pengaruh dukungan sosial, efikasi diri, dan...
TRANSCRIPT
-
PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL, EFIKASI DIRI, DAN
FAKTOR DEMOGRAFI TERHADAP ADAPTABILITAS
KARIER PADA LULUSAN PERGURUAN TINGGI YANG
BARU BEKERJA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh
Arini Nurlistiani
NIM: 11150700000039
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
-
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
“Tidak ada hasil yang mengkhianati usaha.
Berdoa dan bersyukur adalah kunci dari segalanya”
Persembahan:
Karya ini ku persembahkan untuk Appa, Ibu, Aa yang selalu
mendoakan keberhasilanku. Dan juga sahabat-sahabatku yang
selalu menyemangati dan menemani disetiap suka dan duka.
-
vi
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi
(B) Juli 2019
(C) Arini Nurlistiani
(D) Pengaruh Dukungan Sosial, Efikasi Diri, dan Faktor Demografi terhadap
Adaptabilitas Karier pada Lulusan Perguruan Tinggi yang Baru Bekerja
(E) xiv + 82 halaman + lampiran
(F) Penelitian ini didasarkan oleh adanya fenomena terkait adaptabilitas karier pada
lulusan perguruan tinggi yang baru bekerja. Pada kenyataannya lulusan
perguruan tinggi yang baru bekerja ini terlihat tidak mampu beradaptasi dengan
baik terhadap kariernya. Oleh karena itu, sudah seharusnya lulusan baru yang
bekerja dapat meningkatkan kemampuan adaptabilitas karier dengan baik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial, efikasi
diri, dan faktor demografi terhadap adaptabilitas karier pada lulusan perguruan
tinggi yang baru bekerja.
Sampel penelitian ini merupakan lulusan baru D3 dan S1 yang bekerja di
Jabodetabek maksimal 2 tahun. Penelitian ini melibatkan 215 responden.
Metode dan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non-
probability sampling dan accidental sampling. Alat ukur yang digunakan
adalah modifikasi dari Career Adapt-Abilities Scale (CAAS) untuk mengukur
adaptabilitas karier, Multidimensional Scale of Perceived Social Support
(MSPSS) untuk mengukur dukungan sosial, dan Work Self-Efficacy Scale
(WSES) untuk mengukur efikasi diri dalam bekerja. Kuesioner disebar secara
daring dan secara langsung. Pengujian Confirmatory Factor Analysis (CFA)
dilakukan untuk menguji validitas tiap-tiap item kuesioner. Sedangkan uji
hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda (Multiple
Regression Analysis).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan sebesar
35.6% variabel dukungan sosial, efikasi diri dalam bekerja, dan faktor
demografi terhadap adaptabilitas karier. Secara rinci, dimensi yang
berpengaruh signifikan terhadap adaptabilitas karier adalah dukungan teman,
relational willingness dan commitment. Sedangkan dimensi lainnya yakni
dukungan dari keluarga, dukungan dari orang terdekat, jenis kelamin, dan
pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap adaptabilitas karier.
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah membuat penelitian yang
menggunakan independent variable lain selain yang diteliti dalam penelitian
ini yang didasarkan penelitian sebelumnya seperti adversity quotient,
emotional intelligence, dan hardiness. Para lulusan perguruan tinggi yang baru
bekerja juga harus lebih meningkatkan sikap yang selalu bekerja keras dan
bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan tiap pekerjaannya.
(G) Bahan bacaan : 43; 39 jurnal + 2 buku + 1 artikel + 1 tesis
-
vii
ABSTRACT
(A) Faculty of Psychology
(B) July 2019
(C) Arini Nurlistiani
(D) The effect of Social Support, Self Efficacy, and Demographic Factors on Career
Adaptability of Working New Graduates
(E) xiv + 82 pages + attachments
(F) This research based on related phenomena where fresh graduates who worked
in Jabodetabek does not seem to have a good career adaptability. Therefore,
new graduates who worked must increased their career adaptability. This study
aims to determine the effect of social support, self efficacy, and demographic
factors on career adaptability of fresh graduates who worked at Jabodetabek.
Research participants were fresh graduates of D3 and S1 who worked in
Jabodetabek for a maximum of 2 years. This study involved 215 participants.
The sampling methods and techniques used were non-probability sampling and
accidental sampling. The questionnaire used in this study was a modification
of the Career Adapt-Abilities Scale (CAAS) to measure career adaptability, the
Multidimensional Scale of Perception Social Support (MSPSS) to measure
social support, and the Work Self-Efficacy Scale (WSES) to measure self-
efficacy. Questionnaires were distributed to participants via online and direct.
Confirmatory Factor Analysis (CFA) used to test the validity of each item
questionnaire. While the hypothesis test by using multiple regression analysis
is used to see the effect of independent variable to dependent variable.
The results show that there is a significant influenced with a value 35.6% of social support, self efficacy, and demographic factors on career adaptability. In
detail, the dimensions that significantly affect career adaptability are friend support, relational willingness and commitment. Whereas the other dimensions
are family support, significant others support, gender, and education do not
seem to be significant to career adaptability. Suggestions for further research
are to make research using another independent variables such as adversity
quotient, emotional intelligence, and hardiness. Fresh graduate who work must
be increase their attitude of working hard and earnest in completing every job.
(G) Reading material: 43; 39 journals + 2 books + 1 articles + 1 thesis
-
viii
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim…
Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat, hidayah, kekuatan dan kasih sayang yang diberikan-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurah kepada junjungan kita, Rasulullah Muhammad SAW, berikut para
keluarga dan para sahabat.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari
bahwa keberhasilan yang diperoleh bukanlah semata-mata hasil usaha sendiri,
melainkan berkat dukungan, semangat, dan bimbingan dari pihak-pihak lain. Oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih
kepada:
1. Ibu Dr. Zahrotun Nihayah, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, seluruh dosen, serta seluruh civitas akademik Fakultas
Psikologi.
2. Ibu Desi Yustari Muchtar, M.Psi, selaku dosen pembimbing skripsi. Terima
kasih atas segala bimbingan, waktu, saran dan nasihat serta motivasi untuk
segera menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Miftahuddin, M.Psi, selaku dosen pembimbing akademik. Terima kasih
atas bimbingan dan saran selama menjalankan perkuliahan.
4. Kedua orang tua yang sangat dicintai, Budi Wahyu Gunadi (Appa) dan Sri
Purnomowanti (Ibu). Terima kasih selalu mendukung sampai saat ini. Terima
kasih atas doa, cinta, semangat, perhatian, dukungan moril sekaligus materil
hingga dapat menyelesaikan pendidikan hingga saat ini. Juga kepada kakak saya,
Arya Praditya, yang selalu menjadi teman bertukar pikiran yang baik dan selalu
mendukung saya.
-
ix
5. Teman-teman yang selalu memberikan semangat, motivasi, dukungan, dan
selalu ada dalam suka dan duka selama di kampus. Adul, Ipeh, Vivi, Syahra,
Tisa, Dina, Ridha, Dita, Anggi, Farida, dan Ranza, terima kasih selalu ada di
setiap suka dan duka yang penulis rasakan, terima kasih untuk cerita dan juga
canda tawa.
6. Luthfi Hindami yang senantiasa menemani dan menyemangati dalam proses
penyusunan skripsi ini. Terima kasih karena selalu ada di setiap hal baik dan
buruk yang penulis alami.
7. Terima kasih juga kepada Genta, Tisal, Khusnul, Vania, Reza, Icha, dan yang
lainnya yang telah memberikan dukungan dan membantu dalam menyelesaikan
skripsi ini.
8. Teruntuk semua responden yang telah memberikan waktunya untuk membantu
menyelesaikan tugas akhir ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah berkontribusi
dalam penelitian ini.
