pengaruh budaya organisasi terhadap citizenship …
TRANSCRIPT
1
PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) PEGAWAI TETAP DI KANTOR
PUSAT PT GARUDA INDONESIA (PERSERO) TBK
Annisa Trisia, Eko Sakapurnama
Departemen Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia
E-Mail: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh budaya organisasi terhadap organizational citizenship behavior (OCB) serta menganalisis faktor-faktor lain yang mempengaruhi organizational citizenship behavior (OCB). Penelitian ini dilakukan pada kantor pusat PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dengan jumlah responden sebanyak 83 orang yang berstatus sebagai pegawai tetap. Metode pengumpulan data primer dilakukan melalui survei dengan menggunakan kuesioner dan wawancara mendalam. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik regresi linier sederhana dengan menggunakan program aplikasi SPSS 19.0. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa budaya organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap organizational citizenship behavior (OCB) pegawai tetap di kantor pusat PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.
Kata Kunci: Budaya organisasi, organizational citizenship behavior (OCB).
The Influence of Organizational Culture on Permanent Employee Organizational Citizenship Behavior (OCB) at the Head Office Garuda Indonesia (Persero) Ltd Tbk
Abstract
This study aims to analyze the influence of organizational culture on organizational citizenship behavior (OCB) and analyze other factors that affect organizational citizenship behavior (OCB). This research was conducted at the head office of PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk with the total of 83 permanent employees as the respondents of this research. The primary method of data collection is done through a survey using a questionnaire and indepth interview. The data obtained were analyzed using simple linear regression techniques using the SPSS 19.0 program. The results of this study indicates that organizational culture has significant influence on organizational citizenship behavior (OCB) permanent employees at the head office of Garuda Indonesia (Persero) Ltd Tbk. Keywords: Organizational culture, organizational citizenship behavior (OCB). Pendahuluan
Dewasa ini, persaingan dunia bisnis semakin kompetitif. Para pelaku bisnis saling
bersaing untuk memenangkan persaingan. Kondisi ini menuntut setiap perusahaan atau
organisasi perlu menciptakan keunggulan bersaing agar perusahaan tersebut memiliki added
value atau nilai lebih dibandingkan perusahaan-perusahaan pesaingnya. Keunggulan bersaing
dapat ditinjau baik dari segi kualitas, produk, pelayanan, pemasaran, biaya atau cost, maupun
sumber daya manusia yang berkualitas sehingga suatu perusahaan dapat mencapai tujuan-
1
Pengaruh budaya.…, Annisa Trisia, FISIP UI, 2014
2
tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Salah satu aspek keunggulan bersaing yang kini
menjadi fokus utama bagi perusahaan adalah sumber daya manusia (SDM), yaitu karyawan.
Hal ini dikarenakan sumber daya manusia sebagai aset bagi perusahaan yang kini
keberadaannya sangat penting dalam mencapai pertumbuhan ekonomi suatu negara (Becker,
1975). Sumber daya manusia nantinya akan menentukan keberhasilan atau bahkan kegagalan
pencapaian tujuan perusahaan, di mana di dalamnya terdapat kebijakan, strategi, dan langkah-
langkah operasional yang siap dijalankan oleh perusahaan (Unaradjan, 1996). Kondisi
tersebut menuntut suatu organisasi atau perusahaan perlu memiliki aspek sumber daya
manusia yang unggul dalam segala bidang (Unaradjan, 1996).
Sumber daya manusia yang profesional atau unggul diperlukan guna meningkatkan
kinerja organisasi atau perusahaan (Moeljono, 2003). Peningkatan kinerja perusahaan tersebut
bertujuan untuk mencapai keunggulan bersaing, di mana untuk mencapai keunggulan
tersebut, organisasi harus mengusahakan kinerja individual dari aspek sumber daya manusia
yang dimiliki perusahaan. Oleh sebab itu, kinerja suatu perusahaan atau organisasi adalah
akumulasi kinerja semua individu atau sumber daya manusia yang bekerja di dalamnya
(Simanjuntak, 2011).
Kinerja yang baik menuntut karyawan untuk berperilaku sesuai dengan harapan
organisasi. Perilaku sesuai yang menjadi tuntutan organisasi saat ini tidak hanya perilaku in-
role, yaitu sesuai dengan deskripsi pekerjaan dan peran yang diberikan, tetapi juga perilaku
extra-role (Sloat, 1999: 20-23). Perilaku extra-role atau peran tambahan yang dimiliki oleh
karyawan disebut dengan organizational citizenship behavior (OCB) (Organ, 1988).
Karyawan yang menampilkan perilaku OCB disebut sebagai karyawan yang baik (good
citizen). Organ (1988) mendefinisikan organizational citizenship behavior (OCB) sebagai
perilaku individu yang bersifat bebas (discretionary) yang secara eksplisit atau tidak secara
langsung diakui oleh sistem reward formal (formal reward system), dan secara agregat atau
keseluruhan meningkatkan fungsi efektif dan efisien organisasi.
Organisasi yang sukses menginginkan dan membutuhkan karyawan yang mau
melakukan tugas lebih dari deskripsi pekerjaan (job description) yang diberikan atau
karyawan yang akan memberikan kinerja melebihi harapan organisasi atau perusahaan
(Robbins & Judge, 2008: 40). Organizational citizenship behavior (OCB) merupakan perilaku
pilihan yang tidak menjadi bagian dari kewajiban kerja formal pegawai, namun mendukung
berfungsinya organisasi tersebut secara efektif (Robbins, 2003: 31). Untuk menciptakan OCB
yang baik, organisasi perlu mengetahui faktor-faktor apa yang menyebabkan OCB karyawan
Pengaruh budaya.…, Annisa Trisia, FISIP UI, 2014
3
menjadi baik atau meningkat. Menurut Organ (1988) dalam Novliadi (2008), OCB
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah budaya dan iklim organisasi, kepribadian
dan suasana hati (mood), persepsi terhadap dukungan organisasional, persepsi terhadap
kualitas interaksi atasan-bawahan, masa kerja dan jenis kelamin (gender). Budaya organisasi
sebagai kondisi awal yang utama yang dapat memicu terjadinya OCB pada karyawan
sehingga budaya organisasi dapat berperan besar dalam mempengaruhi terciptanya OCB yang
baik pada setiap individu. Menurut Robbins (2003), budaya organisasi adalah sistem makna
bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi itu dari organisasi-
organisasi lain. Budaya organisasi tersebut berkaitan dengan cara karyawan mempersepsikan
karakteristik budaya organisasi yang nantinya dapat memicu timbulnya OCB yang baik pada
karyawan untuk organisasi. Budaya organisasi berupaya mengukur bagaimana karyawan
memandang organisasinya, apakah organisasi tersebut dapat mendorong karyawan untuk
kerja tim atau tidak, kemudian menghargai inovasi, dan melumpuhkan prakarsa, sehingga
budaya organisasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi OCB (Robbins & Judge,
2008).
