pengaruh dukungan sosial, efikasi diri, dan...

140
PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL, EFIKASI DIRI, DAN FAKTOR DEMOGRAFI TERHADAP ADAPTABILITAS KARIER PADA LULUSAN PERGURUAN TINGGI YANG BARU BEKERJA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Oleh Arini Nurlistiani NIM: 11150700000039 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 M

Upload: others

Post on 23-Oct-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL, EFIKASI DIRI, DAN

    FAKTOR DEMOGRAFI TERHADAP ADAPTABILITAS

    KARIER PADA LULUSAN PERGURUAN TINGGI YANG

    BARU BEKERJA

    Skripsi

    Diajukan Kepada Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

    Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

    Oleh

    Arini Nurlistiani

    NIM: 11150700000039

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1440 H/2019 M

  • v

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    Motto:

    “Tidak ada hasil yang mengkhianati usaha.

    Berdoa dan bersyukur adalah kunci dari segalanya”

    Persembahan:

    Karya ini ku persembahkan untuk Appa, Ibu, Aa yang selalu

    mendoakan keberhasilanku. Dan juga sahabat-sahabatku yang

    selalu menyemangati dan menemani disetiap suka dan duka.

  • vi

    ABSTRAK

    (A) Fakultas Psikologi

    (B) Juli 2019

    (C) Arini Nurlistiani

    (D) Pengaruh Dukungan Sosial, Efikasi Diri, dan Faktor Demografi terhadap

    Adaptabilitas Karier pada Lulusan Perguruan Tinggi yang Baru Bekerja

    (E) xiv + 82 halaman + lampiran

    (F) Penelitian ini didasarkan oleh adanya fenomena terkait adaptabilitas karier pada

    lulusan perguruan tinggi yang baru bekerja. Pada kenyataannya lulusan

    perguruan tinggi yang baru bekerja ini terlihat tidak mampu beradaptasi dengan

    baik terhadap kariernya. Oleh karena itu, sudah seharusnya lulusan baru yang

    bekerja dapat meningkatkan kemampuan adaptabilitas karier dengan baik.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial, efikasi

    diri, dan faktor demografi terhadap adaptabilitas karier pada lulusan perguruan

    tinggi yang baru bekerja.

    Sampel penelitian ini merupakan lulusan baru D3 dan S1 yang bekerja di

    Jabodetabek maksimal 2 tahun. Penelitian ini melibatkan 215 responden.

    Metode dan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non-

    probability sampling dan accidental sampling. Alat ukur yang digunakan

    adalah modifikasi dari Career Adapt-Abilities Scale (CAAS) untuk mengukur

    adaptabilitas karier, Multidimensional Scale of Perceived Social Support

    (MSPSS) untuk mengukur dukungan sosial, dan Work Self-Efficacy Scale

    (WSES) untuk mengukur efikasi diri dalam bekerja. Kuesioner disebar secara

    daring dan secara langsung. Pengujian Confirmatory Factor Analysis (CFA)

    dilakukan untuk menguji validitas tiap-tiap item kuesioner. Sedangkan uji

    hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda (Multiple

    Regression Analysis).

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan sebesar

    35.6% variabel dukungan sosial, efikasi diri dalam bekerja, dan faktor

    demografi terhadap adaptabilitas karier. Secara rinci, dimensi yang

    berpengaruh signifikan terhadap adaptabilitas karier adalah dukungan teman,

    relational willingness dan commitment. Sedangkan dimensi lainnya yakni

    dukungan dari keluarga, dukungan dari orang terdekat, jenis kelamin, dan

    pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap adaptabilitas karier.

    Saran untuk penelitian selanjutnya adalah membuat penelitian yang

    menggunakan independent variable lain selain yang diteliti dalam penelitian

    ini yang didasarkan penelitian sebelumnya seperti adversity quotient,

    emotional intelligence, dan hardiness. Para lulusan perguruan tinggi yang baru

    bekerja juga harus lebih meningkatkan sikap yang selalu bekerja keras dan

    bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan tiap pekerjaannya.

    (G) Bahan bacaan : 43; 39 jurnal + 2 buku + 1 artikel + 1 tesis

  • vii

    ABSTRACT

    (A) Faculty of Psychology

    (B) July 2019

    (C) Arini Nurlistiani

    (D) The effect of Social Support, Self Efficacy, and Demographic Factors on Career

    Adaptability of Working New Graduates

    (E) xiv + 82 pages + attachments

    (F) This research based on related phenomena where fresh graduates who worked

    in Jabodetabek does not seem to have a good career adaptability. Therefore,

    new graduates who worked must increased their career adaptability. This study

    aims to determine the effect of social support, self efficacy, and demographic

    factors on career adaptability of fresh graduates who worked at Jabodetabek.

    Research participants were fresh graduates of D3 and S1 who worked in

    Jabodetabek for a maximum of 2 years. This study involved 215 participants.

    The sampling methods and techniques used were non-probability sampling and

    accidental sampling. The questionnaire used in this study was a modification

    of the Career Adapt-Abilities Scale (CAAS) to measure career adaptability, the

    Multidimensional Scale of Perception Social Support (MSPSS) to measure

    social support, and the Work Self-Efficacy Scale (WSES) to measure self-

    efficacy. Questionnaires were distributed to participants via online and direct.

    Confirmatory Factor Analysis (CFA) used to test the validity of each item

    questionnaire. While the hypothesis test by using multiple regression analysis

    is used to see the effect of independent variable to dependent variable.

    The results show that there is a significant influenced with a value 35.6% of social support, self efficacy, and demographic factors on career adaptability. In

    detail, the dimensions that significantly affect career adaptability are friend support, relational willingness and commitment. Whereas the other dimensions

    are family support, significant others support, gender, and education do not

    seem to be significant to career adaptability. Suggestions for further research

    are to make research using another independent variables such as adversity

    quotient, emotional intelligence, and hardiness. Fresh graduate who work must

    be increase their attitude of working hard and earnest in completing every job.

    (G) Reading material: 43; 39 journals + 2 books + 1 articles + 1 thesis

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Bismillaahirrahmaanirrahiim…

    Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

    rahmat, hidayah, kekuatan dan kasih sayang yang diberikan-Nya, sehingga penulis

    dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu

    tercurah kepada junjungan kita, Rasulullah Muhammad SAW, berikut para

    keluarga dan para sahabat.

    Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

    mencapai gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri

    Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari

    bahwa keberhasilan yang diperoleh bukanlah semata-mata hasil usaha sendiri,

    melainkan berkat dukungan, semangat, dan bimbingan dari pihak-pihak lain. Oleh

    karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih

    kepada:

    1. Ibu Dr. Zahrotun Nihayah, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta, seluruh dosen, serta seluruh civitas akademik Fakultas

    Psikologi.

    2. Ibu Desi Yustari Muchtar, M.Psi, selaku dosen pembimbing skripsi. Terima

    kasih atas segala bimbingan, waktu, saran dan nasihat serta motivasi untuk

    segera menyelesaikan skripsi ini.

    3. Bapak Miftahuddin, M.Psi, selaku dosen pembimbing akademik. Terima kasih

    atas bimbingan dan saran selama menjalankan perkuliahan.

    4. Kedua orang tua yang sangat dicintai, Budi Wahyu Gunadi (Appa) dan Sri

    Purnomowanti (Ibu). Terima kasih selalu mendukung sampai saat ini. Terima

    kasih atas doa, cinta, semangat, perhatian, dukungan moril sekaligus materil

    hingga dapat menyelesaikan pendidikan hingga saat ini. Juga kepada kakak saya,

    Arya Praditya, yang selalu menjadi teman bertukar pikiran yang baik dan selalu

    mendukung saya.

  • ix

    5. Teman-teman yang selalu memberikan semangat, motivasi, dukungan, dan

    selalu ada dalam suka dan duka selama di kampus. Adul, Ipeh, Vivi, Syahra,

    Tisa, Dina, Ridha, Dita, Anggi, Farida, dan Ranza, terima kasih selalu ada di

    setiap suka dan duka yang penulis rasakan, terima kasih untuk cerita dan juga

    canda tawa.

    6. Luthfi Hindami yang senantiasa menemani dan menyemangati dalam proses

    penyusunan skripsi ini. Terima kasih karena selalu ada di setiap hal baik dan

    buruk yang penulis alami.

    7. Terima kasih juga kepada Genta, Tisal, Khusnul, Vania, Reza, Icha, dan yang

    lainnya yang telah memberikan dukungan dan membantu dalam menyelesaikan

    skripsi ini.

    8. Teruntuk semua responden yang telah memberikan waktunya untuk membantu

    menyelesaikan tugas akhir ini.

    9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah berkontribusi

    dalam penelitian ini.

    Terakhir, penulis menyadari bahwa karya ini masih memiliki banyak

    kekurangan serta keterbatasan. Oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran

    yang membangun agar karya ini semakin baik. Penulis berharap semoga karya ini

    dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

    Jakarta, Juli 2019

    Arini Nurlistiani

  • x

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL..................................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iii

    LEMBAR PERNYATAAN......................................................................... iv

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN............................................................... v

    ABSTRAK..................................................................................................... vi

    ABSTRACT................................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR…............................................................................... viii

    DAFTAR ISI.................................................................................................. x

    DAFTAR TABEL........................................................................................ . xii

    DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xiii

    DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xiv

    BAB 1 PENDAHULUAN….......................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang 1

    1.2 Pembatasan Masalah................................................................................ 9

    1.3 Rumusan Masalah.................................................................................... 10

    1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................................ 11

    BAB 2 LANDASAN TEORI ...................................................................... 13

    2.1 Adaptabilitas Karier ................................................................................ 13

    2.1.1 Definisi ........................................................................................... 13

    2.1.2 Dimensi Adaptabilitas Karier......................................................... 15

    2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adaptabilitas Karier .............. 16

    2.1.4 Pengukuran Adaptabilitas Karier ................................................... 19

    2.2 Dukungan Sosial ..................................................................................... 20

    2.2.1 Definisi ........................................................................................... 20

    2.2.2 Dimensi Dukungan Sosial .............................................................. 22

    2.2.3 Pengukuran Dukungan Sosial ........................................................ 22

    2.3 Efikasi Diri (Self Efficacy) ...................................................................... 23

    2.3.1 Definisi ........................................................................................... 23

    2.3.2 Dimensi Efikasi Diri dalam Bekerja (Work Self Efficacy) ............. 25

    2.3.3 Pengukuran Efikasi Diri dalam Bekerja (Work Self Efficacy) ....... 26

    2.4 Faktor Demografi .................................................................................... 26

    2.5 Kerangka Berpikir ................................................................................... 26

    2.6 Hipotesis Penelitian ................................................................................ 32

    BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................... 34

    3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ............................... 34

    3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .......................................... 35

