pengaruh capital intensity, komisaris independen, dan
TRANSCRIPT
PENGARUH CAPITAL INTENSITY, KOMISARIS INDEPENDEN,
DAN PROFITABILITAS TERHADAP PENGHINDARAN PAJAK
(Studi pada sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2012-2016)
Harra Satria Nugraha
Priyo Hari Adi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
Abstract
The aims of this study is to examine the effect of Capital Intensity, Independent
Commissioner, and Profitability to Tax Avoidance. The population in this study are all
mining companies listed on the Indonesia Stock Exchange 2012-2016. Sample selection
technique used is to nonprobability sampling method is purposive sampling technique.
The number of samples in the study sample was 110 during the five period. Data analysis
techniques used in this research is multiple linear regression analysis. The analysis result
of this study showed a Capital Intensity and Independent Commissioner had significant
influence on tax avoidance. Meanwhile Profitability had no significant influence on tax
avoidance.
Keywords : Tax Avoidance, Capital Intensity, Independent Commisioner, and
Profitability
1. Pendahuluan
Pajak merupakan sumber pendapatan utama sebuah negara, namun bagi
perusahaan pajak merupakan beban karena mengurangi laba bersih perusahaan (Putri dan
Lautania 2016). Pengurangan laba bersih perusahaan mencerminkan turunnya kinerja
perusahaan dalam rangka memanfaatkan sumber daya yang dimiliki perusahaan, untuk
menciptakan return bagi para shareholders. Oleh karena itu perusahaan akan berusaha
untuk memanfaatkan celah dari ketentuan-ketentuan perpajakan agar dapat
meminimalkan beban pajaknya serendah mungkin atau yang disebut penghindaran pajak
(tax avoidance). Berbeda dengan penggelapan pajak (tax evasion), penghindaran pajak
merupakan aktivitas mengurangi pajak secara legal (lawfull) sedangkan penggelapan
pajak adalah aktivitas mengurangi pajak dengan cara yang tidak diperbolehkan oleh
peraturan perpajakan (unlawfull) (Xynas 2011). Meskipun tidak melanggar peraturan
perpajakan, menurut Landolf (2006) praktik penghindaran pajak merupakan tindakan
yang tidak bertanggung jawab sosial. Salah satu contoh celah dari ketentuan perpajakan
yaitu penerapan sistem pemungutan pajak secara self assesment, maka kebijakan tersebut
akan memberikan celah bagi perusahaan untuk menghitung beban pajak yang
ditanggungnya seminimal mungkin (Ardyansah 2014).
Penghindaran pajak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
Capital Intensity Ratio. Capital Intensity Ratio menunjukkan besaran investasi aset
perusahaan pada aset tetap (Dwilopa 2015). Pengelolaan aset tetap merupakan salah satu
strategi yang diambil oleh perusahaan dalam rangka penghindaran pajak karena sebagian
aset tetap akan mengalami penyusutan atau depresiasi. Penyusutan aset tetap perusahaan
akan diakui sebagai beban dimana beban penyusutan tersebut dapat mengurangi beban
pajak perusahaan. Semakin besar nilai aset yang dimiliki perusahaan maka akan semakin
rendah pula beban pajaknya karena pendapatan yang berkurang akibat dari beban
penyusutan yang ditanggung perusahaan atas aset yang dimilikinya (Sabli dan Noor
2012). Penelitian yang dilakukan Putri dan Lautania (2016) menunjukkan bahwa Capital
intensity, inventory intensity ratio, managerial ownership, institutional ownership, dan
profitability berpengaruh secara parsial terhadap ETR. Sedangkan penelitian yang
dilakukan Putra (2016) menunjukkan bahwa Capital intensity ratio dan leverage tidak
berpengaruh pada tax avoidance. Dengan adanya inconsistency hasil tersebut, peneliti
kembali menggunakan variabel Capital Intensity untuk lebih membuktikan pengaruhnya
terhadap penghindaran pajak.
Keberadaan komisaris independen di sebuah organisasi juga sangat
mempengaruhi perilaku sebuah perusahaan akan melakukan penghindaran pajak atau
tidak. Komisaris independen memiliki fungsi untuk mengawasi dan mengarahkan segala
kebijakan perusahaan apakah sudah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku
(Milhanudin 2017). Oleh karena itu, dengan adanya komisaris independen diharapkan
komisaris independen mampu menjadi pihak netral ditengah perbedaan kepentingan atau
timbulnya masalah keagenan (agency problem) antara pihak fiskus sebagai principal dan
pihak manajemen sebagai agent. Berdasarkan fenomena tersebut peneliti tertarik untuk
mengkaji lebih lanjut mengenai pengaruh komisaris independen terhadap penghindaran
pajak untuk melihat apakah fungsi komisaris independen sudah berjalan dengan baik agar
dapat membuktikan dengan adanya komisaris independen di sebuah perusahaan akan
mengurangi potensi perusahaan tersebut melakukan penghindaran pajak.
Faktor lain yang mempengaruhi perilaku perusahaan melakukan penghindaran
pajak adalah Return On Asset. ROA menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
mengelola aset yang dimilikinya untuk menciptakan laba bagi perusahaan (Pradipta
2015). Laba perusahaan merupakan dasar perhitungan pengenaan pajak. Oleh karena itu,
semakin tinggi nilai ROA suatu perusahaan menunjukkan perusahaan tersebut efisien
dalam mengelola asetnya sehingga laba perusahaan meningkat. Perusahaan yang
memiliki laba tinggi akan memiliki kecenderungan untuk mengurangi pajak yang
dibayar. Peneliti kembali memasukkan variabel return on asset untuk menguji faktor-
faktor yang mempengaruhi penghindaran pajak, dikarenakan adanya inconsistency hasil
dari penelitian sebelumnya. Penelitian yang dilakukan Pradipta (2015) menunjukkan
bahwa variabel profitabilitas berpengaruh negatif terhadap praktik penghindaran pajak.
