pengaruh dukungan tenaga kesehatan, pengetahuan … · kadar glukosa dalam darah dengan mengatur...

13
14 PENGARUH DUKUNGAN TENAGA KESEHATAN, PENGETAHUAN DAN MOTIVASI TERHADAP PERILAKU KEPATUHAN DIIT PENDERITA DIABETES MELLITUS DI PUSKESMAS CIRIMEKAR TAHUN 2019 Sartika, SST, M.Kes Akademi Kebidanan Annisa Jaya Jl. Karanggan No. 30 Desa Puspasari Citeureup Bogor ABSTRAK Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen (sindrom metabolik) yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dalam darah diatur sedemikian rupa melalui peran hormon insulin. Insulin yaitu suatu hormon yang diproduksi pangkreas yang berfungsi untuk mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan menyimpannya. Tujuan penelitian ini adalah pengaruh langsung dan tidak langsung serta besarannya antara pengetahuan, motivasi dan dukungantenaga kesehatan terhadap perilaku kepatuhan diit pada lansia yang menderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Cirimekar Tahun 2019. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang menggunakan desain cross-setional (potong lintang). Sampel yang digunakan sekitar 80 orang laki laki atau perempuan yang berusia ≥ 55 tahun. Metode analisis ya ng digunakan adalah Structural Equation Model (SEM) mengunakan SmartPLS 2.0 dan SPSS 15. Hasil pengujian hipotesis dengan Structural Equation Model (SEM) dengan metode smartPLS menghasilkan temuan penelitian yaitu ada pengaruh langsung pengetahuan terhadap perilaku kepatuhan diit pada lansia yang menderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Cirimekar Tahun 2019 sebesar 12.7%. Ada pengaruh langsung motivasi terhadap perilaku kepatuhan diit pada lansia yang menderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Cirimekar Tahun 2019 sebesar 21.6%. Ada pengaruh langsung dukungan tenaga kesehatan terhadap perilaku kepatuhan diit pada lansia yang menderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Cirimekar Tahun 2019 sebesar 25.8%. Ada pengaruh langsung pengetahuan terhadap motivasi lansia yang menderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Cirimekar Tahun 2019 sebesar 30.7%. Ada pengaruh langsung dukungan tenaga kesehatan terhadap motivasi lansia yang menderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Cirimekar Tahun 2019 sebesar 34.7%. Kata Kunci : Dukungan Tenaga Kesehatan, Pengetahuan, Motivasi, Kepatuhan Diit

Upload: others

Post on 11-Feb-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 14

    PENGARUH DUKUNGAN TENAGA KESEHATAN, PENGETAHUAN DAN

    MOTIVASI TERHADAP PERILAKU KEPATUHAN DIIT PENDERITA DIABETES

    MELLITUS DI PUSKESMAS CIRIMEKAR TAHUN 2019

    Sartika, SST, M.Kes

    Akademi Kebidanan Annisa Jaya

    Jl. Karanggan No. 30 Desa Puspasari Citeureup – Bogor

    ABSTRAK

    Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen (sindrom metabolik) yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi

    dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dalam darah diatur sedemikian rupa melalui peran hormon

    insulin. Insulin yaitu suatu hormon yang diproduksi pangkreas yang berfungsi untuk mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan menyimpannya. Tujuan penelitian ini adalah

    pengaruh langsung dan tidak langsung serta besarannya antara pengetahuan, motivasi dan

    dukungantenaga kesehatan terhadap perilaku kepatuhan diit pada lansia yang menderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Cirimekar Tahun 2019. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    pendekatan kuantitatif yang menggunakan desain cross-setional (potong lintang). Sampel yang

    digunakan sekitar 80 orang laki – laki atau perempuan yang berusia ≥ 55 tahun. Metode analisis yang

    digunakan adalah Structural Equation Model (SEM) mengunakan SmartPLS 2.0 dan SPSS 15. Hasil pengujian hipotesis dengan Structural Equation Model (SEM) dengan metode smartPLS menghasilkan

    temuan penelitian yaitu ada pengaruh langsung pengetahuan terhadap perilaku kepatuhan diit pada

    lansia yang menderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Cirimekar Tahun 2019 sebesar 12.7%. Ada pengaruh langsung motivasi terhadap perilaku kepatuhan diit pada lansia yang menderita Diabetes

    Mellitus di Puskesmas Cirimekar Tahun 2019 sebesar 21.6%. Ada pengaruh langsung dukungan tenaga

    kesehatan terhadap perilaku kepatuhan diit pada lansia yang menderita Diabetes Mellitus di Puskesmas

    Cirimekar Tahun 2019 sebesar 25.8%. Ada pengaruh langsung pengetahuan terhadap motivasi lansia yang menderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Cirimekar Tahun 2019 sebesar 30.7%. Ada pengaruh

    langsung dukungan tenaga kesehatan terhadap motivasi lansia yang menderita Diabetes Mellitus di

    Puskesmas Cirimekar Tahun 2019 sebesar 34.7%.

    Kata Kunci : Dukungan Tenaga Kesehatan, Pengetahuan, Motivasi, Kepatuhan Diit

  • 15

    ABSTRACT

    Diabetes mellitus is a heterogeneous group of disorders (metabolic syndrome) is Characterized by an

    increase of glucose in blood levels or hyperglycemia. Normal glucose circulating in a on certain amount

    in the blood. Glucose in the blood arranged through the role of the hormone insulin. Insulin is a

    hormone produced by pancreatic the which serves to control the glucose levels in the blood by regulating the production and save it. The purpose of this study was the effect of direct and indirect as

    well as the amount of knowledge, motivation and support for behavioral health professionals diet

    adherence in the Elderly WHO suffer from Diabetes Mellitus in PHC Cirimekar, 2019. The method used in this study is a quantitative approach that uses cross-setional design (cross-sectional). Samples

    used about 80 men - men or women aged ≥ 55 years. The analytical method used is Structural Equation

    Model (SEM) using SmartPLS 2.0 and SPSS 15. The results of hypothesis testing with Structural Equation Model (SEM) with a method smartPLS produce research findings that there is a direct

    influence of knowledge on the behavior of dietary adherence in the Elderly WHO suffer from Diabetes

    Mellitus in PHC Cirimekar, 2019 by 12.7%. There is a direct effect of motivation on dietary adherence

    behavior in the Elderly WHO suffer from Diabetes Mellitus in PHC Cirimekar, 2019 by 21.6%. There is a direct influence on the behavior of health professionals support dietary adherence in the Elderly

    WHO suffer from Diabetes Mellitus in PHC Cirimekar, 2019 by 25.8%. There is a direct influence of

    knowledge on the motivation of Elderly WHO suffer from Diabetes Mellitus in PHC Cirimekar, 2019 amounted to 30.7%. There is a direct influence on the motivation of health workers support the Elderly

    WHO suffer from Diabetes Mellitus in PHC Cirimekar, 2019 amounted to 34.7%

    Keywords : Support Workers Health, Knowledge, Motivation, Behavior

    PENDAHULUAN

    Penyakit Diabetes Mellitus sering

    disebut The Great Imitator, karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan

    menimbulkan bermacam keluhan. Gejala sangat

    bervariasi dan secara perlahan-lahan sehingga penderita tidak menyadari akan adanya

    perubahan seperti minum menjadi lebih banyak,

    buang air kecil menjadi lebih sering ataupun

    berat badan yang menurun.