    3.2.1 Variabel Penelitian ......................................................................... 35

  • xi

    3.2.2 Definisi Operasional Variabel ........................................................ 35

    3.3 Pengumpulan Data ................................................................................... 38

    3.3.1 Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 38

    3.3.2 Instrumen Pengumpulan Data ........................................................ 39

    3.4 Uji Validitas Konstruk ............................................................................. 44

    3.4.1 Uji Validitas Konstruk Adaptabilitas Karier .................................. 45

    3.4.2 Uji Validitas Konstruk Dukungan Sosial ....................................... 46

    3.4.2.1 Uji Validitas Dimensi Sumber Dukungan Keluarga .......... 47

    3.4.2.2 Uji Validitas Dimensi Sumber Dukungan Teman ............. 48

    3.4.2.3 Uji Validitas Dimensi Sumber Dukungan Orang Terdekat 49

    3.4.3 Uji Validitas Konstruk Efikasi Diri ............................................... 50

    3.4.3.1 Uji Validitas Dimensi Relational Willingness ................... 50

    3.4.3.2 Uji Validitas Dimensi Commitment ................................... 51

    3.5 Teknik Analisis Data ................................................................................ 52

    3.6 Prosedur Penelitian................................................................................... 54

    BAB 4 HASIL PENELITIAN ..................................................................... 57

    4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ........................................................ 57

    4.2 Hasil Analisis Deskriptif .......................................................................... 60

    4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian ..................................................... 61

    4.4 Hasil Uji Hipotesis ................................................................................... 62

    4.4.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian ............................................... 62

    4.4.2 Pengujian Proporsi Varians Masing-masing IV .............................. 67

    BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN .................................... 70

    5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 70

    5.2 Diskusi ..................................................................................................... 70

    5.3 Saran ........ .............................................................................................. 76

    5.3.1 Saran Teoritis .................................................................................. 76

    5.3.2 Saran Praktis .................................................................................... 77

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 79

    LAMPIRAN .................................................................................................. 83

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 Skoring Model Skala Likert ........................................................... 39

    Tabel 3.2 Blue Print Skala Adaptabilitas Karier ............................................ 40

    Tabel 3.3 Blue Print Skala Dukungan Sosial ................................................. 42

    Tabel 3.4 Blue Print Skala Efikasi Diri ......................................................... 43

    Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Konstruk Adaptabilitas Karier ...................... 46

    Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Dimensi Dukungan Keluarga ........................ 47

    Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Dimensi Dukungan Teman............................ 48

    Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Dimensi Dukungan Orang Terdekat.............. 49

    Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Dimensi Relational Willingness..................... 51

    Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Dimensi Commitment................................... 52

    Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian............................................... 57

    Tabel 4.2 Statistik Deskriptif........................................................................... 60

    Tabel 4.3 Norma Kategorisasi Skor Variabel Penelitian................................. 61

    Tabel 4.4 Persentase Kategori Skor Tiap Variabel.......................................... 62

    Tabel 4.5 R Square........................................................................................... 63

    Tabel 4.6 ANOVA............................................................................................ 63

    Tabel 4.7 Koefisien Regresi.............................................................................. 64

    Tabel 4.8 Proporsi Varians Masing-masing Independent Variable.................. 67

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir Penelitian .......................................... 31

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ................................................................... 83

    Lampiran 2 Format Kuesioner Daring ........................................................... 90

    Lampiran 3 Keseluruhan Data Excel (Skoring) ............................................. 91

    Lampiran 4 Syntax dan Path Diagram…..................................................... 115

    Lampiran 5 Output Analisis Regresi Berganda…....................................... 124

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Jumlah lulusan baru yang meninggalkan perguruan tinggi tiap tahunnya semakin

    banyak. Hal ini membuat perusahaan perlu memberikan banyak peluang bagi para

    pekerja baru ini. Dietrich dan Nurmi (2012) mengutip penjelasan Abele dan Spurk

    (2009) yang mengatakan bahwa transisi dari pendidikan ke kehidupan kerja tidak

    hanya menyediakan dasar bagi pengembangan karier dan kesuksesan masa depan

    individu, tetapi juga tercermin dalam kesejahteraan atau ketidaksejahteraan

    individu, termasuk stres, serta tujuan pribadi tiap individu dalam kehidupannya

    (Nurmi dan Salmela‐Aro, 2002). Oleh karena itu, lulusan sarjana baru harus pandai

    membidik bidang kerja mana yang akan digeluti sesuai dengan kemampuan dan

    keterampilan yang dimiliki sehingga dapat bersaing dan menyesuaikan diri dengan

    tuntutan dunia kerja saat ini (Sulastiana dan Sulistiobudi, 2017).

    Transisi yang akan dihadapi oleh para lulusan baru ini merupakan tantangan

    yang harus dihadapi ketika akan memasuki dunia kerja. Perubahan dari dunia

    pendidikan ke dunia pekerjaan merupakan hal yang perlu lebih diperhatikan. Di

    dalam dunia pendidikan, kita sudah terbiasa untuk menuntut ilmu dan mengerjakan

    tugas yang diminta oleh guru atau dosen, namun ketika memasuki dunia kerja kita

    akan dihadapi dengan tugas yang lebih banyak, deadline pekerjaan, menghadapi

    atasan dan rekan kerja yang memiliki latar belakang yang berbeda, beban pekerjaan

    yang lebih tinggi, dan berbagai tekanan yang lebih berat. Karena tantangan karir

    ini, memiliki kemampuan untuk beradaptasi tampak relevan, dan sangat

  • 2

    mempengaruhi perkembangan karier individu (Bocciardi, dkk., 2017). Oleh karena

    itu, kemampuan dalam beradaptasi pada dunia kerja merupakan hal yang harus

    dimiliki oleh para lulusan perguruan tinggi yang baru bekerja.

    Artikel mengenai adaptabilitas karier pada lulusan perguruan tinggi yang

    baru bekerja sebagaimana dilansir dalam situs careernews.id yang dipublikasikan

    pada November 2013 menyatakan bahwa dari 219 responden yang mengikuti

    survei, sebanyak 77% karyawan baru membutuhkan waktu untuk beradaptasi dalam

    pekerjaannya maksimal 6 bulan. Sedangkan 21% karyawan membutuhkan waktu

    6-12 bulan, dan 2% sisanya membutuhkan waktu lebih dari 1 tahun untuk

    beradaptasi dengan lingkungan pekerjaannya. Dalam hal ini, dapat disimpulkan

    bahwa hanya terdapat beberapa orang saja yang mampu beradaptasi dengan

    lingkungan pekerjaan baru.

    Adaptabilitas karier menjadi hal yang penting bagi individu yang perlu

    menavigasi suatu perubahan yang konstan (Maree, 2012). Individu yang sangat

    mampu beradaptasi dalam karier mereka juga memiliki kemampuan untuk

    menyesuaikan diri agar dapat memenuhi tekanan dalam dunia kerjanya (Autin,

    dkk., 2017). Adaptabilitas karier dikonseptualisasikan sebagai kesiapan individu

    untuk menyelesaikan tugas yang terprediksi dan berpartisipasi dalam peran

    pekerjaan, serta mampu menguasai situasi tidak terduga yang mungkin terjadi

    karena perubahan dalam pekerjaan dan kondisi kerja (Savickas, 1997).

    Penyesuaian diri dalam berkarier merupakan jembatan yang dapat

    membantu individu untuk mencapai kesuksesan dalam kariernya. Hal ini sejalan

    dengan penelitian yang dilakukan oleh Zacher (2014) yang hasilnya menunjukkan

  • 3

    bahwa keseluruhan adaptabilitas karier secara positif memprediksi kepuasan karier

    dan kinerja karier yang dinilai berdasarkan Big Five personality traits dan core self-

    evaluation. Oleh karena itu, individu harus mampu menyesuaikan diri sebaik

    mungkin dengan lingkungan pekerjaannya agar dapat memberikan hasil yang

    optimal baik untuk perusahaan maupun untuk dirinya sendiri.

    Hasil survei singkat yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 15 Oktober

    2018 terhadap lulusan diploma atau sarjana yang baru bekerja selama kurang dari

    1 tahun menunjukkan hasil bahwa dari 12 orang yang mengisi survei, terdapat 11

    orang yang membutuhkan waktu selama 1-4 bulan untuk beradaptasi dengan

    kariernya, bahkan terdapat 1 orang yang mengatakan bahwa ia membutuhkan waktu

    selama 5-8 bulan untuk beradaptasi. Dari hasil survei tersebut juga diperoleh bahwa

    terdapat 7 orang yang mengatakan bahwa mereka sulit menyesuaikan diri dengan

    baik dengan dunia kerjanya, beberapa orang diantaranya berencana untuk resign

    dari pekerjaan yang ia tekuni selama kurang dari 1 tahun tersebut. Lulusan

    perguruan tinggi yang baru bekerja ini mengatakan bahwa dirinya sulit

    menyesuaikan diri karena tidak terlalu menyukai pekerjaannya, pekerjaannya

    terlalu berat, tidak sesuai latar belakang pendidikan sehingga terkadang sulit dalam

    mengerjakan pekerjaan, atasan yang terlalu menuntut, staf lain yang suka

    menyuruh, dan lain sebagainya.

    Dari beberapa fenomena diatas dapat disimpulkan bahwa memiliki

    kemampuan adaptabilitas karier menjadi sangat penting karena apabila tidak

    dimiliki dengan sebaik mungkin akan berdampak sangat besar bagi generasi muda

    saat ini. Individu akan menerima dampak bagi dirinya sendiri apabila tidak mampu

  • 4

    menyesuaikan diri dalam kariernya dengan baik misalnya seperti stres kerja,

    kurangnya motivasi dalam melakukan pekerjaan, menarik diri dari lingkungan

    pekerjaan, dan lain sebagainya. Selain individu, perusahaan juga akan terkena

    dampaknya, Guan, dkk., (dalam Bocciardi, dkk., 2017) menyebutkan bahwa

    adaptabilitas karier berkaitan secara negatif dengan intensi turnover. Dari literatur

    di atas juga dapat ditarik kesimpulan bahwa masih banyak lulusan diploma atau

    sarjana baru yang bekerja sebagai karyawan baru dalam perusahaan masih belum

    mampu beradaptasi terhadap kariernya dengan baik.

    Kemampuan beradaptasi dalam karier harus dimiliki oleh tiap individu yang

    sedang berada pada masa transisi dari pendidikan ke pekerjaan. Adaptabilitas karier

    memiliki empat dimensi yang mampu membuat individu semakin efektif dalam

    menjalankan kariernya yaitu career concern, career curiousity, career control, dan

    career confidence (Savickas, 2011). Keempat dimensi ini sangat diperlukan

    individu agar dapat membentuk kemampuan adaptabilitas kariernya. Hirschi (2009)

    dalam penelitiannya menemukan hasil bahwa keyakinan konteks sosial, disposisi

    emosional positif, latar belakang individu, dan dukungan sosial menjadi faktor yang

    dapat mempengaruhi adaptabilitas karier seseorang. Hardiness dan jenis kelamin

    juga memiliki pengaruh terhadap adaptabilitas karier (Coetzee dan Harry, 2015).

