pengaruh dewan pengawas syariah (dps) terhadap...

115
PENGARUH DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) TERHADAP KINERJA KEUANGAN BANK UMUM SYARIAH INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE) Disusun Oleh HANUM YUNESA HARTIKA NIM 21311021 PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2017

Upload: phungthuy

Post on 06-Aug-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS)

TERHADAP KINERJA KEUANGAN BANK UMUM

SYARIAH INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)

Disusun Oleh

HANUM YUNESA HARTIKA

NIM 21311021

PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2017

i

PENGARUH DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS)

TERHADAP KINERJA KEUANGAN BANK UMUM

SYARIAH INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)

Disusun Oleh

HANUM YUNESA HARTIKA

NIM 21311021

PROGRAM STUDIS1 PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2017

ii

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)SALATIGA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM Jl. TentaraPelajar 02 Telp.323706 Fax. 323433 Kode Pos. 50721 Salatiga

http//www.iainsalatiga.ac.id e-mail:[email protected]

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah diadakan pengarahan, bimbingan,koreksidanperbaikan

seperlunya,makaskripsiSaudara:

Nama : Hanum Yunesa Hartika

NIM : 21311021

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

Program Studi : Perbankan Syariah (S1)

Judul : PENGARUH DEWAN PENGAWAS SYARIAH

(DPS) TERHADAP KINERJA KEUANGAN

BANK UMUM SYARIAHINDONESIA

Dapat diajukan dalam sidang Munaqosah skripsi. Demikian surat ini

dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Salatiga, 21 Agustus 2017

Pembimbing

Fetria Eka Yudiana, S.E., M.Si.

NIP. 197402282009012005

iii

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)SALATIGA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM Jl. TentaraPelajar 02 Telp.323706 Fax. 323433 Kode Pos. 50721 Salatiga

http//www.iainsalatiga.ac.id e-mail:[email protected]

PENGESAHAN

PENGARUH DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS)

TERHADAP KINERJA KEUANGAN BANK UMUM

SYARIAH INDONESIA

DISUSUN OLEH

HANUM YUNESA HARTIKA

NIM. 21311021

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 26

September 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar

Sarjana S1 Ekonomi

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Dr. Faqih Nabhan, MM. ___________________

Sekretaris Penguji :Fetria Eka Yudiana, S.E., M.Si. ___________________

Penguji I : Dr. Nafis Irkhami, M.Ag. ___________________

Penguji II : Nuir Huri Mustofa, M.Si. ___________________

Salatiga, 26 September 2017

Dekan

Dr. Anton Bawono, M.Si.

NIP. 19740320 200312 1 001

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Hanum Yunesa Hartika

NIM : 21311021

Program Studi : S1 Perbankan Syariah

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

Judul Skripsi : Pengaruh Dewan Pengawas Syariah (DPS)

Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah

Indonesia.

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi ini benar-benar karya saya

sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang

ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan

mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Salatiga, 22 Agustus 2017

Penulis,

Hanum Yunesa Hartika

NIM. 21311021

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“ Salah satu sumber kebahagiaan adalah mendapat lelah setelah berjuang,

mengejar berkah dalam satu kegiatan yang bernilai ibadah”

PERSEMBAHAN

Untuk orang tuaku ,

para dosenku, saudara- saudaraku,

sahabat-sahabat seperjuanganku,

dan teman spesialku yang selalu setia”menungguku”.

vi

ABSTRAK

Hartika, Hanum Yunesa. 2017. Pengaruh Dewan Pengawas Syariah

(DPS) terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Indonesia

Periode 2011-2016. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Jurusan

Perbankan Syariah (S1). Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Pembimbing : Ibu Fetria Eka Yudiana., S.E, M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel

rangkap jabatan Dewan Pengawas Syariah, jumlah rapat Dewan Pengawas

Syariah, jumlah anggota Dewan Pengawas Syariah terhadap kinerja

keuangan yang diproksikan dengan ROE. Data yang digunakan adalah

publikasi laporan tahunan bank-bank yang terdaftar dalam Bank Umum

Syariah yang diperoleh melalui website bank-bank tersebut sejak tahun

2011-2016.

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 11 sampel diambil dari 12

bank yang termasuk dalam BUS. Pengambilan sampel menggunakan

teknik purposive sampling dan dianalisis menggunakan regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel rangkap jabatan Dewan

Pengawas Syariah, jumlah rapat Dewan Pengawas Syariah, jumlah

anggota Dewan Pengawas Syariah secara parsial berpengaruh signifikan

terhadap ROE dengan nilai signifikan yang lebih kecil dari 0,05. Untuk

variabel rangkap jabatan DPS berpengaruh positif signifikan terhadap

ROE, jumlah rapat DPS berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap

ROE, dan variabel jumlah anggota DPS berpengaruh positif signifikan

terhadap ROE.

Koefisien determinasi menunjukkan bahwa dalam model regresi

sebesar 41,3% perubahan variabel kinerja keuangan disebabkan oleh

ketiga variabel yang diteliti, sedangkan sisanya 58,7% dipengaruhi oleh

faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian. Penelitian

selanjutnya diharapkan tidak hanya meneliti tentang Dewan Pengawas

Syariah, namun dapat menambahkan Dewan Direksi, Dewan Komisaris,

Syariah dan Komite-komite.

Kata kunci: Dewan Pengawas Syariah, GCG, Kinerja Keuangan, ROE

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Puji syukur atas segala limpahan rahmat, karunia serta hidayah yang telah

diberikan oleh Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik. Shalawat dan taslim juga tercurahkan kepada Nabi Muhammad

SAW, yang telah membawa umat manusia dari alam yang gelap gulita menuju

alam yang terang benderang seperti sekarang ini.

Skripsi ini dibuat sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi. Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari

berbagai pihak yang senantiasa memberikan arahan, bimbingan, serta doa. Rasa

terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Dr. Anton Bawono, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

3. Ibu Fetria Eka Yudiana, S.E., M.Si.selaku Ketua Program Studi

Perbankan Syariah S1 Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga dan

selaku dosen pembimbing yang selalu sabar membimbing dan

memberikan saran dan motivasi agar skripsi ini terselesaikan dengan baik.

4. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staf karyawan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Islam yang telah memberikan ilmu, ajaran, dan bantuan kepada

penulis.

viii

5. Ibu Suhartini, tanpa beliau aku tidak akan bisa ada di dunia ini dan semoga

ibu turut bangga atas pencapaianku.

6. Bapak H. Achmad Suparing yang tanpa henti memberikan banyak

dukungan berupa do’a, saran-saran serta dukungan finansial.

7. Adikku Hanif Margan Asparingga yang selalu menyemangatiku agar

terselesaikannya skripsi ini.

8. Sahabat-sahabatku perbankan syariah angkatan 2011 yang telah

memberikan segala hal yang telah kita lalui selama kuliah semoga kita

tetap menjadi sahabat sampai kita tua nanti.

9. Wiwit Ayu Nofitasari yang telah membantu, mendukungku dan

memotivasiku selama ini saat aku senang maupun kesulitan mengerjakan

skripsi agar cepat selesai.

10. Teman - teman angkatan 2011 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang

telah memberikan banyak cerita, pengalaman serta pelajaran sebagai

mahasiswa kepada penulis.

Akhir kata , penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk

semua pihak yang berkepentingan. Terima kasih.

Salatiga, 22 Agustus 2017

Penulis

ix

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)SALATIGA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM Jl. TentaraPelajar 02 Telp.323706 Fax. 323433 Kode Pos. 50721 Salatiga

http//www.iainsalatiga.ac.id e-mail:[email protected]

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Hanum Yunesa Hartika

NIM : 21311021

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis islam

Program Studi : Perbankan Syariah (S1)

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi ini secara keseluruhan

bebas dari plagiasi. jika dikemudian hari terbukti melakukan

plagiasi maka saya siap di tindak sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

Salatiga, 22 Agustus 2017

Penulis

Hanum Yunesa Hartika

NIM 21311021

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................................. ii

PENGESAHAN KELULUSAN................................................................. iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.................................................. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN.............................................................. v

ABSTRAK ................................................................................................. vi

KATA PENGANTAR................................................................................ vii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI........................................................ ix

DAFTAR ISI.............................................................................................. x

DAFTAR TABEL...................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................

A. Latar Belakang................................................................................

B. Rumusan Masalah...........................................................................

C. Tujuan.............................................................................................

D. Kegunaan .......................................................................................

E. Sistematika Penulisan.....................................................................

1

1

7

7

8

9

BAB II LANDASAN TEORI.....................................................................

A. Telaah Pustaka ...............................................................................

B. Kerangka Teori ..............................................................................

1. Teori Keagenan (Agency Theory) ............................................

11

11

26

26

xi

2. Good Corporate Governance ..................................................

3. Dewan Pengawas Syariah .....................................................

4. Kinerja Keuangan ....................................................................

C. Kerangka Penelitian......................................................................

D. Hipotesis.......................................................................................

29

35

42

45

45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian...................................................

B. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................

C. Populasi dan Sampel......................................................................

D. Teknik Pengumpulan Data............................................................

E. Jenis dan Sumber Data..................................................................

F. Definisi Operasional.....................................................................

G. Analisis Data dan Hipotesis............................................................

1) Analisis Data.............................................................................

a) Analisis Statistik Deskriptif .............................................

b) Asumsi Klasik.....................................................................

c) Analisis Regresi Linier Berganda.......................................

2) Hipotesis...................................................................................

a) Analisis Koefisien Determinasi (R2)...................................

b) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F).........................

c) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) ....................

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...........................

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ...............................................

51

51

51

51

53

53

54

55

55

55

55

58

60

60

60

61

54

62

xii

B. Hasil Penelitian ..............................................................................

1. Analisis Statistik Deskriptif ....................................................

2. Asumsi Klasik..........................................................................

3. Analisis Regresi Linier Berganda.............................................

4. Uji Hipotesis...........................................................................

a. Analisis Koefisien Determinasi (R2)....................................

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)...........................

c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) ......................

BAB V PENUTUP ...................................................................................

A. Kesimpulan ....................................................................................

B. Saran ..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

63

63

64

69

71

71

72

73

78

78

79

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Tabel Penelitian terdahulu .............................................. 20

3.1 Daftar Nama Bank Sampel............................................. 51

3.2 Tabel Definisi Operasional............................................... 54

4.1 Daftar Nama Bank Umum Syariah................................. 63

4.2 Hasil Uji Deskriptif .......................................................... 63

4.3 Uji Normalitas.............................................................. 65

4.4 Uji Multikolineritas..................................................... 66

4.6 Uji Heteroskedastisitas .................................................... 67

4.8 Uji Autokorelasi ............................................................... 68

4.9 Hasil Uji Regresi ....................................................... 70

4.10 Hasil Uji Analisis Koefisien Determinasi........................ 72

4.11 Hasil Uji F ........................................................................ 73

4.12 Hasil Uji T ....................................................................... 74

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Penelitian......................................................... 45

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Menurut penilaian Global Islamic Financial Report (GIFR) tahun

2011, Indonesia menduduki urutan keempat negara yang memiliki potensi dan

kondusif dalam pengembangan industri keuangan syariah setelah Iran,

Malaysia dan Saudi Arabia. Dengan melihat beberapa aspek dalam

penghitungan indeks, seperti jumlah bank syariah, jumlah lembaga keuangan

non-bank syariah, maupun ukuran aset keuangan syariah yang memiliki bobot

terbesar, maka Indonesia diproyeksikan akan menduduki peringkat pertama

dalam beberapa tahun ke depan. Optimisme ini sejalan dengan laju ekspansi

kelembagaan dan akselerasi pertumbuhan aset perbankan syariah yang sangat

tinggi, ditambah dengan volume penerbitan sukuk yang terus meningkat

(Alamsyah, 2012). Saat ini puluhan bank syariah telah beroperasi di

Indonesia. Bank-bank konvensional pun tak mau ketinggalan, turut

menawarkan berbagai produk syariah dengan membuka Unit Usaha Syariah

guna memikat konsumen Muslim. Berdasarkan Laporan Statistik Perbankan

Syariah Otoritas Jasa Keuangan (Juni-2016), saat ini terdapat 12 Bank Umum

Syariah, 165 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, dan 22 Unit Usaha Syariah

beroperasi di Indonesia. Meskipun aset perbankan syariah masih dalam

kisaran 5% dari total aset perbankan nasional, diyakini ke depan potensi

pertumbuhan bisnis perbankan syariah akan semakin meningkat. (Rasyid,

2016)

2

Industri perbankan atau bank merupakan perusahaan yang bergerak

disektor jasa keuangan. Banyak stakeholder yang terlibat dalam aktifitas

industri perbankan, Sebagai upaya untuk melindungi setiap kepentingan

stakeholder maka diperlukan suatu tatakelola perusahaan yang baik atau

disebut dengan good corporate governance. Secara sederhana istilah good

corporate governance dapat diartikan sebagai system pengendalian dan

pengaturan perusahaan yang baik. Penerpan good corporate governance dapat

dilihat dari mekanisme hubungan antara berbagai pihak yang mengurus

perusahaan (http://www.bi,go.id/id/perbankan/syariah/contents/default.aspx).

Good Corporate Governance (GCG) menurut Peraturan Bank

Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 tentang Pelaksanaan Good Corporate

Governance pada BUS dan UUS adalah suatu tata kelola bank yang

menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas

(accountability), pertanggung jawaban (responsibility), profesional

(professional), dan kewajaran (fairness). Pelaksanaan GCG secara efektif

diperlukan dalam rangka membangun industri perbankan syariah yang sehat

dan tangguh, pelaksanaanya harus memenuhi prinsip syariah (sharia

compliance).

Peraturan Bank Indonesia PBI No. 11/31/PBI/2009 tentang

pelaksanaan good coorporate governance bagi bank umum syariah dan unit

usaha syariah. Bank umum konvensional menjadi bank umum yang

melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Dan pembukaan

kantor bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah

3

oleh bank umum konvensional. Semua Peraturan Bank Indonesia (PBI)

tersebut mewajibkan setiap bank syariah harus memiliki Dewan Pengawas

Syariah (DPS)

Konsep corporate governance diajukan guna peningkatan kinerja

perusahaan melalui supervise atau monitoring kinerja manajemen serta

menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan mendasar

pada kerangka peraturan. Sistem corporate governance memberikan

perlindungan efektif bagi stakeholder dan stockholder sehingga mereka akan

yakin memperoleh imbal hasil atas investasinya dengan benar (Nasution,

2012:2).

Penerapan kinerja suatu entitas bisnis maupun manajemen bisnis

dewasa ini tidak hanya diukur dari aspek keuangan. Tanggungjawab keuangan

yang ditampakkan dengan ukuran moneter, akutansi maupun rasio-rasio

tertentu juga harus dilengkapi dengan kinerja non-keuangan seperti penerpan

good corporate governance, pelaksanaan corporate social responsibility dan

sosially responsible investment yang memadai (Dhaniel, 2012:195).

Peraturan Bank Indonesia PBI No. 11/31/PBI/2009 tentang

pelaksanaan good coorporate governance bagi bank umum syariah dan unit

usaha syariah menguraikan tugas, wewenang, dan tanggung jawab DPS.

Memastikan dan mengawasi kesesuaian kegiatan operasional bank terhadap

fatwa yang dikeluarkan DSN. Menilai aspek syariah terhadap pedoman

operasional dan produk yang dikeluarkan bank. Memberikan opini dari aspek

syariah terhadap pelaksanaan operasional bank secara keseluruhan dalam

4

laporan publikasi bank. Mengkaji produk dan jasa baru yang belum ada fatwa

untuk dimintakan fatwa kepada DSN.

Dewan Pengawas Syariah (DPS) terdiri dari pakar syariah yang

mengawasi aktifitas dan operasional institusi finansial untuk memastikan

kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah. Dewan syariah mengemban tugas

dan tanggung jawab besar dan berfungsi sebagai stakeholders, karena mereka

adalah pelindung hak investor dan pengusaha yang meletakkan keyakinan dan

kepercayaan dalam isntitusi finansial. Keberadaan Dewan Pengawas Syariah

memiliki lima karakteristik dalam tata kelola perusahaan yaitu, independen,

kerahasiaan, kompetensi, konsistensi, dan keterbukaan ( Iqbal dan Abbas,

2012).

Rachmad (2012) meneliti Pengaruh Penerapan Corporate Governance

Berbasis Karakteristik Manajerial pada Kinerja Perusahaan Manufaktur. Hasil

penelitian membuktikan bahwa variabel dewan komisaris dan kepemilikan

institusional berpengaruh positif dan signifikan pada kinerja perusahaan. Hasil

Penelitian menunjukkan bahwa semakin baik pengawasan yang dilakukan

Dewan Komisaris dan para pemegang saham institusional maka akan

meningkatkan kualitas laba dan menurunkan tindak manipulasi yang

dilakukan manajer.

