pengaruh fisiografis das tehadap respon debit

50
TUGAS HIDROLOGI TEKNIK LANJUT PENGARUH FISIOGRAFIS DAERAH ALIRAN SUNGAI TERHADAP RESPON DEBIT Disusun Oleh: ASEP SULAEMAN GALIH HABSORO SUNDORO PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK PENGAIRAN MINAT MANAJEMEN SUMBER DAYA AIR

Upload: galih-habsoro-sundoro

Post on 21-Dec-2015

44 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh fisiografis DAS tehadap respon debit

TUGAS

HIDROLOGI TEKNIK LANJUT

PENGARUH FISIOGRAFIS DAERAH ALIRAN SUNGAI TERHADAP RESPON DEBIT

Disusun Oleh:

ASEP SULAEMANGALIH HABSORO SUNDORO

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK PENGAIRANMINAT MANAJEMEN SUMBER DAYA AIR

UNIVERSITAS BRAWIJAYAPROGRAM PASCASARJANA

MALANG2015

Page 2: Pengaruh fisiografis DAS tehadap respon debit

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini berisi tentang kajian mengenai pengaruh fisiografis daerah aliran sungai.

Terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Terima kasih juga kami haturkan kepada Bapak Dr. Eng. Donny Harisuseno, ST, MT selaku dosen pengampu mata kuliah Hidrologi Teknik Lanjut yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang.

Malang, Maret 2015

Penulis

i

Page 3: Pengaruh fisiografis DAS tehadap respon debit

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR................................................................................................iii

DAFTAR TABEL....................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1

1.1. Latar Belakang.....................................................................................1

1.2. Identifikasi Masalah.............................................................................2

1.3. Lingkup Pembahasan..........................................................................3

1.4. Tujuan..................................................................................................3

BAB II LANDASAN TEORI.....................................................................................4

2.1. Siklus Hidrologi....................................................................................4

2.2. Daerah Aliran Sungai...........................................................................6

2.3. Aliran Permukaan................................................................................9

2.3.1. Faktor Meteorologi...............................................................11

2.3.2. Faktor Karakteristik DAS.....................................................12

2.4. Hidrograf............................................................................................14

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN...............................................................19

3.1. Pengaruh Bentuk DAS Terhadap Respon Debit...............................19

3.2. Pengaruh Luas DAS terhadap Respon Debit....................................22

3.3. Pengaruh Topografi DAS Terhadap Respon Debit...........................24

3.4. Pengaruh Tataguna Lahan Terhadap Respon Debit.........................26

BAB IV KESIMPULAN..........................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................30

ii

Page 4: Pengaruh fisiografis DAS tehadap respon debit

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Siklus Hidrologi..................................................................................4

Gambar 2. Bentuk DAS Memanjang (Bulu Burung) dan Hidrograf yang Dihasilkan.........................................................................................8

Gambar 3. Bentuk DAS Radial (Kipas) dan Hidrograf yang Dihasilkan..............8

Gambar 4. Bentuk DAS Paralel dan Hidrograf yang Dihasilkan.........................9

Gambar 5. Proses Terjadinya Limpasan...........................................................16

Gambar 6. Proses Konvulsi Pada Hidrograf Satuan.........................................18

Gambar 7. Bebagai Bentuk DAS Dalam Penelitian Wirosoedarmo, 2010................................................................................................20

Gambar 8. Grafik Hubungan Luas DAS dengan Debit Puncak.........................23

Gambar 9. Grafik Hubungan Kemiringan Lereng dengan Debit Puncak..........25

Gambar 10. Skema Perubahan Aliran Permukaan Akibat Peningkatan Pembangunan.................................................................................27

iii

Page 5: Pengaruh fisiografis DAS tehadap respon debit

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Intersepsi Pada Berbagai Tipe Vegetasi................................................10

Tabel 2. Koefesien Limpasan Untuk Metode Rasional........................................13

Tabel 3. Karakteristik DAS...................................................................................21

Tabel 4. Hasil Hidrograf Banjir Pada Berbagai DAS dan Variasi Nilai CN...........21

Tabel 5. Hubungan Antara Luas DAS dengan Debit Puncak Banjir....................23

Tabel 6. Klasifikasi Kelas Kelerengan di DAS......................................................24

Tabel 7. Karakteristik DAS Dalam Penelitian Safarina, 2012..............................25

iv

Page 6: Pengaruh fisiografis DAS tehadap respon debit

1

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2013 dijelaskan bahwa

Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah

daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak

sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang

berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat

merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan

yang masih terpengaruh aktivitas daratan.

DAS dalam hubungannya dengan sistem hidrologi mempunyai pengaruh

yang besar terhadap semua proses hidrologi yang terjadi di dalamnya. Asdak

(1995) menyatakan bahwa unsur utama DAS yang memiliki keterkaitan terhadap

sistem hidrologi adalah jenis tanah, tataguna lahan, topografi, kemiringan, dan

panjang lereng. Karakteristik biofisik DAS tersebut dalam merespon curah hujan

yang jatuh di dalam wilayah DAS tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap

besar-kecilnya evapotranspirasi, infiltrasi, perkolasi, air tanah, aliran permukaan,

kandungan air tanah, dan aliran sungai.

DAS merupakan satu kesatuan tata air yang saling terkait, dan apabila

terjadi perubahan pada salah satu komponennya maka akan mengakibatkan

terganggunya keseluruhan kinerja sistem dalam DAS tersebut. Paimin dkk (2006)

dalam Handayani dan Indrajaya (2011) menyebutkan bahwa DAS dapat

dipandang sebagai suatu sistem, dimana komponen input berupa curah hujan,

prosesor adalah DAS itu sendiri yang di dalamnya terdiri dari komponen biotik

Page 7: Pengaruh fisiografis DAS tehadap respon debit

2

dan abiotik, dan output berupa produksi, limpasan, erosi, dan sebagainya. Input

dan prosesor tersebut sangat bervariasi pada setiap tempat dan waktu (temporal

dan spasial), sehingga akan menghasilkan perilaku output yang juga berbeda-

beda.

Respon DAS terhadap curah hujan dapat bersifat positif/ memberikan

manfaat maupun negatif/ merugikan bagi kehidupan manusia. Baik-buruknya

respon suatu DAS terhadap masukan curah hujan tergantung kepada

karakteristik fisiografis DAS yang bersangkutan. Permasalahan yang sering

timbul akibat respon negatif DAS terhadap masukan curah hujan adalah banjir

dan kekeringan. Kejadian banjir dan kekeringan selain diakibatkan oleh faktor

iklim, perubahan yang terjadi di DAS juga menjadi faktor yang sangat

berpengaruh. Oleh karena itu dalam suatu pengelolaan DAS, kajian terhadap

faktor-faktor yang mempengaruhi sistem hidrologi di dalam DAS, terutama faktor

fisiografis DAS, penting untuk dilakukan agar terwujud kelestarian dan

keserasian ekosistem serta meningkatnya kemanfaatan sumberdaya alam bagi

manusia secara berkelanjutan di dalam DAS.