Salah satu bidang industri yang secara global sedang mengalami pertumbuhan dan
perkembangan kini yaitu industri penerbangan. Pertumbuhan industri penerbangan meningkat
drastis di Indonesia dalam satu dekade terakhir (www.suarapembaruan.com, 2013). Hal ini
dikarenakan industri penerbangan akan tumbuh 2 hingga 2,5 kali atau lebih dibandingkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Meningkatnya bisnis penerbangan ini mendorong
terciptanya persaingan antarmaskapai yang menjadi semakin kompetitif di Indonesia
(www.swa.co.id, 2012). Pesatnya pertumbuhan penerbangan di Indonesia dimanfaatkan oleh
para pelaku bisnis untuk meningkatkan bisnis penyedia jasa maskapai penerbangan. Adanya
perkembangan industri penerbangan ini dijadikan oleh PT Garuda Indonesia (Persero) sebagai
suatu tantangan tersendiri, di mana Garuda Indonesia selalu mencari inovasi untuk
mendapatkan perhatian penumpang. Tidak hanya itu, Garuda Indonesia menjadikan kompetisi
dapat membuat inovasi maskapai menjadi berkembang serta penumpang mendapat manfaat
yang jauh lebih besar hingga pada akhirnya para penumpang dapat memilih maskapai yang
diinginkan (www.beritasatu.com, 2013).
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk sebagai perusahaan yang berstatus BUMN (Badan
Usaha Milik Negara) didirikan pada tanggal 26 Januari 1949 sebagai Garuda Indonesian
Airways (GIA). Berbagai perbaikan dan pengembangan yang dilaksanakan oleh Garuda
Indonesia untuk menjadi yang lebih baik, di mana perbaikan dan pengembangan tersebut
Pengaruh budaya.…, Annisa Trisia, FISIP UI, 2014
4
diikuti dengan perolehan apresiasi dari berbagai kalangan, seperti penghargaan yang diterima
oleh PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk di tahun 2013 dalam ajang World Airline Awards.
Pada tahun 2012, Garuda Indonesia mencapai prestasi dengan menduduki peringkat kesebelas
dari dua puluh maskapai penerbangan dunia. Selanjutnya, salah satu dari penghargaan dalam
negeri tersebut yang kini menjadi fokus utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yaitu
penghargaan dan predikat di bidang human capital atau sumber daya manusia, di mana
penghargaan tersebut diantaranya PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk berhasil mendapatkan
penghargaan Indonesia Human Capital Study (IHCS) 2012 dengan dua kategori sekaligus,
yakni “The Best for Human Capital Initiative Culture Development” dan “Best of Employee
Net Promoter Score for Infrastructure, Utilities, and Transportation Industry” (Laporan
Tahunan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, 2012). Garuda Indonesia akan lebih
mengintensifkan pengembangan aspek human capital dan organisasi sebagai upaya
menjadikan Garuda Indonesia sebagai high performance organization dan employer of
choice, yaitu perusahaan idaman sebagai tempat bekerja (Laporan Tahunan PT Garuda
Indonesia (Persero) Tbk, 2012). Perusahaan akan terus berupaya memiliki jumlah dan kualitas
sumber daya manusia yang tepat, semakin memahami budaya FLY-HI serta menghargai
setiap pegawai perusahaan berdasarkan Meritocracy, Market Price dan Company’s Capability
(MMC). Strategi perusahaan di bidang human capital pada tahun 2012 hingga sekarang yaitu
berfokus pada internalisasi FLY-HI yang diterapkan melalui berbagai inisiatif, yaitu
pengembangan organisasi, meningkatkan performance management system, membangun
kapabilitas kepemimpinan, strategi sumber daya manusia yang sejalan dengan strategi garuda,
membangun budaya, penjualan, pelayanan, operasional berkinerja tinggi, serta learning
culture.
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk memiliki tata nilai budaya organisasi yang unik
sejak dirumuskan tanggal 30 Oktober 2007 yang dikenal dengan “FLY-HI” (Etika Bisnis dan
Etika Kerja PT Gauda Indonesia (Persero) Tbk, 2011). Proses internalisasi tata nilai
perusahaan FLY-HI yang telah, sedang, dan akan terus diterapkan oleh Garuda Indonesia ini
merupakan bagian dalam budaya organisasi dan secara konsisten akan terus dilakukan di
seluruh organisasi Garuda Indonesia (Etika Bisnis dan Etika Kerja PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk, 2011). FLY-HI sebagai bagian dari nilai budaya organisasi yang memiliki tata
nilai-nilai eFficient & effective; Loyalty; customer centricitY; Honesty & openness, dan
Integrity (Etika Bisnis dan Etika Kerja PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, 2011). Adapun
makna dari kelima aspek budaya FLY-HI yakni: pertama, makna eFficient & effective adalah
Pengaruh budaya.…, Annisa Trisia, FISIP UI, 2014
5
bekerja dengan akurat, hemat, dan tepat waktu untuk memberikan hasil yang berkualitas.
Kedua, makna Loyaltys adalah menjalankan tugas dengan penuh dedikasi dan tanggung
jawab. Ketiga, makna customer centricitY adalah melayani dengan tulus dan mengutamakan
kepuasan pelanggan. Keempat, makna Honesty & openness adalah menjunjung tinggi
kejujuran, ketulusan, keterbukaan dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian. Kelima,
makna Integrity adalah menjaga harkat dan martabat serta menghindarkan diri dari perbuatan
tercela yang dapat merusak citra profesi dan perusahaan (Etika Bisnis dan Etika Kerja PT
Garuda Indonesia (Persero) Tbk, 2011).
Keseluruhan makna yang terkandung dalam kelima nilai FLY-HI Garuda Indonesia
tercakup dalam 10 (sepuluh) perilaku utama. Tata nilai budaya FLY-HI dijabarkan lebih rinci
menjadi perilaku-perilaku yang patut untuk dilakukan dan tidak patut untuk dilakukan oleh
setiap Insan Garuda Indonesia dalam hubungannya dengan Pelanggan, Pegawai, Pemegang
Saham, Mitra Usaha, Masyarakat dan para Pemangku Kepentingan (stakeholders) lainnya
(Etika Bisnis dan Etika Kerja PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, 2011). Insan Garuda
Indonesia berarti seluruh pegawai yang bekerja baik di kantor pusat maupun cabang seluruh
Indonesia. Tata nilai FLY-HI diharapkan dapat diterapkan dalam kegiatan sehari-hari oleh
seluruh pegawai Garuda di lingkungan kerja. Tata nilai FLY-HI perlu diinternalisasikan
kepada setiap pegawai karena dianggap mampu memotivasi, mempengaruhi, dan menciptakan
sikap dan perilaku pegawai sesuai dengan deskripsi pekerjaan (in-role) serta di luar deskripsi
pekerjaan (extra-role).
Tata nilai yang budaya FLY-HI mampu memberikan inspirasi baru kepada setiap
pegawai dalam bersikap dan berperilaku apa yang diharapkan oleh perusahaan. Oleh karena
itu, untuk menciptakan OCB yang baik pada anggota perusahaan, salah satunya perlu didasari
oleh internalisasi budaya organisasi yang kuat dan dilakukan secara konsisten kepada seluruh
anggota organisasi.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
permasalahan yang muncul dari penelitian ini dapat dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan
sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh budaya organisasi terhadap organizational citizenship
behavior (OCB) pegawai tetap di kantor pusat PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk?
2. Apa sajakah faktor-faktor lain yang memicu timbulnya organizational citizenship
behavior (OCB) pegawai tetap di kantor pusat PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk?
