-
14
PENGARUH DUKUNGAN TENAGA KESEHATAN, PENGETAHUAN DAN
MOTIVASI TERHADAP PERILAKU KEPATUHAN DIIT PENDERITA DIABETES
MELLITUS DI PUSKESMAS CIRIMEKAR TAHUN 2019
Sartika, SST, M.Kes
Akademi Kebidanan Annisa Jaya
Jl. Karanggan No. 30 Desa Puspasari Citeureup – Bogor
ABSTRAK
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen (sindrom metabolik) yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi
dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dalam darah diatur sedemikian rupa melalui peran hormon
insulin. Insulin yaitu suatu hormon yang diproduksi pangkreas yang berfungsi untuk mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan menyimpannya. Tujuan penelitian ini adalah
pengaruh langsung dan tidak langsung serta besarannya antara pengetahuan, motivasi dan
dukungantenaga kesehatan terhadap perilaku kepatuhan diit pada lansia yang menderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Cirimekar Tahun 2019. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif yang menggunakan desain cross-setional (potong lintang). Sampel yang
digunakan sekitar 80 orang laki – laki atau perempuan yang berusia ≥ 55 tahun. Metode analisis yang
digunakan adalah Structural Equation Model (SEM) mengunakan SmartPLS 2.0 dan SPSS 15. Hasil pengujian hipotesis dengan Structural Equation Model (SEM) dengan metode smartPLS menghasilkan
temuan penelitian yaitu ada pengaruh langsung pengetahuan terhadap perilaku kepatuhan diit pada
lansia yang menderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Cirimekar Tahun 2019 sebesar 12.7%. Ada pengaruh langsung motivasi terhadap perilaku kepatuhan diit pada lansia yang menderita Diabetes
Mellitus di Puskesmas Cirimekar Tahun 2019 sebesar 21.6%. Ada pengaruh langsung dukungan tenaga
kesehatan terhadap perilaku kepatuhan diit pada lansia yang menderita Diabetes Mellitus di Puskesmas
Cirimekar Tahun 2019 sebesar 25.8%. Ada pengaruh langsung pengetahuan terhadap motivasi lansia yang menderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Cirimekar Tahun 2019 sebesar 30.7%. Ada pengaruh
langsung dukungan tenaga kesehatan terhadap motivasi lansia yang menderita Diabetes Mellitus di
Puskesmas Cirimekar Tahun 2019 sebesar 34.7%.
Kata Kunci : Dukungan Tenaga Kesehatan, Pengetahuan, Motivasi, Kepatuhan Diit
-
15
ABSTRACT
Diabetes mellitus is a heterogeneous group of disorders (metabolic syndrome) is Characterized by an
increase of glucose in blood levels or hyperglycemia. Normal glucose circulating in a on certain amount
in the blood. Glucose in the blood arranged through the role of the hormone insulin. Insulin is a
hormone produced by pancreatic the which serves to control the glucose levels in the blood by regulating the production and save it. The purpose of this study was the effect of direct and indirect as
well as the amount of knowledge, motivation and support for behavioral health professionals diet
adherence in the Elderly WHO suffer from Diabetes Mellitus in PHC Cirimekar, 2019. The method used in this study is a quantitative approach that uses cross-setional design (cross-sectional). Samples
used about 80 men - men or women aged ≥ 55 years. The analytical method used is Structural Equation
Model (SEM) using SmartPLS 2.0 and SPSS 15. The results of hypothesis testing with Structural Equation Model (SEM) with a method smartPLS produce research findings that there is a direct
influence of knowledge on the behavior of dietary adherence in the Elderly WHO suffer from Diabetes
Mellitus in PHC Cirimekar, 2019 by 12.7%. There is a direct effect of motivation on dietary adherence
behavior in the Elderly WHO suffer from Diabetes Mellitus in PHC Cirimekar, 2019 by 21.6%. There is a direct influence on the behavior of health professionals support dietary adherence in the Elderly
WHO suffer from Diabetes Mellitus in PHC Cirimekar, 2019 by 25.8%. There is a direct influence of
knowledge on the motivation of Elderly WHO suffer from Diabetes Mellitus in PHC Cirimekar, 2019 amounted to 30.7%. There is a direct influence on the motivation of health workers support the Elderly
WHO suffer from Diabetes Mellitus in PHC Cirimekar, 2019 amounted to 34.7%
Keywords : Support Workers Health, Knowledge, Motivation, Behavior
PENDAHULUAN
Penyakit Diabetes Mellitus sering
disebut The Great Imitator, karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan
menimbulkan bermacam keluhan. Gejala sangat
bervariasi dan secara perlahan-lahan sehingga penderita tidak menyadari akan adanya
perubahan seperti minum menjadi lebih banyak,
buang air kecil menjadi lebih sering ataupun
berat badan yang menurun.
Penderita DM dapat mengalami cacat seumur hidup, dan berisiko terhadap terjadinya
komplikasi penyakit lain yaitu 24 kali berisiko
terjadi penyakit jantung, 25 kali berisiko terjadi kebutaan, 17 kali terjadi gagal ginjal, 5 kali
terjadi ganggren dan 2 kali terjadi gangguan
pembuluh darah otak. Dampak lain dari penyakit
Diabetes Mellitus adalah terjadinya gangguan secara psikologis akibat rendahnya penerimaan
penderita di masyarakat. Hal ini terjadi karena
masih ada stigma masyarakat yang menganggap penyakit Diabetes Mellitus merupakan penyakit
keturunan.
