pengaruh dana pihak ketiga, non performing...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, NON PERFORMING
FINANCING, DAN SPREAD BAGI HASIL TERHADAP
PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL
(Studi Kasus Pada 8 Bank Umum Syariah Periode Tahun 2013-2015)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
DWI RAHMA PUTRI AGENG
NIM: 1113085000008
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H / 2017 M
ii
iii
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
1. Nama : Dwi Rahma Putri Ageng
2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 14 Maret 1995
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Alamat : Jl. Ujung Harapan Gg. Al Ikhlas RT
07/RW 15 No.3, Kec. Babelan, Bekasi
Utara, Jawa Barat.
5. No. HP : 0858-1025-7170
6. E-mail : [email protected]
PENDIDIKAN
1. TK Ar-Rahim Bekasi Tahun 2000-2001
2. SDN Kaliabang Tengah IV Bekasi Tahun 2001-2007
3. SMPN 5 Bekasi Tahun 2007-2010
4. SMA Taman Harapan I Bekasi Tahun 2010-2013
5. S1 Ekonomi Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013-2017
PENGALAMAN ORGANISASI
1. Himpunan Mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah (HMJ) sebagai Anggota
Divisi Informasi dan Komunikasi (2014-2015).
2. Himpunan Mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah (HMJ) sebagai Koordinator
Divisi Pemberdayaan Perempuan (2015-2016).
KEPANITIAAN
1. Islamic Banking Days 2015 (2rdIBDAYS) oleh HMJ Perbankan Syariah, FEB
UIN Jakarta sebagai anggota disivi lomba paper, 2015.
2. Seminar second IBDAY’S Perbankan Syariah: Meningkatkankan Inklusivitas
Bank Syariah untuk Pemberdayaan Masyarakat, oleh HMJ Perbankan Syariah,
FEB UIN Jakarta sebagai panitia, 2015.
3. Islamic Banking Days 2016 (3rdIBDAYS) oleh HMJ Perbankan Syariah, FEB
UIN Jakarta sebagai anggota disivi lomba Hijab Fashion Show, 2016.
vii
THE INFLUENCE OF THIRD-PARTY FUNDS, NON PERFORMING
FINANCING, AND SPREAD PROFIT-LOSS SHARING TO PROFIT LOSS
SHARING BASED FINANCING
(Case Study 8 Islamic Comercial Banks from 2013 to 2015)
ABSTRACT
Profit and loss sharing (PLS) based financing continues to increase every
year. This financing still ranks second on the entire financing provided by Islamic
banks. Therefore, Profit and loss sharing financing need to be improved. This study
aims to determine empirically the effect of Third Party Fund (DPK), Non
Performing Financing (NPF) and Spread Profit-Loss Sharing to Profit and loss
sharing based financing of Islamic comercial Bank in the period from 2013-2015.
The population in this study were 12 Islamic Banks in Indonesia. The sampling
method in this research is purposive sampling and sample consisted of 8 Islamic
comercial bank. Types of data used are quarterly reports from the official websites
of each Islamic bank. The method used is the method of panel data analysis with a
model that is the best estimate Fixed Effect Model (FEM) that is processed through
Eviews 7. Regression analysis showed that the variables of Third Party Fund (DPK)
and Spread Profit-Loss Sharing has significant impact positively on the Profit and
loss sharing (PLS) based financing, while the variable Non Performing Financing
(NPF) no significant effect on the Profit and loss sharing (PLS) based financing
based on Islamic comercial banks.
Keywords: Third Party Fund (DPK), Non Performing Financing (NPF), Spread
Profit Sharing, Profit and loss sharing (PLS) based financing, mudaraba,
Musharaka.
viii
PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, NON PERFORMING FINANCING,
DAN SPREAD BAGI HASIL TERHADAP PEMBIAYAAN BERBASIS
BAGI HASIL
(Studi Kasus Pada 8 Bank Umum Syariah Periode Tahun 2013-2015)
ABSTRAK
Pembiayaan berbasis bagi hasil terus mengalami peningkatan pada setiap
tahunnya. Namun, pembiayaan ini masih menempati urutan kedua dari seluruh
pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah. Oleh karena itu, pembiayaan
berbasis bagi hasil perlu ditingkatkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
secara empiris pengaruh dari variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing
Financing (NPF), dan Spread Bagi Hasil terhadap Pembiayaan berbasis bagi hasil
pada Bank Umum Syariah periode 2013-2015. Populasi pada penelitian ini adalah
12 Bank Umum Syariah di Indonesia. Metode penentuan sampel dalam penelitian
ini adalah purposive sampling dan sampel yang digunakan 8 bank umum syariah
(BUS). Jenis data yang digunakan adalah laporan triwulan dari situs resmi masing-
masing bank syariah. Metode yang digunakan adalah metode analisis data panel
dengan model estimasi terbaik yaitu fixed effect model (FEM) yang diolah melalui
Eviews 7. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa variabel Dana Pihak Ketiga
(DPK) dan Spread Bagi Hasil berpengaruh positif signifikan terhadap Pembiayaan
berbasis bagi hasil pada BUS, sedangkan variabel Non Performing Financing
(NPF) tidak berpengaruh signifikan terhadap terhadap Pembiayaan berbasis bagi
hasil pada BUS.
Kata Kunci: Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF), Spread
Bagi Hasil, Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil, mudharabah, musyarakah.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Segala Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-
Nya dengan segala pengetahuan dan kekuasan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Non
Performing Financing, dan Spread Bagi Hasil Terhadap Pembiayaan Berbasis Bagi
Hasil (Studi Kasus Pada 8 Bank Umum Syariah Periode Tahun 2013-2015)”
dengan baik. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad saw.
beserta keluarga dan para sahabatnya. Skripsi ini disusun dalam rangka untuk
memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan kali ini, penulis menyampaikan terimakasih atas bantuan,
saran, bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung maupun tidak
langsung dalam penyelesaian skripsi ini kepada:
1. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, MBA selaku Ketua Jurusan Perbankan
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Fitri Damayanti, SE., M.Si selaku Sekertaris Jurusan Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. Suhenda Wiranata selaku Dosen Pembimbing I yang selalu
bersedia meluangkan waktunya untuk bimbingan, memberikan nasihat dan
saran, serta motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Terima kasih atas ilmu yang telah Bapak berikan selama ini.
5. Bapak Ade Ananto Terminant, SE., MM selaku Dosen Pembimbing II yang
telah meluangkan waktunya, memberikan nasihat dan saran, serta motivasi
yang diberikan kepada penulis. Terima kasih atas ilmu yang telah Bapak
berikan selama ini.
x
6. Seluruh Bapak-Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu, motivasi, nasihat,
dan saran bagi penulis selama menuntut ilmu yang nantinya akan menjadi
bekal hidup penulis di masa depan.
7. Kedua orang tua. Teruntuk orang paling tulus sedunia, yaitu Ibu dan
alm.Bapak. Terima kasih banyak atas kerja keras, kasih sayang, dan doa-
doa terbaik kalian untuk penulis.
8. Kakak. Terima kasih karena sudah menjadi teman curhat, teman jajan, dan
patner in crime yang terbaik.
9. “Makrab” yaitu Upi, Mila, Hexa, Syifa, Mannik, dan Yesi. Terima kasih
atas canda, tawa, dan dukungan kalian.
10. “ante-ante PSY A13” yaitu Yuni, Suci, Maulidya, Ayu, Intan, Fitri, Aini,
Tya, Bella, Adel, Haliza, Neng, Desi, Farnaz, Rifa, dan Farbal. Terima kasih
atas semua suka, duka, dan keseruannya selama ini. Keep in touch, ya.
11. Teman-teman Perbankan Syariah A & B angkatan 2013. Terima kasih atas
keseruan dan pengalaman selama ini. Sukses terus untuk kita semua.
12. KKN FAITH 238. Terima kasih atas kerjasama dan pengalamannya yang
sangat berharga.
13. Roomates 111. Terima kasih buat Alia, Tya, Wafa, dan Resty. Senang bisa
bertemu dan kenal kalian. Terima kasih sudah mau jadi teman hidup terbaik
di kota rantau.
14. Semua pihak yang terlibat. Terima kasih atas bantunnya dalam penyelesaian
skripsi ini.
Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu,
penulis mohon maaf atas kekurangan yang ada dan penulis menerima saran dan
kritik yang membangun untuk lebih baik.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Jakarta, 1 Maret 2017
(Dwi Rahma Putri Ageng)
xi
DAFTAR ISI
Halaman Judul Bagian Dalam ......................................................................... i
Lembar Pengesahan Skripsi............................................................................. ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ...................................................... iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi .................................................................. iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah .................................................. v
Daftar Riwayat Hidup ...................................................................................... vi
Abstract ............................................................................................................... vii
Abstrak ............................................................................................................... viii
Kata Pengantar ................................................................................................. ix
Daftar Isi ............................................................................................................ xi
Daftar Tabel ....................................................................................................... xiv
Daftar Grafik .................................................................................................... xv
Daftar Lampiran ............................................................................................ .. xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ .......... 10
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 11
D. Manfaat Penelitian................................................................................... .. 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori .......................................................................................... 14
1. Bank Syariah ........................................................................................ 14
2. Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil ............................................... 15
3. Dana Pihak Ketiga (DPK) ................................................................... 23
xii
4. Non Performing Financing (NPF) ....................................................... 24
5. Spread Bagi Hasil ................................................................................ 25
B. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 26
C. Tabel Penelitian ......................................................................................... 29
D. Keterkaitan Antar Variabel ........................................................................ 33
E. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 34
F. Hipotesis Penelitian ................................................................................... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 37
B. Metode Penelitian Sampel ......................................................................... 37
C. Metode Pengumpulan Data........................................................................ 39
D. Metode Analisis Data ................................................................................ 40
1. Uji Asumsi Klasik ............................................................................... 41
a. Uji Normaslitas .............................................................................. 41
b. Uji Multikolinieritas ...................................................................... 42
c. Uji Heterokedastisitas .................................................................... 43
d. Uji Autokorelasi............................................................................. 44
2. Uji Stasioneritas ................................................................................... 45
a. Uji Dickey-Fuller ........................................................................... 45
b. Uji Philips-Peron ........................................................................... 46
3. Model Estimasi Data Panel .................................................................. 47
a. Pendekatan Common Effect Model (CEM).................................... 47
b. Pendekatan Fixed Effect Model (FEM) ......................................... 48
c. Pendekatan Random Effect Model (REM) ..................................... 49
4. Dasar Pemilihan Model Data Panel ..................................................... 50
a. Uji Likehood Ratio ......................................................................... 50
b. Uji Hausman .................................................................................. 51
5. Uji Koefisien Determinasi R2 .............................................................. 51
6. Uji Hipotesis ........................................................................................ 52
a. Uji Parsial (Uji t) ........................................................................... 52
xiii
b. Uji Simultan (Uji f) ........................................................................ 52
c. Analisis Regresi Berganda ............................................................. 53
E. Operasional Variabel Penelitian ................................................................ 54
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .............................................. 57
1. Perkembangan Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil ............................... 58
2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) ......................................... 62
3. Perkembangan NPF ............................................................................ 65
4. Perkembangan Spread Bagi Hasil ...................................................... 69
B. Analsis dan Pembahasan............................................................................ 73
1. Uji Asumsi Klasik .............................................................................. 73
a. Uji Normaslitas .............................................................................. 73
b. Uji Multikolinieritas ...................................................................... 74
c. Uji Heterokedastisitas .................................................................... 75
d. Uji Autokorelasi ............................................................................. 77
2. Uji Stasioneritas .................................................................................. 79
3. Pemilihan Model Regresi Regresi Data Panel .................................... 80
4. Uji Koefisien Dterminasi .................................................................... 85
5. Uji Hipotesis ....................................................................................... 87
a. Uji Parsial (Uji t) .......................................................................... 87
b. Uji Simultasn (Uji f) ..................................................................... 89
c. Analisis Regresi Berganda............................................................ 90
C. Interpretasi ................................................................................................. 95
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................................ 101
B. Saran .......................................................................................................... 102
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 104
LAMPIRAN ....................................................................................................... 109
xiv
DAFTAR TABEL
No Keterangan Halaman
1.1 Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2013-2015 ............... 3
1.2 Perkembangan Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil, DPK, NPF, dan Spread .... 7
2.1 Kriteria Non Performing Finanacing (NPF) .................................................. 25
2.2 Hasil Penelitian Terdahulu............................................................................ 29
3.1 Daftar Bank Umum Syariah di Indonesia .................................................... 38
3.2 Kriteria Posisi Nilai Durbin-Watson ............................................................. 44
4.1 Daftar Nama 8 Bank Umum Syariah di Indonesia ........................................ 57
4.2 Uji Normalitas ................................................................................................ 74
4.3 Uji Multikolinieritas ....................................................................................... 75
4.4 Uji Heterokedastisitas-Uji Glejser .................................................................. 76
4.5 Uji Autokorelasi-Uji Breusch-Godfrey .......................................................... 77
4.6 Uji Stasioner dengan Unit Akar Tes (Unit Root Test) .................................... 79
4.7 Hasil Regresi Data Panel Menggunakan CEM ............................................... 80
4.8 Hasil Regresi Data Panel menggunakan FEM................................................. 81
4.9 Hasil Uji Likehood Ratio ................................................................................. 83
4.10 Hasil Regresi Data Panel dengan REM ........................................................... 83
4.11 Uji Hausman .................................................................................................... 85
4.12 Uji Koefisien Determinasi ............................................................................... 86
4.13 Uji Parsial (Uji t) ............................................................................................. 87
4.14 Uji Simultan (Uji f) .......................................................................................... 89
4.15 Analisis Regresi Linier Berganda .................................................................... 90
4.16 Model Regresi Setiap Bank Umum Syariah (BUS) ........................................ 92
xv
DAFTAR GRAFIK
No Keterangan Halaman
4.1 Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Tahun 2013 ..................................... 59
4.2 Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Tahun 2014 ..................................... 60
4.3 Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Tahun 2015 ..................................... 61
4.4 Dana Pihak Ketiga (DPK) Tahun 2013 ............................................... 62
4.5 Dana Pihak Ketiga (DPK) Tahun 2014 ............................................... 63
4.6 Dana Pihak Ketiga (DPK) Tahun 2015 ............................................... 64
4.7 Non Performing Financing - NPF Tahun 2013 ................................... 66
4.8 Non Performing Financing - NPF Tahun 2014 ................................... 67
4.9 Non Performing Financing - NPF Tahun 2015 ................................... 68
4.10 Spread Bagi Hasil Tahun 2013 ............................................................ 70
4.11 Spread Bagi Hasil Tahun 2014 ............................................................ 71
4.12 Spread Bagi Hasil Tahun 2015 ............................................................ 72
4.13 Posisi Nilai Durbin-Watson ................................................................. 78
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan Halaman
1 Data Variabel Penelitian ........................................................................ 109
2 Data Variabel (setelah ditransformasikan ke Almant Zscore) ............... 115
3 Uji Asumsi Klasik ................................................................................. 119
4 Uji Stasioner .......................................................................................... 121
5 Hasil Uji Pemilihan Model Regresi Data Panel .................................... 127
6 Tabel Chi-Square, tabel t, tabel f, dan tabel D-W ........................ 131
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah kegiatan perbankan syariah di Indonesia diawali dengan
mulai beroperasinya PT Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1992.
Pengaturan mengenai perbankan syariah pada waktu itu masih terbatas hanya
mengacu pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan dan
belum diatur secara tegas mengenai perbankan syariah dalam suatu Undang-
Undang. Kemudian baru dalam amandemen Undang-Undang Perbankan,
yaitu Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tentang Perbankan, beberapa pengaturan
mengenai perbankan syariah mulai diakomodir antara lain seperti pengertian
bank syariah, prinsip syariah, dan pembiayaan (Arif Efendi, 2014:2).
Menurut UU No. 10 Tahun 1998, bank umum adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan atau berdasarkan
prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa lalu lintas
pembayaran. Salah satu prinsip bermuamalah yang diterapkan bank syariah,
yaitu menghindari praktik riba dalam kegiatan operasionalnya. Larangan
tentang riba secara jelas telah disebutkan dalam Al Qur’an dan Hadist, antara
lain sebagai berikut :
با م الر البيع وحر وأحل للا
“Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba.” (QS. Al Baqarah: 275)
2
با وموكله وكاتبه وشاهديه وقال هم سواء -صلى للا عليه وسلم-لعن رسول للا آكل الر
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat pemakan riba
(rentenir), orang yang menyerahkan riba (nasabah), pencatat riba
(sekretaris) dan dua orang saksinya.” Beliau mengatakan, “Mereka semua
itu sama.”(HR. Muslim no. 1598).
Riba sangat dilarang dalam syariat Islam. Sistem bunga bank juga
dikategorikan sebagai riba yang timbul dikarenakan seseorang tidak mampu
membayar hutangnya pada waktu yang telah ditetapkan, sehingga dibebankan
denda (tambahan) atas hal tersebut. Riba hanya menguntungkan segelintir
orang saja, yaitu pihak-pihak yang menginginkan keuntungan berlipat ganda.
Sedangkan pihak yang lain, yaitu orang-orang yang membutuhkan modal
usaha akan semakin dibebankan apabila bunga tersebut semakin berlipat
ganda dan menjerat mereka ke dalam jurang kemiskinan.
Sebagai alternatif sistem bunga dalam ekonomi konvensional,
ekonomi Islam menawarkan sistem bagi hasil (profit and loss sharing) ketika
pemilik modal (surplus spending unit) bekerja sama dengan pengusaha
(deficit spending unit) untuk melakukan kegiatan usaha. Apabila kegiatan
usaha menghasilkan, keuntungan dibagi berdua, dan apabila kegiatan usaha
menderita kerugian, kerugian ditanggung bersama. Sistem bagi hasil
menjamin adanya keadilan dan tidak ada pihak yang dieksploitasi (Ascarya,
2011:26).
Penerapan instrumen bagi hasil lebih mencerminkan keadilan
dibandingkan dengan instrumen bunga. Bagi hasil melihat kemungkinan
profit (untung) dan resiko sebagai fakta yang mungkin terjadi di kemudian
3
hari. Sedangkan bunga hanya mengakui kepastian profit (untung) pada
penggunaan uang. Bagi hasil merupakan penggerak dasar operasionalisasi
perbankan syariah, sedangkan bunga merupakan penggerak dasar
operasionalisasi perbankan konvensional (Muchlis Yahya dan Edy Yusuf
Agunggunanto, 2011:8)
Adanya anjuran bagi umat muslim untuk menghindari prakrik riba,
maka hal tersebut mendorong pertumbuhan bank-bank syariah di Indonesia.
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia dari tahun ke tahun semakin
menunjukkan hasil yang cukup baik, hal ini dapat terlihat dari peningkatan
baik aset, dana pihak ketiga (DPK), maupun pembiayaan-pembiayaan yang
disalurkan oleh perbankan syariah selama tiga tahun terakhir. Sebagaimana
yang tergambar melalui tabel berikut ini:
Tabel 1.1
Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2013-2015
Sumber : SPS OJK Tahun 2014-2016, http://www.ojk.go.id/ (diolah)
Indikator 2013 2014 2015
Total Aktiva 242.276 272.344 296.262
Dana Pihak Ketiga 183.534 217.858 231.175
Pembiayaan :
Mudharabah 13.625 14.354 14.680
Musyarakah 39.874 49.336 60.713
Murabahah 110.565 117.371 122.111
Salam 0 0 0
Istisna' 582 633 770
Ijarah 10.481 11.620 10.631
Qard 8.995 5.965 3.951
4
Sebagaimana berdasarkan data pada tabel 1.1 yang menunjukkan
bahwa aset perbankan syariah terus mengalami peningkatan. Pada tahun
2013 aset bank syariah sebesar Rp 242.276 triliun, sedangkan pada tahun
2015 aset bank syariah meningkat sebesar 18,22% menjadi Rp 296.262 triliun.
Peningkatan juga terjadi pada dana pihak ketiga pada perbankan syariah. Pada
tahun 2013 DPK bank syariah sebesar Rp 183.534 triliun, sedangkan pada
tahun 2015 meningkat sebesar 20,6% menjadi Rp 231.175 triliun.
Peningkatan aset dan dana pihak ketiga bank syariah dapat
menggambarkan kemampuan bank syariah dalam mengelola dan
mengalokasikan dana-dananya dengan baik. Sehingga bank syariah mampu
menarik perhatian masyarakat untuk mau mempercayakan dananya.
Semakin besar aset dan dana pihak ketiga (DPK) yang dimiliki oleh
bank syariah berarti memberikan peluang yang lebih besar bagi bank syariah
untuk menyalurkan pembiayaan. Hampir seluruh dana pihak ketiga pada
umumnya yang dimiliki oleh bank akan disalurkan untuk pembiayaan,
terutama untuk menggerakkan uasaha sektor riil. Sebagaimana berdasarkan
ketentuan dalam Pasal 3 Undang-Undang No.21 tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah, tujuan penyaluran dana oleh perbankan syaraiah adalah
menunjang pelaksanaan pembangunan, meningkatkan keadilan, kebersamaan,
dan pemerataan kesejahteraan rakyat (A. Wangsawidjaja Z, 2012:1).
Apabila kembali kepada tabel 1.1 pembiayaan perbankan syariah
selama tiga tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Pembiayaan yang
5
disalurkan didominasi oleh pembiayaan berbasis jual-beli, yaitu akad
Murabahah. Kemuadian, barulah pembiayaan berbasis bagi hasil, yaitu
Musyarakah dan Mudharabah, dan terakhir disusul oleh Sewa (Ijarah),
Pinjaman (Qard), dan Istisna’. Pembiayaan berbasis jual-beli (murabahah)
masih menjadi produk pembiayaan yang paling diminati oleh masyarakat,
padahal seharusnya pembiayaan berbasis bagi hasil yang perlu ditingkatkan.
Sebaigamana citra bank syariah dalam benak masyarakat, yaitu bank yang
menerapkan prinsip bagi hasil, dimana sistem ini diterapkan untuk
menghindari praktik riba.
Adapun penyebab pembiayaan berbasis bagi hasil seperti akad
mudharabah masih rendah, menurut Muhammad & Didi (2011), yaitu
pertama, bank syariah seharusnya menerapkan pembiayaan sesuai kebutuhan
nasabah. Namun, nyatanya masih ada saja bank yang menyalurkan
pembiayaan tidak sesuai kenyataan. Bank syariah selaku pemilik dana
(shahibul maal) justru lebih meningkatkan pembiayaan dengan risiko yang
rendah dan tidak berpotensi merugikan pihak bank, seperti pembiayaan
berbasis jual-beli Murabahah. Sehingga apapun kebutuhan nasabah akad
yang diterapkan terkesan lebih diarahkan kepada akad murabahah.
Selanjutnya, adanya kendala dari nasabah (mudharib) yang belum
mengetahui bagaimana membuat sebuah laporan keuangan yang baik dimana
dikhawatirkan bank akan kesulitan dalam menganalisis pembiayaan dan sulit
untuk mengetahui bagaimana kondisi pembiayaan yang disalurkannya.
6
Padahal, pembiayaan berbasis bagi hasil dengan akad mudharabah
dan musyarakah merupakan simbol bank syariah yang seharusnya tidak
perlu dihindari karena memang resiko yang tinggi sudah seperangkat
dengan keuntungan yang tinggi juga (high risk high return). Selain memiliki
peluang resiko yang lebih besar, apabila pembiayaan ini dapat disalurkan
dan diawasi dengan tepat bank syariah akan mendapatkan keuntungan yang
besar juga.
Bank syariah akan lebih ideal apabila menyalurkan pembiayaan
dengan skema bagi hasil kepada nasabahnya sehingga bank syariah akan
berbagi risiko (sharing risk) dengan para nasabah penerima pembiayaan,
bukan tranfer risk sebagaimana yang terjadi pada pembiayaan berbasis jual-
beli (Bambang Waluyo, 2015:8).
Sebagian besar ulama dan pakar juga sependapat bahwa bank
syariah merupakan bank yang berprinsip utama bagi hasil, sehingga
pembiayaan bagi hasil seharusnya lebih diutamakan dan dominan
dibandingkan dengan pembiayaan nonbagi hasil. Sementara sebagian pakar
yang lain memandang wajar kecenderungan pembiayaan nonbagi hasil bank
syariah, khususnya pada tahap awal pengembangan mengingat berbagai
kendala yang dihadapi. (Ascarya dan Diana Yumanita, 2005:3).
Oleh karana itu, pembiayaan dengan sistem bagi hasil perlu
difokuskan mengingatkan pembiyaan ini mendorong pertumbuhan ekonomi
sertor rill. Pembiyaan dengan skema bagi hasil lebih terjamin aman melalui
sistem angsuran yang tetap dan lebih adil karena peluang terjadinya resiko
7
akan ditanggung secara bersama. Sehingga bank syariah tidak hanya
berfungsi sebagai lembaga keuangan yang menghimpun, menyalurkan, dan
menyediakan jasa keuangan saja, tetapi bank syariah juga berfungsi sebagai
lembaga keuangan yang meningkatkankan pemberdayaan ekonomi para
UMKM.
Dengan adanya problematika mengenai pembiayaan berbasis bagi
hasil belum menjadi produk utama pembiayaan dalam perbankan syariah,
maka hal ini mendorong saya untuk melakukan penelitian dengan
menguraikan beberapa faktor yang sekiranya mempengaruhi pembiayaan
berbasis bagi hasil selama periode 2013-2015. Adapun perkembangan
beberapa faktor tersebut antara lain:
Tabel 1.2
Perkembangan Pembiayaan Bagi Hasil, Dana Pihak Ketiga (DPK), Non
Performing Financing (NPF), Spread Bagi Hasil Perbankan Syariah
(Periode 2013-2015)
Tahun Pemb. Bagi Hasil
(Rp)
DPK
(Rp)
NPF Spread Bagi Hasil
2013 53.499 183.534 2,62% 0,60
2014 64.578 217.858 4,33% 0,56
2015 74.049 231.175 7,45% 0,79
Sumber : SPS OJK 2013-2016, http://www.ojk.go.id/ (diolah)
Pada tabel 1.2 terdapat beberapa indikator yang menjadi fokus dalam
penelitian antara lain, (1)Pembiayaan berbasis bagi hasil, yaitu pembiayaan
dengan sistem bagi hasil yang umumnya diterapkan melalui akad
mudharabah dan musyarakah; (2)Dana Pihak Ketiga (DPK), yaitu dana yang
8
dihimpun oleh bank syariah baik bersumber dari masyarakat maupun
lembaga; (3) Non Performing Financing (NPF), yaitu rasio yang
menggambarkan tingkat pembiayaan bermasalah atau kredit macet pada
suatu bank syariah dan (4)Spread Bagi Hasil (SBH), yaitu rasio tingkat
keuntungan yang didapatkan bank syariah dari penyaluran pembiayaan
berbasis bagi hasil.
