pengaruh efikasi diri, pola asuh, dan kelekatan...
TRANSCRIPT
PENGARUH EFIKASI DIRI, POLA ASUH, DAN KELEKATAN
TERHADAP KESULITAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
KARIR SISWA SMA NEGERI 29 JAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
Ulfa Hannani
NIM : 1111070000033
Oleh :
Dini Rizky Fadhilah
NIM : 1111070000053
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2015
ii
PENGARUH EFIKASI DIRI, POLA ASUH, DAN KELEKATAN
TERHADAP KESULITAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
KARIR SISWA SMA NEGERI 29 JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
Dini Rizky Fadhilah
NIM: 1111070000053
Pembimbing
Solicha, M.Si
NIP. 19720415 199903 2 001
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2015 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “PENGARUH EFIKASI DIRI, POLA ASUH, DAN
KELEKATAN TERHADAP KESULITAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
KARIR SISWA SMA NEGERI 29 JAKARTA” telah diujikan dalam sidang
munaqosah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta pada tanggal 7 Desember 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi.
Jakarta, 7 Desember 2015
Sidang Munaqasyah
Dekan/ Wakil Dekan/
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si Dr. Abdul Rahman Shaleh,M.Si
NIP. 19680614 199704 1 001 NIP. 19720823 199903 1 002
Anggota
Neneng T.Sumiati, M.Si, Psikolog Suta Haryanthi,M.Psi, T., Psikolog
NIP.19730328 200003 2 003 NIP. 19771209 200912 2 002
Solicha, M.Si
NIP. 19720415 199903 2 001
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Dini Rizky Fadhilah
NIM : 1111070000053
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENGARUH EFIKASI
DIRI,POLA ASUH, DAN KELEKATAN TERHADAP KESULITAN
PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR SISWA SMA NEGERI 29 JAKARTA”
adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat
dalam penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini
telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia melakukan
proses yang semestinya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku jika
ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat dari karya orang
lain.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.
v
MOTTO
“Karena sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan” (Al-quran, surat Al Insyiraah 5 – 8)
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini untuk kedua orang
tua dan sahabat-sahabatku tercinta.
vi
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) Desember 2015
C) Dini Rizky Fadhilah
D) Pengaruh efikasi diri, pola asuh, dan kelekatan terhadap kesulitan
pengambilan keputusan karir SMA Negeri 29 Jakarta
E) XIV + 101 Halaman+ Lampiran
F) Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh efikasi diri, pola asuh,
dan kelekatan terhadap kesulitan pengambilan keputusan karir siswa SMA
Negeri 29 Jakarta.
Subjek pada penelitian ini berjumlah 223 siswa dan siswi SMA
Negeri 29 Jakarta diambil dengan teknik total sampling. CFA
(Confirmatory Factor Analysis) digunakan untuk menguji validitas alat
ukur dan Multiple Regression Analysis digunakan untuk menguji hipotesis
penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh secara
bersama-sama dari pengaruh efikasi diri, pola asuh, dan kelekatan terhadap
kesulitan pengambilan keputusan karir siswa SMA Negeri 29 Jakarta.
Hasil uji hipotesis minor menunjukkan bahwa efikasi diri, pola asuh
(authoritaran), pola asuh (permisif) dan kelekatan ibu terhadap kesulitan
pengambilan keputusan karir siswa SMA Negeri 29 Jakarta. Hasil
penelitian juga menunjukkan proporsi varians dari kesulitan pengambilan
keputusan karir yang dijelaskan oleh seluruh variabel independen adalah
19,6%, sedangkan 80,4% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar
penelitian ini. Dari delapan IV, terdapat empat IV yang berpengaruh
secara signifikan terhadap kesulitan pengambilan keputusan karir, yaitu
efikasi diri, pola asuh (authoritarian). Pola asuh (permisif), dan kelekatan
ibu.
G) Bahan bacaan:44 jurnal, 6 buku, 3 artikel, 4 skripsi, 1 bahan ajar
perkuliahan, 1 sumber internet
vii
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) December 2015
C) Dini Rizky Fadhilah
D) The influence of self efficacy, parenting style, and attachment to career
decision making difficulties in students of 29 senior high school, Jakarta.
E) XIV + 101 pages + appendix
F) This study was conducted to determine the significance of the influence of
self efficacy, parenting style, and attachment to career decision making
difficulties in students of 29 senior high school, Jakarta.
The subject in this research are 223 students of SMA Negeri 29
Jakarta who taken with total sampling. CFA (Confirmatory Factor
Analysis) was used to test the validity of instrument and Multiple
Regression Analysis was used to test the research hypothesis.
The result showed that there is an effect of self efficacy, parenting
style, and attachment to career decision making difficulties in students of
29 senior high school, Jakarta. Minor hypothesis test result indicated that
self efficacy, parenting style (authoritarian). Parenting style (permissive),
and mother attachment have a significant effect on career decisioon
making difficulties. The result also showed the proportion of the variance
of career decision making difficulties described by all independent
variables was 19,6%, while 80,4% was influenced by other variables
outside of this research. To the dependent variable (DV). From the eight
IV, there are four IV which significantly career decision making
difficulties, i.e. self efficaci, parenting style (authoritarian), parenting style
(permissive) and mother attachment.
G) Reference: 44 Journal , 6 books ,3 article , 4 thesis, 1 lectures teaching
material, 1 web internet
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin. Rasa syukur yang luar biasa peneliti panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya setiap
saat, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh
efikasi diri, pola asuh, dan kelekatan terhadap kesulitan pengambilan
keputusan karir siswa SMA Negeri 29 Jakarta” Shalawat serta salam tak lupa
pula peneliti hanturkan kepada Nabi Muhammad SAW, atas segala perjuangannya
sehingga kita dapat merasakan indahnya hidup di bawah naungan Islam. Penulis
menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak dapat terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah peneliti untuk mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si., Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, beserta seluruh wakil dekan dan jajaran dekanat
lainnya yang telah memfasilitasi pendidikan mahasiswa dalam rangka
menciptakan lulusan berkualitas.
2. Ibu Solicha M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi dengan kesabaran dan
kesungguhan telah memberikan banyak saran dan kritik kepada peneliti
selama masa penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas waktu yang
berharga untuk membimbing dan memberikan masukan kepada peneliti.
3. Ibu Nia Tresniasari M.Si., selaku dosen pembimbing akademik. Terima
kasih atas bimbingan, masukan serta ilmu yang bermanfaat yang telah
diberikan kepada peneliti selama menjalani perkuliahan ini.
4. Kepada kedua penguji sidang munaqasyah Ibu Luh Putu Suta
Haryanthi,M.Psi, T., Psikolog dan Ibu Neneng T.Sumiati, M.Si, Psikolog
yang telah memberikan arahan dan masukan selama sidang hasil dan
munaqasyah.
5. Drs. Sugiatno selaku Wakli Kepala Sekolah SMA Negeri 29 Jakarta
bidang kurikulum, yang telah memberikan izin dan kemudahan kepada
peneliti untuk melakukan penelitian di SMA Negeri 29 Jakarta.
ix
6. Kepada seluruh siswa dan siswi kelas 3 SMA Negeri 29 Jakarta, yang
telah menjadi responden dalam penelitian ini. Terima kasih karena
meluangkan waktunya untuk menjadi responden penelitian ini. Semoga
kebaikan kalian dibalas oleh Allah SWT. Amin.
7. Orang tua dan kedua kakak peneliti, Bapak Djunaedi Zakaria dan Ibu
Rachmawati, adik-adik, dan keluarga besar peneliti yang selalu
memberikan doa, kasih sayang, pengertian, perhatian, dan dukungan baik
moril maupun materil.
8. Seluruh dosen dan staf Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah mendidik, memberikan ilmu pengetahuan dengan penuh
kesabaran dan keikhlasan serta membantu dalam pelayanan administrasi
dan lain-lain. Semoga Allah SWT memberikan pahala yang berlipat ganda
atas ilmu yang diberikan.
9. Untuk teman-teman peneliti yang membantu selama mengerjakan
penelitian Siescha, Tiara Haeni, Ningrum, Intan SHA, Firdaus Amri, Dila,
Muhammad Iqbal, Afni Indira, dan GG.
10. Keluarga kelas B 2011 yang memberikan bantuan, dukungan, canda dan
tawa selama peneliti mengerjakan penelitian ini dan terimakasih untuk
empat tahun yang berharga.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
berkontribusi dalam penelitian ini. Pencapaian ini tidak akan terwujud
tanpa bantuan dari kalian semua.
Peneliti menyadari bahwa segala bentuk kekurangan yang disengaja maupun
tidak disengaja akan menjadi bahan perbaikan untuk menjadi lebih baik. Peneliti
berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada setiap
pembaca.
Jakarta, 7 Desember 2015
Peneliti
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................................... iii
MOTTO ....................................................................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................................... v
ABSTRACT ................................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR .................................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................ 1-19
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ........................................... 16
1.2.1 Pembatasan masalah .......................................................................... 16
1.2.2 Perumusan masalah ........................................................................... 17
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 18
1.4 Tujuan penelitian ......................................................................................... 18
1.5 Manfaat penelitian ....................................................................................... 19
BAB 2 LANDASAN TEORI ...................................................................................... 20-44
2.1 Kesulitan Pengambilan Keputusan Karir .................................................... 20
2.1.1 pengambilan keputusan karir ............................................................. 20
2.1.2 Dimensi kesulitan pengambilan keputusan karir ............................... 22
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan pengambilan
keputusan karir .................................................................................. 25
2.1.4 Pengukuran pengambilan keputusan karir ......................................... 26
2.2 Efikasi Diri ................................................................................................. 28
2.2.1 Pengertian efikasi ............................................................................... 28
2.2.2 Dimensi efikasi .................................................................................. 29
2.2.3 Pengukuran efikasi diri ...................................................................... 30
2.3 Pola Asuh Orang Tua .................................................................................. 31
2.3.1 Pengertian pola asuh orang tua .......................................................... 31
2.3.2 Dimensi pola asuh orang tua .............................................................. 32
2.3.3 Pengukuran pola asuh orang tua ........................................................ 34
2.4 Kelekatan ..................................................................................................... 35
2.4.1 Pengertian kelekatan .......................................................................... 35
2.4.2 Dimensi kelekatan ............................................................................. 36
2.4.3 Pengukuran kelekatan ....................................................................... 38
2.5 Kerangka Berpikir ....................................................................................... 39
2.6 Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 44
BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................................ 45-71
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel .................................. 45
x
3.1.1 Populasi dan Sampel .......................................................................... 45
3.1.2 Karakteristik sampel .......................................................................... 45
3.1.3 Teknik pengambilan sampel .............................................................. 46
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel .............................. 46
3.2.1 Identifikasi variabel .......................................................................... 46
3.2.2 Definisi Operasional Variabel ........................................................... 46
3.3 Alat Ukur Pengumpulan Data ..................................................................... 49
3.3.1 Skala kesulitan pengambilan keputusan karir .................................... 50
3.3.2 Skala efikasi diri ................................................................................ 51
3.3.3 Skala pola asuh orang tua .................................................................. 52
3.3.4 Skala kelekatan .................................................................................. 53
3.4 Prosedur Pengujian Alat Ukur ................................................................... 54
3.4.1 Pengujian validitas konstruk ............................................................. 54
3.4.2 Uji validitas skala kesulitan pengambilan keputusan karir ................ 56
3.4.3 Uji validitas skala efikasi diri ............................................................ 58
3.4.4 Uji validitas pola asuh (authoritarian) .............................................. 59
3.4.5 Uji validitas pola asuh (otoritatif) ...................................................... 61
3.4.6 Uji validitas pola asuh (permisif) ..................................................... 62
3.4.7 Uji validitas kelekatan ayah .............................................................. 63
3.4.8 Uji validitas kelekatan ibu ................................................................ 64
3.4.9 Uji validitas teman sebaya ................................................................ 66
3.5 Metode Analisis Data ................................................................................. 67
3.6 Prosedur Penelitian ...................................................................................... 70
BAB 4 HASIL PENELITIAN ................................................................................... 72-83
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian .......................................................... 72
4.2 Hasil Analisis Deskripsi ............................................................................. 72
4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian........................................................ 74
4.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian .................................................................... 76
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN .................................................. 84-94
5.1 Kesimpulan................................................................................................. 84
5.2 Diskusi ........................................................................................................ 85
5.3 Saran .......................................................................................................... 91
5.3.1 Saran teoritis ..................................................................................... 91
5.3.2 Saran praktis ..................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 95-99
LAMPIRAN ................................................................................................................ 100-134
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel Nilai Skor ................................................................................ 51
Tabel 3.2 Blue Print Skala Kesulitan Pengambilan Keputusan Karir .............. 52
Tabel 3.3 Blue Print Skala Efikasi Diri ............................................................ 53
Tabel 3.4 Blue Print Skala Pola Asuh .............................................................. 54
Tabel 3.5 Blue Print Skala Kelekatan .............................................................. 55
Tabel 3.6 Muatan Faktor Kesulitan Pengambilan Keputusan Karir ................ 59
Tabel 3.7 Muatan Faktor Efikasi Diri .............................................................. 61
Tabel 3.8 Muatan Faktor Pola Asuh (authoritarian) ......................................... 62
Tabel 3.9 Muatan Faktor Pola Asuh (otoritatif) ............................................... 63
Tabel 3.10 Muatan Faktor Pola Asuh (permisif) ................................................ 65
Tabel 3.11 Muatan Faktor Kelekatan Ayah ........................................................ 66
Tabel 3.12 Muatan Faktor Kelekatan Ibu ........................................................... 67
Tabel 3.13 Muatan Faktor Kelekatan Teman Sebaya ......................................... 69
Tabel 4.1 Gambaran Umum Responden .......................................................... 74
Tabel 4.2 Skor Variabel Penelitian ................................................................... 75
Tabel 4.3 Kategorisasi Skor Peneltian ............................................................. 76
Tabel 4.4 Tabel R Square ................................................................................. 78
Tabel 4.5 Tabel Anova ...................................................................................... 79
Tabel 4.6 Tabel Koefisien Regresi ................................................................... 80
Tabel 4.7 Proporsi Varians untuk Masing-masing Variabel Independen ........ 83
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Taxonomy Kesulitan Pengambilan Keputusan Karir ...................... 22
Gambar 2.2 Kerangka Berfikir ........................................................................... 43
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran kuesioner .......................................................................................... 100
2. Lampiran syntax dan path diagram .................................................................. 110
3. Lampiran output regresi ................................................................................... 130
4. Lampiran email ................................................................................................ 132
4. Lampiran surat-surat ........................................................................................ 135
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam bab satu ini akan dibahas beberapa hal yaitu, latar belakang masalah,
identifikasi masalah, tujuan dan manfaat penelitian, pembatasan masalah, dan
sistematika penulisan.
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari, seorang individu selalu dihadapkan pada banyak
pilihan dan diharuskan untuk menentukan sikap dan pilihannya. Maka dari itu,
idealnya seseorang harus memiliki kemampuan pengambilan keputusan yang
tepat dan cepat, karena pada dasarnya keputusan yang diambil oleh seorang
individu akan menentukan arah hidup dan masa depannya.
Seperti yang diungkapkan oleh Santrock (2007), sebagai individu yang
sedang menuju ke periode dewasa, siswa memiliki sejumlah tugas perkembangan,
yang salah satunya adalah mempersiapkan karir atau pekerjaan untuk masa
depannya. Oleh karena itu sebagai individu yang menjelang dewasa diharapkan
dapat memikirkan masa depannya dengan matang dan sungguh-sungguh. Menurut
Ginzberg bahwa pilihan karir siswa tersebut masuk ke dalam tahap tentatif yaitu
usia (11-18 tahun) dimana masa anak bersekolah di SMP dan SMA (dalam
Zunker 1990).
Studi tentang pengambilan keputusan karir dapat dilihat dari berbagai
pendekatan. Salah satu pendekatan menjelaskan pengambilan keputusan karir
2
dilihat dari style atau gaya pengambilan keputusan karir (Harren, 1976). Gaya
pengambilan keputusan karir ini melihat dan menggambarkan cara individu
mengumpulkan, memahami, dan memproses informasi dari seluruh proses
pengambilan keputusan karir (Harren, 1976) yang dibagi menjadi tiga yaitu
rational, intuitive dan independent. Pendekatan lain melihat pengambilan
keputusan karir dari profile individu (Gati, 2009). Individu akan berbeda
karakteristiknya ketika mereka membuat keputusan karir, yang terlihat dalam
sebuah profil pengambilan keputusan karir. Selanjutnya pendekatan lain lagi,
dilihat dari kesulitan individu dalam pengambilan keputusan karir (Gati, Krausz &
Osipow, 1996). Menurut Gati et al. (1996) siswa seringkali mengalami kesulitan
ketika akan memutuskan ataupun selama pengambilan keputusan karir itu
berlangsung.
Penelitian Julien (1999) menemukan bahwa remaja yang menjadi sampel
dalam penelitiannya mengatakan 40% tidak tahu harus pergi kemana untuk
meminta bantuan yang berhubungan dengan pengambilan keputusan (dalam Sovet
& Metz,2014). Albion dan Fogarty (2002) menemukan bahwa lebih dari 70%
dari siswa SMA mengatakan "agak" sampai "sangat ragu-ragu" mengenai pilihan
karir mereka.
Selain berdasarkan fenomena penelitian diatas, Direktur Jenderal
Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan juga memberikan
sebuah pernyataan melalui surat kabar, beliau mengatakan bahwa kontribusi
jumlah angka pengangguran pada lulusan tingkat SMA lebih tinggi dibandingkan
lulusan pada jenjang pendidikan lainnya dengan persentase 13,44%. Menurutnya,
3
besarnya angka pengangguran yang dihasilkan SMA itu sebagai akibat dari tidak
maksimalnya kompetensi yang dimiliki siswa lulusan SMA untuk memasuki
dunia kerja. (http://repository.upi.edu/)
Koumoundourou dan Kassotakis (2007) menemukan sistem pendidikan di
Yunani sudah memberikan banyak dukungan untuk para siswanya, tetapi masih
banyak siswa yang menghadapi berbagai kesulitan pengambilan keputusan karir,
baik yang berasal dari sifat individu itu sendiri, seperti kurangnya persiapan
pengambilan keputusan karir, kekurangan mengenal diri, dan informasi karirnya.
Voutyra juga mengatakan adanya faktor relasional, seperti rendahnya kualitas
hubungan orang tua dengan remaja yang menjadikan remaja sulit dalam
mengambil keputusan karir (dalam Koumoundourou,Tsaousis, & Kounenou,
2011).
Terdapat beberapa remaja mengambil keputusan relatif dengan lebih
mudah, namun sebenarnya masih banyak remaja lain mengalami kesulitan
sebelum atau selama proses pengambilan keputusan. Kesulitan-kesulitan ini dapat
menyebabkan mereka untuk mencoba mengalihkan tanggung jawab untuk
membuat keputusan pada orang lain atau menunda dan bahkan menghindari
membuat keputusan tersebut. Hal ini pada akhirnya dapat menyebabkan kurang
optimal keputusan siswa tersebut. Selain itu, cara para siswa menangani
keputusan ini memiliki efek pada keputusan karir masa depan mereka (Gati &
Saka, 2001).
Friedman menemukan pengambilan keputusan pada remaja Israel (kelas 9
dan kelas 12) sangat memprihatinkan dan menemukan bahwa 43% masalah
4
tersebut kebanyakan melibatkan pemilihan karir dan pendidikan pada remaja.
Begitu juga di dunia pendidikan, dan sebesar 48% masalah yang paling serius
untuk remaja adalah dalam memilih SMA, mata kuliah dan pemilihan jurusan
untuk perguruan tinggi (dalam Gati & Saka,2001). Padahal idealnya sudah bisa
untuk mengambil keputusan pemilihan karir merupakan salah satu keputusan
penting yang siswa harus lakukan selama rentang hidupnya khususnya bagi
remaja (Hussain & Rafique, 2013).
Lebih lanjut dalam tahapan perkembangan karir yang diungkapkan oleh
Super dan Hall (1978) remaja masuk ke dalam tahap eksploratory atau eksplorasi
yang merupakan masa transisi dari sekolah ke dunia kerja ( school to work
transition) dimana remaja merasa memilih pekerjaan dan karir sebagai aspek
penting untuk kehidupannya dan mulai mengidentifikasi minat yang menarik
perhatiannya serta kemampuannya.
Selain berdasarkan fenomena sulitnya siswa dalam pengambilan
keputusan di atas, peneliti juga melakukan wawancara dengan murid SMA Negeri
29 Jakarta tanggal 19 Februari 2015 yang bertempat di depan sekolah tersebut.
Dari hasil tujuh wawancara yang dilakukan lima diantara siswa mengalami
kesulitan pengambilan keputusan karir tersebut. Adapun hasil wawancara tersebut
adalah sebagai berikut :
Menurut M.Z siswa SMA Negeri 29 Jakarta mengatakan bahwa dia sudah
menentukan pilihan jurusan yang akan ia ambil, tetapi masih bingung dan sulit
karena pilihan jurusan yang ia mau dengan hasil psikotes yang dilakukan di
5
sekolah berbeda, sehingga sulit untuk ia menentukan yang mana. Siswa lain, A.F
mengatakan bahwa dia belum menentukan jurusan yang akan diambil, karena
pilihan jurusan yang ia inginkan dengan pilihan orang tuanya berbeda sehingga
sulit baginya untuk menentukan pilihannya. Menurut I.M, ia belum menentukan
jurusan yang sesuai, ia mengatakan jurusan tidak terlalu dipikirkan dan apa saja
akan ia terima asalkan dirinya diterima dalam perguruan tinggi negeri favoritnya.