Yulianawati (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Good

Corporate Governance dan Leverage terhadap kinerja keuangan

menyimpulkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kinerja

keuangan. Proporsi Dewan Komisaris Independen dan Komite Audit tidak

5

berpengaruh terhadap kinerja keuangan, serta leverage berpengaruh terhadap

kinerja keuangan.

Lestari (2015) pada penelitiannya yang berjudul pengaruh Corporate

Governance terhadap kinerja keuangan menyimpulkan bahwa Corporate

Governance yang diproksi kepemilikan saham manajerial, kepemilikan saham

institusional, ukuran Dewan Komisaris, dan Komite Audit tidak memilki

pengaruh signifikan terhadap Corporate Social Responsibility. Untuk

Corporate Governance memiliki pengaruh secara signifikan yaitu kepemilikan

saham institusional dan ukuran Dewan Komisaris, serta corporate social

responsibility terhadap kinerja keuangan, tetapi kepemilikan saham manajerial

dan komite audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja

keuangan perusahaan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa corporate

social responsibility bukan merupakan variabel intervening dalam pengaruh

corporate governance terhadap kinerja keuangan.

Tertius dan Christiawan (2015) dalam penelitiannya yang berjudul

Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan pada

Sektor Keuangan, memberikan hasil bahwa secara simultan, dewan komisaris,

komisaris independen, kepemilikan manajerial, dan ukuran perusahaan

mempengaruhi ROA. Secara parsial, dewan komisaris dan kepemilikan

manajerial tidak berpengaruh terhadap ROA. Sedangkan, komisaris

independen dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap ROA.

6

Prasojo (2015) meneliti tentang Pengaruh Penerapan Good Corporate

Governance terhadap Kinerja Keuangan Bank Syariah. Tentang sistem

pelaksanaan GCG diukur dengan menggunakan kuesioner seperti sampel

responden karyawan Bank Islam. Sementara kinerja keuangan dengan

menggunakan rasio keuangan seperti CAR, ROA, ROE, BOPO, dan FDR.

Penelitian ini melibatkan 258 responden yang telah berpartisipasi untuk

mengisi kuesioner. Jumlah bank yang digunakan sampel dalam penelitian ini

sebanyak 11 bank syariah. Laporan keuangan yang digunakan untuk penelitian

adalah laporan keuangan atau laporan tahunan 2013 yang diterbitkan di situs

web bank di sana. Hasil penelitian ini bahwa GCG berpengaruh positif

terhadap kinerja keuangan dengan CAR, ROA, ROE, dan FDR tapi GCG

berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan yang diproksikan dengan

BOPO.

Penelitian tersebut masih ditemukan adanya inkonsistensi hasil

pengaruh dari variabel independen dan dependen, sehingga peneliti ingin

menguji pengaruh rangkap jabatan DPS, jumlah rapat DPS, dan jumlah

anggota DPS, Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah

penelitian ini lebih memfokuskan pada pengaruh ukuran Dewan Pengawas

syariah terhadap kinerja keuangan di perbankan syariah. Dalam penelitian ini,

untuk melihat pengaruhnya dengan menggunakan variabel independen

terhadap dependen.

7

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk menguji

“Pengaruh Dewan Pengawas Syariah (DPS) terhadap Kinerja Keuangan

Bank Umum Syariah Indonesia Periode 2011-2016”.

B. RumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang penelitian ini, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh rangkap jabatan atau duality Dewan Pengawas

Syariah (DPS) terhadap kinerja keuangan Bank Umum Syariah di

Indonesia?

2. Bagaimana pengaruh jumlah rapat Dewan Pengawas Syariah (DPS)

terhadap kinerja keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia?

3. Bagaimana pengaruh jumlah anggota Dewan Pengawas Syariah (DPS)

terhadap kinerja keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia?

C. TujuanPenelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan dalam

penelitian ini adalah:

1. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris pengaruh rangkap jabatan

Dewan Pengawas Syariah (DPS) terhadap kinerja keuangan Bank Umum

Syariah di Indonesia.

2. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris pengaruh jumlah rapat

Dewan Pengawas Syariah (DPS) terhadap kinerja keuangan Bank Umum

Syariah di Indonesia.

8

3. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris pengaruh jumlah anggota

Dewan Pengawas Syariah (DPS) terhadap kinerja keuangan Bank Umum

Syariah di Indonesia.

D. Kegunaan

Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Pihak Bank

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai catatan atau

koreksi bagi bank syariah untuk dapat meningkatkan serta

mempertahankan kinerjanya.

2. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman mengenai

konsep-konsep yang telah dipelajari dengan membandingkan dalam

praktik perbankan khususnya yang berkaitan dengan tema perbankan

syariah dan penyaluran pembiayaan.

3. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan berguna bagi penelitian lebih lanjut yang

berkaitan dengan topik penelitian ini.

4. Bagi Pembaca

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif

dalam memberikan informasi mengenai kondisi perbankan syariah kepada

masyarakat dan dalam rangka mensosialisasikan kepada masyarakat.

9

E. SistematikaPenulisan

Sistematika penulisan penelitian ini dibagi menjadi lima bab. Adapun

masing-masing bab secara singkat dijelaskan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN, dalam bab ini berisi penjelasan mengenai latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI, dalam bab ini terdapat empat bagian yaitu

pertama landasan teori yang berisi uraian telaah pustaka, referensi, jurnal,

artikel, dan lain-lain, yang berkaitan dengan topik penelitian ini. Referensi

ini juga digunakan sebagai dasar untuk melakukan analisis terhadap

masalah. Kedua penelitian dan pengkajiaan yang telah dilakukan oleh

peneliti terdahulu yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam

penelitian ini. Ketiga kerangka pemikiran berisi kesimpulan dari telaah

pustaka yang digunakan untuk menyusun asumsi atau hipotesis. Dan

bagian keempat adalah hipotesis yang dikemukakan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN, dalam bab ini menguraikan

tentang metode pengkajian masalah, data penelitian yang berisi antara lain

variabel penelitian, karakterisktik data, populasi dan sampel, disertai

penjelasan tentang prosedur pengumpulan data, serta teknik analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, dalam bab ini

dibahas secara lebih mendalam tentang uraian penelitian yang berisi

deskripsi objek penelitian dan analisis data serta pembahasan hasil dan

interprestasi yang diperoleh dari penelitian.

10

BAB V PENUTUP, bab ini merupakan penutup dari penulisan penelitian

dan berisi tentang kesimpulan dari pembahasan bab-bab yang telah

diuraikan sebelumnya dan saran-saran yang dapat diberikan.

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Telaah Pustaka

Telaah pustaka merupakan kumpulan hasil penelitian-penelitian

terdahulu dan mempunyai keterkaitan dengan penelitian yang dilakukan.

Penelitian ini menggunakan variabel dependen Return On Equity (ROE)

dan variabel independen adalah Rangkap Jabatan DPS, Jumlah Rapat

DPS, dan jumlah anggota DPS. Menurut Peraturan Bank Indonesia

paragraf 3 pasal 49. Rapat Dewan Pengawas Syariah wajib

diselenggarakan paling kurang 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan.

Pengambilan keputusan rapat Dewan Pengawas Syariah dilakukan

berdasarkan musyawarah mufakat dan seluruh keputusan Dewan

Pengawas Syariah yang dituangkan dalam risalah rapat merupakan

keputusan bersama seluruh anggota Dewan Pengawas Syariah. DPS BSM

telah meluangkan waktu yang cukup dalam menjalankan tugas dan

tanggung jawabnya untuk mengawasi pelaksanaan prinsip-prinsip syariah

pada setiap kegiatan bank. Secara berkala DPS BSM memperhatikan

dengan seksama atas permasalahan atau isu-isu syariah yang dihadapi

BSM dari sisi bisnis maupun operasional. Hal ini terwujud dengan

diadakannya beberapa rapat DPS, dimana sepanjang tahun 2014 telah

terlaksana sebanyak 14 (empat belas) kali rapat ( laporan pelaksanaan

good corporate governance 2014 Bank Syariah Mandiri).

12

Umam (2015) mengatakan bahwa di Indonesia terdapat dewan

pengawas syariah yang menjadi dewan pengawas syariah di lembaga

keuangan lain dan juga terdapat dewan pengawas syariah yang menjadi

dewan syariah nasional. Adanya beberapa dewan pengawas syariah yang

merangkap jabatan sebagai dewan pengawas syariah di lembaga keuangan

lain dan menjabat sebagai dewan syariah nasional menandakan bahwa

jumlah dewan pengawas syariah di Indonesia masih sedikit. Rangkap

jabatan tersebut dapat mengurangi tingkat pengawasan yang dilakukan

dewan pengawas syariah, sehingga keberadaan dewan 20 pengawas

syariah belum mampu mendorong peningkatan kinerja bank syariah.

Untuk penerapan GCG yang efektif di lembaga perbankan syariah, maka

Bank Indonesia mengeluarkan peraturan baru, yaitu Peraturan Bank

Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 tanggal 7 Desember 2009 tentang

Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah dan

Unit Usaha Syariah. PBI ini menjelaskan tentang rangkap jabatan DPS di

banyak bank, harus dikurangi dari 4 menjadi 2 lembaga keuangan.

Menurut Syukron (2012) mengatakan bahwa peraturan mengenai rangkap

jabatan DPS di Indonesia dan Malaysia tidak ada perbedaan yaitu DPS

dibolehkan merangkap jabatan hanya pada 2 lembaga keuangan.

Usamah (2010) mengatakan bahwa kualitas pengawasan terhadap

pelaksanaan prinsip syariah di bank syariah diperlukan adanya pembatasan

terhadap jumlah rangkap jabatan sebagai dewan pengawas syariah, yang

bertujuan agar lembaga tersebut dapat bekerja lebih fokus, semakin sedikit

13

rangkap jabatan sebagai dewan pengawas syariah maka dapat bekerja lebih

fokus dan profesional. Rangkap jabatan yang tidak terlalu banyak

dipegang oleh dewan pengawas syariah diharapkan mampu meningkatkan

pengawasan yang lebih baik, sehingga 21 kemungkinan-kemungkinan

masalah agensi dapat ditekan yang nantinya dapat meningkatkan kinerja

bank syariah itu sendiri.

Ahmad ridwan (2011) menyatakan Jumlah anggota DPS sekurang-

kurangnya 2-5 orang untuk Bank Umum Syariah Dan Unit Usaha Syariah,

sedangkan untuk BPRS anggota DPS sekurang-kurangnya harus berjumlah

2-3 orang. Anggota DPS dapat merangkap jabatan sebagai anggota DPS

lain sebanyak 4 Bank lain atau lembaga keuangan Syariah bukan Bank.

Ketentuan mengenai jumlah anggota DPS juga diatur dalam PBI No.

11/3/PBI/2009 yang menyatakan bahwa jumlah anggota DPS paling

sedikit adalah 2 (dua) orang dan paling banyak 50% dari jumlah anggota

direksi.

Adrian sutedi (2012) pada prinsipnya seorang anggota DPS hanya

dapat menjadi anggota DPS di satu perbankan syariah dan satu lembaga

keuangan syariah. Namun mengingat keterbatasan jumlah tenaga yang

dapat menjadi anggota DPS, seseorang dapat diangkat sebagai anggota

DPS sebanyak-banyaknya pada dua perbankan syariah dan dua lembaga

keuangan syariah lainnya. DPS diketuai oleh salah satu dari anggota DPS

bank yang bersangkutan.

14

Salah satu kegiatan rapat DPS adalah memberikan opini-opini

mengenai semua kegiatan operasional, produk dan penyaluran dana

termasuk mengawasi kegiatan menyalurkan dana zakat, infak, sedekah dan

wakaf yang bisa diakui sebagai bentuk ISR perusahaan.

Menurut Ridhwan dan Wijaya (2014) mengatakan bahwa risalah

rapat DPS memuat keputusan dan opini syariah yang diambil dalam rapat

DPS, risalah rapat tersebut sudah diketahui dan disetujui oleh seluruh

anggota DPS. Pelaksanaan rapat DPS dipersyaratkan dalam PBI

No.11/33/PBI/2009 dan SEBI No.12/13/DPbS tentang Pelaksanaan GCG

Bagi Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS)

mengatur bahwa rapat DPS diselenggarakan minimal sekali dalam 1 (satu)

bulan. Menurut Syukron (2012) mengatakan bahwa peraturan Bank

Indonesia dengan Malaysia tidak ada perbedaan termasuk peraturan

tentang jumlah rapat DPS hanya saja Dewan Pengawas Syariah di

Malaysia memiliki aturan yang sangat ketat dibanding Dewan Pengawas

Syariah di Indonesia seperti pendiskualifikasi mereka yang tidak

melaksanakan tugasnya dengan baik, tidak menghadiri 75 persen

pertemuan yang telah dijadwalkan dalam satu tahun tanpa alasan yang 22

wajar, dan pemecatan bagi mereka yang dinyatakan bersalah atas tindak

pidana yang serius, atau pelanggaran lainnya dan diancam dengan pidana

penjara satu tahun atau lebih.

Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan

dengan penelitian ini adalah:

15

Prasetyaningrum (2010) dalam penelitiannya Analisis Pengaruh

Independensi dan Profesionalisme Dewan Pengawas Syariah terhadap

Kinerja Bank Perkreditan Rakyat Syariah di Jawa Tengah. Kesimpulan

dari hasil analisis data dalam penelitian ini adalah faktor ekonomi dan

faktor religiusitas secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap

independensi DPS pada BPR Syari’ah di Jawa Tengah. Hasil uji statistik

hipotesis ke dua menunjukkan bahwa independensi DPS mempunyai

pengaruh negatif signifikan terhadap profesionalisme DPS,

profesionalisme DPS tidak signifikan mempengaruhi Kinerja BPRS.

Megasari (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh

Peran Komite Audit dan Dewan Pengawas Syariah dalam mewujudkan

Good Corporate Governance untuk Meningkatkan Kinerja Bank Syariah.

Pada penelitian ini digunakan data primer dalam bentuk penyebaran

kuesioner yang dilakukan di Jakarta dengan responden karyawan yang

bekerja pada kantor bank syariah dan menggunakan metode convience

sampling. hasil penelitian menunjukan bahwa variabel komite audit dan

dewan pengawas syariah berpengaruh terhadap Good Corporate

Governance . Komite audit dan Good Corporate Governance berpengaruh

terhadap kinerja bank syariah sedangkan dewan pengawas syariah tidak

berpengaruh terhadap kinerja bank syariah.

Masliana (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Peran Dewan

Pengawas Syariah (DPS) Dalam Pengawasan Pelaksanaan Kontrak di

Bank Syariah ( Study Kasus Pada Bank BRI Syariah). hasil dari penelitian

16

ini kinerja DPS dalam pelaksanaan kontrak yang ada di BRI syariah telah

berfungsi sebaimana mestinya. Dalam arti memaksimalkan fungsi dan

peran disini, hal ini bisa terlihat dari laporan pengawasan yang mereka

serahkan pada stakeholdernya yaitu Bank Indonesia, DSN-MUI dan RUPS

BRI Syariah.

Ningrum, Fachrurrizie dan Jayanto (2013) melakukan penalitian

berjudul Pengaruh Kinerja Keuangan, Kepemilikan Institusional, dan

Ukuran Dewan Pengawas Syariah Terhadap Pengungkapan ISR Sampel

dipilih menggunakan metode purpossive sampling dan diperoleh 24

pengamatan. Data dikumpulkan dari perusahaan perbankan syariah yang

ada di Indonesia pada tahun 2010-2012. Data penelitian diuji

menggunakan uji asumsi klasik, analisis deskriptif, dan regresi ordinary

least square (OLS). Hasil penelitian menunjukkan secara simultan variabel

kinerja keuangan, kepemilikan institusional dan ukuran dewan pengawas

syariah berpengaruh terhadap pengungkapan islamic social reporting.

Secara parsial variabel kepemilikan institusional dan ukuran dewan

pengawas syariah berpengaruh terhadap pengungkapan islamic social

reporting, sedangkan variabel kinerja keuangan tidak berpengaruh

terhadap pengungkapan islamic social reporting.

Kartika, (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh

Penerapan Good Corporate Governance Oleh Dewan Komisaris, Dewan

Direksi, Komite-Komite dan Dewan Pengarwas Syariah Terhadap Kinerja

Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2010-2013. Hasil penelitian ini

17

adalah yang pertama dewan komisaris dan dewan pengawas syariah tidak

ada pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perbankan. dan yang

keduaa dewan direksi dan komite-komite berpengaruh signifikan terhadap

kinerja perbankan.

Sanusi (2014) melakukan penelitian dengan judul Implementasi

dan Efektivitas Pengawasan Dewan Pengawas Syariah terhadap Produk

Perbankan Syariah menyatakan bahwa pengawasan yang dilakukan oleh

DPS terhadap produk produk Bank Muamalat Indonesia Cabang

Pekanbaru, hasil penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri dan Bank

Riaukepri Unit Usaha Syariah belum optimal karena jumlah anggota DPS

tidak seimbang dengan jumlah Bank Syariah. Ketidakoptimalan

pengawasan oleh DPS juga disebabkan anggota DPS banyak tugas

rangkap sehingga tugas sebagai anggota DPS tidak dapat dilakukan

dengan optimal.

