pengaruh debt to equity ratio (der) dan biaya...
TRANSCRIPT
PENGARUH DEBT TO EQUITY RATIO (DER) DAN BIAYA
OPERASIONAL PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO)
TERHADAP PROFITABILITAS DENGAN NON
PERFORMING FINANCING (NPF) SEBAGAI VARIABEL
MODERASI
(Studi Kasus pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode
2014-2018)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh :
LINDA KARTIKA SARI
NIM 63010150164
PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
TAHUN 2019
i
PENGARUH DEBT TO EQUITY RATIO (DER) DAN BIAYA
OPERASIONAL PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO)
TERHADAP PROFITABILITAS DENGAN NON
PERFORMING FINANCING (NPF) SEBAGAI VARIABEL
MODERASI
(Studi Kasus pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode
2014-2018)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh :
LINDA KARTIKA SARI
NIM 63010150164
PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
TAHUN 2019
ii
iii
iv
v
vi
vii
MOTTO
viii
PERSEMBAHAN
Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT
Taburan cinta dan kasih sayang-Mu telah memberikanku kekuatan dan
membekaliku dengan ilmu. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau
berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat
serta salam selalu terlimpahkan kepada Rasullah Muhammad SAW.
1. Kedua orang tua saya, Ibu Munawaroh dan Bapak Sariman tercinta, skripsi ini
sebagai tanda bukti, hormat, dan rasa terimakasih yang tiada terhingga kepada
Ibu dan Bapak yang telah memberikan kasih sayang, segala dukungan, dan
cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas hanya
dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan. Semoga
ini menjadi langkah awal untuk membuat Ibu dan Bapak bahagia dan bangga.
Untuk Ibu dan Bapak yang selalu membuatku termotivasi dan selalu
memberikan kasih sayang tanpa mengenal rasa lelah dan bosan, yang selalu
mendoakanku dan selalu menasehatiku menjadi pribadi yang lebih baik,
terimakasih Ibu, terimakasih Bapak.
2. Kakakku Andi Hermawan, saudara dan keluarga besar yang selalu mendoakan
dan memberikan semangat.
ix
3. Sahabat-sahabat terdekat Anggi Safitri, Siti Fauzah, Ulfa Maulida,
Wachidatun Khasanah, Adelia Octaviani, Niniek Wulandari, Siti Zulaekhah
yang telah memberikan masukan serta motivasi.
4. Teman-teman Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) S1-PS FEBI
IAIN Salatiga Periode 2017-2018 dan teman-teman Dewan Eksekutif
Mahasiswa (DEMA) FEBI IAIN Salatiga Periode 2018-2019 yang turut
memberikan dukungan, motivasi dan semangat.
5. Seluruh pegawai BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu Demak yang telah
memberikan banyak pengalaman, pengetahuan dan terus memberikan
semangat agar skripsi ini lekas terselesaikan.
6. Teman-teman KKN Posko 121 dan warga KKN Posko 121 Dusun Banjaran
Desa Trenten Kecamatan Candimulyo Magelang yang telah memberikan
dukungan dan doa tanpa rasa lelah.
7. Sahabat-sahabatku dan teman-teman S1 Perbankan Syariah khususnya untuk
angkatan 2015 terimakasih atas motivasi dan doa-doa kalian dan terimakasih
atas kebersamaan dan kegembiraannya selama kuliah.
8. Teman-teman FEBI IAIN Salatiga baik angkatan 2015 ataupun untuk seluruh
angkatan yang telah memberikan semangat dan dukungannya.
9. Semua teman-teman yang telah memberikan masukan serta motivasi yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
x
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, atas limpahan rahmat, hidayah,
taufiq dan inayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Sholawat serta
salam semoga tercurahkan pada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW. Skripsi
ini disusun dan diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN
Salatiga sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dalam ilmu
perbankan syariah. Banyak pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
skripsi ini baik secara moril maupun spiritual, maka penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag. selaku Rektor Institut Agama Islam
Negeri Salatiga.
2. Bapak Dr. Anton Bawono, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
3. Bapak Ari Setiawan, M.M. selaku Ketua Program Studi S1 Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
4. Bapak Taufikur Rahman, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing, memberi arahan dan
menyempurnakan skripsi ini.
5. Bapak Dr. Faqih Nabhan, M.M. selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan motivasi dan masukan selama penulis menjalani perkuliahan di
Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
xi
6. Seluruh dosen Program Studi S1 Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga yang telah memberikan
ilmu, pengetahuan dan wawasan kepada penulis selama menempuh
pendidikan.
7. Kedua orang tua saya Ibu Munawaroh dan Bapak Sariman beserta kakak saya
Andi Hermawan yang telah memberikan doa, kasih sayang, semangat dan
dukungannya.
8. Semua pihak yang ikut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga semua amal baik mendapatkan
balasan dari Allah SWT, aamiin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, karena
itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi bertambahnya
pengetahuan penulis, akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis serahkan
segalanya dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membaca dan
mempelajarinya. Aamiin.
Salatiga, 10 Januari 2019
Penulis,
xii
ABSTRAK
Sari, Linda Kartika. 2019. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) dan Biaya
Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Profitabilitas
dengan Non Performing Financing (NPF) sebagai Variabel Moderasi
(Studi Kasus pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2014-2018).
Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Program Studi S1 Perbankan
Syariah IAIN Salatiga. Pembimbing: Taufikur Rahman, M.Si.
Latar belakang penelitian ini adalah adanya analisis profitabilitas yang
memberikan bukti pendukung mengenai kemampuan suatu bank memperoleh laba
dan sejauh mana keefektifan pengelolaan perusahaan. Analisis profitabilitas
memberikan bukti pendukung mengenai kemampuan suatu bank memperoleh laba
dan sejauh mana keefektifan pengelolaan perusahaan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh DER dan BOPO terhadap Profitabilitas (ROA)
dengan NPF sebagai variabel moderasi studi kasus pada Bank Umum Syariah di
Indonesia periode 2014-2018.
Penelitian ini menggunkan data sekunder berbentuk pooled data. Penelitian
ini mengambil data melalui data yang diterbitkan Bank Indonesia dari situs
www.bi.go.id serta dari website masing-masing Bank Umum Syariah yang
digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini. Jumlah populasi dalam penelitian
ini adalah 14 Bank Umum Syariah. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
dipilih menggunakan metode purposive sampling, sampel dalam penelitian ini
yang sesuai dengan kriteria yang ditentukan berjumlah 11 Bank Umum Syariah.
Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan alat bantu Eviews9
dan IBM SPSS Statistic 23.
Hasil uji regresi menunjukkan bahwa variabel Debt To Equity Ratio (DER)
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Profitabilitas (ROA) kemudian
variabel Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Profitabilitas (ROA). Sedangkan hasil uji Moderated
Regression Analysis (MRA) menunjukkan bahwa Non Performing Financing
(NPF) tidak mampu memoderasi pengaruh Debt To Equity Ratio (DER) dan
Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Profitabilitas
(ROA)
Kata Kunci: Debt To Equity Ratio (DER), Biaya Operasional Pendapatan
Operasional (BOPO), Non Performing Financing (NPF) dan Profitabilitas (ROA)
xiii
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... ii
PENGESAHAN .................................................................................................. iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .......................................................... iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT .................................................................. v
PERNYATAAN PUBLIKASI SKRIPSI ............................................................ vi
MOTTO .............................................................................................................. vii
PERSEMBAHAN ............................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... x
ABSTRAK .......................................................................................................... xii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 10
D. Kegunaan Penelitian .................................................................... 11
E. Sistematik Penulisan .................................................................... 12
BAB II LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka ............................................................................. 14
xiv
B. Kerangka Teori ............................................................................ 18
1. Signalling Theory .................................................................. 18
2. Profitabilitas .......................................................................... 21
3. Debt to Equity Ratio (DER) .................................................. 26
4. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) ........... 27
5. Non Performing Financing (NPF) ........................................ 33
C. Kerangka Penelitian..................................................................... 43
D. Hipotesis ...................................................................................... 44
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................ 51
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 51
C. Populasi dan Sampel.................................................................... 52
1. Populasi ................................................................................. 52
2. Sampel ................................................................................... 52
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 54
1. Jenis dan Sumber Data .......................................................... 54
2. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 55
E. Definisi Konsep dan Operasional ................................................ 56
1. Profitabilitas ......................................................................... 56
2. Debt to Equity Ratio (DER) ................................................. 57
3. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) .......... 58
4. Non Performing Financing (NPF) ....................................... 59
xv
F. Metode Analisis ........................................................................... 60
1. Uji Stasioneritas .................................................................... 60
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................. 60
3. Uji Regresi ............................................................................. 64
4. Uji Moderated Regression Analysis (MRA) ......................... 67
G. Alat Analisis ................................................................................ 68
BAB IV ANALISIS DATA
A. Statistik Deskriptif ....................................................................... 69
B. Analisis Data ............................................................................... 70
1. Uji Stasioneritas .................................................................... 70
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................. 72
3. Uji Regresi ............................................................................. 77
4. Uji Moderated Regression Analysis (MRA) ......................... 80
C. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................... 86
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 93
B. Saran ............................................................................................ 94
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Penelitian Sebelumnya ..................................................................... 14
Tabel 2.2. Kriteria Penilaian Profitabilitas (ROA) ............................................ 25
Tabel 2.3. Kriteria Penilaian BOPO .................................................................. 32
Tabel 2.4. Kriteria Penilaian Non Performing Financing (NPF) ...................... 42
Tabel 2.5. Hipotesis ........................................................................................... 50
Tabel 3.1. Daftar Sampel ................................................................................... 53
Tabel 3.2. Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Auto Korelasi.................... 62
Tabel 4.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ............................................ 69
Tabel 4.2. Hasil Uji Stasioneritas Level ............................................................ 71
Tabel 4.3. Hasil Uji Stasioneritas First Difference ........................................... 71
Tabel 4.4. Hasil Uji Multikolonieritas............................................................... 72
Tabel 4.5. Hasil Uji Autokorelasi (Durbin Watson) ......................................... 73
Tabel 4.6. Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji Glejser) ...................................... 75
Tabel 4.7. Hasil Uji Normalitas (Uji K-S) ........................................................ 76
Tabel 4.8. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)............................................... 77
Tabel 4.9. Hasil Uji Uji Statistik F .................................................................... 78
Tabel 4.10. Hasil Uji Statistik t ........................................................................... 79
Tabel 4.11. Hasil Uji MRA Persamaan 1 ............................................................ 80
Tabel 4.12. Hasil Uji MRA Persamaan 2 ............................................................ 81
Tabel 4.13. Hasil Uji MRA Persamaan 3 ............................................................ 82
Tabel 4.14. Hasil Uji MRA Persamaan 1 ............................................................ 83
xvii
Tabel 4.15. Hasil Uji MRA Persamaan 2 ............................................................ 84
Tabel 4.16. Hasil Uji MRA Persamaan 3 ............................................................ 85
Tabel 4.17. Hasil Penelitian ................................................................................ 92
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka Penelitian ....................................................................... 43
Gambar 4.1. Hasil Uji Heteroskedastisitas (Grafik Scatterplot) ......................... 74
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan dalam bidang ekonomi adalah prosеs pеrubahan kondisi
еkonomi pada suatu nеgara sеcara bеrkеlanjutan kеarah yang lеbih baik
sеlama pеriodе tеrtеntu. Pеrtumbuhan dalam bidang еkonomi di Indonеsia
dikuatkan olеh bеbеrapa faktor, salah satu faktornya adalah kеuangan yaitu
pеrbankan. Pеrtumbuhan еkonomi di Indonеsia yang sеmakin mеningkat
berbanding lurus dеngan dibutuhkannya lеmbaga-lеmbaga keuangan yang
berfungsi mеngatur, mеnghimpun serta mеnyalurkan dana kepada
masyarakat. Sehingga hal tersebut dapat mеnyеbabkan pеrtumbuhan
pеrbankan di Indonеsia mеningkat dеngan cepat. Kеpеrcayaan masyarakat
kеpada lembaga keuangan yang bergerak pada sektor pеrbankan sеbenarnya
sangat dipеngaruhi olеh faktor kinеrja yang dicapai olеh pеrusahaan tersebut.
Kinеrja suatu bank yang terus-menerus mеngalami pеnurunan maka akan
mеnyеbabkan mеnurunnya kеpеrcayaan masyarakat dan begitu pula
sеbaliknya jika kinеrja suatu bank mеngalami pеningkatan maka akan
mеningkatkan kеpеrcayaan masyarakat (Sitepu dkk, 2016).
Menurut Sartono dalam Mahpudin dan Suparno (2016) sebagai
lembaga keuangan yang penting dalam perekonomian perlu adanya
pengawasan kinerja yang baik dengan cara melihat indikator-indikator yang
mempunyai kapasitas guna menunjukkan kinerja keuangan dari suatu bank.
2
Salah satu indikator guna menilai kinerja keuangan suatu bank adalah dengan
cara melihat tingkat profitabilitasnya. Dalam penelitin lain dijelaskan bahwa
dalam kinerja keuangan bank, ada beberapa sumber utama indikator yang
dijadikan dasar penilaian yaitu laporan keuangan yang bersangkutan. Dalam
menganalisis laporan keuangan alat analisis yang digunakan merupakan rasio
keuangan. Berdasarkan laporan tersebut, akan muncul suatu rasio yang akan
dijadikan sebuah dasar penilaian tingkat kinerja suatu bank. Untuk
menentukan penilaian kondisi suatu bank, biasanya menggunakan berbagai
alat ukur, salah satunya merupakan aspek earnings atau profitabilitas yang
mengukur kesuksesan manajemen dalam menghasilkan laba atau keuntungan
dari operasi usaha bank tersebut (Lemiyana dan Litriani, 2016).
Menurut Bambang dalam Falakh (2019) profitabilitas suatu perusahaan
dapat dinilai dengan menggunakan rasio keuangan. Rasio keuangan sering
digunakan dalam penelitian mengenai faktor yang menentukan profitabilitas
suatu bank. Rasio keuangan adalah ukuran yang dipergunakan dalam
interprestasi data dan analisis laporan finansial suatu perusahaan. Dari
definisi tersebut maka pentingnya analisis rasio keuangan tersebut adalah
untuk mengetahui pengaruhnya terhadap profitabilitas suatu bank. Menurut
Sartono dalam Mahpudin dan Suparno (2016) profitabilitas merupakan
kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam hubungannya dengan
penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Sedangkan menurut Smith dan
Skousen dalam Mahpudin dan Suparno (2016) analisis profitabilitas
memberikan bukti pendukung mengenai kemampuan suatu bank memperoleh
3
laba dan sejauh mana keefektifan pengelolaan perusahaan. Menurut Stiawan
dalam Falakh (2019) hal tersebut terkait dengan sejauh mana suatu bank
menjalankan usahanya (operasional) secara efisien. Efisiensi diukur dengan
membandingkan laba yang diperoleh dengan aktiva atau modal yang
menghasilkan laba. Semakin tinggi profitabilitas suatu bank, maka semakin
baik pula kinerja bank tersebut.
Ukuran profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Return on Asset (ROA). Pada industri perbankan Return on Asset (ROA)
merupakan suatu rasio yang bertujuan guna menggambarkan kemampuan
suatu bank dalam mengelola dana yang diinvestasikan dalam keseluruhan
aktiva yang menghasilkan keuntungan. Return on Asset (ROA) merupakan
gambaran produktivitas suatu bank dalam mengelola dana sehingga suatu
bank tersebut menghasilkan keuntungan (Lemiyana dan Litriani, 2016).
Selain itu menurut Lukman dalam Hakiim (2016) pada penentuan tingkat
kesehatan suatu bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian terhadap
rasio Return on Asset (ROA) daripada rasio Return on Equity (ROE), hal
tersebut dikarenakan Bank Indonesia lebih mementingkan nilai profitabilitas
suatu bank yang diukur dengan aset yang dananya sebagian besar berasal dari
dana simpanan masyarakat sehingga Return on Asset (ROA) lebih mewakili
dalam mengukur tingkat profitabilitas suatu bank. Sehingga semakin besar
Return on Asset (ROA) suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan
yang akan dicapai oleh bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank
tersebut dari segi penggunaan aset.
4
Menurut Bini dkk dalam Iman (2017) perusahaan-perusahaan
menguntungkan akan memberikan sinyal-sinyal kekuatan kompetitif mereka
dengan cara memberikan informasi yang penting dan baru ke pasar. Informasi
ini diberikan menggunakan indikator atau rasio-rasio khusus yang sering
digunakan untuk mengukur kondisi kinerja spesifik perusahaan serta untuk
menambah atau memasukkan kontrak agensi baru. Sedangkan menurut
Alkhazaleh dan Almsafir dalam Iman (2017) manajemen bank dapat
memberikan sinyal usaha yang baik dengan cara meningkatkan modal.
Artinya dalam meningkatkan sumber harta, suatu perusahaan lebih memilih
meningkatkan modal daripada hutang, ini berarti bahwa rasio hutang yang
rendah menunjukkan bank-bank tersebut mempunyai kinerja yang lebih baik
dibanding dengan bank yang lain.
Kinerja suatu bank atau profitabilitas bank dapat dinilai dari beberapa
indikator. Salah satu sumber indikator yang dapat dijadikan dasar penilaian
adalah Debt to Equity Ratio (DER). Profitabilitas bank dapat dinilai dari
tinggi rendahnya rasio hutang dan tingkat efisiensi biaya operasional terhadap
pendapatan operasional suatu bank. Debt to Equity Ratio (DER) adalah salah
satu rasio keuangan yang berfungsi untuk menilai jumlah utang dengan
ekuitas. Rasio ini dihitung dengan cara membandingkan antara total utang,
termasuk utang lancar dengan total ekuitas. Rasio ini dapat digunakan untuk
mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan sebagai jaminan utang
(Kasmir, 2014:67). Menurut Alkhazaleh dan Almsafir dalam Iman (2017)
apabila rasio hutang nilainya lebih rendah maka menunjukkan bahwa bank
5
tersebut mempunyai kinerja yang lebih baik dibanding dengan bank-bank
yang lainnya.