    Penderita DM dapat mengalami cacat seumur hidup, dan berisiko terhadap terjadinya

    komplikasi penyakit lain yaitu 24 kali berisiko

    terjadi penyakit jantung, 25 kali berisiko terjadi kebutaan, 17 kali terjadi gagal ginjal, 5 kali

    terjadi ganggren dan 2 kali terjadi gangguan

    pembuluh darah otak. Dampak lain dari penyakit

    Diabetes Mellitus adalah terjadinya gangguan secara psikologis akibat rendahnya penerimaan

    penderita di masyarakat. Hal ini terjadi karena

    masih ada stigma masyarakat yang menganggap penyakit Diabetes Mellitus merupakan penyakit

    keturunan.

    Pengetahuan pasien diabetes

    melitusdapat diartikan sebagai hasil tahu dari

    pasien mengenai penyakitnya, memahami

    penyakitnya, dan memahami pencegahan

    maupun komplikasinya. Melalui pengetahuanyang cukup maka akan

    menumbuhkan rasakesadaran dan berlanjut pada

    kemauan yang diterapkan dalam perubahan perilaku penderita diabetes mellitus menjadi

    perilaku yang sehat dan dapat mencegah

    terjadinya diabetes, dengan promosi kesehatan

    yang dilakukan diharapkan pengetahuan masyarakat akan bertambah dengan edukasi

    yang tepat guna yang diberikan akan

    mengurangi risiko terjadinya diabetes. Pengetahuan dapat diartikan sebagai hasil tahu

    yang terjadi setelah seseorang melakukan

    penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

    Kepatuhan merupakan tingkat perilaku

    pasien dalam mengambil suatu tindakan penyembuhan seperti diit, kebiasaan hidup sehat

    dan ketepatan berobat. Tingkat kepatuhan pasien

    diabetes mellitus pada masa usia lanjut dalam penggunaan obat dan diit, diharapkan dapat

    mencapai output PIO berupa penggunaan obat

    yang tepat dan benar serta melaksanakan anjuran tenaga kesehatan terhadap tindakan diit yang

    dijalani oleh pasien. Khususnya pasien diabetes

    mellitus Rawat Jalan sangat membutuhkan

    informasi yang lengkap tentang diit, karena informasi tersebut menentukan keberhasilan

  • 16

    terapi yang dilakukannya sendiri dirumah. Ketidaksepahaman (non corcondance) dan

    ketidakpatuhan (non compliance) pasien dalam

    menjalankan terapi merupakan salah satu

    penyebab kegagalan terapi. Hal ini sering disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan

    pemahaman pasien tentang diit dan segala

    sesuatu yang berhubungan dengan diit dan

    therapinya.

    Bila penderita Diabetes Mellitus tidak

    patuh dalam melaksanakan program diit yang

    telah dianjurkan oleh dokter, ahli gizi atau tenaga kesehatan lainnya maka akan dapat

    memperburuk kondisi penyakitnya. Diit yang

    perlu dilaksanakan oleh pasien seperti

    melaksanakan diet sebagai kunci diit, olah raga untuk menjaga kebugaran tubuh selain

    penggunaan obat diabetes oral maupun insulin.

    Terapi dietetik merupakan salah satu pilar pengendalian Diabetes Mellitus. Kepatuhan

    dalam melaksanakan diet menjadi harapan bagi

    team kesehatan rumah sakit. Salah satu faktor

    yang sangat penting bagi penderita Diabetes

    Mellitus adalah perilaku hidup sehat.

    Biasanya penderita Diabetes Mellitus

    ringan disarankan untuk mengurangi makan

    secara berlebihan, melakukan aktivitas fisik setiap hari dan juga menghindari kebiasaan

    mengkonsumsi kopi dan teh dan alcohol secara

    berlebihan. Apabila Diabetes Mellitus sudah menjadi parah maka diit yang dianjurkan adalah

    diit dengan bantuan insulin dan terapi diet.

    Sikap penderita Diabetes Mellitus

    terhadap diit penyakit Diabetes Mellitus

    berpengaruh terhadap perilaku ketaatan minum obat, dan sejalan dengan penelitian lainnya di

    Tanggerang, bahwa secara statistik terdapat

    pengaruh signifikan kepercayaan penderita Diabetes Mellitus terhadap perilaku ketaatan

    berobat. Pencegahan penyakit Diabetes Mellitus

    akan berhasil, jika masyarakat ikut serta

    membantu tenaga kesehatan dalam pencarian penderita Diabetes Mellitus baru, pemantauan

    minum obat bagi penderita yang sudah mulai

    berobat, memberikan penyuluhan kesehatan

    kepada pasien lanjut usia.

    Wawancara pendahuluan dengan 3

    (tiga) tenaga kesehatan di Puskesmas Cirimekar,

    rata-rata mereka menemukan kasus bahwa 60%

    motivasi penderita Diabetes Mellitus usia lanjut untuk sembuh sangat rendah, sebanyak 36%

    penderita memiliki kebiasaan menjauhi dari

    keluarga, teman dan lingkungannya, dan 68% pengetahuan penderita untuk melakukan diit dari

    penyakitnya sangat minim.

    Berdasarkan survey awal di Puskesmas

    Cirimekar, dengan mewawancarai 10 pasien

    usia lanjut rawat jalan, diperoleh informasi tentang diit penyakit tidak menular (PTM)

    secara umum, salah satunya penyakit tertinggi di

    Puskesmas Cirimekar adalah 50% penyakit usia lanjut disebabkan oleh Diabetes Melitus, 30%

    disebabkan hipertensi dan 20% disebabkan

    penyakit PTM lainnya. Tingginya penyakit Diabetes Mellitus bagi usia lanjut disebabkan

    karena saat usia muda tidak menerapkan gaya

    hidup sehat, seperti pola makan yang tidak sehat

    dan berlebihan, tidak ada aktivitas dan olahraga,

    merokok dan kebiasaan kurang istirahat.

    Survey awal penelitian berlanjut kepada

    5 orang pasien usia lanjut yang menderita DM

    cukup lama. Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan 2 pasien (40%) tidak patuh

    melakukan diit gizi dan 3 pasien (60%) lainnya

    masih patuh menerapkan diit gizi. Menurut

    tenaga kesehatan Puskesmas Cirimekar, Diit diabetes bertujuan untuk mempertahankan kadar

    glukosa darah mendekati normal, mencegah

    komplikasi akut dan kronik dan meningkatkan kualitas hidup penderita diabetes mellitus.

