pengaruh emotional intelligence, gratitude dan...

142
1 PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN PENDAPATAN TERHADAP SUBJECTIVE WELL BEING PADA GURU SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Oleh: Conita Lutfiyah NIM: 11140700000009 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/ 2018 M

Upload: others

Post on 26-Jun-2020

20 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

1

PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE

DAN PENDAPATAN TERHADAP SUBJECTIVE WELL

BEING PADA GURU SEKOLAH LUAR BIASA (SLB)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh:

Conita Lutfiyah

NIM: 11140700000009

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/ 2018 M

Page 2: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

2

Page 3: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

3

Page 4: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

4

Page 5: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

5

MOTTO

Melakukan segala sesuatu dengan

niat karena Allah SWT dan selalu

dimulai dengan Bismillah

Persembahan

Skripsi ini saya persembahkan untuk ayah dan mamah tercinta

yang selalu mendoakan dan mendukung saya

atas apapun yang saya lakukan dan pilih.

Page 6: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

6

ABSTRAK

A) Fakultas Psikologi

B) Juni 2018

C) Conita Lutfiyah

D) Pengaruh Emotional Intelligence, Gratitude dan Pendapatan Terhadap

Subjective Well Being

E) xiii+129 halaman

F) Subjective well Being merupakan faktor penting bagi seorang guru Sekolah

Luar Biasa (SLB), karena seroang guru SLB memiliki tantangan dan tugas

yang berat. Seorang yang memiliki subjective well being tinggi, akan

memiliki regulasi emosi yang baik. Maka dari itu penting untuk menjaga

subjective well being seorang guru SLB. Penelitian ini bertujuan untuk

menguji pengaruh emotional intelligence, gratitude dan pendapatan terhadap

subjective well being .Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif

dengan melibatkan 303 guru yang mengajar di SLB wilayah Jakarta Selatan.

Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik convenience sampling.

Penulis menggunakan alat ukur yang terdiri dari Satisfaction with Life

Scale (SWLS) dan The Scale of Positive and Negative Experience (SPANE)

oleh Diener et al., (2009). Emotional Quotient (EQ-i) dari Bar-on (1997) dan

Gratitude Resentment and Appreciation (GRAT) oleh Watkins et al., (2003).

Teknik analisis data yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian

adalah analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil uji hipotesis, kesimpulan

pertama yang diperoleh ialah terdapat pengaruh yang signifikan emotional

intelligence, gratitude dan pendapatan terhadap subjective well being pada

guru SLB. Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

signifikan, yaitu: Stress management dan sense of abundance. Kedua variabel

tersebut memberikan pengaruh positif terhadap subjectif well being guru

SLB.

G) Bahan bacaan: 2 buku+ 47 jurnal+ 5 artikel+ 1 Undang-Undang (UU)

Page 7: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

7

ABSTRACT

A) Faculty of Psychology

B) June 2018

C) Conita Lutfiyah

D) The Effect of Emotional Intelligence, Gratitude and Income of Subjective

Well Being

E) xiii+129 page

F) Subjective well being (SWB) is one of the important factors for special

educators teacher, because the teachers have more challenge and havier

responsibilities, People with high subjective well being will have a good

regulation emotion. That is why it is important to keep the SWB teachers in

SLB. This research is aim for testing the influence of emotional intelligence,

gratitude and income on subjective well being.This research used

quantitative approach with 303 SLB teachers in South Jakarta involved. The

sampling using convenience sampling technique.

Writer use the Satisfaction with Life Scale (SWLS) and The Scale of

Positive and Negative Experience (SPANE) by Diener et al (2009). Emotional

Quotient (EQ-i) by Bar-on (1997) and Gratitude Resentment and

Appreciation (GRAT) from Watkins et al., (2003). Analysis data technique is

using multiple regression analysis. Based on the results of hypothesis test, the

first conclusion obtained from this study is that there is a significant influence

of emotional intelligence, gratitude and income to subjective well being in

SLB teachers. Further, there are 2 variables that the regression coefficient

value significant, namely: Stress management and sense of abundance. Both

of these variables have a positive influence on the subjectif well being of

SLB teachers.

G) Reading Materials: 2 books+ 47 journal+ 5 article+ 1945 Constitution

Page 8: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

8

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirabbil’alamin puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat

kekuasaan-Nya, rahmat, karunia, dan Anugrah-Nya penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi besar Muhammad

SAW beserta sahabat, keluarga serta pengikutnya hingga akhir zaman.

Skripsi ini bukan hanya hasil karya penulis seorang diri, karena banyak pihak-

pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini. Maka hakekatnya, izinkan penulis

untuk mengucapkan rasa terima kasih penulis yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag.,M.Si, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta beserta jajaran.

2. Zulfa Indira Wahyuni. M.Psi, dosen pembimbing yang telah membimbing

penulis semenjak semprop hingga penelitian ini selesai, terima kasih kasih atas

segala dukungan, bimbingan, arahan dan kritik, serta saran yang membangun

bagi penulis, dan waktu yang diberikan selama bimbingan.

3. Para guru Sekolah Luar Biasa (SLB) yang berada di wilayah Jakarta Selatan

yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi responden penelitian

dalam skripsi ini

4. Ayahanda Khairullah dan Ibunda Mimi Djamilah selaku orang tua penulis.

Terima kasih yang tak terhingga untuk setiap dukungan, kasih sayang dan

kesabaran serta segala doa yang tak henti-hentinya dipanjatkan untuk penulis.

5. Tiara Ersha Octari, Usni Dwi Ambar, Trya Ruidahasi, Sri Hartini Hastuti, dan

Hanna Marischa selaku sahabat bagi penulis. Terima kasih atas segala

dukungannya, doanya yang tidak pernah lelah untuk penulis hingga penelitian ini

selesai.

6. Ka Pandur, Dizi, Ocarina, Gandik, Gestalt, Libika, selaku sahabat penulis di

PSM UIN Jakarta yang selalu menyediakan waktu untuk membantu penulis

tanpa kenal lelah.

Page 9: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

9

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ iv

MOTTO .............................................................................................................. v

ABSTRAK ......................................................................................................... vi

ABSTRACT ....................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1-14

1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................... 12

1.2.1. Pembatasan Masalah ........................................................... 12

1.2.2. Perumusan Masalah ............................................................ 13

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 14

1.3.1. Tujuan Penelitian ................................................................ 14

1.3.2. Manfaat Penelitian .............................................................. 14

BAB 2 LANDASAN TEORI ........................................................................ 16-52

2.1. Subjective Well Being ..................................................................... 16

2.1.1. Definisi Subjective Well Being ........................................... 16

2.1.2. Dimensi Subjective Well Being ............................................ 18

2.1.3. Faktor yang mempengaruhi Subjective Well Being ............. 22

2.1.4. Pengukuran Subjective Well Being ...................................... 29

2.2. Emotional Intelligence ................................................................... 32

2.2.1. Definisi Emotional Intelligence ........................................... 32

2.2.2. Dimensi Emotional Intelligence .......................................... 35

2.2.3. Pengukuran Emotional Intelligence ..................................... 39

2.3. Gratitude ........................................................................................ 42

2.3.1. Definisi Gratitude ................................................................ 42

2.3.2. Dimensi Gratitude ............................................................... 44

2.3.3. Pengukuran Gratitude.......................................................... 45

2.4. Pendapatan ..................................................................................... 46

2.4.1. Definisi Pendapatan ............................................................. 46

2.4.2. Pengukuran Pendapatan ....................................................... 47

2.5. Kerangka Berpikir .......................................................................... 47

2.6. Hipotesis Penelitian ........................................................................ 52

Page 10: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

10

BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................. 54-73

3.1. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ..................... 54

3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................... 55

3.2.1. Subjective Well Being ......................................................... 56

3.2.2. Emotional Intelligence ........................................................ 56

3.2.3. Gratitude ............................................................................. 57

3.2.4. Pendapatan .......................................................................... 58

3.3. Instrumen Pengumpulan Data ........................................................ 58

3.3.1. Subjective Well Being .......................................................... 58

3.3.2. Emotional Intelligence ......................................................... 60

3.3.3. Gratitude .............................................................................. 62

3.3.4. Pengkodingan Data Kategorik Variabel Demografi ............ 63

3.4. Uji Validitas Konstruk ................................................................... 63

3.4.1. Uji Validitas Alat Ukur Subjective Well Being ................... 65

3.4.2. Uji Validitas Alat Ukur Emotional Intelligence .................. 67

3.4.3. Uji Validitas Alat Ukur Gratitude ....................................... 72

3.5. Teknik Analisis Data ...................................................................... 73

BAB 4 HASIL PENELITIAN ...................................................................... 76-90

4.1. Deskripsi Umum Subjek Penelitian .............................................. 76

4.1.1. Deskripsi Umum Berdasarkan Data Demografi ................. 76

4.2. Analisis Deskripsi ......................................................................... 80

4.3. Kategorisasi Partisipan Penelitian ................................................. 81

4.3.1. Kategorisasi Tingkat Subjectove Well Being ...................... 81

4.3.2. Kategorisasi Tingkat Interpersonal .................................... 82

4.3.3. Kategorisasi Tingkat Intrapersonal .................................... 82

4.3.4. Kategorisasi Tingkat Adaptability ...................................... 83

4.3.5. Kategorisasi Tingkat Stress Management .......................... 83

4.3.6. Kategorisasi Tingkat Simple Appreciation ......................... 84

4.3.7. Kategorisasi Tingkat Appreciation for Others ................... 84

4.3.8. Kategorisasi Tingkat Sense of Abundance.......................... 85

4.4. Uji Hipotesis Penelitian ................................................................ 85

4.4.1. Analisis Regresi Variabel Penelitian .................................. 85

4.4.2. Proporsi Varians Pada Tiap Variabel Indenpenden ............ 90

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ..................................... 93-107

5.1. Kesimpulan .................................................................................. 93

5.2. Diskusi ......................................................................................... 96

5.3. Saran ............................................................................................. 100

5.3.1. Saran Teoritis ..................................................................... 100

5.3.2. Saran Praktis ...................................................................... 101

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 102

LAMPIRAN .................................................................................................. 107

Page 11: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

11

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Blue print Skala Subjective Well Being............................................ 59

Tabel 3.2 Blue print Skala Emotional Intelligence .......................................... 61

Tabel 3.3 Blue print Skala Gratitude ............................................................... 62

Tabel 3.4 Pengkodingan data demografis pendapatan ..................................... 63

Tabel 3.5 Validitas dimensi kognitif dan afektif dari subjective well being .... 66

Tabel 3.6 Validitas dimensi intrapersonal dari emotional intelligence ........... 68

Tabel 3.7 Validitas dimensi interpersonal dari emotional intelligence ........... 69

Tabel 3.8 Validitas dimensi adaptability dari emotional intelligence ............. 70

Tabel 3.9 Validitas dimensi stress management dari emotional intelligence .. 72

Tabel 3.10 Validitas dimensi Gratitude ............................................................. 73

Tabel 4.1 Deskripsi hasil penelitian berdasarkan data demografi.................... 76

Tabel 4.2 Regresi dummy jenis SLB ................................................................ 78

Tabel 4.3 Coding analisis regresi dummy pendapatan ..................................... 79

Tabel 4.4 Regresi dummy pendapatan .............................................................. 79

Tabel 4.5 Deskripsi statistik variabel penelitian ......................................... ... 80

Tabel 4.6 Norma skor kategorisasi .................................................................. 81

Tabel 4.7 Kategorisasi tingkat subjective well being ....................................... 81

Tabel 4.8 Kategorisasi tingkat interpersonal .............................................. ... 82

Tabel 4.9 Kategorisasi tingkat intrapersonal ................................................... 82

Tabel 4.10 Kategorisasi tingkat adaptability ..................................................... 83

Tabel 4.11 Kategorisasi tingkat stress management ..................................... ... 83

Tabel 4.12 Kategorisasi tingkat simple appreciation ......................................... 84

Tabel 4.13 Kategorisasi tingkat appreciation for others ................................... 84

Tabel 4.14 Kategorisasi tingkat sense of abundance .................................... ... 85

Tabel 4.15 R Square ........................................................................................... 86

Tabel 4.16 Anova pengaruh seluruh IV teradap DV .......................................... 86

Tabel 4.17 Koefisien Regresi ............................................................................. 87

Tabel 4.18 Proporsi Varians ............................................................................... 91

Page 12: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

12

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hirarchial model of subjective well being ..................................... 22

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir .......................................................................... 52

Page 13: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

13

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran1 Surat Izin Penelitian ................................................................ 108

Lampiran2 Kuesioner Penelitian ............................................................... 109

Lampiran3 Output CFA ............................................................................. 122

Lampiran4 Output Deskriptif dan Hasil Uji Regresi ................................. 128

Page 14: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1991 Bab II pasal 2,

menyatakan lembaga pendidikan Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah lembaga

pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus. Sekolah ini bertujuan membantu

peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental, agar mampu

mengembangkan sikap, pengetahuan, serta keterampilan sebagai pribadi dalam

mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial. McCallum (2017)

menyatakan dalam mencapai suatu tujuan sekolah khususnya pada sekolah luar

biasa, guru sangat dibutuhkan dalam berlangsungnya belajar mengajar di sekolah.

Guru merupakan faktor yang paling penting dalam berkontribusi terhadap

kesuksesan dan prestasi yang di raih oleh anak didiknya (McCallum et. al, 2017).

Menjadi guru SLB harus memiliki keterampilan khusus yang dimiliki agar dapat

siap mengajar anak berkebutuhan khusus dengan baik dan benar. Namun, guru

yang mengajar anak berkebutuhan khusus di SLB terbilang masih sedikit

dibanding dengan guru di sekolah umum.

Pada daerah DKI Jakarta, menurut data pokok sekolah dasar dan

menengah (dapo.dikdasmen) Kemendikbud, sekolah luar biasa (SLB) yang ada di

wilayah DKI Jakarta berjumlah 86 sekolah dengan 8 sekolah Negeri dan 78

sekolah swasta. Diantara ke lima wilayah di DKI Jakarta (Barat, Timur, Utara,

Pusat, selatan), jumlah sebaran SLB paling banyak berada pada wilayah Jakarta

Page 15: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

15

Selatan. Pada wilayah ini terdapat 27 sekolah SLB (3 Negeri dan 24 Swasta) dan

jumlah guru yang tersebar sebanyak 404 guru.

Terdapat berbagai tantangan yang dimiliki oleh guru SLB dalam mengajar

anak berkebutuhan khusus yang tak jarang membuat guru merasa lelah dan stres

dalam mengajar anak didiknya setiap hari. Tantangan yang di hadapi berupa

kesulitan guru untuk memenuhi kebutuhan siswa secara tepat, gaji yang

didapatkan rendah, kurangnya dukungan sosial seperti pengakuan baik dari

keluarga maupun masyarakat. Regulasi emosi yang juga harus dijaga selama

mengajar anak berkebutuhan khusus dan juga interaksi interpersonal yang penuh

dengan tekanan (Wisniewski & Gargiulo, 1997).

Berdasarkan wawancara pendahuluan dengan beberapa guru di SLBN 01

Jakarta, guru mengakui pernah mengalami berbagai tantangan yang dijabarkan

dalam studi Wisniewski et. al (1997). Selain itu, guru SLB tak jarang juga

mengalami luka fisik ketika menghadapi anak murid yang tantrum atau

mengamuk pada jam pelajaran di sekolah.

Tantangan di luar anak didik juga di dapatkan oleh guru SLB, salah

satunya ialah tekanan dari orang tua yang menuntut agar anaknya memiliki

perkembangan yang cepat juga didapatkan oleh guru SLB. Sayangnya,

keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak tidak sejalan dengan tuntutan yang

diberi. Sulitnya komunikasi dengan orang tua menjadi salah satu faktor kurangnya

keterlibatan orang tua (Todd W. Busch, Kari Pederson, Christine A. Espin,

Jacalyn W. Weissenburger, 2002).

Page 16: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

16

Profesi mengajar bukanlah pekerjaan mudah seperti yang dipikirkan dan

dirasakan orang lain. Fakta menunjukkan bahwa mengajar adalah pekerjaan yang

selalu memiliki beragam tuntutan (Claxton, 1989 dalam Ghani, Ahmad, Ibrahim,

2014). Memenuhi kebutuhan pembelajaran dan perilaku sehari-hari siswa

membuat mengajar menjadi pekerjaan yang penuh tekanan (Ghani, Ahmad,

Ibrahim, 2014). Merupakan hal yang penting untuk karyawan khususnya guru

dalam meningkatkan subjective well being.

Hal ini berguna untuk mengurangi kelelahan dan burnout dalam

menghadapi stres kerja. Subjective well being dapat memprediksi bagaimana

dedikasi, kesetiaan dan ketahanan terhadap pekerjaan yang lebih tinggi (Rhoades

and Eisenberger 2002 dalam Hamama, Ronen, Shachar, Rosenbaum, 2013).

Memastikan well being (kesejahteraan) guru juga sangat penting bagi masa depan

pendidikan (McCallum et al, 2017).

Ed Diener (1994) menyatakan bahwa individu yang memiliki subjective

well being tinggi yaitu individu yang membuat penilaian positif terhadap kejadian

dan keadaan kehidupannya. Guru SLB dituntut untuk membuat suasana

menyenangkan dan nyaman dengan pekerjaannya sehingga dapat menikmati

kehidupannya walaupun tugas dan pekerjan yang dihadapinya sangat berat.

Terdapat bukti dalam suatu studi yang menunjukkan bahwa guru dengan well

being tinggi akan lebih siap untuk menangani anak dengan masalah kesehatan

mental atau anak berkebutuhan khusus (Sisask et al, 2014).

Suatu studi menunjukan bahwa guru SLB yang mengajar anak

berkebutuhan khusus tanpa subjective well being akan menganggap tuntutan dan

Page 17: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

17

tantangan pekerjaannya sebagai suatu yang membuat stres kerja. Maka

meningkatkan well being guru SLB penting untuk menghindari lelah kerja pada

guru (Rothmann, 2014 dalam Kim, Lim 2016). Kidger, et al (2010) dalam Sisask

et al (2014) menyatakan, jika kebutuhan kesehatan mental guru terbengkalai,

maka guru tidak mau dan tidak dapat menangani atau mengurusi masalah

kesehatan mental muridnya dengan tepat. Hal ini bisa menjadi salah satu hal yang

perlu di perhatikan, karena keadaan stres dan kesehatan mental yang terganggu,

akan mempengaruhi perilaku dan respon guru terhadap murid.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menilai perlindungan bagi

anak penyandang disabilitas atau anak berkebutuhan khusus di Indonesia masih

sangat mengkhawatirkan. Minimnya kasus yang terungkap pada anak

berkebutuhan khusus menjadi indikator utama KPAI. Komisioner KPAI Jasra

Putra mengatakan, berdasarkan data KPAI selama tiga tahun terakhir telah terjadi

kekerasan pada anak disabilitas. Tahun 2017 jumlah kekerasan sebanyak 4 kasus,

tahun 2016 terdapat 4 kasus dan tahun 2015 terdapat 3 kasus (Davit, 2017).

Terdapat beberapa contoh kasus kekerasan yang terjadi pada anak

berkebutuhan khusus. Seperti di Kota Conyers, Amerika Serikat. Terdapat guru

yang menggantung anaknya di atas papan tulis dengan menggunakan sabuk

pinggang yang dipakainya karena anak didiknya berkelakuan tidak baik (David,

2016). Terdapat juga kasus di SLB Medan, guru menampar anak didiknya akibat

kesal dengan pertanyaan yang dilontarkan anak, sehingga mengakibatkan anak

mengalami trauma dan tidak berani untuk masuk sekolah (Amril, 2009).

Page 18: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

18

Kemampuan untuk mengelola stres dalam mengajar anak berkebutuhan

khusus sangat penting dan membuat guru SLB dapat bertahan dan berkembang di

kelas. Individu yang memiliki subjective well being yang tinggi, akan mampu

untuk meregulasi emosinya, mengubah emosi negatif menjadi emosi positif dan

mampu menghadapi berbagai masalah dalam hidup dengan lebih baik (Myers &

Diener, 1995). Guru SLB yang rentan mengalami stress kerja, sangat

membutuhkan subjective well being dalam kehidupannya.

Beberapa riset menyatakan bahwa kesejahteraan (well being) guru SLB

yang mengajar anak berkebutuhan khusus penting. Pertama, karena guru harus

dengan susah payah membangun hubungan yang lebih dekat dengan siswa yang

mengalami gangguan mental agar dapat mendidik dan mengajarkan anak

berkebutuhan khusus. Kedua, guru SLB membutuhkan waktu dan usaha yang

lebih besar dan lama untuk mengajarkan anak berkebutuhan khusus. Dua hal

diatas sering menjadi sumber stres atau meningkatkan lelah kerja, sehingga

meningkatkan kepuasan dan kesejahteraan hidup guru SLB adalah penting

(Platsidou, 2010; Zabel & Zabel, 2002 dalam Kim, Lim, 2016).

Penelitian menunjukkan bahwa tugas peran serta tanggung jawab guru di

Sekolah Luar Biasa (SLB) berbeda dan lebih berat dibandingkan dengan guru

pendidikan umum. Guru harus meregulasi keadaan emosinya, membuat

kurikulum pembelajaran dan mendidik anak berkebutuhan khusus sebagai

tugasnya menjadi guru SLB (McLeskey, Tyler & Flippin, 2004 dalam Sudha &

Shahnawaz 2013). Hal ini membuat guru pendidikan khusus lebih rentan terhadap

Page 19: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

19

pengembangan stres kerja tingkat tinggi (Billingsley, 1993; Brownell & Smith,

1993 dalam Wisniewski & Gargiulo, 1997).

Penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa guru SLB akan mudah

mengalami stres karena beban kerja yang di hadapi di sekolah. Guru SLB

cenderung meninggalkan pekerjaannya untuk mengajar anak berkebutuhan khusus

(Miller, Brownell, & Smith, 1995 dalam Ghani, Ahmad, Ibrahim, 2014). Karena

rentan mengalami strees, maka memiliki subjective well being yang tinggi pada

guru SLB sangatlah penting.

Menurut hasil wawancara pada 20 guru di SLBN 01 Jakarta mendapatkan

hasil bahwa guru rata-rata telah mengajar selama lebih dari 10 tahun. Guru SLB

sempat memiliki keadaan stres dan lelah, namun tetap survive dan mencoba untuk

mengatur dan meregulasi stres dengan baik, sehingga tetap bertahan dengan

pekerjaannya sebagai guru SLB. Meskipun banyak tantangan yang dihadapi

selama mengajar,namun guru SLB mengevaluasi kehidupannya sebagai

kehidupan yang bahagia. Guru-guru merasa hidupnya bahagia, senang dan puas

selama menjalani profesi sebagai guru SLB.

Individu yang memiliki subjective well being tinggi yaitu individu yang

membuat penilaian positif terhadap kejadian dan keadaan suatu kehidupan

(Diener, 1994). Dari hasil wawancara ini dapat ditarik kesimpulan bahwa guru

SLBN 01 tidak mengalami stres kerja dalam mengajar anak berkebutuhan khusus

dan guru memiliki subjective well being yang cukup tinggi.

Terdapat perbedaan atau gap yang menjadikan penulis tertarik untuk

melakukan penelitian ini. Pertama pada penelitian sebelumnya masih jarang yang

Page 20: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

20

membahas mengenai peranan guru dalam pendidikan anak berkebutuhan khusus,

padahal guru telah terbukti menjadi salah suatu peranan yang penting bagi

kesuksesan siswa (McCallum, et.al, 2017). Selain itu terdapat suatu gap yaitu di

beberapa penelitian sebelumnya menyatakan guru SLB rentan mengalami stres,

burnout bahkan resign dari pekerjaanya. Sementara hasil wawancara pendahuluan

dengan 20 guru di SLBN 01 menyatakan bahwa guru memiliki hidup yang

sejahtera dan puas dalam menjalani profesi sebagai guru SLB. Berdasarkan hal ini

penulis tertarik untuk mengatahui subjective well being guru SLB, tinggi

subjective well beingnya dan apa yang mempengaruhinya.

Terdapat beberapa variabel yang mempengaruhi tingkat subjective well

being guru SLB, salah satunya ialah Emotional Intelligence (EI). Suatu studi

melaporkan korelasi yang tinggi antara EI dengan subjective well being (Bar-On,

2006). Dalam studi ini mengungkapkan bahwa kemampuan untuk memahami dan

menerima emosi diri sendiri, menetapkan tujuan untuk mengembangkan potensi

diri sendiri serta melihat setiap kejadian dalam perspektif yang positif adalah

variabel terpenting dari subjective well being (Bar-On, 2006).

Studi lainnya melaporkan bahwa kecerdasan emosional memiliki

hubungan yang signifikan dan positif dan signifikan dengan well being guru

(Razia. B, 2016). Individu yang memiliki EI di atas rata-rata lebih sadar dengan

emosi diri sendiri serta mampu mengendalikan emosi secara efektif dan peka

terhadap emosi orang lain. Emotional Intelligence sangat penting untuk dunia

pekerjaan yang membutuhkan kontak konstan dan langsung berinteraksi dengan

Page 21: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

21

orang lain, sehingga EI sangat penting untuk guru (Avsec, Masnec dan Komidar,

2009).

Sejumlah mekanisme terkait telah dihipotesiskan untuk menjelaskan

hubungan antara EI dengan subjective well being (SWB). Pertama, individu yang

memiliki EI tinggi lebih sadar akan emosi diri sendiri dan juga lebih mampu

untuk mengaturnya, sehingga individu sedikit mengalami tingkat stres dan

memiliki tingkat SWB yang tinggi (Salovey, Bedell, Detweiler, & Mayer, 1999).

Kedua, EI yang tinggi akan membuat suatu individu memiliki keunggulan dalam

strategi coping yang lebih efektif sehingga meningkatkan SWB individu itu

sendiri (Salovey, Bedell, Detweiler, & Mayer, 2000, Salovey et al., 1999). Ketiga

emosi memberikan informasi kepada individu tentang hubungan dengan orang

lain dan lingkungan, sehingga individu yang memiliki EI akan memiliki

kecenderungan yang lebih rendah untuk mengalami emosi negatif dan

kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami emosi positif, sehingga

berkontribusi pada peningkatan subjective well being (dalam Zeidner & Shemesh,

2010).

