pengaruh faktor-faktor retailing mix terhadap kepuasan … · 2013. 5. 1. · pengaruh service...

33
1 PENGARUH FAKTOR-FAKTOR RETAILING MIX TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN BERBELANJA DI SWALAYAN SURYA BARU PATI TAN YEN FANG 212008030 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga PENDAHULUAN Perkembangan zaman dan globalisasi mengakibatkan keberadaan ritel (khususnya ritel modern) yang semakin merasuk dalam aktivitas keseharian masyarakat. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan pola berbelanja masyarakat (Astuti dan Prayudhanto, 2006), dimana konsumen lebih suka berbelanja di pasar ritel modern yang merupakan one stop shopping dan harga pas daripada di pasar tradisional yang biasanya transaksi dilakukan dengan tawar menawar. Mamuaya (2008) menunjukan hasil survey AC Nielsen Indonesia pada tahun 2007 bahwa laju pertumbuhan rata-rata pasar ritel modern jauh lebih tinggi, yaitu sebesar 16% per tahun, dibandingkan pasar tradisional yang hanya mencapai 5% per tahun (Seputar Indonesia, 15 September 2007). Di kota sekecil Salatiga cukup banyak ditemui ritel-ritel modern, seperti Ramayana Mall, Swalayan Ada Baru, Swalayan Roma, Swalayan Niki Baru dan bermunculan banyak mini market baik Indomaret maupun Alfamart. Khusus untuk Kecamatan Pati menurut Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (2012) yang tercatat dari tahun 1999 sampai tahun 2011 terdapat usaha mini market sebanyak 16 mini market, yaitu 8 Indomaret, 5 Alfamart serta Swalayan Surya Baru, Bhineka dan Luwes. 1 1 Berdasarkan Informasi dari KPPT Pati

Upload: others

Post on 13-Feb-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    PENGARUH FAKTOR-FAKTOR RETAILING MIX TERHADAP KEPUASAN

    KONSUMEN BERBELANJA DI SWALAYAN SURYA BARU PATI

    TAN YEN FANG

    212008030

    Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

    PENDAHULUAN

    Perkembangan zaman dan globalisasi mengakibatkan keberadaan ritel

    (khususnya ritel modern) yang semakin merasuk dalam aktivitas keseharian

    masyarakat. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan pola berbelanja masyarakat

    (Astuti dan Prayudhanto, 2006), dimana konsumen lebih suka berbelanja di pasar ritel

    modern yang merupakan one stop shopping dan harga pas daripada di pasar

    tradisional yang biasanya transaksi dilakukan dengan tawar menawar. Mamuaya

    (2008) menunjukan hasil survey AC Nielsen Indonesia pada tahun 2007 bahwa laju

    pertumbuhan rata-rata pasar ritel modern jauh lebih tinggi, yaitu sebesar 16% per

    tahun, dibandingkan pasar tradisional yang hanya mencapai 5% per tahun (Seputar

    Indonesia, 15 September 2007).

    Di kota sekecil Salatiga cukup banyak ditemui ritel-ritel modern, seperti

    Ramayana Mall, Swalayan Ada Baru, Swalayan Roma, Swalayan Niki Baru dan

    bermunculan banyak mini market baik Indomaret maupun Alfamart. Khusus untuk

    Kecamatan Pati menurut Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (2012) yang tercatat

    dari tahun 1999 sampai tahun 2011 terdapat usaha mini market sebanyak 16 mini

    market, yaitu 8 Indomaret, 5 Alfamart serta Swalayan Surya Baru, Bhineka dan

    Luwes.1

    1 Berdasarkan Informasi dari KPPT Pati

  • 2

    Kehadiran berbagai macam pasar swalayan memberikan pilihan yang tidak

    terbatas pada konsumen untuk menentukan tempat berbelanja yang diinginkan.

    Masing-masing peritel berusaha menarik konsumen dengan menawarkan pelayanan

    yang memuaskan konsumen (Ivander, 2007). Pada saat konsumsi kebutuhan pada

    masyarakat akan barang maupun jasa semakin meningkat, maka hal ini akan

    berpengaruh pada tingginya tingkat kunjungan konsumen pada pusat perbelanjaan

    (Japarianto dan Djati, 2011).

    Setiap konsumen pasti memiliki harapan bahwa tempat berbelanja yang

    dikunjunginya mampu memberikan kepuasan bagi mereka. Sebagai contoh yaitu

    tersedianya beranekaragam jenis barang dalam kondisi yang baik. Konsumen akan

    senang dan menikmati kegiatan berbelanjanya apabila tempat berbelanja yang

    dikunjungi menjual barang lengkap, sehingga ada banyak pilihan untuk membeli

    barang yang diinginkan. Akan tetapi kepuasan berbelanja tidak hanya berhenti

    dengan terpenuhinya semua kebutuhan saja tetapi dapat dipengaruhi oleh banyak

    faktor. Faktor-faktor retailing mix dianggap memiliki pengaruh terhadap kepuasan

    konsumen. Omar (1999) dalam Adinugroho (2012) menyatakan bahwa ekspektasi

    atau harapan pelanggan dan aplikasi bauran penjualan eceran ternyata dapat

    mempengaruhi kepuasan pelanggan. Menurut Hartley (1980) retailing mix adalah

    kombinasi barang dagangan, harga, pelayanan dan usaha-usaha promosi yang

    dilakukan toko ritel untuk menyediakan barang-barang konsumsi bagi konsumennya.

    Hartley (1980) juga menyebutkan adanya enam retailing mix yaitu kenyamanan

    berbelanja, keanekaragaman produk, kualitas produk, harga, pelayanan serta daya

    tarik toko. Oleh karena itu, penerapan retailing mix sangatlah penting dikelola dan

    dikendalikan dengan baik oleh para pelaku ritel.

    Pelaku ritel di kota Pati adalah Swalayan Surya Baru. Swalayan Surya Baru

    merupakan salah satu pusat perbelanjaan yang cukup berkembang. Hal tersebut tidak

    lepas dari semangat pemilik Swalayan yang terus mengembangkan tokonya dengan

    cara memperluas toko (lihat gambaran objek). Swalayan yang semakin luas,

  • 3

    memudahkan pemilik dalam mengkombinasikan bauran ritelnya yang dapat membuat

    konsumen merasakan banyak keuntungan sehingga puas berbelanja di Swalayannya.

    Alasan pemilihan objek yang diteliti, yaitu Swalayan Surya Baru Pati, adalah karena

    banyak sekali ritel yang bermunculan di kota sekecil Pati namun swalayan ini tetap

    mampu bertahan dan terus gencar mengembangkan usahanya.

    Penulis tertarik untuk meneliti tentang retailing, walaupun banyak penelitian

    lain yang membahas tentang retailing mix, penulis belum menemukan satupun

    tentang retailing mix yang diterapkan oleh suatu swalayan lokal di kota yang relatif

    kecil pula.

    Tabel 1 menunjukkan beberapa penelitian yang pernah dilakukan.

