pengaruh carbon credit, jumlah dewan direksi, proporsi

18
Pengaruh Carbon Credit, Jumlah Dewan Direksi, Proporsi Dewan Komisaris Independen dan Debt to Equity Terhadap Kinerja Perusahaan pada Industri Dasar dan Kimia yang Terdaftar di BEI ARTIKEL ILMIAH Oleh : Ery Rambu Bita Emu 2018340955 SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS SURABAYA 2020

Upload: others

Post on 23-Nov-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Carbon Credit, Jumlah Dewan Direksi, Proporsi

Pengaruh Carbon Credit, Jumlah Dewan Direksi, Proporsi Dewan Komisaris

Independen dan Debt to Equity Terhadap Kinerja Perusahaan pada Industri Dasar dan

Kimia yang Terdaftar di BEI

ARTIKEL ILMIAH

Oleh :

Ery Rambu Bita Emu

2018340955

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS

SURABAYA

2020

Page 2: Pengaruh Carbon Credit, Jumlah Dewan Direksi, Proporsi

PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

Nama : Ery Rambu Bita Emu

Tempat, Tanggal Lahir : Waikabubak, 08 Februari 1997

N.I.M : 2018340955

Program Studi : Akuntansi

Program Pendidikan : Sarjana

Konsentrasi : Keuangan

Judul : Pengaruh Carbon Credit, Jumlah Dewan Direksi,

Proporsi Dewan Komisaris Independen dan Debt to

Equity Terhadap Kinerja Perusahaan pada Industri

Dasar dan Kimia yang Terdaftar di BEI

Disetujui dan diterima baik oleh:

Ketua Program Studi Sarjana Akuntansi Dosen Pembimbing

Tanggal : Tanggal :

(Dr. Nanang Shonhadji S.E., Ak., M.Si., (Dr. Diyah Pujiati, S.E., M.Si.)

CA, CIBA, CMA NIDN: 0724127402

Page 3: Pengaruh Carbon Credit, Jumlah Dewan Direksi, Proporsi

1

The Effect Of Carbon Credit, Number Of Board Of Directors, Proportion Of Board Of

Commissioners And Debt To Equity On Company Performance In Manufacturing

Industry Listed On The Idx

ERY RAMBU BITA EMU

STIE Perbanas Surabaya

[email protected]

ABSTRACT

This research is a quantitative study using secondary data. The data used is the financial

statements of manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange 2015-2019.

The purpose of this study was to examine the effect of carbon credit, number of boards of

directors, proportion of commissioners, and debt to equity on company performance. The

variables used in this study are carbon credit, number of boards of directors, proportion of

commissioners, and debt to equity as independent variables and company performance as the

dependent variable. The results showed that the number of boards of directors, the

proportion of commissioners, and debt to equity had an effect on company performance,

while carbon credit had no effect on company performance.

Keywords : carbon credit, boards of directors, board of commissioners, debt to equity,

company performance

PENDAHULUAN

Pendirian sebuah perusahaan memiliki

tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

pemegang saham. Kesejehteraan dalam

perusahaan dapat diketahui melalui kinerja

perusahaan (firm performance). Kinerja

perusahaan yang baik akan sangat

berpengaruh bagi konsumen, komunitas,

karyawan, dan kreditur sebagai pemasok

dana. Selain terdapat tujuan utama,

perusahaan juga memiliki tujuan lain yaitu

tujuan sekunder. Tujuan sekunder

perusahaan adalah mencapai sasaran yang

ingin dicapai ketika tujuan primer telah

terwujud dan perusahaan masih mempunyai

sumberdaya untuk mewujudkannya. Tujuan

sekunder dapat menjadi penggerak bagi

tercapainya tujuan primer (Atkinson, dkk

2007). Menurut Jensen dan Meckling

(1976) Teori Agensi didefinisikan sebagai

kontrak dimana satu atau lebih pihak

(disebut owners atau pemegang saham atau

pemilik) menunjuk pihak lainnya (disebut

agen atau pengurus/manajemen) untuk

melakukan beberapa pekerjaan atas nama

pemilik. Hubungan teori keagenan dengan

penelitian ini adalah kinerja suatu

perusahaan yang baik diharapkan dapat

dicapai dengan adanya praktek-praktek

pengelolaan perusahaan yang baik juga.

Bank Indonesia (BI) mencatat kinerja

industri manufaktur pada triwulan IV 2019

tumbuh melambat dibandingkan dengan

kinerja pada triwulan sebelumnya. Menurut

Prompt Manufacturing Index (PMI) Bank

Indonesia sebesar 51,50 persen pada

triwulan IV 2019, lebih rendah dari 52,04

persen pada triwulan III 2019. Teori

Legitimasi menurut Dowling dan Pfeffer

(1975) menyatakan bahwa perusahaan

cenderung meningkatkan kinerja,

kelestarian lingkungan dan pengungkapan

informasi lingkungan untuk melegitimasi

aktivitas-aktivitasnya agar sesuai sudut

pandang yang dimiliki oleh masyarakat

luas. Kinerja perusahaan yang efisien

ditentukan oleh usaha dan pengaruh kondisi

Page 4: Pengaruh Carbon Credit, Jumlah Dewan Direksi, Proporsi

2

lingkungan termasuk setiap agen yang

terlibat. Kinerja yang baik akan dicapai jika

terdapat praktek-praktek tata kelola yang

baik dan melibatkan setiap agen dalam

perusahaan yang sesuai dengan teori

agensi.

Penggunaan perusahaan manufaktur

sebagai objek penelitian disebabkan karena

perusahaan manufaktur yang terdaftar di

BEI memiliki jumlah perusahaan terbanyak

yang terdiri dari berbagai sub sektor

industri, sehingga memberi motivasi untuk

memperoleh sampel yang sesuai untuk

penelitian dapat terpenuhi. Sampel

perusahaan manufaktur yang digunakan

dalam penelitian ini adalah klasifikasi

Industri Dasar dan Kimia Berdasarkan

uraian diatas peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul

Pengaruh Carbon Credit, Jumlah Dewan

Direksi, Proporsi Dewan Komisaris

Independen dan Debt to Equity terhadap

Kinerja Perusahaan pada Industri Dasar dan

Kimia yang terdaftar di BEI.

KERANGKA TEORITIS YANG

DIGUNAKAN DAN HIPOTESIS

Teori Keagenan

Menurut Jensen dan Meckling (1976)

menyatakan Agency relationship

didefinisikan sebagai kontrak dimana satu

atau lebih pihak (disebut owners atau

pemegang saham atau pemilik) menunjuk

pihak lainnya (disebut agen atau

pengurus/manajemen) untuk melakukan

beberapa pekerjaan atas nama pemilik.

Pekerjaan tersebut termasuk pendelegasian

wewenang untuk mengambil keputusan.

Agen dan prinsipal diasumsikan

termotivasi oleh kepentingannya sendiri,

dan sering kali kepentingan antara

keduanya berbenturan. Hubungan teori

keagenan dengan penelitian ini yaitu bahwa

kinerja suatu perusahaan yang baik akan

dicapai karena pada kenyataan terdapat

praktek-praktek pemerintahan yang baik

juga. Hal ini dilakukan dengan cara

memberikan pemantauan dan perlindungan

yang lebih baik kepada para pemegang

sahamnya.