Namun penelitian yang dilakukan Putri dan Lautania (2016) membuktikan hasil yang
berlawanan yaitu variabel return on asset berpengaruh secara parsial terhadap ETR.
Dengan adanya ketidakkonsistenan hasil tersebut, peneliti berharap penelitian ini bisa
lebih membuktikan mengenai pengaruh ROA terhadap penghindaran pajak.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin memperdalam penelitian dengan
judul “Pengaruh Capital Intensity, Komisaris Independen, Dan Profitabilitas Terhadap
Penghindaran Pajak”. Peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut dikarenakan adanya
inconsistency hasil dari penelitian sebelumnya. Peneliti mengambil objek penelitian dari
sektor pertambangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2012-2016, dikarenakan penelitian
sebelumnya menggunakan objek dari sektor manufaktur yang terdaftar di BEI 2011-2014,
dan belum ada penelitian yang memperdalam di sektor pertambangan. Objek penelitian
dipilih dari sektor pertambangan karena peneliti memiliki pandangan bahwa bisnis di
sektor pertambangan memiliki siklus usaha yang terdiri dari penyelidikan awal,
eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, eksploitasi, serta reklamasi dimana di setiap
siklusnya akan menimbulkan beban pajak. Sehingga sektor pertambangan merupakan
sektor yang cukup besar kontribusinya dalam penerimaan pajak negara. Oleh karena itu
peneliti memiliki pandangan bahwa sektor ini berpotensi tinggi untuk melakukan praktik
penghindaran pajak.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah Capital Intensity
berpengaruh terhadap penghindaran pajak ? Apakah Komisaris Independen berpengaruh
terhadap penghindaran pajak ? Apakah Profitabilitas berpengaruh terhadap penghindaran
pajak ? Apakah Capital intensity, Komisaris Independen, Profitabilitas secara bersama-
sama berpengaruh terhadap penghindaran pajak ?
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh capital intensity,
komisaris independen, dan profitabilitas secara parsial dan juga secara bersama-sama
terhadap dependent variable yaitu penghindaran pajak yang diproyeksikan dengan ETR.
Peneliti berharap hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan wawasan
mengenai pengaruh Capital Intensity, Komisaris Independen, dan Profitabilitas terhadap
penghindaran pajak yang diproyeksikan dengan ETR, serta penelitian ini bisa dijadikan
referensi bagi peneliti yang ingin melanjutkan dan memperdalam penelitian yang sejenis
di masa yang akan datang. Besar harapan peneliti, hasil penelitian ini bisa dijadikan
informasi bagi pemerintah dalam melakukan pengawasan terhadap praktik penghindaran
pajak perusahaan sektor pertambangan sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam
membuat kebijakan di masa depan.
2. Telaah Literatur dan Pengembangan Hipotesis
2.1. Teori Stakeholder
Keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi baik secara langsung maupun
tidak langsung oleh para stakeholder disekelilingnya. Stakeholder adalah grup atau
individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan perusahaan
(Freeman dan Reed 1982). Dalam bukunya Deegan dan Ward (2013) menyatakan bahwa
semua stakeholders memiliki hak yang sama untuk diperlakukan secara adil, karena
stakeholders mempunyai hak intrinsik yang tidak boleh dilanggar. Eksistensi perusahaan
dipengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung oleh para stakeholder-nya.
Maka dari itu dalam aktivitas operasinya, perusahaan tidak boleh hanya mementingkan
kepentingan pemegang saham dan pihak internal perusahaan saja, tapi juga harus
mementingkan stakeholder lainnya.
Menurut Muzakki (2015), Pemerintah merupakan salah satu stakeholder
perusahaan karena perannya sebagai regulator, sehingga setiap kebijakan yang ditetapkan
oleh pemerintah akan mempengaruhi aktivitas operasi perusahaan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Salah satu kebijakan pemerintah yang berdampak langsung ke
perusahaan mengenai pajak. Sama halnya dengan return yang diberikan kepada
pemegang saham, pajak juga wajib dibayarkan secara rutin dan dengan jumlah yang
sesuai kepada pemerintah. Perilaku penghindaran pajak tersebut bertolak belakang
dengan Stakeholder Theory yang menyebutkan bahwa perusahaan memiliki kewajiban
untuk berperilaku adil bagi semua para stakeholder-nya.
2.2. Teori Keagenan (Agency Theory)
Pada teori agensi terdapat prinsipal dan agen. Prinsipal dapat disebut juga
(shareholders) adalah pihak yang mendelegasikan wewenangnya untuk mengelola
perusahaan kepada agen yang merupakan pihak manajemen perusahaan (Jensen dan
Meckling 1976). Terkadang adanya perbedaan tujuan dari masing-masing prinsipal dan
agen atau yang disebut masalah keagenan (Agency Problem). Para pemegang saham
menghendaki agar pihak manajemen bekerja untuk memaksimalkan kekayaan dan
kemakmuran mereka, sedangkan pihak manajemen juga menginginkan bertambahnya
kesejahteraan bagi dirinya sendiri (Waluyo dan Rusli 2015). Konflik kepentingan antara
pemegang saham dan manajemen dapat diminimalisir dengan adanya kontrak kerja yang
sudah disepakati bersama masing-masing pihak. Dalam kaitannya dengan penghindaran
pajak, seringkali terdapat perbedaan pandangan dari prinsipal dan juga agen. Prinsipal
menghendaki perusahaannya dapat going concern dan terus berkembang dengan
memberikan bonus apabila manajemen dapat mengelola perusahaannya dengan baik.
Manajemen yang menginginkan bonus tersebut akan berusaha untuk melaporkan kinerja
perusahaan yang baik, salah satu caranya adalah dengan melakukan penghindaran pajak.