    Bocciardi, dkk., (2017) menyebutkan dalam hasil penelitiannya bahwa work self-

    efficacy, search for work self-efficacy dan pendidikan menjadi prediktor yang

    signifikan terhadap adaptabilitas karier.

    Salah satu faktor eksternal yang menjadi prediktor dari adaptabilitas karier

    ini yaitu dukungan sosial (Hirschi, 2009; Ebenehi, dkk., 2016; Ataç, dkk., 2018).

  • 5

    Sarafino (2013) menyebutkan bahwa dukungan sosial (social support) adalah

    kenyamanan, perhatian, penghargaan, maupun bantuan yang diberikan oleh orang

    lain ataupun kelompok kepada individu. Dukungan ini bisa datang dari berbagai

    sumber, pasangan atau kekasih seseorang, keluarga, teman, dokter, atau organisasi

    komunitas. Individu yang memiliki dukungan sosial percaya bahwa mereka

    dicintai, dan dihargai (Sarafino, 2013).

    Dukungan sosial didefinisikan secara luas sebagai ketersediaan hubungan

    membantu dan kualitas dari hubungan tersebut (Leavy, 1983). Dukungan sosial

    merupakan hal yang penting bagi tiap individu, terutama pada tahap membuat

    keputusan dalam kehidupannya, seperti dalam membuat keputusan terhadap masa

    depan kariernya (Ebenehi, dkk., 2016). Murphy, dkk., (2010) dalam penelitiannya

    mengemukakan bahwa fungsi dukungan sosial yaitu untuk memfasilitasi transisi

    dari masa sekolah ke kehidupan kerja.

    Dalam penelitian yang dilakukan oleh Wang dan Fu (2015) menunjukkan

    hasil bahwa dukungan sosial memiliki efek positif pada kemampuan beradaptasi

    karier. Lingkungan yang mendukung akan memberikan suasana yang

    menyenangkan sehingga individu dapat mengembangkan kemampuan beradaptasi.

    Adaptabilitas karier lebih mungkin muncul dan meningkat dalam konteks yang

    dibentuk oleh emosi positif, dan dukungan oleh teman, keluarga dan orang terdekat

    yang berkontribusi pada keadaan afektif yang positif (Ataç, dkk., 2018).

    Menurut Zimet, dkk., (1988) dukungan sosial (social support) dibagi

    menjadi tiga sumber yaitu dari family, friends, dan significant others. Penelitian

    sebelumnya terkait dengan dukungan sosial pada adaptabilitas karier ditemukan

  • 6

    hasil bahwa dukungan sosial menjadi prediktor yang signifikan terhadap

    adaptabilitas karier seseorang (Ebenehi, dkk., 2016). Hirschi (2009) juga

    mengatakan bahwa dukungan sosial menjadi prediktor yang signifikan dalam

    pengembangan adaptasi karier seseorang.

    Selain faktor eksternal yang dapat mempengaruhi adaptabilitas karier

    seseorang, efikasi diri atau self efficacy juga menjadi prediktor dari adaptabilitas

    karier (Ebenehi, dkk., 2016; Bocciardi, dkk., 2017). Menurut Bandura (dalam

    Luthans, dkk., 2007) self efficacy diartikan sebagai keyakinan individu mengenai

    kemampuannya untuk memobilisasi motivasi, sumber daya kognitif, dan tindakan

    yang diperlukan untuk berhasil menyelesaikan dalam tugas tertentu dalam konteks

    tertentu. Efikasi diri pertama kali diterapkan dalam perilaku yang berhubungan

    dengan karier oleh Hackett dan Betz (dalam Bozgeyikli, dkk., 2009) yang

    selanjutnya dilanjutkan dengan penelitian mengenai pengembangan karier dan juga

    adaptabilitas karier. Penelitian yang dilakukan oleh Sidiropoulou-Dimakakou, dkk

    (2016) menunjukkan hasil bahwa terdapat nilai yang relatif tinggi dan hubungan

    yang positif kuat antara career adaptability, perceived self efficacy career dan

    resilience career.

    Menurut Pepe, dkk (2010), work self efficacy didefinisikan sebagai tingkat

    kepercayaan yang dimiliki individu dalam kemampuan mereka untuk mencapai

    tingkat pencapaian tertentu dalam konteks pekerjaan. Setiap individu memiliki

    efikasi diri yang berbeda-beda dalam menyesuaikan dirinya terhadap kariernya.

    Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bocciardi, dkk., (2017) menunjukkan hasil

    yang sesuai bahwa dalam meningkatkan kemampuan beradaptasi seseorang dalam

  • 7

    kariernya, efikasi diri dalam bekerja memiliki peran penting dan signifikan dengan

    meningkatnya adaptabilitas karier tersebut.

    Efikasi diri memiliki peran penting bagi individu dalam beradaptasi dengan

    kariernya. Karyawan yang dilengkapi dengan tingkat efikasi diri yang tinggi lebih

    mungkin untuk melakukan peran pekerjaan secara inovatif. Disamping itu,

    karyawan yang memiliki tingkat efikasi diri yang rendah cenderung untuk

    memproses tugas pekerjaan secara konvensional (Sidiropoulou-Dimakakou, dkk.,

    2015).

    Selain dukungan sosial dan efikasi diri, faktor lain yang juga dapat

    mempengaruhi adaptabilitas karier seseorang yaitu faktor demografi. Faktor

    demografi dalam penelitian ini yaitu jenis kelamin dan pendidikan. Berdasarkan

    penelitian yang dilakukan oleh Coetzee, dkk., (2014) hasilnya menunjukkan bahwa

    jenis kelamin secara signifikan memprediksi kemampuan adaptabilitas karier dan

    wanita memiliki tingkat adaptasi karier yang jauh lebih tinggi daripada laki-laki.

    Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ferreira (2012) yang

    menunjukkan bahwa wanita cenderung lebih mudah beradaptasi daripada pria.

    Dalam hal ini, laki-laki dan perempuan memiliki kemampuan yang berbeda dalam

    menyesuaikan diri pada kariernya. Oleh karena itu, jenis kelamin juga memiliki

    pengaruh dalam adaptabilitas karier seseorang.

    Faktor demografi lainnya dalam penelitian ini yaitu pendidikan. Zacher

    (2014) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa pendidikan adalah bentuk modal

    manusia (Becker, 1975) yang seharusnya membantu karyawan dalam memperoleh,

    mempertahankan, menggunakan, dan menghasilkan sumber daya (seperti

  • 8

    pengetahuan dan keterampilan baru) untuk menguasai tugas dan tantangan.

    Tolentino, dkk., (dalam Bocciardi, dkk., 2017) mengatakan bahwa apabila individu

    memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, individu tersebut akan mampu

    merencanakan sesuatu secara efektif dan mengidentifikasi tujuan yang relevan

    untuk masa depannya sehingga individu tersebut pun mampu menyesuaikan diri

    dengan baik pada pekerjaannya.

    Peran pendidikan pada karier seseorang sangat penting dalam

    mengembangkan kemampuan adaptabilitas kariernya sehingga mampu menuju

    kesuksesan masa depan karier yang diinginkan. Penelitian yang dilakukan oleh

    Bocciardi, dkk., (2017) juga menyebutkan dalam hasil penelitiannya bahwa

    pendidikan menjadi prediktor yang signifikan terhadap adaptabilitas karier

    individu. Semakin individu memiliki pendidikan yang tinggi, maka semakin baik

    pula kemampuan adaptabilitas kariernya. Oleh karena itu, pentingnya untuk

    mengambil variabel faktor demografi dalam penelitian.

    Dari pemaparan yang telah dipaparkan diatas maka penulis tertarik untuk

    mengangkat fenomena ini menjadi sebuah hal yang harus diteliti lebih lanjut terkait

    dengan adaptabilitas karier seseorang. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa

    dalam penelitian ini ingin melihat apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari

    Dukungan Sosial, Efikasi Diri, dan Faktor Demografi terhadap Adaptabilitas Karier

    pada Lulusan Perguruan Tinggi yang Baru Bekerja pada perusahaan yang ada di

    Jabodetabek.

  • 9

    1.2 Pembatasan Masalah

    Penelitian ini dibatasi hanya mengenai pengaruh dari variabel prediktor, yaitu

    dukungan sosial, efikasi diri, dan faktor demografi terhadap adaptabilitas karier.

    Adapun batasan mengenai variabel yang digunakan yaitu:

    1. Adaptabilitas Karier

    Adaptabilitas karier (career adaptability) dalam penelitian ini didefinisikan sebagai

    kesiapan individu untuk menyelesaikan tugas yang terprediksi dan berpartisipasi

    dalam peran pekerjaan, serta mampu menguasai situasi tidak terduga yang mungkin

    terjadi karena perubahan dalam pekerjaan dan kondisi kerja (Savickas, 1997).

    2. Dukungan Sosial

    Dukungan sosial (social support) dalam penelitian ini didefinisikan sebagai

    persepsi individu tentang bagaimana sumber daya dapat bertindak sebagai

    penyangga antara peristiwa dan gejala yang menimbulkan stres. Dukungan sosial

    ini terdiri dari tiga dimensi, yaitu keluarga, teman, dan orang terdekat (Zimet, dkk.,

    1988).

    3. Efikasi Diri

    Efikasi diri yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu efikasi diri dalam bekerja

    (work self efficacy) yang didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan yang dimiliki

    individu dalam kemampuan mereka untuk mencapai tingkat pencapaian tertentu

    dalam konteks tertentu (Pepe, dkk., 2010).

    4. Faktor Demografi

    Faktor demografi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu jenis kelamin (laki-laki

    dan perempuan) dan pendidikan (D3 dan S1).

  • 10

    5. Adapun subjek pada penelitian ini dibatasi pada lulusan perguruan tinggi yang

    baru bekerja di Jabodetabek.

    1.3 Rumusan Masalah

    Adapun perumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Apakah ada pengaruh yang signifikan dukungan sosial, efikasi diri, dan faktor

    demografi terhadap adaptabilitas karier pada lulusan perguruan tinggi yang baru

    bekerja?

    2. Apakah ada pengaruh yang signifikan dukungan sosial dengan dimensi

    dukungan keluarga terhadap adaptabilitas karier pada lulusan perguruan tinggi

    yang baru bekerja?

    3. Apakah ada pengaruh yang signifikan dukungan sosial dengan dimensi

    dukungan teman terhadap adaptabilitas karier pada lulusan perguruan tinggi

    yang baru bekerja?

    4. Apakah ada pengaruh yang signifikan dukungan sosial dengan dimensi

    dukungan orang terdekat terhadap adaptabilitas karier pada lulusan perguruan

    tinggi yang baru bekerja?

    5. Apakah ada pengaruh yang signifikan efikasi diri dengan dimensi relational

    willingness terhadap adaptabilitas karier pada lulusan perguruan tinggi yang

    baru bekerja?

