pengaruh capital intensity, komisaris independen, dan

23
PENGARUH CAPITAL INTENSITY, KOMISARIS INDEPENDEN, DAN PROFITABILITAS TERHADAP PENGHINDARAN PAJAK (Studi pada sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2016) Harra Satria Nugraha Priyo Hari Adi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Abstract The aims of this study is to examine the effect of Capital Intensity, Independent Commissioner, and Profitability to Tax Avoidance. The population in this study are all mining companies listed on the Indonesia Stock Exchange 2012-2016. Sample selection technique used is to nonprobability sampling method is purposive sampling technique. The number of samples in the study sample was 110 during the five period. Data analysis techniques used in this research is multiple linear regression analysis. The analysis result of this study showed a Capital Intensity and Independent Commissioner had significant influence on tax avoidance. Meanwhile Profitability had no significant influence on tax avoidance. Keywords : Tax Avoidance, Capital Intensity, Independent Commisioner, and Profitability

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH CAPITAL INTENSITY, KOMISARIS INDEPENDEN, DAN

PENGARUH CAPITAL INTENSITY, KOMISARIS INDEPENDEN,

DAN PROFITABILITAS TERHADAP PENGHINDARAN PAJAK

(Studi pada sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada

tahun 2012-2016)

Harra Satria Nugraha

Priyo Hari Adi

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

Abstract

The aims of this study is to examine the effect of Capital Intensity, Independent

Commissioner, and Profitability to Tax Avoidance. The population in this study are all

mining companies listed on the Indonesia Stock Exchange 2012-2016. Sample selection

technique used is to nonprobability sampling method is purposive sampling technique.

The number of samples in the study sample was 110 during the five period. Data analysis

techniques used in this research is multiple linear regression analysis. The analysis result

of this study showed a Capital Intensity and Independent Commissioner had significant

influence on tax avoidance. Meanwhile Profitability had no significant influence on tax

avoidance.

Keywords : Tax Avoidance, Capital Intensity, Independent Commisioner, and

Profitability

Page 2: PENGARUH CAPITAL INTENSITY, KOMISARIS INDEPENDEN, DAN

1. Pendahuluan

Pajak merupakan sumber pendapatan utama sebuah negara, namun bagi

perusahaan pajak merupakan beban karena mengurangi laba bersih perusahaan (Putri dan

Lautania 2016). Pengurangan laba bersih perusahaan mencerminkan turunnya kinerja

perusahaan dalam rangka memanfaatkan sumber daya yang dimiliki perusahaan, untuk

menciptakan return bagi para shareholders. Oleh karena itu perusahaan akan berusaha

untuk memanfaatkan celah dari ketentuan-ketentuan perpajakan agar dapat

meminimalkan beban pajaknya serendah mungkin atau yang disebut penghindaran pajak

(tax avoidance). Berbeda dengan penggelapan pajak (tax evasion), penghindaran pajak

merupakan aktivitas mengurangi pajak secara legal (lawfull) sedangkan penggelapan

pajak adalah aktivitas mengurangi pajak dengan cara yang tidak diperbolehkan oleh

peraturan perpajakan (unlawfull) (Xynas 2011). Meskipun tidak melanggar peraturan

perpajakan, menurut Landolf (2006) praktik penghindaran pajak merupakan tindakan

yang tidak bertanggung jawab sosial. Salah satu contoh celah dari ketentuan perpajakan

yaitu penerapan sistem pemungutan pajak secara self assesment, maka kebijakan tersebut

akan memberikan celah bagi perusahaan untuk menghitung beban pajak yang

ditanggungnya seminimal mungkin (Ardyansah 2014).

Penghindaran pajak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah

Capital Intensity Ratio. Capital Intensity Ratio menunjukkan besaran investasi aset

perusahaan pada aset tetap (Dwilopa 2015). Pengelolaan aset tetap merupakan salah satu

strategi yang diambil oleh perusahaan dalam rangka penghindaran pajak karena sebagian

aset tetap akan mengalami penyusutan atau depresiasi. Penyusutan aset tetap perusahaan

akan diakui sebagai beban dimana beban penyusutan tersebut dapat mengurangi beban

pajak perusahaan. Semakin besar nilai aset yang dimiliki perusahaan maka akan semakin

rendah pula beban pajaknya karena pendapatan yang berkurang akibat dari beban

penyusutan yang ditanggung perusahaan atas aset yang dimilikinya (Sabli dan Noor

2012). Penelitian yang dilakukan Putri dan Lautania (2016) menunjukkan bahwa Capital

intensity, inventory intensity ratio, managerial ownership, institutional ownership, dan

profitability berpengaruh secara parsial terhadap ETR. Sedangkan penelitian yang

dilakukan Putra (2016) menunjukkan bahwa Capital intensity ratio dan leverage tidak

berpengaruh pada tax avoidance. Dengan adanya inconsistency hasil tersebut, peneliti

Page 3: PENGARUH CAPITAL INTENSITY, KOMISARIS INDEPENDEN, DAN

kembali menggunakan variabel Capital Intensity untuk lebih membuktikan pengaruhnya

terhadap penghindaran pajak.

Keberadaan komisaris independen di sebuah organisasi juga sangat

mempengaruhi perilaku sebuah perusahaan akan melakukan penghindaran pajak atau

tidak. Komisaris independen memiliki fungsi untuk mengawasi dan mengarahkan segala

kebijakan perusahaan apakah sudah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku

(Milhanudin 2017). Oleh karena itu, dengan adanya komisaris independen diharapkan

komisaris independen mampu menjadi pihak netral ditengah perbedaan kepentingan atau

timbulnya masalah keagenan (agency problem) antara pihak fiskus sebagai principal dan

pihak manajemen sebagai agent. Berdasarkan fenomena tersebut peneliti tertarik untuk

mengkaji lebih lanjut mengenai pengaruh komisaris independen terhadap penghindaran

pajak untuk melihat apakah fungsi komisaris independen sudah berjalan dengan baik agar

dapat membuktikan dengan adanya komisaris independen di sebuah perusahaan akan

mengurangi potensi perusahaan tersebut melakukan penghindaran pajak.

