pengaruh implementasi sistem manajemen …

24
PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (SMK3) TERHADAP KINERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan semi-direct PT. Komatsu Indonesia) Nabiel Faruqi Dr. Pantius D. Soeling, M.Si Ilmu Administrasi Niaga, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia 2014 [email protected] / [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Implementasi Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) terhadap Kinerja Karyawan. Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan OHSAS 18001 dengan empat dimensi pengukuran yaitu Plan, Do, Check & Action. Kinerja Karyawan diukur dengan Dimensi Kinerja Karyawan menurut Bernadin & Russel (1993) yaitu Kualitas Kerja, Kuantitas Kerja, Ketepatan Waktu dan Efektivitas Biaya. Data penelitian dikumpulkan melalui suurvei kuantitatif dengan sampel sebanyak 90 orang karyawan semi-direct PT. Komatsu Indonesia. Untuk mengukur seberapa besar pengaruh variabel SMK3 terhadap variabel Kinerja Karyawan menggunakan koefisien determniasi. Hasil analisis koefisien determinsasi menunjukan bahwa 52,7% Kinerja Karyawan semi- direct PT. Komatsu Indonesia dipengaruhi oleh Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3). Pada penelitian ini ditemukan bahwa Implementasi Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) memiliki pengaruh terhadap Kinerja Karyawan semi-direct PT. Komatsu Indonesia. Dalam pembahasan juga didiskusikan hasil dan implikasi dari penelitian ini. Kata kunci: Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3), OHSAS 18001, Kinerja Karyawan ABSTRACT This study aimed to examine the effect of implementation of Health and Safety Management System on Employee Performance. OHSAS 18001 is Health and Safety Management System that used in this study by measuring four dimensions, that is Plan, Do, Check and Action. Employee Performance measured by Employee Performance Dimensions according to Bernadin & Russel (1993) that is Quality of Work, Quantity of Work, Timeliness and Cost Effectiveness. Data were collected through quantitative survey with a sample of 90 semi-direct employees of PT. Komatsu Indonesia. To measure influence of Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014

Upload: others

Post on 12-Nov-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN …

PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN

KESELAMATAN KERJA (SMK3) TERHADAP KINERJA KARYAWAN

(Studi pada karyawan semi-direct PT. Komatsu Indonesia)

Nabiel Faruqi

Dr. Pantius D. Soeling, M.Si

Ilmu Administrasi Niaga, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia

2014

[email protected] / [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Implementasi Sistem Manajemen

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) terhadap Kinerja Karyawan. Sistem Manajemen

Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

OHSAS 18001 dengan empat dimensi pengukuran yaitu Plan, Do, Check & Action. Kinerja

Karyawan diukur dengan Dimensi Kinerja Karyawan menurut Bernadin & Russel (1993)

yaitu Kualitas Kerja, Kuantitas Kerja, Ketepatan Waktu dan Efektivitas Biaya. Data

penelitian dikumpulkan melalui suurvei kuantitatif dengan sampel sebanyak 90 orang

karyawan semi-direct PT. Komatsu Indonesia. Untuk mengukur seberapa besar pengaruh

variabel SMK3 terhadap variabel Kinerja Karyawan menggunakan koefisien determniasi.

Hasil analisis koefisien determinsasi menunjukan bahwa 52,7% Kinerja Karyawan semi-

direct PT. Komatsu Indonesia dipengaruhi oleh Sistem Manajemen Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (SMK3). Pada penelitian ini ditemukan bahwa Implementasi Sistem

Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) memiliki pengaruh terhadap Kinerja

Karyawan semi-direct PT. Komatsu Indonesia. Dalam pembahasan juga didiskusikan hasil

dan implikasi dari penelitian ini.

Kata kunci:

Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3), OHSAS 18001, Kinerja

Karyawan

ABSTRACT

This study aimed to examine the effect of implementation of Health and Safety

Management System on Employee Performance. OHSAS 18001 is Health and Safety

Management System that used in this study by measuring four dimensions, that is Plan, Do,

Check and Action. Employee Performance measured by Employee Performance Dimensions

according to Bernadin & Russel (1993) that is Quality of Work, Quantity of Work,

Timeliness and Cost Effectiveness. Data were collected through quantitative survey with a

sample of 90 semi-direct employees of PT. Komatsu Indonesia. To measure influence of

Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014

Page 2: PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN …

health and safety management system on Employee Performance using the coefficient of

determination analysis.

The results of the coefficient of determination analysis showed that 52.7% of semi-

direct Employee Performance PT. Komatsu Indonesia influenced by the Health and Safety

Management System. This study found that implementation of Health and Safety

Management System (SMK3) have an influence on the performance of semi-direct

employees of PT. Komatsu Indonesia. In the discussion also included the results and

implications of this research.

Key words:

Health and safety management system, OHSAS 18001, Employee performance

Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Era industrialisasi yang ada saat ini menyebabkan persaingan antar perusahaan yang

semakin ketat. Setiap perusahaan mengelola masing – masing sumber daya yang dimilikinya

secara sebaik – baiknya. Dahulu anggapan sesuatu yang menjadi sumber daya bagi

perusahaan hanyalah modal financial, mesin teknologi, dan modal tetap. Namun dengan

seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan juga semakin ketatnya persaingan yang ada,

Sumber Daya Manusia (SDM) dianggap menjadi salah satu modal penting bagi perusahaan.

Seperti dikutip dalam Nina Insania (2011), terdapat anggapan “Great Organizations

are always built by great people”. SDM yang ada pada suatu perusahaan saat ini menjadi

perhatian khusus bagi perusahaan itu sendiri dimulai dari tahap perekrutan, pengembangan

dan pelatihan, remunerasi, termasuk penyediaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

Bentuk kontribusi dari tiap – tiap SDM dalam sebuah perusahaan berupa kinerja individu

masing – masing karyawan.