Berdasarkan permasalahan dan pertanyaan yang telah dirumuskan, maka tujuan dari
Pengaruh budaya.…, Annisa Trisia, FISIP UI, 2014
6
penelitian ini adalah:
1. Menganalisis pengaruh budaya organisasi terhadap organizational citizenship
behavior (OCB) pegawai tetap di kantor pusat PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.
2. Menganalisis faktor-faktor lain yang memicu timbulnya organizational citizenship
behavior (OCB) pegawai tetap di kantor pusat PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.
Tinjauan Teoritis
Organizational citizenship behavior (OCB) merupakan salah satu perilaku organisasi
yang memberi dampak signifikan pada karyawan. OCB mengacu pada “extra-role behavior”
(ERB), artinya perilaku yang menguntungkan organisasi dan atau diarahkan untuk
menguntungkan organisasi secara langsung dan mengarah pada peran pengharapan, sehingga
OCB diartikan sebagai perilaku yang fungsional, extra-role, pro-sosial yang mengarahkan
individu dan atau organisasi (Dyne, Graham, & Dienesch, 1994). OCB sebagai perilaku yang
terbentuk diluar dari job description atau deskripsi kerja karyawan, yang meliputi
mempelajari beberapa tugas baru sebagai sukarelawan yang melakukan sesuatu untuk
kepentingan kelompok dan lebih memiliki orientasi terhadap karyawan baru.
Sejalan dengan hal di atas, Organ (1988) juga menyatakan bahwa perilaku menolong
orang lain, menjadi sukarelawan untuk tugas-tugas ekstra (extra-role), patuh terhadap aturan-
aturan dan prosedur-prosedur di tempat kerja serta kepatuhan juga termasuk dalam definisi
OCB itu sendiri. Organ (1988) mendefinisikan OCB sebagai:
"Individual behaviors that are discretionary, not directly or explicitly recognized by the formal reward system, and that in the aggregate promote the effective functioning of an organization" (Organ, 1988: 4).
OCB berarti perilaku individu yang bersifat bebas (discretionary) yang secara eksplisit
atau tidak secara langsung diakui oleh sistem reward formal (formal reward system), dan
secara agregat atau keseluruhan meningkatkan fungsi efektif dan efisien organisasi (Organ,
1988). Agregat berarti mengacu kepada orang-orang dalam satu kelompok, departemen, atau
organisasi. Jika hanya satu orang yang memiliki OCB baik, maka OCB tidak memiliki
dampak yang signifikan terhadap sebuah organisasi. Sebaliknya, jika dalam suatu organisasi
yang secara agregat atau keseluruhan para anggota organisasi memiliki OCB yang baik, maka
dampaknya akan terasa secara signifikan terhadap organisasi tersebut. OCB bersifat bebas dan
sukarela karena perilaku tersebut tidak diharuskan oleh persyaratan peran atau deskripsi
jabatan, yang secara jelas dituntut berdasarkan kontrak dengan organisasi; melainkan sebagai
pilihan personal atau dari diri sendiri (Podsakoff, Mackenzie, & Bachrach, 2000). Perilaku
Pengaruh budaya.…, Annisa Trisia, FISIP UI, 2014
7
individu yang bebas dan spontan tidak hanya dihasilkan dari karakter seseorang ataupun
karakter pekerjaan atau organisasinya, tetapi juga berasal dari hubungan dengan atasan.
Perilaku ini dilakukan kepada organisasi atau pun rekan kerja, yang menghasilkan
peningkatan efektivitas organisasi melalui pengaruh langsung dari pekerjaan ataupun melalui
pengaruh tidak langsung secara sosial yang berdasarkan peningkatan hubungan interpersonal
(Kusluvan, 2003: 250).
Perbedaan yang mendasar antara perilaku in-role dengan perilaku extra-role terletak
pada adanya reward. Sejalan dengan Organ (1988), Morrison (1994) menyatakan bahwa pada
in-role biasanya dihubungkan dengan reward dan sanksi (hukuman) sedangkan pada extra-
role biasanya terbebas dari reward dan perilaku yang dilakukan oleh individu tidak
diorganisir dalam reward yang akan diterima karyawan, di mana tidak ada insentif tambahan
yang diberikan ketika karyawan atau individu berperilaku extra-role. Artinya, OCB tidak
dideskripsikan atau dijabarkan dalam pekerjaan formal dan tidak memiliki penghargaan
(reward) secara kontrak atau tertulis.
Beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas mengenai OCB, penelitian
ini menggunakan teori OCB yang dikemukakan oleh Organ (1988) yang secara singkat
mendefinisikan organizational citizenship behavior (OCB) adalah perilaku individu yang
bersifat bebas (discretionary) yang secara eksplisit atau tidak secara langsung diakui oleh
sistem reward formal (formal reward system), dan secara agregat atau keseluruhan
meningkatkan fungsi efektif dan efisien organisasi.
Organizational citizenship behavior (OCB) dapat diukur menggunakan Skala
Morrison (1994). Skala Morrison (1994) merupakan salah satu pengukuran yang telah
disempurnakan dan memiliki kemampuan psikometrik yang baik. Skala Morrison digunakan
untuk mengukur kelima dimensi OCB yang dikemukakan oleh Organ (1988) sebagai berikut:
1. Dimensi pertama: Altruism (Altruisme), yaitu perilaku membantu karyawan atau pihak
lain.
2. Dimensi kedua: Conscientiousness (Kesadaran), yaitu perilaku atau kinerja yang
memenuhi atau melebihi prasyarat minimum peran yang dikehendaki oleh organisasi,
seperti kehadiran, kepatuhan terhadap aturan, dan lain-lain.
3. Dimensi ketiga: Sportmanship (Sikap sportif), yaitu kemauan untuk mentoleransi
ketidaknyamanan yang pasti terjadi dan resiko pekerjaan tanpa mengeluh.
4. Dimensi keempat: Civic Virtue (Kebijakan sipil), yaitu partisipasi sukarela dan dukungan
terhadap fungsi-fungsi organisasi, baik secara profesional maupun sosial alamiah.
Pengaruh budaya.…, Annisa Trisia, FISIP UI, 2014
8
5. Dimensi kelima: Courtesy (Kehormatan), yaitu Perilaku, proses, cara, yang memberikan
bentuk-bentuk penghormatan terhadap perusahaan.