Kembali pada tebel 1.2 dari tahun 2013-2015 pembiayaan berbasis
bagi hasil mengalami peningkatan sebesar 38,41%. Lalu, Dana Pihak Ketiga
(DPK) dari tahun 2013-2015 juga meningkat sebesar 25,96%, sedangkan Non
Performing Financing (NPF) dari tahun 2013-2015 meningkat sekitar
65,23% dan NPF pada tahun 2014-2015 juga meningkat sebesar 75,05%, dan
Spread Bagi Hasil juga mengalami penurunan dari tahun 2013-2014, lalu
meningkat kembali pada tahun 2014-2015.
Dari tabel 1.2 dapat lihat bahwa adanya fenomena dimana terjadi
peningkatan Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan
Spread Bagi Hasil. Namun, peningkatan tersebut belum cukup untuk
mendukung produk pembiayaan dengan skema bagi hasil menjadi produk
utama. Selain itu, peningkatan pembiayaan berbasis bagi hasil juga beriringan
dengan peningkatan Non Performing Financing (NPF). Sehingga hal ini
berbeda dengan teori yang ada. Oleh karenanya, ketiga indikator tersebut
ingin di uji dalam penelitian ini, tetapi sebelumnya perlu untuk dikaitkan
dengan beberapa teori yang lebih dulu telah menunjukkan pengaruh indikator
9
Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF), dan Spread
Bagi Hasil terhadap Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil sebagai berikut.
Muhammad Luthfi Qolbi (2013) dalam pelitiannya menunjukkan
bahwa dana pihak ketiga berpengaruh positif signifikan terhadap pembiayaan
perbankan syariah. Hal ini juga sejalan dengan Dita Andraeny (2011),
terdapat pengaruh positif signifikan DPK terhadap volume pembiayaan
berbasis bagi hasil.
Diantini Citrawati Slamet (2016) menjelaskan bahwa variabel tingkat
risiko pembiayaan (NPF) secara parsial berpengaruh signifikan dengan arah
negatif terhadap variabel pembiayaan bagi hasil. Hal ini juga sejalan dengan
Fauziyah Adzimatinur, Sri Hartoyo, dan Ranti Wiliasih (2013) bahwa NPF
memiliki hubungan signifikan yang negatif terhadap pembiayaan perbankan
syariah.
Nugroho Heri Pramono (2013), Spread bagi hasil berpengaruh
signifikan terhadap pembiayaan berbasis bagi hasil.
Berdasarkan uraian diatas mengenai problematika pembiayaan
berbasis bagi hasil peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian dengan
meggunakan beberapa variabel diantaranya, (1) Dana Pihak Ketiga (DPK)
karena apabila semakin tinggi dana pihak ketiga yang dihimpun oleh nasabah
terhadap bank, maka semakin besar juga peluang bank syariah untuk
meningkatkan target pembiayaannya, (2) Non Performing Financing (NPF)
merupakan rasio yang menggambarkan tingkat pembiayaan bermasalah atau
kredit macet yang mampu mempengaruhi penyaluran pembiayaan bank
10
syariah dan (3) Spread Bagi Hasil merupakan rasio tingkat keuntungan bank
syariah, apabila semakin besar rasio tersebut yang didapat oleh bank, maka
semakin besar juga peluang pembiayaan bagi hasil untuk ditingkatkan.
Dengan demikian, berdasarkan penjabaran uraian diatas judul dalam
penelitian ini, yaitu “Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Non Performing
Financing, dan Spread Bagi Hasil Terhadap Pembiayaan Berbasis Bagi
Hasil (Studi Kasus Pada 8 Bank Umum Syariah Periode Tahun 2013-
2015)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas dapat dirumuskan
permasalahan, yaitu adanya fenomena dimana terjadi peningkatan
Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil yang disertai peningkatan pada Dana Pihak
Ketiga (DPK) dan Spread Bagi Hasil. Namun, peningkatan tersebut belum
cukup untuk mendukung produk pembiayaan dengan skema bagi hasil
menjadi produk utama. Selain itu, peningkatan pembiayaan berbasis bagi
hasil juga beriringan dengan peningkatan Non Performing Financing (NPF).
Sehingga hal ini berbeda dengan teori yang ada.
Dengan demikian, adapun masalah yang dapat dirumuskan pada
penelitian ini sebagai berikut:
1. Adakah pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) secara parsial terhadap
Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Pada Bank Umum Syariah (Periode
2013-2015)?
11
2. Adakah pengaruh Non Performing Financing (NPF) secara parsial
terhadap Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Pada Bank Umum Syariah
(Periode 2013-2015)?
3. Adakah pengaruh Spread Bagi Hasil secara parsial terhadap Pembiayaan
Berbasis Bagi Hasil Pada Bank Umum Syariah (Periode 2013-2015)?
4. Adakah pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Financing
(NPF), dan Spread Bagi Hasil secara simultan terhadap Pembiayaan
Berbasis Bagi Hasil Pada Bank Umum Syariah (Periode 2013-2015)?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan
untuk menemukan bukti empiris:
1. Menganalisis pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) secara parsial terhadap
Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Pada Bank Umum Syariah (Periode
2013-2015).
2. Menganalisis pengaruh Non Performing Financing (NPF) secara parsial
terhadap Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Pada Bank Umum Syariah
(Periode 2013-2015).
3. Menganalisis pengaruh Spread Bagi Hasil secara parsial terhadap
Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Pada Bank Umum Syariah (Periode
2013-2015).
4. Menganalisis pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing
Financing (NPF), dan Spread Bagi Hasil secara simultan terhadap
12
Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Pada Bank Umum Syariah (Periode
2013-2015).
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini sebagai
berikut :
1) Bagi Bank Syariah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran yang bermanfaat dalam penentu kebijakan mengenai
Perbankan Syariah, Khususnya bagi Bank Umum Syariah (BUS) dalam
menentukan kebijakan pada tahun yang akan datang dan dapat menjadi
masukkan bagi paktisi yang berkaitan tentang Pembiayaan berbasis bagi
hasil pada Bank Umum Syariah (BUS).
2) Bagi Akademisi
Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan
referensi bagi peneliti sendiri maupun bagi peneliti selanjutnya yang
tertarik meneliti berkenaan dengan topik perbankan syariah yang salah
satunya mengenai terhadap Pembiayaan berbasis bagi hasil pada Bank
Umum Syariah (BUS).
3) Bagi Penulis
Penelitian ini memberitahukan pengetahuan dan pemahaman
bagi penulis tentang bagaimana pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non
13
Performing Financing (NPF), dan Spread Bagi Hasil terhadap
Pembiayaan berbasis sbagi hasil pada Bank Umum Syariah (BUS).
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Bank Syariah
Bank Syariah di Indonesia berdiri seiring dengan bergulirnya
reformasi di bidang perbankan yang ditandai dengan lahirnya Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
direvisi dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan. Ketika itu Bank Syariah belum disebut dengan bank bagi
hasil. Akan tetapi ini merupakan tongkat sejarah yang perlu dicatat dalam
fase pendirian Bank Syariah di Indonesia. Perbankan Syariah di
Indonesia telah mengalami perkembangan dengan pesat, masyarakat
mulai mengenal mulai mengenal dengan apa yang disebut Bank Syariah
(Muhammad Sadi Is, 2015:31).
Perbankan syariah adalah suatu sistem perbankan yang
dikembangkan berdasarkan syariah (hukum) Islam. Menurut Undang-
Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, dinyatakan
bahwa:
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit/atau bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat (Pasal 1 angka 1).
15
Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah disebut bank syariah dan menurut jenisnya
terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
( Pasal 1 angka 7). (Barhanuddin S, 2010:29).
Tujuan perbankan syariah ini identik dengan sistem ekonomi
Islam. sistem ekonomi Islam merupakan sistem yang adil dan saksama
serta berupaya menjamin kekayaan tidak terkumpul hanya pada satu
kelompok saja, tetapi tersebar ke seluruh masyarakat. Ciri penting
ekonomi Islam itu digambarkan dalam surah Al Hasyr (59) ayat 7 sebagai
berikut:
كي ل يكون دولة بين الغنياء منكم
Artinya :
...supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang
kaya saja diantara kamu...
Sistem ekonomi Islam tersebut berbeda dengan sistem ekonomi
kapitalis yang menganut konsep persaingan bebas dan kepemilikan
tidak terbatas, atau sistem ekonomi sosialis dimana pengawasan
pemerintah dilakukan secara ketat dan diktoral terhadap kaum buruh
serta tidak adanya hak kepemilikan terhadap harta (A. Wangsadjaja Z,
2012:32-33).
2. Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil
Bagi hasil adalah akad kerjasama antara bank sebagai pemilik
modal dengan nasabah sebagai pengelola modal untuk memperoleh
keuntungan dan membagi keuntungan yang diperoleh berdasarkan
16
nisbah yang disepakati. Pembiayaan dengan sistem bagi hasil ada dua
macam, yaitu berdasarkan prinsip mudharabah dan prinsip musyarakah.
Menurut syariah bagi hasil diperbolehkan sebab Rasulullah melakukan
bagi hasil saat beliau mengambil modal dari Siti Khadijah sewaktu ke
Syam. Dalam praktiknya sistem bagi hasil ini ada dua (Ikatan Bankir
Indonesia, 2015:160):
a. Bagi Hasil Berdasarkan Prisip Mudharabah
Dalam buku Ikatan Bankir Indonesia (2015:161),
menjelaskan mengenai hal-hal pokok yang terdapat dalam
Mudharabah, yaitu ada pemilik dana (bank), ada orang yang
memiliki kemampuan untuk menjalankan usaha/bisnis yang
membutuhkan dana. Dengan kerjasama atau kesepakatan untuk
mencari keuntungan, keuntungan yang diperoleh kemudian dibagi
para pihak sesuai perjanjian, pemilik dana (bank) menanggung
kerugian yang tidak disebabkan oleh pengelola, asalkan dana pokok
tidak berkurang. Mudharabah tidak dilarang dalam syariah, hal
tersebut sesuai dengan hadist Nabi saw. yang diriwayatkan oleh Ibnu
Majah dari Shalih bin Shuhaib ra.:
ن البركة، البيع الى اجل ، والمان النبي صلى هللا وآله وسلم قال : ثالث فيه
وخلط البربالشعير للبيت ل للبيع رضة،
Artinya :
“Ada tiga hal yang didalamnya terdapat keberkatan, jual
beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur
17
gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.”
(HR. Ibnu Majah No. 2280, kitab at-Tarjih).
1) Definisi Akad Mudharabah
Akad Mudharabah adalah transaksi penanaman dana
dari pemilik dana (shahibul mal) kepada pengelola dana
(mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu yang
sesuai syariah, dengan pembagian hasil usaha antara kedua
belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati
sebelumnya. Mudharabah dapat berupa mudharabah mutlaqah
atau mudharabah muqayyadah (A.Wangsawidjaja, 2012: 192).
2) Tujuan, Manfaat, dan Risiko Pembiayaan Berdasarkan Akad
Mudharabah
Bagi bank syariah, pembiayaan dengan Akad
Mudharabah adalah sebagai salah satu bentuk penyaluran dana
dan pemerolehan pendapatan usaha dalam bentuk bagi hasil
sesuai pendapatan usaha yang dikelola nasabah. Sedangkan bagi
nasabah, pembiayaan mudharabah adalah untuk memenuhi
kebutuhan modal usaha melalui sistem kemitraan dengan bank
(A. Wangsawidjaja Z, 2012: 195).
Dalam transaksi pembiayaan dengan Akad Mudharabah
ini, bagi bank memiliki risiko-risiko, antara lain risiko
pembiayaan (credit risk) yang disebabkan oleh nasabah
melakukan wanprestasi atau default, risiko pasar yang
18
disebabkan oleh pergerakan nilai tukar jika pembiayaan atas
dasar Akad Mudharabah diberikan dalam valuta asing, risiko
operasional yang disebabkan oleh internal fraud antara lain
pencatatan yang tidak benar atas nilai posisi,
penyogokan/penyuapan, ketidaksesuaian pencatatan pajak
(secara sengaja), kesalahan, manipulasi dan markup dalam
akuntansi/pencatatan maupun laporan (A. Wangsawidjaja Z,
2012: 195).
Berdasarkan Fatwa DSN No. 07/DSN-MUI/IV/2000
tentang Pembiayaan Mudharabah (Qirad), dinyatakan bahwa
pada prinsipnya dalam pembiayaan mudharabah tidak ada
jaminan, namun agar mudharib tidak melakukan penyimpangan,
Lembaga Keuangan Syariah (LKS), dalam hal ini bank, dapat
meminta jaminan dari nasabah atau pihak ketiga.
Jaminan tersebut hanya dapat dicairkan apabila
mudharib terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal
yang telah disepakati dalam akad atau telah melakukan
wanprestasi. Dengan terjadinya wanprestasi, maka berlakulah
klausul percepatan dalam akad pembiayaan dan bank berhak
untuk melakukan eksekusi atas agunan yang telah diserahkan
oleh nasabah dan diikat sesuai dengan ketentuan yang berlaku
(A. Wangsawidjaja Z, 2012: 195).
3) Landasan Hukum Pembiayaan Berdasarkan Akad Mudharabah
19
Sebagai landasan hukum pembiayaan berdasarkan Akad
Mudharabah antara lain adalah Pasal 19 ayat (1) huruf c dan
ayat (2) huruf c serta Pasal 21 huruf b angka 1 UU Perbankan
Syariah, Fatwa DSN No. 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Pembiayaan Mudharabah (Qirad) dan PBI No. 7/6/PBI/2005
tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan
Data Pribadi Nasabah beserta ketentuan perubahannya, serta
PBI No. 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah
dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana
serta Pelayanan Jasa Bank Syariah berikut perubahannya
dengan PBI No. 10/16/PBI/2008 (A. Wangsawidjaja Z,
2012:196).
b. Bagi Hasil Berdasarkan Prinsip Musyarakah
Hal-hal pokok yang terdapat dalam musyarakah adalah ada
dua pihak atau lebih, masing-masing pihak menempatkan atau
menanamkan modal, ada objek usaha yang diperjanjikan, ada
pembagian resiko dan keuntungan dari hasil usaha (Ikatan Bankir
Indonesia, 2015:160).
Pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip musyarakah
diperbolehkan menurut syariah sesuai dengan hadist Rasulullah saw.
dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda:
عن ابي هريرة رفعه قال اب هللا يقول انا ثالث الشريكيب مالم يخن احدهما
صاحبه
20
Artinya : “Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat
selama salah satunya tidak mengkhianati lainnya.” (HR Abu Dawud
No. 2936, dalam kitab al-Buyu’ dan Hakim).
1) Definisi Akad Musharakah
Akad Musharakah adalah transaksi penanaman dana
dari dua atau lebih pemilik dan dan/atau barang untuk
menjalankan usaha tertentu sesuai syariah dengan pembagian
hasil usaha antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang
disepakati, sedangkan pembagian kerugian berdasarkan
proporsi modal masing-masing.
Dalam Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad
Musharakah, Undang-Undang Perbankan Syariah memberikan
penjelasan bahwa yang dimaksud dengan Akad Musharakah
adalah akad kerja sama di antara dua pihak atau lebih untuk
usaha tertentu yang masing-masing pihak memberikan porsi
dana dengan ketentuan bahwa keuntungan akan dibagi sesuai
dengan kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung dengan
porsi dana masing-masing (A. Wangsawidjaja Z, 2012: 196).
2) Tujuan/Manfaat Pembiayaan Berdasarkan Akad Musharakah
(a) Bagi Bank
Manfaat bagi bank syariah dalam memberikan
pembiayaan musharakah adalah sebagai salah satu
21
penyaluran dana, dan memperoleh pendapatan dalam
bentuk bagi hasil sesuai yang dikelola.
(b) Bagi Nasabah
Manfaat bagi nasabah yang menerima pembiayaan
musharakah adalah untuk memenuhi kebutuhan modal
usaha memalui sistem kemitraan dengan bank (A.
Wangsawidjaja Z, 2012: 198).
3) Analisis dan Identifikasi Risiko Pembiayaan Berdasarkan Akad
Musyarakah
Dalam pembiayaan Akad Musyarakah ini bagi bank
terdapat risiko pembiayaan (credit risk) jika nasabah melakukan
wanprestasi atau default. Di samping itu juga terdapat risiko
pasar yang disebabkan oleh pergerakkan nilai tukar jika
pembiayaan atas dasar akad musyarakah diberikan dalam valuta
asing. Bank juga akan menanggung risiko operasional yang
disebabkan oleh internal fraud, antara lain pencatatan yang
tidak benar atas nilai posisi, penyogokan/penyuapan,
ketidaksesuaian pencatatan pajak (secara sengaja), kesalahan,
manipulasi, dan markup dalam akuntansi/pencatatan maupun
pelaporan (A. Wangsawidjaja Z, 2012: 199).
4) Landasan Hukum Pembiayaan Berdasarkan Akad Musharakah
Sebagai landasan hukum akad pembiayaan musharakah
antara lain ada Pasal 19 ayat (1) huruf c dan ayat (2) huruf c
22
serta Pasal 21 huruf b angka 1 UU Perbankan Syariah, Fatwa
Dewan Syariah Nasional No. 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Pembiayaan Musharakah dan PBI No. 7/6/PBI/2005 Tentang
Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data
Pribadi Nasabah beserta ketentuan perubahannya, serta PBI No.
9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam
Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta
Pelayanan Jasa Bank Syariah berikut perubahannya dengan PBI
No. 10/16/PBI/2008 (A. Wangsawidjaja Z, 2012: 199)
Dalam buku Rinda Hesti K (2013:50) menjelaskan
Beberapa prinsip dasar konsep bagi hasil yang dikemukakan
oleh Usmani (1999), adalah sebagai berikut:
Bagi hasil tidak berarti meminjamkan uang, tetapi
merupakan partisipasi dalam usaha. Dalam hal musharakah,
keikutsertaan aset dalam usaha hanya sebatas proporsi
pembiayaan masing-masing pihak.
Investor atau pemilik dana harus ikut menanggung risiko
kerugian usaha sebatas proporsi pembiayaannya.
Para mitra usaha bebas menentukan, dengan persetujuan
bersama rasio keuntungan untuk masing-masing pihak, yang
dapat berbeda dari rasio pembiayaan yang disertakan.
Kerugian yang ditanggung oleh masing-masing pihak harus
sama dengan proporsi investasi mereka.
23
3. Dana Pihak Ketiga (DPK)
Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 15/7/PBI/2013
menyebutkan bahwa Dana Pihak Ketiga Bank yang selanjutnya disingkat
menjadi DPK adalah kewajiban Bank kepada penduduk dan bukan
penduduk dalam Rupiah dan valuta asing (Zainul Arifin, 2009:184).
Dana Pihak Ketiga (DPK) bank yang dimaksudkan adalah
meliputi seluruh DPK dalam rupiah maupun valuta asing pada seluruh
kantor bank yang bersangkutan di Indonesia. DPK bank dalam rupiah
meliputi kewajiban kepada dana pihak ketiga yang terdiri dari (Zainul
Arifin, 2009:184) :
Giro wadi’ah
Tabungan Mudharabah
Deposito Investasi Mudharabah
Kewajiban lainnya.
DPK bank dalam rupiah ini tidak termasuk dana yang diterima
oleh bank dari Bank Indonesia dan Bank Pengkreditan Rakyat.
DPK bank dalam valuta asing meliputi kewajiban dalam valuta
asing kepada pihak ketiga termasuk bank dan Bank Indnesia yang terdiri
dari (Zainul Arifin, 2009:184) :
Giro Wadi’ah
Deposito Investasi mudharabah
Kewajiban lainnya.
24
4. Non Performing Financing (NPF)
Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak
lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank sesuai dengan perjanjian
yang telah disepakati. Risiko kredit berlaku dalam perbankan syariah.
Syariah membedakan antara dua jenis gagal bayar, yaitu sebeagai
berikut:
1. Yang mamapu (gagal bayar sengaja)
2. Gagal bayar karena bangkrut, yaitu tidak mampu membayar kembali
hutangnya karena alasan-alasan syariah yang diakui syariah.
Risiko kredit dapat bersumber dari berbagai aktivitas bisnis bank.
Pada sebagian besar bank, pemberian pembiayaan merupakan risiko
kredit yang terbesar (Bambang Rianto Rustam, 2013:55).
Luh Gede Meydianawathi (2007 : 138) menyatakan bahwa, Non
Performing Loans (NPLs) menunjukkan kemampuan kolektibilitas
sebuah bank dalam mengumpulkan kembali kredit yang dikeluarkan oleh
bank sampai lunas. NPLs merupakan persentase jumlah kredit
bermasalah (dengan kriteria kurang lancar, diragukan, dan macet)
terhadap total kredit yang dikeluarkan bank. NPLs mempunyai hubungan
negatif dengan penawaran kredit.
Sebagai indikator yang menunjukan kerugian akibat risiko kredit
adalah tercermin dari besarnya Non Performing Loan (NPL), dalam
terminologi bank syariah disebut dengan Non Performing Financing.
25
Non performing financing adalah rasio antara pembiayaan yang
bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah.
Berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Bank Indonesia kategori
yang termasuk dalam NPF adalah pembiayaan kurang lancar, diragukan
dan macet (Aal Hendri, dkk, 2013:5)
Beasarnya pembiayaan Non Performing Financing (NPF) dapat
dihitung dengan:
Tujuan mengukur tingkat pembiayaan bermasalah yang dihadapi
oleh bank. Semakin tinggi rasio ini semain buruk kualitas pembaiayaan.
Tabel 2.1
Kriteria Non Performing Financing (NPF)
Peringkat 1 NPF < 2%
Peringkat 2 2% ≤ NPF < 5%
Peringkat 3 5% ≤ NPF < 8%
Peringkat 4 8% ≤ NPF < 12%
Peringkat 5 NPF ≥ 12%
Sumber : Bambang Rianto Rustam, 2013:55.
5. Spread Bagi Hasil
Menurut Nugroho Heri Pramono (2013:4) menjelaskan
Spread Bagi Hasil merupakan Pendapatan bank yang utama. Spread
NPF =Pembiayaan
Total Pembiayaan
26
Bagi Hasil diperoleh melalui Bagi hasil yang diterima/bagi hasil yang
disalurkan bank syariah.
Rumus :
Menurut Wenny Djuarni (2011:6) menjelaskan bahwa Spread
(Laba yang Diinginkan), dalam menetapkan spread ini juga
memperhatikan kondisi persaingan, kondisi nasabah, serta menurut jenis
proyek yang dibiayai.
B. Penelitian Terdahulu
Muhammad Luthfi Qolby (2013) dengan judul penelitian “Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan pada Perbankan Syariah di
Indonesia Periode Tahun 2007-2013” menggunakan metode penelitian Error
Correction Model dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa dana pihak
ketiga (DPK) baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang berpengaruh
positif terhadap pembiayaan, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang berpengaruh negatif terhadap
pembiayaan, dan ROA baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang
berpengaruh positif terhadap pembiayaan.
Dita Andreany (2011) dengan judul penelitian Analisis Pengaruh
Dana Pihak Ketiga, Tingkat Bagi Hasil, Dan Non Performing Financing
𝑆𝑝𝑟𝑒𝑎𝑑 Bagi Hasil =Bagi Hasil yang Diterima Bank Syariah
Bagi Hasil yang Disalurkan oleh Bank Syariah
27
Terhadap Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Pada Perbankan Syariah
Di Indonesia menggunakan metode Partial Least Square (PLS) dengan hasil
penelitian menunjukkan bahwa variabel dana pihak ketiga (DPK) dan Tingkat
Bagi Hasil berpengaruh signifikan terhadap volume pembiayaan pembiayaan
berbasis bagi hasil pada perbankan syariah. Sedangkan NPF tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap volume pembiayaan pembiayaan
berbasis bagi hasil pada perbankan syariah.
Diantini Citrawati Slamet (2016) dengan judul “Peningkatan
Pembiayaan Bagi Hasil Melalui Penetapan Tingkat Risiko Pembiayaan
(NPF) dan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga” menggunakan metode analisis
regresi berganda menunjukkan bahwa variabel tingkat risiko pembiayaan
(NPF) secara parsial berpengaruh signifikan dengan arah negatif terhadap
variabel pembiayaan bagi hasil. Sedangkan variabel dana pihak ketiga secara
parsial berpengaruh signifikan dengan arah positif terhadap variabel
pembiayaan bagi hasil.
Fauziyah Adzimatinur, Sri Hartoyo, Ranti Wiliasih (2013) dengan
judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besaran Pembiayaan Perbankan
Syariah di Indonesia” menggunakan metode Vector Error Correction Model
(VECM) menunjukkan bahwa dalam jangka panjang, tingkat bagi hasil, DPK,
dan FDR memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan,
sedangkan NPF memberikan pengaruh yang signifikan negatif. ROA dan
BOPO tidak berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan.