    Dalam melaksanakan diit diabetes mellitus

    penderita harus memperhatikan 3 J yaitu jumlah kalori yang dibutuhkan, jadwal makan yang

    harus diikuti dan jenis makanan yang harus

    diperhatikan.

    Menurut hasil Monitoring dan Evaluasi tahun 2012 yang dilaksanakan di Dinas

    Kesehatan Kota Bogor, kendala yang paling

    utama di dalam penanganan penderita Diabetes Mellitus, kurangnya dukungan masyarakat

    (kesehatan) termasuk keluarga serta pemahaman

    yang keliru terhadap penyakit Diabetes Mellitus.

    Salah satu wilayah paling banyak penderita Diabetes Mellitus adalah di Puskesmas

    Cirimekar sebanyak 21 kasus, dan mayoritas

    terjadi pada laki-laki dan wanita usia 61-70 tahun yaitu sebanyak 17 orang (81%), dan 4

    orang laki-laki dan wanita berusia 50-60 tahun

    (19%).

    Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung serta

    besarannya antara dukungan tenaga kesehatan,

    pengetahuan dan motivasi terhadap perilaku

    kepatuhan diit pada lansia yang menderita

  • 17

    diabetes mellitus di Puskesmas Cirimekar Tahun

    2019.

    METODE PENELITIAN

    Penelitian ini adalah merupakan survey

    deskriptif dengan rancangan penelitian

    mengguakan pendekatan sekat lintang (cross

    sectional study).

    Metode ini digunakan sebagai suatu bentuk penelitian yang bertujuan untuk

    menjelaskan pengaruh atau menganalisis

    kecenderungan antara variabel-variabel penelitian dukungan tenaga kesehatan,

    pengetahuan dan motivasi terhadap perilaku

    kepatuhan diit diabetes melitus.

    Penelitian dilakukan diwilayah

    Puskesmas Cirimekar Bogor dengan pertimbangan bahwa sepengetahuan penulis

    bahwa sampai saat ini belum pernah melakukan

    penelitian mengenai kepatuhan diit Diabetes Mellitus. Penelitian ini dimulai pada bulan

    Agustus 2019.

    Populasi adalah kelompok atau

    kumpulan individu-individu atau objek

    penelitian yang memiliki standar tertentu dari ciri-ciri yang telah ditetapkan sebelumnya.

    Populasi dalam penelitian ini adalah semua

    lansia penderita penyakit Diabetes Mellitus

    diwilayah Puskesmas Cirimekar Bogor.

    Sampel adalah sebagian dari populasi

    yang sifatnya refresentative (mampu mewakili

    populasi). Cara pengambilan sampel

    menggunakan perposive sample dengan kriteria inklusi dan eklusi. Sampel yang diambil dalam

    penelitian, 80 orang penderita penyakit Diabetes

    Mellitus.

    Kriteria inklusi adalah (1) usia responden minimal 55 tahun saat adanya gejala

    penyakit Diabetes Mellitus dan telah menjalani

    program diit sesuai anjuran dokter gizi. (2) Responden berdomisili disekitar Puskesmas

    Cirimekar. (3) Responden pernah melakukan

    pemeriksaan dini terkait penyakit Diabetes

    Mellitus dalam 6 bulan terakhir sejak tanggal pertama tercatat sebagai pasien di Puskesmas

    Cirimekar Bogor. Kriteria Eklusi adalah kriteria

    inklusi yang karena keadaan tertentu dikeluarkan dari kriteria inklusi. Keadaan

    tersebut adalah responden tiba-tiba berhalangan

    hadir. Responden yang berhalangan hadir dan

    tidak bersedia digantikan oleh responden lain

    yang memenuhi kriteria inklusi.

    Jumlah sampel tersebut diambil sesuai

    dengan kaidah jumlah sampel pada pedoman

    PLS (Partial Least Squares) dimana besaran

    sampel (Sample size) yang diambil adalah 5 hingga 10 kelipatan dari jumlah indikator yang

    akan diteliti. Sehingga dalam hal ini besaran

    sampel yang diambil masih berada dalam

    kisaran 45 hingga 90.

    Data penyajian analisa SEM dari

    pengolahan data output yang menggunakan

    bantuan SmatPLS 2.0, disajikan dalam diagram,

    tabel dan lain-lain. Penyajian data yang lebih lengkap akan disajikan dalam lampiran termasuk

    tampilan kuesioner Pengujian dari hipotesis

    penelitian yang berdasarkan dari keluaran hasil

    pengolahan data.

    Jenis data yang dikumpulkan berupa

    data primer yaitu data yang dikumpulkan

    melalui kuesioner yang dibagikan kepada responden dan diisi sendiri. Setiap indikator dari

    variabel yang akan diteliti dikembangkan

    menjadi 5 pertanyaan dalam kuesioner dengan

    jenis parameter menggunakan skala pengukuran semantic differential dalam skala l-5. Teknik distribusi kuesioner dilakukan dengan bertatap

    muka secara langsung dengan responden sekaligus melakukan wawancara singkat tentang

    data-data yang mungkin mendukung dan

    memperkuat proses pengambilan data dalam

    penelitian.

    Data yang dikumpulkan yaitu data primer, Data primer khusus dikumpulkan untuk

    kebutuhan penelitian yang sedang berjalan. Data

    primer dalam penelitian adalah data profil perusahaan dan identifikasi responden., berisi

    data responden. Sedangkan pengumpulan data

    sekunder yaitu data yang merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara

    tidak langsung.Data sekunder umumnya berupa

    bukti, catatan atau laporan historis yang telah

    tersusun dalam arsip. Peneliti langsung ke lapangan untuk membagikan kuesioner yang

    sebelumnya dilakukan uji coba instrument untuk

    mengetahui valid atau tidaknya kuesioner.

    Metode analisis data yang digunakan adalah Analisis univariat adalah analisis yang

    menggambarkan secara tunggal variabel-

    variabel independen (yaitu pengetahuan,

    motivasi dan dukungan tenaga kesehatan) dan dependen (perilaku) dalam bentuk distribusi

  • 18

    frekuensi. Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya

    pengaruh pengetahuan, motivasi dan dukungan

    tenaga kesehatan terhadap perilaku kepatuhan

    diit diabetes melitus pada lansia, dengan menggunakan uji chi square, Diagram jalur SEM

    berfungsi untuk menunjukkan pola hubungan

    antar variabel yang kita teliti. Dalam SEM pola hubungan antar varaibel akan diisi dengan

    variabel yang diobservasi, variabel laten dan

    indikator. Didasarkan pola hubungan antar variabel, SEM dapat diurai menjadi dua sub-

    bagian yaitu: model pengukuran dan model

    struktural.

