pengaruh iklim sekolah, konformitas dan self- esteem...
TRANSCRIPT
i
i
PENGARUH IKLIM SEKOLAH, KONFORMITAS DAN SELF-
ESTEEM TERHADAP PERILAKU BULLYING PADA
REMAJA AWAL
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh :
Hasan Basri Ramadan
11140700000132
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2018 M
ii
PENGARUH IKLIM SEKOLAH, KONFORMITAS DAN SELF-
ESTEEM TERHADAP PERILAKU BULLYING PADA
REMAJA AWAL
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
Hasan Basri Ramadan
NIM: 11140700000132
Di bawah bimbingan:
Dosen Pembimbing Skripsi
Mulia Sari Dewi, M.Psi
NIP. 19780502 200801 2026
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2018 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul “PENGARUH IKLIM SEKOLAH, KONFORMITAS, DAN
SELF-ESTEEM TERHADAP PERILAKU BULLYING PADA REMAJA
AWAL” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 20 Desember 2018. Skripsi
ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana psikologi
(S.Psi) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 20 Desember 2018
Sidang Munaqasyah
Dekan/ Wakil Dekan/
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Prof. Dr. Abdul Mujib. M.Ag, M.Si Dr. Abdul Rahman Shaleh, M.Si NIP. 19680614 199704 1 001 NIP. 19720823 199903 1 002
Anggota
Ilmi Amalia, M.Psi Mulia Sari Dewi, M.Psi NIP. 19821014 201101 2005 NIP. 19780502 200801 2026
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) di Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiblakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 20 Desember 2018
Hasan Basri Ramadan
NIM. 1140700000132
v
MOTTO
“Aktualisasi Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik harus dibarengi dengan
Iman, Ilmu, dan Amal”
vi
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
B) Desember 2018
C) Hasan Basri Ramadan
D) Pengaruh Iklim Sekolah, Konformitas, dan Self-esteem terhadap Perilaku
Bullying pada Remaja Awal
E) xii + 61 halaman + lampiran
F) Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah
saat ini sangat memprihatinkan bagi para pendidik dan orang tua. Bullying
di lingkungan sekolah telah menjadi masalah serius dalam ruang lingkup
global. Tujuan dari penelitian ini mencoba untuk mengetahui pengaruh
iklim sekolah, konformitas, self-esteem dan jenis kelamin terhadap
perilaku bullying pada remaja awal.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jumlah
responden berjumlah 306 siswa-siswa di salah satu sekolah swasta di
tangerang selatan. Pengambilan sampel menggunakan non-probality
sampling. Alat ukur yang digunakan yaitu peneliti mngembangkan dari
teori perilaku bullying dari Rigby (2007), teori iklim sekolah dari Gage
dan Larson (2014), dan peneliti menggunakan alat ukur self-esteem yaitu
self-liking and scale resived (SLCS-R) yang dikembangkan oleh Tafarodi
dan Swam (2001). CFA (Comfirmatory Faktor Analysis) digunakan untuk
menguji validitas alat ukur dan teknik analisis data yang digunakan untuk
menjawab pertanyaan penelitian adalah regresi berganda.
Berdasarkan hasil uji hipotesis mayor, disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan iklim sekolah, konformitas, self-esteem, dan
jenis kelamin terhadap perilaku bullying ramaja awal dengan kontribusi
sebesar 9,8%. Berdasarkan hasil uji hipotesis minor terdapat satu variabel
yang signifikan yaitu jenis kelamin.
G) Bahan bacaan: 43; buku: 8 + jurnal: 30 + artikel online: 4 + skripsi: 1
vii
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology, Syarif Hidayatullah State Islamic University,
Jakarta
B) December 2018
C) Hasan Basri Ramadan
D) Effect of School Climate, Conformity, and Self-esteem on Bullying
Behavior on Early Adolescents
E) xii + 61 pages + attachments
F) The rise of cases of violence that occur in school-age children is currently
very worrying for educators and parents. Bullying in the school
environment has become a serious problem in the global scope. The aim of
this study was to understand the influence of schools, conformity, self-
esteem and gender on bullying behavior in early adolescents.
This research uses quantitative with the number of respondents obtained
by 306 students in one of the private schools in southern Tangerang.
Sampling uses non-probality sampling. The measuring instrument used by
researchers developed from the theory of bullying behavior from Rigby
(2007), school environment theory from Gage and Larson (2014), and
researchers used self-likeing and resived scale (SLCS-R) measures
developed by Tafarodi and Swam (2001). CFA (Comfirmatory Factor
Analysis) is used to answer the validity of the measuring instrument and
the data analysis technique used to answer the research question is
multiple regression.
Based on the results of the mayor's hypothesis test, it was concluded that
there were significant differences between school, conformity, self-esteem,
and gender on the initial bullying behavior with a contribution of 9.8%.
Based on the results of the minor hypothesis test there is one significant
variable, namely gender.
G) Reading material: 43; books: 8 + journals: 30 + articles online: 4 + thesis:
1
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT sehingga peneliti dapat
menyelesaikan penelitian ini. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan
kehadirat baginda nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan para
sahabatnya yang telah membawa ilmu kepada umat manusia di muka bumi.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti memperoleh bantuan dari berbagai
pihak, maka dari itu peneliti hendak memberikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif HIdayatullah Jakarta, beserta
jajarannya.
2. Kedua orang tua peneliti: Bapak Chairil Anwar (alm) dan Ibu Rina Wati.
Mereka bukanlah orang-orang yang memiliki latar belakang pendidikan
tinggi. Namun mereka merupakan sosok penyemangat sekaligus peneguh hati
bagi peneliti untuk berjuang mengenyam pendidikan hingga ke jenjang
perguruan tinggi. Saya percaya bahwa masa depan yang lebih baik dapat
dicapai apabila kita berilmu.
3. Ibu Mulia Sari Dewi, M.Psi,Psi, selaku dosen pembimbing seminar proposal
dan pembimbing skripsi, sekaligus dosen penguji sidang hasil serta
munaqasyah. Beliau merupakan saksi perjalanan peneliti dalam melakukan
penelitian, mulai dari titik nol ketika peneliti belum mengerti apa-apa tentang
penulisan skripsi, hingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini. Bukan
hanya itu, beliau juga selalu membantu peneliti dalam menyelesaikan urusan
akademik selama peneliti menjalani perkuliahan di Fakultas Psikologi.
4. Dr. Abdul Rahman Shaleh, M.Si dan Ilmi Amalia, M.Psi penguji munaqasyah
yang telah memberikan banyak masukan kepada peneliti untuk
pengembangan peneliti dalam melakukan penelitian di kemudian hari.
5. Kepada semua Dosen-dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang selalu dengan tulus dan ikhlas membantu dan membimbing saya
dalam mempelajari ilmu psikologi.
6. Kepada Pak Prof. Dr. Quraish Shihab, Prof. Dr. Azyumardi Azra, dan Prof.
Dr. Komarudin hidayat karena karya tulis dari bapak-bapak sekalian
membuat saya mengetahui tujuan diciptakannya alam semesta dan seisnya
sehingga saya termotivasi untuk membangun negeri ini kearah lebih baik.
7. Buat teman-teman seangkatan psikologi 2014 yang telah memberikan
masukan dan saran kepada diri pribadi agar selalu bergerak dan berubah
kearah lebih baik dan dapat berguna untuk masyarakat.
8. Seluruh responden penelitian siswa-siswi SMP Paramarta. Karena kesedian
dari kalian maka penelitian ini dapat diselesaikan.
9. Pak Kusman dan Pak Gunawan serta semua guru SMP Paramarta yang telah
membantu melakukan proses administrasi penelitian di sekolah tempatnya
bertugas. Semoga Bapak/Ibu sekalian senantiasa diberi nikmat sehat dan
rezeki yang berlimpah.
ix
Kata pengantar ini peneliti cukupkan sampai di sini. Banyak sekali pihak-
pihak yang sangat berjasa bagi peneliti, yang secara langsung maupun tidak
langsung telah membantu peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini. Akhir kata,
peneliti berharap penelian ini dapat memberikan manfaat baik bagi peneliti secara
khusus, dan bagi seluruh orang yang membacanya.
Jakarta, 20 Desember 2018
Peneliti
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ ii PERNYATAAN PENGESAHAN .............................................................................. iii LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................................... iv MOTTO ................................................................................................................ v ABSTRAK ............................................................................................................ vi ABSTRACT .......................................................................................................... vii KATA PENGANTAR............................................................................................ viii DAFTAR ISI........................................................................................................... x DAFTAR TABEL................................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiii BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah .............................................. 6 1.2.1. Pembatasan Masalah ............................................................. 6 1.2.2. Perumusan Masalah............................................................... 7
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 8 1.3.1. Tujuan Penelitian ................................................................... 8 1.3.2. Manfaat Penelitian................................................................. 8
BAB 2. LANDASAN TEORI 2.1. Perilaku Bullying ............................................................................. 9
2.1.1. Pengertian bullying .............................................................. 10
2.1.2. Dimensi-dimensi perilaku bullying ....................................... 10 2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya bullying ............................................................... 11 2.1.4. Pengukuran perilaku bullying ............................................... 12
2.2. Iklim Sekolah ................................................................................ 13 2.2.1. Pengertian iklim sekolah ...................................................... 13 2.2.2. Dimensi-dimensi iklim sekolah ............................................ 14 2.2.3. Pengukuran iklim sekolah .................................................... 16
2.3. Konformitas ................................................................................... 17 2.3.1. Pengertian konformitas........................................................ 17 2.3.2. Dimensi-dimensi konformitas .............................................. 18 2.3.3. Pengukuran konformitas ...................................................... 19
2.4. Self-esteem .................................................................................... 19 2.4.1. Pengertian self-esteem .......................................................... 19 2.4.2. Dimensi-dimensi self-esteem ................................................. 20 2.4.3. Pengukuran self-esteem ........................................................ 21 2.5. Kerangka Berfikir ............................................................................ 21 2.6. Hipotesis Penelitian ........................................................................ 24 2.5.1 Hipotesis mayor ..................................................................... 25 2.5.2 Hipotesis minor ...................................................................... 25
xi
BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ........................ 26 3.2. Variabel Penelitian ........................................................................ 26 3.3. Instrumen Pengumpulan Data ....................................................... 29 3.3.1 Skala perilaku bullying ............................................................ 30 3.3.2 Skala iklim sekolah ................................................................. 30 3.3.3 Skala konformitas ................................................................... 31 3.3.4 Skala self-esteem .................................................................... 31 3.4.UJi Validitas Konstruk ...................................................................... 32
3.4.1 Uji validitas konstruk skala perilaku bullying ......................... 33 3.4.2 Uji validitas konstruk skala iklim sekolah ............................... 35 3.4.3 Uji validitas konstruk skala konformitas ................................ 37 3.4.4 Uji validitas konstruk skala self-esteem ................................. 38
3.5. Teknik Analisis Data........................................................................ 39 BAB 4. HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Subyek Penelitian.......................................................... 42 4.2. Hasil Analisis Deskriptif .................................................................. 43 4.2. Hasil Uji Hipotesis ........................................................................... 46 4.2.1. Pengujian hipotesis mayor .................................................... 46 4.2.2. Pengujian hipotesis minor .................................................... 47 4.2.2.1 Uji Homogenitas .............................................................. 49 4.2.3. Pengujian proporsi varians .................................................... 50
BAB 5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1. Kesimpulan .................................................................................... 52
5.2. Diskusi ........................................................................................... 53
5.3. Saran .............................................................................................. 56
5.3.1. Saran teoritis ........................................................................ 56
5.3.2. Saran Praktis ........................................................................ 57
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 58
LAMPIRAN ..................................................................................................... 62
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Bobot skor tiap item ....................................................................... 29 Tabel 3.2 Blue print skala perilaku bullying .................................................... 30 Tabel 3.3 Blue print skala iklim sekolah .......................................................... 30 Tabel 3.4 Blue print skala konformitas ........................................................... 31 Tabel 3.5 Blue print skala self-esteem ............................................................ 31 Tabel 3.6 Muatan faktor skala perilaku bullying ............................................. 34 Tabel 3.7 Muatan faktor skala school safety................................................... 35 Tabel 3.8 Muatan faktor skala social relationship ........................................... 36 Tabel 3.9 Muatan faktor skala school connectdness ....................................... 36 Tabel 3.10 Muatan faktor skala compliance ..................................................... 37 Tabel Tabel
3.11 3.12
Muatan faktor skala acceptance ..................................................... 38 Muatan faktor skala self-esteem ..................................................... 39
Tabel 4.1 Karakteristik subjek penelitian ........................................................ 42 Tabel 4.2 Deskripsi statistik variabel penelitian .............................................. 44 Tabel 4.3 Norma skor variabel ....................................................................... 45 Tabel 4.4 Kategorisasi skor variabel ............................................................... 45 Tabel 4.5 Proporsi varians seluruh variabel .................................................... 46 Tabel 4.6 Signifikansi seluruh variabel ............................................................ 47 Tabel 4.7 Koefisien regresi setiap variabel ..................................................... 47 Tabel 4.8 Uji homogenitas ............................................................................. 50 Tabel 4.9 Proporsi varians setiap variabel ...................................................... 50
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ............................................................. 24 Gambar 4.1 Kolom perilaku bullying non-fisik ................................................ 43 Gambar 4.2 Kolom perilaku bullying fisik ....................................................... 43
1
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu fenomena yang menyita perhatian dalam dunia pendidikan pada saat ini
adalah kekerasan di lingkungan sekolah. Sekolah yang semestinya adalah tempat
bagi anak menimba ilmu dan membantu dalam membentuk karakter pribadi yang
baik dan positif disisi lain menjadi tempat praktek-praktek tindakan kekerasan.
Lingkungan sekolah menjadi tempat tumbuh suburnya tindakan bullying dan
semakin banyak menghiasi deretan berita di media (Febriyani & Indrawati, 2016).
Perilaku bullying di lingkungan sekolah telah menjadi masalah serius.
Maraknya kasus bullying yang kerap terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia
semakin lama semakin memprihatinkan (Halimah, 2015). Tindakan bullying yang
terjadi di lingkungan sekolah memiliki beragam-ragam bentuk. Pelaku bullying
melakukan tindakan kekerasan dengan cara memukul, menendang, mengejek,
berkata-kata kasar dan lain-lain (Info Sumbar 2015; CNN Indonesia 2017).
Perilaku bullying di lingkungan sekolah dapat terjadi akibat kurangnya
tindakan dalam mengatasi kekerasan terhadap anak. Gunilla (dalam Unicef
Indonesia, 2015) berpendapat bahwa konsekuensi dari tidak mengatasi kekerasan
terhadap anak di Indonesia sangat buruk, anak yang menjadi korban kekerasan
fisik, seksual dan emosional kerap dapat menderita secara jangka panjang,
termasuk kondisi fisik dan psikologis.
2
2
Menurut Huneck (dalam Trevi & Respati, 2012) perilaku bullying akan
terus terjadi di sekolah-sekolah apabila orang dewasa tidak dapat membina
hubungan saling percaya dengan siswa, tidak menyadari tingkah laku yang masuk
dalam kategori bullying, tidak menyadari dampak bullying dapat merusak
kegiatan belajar siswa, dan tidak adanya campur tangan secara efektif dari pihak
sekolah.
Perilaku bullying merupakan tindakan yang sangat berbahaya dan tidak
boleh ditiru. Bullying merupakan salah satu bentuk perilaku agresi yang terjadi
ketika seseorang atau sekelompok orang menggunakan ketidakseimbangan
kekuasaan untuk menyakiti seseorang secara terus menerus (Byers et.al 2011).
Perilaku bullying merupakan salah satu bentuk perilaku agresi misalnya ejekan,
hinaan, dan ancaman (Siswati & Widayanti, 2009).