Indikator lain yang dapat dijadikan dasar penilaian adalah Biaya
Opеrasional Pеndapatan Opеrasional (BOPO). Menurut Adyani dalam Falakh
(2019) Biaya Opеrasional Pеndapatan Opеrasional (BOPO) merupakan rasio
perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio
biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasional. Indikator yang
dapat dijadikan dasar penilaian selanjutnya adalah ditinjau dari kualitas aset
produktif. Kualitas aset produktif diproyeksikan dengan Non Performing
Financing (NPF). Non Performing Financing (NPF) merupakan rasio yang
digunakan oleh bank syariah untuk menyebutkan pembiayaan, berbeda
dengan bank konvensional yang menggunakan istilah Non Performing Loan
(NPL) yang merujuk pada pinjaman. NPF berhubungan dengan risiko
pembiayaan di perbankan syariah. pengelolaan NPF yang buruk akan
berakibat pada tingginya risiko yang dihadapi oleh perbankan syariah. Hal
tersebut akan berhubungan dengan tingginya peringkat profil risiko.
Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri dan Kardinal
(2018) menunjukkan hasil bahwa DER berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap ROA. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Dewi dkk (2015) dan Palimbong (2016) yang menunjukkan
hasil bahwa DER berpengaruh negatif dan signifikan secara parsial terhadap
ROA. Hal ini berarti semakin rendah rasio DER maka kemampuan
6
perusahaan untuk mendapatkan laba atau profitabilitas semakin tinggi. Begitu
pula sebaliknya, semakin tinggi rasio DER maka kemampuan perusahaan
untuk mendapatkan laba atau profitabilitas semakin rendah. Sehingga
semakin kecil hutang bank maka semakin besar kemampuan bank untuk
mendapatkan profitabilitas yang tinggi.
Profitabilitas bank juga dapat dipengaruhi oleh tingkat efisiensi suatu
bank dalam melakukan kegiatan-kegiatan operasionalnya (BOPO). Rasio
Biaya Opеrasional Pеndapatan Opеrasional (BOPO) digunakan untuk
mengukur berapa besar tingkat efisiensi serta kemampuan suatu bank dalam
melakukan kegiatan operasionalnya. Variabel ini diukur dengan
membandingkan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional
(Iman, 2017). Menurut Almilia dan Herdiningtyas dalam Festiani (2016)
BOPO merupakan rasio efisiensi, rasio ini digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan seluruh biaya
operasional terhadap pendapatan operasional. Sedangkan menurut Septian
dalam Festiani (2016) biaya operasional merupakan biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh bank untuk menjalankan aktivitas usahanya, seperti biaya
pemasaran, biaya tenaga kerja dan biaya operasional lainnya. Sedangkan
pendapatan operasional merupakan pendapatan utama bank yaitu pendapatan
yang diperoleh dari penempatan dana seperti dalam bentuk pembiayaan.
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/24/DPbS tahun 2007, tujuan
dari rasio ini adalah untuk mengukur kegiatan operasional suatu bank. Bank
Indonesia (BI) menetapkan besarnya jumlah rasio BOPO yakni tidak
7
melebihi 90%, sehingga apabila rasio BOPO melebihi 90%, maka bank
tersebut dikategorikan tidak efisien (Prasanjaya, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Ramadhan dkk (2013) menunjukkan
hasil bahwa BOPO berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap variabel
ROA. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Hakiim (2016) dan Putri
(2018) menunjukkan hasil bahwa secara parsial BOPO berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap ROA. Hal ini berarti semakin kecil rasio BOPO maka
semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan
serta setiap peningkatan biaya operasional maka akan berakibat pada
berkurangnya laba sebelum pajak yang pada akhirnya akan menurunkan
tingkat laba atau profitabilitas (ROA) suatu bank tersebut. Sеmakin tinggi
rasio BOPO maka mеnunjukkan kurang atau tidak mampunya suatu bank
dalam mеnеkan biaya opеrasional dan mеmaksimalkan pеndapatan
opеrasionalnya. Setelah upaya efisiensi BOPO, profitabilitas juga dapat
ditingkatkan dengan cara penyaluran pembiayaan. Penyaluran pembiayaan
harus dilakukan dengan benar, setelah penyaluran pembiayaan cair maka
pihak bank harus rutin mengawasi dan monitoring nasabah pembiayaan.
Sebelum memberikan pembiayaan kepada nasabah, pihak bank harus
melakukan beberapa prosedur untuk mengetahui kemampuan nasabah. Salah
satu prosedur tersebut adalah dengan menggunakan 5C, yakni Character,
Capacity, Capital, Collateral, Condition. Hal tersebut dilakukan agar tidak
ada NPF atau risiko pembiayaan bermasalah (Yudiana, 2014:109).
8
Menurut Suhada dalam Wibowo (2013) Non Performing Financing
menggambarkan suatu risiko dari pembiayaan yang telah diberikan, semakin
tinggi tingkat rasio ini, maka akan menunjukkan bahwa kualitas pembiayaan
bank syariah tersebut semakin buruk. Pengelolaan pada pembiayaan sangat
diperlukan oleh suatu bank, mengingat fungsi pembiayaan adalah sebagai
sumber pendapatan terbesar bagi bank syariah. Tingkat kesehatan suatu
pembiayaan (NPF) ikut mempengaruhi perolehan laba dan berpengaruh buruk
pada profitabilitas (ROA) suatu bank. Sehingga semakin kecil atau semakin
menurunnya hasil NPF menunjukkan bahwa kualitas pembiayaan bank
syariah semakin baik, dan semakin tinggi atau semakin bertambahnya NPF
maka akan mengakibatkan hilangnya kesempatan suatu bank untuk
memperoleh laba atau pendapatan dari pembiayaan yang telah diberikan, dan
akan mempengaruhi profitabilitas suatu bank.
Dalam penelitian ini Non Performing Financing (NPF) diposisikan
sebagai variabel moderasi dengan tujuan untuk melihat pengaruh moderasi
DER dan BOPO terhadap Profitabilitas. Variabel moderasi merupakan
variabel yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen (Sujarweni, 2015:76).
Sedangkan menurut Sekaran dalam Taufik (2017) variabel moderasi adalah
variabel yang mempunyai pengaruh ketergantungan (contingent effect) yang
kuat dengan hubungan variabel independen dan variabel dependen. Salah satu
cara untuk menguji regresi dengan variabel moderasi adalah dengan
menggunakan uji interaksi. Uji Interaksi (Moderated Regression Analysis)
9
merupakan aplikasi dari regresi linear berganda dimana dalam persamaannya
mengandung unsur interaksi perkalian dua atau lebih variabel independen.
NPF sebagai variabel moderasi memiliki hubungan dengan DER
terhadap ROA, dan BOPO terhadap ROA. Penelitian Mukti (2016) yang
menunjukkan hasil bahwa BOPO berpengaruh signifikan positif terhadap
Resiko Pembiayaan (NPF). Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin
rendah rasio NPF maka semakin rendah pula rasio BOPO sehingga
kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba atau profitabilitas semakin
tinggi, jadi dapat disimpulkan bahwa NPF mampu memoderasi pengaruh
BOPO terhadap profitabilitas. Begitupula dengan rasio DER, bahwa semakin
rendah rasio NPF maka semakin rendah pula rasio DER sehingga
kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba atau profitabilitas semakin
tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa NPF mampu memoderasi.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya
adalah penelitian ini menggunakan variabel Non Performing Financing
(NPF) sebagai variabel moderasi serta penelitian ini dilakukan dalam periode
waktu 2014-2018. Penelitian ini dilakukan karena adanya inkonsistensi hasil
penelitian-penelitian sebelumnya, sehingga judul dalam penelitian ini adalah
“Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) dan Biaya Operasional
Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Profitabilitas dengan Non
Performing Financing (NPF) sebagai Variabel Moderasi (Studi Kasus
pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2014-2018)”.
10
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh DER terhadap profitabilitas bank umum syariah?
2. Bagaimana pengaruh BOPO terhadap profitabilitas bank umum syariah?
3. Bagaimana pengaruh DER terhadap profitabilitas pada bank umum
syariah yang dimoderasi variabel NPF?
4. Bagaimana pengaruh BOPO terhadap profitabilitas pada bank umum
syariah yang dimoderasi variabel NPF?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini
adalah:
1. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh DER terhadap
profitabilitas bank umum syariah.
2. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh BOPO terhadap
profitabilitas bank umum syariah.
3. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh DER terhadap
profitabilitas pada bank umum syariah yang dimoderasi variabel NPF.
4. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh BOPO terhadap
profitabilitas pada bank umum syariah yang dimoderasi variabel NPF.
11
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian yang dilakukan tentang pengaruh Debt to Equity
Ratio (DER) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
terhadap Profitabilitas dengan Non Performing Financing (NPF) sebagai
Variabel Moderasi yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Bank Syariah
Dapat memberikan pengetahuan mengenai rasio-rasio keuangan yang
berpengaruh pada tingkat besarnya profitabilitas bank, sehingga dapat
dilakukan tindakan-tindakan yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan
dengan lebih efisien dan efektif.
2. Bagi Kreditur
Dapat membantu kreditur dalam memutuskan untuk melakukan
pembiayaan dengan melihat rasio keuangan dan kinerja perusahaan
tersebut.
3. Bagi Investor
Memberi wawasan dalam penanaman dana pada perusahaan perbankan
dengan menilai rasio-rasio keuangan sehingga dapat mengambil kebijakan
investasi yang tepat.
4. Bagi Akademisi
Memberikan pengetahuan dan referensi tentang pengaruh rasio-rasio
keuangan pada tingkat profitabilitas yang dapat dilakukan oleh lembaga
keuangan perbankan syariah serta untuk dapat diteliti lebih lanjut sebagai
pembelajaran manajemen keuangan.
12
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dibuat untuk memudahkan dalam memahami
penelitian yang diuraikan penulis. Sistematika penulisan penelitian ini
disusun secara runtut yang terdiri dari lima bab, yaitu sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Bab ini berisi pendahuluan yang mencakup latar belakang; rumusan
masalah; tujuan penelitian; kegunaan penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II Landasan Teori
Bab ini berisi landasan teori yang mencakup telaah pustaka sebagai
ringkasan penelitian terdahulu dan posisi penelitian terkini; kerangka
teori yang menjelaskan bangunan teori untuk menganalisis variabel
penelitian; kerangka penelitian berupa model hipotesis dalam bentuk
gambar; dan hipotesis yang menggambarkan posisi variabel yang akan
diteliti dan pengaruh antar variabel.
BAB III Metode Penelitian
Bab ini berisi tentang jenis penelitian; lokasi dan waktu penelitian;
populasi dan sampel; teknik pengumpulan data yang berisi jenis dan
sumber data serta teknik pengumpulan data; definisi konsep dan
operasional; metode analisis data yang digunakan untuk menguji
kebenaran penelitian; dan alat analisis.
13
BAB IV Analisis Data
Bab ini berisi analisa penelitian yang mencakup statistik deskriptif;
analisis data; dan pembahasan hasil penelitian.
BAB V Penutup
Bab ini berisi penutup yang mencakup kesimpulan; dan saran berupa
tindakan yang seharusnya dilakukan untuk penelitian selanjutnya.
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka
Untuk mengetahui tingkat profitabilitas suatu bank, tentunya dapat
dilihat melalui kondisi internal pada bank yang dapat dilihat dari beberapa
rasio keuangan. Dalam penelitian ini menggunakan rasio keuangan Debt to
Equity Ratio (DER), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO),
dan Non Performing Financing (NPF). Penelitian mengenai pengaruh rasio-
rasio keuangan terhadap tingkat profitabilitas pada Bank Umum Syariah ini
telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya dan menunjukan
inkonsistensi hasil. Adapun beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan
dengan penelitian ini antara lain:
Tabel 2.1.
Penelitian Sebelumnya
No Peneliti Variabel Hasil Perbedaan Penelitian
Pengaruh DER terhadap Profitabilitas (ROA)
1 Dewi dkk (2015)
e-Journal Bisma
Universitas
Pendidikan
Ganesha, Vol. 3
Variabel
Independen:
LDR, LAR,
DER dan CR
Variabel
Dependen:
ROA
DER berpengaruh
negatif dan
signifikan secara
parsial terhadap
ROA
Penelitian ini
menggunakan variabel
independen: DER dan
BOPO, variabel
dependen:
Profitabilitas yang
diproksikan dengan
ROA, dan variabel
moderasi: NPF
Objek penelitian
15
adalah Bank Umum
Syariah di Indonesia
2 Palimbong (2016)
Skripsi:
Universitas Negeri
Makassar
Variabel
Independen:
CR, DER
Variabel
Dependen:
ROA
DER berpengaruh
signifikan dan
negatif secara
parsial terhadap
ROA
Dalam penelitian ini
menggunakan variabel
DER dan BOPO
sebagai variabel
independen dan
diukur dengan ROA
sebagai variabel
dependen dan NPF
sebagai variabel
moderasi
Objek penelitian
adalah Bank Umum
Syariah di Indonesia
3 Kurniawati dkk
(2018)
Seminar Nasional
Cendekiawan ke 4
2018
Variabel
Independen:
CAR, LDR,
DER, BI Rate
dan Inflasi
Variabel
Dependen:
ROA
DER
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap ROA
Penelitian ini
menggunakan variabel
independen: DER dan
BOPO, variabel
dependen:
Profitabilitas yang
diproksikan dengan
ROA, dan variabel
moderasi: NPF
Objek penelitian
adalah Bank Umum
Syariah di Indonesia
4 Ramadhan dkk
(2016) Jurnal
Ilmiah Manajemen
Bisnis dan
Terapan, No. 1:
15-26
Variabel
Independen:
CR, DER dan
BOPO
Variabel
Dependen:
CAR
Variabel
Intervening:
Profitabilitas
DER berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap variabel
ROA
Penelitian ini
menggunakan variabel
independen: DER dan
BOPO, variabel
dependen:
Profitabilitas yang
diproksikan dengan
ROA, dan variabel
moderasi: NPF
16
(ROA)
5 Soegiarto (2017)
Riset & Jurnal
Akuntansi Volume
2 Nomor 2
Februari 2018 hal
52-61
Variabel
Independen:
CR, DER dan
NPF
Variabel
Dependen:
ROA
Debt to Equity
Ratio memiliki
pengaruh positif
terhadap kinerja
keuangan (ROA)
Penelitian ini
menggunakan variabel
independen: DER dan
BOPO, variabel
dependen:
Profitabilitas yang
diproksikan dengan
ROA, dan variabel
moderasi: NPF
Objek penelitian
adalah Bank Umum
Syariah di Indonesia
6 Putri dan Kardinal
(2018)
Jurusan
Manajemen STIE
Multi Data
Palembang hal 1-
10
Variabel
Independen:
DER, BOPO
dan CSR
Variabel
Dependen:
ROA
Debt to Equity
Ratio (DER)
berpengaruh
negatif dan tidak
signifikan
terhadap ROA
secara parsial
Penelitian ini
menggunakan variabel
independen: DER dan
BOPO, variabel
dependen:
Profitabilitas yang
diproksikan dengan
ROA, dan variabel
moderasi: NPF
Pengaruh BOPO terhadap Profitabilitas (ROA)
1 Hartini (2016)
I-Finance, Vol. 2
No. 1: 20-34
Variabel
Independen:
BOPO
Variabel
Dependen:
Profitabilitas
BOPO
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap
profitabilitas
Penelitian ini
menggunakan variabel
independen: DER dan
BOPO, variabel
dependen:
Profitabilitas yang
diproksikan dengan
ROA, dan variabel
moderasi: NPF
2 Hakiim dan
Rafsanjani (2016)
Jurnal Aplikasi
Manajemen (JAM),
Variabel
Independen:
CAR, FDR
dan BOPO,
Secara parsial
BOPO
berpengaruh
negatif dan
Penelitian ini
menggunakan variabel
independen: DER dan
BOPO, variabel
17
Vol. 14 No. 1: 161-
168
NPL, Variabel
Dependen:
Profitabilitas
signifikan
terhadap ROA.
dependen:
Profitabilitas yang
diproksikan dengan
ROA, dan variabel
moderasi: NPF
3 Putri dan Kardinal
(2018)
Jurusan
Manajemen STIE
Multi Data
Palembang hal 1-
10
Variabel
Independen:
DER, BOPO
dan CSR
Variabel
Dependen:
ROA
BOPO
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap ROA
secara parsial
Penelitian ini
menggunakan variabel
independen: DER dan
BOPO, variabel
dependen:
Profitabilitas yang
diproksikan dengan
ROA, dan variabel
moderasi: NPF
4 Triasmoro dkk
(2017)
e-Proceeding of
Managemen, Vol. 4
No. 3: 2667-2674
Variabel
Independen:
BOPO NPF
dan FDR
Variabel
Dependen:
ROA
Secara simultan,
BOPO memiliki
pengaruh yang
signifikan
terhadap ROA.
Penelitian ini
menggunakan variabel
independen: DER dan
BOPO, variabel
dependen:
Profitabilitas yang
diproksikan dengan
ROA, dan variabel
moderasi: NPF
5 Yusriani (2018)
Jurnal Ilmiah
Manajemen Bisnis
dan Terapan, No.
1: 15-26
Variabel
Independen:
CAR, NPL,
BOPO dan
LDR
Variabel
Dependen:
Profitabilitas
(ROA)
BOPO
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap variabel
ROA
Penelitian ini
menggunakan variabel
independen: DER dan
BOPO, variabel
dependen:
Profitabilitas yang
diproksikan dengan
ROA, dan variabel
moderasi: NPF
6 Fitriyani (2018)
Skripsi: Institut
Agama Islam
Negeri Salatiga
Independen:
CAR, FDR,
NOM dan
BOPO
Variabel
BOPO
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap variabel
Penelitian ini
menggunakan variabel
independen: DER dan
BOPO, variabel
dependen:
18
Dependen:
ROA
Variabel
Moderasi: NPF
ROA Profitabilitas yang
diproksikan dengan
ROA, dan NPF sebagai
variabel moderasi
NPF sebagai Variabel Moderasi Profitabilitas (ROA)
1 Iman (2017)
Skripsi: UIN
Alauddin Makassar
Variabel
Independen:
CAR, FDR
dan BOPO
Variabel
Dependen:
ROA
Variabel
Moderasi: NPF
NPF memoderasi
antara BOPO dan
ROA
Penelitian ini
menggunakan variabel
independen: DER dan
BOPO, variabel
dependen:
Profitabilitas yang
diproksikan dengan
ROA, dan variabel
moderasi: NPF.