Selanjutnya K.L, mengatakan bahwa ia kesulitan dalam memlih jurusannya
karena ia memiliki pilihan jurusan lebih dari satu. G.H, mengatakan bahwa dia
kesulitan dalam memilih karirnya karena dia belum tahu akan melanjutkan kuliah
ataupun ingin bekerja. (Wawancara pribadi, 19 Februari, 2015).
Selain itu peneliti juga mewawancarai guru BK yang pernah mengajar di
sekolah tersebut pada tanggal 19 November 2015 di kediamannya. Adapun hasil
wawancara tersebut adalah sebagai berikut :
Menurut YN sebagai guru BK yang pernah bekerja di sekolah tersebut
mengatakan bahwa sekitar tahun 2007 sampai dengan 2010 hanya sekitar kurang
dari 20 % persen siswa yang diterima di universitas negeri baik di jakarta
maupun di luar jakarta, hal itu menurutnya dikarenakan kurangnya sosialisasi dan
sistem yang kurang matang, sistem penekanan pada pendalaman materi bidang
mata pelajaran tanpa dengan tes kemampuan akademiknya, padalah menurutnya
guru BK sudah memiliki jam tersendiri tetapi siswa tidak terlalu banyak dan
enggan yang mendatangi ruang BK untuk masalah karirnya. Dan sekitaran tahun
2011 sampai beliau keluar tahun 2015 awal ini mengatakan ada peningkatan
jumlah siswa yang memasuki perguruan tinggi negeri naik sekitar 30-35 %
6
walaupun tidak terlalu signifikan, hal ini dikarenakan pergantian berbagai
kebijakan dengan mendata siswa yang mengalami kesulitan dalam menentukan
karirnya untuk ditangani lebih lanjut dengan anggota BK, serta diberikannya
program Career Day di setiap tahun dengan mendatangkan alumni dari berbagai
perguruan tinggi negeri untuk memotivasi siswa dan memberikan gambaran karir
dan kehidupan kampus. Program Career Day yang dilaksanakan di SMAN 29
Jakarta memberikan dampak yang positif terhadap kesulitan pengambilan
keputusan karir yang dialami siswa. Program Career Day diadakan satu hari
penuh untuk memfasilitasi siswa kelas tiga yang sudah maupun belum
menentukan karir kedepannya. Terbukti dari tahun ketahun mengalami kenaikan
dengan siwa yang memasuki Perguruan Tinggi Negeri. Hal ini dikarenakan
program tersebut memiliki beberapa susunan acara yang mendukung, seperti
dengan memberikan presentasi dari setiap universitas (negeri dan swasta),
memberikan tanya jawab dan setiap universitas juga membuka stand dengan
dekorasi yang menarik. Dengan program tersebut sekolah berharap akan
membantu siswa mengenal dunia perkuliahan dan dapat menentukan karir
kedepannya.
Fakta yang terjadi di lapangan ini menjadi masalah yang menarik untuk
peneliti teliti, karena seharusnya siswa yang masuk dalam masa remaja akhir ini,
dalam tahapan perkembangan karir sudah harus mulai mengambil keputusan
untuk karir kedepannya, yang dimulai dengan pemilihan jurusan. Tetapi yang
terlihat di lapangan banyak siswa dan siswi yang masih merasa kesulitan dan
belum bisa mengambil keputusan karirnya dengan baik.
7
Berdasarkan fenomena diatas muncul sebuah pertanyaan. Mengapa banyak
siswa SMA yang masih mengalami kesulitan dalam memutuskan karirnya?
Padahal idealnya pada usia remaja mereka sudah harus mengambil keputusan
karirnya. Setiap individu memiliki karakteristik respon yang berbeda dalam
pengambilan keputusan, begitu juga dengan bagaimana individu tersebut
mengambil keputusan di dalam karirnya.
Kesulitaan - kesulitan yang dialami individu oleh Gati dan kawan-kawan
kemudian di kembangkan dalam sebuah taksonomi kesulitan dalam pembuatan
keputusan karir (Gati Krausz & Osipow, 1996). Taksonomi ini di dasarkan pada
teori pengambilan keputusan, yang memainkan peran penting dalam memahami
adanya kesulitan pengambilan keputusan karir. Taksonomi tersebut di dasarkan
pada penyimpangan yang terjadi dari model "pengambil keputusan karir yang
ideal." Pembuat keputusan karir yang ideal dapat didefinisikan sebagai individu
yang menyadari kebutuhannya dalam membuat keputusan karir, bersedia untuk
membuat keputusan seperti itu, dan mampu membuat keputusan yang "benar"
(yaitu sebuah keputusan yang didasarkan pada proses yang tepat dan sesuai
dengan tujuan individu dan sumber daya tersebut). Menurut Gati, et al. (1996)
setiap penyimpangan dari model pengambil keputusan karir yang ideal dianggap
sebagai sebuah potensi yang akan memunculkan kesulitan yang dapat
mempengaruhi proses pengambilan keputusan individu dalam salah satu dari dua
cara yaitu: (a) dengan mencegah individu dari membuat keputusan karir yang
salah atau (b) dengan mengarahkan untuk membuat keputusan karir yang optimal
(Gati, et al, 1996).
8
Gati, et al. (1996) mendefinisikan kesulitan dalam pengambilan keputusan
karir kesulitan yang dapat menyebabkan kurang optimalnya dari pilihan karir
yang akan dibuat. Ketidak sesuaian ini dapat disebabkan oleh banyak faktor yang
mempengaruhi seseorang sulit menentukan keputusan pilihan karirnya. Kesulitan
para siswa yang nantinya yang akan segera lulus dalam dunia pendidikan dan
terjun ke dunia kerja yang akan digelutinya tentu dapat dihindari apabila memiliki
perencanaan karir yang baik. Menurut Dillard (1985) perencanaan karir yang baik
mencakup pemahaman diri, dapat mencapai kepuasan pribadi, mampu
mempersiapkan diri untuk memperoleh penempatan dan penghasilan yang sesuai,
dan efisiensi usaha dan juga dalam penggunaan waktu. Pemilihan karir yang salah
membuat orang merasa putus asa, frustasi dan menarik diri dalam mencari
identitas yang koheren (Agheli, Abedi, Nilforooshan & Baghdan, 2013).
Dalam sebuah makalah pengarahan diterbitkan pada tahun 1996, Institut
Nasional untuk Pemilik Pendidikan dan Konseling, UK (NICE) melaporkan
bahwa remaja dalam pengambilan keputusan karir dipengaruhi oleh berbagai
faktor dan isu-isu, termasuk orang tua dan kerabat lainnya, teman-teman dan
rekan-kelompok, spesialis karir, guru mata pelajaran, hubungan dengan
pengusaha, pengalaman kerja langsung, dan kepentingan individu dan nilai-nilai.
Selain itu, teman-teman dan rekan-rekan dapat memberikan ide-ide baru dan
memberikan informasi dalam pekerjaan, tapi mereka bisa juga menimbulkan
tekanan untuk menyesuaikan diri ketika membuat pilihan dan anak muda yang
ambivalen tentang pengaruh teman terhadap keputusan karir mereka (NICE
Briefing Paper, 1996). Menurut Kerka (2000), pilihan karir dipengaruhi oleh
9
beberapa faktor termasuk kepribadian, minat, konsep diri, identitas budaya,
globalisasi, sosialisasi, panutan, dukungan sosial dan sumber daya yang tersedia
seperti informasi dan dukungan keuangan.
Secara garis besar pengambilan keputusan karir disebabkan oleh faktor
internal dan eksternal serta faktor demografi. Faktor internal dalam pengambilan
keputusan karir adalah efikasi keputusan karir (Sawitri, 2009), spiritualitas dan
locus of control (Oluwole dan Umar, 2013), efikasi diri dan gender (Morgan &
Ness),trait kepribadian (Di Fabio, Palazzeschi, Peretz & Gati, 2012) dan
kecerdasan emosional (Afzal, Atta & Shujja, 2013). Faktor eksternal yang
mempengaruhi pengambilan keputusan karir adalah perbedaan kultur (Mau,
2000), kelekatan teman sebaya dan orang tua (Nawaz dan Gilani, 2011),
keterlibatan keluarga (Oluwol dan Umar, 2013), pola asuh orang tua
(Onder,Kirdok & Isik, 2010), dan gaya kelekatan (Sawitri, 2009). Sedangkan
faktor demografi yang mempengaruhi pengambilan keputusan karir seperti
sekolah, keluarga, media, teman sebaya (Mudhovozi dan Chireshe, 2012).
Bandura (1977) menyatakan bahwa efikasi diri adalah keyakinan
seseorang tentang kemampuannya untuk berhasil melakukan tugas yang diberikan
atau perilaku dan dianggap mediator utama dalam perilaku dan perubahan
perilaku (dalam Reddan, 2014). Efikasi diri juga salah satu aspek kunci dari
kemajuan dalam pengambilan keputusan karir untuk mengeksplorasi lingkungan
pada remaja (Bandura, 1977). Efikasi diri yang rendah juga berpengaruh terhadap
perubahan perilaku tertentu yang dapat menyebabkan seseorang melakukan
penghindaran dari perilaku pengambilan keputusan karirnya, sedangkan efikasi
10
diri yang tinggi akan berpengaruh lebih dalam menyebabkan individu untuk
mudah melakukan pengambilan keputusan karir tersebut (Reddan, 2014). Selain
itu, efikasi diri pada diri siswa juga bisa bertambah dengan adanya pengetahuan
dan informasi yang cukup dalam sebuah karir tertentu, penelitian yang dilakukan
Radden (2014) menemukan mayoritas siswa yaitu sekitar 87% menyatakan
bahwa mereka menjadi lebih memiliki prngrtahuan dan efikasi diri yang tinggi
saat mereka mengetahui tentang pekerjaan tertentu dengan mendapatkan berbagai
informasi yang ditujukan untuk mengetahui karir tertentu sesuai dengan yang
diinginkannya.
Menurut Taylor dan Betz (1983), efikasi diri dalam pengambilan
keputusan karir adalah aplikasi dari konsep efikasi diri dan kepercayaan diri yang
dibutuhkan untuk membuat keputusan karir. Taylor dan Betz menunjukkan bahwa
siswa dengan tingkat yang rendah dalam pengalaman efikasi dirinya ketika akan
membuat sebuah keputusan karir maka mereka akan kurang percaya diri tentang
pilihan kejuruan dan karirnya, dan tentunya akan sulit mengambil keputusan.
Luzzo menemukan bahwa efikasi diri itu memberikan dampak positif
terhadap sikap remaja untuk pengambilan keputusan karir, lulusan yang memiliki
efikasi diri yang tinggi akan lebih mudah dalam memilih karir yang menantang
baginya (dalam Yinghua Yi, 2014). Prapaskah, Brown, dan Hacket (1994) juga
menjelaskan bahwa efikasi diri secara langsung bertujuan dalam pilihan karir dan
tindakannya itu sendiri, seperti siswa dalam pengambilan keputusan karir. Sejalan
dengan itu, Yinghua Yi, (2014) berdasarkan hasil penelitiannya menemukan
bahwa efikasi diri mempengaruhi secara signifikan dengan pengambilan
11
keputusan karir dengan cara memberikan program karir konseling yang akan
membuat siswa menemukan tujuan karirnya.
Dalam penelitian yang dilakukan Feather (1988) yang mempelajari
pengambilan keputusan karir mahasiswa menemukan bahwa efikasi diri menjadi
masalah dalam proses memilih karir tertentu ketika salah satu pilihan mereka
memerlukan pertimbangan yang lebih cermat (dimana diperlukan banyak
keterampilan dan kemampuan yang diperlukan) dan persiapan dibandingkan yang
lainnya (dalam Brown, 2002). Dengan adanya nilai-nilai dari karir tertentu yang
lebih diprioritaskan individu, menjadi faktor penentu terpenting dari pilihan karir.
Jika individu memprioritaskan nilai-nilai yang ada, maka individu tersebut
merasa tak terbatas untuk bereksplorasi atas dunia karir mereka. Untuk mereka
dapat memenuhi nilai-nilai kebutuhan karir mereka, yaitu nilai-nilai mengenai
informasi tentang pilihan karir yang tersedia, tingkat kesulitan pada pilihan karir
mereka, dan sumber daya yang tersedia cukup untuk mendukung pelaksanaan
pilihan karir yang sesuai. Perbedaan hasil ini yang menjadi alasan bagi peneliti
untuk mengkaji kembali efikasi diri terhadap kesulitan pengambilan keputusan
karir.
Faktor eksternal yang berpengaruh adalah keluarga khususnya orang tua
yaitu pola asuh orang tua atau parenting style. Pola asuh dapat secara langsung
mempengaruhi kemampuan pengambilan keputusan karir anak-anak karena
menuntut gaya yang ditandai dengan kontrol orang tua dan pengambilan
keputusan yang dilakukan secara mandiri (Lease & Dahlbeck, 2009).
Koumoundourou (2011) menyatakan bahwa pengaruh orang tua pada karir
12
dengan melalui peran modeling, keterlibatan nyata dengan bimbingan, keterikatan
dan dukungan emosional, kebersamaan dalam kegiatan, memberikan dorongan
untuk pembentukan pengambilan keputusan karir, dan memberikan informasi
mengenai profesi (dalam Parishani & Nilforooshan, 2014). Fulya, Oguzhan dan
Erkan (2010) menyatakan bahwa keluarga memiliki pengaruh positif dan negatif
terhadap keputusan karir remaja. Pengaruh positifnya seperti memberikan
kepercayaan diri pada remaja untuk memilih karirnya, memberikan informasi
yang dibutuhkan remaja untuk karirnya, negatifnya jika pilihan yang di sarankan
orang tua tidak sesuai dengan kemauan anak, maka anak akan menjadi lebih sulit
dengan orang tua yang terlalu memaksakan kehendaknya. Pengaruh keluarga
tampaknya penting dalam memahami kompleksitas pengembangan dan proses
pengambilan keputusan karir remaja.
Studi Lamborn (1991) menunjukkan hasil yang positif dari pola asuh
orang tua otoritatif, dan dampak negatif dalam pola asuh permisif dalam
pengambilan keputusan karir. Penelitian Trusty (1998) menemukan bahwa pola
asuh orang tua dengan otoritatif memberikan kemampuan pengambilan keputusan
karir dengan memberikan emotional support dan kebebasan pada remaja untuk
bereksplorasi terhadap kemampuan dan pengambilan keputusan karirnya (dalam
Sovet & Metz, 2014). Sedangkan dengan tingkat kontrol yang ekstrim
(authoritarian) dari orang tua kepada remaja terkait dengan kesempatan dan
pengambilan keputusan karir tidak mendorong pencapaian pendidikan lebih lanjut
dan membuat sulit remaja untuk mengambil keputusan karirnya di dunia
pendidikan, tetapi hal tersebut dapat memoderasi dengan memberi masukan dan
13
bimbingan dari orang tua mengenai keputusan karir yang berhubungan positif
dengan prestasi pendidikan anaknya (dalam Lease & Dahlbeck, 2009).
Sovet dan Metz (2014) menemukan bahwa gaya pengasuhan otoritatif
lebih efektif di kalangan remaja Perancis sedangkan pola asuh otoriter lebih
efektif di kalangan remaja Korea. Meskipun kedua anak laki-laki dan perempuan
Korea sama dalam pola asuh, anak laki-laki Perancis memiliki pengambilan
keputusan karir yang lebih baik ketika orang tua mereka memberi mereka
otonomi yang lebih besar dan anak perempuan Perancis ( Sovet & Metz, 2014).
Pomerantz & Wang (2009) mengatakan dalam pendekatan barat, orang tua yang
menggunakan kontrol yang berlebihan pada kehidupan anaknya akan
mengakibatkan tekanan, dan dengan dominasi yang mengakibatkan tekanan
psikologis anak (dalam Sovet & Metz, 2014). Gaya pengasuhan otoritatif
dianggap memberikan manfaat yang lebih besar kepada anak-anak di dunia barat
karena mendorong anak untuk lebih memiliki otonomi dan kebebasan memilih.
Perbedaan hasil penelitian ini menjadi salah satu alasan untuk dilakukan
penelitian kembali pola asuh dan kesulitan pengambilan keputusan karir.
Selain pola asuh orang tua, faktor pengaruh orang tua juga terdapat dalam
gaya kelekatannya terhadap orang tua. Bowlby menyatakan kelekatan umum
didefinisikan sebagai ''ikatan abadi rasa sayang tentang substansial Intensitas''
(dalam Armsden & Greenberg, 1987). Lerner ,Vondracek dan Schulenberg (1986)
menyatakan bahwa pengaruh relasional kelekatan keluarga pada pengembangan
karir, mungkin penting untuk lebih memahami dalam seluk-beluk pengembangan
karir (dalam Roach, 2010). Keluarga, khususnya kelekatan dengan orang tua,
14
dapat memainkan peran utama dalam pemilihan kerja dan aspirasi karir anak-anak
mereka (Roach, 2010).
Gravino berpendapat bahwa siswa yang memiliki kelekatan kuat dengan
orang tua mereka (ayah dan ibu) akan lebih mudah mengalami perkembangan ke
arah selanjutnya, dimana mereka lebih bertanggung jawab dari pada siswa yang
tidak memiliki sifat ini akan lebih bergantung dengan melibatkan orang lain
dalam pengambilan keputusan karir (dalam Agheli, Abedi, Nilforooshan,
&Baghba, 2013).
Individu yang mempunyai hubungan baik dan kelekatan dengan orang tua
mereka akan menjadi mandiri dan terlibat dalam berbagai kegiatan pengambilan
keputusan yang mandiri akan mengembangkan tingkat kepercayaan yang
signifikan dalam membuat keputusan yang berhubungan dengan karir (Obrein,
1996). Kesesuaian pilihan karir (sesuai antara kepentingan individu dan
lingkungan) dan realisme pilihan karir (antara kemampuan individu dan bakat
dalam mengenai pekerjaan) bisa berhubungan dengan ketersediannya dukungan
dan dorongan orang tua, dengan pilihan karir yang sehat yang ditandai dengan
kelekatan kepada kedua orang tua dan dukungan untuk individuasi (Obrein,
1996).
Para peneliti sebelumnya telah secara empiris meneliti efek tentang
hubungan kelekatan dengan berbagai aspek pengembangan karir dan pengambilan
keputusan (misalnya: Blustein,1991; Tokar, 2003; O'Brien, 2000; Wolfe & Betz,
2004). Blustein (1991) dalam penelitian mereka menemukan bahwa kelekatan
remaja dengan teman seusianya memberikan dampak yang signifikan dan
15
berhubungan dengan komitmen yang lebih besar untuk pilihan karir di kalangan
mahasiswa, mereka lebih mudah menjalin komunikasi, bertukar fikiran, dan
berdiskusi mengenai karir yang sedang menjadi populer dikalangannya. O'Brien
(2000) melaporkan hampir terdapat hasil yang sama, kelekatan dengan ibu dan
independensi dari orang tua menyebabkan kemajuan yang lebih besar dalam
melaksanakan tugas pengambilan keputusan karir di antara para pelajar
perempuan. Hasil penelitian Felsman dan Blustein (1999) juga menunjukkan
bahwa keterikatan yang lebih besar dengan ibu mengarah ke kemajuan yang lebih
dalam untuk siswa berkomitmen dengan pilihan karir (dalam Kadir,Noah
&Hassan,2013). Ketterson dan Blustein (1997) mencatat bahwa kelekatan kepada
orang tua dikaitkan dengan besar tingkat eksplorasi yang berhubungan dengan
karir (dalam Lease & Dahlbeck, 2009).
Sebuah hasil penelitian lain oleh Wolfe dan Betz (2004) menunjukkan
bahwa memperoleh kelekatan dari orang tua dapat berhubungan negatif dengan
kekhawatiran akan komitmen di kalangan mahasiswa dalam mengambil
keputusan karir. Sedangkan penelitian yang dilakukan Wilson (2000) melaporkan
hubungan yang tidak signifikan antara kelekatan orangtua dan keraguan
keputusan karir mahasiswa.
Tokar dan rekan-rekannya (2003) meneliti gaya kelekatan dari pandangan
yang lebih luas. Studi mereka menunjukkan bahwa gaya kelekatan dewasa, yang
dipengaruhi oleh gaya kelekatan masa kanak-kanak, dikaitkan dengan tingkat
yang lebih rendah mengenai keraguan keputusan karir di kalangan mahasiswa
(dalam Kadir, Noah & Hassan,2013).
16
Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat pengambilan keputusan karir
individu dilihat dari faktor-faktor yang dipengaruhi dalam individu selama
pengambilan keputusan karir tersebut. Hal ini karena fenomena yang peneliti
temukan di lapangan dan berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya
menunjukkan siswa mengalami kesulitan dalam pengambilan keputusan karir.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka penulis
menganggap perlu adanya penelitian lagi terkait hal tersebut. Oleh karena itu,
untuk merealisasikan hal tersebut peneliti melakukan penelitian dengan judul :
“Pengaruh efikasi diri, pola asuh dan kelekatan terhadap kesulitan pengambilan
keputusan karir siswa SMA Negeri 29 Jakarta.