. Rahayu dan Cahyati (2014), dalam penelitiannya yang berjudul

Pengaruh Frekuensi Rapat Dewan Pengawas Syariah Terhadap

Pengungkapan CSR. menunjukkan hasil bahwa jumlah rapat dewan

pengawas syariah berpengaruh negatif terhadap pengungkapan CSR

artinya, seringnya rapat dilakukan belum tentu pengungkapan CSR di

perbankan menjadi lebih baik.

Fitriani, (2016) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis

Pelaksanaan Good Corporate Governance Pada Aspek Peran Dewan

Pengawas Syariah Di UUS Bank Jateng. Jenis penelitian lapangan (field

18

research) yaitu dari hasil penelitian lapangan dengan cara dokumentasi

dan wawancara langsung dengan beberapa pihak manajemen di Divisi

UUS Bank Jateng. Selain itu penulis juga menggunakan penelitian

kepustakaan (library research) yaitu dengan memanfaatkan data sekunder

berupa literatur-literatur yang relevan dengan topik yang dikaji oleh

penulis. Adapun hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa peran DPS di

UUS Bank Jateng sangatlah penting terutama dalam pengambilan

keputusan yang kaitannya dengan masalah kesyariahan pada lembaga

keuangan/ perbankan. Dan dari hasil self assessment pelaksanaan GCG

pada aspek tugas dan tanggung jawab DPS UUS Bank Jateng

menunjukkan peringkat yang baik. Hal ini juga didukung dengan adanya

kualitas dan integritas masing-masing anggota. Namun komposisi dalam

keanggotaan DPS masih minim, bahkan anggota DPS masih merangkap

jabatannya di lembaga keuangan lain. Sehingga fokus penerapan maupun

pengawasan syariah di UUS dirasa kurang, karena pejabat banknya pun

mayoritas keluaran dari bank induknya (Bank Jateng Konvensional) yang

belum begitu paham banyak tentang muamalah.

Prabowo dan Jamal (2016) dalam penelitiannya yang berjudul

Peranan Dewan Pengawas Syariah terhadap Praktik Kepatuhan Syariah

dalam Perbankan Syariah di Indonesia. Hasil penelitian ini menyimpulkan

Fungsi dan peran DPS dalam perbankan syariah, memiliki hubungan yang

kuat dengan manajemen risiko perbankan syariah, yaitu risiko reputasi,

yang pada gilirannya mempengaruhi risiko lain, seperti risiko likuiditas.

19

Pelanggaran kepatuhan syariah yang dibiarkan oleh DPS jelas akan

merusak citra dan kredibilitas perbankan syariah di mata publik, sehingga

dapat mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap perbankan syariah

tersebut. Untuk alasan ini peran DPS pada perbankan syariah benar-benar

harus dioptimalkan. Antaranya kualifikasi pengangkatan DPS harus

diperketat melalui proses yang lebih selektif agar terpilih DPS yang

mampu mengawasi dan mengawal operasional perbankan syariah sesuai

prinsip-prinsip syariah.

Indah (2017) dalam penelitiannya yang berjudul Dewan Komisaris,

Dewan Pengawas Syariah, Rangkap Jabatan Dewan Pengawas Syariah,

Komite Audit, dan Rapat Komite Audit Berpengaruh Terhadap Kinerja

Maqashid Syariah Di Indonesia dan Malaysia Berdasarkan hasil analisis

dengan menggunakan sampel sebanyak 104 sampel bank umum syariah di

Indonesia dan Malaysia periode 2012-2015 dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut: Dewan Komisaris tidak berpengaruh positif terhadap

kinerja maqashid syariah bank syariah di Indonesia dan Malaysia. Dewan

pengawas syariah tidak berpengaruh positif terhadap kinerja maqashid

syariah bank syariah di Indonesia Malaysia. Rangkap jabatan dewan

pengawas syariah tidak berpengaruh negatif terhadap kinerja maqashid

syariah bank syariah di Indonesia dan rangkap jabatan dewan pengawas

syariah berpengaruh negatif terhadap kinerja maqashid syariah bank

syariah di Malaysia. Komite audit tidak berpengaruh positif terhadap

kinerja maqashid syariah bank syariah di Indonesia dan komite audit

20

berpengaruh positif terhadap kinerja maqashid syariah bank syariah di

Malaysia. Rapat komite audit tidak berpengaruh positif terhadap kinerja

maqashid syariah bank syariah di Indonesia dan Malaysia. Terdapat

perbedaan kinerja maqashid syariah bank syariahdi Indonesia dan

Malaysia.

Tabel 2.1

Tabel Penelitian Terdahulu

No Peneliti Variabel Judul Hasil

1 Prasetyanin

grum

(2010)

Dewan

Pengawa

s Syariah

Analisis

Pengaruh

Independen

si dan

Profesionali

sme Dewan

Pengawas

Syariah

terhadap

Kinerja

Bank

Perkreditan

Rakyat

Syariah di

Jawa

Tengah

faktor ekonomi

dan faktor

religiusitas secara

bersama-sama

berpengaruh

signifikan terhadap

independensi DPS

pada BPR Syari’ah

di Jawa Tengah.

Hasil uji statistik

hipotesis ke dua

menunjukkan

bahwa

independensi DPS

mempunyai

pengaruh negatif

signifikan terhadap

profesionalisme

DPS,

profesionalisme

DPS tidak

signifikan

mempengaruhi

Kinerja BPRS

2 Megasari

(2010)

Dewan

Pengawa

s Syariah

Pengaruh

Peran

Komite

Audit dan

Dewan

Pengawas

Syariah

variabel komite audit dan

dewan pengawas syariah

berpengaruh terhadap

Good Corporate

Governance. Komite audit

dan Good Corporate

Governance berpengaruh

21

dalam

mewujudka

n Good

Corporate

Governance

untuk

Meningkatk

an Kinerja

Bank

Syariah

terhadap kinerja bank

syariah sedangkan dewan

pengawas syariah tidak

berpengaruh terhadap

kinerja bank syariah

3 Masliana

(2011)

Dewan

Pengawa

s Syariah

Peran

Dewan

Pengawas

Syariah

(DPS)

Dalam

Pengawasan

Pelaksanaan

Kontrak di

Bank

Syariah (

Study

Kasus Pada

Bank BRI

Syariah)

kinerja DPS dalam

pelaksanaan kontrak yang

ada di BRI syariah telah

berfungsi sebaimana

mestinya. Dalam arti

memaksimalkan fungsi

dan peran disini, hal ini

bisa terlihat dari laporan

pengawasan yang mereka

serahkan pada

stakeholdernya yaitu Bank

Indonesia, DSN-MUI dan

RUPS BRI Syariah

4 Ningrum,

Fachrurrizie

dan Jayanto

(2013)

Dewan

Pengawa

s Syariah

Pengaruh

Kinerja

Keuangan,

Kepemilika

n

Institusional

, dan

Ukuran

Dewan

Pengawas

Syariah

Terhadap

Pengungkap

an ISR

secara simultan variabel

kinerja keuangan,

kepemilikan institusional

dan ukuran dewan

pengawas syariah

berpengaruh terhadap

pengungkapan islamic

social reporting. Secara

parsial variabel

kepemilikan institusional

dan ukuran dewan

pengawas syariah

berpengaruh terhadap

pengungkapan islamic

social reporting,

sedangkan variabel kinerja

keuangan tidak

berpengaruh terhadap

pengungkapan islamic

social reporting.

5 Kartika, Dewan Pengaruh pertama dewan komisaris

22

(2014) Pengawa

s Syariah

Penerapan

Good

Corporate

Governance

Oleh

Dewan

Komisaris,

Dewan

Direksi,

Komite-

Komite dan

Dewan

Pengarwas

Syariah

Terhadap

Kinerja

Perbankan

Syariah di

Indonesia

Periode

2010-2013

dan dewan pengawas

syariah tidak ada pengaruh

yang signifikan terhadap

kinerja perbankan. dan

yang keduaa dewan

direksi dan komite-komite

berpengaruh signifikan

terhadap kinerja

perbankan.

6 Sanusi

(2014)

Dewan

Pengawa

s Syariah

Implementa

si dan

Efektivitas

Pengawasan

Dewan

Pengawas

Syariah

terhadap

Produk

Perbankan

Syariah

Pengawasan yang

dilakukan oleh

DPS terhadap

produk produk

Bank Muamalat

Indonesia Cabang

Pekanbaru, hasil

penelitian ini

adalah Bank

Syariah Mandiri

dan Bank

Riaukepri Unit

Usaha Syariah

belum optimal

karena jumlah

anggota DPS tidak

seimbang dengan

jumlah Bank

Syariah. Ketidak

optimalan

pengawasan oleh

DPS juga

disebabkan

anggota DPS

banyak tugas

23

rangkap sehingga

tugas sebagai

anggota DPS tidak

dapat dilakukan

dengan optimal.

7 Rahayu dan

Cahyati

(2014)

Dewan

Pengawa

s Syariah

Pengaruh

Frekuensi

Rapat

Dewan

Pengawas

Syariah

Terhadap

Pengungkap

an CSR

jumlah rapat dewan

pengawas syariah

berpengaruh negatif

terhadap pengungkapan

CSR artinya, seringnya

rapat dilakukan belum

tentu pengungkapan CSR

di perbankan menjadi

lebih baik.

8 Fitriani, (2016)

Dewan

Pengawa

s Syariah

Analisis

Pelaksanaan

Good

Corporate

Governance

Pada Aspek

Peran

Dewan

Pengawas

Syariah Di

UUS Bank

Jateng

peran DPS di UUS Bank

Jateng sangatlah penting

terutama dalam

pengambilan keputusan

yang kaitannya dengan

masalah kesyariahan pada

lembaga keuangan/

perbankan. Dan dari hasil

self assessment

pelaksanaan GCG pada

aspek tugas dan tanggung

jawab DPS UUS Bank

Jateng menunjukkan

peringkat yang baik. Hal

ini juga didukung dengan

adanya kualitas dan

integritas masing-masing

anggota. Namun

komposisi dalam

keanggotaan DPS masih

minim, bahkan anggota

DPS masih merangkap

jabatannya di lembaga

keuangan lain. Sehingga

fokus penerapan maupun

pengawasan syariah di

UUS dirasa kurang,

karena pejabat banknya

pun mayoritas keluaran

dari bank induknya (Bank

Jateng Konvensional)

24

yang belum begitu paham

banyak tentang muamalah

9 Prabowo

dan Jamal

(2016)

Dewan

Pengawa

s Syariah

Peranan

Dewan

Pengawas

Syariah

terhadap

Praktik

Kepatuhan

Syariah

dalam

Perbankan

Syariah di

Indonesia.

. Fungsi dan peran DPS

dalam perbankan syariah,

memiliki hubungan yang

kuat dengan manajemen

risiko perbankan syariah,

yaitu risiko reputasi, yang

pada gilirannya

mempengaruhi risiko lain,

seperti risiko likuiditas.

Pelanggaran kepatuhan

syariah yang dibiarkan

oleh DPS jelas akan

merusak citra dan

kredibilitas perbankan

syariah di mata publik,

sehingga dapat

mengurangi kepercayaan

masyarakat terhadap

perbankan syariah

tersebut. Untuk alasan ini

peran DPS pada

perbankan syariah benar-

benar harus dioptimalkan.

Antaranya kualifikasi

pengangkatan DPS harus

diperketat melalui proses

yang lebih selektif agar

terpilih DPS yang mampu

mengawasi dan mengawal

operasional perbankan

syariah sesuai prinsip-

prinsip syariah.

10 Indah

(2017)

Dewan

Pengawa

s Syariah

Dewan

Komisaris,

Dewan

Pengawas

Syariah,

Rangkap

Jabatan

Dewan

Pengawas

Syariah,

Komite

Audit, dan

Dewan Komisaris tidak

berpengaruh positif

terhadap kinerja maqashid

syariah bank syariah di

Indonesia dan Malaysia.

Dewan pengawas syariah

tidak berpengaruh positif

terhadap kinerja maqashid

syariah bank syariah di

Indonesia Malaysia.

Rangkap jabatan dewan

pengawas syariah tidak

25

Rapat

Komite

Audit

Berpengaru

h Terhadap

Kinerja

Maqashid

Syariah Di

Indonesia

dan

Malaysia

berpengaruh negatif

terhadap kinerja maqashid

syariah bank syariah di

Indonesia dan rangkap

jabatan dewan pengawas

syariah berpengaruh

negatif terhadap kinerja

maqashid syariah bank

syariah di Malaysia.

Komite audit tidak

berpengaruh positif

terhadap kinerja maqashid

syariah bank syariah di

Indonesia dan komite

audit berpengaruh positif

terhadap kinerja maqashid

syariah bank syariah di

Malaysia. Rapat komite

audit tidak berpengaruh

positif terhadap kinerja

maqashid syariah bank

syariah di Indonesia dan

Malaysia. Terdapat

perbedaan kinerja

maqashid syariah bank

syariahdi Indonesia dan

Malaysia.

Berdasarkan literatur review diatas, penelitian ini lebih difokuskan pada

Dewan Pengawas Syariah. DPS menurut Peraturan Bank Indonesia

No.11/33/2009 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank

Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah menyatakan Dewan Pengawas Syariah

merupakan dewan yang melakukan pengawasan terhadap prinsip syariah dalam

kegiatan usaha bank. Berdasarkan berbagai pengertian tersebut di atas maka DPS

merupakan badan independen internal yang berfungsi untuk melakukan

pengawasan atas kepatuhan aturan dan prinsip – prinsip syariah dalam

keseluruhan aspek operasional bank syariah.

26

Dewan Pengawas Syariah memiliki nilai peranan penting bagi

perkembangan perbankan syariah di Indonesia. Menurut Suprayogi (2008) ada

tiga alasan penting DPS mempunyai peran penting dalam bank syariah antara lain:

1. menentukan tingkat kredibilitas bank syariah.

2. unsur utama dalam menciptakan jaminan kepatuhan syariah (shari'a

compliance assurance).

3. salah satu pilar utama dalam pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG)

bank syariah.

Sehingga peran dan fungsi DPS dalam bank syariah harus dipertahankan

keberadaannya, diperkuat kedudukannya, dan dioptimalkan fungsi serta perannya

dalam pengawasan syariah untuk menciptakan perbankan syariah Indonesia yang

sehat, efesien, dan sesuai dengan prinsip serta aturan syariah.

B. Kerangka Teori

1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Definisi agency theory menurut Scott (2003) dalam Tertius (2015) adalah

kontrak untuk memotivasi agen untuk bertindak atas nama pemilik ketika

kepentingan agen, sebaliknya dapat dinyatakan bertentangan dengan kepentingan

pemilik. Masing-masing pihak yang terlibat dalam kontrak berusaha untuk

mendapatkan yang terbaik untuk diri mereka sendiri, maka hal tersebut akan

menimbulkan konflik. Hubungan agen terjadi ketika pelaku menyewa agen untuk

melakukan tugas atas nama pemilik. Pemilik pada umumnya mendelegasikan

pengambilan keputusan wewenang kepada agen. Agency theory berkaitan dengan

penyelesaian masalah yang timbul dalam hubungan keagenan yaitu diantara

27

pemilik (misalnya pemegang saham) dan agen dari para pemilik (misalnya

eksekutif perusahaan).

Konsep agency theory didasari pada permasalahan agensi yang muncul

ketika pengurusan suatu perusahaan terpisah dari kepemilikannya (Nuswandari,

2009). Agency theory menurut oleh Jensen dan Meckling (1976) memandang

bahwa manajemen perusahaan sebagai agen bagi para pemegang saham, akan

bertindak dengan penuh kesadaran bagi kepentingannya sendiri, bukan sebagai

pihak yang arif dan bijaksana serta adil terhadap pemegang saham. Agency theory

memandang bahwa pihak manajemen tidak dapat dipercaya untuk bertindak

sebaik-baiknya bagi kepentingan publik pada umumnya maupun shareholders

pada khususnya, sehingga muncullah agency problem yang selanjutnya

menimbulkan agency cost.

Agency problem menurut Jensen dan Meckling (1976) terdiri dari:

a. Moral Hazard,yaitu permasalahan yang muncul jika agen tidak melaksanakan

hal-hal yang telah disepakati bersama dalam kontrak kerja.

b. Adverse selection, yaitu suatu keadaan di mana prinsipal tidak dapat

mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil oleh agen benar-benar

didasarkan atas informasi yang telah diperolehnya, atau terjadi sebagai sebuah

kelalaian dalam tugas.

Agency cost seperti yang pernah dirinci oleh Jensen dan Meckling (1976) terdiri

dari tiga unsur yaitu:

a. Biaya pengawasan oleh prinsipal untuk mengawasi bisnis yang dijalankan

oleh agen.