Terakhir, penulis menyadari bahwa karya ini masih memiliki banyak
kekurangan serta keterbatasan. Oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran
yang membangun agar karya ini semakin baik. Penulis berharap semoga karya ini
dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Jakarta, Juli 2019
Arini Nurlistiani
-
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN......................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN............................................................... v
ABSTRAK..................................................................................................... vi
ABSTRACT................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR…............................................................................... viii
DAFTAR ISI.................................................................................................. x
DAFTAR TABEL........................................................................................ . xii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xiv
BAB 1 PENDAHULUAN….......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Pembatasan Masalah................................................................................ 9
1.3 Rumusan Masalah.................................................................................... 10
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................................ 11
BAB 2 LANDASAN TEORI ...................................................................... 13
2.1 Adaptabilitas Karier ................................................................................ 13
2.1.1 Definisi ........................................................................................... 13
2.1.2 Dimensi Adaptabilitas Karier......................................................... 15
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adaptabilitas Karier .............. 16
2.1.4 Pengukuran Adaptabilitas Karier ................................................... 19
2.2 Dukungan Sosial ..................................................................................... 20
2.2.1 Definisi ........................................................................................... 20
2.2.2 Dimensi Dukungan Sosial .............................................................. 22
2.2.3 Pengukuran Dukungan Sosial ........................................................ 22
2.3 Efikasi Diri (Self Efficacy) ...................................................................... 23
2.3.1 Definisi ........................................................................................... 23
2.3.2 Dimensi Efikasi Diri dalam Bekerja (Work Self Efficacy) ............. 25
2.3.3 Pengukuran Efikasi Diri dalam Bekerja (Work Self Efficacy) ....... 26
2.4 Faktor Demografi .................................................................................... 26
2.5 Kerangka Berpikir ................................................................................... 26
2.6 Hipotesis Penelitian ................................................................................ 32
BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................... 34
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ............................... 34
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .......................................... 35
3.2.1 Variabel Penelitian ......................................................................... 35
-
xi
3.2.2 Definisi Operasional Variabel ........................................................ 35
3.3 Pengumpulan Data ................................................................................... 38
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 38
3.3.2 Instrumen Pengumpulan Data ........................................................ 39
3.4 Uji Validitas Konstruk ............................................................................. 44
3.4.1 Uji Validitas Konstruk Adaptabilitas Karier .................................. 45
3.4.2 Uji Validitas Konstruk Dukungan Sosial ....................................... 46
3.4.2.1 Uji Validitas Dimensi Sumber Dukungan Keluarga .......... 47
3.4.2.2 Uji Validitas Dimensi Sumber Dukungan Teman ............. 48
3.4.2.3 Uji Validitas Dimensi Sumber Dukungan Orang Terdekat 49
3.4.3 Uji Validitas Konstruk Efikasi Diri ............................................... 50
3.4.3.1 Uji Validitas Dimensi Relational Willingness ................... 50
3.4.3.2 Uji Validitas Dimensi Commitment ................................... 51
3.5 Teknik Analisis Data ................................................................................ 52
3.6 Prosedur Penelitian................................................................................... 54
BAB 4 HASIL PENELITIAN ..................................................................... 57
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ........................................................ 57
4.2 Hasil Analisis Deskriptif .......................................................................... 60
4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian ..................................................... 61
4.4 Hasil Uji Hipotesis ................................................................................... 62
4.4.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian ............................................... 62
4.4.2 Pengujian Proporsi Varians Masing-masing IV .............................. 67
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN .................................... 70
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 70
5.2 Diskusi ..................................................................................................... 70
5.3 Saran ........ .............................................................................................. 76
5.3.1 Saran Teoritis .................................................................................. 76
5.3.2 Saran Praktis .................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 79
LAMPIRAN .................................................................................................. 83
-
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Skoring Model Skala Likert ........................................................... 39
Tabel 3.2 Blue Print Skala Adaptabilitas Karier ............................................ 40
Tabel 3.3 Blue Print Skala Dukungan Sosial ................................................. 42
Tabel 3.4 Blue Print Skala Efikasi Diri ......................................................... 43
Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Konstruk Adaptabilitas Karier ...................... 46
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Dimensi Dukungan Keluarga ........................ 47
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Dimensi Dukungan Teman............................ 48
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Dimensi Dukungan Orang Terdekat.............. 49
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Dimensi Relational Willingness..................... 51
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Dimensi Commitment................................... 52
Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian............................................... 57
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif........................................................................... 60
Tabel 4.3 Norma Kategorisasi Skor Variabel Penelitian................................. 61
Tabel 4.4 Persentase Kategori Skor Tiap Variabel.......................................... 62
Tabel 4.5 R Square........................................................................................... 63
Tabel 4.6 ANOVA............................................................................................ 63
Tabel 4.7 Koefisien Regresi.............................................................................. 64
Tabel 4.8 Proporsi Varians Masing-masing Independent Variable.................. 67
-
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir Penelitian .......................................... 31
-
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ................................................................... 83
Lampiran 2 Format Kuesioner Daring ........................................................... 90
Lampiran 3 Keseluruhan Data Excel (Skoring) ............................................. 91
Lampiran 4 Syntax dan Path Diagram…..................................................... 115
Lampiran 5 Output Analisis Regresi Berganda…....................................... 124
-
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jumlah lulusan baru yang meninggalkan perguruan tinggi tiap tahunnya semakin
banyak. Hal ini membuat perusahaan perlu memberikan banyak peluang bagi para
pekerja baru ini. Dietrich dan Nurmi (2012) mengutip penjelasan Abele dan Spurk
(2009) yang mengatakan bahwa transisi dari pendidikan ke kehidupan kerja tidak
hanya menyediakan dasar bagi pengembangan karier dan kesuksesan masa depan
individu, tetapi juga tercermin dalam kesejahteraan atau ketidaksejahteraan
individu, termasuk stres, serta tujuan pribadi tiap individu dalam kehidupannya
(Nurmi dan Salmela‐Aro, 2002). Oleh karena itu, lulusan sarjana baru harus pandai
membidik bidang kerja mana yang akan digeluti sesuai dengan kemampuan dan
keterampilan yang dimiliki sehingga dapat bersaing dan menyesuaikan diri dengan
tuntutan dunia kerja saat ini (Sulastiana dan Sulistiobudi, 2017).
Transisi yang akan dihadapi oleh para lulusan baru ini merupakan tantangan
yang harus dihadapi ketika akan memasuki dunia kerja. Perubahan dari dunia
pendidikan ke dunia pekerjaan merupakan hal yang perlu lebih diperhatikan. Di
dalam dunia pendidikan, kita sudah terbiasa untuk menuntut ilmu dan mengerjakan
tugas yang diminta oleh guru atau dosen, namun ketika memasuki dunia kerja kita
akan dihadapi dengan tugas yang lebih banyak, deadline pekerjaan, menghadapi
atasan dan rekan kerja yang memiliki latar belakang yang berbeda, beban pekerjaan
yang lebih tinggi, dan berbagai tekanan yang lebih berat. Karena tantangan karir
ini, memiliki kemampuan untuk beradaptasi tampak relevan, dan sangat
-
2
mempengaruhi perkembangan karier individu (Bocciardi, dkk., 2017). Oleh karena
itu, kemampuan dalam beradaptasi pada dunia kerja merupakan hal yang harus
dimiliki oleh para lulusan perguruan tinggi yang baru bekerja.
Artikel mengenai adaptabilitas karier pada lulusan perguruan tinggi yang
baru bekerja sebagaimana dilansir dalam situs careernews.id yang dipublikasikan
pada November 2013 menyatakan bahwa dari 219 responden yang mengikuti
survei, sebanyak 77% karyawan baru membutuhkan waktu untuk beradaptasi dalam
pekerjaannya maksimal 6 bulan. Sedangkan 21% karyawan membutuhkan waktu
6-12 bulan, dan 2% sisanya membutuhkan waktu lebih dari 1 tahun untuk
beradaptasi dengan lingkungan pekerjaannya. Dalam hal ini, dapat disimpulkan
bahwa hanya terdapat beberapa orang saja yang mampu beradaptasi dengan
lingkungan pekerjaan baru.
Adaptabilitas karier menjadi hal yang penting bagi individu yang perlu
menavigasi suatu perubahan yang konstan (Maree, 2012). Individu yang sangat
mampu beradaptasi dalam karier mereka juga memiliki kemampuan untuk
menyesuaikan diri agar dapat memenuhi tekanan dalam dunia kerjanya (Autin,
dkk., 2017). Adaptabilitas karier dikonseptualisasikan sebagai kesiapan individu
untuk menyelesaikan tugas yang terprediksi dan berpartisipasi dalam peran
pekerjaan, serta mampu menguasai situasi tidak terduga yang mungkin terjadi
karena perubahan dalam pekerjaan dan kondisi kerja (Savickas, 1997).
Penyesuaian diri dalam berkarier merupakan jembatan yang dapat
membantu individu untuk mencapai kesuksesan dalam kariernya. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Zacher (2014) yang hasilnya menunjukkan
-
3
bahwa keseluruhan adaptabilitas karier secara positif memprediksi kepuasan karier
dan kinerja karier yang dinilai berdasarkan Big Five personality traits dan core self-
evaluation. Oleh karena itu, individu harus mampu menyesuaikan diri sebaik
mungkin dengan lingkungan pekerjaannya agar dapat memberikan hasil yang
optimal baik untuk perusahaan maupun untuk dirinya sendiri.
Hasil survei singkat yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 15 Oktober
2018 terhadap lulusan diploma atau sarjana yang baru bekerja selama kurang dari
1 tahun menunjukkan hasil bahwa dari 12 orang yang mengisi survei, terdapat 11
orang yang membutuhkan waktu selama 1-4 bulan untuk beradaptasi dengan
kariernya, bahkan terdapat 1 orang yang mengatakan bahwa ia membutuhkan waktu
selama 5-8 bulan untuk beradaptasi. Dari hasil survei tersebut juga diperoleh bahwa
terdapat 7 orang yang mengatakan bahwa mereka sulit menyesuaikan diri dengan
baik dengan dunia kerjanya, beberapa orang diantaranya berencana untuk resign
dari pekerjaan yang ia tekuni selama kurang dari 1 tahun tersebut. Lulusan
perguruan tinggi yang baru bekerja ini mengatakan bahwa dirinya sulit
menyesuaikan diri karena tidak terlalu menyukai pekerjaannya, pekerjaannya
terlalu berat, tidak sesuai latar belakang pendidikan sehingga terkadang sulit dalam
mengerjakan pekerjaan, atasan yang terlalu menuntut, staf lain yang suka
menyuruh, dan lain sebagainya.
Dari beberapa fenomena diatas dapat disimpulkan bahwa memiliki
kemampuan adaptabilitas karier menjadi sangat penting karena apabila tidak
dimiliki dengan sebaik mungkin akan berdampak sangat besar bagi generasi muda
saat ini. Individu akan menerima dampak bagi dirinya sendiri apabila tidak mampu
-
4
menyesuaikan diri dalam kariernya dengan baik misalnya seperti stres kerja,
kurangnya motivasi dalam melakukan pekerjaan, menarik diri dari lingkungan
pekerjaan, dan lain sebagainya. Selain individu, perusahaan juga akan terkena
dampaknya, Guan, dkk., (dalam Bocciardi, dkk., 2017) menyebutkan bahwa
adaptabilitas karier berkaitan secara negatif dengan intensi turnover. Dari literatur
di atas juga dapat ditarik kesimpulan bahwa masih banyak lulusan diploma atau
sarjana baru yang bekerja sebagai karyawan baru dalam perusahaan masih belum
mampu beradaptasi terhadap kariernya dengan baik.
Kemampuan beradaptasi dalam karier harus dimiliki oleh tiap individu yang
sedang berada pada masa transisi dari pendidikan ke pekerjaan. Adaptabilitas karier
memiliki empat dimensi yang mampu membuat individu semakin efektif dalam
menjalankan kariernya yaitu career concern, career curiousity, career control, dan
career confidence (Savickas, 2011). Keempat dimensi ini sangat diperlukan
individu agar dapat membentuk kemampuan adaptabilitas kariernya. Hirschi (2009)
dalam penelitiannya menemukan hasil bahwa keyakinan konteks sosial, disposisi
emosional positif, latar belakang individu, dan dukungan sosial menjadi faktor yang
dapat mempengaruhi adaptabilitas karier seseorang. Hardiness dan jenis kelamin
juga memiliki pengaruh terhadap adaptabilitas karier (Coetzee dan Harry, 2015).
Bocciardi, dkk., (2017) menyebutkan dalam hasil penelitiannya bahwa work self-
efficacy, search for work self-efficacy dan pendidikan menjadi prediktor yang
signifikan terhadap adaptabilitas karier.
Salah satu faktor eksternal yang menjadi prediktor dari adaptabilitas karier
ini yaitu dukungan sosial (Hirschi, 2009; Ebenehi, dkk., 2016; Ataç, dkk., 2018).