    Tabel 1. Penelitian terdahulu

    Peneliti Judul Variabel Hasil

    - Ekawati (2005)

    - Mamuaya

    (2008)

    Atribut Retailing mix

    yang

    dipertimbangkan

    pelanggan dalam

    membuat keputusan

    pembeli (Studi di

    toko klontong Basa

    Putra di kota Kudus)

    Pengaruh variabel-

    variabel retail mix

    terhadap keputusan

    pembelian konsumen

    di Supermarket Kota

    Manado

    Kenyamanan dalam

    berbelanja,kelengkapan

    produk, kualitas produk,

    harga produk, pelayanan

    dan daya tarik toko.

    lokasi, produk, nilai,

    karyawan, dan

    komunikasi

    Pertimbangan

    konsumen terhadap

    kenyamanan

    berbelanja adalah

    nyaman, kelengkapan

    produk adalah sangat

    lengkap,kualitas

    produk sangat baik,

    pelayanan

    cepat,harga

    murah,daya tarik toko

    menarik.

    Semua variabel

    berpengaruh

    signifikan secara

    simultan terhadap

    keputusan pembelian.

    Sebagian variabel

    berpengaruh secara

  • 4

    - Wellianto

    (2009)

    - Santoso (2010)

    Faktor-faktor

    Retailing Mix yang

    dipertimbangkan oleh

    konsumen dalam

    berbelanja di

    Alfamart dan

    Indomaret di Salatiga

    Analisa Pengaruh

    Retailing Mix pada

    Intensi Pembelian

    Konsumen (Studi

    kasus pada toko Batik

    Mahkota, Salatiga)

    Kenyamanan berbelanja,

    keanekaragaman produk,

    kualitas produk, harga,

    pelayanan dan daya tarik

    toko

    Kenyamanan berbelanja,

    keanekaragaman barang,

    kualitas barang, harga,

    pelayanan dan daya tarik

    toko

    parsial, variabel nilai

    yang meliputi harga

    bersaing dan kualitas

    produk yang sesuai

    dengan harga yang

    ditawarkan

    mempunyai pengaruh

    yang dominan

    terhadap keputusan

    pembelian konsumen

    di Supermarket kota

    Manado.

    Kenyamanan

    berbelanja Alfamart

    dan Indomaret cukup

    baik,

    keanekaragaman

    barang baik, kualitas

    barang baik, harga

    baik, pelayanan baik,

    daya tarik baik.

    Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa

    tidak ada pengaruh

    antara kenyamanan

    berbelanja,

    keanekaragaman

    barang, pelayanan

    terhadap intensi

    pembelian,

    sedangkan kualitas

    barang, harga, dan

  • 5

    - Japarianto dan

    Djati (2011)

    - Anggraini

    (2011)

    Pengaruh Service

    Retail Marketing Mix

    terhadap Kepuasan

    Belanja Tourism

    Shopper di Plaza-

    Plaza Surabaya

    Pengaruh Retailing

    Mix terhadap

    Loyalitas Toko Pada

    Ritel Hypermart Solo

    Square di Kota Solo

    Retail Location, Store

    Design, The Retail

    Assortment/ The Retail

    Merchandise, Retail

    Pricing, Retail

    Promotion, Customer

    Service, Relationship

    and Customer Loyality

    Kenyamanan berbelanja,

    keanekaragaman barang,

    harga,pelayanan, daya

    tarik toko dan aksibilitas

    daya tarik toko

    berpengaruh positif

    terhadap intensi

    pembelian.

    Semua variabel

    secara bersama-sama

    memiliki pengaruh

    terhadap tingkat

    kepuasan . Variasi

    barang, harga retail,

    dan costumer service

    tidak memiliki

    pengaruh yang

    signifikan bila

    dibanding varibel

    yang lain. Variabel

    store design adalah

    variabel yang paling

    berpengaruh terhadap

    tingkat kepuasan

    tourism shopper,

    serta tingkat animo

    konsumen cukup

    baik.

    Semua variabel

    berpengaruh

    signifikan terhadap

    loyalitas. Variabel

    pelayanan

    mempunyai pengaruh

    yang dominan.

  • 6

    Beberapa penelitian yang pernah dilakukan yaitu Japarianto dan Djati (2011)

    yang meneliti kepuasan belanja, Ekawati (2005) yang meneliti tentang pertimbangan

    pelanggan dalam membuat keputusan pembeli. Mamuaya (2008) meneliti tentang

    Keputusan Pembelian, Wellianto (2009) pertimbangan konsumen dalam berbelanja,

    Santoso (2010) tentang Intensi Pembelian konsumen, dan Anggraini (2011) yang

    meneliti tentang Loyalitas. Penulis masih melihat peluang penelitian yang belum

    tercakup dalam penelitian-penelitian tersebut yaitu Pengaruh Faktor-faktor Retailing

    mix terhadap Kepuasan Konsumen Berbelanja di Swalayan Surya Baru Pati.

    Persoalan Penelitian

    1. Bagaimana pengaruh faktor-faktor retailing mix terhadap kepuasan konsumen

    berbelanja di Swalayan Surya Baru Pati?

    2. Faktor manakah dari retailing mix yang paling dominan berpengaruh terhadap

    kepuasan konsumen berbelanja di Swalayan Surya Baru Pati?

    Tujuan Penelitian

    1. Untuk menjelaskan pengaruh faktor-faktor retailing mix terhadap kepuasan

    konsumen berbelanja di Swalayan Surya Baru Pati

    2. Untuk menjelaskan faktor retailing mix manakah yang paling dominan

    berpengaruh terhadap kepuasan konsumen berbelanja di Swalayan Surya Baru

    Pati

  • 7

    Gambaran Objek Penelitian

    Swalayan Surya Baru ini berada di Jalan Panglima Sudirman No. 148 Pati.

    Lokasi Swalayan dekat dengan Simpang lima dan beberapa Sekolah (TK, SD, SMP

    Kanisius). Luas Swalayan berkisar 12m x 18m. Pemilik Swalayan bernama Agus

    Susanto Kurniawan. Berdasarkan penjelasan singkat dengan pemilik Swalayan pada

    17 Februari 2012, sejarah singkat swalayan ini berawal dari toko klontong kecil

    disekitar tahun 1984, dan pada tahun 2003 mulai dikembangkan dengan merenovasi

    dan memperluas bangunan lantai satu. Kemudian pada tahun 2005 Swalayan ini

    mulai didaftarkan di Kantor Pelayanan Peijinan Terpadu.

    Dengan semakin banyaknya toko yang bermunculan, pemilik Swalayan

    mempunyai inisiatif untuk memajukan swalayannya dengan membangun lantai dua

    pada tahun 2005 dengan harapan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi konsumen

    yang semakin tinggi sehingga dapat memuaskan konsumennya. Total karyawan lantai

    satu dan lantai dua adalah 40 orang. Swalayan ini buka pukul 08.00-21.00 dan pada

    hari Minggu tutup kecuali hari menjelang Lebaran.

    Tahun depan pemilik berencana memperbesar Swalayan dengan membangun

    lahan yang berada disebelah kanan Swalayan. Menurut pengalaman pemilik, dalam

    mengelola sebuah usaha dan memajukan usaha pasti ada suka duka yang dialami,

    namun pemilik berterimakasih pada para konsumennya yang senang dan puas

    berbelanja di Swalayannya.