    Data penyajian analisa SEM dari

    pengolahan data output yang menggunakan bantuan SmatPLS 2.0, disajikan dalam diagram,

    tabel dan lain-lain. Penyajian data yang lebih

    lengkap akan disajikan dalam lampiran termasuk tampilan kuesioner Pengujian dari hipotesis

    penelitian yang berdasarkan dari keluaran hasil

    pengolahan data.

    HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian disusun berdasarkan

    sistematika yang dimulai dengan gambaran

    analisis univariat yang bertujuan untuk melihat distribusi frekwensi variabel eksogen dan

    endogen. Kemudian diakhir penelitian ini

    diberikan gambaran análisis SEM (Structural

    Equation Modeling) untuk menjelaskan hubungan yang komplek dari beberapa variabel

    yang diuji dalam penelitian ini. Structural

    Equation Modeling (SEM) merupakan salah satu analisis multivariate yang dapat menganalisis

    hubungan variable secara kompleks. Analisis ini

    pada umumnya digunakan untuk penelitian-

    penelitian yang menggunakan banyak variabel. Teknik analisis data menggunakan Structural

    Equation Modeling (SEM), dilakukan untuk

    menjelaskan secara menyeluruh hubungan antar variable yang ada dalam penelitian. SEM

    digunakan bukan untuk merancang suatu teori,

    tetapi lebih ditujukan untuk memeriksa dan

    membenarkan suatu model.

    Syarat utama menggunakan SEM

    adalah membangun suatu model hipotesis yang

    terdiri dari model structural dan model

    pengukuran dalam bentuk diagram jalur yang berdasarkan justifikasi teori. SEM adalah

    merupakan sekumpulan teknik-teknik statistic

    yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan secara simultan. Hubungan

    itu dibangun antara satu atau beberapa variable

    independen. Responden dalam penelitian ini adalah lansia yang menderita Diabetes Mellitus.

    Profil responden dalam penelitian ini berkaitan

    dengan lansia yang menderita Diabetes Mellitus

    di wilayah kerja Puskesmas Cirimekar. dari 80 responden, sebagian besar responden berusia 55-

    60 tahun sebanyak 25 responden (31%),

    sedangkan responden dengan usia 61 – 70 Tahun sebanyak 45 responden (56%) dan usia lebih dari

    70 tahun sebanyak 10 responden (13%).

    Berdasarkan jenis kelamin lansia terbanyak wanita 45 orang (56%) dan pria

    sebanyak 35 orang (46%). Menurut kelompok

    pendidikan sebagian besar responden

    berpendidikan Akademi sebanyak 14 responden (17%), sedangkan responden berpendidikan

    SLTA ada sebanyak 58 responden (73%) dan

    responden berpendidikan sarjana sebanyak 10

    responden (10%).

    Berdasarkan pekerjaan sebagian besar

    responden tidak bekerja sebanyak 73 responden

    (91%), sedangkan responden yang bekerja ada

    sebanyak 7 responden (9%).Data responden dinyatakan dalam beberapa kategori disertai

    dengan perhitungan nilai range (kisaran), mean

    (rata-rata) dan standar deviasi (penyimpangan). Statistik deskriptif variabel penelitian digunakan

    untuk memberikan gambaran tentang tanggapan

    responden mengenai variabel-variabel penelitian yang menunjukkan angka minimum,

    maksimum, rata-rata serta standar deviasi.

    Data responden juga dapat dinyatakan

    dalam beberapa kategori disertai dengan

    perhitungan nilai range, mean dan standar deviasi. Variabel Perilaku kepatuhan Diit pada

    lansia, penilaian terhadap Perilaku kepatuhan

    Diit pada lansia antara 27-75 mendekati kisaran teoritisnya (15-75) dengan nilai ratarata 50.95

    dan standar deviasi 9.306. Hal ini

    mengindikasikan bahwa responden cenderung

    Perilaku kepatuhan Diit pada lansia masih dianggap baik. variabel dukungan tenaga

    kesehatan kisaran jawaban responden antara

    2775 mendekati kisaran teoritisnya pada nilai tertinggi (15-75) dengan nilai rata-rata 50.86 dan

    standar deviasi 10.376. Hal ini mengindikasikan

    persepsi responden cenderung mengganggap

    penting peran tenaga kesehatan.

    Variabel pengetahuan kisaran jawaban

    responden antara 4-10 mendekati kisaran

    teoritisnya pada nilai tertinggi (0-10) dengan

    nilai rata-rata 7.325 dan standar deviasi 1.4644. Hal ini mengindikasikan persepsi responden

  • 19

    cenderung mengganggap penting variabel pengetahuan. variabel motivasi, penilaian

    terhadap motivasi antara 27-75 mendekati

    kisaran teoritisnya (15-75) dengan nilai ratarata

    56.9 dan standar deviasi 6.936. Hal ini mengindikasikan bahwa responden cenderung

    mengangap penting motivasi lansia.

    Statistik deskriptif variabel penelitian

    digunakan untuk memberikan gambaran tentang tanggapan responden mengenai variabel-

    variabel penelitian yang menunjukkan angka

    minimum, maksimum, rata-rata, median dan mode. pada variabel Perilaku kepatuhan Diit

    nilai jawaban responden terkecil adalah 27 dan

    yang terbesar adalah 75 dengan rata-rata 50.95

    median 51 dan nilai jawaban yang terbanyak adalah 54. Untuk variabel dukungan tenaga

    kesehatan nilai jawaban responden terkecil

    adalah 27 dan yang terbesar adalah 75 dengan rata-rata 50.86 median 51 dan nilai jawaban

    yang terbanyak adalah 50. Untuk variabel

    Pengetahuan nilai jawaban responden terkecil

    adalah 4 dan yang terbesar adalah 10 dengan rata-rata 7.325 median 7 dan nilai jawaban yang

    terbanyak adalah 8. Untuk variabel motivasi

    nilai jawaban responden terkecil adalah 27 dan yang terbesar adalah 75 dengan rata-rata 56.90

    median 56 dan nilai jawaban yang terbanyak

    adalah 56.

    Tahap selanjutnya Uji Chi Square Test dilakukan untuk melihat variasi jawaban

    responden per variabel terhadap karakteristik penelitian. Variabel perilaku tidak dipengaruhi

    oleh karakteristik responden karena taraf

    signifikansi 5% semuanya lebih besar dari 0,05.

    Ini menunjukkan variabel perilaku tidak ada

    hubungan dengan karakteristik responden.

    Variabel dukungan tenaga kesehatan

    tidak dipengaruhi oleh karakteristik responden

    karena hasil uji Chi Square dengan taraf signifikansi 5% semuanya lebih besar dari 0,05.

