakat karena industri tidak membuang limbah kimia,
namun dalam proses pembuatan batu bata merah, air yang
digunakan untuk pencampuran tanah sedikit sulit ketika musim
kemarau karena sumur mengalami kekeringan jadi tenaga kerja
harus mengambilnya di sungai dengan menggunakkan selang,
tetapi hanya beberapa industri yang dekat dengan sungai,
industri yang dijauh dari sungai mengalami kesulitan untuk
mendapatkan air untuk pencampuran bahan baku pembuatan
batu bata.
8) Untuk masalah udara sebagian masyarakat mengeluhkan asap-
asap atau polusi yang dikeluarkan industri bata merah yang
121
mengarah ke perumahan warga. Namun beberapa pengusaha
industri bata merah sudah berusaha meminimalisir dengan
menggunakan kayu sebagai alat pembakaran sehingga tidak
keluar asap yang tebal.
9) Untuk masalah tanah terjadi perubahan kondisi tanah. Tanah
yang berasal dari persawahan digali secara terus menerus
menimbulkan lubang-lubang galian sehingga tidak dapat
digunakan untuk bercocok tanam. Namun para pengusaha
industri bata merah mengembalikan kondisi tersebut setelah
selesai melakukan produksi batu bata merah. Tanah tersebut
masih tetap subur dan diratakkan kembali untuk menanam padi
atau tanaman palawija.
Tanah di Desa Wanarata banyak yang tidak rata. Dataran yang
semula tinggi atau tidak bisa digunakan untuk bercocok tanam
setelah diambil tanah tersebut untuk pembuatan batu bata merah,
topografi tersebut menjadi rendah dan bisa dimanfaatkan untuk
bercocok tanam.
10) Untuk pendidikan, jenjang pendidikan pengusaha industri bata
merah bervariasi, ada yang tidak sekolah, SD, SLTP, SLTA
sampai S1. Sesudah pengusaha mempunyai industri bata merah,
mereka mengaku ada perubahan untuk pendidikan anak-anaknya
sampai bisa membantu membiayai pendidikan cucu-cucunya,
yang tadinya mereka hanya sampai tamat SMP setelah
mempunyai industri bata merah kebanyakan anak-anak dari
pengusaha sekolah sampai ke perguruan tinggi. Artinya adalah
terjadi perubahan dalam segi aspek pendidikan dari masyarakat
di Desa Wanarata.
11) Menurut pengusaha untuk perekonomian keluarga sangat
terbantu dengan adanya industri bata merah.
12) Untuk jaminan kesehatan belum ada tapi jika ada yang sakit
pengusaha tetap memberikan bantuan. Kondisi atau keadaan
122
kesehatan masyarakat di Desa Wanarata sebelum dan sesudah
adanya industri batu bata merah relatif sama. Hanya saja pada
saat proses pembakaran bata merah sebagian masyarakat
terganggu oleh asap-asapnya. Namun menurut beberapa
pengusaha kondisi seperti itu sudah diminimalisir dengan
menggunakan kayu saat pembakaran dan tidak akan
mengganggu masyarakat sekitar industri.
13) Pendapatan merupakan penghasilan yang di dapat seseorang dari
hasil kerja keras atau usahanya. Pendapatan juga dapat diukur
dari tempat dimana seseorang bekerja. Sebagian besar
pengusaha industri bata merah sebelum mempunyai industri
pekerjaannya adalah sebagai petani, serabutan, dan pedagang.
Keberadaan industri batu bata merah cukup berpengaruh
terhadap pendapatan yang diterima oleh pengusaha ataupun
pekerja, penghasilan bersih pengusaha sekitar Rp.4.000.000-
Rp.12.000 dan untuk masyarakat pekerja bisa mendapatkan
penghasilan bersih sekitar Rp.60.000-Rp.100.000 perhari. Bagi
pengusaha pendapatan yang diperoleh sangat membantu
perekonomian keluarga karena dengan mempunyai industri bata
merah dapat membantu ekonomi keluarga.
14) Kepemilikan fasilitas hidup berguna sebagai kemudahan
masyarakat ataupun sebagai pemuas kebutuhan hidupnya.
Setelah adanya industri bata merah di Desa Wanarata tentu
fasilitas hidup yang dimiliki pengusaha bertambah. Pengusaha
industri bata merah mengaku dapat membeli keperluan-
keperluan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sekarang
pengusaha mampu untuk membeli alat elektronik seperti TV,
mesin cuci, VCD, dispenser. Alat komunikasi seperti HP bahkan
beberapa pengusaha mampu membeli motor dan mobil.
123
3. Hasil Observasi
Adapun yang akan diobservasi oleh peneliti adalah bahan baku,
bahan bakar, transportasi pemasaran, kondisi air, kondisi tanah, keadaan
udara, bentuk rumah, atat elektronik, sarana komunikasi, alat
transportasi. Berikut hasil observasi dapat dilihat pada Tabel 4.32.
Tabel 4.32
Hasil Observasi
No Aspek yang diamati Ketersediaan
1 Industri Bata Merah Ya Tidak
a. Bahan baku
b. Bahan Bakar
c. Transportasi
Keadaan
2 Kondisi Lingkungan Baik Tidak
Kondisi Fisik:
a. Air
b. Tanah
c. Udara
Ketersediaan
Kondisi Sosial Ekonomi: Ya Tidak
a. Bangunan rumah
1) Permanen
2) Semi permanen
b. Alat elektronik
1) TV
2) Radio
3) Mesin cuci
4) Vcd
5) Dispenser
124
c. Alat komunikasi
1) Telepon rumah
2) HP
d. Alat transportasi
1) Motor
2) Mobil
3) Sepeda
Sumber : Hasil observasi 2018 Desa Wanarata
a. Industri bata merah
Hasil observasi secara langsung di lapangan, melihat
masyarakat Desa Wanarata mulai menjalankan aktivitas sejak pagi.
Dimulai dengan keseharian yang biasa dilakukan masyarakat Desa
kebanyakan yaitu menyapu rumahnya hingga teras depan kegiatan
tersebut dilakukan sebelum menjalankan aktivitasnya atau sebelum
mereka bekerja. Kemudian masyarakat mulai sibuk dengan rutinitas
masing- masing. Ada yang pergi ke sekolah untuk mengantar
anaknya, bertani, dan ke industri.
Masyarakat yang bekerja di industri bata merah yang berada
di Desa Wanarata, mereka pergi bekerja menggunakan motor, ada
juga yang memakai sepeda dan berjalan kaki karena jaraknya dengan
rumah cukup dekat. Kegiatan indsutri dilakukan sejak pagi hari
sampai sore hari. Biasanya para pekerja boleh pulang kerumah hanya
untuk sekedar sholat ataupun makan siang di rumah. Kegiatan
dilakukan baik dalam keadaan cuaca panas ataupun musim
penghujan.
Berdasarkan hasil penelitian di industri bata merah di Desa
Wanarata yang dilakukan di 7 industri bata merah yang bertempat di
Dukuh Lenggak khususnya RT 32 RW 08. Peneliti mengamati dua
industri bata merah di dukuh Lenggak, bukan hanya di dukuh
Lenggak peniliti juga mengamati 5 industri di dukuh Kedung Sambi
125
khususnya di RT 37, 38, 39 dan RW 09. Di industri bata merah
peneliti mengamati apa saja bahan baku, bahan bakar, tranportasi,
air, tanah, dan udara yang ada di industri bata merah dan peneliti
juga mengamati kondisi sosial ekonomi masayarakat yang bekerja
dan tidak bekerja di industri bata merah.
Bahan baku yang digunakan untuk membuat bata merah
adalah tanah liat, air dan sekam padi. Bahan bakar yang digunakan
untuk pembuatan bata merah adalah kayu. Transportasi yang
digunakan untuk mengangkut/pemasaran bata merah menggunakan
truk atau los bak tergantung sedikit atau banyaknya permintaan
konsumen.
Melihat dari sisi kondisi lingkungan fisik sekitar industri
bata merah memberikan dampak pada lingkungan sekitar. Air
disekitar industri tidak tercemar dan tetap bisa dipergunakan untuk
kebutuhan sehari-hari masyarakat. Air yang digunakan untuk
pencampuran bahan baku bata merah biasanya para pekerja
mengambil dari sumur yang dibuat di sekitar industri, membuat
galian-galian untuk penampungan air, jika sumur sedang kering
biasanya pekerja mengambil air dari sungai dengan cara memasang
selang yang lebih besar.
Hal yang sama dengan kondisi tanah bekas galian untuk
bahan baku masih bisa dimanfaatkan kembali. Kondisi tanah yang
awal mulanya adalah tanah yang tidak rata dan tidak bisa ditanami
padi sekarang dengan adanya kegiatan industri bata merah tanah
yang tadinya tidak rata digunakan untuk bahan baku pembuatan bata
merah dan pengusaha bisa memanfaatkan untuk menanam padi atau
tanaman palawija setelah tanah sudah rata.
Berbeda dengan kondisi lingkungan fisik air dan tanah,
kondisi lingkungan fisik udara disekitar industri mengganggu
masyarakat yang rumahnya dekat dengan industri bata merah, saat
pembakaran berlangsung asap yang berdebu akan tertiup angin dan
126
masuk kerumah-rumah masyarakat sekitar, sehingga membuat
rumah masyarakat sekitar kotor, akan tetapi dari tujuh industri hanya
2 industri yang dekat dengan rumah-rumah masyarakat dan lima
industri bertempat ditengah-tengah sawah sehingga tidak
mengganggu masyarakat sekitar.
b. Kondisi Sosial Ekonomi
Indikator-indikator kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa
Wanarata dapat di lihat dari bangunan rumah, alat elektronik, sarana
komunikasi, dan kepemilikkan fasilitas hidup.
Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa kondisi sosial
ekonomi masyarakat Desa Wanarata dilihat dari tempat tinggal atau
rumah. Sebagian besar masyarakat bangunan rumah yang ditempati
sudah permanen bahkan beberapa bangunan tersebut luas. Namun
kebanyakan rumah di Desa Wanarata khususnya di dukuh Lenggak
dan Kedung Sambi sederhana dan tidak bertingkat serta berdekatan
satu dengan yang lain.
Dilihat dari kepemilikan barang-barang elektronik, sebagian
besar masyarakat sudah dapat memenuhi kebutuhan hidupnya akan
barang-barang elektronik seperti TV, Mesin Cuci, VCD, dan
dispenser maupun alat komunikasi seperti HP. Semua hal tersebut
layaknya seperti kebutuhan primer yang harus dimiliki oleh
masyarakat. Namun ada beberapa masyarakat yang memang tidak
memiliki keseluruhan barang-barang elektronik.
Masyarakat Desa Wanarata biasanya melakukan aktivitas
sehari-hari atau ke tempat kerja menggunakan motor jika jauh dan
menggunakan sepeda jika dekat. Rata-rata masyarakat Desa
Wanarata dalam satu keluarga memiliki motor dan beberapa
keluarga memiliki sepeda. Untuk kendaraan mewah seperti mobil
hanya masyarakat tertentu saja yang memilikinya.
Maka dapat disimpulkan bahwa kondisi sosial ekonomi
masyarakat Desa Wanarata lebih baik. Karena dengan adanya
127
pendapatan sebagai pekerja di industri bata merah masyarakat
sebagian besar dapat memenuhi kebutuhannya. Artinya dengan
adanya industri bata merah membawa pengaruh terhadap kondisi
sosial ekonomi masyarakat di Desa Wanarata Kecamatan
Bantarbolang Kabupaten Pemalang.
C. Hasil Analisis dan Pengujian Hipotesis
1. Uji Instrumen Kuesioner
a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Untuk mendapatkan data
primer peneliti melakukan penyebaran kuesioner kepada responden
masyarakat Desa Wanarata yang bekerja di industri bata merah dan
yang tidak bekerja di industri bata merah. Setiap item pertanyaan
dikatakan valid jika nilai dari item pernyataan atau r hitung tersebut
positif dan lebih besar dari r tabel. Pada uji try out 10 responden,
yang terdiri dari 5 masyarakat yang bekerja di industri bata merah
dan 5 masyarakat yang tidak bekerja di industri bata merah. Peneliti
menggunakan rumus df = n-2, jadi 10-2 = 8 dan didapati nilai 0,707
sebagai r tabel.
Sedangkan uji reliabilitas digunakan untuk menguji konsistensi
data dalam jangka waktu tertentu, yaitu untuk megetahui sejauh
mana pengukuran yang dapat dipercaya atau diandalkan. Variabel-
variabel tersebut dikatakan Cronbach Alpha-nya memiliki nilai >
0,60 yang berarti bahwa instrumen dapat dipergunakan sebagai
pengumpul data yang handal yaitu pengukuran relatif koefisien jika
dilakukan pengukuran ulang. Uji reliabilitas ini bertujuan untuk
melihat konsistensi.
Sebelum kuesioner dibagikan ke 21 responden, peneliti
melakukan try out atau pra survey terhadap 10 responden dengan
memberikan 24 pertanyaan untuk menguji validitas dan reliabilitas
128
dari seluruh pertanyaan tersebut. Berikut ini adalah hasil uji validitas
dan reliabilitas pada variabel penelitian pengaruh industri bata merah
terhadap kondisi lingkungan. Hasil uji validitas dalam penelitian ini
dapat dilihat pada Tabel 4.33.
Tabel 4.33
Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Instrumen Pekerja
No Item
Pertanyaan
Person
Correlatic Kesimpulan
1 Q.1 0,867 Valid
2 Q.2 0,867 Valid
3 Q.3 0,762 Valid
4 Q.4 0,867 Valid
5 Q.5 0,869 Valid
6 Q.6 0,963 Valid
7 Q.7 0,963 Valid
8 Q.8 0,867 Valid
9 Q.9 0,869 Valid
10 Q.10 0,867 Valid
11 Q.11 0,762 Valid
12 Q.12 0,867 Valid
13 Q.13 0,911 Valid
14 Q.14 0,867 Valid
15 Q.15 0,869 Valid
16 Q.16 0,892 Valid
17 Q.17 0,762 Valid
18 Q.18 0,867 Valid
19 Q.19 0,869 Valid
20 Q.20 0,762 Valid
21 Q.21 0,869 Valid
22 Q.22 0,779 Valid
23 Q.23 0,869 Valid
24 Q.24 0,869 Valid
Sumber: hasil output SPSS data primer yang telah diolah, 2018 Hasil uji validitas
Berdasarkan Tabel 4.33 terdapat 24 pertanyaan yang
diberikan kepada 5 responden dalam penelitian ini adalah pekerja
yang menunjukan bahwa 24 item dinyatakan valid. Artinya nilai r
129
hitung lebih besar dari r tabel yaitu sebesar 0,707 dan ada item yang
tidak valid atau di bawah angka 0,707.
Adapun rekapitulasi hasil uji validitas instrumen non
pekerja dapat dilihat pada Tabel 4.34.
Tabel 4.34
Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Instrumen Non Pekerja
No Item
Pertanyaan Person Correlatic Kesimpulan
1 Q.1 0,883 Valid
2 Q.2 0,883 Valid
3 Q.3 0,767 Valid
4 Q.4 0,883 Valid
5 Q.5 0,900 Valid
6 Q.6 0,883 Valid
7 Q.7 0,883 Valid
8 Q.8 0,883 Valid
9 Q.9 0,883 Valid
10 Q.10 0,883 Valid
11 Q.11 0,767 Valid
12 Q.12 0,974 Valid
13 Q.13 0,821 Valid
14 Q.14 0,821 Valid
15 Q.15 0,883 Valid
16 Q.16 0,767 Valid
17 Q.17 0,883 Valid
18 Q.18 0,974 Valid
19 Q.19 0,767 Valid
20 Q.20 0,802 Valid
21 Q.21 0,870 Valid
22 Q.22 0,821 Valid
23 Q.23 0,883 Valid
24 Q.24 0,883 Valid
Berdasarkan Tabel 4.34 terdapat 24 pertanyaan yang
diberikan kepada 5 responden dalam penelitian ini adalah
masyarakat yang tidak bekerja di industri bata merah menunjukan
bahwa keseluruhan dinyatakan valid. Artinya nilai r hitung lebih
130
besar dari r tabel yaitu sebesar 0,707 dan tidak ada item yang tidak
valid atau di bawah angka 0,707.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
hasil pengukuran tetap konsisten. Dimana, suatu kuesioner dikatakan
reliabel atau handal jika jawaban responden terhadap pertanyaan
adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Untuk uji
reliabilitas bisa dilihat pada Tabel 4.35.