  • 8

    TINJAUAN LITERATUR, HIPOTESIS DAN MODEL PENELITIAN

    Retailing mix

    Retailing adalah satu perangkat kegiatan dan langkah-langkah bisnis yang

    dibutuhkan untuk menyampaikan layanan kepada konsumen (Dunne dan Lusch,

    2005). Sedangkan menurut Hartley (1980) retailing mix adalah kombinasi barang

    dagangan, harga, pelayanan dan usaha-usaha promosi yang dilakukan toko ritel untuk

    menyediakan barang-barang konsumsi bagi konsumennya. Ada enam retailing mix

    tersebut meliputi kenyamanan berbelanja, keanekaragaman produk, kualitas produk,

    harga, pelayanan serta daya tarik toko. Berikut ini pembahasan mengenai enam

    atribut bauran ritel tersebut.

    Kenyamanan dalam berbelanja

    Kenyamanan dalam berbelanja adalah suatu kondisi dimana pembeli merasa

    nyaman dan tidak bosan karena adanya jam buka toko yang panjang, ruangan toko

    yang tidak sempit, kemudahan mencari tempat untuk parkir, serta lokasi toko yang

    mudah untuk dijangkau oleh konsumen (Hartley, 1980). Kenyamanan dalam

    berbelanja dapat dikatakan sebagai salah satu faktor yang cukup berperan dalam

    kegiatan belanja konsumen, karena nyaman tidaknya sebuah toko akan selalu diingat

    oleh konsumen. Oleh karena itu, penting bagi peritel untuk membuat tokonya selalu

    nyaman bagi para konsumennya agar konsumen tidak beralih berbelanja ke toko

    pesaing.

    Keanekeragaman produk

    Produk sebagai segala sesuatu yang ditawarkan kepada pasar agar menarik

    perhatian, akuisisi, penggunaan, atau konsumsi yang dapat memuaskan suatu

    keinginan dan kebutuhan (Kotler dan Armstrong, 2008). Sedangkan menurut Hartley

    (1980) keanekaragaman produk adalah banyaknya jenis dan variasi (warna, bentuk,

  • 9

    ukuran, dan harga) barang yang ditawarkan peritel. Keanekaragaman produk terdiri

    dari dua macam yaitu

    � Keluasan produk : produk yang ditawarkan kepada konsumen

    beranekaragam jenisnya.

    � Kedalaman produk : kedalaman produk mengarah pada berbagai warna,

    bentuk, ukuran, dan harga yang pengecer tawarkan kepada konsumen.

    Keanekaragaman barang merupakan keunggulan tersendiri bagi peritel.

    Keluasan dan kedalaman barang yang ditawarkan dapat digunakan peritel untuk

    bersaing baik mempertahankan pelanggan yang ada, menarik pelanggan yang beralih

    ke pesaing dan mengundang konsumen baru untuk datang mengunjungi toko terkait.

    Konsumen akan tertarik berkunjung dan senang berbelanja dengan banyaknya barang

    yang ditawarkan oleh peritel, karena mereka memiliki banyak alternatif dalam

    memilih barang yang mereka sukai tanpa berpindah toko.

    Kualitas Produk

    Kualitas produk adalah satu sarana positioning utama pemasar. Kualitas

    mempunyai dampak langsung pada kinerja produk atau jasa; oleh karena itu, kualitas

    berhubungan erat dengan nilai dan kepuasan pelanggan (Kotler dan Amstrong, 2008).

    Sedangkan menurut Hartley (1980) kualitas atau mutu produk adalah kualitas produk

    yang ditawarkan dan komponen-komponen toko untuk mengikuti perubahan mode

    dagangan.

    Tugas memperbaiki mutu produk yang dijual dan jasa seharusnya menjadi

    prioritas perusahaan. Banyak sekali konsumen yang tidak bisa menerima mutu yang

    jelek atau pas-pasan. Perusahaan sekarang ini tidak punya pilihan lain selain

    melakukan perbaikan mutu barang yang dijual serta jasa yang disediakan jika ingin

    masih bertahan dalam persaingan pasar. Kualitas adalah jaminan terbaik atas

    kesetiaan pelanggan, pertahanan terbaik dalam menghadapi persaing, dan jalan

    menuju pertumbuhan bisnis (Santoso, 2011).

  • 10

    Harga

    Dalam arti yang sempit, harga (price) adalah jumlah yang ditagihkan atas

    suatu produk atau jasa. Lebih luas lagi, harga adalah jumlah semua nilai yang

    diberikan oleh pelanggan untuk mendapatkan keuntungan dari memiliki atau

    menggunakan suatu produk atau jasa (Kotler dan Amstrong, 2008). Sedangkan

    Hartley (1980) menyebutkan harga menunjukkan tingkat kualitas dan mode barang.

    Harga sebuah produk atau jasa merupakan faktor penentu utama permintaan

    pasar (Stanton, 1985). Oleh karena itu, penetapan harga penting dikelola oleh peritel

    dengan baik. Harga memiliki pengaruh yang sangat besar pada kegiatan belanja

    konsumen, karena harga digunakan konsumen sebagai ukuran kemampuannya dalam

    memutuskan pembelian suatu barang, sehingga harga yang ditawarkan peritel harus

    berusaha memperhatikan keuntungan yang akan diperoleh konsumen, salah satunya

    dapat ditunjukkan dari kesesuaian harga dengan kualitas barang. Konsumen pasti

    akan mencari produk yang berkualitas dengan harga yang sesuai keinginannya

    sebelum melakukan pembelian barang, sehingga penetapan harga dapat dilakukan

    sedemikian rupa agar muncul keseimbangan yang diperoleh antara peritel dan

    konsumen.

    Pelayanan

    Kotler (1997) dalam Kurniawan (2009) mendefinisikan pelayanan adalah

    semua kegiatan yang dilakukan satu pihak ke pihak lain seperti dalam hal perusahaan

    melayani konsumen. Sedangkan Hartley (1980) menyebutkan pelayanan adalah jasa

    yang disediakan penjual terhadap pembeli sehingga penjual akan mendapatkan

    keuntungan lebih dan dapat digunakan untuk menarik calon pembeli.

    Pelayanan merupakan faktor yang penting diantara beberapa faktor ritel yang

    lain yang tujuannya memuaskan konsumen. Pelayanan yang baik sangat diharapkan

    oleh konsumen, dan bagi peritel dapat digunakan untuk mempertahankan pelanggan

    dan meningkatkan jumlah pelanggan yang berbelanja di tokonya, sehingga untuk

  • 11

    senantiasa memuaskan konsumen mendorong peritel untuk memberikan pelayanan

    yang sebaik-baiknya dengan cara meningkatkan pelayanan agar memuaskan

    konsumen secara optimal.

    Daya tarik toko

    Daya tarik toko adalah kemampuan toko dalam hal penataan ruang, potongan

    harga, hadiah, dan promosi untuk menarik konsumen berbelanja (Hartley, 1980). Ide

    menarik dan inovatif yang dapat diterapkan peritel, akan menjadikan suasana toko

    menjadi lebih baik dan memiliki ciri khas tersendiri, maka akan muncul daya tarik

    toko bagi pembeli (Anggraini, 2011). Daya tarik toko tidak hanya membuat

    konsumen senang tetapi juga memberikan dampak positif dan nilai lebih bagi toko

    terkait karena dapat menunjukkan kemampuannya yang berbeda dari toko pesaing.

    Kepuasan Konsumen

    Pada dasarnya tujuan dari suatu bisnis adalah untuk menciptakan pelanggan

    yang merasa puas (Schanaars, 1991 dalam Tjiptono, 1997). Kepuasan Pelanggan

    terjadi bila kinerja sebuah produk atau jasa memenuhi atau melampaui harapan

    pelanggan (Gerson, 2001). Sedangkan menurut Dunne dan Lusch (2005) kepuasan

    konsumen adalah keseluruhan pengalaman berbelanja yang memenuhi atau

    melampaui harapan konsumen.