28
Nugroho Heri Pramono (2013) dengan judul “Pengaruh Deposito
Mudharabah, Spread Bagi Hasil, dan Tingkat Bagi Hasil terhadap
Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil (Studi Empiris pada Bank Syariah di
Indonesia Tahun 2010-2012)” menggunakan metode regresi linier berganda
regresi menunjukkan bahwa secara simultan variabel deposito mudharabah,
spread bagi hasil, dan tingkat bagi hasil berpengaruh signifikan terhadap
pembiayaan bagi hasil. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa secara parsial variabel deposito mudharabah dan spread bagi hasil
berpengaruh signifikan terhadap jumlah pembiayaan bagi hasil. Sedangkan
tingkat bagi hasil tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah pembiayaan
bagi hasil.
Adapun penelitian terdahulu mengenai pembiayaan berbasis bagi
hasil dapat disajikan pada tabel berikut ini:
29
Tabel 2.2
Hasil Penelitian Terdahulu
No Nama Judul
Penelitian
Variabel Skripsi Penulisan Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1 Muhammad
Luthfi Qolby
(2013)
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Pembiayaan pada
Perbankan Syariah
di Indonesia Periode
Tahun 2007-2013
Variabel
Independen:
DPK, SWBI,
ROA
Dependen:
Pembiayaan pada
Perbankan
Syariah
Variabel:
DPK
Variabel :
SWBI dan ROA
menunjukkan
bahwa dana pihak ketiga
(DPK) baik dalam
jangka pendek maupun
jangka panjang
berpengaruh positif
terhadap pembiayaan,
Sertifikat Wadiah Bank
Indonesia (SWBI) baik
dalam jangka pendek
maupun jangka panjang
berpengaruh negatif
terhadap pembiayaan,
dan ROA baik dalam
jangka pendek maupun
jangka panjang
berpengaruh positif
terhadap pembiayaan.
30
No Nama Judul
Penelitian
Variabel Skripsi Penulisan Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
2 Dita
Andraeny
(2011)
Analisis Pengaruh
Dana Pihak Ketiga,
Tingkat Bagi Hasil,
Dan Non
Performing
Financing Terhadap
Volume Pembiayaan
Berbasis Bagi Hasil
Pada Perbankan
Syariah Di
Indonesia
Variabel
DPK, Tingkat
Bagi Hasil, NPF
Dependen :
Volume
Pembiayaan
Berbasis Bagi
Hasil Pada
Perbankan
Syariah
Variabel :
DPK dan
Tingkat Bagi
Hasil
Variabel :
NPF
menunjukkan hasil
penelitian bahwa
variabel dana pihak
ketiga (DPK) dan
Tingkat Bagi Hasil
berpengaruh signifikan
terhadap volume
pembiayaan pembiayaan
berbasis bagi hasil pada
perbankan syariah.
sedangkan NPF tidak
berpengaruh secara
signifikan terhadap
volume pembiayaan
pembiayaan berbasis
bagi hasil pada
perbankan syariah.
3 Diantini
Citrawati
Slamet
(2016)
Peningkatan
Pembiayaan Bagi
Hasil Melalui
Penetapan Tingkat
Risiko Pembiayaan
(Npf) dan
Variabel
DPK dan NPF
Variabel :
DPK dan NPF
Variabel: -
menunjukkan bahwa
variabel tingkat risiko
pembiayaan (NPF)
secara parsial
berpengaruh signifikan
dengan arah negatif
31
No Nama Judul
Penelitian
Variabel Skripsi Penulisan Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Penghimpunan Dana
Pihak Ketiga
Dependen :
Pembiayaan bagi
hasil pada BUS
terhadap variabel
pembiayaan bagi hasil.
Sedangkan variabel dana
pihak ketiga secara
parsial berpengaruh
signifikan dengan arah
positif terhadap variabel
pembiayaan bagi hasil.
4 Fauziyah
Adzimatinur,
Sri Hartoyo,
Ranti
Wiliasih
(2013)
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Besaran Pembiayaan
Perbankan Syariah
di Indonesia
Variabel
Independen:
Tingkat bagi
hasil, DPK, FDR,
NPF, ROA, dan
BOPO.
Dependen:
Pembiayaan
Variabel:
DPK dan NPF
Variabel :
Tingkat bagi
hasil, FDR,
ROA, dan
BOPO.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
dalam jangka panjang,
tingkat bagi hasil, DPK,
dan FDR memberikan
pengaruh positif dan
signifikan terhadap
pembiayaan, sedangkan
NPF memberikan
pengaruh yang signifikan
negatif. ROA dan BOPO
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
pembiayaan.
32
No Nama Judul
Penelitian
Variabel Skripsi Penulisan Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
5 Nugroho
Heri
Pramono
(2013)
Pengaruh Deposito
Mudharabah, Spread
Bagi Hasil, dan
Tingkat Bagi Hasil
terhadap
Pembiayaan
Berbasis Bagi Hasil
(Studi Empiris pada
Bank Syariah di
Indonesia Tahun
2010-2012)
Variabel
Independen :
Deposito
Mudharabah,
Spread Bagi
Hasil, dan Tingkat
Bagi Hasil
Dependen :
Pembiayaan
Berbasis Bagi
Hasil
Variabel :
Spread Bagi
Hasil, dan
Tingkat Bagi
Hasil
Variabel :
Deposito
Mudharabah
Berdasarkan hasil
penelitian dapat
disimpulkan bahwa
secara parsial variabel
deposito mudharabah
dan spread bagi hasil
berpengaruh signifikan
terhadap jumlah
pembiayaan berbasis
bagi hasil. Sedangkan
tingkat bagi hasil tidak
berpengaruh signifikan
terhadap jumlah
pembiayaan berbasis
bagi hasil.
33
C. Keterkaitan Antar Variabel
Adapun keterkaitan hubungan antara variabel Independen (X) dengan
variabel dependen (Y) sebagai berikut:
1. Dana Pihak Ketiga (DPK)
Muhammad Luthfi Qolbi (2013) dalam penelitiannya
menunjukkan bahwa dana pihak ketiga berpengaruh positif signifikan
terhadap pembiayaan perbankan syariah. Dana pihak ketiga merupakan
sumber pendanaan utama dalam perbankan syariah, semakin besar dana
pihak ketiga (DPK) yang dihimpun oleh perbankan syariah maka
semakin besar peluang pembiayaan yang akan diberikan oleh
perbankan syariah kepada masyarakat. Hal ini juga sejalan dengan Dita
Andraeny (2011) yang menjelaskan bahwa terdapat pengaruh positif
signifikan DPK terhadap volume pembiayaan berbasis bagi hasil.
Semakin tinggi jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun oleh
perbankan syariah maka akan semakin besar volume pembiayaan
berbasis bagi hasil yang disalurkan.
2. Non Performing Financing (NPF)
Diantini Citrawati Slamet (2016) dalam penelitiannya
menunjukkan bahwa NPF berpengaruh signifikan negatif terhadap
pertumbuhan pembiayaan bagi hasil yang disalurkan. Hal ini
menunjukkan bahwa peningkatan pembiayaan bagi hasil secara negatif
ditentukan oleh tingkat risiko pembiayaan dimana jika tingkat risiko
pembiayaan (NPF) mengalami kenaikan maka akan diikuti oleh
34
pembiayaan bagi hasil yang disalurkan. Demikian sebaliknya, jika
tingkat risiko pembiyaan (NPF) mengalami penurunan maka akan
diikuti oleh pertumbuhan pembiayaan bagi hasil yang disalurkan. Hal
ini juga sejalan dengan penelitian Fauziyah Adzimatinur, Sri Hartoyo,
dan Ranti Wiliasih (2013) yang menjelaskan bahwa NPF memiliki
hubungan signifikan yang negatif terhadap pembiayaan perbankan
syariah.
3. Spread Bagi Hasil
Nugroho Heri Pramono (2013) dalam penelitiannya
menjelaskan bahwa Spread bagi hasil berpengaruh signifikan terhadap
pembiayaan berbasis bagi hasil. Bank syariah akan menginginkan
spread bagi hasil yang tinggi karena bank syariah juga termasuk salah
satu badan usaha syariah yang berorientasi pada profit. Sehingga, bank
syariah akan menyusun strategi untuk bisa menghasilkan spread bagi
hasil yang tinggi untuk mendapatkan keuntungan atau profit yang tinggi
pula. Apabila keuntungan yang dihasilkan bank syariah tinggi maka
pembiayaan bagi hasil yang dapat disalurkan bank syariah bertambah,
begitu pula sebaliknya.
D. Kerangka Berpikir
Dalam penelitian ini, dilakukan terhadap 3 variabel independen yang
diduga berpengaruh terhadap Pembiayaan berbasis bagi hasil. Adapun
variabel independen yang diprediksikan berpengaruh terhadap Pembiayaan
35
berbasis bagi hasil adalah Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing
Financing (NPF), dan Spread Bagi Hasil. Kerangka pemikiran dalam
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Objek Penelitian : Pembiayaan bagi hasil (Y), diantaranya dari DPK, Non Performing
Financing (NPF), dan Spread Bagi Hasil yang akan diuraikan oleh variabel
independen (X).
Variabel independen :
1. Dana Pihak Ketiga (X1)
2. Non Performing Financing (X2)
3. Spread Bagi Hasil (X3)
Variabel Dependen :
Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil
(Y)
Uji Signifikansi :
1. Uji Parsial (Uji t) 2. Uji Simultan (Uji f) 3. Uji Adjusted R2 4. Uji Regresi Berganda
Interpretasi
Uji Stasioneritas :
Uji Unit Akar (Unit Root Test)
Model Estimasi Data Panel :
1. Uji Comman Effect
2. Uji Fixxed Effect
3. Uji Random Effect
Pemilihan Model Regresi Panel :
1. Uji Likehood Ratio
2. Uji Hausman
Uji Asumsi Klasik :
1. Uji Normalitas
2. Uji Multikolinieritas
3. Uji Heterokedastisitas
4. Uji Autokorelasi
36
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan dari beberapa penelitian terdahulu tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi Pembiayaan berbasis bagi hasil, maka diperoleh
beberapa hipotesis secara parsial dan silmutan, yaitu:
1. H0 : Dana Pihak Ketiga (DPK) secara parsial tidak berpengaruh
terhadap Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil.
Ha : Dana Pihak Ketiga (DPK) secara parsial berpengaruh terhadap
Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil.
2. H0 : Non Performing Financing (NPF) secara parsial tidak
berpengaruh terhadap Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil.
Ha : Non Performing Financing (NPF) secara parsial berpengaruh
terhadap Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil.
3. H0 : Spread Bagi Hasil secara parsial tidak berpengaruh terhadap
Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil.
Ha : Spread Bagi Hasil secara parsial berpengaruh terhadap
Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil.
4. H0 : Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF),
dan Spread Bagi Hasil secara simultan tidak berpengaruh
terhadap Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil
Ha : Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF),
dan Spread Bagi Hasil secara simultan berpengaruh terhadap
Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil.
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah Bank Umum Syariah. Penelitian
ini dilakukan untuk menganalisis variabel-variabel yang memiliki pengaruh
terhadap Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil. Adapun variabel-variabel tersebut,
yaitu DPK, Non Performing Financing (NPF), dan Spread Bagi Hasil.
Penelitan ini akan dilakukan dengan memperhatikan kondisi
pembiayaan khususnya yang berbasis bagi hasil pada beberapa Bank Umum
Syariah di Indonesia dalam periode 2013-2105. Data yang digunakan tersebut
merupakan data internal Bank Umum Syariah. Pemilihan data diambil
berdasarkan penelitian dan literatur yang telah ada.
Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu berupa laporan
keuangan triwulan yang dipublikasikan melalui situs resmi pada beberapa
Bank Umum Syariah dan Statistik Perbankan Syariah yang dipublikasi oleh
OJK. Penelitian ini menggunakan data panel (pooled data), yaitu data yang
terdiri dari data time series dan cross section.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Untuk
mendapatkan sampel yang benar-benar mewakili populasi perlu dilakukan
pemilihan sampel yaitu dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Teknik ini digunakan untuk memilih sampel yang sesuai dengan kriteria atau
38
syarat-syarat yang harus dipenuhi. Adapun bank yang resmi terdaftar sebagai
Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia ada 12 BUS antara lain sebagai
berikut:
Tebel 3.1
Daftar Nama Bank Umum Syariah di Indonesia
No. Nama Bank Umum Syariah (BUS)
1 PT. Bank Muamalat Indonesia
2 PT. Bank Victoria Syariah
3 PT. Bank BRI Syariah
4 PT. Bank Jabar Banten Syariah
5 PT. Bank BNI Syariah
6 PT. Bank Syariah Mandiri
7 PT. Bank Mega Syariah
8 PT. Bank Panin Syariah
9 PT. Bank Syariah Bukopin
10 PT. BCA Syariah
11 PT. Maybank Syariah Indonesia
12 PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah
Sumber : SPS OJK Januari 2016, http://www.ojk.go.id/
Dalam penelitian ini ditetapkan beberapa kriteria untuk memilih
sampel antara lain:
1. Bank Umum Syariah di Indonesia yang beroperasi hingga batas periode
tahun 2015 ada sebanyak 12 Bank Umum Syariah.
2. Bank Umum Syariah yang memiliki laporan keuangan triwulan yang
dipublikasikan secara lengkap dan terurut khususnya dari Januari
(triwulan I) 2013 hingga Desember (triwulan IV) 2015 ada sebanyak 9
bank umum syariah.
39
3. Bank Umum Syariah yang memberikan penyaluran pembiayaan
khususnya yang berbasis bagi hasil selama periode Januari (triwulan I)
2013 hingga Desember (triwulan IV) 2015 yang diketahui berdasarkan
laporan keuangan triwulannya ada sebanyak 8 bank umum syariah.
Data analisis yang digunakan adalah yang bersumber dari laporan
keuangan triwulan yang dipublikasikan melalui situs website resmi Bank
Umum Syariah dari tahun 2013-2015, yaitu sebanyak 96 data. Jumlah
tersebut diperoleh dari laporan keuangan yang dipublikasi oleh bank umum
syariah masing-masing selama 4 triwulan pada tahun 2013 hingga 2015 ada
12 laporan keuangan triwulan, kemudian dikalikan 8 bank umum syariah
yang dijadikan sampel dalam penelitian ini.
Berdasarkan kriteria yang talah ditetapkan diperoleh 8 bank umum
umum syariah yang dijadikan sampel dalam penelitian ini, yaitu Bank Syariah
Mandiri (BSM), Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRIS), Bank Negara
Indonesia Syariah (BNIS), Bank Mega Syariah (BMGS), Bank Jawa Barat
Banten Syariah (BJBS), Bank Syariah Bukopin (BSBK), Bank Central Asia
Syariah (BCAS), dan Bank Victoria Syariah (BVCS).
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti
mendapatkannya melalui studi pustaka. Studi pustaka dalam penelitian adalah
metode pengumpulan data yang didapat melaui media cetak (buku-buku,
40
artikel, dan karya ilmiah penelitian) dan media online (SPS OJK dan laporan
keuangan melalui website Bank Syariah).
Dalam penelitian ini, data yang digunakan merupakan data sekunder
dengan jenis data panel yang terdiri dari data runut waktu (time series) untuk
kurun waktu 2013-2015 dan data antartempat (cross section) yang terdiri dari
8 Bank Umum Syariah di Indonesia.
Menurut Agus Widarjono (2013:9), data panel (Pooled Data)
merupakan gabungan antara data runut waktu (time series) dan data
antartempat (cross section). Sedangkan data runut waktu (time series)
merupakan sekumpulan observasi dalam rentang waktu secara kontinu,
misalnya data mingguan, bulanan, maupun kuartal. Selain itu, data
antartempat atau ruang (cross section) merupakan data yang dikumpulkan
dalam kurun waktu tertentu dari sampel.
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini menganalisis bagaimana pengaruh antara Dana Pihak
Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF), dan Spread Bagi Hasil
terhadap Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil. Penelitian ini menggunakan
analisis regresi linier berganda dengan menggunakan metode regresi data
panel.
Model analisis dalam penelitian adalah model analisis regresi data panel
yang bertujuan untuk mengetahui besaran hubungan antara Dana Pihak
Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF), dan Spread Bagi Hasil
41
terhadap Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil. Selain itu, data-data dalam
penelitian ini terlebih dahulu ditransformasikan ke dalam Almant Z Score
guna mendapatkan data yang berdistribusi normal. Penelitian ini
menggunakan program Eviews 7 dalam mengolah data regresi data panel.
Adapun metode analisis data menggunakan uji asumsi klasik, uji
stasioner, uji koefisien determinasi, dan uji hipotesis sebagai berikut:
1. Uji Asumsi Klasik
Menurut Gurajati (2006), untuk menghasilkan model yang baik
secara teoritis, maka suatu model harus memenuhi asumsi BLUE (Best
Linier Unbiased Estimator). Hal ini diperlukan agar model regersi tidak
bias. Sehigga perlu untuk dilakukan uji asumsi klasik yangmana harus
memenuhi :
Nilai harapan dari rata-rata kesalahan adalah nol.
Varians tetap (homokedastisitas).
Tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan error term.
Tidak ada korelasi serial antara error.
Tidak ada multikolinieritas.
Untuk memenuhi asumsi diatas, perlu dilakukan uji asumsi klasik
terlebi dahulu. Adapun uji asumsi tersebut sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Menurut Agus Widarjono (2010:111), uji normalitas
dilakukan untuk mengetahui apakah variabel penggangu (residual)
42
memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah distribusi
data normal atau mendekati normal.
Untuk mendeteksi data berdistribusi normal dapat dilakukan
uji normalitas dengan histogram dan uji Jarque-Bera.
Hipotesis :
H0 = Jika nilai JB hitung < Chi Square tabel, maka data berdistribusi
normal.
Ha = Jika nilai JB hitung > Chi Square tabel, maka data tidak
berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinieritas
Menurut Gurajati (2006), multikolinieritas diartikan sebagai
adanya hubungan linier antara beberapa atau semua variabel bebasnya
pada model regresi. Sedangkan menurut Agus Widarjono (2010)
mulkolinieritas merupakan hubungan independen didalam regresi
berganda dalam persamaaa regresi.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas baik
menurut Gurajati (2006) dan Agus Widarjono (2010) uji
multikolinieritas dapat diketatahui dari nilai korelation (corellation
matrix) dengan nilai tidak kurang dari 0,9 diantara variabel bebas.
Hipotesis :
H0 = Jika nilai corellation matrix < 0,9, maka tidak terjadi
multikolieritas.
Ha = Jika nilai corellation matrix > 0,9, maka terjadi multikolieritas.
43
c. Uji Heterokedastisitas
Menurut Agus widarjono (2010:85) heterokedastisitas adalah
pengujian statistik untuk menguji apakah di dalam sebuah model
regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamat
ke pengamatan lain.
Uji heterokedastisitas dapat dilakukan dengan
membandingkan nilai probabilitas Obs*R-squared. Apabila nilai nilai
probabilitas Obs*R-squared > 0,0, maka tidak terdapat masalah
heterokedastisitas ataupun sebaliknya.
Selain itu, menurut Agus widarjono (2010:85) uji
heterokedastistas juga dapat dilakukan dengan menggunakan Uji
Glejser. Uji Glejser, yaitu mengregresikan antara variabel dependen
dengan variabel Absolute Residual (Abres) sebagai variabel respon
dimana hasil nilai siginifikansi dari tiap-tiap variabel indpendennya
memiliki nilai di atas 0,05 atau 5%, maka tidak terjadi gejala
heterokedastistas.
Hipotesis:
H0 = Jika nilai sign. Variabel dependen > 0,05, maka tidak terjadi
heterokedastisitas.
H0 = Jika nilai sign. Variabel dependen < 0,05, maka terjadi
heterokedastisitas.
44
d. Uji Autokorelasi
Secara harfiah autokorelasi berarti adanya korelasi antara
anggota obeservasi satu dengan observasi lain yang berlainan waktu.
Dalam kaitannya dengan asumsi metode OLS, Autokorelasi
merupakan korelasi antara satu variabel gangguan dengan variabel
gangguan lain. Sedangkan salah satu asumsi penting metode OLS
berkaitan dengan variabel ganghuan adalah tidak adanya hubungan
antara variabel gannguan satu dengan yang lain (Agus Widarjono,
2013:137).
Metode untuk mendeteksi masalah Autokorekasi dapat
dilakukan melalui uji Breusch-Godfrey dengan membandingkan nilai
probabilitas Obs*R-squared. Apabila nilai nilai probabilitas Obs*R-
squared > 0,0, maka tidak terdapat masalah autokorelasi ataupun
sebaliknya.
Selain itu, mendeteksi masalah autokorelasi juga dapat
dilakukan melalui uji Durbin-Watson (Uji DW). Adapun kriteria yang
harus dipenuhi dalam uji Durbin-Watson sebagai berikut (Agus
Widarjono, 2013:141):
Hipotesis : H0 = model regresi data panel tidak terjadi autokorelasi
Ha = model regresi data panel terjadi autokorelasi.
Tabel 3.2
Kriteria Posisi Nilai Durbin-Watson
S Hasil
0 < d < dL Menolak H0; ada autokorelasi positif
45
dL ≤ d ≤ dU Daerah keragu-raguaan; tidak ada keputusan
dU < d < 4 – dU Gagal menolah H0; tidak ada autokorelasi
4 – dU ≤ d ≤ 4 – dL Daerah keragu-raguaan; tidak ada keputusan
4 – dL < d < 4 Menolak H0; ada autokorelasi negatif
Sumber : Agus Widarjono (2013:141)
2. Uji Stasioner
Uji stasioner dalam data time series sangat diperlukan, data yang
tidak stasioner seringkali menunjukkan hubungan keseimbangan dalam
jangka pendek, tetapi ada kecenderungan terjadinya hubungan
keseimbangan dalam jangka panjang. Data time series tidak stasioner jika
rata-ratanya maupun variannya tidak konstan, berubah-ubah sepanjang
waktu (Agus Widarjono, 2013:307).
Untuk itu perlu dilakukan deteksi stasioneritas dengan uji akar
unit melalui pendekatan :
a. Uji Dicky-Fuller
Prosedur untuk menentukan apakah data stasioner atau tidak
dengan cara membandingkan antara nilai statistik ADF dengan nilai
kritisnya yakni distribusi statistik Mackinnon. Jika nilai absolut
statistik ADF lebih besar dari nilai kritisnya, maka data yang diamati
menunjukkan stasioner dan jika sebaliknya nilai absolut statistik ADF
lebih kecil dari nilai kritisnya maka data tidak stasioner (Agus
Widarjono, 2013:309).
Hipotesis :
H0 = nilai ADF statistik > nilai kritis Mackinnon, maka data stasioner
46
Ha = nilai ADF statistik < nilai kritis Mackinnon, maka data tidak
stasioner.
b. Uji Philips-Peron
Prosedur untuk menentukan apakah data stasioner atau tidak
dengan cara membandingkan antara nilai statistik PP dengan nilai
kritisnya yakni distribusi statistik Mackinnon. Jika nilai absolut
statistik PP lebih besar dari nilai kritisnya, maka data yang diamati
menunjukkan stasioner dan jika sebaliknya nilai absolut statistik PP
lebih kecil dari nilai kritisnya maka data tidak stasioner (Agus
Widarjono, 2013:312).
Hipotesis :
H0 = nilai PP statistik > nilai kritis Mackinnon, maka data stasioner
Ha = nilai PP statistik < nilai kritis Mackinnon, maka data tidak
stasioner.
Menurut Agus Widarjono (2013:314), apabila model data
penelitian (time series) tidak stasioner yang harus dilakukan adalah
mentransformasikan data nonstasioner menjadi data stasioner. Dalam uji
ADF atau Uji Dicky-Fuller untuk mengubah data nonstasioner menjadi
data stasioner dapat dilakukan dengan langkah uji stasioneritas data
melalui proses diferensiasi yang disebut dengan uji derajat integrasi.
Kepeutusan suatu data apakah stasioner atau tidak dapat diketahui
dengan membandingkan nilai Statistik ADF yang diperoleh dari
koefisien y dengan nilai kritis distribusi statistik Mackinnon. Jika nilai
47
absolut dari statistik ADF lebih besar dari nilai kritisnya pada diferensi
tingkat pertama, maka data dikatakan stasioner pada derajat satu. Akan
tetapi, jika nilainya lebih kecil maka uji derajat integrasi perlu
dilanjutkan pada diferensi yang lebih tinggi sehingga diperoleh data yang
stasioner (Agus Widarjono, 2013:315).
3. Model Estimasi Data Panel
Model analisis dalam penelitian adalah model analisis regresi
data panel. Selain itu, data-data dalam penelitian ini terlebih dahulu
dilakukan transformasi data ke Almant Z Score guna mendapatkan data
yang berdistribusi normal. Penelitian ini menggunakan program Eviews
7 dalam mengolah data regresi data panel.
Dalam buku Agus Widarjo (2013:355), ada beberapa metode
yang biasa digunakan untuk mengestimasi model regresi dengan data
panel, pendekatan tersebut antara lain:
a. Koefisien Tetap Antarwaktu dan Individu (Common Effect)
Dalam buku Agus Widarjono (2013:357) menjelaskan
Common Effect merupakan teknik yang paling sederhana untuk
mengestimasi data panel dengan mengkombinasikan data time series
dan cross section dengan menggunakan metode OLS untuk
mengestimasi model data panel. Metode dengan estimasi Common
Effect tidak memperhatikan dimensi individu maupun waktu.
Diasumsikan bahwa perilaku data antarperusahaan sama dalam
48
berbagai kurun waktu. Adapun model persamaan regresi dengan
pendekatan Common Effect sebagai berikut:
Yit = β0 + β1X1it + β2X2it + β3X3it + eit
Di mana:
Yit : variabel dependen untuk individu ke-i dan waktu ke-t.
Xit : variabel independen untuk individu ke-i dan waktu ke-t.
b. Slope Konstan Tetapi Intersep Berbeda Antarindividu (Fixed Effect)
Dalam buku Agus Widarjono (2013:357) menjelaskan
teknik model Fixed Effect adalah teknik mengestimasi data panel
dengan menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya
perbedaan intersep. Pengertian Fixed Effect ini didasarkan adanya
perbedaan intersep antara perusahaan namun intersepnya sama
antarwaktu (time variant). Disamping itu, model ini juga
mengasumsikan bahwa koefisien regresi (slope) tetap
antarperusahaan dan antarwaktu. Salah satu cara yang paling
sederhana untuk mengetahui perbedaan adalah dengan
mengasumsikan bahwa intersep adalah berbeda antarperusahaan
sedangkan slope-nya tetap sama antarperusahaan.