-
5
Sarafino (2013) menyebutkan bahwa dukungan sosial (social support) adalah
kenyamanan, perhatian, penghargaan, maupun bantuan yang diberikan oleh orang
lain ataupun kelompok kepada individu. Dukungan ini bisa datang dari berbagai
sumber, pasangan atau kekasih seseorang, keluarga, teman, dokter, atau organisasi
komunitas. Individu yang memiliki dukungan sosial percaya bahwa mereka
dicintai, dan dihargai (Sarafino, 2013).
Dukungan sosial didefinisikan secara luas sebagai ketersediaan hubungan
membantu dan kualitas dari hubungan tersebut (Leavy, 1983). Dukungan sosial
merupakan hal yang penting bagi tiap individu, terutama pada tahap membuat
keputusan dalam kehidupannya, seperti dalam membuat keputusan terhadap masa
depan kariernya (Ebenehi, dkk., 2016). Murphy, dkk., (2010) dalam penelitiannya
mengemukakan bahwa fungsi dukungan sosial yaitu untuk memfasilitasi transisi
dari masa sekolah ke kehidupan kerja.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Wang dan Fu (2015) menunjukkan
hasil bahwa dukungan sosial memiliki efek positif pada kemampuan beradaptasi
karier. Lingkungan yang mendukung akan memberikan suasana yang
menyenangkan sehingga individu dapat mengembangkan kemampuan beradaptasi.
Adaptabilitas karier lebih mungkin muncul dan meningkat dalam konteks yang
dibentuk oleh emosi positif, dan dukungan oleh teman, keluarga dan orang terdekat
yang berkontribusi pada keadaan afektif yang positif (Ataç, dkk., 2018).
Menurut Zimet, dkk., (1988) dukungan sosial (social support) dibagi
menjadi tiga sumber yaitu dari family, friends, dan significant others. Penelitian
sebelumnya terkait dengan dukungan sosial pada adaptabilitas karier ditemukan
-
6
hasil bahwa dukungan sosial menjadi prediktor yang signifikan terhadap
adaptabilitas karier seseorang (Ebenehi, dkk., 2016). Hirschi (2009) juga
mengatakan bahwa dukungan sosial menjadi prediktor yang signifikan dalam
pengembangan adaptasi karier seseorang.
Selain faktor eksternal yang dapat mempengaruhi adaptabilitas karier
seseorang, efikasi diri atau self efficacy juga menjadi prediktor dari adaptabilitas
karier (Ebenehi, dkk., 2016; Bocciardi, dkk., 2017). Menurut Bandura (dalam
Luthans, dkk., 2007) self efficacy diartikan sebagai keyakinan individu mengenai
kemampuannya untuk memobilisasi motivasi, sumber daya kognitif, dan tindakan
yang diperlukan untuk berhasil menyelesaikan dalam tugas tertentu dalam konteks
tertentu. Efikasi diri pertama kali diterapkan dalam perilaku yang berhubungan
dengan karier oleh Hackett dan Betz (dalam Bozgeyikli, dkk., 2009) yang
selanjutnya dilanjutkan dengan penelitian mengenai pengembangan karier dan juga
adaptabilitas karier. Penelitian yang dilakukan oleh Sidiropoulou-Dimakakou, dkk
(2016) menunjukkan hasil bahwa terdapat nilai yang relatif tinggi dan hubungan
yang positif kuat antara career adaptability, perceived self efficacy career dan
resilience career.
Menurut Pepe, dkk (2010), work self efficacy didefinisikan sebagai tingkat
kepercayaan yang dimiliki individu dalam kemampuan mereka untuk mencapai
tingkat pencapaian tertentu dalam konteks pekerjaan. Setiap individu memiliki
efikasi diri yang berbeda-beda dalam menyesuaikan dirinya terhadap kariernya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bocciardi, dkk., (2017) menunjukkan hasil
yang sesuai bahwa dalam meningkatkan kemampuan beradaptasi seseorang dalam
-
7
kariernya, efikasi diri dalam bekerja memiliki peran penting dan signifikan dengan
meningkatnya adaptabilitas karier tersebut.
Efikasi diri memiliki peran penting bagi individu dalam beradaptasi dengan
kariernya. Karyawan yang dilengkapi dengan tingkat efikasi diri yang tinggi lebih
mungkin untuk melakukan peran pekerjaan secara inovatif. Disamping itu,
karyawan yang memiliki tingkat efikasi diri yang rendah cenderung untuk
memproses tugas pekerjaan secara konvensional (Sidiropoulou-Dimakakou, dkk.,
2015).
Selain dukungan sosial dan efikasi diri, faktor lain yang juga dapat
mempengaruhi adaptabilitas karier seseorang yaitu faktor demografi. Faktor
demografi dalam penelitian ini yaitu jenis kelamin dan pendidikan. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Coetzee, dkk., (2014) hasilnya menunjukkan bahwa
jenis kelamin secara signifikan memprediksi kemampuan adaptabilitas karier dan
wanita memiliki tingkat adaptasi karier yang jauh lebih tinggi daripada laki-laki.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ferreira (2012) yang
menunjukkan bahwa wanita cenderung lebih mudah beradaptasi daripada pria.
Dalam hal ini, laki-laki dan perempuan memiliki kemampuan yang berbeda dalam
menyesuaikan diri pada kariernya. Oleh karena itu, jenis kelamin juga memiliki
pengaruh dalam adaptabilitas karier seseorang.
Faktor demografi lainnya dalam penelitian ini yaitu pendidikan. Zacher
(2014) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa pendidikan adalah bentuk modal
manusia (Becker, 1975) yang seharusnya membantu karyawan dalam memperoleh,
mempertahankan, menggunakan, dan menghasilkan sumber daya (seperti
-
8
pengetahuan dan keterampilan baru) untuk menguasai tugas dan tantangan.
Tolentino, dkk., (dalam Bocciardi, dkk., 2017) mengatakan bahwa apabila individu
memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, individu tersebut akan mampu
merencanakan sesuatu secara efektif dan mengidentifikasi tujuan yang relevan
untuk masa depannya sehingga individu tersebut pun mampu menyesuaikan diri
dengan baik pada pekerjaannya.
Peran pendidikan pada karier seseorang sangat penting dalam
mengembangkan kemampuan adaptabilitas kariernya sehingga mampu menuju
kesuksesan masa depan karier yang diinginkan. Penelitian yang dilakukan oleh
Bocciardi, dkk., (2017) juga menyebutkan dalam hasil penelitiannya bahwa
pendidikan menjadi prediktor yang signifikan terhadap adaptabilitas karier
individu. Semakin individu memiliki pendidikan yang tinggi, maka semakin baik
pula kemampuan adaptabilitas kariernya. Oleh karena itu, pentingnya untuk
mengambil variabel faktor demografi dalam penelitian.
Dari pemaparan yang telah dipaparkan diatas maka penulis tertarik untuk
mengangkat fenomena ini menjadi sebuah hal yang harus diteliti lebih lanjut terkait
dengan adaptabilitas karier seseorang. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
dalam penelitian ini ingin melihat apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari
Dukungan Sosial, Efikasi Diri, dan Faktor Demografi terhadap Adaptabilitas Karier
pada Lulusan Perguruan Tinggi yang Baru Bekerja pada perusahaan yang ada di
Jabodetabek.
-
9
1.2 Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi hanya mengenai pengaruh dari variabel prediktor, yaitu
dukungan sosial, efikasi diri, dan faktor demografi terhadap adaptabilitas karier.
Adapun batasan mengenai variabel yang digunakan yaitu:
1. Adaptabilitas Karier
Adaptabilitas karier (career adaptability) dalam penelitian ini didefinisikan sebagai
kesiapan individu untuk menyelesaikan tugas yang terprediksi dan berpartisipasi
dalam peran pekerjaan, serta mampu menguasai situasi tidak terduga yang mungkin
terjadi karena perubahan dalam pekerjaan dan kondisi kerja (Savickas, 1997).
2. Dukungan Sosial
Dukungan sosial (social support) dalam penelitian ini didefinisikan sebagai
persepsi individu tentang bagaimana sumber daya dapat bertindak sebagai
penyangga antara peristiwa dan gejala yang menimbulkan stres. Dukungan sosial
ini terdiri dari tiga dimensi, yaitu keluarga, teman, dan orang terdekat (Zimet, dkk.,
1988).
3. Efikasi Diri
Efikasi diri yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu efikasi diri dalam bekerja
(work self efficacy) yang didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan yang dimiliki
individu dalam kemampuan mereka untuk mencapai tingkat pencapaian tertentu
dalam konteks tertentu (Pepe, dkk., 2010).
4. Faktor Demografi
Faktor demografi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu jenis kelamin (laki-laki
dan perempuan) dan pendidikan (D3 dan S1).
-
10
5. Adapun subjek pada penelitian ini dibatasi pada lulusan perguruan tinggi yang
baru bekerja di Jabodetabek.
1.3 Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan dukungan sosial, efikasi diri, dan faktor
demografi terhadap adaptabilitas karier pada lulusan perguruan tinggi yang baru
bekerja?
2. Apakah ada pengaruh yang signifikan dukungan sosial dengan dimensi
dukungan keluarga terhadap adaptabilitas karier pada lulusan perguruan tinggi
yang baru bekerja?
3. Apakah ada pengaruh yang signifikan dukungan sosial dengan dimensi
dukungan teman terhadap adaptabilitas karier pada lulusan perguruan tinggi
yang baru bekerja?
4. Apakah ada pengaruh yang signifikan dukungan sosial dengan dimensi
dukungan orang terdekat terhadap adaptabilitas karier pada lulusan perguruan
tinggi yang baru bekerja?
5. Apakah ada pengaruh yang signifikan efikasi diri dengan dimensi relational
willingness terhadap adaptabilitas karier pada lulusan perguruan tinggi yang
baru bekerja?
6. Apakah ada pengaruh yang signifikan efikasi diri dengan dimensi commitment
terhadap adaptabilitas karier pada lulusan perguruan tinggi yang baru bekerja?
7. Apakah ada pengaruh yang signifikan faktor demografi jenis kelamin terhadap
adaptabilitas karier pada lulusan perguruan tinggi yang baru bekerja?