Penelitian ini
menggunakan
signalling theory
2 Fitriyani (2018)
Skripsi: Institut
Agama Islam
Negeri Salatiga
Independen:
CAR, FDR,
NOM dan
BOPO
Variabel
Dependen:
ROA
Variabel
Moderasi: NPF
NPF mampu
memoderasi
pengaruh BOPO
terhadap ROA
Penelitian ini
menggunakan variabel
independen: DER dan
BOPO, variabel
dependen:
Profitabilitas yang
diproksikan dengan
ROA, dan variabel
moderasi: NPF.
Sumber: Penelitian terdahulu yang diolah, 2019
B. Kerangka Teori
1. Signalling Theory
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah signalling theory.
Menurut Spence dalam Iman (2017) perusahaan dinilai memiliki kinerja
yang baik (superior performance) apabila menggunakan informasi
19
keuangan untuk mengirimkan sinyal-sinyal ke pasar. Menurut Bini dkk
dalam Iman (2017) teori sinyal menunjukkan bahwa perusahaan-
perusahaan yang menguntungkan memberikan sinyal kekuatan kepada
perusahaan lain dengan cara menberikan informasi yang baru dan penting
ke pasar. Informasi ini diberikan menggunakan indikator atau rasio–rasio
khusus yang sering digunakan sebagai tolok ukur kondisi spesifik
perusahaan serta guna menambah atau memasukkan kontrak agensi baru.
Menurut Alkhazaleh dan Almsafir dalam Iman (2017) teori sinyal
adalah manajemen bank yang memberikan sinyal usaha baik dengan cara
meningkatkan modal. Ini berarti bahwa tingkat rasio hutang (DER) yang
rendah menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mempunyai kinerja lebih
baik dibanding perusahaan yang lain. Sedangkan menurut Jogiyanto
dalam Sahari (2015), informasi yang dipublikasikan merupakan suatu
gambaran informasi yang akan memberikan sinyal bagi investor dalam
hal pengambilan keputusan berinvestasi. Jika informasi yang dipublikasi
mengandung nilai yang positif maka diharapkan pasar akan bereaksi
positif pada waktu informasi tersebut diterima oleh pasar.
Teori sinyal menitikberatkan pada pentingnya informasi yang
diberikan oleh suatu perusahaan terhadap keputusan investasi pada pihak
eksternal perusahaan. Informasi adalah suatu unsur penting bagi investor
serta pelaku-pelaku bisnis karena informasi memberikan keterangan
maupun gambaran untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun untuk masa
yang akan datang guna kelangsungan hidup suatu perusahaan dan
20
bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan
diberikan tepat waktu sangat diperlukan untuk investor dipasar modal, hal
tersebut dikarenakan informasi sebagai alat analisis guna mengambil
keputusan investasi (Iman, 2017).
Retno M dan Denies dalam Suciah (2017) teori sinyal menjelaskan
mengenai usaha perusahaan untuk memberikan sinyal berupa informasi
kepada pihak-pihak eksternal. Usaha tersebut dikarenakan terjadinya
asimetri informasi antara pihak eksternal dan pihak manajemen. Sehingga
guna mengurangi asimetri informasi, perusahaan harus memberikan
informasi yang dimiiki, baik berupa informasi finansial maupun non
finansial. Salah satu informasi yang wajib diungkapkan yaitu laporan
kinerja keuangan (annual report) yang akan memberikan informasi
tentang keadaan perusahaan saat ini kepada pihak-pihak eksternal.
Dalam teori sinyal laporan keuangan (annual report) menjadi salah
satu sinyal informasi bagi pihak eksternal perusahaan terutama para
investor. Informasi yang dipublikasikan dalam laporan keuangan dapat
berupa informasi akuntansi yakni informasi yang berhubungan dengan
laporan keuangan serta informasi non-akuntansi yang tidak berkaitan
dengan laporan keuangan. Laporan keuangan seharusnya mencakup
informasi yang akurat serta dapat mempublikasikan informasi yang
dianggap penting oleh pengguna informasi baik dari pihak internal
maupun pihak eksternal. Investor membutuhkan informasi untuk
mengevaluasi kinerja suatu perusahaan, sehingga investor dapat
21
melakukan investasi dengan tingkat risiko yang diprediksi. Investor akan
membeli saham suatu perusahaan apabila perusahaan tersebut
mempublikasikan laporan keuangannya secara terbuka (transparan) dan
dilakukan secara berkelanjutan. Oleh karena itu, dari laporan keuangan
yang dipublikasikan, investor dapat menganalisis kinerja keuangan suatu
perusahaan dan dapat menilai bagaimana kinerja manajemen guna
memaksimalkan profitabilitas yang tercermin dalam besarnya earnings
per share (Sahari, 2015).
2. Profitabilitas
a. Pengertian Profitabilitas
Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk
mengetahui kemampuan suatu perusahaan dalam hal mencari
keuntungan. Rasio profitabilitas juga menggambarkan tingkat
efektifitas suatu perusahaan (Kasmir, 2014:49). Menurut Moeljadi
dalam Adi (2014) rasio profitabilitas merupakan hasil bersih dari
beberapa keputusan-keputusan dan kebijakan manajemen. Rasio ini
menunjukkan jawaban akhir tentang efektif tidaknya manajemen suatu
perusahaan. Rasio profitabilitas juga menggambarkan pengaruh
kombinasi antara likuiditas, manajemen aset dan hutang pada hasil
operasional suatu perusahaan.
Peneliti lain menjelaskan bahwa rasio profitabilitas
menggambarkan efektivitas manajemen suatu bank secara
keseluruhan yang digambarkan melalui tinggi rendahnya tingkat
22
keuntungan yang diperoleh oleh bank dalam kaitannya dengan
penjualan (profitabilitas penjualan) maupun investasi (profitabilitas
investasi). Rasio profitabilitas secara umum ada empat, yakni gross
profit margin (GPM), net profit margin (NPM), return on assets
(ROA) dan return on net work (Agustina, 2017). Pada umumnya,
rasio dengan nilai yang tinggi menunjukkan efisiensi penggunaan aset
pada suatu bank dan kinerja manajerial yang baik, sedangkan rasio
yang menunjukkan nilai rendah berarti penggunaan aset dalam bank
tersebut tidak efisien. Sehingga semakin tinggi nilai return on asset
maka menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik karena
tingkat pengembalian atau keuntungan semakin besar (Iman, 2017).
Rasio Profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan
tingkat efektivitas yang dicapai melalui usaha operasional bank. Rasio
profitabilitas juga menggambarkan tentang kemampuan bank dalam
menghasilkan laba. (Muhamad, 2017:254-255). Pada penelitian ini,
ROA digunakan sebagai ukuran profitabilitas bank. Return On Asset
(ROA) merupakan rasio yang menunjukkan bagaimana kemampuan
suatu bank dalam mengelola dana yang akan diinvestasikan dalam
seluruh aktiva yang diharapkan menghasilkan keuntungan (laba).
Menurut Suryani dalam Iman (2017) ROA termasuk salah satu rasio
yang sangat penting, hal tersebut dikarenakan rasio ini mengutamakan
tingkat profitabilitas suatu bank yang dinilai dari aset produktif yang
sumber dananya sebagian besar berasal dari Dana Pihak Ketiga
23
(DPK). Semakin tinggi ROA suatu bank maka akan semakin tinggi
pula tingkat keuntungan yang akan dicapai oleh bank tersebut, dan
semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset.
Menurut Brigham dan Houston dalam Hakiim (2016) untuk
mengukur profitabilitas suatu bank, biasanya suatu bank
menggunakan rasio profitabilitas karena rasio profitabilitas sudah
mencakup beberapa rasio, seperti: rasio utang, rasio aktivitas maupun
rasio likuiditas yang terdiri dari Return on Equity (ROE) dan Return
on Asset (ROA). ROE merupakan rasio yang menunjukkan besarnya
tingkat pengembalian atas modal untuk menghasilkan keuntungn, dan
ROA merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan dari
keseluruhan aset yang ada dan digunakan untuk menghasilkan
keuntungan.
Selain itu menurut Lukman dalam Hakiim (2016) pada
penentuan tingkat kesehatan suatu bank, Bank Indonesia lebih
mementingkan penilaian terhadap rasio ROA daripada rasio ROE, hal
tersebut dikarenakan Bank Indonesia lebih mementingkan nilai
profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang dananya
sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat sehingga ROA
lebih mewakili dalam mengukur tingkat profitabilitas suatu bank.
Sehingga semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat
keuntungan yang akan dicapai oleh bank tersebut dan semakin baik
pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset.
24
Analisis ROA berfungsi sebagai jembatan bagi pihak manajemen
dalam mengetahui bagaimana efektifitas dan efisiensi penggunaan
sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Sehingga dengan
melakukan analisis ROA juga akan memudahkan pengguna informasi
keuangan untuk menentukan keputusan dan strategi bisnis dalam
upaya untuk mempertahankan pengembangan serta eksistensi suatu
perusahaan pada masa yang akan datang (Palimbong, 2016).
b. Manfaat dan Tujuan Menggunakan Rasio Profitabilitas
Menurut Kasmir dalam Adi (2014) menjelaskan bahwa manfaat
dan tujuan menggunakan rasio profitabilitas bagi suatu perusahaan
maupun bagi pihak ekseternal perusahaan adalah:
1) Guna mengukur ataupun menghitung tingkat laba yang diperoleh
oleh suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu.
2) Guna menilai tingkat laba suatu perusahaan pada periode
sebelumnya dan periode sekarang.
3) Guna mengetahui perkembangan laba dari periode ke periode.
4) Guna mengetahui berapa besar laba bersih sesudah pajak dengan
modal sendiri.
5) Guna mengukur produktivitas total sumber dana perusahaan yang
digunakan baik modal sendiri ataupun modal pinjaman.
25
Menurut Munawir dalam Palimbong (2016) beberapa manfaat
ROA adalah:
1) Apabila suatu perusahaan telah menjalankan praktik akuntansi
dengan baik maka menggunakan analisis ROA, dapat diketahui
efisensi penggunaan modal yang menyeluruh dan sensitif terhadap
setiap hal yang berpotensi mempengaruhi keadaan keuangan suatu
perusahaan.
2) Dapat dibandingkan dengan rasio industri sehingga dapat
diketahui posisi perusahaan terhadap suatu industri. Hal ini
merupakan salah satu langkah dalam perencanaan strategi
perusahaan.
3) Berguna sebagai kepentingan kontrol bagi perusahaan dan analisis
ROA juga berguna untuk kepentingan perencanaan.
c. Kriteria Penilaian Profitabilitas (ROA)
Tabel 2.2.
Kriteria Penilaian Profitabilitas (ROA)
Kriteria Keterangan
Peringkat 1: ROA > 1.5% Tinggi
Peringkat 2: 1.25% < ROA < 1.5% Cukup Tinggi
Peringkat 3: 0.5% < ROA < 1.25% Rendah
Peringkat 4: 0% < ROA < 0.5% Cukup Rendah
Peringkat 5: ROA < 0% Sangat Rendah
Sumber: www.bi.go.id
26
3. Debt to Equity Ratio (DER)
a. Pengertian Debt to Equity Ratio (DER)
Hutang secara manajemen berfungsi untuk mendongkrak kinerja
keuangan suatu perusahaan. Apabila perusahaan hanya mengandalkan
modal (ekuitas) tentu saja perusahaan tersebut akan sulit dalam
melaksanakan kegiatan operasionalnya. Peran hutang sangat
membantu perusahaan untuk melakukan ekspansi usaha. Akan tetapi
apabila total hutang telah melebihi total ekuitas yang dimiliki suatu
perusahaan maka resiko yang ditanggung oleh perusahaan tersebut
juga semakin tinggi, sehingga diperlukan rasio khusus untuk
mengetahui tingkat kinerja tersebut (Palimbong, 2016).
Salah satu rasio penting yang menjadi tolok ukur bagi investor
adalah Debt to Equity Ratio (DER), karena Debt to Equity Ratio
(DER) dapat menggambarkan komposisi pendanaan dalam hal
membiayai aktivitas operasional suatu perusahaan atau memanfaatkan
hutang-hutangnya. Hutang adalah salah satu faktor yang menjadi
dasar penilaian bagi investor guna mengukur kondisi keuangan suatu
perusahaan (Adi, 2014). Debt to Equity Ratio (DER) adalah salah satu
rasio keuangan yang berfungsi untuk menilai jumlah utang dengan
ekuitas. Rasio ini dihitung dengan cara membandingkan antara total
utang, termasuk utang lancar dengan total ekuitas. Rasio ini dapat
digunakan untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang
dijadikan sebagai jaminan utang (Kasmir, 2014:67).
27
Debt to Equity Ratio (DER) adalah salah satu rasio leverage
yang dapat menggambarkan kemampuan modal sendiri guna
memenuhi seluruh kewajibannya. Debt to Equity Ratio (DER) juga
menggambarkan berapa besar struktur keuangan suatu perusahaan
yang berasal dari utang. Sehingga tinggi rendahnya tingkat DER akan
menunjukkan besar kecilnya total utang dalam suatu perusahaan
tersebut. Utang perusahaan juga diharapkan mampu digunakan
sebagai tambahan dana bagi perusahaan untuk memperluas aktivitas
operasionalnya (Priyono, 2009). Menurut Bambang dalam Sochib
(2016) anggaran pembelanjaan yang sehat itu harus dibangun atas
dasar modal sendiri, sehingga aturan stuktur keuangan menentapkan
besarnya modal asing (utang) dalam kondisi bagaimanapun tidak
boleh melebihi modal sendiri. Koefisien kewajiban yang merupakan
perbandingan antara jumlah modal asing (utang) dengan modal sendiri
tidak boleh melebihi perbandingan 1 : 1.
Menurut Venimas dalam Manzila (2018) rasio Debt to Equity
Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan sebagai tolok ukur
tingkat solvabilitas suatu perusahaan. Rasio DER merupakan rasio
yang menggambarkan antara perbandingan total hutang dan ekuitas
dalam suatu sumber pendanaan perusahaan serta menunjukkan
keterampilan modal sendiri perusahaan itu guna membayar seluruh
kewajibannya. Semakin tinggi rasio DER maka akan semakin rendah
pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham
28
sebaliknya semakin rendah rasio DER maka akan semakin baik
pendanaan atau keterampilan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangka panjangnya.
Peneliti lain menggambarkan Debt to Equity Ratio sebagai rasio
yang menunjukkan perbandingan antara total hutang dengan total
ekuitas dalam pendanaan suatu perusahaan dan menggambarkan
bagaimana kemampuan modal perusahaan sendiri guna memenuhi
seluruh kewajibannya. Semakin tinggi tingkat Debt to Equity Ratio
maka akan menggambarkan semakin besar total hutang terhadap total
ekuitas, hal ini menggambarkan semakin besar ketergantungan suatu
perusahaan terhadap pihak luar sehingga tingkat risiko perusahaan
tersebut akan semakin besar. Hal tersebut tentu akan berdampak pada
menurunnya harga saham di pasar saham sehingga keuntungan yang
akan diperoleh perusahaan akan menurun (Priharyanto, 2009).
b. Implikasi Penting Debt to Equity Ratio (DER)
Menurut Brigham & Houston dalam Priharyanto (2009)
perusahaan yang pendanaannya diperoleh melalui utang, maka
memiliki tiga implikasi penting, yaitu:
1) Dengan memperoleh pendanaan melalui utang, pemegang saham
dapat mempertahankan kendali perusahaan dengan membatasi
investasi yang diberikan.
2) Kreditur (pemberi pinjaman) akan melihat dana (ekuitas) yang
diperoleh sendiri sebagai suatu tolok ukur keamanan. Sehingga
29
semakin tinggi tingkat proporsi jumlah modal yang diberikan
kepada pemegang saham, maka akan semakin kecil pula resiko
yang harus dihadapi kreditur.
3) Pengembalian modal pemilik akan ditambah jika hasil investasi
yang didanai dari dana pinjaman lebih besar dari bagi hasil yang
dibayar.
4. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
a. Pengertian Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
Menurut Hanley dalam Falakh (2019) suatu perusahaan yang
bergerak pada bidang perbankan akan melakukan efisiensi operasional
untuk mengetahui apakah suatu bank dalam operasionalnya yang
berhubungan dengan usaha pokok bank telah dilakukan dengan benar
dalam artian sesuai dengan yang telah diharapkan pihak manajemen
dan pemegang saham. Bank juga harus memperhatikan tingkat
efisiensi biaya operasional untuk mencapai profitabilitas maksimum.
BOPO adalah rasio yang berfungsi untuk mengukur berapa besar
efisiensi suatu bank dalam penggunaan biaya ketika melakukan
aktivitas operasionalnya.
Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) dijadikan
sebagai variabel independen yang mempengaruhi Profitabilitas (ROA)
berdasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank yang bermuara
pada Profitabilitas bank (ROA). Kegiatan utama bank pada prinsipnya
yaitu bertindak sebagai perantara, yakni menghimpun dan
30
menyalurkan dana masyarakat, sehingga biaya dan pendapatan
operasional bank di dominasi oleh biaya bagi hasil dan hasil bagi
hasil. Rasio BOPO diukur dari perbandingan antara biaya operasional
dengan pendapatan operasional. Nilai prosentase BOPO yang tinggi
akan mengakibatkan laba yang diperoleh suatu bank akan menjadi
rendah. Oleh karena itu tingkat BOPO akan berbanding terbalik
dengan tingkat ROA. Sehingga semakin besar rasio BOPO berarti
semakin tidak efisien biaya operasional yang dikeluarkan oleh suatu
bank tersebut. Setiap peningkatan pendapatan operasional maka akan
berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak yang pada akhirnya
akan menurunkan tingkat laba atau profitabilitas (ROA) suatu bank
tersebut (Dendawijaya, 2009:119-120).
Menurut Almilia dan Herdiningtyas dalam Festiani (2016)
BOPO merupakan rasio efisiensi, rasio ini digunakan sebagai tolok
ukur kemampuan manajemen suatu bank dalam aktivitas
mengendalikan seluruh biaya operasional terhadap pendapatan
operasional. Sedangkan menurut Septian dalam Festiani (2016) biaya
operasional adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh bank untuk
menjalankan aktivitas operasionalnya, seperti biaya pemasaran, biaya
tenaga kerja serta biaya operasional lainnya. Sedangkan pendapatan
operasional adalah sumber pendapatan utama bank yakni pendapatan
yang didapat dari penempatan dana seperti dalam bentuk pembiayaan
serta pendapatan operasional lainnya.