    Ini menunjukkan variabel dukungan tenaga

    kesehatan tidak ada hubungan dengan karakteristik responden. Variabel pengetahuan

    tidak dipengaruhi oleh karakteristik responden

    karena hasil uji Chi Square dengan taraf

    signifikansi 5% semuanya lebih besar dari 0,05. Ini menunjukkan variabel pengetahuan tidak ada

    hubungan dengan karakteristik responden.

    variabel motivasi tidak dipengaruhi oleh karakteristik responden karena hasil uji Chi

    Square dengan taraf signifikansi 5% semuanya

    lebih besar dari 0,05. Ini menunjukkan variabel

    motivasi tidak ada hubungan dengan

    karakteristik responden.

    Hasil evaluasi signifikansi outer model

    diatur dalam output PLS dibawah ini dengan

    mengevaluasi refleksi nilai faktor loading, dan Composite Reliability. Beberapa pengujian Confirmatory factor analysis masing-masing

    variabel laten adalah sebagai berikut :

  • 20

    Hasil evaluasi signifikansi outer model

    diatur dalam output PLS dengan mengevaluasi refleksi nilai T-Statistic indikator terhadap

    variabelnya. Dari gambar diatas menyatakan

    bahwa nilai T statistik di refleksikan terhadap

    variabelnya sebagian besar > 1,96, sehingga menunjukkan blok indikator berpengaruh positif

    dan signifikan untuk merefleksikan variabelnya.

    Inner Model dapat dievaluasi dengan melihat uji

    nilai R Square, uji hipotesis T-Statistik, pengaruh variabel langsung dan tidak langsung

    dan predictive relavance. Nilai R-Square

    berfungsi untuk menilai besaran keragaman atau

    variasi data penelitian terhadap fenomena yang sedang dikaji. Berikut hasil outputnya dalam

    bentuk tabel, yaitu :

    Tabel 1. Evaluasi Nilai R Square Menurut Variabel Penelitian

    Variabel R Square

    Perilaku 0,600359

    Dukungan Tenaga Kesehatan

    Pengetahuan 0,350061

    Motivasi 0,654524

    Sumber: output SmartPLS 2.0, 2015

    Motivasi, pengetahuan dan dukunagn tenaga kesehatan berkontribusi terhadap

    Perilaku sebesar 0.600. Pengetahuan dan Dukungan Tenaga Kesehatan berkontribusi

    Gambar 2 . Output PLS ( T - Statistic )

  • 21

    terhadap motivasi sebesar 0.654. Dukungan tenaga kesehatan berkontribusi terhadap

    pengetahuan sebesar 0.350. Nilai R Square

    menyatakan bahwa Motivasi mampu

    menjelaskan variabel pengetahuan dan Dukungan Tenaga Kesehatan sebesar 65.4% dan

    sebesar 34.6% dipengaruhi faktor-faktor lain

    yang tidak diteliti. Sedangkan variabilitas konstruk motivasi, pengetahuan dan dukungan

    tenaga kesehatan mampu dijelaskan oleh

    variablitas perilaku sebesar 60.1% dan 40% dijelaskan oleh variable lain yang tidak diteliti.

    Pengetahuan mampu menjelaskan variabel

    Dukungan Tenaga Kesehatan sebesar 35.0% dan

    sebesar 65.0% dipengaruhi faktor-faktor lain

    yang tidak diteliti.

    Motivasi berpengaruh positif terhadap

    perilaku. Hasil uji terhadap koefisien parameter

    antara motivasi terhadap perilaku menunjukkan

    ada pengaruh positif 0,304, sedangkan nilai TStatistic sebesar 2.449 dan signifikan pada

    α=5%. Nilai T-Statistic tersebut berada jauh

    diatas nilai kritis (1,96). Begitu juga dengan

    pengetahuan terhadap Perilaku ada pengaruh positif 0.201 dan nilai T-Statistik sebesar 2.235,

    berada jauh diatas nilai kritis (1,96). Hal yang

    sama juga terjadi pada Dukungan Tenaga Kesehatan terhadap Perilaku ada pengaruh

    positif 0.364 dan nilai T Statistic sebesar 2.719.

    Nilai T-Statistic tersebut berada jauh diatas nilai

    kritis (1,96).

    Selanjutnya berdasarkan pola

    hubungan antar variabel yang digambarkan

    dalam kerangka konsep, ada hubungan yang

    bersifat langsung dan tidak langsung pada tabel berikut : Sumber diolah dari : SmartPLS 2.0

    report, 2015

    Tabel 2. Persentase Pengaruh Antar variabel terhadap Variebel Perilaku pada Model

    Sumber LV

    correlation

    Direct

    Rho

    Indirect

    Rho Total

    Direct

    %

    Indirect

    %

    Total

    % Pengetahuan 0,632519 0,201 0,130 0,331 12,71% 3,319% 16,03%

    Motivasi 0,712953 0,304 0 0,304 21,67% 0,000% 21,67%

    Dukungan

    Nakes 0,70504 0,364 0,145 0,509 25,66% 3,770% 29,43%

    Total 60.05% 7,09% 67,14%

    Pengetahuan pengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap perilaku kepatuhan.

    Hasil uji koefisien parameter antara pengetahuan

    terhadap perilaku kepatuhan menujukan terdapat

    pengaruh langsung sebesar 12,71%, sedangkan untuk pengaruh tidak langsung antara

    pengetahuan terhadap perilaku kepatuhan

    melalui motivasi didapat dengan mengalikan koefisien jalur (pengetahuan ke motivasi) x LV

    (pengetahuan ke motivasi) dengan koefisien

    jalur (motivasi ke perilaku kepatuhan) x LV

    (motivasi ke perilaku kepatuhan) sehingga nilai sebesar 3,319%. Dari table tersebut menyatakan

    bahwa motivasi berpengaruh secara langsung

    terhadap perilaku kepatuhan diit.

    Hasil uji koefisien parameter antara dukungan tenaga kesehatan terhadap perilaku

    kepatuhan diit menunjukan terdapat pengaruh

    lansung terhadap perilaku kepatuhan diit sebesar

    25,66%, sedangkan untuk pengaruh tidak langsung antara dukungan terhadap perilaku

    kepatuhan diit melalui motivasi didapat dengan

    mengalikan koefisien jalur (dukungan tenaga

    kesehatan ke motivasi) x LV (dukungan tenaga kesehatan ke motivasi) dengan koefisien jalur

    (motivasi ke perilaku kepatuhan) x LV (motivasi

    ke perilaku kepatuhan) sehingga nilai sebesar

    3,770%.