-
11
8. Apakah ada pengaruh yang signifikan faktor demografi pendidikan terhadap
adaptabilitas karier pada lulusan perguruan tinggi yang baru bekerja?
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk menguji pengaruh dukungan sosial, efikasi diri, dan faktor demografi
terhadap adaptabilitas karier pada lulusan perguruan tinggi yang baru bekerja.
2. Untuk menguji pengaruh keseluruhan variabel independen yaitu dukungan
keluarga, dukungan teman, dukungan orang terdekat, relational willingness,
commitment, jenis kelamin dan pendidikan terhadap adaptabilitas karier pada
lulusan perguruan tinggi yang baru bekerja.
3. Untuk mengetahui nilai proporsi varians sumbangan dari tiap variabel
independen dalam penelitian yaitu dukungan sosial (dukungan keluarga,
dukungan teman, dan dukungan orang terdekat), efikasi diri (relational
willingness dan commitment), dan faktor demografi (jenis kelamin dan
pendidikan) terhadap adaptabilitas karier pada lulusan perguruan tinggi yang
baru bekerja.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu untuk pengembangan ilmu pengetahuan
khususnya dalam bidang psikologi industri dan organisasi terkait dengan
adaptabilitas karier.
-
12
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini yaitu untuk memberikan gambaran dan
pengetahuan baru bagi pembaca khususnya karyawan yang baru bekerja terkait
dengan pentingnya adaptabilitas karier. Disamping itu, penelitian ini diharapkan
dapat memberikan rekomendasi bagi pihak institusi pendidikan untuk mengadakan
pelatihan terkait pengembangan karier yang dapat meningkatkan kemampuan
seseorang untuk beradaptasi dengan baik pada kariernya.
-
13
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Adaptabilitas Karier
2.1.1 Definisi Adaptabilitas Karier
Individu yang memiliki kemampuan beradaptasi dalam kariernya cenderung
mampu menyelesaikan tugas-tugas dalam tahap perkembangan kariernya dan maju
ke tahap perkembangan karier selanjutnya. Adaptabilitas karier merupakan sebuah
konstruk yang diajukan oleh Donald Super pada tahun 1955 (dalam Patton dan
Lokan, 2001). Super mengganggap adaptabilitas karier lebih menggambarkan
beragam rangkaian kemampuan, pengetahuan, serta keterampilan terkait pada
berbagai tahapan dan transisi dalam perkembangan karier individu (Patton dan
Lokan, 2001).
Menurut Savickas (1997), adaptabilitas berarti kualitas untuk mampu
berubah, tanpa kesulitan, untuk menyesuaikan diri dengan keadaan baru atau
keadaan yang berubah. Adaptabilitas karier (career adaptability) juga didefinisikan
oleh Savickas (2012) sebagai kesiapan individu untuk menyelesaikan tugas yang
terprediksi dan berpartisipasi dalam peran pekerjaan, serta mampu menguasai
situasi tidak terduga yang mungkin terjadi karena perubahan dalam pekerjaan dan
kondisi kerja. Kemampuan beradaptasi ini dapat berkembang melalui interaksi baik
di dalam maupun di luar individu tersebut.
Pendekatan Super lebih mengukur terkait dengan seberapa baik individu
mampu beradaptasi dengan tahap perkembangan karirnya saat ini (dalam Patton
dan Lokan, 2001). Sebaliknya, Rottinghaus, dkk (2005), mendefinisikan
-
14
adaptabilitas karier (career adaptability) sebagai suatu kecenderungan yang
mempengaruhi cara seseorang memandang kemampuannya untuk merencanakan
dan menyesuaikan diri dengan perencanaan karier yang berubah, terutama dalam
kaitannya dengan peristiwa yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya. Dalam hal
ini, adaptabilitas karier mengacu pada bagaimana individu memandang
kapasitasnya untuk menghadapi, merencanakan, serta memanfaatkan perubahan di
masa depan, bertanggung jawab dengan pekerjaan baru, dan kemampuan untuk
pulih ketika peristiwa yang tak terduga mengubah rencana karier.
Menurut Maree (2012) adaptabilitas karier (career adaptability) telah
menjadi hal yang sangat penting bagi para pekerja yang harus menghadapi
perubahan yang berulang dan terus meningkat serta dampaknya pada kehidupan
mereka, menegosiasi transisi yang berulang, dan untuk merancang kehidupan yang
sukses. Kemampuan adaptabilitas karier ini merupakan kemampuan individu untuk
mampu menghadapi setiap perubahan dan peran dalam karier. Selain itu,
adaptabilitas karier juga berarti individu mampu dan berhasil dalam menangani
transisi karier.
Dari penjelasan definisi mengenai adaptabilitas karier yang telah
dipaparkan diatas maka dalam penelitian ini menggunakan definisi adaptabilitas
karier sebagai kesiapan individu untuk menyelesaikan tugas yang terprediksi dan
berpartisipasi dalam peran pekerjaan, serta mampu menguasai situasi tidak terduga
yang mungkin terjadi karena perubahan dalam pekerjaan dan kondisi kerja
(Savickas, 1997).
-
15
2.1.2 Dimensi Adaptabilitas Karier
Savickas (2012) membagi adaptabilitas karier kedalam 4 dimensi, yaitu:
1. Kepedulian Karier (Concern) merupakan dimensi pertama adaptabilitas karier
dan merupakan dimensi yang paling penting. Kepedulian karier yaitu suatu
kekhawatiran tentang masa depan yang membantu individu untuk melihat ke
depan dan untuk mempersiapkan hal yang akan terjadi selanjutnya. Menurut
Hartung, dkk (2008), kepedulian karier berkaitan dengan orientasi individu
terhadap masa depan dan optimisme yang dimilikinya berkaitan dengan masa
depan. Savickas (2011) menjelaskan bahwa perasaan penting untuk
mempersiapkan masa depan ini membuat individu memiliki kepedulian pada
kariernya serta memiliki keyakinan terkait dengan masa depan kariernya dengan
membentuk perencanaan karier baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Kepedulian karier juga membuat individu menjadi sadar akan tugas
pengembangan kejuruan dan transisi pekerjaan yang harus dihadapi dan pilihan
yang akan diambil terkait dengan kariernya. Apabila individu tidak memiliki
kepedulian karier akan mencerminkan ketidakteraturan dan pesimisme tentang
masa depan. Indikator dalam kepedulian karier yaitu kesadaran karier dan
perencanaan karier.
2. Pengendalian Diri Karier (Control) merupakan dimensi kedua terpenting dari
adaptabilitas karier. Pengendalian diri karier adalah cara individu untuk menjadi
bertanggung jawab dalam membentuk diri sendiri maupun lingkungannya dan
untuk memenuhi apa yang akan terjadi selanjutnya dengan menggunakan
disiplin diri, usaha, dan ketekunan. Individu yang kurang memiliki pengendalian
-
16
dalam karier maka ia sering melakukan prokrastinasi, menjadi perfeksionis, atau
tidak mampu memutuskan pilihan dan kebingungan (Savickas dan Porfeli,
2011). Indikator dalam pengendalian diri karier yaitu tanggung jawab karier dan
kemauan berkarier.
3. Keingintahuan Karier (Curiousity) yaitu merupakan suatu sikap yang mengacu
pada rasa ingin tahu dan eksplorasi mengenai diri sendiri dalam berbagai situasi
dan peran dalam karier. Dalam dimensi ini, individu memiliki perilaku yang aktif
dalam mencari tahu informasi dan cara mengembangkan karier untuk
meningkatkan peluang sosial (Savickas, dkk., 2009). Keingintahuan karier ini
mencakup keterbukaan terhadap pengalaman baru, eksplorasi yang penuh rasa
ingin tahu, dan refleksi tentang kesesuaian antara diri dan dunia kerja. Indikator
dalam keingintahuan karier yaitu mencoba hal baru dan mencari informasi.
4. Keyakinan Diri Karier (Confidence), dalam dimensi ini keyakinan diri lebih
mengacu pada sejauh mana individu memiliki kemampuan untuk menyelesaikan
masalah dan melakukan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi berbagai
hambatan yang dihadapi dalam karier. Kurangnya keyakinan diri ini disebut
hambatan karir. Indikator dalam keyakinan diri karier yaitu ketekunan dan
kegigihan.
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adaptabilitas Karier
Dari berbagai sumber bacaan terkait dengan adaptabilitas karier, terdapat banyak
sekali faktor-faktor yang dapat mempengaruhi adaptabilitas karier individu.
Beberapa faktor diantaranya yaitu:
-
17
1. Usia
Seiring dengan bertambahnya usia seseorang, kemampuan adaptabilitas kariernya
juga seharusnya semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Zacher, H (2014) yang hasilnya menunjukkan bahwa usia secara
positif memprediksi perubahan dalam kemampuan beradaptasi secara keseluruhan.
Semakin tinggi usia dan pendidikan seseorang, semakin tinggi pula kemampuan
adaptabilitas kariernya.
2. Jenis Kelamin
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi adaptabilitas karier seseorang yaitu
jenis kelamin. Coetzee dan Harry (2015) meneliti hal ini, dan hasil dari
penelitiannya menunjukkan bahwa jenis kelamin secara signifikan memprediksi
kemampuan beradaptasi karier. Selain itu, hasilnya juga menunjukkan bahwa
wanita memiliki tingkat adaptabilitas karier yang jauh lebih tinggi daripada pria.
3. Pendidikan
Pendidikan merupakan modal dasar yang seharusnya dimiliki tiap individu karena
dengan memiliki pendidikan yang baik, individu akan mampu mengembangkan diri
pada kariernya dengan baik pula. Patton dan Lokan (2001) dalam jurnalnya
mengatakan bahwa perbedaan institusi pendidikan yang diikuti individu memiliki
peranan yang penting dalam adaptabilitas karier seseorang. Selain itu, Bocciardi,
dkk (2017) juga menyebutkan dalam hasil penelitiannya bahwa pendidikan menjadi
prediktor yang signifikan terhadap adaptabilitas karier.
-
18
4. Kepribadian
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Zacher (2014), ditemukan hasil bahwa dari
lima tipe kepribadian hanya ekstraversi, neurotisisme, dan openness yang secara
berbeda memprediksi perubahan dari waktu ke waktu dalam satu atau lebih dari
keempat dimensi adaptabilitas karier. Penelitian lainnya menunjukkan hasil bahwa
dari lima tipe kepribadian hanya daily conscientiousness dan daily openness to
experience yang secara positif memprediksi daily career adaptability (Zacher,
2016).