Goleman (1998) mengungkapkan bahwa kesuksesan individu tergantung

pada seni mengelola emosi yang meliputi keterampilan praktis dan kemampuan

untuk interaksi dengan orang lain, disebut sebagai Emotional Intelligence (dalam

Razia, 2016). Hasil dari suatu studi menunjukan bahwa emotional intelligence

sangat erat kaitannya dengan well being guru. Guru dengan emotional intelligence

yang tinggi akan mampu mengatasi tantangan yang dihadapi di kelas (Razia,

2016). Emotional intelligence memungkinkan individu untuk memiliki

Page 22: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

22

kemampuan dalam mengatur emosi diri sendiri yang nantinya akan lebih mudah

bertahan dalam suatu keadaan (Chernis, 2002).

Zeidner, Robert, Matthews (2006) mengemukakan bahwa emotional

intelligence merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memantau dan

mengekspresikan emosi dan dapat secara efektif mengatur emosi positif dan

negatif, baik pada diri sendiri maupun orang lain. Ahamad Eklak (2015)

mengungkapkam bahwa penting bagi guru untuk menyeimbangkan emosinya

selama di kelas. Hal ini berguna untuk menyelesaikan setiap masalah yang ada

pada siswa. Guru adalah teman, filsuf dan pemandu juga. Siswa membutuhkan

dukungan dan saran guru sepanjang waktu

Berdasarkan beberapa hasil studi, maka emotional intelligence dibutuhkan

oleh guru SLB yang memiliki banyak sekali tantangan selama mengajar. Dengan

adanya emotional intelligence, guru SLB akan mampu mengatur emosinya yang

tentunya akan meningkatkan subjective well being guru SLB. Selain itu juga akan

membuat guru bertahan dalam profesinya dan terhindar dari rasa lelah dan

burnout.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi Subjective well being ialah rasa

syukur atau gratitude. Dalam hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa guru

lebih merasa bersyukur terhadap apa yang dikerjakan sehingga merasa hidupnya

bahagia dan puas dengan profesinya sebagai guru di Sekolah Luar Biasa (SLB).

Menurut para guru, dengan mengajar anak berkebutuhan khusus, membuat guru

semakin bersyukur karena mendapat beberapa pelajaran dalam mengajarkan anak

dengan baik, sehingga dapat diterapkan dalam mendidik anak kandungnya sendiri.

Page 23: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

23

Analisis korelasi menunjukkan korelasi positif yang signifikan Gratitude

(rasa syukur) dengan komponen subjective well being; kepuasan hidup dan afek

positif (Ramzan & Rana, 2014). Rasa syukur bisa membantu guru SLB menikmati

manfaat yang didapat dari orang lain, sehingga meningkatkan hubungan

emosional dari interaksi positif guru SLB dengan orang lain (Chan, 2013).

Individu yang bersyukur akan lebih mungkin mengalami dan mengungkapkan

rasa syukur dalam menanggapi manfaat dari orang lain. Melatih diri untuk selalu

memiliki rasa syukur akan meningkatkan well being suatu individu dari waktu ke

waktu, dibanding individu yang sibuk untuk membandingkan kehidupannya

dengan kehidupan orang lain. (Emmons & McCullough, 2003 dalam Chan 2013).

Menurut lewis (1958) Individu yang mengalami, merasakan dan mengungkapkan

rasa syukur akan meningkatkan subjective well being. Individu yang merasa

bersyukur juga harus menunjukkan lebih banyak kebahagiaan (dalam Watkins,

et.al 2003).

Orang yang bersyukur akan lebih sering mengalami emosi positif dan

jarang untuk mengalami depresi, stres dan marah. Selain itu, individu akan lebih

memiliki ketahanan emosional, suka berteman, alturisme, dan berpikiran positif

(Wood & Froh, 2010). Terdapat suatu studi yang mengungkapkan bahwa individu

yang mengungkapkan dan merasakan rasa syukur akan memiliki emosi positif dan

subjective well being (McCullough, Emmons & Tsang, 2002).

Selain kedua variabel diatas terdapat faktor demografi yang

mempengaruhi subjective well being yaitu Income. Pendapatan atau Income

memiliki pengaruh dan menjadi faktor terhadap subjective well being suatu

Page 24: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

24

individu. Pendapatan merupakan salah satu faktor demografi dalam subjective

well being (Diener, 1999). Veenhoven menyatakan bahwa pendapatan membantu

suatu individu dalam memenuhi kebutuhan universal sehingga menjadi faktor

subjective well being individu (Ed Diener, Ed Sandvik, Seidlitz dan Marissa

Diener, 1993). Terdapat korelasi kecil namun signifikan pada pendapatan dengan

well being di US dan terdapat penemuan bahwa korelasi antar pendapatan dengan

well being antar lintas Negara lebih besar (Ed Diener et.al 1992).

Sejumlah besar penelitian telah menemukan korelasi positif antara

pendapatan individu dan subjective well being (Diener, 1984; Diener et al., 1985;

Easterlin, 1974 dalam Diener et, al 1992). Pendapatan merupakan prediktor

kebahagiaan serta well being di kalangan guru. Perbedaan pendapatan akan

menunjukkan tingkat kebahagiaan yang berbeda. Perdapatan lebih banyak maka

akan lebih bahagia dan sejahtera (Jahan, Tyagi & Suri, 2015). Guru yang

mengajar anak berkebutuhan yang mendapatkan tunjangan finansial akan

meningkatkan kepuasan kerja sekaligus well being (Abushaira, 2012).

Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin menggunakan Emotional

Intelligence, Gratitude dan faktor demografi yaitu pendapatan sebagai

Independent Variable (IV) dan Subjective well being sebagai dependent variable

(DV). Penulis tertarik untuk meneliti “Pengaruh Emotional Intelligence, Gratitude

dan pendapatan terhadap Subjective well being Pada Guru Sekolah Luar Biasa

(SLB)”.

Page 25: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

25

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.2.1 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, penulis membatasi ruang lingkup

masalah penelitian ini pada pengaruh variabel bebas (emotional intelligence,

Gratitude dan pendapatan) terhadap variabel terikat (subjective well being).

Adapun batasan konsep pada masing-masing variabel adalah:

1. Subjective well being

Subjective well being yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Subjective well

being sebagai suatu evaluasi serta penilaian subjektif secara keseluruhan terhadap

kehidupannya yang mencakup penilaian kognitif berupa kepuasan hidup suatu

individu dan penilaian afektif berupa perasaan, emosi, mood suatu individu (Ed

Diener, 1984)

2. Emotional Intelligence

Emotional intelligence yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu

kemampuan individu untuk mengenali emosi pada dirinya sendiri dan pada diri

orang lain yang selanjutnya dapat membuat dan menjaga hubungan baik dengan

orang lain. Sukses menghadapi segala tantangan dan rintangan yang ada pada

setiap harinya dan tentunya selalu dapat menanggulangi dirinya dari keadaan stres

karena selalu mengenali emosi yang dapat membuat individu tepat dalam

bertindak. (Bar-On, 2006)

3. Gratitude

Gratitude yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu perasaan positif yang

selalu berterimakasih dan mengambil manfaat dari apa yang diberikan oleh orang

Page 26: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

26

lain, baik dari segi materi tau non materi. Selalu memiliki perasaan berkelimpahan

yang membuat individu selalu berterimakasih dan bersyukur atas apa yang telah

didapatkan walaupun itu hanyalah hal yang sederhana, serta selalu menghargai

apa yang di dapatkan diri sendiri dan yang diberikan oleh orang lain (Watkins, et.

al, 2003).

4. Pendapatan

Pendapatan guru SLB akan meningkatkan kebahagiaan, kepuasan kerja, dan well

being (Abushaira, 2012). Berdasarkan hal ini pendapatan yang dimaksud ialah

gaji yang didapatkan oleh guru dari sekolah atau yayasan tempat guru SLB

mengajar anak berkebutuhan khusus.

1.2.2. Perumusan Masalah

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan Emotional Intelligence (Interpersonal,

Intrapersonal, Adaptability, Stress management,), Gratitude (Simple

Appreciation, appreciation for others dan Sense of abundance) terhadap

Subjective well being?

2. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi Interpersonal pada variabel

Emotional Intelligence terhadap Subjective well being?

3. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi Intrapersonal pada variabel

Emotional Intelligence terhadap Subjective well being?

4. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi Adaptability pada variabel

Emotional Intelligence terhadap Subjective well being?

5. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi Stress management pada

variabel Emotional Intelligence terhadap Subjective well being?

Page 27: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

27

6. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi Simple Appreciation pada

variabel Gratitude terhadap Subjective well being?

7. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi Appreciation for Others pada

variabel Gratitude terhadap Subjective well being?

8. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi Sense of Abundance pada

variabel Gratitude terhadap Subjective well being?

9. Apakah ada pengaruh yang signifikan Pendapatan terhadap Subjective well

being?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian “pengaruh Emotional intelligence, Gratitude dan

Pendapatan terhadap Subjective well being pada Guru SLB adalah:

1. Untuk menguji pengaruh variabel indenpenden (Emotional intelligence,

gratitude dan pendapatan) terhadap variabel dependen (subjective well being)

2. Untuk menguji sumbangan masing-masing variabel indenpenden (Emotional

intelligence, gratitude dan pendapatan) terhadap variabel dependen

(subjective well being)

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu psikologi,

khususnya di bidang Psikologi Pendidikan dan Klinis. Diharapkan dapat

memberikan informasi dan gambaran yang semakin bervariasi pada tema

Page 28: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

28

penelitian mengenai subjective well being pada kalangan guru SLB. Selain itu

agar dapat menjadi bahan rujukan dalam penelitian selanjutnya yang relavan.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat memberi pemahaman pentingnya mengenali emosi diri sendiri

dan orang lain (Emotional Intelligence), selalu mensyukuri apa yang dimiliki dan

didapatkan (Gratitude) dan peranan penghasilan atau pendapatan untuk

meningkatkan subjective well being guru SLB yang memiliki banyak tantangan

dan tugas yang berat dalam mengajar anak berkebutuhan khusus.

Page 29: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

29

BAB 2

LANDASAN TEORI

2. 1 Subjective Well Being

2.1.1. Definisi Subjective Well being

Subjective well being dan happiness adalah suatu istlah yang sama. Istilah

happiness kadang kadang dijadikan secara sinonim dengan subjective well being

(Diener, 1994). Walaupun terkadang digunakan sebagai sinonim subjective well

being, beberapa peneliti lebih memilih menggunakan istilah subjective well being

dibanding happiness (Diener, Christie & lucas, 2009). Namun paling sering

menggunakan dengan istilah ilmiahnya subjective well being (Diener & Christie,

2014)

Subjective well being merupakan tingkat kesejateraan yang dialami

individu sesuai dengan evaluasi subjektif terhadap suatu kehidupan. Evaluasi ini

bersifat positif dan negatif mencakup penilaian terhadap kepuasan hidup serta

reaksi afektif seperti kegembiraan dan kesedihan (Diener & Ryan, 2009). Suatu

individu yang memiliki subjective well being yang tinggi akan dapat membuat

penilaian positif terhadap kehidupannya. Definisi subjective well being menurut

Diener ialah suatu evaluasi serta penilaian subjektif secara keseluruhan terhadap

kehidupannya, yang mencakup penilaian kognitif berupa kepuasan hidup suatu

individu dan penilaian afektif berupa perasaan, emosi, mood suatu individu

(Diener, 1984).

Subjective well being pada suatu individu bukan diartikan tidak

memilikinya emosi atau perasaan negatif. Melainkan subjective well being

Page 30: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

30

didefinisikan sebagai tingginya emosi dan perasaan positif, rendahnya emosi

negatif, dan adanya life satisfaction atau kepuasan hidup di dalam kehidupnya

(Myer & Diener, 1995). Komponen kognitif dalam subjective well being

umumnya dianggap sebagai suatu evaluasi kehidupan; Artinya, memikirkan

apakah kehidupan suatu individu berjalan dengan baik. Komponen afektif terdiri

dari perasaan positif dan negatif dengan perasaan positif lebih tinggi dan perasaan

negatif lebih rendah (Chan, 2013).

Terdapat 3 pengelompokan dalam mendefinisikan well being. Pertama,

well being didefinisikan sebagai kriteria eksternal seperti kebaikan (virtue) dan

kesucian (holliness). Kedua, beberapa ilmuwan sosial fokus pada suatu pertanyaan

mengenai “apa yang menyebabkan manusia mengevaluasi hidupnya sebagai hal

yang positif?”. Definisi subjective well being akhirnya muncul untuk

mengistilahkan life satisfaction (kepuasan hidup) yang penilaiannya bergantung

pada standar individu itu sendiri untuk menentukan apakah hidupnya cukup baik

atau bahkan sebaliknya. Ketiga, definisi subjective well being menekankan

pengalaman emosional yang menyenangkan (Diener 1984).

Diener (1984) menjelaskan terdapat 3 ciri dalam subjective well being.

Pertama, hal ini merupakan pengalaman pribadi suatu individu. Kedua, subjective

well being mencakup pengukuran positif dan negatif dalam suatu kehidupan.

Ketiga, ukuran subjective well being biasanya mencakup penilaian global terhadap

semua aspek serta penilaian kepuasan hidup dan afektif pada suatu individu.

Eddington Shuman (2005) mengistilahkan subjectve well being (SWB)

mengacu pada evaluasi kehidupan suatu individu, termasuk evaluasi kognitif

Page 31: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

31

seperti kepuasan hidup dan evaluasi afektif seperti mood dan emosi. Menurutnya,

individu dikatakan memiliki SWB yang tinggi apabila merasa puas dengan

kehidupannya dan sering mengalami emosi positif dibanding emosi negatif.

Vanhooven (1984) mendefinisikan SWB sebagai tingkat suatu individu

dalam menilai suatu kualitas dari keseluruhan hidupnya secara baik, serta

seberapa baik individu menyukai kehidupan yang dijalaninya. Menurutnya

terdapat 2 komponen yang digunakan individu dalam mengevaluasi kehidupan,

yaitu kognitif dan afektif. Komponen afektif termasuk pengalaman perasaan,

emosi dan mood positif. Menurut Campbell, Converse, dan Rodgers (1976)

mendefinisikan kepuasann hidup atau Life satisfaction (komponen dari evaluasi

kognitif) sebagai perbedaan persepsi antara aspirasi dan pencapaian. Mulai dari

persepsi pemenuhan terhadap kekurangan, kepuasan menyiratkan pengalaman

kognitif individu serta kebahagiaan menunjukkan pengalaman perasaan atau

emosi (dalam Diener, 1984)

Dalam penelitian ini, penulis mengacu kepada pengertian subjective well

being yang dikemukakan oleh Diener (1984). Definisi subjective well being pada

penelitian ini ialah suatu evaluasi serta penilaian subjektif secara keseluruhan

terhadap kehidupannya, yang mencakup penilaian kognitif berupa kepuasan hidup

suatu individu dan penilaian afektif berupa perasaan, emosi, mood suatu individu.

2.1.2 Dimensi Subjective well being

Secara umum, subjective well being memiliki 2 komponen umum yaitu dimensi

kognitif dan dimensi afektif. Dimensi kognitif mengacu pada kepuasan hidup

(Life Satisfaction). Dimensi afektif terbagi menjadi afek positif dan afek negatif

Page 32: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

32

(Diener, 1984). Dimensi afektif mengacu pada mood dan emosi (Edington &

Shuman, 2005)

2.1.2.1. Dimensi Kognitif

Life satisfaction (kepuasan hidup) merupakan bagian dari dimensi kognitif

subjective well being. Life satisfaction merupakan evaluasi serta penilaian tentang

kualitas kehidupan suatu individu secara global atau keseluruhan (Diener, 1984).

Life satisfaction merupakan penilaian kogitif yang secara sadar dilakukan oleh

suatu individu dengan kriteria unik yang dibuat oleh individu itu sendiri (Shin &

Johnson, 1978 dalam Pavot & Diener, 1993). Penilaian terhadap hidup dapat

dikategorikan menjadi penilaian global (keseluruhan) dan penilaian khusus pada

domain-domain khusus (Diener, 2000). Berikut penjelasan mengenai penilaian

menyeluruh dan penilaian khusus menurut Ed. Diener, (2005):

1. Penilaian Global mewakili suatu penilaian tentang bagaimana responden

mengevaluasi atau menilai hidupnya diambil secara keseluruhan. Hal ini

dimaksudkan untuk mewakili penilaian luas yang dibuat orang tentang

hidupnya. Istilah kehidupan dapat didefinisikan sebagai semua bidang

kehidupan individu pada suatu titik waktu tertentu, atau sebagai penghitungan

integratif tentang kehidupan individu sejak lahir.

2. Penilaian khusus ialah evaluasi atau penilaian subjektif yang dilakukan

individu pada aspek aspek tertentu (spesifik), seperti kerja, cinta, kesehatan

fisik dan mental, rekreasi, hubungan sosial, keluarga dan finansial. Menilai

tingkat kepuasan individu dalam kehidupannya pada beberapa bagian

kehidupan. Seberapa dekat dengan ideal dan berapa banyak kenikmatan yang

Page 33: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

33

dialami di setiap kehidupan. Penilaian khusus dapat memberikan informasi

tentang bagaimana individu membangun penilaian global mengenai kepuasan

hidup dan dapat memberikan informasi lebih rinci tentang aspek-aspek spesifik

kehidupan individu yang berjalan dengan baik atau berjalan buruk (Diener,

2009)

Penilaian global dan penilaian khusus mengenai kepuasan hidup memiliki

keterkaitan satu sama lain. Dalam melakukan penilaian mengenai kepuasan hidup

secara umum, individu kemungkinan besar akan menggunakan informasi

mengenai kepuasan pada salah satu aspek hidup yang dianggap paling penting

(Diener, Scollon, Oishi, Dzokoto & Suh, 2000).

2.1.2.2. Dimensi Afektif

Diener (2005) menjelaskan bahwa secara umum dimensi afektif terbagi menjadi 2

kategori yaitu penilaian mengenai keberadaan afek negatif dan afek positif.

Berikut ialah penjelasan mengenai afek positif dan afek negatif :

1. Afek Positif

Menunjukkan suasana hati dan emosi yang menyenangkan, seperti sukacita dan

kasih sayang. Emosi positif atau perasaan menyenangkan adalah bagian dari

subjective well being karena merefleksikan reaksi individu terhadap peristiwa

yang menandakan kepada suatu individu bahwa kehidupannya berjalan sesuai

dengan yang diinginkan. Afek positif termasuk juga reaksi positif dengan orang

lain (mis: kasih sayang) dan reaksi positif terhadap aktivitas yang dijalani (minat

dan keterlibatan). Afek-afek positif merupakan kombinasi dari hal-hal yang

Page 34: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

34

bersifat membangkitkan (arousal) seperti kepuasan, kesenangan dan euforia dan

hal-hal yang bersifat menyenangkan (Pleasantness)

2. Afek Negatif

Menunjukan suasana hati dan emosi yang tidak menyenangkan. Individu akan

memiliki penilaian yang negatif terhadap kehidupannya. Bentuk utama dari

perasaan negatif ini meliputi stres, frustasi, iri hati, rasa malu, rasa bersalah,

kemarahan, kesedihan, kecemasan dan kekhawatiran. Keadaan lainnya yang

menunjukkan afek negatif ialah individu akan merasa kesepian dan

ketidakberdayaan. Afek negatif membuat individu merasa hidupnya dengan buruk

atau tidak sesuai dengan yang dia harapkan. Afek-afek negatif memang

dibutuhkan dan seharusnya terjadi agar hidup dapat berfungsi secara optimal.

Namun, afek-afek negatif yang terlalu sering terjadi atau terjadi secara

berkepanjangan merupakan indikasi suatu individu memiliki penilaian yang buruk

terhadap kehidupannya.

Gambar berikut ini menjelaskan mengenai komponen yang membentuk

domain pada subjective well being. Komponen ini sebagai hierarki konseptual

dengan berbagai tingkat kekhususan. Penempatan pada hirarki tertinggi ialah

subjective well being. Pada level 2, subjective well being menceminkan evaluasi

kehidupan individu dan harus diukur dengan berbagai komponen dari level yang

lebih rendah untuk mendapatkan gambaran lengkap dari subjective well being

Komponen ini (pleasant emotions, unpleasant emotions, life satisfaction

and domain satisfaction) berkorelasi satu sama lain dan semuanya terkait secara

Page 35: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

35

konseptual. Namun, masing memberikan informasi unik tentang kualitas subjektif

kehidupan suatu individu.

Gambar 2.1 Hirarchial model of subjective well being

Sumber: Diener, Diener. et.al, (2009) The Evolving Concept of SubjectiveWell-Being: The

Multifaceted Nature of Happiness

2.1.3 Faktor yang mempengaruhi Subjective well being

Terdapat beberapa penelitian yang menjelaskan mengenai variabel-variabel

psikologis yang mempengaruhi subjective well being, diantaranya ialah Emotional

intelligence (Bar-on, 2006), Gratitude (Watkins, et.al, 2003), Optimisme, Self

esteem, Self efficacy dan Kepribadian (Eddington dan Shuman, 2005). Berikut ini

penjelasan mengenai variabel psikologis yang menjadi prediktor subjective well

being):

Page 36: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

36

1. Emotional intelligence (Kecerdasan Emosi)

Terdapat suatu studi yang menunjukkan dan membuktikkan bahwa adanya

hubungan positif yang signifikan antara Emotional intelligence dan Subjective

well being (Sanchez, Natalio dan Fernandez, 2015). Studi lain menunjukkan

bahwa Emotional intelligence memiliki kaitan atau hubungan yang rendah dengan

emosi negatif dan memiliki kaitan yang lebih tinggi dengan emosi positif.

Sehingga Emotional intelligence memiliki kontribusi besar terhadap Subjective

Well Being suatu individu (Mikolajczak, Nelis, Hansenne, & Quoidbach dalam

Zeidner dan Shemesh, 2010).

2. Gratitude

Suatu studi mengemukakan bahwa gratitude atau rasa bersyukur secara positif

terkait dengan dampak positif dan Subjective Well Being dan berhubungan negatif

dengan keadaan yang tidak menyenangkan. Dengan demikian, Lewis berpendapat

bahwa pujian meningkatkan kebahagiaan dan jika pujian hanyalah ungkapan

terima kasih lisan, pengalaman syukur membuat suatu individu dapat menikmati

kehidupan. Mengikuti garis penalaran, pengalaman, dan ungkapan syukur ini

berkontribusi positif terhadap peningkatan subjective well being (Watkins, et. al

2003). Bersyukur berkorelasi positif dengan semua ukuran afektif positif dan well

being (misalnya, kepuasan hidup, kebaikan, kebahagiaan subyektif, optimisme,

harapan, dan efektivitas positif), dan negatif dengan semua ukuran afek negatif

seperti kegelisahan, dan depresi (McCullough, Emmons, Tsang, 2002).

Page 37: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

37

3. Optimisme

Diener, dan Suh (1996) mengungkapkan bahwa optimisme berkorelasi dengan

komponen-komponen subjective well being seperti kepuasan hidup, afek positif

dan afek negatif. Scheier dan Carver (1993) mengulas temuan yang menunjukkan

bahwa optimis mempertahankan tingkat subjective well being yang lebih tinggi

saat menghadapi stressor. Lucas dan Carver (1986) yang menemukan bahwa

orang optimis cenderung menggunakan penanganan masalah yang terfokus,

mencari dukungan sosial, dan menekankan aspek positif situasi saat menghadapi

kesulitan. Orang pesimis cenderung menggunakan penyangkalan, fokus pada

perasaan stres, dan melepaskan diri dari tujuan yang relevan (dalam Eddington &

Shuman , 2005).

4. Self esteem

Lucas (1996) menemukan harga diri untuk memprediksi subjective well being

dalam budaya barat. Sebaliknya, self esteem atau harga diri bukanlah determinan

universal SWB. Demikian juga Kwan, Bond, dan Singelis (1997) mengungkapkan

hubungan yang kuat antara harga diri dan kepuasan hidup di Amerika namun juga

menemukan bahwa harmoni hubungan juga merupakan prediktor kuat kepuasan

hidup di Hong Kong (dalam Eddington & Shuman , 2005).

5. Self efficacy

Perasaan bahwa individu memiliki apa yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan

yang penting. Self-efficacy memprediksi kepuasan hidup dan emosi positif seperti

yang ditunjukkan oleh Feasel (1995). Selain itu, Feasel mengamati bahwa

Page 38: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

38

merasakan self efficacy yang tinggi terhadap tujuan yang lebih penting adalah

prediktor well being (dalam Eddington & Shuman, 2005).

6. Kepribadian

Kepribadian adalah salah satu prediktor terkuat dan paling konsisten untuk

kesejahteraan subjektif (Diener, 1999). Kepribadian didefinisikan sebagai

kecenderungan respons karakteristik pada orang dewasa yang terdiri dari

komponen biologis terdapat beberap penelitian mendukung pengaruhnya yang

signifikan terhadap subjective well being. Suatu studi mengungkapkan bahwa

hubungan subjective well being dengan kepribadian, menunjukkan beberapa

stabilitas dari waktu ke waktu. (Eddington & Shuman, 2005).

Di antara ciri kepribadian yang berbeda, extraversion dan neuritis telah

terbukti paling konsisten dan sangat terkait dengan well being (Diener & Lucas,

1999; Rusting & Larsen, 1997 dalam Ryan & Diener, 2009). Oleh karena itu,

lingkungan memainkan peran dalam ekspresi genetika dan menjelaskan bahwa

sifat-sifat yang diwariskan memiliki efek substansial terhadap tingkat well being

individu (Ryan & Diener 2009).