Tabel 4.35
Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Pekerja
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,970 24
Berdasarkan Tabel 4.35 bahwa hasil Cronbach Alpha lebih
besar dari 0,60 yaitu sebesar 0,970. Dapat disimpulkan bahwa semua
variabel dinyatakan reliabel.
Tabel 4.36
Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Non Pekerja
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,982 24
Berdasarkan Tabel 4.36 bahwa hasil Cronbach Alpha lebih
besar dari 0,60 yaitu sebesar 0,982. Dapat disimpulkan bahwa semua
variabel dinyatakan reliabel.
131
2. Uji Asumsi dasar
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah
populasi data berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini
menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov, yaitu dengan cara
melihat nilai signifikasi, jika nilai Prob. /Sig F > 5%, sebaran bersifat
normal. Namun, jika nilai Prob. /Sig F < 5%, sebaran bersifat tidak
normal. Berikut hasil uji normalitas data dengan metode
Kolmogorov-Smirnov bisa terlihat pada Tabel 4.37.
Tabel 4.37
Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize
d Residual
N 21
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation 4,39605563
Most Extreme
Differences
Absolute ,144
Positive ,144
Negative -,131
Test Statistic ,144
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
Berdasarkan Tabel 4.37 menunjukan hasil pengujian
normalitas dari indikator-indikator penelitian. Hasil penelitian
menunjukan bahwa seluruh indikator penelitian berdistribusi normal.
Berdasarkan data dari tabel diatas nilai semua indikator memiliki
signifikansi Kolmogorov Smirnov dengan nilai 0,200 > 0,05.
132
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui varian dari
beberapa populasi yang ada. Kriteria pengambilan keputusan adalah
jika probabilitas (sig)>0,05, maka distribusi data adalah homogen.
Jika probabilitas (sig)<0,05, maka distribusi data adalah tidak
homogen. Berikut hasil uji homogenitas dengan metode One-Way
Anova dapat dilihat pada Tabel 4.38.
Tabel 4.38
Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas
Berdasarkan Tabel 4.38 bahwa pengujian homogenitas di
atas besarnya nilai signifikan adalah 0,000. Nilai ini menunjukkan
bahwa nilai sig < α = 0,000 < 0,05, maka distribusi data adalah
homogenya atau varian tidak sama.
3. Uji Regresi Linear Sederhana
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis regresi sederhana. Analisis regresi sederhana digunakan
sebagai alat analisis statistik karena penelitian ini dirancang untuk
meneliti variabel-variabel yang berpengaruh dari variabel indevenden
terhadap variabel dependen.
Test of Homogeneity of Variances
Hasil
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1944187874851
4588,000 7 8 ,000
133
Tabel 4.39
Rekapitulasi Hasil Uji Regresi Linear Sederhana Pekerja Industri
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -
22,714 14,282 -1,590 ,173
Keberadaa
n_Industri 3,042 ,522 ,934 5,829 ,002 1,000 1,000
Berdasarkan Tabel 4.39 diketahui persamaan regresi adalah sebagai
berikut:
Y = a + bX
Y = - 22,714 + 3,042X
Model dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai berikut :
1) Nilai konstanta (a) adalah -22,714, dapat diartikan jika Keberadaan
Industri nilainya adalah 0, maka kondisi lingkungan akan mengalami
kenaikan sebesar -22,714.
2) Nilai koefisien variabel Keberadaan Industri (X) bernilai positif, yaitu
3,042, dapat diartikan bahwa apabila Keberadaan Industri mengalami
kenaikan 1 satuan sedangkan variabel lain tetap, maka variabel
dependen (Kondisi Lingkungan) akan mengalami kenaikan 3,042.
134
Tabel 4.40
Rekapitulasi Hasil Uji Regresi Linear Sederhana Non Pekerja
Industri
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -,640 4,546 -,141 ,890
Keberadaan
_Industri 1,846 ,204 ,934 9,060 ,000 1,000 1,000
Berdasarkan tabel 4.40 diketahui persamaan regresi adalah sebagai
berikut:
Y = a + bX
Y = - 0,640 + 1,846X
Model dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai berikut :
1) Nilai konstanta (a) adalah -0,640, dapat diartikan jika Keberadaan
Industri nilainya adalah 0, maka Perilaku Etis akan mengalami
kenaikan sebesar -0,640.
2) Nilai koefisien variabel Keberadaan Industri (X) bernilai positif, yaitu
1,846, dapat diartikan bahwa apabila Keberadaan Industri mengalami
kenaikan 1 satuan sedangkan variabel lain tetap, maka variabel
dependen (Kondisi Lingkungan) akan mengalami kenaikan 1,846.
4. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefesien Determinasi digunakan untuk menjelaskan proporsi
variabel independen (Keberadaan Industri) yang mampu dijelaskan oleh
variabel dependen (Kondisi Lingkungan) dalam persamaan regresi. Pada
pengujian Koefisien Determinasi dengan melihat nilai Adjusted R Square
135
dengan nilai antara 0 sampai dengan 1. Apabila nilai Adjusted R Square
bernilai kecil menunjukan kemampuan variabel-variabel independen
dalam menjelaskan variabel dependen terbatas. Jika nilai yang mendekati
1 berarti variabel-variabel independen memberikan informasi untuk
memprediksi variabel dependen. Hasil uji koefisien determinasi dapat
dilihat pada Tabel 4.41.
Tabel 4.41
Rekapitulasi Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Pekerja Industri
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,939a ,882 ,859 5,102
Berdasarkan Tabel 4.41 nilai yang digunakan adalah nilai
Adjusted R Square yaitu 0,939. Maka dapat diartikan bahwa variabel
independen (Keberadaan Industri), dapat menjelaskan variabel
dependen (Kondisi Lingkungan) sebesar 85,9%.
Tabel 4.42
Rekapitulasi Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Non Pekerja
Industri
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,984a ,969 ,967 2,706
Berdasarkan Tabel 4.42 nilai yang digunakan adalah nilai
Adjusted R Square yaitu 0,984. Maka dapat diartikan bahwa variabel
independen (Keberadaan Industri), dapat menjelaskan variabel
dependen (Kondisi Lingkungan) sebesar 96.7%.
136
5. Uji Hipotesis
a. Uji t (parsial)
Uji individual yaitu, statistik bagi koefisien regresi dengan
hanya satu koefisien regresi yang mempengaruhi Y. Uji ini gunanya
ialah untuk menemukan nilai korelasi murni yang terlepas dari
pengaruh-pengaruh variabel lainnya. Uji ini menggunakan taraf
signifikansi 0,05 untuk uji 2 arah dengan prosedur statistik sebagai
berikut :
1) Taraf signifikan (α = 0.05/2 = 0.025)
2) Distribusi t dengan derajat kebebasan df (n-k-1)
3) Apabila thitung>ttabel, maka terdapat pengaruh variabel X terhadap
variabel Y
4) Apabila thitung>ttabel, maka tidak terdapat pengaruh variabel X
terhadap variabel Y
Hasil pengujian dapat di lihat pada Tabel 4.43.
Tabel 4.43
Rekapitulasi Hasil Uji t (parsial) Pekerja Industri
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -23,044 12,438 -1,853 ,123
Keberadaan_Industri 2,741 ,448 ,939 6,119 ,002
Sebelum menjelaskan hasil dari uji T berdasarkan Tabel
4.43, perlu terlebih dahulu menentukan ttabel. Taraf signifikansi
0,05/2 = 0,025, dengan distribusi t = n-k-1 atau 21-1-1 = 19, setelah
137
itu lihat pada ttabel dengan taraf signikansi 0,025 pada jumlah sampel
atau n = 19, maka diperoleh ttabel = 2,093.
Variabel independen setelah di uji menghasilkan hasil uji
sebagai berikut :
Ho : Keberadaan Industri tidak berpengaruh terhadap Kondisi
Lingkungan
Ha : Keberadaan Industri berpengaruh terhadap Kondisi Lingkungan
Variabel Keberadaan Industri memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,002 nilai ini lebih kecil dari 0,025. Sedangkan thitung>ttabel
(6,119 > 2,093). Hasil ini dapat disimpulkan bahwa Keberadaan
Industri (X1) berpengaruh terhadap Kondisi Lingkungan.
Tabel 4.44
Rekapitulasi Hasil Uji t (parsial) Non Pekerja Industri
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -6,925 2,931 -2,362 ,036
Keberadaan_Industri 2,364 ,122 ,984 19,436 ,000
Sebelum menjelaskan hasil dari uji T berdasarkan Tabel
4.44 perlu terlebih dahulu menentukan ttabel. Taraf signifikansi 0,05/2
= 0,025, dengan distribusi t = n-k-1 atau 21-1-1 = 19, setelah itu lihat
pada ttabel dengan taraf signikansi 0,025 pada jumlah sampel atau n =
19, maka diperoleh ttabel = 2,093.
Variabel Keberadaan Industri memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,000 nilai ini lebih kecil dari 0,025. Sedangkan thitung>ttabel
138
(19,436 > 2,093). Hasil ini dapat disimpulkan bahwa Keberadaan
Industri (X1) berpengaruh terhadap Kondisi Lingkungan.
D. Hasil Pembahasan Penelitian
Hasil penelitian yang telah di jelaskan merupakan proses penelitian
yang telah dilakukan peneliti berdasarkan data-data yang bisa
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penelitian yang dilakukan
menggunakan metode kuantitatif, tentang apakah ada pengaruh industri bata
merah terhadap kondisi lingkungan di Desa Wanarata. Berikut ini
pembahasan yang akan dijelaskan sesuai dengan instrumen dan hasil
penelitian lapangan.
Berdasarkan hasil penelitian keberadaan industri bata merah di Desa
Wanarata bagi masyarakat sekitar merupakan pembangunan yang sangat
bermanfaat sebagaimana berdasarkan hasil penelitian bahwasannya 57,1%
responden pekerja dan 42,8% responden non pekerja merasa sangat setuju
dengan keberadaan industri bata merah di Desa Wanarata.
Keberadaan industri bata merah di Desa Wanarata membuat
kehidupan masyarakat lebih baik, artinya keberadaan industri bata merah
memberikan dampak positif bagi masyarakat. Hasil penelitian menunjukan
sekitar 71,4% responden pekerja menyatakan baik bagi kehidupan masyarakat
di Desa Wanarata. Selain itu dampak yang ditimbulkan oleh industri bata
merah bagi masyarakat positif dengan 57,1% responden pekerja. Kemudian
keberadaan industri bata merah ternyata telah membuka lapangan pekerjaan
dan menambah pendapatan sehari-hari masyarakat sekitar. Dengan presentase
57,1% responden pekerja menyatakan membuka lapangan pekerjaan dan
35,71% responden non pekerja menyatakan pendapatan mereka bertambah.
Melihat dari aspek lingkungan fisik berdasarkan dari indikator air,
udara, tanah. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwasannya
57,1% responden pekerja dan 57,14% responden non pekerja merasa tidak
terjadi pencemaran air disekitar industri. Kemudian hasil penelitian yang
telah dilakukan menunjukan bahwasannya 42,8% responden pekerja merasa
tidak terjadi pencemaraan udara di sekitar industri. Sedangkan tanah disekitar
139
industri sebelum adanya industri bata merah tidak subur hal ini bisa dilihat
bahwasanya 57,1% responden pekerja dan 35,7% responden non pekerja
menyatakan setuju jika sebelum adanya industri bata merah tanah disekitar
industri tidak subur, dan setelah ada industri bata merah tanah menjadi subur
hal ini bisa dilihat bahwasanya 57,1% responden pekerja dan 64,3%
responden non pekerja menyatakan setuju jika sesudah adanya industri bata
merah tanah disekitar industri menjadi subur.
Melihat dari aspek kondisi sosial ekonomi masyarakat berdasarkan
dari indikator pendidikan, pendapatan, kesehatan, dan kepemilikan fasilitas
hidup. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa pendidikan
masyarakat Desa Wanarata yang bekerja di industri bata merah sebagian
besar pernah mengikuti pendidikan sekolah sebanyak 71,42% responden
pekerja dan 71,42% responden non pekerja artinya mereka menyadari
pentingnya pendidikan. Mereka beranggapan bahwa pendidikan itu sangat
penting dan banyak dari mereka ingin anaknya bersekolah setinggi mungkin.
Keberadaan industri ternyata membantu mereka dalam membiayai pendidikan
anaknya, sekitar 71,4% responden pekerja sangat setuju bahwa keberadaan
industri membantu membiayai menyekolahkan anak-anak mereka dan 64,28
responden non pekerja menyatakan bahwa pendidikan itu sangat penting.
Berdasarkan pendapatan yang diperoleh, hasil penelitian menunjukkan
bahwa pendapatan bersih perbulan masyarakat Desa Wanarata yang bekerja
di industri bata merah akan mempengaruhi tingkat kebutuhan mereka. Hal ini
sesuai dengan teori dari Lukman dan Indoyana bahwa tingkat pendapatan
akan mempengaruhi jenis kebutuhan dan cara memenuhi kebutuhan
seseorang.2 Dari penelitian diperoleh bahwa sebagian responden 57,1%
pendapatan sebulannya mencapai lebih dari Rp. 2.000.000, dari data tersebut
bahwa masyarakat berpendapatan cukup tinggi. Hasil di atas diperkuat
dengan pernyataan responden sekitar 57,1% merasa tercukupi atau dapat
2 Lukman dan Indoyana Nasrudin, Pengantar Teori Mikro Ekonomi, (Jakarta: UIN jakarta
Perss, 2007), h. 3
140
mencukupi kebutuhan sehari-hari dengan pendapatan yang diperoleh dari
bekerja di industri bata merah yang ada di Desa Wanarata. Dari data di atas
dapat disimpulkan bahwa, keberadaan industri di Desa Wanarata
mempengaruhi tingkat pendapatan masayarakat.
Berdasarkan tingkat kesehatan tenaga kerja di industri bata merah baik
meskipun waktu bekerja pagi sampai sore hari yang rentan membahayakan
kesehatan para pekerja. Bisa dilihat dari hasil penelitian diperoleh bahwa
sekitar 42,9% reponden menyatakan mereka merasa tidak terganggu
kesehatannya saat bekerja,. Selain itu masyarakat non pekerja Desa wanarata
tidak merasa kesehatannya terganggu oleh industri bata merah dengan
presentase sekitar 35,7%. Melihat pengaruh keberadaan industri terhadap
kesehatan dari penelitian ini, bahwa industri tidak memberikan pengaruh
negatif terhadap tingkat kesehatan pekerja dan masyarakat non pekerja di
Desa Wanarata.
Berdasarkan kepemilikan fasilitas hidup, manusia pada hakikatnya
jika pendapatannya tinggi maka kebutuhannya pun ikut bertambah dengan
alasan karena punya uang. Hal tersebut dapat dilihat dari kepemilikan fasiltas
hidup seperti kepemilikan atas alat elektronik dan jenis kendaraan masyarakat
Desa Wanarata cukup tinggi, hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian
bahwa sebesar 7 orang atau 25,9% responden pekerja dan 14 orang atau
28,6% responden non pekerja sudah mempunyai TV, 4 orang atau 33,3%
responden pekerja dan 8 orang atau 16,3% responden non pekerja memiliki
mesin cuci, 5 orang atau 18,6% responden pekerja dan 7 orang atau 14,3
responden non pekerja memiliki VCD, 4 orang atau 14,8% responden pekerja
dan 6 orang atau 12,2% responden non pekerja memiliki dispenser, 7 orang
atau 25,9% responden pekerja dan 14 orang atau 28,6% responden non
pekerja memiliki HP.
Kemudian di lihat dari kepemilikan jenis kendaraan seluruh
responden 58,3% responden pekerja dan 58,3% responden non pekerja sudah
mempunyai kendaraan bermotor, karena pada saat ini motor merupakan suatu
yang sangat diperlukan untuk memudahkan aktivitas sehari-hari dan menjadi
141
kebutuhan yang harus dipenuhi, terlihat dari banyaknya masyarakat yang
sudah mempunyai banyak kendaraan bermotor. Hal tersebut dipengaruhi oleh
keberadaan industri yang meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga
kepemilikan fasilitas hidupnya pun ikut meningkat. Hal ini sesuai dengan
teori dari Bintarto (dalam Imam Nawawi) bahwa tingkat kondisi sosial
ekonomi merupakan usaha bersama dalam suatu masyarakat untuk
menanggulangi atau mengurangi kesulitan hidup.3
Hasil ini juga dapat dibuktikan dari uji asumsi dasar yang dilihat dari
uji normalitas yang menggunakan metode kolmograv smirnov. Berdasarkan
besarnya nilai Kolmogrov-Smirnov adalah 0,200 dapat diketahui bahwa nilai
unstandardized residual memiliki nilai Asymp. Sig > 0,5 dan ini mengartikan
bahwa data terdistribusi dengan normal. Selanjutnya berdasarkan pengujian
homogenitas di atas besarnya nilai signifikan adalah 0,000. Nilai ini
menunjukkan bahwa nilai sig < α = 0,000 < 0,05, maka distribusi data adalah
homogenya atau varian tidak sama.