Faktor lain yang mempengaruhi perilaku perusahaan melakukan penghindaran

pajak adalah Return On Asset. ROA menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

mengelola aset yang dimilikinya untuk menciptakan laba bagi perusahaan (Pradipta

2015). Laba perusahaan merupakan dasar perhitungan pengenaan pajak. Oleh karena itu,

semakin tinggi nilai ROA suatu perusahaan menunjukkan perusahaan tersebut efisien

dalam mengelola asetnya sehingga laba perusahaan meningkat. Perusahaan yang

memiliki laba tinggi akan memiliki kecenderungan untuk mengurangi pajak yang

dibayar. Peneliti kembali memasukkan variabel return on asset untuk menguji faktor-

faktor yang mempengaruhi penghindaran pajak, dikarenakan adanya inconsistency hasil

dari penelitian sebelumnya. Penelitian yang dilakukan Pradipta (2015) menunjukkan

bahwa variabel profitabilitas berpengaruh negatif terhadap praktik penghindaran pajak.

Namun penelitian yang dilakukan Putri dan Lautania (2016) membuktikan hasil yang

berlawanan yaitu variabel return on asset berpengaruh secara parsial terhadap ETR.

Dengan adanya ketidakkonsistenan hasil tersebut, peneliti berharap penelitian ini bisa

lebih membuktikan mengenai pengaruh ROA terhadap penghindaran pajak.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin memperdalam penelitian dengan

judul “Pengaruh Capital Intensity, Komisaris Independen, Dan Profitabilitas Terhadap

Page 4: PENGARUH CAPITAL INTENSITY, KOMISARIS INDEPENDEN, DAN

Penghindaran Pajak”. Peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut dikarenakan adanya

inconsistency hasil dari penelitian sebelumnya. Peneliti mengambil objek penelitian dari

sektor pertambangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2012-2016, dikarenakan penelitian

sebelumnya menggunakan objek dari sektor manufaktur yang terdaftar di BEI 2011-2014,

dan belum ada penelitian yang memperdalam di sektor pertambangan. Objek penelitian

dipilih dari sektor pertambangan karena peneliti memiliki pandangan bahwa bisnis di

sektor pertambangan memiliki siklus usaha yang terdiri dari penyelidikan awal,

eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, eksploitasi, serta reklamasi dimana di setiap

siklusnya akan menimbulkan beban pajak. Sehingga sektor pertambangan merupakan

sektor yang cukup besar kontribusinya dalam penerimaan pajak negara. Oleh karena itu

peneliti memiliki pandangan bahwa sektor ini berpotensi tinggi untuk melakukan praktik

penghindaran pajak.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah Capital Intensity

berpengaruh terhadap penghindaran pajak ? Apakah Komisaris Independen berpengaruh

terhadap penghindaran pajak ? Apakah Profitabilitas berpengaruh terhadap penghindaran

pajak ? Apakah Capital intensity, Komisaris Independen, Profitabilitas secara bersama-

sama berpengaruh terhadap penghindaran pajak ?

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh capital intensity,

komisaris independen, dan profitabilitas secara parsial dan juga secara bersama-sama

terhadap dependent variable yaitu penghindaran pajak yang diproyeksikan dengan ETR.

Peneliti berharap hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan wawasan

mengenai pengaruh Capital Intensity, Komisaris Independen, dan Profitabilitas terhadap

penghindaran pajak yang diproyeksikan dengan ETR, serta penelitian ini bisa dijadikan

referensi bagi peneliti yang ingin melanjutkan dan memperdalam penelitian yang sejenis

di masa yang akan datang. Besar harapan peneliti, hasil penelitian ini bisa dijadikan

informasi bagi pemerintah dalam melakukan pengawasan terhadap praktik penghindaran

pajak perusahaan sektor pertambangan sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam

membuat kebijakan di masa depan.

Page 5: PENGARUH CAPITAL INTENSITY, KOMISARIS INDEPENDEN, DAN

2. Telaah Literatur dan Pengembangan Hipotesis

2.1. Teori Stakeholder

Keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi baik secara langsung maupun

tidak langsung oleh para stakeholder disekelilingnya. Stakeholder adalah grup atau

individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan perusahaan

(Freeman dan Reed 1982). Dalam bukunya Deegan dan Ward (2013) menyatakan bahwa

semua stakeholders memiliki hak yang sama untuk diperlakukan secara adil, karena

stakeholders mempunyai hak intrinsik yang tidak boleh dilanggar. Eksistensi perusahaan

dipengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung oleh para stakeholder-nya.

Maka dari itu dalam aktivitas operasinya, perusahaan tidak boleh hanya mementingkan

kepentingan pemegang saham dan pihak internal perusahaan saja, tapi juga harus

mementingkan stakeholder lainnya.

Menurut Muzakki (2015), Pemerintah merupakan salah satu stakeholder

perusahaan karena perannya sebagai regulator, sehingga setiap kebijakan yang ditetapkan

oleh pemerintah akan mempengaruhi aktivitas operasi perusahaan baik secara langsung

maupun tidak langsung. Salah satu kebijakan pemerintah yang berdampak langsung ke

perusahaan mengenai pajak. Sama halnya dengan return yang diberikan kepada

pemegang saham, pajak juga wajib dibayarkan secara rutin dan dengan jumlah yang

sesuai kepada pemerintah. Perilaku penghindaran pajak tersebut bertolak belakang

dengan Stakeholder Theory yang menyebutkan bahwa perusahaan memiliki kewajiban

untuk berperilaku adil bagi semua para stakeholder-nya.

2.2. Teori Keagenan (Agency Theory)

Pada teori agensi terdapat prinsipal dan agen. Prinsipal dapat disebut juga

(shareholders) adalah pihak yang mendelegasikan wewenangnya untuk mengelola

perusahaan kepada agen yang merupakan pihak manajemen perusahaan (Jensen dan

Meckling 1976). Terkadang adanya perbedaan tujuan dari masing-masing prinsipal dan

agen atau yang disebut masalah keagenan (Agency Problem). Para pemegang saham

menghendaki agar pihak manajemen bekerja untuk memaksimalkan kekayaan dan

kemakmuran mereka, sedangkan pihak manajemen juga menginginkan bertambahnya

kesejahteraan bagi dirinya sendiri (Waluyo dan Rusli 2015). Konflik kepentingan antara

Page 6: PENGARUH CAPITAL INTENSITY, KOMISARIS INDEPENDEN, DAN

pemegang saham dan manajemen dapat diminimalisir dengan adanya kontrak kerja yang

sudah disepakati bersama masing-masing pihak. Dalam kaitannya dengan penghindaran

pajak, seringkali terdapat perbedaan pandangan dari prinsipal dan juga agen. Prinsipal

menghendaki perusahaannya dapat going concern dan terus berkembang dengan

memberikan bonus apabila manajemen dapat mengelola perusahaannya dengan baik.