31
BOPO merupakan kelompok rasio yang mengukur efisiensi dan
efektivitas operasional suatu perusahaan dengan cara membandingkan
biaya operasional dengan pendapatan operasional. Berbagai angka
pendapatan dan pengeluaran dari laporan laba rugi dan terhadap
angka-angka dalam neraca (Fitriyani, 2018). Pada laporan laba rugi
terdapat dua pos utama, yaitu pendapatan operasional dan biaya
operasional. Apabila pendapatan operasional adalah hasil yang
diperoleh dari aktivitas operasional maka biaya operasional
merupakan biaya yang dikeluarkan guna menjalankan aktivitas
operasional suatu bank. Apabila biaya operasional tinggi akan tetapi
hanya menghasilkan pendapatan operasional yang lebih rendah maka
bank tersebut tergolong tidak efisien dalam menjalankan aktivitas
operasionalnya. Di lain sisi, biaya operasional yang tinggi kedepannya
akan mengurangi jumlah laba bersih yang diperoleh. Hal tersebut
dikarenakan biaya operasional adalah faktor pengurang dalam laporan
laba rugi (Rachmandinur, 2016).
Rasio BOPO menjelaskan bahwa besarnya biaya operasional
dapat mengurangi pendapatan operasional bank sehingga
menunjukkan kemampuan bank dalam aktivitas melakukan efisiensi
biaya. Menurut Sastrosuwito dan Suzuki dalam Iman (2017) bahwa
rasio perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan
operasional adalah suatu indikator kemampuan manajemen guna
mengendalikan biaya (efisiensi biaya) serta diharapkan akan memiliki
32
hubungan yang negatif dengan keuntungan (profitabilitas), karena
usaha perbaikan dalam manajemen biaya ini nantinya akan
meningkatkan efisiensi dan meningkatkan keuntungan bank tersebut.
b. Kriteria Penilaian Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/24/DPbS tahun
2007 yang dimaksud dengan pendapatan operasional merupakan
penjumlahan dari pendapatan margin dan bagi hasil kemudian
dikurangi dana pihak ketiga atas bagi hasil, selanjutnya ditambah
dengan pendapatan operasional. Sedangkan biaya operasional
merupakan biaya yang digunakan dalam aktivitas operasional selama
suatu bank berjalan yang tujuannya adalah untuk membantu aktivitas
operasional bank dan memperoleh pendapatan. Keputusan Bank
Indonesia menetapkan besarnya tingkat rasio BOPO tidak melebihi
90%. Semakin tinggi rasio BOPO maka akan berpengaruh negatif
terhadap profitabilitas perbankan.
Tabel 2.3.
Kriteria Penilaian BOPO
Kriteria Keterangan
Peringkat 1: BOPO < 83% Sangat Rendah
Peringkat 2: 83% < BOPO < 85% Cukup Rendah
Peringkat 3: 85% < BOPO < 87% Rendah
Peringkat 4: 87% < BOPO < 89% Cukup Tinggi
Peringkat 5: BOPO > 90% Tinggi
Sumber: www.bi.go.id
33
Rasio BOPO berfungsi sebagai tolok ukur guna mengetahui
berapa besar tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan
kegiatan operasionalnya. Semakin kecil tingkat rasio BOPO maka
menunjukkan semakin efisien suatu bank dalam menjalankan
operasionalnya. Bank dinyatakan sehat apabila tingkat rasio BOPO
kurang dari 1 (BOPO < 1), sebaliknya bank dinyatakan kurang sehat
apabila tingkat rasio BOPO lebih dari satu (BOPO > 1). Efisiensi
operasional akan mempengaruhi kinerja suatu bank, yaitu untuk
menunjukkan apakah suatu bank tersebut telah menggunakan semua
faktor produksinya dengan tepat (Zuniarti, 2016).
5. Non Performing Financing (NPF)
a. Pengertian Non Performing Financing (NPF)
Pembiayaan merupakan penyediaan uang atau tagihan yang
dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara pihak bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak yang dibiayai (diberi pembiayaan) untuk mengembalikan uang
atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan
atau bagi hasil (Kasmir, 2004:73). Non Performing Financing (NPF)
merupakan pembiayaan yang telah disalurkan oleh pihak bank dan
nasabah (debitur) tidak dapat melakukan pembayaran atau melakukan
cicilan pelunasan sesuai akad yang telah ditandatangani oleh kedua
belah pihak yaitu bank dan nasabah. Penilaian atau penggolongan
34
pembiayaan bermasalah maupun pembiayaan tidak bermasalah
dilakukan secara kuantitatif maupun kualitatif (Trisnawati 2013:110).
NPF merupakan pembiayaan yang dikategorikan dalam tiga
kategori, ketiga kategori tersebut yaitu: pembiayaan dengan kualitas
yang kurang lancar, pembiayaan dengan kualitas yang diragukan dan
pembiayaan macet atau yang biasa disebut dengan bad debt (Ningsih,
2017). Menurut Suhada dalam Wibowo (2013) Non Performing
Financing (NPF) menggambarkan suatu risiko dari pembiayaan yang
telah diberikan, semakin tinggi tingkat rasio ini, maka akan
menunjukkan bahwa kualitas pembiayaan bank syariah tersebut
semakin buruk. Pengelolaan pada pembiayaan sangat diperlukan oleh
suatu bank, mengingat fungsi pembiayaan adalah sebagai sumber
pendapatan terbesar bagi bank syariah. Sehingga tingkat kesehatan
suatu pembiayaan (NPF) ikut mempengaruhi perolehan laba dan
berpengaruh buruk pada profitabilitas (ROA).
Menurut Slamet dan Agung dalam Maulia (2018) rasio NPF
merupakan rasio yang menunjukkan adanya pembiayaan bermasalah
yang dialami oleh suatu bank. Pembiayaan bermasalah ini jelas akan
mempengaruhi kinerja keuangan (profitabilitas) bank sebagai salah
satu lembaga keuangan yang akan berdampak pada keuntungan yang
akan didapat oleh bank tersebut. Sedangkan menurut Wibowo (2013)
semakin tinggi NPF akan mengakibatkan turunnya atau hilangnya
kesempatan guna memperoleh pendapatan dari pembiayaan yang telah
35
diberikan sehingga akan mempengaruhi laba yang diperoleh dan akan
berpengaruh buruk pada Profitabilitas (ROA).
b. Prinsip Dasar Pemberian Pembiayaan
1) Prinsip 5C
a) Character
Character menggambarkan sikap dan kepribadian calon
nasabah. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui
keinginan dan kemampuan nasabah guna memenuhi
kewajibannya.
b) Capacity
Capacity digunakan untuk mengetahui kemampuan calon
nasabah dalam memenuhi kewajibannya sesuai jangka waktu
pembiayaan. Semakin baik kemampuan keuangan calon
nasabah, maka semakin baik pula kualitas pembiayaan
nasabah tersebut.
c) Capital
Capital atau modal yang perlu disertakan dalam objek
pembiayaan perlu dilakukan lebih mendalam. Sehingga
semakin besar modal yang dimiliki calon nasabah maka
semakin meyakinkan bagi bank akan keseriusan calon nasabah
dalam mengajukan pembiayaan.
36
d) Collateral
Collateral merupakan jaminan atau agunan yang diberikan
oleh calon nasabah atas pembiayaan yang diajukan. Bank tidak
akan memberikan pembiayaan yang melebihi nilai jaminan,
kecuali untuk pembiayaan pada program-program tertentu.
e) Condition of Economy
Condition of Economy merupakan analisis terhadap kondisi
perekonomin saat ini dan masa depan (Ismail, 2010:112-114).
2) Prinsip 5P
a) Party (Golongan)
Penilaian terhadap beberapa golongan yang sesuai dengan
character, capacity, dan capital.
b) Purpose (Tujuan)
Purpose lebih difokuskan terhada tujuan penggunaan
pembiayaan yang diajukan calon nasabah.
c) Payment (Pembayaran Kembali)
Bank perlu menghitung kembali kemampuan keuangan calon
nasabah dengan melakukan estimasi terhadap biaya
operasional dan pendapatan operasional terhadap usaha calon
nasabah.
37
d) Profitability (Kemampuan Perusahaan dalam Memperoleh
Keuntungan)
Profitability tidak hanya mengacu pada keuntungan calon
nasabah, akan tetapi juga pada keuntungan yang akan dicapai
oleh bank apabila pembiayaan tersebut diberikan.
e) Protection (Perlindungan)
Protection merupakan upaya perlindungan yang dilakukan
bank dalam rangka berjaga-jaga (melindungi) apabila calon
nasabah tidak dapat membayar kewajibannya (Ismail,
2010:114-116).
3) Prinsip 3R
a) Return
Return dapat diartikan sebagai hasil usaha yang dicapai oleh
calon nasabah pembiayaan. Return juga diartikan sebagai hasil
usaha yang akan diperoleh bank dalam memberikan
pembiayaan kepada calon nasabah.
b) Repayment
Repayment artinya kemampuan usaha calon nasabah guna
melakukan pembayaran kembali atas pembiayaan yang telah
diterima.
38
c) Risk Bearing Ability
Risk Bearing Ability artinya kemampuan calon nasabah guna
menanggung risiko apabila usahanya mengalami kegagalan
atau kerugian (Ismail, 2010:116-117)
c. Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah
1) Faktor Internal Bank
a) Analisis kurang tepat dan cepat, sehingga bank tidak dapat
memprediksi apa yang akan terjadi dalam kurun waktu selama
jangka waktu pembiayaan.
b) Adanya kolusi antara nasabah dan pihak bank yang menangani
pembiayaan, sehingga bank memutuskan pembiayaan yang
tidak seharusnya diberikan.
c) Keterbatasan pengetahuan pihak bank terhadap jenis usaha
nasabah, sehingga bank tidak dapat melakukan analisis dengan
tepat, cepat dan akurat.
d) Kelemahan dalam melakukan pembinaan dan pengawasan
pembiayaan nasabah.
2) Faktor Eksternal Bank
a) Unsur Kesengajaan Nasabah, seperti:
(1) Nasabah tidak memiliki kemauan dalam membayar
kewajibannya.
(2) Nasabah melakukan ekspansi yang besar, sehingga
kebutuhan modal kerja yang dibutuhkan terlalu besar.
39
(3) Penyalahgunaan pembiayaan yang digunakan tidak sesuai
dengan tujuan penggunaan (pembiayaan).
b) Unsur Ketidaksengajaan
(1) Nasabah tidak memiliki kemampuan dalam membayar
kewajibannya karena kemampuan perusahaan sangat
terbatas.
(2) Volume penjualan nasabah menurun dan perusahaan rugi
karena usaha nasabah tidak dapat bersaing dengan pasar.
(3) Adanya perubahan kebijakan dan peraturan pemerintah.
(4) Bencana alam (Trisnawati, 2013:111-112).
d. Dampak Pembiayaan Bermasalah
Dampak pembiayaan akan muncul apabila bank tidak dapat
memperoleh kembali angsuran pokok dan bagi hasil (margin) dari
pembiayaan yang diberikan kepada nasabah (Muhamad, 2017:220).
Menurut Ismail, (2010:125) dampak-dampak pembiayaan bermasalah
adalah:
1) Laba bank akan menurun dan bank akan mengalami kerugian.
2) Bad debt ratio menjadi lebih besar dan rasio aktiva produktif
menjadi lebih rendah.
3) Biaya pencadangan penghapusan pembiayaan bermasalah
meningkat dan akan berpengaruh pada keuntungan bank.
4) Penurunan laba akan berdampak pula pada penurunan ROA dan
ROE
40
e. Upaya Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah
Upaya yang dilakukan oleh bank guna penyelesaian pembiayaan
bermasalah adalah:
1) Rescheduling
Rescheduling adalah upaya yang dapat dilakukan oleh bank guna
menangani pembiayaan bermasalah dengan membuat penjadwalan
ulang. Penjadwalan ulang dapat dilakukan oleh nasabah (debitur)
yang mempunyai niat baik namun tidak memiliki kemampuan
dalam melakukan pembayaran.
2) Reconditioning
Reconditioning adalah upaya yang dapat dilakukan bank dalam
menangani pembiayaan dengan cara mengubah seluruh atau
sebagian dari perjanjian yang telah dilakukan oleh kedua belah
pihak, yaitu pihak nasabah dan bank.
3) Restructuring
Restructuring adalah upaya yang dapat dilakukan oleh bank dalam
menangani pembiayaan bermasalah dengan cara mengubah
struktur dalam pembiayaan yang mendasari penyaluran
pembiayaan. Dalam hal ini, pihak bank akan mengubah struktur
pembiayaan tersebut dengan cara memberikan tambahan dana
(pembiayaan) untuk modal kerja agar usaha nasabah dapat
kembali menjalankan operasionalnya dan dapat mendapat
keuntungan, sehingga angsuran dapat dibayarkan kembali.
41
4) Kombinasi
Kombinasi adalah upaya pihak bank dalam menangani
pembiayaan bermasalah dengan mengkombinasikan berbagai opsi
diatas, seperti:
a) Rescheduling dan Restructuring
Kombinasi yang dilakukan misalnya bank memberikan
perpanjangan waktu dan menambah jumlah pembiayaan. Hal
ini karena bank melihat bahwa nasabah mempunyai potensi
untuk diselamatkan dengan cara memberikan tambahan
pembiayaan guna tambahan modal kerja bagi nasabah, serta
bank memberikan tambahan waktu agar total angsuran
perbulan menurun sehingga nasabah mampu membayar
angsuran.
b) Rescheduling dan Reconditioning
Kombinasi yang dilakukan adalah dengan memperpanjang
jangka waktu dan meringankan bagi hasil. Dengan hal tersebut
nasabah diharapkan dapat membayar kembali kewajibannya.
c) Restructuring dan Reconditioning
Kombinasi yang dilakukan adalah dengan penambahan
pembiayaan diikuti dengan mengurangi bagi hasil atau
pembebasan tunggakan dari nasabah.
42
d) Rescheduling, Restructuring dan Reconditioning)
Kombinasi yang dilakukan dalam tahap ini merupakan upaya
maksimal dari bank, misalnya memperpanjang jangka waktu,
menambah pembiayaan dan membebaskan tunggakan.
5) Eksekusi
Eksekusi adalah upaya alternatif yang dapat dilakukan terakhir
dalam menangani pembiayaan bermasalah, yaitu penjualan agunan
yang dimiliki oleh bank. Hasil dari penjualan agunan digunakan
untuk melunasi semua kewajiban nasabah (debitur) baik
kewajiban atas pembiayaan pokok maupun margin. Sisa atas hasil
penjualan agunan tersebut, akan dikembalikan kepada nasabah.
Sebaliknya, kekurangan dari hasil penjualan agunan menjadi
tanggungan nasabah, artinya nasabah masih memiliki kewajiban
kepada bank sebesar kekurangan jumlah pembiayaan yang telah
dikurangi hasil penjualan agunan (Trisnawati, 2013:113-118).
f. Kriteria Penilaian Non Performing Financing (NPF)
Tabel 2.4.
Kriteria Penilaian Non Performing Financing (NPF)
Kriteria Keterangan
Peringkat 1: NPF < 2% Sangat Rendah
Peringkat 2: 2% < NPF < 5% Cukup Rendah
Peringkat 3: 5% < NPF < 8% Rendah
Peringkat 4: 8% < NPF < 12% Cukup Tinggi
Peringkat 5: NPF > 12% Tinggi
Sumber: www.bi.go.id
43
C. Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian mengenai pengaruh Debt to Equity Ratio (DER)
dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap
Profitabilitas dengan Non Performing Financing (NPF) sebagai Variabel
Moderasi adalah:
D.
Gambar 2.1.
Kerangka Penelitian
Dari gambar 2.1. berikut adalah persamaan matematisnya:
Y = + 1X1 + 2X2 + e
Y = + 1X1 + 3Z + 4X1* + e
Y = + 2X2 + 3Z + 5X2* + e
Keterangan:
Y = Profitabilitas (variabel dependen)
= Konstanta (nilai Y apabila X1, X2,... Xn = 0)
1-5 = Koefisien Regresi (nilai peningkatan atau penurunan)
X1 = DER (variabel independen)
X2 = BOPO (variabel independen)
= NPF (variabel Moderasi)
e = Standar error (nilai residual)
NPF
Z
Profitabilitas
(ROA)
Y BOPO
X2
DER
X1
44
E. Hipotesis
Menurut Wirartha dalam Adzimah (2017) hipotesis merupakan jawaban
atau dugaan sementara terhadap suatu masalah yang akan diteliti, kebenaran
dari jawaban sementara tersebut masih harus diuji secara empiris. Berikut
hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
1. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Profitabilitas
Debt to Equity Ratio (DER) adalah salah satu rasio keuangan yang
berfungsi untuk menilai jumlah utang dengan ekuitas. Rasio ini dihitung
dengan cara membandingkan antara total utang, termasuk utang lancar
dengan total ekuitas. Rasio ini dapat digunakan untuk mengetahui setiap
rupiah modal sendiri yang dijadikan sebagai jaminan utang (Kasmir,
2014:67). Semakin tinggi tingkat Debt to Equity Ratio (DER) maka akan
menggambarkan semakin besar total hutang terhadap total ekuitas, hal ini
menggambarkan semakin besar ketergantungan suatu perusahaan
terhadap pihak eksternal sehingga tingkat risiko perusahaan tersebut akan
semakin besar. Hal tersebut tentu akan berdampak pada menurunnya
harga saham di pasar saham sehingga keuntungan yang akan diperoleh
perusahaan akan menurun (Priharyanto, 2009). Menurut Venimas dalam
Manzila (2018) semakin tinggi rasio DER maka akan semakin rendah
pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham sebaliknya
semakin rendah rasio DER maka akan semakin baik pendanaan atau
keterampilan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya.