Setelah itu dilakukan dengan pengujian koefisien determinasi pada
pekerja industri di ketahui nilai koefisien R sebesar 0,939 mengandung arti
bahwa hubungan antara variabel keberadaan industri bata merah dengan
kondisi lingkungan sebesar 0,939 atau mempunyai hubungan yang kuat
positif. Sedangkan pada non pekerja industri nilai koefisien R sebesar 0,984
mengandung arti bahwa hubungan antara variabel keberadaan industri bata
merah dengan kondisi lingkungan sebesar 0,984 atau mempunyai hubungan
yang kuat positif .Dalam penelitian ini peneliti mengambil nilai dari koefisien
determinasi Adjusted R Square. Pada pekerja industri nilai koefisien R2
(Adjusted R Square) 0,859 hasil ini menunjukkan bahwa 85,9% variabel
kondisi lingkungan dapat dijelaskan oleh variabel independen (keberadaan
industri bata merah), nilai adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu
variabel independen ditambahkan kedalam model. Sedangkan pada non
3 Imam Nawawi, “Pengaruh Keberadaan Industri Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Dan
Budaya Masyarakat (Stdi di Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung)”, Skripsi
Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 2014, tidak dipublikasikan.
142
pekerja industri nilai koefisien R2 (Adjusted R Square) 0,967 hasil ini
menunjukkan bahwa 96,7% variabel kondisi lingkungan dapat dijelaskan oleh
variabel independen (keberadaan industri bata merah), nilai adjusted R2 dapat
naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam
model.
Berdasarkan uji t dengan taraf signifikansi 10% keberadaan industri
bata merah memiliki pengaruh signifikan terhadap kondisi lingkungan, pada
pekerja industri nilai (thitung = 6,119 > ttabel =2,093) sedangkan pada non
pekerja industri nilai (thitung = 19,436> ttabel =2,093).
Y = a + bX
Y = - 22,714 + 3,042X
Kemudian dilakukan analisis regresi dari hasil pengujian regresi pada
pekerja indsutri Y = -22,714 + 3,042 X yang digunakan sebagai dasar untuk
memperkirakan kondisi lingkungan yang dipengaruhi oleh keberadaan
industri bata merah. Artinya, apabila keberdaan industri X nilainya adalah 0,
maka kondisi lingkungan Y nilainya -22,714 (b) = koefisien regresi variabel
keberadaan industri X sebesar = 3,042 Sedangkan pada non pekerja indsutri
Y = - 0,640 + 1,846 X yang digunakan sebagai dasar untuk memperkirakan
kondisi lingkungan yang dipengaruhi oleh keberadaan industri. Artinya,
apabila keberdaan industri X nilainya adalah 0, maka kondisi lingkungan Y
nilainya -0,640 (b) = koefisien regresi variabel keberadaan industri bata
merah X sebesar = 1,846.
Hal ini ini diperkuat dari hasil observasi yang peneliti lakukan bahwa
terkait lingkungan fisik Desa Wanarata dilihat dari kondisi tanah bekas galian
untuk bahan baku masih bisa dimanfaatkan kembali. Kondisi tanah yang awal
mulanya adalah tanah yang tidak rata dan tidak bisa ditanami padi sekarang
dengan adanya kegiatan industri bata merah tanah yang tadinya tidak rata
digunakan untuk bahan baku pembuatan bata merah dan pengusaha bisa
memanfaatkan untuk menanam padi atau tanaman palawija setelah tanah
sudah rata.
143
Sedangkan berdasarkan hasil observasi terkait sosial ekonomi Desa
Wanarata dilihat dari tempat tinggal atau rumah. Sebagian besar masyarakat
bangunan rumah yang ditempati sudah permanen bahkan beberapa bangunan
tersebut luas. Namun kebanyakan rumah di Desa Wanarata khususnya di
dukuh Lenggak dan Kedung Sambi sederhana dan tidak bertingkat serta
berdekatan satu dengan yang lain. Kepemilikan barang-barang elektronik,
sebagian besar masyarakat sudah dapat memenuhi kebutuhan hidupnya akan
barang-barang elektronik seperti TV, Mesin Cuci, VCD, dan dispenser
maupun alat komunikasi seperti HP. Semua hal tersebut layaknya seperti
kebutuhan primer yang harus dimiliki oleh masyarakat. Namun ada beberapa
masyarakat yang memang tidak memiliki keseluruhan barang-barang
elektronik.
Masyarakat Desa Wanarata biasanya melakukan aktivitas sehari-hari
atau ke tempat kerja menggunakan motor jika jauh dan menggunakan sepeda
jika dekat. Rata-rata masyarakat Desa Wanarata dalam satu keluarga
memiliki motor dan beberapa keluarga memiliki sepeda. Untuk kendaraan
mewah seperti mobil hanya masyarakat tertentu saja yang memilikinya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha industri bata merah
keberadaan industri sangat mempengaruhi kondisi lingkungan, lingkungan
fidik maupun sosial ekonomi.
Untuk masalah air tidak secara langsung berpengaruh terhadap
masyarakat karena industri tidak membuang limbah kimia.
Masalah udara sebagian masyarakat mengeluhkan asap-asap atau
polusi yang dikeluarkan industri bata merah yang mengarah ke perumahan
warga. Namun beberapa pengusaha industri bata merah sudah berusaha
meminimalisir dengan menggunakan kayu sebagai alat pembakaran sehingga
tidak keluar asap yang tebal.
Sedangkan untuk tanah terjadi perubahan kondisi tanah. Tanah yang
berasal dari persawahan digali secara terus menerus menimbulkan lubang-
lubang galian sehingga tidak dapat digunakan untuk bercocok tanam. Namun
para pengusaha industri bata merah mengembalikan kondisi tersebut setelah
144
selesai melakukan produksi batu bata merah. Tanah tersebut masih tetap
subur dan diratakkan kembali untuk menanam padi atau tanaman palawija.
Untuk pendidikan sesudah pengusaha mempunyai industri bata merah,
mereka mengaku ada perubahan untuk pendidikan anak-anaknya sampai bisa
membantu membiayai pendidikan cucu-cucunya, yang tadinya mereka hanya
sampai tamat SMP setelah mempunyai industri bata merah kebanyakan anak-
anak dari pengusaha sekolah sampai ke perguruan tinggi. Artinya adalah
terjadi perubahan dalam segi aspek pendidikan dari masyarakat di Desa
Wanarata.
Pendapatan merupakan penghasilan yang di dapat seseorang dari hasil
kerja keras atau usahanya. Pendapatan juga dapat diukur dari tempat dimana
seseorang bekerja. Sebagian besar pengusaha industri bata merah sebelum
mempunyai industri pekerjaannya adalah sebagai petani, serabutan, dan
pedagang. Keberadaan industri batu bata merah cukup berpengaruh terhadap
pendapatan yang diterima oleh pengusaha ataupun pekerja, penghasilan
bersih pengusaha sekitar Rp.4.000.000-Rp.12.000 dan untuk masyarakat
pekerja bisa mendapatkan penghasilan bersih sekitar Rp.60.000-Rp.100.000
perhari. Bagi pengusaha pendapatan yang diperoleh sangat membantu
perekonomian keluarga karena dengan mempunyai industri bata merah dapat
membantu ekonomi keluarga.
Kepemilikan fasilitas hidup berguna sebagai kemudahan masyarakat
ataupun sebagai pemuas kebutuhan hidupnya. Setelah adanya industri bata
merah di Desa Wanarata tentu fasilitas hidup yang dimiliki pengusaha
bertambah. Pengusaha industri bata merah mengaku dapat membeli
keperluan-keperluan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sekarang pengusaha
mampu untuk membeli alat elektronik seperti TV, mesin cuci, VCD,
dispenser. Alat komunikasi seperti HP bahkan beberapa pengusaha mampu
membeli motor dan mobil.
Hal ini juga diperkuat dengan hasil penelitian sebelumnya bahwa
industri bata merah berpengaruh terhadap kondisi lingkungan. Dari penelitian
ini terdapat kemiripan hasil yang terdapat pada penelitian yang terdahulu.
145
Yakni, Skripsi milik Vina Pratiwi, Mahasiswa Universitas Pendidikan
Indonesia 2012 dengan judul “Keterkaitan Antara Industri Bata Merah
Dengan Kondisi Lingkungan di Desa Leuwilaja Kecamatan Sindangwangi
Kabupaten Majalengka”. Penelitian ini meneliti untuk mengetahui hubungan
antara industri bata merah dengan kondisi lingkungan. Hasilnya dengan
adanya industri bata merah mempengaruhi kondisi sosial ekonomi penduduk
setempat, baik pendapatan, pendidikan, dan kepemilikan fasilitas hidup.4
E. Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang dilakukan saat ini masih memiliki banyak kekurangan dan
keterbatasan, diantaranya sebagai berikut :
1. Penelitian ini hanya mengambil sampel sebanyak 21 responden dan 7
industri
2. Dana yang dapat disediakan oleh peneliti dalam menyelesaikan
penelitian ini sangat terbatas
3. Aksesibilitas menuju industri bata merah kurang bagus, sehingga peneliti
kesulitan untuk menuju tempat tersebut.
4 Vina Pratiwi, “Keterkaitan Antara Industri Bata Merah Dengan Kondisi Lingkungan Di
Desa Leuwilaja Kecamatan Sindangwangi Kabupaten Majalengka”, Skripsi Universitas
Pendidikan Indonesia Bandung, 2012
146
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan uji t keberadaan industri batu bata merah memiliki pengaruh
signifikan terhadap kondisi lingkungan. Berdasakan nilai thitung > ttabel
(6,119 > 2,093) untuk pekerja dan berdasarkan nilai thitung > ttabel (19,436
> 2,093) untuk masyarakat non pekerja yang artinya keberadaan industri
bata merah berpengaruh terhadap lingkungan fisik di Desa Wanarata
Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang. Berdasarkan nilai
koefisien determinasi R Square pekerja industri 0,859 atau 85,9%
sedangkan non pekerja industri diperoleh nilai 0,967 atau 96,7% yang
artinya variabel independen (keberadaan industri) dapat menjelaskan
variabel dependen (lingkungan fisik) dalam persaamaan regresi.
Berdasarkan nilai uji regresi linier sederhana didapatkan persamaan
regresi pekerja indsutri Y = -22,714 + 3,042 X sedangkan untuk non
pekerja didapatkan regresi Y = - 0,640 + 1,846 X. Hal ini dibuktikan
dengan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwasannya
57,1% responden pekerja dan 57,14% responden non pekerja merasa
tidak terjadi pencemaran air disekitar industri. Kemudian hasil penelitian
yang telah dilakukan menunjukan bahwasannya 42,8% responden
pekerja merasa tidak terjadi pencemaraan udara di sekitar industri.
Sedangkan tanah disekitar industri sebelum adanya industri bata merah
tidak subur hal ini bisa dilihat bahwasanya 57,1% responden pekerja dan
35,7% responden non pekerja menyatakan setuju jika sebelum adanya
industri bata merah tanah disekitar industri tidak subur, dan setelah ada
industri bata merah tanah menjadi subur hal ini bisa dilihat bahwasanya
57,1% responden pekerja dan 64,3% responden non pekerja menyatakan
147
setuju jika sesudah adanya industri bata merah tanah disekitar industri
menjadi subur.
2. Berdasarkan uji t keberadaan industri batu bata merah memiliki pengaruh
signifikan terhadap kondisi lingkungan. Berdasakan nilai thitung > ttabel
(6,119 > 2,093) untuk pekerja dan berdasarkan nilai thitung > ttabel (19,436
> 2,093) untuk masyarakat non pekerja yang artinya keberadaan industri
bata merah berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi di Desa
Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang. Berdasarkan
nilai koefisien determinasi R Square pekerja industri 0,859 atau 85,9%
sedangkan non pekerja industri diperoleh nilai 0,967 atau 96,7% yang
artinya variabel independen (keberadaan industri) dapat menjelaskan
variabel dependen (kondisi sosial ekonomi) dalam persaamaan regresi.
Berdasarkan nilai uji regresi linier sederhana didapatkan persamaan
regresi pekerja indsutri Y = -22,714 + 3,042 X sedangkan untuk non
pekerja didapatkan regresi Y = - 0,640 + 1,846 X. Hal ini dibuktikan
dengan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwasannya
sebagian besar masyarakat setuju dengan adanya industri bata merah
masyarakat merasa terbantu dalam hal pembiayaan sekolah anak mereka.
Sebagian besar pendapatan per bulan dari masyarakat sudah lebih dari
Rp. 2.000.000 dan sudah cukup tinggi jika dilihat pendapatannya, karena
pendapatan seseorang bisa dilihat dari mata pencahariannya. Kemudian
kondisi kesehatan dari masyarakat Desa Wanarata antara sebelum dan
sesudah adanya industri batu bata merah cukup baik atau tidak ada
dampak negatif untuk kesehatan masyarakat. Selain itu kepemilikan
fasilitas hidupnya jika dilihat dari kepemilikan alat elektronik dan
kendaraan bermotor sebagian besar masyarakat sudah memiliki alat-alat
seperti TV, Radio, Mesin Cuci, VCD, Dispenser, Telepon Rumah, Hp,
dan motor. Artinya sebagian besar masyarakat telah tercukupi kebutuhan
akan kepemilikan fasilitas hidupnya.
Hal ini menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
industri bata merah terhadap kondisi lingkungan di Desa Wanarata
148
Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang. Penelitian ini
membuktikan terjawabnya hipotesis penelitian yaitu Ha diterima dan Ho
ditolak.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah dilakukan, maka peneliti dapat
memberikan implikasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
menentukan kebijakan yang berhubungan dengan kondisi lingkungan.
1. Implikasi Teoritis
Secara teoritis, keberadaan industri termasuk faktor yang mempengaruhi
kondisi lingkungan. Keberadaan indusri sangat memberikan pengaruh
terhadap kondisi lingkungan fisik maupun kondisi lingkungan sosial
ekonomi di masyarakat. Sehingga implikasi dari penelitian ini bagi
pemilik industri di Desa Wanarata sehingga meningkatkan kualitas dan
kuantitas kondisi lingkungan (fisik dan sosial ekonomi) sehingga
memberikan banyak dampak posisif daripada dampak negatif pada
kondisi lingkungan (fisik dan sosial ekonomi) di Desa Wanarata..
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini memberikan implikasi pada kebijakan Pemerintah
Desa Wanarata sebagai perwakilan dari pemerintah untuk memberikan
perhatian lebih dan aturan yang positif dengan adanya keberadaan
industri di Desa Wanarata agar keberadaan industri dapat bermanfaat.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dijabarkan bebrapa saran untuk
menyajikan penelitian yang lebih berkualitas di masa mendatang, diantaranya
sebagai berikut:
1. Pemerintah
Bagi pemerintah hendaknya dibuatkan regulasi-regulasi yang jelas untuk
syarat pembangunan industri bata merah dan memenuhi kebutuhan
tenaga kerja industri bata merah Desa Wanarata seperti upah yang layak,
149
tunjangan kesehatan, tunjangan pendidikan guna menunjang
kesejahteraan yang seutuhnya.
2. Pengusaha Industri Bata Merah
Bagi pengusaha industri bata merah hendaknya memberikan hak yang
layak dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja industri bata merah Desa
Wanarata seperti upah yang layak, tunjangan kesehatan dan transportasi
guna menunjang kesejahteraan yang seutuhnya.
3. Masyarakat
Bagi masyarakat diupayakan agar lebih kritis dan kemampuan negosiasi
dengan pengusaha industri bata merah maupun pemerintah desa dalam
menanggapi kegiatan industri jika mengganggu kesehatan masyarakat
sekitar. Serta diharapkan lebih mengembangkan kreativitas dan sumber
daya yang dimiliki agar masyarakat mampu menciptakan kemandirian
ekonomi tanpa harus bergantung peda kegiatan industri.