Adapun model fixed effect dengan teknik variabel dummy
dapat sebagai berikut:
Yit = β0 + β1X1it + β2X2it + β3X3it + β4 D1i + β5 D2i + β6
D3i+…+β25 D17i + eit
Di mana:
Yit = variabel dependen (Pembiayaan berbasis bagi hasil)
49
Xit = variabel independen (DPK, NPF, dan SBH)
D1i = Dummy 1; untuk individu i (Bank Umum Syariah X) dan untuk
individu (Bank Umum Syariah) lainnya
c. Estimasi dengan Pendekatan Random Effect
Dalam buku Agus Widarjono (2013:359), pendekatan model
random effect menggunakan variabel gangguan (error terms).
Dalam model ini akan mengestimasi data panel variabel gangguan
yang mungkin saling berhubungan antarwaktu dan antarindividu.
Model ini sangat berguna jika perusahaan yang diambil sebagai
sampel dipilih secara random dan merupakan wakil dari populasi.
Model persamaan regresi dengan pendekatan Common Effect
sebagai berikut:
Persamaan 1
Yit = β0i + β1X1it + β2X2it + β3X3it + eit
Dalam hal ini β0i tidk lagi tetap (nonstokastik) tetapi bersifat random
sehingga diekspresikan dalam bentuk persamaan sebagai berikut:
Persamaan 2
β0i = β0 + µi dimana i = 1, ..., n
β0 adalah parameter yang tidak diketahui yang menunjukkan rata-
rata intersep populasi dan µi adalah gangguan yang bersifat random
yang menjelaskan adanya perbedaan perilaku perusahaan secara
individu. Persamaan 1 dan persamaan 2 akan menghasilkan
persamaan sebagai berikut :
50
Persamaan 3
Yit = β0 + µi + β1X1it + β2X2it + β3X3it + eit
= β0 + β1X1it + β2X2it + β3X3it + (eit + µi)
= β0 + β1X1it + β2X2it + β3X3it + vit
Dimana, vit = eit + µi
Persamaan 3 merupakan persamaan untuk metode random
effect. Nama metode random effect berasal dari pengertian bahwa
variabel gangguan vit terdiri dari dua komponen yaitu variabel
gangguan secara menyeluruh eit, yaitu kombinasi time series dan
cross section dan variabel gangguan secara individu eit. Dalam hal
ini variabel gangguan µi adalah berbeda-beda antar individu.
4. Dasar Pemilihan Model Data Panel
Ada beberapa tahap untuk mendapatkan model terbaik. Pertama,
uji membandingkan antara metode fixed effects dengan common effect
yang biasa disebut dengan uji signifikansi fixed effect. Kedua, uji dengan
membandingkan antara metode fixed effect dengan random effects yang
biasa disebut dengan uji Hausman (Jaka Sriyana, 2014:180).
a. Memilih Model Common Effects atau Model Fixed Effects
Dalam memilih model common effects (OLS) atau fixed effects
dapat dilakukan melalui uji Likehood Ratio. Dengan melihat nilai
probability F statistik (Jaka Sriyana, 2014:183).
Hipotesis :
H0= p-value > α = 0,05, maka model yang tepat adalah common effect
Ha = p-value < α = 0,05, maka model yang tepat adalah fixed effects
51
Selanjutnya, jika fixed effect lebih baik, maka dilanjutkan
dengan pengujian antara fixed effects atau random effects. Tetapi, jika
model common effects, maka pengujian selesai. Model common
effects yang digunkan dalam untuk estimasi (Jaka Sriyana, 2014:181).
b. Memilih Model Fixed Effects atau Model Random Effects
Uji pemilihan model antara fixed effect atau random effect
dilakukan dengan asumsi bahwa kedua model pendekatan tersebut
adalah lebih baik dibandingkan dengan model OLS (Common Effects).
Uji Hausman merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui
pilihan model yang lebih baik diantara model pada pendekatan fixed
effects atau random effects. Uji ini dilakukan untuk mengestimasi nilai
probabilitas (p-value) lebih kecil atau lebih besar dari nilai α (Jaka
Sriyana, 2014:186).
Hipotesis :
H0= p-value > α = 0,05, maka model yang tepat adalah random eefects
Ha = p-value < α = 0,05, maka model yang tepat adalah fixed effects
5. Uji Koefisien determinasi (R2)
Bertujuan mengukur seberapa jauh kemampuan variabel
independen, yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Financng
(NPF), dan Spread Bagi Hasil (SBH) dalam menjelaskan variasi variabel
dependen, yaitu Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil pada Bank Umum
Syariah. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai
yang mendekati satu variabel independen memberikan hampir semua
52
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Jika
nilai R2 adalah 1 berarti berfluktuasi variabel dependen seluruhnya dapat
dijelaskan oleh variabel independen dan tidak ada faktor lain yang
menyebabkan fluktuasi variabel dependen (Ghozali, 2013:97).
6. Uji Hipotesis
a. Uji Parsial (Uji Statistik t)
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel
independen yang dimasukkan dalam model regresi secara individual
terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013:98).
Hipotesis:
H0 = secara parsial tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel
independen terhadap variabel dependen.
Ha = secara parsial terdapat pengaruh yang siginifikan dari variabel
independen terhadap variabel dependen.
Dasar pengambilan kepetusan :
H0 = Jika probabilitas > 0,05 ; t-hitung < t-tabel, maka H0 diterima
dan Ha ditolak.
Ha = Jika probabilitas < 0,05 ; t-hitung > t-tabel, maka Ha diterima
dan H0 ditolak.
b. Simultan (Uji Statistik F)
Uji F dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah semua
variabel independen yang dimasukkan ke dalam model mempunyai
53
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
(Ghozali, 2013:98).
Hipotesis:
H0 = secara simultan tidak ada pengaruh yang signifikan dari
variabel independen terhadap variabel dependen.
Ha = secara simultan terdapat pengaruh yang siginifikan dari
variabel independen terhadap variabel dependen.
Dasar pengambilan kepetusan :
H0 = Jika probabilitas > 0,05 ; F-hitung < F-tabel, maka H0 diterima
dan Ha ditolak.
Ha = Jika probabilitas < 0,05 ; F-hitung > F-tabel, maka Ha diterima
dan H0 ditolak.
c. Analisis Regresi Berganda
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan
model regresi data panel berganda dengan pendekatan model Fixed
Effects. Model regresi data panel berganda umumnya digunakan
untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap
variabel dependen dengan skala pengukuran interval atau rasio
dalam suatu persamaan linear. Variabel independen dalam penelitian
ini Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF),
dan Spread Bagi Hasil (SBH). Variabel dependennya adalah
Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil pada Bank Umum Syariah. Untuk
54
menguji hipotesis tersebut, maka rumus persamaan regresi yang
digunakan adalah:
Yit = β0 + β1X1it + β2X2it + β3X3it + β4 D1i + β5 D2i + β6 D3i+…+β25
D17i + eit
Di mana:
Yit = variabel dependen (Pembiayaan berbasis bagi hasil)
Xit = variabel independen (DPK, NPF, dan SBH)
D1i = Dummy 1; untuk individu i (Bank Umum Syariah X) dan untuk
individu (Bank Umum Syariah) lainnya
E. Operasional Variabel Penelitian
Variabel-variabel dalam penelitian ini diukur melalui instrumen yang
telah dikembangkan dan digunakan oleh penelitian. Variabel-veriabel dalam
penelitian sebelumnya dipilih untuk digunakan karena kemungkinan hasil
penelitian sebelumnya telah diakui. Dalam penelitian ini terdapat 3 variabel
independen yaitu, Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Finanacing
(NPF), dan Spread Bagi Hasil (SBH).
1. Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh
variabel independen. Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah
Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil pada Bank Umum Syariah ini
merupakan variabel terikat atau dependent (Y). Pembiayaan berbasis
bagi hasil yaitu pembiayaan dengan pembagian keuntungan antara
shahibul maal (bank) dan mudharib (nasabah) sesuai nisbah yang telah
55
disepakati dan diterapkan berdasarkan dalam akad mudharabah dan
musyarakah. Data mengenai Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil pada Bank
Umum Syariah diperoleh dari laporan keuangan triwulan yang
dipublikasi oleh Bank Umum Syariah melaui situs website resmi bank
tersebut dari Januari (Triwulan I) 2013 hingga Desember (Triwulan IV)
2015 yang disajikan dalam bentuk Rupiah.
2. Variabel Independent (Variabel Bebas)
Variabel Indepndent adalah variabel yang secara bebas
berpengaruh terhadap variadel dependen. Dalam penelitian ini terdapat 3
variabel indpenden yang digunakan, yaitu:
a. Dana Pihak Ketiga (DPK)
Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan variabel bebas
pertama (X1). Muhammad Luthfi Qolbi (2013) dalam penelitiannya
menunjukkan bahwa dana pihak ketiga berpengaruh positif
signifikan terhadap pembiayaan perbankan syariah. Dana pihak
ketiga merupakan sumber pendanaan utama dalam perbankan
syariah, semakin besar dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun oleh
perbankan syariah maka semakin besar peluang pembiayaan yang
akan diberikan oleh perbankan syariah kepada masyarakat.
b. Non perfoming financing (NPF)
Diantini Citrawati Slamet (2016) dalam penelitiannya NPF
berpengaruh signifikan negatif terhadap pertumbuhan pembiayaan
bagi hasil yang disalurkan. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan
56
pembiayaan bagi hasil secara negatif ditentukan oleh tingkat risiko
pembiayaan dimana jika tingkat risiko pembiayaan (NPF)
mengalami kenaikan maka akan diikuti oleh pembiayaan bagi hasil
yang disalurkan. Demikian sebaliknya, jika tingkat risiko pembiyaan
(NPF) mengalami penurunan maka akan diikuti oleh pertumbuhan
pembiayaan bagi hasil yang disalurkan.
c. Spread Bagi Hasil
Spread Bagi Hasil merupakan variabel bebas yang ketiga
(X3). Nugroho Heri Pramono (2013), Spread bagi hasil berpengaruh
signifikan terhadap pembiayaan berbasis bagi hasil. Bank syariah
akan menginginkan spread bagi hasil yang tinggi karena bank
syariah juga termasuk salah satu badan usaha syariah yang
berorientasi pada profit. Sehingga, bank syariah akan menyusun
strategi untuk bisa menghasilkan spread bagi hasil yang tinggi untuk
mendapatkan keuntungan atau profit yang tinggi pula. Apabila
keuntungan yang dihasilkan bank syariah tinggi maka pembiayaan
berbasis bagi hasil yang dapat disalurkan bank syariah bertambah,
begitu pula sebaliknya.
57
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel dependen (terikat),
yaitu Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil dan tiga variabel independen (bebas),
yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK), Non performing Financingt (NPF), dan Spread
Bagi Hasil (SBH). Selain itu, dalam penelitian ini juga menggunakan data dari
laporan keuangan triwulan yang berasal dari 8 Bank Umum Syariah di
Indonesia periode 2013-2015. Adapun 8 Bank Umum Syariah tersebut dapat
lihat pada tabel 4.1 sebagai berikut :
Tabel 4.1
Daftar Nama 8 Bank Umum Syariah
No. Nama Bank Umum Syariah (BUS)
1 PT. Bank Syariah Mandiri
2 PT. Bank BRI Syariah
3 PT. Bank BNI Syariah
4 PT. Bank Mega Syariah
5 PT. Bank Jabar Banten Syariah
6 PT. Bank Syariah Bukopin
7 PT. BCA Syariah
8 PT. Bank Victoria Syariah
Sumber : SPS OJK Januari 2016, http://www.ojk.go.id/
58
1. Perkembangan Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil (8 BUS)
Pembiayaan berbasis bagi hasil merupakan salah satu jenis dari
berbagai macam pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah.
Pembiayaan berbasis bagi hasil disalurkan melalui akad mudharbah dan
musyarakah dengan sistem bagi hasil baik keuntungan maupun
kerugiannya.
Akad mudharabah adalah akad kerjasama antara pemilik modal
(shahibul mal) yang memberikan modalnya secara penuh kepada
pengelola modal (mudharib), dimana keuntungan dibagi sesuai
kesepakatan dan kerugian ditanggung oleh shahibul mal, kecuali ada
kelalaian dari mudharib.
Akad musyarakah adalah akad kerjasama antara pemilik modal
(shahibul mal) dengan pengelola modal (mudharib) yang keduanya sama
memberikan kontribusi dalam menjalankan usaha, dimana keuntungan
dibagi sesuai kesepakatan dan kerugian ditanggung bersama sesuai
proporsi modal yang dikontribusikan.
Pembiayaan berbasis bagi hasil yang disalurkan oleh bank syariah
ditujukan untuk menggerakkan sektor riil. Dengan pembiayaan tersebut
para UKM dapat menggunakannya sebagai modal untuk menjaga
keberlangsungan usahanya.
Adapun perkembangan Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil pada
Bank Umum Syariah periode 2013-2015 dapat dilihat dalam grafik sebagai
berikut:
59
Grafik 4.1.
Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Tahun 2013
Sumber : data yang diolah.
Berdasarkan grafik 4.1. mengenai Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil
pada tahun 2013, bank umum syariah yang menyalurkan pembiayaan
terbesar adalah Bank Syariah Mandiri (BSM) pada triwulan 4 sebesar Rp
11.113.224.000.000 dan yang terkecil adalah Bank Mega Syariah pada
triwulan 2 sebesar Rp 30.787.000.000. Sedangkan, rata-rata persentase
porsi pembiayaan berbasis bagi hasil pada tahun 2013, yaitu sebesar 23%
dari seluruh produk pembiayaan pada 8 bank umum syariah.
Dari grafik 4.1. diatas jika pembiayaan berbasis bagi hasil
diurutkan mulai dari terbesar hingga terkecil, yaitu Bank Syariah Mandiri,
BRI Syariah, BNI Syariah, BJB Syariah, Bank Syariah Bukopin, BCA
Syariah, Bank Victoria Syariah, dan Bank Mega syariah.
BSM BRIS BNIS BMGS BJBS BSBK BCAS BVCS
Triwulan 1 10,513 2,880, 1,424, 33,868 1,077, 846,20 515,66 95,779
Triwulan 2 11,060 3,575, 1,582, 30,787 1,254, 981,22 622,14 130,98
Triwulan 3 10,954 3,854, 1,739, 31,252 1,381, 1,044, 720,53 144,44
Triwulan 4 11,113 4,050, 1,832, 43,593 1,278, 1,092, 740,94 277,66
0
2,000,000,000,000
4,000,000,000,000
6,000,000,000,000
8,000,000,000,000
10,000,000,000,000
12,000,000,000,000
Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil (2013)
60
Grafik 4.2.
Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Tahun 2014
Sumber : data yang diolah
Berdasarkan grafik 4.2. mengenai Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil
pada tahun 2014, Bank Umum Syariah yang menyalurkan pembiayaan
berbasis bagi hasil terbesar adalah Bank Syariah Mandiri (BSM) pada
triwulan 3 sebesar Rp 11.131.425.000.000 dan yang terkecil adalah Bank
Mega Syariah pada triwulan 3 sebesar Rp 35.076.000.000. Sedangkan,
rata-rata persentase porsi pembiayaan berbasis bagi hasil pada tahun 2014,
yaitu sebesar 25% dari seluruh produk pembiayaan pada 8 bank umum
syariah.
Dari grafik 4.2. diatas jika pembiayaan berbasis bagi hasil
diurutkan mulai dari terbesar hingga terkecil, yaitu Bank Syariah Mandiri,
BRI Syariah, BNI Syariah, Bank Syariah Bukopin, BCA Syariah, Bank
Victoria Syariah, dan Bank Mega syariah.
BSM BRIS BNIS BMGS BJBS BSBK BCAS BVCS
Triwulan 1 10,79 3,846 1,976 39,61 1,259 1,154 733,7 387,1
Triwulan 2 10,82 3,969 2,172 37,17 1,254 981,2 800,1 438,6
Triwulan 3 11,13 4,263 2,265 35,07 1,334 1,443 843,4 514,1
Triwulan 4 10,68 4,976 2,471 41,41 1,292 1,461 1,007 596,1
-
2,000,000,000,000
4,000,000,000,000
6,000,000,000,000
8,000,000,000,000
10,000,000,000,000
12,000,000,000,000
Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil (2014)
61
Grafik 4.3.
Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Tahun 2015
Sumber : data yang diolah
Berdasarkan grafik 4.3. mengenai Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil
pada tahun 2015, Bank Umum Syariah diatas yang menyalurkan
pembiayaan berbasis bagi hasil terbesar Bank Syariah Mandiri (BSM)
pada triwulan 4 sebesar Rp 13.479.633.000.000 dan yang terkecil
adalah Bank Mega Syariah pada triwulan 3 sebesar Rp 33.190.000.000.
Sedangkan, persentase porsi pembiayaan berbasis bagi hasil pada tahun
2015, yaitu sebesar 27% dari seluruh produk pembiayaan pada 8 bank
umum syariah.
Dari grafik 4.3. diatas jika pembiayaan berbasis bagi hasil
diurutkan mulai dari terbesar hingga terkecil, yaitu Bank Syariah Mandiri,
BRI Syariah, BNI Syariah, Bank Syariah Bukopin, BJB Syariah, BCA
Syariah, Bank Victoria Syariah, dan Bank Mega syariah.
BSM BRIS BNIS BMGS BJBS BSBK BCAS BVCS
Triwulan 1 10,93 4,937 2,603 38,33 1,116 1,600 1,146 646,0
Triwulan 2 12,96 5,461 2,950 34,98 1,208 1,692 1,208 609,6
Triwulan 3 13,00 6,039 3,071 33,19 1,144 1,794 1,222 632,6
Triwulan 4 13,47 6,204 3,448 58,48 1,112 2,100 1,348 712,5
- 2,000,000,000,000 4,000,000,000,000 6,000,000,000,000 8,000,000,000,000
10,000,000,000,000 12,000,000,000,000 14,000,000,000,000 16,000,000,000,000
Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil (2015)
62
2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga - DPK (8 BUS)
Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan dana yang dihimpun oleh
bank syariah yang terdiri dari simpanan giro, tabungan, deposito, dan
kewajiban bank lainnya. DPK dapat berasal dari masyarakat maupun
lembaga yang mempercayakan dananya untuk dikelola oleh bank syariah.
Adapun perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) periode 2013-
2015 dapat dilihat dalam grafik sebagai berikut:
Grafik 4.4.
Dana Pihak Ketiga (DPK) Tahun 2013
Sumber : data yang diolah.
Berdasarkan grafik 4.4. mengenai Dana Pihak Ketiga (DPK)
pada tahun 2013 Bank Umum Syariah (BUS) diatas yang memiliki
DPK terbesar adalah Bank Syariah Mandiri (BSM) pada triwulan 4
sebesar Rp 56,486,768,000,000 dan yang terkecil adalah Bank Victoria
Syariah pada triwulan 2 sebesar Rp 583,712,000,000. Sedangkan, rata-
BSM BRIS BNIS BMGS BJBS BSBK BCAS BVCS
Triwulan 1 48,297, 13,004, 10,683, 7,251,0 3,580,3 3,079,9 1,200,4 632,049
Triwulan 2 51,274, 13,832, 10,387, 7,136,0 3,922, 3,204,6 1,283,6 583,712
Triwulan 3 54,428, 13,924, 10,969, 7,107,1 3,572,7 3,392,2 1,418,6 802,605
Triwulan 4 56,486, 14,349, 11,488, 7,730,7 3,702,6 3,272,2 1,418,6 1,015,7
0
10,000,000,000,000
20,000,000,000,000
30,000,000,000,000
40,000,000,000,000
50,000,000,000,000
60,000,000,000,000
Dana Pihak Ketiga-DPK (2013)
63
rata Dana Pihak Ketiga (DPK) pada tahun 2013, yaitu sebesar
Rp 46,804,217,250,000.
Dari grafik 4.4. diatas jika Dana Pihak Ketiga (DPK) diurutkan
mulai dari terbesar hingga terkecil, yaitu Bank Syariah Mandiri, BRI
Syariah, BNI Syariah, Bank Mega Syariah, BJB Syariah, Bank Syariah
Bukopin, BCA Syariah, dan Bank Victoria Syariah.
Grafik 4.5.
Dana Pihak Ketiga (DPK) Tahun 2014
Sumber : data yang diolah
Berdasarkan data grafik 4.5. mengenai Dana Pihak Ketiga (DPK)
pada tahun 2014, Bank Umum Syariah yang memiliki Dana Pihak Ketiga
terbesar adalah Bank Syariah Mandiri (BSM) pada triwulan 4 sebesar
Rp 59.283.492.000.000 dan yang berada pada posisi terendah adalah
Bank Victoria Syariah pada triwulan 3 sebesar Rp 974.568.000.000.
BSM BRIS BNIS BMGS BJBS BSBK BCAS BVCS
Triwulan 1 54,510, 15,116, 11,488, 7,730,7 4,178,1 3,272,2 1,680,8 974,568
Triwulan 2 55,404, 16,585 13,509, 6,898,3 4,032,5 3,372,2 1,861,3 974,568
Triwulan 3 57,902, 16,367 14,932, 6,755,3 4,055,1 3,449,2 1,886,3 974,568
Triwulan 4 59,283, 16,947, 14,932, 5,076,1 5,821,3 3,449,2 2,338,7 1,185,6
0
10,000,000,000,000
20,000,000,000,000
30,000,000,000,000
40,000,000,000,000
50,000,000,000,000
60,000,000,000,000
70,000,000,000,000
Dana Pihak Ketiga - DPK (2014)
64
Sedangkan rata-rata Dana Pihak Ketiga (DPK) pada tahun 2014, yaitu
sebesar Rp 51.637.771.125.000.
Dari grafik 4.5. diatas jika Dana Pihak Ketiga (DPK) diurutkan
mulai dari terbesar hingga terkecil, yaitu Bank Syariah Mandiri, BRI
Syariah, BNI Syariah, Bank Mega Syariah, BJB Syariah, Bank Syariah
Bukopin, BCA Syariah, dan Bank Victoria Syariah.
Grafik 4.6.
Dana Pihak Ketiga (DPK) Tahun 2015
Sumber : data yang diolah
Berdasarkan grafik 4.6. mengenai Dana Pihak Ketiga (DPK)
tahun 2015, Bank Umum Syariah diatas yang memiliki Dana Pihak
Ketiga terbesar adalah Bank Syariah Mandiri (BSM) pada triwulan
4 sebesar Rp 62.112.879.000.000 dan yang terkecil adalah Bank
Victoria Syariah pada triwulan 3 sebesar Rp 992.158.000.000. Sedangkan
BSM BRIS BNIS BMGS BJBS BSBK BCAS BVCS
Triwulan 1 59,198, 17,562, 17,418, 5,075,1 5,243,4 3,915,2 2,379,6 1,058,5
Triwulan 2 59,164, 17,310, 17,321, 4,429,7 5,154,0 4,061,0 2,712,7 1,177,8
Triwulan 3 59,707, 18,863, 18,930, 4,008,6 4,722,7 4,337,8 2,605,7 992,158
Triwulan 4 62,112, 20,123, 19,322, 4,268,8 4,702,4 4,756,3 3,255,1 1,128,9
0
10,000,000,000,000
20,000,000,000,000
30,000,000,000,000
40,000,000,000,000
50,000,000,000,000
60,000,000,000,000
70,000,000,000,000
Dana Pihak Ketiga - DPK (2015)
65
rata-rata Dana Pihak Ketiga (DPK) pada tahun 2015, yaitu sebesar Rp
57.127.724.000.000.
Dari grafik 4.6. diatas jika Dana Pihak Ketiga (DPK) diurutkan
mulai dari terbesar hingga terkecil, yaitu Bank Syariah Mandiri, BRI
Syariah, BNI Syariah, Bank Mega Syariah, BJB Syariah, Bank Syariah
Bukopin, BCA Syariah, dan Bank Victoria Syariah.
Jika dilihat kembali dari grafik 4.4, 4.5, dan 4.6 yang
menggambarkan perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada 8 BUS
tahun 2013-2015 menunjukkan bahwa setiap tahunnya dana pihak ketiga
yang dihimpun semakin meningkat. Hal ini menggambarkan bahwa
semakin banyak masyarakat maupun lembaga atau perusahaan yang
percaya pada bank syariah.
Selain itu, hal ini juga menggambarkan bahwa usaha baik promosi,
inovasi produk, dan usaha lain yang dilakukan oleh bank syariah,
pemerintah, maupun kampanye gerakan ekonomi Islam berhasil
mendorong kenginginan masyarakat untuk bertransaksi di bank syariah.
3. Perkembangan Non Performing Financing – NPF (8 BUS)
Non Performing Financing (NPF) merupakan salah satu dari rasio
yang menggambarkan tingkat pembiayaan bermasalah atau kredit macet
dari pembiayaan oleh bank syariah yang dinyatakan dalam bentuk
presentase.
Non Performing Financing (NPF) juga menggambarkan risiko yang
akan dihadapi oleh bank syaiah. Apabila NPF bank syariah tinggi maka
66
menggambarkan bahwa adalah risiko gagal bayar yang cukup besar dari
pembiayaan yang disalurkan. Apabila NPF melebihi batas aman 5% maka
hendaknya bank syariah perlu khawatir dan dapat mengantisipasi hal
tersebut. Terutama bagi pembiayaan bagi hasil yang cukup memiliki risiko
yang tinggi.
Adapun perkembangan Non Performing Financing (NPF) pada 8
Bank Umum Syariah (BUS) periode 2013-2015 disajikan pada tabel sebagai
berikut:
Grafik 4.7
Non Performing Financing - NPF Tahun 2013
Sumber : data yang diolah.