Perilaku bullying di lingkungan sekolah umumnya didominasi oleh anak-
anak hingga remaja. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya korban bully yang berada
di lingkungan sekolah. Berdasarkan riset yang dilakukan LSM Plan International
dan International Center for Research on Women (ICRW) menemukan fakta
terkait kekerasan anak di sekolah bahwa 84% anak di Indonesia mengalami
kekerasan (perilaku bullying) di sekolah (Qodar, 2015). Dalam penelitian lainnya
yang dilakukan oleh Unicef Indonesia (2015) menemukan terdapat 40% anak
berusia 12 – 15 tahun melaporkan pernah diserang secara fisik sedikitnya satu kali
dalam setahun, 26% melaporkan pernah mendapat hukuman fisik dari orang tua
atau pengasuh di rumah, dan 50% anak melaporkan di-bully di sekolah.
3
Dari beberapa riset di atas ditemukan tindakan kekerasan (perilaku
bullying) kerap terjadi di lingkungan sekolah, dengan pelaku dan korban telah
menginjak pada tahap umur masa remaja. Masa remaja menurut Erick Erikson
(dalam Azizah, 2013) adalah masa dimana remaja memiliki sifat krisis pergulatan
remaja untuk menemukan identitas dan mengutarakan kebutuhan untuk
menyelesaikan perjuangan dengan mendapatkan rasa cukup atas harga diri. Jika
seorang remaja mendapatkan tindakan kekerasan atau bullying di sekolah maka
akan mengganggu masa perkembangan mereka untuk menemukan identitas dan
mengutarakan kebutuhan secara maksimal. Remaja menurut Montessori (dalam
Azizah, 2013) berada pada periode penemuan diri dan kepekaan rasa sosial. Oleh
karena itu siswa yang masih menginjak masa remaja seharusnya mampu
menemukan jati diri atas kebahagiaan yang diinginkan serta masalah yang didapat
harus ditemukan solusi efektifnya.
Berdasarkan hasil observasi yang di lakukukan di lingkungan sekolah
SMP Paramarta peneliti menemukan beberapa siswa melakukan tindakan bullying
yang dilakukan secara fisik maupun nonfisik atau verbal. Wawancara yang
dilakukan terhadap beberapa wali kelas peneliti menemukan bahwa di lingkungan
sekolah kerap terjadi tindakan perilaku bullying oleh siswa terhadap siswa lain.
Perilaku bullying kerap muncul diwaktu-waktu istirahat dan ketika kelas dalam
keadaan kosong atau tidak ada guru. Tindakan perilaku bullying yang biasa terjadi
seperti mengejek, memfitnah, dan memukul siswa lain.
Dalam melakukan tindakan bullying di sekolah terdapat beberapa faktor
yang menyebabkan terjadinya tindakan bullying yang dilakukan oleh siswa.
4
Dalam penelitian yang dilakukan Cook et.al (2010) ditemukan bahwa perilaku
bullying dipengaruhi dari dua konteks yaitu individual predictor dan contextual
predictor. Dalam konteks individual predictor terdapat faktor-faktor pada diri
individu seperti gender, social competence, externalizing behavior, internalizing
behavior, self-related cognitions/self-concept, other-related cognitions, dan
academic performance. Sedangkan dalam contextual predictor adalah kondisi
adaptasi dari sudut pandang lingkungan hidup-sosial seperti school climate,
community factor, peer status, family/home environment, dan peer influence.
Faktor yang terdapat dalam contextual predictor dalam melakukan
perilaku bullying salah satunya adalah iklim sekolah. Hasil penelitian dari
Yoneyama dan Rigby (2006) yang menemukan siswa pelaku bullying memiliki
persepsi negatif tentang iklim sekolah menjadi penyebab siswa melakukan
tindakan bullying dan merugikan mereka secara akademis. Di dalam penelitian
lainnya yang dilakukan oleh Eliot et.al (2010) ditemukan bahwa ada hubungan
antara persepsi siswa tentang iklim sekolah terhadap perilaku bullying dimana
pesepsi siswa yang baik terhadap guru akan membuat siswa akan lebih taat aturan
sehingga tidak melakukan tindakan bullying terhadap siswa lain.
Ontario Ministry of Education (OME, 2012) menyatakan iklim sekolah
didefinisikan sebagai lingkungan belajar dan hubungan yang ditemukan di
sekolah dan komunitas sekolah. Iklim sekolah yang positif ada ketika semua
anggota komunitas sekolah merasa aman, merasa diterima, secara aktif
mempromosikan perilaku positif dan banyak terjadi interaksi. Prinsip kesetaraan
dan pendidikan inklusi tertanam dalam lingkungan belajar untuk mendukung
5
iklim sekolah yang positif dan budaya saling menghormati. Iklim sekolah yang
positif merupakan komponen penting dalam pencegahan bullying. Iklim sekolah
yang positif bagi remaja sangatlah penting demi menciptakan keberhasilan
penanganan bullying dan juga dapat mengurangi stres serta meningkatkan kinerja
akademis di sekolah (Chan & Wong 2015; Loukas et.al 2006; Swearer et.al 2010).
Oleh karena itu menajemen sekolah harus menetapkan dan menerapkan kebijakan
yang jelas melawan bullying di sekolah.
Dalam konteks individual predictor siswa yang melakukan tindakan
bullying juga dipengaruhi oleh faktor konformitas. Oktaviana (2014) dalam
penelitiannya menemukan bahwa semakin tinggi konformitas dalam lingkungan
sekolah yang memiliki siswa pelaku bullying, maka semakin tinggi juga
kecenderungan siswa dalam berperilaku bullying. Garandeu dan Cillessen (2006)
mengemukakan peran kelompok dalam bullying didasarkan pada konformitas
kelompok dengan dipengaruhi oleh pelaku bullying. Cho dan Chung (2012)
menyatakan dalam hasil penelitianya bahwa perilaku bullying dipengaruhi oleh
konformitas. Konformitas didefinisikan sebagai kecenderungan untuk mangadopsi
pola perilaku yang dianggap dapat diterima oleh kelompok sebaya (Santor et.al
2000).
Masih dalam konteks individual predictor di dalam penelitian lain
ditemukan bahwa self-esteem memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
perilaku bulying. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Estevez et.al (2009) pada
siswa remaja, siswa pelaku bullying memiliki self-esteem yang lebih tinggi
dibandingkan siswa yang bukan merupakan pelaku bullying. Adapun penelitian
6
yang dilakukan oleh Brito dan Oliveira (2013) menemukan bahwa adanya
hubungan yang signifikan antara self-esteem terhadap perilaku bullying. Rosberg
(dalam Mruk, 2006) menjelaskan self-esteem adalah suatu rangkaian sikap
individu tentang apa yang dipikirkan mengenai persepsi perasaan, yaitu tentang
kebehargaan dirinya.
Faktor gender atau jenis kelamin juga diprediksi berpengaruh terhadap
perilaku bullying. Cook et.al (2010) menemukan dalam konteks individual
predictor bahwa perbedaan jenis kelamin antara perempuan dan laki-laki dapat
menjadi salah satu pemicu akan munculnya perilaku bullying, konsep laki-laki
yang mempunyai sifat maskulin berbeda dengan konsep perempuan dengan sifat
feminism. Penelitian yang dilakukan oleh Finiswati dan Matulessy (2018)
menemukan bahwa tingkat bullying jenis kelamin laki-laki lebih tinggi dari pada
tingkat bullying perempuan.
Berdasarkan paparan dari beberapa penelitian diatas, peneliti berfokus
pada faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku bullying. Oleh karena itu peneliti
akan melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh iklim
sekolah, konformitas, self-esteem dan jenis kelamin terhadap perilaku
bullying pada masa remaja awal.
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Batasan masalah
Mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi perilaku bullying, maka peneliti
perlu membuat pembatasan masalah secara jelas dan terfokus. Penelitian akan
7
meneliti seberapa besar pengaruh iklim sekolah, konformitas, self-esteem dan
jenis kelamin terhadap perilaku bullying pada remaja awal. Selanjutnya peneliti
menentukan sampai mana batasan masalah yang akan diteliti yaitu sebagai
berikut:
1. Perilaku bullying pada penelitian ini dibatasi pada suatu penindasan secara
psikologis dan fisik yang di ulang-ulang kepada orang yang lemah oleh orang
atau kelompok yang kuat. Bentuknya berupa bullying fisik, dan bullying non-
fisik (verbal dan non-verbal) yang dilakukan secara langsung dan tidak
langsung (Rigby, 2007).
2. Iklim sekolah adalah sebuah kualitas dan karakter dari lingkungan sosial
sekolah yang merupakan kumpulan dari terbentuknya norma, nilai, peran dan
struktur dari sebuah sekolah (Gage & Larson, 2014).
3. Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan sebagai hasil nyata
atau imaginasi dari tekanan kelompok (Myers, 2010).
4. Self-esteem dalam penelitian ini adalah bagaimana individu mengukur sikap
negatif dan positif secara keseluruhan terhadap dirinya (Tafarodi & Swann,
1995).
5. Jenis kelamin terdiri dari laki-laki dan perempuan.
6. Subyek penelitian ini dibatasi hanya pada siswa-siswi sekolah menengah
pertama yang berada di salah satu sekolah di Kota Tangerang Selatan.
1.2.2 Perumusan masalah
1. Apakah ada pengaruh dari iklim sekolah, konformitas, self-esteem, dan jenis
kelamin terhadap perilaku bullying pada masa remaja awal?
2. Seberapa besar pengaruh dari iklim sekolah, konformitas, self-esteem, dan
jenis kelamin terhadap perilaku bullying?
8
3. Variabel manakah yang paling berpengaruh signifikan terhadap perilaku
bullying?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh iklim sekolah, konformitas,
self-esteem, dan jenis kelamin terhadap perilaku bullying remaja awal.
Selain itu juga untuk memperoleh data seberapa besar sumbangan aspek-
aspek iklim sekolah (school safety, social relationship, dan school
connectedness), konformitas (compliance dan acceptence), dan self-esteem
terhadap perilaku bullying.
1.3.2 Manfaat penelitan
Manfaat penelitian ini terbagi menjadi dua manfaat, yaitu teoritis dan praktis
1. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk memberikan tambahan
referensi pada bidang ilmu psikologi, mengenai bullying, iklim sekolah,
konformitas, self-esteem, dan jenis kelamin. Selain itu, hasil dari penelitian
ini diharapkan dapat memberikan inspirasi untuk penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan permasalahan ini.
2. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi dan
masukan bagi para pendidik, pengatur kebijakan sekolah, dan orang tua demi
mencegah para remaja atau siswa menjadi korban ataupun pelaku bullying di
seputar lingkungan sekolah.
9
9
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Perilaku Bullying
2.1.1 Pengertian bullying
Menurut Olweus (dalam Estevez et.al 2009) bullying adalah tindakan intimidasi
siswa terhadap siswa lain yang dilakukan ketika siswa tersebut dalam keadaan
lemah, dilakukan secara berulang-ulang, melakukan tindakan negatif lebih dari
satu atau lebih siswa. Perilaku bullying memiliki empat karakteristik utama,
pertama perilaku kekerasan, kedua perilaku yang disengaja, ketiga terjadi dari
waktu ke waktu, dan keempat melibatkan ketidakseimbangan kekuatan
Perilaku bullying menurut Rigby (2007) adalah penindasan secara
berulang-ulang secara psikologis atau fisik terhadap orang-orang yang kurang
kuat. Teori lainya dari Asy’ari dan Dahlia (2015) memberi pengertian bullying
sebagai kekerasan fisik dan psikologis berjangka panjang yang dilakukan
seseorang atau kelompok terhadap seseorang yang tidak mampu mempertahankan
diri dalam situasi dimana ada hasrat untuk melukai atau menakuti orang atau
membuat orang tertekan, trauma atau depresi dan tidak berdaya.
Penulis dalam penelitian ini menggunakan definisi perilaku bullying dari
Rigby (2007) dimana terdapat dua bentuk perilaku bullying berupa bullying fisik
dan bullying non-fisik (verbal dan non-verbal) yang dilakukan secara langsung
dan tidak langsung. Penulis menggunakan teori perilaku bullying dari Rigby
karena definisi yang dipaparkan lebih mudah dipahami dan memiliki batasan-
batasan tindakan bullying yang jelas.
10
2.1.2 Dimensi-dimensi perilaku bullying
Rigby (2007) menjelaskan bahwa terdapat klasifikasi dari dimensi-dimensi
perilaku bullying. Ada tipe bullying fisik dan tipe bullying non-fisik (verbal dan
non-verbal) yang keduanya memiliki bentuk langsung dan tidak langsung
1) Bullying fisik
Dalam bullying yang dilakukan dengan sentuhan fisik antara pelaku bullying
dan korbannya yang sifatnya terlihat. Perilaku yang termasuk antara lain.
langsung memukul, menendang, mendorong, mencekik, melukai
menggunakan benda, merusak benda milik korban, dan segala tindakan
berbentuk fisik yang melukai korban. Adapun tindakan bullying fisik yang
dilakukan secara tidak langsung yaitu menyuruh orang lain untuk mem-bully
korban.
2) Bullying non-fisik
a) Tindakan bullying verbal adalah penggunaan bahasa verbal yang
bertujuan untuk menyakiti hati seseorang dan sifatnya dapat terdengar.
Tindakan bullying verbal dilakukan secara langsung seperti mengejek
atau memberikan julukan yang tidak pantas dan tidak langsung seperti
memfirnah dan menyebar isu-isu atau gosip terhadap korban.
b) Tindakan bullying non-verbal adalah jenis yang paling berbahaya karena
tidak dapat di lihat dari luar serta terjadi secara diam-diam dan tidak
dapat terpantau oleh mata dan telinga. Perilaku yang terjadi bisa secara
langsung seperti memandang dengan sinis, memandang dengan penuh
ancaman, memelototi dan mendiamkan. sedangkan tindakan bullying
11
non-verbal secara tidak langsung yaitu seperti membuang atau
menyembunyikan barang korban dan dengan sengaja mengucilkan
korban dari aktifitas kelompok.
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya bullying
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku bullying. Faktor-faktor
tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Iklim sekolah
Iklim sekolah adalah seberapa tinggi tingkat penghargaan dan perlakuan adil
siswa oleh guru, teman, pengurus sekolah serta lingkungan sekolah
sebagaimana perasaan anak dari keikutsertaan dengan sekolah. Iklim sekolah
yang positif bagi remaja sangatlah penting demi menciptakan keberhasilan
penanganan bullying dan juga dapat mengurangi stres serta meningkatkan
kinerja akademis di sekolah (Chan & Wong 2015; Loukas et.al 2006; Swearer
et.al 2010).
2. Konformitas
Konformitas (conformity) adalah konformitas adalah perubahan perilaku atau
kepercayaan sebagai hasil nyata atau imaginasi dari tekanan kelompok Myers
(2010). Garandeu dan Cillessen (2006) mengemukakan peran kelompok
dalam bullying didasarkan pada konformitas kelompok dengan dipengaruhi
oleh pelaku bullying.
3. Self-esteem
Self-esteem adalah suatu rangkaian sikap individu tentang apa yang dipikirkan
mengenai persepsi perasaan, yaitu tentang kebehargaan dirinya Rosberg
(dalam Mruk, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Estevez et.al (2009)
12
pada siswa remaja menemukan bahwa siswa pelaku bullying memiliki self-
esteem yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang bukan merupakan pelaku
bullying.
4. Jenis Kelamin
Perbedaan jenis kelamin menjadi faktor pemicu akan munculnya perilaku
bullying, konsep laki-laki yang memiliki sifat maskulin berbeda dengan
konsep perempuan dengan sifat feminism. Laki-laki lebih terlibat dalam
perilaku bullying daripada anak-anak perempuan (Cook et.al 2010).