Teori Legitimasi

Perusahaan cenderung meningkatkan

kinerja, kelestarian lingkungan dan

pengungkapan informasi lingkungan untuk

melegitimasi aktivitas-aktivitasnya agar

sesuai sudut pandang yang dimiliki oleh

masyarakat luas. Teori legitimasi lebih

memfokuskan pada interaksi antara

perusahaan dengan masyarakat luas

(Dowling dan Pfeffer, 1975). Perusahaan

akan berusaha menciptakan harmonisasi

antara nilai-nilai sosial yang tersirat

didalam kegiatan usahanya dalam sistem

sosial masyarakat dimana organisasi

merupakan bagian dalam sistem tersebut.

Jika sistem nilai tersebut berjalan secara

harmonis maka hal tersebut adalah sebagai

legitimasi perusahaan.

Kinerja Perusahaan

Menurut Sucipto (2003) yang dikutip

oleh Rossi dan Panggabean (2012) kinerja

perusahaan merupakan penentuan ukuran-

ukuran tertentu yang dapat mengukur

keberhasilan suatu perusahaan dalam

menghasilkan laba. Penilaian kinerja adalah

penentuan secara periodik efektivitas

operasional suatu organisasi, bagian

organisasi dan karyawan berdasarkan

sasaran, standar dan kinerja yang telah

ditetapkan sebelumnya. Penilaian kinerja

perusahaan dapat dilihat dari segi analisis

laporan keuangan dan dari segi perubahan

harga saham.

Carbon Credit Carbon credit merupakan pengurangan

emisi gas rumah kaca atau GHG (Green

House Gas) emissions yang dapat

diperdagangkanndan mempunyai nilai

ekonomis serta diciptakan berdasarkan

legal framework untuk perdagangan emisi

seperti EU Emissions Trading Scheme atau

Kyoto Protocol maupun dihasilkan oleh

tindakan-tindakan sukarela diluar dari legal

frameworks tersebut. Emisi adalah

Page 5: Pengaruh Carbon Credit, Jumlah Dewan Direksi, Proporsi

3

pelepasan gas-gas yang mengandung

karbon kek,lapisan atmosfer bumi,

pelepasan gas terjadi karena proses

pembakaran terhadap karbon dalam bentuk

tunggal atau senyawa dapat berbentuk

CO2, CH4, N2O, HFCs, dan lain-lain

(Sanjaya, 2018).

Jumlah Dewan Direksi

Menurut S. Beineret (2003) dalam

Wulandari (2006) yang menegaskan

bahwa dewan direksi merupakan

mekanisme governance yang penting

karena dewan direksi dapat memastikan

bahwa manajer mengikuti kepentingan

dewan. Mereka juga menyarankan bahwa

dewan direksi yang jumlahnya besar

kurang efektif daripada dewan yang

jumlahnya kecil. Hal ini karena jumlah

dewan direksi yang besar maka akan

memperbesar permasalahan agensi.

Perusahaan dengan sistem corporate

governance yang tidak berjalan dengan

baik juga dikarakteristikkan dengan jumlah

dewan direksi yang besar.

Proporsi Dewan Komisaris Independen

Pembentukan dewan komisaris

merupakan salah satu mekanisme yang

digunakan untuk memonitor kinerja

manajer. Surat Keputusan Direksi PT.

Bursa Efek Jakarta BEJ Nomor: Kep-

315/BEJ/06-2000 mengharuskan

perusahaan yang terdaftar di bursa efek

untuk memiliki dewan komisaris yang

memonitor perusahaan agar tercipta Good

Corporate Governance di Indonesia.

Struktur governance di Indonesia

memisahkan antara dewan komisaris

dengan dewan direksi. Sebanyak 30% dari

jumlah total dewan komisaris yang berasal

dari luar pemilik atau kalangan profesional

merupakan jumlah dewan komisaris

independen yang disarankan.

Debt to Equity

Pada perseroan terbatas, terdapat 2

sumber dana utama yang dapat digunakan

dalam aktifitas perusahaan yaitu dari

pemegang saham dan pinjaman dari

lembaga keuangan atau pihak lainnya.

Untuk mengetahui seberapa besar

perusahaan dibiayai oleh modal asing, atau

seberapa besar kemampuan perusahaan

dalam menanggung resiko usaha

perusahaan karena adanya pembiayaan

utang atau modal asing, dapat ditunjukkan

dengan nilai debt to equity perusahaan.

Menurut Kasmir (2013) debt to equity rasio

merupakan rasio yang digunakan untuk

menilai hutang dengan menggunakan

ekuitas. Debt to equity rasio (DER) dapat

dicari dengan membandingkan antara

seluruh debt (hutang) dengan seluruh equity

(ekuitas) perusahaan.

Carbon Credit terhadap Kinerja

Perusahaan

Perusahaan yang memiliki carbon

credit kemungkinan akan lebih didukung

oleh para stakeholders khususnya investor

dan kreditor sehingga investor dan kreditor

akan memberikan pendanaan yang lebih

besar kepada perusahaan dengan pendanaan

yang dikelola dengan baik maka

perusahaan dapat meningkatkan kinerjanya.

Konsisten dengan teori legitimasi bahwa

perusahaan yang memiliki carbon credit

akan lebih didukung oleh para stakeholders

khususnya investor dan kreditor sehingga

investor dan kreditor akan memberikan

pendanaan yang lebih besar kepada

perusahaan dengan pendanaan yang

dikelola dengan baik maka perusahaan

dapat meningkatkan kinerjanya (Sanjaya,

2018).

Perusahaan yang menunjukkan

kinerjanya dan memberikan informasi

positif akan mendapatkan legitimasi

masyarakat karena membuktikan bahwa

perusahaan telah melakukan upaya

pelestarian lingkungan dengan mengurangi

polusi yang disebabkan oleh limbah

perusahaan melalui carbon credit dan

mendapat perhatian bagi investor untuk

menambah modal perusahaan sehingga

modal tersebut dapat digunakan perusahaan

untuk meningkatkan produksi yang

Page 6: Pengaruh Carbon Credit, Jumlah Dewan Direksi, Proporsi

4

mempengaruhi tingkat penjualan guna

mendapatkan laba yang dapat

mempengaruhi tingkat kinerja perusahaan.

H1 : Carbon credit berpengaruh positif

terhadap kinerja perusahaan

Jumlah Dewan Direksi terhadap Kinerja

Perusahaan

Dewan direksi merupakan institusi

ekonomi yang membantu memecahkan

permasalahan agensi, yang melekat dalam

perusahaan publik. Dewan direksi

bertanggung jawab pada komisaris

(governance) perusahaan mereka dan

dewan direksi bertugas untuk

menjalankan manajemen perusahaan.

Jumlah dewan direksi biasanya berkaitan

dengan implikasi dari kebijakan mengenai

batasan jumlah dewan direksi.

Keberadaan dewan direksi diharapkan

dapat menghasilkan kebijakan dalam

pengelolaan sumber daya perusahaan guna

meningkatkan kinerja perusahaan. Di sisi

lain, agensi berpendapat bahwa menunjuk

anggota independen untuk dewan hanya

dapat mewakili upaya perusahaan untuk

mematuhi tekanan institusional dan

mungkin tidak menghasilkan kinerja

perusahaan yang lebih baik.

H2: Jumlah dewan direksi berpengaruh

positif terhadap kinerja perusahaan

Proporsi Dewan Komisaris Independen

terhadap Kinerja Perusahaan

Terdapat peran yang

dapat menghubungkan antara manajer,

auditor, dan pemegang saham. Komisaris

independen dapat bertindak sebagai

penengah dalam perselisihan yang terjadi

diantara para manajer internal dan

mengawasi kebijaksanaan direksi serta

memberikan nasihat kepada direksi.