    Pengukuran kepuasan pelanggan tidak hanya untuk menentukan bagaimana

    pelanggan menikmati produk atau jasa yang mereka beli dan pelayanan yang mereka

    terima, tetapi juga harus mengidentifikasi apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh

    pelanggan (Gerson, 2001). Ada beberapa metode yang dapat digunakan setiap

    perusahaan untuk mengukur dan memantau kepuasan pelanggannya (juga perusahaan

    pesaing). Kotler (1994) dalam Tjiptono (2000) mengemukakan 4 metode untuk

    mengukur kepuasan pelanggan, yaitu :

    o Sistem keluhan dan saran

  • 12

    Setiap perusahaan yang berorientasi pada konsumen (customer oriented) perlu

    memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi para pelanggannya untuk

    menyampaikan saran, pendapat, dan keluhan mereka.

    o Survai kepuasan pelanggan

    Melalui survai, perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan balik

    secara langsung dari pelanggan dan sekaligus juga memberikan isyarat

    (signal) positif bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap para

    pelanggannya.

    o Ghost shopping

    Metode ini dilaksanakan dengan mempekerjakan beberapa orang (ghost

    shopper) untuk berperan atau bersikap sebagai pelanggan/pembeli potensial

    produk perusahaan pesaing. Lalu ghost shopper tersebut menyampaikan

    temuan-temuannya mengenai kekuatan dan kelemahan produk perusahaan

    dan pesaing berdasarkan pengalaman mereka dalam pembelian produk-

    produk tersebut.

    o Lost customer analysis

    Perusahaan berusaha menghubungi para pelanggannya yang telah berhenti

    membeli atau yang telah beralih pemasok. Yang diharapkan adalah akan

    diperolehnya informasi penyebab terjadinya pemberhentian membeli.

    Dalam penelitian ini penulis memilih pengukuran Dunne and Lusch (2005)

    yang cukup sederhana. Pengukuran Kotler (1994) dalam Tjiptono (2000) memerlukan

    proses penelitian yang lebih panjang (dengan mewawancarai responden) sehingga

    mungkin penelitian yang menggunakan pengukuran ini baik dilakukan sebagai

    konfirmasi atas penelitian yang sudah dilakukan penulis.

    Pengaruh kenyamanan berbelanja terhadap Kepuasan Konsumen

    Faktor pertama dalam retailing mix adalah kenyamanan dalam berbelanja.

    Apabila sebuah toko nyaman untuk berbelanja, maka akan membuat konsumen

  • 13

    merasa puas dan senang untuk berbelanja pada toko yang bersangkutan. Kenyamanan

    merupakan berbagai fasilitas yang tersedia untuk meningkatkan kepuasan konsumen

    (Shafa, 2008 dalam Santoso, 2010). Kenyamanan berbelanja dapat ditunjukkan

    dengan adanya jam buka toko yang panjang, ruangan toko yang tidak sempit,

    kemudahan mencari tempat untuk parkir, dan lokasi toko yang mudah dijangkau oleh

    konsumen (Hartley, 1980). Japarianto dan Djati (2011) dalam penelitiannya

    menemukan bahwa variabel retail location termasuk dari lokasi yang mudah

    dijangkau, area parkir yang cukup nyaman, lokasi yang strategis berpengaruh

    signifikan pada kepuasan konsumen. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat

    dirumuskan hipotesis :

    H1 : kenyamanan berbelanja berpengaruh terhadap kepuasan konsumen

    Pengaruh Keanekaragaman produk terhadap Kepuasan Konsumen

    Keanekaragaman barang yang tersedia dalam sebuah toko sangat

    mempengaruhi minat masyarakat untuk mengunjungi toko. Dengan banyaknya

    kategori barang, pembeli tidak perlu berpindah tempat belanja hanya untuk

    mendapatkan barang yang tidak diperolehnya di toko tersebut. Jadi ketersediaan

    beragam jenis barang, merek, ukuran, warna, bentuk dan rasa sangatlah berhubungan

    erat dengan terciptanya kepuasan konsumen (Anggraini, 2011). Keanekaragaman

    barang akan membuat konsumen merasa senang dan puas karena barang-barang yang

    dijual lengkap, selalu tersedia ketika akan dibeli sehingga tidak menimbulkan

    kekecewaan pada hati konsumen. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat

    dirumuskan hipotesis:

    H2 : keanekaragaman produk berpengaruh terhadap kepuasan konsumen

    Pengaruh Kualitas Produk terhadap Kepuasan Konsumen

    Kotler (1997) dalam Santoso (2010) menyatakan bahwa kualitas barang

    adalah keseluruhan ciri serta sifat dari suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh

  • 14

    pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan. Santoso (2010) menyatakan

    kepuasan pelanggan berkaitan erat dengan kualitas barang yang ditawarkan. Hal ini

    diperkuat dengan pandangan Bitner (1990) dalam Japarianto dan Djati (2011) yaitu,

    bahwa kepuasan pelanggan sering ditentukan oleh kualitas produk atau jasa yang

    ditawarkan. Kualitas barang yang baik, yang disediakan oleh peritel akan membuat

    konsumen puas dalam berbelanja. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat

    dirumuskan hipotesis:

    H3 : kualitas produk berpengaruh terhadap kepuasan konsumen

    Pengaruh Harga terhadap Kepuasan Konsumen

    Harga merupakan salah satu faktor yang paling sensitif diantara faktor lainnya

    karena harga akan berdampak langsung pada penjualan barang dan keuntungan yang

    diperoleh. Penetapan harga jual yang tepat memungkinkan penjual mempunyai profit

    yang layak, sekaligus memberikan kepuasan konsumen baik sebelum, selama

    maupun setelah penjualan. Banyak konsumen akan memperhitungkan harga sebagai

    kriteria yang paling penting dalam memilih produk (Anggraini, 2011), oleh karena

    selisih harga dapat mempengaruhi kepuasan berbelanja konsumen. Apabila harga

    produk yang ditawarkan cukup murah, sesuai dengan kualitas serta keinginan hatinya

    tentu konsumen akan merasa senang dan puas dalam berbelanja. Berdasarkan uraian

    tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis:

    H4 : harga berpengaruh terhadap kepuasan konsumen

    Pengaruh Pelayanan terhadap Kepuasan Konsumen

    Pelayanan yang diberikan sebuah toko tentu berpengaruh terhadap kepuasan

    konsumen dalam berbelanja. Pelayanan merupakan hubungan secara langsung antara

    konsumen yang sedang berbelanja dengan karyawan yang melayani konsumen yang

    ada dalam toko. Konsumen senang dengan karyawan yang ramah, akan tetapi

    konsumen juga mengharapkan adanya karyawan yang cepat dalam melayani serta

  • 15

    memahami barang-barang yang ditawarkan oleh peritel. Apabila seorang karyawan

    mampu memberikan pelayanan sesuai dengan yang diharapkan konsumen maka akan

    membuat konsumen merasa puas dalam berbelanja. Berdasarkan uraian tersebut dapat

    dirumuskan hipotesis :

    H5 : pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan konsumen

    Pengaruh Daya tarik toko terhadap Kepuasan Konsumen

    Daya tarik toko adalah kemampuan toko dalam hal penataan ruang, potongan

    harga, hadiah, dan promosi untuk menarik konsumen berbelanja (Hartley, 1980).