Menurut Moeheriono (2009) “Kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat

pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan

sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis

suatu organisasi”. Kinerja tiap – tiap individu akan menentukan bagaimana kinerja suatu unit

dalam perusahaan. Kemudian kinerja tiap – tiap unit tersebut membentuk kinerja dari

departemen – departemen yang ada pada perusahaan. Kinerja masing – masing departemen

tersebut tentu menjadi gambaran bagaimana kinerja pada sebuah perusahaan. Sehingga,

kinerja dari masing – masing karyawan dapat menentukan bagaimana kinerja dari perusahaan

itu sendiri.

Kinerja karyawan pada setiap perusahaan tentu banyak dipengaruhi oleh beberapa

faktor pendukung. Dalam Simanjuntak (2005), disebutkan bahwa kinerja individu dalam

perusahaan ditentukan oleh kompetensi individu, dukungan manajemen, dan juga dukungan

organisasi yang mencakup didalam nya aspek kesehatan dan keselamatan kerja. Aspek

kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan salah satu elemen penting dalam proses

Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014

Page 3: PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN …

kinerja karyawan yaitu dalam hal akses dalam penggunaan sumber daya yang ada. Hal ini

cukup beralasan bahwa karyawan memerlukan akses ke sumber daya yang diperlukan jika

mereka diharapkan untuk melakukan pekerjaan secara efektif dan efisien. Hal ini dapat

tercapai apabila perusahaan selalu memperhatikan faktor keselamatan dan kesehatan kerja

(K3) karena hal ini akan dapat meningkatkan kinerja karyawan. Akibatnya, ketika kinerja di

bawah standar dapat menimbulkan kekhawatiran bagi perusahaan.

Dalam beberapa penelitian juga dikemukakan bahwa Kinerja Karyawan dipengaruhi

oleh Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Dikutip dari Journal A survey of safety and

health at work in Greece (Stavros Drakopoulos, Athina Economou, Katerina Grimani: 2012),

Di Yunani, Penerapan Kesehatan dan Keselamatan kerja cukup signifikan dalam

memfasilitasi kinerja karyawan untuk mencapai target pekerjaan. Pada tahun 2011, penelitian

yang dilakukan oleh Emmanuel I. Akpan dengan judul penelitian Effective Safety and Health

Management Policy for Improved Performance of Organizations in Africa, ditemukan bahwa

Manajemen Kesehatan dan keselamatan kerja yang efektif telah ditemukan memiliki korelasi

positif dengan peningkatan kinerja organisasi dan profitabilitas, ketiadaan kecelakaan di

lingkungan kerja dapat menimimalisasi biaya tambahan.

Menurut Mangkunegara (2005) ”Keselamatan dan Kesehatan kerja adalah suatu

pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun

rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya

untuk menuju masyarakat adil dan makmur”. K3 sendiri memiliki beberapa manfaat dan

tujuan. Antara lain; dilihat dari sisi aspek hukum, perlindungan tenaga kerja dan juga dari sisi

aspek ekonomi. Dari aspek hukum, Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan ketentuan

perundangan dan memiliki landasan hukum yang wajib dipatuhi oleh semua pihak, bagi

pekerja, pengusaha, manajemen yang ada dan juga pihak – pihak lain yang terkait. Kemudian

perlindungan bagi tenaga kerja; Kesehatan dan Keselamatan Kerja memiliki nilai

perlindungan kepada tenaga kerja dari ancaman kecelakaan atau penyakit yang timbul akibat

pekerjaan. Tenaga kerja merupakan aset penting bagi organisasi oleh karena itu harus dijaga,

dibina dan juga dirawat untuk meningkatkan kinerjanya. Manfaat K3 dapat juga dilihat dari

pendekatan ekonomi atau finansial. Kecelakaan dapat menimbulkan kerugian yang sangat

besar bagi perusahaan. Kecelakaan kerja yang terjadi dapat menjadi kerugian tak terduga bagi

suatu perusahaan.

Akhir – akhir ini aspek K3 telah menjadi permasalahan global yang memiliki

pengaruh terhadap perdangan dan arus barang antar negara. Isu K3 menjadi salah satu

hambatan non tarif dalam sistem perdangangan dunia di samping isu lingkungan, HAM,

pekerja dibawah umur dan juga Pengupahan.Permasalahan keselamatan kerja muncul sekitar

tahun 1800an seiring dengan revolusi industri yang terjadi di Inggris dan sejalan dengan

ditemukannya mesin uap sebagai alat produksi. Semenjak itu, manusia dianggap sebagai alat

produksi sebagaimana mesin uap yang mudah diganti dengan yang baru. Hal ini

menimbulkan permasalahan yaitu berkurangnya perhatian sehingga terjadi banyak

kecelakaan kerja. Kondisi perburuhan yang buruk dan tingginya angka kecelakaan kerja

mendorong berbagai pihak untuk berupaya meningkatkan perlindungan bagi tenaga kerja

yaitu berupa perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.

Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014

Page 4: PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN …

Kemudian pada tahun 1900an mulai banyak bermunculan tokoh – tokoh ahli dibidang

K3 dengan teori dan pandangannya masing – masing. Para ahli K3 tersebut berpandangan

bahwa K3 harus terprogram dengan baik menggunakan sistem manajemen modern. Hingga

akhirnya pada tahun 2007 lahirlah sebuah standard Sistem Manajemen Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (SMK3) yang disusun oleh beberapa badan nasional di dunia yang

mengurusi bidang K3 yaitu OHSAS 18001. Didalamnya terdapat OSHMS yaitu Occupational

Safety and Health Management System, panduan internasional mengenai bagaimana Sistem

Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di sebuah perusahaan dijalankan.

Di Indonesia, Peraturan mengenai Keselamatan dan Kesehatan kerja sudah diatur

dalam UU. No. 13 tahun 2003 pada pasal 86 dan pasal 87. Selanjutnya diterbitkan juga

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem

Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja terkait pasal 87 UU. No. 13 tahun 2003.