5. Age
Tingkatan umur yang berbeda dalam lingkungan pergaulan membuat sisi
dominasi dari umur lebih tua, sehingga individu yang lebih muda terancam
akan dominasi dari umur yang lebih tua (Cook et. Al 2010)
Dari berbagai faktor yang dapat mempengaruhi perilaku bullying diatas,
dalam penelitian ini peneliti membatasi beberapa faktor saja yang akan dijadikan
independent variable. Faktor-faktor yang akan peneliti jadikan independent
variable adalah iklim sekolah, konformitas, self-esteem, dan jenis kelamin.
Peneliti beralasan dari beberapa variabel diatas dapat mewakili aspek contextual
predictor yaitu iklim sekolah, serta aspek individual predictor yaitu konformitas,
self-esteem dan jenis kelamin pada remaja.
2.1.4 Pengukuran perilaku bullying
Terdapat beberapa instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur perilaku
bullying. Instrument tersebut antara lain :
13
1. Illinois Bully scale dari Espelage & Holt pada tahun 2001, terdapat 18 item
pengukuran perilaku bully dan victim. Target responden adalah usia 8– 18
tahun (Hamburger et.al 2011).
2. Aggresion Scale dari Orpinas & Frankowski pada tahun 2013, terdapat 11
item pengukuran perilaku bullying. Target responden adalah usia 10 – 15
tahun (Hamburger et.al 2011).
3. Adolescent Peer Relations Instrument dari Parada pada tahun 2000, 36 item
dengan 18 skala pengukuran (3 jenis perilaku untuk pelaku bully (verbal,
social, & physical bullying) dan dan 3 jenis untuk korban bullying (verbal,
social, dan & physical bullying).
Dikarenakan beberapa skala diatas tidak memilki kesamaan indikator
dengan taksonomi dari Rigby (2007) yaitu perilaku bullying terdapat tidankan
fisik dan non-fisik. Oleh karenanya dalam penelitian ini, peneliti mengembangkan
skala perilaku bullying sesuai dengan taksonomi dari Rigby (2007).
2.2 Iklim Sekolah
2.2.1 Pengertian iklim sekolah
Gage dan Larson (2014) menjelaskan bahwa iklim sekolah adalah kondisi sekolah
yang positif atau sekolah yang aman (secara emosional dan fisik), sekolah
kolaboratif (antara guru, siswa dan orang tua).
Thape (dalam O’Brennan & Bradshaw, 2013) menjelaskan iklim sekolah
yang positif diakui sebagai target yang sangat penting untuk reformasi sekolah
dan meningkatkan perilaku yang sehat, akademis dan mental bagi siswa. Loukas
14
(2007) mengatakan perasaan dan sikap yang ditimbulkan oleh keadaan sekolah
disebut sebagai iklim sekolah.
Tagiuri (dalam Anderson, 1982) menjelaskan bahwa iklim dan atmosfer
sebagai konsep yang berhadapan dengan kualitas total lingkungan dalam sebuah
organisasi yang terdiri dari dimensi-dimensi yang ada di dalam organisasi. Iklim
sekolah sebagai norma-norma, nilai-nilai, dan harapan yang mendorong orang-
orang untuk merasakan aspek sosial, aspek emosi, dan aspen fisik yang kuat
(O’Brennan & Bradshaw, 2013). Gage dan Larson (2014) menyebutkan iklim
sekolah adalah sebuah kualitas dan karakter dari lingkungan sosial sekolah yang
merupakan kumpulan dari terbentuknya norma, nilai, peran dan struktur dari
sebuah sekolah.
Berdasarkan beberapa teori diatas penelitian ini menggunakan definisi
iklim sekolah dari Gage dan Larson (2014) yang menyebutkan iklim sekolah
adalah sebuah kualitas dan karakter dari lingkungan sosial sekolah yang
merupakan kumpulan dari terbentuknya norma, nilai, peran dan struktur dari
sebuah sekolah. Iklim sekolah dari gagasan ini lebih fokus pada aspek keamanan
kenyamanan sekolah, pola hubungan antar siswa dan guru, dan hubungan antar
siswa dengan siswa lainnya.
2.2.2 Dimensi-dimensi iklim sekolah
Gage dan Larson (2014) mengembangkan dimensi iklim sekolah menjadi tiga
dimensi yaitu, school safety, social relationship, dan school connectedness.
15
1. School safety adalah kenyamanan dari sekolah yang ditempati meliputi aspek
fisik dan material, dan peraturan atau norma dari sekolah.
2. Sosial relationship adalah interaksi, komunikasi, dan hubungan antara guru
dengan siswa, siswa dengan siswa lainnya, dan cara siswa memandang sikap
guru dan temannya.
3. School connectedness adalah hubungan yang terjalin antara siswa dengan
ruang lingkup sekolahnya yang terbentuk dari awal masuk hingga menjadi
anggota atau bagian dari sekolah.
Meskipun sulit untuk memberikan definisi yang ringkas untuk iklim sekolah,
kebanyakan peneliti setuju bahwa ini adalah konstruksi multidimensi yang
mencakup dimensi fisik, sosial, dan akademis yaitu (Loukas, 2007) :
1) Dimensi fisik meliputi:
a) Penampilan bangunan sekolah dan ruang kelasnya;
b) Ukuran dan rasio sekolah siswa terhadap guru di kelas;
c) Pemesanan dan pengorganisasian ruang kelas di sekolah;
d) Ketersediaan sumber daya; dan
e) Keselamatan dan kenyamanan.
2) Dimensi sosial meliputi:
a) Kualitas hubungan interpersonal antara dan antar siswa, guru, dan staf;
b) Perlakukan yang adil dan adil terhadap siswa oleh guru dan staf;
c) Tingkat persaingan dan perbandingan sosial antar siswa; dan
16
d) mengikutsertakan siswa, guru, dan staf berkontribusi dalam pengambilan
keputusan di sekolah.
3) Dimensi akademis meliputi:
a) Kualitas pengajaran;
b) Harapan guru untuk prestasi belajar siswa; dan
c) Pemantauan kemajuan siswa dan segera melaporkan hasilnya kepada
siswa dan orang tua.
Aspek-aspek yang akan digunakan untuk mengukur iklim sekolah dalam
penelitian ini adalah aspek iklim sekolah dari Gage dan Larson (2014) yang dibagi
menjadi tiga dimensi yaitu yaitu school safety, social relationship, dan school
connectedness. Peneliti menggunakan aspek yang dijelaskan dari Gage dan
Larson karena lebih mudah diketahui sampai mana batasan-batasannya
berdasarkan definisi dari iklim sekolah.
2.2.3 Pengukuran iklim sekolah
Terdapat beberapa instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur Iklim
sekolah. Instrumen tersebut antara lain :
1. School Climate Survet-Revised Version dari Emmons, Haynes dan Corner
pada tahun 2002, terdapat 37 item pengukuran faktor aturan dan disiplin,
keterlibatan orang tua, pembagian sumber, hubungan interpesonal siswa, dan
hubungan guru-murid.
17
2. School Climate Questionnare dari Scherman pada tahun 2002, terdapat 47
item mengukur faktor kohesivitas, kepercayaan, respect, kontrol, kekerasan,
dan fasilitas sekolah.
Dikarenakan beberapa skala di atas tidak memilki kesamaan indikator
dengan indikator dari Gage dan Larson (2014). Oleh karena itu dalam penelitian
ini disusun skala iklim sekolah menggunakan indikator dari Gage dan Larson
(2014) yaitu mengukur dimensi school safety, social relationship, dan school
connectedness.
2.3 Konformitas
2.3.1 Pengertian konformitas
Menurut Baron dan Byrne (dalam Sartika et.al 2009) konformitas terjadi ketika
individu mengubah tingkah laku mereka dengan tujuan menaati norma sosial yang
ada. Konformitas mengacu pada mengubah perilaku agar sesuai dengan tanggapan
orang lain (Cialdini & Goldstein, 2004). Deutsh dan Gerard menyatakan (dalam
Cialdini & Goldstein, 2004) bahwa konformitas didasarkan pada keinginan untuk
membentuk interpretasi realitas yang akurat dan berperilaku benar, dan didasarkan
juga pada tujuan mendapatkan persetujuan sosial dari orang lain.
Sedangkan menurut Myers (2010) konformitas adalah perubahan perilaku
atau kepercayaan sebagai hasil nyata atau imaginasi dari tekanan kelompok.
Konformitas adalah jenis pengaruh sosial yang melibatkan perubahan
kepercayaan atau perilaku agar sesuai dengan kelompok. Perubahan ini
merupakan respon terhadap keadaan (melibatkan kehadiran fisik orang lain) atau
18
membayangkan (tekanan yang menyangkut tekanan sosial/harapan dan tekanan
kelompok) (McLesod, 2007)
Berdasarkan beberapa teori diatas, penulis dalam penelitian ini
menggunakan definisi konformitas dari Myers (2010) yaitu konformitas adalah
perubahan perilaku atau kepercayaan sebagai hasil nyata atau imaginasi dari
tekanan kelompok. Konformitas adalah jenis pengaruh sosial yang melibatkan
perubahan kepercayaan atau perilaku agar sesuai dengan kelompok.
2.3.2 Dimensi-dimensi dalam konformitas
Menurut Myers (2010), terdapat dua jenis konformitas yaitu compliance dan
acceptance.
1. Compliance
Konformitas compliance adalah suatu bentuk konformitas dimana individu
bertingkah laku sama atau sesuai dengan tekanan yang diberikan oleh
kelompok sementara secara pribadi ia tidak menyetujui perilaku tersebut.
Biasanya seseorang melakukan compliance untuk menghindari dan
mengharapkan reward atau penerimaan.
2. Acceptance
Konformitas acceptance adalah suatu bentuk konformitas dimana seseorang
secara benar mempercayai apa yang dibujuk kelompok untuk dilakukan.
Konformitas ini melibatkan perbuatan dan keyakinan yang sesuai dengan
tekanan sosial. Pada bentuk acceptance, konformitas terjadi karena kelompok
menyediakan informasi penting yang tidak dimiliki oleh individu
(informational infulence).
19
2.3.3 Pengukuran konformitas
The Conformity Scale oleh Mehrabian dan Stefl (1995) mengukur sejauh mana
individu memiliki karakteristik kemauan untuk mengidentifikasi orang lain dan
meniru mereka, menyerah pada orang lain untuk menghindari interaksi negatif
dan secara umum lebih memilih untuk menjadi pengikut daripada pemimpin
dalam hal ide, nilai-nilai, dan perilaku. Skala ini terdiri tujuh item dengan kata-
kata positif dan empat item dengan kata-kata negatif.
Dikarenakan skala diatas tidak memilki kesamaan indikator dengan Myers
(2010). Dalam penelitian ini, peneliti membuat skala konformitas yang
menggunakan indikator dari teori Myers (2010) yang menyatakan bahwa
konfromitas terbagi dalam dua dimensi yaitu compliance dan acceptance.
2.4 Self-Esteem
2.4.1 Pengertian self-esteem
Self-esteem adala sikap, yaitu evaluasi individu dari konsep diri. Self-esteem
menurut Tafarodi dan Swann (1995) adalah mengukur sikap negatif dan positif
secara keseluruhan terhadap dirinya. Sedangkan menurut Locke et.al (dalam
Judge & Bono, 2001) seseorang dengan harga diri tinggi akan memandang
sesuatu yang menantang sebagai kesempatan yang layak yang bisa ia dapatkan
dan manfaatkan, sedangkan orang dengan harga diri rendah cenderung
mengganggapnya sebagai kesempatan yang tidak patut atau kesempatan untuk
gagal.
Dusek menyatakan (dalam Sari, 2012) self-esteem merupakan evaluasi
seseorang terhadap dirinya. Nugent dan Thomas menjelasakan (dalam Sari, 2012)
20
self-esteem terbagi atas enam komponen yaitu self-esteem keseluruhan,
kompetensi sosial, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan intelektual,
kemampuan diri dan rasa beharga di mata orang lain. Self-esteem menurut
Cambridge Dictionary adalah keyakinan dan kepercayaan diri terhadap
kemampuan dan nilai didalam diri.
Berdasarkan beberapa teori diatas, penulis dalam penelitian ini
menggunakan definisi self-esteem dari Tafarodi dan Swann (1995) yaitu
bagaimana individu mengukur sikap negatif dan positif secara keseluruhan
terhadap dirinya. Self-esteem terbagi menjadi dua indikator yaitu self-liking dan
self competence.
2.4.2 Dimensi-dimensi dalam self-esteem
Beberapa ilmuwan menyatakan tentang aspek-aspek self-esteem, salah satunya
yaitu menurut Tafarodi dan Swann (1995) membagi self-esteem menjadi dua
indikator yaitu self-liking dan self-competence penjelasannya adalah sebagai
berikut:
1. Self-liking/Self-competence
Self-liking menurut Rogers (dalam Tafaroni & Swann, 1995) adalah
penilaian afektif kita tentang diri kita, persetujuan atau ketidak setujuan, hal
ini sejalan dengan nilai-nilai sosial yang diinternalisasi, keinginan diri yang
tinggi ditandai dengan positif mempengaruhi, penerimaan diri, dan
kenyamanan dalam pengaturan sosial. Self-competence adalah rasa
keseluruhan dalam diri yang mampu, afektif dan terkendali. Jika seseorang
21
yang mememiliki self-competence cukup tinggi maka ia memiliki afektif dan
evaluatif karakteristik yang positif (Tafarodi & Swann, 1995)
1.4.3 Pengukuran self-esteem
Terdapat beberapa instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur self-esteem.
Intrument tersebut antara lain :
1. Self-Esteem Inventory dari Coopersmith pada tahun 1978, terdapat 58 item
mengukur self-esteem, terdapat 19 item tentang menyukai diri dan 39 item
tentang tidak menyukai diri
2. Self-Likingand Competence Scale Resived (SLCS-R) dari Tafarodi dan
Swann pada tahun 2000, terdapat 16 item didalamnya terdapat 8 item
mengukur self-liking dan 8 item mengukur self-competence.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan skala yang diperkenalkan oleh
Tafarodi dan Swann (2001) yaitu Self-Liking and Competence Scale Resived
(SLCR-R). Peneliti menggunakan skala ini karena indikator yang terdapat
didalamnya sesuai dengan teori Tafarodi dan Swann (1995).
2.4 Kerangka Berfikir
Perilaku bullying pada masa remaja awal sering terjadi ketika anak mulai bergaul
dengan lingkungan pergaulannya. Sekolah sering menjadi tempat tumbuh
suburnya perilaku bullying yang terjadi pada anak-anak. Gunilla (dalam Unicef
Indonesia, 2015) berpendapat bahwa konsekuensi dari tidak mengatasi kekerasan
terhadap anak di Indonesia sangat buruk, anak yang menjadi korban kekerasan
22
fisik, seksual dan emosional kerap dapat menderita secara jangka panjang,
termasuk kondisi fisik dan psikologis.
Rigby (2007) menjelaskan bahwa bullying adalah penindasan secara
psikologis dan fisik yang di ulang-ulang kepada orang yang lemah oleh orang atau
kelompok yang kuat. Terdapat dua aspek perilaku bullying berupa bullying fisik,
dan bullying non-fisik (verbal dan non-verbal) yang dilakukan secara langsung
dan tidak langsung. Dengan demikian, kedua aspek tersebut dapat dijadikan
indikator dalam mengukur tingkat perilaku bullying.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh iklim sekolah,
konformitas, self-esteem dan gender terhadap perilaku bullying. Yoneyama dan
Rigby (2006) menemukan bahwa keterlibatan siswa pelaku bullying memiliki
persepsi negatif tentang iklim sekolah menjadi penyebab siswa melakukan
tindakan bullying. Siswa yang menganggap guru sebagai orang yang peduli,
mereka cenderung akan memberi tahu guru jika ada teman yang mengalami
tindakan bullying. Iklim sekolah yang negatif dapat mengakibatkan siswa
melakukan tidakan kekerasan atau perilaku bullying.