28

b. Biaya pengikatan agen untuk untuk memastikan prinsipal bahwa agen tidak

melakukan sesuatu yang dapat merusak kepentingan modal dan mengganti

kerugian bila hal itu benar-benar terjadi.

c. Sisa kerugian (residual loss) yang harus ditanggung oleh prinsipal akibat dari

keputusan agen yang menyimpang dari keputusan yang dibuat oleh prinsipal

ketika mempunyai kemampuan yang sama dengan agen.

Adanya dua partisipan tersebut (prinsipal dan agen) menyebabkan

timbulnya permasalahan tentang mekanisme yang harus dibentuk untuk

menyelaraskan kepentingan yang berbeda diantara keduanya. Corporate

governance sebagai efektivitas mekanisme yang bertujuan meminimalisasi konflik

keagenan, dengan penekanan khusus pada mekanisme legal yang mencegah

dilakukannya eksproriarsi atas pemegang saham baik mayoritas maupun minoritas

(Nuswandari, 2009).

Menurut Brigham dan Houston (2006) dalam Retno (2012) para manajer

diberikan kekuasaan oleh pemilik perusahaan, yaitu pemegang saham, untuk

membuat keputusan, dimana hal ini menciptakan potensi konflik kepentingan

yang dikenal sebagai teori keagenan (agency theory). Hubungan keagenan

(agency relationship) terjadi ketika satu atau lebih individu, yang disebut sebagai

prinsipal menyewa individu atau organisasi lain, yang disebut sebagai agen, untuk

melakukan sejumlah jasa dan mendelegasikan kewenangan untuk membuat

keputusan kepada agen tersebut.

Menurut Macey dan O’Hara, (2003) menyatakan bahwa Corporate

Governance muncul karena terjadi pemisahan antara kepemilikan dengan

29

pengendalian perusahaan, atau seringkali dikenal dengan istilah masalah

keagenan. Permasalahan keagenan dalam hubungannya antara pemilik modal

dengan manajer adalah bagaimana sulitnya pemilik dalam memastikan bahwa

dana yang ditanamkan tidak diambil alih atau diinvestasikan pada proyek yang

tidak menguntungkan sehingga tidak mendatangkan return.

Untuk mengurangi masalah keagenan, diperlukan suatu mekanisme

pengawasan terhadap pengelolaan perusahaan. Salah satu mekanisme yang

dipakai adalah Good Corporate Governance (GCG). GCG menjadi sistem yang

memberikan petunjuk dan prinsip untuk menyelaraskan perbedaan kepentingan,

terutama kepentingan manajer dengan kepentingan pemegang saham. Dengan

meminimalkan konflik kepentingan yang terjadi, diharapkan agen dapat bertindak

sesuai dengan kepentingan pemilik yaitu meningkatkan return perusahaan

sehingga kinerja perusahaan meningkat (Tertius dan Christiawan, 2015).

2. Good Corporate Governace

a. Pengertian Good Corporate Governance

Menurut Bank Indonesia dalam PBI nomor 11/33/PBI/2009, Good

Corporate Governance, yang selanjutnya disebut GCG, adalah suatu tata kelola

Bank yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas

(accountability), pertanggungjawaban (responsibility), profesional (professional),

dan kewajaran (fairness).

Definisi Good Corporate Governance menurut Bank Dunia adalah aturan,

standar dan organisasi di bidang ekonomi yang mengatur perilaku pemilik

perusahaan, direktur dan manajer serta perincian dan penjabaran tugas dan

30

wewenang serta pertanggung jawabannya kepada investor (pemegang saham dan

kreditur).

Menurut Komite Cadburry, GCG adalah prinsip yang mengarahkan dan

mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta

kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawabannya kepada para

shareholders khususnya, dan stakeholders pada umumnya. Hal ini dimaksudkan

pengaturan kewenangan direktur, manajer, pemegang saham, dan pihak lain yang

berhubungan dengan perkembangan perusahaan di lingkungan tertentu

(Hisamuddin dan Tirta, 2011).

Menurut Forum Corporate Governance in Indonesia (FCGI) Corporate

Governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara

pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah,

karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan esktern lainnya yang

berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu

sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan (Hisamuddin dan Tirta,

2011).

Berdasarkan argumen yang dikembangkan oleh Keasey dan Wright dalam

Sayidah (2007) corporate governance dipandang mempunyai dua dimensi besar.

Pertama monitoring terhadap kinerja manajemen dan meyakinkan akuntabilitas

manajemen terhadap pemegang saham yang menekankan pertanggungjawaban

dan dimensi akuntabilitas dari corporate governance. Kedua, struktur, mekanisme

dan proses governance yang memotivasi perilaku manajerial untuk meningkatkan

kemakmuran bisnis dan perusahaan. Kedua perspektif tersebut perlu

31

dipertimbangkan ketika ada usaha untuk menciptakan struktur dan prosedur

governance yang mengarah ke perbaikan kinerja.

Menurut Wicaksana (2010) tata kelola perusahaan yang baik

menggabungkan kombinasi antara hukum, aturan-aturan, dan praktek-praktek

sukarela sektor swasta yang menyebabkan perusahaan dapat menarik modal,

bekerja efisien, menghasilkan laba, memenuhi kewajiban hukum, dan memenuhi

ekspektasi sosial hukum. Tata kelola perusahaan yang baik bertujuan untuk

memberikan dorongan kepada dewan (board) dan manajemen untuk mencapai

tujuan tersebut, yang merupakan kepentingan perusahaan dan pemegang saham.

Sukamulja (2004) menyimpulkan bahwa corporate governance merupakan :

1) Suatu struktur yang mengatur pola hubungan yang harmonis tentang peran

Dewan Komisaris, Direksi, RUPS dan para stakeholder lainnya.

2) Suatu sistem Check and balance mencakup perimbangan kewenangan atas

pengendalian perusahaan yang dapat membatasi munculnya dua peluang:

pengelolaan yang salah dan penyalahgunaan aset perusahaan.

3) Suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan,

pencapaian dan pengukuran kinerjanya.

b. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance

Menurut Bank Indonesia dalam PBI nomor 11/33/PBI/2009 prinsip-

prinsip Good Corporate Governance terdiri dari:

1) Transparansi, yaitu keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang material

dan relevan serta keterbukaan dalam proses pengambilan keputusan.

32

2) Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian pengelolaan bank dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan bank yang

sehat.

3) Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi dan pelaksanaan pertanggungjawaban organ

bank sehingga pengelolaannya berjalan dengan efektif.

4) Profesional, yaitu memiliki kompetensi, mampu bertindak obyektif dan bebas dari

penaruh atau tekanan dari pihak manapun (independen) serta memiliki komitmen

yang tinggi untuk mengembangkan bank.

5) Kewajaran, yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholders

berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance setiap Bank harus

memastikan bahwa prinsip GCG diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di

seluruh jajaran bank. Prinsip GCG yang harus dipastikan pelaksanaanya meliputi

transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, indepedensi serta kewajaran dan

kesetaraan (www.knkg-indonesia.com, 2012), berikut penjelasannya:

1. Transparansi (transparency) mengandung unsur pengungkapan (disclosure) dan

penyediaan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat, dan dapat

diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan dan

masyarakat. Transparansi diperlukan agar bank menjalankan bisnis secara

objektif, profesional, dan melindungi kepentingan konsumen.

2. Akuntabilitas (accountability) mengandung unsur kejelasan fungsi dalam

organisasi dan cara mempertanggungjawabkannya. Bank sebagai lembaga dan

pejabat yang memiliki kewenangan harus dapat mempertanggungjawabkan

33

kinerjanya secara transparan dan akuntabel. Untuk itu bank harus dikelola secara

sehat, terukur dan professional dengan memperhatikan kepentingan pemegang

saham, nasabah, dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan

prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

3. Responsibilitas mengandung unsur kepatuhan terhadap peraturan perundang‐

undangan dan ketentuan internal bank serta tanggung jawab bank terhadap

masyarakat dan lingkungan. Responsibilitas diperlukan agar dapat menjamin

terpeliharanya kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat

pengakuan sebagai warga korporasi yang baik atau dikenal dengan good

corporate citizen.

4. Independensi mengandung unsur kemandirian dari dominasi pihak lain dan

objektifitas dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Dalam hubungan

dengan asas independensi (independency), Bank harus dikelola secara independen

agar masing‐masing organ Perusahaan beserta seluruh jajaran dibawahnya tidak

saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak manapun yang dapat

mempengaruhi obyektivitas dan profesionalisme dalam melaksanakan tugas dan

tanggungjawabnya.

5. Kewajaran dan kesetaraan (fairness) mengandung unsur perlakuan yang adil dan

kesempatan yang sama sesuai dengan proporsinya. Dalam melaksanakan

kegiatannya, bank harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham,

konsumen dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan

kesetaraan dari masing‐masing pihak yang bersangkutan.

c. Manfaat Penerapan Good Corporate Governance

34

Industri perbankan merupakan suatu badan usaha yang bergerak dalam

bidang keuangan, yang kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk

lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Industri perbankan

mempunyai regulasi yang lebih ketat dibandingkan dengan industri lainnya. Oleh

karena itu industri perbankan ini membutuhkan adanya prinsip-prinsip dalam

menjalankan kegiatan operasinya, khususnya pada kinerja keuangannya, agar

kegiatannya dapat berjalan sesuai dengan tujuan perbankan tersebut, yaitu dengan

prinsip corporate governance. Situasi eksternal dan internal perbankan semakin

kompleks dengan risiko kegiatan yang beragam. Keadaan tersebut semakin

meningkatkan kebutuhan adanya penerapan corporate governancedalam industri

perbankan. Selain untuk meningkatkan daya saing bank, corporate governance

juga lebih memberikan perlindungan kepada masyarakat (Syafiqurrahman et.

al.,2014).

Menurut Forum Corporate Governance in Indonesia (2001) ada beberapa

manfaat yang dapat diambil dari penerapan GCG yang baik, antara lain:

1) Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan

keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan

serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholder.

2) Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah sehinga

dapat lebih meningkatkan corporate value.

3) Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di

Indonesia.

35

4) Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena

sekaligus akan meningkatkan Shareholders value dan deviden.

Manfaat bagi perusahaan yang menerapkan good corporate governance adalah

bahwa esensi dari good corporate governance ini secara ekonomis akan menjaga

kelangsungan usaha, baik profitabilitasnya maupun pertumbuhannya. Corporate

governance merupakan pedoman bagi manajer untuk mengelola perusahaan

secara best practice. Manajer akan membuat keputusan keuangan yang dapat

menguntungkan semua pihak (stakeholder). Manajer bekerja secara efektif dan

efisien sehingga dapat menurunkan biaya modal dan mampu meminimalkan

risiko. Usaha tersebut diharapkan menghasilkan profitabilitas yang tinggi.

Investor akan memperoleh pendapatan (return) sesuai dengan harapan. Dampak

penerapan good corporate governance selain bisa menghilangkan KKN dan

menciptakan serta mempercepat iklim berusaha yang lebih sehat juga

meningkatkan kepercayaan investor dan kreditor (Nuswandari, 2009).

3. Dewan Pengawas Syariah

(Keputusan Dewan Pimpinan MUI tentang susunan pengurus DSN-MUI,

No: Kep-98/MUI/III/2001):DPS adalah badan yang ada di lembaga keuangan

syariah dan bertugas mengawasi pelaksanaan keputusan DSN di lembaga

keuangan syariah tersebut. Dewan Pengawas Syariah diangkat dan diberhentikan

di Lembaga Keuangan Syariah melalui RUPS setelah mendapat rekomendasi dari

DSN. Dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-

Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dinyatakan bahwa dalam

suatuperbankan Islam harus dibentuk DPS. Begitu juga dalam Undang-undang

36

tentang Perbankan Syariah dinyatakan bahwa DPS wajib dibentuk di Bank

Syariah dan bank konvensional yang memiliki unit usaha syariah. Dalam PBI

No.11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah juga disebutkan pengertian DPS

yaitu DPS adalah dewan yang bertugas memberikan nasehat dan saran kepada

direksi serta mengawasi kegiatan bank agar sesuai dengan prinsip syariah. DPS

merupakan suatu badan yang diberi wewenang untuk melakukan supervises /

pengawasan dan melihat secara dekat aktivitas lembaga keuangan syariah agar

lembaga tersebut senantiasa mengikuti aturan dan prinsip-prinsip syariah. DSN

merupakan bagian dari MUI yang terdiri atas para ulama, praktisi dan pakar dalam

bidang-bidang yang terkait dengan perekonomian dan syariah muamalah yang

bertugas menumbuh kembangkan penerapan nilai-nilai syariah. DPS

berkedudukan di kantor pusat dan berkewajiban melihat secara langsung

pelaksanaan suatu lembaga keuangan syariah agar tidak menyimpang dari

ketentuan yang telah difatwakan Dewan Syariah Nasional (DSN). DSN

merupakan bagian dari MUI yang terdiri atas para ulama, praktisidan pakar dalam

bidang-bidang yang terkait dengan perekonomian dan syariah muamalah yang

bertugas menumbuh kembangkan penerapan nilai-nilai syariah dalam kegiatan

perekonomian pada umumnya dan sektor keuangan pada khususnya, termasuk

usaha bank, asuransi dan reksadana. Menurut MUI (SK MUI No.

Kep.754/II/1999), ada 4 tugas pokok DSN,yaitu;

1. Menumbuh kembangkan penerapan nilai-nilai syariah dalam kegiatan

perekonomian

2. Mengeluarkan fakta atas jenis-jenis kegiatan keuangan

37

3. Mengeluarkan fakta atas produk keuangan syariah

4. Mengawasi penerapan fatwa yang telah dikeluarkan

DPS melihat secara garis besar dari aspek manajemen dan administrasi

harus sesuai dengan prinsip syariah, yang paling utama adaalah mengesahkan dan

mengawasi produk-produk yang dikeluarkan bank agar sesuai dengan ketentuan

syariah dan undang-undang yang berlaku. DPS dalam strukrur organisasi bank

syariah diletakkan pada posisi setingkat dengan Dewan Komisaris pada setiap

bank syariah. Posisi yang demikian ditujukan agar DPS lebih berwibawa dan

mempunyai kebebasan opini dalam memberikan bimbingan dan pengarahan

kepada semua direksi di bank tersebut dalam hal-hal yang berhubungan dengan

pengaplikasian produk perbankan syariah. Oleh sebab itu, penetapan DPS

dilakukan melalui RUPS setelah nama-nama anggota DPS tersebut mendapat

pengesahan dari DSN.

Fungsi dan Peran DPS dalam perbankan syariah sangat berhubungan kuat

dengan manajemen resiko perbankan syariah, yaitu resiko reputasi, yang

memungkinkan adanya dampak pada resiko lainnya, seperti resiko likuiditas.

Pelanggaran syariah complience yang dibiarkan DPS atau luput dari pengawasan

DPS, jelas akan merusak citra dan kredibilitas bank syariah di mata masyarakat,

sehingga dapat menurunkan kepercayaan masyarakat kepada bank syariah

yang bersangkutan. Untuk itulah peran DPS di bank syariah harus benar-benar

dioptimalkan, kualifikasi menjadi DPS harus diperketat, dan formalisasi perannya

harus diwujudkan di bank syariah tersebut.

38

Peranan Dewan Pengawas Syari’ah sangat strategis dalam penerapan

prinsip syariah di lembaga perbankan syariah. Menurut Surat Keputusan DSN

MUI No.Kep-98/MUI/III/2001 tentang Susunan Pengurus DSN MUI Masa

Bhakti Th. 2000-2005 bahwa DSN memberikan tugas kepada DPS untuk :

1. Melakukan pengawasan secara periodik pada lembaga keuangan syariah,

2. Mengajukan usul-usul pengembangan lembaga keuangan syariah kepada

pimpinan lembaga yang bersangkutan dan kepada DSN

3. Melaporkan perkembangan produk dan operasional lembaga keuangan

syariah yang diawasinya kepada DSN sekurang-kurangnya dua kali dalam

satu tahun anggaran

4. Merumuskan permasalahan yang memerlukan pembahasan dengan DSN.

Ratna Aditya Ningrum, Fachrurrozie, dan Prabowo Yudo Jayanto (2013)

membahas tentang “Pengaruh Kinerja Keuangan, Kepemilikan Institusional dan

Ukuran Dewan Pengawas Syariah terhadap Pengungkapan ISR”.Tujuan dari

penelitian ini adalahuntuk menganalisis pengaruh kinerja keuangan, kepemilikan

institusional, danukuran dewan pengawas syariah terhadap pengungkapan Islamic

Social Reporting (ISR).Hasil dari penelitian menunjukan secara simultan variabel

kinerja keuangan,kepemilikan institusional dan ukuran dewan pengawas syariah

berpengaruh terhadap pengungkapan Islamic Sosial Reporting. Secara parsial

variabel kepemilikan institusional dan ukuran dewan pengawas syariah

berpengaruh terhadap pengungkapan Islamic Sosial Reporting, sedangkan

variabel kinerja keuangan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan Islamic

Social Reporting. Terdapat persamaan antara penelitian ini dengan dengan yang

39

sekarang dimanakeduanya membahas mengenai Islamic Social Reporting,

sedangkan perbedaan antara keduanya, pada penelitian yang ini membahas

mengenai pengaruh kinerja keuangan, kepemilikan institusional, dan ukuran

dewan pengawas syariah terhadap pengungkapan ISR sedangkan penelitian yang

sekarang merupakan studi komparasi pengungkapan CSR pada perbankan syariah

Indonesia dan Malaysia menggunakan Islamic Social Reporting Index.