1.2. Identifikasi Masalah

Setiap DAS memiliki karakteristik fisik yang berbeda-beda antara satu

dengan lainnya. Begitu juga dengan respon yang diberikan terhadap masukan

parameter hidrologi. Faktor fisiografis DAS yang mempengaruhi hidrograf banjir

menurut Hadisusanto (2011) adalah karakteristik DAS (bentuk, ukuran,

kemiringan lereng, kondisi lembah, elevasi dan kerapatan aliran), karakteristik

infiltrasi (tata guna lahan dan vegetasi penutup; jenis tanah dan kondisi geologi;

dan keberadaan danau, rawa dan simapanan air lainnya) dan karaktersitik

sungai (penampang melintang, dan kekasaran).

Page 8: Pengaruh fisiografis DAS tehadap respon debit

3

Dalam pengelolaan suatu DAS perlu dilakukan kajian secara mendalam

mengenai karakteristik DAS dan respon hidrologi yang dihasilkan. Hal ini

dimaksudkan agar benar-benar diketahui faktor-faktor yang paling dominan

dalam siklus hidrologi yang terjadi di dalam DAS. Dengan teridentifikasinya

faktor-faktor tersebut maka pelaksanaan pengelolaan DAS dapat dilakukan

secara terarah dan berkelanjutan. Selain itu, informasi tersebut juga akan

mempermudah dalam pengambilan keputusan mengenai penanganan masalah,

hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan, serta kebijakan-kebijakan lain yang

menyangkut DAS.

1.3. Lingkup Pembahasan

Dalam kajian ini untuk mempelajari karakteristik fisiografis DAS terhadap

respon debit digunakan data hasil penelitian-penelitian terdahulu yang terkait.

Lingkup pembahasan dalam kajian ini hanya dititik beratkan pada pengaruh

faktor fisik DAS yang meliputi:

a. Bentuk DAS.

b. Luas DAS.

c. Topografi

d. Tata guna lahan

1.4. Tujuan

Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengidentifikasi parameter fisiografis

DAS dan pengaruhnya terhadap respon hidrologi yang terjadi di suatu DAS.

Page 9: Pengaruh fisiografis DAS tehadap respon debit

4

BAB IILANDASAN TEORI

2.1. Siklus Hidrologi

Air yang ada di bumi ini pada prinsipnya memiliki jumlah yang sama, tidak

bertambah maupun berkurang, hanya berubah bentuk dan berpindah tempat

mengikuti suatu aliran yang dinamakan “siklus hidrologi”. Siklus hidrologi menurut

Triatmodjo (2008) adalah proses kontinyu dimana air bergerak dari bumi ke

atmosfer dan kemudian kembali ke bumi lagi. Secara sederhana siklus hidrologi

ditunjukkan pada Gambar 1.

Sumber: Chow, 1988 dalam Triatmodjo, 2008

Gambar 1. Siklus Hidrologi.

Asdak (1995) menjelaskan bahwa siklus hidrologi dimana perjalanan air

dari permukaan laut menuju atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan

kembali lagi ke laut merupakan proses berjalan terus-menerus dan tidak pernah

Page 10: Pengaruh fisiografis DAS tehadap respon debit

5

berhenti. Proses-proses yang terjadi dalam siklus hidrologi meliputi hal-hal

sebagai berikut:

a. Energi panas matahari dan faktor-faktor iklim lainnya menyebabkan air

dipermukaan vegetasi dan tanah, laut, dan badan-badan air lainnya

menguap ke udara (evaporasi).

b. Uap air tersebut akan terbawa oleh angin dan bergerak naik ke atmosfer,

yang kemudian mengalami kondensasi dan berubah menjadi titik-titik air

yang berbentuk awan.

c. Apabila keadaan atmosfer memungkinkan, sebagian titik-titik air tersebut

akan jatuh sebagai hujan (presipitasi) ke permukaan laut dan daratan.

d. Sebagian hujan yang jatuh akan tertahan oleh tajuk vegetasi kemudian

menguap kembali (intersepsi) dan selebihnya sampai ke permukaan tanah.

e. Sebagian air hujan yang mencapai tanah akan meresap kedalam tanah

(infiltrasi) dan sebagian lainnya mengalir di atas permukaan tanah (limpasan

permukaan/ surfce runoff).

f. Air limpasan permukaan akan tertampung sementara dalam cekungan-

cekungan permukaan tanah (surface detention) dan kemudian mengalir

masuk ke sungai yang akhirnya mengalir ke laut.

g. Air yang meresap kedalam tanah akan tertahan di dalam tanah oleh gaya

kapiler yang selanjutnya kan membentuk kelembaban tanah.

h. Air yang tertahan di lapisan tanah bagian atas (top soil) akan diuapkan

kembali ke atmosfer melalui permukaan tanah (evaporasi) dan melalui

permukaan tajuk vegetasi (transpirasi). Gabungan kedua proses ini disebut

dengan evapotranspirasi.

i. Apabila kelembaban air tanah sudah cukup jenuh maka sebagian air hujan

yang baru masuk kedalam tanah akan bergerak secara lateral/ horizontal

Page 11: Pengaruh fisiografis DAS tehadap respon debit

6

(interflow) mengisi air tanah yang selanjutnya pada tempat tertentu akan

keluar sebagai mata air (surface flow) dan mengalir ke sungai.

j. Sebagian air hujan yang masuk ke dalam tanah akan bergerak vertikal ke

tanah yang lebih dalam (perkolasi) dan menjadi bagian air tanah (ground

water) yang selanjutnya pada waktu tertentu air tersebut akan mengalir

pelan-pelan ke sungai, danau, atau tempat-tempat penampungan air

alamiah lainnya (base flow).

k. Air yang masuk ke sungai akhirnya akan mengalir kembali ke laut dan siklus

hidrologi akan berulang kembali.

2.2. Daerah Aliran Sungai

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang di batasi punggung-

punggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan

ditampung oleh punggung gunung tersebut dan akan dialirkan melalui sungai-

sungai kecil ke sungai utama (Asdak, 1995).