Pengetahuan pasien diabetes
melitusdapat diartikan sebagai hasil tahu dari
pasien mengenai penyakitnya, memahami
penyakitnya, dan memahami pencegahan
maupun komplikasinya. Melalui pengetahuanyang cukup maka akan
menumbuhkan rasakesadaran dan berlanjut pada
kemauan yang diterapkan dalam perubahan perilaku penderita diabetes mellitus menjadi
perilaku yang sehat dan dapat mencegah
terjadinya diabetes, dengan promosi kesehatan
yang dilakukan diharapkan pengetahuan masyarakat akan bertambah dengan edukasi
yang tepat guna yang diberikan akan
mengurangi risiko terjadinya diabetes. Pengetahuan dapat diartikan sebagai hasil tahu
yang terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Kepatuhan merupakan tingkat perilaku
pasien dalam mengambil suatu tindakan penyembuhan seperti diit, kebiasaan hidup sehat
dan ketepatan berobat. Tingkat kepatuhan pasien
diabetes mellitus pada masa usia lanjut dalam penggunaan obat dan diit, diharapkan dapat
mencapai output PIO berupa penggunaan obat
yang tepat dan benar serta melaksanakan anjuran tenaga kesehatan terhadap tindakan diit yang
dijalani oleh pasien. Khususnya pasien diabetes
mellitus Rawat Jalan sangat membutuhkan
informasi yang lengkap tentang diit, karena informasi tersebut menentukan keberhasilan
-
16
terapi yang dilakukannya sendiri dirumah. Ketidaksepahaman (non corcondance) dan
ketidakpatuhan (non compliance) pasien dalam
menjalankan terapi merupakan salah satu
penyebab kegagalan terapi. Hal ini sering disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan
pemahaman pasien tentang diit dan segala
sesuatu yang berhubungan dengan diit dan
therapinya.
Bila penderita Diabetes Mellitus tidak
patuh dalam melaksanakan program diit yang
telah dianjurkan oleh dokter, ahli gizi atau tenaga kesehatan lainnya maka akan dapat
memperburuk kondisi penyakitnya. Diit yang
perlu dilaksanakan oleh pasien seperti
melaksanakan diet sebagai kunci diit, olah raga untuk menjaga kebugaran tubuh selain
penggunaan obat diabetes oral maupun insulin.
Terapi dietetik merupakan salah satu pilar pengendalian Diabetes Mellitus. Kepatuhan
dalam melaksanakan diet menjadi harapan bagi
team kesehatan rumah sakit. Salah satu faktor
yang sangat penting bagi penderita Diabetes
Mellitus adalah perilaku hidup sehat.
Biasanya penderita Diabetes Mellitus
ringan disarankan untuk mengurangi makan
secara berlebihan, melakukan aktivitas fisik setiap hari dan juga menghindari kebiasaan
mengkonsumsi kopi dan teh dan alcohol secara
berlebihan. Apabila Diabetes Mellitus sudah menjadi parah maka diit yang dianjurkan adalah
diit dengan bantuan insulin dan terapi diet.
Sikap penderita Diabetes Mellitus
terhadap diit penyakit Diabetes Mellitus
berpengaruh terhadap perilaku ketaatan minum obat, dan sejalan dengan penelitian lainnya di
Tanggerang, bahwa secara statistik terdapat
pengaruh signifikan kepercayaan penderita Diabetes Mellitus terhadap perilaku ketaatan
berobat. Pencegahan penyakit Diabetes Mellitus
akan berhasil, jika masyarakat ikut serta
membantu tenaga kesehatan dalam pencarian penderita Diabetes Mellitus baru, pemantauan
minum obat bagi penderita yang sudah mulai
berobat, memberikan penyuluhan kesehatan
kepada pasien lanjut usia.
Wawancara pendahuluan dengan 3
(tiga) tenaga kesehatan di Puskesmas Cirimekar,
rata-rata mereka menemukan kasus bahwa 60%
motivasi penderita Diabetes Mellitus usia lanjut untuk sembuh sangat rendah, sebanyak 36%
penderita memiliki kebiasaan menjauhi dari
keluarga, teman dan lingkungannya, dan 68% pengetahuan penderita untuk melakukan diit dari
penyakitnya sangat minim.
Berdasarkan survey awal di Puskesmas
Cirimekar, dengan mewawancarai 10 pasien
usia lanjut rawat jalan, diperoleh informasi tentang diit penyakit tidak menular (PTM)
secara umum, salah satunya penyakit tertinggi di
Puskesmas Cirimekar adalah 50% penyakit usia lanjut disebabkan oleh Diabetes Melitus, 30%
disebabkan hipertensi dan 20% disebabkan
penyakit PTM lainnya. Tingginya penyakit Diabetes Mellitus bagi usia lanjut disebabkan
karena saat usia muda tidak menerapkan gaya
hidup sehat, seperti pola makan yang tidak sehat
dan berlebihan, tidak ada aktivitas dan olahraga,
merokok dan kebiasaan kurang istirahat.
Survey awal penelitian berlanjut kepada
5 orang pasien usia lanjut yang menderita DM
cukup lama. Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan 2 pasien (40%) tidak patuh
melakukan diit gizi dan 3 pasien (60%) lainnya
masih patuh menerapkan diit gizi. Menurut
tenaga kesehatan Puskesmas Cirimekar, Diit diabetes bertujuan untuk mempertahankan kadar
glukosa darah mendekati normal, mencegah
komplikasi akut dan kronik dan meningkatkan kualitas hidup penderita diabetes mellitus.
Dalam melaksanakan diit diabetes mellitus
penderita harus memperhatikan 3 J yaitu jumlah kalori yang dibutuhkan, jadwal makan yang
harus diikuti dan jenis makanan yang harus
diperhatikan.
Menurut hasil Monitoring dan Evaluasi tahun 2012 yang dilaksanakan di Dinas
Kesehatan Kota Bogor, kendala yang paling
utama di dalam penanganan penderita Diabetes Mellitus, kurangnya dukungan masyarakat
(kesehatan) termasuk keluarga serta pemahaman
yang keliru terhadap penyakit Diabetes Mellitus.
Salah satu wilayah paling banyak penderita Diabetes Mellitus adalah di Puskesmas
Cirimekar sebanyak 21 kasus, dan mayoritas
terjadi pada laki-laki dan wanita usia 61-70 tahun yaitu sebanyak 17 orang (81%), dan 4
orang laki-laki dan wanita berusia 50-60 tahun
(19%).
Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung serta
besarannya antara dukungan tenaga kesehatan,
pengetahuan dan motivasi terhadap perilaku
kepatuhan diit pada lansia yang menderita
-
17
diabetes mellitus di Puskesmas Cirimekar Tahun
2019.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah merupakan survey
deskriptif dengan rancangan penelitian
mengguakan pendekatan sekat lintang (cross
sectional study).