    6. Apakah ada pengaruh yang signifikan efikasi diri dengan dimensi commitment

    terhadap adaptabilitas karier pada lulusan perguruan tinggi yang baru bekerja?

    7. Apakah ada pengaruh yang signifikan faktor demografi jenis kelamin terhadap

    adaptabilitas karier pada lulusan perguruan tinggi yang baru bekerja?

  • 11

    8. Apakah ada pengaruh yang signifikan faktor demografi pendidikan terhadap

    adaptabilitas karier pada lulusan perguruan tinggi yang baru bekerja?

    1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

    Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:

    1. Untuk menguji pengaruh dukungan sosial, efikasi diri, dan faktor demografi

    terhadap adaptabilitas karier pada lulusan perguruan tinggi yang baru bekerja.

    2. Untuk menguji pengaruh keseluruhan variabel independen yaitu dukungan

    keluarga, dukungan teman, dukungan orang terdekat, relational willingness,

    commitment, jenis kelamin dan pendidikan terhadap adaptabilitas karier pada

    lulusan perguruan tinggi yang baru bekerja.

    3. Untuk mengetahui nilai proporsi varians sumbangan dari tiap variabel

    independen dalam penelitian yaitu dukungan sosial (dukungan keluarga,

    dukungan teman, dan dukungan orang terdekat), efikasi diri (relational

    willingness dan commitment), dan faktor demografi (jenis kelamin dan

    pendidikan) terhadap adaptabilitas karier pada lulusan perguruan tinggi yang

    baru bekerja.

    Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

    1. Manfaat Teoritis

    Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu untuk pengembangan ilmu pengetahuan

    khususnya dalam bidang psikologi industri dan organisasi terkait dengan

    adaptabilitas karier.

  • 12

    2. Manfaat Praktis

    Manfaat praktis dari penelitian ini yaitu untuk memberikan gambaran dan

    pengetahuan baru bagi pembaca khususnya karyawan yang baru bekerja terkait

    dengan pentingnya adaptabilitas karier. Disamping itu, penelitian ini diharapkan

    dapat memberikan rekomendasi bagi pihak institusi pendidikan untuk mengadakan

    pelatihan terkait pengembangan karier yang dapat meningkatkan kemampuan

    seseorang untuk beradaptasi dengan baik pada kariernya.

  • 13

    BAB 2

    LANDASAN TEORI

    2.1 Adaptabilitas Karier

    2.1.1 Definisi Adaptabilitas Karier

    Individu yang memiliki kemampuan beradaptasi dalam kariernya cenderung

    mampu menyelesaikan tugas-tugas dalam tahap perkembangan kariernya dan maju

    ke tahap perkembangan karier selanjutnya. Adaptabilitas karier merupakan sebuah

    konstruk yang diajukan oleh Donald Super pada tahun 1955 (dalam Patton dan

    Lokan, 2001). Super mengganggap adaptabilitas karier lebih menggambarkan

    beragam rangkaian kemampuan, pengetahuan, serta keterampilan terkait pada

    berbagai tahapan dan transisi dalam perkembangan karier individu (Patton dan

    Lokan, 2001).

    Menurut Savickas (1997), adaptabilitas berarti kualitas untuk mampu

    berubah, tanpa kesulitan, untuk menyesuaikan diri dengan keadaan baru atau

    keadaan yang berubah. Adaptabilitas karier (career adaptability) juga didefinisikan

    oleh Savickas (2012) sebagai kesiapan individu untuk menyelesaikan tugas yang

    terprediksi dan berpartisipasi dalam peran pekerjaan, serta mampu menguasai

    situasi tidak terduga yang mungkin terjadi karena perubahan dalam pekerjaan dan

    kondisi kerja. Kemampuan beradaptasi ini dapat berkembang melalui interaksi baik

    di dalam maupun di luar individu tersebut.

    Pendekatan Super lebih mengukur terkait dengan seberapa baik individu

    mampu beradaptasi dengan tahap perkembangan karirnya saat ini (dalam Patton

    dan Lokan, 2001). Sebaliknya, Rottinghaus, dkk (2005), mendefinisikan

  • 14

    adaptabilitas karier (career adaptability) sebagai suatu kecenderungan yang

    mempengaruhi cara seseorang memandang kemampuannya untuk merencanakan

    dan menyesuaikan diri dengan perencanaan karier yang berubah, terutama dalam

    kaitannya dengan peristiwa yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya. Dalam hal

    ini, adaptabilitas karier mengacu pada bagaimana individu memandang

    kapasitasnya untuk menghadapi, merencanakan, serta memanfaatkan perubahan di

    masa depan, bertanggung jawab dengan pekerjaan baru, dan kemampuan untuk

    pulih ketika peristiwa yang tak terduga mengubah rencana karier.

    Menurut Maree (2012) adaptabilitas karier (career adaptability) telah

    menjadi hal yang sangat penting bagi para pekerja yang harus menghadapi

    perubahan yang berulang dan terus meningkat serta dampaknya pada kehidupan

    mereka, menegosiasi transisi yang berulang, dan untuk merancang kehidupan yang

    sukses. Kemampuan adaptabilitas karier ini merupakan kemampuan individu untuk

    mampu menghadapi setiap perubahan dan peran dalam karier. Selain itu,

    adaptabilitas karier juga berarti individu mampu dan berhasil dalam menangani

    transisi karier.

    Dari penjelasan definisi mengenai adaptabilitas karier yang telah

    dipaparkan diatas maka dalam penelitian ini menggunakan definisi adaptabilitas

    karier sebagai kesiapan individu untuk menyelesaikan tugas yang terprediksi dan

    berpartisipasi dalam peran pekerjaan, serta mampu menguasai situasi tidak terduga

    yang mungkin terjadi karena perubahan dalam pekerjaan dan kondisi kerja

    (Savickas, 1997).

  • 15

    2.1.2 Dimensi Adaptabilitas Karier

    Savickas (2012) membagi adaptabilitas karier kedalam 4 dimensi, yaitu:

    1. Kepedulian Karier (Concern) merupakan dimensi pertama adaptabilitas karier

    dan merupakan dimensi yang paling penting. Kepedulian karier yaitu suatu

    kekhawatiran tentang masa depan yang membantu individu untuk melihat ke

    depan dan untuk mempersiapkan hal yang akan terjadi selanjutnya. Menurut

    Hartung, dkk (2008), kepedulian karier berkaitan dengan orientasi individu

    terhadap masa depan dan optimisme yang dimilikinya berkaitan dengan masa

    depan. Savickas (2011) menjelaskan bahwa perasaan penting untuk

    mempersiapkan masa depan ini membuat individu memiliki kepedulian pada

    kariernya serta memiliki keyakinan terkait dengan masa depan kariernya dengan

    membentuk perencanaan karier baik jangka pendek maupun jangka panjang.

    Kepedulian karier juga membuat individu menjadi sadar akan tugas

    pengembangan kejuruan dan transisi pekerjaan yang harus dihadapi dan pilihan

    yang akan diambil terkait dengan kariernya. Apabila individu tidak memiliki

    kepedulian karier akan mencerminkan ketidakteraturan dan pesimisme tentang

    masa depan. Indikator dalam kepedulian karier yaitu kesadaran karier dan

    perencanaan karier.

    2. Pengendalian Diri Karier (Control) merupakan dimensi kedua terpenting dari

    adaptabilitas karier. Pengendalian diri karier adalah cara individu untuk menjadi

    bertanggung jawab dalam membentuk diri sendiri maupun lingkungannya dan

    untuk memenuhi apa yang akan terjadi selanjutnya dengan menggunakan

    disiplin diri, usaha, dan ketekunan. Individu yang kurang memiliki pengendalian

  • 16

    dalam karier maka ia sering melakukan prokrastinasi, menjadi perfeksionis, atau

    tidak mampu memutuskan pilihan dan kebingungan (Savickas dan Porfeli,

    2011). Indikator dalam pengendalian diri karier yaitu tanggung jawab karier dan

    kemauan berkarier.

    3. Keingintahuan Karier (Curiousity) yaitu merupakan suatu sikap yang mengacu

    pada rasa ingin tahu dan eksplorasi mengenai diri sendiri dalam berbagai situasi

    dan peran dalam karier. Dalam dimensi ini, individu memiliki perilaku yang aktif

    dalam mencari tahu informasi dan cara mengembangkan karier untuk

    meningkatkan peluang sosial (Savickas, dkk., 2009). Keingintahuan karier ini

    mencakup keterbukaan terhadap pengalaman baru, eksplorasi yang penuh rasa

    ingin tahu, dan refleksi tentang kesesuaian antara diri dan dunia kerja. Indikator

    dalam keingintahuan karier yaitu mencoba hal baru dan mencari informasi.

    4. Keyakinan Diri Karier (Confidence), dalam dimensi ini keyakinan diri lebih

    mengacu pada sejauh mana individu memiliki kemampuan untuk menyelesaikan

    masalah dan melakukan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi berbagai

    hambatan yang dihadapi dalam karier. Kurangnya keyakinan diri ini disebut

    hambatan karir. Indikator dalam keyakinan diri karier yaitu ketekunan dan

    kegigihan.

    2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adaptabilitas Karier

    Dari berbagai sumber bacaan terkait dengan adaptabilitas karier, terdapat banyak

    sekali faktor-faktor yang dapat mempengaruhi adaptabilitas karier individu.

    Beberapa faktor diantaranya yaitu:

  • 17

    1. Usia

    Seiring dengan bertambahnya usia seseorang, kemampuan adaptabilitas kariernya

    juga seharusnya semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

    dilakukan oleh Zacher, H (2014) yang hasilnya menunjukkan bahwa usia secara

    positif memprediksi perubahan dalam kemampuan beradaptasi secara keseluruhan.

    Semakin tinggi usia dan pendidikan seseorang, semakin tinggi pula kemampuan

    adaptabilitas kariernya.

    2. Jenis Kelamin

    Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi adaptabilitas karier seseorang yaitu

    jenis kelamin. Coetzee dan Harry (2015) meneliti hal ini, dan hasil dari

    penelitiannya menunjukkan bahwa jenis kelamin secara signifikan memprediksi

    kemampuan beradaptasi karier. Selain itu, hasilnya juga menunjukkan bahwa

    wanita memiliki tingkat adaptabilitas karier yang jauh lebih tinggi daripada pria.

    3. Pendidikan

    Pendidikan merupakan modal dasar yang seharusnya dimiliki tiap individu karena

    dengan memiliki pendidikan yang baik, individu akan mampu mengembangkan diri

    pada kariernya dengan baik pula. Patton dan Lokan (2001) dalam jurnalnya

    mengatakan bahwa perbedaan institusi pendidikan yang diikuti individu memiliki

    peranan yang penting dalam adaptabilitas karier seseorang. Selain itu, Bocciardi,

    dkk (2017) juga menyebutkan dalam hasil penelitiannya bahwa pendidikan menjadi

    prediktor yang signifikan terhadap adaptabilitas karier.