Pada dasarnya kejadian debit di sungai merupakan bentuk respon DAS

terhadap kejadian hujan. Terdapat hubungan antara debit sungai dan curah

hujan yang jatuh di DAS yang bersangkutan. Jumlah dan variasi debit sungai

tergantung pada bagaimana respon karakteristik DAS yang bersangkutan

terhadap jumlah, intensitas, dan distribusi hujan.

Asdak (1995) menjelaskan bahwa baik atau buruknya respon DAS

terhadap curah hujan banyak ditentukan oleh karakteristik DAS yang

bersangkutan. Karakteristik DAS dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

karakteristik fisik dan karakteristik biofisik. Karakteristik fisik meliputi keadaan

topografi, ukuran dan bentuk DAS, kemiringan lereng lahan dan sungai, jenis

batuan, dan kerapatan sungi. Karakteristik fisik bersifat statis dan relatif tidak

Page 12: Pengaruh fisiografis DAS tehadap respon debit

7

berubah. Keseluruhan karakter fisik tersebut secara tersendiri atau secara

bersamaan akan mempengaruhi besarnya peningkatan aliran permukaan (strom

flow) sebagai respon DAS terhadap curah hujan. Berbeda dari faktor fisik yang

cenderung statis, karakteristik biofisik (vegetasi dan tanah) berinteraksi secara

dinamis. Bila salah satu atau kedua komponen biofisik tersebut berubah, maka

akan berubah pula debit aliran sebagai respon DAS terhadap curah hujan.

Bentuk suatu daerah aliran sungai sangat berpengaruh terhadap

kecepatan terpusatnya air. Menurut Soemarto (1995) ada 4 (empat) bentuk DAS

yang diketahui, yaitu:

a. Memanjang (Bulu Burung)

Dalam benuk DAS ini biasanya induk sungai memanjang dengan anak-anak

sungai langsung masuk kedalam induk sungai. Anak-anak sungai mengalir

ke sungai utama dengan jarak tertentu yang dapat disebut sebagai daerah

aliran bulu burung. Bentuk ini menyebabkan debit banjirnya relatif kecil

karena perjalanan banjir dari anak sungai berbeda-beda waktunya tetapi

banjirnya berlangsung agak lama (Gambar 2).

b. Radial

Dalam bentuk ini arah alur sungai seolah-olah memusat pada suatu titik

sehingga menggambarkan adanya bentuk radial. Kadang-kadang gambaran

tersebut berbentuk kipas atau lingkaran. Akibatnya waktu yang diperlukan

aliran yang datang dari segala penjuru arah alur sungai memerlukan waktu

yang hampir bersamaan. Apabila terjadi hujan yang sifatnya merata di

seluruh DAS maka akan terjadi banjir besar (Gambar 3).

c. Paralel

DAS ini dibentuk oleh 2 jalur Sub DAS yang bersatu di bagian hilirnya. Banjir

biasanya terjadi di daerah hilir setelah titik pertemuan antara kedua alur

sungai sub DAS tersebut (Gambar 4).

Page 13: Pengaruh fisiografis DAS tehadap respon debit

8

d. Kompleks

Dalam keadaan yang sebenarnya, bentuk daerah aliran sungai tidak

sederhana seperti pada uraian diatas, tetapi aliran sungai tersebut

merupakan perpaduan dari berbagai bentuk DAS. Bentuk DAS tersebut

dinamakan bentuk DAS kompleks. Dalam keadaan hujan yang sama dengan

daerah aliran sungai radial, hidrografnya lebih tajam serta periode kejadian

banjirnya lebih pendek dibandingkan dengan bentuk DAS bulu burung.

Sumber: Sutapa, 2006

Gambar 2. Bentuk DAS Memanjang (Bulu Burung) dan Hidrograf yang Dihasilkan

Sumber: Sutapa, 2006

Gambar 3. Bentuk DAS Radial (Kipas) dan Hidrograf yang Dihasilkan

Page 14: Pengaruh fisiografis DAS tehadap respon debit

9

Sumber: Sutapa, 2006

Gambar 4. Bentuk DAS Paralel dan Hidrograf yang Dihasilkan.

2.3. Aliran Permukaan

Selama peristiwa hujan, sebagian air hujan ditahan oleh tanaman

sebelum mencapai permukaan bumi (interception). Air ini sebagian pada

akhirnya akan jatuh ke bumi dan sebagian akan menguap. Pada kawasan hutan

yang rimbun, sebagian besar hujan ditangkap oleh dedaunan dan ranting. Jika

kapsitas dedaunan sudah penuh, air akan turun melalui cabang batang pohon

dan menetes ke bawah (Brown and Barker, 1970; Regerson and Byrnes, 1968;

Helvey, 1967 dalam Suripin, 2004). Laju intersepsi sangat dipengaruhi oleh tipe

vegetasi yang membangun suatu kawasan hutan atau pertanian, angka-angka

intersepsi oleh beberapa vegetasi disajikan dalam Tabel 1.

Laju intersepsi terbesar terjadi pada awal kejadian hujan dan menurun

terus secara eksponensial terhadap waktu. Jika hujan yang terjadi pendek dan

tidak lebat, sebagian air hujan tertahan oleh tanaman. Sebaliknya jika hujannya

lama dan lebat, hanya sebagian kecil yang tertahan oleh tanaman. Apabila hujan

jatuh di tanah yang porus maka air akan meresap ke dalam tanah yang disebut

infiltrasi. Kapasitas infiltrasi berbeda bukan saja pada tanah yang berbeda tetapi

Page 15: Pengaruh fisiografis DAS tehadap respon debit

10

berbeda juga untuk tanah yang sama dengan kelembaban berbeda. Kapasitas

infiltrasi untuk tanah kering lebih tinggi daripada tanah yang basah.

Jika intensitas hujan yang terjadi lebih rendah dari kapasitas infiltrasi

maka semua air hujan yang jatuh ke tanah akan terinfiltrasi. Sementara jika

intensitas hujan yang jatuh kepermukaan bumi lebih besar daripada kapasitas

infiltrasi maka pada awal kejadian hujan air akan terinfiltrasi, setelah laju infiltrasi

turun dibawah intensitas hujan air akan menggenang diatas permukaan tanah.

Kemudian aliran permukaan akan terjadi seiring menurunnya laju infiltrasi dan

kapasitas depresi sudah terpenuhi.