Metode ini digunakan sebagai suatu bentuk penelitian yang bertujuan untuk
menjelaskan pengaruh atau menganalisis
kecenderungan antara variabel-variabel penelitian dukungan tenaga kesehatan,
pengetahuan dan motivasi terhadap perilaku
kepatuhan diit diabetes melitus.
Penelitian dilakukan diwilayah
Puskesmas Cirimekar Bogor dengan pertimbangan bahwa sepengetahuan penulis
bahwa sampai saat ini belum pernah melakukan
penelitian mengenai kepatuhan diit Diabetes Mellitus. Penelitian ini dimulai pada bulan
Agustus 2019.
Populasi adalah kelompok atau
kumpulan individu-individu atau objek
penelitian yang memiliki standar tertentu dari ciri-ciri yang telah ditetapkan sebelumnya.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua
lansia penderita penyakit Diabetes Mellitus
diwilayah Puskesmas Cirimekar Bogor.
Sampel adalah sebagian dari populasi
yang sifatnya refresentative (mampu mewakili
populasi). Cara pengambilan sampel
menggunakan perposive sample dengan kriteria inklusi dan eklusi. Sampel yang diambil dalam
penelitian, 80 orang penderita penyakit Diabetes
Mellitus.
Kriteria inklusi adalah (1) usia responden minimal 55 tahun saat adanya gejala
penyakit Diabetes Mellitus dan telah menjalani
program diit sesuai anjuran dokter gizi. (2) Responden berdomisili disekitar Puskesmas
Cirimekar. (3) Responden pernah melakukan
pemeriksaan dini terkait penyakit Diabetes
Mellitus dalam 6 bulan terakhir sejak tanggal pertama tercatat sebagai pasien di Puskesmas
Cirimekar Bogor. Kriteria Eklusi adalah kriteria
inklusi yang karena keadaan tertentu dikeluarkan dari kriteria inklusi. Keadaan
tersebut adalah responden tiba-tiba berhalangan
hadir. Responden yang berhalangan hadir dan
tidak bersedia digantikan oleh responden lain
yang memenuhi kriteria inklusi.
Jumlah sampel tersebut diambil sesuai
dengan kaidah jumlah sampel pada pedoman
PLS (Partial Least Squares) dimana besaran
sampel (Sample size) yang diambil adalah 5 hingga 10 kelipatan dari jumlah indikator yang
akan diteliti. Sehingga dalam hal ini besaran
sampel yang diambil masih berada dalam
kisaran 45 hingga 90.
Data penyajian analisa SEM dari
pengolahan data output yang menggunakan
bantuan SmatPLS 2.0, disajikan dalam diagram,
tabel dan lain-lain. Penyajian data yang lebih lengkap akan disajikan dalam lampiran termasuk
tampilan kuesioner Pengujian dari hipotesis
penelitian yang berdasarkan dari keluaran hasil
pengolahan data.
Jenis data yang dikumpulkan berupa
data primer yaitu data yang dikumpulkan
melalui kuesioner yang dibagikan kepada responden dan diisi sendiri. Setiap indikator dari
variabel yang akan diteliti dikembangkan
menjadi 5 pertanyaan dalam kuesioner dengan
jenis parameter menggunakan skala pengukuran semantic differential dalam skala l-5. Teknik distribusi kuesioner dilakukan dengan bertatap
muka secara langsung dengan responden sekaligus melakukan wawancara singkat tentang
data-data yang mungkin mendukung dan
memperkuat proses pengambilan data dalam
penelitian.
Data yang dikumpulkan yaitu data primer, Data primer khusus dikumpulkan untuk
kebutuhan penelitian yang sedang berjalan. Data
primer dalam penelitian adalah data profil perusahaan dan identifikasi responden., berisi
data responden. Sedangkan pengumpulan data
sekunder yaitu data yang merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara
tidak langsung.Data sekunder umumnya berupa
bukti, catatan atau laporan historis yang telah
tersusun dalam arsip. Peneliti langsung ke lapangan untuk membagikan kuesioner yang
sebelumnya dilakukan uji coba instrument untuk
mengetahui valid atau tidaknya kuesioner.
Metode analisis data yang digunakan adalah Analisis univariat adalah analisis yang
menggambarkan secara tunggal variabel-
variabel independen (yaitu pengetahuan,
motivasi dan dukungan tenaga kesehatan) dan dependen (perilaku) dalam bentuk distribusi
-
18
frekuensi. Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh pengetahuan, motivasi dan dukungan
tenaga kesehatan terhadap perilaku kepatuhan
diit diabetes melitus pada lansia, dengan menggunakan uji chi square, Diagram jalur SEM
berfungsi untuk menunjukkan pola hubungan
antar variabel yang kita teliti. Dalam SEM pola hubungan antar varaibel akan diisi dengan
variabel yang diobservasi, variabel laten dan
indikator. Didasarkan pola hubungan antar variabel, SEM dapat diurai menjadi dua sub-
bagian yaitu: model pengukuran dan model
struktural.
Data penyajian analisa SEM dari
pengolahan data output yang menggunakan bantuan SmatPLS 2.0, disajikan dalam diagram,
tabel dan lain-lain. Penyajian data yang lebih
lengkap akan disajikan dalam lampiran termasuk tampilan kuesioner Pengujian dari hipotesis
penelitian yang berdasarkan dari keluaran hasil
pengolahan data.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian disusun berdasarkan
sistematika yang dimulai dengan gambaran
analisis univariat yang bertujuan untuk melihat distribusi frekwensi variabel eksogen dan
endogen. Kemudian diakhir penelitian ini
diberikan gambaran análisis SEM (Structural
Equation Modeling) untuk menjelaskan hubungan yang komplek dari beberapa variabel
yang diuji dalam penelitian ini. Structural
Equation Modeling (SEM) merupakan salah satu analisis multivariate yang dapat menganalisis
hubungan variable secara kompleks. Analisis ini
pada umumnya digunakan untuk penelitian-
penelitian yang menggunakan banyak variabel. Teknik analisis data menggunakan Structural
Equation Modeling (SEM), dilakukan untuk
menjelaskan secara menyeluruh hubungan antar variable yang ada dalam penelitian. SEM
digunakan bukan untuk merancang suatu teori,
tetapi lebih ditujukan untuk memeriksa dan
membenarkan suatu model.