    Sehingga dari masing-masing pengaruh

    langsung variabel laten eksogen tersebut apabila

    secara bersama-sama menunjukan kesesuaian

    dengan R square atau dengan kata lain hal ini menyatakan bahwa variabel pengetahuan,

    motivasi dan dukungan tenaga kesehatan

    terhadap perilaku kepatuhan diit sebesar (12,71% + 21,67% + 25,66%) = 60.05%. Secara

    matematis, bentuk persamaan structural dari

    model penelitian ini adalah sebagai berikut :

  • 22

    η1 = ξ1. γ3 + δ1

    Dukungan Tenaga Kesehatan = 0.592 pengetahuan + ζ faktor lain

    η2 = β1. ε1+ γ3 ξ 1 + δ2

    Motivasi= 0.430 Pengetahuan + 0.476 Dukungan Tenaga Kesehatan + ζ faktor lain

    η3 = β2. ε1 + β3. ε2 + ξ1. γ2 + δ3

    Perilaku = 0.201 pengetahuan + 0.304 motivasi + 0.364 Dukungan Tenaga Kesehatan

    + ζ faktor lain

    Nilai Q-Square berfungsi untuk menilai besaran keragaman atau variasi data penelitian terhadap

    fenomena yang sedang dikaji dan hasilnya sebagai berikut:

    Q 2 = 1- (1-R12) (1-R2

    2) (1-R32)

    = 1- (1-0,350) (1-0,655) (1-0,600)

    = 0,9103 atau 91.03%

    Galat Model = 100% - 91.03 = 8,97%

    Hal tersebut menunjukkan model hasil analisis dapat menjelaskan 91,03% keragaman

    data dan mampu mengkaji fenomena yang

    dipakai dalam penelitian, sedangkan 8,97%

    dijelaskan komponen lain yang tidak ada dalam

    penelitian ini.

    DISKUSI Pada penelitian ini menemukan beberapa

    keterbatasan pada saat proses melaksanakan

    penelitian ini, yaitu (1) Kemungkinan adanya faktor subyektif responden yang sulit untuk

    dihindari, sehingga memungkinkan pengukuran

    tidak seakurat yang diharapkan. (2) Pernyataan kurang sensitif sehingga kurang dapat

    menggambarkan variabel yang diteliti. (3)

    Peneliti tidak melakukan uji coba kuesioner

    sebelumnya sehingga ada kecenderungan responden merasa jenuh karena jumlah item

    pernyataan yang banyak. (4) Responden adalah

    lansia, oleh karena itu dibutuhkan kesabaran peneliti untuk membimbing responden dalam

    mengisi kuesioner.

    Pengaruh Dukungan Tenaga Kesehatan

    Terhadap Perilaku Kepatuhan Diit Pada

    Lansia Yang Menderita Diabetes Mellitus Di

    Cirimekar Kabupaten Bogor 2019 Dari hasil penelitian, dapat dilihat bahwa

    variabel dukungan petugas dalam memberikan

    dorongan kepada lansia yang menderita diabetes

    mellitus tidak dipengaruhi oleh karakteristik responden, dalam hal ini meliputi umur,

    pendidikan, dan pekerjaan, tidak dipengaruhi

    oleh karakteristik responden karena hasil uji Chi

    Square dengan tingkat signifikansi 5% menunjukkan P value (Asymp.Sig) > 0,05 yang

    menunjukkan dukungan petugas kesehatan

    tidak dipengaruhi oleh karakteristik responden.

    Variabel dukungan petugas kesehatan berpengaruh terhadap Perilaku lansia dalam

    kepatuhan diit diabetes mellitus. Hasil uji

    terhadap koefisien parameter antara dukungan

    petugas kesehatan terhadap perilaku lansia dalam kepatuhan diit diabetes mellitus di

    Puskesmas jati Luhur menunjukkan ada

    pengaruh positif, sedangkan nilai T-statistik sebesar 2.719 dan signifikan pada alpha 5%.

    Nilai T Statistik tersebut berada di atas nilai

    kritis (1,96). Pengaruh langsung dukungan Tenaga Kesehatan Terhadap Perilaku

    Kepatuhan Diit Pada Lansia Yang Menderita

    Diabetes Mellitus Di Puskesmas Cirimekar

    Tahun 2019.

    Hasil penelitian diperkuat bahwa bentuk dukungan tenaga kesehatan merupakan

    penyediaan materi yang dapat memberikan

    pertolongan langsung seperti pemberian uang, pemberian barang, makanan serta pelayanan.

    Bentuk ini dapat mengurangi stres karena

    individu dapat langsung memecahkan

  • 23

    masalahnya yang behubungan dengan materi. Dukungan instrumental sangat diperlukan

    terutama dalam mengatasi masalah yang

    dianggap dapat dikontrol.

    Hal yang sama juga dibuktikan oleh

    penelitian bahwa factor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan yang paling dominan

    adalah adaya dukungan petugas kesehatan dan

    dukungan keluarga.15 Bagitu juga hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian lainnya,

    bahwa dukungan tenaga kesehatan mempunyai

    hubungan kuat dan positif dengan perilaku penderita, sehingga akan membentuk perilaku

    yang patuh diit secara rutin.

    Menurut opini peneliti dukungan petugas

    kesehatan merupakan bantuan atau dukungan

    yang diterima lansia dari petugas kesehatan dalam mendorong kepatuhan lansia melakukan

    diit. Diharapkan dengan adanya dukungan dari

    petugas kesehatan maka lansia akan merasa diperhatikan, dihargai dan dicintai. Dengan

    pemberian dukungan yang bermakna maka Ibu

    akan mengatasi rasa cemasnya terhadap

    persoalan yang dihadapinya. Dukungan dari petugas kesehatan dapat mengubah hubungan

    antara respon lansia sehingga dapat mengurangi

    stress dengan demikian akan berpengaruh baik terhadap perubahan perilaku lansia.

    Pengaruh Pengetahuan Terhadap Perilaku

    Kepatuhan Diit Pada Lansia Yang

    Menderita Diabetes Mellitus Di Puskesmas

    Cirimekar Kabupaten Bogor Tahun 2019 Pada variabel pengetahuan tidak ada

    indikator yang digunakan. Dari hasil penelitian, model pengaruh pengetahuan terhadap perilaku

    kepatuhan Diit Pada Lansia yang Menderita

    Diabetes Mellitus memberikan nilai 0,201 yang dapat diinterpretasikan bahwa terdapat pengaruh

    langsung sebesar antara pengetahuan terhadap

    perilaku kepatuhan Diit Pada Lansia yang

    Menderita Diabetes Mellitus 12.71% Pengetahuan berpengaruh positif terhadap

    motivasi perilaku kepatuhan Diit pada Lansia

    yang menderita Diabetes Mellitus menunjukan

    hasil uji terhadap koefisien parameter antara pengetahuan terhadap perilaku kepatuhan Diit

    pada Lansia yang menderita Diabetes Mellitus

    menunjukan nilai T satistik diperoleh 2.235, maka nilai t lebih besar dari t tabel yaitu 5% atau

    nilai t

  • 24

    relatif murah dan cepat melalui peningkatan pengetahuan petugas kesehatan dengan cara

    mentaati dengan cara melakukan diit diabetes

    mellitus.