Tabel 1. Intersepsi Pada Berbagai Tipe Vegetasi

Tipe VegetasiCurah hujan(mm atau %)

Intersepsi(mm atau %)

Aliran batang(%)

AlfalfaJagungKedeleOatsPinus PutihPinus Merah

274,6 mm180,8 mm158,8 mm172,0 mm100 %100 %

35,8 mm15,6 mm14,6 mm6,9 mm26 %29 %

----4 %3 %s

Sumber : Seyhan, 1977

Limpasan permukaan (surface runoff) dapat dikatakan sebagai air hujan

yang mengalir dalam bentuk lapisan tipis di atas permukaan lahan yang akan

masuk ke parit-parit dan selokan-selokan yang kemudian masuk ke danau atau

bergabung menjadi anak sungai dan akhirnya menjadi aliran sungai. Aliran

permukaan dipengaruhi oleh banyak faktor secara bersamaan. Secara umum

faktor yang berpengaruh dikelompokan menjadi dua yaitu faktor meteorologi dan

karakteristik DAS.

2.3.1. Faktor Meteorologi

Faktor-faktor meteorologi yang berpengaruh terhadap aliran permukaan

antara lain:

Page 16: Pengaruh fisiografis DAS tehadap respon debit

11

a. Intensitas hujan

Intensitas hujan mempunyai pengaruh yang besar apabila melebihi

laju infiltrasi. Intensitas hujan yang melebihi laju infiltrasi akan menyebabkan

limpasan permukaan yang sejalan dengan peningkatan intensitas hujan.

b. Durasi hujan

Total limpasan dari suatu hujan berkaitan langsung dengan durasi

hujan dan intensitas hujan tertentu. Pada suatu kejadian hujan laju infiltrasi

akan menurun sejalan dengan bertambahnya waktu, oleh karena itu hujan

dengan durasi singkat tidak banyak menghsilkan aliran permukaan. Hujan

yang mempunyai intensitas sama tapi dengan durasi yang lebih lama akan

menyebabkan aliran permukaan yang lebih besar.

c. Durasi curah hujan

Hujan yang tersebar merata pada seluruh bagian DAS akan

menghasilkan laju dan volume aliran permukaan yang lebih besar

dibandingkan hujan yang tidak merata untuk intensitas yang sama. Laju dan

volume aliran permukaan suatu DAS akan mencapai angka terbesar jika

semua bagian DAS memberikan kontribusi terhadap aliran. DAS yang

distribusi curah hujannya merata akan mengakibatkan limpasan yang lebih

besar dibandingkan dengan daerah aliran sungai yang distribusi hujannya

tidak merata karena itu berarti kondisi kejenuhan tanah juga merata

sehingga limpasan dapat meningkat.

2.3.2. Faktor Karakteristik DAS

Faktor-faktor karakteristik DAS yang berpengaruh terhadap aliran

permukaan antara lain:

Page 17: Pengaruh fisiografis DAS tehadap respon debit

12

a. Luas dan Bentuk DAS

DAS yang mempunyai luas area lebih besar menyebabkan laju dan

volume aliran permukaan bertambah besar. Tetapi apabila aliran permukaan

tidak dinyatakan sebagai jumlah total dari luas DAS melainkan sebagai laju

dan volume persatuan luas maka besarnya akan berkurang seiring besarnya

DAS. Hal ini berkaitan dengan waktu yang diperlukan air untuk mengalir dari

titik terjauh mencapai titik kontrol disebut waktu konsentrasi (Tc).

Bentuk DAS yang berbeda-beda memberikan pengaruh yang

berbeda-beda pula terhadap laju dan volume aliran permukaan. DAS dengan

bentuk memanjang cenderung menghasilkan aliran permukaan yang lebih

kecil dibandingkan dengan DAS yang berbentuk melebar atau melingkar. hal

ini terjadi berkaitan dengan waktu konsentrasi pada bentuk DAS memanjang

yang dibutuhkan air dari titik terjauh untuk mencapai titik kontrol lebih lama

dibandingkan dengan DAS berbentuk melebar, sehingga konsentrasi air di

titik kontrol lebih lambat yang berpengaruh terhadap laju dan volume aliran

permukaan.

b. Topografi

Topografi atau bentuk muka bumi memberikan pengaruh terhadap

laju dan volume aliran permukaan sesuai dengan kemiringan lahan,

kerapatan parit ataupun luasan cekungan-cekungannya. DAS yang

mempunyai kemiringan lahan yang curam dan parit yang rapat akan

memberikan dampak laju dan volume aliran permukaan lebih tinggi

dibandingkan dengan DAS yang landai dan paritnya renggang.

c. Tataguna Lahan

Tata guna lahan merupakan faktor penting dalam mempengaruhi laju

dan volume aliran permukaan. Tata guna lahan merupakan nisbah antara

besarnya aliran permukaan dan intensitas hujan. Tata guna lahan dalam

Page 18: Pengaruh fisiografis DAS tehadap respon debit

13

perhitungan dinyatakan dalam koefesien aliran permukaan (C). Nilai C

berkisar antara 0 sampai 1, nilai C = 0, menunjukan bahwa semua air hujan

terinfiltrasi ke dalam tanah, sebaliknya nilai C = 1 maka semua air hujan

berubah menjadi aliran permukaan. Pada DAS yang kondisinya masih baik

harga C mendekati 0, semakin rusak suatu DAS harga C semakin mendekati

1. Harga koefesien aliran permukaan (C) untuk berbagai keadaan bisa dilihat

pada Tabel 2.

Perubahan karakteristik DAS bisa berupa peningkatan daerah yang

kedap air yang akan menyebabkan peningkatan volume aliran permukaan.

Perbandingan antara volume aliran permukaan dengan total hujan yang

terjadi disebut koefesien aliran permukaan (koefesien runoff). Koefesien

runoff dapat dipelihara seperti kondisi masa prapembangunan dengan

memberikan pengalihan air hujan menjadi infiltrasi, penahanan dan

penyimpanan.

Tabel 2. Koefesien Limpasan Untuk Metode Rasional

Deskripsi lahan/karakter permukaan Koefesien aliran

Business Perkotaan Pinggiran

0,70 - 0,950,50 – 0,70

Perumahan Rumah tunggal Multi unit, terpisah Multi unit, tergabung Perkampungan Apartemen

0,30 – 0,500,40 - 0,600,60 – 0,750,25 – 0,400,50 – 0,70

Industri Ringan Berat

0,50 - 0,800,60 – 0,90

Perkerasan Aspal dan beton Batu bata, paving

0,70 – 0,950,50 – 0,70

Atap 0,75 – 0,95Halaman, Tanah berpasir Datar 2 % Rata-rata, 2 – 7 %

0,05 – 0,100,10 – 0,15

Page 19: Pengaruh fisiografis DAS tehadap respon debit

14

Deskripsi lahan/karakter permukaan Koefesien aliran

Curam 7% 0,15 – 0,20Halaman, tanah berat Datar 2 % Rata-rata 2 – 7% Curam, 7 %

0,13 – 0,170,18 – 0,220,25 – 0,35

Halaman kereta api 0,10 – 0,35Taman tempat bermain 0,20 – 0,35Taman, pekuburan 0,10 – 0,40Hutan Datar, 0 – 5 % Bergelombang, 5 – 10 % Berbukit, 10 – 30 %

0,10 – 0,400,25 – 0,500,30 – 0,60

Sumber : McGuen, 1989

2.4. Hidrograf

Kondisi aliran permukaan yang beragam akibat dari pengaruh

meteorologi dan karakteristi DAS dapat dilihat dengan memperhatikan hidrograf-

hidrograf yang terjadi pada DAS. Hidrograf didefinisikan sebagai hubungan

antara salah satu unsur aliran terhadap waktu.