    Daya tarik toko dapat diciptakan sebagai sarana pendukung dalam penciptaan

    kepuasan konsumen. Berbagai cara yang dapat digunakan dalam indikator Ekawati

    (2005) dan Wellianto (2009) dapat melalui penataan toko yang rapi, potongan harga,

    pemberian hadiah dan adanya promosi. Apabila kegiatan-kegiatan tersebut sering

    dilakukan oleh peritel setidaknya dapat mengurangi kejenuhan konsumen dan akan

    membuat konsumen puas berbelanja. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat

    dirumuskan hipotesis :

    H6 : daya tarik toko berpengaruh terhadap kepuasan konsumen

    Model Penelitian

    Gambar 1

    H1

    H2

    H3

    H4

    H5

    H6

    Kenyamanan dalam Berbelanja (X1)

    Kepuasan Konsumen Berbelanja di Swalayan

    Surya Baru Pati (Y)

    Keanekaragaman Produk (X2)

    Kualitas Produk (X3)

    Harga (X4)

    Daya Tarik Toko (X6)

    Pelayanan (X5)

  • 16

    METODE PENELITIAN

    Populasi dan Sampel

    Jumlah sampel menggunakan sampel minimum untuk penelitian studi

    pemasaran yaitu 200 orang responden (Mahotra, 1999), dimana 200 orang responden

    tersebut didapat dari populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh konsumen Surya

    Baru Pati. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability

    sampling dengan teknik accidental sampling. Non probability sampling adalah teknik

    pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap

    unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono,2010). Teknik

    accidental sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu

    siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan

    sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai

    sumber data (Sugiyono, 2010).

    Jenis Data

    Peneliti menggunakan data primer dan data sekunder dalam penelitian ini.

    Data primer tersebut diperoleh dengan berkunjung ke Swalayan Surya Baru pada

    tanggal 17 Februari 2012, dan bertanya jawab secara langsung dengan pemilik

    Swalayan Surya Baru Pati seputar swalayan, serta dari kuisioner yang telah diisi oleh

    200 sampel responden. Kuisioner tersebut berupa data responden dan jawaban dari

    200 responden mengenai enam faktor yang dikaji serta kepuasan konsumen terhadap

    faktor-faktor tersebut. Sedangkan data sekunder diperoleh dari informasi Kantor

    Pelayanan Peizinan Terpadu Pati.

  • 17

    Variabel dan Pengukuran Variabel

    Penelitian ini menggunakan enam variabel dan masing-masing variabel memiliki

    indikator empirik. Tabel 2 menunjukkan pengukuran variabel dan indikator empirik

    masing-masing variabel.

    Tabel 2. Variabel dan Pengukuran Variabel

    Variabel Definisi opersional

    variabel

    Indikator Empirik

    Ekawati, 2005

    Indikator Empirik

    Wellianto, 2009

    Indikator Empirik

    penulis

    Skala

    Pengukuran

    Kenyamanan

    dalam

    berbelanja

    (X1)

    Keanekaraga

    man produk

    (X2)

    Kenyamanan dalam

    berbelanja adalah suatu

    kondisi dimana pembeli

    merasa nyaman dan

    tidak bosan karena

    adanya jam buka toko

    yang panjang, ruangan

    toko yang tidak sempit,

    kemudahan mencari

    tempat untuk parkir,

    serta lokasi toko yang

    mudah untuk dijangkau

    oleh konsumen (Hartley,

    1980).

    keanekaragaman produk

    adalah banyaknya jenis

    dan variasi (warna,

    bentuk, ukuran, dan

    harga) barang yang

    ditawarkan peritel

    (Hartley, 1980).

    - Keluasan jam

    buka toko

    - Lokasi yang

    strategis

    - Kemudahan

    tempat parkir

    - Ketepatan jam

    buka toko

    - Tingkat

    keluasan

    produk

    - Tingkat

    kedalaman

    produk

    - Fleksibilitas

    jam buka

    - Lokasi yang

    strategis

    - Kemudahan

    untuk parkir

    - Keluasan

    ruangan

    - Kelengkapan

    barang

    - Variasi jenis

    barang

    (warna,

    bentuk,

    ukuran,

    harga)

    - Keluasan jam

    buka toko

    - Lokasi yang

    strategis

    - Kemudahan

    parkir

    - Keluasan

    ruangan

    - Kelengkapan

    barang

    - Variasi jenis

    barang

    (warna,

    bentuk,

    ukuran,

    - harga)

    Ordinal

    Ordinal

  • 18

    Kualitas

    produk (X3)

    Harga (X4)

    Pelayanan

    (X5)

    kualitas atau mutu

    produk adalah kualitas

    produk yang ditawarkan

    dan komponen-

    komponen toko untuk

    mengikuti perubahan

    mode dagangan (Harley,

    1980)

    harga adalah jumlah

    semua nilai yang

    diberikan oleh

    pelanggan untuk

    mendapatkan

    keuntungan dari

    memiliki atau

    menggunakan suatu

    produk atau jasa (Kotler

    dan Amstrong, 2008).

    pelayanan adalah jasa

    yang disediakan penjual

    terhadap pembeli

    sehingga penjual akan

    mendapatkan

    keuntungan lebih dan

    dapat digunakan untuk

    - Tingkat

    kesesuaian

    spesifikasi

    produk

    - Mutu produk

    dan kondisi

    produk

    - Mutu produk

    dan harga

    produk

    - Mutu dan

    tingkat mode

    produk

    - Kesesuaian

    harga dengan

    mutu produk

    - Harga barang-

    barang

    klontong

    - Harga

    berdasarkan

    nilai yang

    dipertimbangk

    an

    - Keramahan

    karyawan

    - Kecepatan

    dalam

    melayani

    - Pengetahuan

    tentang produk

    - Kondisi

    barang baik,

    tidak

    kadaluarsa

    - Kualitas

    barang sesuai

    dengan

    harganya

    - Kejelasan

    informasi

    tentang harga

    - Harga yang

    lebih murah

    - Keramahan

    karyawan

    - Kecepatan

    karyawan

    dalam

    melayani

    - Pengetahuan

    - Kondisi

    barang baik

    - Kualitas

    barang sesuai

    dengan

    harganya

    - Mengikuti

    perkembanga

    n mode

    - Kesesuaian

    harga dengan

    kualitas

    barang

    - Kesesuaian

    harga dengan

    mode barang

    - Harga cukup

    murah

    - Keramahan

    karyawan

    - Kecepatan

    karyawan

    dalam

    melayani

    - Pengetahuan

    karyawan

    Ordinal

    Ordinal

    Ordinal

  • 19

    Daya Tarik

    Toko (X6)

    Kepuasan

    Konsumen

    (Y)

    menarik calon pembeli

    (Hartley,1980).

    Daya tarik toko adalah

    kemampuan toko dalam

    hal penataan ruang,

    potongan harga, hadiah,

    dan promosi untuk

    menarik konsumen

    berbelanja (Hartley,

    1980).

    kepuasan konsumen

    adalah keseluruhan

    pengalaman berbelanja

    yang memenuhi atau

    melampaui harapan

    konsumen (Dunne dan

    Lusch, 2005).