Dalam aspek school safety yang merupakan kenyamanan secara aspek
fisik dan peraturan atau norma-norma dimana siswa yang taat akan aturan sekolah
serta merasakan kenyamanan secara fisik cenderung tidak melakukan perilaku
yang mengarah pada tindakan bullying. Aspek social relationship dimana proses
interaksi, komunikasi, dan hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa
lainya yang terjalin dengan baik dapat mengurangi potensi terjadinya masalah
kekerasan. Aspek yang terakhir yaitu school connectedness yaitu hubungan yang
terjalin antara siswa dengan ruang lingkup sekolahnya yang terbentuk dari awal
23
masuk sekolah bila terjalin dengan positif juga dapat membuat siswa mengurangi
perilaku yang menyimpang di ruang sekolah.
Selain iklim sekolah, terdapat faktor-faktor penting lain yang juga
berpengaruh yaitu konformitas. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Oktaviana (2014) dalam penelitiannya menemukan bahwa semakin tinggi
konformitas maka semakin tinggi juga kecenderungan siswa dalam berperilaku
bullying. Garandeu dan Cillessen (2006) mengemukakan peran kelompok dalam
bullying didasarkan pada konformitas kelompok dengan dipengaruhi oleh pelaku
bullying. Konformitas pada kelompok yang tinggi dipengaruhi oleh dua aspek
yaitu compliance dimana mengikuti perilaku kelompok tanpa didasarkan pada
keinginan diri dan acceptance yaitu melakukan sesuai dengan perilaku kelompok
sesuai dengan keinginan diri. Semakin tingginya konformitas siswa dilingkungan
sekolah yang terdapat tindakan bullying maka semakin tinggi juga perilaku
bullying yang timbul.
Self-esteem juga dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan
tindakan perilaku bullying. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Estevez et.al
(2009) pada siswa remaja, siswa pelaku bullying memiliki self-esteem yang lebih
tinggi dibandingkan siswa yang bukan merupakan pelaku bullying. Dengan
memiliki self-esteem lebih tinggi, siswa memiliki percaya diri lebih tinggi
daripada siswa lainnya sehingga berani melakukan tindakan kekerasan terhadap
siswa lain atau tindakan bullying.
Faktor yang selanjutnya diprediksi berpengaruh terhadap perilaku bullying
adalah faktor jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan. Penelitian yang
dilakukan oleh Finiswati dan Matulessy (2018) menemukan bahwa tingkat
bullying jenis kelamin laki-laki lebih tinggi dari pada tingkat bullying perempuan.
24
Laki-laki memiliki tingkat agresifitas lebih tinggi dibanding perempuan, sikap
ingin menguasai adalah salah satu sikap yang umum dimiliki laki-laki sedangkan
perempuan lebih memilikii sikap bergantung dan pasif. Jenis kelamin laki-laki
diprediksi lebih memiliki tindakan bullying lebih tinggi dari pada jenis kelamin
perempuan.
Berikut gambaran pengaruh iklim sekolah, konformitas dan self-esteem
terhadap perilaku bullying dapat dilihat pada gambar 2.1
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
2.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir diatas, peneliti mengajukan hipotesis sebagai
berikut :
Iklim Sekolah
School safety
Social relationship
School connectedness
Konformitas
Compliance
Acceptance
Self-Esteem
Perilaku
Bullying
Jenis Kelamin
25
2.5.1 Hipotesis mayor
H1 : Ada pengaruh yang signifikan variabel iklim sekolah (school safety,
social relationship, dan school connectedness), konformitas (compliance
dan acceptance), self-esteem, dan jenis kelamin terhadap perilaku bullying
pada remaja awal.
2.5.2 Hipotesis minor
H1 : Ada pengaruh yang signifikan school safety pada iklim sekolah terhadap
perilaku bullying pada masa remaja awal.
H2 : Ada pengaruh yang signifikan social relationship pada iklim sekolah
terhadap perilaku bullying pada masa remaja awal.
H3 : Ada pengaruh yang signifikan school connectedness pada iklim sekolah
terhadap perilaku bullying pada masa remaja awal.
H4 : Ada pengaruh yang signifikan compliance pada konformitas terhadap
perilaku bullying pada masa remaja awal.
H5 : Ada pengaruh yang signifikan acceptance pada konformitas terhadap
perilaku bullying pada masa remaja awal.
H6 : Ada pengaruh yang signifikan self-esteem terhadap perilaku bullying
pada masa remaja awal.
H7 : Ada pengaruh yang signifikan jenis kelamin terhadap perilaku bullying
pada masa remaja awal.
26
26
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama Paramarta
di daerah Jombang dengan jumlah populasi sebanyak 489 siswa tingkat satu dan
dua. Teknik pengambilan sampel yaitu menggunakan sampling jenuh yaitu semua
populasi diikut sertakan dalam penelitian namun sampel yang didapatkan pada
saat dilapangan berjumlah 306 responden, banyaknya siswa yang tidak hadir
karena tidak ada jam belajar setelah ujian akhir sekolah. Subjek adalah masa
remaja awal yang dalam penelitian ini sampel jenis kalamin laki-laki berjumlah
164 dan perempuan berjumlah 142 orang masuk dalam kategori kelas tujuh, dan
kelas delapan. Sampel secara keseluruhan pernah melakukan tindakan perilaku
bullying dari yang ringan hingga berat.
3.2 Variabel Penelitian
1. Perilaku bullying (Y) sebagai dependent variable.
2. Iklim sekolah sebagai independent variable, yaitu meliputi: school safety
(X1), social relationship (X2), school connectedness (X3).
3. Konformitas sebagai independent variable, yaitu meliputi: compliance (X4),
acceptance (X5).
4. Self-esteem (X6) sebagai independent variable.
5. Jenis Kelamin (X7) sebagai independent variable.
Setelah menentukan variabel yang menjadi variabel terikat dan variabel bebas,
peneliti selanjutnya menentukan definisi operasional dari variabel terikat dan
27
variabel bebas yang akan digunakan dalam penyusunan intrument pengumpulan
data.
Berikut adalah definisi operasional variabel:
1. Perilaku bullying merupakan suatu tindakan penindasan secara fisik maupun
psikologis. Bullying fisik secara langsung berkaitan dengan aktivitas fisik
seperti memukul, menendang, mendorong, dan merusak sedangkan tidak
langsung seperti menyuruh temen untuk menyerang seseorang. Bullying non-
fisik (verbal dan non verbal/psikis) yang dilakukan secara langsung meliputi
mengejek, menganggu, memanggil dengan julukan buruk, sedangkan tidak
langsung mengintimidasi dan mengancam.
2. Iklim sekolah merupakan seberapa tinggi tingkat penghargaan dan perlakuan
adil siswa oleh guru, teman, pengurus sekolah serta lingkungan sekolah
sebagaimana perasaan anak dari keikutsertaan dengan sekolah.
Adapun dimensi-dimensinya, yaitu :
a) School safety adalah kenyamanan dari sekolah yang ditempati meliputi
aspek fisik dan material, dan peraturan atau norma dari sekolah.
b) Sosial relationship adalah interaksi, komunikasi, dan hubungan antara
guru dengan siswa, siswa dengan siswa lainnya, dan cara siswa
memandang sikap guru dan temannya.
c) School connectedness adalah hubungan yang terjalin antara siswa dengan
ruang lingkup sekolahnya yang terbentuk dari awal masuk hingga menjadi
anggota atau bagian dari sekolah.
28
3. Konformitas merupakan tendensi untuk mengubah keyakinan atau perilaku
seseorang agar sesuai dengan perilaku orang lain .
Adapun dimensi-dimensinya, yaitu :
a) Compliance adalah suatu bentuk konformitas dimana individu bertingkah
laku sesuai dengan tekanan yang diberikan oleh kelompok sementara
secara pribadi ia tidak menyetujui perilaku tersebut seperti bertingkah laku
sesuai dengan tekanan yang diberikan oleh kelompok dan mengikuti
pendapat kelompok tapi tidak menyetujuinya. Biasanya seseorang
menlakukan compliance untuk menghindari dan mengharapkan reward
atau penerimaan.
b) Acceptance adalah suatu bentuk konformitas dimana seseorang secara
benar mempercayai apa yang di bujuk kelompok untuk dilakukan.
Konformitas ini melibatkan perbuatan dan keyakinan yang sesuai dengan
tekanan sosial seperti individu menyamakan sikap dengan orang lain dan
menyamakan keyakinan pribadi maupun perilakunya dengan orang lain.
Pada bentuk acceptance, konformitas terjadi karena kelompok
menyediakan informasi penting yang tidak dimiliki oleh individu
(informational infulence).
4. Self-Esteem merupakan suatu rangkaian sikap individu tentang apa yang
dipikirkan mengenai persepsi perasaan, yaitu tentang kebehargaan dirinya.
Adapun dimensi-dimensinya, yaitu :
a) Self-liking merupakan adalah penilaian afektif tentang diri kita,
persetujuan atau ketidak setujuan, hal ini sejalan dengan nilai-nilai sosial
29
yang diinternalisasi, keinginan diri yang tinggi ditandai dengan pengaruh
positif, penerimaan diri, dan kenyamanan dalam pengaturan sosial seperti
memberikan penilaian terhadap diri sendiri, menghargai diri sendiri,
menerima diri sendiri, dan merasa nyaman dengan dirinya. Self-
competence merupakan rasa keseluruhan dalam diri yang mampu, afektif
dan terkendali seperti perasaan akan keberhasilan dan dapat mengontro
diri. Jika seseorang yang mememiliki self-competence cukup tinggi maka
ia memiliki afektif dan evaluatif karakteristik yang positif.
5. Jenis kelamin laki-laki dan jenis kelamin perempuan.
3.3 Instrumen Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data penelitian, peneliti membuat sendiri kuesioner yang
dibuat dalam bentuk skala likert. Skala yang dimaksud adalah sejumlah
pernyataan tertulis yang responden memilih pernyataan yang ada sesuai dengan
dirinya. Pernyataan item berupa favorable dan pernyataan unfavorable. Cara
merespon jawaban dengan system rating kategori yaitu untuk skala perilaku
bullying yaitu “sangat sering”,”sering”,”tidak sering”,”tidak pernah” dan untuk
skala iklim sekolah, konformitas, dan self-esteem yaitu “sangat
setuju”,”setuju”,”tidak setuju”,”sangat tidak setuju”.
Tabel 3.1
Bobot skor tiap item
Perilaku bullying Kategori Fav Unfav
Sangat sering
Sering
Tidak sering
Tidak pernah
4
3
2
1
4
3
2
1
1
2
3
4
Iklim sekolah, konformitas & self-
esteem
Sangat setuju Setuju
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
4 3
2
1
4 3
2
1
1 2
3
4
30
3.3.1 Skala perilaku bullying
Untuk mengukur perilaku bullying peneliti menyusun sendiri skala yang akan
digunakan di dalam penelitian ini. Skala ini disusun berdasarkan indikator
perilaku bullying menurut Rigby (2007). Dimensi dan indikatornya dapat
dijelaskan pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Blue print skala perilaku bullying
Aspek Indikator Item
Favo
Jumlah
Non Fisik a. Memberikan julukan nama
jelek
b. Berbicara kasar
c. Mengintimidasi
d. Mengancam
2,3,8
9,10
1,14
4,5
9
Fisik a. Berbuat kasar b. Menendang/memukul
c. Mendorong
6,7,13 12,15
11
6
Jumlah 15
3.3.2 Skala iklim sekolah
Untuk mengukur iklim sekolah peneliti menyusun sendiri skala yang akan
digunakan di dalam penelitian ini. Skala ini disusun berdasarkan indikator iklim
sekolah menurut Gage dan Larson (2014). Dimensi dan indikatornya dapat
dijelaskan pada tabel 3.3.
Tabel 3.3 Blue print skala iklim sekolah
Aspek Indikator Item
Fav
Unfav
Jumlah
School Safety a. Keadaan baik atau buruknya bangunan sekolah, toilet, ruang
perpustakaan dan
b. Norma pergaulan siswa, ekspetasi
siswa terhadap sekolah,
kedisiplinan sekolah sekolah
1,2,3,7
4,26,
27
12,18
8
10
Social
Relationship
a. komunikasi guru dengan siswa
yang positif
b. komunikasi siswa dengan siswa
lainnya yang positif
c. Pandangan siswa terhadap sikap
guru dan siswa lainnya
5,9,22
20
6,23
10,24
13
9
School
Connectedness
a. moral guru yang positif
b. Kondisi karakteristik siswa
11,14
15,25
16,21
17,19
8
Jumlah 27
31
3.3.3. Skala komformitas
Untuk mengukur konformitas peneliti menyusun sendiri skala yang akan
digunakan di dalam penelitian ini. Skala ini disusun sesuai dengan indikator
konformitas menurut Myers (2010). Dimensi dan indikatornya dapat dijelaskan
pada tabel 3.4.
Tabel 3.4
Blue print skala konformitas
Aspek Indikator Item
Fav
Unfav
Jumlah
Compliance a. Berperilaku sesuai dengan tekanan
yang diberikan oleh kelompok
b. Mengikuti pendapat kelompok tapi
tidak menyetujuinya
1,9,10
2,18,19
5,15
16
9
Acceptance a. Individu menyamakan sikap dengan
orang lain b. Menyamakan keyakinan pribadi
maupun perilakunya dengan orang
lain
4,14,17
7,8,12,
13
3
6,11
10
Jumlah 19
3.3.3 Skala self-esteem
Untuk mengukur self-esteem alat ukur yang digunakan adalah skala yang
diperkenalkan oleh Tafarodi dan Swann (2001) yaitu self-liking dan competence
scale recides (SLC-R). Dimensi dan indikatornya dapat dijelaskan pada tabel 3.5.
Tabel 3.5
Blue print skala self-esteem
Aspek Indikator Item
Fav
Unfav
Jumlah
Self-esteem
a. memberikan penilaian terhadap diri
sendiri,
b. menghargai diri sendiri,
c. menerima diri sendiri,
d. dan merasa nyaman dengan dirinya
e. Perasaan akan keberhasilan dan f. dapat mengontrol diri
16
13
10
15
1,2,14 4,6
3,7
5
8
9,12 11
16
Jumlah 16
.
32
3.4 Uji Validitas Konstruk
Sebelum melakukan analisis data penelitian sesuai dengan model yang telah
dihipotesiskan, peneliti terlebih dahulu menguji validitas konstruk dari setiap
instrumen penelitian yang digunakan. Uji validitas dilakukan dengan maksud
untuk melihat apakah setiap item yang digunakan benar-benar mengukur suatu
konstruk yang hendak diukur. Dalam melakukan uji validitas, peneliti
menggunakan metode Confimatory Factor Analysis (CFA).
Confiamtory Factor Analysis merupakan suatu metode untuk menguji
suatu konstruk yang telah diteorikan. Dalam melakukan uji validitas
menggunakan CFA, peneliti memerlukan gambaran yang spesifik mengenai: a)
jumlah faktor; b) variable yang mencerminkan suatu faktor; dan c) apakah suatu
faktor saling berkorelasi dengan faktor lainnya. Confirmatory Factor Analysis
merupakan salah satu metode yang cukup kuat karena dalam penggunaannya telah
dilandaskan oleh suatu teori tertentu, sehingga dapat melihat seberapa tepat suatu
item mengukur konstruk tertentu secara lebih presisi.