Podsakoff, Mackenzie, & Bachrach (2000) juga mengelompokkan OCB ke dalam
tujuh dimensi, yaitu:
1. Helping (sifat menolong);
2. Sportsmanship (sikap sportif)
3. Loyalty (kesetiaan atau loyalitas)
4. Organizational Compliance (kepatuhan terhadap organisasi);
5. Individual Initiative (inisiatif individu);
6. Civic Virtue (kewarganegaraan)
7. Self Development (pengembangan diri)
Selain itu, Bolino, Turnley, & Bloodgood (2002: 508) mengemukakan tiga dimensi
organizational citizenship behavior (OCB), yaitu:
1. Obedience (ketataan).
2. Loyalty (loyalitas).
3. Participation (partisipasi).
Adapun dimensi OCB yang lain menurut Van Scotter & Motowidlo (1996) dibagi
menjadi dua dimensi, yaitu:
1. Interpersonal facilitation
2. Job dedication
Beberapa penelitian menjelaskan OCB di kalangan karyawan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu Komitmen Organisasi, Kualitas Hubungan Atasan-Bawahan, Persepsi
Atas Dukungan Organisasi, Jenis Kelamin, Masa Kerja, Suasana Hati (Mood). Menurut
Organ (1988) dalam Novliadi (2008), OCB dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
adalah budaya dan iklim organisasi, kepribadian dan suasana hati (mood), persepsi terhadap
dukungan organisasional, persepsi terhadap kualitas interaksi atasan-bawahan, masa kerja dan
jenis kelamin (gender). Organ (1995) dalam Novliadi (2008) juga menekankan faktor budaya
organisasi sebagai kondisi awal yang utama yang dapat memicu terjadinya OCB pada
karyawan. Budaya organisasi sebagai kondisi awal yang utama yang dapat memicu terjadinya
OCB pada karyawan sehingga budaya organisasi dapat berperan besar dalam mempengaruhi
terciptanya OCB yang baik pada setiap individu. Menurut Robbins (2003), budaya organisasi
adalah sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan
organisasi itu dari organisasi-organisasi lain. Setiap organisasi memiliki budaya dan
Pengaruh budaya.…, Annisa Trisia, FISIP UI, 2014
9
bergantung pada kekuatan budaya tersebut, sehingga budaya dapat mempunyai pengaruh yang
bermakna pada sikap dan perilaku anggota-anggota organisasi (Robbins, 2003).
Budaya organisasi dapat dibagi menjadi 3 (tiga) tingkatan yang dinamakan elemen
budaya, ditinjau dari apakah budaya tersebut dapat diamati atau tidaknya, yakni artifacts
(artefak), values (nilai-nilai), basic assumptions (asumsi dasar). PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk merupakan perusahaan milik negara (BUMN) yang bergerak di bidang industri
penerbangan atau airlines yang memiliki salah satu dari 3 (tiga) tingkatan elemen budaya,
yakni values (nilai-nilai) yang menjadi budaya organisasi hingga sekarang yang disebut
dengan FLY-HI. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk telah memiliki tata nilai budaya FLY-HI
yang dirumuskan pada tanggal 30 Oktober 2007 (Etika Bisnis dan Etika Kerja PT Garuda
Indonesia (Persero), 2011). FLY-HI merupakan bagian dari nilai budaya organisasi PT
Garuda Indonesia (Persero) Tbk sejak tahun 2007 hingga sekarang yang diterapkan sebagai
panduan dan pedoman dalam bertindak dan berperilaku bagi seluruh pegawai perusahaan
yang dikenal dengan sebutan Insan Garuda Indonesia. FLY-HI terdiri dari nilai-nilai eFficient
& effective; Loyalty; customer centricitY; Honesty & openness; dan Integrity (Etika Bisnis
dan Etika Kerja PT Garuda Indonesia (Persero), 2011). Kelima nilai FLY-HI ini dijabarkan ke
dalam 10 (sepuluh) perilaku utama. Penjabaran dari Tata Nilai FLY-HI menjadi 10 (sepuluh)
Perilaku Utama bertujuan agar setiap Insan Garuda Indonesia memiliki kesamaan persepsi
dalam memahami nilai-nilai tersebut yang nantinya diaplikasikan dalam aktivitas sehari-hari
(Etika Bisnis dan Etika Kerja PT Garuda Indonesia (Persero), 2011). 10 (sepuluh) perilaku
utama dalam FLY-HI yang terdiri dari efficient & effective, loyalty; customer centricity,
honesty & openness, dan integrity dapat dijelaskan dalam beberapa panduan perilaku insan
Garuda sebagai berikut (Etika Bisnis dan Etika Kerja PT Garuda Indonesia (Persero), 2011:
21-28).
1. Efficient & Effective
Efficient & effective merupakan tata nilai yang pertama dalam budaya organisasi FLY-
HI yang memiliki makna yakni bekerja dengan akurat, hemat, dan tepat waktu untuk
memberikan hasil yang berkualitas. Berdasarkan makna tersebut, efficient & effective
terdiri dari 2 (dua) perilaku utama yaitu:
1). Cepat, Tepat, dan Akurat.
2). Hemat.
2. Loyalty
Loyalty merupakan tata nilai yang kedua dalam budaya organisasi FLY-HI yang
Pengaruh budaya.…, Annisa Trisia, FISIP UI, 2014
10
memiliki makna yakni menjalankan tugas dengan penuh dedikasi dan tanggung jawab.
Berdasarkan makna tersebut, loyalty terdiri dari 2 (dua) perilaku utama yaitu:
3) Disiplin.
4) Bekerja keras, cerdas, dan tuntas.
3. Customer Centricity
Customer centricity merupakan tata nilai yang ketiga dalam budaya organisasi FLY-
HI yang memiliki makna yaitu melayani dengan tulus dan mengutamakan kepuasan
pelanggan.. Customer centricity terdiri dari 3 (tiga) perilaku utama yaitu:
5) Ramah, hangat, dan bersahabat.
6) Tanggap dan proaktif.
7) Kreatif dan Inovatif.
4. Honesty & openness
Honesty & openness merupakan tata nilai yang keempat dalam budaya organisasi
FLY-HI yang memiliki makna yakni menjunjung tinggi kejujuran, ketulusan,
keterbukaan dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian. Honesty & openness
terdiri dari 2 (dua) perilaku utama yaitu:
8) Jujur, tulus, dan terbuka.
9) Menjaga kerahasiaan perusahaan.
5. Integrity
Integrity merupakan tata nilai yang kelima dalam budaya organisasi FLY-HI yang
memiliki makna yakni menjaga harkat dan martabat serta menghindarkan diri dari
perbuatan tercela yang dapat merusak citra profesi dan perusahaan. Integrity terdiri
dari 1 (satu) perilaku utama dan panduan perilaku yang tercakup dalam budaya
integrity yaitu:
10) Konsisten dan patuh pada perusahaan.
Tata nilai yang tertuang di dalam budaya organisasi FLY-HI mampu memberikan
inspirasi baru kepada setiap pegawai dalam bekerja yang menjadikan Garuda Indonesia
memiliki segudang prestasi baik di dalam maupun di luar negeri. Selain itu, keberhasilan yang
dicapai oleh Garuda Indonesia ini tidak terlepas dari adanya kinerja dan komitmen dari para
karyawan Garuda Indonesia. Tanpa adanya kerja sama tim atau kelompok, sikap dan perilaku
yang tepat dari setiap pegawai Garuda Indonesia, perusahaan tidak akan mampu mencapai
kesuksesan seperti sekarang ini.
Pengaruh budaya.…, Annisa Trisia, FISIP UI, 2014
11
Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan asumsi pendekatan kuantitatif karena pendekatan ini
menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antar variabel. Penelitian ini
menggunakan konsep budaya organisasi dan organizational citizenship behavor (OCB) untuk
menganalisa pengaruh budaya organisasi terhadap organizational citizenship behavior
pegawai tetap di kantor pusat PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.