  • 18

    4. Kepribadian

    Dalam penelitian yang dilakukan oleh Zacher (2014), ditemukan hasil bahwa dari

    lima tipe kepribadian hanya ekstraversi, neurotisisme, dan openness yang secara

    berbeda memprediksi perubahan dari waktu ke waktu dalam satu atau lebih dari

    keempat dimensi adaptabilitas karier. Penelitian lainnya menunjukkan hasil bahwa

    dari lima tipe kepribadian hanya daily conscientiousness dan daily openness to

    experience yang secara positif memprediksi daily career adaptability (Zacher,

    2016).

    5. Efikasi diri (Self Efficacy)

    Efikasi diri (self efficacy) adalah keyakinan diri yang harus dimiliki tiap individu

    untuk mampu beradaptasi pada kariernya dengan baik. Beberapa penelitian

    menunjukkan hasil bahwa efikasi diri (self efficacy) merupakan prediktor yang

    paling signifikan secara statistik pada kemampuan adaptabilitas karier individu

    (Ebenehi, dkk., 2016; Bocciardi, dkk., 2017).

    6. Resiliensi

    Ketika individu menghadapi berbagai tugas pekerjaan yang berat, resiliensi menjadi

    hal yang harus dimiliki individu di dalam dirinya. Dalam beberapa penelitian

    menunjukkan hasil bahwa resiliensi menjadi salah satu prediktor yang juga

    mempengaruhi adaptabilitas karier individu (Barto, dkk., 2015; Buyukgoze-Kavas,

    2016).

    7. Dukungan Sosial

    Dari beberapa penelitian terkait dengan dukungan sosial yang dirasakan individu,

    dukungan sosial ini menjadi faktor eksternal yang sangat penting dan

  • 19

    mempengaruhi individu dalam mengembangkan kemampuan beradaptasinya.

    Dukungan sosial juga dapat membantu individu untuk berkembang dengan baik.

    Beberapa penelitian menunjukkan hasil bahwa dukungan sosial menjadi prediktor

    yang signifikan yang dapat mempengaruhi kemampuan adaptabilitas karier

    individu (Ebenehi, dkk., 2016; Ataç, dkk., 2018).

    8. Pengalaman Kerja

    Individu yang memiliki pengalaman kerja yang sesuai dengan minat dan

    kemampuannya, akan memiliki kemampuan beradaptasi yang baik. Semakin

    banyak pengalaman kerja yang didapat, individu akan mudah untuk mengeksplorasi

    kariernya lebih dalam lagi. Pengalaman kerja yang dimiliki individu ini akan

    menambah informasi dan membantu individu tersebut mendalami karier yang

    diinginkannya (Hirschi, 2009).

    Dari beberapa faktor yang telah dipaparkan diatas, maka dalam penelitian

    ini hanya memilih beberapa faktor yang akan diujikan yaitu dukungan sosial,

    efikasi diri, jenis kelamin, dan pendidikan yang digunakan sebagai independent

    variable penelitian.

    2.1.4 Pengukuran Adaptabilitas Karier

    Untuk mengukur adaptabilitas karier dalam penelitian ini digunakan instrumen

    yang dikembangkan oleh Savickas dan Porfeli (2012) yaitu Career Adapt-Abilities

    Scale (CAAS). Dalam skala ini, terdapat 24 item untuk mengukur kemampuan

    beradaptasi dan 4 dimensi yaitu kepedulian karier (concern), pengendalian diri

    karier (control), keingintahuan karier (curiousity), dan keyakinan diri karier

    (confidence).

  • 20

    Dalam penelitian internasional sebelumnya (Savickas dan Porfeli, 2012)

    telah ditemukan nilai konsistensi internal untuk keseluruhan skala adaptabilitas

    karier yaitu sebesar 0.92. Berikut nilai untuk setiap subskala: 0.83 (career concern),

    0.74 (career control), 0.79 (career couriousity), dan 0.85 (career confidence).

    Dalam penelitian tersebut subjek diwajibkan untuk menjawab item melalui skala

    likert mulai dari 1 (sangat tidak sesuai) hingga 4 (sangat sesuai).

    2.2 Dukungan Sosial

    2.2.1 Definisi

    Individu dalam menjalani kehidupannya sering kali membutuhkan dukungan dari

    orang lain. Dukungan sosial ini merupakan komponen penting yang juga pelengkap

    untuk meningkatkan kesejahteraan individu. dukungan yang didapatkan dari

    lingkungan sosial individu membantu individu untuk dapat mengeksplorasi dirinya.

    Shumaker dan Brownell (1984), mendefinisikan dukungan sosial sebagai

    pertukaran sumber daya antara dua atau lebih individu yang dirasakan oleh pemberi

    atau penerima yang dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan seseorang.

    Definisi ini memiliki perbedaan dengan yang lainnya. Dalam definisi ini terdapat

    konsep pertukaran, persepsi setidaknya dua peserta, dan ukuran yang lebih luas.

    Disamping itu, karena hasilnya terkait dengan tujuan atau niat yang dirasakan dari

    salah satu peserta, efek dukungan ini mungkin positif, negatif, atau netral.

    Dukungan sosial (social support) didefinisikan sebagai persepsi individu

    tentang bagaimana sumber daya dapat bertindak sebagai penyangga antara

    peristiwa dan gejala yang menimbulkan stres. Dukungan sosial yang dirasakan ini

    terdiri dari tiga dimensi, yaitu keluarga, teman, dan orang terdekat (Zimet, dkk.,

  • 21

    1988). Dalam hal ini, dukungan sosial lebih mengacu pada hasil persepsi individu

    bahwa terdapat dukungan yang diberikan oleh orang lain yang bertujuan untuk

    membantu dan meningkatkan kesejahteraan individu.

    Cohen (1992) membagi konsep dukungan sosial menjadi tiga sumber yaitu

    social networks, perceived social support, dan supportive behaviors. Social

    networks merupakan struktur dari hubungan sosial, yaitu ada atau tidaknya, jumlah,

    dan tipe hubungan. Perceived social support adalah fungsi dari hubungan sosial,

    yaitu persepsi mengenai keberfungsian dari hubungan. Supportive behaviors adalah

    perilaku mendukung, yaitu pemberian dan penerimaan perilaku yang bertujuan

    untuk membantu individu dalam menghadapi peristiwa yang dapat menyebabkan

    stres.

    Disamping itu, Sarafino (2013) menyebutkan bahwa dukungan sosial

    (social support) adalah kenyamanan, perhatian, penghargaan, maupun bantuan

    yang diberikan oleh orang lain ataupun kelompok kepada individu. Dukungan ini

    bisa datang dari berbagai sumber, pasangan atau kekasih seseorang, keluarga,

    teman, dokter, atau organisasi komunitas. Individu yang memiliki dukungan sosial

    percaya bahwa mereka dicintai, dan dihargai.

    Berdasarkan penjelasan definisi dukungan sosial yang telah dipaparkan

    diatas maka penelitian ini menggunakan definisi dukungan sosial yang

    dikembangkan oleh tokoh Zimet, dkk (1988) yang didefinisikan sebagai persepsi

    individu tentang bagaimana sumber daya dapat bertindak sebagai penyangga antara

    peristiwa dan gejala yang menimbulkan stres. Dukungan sosial ini bersumber dari

    tiga dimensi, yaitu keluarga, teman, dan orang terdekat (Zimet, dkk., 1988).

  • 22

    2.2.2 Dimensi Dukungan Sosial

    Menurut Zimet, dkk (1988), dukungan sosial dibagi mejadi 3 dimensi, yaitu:

    1. Keluarga (Family), yaitu merupakan suatu dukungan sosial yang dirasakan oleh

    individu yang berasal dari keluarga seperti ayah, ibu, kakak, adik, kakek, nenek,

    dan sebagainya. Indikator dalam dukungan dari keluarga yaitu memperoleh

    pemecahan masalah dari keluarga dan memperoleh dukungan dan bantuan

    emosional dari keluarga.

    2. Teman (Friends), yaitu merupakan suatu dukungan sosial yang dirasakan oleh

    individu yang berasal dari teman atau sahabat. Indikator dalam dukungan dari

    teman yaitu mendapatkan bantuan dari teman, memperoleh strategi coping yang

    efektif dalam menyelesaikan masalah, dan berbagi suka dan duka bersama

    teman.

    3. Orang terdekat (Significant Others), yaitu merupakan suatu dukungan sosial

    yang dirasakan oleh individu yang berasal dari pasangan atau orang yang spesial

    dalam hidupnya. Indikator dalam dukungan dari orang terdekat yaitu merasa

    bahwa dihargai dan dipercaya oleh orang terdekat, merasa nyaman bersama

    orang terdekat, dan memperoleh dukungan emosional dari orang terdekatnya.

    2.2.3 Pengukuran Dukungan Sosial

    Dukungan sosial dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan alat ukur yang

    dikembangkan oleh Zimet, dkk (1988) yaitu Multidimensional scale of perceived

    social support (MSPSS). Skala ini terdiri dari total 12 item yang mengukur

    dukungan sosial dan 3 dimensi, yaitu family, friends dan significant others. Skala

    ini memiliki nilai koefisien alpha sebesar 0.88.

  • 23

    2.3 Efikasi diri (Self Efficacy)

    2.3.1 Definisi

    Efikasi diri menjadi hal yang harus dimiliki tiap individu yang memasuki dunia

    pekerjaan. Lent dan Hackett (1987) mendefinisikan efikasi diri sebagai penilaian

    tentang kemampuan pribadi yang dipengaruhi dan juga mampu mempengaruhi

    kinerja, tetapi tidak dapat direduksi menjadi keterampilan yang obyektif. Efikasi

    diri menentukan apa yang kita lakukan dengan keterampilan yang kita miliki.

    Menurut Niu (2010), self-efficacy adalah hasil dari interaksi antara

    lingkungan luar dan mekanisme penyesuaian diri lainnya untuk menjelaskan

    perilaku individu. Self-efficacy juga didefinisikan sebagai kemampuan yang

    dirasakan seseorang untuk yakin dalam melakukan sesuatu. Bandura

    mendefinisikan self-efficacy sebagai keyakinan pada kemampuan seseorang untuk

    mengatur dan melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan

    (Niu, 2010).

    Efikasi diri dalam bekerja (work self efficacy) didefinisikan sebagai tingkat

    kepercayaan yang dimiliki individu dalam kemampuan mereka untuk mencapai

    tingkat pencapaian tertentu dalam konteks pekerjaan (Pepe, dkk., 2010). Efikasi diri

    ini mempengaruhi pikiran dan perilaku individu. Selain itu, efikasi diri ini juga

    mempengaruhi faktor penentu lain seperti tujuan dan aspirasi yang dipilih individu

    untuk dicapai, ketahanan mereka terhadap kesulitan, komitmen terhadap tujuan,

    upaya, hasil, serta ketekunan.