Menurut Umar (2014), logika dalam melakukan Confirmatory Factor
Analysis adalah sebagai berikut:
1. Terdapat sebuah konstruk yang dapat didefinisikakn secara operasional,
sehingga dapat direpresentasikan oleh pertanyaan maupun pernyataan untuk
mengukur konstruk tersebut. Konstruk yang dapat didefinisikan ini disebut
faktor, sedangkan pengukuran terhadap faktor ini dilakukan dengan
melakukan analisis terhadap item-itemnya. Diteorikan bahwa setiap item
hanya mengukur satu faktor saja, artinya setiap item dari suatu konstruk
bersifat unidimensional (hanya mengukur konstruk yang hendak diukur, tidak
mengukur hal lain).
33
2. Confirmatory Factor Analysis dilakukan dengan mengestimasi matriks
korelasi antar item. Sebelum peneliti dapat mengetahui apakah suatu item
benar-benar mengukur suatu konstruk tertentu, peneliti perlu mengetahui
terlebih dahulu apakah matriks korelasi berdasarkan konstruk yang
telah diteorikan (Σ) sama dengan matriks yang diperoleh dari data lapangan
(S). Apabila tidak ada perbedaan antara matriks Σ dengan matriks S,
maka model yang diestimasi dinyatakan fit. Adapun dalam menentukan
model fit, dapat dilihat dari taraf signifikansi model dengan melihat besaran
p-value (>0,05). Apabila p-value > 0,05 artinya tidak ada perbedaan yang
signifikan antara model dari teori dengan data empiris yang diperoleh dari
lapangan.
3. Setelah model fit diperoleh, maka langkah selanjutnya ialah melihat apakah
setiap item memang benar-benar mengukur konstruk yang dimaksud atau
tidak. Terdapat dua kriteria utama dalam menentukan validitas item
menggunakan CFA: a) factor loading (muatan faktor) setiap item harus
bernilai positif; dan b) item memiliki nilai t-value sebesar > 1,96. Apabila
kedua kriteria tersebut terpenuhi, maka item dinyatakan valid dan dapat
digunakan untuk analisis penelitian.
Dalam melakukan Confirmatory Factor Analysis, peneliti menggunakan bantuan
software Lisrel v.8.70.
3.4.1 Uji validitas konstruk skala perilaku bullying
Uji validitas konstruk skala perilaku bullying dilakukan menggunakan software
Lisrel untuk menguji 15 item yang bersifat unidimensional, artinya hanya
mengukur perilaku bullying. Berdasarkan pengujian diperoleh chi-square sebesar
542,05; degree of freedom (df) sebanyak 90; p-value sebesar 0,0000; dan RMSEA
34
sebesar 0,128. Karena p-value>0,05 dan RMSEA<0,05 maka model dinyatakan
tidak fit. Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model dengan
memperbolehkan error antar item yang saling berkorelasi. Untuk dapat
memodifikasi model dengan melihat output Lisrel dan mencari nilai error antar
item yang paling besar. Setelah melakukan modifikasi model sebanyak 21 kali,
diperoleh nilai chi-square sebesar 87,37; degree of freedom (df) sebanyak 69; p-
value sebesar 0,06696; dan RMSEA sebesar 0,030. Nilai p-value>0,05 dan nilai
RMSEA<0,05 sudah sesuai dengan kriteria model fit, artinya model dengan satu
faktor (unidimensional) seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu perilaku
bullying. Selanjutnya, peneliti ingin melihat item mana yang memang mengukur
apa yang hendak diukur atau valid dan mana yang tidak valid dengan kriteria item
valid yaitu memiliki nilai t-value>1,96.
Adapun factor loading, standard error, dan t-value dari masing-masing item
tertera pada tabel berikut:
Tabel 3.6
Muatan faktor skala perilaku bullying
No Faktor Loading St. Error T-Value Keterangan
1 0,37 0,06 6,32 Valid
2 0,40 0,06 6,88 Valid
3 0,39 0,06 6,63 Valid
4 0,59 0,06 10,69 Valid
5 0,60 0,06 10,90 Valid
6 0,71 0,05 13,69 Valid
7 0,68 0,05 12,61 Valid
8 0,61 0,05 11,12 Valid
9 0,53 0,06 9,49 Valid
10 0,46 0,06 8,10 Valid
11 0,70 0,05 13,09 Valid
12 0,65 0,05 11,96 Valid
13 0,58 0,06 10,35 Valid
14 0,49 0,06 8,45 Valid
15 0,63 0,06 11,48 Valid
Keterangan: Valid = T-value>1,96, Tidak Valid = T-Value<1,96
35
Berdasarkan tabel 3.5 nilai muatan faktor item nomor 1 sampai 15,
semuanya memenuhi kriteria nilai t-value>1,96. Hal ini bearti semua item akan
dianalisis dalam perhitungan factor score dan true score.
3.4.2 Uji validitas kosntruk skala iklim sekolah
1. Dimensi School Safety
Skala iklim sekolah dimensi school safety memerlukan 11 kali modifikasi
hingga dapat memperoleh model fit. Model yang sudah fit memiliki nilai chi-
square sebesar 34,77; degree of freedom (df) sebanyak 24; p-value sebesar
0,07189; dan RMSEA sebesar 0,038. Dari total 10 item terdapat dua item
yang kriteria nilai t-value<1,96 yaitu item 4, dan item 10, maka item tersebut
harus di eliminasi. Adapun factor loading, standard error, dan t-value dari
masing-masing item tertera pada tabel berikut:
Tabel 3.7
Muatan faktor skala iklim sekolah dimensi school safety
No Faktor Loading St. Error T-Value Keterangan
1 0,86 0,05 18,14 Valid
2 0,90 0,05 19,66 Valid
3 0,77 0,05 15,62 Valid
4 -0,03 0,06 -0,48 Tidak Valid
5 0,66 0,05 12,52 Valid
6 0,39 0,06 6,69 Valid
7 0,57 0,06 10,33 Valid
8 0,54 0,06 9,60 Valid
9 0,63 0,05 11,86 Valid
10 0,02 0,06 0,37 Tidak Valid
Keterangan: Valid = T-value>1,96, Tidak Valid = T-Value<1,96
2. Dimensi Social Relationship
Pada dimensi social relationship, diperlukan modifikasi model sebanyak
tujuh kali untuk memperoleh model yang fit. Adapun model yang sudah fit
memiliki nilai chi-square sebesar 27,78; degree of freedom (df) sebanyak 20;
36
p-value sebesar 0,11476; dan RMSEA sebesar 0,036. Seluruh item
dinyatakan valid dengan factor loading, standard error, dan t-value dari
masing-masing item tertera pada table berikut:
Tabel 3.8
Muatan faktor skala iklim sekolah dimensi social relationship
No Faktor Loading St. Error T-Value Keterangan
1 0,55 0,06 8,97 Valid
2 0,44 0,06 7,31 Valid
3 0,6 0,05 12,90 Valid
4 0,71 0,06 12,72 Valid
5 0,38 0,06 6,53 Valid
6 0,46 0,06 8,15 Valid
7 0,65 0,06 11,50 Valid
8 0,66 0,06 11,30 Valid
9 0,62 0,06 11,30 Valid
Keterangan: Valid = T-value>1,96, Tidak Valid = T-Value<1,96
3. Dimensi School Connectedness
Untuk skala iklim sekolah dimensi school connectedness, diperlukan sepuluh
kali modifikasi agar dapat memperoleh model fit. Model yang telah fit
memiliki nilai chi-square sebesar 17,14; degree of freedom (df) sebanyak 10;
p-value sebesar 0,07134; dan RMSEA sebesar 0,048. Seluruh item
dinyatakan valid dengan factor loading, standard error, dan t-value dari
masing-masing item tertera pada table berikut:
Tabel 3.9
Muatan faktor skala iklim sekolah dimensi school connectedness
No Faktor Loading St. Error T-Value Keterangan
1 0,48 0,06 8,54 Valid
2 0,55 0,06 8,97 Valid
3 0,79 0,07 10,79 Valid
4 0,75 0,07 11,27 Valid
5 0,58 0,06 7,15 Valid
6 0,45 0,06 7,15 Valid
7 0,48 0,06 7,62 Valid
8 0,54 0,06 8,50 Valid
Keterangan: Valid = T-value>1,96, Eliminasi = T-Value<1,96
37
3.4.3 Uji validitas konstruk skala konformitas
1. Dimensi Compliance
Skala konformitas dimensi compliance memerlukan lima kali modifikasi
hingga dapat memperoleh model fit. Model yang sudah fit memiliki nilai chi-
square sebesar 33,62; degree of freedom (df) sebanyak 22; p-value sebesar
0,05372; dan RMSEA sebesar 0,042. Dari total sembilan item terdapat empat
item yang kriteria nilai t-value<1,96 yaitu item 3, item 6, 7 dan 9. Karena itu
maka item tersebut harus di eliminasi. Adapun factor loading, standard error,
dan t-value dari masing-masing item tertera pada tabel berikut:
Tabel 3.10
Muatan faktor skala konformitas dimensi compliance
No Faktor Loading St. Error T-Value Keterangan
1 0,79 0,13 6,20 Valid
2 0,25 0,07 3,34 Valid
3 -0,19 0,07 -2,57 Tidak Valid
4 0,23 0,07 3,07 Valid
5 0,26 0,08 3,45 Valid
6 0,07 0,07 0,96 Tidak Valid
7 -0,06 0,07 -0,91 Tidak Valid
8 0,35 0,08 4,40 Valid
9 0,13 0,07 1,74 Tidak Valid
Keterangan: Valid = T-value>1,96, Tidak Valid = T-Value<1,96
2. Dimensi Acceptance
Pada dimensi acceptance, diperlukan modifikasi model sebanyak delapan kali
untuk memperoleh model yang fit. Adapun model yang sudah fit memiliki
nilai chi-square sebesar 36,71; degree of freedom (df) sebanyak 27; p-value
sebesar 0,10053; dan RMSEA sebesar 0,034. Dari total sepuluh item terdapat
dua item yang kriteria nilai t-value<1,96 yaitu item 3, dan item 6, maka item
38
tersebut harus di eliminasi. Adapun factor loading, standard error, dan t-
value dari masing-masing item tertera pada tabel berikut:
Tabel 3.11
Muatan faktor skala konformitas dimensi acceptance
No Faktor Loading St. Error T-Value Keterangan
1 0,31 0,08 4,04 Valid
2 0,54 0,07 7,25 Valid
3 -0,06 0,07 -0,81 Tidak Valid
4 0,30 0,07 4,33 Valid
5 0,39 0,07 5,70 Valid
6 -0,23 0,07 -3,36 Tidak Valid
7 0,50 0,07 7,13 Valid
8 0,52 0,06 8,00 Valid
9 0,28 0,07 4,11 Valid
10 0,54 0,06 8,35 Valid
Keterangan: Valid = T-value>1,96, Tidak Valid = T-Value<1,96
3.4.4 Uji validitas konstruk self-esteem
1. Dimensi Self-Liking/Self-Competence
Skala self-esteem dimensi self-likng/selfcompetence memerlukan 34 kali
modifikasi hingga dapat memperoleh model fit. Model yang sudah fit
memiliki nilai chi-square sebesar 89,01; degree of freedom (df) sebanyak 70;
p-value sebesar 0,06233; dan RMSEA sebesar 0,030. Dari total 16 item
terdapat dua item yang kriteria nilai t-value<1,96 yaitu item 3, dan 11, maka
item tersebut harus di eliminasi. Adapun factor loading, standard error, dan
t-value dari masing-masing item tertera pada tabel berikut:
Berdasarkan tabel 3.12 nilai muatan faktor item nomor 1 sampai 16, terdapat
dua item yang tidak memenuhi kriteria nilai t-value>1,96. Hal ini bearti sisa
item akan dianalisis dalam perhitungan factor score dan true score.
39
Tabel 3.12
Muatan faktor skala self-esteem dimensi self-liking/self-competence
No Faktor Loading St. Error T-Value Keterangan
1 0,59 0,06 10,06 Valid
2 0,60 0,06 10,75 Valid
3 -0,19 0,06 -3,12 Tidak Valid
4 0,61 0,06 10,43 Valid
5 0,18 0,06 2,87 Valid
6 0,53 0,06 8,56 Valid
7 0,13 0,06 2,06 Valid
8 0,25 0,06 3,89 Valid
9 0,23 0,06 3,61 Valid
10 0,49 0,06 8,58 Valid
11 -0,04 0,06 -0,60 Tidak Valid
12 0,17 0,06 2,72 Valid
13 0,59 0,06 9,76 Valid
14 0,50 0,06 8,36 Valid
15 0,48 0,06 7,48 Valid
16 0,47 0,06 7,64 Valid
Keterangan: Valid = T-value>1,96, Tidak Valid = T-Value<1,96
3.5 Teknik analisis data
Dalam melakukan analisis data, peneliti menggunakan multiple regression
analysis yang berfungsi untuk mengetahui pengaruh independent variable
terhadap dependent variabel. Penggunaan metode multiple regression analysis
dilakukan karena peneliti hendak meneliti lebih dari satu IV yang mempengaruhi
DV. Selain itu, multiple regression analysis juga digunakan untuk mengungkap
seberapa besar pengaruh yang diberikan oleh IV terhadap DV. Dalam melakukan
analisis, peneliti menggunakan software SPSS v.21.0. Adapun rumus persamaan
regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y’ = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + e
Keterangan :
Y’ = prediksi DV (perilaku bullying)
40
a = konstanta
b = koefisien regresi
X1 = iklim sekolah dimensi school safety
X2 = iklim sekolah dimensi social relationship
X3 = iklim sekolah dimensi school connectedness
X4 = konformitas dimensi compliance
X5 = konformitas dimensi acceptance
X6 = self-esteem
X7 = jenis kelamin
e = residu
Pertama-tama, peneliti melakukan analisis regresi untuk melihat pengaruh
IV terhadap DV. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh yang diberikan IV
terhadap DV, peneliti melihat besaran proporsi varians (R2) yang diperoleh
melalui rumus:
𝑅² = 𝑆𝑆𝑟𝑒𝑔
𝑆𝑆𝑦
Kemudian peneliti melihat signifikansi dari hasil regresi yang telah dilakukan
dengan menggunakan uji F. Model dikatakan signifikan apabila memiliki taraf
signifikansi sebesar <0,05. Adapun proses uji F dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus:
F = 𝑅2
𝑘⁄
(1−𝑅2)(𝑁−𝑘−1)⁄
Keterangan :
F = taraf signifikansi
R2 = proporsi varians
k = degree of freedom
N = jumlah sampel
41
Selanjutnya, peneliti juga melakukan pengujian untuk mengetahui masingmasing
IV yang signifikan terhadap DV. Pengajuan ini dilakukan dengan cara uji T, yaitu
melihat taraf signifikansi koefisien masing-masing IV. Adapun proses uji T
dilakukan dengan menggunakan rumus:
t = 𝑏
𝑆𝑏
Keterangan :
t = taraf signifikansi koefisien b
b = koefisien regresi
sb = standard error dari b
42
42
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Subjek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini terdiri dari 306 responden dengan jenis kelamin laki-
laki berjumlah 164 orang dan perempuan sebanyak 142 orang. Subyek dalam
penelitian ini merupakan siswa-siswi kelas tujuh dan delapan Sekolah Menengah
Pertama Paramarta yang pernah melakukan bullying. Adapun kelas sembilan tidak
di ikutsertakan dalam penelitian ini karena sedang persiapan ujian nasional.