2. Jenis Penelitian
2.1 Jenis Penelitian berdasarkan Tujuan
Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini termasuk ke dalam penelitian eksplanatif,
yaitu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan bagaimana terjadinya suatu gejala atau
fenomena sosial (Prasetyo & Jannah, 2011). Hal ini sejalan dengan tujuan dilakukannya
penelitian ini adalah untuk menganalisis organizational citizenship behavior (OCB) pegawai
perusahaan yang timbul karena adanya pengaruh budaya organisasi (corporate culture)
perusahaan serta menganalisis faktor-faktor yang memicu timbulnya organizational
citizenship behavior (OCB) pegawai tersebut
2.2 Jenis Penelitian berdasarkan Manfaat
Berdasarkan manfaat penelitian, penelitian ini termasuk ke dalam penelitian terapan.
Penelitian terapan adalah penelitian yang mencoba untuk menyelesaikan masalah tertentu
secara spesifik (Neuman, 2000). Selain itu, penelitian terapan menghasilkan rekomendasi-
rekomendasi untuk masalah-masalah tertentu dan bukan sekadar untuk mengembangkan teori.
Penelitian ini dikategorikan ke dalam penelitian terapan karena penelitian ini berangkat dari
suatu topik yang terdapat pada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, di mana penelitian ini
mencoba untuk menganalisis permasalahan penelitian yakni mengenai pengaruh budaya
organisasi terhadap organizational citizenship behavior (OCB) pegawai tetap di kantor pusat
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Tidak hanya menganalisis permasalahan yang terjadi,
tetapi penelitian ini juga memberikan saran dan rekomendasi-rekomendasi untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut sebagai ciri dari penelitian terapan.
2.3 Jenis Penelitian berdasarkan Dimensi Waktu
Berdasarkan dimensi waktu, penelitian ini termasuk ke dalam kategori cross-sectional
research. Penelitian cross sectional adalah penelitian yang dilakukan pada satu waktu tertentu
dan hanya mengambil satu bagian dari gejala atau fenomena sosial (Prasetyo & Jannah,
Pengaruh budaya.…, Annisa Trisia, FISIP UI, 2014
12
2011). Penelitian ini termasuk dalam kategori cross sectional karena penelitian ini hanya
dilakukan dalam satu periode waktu tertentu dan tidak akan melakukan penelitian lain di
waktu yang berbeda untuk diperbandingkan. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari
2014 sampai dengan April 2014 yang berlokasi di kantor pusat PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk.
3. Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan teknik pengumpulan data yang digunakan, penelitian ini dikategorikan ke
dalam metode pengumpulan data secara kuantitatif (Creswell, 2010). Pengumpulan data
dilakukan melalui survei dan wawancara mendalam.
4. Populasi dan Sampel
Menurut Sekaran (2000), populasi ialah jumlah dari keseluruhan kelompok orang,
kejadian, atau sesuatu yang ingin diteliti. Unit analisis yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah pegawai tetap di masing-masing unit kerja kantor pusat PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk di Cengkareng, Jakarta Barat. Pemilihan pegawai tetap sebagai unit analisis
berdasarkan asumsi bahwa setiap pegawai kantor pusat PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk
yang telah berstatus sebagai pegawai tetap telah menerapkan budaya organisasi FLY-HI
dalam setiap aktivitas kerja. Setelah menentukan unit analisis, maka akan ditentukan unit
observasi, yang mana unit observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pegawai
tetap dari setiap unit kerja di kantor pusat PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang telah
bekerja minimal selama 1 (satu) tahun. Unit observasi dalam penelitian ini menjadi dasar
dalam pengambilan sampel. Dengan demikian, populasi dari penelitian ini adalah pegawai
tetap yang bekerja di kantor pusat pada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk pada saat
penelitian berlangsung. Jumlah anggota populasi sesuai data dari bagian sumber daya manusia
(human capital) perusahaan, terdapat total 994 orang pegawai tetap di kantor pusat PT Garuda
Indonesia (Persero) Tbk di Cengkareng, Jakarta Barat.
Selanjutnya, sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik tertentu yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sekaran, 2000). Sampel dari penelitian ini diambil atau ditarik dari
pegawai tetap di setiap unit kerja kantor pusat PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk di
Cengkareng, Jakarta Barat. Selain pemilihan sampel dengan status pegawai tetap, kriteria
dalam pemilihan sampel lainnya yaitu pegawai tetap dengan lama bekerja minimal 1 (satu)
tahun. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa status PKWT (Pegawai Kontrak Waktu Tertentu)
pada setiap pegawai baru di PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dengan masa probiton
(percobaan) yaitu selama 2 (dua) tahun, selama rentang waktu tersebut para pegawai PKWT
Pengaruh budaya.…, Annisa Trisia, FISIP UI, 2014
13
harus dapat memberikan atau menciptakan inovasi terbaru dengan tujuan mengubah status
pegawai kontrak menjadi pegawai tetap. Penentuan jumlah sampel yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu dengan menggunakan rumus Slovin. Adapun rumus Slovin untuk
menentukan ukuran sampel minimal (n) apabila diketahui ukuran populasi (N) pada taraf
signifikansi α adalah sebagai berikut:
! =!
1+ !"!
Sumber: Slovin (1960) dalam Sevilla et al. (2007)
Berdasarkan penghitungan yang telah dilakukan tersebut menunjukkan bahwa
jumlah sampel yang didapat dari populasi pegawai PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang
berstatus pegawai tetap sebanyak 91 orang berdasarkan hasil pembulatan dari 90,86 dengan
batas tolerasi kesalahan (error tolerance) yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 10%
atau 0,1. Kemudian, teknik penarikan sampel dalam penelitian ini dengan teknik multistage
sampling, yaitu teknik penarikan sampel dengan menggabungkan teknik penarikan sampel
cluster (area sampling) dengan teknik penarikan sampel acak sederhana (simple random
sampling) (Creswell, 2010). Pada penelitian ini akan menggunakan cluster sampling
terlebih dahulu dengan cara membagi populasi dalam beberapa kelompok bagian yakni per
unitpada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dengan karakteristik sampel yakni pegawai
Garuda Indonesia yang berstatus pegawai tetap dengan lama bekerja pegawai tersebut
minimal 1 (satu) tahun, kemudian setelah terbagi populasi tersebut dilakukan teknik simple
random sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini yakni 94 pegawai tetap dari 33 unit
kerja, yang seharusnya berdasarkan perhitungan rumus Slovin adalah 91 pegawai tetap. Hal
ini dikarenakan rumus penghitungan terhadap jumlah sampel per unit kerja banyak yang
dilakukan pembulatan di dalamnya
5. Teknik Analisis Data
5.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan
cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul. Hasil analisis
deskriptif dikelompokkan menjadi 2 (dua) bagian yaitu rangkuman statistik yang
menunjukkan karakteristik atau identitas responden dan rangkuman mean. Dalam penelitian
ini terdapat lima kelas yakni dimulai dari 1 (satu) sampai dengan 5 (lima). Untuk mengetahui
batasan nilai tersebut, maka digunakan rumus sebagai berikut:
Pengaruh budaya.…, Annisa Trisia, FISIP UI, 2014
14
! = ! − 1!