    Pengaruh Motivasi Terhadap Perilaku

    Kepatuhan Diit Pada Lansia Yang Menderita

    Diabetes Mellitus Di Puskesmas Cirimekar

    Kabupaten Bogor Tahun 2019 Dalam penelitian ini motivasi diukur oleh

    tiga indikator yaitu dorongan nakes, tanggung jawab dan hidup sehat. Berdasarkan pada

    indikator ini, motivasi disusun untuk mengukur

    motivasi diri. Penyusunan indikator berdasarkan pada teori Maslow dengan hirarki kebutuhan

    manusia dengan beberapa tingkatan, di samping

    pengertian secara luas dari motivasi itu sendiri

    yaitu sebuah dorongan kebutuhan dalam diri seseorang yang perlu di penuhi agar seseorang

    tersebut dapat menyesuaikan diri terhadap

    lingkungannya. Sedangkan masih terkait dengan perilaku kepatuhan diit pada lansia menderita

    Diabetes Mellitus, juga telah di jelaskan

    sebelumnya, diukur pula melalui tiga indicator, dalam hal ini peneliti menghubungkan antara

    pengaruh motivasi lansia terhadap perilaku

    kepatuhan Diit pada Lansia yang menderita

    Diabetes Mellitus.

    Hasil penelitian menunjukan bahwa responden merespon dengan baik pada variabel

    motivasi dengan di tandai nilai crossloading

    antar indicator terhadap variabel nya mengalami signifikan. Sedangkan pengaruh antara motivasi

    diri dengan perilaku kepatuhan Diit pada Lansia

    yang menderita Diabetes Mellitus juga

    menunjukan angka yang signifikan, yaitu dengan menggunakan taraf kepercayaan 95%

    pada kosntanta 1,96 dibandingkan dengan nilai

    di dapat yaitu sebesar 2.449 jelas jauh lebih tinggi dari angka tabel nya, sehingga angka

    tersebut tidak bisa di anggap remeh, hal tersebut

    menunjukan pengaruh yang cukup tinggi, apalagi dengan di berikan nilai rho sebesar

    21.67%. Secara statistic telah membuktikan

    adanya pengaruh antara motivasi diri terhadap

    perilaku kepatuhan Diit pada Lansia yang

    menderita Diabetes Mellitus.

    Hasil penelitian ini cenderung sependapat

    bahwa perilaku terjadi karena adanya motivasi

    atau dorongan (drive) yang mengarahkan individu untuk bertindak sesuai dengan

    kepentingan atau tujuan yang ingin dicapai.

    Karena tanpa dorongan tadi tidak akan ada suatu

    kekuatan yang mengarahkan individu pada suatu

    mekanisme timbulnya perilaku. Dorongan diaktifkan oleh adanya kebutuhan (need), dalam

    arti kebutuhan membangkitkan dorongan, dan

    dorongan ini pada akhirnya mengaktifkan atau

    memunculkan mekanisme perilaku.

    Lebih lanjut dijelaskan bahwa motivasi sebagai penyebab dari timbulnya perilaku

    menurut konsep Woodworth mempunyai 3 (tiga)

    karakteristik, yaitu (1) Intensitas; menyangkut lemah dan kuatnya dorongan sehingga

    menyebabkan individu berperilaku tertentu; (2)

    Pemberi arah; mengarahkan individu dalam menghindari atau melakukan suatu perilaku

    tertentu; (3) Persistensi atau kecenderungan

    untuk mengulang perilaku secara terus menerus.

    Hasil penelitian ini pula senada dengan

    hasil penelitian dengan judul “ Analisa pengaruh motivasi diri dan pengetahuan terhadap perilaku

    lansia di Puskesmas di Kabupaten Banyumas

    Tahun 2015” dengan hasil penelitian membuktikan bahwa motivasi mempunyai

    hubungan yang bermakna secara statistik dengan

    perilaku lansia (r hitung = 0,632; p = 0,00). Hasil

    penelitian tersebut menunjukkan bahwa tinggi rendahnya motivasi lansia akan berpengaruh

    terhadap perilaku lansia. Masih Menurut hasil

    penelitian Ratifa (2016) motivasi yang dimiliki Lansia Puskesmas di Kabupaten Banyumas

    Tahun 2015 sebagian besar pada kategori sedang

    (64,9%), dan yang paling sedikit pada kategori tinggi (16,2%). Kenyataan tersebut

    menunjukkan bahwa motivasi diri sangat

    mempengaruhi perilaku lansia dalam kepatuhan

    diit diabetes mellitus.

    Berdasarkan pada hasil penelitian tersebut, dijelaskan bahwa motivasi diri

    mempengaruhi perilaku lansia di wilayah diri

    puskesmas Jati Luhur Bekasi, motivasi sebagai dorongan kebutuhan dari lansia sedangkan

    perilaku merupakan determinan dari motivasi

    tersebut, maka dapat dijelaskan sebagai berikut

    (1) Motivasi diri lansia merupakan dorongan potensial yang dapat menggerakkan lansia dapat

    bediri dengan baik keadaan psikologis tertentu

    dalam diri seseorang yang muncul oleh karena adanya dorongan untuk memenuhi kebutuhan.

    (2) Perilaku lansia adalah hasil tindakan yang di

    dapatkan dengan adanya stimulus motivasi diri lansia tersebut. Sehingga perilaku lansia dalam

    memberikan alternatif diit diabetes mellitus akan

    baik bila lansia memiliki motivasi atau kekuatan

    yang baik.

  • 25

    Berdasarkan pada hasil penelitian ini, maka asumsi peneliti dengan adanya motivasi

    diri lansia, yang merupakan kekuatan potensial

    dalam menggerakan lansia dalam bediri, akan

    berdampak pada tindakan yang positif, sehingga dalam kepatuhan diit diabetes mellitus pada

    lansia akan mengikuti prosedur yang ada dengan

    mematuhi anjuran tenaga kesehatan .

    PEMBAHASAN

    Berdasarkan hasil penelitian ini, maka

    didapatkan temuan sebagai berikut (1) 5 hubungan antar variabel berpengaruh signifikan

    secara positif dengan taraf α=5% (0,05=

    Confidence 95%) dan sampel 80, pada model

    akhir yang dimodefikasi. (2) Terbentuk 3 variabel (dukungan tenaga kesehatan,

    pengetahuan dan motivasi) yang memiliki

    pengaruh secara langsung dengan goodness of fit yang signifikan terhadap variabel perilaku

    kepatuhan. Variabel dukungan tenaga kesehatan

    paling berpengaruh positif dengan Thitung sebesar

    6,005 diatas nilai T table (>1,96). (3) Presentase pengaruh semua variabel terhadap perilaku

    kepatuhan diit dalam model ini sebesar 67,14%,

    yang terdiri dari pengaruh langsung sebesar 60,05% dan pengaruh tidak langsung sebesar

    7,09%. (4) Nilai Q Square (predictive relevance)

    sebesar 91,03%, artinya model secara refresentatif mampuh menjelaskan keragaman

    serta mampuh mengkaji fenomena yang ada

    didalam penelitian ini.