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan masalah
Untuk menghindari kesimpangsiuran dan kesalahan persepsi serta lebih
terarahnya pembahasan, maka penulis membatasi masalah kesulitan pengambilan
keputusan karir, yang dipengaruhi efikasi diri, pola asuh dan kelekatan. Adapun
pengertian konsep yang digunakan sebagai berikut :
1. Kesulitan pengambilan keputusan karir dalam penelitian ini adalah
kurangnya optimal dari pilihan karir individu yang dapat menyebabkan
kesulitan dalam pemilihan karir, yang meliputi lack of readiness, lack of
information dan inconsistent information (Gati, et al, 1996).
2. Efikasi diri dalam penelitian ini adalah efikasi diri pengambilan keputusan
karir yaitu keyakinan diri akan kemampuan untuk melakukan pemilihan
17
karirnya, yang meliputi accurate self appraisal, gathering occupational
information, goal selection, making plans for the future, danproblem
solving.
3. Pola asuh dalam penelitian ini adalah sebuah aktivitas kompleks yang
dilakukan orang tua yang di dalamnya terdapat beberapa perilaku spesifik
yang dilakukan secara individu maupun bersama-sama yang bertujuan
untuk mempengaruhi perilaku anak (Baumrind,1991) mencakup tiga aspek
yaitu authoritarian, otoritatif, dan permisif.
4. Kelekatan disini menjelaskan kelekatan sebagai ikatan emosional yang
kuat yang bertujuan untuk mengikat satu orang ke orang lain dan ditandai
kecenderungan untuk mencari dan mempertahankan kedekatan tersebut,
baik secara fisik dan emosional dengan nilai tertentu yang memiliki ikatan
perkembangan (Bowlby, 1982) dan dibagi menjadi tiga jenis yaitu
kelekatan ibu, kelekatan ayah dan kelekatan teman sebaya .
5. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas tiga SMAN 29 Jakarta.
1.2.2 Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka perumusan
masalah yang akan disusun sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh efikasi diri, pola asuh dan kelekatan serta dimensi-
dimensinya terhadap kesulitan pengambilan keputusan karir?
2. Seberapa besar sumbangan kesulitan pengambilan keputusan karir yang
dapat diprediksi oleh variabel efikasi diri, pola asuh dan kelekatan serta
18
dimensi-dimensinya secara bersama-sama?
3. Apakah terdapat pengaruh efikasi diri terhadap kesulitan pengambilan
keputusan karir?
4. Apakah terdapat pengaruh pola asuh (authoritarian) terhadap kesulitan
pengambilan keputusan karir?
5. Apakah terdapat pengaruh pola ash (permissive) terhadap kesulitan
pengambilan keputusan karir?
6. Apakah terdapat pengaurh pola asuh (authoritative) terhadap kesulitan
pengambilan keputusan karir?
7. Apakah terdapat pengaruh kelekatan ayah terhadap kesulitan pengambilan
keputusan karir?
8. Apakah terdapat pengaruh kelekatan ibu terhadap kesulitan pengambilan
keputusan karir?
9. Apakah terdapat pengaruh kelekatan teman sebaya terhadap kesulitan
pengambilan keputusan karir?
10. Apakah variabel yang paling berpengaruh terhadap kesulitan keputusan
pengambilan karir?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut : Untuk mengetahui pengaruh efikasi
diri, pola asuh, dan kelekatan orang tua terhadap kesulitan pengambilan keputusan
19
karir serta mengetahui pengaruh masing–masing variabel dalam kesulitan
pengambilan keputusan karir.
1.3.2 Manfaat penelitian
Adapun manfaat teoritis dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kesulitan pengambilan keputusan karir pada siswa.
1. Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang kesulitan pengambilan
keputusan pada remaja khususnya bagi siswa SMA dan ornag tua.
Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah :
1. Siswa dapat lebih memahami pengambilan keputusan mengenai karir masa
depan .
2. Dapat memberikan wawasan kepada orang tua agar dapat lebih
memperhatikan dan membimbing anak-anaknya dalam menentukan karir
pada masa depan.
3. Memberikan masukan bagi konselor sekolah dan guru BK dalam
memaksimalkan dan melihat faktor internal dan eksternal yang dapat
mempengaruhi diri siswa dalam menentukan karirnya.
20
BAB 2
LANDASAN TEORI
Pada bab dua ini akan dijelaskan landasan teori yang berkaitan dengan penelitian,
yaitu teori kesulitan pengambilan keputusan karir, efikasi diri, pola asuh, dan
kelekatan. Selanjutnya dalam bab ini juga akan dibahas mengenai kerangka
berpikir dan hipotesis penelitian.
2.1 KesulitanPengambilan Keputusan Karir
2.1.1Pengertian kesulitan pengambilan keputusan karir
Sebelum menjelaskan tentang kesulitan pengambilan keputusan karir, penulis
akan menjelaskan terlebih dahulu pengertian dari pengambilan keputusan. Wang
dan Ruhe (2007) mendefinisikan pengambilan keputusan sebagaisebuah proses
untuk memilih berbagai tindakan yang dipilih dari berbagai set alternatif
berdasarkan kriteria tertentu.Menurut Tiedeman pengambilan keputusan
didefinisikan sebagai perilaku atas reaksi dan persepsi dalam individu dalam
menghadapi masalahnya (dalam Harren, 1976). Pengambilan keputusan adalah
proses mengidentifikasi dan memilih dari berbagai solusi yang memungkinkan
untuk mengatasi problem berdasarkan situasi yang terjadi (Al-Tarawneh, 2012).
Berdasarkan teori pengambilan keputusan tersebut, Gati, Krausz dan
Osipow (1996) mengembangkan teori taksonomi berbasis kesulitan dalam
pengambilan keputusan karir. Taksonomi tersebut berkembang menjadi model
“pengambilan keputusan karir yang ideal”. Istilah ini mengacu pada individu yang
menyadari kebutuhan untuk membuat keputusan karir dalam hidupnya, bersedia
21
untuk membuatnya, dan mampu membuat keputusan yang baik dan benar (yaitu
keputusan menggunakan proses yang tepat dan sesuai dengan tujuan individu).
Kompleksitas dari suatu proses pengambilan keputusan karir, seperti diketahui
sebelumnya banyak membuat kesulitan bagi kebanyakan orang untuk menemukan
pembuatan keputusan karir yang ideal.
Gati,et al.(1996) mendefinisikan kesulitan dalam pengambilan keputusan
karir adalah pilihan karir individu yang kurang optimal yang dapat menyebabkan
kesulitan dalam pemilihan karir. Definisi ini yang digunakan dalam penelitian ini.
Penelitian terhadap kesulitan pengambilan keputusan karir dalam penelitian
ini mengambil subyek remaja. Dalam tahapan perkembangan karir yang
diungkapkan Super (1909) remaja dalam penelitian ini masuk ke dalam tahap
eksplorasi. Menurut Super (1909) proses perkembangan karir pada seseorang
dibagi atas lima tahap , yaitu :
1. Tahap pengembangan (growth), yaitu dari saat manusia lahir sampai umur
kurang lebih 15 tahun, dimana anak mengembangkan berbagai potensi,
pandangan khas, sikap, minat dan kebutuhan-kebutuhan yang dipadukan
dalam struktur gambaran diri (self concept).
2. Tahap eksplorasi (exploration), yaitu dari umur 15-24 tahun, dimana orang
muda memikirkan berbagai alternatif jabatan, minat dan kemampuan
dalam memulai memikirkan keputusan karirnya untuk masa depan, tetapi
belum mengambil keputusan yang terlalu mengikat.
22
3. Tahap pemantapan (establishment), yaitu dari umur 25-44 tahun, yang
bercirikan usaha tekun memantapkan diri melalui seluk beluk pengalaman
selama menjalani karir tertentu.
4. Tahap pembinaan (maintenance), yaitu dari umur 45-64 tahun, dimana
orang yang telah dewasa menyesuaikan diri dalam penghayatan
jabatannya.
5. Tahap kemunduran (decline), yaitu apabila orang telah memasuki masa
pensiun dan harus menemukan pola hidup baru sesudah melepaskan
jabatannya
2.1.2 Dimensi kesulitan pengambilan keputusan karir
Dimensi pengambilan keputusan karir disini akan dijelaskan dalam kesulitan
pengambilan keputusan karir yang dikembangkan oleh Gati, Krausz dan Osipow
(1996) yang digambarkan dalam sebuah taxonomy. Taxonomy tersebut
digambarkan dalam bagan sebagai berikut:
Gambar 2.1Taxonomy kesulitan pengambilan keputusan karir
Prior to Engaging in
the Process
Lack of
Readinessdue to
General
Indecis-
iveness
Dysfunc-
tionalbeli
efs
During the Process
Lack of Information
about
Cdmproc
ess
Self Occu-
pations
Ways of
obtaining
info.
Inconsistent
Informationdue to to
Unreliable
Info.
Internal
conflicts
External
conflicts
Lack of
motivation
23
Gati, et al. (1996) membagi kesulitan pengambilan keputusan karir dalam dua
fase, sebelum menentukan keputusan dan selama proses pengambilan keputusan.
Secara detail dijelaskan di bawah ini.
A. Sebelum proses pengambilan keputusan
1. Kurangnya kesiapan (lack of readiness)
Kurangnya kesiapan untuk mengambil keputusan karir terdiri dari tiga
sub aspek yaitu: kurangnya motivasi, yaitu kurangnya kemauan
seseorang untuk melakukan pengambilan keputusan karir. Selanjutnya
yang kedua adanya sifat ragu-ragu dalam mengambil keputusan karir
(indecisiveness), yaitu kesulitan umum dalam mengambil keputusan.
selanjutnya keyakinan disfungsional (disfunctional beliefs), yaitu
distorsi persepsi mengenai proses pengambilan keputusan karir,
pengharapan yang kurang masuk akal dan pemikiran yang keliru
mengenai suatu hal tertentu.
B. Selama proses pengambilan keputusan
1. Kurangnya informasi (Lack of Information)
Kurangnya informasi mengenai suatu pengambilan keputusan karir
juga memiliki empat sub aspek yaitu :
1) kurangnya informasi mengenai proses pengambilan keputusan
(lack of knowladge about the process), terutama pengetahuan
mengenai pengambilan keputusan secara bijak dan kurangnya
pengetahuan mengenai proses pengambilan keputusan karir.
24
2) kurangnya pengetahuan mengenai diri sendiri ( lack of information
about self), ketika seseorang tidak memiliki cukup informasi
mengenai dirinya sendiri.
3) kurangnya informasi mengenai pekerjaan (lack of knowladge about
occupation), yaitu kurangnya informasi mengenai karir dan
alternatif-alternatif yang ada dalam karir, serta karakteristiknya.
4) kurangnya informasi dalam cara memperoleh informasi tersebut
(lack of ways additional information), ketika individu tidak
memiliki informasi yang cukup mengenai cara mendapatkan
informasi tambahan berkenaan dengan diri sendiri dan
pekerjaannya.
2. Informasi yang tidak konsisten (inconsistent information)
Informasi yang tidak konsisten mengenai diri sendiri ataupun karirnya
memiliki tiga sub aspek, yaitu:
1) informasi yang tidak reliabel (unrealible information), ketika
individu memiliki informasi yang kontradiktif mengenai dirinya
atau pilihannya.
2) konflik internal (internal conflict) ketika ada kebingungan yang
berakar pada kesulitan dalam mempertimbangkan banyak faktor
yang dipandang sangat penting.
3) konflik eksternal (external conflict) yaitu adanya kesenjangan
antara preferensi individu dan preferensi yang dikemukakan orang
25
lain yang menurutnya signifikan, atau suatu yang kontradiksi
antara opini dari dua atau lebih orang yang dianggapnya signifikan.
2.1.3 Faktor- faktor yang mempengaruhi kesulitan pengambilan keputusan
karir
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa studi tentang pengambilan keputusan
karir dapat dilihat dari beberapa pendekatan salah satunya adalah dilihat dari
kesulitan pengambilan keputusan karir.Dengan demikian faktor-faktor yang
mempengaruhinya juga dapat ditinjau dari faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan karir.
Menurut, Brown (2002) setidaknya ada empat hal yang mempengaruhi
pengambilan keputusan karir individu, yaitu :
1. Kesediaan untuk jujur dalam menggali pengetahuan tentang diri,
seperti nilai-nilai, kepentingan, dan keterampilan yang mengarahkan
kepada mengetahui identitas diri.
2. Motivasi untuk belajar dalam dunia kerja
3. kesediaan untuk belajar dan terlibat dalam pemecahan masalah karir
dan pengambilan keputusan.
4. Kesadaran tentang bagaimana pikiran dan perasaan negatif dapat
membatasi kemampuan untuk memecahkan suatu masalah,
pengambilan keputusan, kesediaan berbagi tanggung jawab dan
kemampuan untuk mengamati serta mengatur pemecahan masalah
beserta proses pengambilan keputusannya.
26
Selain faktor yang disebutkan diatas, terdapat beberapa faktor yang
disebutkan Brown yang berasal dari berbagai penelitian (dalam Brown, 2002),
yaitu : variabel kontekstual seperti status sosial ekonomi (Hotchkiss & Borow,
1996;Sinha,1990), pengaruh keluarga atau pengaruh kelompok (Leong & Serifica,
1995;Johnson, Swartz, &Martin, 1995) Gender (M.Brown, 1995;Gottfredson,
1996; Melamed, 1995), bakat (Blau & Duncan, 1967;Jencks, Crouse, &Mueser,
1983; Phillips&Imhoff, 1997) termasuk kesehatan mental dalam pengambil
keputusan (Casserly, 1982;Pietromonaco& Rock, 1987).
Dalam penelitian ini penulis menitik beratkan pada variabel efikasi diri
dan pengaruh keluarga sebagai faktor yang mempengaruhi kesulitan pengambilan
keputusan karir. Pengaruh keluarga dilihat dari pola asuh orang tua dan kelekatan
orang tua.
2.1.4 Pengukuran pengambilan keputusan karir
Ada beberapa alat ukur yang digunakan untuk mengukur pengambilan keputusan
karir, seperti :
a. The career decision scale (CDS) (Osipow, Winer, Koschier & Yanico,
1975) untuk mengidentifikasi semua atau sebagian dalam menjelaskan
keragauan pengambilan keputusan karir mereka.
b. Assessment of career decision-making (Harren, 1976) mengukur
keraguan karir menggunakan teori Tiedeman dan (1963) kerangka
O'Hara untuk pengembangan karir,
c. Chartrand, Robbins, Morrill, dan Boggs (1990) menggunakan Career
Factors Inventory.
27
d. Jones (1989) dengan career decision making profile Instrumen ini
menggunakan skala multidimensional.
e. Alat ukur yang dikembangkan oleh Gati, Krausz, danOsipow (1996)
Career Decision Difficulity Questioner (CDDQ) alat ini telah
berkembang dari sebuah taksonomi teoritis kesulitan yang dihadapi
dalam pengambilan keputusan karir, Struktur instrumen ini cocok
untuk tujuan yang sudah lama dicari dalam mencapai “berbeda dalam
masalah, berbeda pula konselingnya” dengan pendekatan karir
konseling. Setiap item dapat diperiksa secara terpisah dalam mencari
petunjuk untuk mengidentifikasi sumber masalah pengambilan
keputusan. CDDQ terdiri dari 44 item dan sekarang dikembangkan
dengan 34 item, masing-masing sesuai dengan kesulitan yang terdapat
dalam taxonomy.
Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan alat ukur career decision
difficulties questionnaire (CDDQ) alat ini telah berkembang dari sebuah
taksonomi teoritis kesulitan yang dihadapi dalam pengambilan keputusan karir,
Struktur instrumen ini cocok untuk tujuan yang sudah lama dicari dalam mencapai
“berbeda dalam masalah, berbeda pula konselingnya” dengan pendekatan karir
konseling. Setiap item dapat diperiksa secara terpisah dalam mencari petunjuk
untuk mengidentifikasi sumber masalah pengambilan keputusan. CDDQ terdiri
dari 44 item, masing-masing sesuai dengan kesulitan yang terdapat dalam
taxonomy. Selanjutnya, atas dasar usulan 10 kategori kesulitan, didefinisikan 10
skala, yang masing-masing didasarkan pada set item tertentu yang mewakili
28
himpunan kesulitan termasuk dalam kategori tersebut. Reliabilitas dari 10 skala
skor yaitu 0,78 dan 0,77 (dengan kisaran interkuartil dari 0,67-0,87 dan 0,60 -.87)
pada sampel Israel dan Amerika. Gati et al. (1996) melaporkan reliabilitas test-
retest dari 0,67, 0,74, 0,72, 0,80 dan untuk tiga kategori utama dan seluruh
masing-masing koesioner (Gati, Osipow, Krausz& Saka,2000).
2.2 Efikasi Diri
2.2.1 Pengertian efikasi diri
Efikasi diri mengacu pada keyakinan seseorang mengenai kemampuannya untuk
berhasil melakukan tugas atau perilaku tertentu dan dianggap mediator utama
dalam perilaku dan perubahan perilaku (Bandura, 1977). Efikasi diri juga
didefinisikan sebagai sebuah harapan yang bersangkutan dengan keyakinan
seseorang dalam kemampuannya untuk melakukan perilaku tertentu (Bandura,
1977).
Dalam teori efikasi diri, terdapat istilah yang disebut dengan efikasi diri
dalam pengambilan keputusan karir. Menurut Taylor dan Betz (dalam Kelly dan
Hatcher, 2011)teori tersebut berdasarkan teori besar efikasi diri Bandura (1997).
Efikasi diri pengambilan keputusan karir adalah aplikasi dari konsep self-efficacy
dan kepercayaan diri yang dibutuhkan untuk membuat keputusan karir.
Menggunakan teori self-efficacy, Taylor dan Betz menyatakan bahwa siswa
dengan rendahnya tingkat pengalaman efikasi diri dalam tantangan maka ketika
membuat keputusan karir akan kurang percaya diri dengan pilihan karirnya.
Selain itu, Brown dan Prapaskah (dalam Wu, 2009) mengatakan bahwa
orang yang mungkin kurang percaya diri dalam kemampuan mereka untuk
29
membuat perencanaan dan pilihan karir yang baik mungkin mengalami frustrasi
dan dapat mengambil keputusan yang buruk.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, efikasi diri pengambilan
keputusan karir adalah keyakinan dari seorang individu terhadap kemampuan
yang ada dalam dirinya dalam mengambil keputusan untuk karirnya secara baik
dan tepat sesuai dengan tujuan. Dari beberapa teori diatas, penulis memutuskan
menggunakan definisi dariTaylor dan Betz tersebut sebagai landasan teori dalam
penelitian ini.
2.2.2 Dimensi efikasi diri
Taylor dan Betz (dalamWu, 2009) mengemukakan lima aspekdari efikasi diri
pengambilan keputusan karir, yaitu Accurate self appraisal, gathering
occupational information, goal selection, making plans for the future, dan
problem solving.
a. Accurate self appraisal (penilaian akurat mengenai diri)
Dalam hal ini mencakup sejauh mana individu mampu melakukan
asesmen atau pengukuran terhadap kemampuan, minat karirnya,
tujuannya, dan nilai-nilai yang dianutnya.
b. Gathering accupational information (mengumpulkan informasi mengenai
pekerjaan)
Dalam hal ini mencakup sejauh mana individu melakukan asesmen atau
pengukuran terhadap pengetahuan yang dimilikinya mengenai dunia
pekerjaan dan tugas-tugas dalam berbagai pekerjaan tertentu.
30
c. Goal selection (pemilihan tujuan)
Dalam hal ini mencakup sejauh mana individu mampu melakukan
asesmen atau pengukuran terhadap kemampuannya dalam menyesuaikan
keadaan dirinya dengan karakteristik berbagai pekerjaan.
d. Making plans for the future (membuat rencana untuk masa depan)
Dalam hal ini mencakup sejauh mana individu mampu melakukan
perencanaan dengan baik dalam membuat keputusan karir masa depannya.
e. Problem solving (pemecahan masalah)
Dalam hal ini mencakup sejauh mana individu memiliki kemampuan
dalam mengatasi dan memecahkan masalah dalam menghadapi
permasalahan dalam pengambilan keputusannya.
2.2.3 Pengukuran efikasi diri
Untuk mengukur efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir, Taylor dan Betz
(1983) menciptakan Career Decision Making Self Efficacy Scale (CDMSE) dan
Career Decision Making Self Efficacy Scale –Short Form (CDMSE-SF) untuk
mengukur tingkat keyakinan individu bahwa ia bisa berhasil menyelesaikan tugas-
tugas yang diperlukan untuk membuat keputusan karir.