5. Efikasi diri (Self Efficacy)
Efikasi diri (self efficacy) adalah keyakinan diri yang harus dimiliki tiap individu
untuk mampu beradaptasi pada kariernya dengan baik. Beberapa penelitian
menunjukkan hasil bahwa efikasi diri (self efficacy) merupakan prediktor yang
paling signifikan secara statistik pada kemampuan adaptabilitas karier individu
(Ebenehi, dkk., 2016; Bocciardi, dkk., 2017).
6. Resiliensi
Ketika individu menghadapi berbagai tugas pekerjaan yang berat, resiliensi menjadi
hal yang harus dimiliki individu di dalam dirinya. Dalam beberapa penelitian
menunjukkan hasil bahwa resiliensi menjadi salah satu prediktor yang juga
mempengaruhi adaptabilitas karier individu (Barto, dkk., 2015; Buyukgoze-Kavas,
2016).
7. Dukungan Sosial
Dari beberapa penelitian terkait dengan dukungan sosial yang dirasakan individu,
dukungan sosial ini menjadi faktor eksternal yang sangat penting dan
-
19
mempengaruhi individu dalam mengembangkan kemampuan beradaptasinya.
Dukungan sosial juga dapat membantu individu untuk berkembang dengan baik.
Beberapa penelitian menunjukkan hasil bahwa dukungan sosial menjadi prediktor
yang signifikan yang dapat mempengaruhi kemampuan adaptabilitas karier
individu (Ebenehi, dkk., 2016; Ataç, dkk., 2018).
8. Pengalaman Kerja
Individu yang memiliki pengalaman kerja yang sesuai dengan minat dan
kemampuannya, akan memiliki kemampuan beradaptasi yang baik. Semakin
banyak pengalaman kerja yang didapat, individu akan mudah untuk mengeksplorasi
kariernya lebih dalam lagi. Pengalaman kerja yang dimiliki individu ini akan
menambah informasi dan membantu individu tersebut mendalami karier yang
diinginkannya (Hirschi, 2009).
Dari beberapa faktor yang telah dipaparkan diatas, maka dalam penelitian
ini hanya memilih beberapa faktor yang akan diujikan yaitu dukungan sosial,
efikasi diri, jenis kelamin, dan pendidikan yang digunakan sebagai independent
variable penelitian.
2.1.4 Pengukuran Adaptabilitas Karier
Untuk mengukur adaptabilitas karier dalam penelitian ini digunakan instrumen
yang dikembangkan oleh Savickas dan Porfeli (2012) yaitu Career Adapt-Abilities
Scale (CAAS). Dalam skala ini, terdapat 24 item untuk mengukur kemampuan
beradaptasi dan 4 dimensi yaitu kepedulian karier (concern), pengendalian diri
karier (control), keingintahuan karier (curiousity), dan keyakinan diri karier
(confidence).
-
20
Dalam penelitian internasional sebelumnya (Savickas dan Porfeli, 2012)
telah ditemukan nilai konsistensi internal untuk keseluruhan skala adaptabilitas
karier yaitu sebesar 0.92. Berikut nilai untuk setiap subskala: 0.83 (career concern),
0.74 (career control), 0.79 (career couriousity), dan 0.85 (career confidence).
Dalam penelitian tersebut subjek diwajibkan untuk menjawab item melalui skala
likert mulai dari 1 (sangat tidak sesuai) hingga 4 (sangat sesuai).
2.2 Dukungan Sosial
2.2.1 Definisi
Individu dalam menjalani kehidupannya sering kali membutuhkan dukungan dari
orang lain. Dukungan sosial ini merupakan komponen penting yang juga pelengkap
untuk meningkatkan kesejahteraan individu. dukungan yang didapatkan dari
lingkungan sosial individu membantu individu untuk dapat mengeksplorasi dirinya.
Shumaker dan Brownell (1984), mendefinisikan dukungan sosial sebagai
pertukaran sumber daya antara dua atau lebih individu yang dirasakan oleh pemberi
atau penerima yang dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan seseorang.
Definisi ini memiliki perbedaan dengan yang lainnya. Dalam definisi ini terdapat
konsep pertukaran, persepsi setidaknya dua peserta, dan ukuran yang lebih luas.
Disamping itu, karena hasilnya terkait dengan tujuan atau niat yang dirasakan dari
salah satu peserta, efek dukungan ini mungkin positif, negatif, atau netral.
Dukungan sosial (social support) didefinisikan sebagai persepsi individu
tentang bagaimana sumber daya dapat bertindak sebagai penyangga antara
peristiwa dan gejala yang menimbulkan stres. Dukungan sosial yang dirasakan ini
terdiri dari tiga dimensi, yaitu keluarga, teman, dan orang terdekat (Zimet, dkk.,
-
21
1988). Dalam hal ini, dukungan sosial lebih mengacu pada hasil persepsi individu
bahwa terdapat dukungan yang diberikan oleh orang lain yang bertujuan untuk
membantu dan meningkatkan kesejahteraan individu.
Cohen (1992) membagi konsep dukungan sosial menjadi tiga sumber yaitu
social networks, perceived social support, dan supportive behaviors. Social
networks merupakan struktur dari hubungan sosial, yaitu ada atau tidaknya, jumlah,
dan tipe hubungan. Perceived social support adalah fungsi dari hubungan sosial,
yaitu persepsi mengenai keberfungsian dari hubungan. Supportive behaviors adalah
perilaku mendukung, yaitu pemberian dan penerimaan perilaku yang bertujuan
untuk membantu individu dalam menghadapi peristiwa yang dapat menyebabkan
stres.
Disamping itu, Sarafino (2013) menyebutkan bahwa dukungan sosial
(social support) adalah kenyamanan, perhatian, penghargaan, maupun bantuan
yang diberikan oleh orang lain ataupun kelompok kepada individu. Dukungan ini
bisa datang dari berbagai sumber, pasangan atau kekasih seseorang, keluarga,
teman, dokter, atau organisasi komunitas. Individu yang memiliki dukungan sosial
percaya bahwa mereka dicintai, dan dihargai.
Berdasarkan penjelasan definisi dukungan sosial yang telah dipaparkan
diatas maka penelitian ini menggunakan definisi dukungan sosial yang
dikembangkan oleh tokoh Zimet, dkk (1988) yang didefinisikan sebagai persepsi
individu tentang bagaimana sumber daya dapat bertindak sebagai penyangga antara
peristiwa dan gejala yang menimbulkan stres. Dukungan sosial ini bersumber dari
tiga dimensi, yaitu keluarga, teman, dan orang terdekat (Zimet, dkk., 1988).
-
22
2.2.2 Dimensi Dukungan Sosial
Menurut Zimet, dkk (1988), dukungan sosial dibagi mejadi 3 dimensi, yaitu:
1. Keluarga (Family), yaitu merupakan suatu dukungan sosial yang dirasakan oleh
individu yang berasal dari keluarga seperti ayah, ibu, kakak, adik, kakek, nenek,
dan sebagainya. Indikator dalam dukungan dari keluarga yaitu memperoleh
pemecahan masalah dari keluarga dan memperoleh dukungan dan bantuan
emosional dari keluarga.
2. Teman (Friends), yaitu merupakan suatu dukungan sosial yang dirasakan oleh
individu yang berasal dari teman atau sahabat. Indikator dalam dukungan dari
teman yaitu mendapatkan bantuan dari teman, memperoleh strategi coping yang
efektif dalam menyelesaikan masalah, dan berbagi suka dan duka bersama
teman.
3. Orang terdekat (Significant Others), yaitu merupakan suatu dukungan sosial
yang dirasakan oleh individu yang berasal dari pasangan atau orang yang spesial
dalam hidupnya. Indikator dalam dukungan dari orang terdekat yaitu merasa
bahwa dihargai dan dipercaya oleh orang terdekat, merasa nyaman bersama
orang terdekat, dan memperoleh dukungan emosional dari orang terdekatnya.
2.2.3 Pengukuran Dukungan Sosial
Dukungan sosial dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan alat ukur yang
dikembangkan oleh Zimet, dkk (1988) yaitu Multidimensional scale of perceived
social support (MSPSS). Skala ini terdiri dari total 12 item yang mengukur
dukungan sosial dan 3 dimensi, yaitu family, friends dan significant others. Skala
ini memiliki nilai koefisien alpha sebesar 0.88.
-
23
2.3 Efikasi diri (Self Efficacy)
2.3.1 Definisi
Efikasi diri menjadi hal yang harus dimiliki tiap individu yang memasuki dunia
pekerjaan. Lent dan Hackett (1987) mendefinisikan efikasi diri sebagai penilaian
tentang kemampuan pribadi yang dipengaruhi dan juga mampu mempengaruhi
kinerja, tetapi tidak dapat direduksi menjadi keterampilan yang obyektif. Efikasi
diri menentukan apa yang kita lakukan dengan keterampilan yang kita miliki.
Menurut Niu (2010), self-efficacy adalah hasil dari interaksi antara
lingkungan luar dan mekanisme penyesuaian diri lainnya untuk menjelaskan
perilaku individu. Self-efficacy juga didefinisikan sebagai kemampuan yang
dirasakan seseorang untuk yakin dalam melakukan sesuatu. Bandura
mendefinisikan self-efficacy sebagai keyakinan pada kemampuan seseorang untuk
mengatur dan melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan
(Niu, 2010).
Efikasi diri dalam bekerja (work self efficacy) didefinisikan sebagai tingkat
kepercayaan yang dimiliki individu dalam kemampuan mereka untuk mencapai
tingkat pencapaian tertentu dalam konteks pekerjaan (Pepe, dkk., 2010). Efikasi diri
ini mempengaruhi pikiran dan perilaku individu. Selain itu, efikasi diri ini juga
mempengaruhi faktor penentu lain seperti tujuan dan aspirasi yang dipilih individu
untuk dicapai, ketahanan mereka terhadap kesulitan, komitmen terhadap tujuan,
upaya, hasil, serta ketekunan.