Komisaris independen merupakan posisi

terbaik dalam melaksanakan fungsi

monitoring agar tercipta perusahaan yang

good corporate governance.

Jumlah anggota dewan komisaris yang

besar dapat diartikan pengawasan terhadap

manajemen menjadi lebih baik dalam

memberikan nasehat dan masukan bagi

dewan direksi sehingga kinerja dari

manajemen akan lebih baik dan dapat

meningkatkan kinerja perusahaan.

Komisaris independen akan lebih efektif

dalam memonitor pihak manajemen.

Pemonitoran oleh komisaris independen

dinilai mampu memecah masalah

keagenan. Semakin besar jumlah dewan

komisaris independen akan lebih efektif

untuk memonitor pihak manajer dalam

melakukan sesuai dengan keinginan

pemegang saham, hal ini konsisten dengan

teori agensi.

H3: Proporsi dewan komisaris independen

berpengaruh positif terhadap kinerja

perusahaan

Debt to Equity terhadap Kinerja

Perusahaan

Modal merupakan masalah sumber

dan penggunaan dana. Dana

dapat dipenuhi dari sumber intern dan

ekstern perusahaan. Dana

tersebut kemudian dialokasikan untuk

membiayai aktiva-aktiva perusahaan.

Bauran dari penggunaan modal sendiri dan

modal asing (hutang) dalam memenuhi

kebutuhan dana perusahaan disebut dengan

struktur modal. Debt to equity disusun

untuk mengurangi konflik antara pemegang

saham dan manajer. Terdapat

kecenderungan manajer untuk menahan

sumber daya sehingga mempunyai kontrol

atas sumber daya tersebut. Debt dapat

digunakan sebagai cara untuk mengurangi

konflik keagenan dalam free cash flow atau

yang dapat diartikan sebagai arus kas yang

tersisa setelah perusahaan membayar beban

operasional dan kebutuhan investasinya.

Jika perusahaan menggunakan debt

(hutang), maka manajer akan dipaksa untuk

mengeluarkan kas dari perusahaan untuk

membayar bunga.

H4 : Debt to equity berpengaruh positif

terhadap kinerja perusahaan.

Kerangka Pemikiran

Page 7: Pengaruh Carbon Credit, Jumlah Dewan Direksi, Proporsi

5

Carbon Credit

(X1)

Jumlah Dewan

Direksi (X2)

X1 Proporsi Dewan

Komisaris

Independen (X3)

X1 Debt to Equity

(X4)

Kinerja

Perusahaan

(Y)

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini

sebagai berikut :

Sumber : diolah

GAMBAR 1

KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN

Klasifikasi Sampel

Penelitian ini menggunakan sampel

Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di

BEI. Teknik pengambilan sampel

dilakukan secara purposive sampling

dengan tujuan untuk mendapakan sampel

yang representatif sesuai dengan kriteria

yang telah ditentukan. Adapun kriteria-

kriteria yang telah ditenntukan dalam

pemilihan sampel adalah sebagai berikut:

1. Industri Dasar dan Kimia yang sudah go

public yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI).

2. Industri Dasar dan Kimia yang

mempublikasikan laporan tahunan

(annual report) untuk periode 31

Desember 2015-2019 di Bursa Efek

Indonesia (BEI).

Data Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data sekunder yaitu

Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI). Data yang

digunakan adalah laporan keuangan

tahunan untuk tahun 2015 sampai dengan

2019. Laporan keuangan diperoleh dari

laporan keuangan yang diambil melalui

publikasi di website resmi Bursa Efek

Indonesia (BEI) yaitu (www.idx.co.id)

yang diambil adalah merupakan data dari

perusahaan manufaktur yang telah

memenuhi kriteria sampel.

Definisi Operasional Variabel

Kinerja Perusahaan

Variabel dependen dalam penelitian ini

adalah kinerja perusahaan yang diukur

dengan ROE. ROE adalah ukuran

profitabilitas perusahaan penting yang

mengukur pengembalian untuk pemegang

saham. Menurut Laila, dkk (2019) rasio

ROE dapat dihitung sebagai berikut:

ROE = Laba Bersih setelah pajak

Modal Saham

Carbon Credit

Carbon credit diukur dengan

menggunakan pengukuran dimana 1 untuk

penggungkapan terkait carbon credit sesuai

dengan salah satu kategori Emisi Gas

Rumah Kaca atau Greenhouse Gas (GHG)

items pada laporan keuangan perusahaan

dan dilakukan penjumlahan untuk setiap

item agar diketahui item yang paling sering

dilaporkan oleh perusahaan. Penentuan

perusahaan yang memiliki atau tidak

memiliki carbon credit berdasarkan pada

adanya pengungkapan atau tidak pada

annual report mengenai salah satu kategori

Emisi Gas Rumah Kaca atau Greenhouse

Gas (GHG) items (Sanjaya, 2018).

Jumlah Dewan Direksi

Jumlah dewan direksi adalah institusi

ekonomi yang membantu memecahkan

permasalahan agensi, yang melekat dalam

perusahaan publik (Ristika, 2017). Variabel

dewan direksi dalam penelitian ini

diperoleh dari jumlah dewan direksi dalam

perusahaan.

Proporsi Dewan Komisaris Independen

Dewan komisaris independen adalah orang-

orang yang tidak memiliki jabatan

eksekutif dalam perusahaan, dan juga tidak

memiliki hubungan dengan perusahaan itu

atau kepentingan didalamnya sebelum

mereka diangkat sebagai direksi (Chandra

dan Sevendy, 2018). Proporsi dewan

komisaris independen diukur dengan:

% Outside= Jumlah Komisaris Independen

/ Jumlah Keanggotaan Dewan Komisaris.

Page 8: Pengaruh Carbon Credit, Jumlah Dewan Direksi, Proporsi

6

Debt to Equity

Debt to equity ratio (DER) adalah rasio

yang digunakan untuk mengukur

pertimbangan antara kewajiban yang

dimiliki perusahaan dengan besarnya modal

sendiri (Ristika, 2017). Debt to equity

diukur dengan :

Debt to equity(%) =. Total Debt

Total Equity

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Analisis Statistik Deskriptif

Kinerja Perusahaan

Pengamatan dilakukan pada 165

sampel laporan keuangan perusahaan sektor

industri dasar dan kimia tahun 2015-2019.

Berikut ini merupakan penejelasan hasil

analisis deskriptif terkait variabel dependen

yaitu kinerja perusahaan. Analisis

deskriptif untuk variabel kinerja perusahaan

dapat dilihat pada tabel berikut ini :

TABEL 1

STATISTIK DESKRIPTIF KINERJA

PERUSAHAAN N Min Max Mean Std.

Deviation

KINERJA

PERUSAHAA

N

165 -1.9403 3.2668 0.345744 0.6104708

Valid N

(listwise) 165

Sumber : diolah SPSS

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa

jumlah sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebanyak 165 sampel.

Dapat dilihat bahwa pada variabel kinerja

perusahaan nilai maksimum sebesar 3.2668

yang dimiliki oleh PT. Surya Toto

Indonesia Tbk (TOTO) tahun 2016 yang

berarti bahwa perusahaan tersebut memiliki

hasil kinerja perusahaan yang tinggi

dihitung dari laba bersih setelah pajak

dibagi dengan modal saham, berarti

perusahaan memiliki tingkat pengembalian

untuk pemegang saham lebih baik maka

akan semakin efektif dan efisien

manajemen suatu perusahaan sehingga

memiliki tingkat kinerja perusahaan yang

tinggi.