Selain variabel psikologis terdapat faktor demografi yang menjadi

prediktor subjective well being Berbagai hasil penelitian dan literatur

menunjukkan adanya sejumlah variabel demografi yang menjadi prediktor

subjective well being (Ryan &Diener, 2009). Berikut ini adalah penjelasan

mengenai faktor demografi yang mempengaruhi subjective well being:

Page 39: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

39

1. Jenis Kelamin dan Umur

Penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin dan umur memiliki hubungan

positif dengan subjective well being, namun pengaruhnya kecil (Diener, lucas

oishi, 2005). Studi lain menyatakan bahwa faktor usia belum tentu selalu menjadi

prediktor dalam subjective well being (Ryan&Diener, 2009). Studi terbaru

menyatakan bahwa kepuasan hidup suatu individu akan terus meningkat seiring

bertambangnya usia (Herzog & Rodgers, 1981; Horley & Lavery, 1995; Larson,

1978; Stock, Okun, Haring, & Witter, 1983 dalam Diener et.al 1999). Perbedaan

jenis kelamin juga hanya memiliki hubungan kecil dengan subjective well being.

Namun wanita memiliki intensitas perasaan negatif dan positif yang lebih

banyak dibandingkan pria. (Lucas & Ghum, 2000 dalam Diener et.al 2005).

Maka tidak dapat dikatakan laki-laki lebih bahagia dibanding perempuan dan

sebaliknya, atau yang lebih muda lebih bahagia dibanding yang sudah tua (Diener,

et. al 2005).

2. Agama

Secara umum, orang beragama cenderung mengalami well being yang lebih tinggi

dan lebih khusus lagi, partisipasi dalam kegiatan keagamaan, kekuatan hubungan

keagamaan, hubungan dengan Tuhan, dan doa semuanya dikaitkan dengan tingkat

kesejahteraan yang lebih tinggi (Ferriss, 2002; Poloma & Pendleton, 1990; Witter,

Stock, Okun, & Haring, 1985 dalam Diener et.al 2015). Namun Strawbridge,

Shema, Cohen, Roberts, dan Kaplan (1998) melaporkan bukti bahwa religiusitas

menyangga efek beberapa tekanan pada depresi, namun memperparah efek stresor

lainnya, misalnya masalah perkawinan dan penyalahgunaan. Ini menyiratkan

Page 40: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

40

bahwa efek religiusitas tidak pasti positif, sehingga butuh untuk penelitian lebih

lanjut di bidang ini (dalam Eddington dan shuman, 2005).

3. Tujuan

Dalam teori tellic yang dikemukakan oleh Diener, et. al (2009) menjelaskan

bahwa individu akan mencapai kebahagiaannya ketika telah mencapai tujuan

hidup. Jenis tujuan yang dimiliki, struktur tujuan, keberhasilan yang di capai dan

tingkat kemajuan menuju tujuan individu dapat berpotensi mempengaruhi emosi

dan kepuasan hidupnya. Model konseptual umum adalah bahwa orang bereaksi

positif saat membuat kemajuan menuju sasaran dan bereaksi negatif saat

mengalami kegagalan dalam mencapai tujuan (Diener, Suh, Lucas, Smith, 1999).

Terdapat temuan yang menunjukkan bahwa motif dan tujuan yang mempengaruhi

SWB bergantung pada konteks lingkungan individu itu sendiri (Diener, et.al,

1999). Emmons 1986 (Diener, et.al 1999) menemukan bahwa individu yang

memiliki tujuan yang dikaitkan dengan kepuasan hidup yang lebih tinggi.

4. Status pernikahan

Survei mengungkapkan bahwa individu yang sudah menikah memiliki

kebahagiaan yang lebih besar daripada individu yang tidak pernah menikah atau

bercerai, terpisah, atau janda. Di antara orang dewasa yang belum menikah,

orang-orang yang tinggal bersama pasangannya secara signifikan lebih bahagia di

beberapa budaya daripada yang hidup sendiri (Kurdek, 1991; Mastekaasa, 1995).

Perkawinan dan subjective well being berkorelasi secara signifikan bahkan ketika

variabel seperti usia dan pendapatan dikendalikan (Glenn & Weaver, 1979; Gove,

Hughes, & Style, 1983). Menurut Diener et.al (1998) menemukan bahwa

Page 41: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

41

pernikahan memiliki manfaat lebih besar bagi pria daripada wanita dalam hal

emosi positif, namun pria dan wanita yang sudah menikah tidak berbeda dalam

kepuasan hidupnya (dalam Diener et.al 1999).

5. Pendidikan

Korelasi kecil namun signifikan antara pendidikan dan Subjective well being

sering ditemukan (Campbell et al., 1976; Cantril, 1965; Diener et al., 1993 dalam

DIener et.al 1999). Terdapat sejumlah penelitian, yang menunjukkan korelasi

positif (walaupun lemah) antara tingkat pendidikan dan kesejahteraan suatu

individu, setelah mengendalikan variabel lainnya, hanya menjelaskan 1-3%

varians dalam well-being (Witter, Okun, Stock, & Haring, 1984). (Furnham &

Petrides, 2003; Schutte et al., 2002). Selain itu, hubungan antara kecerdasan yang

diukur dengan tes IQ dan kesejahteraan subjektif tampaknya hampir tidak ada;

Namun, kecerdasan emosional secara konsisten dikaitkan dengan kesejahteraan

tinggi (dalam Ryan & Diener 2009).

6. Pendapatan

Eddington dan Shuman (2005) mengemukakan umumnya orang kaya lebih

bahagia daripada orang miskin, namun efeknya kecil. Secara keseluruhan, korelasi

yang signifikan namun kecil antara pendapatan dan subjective well being (Diener

et al., 1993 dalam Eddington & Shuman 2005). Kekayaan dapat berkontribusi

pada subjective well being dengan menyediakan sarana untuk memenuhi

kebutuhan dasar tertentu seperti makanan, tempat tinggal, air bersih, dan

perawatan kesehatan (Diener et.al 1999).

Page 42: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

42

Menurut Penelitian Diener, Sandvik, Seidlitz dan Marissa Diener (1993)

menunjukkan Argumen absolut yang diajukan oleh Veenhoven menyatakan

bahwa pendapatan membantu individu memenuhi kebutuhan universal tertentu,

walaupun pada individu dengan pendapatan rendah, pendapatan tetap sebagai

prediktor subjective well being.

2.1.4 Pengukuran Subjective Well Being

Diener, Larsen, Emmons (1984) menjelaskan terdapat beberapa ukuran subjective

well being dan happiness yang populer dievaluasi dan dibandingkan pada

beragam sampel subjek. Skala pengukuran subjective well being ada yang single

item dan multi item:

Beberapa ukuran kesejahteraan subyektif adalah skala item tunggal:

1. Andrew & Withey, 1976 (Deligthed-Terrible Scale); Skala ini menanyakan

seputar “seberapa bahagia yang kamu rasa mengenai kebahagiaanmu”. Dengan

7 rentang skala mulai dari ‘Delighted’ (sangat bahagia) sampai ‘terrible’

(sangat tidak bahagia).

2. Cantril, 1965 (self-Enchoring Laddder); skala ini memeiliki bentuk seperti

tangga dan terdapat Sembilan anak tangga. Tangga yang paling atas adalah

“best life for you’ dan tanga yang paling bawah ”worst possible for you”. Pada

skala ini responden diminta untuk mencoret anak tunggu.

3. Fordyce, 1978 (Self Description Inventory); mengukur beberapa subskala yaitu

achived personal happiness, happy personality, happiness values and attitudes,

serta happy life style.

Page 43: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

43

4. Gurin, Veroff & Feld, 1960 (Gurin Scale); Gurin Scale adalah kumpulan

beberapa pertanyaan yang secara garis besar menanyakan “bagaimana

perasaanmu hari ini?’ responden memilih pilihan jawaban antara “sangat

bahagia” sampai “tidak bahagia”

Beberapa ukuran kesejahteraan subyektif adalah skala multi-item:

1. Badburn dan Caplovitsz, 1965 (PANAS); dirancang untuk mengukur

afek/perasaan positif (PA) dan afek negatif (NA). terdiri dari 10 item.

2. Campbell, Converse, dan Rodger's, 1976 (Index of general affect). Terdiri dari

delapan item yang menilai kehidupan dengan skala semantic differential dri

menyenangkan (enjoyable) sampai menyedihkan (miserable).

3. Underwood dan Froming, 1980 (Mood Survey); terdiri dari 15 item dan 2

subskala yang mengukur tingkat dan variabilitas hedonis individu

4. Larsen, 1983 (Affact Intensity Measure); mengukur kekuatan khusus atau

intensitas respon afektif individu.

5. Diener, Emmons, Larsen dan Griffin, 1984 (SWLS) mengembangkan skala

Kepuasan hidup dengan 5 item, yang terfokus secara eksplisit dan eksklusif

pada kepuasan hidup sebagai penilaian penilaian kognitif terhadap kehidupan

individu secara keseluruhan.

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada teori yang

digunakan yaitu teori Diener. Untuk mengukur dimensi kognitif pada subjective

well being, penulis menggunakan alat ukur SWLS (Satisfaction with Life Scale).

Selanjutnya untuk dimensi afektif penulis menggunakan SPANE (The Scale of

Positive and Negative Experience).

Page 44: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

44

Satisfaction with life scale (SWLS) didesain untuk mengukur kepuasan

hidup sebagai evaluasi kognitif terhadap kehidupan individu. Sejumlah skala ukur

subjective well being (kesejahteraan subyektif) dibandingkan dan dievaluasi, hasil

menunjukkan bahwa Satisfaction With Life Scale (SWLS) muncul sebagai ukuran

yang baik untuk mengukur kepuasan hidup secara umum. SWLS merupakan skala

untuk mengukur kepuasan hidup sebagai evaluasi kognitif terhadap kehidupan

suatu individu. Alat ukur ini memiliki realibilitas yang tinggi untuk mengukur

kepuasan hidup, yang berarti skala ini stabil dan konsisten dalam pengukuran

kepuasan hidup dari waktu ke waktu (Diener, Larsen & Emmons 1984).

SWLSS dirancang dengan gagasan bahwa individu harus meminta subjek

untuk menilai keseluruhan kehidupan untuk mengukur konsep kepuasan hidup.

SWLS merupakan alat ukur cocok untuk digunakan dengan kelompok usia yang

berbeda. Alat ukur ini terdiri dari 5 pernyataan dengan rentang skala 1 (Sangat

Tidak Setuju; STS) sampai 7 (Sangat Setuju; SS) (Diener, Emmons, Larsen,

Griffin, 1985).

Skala SPANE (The Scale of Positive and Negative Experience) di rancang

untuk menilai perasaan well being subjektif dan perasaan ill-being subjektif.

Kuesioner terdiri dari 12 item yang mencakup enam item untuk menilai perasaan

positif dan enam item untuk menilai perasaan negatif. Untuk kedua item positif

dan negatif, tiga item bersifat umum (mis: Positif, negatif) dan tiga per subskala

lebih spesifik (misalnya, menyenangkan, sedih). Alat ukur ini memiliki rentang

skala 1 (Jarang atau Tidak pernah) sampai 5 (Sangat Sering atau selalu) (Ed

Diener, Wirtz, Toy, Kim, Choi, Oishi, Bisswas-Diener, 2010)

Page 45: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

45

Alat ukur SPANE memiliki keterkaitan dengan life satisfaction (kepuasan

hidup) (Diener, et.al 1991). SPANE di kembangkan oleh Diener pada tahun 2009.

SPANE menggunakan sejumlah perasaan umum seperti ''positif'',

''menyenangkan'' dan ''negatif''. Hal ini memungkinkan SPANE untuk

mencerminkan berbagai emosi dan perasaan yang mungkin dirasakan oleh

responden, dalam keadaan baik maupun buruk, tanpa membuat daftar ratusan item

untuk sepenuhnya mencerminkan keragaman perasaan positif dan negatif. Dengan

demikian, SPANE menangkap perasaan positif dan negatif terlepas dari pengaruh

budaya. Dengan cara ini, skala ini dapat mencerminkan keseluruhan perasaan

perasaan yang dirasakan oleh individu di seluruh dunia (Diener, et.al 2010).

2.2. Emotional intelligence

2.2.1 Definisi Emotional intelligence

Emotional intelligence atau kecerdasan emosional didefinisikan sebagai:

kompetensi untuk mengidentifikasi, memantau, mengekspresikan emosi,

membedakan, dan memahami sifat kompleks, serta memehami konsekuensi emosi

untuk mengasimilasi emosi dalam pemikiran dan menggunakan emosi secara

strategis untuk mencapai tujuan adaptif individudan untuk secara efektif mengatur

emosi positif dan negatif, baik dalam diri dan orang lain (Zeidner, Robert,

Matthews 2006).

Wolf, S. B, (2005) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai

kemampuan untuk mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, untuk

memotivasi diri diri sendiri dan untuk mengelola emosi secara efektif dalam diri

sendiri dan orang lain. Menurut Grover (2015) Kecerdasan emosional

Page 46: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

46

didefinisikan sebagai kemampuan mengenali emosi, mengerti apa yang dikatakan,

dan menyadari bagaimana emosi mempengaruhi lingkungan sekitar dan persepsi

suatu individu terhadap orang lain.

Dalam periode 'post-Thorndike', upaya untuk mendefinisikan dan

mengukur konstruksi emotional intelligence dimulai dengan karya Gardner

mengenai bentuk-bentuk kecerdasan alternatif (1983) dilanjutkan dengan gagasan

Bar-On tentang "EQ" yang dimulai pada saat yang sama. Selanjutnya menjadi

sangat fokus dengan publikasi manuskrip Salovey dan Mayer tentang "kecerdasan

emosional" [1990] diikuti oleh penjual buku terlaris Goleman yang

mempublikasikan keseluruhan area ini (1995). Encyclopedia of Applied

Psychology (Spielberger, 2004) mengemukakan bahwa saat ini ada tiga model EI

utama yaitu Mayer Salovey (1990), Goleman (1998) dan Bar-On (1997) (dalam

Bharwaney, Bar-On & MacKinlay. 2011).

Salovey & Mayer (1990) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai

bagian kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan untuk memantau perasaan

dan emosi diri sendiri dan orang lain, untuk membedakannya dan menggunakan

informasi ini untuk memandu pemikiran serta tindakan suatu individu (dalam

Bharwaney, Bar-On & MacKinlay. 2011). Literatur mengungkapkan berbagai

upaya untuk menggabungkan komponen emosional dan sosial menjadi suatu satu

konstrak, Howard Gardner (1983) menjelaskan bahwa konseptualisasi kecerdasan

individu didasarkan pada kecerdasan intrapersonal (emosional) dan kecerdasan

interpersonal (sosial).

Page 47: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

47

Selain itu, Carolyn Saarni (1990) menggambarkan kompetensi emosional

seperti memasukkan delapan keterampilan emosional dan sosial yang saling

terkait. Selanjutnya, Bar-On telah menunjukkan bahwa kecerdasan emosional-

sosial terdiri dari sejumlah kompetensi. Yaitu intrapersonal dan interpersonal,

keterampilan dan fasilitator yang bergabung untuk menentukan perilaku manusia

yang efektif (1988, 1997b, 2000) (dalam Bar-On, 2006).

Berdasarkan hal ini, Bar-On memberikan nama untuk model konstruknya

sebagai “emotional intelligence" atau kecerdasan emosional-sosial. Dibanding

dengan masing-masing di pisah sebagai “emotional intelligence” atau “social

Intellligence” saja. Teori kontemporer seperti Peter Salovey dan John Mayer

awalnya memandang kecerdasan emosional sebagai bagian dari kecerdasan sosial

(1990, hal 189), yang menunjukkan bahwa kedua konsep itu terkait dan mungkin,

dalam semua kemungkinan, mewakili komponen yang saling terkait dari

konstruksi yang sama (Bar-On, 2006).

Bar-On (2006) mendefinisikan emotional intelligence sebagai suatu

kompetensi, keterampilan emosional dan sosial yang saling terkait yang

menentukan bagaimana individu memahami dan mengekspresikan emosi diri kita,

memahami emosi orang lain dan mengatasi tuntutan sehari-hari. Menurut Bar-On,

Emotional intelligence secara efektif dapat memahami emosi diri sendiri dan

menjaga hubungan baik dengan orang lain. Selain itu dapat berhasil mengatasi

tuntutan, tantangan dan tekanan tiap harinya. Hal ini didasarkan, pada kemampuan

intrapersonal untuk menyadari diri sendiri, untuk memahami kekuatan dan

Page 48: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

48

kelemahan suatu individu, dan untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran

individu.

Selanjutnya Bar-On (2006) menjelaskan mengenai kompetensi emosional

intelligence mencakup lima komponen keterampilan dan kemampuan, yaitu: (a)

kemampuan untuk mengenali, memahami dan mengekspresikan emosi dan

perasaan pribadi; (b) kemampuan untuk memahami bagaimana perasaan dan

hubungan orang lain; (c) kemampuan untuk mengelola dan mengendalikan emosi;

(d) kemampuan mengelola perubahan, menyesuaikan dan memecahkan masalah

bersifat pribadi dan interpersonal; dan terakhir (e) kemampuan untuk

menghasilkan pengaruh positif dan motivasi diri

Dalam penelitian ini, penulis mengacu pada teori Bar-On, 2006 dalam

teori dan alat ukurnya. Emotional intelligence dalam penelitian ini diartikan

sebagai suatu kemampuan individu untuk mengenali emosi pada dirinya sendiri

dan pada diri orang lain yang selanjutnya dapat membuat dan menjaga hubungan

baik dengan orang lain. Dapat sukses menghadapi segala tantangan dan rintangan

yang ada pada setiap harinya dan tentunya selalu dapat bisa menanggulangi

dirinya dari keadaan stres karena selalu mengenali emosi yang dapat membuat

individu tepat dalam bertindak.

2.2.2 Dimensi Emotional intelligence

Emotional intelligence menurut model Bar-On terdiri dari 5 Dimensi. Dimensi

yang dimaksud terdiri dari Interpersonal (Empathy, Social Responsibility, dan

Interpersonal Relationship). Intrapersonal (Self Regard, Emotional Self-

Awareness, Assertiveness, Independence dan Self Actualization). Stress

Page 49: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

49

Management (Stress Tolerance dan Impulse Control). Adaptability (Reality-

Testing, Flexibility dan Problem Solving); dan terakhir ialah. General Mood

(terdiri dari Optimism and Happiness) (Bar-On, 2006).

Analisis faktor diterapkan untuk mempelajari ke 5 skala kompetensi dari

EQ-i untuk secara empiris mengevaluasi sejauh mana teori Bar-on valid secara

teoritis. Setelah dilakukuan analisis faktor (exploratory dan comfirmatory), Bar-

On akhirnya mengkonstruk menjadi 4 skala kompetensi dari yang sebelumnya 5

konstruk (Bar-On 1997b). Maka dalam penelitian ini Dimensi yang di pakai ialah

Interpersonal (Emphaty, Interpersonal Relationship), Intrapersonal (Self Regard,

Emotional self awareness, Assertive) dan Adaptability (Flexibility, reality testing

dan problem solving), Stress Management (Impluse control dan Stress

Tolerance). Adapun penjabaran setiap dimensinya menurut Reuven Bar-On ialah

sebagai berikut (Stein & book, 2002):

2.2.2.1 Interpersonal

Tingkat interpersonal, secara emosional dan sosial mencakup kemampuan untuk

menyadari emosi, perasaan dan kebutuhan orang lain, dan mampu memahami,

berinteraksi serta bergaul dengan baik kepada orang lain dalam setiap kondisi

memuaskan. Indikator pada dimensi interpersonal ialah sebagai berikut:

1. Empati/Emphaty, yaitu kemampuan untuk menyadari memahami dan

menghargai perasaan dan pikiran orang lain. Mampu untuk “menyelaraskan

diri” dengan apa yang orang lain rasakan dan pikirkan tentang suatu situasi

betapapun berbedanya pandangan itu dengan pandangan diri sendiri.

Page 50: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

50

2. Hubungan antar pribadi/ Interpersonal Relationship, yaitu kemampuan

menciptakan dan mempertahankan hubungan baik dengan orang lain yang

yang ditandai oleh saling memberi dan menerima kasih sayang dengan orang

lain serta kemampuan memiliki harapan positif yang menyangkut interaksi

sosial

2.2.2.2 Intrapersonal

Merupakan kemampuan mengekspresikan perasaan dan pikiran sendiri secara

tepat. Dapat hidup secara mandiri dan memiliki rasa percaya diri dalam

mengemukakan gagasan yang dimiliki, serta seberapa individu puas terhadap diri

sendiri dan prestasi yang didapatkan. Indikator pada dimensi intrapersonal ialah

sebagai berikut:

1. Penghargaan diri/Self Regard, yaitu kemampuan untuk memahami kelebihan

dan kekurangan diri sendiri, kemampuan seperti ini seperti mengormati diri

sendiri, menerima diri sendiri sebagai pribadi yang baik, menyukai diri

sendiri apa adanya, mensyukuri sisi negatif dan positif pada diri sendiri, serta

menerima keberadaan diri sendiri serta memahami kelebihan dan kekurangan

diri sendiri.

2. Kecerdasan mengenal emosi diri/Emotional Self-awareness, yaitu

kemampuan untuk menggali perasaan dan sejauh mana individu dapat

merasakannya serta berpengaruh pada perilaku terhadap orang lain.

3. Sikap Asertif/Assertiveness, yaitu kemampuan menyampaikan pikiran dan

perasaan diri sendiri, kemampuan ini seperti mengungkapkan perasaan secara

langsung tanpa bertindak agresif atau melecehkan, menerima perasaan diri

Page 51: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

51

sendiri, bersikap tegas, mempertahankan hak-hak pribadi tanpa harus

menyampingkan perasaan orang lain.

2.2.2.3. Adaptability

Kemampuan untuk bersikap realistis dan mampu menilai dan menanggapi situasi

sulit dengan tepat. Indikator pada dimensi adaptability ialah sebagai berikut:

1. Fleksibel/Flexibility, yaitu kemampuan untuk menyesuaikan perasaan, pikiran

dan tindakan dengan keadaan yang berubah-ubah, kemampuan ini seperti

beradaptasi dengan lingkungan manapun, bekerjasama secara sinergis dan

menanggapi perubahan secara luwes dan dapat membedakan segala

perbedaan yang ada.

2. Uji Realitas/Reality-Testing, yaitu kemampuan untuk melihat sesuatu dengan

keyakinan, kemampuan ini membantu individu dalam menilai secara objektif

kejadian yang terjadi sebagaimana adanya, menyimak segala sesuatu yang

ada di hadapannya serta selalu dapat bersikap tenang.

3. Pemecahan masalah/Problem Solving, yaitu kemampuan untuk

mendefinisikan masalah, bertindak untuk mencari solusi untuk dan percaya

dengan diri sendiri mampu serta mampu mengambil keputusan yang tepat

dari suatu masalah.

2.2.2.4. Stress Management

Kemampuan menanggung stress tanpa harus hancur, kehilangan kendali atau

terpuruk, serta dapat tetap tenang, jarang bersikap impulsive dalam menghadapi

setiap tekanan. Indikator pada dimensi Stress Management ialah sebagai berikut:

Page 52: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

52

1. Ketahanan menanggung stres; Stress Tolerance, yaitu kemampuan untuk

bertahan menghadapi kejadian yang genting dan tetap tenang dalam

menghadapi masalah.

2. Mengendalikan Implus; Impulsive Control, yaitu kemampuan untuk menahan

atau menunda keinginan untuk bertindak agresif, serta perilaku yang tidak

bertanggung jawab

2.2.3 Pengukuran Emotional intelligence

Terdapat suatu studi yang membandingkan beberapa alat ukur emotional

intelligence dari beberapa tokoh dengan hubungannya pada subjective well being

(Sanchez, Natalio dan Fernandez, 2015). Berikut adalah penjabaran mengenai alat

ukur emotional intelligence:

2.2.3.1. Self-report ability EI tests

1. Trait Meta-Mood Scale TMMS); skala Ini mengevaluasi sejauh mana orang

memperhatikan dan menghargai perasaan (attention) diri sendiri, merasa lebih

jelas dengan perasaan diri sendiri (Clarity) dan menggunakan pemikiran

positif untuk memperbaiki suasana hati negatif (Repair).

2. Schutte Emotional intelligence Scale (SEiS); merupakan pengukuran EI

dengan menggunakan definisi Salovey Mayer. Alat ukur ini terdiri dari 33-

item). Dengan rentang skala lima poin (1 = Sangat Tidak Setuju, 5 = Sangat

Setuju). Skor total yang lebih tinggi menunjukkan EI yang lebih tinggi.

3. Swinburne University Emotional intelligence Test (SUEIT); terdapat 65 item

dan dengan rentang skala lima poin (1 = tidak pernah, 5 = selalu). Responden

diinstruksikan untuk menunjukkan sejauh mana setiap pernyataan sesuai

Page 53: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

53

dengan cara yang biasanya dipikirkan, rasakan dan lakukan di tempat kerja

(Gannon & Ranzijn, 2005).

4. Wong Law Emotional intelligence Scale (WLEIS); terdapat 16 item yang

dikembangkan oleh Wong and Law (2002), yang dirancang untuk menangkap

empat aspek EI: penilaian emosi sendiri, penilaian terhadap emosi pada orang

lain, penggunaan emosi dan regulasi emosi. Dengan rentang skala 5 poin

mulai dari 1 = sangat tidak setuju sampai 5 = sangat setuju (James, Bore, &

Zito, 2012; Kong, Zhao, & You, 2012).

2.2.3.2. Self-report mixed EI tests

1. Emotion identification skills (EIS); terdiri dari 12 item yang menilai sulit

mengidentifikasi dan menggambarkan emosi (Bagby et al., 1994). Item dari

kesulitan menggambarkan perasaan subscale meliputi: 'Sulit bagi saya untuk

menemukan kata-kata yang tepat untuk perasaan saya 'dan' saya merasa sulit

untuk menggambarkan bagaimana perasaan saya terhadap orang-orang

2. Emotional Quotient Inventory (EQ-i) (Reuven Bar-on); EQ-i berisi 133 item

dalam bentuk kalimat pendek dan menggunakan skala respons 5 poin dengan

format tanggapan mulai dari "sangat jarang atau tidak benar dari saya" (1)

untuk "sangat sering benar tentang saya atau benar saya "(5).