Didalam Peraturan Pemerintah tersebut berisikan definisi, tujuan, sasaran hingga pedoman

mengenai Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja bagi perusahaan –

perusahaan di Indonesia. Ramli (2010) mendefinisikan SMK3 sebagai “konsep pengelolaan

K3 secara sistematis dan komprehensif dalam suatu sistem manajemen yang utuh melalui

proses perencanaan, penerapan, pengukuran dan pengawasan”

Angka kecelakaan kerja di Indonesia masih cukup tinggi. Seperti yang diungkapkan

oleh Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar, data dari Jamsostek yang

dihimpun oleh okezone.com (20 Desember 2013) menunjukan bahwa total kecelakaan kerja

periode tahun 2010 mencapai 86.693 kasus dengan jumlah klaim yang terus meningkat.

Bagan 1.1: klaim asuransi JAMSOSTEK akibat kecelakaan kerja

Sumber : Data jamsostek 2010 dikutp melalui okezone.com (20 Desember 2013)

Data – data mengenai jumlah klaim asuransi jamsostek atas kecelakaan kerja diatas

menunjukan bahwa angka kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia masih cukup tinggi.

Padahal peraturan hingga pedoman mengenai Sistem Manajemen Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (SMK3) sudah dibuat dan juga dalam proses pelaksanaannya menjadi

salah satu hal penting dalam proses kegiatan produksi suatu perusahaan.

Pada perusahaan manufaktur alat berat, akses ke sumber daya tertentu dalam suatu

perusahaan harus memiliki perlindungan yang sesuai dengan Sistem Manajemen Kesehatan

dan Keselamatan (SMK3) memenuhi standard. Para pekerja yang mengoperasikan alat berat

tentunya harus memiliki perlindungan K3 yang berpedoman dari Sistem Manajemen

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) yang ada. Apabila tidak ada pedoman mengenai

SMK3 yang mencukupi, Pekerja tersebut tidak dapat mengoperasikan alat berat tersebut

secara optimal sehingga mengakibatkan tidak maksimal nya kinerja karyawan itu sendiri.

Apabila suatu perusahaan memiliki Sistem Manajemen Kesehatan dan keselamatan Kerja

(SMK3) yang baik, maka membuat karyawan memiliki rasa aman dalam bekerja sehingga

kinerjanya pun bisa menunjukan hasil yang maksimal.

Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014

Page 5: PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN …

PT. Komatsu Indonesia, perusahaan manufaktur alat berat di Indonesia yang berdiri

sejak tahun 1982 dan hingga saat ini merupakan satu – satunya perusahaan manufaktur alat

berat yang melakukan seluruh kegiatan produksi nya dilakukan di Indonesia. Dalam proses

kegiatan produksi perusahaan sehari – harinya, banyak karyawan yang bekerja pada

lingkungan pabrik yang memiliki resiko kecelakaan kerja yang tinggi. Berikut data

kecelakaan kerja yang dihimpun dari section EHS (Environmental Health and Safety) PT.

Komatsu Indonesia

Bagan 1.1: Jumlah Kecelakaan Kerja PT. Komatsu Indonesia

Sumber: Data Internal Section EHS PT. Komatsu Indonesia

PT. Komatsu Indonesia yang sejak awal tahun 2013 menerapkan standar International

dalam bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (OHSAS 18001), mengalami penurunan

kecelakaan kerja yang cukup drastis. Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(SMK3) yang berstandar Internasional ini sangat memiliki pengaruh terhadap turunnya angka

kecelakaan kerja pada lingkungan PT. Komatsu Indonesia. Rendah nya angka kecelakaan

kerja ini tentu dapat memiliki dampak positif pada kinerja karyawan PT. Komatsu Indonesia.

Namun belum pernah dilakukan penelitian dari turunnya angka kecelakaan kerja terhadap

kinerja karyawan PT. Komatsu Indonesia.

B. Permasalahan

Pada PT. Komatsu Indonesia terdapat dua lingkungan kerja fisik, yaitu lingkungan

pabrik dan lingkungan ruangan kantor. Sementera terdapat tiga kategori karyawan yaitu

karyawan indirect, karyawan perusahaan yang hanya memiliki lingkungan kerja pada

lingkungan ruangan kantor; karyawan direct, yaitu karyawan yang hanya memiliki

lingkungan kerja pada lingkungan pabrik; dan karyawan semi-direct, yaitu karyawan yang

memiliki lingkungan kerja pada lingkungan pabrik dan lingkungan ruangan kantor. Untuk

mengetahui implementasi Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3)

terhadap kinerja pada karyawan yang memiliki kedua lingkungan kerja tersebut, maka objek

penelitian ini adalah karyawan semi-direct. Berdasarkan uraian yang ada, perumusan masalah

dari penelitian ini yaitu, “Bagaimana pengaruh Implementasi Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) terhadap kinerja karyawan semi-direct PT.

Komatsu Indonesia”

C. Tujuan

Tujuan penelitian yang dilakukan pada karyawan semi-direct PT. Komatsu Indonesia ini

adalah untuk menganalisis pengaruh dari Implementasi Sistem Manajemen Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (SMK3) terhadap kinerja karyawan.

Tinjauan Teoritis

Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014

Page 6: PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN …

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa konsep yang digunakan sebagai

landasan penelitian. Konsep yang terkait dalm penelitian ini adalah konsep Sistem

Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) dan Kinerja Karyawan

A. Konsep SMK3

1. Definisi SMK3

Definisi mengenai SMK3 didalam OHSAS 18001:2007 dalam Ramli (2010) “OHS

Management System: part of an organization’s management system used to develop and

implement its OH&s Policy and manage OH&S Risks. Ramli (2010) juga mendefinisikan

SMK3 sebagai “konsep pengelolaan K3 secara sistematis dan komprehensif dalam suatu

sistem manajemen yang utuh melalui proses perencanaan, penerapan, pengukuran dan

pengawasan”. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Sistem Manajemen

Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan sebuah sistem terpadu mengenai pengelolaan

K3 pada sebuah perusahaan yang didalamnya berisikan panduan mengenai program K3

dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan hingga tahap evaluasi.