Manajemen yang menginginkan bonus tersebut akan berusaha untuk melaporkan kinerja

perusahaan yang baik, salah satu caranya adalah dengan melakukan penghindaran pajak.

2.3. Penghindaran Pajak

Penghindaran pajak merupakan tindakan untuk mengurangi beban pajak yang

ditanggung perusahaan dengan cara yang legal karena tidak melanggar ketentuan

perpajakan. Metode yang cenderung sering digunakan dalam praktik penghindaran pajak

adalah dengan memanfaatkan celah-celah (grey area) di dalam undang-undang

perpajakan untuk mengurangi jumlah utang pajak (Pohan 2013). Walaupun praktik

penghindaran pajak tidak melanggar undang-undang perpajakan, tapi pemerintah tetap

tidak menginginkan hal tersebut terjadi. Bagi perusahaan, praktik penghindaran pajak

juga dapat menimbulkan resiko apabila praktik ini diketahui para stakeholder-nya.

Penelitian yang dilakukan oleh Asri dan Suardana (2016) menunjukkan bahwa resiko

utama bagi perusahaan yang melakukan penghindaran pajak antara lain, biaya yang harus

dikeluarkan perusahaan untuk membayar konsultan pajak, serta biaya denda yang harus

dikeluarkan perusahaan sebagai sanksi apabila praktik penghindaran pajaknya diketahui

fiskus, dan juga resiko hilangnya kredibilitas perusahaan dimata stakeholder sehingga

menimbulkan citra buruk bagi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus berpikir

ulang jika akan melakukan penghindaran pajak, apakah jumlah biaya yang dikeluarkan

sebanding dengan jumlah pengurangan pajak atau malah sebaliknya.

Penghindaran pajak dapat diukur menggunakan Effective Tax Rate (ETR). ETR

adalah rasio yang menunjukkan besaran beban pajak yang dibayarkan perusahaan

terhadap laba perusahaan (Noor, Fadzillah dan Mastuki 2010). Peneliti menggunakan

ETR sebagai alat pengukuran penghindaran pajak karena ETR menunjukkan perencanaan

pajak yang efektif sehingga semakin rendahnya nilai ETR perusahaan menjadi pertanda

bahwa perusahaan melakukan penghindaran pajak (Muzakki 2015). Sabli dan Noor

(2012) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki nilai ETR rendah cenderung

Page 7: PENGARUH CAPITAL INTENSITY, KOMISARIS INDEPENDEN, DAN

melakukan penghindaran pajak, karena perusahaan tersebut memiliki beban pajak yang

rendah namun memiliki laba sebelum pajak relatif tetap.

2.4. Pengembangan Hipotesis

2.4.1. Capital Intensity Ratio dan Penghindaran Pajak

Capital Intensity Ratio menunjukkan proporsi besarnya modal perusahaan yang

dialokasikan untuk di investasikan pada aset tetap (DeFond dan Hung 2003). Rasio ini

diukur dengan membagi jumlah aset tetap perusahaan dengan penjualan. Perusahaan yang

memiliki aset tetap dalam jumlah yang besar dapat diindikasikan melakukan upaya

penghindaran pajak melalui aset tetapnya. Aset tetap dapat digunakan sebagai salah satu

cara melakukan penghindaran pajak karena aset tetap yang dimiliki perusahaan tersebut

setiap tahun akan mengalami penyusutan, dan penyusutan tersebut dapat digunakan untuk

mengurangi laba perusahaan sebagai dasar perhitungan jumlah pajak yang ditanggung

perusahaan (Dwilopa 2015).

Menurut Comanor dan Wilson (1967) Capital Intensity Ratio merupakan salah

satu rasio yang digunakan investor sebagai bahan pertimbangan dalam membuat

keputusan investasi serta evaluasi, karena rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan

dalam mengelola modal yang telah ditanamkan investor dalam rangka menghasilkan

penghasilan bagi perusahaan. Sehingga kebijakan perusahaan untuk melakukan praktik

penghindaran pajak menggunakan aset tetap ini menimbulkan resiko. Perusahaan yang

menginvestasikan modalnya pada aset tetap dalam jumlah besar tetapi laba yang

dihasilkan tidak signifikan akan dianggap turunnya kinerja perusahaan yang berdampak

pada menurunnya kepercayaan invesor terhadap perusahaan tersebut.

Hasil penelitian yang dilakukan Dwilopa (2015) dan juga didukung oleh Putri dan

Lautania (2016), menunjukkan bahwa Capital Intensity Ratio berpengaruh terhadap

penghindaran pajak yang diukur menggunakan ETR, dimana studi masing-masing

peneliti tersebut dilakukan pada sektor manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun

2011-2014. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan ketentuan perpajakan dalam

memperkiraan masa manfaat aset tetap umumnya lebih cepat dibanding dengan perkiraan

masa manfaat aset yang diprediksi oleh perusahaan, sehingga mengakibatkan ETR

perusahaan menjadi rendah. Sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan sebenarnya

Page 8: PENGARUH CAPITAL INTENSITY, KOMISARIS INDEPENDEN, DAN

tidak secara sengaja melakukan penghindaran pajak menggunakan aset tetap, tetapi

perbedaan perkiraan masa manfaat aset tetap tersebut yang mengakibatkan pajak yang

ditanggung perusahaan menjadi lebih kecil. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka

dapat diusulkan hipotesis sebagai berikut :

H1 : Capital Intensity Ratio berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak

2.4.2. Komisaris Independen dan Penghindaran Pajak

Komisaris independen adalah pihak yang tidak memiliki hubungan dengan pihak

internal perusahaan, seperti pemegang saham, dewan direksi, atau dewan komisaris.