Hidrograf tersusun dari dua komponen, yaitu aliran permukaan dan aliran

dasar (base flow). Aliran dasar berasal dari air tanah yang pada umumnya

mempunyai respon yang lambat terdadap hujan. Hujan juga dapat dianggap

terbagi dua komponen, yaitu hujan efektif dan kehilangan. Hujan efektif adalah

bagian hujan yang menjadi aliran permukaan, sementara kehilangan adalah

bagian hujan yang menguap, masuk kedalam tanah dan simpanan air tanah.

Hidrograf aliran langsung dapat diperoleh dengan memisahkan hidrograf dari

aliran dasarnya (Suripin, 2004). Apabila kita menganggap proses limpasan

sebagai hasil dari curah hujan yang diagihkan secara seragam dalam waktu dan

luas pada suatu tangkapan, proses terjadinya limpasan bisa digambarkan dalam

lima tahapan (Seyhan, 1977) seperti pada Gambar 5, yang meliputi:

a. Tahapan I : Periode Tidak hujan

Page 20: Pengaruh fisiografis DAS tehadap respon debit

15

1). Air tanah memberikan air terhadap sungai sebagai aliran dasar dan

karena itu muka air tanah menurun.

2). Evapotranspirasi menambah meningkatnya defisiensi lengas tanah

(kapasitas tanah lapangan minus kandungan air aktual).

3). Hidrograf hanya merupakan suatu kurva deplesi dan limpasan sungai

adalah 100% dari air tanah.

b. Tahapan II : Periode hujan awal

1). Sebagian curah hujan ditahan oleh intersepsi

2). sebagian dari hujan ditahan sebagai cadangan depresi

3). hampir tidak terdapat limpasan permukaan. Air hanya untuk membasahi

tanah.

4). Hidrograf berubah dari kurva deplesi ke cabang naik.

c. Tahapan III : Kejadian hujan

1). Cadangan depresi berada pada kapasitas maksimum

2). Infiltrasi mulai terjadi

3). Limpasan permukaan mulai terjadi (Qs) dan menyebabkan peningkatan

yang terus menerus pada tinggi muka air sungai.

4). Defisiensi lengas tanah menurun, diduga bahwa perkolasi belum

berlangsung. Oleh karena itu, muka air tanah tetap pada tinggi muka air

yang sama karena tidak terdapat pengisian kembali.

d. Tahapan IV : Berhentinya hujan

1). Air yang masih tersisa di atas tanah mengalir sebagai limpasan

permukaan sungai

2). Infiltrasi berlanjut

3). Limpasan sungai disebabkan oleh air dalam kanal, cadangan kanal (R)

dan menurun seiring waktu

Page 21: Pengaruh fisiografis DAS tehadap respon debit

16

4). Pada titik Z, cadangan kanal adalah nol dan limpasan sungai

disebabkan oleh air yang dipasok oleh air tanah. Hal ini juga merupakan

akhir dari limpasan permukaan.

e. Tahapan V : Periode setelah hujan

1). Lengas tanah berada pada kapasitas lapangan

2). Akifer diisi kembali, karena itu air tanah mulai menambah limpasan

sungai.

3). Kurva deplesi yang baru berlanjut.

(sumber: Seyhan, 1977)

Gambar 5. Proses Terjadinya Limpasan.

Untuk memperkirakan hubungan antara hujan efektif dan aliran

permukaan bisa dilihat dengan menggunakan hidrograf satuan. Hidrograf satuan

merupakan model sederhana yang menyatakan respon DAS terhadap hujan

(Suripin, 2004). Sherman (1932) menyatakan bahwa suatu sistem DAS

mempunyai sifat khas yang menyatakan respon DAS terhadap suatu masukan

tertentu yang berdasarkan tiga prinsip :

Page 22: Pengaruh fisiografis DAS tehadap respon debit

17

a. Pada hujan efektif berintensitas seragam pada suatu daerah aliran tertentu,

intensitas hujan berbeda tetapi memiliki durasi sama, akan menghasilkan

limpasan dengan durasi sama, meskipun jumlahnya berbeda.

b. Pada hujan efektif berintensitas seragam pada suatu daerah aliran tertentu,

intensitas hujan yang berbeda tetapi memliki durasi sama akan

menghasilkan hidrograf limpasan, dimana ordinatnya pada sembarang waktu

memiliki proporsi yang sama dengan proporsi intensitas hujan efektifnya.

Dengan kata lain, ordinat hidrograf satuan sebanding dengan volume hujan

efektif yang menimbulkannya. Hal ini berarti bahwa hujan sebanyak n kali

lipat dalam suatu waktu tertentu akan menghasilkan suatu hidrograf dengan

ordinat sebesar n kali lipat.

c. Prinsip super posisi dipakai hidrograf yang dihasilkan oleh hujan efektif

berintensitas seragam yang memiliki periode-periode yang berdekatan

dan/atau tersendiri. Jadi hidrograf yang mempresentasikan kombinasi

beberapa kejadian aliran permukaan adalah jumlah dari ordinat hidrograf

tunggal yang memberi kontribusi.

Suripin (2004) memberikan tanggapan bahwa ketiga asumsi ini secara

tidak langsung menyatakan bahwa tanggapan DAS terhadap hujan adalah linear,

walaupun sebenarnya kurang tepat. Namun demikian penggunaan hidrogarf

satuan telah banyak memberikan hasil yang memuaskan untuk berbagai kondisi.

Begitu hidrograf satuan untuk suatu DAS sudah diturunkan, hidrograf satuan

tersebut dapat dipakai untuk memperkirakan limpasan permukaan untuk

sembarang hujan melalui proses konvulsi. Gambar 6. memperlihatkan hidrograf

satuan dan proses konvulsinya.