Astuti dan Gunawan (2017) mendefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan
seseorang terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan suatu tugas. Mereka juga
-
24
mengatakan bahwa efikasi diri dalam berkarier merupakan keyakinan seseorang
terhadap kemampuannya untuk membuat keputusan dalam hal karier. Efikasi diri
karier ini terbentuk melalui sumber-sumber efikasi diri karier yang terdiri dari
mastery experience, vicarious learning, verbal persuasion, dan psychological
states.
Luthans, dkk., (2007) mengatakan bahwa terdapat lima karakteristik
penting yang menandakan seseorang memiliki efikasi diri dalam bekerja (self
efficacy) yang tinggi dalam dirinya:
1. Individu menetapkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai untuk dirinya sendiri dan
memilih terlibat ke dalam tugas yang sulit atas dasar kemauannya sendiri.
2. Individu menyambut dan berkembang pada tantangan.
3. Individu memiliki motivasi diri yang tinggi.
4. Individu menginvestasikan upaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
5. Ketika dihadapkan dengan rintangan, individu cenderung akan tekun dalam
melewatinya.
Kelima karakteristik diatas melengkapi individu yang memiliki keyakinan
diri yang tinggi dengan kapasitas untuk berkembang secara independen dan juga
untuk bekerja secara efektif.
Selain itu, Bandura (dalam Lent dan Hackett, 1987)
mengkonseptualisasikan efikasi diri (self-efficacy) menjadi tiga dimensi yaitu level,
strength, dan generality. Level mengacu pada tingkat kesulitan tugas atau perilaku
yang dirasakan oleh individu untuk mampu melakukan. Strength mengacu pada
kepercayaan seseorang dalam memperkirakan kinerjanya. Lemahnya harapan self-
-
25
efficacy dengan mudah dimodifikasi oleh pengalaman yang membingungkan,
sementara persepsi self-efficacy yang kuat, akan mendorong kegigihan dalam
menghadapi berbagai rintangan. Generality dalam efikasi diri menyangkut berbagai
situasi di mana seseorang menganggap dirinya berkhasiat.
Berdasarkan penjelasan mengenai definisi efikasi diri diatas, maka
penelitian ini menggunakan teori efikasi diri dalam bekerja yang dikembangkan
oleh tokoh Pepe, dkk., (2010) yang mendefinisikan efikasi diri dalam bekerja
sebagai tingkat kepercayaan yang dimiliki individu dalam kemampuan mereka
untuk mencapai tingkat pencapaian tertentu dalam konteks pekerjaan.
2.3.2 Dimensi Efikasi diri dalam bekerja (Work Self Efficacy)
Menurut Pepe, dkk., (2010), efikasi diri dalam bekerja (work self efficacy) dibagi
kedalam dua dimensi, yaitu:
1. Relational Willingness
Dimensi ini mencerminkan kecenderungan sikap atau perhatian individu terhadap
hubungannya dengan rekan kerja, atasan, maupun klien. Individu yang memiliki
relational willingness cenderung memiliki sikap yang terbuka dalam hubungan
interpersonal. Indikator dalam relational willingness yaitu memiliki hubungan yang
baik dengan rekan kerja, atasan, dan klien.
2. Commitment
Dalam dimensi ini, commitment adalah persepsi individu untuk mampu mencapai
tujuan tetap dan secara signifikan mampu berkomitmen terhadap pekerjaan mereka.
Indikator dalam commitment yaitu berkomitmen pada pekerjaan dan mempelajari
hal baru.
-
26
2.3.3 Pengukuran Efikasi diri dalam bekerja (Work Self Efficacy)
Untuk mengukur efikasi diri dalam bekerja dalam penelitian ini menggunakan alat
ukur yang dikembangkan oleh Pepe, dkk., (2010) yaitu Work Self-Efficacy Scale
(WSES). Skala ini terdiri dari total 10 item dengan 2 dimensi, yaitu Relational
Willingness dan Commitment. Pada penelitian internasional sebelumnya di Spanyol
dan Italia, koefisien alpha cronbach dari kedua subskala ini adalah 0,85 untuk skala
pertama dan 0,82 untuk skala kedua.
2.4 Faktor Demografi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), demografi didefinisikan sebagai
uraian tentang berbagai kelompok dan variasi dalam suatu masyarakat dengan
menggunakan statistik, dan penggolongannya berdasarkan faktor jenis kelamin,
usia, latar belakang pendidikan, agama, dan lain sebagainya. Adapun faktor
demografis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jenis kelamin dan
pendidikan.
2.5 Kerangka Berpikir
Transisi dari lingkungan pendidikan ke lingkungan pekerjaan merupakan hal yang
akan dialami tiap individu. Dalam hal ini, kemampuan adaptabilitas karier
merupakan salah satu komponen yang harus dimiliki tiap individu yang akan
menginjak masa kariernya. Adaptabilitas karier menjadi penting bagi individu
khususnya pada lulusan perguruan tinggi yang baru bekerja, karena apabila individu
tersebut tidak memiliki kemampuan beradaptasi yang baik pada kariernya maka
hal-hal yang tidak diinginkan dapat terjadi misalnya seperti tingkat pengangguran
pada generasi muda yang tinggi, stress kerja, turnover dan lain sebagainya.
-
27
Kemampuan adaptabilitas karier individu dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor. Beberapa diantaranya yaitu dukungan sosial, efikasi diri, dan faktor
demografi (Hirschi, 2009; Ataç, dkk., 2018; Bocciardi, dkk., 2017; Coetzee, dan
Harry, 2015). Dukungan sosial adalah keyakinan seseorang bahwa terdapat sebuah
dukungan yang diberikan oleh orang lain baik dari keluarga, teman, maupun orang
terdekat yang bertujuan untuk membantu dan meningkatkan kesejahteraannya.
Lalu, efikasi diri adalah keyakinan diri yang dimiliki individu terhadap
kemampuannya untuk mencapai tingkat pencapaian tertentu dalam konteks
pekerjaan.
Dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
adaptabilitas karier seseorang (Hirschi, 2009; Ebenehi, dkk., 2016; Ataç, dkk.,
2018). Dukungan sosial menjadi salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
membantu individu agar memiliki keyakinan diri secara penuh sehingga mampu
mengatasi segala kesulitan terkait dengan pekerjaan dan juga mampu beradaptasi
pada kariernya dengan baik. Dukungan sosial ini dapat diterima baik dari keluarga,
teman, maupun orang terdekat. Semakin individu merasakan adanya dukungan
sosial dari lingkungannya maka individu akan semakin memiliki motivasi untuk
dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap kariernya. Ataç, dkk., (2018) dalam
penelitiannya juga menjelaskan bahwa adaptabilitas karier lebih mungkin muncul
dan meningkat dalam konteks yang dibentuk oleh emosi positif, dan dukungan oleh
teman, keluarga dan orang terdekat yang berkontribusi pada keadaan afektif yang
positif. Oleh karena itu, dukungan sosial memiliki pengaruh bagi keberlangsungan
proses adaptasi pada karier seseorang.
-
28
Selain dukungan sosial, terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi
adaptabilitas karier seseorang. Salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi
kemampuan adaptabilitas karier individu yaitu efikasi diri, khususnya efikasi diri
dalam bekerja (work self efficacy) (Bocciardi, dkk., 2017). Efikasi diri dalam
bekerja (work self efficacy) merupakan keyakinan atau kepercayaan yang dimiliki
individu terhadap dirinya sendiri untuk mampu menyelesaikan suatu tugas
pekerjaan tertentu. Efikasi diri dalam bekerja ini meliputi relational willingness dan
commitment.
Relational willingness atau kemauan untuk berelasi merupakan komponen
dasar individu untuk mengembangkan kariernya. Kemauan individu dalam berelasi
atau memiliki hubungan baik dengan rekan kerja dan atasan merupakan hal yang
menandakan bahwa individu memiliki kemampuan beradaptasi yang baik. Semakin
individu menarik dirinya dari lingkungan pekerjaannya dan tidak memiliki
kemauan untuk bersosialisasi dengan rekan kerja maupun atasannya, dapat
dikatakan bahwa individu tersebut memiliki kemampuan adaptasi pada karier yang
rendah.
Disamping itu, commitment merupakan hal yang perlu untuk ditanamkan
pada diri individu dalam menjalani kariernya. Dengan berkomitmen pada
pekerjaannya, individu akan memiliki motivasi untuk menyesuaikan diri dengan
baik terhadap pekerjaannya, menyelesaikan seluruh tugas pekerjaan dengan baik
dan mampu mencapai tujuan dari pekerjaannya dengan tepat. Hal tersebut berarti
bahwa individu akan memiliki kemampuan beradaptasi yang baik apabila ia
menanamkan komitmen di dalam dirinya.
-
29
Efikasi diri dalam bekerja harus dimiliki oleh tiap individu yang akan
memasuki kehidupan kariernya khususnya pada lulusan baru karena perubahan dari
lingkungan pendidikan ke pekerjaan merupakan hal yang perlu dipersiapkan
dengan sebaik mungkin. Kesiapan dari diri sendiri nantinya akan membantu
individu untuk memiliki keyakinan pada dirinya sehingga ia dapat beradaptasi pada
kariernya dengan baik. Dengan kata lain, jika seorang lulusan baru memiliki self
efficacy yang tinggi maka ia akan mampu beradaptasi pada kariernya dengan sebaik
mungkin.
Faktor lain yang juga perlu diperhatikan yaitu jenis kelamin dan pendidikan.
Keduanya memiliki peran yang penting dalam adaptabilitas karier seseorang. Jenis
kelamin merupakan salah satu karakteristik yang membedakan antara laki-laki
dengan wanita. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Coetzee, dkk., (2014)
menemukan hasil bahwa jenis kelamin secara signifikan memprediksikan
kemampuan untuk adaptabilitas karier seseorang, dan wanita memiliki tingkat
adaptasi karier yang jauh lebih tinggi daripada laki-laki. Dari hasil tersebut
dijelaskan bahwa laki-laki dan wanita memiliki kemampuan penyesuaian diri yang
berbeda dalam kariernya. Oleh karena itu, jenis kelamin menjadi bagian dalam
penelitian ini karena faktor tersebut juga memiliki peran penting dalam
adaptabilitas karier seseorang.
Faktor lain yaitu pendidikan. Pendidikan merupakan modal utama yang juga
harus dimiliki oleh tiap individu demi mencapai adaptabilitas karier yang baik.
Penelitian terdahulu mengatakan bahwa pendidikan menjadi prediktor yang
signifikan terhadap adaptabilitas karier seseorang (Bocciardi, dkk., 2017).
