pengaruh blotong, abu ketel, kompos terhadap …

14
431 Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 1: 431-443, 2017 http://jtsl.ub.ac.id PENGARUH BLOTONG, ABU KETEL, KOMPOS TERHADAP KETERSEDIAAN FOSFOR TANAH DAN PERTUMBUHAN TEBU DI LAHAN TEBU PABRIK GULA KEBON AGUNG, MALANG Dery Pambudi 1 , Maulana Indrawan 2 , Soemarno 1* 1 Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya 2 Departemen Penelitian dan Pengembangan, Pabrik Gula Kebon Agung, Malang * penulis korespondensi: soemarno@ub.ac.id Abstract The main problem in the Karangduren sugarcane soil is the low availability of soil-P that leads to the low of cane production. The objectives of this study was to determine the effects of filter-cake, sugarcane boiler ash and compost on availability of soil-P and growth of sugarcane at Kebon Agung Sugar Mill in Karangduren village of Malang. The treatments tested were control (P0), sugarcane boiler-ash 60 t ha -1 (P1), compost 3 t ha -1 (P2), filter-cake 60 t ha -1 (P3), sugarcane boiler ash 30 t ha -1 + filter cake 30 t ha -1 (P4), sugarcane boiler ash 15 t ha -1 + filter-cake 45 t ha -1 (P5), and sugarcane boiler ash 30 t ha -1 + filter-cake 30 t ha -1 + bio-fertilizers 80 L ha -1 (P6). Results of the study showed that application of sugarcane boiler ash, filter cake and compost improved chemical characteristics of the soil studied and increased growth of sugarcane up to 4 MAP (months after planting). The best treatment in improving soil chemical characteristics and growth of sugarcane was application of sugarcane boiler ash 60 t ha -1 (P1). Application of sugarcane boiler ash 60 t ha -1 was able to increase soil pH by 6.12%, increasing the content of soil C-Organic by 46.03 % and soil-P availability by 328.39 % compared to soil before treatment. Application of sugarcane boiler ash 60 t ha -1 (P1) was also able to improve growth of sugarcane measured by the cane height, cane length, number of shoots, number of leaves, content of chlorophyll, cane dry weight and P-uptake of sugarcane. Keywords : boiler ash, compost, filter cake, sugarcane Pendahuluan Unsur P merupakan salah satu unsur hara yang penting bagi tanaman, begitu juga untuk tanaman tebu (Saccharum officinarum L.). Menurut Mulyono (2009), unsur P dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan tanaman, baik perakaran, anakan, panjang batang dan besarnya ruas-ruas batang tanaman tebu. Namun unsur P merupakan unsur yang sulit tersedia bagi tanamanmeskipun dalam tanah jumlahnya banyak. Menurut Hanafiah (2010), ketersediaan P dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi komposisi pelikat tanah, pH tanah, kandungan liat dan kandungan bahan organik. Bahan organik memiliki peran penting dalam meningkatkan ketersediaan unsur P dalam tanah. Hal ini karena kandungan yang terdapat dalam bahan organik mampu membebaskan unsur hara P dari jerapan Al dan Fe sehingga tersedia bagi tanaman. Menurut Hanafiah (2010), penambahan bahan organik dapat meningkatkan ketersediaan P dalam tanah. Permasalahan yang terdapat di lapang adalah ketersediaan unsur hara P yang terkandung dalam tanah rendah. Rendahnya ketersediaan unsur hara Pbagi tanaman dapat menghambat pertumbuhan tebu. Defisiensi unsur hara P pada tebu dapat menghambat pemanjangan dan pembesaran batang, hingga pembentukan tunas yang tidak maksimal (Moore dan Botha, 2013). Solusi yang sering diterapkan oleh petani tebu untuk

Upload: others

Post on 03-Jan-2022

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH BLOTONG, ABU KETEL, KOMPOS TERHADAP …

431

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 1: 431-443, 2017

http://jtsl.ub.ac.id

PENGARUH BLOTONG, ABU KETEL, KOMPOS TERHADAPKETERSEDIAAN FOSFOR TANAH DAN PERTUMBUHAN TEBU

DI LAHAN TEBU PABRIK GULA KEBON AGUNG, MALANG

Dery Pambudi1, Maulana Indrawan2, Soemarno1*

1 Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya2 Departemen Penelitian dan Pengembangan, Pabrik Gula Kebon Agung, Malang

* penulis korespondensi: [email protected]