Page 23: Pengaruh fisiografis DAS tehadap respon debit

18

Sumber : Suripin, 2004

Gambar 6. Proses Konvulsi Pada Hidrograf Satuan

Page 24: Pengaruh fisiografis DAS tehadap respon debit

19

BAB IIIANALISA DAN PEMBAHASAN

3.1. Pengaruh Bentuk DAS Terhadap Respon Debit

Pada suatu DAS terdapat sifat respon terhadap masukan tertentu yang

dikenal sebagai Hidrograf Satuan (HS) yaitu tipikal hidrograf khas untuk suatu

DAS tertentu, akibat hujan efektif satu satuan dengan intensitas merata di

seluruh DAS dalam waktu yang ditetapkan (Sutapa, 2006). Hidrograf banjir suatu

DAS dipengaruhi oleh karakteristik DAS, salah satu karakterisitik yang

mempengaruhi adalah bentuk DAS. Bentuk DAS yang berbeda-beda

memberikan respon yang berbeda-beda pula terhadap laju dan volume aliran

permukaan yang akan berpengaruh terhadap hidrograf satuan yang terbentuk.

Berdasarkan penelitian Wirosoedarmo, dkk. (2010) mengenai pengaruh

bentuk DAS terhadap hidrograf aliran langsung akibat hujan satu satuan

(hidrograf satuan) diketahui bahwa bentuk DAS sangat berpengaruh tehadap

hidrograf satuan yang terjadi. Dalam penelitian ini digunakan tiga lokasi DAS di

wilayah Pulau Sabu, NTT yaitu DAS Daieko, DAS Ladeke, dan DAS Raikore

yang kemudian dilakukan simulasi secara numerik menggunakan software

SIMODAS untuk mendapatkan hidrograf banjir dari masing-masing DAS.

Pada simulasi hujan ini terdapat tiga perlakuan dengan menggunakan

nilai Curve Number yang berbeda, yaitu CN 50, CN 70, dan CN 90. Curve

Number (CN) merupakan suatu bilangan atau angka yang menunjukkan keadaan

tata guna lahan di suatu daerah. CN 50 menunjukkan keadaan tata guna lahan

yang sebagian besar masih berupa hutan. CN 70, lahan diasumsikan sebagai

Page 25: Pengaruh fisiografis DAS tehadap respon debit

20

50% masih berupa hutan dan 50% lainnya sudah berupa pemukiman. CN 90

lahan diasumsikan sebagian besar adalah berupa pemukiman.

Dari ketiga DAS yang digunakan dalam penelitian ini dibagi lagi menjadi 9

sub DAS untuk mendapatkan hasil yang lebih detail (Gambar 7). DAS Daieko

dan Daieko 2 mempunyai bentuk bulu burung dengan pola jaringan drainase

memanjang. DAS Ladeke, Ladeke 2, Ladeke 3, dan Ladeke 4 mempunyai

bentuk radial dengan pola jaringan drainase menyebar. Sedangkan DAS

Raikore, Raikore 2, Raikore 3 mempunyai bentuk paralel dengan pola jaringan

drainase parallel.

Sumber: Wirosoedarmo, 2010

Gambar 7. Bebagai Bentuk DAS Dalam Penelitian Wirosoedarmo, 2010.

Page 26: Pengaruh fisiografis DAS tehadap respon debit

21

Karakteristik masing-masing DAS ditunjukkan dalam Tabel 3. Dimana RB

adalah bifurcation ratio, RL adalah lenght ratio, RA adalah area ratio, dan D

adalah kerapatan drainase.

Tabel 3. Karakteristik DAS

Sumber: Wirosoedarmo, 2010

Hasil simulasi yang menghasilkan data hidrograf banjir pada berbagai

bentuk DAS dan pada variasi Curve Number. Tabulasi hasil simuasi ditunjukkan

pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Hidrograf Banjir Pada Berbagai DAS dan Variasi Nilai CN

DASCN 50 CN 70 CN 90

Q puncak(m3/dt)

t puncak(menit)

Q puncak(m3/dt)

t puncak(menit)

Q puncak(m3/dt)

t puncak(menit)

Daieko 1,06 460-470 16,07 220 61,46 150Daieko 2 1,03 500-510 15,99 230 60,55 150Ladeke 1,28 410-420 17,89 200 67,63 140Ladeke 2 1,22 430 17,45 200 66,19 140Ladeke 3 0,96 420-430 14,05 200 53,75 140Ladeke 4 1,12 480-490 16,75 220 63,39 150Raikore 0,96 500-510 15,38 230 58,57 150Raikore 2 0,93 490-500 15,14 230 57,94 150Raikore 3 1,14 460-470 16,48 220 62,76 150

Sumber: Wirosoedarmo, 2010

Page 27: Pengaruh fisiografis DAS tehadap respon debit

22

Wirosoedarmo, dkk. (2010) dari hasi penelitian hubungan antara bentuk

DAS dengan hidrograf banjir yang terjadi menimpulkan beberapa hal berikut:

a. Bentuk DAS bulu burung (memanjang) menghasilkan nilai debit puncak

banjir yang relatif kecil dengan waktu puncak banjir yang relatif lama.

b. Bentuk DAS yang melebar dengan pola sungai yang menyebar (radial)

cenderung menghasilkan nilai debit puncak banjir yang tinggi dengan waktu

puncak banjir yang cepat.

c. Bentuk DAS paralel cenderung menghasilkan nilai debit puncak banjir yang

relatif kecil dengan waktu puncak banjir yang relatif lama.

d. DAS dengan bentuk radial mengalami peningkatan debit puncak banjir

tertinggi pada tiap perubahan lahan dan mempunyai potensi lebih besar

terhadap terjadinya banjir.

e. DAS dengan bentuk paralel mengalami peningkatan debit puncak banjir

terkecil pada setiap perubahan lahan.

Secara garis besar hasil penelitian Wirosoedarmo, dkk. (2010)

menunjukkan bahwa bentuk DAS memiliki pengaruh yang cukup signifikan

terhadap hidrograf banjir yang terjadi. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian

Sutapa (2006) yang menyatakan bahwa faktor bentuk DAS (FD) mempunyai

hubungan linier yang cukup kuat (sensitivitas tinggi) terhadap parameter

Hidrograf Satuan Sintetik (HSS). Dengan kata lain bentuk DAS memiliki

pengaruh terhadap respon debit.

3.2. Pengaruh Luas DAS terhadap Respon Debit

Luas DAS adalah satu dari karakteristik DAS yang menggambarkan

kapasitas tampungan hidrologis DAS. Luas daerah aliran sungai merupakan

karakteristik fisik DAS yang selalu digunakan dalam analisa hidrologis DAS,

Page 28: Pengaruh fisiografis DAS tehadap respon debit

23

karena dapat merepresentasikan volume penampungan air limpasan yang

berasal dari hujan (Safarina, 2009). Luas DAS merupakan salah sato faktor yang

mempengruhi respon DAS terhadap masukan curah hujan.