45
Hal tersebut diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Dewi dkk
(2015) hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh negatif
dan signifikan secara parsial dari DER terhadap ROA, hal tersebut
dikarenakan tingkat hutang yang semakin tinggi maka akan mengurangi
keuntungan yang didapat. Penelitian Kurniawati dkk (2018) juga
menunjukkan hasil bahwa DER berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap ROA, karena penggunaan hutang yang tinggi tentunya akan
menambah beban operasional perusahaan yang kedepannya akan
menyebabkan calon investor ragu dalam menanamkan modalnya. Hal
tersebut juga sesuai dengan penelitian Palimbong (2016) yang juga
menyatakan bahwa DER berpengaruh negatif dan siginifikan terhadap
ROA. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis pertama (H1) yang
diajukan adalah:
H1 : Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap Profitabilitas (ROA)
2. Pengaruh Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
Terhadap Profitabilitas
Menurut Almilia dan Herdiningtyas dalam Festiani (2016) BOPO
merupakan rasio efisiensi, rasio ini digunakan sebagai tolok ukur
kemampuan manajemen suatu bank dalam aktivitas mengendalikan
seluruh biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Sehingga
semakin besar rasio BOPO berarti semakin tidak efisien biaya operasional
yang dikeluarkan oleh suatu bank tersebut. Setiap peningkatan biaya
46
operasional maka akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak
yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat laba atau profitabilitas
(ROA) suatu bank tersebut (Dendawijaya, 2009:120).
Hal tersebut diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Putri (2018)
hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa BOPO berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap ROA. Pihak manajemen bank agar dapat
meningkatkan nilai ROA maka bank tersebut harus lebih selektif dalam
hal mengeluarkan biaya-biaya operasional, karena semakin tinggi biaya
operasional maka ROA akan semakin turun. Penelitian Hakiim (2016)
juga menunjukkan hasil bahwa secara parsial BOPO memiliki pengaruh
negatif yang signifikan terhadap ROA, hal tersebut dikarenakan nilai
negatif yang ditunjukkan BOPO mengindikasikan bahwa semakin kecil
rasio BOPO maka akan menunjukkan semakin efisien suatu bank dalam
menjalankan aktifitas operasionalnya. Rasio BOPO yang kecil
mengindikasikan bahwa biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank
lebih kecil dari pendapatan operasionalnya sehingga hal tersebut
menunjukkan bahwa manajemen bank semakin efisien dalam
menjalankan aktivitas operasionalnya.
Hal tersebut juga sesuai dengan penelitian Hartini (2016) yang juga
menunjukkan hasil bahwa BOPO berpengaruh signifikan negatif terhadap
laba bank umum syariah, hal ini disebabkan oleh semakin tinggi rasio
BOPO maka akan menunjukkan kurangnya kemampuan bank dalam
menekan biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank dan menurunkan
47
pendapatan operasionalnya. Sehingga akan berakibat kurangnya laba yang
didapat oleh bank yang pada akhirnya akan menurunkan ROA.
Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis kedua (H2) yang diajukan
adalah:
H2 : Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap Profitabilitas (ROA)
3. Pengaruh Non Performing Financing (NPF) dalam Memoderasi Debt
to Equity Ratio (DER) terhadap Profitabilitas
Debt to Equity Ratio menunjukkan perbandingan antara total
hutang dengan total ekuitas dalam pendanaan suatu perusahaan dan
menggambarkan bagaimana kemampuan modal perusahaan sendiri guna
memenuhi seluruh kewajibannya (Priharyanto, 2009). Menurut Venimas
dalam Manzila (2018) Semakin tinggi rasio DER maka akan semakin
rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham
sebaliknya semakin rendah rasio DER maka akan semakin baik
pendanaan atau keterampilan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangka panjangnya.
Non Performing Financing merupakan pembiayaan yang telah
disalurkan oleh pihak bank dan nasabah (debitur) tidak dapat melakukan
pembayaran atau melakukan cicilan pelunasan sesuai akad yang telah
ditandatangani oleh kedua belah pihak yaitu bank dan nasabah. Penilaian
atau penggolongan pembiayaan bermasalah maupun pembiayaan tidak
bermasalah dilakukan secara kuantitatif maupun kualitatif (Trisnawati
48
2013: 110). Peningkatan Non Performing Financing (NPF) disebabkan
oleh adanya peningkatan pembiayaan bermasalah yang dimiliki oleh suatu
bank. Hal tersebut akan mengakibatkan pendapatan bank menurun
sehingga profitabilitas bank akan mengalami penurunan, yang kemudian
akan berdampak pada modal yang dimiliki oleh bank (Iman, 2017).
Peningkatan Non Performing Financing (NPF) disebabkan oleh
adanya peningkatan pembiayaan bermasalah yang dimiliki oleh suatu
bank. Hal tersebut akan mengakibatkan pendapatan bank menurun
sehingga profitabilitas bank akan mengalami penurunan, yang kemudian
akan berdampak pada modal yang dimiliki oleh bank, semakin rendah
modal suatu bank maka bank tersebut akan mengusahakan sumber
pendanaannya melalui hutang (Iman, 2017). Dengan demikian hubungan
Non Performing Financing (NPF) terhadap Debt to Equity Ratio (DER)
adalah positif. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis ketiga (H3) yang
diajukan adalah:
H3 : Non Performing Financing (NPF) dapat memoderasi pengaruh Debt
to Equity Ratio (DER) terhadap Profitabilitas (ROA)
4. Pengaruh Non Performing Financing (NPF) dalam Memoderasi
Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap
Profitabilitas
Menurut Septian dalam Festiani (2016) biaya operasional adalah
biaya-biaya yang dikeluarkan oleh bank untuk menjalankan aktivitas
operasionalnya, seperti biaya pemasaran, biaya tenaga kerja serta biaya
49
operasional lainnya. Sedangkan pendapatan operasional adalah sumber
pendapatan utama bank yakni pendapatan yang didapat dari penempatan
dana seperti dalam bentuk pembiayaan serta pendapatan operasional
lainnya. Sehingga semakin besar rasio BOPO berarti semakin tidak
efisien biaya operasional yang dikeluarkan oleh suatu bank tersebut.
Setiap peningkatan pendapatan operasional maka akan berakibat pada
berkurangnya laba sebelum pajak yang pada akhirnya akan menurunkan
tingkat laba atau profitabilitas (ROA) suatu bank tersebut (Dendawijaya,
2009:120).
Menurut Ponco dalam Imam (2017) Kualitas pembiayaan yang
buruk menunjukkan adanya pembiayaan bermasalah atau Non Performing
Financing (NPF). Tingginya tingkat NPF akan mengakibatkan tingginya
pada beban opersional, hal tersebut dikarenakan peningkatan beban
pencadangan aktiva produktif ataupun beban lainnya, sederhananya
peningkatan nilai NPF akan berdampak pada kinerja bank tersebut.
Sehingga, peningkatan pembiayaan bermasalah dapat meningkatkan biaya
operasional yang dikeluarkan oleh bank, sehingga dana yang awalnya
akan digunakan guna memperoleh keuntungan akan berkurang, hal
tersebut akan berdampak pada penurunan profitabilitas bank. Pernyataan
tersebut didukung oleh riset yang dilaksanakan oleh Yanuardi (2014)
yang mengungkapkan bahwa tingkat kredit bermasalah berefek positif
pada biaya operasional. Dengan demikian hubungan Non Performing
Financing (NPF) terhadap Biaya Operasional Pendapatan Operasional
50
(BOPO) adalah positif. Hal tersebut diperkuat oleh penelitian yang
dilakukan Fitriyani (2019) dan Iman (2017), hasil penelitian menunjukkan
bahwa NPF memoderasi antara BOPO dan ROA. Berdasarkan uraian di
atas maka hipotesis keempat (H4) yang diajukan adalah:
H4 : Non Performing Financing (NPF) dapat memoderasi pengaruh
Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap
Profitabilitas (ROA)
Tabel 2.5.
Hipotesis
No Hipotesis
H1 Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
Profitabilitas (ROA)
H2 Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap Profitabilitas (ROA)
H3 Non Performing Financing (NPF) dapat memoderasi pengaruh Debt to Equity
Ratio (DER) terhadap Profitabilitas (ROA)
H4 Non Performing Financing (NPF) dapat memoderasi pengaruh Biaya
Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Profitabilitas (ROA)
51
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif karena data yang diperoleh nantinya akan berupa angka. Penelitian
kuantitatif merupakan pengukuran data kuantitatif (data yang berbentuk
angka) secara objektif dan statistik melalui perhitungan secara ilmiah yang
berasal dari sampel orang atau orang-orang yang diminta untuk menjawab
sejumlah pertanyaan tentang hal yang disurvei dan bertujuan untuk menguji
hipotesis dalam penelitian (Wijaya, 2013:6).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder, sehingga tidak ada lokasi
penelitian. Penelitian ini mengambil data melalui data yang diterbitkan Bank
Indonesia dari situs www.bi.go.id serta dari website masing-masing Bank
Umum Syariah yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini. Waktu
penelitian dilakukan dari bulan Juni 2019 sampai Juli 2019 dengan meneliti
laporan keuangan (annual report) dari masing-masing Bank Umum Syariah
yang digunakan sebagai sampel selama lima tahun periode, yaitu tahun 2014
sampai tahun 2018.
52
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah seluruh kumpulan atau kelompok objek yang dapat
digunakan sebagai masalah tujuan atau sasaran dalam suatu penelitian
(Asnawi, 2009:117). Sedangkan menurut Tika (2006:33) populasi
merupakan suatu kelompok atau himpunan individu atau objek yang
banyaknya terbatas dan tidak terbatas. Populasi terbatas yaitu populasi
yang dapat dihitung jumlahnya, sedangkan populasi tidak terbatas yaitu
populasi yang sulit dihitung jumlahnya. Adapun populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah perbankan yang bergerak pada sektor Bank
Umum Syariah. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 14 Bank
Umum Syariah.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari suatu objek atau subjek yang
mewakili suatu populasi. Teknik pengambilan sampel harus sesuai
dengan kualitas dan karakteristik suatu populasi agar penelitian tersebut
dapat dipercaya dan kesimpulannya tidak keliru, hal tersebut karena
sampel dapat mewakili populasi (Tika, 2006:33). Sedangkan menurut
Asnawi (2009:117) sampel merupakan suatu bagian kecil dari populasi.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih menggunakan metode
purposive sampling. Purposive sampling yaitu metode atau teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu
(Sugiyono, 2015:85). Sampel dalam penelitian ini yang sesuai dengan
53
kriteria yang ditentukan berjumlah 11 Bank Umum Syariah. Kriteria
sampel dalam penelitian ini adalah:
a) Bank umum syariah yang terdaftar di Bank Indonesia dalam periode
2014-2018.
b) Bank umum syariah yang masuk dalam data statistik Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) dalam periode 2014-2018.
c) Bank umum syariah yang selalu mempublikasikan laporan keuangan
secara lengkap selama periode 2014-2018.
d) Bank umum syariah yang memiliki rasio keuangan yang dibutuhkan
dalam penelitian.
Tabel 3.1.
Daftar Sampel
No Nama Bank Umum Syariah
1 PT Bank Muamalat Indonesia
2 PT Bank Victoria Syariah
3 PT Bank BRI Syariah
4 PT Bank BNI Syariah
5 PT Bank BCA Syariah
6 PT Bank Syariah Mandiri
7 PT Bank Jabar Banten Syariah
8 PT Bank Mega Syariah
9 PT Bank Panin Syariah
10 PT Bank Syariah Bukopin
11 PT Maybank Syariah Indonesia
Sumber: www.bi.go.id dan www.ojk.go.id
54
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Jenis dan Sumber Data
Menurut Muhamad dalam Falakh (2019) data merupakan
sekumpulan informasi yang dapat diolah untuk suatu kegiatan penelitian,
sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang
diperoleh secara tidak langsung, seperti: catatan, buku, dan majalah
berupa laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintahan,
artikel, buku-buku sebagai sumber teori, dan lain sebagainya (Sujarweni,
2015:89). Data tersebut merupakan data perusahaan yang bergerak
dibidang Bank Umum Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia dan
masuk dalam data statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam periode
2014-2018. Data tersebut di ambil dari publikasi laporan keuangan
masing-masing Bank Umum Syariah. Selain melalui website resmi
masing-masing bank dan dapat pula di ambil dari website resmi Bank
Indonesia, juga melalui studi pustaka untuk memperkuat dan mendukung
penelitian ini. Dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari berbagai
jurnal, buku dan penelitian ilmiah. Periode data laporan keuangan tahunan
Bank Umum Syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah selama
tahun 2014-2018.
Data sekunder dalam penelitian ini menggunakan pooled data atau
kombinasi antara data time series dan data cross section. Pooled data
merupakan data yang terdiri dari satu atau lebih variabel yang diambil
55
pada waktu yang berbeda (Sujarweni, 2015:92). Bentuk data dalam
penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan (annual report) dari
sumber data yang akan diteliti yaitu Bank Umum Syariah pada tahun
2014-2018 yang didalamnya terdapat rasio-rasio keuangan yang
dibutuhkan, yaitu: Debt to Equity Ratio (DER), Biaya Operasional
Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Financing (NPF) dan
Profitabilitas (ROA).
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pengumpulan data melalui observasi secara tidak langsung yaitu
pengumpulan data yang berasal dari dokumen-dokumen yang sudah ada.
Dalam hal ini adalah pengumpulan atau penelusuran dokumen-dokumen
laporan keuangan tahunan (annual report) dari Bank Umum Syariah di
Indonesia selama tahun 2014-2018. Data dapat dikumpulkan melalui
website resmi masing-masing bank dan dapat pula di ambil dari website
resmi Bank Indonesia. Studi kepustakaan yaitu dari data dan informasi
yang diperoleh dari buku-buku, hasil penelitian sebelumnya seperti
skripsi, tesis, jurnal dan bahan bacaan yang lain yang berkaitan dengan
penelitian
56
E. Definisi Konsep dan Operasional
1. Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur tingkat imbalan atau perolehan (keuntungan) dibanding
penjualan atau aktiva, mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, aktiva maupun laba
dan modal sendiri (Sujarweni, 2017:64). Sedangkan menurut Dhika dalam
Hakiim (2016) profitabilitas merupakan salah satu acuan yang digunakan
untuk mengukur tingkat laba, hal tersebut penting guna mengetahui
apakah suatu bank tersebut telah menjalankan operasionalnya secara
efisien. Tingkat efisiensi suatu bank dapat diukur dengan membandingkan
laba yang diperoleh dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba
tersebut.
Dalam penelitian ini Return On Asset (ROA) digunakan sebagai
ukuran profitabilitas bank. Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang
menunjukkan kemampuan suatu bank dalam mengelola dana yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang menghasilkan keuntungan.
ROA merupakan gambaran produktivitas bank dalam mengelola dana
sehingga menghasilkan keuntungan (Muhamad, 2017:254). Menurut
Dendawijaya dalam Ningsih (2017) semakin besar ROA suatu bank,
semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut
sehingga akan meningkatkan profitabilitas bank dan semakin baik pula
57
posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Rasio ROA dihitung
dengan menggunakan formula:
(Muhamad, 2017:254)
2. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio merupakan suatu rasio yang berfungsi untuk
mengukur perbandingan antara sumber dana perusahaan yang diperoleh
dari pihak eksternal (utang) dengan sumber dana yang disediakan oleh
pemilik (modal sendiri) atau dengan kata lain DER berfungsi untuk
mengukur proporsi sumber dana dari modal sendiri dalam menjamin
utang. Semakin besar sumber dana yang berasal dari pihak eksternal
(utang) dibandingkan dengan modal sendiri maka semakin besar risiko
yang harus ditanggung oleh penyedia dana atau pembiayaan. Rasio DER
dihitung dengan cara membandingkan jumlah kewajiban keuangan
perusahaan dengan modal sendiri (equity) setelah dikurangi aktiva tetap
tidak berwujud (intangible assets) pada tanggal neraca. Semakin kecil
rasio DER semakin baik bagi pembiayaan begitu pula sebaliknya, apabila
rasio DER lebih dari 1 (DER > 1) menunjukkan bahwa pembiayaan akan
menanggung risiko lebih besar dari pemilik (Asiyah, 2015:135-136). Debt
to Equity Ratio (DER) ini dihitung dengan menggunakan formula:
(Asiyah, 2015:136)
58
3. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
Menurut Dendawijaya dalam Falakh (2019) Biaya Operasional
Pendapatan Operasional (BOPO) merupakan suatu rasio perbandingan
antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio biaya
operasional berfungsi untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan
suatu bank dalam melakukan aktivitas operasionalnya. Berdasarkan surat
Edaran Bank Indonesia No. 9/24/DPbS tahun 2007, tujuan dari rasio ini
adalah untuk mengukur kegiatan operasional suatu bank. Bank Indonesia
(BI) menetapkan besarnya jumlah rasio BOPO yakni tidak melebihi 90%,
sehingga apabila rasio BOPO melebihi 90%, maka bank tersebut
dikategorikan tidak efisien (Prasanjaya, 2013).
Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) dijadikan
sebagai variabel independen yang mempengaruhi Profitabilitas (ROA)
berdasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank yang bermuara pada
Profitabilitas bank (ROA). Kegiatan utama bank pada prinsipnya yaitu
bertindak sebagai perantara, yakni menghimpun dan menyalurkan dana
masyarakat, sehingga biaya dan pendapatan operasional bank di dominasi
oleh biaya bagi hasil dan hasil bagi hasil. (Dendawijaya, 2009:119-120).
Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) ini dihitung dengan
menggunakan formula:
(Muhamad, 2017:254)
59
4. Non Performing Financing (NPF)
Non Performing Financing (NPF) merupakan variabel moderasi
dalam penelitian ini. Non Performing Financing (NPF) merupakan
pembiayaan yang telah disalurkan oleh pihak bank dan nasabah (debitur)
tidak dapat melakukan pembayaran atau melakukan cicilan pelunasan
sesuai akad yang telah ditandatangani oleh kedua belah pihak yaitu bank
dan nasabah. Penilaian atau penggolongan pembiayaan bermasalah
maupun pembiayaan tidak bermasalah dilakukan secara kuantitatif
maupun kualitatif (Trisnawati 2013:110).
Non Performing Financing (NPF) merupakan rasio antara jumlah
pembiayaan yang bermasalah dengan total pembiayaan yang telah
disalurkan oleh suatu bank, berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
oleh Bank Indonesia kategori yang termasuk dalam Non Performing
Financing (NPF) merupakan pembiayaan dengan kualitas yang kurang
lancar, pembiayaan dengan kualitas yang diragukan dan pembiayaan
macet atau yang sering disebut dengan bad debt (Wardiantika, 2014).