    Astuti dan Gunawan (2017) mendefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan

    seseorang terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan suatu tugas. Mereka juga

  • 24

    mengatakan bahwa efikasi diri dalam berkarier merupakan keyakinan seseorang

    terhadap kemampuannya untuk membuat keputusan dalam hal karier. Efikasi diri

    karier ini terbentuk melalui sumber-sumber efikasi diri karier yang terdiri dari

    mastery experience, vicarious learning, verbal persuasion, dan psychological

    states.

    Luthans, dkk., (2007) mengatakan bahwa terdapat lima karakteristik

    penting yang menandakan seseorang memiliki efikasi diri dalam bekerja (self

    efficacy) yang tinggi dalam dirinya:

    1. Individu menetapkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai untuk dirinya sendiri dan

    memilih terlibat ke dalam tugas yang sulit atas dasar kemauannya sendiri.

    2. Individu menyambut dan berkembang pada tantangan.

    3. Individu memiliki motivasi diri yang tinggi.

    4. Individu menginvestasikan upaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

    5. Ketika dihadapkan dengan rintangan, individu cenderung akan tekun dalam

    melewatinya.

    Kelima karakteristik diatas melengkapi individu yang memiliki keyakinan

    diri yang tinggi dengan kapasitas untuk berkembang secara independen dan juga

    untuk bekerja secara efektif.

    Selain itu, Bandura (dalam Lent dan Hackett, 1987)

    mengkonseptualisasikan efikasi diri (self-efficacy) menjadi tiga dimensi yaitu level,

    strength, dan generality. Level mengacu pada tingkat kesulitan tugas atau perilaku

    yang dirasakan oleh individu untuk mampu melakukan. Strength mengacu pada

    kepercayaan seseorang dalam memperkirakan kinerjanya. Lemahnya harapan self-

  • 25

    efficacy dengan mudah dimodifikasi oleh pengalaman yang membingungkan,

    sementara persepsi self-efficacy yang kuat, akan mendorong kegigihan dalam

    menghadapi berbagai rintangan. Generality dalam efikasi diri menyangkut berbagai

    situasi di mana seseorang menganggap dirinya berkhasiat.

    Berdasarkan penjelasan mengenai definisi efikasi diri diatas, maka

    penelitian ini menggunakan teori efikasi diri dalam bekerja yang dikembangkan

    oleh tokoh Pepe, dkk., (2010) yang mendefinisikan efikasi diri dalam bekerja

    sebagai tingkat kepercayaan yang dimiliki individu dalam kemampuan mereka

    untuk mencapai tingkat pencapaian tertentu dalam konteks pekerjaan.

    2.3.2 Dimensi Efikasi diri dalam bekerja (Work Self Efficacy)

    Menurut Pepe, dkk., (2010), efikasi diri dalam bekerja (work self efficacy) dibagi

    kedalam dua dimensi, yaitu:

    1. Relational Willingness

    Dimensi ini mencerminkan kecenderungan sikap atau perhatian individu terhadap

    hubungannya dengan rekan kerja, atasan, maupun klien. Individu yang memiliki

    relational willingness cenderung memiliki sikap yang terbuka dalam hubungan

    interpersonal. Indikator dalam relational willingness yaitu memiliki hubungan yang

    baik dengan rekan kerja, atasan, dan klien.

    2. Commitment

    Dalam dimensi ini, commitment adalah persepsi individu untuk mampu mencapai

    tujuan tetap dan secara signifikan mampu berkomitmen terhadap pekerjaan mereka.

    Indikator dalam commitment yaitu berkomitmen pada pekerjaan dan mempelajari

    hal baru.

  • 26

    2.3.3 Pengukuran Efikasi diri dalam bekerja (Work Self Efficacy)

    Untuk mengukur efikasi diri dalam bekerja dalam penelitian ini menggunakan alat

    ukur yang dikembangkan oleh Pepe, dkk., (2010) yaitu Work Self-Efficacy Scale

    (WSES). Skala ini terdiri dari total 10 item dengan 2 dimensi, yaitu Relational

    Willingness dan Commitment. Pada penelitian internasional sebelumnya di Spanyol

    dan Italia, koefisien alpha cronbach dari kedua subskala ini adalah 0,85 untuk skala

    pertama dan 0,82 untuk skala kedua.

    2.4 Faktor Demografi

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), demografi didefinisikan sebagai

    uraian tentang berbagai kelompok dan variasi dalam suatu masyarakat dengan

    menggunakan statistik, dan penggolongannya berdasarkan faktor jenis kelamin,

    usia, latar belakang pendidikan, agama, dan lain sebagainya. Adapun faktor

    demografis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jenis kelamin dan

    pendidikan.

    2.5 Kerangka Berpikir

    Transisi dari lingkungan pendidikan ke lingkungan pekerjaan merupakan hal yang

    akan dialami tiap individu. Dalam hal ini, kemampuan adaptabilitas karier

    merupakan salah satu komponen yang harus dimiliki tiap individu yang akan

    menginjak masa kariernya. Adaptabilitas karier menjadi penting bagi individu

    khususnya pada lulusan perguruan tinggi yang baru bekerja, karena apabila individu

    tersebut tidak memiliki kemampuan beradaptasi yang baik pada kariernya maka

    hal-hal yang tidak diinginkan dapat terjadi misalnya seperti tingkat pengangguran

    pada generasi muda yang tinggi, stress kerja, turnover dan lain sebagainya.

  • 27

    Kemampuan adaptabilitas karier individu dipengaruhi oleh berbagai macam

    faktor. Beberapa diantaranya yaitu dukungan sosial, efikasi diri, dan faktor

    demografi (Hirschi, 2009; Ataç, dkk., 2018; Bocciardi, dkk., 2017; Coetzee, dan

    Harry, 2015). Dukungan sosial adalah keyakinan seseorang bahwa terdapat sebuah

    dukungan yang diberikan oleh orang lain baik dari keluarga, teman, maupun orang

    terdekat yang bertujuan untuk membantu dan meningkatkan kesejahteraannya.

    Lalu, efikasi diri adalah keyakinan diri yang dimiliki individu terhadap

    kemampuannya untuk mencapai tingkat pencapaian tertentu dalam konteks

    pekerjaan.

    Dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

    adaptabilitas karier seseorang (Hirschi, 2009; Ebenehi, dkk., 2016; Ataç, dkk.,

    2018). Dukungan sosial menjadi salah satu cara yang dapat dilakukan untuk

    membantu individu agar memiliki keyakinan diri secara penuh sehingga mampu

    mengatasi segala kesulitan terkait dengan pekerjaan dan juga mampu beradaptasi

    pada kariernya dengan baik. Dukungan sosial ini dapat diterima baik dari keluarga,

    teman, maupun orang terdekat. Semakin individu merasakan adanya dukungan

    sosial dari lingkungannya maka individu akan semakin memiliki motivasi untuk

    dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap kariernya. Ataç, dkk., (2018) dalam

    penelitiannya juga menjelaskan bahwa adaptabilitas karier lebih mungkin muncul

    dan meningkat dalam konteks yang dibentuk oleh emosi positif, dan dukungan oleh

    teman, keluarga dan orang terdekat yang berkontribusi pada keadaan afektif yang

    positif. Oleh karena itu, dukungan sosial memiliki pengaruh bagi keberlangsungan

    proses adaptasi pada karier seseorang.

  • 28

    Selain dukungan sosial, terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi

    adaptabilitas karier seseorang. Salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi

    kemampuan adaptabilitas karier individu yaitu efikasi diri, khususnya efikasi diri

    dalam bekerja (work self efficacy) (Bocciardi, dkk., 2017). Efikasi diri dalam

    bekerja (work self efficacy) merupakan keyakinan atau kepercayaan yang dimiliki

    individu terhadap dirinya sendiri untuk mampu menyelesaikan suatu tugas

    pekerjaan tertentu. Efikasi diri dalam bekerja ini meliputi relational willingness dan

    commitment.

    Relational willingness atau kemauan untuk berelasi merupakan komponen

    dasar individu untuk mengembangkan kariernya. Kemauan individu dalam berelasi

    atau memiliki hubungan baik dengan rekan kerja dan atasan merupakan hal yang

    menandakan bahwa individu memiliki kemampuan beradaptasi yang baik. Semakin

    individu menarik dirinya dari lingkungan pekerjaannya dan tidak memiliki

    kemauan untuk bersosialisasi dengan rekan kerja maupun atasannya, dapat

    dikatakan bahwa individu tersebut memiliki kemampuan adaptasi pada karier yang

    rendah.

    Disamping itu, commitment merupakan hal yang perlu untuk ditanamkan

    pada diri individu dalam menjalani kariernya. Dengan berkomitmen pada

    pekerjaannya, individu akan memiliki motivasi untuk menyesuaikan diri dengan

    baik terhadap pekerjaannya, menyelesaikan seluruh tugas pekerjaan dengan baik

    dan mampu mencapai tujuan dari pekerjaannya dengan tepat. Hal tersebut berarti

    bahwa individu akan memiliki kemampuan beradaptasi yang baik apabila ia

    menanamkan komitmen di dalam dirinya.

  • 29

    Efikasi diri dalam bekerja harus dimiliki oleh tiap individu yang akan

    memasuki kehidupan kariernya khususnya pada lulusan baru karena perubahan dari

    lingkungan pendidikan ke pekerjaan merupakan hal yang perlu dipersiapkan

    dengan sebaik mungkin. Kesiapan dari diri sendiri nantinya akan membantu

    individu untuk memiliki keyakinan pada dirinya sehingga ia dapat beradaptasi pada

    kariernya dengan baik. Dengan kata lain, jika seorang lulusan baru memiliki self

    efficacy yang tinggi maka ia akan mampu beradaptasi pada kariernya dengan sebaik

    mungkin.

    Faktor lain yang juga perlu diperhatikan yaitu jenis kelamin dan pendidikan.

    Keduanya memiliki peran yang penting dalam adaptabilitas karier seseorang. Jenis

    kelamin merupakan salah satu karakteristik yang membedakan antara laki-laki

    dengan wanita. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Coetzee, dkk., (2014)

    menemukan hasil bahwa jenis kelamin secara signifikan memprediksikan

    kemampuan untuk adaptabilitas karier seseorang, dan wanita memiliki tingkat

    adaptasi karier yang jauh lebih tinggi daripada laki-laki. Dari hasil tersebut

    dijelaskan bahwa laki-laki dan wanita memiliki kemampuan penyesuaian diri yang

    berbeda dalam kariernya. Oleh karena itu, jenis kelamin menjadi bagian dalam

    penelitian ini karena faktor tersebut juga memiliki peran penting dalam

    adaptabilitas karier seseorang.

    Faktor lain yaitu pendidikan. Pendidikan merupakan modal utama yang juga

    harus dimiliki oleh tiap individu demi mencapai adaptabilitas karier yang baik.

    Penelitian terdahulu mengatakan bahwa pendidikan menjadi prediktor yang

    signifikan terhadap adaptabilitas karier seseorang (Bocciardi, dkk., 2017).