Perusahaan yang memiliki tingkat

kinerja perusahaan minimum yaitu dimiliki

oleh PT. Alumindo Light Metal Industry

Tbk tahun 2019 dengan nilai ROE -1.9403

yang berarti bahwa perusahaan tersebut

memiliki hasil yang rendah dari ROE yang

dihitung dari laba bersih setelah pajak

dengan modal saham yang berarti bahwa

perusahaan tersebut memiliki kinerja

perusahaan yang rendah karena mengalami

kerugian sehingga saat dilakukan

pembagian terhadap modal saham

memberikan hasil negatif, berarti

perusahaan memiliki tingkat pengembalian

untuk pemegang saham kurang baik

sehingga manajemen perusahaan kurang

efektif dan efisien yang menyebabkan

tingkat kinerja perusahaan yang rendah.

Dari keseluruhan nilai kinerja perusahaan

selama lima tahun diperoleh nilai mean

sebesar 0.345744 dan standar deviasi

sebesar 0.6104708, hal ini berarti bahwa

nilai mean lebih kecil dari standar deviasi

sehingga mengindikasikan hasil yang

kurang baik. Sebab standar deviasi

merupakan pencerminan penyimpangan

yang sangat tinggi sehingga penyebaran

data menunjukkan hasil yang tidak normal

dan menyebabkan bias.

Carbon Credit

Carbon credit diukur dengan menggunakan

pengukuran dimana 1 untuk

penggungkapan terkait carbon credit sesuai

dengan salah satu kategori Emisi Gas

Rumah Kaca atau Greenhouse Gas (GHG)

items pada laporan keuangan perusahaan

dan dilakukan penjumlahan untuk setiap

item agar diketahui item yang paling sering

dilaporkan oleh perusahaan.

TABEL 2

STATISTIK DESKRIPTIF CARBON

CREDIT

Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation

GHG1 6 7 6.40 .548

GHG2 5 6 5.60 .548

GHG3 4 6 4.80 .837

Page 9: Pengaruh Carbon Credit, Jumlah Dewan Direksi, Proporsi

7

GHG4 5 8 6.40 1.140

GHG5 7 11 8.00 1.732

GHG6 1 2 1.80 .447

GHG7 3 4 3.20 .447

Valid N (listwise)

Sumber : diolah SPSS

Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif

pada Tabel 2 bahwa pada variabel carbon

credit terdapat tujuh item green house gas

(GHG) yang memiliki nilai 11 oleh item

GHG5 yang berarti terdapat 11 perusahaan

melakukan pengungkapan emisi GHG

berdasarkan asal atau sumbernya (misal

batu bara, listrik, dll) dalam laporan

keuangan selama lima tahun.

Nilai minimum item GHG sebesar 1

yang dimiliki oleh item GHG 6 yang berarti

terdapat 1 perusahaan yang melakukan

pengungkapan emisi GHG menurut fasilitas

atau tingkat segmen dari jumlah

keseluruhan 165 sampel yaitu PT. Semen

Indonesia Persero Tbk pada tahun 2018.

Hal tersebut disebabkan pengungkapan

item GHG dalam laporan keuangan

perusahaan bersifat sukarela (volunteer).

Jumlah dewan direksi

Peningkatan ukuran dan diversitas dari

dewan direksi berpengaruh terhadap kinerja

karena akan memberikan manfaat bagi

perusahaan karena terciptanya network

dengan pihak luar perusahaan dan

menjamin ketersediaan sumber daya.

Dewan direksi diukur dengan jumlah

dewan direksi setiap tahunnya. Analisis

statistik deskriptif untuk variabel dewan

direksi dapat dilihat pada tabel berikut ini:

TABEL 3

STATISTIK DESKRIPTIF JUMLAH

DEWAN DIREKSI N Min Max Mean Std. Deviation

DEWAN

DIREKSI 165 2 11 4.48 1.684

Valid N (listwise) 165

Sumber : diolah SPSS

Berdasarkan hasil uji statistik

deskriptif pada Tabel 3 diketahui bahwa

jumlah sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebanyak 165 sampel.

Dapat dilihat bahwa pada variabel jumlah

dewan direksi memiliki nilai maksimum

sebesar 11 yang dimiliki oleh PT. Surya

Toto Indonesia Tbk dan nilai minimum

sebesar 2 dimiliki oleh PT. Lotte Chemical

Titan Tbk, PT. Pelangi Indah Canindo Tbk

dan PT. Yanaprima Hastapersada Tbk. Dari

keseluruhan nilai dewan direksi selama

lima tahun diperoleh nilai mean sebesar

4.48 dan nilai standar deviasi sebesar 1.68,

hal ini berarti bahwa nilai mean lebih besar

dari standar deviasi, sehingga

mengindikasikan bahwa hasil yang baik.

Hal tersebut dikarenakan standar deviasi

adalah pencerminan penyimpangan

sehingga nilai yang kecil menunjukkan

hasil yang normal dan tidak menyebabkan

bias.

Proporsi Dewan Komisaris Independen

Proporsi dewan komisaris independen

dalam perusahaan dapat diketahui dengan

melakukan pembagian antara jumlah dewan

komisaris independen dalam perusahaan

dibagi dengan jumlah keseluruhan dewan

komisaris dalam perusahaan. Analisis

statistik deskriptif untuk variabel proporsi

dewan komisaris dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

TABEL 4

STATISTIK DESKRIPTIF PROPORSI

DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN N Min Max Mean Std.

Deviati

on

PROPORSI DEWAN

KOMISARIS

INDEPENDEN

165 20 67 38.37 7.908

Valid N (listwise) 165

Sumber : diolah SPSS

Berdasarkan hasil uji statistik

deskriptif pada Tabel 4 diketahui bahwa

jumlah sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebanyak 165 sampel.

Dapat dilihat bahwa pada variabel proporsi

dewan komisaris memiliki nilai maksimum

sebesar 67% dimiliki oleh PT. Fajar Surya

Wisesa Tbk yang memiliki nilai diatas 30%

yang seharusnya diwajibkan oleh Surat

Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Jakarta

BEJ Nomor: Kep-315/BEJ/06-2000 dan

Page 10: Pengaruh Carbon Credit, Jumlah Dewan Direksi, Proporsi

8

nilai minimum untuk variabel proporsi

dewan komisaris sebesar 20% yang

dimiliki oleh PT. Polychem Indonesia Tbk

tahun 2018 dan PT. Semen Baturaja Tbk

tahun 2017. Dari keseluruhan nilai proporsi

dewan komisaris independen selama lima

tahun diperoleh nilai mean sebesar 38.3 dan

nilai standar deviasi sebesar 7.90, hal ini

berarti bahwa nilai mean lebih besar dari

standar deviasi, sehingga mengindikasikan

bahwa hasil yang baik. Hal tersebut

dikarenakan standar deviasi adalah

pencerminan penyimpangan sehingga nilai

yang kecil menunjukkan hasil yang normal

dan tidak menyebabkan bias.