Menurut Stiawan dalam Falakh (2019) NPF merupakan total pembiayaan
yang bermasalah dan kemungkinan tidak dapat ditagih. Semakin besar
tingkat Non Performing Financing (NPF) maka menunjukkan semakin
buruk kinerja suatu bank tersebut. Non Performing Financing (NPF) ini
dihitung dengan menggunakan formula:
(Hasbi dan Tendi dalam Wardiantika, 2014)
60
F. Metode Analisis
1. Uji Stasioneritas
Penelitian ini menggunakan data sekunder, sehingga perlu
dilakukan uji stasioneritas. Sebuah data dikatakan stasioner apabila
memenuhi asumsi bahwa rata-rata dan variansinya konstan sepanjang
waktu serta kovarian antar dua data runtut waktu tergantung pada
kelambanan antara dua periode tersebut. Pengambilan keputusan pada uji
stasioneritas yaitu apabila nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05
(probabilitas < 0,05) maka data tersebut bersifat stasioner (Winarno,
2015:115-116). Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Unit
Root dengan uji Augmented-Dickey-Fuller (ADF).
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk menguji kelayakan atas model
regresi yang digunakan pada penelitian ini. Uji asumsi klasik merupakan
tahapan penting yang dilakukan dalam proses regresi. Pelanggaran yang
terjadi terhadap asumsi klasik menandakan bahwa model regresi yang
telah diperoleh kurang valid (Adzimah, 2017). Menurut Ghozali
(2018:107) uji asumsi klasik terdiri dari:
a. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas digunakan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi,
61
maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah
variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel
independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama
dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas
dalam model regresi dapat dilihat melalui nilai tolerance dan
Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan
setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel
independen lainnya.
Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi
variabel dependen (terikat) dan diregres terhadap variabel independen
lainnya. Tolerance berfungsi untuk mengukur variabilitas variabel
independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel
independen lainnya. Sehingga nilai tolerance yang rendah sama
dengan nilai VIF tinggi (karena VIF=1/Tolerance). Nilai cutoff yang
umum digunakan untuk menunjukkan adanya multikolineritas adalah
jika nilai tolerance < 0.10 atau VIF > 10 (Ghozali, 2018:107-108)
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam model
regresi liner ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena
62
residual (kesalahan penganggu) tidak bebas dari satu observasi ke
observasi lainnya (Ghozali, 2018:111).
Untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi dalam
penelitian ini dapat menggunakan metode uji Durbin Watson (DW).
Uji Durbin Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu
(first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept
(konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi di antara
variabel independen. Hipotesis yang akan diuji adalah:
H0 : tidak ada autokorelasi (r = 0)
HA : ada autokorelasi (r ≠ 0)
Tabel 3.2.
Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Auto Korelasi
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada korelasi positif Tolak 0 < d < dl
Tidak ada korelasi positif No decision dl < d < du
Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 - du < d < 4
Tidak ada korelasi negatif No decision 4 - du < d < 4 – dl
Tidak ada autokorelasi, postif
maupun negatif Terima du < d < 4 – du
Sumber: Ghozali, 2018:112
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
63
yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas
(Ghozali, 2018:137). Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Grafik Scatterplot
antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan
residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik
Scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y
yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual, yang mendasari
dalam pengambilan keputusan ini adalah (Iman, 2017):
1) Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola
teratur (bergelombang, melebur, kemudian menyempit) maka akan
terjadi heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas seperti titik-titik yang menyebar
diatas dan dibawah angka nol pada sumbu-sumbu maka tidak
terjadi heteroskedastisitas.
Uji heteroskedastisitas dapat diperkuat dengan menggunakan uji
Glejser. Uji Glejser adalah meregresikan antara variabel bebas dan
variabel residual absolute, dimana apabila nilai p > 0,05 maka variabel
bersangkutan dinyatakan bebas heteroskedastisitas (Iman, 2017).
d. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai
64
residual mengikuti distribusi normal. Apabila asumsi ini dilanggar
maka uji stastistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada
dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau
tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2018:161).
Dalam penelitian ini pada pengujian hipotesis pertama dan
kedua, metode yang akan digunakan adalah analisa statistik. Uji
statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual
adalah uji statistik non-parametik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-
S dapat dilakukan dengan membuat hipotesis berikut:
H0 : Data residual berdistribusi normal
HA : Data residual berdistribusi tidak normal
Penilaian uji K-S dapat dinilai dari nilai variabel penelitian,
apabila nilai variabel penelitian lebih kecil dari 0.05 (nilai variabel
penelitian < 0.05) maka data tidak berdistribusi secara normal,
sebaliknya jika lebih dari 0.05 (nilai variabel penelitian > 0.05) maka
data berdistribusi secara normal (Ghozali, 2018:165-167).
3. Uji Regresi
Analisis regresi merupakan analisis mengenai seberapa besar
pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Besar
kecilnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen
digambarkan oleh koefisien regresi dan disimbolkan dengan (b). Sehingga
semakin besar nilai koefisien regresi maka akan menggambarkan
seberapa besar pula pengaruhnya terhadap perubahan proporsional
65
variabel dependen. Sebaliknya semakin kecil nilai koefisien regresi, maka
akan menggambarkan seberapa besar pula mempengaruhi variabel
dependen. Hal tersebut berlaku untuk koefisien regresi negatif atau positif
(Sunyoto, 2016:187). Analisis regresi berganda merupakan analisis yang
digunakan untuk meramalkan nilai variabel dependen jika variabel
independen minimal dua atau lebih. Analisis regresi berganda merupakan
suatu alat analisis peramalan nilai pengaruh dua variabel independen atau
lebih terhadap variabel dependen untuk membuktikan ada atau tidaknya
hubungan fungsi atau hubungan kausal antara dua variabel independen
atau lebih dengan variabel dependen (Adzimah, 2017).
a. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2) intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu (0 < R2 < 1)
dimana nilai R2 yang kecil berarti menunjukkan kemampuan variabel-
variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen
sangat terbatas. Variabel independen dianggap memberikan informasi
yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen apabila nilai
R2
mendekati satu. Sehingga jika R2
= 0 maka diantara variabel
independen dan variabel dependen tidak mempunyai hubungan,
sedangkan jika R2
= 1 maka diantara variabel independen dan variabel
dependen terdapat suatu hubungan yang kuat. Kelemahan mendasar
dari penggunaan koefisien determinasi adalah batas bias (kesalahan)
66
terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam
model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti
meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, peneliti
dianjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2
pada saat
mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai
Adjusted R2
dapat naik atau turun apabila satu variabel independen
ditambahkan kedalam model (Ghozali, 2018:97-98).
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F digunakan untuk menguji apakah semua variabel
independen yang dimasukkan kedalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Pengujian ini
dilakukan dengan menggunakan statistik F dengan kriteria
pengambilan keputusan sebagai berikut (Ghozali, 2018:98):
1) Jika Fhitung < Ftabel, dan probabilitas signifikan > 0.05 maka H0
diterima dan H1 ditolak
2) Jika Fhitung > Ftabel, dan probabilitas signifikan < 0.05 maka H0
ditolak dan H1 diterima
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan kriteria
pengambilan keputusan sebagai berikut (Ghozali, 2018:98-99):
67
1) Jika thitung < ttabel dan probabilitas signifikan > 0.05 maka H0
diterima dan H1 ditolak
2) Jika thitung > ttabel dan probabilitas signifikan < 0.05 maka H0
ditolak dan H1 diterima
4. Uji Moderated Regression Analysis (MRA)
Penelitian ini menggunakan variabel moderasi. Variabel moderasi
merupakan variabel independen yang akan memperkuat atau
memperlemah hubungan antara variabel independen lainnya terhadap
variabel dependen (Ghozali, 2018:221). Salah satu alat untuk menguji
regresi dengan variabel moderasi adalah dengan menggunakan uji
interaksi. Uji interaksi MRA merupakan aplikasi regresi liner berganda
dimana dalam persamaannya mengandung unsur interaksi perkalian dua
atau lebih variabel independen (Adzimah, 2017). Moderated Regression
Analysis (MRA) menggunakan pendekatan analitik yang
mempertahankan integritas sampel dan memberikan dasar untuk
mengontrol pengaruh variabel moderasi. Untuk menggunakan Moderated
Regression Analysis (MRA) dengan satu variabel prediktor (X), maka
harus membandingkan dengan tiga persamaan regresi untuk menentukan
jenis variabel moderasi. Persamaan regresi dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut (Ghozali, 2018:227):
Y = + 1X1 + 2X2 + e
Y = + 1X1 + 3Z + 4X1* + e
Y = + 2X2 + 3Z + 5X2* + e
68
Keterangan:
Y = Profitabilitas
= Konstanta
1-5 = Koefisien Regresi
X1 = Debt to Equity Ratio (DER)
X2 = Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
= Non Performing Financing (NPF)
e = Standar error
Pengambilan keputusan dalam uji MRA dapat dilihat dari nilai
signifikansi, apabila nilai signifikansi < 0.05 maka dapat disimpulkan
bahwa variabel tersebut merupakan variabel moderasi (Adzimah, 2017).
G. Alat Analisis
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Eviews9 dan
IBM SPSS Statistic 23 yang merupakan sebuah aplikasi komputer statistik
yang fungsinya untuk memproses data-data statistik secara tepat dan cepat,
serta untuk menghasilkan berbagai output yang dikehendaki oleh para
pengambil keputusan.
69
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Statistik Deskriptif
Objek dalam penelitian ini adalah Bank Umum Syariah di Indonesia
yang terdaftar di Bank Indonesia dan masuk dalam data statistik Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) dalam periode 2014 sampai dengan 2018. Objek dalam
penelitian ini terdiri dari sebelas (11) Bank Umum Syariah di Indonesia,
yaitu: Bank Muamalat Indonesia, Bank Victoria Syariah, BRI Syariah, BNI
Syariah, BCA Syariah, Bank Syariah Mandiri, Bank Jabar Banten Syariah,
Bank Mega Syariah, Bank Panin Syariah, Bank Syariah Bukopin dan
Maybank Syariah Indonesia. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang di
analisis adalah: Debt to Equity Ratio (DER), Biaya Operasional Pendapatan
Operasional (BOPO), Non Performing Financing (NPF) dan Return on Asset
(ROA). Berikut adalah statistik deskriptif variabel-variabel dalam penelitian
ini:
Tabel 4.1.
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2019
70
Tabel 4.1. menunjukkan dari 55 data, variabel independen Debt to
Equity Ratio (DER) menunjukkan nilai rata-rata 1,584365 dengan standar
deviasi 1,0975049, nilai DER terendah sebesar 0,2483 dan nilai tertinggi
sebesar 4,8845. Variabel independen Biaya Operasional Pendapatan
Operasional (BOPO) menunjukkan nilai rata-rata 1,038955 dengan standar
deviasi 0,2852653, nilai BOPO terendah sebesar 0,6962 dan nilai tertinggi
sebesar 2,1740. Variabel dependen Return on Asset (ROA) memiliki nilai
rata-rata sebesar -0,005173 dengan standar deviasi sebesar 0,0393685, nilai
ROA terendah sebesar -0,2013 dan nilai tertinggi sebesar 0,0550. Variabel
moderasi Non Performing Financing (NPF) menunjukkan nilai rata-rata
0,29365 dengan standar deviasi 0,159051, nilai terendah sebesar 0,0000 dan
nilai tertinggi sebesar 0,0497.
B. Analisis Data
Hasil analisis data dalam penelitian ini berupa Uji Stasioneritas, Uji
Asumsi Klasik, Uji Regresi, dan Uji Moderated Regression Analysis (MRA)
adalah sebagai berikut:
1. Uji Stasioneritas
Sebuah data dikatakan stasioner apabila memenuhi asumsi bahwa
rata-rata dan variansinya konstan sepanjang waktu serta kovarian antar
dua data runtut waktu tergantung pada kelambanan antara dua periode
tersebut (Winarno, 2015:115). Uji yang digunakan dalam penelitian ini
adalah uji Unit Root dengan uji Augmented-Dickey-Fuller (ADF). Hasil
71
uji stasioneritas dengan tingkat Level untuk masing-masing variabel
dalam penelitian ini dapat di lihat dari tabel 4.2. sebagai berikut:
Tabel 4.2.
Hasil Uji Stasioneritas Level
No Variabel Prob*
1 X1 – DER 0.0704
2 X2 – BOPO 0.0000
3 Z – NPF 0.0379
4 Y – ROA 0.0000
5 X1*Z - DER*NPF 0.0032
6 X2*Z – BOPO*NPF 0.0020
Data sekunder yang diolah, 2019
Berdasarkan tabel 4.2. di atas, data tersebut menunjukkan sebagian
besar nilai probabilitas < 0,05 karena hal tersebut pengujian dilanjutkan
pada tingkat First Difference. Hasil uji stasioneritas dengan tingkat First
Difference untuk masing-masing variabel dalam penelitian ini dapat di
lihat dari tabel 4.3. sebagai berikut:
Tabel 4.3.
Hasil Uji Stasioneritas First Difference
No Variabel Prob*
1 X1 – DER 0.0000
2 X2 – BOPO 0.0005
3 Z – NPF 0.0000
4 Y – ROA 0.0000
5 X1*Z - DER*NPF 0.0000
6 X2*Z – BOPO*NPF 0.0000
Data sekunder yang diolah, 2019
72
Berdasarkan tabel 4.3. di atas, data menunjukkan semua output
memiliki nilai probabilitas < 0,05. Dengan demikian variabel independen,
dependen dan moderasi memenuhi uji stasioneritas dan layak untuk
dilanjutkan dengan pengujian-pengujian data selanjutnya.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas digunakan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
variabel independen (Ghozali, 2018:107). Hasil uji multikolonieritas
dapat dilihat pada tabel 4.4. sebagai berikut:
Tabel 4.4.
Hasil Uji Multikolonieritas
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2019
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, dapat diketahui bahwa hasil
perhitungan nilai tolerance DER menunjukkan nilai 0,976 dan nilai
tolerance BOPO menunjukkan nilai 0,976. Sehingga tidak ada
variabel yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10. Hasil
perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan
73
hal yang sama. Dalam tabel 4.4. diatas juga tidak terdapat variabel
independen yang menunjukkan nilai VIF lebih dari 10. Nilai VIF
variabel DER sebesar 1,025 dan nilai VIF variabel BOPO sebesar
1,025. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
multikolonieritas antar variabel independen dalam model regersi.
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam model
regresi liner ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model
regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi (Ghozali,
2018:111). Hasil uji autokorelasi dapat dilihat dari tabel 4.5. sebagai
berikut:
Tabel 4.5.
Hasil Uji Autokorelasi (Durbin Watson)
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2019
Berdasarkan tabel 4.5. diatas menunjukkan hasil pengujian
autokorelasi diperoleh nilai Durbin Watson (DW) adalah sebesar
1,890. Sedangkan dari tabel Durbin Watson untuk = 5% dan sampel
n = 55, dan k = 2 maka diperoleh nilai dl sebesar 1,490 dan du sebesar
1,641. Karena nilai DW (1,890) lebih besar dari batas du (1,641) dan
74
dibawah nilai 4 - du (4 – 1,641) sebesar 2,359, maka dapat
disimpulkan bahwa hasil penelitian ini menyatakan bahwa tidak
terdapat autokorelasi dalam model regresi.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang
Homoskedasitisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas (Ghozali,
2018:137). Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan
melihat grafik Scatterplot pada gambar 4.1. sebagai berikut:
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2019
Gambar 4.1.
Hasil Uji Heteroskedastisitas (Grafik Scatterplot)
75
Berdasarkan gambar 4.1. diatas menunjukkan bahwa grafik
Scatterplot antara SRESID dan ZPRED menunjukkan pola
penyebaran, dimana titik-titik penyebaran menyebar secara acak serta
tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas
pada model regresi. Pengujian hanya melalui grafik akan
menimbulkan sifat kesubyektifan. Oleh karena itu, untuk lebih
memperkuat hasil penelitian maka digunakan uji statistik Glejser yang
juga dapat mendeteksi ada atau tidaknya masalah heteroskedastisitas.
Apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (sig > 0,05) maka tidak
terjadi heteroskedastisitas, apabila nilai signifikansi lebih kecil dari
0,05 (sig < 0,05) maka terjadi heteroskedastisitas.
Tabel 4.6.
Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji Glejser)
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2019
Berdasarkan tabel 4.6. diatas dapat disimpulkan bahwa dalam
persamaan ini tidak ada masalah heteroskedastisitas. Hal ini
dibuktikan dengan tidak adanya probabilitas signifikan yang kurang
dari 0,05. Keseluruhan variabel memiliki nilai probabilitas signifikan
lebih dari 0,05. Sehingga hipotesis alternatif heteroskedastisitas dalam
76
model ditolak atau dalam model regresi ini tidak terjadi
heteroskedastisitas.
d. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal
(Ghozali, 2018:161). Uji statistik yang dapat digunakan untuk
menguji normalitas residual adalah uji statistik non-parametik
Kolmogorov-Smirnov (K-S) (Ghozali, 2018:165). Hasil uji
Kolmogorov-Smirnov (K-S) dapat dilihat dari tabel 4.7. sebagai
berikut:
Tabel 4.7.
Hasil Uji Normalitas (Uji K-S)
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2019
77
Berdasarkan tabel 4.7. di atas menunjukkan nilai Asymp. Sig. (2-
tailed) sebesar 0,200 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data
telah lulus uji normalitas atau data dalam penelitian ini berdistribusi
normal.
3. Uji Regresi
a. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2) intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu (0 < R2 < 1)
dimana nilai R2 yang kecil berarti menunjukkan kemampuan variabel-
variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen
sangat terbatas (Ghozali, 2018:97). Hasil uji koefisien determinasi
dapat dilihat dari tabel 4.8. sebagai berikut:
Tabel 4.8.
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2019
Berdasarkan pada tabel 4.8. di atas, besarnya adjusted R2 adalah
0,457 hal ini menunjukkan bahwa 45,7% variabel dependen
Profitabilitas (ROA) dipengaruhi oleh variabel independen DER dan
78
BOPO dalam model. Sedangkan sisanya (100% - 45,7% = 54,3%)
dipengaruhi oleh variabel diluar model.
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F digunakan untuk menguji apakah semua variabel
independen yang dimasukkan kedalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2018:98).
Hasil uji statistik F dapat dilihat dari tabel 4.9. sebagai berikut:
Tabel 4.9.