2. Kategori Penerapan SMK3 dalam organisasi

Penerapan Sistem Manajemen K3 dalam organisasi tidaklah sama. Beberapa

organisasi cenderung memiliki perbedaan pencapaian dalam penerapan Sistem Manajemen

K3. Ramli (2010) menjelaskan beberapa kategori dalam penerapan SMK3 / OHSMS dalam

organisasi:

- SMK3 Virtual (Virtual OHSMS)

Yaitu sebuah organisasi sudah memiliki elemen SMK3 dan melakukan langkah

pencegahan yang tepat, tetapi belum memiliki sistem yang mencerminkan bagaimana

langkah pengamanan dan pengendalian risiko yang dijalankan

- SMK3 salah arah (Misguided OHSMS)

Yaitu organisasi sudah memiliki elemen Sistem Manajemen K3 yang baik, tetapi

salah arah dalam tahap pengembangan langkah pencegahan dan pengamanan. Akibatnya, isu

atau potensi bahaya yang bersifat kritis bagi organisasi terlewatkan

- SMK3 acak (Random OHSMS)

Yaitu Organisasi yang telah menjalankan program pengendalian dan pencegahan

resiko yang tepat dan juga sesuai dengan realita yang ada dalam organisasi, tetapi tidak

memiliki elemen dari manajemen K3 yang dibutuhkan utuk memastikan tahapan proses

pencegahan dan pengendalian tersebut berjalan dengan baik. Elemen K3 yang ada bersifat

acak, belum memiliki keterikatan antara satu dan lainnya.

- SMK3 Komprehensif (Comprehensive OHSMS)

Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014

Page 7: PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN …

Yaitu Organisasi yang sudah menerapkan dan mengikuti proses kesisteman yang baik.

Elemen SMK3 dikembangkan berdasarkan hasil identifikasi resiko, dilanjutkan dengan

menetapkan langkah pencegahan dan pengamanan, serta melalui proses manajemen untuk

menjamin penerapannya secara baik.

2.2.2.4 Elemen Implementasi Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Dalam proses Implementasi SMK3, OHSAS 18001 dalam Ramli (2010)

menggunakan pendekatan kesisteman dimulai dari perencanaan, penerapan, pemantauan dan

tindakan perbaikan yang menggunakan siklus PDCA (Plan – Do – Check – Action). Elemen

– elemen implementasi dari Sistem Manajemen K3 menurut OHSAS 18001 dalam Ramli

(2010) adalah sebagai berikut

PLAN

Tahapan awal dalam implementasi Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(SMK3) pada organisasi yaitu Plan (Perencanaan). Dimensi plan ini terdiri atas empat

indikator yaitu:

• Kebijakan K3

Manajemen puncak harus mendifinisikan dan menyetujui kebijakan K3 dan memastikan

bahwa di dalam ruang lingkup dari sistem manajemen K3 mencakup seluruh kegiatan yang

ada di dalam perusahaan.

• Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko

Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi

bahaya yang ada, penilaian risiko, dan penetapan pengendalian yang diperlukan.

• Persyaratan legal dan lainnya

Organisasi harus membuat, menerangkan dan memelihara suatu prosedur untuk

mengidentifikasi dan mengakses peraturan perundangan dan persyaratan K3 lain yang

diaplikasikan untuk K3.

• Tujuan dan program K3

Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara tujuan dan sasaran K3 yang

terdokumentasi, pada setiap fungsi dan tingkat yang relevan di dalam organisasi.

DO

Dimensi selanjutnya yaitu Do (Pelaksanaan). Setelah dilakukan perencanaan yang baik, yang

harus dilakukan oleh suatu organisasi dalam implementasi Sistem Manajemen Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (SMK3) yaitu pelaksanaan. Dimensi pelaksanaan ini terdiri atas tujuh

indikator, yaitu:

• Sumber daya, peran, tanggung jawab, akuntabilitas, dan wewenang.

Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014

Page 8: PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN …

Manajemen puncak harus menjadi penanggung jawab tertinggi untuk sistem manajemen K3.

Manajemen puncak harus memperlihatkan komitmennya dengan memastikan ketersediaan

SDM, menetapkan peran – peran, alokasi tanggung jawab dan akuntabilitas

• Kompetensi, pelatihan, dan kepedulian

Organisasi harus memastikan bahwa setiap orang dalam pengendaliannya yang melakukan

tugas – tugas yang mempunyai dampak pada K3 harus kompeten sesuai dengan tingkat

pendidikan, pelatihan dan/atau pengalaman, dan menyimpan catatan – catatannya.

• Komunikasi, partisipasi, dan konstultasi

Sesuai dengan bahaya – bahaya K3 dan sistem manajemen K3, organisasi harus membuat,

menerapkan dan memelihara prosedur untuk melakukan komunikasi internal, dan juga pihak

eksternal terkait. Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk

partisipasi pekerja melalui Keterlibatannya dan identifikasi bahaya, penilaian risiko dan

penetapan pengendalian, penyelidikan insiden. Konsultasi dengan para kontraktor atas

perubahan – perubahan yang terjadi dan berdampak pada K3.

• Pendokumentasian

Dokumentasi sistem manajemen K3 harus termasuk Kebijakan K3 dan sasaran – sasaran,

Penjelasan ruang lingkup sistem manajemen K3, Dokumen – dokumen OHSAS

• Pengendalian dokumen

Dokumen – dokumen yang disyaratkan untuk sistem manajemen K3 dan standar OHSAS

harus terkendali. Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk

menyetujui kecukupan dokumen, meninjau dokumen secara berlaka, melakukan perubahan

yang disesuaikan dengan kondisi terbaru.

• Pengendalian operasi

Organisasi harus mengidentifikasi operasi – operasi dan kegiatan – kegiatan yang berkaitan

dengan bahaya – bahaya yang teridentifikasi di mana kendali pengukuran perlu dilakukan

untuk mengendalikan risiko – risiko K3.