Menurut Putra (2016) Komisaris independen bertugas untuk mengawasi, mengarahkan

serta memastikan bahwa kebijakan yang diambil perusahaan tidak melanggar dari

ketentuan-ketentuan yang berlaku dan sesuai dengan tujuan perusahaan. Komisaris

Independen juga bertugas memberikan pengarahan agar tidak terjadi perbedaan informasi

antara para pemegang saham (principal) dengan pihak manajemen (agent). Diharapkan

dengan adanya komisaris independen yang mengawasi secara ketat, manajemen bertindak

lebih berhati-hati dalam menentukan kebijakan yang di ambil serta transparan dalam

mengelola dan menjalankan aktivitas operasi perusahaan sehingga potensi praktik

penghindaran pajak bisa diminimalisir (Ardyansah 2014).

Menurut peraturan Bursa Efek Indonesia (Kep-305/BEJ/07-2004, 2004)

perusahaan harus memiliki komisaris independen sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh

perseratus) dari jajaran anggota Dewan Komisaris yang dapat dipilih terlebih dahulu

melalui RUPS sebelum pencatatan dan mulai efektif bertindak sebagai komisaris

independen setelah saham perusahaan tercatat. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian

yang dilakukan Eksandy (2017), dimana keberadaan komisaris independen berpengaruh

terhadap aktivitas penghindaran pajak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan

adanya komisaris independen potensi perusahaan untuk melakukan penghindaran pajak

dapat diminimalkan.

Keberadaan komisaris independen sangat penting didalam suatu perusahaan.

Dengan adanya komisaris independen juga menjadi nilai lebih perusahaan dalam rangka

menjalankan sistem tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance)

karena mencerminkan perusahaan yang memiliki prinsip dasar independen, transparan,

Page 9: PENGARUH CAPITAL INTENSITY, KOMISARIS INDEPENDEN, DAN

akuntabilitas serta wajar di dalam pelaporan dan aktivitas bisnis (Effendi 2009).

Penerapan tata kelola perusahaan yang baik melalui keberadaan komisaris independen,

akan menjaga keseimbangan antara pencapaian tujuan ekonomi perusahaan dengan

tujuan masyarakat, serta menjauhkan perusahaan dari masalah yang disebabkan oleh

pengelolaan organisasi yang buruk (Dwitridinda 2007). Berdasarkan latar belakang

tersebut, maka dikembangkan hipotesis sebagai berikut :

H2 : Komisaris Independen berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak

2.4.3. Profitabilitas dan Penghindaran Pajak

Profitabilitas menunjukkan kepabilitas perusahaan dalam menghasilkan laba bagi

perusahaan (Ardyansah 2014). Oleh karena itu profitabilitas merupakan sebuah alat ukur

kemampuan perusahaan dengan cara mengelola sumber daya yang dimilikinya secara

produktif dan efisien, dalam rangka menghasilkan pendapatan bagi perusahaan. Salah

satu cara untuk mengukur profitabilitas adalah dengan menggunakan rasio Return On

Asset (ROA). ROA menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba

dengan menggunakan aset yang dimilikinya, sehingga semakin tinggi nilai ROA

menunjukkan semakin tinggi pula performa perusahaan dalam menghasilkan laba

menggunakan aset yang dimilikinya (Waluyo dan Rusli 2015).

Penelitian Damawan dan Sukartha (2014), menunjukkan bahwa ROA

berpengaruh terhadap penghindaran pajak karena perusahaan yang mampu mengelola

perusahaan dengan baik adalah perusahaan yang mampu memanfaatkan beban yang

dikeluarkan untuk mengurangi pajaknya dalam hal ini beban yang dimaksud adalah beban

penyusutan dan amortisasi. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan Putri

dan Lautania (2016) membuktikan bahwa tingginya tingkat laba yang dihasilkan,

mengakibatkan perusahaan akan melakukan berbagai cara untuk mengurangi laba yang

dihasilkan guna mendapat ETR yang rendah sehingga pajak yang dibayarkan juga rendah.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa, semakin perusahaan efisien dalam mengelola

sumber dayanya maka cenderung laba yang dihasilkan akan tinggi. Namun semakin

tinggi laba yang dihasilkan perusahaan, maka semakin tinggi juga pajak yang harus

dibayarkan sehingga perusahaan akan cenderung berupaya untuk mengurangi laba yang

dihasilkan dengan cara mengelola bebannya seperti beban penyusutan dan amortisasi agar

pajak yang ditanggung perusahaan kecil.

Page 10: PENGARUH CAPITAL INTENSITY, KOMISARIS INDEPENDEN, DAN

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diusulkan hipotesis sebagai

berikut :

H3 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak

2.5. Kerangka Konseptual

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

Capital Intensity

Komisaris

Independen

Profitabilitas

Penghindaran

Pajak

Page 11: PENGARUH CAPITAL INTENSITY, KOMISARIS INDEPENDEN, DAN

3. Metode Penelitian

3.1. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif inferensial. Sumber data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Dimana data sekunder ini

merupakan data yang diperoleh dengan cara melihat data pada perusahaan sektor

pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini berfokus pada data

penelitian yang bersifat pooled cross section-time series pada periode pengamatan dari

tahun 2012 sampai dengan tahun 2016.

Populasi Dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan dari sektor pertambangan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 sejumlah 47

perusahaan. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu purposive

sampling, dengan kriteria perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar dalam Bursa

Efek Indonesia dan menerbitkan laporan keuangan secara berturut-turut pada periode

2012-2016.

Tabel 1 Metode Pemilihan Sampel

Kriteria Sampel Jumlah

Perusahaan pertambangan yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

sampai tahun 2016

42

Perusahaan pertambangan yang baru IPO pada tahun 2015 (1)

Perusahaan yang baru berganti sektor pertambangan pada tahun 2014 (1)

Perusahaan yang baru berganti sektor pertambangan pada tahun 2013 (2)

Perusahaan yang baru berganti sektor pertambangan pada tahun 2012 (1)

Perusahaan pertambangan yang tidak menerbitkan laporan keuangan

secara berturut-turut pada periode 2012-2016

(15)

Perusahaan pertambangan yang terpilih sebagai sampel penelitian 22

Total Observasi (22 x 5) 110

Page 12: PENGARUH CAPITAL INTENSITY, KOMISARIS INDEPENDEN, DAN

3.2. Variabel Penelitian

3.2.1. Variabel Dependen (ETR)

Variabel dependen pada penelitian ini adalah penghindaran pajak yang

diproksikan dengan menggunakan Effective Tax Rate (ETR). ETR dapat dihitung

menggunakan rumus total beban pajak dibagi dengan laba sebelum pajak, dimana total

beban pajak didapatkan dari beban pajak kini ditambah dengan beban pajak tangguhan

(Rodriguez dan Arias 2012).