Pada penelitian ini peneliti mengukur pengaruh ukuran Dewan Pengawas

Syariah, jumlah rapat DPS, dan rangkap jabatan DPS terhadap ROA.

a) Jumlah Anggota Dewan Pengawas Syariah

Ahmad Ridwan (2011) DPS dapat melakukan perangkapan jabatan dalam

rangka penerapan prinsip Good Corporate Governance dan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku, maka DPS dapat melakukan perangkapan jabatan

dengan ketentuan sebagai berikut;

a. Jumlah anggota DPS sekurang-kurangnya 2-5 orang untuk Bank

Umum Syariah Dan Unit Usaha Syariah, sedangkan untuk BPRS

anggota DPS sekurang-kurangnya harus berjumlah 2-3 orang.

b. Anggota DPS dapat merangkap jabatan sebagai anggota DPS lain

sebanyak 4 Bank lain atau lembaga keuangan Syariah bukan Bank.

c. Anggota DPS dapat merangkap jabatannya sebagai anggota DSN-

MUI sebanyak 2 orang dari lembaga keuangan Syariah.

Dasar hukum perangkapan jabatan anggota DPS yaitu:

1. Untuk Bank Umum Syariah dan Usaha Unit Syariah sebelum

dikeluarkannya PBI No.6/24/PBI/2004 yang telah diubah dengan PBI

40

No.7/35/PBI/2005 serta PBI No.8/3/PBI/2006 harus disesuaikan

selambat-lambatnya tanggal 14 Oktober 2007.

2. Untuk BPRS sebelum dikeluarkannya PBI No.6/17/PBI/2004 harus

disesuaikan selambat-lambatnya 1 Juli 2007.

b) Jumlah Rapat Dewan Pengawas Syariah

Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor

30/POJK.05/2014. DPS wajib menyelenggarakan rapat DPS secara berkala

paling sedikit 6 (enam) kali dalam 1 (satu) tahun. Perbedaan pendapat

(dissenting opinions) yang terjadi dalam keputusan rapat DPS wajib

dicantumkan secara jelas dalam risalah rapat DPS disertai alasan perbedaan

pendapat tersebut. Anggota DPS yang hadir maupun yang tidak hadir dalam

rapat DPS berhak menerima salinan risalah rapat Dewan Pengawas Syariah.

Jumlah rapat DPS yang telah diselenggarakan dan jumlah kehadiran masing-

masing anggota DPS harus dimuat dalam laporan penerapan Tata Kelola

Perusahaan Yang Baik.

Menurut Bathula (2008) rapat DPS digunakan sebagai ukuran dari

intensitas kegiatan dewan dan nilai dari dewan yang relevan. Waktu rapat DPS

merupakan sumber daya penting dalam meningkatkan efektivitas DPS yang

akan berdampak luar biasa pada kinerja dari DPS, dan pertemuan yang efektif

penting bagi keberhasilan tugas DPS.

c) Rangkap Jabatan DPS

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menerbitkan POJK

No.18/POJK.03/2014 tentang Penerapan Tata Kelola Terintegrasi Bagi

41

Konglomerasi Keuangan. Dalam aturan ini, struktur direksi, Dewan Pengawas

Syariah dan dewan komisaris lembaga jasa keuangan (LJK) diperbolehkan

untuk rangkap jabatan.

Yonatan Hermanto (2015) rangkap jabatan memiliki pandangan berbeda-

beda tergantung dari sisi mana yang dilihat. Misalnya, dari sisi pengaturan di

pasar modal, jika dikaitkan dengan transaksi terafiliasi rangkap jabatan

merupakan hal yang negatif.

Yonanto (2015) jika dilihat dari sisi praktik di lapangan, rangkap jabatan

biasanya diisi oleh orang-orang yang sudah ahli di bidangnya. Bukan hanya

itu, dalam UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT), tak ada

klausul lebih rinci mengenai kewajiban atau hak dari pemegang saham

pengendali. Untuk lebih rinci malah diatur dalam peraturan Bank Indonesia

(BI) atau peraturan OJK bahwa kewajiban pemegang saham pengendali lebih

banyak karena mayoritas saham yang dimilikinya. Itu fakta hukum yang de

facto terjadi, tapi dalam UU PT kita belum akomodir. Achmad Daniri (2015)

pedoman Good Corporate Governance (GCG) perbankan yang diluncurkan

KNKG hanyalah sebuah rujukan. Meski begitu, setiap industri atau

perusahaan bisa memberikan pedoman masing-masing untuk mengisi

kekosongan pada UU PT. Pedoman yang dikeluarkan KNKG hanya rujukan,

setiap perusahaan bisa berikan pedoman masing-masing untuk mengisi

kekosongan dari UU PT itu sesuai dengan prinsip-prinsip GCG” .

Ismanto Kuat (2009) Dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No

11/03/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah, anggota DPS dapat merangkap

42

jabatan di empat lembaga keuangan syariah. Ini menjadikan ketentuan

mengenai dewan pengawas syariah (DPS) di bank menjadi lebih

fleksibel.Sebelumnya berdasar PBI Nomor 6/24/PBI/2004 tentang Bank

Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah,

anggota DPS ditetapkan merangkap jabatan di dua bank syariah dan dua

lembaga keuangan bukan bank. Namun dengan ketentuan baru anggota DPS

dapat menjabat di lembaga keuangan lainnya, tak hanya terpatok pada dua

bank.

4. Kinerja Keuangan

Kinerja (performance) dalam kamus istilah akuntansi adalah

kuantifikasi dari keefektifan dalam pengoperasian bisnis selama periode

tertentu.Kinerja bank secara umum merupakan gambaran prestasi yang

dicapai oleh bank dalam operasionalnya. Kinerja keuangan bank merupakan

gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik mencakup

aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dananya. Kinerja

menunjukkan sesuatu yang berhubungan dengan kekuatan serta kelemahan

suatu perusahaan. Kekuatan tersebut dipahami agar dapat dimanfaatkan dan

kelemahan pun harus diketahui agar dapat dilakukan langkah-langkah

perbaikan (Lestari dan Sugiharto, 2007).

Kinerja adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan

selama periode waktu tertentu yang merupakan hasil atau prestasi yang

dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan

sumber-sumber daya yang dimiliki (Helfert, 1996 dalam Nuswandari, 2009).

43

Menurut Wati (2012) kinerja merupakan gambaran dari pencapaian

pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan tujuan perusahaan. Tujuan

didirikannya perusahaan adalah memaksimalkan kekayaan pemegang saham

melalui peningkatan nilai perusahaan.

Menurut Hastuti (2005) kinerja perusahaan adalah hasil keputusan

individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen. Oleh karena itu

untuk menilai kinerja perusahaan perlu melibatkan analisis dampak keuangan

kumulatif dan ekonomi dari keputusan dan mempertimbangkannya dengan

menggunakan ukuran komparatif. Kinerja perusahaan dapat diukur dengan

menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan. Informasi posisi keuangan

dan kinerja keuangan di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk

memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa depan dan hal-hal lain yang

langsung menarik perhatian pemakai seperti pembayaran dividen, upah,

pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi

komitmennya ketika jatuh tempo (Kusumo, 2008).

Menurut Jumingan (2006: 239) kinerja keuangan merupakan

gambaran kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu

menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana, yang

biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan

profitabilitas. Kinerja keuangan perusahaan adalah suatu gambaran tentang

kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis

keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya perusahaan

44

yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu (Dwiermayanti,

2009).

Menurut Wati (2012) pengukuran kinerja keuangan dalam perusahaan

dilakukan untuk mengetahui apakah hasil yang dicapai telah sesuai dengan

perencanaan. Peningkatan kinerja keuangan perusahaan berarti perusahaan

dapat mencapai tujuan dari didirikannya perusahaan tersebut.

Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap

perusahaan di manapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan

perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Selain itu

tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam

mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah

ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang

diharapkan.Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana

formal yang dituangkan dalam anggaran (Febryani dan Zulfadin, 2003).

Kinerja keuangan dalam penelitian ini diukur dengan Return on Equity

(ROE). ROE merupakan pengukuran dari penghasilan yang tersedia bagi para

pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan di dalam

perusahaan. ROE dapat dilihat dari laba bersih perusahaan dibandingkan

dengan total ekuitas perusahaan. ROE yang tinggi menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi pemegang

saham dan menunjukkan pertumbuhan perusahaan kedepannya, sehingga

dengan ROE yang tinggi menunjukkan kinerja keuangan perusahaan juga

45

baik, yang mengakibatkan investor tertarik untuk menanamkan modal (Wati,

2012)

C. Kerangka Penelitian

Berdasarkan uraian penelitian terdahulu dan landasan teori diatas, maka

h1

h2

h3

Gambar 2.1

Kerangka Penelitian

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan yang

diukur dengan rasio Return Of Equity (ROE) Variabel independen dalam

penelitian ini adalah pengaruh Dewan Pengawas Syariah yang diproksikan dengan

rangkap jabatan DPS, jumlah rapat DPS, jumlah anggota DPS.

D. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan, penelitian terdahulu, teori dan

kerangka pemikiran maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Rangkap Jabatan Dewan Pengawas Syariah Terhadap Kinerja Keuangan

Menurut Umam (2015) mengatakan bahwa di Indonesia terdapat dewan

pengawas syariah yang menjadi dewan pengawas syariah di lembaga

keuangan lain dan juga terdapat dewan pengawas syariah yang menjadi

dewan syariah nasional. Adanya beberapa dewan pengawas syariah yang

Rangkap Jabatan DPS

Jumlah Rapat DPS

Jumlah Anggota DPS

Kinerja Keuangan

(ROE)

46

merangkap jabatan sebagai dewan pengawas syariah di lembaga keuangan

lain dan menjabat sebagai dewan syariah nasional menandakan bahwa jumlah

dewan pengawas syariah di Indonesia masih sedikit. Rangkap jabatan tersebut

dapat mengurangi tingkat pengawasan yang dilakukan dewan pengawas

syariah, sehingga keberadaan dewan 20 pengawas syariah belum mampu

mendorong peningkatan kinerja bank syariah. Untuk penerapan GCG yang

efektif di lembaga perbankan syariah, maka Bank Indonesia mengeluarkan

peraturan baru, yaitu Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009

tanggal 7 Desember 2009 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance

Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. PBI ini menjelaskan

tentang rangkap jabatan DPS di banyak bank, harus dikurangi dari 4 menjadi

2 lembaga keuangan. Menurut Syukron (2012) mengatakan bahwa peraturan

mengenai rangkap jabatan DPS di Indonesia dan Malaysia tidak ada

perbedaan yaitu DPS dibolehkan merangkap jabatan hanya pada 2 lembaga

keuangan. Menurut Usamah (2010) mengatakan bahwa kualitas pengawasan

terhadap pelaksanaan prinsip syariah di bank syariah diperlukan adanya

pembatasan terhadap jumlah rangkap jabatan sebagai dewan pengawas

syariah, yang bertujuan agar lembaga tersebut dapat bekerja lebih fokus,

semakin sedikit rangkap jabatan sebagai dewan pengawas syariah maka dapat

bekerja lebih fokus dan profesional. Rangkap jabatan yang tidak terlalu

banyak dipegang oleh dewan pengawas syariah diharapkan mampu

meningkatkan pengawasan yang lebih baik, sehingga 21 kemungkinan-

kemungkinan masalah agensi dapat ditekan yang nantinya dapat

47

meningkatkan kinerja bank syariah itu sendiri. Hal tersebut di dukung oleh

penelitian Usamah (2010) menyebutkan bahwa rangkap jabatan dewan

pengawas syariah berpengaruh negatif terhadap kinerja kepatuhan syariah

atas pembiayaan, artinya, semakin sedikit rangkap jabatan sebagai dewan

pengawas syariah maka dapat bekerja lebih fokus dan profesional, begitu juga

halnya dalam melakukan suatu pengungkapan ISR.

Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang dapat

dirumuskan adalah sebagai berikut:

H1: Rangkap Jabatan DPS berpengaruh negatif terhadap kinerja

keuangan.

2. Jumlah Rapat Dewan Pengawas Syariah terhadap kinerja keuangan.

Salah satu kegiatan rapat DPS adalah memberikan opini-opini mengenai

semua kegiatan operasional, produk dan penyaluran dana termasuk

mengawasi kegiatan menyalurkan dana zakat, infak, sedekah dan wakaf yang

bisa diakui sebagai bentuk ISR perusahaan. Menurut Ridhwan dan Wijaya

(2014) mengatakan bahwa risalah rapat DPS memuat keputusan dan opini

syariah yang diambil dalam rapat DPS, risalah rapat tersebut sudah diketahui

dan disetujui oleh seluruh anggota DPS. Pelaksanaan rapat DPS

dipersyaratkan dalam PBI No.11/33/PBI/2009 dan SEBI No.12/13/DPbS

tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha

Syariah (UUS) mengatur bahwa rapat DPS diselenggarakan minimal sekali

dalam 1 (satu) bulan. Menurut Syukron (2012) mengatakan bahwa peraturan

Bank Indonesia dengan Malaysia tidak ada perbedaan termasuk peraturan

48

tentang jumlah rapat DPS hanya saja Dewan Pengawas Syariah di Malaysia

memiliki aturan yang sangat ketat dibanding Dewan Pengawas Syariah di

Indonesia seperti pendiskualifikasi mereka yang tidak melaksanakan tugasnya

dengan baik, tidak menghadiri 75 persen pertemuan yang telah dijadwalkan

dalam satu tahun tanpa alasan yang 22 wajar, dan pemecatan bagi mereka

yang dinyatakan bersalah atas tindak pidana yang serius, atau pelanggaran

lainnya dan diancam dengan pidana penjara satu tahun atau lebih. Gray dan

Nowland dalam Widayui (2014) menyatakan bahwa kehadiran direktur pada

rapat dewan direksi dan komite, penting bagi direksi dan pemegang saham.

Rapat merupakan salah satu cara yang bisa digunakan direktur untuk diskusi

dan memberikan saran kepada manajemen perusahaan tentang kebijakan-

kebijakan yang ditentukan. Sedangkan Suryono dalam Harto dan Widayuni

(2013) menjelaskan bahwa melalui jumlah pertemuan, komite audit semakin

mampu mendorong manajemen untuk melakukan praktik pengungkapan

sustainability report 31 sebagai media komunikasi perusahaan dengan

stakeholder dalam rangka memperoleh legitimasi melalui pelaksanaan good

corporate governance. Sehubungan dengan tiga pernyataan di atas, dalam

penelitian ini akan diuji tentang pengaruh rapat DPS terhadap pengungkapan

ISR. Secara logika, semakin sering rapat dilaksanakan, maka semakin bagus

pengawasan terhadap pengungkapan ISR yang dilaksanakan. Hal ini sejalan

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Chariri (2012) yang

menunjukkan bahwa jumlah rapat DPS berpengaruh positif terhadap

pengungkapan CSR. Menurut (Munarman, 2015) dewan pengawas syariah

49

lembaga yang berkewajiban mengarahkan, mengawasi, dan mereview

lembaga keuangan agar dapat diyakinkan mematuhi sesuai syariat islam.

Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang dapat

dirumuskan adalah sebagai berikut:

H2: Jumlah Rapat Dewan Pengawas Syariah berpengaruh positif

terhadap kinerja keuangan.

3. Jumlah Anggota Dewan Pengawas Syariah terhadap kinerja keuangan.

Farook (2011) menyatakan bahwa DPS diharapkan dapat mewakili

hukum Islam dan prinsip-prinsip Islam yang lebih daripada manajemen.

Peningkatan jumlah anggota DPS mungkin mengarah ke tingkat

pengungkapan CSR yang lebih tinggi dalam peningkatan pemantauan.

AAOIFI menyatakan bahwa diperlukan setidaknya tiga anggota DPS. Ini

merupakan persyaratan umum di banyak bank syariah. Semakin besar jumlah

anggota DPS maka semakin besar pemantauan terhadap hukum dan prinsip-

prinsip Islam. Dengan jumlah DPS yang memadai maka pelaksanaan dan

pengungkapan CSR menjadi lebih terkontrol (Percy dan Stewart ,2010).