Dengan lima kompetensi pilihan karir yang dijelaskan dalam model Crites
tentang kematangan karir, sebagaimana dinilai dalam Career Maturity Inventory
(Crites, 1978), membentuk dasar konstruksi skala. Dengan demikian, isibutir
skala tersebut adalah (a) accurate self appraisal(b) gathering occupational
information(c) goal selection (d) making plans for the future, dan(e) problem
solving. Untuk skala yang asli, 10 item ditulis untuk mencerminkan masing-
31
masing daerah kompetensi. Untuk penelitian ini, peneliti menggunakan career
decision making self efficacy – short form (CDMSE-SF) dari Betz Taylor dan
Betz(1983) mengembangkan sebuah survei 25 item yang terdiri dari lima item
masing-masing untuk lima skala penilaian diri, mengumpulkan informasi
pekerjaan, pemilihan tujuan, membuat rencana untuk masa depan, dan pemecahan
masalah. Skala menilai tingkat self-efficacy berhubungan dengan pengambilan
keputusan karir dan digunakan sebagai ukuran efikasi diri pengambilan keputusan
karir.
2.3 Pola Asuh
2.3.1 Pengertian pola asuh
Baumrind (1991) menjelaskan pola asuh biasanya digunakan untuk
menggambarkan variasi normal dimana orang tua untuk mengontrol kehidupan
sosial anak mereka, lebih lanjut Baumrind mendefinisikan parenting
(pengasuhan) adalah sebuah aktivitas kompleks yang di dalamnya terdapat
beberapa perilaku spesifik yang dilakukan secara individu maupun bersama-sama
yang bertujuan untuk mempengaruhi perilaku anak. Dalam menerapkan praktek
pengasuhan, setiap orang tua memiliki variasi dalam pola pengasuhannya yang
berbeda dengan lainnya sebagai upaya untuk mengontrol dan bersosialisasi
dengan anak mereka.
Sedangkan Huxley (2002) pola asuh merupakan cara dimana orangtua
menyampaikan atau menetapkan kepercayaan mereka tentang bagaimana menjadi
orangtua yang baik atau buruk. Sementara Gunarsa (1995) bahwa pola asuh
32
merupakan cara orangtua bertindak sebagai orangtua terhadap anak-anaknya
dimana mereka melaksanakan serangkian usaha aktif (dalam indryiawati, 2010).
Dari beberapa definisi yang dijelaskan di atas, penulis menggunakan
definisi dari Baumrind (1991) mendefinsikan pola asuh adalah sebuah aktivitas
kompleks yang dilakukan orang tua dimana di dalamnya terdapat beberapa
perilaku spesifik yang dilakukan secara individu maupun bersama-sama yang
bertujuan untuk mempengaruhi perilaku anak.
2.3.2 Dimensi pola asuh
Menurut Baumrind (1996), pola asuh orang tua tergambar dalam dua dimensi
utama, yaitu :
a. Responsiveness dan Acceptance (warmth) / tanggap dan menerima
(kehangatan), Dalam dimensi ini menggambarkan keadaan dimana orang
tua sejauh mana membantu perkembangan anak, individualisasi, self
regulation dan self assertion dengan menyesuaikan dan
mempertimbangkan kemauan dari si anak. Dimensi ini meliputi
kehangatan, memberikan dukungan dan komunikasi yang bermanfaat.
b. Demandingness dan Control (strictness) / menuntut dan mengontrol
(ketegasan), Dalam dimensi ini mengacu pada keadaan dimana orang tua
membuat tuntutan dan mengawasi kegiatan anak anak mereka. Hal ini
membuat anak menjadi merasa terintegrasi ke dalam masyarakat dan
keluarga dengan peraturan perilaku untuk upaya pendisiplinan,
konfronmitas langsung, dan tuntutan kedewasaan. Kontrol orang tua
33
berfungsi sebagai pelindung atau pencegah bagi anak untuk
menghindarkan perilaku yang negatif.
Selain berdasarkan dimensi, pola asuh juga memiliki jenis-jenisnya.Baumrind
(1966) mengklasifikasikan pola asuh menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Pola asuh otoritatif (demokratis)
Pola asuh ini memberikan kehangatan namun tegas. Orang tua
mendorong remaja untuk mandiri dengan tetap menjaga batas dan
kontrol pada tindakan mereka. Orang tua yang menggunakan pola
asuh otoriatif bersedia untuk menghibur, mendengarkan, dan
mempertimbangkan sudut pandang anak mereka. Orang tua terlibat
dalam diskusi dan perdebatan dengan anak mereka.
Penelitian menunjukkan bahwa remaja yang diasuh dengan
orang tua otoritatif dapat belajar bagaimana bernegosiasi dan terlibat
dalam diskusi. Mereka memahami bahwa pendapat mereka dihargai.
Akibatnya, mereka cenderung lebih berkompeten secara sosial dan
bertanggung jawab (Kopko, 2007).
b. Pola asuh autoritarian (otoriter)
Pola asuh ini menampilkan sedikit kehangatan dan penuh dengan
pengendalian. Orang tua yang menggunakan pola asuh ini memiliki
kedisiplinan yang ketat, mempunyai batasan, hukuman, dan bersikeras
bahwa anak mereka harus mengikuti aturan orang tua. Orang tua
autoritarian tidak terlibat dalam diskusi dengan anak remaja mereka.
34
Orang tua yang otoriter percaya bahwa anak harus menerima tanpa
mempertanyakan peraturan yang mereka tetapkan.
Penelitian mengungkapkan bahwa remaja dari orang tua yang
menggunakan pola asuh autoritarian belajar bahwa mengikuti aturan
orangtua dan kepatuhan terhadap disiplin yang ketat dinilai atas
perilaku independen. Akibatnya, remaja dapat menjadi pemberontak
atau ketergantungan dengan orang tua. Mereka yang menjadi
pemberontak mungkin akan menampilkan perilaku agresif (Kopko,
2007).
c. Pola asuh permisif
Pola asuh ini sangat hangat namun bebas. Mereka memanjakan dan
pasif dalam pengasuhan mereka, dan percaya bahwa cara untuk
menunjukkan cinta mereka dengan cara membebaskan apa yang ingin
dilakukan oleh anak mereka. Orang tua permisif tidak ingin
mengatakan “tidak” atau tidak ingin mengecewakan anak-anak
mereka. Akibatnya, remaja diperbolehkan untuk membuat banyak
keputusan penting tanpa ada kontrol dari orang tua.
Berdasarkan penjelasan dimensi dan jenis-jenis pola asuh tersebut, peneliti
memakai jenis-jenis pola asuh untuk mengukur pola asuh dalam penelitian ini.
2.3.3 Pengukuran pola asuh
Berikut beberapa instrumen yang digunakan dalam mengukur pola asuh orang tua
diantaranya :
35
1. The Parenting Style Inventory (PSI) dikembangkan oleh Lamborn,
Mounts, Steinberg, Dranbush (1991). Dikembangkna dengan 26
item menggunakan skala multidimensional. Dengan tiga aspek
yaitu : Acceptance, Stricness, Psychological Autonomy.
2. Parental Authority Questionnaire (PAQ) dikembangkan oleh Buri
(1991). PAQ terdiri dari 60 item (30 item per orang tua yaitu Ayah
dan Ibu) yang mengukur dengan menggunakan teori Baumrind
yaitu: permissive, authoritarian, and authoritative jenis pola asuh
orang tua. Item terdiri dari skala model Likert dengan 5-point
berkisar antara 1 (sangat tidak setuju) sampai 5 (Sangat Setuju).
Tiga skor subskala diperoleh untuk setiap orang tua. Skor yang
lebih tinggi menunjukkan lebih besar permissive, authoritarian,
danauthoritative.
Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan Parental Authority
Questionnaire (PAQ) yang dikembangkan oleh Buri (1991), dalam mengukur
pola asuh orang tua, yang disusun berdasarkan teori Baumrind. Alat ukur
penelitian ini menggunakan skala model Likert. Reliabilitas alpha untuk permisif,
otoriter, dan authoritatif masing-masing adalah 0.53, 0 .74, dan 0,69.
2.4 Kelekatan
2.4.1 Pengertian kelekatan
Kelekatan (attachment) adalah adanya relasi antara suatu figur sosial tertentu
dengan suatu fenomena tertentu yang dianggap mencerminkan karakteristik relasi
yang unik (Santrock, 2010). Sedangkan Ainsworth (1978) mengatakan bahwa
36
kelekatan sebagai ikatan, mengikat, atau hubungan yang abadi antara anak muda
dan ibunya. Weidman Shell, (2010) menjelaskan bahwa kelekatan adalah istilah
umum yang menggambarkan keadaan dan kualitas dari ikatan emosional individu
dengan orang lain. Jhon Bowlby (1982) mendefinisikan kelekatan sebagai ikatan
emosional yang kuat yang bertujuan untuk mengikat satu orang ke orang lain dan
ditandai oleh kecenderungan untuk mencari dan mempertahankan kedekatan
tersebut, baik secara fisik dan emosional dengan nilai tertentu yang memiliki
ikatan perkembangan.Kelekatan juga didefinisikan menjadi mediasi dengan cara
melihat, mendengar dan memegang serta melihat satu yang dicintainya melekat
dalam jiwanya, dan pendekatannya membangun antisipasi yang menyenangkan
(Holmes, 1993).
Dalam penelitian ini peneliti mengambil definisi dari Jhon Bowlby (1982)
yang mendefinisikan kelekatan sebagaiikatan emosional yang kuat yang bertujuan
untuk mengikat satu orang ke orang lain (biasanya orang tua dan anak) dan
ditandai oleh kecenderungan untuk mencari dan mempertahankan kedekatan
tersebut, baik secara fisik dan emosional dengan nilai tertentu yang memiliki
ikatan perkembangan. Dalam penelitian ini peneliti ingin memfokuskan kelekatan
yang terjadi dengan orang tua.
2.4.2 Dimensi kelekatan
Terdapat tiga jenis dimensi kelekatan pada orang tuayang bersumber dari desain
IPPA (Inventory of Parents and Peer Attachment) yang disusun oleh Bowlby,
Armsden, dan Greenberg. Desain ini untuk mengukur kualitas attachment remaja
pada orang tua (ayah dan ibu) dan teman sebaya mereka. Armsden dan Greenberg
37
mengembangkan IPPA, dimana masing masing memiliki tiga bagian dimensi
dasar yaitu: kepercayaan (Trust), komunikasi (Communication), dan keterasingan
(Alienation) .
a. Kepercayaan (Trust)
Mengarah pada kepercayaan bahwa orang tua mengerti dan peduli pada
kebutuhan dan keinginan anak mereka. Kepercayaan akan muncul jika
terjadi hubungan kelekatan yang kuat.
b. Komunikasi (communication)
Komunikasi akan terjalin dengan baik jika antara orang tua dan anak
menjadi fokus dalam penelitian attachment. Komunikasi merupakan
persepsi bahwa orang tua sesnsitif dan responsif pada keadaan emosional
dan penilaian mengenai tingkat dan kualitas dan keterlibatan dari verbal
dengan anak. Dengan adanya komunikasi akan meningkatkan ikatan
emosional anak dan orang tua.
c. Keterasingan (Alienation)
Keterasingan berkaitan dengan perasaan yang terasing, marah, dan
pengalaman perpisahan dalam hubungan attachment dengan orang tua.
Selain berdasarkan dimensi kelekatan juga dapat dijelaskan menurut jenisnya,
Gay Armsden (1987) membagi kelekatan menjadi tiga jenis yaitu :
a. Kelekatan terhadap ayah
Kelekatan terhadap ayah adalah ikatan abadi rasa sayang mengenai
substensi intensitas individu dengan ibu mereka.
38
b. Kelekatan terhadap ibu
Kelekatan terhadap ibu adalah ikatan abadi rasa sayang mengenai
substensi intensitas individu dengan ayah mereka.
c. Kelekatan terhadap teman sebaya
Kelekatan rekan sebaya adalah ikatan abadi rasa sayang mengenai
substensi intensitas individu dengan teman sebaya. Kelekatan teman
sebaya berkaitan dengan konsep diri sosial yang dinilai oleh skala konsep
diri pada remaja. Kelekatan pada rekan sebaya berkolerasi negatif dengan
keadaan dimana remaja merasa kesepian (dalam Greenberg, 2009).
Berdasarkan penjelasan dimensi dan jenis-jenis kelekatan tersebut, peneliti
memakai jenis-jenis kelekatan untuk mengukur kelekatan dalam penelitian ini.
2.4.3 Pengukuran kelekatan
Terdapat beberapa alat ukur dalam mengukur variabel ini. Diantaranya dengan
menggunakan Parental Attachment Questionnaire (PAQ) yang dibuat oleh
Kenny. Alat ukur ini digunakan untuk mengukur kelekatan pada remaja dan
dewasa awal.
Selanjutnya dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan alat ukur
yaitu IPPA (Inventory Parent Peer Attachment) yang dibuat oleh Armsden dan
Greenderg (1987) yang mengacu pada teori Jhon Bolwby. Alat ukur ini terdapat
tiga bagian yaitu mother attachment, father attachment dan peer attachment
dengan jumlah item masing masing 25 item.
39
2.5 Kerangka Berfikir
Pengambilan keputusan karir sangatlah penting untuk menunjang dan menentukan
masa depan individu tersebut. Berdasarkan tahapan perkembangan karir, Super
(1990) menjelaskan bahwa remaja masuk kedalam tahapan eksploratori, dimana
remaja sudah harus memikirkan karir kedepannya berdasarkan minat dan
kemampuan yang dimilikinya.
Siswa menengah atas mulai memikirkan masa depan mereka dengan
memilih untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu kuliah ataupun
dengan bekerja. Pada akhir masa remaja ini, minat, ketertarikan dan
kemampuannya pada suatu karir yang jadi sumber pilihannya untuk menentukan
keputusan karirnya. Pada saat tersebut remaja mulai memikirkan apa yang benar-
benar diinginkannya dengan apa yang akan membuat masa depan karirnya
menjadi baik. Namun kerap kali mereka mengalami kesulitan dalam membuat
keputusan karir yang ideal.
Kesulitan-kesulitan tersebut yang dapat menjadi penghalang siswa untuk
menentukan keputusan karir yang ideal dengan dirinya. Siswa menjadi bimbang
dan ragu-ragu bahkan sulit dalam proses mengambil keputusan karirnya.
Kesulitan pengambilan keputusan karir. Gati, et al. (1996) mendefinsikan
kesulitan dalam kesulitan pengambilan keputusan karir sebagai kurangnya optimal
dari pilihan karir individu yang dapat menyebabkan kesulitan dalam pemilihan
karir Dengan definisi tersebut dapat dilihat bahwa kendala ataupun kesulitan
dalam pengambilan keputusan karir siswa dilihat dari prosesnya yaitu awal proses
itu dan selama proses berlangsung. Kesulitan itu yang menjadi kendala bagi siswa
40
untuk membuat sebuah keputusan karir yang ideal. Namun demikian, perilaku
seseorang dapat membuat keputusan karir yang ideal tidak muncul dengan
sendirinya.Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
pengambilan karir. Faktor-faktor seperti efikasi diri, pola asuh, dan kelekatan
orang tua dan teman sebaya diduga dapat memprediksi kesulitan pengambilan
keputusan karir bagi siswa.
Efikasi diri adalah aplikasi dari konsep self-efficacy dan kepercayaan diri
yang dibutuhkan untuk membuat keputusan karir. Efikasi diri yang rendah
berpengaruh terhadap perubahan perilaku tertentu yang dapat menyebabkan
seseorang melakukan penghindaran dari perilaku pengambilan keputusan
karirnya, sedangkan efikasi diri yang lebih kuat akan berpengaruh lebih dalam
menyebabkan individu untuk melakukan pengambilan keputusan karir tersebut
(Reddan, 2014). Penelitian Yinghua Ye (2014) menemukan bahwa efikasi diri
dalam pengambilan keputusan karir memiliki dampak yang signifikan terhadap
membuat keputusan karir dengan menggunakan program konseling karir untuk
mendapatkan tujuan karirnya. Taylor dan Betz menyatakan bahwa siswa dengan
rendahnya tingkat pengalaman efikasi diri dalam tantangan maka ketika membuat
keputusan karir akan kurang percaya diri mengenai pemilihan karirnya. Ditambah
lagi bahwa individu yang tidak memiliki keyakinan akan kemampuan dirinya
sendiri dalam membuat perencanaan karir yang baik, menurut Brown dan Lent
(dalam Wu, 2009), akan lebih sulit dalam menentukan keputusan yang
baik.Amir& Gati, (2006) menemukan bahwa individu yang memiliki tinggi
efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir maka semakin rendah pula
41
kesulitan yang dialami individu dalam pengambilan keputusan karir. Berdasarkan
hal tersebut, peneliti berasusmsi bahwa ada pengaruh yang signifikan antara
efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir dengan pengambilan keputusan
karir. Semakin tinggi efikasi diri individu maka semakin rendah pula kesulitan
individu untuk menentukan keputusan karirnya,dan sebaliknya.
Pola asuh juga merupakan faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan karir adalah pola asuh. Peneltian yang dilakukan oleh Sovet danMetz
(2013) menjelaskan bahwa gaya pengasuhan yang dirasakan oleh anak secara
signifikan terkait dengan pengambilan keputusan karir anak. Studi Lamborn
(1991) menunjukkan hasil yang positif dari pola asuh orang tua otoritatif kepada
pengambilan keputusan karir remaja. Serta pola asuh permisif memiliki dampak
negatif pada pengambilan keputusan karir remaja, dikarenakan akan membuat
remaja banyak mengambil keputusan, sehingga tidak mengetahui mana keputusan
yang baik atau buruk untuknya (Kopko,2007). Selain itu, penelitian Trusty (1998)
menemukan bahwa pola asuh orang tua dengan otoritatif memberikan
kemampuan pengambilan keputusan karir dengan memberikan emotional support
dan kebebasan pada remaja untuk bereksplorasi terhadap kemampuan dan
pengambilan keputusan. Sedangkan pola asuh authoritarian tidak mendorong
pencapaian pendidikan lebih lanjut dan sulit membuat remaja untuk mengambil
keputusan karirnya dikarenakan siswa tidak memiliki waktu berdiskusi dengan
orang tuanya, sehingga membuat anak menjadi tidak percaya diri (Kopko, 2007).
Perbedaan lintas budaya yang terlihat jelas padapola pengasuhan otoritatif lebih
efektifdi kalangan remaja Perancis sedangkan pola asuh otoriter lebih efektif di
42
kalangan remaja Korea dalam pengambilan keputusan karirnya. Temuan ini
menunjukkan bahwa ada pengaruh pola asuh terhadap pengambilan keputusan
karir individu. Berdasarkan hasil tersebut peneliti berhipotesis bahwa pola asuh
mempengaruhi kesulitan siswa dalam kesulitan pengambilan keputusan karir.
Kelekatan (attachment) juga dianggap sebagai faktor yang mempengaruhi
pengambilan keputusan karir. Kelekatan adalah ikatan emosional yang kuat
bertujuan untuk mengikat satu orang ke orang lain (biasanya ibu dan anak) dan
ditandai oleh kecenderungan untuk mencari dan mempertahankan kedekatan
tersebut, baik secara fisik dan emosional dengan nilai tertentu yang memiliki
ikatan perkembangan (Bowlby, 1982). Penelitian yang dilakukan oleh Moigan
dan Kadir (2012) menunjukkan bahwa kelekatan dengan orang tua dan teman
secara signifikan berhubungan dengan pengambilan keputusan karir. Siswa yang
memiliki kelekatan lebih dengan orang tua (ayah dan Ibu) akan lebih mudah untuk
mendiskusikan kemauan dan keinginannya dalam pemilihan karir.Sedangkan
remaja yang memiliki kelekatan lebih dengan teman sebayanya membuat mereka
lebih mengenal lingkungan, bertukar pemikiran, dan mencari informasi mengenai
pemilihan karirnya (Moigan dan Kadir, 2012).
Dengan memiliki kelekatan yang cukup baik dengan orang tua maupun
teman sebaya akan lebih mudah dalam membuat keputusan karirnya. Remaja
bebas berbagi informasi dan berdiskusi dengan orang tua dan temannya dan lebih
mengenal dirinya dan kemampuan akan dirinya. Berdasarkan hasil tersebut
peneliti menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan kelekatan terhadap
pengambilan keputusan karir.
43
Dengan demikian, dari semua variabel yang telah digambarkan tersebut,
maka peneliti berasumsi bahwa efikasi diri, pola asuh, dan kelekatan berpengaruh
terhadap kesulitan pengambilan keputusan karir. Dari kerangka berpikir di atas
dapat diilustrasikan kedalam bagan sebagai berikut :
Gambar 2.2kerangka berfikir pengaruh efikasi diri, pola asuh, dan
kelekatanorang tua terhadap kesulitan pengambilan keputusan karir
Efikasi diri
1. Accurate self appraisal
2. Gathering accopational information
3. Goal selection
4. Making plans for the future
5. Problem solving
Kesulitan Pengambilan
keputusan karir Kelekatan
1. kelekatan ibu
2. kelekatan ayah
3. kelekatan teman sebaya
Pola Asuh Orang Tua
1. Authoritarian
2. Authoritative
3. Permissive
44
2.3 Hipotesis Penelitian
Karena penelitian ini diuji dengan analisis statistik, maka hipotesis yang akan diuji
adalah hipotesis, yaitu :
Hipotesis mayor
H1 : Ada pengaruh yang signifikan efikasi diri, pola asuh dan kelekatan
terhadap kesulitan pengambilan keputusan karir siswa SMA Negeri 29
Jakarta.