Abstract

The main problem in the Karangduren sugarcane soil is the low availability of soil-P that leads tothe low of cane production. The objectives of this study was to determine the effects of filter-cake,sugarcane boiler ash and compost on availability of soil-P and growth of sugarcane at KebonAgung Sugar Mill in Karangduren village of Malang. The treatments tested were control (P0),sugarcane boiler-ash 60 t ha-1 (P1), compost 3 t ha-1 (P2), filter-cake 60 t ha-1 (P3), sugarcane boilerash 30 t ha-1 + filter cake 30 t ha-1 (P4), sugarcane boiler ash 15 t ha-1 + filter-cake 45 t ha-1 (P5),and sugarcane boiler ash 30 t ha-1 + filter-cake 30 t ha-1 + bio-fertilizers 80 L ha-1 (P6). Results ofthe study showed that application of sugarcane boiler ash, filter cake and compost improvedchemical characteristics of the soil studied and increased growth of sugarcane up to 4 MAP(months after planting). The best treatment in improving soil chemical characteristics and growthof sugarcane was application of sugarcane boiler ash 60 t ha-1 (P1). Application of sugarcane boilerash 60 t ha-1 was able to increase soil pH by 6.12%, increasing the content of soil C-Organic by46.03 % and soil-P availability by 328.39 % compared to soil before treatment. Application ofsugarcane boiler ash 60 t ha-1 (P1) was also able to improve growth of sugarcane measured by thecane height, cane length, number of shoots, number of leaves, content of chlorophyll, cane dryweight and P-uptake of sugarcane.

Keywords : boiler ash, compost, filter cake, sugarcane

Pendahuluan

Unsur P merupakan salah satu unsur hara yangpenting bagi tanaman, begitu juga untuktanaman tebu (Saccharum officinarum L.).Menurut Mulyono (2009), unsur P dibutuhkanuntuk menunjang pertumbuhan tanaman, baikperakaran, anakan, panjang batang danbesarnya ruas-ruas batang tanaman tebu.Namun unsur P merupakan unsur yang sulittersedia bagi tanamanmeskipun dalam tanahjumlahnya banyak.

Menurut Hanafiah (2010), ketersediaan Pdipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputikomposisi pelikat tanah, pH tanah, kandunganliat dan kandungan bahan organik. Bahanorganik memiliki peran penting dalam

meningkatkan ketersediaan unsur P dalamtanah. Hal ini karena kandungan yang terdapatdalam bahan organik mampu membebaskanunsur hara P dari jerapan Al dan Fe sehinggatersedia bagi tanaman. Menurut Hanafiah(2010), penambahan bahan organik dapatmeningkatkan ketersediaan P dalam tanah.Permasalahan yang terdapat di lapang adalahketersediaan unsur hara P yang terkandungdalam tanah rendah. Rendahnya ketersediaanunsur hara Pbagi tanaman dapat menghambatpertumbuhan tebu.

Defisiensi unsur hara P pada tebu dapatmenghambat pemanjangan dan pembesaranbatang, hingga pembentukan tunas yang tidakmaksimal (Moore dan Botha, 2013). Solusiyang sering diterapkan oleh petani tebu untuk

Page 2: PENGARUH BLOTONG, ABU KETEL, KOMPOS TERHADAP …

432

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 1: 431-443, 2017

http://jtsl.ub.ac.id

meningkatkan kesuburan tanah, salah satunyaadalah penambahan bahan organik. MenurutSutedjo (2008), kemampuan tanahmenghasilkan suatu produksi berhubungandengan kadar bahan organik. Penggunaanbahan organik seperti blotong, abu ketel sertakompos banyak diaplikasikan pada lahanbudidaya tebu. Tujuan pemberian bahanorganik tersebut adalah untuk meningkatkankesuburan tanah.

Hasil sampingan industri gula berupablotong, ampas, abu ketel, serta seresahberpotensi besar dimanfaatkan sebagai sumberbahan organik. Mulyadi (2000) menyatakanbahwa pemberian blotong dapat berpengaruhnyata terhadap peningkatan fase vegetatif tebu.Oleh karena itu dilakukan penelitian tentangpotensi penambahan bahan organik sepertiblotong, abu ketel dan kompos terhadapserapan P serta pertumbuhan tanaman tebu(Saccharum officinarum L.) pada lahan PG KebonAgung, Malang.

Tujuan dari penelitian adalah untukmengetahui (a) pengaruh pemberian blotong,abu ketel dan kompos terhadap pH, kandunganC-Organik dan P-tersedia dalam tanah, dan (b)mempelajari pengaruh pemberian blotong, abuketel dan kompos terhadap pertumbuhan,bobot kering tanaman dan serapan-P tebu(Saccharum officinarum L.)

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lahan tebu kelolaseksi TS (Tebu Sendiri) Pabrik Gula (PG)Kebon Agung di Malang Jawa Timur.Lahanpenelitian terletak di Desa Karangduren,Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang.Penelitian di lapang dilakukan mulai bulanNovember 2014 sampai dengan Maret 2015.Analisis tanah dilakukan di LaboratoriumFisika dan Kimia Tanah Fakultas PertanianUniversitas Brawijaya. Analisis laboratoriumdimulai pada bulan Maret 2015 sampai denganApril 2015.