! = 5− 15 = 0,8
Sumber: data diolah peneliti, 2014
Maka, pembagian kelas analisis deskriptif dapat dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 3.4 Pembagian Kelas Analisis Deksriptif
Kategori Organizational Citizenship Behavior
(OCB)
Kategori Budaya Organisasi Batasan
Sangat Rendah Sangat Lemah 1,00 < x < 1, 8 Rendah Lemah 1,8 < x < 2,6 Cukup Cukup 2,6 < x < 3,4 Tinggi Kuat 3,4 < x < 4,2 Sangat Tinggi Sangat Kuat 4,2 < x < 5,00
Sumber: data diolah peneliti, 2014
5.2 Statistik Inferensial
Statistik inferensial merupakan serangkaian teknik yang digunakan untuk mengkaji,
menaksir dan mengambil kesimpulan sebagian data (data sampel) yang dipilih secara acak
dari seluruh data yang menjadi subyek kajian atau populasi (Healey, 1999). Analisis
inferensial dalam penelitian ini menggunakan Pearson Correlation untuk melihat ada
tidaknya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat yang berskala interval atau rasio
(parametrik) dengan menggunakan bantuan program software SPSS (Statistical Package for
the Social Sciences) versi 19.0 khusus untuk penelitian-penelitian sosial
5.2.1 Uji Validitas
Data penelitian yang diperoleh dengan skala Likert dalam penelitian ini adalah data
interval sehingga pengujian validitas menggunakan pendekatan statistik korelasi Product
Moment dari Pearson (Statistic Pearson Product Moment Correlation) untuk setiap item
pernyataan dengan rumus sebagai berikut:
!!" =!∑!" − ∑! ∑!
!∑!! − ∑! ! !∑!! − ∑! !
Rumus 3.1. Statistic Pearson Product Moment Correlation Sumber: Singarimbun & Effendi (1989)
Pengaruh budaya.…, Annisa Trisia, FISIP UI, 2014
15
Keterangan:
rxy : Koefisien korelasi
N : Jumlah responden
X : Skor setiap item
Y : Skor total
(∑X)2 : Kuadrat jumlah skor item
(X2) : Jumlah kuadrat skor item
(Y2) : Jumlah kuadrat skor total
(Y)2 : Kuadrat jumlah skor total
Menurut Kaplan & Saccuzzo (2009), suatu pernyataan di dalam kuesioner dapat
dikatakan valid dan dapat mengukur variabel penelitian yang dimaksud ketika nilai koefisien
korelasinya menunjukkan validitas yaitu besarnya lebih dari atau sama dengan 0,3 ( ≥ 0,3).
Begitu juga sebaliknya, jika nilai koefisien korelasi yang diperoleh kurang dari 0,3 ( < 0,3),
maka pernyataan tersebut dapat dikatakan tidak valid.
5.2.2 Uji Reliabilitas
Menurut Malhotra (2004), reliabilitas mengacu pada sejauh mana suatu alat mampu
memberikan hasil yang konsisten apabila dilakukan pengukuran berulang kali. Uji reliabilitas
dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan koefisien reliabilitas Alpha Cronbach, di
mana semakin tinggi koefisien maka instrumen pengukurannya semakin baik dan dapat
dikatakan semakin reliabel (Sekaran, 2000). Nilainya berkisar antara 0 (nol) sampai dengan 1
(satu). Adapun rumus Alpha Cronbach sebagai berikut:
! =!
! − 1 1−!!!
!!!
Rumus 3.2. Rumus Alpha Cronbach Sumber: Sekaran, 2000
Keterangan:
r = Nilai reliabilitas
k = Banyaknya butir pertanyaan
∑!!! = Jumlah varians butir
!!! = Varians total
Sekaran (2000) menyatakan bahwa secara umum, koefisien keandalan atau reliabilitas
yakni sebagai berikut:
Pengaruh budaya.…, Annisa Trisia, FISIP UI, 2014
16
Tabel 3.5 Tingkat Keandalan Koefisien Alpha Cronbach
Cronbach’s Alpha Rekomendasi
≥ 0.90 Sangat baik
0.80 – 0.89 Baik
0.70 – 0.79 Cukup
0.60 – 0.69 Dapat diterima
≤ 0.59 Buruk
Sumber: Sekaran, 2000
Pengukuran reliabilitas yang tinggi memberikan dasar bagi peneliti untuk tingkat
konfidensi bahwa masing-masing indikator bersifat konsisten dalam pengukurannya. Nilai
batas reliabilitas dengan menggunakan Alpha Cronbach yang biasanya dapat diterima adalah
0.60 (Malhotra, 2004).
6. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan dan kendala yang ditemukan
pada saat penelitian berlangsung. Kekurangan dan kendala-kendala ini merupakan
keterbatasan dalam penelitian ini, yakni:
1. Dari total keseluruhan 94 kuesioner yang disebar kepada pegawai Garuda Indonesia
berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, yakni yang telah berstatus sebagai pegawai tetap
dan telah bekerja di PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk minimal 1 (satu) tahun,
kuesioner yang kembali kepada peneliti hanya sebanyak 83 kuesioner.
2. Pada saat penelitian berlangsung, peneliti tidak mengamati secara langsung kegiatan
pengisian kuesioner yang dilakukan oleh responden. Hal tersebut memungkinkan
terjadinya hal-hal yang dapat menimbulkan bias pada jawaban yang diberikan oleh
responden penelitian.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif pada penelitian ini menggambarkan secara deskriptif mengenai
karakteristik responden, yaitu variabel budaya organisasi serta menggambarkan variabel
organizational citizenship behavior (OCB). Berikut ini akan dijabarkan nilai mean
keseluruhan dari kelima dimensi variabel budaya organisasi sebagai berikut:
Pengaruh budaya.…, Annisa Trisia, FISIP UI, 2014
17
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Variabel Budaya Organisasi
Dimensi n Mean Efficient & Effective 83 3,41 Loyalty 83 3,45 Customer Centricity 83 3,76 Honesty & Openness 83 3,59 Integrity 83 4,04
Total 18,25 Nilai Mean 3,65
Sumber: hasil pengolahan data primer dengan menggunakan SPSS 19.0 (2014)
Tabel 4.1 di atas menggambarkan jawaban responden terhadap setiap item pernyataan
yang kemudian dilakukan penghitungan rata-rata pada setiap dimensi yang terdapat dalam
variabel budaya organisasi. Berdasarkan data pada tabel diatas, jawaban yang dihasilkan oleh
responden pada kelima dimensi pada variabel budaya organisasi secara umum berada pada
kategori kuat. Hal ini ditunjukkan dengan hasil nilai mean dari kelima dimensi di atas berada
dalam rentang kategori atau batasan kuat yakni 3,4 < x < 4,2.
Selanjutnya, dalam penelitian ini, variabel organizational citizenship behavior (OCB)
yang juga terdiri dari 5 (lima) dimensi, di mana di bawah ini akan dijabarkan nilai mean
keseluruhan dari kelima dimensi OCB sebagai berikut:
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel Organizational Citizenship Behavior (OCB)
Dimensi N Mean Altruism 83 3,84
Conscientiousness 83 3,41 Sportmanship 83 3,71 Civic Virtue 83 3,74
Courtesy 83 3,66 Total 18,36
Nilai Mean 3,67
Sumber: hasil pengolahan data primer dengan menggunakan SPSS 19.0 (2014)
Berdasarkan data pada tabel diatas, jawaban yang dihasilkan oleh responden pada
kelima dimensi pada variabel organizational citizenship behavior secara umum berada pada
kategori tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan hasil nilai mean dari kelima dimensi di atas
berada dalam rentang kategori atau batasan tinggi yakni 3,4 < x < 4,2.