3. Performance-based ability EI tests; Mayer, Salovey and Caruso Emotional

intelligence Test (MSCEIT); dirancang untuk mengukur pemecahan masalah

emosional secara obyektif. MSCEIT memiliki 141 pertanyaan, disajikan

dalam format pilihan ganda, yang menghasilkan empat skor sub skala.

Page 54: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

54

Hasil studi menunjukkan bahwa instrumen model Self-report mixed EI tests (EQ-i

dan EIS) seluruhnya memiliki hubungan dengan indikator SWB. Self-report

mixed EI models mencakup indikator lingkungan seperti humor, optimisme dan

kebahagiaan, sehingga terdapat korelasi lebih tinggi dengan indikator Subjective

Well Being.

Berdasarkan hasil studi di atas dan berdasarkan teori yang digunakan,

maka dalam penelitian ini penulis menggunakan alat ukur Emotional Quotient

(EQ-i) dari model Emotional-Social Intelligence Reuven Bar-On. EQ-i ™ adalah

ukuran self-report dari perilaku emosional dan sosial yang memberikan perkiraan

emosi emosional.

EQ-i ™ berisi 66 item dalam bentuk kalimat pendek dan memiliki skala

respons 5 poin dengan format tanggapan tekstual mulai dari "sangat jarang" (1)

dan "sangat sering " (5). Alat ukur EQ-i ™ cocok untuk individu berusia 17 tahun

ke atas dan membutuhkan waktu sekitar 40 menit untuk menyelesaikannya

(Bharwaney, Bar-On & MacKinlay. 2011). EQ-i ™ telah distandarisasi untuk

digunakan di banyak negara.

Alat ukur ini telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 30 bahasa, dan data

telah dikumpulkan dari berbagai setting di seluruh dunia. Dikembangkan selama

17 tahun dan diperiksa dalam sejumlah besar studi validitas yang dilakukan pada

puluhan ribu individu, instrumen ini memiliki dasar empiris paling luas dari

semua instrumen EI yang ada. Selain itu, telah divalidasi secara lintas budaya di

banyak negara dan pada berbagai tingkat sosio-ekonomi berdasarkan sampel

populasi yang besar dan beragam di seluruh dunia.

Page 55: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

55

2.3 Gratitude

2.3.1 Definisi Gratitude

Gratitude di konseptualisasikan sebagai emosi, sikap, kebijakan moral, sifat

kepribadian atau respons coping. Gratitude berasal dari konsep latin yaitu

“gratia”, yang artinya karunia, syukur, dan keanggunanan. Arti dari “gratia” yaitu

melakukan sesuatu dengan kebaikan, kedermawanan, kemurahan hati dan

keindahan memberi dan menerima (Pruyser 1976 dalam Emmons & Shelton,

2005)

McCullough, Emmons dam Tsang (2002) mendefinisikan gratitude

sebagai suatu kecendrungan secara umum untuk mengenali, menyadari dan

merespon dengan rasa trima kasih terhadap peran kebaikan orang lain dalam

pengalaman positif dan dampak yang dirasakan individu. Penelitian menunjukkan

bahwa rasa syukur adalah emosi yang cukup menyenangkan dan positif serta

mudah untuk di miliki dalam diri individu (Emmons & McCullough, 2003).

Bertocci dan Milard (dalam Emmons & McCullough, 2003) menyatakan bahwa

keutamaan dari rasa syukur adalah keinginan untuk menyadari bahwa individu

telah menerima keuntungan dari kebaikan orang lain yang keuntungan itu bisa

berupa materi atau non materi.

Menurut Emmons dan Shelton (2005) Gratitude merupakan cara agar

suatu individu lebih merasa puas atas kehidupannya. Secara psikologis gratitude

adalah perasaan takjub, penuh rasa terimakasih dan suatu bentuk apresiasi atas

kehidupan. Hal ini diekspresikan terhadap orang lain, dapat juga ditunjukan pada

Page 56: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

56

yang impersonal seperti alam atau sumber non-manusia seperti Tuhan dan

binatang.

Lazarus dan Lazarus (1994) berpendapat bahwa rasa syukur adalah salah

satu "emosi empati" yang berakar pada kapasitas untuk berempati dengan orang

lain. Hal lainnya yang terkait dengan rasa syukur adalah pengakuan atau apresiasi

atas pemberian altruistik. Syukur adalah keadaan kompleks yang termasuk dalam

kategori kondisi afektif-kognitif (Clore, Ortony, & Foss, 1987), keduanya saling

mempengaruhi satu sama lain (dalam Emmons & McCullough, 2003)

Penelitian telah menunjukkan bahwa rasa syukur adalah keadaan yang

menyenangkan dan terkait dengan emosi positif termasuk kepuasan dalam hidup

(Walker & Pitts, 1998), kebahagiaan, kebanggaan, dan harapan (Overwalle,

Mervielde, & De Schuyter, 1995). Menurut Strom dan Strom (1987) dalam suatu

istilah taksonomi emosional yang diturunkan secara empiris, rasa syukur

dikelompokkan dalam kategori perasaan positif dan interpersonal yang mencakup

kekaguman, rasa hormat, kepercayaan dan perhatian (dalam Emmons &

McCullough, 2003). Rasa syukur dapat didefinisikan sebagai rasa penghargaan

atas bantuan yang diterima (Guralnik, 1971 dalam Watkins, et.al 2003)

Sedangkan menurut Watkins, Woodward, Stone dan Kolts (2003)

menjelaskan beberapa penulis mengusulkan ciri yang akan ditunjukkan oleh orang

yang bersyukur. Individu yang bersyukur tidak akan merasa kekurangan dalam

hidup, karena selalu memiliki rasa kelimpahan. Individu yang bersyukur akan

mengakui kontribusi orang lain untuk kesuksesan dan kesejahteraan dalam

kehiupannya, dan juga akan menghargai kesenangan hidup yang sederhana, serta

Page 57: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

57

mengakui pentingnya mengalami dan mengekspresikan rasa terima kasih.

Konseptualisasi tentang syukur itu terbukti berkorelasi dengan ukuran suatu

individu dalam kesejahteraan hidupnya atau lebih dikenal Subjective Well-Being

(SWB) dan adanya dampak ataupun pengaruh positif.

Berdasarkan beberapa definisi dari beberapa tokoh diatas, penulis

menggunakan definisi syukur atau gratitude dari Watkins, et.al (2003). Gratitude

dalam penelitian ini didefinisikan sebagai suatu perasaan positif yang selalu

berterimakasih dan mengambil manfaat dari apa yang diberikan oleh orang lain,

baik dari segi materi tau non materi. Selalu memiliki perasaan berkelimpahan

yang membuat individu selalu berterimakasih dan bersyukur atas apa yang telah

didapatkan walaupun itu hanyalah hal yang sederhana, serta selalu menghargai

apa yang di dapatkan diri sendiri dan yang diberikan oleh orang lain. Penelitian ini

mengacu pada teori yang di kemukakan oleh Watkins, et. al (2003)

2.3.2 Dimensi Gratitude

Watkins, Woodward, Stone dan Kolts (2003) menjelaskan terdapat 3 komponen

gratitude yang dibahas dalam pengukuran bernama GRAT (Gratitude, Resentment

and Appreciation Test). Berikut penjelasan mengenai 3 komponen gratitude:

1. Simple Appreciation (menghargai hal sederhana)

Merupakan suatu ungkapan rasa senang atas hal-hal yang sederhana. Individu

yang bersyukur akan ditandai dengan kecenderungan untuk mengahargai

kesenangan sederhana. Kesenangan sederhana mengacu pada kesenangan dalam

hidup yang tersedia bagi kebanyakan orang. Individu yang menghargai

kesenangan sederhana akan lebih mengalami manfaat yang subjektif lebih

Page 58: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

58

sering dalam kehidupan keseharianya. Individu yang bersyukur seharusnya

mengakui pentingnya mengalami dan mengekspresikan rasa terima kasih.

2. Appreciate for Others (menghargai orang lain)

Merupakan rasa senang dan berterimakasih terhadap orang lain. Individu

bersyukur akan menghargai kontribusi orang lain untuk kesejahteraan hidupnya.

Teori syukur telah menekankan pentingnya menghubungkan sumber manfaat

bagi orang lain. Menghargai apapun yang dilakukan orang lain terhadapnya

dalam kehidupan merupakan indikasi individu dalam bersyukur.

3. Sense of Abundance (perasaan berkelimpahan)

Merupakan suatu ungkapan rasa syukur yang melimpah dan tak kekurangan

dalam kehidupan atau secara positif, individu yang bersyukur memiliki rasa

berkelimpahan (Sense of abundance) dalam kehidupannya dan selalu merasa

beruntung, hal ini tidak berdasarkan seberapa besar atau banyaknya yang

diperoleh dari orang lain, melainkan seberapa besar banyak individu memeiliki

rasa berkelimpahan dan perasaan bersyukur.

2.3.3 Pengukuran Gratitude

Terdapat 2 pengukuran mengenai Gratitude yang telah dikembangkan, yaitu

Gratitude Quetionaire (GQ-6); yang merupakan suatu ukuran yang cukup singkat

yang tampaknya memiliki sifat psikometrik yang baik (Emmons, McCullough &

Tsang, 2002). Pengukuan yang kedua yaitu Gratitude Resentment, and

Appreciation test (GRAT) (Watkins, Woodward, Stone & Kolts, 2003).

Page 59: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

59

Pada Penelitian ini, penulis menggunakan GRAT (Gratitude Resentment

and Appreciation) sebagai alat ukur yang digunakan untuk melihat rasa

bersyukur/ gratitude suatu individu. GRAT menunjukkan hubungan yang kuat

dengan berbagai ukuran dampak positif dengan subjective well being. Mengenai

variabel Subjective Well Being lainnya menunjukkan hubungan yang serupa

dengan GRAT. Secara umum, hasil penelitian menunjukkan bahwa rasa terima

kasih lebih mempengaruhi dengan afek positif daripada dengan afek negatif.

Ukuran GRAT menunjukkan konsistensi internal dan validitas faktorial yang baik.

GRAT terdiri dari 44 pernyataan yang menggunakan skala jenis Likert dengan 9

pilihan “sangat tidak setuju” (1) dan “sangat setuju” (9).

2.4 Pendapatan

2.4.1 Definisi Pendapatan

Pendapatan merupakan variabel demografi yang digunakan dalam penelitian ini.

Terdapat korelasi kecil namun signifikan pada pendapatan dengan well being

(Diener et.al, 1992). Menurut Penelitian Diener, Sandvik, Seidlitz dan Marissa

Diener (1993) menunjukkan Argumen absolut yang diajukan oleh Veenhoven

menyatakan bahwa pendapatan membantu individu memenuhi kebutuhan

universal tertentu, walaupun pada individu dengan pendapatan rendah, pendapatan

tetap sebagai prediktor subjective well being.

Pendapatan merupakan prediktor kebahagiaan serta well being di kalangan

guru. Perbedaan pendapatan akan menunjukkan tingkat kebahagiaan yang

berbeda. Perdapatan lebih banyak maka akan lebih bahagia dan sejahtera (Jahan,

Tyagi, Suri, 2015). Guru yang mengajar anak berkebutuhan yang mendapatkan

Page 60: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

60

tunjangan finansial akan meningkatkan kepuasan kerja sekaligus well being

(Abushaira, 2012). Kekayaan dapat berkontribusi pada subjective well being

dengan menyediakan sarana untuk memenuhi kebutuhan dasar tertentu seperti

makanan, tempat tinggal, air bersih, dan perawatan kesehatan (Diener et.al 1999).

2.4.2. Pengukuran Pendapatan

Pendapatan guru SLB akan meningkatkan kebahagiaan, kepuasan kerja, dan well

being. (Abushaira, 2012). Berdasarkan hal ini pendapatan yang dimaksud ialah

gaji yang didapatkan oleh guru dari sekolah atau yayasan tempat guru SLB

mengajar anak berkebutuhan khusus. Rentang pendapatan yang di jadikan acuan

dalam pembuatan koding ialah gaji UMR di Indonesia. UMR merupakan standar

minimum gaji yang telah disesuaikan untuk menjaga kesejahteraan rakyat

Indonesia khususnya DKI Jakarta (Defianti, 2017).

2.5 Kerangka Berpikir

Banyaknya tantangan untuk guru SLB dapat memicu untuk mengalami stres dan

bahkan sampai mengalami burnout (Wisniewski and Gargiulo, 1997). Keadaan

stres pada guru bisa menyebabkan guru salah untuk memberikan treatment kepada

anak bekebutuhan khusus (Kidger et al dalam Sisask, et.al 2014). Pentingnya

subjective well being pada guru dibutuhkan pada guru agar selalu membuat

penilaian positif terhadap kehidupanya (Diener, et.al, 2009).

Dari hasil penelitian terdahulu mengenai subjective well being, terdapat

faktor-faktor yang berperan dalam peningkatan skor subjective well being pada

guru. Faktor yang berkontribusi terhadap subjective well being adalah emotional

intelligence. Suatu Studi melaporkan bahwa Kecerdasan Emosional memiliki

Page 61: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

61

hubungan yang signifikan dan positif dan signifikan dengan well being guru

(Razia. B, 2016).

Memahami, mengetahui serta mengenali emosi merupakan hal penting

bagi guru SLB. Mengetahui keadaan emosi diri sendiri, mengenali emosi orang

lain (muridnya) akan membuat guru SLB terhindar dari perasaan negatif dan dapat

menilai dirinya memiliki kehidupan yang baik dan memuaskan atau dengan kata

lain memiliki tingkat subjective well being yang tinggi (Salovey, Bedell,

Detweiler, & Mayer, 1999). Mengenali, mengetahui dan memamahi emosi diri

sendiri dan orang lain merupakan definisi dari emotional intelligence (Bar-On,

2006).

Dalam emotional intelligence terdapat 5 kemampuan. Yang pertama ialah

intrapersonal. Dunia Interpersonal, kemampuan ini merupakan keterampilan

dalam berinteraksi. Individu yang berperan dengan baik dalam ranah ini biasanya

bertanggungjawab dan dapat diandalkan. Dapat memahami, berinteraksi, dan

bergaul dengan baik dengan orang lain dalam berbagai situasi, serta menjalankan

perannya dengan baik sebagai bagian dari suatu kelompok (Stein & Book, 2002).

Kemampuan ini membuat individu akan merasa bahwa kehidupannya berjalan

dengan baik dan merasa sering mengalami emosi dan perasaan positif dibanding

denga perasaan negatif (Myer & Diener, 1995).

Selanjutnya yang kedua ialah kemampuan Intrapersonal menentukan

seberapa mendalamnya perasaan individu terhadap diri sendiri, seberapa puas

individu terhadap diri sendiri dan prestasi yang didapat. Sukses dalam ranah ini

mengandung arti bahwa individu bisa mengungkapkan perasaan kita, bisa hidup

Page 62: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

62

dan bekerja secara mandiri, tegar, dan memiliki rasa percaya diri dalam

mengemukakan gagasan dan keyakinan (Stein & Book, 2002). Hal ini

berhubungan dan sesuai dengan ciri-ciri individu yang memiliki subjective well

being, yaitu evaluasi subjektif yang mencakup penilaian terhadap kepuasan hidup

(Diener & Ryan, 2009), penilaian kepuasan hidup bergantung pada standar

individu itu sendiri untuk menentukan aoakah hidupnya cukup baik atau bahkan

sebaliknya.

Kemampuan yang ketiga dalam emotional intelligence ialah Adaptability.

Ranah ini berkaitan dengan kemampuan untuk menilai dan menanggapi situasi

yang sulit. Keberhasilan dalam ranah ini mengandung arti bahwa individu dapat

memahami masalah dan merencanakan pemecahan yang ampuh, dapat

menghadapi dan memecahkan masalah keluarga, serta dapat menghadapi konflik,

baik di lingkungan masyarakat maupun di lingkungan kerja. Semua ini dapat

dilakukan dengan cara selalu berpikiran positif dan percaya terhadap diri dalam

setiap pengambilan keputusan. Menurut Ed Diener (1994) menyatakan bahwa

individu yang memiliki subjective well being tinggi yaitu individu yang membuat

penilaian positif terhadap kejadian dan keadaan kehidupannya.

Terakhir ialah stress management, ranah ini berkaitan dengan kemampuan

menanggung stres tanpa harus kehilangan kendali, agresi atau terpuruk.

Keberhasilan dalam ranah ini berarti bahwa individu biasanya dapat tetap tenang,

jarang bersikap impulsive, dan mampu mengatasi tekanan (Stein & Book, 2002).

Individu yang memiliki subjective well being yang tinggi, akan mampu untuk

meregulasi emosinya, mengubah emosi negatif menjadi emosi positif dan mampu

Page 63: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

63

menghadapi berbagai masalah dalam hidup dengan lebih baik (Myers & Diener,

1995). Sehingga guru SLB yang rentan mengalami stres sangat membutuhkan

subjective well being dalam kehidupannya.

Selanjutnya dukungan penelitian ditemukan pada variabel gratitude.

Berdasarkan penelitian yang berjudul Gratitude and Happiness: Development Of

a Measure Of Gratitude, And Relationships With Subjective Well-Being dapat

diketahui bahwa rasa bersyukur atau gratitude dapat meningkatkan subjective well

being suatu individu (Watkins, et.al, 2003). Kemudian pada penelitian lainnya

juga ditemukan bahwa gratitude memiliki pengaruh dengan life satisfaction,

positive affect dan negative affect pada guru (Ramzan & Rana, 2014).

Menghargai dan berterimakasih pada orang lain atas apa yang diberikan

kepadanya merupakan ciri suatu individu yang memiliki rasa bersyukur

(Appreciation for Others). Dengan menghargai usaha dan pemberian orang lain

yang berpengaruh pada meningkatnya kesejahteraan hidup individu, maka

dikatakan sebagai individu yang bersyukur. Selalu menghargai kebahagian yang

didapatkan meski kebahagiaan itu hanya kecil dan sederhana (simple

appreciation), juga membuat individu merasa bersukur sehingga merasa

kehidupannya membahagiakan (Watkins, et.al, 2003).

Dalam bersyukur, individu harus memiliki rasa berterimakasih dan

mensyukuri semua hal yang didapatkan dan telah dimiliki selama hidup (Sense of

abundance). Tidak mengeluh dengan apa yang dihadapi dan selalu berpikir positif

dengan apa yang akan dan telah di lakukan. Hal ini penting untuk dimiliki guru

SLB karena individu yang bersyukur akan meningkatkan rasa kepuasan dalam

Page 64: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

64

hidup (life satisfaction) dan guru akan dapat memperlakukan anak didiknya

dengan ikhlas dan penuh kasih sayang (Watkins, et.al, 2003). Guru yang memiliki

kemampuan ini akan menjalani tugasnya sebagai guru SLB dengan rasa ikhlas,

maka secara tidak langsung akan mempengaruhi bagaimana penilaian terhadap

kehidupannya.

Selain itu terdapat suatu studi yang mengemukakan kekayaan dapat

berkontribusi pada subjective well being dengan menyediakan sarana untuk

memenuhi kebutuhan dasar tertentu seperti makanan dan tempat tinggal (Diener,

1999). Hal ini sejalan dengan studi pendahuluan yang penulis lakukan bahwa

pendapatan memiliki pengaruh terhadap well being guru SLB.

Berdasarkan temuan Diener dan Fujita mengungkapkan bahwa sumber

daya seperti pendapatan atau daya tarik fisik berkontribusi lebih pada subjective

well being suatu individu (Diener, 1999). Pendapatan merupakan prediktor

kebahagiaan serta well being di kalangan guru. Perbedaan pendapatan akan

menunjukkan tingkat kebahagiaan yang berbeda. Perdapatan lebih banyak maka

akan lebih bahagia dan sejahtera (Jahan, Tyagi, Suri, 2015). Menurut Abushaira

(2012) guru SLB yang mendapatkan tujangan finansial akan meningkatkan

kepuasan kerja sekaligus kesejateraannya (well being).

Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka penulis memilih emotional

intelligence, gratitude dan pendapatan sebagai variabel demografi sebagai

variabel independen dalam penelitian ini dan subjective well being sebagai

variabel dependen

Page 65: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

65

2.6 Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis ingin menguji apakah subjective well being guru

SLB dipengaruhi oleh emotional intelligence, gratitude dan pendapatan. Hipotesis

merupakan asumsi penelitian terhadap suatu permasalahan yang masih harus

diujikan. Berdasarkan kerangka berfikir penelitian di atas, maka hipotesis dalam

penelitian ini disusun sebagai berikut:

Subjective Well

Being pada

Guru SLB

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

Interpersonal

Intrapersonal

Adaptability

Stress Mangement

Gratitude

Simple Appreciation

Appreciation for Others

Sense of Abundance

Pendapatan

Emotional Intelligence

Page 66: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

66

2.6.1 Hipoteseis Mayor

Ha : Ada pengaruh yang signifikan emotional intelligence (interpersonal,

intrapersonal, adaptability, stress management), gratitude (appreciation

for others, simple appreciation, sense of abundance) dan pendapatan

terhadap subjective well-being

2.6.2 Hipotesis Minor

Ha1 : Ada pengaruh yang signifikan interpersonal pada variabel emotional

intelligence terhadap subjective well being

Ha2 : Ada pengaruh yang signifikan intrapersonal pada variabel emotional

intelligence terhadap subjective well being

Ha3 : Ada pengaruh yang signifikan adaptability pada variabel emotional

intelligence terhadap subjective well being

Ha4 : Ada pengaruh yang signifikan stress management pada variabel emotional

intelligence terhadap subjective well being

Ha5 : Ada pengaruh yang signifikan simple appreciation pada variabel gratitude

terhadap subjective well being

Ha6 : Ada pengaruh yang signifikan appreciation for others pada variabel

gratitude terhadap subjective well being

Ha7 : Ada pengaruh yang signifikan sense of abundance pada variabel gratitude

terhadap subjective well being

Ha8 : Ada pengaruh yang signifikan pendapatan terhadap subjective well being

Seluruh hipotesis penelitian diatas akan dijadikan H0 untuk kajian pengujian

statistic

Page 67: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

67

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah Guru yang mengajar di Sekolah Luar Biasa

(SLB) yang berada di wilayah DKI Jakarta. Populasi guru SLB di DKI Jakarta

berjumlah 1.104 guru. Namun dalam pengambilan sampel, yang diambil ialah

sampel guru yang berada di wilayah Jakarta Selatan.

Jumlah sampel guru SLB di wilayah Jakarta Selatan yang dilibatkan dalam

penelitian ini sebanyak 407 guru dan tersebar dalam 27 sekolah. Karena 3 dari 27

sekolah tidak mengizinkan dalam pengambilan data lebih lanjut, maka sampel

yang didapatkan dalam penelitian ini sebanyak 303 guru dari 24 sekolah.

Pengambilan sampel guru SLB wilayah Jakarta Selatan diambil

berdasarkan data yang diperoleh dari Data Pokok Pendidikan Dasar dan Menegah

(Dapo.dikdasmen) Kemendikbud tahun ajaran 2017/2018 yang menunjukkan

sebaran populasi guru SLB di Jakarta Selatan lebih banyak dibandingkan dengan

wilayah lainnya di DKI Jakarta.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik non-

probability sampling, yaitu setiap unsur yang terdapat di dalam populasi tidak

memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel, bahkan probabilitasnya

tidak diketahui. Pemilihan unit sampling didasarkan pada pertimbangan penilaian

subjektif dan tidak pada penggunaan teknik probabilitas. Jenis sampling yang

digunakan adalah convenience sampling, yaitu metode penetapan sampel

berdasarkan anggota populasi yang ditemui penulis dan bersedia menjadi

Page 68: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

68

responden. atau penulis memilih sendiri populasi yang diinginkan dalam suatu

penelitian (Siregar. S, 2013).

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Sebelum membahas definisi operasional, terdapat beberapa variabel yang

digunakan dalam penelitian ini. Selanjutnya, yang disebut dengan variabel dalam

penelitian ini adalah dimensi dari emotional intelligence, dimensi dari gratitude,

pendapatan dan Subjective well being. Adapun uraian variabel yang penulis

gunakan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. Subjective Well Being

2. Emotional Intelligence (Interpersonal, Intrapersonal, Stress Management,

Adaptability)

3. Gratitude (Simple Appreciation, Appreciation for Others, Sense of

Abundance

4. Variabel Demografi (Pendapatan)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Subjective well-being, sedangkan

sisanya (Dimensi Emotional Intelligence, Dimensi Gratitude dan Pendapatan)

merupakan variabel independen.

Penulis menentukan definisi operasional yang akan digunakan dalam

penelitian berdasarkan penentuan variabel dependen yaitu Subjective Well Being

dan variabel indenpenden yaitu Emotional Intelligence, Gratitude dan

Pendapatan. Penjelasan definisi operasional masing-masing variabel sebagai

berikut:

Page 69: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

69

3.2.1 Subjective Well Being

Subjective well being merupakan suatu evaluasi serta penilaian subjektif secara

keseluruhan terhadap kehidupannya, yang mencakup penilaian kognitif berupa

kepuasan hidup suatu individu dan penilaian afektif berupa perasaan, emosi, mood

suatu individu. Subjective well being terdiri dari 2 dimensi yaitu Aspek Kognitif

dan Aspek Negatif. Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini ialah SWLS

(Satisfaction with Life Scale untuk mengukur aspek kognitif dan SPANE (The

Scale of Positive and Negative Experience) yang dikembangkan oleh Ed Diener.

3.2.2. Emotional Intelligence

Emotional Intelligence merupakan suatu kemampuan individu untuk mengenali

emosi pada dirinya sendiri dan pada diri orang lain yang selanjutnya dapat

membuat dan menjaga hubungan baik dengan orang lain. Dapat sukses

menghadapi segala tantangan dan rintangan yang ada pada setiap harinya dan

tentunya selalu dapat bisa menanggulangi dirinya dari keadaan stres karena selalu

mengenali emosi yang dapat membuat individu tepat dalam bertindak. Terdapat 4

dimensi dalam Emotional Intelligence, yaitu:

1. Interpersonal, yaitu kemampuan untuk peduli serta berinteraksi dengan

lingkungan sosial dan lingkungan sekitarnya.