-
30
Pendidikan merupakan komponen yang memiliki pengaruh bagi keberlangsungan
masa depan karier seseorang. Dengan memiliki pendidikan yang baik, individu
cenderung memiliki pengetahuan yang lebih banyak dan individu akan mampu
mengembangkan dirinya lebih di dalam kariernya. Oleh karena itu, semakin tinggi
pendidikan yang dimiliki individu, semakin baik pula kemampuan adaptabilitas
kariernya.
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan diatas, dapat dilihat bahwa
dukungan sosial, efikasi diri, dan faktor demografi memiliki kontribusi terhadap
tingkat adaptabilitas karier seseorang. Jika digambarkan pada sebuah bagan
kerangkanya akan terlihat sebagai berikut:
-
31
Gambar 2.1
Gambaran dinamika pengaruh dukungan sosial, efikasi diri, dan faktor demografi
terhadap adaptabilitas karier pada lulusan perguruan tinggi yang baru bekerja.
Dukungan Sosial
Efikasi Diri
Faktor Demografi
Adaptabilitas Karier
Keluarga
Teman
Orang Terdekat
Relational
Willingness
Commitment
Jenis Kelamin
Pendidikan
-
32
2.6 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dijelaskan di atas maka dalam penelitian
ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel bebas (independent variable)
terhadap variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas atau independent
variable dalam penelitian ini adalah dukungan sosial (dukungan keluarga,
dukungan teman, dan dukungan orang terdekat), efikasi diri (relational willingness
dan commitment), dan faktor demografi (jenis kelamin dan pendidikan). Variabel
terikat atau dependent variable dalam penelitian ini adalah adaptabilitas karier.
Jadi, dalam penelitian ini memiliki hipotesis sebagai berikut:
𝐻1 : Terdapat pengaruh yang signifikan dukungan sosial, efikasi diri, dan faktor
demografi terhadap adaptabilitas karier pada lulusan perguruan tinggi yang
baru bekerja.
𝐻2 : Terdapat pengaruh yang signifikan dukungan sosial dari keluarga terhadap
adaptabilitas karier pada lulusan perguruan tinggi yang baru bekerja.
𝐻3 : Terdapat pengaruh yang signifikan dukungan sosial dari teman terhadap
adaptabilitas karier pada lulusan perguruan tinggi yang baru bekerja.
𝐻4 : Terdapat pengaruh yang signifikan dukungan sosial dari orang terdekat
terhadap adaptabilitas karier pada lulusan perguruan tinggi yang baru bekerja.
𝐻5 : Terdapat pengaruh yang signifikan efikasi diri relational willingness terhadap
adaptabilitas karier pada lulusan perguruan tinggi yang baru bekerja.
𝐻6 : Terdapat pengaruh yang signifikan efikasi diri commitment terhadap
adaptabilitas karier pada lulusan perguruan tinggi yang baru bekerja.
-
33
𝐻7 : Terdapat pengaruh yang signifikan faktor demografi jenis kelamin terhadap
adaptabilitas karier pada lulusan perguruan tinggi yang baru bekerja.
𝐻8 : Terdapat pengaruh yang signifikan faktor demografi pendidikan terhadap
adaptabilitas karier pada lulusan perguruan tinggi yang baru bekerja.
-
34
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah lulusan diploma dan sarjana baru yang bekerja
sebagai karyawan pada perusahaan-perusahaan di Jabodetabek. Penulis
menggunakan populasi tersebut karena lulusan diploma dan sarjana baru cenderung
belum memiliki pengalaman yang cukup dalam dunia kerja sehingga sudah
seharusnya tiap individunya memiliki kemampuan adaptabilitas karier yang baik.
Responden penelitian ini sebanyak 215 orang yang merupakan lulusan baru
(fresh graduate) D3 dan atau S1 antara tahun 2017-2019 yang telah bekerja
maksimal 2 tahun pada perusahaan yang terdapat di Jabodetabek. Pengambilan
responden dilakukan dengan metode non-probability sampling, dimana tidak
semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi
sampel dalam penelitian ini. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
dengan accidental sampling yaitu pengambilan sampel secara aksidental dengan
mengambil responden yang kebetulan ada, dan apabila orang yang secara kebetulan
ada tersebut cocok sebagai sumber data.
Penyebaran data dalam penelitian ini dilakukan secara langsung dan daring.
Jumlah keseluruhan data yang terkumpul sebanyak 215 data. Data yang didapatkan
secara langsung dengan menyebar kuesioner sebanyak 194 data. Adapun data yang
didapatkan melalui daring berjumlah 21 data. Laman kuesioner daring yaitu
https://bit.ly/karier-lulusanbaru.
https://bit.ly/karier-lulusanbaru
-
35
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.2.1 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu variabel terikat atau
dependent variable (DV) dan variabel bebas atau independent variable (IV).
Berikut adalah variabel yang digunakan dalam penelitian ini:
DV = Adaptabilitas Karier
IV1 = Dukungan sosial dari keluarga
IV2 = Dukungan sosial dari teman
IV3 = Dukungan sosial dari orang terdekat
IV4 = Relational willingness dari efikasi diri
IV5 = Commitment dari efikasi diri
IV6 = Faktor demografi jenis kelamin
IV7 = Faktor demografi pendidikan
3.2.2 Definisi Operasional Variabel
Dari variabel-variabel yang telah dipaparkan diatas, selanjutnya akan dijelaskan
mengenai definisi operasional dari tiap variabel yang digunakan:
3.2.2.1 Adaptabilitas Karier
Adaptabilitas karier adalah kesiapan individu dalam menyelesaikan tugas-tugas dan
berpartisipasi dalam peran pekerjaan, serta dapat menyesuaikan diri dengan situasi
yang tidak terduga yang mungkin disebabkan karena perubahan pekerjaan maupun
kondisi kerja. Adaptabilitas karier lulusan perguruan tinggi yang baru bekerja
dalam penelitian ini diukur menggunakan alat ukur Career Adapt-Abilities Scale
(CAAS) oleh Porfeli dan Savickas (2012) yang memiliki empat dimensi yaitu:
kepedulian karier, pengendalian karier, keingintahuan karier, dan keyakinan diri
karier.
Adapun penjelasan dari tiap masing-masing dimensi yaitu sebagai berikut:
-
36
1. Kepedulian karier
Kepedulian karier merupakan bentuk rasa optimis individu terhadap kariernya.
Kepedulian karier meliputi kesadaran karier dan perencanaan karier. Individu akan
mampu mengembangkan kariernya dengan adanya kepedulian karier.
2. Pengendalian diri karier
Pengendalian diri karier adalah cara individu untuk mampu menyesuaikan dan
mengatur diri dalam situasi tertentu. Dalam pengendalian diri karier terdapat
tanggung jawab karier dan kemauan berkarier.
3. Keingintahuan karier
Keingintahuan karier adalah sikap individu dalam mencari tahu suatu informasi dan
mengembangkan kemampuan yang ada dalam dirinya terhadap kariernya. Terdapat
keinginan untuk mencari informasi dan mencoba hal baru yang merupakan
indikator dari keingintahuan karier.
4. Keyakinan diri karier
Keyakinan diri karier adalah kemampuan yang dimiliki individu untuk dapat
mengatasi dan menyelesaikan berbagai rintangan dan hambatan yang dihadapi.
Indikator dalam keyakinan diri karier yaitu kegigihan dan ketekunan dalam
mengatasi hambatan dalam bekerja.
3.2.2.2 Dukungan Sosial
Dukungan sosial merupakan hasil persepsi seseorang bahwa terdapat dukungan
yang diberikan oleh orang lain (keluarga, teman, dan orang terdekat) yang bertujuan
untuk membantu dan meningkatkan kesejahteraannya. Pengukuran dukungan sosial
menggunakan alat ukur Multidimensional Scale of Perceived Social Support
-
37
(MSPSS) yang dikembangkan oleh Zimet, dkk., (1988) yang meliputi tiga dimensi
dukungan sosial yang bersumber dari keluarga (family), teman (friends), dan orang
terdekat (significant others).
Adapun penjelasan dari tiap masing-masing dimensi yaitu sebagai berikut:
1. Keluarga
Dukungan yang bersumber dari keluarga merupakan dorongan yang diberikan oleh
pihak dalam keluarga. Dukungan dari keluarga meliputi perolehan pemecahan
masalah dari keluarga dan dukungan dan bantuan emosional dari keluarga.
Dukungan dari keluarga didapatkan dari ayah, ibu, kakak, adik, dan lain-lain.
2. Teman
Dorongan atau dukungan yang diberikan oleh teman atau sahabat yang ada di
lingkungan sosial individu. Terdapat bantuan yang didapatkan dari teman,
memperoleh strategi coping yang efektif dalam menyelesaikan masalah, dan
berbagi suka dan duka bersama tema.
3. Orang Terdekat
Dukungan yang bersumber dari orang terdekat merupakan dukungan yang
diberikan oleh seseorang yang dianggap spesial di dalam kehidupan individu.
Dukungan dari orang terdekat meliputi rasa dihargai dan dipercaya oleh orang
terdekat, perasaan nyaman bersama orang terdekat, dan memperoleh dukungan dari
orang terdekat.
3.2.2.3 Efikasi Diri dalam Bekerja
Efikasi diri dalam bekerja adalah keyakinan diri yang dimiliki individu terhadap
kemampuannya untuk mencapai tingkat pencapaian dalam bekerja. Pengukuran
-
38
efikasi diri menggunakan alat ukur Work Self-Efficacy Scale (WSES) yang
dikembangkan oleh Pepe, dkk., (2010). Skala ini memiliki 2 dimensi, yaitu
Relational Willingness dan Commitment.
Adapun penjelasan dari tiap masing-masing dimensi yaitu sebagai berikut:
1. Relational Willingness
Dimensi relational willingness adalah sikap individu terkait hubungannya dengan
rekan kerja atau atasan.
2. Commitment
Commitment dalam dimensi ini yaitu sikap individu dalam berusaha untuk
menyelesaikan dan mencapai tujuan pekerjaannya dengan tepat.
3.2.2.4 Jenis Kelamin
Jenis kelamin dalam penelitian ini yaitu laki-laki dan perempuan.
3.2.2.5 Pendidikan
Pendidikan dalam penelitian ini yaitu D3 dan S1.