Berdasarkan grafik 4.7 pada tahun 2013 Non Performing Financing
(NPF) yang disalurkan oleh 8 Bank Umum Syariah diatas terlihat bahwa
semua BUS masih dalam kategori aman karena dibawah 5%. Adapun Bank
Umum Syariah (BUS) yang memiliki NPF terbesar adalah Bank Syariah
Bukopin pada triwulan 1 sebesar 4.62% dan yang terkecil adalah BCA
BSM BRIS BNIS BMGS BJBS BSBK BCAS BVCS
Triwulan 1 3.44 3.04 2.13 2.83 4.35 4.62 0.09 2.98
Triwulan 2 2.9 2.89 2.11 3.67 3.92 4.32 0.01 2.91
Triwulan 3 3.4 2.98 2.06 3.3 3.97 4.45 0.07 4.29
Triwulan 4 4.32 4.06 1.86 2.98 1.86 4.27 0.1 3.71
0
1
2
3
4
5
Non Performing Financing - NPF (2013)
67
Syariah pada triwulan 2 sebesar 0,01%. Sedangkan, rata-rata NPF pada
tahun 2013, yaitu sebesar 2,93%.
Dari grafik 4.7 diatas jika Non Performing Financing (NPF)
diurutkan mulai dari terbesar hingga terkecil, yaitu Bank Bank Syariah
Bukopin, BJB Syariah, Bank Syariah Mandiri, Bank Victoria Syariah, BRI
Syariah, Bank Mega Syariah, BNI Syariah, dan BCA Syariah.
Grafik 4.8.
Non Performing Financing - NPF Tahun 2014
Sumber : data yang diolah
Berdasarkan grafik 4.8 pada tahun 2014 Non Performing
Financing (NPF) yang diperoleh oleh 8 Bank Umum Syariah (BUS) diatas
terlihat cendurung lebih berfluktasi, bahkan ada beberapa BUS yang
memiliki NPF melebihi batas aman 5%. Adapun pada tahun 2014 Bank
Umum Syariah (BUS) yang memiliki NPF terbesar adalah Bank Victoria
Syariah pada triwulan 4 sebesar 7,1% dan yang terkecil adalah BCA
BSM BRIS BNIS BMGS BJBS BSBK BCAS BVCS
Triwulan 1 4.88 4.04 1.96 3.22 2.95 4.61 0.15 4
Triwulan 2 6.46 4.38 1.99 3.48 2.84 4.31 0.14 6.63
Triwulan 3 6.76 4.79 1.99 3.77 6.81 4.27 0.05 6.62
Triwulan 4 6.84 4.6 1.88 3.89 5.84 4.07 0.12 7.1
012345678
Non Performing Financing - NPF (2014)
68
Syariah pada triwulan 3 sebesar 0,05%. Sedangkan, rata-rata NPF pada
tahun 2014, yaitu sebesar 3,92%.
Dari grafik 4.8 diatas jika Non Performing Financing (NPF)
diurutkan mulai dari terbesar hingga terkecil, yaitu Bank Syariah Mandiri,
Bank Victoria Syariah, BRI Syariah, BJB Syariah, Bank Bank Syariah
Bukopin, Bank Mega Syariah, BNI Syariah, dan BCA Syariah.
Grafik 4.9.
Non Performing Financing - NPF Tahun 2015
Sumber : data yang diolah
Berdasarkan grafik 4.9. pada tahun 2015 Non Performing
Financing (NPF) yang diperoleh oleh 8 Bank Umum Syariah (BUS) diatas
terlihat juga cendurung berfluktasi dan lebih meningkat dari tahun 2014.
Adapun pada tahun 2015 Bank Umum Syariah (BUS) yang memiliki NPF
terbesar adalah Bank Victoria Syariah pada triwulan 4 sebesar 9,8% dan
yang terkecil adalah BCA Syariah pada triwulan 3 sebesar 0,05%.
Sedangkan, rata-rata NPF pada tahun 2015, yaitu sebesar 4,55%.
BSM BRIS BNIS BMGS BJBS BSBK BCAS BVCS
Triwulan 1 6.81 4.96 2.22 4.33 7.18 4.52 0.92 4
Triwulan 2 6.67 5.31 2.42 4.86 6.91 3.03 0.6 5.03
Triwulan 3 6.89 4.9 2.54 4.78 6.91 4.52 0.59 6.56
Triwulan 4 6.06 4.86 2.53 4.26 6.93 2.99 0.7 9.8
0
2
4
6
8
10
12
Non Performing Financing - NPF (2015)
69
Dari grafik 4.9 diatas jika Non Performing Financing (NPF)
diurutkan mulai dari terbesar hingga terkecil, yaitu BJB Syariah, Bank
Syariah Mandiri, Bank Victoria Syariah, BRI Syariah, Bank Mega Syariah,
Bank Bank Syariah Bukopin, BNI Syariah, dan BCA Syariah.
Berdasarkan grafik 4.7, 4.8, dan 4.9 mengenai perkembangan Non
Performing Financing (NPF) pada 8 BUS tahun 2013-2015 menunjukkan
bahwa pada tahun 2013 tingkat NPF tersebut masih dalam kategori aman
(dibawah 5%), sedangkan pada tahun 2014 ada 3 BUS yang memiliki NPF
telah mencapai hampir 7%, dan pada tahun 2015 tingkat NPF pada 8 BUS
semakin meningkat, bahkan hampir mencapai 10%.
Peningkatan Non Performing Financing (NPF) berarti
menggambarkan bahwa pembiayaan bermasalah pada BUS mengalami
peningkatan selama tiga tahun terakhir. Hal ini dikhawatirkan dapat
mempengaruhi tingkat pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah.
4. Perkembangan Spread Bagi Hasil (8 BUS)
Spread bagi hasil merupakan pendapat bank syariah. Spread bagi
hasil menggambarkan pendapatan yang nantinya akan menentukan
keuntungan yang didapat oleh bank syariah. Dari keuntungan tersebut
nantinya bank akan dapat meningkatkan pembiayaan berbasis bagi hasil
bank syariah.
Bank syariah dalam meningkatkan Spread bagi hasil juga perlu
memperhatikan kelancaran pembiayaan yang disalurkan sehingga akan
mempengaruhi pendapatan bagi hasil yang diperoleh. Selain itu, dalam
70
menrencanakan spread bagi hasil yang diinginkan bank syariah juga
mempertimbangkan bagaimana kondisi eksternal bank, seperti keadaan
pesaing, pendapatan nasabah, inflasi, dan lain-lain.
Adapun perkembangan Spread Bagi Hasil pada 8 Bank Umum
Syariah (BUS) periode 2013-2015 disajikan pada tabel sebagai berikut:
Grafik 4.10.
Spread Bagi Hasil Tahun 2013
Sumber : data yang diolah
Berdasarkan grafik 4.10. mengenai Spread Bagi Hasil tahun 2013,
Bank Umum Syariah yang memiliki Spread Bagi Hasil terbesar adalah
BCA Syariah pada triwulan 3 sebesar 0,8979 atau 89,79% dan yang
terkecil adalah Bank Mega Syariah pada triwulan 4 sebesar 0,0083 atau
0,83%. Sedangkan rata-rata Spread Bagi Hasil pada tahun 2013, yaitu
sebesar 0.4784 atau 47,84%.
Dari grafik 4.10. diatas jika Spread Bagi Hasil diurutkan mulai dari
terbesar hingga terkecil, yaitu BCA Syariah, BJB Syariah, Bank Syariah
BSM BRIS BNIS BMGS BJBS BSBK BCAS BVCS
Triwulan 1 0.6233 0.4936 0.4181 0.0117 0.7409 0.5109 0.8071 0.1958
Triwulan 2 0.6279 0.5159 0.4377 0.0105 0.6432 0.5207 0.8487 0.1891
Triwulan 3 0.5863 0.5241 0.4204 0.0096 0.6476 0.5308 0.8979 0.2736
Triwulan 4 0.5863 0.5043 0.4119 0.0083 0.6476 0.5215 0.8596 0.2848
0.00000.10000.20000.30000.40000.50000.60000.70000.80000.90001.0000
Spread Bagi Hasil (2013)
71
Mandiri, Bank Syariah Bukopin, BRI Syariah, BNI Syariah, Bank Victoria
Syariah, dan Bank Mega syariah.
Grafik 4.11.
Spread Bagi Hasil Tahun 2014
Sumber : data yang diolah
Berdasarkan grafik 4.11. mengenai Spread Bagi Hasil tahun 2014,
Bank Umum Syariah yang memiliki Spread Bagi Hasil terbesar adalah
BCA Syariah pada triwulan 3 sebesar 0,6745 atau 67,45% dan yang
terkecil adalah Bank Mega Syariah selama 4 triwulan berturut-turut
sebesar 0,0097 atau 0,97%. Sedangkan rata-rata Spread Bagi Hasil pada
tahun 2014, yaitu sebesar 0,086 dan 8,6%.
Dari grafik 4.11. diatas jika Spread Bagi Hasil diurutkan mulai dari
terbesar hingga terkecil, yaitu BCA Syariah, Bank Syariah Bukopin, Bank
Syariah Mandiri, BRI Syariah, Bank Victoria Syariah, BJB Syariah, BNI
Syariah, dan Bank Mega syariah.
BSM BRIS BNIS BMGS BJBS BSBK BCAS BVCS
Triwulan 1 0.5029 0.4529 0.3506 0.0097 0.4728 0.5023 0.6754 0.4650
Triwulan 2 0.4919 0.4583 0.3415 0.0097 0.4400 0.4947 0.6893 0.4262
Triwulan 3 0.4897 0.4799 0.3344 0.0097 0.4289 0.4960 0.6745 0.4650
Triwulan 4 0.4676 0.5043 0.3405 0.0097 0.4150 0.5090 0.6638 0.5131
0.0000
0.1000
0.2000
0.3000
0.4000
0.5000
0.6000
0.7000
0.8000
Spread Bagi Hasil (2014)
72
Grafik 4.12.
Spread Bagi Hasil Tahun 2015
Sumber : data yang diolah
Berdasarkan grafik 4.12 mengenai Spread Bagi Hasil pada tahun
2015, Bank Umum Syariah diatas yang memiliki Spread Bagi Hasil
terbesar adalah BCA Syariah pada triwulan 1 sebesar 0,8410 atau 84,10%
dan yang terkecil adalah Bank Mega Syariah pada triwulan 3 sebesar
0,0058 atau 0,58%. Sedangkan, rata-rata Spread Bagi Hasil pada tahun
2015, yaitu sebesar 0,7816 atau 78,16%.
Dari grafik 4.12 diatas jika Spread Bagi Hasil diurutkan mulai dari
terbesar hingga terkecil, yaitu Bank Victoria Syariah, BRI Syariah, Bank
Syariah Bukopin, BCA Syariah, Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, BJB
Syariah, dan Bank Mega syariah.
Berdasarkan tabel 4.10, 4.11, dan 4.12 tentang Spread bagi hasil
pada 8 BUS tahun 2013-2015 menunjukkan bahwa besarnya laba yang
BSM BRIS BNIS BMGS BJBS BSBK BCAS BVCS
Triwulan 1 0.4495 0.6012 0.3282 0.0170 0.3829 0.5346 0.8410 0.7274
Triwulan 2 0.4885 0.6250 0.3289 0.0143 0.1699 0.5529 0.4919 0.7101
Triwulan 3 0.5072 0.6348 0.3385 0.0058 0.1619 0.5781 0.4688 0.7209
Triwulan 4 0.4901 0.6249 0.3489 0.0060 0.1613 0.5964 0.4596 0.7345
0.00000.10000.20000.30000.40000.50000.60000.70000.80000.9000
Spread Bagi Hasil (2015)
73
diinginkan atau spread bagi hasil yang diperoleh bank syariah mengalami
penurunan pada tahun 2013 ke 2014, lalu meningkat lagi pada tahun 2015.
Adapun Spread Bagi Hasil yang paling rendah ialah Bank Mega
Syariah. Hal ini mungkin dikarenakan pembiayaan berbasis hasil yang
disalurkan tidak begitu besar. Sehingga laba yang diinginkan atau spread
bagi hasil yang diperoleh Bank Mega Syariah pun kecil. Tetapi walaupun
demikian, spread bagi hasil ini menggambarkan bahwa bank syariah
memperoleh keuntungan dari pembiayaan berbasis bagi hasil yang
disalurkannya.
B. Analisis dan Pembahasan
1. Uji Asumsi Klasik
Menurut Gurajati (2006), untuk menghasilkan model yang baik
secara teoritis, maka suatu model harus memenuhi asumsi BLUE (Best
Linier Unbiased Estimator). Hal ini diperlukan agar model regersi tidak bias.
Adapun uji asumsi klasiknya antara lain:
a. Uji Normalitas
Menurut Agus Widarjono (2010:111), uji normalitas dilakukan
untuk mengetahui apakah variabel penggangu (residual) memiliki
distribusi normal. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal
atau mendekati normal. Untuk mendeteksi data berdistribusi normal
dapat dilakukan uji normalitas dengan histogram dan uji Jarque-Bera.
74
Tabel 4.2
Uji Normalitas
Sumber : Output Eviews 7 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.2 hasil dari uji normalitas diatas
menunjukkan bahwa nilai JB sebesar 1,753685 sementara nilai Chi
Square dengan melihat jumlah variabel indpenden yang digunakan
dalam penelitian ini ada 3 variabel indpenden dan nilai signifikan yang
digunakan adalah 0,05 (5%). Didapat nilai Chi Square sebesar 7,815
yang berarti nilai JB lebih kecil dari nilai Chi Square (1,753685 < 7,815).
Maka H0 diterima dan dapat disimpulkan bahwa data panel dalam
penelitian ini berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah ada
atau tidaknya hubungan linier antarvariabel bebas. Untuk mendeteksi
ada atau tidaknya multikolinieritas baik menurut Gurajati (2006) dan
Agus Widarjono (2010) uji multikolinieritas dapat diketatahui dari nilai
korelation (corellation matrix) dengan nilai tidak kurang dari 0,9
diantara variabel bebas.
0
2
4
6
8
10
12
-0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4
Series: ResidualsSample 1 96Observations 96
Mean 1.27e-17Median -0.027674Maximum 0.423031Minimum -0.398960Std. Dev. 0.155144Skewness 0.330720Kurtosis 3.030314
Jarque-Bera 1.753685Probability 0.416095
75
Tabel 4.3
Uji Multikolinieritas
DPK NPF SBH
DPK 1.000000 0.299021 0.079568
NPF 0.299021 1.000000 -0.168689
SBH 0.079568 -0.168689 1.000000
Sumber : Output Eviews 7 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.3 hasil uji multikolinieritas diketahui bahwa
nilai korelasi variabel independen antara DPK dan NPF adalah 0,299021,
antara DPK dan SBH adalah 0,079568, antara NPF dan SBH adalah -
0,168689.
Adapun nilai korelasi antara variabel independen (DPK, NPF,
dan SBH) semuanya memiliki nilai korelasi lebih kecil dari 0,9. Maka
H0 diterima dan dapat disimpulkan bahwa data tidak terdapat
multikolinieritas. Hasil tersebut menyatakan bahwa variabel bebas
penelitian ini terbebas dari gejala multikolinieritas.
c. Uji Heterokedastistas
Menurut Agus widarjono (2010:85) heterokedastisitas adalah
adalah pengujian statistik untuk menguji apakah di dalam sebuah model
regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamat
ke pengamatan lain.
Uji heterokedastistas dapat dilakukan dengan membandingkan
nilai Obs*R-squared (Obs*R-squared > 0,0). Selain itu, dapat pula
dideteksi dengan Uji Glejser, yaitu mengregresikan antara variabel
dependen dengan variabel Absolute Residual (Abres).
76
Tabel 4.4
Uji Heterokedastisitas – Uji Glejser
Heteroskedasticity Test: Glejser F-statistic 0.807759 Prob. F(3,91) 0.4928
Obs*R-squared 2.464174 Prob. Chi-Square(3) 0.4818
Scaled explained SS 5.485363 Prob. Chi-Square(3) 0.1395
Test Equation:
Dependent Variable: ARESID
Method: Least Squares
Date: 21/02/17 Time: 17:13
Sample: 2 96
Included observations: 95 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.141398 0.033972 4.162184 0.0001
DPK 0.027177 0.036809 0.738322 0.4622
NPF -0.055055 0.036445 -1.510635 0.1343
SBH -0.020215 0.034833 -0.580322 0.5631 Sumber : Output Eviews 7 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.4 hasil uji heterokedastisitas dengan uji
glejser menunjukkan bahwa nilai Obs*R-squared sebesar 2,464174 >
0,0 dan nilai probabilitas Chi Square sebesar 0,4818 > 0,05. Hal ini
dapat mengindikasikan bahwa model regresi data penel tidak terjadi
heterokedastisitas.
Selain itu, nilai probabilitas ketiga variabel independen dalam uji
glejser menunjukkan bahwa nilai DPK adalah 0,4622 > 0,05, variabel
NPF adalah 0,1343 > 0,05, dan variabel SBH adalah 0,5631 > 0,05.
Adapun nilai probabilitas dalam uji glejser variabel DPK, NPF, dan
SBH lebih besar dari nilai 5% (0,05), maka H0 diterima dan dapat
disimpulkan bahwa data panel dalam penelitian ini tidak terjadi masalah
heterokedastisitas.
77
d. Uji Autokorelasi
Secara harfiah autokorelasi berarti adanya korelasi antara
anggota obeservasi satu dengan observasi lain yang berlainan waktu
(Agus Widarjono, 2013:137).
Mendeteksi masalah Autokorekasi dapat dilakukan dengan
membandingkan nilai Obs*R-squared (Obs*R-squared > 0,0) untuk uji
Breusch-Godfrey dan Durbin-Watson (Uji DW).
Tabel 4.5
Uji Autokorelasi – Uji Breucsch-Godfrey
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.374775 Prob. F(2,89) 0.6885
Obs*R-squared 0.793399 Prob. Chi-Square(2) 0.6725
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 21/02/17 Time: 17:14
Sample: 2 96
Included observations: 95
Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.000147 0.037718 0.003901 0.9969
DPK -0.000788 0.040878 -0.019269 0.9847
NPF 0.000740 0.040473 0.018295 0.9854
SBH -0.000567 0.038687 -0.014656 0.9883
RESID(-1) -0.083656 0.105982 -0.789339 0.4320
RESID(-2) -0.044383 0.106032 -0.418581 0.6765 R-squared 0.008352 Mean dependent var -4.97E-18
Adjusted R-squared -0.047359 S.D. dependent var 0.359114
S.E. of regression 0.367520 Akaike info criterion 0.896996
Sum squared resid 12.02130 Schwarz criterion 1.058294
Log likelihood -36.60731 Hannan-Quinn criter. 0.962172
F-statistic 0.149910 Durbin-Watson stat 2.010206
Prob(F-statistic) 0.979580
Sumber : Output Eviews 7 (data diolah)
78
Berdasarkan tabel 4.5 hasil uji autokorelasi dengan uji Breusch-
Godfrey menunjukkan bahwa nilai Obs*R-squared sebesar 0,793399 >
0,0 dan nilai probabilitas Chi-Square sebesar 0,6725 > 0,05 . Sehingga
hal ini mengindikasikan bahwa model regresi data panel tidak terjadi
masalah autokorelasi.
Selain itu, berdasarkan tabel 4.5 hasil uji autokorelasi melalui uji
durbin-watson menununjukkan bahwa nilai DW sebesar 2,010206. Dari
hasil tersebut dapat diketahui bahwa model regresi berada pada area
tidak terdapat autokorelasi karena nilai DW sebesar 2,010206 diantara
nilai dU = 1,7553 dan 4-dU = 2,447 yang dapat digambarkan pada grafik
sebagai berikut:
Grafik 4.13
Posisi Nilai Durbin-Watson
Autokorel
asi
(+)
Daerah
Keragu-
raguan
Tidak
Ada
Autokorelasi
DW = 2,010206
Daerah
Keragu-
raguan
Autokore
lasi
(-)
0 dL dU 4-dU 4-dL 4
0 1,5821 1,7553 2,447 2,479 4
Berdasarkan gambar di atas maka H0 diterima dan dapat
disimpulkan bahwa data panel dalam penelitian ini tidak terdapat
masalah autokorelasi.
79
2. Uji Stasioner
Uji stasioner bertujuan untuk melihat nilai rata-rata dan varian dari
time series, apakah data tersebut mengalami perubahan secara sistematik
sepanjang waktu (konstan) atau sebaliknya. Uji stasioner dapat dilihat
dengan menggunakan metode uji grafik dan uji akar unit. Disini peneliti
menggunakan uji akar unit (Unit Root Test) dengan metode Augmented
Dickey Fuller (ADF) test. Uji stasioneritas dilakukan pada dua tingkat, yang
pertama adalah pada level dan first difference. Data yang tidak stasioner
pada level kemudian diuji kestasionerannya dalam first difference sebagai
berikut :
Tabel 4.6
Uji Stasioner dengan Unit Akar Tes (Unit Root Test)
Variabel
Level Frist Diffrence
t-statistik Prob. t-statistik Prob.
PBBH -2,435847 0,1348 -10,60226 0,0000
DPK -2,145649 0,2276 -10,26313 0,0000
NPF -1,820196 0,3688 -9,339873 0,0000
SBH -2,580390 0,1006 -10,18497 0,0000
Sumber : Output Eviews 7 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.6 hasil Uji Stasioner data dengan Uji Akar Tes
pendekatan ADF (Dickey-Fuller) uji data pada tingkat Level menunjukkan
bahwa variabel PBBH, DPK, NPF, dan SBH tidak stasioner dan nilai prob.
lebih besar dari 0,05 (dibuktikan pada uji stasioneritas data dilampiran
hal.121). Sehingga diperlukan mentransformasikan data nonstasioner
menjadi data stasioner melalui proses deferensiasi yang disebut uji derajat
integrasi (First Difference).
80
Hasil uji stasioneritas data pada uji derajat integrasi (First
Difference) menunjukkan bahwa data variabel PBBH, DPK, NPF, dan SBH
telah stasioner pada tingkat pertama dengan nilai statistik ADF lebih besar
dari nilai kritisnya pada diferensi tingkat pertama dengan nilai prob. lebih
kecil dari 0,05 (dibuktikan pada uji stasioneritas data dilampiran hal.121).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa data variabel PBBH,
DPK, NPF, dan SBH tidak stasioner pada tingkat level tetapi data telah
stasioner pada derajat satu.
3. Pemilihan Model Regresi Regresi Data Panel
Regresi data panel dapat dilikakukan dengan tiga model, yaitu
common effect, fixed effect, dan random effect. Pemilihan model regresi
tergantung pada asumsi yang dipakai peneliti dan pemenuhan syarat-syarat
pengolahan data statistik yang benar. Oleh karena itu, langkah pertama yang
harus dilakukan adalah memilih model yang tepat dari tiga model yang ada.
Adapaun hasil regresi data panel dapat dilihat pada tabel sebagi berikut:
Tabel 4.7
Hasil Regresi Data Panel Menggunakan Common Effect Model (CEM)
Dependent Variable: PBBH?
Method: Pooled Least Squares
Date: 21/02/17 Time: 17:24
Sample: 2013Q1 2015Q4
Included observations: 12
Cross-sections included: 8
Total pool (balanced) observations: 96 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. DPK? 0.944704 0.017022 55.49765 0.0000
NPF? 0.055651 0.017215 3.232681 0.0017
SBH? 0.164985 0.016480 10.01138 0.0000
81
R-squared 0.975930 Mean dependent var 2.78E-17
Adjusted R-squared 0.975413 S.D. dependent var 0.999999
S.E. of regression 0.156803 Akaike info criterion -0.836901
Sum squared resid 2.286608 Schwarz criterion -0.756766
Log likelihood 43.17127 Hannan-Quinn criter. -0.804509
Durbin-Watson stat 0.379549
Sumber : Output Eviews 7 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.7 hasil regresi dengan menggunakan metode
Common Effects Model (CEM) diatas dapat disimpulkan bahwa 3 variabel
independen (t-test probability), yaitu DPK, NPF, dan SBH menunjukkan
bahwa nilai probabilitasnya siginifikan dengan koefisien individual yang
memiliki nilai positif dan nilai Adjusted R-squared yang cukup besar.
Selain uji Common Effects Model (CEM) diperlukan juga uji
lainnya yaitu uji Fixed Effects Model (FEM) yang dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 4.8
Hasil Regresi Data Panel menggunakan Fixed Effect Model (FEM)
Dependent Variable: PBBH?
Method: Pooled Least Squares
Date: 21/02/17 Time: 17:25
Sample: 2013Q1 2015Q4
Included observations: 12
Cross-sections included: 8
Total pool (balanced) observations: 96 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -8.80E-07 0.010932 -8.05E-05 0.9999
DPK? 1.040670 0.102970 10.10658 0.0000
NPF? 0.005506 0.020359 0.270424 0.7875
SBH? 0.057712 0.020928 2.757704 0.0071
Fixed Effects (Cross)
BSM--C -0.200037
BRIS--C 0.275379
BNIS--C -0.186085
BMGS--C -0.240535
BJBS--C 0.080683
BSBK--C 0.138405
82
BCAS--C 0.079345
BVCS--C 0.052845 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.989736 Mean dependent var 2.78E-17
Adjusted R-squared 0.988528 S.D. dependent var 0.999999
S.E. of regression 0.107107 Akaike info criterion -1.522508
Sum squared resid 0.975112 Schwarz criterion -1.228676
Log likelihood 84.08038 Hannan-Quinn criter. -1.403736
F-statistic 819.6094 Durbin-Watson stat 0.708727
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Output Eviews 7 (data diolah)
Dapat dilihat tabel 4.8 hasil regresi dengan pendekatan Fixed Effects
Model (FEM) memperlihatkan bahwa 2 variabel independen DPK dan SBH
menunjukkan hasil signifikan. Sedangkan variabel NPF tidak signifikan.
Selain itu, melalui pendekatan ini nilai Adjusted R-squared lebih besar dari
Comman Effects Model (CEM) .