    - Penataan toko

    - Potongan

    harga

    - Hadiah

    - Promosi

    karyawan

    tentang

    barang

    - Layout rapi

    - Potongan

    harga

    - Hadiah yang

    diberikan

    tentang

    barang

    - Penataan toko

    menarik

    - Potongan

    harga

    - Hadiah

    - Promosi

    (E-P)

    - Kenyamanan

    dalam

    berbelanja

    - Keanekaraga

    man produk

    - Kualitas

    produk

    - Harga

    - Pelayanan

    - Daya tarik

    toko

    Ordinal

    Ordinal

    Sumber: Hartley 1980, Kotler dan Amstrong 2008, Dunne dan Lusch 2005, Ekawati

    2005, Wellianto 2009

    Indikator-indikator empirik pada tabel 2 digunakan dalam penyusunan

    pertanyaan kuisioner penelitian dan diukur menggunakan skala Likert. Skala

    penilaian jawaban dalam kuisioner terdiri dari : sangat tidak setuju = 1, tidak setuju =

    2, cukup setuju= 3, setuju = 4, dan sangat setuju = 5.

  • 20

    Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara menyebarkan

    kuisioner. Peneliti mendapatkan 200 sampel responden melalui teknik accidental

    sampling yaitu siapa saja yang kebetulan ditemui peneliti, dan bersedia untuk

    meluangkan sedikit waktu menjawab beberapa pertanyaan yang terlampir pada

    kuisioner melalui skala pengukuran Likert.

    Teknik Analisis Data

    Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda program SPSS 18

    untuk mengolah data dari 200 kuisioner yang telah diisi oleh responden. Analisis

    regresi berganda digunakan untuk mengetahui perolehan masing-masing nilai

    koefisien variabel independen X1, X2, X3, X4, X5, X6, dan pengaruh enam variabel

    terhadap variabel dependen (Y).

    Model regresi berganda:

    Y = a + b1X1+b2X2+b3X3+ b4X4+b5X5+b6X6+ e

    Keterangan :

    Y = Kepuasan Konsumen

    a = konstanta

    b = koefisien regresi

    X1 = kenyamanan berbelanja

    X2 = kelengkapan produk

    X3 = kualitas produk

    X4 = harga

    X5 = pelayanan

    X6 = daya Tarik toko

    e = erorr

  • 21

    HASIL PENELITIAN

    Karakteristik Responden

    Berdasarkan penyebaran kuisioner yang dilakukan pada 12-20 Mei 2012 diperoleh

    200 karakteristik responden meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan, dan pengeluaran

    per bulan.

    Tabel 3. Karakteristik Responden

    Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) 1. Laki-laki 72 36 2. Perempuan 128 64 Usia 1. 50 th 25 12,5 Pend.terakhir 1. S1 14 7 Pengluaran per bulan 1. 3jt 23 11,5 Sumber: Data primer diolah, 2012

    Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa berdasarkan jenis kelamin, jumlah responden

    perempuan lebih banyak yaitu sejumlah 128 orang (64%). Dilihat dari usia, terbanyak

    usia < 25 tahun sejumlah 97 orang (48,5 %), usia 25-50 tahun sejumlah 78 orang (39

    %), usia > 50 tahun sejumlah 25 orang (12,5%). Sedangkan untuk pendidikan

    terakhir, terbanyak SMA-S1 sejumlah 116 orang (58%), S1 sejumlah 14 orang (7%). Kemudian untuk pengeluaran per bulan terbanyak

    Rp.1.000.000,-Rp.3.000.000,- sejumlah 89 orang (44,5%), < Rp.1.000.000,- sejumlah

    88 orang (44%), dan > Rp.3.000.000 sejumlah 23 orang (11,5%).

  • 22

    Uji Validitas

    Uji validitas untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuisioner. Uji signifikansi

    dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of

    freedom df = n -2, alpha 0,05. Bandingkan nilai Corrected Item-Total Correlation

    dengan hasil perhitungan r tabel. Jika r hitung lebih besar dari r tabel dan nilai positif

    maka indikator tersebut dinyatakan valid (Ghozali, 2005). Tabel 4 menunjukkan hasil

    uji validitas indikator-indikator empirik dari variabel kenyamanan dalam berbelanja,

    keanekaragaman produk, kualitas produk, harga, pelayanan, dan daya tarik toko.

    Tabel 4. Hasil Uji Validitas

    Variabel Indikator Empirik

    Corrected Item-Total Correlation

    Kenyamanan dalam Berbelanja

    KB1 0,280 KB2 0,324 KB3 0,453 KB4 0,501

    Keanekaragaman Produk

    KP1 0,683 KP2 0,722 KP3 0,713 KP4 0,707 KP5 0,757

    Kualitas Produk K1 0,571 K2 0,618 K3 0,547

    Harga H1 0,579 H2 0,623 H3 0,428

    Pelayanan P1 0,706 P2 0,718 P3 0,689

    Daya Tarik Toko D1 0,307 D2 0,611 D3 0,607 D4 0,395

    Kepuasan Konsumen

    KK1 0,472 KK2 0,419 KK3 0,553

  • 23

    KK4 0,551 KK5 0,459 KK6 0,542

    Sumber: Data Primer diolah, 2012

    Berdasarkan uji validitas diperoleh nilai Corrected Item-Total Correlation positif > r

    tabel 0,05 (0,138) maka dinyatakan indikator-indikator tersebut valid.

    Uji Reliabilitas

    Uji reliabilitas adalah alat ukur untuk mengukur suatu kuisioner yang merupakan

    indikator dari variabel. Suatu variabel dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha

    sebesar 0,6 atau > 0,6 ( Nunnaly, 1967 dalam Ghozali, 2005).

    Tabel 5. Hasil Uji Reliabilitas

    Variabel Cronbach Alpha Kenyamanan dalam berbelanja

    0,607

    Keanekaragaman Produk

    0,882

    Kualitas Produk 0,750 Harga 0,719 Pelayanan 0,838 Daya Tarik Toko 0,691 Kepuasan Konsumen

    0,758

    Sumber: Data Primer diolah, 2012

    Berdasarkan uji reliabilitas, diperoleh nilai Cronbach Alpha sebesar 0,6 atau > 0,6

    maka variabel-varibel tersebut reliabel.

    Uji Asumsi Klasik

    Uji asumsi klasik yang diuji meliputi uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji

    heteroskedastisitas.

  • 24

    Uji Normalitas

    Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

    pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2005). Uji normalitas

    dilakukan dengan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S).

    Tabel 6. Hasil Uji Normalitas

    One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

    Unstandardized Residual

    N 200 Normal Parametersa,b Mean .0000000

    Std. Deviation .49908586 Most Extreme Differences

    Absolute .045

    Positive .027 Negative -.045

    Kolmogorov-Smirnov Z .630 Asymp. Sig. (2-tailed) .822

    a. Test distribution is Normal.

    b. Calculated from data. Sumber: Data Primer diolah, 2012

    Berdasarkan uji normalitas diperoleh nilai K-S sebesar 0,630 dan nilai signifikan

    0,882 > 0,05 maka data residualnya berdistibusi normal.

    Uji Multikolinieritas

    Uji multikolinieritas, menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar

    variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model

    regresi adalah melihat nilai tolerance dan nilai VIF. Jika nilai tolerance < 0,01 atau

    sama dengan nilai VIF > 10 maka menunjukkan multikolinieritas (Ghozali, 2005).