2. Intrapersonal, yaitu kemampuan untuk mengenali dan mengendalikan diri

sendiri pada suatu individu.

3. Adaptability, yaitu kemampuan untuk menyesuaikan diri dan dapat realistis

dalam pemecahan berbagai masalah.

Page 70: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

70

4. Stress Management, yaitu kemampuan untuk bertahan dalam keadaan stres

dan mampu untuk menghadapi dan menanggulangi stress.

Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat ukur dari

Reuven BarOn yaitu Emotional Quotient Inventory (EQ-i)

3.2.3. Gratitude

Gratitude merupakan suatu perasaan positif yang selalu berterimakasih dan

mengambil manfaat dari apa yang diberikan oleh orang lain, baik dari segi materi

tau non materi. Selalu memiliki perasaan berkelimpahan yang membuat individu

selalu berterimakasih dan bersyukur atas apa yang telah didapatkan walaupun itu

hanyalah hal yang sederhana, serta selalu menghargai apa yang di dapatkan diri

sendiri dan yang diberikan oleh orang lain. Terdapat 3 dimensi yaitu:

1. Simple Appreciation, yaitu perilaku menghargai kesenangan atau kebahagiaan

yang sederhana yang di alami oleh suatu individu

2. Appreciation for Others. Yaitu perilaku menghargai pemberian serta apa yang

di lakukan orang lain yang berkontribusi untuk kesejahteraannya

3. Sense of Abudance, yaitu perasaan berkelimpahan dan merasa hidupnya telah

tercukupi tanpa adanya kekurangan

Pengukuran dalam penelitian ini menggunakan alat ukur dari Watkins,et.al (2003)

yaitu GRAT (Gratitude Resentment and Appreciation)

Page 71: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

71

3.2.4. Pendapatan

Pendapatan yang dimaksud ialah pemasukan yang dimiliki oleh guru dari sekolah

atau yayasan tempat guru mengajar anak berkebutuhan khusus

3.3 Instrument Pengumpulan Data

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berbeda untuk masing-masing

variabel. Untuk Dependent Variable (DV) yakni subjektif well being terdapat 2

alat ukur, pertama Kepuasan hidup atau life satisfaction di ukur menggunakan

model skala rating 1-4 (1: sangat tidak Setuju – 4: sangat setuju). Afek negatif

positif di ukur dengan menggunakan model skala rating 1-5 (1: sangat jarang atau

tidak pernah – 5: sangat sering atau selalu).

Untuk Independent Variable (IV) emotional intelligence diukur dengan

menggunakan model skala rating 1-4 (1: sangat tidak Setuju – 4: sangat setuju).

Selanjutnya untuk gratitude diukur dengan menggunakan model skala rating 1-4

(1: sangat tidak setuju – 4: sangat setuju). Partisipan diminta untuk memilih salah

satu dari pilihan jawaban yang tersedia sesuai dengan apa yang dirasakan atau

dialami partisipan. Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan item pernyataan

positif (favorable) dan item pernyataan negatif (unfavorable).

3.3.1 Subjective well-being

Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini menggunakan skala baku. Skala ini

digunakan untuk mengukur evaluasi berupa penilaian mengenai pengalaman

hidup yang terdiri dari evaluasi kognitif dan afektif. Untuk mengukur evaluasi

kognitif yaitu kepuasan hidup secara global, penulis menggunakan alat ukur

Page 72: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

72

SWLS (Satisfaction with life scale) yang dikembangkan oleh Diener Larsen dan

Griffin (1985).

Alat ukur ini memiliki validitas tinggi dengan nilai alpha sebesar 0,87 (Diener,

et.al, 1985). Alat ukur dimensi kognitif (life satisfaction) terdiri dari 5 item

dengan model skala rating 1-4 (1: Sangat tidak Setuju – 4: Sangat setuju). Selain

itu penulis menggunakan SPANE (The Scale of Positive and Negative

Experience) yang dikembangkan oleh untuk mengukur dimensi afektif pada

subjective well being yang dikembangkan oleh Ed Diener, Wirtz, Toy, Kim, Choi,

Oishi, Bisswas-Diener (2009).

SPANE terdiri dari 12 item, 6 item mengukur afek positif dan 6 item lainnya

untuk mengukur afek negatif dan keduanya bisa digabungkan untuk menciptakan

nilai keseimbangan dalam pengukuran SPANE. Responden diminta untuk

memilih rentang skala 1-5 (1: sangat jarang atau tidak pernah – 5: sangat sering

atau selalu). Berikut blue print dari skala Subjective Well Being dapat dilihat pada

tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1. Blue Print Skala Subjective Well Being

No. Dimensi Indikator Nomer Item Jumlah

Favorable unfavorable

1. Kognitif Kepuasan hidup

(Life Satisfaction)

1,2,3,4,5 5 item

2. Afektif Afek positif 1,3,5,7,10,12 6 item

Afek Negatif 2,4,6,8,9,11 6 item

Jumlah 17 Item

Page 73: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

73

3.3.2 Emotional Intelligence

Alat ukur Emotional Intelligence yang digunakan dalam penelitian ini ialah alat

ukur dari Reuven Bar-On yaitu Emotioanal Quotient Inventory (EQ-i). Alat ukur

EQ-i™ cocok untuk individu berusia 17 tahun ke atas dan membutuhkan waktu

sekitar 40 menit untuk menyelesaikannya (Bharwaney, Bar-On, MacKinlay.

2011).

Analisis faktor diterapkan untuk mempelajari 15 struktur faktor dari EQ-i

untuk secara empiris mengevaluasi sejauh mana teori Bar-on valid secara teoritis.

Setelah dilakukuan analisis faktor (exploratory dan comfirmatory). Bar-On

akhirnya mengkonstruk menjadi 4 skala kompetensi dan 10 sub skala (Bar-On

19997b).

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner laporan diri,

terdiri dari 54 item dan diukur dengan menggunakan model skala rating 1-4 (1:

sangat tidak Setuju – 4: sangat setuju). Alat ukur ini memiliki validitas yang baik

dengan nilai alpha 0.748. alat ukur ini telah disesuaikan dengan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini. Adapun blue print untuk emotional intelligence

dapat dilihat pada tabel 3.2 sebagai berikut:

Page 74: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

74

Tabel 3.2. Blue Print Skala Emotional Intelligence

No. Dimensi Indikator Item JML

Fav Unfav

1. Intrapersonal

Self Regard

a. Memahami kelebihan diri sendiri

b. Menyukai diri sendiri apa adanya

1,18,30,37,

51 10,27 7

Emotional Self Awarness

a. Mengenali perasaan diri sendiri

b. Mengetahui penyebab perasaan

itu muncul

11,22,38 2,19 5

Assertiveness

a. Mengungkapkan perasaan ,

pikiran dan pendapat tanpa

bertindak agresif

3,20 12,29,52,

46 6

2. Interpersonal

Emphaty

a. Menyadari perasaan dan pikiran

orang lain

b. Peduli kepada orang lain

4,13,21,45,

40 5

Interpersonal relationship

a. Memelihara hubungan dengan

orang

14,31,41,4

7,39 5,28 7

3.

3

Stress

Management

Stress Tolarance

a. Dapat mengendalikan situasi

stress dengan tenang dan

terkendali

6,23,33,43 15,49 6

Impulsive Control

a. Menahan dorongan untuk

bertindak agresif dan tidak

bertanggung jawab

32,42,48,

53 4

4.

Adaptibility

Flexibility

a. Beradaptasi dan menyesuaikan

emosi sesuai dengan perubahan

situasi dan kondisi

50,54 7,24,34,4

4 6

Problem Solving

a. Mampu mengambil keputusan

yang tepat dari suatu masalah

8,16,25,35 4

Reality Testing

a. Mampu menilai secara objektif

keadaan yang ada

17,36 9,26 4

Jumlah 54

Page 75: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

75

3.3.3 Gratitude

Alat ukur Gratitude yang digunakan untuk penelitian ini ialah GRAT (Gratitude

Resentment and Appreciation) yang dikembangkan oleh Watkins, et.al (2003).

Alat ukur ini memiliki validitas dan relibitas yang baik dan menunjukkan

hubungan yang positif dengan berbagai ukuran Subjective Well Being.

Alat ukur yang digunakan penulis ialah GRAT-Revised (Thomas and

Watkins, 2003 dalam Duran, 2017). Alat ukur ini memiliki validitas yang baik

dengan nilai alpha sebesar 0.92. GRAT-Revised terdiri dari 16 item dan diukur

dengan menggunakan model skala rating 1-4 (1: sangat tidak setuju – 4: sangat

setuju). Sama dengan GRAT versi awal, alat ukur ini terdiri dari 3 dimensi yaitu

Sense of Abundance, Appreciation for Simple Pleasures dan Simple Appreciation.

Adapun blue print dari Gratitude Resentment and Appreciation (GRAT) ialah

sebagai berikut dapat dilihat pada tabel 3.3 sebagai berikut:

Tabel 3.3. Blue Print Skala Gratitude

No. Dimensi Indikator Item JML

Favorable Unfavorable

1. sense of abudance Merasa

berkelimpahan 2,11 3, 15, 6, 10,

6

2. appreciation for

others

Menghargai

pemberian orang lain 1,5, 8, 14

4

3. Simple

Appreciation.

Menghargai hal-hal

sederhana sebagai

bentuk syukur

7,9, 12, 13,

16,4

6

Jumlah 16

Page 76: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

76

3.3.4 Pengkodingan Data Kategorik Variabel Demografi

Pada penelitian ini, penulis menggunakan variabel demografi yaitu Pendapatan.

Rentang pendapatan yang di jadikan acuan dalam pembuatan koding ialah gaji

UMP di Indonesia. UMP merupakan standar minimum gaji yang telah disesuaikan

untuk menjaga kesejahteraan rakyat Indonesia khususnya DKI Jakarta.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menetapkan upah minimum provinsi

(UMP) DKI 2018 sebesar Rp3.648.035 (Defianti, 2017). Sehingga, pengkodingan

untuk variabel pendapatan ialah sebagai berikut:

Tabel 3.4 Pengkodingan data demografi pendapatan

No. Tingkat Pendapatan (Rp) Koding

1. < 1.000.000 1

2. 1.000.000-3.000.000 2

3. 3.000.000-5.000.000 3

4. 5.000.000-7.000.000 4

5. >7.000.000 5

3.4 Uji Validitas Konstruk

Instrumen penelitian diuji validitas dengan menggunakan metode Confirmatory

Factor Analysis (CFA). CFA adalah suatu bagian dari analisis faktor yang

digunakan untuk menguji apakah masing-masing item valid dalam mengukur

konstruk yang hendak diukur (Siregar. S, 2013). Confirmatory Factor Analysis

diuji dengan menggunakan software LISREL 8.7. Cara pengujian validitas item

dengan metode CFA yaitu.:

1. Menguji apakah hanya terdapat satu faktor saja yang menyebabkan item-item

saling berkorelasi (hipotesis unidimensionalitas item). Hipotesis ini diuji

dengan chi-square untuk memutuskan ada atau tidak ada perbedaan antara

matriks korelasi yang diperoleh dari data dengan matriks korelasi yang

Page 77: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

77

dihitung menurut teori atau model. Jika nilai chi-square tidak signifikan (p >

0,05), maka hipotesis nihil yang menyatakan bahwa “tidak ada perbedaan

antara matriks korelasi yang diperoleh dari data dan model” tidak ditolak

yang artinya item yang diuji mengukur satu faktor saja (unidimensional).

Sedangkan, jika nilai chi-square signifikan (p < 0,05) maka hipotesis

nihil ditolak, yang artinya item-item yang diuji ternyata mengukur lebih dari

satu faktor (multidimensional). Dalam keadaan demikian maka penulis

melakukan modifikasi terhadap model dengan cara memperbolehkan

kesalahan pengukuran pada item-item saling berkorelasi tetapi dengan tetap

menjaga bahwa item hanya mengukur satu faktor (unidimensional). Jika

sudah diperoleh model yang fit (tetapi tetap unidimensional) maka dilakukan

langkah selanjutnya.

2. Menganalisis item yang tidak fit

Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengetahui item mana yang menjadi

sumber tidak fit, yaitu:

Pertama, Melakukan uji signifikansi terhadap koefisien muatan faktor dari

masing-masing item dengan menggunakan t-test. Jika nilai t yang diperoleh pada

suatu item tidak signifikan (t < 1,96), maka item akan dieliminasi karena dianggap

tidak signifikan sumbangannya terhadap pengukuran yang sedang dilakukan.

Kedua, Melihat arah dari koefisien muatan faktor (factor loading). Jika

suatu item memiliki muatan faktor negatif, maka item dieliminasi karena tidak

sesuai dengan pengukuran (berarti semakin tinggi nilai pada item semakin rendah

nilai pada faktor yang diukur).

Page 78: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

78

Ketiga, Sebagai kriteria tambahan (optional) dapat dilihat juga banyaknya

korelasi partial antar kesalahan pengukuran, yaitu kesalahan pengukuran pada

suatu item yang berkorelasi dengan kesalahan pengukuran pada item lain. Jika

pada suatu item terdapat terlalu banyak korelasi seperti ini (misalnya lebih dari

tiga), maka item juga akan dieliminasi. Alasannya adalah karena item yang

demikian selain mengukur apa yang ingin diukur juga mengukur hal lain

(multidimensional item).

Keempat, Menghitung faktor skor, jika langkah-langkah di atas telah

dilakukan, maka diperoleh item-item yang valid untuk mengukur apa yang ingin

diukur.

3.4.1. Uji validitas Alat Ukur Subjective Well Being

Dibawah ini terdapat hasil uji validitas instrument Subjective Well Being yang

mencakup dimensi kognitif dan dimensi afektif. Uji validitas ke-dua dimensi diuji

secara bersamaan dalam satu kali pengolahan uji validitas konstruk

3.4.1.1 Dimensi Kognitif dan Afektif dari Subjective Well Being

Penulis menguji apakah ke 17 item dari dimensi kognitif dan afektif telah bersifat

unidimensional, artinya benar hanya mengukur variabel subjective well being.

Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor pada dimensi

subjective well being diperoleh model dengan Chi-Square = 1034.43 df = 119, P-

Value = 0.00000, RMSEA = 0.160. Berdasarkan model fit P-value harus memiliki

nilai > 0.05 dan RMSEA < 0.05, ternyata model ini tidak fit sehingga harus

dilakukan modifikasi terhadap model, kesalahan pengukuran pada beberapa item

dibebaskan berkolerasi satu sama lain.

Page 79: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

79

Setelah dilakukan modifikasi, didapatkan model dengan Chi-Square =

94.5, df = 74 P-Value = 0.05787, RMSEA = 0.030. Hasil ini memenuhi syarat

model fit yaitu P-Value telah menghasilkan nilai > 0.05 dan RMSEA < 0.05,

sehingga dapat dinyatakan bahwa model dengan satu faktor ini dapat diterima.

Artinya seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu dimensi subjective well

being. Berikut hasil uji validitas konstruk subjective well being yang tertera dalam

tabel 3.5 berikut ini:

Tabel 3.5

Uji Validitas dimensi kognitif dan afektif dari subjective well being

No. Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

1 0.26 0.06 4.25 √

2 0.38 0.06 6.38 √

3 0.45 0.06 7.57 √

4 0.38 0.06 6.48 √

5 0.28 0.06 4.55 √

6 0.65 0.05 11.86 √

7 0.39 0.06 6.64 √

8 0.59 0.06 10.68 √

9 0.28 0.06 4.48 √

10 0.67 0.05 12.36 √

11 0.74 0.05 13.94 √

12 0.84 0.05 16.81 √

13 0.66 0.06 11.99 √

14 0.49 0.06 8.68 √

15 0.75 0.06 13.66 √

16 0.33 0.06 5.52 √

17 0.51 0.06 9.01 √

Selanjutnya, penulis melihat signifikansi item dan menentukan item yang harus di

drop atau tidak. Berdasarkan syarat validitas suatu item dapat diterima ketika

memiliki nilai positif dan t>1.96. Pada tabel muatan faktor diatas terdapat 17 item

yang bernilai positif dan memiliki nilai t>1.96. Artinya seluruh item (17 item)

pada skala pengukuran subjective well being dinyatakan signifikan dan dapat

diikutsertakan dalam perhitungan analisis faktor skor.

Page 80: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

80

3.4.2. Uji Validitas Alat Ukur Emotional Intelligence

Dibawah ini terdapat hasil uji validitas instrument Emotional Intelligence yang

mencakup 4 dimensi yakni Intrapersonal, Interpersonal, Adaptability dan stress

management. Uji validitas ke-4 dimensi diuji secara terpisah dalm empat kali

pengolahan uji validitas konstruk. Berikut adalah penjelasan hasil uji validitas

pada setiap dimensi Emotional Intelligence:

3.4.2.1 Interpersonal

Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor pada dimensi

Interpersonal diperoleh model dengan Chi-Square = 240.81 df = 54, P-Value =

0.00000, RMSEA = 0.107.Berdasarkan model fit P-value harus memiliki nilai >

0.05 dan RMSEA < 0.05, ternyata model ini tidak fit sehingga harus dilakukan

modifiksi terhadap model, kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan

berkolerasi satu sama lain.

Setelah dilakukan modifikasi, didapatkan model dengan Chi-Square =

55.29, P-Value = 0.06721, RMSEA = 0.024. Hasil ini memenuhi syarat model fit

yaitu P-Value telah menghasilkan nilai > 0.05 dan RMSEA < 0.05, sehingga dapat

dinyatakan bahwa model dengan satu faktor ini dapat diterima. Artinya seluruh

item mengukur satu faktor saja yaitu dimensi Interpersonal.

Selanjutnya, penulis melihat signifikansi item dan menentukan item yang

harus di drop atau tidak. Berdasarkan syarat validitas suatu item dapat diterima

ketika memiliki nilai positif dan t > 1.96. Pada tabel muatan faktor diatas terdapat

12 item yang bernilai positif dan memiliki nilai t > 1.96. Artinya seluruh item (12

item) pada skala pengukuran Interpersonal dinyatakan signifikan dan dapat

Page 81: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

81

diikutsertakan dalam perhitungan analisis faktor skor. Berikut hasil uji validitas

konstruk Interpersonal yang tertera dalam tabel 3.6 berikut ini:

Tabel 3.6

Uji Validitas instrument dimensi interpersonal dari emotional intelligence

No. Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

4 0.18 0.06 2.83 √

13 0.35 0.06 5.70 √

21 0.36 0.06 6.01 √

45 0.20 0.06 3.21 √

40 0.56 0.06 9.50 √

14 0.70 0.06 12.36 √

31 0.75 0.06 13.81 √

41 0.14 0.06 2.26 √

47 0.57 0.06 10.11 √

39 0.79 0.05 15.20 √

5 0.64 0.06 11.70 √

28 0.13 0.06 2.15 √

3.4.2.2. Intrapersonal

Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor pada dimensi

Intrapersonal diperoleh model dengan Chi-Square = 968.80 df = 135, P-Value =

0.00000, RMSEA = 0.143. Berdasarkan model fit P-value harus memiliki nilai >

0.05 dan RMSEA < 0.05, ternyata model ini tidak fit sehingga harus dilakukan

modifiksi terhadap model, kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan

berkolerasi satu sama lain.

Setelah dilakukan modifikasi, didapatkan model dengan Chi-Square =

100.56, df = 81 P-Value = 0.06952, RMSEA = 0.028. Hasil ini memenuhi syarat

model fit yaitu P-Value telah menghasilkan nilai > 0.05 dan RMSEA < 0.05,

sehingga dapat dinyatakan bahwa model dengan satu faktor ini dapat diterima.

Artinya seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu dimensi Intrapersonal.

Berikut hasil uji validitas konstruk Intrapersonal yang tertera dalam tabel 3.7

berikut ini:

Page 82: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

82

Tabel 3.7

Uji Validitas instrument dimensi intrapersonal dari emotional intelligence

No. Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

1 0.43 0.05 7.94 √

18 0.69 0.05 13.57 √

30 0.59 0.05 11.17 √

37 0.81 0.05 16.47 √

51 0.74 0.05 14.64 √

10 0.50 0.05 9.33 √

27 -0.06 0.05 -1.16 X

11 0.67 0.05 13.16 √

22 0.56 0.05 10.49 √

38 0.49 0.05 9.33 √

2 0.53 0.05 9.87 √

19 -0.02 0.07 -0.22 X

3 0.33 0.06 5.69 √

20 0.23 0.05 4.12 √

12 0.62 0.06 11.11 √

29 0.66 0.06 1.02 X

52 0.01 0.05 0.20 X

46 0.11 0.05 2.07 √

Selanjutnya, penulis melihat signifikansi item dan menentukan item yang harus di

drop atau tidak. Berdasarkan syarat validitas suatu item dapat diterima ketika

memiliki nilai positif dan t >1.96. Pada tebel muatan faktor diatas terdapat 14 item

yang bernilai psitif dan memiliki nilai t >1.96, sementara terdapat empat item

yang memiliki nilai t < 1.96. Pada item 27, 19 memiliki nilai negatif dan nilai t <

1.96, dan pada item 29 dan 52 memiliki nilai t<1.96, maka item item 27, 19, 29,

52 akan di drop. Artinya bobot nilainya tidak akan ikut dianalisis pada

perhitungan faktor skor, sementara 14 item lainnya pada skala pengukuran

intrapersonal ini dapat diikutsertakan dalam perhitungan analisis faktor skor.

3.4.2.3. Adaptability

Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor pada dimensi

Adaptability diperoleh model dengan Chi-Square = 721.35, df = 77, P-Value =

0.00000, RMSEA = 0.166. Berdasarkan model fit P-value harus memiliki nilai >

0.05 dan RMSEA < 0.05, ternyata model ini tidak fit sehingga harus dilakukan

Page 83: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

83

modifiksi terhadap model, kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan

berkolerasi satu sama lain.

Setelah dilakukan modifikasi, didapatkan model dengan Chi-Square =

54.11, P-Value = 0.06734, RMSEA = 0.034. Hasil ini memenuhi syarat model fit

yaitu P-Value telah menghasilkan nilai > 0.05 dan RMSEA < 0.05, sehingga dapat

dinyatakan bahwa model dengan satu faktor ini dapat diterima. Artinya seluruh

item mengukur satu faktor saja yaitu dimensi Adaptability. Berikut hasil uji

validitas konstruk adaptability yang tertera dalam tabel 3.8 berikut ini:

Tabel 3.8

Uji Validitas instrument dimensi adaptability dari emotional intelligence

No. Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

50 0.33 0.06 5.53 √

54 0.04 0.06 0.58 X

7 0.41 0.06 6.96 √

24 0.16 0.06 2.71 √

34 0.17 0.06 2.63 √

44 0.50 0.06 8.94 √

8 0.44 0.06 7.64 √

16 0.86 0.06 16.89 √

25 0.64 0.06 11.67 √

35 0.83 0.05 16.15 √

17 0.67 0.06 11.92 √

36 0.67 0.06 12.45 √

9 0.51 0.06 9.08 √

26 -0.29 0.06 -4.81 X

Selanjutnya, penulis melihat signifikansi item dan menentukan item yang harus di

drop atau tidak. Berdasarkan syarat validitas suatu item dapat diterima ketika

memiliki nilai positif dan t > 1.96. Pada tebel muatan faktor diatas terdapat 12

item yang bernilai psitif dan memiliki nilai t > 1.96, sementara terdapat dua item

yang memiliki nilai t < 1.96. Pada item 54 memiliki nilai t < 1.96 dan pada item

26 memiliki nilai negatif, sehingga item 54 dan 26 akan di drop. Artinya bobot

nilainya tidak akan ikut dianalisis pada perhitungan faktor skor, sementara 12 item

Page 84: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

84

lainnya pada skala pengukuran adaptability ini dapat diikutsertakan dalam

perhitungan analisis faktor skor.

3.4.2.4. Stress Management

Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor pada dimensi

Stress Management diperoleh model dengan Chi-Square = 296.47, df = 25, P-

Value = 0.00000, RMSEA = 0.157. Berdasarkan model fit P-value harus memiliki

nilai > 0.05 dan RMSEA < 0.05, ternyata model ini tidak fit sehingga harus

dilakukan modifiksi terhadap model, kesalahan pengukuran pada beberapa item

dibebaskan berkolerasi satu sama lain.

Setelah dilakukan modifikasi, didapatkan model dengan Chi-Square =

34.15, P-Value = 0.10465, RMSEA = 0.035. Hasil ini memenuhi syarat model fit

yaitu P-Value telah menghasilkan nilai > 0.05 dan RMSEA < 0.05, sehingga dapat

dinyatakan bahwa model dengan satu faktor ini dapat diterima. Artinya seluruh

item mengukur satu faktor saja yaitu dimensi stress management.

Selanjutnya, penulis melihat signifikansi item dan menentukan item yang

harus di drop atau tidak. Berdasarkan syarat validitas suatu item dapat diterima

ketika memiliki nilai positif dan t > 1.96. Pada tebel muatan faktor diatas terdapat

8 item yang bernilai psitif dan memiliki nilai t > 1.96, sementara terdapat dua item

memiliki nilai t < 1.96. Pada item 6 dan 23 memiliki nilai negatif dan nilai t<1.96,

sehingga item 6 dan 23 akan di drop. Artinya bobot nilainya tidak akan ikut

dianalisis pada perhitungan faktor skor, sementara 8 item lainnya pada skala

pengukuran stress management ini dapat diikutsertakan dalam perhitungan

Page 85: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

85

analisis faktor skor. Berikut hasil uji validitas konstruk stress management yang

tertera dalam tabel 3.9 berikut ini:

Tabel 3.9

Uji Validitas instrument dimensi stress management dari emotional intelligence

No. Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

6 -0.10 0.07 -1.47 X

23 -0.08 0.07 -1.21 X

33 0.53 0.07 8.05 √

43 0.15 0.07 2.24 √

15 0.57 0.06 9.77 √

49 0.69 0.06 11.44 √

32 0.40 0.07 6.03 √

42 0.40 0.06 6.62 √

48 0.70 0.06 11.84 √

53 0.38 0.07 5.52 √

3.4.3. Uji Validitas Alat Ukur Gratitude

Penulis menggunakan model multifactorial untuk menguji alat ukur Gratitude

beserta ketiga dimensinya. Penulis menguji apakah item-item yang ada bersifat

unidimensional, artinya benar semua item mengukur sesuai dengan yang

seharusnya diukur, berdasarkan analisis CFA yang dilakukan, hasilnya ternyata

tidak fit dengan nilai Chi Square = 671.54, df = 101, p-value = 0.00000, RMSEA

= 0.137. Oleh karena itu, penulis melakukan melakukan modifikasi terhadap

model, kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lain.