Setelah uji Comman Effects Model (CEM) dan Fixed Effects Model
(FEM) telah dilakukan maka perlu dilakukan uji Likehood Ratio. Pengujian
tersebut dibutuhkan untuk memilih model mana yang paling tepat diantara
model Comman Effects Model dan Fixed Effects Model (FEM). Keputusan
dipilih dengan ketentuan.
Kriteria:
H0 = nilai prob. > 0,05 maka menggunakan pendekatan Common Effects.
Ha = nilai prob. < 0,05 maka menggunkan pendekatan Fixed Effects.
Adapun hasil dari uji Likehood Ratio dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:
83
Tabel 4.9
Hasil Uji Likehood Ratio
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: UJIMODELPBBH
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 16.331794 (7,85) 0.0000
Cross-section Chi-square 81.818222 7 0.0000 Sumber : Output Eviews 7 (data diolah)
Berdasarkan hasil uji Likehood Ratio pada tabel 4.9 menunjukkan
bahwa nilai probabilitasnya cross section adalah 0,000 atau < 0,05 yang
berarti bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga model regresi data
panel yang dipilih adalah dengan pendekatan Fixed Effects Model (FEM).
Langkah selanjutnya yaitu melakukan regresi data panel dengan
model Random Effects Model (REM), untuk menentukan model mana yang
paling tepat. Adapun hasil uji Random Effects Model (REM) dapat dilihat
pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.10
Hasil Regresi Data Panel dengan Random Effects Model (REM)
Dependent Variable: PBBH?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 21/02/17 Time: 17:26
Sample: 2013Q1 2015Q4
Included observations: 12
Cross-sections included: 8
Total pool (balanced) observations: 96
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -8.32E-07 0.044543 -1.87E-05 1.0000
DPK? 0.976602 0.042032 23.23463 0.0000
NPF? 0.014681 0.018602 0.789225 0.4320
SBH? 0.074727 0.019343 3.863165 0.0002
84
Random Effects (Cross)
BSM—C -0.050328
BRIS—C 0.260677
BNIS—C -0.157466
BMGS—C -0.218166
BJBS—C 0.041263
BSBK—C 0.090503
BCAS—C 0.033613
BVCS—C -9.60E-05 Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 0.122134 0.5653
Idiosyncratic random 0.107107 0.4347 Weighted Statistics R-squared 0.859384 Mean dependent var -8.96E-18
Adjusted R-squared 0.854799 S.D. dependent var 0.288933
S.E. of regression 0.110099 Sum squared resid 1.115195
F-statistic 187.4220 Durbin-Watson stat 0.618899
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.967575 Mean dependent var 2.78E-17
Sum squared resid 3.080358 Durbin-Watson stat 0.224063
Sumber : Output Eviesw 7 (data diolah)
Dari hasil tabel 4.10 uji Random Effects Model (REM) dapat dilihat
bahwa 2 variabel, yaitu DPK dan SBH menunjukkan hasil yang signifikan
dengan nilai koefisien positif. Sedangkan variabel NPF menunjukkan hasil
tidak signifikan. Namun, nilai adjuated R-squared dengan pendekatan
Random Effects Model (REM) lebih kecil dari pendekatan Fixed Effects
Model (FEM).
Oleh karena itu, berdasarkan tabel 4.8 hasil regresi data panel
dengan Fixed Effects Model (FEM) dan tabel 4.10 yang menggunakan
Random Effects Model (REM) menunjukan hasil yang hampir sama bahwa
variabel DPK dan SBH siginifikan dan variabel NPF tidak signifikan.
85
Namun, hal ini belum cukup untuk memutuskan model mana yang
akan dipilih, sehingga perlu untuk dilakukan Uji Hausman. Uji Hausman
digunakan untuk menentukan model yang paling tepat untuk digunakan
antara model Fixed Effects Model (FEM) atau model Random Effects Model
(REM). Kriteria:
H0= nilai cross section-random > 0,05 maka menggunakan random effects.
Ha= nilai cross section-random < 0,05 maka menggunakan fixed effects.
Tabel 4.11
Uji Hausman
Sumber : Output Eviews 7 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.11 hasil Uji Hausman menunjukkan bahwa nilai
cross section-random adalah sebesar 0,0418 atau < 0,05, maka H0 ditolak
dan Ha diterima. Sehingga model penelitian yang tepat adalah pendekatan
Fixed Effects Model (FEM).
4. Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi bertujuan mengukur seberapa jauh
kemampuan variabel independen, yaitu DPK, NPF, dan Spread Bagi Hasil
dalam menjelaskan variasi variabel dependen, yaitu Pembiayaan Berbasis
Bagi Hasil pada Bank Umum Syariah. Nilai koefisien determinasi adalah
antara nol dan satu. Nilai yang mendekati satu variabel independen
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: UJIMODELPBBH
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 8.211038 3 0.0418
86
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variabel dependen. Jika nilai R2 adalah 1 berarti berfluktuasi variabel
dependen seluruhnya dapat dijelaskan oleh variabel independen dan tidak
ada faktor lain yang menyebabkan fluktuasi variabel dependen. Jika
semakin lemah kemampuan variabel independen untuk dapat menjelaskan
variabel dependen (Ghozali, 2013:97).
Hasil Uji koefisien determinasi dengan menlihat Adjusted R-squared
(Adj R2) dapat dilihat pada tabel 4.12 sebagai berikut:
Tabel 4.12
Uji Koefisien Determinasi
R-squared 0.989736 Mean dependent var 2.78E-17
Adjusted R-squared 0.988528 S.D. dependent var 0.999999
S.E. of regression 0.107107 Akaike info criterion -1.522508
Sum squared resid 0.975112 Schwarz criterion -1.228676
Log likelihood 84.08038 Hannan-Quinn criter. -1.403736
F-statistic 819.6094 Durbin-Watson stat 0.708727
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Eviews 7 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.12 hasil Uji Koefisien Determinasi (R-squared)
dapat diketahui bahwa nilai Adjusted R-squared (Adj R2) sebesar 0,988528
atau 98,85%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa 98,85% jumlah
pembiayaan berbasis bagi hasil dipengaruhi oleh Dana Pihak Ketiga (DPK),
Non Performing Financing (NPF), dan Spread Bagi Hasil (SBH).
Sedangkan, sisanya 1,15% pembiayaan berbasis bagi hasil dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak diteliti.
87
5. Uji Hipotesis
a. Uji Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
yang dimasukkan dalam model regresi secara individual terhadap
variabel dependen. Apabila signifikan t lebih besar dari 0,05 maka Ha
ditolak dan H0 diterima. Demikian pula sebaliknya jika signifikan t lebih
kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan H0 ditolak. Bila Ha diterima berarti
ada hubungan yang signifikan antara variabel independen terhadap
dependen (Ghozali, 2013:98).
Adapun Hasil pengujian hipotesis dengan uji t dengan
pendekatan Fixed Effect Model dapat dilihat pada tabel 4.13 sebagai
berikut :
Tabel 4.13
Uji Parsial (Uji t)
Dependent Variable: PBBH?
Method: Pooled Least Squares
Date: 21/02/17 Time: 17:25
Sample: 2013Q1 2015Q4
Included observations: 12
Cross-sections included: 8
Total pool (balanced) observations: 96 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -8.80E-07 0.010932 -8.05E-05 0.9999
DPK? 1.040670 0.102970 10.10658 0.0000
NPF? 0.005506 0.020359 0.270424 0.7875
SBH? 0.057712 0.020928 2.757704 0.0071
Sumber : Output Eviews 7 (data diolah)
1) Uji t terhadap variabel Dana Pihak Ketiga (DPK)
Berdasarkan tabel hasil uji t regresi data panel variabel
Dana Pihak Ketiga (DPK) secara statistik menunjukkan hasil yang
88
signifikan pada nilai prob. lebih kecil dari nilai α (0,0000 < 0,05).
Sedangkan, nilai t hitung DPK = 10,10658 dan nilai t tabel sebesar
1,662 (df (n-k) 96-4 = 92), pada α 0,05. Sehingga t hitung > t tabel
(10,10658 > 1,662). Maka H0 ditolak dan Ha diterima, sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel Dana Pihak Ketiga (DPK)
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Pembiayaan
Berbasis Bagi Hasil.
2) Uji t terhadap variabel Non Performing Financing (NPF)
Berdasarkan tabel hasil uji t regresi data panel variabel Non
Performing Financing (NPF) secara statistik menunjukkan hasil
yang signifikan pada nilai prob. lebih besar dari nilai α (0,7875 >
0,05). Sedangkan, nilai t hitung NPF= 0,270424 dan nilai t tabel
nilai t tabel sebesar 1,662 (df (n-k) 96-4 = 92), pada α 0,05.
Sehingga nilai t hitung < t tabel (0,270424 < 1,662). Maka H0
diterima dan Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
Non Performing Financing (NPF) secara parsial tidak berpengaruh
signifikan terhadap Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil.
3) Uji t terhadap variabel Spread Bagi Hasil (SBH)
Berdasarkan hasil tabel uji t variabel Spread Bagi Hasil
(SBH) secara statistik menunjukkan bahwa hasil yang signifikan
pada nilai prob. lebih kecil dari nilai α (0,0071 < 0,05). Sedangkan,
nilai t hitung SBH = 2,757704 dan nilai t tabel sebesar 1,662 (df
(df (n-k) 96-4 = 92), pada α 0,05. Sehingga nilai t hitung > t tabel
89
(2,757704 > 1,662). Maka H0 ditolak dan Ha diterima, sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel Spread Bagi Hasil (SBH) secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap Pembiayaan Berbasis Bagi
Hasil.
b. Uji Simultan (Uji F)
Adapun pengujian uji F ini, yaitu untuk menguji secara simultan
variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF),
dan Spread Bagi Hasil (SBH) apakah memberikan pengaruh yang
signifikan atau tidak terhadap Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil dengan
membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel dan melihat nilai signifikan
(Sig. < 0,05 atau 5%). Jika nilai signifikan < 0,05 maka H0 ditolak dan
Ha diterima. Adapun tabel uji simultan (Uji F) dapat dilihat pada tabel
4.14 sebagai berikut :
Tabel 4.14
Uji Simultan (Uji F)
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.989736 Mean dependent var 2.78E-17
Adjusted R-squared 0.988528 S.D. dependent var 0.999999
S.E. of regression 0.107107 Akaike info criterion -1.522508
Sum squared resid 0.975112 Schwarz criterion -1.228676 Log likelihood 84.08038 Hannan-Quinn criter. -1.403736
F-statistic 819.6094 Durbin-Watson stat 0.708727
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Output Eviews 7 (data diolah)
Berdasarkan hasil yang didapat pada tabel diatas diperoleh nilai
Fhitung sebesar 819,6094 dengan nilai siginifikan sebesar 0,000000.
Karena nilai prob. yang lebih kecil dari nilai α (0,000 < 0,05) dan nilai
90
Fhitung > Ftabel (819,6094 > 2,70), dengan nilai Ftabel df :α (k-1) (n-k) atau
0,05 (4-1) (96-4) = 2,70. Maka H0 ditolak dan Ha diterima dan dapat
disimpulkan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing
Financing (NPF), dan Spread Bagi Hasil (SBH) berpengaruh secara
simultan (bersama-sama) terhadap Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil
(PBBH).
c. Analisis Regresi Linier Berganda
Berdasarkan data-data yang disajikan pada tebel di atas,
selanjutnya akan dilakukan analisis regresi linier berganda dengan
bantuan Eviews 7 untuk mengetaui besarnya pengaruh Dana Pihak
Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF), dan Spread Bagi
Hasil (SBH) terhadap Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil. Adapun hasil
uji analisis regresi linier berganda dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut :
Tabel 4.15
Analisis Regresi Linier Berganda
Dependent Variable: PBBH?
Method: Pooled Least Squares
Date: 21/02/17 Time: 17:25
Sample: 2013Q1 2015Q4
Included observations: 12
Cross-sections included: 8
Total pool (balanced) observations: 96 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -8.80E-07 0.010932 -8.05E-05 0.9999
DPK? 1.040670 0.102970 10.10658 0.0000
NPF? 0.005506 0.020359 0.270424 0.7875
SBH? 0.057712 0.020928 2.757704 0.0071
Sumber : Output Eviews 7 (data diolah)
91
Berdasarkan tabel 4.15 telah diperoleh persamaan model regresi
antara variabel Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil (PBBH), Dana Pihak
Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF), dan Spread Bagi
Hasil (SBH), sebagai berikut :
PBBHYit = -0.00000088 + 1,040670 DPK1it + 0,005506 NPF2it + 0,057712
SBH3it + εit
Persamaan model regresi yang digunakan adalah sebagai berikut:
PBBHYit = -0.00000088 + 1,040670 DPK1it + 0,057712 SBH3it + εit
Adapun interpretasi statistik penulis pada model persamaan
regresi diatas adalah sebagai berikut :
1) Konstantan sebesar -0.00000088 menunjukkan bahwa jika variabel
Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Spread Bagi Hasil (SBH) pada
observasi ke i dan periode ke t adalah konstan, maka jumlah
Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil (PBBH) sebesar -0.00000088.
2) Nilai koefisien beta (β1) dari Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar
1,040670 (Positif). Artinya, jika Dana Pihak Ketiga (DPK) pada
observasi ke i dan periode ke t meningkat 1 Rupiah maka akan
meningkatkan Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil (PBBH) sebesar
1,040670 apabila nilai variabel indepeden lainnya dianggap
konstan.
3) Nilai koefisien beta (β3) dari Spread Bagi Hasil (SBH) sebesar
0,057712 (Positif). Artinya, jika Spread Bagi Hasil pada observasi
ke i dan periode ke t meningkat 1% maka akan meningkatkan
92
Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil (PBBH) sebesar 0,057712 apabila
nilai variabel indepeden lainnya dianggap konstan.
Tabel 4.16
Model Regresi Setiap Bank Umum Syariah (BUS)
Fixed Effects (Cross)
BSM—C -0.200037
BRIS—C 0.275379
BNIS—C -0.186085
BMGS—C -0.240535
BJBS—C 0.080683
BSBK—C 0.138405
BCAS—C 0.079345
BVCS—C 0.052845
Sumber : Output Eviews 7 (diolah)
Berdasarkan hasil uji Fixed Effects Model (FEM) dengan Eviews
7 di atas, maka didapat persamaan model regresi tiap bank umum
syariah sebagai berikut:
1. Persamaan model regresi Bank Syariah Mandiri (BSM)
PBBH Bank Syariah Mandiriit = -0,200037 + 1,040670 DPK1it +
0,057712 SBH3it + εit
Konstanta sebesar -0,200037 menunjukkan bahwa jika
variabel independen (DPK dan SBH) pada observasi ke i dan periode
t adalah konstan, maka pembiayaan berbasis bagi hasil pada Bank
Syariah Mandiri adalah sebesar -0,200037.
2. Persamaan model regresi BRI Syariah (BRIS)
PBBH BRI Syariahit = 0,275379 + 1,040670 DPK1it + 0,057712
SBH3it + εit
93
Konstanta sebesar 0,275379 menunjukkan bahwa jika
variabel independen (DPK dan SBH) pada observasi ke i dan periode
t adalah konstan, maka pembiayaan berbasis bagi hasil pada BRI
Syariah adalah sebesar 0,275379.
3. Persamaan model regresi BNI Syariah (BNIS)
PBBH BNI Syariahit = -0,186085 + 1,040670 DPK1it + 0,057712
SBH3it + εit
Konstanta sebesar -0,186085 menunjukkan bahwa jika
variabel independen (DPK dan SBH) pada observasi ke i dan
periode t adalah konstan, maka pembiayaan berbasis bagi hasil pada
BNI Syariah adalah sebesar -0,186085.
4. Persamaan model regresi Bank Mega Syariah (BMGS)
PBBH Bank Mega Syariahit = -0,240535 + 1,040670 DPK1it +
0,057712 SBH3it + εi
Konstanta sebesar -0,240535 menunjukkan bahwa jika
variabel independen (DPK dan SBH) pada observasi ke i dan periode
t adalah konstan, maka pembiayaan berbasis bagi hasil pada Bank
Mega Syariah adalah sebesar -0,240535.
5. Persamaan model regresi BJB Syariah (BJBS)
PBBH BJB Syariahit = 0,080683 + 1,040670 DPK1it + 0,057712
SBH3it + εi
94
Konstanta sebesar 0,080683 menunjukkan bahwa jika
variabel independen (DPK dan SBH) pada observasi ke i dan
periode t adalah konstan, maka pembiayaan berbasis bagi hasil pada
BJB Syariah adalah sebesar 0,080683.
6. Persamaan model regresi Bank Syariah Bukopin (BSBK)
PBBH Bank Syariah Bukopinit = 0,138405 + 1,040670 DPK1it +
0,057712 SBH3it + εi
Konstanta sebesar 0,138405 menunjukkan bahwa jika
variabel independen (DPK dan SBH) pada observasi ke i dan periode
t adalah konstan, maka pembiayaan berbasis bagi hasil pada Bank
Syariah Bukopin adalah sebesar 0,138405.
7. Persamaan model regresi BCA Syariah (BCAS)
PBBH BCA Syariahit = 0,079345 + 1,040670 DPK1it + 0,057712
SBH3it + εi
Konstanta sebesar 0,079345 menunjukkan bahwa jika
variabel independen (DPK dan SBH) pada observasi ke i dan periode
t adalah konstan, maka pembiayaan berbasis bagi hasil pada BCA
Syariah adalah sebesar 0,079345.
8. Persamaan model regresi Bank Victoria Syariah (BVCS)
PBBH Bank Victoria Syariahit = 0,052845 + 1,040670 DPK1it +
0,057712 SBH3it + εi
95
Konstanta sebesar 0,052845 menunjukkan bahwa jika
variabel independen (DPK dan SBH) pada observasi ke i dan periode
t adalah konstan, maka pembiayaan berbasis bagi hasil pada Bank
Victoria Syariah adalah sebesar 0,052845.
C. Interpretasi
Adapun interpretasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Pembiayaan Berbasis Bagi
Hasil
Berdasarkan hasil uji parsial (Uji t) pada tabel 4.13, telah diperoleh
bahwa variabel X1, yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK) mempunyai nilai
signifikan 0,0000 < 0,05 dan nilai t hitung > t tabel (10,10658 > 1,662).
Hal ini berarti menerima Ha dan menolak H0, sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) secara parsial berpengaruh
positif signifikan terhadap Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan
oleh Muhammad Luthfi Qolbi (2013) dalam pelitiannya menunjukkan
bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif signifikan terhadap
pembiayaan perbankan syariah. Dana pihak ketiga merupakan sumber
pendanaan utama dalam perbankan syariah, semakin besar dana pihak
ketiga (DPK) yang dihimpun oleh perbankan syariah maka semakin besar
peluang pembiayaan yang akan diberikan oleh perbankan syariah kepada
masyarakat. Selain itu, Andreany (2011) dalam penelitiannya juga
96
menyatakan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh siginifikan
terhadap volume pembiayaan berbasis bagi hasil pada perbankan syariah
di Indonesia.
Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan dana-dana yang dihimpun
oleh bank syariah baik dari perorang maupun lembaga atau perusahaan.
Dana pihak ketiga digunakan sebagai sumber modal tambahan bagi bank
syariah untuk menjalankan kegiatan operasional, seperti pembiayaan.
Sumber dana tersebut sangat mengpengaruhi kelancaran operasional bank
syarah terutama dalam kegiatan pembiayaan.
Semakin besar dana pihak ketiga yang dihimpun bank syariah
maka akan semakin besar pembiayaan yang akan disalurkan oleh bank
syariah. Hal ini menunjukkan bahwa besar atau kecilnya pembiayaan
berbasis bagi hasil yang disalurkan juga dipengaruhi oleh dana pihak
ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun oleh bank syariah.
2) Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap Pembiayaan
Berbasis Bagi Hasil
Berdasarkan hasil uji parsial (Uji t) pada tabel 4.13, telah diperoleh
bahwa variabel X2, yaitu Non Performing Financing (NPF) mempunyai
nilai signifikan 0,7875 > 0,05 dan nilai t hitung < t tabel (0,270424 <
1,677). Hal ini berarti menerima H0 dan menolak Ha sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel NPF secara parsial tidak berpengaruh
signifikan terhadap Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil.
97
Hasil penelitian ini berbeda dengan Diantini Citrawati Slamet
(2016) dalam penelitiannya NPF berpengaruh signifikan negatif terhadap
pertumbuhan pembiayaan bagi hasil yang disalurkan. Serta, berbeda juga
dengan penelitian Fauziyah Adzimatinur, Sri Hartoyo, dan Ranti Wiliasih
(2013) yang menjelaskan bahwa NPF memiliki hubungan signifikan yang
negatif terhadap pembiayaan perbankan syariah.
Namun, penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Nur Gilang Gianni (2013) yang menjelaskan bahwa secara parsial Non
Performig Financing (NPF) tidak berpengaruh terhadap pembiayaan
mudharabah. Menurut Nur Gilang Gianni penyebab hal ini karena tidak
konsistennya antara kenaikkan atau penurunan NPF dengan jumlah
pembiayaan mudharabah di setiap triwulannya.
Penelitian ini juga sejalan yang dilakukan oleh Aal Hendri, Ethika,
dan Yheasy Darmayanti (2013) yang menjelaskan bahwa Non Performig
Financing tidak berpengaruh signifikan terhadap kegiatan pembiayaan
berbasis bagi hasil pada bank syariah. Hal ini menunjukkan bahwa
kegiatan pembiayaan (financing) pada suatu perusahaan akan tetap
berjalan walaupun Non Performig Financing yang dimiliki oleh
perusahaan mengalami peningkatan atau penurunan.
Non Performig Financing (NPF) merupakan gambaran seberapa
besar tingkat pembiayaan bermasalah pada suatu bank syariah yang
ditampilkan dalam bentuk persentase. NPF yang besar maupun kecil tetap
perlu diantisipasi dan diatasi karena dikhawatirkan NPF dapat
98
mempengaruhi tingkat pembiayaan yang akan disalurkan. Namun, dalam
hal ini tidak berarti apabila tingkat NPF besar, lalu bank membatasi
pembiayaan. Bank syariah tetap mampu meningkatkan pembiayaan,
karena NPF bukan menjadi faktor utama. Dengan tetap meningkatkan
pembiayaan bank syariah dapat memperoleh pendapatan dan menutupi
kerugian yang dialami karena pembiayaan bermasalah.
Selain itu, hal ini juga dibuktikan pada laporan deskriptif tentang
perkembangan pembiayaan bagi hasil maupun NPF yang telah dijelaskan
sebelumnya. Laporan perkembangan tersebut menunjukkan bahwa
meskipun NPF cukup tinggi, tapi pembiayaan bagi hasil yang disalurkan
tetap meningkat, seperti pada tahun 2015 Bank Victoria Syariah memiliki
tingkat NPF sebesar 9% namun pembiayaan berbasis bagi hasil tahun 2015
tetap meningkat lebih besar daripada tahun 2014. Sehingga apabila NPF
bank syariah meningkat, maka bank syariah tetap mampu meningkatkan
pembiayaan dengan menyeleksi, menjaga, dan menyalurkan pembiayaan
dengan tepat.
3) Pengaruh Spread Bagi Hasil terhadap Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil
Berdasarkan hasil uji parsial (Uji t) pada tabel 4.13, telah diperoleh
bahwa variabel X3, yaitu Spread Bagi Hasil (SBH) mempunyai nilai
signifikan 0,0071 < 0,05 dan nilai t hitung > t tabel (2,757704 > 1,662).
Hal ini berarti menerima Ha dan menolak H0 sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel Spread Bagi Hasil secara parsial berpengaruh positif
signifikan terhadap Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil.
99
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Nugroho Heri Pramono (2013) yang menunjukkan bahwa Spread bagi
hasil berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan berbasis bagi hasil.
Nugroho Heri Pramono (2013) menjelaskan bahwa Bank syariah akan
menginginkan spread bagi hasil yang tinggi dan bank syariah akan
menyusun strategi agar mendapatkan profit yang besar. Apabila
keuntungan yang dihasilkan bank syariah tinggi maka pembiayaan bagi
hasil yang dapat disalurkan bank syariah bertambah, begitu pula
sebaliknya.
Spread bagi hasil merupakan gambaran besarnya pendapatan
utama yang diperoleh oleh bank syariah dari penyaluran pembiayaan
baerbasis bagi hasil. Pembiayaan berbasis bagi hasil yang disalurkan bank
syariah pastinya akan menghasilkan pendapatan, yang disajikan dalam
laporan keuangan dengan subjek “pendapatan bagi hasil”. Untuk
mengetahuai kisaran keuntungan atau spread bagi hasil yang diperoleh,
bank syariah perlu membagi pendapatan bagi hasil tersebut dengan bagi
hasil dana pihak ketiga yang akan dibagikan. Dengan membagi keduanya,
maka diperolehlah jumlah kisaran pendapatan atau spread bagi hasil yang
diperoleh oleh bank syariah.
Apabila spread bagi hasil yang diperoleh bank syariah besar, maka
hal ini dapat mendorong keputusan bank syariah untuk lebih meningkatkan
jumlah pembiayaan bagi hasil yang disalurkan. Oleh karena itu, apabila
bank syariah menginginkan spread bagi hasil yang besar, maka bank
100
syariah juga akan meningkatkan serta menjaga pembiayaan berbasis bagi
hasil yang disalurkannya agar pendapatan bagi hasil yang diperoleh
semakin meningkat dan pembiayaan bagi hasil juga terus meningkat.
101
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan
pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan uji parsial (uji t) pada tabel 4.13 diketahui variabel Dana
Pihak Ketiga (DPK) memiliki nilai signifikan sebesar 0,000 dan t hitung
sebesar 10,10658 yang menunjukkan bahwa variabel Dana Pihak
Ketiga (DPK) berpengaruh positif signifikan terhadap Pembiayaan
Berbasis Bagi Hasil pada Bank Umum Syariah.
2. Berdasarkan uji parsial (uji t) pada tabel 4.13 dikatahui variabel Non
Performing Financing (NPF) memiliki nilai signifikan sebesar 0,7875
dan memiliki t hitung sebesar 0,270424 yang menunjukkan bahwa
variabel Non Performing Financing (NPF) tidak berpengaruh
signifikan terhadap Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil pada Bank Umum
Syariah.