Ukuran dewan pengawas syariah adalah jumlah dari anggota dewan pengawas

syariah dalam suatu perusahaan (Khoirudin, 2013). Dewan pengawas syariah

mempunyai peran dalam pengungkapan ISR perbankan syariah. Hal ini karena

dewan pengawas syariah mempunyai wewenang mengawasi kepatuhan

perusahaan terhadap prinsip syariah. Oleh karena itu, semakin banyak dewan

pengawas syariah maka semakin efektif pula pengawasan terhadap

pengungkapan ISR dengan prinsip syariah. Menurut Khoiruddin (2013)

50

semakin banyak jumlah dewan pengawas syariah dapat meningkatkan level

pengungkapan. Semakin besar jumlah anggota dewan pengawas syariah, maka

kinerja bank semakin efektif sehingga pengungkapan tanggung jawab sosial

secara islami juga meningkat.

Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang dapat

dirumuskan adalah sebagai berikut:

H3: Jumlah Anggota Dewan Pengawas Syariah berpengaruh positif

terhadap kinerja keuangan.

51

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan

data sekunder untuk semua variabel yaitu kinerja keuangan bank umum

syariah dan data tentang Dewan Pengawas Syariah yang terdapat pada laporan

tahunan bank umum syariah selama tahun 2011 sampai dengan tahun 2016.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bank umum syariah di Indonesia pada

tahun 2011-2016, melalui akses internet ke situs resmi masing-masing bank

umum syariah tersebut.

C. Populasi dan Sampel

Populasi menurut Supardi (2005:101) adalah suatu kesatuan individu

atau subyek pada wilayah dan waktu serta dengan kualitas tertentu yang akan

diamati. Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Syariah di Indonesia

sejumlah 11 bank.

Sampel menurut Supardi (2005:103) adalah bagian dari populasi yang

dijadikan subyek penelitian sebagai wakil dari para anggota populasi. Teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling

(penarikan sampel secara tidak acak). Menurut Sugiyono (2010:66),

nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak

memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau

anggota yang dipilih menjadi sampel. Bagian dari nonprobability sampling

52

yang digunakan adalah purposive sampling. Menurut Sugiyono

(2010:68) yang dimaksud purposive sampling adalah teknik penentuan sampel

dengan cara pertimbangan tertentu. Kriteria-kriteria pemilihan sampel tersebut

diantaranya, perusahaan perbankan yang terdaftar sebagai perusahaan

perbankan yang go public antara lain:

a. Bank yang menerbitkan annual report selama 6 tahun berturut-turut yaitu

tahun 2011-2016 yang terdapat data rangkap jabatan DPS, jumlah rapat

DPS dan jumlah anggota DPS.

b. Bank Syariah yang termasuk dalam Bank Umum Syariah.

c. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah bank yang termasuk

dalam Bank Umum Syariah berjumlah 11 bank yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.1

Daftar nama bank sampel

No. Nama Bank

1 BNI Syariah

2 Bank Mega Syariah

3 Bank Muamalat

4 Bank Mandiri Syariah

5 BRI Syariah

6 Bank Syariah Bukopin

7 Bank Jabar Banten Syariah

8 BCA Syariah

9 Panin Bank Syariah

10 Bank Victoria Syariah

11 Maybank Syariah

Sumber: www.bi.go.id

53

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode

pengumpulan data dari basis data sebab penulis mengambil data sekunder.

Metode ini dilakukan melalui pengumpulan dan pencatatan data laporan

tahunan pada masing-masing bank syariah yang menjadi sampel penelitian

selama periode tahun 2011-2016. Data dalam penelitian ini diperoleh dari

internet dengan cara mendownload laporan tahunan dari masing-masing bank

tersebut yang dipublikasikan melalui situs resmi masing-maing bank syariah

tersebut.

E. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung

atau penelitian arsip yang memuat peristiwa masa lalu (Bawono, 2006:30).

Data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari data insentif dewan direksi,

rangkap jabatan dewan direksi, pendidikan dewan direksi, masa jabatan

dewan direksi, jumlah anggota dewan pengawas syariah dan jumlah rapat

dewan pengawas syariah pada tahun 2011-2016 serta return of equity

(ROE) pada tahun 2011-2016.

2. Sumber Data

Data diperoleh dari situs resmi masing-masing bank umum syariah

yang dijadikan obyek dalam penelitian ini.

54

F. Definisi Operasional

Agar penelitian ini dapat dilaksanakan sesuai dengan yanng

diharapkan, maka perlu dipahami unsur-unsur yang menjadi dasar dari suatu

penelitian ilmiah yang termuat dalam definisi operasional variabel penelitian.

Secara lebih rinci, definisi operasional variabel penelitian adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.2

Tabel definisi operasional

VARIAB

EL

KONSEP INDIKATOR PENELITI

Rangkap

Jabatan

DPS

Duality atau

rangkap jabatan

adalah dewan

pengawas syariah

yang memegang

dua atau lebih

jabatan dalam

sebuah perusahaan.

∑ duality atau

rangkap jabatan

dewan pengawas

syariah di perusahan

Umam (2015)

Usamah (2010)

Ahmad Ridwan (2011)

Adrian Sutedi (2012)

Sanusi (2004)

Jumlah

Rapat

DPS

Jumlah rapat

dewan pengawas

syariah merupakan

jumlah rapat yang

diselengarakan

selama satu tahun

∑ rapat dewan

pengawas syariah

pertahun

Erzi Ervian

(2014)

.Eko sunarwan (2015)

Ridhwan dan Wijaya ( 2014)

Rahayu dan

Cahyati (2014)

Sunarwan (2015)

Jumlah

Anggota

DPS

Ukuran Jumlah

anggota seluruh

dewan pengawas

syariah

∑ jumlah anggota dan

ukuran sebagai dewan

pengawas syariah

Ari Kristin

Prasetyaningrum

(2010)

Ervian (2014)

Prabowo dan Jamal (2016)

ROE (Y) ROE adalah rasio

yang

membandingkan

laba bersih setelah

pajak dengan

Lestari dan Sugiharto (2007)

Wati (2012)

Hastuti (2005)

Kusumo (2008)

55

ekuitas yang

diinvestasikan

pemegang saham

pada perusahaan.

Jumingan (2006)

Dwiermayanti (2009)

Hisamudin dan Tirta (2011)

Ottay dan

Alexander (2015)

Tatengkeng dan Tangkuman

(2015)

Indriastuti dan Ifada (2015)

G. Analisis Data dan Hipotesis

A. Analisis Data

1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu

data yang dilihat dari nilai rata- rata (mean),standar deviasi, varian,

maksimum dan minimum (Ghozali, 2013: 19).

2. Asumsi Klasik

Untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini, maka terlebih

dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik, untuk memastikan apakah

model regresi linier berganda yang digunakan tidak terdapat masalah

normalitas, multikolonieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi.

Jika semua itu terpenuhi berarti bahwa model analisis telah layak

digunakan. Pengujian asumsi klasik dilakukan agar memperoleh hasil

regresi yang bisa dipertanggungjawabkan dan mempunyai hasil yang

tidak biasa. Pengujian ini meliputi Uji Normalitas, Uji

Multikolonieritas, Uji Heteroskedastisitas dan Uji Autokorelasi

(Gujarati, 2009).

56

a. Uji Normalitas

Uji ini untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti

diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual

mengikuti ditribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji

statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali,

2013: 160).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji kolmogorov-

smirnov untuk menguji kenormalan suatu data karena dengan uji

ini menghasilkan nilai yang pasti. Jika nilai dari Asymp. Sig. (2-

tailed)-nya menunjukkan angka lebih dari 5% atau 0,05 maka data

tersebut berdistribusi normal tetapi sebaliknya jika nilai dari

Asymp. Sig. (2-tailed)-nya menunjukkan angka kurang dari 5%

atau 0,05 maka data tersebut tidak berdistribusi normal (Ghozali,

2013:163).

b. Uji Multikolonieritas

Uji Multikoloneieritas bertujuan untuk menguji apakah

model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen

saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal.

Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi

57

antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali,

2013:105).

Alat statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan variance inflation factor (VIF). Dalam metode variance

inflation factor (VIF) dilihat dari hasil tolerance dan VIF-nya. Jika

nilai dari tolerance lebih dari 0,1 maka dikatakan tidak terjadi

multikolinearitas tetapi sebaliknya, jika nilai tolerance kurang dari

0,1 maka dikatakan terjadi multikolonearitas. Dan jika nilai VIF-

nya menunjukkan nilai yang kurang dari 10,00 maka dikatakan

tidak terjadi multikolonearitas tetapi, jika nilai VIF-nya

menunjukkan nilai yang lebih dari 10,00 maka dikatakan terjadi

multikolonearitas (Ghozali, 2013:106).

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokesdatisitas ditujukan untuk menguji apakah

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual

satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varian dari residual

pengamatan satu ke pengamatan lain tetap, maka disebut

homoskesdatisitas dan jika berbeda maka heteroskesdastisitas.

Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak

terjadi heteroskesdatisitas (Ghozali, 2013:139).

Penelitian ini menggunakan uji glejser, yaitu dengan

meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen.

Apabila koefisien parameter signifikan secara statistik, hal ini

58

menunjukkan bahwa dalam data model empiris yang diestimasi

terdapat heterokedastisitas, dan sebaliknya jika koefisien parameter

tidak signifikan secara statistik, maka tidak ada heterokedastisitas

(Ghozali, 2013: 142).

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada

periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1

(sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem

autokorelasi. Autokorelasi muncul karena obsevasi yang berurutan

sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul

karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu

observasi ke observasi lainnya (Ghozali, 2013: 110).

Penelitian ini menggunakan uji glejser, yaitu dengan

meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen.

Apabila koefisien parameter signifikan secara statistik, hal ini

menunjukkan bahwa dalam data model empiris yang diestimasi

terdapat heterokedastisitas, dan sebaliknya jika koefisien parameter

tidak signifikan secara statistik, maka tidak ada heterokedastisitas

(Ghozali, 2013: 142).

3. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi adalah studi mengenai ketergantungan

variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel

59

independen (variabel penjelas/ bebas), dengan tujuan untuk

mengestimasi dan/atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai

rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen

yang diketahui. Hasil analisis regresi adalah berupa koefisien

untuk masing-masing variabel independen. Koefisien ini diperoleh

dengan cara memprediksi nilai variabel dependen dengan suatu

persamaan (Ghozali, 2013:96).

Analisis regresi berganda dalam penelitian ini digunakan

untuk mengetahui pengaruh rangkap jabatan DPS, jumlah rapat

DPS, jumlah anggota DPS terhadap Return on Equity (ROE)

sebagai rasio kinerja di Bank Syariah periode tahun 2011-2016.

Formulasi persamaan regresi berganda sendiri adalah sebagai

berikut (Bawono, 2006:85):

Y= β0 + β1X1 + β2X2 + β 3X3 + e

Dimana:

Y : ROE

β0 : Konstanta dari persamaan regresi

β1-3: Konstanta dari variabel independen

X1 : Rangkap Jabatan DPS

X2 : Jumlah Rapat DPS

X3 : Jumlah Anggota DPS

e : variabel residual atau prediction error

4. Hipotesis

60

a. Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi model dependen.

Nilai koefisien determinasi adalah nol dan satu. Nilai R2

yang kecil

berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam

menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang

mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi

variasi variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi

untuk data silang (crossection) relatif rendah karena adanya variasi

yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk

data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien

determinasi yang tinggi (Ghozali, 2013:97).

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel

independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai

pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat.

Hipotesis nol (Ho) yang akan diuji adalah apakah semua parameter

dalam model sama dengan nol atau semua variabel independen

bukan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

Hipotesis alternatif (Ha) tidak semua parameter secara simultan

sama dengan nol atau semua variabel independen secara simultan

61

merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen

(Ghozali, 2013:98).

Ho dalam penelitian ini dapat ditolak jika nilai signifikansi

lebih besar dari derajat kepercayaan 5%. Dengan kata lain, HA

dapat diterima yang menyatakan bahwa semua variabel independen

secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen

(Ghozali, 2013:98).

c. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan

variasi variabel dependen. Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji

adalah apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol, yang artinya

suatu variabel independen bukan merupakan penjelass yang

signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatif (Ha)

parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau variabel

tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel

dependen (Ghozali, 2013:98).

Cara melakukan uji t dalam penelitian ini adalah jika nilai

signifikansi lebih dari derajat kepercayaan 5%, maka Ho ditolak.

Dengan kata lain Ha dapat diterima, yang menyatakan bahwa suatu

variabel independen secara individual mempengaruhi variabel

dependen (Ghozali, 2013:99).

62

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

a. Gambaran Umum Objek Penelitian

Menurut UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas UU No. 7

Tahun 1992 tentang Perbankan pasal 1 ayat 3 menetapkan bahwa salah satu

bentuk usaha bank adalah menyediakan pembiayaan dan atau melakukan

usaha lain berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan ketentuan yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Veitzhal (2007:759) bank syariah adalah lembaga intermediasi dan

penyedia jasa keuangan yang bekerja berdasarkan etika dan sistem nilai

Islam, khususnya yang bebas dari bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulatif

yang nonproduktif seperti perjudian (maysir), bebas dari hal-hal yang tidak

jelas dan meragukan (gharar), berprinsip keadilan, dan hanya membiayai

kegiatan usaha yang halal. Bank syariah sering dipersamakan dengan bank

tanpa bunga. Bank tanpa bunga merupakan konsep yang lebih sempit dari

bank syariah, ketika sejumlah instrumen atau operasi syariah selain

menghindari bunga, juga secara aktif turut berpartisipasi dalam mencapai

sasaran dan tujuan dari ekonomi Islam yang berorientasi pada kesehjahteraan

sosial.

Sedangkan bank umum syariah menurut UU No. 21 tahun 2008 tentang

perbankan syariah mendefinisikan bahwa bank umum syariah adalah bank

syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalulintas

pembayaran.

63

Tabel 4.1

Daftar Nama Bank Umum Syariah Tahun 2016

No. Nama Bank

1 BNI Syariah

2 Bank Mega Syariah

3 Bank Muamalat

4 Bank Mandiri Syariah

5 BRI Syariah

6 Bank Syariah Bukopin

7 Bank Jabar Banten Syariah

8 BCA Syariah

9 Panin Bank Syariah

10 Bank Victoria Syariah

11 Maybank Syariah

12 BTPN Syariah

Sumber: www.bi.go.id

b. Hasil Penelitian

1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran suatu data yang dapat dilihat

dari nilai rata- rata standar deviasi, nilai maksimum dan minimum.

Tabel 4.2

Hasil Uji Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

Rangkap Jabatan DPS

66 2 6 4,35 1,045

Jumlah Rapat DPS

66 7 30 15,06 3,886

Jumlah Anggota DPS

66 2 4 2,59 ,656

Return on Equity (ROE)

66 -49,05 94,40 12,2650 27,20981

Valid N (listwise)

66

Sumber: data diolah dengan spss

64

Berdasarkan tabel diatas dapat terlihat bahwa jumlah observasi dalam

penelitian ini adalah 66. Proporsi rangkap jabatan DPS terkecil adalah 2

orang dan proporsi rangkap jabatan DPS terbesar 6 orang. Rata-rata proporsi

adalah 4 orang dengan standar deviasi sebesar 1,045.

Frekuensi rapat terkecil sejumlah 7 kali setiap tahun, dan terbesar

sejumlah 30 kali setiap tahunnya. Rata-rata direksi melakukan rapat sebanyak

15 kali setiap tahunnya dengan standar deviasi sebesar 3,886.

Jumlah anggota DPS terkecil adalah 2 orang dan jumlah anggota DPS

terbesar adalah 4 orang. Rata- rata jumlah anggota DPS 3 orang dengan

standar deviasi 0,656.

ROE perbankan syariah terkecil -49,05 dan terbesar 94,40. Rata- rata

ROE sebesar 12,2650 dengan standar deviasi 27,20981.