2.3. Penghindaran Pajak
Penghindaran pajak merupakan tindakan untuk mengurangi beban pajak yang
ditanggung perusahaan dengan cara yang legal karena tidak melanggar ketentuan
perpajakan. Metode yang cenderung sering digunakan dalam praktik penghindaran pajak
adalah dengan memanfaatkan celah-celah (grey area) di dalam undang-undang
perpajakan untuk mengurangi jumlah utang pajak (Pohan 2013). Walaupun praktik
penghindaran pajak tidak melanggar undang-undang perpajakan, tapi pemerintah tetap
tidak menginginkan hal tersebut terjadi. Bagi perusahaan, praktik penghindaran pajak
juga dapat menimbulkan resiko apabila praktik ini diketahui para stakeholder-nya.
Penelitian yang dilakukan oleh Asri dan Suardana (2016) menunjukkan bahwa resiko
utama bagi perusahaan yang melakukan penghindaran pajak antara lain, biaya yang harus
dikeluarkan perusahaan untuk membayar konsultan pajak, serta biaya denda yang harus
dikeluarkan perusahaan sebagai sanksi apabila praktik penghindaran pajaknya diketahui
fiskus, dan juga resiko hilangnya kredibilitas perusahaan dimata stakeholder sehingga
menimbulkan citra buruk bagi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus berpikir
ulang jika akan melakukan penghindaran pajak, apakah jumlah biaya yang dikeluarkan
sebanding dengan jumlah pengurangan pajak atau malah sebaliknya.
Penghindaran pajak dapat diukur menggunakan Effective Tax Rate (ETR). ETR
adalah rasio yang menunjukkan besaran beban pajak yang dibayarkan perusahaan
terhadap laba perusahaan (Noor, Fadzillah dan Mastuki 2010). Peneliti menggunakan
ETR sebagai alat pengukuran penghindaran pajak karena ETR menunjukkan perencanaan
pajak yang efektif sehingga semakin rendahnya nilai ETR perusahaan menjadi pertanda
bahwa perusahaan melakukan penghindaran pajak (Muzakki 2015). Sabli dan Noor
(2012) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki nilai ETR rendah cenderung
melakukan penghindaran pajak, karena perusahaan tersebut memiliki beban pajak yang
rendah namun memiliki laba sebelum pajak relatif tetap.
2.4. Pengembangan Hipotesis
2.4.1. Capital Intensity Ratio dan Penghindaran Pajak
Capital Intensity Ratio menunjukkan proporsi besarnya modal perusahaan yang
dialokasikan untuk di investasikan pada aset tetap (DeFond dan Hung 2003). Rasio ini
diukur dengan membagi jumlah aset tetap perusahaan dengan penjualan. Perusahaan yang
memiliki aset tetap dalam jumlah yang besar dapat diindikasikan melakukan upaya
penghindaran pajak melalui aset tetapnya. Aset tetap dapat digunakan sebagai salah satu
cara melakukan penghindaran pajak karena aset tetap yang dimiliki perusahaan tersebut
setiap tahun akan mengalami penyusutan, dan penyusutan tersebut dapat digunakan untuk
mengurangi laba perusahaan sebagai dasar perhitungan jumlah pajak yang ditanggung
perusahaan (Dwilopa 2015).
Menurut Comanor dan Wilson (1967) Capital Intensity Ratio merupakan salah
satu rasio yang digunakan investor sebagai bahan pertimbangan dalam membuat
keputusan investasi serta evaluasi, karena rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan
dalam mengelola modal yang telah ditanamkan investor dalam rangka menghasilkan
penghasilan bagi perusahaan. Sehingga kebijakan perusahaan untuk melakukan praktik
penghindaran pajak menggunakan aset tetap ini menimbulkan resiko. Perusahaan yang
menginvestasikan modalnya pada aset tetap dalam jumlah besar tetapi laba yang
dihasilkan tidak signifikan akan dianggap turunnya kinerja perusahaan yang berdampak
pada menurunnya kepercayaan invesor terhadap perusahaan tersebut.
Hasil penelitian yang dilakukan Dwilopa (2015) dan juga didukung oleh Putri dan
Lautania (2016), menunjukkan bahwa Capital Intensity Ratio berpengaruh terhadap
penghindaran pajak yang diukur menggunakan ETR, dimana studi masing-masing
peneliti tersebut dilakukan pada sektor manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun
2011-2014. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan ketentuan perpajakan dalam
memperkiraan masa manfaat aset tetap umumnya lebih cepat dibanding dengan perkiraan
masa manfaat aset yang diprediksi oleh perusahaan, sehingga mengakibatkan ETR
perusahaan menjadi rendah. Sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan sebenarnya
tidak secara sengaja melakukan penghindaran pajak menggunakan aset tetap, tetapi
perbedaan perkiraan masa manfaat aset tetap tersebut yang mengakibatkan pajak yang
ditanggung perusahaan menjadi lebih kecil. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
dapat diusulkan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Capital Intensity Ratio berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak
2.4.2. Komisaris Independen dan Penghindaran Pajak
Komisaris independen adalah pihak yang tidak memiliki hubungan dengan pihak
internal perusahaan, seperti pemegang saham, dewan direksi, atau dewan komisaris.
Menurut Putra (2016) Komisaris independen bertugas untuk mengawasi, mengarahkan
serta memastikan bahwa kebijakan yang diambil perusahaan tidak melanggar dari
ketentuan-ketentuan yang berlaku dan sesuai dengan tujuan perusahaan. Komisaris
Independen juga bertugas memberikan pengarahan agar tidak terjadi perbedaan informasi
antara para pemegang saham (principal) dengan pihak manajemen (agent). Diharapkan
dengan adanya komisaris independen yang mengawasi secara ketat, manajemen bertindak
lebih berhati-hati dalam menentukan kebijakan yang di ambil serta transparan dalam
mengelola dan menjalankan aktivitas operasi perusahaan sehingga potensi praktik
penghindaran pajak bisa diminimalisir (Ardyansah 2014).