Penelitian ini menggunakan RancanganAcak Kelompok (RAK) sederhana dengan 7perlakuan dengan 4 kali ulangan. Rincianperlakuan penelitian disajikan pada Tabel 1.Parameter pengamatan tanah bagi menjadi 2yaitu pengamatan tanah awal sebelumperlakuan serta pengamatan tanah akhir ketika

tebu berumur 4 BST. Sedangkan pengamatantanaman tebu dibagi menjadi pengamatanpertumbuhan yang dilakukan pada 1, 2, 3 dan 4BST serta pengamatan serapan unsur P yangdilakukan pada tebu umur 4 BST. Parameter,waktu pengamatan dan metode yang digunakandapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 1. Perlakuan Penelitian

Kode PerlakuanP0 Tanpa PerlakuanP1 Abu ketel 60 t ha-1

P2 Kompos 3 t ha-1

P3 Blotong 60 t ha-1

P4 Abu ketel 30 t ha-1+ Blotong 30 tha-1

P5 Abu ketel 15 t ha-1+ Blotong 45 tha-1

P6 Abu ketel 30 t ha-1+ Blotong 30 tha-1+Pupuk hayati 80 L ha-1

Bahan perlakuan digunakan dalam penelitianini terdiri dari blotong, abu ketel, kompos,pupuk hayati dan bibit bagal varietas PSJK 922.Blotong dan abu ketel yang digunakanmerupakan bahan sampingan dari produksigula di PG Kebon Agung, sedangkan bahankompos merupakan hasil olahan dari blotongyang dilakukan pengomposan menggunakanbantuan bakteri dekomposer. Semua bahanperlakuan diterapkan di lahan sebelum prosespenanaman bibit tebu berlangsung.

Pupuk hayati diterapkan dilahan setelahblotong dan abu ketel diterapkan pada setiapjuringan. Penerapan pupuk hayati dilakukandengan penegenceran 1:20 liter dan di sirammenggunkan gembor secara merata pada setiapjuringan. Jarak tanam pusat ke pusat (PKP)yang diterapkan adalah 100 cm. Panjangjuringan adalah 8 m. Lubang tanam dibuatdengan lebar atas 50 cm, lebar bawah 45 cm,dengan kedalaman 50 cm. Pemupukandilakukan dengan dosis 400 kg ha-1 Phonskadan 300 kg ha-1 ZA. Pemupukan tersebutdilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada umurtanaman 1,5 bulan dan 3 bulan. Pembumbunandilakukan tiga kali yang dilaksanakan secarabertahap. Pembumbunan pertama dilakukansetelah pemberian pupuk pertama,pembumbunan kedua dilakukan saat

Page 3: PENGARUH BLOTONG, ABU KETEL, KOMPOS TERHADAP …

433

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 1: 431-443, 2017

http://jtsl.ub.ac.id

pemberian pupuk kedua dan pembumbunanketiga dilakukan saat tanaman umur 5-6 bulan.Pengamatan tanaman di bagi menjadi 2 yaitupengamatan pertumbuhan tanaman danserapan unsur P oleh tanaman tebu.Pengamatan pertumbuhan meliputi tinggitanaman, panjang batang, jumlah batang,jumlah daun serta jumlah klorofil. Pengamatan

tersebut dilakukan pada bulan 1,2,3 dan 4setelah tanam (BST) dengan metode Non-destruktif.Pengamatan selanjutnya yaitu terkaitserapan unsur hara P oleh tanaman.Pengamatan tersebut dilakukan pada bulan ke-4 setelah tanam (BST) dengan metodedestruktif.

Tabel 2. Parameter, Metode dan Waktu Pengamatan

Bahan Parameter MetodeAnalisis WaktuPengamatanTanah KTK (cmol kg-1) NH4OAc 1 N pH 7 Bulan ke- 0

C-organik (%) Walkley dan BlackN-total (%) KjeldahlC/N PerhitunganP (mg kg-1) Pengabuan basahK (cmol kg-1) Asam asetatpH Glass ElektrodeKadar air bahan Gravimetri

Tanah P (mg kg-1) Bray 1 dan 2 Bulan ke- 0 dan 4 (BST )C-organik (%) Walkley dan BlackpH Glass ElektrodeN-total (%) Kjeldahl Bulan ke-0KTK (cmol kg-1) NH4OAc 1 N pH 7K (cmol kg-1) Amonium AsetatTekstur Tanah PipetBerat isi (g cm -3) Silinder

Tanaman Tinggi tanaman (cm) Non-destruktif Bulan Ke- 1,2,3,4 (BST)Jumlah batang Non-destruktifJumlah daun Non-destruktifJumlah Clorofil Non-destruktifPanjang batang (cm) Non-destruktif Bulan ke- 4 (BST)Bobot kering tanaman Metode ovenP-total Pengabuan basah

Contoh tanaman dianalisis bobot keringdengan metode oven dan dilanjutkan pengujianpada laboratorium kimia untuk mengetahuikandungan P pada tanaman. Pengambilansampel tanah memiliki titik pengamatan yangsama dengan penentuan titik pengamatansampel tanaman. Pengambilan sampel tanahdilakukan pada kedalaman 0-30 cm dankemudian dikompositkan berdasarkanperlakuan dan ulangannya. Sampel tanahkomposit akan dilakukan analisis kimia untukmengetahui kandungan C-Organik, P-Tersediadan pH tanah.