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji ini untuk menguji apakah dalam model regresi, data variabel dependen

dan independen yang dipakai apakah berdistribusi normal atau tidak. Model

regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang berdistribusi

normal. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji kolmogorov-smirnov

untuk menguji kenormalan suatu data karena dengan uji ini menghsilkan nilai

yang pasti. Jika nilai dari Asymp. Sig. (2-tailed)-nya menunjukkan angka

lebih dari 5% atau 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal tetapi

sebaliknya jika nilai dari Asymp. Sig. (2-tailed)-nya menunjukkan angka

kurang dari 5% atau 0,05 maka data tersebut tidak berdistribusi normal. Hasil

65

pengujian normalitas pada pengujian terhadap 66 data terlihat dalam tabel

4.3 sebagai berikut:

Tabel 4.3

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardize

d Residual

N 66

Normal Parameters(a,b)

Mean ,0000000

Std. Deviation 20,35600456

Most Extreme Differences

Absolute ,090

Positive ,090

Negative -,066

Kolmogorov-Smirnov Z ,732

Asymp. Sig. (2-tailed) ,658

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

Sumber: data diolah dengan spss

Berdasarkan hasil pada tabel di atas, data terdistribusi normal. Hal ini

ditunjukan dengan kolmogorov- smirnov sebesar 0,732 dan signifikan pada

0,658 yang lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti data residualnya terdistribusi

normal, karena nilai signifikannya lebih dari dari 0,05.

b. Uji Multikolonieritas

Alat statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan variance

inflation factor (VIF). Dalam metode variance inflation factor (VIF) dilihat

dari hasil tolerance dan VIF-nya. Jika nilai dari tolerance lebih dari 0,1 maka

dikatakan tidak terjadi multikolinearitas tetapi sebaliknya, jika nilai tolerance

kurang dari 0,1 maka dikatakan terjadi multikolonearitas. Dan jika nilai VIF-

66

nya menunjukkan nilai yang kurang dari 10,00 maka dikatakan tidak terjadi

multikolonearitas tetapi, jika nilai VIF-nya menunjukkan nilai yang lebih dari

10,00 maka dikatakan terjadi multikolonearitas. Selengkapnya mengenai hasil

uji multikolonieritas penelitian dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut:

Tabel 4.4

Uji Multikolonieritas

Coefficientsa

model

Collinearity Statistics

Keterangan Tolerance VIF

1 (Constant)

rangkapjabtnDPS

jmlhrapatDPS

jmlhanggotDPS

,996

,978

,981

1,004

1,023

1,019

Tidak ada multikolonieritas

Tidak ada multikolonieritas

Tidak ada multikolonieritas

a Dependent Variable: ROE Sumber: data diolah dengan spss

Dilihat dari hasil yang ditunjukkan pada tolerance dan VIF nya dapat

disimpulkan bahwa tidak ada gejala multikolonieritas karena tolerance

menunjukkan hasil lebih dari 0,1 dan VIF nya menunjukkan angka lebih kecil

dari 10,00. Dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikoloniearitas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji glejser,

yaitu dengan meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen.

Apabila koefisien parameter signifikan secara statistik, hal ini menunjukkan

bahwa dalam data model empiris yang diestimasi terdapat heterokedastisitas,

dan sebaliknya jika koefisien parameter tidak signifikan secara statistik, maka

67

tidak ada heterokedastisitas. Selengkapnya mengenai hasil uji

heteroskedastisitas penelitian dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut:

Tabel 4.5

Uji Heteroskedastisitas

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t

Sig B Std. Error Beta

1 (Constant) -12,036 10,205 -1,179 ,243

Rangkap Jabatan DPS

-,723 1,299 -,058 -,557 ,580

Jumlah Rapat DPS

,070 ,353 ,021 ,198 ,844

Jumlah Anggota DPS

11,437 2,086 ,575 5,484 ,000

a Dependent Variable: res2 Sumber: data diolah dengan spss

Karena hasil di atas terdapat heteroskedastisitas pada data jumlah anggota

DPS, maka kami obati dengan menggunakan Transformasi Lag.

Tabel 4.6

Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -139.641 452.762 -.308 .759

Lag_rangkapjabtnDPS

-20.948 127.542 -.021 -.164 .870

Lag_jmlhrapatDPS 5.371 22.608 .030 .238 .813

Lag_jmlhanggotDPS

334.298 198.809 .211 1.682 .098

a. Dependent Variable: Residual_Kuadrat Sumber: data diolah dengan spss

Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa variabel independen tidak

signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai

68

residual_kuadrat. Hal ini ditunjukkan dari probabilitas signifikansinya diatas

tingkat kepercayaan 5% jadi dapat di simpulkan model regresi tidak

mengandung Heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Dalam penelitian ini

menggunakan uji Durbin Watson. Selengkapnya mengenai uji autokorelasi

penelitian ini dapat dijelaskan pada tabel 4.6 sebagai berikut:

Tabel 4.7

Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .664a .440 .413 20.84267 1.070

a. Predictors: (Constant), Jumlah Anggota DPS, Rangkap Jabatan DPS, Jumlah Rapat DPS

b. Dependent Variable: Return on Equity (ROE)

Dari hasil di atas nilai Durbin Watson di bawah nilai tabel

signifikansi 5% , maka kami obati dengan menggunakan

Transformasi Lag.

Tabel 4.8

Uji Autokorelasi Model Summary

b

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .508a .258 .221 18.60465 1.980

a. Predictors: (Constant), Lag_jmlhanggotDPS, Lag_rangkapjabtnDPS,

69

Lag_jmlhrapatDPS

b. Dependent Variable: Lag_ROE

Sumber: data diolah dengan spss

Berdasarkan output di atas, diketahui nilai DW 1,980 selanjutnya nilai

ini akan kita bandingkan dengan nilai tabel signifikasi 5%, jumlah

sampel N=66 dan jumlah variabel independen 3 (K=3) = 3,66 maka

diperoleh nilai DL 1,503 dan DU 1,696 Nilai DW 1,980 lebih besar

dari batas atas DU yakni 1,696 dan kurang dari (4-du) 4-1,696 = 2,304

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi.

3. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi adalah studi mengenai ketergantungan variabel

dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (variabel

penjelas/ bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi dan/atau

memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen

berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui. Analisis regresi

berganda dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh

jumlah anggota DPS, jumlah rapat DPS, rangkap jabatan DPS 2011-

2016 terhadap Return Of Equity (ROE) sebagai rasio kinerja di Bank

Syariah periode tahun 2011-2016.

70

Tabel 4.9

Hasil Uji Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -59.206 19.472 -3.041 .003

Rangkap Jabatan DPS

6.846 2.479 .263 2.762 .008

Jumlah Rapat DPS -1.222 .673 -.175 -1.816 .074

Jumlah Anggota DPS

23.197 3.979 .559 5.829 .000

a. Dependent Variable: Return on Equity (ROE)

Sumber: data diolah dengan spss

ROA= -59.206 +6.846 RANGKAPJABATANDPS –1.222

JUMLAHRAPATDPS + 23.197 JUMLAHANGGOTADPS + ε

Dari persamaan fungsi di atas dapat diartikan bahwa:

A. Konstan: -59.206

Bahwa ketika jumlah anggota Dewan Pengawas Syariah, jumlah rapat

anggota Dewan Pengawas Syariah, rangkap jabatan Dewan Pengawas

Syariah konstan atau tidak ada, maka ROE mengalami kenaikan sebesar -

59.206 dengan asumsi cateris paribus.

B. Rangkap Jabatan Dewan Pengawas Syariah: 6.846

Bahwa rangkap jabatan DPS ketika mengalami peningkatan 1 satuan

sedangkan jumlah rapat anggota Dewan Pengawas Syariah, jumlah

71

anggota Dewan Pengawas Syariah, konstan atau tidak ada, maka ROE

mengalami penurunan sebesar 6.846 dengan asumsi cateris paribus.

C. Jumlah Rapat Anggota Dewan Pengawas Syariah: – 1.222

Bahwa ketika jumlah rapat anggota Dewan Pengawas Syariah mengalami

peningkatan 1 satuan sedangkan jumlah anggota Dewan Pengawas

Syariah, rangkap jabatan Dewan Pengawas Syariah konstan atau tidak ada,

maka ROE mengalami kpenurunan sebesar – 1.222 dengan asumsi cateris

paribus.

D. Jumlah Anggota Dewan Pengawas Syariah: 23.197

Bahwa ketika jumlah anggota Dewan Pengawas Syariah mengalami

peningkatan 1 satuan sedangkan jumlah rapat anggota Dewan Pengawas

Syariah, rangkap jabatan Dewan Pengawas Syariah konstan atau tidak ada,

maka ROE mengalami kenaikan sebesar 23.197dengan asumsi cateris

paribus.

4. Uji Hipotesis

a) Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi model dependen. Nilai koefisien

determinasi adalah nol dan satu. Nilai R2yang kecil berarti kemampuan

variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel

dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-

72

variabel independen memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

Tabel 4.10

Hasil Uji Analisis Koefisien Determinasi

Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 ,664(a) ,440 ,413 20,84267

a Predictors: (Constant), Jumlah Anggota DPS, Rangkap Jabatan DPS, Jumlah

Rapat DPS

b Dependent Variable: Return on Equity (ROE)

Sumber: data diolah dengan spss

Nilai Adjusted R Square (R2) sebesar 0,413 atau 41,3% artinya

variasi Income dapat dijelaskan oleh variasi dari ketiga variabel

independen rangkap jabatan DPS , jumlah rapat DPS , dan jumlah

anggota DPS. sedangkan sisanya (100% - 41,3% = 58,7%) di jelaskan

oleh sebab- sebab yang lain diluar model.

Standar error of estimate (SEE) sebesar 20,84267 ribu dolar.

makin kecil nilai SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam

memprediksi variabel dependen.

b) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau

bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara

bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat. Uji statistik F dalam

penelitian ini digunakan statistik F dengan kriteria bila nilai signifikansi

kurang dari derajat kepercayaan 5%, maka Ho ditolak. Dengan kata lain,

73

HA dapat diterima yang menyatakan bahwa semua variabel independen

secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen.

Tabel 4.11

Hasil Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 21190.445 3 7063.482 16.260 .000a

Residual 26933.850 62 434.417

Total 48124.295 65

a. Predictors: (Constant), Jumlah Anggota DPS, Rangkap Jabatan DPS, Jumlah Rapat DPS

b. Dependent Variable: Return on Equity (ROE)

Sumber: data diolah dengan spss

Dari uji ANOVA atau F test di dapat nilai F hitung sebesar

16.260dengan probabilitas 0,000. karna probabilitas jauh lebih kecil dari

0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi ROE atau

dapat dikatakan bahwa rangkap jabatan DPS, jumlah rapat DPS, jumlah

anggota DPS secara bersama- sama berpengaruh dengan ROA.

c) Uji statistik parameter Individual (uji statistik T)

Cara melakukan uji t dalam penelitian ini adalah nilai signifikan

kurang dari derajat kepercayaan sebesar 5%, maka Ho ditolak. Dengan

kata lain HA dapat diterima, yang menyatakan bahwa suatu variabel

independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.

Selengkapnya mengenai hasil uji T dalam penelitian ini dapat dijelaskan

pada tabel 4.9 sebagai berikut:

74

Tabel 4.12

Hasil Uji T

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -59.206 19.472 -3.041 .003

Rangkap Jabatan DPS

6.846 2.479 .263 2.762 .008

Jumlah Rapat DPS -1.222 .673 -.175 -1.816 .074

Jumlah Anggota DPS

23.197 3.979 .559 5.829 .000

a. Dependent Variable: Return on Equity (ROE)

Sumber: data diolah dengan spss

ROA= -59.206 +6.846 RANGKAPJABATANDPS –1.222

JUMLAHRAPATDPS + 23.197 JUMLAHANGGOTADPS + ε

A. Pengaruh Rangkap Jabatan DPS terhadap Kinerja (ROE)

Berdasarkan pengujian variabel rangkap jabatan DPS berpengaruh

terhadap ROE. Hal ini ditunjukan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari

0,05 yaitu sebesar 0.008 sehingga H1 terima. Dewan pengawas syariah

merupakan suatu fungsi dalam suatu organisasi bank syariah yang secara

internal merupakan badan pengawas 29 syariah dan secara eksternal dapat

menjaga serta meningkatkan kepercayaan masyarakat (Murwaningsari,

2009). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kholid

dan Bachtiar (2015) yang menunjukkan hasil bahwa rangkap jabatan

dewan pengawas syariah berpengaruh positif terhadap kinerja maqasid

bank syariah, artinya kualitas pengawasan dewan pengawas syariah yang

75

melakukan rangkap jabatan dan yang tidak melakukan rangkap jabatan

memiliki tingkat kualitas pengawasan yang sama. Dewan pengawas

syariah yang merangkap jabatan menunjukkan kepakarannya dalam

melakukan pengawasan syariah namun kepakarannya harus dibagi

kedalam beberapa bank sementara itu, dewan pengawas syariah yang tidak

merangkap jabatan memang tidak terlalu menunjukkan kepakaran dalam

pengawasan syariah tetapi karena dewan pengawas syariah yang tidak

merangkap jabatan hanya melakukan pengawasan pada satu bank saja

sehingga kualitas pengawasannya sama dengan dewan pengawas syariah

yang merangkap jabatan.

B. Pengaruh Jumlah Rapat Anggota Dewan Pengawas Syariah terhadap

kinerja (ROE)

Berdasarkan hasil uji pada tabel menunjukan bahwa jumlah rapat

DPS tidak berpengaruh terhadap ROE. Hal tersebut ditunjukan dengan

nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0.074, sehingga H2

ditolak. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Penelitian Rahayu dan Cahyati (2014) menunjukkan hasil bahwa jumlah

rapat dewan pengawas syariah berpengaruh negatif terhadap

pengungkapan CSR artinya, seringnya rapat dilakukan belum tentu

pengungkapan CSR di perbankan menjadi lebih baik. Oktarina, (2013)

dan Munarman, (2015) menegaskan jika rapat yang dilakukan dewan

pengawas syariah dirasa mampu membantu tugas dewan pengawas

syariah dalam hal pengawasan terhadap aturan dan prinsip syariah.

76

Namun jika perusahaan juga terlalu banyak melakukan rapat maka dapat

mengangu agensi diperusahaan tersebut. Penelitian terdahulu yang

mengkaji jumlah rapat dewan pengawas syariah pengaruhnya dengan

pengungkapan risiko finansial masih belom banyak dilakukan. Menurut

hasil penelitian Bank Indonesia kerjasama dengan Ernst dan Young yang

dibahas dalam seminar akhir tahun 2008 di Bank Indonesia, salah satu

masalah utama dalam implementasi manajemen resiko di perbankan

syariah adalah peranan DPS yang belum optimal. pernyataan itu

disimpulkan para peneliti sebagai kesenjangan utama manajemen risiko

yang harus diperbaiki di masa depan. Dewan Pengawas Syariah wajib

menyampaikan laporan hasil Pengawasannya secara semesteran yang

disampaikan kepada Bank Indonesia paling lambat dua bulan setelah

periode semesteran dimaksud berakhir. Anggota Dewan Pengawas

Syariah telah menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugas

dan tanggung jawabnya secara optimal (UUS 2014).

C. Pengaruh Jumlah Anggota Dewan Pengawas Syariah terhadap Kinerja

(ROE)

Dari hasil perhitungan secara parsial variabel jumlah anggota DPS

berpengaruh terhadap variabel ROE yang ditunjukan dengan lebih kecil

nilai signifikansi dari 0,05 yaitu sebesar 0.000, sehingga H3 diterima

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Chtourou, dkk (2001)

dalam Dewayanto (2010) menyatakan bahwa jumlah dewan yang

semakin besar maka mekanisme monitoring manajemen perusahaan akan

77

semakin baik. Dengan demikian, semakin besar jumlah anggota Dewan

Pengawas Syariah maka akan meningkatkan pengawasan terhadap

pengelolaan bank yang sesuai dengan prinsip syariah, sehingga tidak

terjadi penggunaan dana yang tidak berprinsip syariah yang dapat

mengurangi kinerja keuangan. Dengan demikian, kinerja keuangan bank

akan meningkat. Ukuran dewan pengawas syariah merupakan jumlah

anggota DPS dalam suatu perusahaan. Skala pengukuran ini adalah skala

nominal yaitu dengan menghitung jumlah anggota DPS dalam suatu

perusahaan yang tercantum pada laporan tahunan perusahaan (Khoirudin,

2013). Savira (2015) yang menyatakan bahwa ukuran dewan pengawas

syariah berpengaruh terhadap Islamic Social Reporting (ISR). Yang

artinya semakin banyak dewan pengawas syariah maka semakin efektif

pula pengawasan terhadap pengungkapan CSR berdasarkan indeks

Islamic Social Reporting (ISR). Hal ini dikarenakan dewan pengawas

syariah bertanggung jawab mengawasi dan mengevaluasi segala kegiatan

bank syariah agar mematuhi prinsip syariah.

78

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari data sebelumnya dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu sebagai

berikut:

1. Variabel rangkap jabatan Dewan Pengawas Syariah berpengaruh

positif signifikan terhadap ROE pada Bank Syariah pada tahun

2011-2016. Secara logika jika rangkap jabatan Dewan Pengawas

Syariah semakin tinggi dapat mengurangi tingkat pengawasan yang

dilakukan Dewan Pengawas Syariah sehingga pengaruhnya negatif

terhadap kinerja keuangan namun, dalam penelitian ini rangkap

jabatan Dewan Pengawas Syariah menunjukan hasil yang positif

signifikan dalam arti semakin banyak merangkap jabatan, Dewan

Pengawas Syariah semakin baik kinerja keuangannya karena

pengawasan dalam operasional bank dilakukan oleh pakar-pakar

Dewan Pengawas Syariah yang berpengalaman. Dewan Pengawas

Syariah yang merangkap jabatan menunjukkan kepakarannya

dalam melakukan pengawasan syariah namun kepakarannya harus

dibagi kedalam beberapa bank sementara itu, Dewan Pengawas

Syariah yang tidak merangkap jabatan memang tidak terlalu

menunjukkan kepakaran dalam pengawasan syariah..