Menurut peraturan Bursa Efek Indonesia (Kep-305/BEJ/07-2004, 2004)
perusahaan harus memiliki komisaris independen sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh
perseratus) dari jajaran anggota Dewan Komisaris yang dapat dipilih terlebih dahulu
melalui RUPS sebelum pencatatan dan mulai efektif bertindak sebagai komisaris
independen setelah saham perusahaan tercatat. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian
yang dilakukan Eksandy (2017), dimana keberadaan komisaris independen berpengaruh
terhadap aktivitas penghindaran pajak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan
adanya komisaris independen potensi perusahaan untuk melakukan penghindaran pajak
dapat diminimalkan.
Keberadaan komisaris independen sangat penting didalam suatu perusahaan.
Dengan adanya komisaris independen juga menjadi nilai lebih perusahaan dalam rangka
menjalankan sistem tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance)
karena mencerminkan perusahaan yang memiliki prinsip dasar independen, transparan,
akuntabilitas serta wajar di dalam pelaporan dan aktivitas bisnis (Effendi 2009).
Penerapan tata kelola perusahaan yang baik melalui keberadaan komisaris independen,
akan menjaga keseimbangan antara pencapaian tujuan ekonomi perusahaan dengan
tujuan masyarakat, serta menjauhkan perusahaan dari masalah yang disebabkan oleh
pengelolaan organisasi yang buruk (Dwitridinda 2007). Berdasarkan latar belakang
tersebut, maka dikembangkan hipotesis sebagai berikut :
H2 : Komisaris Independen berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak
2.4.3. Profitabilitas dan Penghindaran Pajak
Profitabilitas menunjukkan kepabilitas perusahaan dalam menghasilkan laba bagi
perusahaan (Ardyansah 2014). Oleh karena itu profitabilitas merupakan sebuah alat ukur
kemampuan perusahaan dengan cara mengelola sumber daya yang dimilikinya secara
produktif dan efisien, dalam rangka menghasilkan pendapatan bagi perusahaan. Salah
satu cara untuk mengukur profitabilitas adalah dengan menggunakan rasio Return On
Asset (ROA). ROA menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba
dengan menggunakan aset yang dimilikinya, sehingga semakin tinggi nilai ROA
menunjukkan semakin tinggi pula performa perusahaan dalam menghasilkan laba
menggunakan aset yang dimilikinya (Waluyo dan Rusli 2015).
Penelitian Damawan dan Sukartha (2014), menunjukkan bahwa ROA
berpengaruh terhadap penghindaran pajak karena perusahaan yang mampu mengelola
perusahaan dengan baik adalah perusahaan yang mampu memanfaatkan beban yang
dikeluarkan untuk mengurangi pajaknya dalam hal ini beban yang dimaksud adalah beban
penyusutan dan amortisasi. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan Putri
dan Lautania (2016) membuktikan bahwa tingginya tingkat laba yang dihasilkan,
mengakibatkan perusahaan akan melakukan berbagai cara untuk mengurangi laba yang
dihasilkan guna mendapat ETR yang rendah sehingga pajak yang dibayarkan juga rendah.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa, semakin perusahaan efisien dalam mengelola
sumber dayanya maka cenderung laba yang dihasilkan akan tinggi. Namun semakin
tinggi laba yang dihasilkan perusahaan, maka semakin tinggi juga pajak yang harus
dibayarkan sehingga perusahaan akan cenderung berupaya untuk mengurangi laba yang
dihasilkan dengan cara mengelola bebannya seperti beban penyusutan dan amortisasi agar
pajak yang ditanggung perusahaan kecil.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diusulkan hipotesis sebagai
berikut :
H3 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak
2.5. Kerangka Konseptual
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Capital Intensity
Komisaris
Independen
Profitabilitas
Penghindaran
Pajak
3. Metode Penelitian
3.1. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif inferensial. Sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Dimana data sekunder ini
merupakan data yang diperoleh dengan cara melihat data pada perusahaan sektor
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini berfokus pada data
penelitian yang bersifat pooled cross section-time series pada periode pengamatan dari
tahun 2012 sampai dengan tahun 2016.
Populasi Dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan dari sektor pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 sejumlah 47
perusahaan. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu purposive
sampling, dengan kriteria perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar dalam Bursa
Efek Indonesia dan menerbitkan laporan keuangan secara berturut-turut pada periode
2012-2016.
Tabel 1 Metode Pemilihan Sampel
Kriteria Sampel Jumlah
Perusahaan pertambangan yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
sampai tahun 2016
42
Perusahaan pertambangan yang baru IPO pada tahun 2015 (1)
Perusahaan yang baru berganti sektor pertambangan pada tahun 2014 (1)
Perusahaan yang baru berganti sektor pertambangan pada tahun 2013 (2)
Perusahaan yang baru berganti sektor pertambangan pada tahun 2012 (1)
Perusahaan pertambangan yang tidak menerbitkan laporan keuangan
secara berturut-turut pada periode 2012-2016
(15)
Perusahaan pertambangan yang terpilih sebagai sampel penelitian 22
Total Observasi (22 x 5) 110
3.2. Variabel Penelitian
3.2.1. Variabel Dependen (ETR)
Variabel dependen pada penelitian ini adalah penghindaran pajak yang
diproksikan dengan menggunakan Effective Tax Rate (ETR). ETR dapat dihitung
menggunakan rumus total beban pajak dibagi dengan laba sebelum pajak, dimana total
beban pajak didapatkan dari beban pajak kini ditambah dengan beban pajak tangguhan
(Rodriguez dan Arias 2012).