Data yang diperoleh dari pengamatan lapang(C-organik, pH, P-tersedia, serapan P, bobotkering tanaman dan pertumbuhan tebu)selanjutnya dilakukan analisis ragam (one wayanalysis of varians) untuk mengetahui pengaruhdari setiap perlakuan.Apabila hasil dari analisisragam menunjukkan hasil yang berbeda nyata,maka dilanjutkan dengan uji Duncan (DMRT)pada taraf 5%.

Setiap parameter yang terkait(C-Organik,pH, P-Tersedia, serapan P, bobot keringtanaman dan pertumbuhan tebu) di ujimenggunakan uji korelasi dan regresi dandilanjutkan dengan analisis jalur (Path

Page 4: PENGARUH BLOTONG, ABU KETEL, KOMPOS TERHADAP …

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 1:

http://jtsl.ub.ac.id

Analysis)untuk mengetahui parameter yangpaling dominan sebagai variabel eksogen dalammempengaruhi variabel endogen, baikberpengaruh secara langsung maupun tidaklangsung. Uji analisis ragam, duncan, korelasidan regresi dilakukan menggunakan programkomputer SPSS 18.

Hasil dan Pembahasan

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Tanah di lahan tebu karangduren termasukdalam ordo Inceptisol dengan kelas teksturtanah lempung berdebu.Hasildiketahui bahwa pH tanah di lahanKarangduren adalah sebesar 4,9 dan termasukdalam katagori masam. Kandungan Cdan P-tersedia pada lahan tebu karangdurentermasuk dalam katagori sangat rendah, dengannilai C-Organik sebesar 0,84% serP-tersedia dalam tanah sebesar 3,01 mg(Tabel 3). Kandungan C-Organik yang rendahdapat diakibatkan oleh kurangnya masukanbahan organik selama proses budidaya tebu,sedangkan kandungan P-tersedia yang rendahdapat diakibatkan oleh rendahyang termasuk dalam katagori masam.

pH Tanah

Hasil analisis ragam pada parameter pH tanahtidak menunjukkan adanya pengaruh nyatadaripemberian abu ketel, blotong dan kompos.Hal tersebut dapat disebabkan oleh pH tanah

Gambar 1. Hasil pengamata

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 1: 431-443,

)untuk mengetahui parameter yangpaling dominan sebagai variabel eksogen dalammempengaruhi variabel endogen, baikberpengaruh secara langsung maupun tidak

lisis ragam, duncan, korelasidan regresi dilakukan menggunakan program

an Pembahasan

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Tanah di lahan tebu karangduren termasukdalam ordo Inceptisol dengan kelas teksturtanah lempung berdebu.Hasil analisis awaldiketahui bahwa pH tanah di lahanKarangduren adalah sebesar 4,9 dan termasukdalam katagori masam. Kandungan C-Organik

ersedia pada lahan tebu karangdurentermasuk dalam katagori sangat rendah, dengan

Organik sebesar 0,84% serta kandunganersedia dalam tanah sebesar 3,01 mg kg-1

Organik yang rendahdapat diakibatkan oleh kurangnya masukanbahan organik selama proses budidaya tebu,

ersedia yang rendahdapat diakibatkan oleh rendahnya pH tanahyang termasuk dalam katagori masam.

Hasil analisis ragam pada parameter pH tanahtidak menunjukkan adanya pengaruh nyatadaripemberian abu ketel, blotong dan kompos.Hal tersebut dapat disebabkan oleh pH tanah

yang masam sehingga mempengaruhi aktivitasmikroorganisme dalam proses dekomposisibahan organik. Salah satu faktor yangmempengaruhi aktivitas dekomposisi olehmikroorganisme adalah pH tanah. Kondisi pHtanah yang optimal untuk aktivitasmikroorganisme tanah yaitu berkisar 5(Hanafiah, 2010). Kondisi pH yang terlalurendah akan mengurangi kecepatandekomposisi oleh mikroorganisme pengurai(Krismawati dan Asnita, 2011).

Tabel 3. Hasil analisis tanah awal

Jenis AnalisispH1:1 H2OC Organik (%)N Total (%)C/NP Bray (mg kg-1)Bahan Organik (%)K NH4OAC 1 NpH 7KTK me 100 g-1

Pasir (%)Deb (%)Liat (%)Kelas Tekstur Lempung

Keterangan : M: masam SR:Rendah S:Sedang T:TinggiPenelitian Tanah ( 2005).

pengamatan pH tanah antara semua perlakuan dan keadaan awal sebelumperlakuan.