• Tanggap darurat

Organisasi harus menbuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi

potensi keadaan darurat, untuk menanggapi keadaan darurat

CHECK

Setelah dilakukan Plan (Perencanaan) dan Do (Pelaksanaan), perusahaan dalam melakukan

implementasi SMK3 harus melakukan tahapan Check (Pemeriksaan). Dalam dimensi Check

(Pemeriksaan) ini terdapat lima indikator yaitu:

Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014

Page 9: PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN …

• Pengukuran kinerja dan pemantauan

Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk memantau dan

mengukur kinerja K3 secara teratur. Prosedur ini harus dibuat untuk memudahkan organisasi

melakukan pemantauan, pengukuran dan pencatatan hasil pemantauan dan pengukuran

• Evaluasi kesesuaian

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk secara periodik

mengevaluasi kepatuhannya kepada peraturan perundangan yang relevan.

• Penyelidikan insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan, dan

langkah pencegahan

Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk mencatat,

menyelidiki dan menganalisis insiden – insiden untuk Menetapkan penyebab penyimpangan

K3, Mengidentifikasi untuk tindakan perbaikan dan pencegahan.

• Pengendalian catatan

Organisasi harus membuat dan memelihara catatan sesuai keperluan untuk

memperlihatkan kesesuaian dengan persyaratan sistem manajemen K3 organisasi dan standar

OHSAS, serta hasil – hasil yang dicapai.

• Audit Internal

Organisasi harus membuat dan memelihara program dan prosedur untuk pelaksanaan

audit sistem manajemen K3 secara berkala oleh pihak internal perusahaan.

ACTION

Dimensi terakhir dari Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) yaitu

Action (Tindakan) dimana dilakukannya tinjauan oleh pihak manajemen.

• Tinjauan manajemen

Manajemen puncak harus meninjau sistem manajemen K3 organisasinya, secara terencana,

untuk menjamin kesesuaian, kecukupan dan keefektifannya secara berkelanjutan. Proses

tinjauan manajemen harus termasuk penilaian kemungkinan – kemungkinan peningkatan dan

kebutuhan perubahan sistem manajemen K3, termasuk kebijakan K3 dan tujuan – tujuan K3

B. Kinerja Karyawan

1. Definisi Kinerja Karyawan

Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014

Page 10: PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN …

Moeheriono (2009) mendefinisikan kinerja karyawan sebagai “gambaran mengenai

tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan

sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis

suatu organisasi”.Selanjutnya dalam Rivai (2004) didefinisikan, “kinerja merupakan suatu

fungsi dari motivasi dan kemampuan untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan, seseorang

sepatutnya memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu.Sementara

Simanjuntak (2001) berpendapat bahwa kinerja adalah “tingkat pencapaian hasil atas

pelaksanaan tugas tertentu”. Dari beberapa definisi kinerja diatas dapat disimpulkan bahwa

kinerja karyawan adalah suatu tingkat pencapaian yang diraih oleh karyawan atas apa yang

dikerjakan.

2. Dimensi Kinerja Karyawan

Bernardin dan Russel (1993) mengemukakan beberapa dimensi kinerja, yaitu

• Kualitas (quality)

Merupakan tingkat dimana proses atau hasil dari penyelesaian suatu kegiatan mendekati

sempurna dan kegiatan pekerjaan dapat terus meningkatkan kualitas kerja

• Kuantitas (quantity)

Merupakan jumlah yang ditunjukan dalam satuan mata uang, jumlah unit atau jumlah siklus

kegiatan yang diselesaikan.

• Ketepatan waktu (timeliness)

Merupakan tingkat sejauh mana suatu kegiatan dapat diselesaikan pada waktu yang

dikehendaki dengan meperlihatkan koordinasi output orang lain serta waktu yang tersedia

untuk kegiatan lain.

• Efektivitas biaya (cost effectiveness)

Merupakan tingkatan dimana sumber daya manusia dapat dimaksimalkan dalam arti untuk

memperoleh keuntungan yang lebih besar atau mengurangi kerugian yang timbul dari

penggunaan suatu sumber daya yang ada

• Kebutuhan akan supervisi (Need for supervision)

Merupakan suatu tingkatan di mana seseorang karyawan dapat melaksanakan suatu fungsi

pekerjaan tanpa harus meminta bimbingan atau campur tangan dari atasan.

• Hubungan antar perseorangan (interpersonal impact)

Merupakan tingkatan dimana seorang pegawai mampu untuk mengembangkan perasaan

untuk saling menghargai dan bekerjasama antara pegawai yang satu dengan yang lain

3. Pengaruh antara Kinerja karyawan dengan SMK3

Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014

Page 11: PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN …

Simanjuntak (2005) menjelaskan kinerja sebagai hasil tingkat pencapaian atas

pelaksanaan tugas masing – masing individu. Kinerja masing – masing individu secara

keseluruhan merupakan bentuk dari kinerja perusahaan. Sementara itu kinerja individu,

kinerja kelompok maupun kinerja perusahaan banyak dipengaruhi oleh faktor intern dan

ekstern dari organisasi.

Kinerja individu

Dalam Simanjuntak (2005) dijelaskan bahwa kinerja individu dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor yang digolongkan kedalam 3 kelompok, yaitu kompetensi individu orang

yang bersangkutan, dukungan organisasi dan dukungan manajemen.

I. Kompetensi Individu

Kompetensi individu yaitu kemampuan dan keterampilan dalam melakukan tugas

pekerjaan. Kompetensi individu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

Kemampuan dan Keteramplian; Motivasi dan etos kerja

II. Dukungan Organisasi

Kinerja setiap individu, kinerja setiap unit – unit kerja dan kinerja perusahaan dapat

ditingkatkan melalui dukungan organisasi, antara lain:

a. Struktur organisasi yang memiliki pembagian tugas secara jelas, struktur kewenangan

dan pelaporan pertanggung-jawaban yang pasti.

b. Penyediaan sarana dan peralatan kerja yang lengkap, termasuk penggunaan teknologi

yang tepat.

c. Penyediaan tempat dan lingkungan kerja yang nyaman, aman dan sehat, didukung

oleh penyediaan kelembagaan, peralatan dan sarana perlindungan kesehatan dan

keselamatan kerja.

d. Penyediaan kondisi dan syarat kerja .

e. Memberi peluang bagi pekerja dan pengusaha menciptakan hubungan industrial yang

harmonis.

f. Menyediakan kecukupan anggaran yang dibutuhkan untuk setiap pelaksanaan tugas.