4. Penelitian selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya, disarankan menambah variabel independen
yang berpengaruh terhadap lingkungan fisik dan sosial ekonomi dan
diharapkan memperluas objek penelitian, memperluas daerah survei dan
memperbanyak ragam sampel sehingga data yang diperoleh lebih valid
dan mengukur kedalaman lubang-lubang bekas galian.
150
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Kadir, dkk, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2012).
Achmadi, Cholid Narbuko dan Abu, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2016), Cet ke-15.
Algifari, Analisis Regresi Teori, Kasus, dan Solusi, (Yogyakarta : BPFE-
YOGYAKARTA, 2013).
Bambang, Charis Christiani, Pratiwi, Analisis Dampak Kepadatan Penduduk
Terhadap Kualitas Hidup Masyarakat Provinsi Jawa Tengah, Jurnal
Ilmiah, tidak dipublikasikan.
Djafar, Fatimah, Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap
Motivasi Belajar Anak, Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Vol. 2, No.
1, Februari, 2014.
Ernawati, Cut, “Elastisitas Modal dan Tenaga Kerja Dalam Memproduksi Batu
Bata di Desa Cot Kumbang di Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan
Raya”, Skripsi Universitas Teuku Umar Meulaboh Aceh Barat, 2013.
Hastuti, Miftakhul Huda dan Erna, Pengaruh Temperatur Pembakaran dan
Penambahan Abu Terhadap Kualitas Batu Bata, Jurnal Neutrino, Vol 4,
No. 2, April 2012.
Harudu, Nursia dan La, Dampak Penambangan Batu Bata Terhadap Degradasi
Lingkungan di Kelurahan Kolasa Kecamatan Parigi Kabupaten Muna,
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi, Vol. 1, No. 1, November, 2016.
Haryanto, Sukandarrumidi, Dasar-Dasar Penulisan Proposal Penelitian
(Yogyakarta: Gadjah Mada Press, 2014).
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada,
2008).
Hastutiningrum, Sri, Proses Pembuatan Batu Bata Berpori dari Tanah Liat dan
Kaca, Jurnal Teknologi Technoscientia, Vol. 5, No. 2, Februari, 2013.
151
Hidayat, A. Aziz Alimul, Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis
Data, (Jakarta: Salemba Medika, 2008).
Hidayat, Sedarmayanti dan Syarifudin, Metodologi Penelitian, (Bandung: CV
Mandar Maju, 2011).
https://id.wikipedia.org/wiki/Abiotik, diakses tanggal 16 November 2017 pukul
17.53 WIB.
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Jakarta : Referensi,
2013).
Juariyah, Basrowi dan Siti, Analisis Kondisi Sosial Ekonomi dan Tingkat
Pendidikan Masyarakat Desa Srigading Kecamatan Labuhan Maringgai
Kabupaten Lampung Timur, Jurnal Ekonomi dan Pendidikan, Vol. 7
Nomor 1, 2010.
Kristanto, Philip, Ekologi Industri, (Yogyakarta: Andi, 2004).
Malik, M. Deismasuci, D. Rohmat, dan Y., Dampak Industri Bata Merah
Terhadap Kondisi Lingkungan di Kecamatan Nagreg, Jurnal Antologi
Pendidikan Geografi, Vol. 4, No. 2, Agustus, 2016.
Muhamad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, (Jakarta: PT. Raja grafindo
Persada, 2008).
Mulyanto, HR., Ilmu Lingkungan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007)
Musfiqon, M., Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta:PT Prestasi
Pustakaraya, 2012), cet ke-1.
Musfiqon, Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT.
Prestasi Pustakaraya, 2012).
Napitupulu, Albert, Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan Suatu
Tinjauan Teoritis dan Praktis, (Bogor: IPB Press, 2013).
Nasrudin, Lukman dan Indoyana, Pengantar Teori Mikro Ekonomi, (Jakarta: UIN
jakarta Perss, 2007).
152
Nawawi, Imam, Pengaruh Keberadaan Industri Terhadap Kondisi Sosial
Ekonomi dan Budaya Masyarakat (Studi Kasus di Desa Lagadar
Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung), Skripsi Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung, 2014, tidak dipublikasikan.
Neolaka, Amos, Kesadaran Lingkungan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008).
Nugroho, Rofi Taufik, “Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Pengrajin Industri
Bata Merah Di Kecamatan Pataruman Jawa Barat”, Skripsi Universitas
Negeri Yogyakarta, 2014.
Pratiwi, Vina, “Keterkaitan Antara Industri Bata Merah Dengan Kondisi
Lingkungan Di Desa Leuwilaja Kecamatan Sindangwangi Kabupaten
Majalengka”, Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, 2012.
Samosir, Sri Moertaningsih Adioetomo, Omas Bulan, Dasar-Dasar Demografi,
(Jakarta : Salemba Empat, 2010).
Sayuti, Zurinal dan Wahdi, Ilmu Pendidikan: Pengantar & Dasar-Dasar
Pelaksanaan Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006).
Siregar, Syofian, Statsitik Parametrik Untuk Penelitian Kualitatif: Dilengkapi
Dengan Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013), Cet. 1.
Sri, Indrawati, Endang, Status Sosial Ekonomi dan Intensitas Komunikasi
Keluarga Pada Ibu Rumah Tangga di Panggung Kidul Semarang Utara,
Jurnal Psikologi Undip, Vol. 14, No. 1, April, 2015.
Suaeb, Achmad, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (Studi Kasus: Pembersih
Kaca Jendela), Jurnal Ilmiah, Vol. 100, 2016.
Subagyo, Joko, Metodologi Penelitian dalam Teori dan Praktik, (Bandung:
Rineka Cipta, 2011).
Sudarsono, Nasruddin Anshoriy Ch, Kearifan Lingkungan dalam Perspektif
Budaya Jawa, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008).
Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2012).
153
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung:
Alfabeta, 2009).
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung:
Alfabeta, 2014), Cet ke-20.
Sujarweni, Wiratna, Statistika untuk Penelitian,( Yogyakarta : Graha Ilmu, 2012).
Suparmoko, M., Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, (Yogyakarta:
BPFE, 2012).
Supardi, Imam, Lingkungan Hidup dan Kelestariannya, (Bandung: P.T. Alumni,
2003).
Trijono, Rachmat, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Depok: Papas Sinar
Sinanti, 2015).
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pokok Lingkungan Hidup
diakses 01/08/2018 pkl 01:02 WIB.
LAMPIRAN 1
Angket Penelitian
Pengaruh Industri Bata Merah Terhadap Kondisi Lingkungan di Desa
Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang
PETUNJUK PENGISIAN ANGKET
Mohon angket ini di isi oleh Bapak/Ibu/Saudara untuk menjawab seluruh
pertanyaan yang ada.
Berilah tanda silang (X) pada pilihan yang telah disediakan dan dipilih sesuai
dengan keadaan sebenarnya.
Saya mengucapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu/Saudara atas partisipasi
guna mensukseskan penelitian ini.
Identitas Responden :
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin : L/P
Pendidikan Terakhir :
Status Perkawinan : Kawin/Belum Kawin
A. Industri Bata Merah
1. Apakah Bapak/Ibu/Saudara merasa terganggu dengan adanya keberadaan
industri bata merah?
a. Sangat Tidak Terganggu
b. Tidak Terganggu
c. Biasa Saja
d. Terganggu
e. Sangat Terganggu
Tenaga Kerja
2. Apakah Bapak/Ibu/Saudara setuju dengan keberadaan industri bata merah di
daerah ini?
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Pasti
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
3. Apakah dengan keberadaan industri membuat kehidupan masyarakat lebih
baik?
a. Sangat Baik
b. Baik
c. Biasa Saja
d. Tidak Baik
e. Sangat Tidak Baik
4. Apakah dampak yang ditimbulkan dari keberadaan industri positif untuk
masyarakat?
a. Sangat Positif
b. Positif
c. Biasa saja
d. Negatif
e. Sangat Negatif
5. Apa saja dampak yang Bapak/Ibu/Saudara rasakan dengan adanya industri
bata merah?
a. Adanya lapangan pekerjaan baru
b. Bertambahnya pendapatan sehari-hari
c. Biasa-biasa saja
d. Tidak ada manfaat bagi masyarakat setempat
e. Pencemaran lingkungan
6. Sudah berapa lama Bapak/Ibu/Saudara menjadi pekerja industri bata merah
ini?
a. Lebih dari 10 tahun
b. 6-10 tahun
c. 2-5 tahun
d. Kurang dari 2 tahun
e. Kurang dari satu tahun
7. Sistem upah yang Bapak/Ibu/Saudara terima?
a. Bulanan
b. Kurang dari satu bulan
c. Mingguan
d. Harian
e. Tidak tentu
B. Kondisi Lingkungan
1. Lingkungan Fisik
Air
8. Adanya pengolahan bata merah terjadi pencemaran air disekitar industri
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Pasti
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
9. Kondisi air disekitar industri bata merah keruh karena adanya pengolahan
bata merah
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Pasti
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
10. Kualitas air tidak layak pakai untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat
disekitar industri bata merah
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Pasti
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
Udara
11. Adanya asap saat pembakaran bata merah terjadi pencemaraan udara di
sekitar industri
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Pasti
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
12. Udara yang dihasilkan dari asap pembakaran bata merah mengganggu pekerja
industri
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Pasti
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
Tanah
13. Tanah disekitar industri subur sebelum adanya industri bata merah
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Pasti
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
14. Tanah disekitar industri subur setelah adanya industri bata merah
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Pasti
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
2. Kondisi Sosial Ekonomi
Pendidikan
15. Apakah semua anak Bapak/Ibu/Saudara pernah/sedang mengikuti pendidikan
sekolah?
a. Ya
b. Sebagian
c. Ragu-ragu
d. Tidak tahu
e. Tidak ada
16. Berapa jumlah anak Bapak/Ibu/Saudara yang masih mengikuti pendidikan?
a. Perguruan Tinggi (.... orang)
b. SMA (.... orang)
c. SMP (.... orang)
d. SD (....orang)
e. Tidak ada
17. Dengan bekerja di industri bata merah dapat membantu biaya pendidikan
anak/keluarga?
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Pasti
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
Kesehatan
18. Adanya industri bata merah mempengaruhi kondisi kesehatan
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Pasti
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
19. Adanya jaminan kesehatan dari pengusahan untuk pekerja industri bata merah
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Pasti
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
Pendapatan
20. Pendapatan yang diperoleh dari bekerja di industri mencukupi kebutuhan
sehari-hari
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Pasti
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
21. Berapakah pendapatan yang Bapak/Ibu/Saudara peroleh perbulan?
a. Lebih dari Rp. 2.000.000
b. Rp. 1.000.000 - Rp. 2.000.000
c. Rp. 750.000 - Rp. 1.000.000
d. Rp. 500.000 - Rp. 750.000
e. Kurang dari Rp. 500.000
22. Berapa jumlah tanggungan hidup Bapak/Ibu/Saudara?
a. Lebih dari 4 orang
b. 4 orang
c. 3 orang
d. 2 orang
e. 1 orang
23. Berapa pengeluaran rata-rata Bapak/Ibu/Saudara dalam sebulan?
a. Diatas Rp. 1.000.000
b. Rp. 750.000 - Rp. 1.000.000
c. Rp. 500.000 - Rp. 750.000
d. Rp. 250.000 - Rp. 500.000
e. Kurang dari Rp. 250.000
Kepemilikan Fasilitas Hidup
24. Milik siapa rumah yang Bapak/Ibu/Saudara tempati?
a. Milik pribadi
b. Milik mertua/orang tua
c. Menyewa
d. Mengontrak
e. Menumpang
25. Alat elektronik, sarana komunikasi, transportasi yang Bapak/Ibu/Saudara
miliki
Beri tanda (X) sesuai kondisi Bapak/Ibu/Saudara
Barang Ada Tidak Jumlah
Tv
Radio
Mesin cuci
Vcd
Dispenser
Telepon
Hp
Mobil
Motor
Sepeda
Angket Penelitian
Pengaruh Industri Bata Merah Terhadap Kondisi Lingkungan di Desa
Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang
PETUNJUK PENGISIAN ANGKET
Mohon angket ini di isi oleh Bapak/Ibu/Saudara untuk menjawab seluruh
pertanyaan yang ada.
Berilah tanda silang (X) pada pilihan yang telah disediakan dan dipilih sesuai
dengan keadaan sebenarnya.
Saya mengucapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu/Saudara atas partisipasi
guna mensukseskan penelitian ini.
Identitas Responden
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin : L/P
Pendidikan Terakhir :
Status Perkawinan : Kawin/Belum kawin
A. Industri Bata Merah
1. Apakah Bapak/Ibu/Saudara merasa terganggu dengan adanya keberadaan
industri bata merah?
a. Sangat Tidak Terganggu
b. Tidak Terganggu
c. Biasa Saja
d. Terganggu
e. Sangat Terganggu
2. Apakah Bapak/Ibu/Saudara setuju dengan keberadaan industri bata merah di
Desa Wanarata?
a. Sangat Setuju
b. Setuju
Non Pekerja
c. Tidak Pasti
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
3. Apakah dengan keberadaan industri membuat kehidupan masyarakat lebih
baik?
a. Sangat Baik
b. Baik
c. Biasa Saja
d. Tidak Baik
e. Sangat Tidak Baik
4. Apakah dampak yang ditimbulkan dari keberadaan industri positif untuk
masyarakat?
a. Sangat Positif
b. Positif
c. Biasa saja
d. Negatif
e. Sangat Negatif
5. Apa saja dampak yang Bapak/Ibu/Saudara rasakan dengan adanya industri?
a. Adanya lapangan pekerjaan baru
b. Bertambahnya pendapatan sehari-hari
c. Biasa-biasa saja
d. Tidak ada manfaat bagi masyarakat setempat
e. Pencemaran lingkungan
6. Sudah berapa lama Bapak/Ibu/Saudara tinggal disekitar industri bata merah?
a. Lebih dari 10 tahun
b. 6-10 tahun
c. 2-5 tahun
d. Kurang dari 2 tahun
e. Kurang dari satu tahun
7. Apa mata pencaharian Bapak/Ibu/Saudara?
a. PNS
b. Wiraswasta
c. Buruh
d. Petani
e. Tidak ada
B. Kondisi Lingkungan
1. Lingkungan Fisik
Air
8. Adanya pengolahan bata merah terjadi pencemaran air disekitar industri
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Pasti
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
9. Kondisi air disekitar industri bata merah keruh karena adanya pengolahan
bata merah
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Pasti
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
10. Kualitas air tidak layak pakai untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat
disekitar industri
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Pasti
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
Udara
11. Adanya asap saat pembakaran bata merah terjadi pencemaraan udara di
sekitar industri
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Pasti
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
12. Udara yang dihasilkan dari asap pembakaran bata merah mengganggu
masyarakat sekitar industri
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Pasti
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
Tanah
13. Tanah disekitar industri subur sebelum adanya industri bata merah
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Pasti
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
14. Tanah disekitar industri subur setelah adanya industri bata merah
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Pasti
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
2. Kondisi Sosial Ekonomi
Pendidikan
15. Apakah semua anak Bapak/Ibu/Saudara pernah/sedang mengikuti pendidikan
sekolah?
a. Ya
b. Sebagian
c. Ragu-ragu
d. Tidak tahu
e. Tidak ada
16. Berapa jumlah anak Bapak/Ibu/Saudara yang masih mengikuti pendidikan?
a. Perguruan Tinggi (.... orang)
b. SMA (.... orang)
c. SMP (.... orang)
d. SD (....orang)
e. Tidak ada
17. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu/Saudara terhadap pendidikan?
a. Sangat penting
b. Penting
c. Biasa saja
d. Tidak penting
e. Sangat tidak penting
Kesehatan
18. Adanya industri bata merah mempengaruhi kondisi kesehatan
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Pasti
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
19. Adanya jaminan kesehatan dari pengusahan untuk masyarakat sekitar industri
bata merah
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Pasti
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
Pendapatan
20. Adanya industri bata merah pendapatan masyarakat sekitar industri menjadi
meningkat
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Pasti
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
21. Berapakah pendapatan yang Bapak/Ibu/Saudara peroleh perbulan?
a. Lebih dari Rp. 2.000.000
b. Rp. 1.000.000 - Rp. 2.000.000
c. Rp. 750.000 - Rp. 1.000.000
d. Rp. 500.000 - Rp. 750.000
e. Kurang dari Rp. 500.000
22. Berapa jumlah tanggungan hidup Bapak/Ibu/Saudara?
a. Lebih dari 4 orang
b. 4 orang
c. 3 orang
d. 2 orang
e. 1 orang
23. Berapa pengeluaran rata-rata Bapak/Ibu/Saudara dalam sebulan?
a. Diatas Rp. 1.000.000
b. Rp. 750.000 - Rp. 1.000.000
c. Rp. 500.000 - Rp. 750.000
d. Rp. 250.000 - Rp. 500.000
e. Kurang dari Rp. 250.000
Kepemilikan Fasilitas Hidup
24. Milik siapa rumah yang Bapak/Ibu/Saudara tempati?
a. Milik pribadi
b. Milik mertua/orang tua
c. Menyewa
d. Mengontrak
e. Menumpang
25. Alat elektronik, sarana komunikasi, transportasi yang Bapak/Ibu/Saudara
miliki
Beri tanda (X) sesuai kondisi Bapak/Ibu/Saudara
Barang Ada Tidak Jumlah
Tv
Radio
Mesin cuci
Vcd
Dispenser
Telepon
Hp
Mobil
Motor
Sepeda
LAMPIRAN 2
Pedoman Wawancara
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan Terakhir :
Lama Bekerja :
1. Menurut Bapak/Ibu bagaimana keberadaan industri bata merah?
2. Apakah ada regulasi (aturan) mengenai industri bata merah? Jika ada apa
saja?