ETR =Total beban pajak

laba sebelum pajak

3.2.2. Variabel Independen (Capital intensity, Komisaris Independen, Profitabilitas)

Capital Intensity

Capital Intensity diukur menggunakan rumus jumlah aset tetap perusahaan dibagi

dengan penjualan. Rasio ini menunjukan besarnya proporsi modal perusahaan yang

dialokasikan untuk investasi pada aset tetap, seperti gedung pabrik, mesin, dan aset tetap

lainnya (DeFond dan Hung 2003). Capital Intensity dapat dirumuskan sebagai berikut :

Capital Intensity Ratio =Total Aset Tetap

Penjualan

Komisaris Independen

Komisaris independen merupakan pihak yang tidak memiliki hubungan dengan

pihak internal perusahaan dimana komisaris independen bertugas untuk mengawasi,

mengarahkan dan memastikan kebijakan yang diambil perusahaan tidak melanggar

undang-undang yang berlaku, serta memberikan pengarahan agar tidak terjadi perbedaan

informasi antara principal dengan agent (Putra 2016). Komisaris independen di proksikan

sebagai berikut :

Komisaris Independen ∶Komisaris independen

Total komisaris

Profitabilitas

Page 13: PENGARUH CAPITAL INTENSITY, KOMISARIS INDEPENDEN, DAN

Profitabilitas menunjukkan kapabilitas perusahaan dalam menghasilkan laba,

dimana dalam penelitian ini diproksikan menggunakan rasio Return On Asset (ROA).

ROA menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba menggunakan aset

yang dimilikinya (Waluyo dan Rusli 2015). ROA dapat dirumuskan sebagai berikut ;

ROA =Laba setelah pajak

Total asetx 100%

3.3. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis menggunakan metode analisis regresi berganda. Sebelum

menganalisis data tersebut, data terlebih dahulu diuji dengan uji asumsi klasik untuk

memastikan bahwa variabel terkait layak dan tidak bias. Uji asumsi klasik digunakan

untuk memastikan apakah model regresi ada autokorelasi, multikorelasi, dan

heteroskedastisitas serta data berdistribusi normal (Ghozali 2009). Metode analisis regresi

linier berganda digunakan untuk menguji pengaruh antara dua variabel atau lebih (Putra

2016). Dalam pengujian regresi linier berganda, telah ditentukan alfa sebesar 5% dan

10%. Berikut adalah persamaan dari model regresi linier berganda :

Y = α − β1X1 − β2X2 + β3X3 + e

Keterangan :

Y = Penghindaran Pajak yang diproyeksikan dengan ETR

α = Konstanta

β1-β3 = Koefisien regresi

X1 = Capital Intesity

X2 = Komisaris Independen

X3 = Profitabilitas

e = Error

Page 14: PENGARUH CAPITAL INTENSITY, KOMISARIS INDEPENDEN, DAN

4. Analisis Dan Pembahasan

4.1. Statistik Deskriptif

Tahap ini menyajikan statistik deskriptif untuk variabel dependen dan variabel

independen. Statistik deskriptif mencakup keseluruhan variabel penelitian yang meliputi

nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi (Putri dan Lautania 2016).

Tabel statistik deskriptif disajikan pada tabel 2 berikut ini :

Tabel 2 Statistik Deskriptif

Sumber : data sekunder (diolah)

Pada tabel 2 menunjukkan bahwa variabel Y yang digunakan adalah penghindaran

pajak, yang diproyeksikan menggunakan ETR (Effective Tax Rate). Variabel ini diukur

dengan menghitung total beban pajak penghasilan dibagi dengan laba sebelum pajak.

Variabel ini memiliki nilai minimum sebesar -0,60 yang dimiliki oleh PT. Ratu Prabu

Energi Tbk pada tahun 2015, nilai maksimum sebesar 1,05 dimiliki oleh PT. Perdana

Karya Perkasa Tbk pada tahun 2013, nilai rata-rata yang dimiliki sebesar 0,2673 dan

standar deviasi sebesar 0,30526.

Variabel bebas pertama (X1) yang digunakan adalah capital intensity ratio.

Variabel ini diukur dengan menghitung total aset tetap perusahaan dibagi dengan

penjualan. Nilai minimum yang terdapat pada variabel ini sebesar 0,01 yang dimiliki oleh

PT. Medco Energi International Tbk pada tahun 2016, nilai maksimum sebesar 3,76

dimiliki oleh PT Ratu Prabu Energi Tbk pada tahun 2016, nilai rata-rata sebesar 0,7220,

dan standar deviasi sebesar 0,73492.

Variabel bebas kedua (X2) yang digunakan adalah Komisaris Independen.

Variabel ini diukur dengan membandingkan jumlah komisaris independen yang dimiliki

perusahaan dengan total jumlah komisaris di perusahaan tersebut. Nilai minimum yang

terdapat pada variabel ini sebesar 0,25 yang dimiliki oleh PT. Darma Henwa Tbk pada

tahun 2013, nilai maksimum sebesar 0,57 dimiliki oleh PT Delta Dunia Makmur Tbk

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

ETR 110 -0.60 1.05 0.2673 0.30526

CI 110 0.01 3.76 0.7220 0.73492

KI 110 0.25 0.57 0.3867 0.07296

ROA 110 -0.35 0.29 0.0297 0.08972

Page 15: PENGARUH CAPITAL INTENSITY, KOMISARIS INDEPENDEN, DAN

pada tahun 2015 dan 2016, nilai rata-rata sebesar 0,3867, dan standar deviasi sebesar

0,07296.