  • 30

    Pendidikan merupakan komponen yang memiliki pengaruh bagi keberlangsungan

    masa depan karier seseorang. Dengan memiliki pendidikan yang baik, individu

    cenderung memiliki pengetahuan yang lebih banyak dan individu akan mampu

    mengembangkan dirinya lebih di dalam kariernya. Oleh karena itu, semakin tinggi

    pendidikan yang dimiliki individu, semakin baik pula kemampuan adaptabilitas

    kariernya.

    Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan diatas, dapat dilihat bahwa

    dukungan sosial, efikasi diri, dan faktor demografi memiliki kontribusi terhadap

    tingkat adaptabilitas karier seseorang. Jika digambarkan pada sebuah bagan

    kerangkanya akan terlihat sebagai berikut:

  • 31

    Gambar 2.1

    Gambaran dinamika pengaruh dukungan sosial, efikasi diri, dan faktor demografi

    terhadap adaptabilitas karier pada lulusan perguruan tinggi yang baru bekerja.

    Dukungan Sosial

    Efikasi Diri

    Faktor Demografi

    Adaptabilitas Karier

    Keluarga

    Teman

    Orang Terdekat

    Relational

    Willingness

    Commitment

    Jenis Kelamin

    Pendidikan

  • 32

    2.6 Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dijelaskan di atas maka dalam penelitian

    ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel bebas (independent variable)

    terhadap variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas atau independent

    variable dalam penelitian ini adalah dukungan sosial (dukungan keluarga,

    dukungan teman, dan dukungan orang terdekat), efikasi diri (relational willingness

    dan commitment), dan faktor demografi (jenis kelamin dan pendidikan). Variabel

    terikat atau dependent variable dalam penelitian ini adalah adaptabilitas karier.

    Jadi, dalam penelitian ini memiliki hipotesis sebagai berikut:

    𝐻1 : Terdapat pengaruh yang signifikan dukungan sosial, efikasi diri, dan faktor

    demografi terhadap adaptabilitas karier pada lulusan perguruan tinggi yang

    baru bekerja.

    𝐻2 : Terdapat pengaruh yang signifikan dukungan sosial dari keluarga terhadap

    adaptabilitas karier pada lulusan perguruan tinggi yang baru bekerja.

    𝐻3 : Terdapat pengaruh yang signifikan dukungan sosial dari teman terhadap

    adaptabilitas karier pada lulusan perguruan tinggi yang baru bekerja.

    𝐻4 : Terdapat pengaruh yang signifikan dukungan sosial dari orang terdekat

    terhadap adaptabilitas karier pada lulusan perguruan tinggi yang baru bekerja.

    𝐻5 : Terdapat pengaruh yang signifikan efikasi diri relational willingness terhadap

    adaptabilitas karier pada lulusan perguruan tinggi yang baru bekerja.

    𝐻6 : Terdapat pengaruh yang signifikan efikasi diri commitment terhadap

    adaptabilitas karier pada lulusan perguruan tinggi yang baru bekerja.

  • 33

    𝐻7 : Terdapat pengaruh yang signifikan faktor demografi jenis kelamin terhadap

    adaptabilitas karier pada lulusan perguruan tinggi yang baru bekerja.

    𝐻8 : Terdapat pengaruh yang signifikan faktor demografi pendidikan terhadap

    adaptabilitas karier pada lulusan perguruan tinggi yang baru bekerja.

  • 34

    BAB 3

    METODE PENELITIAN

    3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

    Populasi pada penelitian ini adalah lulusan diploma dan sarjana baru yang bekerja

    sebagai karyawan pada perusahaan-perusahaan di Jabodetabek. Penulis

    menggunakan populasi tersebut karena lulusan diploma dan sarjana baru cenderung

    belum memiliki pengalaman yang cukup dalam dunia kerja sehingga sudah

    seharusnya tiap individunya memiliki kemampuan adaptabilitas karier yang baik.

    Responden penelitian ini sebanyak 215 orang yang merupakan lulusan baru

    (fresh graduate) D3 dan atau S1 antara tahun 2017-2019 yang telah bekerja

    maksimal 2 tahun pada perusahaan yang terdapat di Jabodetabek. Pengambilan

    responden dilakukan dengan metode non-probability sampling, dimana tidak

    semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi

    sampel dalam penelitian ini. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

    dengan accidental sampling yaitu pengambilan sampel secara aksidental dengan

    mengambil responden yang kebetulan ada, dan apabila orang yang secara kebetulan

    ada tersebut cocok sebagai sumber data.

    Penyebaran data dalam penelitian ini dilakukan secara langsung dan daring.

    Jumlah keseluruhan data yang terkumpul sebanyak 215 data. Data yang didapatkan

    secara langsung dengan menyebar kuesioner sebanyak 194 data. Adapun data yang

    didapatkan melalui daring berjumlah 21 data. Laman kuesioner daring yaitu

    https://bit.ly/karier-lulusanbaru.

    https://bit.ly/karier-lulusanbaru

  • 35

    3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

    3.2.1 Variabel Penelitian

    Variabel dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu variabel terikat atau

    dependent variable (DV) dan variabel bebas atau independent variable (IV).

    Berikut adalah variabel yang digunakan dalam penelitian ini:

    DV = Adaptabilitas Karier

    IV1 = Dukungan sosial dari keluarga

    IV2 = Dukungan sosial dari teman

    IV3 = Dukungan sosial dari orang terdekat

    IV4 = Relational willingness dari efikasi diri

    IV5 = Commitment dari efikasi diri

    IV6 = Faktor demografi jenis kelamin

    IV7 = Faktor demografi pendidikan

    3.2.2 Definisi Operasional Variabel

    Dari variabel-variabel yang telah dipaparkan diatas, selanjutnya akan dijelaskan

    mengenai definisi operasional dari tiap variabel yang digunakan:

    3.2.2.1 Adaptabilitas Karier

    Adaptabilitas karier adalah kesiapan individu dalam menyelesaikan tugas-tugas dan

    berpartisipasi dalam peran pekerjaan, serta dapat menyesuaikan diri dengan situasi

    yang tidak terduga yang mungkin disebabkan karena perubahan pekerjaan maupun

    kondisi kerja. Adaptabilitas karier lulusan perguruan tinggi yang baru bekerja

    dalam penelitian ini diukur menggunakan alat ukur Career Adapt-Abilities Scale

    (CAAS) oleh Porfeli dan Savickas (2012) yang memiliki empat dimensi yaitu:

    kepedulian karier, pengendalian karier, keingintahuan karier, dan keyakinan diri

    karier.

    Adapun penjelasan dari tiap masing-masing dimensi yaitu sebagai berikut:

  • 36

    1. Kepedulian karier

    Kepedulian karier merupakan bentuk rasa optimis individu terhadap kariernya.

    Kepedulian karier meliputi kesadaran karier dan perencanaan karier. Individu akan

    mampu mengembangkan kariernya dengan adanya kepedulian karier.

    2. Pengendalian diri karier

    Pengendalian diri karier adalah cara individu untuk mampu menyesuaikan dan

    mengatur diri dalam situasi tertentu. Dalam pengendalian diri karier terdapat

    tanggung jawab karier dan kemauan berkarier.

    3. Keingintahuan karier

    Keingintahuan karier adalah sikap individu dalam mencari tahu suatu informasi dan

    mengembangkan kemampuan yang ada dalam dirinya terhadap kariernya. Terdapat

    keinginan untuk mencari informasi dan mencoba hal baru yang merupakan

    indikator dari keingintahuan karier.

    4. Keyakinan diri karier

    Keyakinan diri karier adalah kemampuan yang dimiliki individu untuk dapat

    mengatasi dan menyelesaikan berbagai rintangan dan hambatan yang dihadapi.

    Indikator dalam keyakinan diri karier yaitu kegigihan dan ketekunan dalam

    mengatasi hambatan dalam bekerja.

    3.2.2.2 Dukungan Sosial

    Dukungan sosial merupakan hasil persepsi seseorang bahwa terdapat dukungan

    yang diberikan oleh orang lain (keluarga, teman, dan orang terdekat) yang bertujuan

    untuk membantu dan meningkatkan kesejahteraannya. Pengukuran dukungan sosial

    menggunakan alat ukur Multidimensional Scale of Perceived Social Support

  • 37

    (MSPSS) yang dikembangkan oleh Zimet, dkk., (1988) yang meliputi tiga dimensi

    dukungan sosial yang bersumber dari keluarga (family), teman (friends), dan orang

    terdekat (significant others).

    Adapun penjelasan dari tiap masing-masing dimensi yaitu sebagai berikut:

    1. Keluarga

    Dukungan yang bersumber dari keluarga merupakan dorongan yang diberikan oleh

    pihak dalam keluarga. Dukungan dari keluarga meliputi perolehan pemecahan

    masalah dari keluarga dan dukungan dan bantuan emosional dari keluarga.

    Dukungan dari keluarga didapatkan dari ayah, ibu, kakak, adik, dan lain-lain.

    2. Teman

    Dorongan atau dukungan yang diberikan oleh teman atau sahabat yang ada di

    lingkungan sosial individu. Terdapat bantuan yang didapatkan dari teman,

    memperoleh strategi coping yang efektif dalam menyelesaikan masalah, dan

    berbagi suka dan duka bersama tema.

    3. Orang Terdekat

    Dukungan yang bersumber dari orang terdekat merupakan dukungan yang

    diberikan oleh seseorang yang dianggap spesial di dalam kehidupan individu.

    Dukungan dari orang terdekat meliputi rasa dihargai dan dipercaya oleh orang

    terdekat, perasaan nyaman bersama orang terdekat, dan memperoleh dukungan dari

    orang terdekat.

    3.2.2.3 Efikasi Diri dalam Bekerja

    Efikasi diri dalam bekerja adalah keyakinan diri yang dimiliki individu terhadap

    kemampuannya untuk mencapai tingkat pencapaian dalam bekerja. Pengukuran

  • 38

    efikasi diri menggunakan alat ukur Work Self-Efficacy Scale (WSES) yang

    dikembangkan oleh Pepe, dkk., (2010). Skala ini memiliki 2 dimensi, yaitu

    Relational Willingness dan Commitment.

    Adapun penjelasan dari tiap masing-masing dimensi yaitu sebagai berikut:

    1. Relational Willingness

    Dimensi relational willingness adalah sikap individu terkait hubungannya dengan

    rekan kerja atau atasan.

    2. Commitment

    Commitment dalam dimensi ini yaitu sikap individu dalam berusaha untuk

    menyelesaikan dan mencapai tujuan pekerjaannya dengan tepat.

    3.2.2.4 Jenis Kelamin

    Jenis kelamin dalam penelitian ini yaitu laki-laki dan perempuan.

    3.2.2.5 Pendidikan

    Pendidikan dalam penelitian ini yaitu D3 dan S1.

    3.3 Pengumpulan Data

    3.3.1 Teknik Pengumpulan Data

    Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan alat ukur dari masing-masing variabel.