H2 : Ada pengaruh efikasi diri terhadap kesulitan pengambilan keputusan karir
siswa SMA Negeri 29 Jakarta”
H3 : Ada pengaruh aspek Authoritarian terhadap kesulitan pengambilan
keputusan karir siswa SMA Negeri 29 Jakarta”
H4 : Ada pengaruh aspek permisif terhadap kesulitan pengambilan keputusan
karir siswa SMA Negeri 29 Jakarta”
H5 : Ada pengaruh aspek otoritatif terhadap kesulitan pengambilan keputusan
karir siswa SMA Negeri 29 Jakarta”.
H6 : Ada pengaruh aspek kelekatan ayah terhadap kesulitan pengambilan
keputusan karir siswa SMA Negeri 29 Jakarta”
H7 : Ada pengaruh aspek kelekatan ibu terhadap kesulitan pengambilan
keputusan karir siswa SMA Negeri 29 Jakarta”.
H8 : Ada pengaruh aspek kelekatan teman sebayaterhadap kesulitan
pengambilan keputusan karir siswa SMA Negeri 29 Jakarta
Karena tahap selanjutnya adalah uji statistik, maka hipotesis pada penelitian ini
akan diubah menjadi hipotesis nol.
45
BAB 3
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai metode penelitian yang akan digunakan.
Pembahasan tersebut meliputi beberapa bagian yaitu populasi, sampel, dan teknik
pengambilan sampel, variabel penelitian dan definisi operasional variabel,
instrumen pengumpulan data, uji validitas konstruk, teknik analisis data, dan
prosedur penelitian
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
3.1.1 Populasi dan sampel
Populasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah Menengah Atas
Negeri 29 Jakarta, yang berjumlah 223 siswa, yaitu siswa kelas 3 SMAN 29
Jakarta jurusan MIA dan IIS.
3.1.2 Karakteristik sampel
Penelitian ini hanya dapat diikuti oleh siswa SMAN 29 Jakarta kelas tiga dengan
alasan siswa kelas tiga SMA akan segera lulus dari bangku sekolah dan
melakukan pemilihan karir selanjutnya. Adapun karakteristik sampel sebagai
berikut :
1. Responden berjumlah 223 berada dalam tahap perkembangan remaja
berusia 16-18 tahun.
46
2. Responden siswa dan siswi kelas tiga Sekolah Menengah Atas karena
siswa dan siswi kelas tiga seharusnya sudah memutuskan karir
kedepannya.
3.1.3 Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total
sampling, dimana dalam memilih sampel peneliti menggunakan seluruh populasi
siswa kelas tiga yang hadir di SMA tersebut.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
3.2.1 Identifikasi variabel
Terdapat delapan variabel dalam penelitian ini, yaitu kesulitan pengambilan
keputusan karir, efikasi diri , authoritarian, otoritatif, permissive, kelekatan ayah,
kelekatan ibu, dan kelekatan teman sebaya. Variabel kesulitan pengambilan
keputusan karir sebagai DV (Dependen Variabel), dan variabel lainnnya sebagai
IV (Independen Variabel).
3.2.2 Definisi operasional variabel
Setelah menentukan variabel dependent dan variabel independent. Langkah
selanjutnya peneliti menentukan definisi operasional dari variabel yang akan
digunakan dalam penelitian ini. Adapun penjelasan definisi operasional variabel
diuraikan sebagai berikut:
1. Kesulitan dalam pengambilan keputusan karir adalah pilihan karir
individu yang kurang optimal yang dapat menyebabkan kesulitan
dalam pemilihan karir. Individu yang mengalami kesulitan
pengambilan keputusan karir tidak akan menyadari kebutuhannya
47
dalam membuat keputusan karir, tidak bersedia untuk membuat
keputusan, dan tidak mampu membuat keputusan yang benar. Yang
diukur menggunakan skala kesulitan pengambilan keputusan karir
,meliputi lack of readiness, lack of information dan inconsistens
information.
2. Efikasi diri didefinisikan dengan keyakinan dari seorang individu akan
kemampuan yang ada dalam dirinya dalam mengambil keputusan
untuk karirnya secara baik dan tepat dengan tujuan. Individu yang
memiliki efikasi tinggi dalam pengambilan keputusan karir akan lebih
mudah dan percaya diri dalam menentukan karir. Yang diukur dengan
menggunakan skala career decision making self efficacy- short from
(CDMSE-SF) yang meliputi Accurate self appraisal, gathering
occupational information, goal selection, making plans for the future,
dan problem solving.
3. Pola asuh adalah adalah sebuah aktivitas kompleks yang di dalamnya
terdapat beberapa perilaku spesifik yang dilakukan secara individu
maupun bersama-sama yang bertujuan untuk mempengaruhi perilaku
anak. Meliputi:
a. Authoritarian, Pola asuh ini menampilkan sedikit
kehangatan dan penuh dengan pengendalian. Orang tua
yang menggunakan pola asuh ini memiliki kedisiplinan
yang ketat, mempunyai batasan, hukuman, dan bersikeras
bahwa anak mereka harus mengikuti aturan orang tua.
48
b. Permissive, Pola asuh ini sangat hangat namun bebas.
Mereka memanjakan dan pasif dalam pengasuhan mereka,
dan percaya bahwa cara untuk menunjukkan cinta mereka
dengan cara membebaskan apa yang ingin dilakukan oleh
anak mereka.
c. Otoritatif, Pola asuh ini memberikan kehangatan namun
tegas. Orang tua mendorong remaja untuk mandiri dengan
tetap menjaga batas dan kontrol pada tindakan mereka.
Diukur menggunakan skala Parental Authority Questionaire yang
telah dimodifikasi
4. Kelekatan orang tua adalah ikatan emosional yang kuat yang bertujuan
untuk mengikat satu orang ke orang lain dan ditandai oleh
kecenderungan untuk mencari dan mempertahankan kedekatan
tersebut, baik secara fisik dan emosional dengan nilai tertentu yang
memiliki ikatan perkembangan. Skor diperoleh dengan menggunakan
skala IPPA (Inventory Parent Peer Attachment) yang telah
dimodifikasi, dimana melihat 3 jenis kelekatan:
a. kelekatan dari adalah ikatan abadi rasa sayang mengenai
substensi intensitas individu dengan ibu mereka
b. kelekatan ayah adalah ikatan abadi rasa sayang mengenai
substensi intensitas individu dengan ayah mereka
c. kelekatan teman sebaya, ikatan abadi rasa sayang mengenai
substensi intensitas individu dengan teman mereka.
49
3.3 Alat ukur Pengumpulan Data
Alat ukur pengumpulan data yang digunakan berbentuk kuesioner yang berupa
skala yang diberikan secara langsung kepada subjek. Alat ukur pengumpulan data
dalam penelitian ini terdiri dari informed consent yang berisi perkenalan dan
permohonan kesediaan subjek untuk menjadi responden dalam penelitian,dan
biodata subjek penelitian. Isian ini berisi pertanyaan mengenai biodata subjek
penelitian seperti inisial nama, usia, tingkat kelas dan jenis kelamin, dan item-item
pernyataan masing-masing variabel. Skala ini menggunakan skala model Likert
yang memiliki rentangan yang berbeda-beda sesuai dengan skala baku yang telah
digunakan dalam penelitian-penelitian lain dengan memberikan tanda ceklis (v)
pada salah satu alternatif jawaban. Hal tersebut karena item-item yang terdapat
dalam skala ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu item pernyataan positif
(favorabel) dan item pernyataan negatif (unfavorable). Untuk item favorable pada
tipe skala model Likert, skor subjek dimulai dari 4,3,2,1. Sementara untuk item
unfavorable pada tipe skala Likert, skor subjek dimulai dari 1,2,3,4. Instrumen
pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari empat jenis alat ukur. Skor
untuk item favorable dan unfavorable dapat dilihat ditable 3.1.
Table 3.1 Nilai skor
Skor untuk pernyataan
Alternatif Jawaban Favorable Unfavorable
Sangat Sesuai (SS) 4 1
Sesuai (S) 3 2
Tidak Sesuai (TS) 2 3
Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4
50
3.3.1 Skala kesulitan pengambilan keputusan karir
Alat ukur yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adala alat ukur yang
diadaptasi dari Gati (1996). Kuesioner kesulitan pengambilan keputusan karir ini
terdiri dari 44 item yang direvisi menjadi 27 item, masing-masing sesuai dengan
kesulitan yang terdapat dalam taxonomy. Alat ukur ini terdiri dari tiga skala yang
terdiri dari lack of readiness, lack of information dan inconsistent information.
Peneliti menggunakan skala model likert dengan cara pengerjaannya
peserta menggambarkan seberapa sulit dalam mengambil keputusannya masing
masing item terjadi.
Adapun distribusi dan penyebaran item dari skala kesulitan pengambilan
keputusan karir dapat dilihat di table 3.2 berikut :
Tabel 3.2
Blue print skala kesulitan pengambilan keputusan karir
No Dimensi Indikator Item
Jumlah Fav Unfav
1. Lack of
readiness
Kurang nya kesiapan
individu dalam awal
proses dalam mengambil
keputusan karirnya
1, 2, 3, 4,5 - 5
2. Lack of
information
Kurangnya informasi
yang diterima individu
selama proses mengenai
diri sendiri maupun
karirnya
6,7,8,9,10,11,
12,13,14,15,1
6,17
- 12
3. Inconsistent
information
Informasi yang tidak
relevan mengenai karir,
konflik internal dan
eksternal yang
mempengaruhi proses
pengambilan keputusan
karir individu
18,19,20,21,2
2,23,24,25,26
,27
10
51
3.3.2 Skala efikasi diri
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner efikasi diri pengambilan keputusan
karir (short-Form) yang dibuat oleh Taylor dan Betz (1983) untuk mengukur
tingkat keyakinan individu bahwa ia bisa berhasil menyelesaikan tugas-tugas yang
diperlukan untuk membuat keputusan karir. Skala model Likert ini meliputi (a)
accurate self appraisal(b) gathering occupational information(c) goal selection
(d) making plans for the future, dan(e) problem solving. Masing-masing
menggunakan 5 item dengan jumlah 25. Adapun distribusi dan penyebaran item
dari skala efikasi diri pengambilan keputusan karir dapat dilihat pada table 3.3
Table 3.3
Blue print skala efikasi diri
No Dimensi Indikator Item
Jml Fav Unfav
1. Accurate Self
Appraisal
Mampu menilai
kemampuan,Menilai minat,
dan mampu melihat tujuan
karirnya
1,2,3,4,5 - 5
2.
Gathering
Occuputional
Information
Mampu menilai pengetahuan
yang dimilikinya mengenai
dunia pekerjaan 6,7,8,9,10 - 5
3. Goal Selection
1.Mampu menilai
kemampuannya dalam
menyesuaikan keadaan
dirinya dengan berbagai
karakteristik
2.Mampu memilih tujuan
yang sesuai dengan
kebutuhannya
11,12,13,14,
15 - 5
4. Making Plans
for the Future
Mampu melakukan
perencanaan dengan baik
dalam membuat keputusan
karir masa depannya.
16,17,18,19,
20 - 5
5. Problem
Solving
Mampu mengatasi masalah
dalam pengambilan keputusan 21,22,23,24,
25 - 5
52
3.3.3 Skala pola asuh orang tua
Instrument yang digunakan adalah Parental Authority Questionnaire (PAQ)
dikembangkan oleh Buri (1991) menggunakan skala model Likert. PAQ terdiri
dari 60 item (30 item per orang tua yaitu Ayah dan Ibu), tetapi peneliti hanya
menggunakan 28 item. Peneliti menggunakan skala model Likert . Skala model ini
mengukur : permissive, authoritarian, and authoritative jenis pola asuh orang tua.
Adapun distribusi dan penyebaran item dari skala pola asuh dapat dilihat di tabel
3.4.
Table 3.4
Blue print skala pola asuh
No Dimensi Indikator Item
Jml Fav Unfav
1. Otoritatif
a.Seimbang hak dan
kewajiban orang tua dan
anak
b.Mendukung apa yang
dilakukan anak tanpa
membatasi potensi yang
dimiliki
c.Bersikap tegas saat anak
melakukan kesalahan
d.Mendengarkan pendapat
anak tetapi tetap
memberikan pengawalan
dan penjagaan yang sesuai.
1,2,3,4,5,
6,7,8,9,10 - 10
2. Permisif
a.Orang tua Memberi
kebebasan pada anak
b. Tidak menuntut tanggung
jawab anak
c.Orang tua tidak banyak
mengatur dan mengontrol
11,12,13,
14,15,
16,17,18
- 8
3. Authoritarian
a.Menerima hukuman ketika
melakukan kesalahan
b.Tidak dimintai pendapat
dan melibatkan
19,20,21,
22,23,24,
25,26,27,
28
- 10
53
3.3.4 Skala kelekatan
Instrumen yang digunakan adalah IPPA (Inventory Parent Peer Attachment) yang
dibuat oleh Armsden dan Greenderg (1987) yang mengacu pada teori Jhon
Bolwby. Skala model Likert ini meliputi tiga bagian yaitu mother attachment,
father attachment dan peer attachment dengan jumlah item masing masing 24
item. Dengan jumlah seluruh item adalah 72. Peneliti menggunakan skala model
Likert ,dimana model Likert ini tidak ada jawaban yang dianggap paling benar
atau paling salah. Adapun distribusi dan penyebaran item dari skala pola asuh
dapat dilihat di tabel 3.5
Tabel 3.5
Blue print skala kelekatan
No Dimensi Indikator Item
Jml Fav Unfav
1. Kelekatan
Ayah
a. ayah menghargai
pendapat saya dan
menerima saya apa
adanya
b. ayah
mengkomunikasin
semua secara baik
c. ayah memiliki
ekspektasi lebih untuk
dirisaya
1,2,3,4,6,
11,12,14,15,18,
19,20,21,23,24
5,7,8,9,10
13,16,17,22 24
2. Kelekatan
Ibu
a. ibu menghargai
pendapat dan
menerima saya apa
adanya
b. ibu
mengkomunikasikan
semua secara baik
c. ibu memiliki
ekspektasi lebih dari
diri saya sendiri
1,2,3,4,6,
11,12,14,15,18,
19,20,21,23,24
5,7,8,9,10
13,16,17,22 24
3.
Kelekatan
Teman
Sebaya
a. Teman menghargai
pendapat dan meneima
saya apa adanya.
b. Teman
mengkomunikasikan
semua secara baik.
c. Teman memiliki
ekspektasi lebih dari
diri saya sendiri
1,2,3,5,6
7,11,12,13,14,1
5,16,18,19,20,2
3,24
4,8,9,10
17,21,22 24
54
3.4 Prosedur Pengujian Alat Ukur
3.4.1 Pengujian validitas konstruk
Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan CFA (Confirmatory Factor Analysis) dengan software Lisrel 8.70.
yang bertujuan untuk mengetahui apakah setiap item pada variabel valid dalam
mengukur apa yang hendak diukur. CFA digunakan dalam proses pengembangan
skala untuk memeriksa struktur laten dari suatu alat tes. Dalam konteks ini, CFA
digunakan untuk verifikasi jumlah dimensi yang mendasari instrument (faktor)
dan pola hubungan item dengan faktor (factor loading).
Dalam Confirmatory Factor Analysis (CFA), peneliti harus memiliki
gambaran yang spesifik mengenai (a) jumlah faktor, (b) variabel yang
mencerminkan suatu faktor, dan (c) faktor yang saling berkolerasi. Tahapan dalam
CFA diawali merumuskan model teoritis (hipotesis) tentang pengukuran variabel
laten, kemudian model tersebut diuji kebenarannya secara statistik menggunakan
data. CFA lebih tepat digunakan pada pengujian teori karena (a) langsung menguji
teori dan (b) tingkat fit pada model dapat diukur dalam berbagai cara. Adapun
logika dari CFA (Umar, 2011) adalah:
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang
didefiniskan secara operasional sehingga disusun pertanyaan atau
pernyataan untuk mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor,
sedangkan pengukuran terhadap faktor ini dilakukan melalui analisis
terhadap respon atas item-itemnya.
55
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun
juga tiap subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item
maupun subtes bersifat unidimensional.
3. Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi
matriks korelasi antar item yang seharusnya diperoleh jika memang
unidimensional. Matriks korelasi ini disebut sigma (∑), kemudian
dibandingkan dengan matriks dari data empiris, yang disebut matriks
S. jika teori tersebut benar (unidimensional) maka tentunya tidak ada
perbedaan antara matriks ∑ – matriks S atau bisa juga dinyatakan
dengan ∑ – S = 0.
4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji
dengan chi square. Jika hasil chi square tidak signifikan (p . 0.05),
maka hipotesis nihil tersebut “tidak ditolak”. Artinya teori
unidimensionalitas tersebut dapat diterima bahwa item ataupun subtes
instrument hanya mengukur satu faktor saja.
5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya apakah item signifikan atau
tidak mengukur apa yang hendak di ukur, dengan menggunakan t-test.
Jika hasil t-test tidak signifikan maka item tersebut tidak signifikan
dalam mengukur apa yang hendak diukur, bila perlu item yang
demikian di drop dan sebaliknya.
6. Terakhir, apabila hasil dari CFA terdapat item yang koefisien muatan
faktornya negatif, maka item tersebut harus di drop. Sebab hal ini
tidak sesuai dengan sifat item, yang bersifat positif (favorable).
56
Kemudian setelah didapat model fit dihitung faktor skornya. Penggunaan
faktor skor ini adalah untuk menghindari hasil penelitian yang bias akibat dari
kesalahan pengukuran. Jadi skor yang dianalisis dalam penelitian ini bukanlah
skor yang diperoleh dari variabel pada umumnya, melainkan justru true score
yang diperoleh dnegan memperhitungkan perbedaan validitas dari setiap item.
Namun demikian, untuk menghindari faktor skor yang bertanda negatif dan positif
(Z-score) maka peneliti mentransformasikan faktor tersebut menjadi T-score
dengan rumusnya yaitu:
T skor = 50 + (10 x faktor skor)
Dalam hal ini, T-score akan memiliki mean = 50 dan SD = 10 dan
diharapkan seluruh skor merupakan bilangan positif yang memiliki renrangan
diperkiraan antara 0 dan 100. Setelah didaptkan faktor skor yang telah diubah
menjadi T-score, nilai baku inilah yang akan dianalisis dalam uji hipotesis
korelasi dan agresi. Adapun pengujian analisis CFA seperti ini dilakukan dengan
bantuan software LISREL.
3.4.2 Uji Validitas Skala Kesulitan Pengambilan Keputusan Karir
Peneltiti menguji apakah 27 item yang bersifat unidimensional, artinya item-item
tersebut benar-benar hanya mengukur kesulitan pengambilan keputusan karir.
Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata
tidak fit dengan Chi-Square=2306,16, df= 517, P-value=0.00000 dan RMSEA =
0,125. Namun, setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran di beberapa item dibebaskan berkolerasi satu sama lainnya, maka
diperoleh model fit dengan P-value > 0,05 (signifikan). Artinya model satu faktor
57
dapat diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu
kesulitan pengambilan keputusan karir.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di drop atau tidak. Pengujiannya dilakuakan melihat nilai t bagi setiap
muatan faktor, jika nilai t > 1,96, maka item tersebut signifikan dan begitu juga
sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item penilaian kesulitan pengambilan
keputusan karir dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut:
Tabel 3.6
Muatan faktor item skala kesulitan pengambilan keputusan karir Instrumen Goodness of fit No. Factor Std. T-Value Sig Penelitian Chi-Square Df P-Value Item Loading Error
1. 0,66 0,06 11,31 V
2. 0,15 0,06 2,38 V
3. 0,53 0,06 8,78 V
4. 0,25 0,07 3,37 V
5. 0,23 0,07 3,37 V
6. 0,69 0,06 11,89 V
7. 0,63 0,06 10,72 V
.8. 0,66 0,06 10,59 V
9. 0,83 0,05 15,12 V
10. 0,69 0,06 11,60 V
Kesulitan pengambilan
keputusan karir 218,70 187 0.05605
11. 0,56 0,07 8,61 V
12. 0,64 0,06 10,46 V
13. 0,52 0,06 8,15 V
14. 0,65 0,06 10,74 V
15. 0,56 0,06 8,94 V
16. 0,61 0,06 9,92 V
17. 0,60 0,06 9,85 V
18. 0,49 0,07 7,40 V
19. 0,60 0,07 9,60 V
20. 0,52 0,53 8,21 V
21. 0,53 0,06 8,51 V
22. 0,63 0,06 10,06 V
23. 0,47 0,06 7,52 V
24. 0,53 0,06 8,43 V
25. 0,51 0,06 7,90 V
26. 0,33 0,07 4,94 V
27. 0,46 0,06 7,34 V
Keterangan : V= signifikan (t>1.96); X= tidak signifikan (t<1.96)
58
Berdasarkan tabel 3.6 diatas bahwa seluruh item yang mengukur
signifikan, 27 item yang signifikan dengan t > 1,96 dan bertanda positif. Artinya,
berdasarkan hasil pengujian ini tidak ada item yang di drop.
3.4.3 Uji validitas skala efikasi diri
Peneliti menguji apakah 25 item bersifat unidimensional, artinya item-item
tersebut benar-benar hanya mengukur efikasi diri pengambilan keputusan karir.
Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata
tidak fit dengan Chi-Square= 2250,75, df=275, P-value= 0,00000 dan RMSEA=
0,180. Namun, setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran di beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
diperoleh model fit dengan P-value > 0,05 (signifikan). Artinya model satu faktor
dapat diterika, bahwan seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu efikasi
diri.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap muatan faktor, jika nilai t > 1,96, maka item tersebut signifikan dan
begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item efikasi diri dapat
dilihat pada tabel 3.7 berikut :
59
Tabel 3.7
Muatan Faktor Item Skala Efikasi Diri
Instrumen Goodness of fit No. Factor Std. T-Value Sig
Penelitian Chi-Square Df P-Value Item Loading Error
1. 0,43 0,07 6,31 V
2. 0,26 0,07 3,81 V
3. 0,35 0,07 5,33 V
4. 0,29 0,07 4,33 V
5. 0,28 0,07 4,20 V
6. 0,29 0,07 4,22 V
7. 0,47 0,07 7,09 V
8. 0,21 0,07 2,92 V
9. 0,35 0,07 5,09 V
10 0,30 0,07 4,25 V
Efikasi 159,60 139 0.11142 11. 0,47 0,07 7,14 V
Diri
12. 0,60 0,06 9,55 V
13. 0,02 0,07 0,23 X
14. 0,33 0,07 4,85 V
15. 0,36 0,07 5,40 V
16. 0,02 0,07 0,34 X
17. -0,14 0,07 -2,06 X
18. 0,34 0,07 4,94 V
19. 0,60 0,06 9,62 V
20. 0,76 0,06 12,20 V
21. 0,72 0,06 12,06 V
22. 0,71 0,06 11,68 V
23. 0,63 0,06 9,80 V
24. 0,81 0,06 14,04 V
25. 0,74 0,06 12,25 V
Keterangan : V= signifikan (t>1.96); X= tidak signifikan (t<1.96)
Berdasarkan tabel 3.7 terlihat bahwa seluruh item yang mengukur efikasi
diri, 22 item yang signifikan dengan t>1,96 dan bertanda positif. Artinya,
berdasarkan hasil pengujian ini ada tiga item yang di drop t<1,96 (tidak
signifikan).
3.4.4 Uji validitas pola asuh (Authoritarian)
Peneliti menguji apakah sepuluh item yang bersifat unidimensional, artinya item-
item tersebut benar-benar hanya mengukur pola asuh(authoritarian). Dari hasil
awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit
60
dengan Chi-Square=260,90, df=35, P-value = 0.00006 dan RMSEA = 0.171.
Namun, setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran di beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
diperoleh model fit dengan P-value > 0,05 (signifikan). Artinya model satu faktor
dapat diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu pola
asuh (authoritarian)
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di drop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
muatan faktor, jika nilai t>1,96, maka item tersebut signifikan dan begitu juga
sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pola asuh (authoritarian) dapat
dilihat pada tabel 3.8 berikut:
Tabel 3.8
Muatan Faktor Skala pola asuh (authoritarian)
Instrumen Goodness of fit No. Factor Std. T-Value Sig
Penelitian Chi-Square Df P-Value Item Loading Error
1. 0,37 0,06 5,85 V
2. 0,57 0,06 9,38 V
3. 0,51 0,07 7,54 V
4. 0,64 0,06 10,35 V
5. 0,88 0.05 16,17 V
Pola asuh (authoritarian)
33,70 24 0.09022 6. 0,79 0,06 13,97 V
7. 0,62 0,06 10,30 V
8. 0,64 0,06 10,07 V
9. 0,82 0,06 13,95 V
10 0,57 0,06 8,95 V
Keterangan : V= signifikan (t>1.96); X= tidak signifikan (t<1.9)
Berdasarkan tabel 3.8 terlihat bahwa seluruh item yang mengukur pola
asuh (authoritarian), 10 item yang signifikan dengan t > 1,96 dan bertanda positif.
Artinya, berdasarkan hasil pengujian ini tidak ada item yang di drop.
61
3.4.5 Uji Validitas Pola Asuh (otoritatif)
Peneliti menguji apakah sepuluh item yang bersifat unidimensional, artinya item-
item tersebut benar-benar hanya mengukur pola asuh (otoritatif) . Dari hasil awal
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan
Chi-Square=91,72, df=35, P-value = 0.00000 dan RMSEA = 0.085. Namun,
setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran di
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit
dengan P-value>0,05 (signifikan). Artinya model satu faktor dapat diterima,
bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu pola asuh (otoritatif)
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di drop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
muatan faktor, jika nilai t > 1,96, maka item tersebut signifikan dan begitu juga
sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pola asuh (otoritatif) dapat dilihat
pada tabel 3.9 berikut:
Tabel 3.9 Muatan Faktor Skala pola asuh (otoritatif)
Instrumen Goodness of fit No. Factor Std. T-Value Sig Penelitian Chi-Square Df P-Value Item Loading Error
1. 0.66 0.06 10,49 V
2. 0.58 0,07 8,78 V
3. 0.65 0.07 9,89 V
4. 0.77 0.06 12,70 V
5. 0.68 0.06 10,72 V
Pola asuh (otoritatif) 36,59 28 0.12813 6. 0,72 0,06 11,63 V
7. 0,77 0,06 12,67 V
8. 0,32 0,07 4,51 V
9. 0,13 0,07 1,80 X
10 0,25 0,07 3,48 V
Keterangan : V= signifikan (t>1.96); X= tidak signifikan (t<1.96)
62
Berdasarkan tabel 3.9 terlihat bahwa seluruh item yang mengukur pola
asuh (otoritatif), 9 item yang signifikan dengan t > 1,96 dan bertanda positif.
Artinya, berdasarkan hasil pengujian ini ada satu item yang di drop t < 1,96 (tidak
signifikan).
3.4.6 Uji Validitas Pola Asuh (Permisif)
Peneliti menguji apakah delapan item yang bersifat unidimensional, artinya item-
item tersebut benar-benar hanya mengukur pola asuh (permisif). Dari hasil awal
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan
Chi-Square=137,44, df= 20, P-value = 0.00006 dan RMSEA = 0.163.
Namun, setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran di beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
diperoleh model fit dengan P-value > 0,05 (signifikan). Artinya model satu faktor
dapat diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu pola
asuh (permisif).
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap muatan faktor, jika nilai t > 1,96, maka item tersebut signifikan dan
begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pola asuh (permisif)
dapat dilihat pada tabel 3.10 berikut:
63
Tabel 3.10
Muatan Faktor Item Skala Pola Asuh (Permisif)
Berdasarkan tabel 3.10 diatas terlihat bahwa seluruh item yang mengukur
pola asuh (permisif), delapan item yang signifikan dengan t > 1.96 dan bertanda
positif. Artinya, berdasarkan hasil pengujian ini tidak ada item yang di drop.
3.4.7 Uji Validitas Skala Kelekatan Ayah
Peneliti menguji apakah 24 item yang bersifat unidimensional, artinya item-item
tersebut benar-benar hanya mengukur kelekatan ayah. Dari hasil awal analisis
CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-
Square=2078,66, df=252, P-value = 0.00000 dan RMSEA = 0.181. Namun,
setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran di
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit
dengan P-value > 0,05 (signifikan). Artinya model satu faktor dapat diterima,
bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu kelekatan ayah.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap muatan faktor, jika nilai t >1,96, maka item tersebut signifikan dan
Instrumen Goodness of fit No. Factor Std. T-Value Sig
Penelitian Chi-Square Df P-Value Item Loading Error
1. 0.56 0.07 7,94 V
2. 0.54 0,08 6,57 V
3. 0.55 0.07 7,92 V
4. 0.47 0.08 5,84 V
Pola asuh (permisif) 17,83 14 0.21472 5. 0.52 0.07 7,35 V
6. 0,20 0,08 2,68 V
7. 0,75 0,07 9,97 V
8. 0,23 0,08 2,80 V
Keterangan : V= signifikan (t>1.96); X= tidak signifikan (t<1.96)
64
begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item aktivitas
menyenangkan dapat dilihat pada tabel 3.11 berikut
Tabel 3.11
Muatan Faktor Item Skala Kelekatan Ayah
Instrumen Goodness of fit No. Factor Std. T-Value Sig
Penelitian Chi-Square Df P-Value Item Loading Error
1. 0.86 0.06 14,96 V
2. 0.77 0.06 13,43 V
3. 0.80 0.06 13,67 V
4. 0.73 0.06 12,05 V
5. 0.28 0.06 4,54 V
6. 0,58 0,06 9,76 V
7. 0,57 0,06 9,03 V
8. 0,22 0,07 3,20 V
9. 0,32 0,06 5,01 V
Kelekatan Ayah 147,48 121 0.05114 10 0,21 0,07 3,17 V
11. 0,54 0,06 9,07 V
12. 0,49 0,06 7,61 V
13. 0,10 0,06 1,54 X
14. 0,74 0,06 12,72 V
15. 0,64 0,06 10,39 V
16. 0,40 0,07 6,09 V
17. 0,37 0,06 5,87 V
18. 0,56 0,06 9,34 V
19. 0,75 0,06 13,32 V
20. 0,55 0,06 9,13 V
21. 0,62 0,06 9,67 V
22. 0,29 0,06 4,40 V
23. 0,45 0,07 6,71 V
24. 0,52 0,06 8,06 V
25. 0,74 0,06 12,25 V
Keterangan : V= signifikan (t>1.96); X= tidak signifikan (t<1.96)
Berdasarkan tabel 3.11 terlihat bahwa seluruh item yang mengukur
kelekatan ayah, 23 item signifikan dengan t >1.96. Sedangkan, satu item lainnya
tidak signifikan dengan t< 1.96. Artinya, berdasarkan hasil pengujian ini terdapat
satu item yang di drop.
3.4.8 Uji Validitas Kelekatan Ibu
Peneliti menguji apakah 24 item yang bersifat unidimensional, artinya item-item
tersebut benar-benar hanya mengukur kelekatam Ibu. Dari hasil awal analisis
CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-
65
Square=1548,46, df=252, P-value = 0.00000 dan RMSEA=0.152. Namun,
setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran di
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit
dengan P-value > 0,05 (signifikan). Artinya model satu faktor dapat diterima,
bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu kelekatan Ibu
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di drop atau tidak. Jika nilai t>1,96, maka item tersebut signifikan dan
begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item kelekatan Ibu dapat
dilihat pada tabel 3.12 berikut:
Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Skala Kelekatan Ibu
Instrumen Goodness of fit No. Factor Std. T-Value Sig
Penelitian Chi-Square Df P-Value Item Loading Error
1. 0,79 0.06 14,16 V
2. 0.84 0.06 15,60 V
3. 0.77 0.06 13,44 V
4. 0.57 0.06 9,29 V
5. 0.38 0.06 6,04 V
6. 0,45 0,06 7,25 V
7. 0,14 0,07 2,10 V
8. -0,07 0,07 -1,14 X
9. 0,66 0,06 11,14 V
Kelekatan ibu 197,06 167 0.05576 10 0,30 0,06 4,91 V
11. 0,80 0,06 14,16 V
12. 0,61 0,06 10,17 V
13. 0,16 0,07 2,27 X
14. 0,78 0,06 13,67 V
15. 0,59 0,06 9,66 V
16. 0,48 0,06 7,62 V
17. 0,47 0,06 7,58 V
18. 0,68 0,06 11,57 V
19. 0,83 0,06 14,97 V
20. 0,71 0,06 12,14 V
21. 0,65 0,06 10,87 V
22. 0,31 0,06 4,90 V
23. 0,37 0,06 5,65 V
24. 0,59 0,06 9,18 V
Keterangan : V= signifikan (t>1.96); X= tidak signifikan (t<1.96)
66
Berdasarkan tabel 3.12 terlihat bahwa seluruh item yang mengukur
kelekatan ibu, 23 item signifikan dengan t>1.96. Sedangkan, satu item lainnya
tidak signifikan dengan t< 1.96. Artinya, berdasarkan hasil pengujian ini terdapat
satu item yang di drop.
3.4.9 Uji Validitas Kelekatan Teman Sebaya
Peneliti menguji apakah 23 item yang bersifat unidimensional, artinya item-item
tersebut benar-benar hanya mengukur kelekatam teman sebaya. Dari hasil awal
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan
Chi-Square=1982,98, df=252, P-value=0.00000 dan RMSEA=0.176. Namun,
setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran di
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit
dengan P-value > 0,05 (signifikan). Artinya model satu faktor dapat diterima,
bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu kelekatan teman
sebaya.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap muatan faktor, jika nilai t>1,96, maka item tersebut signifikan dan
begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item kelekatan teman
sebaya dapat dilihat pada tabel 3.13 berikut:
67
Tabel 3.13
Muatan Faktor Item Skala Kelekatan Teman Sebaya
Instrumen Goodness of fit No. Factor Std. T-
Value Sig
Penelitian Chi-Square Df P-Value Item Loading Error
1. 0.44 0.06 6.78 V
2. 0.86 0.05 15.92 V
3. 0.53 0.06 8.51 V
4. 0.16 0.07 9.29 V
5. 0.42 0.07 6.46 V
6. 0.70 0.06 8.69 V
7. 0.70 0.06 11.59 V
8. -0.24 0.07 -3.74 V
9. 0.46 0.07 6.97 V
10 0.31 0.07 4.60 V
11. 0.41 0.07 6.02 V
12. 0.61 0.06 9.79 V
13. 0.50 0.06 8.17 V
Kelekatan Teman Sebaya
159,61 133 0.05774 14. 0.66 0.06 11.25 V
15. 0.66 0.06 10.74 V
16. 0.27 0.07 4.10 V
17. 0.08 0.07 1.14 X
18. 0.62 0.06 10.24 V
19. 0.71 0.06 12.06 V
20. 0.35 0.07 5.17 V
21. -0.13 0.07 -1.81 X
22. 0.24 0.07 3.68 V
23. 0.66 0.06 10.87 V
24. 0.67 0.06 11.33 V
Keterangan : V= signifikan (t>1.96); X= tidak signifikan (t<1.96)
Berdasarkan tabel 3.13 terlihat bahwa seluruh item yang mengukur
kelekatan teman sebaya, 22 item signifikan dengan t>1.96. Sedangkan, dua item
lainnya tidak signifikan dengan t<1.96. Artinya, berdasarkan hasil pengujian ini
terdapat dua item yang di drop.
3.5 Metode Analisis Data
Dalam rangka menguji hipotesis penelitian, peneliti menggunakan metode analisis
regresi berganda yaitu suatu metode untuk menguji signifikan atau tidaknya
pengaruh dari sekumpulan variabel indipenden terhadap variabel dependen.
68
Berikut ini adalah persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini:
Y=a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+b7X7+e
Keterangan:
Y = Kesulitan Pengambilan Keputusan Karir
a = konstanta/intercept
b = koefisien regresi
X1 = efikasi diri
X2 = Authoritarian pada pola asuh
X3 = Authoritatif pada pola asuh
X4 = Permisif pada pola asuh
X5 = kelekatan Ayah pada Kelekatan
X6 = Kelekatan Ibu pada Kelekatan
X7 = Kelekatan Teman Sebaya pada Kelekatan
e = residu
Adapun data yang dianalisis dengan persamaan diatas adalah hasil dari
pengukuran yang sudah ditransformasi ke dalam true score. Dalam hal ini, true
score adalah faktor yang diukur dengan menggunakan software SPSS dengan
menggunakan item yang valid. Tujuan dari true score adalah agar koefisien
regresi tidak mengalami atenuasi atau underestimated (koefisien regresi yang
terhitung lebih rendah dari yang seharusnya sehingga tidak signifikan).
Dalam analisis regresi berganda, besarnya proporsi varians resiliensi yang
dipengaruhi oleh bervariasinya seluruh IV yang bisa diukur dengan rumus R²
(Umar, 2011),
69
dimana:
Adapun jika R² signifikan (P<0.05) maka proporsi varians Y yang
dipengaruhi oleh ketiga faktor (efikasi diri, lingkungan kerja dan faktor
demografi) secara keseluruhan adalah signifikan.
Jika telah terbukti signifikan, maka peneliti akan menguji variabel mana
dari tujuh variabel indipenden tersebut yang signifikan. Dalam hal ini peneliti
menguji signifikan atau tidaknya koefisien regresi (b) dengan t-test. Jika memiliki
skor t> 1.96 maka koefisien regresi variabel tersebut dinyatakan signifikan,
sebaliknya jika t< 1.96 maka variabel tersebut dinyatakan tidak signifikan (dalam
taraf signifikansi 0.05 atau 5%).
Dalam regresi analisis berganda ini dapat diperoleh beberapa informasi,
yaitu:
1. R² yang menunjukan proporsi varian dari variabel dependen yang bisa
diterangkan oleh variabel indipenden.
2. Uji hipotesis mengenai signifikan atau tidaknya masing-masing koefisien
regresi. Koefisien yang signifikan menunjukkan dampak yang signifikan
dari variabel indipenden yang bersangkutan.
3. Persamaan regresi yang ditemukan bisa digunakan untuk membuat
prediksi tentang beberapa nilai Y jika nilai variabel indipenden diketahui.
70
4. Sumbangan varian dari masing-masing aspek variabel independen yaitu
efikasi diri, pola asuh, dan kelekatan terhadap kesulitan pengambilan
keputusan karir.
3.1 Prosedur Penelitian
Pada penelitian ini terapat beberapa tahap dalam proses melakukan penelitian,
1. Tahap persiapan
Pada tahap persiapan penelitian peneliti memulai dengan perumusan
masalah, menentukan variabel penelitian, melakukan studi pustaka
untuk mendapatkan gambaran dan landasan teoritis yang tepat,
menentukan, menyusun dan menyiapkan alat ukur yang digunakan
dalam penelitian, yaitu skala efikasi diri,pola asuh,kelekatan dan
kesulitan pengambilan keputusan karir.
2. Tahap pengambilan data
Pada tahap ini peneliti mulai menentukan sampel penelitian,
memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan meminta
kesediaan responden untuk mengisi skala penelitian, melaksanakan
pengambilan data dengan memberikan skala yang telah disiapkan
responden penelitian
3. Tahap pengolahan data
Pada tahap ini, penelitian mulai melakukan skoring terhadap hasil skala
yang telah diisi oleh responden, selanjutnya menghitung dan mencatat
tabulasi data yang diperoleh kemudian membuat tabel data, dan pada
71
tahap ini diakhiri dengan melakukan analisis data dengan menggunakan
metode statistik untuk menguji hipotesis penelitian.
4. Tahap analisis dan laporan
Pada tahap ini penulis membuat laporan hasil dan melihat item-item
yang baik serta membuat diskusi dan kesimpulan pada penelitian ini.
72
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Dalam bab empat ini dibahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan.
Pembahasan tersebut meliputi tiga bagian yaitu, gambaran subjek penelitian,
analisis deskriptif dan pengujian hipotesis penelitian.
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Berikut ini akan diuraikan gambaran responden berdasarkan jenis kelamin, dan
usia. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sampel sebanyak 223 siswa
SMAN 29 Jakarta. Lihat tabel 4.1.
Tabel 4.1
Gambaran Umum Responden
Responden Persentase
Berdasarkan Jumlah (%)
Jenis Kelamin Laki-laki 104 46,64 %
Perempuan 119 53.36%
Jumlah 223 100%
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.1, dapat dilihat bahwa
responden laki-laki berjumlah 104 orang (46,64%) dan responden perempuan
berjumlah 119 orang (53,36%). Dengan demikian, responden yang terdapat dalam
penelitian ini sebagian besar berjenis kelamin perempuan.
4.2 Hasil Analisis Deskriptif
Dalam hasil analisis deskriptif ini akan disajikan nilai minimum, maksimum,
mean dan standar deviasi dari setiap variabel. Jadi, perhitungan skor faktor pada
73
tiap variabel tidak menjumlahkan item-item seperti pada umumnya, tetapi
dihitung dengan maximum likelihood, skor ini disebut true score. Adapun true
score yang dihasilkan satuannya berbentuk Z score. Untuk menghilangkan
bilangan negatif dari Z score, semua skor ditransformasikan ke skala T yang
semuanya positif dengan menetapkan nilai mean = 50 dan standar deviasi = 10.
Pada tabel 4.2 digambarkan hasil deskriptif statistik dari seluruh variabel
kontinum yang berisi nilai mean, standar deviasi (SD), nilai maksimum dan
minimum dari masing-masing variabel.
Tabel 4.2
Skor variabel penelitian
Berdasarkan tabel 4.2, diketahui deskripsi statistik pada seluruh variabel
independen maupun variabel dependen dengan masing-masing nilai mean 50 dan
SD 10.
Nilai minimum untuk variabel kesulitan keputusan karir yaitu 21.78 dan
nilai maksimumnya yaitu 85.29. Variabel efikasi diri memiliki nilai minimum
22.92 dan variabel maksimum 71.29. Kemudian variabel pola asuh (otoritatif)
memiliki nilai minimum 29.82 dan nilai maksimum 78.07. Selanjutnya variabel
pola asuh (authoritarian) memiliki nilai minimum 11.74 dan nilai maksimum
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
Kesulitan pengambilan keputusan karir
223 21.78 85.29 50 9.57725
Efikasi diri 223 22.92 71.29 50 9.37460 Pola Asuh (otoritatif) 223 29.82 78.07 50 9.20226 Pola Asuh ( authoritarian ) 223 11.74 67.43 50 9.23671 Pola Asuh (permisif) 223 30.37 77.80 50 8.44794 Kelekatan Ayah 223 19.48 68.62 50 9.48410 Kelekatan Ibu 223 17.06 69.18 50 9.61131 Kelekatan TS 223 18.67 73.94 50 9.39708
74
67.43. Untuk variabel pola asuh (permisif) memiliki nilai minimum 30.37 dan
nilai maksimum 77.80. Untuk variabel kelekatan ayah memiliki nilai minimum
19.48 dan nilai maksimum 68.62. Untuk variabel kelekatan ibu memiliki nilai
maksimum 17.06 dan nilai maksimum 69.18. Untuk variabel kelakatan teman
sebaya nilai minimum 18.67 dan nilai maksimum 73.94.