3.3 Pengumpulan Data
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data
Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan alat ukur dari masing-masing variabel.
Teknik pengumpulan data menggunakan model skala Likert. Adaptabilitas karier,
dukungan sosial, dan efikasi diri diukur menggunakan model skala rating dengan
empat pilihan jawaban, yakni: 1 (sangat tidak sesuai) – 4 (sangat sesuai). Seluruh
pernyataan dalam penelitian ini yaitu pernyataan positif (favorable). Untuk
pernyataan favorable, skor tertinggi diberikan pada pilihan jawaban “Sangat
Sesuai” dan skor terendah diberikan pada pilihan jawaban “Sangat Tidak Sesuai”.
-
39
Dalam penelitian ini digunakan skala likert dengan empat interval untuk
mencegah kemungkinan responden untuk menjawab kuesioner dalam kategori
netral (ditengah), yang dapat membuat responden tidak menggambarkan keadaan
yang sebenarnya. Skoring dari kuesioner ini dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 3.1
Skoring Model Skala Likert
Pilihan Pernyataan
Favorable (F) Unfavorable (UF)
Sangat Sesuai (SS) 4 1
Sesuai (S) 3 2
Tidak Sesuai (TS) 2 3
Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4
3.3.2 Instrumen Pengumpulan Data
1. Skala Adaptabilitas Karier
Dalam penelitian ini pengukuran adaptabilitas karier menggunakan modifikasi dari
alat ukur Career Adapt-Abilities Scale (CAAS) yang disusun oleh Savickas (2012).
Terdapat 4 dimensi pada skala adaptabilitas karier, yaitu: kepedulian karier,
pengendalian karier, keingintahuan karier, dan keyakinan karier. Skala adaptabilitas
karier menggunakan bentuk skala likert. Skala asli dalam alat ukur ini terdiri dari
24 item dimana keseluruhan item merupakan item favorable. Namun dalam
penelitian ini hanya digunakan 8 item, hal ini dilakukan untuk menghindari item
yang terlalu banyak yang dapat membuat responden kelelahan atau bosan ketika
mengisi dan berdampak pada hasil yang tidak sesuai dengan dirinya. Setiap item
dalam penelitian ini terdiri dari 4 kategori jawaban dari Sangat Sesuai (SS), sampai
dengan Sangat Tidak Sesuai (STS).
-
40
Dalam memodifikasi Career Adapt-Abilities Scale (CAAS), dilakukan
beberapa proses diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pertama, yaitu menggunakan alat penerjemah yaitu Google Translate untuk
menerjemahkan alat ukur dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia. Kemudian,
untuk menghindari kesalahan persepsi dan mencegah adanya kesalahan
interpretasi isi kuesioner, selanjutnya meminta pendapat dari teman yang ahli
dalam kedua Bahasa tersebut.
2. Kedua, melakukan modifikasi pada interval skala likert yang digunakan pada
alat ukur aslinya, dengan mengubah dari skala likert yang memiliki lima interval
menjadi empat interval, hal ini bertujuan untuk mempermudah responden dalam
menjawab item kuesioner yang diberikan.
Berikut adalah tabel blue print Career Adapt-Abilities Scale (CAAS):
Tabel 3.2
Blue Print Skala Adaptabilitas Karier
Dimensi Indikator No Jml Contoh Item
Kepedulian
Karier
Kesadaran karier
Perencanaan
karier
1
2
2 Saya merencanakan bagimana
cara untuk mencapai tujuan saya
Pengendalian
diri Karier
Tanggung jawab
karier
Kemauan
berkarier
3
4
2 Saya bertanggungjawab dalam
setiap tindakan saya
Keingintahuan
Karier
Mencoba hal baru
Mencari informasi
5
6
2 Saya mencari tahu informasi
alternatif sebelum membuat
pilihan/keputusan
Keyakinan
diri Karier
Ketekunan
Kegigihan
7
8
2 Saya yakin dapat mengatasi
hambatan
Total 8
-
41
2. Skala Dukungan Sosial
Pengukuran dukungan sosial dalam penelitian ini merupakan modifikasi dari alat
ukur Multidimensional Scale of perceived Social Support (MSPSS) yang
dikembangkan oleh Zimet, dkk., (1988). Alat ukur ini memiliki tiga dimensi yaitu
keluarga, teman, dan orang terdekat dengan jumlah 12 item. Setiap dimensi dalam
dukungan sosial terdiri dari 4 item. Namun dalam penelitian ini, tiap dimensi dari
dukungan sosial dilakukan penambahan sebanyak 2 item. Hal ini dilakukan untuk
mengantisipasi jika banyak item yang gugur setelah diujikan. Jumlah total item
setelah dilakukan modifikasi yaitu 18 item. Skala ini terdiri dari item favorable.
Setiap item terdiri dari 4 kategori jawaban dari Sangat Setuju (SS), sampai dengan
Sangat Tidak Setuju (STS).
Dalam memodifikasi Multidimensional Scale of perceived Social Support
(MSPSS), dilakukan beberapa proses diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pertama, menggunakan alat penerjemah yaitu Google Translate untuk
menerjemahkan alat ukur dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia. Kemudian,
untuk menghindari kesalahan persepsi dan mencegah adanya kesalahan
interpretasi isi kuesioner, selanjutnya juga meminta pendapat dari teman yang
ahli dalam kedua Bahasa tersebut.
2. Kedua, melakukan modifikasi pada interval skala likert yang digunakan pada
alat ukur aslinya, dengan mengubah dari skala likert yang memiliki tujuh interval
menjadi empat interval, hal ini bertujuan untuk mempermudah responden dalam
menjawab item kuesioner yang diberikan.
Berikut adalah tabel blue print Multidimensional Scale of perceived Social
Support (MSPSS):
-
42
Tabel 3.3
Blue Print Skala Dukungan Sosial
Dimensi Indikator No Jml Contoh Item
Keluarga Memperoleh pemecahan masalah dari keluarga
Memperoleh dukungan dan bantuan emosional dari
keluarga
1,2,3
4,5,6
6 Keluarga saya
berusaha sepenuhnya
untuk membantu saya
Teman Mendapatkan bantuan dari teman
Memperoleh strategi coping yang efektif dalam
menyelesaikan masalah
Berbagi suka dan duka bersama teman
7,9
8
10,11,12
6 Saya dapat berbagi
cerita dengan teman-
teman tentang masalah
yang saya hadapi
Orang
terdekat Merasa dihargai dan
dipercaya oleh orang lain
Merasa nyaman bersama orang lain
Memperoleh dukungan dari orang terdekat
13,14,15
16,17
18
6 Saya memiliki
seseorang yang spesial
dalam hidup saya yang
peduli terhadap
perasaan saya
Total 18
3. Skala Efikasi Diri
Pengukuran efikasi diri menggunakan adaptasi dari alat ukur Work Self-Efficacy
Scale (WSES) yang dikembangkan oleh Pepe, dkk., (2010). Alat ukur ini memiliki
dua dimensi yaitu Relational Willingness dan Commitment dengan jumlah 10 item.
Namun dalam penelitian ini, tiap dimensi dari efikasi diri dilakukan penambahan
sebanyak 1 item. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi jika banyak item yang
gugur setelah diujikan. Jumlah total item setelah dilakukan modifikasi yaitu 12
item. Skala ini menggunakan bentuk skala likert. Skala ini terdiri dari item
favorable. Setiap item terdiri dari 4 kategori jawaban dari Sangat Setuju (SS),
sampai dengan Sangat Tidak Setuju (STS).
-
43
Dalam memodifikasi Work Self-Efficacy Scale (WSES), dilakukan beberapa
proses diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pertama, menggunakan alat penerjemah yaitu Google Translate untuk
menerjemahkan alat ukur dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia. Kemudian,
untuk menghindari kesalahan persepsi dan mencegah adanya kesalahan
interpretasi isi kuesioner, selanjutnya juga meminta pendapat dari teman yang
ahli dalam kedua Bahasa tersebut.
2. Kedua, melakukan modifikasi pada interval skala likert yang digunakan pada
alat ukur aslinya, dengan mengubah dari skala likert yang memiliki lima interval
menjadi empat interval, hal ini bertujuan untuk mempermudah responden dalam
menjawab item kuesioner yang diberikan.
Berikut adalah tabel blue print Work Self-Efficacy Scale (WSES):
Tabel 3.4
Blue Print Skala Efikasi Diri
Dimensi Indikator No Jml Contoh Item
Relational
Willingness
Memiliki hubungan
yang baik dengan rekan
kerja
Memiliki hubungan
yang baik dengan atasan
Memiliki hubungan
yang baik dengan klien
6,7,10,
11
8
9
6 Saya bekerja dengan
orang-orang yang
memiliki usia dan
pengalaman yang
berbeda
Commit-
ment
Berkomitmen pada
pekerjaan
Mempelajari hal baru
1,2,4,5
,6
3
6 Saya mencapai target-
target yang telah
ditugaskan
Total 12
-
44
3.4 Uji Validitas Konstruk
Sebelum melakukan analisis data, dilakukan pengujian terhadap validitas instrumen
yang dipakai. Untuk menguji validitas konstruk alat ukur yang digunakan dalam
penelitian ini, menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA). Adapun
langkah-langkah dalam menguji CFA menurut Umar (dikutip dalam skripsi Rifda
Riski Nanda, 2018) adalah sebagai berikut:
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefinisikan
secara operasional sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk
mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap
faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas setiap item.
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga tiap
subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun subtes
bersifat unidimensional.
3. Dengan data yang tersedia, dapat diestimasi matriks korelasi antar item yang
seharusnya diperoleh jika memang unidimensional. Matriks korelasi ini disebut
sigma (Σ), kemudian dibandingkan dengan matriks dari data empiris, yang
disebut matriks S. Jika teori tersebut benar (unidimensional) maka tentunya tidak
ada perbedaan antara matriks Σ dan matriks S, atau bisa juga dinyatakan dengan
Σ - S = 0.
4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan chi
square. Jika hasil chi square tidak signifikan (p > 0,05), maka hipotesis nihil
tersebut “tidak ditolak”. Artinya teori unidimensionalitas tersebut dapat diterima
bahwa item ataupun sub tes instrument hanya mengukur satu faktor saja.
-
45
5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan atau
tidak mengukur apa yang hendak di uku