    Teknik pengumpulan data menggunakan model skala Likert. Adaptabilitas karier,

    dukungan sosial, dan efikasi diri diukur menggunakan model skala rating dengan

    empat pilihan jawaban, yakni: 1 (sangat tidak sesuai) – 4 (sangat sesuai). Seluruh

    pernyataan dalam penelitian ini yaitu pernyataan positif (favorable). Untuk

    pernyataan favorable, skor tertinggi diberikan pada pilihan jawaban “Sangat

    Sesuai” dan skor terendah diberikan pada pilihan jawaban “Sangat Tidak Sesuai”.

  • 39

    Dalam penelitian ini digunakan skala likert dengan empat interval untuk

    mencegah kemungkinan responden untuk menjawab kuesioner dalam kategori

    netral (ditengah), yang dapat membuat responden tidak menggambarkan keadaan

    yang sebenarnya. Skoring dari kuesioner ini dapat dilihat sebagai berikut:

    Tabel 3.1

    Skoring Model Skala Likert

    Pilihan Pernyataan

    Favorable (F) Unfavorable (UF)

    Sangat Sesuai (SS) 4 1

    Sesuai (S) 3 2

    Tidak Sesuai (TS) 2 3

    Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4

    3.3.2 Instrumen Pengumpulan Data

    1. Skala Adaptabilitas Karier

    Dalam penelitian ini pengukuran adaptabilitas karier menggunakan modifikasi dari

    alat ukur Career Adapt-Abilities Scale (CAAS) yang disusun oleh Savickas (2012).

    Terdapat 4 dimensi pada skala adaptabilitas karier, yaitu: kepedulian karier,

    pengendalian karier, keingintahuan karier, dan keyakinan karier. Skala adaptabilitas

    karier menggunakan bentuk skala likert. Skala asli dalam alat ukur ini terdiri dari

    24 item dimana keseluruhan item merupakan item favorable. Namun dalam

    penelitian ini hanya digunakan 8 item, hal ini dilakukan untuk menghindari item

    yang terlalu banyak yang dapat membuat responden kelelahan atau bosan ketika

    mengisi dan berdampak pada hasil yang tidak sesuai dengan dirinya. Setiap item

    dalam penelitian ini terdiri dari 4 kategori jawaban dari Sangat Sesuai (SS), sampai

    dengan Sangat Tidak Sesuai (STS).

  • 40

    Dalam memodifikasi Career Adapt-Abilities Scale (CAAS), dilakukan

    beberapa proses diantaranya adalah sebagai berikut:

    1. Pertama, yaitu menggunakan alat penerjemah yaitu Google Translate untuk

    menerjemahkan alat ukur dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia. Kemudian,

    untuk menghindari kesalahan persepsi dan mencegah adanya kesalahan

    interpretasi isi kuesioner, selanjutnya meminta pendapat dari teman yang ahli

    dalam kedua Bahasa tersebut.

    2. Kedua, melakukan modifikasi pada interval skala likert yang digunakan pada

    alat ukur aslinya, dengan mengubah dari skala likert yang memiliki lima interval

    menjadi empat interval, hal ini bertujuan untuk mempermudah responden dalam

    menjawab item kuesioner yang diberikan.

    Berikut adalah tabel blue print Career Adapt-Abilities Scale (CAAS):

    Tabel 3.2

    Blue Print Skala Adaptabilitas Karier

    Dimensi Indikator No Jml Contoh Item

    Kepedulian

    Karier

    Kesadaran karier

    Perencanaan

    karier

    1

    2

    2 Saya merencanakan bagimana

    cara untuk mencapai tujuan saya

    Pengendalian

    diri Karier

    Tanggung jawab

    karier

    Kemauan

    berkarier

    3

    4

    2 Saya bertanggungjawab dalam

    setiap tindakan saya

    Keingintahuan

    Karier

    Mencoba hal baru

    Mencari informasi

    5

    6

    2 Saya mencari tahu informasi

    alternatif sebelum membuat

    pilihan/keputusan

    Keyakinan

    diri Karier

    Ketekunan

    Kegigihan

    7

    8

    2 Saya yakin dapat mengatasi

    hambatan

    Total 8

  • 41

    2. Skala Dukungan Sosial

    Pengukuran dukungan sosial dalam penelitian ini merupakan modifikasi dari alat

    ukur Multidimensional Scale of perceived Social Support (MSPSS) yang

    dikembangkan oleh Zimet, dkk., (1988). Alat ukur ini memiliki tiga dimensi yaitu

    keluarga, teman, dan orang terdekat dengan jumlah 12 item. Setiap dimensi dalam

    dukungan sosial terdiri dari 4 item. Namun dalam penelitian ini, tiap dimensi dari

    dukungan sosial dilakukan penambahan sebanyak 2 item. Hal ini dilakukan untuk

    mengantisipasi jika banyak item yang gugur setelah diujikan. Jumlah total item

    setelah dilakukan modifikasi yaitu 18 item. Skala ini terdiri dari item favorable.

    Setiap item terdiri dari 4 kategori jawaban dari Sangat Setuju (SS), sampai dengan

    Sangat Tidak Setuju (STS).

    Dalam memodifikasi Multidimensional Scale of perceived Social Support

    (MSPSS), dilakukan beberapa proses diantaranya adalah sebagai berikut:

    1. Pertama, menggunakan alat penerjemah yaitu Google Translate untuk

    menerjemahkan alat ukur dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia. Kemudian,

    untuk menghindari kesalahan persepsi dan mencegah adanya kesalahan

    interpretasi isi kuesioner, selanjutnya juga meminta pendapat dari teman yang

    ahli dalam kedua Bahasa tersebut.

    2. Kedua, melakukan modifikasi pada interval skala likert yang digunakan pada

    alat ukur aslinya, dengan mengubah dari skala likert yang memiliki tujuh interval

    menjadi empat interval, hal ini bertujuan untuk mempermudah responden dalam

    menjawab item kuesioner yang diberikan.

    Berikut adalah tabel blue print Multidimensional Scale of perceived Social

    Support (MSPSS):

  • 42

    Tabel 3.3

    Blue Print Skala Dukungan Sosial

    Dimensi Indikator No Jml Contoh Item

    Keluarga Memperoleh pemecahan masalah dari keluarga

    Memperoleh dukungan dan bantuan emosional dari

    keluarga

    1,2,3

    4,5,6

    6 Keluarga saya

    berusaha sepenuhnya

    untuk membantu saya

    Teman Mendapatkan bantuan dari teman

    Memperoleh strategi coping yang efektif dalam

    menyelesaikan masalah

    Berbagi suka dan duka bersama teman

    7,9

    8

    10,11,12

    6 Saya dapat berbagi

    cerita dengan teman-

    teman tentang masalah

    yang saya hadapi

    Orang

    terdekat Merasa dihargai dan

    dipercaya oleh orang lain

    Merasa nyaman bersama orang lain

    Memperoleh dukungan dari orang terdekat

    13,14,15

    16,17

    18

    6 Saya memiliki

    seseorang yang spesial

    dalam hidup saya yang

    peduli terhadap

    perasaan saya

    Total 18

    3. Skala Efikasi Diri

    Pengukuran efikasi diri menggunakan adaptasi dari alat ukur Work Self-Efficacy

    Scale (WSES) yang dikembangkan oleh Pepe, dkk., (2010). Alat ukur ini memiliki

    dua dimensi yaitu Relational Willingness dan Commitment dengan jumlah 10 item.

    Namun dalam penelitian ini, tiap dimensi dari efikasi diri dilakukan penambahan

    sebanyak 1 item. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi jika banyak item yang

    gugur setelah diujikan. Jumlah total item setelah dilakukan modifikasi yaitu 12

    item. Skala ini menggunakan bentuk skala likert. Skala ini terdiri dari item

    favorable. Setiap item terdiri dari 4 kategori jawaban dari Sangat Setuju (SS),

    sampai dengan Sangat Tidak Setuju (STS).

  • 43

    Dalam memodifikasi Work Self-Efficacy Scale (WSES), dilakukan beberapa

    proses diantaranya adalah sebagai berikut:

    1. Pertama, menggunakan alat penerjemah yaitu Google Translate untuk

    menerjemahkan alat ukur dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia. Kemudian,

    untuk menghindari kesalahan persepsi dan mencegah adanya kesalahan

    interpretasi isi kuesioner, selanjutnya juga meminta pendapat dari teman yang

    ahli dalam kedua Bahasa tersebut.

    2. Kedua, melakukan modifikasi pada interval skala likert yang digunakan pada

    alat ukur aslinya, dengan mengubah dari skala likert yang memiliki lima interval

    menjadi empat interval, hal ini bertujuan untuk mempermudah responden dalam

    menjawab item kuesioner yang diberikan.

    Berikut adalah tabel blue print Work Self-Efficacy Scale (WSES):

    Tabel 3.4

    Blue Print Skala Efikasi Diri

    Dimensi Indikator No Jml Contoh Item

    Relational

    Willingness

    Memiliki hubungan

    yang baik dengan rekan

    kerja

    Memiliki hubungan

    yang baik dengan atasan

    Memiliki hubungan

    yang baik dengan klien

    6,7,10,

    11

    8

    9

    6 Saya bekerja dengan

    orang-orang yang

    memiliki usia dan

    pengalaman yang

    berbeda

    Commit-

    ment

    Berkomitmen pada

    pekerjaan

    Mempelajari hal baru

    1,2,4,5

    ,6

    3

    6 Saya mencapai target-

    target yang telah

    ditugaskan

    Total 12

  • 44

    3.4 Uji Validitas Konstruk

    Sebelum melakukan analisis data, dilakukan pengujian terhadap validitas instrumen

    yang dipakai. Untuk menguji validitas konstruk alat ukur yang digunakan dalam

    penelitian ini, menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA). Adapun

    langkah-langkah dalam menguji CFA menurut Umar (dikutip dalam skripsi Rifda

    Riski Nanda, 2018) adalah sebagai berikut:

    1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefinisikan

    secara operasional sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk

    mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap

    faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas setiap item.

    2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga tiap

    subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun subtes

    bersifat unidimensional.

    3. Dengan data yang tersedia, dapat diestimasi matriks korelasi antar item yang

    seharusnya diperoleh jika memang unidimensional. Matriks korelasi ini disebut

    sigma (Σ), kemudian dibandingkan dengan matriks dari data empiris, yang

    disebut matriks S. Jika teori tersebut benar (unidimensional) maka tentunya tidak

    ada perbedaan antara matriks Σ dan matriks S, atau bisa juga dinyatakan dengan

    Σ - S = 0.

    4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan chi

    square. Jika hasil chi square tidak signifikan (p > 0,05), maka hipotesis nihil

    tersebut “tidak ditolak”. Artinya teori unidimensionalitas tersebut dapat diterima

    bahwa item ataupun sub tes instrument hanya mengukur satu faktor saja.

  • 45

    5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan atau

    tidak mengukur apa yang hendak di uku