Debt to Equity

Menurut Kasmir (2013) debt to equity

rasio merupakan rasio yang digunakan

untuk menilai hutang dengan menggunakan

ekuitas. Debt to equity rasio (DER) dapat

dicari dengan membandingkan antara

seluruh debt (hutang) dengan seluruh equity

(ekuitas) perusahaan. Semakin besar hasil

DER maka porsi hutang yang dimiliki

perusahaan lebih besar daripada ekuitas

perusahaan, sebaliknya semakin kecil hasil

DER maka porsi hutang lebih kecil atau

sedikit daripada ekuitas yang dimiliki

perusahaan.

TABEL 5

STATISTIK DESKRIPTIF DEBT TO

EQUITY N Min Max Mean Std.

Deviatio

n

DEBT TO

EQUITY 165

-

528.5250

78.696.8

037

59.699.9

227

6118.999

8696

Valid N

(listwise) 165

Sumber : diolah SPSS

Berdasarkan hasil uji statistik

deskriptif pada Tabel 5 diketahui bahwa

jumlah sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebanyak 165 sampel.

Dapat dilihat bahwa pada variabel debt to

equity memiliki nilai maksimum sebesar

786.696.803,7 atau 787% dimiliki oleh PT.

Alumindo Light Metal Industry Tbk tahun

2019 yang berarti porsi hutang yang

dimiliki perusahaan lebih besar daripada

ekuitas perusahaan dan nilai minimum

untuk variabel debt to equity sebesar -

528.525 atau -5,29% yang dimiliki oleh PT.

Intikeramik Alamasri Industri Tbk tahun

2016. Dari keseluruhan nilai debt to equity

selama lima tahun diperoleh nilai nilai

mean sebesar 59.699.9227 dan standar

deviasi sebesar 6118.9998696, hal ini

berarti bahwa nilai mean lebih kecil dari

standar deviasi sehingga mengindikasikan

hasil yang kurang baik. Sebab standar

deviasi merupakan pencerminan

penyimpangan yang sangat tinggi sehingga

penyebaran data menunjukkan hasil yang

tidak normal dan menyebabkan bias.

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

TABEL 6

HASIL UJI NORMALITAS Unstandardized Residual

Asymp. Sig.

(2-tailed)

.158

Sumber :diolah SPSS

Berdasarkan Tabel 6 diatas hasil dari

uji normalitas setelah dilakukan outlier data

pada variabel carbon credit, jumlah dewan

direksi, proporsi dewan komisaris, debt to

equity dan kinerja perusahaan dapat dilihat

bahwa nilai signifikansi adalah sebesar

0.158 dan nilai tersebut lebih dari 0,05

sehingga dapat dikatakan bahwa data

berdistribusi normal.

Uji Multikolineritas

TABEL 7

HASIL UJI MULTIKOLINERITAS

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1

(Constant)

Carbon Credit .789 1.268

Jumlah Dewan

Direksi .780 1.282

Proporsi Dewan

Komisaris .981 1.019

Debt to Equity .994 1.006

Sumber : diolah SPSS

Page 11: Pengaruh Carbon Credit, Jumlah Dewan Direksi, Proporsi

9

Berdasarkan Tabel 7 hasil pengujian

multikolinieritas menunjukkan hasil bahwa

tidak ada variabel independen yang

memiliki nilai tolerance < 0,10 yang berarti

tidak ada korelasi antara variabel

independen yang lainnya. Selain itu

berdasarkan hasil perhitungan nilai VIF

juga menunjukkan hal yang sama yaitu

tidak ada variabel indepeden yang memiliki

nilai VIF > 10. Dalam hal ini dapat

disimpulkan bahwa tidak ada

multikolinieritas antar variabel independen

dalam model regresi.

Uji Heterokedastisitas

TABEL 8

HASIL UJI HETEROKEDASTISITAS

Model

Unstandardized

Coefficients

Std.

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) -.150 .111 -1.350 .179

CARBON

CREDIT -.032 .015 -.173 -2.197 .029

DEWAN

DIREKSI .085 .014 .488 6.177 .000

PROPORSI

DEWAN

KOMISARIS

.004 .003 .102 1.448 .150

DEBT TO

EQUITY

-4.868E-

006 .000 -.102 -1.455 .148

Sumber : diolah SPSS

Pada Tabel 8 dapat terlihat bahwa dari

empat variabel independen yaitu carbon

credit, jumlah dewan direksi, proporsi

dewan komisaris independen dan debt to

equity, dua diantaranya terdapat variabel

yang memiliki gejala heterokedastisitas

yaitu carbon credit dengan nilai sig 0,029

dan jumlah dewan direksi dengan nilai sig

0,00 karena memiliki nilai signifikansi

yang kurang dari 0,05 dan dua variabel

lainnya yaitu proporsi dewan komisaris

independen dan debt to equity tidak terkena

gejala heterokedastisitas karena memiliki

nilai signifikansi lebih dari 0,05.

Uji Autokorelasi

TABEL 9

HASIL UJI AUTOKORELASI Unstandardized Residual

Test Valuea -.03249 Cases < Test Value 82

Cases >= Test Value 83

Total Cases 165

Number of Runs 96

Z 1.953

Asymp. Sig. (2-tailed) .051

Sumber : diolah SPSS

Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat

bahwa hasil dari uji autokorelasi diperoleh

nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,051

menujukkan bahwa nilai tersebut sama

dengan 0,05 maka dapat disimpullkan

bahwa tidak terjadi autokorelasi.

Analisis Regresi Linier Berganda

Tabel 10

HASIL UJI ANALISIS REGRESI

LINIER BERGANDA Model Unstandardized

Coefficients

Standardi

zed

Coefficie

nts

T Sig.

B Std.

Error

Beta

1

(Constant) -1.144 .197 -5.794 .000

CC -.044 .026 -.115 -1.719 .088

DD .208 .024 .575 8.572 .000

DKI .016 .005 .203 3.401 .001

DER -0.05 .000 -.304 -5.112 .000

Sumber : Lampiran, diolah SPSS

Berikut ini merupakan persamaan dari

hasil model pertama regresi linier berganda

dari Tabel 10 adalah sebagai berikut:

Kinerja Perusahaan = -1.144 – 0.044

Carbon Credit + 0.208 Jumlah Dewan

Direksi + 0.16 Proporsi Dewan Komisaris

Independen – 3.029 Debt to Equity + e.

Berdasarkan persamaan regresi linier

berganda di atas, maka dapat diberikan

penjelasan sebagai berikut:

1. Konstanta (α) = -1.144 dapat diartikan

bahwa tanpa mempertimbangkan

variabel independen, maka tingkat

kinerja perusahaan akan diperoleh

sebesar -1.144.

2. Koefisien regresi carbon credit = -

0.044 dapat diartikan bahwa apabila

variabel carbon credit meningkat

sebesar satu satuan, maka kinerja

perusahaan akan berkurang sebesar -

0.044 dengan anggapan variabel

lainnya tetap

3. Koefisien regresi jumlah dewan direksi

= 0.208 dapat diartikan bahwa apabila

variabel jumlah dewan direksi

Page 12: Pengaruh Carbon Credit, Jumlah Dewan Direksi, Proporsi

10

meningkat sebesar satu satuan, maka

kinerja perusahaan akan bertambah

sebesar 0.208 dengan anggapan

variabel lainnya tetap

4. Koefisien regresi proporsi dewan

komisaris independen = 0.016 dapat

diartikan bahwa apabila variabel

proporsi dewan komisaris independen

meningkat sebesar satu satuan, maka

kinerja perusahaan akan bertambah

sebesar 0.016 dengan anggapan

variabel lainnya tetap

5. Koefisien regresi debt to equity = -

0.005 dapat diartikan bahwa apabila

variabel debt to equity meningkat

sebesar satu satuan, maka kinerja

perusahaan akan berkurang sebesar -

0.005 dengan anggapan variabel

lainnya tetap

6. Error term (e) menunjukkan variabel

penganggu diluar variabel carbon

credit, jumlah dewan direksi, proporsi

dewan komisaris independen, debt to

equity.