III. Dukungan Manajemen

Manajemen memilki peranan yang dominan dan sangat penting dalam rangka

peningkatan kinerja karyawan, baik dalam meningkatkan kompetensi dan motivasi kerja

karyawan, maupun dalam membangun sistem kerja yang efektif dan menciptakan kondisi dan

suasan kerja yang harmonis, aman dan menyenangkan.

Seperti yang sudah dijelaskan dalam Simanjuntak (2005), kinerja individu dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain Kompetensi individu, Dukungan organisasi dan

Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014

Page 12: PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN …

Dukungan manajemen. Dalam dukungan organisasi terdapat poin yang menjelaskan bahwa

perusahaan harus menyediakan tempat dan lingkungan kerja yang nyaman, aman, dan sehat,

dan juga sarana perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja. Kesehatan dan keselamatan

Kerja dalam sebuah perusahaan sudah diatur dalam pedoman terpadu yang disebut juga

Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3). Sehingga Kinerja individu

dalam sebuah perusahaan dapat dipengaruhi oleh Sistem Manajemen Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (SMK3) yang diterapkan oleh perusahaan itu sendiri.

C. Model Analisis

Penelitian ini menggunakan dua variabel yang terdiri dari variabel independen yaitu Sisem

Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) dan variabel dependen yaitu Kinerja

Karyawan. Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) memiliki arah

hubungan asimetris terhadap Kinerja Karyawan dimana Sistem Manajemen Kesehatan dan

Keselamatan Kerja(SMK3) yang akan mempengaruhi Kinerja Karyawan, sementara Kinerja

Karyawan tidak mempengaruhi Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

Kinerja Karyawan

Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Bagan 2.1: Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

Sumber: Data olahan pribadi

D. Hipotesis Penelitian

Pada penelitian ini, Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) yang

merupakan independen variabel mempengaruhi dependen variabel yaitu kinerja karyawan.

Maka dapat ditarik hipotesis:

Ho: Tidak terdapat pengaruh antara Implementasi Sistem Manajemen Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (SMK3) terhadap Kinerja Karyawan semi-direct PT. Komatsu

Indonesia

Ha: Terdapat pengaruh antara Implementasi Sistem Manajemen Kesehatan dan

Keselamatan Kerja terhadap Kinerja Karyawan semi-direct PT. Komatsu Indonesia

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan pada

periode waktu tertentu yaitu selama bulan November 2014. Teknik pengumpulan data yang

digunakan yaitu survey dengan penyebaran kuisioner kepada 90 karyawan semi-direct PT.

Komatsu Indonesia. Teknik nalisis data yang digunakan yaitu modus untuk menganalisis

Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014

Page 13: PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN …

karakteristik responden dan mean untuk menganalisis jawaban responden pada pernyataan

variabel penelitian. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel SMK3 terhadap

kinerja karyawan semi-direct PT. Komatsu Indonesia digunakan koefisien determinasi. Untuk

menguji hipotesis penelitian digunakan uji t. Dalam penelitian ini uji validitas menggunakan

Pearson Correlation Product Moment dengan keterangan valid menurut Sharma (2007) R ≥

0,500. Sementara uji reliabilitas menggunakan alpha cronbach dengan keterangan reliabel

menurut Johnson&Christensen (2012) α ≥ 0,600

Pembahasan

1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas penelitian ini menggunakan pretest kepada 10 responden

penelitian. Dari hasil uji validitas pada variabel SMK3 menunjukan seluruh indikator pada

variabel SMK3 memiliki nilai R ≥ 0.500, maka seluruh indikator pada variabel SMK3 dapat

digunakan dalam penelitian ini. Sementara uji validitas pada variabel kinerja karyawan

terdapat satu indikator yaitu efektivitas anggaran biaya yang memiliki nilai R ≤ 0,500.

Sehingga indikator tersebut tidak digunakan dalam penelitian ini. Indikator lainnya pada

variabel kinerja karyawan memiliki nilai R ≥ 0.500 dan dinyatakan valid untuk digunakan

dalam penelitian ini

Hasil Uji reliabilitas pada seluruh indikator dalam dimensi SMK3 dan Kinerja

Karyawan menunjukan nilai α ≥ 0,600 sehingga seluruh indikator penelitian ini reliabel untuk

digunakan.

2. Statistik Deskriptif Karakteristik Responden

Statistik deskriptif pada karakteristik responden menggunakan frekuensi atau nilai

modus untuk melakukan analisis terhadap identitas responden yang diberikan pada kuisioner

penelitian ini.

A. Jenis Kelamin

Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin

Frekuensi

Percent

Pria

90

100 %

Wanita

Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014

Page 14: PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN …

0

0 %

Total

90

100 %

n:90

Sumber: Pengolahan Data Kuisioner menggunakan software SPSS 18 (2014)\

Seluruh responden penelitian ini, sejumlah 90 orang (100%) adalah pria.