3. Adakah kontribusi dari perangkat desa untuk memajukan industri bata
merah?
4. Menurut Bapak/Ibu apakah ada dampak positif dan negatif dari adanya
industri bata merah?
5. Apakah dengan adanya industri bata merah terjadi pencemaran air disekitar
industri?
6. Bagaimana kondisi tanah sebelum dan sesudah adanya industri bata merah?
7. Menurut Bapak/Ibu apakah dengan adanya adanya industri bata merah dapat
mempengaruhi kesehatan masyarakat disekitar industri?
8. Apakah dengan adanya industri bata merah dapat membantu pendapatan
masyarakat?
Kepala Desa
Pedoman Wawancara
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan Terakhir :
1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu mendirikan industri bata merah ini?
2. Berapa jumlah tenaga kerja yang ada di industri ini?
3. Berapa upah tenaga kerja di industri bata merah?
4. Bagaimana status kepemilikan industri bata merah?
5. Kemana sajakah daerah pemasaran bata merah milik Bapak/Ibu?
6. Apa alat transportasi untuk mengangkut bata merah ke tempat pemasaran?
7. Apakah dengan adanya industri bata merah terjadi pencemaran air disekitar
industri?
8. Apakah dengan adanya industri bata merah terjadi pencemaran udara
disekitar industri karena proses pembakaran?
9. Apa upaya yang dilakukan oleh pengusaha industri bata merah terhadap
bekas lubang-lubang galian?
10. Apakah dengan hasil yang diperoleh dari industri bata merah dapat membantu
meningkatkan pendidikan anak?
11. Apakah ada jaminan kesehatan yang diberikan untuk tenaga kerja di industri
bata merah? Jika ada berbentuk apa?
12. Berapakah pendapatan Bapak/Ibu dari industri bata merah ini?
13. Apakah dengan hasil yang diperoleh dari industri bata merah dapat membantu
perekonomian keluarga?
14. Apakah dengan mempunyai usaha bata merah membuat Bapak/Ibu dapat
memenuhi kepemilikkan fasilitas hidup?
Pengusaha Industri
LAMPIRAN 3
Transkip Wawancara
Nama : Pak Sutedjo
Umur : 62 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan Terakhir : SMA
Lama Bekerja : 2,5 tahun (Kepala Desa Pengganti)
Transkip Wawancara dengan Kepala Desa
N: Narasumber
P: Peneliti
P: Menurut Bapak apakah keberadaan industri bata merah di di Desa Wanarata
mengganggu masyarakat sekitar?
N: Kalau mengganggu saya rasa tidak, karena kebanyakan lokasi industri jauh
dari rumah-rumah penduduk, tetapi memang ada beberapa rumah yang dekat
dengan industri, tapi selama ini tidak ada warga yang melapor ke perangkat
desa jika mereka terganggu dengan adanya industri
P: Apakah ada regulasi (aturan) mengenai industri bata merah? Jika ada apa saja?
N: Regulasi (aturan) mengenai tanah yang disewa untuk bahan bata merah yaitu
jika tanah sudah rata dan dapat ditanami padi atau tanaman yang lain
pengusaha wajib tidak melakukan lagi pengambilan tanah sebagai bahan
mentah karena akan merusak.
P: Adakah kontribusi dari perangkat desa untuk memajukan industri bata merah?
N: Kontribusi dari perangkat desa untuk memajukan industri bata merah adalah
ikut serta membantu menyewakan tanah untuk bahan baku membuat bata
merah.
P: Menurut Bapak/Ibu apakah ada dampak positif dan negatif dari adanya industri
bata merah?
N: Pasti ada, dampak positifnya adalah tanah yang untuk bahan bata merah yaitu
tanah tidak rata seperti bergunung-gunung, yang tidak bisa dimanfaatkan untuk
menanam padi dan tanaman yang lainnya, karena adanya batu bata kemudian
bisa dimanfaatkan. Sedangkan negatifnya jika tanah semakin lama digali dan
waktunya cukup lama akan membuat tanah menjadi tidak subur, maka itu
harus ada yang namanya perjanjian antara penyewa tanah dengan yang punya
tanah untuk setelah rata sebaiknya sudah berhenti untuk digali dan tanah
dikembalikkan kepemilik.
P: Apakah dengan adanya industri bata merah terjadi pencemaran air disekitar
industri?
N: Dengan adanya industri bata merah tidak terjadi pencemaran air disekitar
industri karena industri bata merah kan tidak membuang limbah yang
mencemari air.
P: Bagaimana kondisi tanah sebelum dan sesudah adanya industri bata merah?
N: Jadi awalnya sebelum adanya industri bata merah tanah tidak rata seperti
bergunung-gunung dan tidak bisa dimanfaatkan untuk menanam padi dan
tanaman yang lainnya, nah setelah ada industri bata merah tanah kemudian bisa
di manfaatkan untuk menanam padi atau tanaman palawija.
P: Menurut Bapak/Ibu apakah dengan adanya adanya industri bata merah dapat
mempengaruhi kesehatan masyarakat disekitar industri?
N: Saya kira tidak mempengaruhi karena saat pembakaran asap keluarnya keatas
saya kira tidak mengganggu karena walaupun jauh kena angin juga sudah
hilang. Saya kira tidak mengganggu masalah asap ini.
P: Apakah dengan adanya industri bata merah dapat membantu pendapatan
masyarakat?
N: Iya pasti membantu, dengan adanya industri bata merah sangat mengurangi
pengangguran di Desa Wanarata karena dari dulu banyak pengangguran dan
yang tadinya perantau ke tanah abang Jakarta, melainkan beralih bekerja di
bata merah, setelah adanya bata merah disini mereka tidak lagi merantau tapi di
rumah. disekitar industri maka sekarang adanya industri batu bata merah
banyak tenaga kerja yang terserap disitu.
Transkip Wawancara
Nama : Pak Waryono
Umur : 57 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan Terakhir : SD
1) Transkip Wawancara dengan pengusaha 1
N : Narasumber
P : Peneliti
P : Sudah berapa lama Bapak/Ibu mendirikan industri bata merah ini?
N : Sudah 11 tahun
P : Berapa jumlah tenaga kerja yang ada di industri ini?
N : Yang rutin tiap hari ada itu 12 orang
P : Berapa upah tenaga kerja di industri bata merah?
N : Jadi sistemmnya borongan, yang harian ada 4 orang itu saya bayar Rp.
60.000 tiap hari saya kasih makan. Kalau borongan dihitung satu biji bata
Rp. 55. Kalau perminggu personil bisa terima Rp. 400.000. Rata-rata
sekitar Rp. 70.000 perharinya.
P : Bagaimana status kepemilikan industri bata merah?
N : Milik sendiri, tapi kalau tanah milik desa
P : Kemana sajakah daerah pemasaran bata merah milik Bapak/Ibu?
N : Sekitar pemalang, keluar kabupaten ada sekitar pekalongan
P : Apa alat transportasi untuk mengangkut bata merah ke tempat
pemasaran?
N : Tergantung sedikit banyaknya pesanan bata merah, kalau sedikit ya pakai
pickup kalau banyak ya pakai truk.
P : Apakah dengan adanya industri bata merah terjadi pencemaran air
disekitar industri?
N : Kita gak menggunakan air berbentuk limbah itu gak, malah saya
menggunakan air bersih, tidak membuang limbah
P : Apakah dengan adanya industri bata merah terjadi pencemaran udara
disekitar industri karena proses pembakaran?
N : Kalau di saya itu kan bakarnya pakai kayu bakar jadi tidak menimbulkan
asap tebal yang kotor
P : Apa upaya yang dilakukan oleh pengusaha industri bata merah terhadap
bekas lubang-lubang galian?
N : Sebelumnya tanah itu kan sudah menjadi sawah, jadi setelah selesai saya
gali sehingga tanah itu terambil yang bisa diproduksi itu saya jadikan
sawah kembali. Kepada si pemilik itu saya tidak merugikan pemilik, jadi
sudah bisa menjadi sawah baru saya kembalikan
P : Apakah dengan hasil yang diperoleh dari industri bata merah dapat
membantu meningkatkan pendidikan anak?
N : Iya pastinya.
P : Apakah ada jaminan kesehatan yang diberikan untuk tenaga kerja di
industri bata merah? Jika ada berbentuk apa?
N : Belum ada jaminan kesehatan untuk pekerja.
P : Berapakah pendapatan Bapak/Ibu dari industri bata merah ini?
N : Rp.12.000.000 bersihnya, kalau ngitung kotornya itu diitung global
semua jadi saya gak ngitung global, yang saya hitung yang masuk ke kas
saya
P : Apakah dengan hasil yang diperoleh dari industri bata merah dapat
membantu perekonomian keluarga?
N : Iya pasti sangat membantu.
P : Apakah dengan mempunyai usaha bata merah membuat Bapak/Ibu dapat
memenuhi kepemilikkan fasilitas hidup?
N : Iya pastinya bisa membeli barang-barang elektronik, yang tadinya tidak
mampu membeli sekarang bisa dan bisa beli HP, motor dan mobil.
Transkip Wawancara
Nama : Pak Ahmad Khaeruzin
Umur : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan Terakhir : SLTA
2) Transkip Wawancara dengan pengusaha 2
N: Narasumber
P: Peneliti
P : Sudah berapa lama Bapak/Ibu mendirikan industri bata merah ini?
N : Baru 2 tahun
P : Berapa jumlah tenaga kerja yang ada di industri ini?
N : 12 orang
P : Berapa upah tenaga kerja di industri bata merah?
N : Tiap hari Rp. 100.000 per orang
P : Bagaimana status kepemilikan industri bata merah?
N : Milik sendiri, tapi kalau tanah milik desa
P : Kemana sajakah daerah pemasaran bata merah milik Bapak/Ibu?
N : Terutama di Pemalang, kadang keluar Kabupaten ke Pekalongan, Tegal
P : Apa alat transportasi untuk mengangkut bata merah ke tempat
pemasaran?
N : Untuk pengangkut ke luar kota pakai truk tapi kalau daerah sekitar
wanarata pake mobil terbuka
P : Apakah dengan adanya industri bata merah terjadi pencemaran air
disekitar industri?
N : Tidak, karena tidak menggunakan bahan kimia
P : Apakah dengan adanya industri bata merah terjadi pencemaran udara
disekitar industri karena proses pembakaran?
N : Gak ada, kan jauh dari rumah-rumah penduduk
P : Apa upaya yang dilakukan oleh pengusaha industri bata merah terhadap
bekas lubang-lubang galian?
N : Habis bekas galian diratain jadi bisa ditanami kembali dan menjadi
lahan yang subur
P : Apakah dengan hasil yang diperoleh dari industri bata merah dapat
membantu meningkatkan pendidikan anak?
N : Otomatis untuk pendidikan sangat membantu
P : Apakah ada jaminan kesehatan yang diberikan untuk tenaga kerja di
industri bata merah? Jika ada berbentuk apa?
N : Belum karena belum dianjurkan
P : Berapakah pendapatan Bapak/Ibu dari industri bata merah ini?
N : Tergantung keadaan kalau lagi rame ya lumayan kurang lebih Rp.
10.000.000.
P : Apakah dengan hasil yang diperoleh dari industri bata merah dapat
membantu perekonomian keluarga?
N : Iya alhamdulillah membantu.
P : Apakah dengan mempunyai usaha bata merah membuat Bapak/Ibu dapat
memenuhi kepemilikkan fasilitas hidup?
N : Iya alhamdulillah bisa membeli yang belum bisa dibeli saat belum punya
usaha ini.
Transkip Wawancara
Nama : Pak Ari Mustabik
Umur : 41 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan Terakhir : Tidak Sekolah
3) Transkip Wawancara dengan pengusaha 3
N : Narasumber
P : Peneliti
P : Sudah berapa lama Bapak/Ibu mendirikan industri bata merah ini?
N : 7 tahun
P : Berapa jumlah tenaga kerja yang ada di industri ini?
N : Kalau yang tetap 8 orang
P : Berapa upah tenaga kerja di industri bata merah?
N : Kurang lebih Rp. 70.000
P : Bagaimana status kepemilikan industri bata merah?
N : Kalau ini milik sendiri, tapi kalau tanah milik desa
P : Kemana sajakah daerah pemasaran bata merah milik Bapak/Ibu?
N : Yang tetep tuh toko bangunan masih di daerah Pemalang paling yang
jauh ke Purbalingga
P : Apa alat transportasi untuk mengangkut bata merah ke tempat
pemasaran?
N : Pakai pick up, truk
P : Apakah dengan adanya industri bata merah terjadi pencemaran air
disekitar industri?
N : Tidak, kan gak ada pembuangan limbah
P : Apakah dengan adanya industri bata merah terjadi pencemaran udara
disekitar industri karena proses pembakaran?
N : Tidak ada si.
P : Apa upaya yang dilakukan oleh pengusaha industri bata merah terhadap
bekas lubang-lubang galian?
N : Ya kalau tanah yang ubang-lubnag yang udah gak diambil tanahnya di
normalisasi lagi tanemin padi, kan tanggungjawab yang tadinya bagus
harus dibikin bagus lagi
P : Apakah dengan hasil yang diperoleh dari industri bata merah dapat
membantu meningkatkan pendidikan anak?
N : Iya sangat membantu
P : Apakah ada jaminan kesehatan yang diberikan untuk tenaga kerja di
industri bata merah? Jika ada berbentuk apa?
N : Tetep tanggungjawab kalau ada yang sakit
P : Berapakah pendapatan Bapak/Ibu dari industri bata merah ini?
N : Tidak bisa ditentukan, kadang-kadang kan yang namnya produksi ada
kerusakan ada apa, jadi gabisa ditentukan sebulan dapet berapa gabisa, ya
sekitar Rp.5.000.000
P : Apakah dengan hasil yang diperoleh dari industri bata merah dapat
membantu perekonomian keluarga?
N : Ya normal-normal aja
P : Apakah dengan mempunyai usaha bata merah membuat Bapak/Ibu dapat
memenuhi kepemilikkan fasilitas hidup?
N : Iya saya bisa beli barang-barang elektronik.
Transkip Wawancara
Nama : Pak Kasmari
Umur : 40 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan Terakhir : SD
4) Transkip Wawancara dengan pengusaha 4
N : Narasumber
P : Peneliti
P : Sudah berapa lama Bapak/Ibu mendirikan industri bata merah ini?
N : 15 tahun
P : Berapa jumlah tenaga kerja yang ada di industri ini?
N : Semua ada 10 orang
P : Berapa upah tenaga kerja di industri bata merah?
N : Sistemnya borongan, kalau yang harian perorang Rp.60.000 udah dapet
makan dan rokok
P : Bagaimana status kepemilikan industri bata merah?
N : Milik sendiri, tanahnya milik Desa
P : Kemana sajakah daerah pemasaran bata merah milik Bapak/Ibu?
N : Ya sekitar Pemalang sampai ke Comal, Pekalongan, Tegal
P : Apa alat transportasi untuk mengangkut bata merah ke tempat
pemasaran?