  • 25

    Tabel 7. Hasil Uji Multikolinieritas

    Variabel Tolerance VIF

    Kenyamanan dalam berbelanja 0,687 1,456 Keanekaragaman Produk 0,383 2,610 Kualitas Produk 0,444 2,254 Harga 0,442 2,264 Pelayanan 0,477 2,095 Daya Tarik Toko 0,610 1,639

    Sumber: Data Primer diolah, 2012

    Berdasarkan uji multikolinieritas, tidak ada variabel yang nilai tolerance < 0,01 dan

    nilai VIF > 10, maka kesimpulan yang diperoleh adalah tidak ditemukan korelasi

    antar variabel bebasnya.

    Uji Heteroskedastisitas

    Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

    ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain

    (Ghozali, 2005).

    Tabel 8. Hasil Uji Heteroskedastisitas

    Sumber: Data Primer diolah, 2012

  • 26

    Berdasarkan uji heteroskedastisitas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

    heteroskedastisitas, ditunjukkan dari titik-titik yang tersebar secara acak dan baik di

    atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y.

    Uji Hipotesis

    Pengujian hipotesis dengan memperhatikan nilai signifikansi yang diperoleh oleh

    masing-masing variabel bebas. Jika sig > 0,05 maka hipotesis ditolak sedangkan jika

    sig 1,972) dan tingkat signifikan (sig 1,972 dan 0,005

  • 27

    Penjelasan Hasil Regresi :

    Pengaruh Kenyamanan dalam berbelanja terhadap Kepuasan Konsumen

    Berbelanja di Swalayan Surya Baru Pati

    Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan regresi

    diketahui bahwa kenyamanan dalam berbelanja tidak berpengaruh terhadap kepuasan

    konsumen, ditunjukkan dari tingkat signifikansi yang lebih besar yaitu 0,094 > 0,05

    sehingga hipotesis pertama yang menduga kenyamanan dalam berbelanja

    berpengaruh terhadap kepuasan konsumen ditolak.

    Pengaruh Keanekaragaman Produk terhadap Kepuasan Konsumen Berbelanja

    di Swalayan Surya Baru Pati

    Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan regresi

    diketahui bahwa keanekaragaman produk tidak berpengaruh terhadap kepuasan

    konsumen, ditunjukkan dari tingkat signifikansi yang lebih besar yaitu 0,316 > 0,05

    sehingga hipotesis kedua yang menduga keanekaragaman produk berpengaruh

    terhadap kepuasan konsumen ditolak.

    Pengaruh Kualitas Produk terhadap Kepuasan Konsumen Berbelanja di

    Swalayan Surya Baru Pati

    Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan regresi

    diketahui bahwa kualitas produk tidak berpengaruh terhadap kepuasan konsumen,

    ditunjukkan dari tingkat signifikansi yang lebih besar yaitu 0,201 > 0,05 sehingga

    hipotesis ketiga yang menduga kualitas produk berpengaruh terhadap kepuasan

    konsumen ditolak.

  • 28

    Pengaruh Harga terhadap Kepuasan Konsumen Berbelanja di Swalayan Surya

    Baru Pati

    Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan regresi

    diketahui bahwa harga tidak berpengaruh terhadap kepuasan konsumen, ditunjukkan

    dari tingkat signifikansi yang lebih besar yaitu 0,539 > 0,05 sehingga hipotesis

    keempat yang menduga harga berpengaruh terhadap kepuasan konsumen ditolak.

    Pengaruh Pelayanan terhadap Kepuasan Konsumen Berbelanja di Swalayan

    Surya Baru Pati

    Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan regresi

    diketahui bahwa pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan konsumen, ditunjukkan

    dari tingkat signifikansi 0,005 < 0,05 sehingga hipotesis kelima yang menduga

    pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan konsumen diterima

    Pengaruh Daya Tarik Toko terhadap Kepuasan Konsumen Berbelanja di

    Swalayan Surya Baru Pati

    Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan regresi

    diketahui bahwa daya tarik toko tidak berpengaruh terhadap kepuasan konsumen,

    ditunjukkan dari tingkat signifikansi yang lebih besar yaitu 0,454 > 0,05 sehingga

    hipotesis keenam yang menduga daya tarik toko berpengaruh terhadap kepuasan

    konsumen ditolak.

    Pembahasan

    Kenyamanan dalam berbelanja adalah suatu kondisi dimana pembeli merasa

    nyaman dan tidak bosan karena adanya jam buka toko yang panjang, ruangan toko

    yang tidak sempit, kemudahan mencari tempat untuk parkir, serta lokasi toko yang

    mudah untuk dijangkau oleh konsumen (Hartley, 1980). Hasil penelitian yang telah

    dilakukan pada konsumen Swalayan Surya Baru, ternyata kenyamanan dalam

  • 29

    berbelanja tidak berpengaruh terhadap kepuasan konsumen. Hal ini berarti

    kenyamanan dalam berbelanja bukan menjadi prioritas utama konsumen Swalayan

    Surya Baru.

    Hartley (1980) menyebutkan bahwa keanekaragaman produk adalah

    banyaknya jenis dan variasi (warna, bentuk, ukuran, dan harga) barang yang

    ditawarkan peritel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keanekaragaman produk

    tidak berpengaruh terhadap kepuasan konsumen Swalayan Surya Baru. Penelitian ini

    sejalan dengan penelitian Japarianto dan Djati (2011) bahwa variasi barang

    (keanekaragaman produk) tidak berpengaruh terhadap kepuasan belanja. Hal ini

    diasumsikan bahwa, sebagian besar konsumen yang berbelanja di Swalayan Surya

    Baru hanya sekedar membeli barang-barang primer saja dan kurang memperhatikan

    keanekaragaman produk yang dijual di Swalayan Surya Baru.

    Kualitas berhubungan erat dengan nilai dan kepuasan pelanggan (Kotler dan

    Amstrong, 2008). Namun hasil penelitian membuktikan bahwa, kualitas produk tidak

    berpengaruh terhadap kepuasan konsumen Swalayan Surya Baru. Apabila dilihat dari

    karakteristik responden berdasarkan usia terbanyak adalah < 25tahun, diasumsikan

    bahwa konsumen (anak-anak sampai dewasa) kurang memperhatikan kualitas produk

    yang dijual. Berdasarkan pengamatan penulis, sebagian konsumen yang berbelanja

    juga merupakan konsumen yang tinggal di daerah desa dekat kota Pati, yang

    berbelanja ketika habis panen, sehingga tidak memperhatikan kualitas produk yang

    ada di Swalayan Surya Baru. Konsumen menganggap kualitas produk yang ada di

    Swalayan Surya Baru sama (standart) dengan toko lain.

    Harga adalah jumlah semua nilai yang diberikan oleh pelanggan untuk

    mendapatkan keuntungan dari memiliki atau menggunakan suatu produk atau jasa

    (Kotler dan Amstrong, 2008). Akan tetapi setelah dilakukan penelitian, ternyata harga

    tidak berpengaruh terhadap kepuasan konsumen Swalayan Surya Baru. Penelitian ini

    sejalan dengan Japarianto dan Djati (2011) bahwa harga tidak berpengaruh terhadap

  • 30

    kepuasan konsumen. Hal ini berarti konsumen Swalayan Surya Baru menganggap

    harga produk yang dijual di Swalayan sama (standart) dengan toko lain.