Uji Hipotesis

Uji Statistik F

TABEL 11

HASIL UJI STATISTIK F Model F Sig.

1 Regression 31.290 .000b

Sumber : diolah SPSS

Dari uji ANOVA atau F test telah

didapatkan nilai F hitung sebesar 31,290

dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05.

Nilai signifikansi yang diketahui lebih kecil

atau sama dengan 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa variabel independen

carbon credit, jumlah dewan direksi,

proporsi dewan komisaris, debt to equity

yang digunakan dalam penelitian layak dan

dapat dipergunakan untuk analisis

berikutnya.

Uji Koefisien Determinasi (R2)

TABEL 12

HASIL UJI R2

Model R R

Square

Adjusted

R Square

Std. Error

of the

Estimate

1 .663a .439 .425 .4629577

Sumber : diolah SPSS

Berdasarkan Tabel 12 dapat terlihat

bahwa nilai Adjusted R Square sebesar

0.425 atau 42.5%. Maka dapat diartikan

bahwa carbon credit, jumlah dewan

direksi, proporsi dewan komisaris

independen mampu mempengaruhi kinerja

perusahaan sebesar 42,5% sedangkan

sisanya 57,5% (100%-42,5%) dipengaruhi

oleh variabel lain diluar model regresi ini.

Uji t

Tabel 13

HASIL UJI T

Model T B Sig.

H Keterangan

1

(Constant) -5.794 -1.144 .000

Carbon Credit -1.719 -.044 .088 H1 Tidak

Berpengaruh

Jumlah

Dewan

Direksi

8.572 .208 .000 H2 Berpengaruh

Dewan

Komisaris

Independen

3.401 .005 .001 H3 Berpengaruh

Debt to

Equity -5.112 -3.029 .000 H4 Berpengaruh

Sumber : diolah SPSS

Pada Tabel 13 menunjukkan hasil dari

uji t, sehingga dapat diketahui pengaruh

variabel independen secara masing-masing

terhadap variabel dependen. Berikut

merupakan penjelasan mengenai hasil dari

uji statistik t:

1. Hipotesis Pertama

Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa

nilai signifikansi untuk variabel carbon

credit adalah sebesar 0.088 dan lebih besar

dibandingkan signifikansi yaitu 0,05.

Kesimpulan yang didapatkan adalah H1

tidak diterima sehingga dapat diartikan

bahwa variabel carbon credit tidak

berpengaruh dan memiliki pengaruh ke

arah negatif terhadap kinerja perusahaan.

2. Hipotesis Kedua

Page 13: Pengaruh Carbon Credit, Jumlah Dewan Direksi, Proporsi

11

Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa

nilai signifikansi untuk variabel jumlah

dewan direksi adalah sebesar 0.000 dan

lebih kecil dibandingkan signifikansi yaitu

0,05. Kesimpulan yang didapatkan adalah

H2 diterima sehingga dapat diartikan

bahwa variabel jumlah dewan direksi

berpengaruh ke arah positif terhadap

kinerja perusahaan.

3. Hipotesis Ketiga

Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa

nilai signifikansi untuk variabel proporsi

dewan komisaris independen adalah

sebesar 0.001 dan lebih kecil dibandingkan

signifikansi yaitu 0,05. Kesimpulan yang

didapatkan adalah H3 diterima sehingga

dapat diartikan bahwa variabel proporsi

dewan komisaris independen berpengaruh

ke arah positif terhadap kinerja perusahaan.

4. Hipotesis Keempat

Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa

nilai signifikansi untuk variabel debt to

equity adalah sebesar 0.000 dan lebih kecil

dibandingkan signifikansi yaitu 0,05.

Kesimpulan yang didapatkan adalah H4

diterima sehingga dapat diartikan bahwa

variabel debt to equity berpengaruh namun

ke arah negatif terhadap kinerja

perusahaan.

PEMBAHASAN

Pengaruh Carbon Credit terhadap

Kinerja Perusahaan

Carbon credit memiliki banyak nama

tetapi biasanya lebih dikenal dengan istilah

CER (Certified Emission Reduction).

Perusahaan yang melakukan pengungkapan

emisi karbon yang lebih banyak akan

cenderung meningkatkan kinerja keuangan

perusahaan. Konsisten dengan teori

legitimasi bahwa perusahaan yang memiliki

carbon credit akan lebih didukung oleh

para stakeholders khususnya investor dan

kreditor sehingga investor dan kreditor

akan memberikan pendanaan yang lebih

besar kepada perusahaan dengan pendanaan

yang dikelola dengan baik maka

perusahaan dapat meningkatkan kinerjanya

(Sanjaya, 2018).

Hasil pengujian yang telah dilakukan

menggunakan uji t menunjukkan bahwa

hipotesis pertama yaitu carbon credit tidak

berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Nilai signifikansi variabel carbon credit

adalah 0,088 dan lebih besar dibandingkan

signifikansi yaitu 0,05. Hal ini

menunjukkan bahwa besar atau kecilnya

nilai carbon credit tidak mempengaruhi

kinerja perusahaan. Menurut Dewan

Nasional Perubahan Iklim mekanisme

pengungkapan carbon credit pada laporan

keuangan perusahaan di Indonesia masih

bersifat sukarela (voluntary) sehingga tidak

ada kewajiban bagi perusahaan untuk

melakukan pengungkapan.

Hasil penelitian ini tidak mendukung

teori legitimasi yang menjelaskan bahwa

perusahaan cenderung meningkatkan

kinerja, kelestarian lingkungan dan

pengungkapan informasi lingkungan untuk

melegitimasi aktivitas-aktivitasnya agar

sesuai sudut pandang yang dimiliki oleh

masyarakat luas. Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian berdasarkan penelitian

Riki Sanjaya (2017) yang menyatakan

bahwa carbon credit tidak berpengaruh

terhadap kinerja perusahaan. Sedangkan

penelitian ini tidak sejalan dengan

penelitian Ni Made Dwi R.S & I Gusti Ayu

Agung Omika D.(2019) yang menyatakan

bahwa carbon credit berpengaruh terhadap

kinerja perusahaan.

Pengaruh Jumlah Dewan Direksi

terhadap Kinerja Perusahaan

Dewan direksi bertanggung jawab

pada komisaris perusahaan mereka dan

dewan direksi bertugas untuk

menjalankan manajemen perusahaan.

Jumlah dewan direksi biasanya berkaitan

dengan implikasi dari kebijakan mengenai

batasan jumlah dewan direksi.

Hasil pengujian yang telah dilakukan

menggunakan uji t menunjukkan bahwa

hipotesis kedua yaitu dewan direksi

berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Nilai signifikansi variabel dewan direksi

adalah 0,000 dan lebih kecil dibandingkan

Page 14: Pengaruh Carbon Credit, Jumlah Dewan Direksi, Proporsi

12

signifikansi yaitu 0,05. Hasil penelitian ini

mendukung teori agensi yang menyatakan

bahwa kinerja perusahaan baik akan

dicapai dengan terdapat praktek-praktek

pengelolaan yang baik dan melibatkan

setiap agen dalam perusahaan yang sesuai,

sehingga besar atau kecilnya jumlah dewan

direksi mempengaruhi kinerja perusahaan.