Pengaruh budaya.…, Annisa Trisia, FISIP UI, 2014
18
2. Uji Normalitas
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Data
Budaya organisasi Organizational Citizenship Behavior (OCB)
N 83 83 Kolmogorov-Smirnov 0,744 0,875 Asymptotic Sig. 0,637 0,428
Sumber: hasil pengolahan data primer dengan menggunakan SPSS 19.0 (2014)
Pada tingkat signifikansi 0,05 sebuah data dapat dikatakan terdistribusi secara normal
jika p ≥ 0.05. Jika dilihat pada Tabel 4.30 di atas, p untuk variabel budaya organisasi yaitu p
= 0,637, maka dapat dikatakan variabel budaya organisasi pada 83 responden memiliki data
yang terdistribusi normal karena 0,637 ≥ 0,05 sehingga memenuhi persyaratan uji normalitas.
Begitu juga dengan variabel organizational citizenship behavior (OCB) memiliki nilai p
sebesar 0,428 berarti dapat dikatakan ditribusi data normal dikarenakan 0,428 ≥ 0,05.
Berdasarkan tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa seluruh data yang terdapat di dalam
penelitian ini memiliki distribusi normal.
3. Analisis Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Organizational Citizenship Behavior
(OCB)
Hasil uji statistik deskriptif pada bahasan sebelumnya belum dapat menjawab
pertanyaan penelitian ini. Dengan demikian, untuk menjawab pertanyaan penelitian,
penelitian ini menggunakan analisis linier regresi sederhana untuk mengetahui secara pasti
pengaruh antara variabel budaya organisasi dengan variabel organizational citizenship
behavior (OCB).
Berdasarkan pengujian regresi linier sederhana yang telah dilakukan menggunakan
alat bantu SPSS versi 19.0, maka dapat diketahui pengaruh antara variabel budaya organisasi
dengan variabel organizational citizenship behavior (OCB) sebagai berikut:
Tabel 4.4 Model Summary Regresi Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .675a .456 .450 7.06317 a. Predictors: (Constant), BO
b. Dependent Variable: OCB
Sumber: hasil pengolahaan data menggunakan SPSS 19.0 (2014)
Pengaruh budaya.…, Annisa Trisia, FISIP UI, 2014
19
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa nilai R yang dihasilkan adalah 0,675.
Berdasarkan Neuman (1994), maka hubungan yang dihasilkan antara variabel budaya
organisasi dengan organizational citizenship behavior (OCB) adalah kuat.
Selanjutnya, nilai koefisien determinasi (Adjusted R-Square) yang diperoleh sebesar
0,450 atau 45% variasi organizational citizenship behavior (OCB) dapat dijelaskan oleh
adanya variasi budaya organisasi. Sedangkan 0,55 atau 55% organizational citizenship
behavior (OCB) dapat dijelaskan oleh variabel lainnya.
Tabel 4.5 ANOVA Regresi ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 3390.506 1 3390.506 67.962 .000a
Residual 4040.963 81 49.888
Total 7431.470 82
a. Predictors: (Constant), BO
b. Dependent Variable: OCB
Sumber: hasil pengolahaan data menggunakan SPSS 19.0 (2014)
Berdasarkan Tabel 4.5 maka hipotesis penelitian ini yaitu:
Ho : Budaya organisasi tidak berpengaruh terhadap organizational citizenship behavior
(OCB) pegawai tetap di kantor pusat PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.
Ha : Budaya organisasi berpengaruh terhadap organizational citizenship behavior (OCB)
pegawai tetap di kantor pusat PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.
Pada Tabel 4.5 di atas, diketahui bahwa nilai signifikansi variabel organizational
citizenship behavior (OCB) memiliki nilai sebesar 0,000. Dengan nilai signifikansi 0,000 <
0,05, memiliki makna bahwa Ho ditolak atau Ha diterima. Dengan demikian, variabel budaya
organisasi berpengaruh secara sangat signifikan terhadap organizational citizenship behavior
(OCB) pegawai tetap di kantor pusat PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa penelitian ini memiliki
kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Novliadi (2008) yang menjelaskan konsep
bahwa Organ (1995) menekankan faktor budaya organisasi sebagai kondisi awal yang utama
yang dapat memicu terjadinya OCB pada karyawan. Selain itu, 5 (lima) penelitian terdahulu
juga menyatakan bahwa budaya organisasi berpengaruh secara signifikan terhadap
Pengaruh budaya.…, Annisa Trisia, FISIP UI, 2014
20
organizational citizenship behavior (OCB). Pegawai yang memiliki budaya organisasi yang
kuat akan mendorong terbentuknya organizational citizenship behavior (OCB) yang baik
yaitu perilaku extra-role yang merupakan perilaku yang terbentuk di luar job description atau
deskripsi kerja pegawai. Sebaliknya, apabila pegawai memiliki budaya organisasi yang lemah
cenderung sulit terdorong terbentuknya OCB yang baik dikarenakan budaya organisasi
sebagai pemicu utama terciptanya OCB meskipun bukan satu-satunya faktor yang
mempengaruhi terciptanya OCB.
Sedangkan untuk faktor lainnya yang memicu timbulnya OCB menurut Organ (1995)
adalah faktor iklim organisasi, kepribadian dan suasana hati (mood), persepsi terhadap
dukungan organisasional, persepsi terhadap kualitas hubungan atau interaksi atasan-bawahan,
masa kerja dan jenis kelamin (gender). Sejalan dengan pendapat Organ, berdasarkan hasil
wawancara dengan Senior Manager Human Capital PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk
(2014) yang menyatakan bahwa faktor lain yang memicu timbulnya OCB, diantaranya
lingkungan dan iklim kerja, reward dan recognition sebagai motivasi, leadership action yang
merupakan persepsi terhadap dukungan organisasional yang dilakukan oleh para pimpinan
tetinggi hingga pimpinan terendah yang membawahi unit-unit kerja serta adanya sistem
(system) yang memagari setiap perilaku karyawan, seperti yang telah diterapkan oleh PT
Garuda Indonesia (Persero) Tbk disebut dengan Whistle Blowing System (WBS) dan pedoman
perilaku budaya FLY-HI sebagai pendukungnya (hasil wawancara dengan Ibu Ellis, 24 April
2014).
Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh budaya organisasi terhadap
organizational citizenship behavior (OCB) serta menganalisis faktor-faktor lain yang memicu
timbulnya organizational citizenship behavior (OCB). Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi memiliki pengaruh yang sangat
signifikan positif terhadap organizational citizenship behavior (OCB). Berdasarkan hasil
perhitungan regresi yang dilakukan dapat diketahui juga bahwa hubungan yang dihasilkan
antara variabel budaya organisasi terhadap organizational citizenship behavior (OCB) adalah
kuat. Budaya organisasi berpengaruh terhadap organizational citizenship behavior (OCB)
pegawai tetap di kantor pusat PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk serta terdapat faktor-faktor
lain yang memicu timbulnya organizational citizenship behavior (OCB) pada pegawai tetap
di kantor pusat PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Faktor-faktor lain tersebut, diantaranya
Pengaruh budaya.…, Annisa Trisia, FISIP UI, 2014
21
iklim dan lingkungan kerja, peran pimpinan (leadership action), sistem remunerasi, dan yang
terakhir yakni pemberian reward dan recognition.