434

443, 2017

mempengaruhi aktivitasmikroorganisme dalam proses dekomposisibahan organik. Salah satu faktor yangmempengaruhi aktivitas dekomposisi olehmikroorganisme adalah pH tanah. Kondisi pHtanah yang optimal untuk aktivitasmikroorganisme tanah yaitu berkisar 5,9–8,4(Hanafiah, 2010). Kondisi pH yang terlalurendah akan mengurangi kecepatandekomposisi oleh mikroorganisme pengurai(Krismawati dan Asnita, 2011).

analisis tanah awal

Nilai Kriteria4,9 M

0,84 SR0,08 SR

10 R3,01 SR1,46 -0,50 S

32,38 T21.8750.78

27.344LempungBerdebu

Keterangan : M: masam SR: Sangat Rendah R:Rendah S:Sedang T:Tinggi. *) Sumber : Balai

tanah antara semua perlakuan dan keadaan awal sebelum

Page 5: PENGARUH BLOTONG, ABU KETEL, KOMPOS TERHADAP …

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 1:

http://jtsl.ub.ac.id

Hasil pengamatan pada 4 BST menunjukkanpeningkatan darajat pH tanah jikadibandingkan keadaan awal sebelum perlakuan.Perlakuan abu ketel 60 t haperlakuan yang dapat meningkatkan pH tanahtertinggi.Peningkatan pH pada perlakuantersebut dapat diakibatoleh pH awal abu ketelyang basa (pH >7) sehingga dapatmeningkatkan pH tanah yang awalnya 4,9menjadi 5,2. Abu ketel yang memiliki pH >7menggambarkan bahwa bahan perlakuantersebut memiliki konsentrasi ion OHlebih banyak dibandingkan dengan konion H+. Menurut Darman (2008), kationkation basa yang dihasilkan dari hasildekomposisi bahan organik dan dilepaskankedalam tanah, dapat menyebabkan tanahjenuh dengan kation basah sehinggamempengaruhi pH tanah.

Gambar 2. Hasil pengamatan C

Hasil pengukuran kandungan Cdiketahui bahwa terdapat peningkatandibandingkan dengan keadaan tanah awalsebelum diberi perlakuan. Peningkatan tertinggiterjadi pada perlakuan abu ketel 30 t hablotong 30 t ha-1 + Pupuk Hayati 80 L hayaitu sebesar 54,76% dibandingkan dengankeadaan awal tanah sebelum diberi pPeningkatan tersebut dapat diakibatkan olehpenambahan pupuk hayati yang dapatmeningkatkan jumlah mikroorganisme dalamtanah. Hanafiah (2010) menyatakan bahwadengan bertambahnya aktivitas mikroorganime

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 1: 431-443,

pengamatan pada 4 BST menunjukkanpeningkatan darajat pH tanah jikadibandingkan keadaan awal sebelum perlakuan.Perlakuan abu ketel 60 t ha-1 merupakanperlakuan yang dapat meningkatkan pH tanahtertinggi.Peningkatan pH pada perlakuan

batoleh pH awal abu ketelyang basa (pH >7) sehingga dapatmeningkatkan pH tanah yang awalnya 4,9menjadi 5,2. Abu ketel yang memiliki pH >7menggambarkan bahwa bahan perlakuantersebut memiliki konsentrasi ion OH- yanglebih banyak dibandingkan dengan konsentrasi

. Menurut Darman (2008), kation–kation basa yang dihasilkan dari hasildekomposisi bahan organik dan dilepaskankedalam tanah, dapat menyebabkan tanahjenuh dengan kation basah sehingga

pH, C-Organik, dan P-t

C-Organik

Hasil analisis ragam pada pengamatan COrganik tanah tidak menunjukkan adanyapengaruh nyata daripemberian abu ketel,blotong dan kompos. Hasil analisis ragam yangtidak berbeda nyata pada semua perlakuandapat diakibatkan oleh proses dekomyang berjalan lambat. Hal tersebut sesuaidengan hasil penelitian Utami (2014), bahwapengaruh pemberian bahan organik seperti abuketel, biochar dan pupuk kandang terhadapkarbon organik tanah baru memberikanperbedaan nyata setelah 18 minggu setelaplikasi.

amatan C-organik tanah antara semua perlakuan dan keadaan awal sebelumperlakuan.

Hasil pengukuran kandungan C-Organik tanahdiketahui bahwa terdapat peningkatan jikadibandingkan dengan keadaan tanah awalsebelum diberi perlakuan. Peningkatan tertinggiterjadi pada perlakuan abu ketel 30 t ha-1 +

+ Pupuk Hayati 80 L ha-1

yaitu sebesar 54,76% dibandingkan dengankeadaan awal tanah sebelum diberi perlakuan.Peningkatan tersebut dapat diakibatkan olehpenambahan pupuk hayati yang dapatmeningkatkan jumlah mikroorganisme dalamtanah. Hanafiah (2010) menyatakan bahwadengan bertambahnya aktivitas mikroorganime

pengurai, maka proses dekomposisi akanmeningkat.