Setelah modifikasi, diperoleh model fit dengan Chi-Square = 78.61, df = 62, P-

value = 0.07571, RMSEA = 0.030.

Page 86: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

86

Tabel 3.10

Uji validitas dimensi Gratitude

Dimensi No. Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

Sense of Abundance

(SOA)

7 0.62 0.05 12.15 √

9 0.84 0.05 17.72 √

12 0.92 0.05 20.43 √

13 0.67 0.05 13.09 √

16 0.73 0.05 14.38 √

4 0.60 0.05 11.57 √

Appreciation for others

(AO)

1 0.22 0.06 3.62 √

5 0.66 0.05 12.66 √

8 0.86 0.05 18.10 √

14 0.67 0.05 13.08 √

Simple Appreciation

(SA)

2 0.69 0.06 11.84 √

11 0.43 0.06 7.14 √

3 0.39 0.06 6.75 √

15 0.45 0.06 7.88 √

6 0.21 0.06 3.55 √

10 0.58 0.06 10.19 √

Selanjutnya, penulis melihat signifikansi item dan menentukan item yang harus di

drop atau tidak. Berdasarkan syarat validitas suatu item dapat diterima ketika

memiliki nilai positif dan t>1.96. Pada tebel muatan faktor diatas terdapat 16 item

yang bernilai positif dan memiliki nilai t>1.96. Sehingga semua item (16 item)

pada dimensi Gratitude dinyatakan signifikan dan dapat diikutsertakan dalam

perhitungan analisis faktor skor.

3.5. Teknik Analisis Data

Analisis data digunakan untuk melihat pengaruh independent variable terhadap

dependent variable. Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah Multiple Regression Analysis atau analisis regresi berganda. Teknik

analisis regresi berganda ini digunakan untuk menentukan ketepatan prediksi dan

ditunjukan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari independent variable (IV),

Page 87: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

87

yaitu kecerdasan emosi (Emotional Intelligence), bersyukur (gratitude) dan

pendapatan terhadap dependent variable (DV) yaitu subjective well-being.

Teknik regresi berganda merupakan metode statistika yang digunakan

untuk membentuk model hubungan antara variabel terikat (dependen; respon; Y)

dengan lebih dari satu variable bebas (Independen; prediktor; X). Dalam

penelitian ini, IV sebanyak 12 buah, sedangkan DV sebanyak 1 buah. Rumus

regresi berganda pada penelitian ini adalah:

Keterangan:

Y = Subjective Well Being

a = konstan intersepsi

b = koefisien regresi

X1 = Interpersonal

X2 = Intrapersonal

X3 = Stress Management

X4 = Adaptibility

X5 = Sense of Abundance

X6 = appreciation for others

X7 = Simple Appreciation

X8 = Pendapatan

Penilaian terhadap model regresi yang dihasilkan ditinjau pada beberapa

pengujian berikut:

1. R2 (Koefisien Determinasi)

Nilai R2 menunjukkan besarnya proporsi pengaruh independent variable terhadap

dependent variable. Dalam melihat proporsi, R2 dikalikan dengan 100% sehingga

didapatkan nilai proporsi pengaruh dalam bentuk persen. Sisa dari persentasi R2

merupakan faktor lain yang mempengaruhi dependent variable yang tidak diuji

dalam penelitian. Tabel model summary dalam SPSS juga menunjukkan nilai

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + e

Page 88: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

88

Standard Error of Estimate, semakin kecil nilai SEE maka model regresi semakin

tepat dalam memprediksi dependent variable.

2. Uji F

Pada tabel ANOVA akan diperoleh nilai F dan nilai signifikansi (Sig). Nilai Sig <

0.05 menunjukkan bahwa keseluruhan independent variable secara simultan

memiliki pengaruh terhadap dependent variable. Nilai Sig < 0.05 juga

menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) signifikan.

3. Uji t

Interpretasi koefisien parameter independent variable dapat dilakukan dengan

menggunakan unstandardized coefficients maupun standardized coefficients. Nilai

koefisien yang didapatkan dari masing-masing dimensi pada variabel

menunjukkan arah hubungan serta besaran koefisien masing-masing dimensi pada

model regresi. Adapun terdapat nilai signifikansi untuk mengetahui apakah

masing-masing dimensi berpengaruh secara signifikan terhadap dependent

variable.

Page 89: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

89

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Umum Subjek Penelitian

Pada penelitian ini penulis mengambil partisipan guru di Sekolah Luar Biasa

(SLB) yang ada di seluruh wilayah Jakarta Selatan. Terdiri dari guru SLB A

(Tunanetra), B (Tunarungu), C (Tunagrahita) dan D (Tunadaksa). Hasil data

partisipan yang berhasil diperoleh dan dimasukan dalam analisis hasil sebanyak

303 data.

4.1.1. Deskripsi Umum Berdasarkan Data Demografi

Tabel 4.1

Deskripsi hasil penelitian berdasarkan data demografi

Data Demografi Jumlah (N) Persentase (%)

Jenis Kelamin

Perempuan 214 70.6

Laki-laki 89 29.4

Tingkat Pendapatan (Rp)

<1.000.000 53 17.5

1.000.000 - 3.000.000 105 34.7

3.000.000 - 5.000.000 98 32.3

5.000.000 - 7.000.000 20 6.6

>7.000.000 27 8.9

Jenis SLB

SLB A 23 7.6

SLB B 55 18.2

SLB C 202 66.7

SLB D 23 7.6

Status Guru

PNS 129 42.6

Tetap 108 35.6

Honorer 66 21.8

Tingkat Sekolah

SD 187 61.7

SMP 81 26.7

SMA 35 11.6

Berdasarkan data demografi yang diperoleh seperti pada tabel diatas, didapatkan

penemuan baru mengenai data demografi jenis kelamin, jenis SLB dan

pendapatan. Penemuan ini di analisis dengan regresi sederhana menggunakan

Page 90: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

90

dummy coding. Analisis regresi dummy bertujuan untuk menguji besarnya nilai

variabel dependen yang dipengaruhi indenpenden variabel indenpendepn yang

bersifa dummy. Variabel dummy adalah variabel yang digunakan untuk membuat

kategori dari data yang bersifat kategorik.

4.1.1.1. Jenis SLB

Pada data jenis SLB, terdiri dari guru yang mengajar di SLB A, B, C, dan D.

Anak didik dari setiap SLB memiliki karakteristik, gangguan dan kebutuhan yang

berbeda.

1. SLB A (Tunanetra)

Tunanetra/buta termasuk ke dalam klasifikasi gangguan fisik. Tunarungu ialah

gangguan pada anak yang tidak dapat menggunakan penglihatannya lagi untuk

tujuan belajar huruf cetak, atau anak yang mempunyai ketajaman penglihatan

normal tapi medan pandangan kurang dari 20 derajat (Dinie. R, 2016).

2. SLB B (Tunarungu)

Tunarungu termasuk ke dalam klasifikasi gangguan fisik. Tunarungu adalah

gangguan pada anak yang pendengarannya tidak berfungsi sehingga

membutuhkan pelayanan pendidikan khusus (Dinie. R, 2016).

3. SLB C (Tunagrahita)

Tunagrahita termasuk ke dalam klasifikasi gangguan kemampuan intelektual.

Tunagrahita adalah anak berkebutuhan khusus yang memiliki keterbelakangan

dalam intelegensi, fisik, emosional, dan sosial dan mempunyai kemampuan

intelektual di bawah rata-rata. Tunagrahita mempunyai kelainan mental, atau

tingkah laku akibat kecerdasan yang terganggu (Dinie. R, 2016).

Page 91: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

91

3. SLB D (Tunadaksa)

Tunadaksa termasuk ke dalam klasifikasi gangguan fisik. Anak tunadaksa adalah

anak yang mempunyai kelainan ortopedik atau salah satu bentuk berupa

gangguan dari fungsi normal pada tulang, otot, dan persendian yang bisa karena

bawaan sejak lahir, penyakit atau kecelakaan, sehingga apabila mau bergerak

atau berjalan memerlukan alat bantu. Namun IQ yang dimiliki anak tunadaksa

rata-rata normal (Dinie. R, 2016).

Dari keempat klasifikasi di atas, untuk melakukan analisis regresi dummy

maka di kategorisasikan berdasarkan klasifikasi jenis SLB dengan anak didik

yang memiliki gangguan fisik (SLB A, B dan D) dan klasifikasi gangguan

intelektual (SLB C). Klasifikasi gangguan fisik diberi coding 1 dan klasifikasi

gangguan intelektual diberi coding 0. Hasil dari regresi dummy dapat dilihat di

tabel 4.2 dibawah ini:

Tabel 4.2

Regresi dummy jenis SLB

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients .

Model B Std. Error Beta T Sig

1 (Constant) 48.723 .646 75.480 .000

jenis_sekolah 3.830 1.118 .194 3.425 .001

a. Dependent Variable: swb

Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan hasil positif (+) pada nilai B, yang artinya rata

rata subjective well being guru SLB C (yang diberi coding 0) lebih rendah dari

rata rata subjective well being guru SLB A, B dan D (yang diberi coding 1).

Page 92: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

92

4.1.1.2. Pendapatan

Rentang pendapatan dalam penelitian ialah gaji UMP di Indonesia. UMP

merupakan standar minimum gaji yang telah disesuaikan untuk menjaga

kesejahteraan rakyat Indonesia khususnya DKI Jakarta. Pemerintah Provinsi DKI

Jakarta telah menetapkan upah minimum provinsi (UMP) DKI 2018 sebesar

Rp3.648.035 (Defianti, 2017).

Untuk melakukan analisis regresi dummy, maka data harus di buat coding

terlebih dahulu. Guru yang memiliki gaji di bawah UMP (< Rp3.648.035) diberi

coding 1 dan gaji yang diatas UMP, diberi coding 0. Seperti pada tabel 4.3

dibawah ini:

Tabel 4.3

Coding analisis regresi dummypendapatan

Tingkat Pendapatan (Rp) Koding

< 1.000.000 1

1.000.000-3.000.000 1

3.000.000-5.000.000 0

5.000.000-7.000.000 0

>7.000.000 0

Berdasarkan hasil analisis regresi dummy, didapatkan hasil negatif (-), yang

artinya rata rata subjective well being guru yang mendapat gaji di atas UMP (yang

diberi coding 0) lebih besar dibanding dengan subjective well being guru yang

mendapat gaji dibawah UMP (yang diberi coding 1).

Tabel 4.4

Regresi dummy pendapatan

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients .

Model B Std. Error Beta T Sig

1 (Constant) 50.993 .773 66.006 .000

pendapatan -1.904 1.070 -.102 -1.780 .076

a. Dependent Variable: swb

Page 93: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

93

4.2. Analisis Deskripsi

Sebelum dilakukan uji hipotesis, penulis melakukan analisis deskriptif. Analisis

deskriptif bertujuan untuk menganalisis sejumlah data yang dikumpulkan dalam

penelitian guna memperoleh gambaran menganai suatu variabel. Dalam hasil

analisis deskriptif ini akan disajikan tabel yang terdiri atas nilai maksimum,

minimum, mean, dan standar deviasi. Gambaran hasil analisis deskriptif ini dapat

dilihat pada tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5

Deskripsi statisik variabel penelitian

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui deskripsi statistik pada setiap variabel, kolom N

menjelaskan bahwa sampel pada setiap variabel berjumlah 303. Kolom minimum

dan maksimum menjelaskan nilai terendah dan tertinggi pada setiap variabel.

Dilihat dari kolom minimum diketahui skor terendah variabel subjective well

being adalah 71.49 dan skor variabel subjective well being tertinggi adalah 13.4.

Adapun nilai mean masing masing variabel adalah 50.

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Subjective Well Being 303 13.41 71.49 50.0000 9.33603

Interpersonal 303 25.27 65.07 50.0000 8.73341

Intrapersonal 303 22.93 75.10 50.0000 8.83436

Adaptability 303 25.52 70.09 50.0000 9.13737

Appreciation for Other 303 31.84 63.38 50.0000 8.34641

Simple Appreciation 303 19.86 60.47 50.0000 9.00282

Stress Management 303 22.53 75.54 50.0000 8.24575

Sense Of Abundance 303 24.00 70.03 50.0000 8.09836

Pendapatan 303 1.00 5.00 2.5479 1.12623

Valid N (listwise) 303

Page 94: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

94

4.3. Kategorisasi Partisipan Penelitian

Setelah melakukan deskripsi statistik dari masing-masing variabel penelitian,

maka hal yang perlu dilakukan adalah pengkategorisasian terhadap data

penelitian. Kategorisasi variabel bertujuan untuk menempatkan responden

penelitian ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah berdasarkan suatu jenjang

kontinum. Untuk mengelompokan responden ke dalam jenjang tersebut,

ditetapkan norma dengan menggunakan standar deviasi dan mean dari t-score

seperti pada tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6

Norma skor kategorisasi

Norma Kategorisasi

X < Mean – 1Standar Deviasi Rendah X > Mean + 1Standar Deviasi Tinggi

Setelah kategori didapatkan, maka akan diperoleh nilai persentasi kategori

masing-masing variabel penelitian. Masing-masing variabel akan dikategorikan

sebagai rendah dan tinggi.

4.3.1. Kategorisasi Tingkat Subjective Well Being

Pada tabel 4.7 menunjukkan sebaran variabel subjective well being yang dibagi

menjadi tiga kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu rendah dan

tinggi.

Tabel 4.7

Kategorisasi tingkat subjective well being

Kategori Jumlah Persentase

Rendah 152 50.2

Tinggi 151 49.8

Total 303 100.0

Berdasarkan tabel 4.7 ditemukan bahwa 50.2 % responden memiliki tingkat

subjective well being yang rendah dan 49.8% memiliki tingkat subjective well

Page 95: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

95

being yang tinggi. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden yang

diteliti, tingkat subjective well being yang paling dominan berada pada kategori

tinggi.

4.3.2. Kategorisasi tingkat Interpersonal

Pada tabel 4.8 menunjukkan sebaran variabel Interpersonal yang dibagi menjadi

tiga kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu rendah dan tinggi.

Tabel 4.8

Kategorisasi tingkat interpersonal

Kategori Jumlah Persentase

Rendah 123 40.6

Tinggi 180 59.4

Total 303 100.0

Berdasarkan tabel 4.8 ditemukan bahwa 40.6% responden memiliki tingkat

Interpersonal yang rendah dan 59.4% memiliki tingkat Interpersonal yang tinggi.

Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden yang diteliti, tingkat

Interpersonal yang paling dominan berada pada kategori tinggi.

4.3.3. Kategorisasi Tingkat Intrapersonal

Pada tabel 4.9 menunjukkan sebaran variabel Intrapersonal yang dibagi menjadi

tiga kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu rendah dan tinggi.

Tabel 4.9

Kategorisasi tingkat intrapersonal

Kategori Jumlah Persentase

Rendah 175 57.8

Tinggi 128 42.2

Total 303 100.0

Berdasarkan tabel 4.9 ditemukan bahwa 57.8% responden memiliki tingkat

Intrapersonal yang rendah dan 42.2% memiliki tingkat Intrapersonal yang tinggi.

Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden yang diteliti, tingkat

Intrapersonal yang paling dominan berada pada kategori rendah.

Page 96: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

96

4.3.4. Kategorisasi Tingkat Adaptability

Pada tabel 4.10 menunjukkan sebaran variabel Adaptability yang dibagi menjadi

tiga kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu rendah dan tinggi.

Tabel 4.10

Kategorisasi tingkat adaptability

Kategori Jumlah Persentase

Rendah 174 57.4

Tinggi 129 42.6

Total 303 100.0

Berdasarkan tabel 4.10 ditemukan bahwa 57.4% responden memiliki tingkat

Adaptability yang rendah dan 42.6% memiliki tingkat Adaptability yang tinggi.

Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden yang diteliti, tingkat

Adaptability yang paling dominan berada pada kategori rendah.

4.3.5. Kategorisasi Tingkat Stress Management

Pada tabel 4.11 menunjukkan sebaran variabel Stress Management yang dibagi

menjadi tiga kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu rendah dan

tinggi.

Tabel 4.11

Kategorisasi tingkat Stress Management

Kategori Jumlah Persentase

Rendah 144 47.5

Tinggi 159 52.5

Total 303 100.0

Berdasarkan tabel 4.11 ditemukan bahwa 47.5% responden memiliki tingkat

Stress Management yang rendah dan 52.5% memiliki tingkat Stress Management

yang tinggi. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden yang diteliti,

tingkat Stress Management yang paling dominan berada pada kategori tinggi.

Page 97: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

97

4.3.6. Kategorisasi Tingkat Simple Appreciation

Pada tabel 4.12 menunjukkan sebaran variabel Simple Appreciation yang dibagi

menjadi tiga kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu rendah dan

tinggi.

Tabel 4.12

Kategorisasi tingkat Simple Appreciation

Kategori Jumlah Persentase

Rendah 128 42.2

Tinggi 175 57.8

Total 303 100.0

Berdasarkan tabel 4.12 ditemukan bahwa 42.2% responden memiliki tingkat

Simple Appreciation yang rendah dan 57.8% memiliki tingkat Simple

Appreciation yang tinggi. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden

yang diteliti, tingkat Simple Appreciation yang paling dominan berada pada

kategori tinggi.

4.3.7. Kategorisasi Tingkat Appreciation for Others

Pada tabel 4.13 menunjukkan sebaran variabel Appreciation for Others yang

dibagi menjadi tiga kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu

rendah dan tinggi.

Tabel 4.13

Kategorisasi tingkat Appreciation for Others

Kategori Jumlah Persentase

Rendah 170 56.1

Tinggi 133 43.9

Total 303 100.0

Berdasarkan tabel 4.13 ditemukan bahwa 36.1% responden memiliki tingkat

Appreciation for Others yang rendah dan 43.9% memiliki tingkat Appreciation

for Others yang tinggi. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden

Page 98: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

98

yang diteliti, tingkat Appreciation for Others yang paling dominan berada pada

kategori rendah.

4.3.8. Kategorisasi Tingkat Sense of Abundance

Pada tabel 4.14 menunjukkan sebaran variabel Sense of Abundance yang dibagi

menjadi tiga kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu rendah dan

tinggi.

Tabel 4.14

Kategorisasi tingkat Sense of Abundance

Kategori Jumlah Persentase

Rendah 177 58.4

Tinggi 126 41.6

Total 303 100.0

Berdasarkan tabel 4.14 ditemukan bahwa 58.4% responden memiliki tingkat

Sense of Abundance yang rendah dan 41.6% memiliki tingkat Sense of Abundance

yang tinggi. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden yang diteliti,

tingkat Sense of Abundance yang paling dominan berada pada kategori rendah

4.4. Uji Hipotesis Penelitian

4.4.1. Analisis Regresi Variabel Penelitian

Pada tahapan uji hipotesis penelitian, penulis menggunakan teknik analisis regresi

dengan software SPSS 16. Dalam regresi ada tiga hal yang dilhat, yaitu pertama

melihat R Square untk mengetahui berapa persen (%) varians variabel dependen

(DV) yang dijelaskan oleh IV. Kedua, apakah keseluruhan indenpenden variabel

(IV) berpengaruh secara signifikan terhadap DV. Kemudian terakhir ialah melihat

signifikan atau tidaknya koefisien regesi dari masing masing IV.

Langkah pertama penulis melihat besara R Square untuk mengetahui

berapa persen (%) varians variabel dependen (DV) yang dijelaskan oleh variabel

Page 99: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

99

indenpenden (IV). Selanjutnya tabel R Square dapat dilihat pada tabel 4.15

berikut ini:

Tabel 4.15

R Square

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .605a .366 .348 7.53616

a. Predictors: (Constant), PENDAPATAN, STM, AO, SOA, INTRA, INTER, ADAP, SA

Pada tabel 4.15 dapat dilihat bahwa di peroleh R Square sebesar 0.366 atau

36.6%. Artinya, proporsi varian dari subjective well being yang dijelaskan oleh

Emotional Intelligence pada aspek (interpersonal, intrapersonal, stress

management dan adaptability), Gratitude pada aspek (Sense of Abundance,

Simple Appreciation, dan Appreciation for Others) dan pendapatan adalah sebesar

36,6% sedangkan 63.4% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian

ini.

Langkah kedua penulis menganalisis uji F untuk mengetahui signifikansi

dampak dari keseluruhan variabel indenpenden terhadap Subjetive well being.

Berikut adalah hasil uji F yang terdapat di tabel 4.16 berikut:

Tabel 4.16

Anova pengaruh seluruh IV terhadap DV

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 9625.379 8 1203.172 21.185 .000a

Residual 16697.360 294 56.794

Total 26322.739 302

a. Dependent Variable: SWB

b. Predictors: (Constant), Interpersonal, Intrapersonal, Adaptability, Stress_Management,

Simple_Appreciation, Appreciation_for_Others, Sense_Of_Abundance, Pendapatan

Berdasarkan uji F pada tabel 4.16 dapat dilihat bahwa nilai p (sig.) pada kolom

paling kanan adalah p=0.000 dengan nilai p<0.05. jadi, dengan demikian hipotesis

Page 100: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

100

nihil yang berbunyi “tidak ada pengaruh emotional intelligence dan Gratitude”

ditolak. Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan dari keseluruhan variabel

indenpenden (Interpersonal, Intrapersonal, Adaptability, Stress Management,

Simple Appreciation, Appreciation for Others, Sense Of Abundance dan

Pendapatan) terhadap variabel dependen (subjective well being) pada guru

Sekolah Luar Biasa (SLB).

Langkah Selanjutnya, penulis melihat koefisien regresi tiap variabel

indenpenden. Jika sig<0.05 maka koefisien regresi signifikan, yang berarti

variabel indenpenden dalam penelitian ini memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap subjective well being. Adapun besarnya koefisien regresi dari masing-

masing variabel indenpenden terhadap subjective well being dapat dilihat pada

tabel 4.17 sebagai berikut:

Tabel 4.17

Koefisien Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 8.109 3.825 2.120 .035

Interpersonal .115 .085 .107 1.355 .176

Intrapersonal .100 .081 .094 1.228 .220

Adaptability .006 .078 .006 .083 .934

Stress_Management .297 .061 .262 4.864 .000

Simple_Appreciation -.022 .081 -.021 -.271 .787

Appreciation _for_Others -.123 .073 -.110 -1.680 .094

Sense of Abundance .432 .068 .375 6.389 .000

Pendapatan .644 .394 .078 1.635 .103

a. Dependent Variable: SWB

Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.17 maka persamaan regresi subjective

well being pada guru SLB ialah sebagai berikut:

Page 101: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

101

Subjective well being = 8.109 + 0.115Interpersonal + 0.100Intrapersonal +

0.006Adaptability + 0.297Stress Management* - 0.022Simple Appreciation -

0.123Appreciation for others + 0.432Sense of Abundance* + 0.644 Pendapatan

Ket: tanda (*) menunjukkan variabel yang signifikan

Dari persamaan regresi, dapat diketahui bahwa terdapat dua variabel yang

nilai koefisien regresinya signifikan, yaitu Stress Management dan Sense of

Abundance. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh masing-masing

indenpenden variabel adalah sebagai berikut:

1. Variabel interpersonal memperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.115

dengan taraf signifikansi 0.176 (sig > 0.05). Dengan demikian, hipotesis nihil

yang berbunyi tidak ada pengaruh interpersonal terhadap subjective well

being diterima. Artinya tidak ada pengaruh yang signifikan interpersonal

dengan subjective well being.

2. Variabel intrapersonal memperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.100

dengan taraf signifikansi 0.220 (sig > 0.05). Dengan demikian, hipotesis nihil

yang berbunyi tidak ada pengaruh intrapersonal terhadap subjective well

being diterima. Artinya tidak ada pengaruh yang signifikan intrapersonal

dengan subjective well being. Artinya tidak ada pengaruh yang signifikan

intrapersonal dengan subjective well being.

3. Variabel adaptability memperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.006

dengan taraf signifikansi 0.934 (sig > 0.05). Dengan demikian, hipotesis nihil

yang berbunyi tidak ada pengaruh adaptability terhadap subjective well being

Page 102: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

102

diterima. Artinya tidak ada pengaruh yang signifikan adaptability dengan

subjective well being.

4. Variabel stress management memperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.297

dengan taraf signifikansi 0.000 (sig < 0.05). Dengan demikian, hipotesis nihil

yang berbunyi tidak ada pengaruh Stress management terhadap subjective

well being ditolak. Artinya variabel Stress management pengaruhnya

signifikan terhadap subjective well being. Arah koefisien positif menjelaskan

bahwa semakin tinggi variabel Stress management maka semakin tinggi

subjective well being.

5. Variabel simple appreciation memperoleh nilai koefisien regresi sebesar -

0.022 dengan taraf signifikansi 0.787 (sig > 0.05). Dengan demikian,

hipotesis nihil yang berbunyi tidak ada pengaruh simple appreciation

terhadap subjective well being diterima. Artinya tidak ada pengaruh yang

signifikan simple appreciation dengan subjective well being.

6. Variabel appreciation for others memperoleh nilai koefisien regresi sebesar -

0.123 dengan taraf signifikansi 0.094 (sig > 0.05). Dengan demikian,

hipotesis nihil yang berbunyi tidak ada pengaruh appreciation for others

terhadap subjective well being diterima. Artinya tidak ada pengaruh yang

signifikan appreciation for others dengan subjective well being.