Hasil Uji Uji Statistik F
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2019
Berdasarkan tabel 4.9. di atas, nilai Fhitung sebesar 23,750 dan
dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena memiliki signifikansi
yang lebih kecil dari pada (0,05) yaitu 0,000 maka model regresi
dapat digunakan untuk memprediksi Profitabilitas (ROA) atau dapat
dikatakan bahwa DER dan BOPO secara bersama-sama berpengaruh
terhadap ROA.
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen dalam menerangkan variasi
79
variabel dependen (Ghozali, 2018:98). Hasil uji statistik t dapat dilihat
dari tabel 4.10. sebagai berikut:
Tabel 4.10.
Hasil Uji Statistik t
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2019
Berdasarkan tabel di atas, maka persamaan regresi adalah:
Profitabilitas (ROA) = - 1,760 - 0,909 DER + 6,421 BOPO
Keterangan:
1) Konstanta -1,760 menggambarkan bahwa jika rata-rata variabel
independen DER dan BOPO konstan, maka rata-rata tingkat
Profitabilitas (ROA) akan turun sebesar -1,760 satuan.
2) Koefisien regresi DER -0,909 dengan signifikasi lebih kecil dari
(0,009 < 0,05) menggambarkan jika setiap kenaikan satu kesatuan
rasio DER maka akan menurunkan tingkat Profitabilitas (ROA)
sebesar -0,909 satuan.
3) Koefisien regresi BOPO 6,421 dengan signifikasi lebih kecil dari
(0,000 < 0,05) menggambarkan jika setiap kenaikan satu
kesatuan rasio BOPO maka akan meningkatkan tingkat
Profitabilitas (ROA) sebesar 6,421 satuan.
80
4. Uji Moderated Regression Analysis (MRA)
Moderated Regression Analysis (MRA) menggunakan pendekatan
analitik yang mempertahankan integritas sampel dan memberikan dasar
untuk mengontrol pengaruh variabel moderasi. Persamaan regresi dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut (Ghozali, 2018:227):
Y = + 1X1 + e
Y = + 1X1 + 2Z + e
Y = + 1X1 + 2Z + 3X1* + e
a. NPF memoderasi pengaruh DER terhadap Profitabilitas (ROA)
Hasil uji regresi menggunakan uji MRA untuk menguji peran
NPF dalam memoderasi DER dengan persamaan pertama dapat dilihat
dari tabel 4.11. sebagai berikut:
Tabel 4.11.
Hasil Uji MRA Persamaan 1
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2019
Profitabilitas (ROA) = - 1,698 - 1,216 DER
Keterangan:
1) Konstanta -1,698 maka menunjukkan bahwa jika rata-tata variabel
independen konstan, maka rata-rata dari variabel Profitabilitas
(ROA) turun sebesar -1,698 satuan.
81
2) Koefisien regresi DER sebesar -1,216 dengan signifikasi lebih
kecil dari (0,006 < 0,05) menunjukkan bahwa setiap kenaikan
satu satuan rasio DER maka akan menurunkan tingkat
Profitabilitas (ROA) sebesar -1,216 satuan.
Setelah persamaan pertama didapat, selanjutnya adalah uji
persamaan kedua. Hasil uji MRA pada persamaan kedua dapat dilihat
dari tabel 4.12. sebagai berikut:
Tabel 4.12.
Hasil Uji MRA Persamaan 2
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2019
Profitabilitas (ROA) = - 0,793 - 1,328 DER + 0,558 NPF
Keterangan:
1) Konstanta -0,793 menunjukkan bahwa jika rata-tata variabel
independen konstan, maka rata-rata dari variabel Profitabilitas
(ROA) turun sebesar -0,793 satuan.
2) Koefisien regresi DER sebesar -1,328 dengan signifikasi lebih
kecil dari (0,007 < 0,05) menunjukkan bahwa setiap kenaikan
satu satuan rasio DER maka akan menurunkan tingkat
Profitabilitas (ROA) sebesar -1,328 satuan.
82
3) Koefisien regresi NPF sebesar 0,558 dengan signifikasi lebih
besar dari (0,077 > 0,05) menunjukkan bahwa setiap kenaikan
satu satuan rasio NPF maka tidak akan berpengaruh pada
Profitabilitas (ROA).
Hasil uji regresi menggunakan uji MRA untuk menguji peran
NPF dalam memoderasi DER dengan persamaan ketiga dapat dilihat
dari tabel 4.13. sebagai berikut:
Tabel 4.13.
Hasil Uji MRA Persamaan 3
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2019
Profitabilitas (ROA) = - 0,815 - 1,470 DER + 0,542 NPF – 0,092
DER*NPF
Keterangan:
1) Konstanta -0,815 menunjukkan bahwa jika rata-tata variabel
independen konstan, maka rata-rata dari variabel Profitabilitas
(ROA) turun sebesar -0,815 satuan.
2) Koefisien regresi DER sebesar -1,470 dengan signifikasi lebih
besar dari (0,522 > 0,05) menunjukkan bahwa setiap kenaikan
83
satu satuan rasio DER maka tidak akan berpengaruh pada
Profitabilitas (ROA).
3) Koefisien regresi NPF sebesar 0,542 dengan signifikasi lebih
besar dari (0,176 > 0,05) menunjukkan bahwa setiap kenaikan
satu satuan rasio NPF maka tidak akan berpengaruh pada
Profitabilitas (ROA).
4) Koefisien regresi DER*NPF sebesar -0,092 dengan signifikasi
lebih besar dari (0,949 > 0,05) menunjukkan bahwa setiap
kenaikan satu satuan rasio DER*NPF maka tidak akan
berpengaruh pada Profitabilitas (ROA).
b. NPF memoderasi pengaruh BOPO terhadap Profitabilitas (ROA)
Hasil uji regresi menggunakan uji MRA untuk menguji peran
NPF dalam memoderasi BOPO dengan persamaan pertama dapat
dilihat dari tabel 4.14. sebagai berikut:
Tabel 4.14.
Hasil Uji MRA Persamaan 1
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2019
Profitabilitas (ROA) = - 1,851 + 6,886 BOPO
84
Keterangan:
1) Konstanta -1,851 menunjukkan bahwa jika rata-tata variabel
independen konstan, maka rata-rata dari variabel Profitabilitas
(ROA) turun sebesar -1,851 satuan.
2) Koefisien regresi BOPO sebesar 6,886 dengan signifikasi lebih
kecil dari (0,000 < 0,05) menunjukkan bahwa setiap kenaikan
satu satuan rasio BOPO maka akan meningkatkan tingkat
Profitabilitas (ROA) sebesar 6,886 satuan.
Setelah persamaan pertama didapat, selanjutnya adalah uji
persamaan kedua. Hasil uji MRA pada persamaan kedua dapat dilihat
dari tabel 4.15. sebagai berikut:
Tabel 4.15.
Hasil Uji MRA Persamaan 2
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2019
Profitabilitas (ROA) = - 2,277 + 7,751 BOPO - 0,249 NPF
Keterangan:
1) Konstanta -2,277 menunjukkan bahwa jika rata-tata variabel
independen konstan, maka rata-rata dari variabel Profitabilitas
(ROA) turun sebesar -2,277 satuan.
85
2) Koefisien regresi BOPO sebesar 7,751 dengan signifikasi lebih
kecil dari (0,000 < 0,05) menunjukkan bahwa setiap kenaikan
satu satuan rasio BOPO maka akan meningkatkan tingkat
Profitabilitas (ROA) sebesar 7,751 satuan.
3) Koefisien regresi NPF sebesar -0,249 dengan signifikasi lebih
besar dari (0,347 > 0,05) menunjukkan bahwa setiap kenaikan
satu satuan rasio NPF tidak akan berpengaruh pada Profitabilitas
(ROA)..
Hasil uji regresi uji MRA untuk menguji peran NPF dalam
memoderasi BOPO dengan persamaan ketiga dapat dilihat dari tabel
4.16. sebagai berikut:
Tabel 4.16.
Hasil Uji MRA Persamaan 3
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2019
Profitabilitas (ROA) = - 1,305 + 26,312 BOPO + 0,454 NPF + 13,866
BOPO*NPF
86
Keterangan:
1) Konstanta -1,305 menunjukkan bahwa jika rata-tata variabel
independen konstan, maka rata-rata dari variabel Profitabilitas
(ROA) turun sebesar -1,305 satuan.
2) Koefisien regresi BOPO sebesar 26,312 dengan signifikasi lebih
besar dari (0,056 > 0,05) menunjukkan bahwa setiap kenaikan
satu satuan rasio BOPO maka tidak akan berpengaruh pada
Profitabilitas (ROA).
3) Koefisien regresi NPF sebesar 0,454 dengan signifikasi lebih
besar dari (0,429 > 0,05) menunjukkan bahwa setiap kenaikan
satu satuan rasio NPF tidak akan berpengaruh pada Profitabilitas
(ROA).
4) Koefisien regresi BOPO*NPF sebesar 13,866 dengan signifikasi
lebih besar dari (0,172 > 0,05) menunjukkan bahwa setiap
kenaikan satu satuan rasio BOPO*NPF maka tidak akan
berpengaruh pada Profitabilitas (ROA).
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, maka hasil uji hipotesis
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh DER terhadap Profitabilitas (ROA)
Berdasarkan hasil uji regresi dalam penelitian ini variabel
independen DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
87
Profitabilitas (ROA) dengan nilai koefisien regresi negatif sebesar -0,909
dan siginifikansi 0,009 < (0,05). Sehingga dapat diambil kesimpulan
bahwa penelitian ini menerima H1 yang menyatakan bahwa variabel DER
memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap Profitabilitas (ROA).
Hasil dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh DER terhadap
Profitabilitas (ROA) adalah negatif hal ini berarti menggambarkan
apabila DER mengalami peningkatan maka Profitabilitas (ROA) akan
mengalami penurunan.
DER merupakan salah satu rasio keuangan yang berfungsi untuk
menilai jumlah utang dengan ekuitas. Rasio ini dihitung dengan cara
membandingkan antara total utang, termasuk utang lancar dengan total
ekuitas. Rasio ini dapat digunakan untuk mengetahui setiap rupiah modal
sendiri yang dijadikan sebagai jaminan utang (Kasmir, 2014:67).
Sedangkan menurut Alkhazaleh dan Almsafir dalam Iman (2017)
menjelaskan dalam teori sinyal, manajemen bank yang memberikan
sinyal usaha baik dengan cara meningkatkan modal. Ini berarti bahwa
tingkat rasio hutang (DER) yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan
tersebut mempunyai kinerja lebih baik dibanding perusahaan yang lain.
Hasil penelitian yang negatif juga dapat langsung dilihat melalui
data keuangan (annual report) pada beberapa Bank Umum Syariah
seperti: Bank Muamalat Indonesia, Bank Victoria Syariah, BCA Syariah
dan Bank Panin Syariah pada tahu 2017-2018, Bank Mega Syariah pada
tahun 2014-2016, dan Bank Syariah Bukopin pada tahun 2014-2015.
88
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Kurniawati dkk (2018) yang menunjukkan hasil bahwa DER berpengaruh
negatif terhadap Profitabilitas (ROA). Penelitian lain yang mendukung
hasil penelitian ini adalah Palimbong (2016) dan Dewi dkk (2015). Hasil
penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari dan
Dwirandra (2019), Soegiarto (2017) dan Ramadhan dkk (2016) yang
menyatakan bahwa DER berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Profitabilitas (ROA).
2. Pengaruh BOPO terhadap Profitabilitas (ROA)
Berdasarkan hasil uji regresi, variabel BOPO berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Profitabilitas (ROA) dengan nilai koefisien
regresi positif sebesar 6,421 dan siginifikansi 0,000 < (0,05). Sehingga
dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian ini menolak H2 yang
menyatakan bahwa variabel BOPO berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap Profitabilitas (ROA). Hasil dalam penelitian ini menunjukkan
pengaruh BOPO terhadap Profitabilitas (ROA) adalah positif hal ini
berarti menggambarkan apabila BOPO mengalami peningkatan maka
Profitabilitas (ROA) juga akan mengalami peningkatan.
BOPO merupakan kelompok rasio yang mengukur efisiensi dan
efektivitas operasional suatu perusahaan dengan cara membandingkan
biaya operasional dengan pendapatan operasional. Berbagai angka
pendapatan dan pengeluaran dari laporan laba rugi dan terhadap angka-
angka dalam neraca (Fitriyani, 2018). Kenaikan BOPO pada umumnya
89
akan diikuti dengan penurunan Profitabilitas (ROA), akan tetapi tingginya
nilai rata-rata BOPO pada Bank Umum Syariah di Indonesia seperti yang
terlihat pada tabel 4.1. juga dapat digunakan sebagai indikasi yang
menunjukkan semakin tinggi aktivitas operasional suatu bank maka
pendapatan operasional juga akan meningkat, sehingga Profitabilitas
(ROA) suatu bank akan meningkat.
Kegiatan operasional suatu bank tidak hanya terdapat beban
operasional, akan tetapi terdapat pula beban variabel dan beban tetap.
Apabila kenaikan BOPO sejalan dengan kenaikan Profitabilitas (ROA)
suatu bank, berarti bank tersebut mampu menekan beban-beban lain
diluar beban operasional yang menggambarkan bahwa bank tersebut
mampu secara efisien mengelola beban yang ditanggung sehingga dapat
mengoptimalkan kegiatan operasionalnya.
Hasil penelitian yang menyatakan bahwa BOPO berpengaruh
positif terhadap Profitabilitas (ROA) juga dapat langsung dilihat melalui
data keuangan (annual report) pada beberapa Bank Umum Syariah
seperti: Bank Muamalat Indonesia pada tahun 2014-2016, Bank Victoria
Syariah pada tahun 2014-2015, BRI Syariah pada tahun 2017-2018 dan
Bank Jabar Banten pada tahun 2016-2017. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Fitriyani (2018) yang
menunjukkan hasil bahwa BOPO berpengaruh positif terhadap
Profitabilitas (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Penelitian
lain yang mendukung hasil penelitian ini adalah Yusriani (2018) dan
90
Fadjar dkk (2013). Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Putri dan Kardinal (2018), Hakiim dan Rafsanjani (2016),
Lemiyana dan Litriani (2016), dan Hartini (2016) yang menyatakan
bahwa BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Profitabilitas
(ROA).
3. NPF memoderasi pengaruh DER terhadap Profitabilitas (ROA)
Berdasarkan hasil uji MRA tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai
koefisien regresi perkalian DER dan NPF (DERxNPF) sebesar -0,092
menyatakan bahwa setiap kenaikan satu satuan rasio DERxNPF akan
menurunkan tingkat Profitabilitas (ROA) sebesar -0,092. Tingkat
signifikan dari DERxNPF menunjukkan nilai sebesar 0,949 yang berarti
tingkat signifikan lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa penelitian ini menolak H3 yang menyatakan bahwa variabel NPF
memoderasi pengaruh DER terhadap Profitabilitas (ROA) pada Bank
Umum Syariah di Indonesia.
NPF tidak mampu memoderasi pengaruh DER terhadap
Profitabilitas (ROA) diduga disebabkan karena NPF yang terjadi pada
sebagian besar perbankan syariah di Indonesia kurang dari 0,05 atau 5%
sehingga kebutuhan atas dana (modal) untuk menutupi pembiayaan
bermasalah dalam suatu bank tidak terlalu tinggi. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar perbankan syariah di Indonesia tidak
memerlukan dana tambahan (utang atau DER) sehingga dalam hal
tersebut, NPF tidak memoderasi pengaruh DER terhadap Profitabilitas
91
(ROA). Pada tabel 4.13. menunjukkan bahwa 2 dan 3 tidak signifikan,
sehingga dapat disimpulkan bahwa jenis moderasi dalam penelitian ini
adalah Moderasi Potensial (Homologiser Moderator), artinya variabel
NPF berpotensi menjadi variabel moderasi.
4. NPF memoderasi pengaruh BOPO terhadap Profitabilitas (ROA)
Berdasarkan hasil uji MRA tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai
koefisien regresi perkalian BOPO dan NPF (BOPOxNPF) sebesar 13,886
menyatakan bahwa setiap kenaikan satu satuan rasio BOPOxNPF akan
meningkatkan tingkat Profitabilitas (ROA) sebesar 13,886. Tingkat
signifikan dari BOPOxNPF menunjukkan nilai sebesar 0,172 yang berarti
tingkat signifikan lebih besar dari (0,05). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa penelitian ini menolak H4 yang menyatakan bahwa variabel NPF
memoderasi pengaruh BOPO terhadap Profitabilitas (ROA) pada Bank
Umum Syariah di Indonesia.
NPF tidak mampu memoderasi pengaruh BOPO terhadap
Profitabilitas (ROA) diduga disebabkan karena NPF yang terjadi pada
sebagian besar perbankan syariah di Indonesia kurang dari 0,05 atau 5%
sehingga biaya untuk menutupi pembiayaan bermasalah juga rendah.
Dengan rendahnya NPF berarti biaya operasional dalam bank akan
cenderung rendah hal tersebut juga akan mempengaruhi pendapatan
operasional bank. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rendahnya NPF
pada Bank Umum Syariah di Indonesia tidak akan berdampak pada
BOPO dan tidak mengganggu Profitabilitas (ROA), sehingga dalam hal
92
tersebut NPF tidak memoderasi pengaruh BOPO terhadap Profitabilitas
(ROA). Pada tabel 4.16. menunjukkan bahwa 2 dan 3 tidak signifikan,
sehingga dapat disimpulkan bahwa jenis moderasi dalam penelitian ini
adalah Moderasi Potensial (Homologiser Moderator), artinya variabel
NPF berpotensi menjadi variabel moderasi.
Tabel 4.17.
Hasil Penelitian
No Hipotesis Hasil
H1 Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap Profitabilitas (ROA)
Diterima
H2 Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap Profitabilitas (ROA)
Ditolak
H3 Non Performing Financing (NPF) dapat memoderasi pengaruh Debt
to Equity Ratio (DER) terhadap Profitabilitas (ROA)
Ditolak
H4
Non Performing Financing (NPF) dapat memoderasi pengaruh Biaya
Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Profitabilitas
(ROA)
Ditolak
93
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk menguji Pengaruh
Debt to Equity Ratio (DER) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional
(BOPO) terhadap Profitabilitas dengan Non Performing Financing (NPF)
sebagai Variabel Moderasi (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah di
Indonesia Periode 2014-2018) maka dapat disimpulkan bahwa hasil dari
penelitian ini adalah:
1. Variabel Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap Profitabilitas (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia.