79

2. Variabel jumlah rapat anggota Dewan Pengawas Syariah

berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap ROE pada Bank

Syariah pada tahun 2011-2016. karena seringnya rapat Dewan

Pengawas Syariah dilakukan belum tentu pengungkapan kinerja di

perbankan menjadi lebih baik. Dan jika perusahaan perbankan juga

terlalu banyak melakukan rapat maka dapat mengangu agensi

diperusahaan perbankan tersebut.

3. Variabel ukuran jumlah anggota Dewan Pengawas Syariah

berpengaruh positif signifikan terhadap ROE pada Bank Syariah

pada tahun 2011-2016. Jumlah anggota Dewan Pengawas Syariah

sangat berpengaruh terhadap kinerja Bank Syariah di Indonesia

yang artinya semakin banyak dewan pengawas syariah maka

semakin efektif pula pengawasan terhadap kinerja perbankan

syariah. Hal ini dikarenakan dewan pengawas syariah bertanggung

jawab mengawasi dan mengevaluasi segala kegiatan bank syariah

agar mematuhi prinsip syariah.

B. Saran

Dari penelitian di atas adapun saran-saran yang disampaikan:

1. Kepada peneliti berikutnya untuk meneliti tidak hanya Bank Umum

Syariah, namun juga Unit Usaha Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat

syariah dengan periode penelitian yang lebih lama.

80

2. Penilaian kinerja bank tidak terbatas pada ukuran Dewan Pengawas

Syariah, namun perlu ditambahkan ukuran Dewan Komisaris, Dewan

Direksi dan Komite-komite.

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, Halim. 2012. Perkembangan dan Prospek Perbankan Syariah

Indonesia: Tantangan Dalam Menyongsong MEA 2015.

Bawono, Anton. 2006. Multivariate analysis dengan SPSS. Salatiga: STAIN

Salatiga Press

Chariri, Charles, 2012. Analisis Pengaruh Islamic Corporate Governance

Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (Studi Kasus

Pada Bank Syariah Di Asia). Diponegoro Journal of Accounting.

Dewayanto, 2010 tentang “Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance

Terhadap Kinerja Perbankan Nasional Studi pada Perusahaan Perbankan

yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2008.

Eko Munarman (2015) “Pengaruh Good Corporate Governance Terhdap Kinerja

keuangan Perbankan Syariah ( Stud ikasus Bank Umum Dan Unit Usaha

Syariah tahun 2011-2013). Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas

Islam Syarif Hidayattullah Jakarta

Febriyani, Anita dan Rahadian Zulfadin. 2003. Analisis Kinerja Bank Devisa dan

Bank Non Devisa di Indonesia. Jurnal Kajian Ekonomi dan Keuangan.

7(4) : 1-17

Fitriani, Irma. 2016. Analisis Pelaksanaan Good Corporate Governance Pada

Aspek Peran Dewan Pengawas Syariah Di UUS Bank Jateng. Skripsi.

Semarang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Walisongo.

Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.

Semarang: Universitas Diponegoro.

Gujarati, Damodar. 2009. Dasar-dasar Ekonometrika. Jakarta: Erlangga.

Hastuti, Theresia Dwi. 2005. Hubungan antara Good Corporate dan Struktur

Kepemilikan dengan Kinerja keuangan (studi kasus pada Perusahaan yang

Listing di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo.

Hal: 238-247.

Indah. 2017. Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah, Rangkap Jabatan

Dewan Pengawas Syariah, Komite. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Jensen, Michael C. dan Wiliam H. Meckling. 1976. Theory of The Firm:

Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of

Financial Economics. 3(4). 305-360.

Jumingan. 2006. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara.

Kholid, Muamar Nur dan Bachtiar, Arif. 2015. Pengaruh Dana Syirkah Temporer

dan Good Corporate Governance terhadap Kinerja Maqasid Syariah Bank

Syariah di Indonesia. Jurnal Akuntasi dan Auditing Indonesia. 19(2)

Lestari, Maharani Ika dan Toto Sugiharto. 2007. Kinerja Bank Devisa dan Bank

Non Devisa dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. PESAT. Vol 2. 18-

32.

Macey, Jonathan R dan Maureen O’hara. 2003. The Corporate Governance of

Bank. FRBNY Economic Policy Review. 91-107.

Masliana. 2011. Peran Dewan Pengawas Syariah (DPS) Dalam Pengawasan

Pelaksanaan Kontrak di Bank Syariah ( Study Kasus Pada Bank BRI

Syariah). Skripsi. Jakarta: Fakultas Syariah dan hukum UIN Syarif

Hidayatullah.

Megasari, Dewi. 2010. Pengaruh Peran Komite Audit dan Dewan Pengawas

Syariah dalam mewujudkan Good Corporate Governance untuk

Meningkatkan Kinerja Bank Syariah. Skripsi. Jakarta: Fakultas Ekonomi

dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah.

Ningrum, Ratna Aditya. Fachrurrozie dan Jayanto, Prabowo Yudo. 2013.

Pengaruh Kinerja Keuangan, Kepemilikan Institusional, dan Ukuran

Dewan Pengawas Syariah Terhadap Pengungkapan ISR. Jurnal Akuntansi.

2(4): 430-438.

Ntim, Collins G dan Kofi A Osei. 2011. The Impact of Corporate Board Meetings

on Corporate performance in South Africa. African Review of Economics

and Finance. 2(2). 83-103

Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 11/33/PBI/2009 tentang Pelaksanaan

prinsip-prinsip Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah

Prabowo Bagya Agung, Jamal Jasri Bin. 2017. Peranan Dewan Pengawas Syariah

terhadap Praktik Kepatuhan Syariah dalam Perbankan Syariah di

Indonesia. Jurnal Hukum Ius Quia Iustum Faculity Of Law, 24(1) : 113-

129.

Prasetyoningrum, Ari Kristin. 2010. Pengaruh Independensi dan Profesionalisme

Dewan Pengawas Syariah terhadap Kinerja Bank Perkreditan Rakyat

Syariah di Jawa Tengah. Jurnal Akuntansi. 12(1): 27-26.

Rahayu, R. S., & Cahyati, A. D. 2014, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Perbankan

Syariah”. Jurnal F. Ekonomi: Jrak, 5(02).

Rasyid, Abdul. 2016. Evaluasi kinerja Perbankan Syariah di Indonesia, (Online),

(http://www.business-law.bisnis.ac.id, diakses 16 Oktober 2016)

Rivai, Veithzal dkk. 2007. Bank and Financial Institution Management

Conventional and Sharia System. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Sanusi. 2014. Implementasi dan Efektivitas Pengawasan Dewan Pengawas

Syariah terhadap Produk Perbankan Syariah menyatakan bahwa

pengawasan yang dilakukan oleh DPS terhadap produk produk Bank

Muamalat Indonesia Cabang Pekanbaru. Disertasi thesis. Universitas

Islam Negeri Sultan Sarif Kasim Riau.

Santrock, John W. 1995. Life Span Development:Perkembangan Masa Hidup.

Jakarta: Erlangga.

Supardi. 2005. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: UII Press.

Sunarwan Eko. 2015. Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja

Perbankan Syariah. Jakarta: UIN Press.

Suwardjono. 2002. Akuntansi Pengantar Bagian 1: Proses Penciptaan Data

Pendekatan Sistem. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Usamah, 2010, “Peran Kompetensi dan Model Pengorganisasian Dewan

Pengawas Syariah terhadap Pembiayaan berbasis Bagi Hasil pada Bank

Umum Syariah di Indonesia”. Masters Thesis, Universitas Diponegoro

Wibowo, Muh Ghafur, Potret Perbankan Syariah Terkini: Kajian Kritis

Perkembangan Syariah Terkini, Yogyakarta: Biruni Press, 2007.

LAMPIRAN - LAMPIRAN

DECLARATION

Is the name of Allah the most gracious and merciful.

Hereby the writer fully declares that the graduating paper is made by the writer

himself, and it is not contained the materials written or has been published by

other people and others: people ideas except the information from the references.

The writer is capable to account for graduating paper if in the future it can proved

of containing other’s ideas or fact the writer imitated to other’s graduating paper.

Like wise the declaration made by the writer and she hopes that this declaration

can be understood.

Salatiga, 22 Agustus 2017

The Writer,

Hanum Yunesa Hartika

NIM 21311021

PERNYATAAN PUBLIKASI SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Hanum Yunesa Hartika

NIM : 21311021

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

Program Studi : Perbankan Syariah (S1)

Judul : PengaruhDewanPengawasSyariah (DPS)

TerhadapKinerjaKeuangan Bank Umum Syariah

Indonesia.

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi ini benar-benar karya saya sendiri dan

tidak berkeberatan untuk dipublikasikan oleh pihak IAIN Salatiga tanda menuntut

konsekuensi apapun.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dan jika pada kemudian hari terbukti

karya saya ini bukan karya sendiri, maka saya sanggup untuk menanggung semua

konsekuensinya.

Salatiga, 22 Agustus

Penulis

Hanum Yunesa Hartika

NIM 21311021

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama :HANUM YUNESA HARTIKA

Tempat Tanggal Lahir:KENDAL, 10 JUNI 1993

Jenis Kelamin : PEREMPUAN

Agama : ISLAM

Kewarganegaraan : INDONESIA

Alamat :JL. DABO 4 NO D48 RT 06 RW12 PERUMAHAN

NITIBUANA BABADAN UANGARAN TIMUR

KABUPATEN SEMARANG

Jenjang Pendidikan :

1. SD NEGERI UNGARAN 02- 04

2. MTS FUTUHIYYAH 2 MRANGGEN

3. SMA NEGERI 1 UNGARAN

4. FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH (S1)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

Demikian riwayat hidup penulis dibuat dengan sebenar-benarnya, kemudian bagi

yang berkepentingan harap maklum adanya.

Salatiga, 22 Agustus 2017

Penulis

Hanum Yunesa Hartika

NIM : 21311021

DAFTAR DATA BANK

bank tahun rangkpjab jmlrapt jmlanggot ROE

BNI SYARIAH 2011 6 17 2 6,63

2012 6 20 2 9,31

2013 6 17 2 9,65

2014 6 19 2 10,83

2015 6 15 2 11,39

2016 6 24 2 11,94

MEGA SYARIAH 2011 4 12 3 16,89

2012 4 12 3 57,98

2013 4 12 3 26,23

2014 4 12 3 2,5

2015 4 13 3 1,61

2016 4 13 3 11,97

MUAMALAT 2011 5 12 3 20,79

2012 5 12 3 29,16

2013 5 12 3 11,41

2014 5 12 3 2,2

2015 5 12 3 2,78

2016 5 12 3 3

MANDIRI SYARIAH 2011 5 18 4 86,03

2012 5 7 4 94,4

2013 5 17 4 89,37

2014 5 14 4 82,13

2015 5 15 4 81,99

2016 5 12 4 79,19

BRI SYARIAH 2011 4 18 2 1,19

2012 4 13 2 7,81

2013 4 12 2 10,2

2014 4 14 2 0,44

2015 4 16 2 6,33

2016 4 15 2 7,4

BUKOPIN SYARIAH 2011 6 11 2 6,19

2012 6 14 2 7,32

2013 6 13 2 7,63

2014 6 13 2 2,39

2015 6 13 2 5,35

2016 6 16 2 5,15

JABAR BANTEN SYARIAH 2011 2 9 2 3,65

2012 2 11 3 -3,26

2013 2 20 3 4,65

2014 4 16 3 3,37

2015 4 12 3 0,92

2016 4 17 3 -49,05

BCA SYARIAH 2011 4 11 2 33,5

2012 4 19 2 2,8

2013 4 17 3 4,3

2014 4 17 3 2,9

2015 4 15 2 3,1

2016 4 18 2 3,5

PANIN SYARIAH 2011 4 10 2 3,31

2012 4 13 2 8,2

2013 4 17 3 4,44

2014 4 16 3 7,01

2015 4 16 2 4,94

2016 4 16 2 1,76

VICTORIA SYARIAH 2011 3 12 2 18,69

2012 3 12 2 8,93

2013 3 21 2 3,1

2014 3 30 2 -17,61

2015 3 12 2 -15,06

2016 3 18 2 -17,45

MAYBANK SYARIAH 2011 3 24 3 4,92

2012 4 18 3 4,93

2013 4 13 3 5,05

2014 4 16 3 6,83

2015 4 18 3 -32,04

2016 4 21 3 -27,62

www.bcasyariah.co.id

www.bi.go.id

www.bjbsyariah.co.id

www.bmi.co.id

www.bnisyariah.co.id

www.brisyariah.co.id

www.bukopinsyariah.co.id

www.knkg.Indonesia.com

www.maybanksyariah.co.id

www.megasyariah.co.id

www.okezone.com

www.paninbanksyariah.co.id

www.sindonews.com

www.syariahmandiri.co.id

www.victoriasyariah.co.id

Analisis Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

Rangkap Jabatan DPS

66 2 6 4,35 1,045

Jumlah Rapat DPS

66 7 30 15,06 3,886

Jumlah Anggota DPS

66 2 4 2,59 ,656

Return on Equity (ROE)

66 -49,05 94,40 12,2650 27,20981

Valid N (listwise)

66

Sumber: data diolah dengan spss

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardize

d Residual

N 66

Normal Parameters(a,b)

Mean ,0000000

Std. Deviation 20,35600456

Most Extreme Differences

Absolute ,090

Positive ,090

Negative -,066

Kolmogorov-Smirnov Z ,732

Asymp. Sig. (2-tailed) ,658

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

Sumber: data diolah dengan spss

Uji Multikolonieritas

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -59.206 19.472 -3.041 .003

RangkapJabatan

DPS

6.846 2.479 .263 2.762 .008 .996 1.004

JumlahRapat DPS -1.222 .673 -.175 -1.816 .074 .978 1.023

JumlahAnggota

DPS

23.197 3.979 .559 5.829 .000 .981 1.019

a. Dependent Variable: Return on Equity (ROE)

Uji Heteroskedastositas

DATA ASLI

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t

Sig B Std. Error Beta

1 (Constant) -12,036 10,205 -1,179 ,243

Rangkap Jabatan DPS

-,723 1,299 -,058 -,557 ,580

Jumlah Rapat DPS

,070 ,353 ,021 ,198 ,844

Jumlah Anggota DPS

11,437 2,086 ,575 5,484 ,000

a Dependent Variable: res2

Sumber: data diolah dengan spss

SETELAH DI OBATI

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -139.641 452.762 -.308 .759

Lag_rangkapjabtnDPS

-20.948 127.542 -.021 -.164 .870

Lag_jmlhrapatDPS 5.371 22.608 .030 .238 .813

Lag_jmlhanggotDPS

334.298 198.809 .211 1.682 .098

a. Dependent Variable: Residual_Kuadrat Sumber: data diolah dengan spss

Uji Autokorelasi

Model Summaryb

DATA ASLI

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .664a .440 .413 20.84267 1.070

a. Predictors: (Constant), Jumlah Anggota DPS, Rangkap Jabatan DPS, Jumlah Rapat DPS

b. Dependent Variable: Return on Equity (ROE)

SETELAH DI OBATI

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .508a .258 .221 18.60465 1.980

a. Predictors: (Constant), Lag_jmlhanggotDPS, Lag_rangkapjabtnDPS, Lag_jmlhrapatDPS

b. Dependent Variable: Lag_ROE

Sumber: data diolah dengan spss

Hasil Uji Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -59.206 19.472 -3.041 .003

Rangkap Jabatan DPS

6.846 2.479 .263 2.762 .008

Jumlah Rapat DPS -1.222 .673 -.175 -1.816 .074

Jumlah Anggota DPS

23.197 3.979 .559 5.829 .000

a. Dependent Variable: Return on Equity (ROE)

Hasil Uji Analisis Koefisien Determinasi

Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 ,664(a) ,440 ,413 20,84267

a Predictors: (Constant), Jumlah Anggota DPS, Rangkap Jabatan

DPS,Jumlah Rapat DPS

b Dependent Variable: Return on Equity (ROE)

Sumber: data diolah dengan spss

Hasil Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 21190.445 3 7063.482 16.260 .000a

Residual 26933.850 62 434.417

Total 48124.295 65

a. Predictors: (Constant), Jumlah Anggota DPS, Rangkap Jabatan DPS, Jumlah Rapat DPS

b. Dependent Variable: Return on Equity (ROE)

Sumber: data diolah dengan spss

Hasil Uji T

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -59.206 19.472 -3.041 .003

Rangkap Jabatan DPS

6.846 2.479 .263 2.762 .008

Jumlah Rapat DPS -1.222 .673 -.175 -1.816 .074

Jumlah Anggota DPS

23.197 3.979 .559 5.829 .000

a. Dependent Variable: Return on Equity (ROE)

Sumber: data diolah dengan spss