ETR =Total beban pajak
laba sebelum pajak
3.2.2. Variabel Independen (Capital intensity, Komisaris Independen, Profitabilitas)
Capital Intensity
Capital Intensity diukur menggunakan rumus jumlah aset tetap perusahaan dibagi
dengan penjualan. Rasio ini menunjukan besarnya proporsi modal perusahaan yang
dialokasikan untuk investasi pada aset tetap, seperti gedung pabrik, mesin, dan aset tetap
lainnya (DeFond dan Hung 2003). Capital Intensity dapat dirumuskan sebagai berikut :
Capital Intensity Ratio =Total Aset Tetap
Penjualan
Komisaris Independen
Komisaris independen merupakan pihak yang tidak memiliki hubungan dengan
pihak internal perusahaan dimana komisaris independen bertugas untuk mengawasi,
mengarahkan dan memastikan kebijakan yang diambil perusahaan tidak melanggar
undang-undang yang berlaku, serta memberikan pengarahan agar tidak terjadi perbedaan
informasi antara principal dengan agent (Putra 2016). Komisaris independen di proksikan
sebagai berikut :
Komisaris Independen ∶Komisaris independen
Total komisaris
Profitabilitas
Profitabilitas menunjukkan kapabilitas perusahaan dalam menghasilkan laba,
dimana dalam penelitian ini diproksikan menggunakan rasio Return On Asset (ROA).
ROA menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba menggunakan aset
yang dimilikinya (Waluyo dan Rusli 2015). ROA dapat dirumuskan sebagai berikut ;
ROA =Laba setelah pajak
Total asetx 100%
3.3. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis menggunakan metode analisis regresi berganda. Sebelum
menganalisis data tersebut, data terlebih dahulu diuji dengan uji asumsi klasik untuk
memastikan bahwa variabel terkait layak dan tidak bias. Uji asumsi klasik digunakan
untuk memastikan apakah model regresi ada autokorelasi, multikorelasi, dan
heteroskedastisitas serta data berdistribusi normal (Ghozali 2009). Metode analisis regresi
linier berganda digunakan untuk menguji pengaruh antara dua variabel atau lebih (Putra
2016). Dalam pengujian regresi linier berganda, telah ditentukan alfa sebesar 5% dan
10%. Berikut adalah persamaan dari model regresi linier berganda :
Y = α − β1X1 − β2X2 + β3X3 + e
Keterangan :
Y = Penghindaran Pajak yang diproyeksikan dengan ETR
α = Konstanta
β1-β3 = Koefisien regresi
X1 = Capital Intesity
X2 = Komisaris Independen
X3 = Profitabilitas
e = Error
4. Analisis Dan Pembahasan
4.1. Statistik Deskriptif
Tahap ini menyajikan statistik deskriptif untuk variabel dependen dan variabel
independen. Statistik deskriptif mencakup keseluruhan variabel penelitian yang meliputi
nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi (Putri dan Lautania 2016).
Tabel statistik deskriptif disajikan pada tabel 2 berikut ini :
Tabel 2 Statistik Deskriptif
Sumber : data sekunder (diolah)
Pada tabel 2 menunjukkan bahwa variabel Y yang digunakan adalah penghindaran
pajak, yang diproyeksikan menggunakan ETR (Effective Tax Rate). Variabel ini diukur
dengan menghitung total beban pajak penghasilan dibagi dengan laba sebelum pajak.
Variabel ini memiliki nilai minimum sebesar -0,60 yang dimiliki oleh PT. Ratu Prabu
Energi Tbk pada tahun 2015, nilai maksimum sebesar 1,05 dimiliki oleh PT. Perdana
Karya Perkasa Tbk pada tahun 2013, nilai rata-rata yang dimiliki sebesar 0,2673 dan
standar deviasi sebesar 0,30526.
Variabel bebas pertama (X1) yang digunakan adalah capital intensity ratio.
Variabel ini diukur dengan menghitung total aset tetap perusahaan dibagi dengan
penjualan. Nilai minimum yang terdapat pada variabel ini sebesar 0,01 yang dimiliki oleh
PT. Medco Energi International Tbk pada tahun 2016, nilai maksimum sebesar 3,76
dimiliki oleh PT Ratu Prabu Energi Tbk pada tahun 2016, nilai rata-rata sebesar 0,7220,
dan standar deviasi sebesar 0,73492.
Variabel bebas kedua (X2) yang digunakan adalah Komisaris Independen.
Variabel ini diukur dengan membandingkan jumlah komisaris independen yang dimiliki
perusahaan dengan total jumlah komisaris di perusahaan tersebut. Nilai minimum yang
terdapat pada variabel ini sebesar 0,25 yang dimiliki oleh PT. Darma Henwa Tbk pada
tahun 2013, nilai maksimum sebesar 0,57 dimiliki oleh PT Delta Dunia Makmur Tbk
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ETR 110 -0.60 1.05 0.2673 0.30526
CI 110 0.01 3.76 0.7220 0.73492
KI 110 0.25 0.57 0.3867 0.07296
ROA 110 -0.35 0.29 0.0297 0.08972
pada tahun 2015 dan 2016, nilai rata-rata sebesar 0,3867, dan standar deviasi sebesar
0,07296.
Variabel bebas ketiga (X3) yang digunakan adalah Profitabilitas. Variabel ini
diukur dengan menggunakan ROA (return on asset) dimana nilai ROA didapat dari
membandingkan laba setelah pajak dengan total aset yang dimiliki perusahaan dikali 100
persen. Nilai minimum yang terdapat pada variabel ini sebesar -0,35 yang dimiliki oleh
PT. Perdana Karya Perkasa Tbk pada tahun 2015, nilai maksimum sebesar 0,29 dimiliki
oleh PT Indo Tambangraya Megah Tbk pada tahun 2012, nilai rata-rata sebesar 0,0297,
dan standar deviasi sebesar 0,08972.