    Dari temuan tersebut dapat disimpulkan

    bahwa variabel perilaku kepatuhan dipengaruhi oleh dukungan tenaga kesehatan, pengetahuan

    dan motivasi secara simult 91,03% Artinya

    perilaku kepatuhan diterapkan pada pengetahuan yang baik, dilaksanakan serta

    motivasi diri yang kuat serta dukungan tenaga

    kesehatan yang optimal, mampuh

    mempengaruhi perilaku kepatuhan diit pada lansia yang menderita diabetes mellitus

    dipuskesmas cirimekar sebesar 91,03%

    sedangkan 8,97% lainya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Sedangkan pada

    studi lain mengatakan bahwa perilaku kepatuhan

    selain dipengaruhi oleh variabel diatas, juga

    dipengaruhi oleh sikap, dan dukungan keluarga.

    Berdasarkan keterbatasan dalam

    penelitian ini, adapun saran-saran dalam

    penelitian selanjutnya (1) Penelitian selanjutnya

    dapat memperluas objek penelitian, dengan mengambil seluruh populasi lansia yang ada

    dikota bekasi. Sehingga perilaku kepatuhan lansia dalam diit di puskesmas kecamatan saja

    tetapi dapat digeneralisir secara menyeluruh

    disemua puskesmas sekota bekasi. (2)

    Hendaknya bagi pihak puskesmas lebih meningkatkan pemberian informasi yang

    mendalam kepada pasien dan keluarga tentang

    kepatuhan diit sebagai salah satu keberhasilan terapi diabetes mellitus misalnya dengan

    pemberian leaflet tentang diabetes mellitus dan

    komplikasinya serta penyuluhan pentingnya memahami penyakit DM. (3) Bagi para lansia

    hendaknya lebih aktif dalam menggali dan

    mencari informasi khususnya tentang diabetes

    mellitus kaitannya dengan motivasi dan kesehatan dengan cara membaca, melihat,

    mendengarkan dari media elektronik ataupun

    rajin mengikuti penyuluhan tentang diabetes mellitus. (4) Metode penelitian ini juga

    hendaknya ditindaklanjuti dengan menggunakan

    kualitatif eksploratory, melalui observasi langsung ketika mengambil data, sehingga dapat

    meminimalkan bias penilaian baik oleh rater

    meupun responden, selain itu model ini perlu

    ditindaklanjuti dengan pengembangan variabel-variabel lainnya yang secara teori dapat

    mempengaruhi perilaku kepatuhan diit pada

    lansia yang menderita diabetes mellitus.

    Dari hasil penelitian ini dapat dilakukan intervensi serta evaluasi terhadap perilaku

    kepatuhan diit pada lansia secara

    berkesinambungan serta sebagai bahan kajian

    untuk puskesmas untuk pemberian informasi

    yang baik.

    Daftar Pustaka

    Asri. M. Klinik Reproduksi untuk Basuki, Purnomo. Dasar-Dasar Urologi,

    Perpustakaan Nasional RI, Katalog

    Dalam Terbitan KTD: Jakarta. 2013.

    Soekanto Asuhan Keperawatan Keluarga.

    EGC. Jakarta. 2015.

    Taylor, Frederick Winslow. The Princples of

    Management, dalam Shafritz, Jay M dan

    J. Steven Ott.. Classics of Organization Theory, Brooks/Cole Publishing

    Company Pacific Grove, California.

    1991.

    Notoatmodjo, Soekidjo Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.

    Jakarta. 2007.

  • 26

    Hartanto. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia edisi Kedua. : BPFE.

    Yogyakarta. 2013.

    Soekanto Asuhan Keperawatan Keluarga. EGC.

    Jakarta. 2017.

    Depkes RI. Buku Pedoman Pengobatan

    Diabetes Melitus. Jakarta. 2010.

    Marrylynn, F..M and Alice, C.G., Rencana

    Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk

    Perencanaan Dan Pendokumentasian

    Perawatan Pasien. Penerbit Buku

    Kedokteran EGC. Jakarta. 2018.

    Masduki. Gambaran Karateristik Diabetes

    Melitus, Perilaku Penderita dan

    Pelayanan Petugas di Kabupaten

    Kuningan. Skripsi. Jawa Barat. 2019.

    Dinkes Kota Bogor. Profil Kesehatan Kota

    Bogor Tahun 2017. Jawa Barat. 2015.

    Nursalam, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Salemba

    Medika, Jakarta. 2018

    Ghozali, I. Structural Equation Modeling Teori Konsep dan Aplikasi dengan Program

    LISREL 8.80, Edisi 2. Badan Penerbit

    Universitas Dipenogoro. Semarang: 2018.

    Uno. Hamzah B. Teori Motivasi dan

    Pengukurannya. Bumi Aksara, Jakarta.

    2018.

    Purnawan. Modul Pelatihan Program Lansia untuk kepatuhan Diet Diabetes Melitus.

    Jakarta. 2008

    Fisher, Simon, dkk. Mengelola Konflik : Keterampilan dan Strategi Untuk

    Bertindak, Cetakan Pertama, Alih Bahasa

    S.N. Kartikasari, dkk, The British Counsil,

    Indonesia, Jakarta. 2011.

    Masduki. Gambaran Karateristik Diabetes

    Melitus, Perilaku Penderita dan Pelayanan Petugas di Kabupaten Kuningan. Skripsi. Jawa Barat. 2019.

    Anwar S. Nitisemito. Manajemen Suatu Dasar dan Pengantar, cetakan kesepuluh, Ghalia

    Indonesia. Jakarta. 2019.

    Notoatmodjo, Soekidjo Pendidikan dan

    Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

    2011.

    Askandar T. Hidup Sehat dan Bahagia bersama

    Diabetes Melitus. PT Gramedia Pustaka.

    Jakarta 2016.

    Marrylynn, F..M and Alice, C.G., Rencana

    Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian

    Perawatan Pasien. Penerbit Buku

    Kedokteran EGC. Jakarta. 2018.

    Patrick Davey. At a Glance Medicine. Erlangga.

    Surabaya. 2012.

    Zainudin. Penyakit Diabetes Melitus dan Solusi

    Pengobatan. EGC. Jakarta. 2012.

    http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=234http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=234http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=234http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=234http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=234http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=234http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=234