Variabel bebas ketiga (X3) yang digunakan adalah Profitabilitas. Variabel ini

diukur dengan menggunakan ROA (return on asset) dimana nilai ROA didapat dari

membandingkan laba setelah pajak dengan total aset yang dimiliki perusahaan dikali 100

persen. Nilai minimum yang terdapat pada variabel ini sebesar -0,35 yang dimiliki oleh

PT. Perdana Karya Perkasa Tbk pada tahun 2015, nilai maksimum sebesar 0,29 dimiliki

oleh PT Indo Tambangraya Megah Tbk pada tahun 2012, nilai rata-rata sebesar 0,0297,

dan standar deviasi sebesar 0,08972.

4.2. Uji Statistik F (F-test)

Pengujian Statistik F pada dasarnya dilakukan untuk menunjukkan apakah capital

intensity, komisaris independen, profitabilitas secara bersama-sama berpengaruh

terhadap penghindaran pajak. Berdasarkan tabel 3 nilai signifikansi yang diperoleh adalah

0,003 dimana nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05, yang berarti capital

intensity, komisaris independen, profitabilitas secara bersama-sama berpengaruh

terhadap penghindaran pajak.

Tabel 3 Uji Statistik F

Sumber : Output SPSS 22

4.3. Pengujian Regresi Berganda

Setelah melakukan serangkaian pengujian asumsi klasik, kemudian dilakukan pengujian

regresi berganda. Pengujian regresi berganda ini digunakan mengetahui jawaban atas hipotesis

yang dikembangkan dalam penelitian ini. Hasil pengujian ini tampak dalam tabel 4 berikut ini :

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 1.228 3 0,409 4.860 0,003b

Residual 8.929 106 0,084

Total 10.157 109

Page 16: PENGARUH CAPITAL INTENSITY, KOMISARIS INDEPENDEN, DAN

Tabel 4 Uji Statistik T

Variabel B

t Sig. Keterangan

(Constant) 0,658 4.369 0,000

CI -0,074 -1.721 0,088 Hipotesis diterima**

KI -0,906 -2.349 0,021 Hipotesis diterima*

ROA 0,430 1.234 0,220 Hipotesis ditolak

Koefisien determinasi adjusted R2 0,096

Koefisien determinasi R2 0,121

*Signifikansi α = 0,05

** Signifikansi α = 0,10

Sumber : data sekunder (diolah)

Berdasarkan tabel 4 di atas dapat disimpulkan bahwa :

Variabel capital intensity ratio memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,088 yang lebih

besar dari 0,1. Hal tersebut menunjukkan bahwa capital intensity ratio memiliki pengaruh

signifikan terhadap penghindaran pajak. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa

hipotesis pertama (H1) diterima pada alfa 10%.

Variabel komisaris independen memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,021 yang lebih

kecil dari 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa komisaris independen memiliki

pengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. Oleh karena itu, dapat disimpulkan

bahwa hipotesis kedua (H2) diterima pada alfa 5%.

Terkait dengan variabel profitabilitas yang diukur menggunakan ROA memiliki

tingkat signifikansi sebesar 0,220 yang lebih besar dari 0,05. Hal tersebut menunjukkan

bahwa profitabilitas tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua (H3) ditolak pada alfa 5%.

Koefisien determinasi adjusted R2 menunjukkan nilai sebesar 0,096 atau 9,6%. Hal ini

berarti kemampuan variabel capital intensity, komisaris independen, dan profitabilitas

dalam menjelaskan penghindaran pajak adalah sebesar 9,6%, sedangkan sisanya yaitu

sebesar 90,4% dijelaskan variabel lain diluar penelitian ini.

Page 17: PENGARUH CAPITAL INTENSITY, KOMISARIS INDEPENDEN, DAN

4.4. Pembahasan

4.4.1. Pengaruh capital intensity terhadap penghindaran pajak

Hipotesis pertama (H1) dalam penelitian menyatakan capital intensity

berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak. Hasil analisis regresi linier berganda

dalam tabel 7 menunjukkan nilai koefisien sebesar -0,074 dengan nilai signifikansi

sebesar 0,088, yang berarti dibawah tingkat signifikansi yang telah ditetapkan yaitu

sebesar 0,1. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa capital intensity ratio berpengaruh

negatif terhadap penghindaran pajak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

hipotesis pertama yang menyatakan capital intensity berpengaruh negatif terhadap

penghindaran pajak diterima. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Putri dan Lautania (2016) dan Dwilopa (2015) yang menyatakan bahwa capital

intensity berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak, akan tetapi penelitian ini

tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putra (2016) bahwa capital intensity

tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak.

Menurut Putri dan Lautania (2016), perusahaan diperbolehkan untuk menentukan

masa manfaat aset tetap sesuai dengan kebijakan perusahaan, sedangkan dalam

perpajakan aset tetap mempunyai masa manfaat tertentu sesuai dengan peraturan

perpajakan yang umumnya lebih cepat dibandingkan dengan masa manfaat yang

diprediksi perusahaan. Sehingga masa manfaat aset tetap yang lebih cepat akan membuat

ETR perusahaan menjadi rendah.

4.4.2. Pengaruh komisaris independen terhadap penghindaran pajak

Hipotesis kedua (H2) dalam penelitian ini menyatakan komisaris independen

berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak. Hasil analisis regresi linier berganda

dalam tabel 7 menunjukkan nilai koefisien sebesar -0,906 dengan nilai signifikansi

sebesar 0,021, hal ini berarti dibawah tingkat signifikansi yang telah ditetapkan yaitu

sebesar 0,05. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa komisaris independen berpengaruh

negatif terhadap penghindaran pajak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

hipotesis kedua yang menyatakan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap

penghindaran pajak diterima. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Sari (2014) dan Pohan (2008) yang menyatakan bahwa komisaris independen

Page 18: PENGARUH CAPITAL INTENSITY, KOMISARIS INDEPENDEN, DAN

berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak, namun penelitian ini tidak sejalan

dengan penelitian yang dilakukan Pradipta (2015) bahwa komisaris independen tidak

mempunyai pengaruh terhadap penghindaran pajak.