N : Tergantung wilayah, kalau jauh pakai truk kalau deket pakai pick up
P : Apakah dengan adanya industri bata merah terjadi pencemaran air
disekitar industri?
N : Tidak ada sih selama ini
P : Apakah dengan adanya industri bata merah terjadi pencemaran udara
disekitar industri karena proses pembakaran?
N : Tidak ada
P : Apa upaya yang dilakukan oleh pengusaha industri bata merah terhadap
bekas lubang-lubang galian?
N : Langsung jadiin sawah buat tanam padi
P : Apakah dengan hasil yang diperoleh dari industri bata merah dapat
membantu meningkatkan pendidikan anak?
N : Iya alhamdulillah membantu
P : Apakah ada jaminan kesehatan yang diberikan untuk tenaga kerja di
industri bata merah? Jika ada berbentuk apa?
N : Ya membantu alakadarnya, berupa uang
P : Berapakah pendapatan Bapak/Ibu dari industri bata merah ini?
N : Kalau kita bisa bakar 2x ya minimal Rp.10.000.000 perbulan
P : Apakah dengan hasil yang diperoleh dari industri bata merah dapat
membantu perekonomian keluarga?
N : Ya membantu sekali
P : Apakah dengan mempunyai usaha bata merah membuat Bapak/Ibu dapat
memenuhi kepemilikkan fasilitas hidup?
N : Iya dapat memenuhi untuk membeli barang-barang yang belum saya
punya.
Transkip Wawancara
Nama : Pak Saki
Umur : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan Terakhir : SLTA
5) Transkip Wawancara dengan pengusaha 5
N : Narasumber
P : Peneliti
P : Sudah berapa lama Bapak/Ibu mendirikan industri bata merah ini?
N : 10 tahun
P : Berapa jumlah tenaga kerja yang ada di industri ini?
N : Ada 7 orang
P : Berapa upah tenaga kerja di industri bata merah?
N : Sistemnya borongan, perminggu Rp. 300.000 perorang
P : Bagaimana status kepemilikan industri bata merah?
N : Milik sendiri, tanahnya milik desa
P : Kemana sajakah daerah pemasaran bata merah milik Bapak/Ibu?
N : Sekitar Kabupaten Pemalang aja, kadang juga keluar Brebes, Pekalongan
P : Apa alat transportasi untuk mengangkut bata merah ke tempat
pemasaran?
N : Tergantung wilayah, kalau jauh pakai truk kalau deket pakai pick up
P : Apakah dengan adanya industri bata merah terjadi pencemaran air
disekitar industri?
N : Gak ada
P : Apakah dengan adanya industri bata merah terjadi pencemaran udara
disekitar industri karena proses pembakaran?
N : Tidak ada, kalau pakai kayu aman
P : Apa upaya yang dilakukan oleh pengusaha industri bata merah terhadap
bekas lubang-lubang galian?
N : Dimanfaatkan lagi, tadinya kan kobak-kobak nanti di urug lagi diratain
lagi supaya bisa ditanamin lagi padi, palawija
P : Apakah dengan hasil yang diperoleh dari industri bata merah dapat
membantu meningkatkan pendidikan anak?
N : Iya membantu
P : Apakah ada jaminan kesehatan yang diberikan untuk tenaga kerja di
industri bata merah? Jika ada berbentuk apa?
N : Belum ada jaminan, tapi kalau sakit ya saya bantu
P : Berapakah pendapatan Bapak/Ibu dari industri bata merah ini?
N : Bersihnya Rp. 4.000.000, kalau kotornya bisa puluhan juta
P : Apakah dengan hasil yang diperoleh dari industri bata merah dapat
membantu perekonomian keluarga?
N : Ya sangat membantu
P : Apakah dengan mempunyai usaha bata merah membuat Bapak/Ibu dapat
memenuhi kepemilikkan fasilitas hidup?
N : Iya seenggaknya lumayan memenuhi bisa membeli barang yang belum
ada.
Transkip Wawancara
Nama : Pak Siswono
Umur : 52 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan Terakhir : S1
6) Transkip Wawancara dengan pengusaha 6
N : Narasumber
P : Peneliti
P : Sudah berapa lama Bapak/Ibu mendirikan industri bata merah ini?
N : Ya kurang lebih sudah 15 tahun
P : Berapa jumlah tenaga kerja yang ada di industri ini?
N : Itu sistemnya borong sekitar 6 orang
P : Berapa upah tenaga kerja di industri bata merah?
N : Perhitungan mereka kalau kerja harian kisarannya upah sekitar 80rb
P : Bagaimana status kepemilikan industri bata merah?
N : Milik sendiri, tanahnya milik desa
P : Kemana sajakah daerah pemasaran bata merah milik Bapak/Ibu?
N : Pemasaran di daerah pemalang tapi kadang keluar kabupaten
P : Apa alat transportasi untuk mengangkut bata merah ke tempat
pemasaran?
N : Kadang pakai truk, engkel, mobil terbuka
P : Apakah dengan adanya industri bata merah terjadi pencemaran air
disekitar industri?
N : Tidak ada
P : Apakah dengan adanya industri bata merah terjadi pencemaran udara
disekitar industri karena proses pembakaran?
N : Kalau pembakaran tidak pakai kayu ya pasti ada lah ya polusi udara
P : Apa upaya yang dilakukan oleh pengusaha industri bata merah terhadap
bekas lubang-lubang galian?
N : Dimanfaatkan kembali, ini kan kita utamanya mengambil tanah-tanah
yang kurang produktif, susah diairi itu yang kering kita gali setelah kering
kita ambil tanahnya untuk di produksi, diratakan kembali untuk lahan
sawah
P : Apakah dengan hasil yang diperoleh dari industri bata merah dapat
membantu meningkatkan pendidikan anak?
N : Ya jelas membantu
P : Apakah ada jaminan kesehatan yang diberikan untuk tenaga kerja di
industri bata merah? Jika ada berbentuk apa?
N : Sementara belum ada, kalau misal ada kecelakaan kerja ya pasti
membantu
P : Berapakah pendapatan Bapak/Ibu dari industri bata merah ini?
N : Ini kalau di kalkulasi kurang lebih keuntungannya ya paling kurang lebih
Rp. 4.000.000
P : Apakah dengan hasil yang diperoleh dari industri bata merah dapat
membantu perekonomian keluarga?
N : Ya sangat membantu
P : Apakah dengan mempunyai usaha bata merah membuat Bapak/Ibu dapat
memenuhi kepemilikkan fasilitas hidup?
N : Ya dapat memenuhi fasilitas hidup, bisa membeli barang-barang
elektronik, HP, mobil.
Transkip Wawancara
Nama : Pak Sudarjo
Umur : 65 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan Terakhir : SLTP
7) Transkip Wawancara dengan pengusaha 7
N : Narasumber
P : Peneliti
P : Sudah berapa lama Bapak/Ibu mendirikan industri bata merah ini?
N : Sudah 16 tahun
P : Berapa jumlah tenaga kerja yang ada di industri ini?
N : Ada 13 orang
P : Berapa upah tenaga kerja di industri bata merah?
N : Upahnya borongan, paling ya tiap harinya Rp. 80.000 tapi sudah bersih,
udah dapet makan dan rokok
P : Bagaimana status kepemilikan industri bata merah?
N : Milik sendiri, tanahnya milik desa
P : Kemana sajakah daerah pemasaran bata merah milik Bapak/Ibu?
N : Pemasaran sampai kebupaten pemalang aja sih
P : Apa alat transportasi untuk mengangkut bata merah ke tempat
pemasaran?
N : Tergantung banyak pemesan kalau banyak pakai truk, kalu dikit pakai
mobil terbuka
P : Apakah dengan adanya industri bata merah terjadi pencemaran air
disekitar industri?
N : Tidak ada
P : Apakah dengan adanya industri bata merah terjadi pencemaran udara
disekitar industri karena proses pembakaran?
N : Tidak ada
P : Apa upaya yang dilakukan oleh pengusaha industri bata merah terhadap
bekas lubang-lubang galian?
N : Kita kembalikan ke semula, yang tadinya sawah ke sawah lagi
P : Apakah dengan hasil yang diperoleh dari industri bata merah dapat
membantu meningkatkan pendidikan anak?
N : Ya membantu
P : Apakah ada jaminan kesehatan yang diberikan untuk tenaga kerja di
industri bata merah? Jika ada berbentuk apa?
N : Tidak ada
P : Berapakah pendapatan Bapak/Ibu dari industri bata merah ini?
N : Sebulan paling Rp. 6.000.000
P : Apakah dengan hasil yang diperoleh dari industri bata merah dapat
membantu perekonomian keluarga?
N : Ya pasti membantu
P : Apakah dengan mempunyai usaha bata merah membuat Bapak/Ibu dapat
memenuhi kepemilikkan fasilitas hidup?
LAMPIRAN 4
Pedoman Observasi
Pengaruh Industri Bata Merah Terhadap Kondisi Lingkungan di
Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang
N
o
Aspek yang diamati Ketersediaan
1 Industri Bata Merah Ya Tidak
a. Bahan baku
b. Bahan Bakar
c. Transportasi
Keadaan
2 Kondisi Lingkungan Baik Tidak
Kondisi Fisik:
a. Air
b. Tanah
c. Udara
Ketersediaan
Kondisi Sosial Ekonomi: Ya Tidak
a. Bangunan rumah
1) Permanen
2) Semi permanen
b. Alat elektronik
1) TV
2) Radio
3) Mesin cuci
4) Vcd
5) Dispenser
c. Alat komunikasi
1) Telepon rumah
2) HP
d. Alat transportasi
1) Motor
2) Mobil
3) Sepeda
LAMPIRAN 5
Hasil SPSS
1. Hasil Uji Validitas
Hasil Uji Validitas Variabel Industri Bata Merah Pekerja
Correlations
ite
m1
ite
m2
ite
m3
ite
m4
ite
m5
ite
m6
ite
m7
ite
m8
ite
m9
ite
m1
0
ite
m1
1
ite
m1
2
ite
m1
3
ite
m1
4
ite
m1
5
ite
m1
6
ite
m1
7
ite
m1
Pearson
Correlati
on
1 1,0
00**
,66
7
1,0
00**
,61
2
,76
4
,76
4
1,0
00**
,61
2
1,0
00**
,66
7
1,0
00**
,72
1
1,0
00**
,61
2
,91
3*
,66
7
Sig. (2-
tailed)
,00
0
,21
9
,00
0
,27
2
,13
3
,13
3
,00
0
,27
2
,00
0
,21
9
,00
0
,17
0
,00
0
,27
2
,03
0
,21
9
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m2
Pearson
Correlati
on
1,0
00**
1 ,66
7
1,0
00**
,61
2
,76
4
,76
4
1,0
00**
,61
2
1,0
00**
,66
7
1,0
00**
,72
1
1,0
00**
,61
2
,91
3*
,66
7
Sig. (2-
tailed)
,00
0
,21
9
,00
0
,27
2
,13
3
,13
3
,00
0
,27
2
,00
0
,21
9
,00
0
,17
0
,00
0
,27
2
,03
0
,21
9
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m3
Pearson
Correlati
on
,66
7
,66
7 1
,66
7
,40
8
,87
3
,87
3
,66
7
,40
8
,66
7
1,0
00**
,66
7
,88
1*
,66
7
,40
8
,91
3*
1,0
00**
Sig. (2-
tailed)
,21
9
,21
9
,21
9
,49
5
,05
3
,05
3
,21
9
,49
5
,21
9
,00
0
,21
9
,04
9
,21
9
,49
5
,03
0
,00
0
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m4
Pearson
Correlati
on
1,0
00**
1,0
00**
,66
7 1
,61
2
,76
4
,76
4
1,0
00**
,61
2
1,0
00**
,66
7
1,0
00**
,72
1
1,0
00**
,61
2
,91
3*
,66
7
Sig. (2-
tailed)
,00
0
,00
0
,21
9
,27
2
,13
3
,13
3
,00
0
,27
2
,00
0
,21
9
,00
0
,17
0
,00
0
,27
2
,03
0
,21
9
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m5
Pearson
Correlati
on
,61
2
,61
2
,40
8
,61
2 1
,80
2
,80
2
,61
2
1,0
00**
,61
2
,40
8
,61
2
,68
6
,61
2
1,0
00**
,55
9
,40
8
Sig. (2-
tailed)
,27
2
,27
2
,49
5
,27
2
,10
3
,10
3
,27
2
,00
0
,27
2
,49
5
,27
2
,20
1
,27
2
,00
0
,32
7
,49
5
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m6
Pearson
Correlati
on
,76
4
,76
4
,87
3
,76
4
,80
2 1
1,0
00**
,76
4
,80
2
,76
4
,87
3
,76
4
,94
3*
,76
4
,80
2
,89
6*
,87
3
Sig. (2-
tailed)
,13
3
,13
3
,05
3
,13
3
,10
3
,00
0
,13
3
,10
3
,13
3
,05
3
,13
3
,01
6
,13
3
,10
3
,03
9
,05
3
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m7
Pearson
Correlati
on
,76
4
,76
4
,87
3
,76
4
,80
2
1,0
00**
1 ,76
4
,80
2
,76
4
,87
3
,76
4
,94
3*
,76
4
,80
2
,89
6*
,87
3
Sig. (2-
tailed)
,13
3
,13
3
,05
3
,13
3
,10
3
,00
0
,13
3
,10
3
,13
3
,05
3
,13
3
,01
6
,13
3
,10
3
,03
9
,05
3
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m8
Pearson
Correlati
on
1,0
00**
1,0
00**
,66
7
1,0
00**
,61
2
,76
4
,76
4 1
,61
2
1,0
00**
,66
7
1,0
00**
,72
1
1,0
00**
,61
2
,91
3*
,66
7
Sig. (2-
tailed)
,00
0
,00
0
,21
9
,00
0
,27
2
,13
3
,13
3
,27
2
,00
0
,21
9
,00
0
,17
0
,00
0
,27
2
,03
0
,21
9
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m9
Pearson
Correlati
on
,61
2
,61
2
,40
8
,61
2
1,0
00**
,80
2
,80
2
,61
2 1
,61
2
,40
8
,61
2
,68
6
,61
2
1,0
00**
,55
9
,40
8
Sig. (2-
tailed)
,27
2
,27
2
,49
5
,27
2
,00
0
,10
3
,10
3
,27
2
,27
2
,49
5
,27
2
,20
1
,27
2
,00
0
,32
7
,49
5
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m1
0
Pearson
Correlati
on
1,0
00**
1,0
00**
,66
7
1,0
00**
,61
2
,76
4
,76
4
1,0
00**
,61
2 1
,66
7
1,0
00**
,72
1
1,0
00**
,61
2
,91
3*
,66
7
Sig. (2-
tailed)
,00
0
,00
0
,21
9
,00
0
,27
2
,13
3
,13
3
,00
0
,27
2
,21
9
,00
0
,17
0
,00
0
,27
2
,03
0
,21
9
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m1
1
Pearson
Correlati
on
,66
7
,66
7
1,0
00**
,66
7
,40
8
,87
3
,87
3
,66
7
,40
8
,66
7 1
,66
7
,88
1*
,66
7
,40
8
,91
3*
1,0
00**
Sig. (2-
tailed)
,21
9
,21
9
,00
0
,21
9
,49
5
,05
3
,05
3
,21
9
,49
5
,21
9
,21
9
,04
9
,21
9
,49
5
,03
0
,00
0
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m1
2
Pearson
Correlati
on
1,0
00**
1,0
00**
,66
7
1,0
00**
,61
2
,76
4
,76
4
1,0
00**
,61
2
1,0
00**
,66
7 1
,72
1
1,0
00**
,61
2
,91
3*
,66
7
Sig. (2-
tailed)
,00
0
,00
0
,21
9
,00
0
,27
2
,13
3
,13
3
,00
0
,27
2
,00
0
,21
9
,17
0
,00
0
,27
2
,03
0
,21
9
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m1
3
Pearson
Correlati
on
,72
1
,72
1
,88
1*
,72
1
,68
6
,94
3*
,94
3*
,72
1
,68
6
,72
1
,88
1*
,72
1 1
,72
1
,68
6
,87
7