4.2. Uji Statistik F (F-test)
Pengujian Statistik F pada dasarnya dilakukan untuk menunjukkan apakah capital
intensity, komisaris independen, profitabilitas secara bersama-sama berpengaruh
terhadap penghindaran pajak. Berdasarkan tabel 3 nilai signifikansi yang diperoleh adalah
0,003 dimana nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05, yang berarti capital
intensity, komisaris independen, profitabilitas secara bersama-sama berpengaruh
terhadap penghindaran pajak.
Tabel 3 Uji Statistik F
Sumber : Output SPSS 22
4.3. Pengujian Regresi Berganda
Setelah melakukan serangkaian pengujian asumsi klasik, kemudian dilakukan pengujian
regresi berganda. Pengujian regresi berganda ini digunakan mengetahui jawaban atas hipotesis
yang dikembangkan dalam penelitian ini. Hasil pengujian ini tampak dalam tabel 4 berikut ini :
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 1.228 3 0,409 4.860 0,003b
Residual 8.929 106 0,084
Total 10.157 109
Tabel 4 Uji Statistik T
Variabel B
t Sig. Keterangan
(Constant) 0,658 4.369 0,000
CI -0,074 -1.721 0,088 Hipotesis diterima**
KI -0,906 -2.349 0,021 Hipotesis diterima*
ROA 0,430 1.234 0,220 Hipotesis ditolak
Koefisien determinasi adjusted R2 0,096
Koefisien determinasi R2 0,121
*Signifikansi α = 0,05
** Signifikansi α = 0,10
Sumber : data sekunder (diolah)
Berdasarkan tabel 4 di atas dapat disimpulkan bahwa :
Variabel capital intensity ratio memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,088 yang lebih
besar dari 0,1. Hal tersebut menunjukkan bahwa capital intensity ratio memiliki pengaruh
signifikan terhadap penghindaran pajak. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
hipotesis pertama (H1) diterima pada alfa 10%.
Variabel komisaris independen memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,021 yang lebih
kecil dari 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa komisaris independen memiliki
pengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa hipotesis kedua (H2) diterima pada alfa 5%.
Terkait dengan variabel profitabilitas yang diukur menggunakan ROA memiliki
tingkat signifikansi sebesar 0,220 yang lebih besar dari 0,05. Hal tersebut menunjukkan
bahwa profitabilitas tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua (H3) ditolak pada alfa 5%.
Koefisien determinasi adjusted R2 menunjukkan nilai sebesar 0,096 atau 9,6%. Hal ini
berarti kemampuan variabel capital intensity, komisaris independen, dan profitabilitas
dalam menjelaskan penghindaran pajak adalah sebesar 9,6%, sedangkan sisanya yaitu
sebesar 90,4% dijelaskan variabel lain diluar penelitian ini.
4.4. Pembahasan
4.4.1. Pengaruh capital intensity terhadap penghindaran pajak
Hipotesis pertama (H1) dalam penelitian menyatakan capital intensity
berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak. Hasil analisis regresi linier berganda
dalam tabel 7 menunjukkan nilai koefisien sebesar -0,074 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,088, yang berarti dibawah tingkat signifikansi yang telah ditetapkan yaitu
sebesar 0,1. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa capital intensity ratio berpengaruh
negatif terhadap penghindaran pajak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
hipotesis pertama yang menyatakan capital intensity berpengaruh negatif terhadap
penghindaran pajak diterima. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Putri dan Lautania (2016) dan Dwilopa (2015) yang menyatakan bahwa capital
intensity berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak, akan tetapi penelitian ini
tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putra (2016) bahwa capital intensity
tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
Menurut Putri dan Lautania (2016), perusahaan diperbolehkan untuk menentukan
masa manfaat aset tetap sesuai dengan kebijakan perusahaan, sedangkan dalam
perpajakan aset tetap mempunyai masa manfaat tertentu sesuai dengan peraturan
perpajakan yang umumnya lebih cepat dibandingkan dengan masa manfaat yang
diprediksi perusahaan. Sehingga masa manfaat aset tetap yang lebih cepat akan membuat
ETR perusahaan menjadi rendah.
4.4.2. Pengaruh komisaris independen terhadap penghindaran pajak
Hipotesis kedua (H2) dalam penelitian ini menyatakan komisaris independen
berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak. Hasil analisis regresi linier berganda
dalam tabel 7 menunjukkan nilai koefisien sebesar -0,906 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,021, hal ini berarti dibawah tingkat signifikansi yang telah ditetapkan yaitu
sebesar 0,05. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa komisaris independen berpengaruh
negatif terhadap penghindaran pajak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
hipotesis kedua yang menyatakan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap
penghindaran pajak diterima. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Sari (2014) dan Pohan (2008) yang menyatakan bahwa komisaris independen
berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak, namun penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Pradipta (2015) bahwa komisaris independen tidak
mempunyai pengaruh terhadap penghindaran pajak.
Komisaris independen berpengaruh terhadap penghindaran pajak
mengindikasikan keberadaan komisaris independen dalam sebuah perusahaan terbukti
efektif untuk mencegah praktik penghindaran pajak. Hasil analisis yang menunjukkan
nilai koefisien bernilai negatif yaitu sebesar -0.0906 membuktikan adanya pengaruh
negatif antara komisaris independen dengan penghindaran pajak. Hal ini membuktikan
bahwa semakin banyak jumlah komisaris independen yang dapat mengurangi
kemingkinan manajemen melakukan penghindaran pajak. Menurut Diantari dan Ulupui
(2016) semakin banyak jumlah komisaris independen maka makin besar pengaruhnya
untuk melakukan pengawasan terhadap kinerja manajemen, sehingga manajemen akan
berhati-hati dalam mengambil keputusan dan transparan dalam menjalankan perusahaan
sehingga dapat meminimalisasi terjadinya penghindaran pajak. Dikarenakan komisaris
independen secara aktif mendorong manajmenen untuk mematuhi peraturan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku.