7. Variabel Sense of abundance memperoleh nilai koefisien regresi sebesar

0.432 dengan taraf signifikansi 0.000 (sig < 0.05). Dengan demikian,

hipotesis nihil yang berbunyi tidak ada pengaruh sense of abundance terhadap

subjective well being ditolak. Artinya variabel sense of abundance

Page 103: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

103

pengaruhnya signifikan terhadap subjective well being. Arah koefisien positif

menjelaskan bahwa semakin tinggi variabel sense of abundance maka

semakin tinggi subjective well being.

8. Variabel Pendapatan memperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.644 dengan

taraf signifikansi 0.103 (sig > 0.05). Dengan demikian, hipotesis nihil yang

berbunyi tidak ada pengaruh pendapatan terhadap subjective well being

diterima. Artinya tidak ada pengaruh yang signifikan pendapatan dengan

subjective well being.

4.4.2 Proporsi Varians Pada Setiap Variabel Independen

Langkah selanjutnya ialah penulis menguji penambahan proporsi varians dari tiap

variabel indenpenden jika variabel indenpenden tersebut dimasukan satu per satu

ke dalam analisis regresi. Tujuannya adalah melihat penambahan proporsi varian

tiap variabel indenpenden terhadap subjective well being. Pada tabel koefisien

regresi kolom pertama (model) adalah indenpenden variabel yang dianalisis satu

per satu.

Kolom ke dua merupakan nilai murni varians variabel dependen dari tiap

variabel independen yang dimasukkan secara satu per satu, kolom ketiga adalah

nilai F hitung bagi variabel independen yang bersangkutan, kolom DF adalah

kolom derajat kebebasan atau taraf nyata bagu variabel indenpenden yang

bersangkutan. Kemudian yang terakhir adalah kolom signifikansi (sig.F Change).

Besarnya proporsi varians pada subjective well being dapat dilihat pada tabel 4.18

berikut ini:

Page 104: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

104

Tabel 4.18

Proporsi Varians

Model Summary

Model R R Square

Change Statistics

R Square

Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1 .348a .121 .121 41.451 1 301 .000

2 .398b .158 .037 13.228 1 300 .000

3 .407c .165 .007 2.567 1 299 .110

4 .515d .265 .100 40.565 1 298 .000

5 .516e .266 .001 .166 1 297 .684

6 .517f .267 .001 .583 1 296 .446

7 .600g .360 .093 42.728 1 295 .000

8 .605h .366 .006 2.673 1 294 .103

Berdasarkan tabel 4.18 didapatkan penjelasan sebagai berikut:

1. Variabel Interpersonal memiliki R Square Change sebesar 0.121, yang berarti

bahwa aspek ini memiliki kontribusi terhadap SWB sebesar 12.1% dan

sumbangan tersebut signifikan secara statistik karena nilai sig.F Change =

0.000 (p < 0.05).

2. Variabel Intrapersonal memiliki R Square Change sebesar 0.037, yang

berarti bahwa aspek ini memiliki kontribusi terhadap SWB sebesar 3.7% dan

sumbangan tersebut signifikan secara statistik karena nilai sig.F Change =

0.000 (p < 0.05).

3. Variabel Adaptability memiliki R Square Change sebesar 0.007, yang berarti

bahwa aspek ini memiliki kontribusi terhadap SWB sebesar 0.7% dan

sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik karena nilai sig.F Change

= 0.110 (p > 0.05).

4. Variabel Stress Management memiliki R Square Change sebesar 0.100, yang

berarti bahwa aspek ini memiliki kontribusi terhadap SWB sebesar 10% dan

Page 105: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

105

sumbangan tersebut signifikan secara statistik karena nilai sig.F Change =

0.000 (p < 0.05).

5. Variabel Appreciation for Others memiliki R Square Change sebesar 0.001,

yang berarti bahwa aspek ini memiliki kontribusi terhadap SWB sebesar 0.1%

dan sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik karena nilai sig.F

Change = 0.237 (p > 0.05).

6. Variabel Simple Appreciation memiliki R Square Change sebesar 0.001, yang

berarti bahwa aspek ini memiliki kontribusi terhadap SWB sebesar 0.1% dan

sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik karena nilai sig.F Change

= 0.519 (p > 0.05).

7. Variabel Sense of Abundance memiliki R Square Change sebesar 0.093, yang

berarti bahwa aspek ini memiliki kontribusi terhadap SWB sebesar 9.3% dan

sumbangan tersebut signifikan secara statistik karena nilai sig.F Change =

0.000 (p < 0.05).

8. Variabel Pendapatan memiliki R Square Change sebesar 0.006, yang berarti

bahwa aspek ini memiliki kontribusi terhadap SWB sebesar 0.6% dan

sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik karena nilai sig.F Change

= 0.103 (p > 0.05).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat 4 variabel indenpenden yaitu

Interpersonal, Intrapersonal, Stress Management dan Sense of Abundance yang

signifikan sumbangannya terhadap Subjective Well Being. Jika dilihat dari

besarnya R2 yang dihasilkan setiap kali dilakukan penambahan variabel

indenpenden (sumbangan proporsi varian yang diberikan).

Page 106: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

106

BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji hipotesis mayor, kesimpulan pertama yang diperoleh dari

penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan emotional intelligence,

gratitude dan pendapatan terhadap subjective well being pada guru Sekolah Luar

Biasa (SLB).

Kemudian berdasarkan hasil uji hipotesis minor dari signifikansi masing-

masing koefisien regresi terhadap dependent variable, terdapat 2 variabel yang

nilai koefisien regresinya signifikan, yaitu; (1) Stress Management dan (2) sense

of abundance, sementara 6 variabel (Interpersonal, Intrapersonal, Adaptability

Simple Appreciation, Appreciation for Others dan Pendapatan) tidak signifikan.

Kedua variabel yang signifikan tersebut memberikan pengaruh positif terhadap

subjective well being.

5.2. Diskusi

Fokus pada penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi subjective well being para guru di sekolah luar biasa (SLB).

Subjective well being didefinisikan sebagai tingkat kesejateraan yang dialami

individu sesuai dengan evaluasi subjektif individu terhadap kehidupan (Diener &

Ryan, 2009). Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas adalah emotional

intelligence, gratitude dan variabel demografis yaitu pendapatan.

Penelitian sebelumnya terkait emotional intelligence, gratitude dan

pendapatan memiliki hasil yang bervariasi. Dalam penelitian ini sendiri, jika

Page 107: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

107

dilakukan uji regresi secara bersama-sama, ketiga variabel tersebut memberikan

pengaruh secara signifikan terhadap subjective well being guru SLB. Kemudian,

ketika dilakukan uji signifikansi dari masing-masing dimensi, terdapat 2 variabel

yang nilai koefisien regresinya signifikan berpengaruh terhadap subjective well

being, yaitu stress management dimensi dari variabel emotional intelligence, dan

sense of abundance dimensi dari variabel gratitude.

Penemuan dalam penelitian ini menarik karena dari variabel indenpenden

emotional intelligence, hanya dimensi stress management yang signifikan. Subjek

dalam penelitian ini ialah guru SLB yang sudah pasti akan cenderung untuk

mengalami stres dalam mendidik anak berkebutuhan khusus dan pengelolaan

dalam stres yang baik harus dimiliki oleh guru SLB. Hal ini dikarenakan

tantangan dan tugas guru SLB lebih berat dan banyak, seperti kesulitan guru

untuk memenuhi kebutuhan siswa secara tepat, gaji yang didapatkan rendah,

regulasi serta kontrol emosi yang harus dijaga selama mengajar anak

berkebutuhan khusus (Wisniewski & Gargiulo, 1997). Dalam sebuah penelitian

menunjukkan bahwa guru SLB akan mudah mengalami stres karena beban kerja

yang di hadapi di sekolah (Miller, Brownell, & Smith, 1995 dalam Ghani, Ahmad,

Ibrahim, 2014).

Individu yang tidak mampu meregulasi emosinya dan tidak mampu

mengubah emosi negatif menjadi emosi positif, membuat subjective well being

individu tersebut rendah (Myers & Diener, 1995). Akan tetapi dalam penelitian ini

didapatkan hasil untuk stress management para guru SLB memiliki tingkat

kategorisasi dominan tinggi yaitu dengan jumlah 159 guru dan persentase 52.5%.

Page 108: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

108

Hasil untuk tingkat subjective well being para guru SLB juga memiiki tingkat

kategorisasi yang dominan tinggi. Yaitu terdapat 151 guru dengan persentase

49.8% yang memiliki nilai subjective well being tinggi. Selanjutnya didapatkan

hasil regresi antara keduanya, yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara

stress management dengan subjective well being, dengan taraf signifikasi=0.000

(Sig<0.05).

Dari hasil diatas dapat diartikan bahwa para guru SLB dapat dengan baik

meregulasi dan mengontrol emosi negatifnya ketika sedang mengajar anak anak

berkebutuhan khusus sehingga para guru puas dengan kehidupannya dan memiliki

kesejehtaraan hidup (subjective well being) yang tinggi. Hal ini sesuai dengan

penelitian yang menunjukkan bahwa stress management memiliki hubungan yang

signifikan terhadap subjective well being (Griebel. C, 2015)

Penelitian lainnya juga menunjukan bahwa stress management menjadi

salah satu dimensi tertinggi yang memiliki pengaruh dengan subjective well being

dengan taraf signifikasi=0.001 (Sig<0.05) yang artinya signifikan (Bar-on, 2012).

Selain itu, dari hasil studi pendahuluan (pilot study) peneliti mendapatkan hasil

bahwa para guru memiliki kehidupan yang sejahtera dan puas (subjective well

being). Para guru memiliki cara masing-masing untuk bagaimana mangatur

strategi dalam mengontrol emosi ketika mengajar anak anak berkebutuhan khusus

terutama ketika anak tersebut sedang mengalami tantrum atau sedang tidak mau

dan bisa untuk menerima pelajaran di kelas.

Para guru mengungkapkan salah satu cara untuk mengatur emosi ketika

sedang marah ialah dengan berdiam sejenak dan mengajak anak bermain agar

Page 109: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

109

anak dan juga gurunya bisa lebih mendekatkan hubungan satu sama lain dan

mengilangkan jenuh dan bosan belajar. Karena jika anak tantrum (mengamuk)

hebat, sehingga para guru terbawa suasana untuk marah dan hal ini terjadi setiap

hari, maka dampaknya adalah para guru mengalami keadaan stres, lelah kerja,

meninggalkan pekerjaan dan yang paling mengerikan ialah guru bisa melakukan

tindak kekerasan pada anak anak berkebutuhan khusus. Hal ini dapat memperkuat

hasil penelitian yang menunjukkan bahwa stress management yang baik, akan

mempengaruhi secara signifikan subjective well being para guru sekolah luar

biasa (SLB).

Sementara untuk variabel emotional intelligence dimensi intrapersonal,

interpersonal dan adaptability mendapatkan hasil tidak signifikan berpengaruh

terhadap subjective well being para guru SLB. Hal ini bertentangan dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Bar-On (2006) yang menyatakan bahwa ketiga

dimensi tersebut signifikan terhadap subjective well being. hal ini dikarenakan

karena pengaruh lingkungan dan sampel pada penelitian ini. Dimana yang diukur

dalam 3 hal ini adalah hubungan guru SLB dengan dirinya sendiri dan rekan

kerjanya. Namun dalam konteks kerja guru SLB yang lebih sering berinteraksi

pada anak didik dan lebih mementingkan dan memperioritaskan hubungan guru

dengan anak didik, dan bukan kepada rekan kerjanya.

Pernyataan ini juga di perkuat dengan hasil studi pendahuluan yang

menunjukan hasil bahwa kebahagian dan kesejahteraan hidup guru SLB

dipengaruhi ketika guru mendapati anak didiknya memiliki kemajuan dalam

tumbuh kembangnya, berhasil di dalam bidang akademiknya dan mensyukuri

Page 110: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

110

bahwa anak atau keluarga kandungnya memiliki tumbuh kembang yang normal,

dan bukan karena guru memiliki hubungan yang baik atau buruk dalam masalah

rekan kerja. Beberapa guru juga menambahkan bahwa memang akan ada saat

ketika guru jenuh karena rekan kerja yang kurang kooperatif dan menyenangkan,

namun hal itu tidak mempengaruhi dan menjadi penentu kehidupan para guru

sejahtera atau tidak.

Dimensi yang memiliki pengaruh positif signifikan terhadap subjective

well being yang selanjutnya ialah sense of abundance yang merupakan dimensi

dari gratitude. Dengan nilai taraf signifikansi=0.000 (Sig<0.05) dari sumbangan

proporsi varians, yang berarti bahwa sense of abundance secara signifikan

mempengaruhi subjective well being para guru SLB. Hal ini sejalan dengan

penelitian Watkins et.al, 2003 yang menyatakan terdapat hubungan positif antara

gratitude khususnya dimensi sense of abundance dengan subjective well being.

Individu yang bersyukur, akan memiliki rasa kelimpahan di dalam hidupnya dan

tidak akan merasa kenikmatannya hilang (Watkins, Woodward, Stone & Kolts,

2003).

Sense of abundance merupakan rasa syukur yang dimiliki oleh individu

karena merasa kehidupannya sudah berkecukupan dan berlimpah. Dalam hasil

studi pendahuluan yang dilakukan pada 20 guru SLB, para guru menyatakan

bahwa dirinya sangat bersuyukur dengan apa yang dimiliki pada saat ini. Menurut

para guru, menjadi guru SLB merupakan hal yang mulia. Dari mengajar anak

berkebutuhan khusus para guru lebih semakin bersyukur bahwa anak anak

kandunya dilahirkan normal dan masih sesuai dengan perkembangan yang

Page 111: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

111

seharusnya. Para guru juga mengatakan dengan mensyukuri apa yang dimiliki,

maka semakin merasa puas dengan kehidupan yang dijalani dan merasa hidupnya

sejahtera.

Selanjutnya dari hasil hipotesa mengenai gratitude di dimensi

appreciation for others dan simple appreciation tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap subjective well being, dan hal yang menarik adalah pengaruh

antara keduanya negatif, yang artinya semakin tinggi simple appreciation dan

appreciation for others, maka semakin rendah tingkat subjective well being begitu

pula sebaliknya. Hal ini juga bertentangan dengan penelitian Watkins, et al, 2003

yang seharusnya hubungan antara kedunya ialah positif.

Untuk hasil appreciation for others yang tidak signifikan dengan

subjective well being terjadi dikarenakan orang Indonesia yang terkenal dengan

ramah terhadap semua orang dan terbiasa dengan budaya ‘meminta tolong sama

dengan berhutang budi dan jika hanya mengucapkan terimakasih orang tersebut

akan merasa ganjil dan terasa ada yang membebani. Definisi untuk appreciation

for other ialah mengapresiasi dan mengucapkan terimakasih kepada orang yang

telah membantu dan memberikan pertolongan kepada dirinya. Maka bisa diartikan

bahwa mengucapkan terimakasih saja, bagi orang Indonesia itu tidak cukup dan

merasa masih berhutang dengan orang yang telah membantunya.

Untuk dimensi simple appreciation didefinisikan sebagai mensyukuri

suatu yang sederhana seperti menikmati keindahan alam sekitar, menikmati

matahari terbenam di sore hari, dan yang lainya. Pada penelitian ini, simple

appreciation tidak signifikan terhadap subjective well being pada guru SLB.

Page 112: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

112

Dalam hal ini, dikarenakan para guru lebih memikirkan bagaimana ia mensyukuri

kehidupannya dengan bersyukur atas apa yang ia miliki dan dapatkan di dalam

kehidupannya, seperti mensyukuri bahwa ia bisa mendidik anak anak

berkebutuhan khusus, mensyukuri bahwa anak kandung dan keluarganya masih

lebih beruntung karena memiliki perkembangan yang normal, dan bukan

mensyukuri mengenai hal yang sederhana seperti yang disebutkan sebelumnya.

Para guru tidak memperioritaskan dan memikirkan hal tersebut, dan walaupun

para guru menyukai hal sederhana seperti itu, namun hal itu bukan yang

menjadikan penentu dan mempengaruhi dalam kesejahteraan hidup (subjective

well being) pada guru Sekolah Luar Biasa (SLB).

Variabel selanjutnya yaitu pendapatan, penelitian ini menunjukan bahwa

tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan subjective well being. hal ini

berbanding terbaik dengan penelitian oleh diener (1999) yang menyatakan

terdapat hubungan yang rendah namun signifikan antara pendapatan dengan

subjective well being. Dalam hal ini dapat di sebabkan karena para guru SLB

menjalankan pekerjaannya secara ikhlas karena beribadah kepada Tuhan dan atas

dasar kemanusiaan yang ingin membantu anak-anak berkebutuhan khusus. Dalam

hasil observasi yang dilakukan peneliti. Para guru sudah mengetahui dari awal

pertama ia memilih menjadi guru SLB bahwa pendapatan atau gaji yang di

dapatkannya akan cenderung rendah. Namun para guru tetap memilih untuk

menjadi guru SLB, beberapa guru juga menyatakan bahwa diriya merasa memiliki

tanggung jawab untuk mendidik anak berkebutuhan khusus karena anak

Page 113: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

113

berkebutuhan khusus masih sama-sama memiliki hak untuk mendapatkan

pendidikan layaknya anak anak normal dapa umumnya.

Secara keseluruhan penulis berpendapat bahwa perbedaan hasil penelitian

terdahulu bisa diakibatkan oleh populasi dan sampel, pengaruh budaya serta

lingkungan. Dalam penelitian ini, alat ukur yang digunakan terdapat beberapa

yang diadaptasi sehingga membuat hasil dalam penelitian ini berbeda dengan hasil

sebelumnya. Namun penelitian ini memiliki temuan terbaru mengenai subjective

well being pada guru SLB C lebih rendah dibanding subjective well being guru

SLB A, B dan D.

5.3. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis menyadari masih

terdapat kekurangan didalam penelitian ini, sehingga penulis mengajukan

beberapa saran yang dapat dijadikan pertimbangan untuk dapat memaksimalkan

penelitian selanjutnya, adapun saran dibagi menjadi dua yakni, saran teoritis yang

diperuntukan untuk penelitian selanjutnya yang tertarik melakukan penelitian

terkait topic yang sama dan saran praktis yang diperuntukan bagi pihak-pihak

yang terkait dengan topik penelitian ini:

5.3.1. Saran Teoritis

1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh variabel indenpenden

memberikan sumbangan varian sebesar 36.6% terhadap subjective well being.

Sedangkan 63.4% dipengaruhi oleh variabel lain. Oleh sebab itu disarankan

pada penelitian selanjutnya agar meneliti variabel psikologis lain yang

Page 114: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

114

mempengaruhi subjective well being seperti kepribadian (big five

personality), self efficacy dan self esteem.

2. Berbedanya hasil pada variabel emotional intelligence dengan subjective well

being, dapat dikarenakan karena alat ukur yang digunakan menggunakan alat

ukur adaptasi. Disarakan penelitian selanjutnya untuk melakukan adaptasi alat

ukur yang sudah tertera di jurnal penelitian dan sesuai dengan sampel

penelitian, agar menghindar bias atau pengaruh sampel dan social desirability

dan bias budaya.

5.3.2. Saran Praktis

1. Dengan berpengaruhnya stress management terhadap subjective well being

dalam penelitian ini, maka diharapkan guru lebih memperhatikan kembali

bagaimana kemampuan mengendalikan perasaan dan emosi saat sedang

mengajar anak berkebutuhan khusus. Agar tidak terjadi perilaku kasar atau

perilaku yang tidak seharusnya kepada anak berkebutuhan khusus.

2. Perlunya dilakukan pelatihan atau workshop untuk melatih stress

management ketika anak didik tantrum dan mengamuk. Pelatihan ini

ditujukan untuk guru SLB yang setiap hari akan menangani anak

berkebutuhan khusus, terlebih untuk guru yang baru mengajar di SLB.

Page 115: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

115

DAFTAR PUSTAKA

Abushaira, M. (2012). Job satisfaction among special education teachers in

jordan. International Interdisciplinary Journal of Education. 48-56. Saudi

Arabia: Special Education Departement, King Abdulaziz University.

Amril. (3 Maret 2009). Siswa sekolah luar biasa dianiaya oknum guru. Diakses 5

Desember 2017 dari https://www.viva.co.id/berita/nasional/35749-siswa-

sekolah-luar-biasa-dianiaya-oknum-guru

Avsec, A. Mansec, P., Komidar, L. (2009). Personality traits and emotional

intelligence as predictors of teacher’s psychological well being. Horixons of

Psychology. 73-86. Slovenia: University of Ljubljana,

Bar-On . R (2012). The Impact of emotional intelligence on health and wellbeing.

Galveston: University of Texas Medical Branch

Bar-On, R. (1997b). The Bar-On emotional quotient inventory (EQ-i): Technical

Manual.

Bar-On, R. (2006). The Bar-On model of emotional-social intelligence (ESI).

Psicothema, 18 (13-5). Universidad de Oviedo:Oviedo, España

Bharwaney, G., Bar-On, R. and MacKinlay, A. (2007). EQ and the bottom line:

emotional intelligence increases individual occupational performance,

Leadership and Organizational Productivity, Ei World Lrd, Bedfordshire,

UK

Busch, T.W., Pederson. K., Espin, C.A., Weissenburger, J.W., (2001). Teaching

student with learning disabilities: perceptions of first-year teacher. The

Journal of Special Education. 92-99.

Chan, W.D. (2013). Subjective well being of hong kong chinese teachers: the

contribution of gratitude, forgiveness and the orientations to happiness.

Journal of Teaching and Teacher Education. 22-30. Jong Kong:

Departement of Educational Psychology.

Cherniss, C (2002). Emotional intelligence and the good community. American

Journal of Community Psychology. 30 (1). America: Rutgers University

David. (4 Mei 2016). Teacher's awful mistreatment of special needs child.

Diakses 2 Desember 2017 dari

http://edition.cnn.com/2016/05/04/opinions/special-needs-child-mistreated-

in-classroom-opinion-perry/index.html

Davit. (3 Desember 2017). Anak berkebutuhan khusus rawan kekerasan. Diakses

20 Januari 2018 dari http://www.kpai.go.id/berita/anak-berkebutuhan-

khusus-rawan-kekerasan/

Page 116: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

116

Defianti. (1 November 2017). Anies: UMP DKI 2018 perhitungkan kepentingan

buruh dan pengusaha. Diakses 20 Januari 2018 dari

http://news.liputan6.com/read/3148203/anies-ump-dki-2018-perhitungkan-

kepentingan-buruh-dan-pengusaha

Diener, E. (1984). Subjective well being. Psychological Bulletin, 95. 542-575.

Diener, E. (1994). Assessing subjective well-being: progress and opportunities.

Social Indicators Research, 31, 103-157. (2005 reprinted in Citation classics

from Social Indicators Research)

Diener, E. (2000). Subjective well-being: the science of happiness, and a proposal

for a national index. American Psychologist, 55, 34-43.

Diener, E. (2005). Guidelines for national indicators of subjective well-Being and

ill-being. SINET, November 2005, 4-6. (Appearing also in Social Indicators

Research, Journal of Happiness Studies: An Interdisciplinary Periodical on

Subjective Well-Being, Applied Research in Quality of Life, International

Society for Quality-of-Life Studies (ISQOLS), and other outlets)

Diener, E., & Cristie, S. (2014). The what, why, when, and how of teaching the

science of subjective well-being. Teaching of Psychology, 41, 175-183.

Diener, E., & Ryan, K. (2009). Subjective well-being: a general overview. South

African Journal of Psychology, 39(4), 391-406.

Diener, E., Emmons, R. A., Larsen, R. J., & Griffin, S. (1985). The satisfaction

with life scale. Journal of Personality Assessment, 49, 71-75

Diener, E., Lucas, R. E., & Oishi, S. (2005). Subjective well-being: the science of

happiness and life satisfaction. In C. R. Snyder & S. J. Lopez (Eds.),

Handbook of Positive Psychology 63- 73. Oxford, UK: Oxford University

Press.

Diener, E., Napa-Scollon, C. K., Oishi, S., Dzokoto, V., & Suh, E. M. (2000).

Positivity and the construction of life satisfaction judgments: global

happiness is not the sum of its parts. Journal of Happiness Studies: An

Interdisciplinary Periodical on Subjective Well-Being, 1, 159-176.

Diener, E., Sandvik, E., Seidlitz, L., & Diener, M. (1993). The relationship

between income and subjective well-being: Relative or absolute? Social

Indicators Research, 28, 195-223.

Diener, E., Scollon, C. N., & Lucas, R. E. (2009). The evolving concept of

subjective well-being: The multifaceted nature of happiness. In E. Diener

(Ed.), Social Indicators Research Series: 39. Assessing well-being: The

collected works of Ed Diener 67-100. http://dx.doi.org/10.1007/978-90-

481-2354-4_4

Page 117: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

117

Diener, E., Suh, E. M., Lucas, R. E., & Smith, H. L. (1999). Subjective well-

being: three decades of progress. Psychological Bulletin, 125, 276-302.

Diener, E., Wirtz, D., Tov, W., Kim-Prieto, C., Choi, DW., Oishi, S., & Biswas-

Diener, R. (2010). New well-being measures: short scales to assess

flourishing and positive and negative feelings. Social Indicator Research,

97, 143-156.

Duran, N.O. (2017). The revised short gratitude, resentment, and appreciation

Test (S-GRAT): Adaptation for Turkish college students. Journal of

Happiness and Well Being. 23-37.

Eddington, N., & Shuman, R. (2005). Subjective well-being (happiness). San

Diego: Continuing Psychology Education.

Eklak, A. (2015). Study of emotional intelligence among pupil teachers in relation

to gender and religion. International Journal of Applied Resesarch. 400-

403. India: Faculty of Education, Integral University.

Emmons, R. A., & McCullough, M. E. (2003). Counting blessings versus

burdens: an experimental investigation of gratitude and subjective well-

being in daily life. Journal of Personality and Social Psychology, 84, 377–

389.