Komisaris independen berpengaruh terhadap penghindaran pajak

mengindikasikan keberadaan komisaris independen dalam sebuah perusahaan terbukti

efektif untuk mencegah praktik penghindaran pajak. Hasil analisis yang menunjukkan

nilai koefisien bernilai negatif yaitu sebesar -0.0906 membuktikan adanya pengaruh

negatif antara komisaris independen dengan penghindaran pajak. Hal ini membuktikan

bahwa semakin banyak jumlah komisaris independen yang dapat mengurangi

kemingkinan manajemen melakukan penghindaran pajak. Menurut Diantari dan Ulupui

(2016) semakin banyak jumlah komisaris independen maka makin besar pengaruhnya

untuk melakukan pengawasan terhadap kinerja manajemen, sehingga manajemen akan

berhati-hati dalam mengambil keputusan dan transparan dalam menjalankan perusahaan

sehingga dapat meminimalisasi terjadinya penghindaran pajak. Dikarenakan komisaris

independen secara aktif mendorong manajmenen untuk mematuhi peraturan perundang-

undangan perpajakan yang berlaku.

4.4.3. Pengaruh profitabilitas terhadap penghindaran pajak

Hipotesis ketiga (H3) dalam penelitian ini menyatakan profitabilitas berpengaruh

positif terhadap penghindaran pajak. Hasil analisis regresi linier berganda dalam tabel 7

menunjukkan nilai koefisien sebesar 0,430 dengan nilai signifikansi sebesar 0,220, hal ini

berarti diatas tingkat signifikansi yang telah ditetapkan yaitu sebesar 0,05. Hasil uji

tersebut menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap penghindaran

pajak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga yang menyatakan

profitabilitas berpengaruh terhadap penghindaran pajak ditolak. Hasil ini sejalan dengan

hasil penelitian yang dilakukan oleh Rachmithasari (2015) dan Aditama (2016) yang

menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak, akan

tetapi penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri dan

Lautania (2016) bahwa profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap penghindaran

pajak.

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan mengelola sumber daya yang

dimiliki dalam rangka memperoleh laba dengan salah satu indikasi tingginya

Page 19: PENGARUH CAPITAL INTENSITY, KOMISARIS INDEPENDEN, DAN

profitabilitas adalah ROA. Terbukti setelah dilakukan pengujian menggunakan ROA,

profitabilitas tidak memiliki kecenderungan melakukan penghindaran pajak. Hal ini

terbukti bahwa perusahaan yang memiliki ROA yang tinggi bukan disebabkan

pengelolaan aset tetap sehingga dapat memberikan pengurangan pajak dari beban

penyusutan dan amortisasi, melainkan perusahaan dapat mengelola beban-beban

operasional lainnya secara efektif sehingga biaya produksi menjadi rendah yang

mengakibatkan laba perusahaan menjadi maksimal. Menurut Aditama (2016)

menyatakan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak dikarenakan

kemungkinan besar perusahaan melakukan manajemen laba sehingga laba perusahaan

yang sebenarnya tidak diketahui.

5. Simpulan, Keterbatasan, dan Saran

5.1. Simpulan

Penelitian ini menguji pengaruh capital intensity, komisaris independen, dan

profitabilitas terhadap penghindaran pajak pada sektor pertambangan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2016. Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan yang telah dijelaskan, disimpulkan bahwa capital intensity berpengaruh

negatif terhadap penghindaran pajak. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa H1 yang

diajukan dalam penelitian diterima dan terbukti. Hal ini disebabkan peraturan perpajakan

dalam menentukan masa manfaat umumnya lebih cepat dibanding masa manfaat yang

diprediksi perusahaan, sehingga dapat meningkatkan beban depresiasi yang bisa

digunakan untuk mengurangi beban pajak yang ditanggung.

Hasil penelitian yang kedua membuktikan bahwa komisaris independen

berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak. Hasil penelitian ini menyimpulkan

bahwa H2 yang diajukan dalam penelitian diterima dan terbukti. Hal ini membuktikan

bahwa semakin banyak jumlah komisaris independen maka kemungkinan akan

menurunkan terjadinya penghindaran pajak. Hasil penelitian yang ketiga membuktikan

bahwa profitabilitas tidak berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak. Hasil

penelitian ini menyimpulkan bahwa H3 yang diajukan dalam penelitian ditolak dan tidak

terbukti. Hal ini membuktikan tingginya profitabilitas perusahaan tidak mengindikasikan

perusahaan tersebut melakukan penghindaran pajak. Hasil penelitian keempat

Page 20: PENGARUH CAPITAL INTENSITY, KOMISARIS INDEPENDEN, DAN

membuktikan bahwa capital intensity, komisaris independen dan profitabilitas

berpengaruh secara bersama-sama terhadap penghindaran pajak.

5.2. Keterbatasan

Penelitian ini memiliki keterbatasan yang dapat dijadikan pertimbangan untuk

peneliti selanjutnya, sehingga hasil yang didapat lebih baik di masa yang akan datang.

Keterbatasan tersebut adalah masih ada beberapa perusahaan sektor pertambangan yang

tidak mempublikasikan laporan keuangan perusahaannya di BEI pada tahun tertentu,

sehingga menyebabkan perusahaan tersebut dikeluarkan dari perhitungan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini. Hal tersebut yang mengakibatkan hasil penelitian ini

kurang sesuai dengan keadaan sebenarnya.

5.3. Saran

Saran dalam penelitian ini bagi pemerintah adalah hasil penelitian ini bisa

digunakan sebagai informasi dalam melakukan pengawasan terhadap tindakan

penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan pertambangan dengan berfokus pada

pengelolaan aset tetap perusahaan serta jumlah proporsi komisaris independen dalam

perusahaan agar mendapatkan kehati-hatian dalam menentukan kebijakan. Saran untuk

penelitian selanjutnya, diharapkan memperpanjang waktu pengamatan sehingga

menambah data perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI, sehingga diharapkan

penelitian selanjutnya dapat lebih membuktikan mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi penghindaran pajak pada perusahaan pertambangan. Serta peneliti

selanjutnya dapat menambahkan variabel lain seperti leverage dan ukuran perusahaan

untuk menambah pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi penghindaran pajak.

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Ahmad. 2016. “Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Keluarga, Corporate

Governance, Leverage, Ukuran Perusahaan, Kualitas Audit, dan Kepemilikan

Institusional terhadap Penghindaran Pajak.”

Page 21: PENGARUH CAPITAL INTENSITY, KOMISARIS INDEPENDEN, DAN

Ardyansah, Danis. 2014. “Pengaruh Size, Leverage, Profitability, Capital Intensity Ratio

dan Komisaris Independen terhadap Effective Tax Rate.”