,88
1*
Sig. (2-
tailed)
,17
0
,17
0
,04
9
,17
0
,20
1
,01
6
,01
6
,17
0
,20
1
,17
0
,04
9
,17
0
,17
0
,20
1
,05
1
,04
9
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m1
4
Pearson
Correlati
on
1,0
00**
1,0
00**
,66
7
1,0
00**
,61
2
,76
4
,76
4
1,0
00**
,61
2
1,0
00**
,66
7
1,0
00**
,72
1 1
,61
2
,91
3*
,66
7
Sig. (2-
tailed)
,00
0
,00
0
,21
9
,00
0
,27
2
,13
3
,13
3
,00
0
,27
2
,00
0
,21
9
,00
0
,17
0
,27
2
,03
0
,21
9
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m1
5
Pearson
Correlati
on
,61
2
,61
2
,40
8
,61
2
1,0
00**
,80
2
,80
2
,61
2
1,0
00**
,61
2
,40
8
,61
2
,68
6
,61
2 1
,55
9
,40
8
Sig. (2-
tailed)
,27
2
,27
2
,49
5
,27
2
,00
0
,10
3
,10
3
,27
2
,00
0
,27
2
,49
5
,27
2
,20
1
,27
2
,32
7
,49
5
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m1
6
Pearson
Correlati
on
,91
3*
,91
3*
,91
3*
,91
3*
,55
9
,89
6*
,89
6*
,91
3*
,55
9
,91
3*
,91
3*
,91
3*
,87
7
,91
3*
,55
9 1
,91
3*
Sig. (2-
tailed)
,03
0
,03
0
,03
0
,03
0
,32
7
,03
9
,03
9
,03
0
,32
7
,03
0
,03
0
,03
0
,05
1
,03
0
,32
7
,03
0
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m1
7
Pearson
Correlati
on
,66
7
,66
7
1,0
00**
,66
7
,40
8
,87
3
,87
3
,66
7
,40
8
,66
7
1,0
00**
,66
7
,88
1*
,66
7
,40
8
,91
3*
1
Sig. (2-
tailed)
,21
9
,21
9
,00
0
,21
9
,49
5
,05
3
,05
3
,21
9
,49
5
,21
9
,00
0
,21
9
,04
9
,21
9
,49
5
,03
0
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m1
8
Pearson
Correlati
on
1,0
00**
1,0
00**
,66
7
1,0
00**
,61
2
,76
4
,76
4
1,0
00**
,61
2
1,0
00**
,66
7
1,0
00**
,72
1
1,0
00**
,61
2
,91
3*
,66
7
Sig. (2-
tailed)
,00
0
,00
0
,21
9
,00
0
,27
2
,13
3
,13
3
,00
0
,27
2
,00
0
,21
9
,00
0
,17
0
,00
0
,27
2
,03
0
,21
9
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m1
9
Pearson
Correlati
on
,61
2
,61
2
,40
8
,61
2
1,0
00**
,80
2
,80
2
,61
2
1,0
00**
,61
2
,40
8
,61
2
,68
6
,61
2
1,0
00**
,55
9
,40
8
Sig. (2-
tailed)
,27
2
,27
2
,49
5
,27
2
,00
0
,10
3
,10
3
,27
2
,00
0
,27
2
,49
5
,27
2
,20
1
,27
2
,00
0
,32
7
,49
5
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m2
0
Pearson
Correlati
on
,66
7
,66
7
1,0
00**
,66
7
,40
8
,87
3
,87
3
,66
7
,40
8
,66
7
1,0
00**
,66
7
,88
1*
,66
7
,40
8
,91
3*
1,0
00**
Sig. (2-
tailed)
,21
9
,21
9
,00
0
,21
9
,49
5
,05
3
,05
3
,21
9
,49
5
,21
9
,00
0
,21
9
,04
9
,21
9
,49
5
,03
0
,00
0
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m2
1
Pearson
Correlati
on
,61
2
,61
2
,40
8
,61
2
1,0
00**
,80
2
,80
2
,61
2
1,0
00**
,61
2
,40
8
,61
2
,68
6
,61
2
1,0
00**
,55
9
,40
8
Sig. (2-
tailed)
,27
2
,27
2
,49
5
,27
2
,00
0
,10
3
,10
3
,27
2
,00
0
,27
2
,49
5
,27
2
,20
1
,27
2
,00
0
,32
7
,49
5
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m2
2
Pearson
Correlati
on
,58
3
,58
3
,66
7
,58
3
,61
2
,76
4
,76
4
,58
3
,61
2
,58
3
,66
7
,58
3
,92
1*
,58
3
,61
2
,68
5
,66
7
Sig. (2-
tailed)
,30
2
,30
2
,21
9
,30
2
,27
2
,13
3
,13
3
,30
2
,27
2
,30
2
,21
9
,30
2
,02
6
,30
2
,27
2
,20
2
,21
9
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m2
3
Pearson
Correlati
on
,61
2
,61
2
,40
8
,61
2
1,0
00**
,80
2
,80
2
,61
2
1,0
00**
,61
2
,40
8
,61
2
,68
6
,61
2
1,0
00**
,55
9
,40
8
Sig. (2-
tailed)
,27
2
,27
2
,49
5
,27
2
,00
0
,10
3
,10
3
,27
2
,00
0
,27
2
,49
5
,27
2
,20
1
,27
2
,00
0
,32
7
,49
5
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m2
4
Pearson
Correlati
on
,61
2
,61
2
,40
8
,61
2
1,0
00**
,80
2
,80
2
,61
2
1,0
00**
,61
2
,40
8
,61
2
,68
6
,61
2
1,0
00**
,55
9
,40
8
Sig. (2-
tailed)
,27
2
,27
2
,49
5
,27
2
,00
0
,10
3
,10
3
,27
2
,00
0
,27
2
,49
5
,27
2
,20
1
,27
2
,00
0
,32
7
,49
5
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
tota
lsko
r
Pearson
Correlati
on
,86
7
,86
7
,76
2
,86
7
,86
9
,96
3**
,96
3**
,86
7
,86
9
,86
7
,76
2
,86
7
,91
1*
,86
7
,86
9
,89
2*
,76
2
Sig. (2-
tailed)
,05
7
,05
7
,13
4
,05
7
,05
6
,00
8
,00
8
,05
7
,05
6
,05
7
,13
4
,05
7
,03
1
,05
7
,05
6
,04
2
,13
4
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Hasil Uji Validitas Variabel Kondisi Lingkungan Pekerja
Correlations
item18 item19 item20 item21 item22 item23 item24 Totalskor
item1 Pearson Correlation 1,000** ,612 ,667 ,612 ,583 ,612 ,612 ,867
Sig. (2-tailed) ,000 ,272 ,219 ,272 ,302 ,272 ,272 ,057
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item2 Pearson Correlation 1,000** ,612 ,667 ,612 ,583 ,612 ,612 ,867
Sig. (2-tailed) ,000 ,272 ,219 ,272 ,302 ,272 ,272 ,057
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item3 Pearson Correlation ,667 ,408 1,000** ,408 ,667 ,408 ,408 ,762
Sig. (2-tailed) ,219 ,495 ,000 ,495 ,219 ,495 ,495 ,134
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item4 Pearson Correlation 1,000** ,612 ,667 ,612 ,583 ,612 ,612 ,867
Sig. (2-tailed) ,000 ,272 ,219 ,272 ,302 ,272 ,272 ,057
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item5 Pearson Correlation ,612 1,000** ,408 1,000
** ,612 1,000
** 1,000
** ,869
Sig. (2-tailed) ,272 ,000 ,495 ,000 ,272 ,000 ,000 ,056
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item6 Pearson Correlation ,764 ,802 ,873 ,802 ,764 ,802 ,802 ,963**
Sig. (2-tailed) ,133 ,103 ,053 ,103 ,133 ,103 ,103 ,008
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item7 Pearson Correlation ,764 ,802 ,873 ,802 ,764 ,802 ,802 ,963**
Sig. (2-tailed) ,133 ,103 ,053 ,103 ,133 ,103 ,103 ,008
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item8 Pearson Correlation 1,000** ,612 ,667 ,612 ,583 ,612 ,612 ,867
Sig. (2-tailed) ,000 ,272 ,219 ,272 ,302 ,272 ,272 ,057
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item9 Pearson Correlation ,612 1,000** ,408 1,000
** ,612 1,000
** 1,000
** ,869
Sig. (2-tailed) ,272 ,000 ,495 ,000 ,272 ,000 ,000 ,056
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item10 Pearson Correlation 1,000** ,612 ,667 ,612 ,583 ,612 ,612 ,867
Sig. (2-tailed) ,000 ,272 ,219 ,272 ,302 ,272 ,272 ,057
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item11 Pearson Correlation ,667 ,408 1,000** ,408 ,667 ,408 ,408 ,762
Sig. (2-tailed) ,219 ,495 ,000 ,495 ,219 ,495 ,495 ,134
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item12 Pearson Correlation 1,000** ,612 ,667 ,612 ,583 ,612 ,612 ,867
Sig. (2-tailed) ,000 ,272 ,219 ,272 ,302 ,272 ,272 ,057
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item13 Pearson Correlation ,721 ,686 ,881* ,686 ,921
* ,686 ,686 ,911
*
Sig. (2-tailed) ,170 ,201 ,049 ,201 ,026 ,201 ,201 ,031
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item14 Pearson Correlation 1,000** ,612 ,667 ,612 ,583 ,612 ,612 ,867
Sig. (2-tailed) ,000 ,272 ,219 ,272 ,302 ,272 ,272 ,057
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item15 Pearson Correlation ,612 1,000** ,408 1,000
** ,612 1,000
** 1,000
** ,869
Sig. (2-tailed) ,272 ,000 ,495 ,000 ,272 ,000 ,000 ,056
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item16 Pearson Correlation ,913* ,559 ,913
* ,559 ,685 ,559 ,559 ,892
*
Sig. (2-tailed) ,030 ,327 ,030 ,327 ,202 ,327 ,327 ,042
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item17 Pearson Correlation ,667 ,408 1,000** ,408 ,667 ,408 ,408 ,762
Sig. (2-tailed) ,219 ,495 ,000 ,495 ,219 ,495 ,495 ,134
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item18 Pearson Correlation 1 ,612 ,667 ,612 ,583 ,612 ,612 ,867
Sig. (2-tailed)
,272 ,219 ,272 ,302 ,272 ,272 ,057
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item19 Pearson Correlation ,612 1 ,408 1,000** ,612 1,000
** 1,000
** ,869
Sig. (2-tailed) ,272
,495 ,000 ,272 ,000 ,000 ,056
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item20 Pearson Correlation ,667 ,408 1 ,408 ,667 ,408 ,408 ,762
Sig. (2-tailed) ,219 ,495
,495 ,219 ,495 ,495 ,134
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item21 Pearson Correlation ,612 1,000** ,408 1 ,612 1,000
** 1,000
** ,869
Sig. (2-tailed) ,272 ,000 ,495
,272 ,000 ,000 ,056
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item22 Pearson Correlation ,583 ,612 ,667 ,612 1 ,612 ,612 ,779
Sig. (2-tailed) ,302 ,272 ,219 ,272
,272 ,272 ,120
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item23 Pearson Correlation ,612 1,000** ,408 1,000
** ,612 1 1,000
** ,869
Sig. (2-tailed) ,272 ,000 ,495 ,000 ,272
,000 ,056
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item24 Pearson Correlation ,612 1,000** ,408 1,000
** ,612 1,000
** 1 ,869
Sig. (2-tailed) ,272 ,000 ,495 ,000 ,272 ,000
,056
N 5 5 5 5 5 5 5 5
totalskor Pearson Correlation ,867 ,869 ,762 ,869 ,779 ,869 ,869 1
Sig. (2-tailed) ,057 ,056 ,134 ,056 ,120 ,056 ,056
N 5 5 5 5 5 5 5 5
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Hasil Uji Validitas Variabel Industri Bata Merah Non Pekerja
Correlations
ite
m1
ite
m2
ite
m3
ite
m4
ite
m5
ite
m6
ite
m7
ite
m8
ite
m9
ite
m1
0
ite
m1
1
ite
m1
2
ite
m1
3
ite
m1
4
ite
m1
5
ite
m1
6
ite
m1
7
ite
m1
Pearson
Correlati
on
1 1,0
00**
,40
8
1,0
00**
,79
1
1,0
00**
1,0
00**
1,0
00**
1,0
00**
1,0
00**
,40
8
,80
2
,61
2
,61
2
1,0
00**
,40
8
1,0
00**
Sig. (2-
tailed)
,00
0
,49
5
,00
0
,11
1
,00
0
,00
0
,00
0
,00
0
,00
0
,49
5
,10
3
,27
2
,27
2
,00
0
,49
5
,00
0
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m2
Pearson
Correlati
on
1,0
00**
1 ,40
8
1,0
00**
,79
1
1,0
00**
1,0
00**
1,0
00**
1,0
00**
1,0
00**
,40
8
,80
2
,61
2
,61
2
1,0
00**
,40
8
1,0
00**
Sig. (2-
tailed)
,00
0
,49
5
,00
0
,11
1
,00
0
,00
0
,00
0
,00
0
,00
0
,49
5
,10
3
,27
2
,27
2
,00
0
,49
5
,00
0
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m3
Pearson
Correlati
on
,40
8
,40
8 1
,40
8
,64
5
,40
8
,40
8
,40
8
,40
8
,40
8
1,0
00**
,87
3
,66
7
,66
7
,40
8
1,0
00**
,40
8
Sig. (2-
tailed)
,49
5
,49
5
,49
5
,23
9
,49
5
,49
5
,49
5
,49
5
,49
5
,00
0
,05
3
,21
9
,21
9
,49
5
,00
0
,49
5
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m4
Pearson
Correlati
on
1,0
00**
1,0
00**
,40
8 1
,79
1
1,0
00**
1,0
00**
1,0
00**
1,0
00**
1,0
00**
,40
8
,80
2
,61
2
,61
2
1,0
00**
,40
8
1,0
00**
Sig. (2-
tailed)
,00
0
,00
0
,49
5
,11
1
,00
0
,00
0
,00
0
,00
0
,00
0
,49
5
,10
3
,27
2
,27
2
,00
0
,49
5
,00
0
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m5
Pearson
Correlati
on
,79
1
,79
1
,64
5
,79
1 1
,79
1
,79
1
,79
1
,79
1
,79
1
,64
5
,84
5
,64
5
,64
5
,79
1
,64
5
,79
1
Sig. (2-
tailed)
,11
1
,11
1
,23
9
,11
1
,11
1
,11
1
,11
1
,11
1
,11
1
,23
9
,07
1
,23
9
,23
9
,11
1
,23
9
,11
1
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m6
Pearson
Correlati
on
1,0
00**
1,0
00**
,40
8
1,0
00**
,79
1 1
1,0
00**
1,0
00**
1,0
00**
1,0
00**
,40
8
,80
2
,61
2
,61
2
1,0
00**
,40
8
1,0
00**
Sig. (2-
tailed)
,00
0
,00
0
,49
5
,00
0
,11
1
,00
0
,00
0
,00
0
,00
0
,49
5
,10
3
,27
2
,27
2
,00
0
,49
5
,00
0
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m7
Pearson
Correlati
on
1,0
00**
1,0
00**
,40
8
1,0
00**
,79
1
1,0
00**
1 1,0
00**
1,0
00**
1,0
00**
,40
8
,80
2
,61
2
,61
2
1,0
00**
,40
8
1,0
00**
Sig. (2-
tailed)
,00
0
,00
0
,49
5
,00
0
,11
1
,00
0
,00
0
,00
0
,00
0
,49
5
,10
3
,27
2
,27
2
,00
0
,49
5
,00
0
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m8
Pearson
Correlati
on
1,0
00**
1,0
00**
,40
8
1,0
00**
,79
1
1,0
00**
1,0
00**
1 1,0
00**
1,0
00**
,40
8
,80
2
,61
2
,61
2
1,0
00**
,40
8
1,0
00**
Sig. (2-
tailed)
,00
0
,00
0
,49
5
,00
0
,11
1
,00
0
,00
0
,00
0
,00
0
,49
5
,10
3
,27
2
,27
2
,00
0
,49
5
,00
0
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m9
Pearson
Correlati
on
1,0
00**
1,0
00**
,40
8
1,0
00**
,79
1
1,0
00**
1,0
00**
1,0
00**
1 1,0
00**
,40
8
,80
2
,61
2
,61
2
1,0
00**
,40
8
1,0
00**
Sig. (2-
tailed)
,00
0
,00
0
,49
5
,00
0
,11
1
,00
0
,00
0
,00
0
,00
0
,49
5
,10
3
,27
2
,27
2
,00
0
,49
5
,00
0
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m1
0
Pearson
Correlati
on
1,0
00**
1,0
00**
,40
8
1,0
00**
,79
1
1,0
00**
1,0
00**
1,0
00**
1,0
00**
1 ,40
8
,80
2
,61
2
,61
2
1,0
00**
,40
8
1,0
00**
Sig. (2-
tailed)
,00
0
,00
0
,49
5
,00
0
,11
1
,00
0
,00
0
,00
0
,00
0
,49
5
,10
3
,27
2
,27
2
,00
0
,49
5
,00
0
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m1
1
Pearson
Correlati
on
,40
8
,40
8
1,0
00**
,40
8
,64
5
,40
8
,40
8
,40
8
,40
8
,40
8 1
,87
3
,66
7
,66
7
,40
8
1,0
00**
,40
8
Sig. (2-
tailed)
,49
5
,49