Informasi mengenai presentase dari karakteristik subjek penelitian dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1
Karakteristik subjek penelitian
No Karakteristik Subjek Jumlah Presentase (%)
1 Tingkat Pendidikan
Kelas Tujuh 137
Laki-laki 76 55,50%
Perempuan 61 44,50%
Kelas Delapan 169
Laki-laki 88 52,00%
Perempuan 81 48,00%
2 Pendapatan Orang Tua
0 - 0,9 Jt 6 1,96%
1 Jt - 1,9 Jt 104 33,98%
2 Jt - 2,9 Jt 83 27,12%
3 Jt - 3,9 Jt 84 27,45%
4 Jt - 4,9 Jt 15 4,90%
5 Jt - 6 Jt 14 4,57%
3 Pendidikan Orang Tua
SD/Sederatajat 62 20,26%
SMP/Sederajat 83 27,12%
SMA/Sederajat 154 50,32%
D3 4 1,30%
S1 3 0,98%
43
4.2 Hasil Analisis Deskriptif
Data skor variabel penelitian diperoleh melalui kuesioner yang disebar kepada
siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama Paramarta dengan izin dari pihak atau
pengurus sekolah, karena adanya kriteria dalam penelitian ini, peneliti hanya
mengambil dua tingkat kelas, yakni kelas satu dan dua sekolah menengah
pertama. Setelah mendapat data dari 306 responden, kemudian peneliti melakukan
uji statistika deskriptif. Adapun presentase keseluruhan skor item perilaku
bullying non-fisik dan fisik antara laki-laki dan perempuan :
Gambar 4.1 kolom perilaku bullying non-fisik
Gambar 4.2 kolom perilaku bullying fisik
0%
50%
100%
Laki-laki Perempuan
Tidak Penah Tidak Sering Sering Sangat Sering
0%20%40%60%80%
Laki-laki Perempuan
Tidak Penah Tidak Sering Sering Sangat Sering
44
Pada gambar 4.1 dan 4.2 diketahui presentase banyaknya nilai skor item
perilaku bullying non-fisik jenis kelamin perempuan dalam kategori pilihan tidak
pernah (TP) dalam perilaku mengancam lebih tinggi 83,1% daripada laki-laki
yaitu 67%, tidak sering (TS) dalam perilaku mengintimidasi 50% dan laki-laki
42,6%, sering (S) dalam perilaku berbicara kasar 42,9% dan laki-laki 34,7%,
sangat sering (SS) perilaku berbicara kasar 15,5% daripada laki-laki 10,9%.
Dalam presentase skor item perilaku bullying secara fisik, jenis kelamin
perempuan dalam kategori pilihan tidak pernah (TP) dalam perilaku
menendang/memukul lebih tinggi 74,6% daripada laki-laki yaitu 57,3%, sering
(S) dalam perilaku berbuat kasar 21,1% dan laki-laki 18,2%. Sedangkan jenis
kelamin laki-laki lebih tinggi dalam kategori tidak sering (TS) dalam perilaku
mendorong 36,5% daripada perempuan 31%, sangat sering (SS) perilaku berbuat
kasar 5,5% daripada perempuan 3,5%.
Pada tabel 4.1 dapat diketahui jumlah subyek penelitian sebanyak 306
responden dengan skor bullying terendah adalah 35,02 dan tertinggi 85,45. Skor
standar deviasi bulying sebesar 9,26017 dan untuk skor varians bullying sebesar
85,751.
Adapun nilai minimum, maksimum, standar deviasi dan varians setiap
variabel tercantum pada tabel 4.2.
Tabel.4.2
Deskripsi Statistik Variabel Penelitian
No. N Min Max Mean Std.Dev Var
1. Bullying 306 35,02 85,45 50 9,26017 85,751
2. School Safety 306 23,92 63,56 50 9,35836 87,579
3. Social Relationship 306 18,06 64,78 50 8,79182 77,296
4. School Connectedness 306 25,65 63,79 50 8,87523 78,77
5. Compliance 306 32,05 70,49 50 7,13805 50,952
6. Acceptance 306 18,78 72,68 50 7,80159 60,865
7. Self-Esteem 306 20,6 71,96 50 8,68236 75,383
45
Berikutnya peneliti membagi klasifikasi masing-masing variabel dengan
membaginya menjadi dua klasifikasi skor, yaitu skor rendah, dan tinggi. Sebelum
mengkategorisasi skor masing-masing variabel, terlebih dahulu ditetapkan norma
dari skor dengan menggunakan mean dan standar deviasi yang berlaku untuk
semua variabel seperti pada tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.3
Norma Skor Variabel
No. Kategori Rumus
1. Rendah X < Mean – 1 SD
2. Sedang Mean - 1SD ≤ X ≤ Mean + 1 SD
3. Tinggi X > Mean + 1 SD
Kategorisasi skor tiap variabel dapat diperoleh dan digolongkan ke dalam
kategori rendan dan tinggi. Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa kategorisasi skor
responden pada seluruh variabel rata-rata berada dalam kategori rendah tertinggi
hanya variabel school safety 17,2% atau 45 orang. Skor variable pada seluruh
variabel rata-rata berada dalam kategori sedang tertinggi hanya compliance 85,9%
atau 225 orang. Dan Skor variable pada seluruh variabel rata-rata berada dalam
kategori tinggi tertinggi hanya school safety 17,6% atau 46 orang.
Dengan menggunakan norma yang telah ditetapkan, ketegorisasi skor
masing-masing variabel diperoleh hasil seperti pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.4
Kategorisasi Skor Variabel
No. Dimensi Rendah Sedang Tinggi
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 Bullying 21 8% 208 79,40% 33 12,60%
2 School Safety 45 17,20% 171 65,30% 46 17,60%
3 Social Relationship 27 10,30% 197 75,20% 38 14,50%
4 School Connectedness 43 16,40% 184 70,20% 35 13,40%
5 Compliance 20 7,60% 225 85,90% 17 6,50%
6 Acceptance 17 6,50% 218 83,20% 27 10,30%
7 Self-Esteem 37 12,10% 234 76,50% 35 11,40%
46
4.3 Hasil Uji Hipotesis
4.3.1 Pengujian hipotesis mayor
Pada tahap uji hipotesis penelitian, peneliti menggunakan analisi regresi berganda
sebagaimana telah dijelaskan pada bab 3. Dalam melakukan analisis regresi,
peneliti menggunakan bantuan software SPSS versi 21. Terdapat tiga hal yang
dapat dilihat dalam melakukan analisis regresi. Pertama, dengan menggunakan
analisis regresi, peneliti dapat melihat seberapa besar (%) pengaruh yang
diberikan independent variable terhadap dependent variable dengan melihat nilai
R-square. Kedua, melihat apakah seluruh independent variable yang digunakan
berpengaruh signifikan terhadap dependent variable melalui uji F. Ketiga, melihat
signifikansi dari setiap koefisien independent variable yang digunakan melalui uji
t.
Langkah pertama yang peneliti lakukan ialah melihat seberapa besar independent
variable berpengaruh terhadap dependent variable dengan melihat besaran R-
Square.
Adapun besarnya R-Square dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.5
Proporsi Varians Seluruh Veriabel
Model R R Square Adjudted R Square Std. Erros of the Estimete
1. 3,13 ,098 ,077 8,89808
Berdasarkan tabel diatas, analalisis regresi menghasilkan nilai R-Square
sebesar 0,098 atau 9,8%. Dengan demikian besarnya pengaruh independent
variable (iklim sekolah dimensi school safety, social relationship, school
connectedness; konformitas dimensi compliace, acceptance; self-esteem; dan
jenis kelamin) dependent variable (perilaku bullying) ialah sebesar 9,8%
sedangkan sisanya 90,2% dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian.
Setelah mengetahui besarnya pengaruh seluruh independent variable
terhadap dependent variable, langkah selanjutnya ialah menghitung signifikansi
47
model penelitian dengan seluruh independent variable melalui uji F. Adapun hasil
uji F dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.6
Signifikansi seluruh Variabel
Model
Sum f Squares DF Mean Square F Sig.
1. Regression 2559,583 7 365,655 4,618 ,000
Residual 23594,394 298 79,176
Total 26153,976 305
Berdasarkan tabel di atas, taraf signifakansi (p) pada penelitian ini ialah
sebesar 0,000. Adapun syarat model dikatakan signifikan adalah apabila p < 0,05.
Dengan demikian hipotesis null ditolak, sehingga terdapat pengaruh yang
signifikan iklim sekolah dimensi school safety, social relationship, school
connectedness; konformitas dimensi compliace, acceptance; self-esteem; dan
jenis kelamin terhadap perilaku bullying.
4.3.2 Pengujian hipotesis minor
Uji hipotesis minor yaitu dengan melihat nilai koefisien variabel menggunakan uji
t. Sama halnya dengan uji F, koefisien variabel dikatakan signifikan apabila nilai
p < 0,05. Adapun hasil perhitungan koefisien masing-masing variabel terhadap
perilaku menyontek dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.7
Koefisien Regresi Setiap Variabel
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std.Error Beta
(Constant) 68,190 4,818 14,152 ,000
1. School Safety -,072 ,075 -,073 -,966 ,335
2. Social Relationship -,101 ,079 -,096 -1,276 ,203
3. School Connectedness -,125 ,090 -,120 -1,391 ,165
4. Compliance -,113 0,77 -,087 -1,470 ,143
5. Acceptance -,070 0,76 -,059 -,927 ,355
6. Self-Esteem ,085 0,68 ,080 1,252 ,211
7. Jenis Kelamin 3,014 1,037 ,163 2,907 ,004*
48
Berdasarkan tabel di atas, terdapat satu koefisien independent variable yang
memiliki nilai P < 0,05 yaitu variabel jenis kelamin. Maka dari itu, jenis kelamin
berpengaruh signifikan terhadap perilaku bullying. Berdasarkan tabel koefisien
regresi di atas, maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Perilaku bullying = 63,583 -0,072*School Safety -0,101*Social Relationship -
0,125*School Connectedness -0,113*Compliance -
0,070*Acceptance +0,085*Self-Esteem +3,014*Jenis
Kelamin
Setelah memperoleh persamaan regresi, penjelasan mengenai masing-masing
koefisien adalah sebagai berikut:
1. Variabel iklim sekolah dimensi school safety memiliki nilai koefisien sebesar
-0,072 dan nilai P sebasar 0,335. Dengan demikian, hipotesis nihil yang
menyatakan “tidak ada pengaruh iklim sekolah dimensi school safety
terhadap perilaku bullying” diterima, sehingga tidak ada pengaruh signifikan
iklim sekolah dimensi school safety terhadap perilaku bullying
2. Variabel iklim sekolah dimensi social relationship memiliki nilai koefisien
sebesar -0,101 dan nilai P sebesar 0,203. Dengan demikian, hipotesis nihil
yang menyatakan “tidak ada pengaruh iklim sekolah dimensi social
relationship terhadap perilaku bullying” diterima, sehingga tidak terdapat
pengaruh yang signifikan iklim sekolah dimensi social relationship terhadap
perilaku bullying.
3. Variabel iklim sekolah dimensi school connectedness memiliki nilai koefisien
sebesar -0,125 dan nilai P sebasar 0,165. Dengan demikian, hipotesis nihil
yang menyatakan “tidak ada pengaruh iklim sekolah dimensi school
connectedness terhadap perilaku bullying” diterima, dengan demikian dapat
49
disimpulkan tidak ada pengaruh signifikan iklim sekolah dimensi school
connectedness terhadap perilaku bullying.
4. Variabel konformitas dimensi compliance memiliki nilai koefisien yaitu
sebesar -0,113 dan nilai P sebasar 0,143. Dengan demikian, hipotesis nihil
yang menyatakan “tidak ada pengaruh konformitas dimensi compliance”
diterima, sehingga tidak ada pengaruh signifikan konformitas dimensi
compliance terhadap perilaku bullying.
5. Variabel konformitas dimensi acceptance memiliki nilai koefisien yaitu
sebesar -0,070 dan nilai P sebasar 0,355. Dengan demikian, hipotesis nihil
yang menyatakan “tidak ada pengaruh konformitas dimensi acceptance”
diterima, sehingga tidak ada pengaruh signifikan konformitas dimensi
acceptance terhadap perilaku bullying.
6. Variabel self-esteem memiliki nilai koefisien yaitu sebesar 0,085 dan nilai P
sebasar 0,211. Dengan demikian, hipotesis nihil yang menyatakan “tidak ada
pengaruh self-esteem terhadap perilaku bullying” diterima, sehingga tidak ada
pengaruh signifikan self-esteem terhadap perilaku bullying.
7. Variabe jenis kelamin memiliki nilai koefisien yaitu sebesar 3,014 dan nilai P
sebasar 0,004. Dengan demikian, hipotesis nihil yang menyatakan “tidak ada
pengaruh jenis kelamin terhadap perilaku bullying” ditolak, sehingga ada
pengaruh signifikan jenis kelamin terhadap perilaku bullying.
4.3.2.1 Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas data dilakukan dengan test of homogenety of variances
untuk jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Dari hasil uji homogenitas
ditemukan laki-laki lebih tinggi yaitu 51,1933 sedangkan nilai mean perempuan
48,6218 dengan Signifikansi (2-tailed) <0,05 yaitu sebesar 0,015, maka dapat
50
disimpulkan jenis kelamin laki-laki lebih cenderung tinggi melakukan perilaku
bullying dibanding dengan jenis kelamin perempuan.
Tabel 4.8
Uji Homogenitas (T-test)
No. Jenis Kelamin N Mean Std.Deviation Sig. (2-tailed)
1. Perempuan 142 48,6218 8,95854 0,015
2. Laki-laki 164 51,1933 9,37779 0,015
4.3.3 Pengujian proporsi varians
Selanjutnya, peneliti mencoba untuk mengetahui proporsi varians untuk masing-
masing IV. Untuk mengetahui proporsi varians dari masing-masing IV, peneliti
melakukan perhitungan nilai R-Square Change dengan cara melakukan analisis
regresi satu per satu menggunakan metode stepwise. Dengan melakukan cari ini,
peneliti dapat mengetahui besarnya R-Square Change setiap kali menambahkan
IV ke dalam analisis regresi, Besar R-Square Change untuk masing-masing IV
pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.9
Proporsi Varians Setiap Variabel
Model R R
Square
Adjusted
R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1. ,184 ,034 ,031 9,11702 ,034 10,653 1 304 ,001*
2. ,233 ,054 ,048 9,03397 ,021 6,615 1 303 ,011*
3. ,246 ,061 ,051 9,02000 ,006 1,939 1 302 ,165
4. ,259 ,067 ,055 9,00361 ,007 2,100 1 301 ,148
5. ,261 ,068 ,052 9,01398 ,001 ,308 1 300 ,579
6. 269 ,072 0,54 9,00829 ,004 1,379 1 299 ,241
7. ,313 ,098 ,077 8,89808 ,026 8,453 1 298 ,004*
Berdasarkan tabel di atas, penjelasan untuk masing-masing R-Square Change
adalah sebagai berikut:
51
1. Variabel iklim sekolah dimensi school safety sebesar 3,4% dalam proporsi
varians perilaku bullying. Sumbangan tersebut signifikan dengan taraf sig F
Change = 0,001 (p<0,05).
2. Variabel iklim sekolah dimensi social relationship sebesar 2,1% dalam
proporsi varians perilaku bullying. Sumbangan tersebut signifikan dengan
taraf sig F Change = 0,011 (p<0,05).
3. Variabel iklim sekolah dimensi school connectedness sebesar 0,6% dalam
proporsi varians perilaku bullying. Perubahan proporsi varians ini tidak
signifikan dengan taraf sig F Change = 0,165 (p>0,05).
4. Variabel konformitas dimensi compliance sebesar 0,7% dalam proporsi
varians perilaku bullying. Perubahan proporsi varians ini tidak signifikan
dengan taraf sig F Change = 0,148 (p>0,05).
5. Variabel konformitas dimensi acceptance sebesar 0,1% dalam proporsi
varians perilaku bullying. Perubahan proporsi varians ini tidak signifikan
dengan taraf sig F Change = 0,579 (p>0,05).
6. Variabel self-esteem sebesar 0,4% dalam proporsi varians perilaku bullying.
Perubahan proporsi varians ini tidak signifikan dengan taraf F Change =
0,241 (p>0,05).