Asri, Ida Ayu Trisna Yudi, dan Ketut Alit Suardana. 2016. “Pengaruh Proporsi Komisaris

Independen, Komite Audit, Preferensi Resiko Eksekutif, dan Ukuran Perusahaan

pada Penghindaran Pajak.” E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 72-100.

Comanor, Wiliam S, dan Thomas A Wilson. 1967. “Advertising Market Structure and

Performance.” Review of Economics and Statistic.

Damawan, I Gede Hendy, dan I Made Sukartha. 2014. “Pengaruh Penerapan Corporate

Governance, Leverage, Return On Asset, dan Ukuran Perusahaan Pada

Penghindaran Pajak.” E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 143-161.

Deegan, Craig, dan Anne Marie Ward. 2013. Financial Accounting and Reporting: An

International Approach. McGraw-Hill Education Limited.

DeFond, Mark L, dan Mingyi Hung. 2003. “An Empirical Analysis of Analysts' Cash

Flow Forecast.” Journal of Accounting and Economics 73-100.

Diantari, Putu Rista, dan IGK Agung Ulupui. 2016. “Pengaruh Komite Audit, Proporsi

Komisaris Independen, dan Proporsi Kepemilikan Institusional terhadap Tax

Avoidance.” E-Journal Akuntansi Universitas Udayana Vol.16.1 702-732.

Dwilopa, Dio Erlangga. 2015. “Pengaruh Corporate Social Responsibility, Capital

Intensity, dan Perencanaan Pajak terhadap penghindaran pajak.”

Dwitridinda. 2007. “Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap

Kemungkinan Perusahaan mengalami Financial Distress.”

Effendi, Muh Arief. 2009. The Power of Good Corporate Governance: Teori dan

Implementasi. Jakarta: Salemba Empat.

Eksandy, Arry. 2017. “Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, dan Kualitas

Audit Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance).” Competitive Jurnal

Akuntansi dan Keuangan 1-20.

Page 22: PENGARUH CAPITAL INTENSITY, KOMISARIS INDEPENDEN, DAN

Fajar Adisamartha, Ida Bagus Putu. 2015. “Pengaruh Likuiditas, Leverage, Intensitas

Persediaan dan Intensitas Aset Tetap Pada Tingkat Agresivitas Wajib Pajak

Badan.” E-Journal Akuntansi Universitas Udayana Vol.13.3 973-1000.

Freeman, R Edward, dan David L Reed. 1982. “Stockholders and Stakeholders : A New

Perspective on Corporate Governance.” California Management Review Vol.

XXV 88.

Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:

Universitas Diponegoro.

Jensen, Michael C, dan William H Meckling. 1976. “Theroy of The Firm : Managerial

Behavior, Agency Costs, and Ownership Structure.” Journal of Financial

Economics 305-360.

Landolf, U. 2006. “Tax and Corporate Responsibility.” International Tax Review.

Milhanudin, Arip. 2017. “Analisis Pengaruh Komisaris Independen, Kompensasi Rugi

Fiskal, Leverage, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan terhadap Tax

Avoidance.”

Muzakki, Muadz Rizki. 2015. “Pengaruh Corporate Social Responsibility dan Capital

Intensity Terhadap Penghindaran Pajak.”

Noor, Rohaya MD, Nur Syazwani M Fadzillah, dan Nor' Azam Mastuki. 2010.

“Corporate Tax Planning : A Study On Corporate Effective Tax Rates of

Malaysian Listed Companies .” International Journal of Trade, Economics and

Finance, Vol. 1, No. 2.

Pohan, Chairul Anwar. 2013. Manajemen Perpajakan, Strategi Perencanaan Pajak dan

Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Pohan, Hotman Tohir. 2008. “Pengaruh Good Corporate Governance, Rasio Tobin's Q,

Perata laba terhadap Penghindaran Pajak pada Perusahaan Publik.” Jurnal

Informasi, Perpajakan, Akuntansi Dan Keuangan Publik.

Page 23: PENGARUH CAPITAL INTENSITY, KOMISARIS INDEPENDEN, DAN

Pradipta, Dyah Hayu. 2015. “Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR),

Profitabilitas, Leverage, dan Komisaris Independen Terhadap Praktik

Penghindaran Pajak.”

Putra, I Gusti Cahyadi. 2016. “Pengaruh Komisaris Independen, Leverage, Size dan

Capital Intensity Ratio terhadap Tax Avoidance.” E-Jurnal Akuntansi Universitas

Udayana Vol.17.1. Oktober (2016) 690-714.

Putri, Citra Lestari, dan Maya Febrianty Lautania. 2016. “Pengaruh Capital Intensity

Ratio, Inventory Intensity Ratio, Ownership Structure dan Profitability Terhadap

Effective Tax Rate (ETR).” Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi

(JIMEKA) Vol. 1, No. 1 101-109.

Rachmithasari, Annisa Fadilla. 2015. “Pengaruh Return On Asset, Leverage, Corporate

Governance, Ukuran Perusahaan dan Kompensasi Rugi Fiskal pada Tax

Avoidance.”

Rodriguez, Elena Fernandez, dan Antonio Martinez Arias. 2012. “Do Business

Characteristics Determine an Effective Tax Rate?” Chinese Economy, 45 60-83.

Sabli, Nurshamimi, dan Rohaya MD Noor. 2012. “Tax Planning and Corporate

Governance.” 3rd international conference on business and economic research (

3rd ICBER 2012 ) proceeding.

Sari, Gusti Maya. 2014. “Pengaruh Corporate Governance, Ukuran Perusahaan,

Kompensasi Rugi Fiskal dan Struktur Kepemilikan terhadap Tax Avoidance.”

Jurnal Akuntansi Universitas Negeri Padang Vol 2 (3).

Waluyo, Teguh Muji, dan Yessi Mutia Basri Rusli. 2015. “Pengaruh Return on Asset,

Leverage, Ukuran Perusahaan, Kompensasi Rugi Fiskal dan Kepemilikan

Institusi Terhadap Penghindaran Pajak.”

Xynas, Lidia. 2011. “Tax Planning, Avoidance dan Evasion in Australia 1970-2010; The

Regulatory Responses and Taxpayer Compliance.” Revenue Law Journal 20-1.