B. Usia Responden

Tabel 4.2 Usia Responden

Usia

Frekuensi

Percent

19 – 30 Tahun

33

36.7 %

31 – 39 Tahun

20

22.2 %

≥ 40 Tahun

37

41.1 %

Total

90

100.0 %

n:90

Sumber: Pengolahan Data Kuisioner menggunakan software SPSS 18 (2014)

Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014

Page 15: PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN …

Dari 90 responden penelitian ini dapat diketahui mayoritas responden berusia ≥ 40 Tahun

yaitu sejumlah 41.1% (37 responden)

C. Tingkat Pendidikan

Tabel 4.3 Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat Pendidikan

Frekuensi

Percent

SMA

68

75.6 %

D1

1

1.1 %

D3

17

18.9 %

S1

4

4.4%

Total

90

100.0 %

n:90

Sumber: Pengolahan Data Kuisioner menggunakan software SPSS 18 (2014)

Dapat diketahui dari total 90 responden, mayoritas responden penelitian ini memiliki tingkat

pendidikan SMA yaitu 68 responden (75.6%)

Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014

Page 16: PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN …

D. Lama Bekerja

Tabel 4.4 Lama Bekerja Responden

Lama Bekerja

Frekuensi

Percent

2 – 9 Tahun

39

43.3 %

10 – 17 Tahun

15

16.7 %

≥ 18 Tahun

36

40.0 %

Total

90

100.0 %

n:90

Sumber: Pengolahan Data Kuisioner menggunakan software SPSS 18 (2014)

Dari total 90 responden penelitian ini, mayoritas sudah bekerja selama 2 – 9 tahun, sejumlah

39 responden (43.3%)

E. Lokasi Bekerja

Tabel 4.5 Lokasi Bekerja Responden

Lokasi Bekerja

Frekuensi

Percent

Frame

Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014

Page 17: PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN …

18

20.0 %

Foundry

31

34.4 %

Hydraulic

13

14.4 %

Assembling

28

31.1%

Total

90

100.0 %

n:90

Sumber: Pengolahan Data Kuisioner menggunakan software SPSS 18 (2014)

Mayoritas responden penelitian ini bekerja pada Foundry plant, yaitu sejumlah 34.4% (31

responden)

3. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Statistik deskriptif pada variabel penelitian ini digunakan untuk mengetahui nilai

mean dari masing – masing dimensi yang ada pada variabel tersebut

A. Variabel Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3)

. Pada variabel SMK3 terdiri atas empat dimensi yaitu Plan, Do, Check dan Action

yang terdiri atas tujuh belas indikator yang dituangkan kedalam sembilan belas pernyataan

dalam kuisioner penelitian. Berikut nilai mean dari masing – masing dimensi:

Tabel 4.6 Nilai Mean Variabel SMK3

Dimensi

Mean

Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014

Page 18: PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN …

Keterangan

Dimensi Plan (Perencanaan)

4.52

Sangat Baik

Dimensi Do (Pelaksanaan)

4.22

Sangat Baik

Dimensi Check (Pemeriksaan)

4.13

Baik

Dimensi Action (Tindakan)

4.14

Baik

Variabel SMK3

4.25

Sangat Baik

Sumber: Pengolahan Data Kuisioner menggunakan software SPSS 18 (2014)

Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa nilai mean pada variabel SMK3 sebesar 4.25 dan

dapat dikategorikan sangat baik. Dapat disimpulkan bahwa Implementasi Sistem Manajemen

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) PT. Komatsu Indonesia khususnya terhadap

karyawan semi-direct sangat baik.

B. Variabel Kinerja Karyawan

Pada variabel Kinerja Karyawan terdiri atas empat dimensi yaitu Kualitas Kerja,

Kuantitas Kerja, Ketepatan Waktu dan Efektivitas Biaya. Indikator pada dimensi ini

dituangkan kedalam tiga belas pernyataan dalam kuisioner penelitian ini. Berikut nilai mean

pada masing – masing dimensi:

Tabel 4.7 Nilai Mean Variabel Kinerja Karyawan

Dimensi

Mean

Keterangan

Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014

Page 19: PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN …

Dimensi Kualitas Kerja

4.06

Baik

Dimensi Kuantitas Kerja

4.10

Baik

Dimensi Ketepatan Waktu

3.78

Baik

Dimensi Efektivitas Biaya

4.02

Baik

Variabel SMK3

3.99

Baik

Sumber: Pengolahan Data Kuisioner menggunakan software SPSS 18 (2014)

Dari tabel 4.7 diketahui bahwa nilai mean pada variabel Kinerja Karyawan sebesar

3.99 dan dapat dikategorikan baik. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja karyawan semi-direct

PT. Komatsu Indonesia dapat dikategorikan baik.

4. Koefisien Determinasi

Sarwono (2012) menjelaskan Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk

memprediksi seberapa besar tingkat kontribusi yang diberikan oleh variabel independen

dalam mempengaruhi variabel dependen.

Tabel 4.8

Model Summaryb

Model

R

R Square

Adjusted R Square

Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014

Page 20: PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN …

Std. Error of the Estimate

1

.726a

.527

.522

3.06038

a. Predictors: (Constant), SMK3

b. Dependent Variable: KinerjaKaryawan

Sumber:Pengolahan Data Kuisioner menggunakan software SPSS 18 (2014)

Berdasarkan tabel di atas, diketahui nilai R Square sebesar 0.527. Hal ini

menunjukkan bahwa 52.7% Kinerja Karyawan semi-direct PT. Komatsu Indonesia

dipengaruhi oleh variabel Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan kerja (SMK3).

Sedangkan sisanya sebesar 47.3% dipengaruhi oleh faktor lainnya di luar penelitian ini,

antara lain menurut Simanjuntak (2005) yaitu kemampuan dan keterampilan, motivasi dan

etos kerja, Teknologi dan Peralatan, Kompensasi yang sesuai, dan lainnya.

5. Uji Hipotesis

Dalam penelitian ini digunakan uji t untuk melakukan uji hipotesis.

Tabel 4.9

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T

Sig.

B

Std. Error

Beta

Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014

Page 21: PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN …

1

(Constant)

9.023

3.914

2.457

023

SMK3

.478

.048

.726

9.903

.000

a. Dependent Variable: KinerjaKaryawan

Sumber:Pengolahan Data Kuisioner menggunakan software SPSS 18 (2014)

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai t hitung yaitu sebesar 9.903 dengan tingkat

signifikansi sebesar 0.000 yang bernilai kurang dari signifikansi (alpha) yaitu sebesar 0.05.

T hitung:

9.903

-1.987

1.987

HO

Ditolak

HO

Ditolak

HO

Diterima

Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014

Page 22: PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN …

Bagan 4.1 Uji t

Sumber: Pengolahan Pribadi

Diperoleh nilai t dari tabel sebesar 1.987. Dapat dilihat bahwa nilai t hitung lebih

besar dari pada nilai t tabel, yaitu 9.903 > 1.987 dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05

(0.00). Dari bagan 4.6 dapat diketahui bahwa nilai T hitung berada pada daerah Ho ditolak.

Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel

independen yaitu Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) memiliki

pengaruh terhadap variabel dependen yaitu Kinerja Karyawan semi-direct PT. Komatsu

Indonesia, maka Ha dapat dikatakan diterima.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan analisis pada hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

Implementasi Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja Karyawan semi-direct PT. Komatsu Indonesia.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa terdapat responden yang memberikan

jawaban ragu – ragu pada beberapa indikator dalam variabel SMK3. Perusahaan sudah

melaksanakan seluruh indikator dalam pelaksanaan SMK3 tetapi terdapat karyawan yang

belum mengetahui bentuk nyata dari implementasi yang dilakukan perusahaan. Sebaiknya

PT. Komatsu Indonesia memberikan informasi secara menyeluruh terkait penerapan SMK3

yang ada dimulai dari tahap Perencanaan, Pelaksanaan, Pemeriksaan dan juga Tindakan. Hal

ini bertujuan agar seluruh karyawan PT. Komatsu Indonesia mengetahui tindakan nyata yang

sudah dilakukan perusahaan dalam implementasi SMK3.

Referensi

Books

Anwar Prabu Mangkunegara. (2005). Sumber Daya Manusia perusahaan. Remaja

Rosdakarya: Bandung.

Bernardin, H. John and Russel, E.A. (1993). Human resource Management, an

Experiential Approach. Mc. Graw Hill International Edition, Singapore: Mac Graw

Hill Book Co.

Hughes, Phill, Ed Ferret.(2011). Introduction to Health and Safety at Work,5th edition.

Routledge: New York, USA.

Insania, Nina; etc. (2011). Talent Management Implementation. Jakarta: PPM Manajemen

Ismail, Iriana. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia. Malang: Lembaga Penerbitan

Fakultas Pertanian Univ. Brawijaya Malang

Johnson, Burke; Christensen, Larry. (2012). Educational Research: quantitative, qualitative,

and mixed approaches, 4th Edition. USA: SAGE Publications, Inc.

Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014

Page 23: PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN …

Moeheriono. (2009). Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Bogor: Ghalia Indonesia

Noe, R.A. et. al. (2000). Human Resources Management. Mc Graw Hill: USA

OHSAS 18001. (2007). Occupational Health and Safety Assessment Series. OH&S Safety

Management System Requirements.

Ramli, Soehatman. (2010). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS

18001. Jakarta: Dian Rakyat

Ridley, John. (2008). Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Edisi Ketiga. Penerbit Erlangga.

Jakarta.

Rivai, Veithzal; etc. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan

dari Teori ke Praktik. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Sarwono, Jonathan. (2012).Mengenal SPSS Statistics 20. Jakarta: Elex Media Komputindo

Sekaran, U. (2000). Research methods for business.New York: John Wiley & Sons, Inc

Silalahi, Bennet N.B; Silalahi, Rumondang B. (1995). Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja. Jakarta: Pustaka Binaman presindo

Sharma, J.K. (2007). Business Statistics: Always Learning. India: Pearson Edcation India.

Simanjuntak, Payaman, J. (2001). Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

-------------------------------. (2005).Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta: Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Sugiyono. (2004). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.

Suriasumantri, Jujun S. (1985). Ilmu dalam Perspektif. Jakarta: Gramedia.

Ulrich, D; Etc. (2008). HR Competencies. USA: SHRM

Umar, Husein. (2002). Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama

Werther, William B.; Keith Davis. (1996). Human Resources And Personal Management. 5th

Edition. McGraw-Hiil, Inc: New York USA.

Journals

Akpan, Emmanuel I. (2011). Effective Safety and Health management Policy for Improved

Performance of Organizations in Africa. International Journal of Business and

Management; 6, 3; Canadian Center of Science and Education pg. 159-165

Anonymus. (1996). Employee Relations: Managing health and safety at work. ProQuest vol.

18 no.2

Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014

Page 24: PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN …

Anonymus. (1996). Employee Relations: The question of health and safety at work. ProQuest

vol.18 no.2

Anonymus. (1996). Employee Relations: Organizing for health and safety at work. ProQuest

vol.18 no.2

Anonymus. (1998). HR focus: Managing employee performance. ProQuest vol. 75 no.2

Bischofberger, Iren. (2000). Health and Safety at Work in Switzerland, Impact of European

Union directives. AAOHN Journal; 48, 4; ProQuest pg.161

Drakopoulus, Stavros; Economou, Athina; Grimani, Katerina. (2012). A survey of safety and

health at work in Greece. International Journal of Workplace Health Management

vol. 5 no. 1

Lamm, Felicity;Massey, Claire;Perry, Martin. (2007). Is there a link between Workplace

Health and Safety and firm Performance and Productivity?. New Zealand Journal of

Employment Relations (Online); 2007; 32, 1; ProQuestpg. 72

Houger, Vaughan P. (2006). Trends of Employee Performance. Performance Improvement;

May/Jun 2006; 45, 5; ProQuest pg. 26

Hameed, Abdul; Waheed, Aamer. (2011). Employee Development and Its Affect on Employee

Performance A Conceptual Framework. International Journal of Business and Social

Science Vol. 2 No. 13 [Special Issue]- July 2011

Quartey, Samuel Howard; Puplampu, Bill Buenar. (2012). Employee Health and Safety

Practices: An Exploratory and Comparative Study of the Shipping and Manufacturing

Industries in Ghana. International Journal of Business and Management; Vol. 7, No.

23; 2012: Canadian Center of Science and Education.

Website

http://news.okezone.com/read/2013/12/20/337/915282/tekan-angka-kecelakaan-kerja-lewat-

dunia-maya diakses pada 20 maret 2014 pukul 19:00

Sumber Lainnya

Data kecelakaan kerja section EHS PT. Komatsu Indonesia

Profile Perusahaan PT. Komatsu Indonesia

Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014