Emmons, R. A., & Shelton, C.M (2005) Gratitude and the science of positive

psychology, In C.R Synder & S.J Lopez (Eds.) Handbook of Positive

Psychology 459-455. New York: Oxford University Press.

Ghani, M., Ahmad C., Ibrahim S. (2014). Stress among special education teacher

in malaysia. Procedia- Social and Behavioral Science 4-13. Malaysia:

School of Educational Studies Iniversity Sains Malaysia.

Griebel, C. (2015). Emotional intelligence as a mediator in the relationship

between mindfulness and subjective well-being. Eastern Illnois University

Hamama, L., Ronen, T., Shachar K., Rosenbaum, M. (2013). Links between

stress, positive an negative affect and life satisfaction among teachers in

special education schools. Journal of Happiness Study. 731-751.

Jahan, A., Tyagi, N., Suri, S. (2015). Income disparity as a predictor of happiness

and self-esteem. The International Journal of Indian Psychology. 150-156.

Kemendikbud (2018). Data pokok pendidikan dasar dan menengah. Diakses pada

3 Maret 2018 dari http://dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id/guru

Kim & Lim. (2016). Vitues and well being of korean special education.

International Journal of Special Education. 114-118. Korea: Daegu

University

Page 118: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

118

Larsen, R. J., Diener, E., & Emmons, R. A. (1984). An evaluation of subjective

well-being measures . Social Indicator Research, 17, 1-17

McCallum, F., Price, D., Graham, A., Morrison A. (2017). Teacher well being: a

review of the literature. The Association of Independent Schools of New

South Wales. South Wales: Schools of new soth wales

McCullough, M. E., Emmons, R. A., & Tsang, J. (2002). The grateful disposition:

a conceptual and empirical topography. Journal of Personality and Social

Psychology, 82, 112–127.

Myers, D. G., & Diener, E. (1995). Who is happy?. Psychological Science

Pavot, W., & Diener, E. (1993). Review of satisfaction with life scale.

Psychological Assessment, 5 (2). 164 – 172.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1991 Tentang

Pendidikan Sekolah Luar Biasa

Ramzan, N & Rana, A.S., (2014). Expression of gratitude and subjective well

being among university teachers. Middle-East Journal of Scientific

Research. 756-762. Pakistan: Government Special Education Centre

Razia, B. (2016). Emotional intelligence of pupil teachers in relation to their well

being. International Research Journal of Social Sciences. 20-23. India:

Department of Education, Aligarh Muslim University.

Siregar. S. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi Dengan

Perbandingan Perhitungan Manual dan SPSS. Jakarta: Prenadamedia Group

Sisask, M., Varnik, P., Varnik A., Apter, A., Balazs. J., Balint. M., Bobes.J.,

Brunner. R., Corcoran. P., Cosman.D., Dana.F.,Haring. C., Khan.J.,

Postuvan.V., Tubiana.A., Sarchiapone.M., Wasserman.C., Carli.V.,

Hiven.W., Wasserman.D., (2014). Teacher satisfaction with school and

psychological well-being Affcet Their Readiness to help Children with

mental Health problems. Health Eduction Journal. 382-393. Estonia:

Mental Health and Suicidology Institute

Stein, Steven & Book, H, 2002. Ledakan EQ 15 Prinsip Dasar Kecerdasan

Emosional Meraih Sukses. Bandung: Kaifa

Sudha, S.K., & Shahnawaz, G.M. (2013). Core self-evaluation as a correlate of

subjective wellbeing among special educators. Journal of the Indian

Academy of Applied Psychology. 83-89. New Delhi: Jamia Millia Islamia

Toronto, Canada: Multi-Health Systems.

Watkins, P., Woodward, K., Stone, T., & Kolts, R. (2003). Gratitude and happi-

ness: development of a measure of gratitude and relationships with

subjective well-being. Social Behavior and Personality, 31(5), 431–451.

Page 119: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

119

Wisniewski, L., Gargiulo, R. M. (1997). Occupational stress and burnout among

special educators: a review of the literature. The Journal of Special

Education. 31. 325-346.

Wolff, S.B., (2005). Emotional competence inventory (ECI) technical Manual.

McClelland Center for Research and Innovation: Hay Group

Wood, A., Froh J., Adam, W., Geraghty. (2010). Gratitude and well being: a

review and theoritical integration. Journal of Clinical Psychology Review.

890-905. United Kingdom: University of Manchaster.

Zeidner, M & Shemesh, D.O., (2009). Emotional intelligence and subjective well

being revisited. Journal of Personality and Individual Differences. 431-

435.

Zeidner, M., Matthews, G., & Roberts, R. D. (2006). Emotional intelligence,

coping with stress, and adaptation. In J. Ciarrochi, J. R. Forgas & J. D.

Mayer (Eds.), Emotional intelligence in everyday life (2nd ed). 100-125.

Hove, England: Psychology Press/Erlbaum (UK) Taylor & Francis.

Page 120: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

120

LAMPIRAN

Page 121: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

121

LAMPIRAN 1

Surat Izin Penelitian

Page 122: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

122

LAMPIRAN 2

Kuesioner Penelitian

Informed Consent

Lembar Persetujuan Keikutseraan Penelitian

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya setuju untuk

secara sukarela menjadi partisipan penelitian mengenai kepuasan hidup yang

dilakukan oleh Conita Lutfiyah. Data yang saya berikan adalah data yang sebenar-

benarnya dan saya menyetujui data saya akan digunakan dalam keperluan

penelitian

Nama : …………………………………………………………

No, HP : …………………………………………………………

Partisipan

( )

Page 123: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

123

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Selamat Pagi / Siang / Sore,

Salam Sejahtera untuk kita semua, semoga Bapak/Ibu senantiasa berada

dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa. Saya Conita Lutfiyah, mahasiswi

Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

pada saat ini sedang melakukan penelitian untuk menyelesaikan skripsi. Oleh

karena itu, saya memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk dapat menjadi responden

dengan mengisi kuesioner dalam penelitian ini.

Kuesioner penelitian ini terdiri dari beberapa subtes yang dilengkapi

dengan petunjuk cara mengerjakannya. Bapak/ibu diminta untuk menjawab

dengan jujur sesuai dengan apa yang dirasakan atau dialami bapak/ibu saat ini,

bukan menurut norma sosial atau kondisi yang bapak/ibu harapkan dimasa yang

akan datang. Tidak ada jawaban salah dan benar dalam kuesioner penelitian ini.

Adapun data yang Anda berikan dijamin kerahasiaannya karena kuesioner ini

bersifat anonim dan akan dipergunakan hanya untuk kepentingan penelitian.

Atas bantuan Anda menjadi partisipan penelitian ini, saya ucapkan terimakasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Hormat saya,

Conita Lutfiyah

Page 124: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

124

Identitas Responden

Jenis kelamin :

Usia :

Pendidikan terakhir : a) S1 / S2 / S3 (Lingkari yang sesuai)

b) Jurusan .............................

c) Lulusan Tahun .................

Guru SLB : A/B/C/D/E/G (Lingkari yang sesuai)

Guru SLB Tingkat : SD/SMP/SMA (Lingkari yang sesuai)

Nama Sekolah :

Status Guru : PNS / Tetap / Honorer (Lingkari yang sesuai)

Mengajar pada kelas :

Mata pelajaran yang diajarkan :

Durasi mengajar di Sekolah tiap hari :

Mengajar Di SLB sejak tahun :

Gaji dari sekolah tiap bulan

< 1.000.000

1.000.000 – 3.000.000

3.000.000 – 5.000.000

5.000.000 – 7.000.000

>7.000.000

Page 125: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

125

Skala I

Petunjuk Pengisian

Pada bagian ini, anda diminta untuk menjawab pernyataan-pernyataan yang telah

disediakan sesuai dengan kondisi anda pada kolom jawaban dengan memberi

tanda Checklist (√). Adapun pilihan jawabannya ialah:

SS : Sangat Sesuai

S : Sesuai

TS : Tidak Setuju

STS: Sangat Tidak Setuju

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Dalam banyak hal hidup saya mendekati impian saya

2. Kondisi kehidupan yang saya miliki sempurna

3. Saya puas dengan hidup saya

4. Sejauh ini saya mendapatkan hal penting dalam hidup

saya

5. Jika saya dapat mengulang hidup saya, hampir tidak

ada yang akan saya ubah

Page 126: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

126

Skala 2

Petunjuk Pengisian

Pada bagian ini, anda diminta untuk menjawab pernyataan-pernyataan yang telah

disediakan sesuai dengan kondisi anda pada kolom jawaban dengan memberi

tanda Checklist (√). Berikut ialah contoh pengisian:

No. Pernyataan Tidak

Pernah

Jarang Kadang-

kadang

Sering Selalu

1. Merasakan hal-hal positif

di dalam hidup

No. Pernyataan Tidak

Pernah

Jarang Kadang-

kadang

Sering Selalu

1. Merasakan hal-hal positif

di dalam hidup

2. Hal-hal negatif memenuhi

pikiran saya

3. Hal-hal baik terjadi pada

kehidupan saya

4. Peristiwa dan keadaan

buruk menimpa hidup saya

5. Merasa nyaman dengan

kehidupan yang dijalani

6. Merasa kehidupan saya

tidak menyenangkan

7. Menjalani hidup dengan

penuh perasaan senang

Page 127: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

127

No. Pernyataan Tidak

Pernah

Jarang Kadang-

kadang

Sering Selalu

8. Merasa kehidupan yang

dimiliki adalah kehidupan

yang menyedihkan

9. Saya merasa takut untuk

melanjutkan kehidupan

yang saya miliki

10. Mengawali hari dengan

perasaan gembira

11. Mudah tersinggung dan

kesal

12. Merasa puas dengan

kehidupan yang dijalani

Page 128: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

128

Skala 3

Petunjuk Pengisian

Pada bagian ini, anda diminta untuk menjawab pernyataan-pernyataan yang telah

disediakan sesuai dengan kondisi anda pada kolom jawaban dengan member tanda

Checklist (√). Adapun pilihan jawabannya ialah sebagai berikut:

SS: Sangat Sesuai

S: Sesuai

TS: Tidak Setuju

STS: Sangat Tidak Setuju

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Semua yang ada didalam diri saya adalah hal

terbaik yang saya dapatkan

2. Ketika saya marah dan kesal dirumah, saya akan

melampiaskan kepada anak didik dan rekan kerja

saya

3. Ketika ada yang menyakiti diri saya, maka saya

akan mengungkapkan apa yang saya rasakan

4. Saya mengetahui apa yang sedang dirasakan dan

difikirkan orang lain di suatu kondisi

5. Saya tidak mampu menunjukkan rasa sayang

6. Saya memilih untuk diam sejenak ketika merasa

lelah dan stress

7. Saya tidak mudah untuk memulai hal-hal yang baru

8. Ketika dihadapkan pada keadaan yang sulit, saya

memilih mengumpulkan berbagai informasi

mengenai hal tersebut sebisa mungkin

9. Saya akan mudah terpengaruh dengan apa yang

Page 129: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

129

orang lain katakan mengenai suatu hal

10. Saya sungguh tidak tau apa yang terbaik untuk diri

saya

11. Saya menyadari emosi yang saya rasakan

12. Saya tidak mampu mengeksprsikan ide saya kepada

orang lain

13. Saya mampu untuk menenangkan anak didik saya

ketika sedang tantrum atau mengamuk

14. Saya senang jika membantu orang yang

membutuhkan

15. Saya akan cemas, depresi dan susah dalam

mengambil keputusan ketika sedang mengalami

stress

16. Sebelum menyelesaikan masalah, saya akan

menelaah masalah tersebut terlebih dahulu

17. Ketika ada suatu masalah saya tidak akan langsung

mengambil kesimpulan tanpa mengetahui

keseluruhannya

18. Saya akan melakukan suatu hal yang mampu untuk

saya lakukan

19. Sulit bagi saya untuk meredakan emosi saya ketika

sedang marah dan kesal

20. Ketika sedang sedih, saya akan bercerita dengan

beberapa orang yang saya percaya

21. Saya akan membantu orang yang membutuhkan

bantuan khusus dari orang lain

22. Saya mampu mengendalikan emosi saya

Page 130: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

130

23. Saya selalu mengingat tujuan hidup, ketika keadaan

stress mulai melanda kehidupan saya

24. Sulit bagi saya untuk merubah pendapat saya

mengenai suatu hal

25. Setiap mendapatkan suatu masalah, saya yakin

bahwa saya dapat menyelesaikannya dengan baik

26. Saya akan menilai segala sesuatunya sesuai dengan

persepsi dan fikiran saya

27. Saya akan menyalahkan diri saya ketika gagal

melakukan suatu hal

28. Saya akan merasa tidak nyaman bekerja dengan

orang lain yang berbeda dengan saya

29. Sulit bagi saya untuk berbagi perasaan terdalam

saya dengan orang lain

30. Menghargai diri sendiri adalah hal yang penting

31. Saya meyayangi anak didik saya seperti keluarga

sendiri

32. Saya akan mencubit atau memukul anak didik saya

ketika dalam keadaan stress

33. Saya tahu bagaimana menangani masalah yang

menjengkelkan

34. Tidak ada yang dapat menghalangi saya untuk

melakukan apa yang saya inginkan

35. Dalam pengambilan keputusan saya akan

mempertimbangkan baik dan buruknya

36. Saya akan menegur orang yang salah meskipun ia

orang terdekat saya

Page 131: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

131

37. Walaupun memiliki kekurangan, saya yakin dengan

apa yang saya bisa dan miliki

38. Mudah bagi saya untuk menyadari penyebab dari

amarah saya

39. Meluangkan waktu untuk keluarga adalah penting

40. Saya memahami bahwa tiap anak didik saya

memiliki kemampuannya masing masing

41. Keluarga dan rekan kerja saya akan memilih saya

untuk bercerita tentang masalahnya

42. Saya akan cenderung meninggalkan semua

pekerjaan saya ketika dalam keadaan menekan atau

stress

43. Saya akan menjadikan setiap tekanan yang saya

hadapi sebagai suatu motivasi

44. Saya susah untuk merubah keadaan emosi saya

walaupun sudah berbeda situasi

45. Saya merasa sedih jika anak didik saya belum

memiliki kemajuan yang pasti

46. Saya akan diam meskipun rekan kerja

memperlakukan saya tidak baik

47. Saya senang jika menyelesaikan pekerjaan secara

bersama sama

48. Setiap tantangan dan tugas berat yang saya hadapi

membuat saya mengalami stress

49. Keadaan tubuh saya akan melemah jika dalam

keadaan stress

50. Mudah bagi saya untuk menyesuaikan diri pada tiap

Page 132: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

132

situasi dan kondisi

51. Saya mampu mengapresiasi kepada diri saya sendiri

atas apa yang saya miliki

52. Sulit bagi saya mengatakan “tidak” ketika saya

ingin mengatakannya

53. Jika saya menunjukkan keadaan stress dan emosi,

saya akan mendapatkan masalah

54. Mood saya akan cepat kembali membaik ketika

sedang marah

Page 133: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

133

Skala 4

Petunjuk Pengisian

Pada bagian ini, anda diminta untuk menjawab pernyataan-pernyataan yang telah

disediakan sesuai dengan kondisi anda pada kolom jawaban dengan memberi

tanda Checklist (√). Adapun pilihan jawabannya ialah:

SS : Sangat Sesuai

S : Sesuai

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Saya tidak bisa mendapatkan

(posisi/jabatan/pencapaian) seperti apa yang saya

miliki saat ini tanpa bantuan dari banyak orang.

2. Kehidupan ini sudah begitu baik kepada saya

3. Saya tidak pernah merasa cukup dan mendapat

balasan dari apa yang saya berikan

4. Seringkali saya takjub dengan keindahan alam sekitar

saya

5. Saya berpikir, meskipun merasa puas atas pencapaian

yang saya raih, penting juga mengingat konstribusi

orang lain atas pencapaian saya

6. Saya berpikir bahwa saya belum mendapatkan

sesuatu yang layak dalam hidup ini

7. Saya menikmati indahnya langit saat matahari

terbenam

8. Meskipun saya dapat mengendalikan hidup saya,

namun tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari

banyak orang

9. Saling menyapa dan bertukar senyum adalah hal yang

menyenangkan untuk saya

Page 134: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

134

No. Pernyataan SS S TS STS

10. Lebih banyak hal buruk yang menimpa saya

dibandingkan dengan hal-hal baik

11. Saya merasa dalam menjalani hidup ini saya

mendapat banyak keuntungan

12. Saya pikir penting untuk selalu mensyukuri nikmat

yang telah saya dapatkan

13. Saya pikir, penting untuk menikmati hal-hal

sederhana dalam hidup.

14. Saya sangat menghargai apa yang dilakukan orang

lain terhadap saya

15. Dibandingkan orang lain, saya merasa tidak memiliki

banyak keberuntungan dalam hidup

16. Menghargai kehidupan yang saya miliki setiap hari

merupakan hal yang penting

Page 135: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

135

LAMPIRAN 3

Output CFA

1. Subjective Well Being

UJI VALIDITAS KONSTRUK SUBJECTIVE WELL BEING

DA NI=17 NO=303 MA=PM

LA

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9

ITEM10 ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17

PM SY FI=SWB.COR

MO NX=17 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY

LK

SWB

FR TD 8 6 TD 2 1 TD 15 12 TD 12 10 TD 12 6 TD 16 7 TD 5 3 TD 4 3

TD 9 6 TD 14 13 TD 13 11 TD 17 10 TD 15 5 TD 5 2 TD 3 2 TD 5 4 TD

5 1 TD 3 1 TD 5 1 TD 3 1 TD 16 9 TD 9 7 TD 11 9 TD 13 9 TD 9 8 TD

14 9 TD 4 1 TD 4 2 TD 17 3 TD 7 1 TD 12 2 TD 16 4 TD 11 3 TD 17 9

TD 14 1 TD 11 10 TD 16 13 TD 6 4 TD 17 5 TD 17 2 TD 16 10 TD 15 13

TD 10 3 TD 15 1 TD 15 3 TD 15 2 TD 15 11

PD

OU SS TV MI

Page 136: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

136

2. Interpersonal

UJI VALIDITAS KONSTRUK INTERPERSONAL

DA NI=12 NO=303 MA=PM

LA

ITEM4 ITEM13 ITEM21 ITEM45 ITEM40 ITEM14 ITEM31 ITEM41

ITEM47 ITEM39 ITEM5 ITEM28

PM SY FI=INTER.COR

MO NX=12 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY

LK

INTER

FR TD 6 2 TD 8 1 TD 12 11 TD 8 5 TD 5 4 TD 10 5 TD 5 2 TD 8 6 TD 7

6 TD 12 3 TD 5 3 TD 9 1 TD 9 5

PD

OU SS TV MI

Page 137: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

137

3. Intrapersonal

UJI VALIDITAS KONSTRUK INTRAPERSONAL

DA NI=18 NO=303 MA=PM

LA

ITEM1 ITEM18 ITEM30 ITEM37 ITEM51 ITEM10 ITEM27 ITEM11

ITEM22 ITEM38 ITEM2 ITEM19 ITEM3 ITEM20 ITEM12 ITEM29

ITEM52 ITEM46

PM SY FI=INTRA.COR

MO NX=18 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY

LK

INTRA

FR TD 5 2 TD 15 12 TD 15 6 TD 12 11 TD 18 17 TD 14 13 TD 12 9 TD

12 5 TD 16 15 TD 16 6 TD 13 4 TD 9 4 TD 15 8 TD 11 4 TD 9 8 TD 18 9

TD 8 6 TD 16 7 TD 16 14 TD 12 6 TD 14 11 TD 12 1 TD 8 2 TD 18 7 TD

7 1 TD 7 5 TD 6 3 TD 3 2 TD 12 2 TD 15 3 TD 15 5 TD 13 5 TD 16 13

TD 13 11 TD 18 8 TD 11 10 TD 13 9 TD 13 12 TD 17 14 TD 10 5 TD 16

10 TD 15 4 TD 16 1 TD 12 4 TD 14 8 TD 14 2 TD 16 4 TD 13 10 TD 14

3 TD 12 3 TD 18 10 TD 11 9 TD 16 11 TD 16 12

PD

OU SS TV MI

Page 138: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

138

4. Stress Management

UJI VALIDITAS KONSTRUK STRESS MANAGEMENT

DA NI=10 NO=303 MA=PM

LA

ITEM6 ITEM23 ITEM33 ITEM43 ITEM15 ITEM49 ITEM32 ITEM42

ITEM48 ITEM53

PM SY FI=STM.COR

MO NX=10 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY

LK

STM

FR TD 4 3 TD 7 1 TD 3 2 TD 4 2 TD 10 9 TD 7 3 TD 9 7 TD 3 1 TD 10 3

TD 6 3

PD

OU SS TV MI

Page 139: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

139

5. Adaptability

UJI VALIDITAS KONSTRUK ADAPTABILITY

DA NI=14 NO=303 MA=PM

LA

ITEM50 ITEM54 ITEM7 ITEM24 ITEM34 ITEM44 ITEM8 ITEM16

ITEM25 ITEM35 ITEM17 ITEM36 ITEM9 ITEM26

PM SY FI=ADAP.COR

MO NX=14 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY

LK

ADAP

FR TD 12 10 TD 11 8 TD 10 7 TD 10 2 TD 13 4 TD 6 3 TD 8 5 TD 14 5

TD 10 9 TD 11 1 TD 13 2 TD 14 12 TD 3 2 TD 8 3 TD 6 1 TD 3 1 TD 9 1

TD 14 9 TD 12 4 TD 6 4 TD 13 6 TD 9 5 TD 5 2 TD 13 7 TD 13 10 TD

14 11 TD 11 3 TD 11 5 TD 12 11 TD 10 1 TD 2 1 TD 14 7 TD 14 13 TD

14 4 TD 5 4 TD 12 5 TD 12 6

PD

OU SS TV MI

Page 140: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

140

6. Gratitude

UJI VALIDITAS KONSTRUK GRATITUDE

DA NI=16 NO=303 MA=PM

LA

SOA2 SOA11 SOA3 SOA15 SOA6 SOA10 AO1 AO5 AO8 AO14 SA7

SA9 SA12 SA13 SA16 SA4

KM SY FI=GRA.COR

MO NX=16 NK=3 PH=ST TD=SY

LK

SOA AO SA

FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 2 LX 8 2 LX 9 2

LX 10 2 LX 11 3 LX 12 3 LX 13 3 LX 14 3 LX 15 3 LX 16 3

PD

FR TD 14 10 TD 14 12 TD 2 1 TD 13 1 TD 5 4 TD 8 7 TD 15 8 TD 12 5

TD 13 9 TD 12 1 TD 10 6 TD 13 8 TD 13 7 TD 7 1 TD 15 10 TD 11 10

TD 13 6 TD 6 4 TD 5 3 TD 15 14 TD 6 3 TD 7 3 TD 14 3 TD 7 4 TD 9 7

TD 16 9 TD 11 7 TD 10 7 TD 16 7 TD 8 2 TD 10 2 TD 9 5 TD 14 11 TD

16 5

FR TD 3 2 TD 6 5 TD 12 6 TD 9 4 TD 12 4

OU SS TV MI AD=OFF

L

A

M

Page 141: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

141

LAMPIRAN 4

Output Deskriptif dan Hasil Uji Regresi

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

SWB 303 13.41 71.49 50.0000 9.33603

INTER 303 25.27 65.07 50.0000 8.73341

INTRA 303 22.93 75.10 50.0000 8.83436

ADAP 303 25.52 70.09 50.0000 9.13737

AO 303 31.84 63.38 50.0000 8.34641

SA 303 19.86 60.47 50.0000 9.00282

STM 303 22.53 75.54 50.0000 8.24575

SOA 303 24.00 70.03 50.0000 8.09836

PENDAPATAN 303 1.00 5.00 2.5479 1.12623

Valid N (listwise) 303

Model Summary

Model R

R

Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Change Statistics

R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F

Change

1 .605a .366 .348 7.53616 .366 21.185 8 294 .000

a. Predictors: (Constant), PENDAPATAN, STM, AO, SOA, INTRA, INTER,

ADAP, SA

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 9625.379 8 1203.172 21.185 .000a

Residual 16697.360 294 56.794

Total 26322.739 302

a. Predictors: (Constant), PENDAPATAN, STM, AO, SOA, INTRA, INTER, ADAP, SA

b. Dependent Variable: SWB

Page 142: PENGARUH EMOTIONAL INTELLIGENCE, GRATITUDE DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46080/1/CONITA... · Selanjutnya terdapat 2 variabel yang nilai koefisien regresinya

142

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 8.109 3.825 2.120 .035

Interpersonal .115 .085 .107 1.355 .176

Intrapersonal .100 .081 .094 1.228 .220

Adaptability .006 .078 .006 .083 .934

Appreciation_for_Others -.123 .073 -.110 -1.680 .094

Simple_Appreciation -.022 .081 -.021 -.271 .787

Stress_Management .297 .061 .262 4.864 .000

Sense_of_abundance .432 .068 .375 6.389 .000

Pendapatan .644 .394 .078 1.635 .103

a. Dependent Variable: SWB

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Change Statistics

R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F

Change

1 .348a .121 .118 8.76731 .121 41.451 1 301 .000

2 .398b .158 .153 8.59448 .037 13.228 1 300 .000

3 .407c .165 .157 8.57213 .007 2.567 1 299 .110

4 .515d .265 .255 8.05570 .100 40.565 1 298 .000

5 .516e .266 .253 8.06699 .001 .166 1 297 .684

6 .517f .267 .252 8.07266 .001 .583 1 296 .446

7 .600g .360 .345 7.55751 .093 42.728 1 295 .000

8 .605h .366 .348 7.53616 .006 2.673 1 294 .103

a. Predictors: (Constant), INTER

b. Predictors: (Constant), INTER, INTRA

c. Predictors: (Constant), INTER, INTRA, ADAP

d. Predictors: (Constant), INTER, INTRA, ADAP, STM

e. Predictors: (Constant), INTER, INTRA, ADAP, STM, SA

f. Predictors: (Constant), INTER, INTRA, ADAP, STM, SA, AO

g. Predictors: (Constant), INTER, INTRA, ADAP, STM, SA, AO, SOA