P-tersedia

Hasil analisis ragam pada pengukuran Ptersedia tidak menunjukkan adanya pengaruhnyata daripemberian abu ketel, blotong dankompos. Tidak adanya pengaruhsecara nyatadari pemberian abu ketel, blotong dan komposterhadap P-Tersedia dapatdan kandungankarbonorganik dalam tanah.Hasil analisis akhir pH tanah yangmenunjukkan bahwa pH tanah berkisar 4,95,2 merupakan salah satu penyebab tidak

435

443, 2017

tersedia Tanah

Hasil analisis ragam pada pengamatan C-Organik tanah tidak menunjukkan adanyapengaruh nyata daripemberian abu ketel,blotong dan kompos. Hasil analisis ragam yangtidak berbeda nyata pada semua perlakuandapat diakibatkan oleh proses dekomposisiyang berjalan lambat. Hal tersebut sesuaidengan hasil penelitian Utami (2014), bahwapengaruh pemberian bahan organik seperti abuketel, biochar dan pupuk kandang terhadapkarbon organik tanah baru memberikanperbedaan nyata setelah 18 minggu setelah

tanah antara semua perlakuan dan keadaan awal sebelum

pengurai, maka proses dekomposisi akan

Hasil analisis ragam pada pengukuran P-tersedia tidak menunjukkan adanya pengaruhnyata daripemberian abu ketel, blotong dankompos. Tidak adanya pengaruhsecara nyatadari pemberian abu ketel, blotong dan kompos

Tersedia dapat dipengaruhi oleh pHdan kandungankarbonorganik dalam tanah.Hasil analisis akhir pH tanah yangmenunjukkan bahwa pH tanah berkisar 4,9 –5,2 merupakan salah satu penyebab tidak

Page 6: PENGARUH BLOTONG, ABU KETEL, KOMPOS TERHADAP …

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 1:

http://jtsl.ub.ac.id

adanya pengaruh nyata perlakuan terhadapkandungan P–Tersedia dalam tanah. Mun(2011) menyatakan bahwa pH merupakan salahsatu faktor penting dalam mempengaruhiketersediaan P. Unsur P tersedia secara optimalpada pH 6,0 – 6,5. pH tanah yang masam akanmenyebabkan unsur P terfiksasi oleh Al danFe. Faktor lain yang menyebabkan Ptidak menunjukkan perbedaan yang nyata padasemua perlakuan adalah kandungan karbon

Gambar 3. Hasil pengamatan

Hasil pemberian abu ketel, blotong dankompos mampu meningkatkan kandungan Ptersedia jika dibandingkan dengan keadaantanah awal sebelum diberi perlakuan.Peningkatan tertingi P-tersedia terjadi padaperlakuan abu ketel 60 t haketel 60 t ha-1 dapat meningkatkan kandunganP–Tersedia dalam tanah sebesar 328,39 %dibandingkan dengan keadaan tanahawal.Haltersebut dapat diakibatkan olehperubahan pH tanah pada perlakuan tersebut.pH tanah pada perlakuan tersebut mengalamipeningkatan tertinggi jika dibandingkan denganperlakuan lain, sehingga dapat mempengaruhiP-Tersedia dalam tanah.Hal ini sesuai denganpernyataan Darman (2008) bahwa peningkatanpH tanah akan meningkatkan Ptanah. Selain pengaruh dari pH tanah,peningkatan kandungan P-Tersedia pada semuaperlakuan juga dapat diakibatkan oleh prosespemupukan yang dilakukan di lahan.

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 1: 431-443,

adanya pengaruh nyata perlakuan terhadapTersedia dalam tanah. Munawar

(2011) menyatakan bahwa pH merupakan salahsatu faktor penting dalam mempengaruhiketersediaan P. Unsur P tersedia secara optimal

6,5. pH tanah yang masam akanmenyebabkan unsur P terfiksasi oleh Al dan

Faktor lain yang menyebabkan P-Tersediatidak menunjukkan perbedaan yang nyata padasemua perlakuan adalah kandungan karbon

organik pada setiap perlakuan juga tidakberbeda nyata. Sutanto (2002), menyatakanbahwa proses dekomposisi dari penambahanbahan organik akan berpengaruh terhadkimia tanah, salah satunya yaitu menyebabkanketersediaan P meningkat. Menurut Utami danHandayani (2003), asam humat dan fulfat yangdihasilkan dari pelapukan bahan organikakanmelepaskan P dari kompleks jerapan, sehinggaP-tersedia dalam tanah meningkat.

pengamatan P-tersedia antara semua perlakuan dan keadaan awal sebelumperlakuan

Hasil pemberian abu ketel, blotong danmeningkatkan kandungan P-

tersedia jika dibandingkan dengan keadaantanah awal sebelum diberi perlakuan.

tersedia terjadi padaperlakuan abu ketel 60 t ha-1. Pemberian abu

dapat meningkatkan kandungantanah sebesar 328,39 %

dibandingkan dengan keadaan tanahawal.Haltersebut dapat diakibatkan olehperubahan pH tanah pada perlakuan tersebut.pH tanah pada perlakuan tersebut mengalamipeningkatan tertinggi jika dibandingkan dengan

dapat mempengaruhiTersedia dalam tanah.Hal ini sesuai dengan

pernyataan Darman (2008) bahwa peningkatanpH tanah akan meningkatkan P-tersedia dalamtanah. Selain pengaruh dari pH tanah,

Tersedia pada semuaiakibatkan oleh proses

pemupukan yang dilakukan di lahan.