4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian
Kategorisasi variabel bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam
kelompok- kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum
berdasarkan atribut yang diukur. Kontinum berjenjang ini contohnya adalah
dari rendah ke tinggi yang akan peneliti gunakan dalam kategorisasi variabel
penelitian.
Sebelum mengkategorisasi skor masing-masing variabel berdasarkan
tingkat rendah dan tinggi, peneliti terlebih dahulu menetapkan norma dari skor
dengan menggunakan nilai mean. Skor yang berada di bawah nilai mean termasuk
pada kategori rendah sedangkan skor yang berada di atas nilai mean termasuk
pada kategori tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini:
Tabel 4.3
Kategorisasi Skor Penelitian Kategorisasi & Presentase Skor
No Variabel Rendah % Tinggi %
1 Kesulitan pengambilan keputusan karir 111 49.8% 112 50.2% 2 Efikasi diri 122 54.7% 101 45.3% 3 Pola asuh (otoritatif) 121 54.3% 102 45.7% 4 Pola asuh (authoritarian) 121 54.3% 102 45.7% 5 Pola asuh (permisif) 118 52,9% 105 47.1% 6 Kelekatan Ayah 111 49.8% 112 50.2% 7. Kelekatan Ibu 103 46.2% 120 53.8% 8 Kelekatan TS 134 60.1% 89% 39.9%
75
Berdasarkan tabel 4.3, subjek yang berada di kategori rendah pada
variabel kesulitan pengambilan keputusan karir berjumlah 111 subjek (49.8%).
Pada kategori tinggi yaitu sebanyak 112 subjek (50.2%). Dengan demikian, dari
kategorisasi ini variabel kesulitan pengambilan keputusan karir lebih banyak
berada pada kategori tinggi.
Variabel efikasi diri pada kategori rendah berjumlah 122 subjek (54.7%)
sedangkan pada kategori tinggi berjumlah 101 subjek (45.3%). Artinya pada
variabel efikasi diri ini skor subjek lebih banyak pada kategori rendah.
Variabel pola asuh (otoritatif) yang berada pada kategori rendah
sebanyak 121 subjek (54.3%) sedangkan untuk kategori tinggi sebanyak 102
subjek (45,7%). Ini berarti pada variabel pola asuh (otoritatif) sebarannya
lebih banyak pada kategori rendah daripada kategori rendah.
Skor untuk variabel pola asuh (authoritarian) memiliki sebaran sebanyak
121 subjek (54.3%) pada kategori rendah dan 102 subjek (45.7%) pada kategori
tinggi. Hal ini menunjukkan kategori rendah lebih banyak daripada kategori
tinggi pada variabel pola asuh (authoritarian).
Skor untuk variabel pola asuh (permisif), hasilnya adalah sebanyak 118
subjek (52.9%) berada pada kategori rendah dan 105 subjek (47.1%) berada pada
kategori tinggi. Artinya subjek pada variabel pola asuh (permisif) lebih banyak
berada pada kategori rendah.
Skor untuk variabel kelekatan ayah, hasilnya adalah sebanyak 111 subjek
(49.8%) berada pada kategori rendah dan 112 subjek (50.2%) berada pada
kategori tinggi. Artinya subjek pada variabel kelekatan ayah lebih banyak berada
76
pada kategori tinggi.
Skor untuk variabel kelekatan Ibu hasilnya adalah sebanyak 103 subjek
(46.2%) berada pada kategori rendah dan 120 subjek (53.8%) berada pada
kategori tinggi. Artinya subjek pada variabel kelekatan ibu lebih banyak berada
pada kategori tinggi.
Selanjutnya, skor untuk variabel kelekatan teman sebaya, hasilnya adalah
sebanyak 134 subjek (60.1%) berada pada kategori rendah dan 89 subjek (39.9%)
berada pada kategori tinggi. Artinya subjek pada variabel kelekatan teman sebaya
lebih banyak berada pada kategori rendah.
4.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian
Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi
berganda dengan menggunakan software SPSS 20. Dalam regresi ada tiga hal
yang dilihat, yaitu melihat besaran R square untuk mengetahui varians DV
yang dijelaskan oleh IV, kedua apakah secara keseluruhan IV berpengaruh
secara signifikan terhadap DV, terakhir melihat signifikan atau tidaknya
koefisien regresi dari masing-masing IV.
Langkah pertama peneliti melihat besaran R square untuk melihat
berapa persen (%) varians DV yang dijelaskan oleh IV Selanjutnya untuk
tabel R square dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut :
Tabel 4.4
Tabel R square
Model Summary
Model R R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error of the Estimate
1 ,443a ,196 ,170 8,72433
77
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa peroleh R square sebesar 0.196. artinya
proporsi varians dari kesulitan pengambilan keputusan karir yang dijelaskan oleh
efikasi diri, pola asuh (authoritarian), pola asuh (authoritatif), pola asuh
(permisif), kelekatan ayah, kelekatan ibu dan kelekatan teman sebaya adalah
sebesar 19,6 % sedangkan 80.4 % sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar
penelitian ini.
Langkah kedua peneliti menganalisis dampak dari seluruh variabel
independen terhadap kesulitan pengambilan keputusan karir. Adapun hasil uji
F dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut.
Tabel 4.5
Tabel Anova ANOVA
b
Model Sum of Squares Df
Mean Square
F Sig.
Regression 3998,166 7 571,167 7,504 0,000
Residual 16364,507 215 76,114
Total 20362,673 222
a. Dependent Variable: KESULITAN_PKK b. Predictors: (Constant), TEMAN_SEBAYA, OTORITATIF, IBU, EFIKASI_DIRI, PERMISIF, AUTHORITARIAN, AYAH
Berdasarkan pada tabel 4.6, diketahui bahwa nilai Sig= 0.000. Sedangkan
diketahui bahwa syarat terpenuhinya nilai signifikan adalah < 0,05, maka
hipotesis mayor yang menyatakan tidak ada pengaruh antara seluruh independent
variabel dengan dependent variabel ditolak. Artinya, ada pengaruh yang
signifikan dari efikasi diri, pola asuh (authoritarian), pola asuh (otoritatif), pola
asuh (permisif), kelekatan ayah, kelakatan ibu, dan kelakatan teman sebaya.
Langkah terakhir adalah melihat koefisien regresi tiap seluruh independen
variabel. Jika nilai t > 1,96 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang
berarti bahwa independent variabel tersebut memiliki dampak yang signifikan
78
terhadap kesulitan pengambilan keputusan karir. Adapun penyajiannya
ditampilkan pada tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6 Koefisien Regresi
coefficientsa
Model
unstandardized coefficients
standardized coefficients
T sig. B std. error beta 1 (constant) 53,927 7,309 7,378 ,000
efikasi_diri -,329 ,066 -,322 -5,003 ,000
Otoritatif ,093 ,071 ,089 1,307 ,193
Authoritarian ,166 ,079 ,160 2,113 ,036
Permisif ,250 ,074 ,221 3,367 ,001
kelekatan_ayah -,077 ,080 -,076 -,959 ,339
kelekatan_ibu -,136 ,067 -,136 -2,034 ,043
kelekatan_ts -,045 ,069 -,045 -,657 ,512
Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.6, dapat disampaikan persamaan
regresi sebagai berikut : (* signifikan)
Kesulitan PKK = 53.927 - 0,329 efikasi diri* + 0.093 otoritatif +
0.166 authoritarian* + 0,250 permisif* - 0,077 kelekatan ayah – 0,136
kelekatan ibu* - 0.045 kelekatan teman sebaya.
Dari tabel 4.6, untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi
yang dihasilkan, kita cukup melihat sig pada kolom paling kanan (kolom
keenam), jika p < 0.05, maka koefisien regresi yang dihasilkan, signifikan
pengaruhnya terhadap kesulitan pengambilan keputusan karir dan sebaliknya.
Dari hasil di atas hanya efikasi diri, pola asuh (authoritarian), pola asuh
(permisif) dan kelekatan ibu yang signifikan, sedangkan sisanya tidak. Hal ini
berarti dari 8 hipotesis minor hanya terdapat empat yang signifikan. Penjelasan
dari nilai masing-masing koefisien regresi independent variabel adalah sebagai
berikut :
79
1. Variabel efikasi diri memiliki koefisien regresi sebesar -0.329 dengan
p < 0,05 dengan demikian hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada
pengaruh yang signifikan dari efikasi diri ditolak, artinya secara
positif efikasi diri memiliki pengaruh signifikan terhadap kesulitan
pengambilan keputusan karir. Arah yang negatif menunjukkan bahwa
jika skor efikasi diri tinggi maka skor kesulitan pengambilan
keputusan karir rendah, begitu sebaliknya.
2. Variabel pola asuh (otoritatif) memiliki koefisien regresi sebesar
0,093 dengan nilai signifikan p>0,05 dengan demikian hipotesis
nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari pola
asuh (otoritatif) tidak ditolak.
3. Variabel pola asuh (authoritarian) memiliki koefisien regresi sebesar
0.166 dengan p<0,05 dengan demikian hipotesis nihil yang
menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari pola asuh
(authoritarian) ditolak, artinya secara positif pola asuh (authoritarian)
memiliki pengaruh signifikan terhadap kesulitan pengambilan
keputusan karir. Arah yang positif menunjukan bahwa jika skor pola
asuh (authoritarian) tinggi maka skor kesulitan pengambilan
keputusan karir juga tinggi, begitupun sebaliknya.
4. Variabel pola asuh (permisif) memiliki koefisien regresi sebesar
0,250 dengan p<0,05 dengan demikian hipotesis nihil yang
menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari pola asuh
(permisif) ditolak, artinya pola asuh (permisif) memiliki pengaruh
80
yang signifikan terhadap kesulitan pengambilan keputusan karir.
5. Variabel kelekatan ayah memiliki koefisien regresi sebesar -0.077
dengan p>0,05 dengan demikian hipotesis nihil yang menyatakan
tidak ada pengaruh yang signifikan dari kelekatan ayah tidak ditolak.
6. Variabel kelekatan ibu memiliki koefisien regresi sebesar -0.136
dengan p<0,05 dengan demikian hipotesis nihil yang menyatakan
tidak ada pengaruh yang signifikan dari kelekatan ibu ditolak, artinya
kelekatan ibu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesulitan
pengambilan keputusan karir. Arah yang negatif menunjukan bahwa
skor kelekatan ibu tinggi, maka skor kesulitan pengambilan
keputusan karir rendah, begitu sebaliknya.
7. Variabel kelekatan teman sebaya memiliki koefisien regresi sebesar -
0,045 dengan p>0,05 dengan demikian hipotesis nihil yang
menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari kelekatan teman
sebaya tidak ditolak.
Pada pembahasan sebelumnya telah diketahui hanya terdapat empat
independent variable yang dampaknya signifikan terhadap kesulitan pengambilan
keputusan karir. Namun, peneliti juga ingin melihat varian dari masing-masing
independent variable yang memiliki kontribusi paling tinggi terhadap kesulitan
pengambilan keputusan karir. Oleh karena itu, peneliti melakukan analisis
regresi secara hirarkial. Awalnya peneliti memasukkan satu independent variable
kemudian memasukkan satu independent variable lagi dan begitu seterusnya
sehingga seluruh masing-masing independent variable dimasukkan. Berdasarkan
81
hasil hitungan menggunakan program SPSS 20.0, berikut ini adalah tabel
proporsi varian kinerja yang terkait dengan independent variable, yaitu:
Tabel 4.7
Proporsi Varians untuk Masing-masing Variabel Independen
Model Summary
Model R Square Change Statistics
R Square Change
F Change Sig. F Change
1 0,099 0,099 24,349 0,000
2 0,127 0,028 7,037 0,009
3 0,132 0,004 1,127 0,290
4 0,169 0,037 9,798 0,002
5 0,180 0,011 2,793 0,096
6 0,195 0,015 4,077 0,045
7 0,196 0,002 0,431 0,512 a. Predictors: (Constant), EFIKASI_DIRI
b. Predictors: (Constant), EFIKASI_DIRI, OTORITATIF
c. Predictors: (Constant), EFIKASI_DIRI, OTORITATIF, AUTHORITARIAN
d. Predictors: (Constant), EFIKASI_DIRI, OTORITATIF, AUTHORITARIAN, PERMISIF
e. Predictors: (Constant), EFIKASI_DIRI, OTORITATIF, AUTHORITARIAN, PERMISIF, AYAH
f. Predictors: (Constant), EFIKASI_DIRI, OTORITATIF, AUTHORITARIAN, PERMISIF, AYAH, IBU
g. Predictors: (Constant), EFIKASI_DIRI, OTORITATIF, AUTHORITARIAN, PERMISIF, AYAH, IBU, TEMAN_SEBAYA
Pada tabel 4.7 diatas, kolom pertama ada IV yang dianalisis satu per satu,
kolom kedua merupakan penambahan varians dependent variable dari tiap
independent variable yang dianalisis satu per satu tersebut, kolom ketiga
merupakan nilai murni varians dependent variable dari tiap independent
variable yang dimasukan satu per satu, kolom keempat adalah nilai F hitung dari
independent variable yang bersangkutan, kolom df adalah derajat kebebasan dari
independent variable yang bersangkutan yang terdiri dari numerator dan
denumerator, kolom F tabel adalah kolom mengenai independent variable pada
tabel F dengan dependent variable yang telah ditentukan sebelumnya, nilai
kolom inilah yang akan dibandingkan dengan nilai kolom F hitung. Apabila
82
nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel, maka di kolom selanjutnya
akan ditulis signifikan, begitu pun sebaliknya. Dari tabel di atas dapat diperoleh
informasi sebagai berikut :
1. Variabel efikasi diri memberikan sumbangan sebesar 9,9 %
terhadap varians kesulitan pengambilan keputusan karir.
Sumbangan tersebut signifikan secara statistik karena nilai sig F
Change = 0,000 ( p < 0,05)
2. Variabel pola asuh (otoritatif) memberikan sumbangan sebesar
2,8 % terhadap varians kesulitan pengambilan keputusan karir.
Sumbangan tersebut signifikan secara statistik karena nilai sig F
Change = 0,009 ( p < 0,05)
3. Variabel pola asuh (authoritarian) memberikan sumbangan
sebesar 0,4 % terhadap varians kesulitan pengambilan keputusan
karir. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik karena
nilai sig F Change = 0,290 ( p > 0,05)
4. Variabel pola asuh (permisif) memberikan sumbangan sebesar 3,7
% terhadap varians kesulitan pengambilan keputusan karir.
Sumbangan tersebut signifikan secara statistik karena nilai sig F
Change = 0.002 ( p < 0,05)
5. Variabel kelekatan ayah memberikan sumbangan sebesar 1,1 %
terhadap varians kesulitan pengambilan keputusan karir.
Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik karena nilai sig
F Change = 0,096 ( p > 0,05 )
83
6. Variabel kelekatan ibu memberikan sumbangan sebesar 1 , 5 %
terhadap varians kesulitan pengambilan keputusan karir.
Sumbangan tersebut signifikan secara statistik karena nilai sig F
Change = 0,045 ( p < 0,05)
7. Variabel kelekatan teman sebaya memberikan sumbangan sebesar
0 , 2 % terhadap varians kesulitan pengambilan keputusan karir.
Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik karena nilai sig
F Change = 0,512 ( p > 0,05 )
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat tujuh variabel
independen, yaitu efikasi diri, pola asuh (authoritarian), pola asuh (authoritatif),
pola asuh (permisif), kelekatan ibu, kelekatan ayah, dan kelekatan teman sebaya
jika dilihat dari besarnya pertambahan R Square yang dihasilkan setiap kali
dilakukan penambahan variabel independen (sumbangan proporsi varian yang
diberikan). Dari ketujuh variabel independen tersebut yang memberikan
sumbangan paling besar terhadap variabel dependen dilihat dari besarnya
pertambahan R Square yaitu variabel efikasi diri yang memberikan sumbangan
sebesar 9,9 % terhadap kesulitan pengambilan keputusan karir.
84
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
Pada bab lima peneliti memaparkan lebih lanjut hasil dari penelitian yang
dilakukan. Bab ini terdiri dari tiga bagian yaitu kesimpulan, diskusi dan saran.
5.1 Kesimpulan
Berdasakan hasil analisis data penelitian maka kesimpulan yang dapat diambil
dari penelitian ini adalah ada pengaruh yang signifikan dari efikasi diri, pola asuh
(authoritarian), pola asuh (authoritatif), pola asuh (permisif), kelekatan ayah,
kelekatan ibu, dan kelekatan teman sebaya terhadap kesulitan pengambilan
keputusan karir secara bersama-sama. Berdasarkan hasil dari uji hipotesis yang
telah dilakukan, terdapat empat variabel independen yang signifikan pengaruhnya
terhadap kesulitan pengambilan keputusan karir yaitu efikasi diri, pola asuh
(authoritarian), pola asuh (permisif), dan kelekatan ibu terhadap kesulitan
pengambilan keputusan karir. Berdasarkan proporsi varians masing-masing
variabel, terdapat empat variabel yang signifikan yaitu efikasi diri pola asuh
(authoritarian),pola asuh (permisif), dan kelekatan ibu.
5.2 Diskusi
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh antara efikasi diri, pola asuh
(authoritarian), pola asuh (authoritatif), pola asuh (permisif), kelekatan ayah,
kelekatan ibu, dan kelekatan teman sebaya terhadap kesulitan pengambilan
keputusan karir, ada empat variabel yang memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja, yaitu efikasi diri, pola asuh (authoritarian), pola asuh (permisif),
85
dan kelekatan ibu.
Hasil penelitian ini sesuai teori yang menunjukan bahwa efikasi diri
memiliki pengaruh yang sigifikan dengan pengambilan keputusan karir (Yinghua
Yi, 2014) dan menunjukkan arah yang negatif terhadap kesulitan pengambilan
keputusan karir. Variabel efikasi diri memliki sumbangan yang terbesar terhadap
kesulitan pengambilan keputusan karir. Jadi dapat diartikan jika skor efikasi diri
tinggi maka skor kesulitan pengambilan keputusan karirnya rendah dan begitupun
sebaliknya. Hal ini sejalan dengan teori Bandura yaitu, efikasi diri juga salah satu
aspek yang menunjang untuk kemajuan individu dalam pengambilan keputusan
karir (Bandura, 1977). Taylor dan Betz (1983) menunjukkan bahwa siswa yang
memiliki tingkat efikasi diri yang rendah, ketika siswa tersebut akan membuat
keputusan karir maka mereka akan kurang percaya diri dalam pilihan
kejuruannya, dan sulit mengambil keputusan.
Luzzo juga menemukan bahwa efikasi diri itu cukup positif terhadap sikap
pengambilan keputusan karir (dalam Yinghua Yi, 2014). Efikasi diri pada siswa
dapat menimbulkan kepercayaan diri untuk bisa mengambil keputusan yang tepat
bagi dirinya, sehingga hal ini akan berdampak pada perilakunya seperti lebih giat
dalam belajar, mencari tahu jurusan yang favorit dan sesuai dengan keinginannya,
serta mempercayai dirinya bahwa ia mampu untuk mendapatkan jurusan yang
diinginkannya. Hal ini dapat berdampak pada persepsi dan motivasi siswa untuk
berusaha lebih giat dan memungkinkan siswa merasa lebih nyaman dalam
86
pengambilan keputusan karirnya karena memiliki efikasi diri yang tinggi, sehingga
siswa mampu mengatasi kesulitan.
Pada variabel pola asuh terdapat tiga dimensi yaitu pola authoritarian,
otoritatif, dan permisif. Tetapi yang signifikan hanya dua yaitu pola asuh
authoritarian dan pola asuh permisif. Pola asuh (authoritarian) secara positif
mempengaruhi kesulitan pengambilan keputusan karir dan signifikan. Jadi, dapat
dikatakan semakin tinggi pola asuh (authoritarian) maka semakin tinggi kesulitan
pengambilan keputusan karir. Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian
yang dilakukan Sovet dan Metz (2014) menemukan bahwa gaya pengasuhan
authoritarian lebih efektif di kalangan remaja Korea dalam pengambilan
keputusan karir. Hal ini dikarenakan perbedaan kultur budaya Asia dan Eropa.