Safarina (2009) telah meneliti mengenai hubungan luas DAS terhadap

repon yang dihasilkan terhadap debit. Dalam penelitian tersebut dibandingkan 9

buah DAS di Propinsi Jawa Barat yang merupakan sub DAS dari sungai-sungai

besar yaitu S.Citarum, S.Ciliwung dan S.Cimanuk. Hasil penelitian ditunjukkan

dalam Tabel 5 dan Gambar 8.

Tabel 5. Hubungan Antara Luas DAS dengan Debit Puncak Banjir

No. Nama DAS Luas (Km2)

Debit Puncak(m3/dt)

1 Citarum-Nanjung 1762,59 47,112 Cisangkuy-Kamasan 203,38 5,503 Cikapundung-Pasirluyu 112,13 1,144 Ciliwung-Sugutamu 254,00 9,925 Ciliwung-Katulampa 151,00 9,646 Cimanuk-Leuwidaun 450,68 19,947 Cikeruh-Jatiwangi 115,76 5,298 Cilutung-Damkamun 628,86 14,119 Cilutung-Bantarmerak 324,38 16,07

Sumber: Safarina, 2009

Sumber: Safarina, 2009

Gambar 8. Grafik Hubungan Luas DAS dengan Debit Puncak

Page 29: Pengaruh fisiografis DAS tehadap respon debit

24

Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa Luas DAS memiliki

pengaruh terhadap respon debit dimana debit puncak mempunyai hubungan

linier dengan luas DAS, dengan gradien positif. Artinya, semakin luas suatu DAS,

semakin besar pula debit puncaknya.

3.3. Pengaruh Topografi DAS Terhadap Respon Debit

Topografi merupakan salah satu karakteristik fisiografis DAS yang

berpengaruh terhadap respon debit. Salah satu faktor topografi yang

berpengaruh terhadap kecepatan aliran permukaan di suatu DAS adalah faktor

kemiringan lereng/ kelerengan. Semakin curam kemiringan lereng akan semakin

meningkatkan jumlah dan kecepatan aliran permukaan. Klasifikasi kelas

kelerengan di DAS dapat dilihat pada Tabel 6 berikut:

Tabel 6. Klasifikasi Kelas Kelerengan di DAS

Kelas Kelerengan

(%)

Luas

(%)Keterangan

0-8 22,38 Datar

3-15 11,73 Landai

15-25 9,78 Agak Curam

25-40 15-99 Curam

>40 40,12 Sangat Curam

Sumber : Susilowati, 2007

Safarina (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh topografi

terhadap besarnya debit banjir pada enam daerah aliran sungai (DAS) di jawa

Barat yaitu DAS Citarum-Nanjung, DAS Cisangkuy-Kamasan, DAS Ciliwung-

Sugutamu, DAS Cimanuk-Leuwidaun, DAS Cilutung-Damkamun dan DAS

Cikeruh-Jatiwangi. Karakteristik masing-masing DAS ditunjukkan dalam Tabel 7.

Page 30: Pengaruh fisiografis DAS tehadap respon debit

25

Tabel 7. Karakteristik DAS Dalam Penelitian Safarina, 2012.

Sumber : Safarina, 2012

Dari penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa pengaruh

kemiringan lereng terhadap debit banjir tidak terlihat signifikan, seperti

ditunjukkan pada Gambar 9. Secara hidraulik kemiringan lereng mempengaruhi

dinamika aliran di sungai dan overland flow, sehingga variabel yang terpengaruh

adalah waktu terjadinya debit banjir dimana semakain besar slope waktu puncak

semakin singkat (Safarina, 2012).

Sumber: Safarina, 2012

Gambar 9. Grafik Hubungan Kemiringan Lereng dengan Debit Puncak

Page 31: Pengaruh fisiografis DAS tehadap respon debit

26

3.4. Pengaruh Tataguna Lahan Terhadap Respon Debit

Perubahan tataguna lahan dalam sebuah DAS merupakan suatu hal yang

tak terhindarkan, mengingat jumlah penduduk dunia semakin meningkat tiap

harinya. Perubahan tataguna lahan dalam sebuah DAS tentu saja memiliki

hubungan yang sangat erat dengan respon yang dihasilkan terhadap input curah

hujan di dalam DAS.

Perubahan tataguna lahan yang tidak teratur dan tidak terencana dengan

baik memberikan andil besar terhadap kenaikan tajam debit sungai sebagai

saluran drainasi alami. Misal suatu Daerah Pengaliran Sungai (DPS) yang

semula berupa hutan mempunyai debit 10 m3/detik apabila diubah menjadi

sawah, maka debit sungainya akan menjadi antara 25 sampai 90 m3/detik atau

ada kenaikan debit sebesar 2,5 sampai 9 kali dari debit semula. Bila hutan

diubah menjadi kawasan perdagangan atau perindustrian maka debitnya yang

semula 10 m3/detik akan meningkat tajam menjadi antara 60 sampai 250 m3/detik

atau meningkat menjadi 6 sampai 25 kali debit semula. Perubahan yang paling

besar adalah apabila kawasan hutan dijadikan daerah beton/beraspal maka

hujan yang turun semuanya akan mengalir di permukaaan dan tidak ada yang

meresap ke dalam tanah. Debit berubah dari 10 m3/detik menjadi 6,3 sampai 35

kalinya. Apabila daerah pengaliran sungai berupa pesawahan kemudian

dijadikan kawasan perindustrian maka debit sungai akan naik menjadi 2-3

kalinya, debit sungai yang awalnya 25 sampai 90 m3/detik untuk sawah menjadi

60 samapai 250 m3/detik untuk daerah industri (Kodoatie dan Sugiyanto, 2002).

Sementara Prince George’s County Maryland (1999) menyebutkan

bahwa untuk kawasan yang masih natural dan belum dibangun menghasilkan

aliran permukaan berkisar antara 10 – 30 % dari total air hujan. Apabila kawasan

itu dibangun akan memberikan dampak kenaikan aliran permukaan sampai 50 %

Page 32: Pengaruh fisiografis DAS tehadap respon debit

27

dari total air hujan. Variasi aliran permukaan akibat peningkatan areal impervious

bisa dilihat pada Gambar 10.

Sumber :FISWRG, 1998

Gambar 10. Skema Perubahan Aliran Permukaan Akibat Peningkatan Pembangunan

Dalam model hidrograf satuan, koefisien yang mewakili tataguna lahan

disebut dengan Curve Number (CN). CN merupakan suatu bilangan atau angka

yang menunjukkan keadaan tata guna lahan di suatu daerah. CN ditentukan

secara empirik karena antara daerah satu dengan daerah lainnya memeiliki

kondisi yang berbeda sehingga memiliki nilai yang berbeda pula.