5
,00
0
,49
5
,23
9
,49
5
,49
5
,49
5
,49
5
,49
5
,05
3
,21
9
,21
9
,49
5
,00
0
,49
5
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m1
2
Pearson
Correlati
on
,80
2
,80
2
,87
3
,80
2
,84
5
,80
2
,80
2
,80
2
,80
2
,80
2
,87
3 1
,76
4
,76
4
,80
2
,87
3
,80
2
Sig. (2-
tailed)
,10
3
,10
3
,05
3
,10
3
,07
1
,10
3
,10
3
,10
3
,10
3
,10
3
,05
3
,13
3
,13
3
,10
3
,05
3
,10
3
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m1
3
Pearson
Correlati
on
,61
2
,61
2
,66
7
,61
2
,64
5
,61
2
,61
2
,61
2
,61
2
,61
2
,66
7
,76
4 1
1,0
00**
,61
2
,66
7
,61
2
Sig. (2-
tailed)
,27
2
,27
2
,21
9
,27
2
,23
9
,27
2
,27
2
,27
2
,27
2
,27
2
,21
9
,13
3
,00
0
,27
2
,21
9
,27
2
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m1
4
Pearson
Correlati
on
,61
2
,61
2
,66
7
,61
2
,64
5
,61
2
,61
2
,61
2
,61
2
,61
2
,66
7
,76
4
1,0
00**
1 ,61
2
,66
7
,61
2
Sig. (2-
tailed)
,27
2
,27
2
,21
9
,27
2
,23
9
,27
2
,27
2
,27
2
,27
2
,27
2
,21
9
,13
3
,00
0
,27
2
,21
9
,27
2
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m1
5
Pearson
Correlati
on
1,0
00**
1,0
00**
,40
8
1,0
00**
,79
1
1,0
00**
1,0
00**
1,0
00**
1,0
00**
1,0
00**
,40
8
,80
2
,61
2
,61
2 1
,40
8
1,0
00**
Sig. (2-
tailed)
,00
0
,00
0
,49
5
,00
0
,11
1
,00
0
,00
0
,00
0
,00
0
,00
0
,49
5
,10
3
,27
2
,27
2
,49
5
,00
0
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m1
6
Pearson
Correlati
on
,40
8
,40
8
1,0
00**
,40
8
,64
5
,40
8
,40
8
,40
8
,40
8
,40
8
1,0
00**
,87
3
,66
7
,66
7
,40
8 1
,40
8
Sig. (2-
tailed)
,49
5
,49
5
,00
0
,49
5
,23
9
,49
5
,49
5
,49
5
,49
5
,49
5
,00
0
,05
3
,21
9
,21
9
,49
5
,49
5
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m1
7
Pearson
Correlati
on
1,0
00**
1,0
00**
,40
8
1,0
00**
,79
1
1,0
00**
1,0
00**
1,0
00**
1,0
00**
1,0
00**
,40
8
,80
2
,61
2
,61
2
1,0
00**
,40
8 1
Sig. (2-
tailed)
,00
0
,00
0
,49
5
,00
0
,11
1
,00
0
,00
0
,00
0
,00
0
,00
0
,49
5
,10
3
,27
2
,27
2
,00
0
,49
5
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m1
8
Pearson
Correlati
on
,80
2
,80
2
,87
3
,80
2
,84
5
,80
2
,80
2
,80
2
,80
2
,80
2
,87
3
1,0
00**
,76
4
,76
4
,80
2
,87
3
,80
2
Sig. (2-
tailed)
,10
3
,10
3
,05
3
,10
3
,07
1
,10
3
,10
3
,10
3
,10
3
,10
3
,05
3
,00
0
,13
3
,13
3
,10
3
,05
3
,10
3
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m1
9
Pearson
Correlati
on
,40
8
,40
8
1,0
00**
,40
8
,64
5
,40
8
,40
8
,40
8
,40
8
,40
8
1,0
00**
,87
3
,66
7
,66
7
,40
8
1,0
00**
,40
8
Sig. (2-
tailed)
,49
5
,49
5
,00
0
,49
5
,23
9
,49
5
,49
5
,49
5
,49
5
,49
5
,00
0
,05
3
,21
9
,21
9
,49
5
,00
0
,49
5
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m2
0
Pearson
Correlati
on
,61
2
,61
2
,66
7
,61
2
,96
8**
,61
2
,61
2
,61
2
,61
2
,61
2
,66
7
,76
4
,58
3
,58
3
,61
2
,66
7
,61
2
Sig. (2-
tailed)
,27
2
,27
2
,21
9
,27
2
,00
7
,27
2
,27
2
,27
2
,27
2
,27
2
,21
9
,13
3
,30
2
,30
2
,27
2
,21
9
,27
2
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m2
1
Pearson
Correlati
on
,55
9
,55
9
,91
3*
,55
9
,70
7
,55
9
,55
9
,55
9
,55
9
,55
9
,91
3*
,89
6*
,91
3*
,91
3*
,55
9
,91
3*
,55
9
Sig. (2-
tailed)
,32
7
,32
7
,03
0
,32
7
,18
2
,32
7
,32
7
,32
7
,32
7
,32
7
,03
0
,03
9
,03
0
,03
0
,32
7
,03
0
,32
7
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m2
2
Pearson
Correlati
on
,61
2
,61
2
,66
7
,61
2
,64
5
,61
2
,61
2
,61
2
,61
2
,61
2
,66
7
,76
4
1,0
00**
1,0
00**
,61
2
,66
7
,61
2
Sig. (2-
tailed)
,27
2
,27
2
,21
9
,27
2
,23
9
,27
2
,27
2
,27
2
,27
2
,27
2
,21
9
,13
3
,00
0
,00
0
,27
2
,21
9
,27
2
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m2
3
Pearson
Correlati
on
1,0
00**
1,0
00**
,40
8
1,0
00**
,79
1
1,0
00**
1,0
00**
1,0
00**
1,0
00**
1,0
00**
,40
8
,80
2
,61
2
,61
2
1,0
00**
,40
8
1,0
00**
Sig. (2-
tailed)
,00
0
,00
0
,49
5
,00
0
,11
1
,00
0
,00
0
,00
0
,00
0
,00
0
,49
5
,10
3
,27
2
,27
2
,00
0
,49
5
,00
0
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
ite
m2
4
Pearson
Correlati
on
1,0
00**
1,0
00**
,40
8
1,0
00**
,79
1
1,0
00**
1,0
00**
1,0
00**
1,0
00**
1,0
00**
,40
8
,80
2
,61
2
,61
2
1,0
00**
,40
8
1,0
00**
Sig. (2-
tailed)
,00
0
,00
0
,49
5
,00
0
,11
1
,00
0
,00
0
,00
0
,00
0
,00
0
,49
5
,10
3
,27
2
,27
2
,00
0
,49
5
,00
0
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
tota
lsko
r
Pearson
Correlati
on
,88
3*
,88
3*
,76
7
,88
3*
,90
0*
,88
3*
,88
3*
,88
3*
,88
3*
,88
3*
,76
7
,97
4**
,82
1
,82
1
,88
3*
,76
7
,88
3*
Sig. (2-
tailed)
,04
7
,04
7
,13
0
,04
7
,03
7
,04
7
,04
7
,04
7
,04
7
,04
7
,13
0
,00
5
,08
8
,08
8
,04
7
,13
0
,04
7
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Hasil Uji Validitas Variabel Kondisi Lingkungan Non Pekerja
Correlations
item18 item19 item20 item21 item22 item23 item24 Totalskor
item1 Pearson Correlation ,802 ,408 ,612 ,559 ,612 1,000** 1,000
** ,883
*
Sig. (2-tailed) ,103 ,495 ,272 ,327 ,272 ,000 ,000 ,047
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item2 Pearson Correlation ,802 ,408 ,612 ,559 ,612 1,000** 1,000
** ,883
*
Sig. (2-tailed) ,103 ,495 ,272 ,327 ,272 ,000 ,000 ,047
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item3 Pearson Correlation ,873 1,000** ,667 ,913
* ,667 ,408 ,408 ,767
Sig. (2-tailed) ,053 ,000 ,219 ,030 ,219 ,495 ,495 ,130
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item4 Pearson Correlation ,802 ,408 ,612 ,559 ,612 1,000** 1,000
** ,883
*
Sig. (2-tailed) ,103 ,495 ,272 ,327 ,272 ,000 ,000 ,047
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item5 Pearson Correlation ,845 ,645 ,968** ,707 ,645 ,791 ,791 ,900
*
Sig. (2-tailed) ,071 ,239 ,007 ,182 ,239 ,111 ,111 ,037
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item6 Pearson Correlation ,802 ,408 ,612 ,559 ,612 1,000** 1,000
** ,883
*
Sig. (2-tailed) ,103 ,495 ,272 ,327 ,272 ,000 ,000 ,047
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item7 Pearson Correlation ,802 ,408 ,612 ,559 ,612 1,000** 1,000
** ,883
*
Sig. (2-tailed) ,103 ,495 ,272 ,327 ,272 ,000 ,000 ,047
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item8 Pearson Correlation ,802 ,408 ,612 ,559 ,612 1,000** 1,000
** ,883
*
Sig. (2-tailed) ,103 ,495 ,272 ,327 ,272 ,000 ,000 ,047
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item9 Pearson Correlation ,802 ,408 ,612 ,559 ,612 1,000** 1,000
** ,883
*
Sig. (2-tailed) ,103 ,495 ,272 ,327 ,272 ,000 ,000 ,047
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item10 Pearson Correlation ,802 ,408 ,612 ,559 ,612 1,000** 1,000
** ,883
*
Sig. (2-tailed) ,103 ,495 ,272 ,327 ,272 ,000 ,000 ,047
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item11 Pearson Correlation ,873 1,000** ,667 ,913
* ,667 ,408 ,408 ,767
Sig. (2-tailed) ,053 ,000 ,219 ,030 ,219 ,495 ,495 ,130
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item12 Pearson Correlation 1,000** ,873 ,764 ,896
* ,764 ,802 ,802 ,974
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,053 ,133 ,039 ,133 ,103 ,103 ,005
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item13 Pearson Correlation ,764 ,667 ,583 ,913* 1,000
** ,612 ,612 ,821
Sig. (2-tailed) ,133 ,219 ,302 ,030 ,000 ,272 ,272 ,088
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item14 Pearson Correlation ,764 ,667 ,583 ,913* 1,000
** ,612 ,612 ,821
Sig. (2-tailed) ,133 ,219 ,302 ,030 ,000 ,272 ,272 ,088
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item15 Pearson Correlation ,802 ,408 ,612 ,559 ,612 1,000** 1,000
** ,883
*
Sig. (2-tailed) ,103 ,495 ,272 ,327 ,272 ,000 ,000 ,047
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item16 Pearson Correlation ,873 1,000** ,667 ,913
* ,667 ,408 ,408 ,767
Sig. (2-tailed) ,053 ,000 ,219 ,030 ,219 ,495 ,495 ,130
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item17 Pearson Correlation ,802 ,408 ,612 ,559 ,612 1,000** 1,000
** ,883
*
Sig. (2-tailed) ,103 ,495 ,272 ,327 ,272 ,000 ,000 ,047
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item18 Pearson Correlation 1 ,873 ,764 ,896* ,764 ,802 ,802 ,974
**
Sig. (2-tailed)
,053 ,133 ,039 ,133 ,103 ,103 ,005
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item19 Pearson Correlation ,873 1 ,667 ,913* ,667 ,408 ,408 ,767
Sig. (2-tailed) ,053
,219 ,030 ,219 ,495 ,495 ,130
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item20 Pearson Correlation ,764 ,667 1 ,685 ,583 ,612 ,612 ,802
Sig. (2-tailed) ,133 ,219
,202 ,302 ,272 ,272 ,103
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item21 Pearson Correlation ,896* ,913
* ,685 1 ,913
* ,559 ,559 ,870
Sig. (2-tailed) ,039 ,030 ,202
,030 ,327 ,327 ,055
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item22 Pearson Correlation ,764 ,667 ,583 ,913* 1 ,612 ,612 ,821
Sig. (2-tailed) ,133 ,219 ,302 ,030
,272 ,272 ,088
N 5 5 5 5 5 5 5 5
1
2. Hasil Uji Reliabilitas
Hasil Uji Reliabilitas Pekerja Hasil Uji Reliabilitas Non Pekerja
item23 Pearson Correlation ,802 ,408 ,612 ,559 ,612 1 1,000** ,883
*
Sig. (2-tailed) ,103 ,495 ,272 ,327 ,272
,000 ,047
N 5 5 5 5 5 5 5 5
item24 Pearson Correlation ,802 ,408 ,612 ,559 ,612 1,000** 1 ,883
*
Sig. (2-tailed) ,103 ,495 ,272 ,327 ,272 ,000
,047
N 5 5 5 5 5 5 5 5
totalskor Pearson Correlation ,974** ,767 ,802 ,870 ,821 ,883
* ,883
* 1
Sig. (2-tailed) ,005 ,130 ,103 ,055 ,088 ,047 ,047
N 5 5 5 5 5 5 5 5
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,982 24
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,970 24
3. Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 21
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation 4,39605563
Most Extreme Differences Absolute ,144
Positive ,144
Negative -,131
Test Statistic ,144
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
4. Hasil Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
Kondisi_Lingkungan
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1944187874851
4588,000 7 8 ,000
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
5. Hasil Uji Regresi Linier Sederhana
Pekerja Industri
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -22,714 14,282 -1,590 ,173
Keberadaan_
Industri 3,042 ,522 ,934 5,829 ,002 1,000 1,000
Non Pekerja Industri
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -,640 4,546 -,141 ,890
Keberadaan_
Industri 1,846 ,204 ,934 9,060 ,000 1,000 1,000
6. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Pekerja Industri
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,939a ,882 ,859 5,102
Non Pekerja Industri
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,984a ,969 ,967 2,706
7. Hasil Uji t (parsial)
Pekerja Industri
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -23,044 12,438 -1,853 ,123
Keberadaan_Industri 2,741 ,448 ,939 6,119 ,002
Non Pekerja Industri
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -6,925 2,931 -2,362 ,036
Keberadaan_Industri 2,364 ,122 ,984 19,436 ,000
LAMPIRAN 6
Lembar Dokumentasi
1. Keberadaan Industri Bata Merah
Tempat produksi bata merah
Bahan bakar bata merah Bahan Baku bata merah
4. Memberikan Angket dan Wawancara
Memberikan angket kepada pekerja
Memberikn angket kepada masyarakat non pekerja
Wawancara dengan kepala desa Wawancara dengan Pak Siswono
Pengusaha industri bata merah
Wawancara dengan pak Ahmad K Wawancara dengak Pak Yono
Pengusaha industri bata merah Pengusaha industri bata merah
Nama Lengkap Penulis adalah Nila Selvi Adi biasa
dipanggil “Nila”. Lahir di Pemalang, 20 September 1995.
Putri dari Pasangan Bapak Supriyadi dan Ibu Parihatun.
Penulis merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Alamat
email penulis [email protected].
Penulis mengenyam Pendidikan diantaranya di MIN
Bantarbolang Tahun 2003-2008. SMP Nurul Salam
Bantarbolang Tahun 2008-2011. SMA Negeri Randudongkal Tahun 2011-2014.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2014-2018) pada Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan IPS, Konsentrasi Geografi.
Skripsi yang penulis buat berjudul “Pengaruh Industri Bata Merah
Terhadap Kondisi Lingkungan di Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang
Kabupaten Pemalang”. Skripsi ini dibuat melalui berbagai arahan dan bimbingan
dari Bapak Dr. Sodikin, S.Pd., M.Si dan Ibu Neng Sri Nuraeni M.Pd.