7. Variabel jenis kelamin sebesar 2,6% dalam proporsi varians perilaku
bullying. Sumbangan tersebut signifikan dengan taraf sig F Change = 0,004
(p<0,05).
52 52
BAB V
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, seluruh independent variable
(iklim sekolah dimensi; school safety, social relationship, school connectedness,
konformitas dimensi; compliance, acceptance, self-esteem, dan jenis kelamin)
berpengaruh signifikan terhadap perilaku bullying remaja awal. Sumbangan
pengaruh dari seluruh variabel terhadap perilaku bullying yaitu sebesar 9,8%.
Oleh karena itu dapat disimpulakan masih banyak faktor lain yang berpengaruh
besar terhadap perilaku bullying.
Apabila dilihat dari signifikansi nilai koefisien masing-masing
independent variable, terdapat satu variabel yang perpengaruh signifikan terhadap
perilaku bullying, yaitu jenis kelamin. Selain itu, terdapat enam variable yang
tidak signifikan yaitu iklim sekolah dimensi; school safety, social relationship,
dan school connectedness, konformitas dimensi; compliance, acceptance dan
self-esteem.
Dari hasil pengujian proporsi varians ditemukan variabel yang paling
banyak memberikan sumbangan pengaruh signifikan adalah school safety dengan
3,4%, social relationship 2,1%, dan jenis kelamin sebesar 2,6% . Variabel jenis
kelamin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku bullying. Jenis
kelamin laki-laki dari hasil uji t-test memiliki rata-rata lebih tinggi dari pada
perempuan dengan taraf yang signifikan. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa
jenis laki-laki lebih cenderung berperilaku bullying dari pada jenis kelamin
perempuan.
53
5.2 Diskusi
Berdasarkan uraian penulis diatas, adanya pengaruh signifikan jenis kelamin
terhadap perilaku bullying. Penelitian ini senada dengan penelitian yang dilakukan
Finiswati dan Matulessy (2018) yaitu tingkat bullying laki-laki lebih tinggi dari
pada tingkat bullying perempuan. Laki-laki lebih memiliki tingkat bullying lebih
tinggi dari pada perempuan pada remaja awal dikarenakan laki-laki lebih
cenderung melakukan bullying terhadap anak lain. Hal ini terjadi karena antara
laki-laki dan perempuan memiliki karakteristik yang unik. Perbedaan jenis
kelamin perempuan cenderung memiliki sikap pasif, patuh, emosional,
tergantung, cenderung menggunakan intuisi dan dilindungi. Sebaliknya laki-laki
memilih sikap bertanggung jawab, mandiri, agresif, memiliki figur pemimpin dan
kuat.
Pada umumnya laki-laki menurut Jamil (dalam Finiswati & Matulessy,
2018) cenderung akan menunjukan dorongan yang kuat untuk berorientasi pada
perilaku bullying, sedangkan perempuan cenderung memiliki perasaan terancam
saat mendapat saingan dalam bidang sosialisasi.
Faktor iklim sekolah tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
perilaku bullying. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Yoneyama dan Rigby (2006) menemukan bahwa keterlibatan siswa pelaku
bullying memiliki persepsi negatif tentang iklim sekolah menjadi penyebab siswa
melakukan tindakan bullying. Namun dari hasil pengujian proporsi varians
ditemukan iklim sekolah memberikan pengaruh signifikan yaitu school safety
54
dengan 3,4%, dan social relationship 2,1%. Dari hasil di atas menunjukan bahwa
iklim sekolah yang negatif berhubungan dengan tingginya tingkat kekerasan
disekolah terutama perilaku bullying. Sebaliknya iklim sekolah yang positif
berhubungan dengan rendahnya tingkat kekerasan di sekolah (Kassabri (dalam
Magrifah & Rachmawati 2010). Kondisi iklim sekolah yang negatif serta tidak
kondusif dalam menjaga kestabilan suasana lingkungan sekolah membuat siswa
merasa tidak terawasi. Siswa yang merasa dirinya tidak diperhatikan dengan baik
di lingkungan sekolah berpotensi akan melakukan aktifitas yang kekerasan atau
bullying kepada siswa lain.
Variabel yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah konformitas.
Berdasarkan hasil penelitian menemukan bahwa seluruh dimensi konformitas
tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku bullying. Hasil penelitian ini
berbeda dengan penelitian Cho dan Chung (2012) yang menyatakan bahwa
perilaku bullying dipengaruhi oleh konformitas. Tidak signifikannya variabel
konformitas terhadap perilaku bullying di sekolah menengah pertama karena
adanya faktor lain yang lebih kuat seperti faktor tekanan dari kelompok.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Usman (2013) bahwa tekanan-
tekanan yang dilakukan oleh teman sebaya tidak berpengaruh besar dalam
membuat remaja melakukan perilaku bullying. Dengan demikian maka
Konformitas antar teman sebaya tidak terjadi. Karena faktor paling penting ketika
melakukan konformitas adalah tekanan-tekanan yang ada di dalam kelompok.
Tidak adanya pengaruh konformitas siswa terhadap perilaku bullying
terjadi karena siswa memposisikan dirinya sebagai orang bebas dan individu
55
menolak untuk meniru orang lain dalam melakukan hal negatif. Karena alasan ini
sehingga tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel konformitas terhadap
perilaku bullying. Menurut Susan (dalam Rahmawan, 2012) faktor lingkungan
keluarga, orang tua, saudara dan pengasuhan dapat memberikan contoh pada anak
bagaimana mengontrol emosi, berhadapan dengan konflik, mengatasi masalah dan
mengembangkan keterampilan hidup lainnya. Begitu pula yang terjadi di daerah
ini keluarga merupakan suatu wadah yang sangat berpengaruh dalam mengatur
tingkah laku anak. Orang tua dalam hal ini juga memperlakukan anak
sebagaimana mestinya seperti orang tua percaya bahwa anak-anak kalau tidak di
pukul, maka anak pun tidak akan melakukan hal yang sama kepada temannya.
Status sosial dan ekonomi pada data demografi terutama pada orang tua
memiliki peran penting dalam perkembangan perilaku anak . Hermalinda et.al
(2017) menemukan bahwa remaja yang status sosial dan ekonomi orang tua yang
rendah memiliki resiko cenderung berperilaku bullying tinggi. Karena itu penting
kedepannya dalam dunia pendidikan diperlukan intervensi seperti modifikasi
perilaku terhadap remaja status sosial dan ekonomi rendah yang berperilaku
bullying.
Varabel lain yang tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
peilaku bullying yaitu self-eseem. Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Brito dan Oliveira (2013) menemukan ada hubungan yang
signifikan self-esteem terhadap perilaku bullying. Tidak adanya pengaruh self-
esteem terhadap bullying karena siswa-siswi memiliki arah self-esteem yang
56
positif sehingga semakin positif self-esteem maka semakin rendah juga bullying
yang ditimbulkan.
Tidak terlepas dari keterbatasan penelitian yang dilakukan oleh peneliti,
masih banyak keterbatasan dari penelitian yang dilakukan. Terbukti dari kecilnya
angka pengaruh dari variable yang penulis uji, sehingga penulis menyimpulkan
masih banyak variable lain atau faktor lain yang memiliki pengaruh besar selain
iklim sekolah, konformitas, self-esteem dan enis klamin. Selain itu alat ukur yang
digunakan sebagian besar belum teruji dalam konteks subyek penelitian lainnya,
diharapkan kedepannya alat ukur yang penulis kembangkan dapat digunakan
dalam sampel yang lebih bervariasi.
5.3 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan beberapa saran
yang terbagi menjadi saran teoritis serta saran praktis.
5.3.1 Saran teoritis
Untuk pengembangan pada penelitian selanjutnya, peneliti memberikan saran-
saran sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya agar dilakukan proses pengujian alat ukur yang lebih
komprehensif agar sesuai dengan apa yang hendak di ukur
2. Untuk penelitian selanjutnya, apabila hendak menggunakan variabel
konformitas, sebaiknya menggunakan teori yang menekankan tekanan-
tekanan kelompok terhadap individu dari pada tekanan teman sebaya.
57
3. Untuk penelitian selanjutnya menggunakan variabel self-esteem, sebaiknya
memperhatikan juga dari sektor eksternal dalam membangun self-esteem itu
sendiri seperti faktor keluarga agar hasil yang didapatkan akan lebih
memuaskan.
5.3.2 Saran praktis
1. Para pendidik dan orang tua diharapkan mampu mengarahkan anak dan
siswanya sesuai jenis kalamin, agar dapat meminimalisir terjadinya perilaku
yang negatif.
2. Bagi pihak sekolah terutama wali kelas dari setiap kelas mampu
memperhatikan setiap karakteristik siswa-siswinya. Agar dapat memberikan
intervensi yang sesuai dengan kondisi siswa.
3. Kebutuhan akan keamanan perlu ditingkatkan oleh pihak sekolah. Pihak
sekolah harus mampu memenuhi lingkungan belajar yang nyaman dengan cara
membangun fasilitas sekolah yang tepat sesuai dengan kebutuhan belajar
siswa-siswinya. Misalnya memasang CCTV atau melakukan pengawasan rutin
pada jam-jam tertentu seperti diwaktu istirahat dan waktu pulang sekolah.
58
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, C. S. (1982). The Search For School Climate: A Review of the
Research. Review of Educational Research, 51, (3), 368-420.
Asy’ari, H., & Dahlia, L. (2015). Tindakan School Bullying pada Siswa Kelas IX
SMP Al Fajar Ciputat Tangerang Selatan. Jurnal Idaroh. 1, (1), 1-14.
Azizah. (2013). Kebahagiaan dan permasalahan di usia remaja. Jurnal Bimbingan
Konseling Islam, 4, (2), 295-315.
Brito, C. C., & Olivera, M. T. (2013) Bullying and self-esteem in adolescents
from public schools. J Pediatr, 89, (6), 601-607.
Byers, D. L., Caltabiano, N. J., & Caltabiano, M. L. (2011). Teacher’s attitudes
towards overt and covert bullying and perceived efficacy to intervene.
Journal of Teascher Education, 36, (11), 105-119.
Chan, H. C., & Wong, D. S. W. (2015). Traditional school bullying and
cyberbullying in Chinese societies: Prevalence and a review of the whole-
chool intervention approach. Departement of Applied Social Sciences.
Cho, Y., & Chung, O. B. (2012). A Mediated Moderation Model of Conformative
Peer Bullying. Journal Child Fam Studi, 21, 520-529.
Cialdini, R. B., & Goldstein, N. J. (2004). Sosial Influence: Compliance and
Conformity. Journal Departement of Psychology, 55, 591-621.
Cook, C. R., Williams, K. R., Guerra, N. G., Kim, T. E., & Sadek, S. (2010)
Predictors of Bullying and Victimazation in Childhood and Adolescence: A
Meta-analytic Investigation. School Psychology Quartely, 25, (2), 65-83.
Eliot, M., Cornell, D., Gregory, A., & Fan, X. (2010). Supportive school climate
and student willingness to seek help for bullying and threats of violence.
Journal of School Psychology, 48, 533-553.
Estevez, E., Murgui, S., & Musitu, G. (2009) Psychological adjustmet in bullies
and victims of school violence. European Journal of Psychology of
Education, 24, 473-483.
Febriyani, Y. A., Indrawati, E. S. (2016) Konformitas teman sebaya dan perilaku
bullying pada siswa kelas XI IPS. Jurnal Empati, 5, (1), 138-143.
Finiswati, E., Matulessy., A. (2018) Kecenderungan melakukan bullying ditinjau
dari jenis kelamin dan urutan kelahiran pada santri di pondok pesantren.
Fenomena : Jurnal Psikologi, 1, (1), 13-23.
59
Gage, L. A., & Larson, A. (2014). School climate and bullying victimization: a
latent class growth model analysis. School Psychology Quartetly, 29, (3),
256-271.
Garandeu, C. F., & Cillesen, A. H. N. (2006). From indirect aggression to invible
aggresion: A conceptual view on bullying and peer group manipulation.
Aggression and Violent Behavior, 11, 612-625.
Halimah, A., Khumas, A., & Zainuddin, K. (2015) Persepsi pada Bystander
terhadap Intesitas Bullying pada siswa SMP. Jurnal Psikologi, 42, (2), 129-
140.
Hamburger, M. E., Basile, K. C., & Vivolo, A. M. (2011). Measuring Bullying
Victimization, Perpetration, And Bystander Experiences: A Compendium of
Assessment Tols. Atlanta, Georgia : National Center for Injury Prevention
and Control.
Hermalinda., Deswita., & Oktarina, E. (2017). Hubungan karakteristik remaja
dengan perilaku bullying pada siswa SMP di Kota Padang. The Soedirman
Journal of Nursing, 12, (1), 1-11.
Judge, A. T., & Bono, J. E. (2001). Relationship of Core Self-Evaluations Traits
Self-Esteem, Generalized Self-Efficacy, Locus of Control, and Emotional
Stability With Job Satisfaction and Job Performance: A Meta-Analysis.
Journal of Applied Psychology, 86, (1), 80-92.
Loukas, A. (2007). What Is School Climate? Leadership Compas, 5, (1), 15-30.
Loukas, A., Suzuki, R., & Horton, K. D. (2006) Examining School Connectedness
ass a Mediator of School Climate Effects. Journal Of Research On
Adolescence, 16, (3), 491-502.
Myers, D. G. (2010). Social psychology (10th ed.). New York: McGraw-Hill
Mehrabian, A., & Stefl, C. A. (1995). Basic Temprament Components Of
Loneliness, Shyness, and Conformity. Social Behavior and Personality,
23,(3), 253-264.
O’Brennan, L., & Bradshaw. (2013). Importance Of School Climate. John
Hopkins Center for the Prevention of Youth Violence: National Education
Association.
Oktaviana, L. (2014). Hubungan konformitas dengan kecenderungan perilaku
bullying. Faklutas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Ontario Ministry of Education (OME). (2012). Policy/Program Memorandum 144
: Bullying Prevention and Intervention.
60
Rahmawan, I, A. (2012). Hubungan antara pola asuh permisif dengan intensi
bullying pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta.
Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.
Rigby, K. (2007). Bullying in schools: and what to about it. Victoris: ACER press.
Santor, D. A., Masservey, D., & Kusumakar, V. (2000). Measuring Peer Pressure,
Popularity, and Conformity in Adolescent Boys and Girls: Predicting
School Performance, Sexual Attitudes, and Substance Abuse. Journal of
Youth and Adolescence, 29, (2). 163-182.
Sari, D. N. P. (2012). Hubungan Antara Body Image dan Self-Esteem Pada
Dewasa Awal Tuna Daksa. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya,
1, (1), 1-9.
Sartika, A. A., Indrawati, E. S., & Sawitri, D. R. (2009). Hubungan antara
Konformitas Terhadap Teman Sebaya dengan Intensi Merokok pada
Remaja Perempuan di SMA Kesatrian 1 Semarang. Psycho Idea, 1, 14-25.
Siswati, & Widayanti, C. G. (2009). Fenomena Bullying Di Sekolah dasar Negeri
Di Semerang : Sebuah Studi Deskriptif.Jurnal Psikologi Universitas
Diponegoro, 5, (2), 1-13.
Swearer, S. M., Espelage, D. L., Vaillancourt, T., & Hymel, S. (2010). What Can
Be Done About School Bullying? Lingking Research to Educational
Practice. Educational Researcher, 39, (1,) 38-47.
Tafarodi, R. W., & Swann, W. B. (2001). Two-dimensional self-esteem: theory
and measurement. Pergamon. Personality and Individual Difference 31,
(21), 653-673.
Tafarodi, R. W., & Swann, W. B. (1995). Self-Liking and Self-Copetence as
Demensions of Global Self-Esteem: Initial Validation of a Measure. Journal
Of Personality Assessment, 65, (2), 322-342.