Hasil pengujian ini sejalan dengan

penelitian Arulvel K. K & Pratheepkanth P.

(2019), Lucia Ari Diyani & Triana

Chairunisa (2018), Suwandi Simon &

Ratnasari (2018) dan Teddy Candra &

Tandy Sevendy (2018) yang menyatakan

bahwa jumlah dewan direksi berpengaruh

terhadap kinerja perusahaan. Penelitian ini

tidak sejalan dengan Ayu Ristika, Dwi

Handani & Intan Immanuenala (2017) dan

Sri Rahayu Lestari (2017) yang

menyatakan bahwa jumlah dewan direksi

tidak berpengaruh terhadap kinerja

perusahaan.

Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris

Independen terhadap Kinerja

Perusahaan

Komisaris independen dapat bertindak

sebagai penengah dalam perselisihan yang

terjadi diantara para manajer internal dan

mengawasi kebijaksanaan direksi serta

memberikan nasihat kepada direksi.

Hasil pengujian yang telah dilakukan

menggunakan uji t menunjukkan bahwa

hipotesis ketiga yaitu proporsi dewan

komisaris independen berpengaruh

terhadap kinerja perusahaan. Nilai

signifikansi variabel proporsi dewan

komisaris independen adalah 0,001 dan

lebih kecil dibandingkan signifikansi yaitu

0,05. Hasil penelitian dapat diartikan

bahwa besar atau kecilnya jumlah dewan

komisaris independen mempengaruhi

kinerja perusahaan, sehingga menurunnya

jumlah dewan komisaris independen di

sebuah perusahaan dapat menyebabkan

menurunnya kinerja perusahaan karena

dewan komisaris independen memiliki

tanggung jawab pokok untuk mendorong

diterapkannya prinsip good corporate

governance di dalam perusahaan.

Pemberdayaan dewan komisaris

independen dapat melakukan tugas

pengawasan dan pemberian nasihat kepada

direksi secara efektif dan lebih memberikan

nilai tambah bagi perusahaan, sehingga

berkurangnya jumlah dewan komisaris

independen dapat menyebabkan kurang

efektifnya upaya meminimalisir terjadinya

agency conflict antara manajemen dengan

investor.

Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian Ni Made Dwi R.S & I Gusti Ayu

Agung Omika D.(2019), Teddy Candra &

Tandy Sevendy (2018), Kartika Mirawati

(2018) yang menyatakan bahwa proporsi

dewan komisaris independen berpengaruh

terhadap kinerja perusahaan. Sedangkan

penelitian ini tidak sejalan dengan

Fahimatuz Zainul Laila, Ronny Malavia

Mardani, & Budi Wahono (2019), Lucia

Ari Diyani & Triana Chairunisa (2018),

Suwandi Simon & Ratnasari (2018) dan

Ayu Ristika, Dwi Handani & Intan

Immanuenala (2017) yang menyatakan

bahwa proporsi dewan komisaris

independen tidak berpengaruh terhadap

kinerja perusahaan.

Pengaruh Debt to Equity terhadap

Kinerja Perusahaan

Menurut Kasmir (2013) debt to equity

rasio merupakan rasio yang digunakan

untuk menilai hutang dengan menggunakan

ekuitas. Debt to equity rasio (DER) dapat

dicari dengan membandingkan antara

seluruh debt (hutang) dengan seluruh equity

(ekuitas) perusahaan. Rasio ini berguna

mengetahui modal sendiri yang dijadikan

jaminan hutang. Hasil pengujian yang telah

dilakukan menggunakan uji t menunjukkan

bahwa hipotesis keempat yaitu debt to

equity berpengaruh terhadap kinerja

perusahaan. Nilai signifikansi variabel

dewan direksi adalah 0,000 dan lebih kecil

dibandingkan signifikansi yaitu 0,05. Hal

ini menunjukkan bahwa besar atau kecilnya

debt to equity memengaruhi kinerja

perusahaan.

Page 15: Pengaruh Carbon Credit, Jumlah Dewan Direksi, Proporsi

13

Sejalan dengan teori agensi yang

menyatakan bahwa teori ini memberikan

sebuah pandangan mengenai kontrak antara

manajemen dan investor atau kreditur.

Hasil perhitungan DER dapat memberikan

sinyal atau informasi kepada investor atau

kreditur melalui manajer keuangan

perusahaan bahwa kinerja perusahaan

tersebut tinggi atau rendah, sehingga

investor dapat melakukan penentuan

kontrak yang akan dilakukan terhadap

investasi mereka pada perusahaan tersebut

Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian Fahimatuz Zainul Laila, Ronny

Malavia Mardani, & Budi Wahono (2019)

yang menyatakan bahwa debt to equity

berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Sedangkan, penelitian ini tidak sejalan

dengan Lucia Ari Diyani & Triana

Chairunisa (2018), Kartika Mirawati (2018)

dan Ayu Ristika, Dwi Handani & Intan

Immanuenala (2017) yang menyatakan

bahwa debt to equity tidak berpengaruh

terhadap kinerja perusahaan.

KESIMPULAN, KETERBATASAN

DAN SARAN

Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan bertujuan

untuk menganalisis pengaruh carbon

credit, jumlah dewan direksi, proporsi

dewan komisaris independen dan debt to

equity berpengaruh terhadap kinerja

perusahaan industri dasar dan kimia yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

tahun 2015 sampai dengan 2019.

Berdasarkan hasil penelitian dari

pembahasan yang telah ada pada bab

sebelumnya maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Carbon credit tidak berpengaruh

terhadap kinerja perusahaan karena

pengungkapan carbon credit pada

laporan keuangan perusahaan di

Indonesia masih bersifat sukarela

(voluntary) sehingga tidak ada

kewajiban bagi perusahaan untuk

melakukan pengungkapan.

2. Jumlah dewan direksi berpengaruh

kearah positif terhadap kinerja

perusahaan yang dapat diartikan bahwa

besar atau kecilnya jumlah dewan

direksi mempengaruhi kinerja

perusahaan, sehingga meningkatnya

jumlah dewan direksi di sebuah

perusahaan dapat meningkatkan

pengawasan dan penerapan kebijakan

terhadap pelaksanaan kinerja

perusahaan oleh manajer serta

memastikan agar manajer perusahaan

mengikuti kepentingan kinerja dewan.

3. Proporsi dewan komisaris independen

berpengaruh ke arah positif terhadap

kinerja perusahaan karena proporsi

dewan komisaris independen yang

tepat sesuai dengan efektifitas

perusahaan akan mampu mengawasi

penyalahgunaan perilaku manajemen

sehingga dapat mengurangi resiko

manajemen melakukan tindak

kecurangan.

4. Debt to equity berpengaruh ke arah

negatif terhadap kinerja perusahaan

yang dapat diartikan bahwa

menurunnya debt to equity di sebuah

perusahaan dapat menyebabkan

meningkatnya kinerja perusahaan

karena membuktikan bahwa sumber

modal perusahaan tidak bergantung

pada pihak luar dan semakin kecilnya

jumlah beban hutang yang di tanggung

perusahaan sehingga dapat

meningkatkan jumlah laba perusahaan

yang akan mempengaruhi kinerja

perusahaan.

Keterbatasan

Keterbatasan pada penelitian ini

diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Pada penelitian ini masih terdapat

masalah asumsi klasik yaitu masalah

heterokedastisitas pada variabel carbon

credit dan jumlah dewan direksi.