Syarat utama menggunakan SEM
adalah membangun suatu model hipotesis yang
terdiri dari model structural dan model
pengukuran dalam bentuk diagram jalur yang berdasarkan justifikasi teori. SEM adalah
merupakan sekumpulan teknik-teknik statistic
yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan secara simultan. Hubungan
itu dibangun antara satu atau beberapa variable
independen. Responden dalam penelitian ini adalah lansia yang menderita Diabetes Mellitus.
Profil responden dalam penelitian ini berkaitan
dengan lansia yang menderita Diabetes Mellitus
di wilayah kerja Puskesmas Cirimekar. dari 80 responden, sebagian besar responden berusia 55-
60 tahun sebanyak 25 responden (31%),
sedangkan responden dengan usia 61 – 70 Tahun sebanyak 45 responden (56%) dan usia lebih dari
70 tahun sebanyak 10 responden (13%).
Berdasarkan jenis kelamin lansia terbanyak wanita 45 orang (56%) dan pria
sebanyak 35 orang (46%). Menurut kelompok
pendidikan sebagian besar responden
berpendidikan Akademi sebanyak 14 responden (17%), sedangkan responden berpendidikan
SLTA ada sebanyak 58 responden (73%) dan
responden berpendidikan sarjana sebanyak 10
responden (10%).
Berdasarkan pekerjaan sebagian besar
responden tidak bekerja sebanyak 73 responden
(91%), sedangkan responden yang bekerja ada
sebanyak 7 responden (9%).Data responden dinyatakan dalam beberapa kategori disertai
dengan perhitungan nilai range (kisaran), mean
(rata-rata) dan standar deviasi (penyimpangan). Statistik deskriptif variabel penelitian digunakan
untuk memberikan gambaran tentang tanggapan
responden mengenai variabel-variabel penelitian yang menunjukkan angka minimum,
maksimum, rata-rata serta standar deviasi.
Data responden juga dapat dinyatakan
dalam beberapa kategori disertai dengan
perhitungan nilai range, mean dan standar deviasi. Variabel Perilaku kepatuhan Diit pada
lansia, penilaian terhadap Perilaku kepatuhan
Diit pada lansia antara 27-75 mendekati kisaran teoritisnya (15-75) dengan nilai ratarata 50.95
dan standar deviasi 9.306. Hal ini
mengindikasikan bahwa responden cenderung
Perilaku kepatuhan Diit pada lansia masih dianggap baik. variabel dukungan tenaga
kesehatan kisaran jawaban responden antara
2775 mendekati kisaran teoritisnya pada nilai tertinggi (15-75) dengan nilai rata-rata 50.86 dan
standar deviasi 10.376. Hal ini mengindikasikan
persepsi responden cenderung mengganggap
penting peran tenaga kesehatan.
Variabel pengetahuan kisaran jawaban
responden antara 4-10 mendekati kisaran
teoritisnya pada nilai tertinggi (0-10) dengan
nilai rata-rata 7.325 dan standar deviasi 1.4644. Hal ini mengindikasikan persepsi responden
-
19
cenderung mengganggap penting variabel pengetahuan. variabel motivasi, penilaian
terhadap motivasi antara 27-75 mendekati
kisaran teoritisnya (15-75) dengan nilai ratarata
56.9 dan standar deviasi 6.936. Hal ini mengindikasikan bahwa responden cenderung
mengangap penting motivasi lansia.
Statistik deskriptif variabel penelitian
digunakan untuk memberikan gambaran tentang tanggapan responden mengenai variabel-
variabel penelitian yang menunjukkan angka
minimum, maksimum, rata-rata, median dan mode. pada variabel Perilaku kepatuhan Diit
nilai jawaban responden terkecil adalah 27 dan
yang terbesar adalah 75 dengan rata-rata 50.95
median 51 dan nilai jawaban yang terbanyak adalah 54. Untuk variabel dukungan tenaga
kesehatan nilai jawaban responden terkecil
adalah 27 dan yang terbesar adalah 75 dengan rata-rata 50.86 median 51 dan nilai jawaban
yang terbanyak adalah 50. Untuk variabel
Pengetahuan nilai jawaban responden terkecil
adalah 4 dan yang terbesar adalah 10 dengan rata-rata 7.325 median 7 dan nilai jawaban yang
terbanyak adalah 8. Untuk variabel motivasi
nilai jawaban responden terkecil adalah 27 dan yang terbesar adalah 75 dengan rata-rata 56.90
median 56 dan nilai jawaban yang terbanyak
adalah 56.
Tahap selanjutnya Uji Chi Square Test dilakukan untuk melihat variasi jawaban
responden per variabel terhadap karakteristik penelitian. Variabel perilaku tidak dipengaruhi
oleh karakteristik responden karena taraf
signifikansi 5% semuanya lebih besar dari 0,05.
Ini menunjukkan variabel perilaku tidak ada
hubungan dengan karakteristik responden.
Variabel dukungan tenaga kesehatan
tidak dipengaruhi oleh karakteristik responden
karena hasil uji Chi Square dengan taraf signifikansi 5% semuanya lebih besar dari 0,05.
Ini menunjukkan variabel dukungan tenaga
kesehatan tidak ada hubungan dengan karakteristik responden. Variabel pengetahuan
tidak dipengaruhi oleh karakteristik responden
karena hasil uji Chi Square dengan taraf
signifikansi 5% semuanya lebih besar dari 0,05. Ini menunjukkan variabel pengetahuan tidak ada
hubungan dengan karakteristik responden.
variabel motivasi tidak dipengaruhi oleh karakteristik responden karena hasil uji Chi
Square dengan taraf signifikansi 5% semuanya
lebih besar dari 0,05. Ini menunjukkan variabel
motivasi tidak ada hubungan dengan
karakteristik responden.
Hasil evaluasi signifikansi outer model
diatur dalam output PLS dibawah ini dengan
mengevaluasi refleksi nilai faktor loading, dan Composite Reliability. Beberapa pengujian Confirmatory factor analysis masing-masing
variabel laten adalah sebagai berikut :
-
20
Hasil evaluasi signifikansi outer model
diatur dalam output PLS dengan mengevaluasi refleksi nilai T-Statistic indikator terhadap
variabelnya. Dari gambar diatas menyatakan
bahwa nilai T statistik di refleksikan terhadap
variabelnya sebagian besar > 1,96, sehingga menunjukkan blok indikator berpengaruh positif
dan signifikan untuk merefleksikan variabelnya.