Trevi & Respati, W. S. (2012). Sikap siswa kelas X SMK Y Tangerang terhadap
bullying. Jurnal Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul, vol
10, (1), 14-26.
Umar, J. (2015). Statitiska 3. Bahan ajar fakultas psikologi universitas islam
negeri syarif hidayatullah jakarta. Tidak diterbitkan
Usman, I. (2013). Kepribadian, komunikasi, kelompok teman sebaya, iklim
sekolah dan perilaku bullying. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Gorontalo.10, (1), 50-60.
Yoneyama, S., & Rigby, K. (2006). Bully/victim students & classroom climate.
Youth Studies Australia, 25, (3), 34-41.
61
Website
CNN Indonesia. (2017). Kasus bully Thamrin City berawal dari saling ejek.
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20170721205057-255-
229542/kasus-bully-thamrin-city-berawal-dari-saling-ejek (diakses tanggal
2 oktober 2018, Pukul 09:30).
Infosumbar. (2015). Kasus Bullying Oleh Siswa SMP Terjadi di Kota Padang.
https://www.infosumbar.net/berita/berita-sumbar/kasus-bullying-oleh-
siswa-smp-terjadi-di-kota-padang/ (diakses tanggal 8 Januari 2018, Pukul
22:04).
Qodar, N. (2015). Survei ICRW: 84% Anak Indonesia Alami Kekerasan di
sekolah.http://news.liputan6.com/read/2191106/survei-icrw-84-anak-
indonesia-alami-kekerasan-di-sekolah (diakses tanggal 27 November 2017,
Pukul 22:22).
Unicef Indonesia, (2015). Kekerasan Terhadap Anak: Kini Saatnya
Bertindak.https://www.unicef.org/indonesia/id/media_24996.html (diakses
tanggal 16 November 2017, Pukul 21:35).
62
LAMPIRAN
63
Lampiran 1
Surat Permohonan Penelitian Skripsi
64
Lampiran 2
Kuesioner Penelitian
Kuesioner Penelitian
PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Dengan hormat,
Saya Hasan Basri Ramadan mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta sedang melaksanakan penelitian skripsi mengenai “Perilaku
Siswa”. Berkaitan dengan hal itu, saya meminta kesediaan saudara/i untuk
menjadi responden dalam penelitian ini dengan cara mengisi beberapa pernyataan
dalam kuesioner ini. Saudara/i diminta untuk memberikan jawaban yang sejujur-
jujurnya yang sesuai dengan kondisi saudara/i atau pernyataan yang
mencerminkan diri anda.
Perlu diketahui dalam hal ini tidak ada penilaian baik dan buruk, dan
juga tidak ada jawaban benar atau salah. Anda hanya diminta untuk
menjawab sejujur-jujurnya sebagaimana yang anda rasakan. Adapun data
yang saudara berikan akan dijaga KERAHASIAANNYA. Atas perhatian dan
bantuan dari saudara/i, saya ucapkan terima kasih.
Billahitaufik Wal Hidayah
WassalamualaikumWr. Wb.
Peneliti
Hasan Basri Ramadan
65
DATA RESPONDEN
BERI TANDA (X) PADA SALAH SATU PILIHAN DIBAWAH INI
1. NAMA : 2. TEMPAT/TGL. LAHIR :
3. JENIS KELAMIN : 1. □ LAKI-LAKI 2. □ PEREMPUAN
4. KELAS : 5. PENDIDIKAN TERAKHIR ORANG TUA/WALI (AYAH JIKA LENGKAP) :
1. □ TIDAK SEKOLAH 5. □ S1
2. □ SEKOLAH DASAR (SD/MI) 6. □ S2
3. □ SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP/SLTP/MTS) 7. □ S3
4. □ SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA/SMK/MA)
6. PENGHASILAN RATA-RATA ORANG TUA/WALI PER BULAN (AYAH JIKA LENGKAP) :
1. □ Rp. 0 – Rp. 500,000 2. □ Rp. 500,000 – Rp. 1,000,000
3. □ Rp. 1,000,001 – Rp. 1,500,000 4. □ Rp. 1,500,001 – Rp. 2,000,000
5. □ Rp. 2,000,001 – Rp. 2,500,000 6. □ Rp. 2,500,001 – Rp. 3,000,000
7. □ Rp. 3,000,001 – Rp. 3,500,000 8. □ Rp. 3,500,001 – Rp. 4,000,000
9. □ Rp. 4,000,001 – Rp. 4,500,000 10.□ Rp. 4,500,001 – Rp. 10 Jt
TTD
(..................)
66
PETUNJUK PENGISIAN
“Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan tentang seberapa sering anda
melakukan hal-hal dibawah ini terhadap siswa lain”. Berilah tanda checklist
(√) pada setiap pernyataan menggunakan empat alternatif jawaban yang tersedia,
yaitu :
SS : Sangat Sering
S : Sering
TS : Tidak Sering
TP : Tidak Pernah
No Pernyataan SS S TS TP
1 Memandang dengan sinis kepada seorang siswa yang tidak saya sukai
2 Mengganti nama seorang siswa dengan nama yang jelek
3 Senang memanggil seorang siswa dengan nama yang dia tidak sukai
4 Mengancam akan menyakiti seorang siswa yang lemah ketika dia sedang istirahat
5 Mengatakan kepada seorang siswa akan mengejeknya di depan orang lain
6 Mencoret-coret lengan seorang siswa yang saya tidak sukai
7 Menarik-narik baju seoarang siswa hingga kusut
8 Memanggil seorang siswa dengan sebutan yang jelek
9 Berbicara dan berteriak kepada seorang siswa yang tidak saya sukai
10 Memanggil seorang siswa dengan nada yang tinggi
11 Mendorong seorang siswa ketika istirahat
12 Menendang seorang siswa ketika waktu istirahat
13 Merobek buku tulis seorang siswa yang tidak saya sukai
14 Mengolok-ngolok seorang siswa dan mempermalukannya didepan orang banyak
15 Mengajak berkelahi seorang siswa yang saya tidak sukai
67
PETUNJUK PENGISIAN
Bacalah setiap pernyataan di bawah ini kemudian beri tanda checklist (√) yang
menyatakan tingkat kesetujuan terhadap pernyataan tersebut, yaitu :
Apabila Anda Sangat Setuju dengan pernyataan tersebut berilah tanda
checklist (√) pada SS
Apabila Anda Setuju dengan pernyataan tersebut berilah tanda checklist
(√) pada S
Apabila Anda Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut berilah tanda
checklist (√) pada TS
Apabila Anda Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut berilah
tanda checklist (√) pada STS
No Pernyataan STS TS S SS
1 Sekolah saya bersih dan terawat
2 Ruangan kelas tertata dan rapi
3 Toilet sekolah terlihat bersih
4 Guru akan menghukum siswa jika telat masuk sekolah
5 Ketika ada yang sakit, siswa akan segera memberitahu guru
6 Siswa sekolah menyapa siswa lainya ketika berpapasan disekolah
7 Perpustakaan sekolah adalah tempat yang nyaman dan bersih
8 Siswa-siswa sekolah memiliki pergaulan yang tidak baik
9 Siswa memberi salam kepada setiap guru yang ditemuinya
10 Guru terlihat ramah terhadap semua siswa
11 Guru-guru menjunjung tinggi nilai-nilai moral yang baik
12 Sekolah terlihat kumuh dan tidak terawat
13 Guru bersikap acuh kepada siswa ketika bertemu di jalan
14 Guru memberikan contoh perilaku yang baik kepada semua siswa
15 Siswa-siswi sekolah adalah orang-orang yang disiplin
16 Guru kerap kali bertengkar dengan guru lain
17 Siswa-siswa sekolah membuat kelas menjadi berantakan
18 Ruangan kelas tidak terurus dan berantakan
19 Suasana kelas ribut ketika tidak ada guru
68
20 Ketika ada siswa yang tidak masuk, guru selalu menanyakan kenapa tidak masuk
21 Guru berkata tidak sopan kepada guru lainnya
22 Guru memberikan senyum kepada setiap siswa yang ditemuinya di sekolah
23 Siswa sekolah mengobrol dengan siswa lainnya dengan akrab
24 Siswa di sekolah bersikap ramah kepada siswa lainnya
25 Siswa-siswa sekolah mencintai kerapihan dan kebersihan
26 Siswa-siswa sekolah adalah anak-anak baik
27 Guru sekolah menghukum siswa yang melanggar aturan
No Pernyataan STS TS S SS
1 Saya akan melakukan apapun supaya dapat diterima oleh teman-teman
2 Saya akan mengalah jika teman-teman saya memilih sesuatu yang lain yang tidak saya pilih
3 Saya tidak mengikuti apa yang teman-teman sarankan
4 Ketika teman saya berbuat baik kepada orang lain maka saya akan melakukan hal yang serupa
5 Saya cenderung menuruti apa yang saya inginkan dibandingkan teman-teman
6 Keputusan yang saya ambil berbeda dengan teman-teman
7 Saya merasa tidak dapat memutuskan sesuatu hal tanpa teman-teman
8 Ketika ada keyakinan yang berbeda maka saya menyamakan dengan teman-teman
9 Saya memilih hobi yang sama dengan teman-teman
10 Saya menuruti semua nasehat teman-teman
11 Apa yang saya percaya selalu berbeda dengan teman-teman
12 Saya percaya dengan apa yang teman-teman percaya
13 Keputusan yang saya ambil selalu sama dengan keputusan teman-teman
14 Saya menyamakan pemikiran dengan teman-teman
15 Saya lebih memilih keperluan saya sendiri
69
daripada keperluan teman-teman
16 Saya tidak takut kehilangan teman-teman karena tidak sependapat dengan mereka
17 Saya mengikuti dengan setulus hati apa yang teman saya sarankan kepada saya
18 Saya takut dibenci apabila tidak melakukan apa yang diinginkan teman-temanku
19 Saya mengikuti kemana saja teman saya pergi meskipun saya sedang sibuk
No Pernyataan STS TS S SS
1 Saya hampir selalu bisa mencapai apa yang saya coba
2 Saya sangat baik dalam banyak hal
3 Saya cenderung evaluasi diri saya sendiri
4 Saya sangat berbakat
5 Saya terkadang menghadapi tantangan yang buruk
6 Saya sangat bergerak aktif atas hal-hal yang saya lakukan
7 Terkadang tidak menyenangkan bagi saya untuk berpikir tentang diri saya sendiri
8 Saya tidak memiliki rasa hormat yang cukup untuk diri saya sendiri
9 Saya memiliki sikap negatif terhadap diri saya sendiri
10 Saya tidak pernah meragukan nilai pribadi saya
11 Kadang-kadang, saya merasa sulit untuk mencapai hal-hal yang penting bagi saya
12 Saya terkadang gagal memenuhi tujuan saya
13 Saya aman dalam rasa harga diri saya saat ini
14 Saya berharap saya lebih terampil dalam kegiatan saya
15 Saya merasa hebat tentang siapa saya
16 Saya sangat nyaman dengan diri saya sendiri
-Terima Kasih-
70
Lampiran 3
Syntax Lisrel dan Path Diagram
1. Perilaku Bullying
UJI VALIDITAS KONSTRUK BULLIYING
DA NI=15 NO=306 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10
ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15
PM SY FI=BULLIYING.COR
MO NX=15 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
BULLIYING
FR TD 3 2 TD 14 5 TD 10 9 TD 8 2 TD 8 3 TD 14 4 TD 15 14 TD 13 12 TD 6 1
TD 5 4 TD 12 11 TD 14 12 TD 14 10 TD 2 1 TD 15 7 TD 4 2 TD 13 5 TD 13 3
TD 11 5 TD 9 1 TD 8 1
PD
OU SS TV MI
71
2. School Safety
UJI VALIDITAS SCHOOL SAFETY
DA NI=10 NO=306 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10
PM SY FI=SS.COR
MO NX=10 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
SCHOOLSA
FR TD 8 7 TD 10 4 TD 7 6 TD 8 6 TD 9 5 TD 10 9 TD 6 4 TD 9 3 TD 6 1 TD 7 3
TD 8 1
PD
OU SS TV MI
72
3. Social Relationship
UJI VALIDITAS KONSTRUK SOCIAL RELATIONSHIP
DA NI=9 NO=306 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9
PM SY FI=SR.COR
MO NX=9 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
SOCIALRE
FR TD 9 8 TD 8 4 TD 4 2 TD 4 1 TD 6 5 TD 7 1 TD 8 7
PD
OU SS TV MI
73
4. School Connectedness
UJI VALIDITAS KONSTRUK SCHOOL CONNECTEDNESS
DA NI=8 NO=306 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITWM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8
PM SY FI=SC.COR
MO NX=8 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
SCHOOLCO
FR TD 3 2 TD 7 2 TD 2 1 TD 8 4 TD 6 5 TD 4 3 TD 8 6 TD 8 5 TD 7 3 TD 6 4
PD
OU SS TV MI
74
5. Compliance
UJI VALIDITAS KONSTRUK COMPLIANCE
DA NI=9 NO=306 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9
PM SY FI=COMPLIANCE.COR
MO NX=9 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
COMPLIAN
FR TD 9 8 TD 6 3 TD 9 4 TD 5 4 TD 7 6
PD
OU SS TV MI
75
6. Acceptance
UJI VALIDITAS KONSTRUK ACCEPTANCE
DA NI=10 NO=306 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10
PM SY FI=ACCEPTANCE.COR
MO NX=10 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
ACCEPTAN
FR TD 9 8 TD 6 1 TD 6 3 TD 5 1 TD 2 1 TD 4 3 TD 7 2 TD 4 1
PD
OU SS TV MI
76
7. Self-Esteem
UJI VALIDITAS KONSTRUK SELF ESTEEM
DA NI=16 NO=306 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10
ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16
PM SY FI=SELF_ESTEEM.COR
MO NX=16 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
SELFESTE
FR TD 12 11 TD 9 8 TD 6 5 TD 4 2 TD 13 7 TD 16 10 TD 12 9 TD 15 9 TD 15 8
TD 10 3 TD 13 1 TD 8 1 TD 10 8 TD 14 5 TD 16 5 TD 12 3 TD 16 9 TD 9 2 TD
11 3 TD 13 12 TD 6 4 TD 11 2 TD 9 7 TD 15 7 TD 15 14 TD 16 13 TD 14 4 TD
16 8 TD 12 1 TD 12 7 TD 8 7 TD 15 6 TD 15 1 TD 13 6
PD
OU SS TV MI
77
Lampiran 4
Tabel Regresi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,313a ,098 ,077 8,89808
a. Predictors: (Constant), JENIS_KELAMIN, SELF_ESTEEM,
COMPLIANCE, SOCIAL_RELATIONSHIP, ACCEPTANCE,
SCHOOL_SAFETY, SOCIAL_CONNECTEDNESS
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 2559,583 7 365,655 4,618 ,000b
Residual 23594,394 298 79,176
Total 26153,976 305
a. Dependent Variable: BULLIYING
b. Predictors: (Constant), JENIS_KELAMIN, SELF_ESTEEM, COMPLIANCE,
SOCIAL_RELATIONSHIP, ACCEPTANCE, SCHOOL_SAFETY, SOCIAL_CONNECTEDNESS
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 68,190 4,818 14,152 ,000
SCHOOL_SAFETY -,072 ,075 -,073 -,966 ,335
SOCIAL_RELATIONS
HIP -,101 ,079 -,096 -1,276 ,203
SOCIAL_CONNECTE
DNESS -,125 ,090 -,120 -1,391 ,165
COMPLIANCE -,113 ,077 -,087 -1,470 ,143
ACCEPTANCE -,070 ,076 -,059 -,927 ,355
SELF_ESTEEM ,085 ,068 ,080 1,252 ,211
JENIS_KELAMIN 3,014 1,037 ,163 2,907 ,004
a. Dependent Variable: BULLIYING
78