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh dalam penelitian ini, maka kesimpulan
tersebut dapat dijadikan saran baik bagi pihak manajemen PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk
dan bagi penelitian selanjutnya. Beberapa saran atau rekomendasi yang dapat diberikan dalam
penelitian ini sebagai berikut:
2.1 Saran bagi Pihak Manajemen PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk
- Perlunya dukungan manajemen puncak PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk terhadap
setiap pegawai Garuda Indonesia yang telah mengaplikasikan budaya FLY-HI dengan
baik, yaitu dengan pemberian 3R (Respect, Recognition, Reward) kepada para
pegawai terpilih, misalnya dengan pemberian akselerasi karier pegawai (promosi
jabatan), pemberian apresiasi berupa penghargaan atas kinerja, serta pemberian
awards secara berkala setiap tahunnya untuk satu unit kerja seperti program Employee
of The Year perlu dipertahankan yang mampu membangun dan mengimplementasikan
budaya FLY-HI dengan baik diantara unit-unit lainnya.
- Diperlukan kerja sama sama dari seluruh strata Insan Garuda Indonesia mulai dari
pimpinan tertinggi sampai dengan yang terendah agar proses internalisasi budaya
FLY-HI berjalan dengan cepat dan tepat.
- Diperlukan kesadaran diri dari masing-masing pegawai untuk mau melakukan sesuatu
untuk kepentingan kelompok atau kepentingan perusahaan yang tidak didasari oleh
adanya pemberian reward dan recognition semata sehingga organizational citizenship
behavior (OCB) lebih mudah terbentuk atau tercipta.
2.2 Saran bagi Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan guna menjadi penelitian yang lebih
berkualitas dan diharapkan dapat mendorong penelitian lebih lanjut serta dapat menyajikan
penelitian yang lebih baik. Untuk itu terdapat pengembangan yang perlu diperhatikan dalam
penelitian selanjutnya yakni pada penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel
independen atau menggunakan variabel moderating dan variabel intervening yang dapat
berpengaruh terhadap organizational citizenship behavior (OCB) untuk memperoleh hasil
yang lebih kaya dan bervariasi.
DAFTAR REFERENSI
Pengaruh budaya.…, Annisa Trisia, FISIP UI, 2014
22
Buku:
Becker, Gary S. (1975). Human capital: A theoritical and empirical analysis, with special reference to education. New York: National Bureau of Economic Research.
Creswell, John W. (2010). Research design: Pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed (Achmad Fawaid, Penerjemah) Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Healey, Joseph. F. (1999). Statistic: A tool for social research. Belmont: Wadsworth Publishing Company.
Kaplan, Robert M., & Saccuzzo, Dennis P. (2009). Psychological testing: principles, applications, and lissues (7th ed.). United States of America: Cengage Learning, Inc.
Kusluvan, Salih. (2003). Managing employee attitutedes and behaviors in the tourism and hospitality industry (pp. 250). New York: Nova Science Publisher, Inc.
Malhotra, Naresh K. (2004). Marketing research: An applied orientation (4th ed.). New Jersey: Prentice Hall.
Moeljono, Djokosantoso. (2003). Budaya korporat dan keunggulan korporasi. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Neuman, W. Lawrence. (2000). Social research methods: Qualitative and quantitative approaches. Boston: Allyn and Bacon.
Organ, D.W. (1988). Organizational citizenship behavior: The good soldier syndrome, Lexington, MA: Lexington Books.
Prasetyo, Bambang & Jannah, Lina Miftahul. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Robbins, Stephen P., & Judge, Timothy A. (2008). Perilaku organisasi (12th ed). (Diana Angelica, Ria Cahyani, dan Abdul Rosyid, Penerjemah). Jakarta: Salemba Empat.
Robbins, Stephen P. (2003). Perilaku organisasi (10th ed). (Benyamin Molan & Ahmad Fauzi, Penerjemah). Jakarta: PT Indeks.
Sekaran, U. (2000). Research Methods for Business: a Skill Building Approach (3rd ed.). New York: John Wiley & Sons, Inc.
Sevilla, Consuelo G, et al. (2007). Research Methods. Quezon City: Rex Printing Company.
Simanjuntak, Payaman J. (2011). Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Singarimbun, Masri, & Effendi, Sofian. (1989). Metode Penelitian Survei (Revisi ed.). Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia.
Artikel Jurnal:
Pengaruh budaya.…, Annisa Trisia, FISIP UI, 2014
23
Bolino, M.C., Turnley, W.H., & Bloodgood, J.M. (2002). Citizenship behavior and the creation of social capital in organization. Academy of Management Journal. 7(4). 502-522.
Dyne, L.V., Graham, J.W., & Dienesch, R.M. (1994). Organizational citizenships behavior: Construct redefinition, measurement, and validation. Academy of Management Journal, 37(4), 765-802.
Morrison E.W. (1994). Role definitions and organizational citizenship behavior: The importance of the employee’s perspective. Academy of Management Journal, 37(4), 1543-1567.
Podsakoff, P. M., MacKenzie, S. B., Paine, J. B. & Bachrach, D.G. (2000), Organizational citizenship behaviors: A critical review of the theoretical and empirical literature and suggestions for future research. Journal of Management, 26(3), 513-563.
Sloat, K. C. M. (1999). Organizational citizenship: does your firm inspire to be “good citizenship?”, Professional Safety, 44, 20-23.
Van Scotter, J. R., & S.J. Motowidlo. (1996). Interpersonal facilitation and job dedication as separate facets of contextual performance: Evidence for two factors of contextual performance. Journal of Applied Psychology, 81, 525–531.
Karya Akademis:
Novliadi, Fery. (2008). Organisational Citizenship Behaviour Karyawan Ditinjau Dari Persepsi Terhadap Interaksi Atasan Bawahan dan Persepsi Terhadap Dukungan Organisasional. Unpublished undergraduate thesis. USU Repository.
Artikel Surat Kabar:
Unaradjan, D. Dominikus. (1996). Sumber Daya Manusia dalam Bisnis Global. Jakarta: Suara Pembaharuan.
Publikasi Elektronik:
Admin. (2013, April). Industri Penerbangan yang Kian Kompetitif. November 1, 2013. http://www.beritasatu.com/fokus/106479-industri-penerbangan-yang-kian-kompetitif.html
Admin. (2013, Oktober). Industri Penerbangan Tumbuh, SDM Dibutuhkan. November 1, 2013. http://www.suarapembaruan.com/ekonomidanbisnis/industri-penerbangan-tumbuh-sdm-dibutuhkan/43985
Meryana, Ester. (2012, November). Industri Penerbangan Indonesia Tumbuh 20 %. November 1, 2013. http://swa.co.id/business-research/industri-penerbangan-indonesia-tumbuh-20
Dokumen Lembaga:
Gamalia, Ellis. (2014, April 24). Personal interview.
Pengaruh budaya.…, Annisa Trisia, FISIP UI, 2014
24
Garuda Indonesia. (2012). Laporan Tahunan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.
Garuda Indonesia. (2011, Februari 10). Etika Bisnis dan Etika Kerja PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. November 1, 2013.
Pengaruh budaya.…, Annisa Trisia, FISIP UI, 2014