Inner Model dapat dievaluasi dengan melihat uji
nilai R Square, uji hipotesis T-Statistik, pengaruh variabel langsung dan tidak langsung
dan predictive relavance. Nilai R-Square
berfungsi untuk menilai besaran keragaman atau
variasi data penelitian terhadap fenomena yang sedang dikaji. Berikut hasil outputnya dalam
bentuk tabel, yaitu :
Tabel 1. Evaluasi Nilai R Square Menurut Variabel Penelitian
Variabel R Square
Perilaku 0,600359
Dukungan Tenaga Kesehatan
Pengetahuan 0,350061
Motivasi 0,654524
Sumber: output SmartPLS 2.0, 2015
Motivasi, pengetahuan dan dukunagn tenaga kesehatan berkontribusi terhadap
Perilaku sebesar 0.600. Pengetahuan dan Dukungan Tenaga Kesehatan berkontribusi
Gambar 2 . Output PLS ( T - Statistic )
-
21
terhadap motivasi sebesar 0.654. Dukungan tenaga kesehatan berkontribusi terhadap
pengetahuan sebesar 0.350. Nilai R Square
menyatakan bahwa Motivasi mampu
menjelaskan variabel pengetahuan dan Dukungan Tenaga Kesehatan sebesar 65.4% dan
sebesar 34.6% dipengaruhi faktor-faktor lain
yang tidak diteliti. Sedangkan variabilitas konstruk motivasi, pengetahuan dan dukungan
tenaga kesehatan mampu dijelaskan oleh
variablitas perilaku sebesar 60.1% dan 40% dijelaskan oleh variable lain yang tidak diteliti.
Pengetahuan mampu menjelaskan variabel
Dukungan Tenaga Kesehatan sebesar 35.0% dan
sebesar 65.0% dipengaruhi faktor-faktor lain
yang tidak diteliti.
Motivasi berpengaruh positif terhadap
perilaku. Hasil uji terhadap koefisien parameter
antara motivasi terhadap perilaku menunjukkan
ada pengaruh positif 0,304, sedangkan nilai TStatistic sebesar 2.449 dan signifikan pada
α=5%. Nilai T-Statistic tersebut berada jauh
diatas nilai kritis (1,96). Begitu juga dengan
pengetahuan terhadap Perilaku ada pengaruh positif 0.201 dan nilai T-Statistik sebesar 2.235,
berada jauh diatas nilai kritis (1,96). Hal yang
sama juga terjadi pada Dukungan Tenaga Kesehatan terhadap Perilaku ada pengaruh
positif 0.364 dan nilai T Statistic sebesar 2.719.
Nilai T-Statistic tersebut berada jauh diatas nilai
kritis (1,96).
Selanjutnya berdasarkan pola
hubungan antar variabel yang digambarkan
dalam kerangka konsep, ada hubungan yang
bersifat langsung dan tidak langsung pada tabel berikut : Sumber diolah dari : SmartPLS 2.0
report, 2015
Tabel 2. Persentase Pengaruh Antar variabel terhadap Variebel Perilaku pada Model
Sumber LV
correlation
Direct
Rho
Indirect
Rho Total
Direct
%
Indirect
%
Total
% Pengetahuan 0,632519 0,201 0,130 0,331 12,71% 3,319% 16,03%
Motivasi 0,712953 0,304 0 0,304 21,67% 0,000% 21,67%
Dukungan
Nakes 0,70504 0,364 0,145 0,509 25,66% 3,770% 29,43%
Total 60.05% 7,09% 67,14%
Pengetahuan pengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap perilaku kepatuhan.
Hasil uji koefisien parameter antara pengetahuan
terhadap perilaku kepatuhan menujukan terdapat
pengaruh langsung sebesar 12,71%, sedangkan untuk pengaruh tidak langsung antara
pengetahuan terhadap perilaku kepatuhan
melalui motivasi didapat dengan mengalikan koefisien jalur (pengetahuan ke motivasi) x LV
(pengetahuan ke motivasi) dengan koefisien
jalur (motivasi ke perilaku kepatuhan) x LV
(motivasi ke perilaku kepatuhan) sehingga nilai sebesar 3,319%. Dari table tersebut menyatakan
bahwa motivasi berpengaruh secara langsung
terhadap perilaku kepatuhan diit.
Hasil uji koefisien parameter antara dukungan tenaga kesehatan terhadap perilaku
kepatuhan diit menunjukan terdapat pengaruh
lansung terhadap perilaku kepatuhan diit sebesar
25,66%, sedangkan untuk pengaruh tidak langsung antara dukungan terhadap perilaku
kepatuhan diit melalui motivasi didapat dengan
mengalikan koefisien jalur (dukungan tenaga
kesehatan ke motivasi) x LV (dukungan tenaga kesehatan ke motivasi) dengan koefisien jalur
(motivasi ke perilaku kepatuhan) x LV (motivasi
ke perilaku kepatuhan) sehingga nilai sebesar
3,770%.
Sehingga dari masing-masing pengaruh
langsung variabel laten eksogen tersebut apabila
secara bersama-sama menunjukan kesesuaian
dengan R square atau dengan kata lain hal ini menyatakan bahwa variabel pengetahuan,
motivasi dan dukungan tenaga kesehatan
terhadap perilaku kepatuhan diit sebesar (12,71% + 21,67% + 25,66%) = 60.05%. Secara
matematis, bentuk persamaan structural dari
model penelitian ini adalah sebagai berikut :
-
22
η1 = ξ1. γ3 + δ1
Dukungan Tenaga Kesehatan = 0.592 pengetahuan + ζ faktor lain
η2 = β1. ε1+ γ3 ξ 1 + δ2
Motivasi= 0.430 Pengetahuan + 0.476 Dukungan Tenaga Kesehatan + ζ faktor lain
η3 = β2. ε1 + β3. ε2 + ξ1. γ2 + δ3
Perilaku = 0.201 pengetahuan + 0.304 motivasi + 0.364 Dukungan Tenaga Kesehatan
+ ζ faktor lain
Nilai Q-Square berfungsi untuk menilai besaran keragaman atau variasi data penelitian terhadap
fenomena yang sedang dikaji dan hasilnya sebagai berikut:
Q 2 = 1- (1-R12) (1-R2
2) (1-R32)
= 1- (1-0,350) (1-0,655) (1-0,600)
= 0,9103 atau 91.03%
Galat Model = 100% - 91.03 = 8,97%
Hal tersebut menunjukkan model hasil analisis dapat menjelaskan 91,03% keragaman
data dan mampu mengkaji fenomena yang
dipakai dalam penelitian, sedangkan 8,97%
dijelaskan komponen lain yang tidak ada dalam
penelitian ini.