2. Variabel Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Profitabilitas (ROA) pada Bank Umum
Syariah di Indonesia.
3. Variabel Non Performing Financing (NPF) secara signifikan tidak mampu
memoderasi pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Profitabilitas
(ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia.
4. Variabel Non Performing Financing (NPF) secara signifikan tidak mampu
memoderasi pengaruh Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
terhadap Profitabilitas (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia.
94
B. Saran
Berdasarkan dari kesimpulan dan keterbatasan penelitian, maka peneliti
memberikan saran sebagai berikut:
1. Peneliti selanjutnya sebaiknya menambahkan periode pengamatan, sebab
semakin lama interval waktu pengamatan maka semakin besar pula
kesempatan untuk memperoleh informasi mengenai variabel yang lebih
baik untuk penelitian yang akurat.
2. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambahkan variabel lain untuk
menemukan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Profitabilitas (ROA)
pada Bank Umum Syariah di Indonesia.
3. Peneliti selanjutnya sebaiknya menambah atau menggunakan variabel
moderasi yang lebih kuat pengaruhnya selain variabel Non Performing
Financing (NPF) untuk memperkuat atau memperlemah hubungan antara
variabel independen terhadap variabel dependen.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Samuel Nugroho. 2014. Pengaruh Debt to Equity Ratio dan Debt to Total
Asset Ratio terhadap Profitabilitas Perusahaan Sub Sektor Perusahaan
Perkebunan yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2012. Skripsi: Universitas
Bengkulu
Adzimah, Rani Himmatul. 2017. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) dan
Financing to Deposit Ratio (FDR) Terhadap Pembiayaan Murabahah
dengan Non Performing Financing (NPF) Sebagai Variabel Moderating.
Skripsi: Institut Agama Islam Negeri Salatiga
Agustina, Rian. 2017. Analisis Pengaruh Leverage (Debt to Equity Ratio) dan
Likuiditas (Current Ratio) terhadap Porfitabilitas (Return on Assets) pada
PT. Bank BNI Syariah. Tugas Akhir: Universitas Islam Negeri Raden Fatah
Palembang
Asiyah, Binti Nur (Ed.). 2015. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah.
Yogyakarta: Kalimedia
Asnawi, Nur dan Masyhuri. 2009. Metodologi Riset Manajemen Pemasaran.
Malang: UIN-Malang Press
Dendawijaya, Lukman (Ed.). 2009. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia
Indonesia
Dewi, Ni Kadek Venimas Citra. Cipta, Wayan dan Kirya, I Ketut. 2015. Pengaruh
LDR, LAR, DER dan CR Terhadap ROA. e-Journal Bisma Universitas
Pendidikan Ganesha, Vol. 3
Fadjar, Aris. R, Hedwigis Esti. Prihatini, Tri. 2013. Analisis Faktor Internal dan
Eksternal Bank yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Umum di
Indonesia. Jurnal of Management and Business Review, Vol. 10, No. 1: 63-
77
Falakh, Faisal. 2019. Analisis Pengaruh CAR, NPF, BOPO dan NOM terhadap
Profitabilitas Perbankan Syariah dengan FDR dan NOM sebagai Variabel
Intervening Pada Bank Umum Syariah eriode 2015-2018. Skripsi: Institut
Agama Islam Negeri
Festiani, Eva Ratna. 2016. Analisis Pengaruh Rasio CAR, NPF, BOPO, ROA, dan
FDR terhadap Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah di Indonesia. El-
Dinar, Vol. 4, No. 2: 196-211
Fitriyani, Nur. 2018. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to
Deposit Ratio (FDR), Net Operating Margin (NOM) dan BOPO terhadap
Return on Asset (ROA) dengan Non Performing Financing (NPF) sebagai
Variabel Moderasi pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Skripsi: Institut
Agama Islam Negeri
Ghozali, Imam. 2018. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
25. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Hakiim, Ningsukma dan Rafsanjani, Haqiqi. 2016. Pengaruh Internal Capital
Adequency Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Biaya
Operasional per Pendapatan Operasional (BOPO) dalam Peningkatan
Profitabilitas Industri Bank Syariah di Indonesia. Jurnal Aplikasi
Manajemen (JAM), Vol. 14 No. 1: 161-168
Hartini, Titin. 2016. Pengaruh Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional
(BOPO) Terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia. I-Finance, Vol.
2 No. 1: 20-34
Iman, Fauzul. 2017. Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Financing Deposit Ratio,
dan Operational Efficiency Ratio Terhadap Return On Asset dengan Non
Performing Financing Sebagai Variabel Moderating pada Bank Umum
Syariah di Indonesia. Skripsi: UIN Alauddin Makassar
Ismail, 2010. Manajemen Perbankan: Dari Teori Menuju Aplikasi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Kasmir. 2004. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
. 2014. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers
Kurniawati, Sandra. Hamzah, Zilal. Kunawangsih, Tri. 2018. Analisis Pengaruh
CAR, LDR, DER, BI Rate dan Inflasi Terhadap ROA Pada 10 Bank Besar
Yang Ada di Bursa Efek Indonesia. Seminar Nasional Cendekiawan ke 4
Tahun 2018 Buku 2: “Hukum, Politik, Manajemen, Ekonomi, Akuntansi,
Konseling, Desain dan Seni Rupa”, hal: 1183-1190
Lemiyana dan Litriani, Erdah. 2016. Pengaruh NPF, FDR, BOPO terhadap Return
On Asset (ROA) Pada Bank Umum Syariah. I-Economic, Vol. 2 No. 1: 31-
49
Mahpudin, Endang dan Suparno. 2016. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai
Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia). JRKA, Vol. 2 No. 2: 56-75
Manzila, Nilta. Sochib dan Murniati, Wahyuning. 2018. Pengaruh Capital
Adequacy Ratio, Loan To Deposit Ratio, dan Debt To Equity Ratio
Terhadap Kinerja Bank Umum Swasta Nasional di Bursa Efek Indonesia
Periode 2015 – 2016. Progress Conference, Vol. 1 No. 1: 783-793
Maulia, Rizqi. 2018. Analisis Pengaruh Rasio CAR, NPF, NPM, BOPO, FDR
Bank Terhadap Laba Bank Umum Syariah Periode 2014-2016. Skripsi:
Institut Agama Islam Negeri Surakarta
Muhamad. 2017. Manajemen Dana Bank Syariah. Depok: Rajawali Pers
Mukti, Nur Abidah. 2016. Pengaruh BOPO dan FDR terhadap Profitabilitas BPR
Syariah dengan Resiko Pembiayaan sebagai Variabel Intervening. Skripsi:
Universitas Jember
Ningsih, Widiya. Badina, Tenny. dan Rosiana, Rita. 2017. Pengaruh Permodalan,
Kualitas Asset, Rentabilitas dan Likuiditas terhadap Profitabilitas Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia. Jurnal Ilmu Akuntansi,
Vol. 10 No. 1: 181-192
Palimbong, Lilis Maryani. 2016. Pengaruh Current Ratio dan Debt to Equity Ratio
Terhadap Tingkat ROA Pada Perusahaan Sektor Konstruksi Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia (BEI). Skripsi: Universitas Negeri Makassar
Prasanjaya, A.A. Yogi dan Ramantha, I Wayan. 2013. Analisis Pengaruh Rasio
CAR, BOPO, LDR dan Ukuran Perusahaan terhadap Profitabilitas Bank
yang Terdaftar di BEI. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 4 No.
1: 230-245
Priharyanto, Budi. 2009. Analisis Pengaruh Current Ratio, Inventory Turnover,
Debt to Equity Ratio, Dan Size Terhadap Profitabilitas. Tesis: Universitas
Diponegoro
Priyono. 2009. Pengaruh Financing to Deposit Ratio, Debt to Equity Ratio, Total
Dana Pihak Ketiga dan Perputaran Aktiva terhadap Profitabilitas. Skripsi:
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Putri, Mayang dan Kardinal. 2018. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER), BOPO,
Dan Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Return On Asset
(ROA) Studi Empiris Pada Bank Umum Syariah Periode 2013-2016.
Jurusan Manajemen STIE Multi Data Palembang, hal: 1-10
Rachmandinur, Apriangga dan Purwanto. 2016. Analisa Pengaruh CAR, BOPO,
NPL, NIM, terhadap Profitabilitas Bank. Jurnal Manajemen Bisnis
Indonesia, Vol. 3 No. 3: 439-459
Ramadhan, M Gilang. Widiyanti, Marlina dan Taufik. 2016. Pengaruh Current
Ratio, Debt to Equity Ratio, dan BOPO Terhadap Capital Adequacy Ratio
dengan Return On Assets sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan
Perbankan Syariah di Indonesia. Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis dan
Terapan, No. 1: 15-26
Sahari, Kukuh Aryo Ardy. 2015. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER), Net
Profit Margin (NPM), dan Total Assets Turnover Terhadap Earning Per
Share. Skripsi: Universitas Negeri Jakarta
Sari, Putu Ratih Puspita dan Dwirandra, Anak Agung Ngurah Bagus. 2019.
Pengaruh Current Ratio dan Debt to Equity Ratio terhadap Profitabilitas
dengan Intellectual Capital sebagai Pemoderasi. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, Vol. 26 No.2: 851-880
Sitepu, Jurnal. Dzulkirom, Moch. dan Azizah, Devi Farah. 2016. Pengaruh
Capital Adequacy Ratio, Biaya Operasional Pendapatan Operasional, Non
Performing Loan, Net Interest Margin dan Loan To Deposit Ratio terhadap
Return On Asset. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 40 No. 2: 72-79
Sochib. 2016. Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Rasio
Biaya Operasional Pendapatan Operasional dan Loan to Deposit Ratio
terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Swasta Nasional yang Go Public
di ursa Efek Indonesia. Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA, Vol. 6 No.
1: 1-14
Soegiarto. 2018. Pengaruh CR, DER, NPF Terhadap ROA BMT Nurus Sa’adah
Di Pekalongan. Riset & Jurnal Akuntansi, Vol: 2 No. 2: 52-61
Suciah, A. 2017. Pengaruh Biaya Operasional Pada Pendapatan Operasional,
Financing To Deposit Ratio, Non Peforming Financing, dan Capital
Adequacy Ratio Terhadap Return On Asset Pada Bank Umum Syariah.
Skripsi: Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Sugiyono. 2015. Metode Penelitina Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta CV
Sujarweni, V Wiratna. 2015. Metodologi Penelitian Bisnis & Ekonomi.
Yogyakarta: PT Pustaka Baru
. 2017. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press
Sunyoto, Danang. 2016. Statistika Deskriptif dan Probabilitas. Jakarta: PT Buku
Seru
Taufik, Muhammad. 2017. Pengaruh Financing to Deposit Ratio dan Capital
Adequacy Ratio terhadap Return On Asset dengan Non Performing
Financing Sebagai Variabel Moderasi Pada Bank Umum Syariah di
Indonesia. At-Tawassuth, Vol. 2 No. 1: 170-190
Tika, Moh Pandu. 2006. Metodologi Riset Bisnis. Jakarta: PT Bumi Aksara
Triasmoro, Adiasma Yulianto. Nazar, M Rafki dan Khairunnisa. 2017. Pengaruh
BOPO, NPF dan FDR Terhadap Return On Aset (ROA) Bank Umum
Syariah. e-Proceeding of Managemen, Vol. 4 No. 3: 2667-2674
Trisnawati, Desi. 2013. Pengantar Perbankan. Yogyakarta: Trustmedia
Wardiantika, Lifstin dan Kusumaningtias, Rohmawati. 2014. Pengaruh DPK,
CAR, NPF, dan SWBI terhadap Pembiayaan Murabahah pada Bank Umum
Syariah Tahun 2008-2012. Jurnal Ilmu Manajemen, Vol. 2 No. 4: 1550-
1561
Wibowo, Edhi Satriyo dan Syaichu, Muhammad. 2013. Analisis Pengaruh Suku
Bunga, Inflasi, CAR, BOPO, NPF Terhadap Profitabilitas Bank Syariah.
Diponegoro Journal Of Management, Vol. 2, No. 2: 1-10
Wijaya, T. 2013. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis-Teori dan Praktik.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Winarno, Wing Wahyu. 2015. Analisis Ekonometrika dan Statistik dengan
Eviews. Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Yudiana, Fetria Eka (Ed.). 2014. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Salatiga:
STAIN Salatiga Press
Yusriani. 2018. Pengaruh CAR, NPL, BOPO dan LDR terhadap Profitabilitas
pada Bank Umum Milik Negara Persero di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Riset Edisi XXV, Vol. 4 No. 2: 1-17
Zuniarti, Ida. 2016. Pengaruh BOPO terhdapa ROA Pada Bank Syariah Periode
2011-2015. Jurnal Moneter, Vol. 3 No. 2: 170-176
www.bi.go.id
www.ojk.go.id
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Data Sekunder Penelitian
Tahun Bank DER BOPO NPF ROA
2014
Bank Muamalat Indonesia
2,4606 0,9733 0,0485 0,0017
2015 2,5442 0,9736 0,0420 0,0020
2016 2,6188 0,9776 0,0140 0,0022
2017 1,8007 0,9768 0,0275 0,0011
2018 2,4109 0,9824 0,0258 0,0008
2014
Bank Victoria Syariah
0,4546 1,4331 0,0475 -0,0187
2015 0,6837 1,1919 0,0482 -0,0236
2016 1,1941 1,3134 0,0435 -0,0219
2017 0,6962 0,9602 0,0408 0,0036
2018 0,9512 0,9638 0,0346 0,0032
2014
Bank BRI Syariah
3,2661 0,9977 0,0365 0,0008
2015 2,7445 0,9379 0,0389 0,0077
2016 3,3723 0,9133 0,0319 0,0095
2017 3,4964 0,9534 0,0475 0,0051
2018 2,3664 0,9532 0,0497 0,0043
2014
Bank BNI Syariah
1,5818 0,8980 0,0104 0,0127
2015 1,4941 0,8963 0,0146 0,0143
2016 1,8840 0,8688 0,0164 0,0144
2017 1,7369 0,8762 0,0150 0,0131
2018 2,3071 0,8537 0,0152 0,0142
2014
Bank BCA Syariah
0,5182 0,9290 0,0010 0,0080
2015 0,3740 0,9250 0,0052 0,0100
2016 0,4158 0,9220 0,0021 0,0110
2017 0,6569 0,8720 0,0004 0,0120
2018 0,6133 0,8740 0,0028 0,0120
2014
1,8764 1,0060 0,0429 -0,0004
2015 1,7605 0,9478 0,0405 0,0056
2016 Bank Syariah Mandiri 1,7572 0,9412 0,0313 0,0059
2017 1,8466 0,9444 0,0271 0,0059
2018 1,8008 0,9068 0,0156 0,0088
2014
Bank Jabar Banten Syariah
0,9410 0,9101 0,0387 0,0072
2015 0,5033 0,9878 0,0445 0,0025
2016 1,0735 1,2277 0,0494 -0,0809
2017 1,0036 1,3463 0,0285 -0,0569
2018 1,1974 0,9463 0,0196 0,0054
2014
Bank Mega Syariah
1,6412 0,9761 0,0389 0,0029
2015 1,0689 0,9951 0,0426 0,0030
2016 0,6159 0,8816 0,0330 0,0263
2017 1,0821 0,8916 0,0295 0,0156
2018 0,7787 0,9384 0,0215 0,0093
2014
Bank Panin Syariah
0,8312 0,8258 0,0029 0,0199
2015 0,7281 0,8929 0,0194 0,0114
2016 4,8237 0,9617 0,0186 0,0037
2017 4,8845 2,1740 0,0483 -0,1077
2018 4,0851 0,9957 0,0384 0,0026
2014
Bank Syariah Bukopin
1,6412 0,9677 0,0334 0,0027
2015 1,3841 0,9199 0,0274 0,0079
2016 1,6458 1,0962 0,0466 -0,0112
2017 1,7408 0,9920 0,0418 0,0002
2018 1,4430 0,9945 0,0365 0,0002
2014
Maybank Syariah Indonesia
0,4889 0,6962 0,0429 0,0361
2015 0,3650 1,9260 0,0493 -0,2013
2016 0,5459 1,6028 0,0460 -0,0951
2017 0,6944 0,8336 0,0000 0,0550
2018 0,2483 1,9997 0,0000 -0,0686
LAMPIRAN 2
A. Uji Deskripsi Objek Penelitian
B. Uji Stasioneritas
1. Stasioneritas DER
2. Stasioneritas BOPO
3. Stasioneritas ROA
4. Stasioneritas NPF
C. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Multikolonieritas
2. Uji Autokorelasi
3. Uji Heteroskedastisitas
a. Grafik Scatterplot
b. Uji Glejser
4. Uji Normalitas
D. Uji Regresi
1. Koefisien Determinasi (R2)
2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
E. Uji Moderated Regression Analysis (MRA)
1. NPF memoderasi pengaruh DER terhadap Profitabilitas (ROA)
a. Hasil Uji MRA Persamaan 1
b. Hasil Uji MRA Persamaan 2
c. Hasil Uji MRA Persamaan 3
2. NPF memoderasi pengaruh BOPO terhadap Profitabilitas (ROA)
a. Hasil Uji MRA Persamaan 1
b. Hasil Uji MRA Persamaan 2
c. Hasil Uji MRA Persamaan 3
CURRICULUM VITAE
LINDA KARTIKA SARI
Kontak
CP : 085741337536
Email : [email protected]
Data Pribadi
Tempat, Tgl Lahir : Salatiga, 1 April 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Bhisma No. 6 RT 08 / RW 01 Kel. Dukuh
Kec. Sidomukti Salatiga
Pendidikan
FORMAL
» SD Negeri Dukuh 1 Salatiga 2009
» SMP Negeri 5 Salatiga 2012
» SMK Negeri 1 Salatiga (Administrasi Perkantoran) 2015
» IAIN Salatiga (S1 Perbankan Syariah) 2019
Pengalaman Organisasi
» Anggota Koperasi Mahasiswa (Kopma) Fatawa IAIN Salatiga
Periode 2017-2019.
» Bendahara di Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS)
PS-S1 FEBI IAIN Salatiga Periode 2017-2018
» Divisi Wacana di Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) FEBI
IAIN Salatiga Periode 2018-2019