Pertumbuhan Tebu

Tinggi Tanaman

Hasil analisis ragam pada pengamatanpertumbuhan tinggi tanaman tebumenunjukkan adanya pengaruh nyatadaripemberian abu ketel, blotong dan kompos(Tabel 4). Berdasarkan perhitungan reratatinggi tebu pada pengamatan 1,2,3 dan 4 BSTdiketahui bahwa tinggi tanaman pada perlakuankombinasi abu ketel 30 t haha-1 menunjukkan hasil terbaik dibandingkandengan perlakuan lain. Suryanameyatakan bahwa pemberian abu ketel disertaipengolahan lahan dapat meningkatkanpertumbuhan tinggi tebu. Hal tersebut jugasesuai dengan hasil penelitian Parinduri (2005),bahwa penambahan blotong dalam berbagaikomposisi dapat berpengaruh meningkatkantinggi tanaman.

436

443, 2017

organik pada setiap perlakuan juga tidakberbeda nyata. Sutanto (2002), menyatakanbahwa proses dekomposisi dari penambahanbahan organik akan berpengaruh terhadap sifatkimia tanah, salah satunya yaitu menyebabkanketersediaan P meningkat. Menurut Utami danHandayani (2003), asam humat dan fulfat yangdihasilkan dari pelapukan bahan organikakanmelepaskan P dari kompleks jerapan, sehingga

eningkat.

tersedia antara semua perlakuan dan keadaan awal sebelum

Hasil analisis ragam pada pengamatanpertumbuhan tinggi tanaman tebumenunjukkan adanya pengaruh nyatadaripemberian abu ketel, blotong dan kompos

rkan perhitungan reratatinggi tebu pada pengamatan 1,2,3 dan 4 BSTdiketahui bahwa tinggi tanaman pada perlakuankombinasi abu ketel 30 t ha-1 dan blotong 30 t

menunjukkan hasil terbaik dibandingkandengan perlakuan lain. Suryana et al., (2014)meyatakan bahwa pemberian abu ketel disertaipengolahan lahan dapat meningkatkanpertumbuhan tinggi tebu. Hal tersebut jugasesuai dengan hasil penelitian Parinduri (2005),bahwa penambahan blotong dalam berbagaikomposisi dapat berpengaruh meningkatkan

Page 7: PENGARUH BLOTONG, ABU KETEL, KOMPOS TERHADAP …

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 1:

http://jtsl.ub.ac.id

Tabel 4. Pengaruh abu ketel, blotong dan kompos terhadap tinggi tebu

Perlakuan1 BST

P0 30,07P1 42,34P2 33,98P3 44,82P4 46,24P5 45,39P6 49,68

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada ujiDMRT 5 %.

Panjang Batang

Hasil analisis ragam pada pengamatanpertumbuhan panjang batang menunjukkanadanya pengaruh nyata daripemberian abuketel, blotong dan kompos. Berdasarkanperhitungan rerata panjang batang tebu padapengamatan 4 BST diperoleh hasil pengukuranpanjang tebu tertinggi yaitu pada perlakuan abuketel 30 t ha-1 dan blotong 30 t hapupuk hayati 80 L ha-1 (P6) yang menghasilkanpanjang batang 150,33 cm. Namun, dari hasiluji lanjut diketahui bahwa perlakuan tersebuttidak memberikan perbedaan yang nyataterhadap berlakuan kombinasi abu ketel 30 t

Gambar 4. Pengaruh abu ketel, blotong dan kompos terhadap panjang batangtebuKeterangan: Huruf yang sama pada bagian tengah diagram menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji

Jumlah Batang

Hasil analisis ragam pada pengamatanpertumbuhan jumlah batang tebumenunjukkan adanya pengaruh nyata

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 1: 431-443,

abu ketel, blotong dan kompos terhadap tinggi tebu

Tinggi Tanaman (cm)2 BST 3 BST

a 78,68 a 152,31 aab 100,14 b 175,33 ba 94,66 b 156,11 abc 93,34 b 171,64 bbc 102,27 b 175,84 bbc 105,01 b 177,73 bc 102,16 b 174,22 b

angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji

Hasil analisis ragam pada pengamatanpertumbuhan panjang batang menunjukkan

nyata daripemberian abuketel, blotong dan kompos. Berdasarkanperhitungan rerata panjang batang tebu padapengamatan 4 BST diperoleh hasil pengukuranpanjang tebu tertinggi yaitu pada perlakuan abu

dan blotong 30 t ha-1 ditambah(P6) yang menghasilkan

panjang batang 150,33 cm. Namun, dari hasiluji lanjut diketahui bahwa perlakuan tersebuttidak memberikan perbedaan yang nyataterhadap berlakuan kombinasi abu ketel 30 t

ha-1 dan blotong 30 t ha-

abu ketel 60 t ha-1(P1).pada perlakuan kombinasi abu ketel 30 t hadan blotong 30 t ha-1

terbaik dalam meningkatkan panjang batangtebu dibandingkan dengan perlakuan lain(Gambar 4). Hal ini sesuai dengan penelitiMulyadi (2000) bahwa pemberian blotongdapat berpengaruh nyata terhadap peningkatanfase vegetatif tebu seperti peningkatan panjangbatang tebu.Topani (2015), menyebutkanbahwa pemberian bahan organik seperti abuketel dan kompos dapat meningkatkanpertumbuhan tebu seperti tinggi tebu.