3. Berdasarkan uji parsial (uji t) pada tabel 4.13 diketahui variabel Spread
Bagi Hasil memiliki nilai signifikan sebesar 0,0071 dan t hitung sebesar
2,757704 yang menunjukkan bahwa variabel Spread Bagi Hasil
berpengaruh positif signifikan terhadap Pembiayaan Berbasis Bagi
Hasil pada Bank Umum Syariah.
4. Berdasarkan hasil uji simultan (Uji f) pada tabel 4.14 diketahui variabel
Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF), dan
102
Spread Bagi Hasil memiliki nilai signifikan sebesar 0,0000 yang
menunjukkan bahwa variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), Non
Performing Financing (NPF), dan Spread Bagi Hasil secara simultan
atau bersama-sama berpengaruh siginifikan terhadap Pembiayaan
Berbasis Bagi Hasil pada Bank Umum Syariah.
5. Berdasarkan hasil uji analisis regresi, variabel bebas yang paling
dominan memiliki pengaruh terhadap pembiayaan berbasis bagi hasil
adalah Dana Pihak Ketiga (DPK).
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka penulis mencoba
mengemukakan implikasi yang mungkin bermanfaat di antaranya:
1. Bagi Praktisi Perbankan
Hendaknya bank umum syariah lebih meningkatkan pembiayaan
berbasis bagi hasil dengan melalui sosialisasi lebih mendalam mengenai
produk pembiayaan dengan skema bagi hasil kepada karyawan (SDM)
mengingatkan faktor SDM juga sangat mendorong perkembangan bank
syariah dan fokus terhadap pembiayaan yang menggerakan sektor
UMKM agar menjadi lebih produktif dan mampu membantu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Selain itu, bank umum syariah hendaknya perlu menjaga dan
meningkatkan tiga komponen yang mampu mempengaruhi pembiayaan
berbasis bagi hasil, yaitu (1) Dana Pihak Ketiga (DPK) melalui inovasi
103
produk khususnya produk penghimpunan dana dan transparansi laporan
keuangan sehingga masyarakat tertarik untuk melakukan investasi pada
bank syariah, (2) NPF melalui pencegahan, pengawasan dan
penyelesaian yang tepat terhadap pembiayaan bermasalah agar tingkat
NPF bank syariah berada pada posisi aman. dan (3) Spread bagi hasil
juga perlu diperhatikan oleh bank syariah dengan menjaga tingkat
pendapatan bagi hasil yang diperoleh. Sehingga laba yang diinginkan
(spread bagi hasil) dapat tercapai yang nantinya akan mampu
meningkatkan pembiayaan berbasis bagi hasil.
2. Bagi Akademisi
Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan untuk menambah
wawasan dan pengetahuan, khususnya tentang Dana Pihak Ketiga (DPK),
Non Performing Financing (NPF), dan Spread Bagi Hasil yang
mempengaruhi Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil.
3. Bagi Penulis
Hendaknya untuk penulis atau peneliti selanjutnya dapat
menambahkan jumlah variabel penelitian, seperti variabel internal bank
syariah, yaitu FDR, ROA, CAR, dan Modal Sendiri, juga variabel
eksternal bank syariah, yaitu jumlah uang beredar, inflasi, kurs, dan
tingkat suku bunga.
104
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an dan Hadits.
Adzimatinur, Fauziyah, Sri Hartoyo, dan Ranti Wiliasih. 2013. “Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Besaran Pembiayaan Perbankan Syariah di
Indonesia”, Jurnal Al-Muzara’ah. Jurusan Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, IPB.
Akhyar, Muhammad dan Didi Purwoko. 2013. “Analisis Faktor-Faktor yang
Mepengaruhi Rendahnya Pembiayaan Mudharabah Menurut Prespektif
Manajemen Bank Syariah dengan Pendekatan Kritis”, Jurnal Akuntansi &
Investasi Vol. 14 No. 1, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Andraeny, Dita. 2011. “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Tingkat Bagi Hasil,
Dan Non Performing Financing Terhadap Volume Pembiayaan Berbasis
Bagi Hasil Pada Perbankan Syariah Di Indonesia”, Jurnal, Universitas
Syiah Kuala Banda Aceh.
Arifin, Zainul. 2009. “Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah”, Tangerang, Azkia
Publisher.
Ascarya. 2013. “Akad & Produk Bank Syariah”, Jakarta, Rajawali Pers.
Ascarya dan Diana Yumanita. 2005. “Mencari Solusi Rendahnya Pembiayaan Bagi
Hasil Di Perbankan Syariah Indonesia”, Buletin Ekonomi Moneter dan
Perbankan.
Bank BCA Syariah. Laporan Keuangan Triwulan Periode Tahun 2013-2015.
http://www.bcasyariah.co.id/ diakses tanggal 20 Oktober 2016.
105
Bank BNI Syariah. Laporan Keuangan Triwulan Periode Tahun 2013-2015.
http://www.bnisyariah.co.id/ diakses tanggal 20 Oktober 2016.
Bank BRI Syariah. Laporan Keuangan Triwulan Periode Tahun 2013-2015.
http://www.brisyariah.co.id/ diakses tanggal 20 Oktober 2016.
Bank Jabar Banten Syariah. Laporan Keuangan Triwulan Periode Tahun 2013-
2015. http://bjbsyariah.co.id/ diakses tanggal 20 Oktober 2016.
Bank Mega Syariah. Laporan Keuangan Triwulan Periode Tahun 2013-2015.
/http://www.megasyariah.co.id/ diakses tanggal 20 Oktober 2016.
Bank Syariah Bukopin. Laporan Keuangan Triwulan Periode Tahun 2013-2015.
http://www.syariahbukopin.co.id/ diakses tanggal 20 Oktober 2016.
Bank Syariah Mandiri. Laporan Keuangan Triwulan Periode Tahun 2013-2015.
http://www.syariahmandiri.co.id/ diakses tanggal 20 Oktober 2016.
Bank Victoria Syariah. Laporan Keuangan Triwulan Periode Tahun 2013-2015.
http://bankvictoriasyariah.co.id/ diakses tanggal 20 Oktober 2016.
Djuarni, Wenny. 2011. “Analisis Perbandingan Metode Pemberian Kredit di Bank
Konvensional dengan dengan Pembiayaan Musyarakah di Bank Syariah
pada PT Bank Jabar Banten dan PT Bank Jabar Syariah Tbk”, Jurnal
Manajemen, Fakulatas Ekonomi, Universitas Putra Indonesia (UNPI).
Effendi, Arif. 2014. “Industri Perbankan Syariah di Indonesia dalam Prespektif
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah”, Vol.
1 No. 2, Jurnal Ekonomi, STAIMUS, Surakarta.
106
Giannini, Nur Gilang. 2013. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan
Mudharabah Pada Bank Umum Syariah di Indonesia”. AAJ 2 (1), Jurnal
Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang Indonesia.
Ghozali, Imam. 2013. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
20 Edisi 7”, Semarang, Badan Penerbit Universitas Dipenogoro.
Gurajati, Damodar R. 2006. “Dasar- dasar Ekonometrika”, Jilid 1, Alih Bahasa Julius
Mulyadi, Jakarta, Erlangga.
Hamid, Abdul. 2012. “Panduan Penulisan Skripsi”, FEB, Jakarta, UIN Jakarta
Press.
Hendri, Aal, Ethika, dan Yeasy Darmayanti. 2013. “Faktor Faktor Yang
Mempengaruhi Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Pada Perbankan
Syariah Di Indonesia”, Vol 2, No 1, Jurnal Ekonomi, Universitas Bung
Hatta.
Hesti K, Rinda. 2013. “Sistem Informasi Perbankan Syariah”, Jakarta, UIN Jakarta
Press.
Indonesia, Ikatan Bankir. 2015. “Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank Syariah”,
Jakarta, Gramedia.
Is, Muhamad Sadi. 2015. “Konsep Hukum Perbankan Syariah Pola Relasi Sebagai
Institusi Intermediasi dan Agen Investasi”, Malang, Setara Press.
Karim, Adimarwan. 2014. “Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan”, Jakarta, PT
RajaGrafindo Persada.
107
Meydianawati, Luh Gede. 2007. “Analisis Perilaku Penawaran Kredit Perbankan
Kepada Sektor UMKM di Indonesia (2002-2006)”, Buletin Studi Ekonomi
Vol.12 No.2, Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana, Bali.
Otoritas Jasa Keuangan. Statistik Perbankan Syariah Tahun 2013-2015.
http://www.ojk.go.id/id/ diakses tanggal 20 September 2016.
Pramono, Heri Nugroho. 2013. “Optimalisasi Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil
Pada Bank Syariah Di Indonesia”, Jurnal Jurusan Akuntansi, Fakultas
Ekonomi, Universitas Negeri Semarang.
Qalby, Muhammad Luthfi. 2013. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pembiayaan pada Perbankan Syariah Periode Tahun 2007-2013”, EDAJ
2(4) (2013), Jurnal Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi,
Universitas Negeri Semarang.
Rustam, Bambang Rianto. 2013. “Manajemen Risiko Perbankan Syariah di
Indonesia”, Jakarta, Salemba Medika.
S, Burhanuddin. 2010. “Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah”, Yogyakarta,
Graha Ilmu.
Slamet, Diantini Citrawati. 2016. “Peningkatan Pembiayaan Bagi Hasil Melalui
Penetapan Tingkat Risiko Pembiayaan (NPF) Dan Penghimpunan Dana
Pihak Ketiga (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah Yang Terdaftar Di
Otoritas Jasa Keuangan)”, Jurnal Ekonomi, Universitas Komputer
Indonesia.
108
Sriyana, Jaka. 2014. “Metode Regresi Data Pannel:Dilengkapi Analisis Kinerja
Bank Syariah di Indonesia”, Yogyakarta, Ekonisia.
Waluyo, Bambang. 2015. “Implementasi Mudharabah pada Pembiayaan di Bank
Syariah, Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Jakarta”, Volume 1 No 3,
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Jakarta.
Widarjono, Agus. 2013. “Ekonometrika: Pengantar dan Aplikasinya Disertai
Panduan Eviews”, Yogyakarta, UPP STIM YKPN.
Yahya, Muchlis dan Edy Yusuf Agunggunanto. 2011. “Teori Bagi Hasil (Profit
And Loss Sharing) dan Perbankan Syariah Dalam Ekonomi Syariah”,
Volume 1, Nomor 1, Jurnal Dinamika Ekonomi Pembangunan, Universitas
Dipenogoro Semarang.
Z, Wangsawigjaja A. 2012. “Pembiayaan Bank Syariah”, Jakarta, Kompas
Gramedia.
109
LAMPIRAN
Lampiran 1: Data Variabel Penelitian
Tabel Variabel Data Panel
(Y: PBBH) (X1: DPK) (X2: NPF) (X3: SBH)
Lampiran 1
No Th Lap-
Ke BUS
PBBH
(Rp)
DPK
(Rp) NPF SBH
1 2013 1
PT. Bank
Syariah
Mandiri
10,513,006,000,000 48,297,781,000,000 0.0344
0.6233
2 2013 2
PT. Bank
Syariah
Mandiri
11,060,256,000,000 51,274,196,000,000 0.029
0.6279
3 2013 3
PT. Bank
Syariah
Mandiri
10,954,265,000,000 54,428,345,000,000 0.034
0.5863
4 2013 4
PT. Bank
Syariah
Mandiri
11,113,224,000,000 56,486,768,000,000 0.0432
0.5863
5 2014 1
PT. Bank
Syariah
Mandiri
10,796,645,000,000 54,510,183,000,000 0.0488
0.5029
6 2014 2
PT. Bank
Syariah
Mandiri
10,826,614,000,000 55,404,175,000,000 0.0646
0.4919
7 2014 3
PT. Bank
Syariah
Mandiri
11,131,425,000,000 57,902,977,000,000 0.0676
0.4897
8 2014 4
PT. Bank
Syariah
Mandiri
10,689,858,000,000 59,283,492,000,000 0.0684
0.4676
9 2015 1
PT. Bank
Syariah
Mandiri
10,937,562,000,000 59,198,066,000,000 0.0681
0.4495
10 2015 2
PT. Bank
Syariah
Mandiri
12,965,714,000,000 59,164,411,000,000 0.0667
0.4885
11 2015 3
PT. Bank
Syariah
Mandiri
13,009,829,000,000 59,707,778,000,000 0.0689
0.5072
12 2015 4
PT. Bank
Syariah
Mandiri
13,479,633,000,000 62,112,879,000,000 0.0606
0.4901
13 2013 1
PT. Bank
BRI
Syariah
2,880,614,000,000 13,004,181,000,000 0.0304
0.4936
14 2013 2
PT. Bank
BRI
Syariah
3,575,317,000,000 13,832,170,000,000 0.0289
0.5159
15 2013 3
PT. Bank
BRI
Syariah
3,854,597,000,000 13,924,879,000,000 0.0298
0.5241
4,050,478,000,000 2013 4
PT. Bank
BRI
Syariah
14,349,712,000,000 0.0406
0.5043
110
Tabel Variabel Data Panel
(Y: PBBH) (X1: DPK) (X2: NPF) (X3: SBH)
Lampiran 1
No Th Lap-
Ke BUS
PBBH
(Rp)
DPK
(Rp) NPF SBH
17 2014 1
PT. Bank
BRI
Syariah
3,846,442,000,000 13,990,979,000,000 0.0404
0.4529
18 2014 2
PT. Bank
BRI
Syariah
3,969,312,000,000 15,116,605,000,000 0.0438
0.4583
19 2014 3
PT. Bank
BRI
Syariah
4,263,843,000,000 15,116,605,000,000 0.0479
0.4799
20 2014 4
PT. Bank
BRI
Syariah
4,976,583,000,000 16,947,388,000,000 0.046
0.5043
21 2015 1
PT. Bank
BRI
Syariah
4,937,707,000,000 17,562,001,000,000 0.0496
0.6012
22 2015 2
PT. Bank
BRI
Syariah
5,461,888,000,000 17,310,457,000,000 0.0531
0.625
23 2015 3
PT. Bank
BRI
Syariah
6,039,296,000,000 18,863,643,000,000 0.049
0.6348
24 2015 4
PT. Bank
BRI
Syariah
6,204,430,000,000 20,123,658,000,000 0.0486
0.6249
25 2013 1
PT. Bank
BNI
Syariah
1,424,136,000,000 10,683,235,000,000 0.0213
0.4181
26 2013 2
PT. Bank
BNI
Syariah
1,582,643,000,000 10,387,112,000,000 0.0211
0.4377
27 2013 3
PT. Bank
BNI
Syariah
1,739,500,000,000 10,969,565,000,000 0.0206
0.4204
28 2013 4
PT. Bank
BNI
Syariah
1,832,532,000,000 11,488,209,000,000 0.0186
0.4119
29 2014 1
PT. Bank
BNI
Syariah
1,976,568,000,000 11,488,209,000,000 0.0196
0.3506
30 2014 2
PT. Bank
BNI
Syariah
2,172,187,000,000 13,509,005,000,000 0.0199
0.3415
31 2014 3
PT. Bank
BNI
Syariah
2,265,910,000,000 14,932,565,000,000 0.0199
0.3344
32 2014 4
PT. Bank
BNI
Syariah
2,471,835,000,000 14,932,565,000,000 0.0188
0.3405
33 2015 1
PT. Bank
BNI
Syariah
2,603,676,000,000 17,418,134,000,000 0.0222
0.3282
34 2015 2
PT. Bank
BNI
Syariah
2,950,927,000,000 17,321,427,000,000 0.0242
0.3289
111
Tabel Variabel Data Panel
(Y: PBBH) (X1: DPK) (X2: NPF) (X3: SBH)
Lampiran 1
No Th Lap-
Ke BUS
PBBH
(Rp)
DPK
(Rp) NPF SBH
35 2015 3
PT. Bank
BNI
Syariah
3,071,174,000,000 18,930,220,000,000 0.0254
0.3385
36 2015 4
PT. Bank
BNI
Syariah
3,448,754,000,000 19,322,756,000,000 0.0253
0.3489
37 2013 1
PT. Bank
Mega
Syariah
33,868,000,000 7,251,028,000,000 0.0283
0.0117
38 2013 2
PT. Bank
Mega
Syariah
30,787,000,000 7,136,031,000,000 0.0367
0.0105
39 2013 3
PT. Bank
Mega
Syariah
31,252,000,000 7,107,187,000,000 0.033
0.0096
40 2013 4
PT. Bank
Mega
Syariah
43,593,000,000 7,730,738,000,000 0.0298
0.0083
41 2014 1
PT. Bank
Mega
Syariah
39,615,000,000 7,730,738,000,000 0.0322
0.0097
42 2014 2
PT. Bank
Mega
Syariah
37,178,000,000 6,898,350,000,000 0.0348
0.0097
43 2014 3
PT. Bank
Mega
Syariah
35,076,000,000 6,755,362,000,000 0.0377
0.0097
44 2014 4
PT. Bank
Mega
Syariah
41,418,000,000 5,076,152,000,000 0.0389
0.0097
45 2015 1
PT. Bank
Mega
Syariah
38,339,000,000 5,075,152,000,000 0.0433
0.017
46 2015 2
PT. Bank
Mega
Syariah
34,986,000,000 4,429,784,000,000 0.0486
0.0143
47 2015 3
PT. Bank
Mega
Syariah
33,190,000,000 4,008,682,000,000 0.0478
0.0058
48 2015 4
PT. Bank
Mega
Syariah
58,481,000,000 4,268,834,000,000 0.0426
0.006
49 2013 1
PT. Bank
Jabar
Banten
Syariah
1,077,863,000,000 3,580,309,000,000 0.0435
0.7409
50 2013 2
PT. Bank
Jabar
Banten
Syariah
1,254,927,000,000 3,513,597,000,000 0.0392
0.6432
51 2013 3
PT. Bank
Jabar
Banten
Syariah
1,381,162,000,000 3,572,770,000,000 0.0397
0.6476
52 2013 4 PT. Bank
Jabar
1,278,849,000,000 3,702,683,000,000 0.0186
0.6476
112
Tabel Variabel Data Panel
(Y: PBBH) (X1: DPK) (X2: NPF) (X3: SBH)
Lampiran 1
No Th Lap-
Ke BUS
PBBH
(Rp)
DPK
(Rp) NPF SBH
Banten
Syariah
53 2014 1
PT. Bank
Jabar
Banten
Syariah
1,259,359,000,000 4,178,133,000,000 0.0295
0.4728
54 2014 2
PT. Bank
Jabar
Banten
Syariah
1,254,303,000,000 4,032,598,000,000 0.0284
0.44
55 2014 3
PT. Bank
Jabar
Banten
Syariah
1,334,041,000,000 4,055,172,000,000 0.0681
0.4289
56 2014 4
PT. Bank
Jabar
Banten
Syariah
1,292,787,000,000 5,821,319,000,000 0.0584
0.415
57 2015 1
PT. Bank
Jabar
Banten
Syariah
1,116,509,000,000 5,243,446,000,000 0.0718
0.3829
58 2015 2
PT. Bank
Jabar
Banten
Syariah
1,208,474,000,000 5,154,079,000,000 0.0691
0.1699
59 2015 3
PT. Bank
Jabar
Banten
Syariah
1,144,649,000,000 4,722,782,000,000 0.0691
0.1619
60 2015 4
PT. Bank
Jabar
Banten
Syariah
1,112,650,000,000 4,702,474,000,000 0.0693
0.1613
61 2013 1
PT. Bank
Syariah
Bukopin
846,200,000,000 3,079,920,000,000 0.0462
0.5109
62 2013 2
PT. Bank
Syariah
Bukopin
981,225,000,000 3,204,602,000,000 0.0432
0.5207
63 2013 3
PT. Bank
Syariah
Bukopin
1,044,739,000,000 3,392,211,000,000 0.0445
0.5308
64 2013 4
PT. Bank
Syariah
Bukopin
1,092,737,000,000 3,272,262,000,000 0.0427
0.5215
65 2014 1
PT. Bank
Syariah
Bukopin
1,154,332,000,000 3,272,262,000,000 0.0461
0.5023
66 2014 2
PT. Bank
Syariah
Bukopin
981,225,000,000 3,372,243,000,000 0.0431
0.4947
67 2014 3
PT. Bank
Syariah
Bukopin
1,443,893,000,000 3,449,246,000,000 0.0427
0.496
113
Tabel Variabel Data Panel
(Y: PBBH) (X1: DPK) (X2: NPF) (X3: SBH)
Lampiran 1
No Th Lap-
Ke BUS
PBBH
(Rp)
DPK
(Rp) NPF SBH
68 2014 4
PT. Bank
Syariah
Bukopin
1,461,972,000,000 3,449,246,000,000 0.0407
0.509
69 2015 1
PT. Bank
Syariah
Bukopin
1,600,976,000,000 3,915,238,000,000 0.0452
0.5346
70 2015 2
PT. Bank
Syariah
Bukopin
1,692,430,000,000 4,061,046,000,000 0.0303
0.5529
71 2015 3
PT. Bank
Syariah
Bukopin
1,794,732,000,000 4,337,818,000,000 0.0452
0.5781
72 2015 4
PT. Bank
Syariah
Bukopin
2,100,583,000,000 4,756,303,000,000 0.0299
0.5964
73 2013 1 PT. BCA
Syariah
515,661,000,000 1,200,456,000,000 0.0009
0.8071
74 2013 2 PT. BCA
Syariah
622,141,000,000 1,283,684,000,000 0.0001
0.8487
75 2013 3 PT. BCA
Syariah
720,538,000,000 1,418,684,000,000 0.0007
0.8979
76 2013 4 PT. BCA
Syariah
740,942,000,000 1,418,684,000,000 0.001
0.8596
77 2014 1 PT. BCA
Syariah
733,736,000,000 1,680,808,000,000 0.0015
0.6754
78 2014 2 PT. BCA
Syariah
800,120,000,000 1,861,348,000,000 0.0014
0.6893
79 2014 3 PT. BCA
Syariah
843,426,000,000 1,886,345,000,000 0.0005
0.6745
80 2014 4 PT. BCA
Syariah
1,007,345,000,000 2,338,709,000,000 0.0012
0.6638
81 2015 1 PT. BCA
Syariah
1,146,879,000,000 2,379,674,000,000 0.0092
0.841
82 2015 2 PT. BCA
Syariah
1,208,924,000,000 2,712,731,000,000 0.006
0.4919
83 2015 3 PT. BCA
Syariah
1,222,575,000,000 2,605,729,000,000 0.0059
0.4688
84 2015 4 PT. BCA
Syariah
1,348,175,000,000 3,255,154,000,000 0.007
0.4596
85 2013 1
PT. Bank
Victoria
Syariah
95,779,000,000 632,049,000,000 0.0298
0.1958
86 2013 2
PT. Bank
Victoria
Syariah
130,985,000,000 583,712,000,000 0.0291
0.1891
87 2013 3
PT. Bank
Victoria
Syariah
144,448,000,000 802,605,000,000 0.0429
0.2736
88 2013 4
PT. Bank
Victoria
Syariah
277,662,000,000 1,015,792,000,000 0.0371
0.2848
89 2014 1
PT. Bank
Victoria
Syariah
387,129,000,000 974,568,000,000 0.04
0.465
114
Tabel Variabel Data Panel
(Y: PBBH) (X1: DPK) (X2: NPF) (X3: SBH)
Lampiran 1
No Th Lap-
Ke BUS
PBBH
(Rp)
DPK
(Rp) NPF SBH
90 2014 2
PT. Bank
Victoria
Syariah
438,684,000,000 974,568,000,000 0.0663
0.4262
91 2014 3
PT. Bank
Victoria
Syariah
514,118,000,000 974,568,000,000 0.0662
0.465
92 2014 4
PT. Bank
Victoria
Syariah
596,185,000,000 1,185,686,000,000 0.071
0.5131
93 2015 1
PT. Bank
Victoria
Syariah
646,049,000,000 1,058,521,000,000 0.04
0.7274
94 2015 2
PT. Bank
Victoria
Syariah
609,686,000,000 1,177,849,000,000 0.0503
0.7101
95 2015 3
PT. Bank
Victoria
Syariah
632,660,000,000 992,158,000,000 0.0656
0.7209
96 2015 4
PT. Bank
Victoria
Syariah
712,541,000,000 1,128,908,000,000 0.098
0.7345
115
Lampiran 2: Data Variabel Penelitian setelah ditransformasi ke bentuk Almant Zscore.