4.4.3. Pengaruh profitabilitas terhadap penghindaran pajak
Hipotesis ketiga (H3) dalam penelitian ini menyatakan profitabilitas berpengaruh
positif terhadap penghindaran pajak. Hasil analisis regresi linier berganda dalam tabel 7
menunjukkan nilai koefisien sebesar 0,430 dengan nilai signifikansi sebesar 0,220, hal ini
berarti diatas tingkat signifikansi yang telah ditetapkan yaitu sebesar 0,05. Hasil uji
tersebut menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap penghindaran
pajak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga yang menyatakan
profitabilitas berpengaruh terhadap penghindaran pajak ditolak. Hasil ini sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Rachmithasari (2015) dan Aditama (2016) yang
menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak, akan
tetapi penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri dan
Lautania (2016) bahwa profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap penghindaran
pajak.
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan mengelola sumber daya yang
dimiliki dalam rangka memperoleh laba dengan salah satu indikasi tingginya
profitabilitas adalah ROA. Terbukti setelah dilakukan pengujian menggunakan ROA,
profitabilitas tidak memiliki kecenderungan melakukan penghindaran pajak. Hal ini
terbukti bahwa perusahaan yang memiliki ROA yang tinggi bukan disebabkan
pengelolaan aset tetap sehingga dapat memberikan pengurangan pajak dari beban
penyusutan dan amortisasi, melainkan perusahaan dapat mengelola beban-beban
operasional lainnya secara efektif sehingga biaya produksi menjadi rendah yang
mengakibatkan laba perusahaan menjadi maksimal. Menurut Aditama (2016)
menyatakan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak dikarenakan
kemungkinan besar perusahaan melakukan manajemen laba sehingga laba perusahaan
yang sebenarnya tidak diketahui.
5. Simpulan, Keterbatasan, dan Saran
5.1. Simpulan
Penelitian ini menguji pengaruh capital intensity, komisaris independen, dan
profitabilitas terhadap penghindaran pajak pada sektor pertambangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2016. Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah dijelaskan, disimpulkan bahwa capital intensity berpengaruh
negatif terhadap penghindaran pajak. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa H1 yang
diajukan dalam penelitian diterima dan terbukti. Hal ini disebabkan peraturan perpajakan
dalam menentukan masa manfaat umumnya lebih cepat dibanding masa manfaat yang
diprediksi perusahaan, sehingga dapat meningkatkan beban depresiasi yang bisa
digunakan untuk mengurangi beban pajak yang ditanggung.
Hasil penelitian yang kedua membuktikan bahwa komisaris independen
berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak. Hasil penelitian ini menyimpulkan
bahwa H2 yang diajukan dalam penelitian diterima dan terbukti. Hal ini membuktikan
bahwa semakin banyak jumlah komisaris independen maka kemungkinan akan
menurunkan terjadinya penghindaran pajak. Hasil penelitian yang ketiga membuktikan
bahwa profitabilitas tidak berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak. Hasil
penelitian ini menyimpulkan bahwa H3 yang diajukan dalam penelitian ditolak dan tidak
terbukti. Hal ini membuktikan tingginya profitabilitas perusahaan tidak mengindikasikan
perusahaan tersebut melakukan penghindaran pajak. Hasil penelitian keempat
membuktikan bahwa capital intensity, komisaris independen dan profitabilitas
berpengaruh secara bersama-sama terhadap penghindaran pajak.
5.2. Keterbatasan
Penelitian ini memiliki keterbatasan yang dapat dijadikan pertimbangan untuk
peneliti selanjutnya, sehingga hasil yang didapat lebih baik di masa yang akan datang.
Keterbatasan tersebut adalah masih ada beberapa perusahaan sektor pertambangan yang
tidak mempublikasikan laporan keuangan perusahaannya di BEI pada tahun tertentu,
sehingga menyebabkan perusahaan tersebut dikeluarkan dari perhitungan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini. Hal tersebut yang mengakibatkan hasil penelitian ini
kurang sesuai dengan keadaan sebenarnya.
5.3. Saran
Saran dalam penelitian ini bagi pemerintah adalah hasil penelitian ini bisa
digunakan sebagai informasi dalam melakukan pengawasan terhadap tindakan
penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan pertambangan dengan berfokus pada
pengelolaan aset tetap perusahaan serta jumlah proporsi komisaris independen dalam
perusahaan agar mendapatkan kehati-hatian dalam menentukan kebijakan. Saran untuk
penelitian selanjutnya, diharapkan memperpanjang waktu pengamatan sehingga
menambah data perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI, sehingga diharapkan
penelitian selanjutnya dapat lebih membuktikan mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi penghindaran pajak pada perusahaan pertambangan. Serta peneliti
selanjutnya dapat menambahkan variabel lain seperti leverage dan ukuran perusahaan
untuk menambah pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi penghindaran pajak.
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, Ahmad. 2016. “Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Keluarga, Corporate
Governance, Leverage, Ukuran Perusahaan, Kualitas Audit, dan Kepemilikan
Institusional terhadap Penghindaran Pajak.”
Ardyansah, Danis. 2014. “Pengaruh Size, Leverage, Profitability, Capital Intensity Ratio
dan Komisaris Independen terhadap Effective Tax Rate.”