2. Pada penelitian ini banyak data yang

termasuk dalam penghapusan atau

pembuangan data (outlier) dikarenakan

Page 16: Pengaruh Carbon Credit, Jumlah Dewan Direksi, Proporsi

14

pada sampel awal penelitian ini tidak

berdistribusi normal.

3. Pada penelitian ini sampel data

perusahaan menggunakan data selama

5 tahun berturut-turut sehingga banyak

sampel perusahaan yang tidak

memenuhi kriteria yang menyebabkan

jumlah sampel semakin sedikit.

Saran

Dengan adanya keterbatasan yang telah

diuraikan sebelumnya, maka peneliti

memberikan saran untuk penelitian

berikutnya sebagai berikut:

1. Pada penelitian selanjutnya diharapkan

untuk tidak menggunakan data time

series sehingga dapat meminimalisir

gejala heterokedastisitas.

2. Pada penelitian selanjutnya diharapkan

mengurangi penggunaan data yang

banyak memiliki nilai mendekati nol,

sehingga tidak menyebabkan distribusi

data menjadi skewness yang akan

menyebabkan distribusi data tidak

normal dan terjadi outlier.

3. Pada penelitian selanjutnya diharapkan

untuk menggurangi penggunaan

pengumpulan sampel dengan cara time

series atau tahun berturut-turut

sehingga akan didapatkan lebih banyak

sampel.

Page 17: Pengaruh Carbon Credit, Jumlah Dewan Direksi, Proporsi

15

DAFTAR RUJUKAN

Atkinson, A. A. (1997). Management

Accounting, Second Edition. Prentice

Hall International Edition.

Baridwan, A. (2003).

“Good Corporate Governance: Aturan

aturan Dalam Governing

Mechanism.” Seminar Sehari : Issues

Application & Research In Corporate

Governance Dalam Rangka Launchin

g Pusat Studi Corporate Governance F

e Uty.

Beiner,S.(2003).“Is Board Size An Indepe

ndent Corporate Governance Mechani

sm ?”.Diambil Kembali Dari Http: //

Www.Wwz.Unibas.Ch /Cofi/

Publications/Papers/2003/06.03. Pdf.

Chandra, T., & Sevendy, T. (2018).

Pengaruh Mekanisme Tata Kelola

Perusahaan Terhadap Kinerja

Perusahaan Property Dan Real Estate

Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia . Bilancia Vol. 2 No. 3,,

355-366.

Choi, B. B., Lee, D., & Psaros, J. (2013).

An Analisys Of Austrian Company

Carbon Emission Disclosures. Pacific

Accounting Review, Vol. 25 No.1,, 58-

79.

CNN Indonesia. (2019, Desember 06).

Emisi Karbon Dioksida Global Capai

Rekor Tertinggi Tahun 2019. Diambil

Kembali Dari

Https://Www.Cnnindonesia.Com/Tek

nologi/20191205191747-199-

454565/Emisi-Karbon-Dioksida-

Global-Capai-Rekor-Tertinggi-Tahun-

2019

Diyani, L. A., & Chairunisa, T. (2018).

Implementasi Corporate Governance

Dan Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Kinerja Perusahaan .

Jurnal Online Insan Akuntan, Vol.3,

No.1 , 149-160.

Dowling, J., & Pfeffer, J. (1975).

Organizational Legitimacy: Social

Values And Organizational Behavior.

Pacific Sociological Review, Volume:

18 , 122-136.

Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis

Multivariate Dengan Program Spss.

Semarang: Badan Penerbit Universitas

Diponegoro.

Immanuela, A. R. (2017). Pengaruh

Indikator Mekanisme Corporate

Governance Dan Ukuran Perusahaan

Terhadap Kinerja Perusahaan Pada

Perusahaan Manufaktur Periode 2012-

2014 . Jurnal Riset Manajemen Dan

Akuntansi Vol. 05 No. 02, 104-113.

Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976).

Theory Of The Firm: Managerial

Behavior, Agency Costs And

Ownership Structure . Journal Of

Financial Economics, 3, 305-360.

Kasmir. (2013). Analisis Laporan

Keuangan. Jakarta: Pt. Raja Grafindo

Persada.

Kurnia, A. W. (2020, Januari 13). Kinerja

Industri Manufaktur Melambat Di

Akhir 2019, Mengapa? Diambil

Kembali Dari

Https://Money.Kompas.Com/Read/20

20/01/13/160200826/Kinerja-Industri-

Manufaktur-Melambat-Di-Akhir-

2019-Mengapa-

Laila, F. Z., Mardani, R. M., & Wahono,

B. (2019). Analisis Pengaruh Struktur

Modal, Kebijakan Dividen Dan Good

Corporate Governance (Gcg)

Terhadap Firm Performance . E –

Jurnal Riset Manajemenprodi

Manajemen , 45-54.

Lestari, S. R. (2017). Pengaruh Dewan

Direksi, Komisaris Independen,

Kepemilikan Manajerial, Dan

Kepemilikan Institusional Terhadap

Kinerja Perusahaan Dengan Enterprise

Risk Management Sebagai

Intervening. Jom Fekon Vol.4 No.1,

3081-3094.

Lubis, A. I. (2010). Akuntansi

Keperilakuan. Jakarta: Salemba

Empat.

Page 18: Pengaruh Carbon Credit, Jumlah Dewan Direksi, Proporsi

16

Maryani. (2013). Regaining Company’s

Reputation: What Is A Brand And

Who Cares About Them? Jurnal

Ilmiah Esai Volume 7, No.3.

Ndaruningpuri Wulandari. (2006).

Pengaruh Indikator Mekanisme

corporate Governance

Terhadap Kinerja Perusahaan

Publik Di Indonesia. Fokus Ekonomi

Vol. 1 No. 2 , 120-136.

Puwanenthiren., A. K. (2019). Board

Composition And Firm Performance:

The Sri Lanka Case. Arabian Journal

Of Business And Management Review,

40-49.

Ratnasari, S. S. (2017). Likuiditas, Good

Corporate Governance, Ukuran

Perusahaan, Dan Dampaknya

Terhadap Kinerja Perusahaan . Ultima

Accounting Vol. 9 No. 2, 65-89.

Sanjaya, R. (2017). Carbon Credit Dan

Faktor-Faktor Lain Yang Berpengaruh

Terhadap Kinerja Perusahaan Pada

Perusahaan Manufaktur . Jurnal

Bisnis Dan Akuntansi Issn: 1410 -

9875 Vol. 19, No. 2, , 157-169.

Sari, N. M., & Dewi, I. G. (2019).

Pengaruh Carbon Credit, Firm Size,

Dan Good Corporate Governance

Terhadap Kinerja Perusahaan Pada

Perusahaan Manufaktur Yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

Jurnal Ilmiah Akuntansi & Bisnis

Volume 4, No. 1, , 62-72.

Soegoto, E. S. (2013). Marketing Research

"The Smart Way To Solve A Problem".

Dki Jakarta: Elex Media Komputindo.

Soegoto, E. S. (2013). Marketing Research

: The Smart Way To Solve A Problem.

Dki Jakarta: Elex Media Komputindo.

Veno, A. (2015). Pengaruhgood Corporate

Governanceterhadap Kinerja

Perusahaan Pada Perusahaan

Manufaktur go Public . Benefit Jurnal

Manajemen Dan Bisnis Volume 19,

Nomor 1,, 95-112.