DISKUSI Pada penelitian ini menemukan beberapa
keterbatasan pada saat proses melaksanakan
penelitian ini, yaitu (1) Kemungkinan adanya faktor subyektif responden yang sulit untuk
dihindari, sehingga memungkinkan pengukuran
tidak seakurat yang diharapkan. (2) Pernyataan kurang sensitif sehingga kurang dapat
menggambarkan variabel yang diteliti. (3)
Peneliti tidak melakukan uji coba kuesioner
sebelumnya sehingga ada kecenderungan responden merasa jenuh karena jumlah item
pernyataan yang banyak. (4) Responden adalah
lansia, oleh karena itu dibutuhkan kesabaran peneliti untuk membimbing responden dalam
mengisi kuesioner.
Pengaruh Dukungan Tenaga Kesehatan
Terhadap Perilaku Kepatuhan Diit Pada
Lansia Yang Menderita Diabetes Mellitus Di
Cirimekar Kabupaten Bogor 2019 Dari hasil penelitian, dapat dilihat bahwa
variabel dukungan petugas dalam memberikan
dorongan kepada lansia yang menderita diabetes
mellitus tidak dipengaruhi oleh karakteristik responden, dalam hal ini meliputi umur,
pendidikan, dan pekerjaan, tidak dipengaruhi
oleh karakteristik responden karena hasil uji Chi
Square dengan tingkat signifikansi 5% menunjukkan P value (Asymp.Sig) > 0,05 yang
menunjukkan dukungan petugas kesehatan
tidak dipengaruhi oleh karakteristik responden.
Variabel dukungan petugas kesehatan berpengaruh terhadap Perilaku lansia dalam
kepatuhan diit diabetes mellitus. Hasil uji
terhadap koefisien parameter antara dukungan
petugas kesehatan terhadap perilaku lansia dalam kepatuhan diit diabetes mellitus di
Puskesmas jati Luhur menunjukkan ada
pengaruh positif, sedangkan nilai T-statistik sebesar 2.719 dan signifikan pada alpha 5%.
Nilai T Statistik tersebut berada di atas nilai
kritis (1,96). Pengaruh langsung dukungan Tenaga Kesehatan Terhadap Perilaku
Kepatuhan Diit Pada Lansia Yang Menderita
Diabetes Mellitus Di Puskesmas Cirimekar
Tahun 2019.
Hasil penelitian diperkuat bahwa bentuk dukungan tenaga kesehatan merupakan
penyediaan materi yang dapat memberikan
pertolongan langsung seperti pemberian uang, pemberian barang, makanan serta pelayanan.
Bentuk ini dapat mengurangi stres karena
individu dapat langsung memecahkan
-
23
masalahnya yang behubungan dengan materi. Dukungan instrumental sangat diperlukan
terutama dalam mengatasi masalah yang
dianggap dapat dikontrol.
Hal yang sama juga dibuktikan oleh
penelitian bahwa factor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan yang paling dominan
adalah adaya dukungan petugas kesehatan dan
dukungan keluarga.15 Bagitu juga hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian lainnya,
bahwa dukungan tenaga kesehatan mempunyai
hubungan kuat dan positif dengan perilaku penderita, sehingga akan membentuk perilaku
yang patuh diit secara rutin.
Menurut opini peneliti dukungan petugas
kesehatan merupakan bantuan atau dukungan
yang diterima lansia dari petugas kesehatan dalam mendorong kepatuhan lansia melakukan
diit. Diharapkan dengan adanya dukungan dari
petugas kesehatan maka lansia akan merasa diperhatikan, dihargai dan dicintai. Dengan
pemberian dukungan yang bermakna maka Ibu
akan mengatasi rasa cemasnya terhadap
persoalan yang dihadapinya. Dukungan dari petugas kesehatan dapat mengubah hubungan
antara respon lansia sehingga dapat mengurangi
stress dengan demikian akan berpengaruh baik terhadap perubahan perilaku lansia.
Pengaruh Pengetahuan Terhadap Perilaku
Kepatuhan Diit Pada Lansia Yang
Menderita Diabetes Mellitus Di Puskesmas
Cirimekar Kabupaten Bogor Tahun 2019 Pada variabel pengetahuan tidak ada
indikator yang digunakan. Dari hasil penelitian, model pengaruh pengetahuan terhadap perilaku
kepatuhan Diit Pada Lansia yang Menderita
Diabetes Mellitus memberikan nilai 0,201 yang dapat diinterpretasikan bahwa terdapat pengaruh
langsung sebesar antara pengetahuan terhadap
perilaku kepatuhan Diit Pada Lansia yang
Menderita Diabetes Mellitus 12.71% Pengetahuan berpengaruh positif terhadap
motivasi perilaku kepatuhan Diit pada Lansia
yang menderita Diabetes Mellitus menunjukan
hasil uji terhadap koefisien parameter antara pengetahuan terhadap perilaku kepatuhan Diit
pada Lansia yang menderita Diabetes Mellitus
menunjukan nilai T satistik diperoleh 2.235, maka nilai t lebih besar dari t tabel yaitu 5% atau
nilai t
-
24
relatif murah dan cepat melalui peningkatan pengetahuan petugas kesehatan dengan cara
mentaati dengan cara melakukan diit diabetes
mellitus.