Asri, Ida Ayu Trisna Yudi, dan Ketut Alit Suardana. 2016. “Pengaruh Proporsi Komisaris
Independen, Komite Audit, Preferensi Resiko Eksekutif, dan Ukuran Perusahaan
pada Penghindaran Pajak.” E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 72-100.
Comanor, Wiliam S, dan Thomas A Wilson. 1967. “Advertising Market Structure and
Performance.” Review of Economics and Statistic.
Damawan, I Gede Hendy, dan I Made Sukartha. 2014. “Pengaruh Penerapan Corporate
Governance, Leverage, Return On Asset, dan Ukuran Perusahaan Pada
Penghindaran Pajak.” E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 143-161.
Deegan, Craig, dan Anne Marie Ward. 2013. Financial Accounting and Reporting: An
International Approach. McGraw-Hill Education Limited.
DeFond, Mark L, dan Mingyi Hung. 2003. “An Empirical Analysis of Analysts' Cash
Flow Forecast.” Journal of Accounting and Economics 73-100.
Diantari, Putu Rista, dan IGK Agung Ulupui. 2016. “Pengaruh Komite Audit, Proporsi
Komisaris Independen, dan Proporsi Kepemilikan Institusional terhadap Tax
Avoidance.” E-Journal Akuntansi Universitas Udayana Vol.16.1 702-732.
Dwilopa, Dio Erlangga. 2015. “Pengaruh Corporate Social Responsibility, Capital
Intensity, dan Perencanaan Pajak terhadap penghindaran pajak.”
Dwitridinda. 2007. “Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap
Kemungkinan Perusahaan mengalami Financial Distress.”
Effendi, Muh Arief. 2009. The Power of Good Corporate Governance: Teori dan
Implementasi. Jakarta: Salemba Empat.
Eksandy, Arry. 2017. “Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, dan Kualitas
Audit Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance).” Competitive Jurnal
Akuntansi dan Keuangan 1-20.
Fajar Adisamartha, Ida Bagus Putu. 2015. “Pengaruh Likuiditas, Leverage, Intensitas
Persediaan dan Intensitas Aset Tetap Pada Tingkat Agresivitas Wajib Pajak
Badan.” E-Journal Akuntansi Universitas Udayana Vol.13.3 973-1000.
Freeman, R Edward, dan David L Reed. 1982. “Stockholders and Stakeholders : A New
Perspective on Corporate Governance.” California Management Review Vol.
XXV 88.
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Jensen, Michael C, dan William H Meckling. 1976. “Theroy of The Firm : Managerial
Behavior, Agency Costs, and Ownership Structure.” Journal of Financial
Economics 305-360.
Landolf, U. 2006. “Tax and Corporate Responsibility.” International Tax Review.
Milhanudin, Arip. 2017. “Analisis Pengaruh Komisaris Independen, Kompensasi Rugi
Fiskal, Leverage, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan terhadap Tax
Avoidance.”
Muzakki, Muadz Rizki. 2015. “Pengaruh Corporate Social Responsibility dan Capital
Intensity Terhadap Penghindaran Pajak.”
Noor, Rohaya MD, Nur Syazwani M Fadzillah, dan Nor' Azam Mastuki. 2010.
“Corporate Tax Planning : A Study On Corporate Effective Tax Rates of
Malaysian Listed Companies .” International Journal of Trade, Economics and
Finance, Vol. 1, No. 2.
Pohan, Chairul Anwar. 2013. Manajemen Perpajakan, Strategi Perencanaan Pajak dan
Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Pohan, Hotman Tohir. 2008. “Pengaruh Good Corporate Governance, Rasio Tobin's Q,
Perata laba terhadap Penghindaran Pajak pada Perusahaan Publik.” Jurnal
Informasi, Perpajakan, Akuntansi Dan Keuangan Publik.
Pradipta, Dyah Hayu. 2015. “Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR),
Profitabilitas, Leverage, dan Komisaris Independen Terhadap Praktik
Penghindaran Pajak.”
Putra, I Gusti Cahyadi. 2016. “Pengaruh Komisaris Independen, Leverage, Size dan
Capital Intensity Ratio terhadap Tax Avoidance.” E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana Vol.17.1. Oktober (2016) 690-714.
Putri, Citra Lestari, dan Maya Febrianty Lautania. 2016. “Pengaruh Capital Intensity
Ratio, Inventory Intensity Ratio, Ownership Structure dan Profitability Terhadap
Effective Tax Rate (ETR).” Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi
(JIMEKA) Vol. 1, No. 1 101-109.
Rachmithasari, Annisa Fadilla. 2015. “Pengaruh Return On Asset, Leverage, Corporate
Governance, Ukuran Perusahaan dan Kompensasi Rugi Fiskal pada Tax
Avoidance.”
Rodriguez, Elena Fernandez, dan Antonio Martinez Arias. 2012. “Do Business
Characteristics Determine an Effective Tax Rate?” Chinese Economy, 45 60-83.
Sabli, Nurshamimi, dan Rohaya MD Noor. 2012. “Tax Planning and Corporate
Governance.” 3rd international conference on business and economic research (
3rd ICBER 2012 ) proceeding.
Sari, Gusti Maya. 2014. “Pengaruh Corporate Governance, Ukuran Perusahaan,
Kompensasi Rugi Fiskal dan Struktur Kepemilikan terhadap Tax Avoidance.”
Jurnal Akuntansi Universitas Negeri Padang Vol 2 (3).
Waluyo, Teguh Muji, dan Yessi Mutia Basri Rusli. 2015. “Pengaruh Return on Asset,
Leverage, Ukuran Perusahaan, Kompensasi Rugi Fiskal dan Kepemilikan
Institusi Terhadap Penghindaran Pajak.”
Xynas, Lidia. 2011. “Tax Planning, Avoidance dan Evasion in Australia 1970-2010; The
Regulatory Responses and Taxpayer Compliance.” Revenue Law Journal 20-1.