(Steinbergh et.al, 1994) bagi masyarakat Korea masih mempercayai dengan cara
menerapkan kewajiban anak yang ketat akan menambahkan prestasi akademik
anak tersebut dan akan membawa kehormatan untuk keluarganya. Sedangkan bagi
masyarakat Prancis orang tua hanya menekankan bagaimana kemandirian, harga
diri dan pertumbuhan pribadi bagi si anak. Selain itu Lamborn (1991) menyatakan
bahwa remaja dengan pola asuh authoritarian akan menghasilkan remaja yang
bergantung, pasif, kurang sosialisasi, kurang percaya diri dan memiliki prestasi
rendah. Pada penelitian ini pola asuh (authoritarian) orang tua menampilkan
sedikit kehangatan dan sangat mengendalikan. Mereka mempunyai aturan disiplin
yang ketat, menggunakan gaya hukuman, dan bersikeras bahwa remaja mereka
mengikuti arah orang tua tanpa mendiskusikannya dengan remaja (Kopko, 2007).
87
Peneliti berasumsi bahwa perbedaan hasil penelitian yang mengatakan
bahwa remaja asia lebih cocok dalam pola asuh authoritarian dikarenakan
perbedaan waktu penelitian yang dilakukan (perkembangan zaman) dan telah
banyak masuknya budaya Barat ke Asia . Dengan pola asuh yang authoritarian
akan membuat remaja memiliki rasa kurang percaya diri dan bergantung kepada
orang lain, dengan kontrol orang tua yang kuat dan terlalu mamaksakan remaja
sehingga hal ini bisa mengakibatkan remaja lebih sulit untuk memutuskan suatu
hal secara mandiri dan sulit membuat keputusan khususnya dalam mengambil
karirnya.
Pola asuh (permisif) secara positif mempengaruhi kesulitan pengambilan
keputusan karir dan signifikan. Jadi, dapat di artikan semakin tinggi pola asuh
(permisif) semakin tinggi juga kesulitan pengambilan keputusan karir. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Onder, Kirdok, Isik (2010)
yang menyatakan bahwa orang tua yang memiliki pola asuh permisif akan
membuat anak lebih sulit untuk membuat keputusannya. Selain itu Kopko (2010)
mengatakan Orang tua yang memiliki pola asuh permisif tidak ingin mengatakan
tidak atau mengecewakan anak-anak mereka. Akibatnya, remaja diperbolehkan
untuk membuat banyak keputusan penting tanpa mendengarkan saran orang tua.
Dengan pola asuh permisif ini bisa membuat anak menjadi bimbang
dengan banyaknya keinginan yang ia ingin putuskan, selain itu remaja akan
merasa memiliki kesulitan mengontrol diri mereka dan menetapkan hal yang baik
dan buruknya bagi diri mereka karena orang tua mereka terlalu memanjakan.
88
Pada variabel pola asuh (otoritatif) tidak memiliki pengaruh yang
signifikan dan memiliki arah yang positif dengan kesulitan pengambilan
keputusan karir. Pola asuh (ororitatif) adalah orang tua yang menampilkan
kehangatan namun tegas. Remaja yang diasuh dengan pola asuh (otoritatif) akan
belajar bagaimana bernegosiasi dan terlibat dalam diskusi, sehingga mereka
mampu memahami bahwa pendapat mereka dihargai (Kopko, 2007). Berbeda
dengan hasil penelitian ini. Hal ini dikarenakan hasil pada penelitian ini
menunjukkan kategorisasi yang rendah dalam pola asuh (otoritatif), jadi dapat
diartikan responden yang menerima pola asuh (otoritatif) ini sedikit dibandingkan
dengan responden yang tidak menerima pola asuh ini. Selain itu berdasarkan hasil
wawancara dengan siswa dan siswi dari sebelum dan selama pengambilan data
berlangsung mereka juga menyebutkan bahwa orang tua mereka masih kurang
menerima jurusan yang diajukan oleh siswa dan siswi di SMA Negeri 29 Jakarta.
Pada variabel kelekatan mempunya tiga dimensi, yaitu kelekatan ibu,
kelekatan ayah, dan kelekatan teman sebaya, tetapi dalam penelitian ini hanya
kelekatan ibu yang signifikan dengan kesulitan pengambilan keputusan akrir.
Kelekatan ibu secara negatif mempengaruhi kesulitan pengambilan keputusan
karir dan signifikan. Artinya, semakin tinggi kelekatan ibu maka semakin rendah
kesulitan pengambilan keputusan karirnya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Blustein (1991) bahwa kelekatan orangtua signifikan berhubungan
dengan komitmen yang lebih besar untuk pilihan karir di kalangan mahasiswa.
O'Brien (2000) melaporkan kelekatan dengan ibu menyebabkan kemajuan yang
lebih besar dalam melaksanakan tugas pengambilan keputusan karir di antara para
89
pelajar perempuan. Dikarenakan perempuan lebih berekspetasi untuk memilih
karir yang sesuai dengan ketertarikannya dan lebih realistis dengan
kemampuannya. Hasil penelitian Felsman dan Blustein (1999) juga menunjukkan
bahwa keterikatan yang lebih besar dengan ibu mengarah ke kemajuan yang lebih
dalam untuk siswa berkomitmen dengan pilihan karir (dalam Kadir, Noah &
Hassan, 2013).
Peneliti berasumsi kelekatan dengan ibu dapat membuat anak lebih mudah
memahami dirinya dan kemampuannya karena sosok ibu adalah figur sentral
dalam tumbuh kembang anak. Sampel yang digunakan juga lebih banyak anak
perempuan dibandingkan laki-laki. Sejalan dengan penelitian yang sebutkan
sebelumnya perempuan lebih mudah mengambil keputusan karirnya jika lebih
memiliki kelekatan dengan ibunya. Figur lekat yang dipilih anak biasanya adalah
orang dewasa yang memenuhi persyaratan. Ibu menduduki peringkat pertama
figur lekat utama anak. Hal ini dapat dipahami karena ibu biasanya lebih banyak
berinteraksi dengan anak dan berfungsi sebagai orang yang memenuhi
kebutuhannya serta memberikan rasa nyaman (Ervika, 2005). Sehingga remaja
bisa mendiskusikan keinginannya dan kemampuannya lebih mudah dengan ibu
dan remaja tidak mengalami kesulitan dalam pengambilan keputusan karirnya.
Pada variabel kelekatan ayah tidak memiliki pengaruh yang signifikan
dengan kesulitan pengambilan keputusan karir. Menurut (Millar, 2006) kelekatan
ayah dengan anak sulit untuk dibangun dikarenakan banyak hal seperti ayah
adalah kepala keluarga yang tidak banyak menghabiskan waktu dirumah, dan
90
anak beranggapan bahwa ayah adalah berwibawa, kuat, dominan dan kuat
sehingga membuat remaja enggan untuk berdiskusi dengan ayah mereka. Peneliti
berasumsi sama bahwa siswa dan siswi di SMA Negeri 29 Jakarta merasakan hal
yang sama kepada ayah mereka, hal ini membuat variabel kelekatan ayah tidak
signifikan dengan kesulitan pengambilan keputusan karir.
Selanjutnya pada variabel kelekatan teman sebaya juga tida memiliki
pengaruh yang signifikan dengan kesulitan pengambilan keputusan karir.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dalam kategorisasi
menunjukkan kelekatan siswa dan siswi SMA Negeri 29 Jakarta rendah dengan
teman sebayanya. Peneliti berasumsi hal ini dikarenakan dalam sekolah tersebut
setengah dari seluruh siswa dan siswi kelas tiga mengalami kesulitan pengambilan
keputusan karir. Sehingga, mereka akan merasa bingung dan enggan berdiskusi
dengan teman sebaya mereka mengenai karir karena mereka menganggap teman
sebaya tidak memberikan informasi dan solusi yang baik untuk pemilihan karir
mereka.
Pada penelitian ini terdapat keterbatasan dan kekurangan, yaitu : dengan
hanya mengambil sampel di satu sekolah saja, yang kurang menggambarkan
variasi kategorik dari tinggi rendahnya variabel tersebut. Terjadi kesulitan dalam
uji validitas karena item-item yang digunakan banyak sehingga untuk mencapai
item yang fit harus dilakukan banyak korelasi antar item.
91
5.1 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyadari bahwa masih
terdapat banyak kekurangan di dalamnya. Untuk itu, peneliti memberikan
beberapa saran untuk pertimbangan sebagai penyempurnaan penelitian
selanjutnya, baik berupa saran teoritis dan saran praktis.
5.1.1 Saran Metodologis
1. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti lain yang tertarik meneliti
variabel dependen yang sama disarankan menggunakan faktor-faktor
menarik lainnya yang dapat dijadikan variabel independen untuk
melihat pengaruhnya terhadap kesulitan pengambilan keputusan karir.
2. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti disarankan untuk menggunakan
sampel dengan jumlah yang lebih banyak dan berbeda dari yang
peneliti ambil agar lebih seimbang dan mempresentasikan populasi.
3. Disarankan bagi penelitian selanjutnya untuk mengambil respoden dari
lembaga pendidikan ataupun pada perkantoran yang berbeda jenis dan
usianya. Dikarenakan dalam beberapa penelitian sebelumnya yang
dilakukan banyak menggunakan sampel karyawan dan mahasiswa
dalam kesulitan pengambilan keputusan karir.
5.1.2 Saran Praktis
Dalam penelitian ini, kesulitan pengambilan keputusan karir dipengaruhi oleh
efikasi diri, pola asuh (authoritarian), pola asuh (permisif) dan kelekatan ibu,
92
oleh karena itu disarankan bagi orang tua dan guru terkait untuk:
1. Mengadakan konseling atau seminar mengenai efikasi diri yang
dilkasanakan oleh sekolah dengan guru BK. terutama pengambilan
keputusan karir untuk meningkatkan efikasi diri siswa, meingkatkan
efikasi diri dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti yang dikatakan
Bandura (1997) : Mastery Experience (pengalaman keberhasilan) contoh
dengan melakukan brainstroming oleh guru, siswa dituntut untuk
mengeluarkan pendapat, melatih kepercayaan diri,menambah pengalaman
keberhasilan, menumbuhkan keyakinan dan motivasi diri siswa. Vicarious
Experience (modeling) Efikasi tersebut didapat melalui social models yang
biasanya terjadi pada diri seseorang yang kurang pengetahuan tentang
kemampuan dirinya sehingga melakukan modeling. Disini guru dapat
memberikan contoh dengan menceritakan tokoh sukses untuk
meningkatkan efikasi siswa. Selanjutnya Social Persuasion (informasi
tentang kemampuan) yang disampaikan secara verbal oleh seseorang yang
berpengaruh biasanya digunakan untuk menyakinkan seseorang bahwa ia
cukup mampumelakukan suatu tugas. Guru ataupun orang tua disini
menjadi peran penting dalam keberhasilan. Guru dan orang tua dapat
berdiskusi secara rutin mengenai kegiatan maupun kendala yang dialami
siswa.
2. Lebih memperhatikan program dalam BK khususnya program bimbingan
dan konseling untuk karir siswa dan siswi dengan mengadakan seminar
93
atau pertemuan rutin antara guru BK dan orang tua tentang bagaimana
cara memberikan pola asuh yang baik dengan lebih peduli terhadap anak-
anaknya dalam memilih karir ke depan selanjutnya, sehingga
memudahkan anak untuk memutuskan karir dan jurusan yang sesuai
kemauan anak. Dengan memberikan materi parenting dan karir terhadap
orang tua, sehingg dapat membebaskan anak memilih karir jurusannya
tetapi tetap memberikan pengawasan dan arahan kepada si anak. Tidak
memaksakan kehendak orang tua dalam pengambilan keputusan anak,
misalnya, dengan berdiskusi ringan secara teratur dengan anak,
mendengarkan kemauannya dan memberikan gambaran dengan pilihan si
anak. Dengan begitu anak akan lebih mudah melihat potensi dalam
dirinya sehingga mendapatkan karir jurusan yang sesuai seperti yang
diinginkan anak.
3. Mengintensitaskan dalam melakukan interaksi antara orang tua dan anak
sehingga menimbulkan kelekatan kepada si anak dan orang tua khususnya
dengan ibu dengan memperbanyak komunikasi, kepercayaan dan
kehangatan dengan si anak. Misalnya, dengan menanyakan keadaan anak
di sekolah dan lingkungannya, berkomunikasi mengenai jenis-jenis
pekerjaan dan karir untuk si anak, serta meluangkan waktu yang
berkualitas secara rutin dengan si anak, sehingga anak tidak segan untuk
berdiskusi mengenai pemilihan karirnya dan menciptakan kelekatan yang
lebih intim.
95
DAFTAR PUSTAKA
Afzal,A.,Atta,M.,&Shujja,S.(2013). Emotional intelligence as predictor of career
decision making among university undergraduates. Journal of
Behavioural Sciences. 23 (1), 404-413.
Agheli, M., Abedi,M.R.,Nilforooshan,P. (2013). The study of relationship
between attachment styles and career decision making styles in
universities of isfahan students. Journal of Contemporary Research in
Business, 5 (6). 403-408.
Ainsworth, M. D. S., Blehar, M. C., Waters, E., & Wall, S. (2014). Patterns of
attachment: A psychological study of the strange situation. New York:
Psychology Press of the Taylor & Farncis Group. 76.
Albion, M,J, & Fogarty, G,J,. (2002). Factors influencing career decision
making in adolescents and adults. Journal of Career Assessment. 10 (1),
92-126.
Al-Tarawneh, A,H. (2012). The main factors beyond decision making. Journal
of Management Research. 4, 1-6.
Amir, T., & Gati, I. (2006). Facets of career decision-making difficulties. British
Journal of Guidance & Counselling, 34, 483-503.
Armsden, G. C., & Greenberg, M. T. (1987). The inventory of parent and peer
attachment: Individual differences and their relationship to psychological
well-being in adolescence. Journal of Youth and Adolescence, 16, 427-
454.
Bandura, A. (1977). Self-efficacy: Toward a unifying theory of behavioral
change. Psychological review. 84 (2), 191-192.
Bandura, A. (1997). Self-efficacy in changing societies. Cambridge: Cambridge
university press. 221.
Baumrind, D. (1991). The influence of parenting style on adolescent competence
and substance use. The Journal of Early Adolescence. 11(1), 56-95.
Baumrind, D. (2005). Patterns of parental authority and adolescent autonomy.
New Directions for Child and Adolescent Development, 61-69.
Brown, D. (2002). Career Choise and Development Fourth Edition. San
Fransisco: John Wiley & Sons. 169.
Brown, D. (2002). The role of work and cultural values in occupational choice,
satisfaction, and success: A theoretical statement. Journal of Counseling
& Development.80, 48-56.
96
Buri, J. R. (1991). Parental authority questionnaire. Journal of Personality
Assessment. 57, 110-119.
Chartrand, J. M., Robbins, S. B., Morrill, W. H., & Boggs, K. (1990).
Development and validation of the career factors inventory. Journal of
Counseling Psychology.37(4), 491.
Ervika,E.(2005). Kelekatan (Attachment) pada anak. Skripsi. Universitas
Sumatra Utara.
Fabio,I,A. (2012). Career indecision versus indecisiveness: Associations with
personality traits and emotional intelligence. Journal of Career
Assessment.21,433-438.
Gati, I. (2009). From career decision-making styles to career decision-making
profiles: A multidimensional approach. Journal of Vocational
Behavior.76, 277–291.
Gati, I., & Saka, N. (2001). High school students' career-related decision making
difficulties. Journal of Counseling & Development. 79, 75-84.
Gati, I., Krausz, M., & Osipow, S. (1996). A taxonomy of difficulties in career
decision making. Journal of Counseling Psychology. 43, 510-526.
Gati, I., Krausz, M., &Osipow, H.S. (1996). A Taxonomy of difficulties career
decision making. Journal of Counselling Psychology. 43(4), 510-526.
Gati,I.,Amir,T.,&Landman,S.(2010). Career counsellors perceptions of the
severity of career decision-making. Journal of Counselling
Psychology.78,58-70.
Gorrese, A., & Ruggieri, R. (2012). Peer attachment: A meta analytic review of
gender and age differences and associations with parent attachment.
Journal of Youth and Adolescence.41, 650-672.
Harren, V. A. (1976). Tiedeman's approach to career development. Career
Development Review.25(7), 895-916.
Holmes, J. (1993). John Bowlby and attachment theory. British: Psychology
Press British Library Cataloguing in Publication Data.
Hughes, D, et.al. (2010). Attachment parenting: Developing connections and
healing children. A. Becker-Weidman, & D. Shell (Eds.). Jason Aronson.
Hussain,S.,&Rafique,R.(2013). Parental expectation, career salience and career
decision making. Journal of Behavioural Sciences. 23(2),89-112.
Indryawati,R.(2006). Pengaruh pola asuh orang tua terhadap perilaku
homoseksual .Skripsi. Universitas Gunadarma
97
Jones, L. K. (1989). Measuring a three-dimensional construct of career
indecision among college students: A revision of the vocational decision
scale: The career decision profile. Journal of Counseling
Psychology.36(4), 477-482.
Kerka,S.(2000). Parenting and career development. Eric digest clearinghouse of
adult, career and vocational education. 214.
Kopko, K. (2007). Kimberly Kopko is an Extension Associate in the Department
of Policy Analysis and Management at Cornell University. US: Cornell
Cooperative Extension. 12.
Koumoundourou, G., Tsaousis, I., & Kounenou, K. (2011). Parental influences
on greek adolescents' career decision-making difficulties: The mediating
role of core self-evaluations. Journal of Career Assessment. 8, 89-97.
Lamborn, S., Mounts, N., Steinberg, L., & Dornbusch, S. (1991). Patterns of
competence and adjustment among adolescents from authoritative,
authoritarian, indulgent, and neglectful families. Journal of Child
Development.24,76-90.
Lease, S., & Dahlbeck, D. (2009). Parental influences, career decision making
attributions, and self efficacy: Differences for men and women?. Journal
of Career Development. 36, 95-113.
Mau, W. C. (2000). Cultural differences in career decision-making styles and
self-efficacy. Journal of Vocational Behavior. 57(3), 365-378.
Mojgan, F., Kadir, R., Noah, S., & Hassan, S. (2012). The relation of career
indecision and parental attachment among iranian undergraduate
students. International Journal for the Advancement of Counselling Int J
Adv Counselling. 35, 251-260.
Morgan,T,.&Ness,D.(2012).Career decision making difficulties of first year
studens. Journal of Vocational Behavior. 43, 218-232.
Mudhovozi,P., &Chireshe, R.(2012). Socio-demographic factors influencing
career decision-making among undergraduate psychology students in
south africa. Journal of Vocational Behavior31 (2), 167-176.
Nawaz, S., & Gilani, N. (2011). Relationship of parental and peer attachment
bonds with career decisionmaking self-efficacy among adolescents and
postadolescents. Journal of Behavioural Sciences. 21(1), 33-47.
O'brien, K. (1996). The Influence of psychological separation and parental
attachment on the career development of adolescent women. Journal of
Vocational Behavior. 48, 257-274.
98
Oluwole,A,.&UmarT,I,.(2013). Psychological predictors of career decision
among school going adolescents in Katsina State, Nigeria. African
Journal for the Psychological Study of Social Issues. 16 (1),89-114.
Onder,C,F.,Kirdok,O.,& Isik,E.(2010).High school student career decision
making pattren across parenting styles and parental attachment level.
Journal of Psychology Counselling and Guidance. 8, 263-280.
Parishani, N., & Nilforooshan, P. (2014). Career indecision: predictive role of
parenting styles, emotional intelligence and career decision making self-
efficacy. Journal of Career Developmental. 9(2), 230-237.
Reddan , G. (2014). Improving exercise science students self-efficacy in making
positive career decisions. Journal of Career Development. 8,108-121.
Roach, K. L. (2010). The role of perceived parental influences on the career self-
efficacy of college students. Thesis. State University of New York.
Sandtrock, W,J. (2007).Adolescence, eleventh edition. Jakarta: Erlangga.45.
Sawitri, Sawitri, D. R. (2009). Pengaruh status identitas dan efikasi diri
keputusan karir terhadap keraguan mengambil keputusan karir pada
mahasiswa tahun pertama di universitas diponegoro. Junal Psikologi
Undip.5(2), 1-17
Sovet, L., & Metz, A. (2014). Parenting styles and career decision-making
among French and Korean adolescents. Journal of Vocational
Behavior.84, 345-355.
Steinberg, L., Mounts, N. S., Lamborn, S. D., & Dornbusch, S. M. (1991).
Authoritative parenting and adolescent adjustment across varied
ecological niches. Journal of Research on Adolescence. 1(1), 19-36.
Super, D. E. (1990). A life-span, life-space approach to career development.
Annual Review of Journal of Vocational Behavior.16,282-298
Super,D,.&Hall,S.(1978).Career development: exploration and planing. Journal
of Career Development.29, 333-372.
Taylor,M,K.,&Betz,E,N.(1983). Applications of self-efficacy theory to the
understanding and treatment of career indecision. Journal of Vocational
Behavior.22, 63-81
Wang, Y., & Ruhe, G. (2007). The cognitive process of decision making.
International Journal of Cognitive Informatics and Natural Intelligence.
2, 73-85.
Wolfe, J., & Betz, N. (2004). The relationship of attachment variables to career
decision-making self-efficacy and fear of commitment. The Career
Development Quarterly. 52, 363-369.
99
Wu, M. (2009). The relationship between parenting styles, career decision self-
efficacy, and career maturity of Asian American college students.
Doctoral dissertation, University of Southern California.
Ye, Y. (2014). Role of career decision making self efficacy and risk of career
options on career decision making of chinese graduates 1 and 2.
Psychological Reports. 2, 625-634.