Berdasarkan hasil simulasi oleh Wirosoedarmo, dkk. (2010) mengenai

pengaruh perubahan tataguna lahan dengan berbagai variasi nilai CN (Tabel 3),

di peroleh hasil bahwa perubahan tataguna lahan dari hutan (nilai CN kecil)

menjadi pemukiman (nilai CN besar) mengakibatkan adanya peningkatan debit

puncak banjir dan percepatan waktu puncak banjir yang cukup signifikan.

Dengan kata lain perubahan pada tataguna lahan mempengaruhi karakteristik

hidrograf banjir yang terjadi. Perubahan pola penggunaan lahan memberi

dampak pada pengurangan kapasitas resapan, terutama dilihat dari proporsi

Page 33: Pengaruh fisiografis DAS tehadap respon debit

28

perubahan luasan permukiman, sehingga akan meningkatkan laju limpasan

permukaan yang menghasilkan banjir.

Dalam penelitian Pawitan (2002) dalam Pawitan mengenai pengaruh

perubahan tataguna lahan di DAS Ciliwung Hulu terhadap debit banjir yang

terjadi menunjukkan bahwa dampak perubahan tataguna lahan secara nyata

telah meningkatkan frekuensi dan intensitas banjir. Tercatat bahwa antara tahun

1981 dan 1999 telah terjadi peningkatan kawasan permukiman untuk Ciliwung

Hulu sebesar 100% dengan dampak berupa peningkatan debit banjir di

Katulampa sebesar 68%, dan di Depok 24%, sedangkan peningkatan volume

banjir adalah 59% untuk Katulampa dan 15% untuk Depok.

Page 34: Pengaruh fisiografis DAS tehadap respon debit

29

BAB IVKESIMPULAN

Berdasarkan uraian pada kajian pengaruh fisiografis DAS terhadap

respon debit ini maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Karakteristik fisiografis DAS seperti bentuk DAS, luas DAS, topografi, dan

tataguna lahan memiliki pengeruh terhadap respon debit.

b. Bentuk DAS berpengaruh terhadap besarnya debit puncak dan waktu

puncak banjir. Bentuk DAS bulu burung (memanjang) menghasilkan nilai

debit puncak banjir yang relatif kecil dengan waktu puncak banjir yang relatif

lama. Bentuk DAS yang melebar dengan pola sungai yang menyebar (radial)

cenderung menghasilkan nilai debit puncak banjir yang tinggi dengan waktu

puncak banjir yang cepat. Bentuk DAS paralel cenderung menghasilkan nilai

debit puncak banjir yang relatif kecil dengan waktu puncak banjir yang relatif

lama.

c. Luas DAS memiliki pengaruh terhadap respon debit dimana debit puncak

mempunyai hubungan linier dengan luas DAS, dengan gradien positif.

Artinya, semakin luas suatu DAS, semakin besar pula debit puncaknya.

d. Secara hidraulik kemiringan lereng mempengaruhi dinamika aliran di sungai

dan overland flow, sehingga variabel yang terpengaruh adalah waktu

terjadinya debit banjir dimana semakain besar slope waktu puncak semakin

singkat.

e. Perubahan tataguna lahan dari hutan (nilai CN kecil) menjadi pemukiman

(nilai CN besar) mengakibatkan adanya peningkatan debit puncak banjir dan

percepatan waktu puncak banjir.

Page 35: Pengaruh fisiografis DAS tehadap respon debit

30

DAFTAR PUSTAKA

Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Hadisusanto, Nugroho. 2011. Aplikasi Hidrologi. Yogyakarta: Jogja Mediautama.

Handayani, W. dan Indrajaya, Y. 2011. Analisis Hubungan Curah Hujan Dan Debit Sub Sub DAS Ngatabaru, Sulawesi Tengah. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 8 (2): 143-153.

Pawitan, Hidayat. Perubahan Penggunaan Lahan dan Pengaruhnya Terhadap Hidrologi Daerah Aliran Sungai. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Pemerintah Republik Indonesia. 2012. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Sekretariat Negara. Jakarta.

Ruhendi, Heru. Analisa Banjir Jakarta Tahun 2012-2013. Diambil: 29 Maret 2015. Dari: www.konservasidasciliwung.wordpress.com: https://konservasidas ciliwung.wordpress.com/banjir-ciliwung/makalah-banjir-ciliwung/3875-2/

Safarina, Ariani Budi. 2009. Kajian Pengaruh Luas Daerah Aliran Sungai Terhadap Debit Banjir Berdasarkan Analisa Hydrograf Satuan Observasi Menggunakan Metoda Konvolusi (Studi Kasus: DAS Citarum, DAS Ciliwung, DAS Cimanuk). ULTIMATE – Jurnal Ilmiah Teknik Sipil, Vol. 6, N0. 1, Juli 2009.

Safarina, Ariani Budi. 2012. Pengaruh Topografi dan Pola Tata Guna Lahan Terhadap Abstraksi dan Debit Banjir Daerah Aliran Sungai di Jawa Barat. Seminar Pembangunan Jawa Barat 2012.

Soemarto, 1995, Hidrologi Teknik, Gramedia, Jakarta.

Suripin (2004). Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta: Andi.

Susilowati, Sri Indah. 2007. Evaluasi Penataan Ruang Kawasan Lindung dan Resapan Air di Daerah Aliran Sungai (Studi Kasus DAS Ciliwung Bagian Hulu, Bogor). Tugas Akhir. Institut Teknologi Bandung. Bandung

Sutapa, I Wayan. 2006. Studi Pengaruh dan Hubungan Variabel Bentuk DAS Terhadap Parameter Hidrograf Satuan Sintetik (Studi Kasus: Sungai Salugan, Taopa dan Batui di Sulawesi Tengah). Jurnal SMARTek, 4 (4): 224 – 232.

Triatmodjo, Bambang. 2008. Hidrologi Terapan. Beta Offset. Yogyakarta.

Wirosoedarmo, R, dkk. 2010. Studi Bentuk, Jaringan Drainase, dan Hidrograf Daerah Aliran Sungai Menggunakan Simodas (Studi Kasus Di Pulau Sabu - Nusa Tenggara Timur). Jurnal Teknologi Pertanian, 11 (2): 123-130.

Page 36: Pengaruh fisiografis DAS tehadap respon debit

31

Seyhan, 1977

McGuen, 1989

Sherman (1932)

Kodoatie dan Sugiyanto, 2002

Prince George’s County Maryland (1999)