Pengaruh Motivasi Terhadap Perilaku
Kepatuhan Diit Pada Lansia Yang Menderita
Diabetes Mellitus Di Puskesmas Cirimekar
Kabupaten Bogor Tahun 2019 Dalam penelitian ini motivasi diukur oleh
tiga indikator yaitu dorongan nakes, tanggung jawab dan hidup sehat. Berdasarkan pada
indikator ini, motivasi disusun untuk mengukur
motivasi diri. Penyusunan indikator berdasarkan pada teori Maslow dengan hirarki kebutuhan
manusia dengan beberapa tingkatan, di samping
pengertian secara luas dari motivasi itu sendiri
yaitu sebuah dorongan kebutuhan dalam diri seseorang yang perlu di penuhi agar seseorang
tersebut dapat menyesuaikan diri terhadap
lingkungannya. Sedangkan masih terkait dengan perilaku kepatuhan diit pada lansia menderita
Diabetes Mellitus, juga telah di jelaskan
sebelumnya, diukur pula melalui tiga indicator, dalam hal ini peneliti menghubungkan antara
pengaruh motivasi lansia terhadap perilaku
kepatuhan Diit pada Lansia yang menderita
Diabetes Mellitus.
Hasil penelitian menunjukan bahwa responden merespon dengan baik pada variabel
motivasi dengan di tandai nilai crossloading
antar indicator terhadap variabel nya mengalami signifikan. Sedangkan pengaruh antara motivasi
diri dengan perilaku kepatuhan Diit pada Lansia
yang menderita Diabetes Mellitus juga
menunjukan angka yang signifikan, yaitu dengan menggunakan taraf kepercayaan 95%
pada kosntanta 1,96 dibandingkan dengan nilai
di dapat yaitu sebesar 2.449 jelas jauh lebih tinggi dari angka tabel nya, sehingga angka
tersebut tidak bisa di anggap remeh, hal tersebut
menunjukan pengaruh yang cukup tinggi, apalagi dengan di berikan nilai rho sebesar
21.67%. Secara statistic telah membuktikan
adanya pengaruh antara motivasi diri terhadap
perilaku kepatuhan Diit pada Lansia yang
menderita Diabetes Mellitus.
Hasil penelitian ini cenderung sependapat
bahwa perilaku terjadi karena adanya motivasi
atau dorongan (drive) yang mengarahkan individu untuk bertindak sesuai dengan
kepentingan atau tujuan yang ingin dicapai.
Karena tanpa dorongan tadi tidak akan ada suatu
kekuatan yang mengarahkan individu pada suatu
mekanisme timbulnya perilaku. Dorongan diaktifkan oleh adanya kebutuhan (need), dalam
arti kebutuhan membangkitkan dorongan, dan
dorongan ini pada akhirnya mengaktifkan atau
memunculkan mekanisme perilaku.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa motivasi sebagai penyebab dari timbulnya perilaku
menurut konsep Woodworth mempunyai 3 (tiga)
karakteristik, yaitu (1) Intensitas; menyangkut lemah dan kuatnya dorongan sehingga
menyebabkan individu berperilaku tertentu; (2)
Pemberi arah; mengarahkan individu dalam menghindari atau melakukan suatu perilaku
tertentu; (3) Persistensi atau kecenderungan
untuk mengulang perilaku secara terus menerus.
Hasil penelitian ini pula senada dengan
hasil penelitian dengan judul “ Analisa pengaruh motivasi diri dan pengetahuan terhadap perilaku
lansia di Puskesmas di Kabupaten Banyumas
Tahun 2015” dengan hasil penelitian membuktikan bahwa motivasi mempunyai
hubungan yang bermakna secara statistik dengan
perilaku lansia (r hitung = 0,632; p = 0,00). Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa tinggi rendahnya motivasi lansia akan berpengaruh
terhadap perilaku lansia. Masih Menurut hasil
penelitian Ratifa (2016) motivasi yang dimiliki Lansia Puskesmas di Kabupaten Banyumas
Tahun 2015 sebagian besar pada kategori sedang
(64,9%), dan yang paling sedikit pada kategori tinggi (16,2%). Kenyataan tersebut
menunjukkan bahwa motivasi diri sangat
mempengaruhi perilaku lansia dalam kepatuhan
diit diabetes mellitus.
Berdasarkan pada hasil penelitian tersebut, dijelaskan bahwa motivasi diri
mempengaruhi perilaku lansia di wilayah diri
puskesmas Jati Luhur Bekasi, motivasi sebagai dorongan kebutuhan dari lansia sedangkan
perilaku merupakan determinan dari motivasi
tersebut, maka dapat dijelaskan sebagai berikut
(1) Motivasi diri lansia merupakan dorongan potensial yang dapat menggerakkan lansia dapat
bediri dengan baik keadaan psikologis tertentu
dalam diri seseorang yang muncul oleh karena adanya dorongan untuk memenuhi kebutuhan.
(2) Perilaku lansia adalah hasil tindakan yang di
dapatkan dengan adanya stimulus motivasi diri lansia tersebut. Sehingga perilaku lansia dalam
memberikan alternatif diit diabetes mellitus akan
baik bila lansia memiliki motivasi atau kekuatan
yang baik.
-
25
Berdasarkan pada hasil penelitian ini, maka asumsi peneliti dengan adanya motivasi
diri lansia, yang merupakan kekuatan potensial
dalam menggerakan lansia dalam bediri, akan
berdampak pada tindakan yang positif, sehingga dalam kepatuhan diit diabetes mellitus pada
lansia akan mengikuti prosedur yang ada dengan
mematuhi anjuran tenaga kesehatan .
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka
didapatkan temuan sebagai berikut (1) 5 hubungan antar variabel berpengaruh signifikan
secara positif dengan taraf α=5% (0,05=
Confidence 95%) dan sampel 80, pada model
akhir yang dimodefikasi. (2) Terbentuk 3 variabel (dukungan tenaga kesehatan,
pengetahuan dan motivasi) yang memiliki
pengaruh secara langsung dengan goodness of fit yang signifikan terhadap variabel perilaku
kepatuhan. Variabel dukungan tenaga kesehatan
paling berpengaruh positif dengan Thitung sebesar
6,005 diatas nilai T table (>1,96). (3) Presentase pengaruh semua variabel terhadap perilaku
kepatuhan diit dalam model ini sebesar 67,14%,
yang terdiri dari pengaruh langsung sebesar 60,05% dan pengaruh tidak langsung sebesar
7,09%. (4) Nilai Q Square (predictive relevance)
sebesar 91,03%, artinya model secara refresentatif mampuh menjelaskan keragaman
serta mampuh mengkaji fenomena yang ada
didalam penelitian ini.