Tabel Variabel Data Panel
(Setelah ditransformasi ke Almant Zscore)
(Y: PBBH) (X1: DPK) (X2: NPF) (X3: SBH)
Lampiran 2
No Th Lap-
ke BUS
PBBH
DPK
NPF SBH
1 2013 1 PT. Bank Syariah
Mandiri 2.1584 2.02614 -0.1771 0.78712
2 2013 2 PT. Bank Syariah
Mandiri 2.3110 2.1968 -0.4419 0.80776
3 2013 3 PT. Bank Syariah
Mandiri 2.2814 2.37765 -0.1967 0.62111
4 2013 4 PT. Bank Syariah
Mandiri 2.3258 2.49567 0.2544 0.62111
5 2014 1 PT. Bank Syariah
Mandiri 2.2375 2.38234 0.5289 0.24693
6 2014 2 PT. Bank Syariah
Mandiri 2.2459 2.4336 1.3036 0.19757
7 2014 3 PT. Bank Syariah
Mandiri 2.3308 2.57687 1.4507 0.1877
8 2014 4 PT. Bank Syariah
Mandiri 2.2077 2.65602 1.4900 0.08855
9 2015 1 PT. Bank Syariah
Mandiri 2.2768 2.65112 1.4753 0.00734
10 2015 2 PT. Bank Syariah
Mandiri 2.8422 2.64919 1.4066 0.18232
11 2015 3 PT. Bank Syariah
Mandiri 2.8545 2.68035 1.5145 0.26622
12 2015 4 PT. Bank Syariah
Mandiri 2.9855 2.81825 1.1075 0.1895
13 2013 1 PT. Bank BRI
Syariah 0.0306 0.00254 -0.3733 0.2052
14 2013 2 PT. Bank BRI
Syariah 0.2242 0.05001 -0.4468 0.30525
15 2013 3 PT. Bank BRI
Syariah 0.3021 0.05533 -0.4027 0.34204
16 2013 4 PT. Bank BRI
Syariah 0.3567 0.07969 0.1269 0.25321
17 2014 1 PT. Bank BRI
Syariah 0.2998 0.05912 0.1171 0.02259
18 2014 2 PT. Bank BRI
Syariah 0.3341 0.12366 0.2838 0.04682
19 2014 3 PT. Bank BRI
Syariah 0.4162 0.12366 0.4848 0.14373
20 2014 4 PT. Bank BRI
Syariah 0.6149 0.22863 0.3916 0.25321
21 2015 1 PT. Bank BRI
Syariah 0.6041 0.26387 0.5682 0.68796
22 2015 2 PT. Bank BRI
Syariah 0.6041 0.24945 0.7398 0.79475
23 2015 3 PT. Bank BRI
Syariah 0.9112 0.3385 0.5387 0.83872
24 2015 4 PT. Bank BRI
Syariah 0.9572 0.41074 0.5191 0.7943
25 2013 1 PT. Bank BNI
Syariah -0.3755 -0.13053 -0.8195 -0.13354
116
Tabel Variabel Data Panel
(Setelah ditransformasi ke Almant Zscore)
(Y: PBBH) (X1: DPK) (X2: NPF) (X3: SBH)
Lampiran 2
No Th Lap-
ke BUS
PBBH
DPK
NPF SBH
26 2013 2 PT. Bank BNI
Syariah -0.3313 -0.14751 -0.8293 -0.04561
27 2013 3 PT. Bank BNI
Syariah -0.2876 -0.11412 -0.8538 -0.12322
28 2013 4 PT. Bank BNI
Syariah -0.2617 -0.08438 -0.9518 -0.16136
29 2014 1 PT. Bank BNI
Syariah -0.2215 -0.08438 -0.9028 -0.43639
30 2014 2 PT. Bank BNI
Syariah -0.1670 0.03148 -0.8881 -0.47722
31 2014 3 PT. Bank BNI
Syariah -0.1408 0.11311 -0.8881 -0.50908
32 2014 4 PT. Bank BNI
Syariah -0.0834 0.11311 -0.9420 -0.48171
33 2015 1 PT. Bank BNI
Syariah -0.0467 0.25562 -0.7753 -0.53689
34 2015 2 PT. Bank BNI
Syariah 0.0502 0.25007 -0.6773 -0.53375
35 2015 3 PT. Bank BNI
Syariah 0.0837 0.34232 -0.6184 -0.49068
36 2015 4 PT. Bank BNI
Syariah 0.1889 0.36482 -0.6233 -0.44402
37 2013 1 PT. Bank Mega
Syariah -0.7631 -0.32732 -0.4762 -1.95692
38 2013 2 PT. Bank Mega
Syariah -0.7640 -0.33392 -0.0644 -1.96231
39 2013 3 PT. Bank Mega
Syariah -0.7638 -0.33557 -0.2458 -1.96634
40 2013 4 PT. Bank Mega
Syariah -0.7604 -0.29982 -0.4027 -1.97218
41 2014 1 PT. Bank Mega
Syariah -0.7615 -0.29982 -0.2850 -1.9659
42 2014 2 PT. Bank Mega
Syariah -0.7622 -0.34755 -0.1575 -1.9659
43 2014 3 PT. Bank Mega
Syariah -0.7628 -0.35574 -0.0153 -1.9659
44 2014 4 PT. Bank Mega
Syariah -0.7610 -0.45202 0.0435 -1.9659
45 2015 1 PT. Bank Mega
Syariah -0.7619 -0.45208 0.2593 -1.93314
46 2015 2 PT. Bank Mega
Syariah -0.7628 -0.48908 0.5191 -1.94526
47 2015 3 PT. Bank Mega
Syariah -0.7633 -0.51323 0.4799 -1.98339
48 2015 4 PT. Bank Mega
Syariah -0.7562 -0.49831 0.2249 -1.9825
49 2013 1 PT. Bank Jabar
Banten Syariah -0.4720 -0.53779 0.2691 1.31475
50 2013 2 PT. Bank Jabar
Banten Syariah -0.4227 -0.54161 0.0582 0.8764
51 2013 3 PT. Bank Jabar
Banten Syariah -0.3875 -0.53822 0.0827 0.89615
52 2013 4 PT. Bank Jabar
Banten Syariah -0.4160 -0.53077 -0.9518 0.89615
117
Tabel Variabel Data Panel
(Setelah ditransformasi ke Almant Zscore)
(Y: PBBH) (X1: DPK) (X2: NPF) (X3: SBH)
Lampiran 2
No Th Lap-
ke BUS
PBBH
DPK
NPF SBH
53 2014 1 PT. Bank Jabar
Banten Syariah -0.4214 -0.50351 -0.4174 0.11188
54 2014 2 PT. Bank Jabar
Banten Syariah -0.4229 -0.51186 -0.4713 -0.03529
55 2014 3 PT. Bank Jabar
Banten Syariah -0.4006 -0.51056 1.4753 -0.08509
56 2014 4 PT. Bank Jabar
Banten Syariah -0.4121 -0.4093 0.9996 -0.14745
57 2015 1 PT. Bank Jabar
Banten Syariah -0.4613 -0.44243 1.6567 -0.29147
58 2015 2 PT. Bank Jabar
Banten Syariah -0.4356 -0.44756 1.5243 -1.24713
59 2015 3 PT. Bank Jabar
Banten Syariah -0.4534 -0.47228 1.5243 -1.28303
60 2015 4 PT. Bank Jabar
Banten Syariah -0.4624 -0.47345 1.5341 -1.28572
61 2013 1 PT. Bank Syariah
Bukopin -0.5366 -0.56648 0.4015 0.28282
62 2013 2 PT. Bank Syariah
Bukopin -0.4990 -0.55933 0.2544 0.32679
63 2013 3 PT. Bank Syariah
Bukopin -0.4813 -0.54857 0.3181 0.3721
64 2013 4 PT. Bank Syariah
Bukopin -0.4679 -0.55545 0.2298 0.33038
65 2014 1 PT. Bank Syariah
Bukopin -0.4507 -0.55545 0.3966 0.24423
66 2014 2 PT. Bank Syariah
Bukopin -0.4990 -0.54972 0.2495 0.21013
67 2014 3 PT. Bank Syariah
Bukopin -0.3700 -0.5453 0.2298 0.21597
68 2014 4 PT. Bank Syariah
Bukopin -0.3650 -0.5453 0.1318 0.27429
69 2015 1 PT. Bank Syariah
Bukopin -0.3262 -0.51859 0.3524 0.38915
70 2015 2 PT. Bank Syariah
Bukopin -0.3007 -0.51023 -0.3782 0.47126
71 2015 3 PT. Bank Syariah
Bukopin -0.2722 -0.49436 0.3524 0.58432
72 2015 4 PT. Bank Syariah
Bukopin -0.1869 -0.47036 -0.3978 0.66643
73 2013 1 PT. BCA Syariah -0.6288 -0.67424 -1.8197 1.61177
74 2013 2 PT. BCA Syariah -0.5991 -0.66947 -1.8589 1.79841
75 2013 3 PT. BCA Syariah -0.5717 -0.66173 -1.8295 2.01916
76 2013 4 PT. BCA Syariah -0.5660 -0.66173 -1.8148 1.84732
77 2014 1 PT. BCA Syariah -0.5680 -0.6467 -1.7903 1.02087
78 2014 2 PT. BCA Syariah -0.5495 -0.63635 -1.7952 1.08324
79 2014 3 PT. BCA Syariah -0.5374 -0.63492 -1.8393 1.01684
80 2014 4 PT. BCA Syariah -0.4917 -0.60898 -1.8050 0.96883
118
Tabel Variabel Data Panel
(Setelah ditransformasi ke Almant Zscore)
(Y: PBBH) (X1: DPK) (X2: NPF) (X3: SBH)
Lampiran 2
No Th Lap-
ke BUS
PBBH
DPK
NPF SBH
81 2015 1 PT. BCA Syariah -0.4528 -0.60663 -1.4127 1.76387
82 2015 2 PT. BCA Syariah -0.4355 -0.58753 -1.5696 0.19757
83 2015 3 PT. BCA Syariah -0.4317 -0.59367 -1.5745 0.09393
84 2015 4 PT. BCA Syariah -0.3967 -0.55643 -1.5206 0.05265
85 2013 1 PT. Bank Victoria
Syariah -0.7458 -0.70683 -0.4027 -1.13093
86 2013 2 PT. Bank Victoria
Syariah -0.7360 -0.7096 -0.4370 -1.16099
87 2013 3 PT. Bank Victoria
Syariah -0.7323 -0.69705 0.2396 -0.78187
88 2013 4 PT. Bank Victoria
Syariah -0.6951 -0.68483 -0.0447 -0.73162
89 2014 1 PT. Bank Victoria
Syariah -0.6646 -0.68719 0.0975 0.07688
90 2014 2 PT. Bank Victoria
Syariah -0.6502 -0.68719 1.3870 -0.0972
91 2014 3 PT. Bank Victoria
Syariah -0.6292 -0.68719 1.3821 0.07688
92 2014 4 PT. Bank Victoria
Syariah -0.6063 -0.67509 1.6174 0.29269
93 2015 1 PT. Bank Victoria
Syariah -0.5924 -0.68238 0.0975 1.25418
94 2015 2 PT. Bank Victoria
Syariah -0.6026 -0.67554 0.6025 1.17656
95 2015 3 PT. Bank Victoria
Syariah -0.5962 -0.68618 1.3527 1.22502
96 2015 4 PT. Bank Victoria
Syariah -0.5739 -0.67834 2.9413 1.28604
119
Lampiran 3 : Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Uji Multikolinieritas
DPK NPF SBH
DPK 1.000000 0.299021 0.079568
NPF 0.299021 1.000000 -0.168689
SBH 0.079568 -0.168689 1.000000
Uji Heterokedastisitas – Uji Glejser
Heteroskedasticity Test: Glejser F-statistic 0.807759 Prob. F(3,91) 0.4928
Obs*R-squared 2.464174 Prob. Chi-Square(3) 0.4818
Scaled explained SS 5.485363 Prob. Chi-Square(3) 0.1395
Test Equation:
Dependent Variable: ARESID
Method: Least Squares
Date: 19/02/17 Time: 10:35
Sample: 2 96
Included observations: 95 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.141398 0.033972 4.162184 0.0001
DPK 0.027177 0.036809 0.738322 0.4622
NPF -0.055055 0.036445 -1.510635 0.1343
SBH -0.020215 0.034833 -0.580322 0.5631 R-squared 0.025939 Mean dependent var 0.140884
Adjusted R-squared -0.006173 S.D. dependent var 0.330006
S.E. of regression 0.331023 Akaike info criterion 0.667935
Sum squared resid 9.971430 Schwarz criterion 0.775466
Log likelihood -27.72690 Hannan-Quinn criter. 0.711386
F-statistic 0.807759 Durbin-Watson stat 2.011959
0
2
4
6
8
10
12
-0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4
Series: ResidualsSample 1 96Observations 96
Mean 1.27e-17Median -0.027674Maximum 0.423031Minimum -0.398960Std. Dev. 0.155144Skewness 0.330720Kurtosis 3.030314
Jarque-Bera 1.753685Probability 0.416095
120
Prob(F-statistic) 0.492774
Uji Otokorelasi – Uji Breusch-Godfrey
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.374775 Prob. F(2,89) 0.6885
Obs*R-squared 0.793399 Prob. Chi-Square(2) 0.6725
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 19/02/17 Time: 10:36
Sample: 2 96
Included observations: 95
Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.000147 0.037718 0.003901 0.9969
DPK -0.000788 0.040878 -0.019269 0.9847
NPF 0.000740 0.040473 0.018295 0.9854
SBH -0.000567 0.038687 -0.014656 0.9883
RESID(-1) -0.083656 0.105982 -0.789339 0.4320
RESID(-2) -0.044383 0.106032 -0.418581 0.6765 R-squared 0.008352 Mean dependent var -4.97E-18
Adjusted R-squared -0.047359 S.D. dependent var 0.359114
S.E. of regression 0.367520 Akaike info criterion 0.896996
Sum squared resid 12.02130 Schwarz criterion 1.058294
Log likelihood -36.60731 Hannan-Quinn criter. 0.962172
F-statistic 0.149910 Durbin-Watson stat 2.010206
Prob(F-statistic) 0.979580
121
Lampiran 4: Uji Stasioner
Variabel PBBH (Pembiayaan Bagi Hasil)
Tingkat Level Null Hypothesis: PBBH has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=0) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.435847 0.1348
Test critical values: 1% level -3.500669
5% level -2.892200
10% level -2.583192 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(PBBH)
Method: Least Squares
Date: 19/02/17 Time: 11:04
Sample (adjusted): 2 96
Included observations: 95 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PBBH(-1) -0.088699 0.036414 -2.435847 0.0168
C -0.028225 0.036351 -0.776466 0.4394 R-squared 0.059973 Mean dependent var -0.028761
Adjusted R-squared 0.049865 S.D. dependent var 0.363476
S.E. of regression 0.354298 Akaike info criterion 0.783471
Sum squared resid 11.67401 Schwarz criterion 0.837237
Log likelihood -35.21486 Hannan-Quinn criter. 0.805196
F-statistic 5.933350 Durbin-Watson stat 2.135491
Prob(F-statistic) 0.016762
Tingkat Diferensiasi Pertama (first difference) Null Hypothesis: D(PBBH) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=0) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -10.60226 0.0000
Test critical values: 1% level -3.501445
5% level -2.892536
10% level -2.583371 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
122
Dependent Variable: D(PBBH,2)
Method: Least Squares
Date: 19/02/17 Time: 11:05
Sample (adjusted): 3 96
Included observations: 94 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(PBBH(-1)) -1.098606 0.103620 -10.60226 0.0000
C -0.033580 0.037782 -0.888783 0.3764 R-squared 0.549920 Mean dependent var -0.001386
Adjusted R-squared 0.545028 S.D. dependent var 0.541308
S.E. of regression 0.365121 Akaike info criterion 0.843873
Sum squared resid 12.26485 Schwarz criterion 0.897986
Log likelihood -37.66204 Hannan-Quinn criter. 0.865731
F-statistic 112.4080 Durbin-Watson stat 2.014771
Prob(F-statistic) 0.000000
Variabel DPK (Dana Pihak Ketiga)
Tingkat Level Null Hypothesis: DPK has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.145649 0.2276
Test critical values: 1% level -3.500669
5% level -2.892200
10% level -2.583192 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(DPK)
Method: Least Squares
Date: 19/02/17 Time: 11:10
Sample (adjusted): 2 96
Included observations: 95 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. DPK(-1) -0.066840 0.031152 -2.145649 0.0345
C -0.027991 0.031076 -0.900724 0.3701 R-squared 0.047168 Mean dependent var -0.028468
Adjusted R-squared 0.036923 S.D. dependent var 0.308635
S.E. of regression 0.302883 Akaike info criterion 0.469891
Sum squared resid 8.531670 Schwarz criterion 0.523656
Log likelihood -20.31980 Hannan-Quinn criter. 0.491616
F-statistic 4.603812 Durbin-Watson stat 2.086777
Prob(F-statistic) 0.034505
123
Tingkat Diferensiasi Pertama (first difference) Null Hypothesis: D(DPK) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=0) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -10.26313 0.0000
Test critical values: 1% level -3.501445
5% level -2.892536
10% level -2.583371 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(DPK,2)
Method: Least Squares
Date: 19/02/17 Time: 11:11
Sample (adjusted): 3 96
Included observations: 94 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(DPK(-1)) -1.065392 0.103808 -10.26313 0.0000
C -0.032473 0.032176 -1.009244 0.3155 R-squared 0.533780 Mean dependent var -0.001732
Adjusted R-squared 0.528713 S.D. dependent var 0.452443
S.E. of regression 0.310604 Akaike info criterion 0.520448
Sum squared resid 8.875659 Schwarz criterion 0.574561
Log likelihood -22.46106 Hannan-Quinn criter. 0.542306
F-statistic 105.3318 Durbin-Watson stat 2.009040
Variabel NPF (Non Performing Financing)
Tingkat Level Null Hypothesis: NPF has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.820196 0.3688
Test critical values: 1% level -3.500669
5% level -2.892200
10% level -2.583192 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(NPF)
124
Method: Least Squares
Date: 19/02/17 Time: 11:12
Sample (adjusted): 2 96
Included observations: 95 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. NPF(-1) -0.102642 0.056391 -1.820196 0.0719
C 0.029648 0.053762 0.551463 0.5826 R-squared 0.034399 Mean dependent var 0.032826
Adjusted R-squared 0.024017 S.D. dependent var 0.530134
S.E. of regression 0.523729 Akaike info criterion 1.565145
Sum squared resid 25.50920 Schwarz criterion 1.618910
Log likelihood -72.34437 Hannan-Quinn criter. 1.586870
F-statistic 3.313112 Durbin-Watson stat 1.824759
Prob(F-statistic) 0.071946
Tingkat Diferensiasi Pertama (first difference) Null Hypothesis: D(NPF) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -9.339873 0.0000
Test critical values: 1% level -3.501445
5% level -2.892536
10% level -2.583371 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(NPF,2)
Method: Least Squares
Date: 19/02/17 Time: 11:12
Sample (adjusted): 3 96
Included observations: 94 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(NPF(-1)) -1.020303 0.109242 -9.339873 0.0000
C 0.036322 0.055195 0.658067 0.5121 R-squared 0.486702 Mean dependent var 0.019717
Adjusted R-squared 0.481123 S.D. dependent var 0.742515
S.E. of regression 0.534856 Akaike info criterion 1.607410
Sum squared resid 26.31857 Schwarz criterion 1.661523
Log likelihood -73.54829 Hannan-Quinn criter. 1.629268
F-statistic 87.23322 Durbin-Watson stat 1.895302
Prob(F-statistic) 0.000000
125
Variabel SBH (Spread Bagi Hasil)
Tingkat Level Null Hypothesis: SBH has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.580390 0.1006
Test critical values: 1% level -3.500669
5% level -2.892200
10% level -2.583192 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(SBH)
Method: Least Squares
Date: 19/02/17 Time: 11:13
Sample (adjusted): 2 96
Included observations: 95 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. SBH(-1) -0.139008 0.053871 -2.580390 0.0114
C 0.003370 0.053400 0.063110 0.9498 R-squared 0.066812 Mean dependent var 0.005252
Adjusted R-squared 0.056778 S.D. dependent var 0.535863
S.E. of regression 0.520428 Akaike info criterion 1.552499
Sum squared resid 25.18865 Schwarz criterion 1.606265
Log likelihood -71.74369 Hannan-Quinn criter. 1.574224
F-statistic 6.658410 Durbin-Watson stat 1.976585
Prob(F-statistic) 0.011434
Tingkat Diferensiasi Pertama (first difference) Null Hypothesis: D(SBH) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -10.18497 0.0000
Test critical values: 1% level -3.501445
5% level -2.892536
10% level -2.583371 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(SBH,2)
Method: Least Squares
Date: 19/02/17 Time: 11:13
126
Sample (adjusted): 3 96
Included observations: 94 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(SBH(-1)) -1.060000 0.104075 -10.18497 0.0000
C 0.005368 0.055769 0.096247 0.9235 R-squared 0.529973 Mean dependent var 0.000430
Adjusted R-squared 0.524864 S.D. dependent var 0.784387
S.E. of regression 0.540678 Akaike info criterion 1.629063
Sum squared resid 26.89465 Schwarz criterion 1.683175
Log likelihood -74.56595 Hannan-Quinn criter. 1.650920
F-statistic 103.7335 Durbin-Watson stat 1.996216
Prob(F-statistic) 0.000000
127
Lampiran 5: Hasil Uji Pemilihan Model Regresi Data Panel
Uji Coomand Effect Model (CEM) Dependent Variable: PBBH?
Method: Pooled Least Squares
Date: 19/02/17 Time: 11:19
Sample: 2013Q1 2015Q4
Included observations: 12
Cross-sections included: 8
Total pool (balanced) observations: 96 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. DPK? 0.944704 0.017022 55.49765 0.0000
NPF? 0.055651 0.017215 3.232681 0.0017
SBH? 0.164985 0.016480 10.01138 0.0000 R-squared 0.975930 Mean dependent var 2.78E-17
Adjusted R-squared 0.975413 S.D. dependent var 0.999999
S.E. of regression 0.156803 Akaike info criterion -0.836901
Sum squared resid 2.286608 Schwarz criterion -0.756766
Log likelihood 43.17127 Hannan-Quinn criter. -0.804509
Durbin-Watson stat 0.379549
Uji Fixed Effect Model (FEM) Dependent Variable: PBBH?
Method: Pooled Least Squares
Date: 19/02/17 Time: 11:19
Sample: 2013Q1 2015Q4
Included observations: 12
Cross-sections included: 8
Total pool (balanced) observations: 96 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -8.80E-07 0.010932 -8.05E-05 0.9999
DPK? 1.040670 0.102970 10.10658 0.0000
NPF? 0.005506 0.020359 0.270424 0.7875
SBH? 0.057712 0.020928 2.757704 0.0071
Fixed Effects (Cross)
BSM--C -0.200037
BRIS--C 0.275379
BNIS--C -0.186085
BMGS--C -0.240535
BJBS--C 0.080683
BSBK--C 0.138405
BCAS--C 0.079345
BVCS--C 0.052845 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.989736 Mean dependent var 2.78E-17
Adjusted R-squared 0.988528 S.D. dependent var 0.999999
128
S.E. of regression 0.107107 Akaike info criterion -1.522508
Sum squared resid 0.975112 Schwarz criterion -1.228676
Log likelihood 84.08038 Hannan-Quinn criter. -1.403736
F-statistic 819.6094 Durbin-Watson stat 0.708727
Prob(F-statistic) 0.000000
Uji Likehood Ratio Redundant Fixed Effects Tests
Pool: DEPPPBH
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 16.331794 (7,85) 0.0000
Cross-section Chi-square 81.818222 7 0.0000
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: PBBH?
Method: Panel Least Squares
Date: 19/02/17 Time: 11:20
Sample: 2013Q1 2015Q4
Included observations: 12
Cross-sections included: 8
Total pool (balanced) observations: 96 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -8.33E-07 0.016090 -5.18E-05 1.0000
DPK? 0.944704 0.017115 55.19847 0.0000
NPF? 0.055651 0.017308 3.215254 0.0018
SBH? 0.164985 0.016569 9.957413 0.0000 R-squared 0.975930 Mean dependent var 2.78E-17
Adjusted R-squared 0.975146 S.D. dependent var 0.999999
S.E. of regression 0.157653 Akaike info criterion -0.816068
Sum squared resid 2.286608 Schwarz criterion -0.709220
Log likelihood 43.17127 Hannan-Quinn criter. -0.772878
F-statistic 1243.417 Durbin-Watson stat 0.379549
Prob(F-statistic) 0.000000
Uji Random Effects Model (REM)
Dependent Variable: PBBH?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 19/02/17 Time: 11:20
Sample: 2013Q1 2015Q4
Included observations: 12
Cross-sections included: 8
Total pool (balanced) observations: 96
Swamy and Arora estimator of component variances
129
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -8.32E-07 0.044543 -1.87E-05 1.0000
DPK? 0.976602 0.042032 23.23463 0.0000
NPF? 0.014681 0.018602 0.789225 0.4320
SBH? 0.074727 0.019343 3.863165 0.0002
Random Effects (Cross)
BSM--C -0.050328
BRIS--C 0.260677
BNIS--C -0.157466
BMGS--C -0.218166
BJBS--C 0.041263
BSBK--C 0.090503
BCAS--C 0.033613
BVCS--C -9.60E-05 Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 0.122134 0.5653
Idiosyncratic random 0.107107 0.4347 Weighted Statistics R-squared 0.859384 Mean dependent var -8.96E-18
Adjusted R-squared 0.854799 S.D. dependent var 0.288933
S.E. of regression 0.110099 Sum squared resid 1.115195
F-statistic 187.4220 Durbin-Watson stat 0.618899
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.967575 Mean dependent var 2.78E-17
Sum squared resid 3.080358 Durbin-Watson stat 0.224063
Uji Hausman Test
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: DEPPPBH
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 8.211038 3 0.0418
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob. DPK? 1.040670 0.976602 0.008836 0.4955
NPF? 0.005506 0.014681 0.000068 0.2674
SBH? 0.057712 0.074727 0.000064 0.0332
130
Cross-section random effects test equation:
Dependent Variable: PBBH?
Method: Panel Least Squares
Date: 19/02/17 Time: 11:21
Sample: 2013Q1 2015Q4
Included observations: 12
Cross-sections included: 8
Total pool (balanced) observations: 96 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -8.80E-07 0.010932 -8.05E-05 0.9999
DPK? 1.040670 0.102970 10.10658 0.0000
NPF? 0.005506 0.020359 0.270424 0.7875
SBH? 0.057712 0.020928 2.757704 0.0071 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.989736 Mean dependent var 2.78E-17
Adjusted R-squared 0.988528 S.D. dependent var 0.999999
S.E. of regression 0.107107 Akaike info criterion -1.522508
Sum squared resid 0.975112 Schwarz criterion -1.228676
Log likelihood 84.08038 Hannan-Quinn criter. -1.403736
F-statistic 819.6094 Durbin-Watson stat 0.708727
Prob(F-statistic) 0.000000
131
Lampiran 6: Tabel Chi-Square, tabel t, tabel f, dan tabel D-W
Tabel Chi-Square
Variabel Independen = 3; α: 0,05
Tabel t
α: 0,05; (df (n-k) 96-4 = 92).
132
Tabel F
α: 0,05; df1 (k-1) = 3; df2 (n-k) = 92.
Tabel Durbin-Watson
n = 96; k = 4