    Hartley (1980) menyebutkan pelayanan adalah jasa yang disediakan penjual

    terhadap pembeli sehingga penjual akan mendapatkan keuntungan lebih dan dapat

    digunakan untuk menarik calon pembeli. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

    pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan konsumen. Berdasarkan karakteristik

    responden yang diperoleh terbanyak dalam pendidikan terakhir adalah SMA-S1, hal

    ini diasumsikan bahwa konsumen yang berpendidikan tinggi sangat peka, dan

    memprioritaskan pelayanan. Hal ini berarti pelayanan merupakan faktor yang

    penting, dimana pelayanan setiap toko memiliki ciri khas sendiri-sendiri dan

    Swalayan Surya Baru memberikan pelayanan yang meliputi keramahan, kecepatan

    dalam melayani dan pengetahuan karyawan mengenai barang-barang yang dijual

    yang mampu mempengaruhi kepuasan konsumen yang berbelanja di swalayannya.

    Daya tarik toko adalah kemampuan toko dalam hal penataan ruang, potongan

    harga, hadiah, dan promosi untuk menarik konsumen berbelanja (Hartley, 1980).

    Hasil penelitian menunjukkan, ternyata daya tarik toko tidak berpengaruh terhadap

    kepuasan konsumen. Berdasarkan pengamatan penulis, konsumen Pati merupakan

    konsumen yang tidak terlalu menuntut, sehingga daya tarik toko yang ada di

    Swalayan Surya Baru dari penataan toko, potongan harga, hadiah, dan promosi di

    Swalayan Surya Baru tidak terlalu diperhatikan dan dianggap standart dengan toko

    lain.

  • 31

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitian maka kesimpulan yang diperoleh sebagai berikut:

    1. Tidak semua bauran ritel mempengaruhi kepuasan konsumen berbelanja di

    Swalayan Surya Baru Pati, pelayanan memiliki pengaruh signifikan terhadap

    kepuasan konsumen.

    2. Faktor yang paling dominan adalah pelayanan.

    Implikasi Terapan

    Penelitian yang dilakukan memiliki implikasi terapan berupa masukan bagi pemilik

    Swalayan Surya Baru Pati bahwa pelayanan yang telah diberikan kepada konsumen

    berpengaruh terhadap kepuasan konsumennya. Oleh karena itu, pelayanan harus

    senantiasa diutamakan, diperhatikan dan dioptimalkan agar konsumen tetap

    berbelanja di Swalayannya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara merekrut

    karyawan yang berkepribadian baik, kemudian diberikan pengarahan dan pelatihan

    dalam berperilaku kepada konsumen seperti keramahan, cekatan/ cepat dalam

    melayani, serta dalam memahami barang barang yang dijual.

    Keterbatasan Penelitian

    Penelitian yang dilakukan hanya sebatas meneliti pengaruh faktor-faktor retailing mix

    terhadap kepuasan konsumen berbelanja pada satu tempat saja dan objek yang

    digunakan masih tergolong Swalayan yang sedang tidak sebesar seperti Carrefour.

  • 32

    Daftar Pustaka

    Adinugroho, Jeffri. 2012. Pengaruh Bauran Penjualan Eceran (Retailing Mix) Terhadap Loyalitas Toko Matahari Fashion Temanggung. (Electronic Resource) Kertas Kerja Program S1, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Satya Wacana (tidak dipublikasikan).

    Anggraini, Kristina Dewi. 2011. Pengaruh Retailing Mix Terhadap Loyalitas Toko

    Pada Ritel Hypermart Solo Square di Kota Solo. (Electronic Resource) Kertas Kerja Program S1, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Satya Wacana (tidak dipublikasikan).

    Astuti, Sri Rahayu T. dan Prayudhanto, A. 2006. Analisis Pengaruh Retail Marketing

    Mix Terhadap Loyalitas Konsumen (Studi Kasus Pada Konsumen Toko Grosir X Semarang), Jurnal Studi Manajemen & Organisasi, Vol.3 No. 2 Juli 2006 171-193. eprints.undip.ac.id/32975/1/Jurnal.pdf. (diunduh 11 Februari 2012).

    Dunne, Patrick M. dan Lusch, Robert F. 2005. Retailing, 5th Edition. South Western :

    Thomson. Ekawati, Dian Christy. 2005. Atribut Retailing Mix yang dipertimbangkan Pelanggan

    Dalam Membuat Keputusan Pembeli (Studi di toko klontong Basa Putra di kota Kudus), Skripsi Program S1, Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana (tidak dipublikasikan).

    Gerson, Richard F. 2001. Mengukur Kepuasan Pelanggan. Jakarta : PPM.

    Ghozali, H. Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro.

    Hartley, Robert. F. 1980. Retailling : Challenge and Opportunity, 2nd Edition. Boston: Houghton Mifflin.

    Ivander, Elian. 2007. Pengaruh Faktor-Fakor Retailing Mix Terhadap Keputusan

    Pembelian di Indomaret Salatiga, Skripsi Program S1, Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana (tidak dipublikasikan).

    Japarianto, Edwin dan Djati, S. Pantja. 2011. Pengaruh Service Retail Marketing mix

    Terhadap Kepuasan Belanja Tourism Shopper Di Plaza-Plaza Surabaya, Jurnal Mitra Ekonomi dan Manajemen Bisnis, Vol.2 No.1 April 2011:96-114. http://scholar.google.co.id. (diunduh 30 Januari 2012).

  • 33

    Kotler dan Amstrong. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran, Edisi 12 jilid 1. Jakarta : Erlangga.

    Kurniawan, Deby Herry. 2009. Pengaruh Retailing Mix Terhadap Loyalitas Toko

    Pada Toko Elektronik Wijaya Baru, (Electronic Resource). Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana (tidak dipublikasikan).

    Malhotra, Naresh K. 1999. Marketing Research: An Applied Orientation, 3rd .ed.

    New Jersey: Prentice Hall. Mamuaya, Nova Christian Immanuel. 2008. Pengaruh Variabel-Variabel Retail Mix

    terhadap Keputusan Pembelian Konsumen di Supermarket Kota Manado, Jurnal FORMAS, Vol.2 No.1 Desember 2008: 29-40. isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/21082940.pdf. (diunduh 29 Januari 2012).

    Santoso, Novi Setyawardhani. 2010. Analisa Pengaruh Retailing Mix Pada Intensi

    Pembelian Konsumen (Studi Kasus Pada toko Batik Mahkota, Salatiga), (Electronic Resource). Kertas Kerja program S1, Fakultas Ekonomi Kristen Satya Wacana (tidak dipublikasikan).

    Stanton, William J. 1985. Prinsip Pemasaran, Edisi 7. Jakarta: Erlangga. Sugiyono, 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Bandung.

    Tjiptono, Fandy. 1997. Strategi Pemasaran, Edisi 2. Yogyakarta : Andi. Tjiptono, Fandy. 2000. Manajemen Jasa, Edisi 2 cetakan 3. Yogyakarta: Andi.

    Wellianto, 2009. Faktor-faktor Retailing Mix yang dipertimbangkan oleh konsumen dalam berbelanja di Alfamart dan Indomaret di Salatiga (Electronic Resource). Skripsi program S1, Fakultas Ekonomi Kristen Satya Wacana (tidak dipublikasikan).