Dari temuan tersebut dapat disimpulkan
bahwa variabel perilaku kepatuhan dipengaruhi oleh dukungan tenaga kesehatan, pengetahuan
dan motivasi secara simult 91,03% Artinya
perilaku kepatuhan diterapkan pada pengetahuan yang baik, dilaksanakan serta
motivasi diri yang kuat serta dukungan tenaga
kesehatan yang optimal, mampuh
mempengaruhi perilaku kepatuhan diit pada lansia yang menderita diabetes mellitus
dipuskesmas cirimekar sebesar 91,03%
sedangkan 8,97% lainya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Sedangkan pada
studi lain mengatakan bahwa perilaku kepatuhan
selain dipengaruhi oleh variabel diatas, juga
dipengaruhi oleh sikap, dan dukungan keluarga.
Berdasarkan keterbatasan dalam
penelitian ini, adapun saran-saran dalam
penelitian selanjutnya (1) Penelitian selanjutnya
dapat memperluas objek penelitian, dengan mengambil seluruh populasi lansia yang ada
dikota bekasi. Sehingga perilaku kepatuhan lansia dalam diit di puskesmas kecamatan saja
tetapi dapat digeneralisir secara menyeluruh
disemua puskesmas sekota bekasi. (2)
Hendaknya bagi pihak puskesmas lebih meningkatkan pemberian informasi yang
mendalam kepada pasien dan keluarga tentang
kepatuhan diit sebagai salah satu keberhasilan terapi diabetes mellitus misalnya dengan
pemberian leaflet tentang diabetes mellitus dan
komplikasinya serta penyuluhan pentingnya memahami penyakit DM. (3) Bagi para lansia
hendaknya lebih aktif dalam menggali dan
mencari informasi khususnya tentang diabetes
mellitus kaitannya dengan motivasi dan kesehatan dengan cara membaca, melihat,
mendengarkan dari media elektronik ataupun
rajin mengikuti penyuluhan tentang diabetes mellitus. (4) Metode penelitian ini juga
hendaknya ditindaklanjuti dengan menggunakan
kualitatif eksploratory, melalui observasi langsung ketika mengambil data, sehingga dapat
meminimalkan bias penilaian baik oleh rater
meupun responden, selain itu model ini perlu
ditindaklanjuti dengan pengembangan variabel-variabel lainnya yang secara teori dapat
mempengaruhi perilaku kepatuhan diit pada
lansia yang menderita diabetes mellitus.
Dari hasil penelitian ini dapat dilakukan intervensi serta evaluasi terhadap perilaku
kepatuhan diit pada lansia secara
berkesinambungan serta sebagai bahan kajian
untuk puskesmas untuk pemberian informasi
yang baik.
Daftar Pustaka
Asri. M. Klinik Reproduksi untuk Basuki, Purnomo. Dasar-Dasar Urologi,
Perpustakaan Nasional RI, Katalog
Dalam Terbitan KTD: Jakarta. 2013.
Soekanto Asuhan Keperawatan Keluarga.
EGC. Jakarta. 2015.
Taylor, Frederick Winslow. The Princples of
Management, dalam Shafritz, Jay M dan
J. Steven Ott.. Classics of Organization Theory, Brooks/Cole Publishing
Company Pacific Grove, California.
1991.
Notoatmodjo, Soekidjo Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.
Jakarta. 2007.
-
26
Hartanto. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia edisi Kedua. : BPFE.
Yogyakarta. 2013.
Soekanto Asuhan Keperawatan Keluarga. EGC.
Jakarta. 2017.
Depkes RI. Buku Pedoman Pengobatan
Diabetes Melitus. Jakarta. 2010.
Marrylynn, F..M and Alice, C.G., Rencana
Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan Dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta. 2018.
Masduki. Gambaran Karateristik Diabetes
Melitus, Perilaku Penderita dan
Pelayanan Petugas di Kabupaten
Kuningan. Skripsi. Jawa Barat. 2019.
Dinkes Kota Bogor. Profil Kesehatan Kota
Bogor Tahun 2017. Jawa Barat. 2015.
Nursalam, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Salemba
Medika, Jakarta. 2018
Ghozali, I. Structural Equation Modeling Teori Konsep dan Aplikasi dengan Program
LISREL 8.80, Edisi 2. Badan Penerbit
Universitas Dipenogoro. Semarang: 2018.
Uno. Hamzah B. Teori Motivasi dan
Pengukurannya. Bumi Aksara, Jakarta.
2018.
Purnawan. Modul Pelatihan Program Lansia untuk kepatuhan Diet Diabetes Melitus.
Jakarta. 2008
Fisher, Simon, dkk. Mengelola Konflik : Keterampilan dan Strategi Untuk
Bertindak, Cetakan Pertama, Alih Bahasa
S.N. Kartikasari, dkk, The British Counsil,
Indonesia, Jakarta. 2011.
Masduki. Gambaran Karateristik Diabetes
Melitus, Perilaku Penderita dan Pelayanan Petugas di Kabupaten Kuningan. Skripsi. Jawa Barat. 2019.
Anwar S. Nitisemito. Manajemen Suatu Dasar dan Pengantar, cetakan kesepuluh, Ghalia
Indonesia. Jakarta. 2019.
Notoatmodjo, Soekidjo Pendidikan dan
Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
2011.
Askandar T. Hidup Sehat dan Bahagia bersama
Diabetes Melitus. PT Gramedia Pustaka.
Jakarta 2016.
Marrylynn, F..M and Alice, C.G., Rencana
Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta. 2018.
Patrick Davey. At a Glance Medicine. Erlangga.
Surabaya. 2012.
Zainudin. Penyakit Diabetes Melitus dan Solusi
Pengobatan. EGC. Jakarta. 2012.
http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=234http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=234http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=234http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=234http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=234http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=234http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=234