Gambar 4. Pengaruh abu ketel, blotong dan kompos terhadap panjang batangtebuKeterangan: Huruf yang sama pada bagian tengah diagram menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji

DMRT 5 %.

Hasil analisis ragam pada pengamatanpertumbuhan jumlah batang tebumenunjukkan adanya pengaruh nyata

daripemberian abu ketel, blotong dan kompospada 2,3 dan 4 BST (Tabel 5).Jumlah batangpada perlakuan abu ketelmenunjukkan hasil paling tinggi dibandingkan

437

443, 2017

4 BST186,27 a217,86 bc213,71 bc202,69 ab227,66 c215,78 bc221,56 c

angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji

-1 (P4) serta perlakuanPanjang batang tebu

pada perlakuan kombinasi abu ketel 30 t ha-1

1 menunjukkan hasilterbaik dalam meningkatkan panjang batangtebu dibandingkan dengan perlakuan lain(Gambar 4). Hal ini sesuai dengan penelitianMulyadi (2000) bahwa pemberian blotongdapat berpengaruh nyata terhadap peningkatanfase vegetatif tebu seperti peningkatan panjangbatang tebu.Topani (2015), menyebutkanbahwa pemberian bahan organik seperti abuketel dan kompos dapat meningkatkan

umbuhan tebu seperti tinggi tebu.

Gambar 4. Pengaruh abu ketel, blotong dan kompos terhadap panjang batangtebuKeterangan: Huruf yang sama pada bagian tengah diagram menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji

daripemberian abu ketel, blotong dan kompospada 2,3 dan 4 BST (Tabel 5).Jumlah batangpada perlakuan abu ketel 60 t ha-1

menunjukkan hasil paling tinggi dibandingkan

Page 8: PENGARUH BLOTONG, ABU KETEL, KOMPOS TERHADAP …

438

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 1: 431-443, 2017

http://jtsl.ub.ac.id

dengan perlakuan lain. Hal ini sesuai denganpenelitian Topani (2015) yang menyatakanbahwa pemberian bahan organik seperti abu

ketel dan kompos dapat meningkatkanpertumbuhan tebu termasuk jumlah batang.

Tabel 5. Pengaruh abu ketel, blotong dan kompos terhadap jumlah batang tebu

Perlakuan Rerata Jumlah batang setiap rumpun1 BST 2 BST 3 BST 4 BST

P0 1,14 3,08 a 2,46 a 2,07 aP1 1,32 4,26 b 3,93 d 2,98 dP2 1,04 2,81 a 2,80 a 2,61 bcdP3 1,14 3,22 a 3,39 b 2,23 abP4 1,52 4,27 b 3,86 cd 2,52 bcP5 1,39 3,84 b 3,47 bc 2,84 cdP6 1,19 3,88 b 3,64 bcd 2,66 cd

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada ujiDMRT 5 %.

Hasil jumlah batang yang terbaik padaperlakuan abu ketel 60 t ha-1 dapat disebabkanoleh serapan P yang optimal. Hasil analisisserapan P menunjukkan bahwa pada perlakuanabu ketel 60 t ha-1 merupakan perlakuanterbaik. Serapan P yang optimal pada perlakuanabu ketel 60 t ha-1 dapat mengoptimalkanpembentukan batang (anakan) tebu. Mulyono(2009), menyatakan bahwa salah satu fungsi

unsur hara P bagi tebu yaitu berperan dalampembentukan anakan.

Jumlah Daun

Hasil analisis ragam pada pengamatanpertumbuhan jumlah daun tebu menunjukkanadanya pengaruh nyata dari aplikasi abu ketel,blotong dan kompos pada 2,3 dan 4 BST(Tabel 6).

Tabel 6. Pengaruh abu ketel, blotong dan kompos terhadap jumlah daun tebu

Perlakuan Rerata jumlah daun setiap rumpun1 BST 2 BST 3 BST 4 BST

P0 4,27 14,67 a 15,71 a 14,19 aP1 5,15 21,23 c 22,79 c 21,20 cP2 4,74 14,14 a 17,07 ab 19,81 bcP3 5,08 16,61 ab 22,09 c 15,11 abP4 4,78 21,99 c 22,33 c 19,55 bcP5 5,20 20,09 c 19,73 bc 22,81 cP6 5,22 19,19 bc 22,21 c 18,84 bc

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada ujiDMRT 5 %.

Perlakuan kombinasi abu ketel 30 t ha-1 danblotong 30 t ha-1 (P4) menunjukkan perlakuanterbaik dalam pertumbuhan jumlah daun tebudibandingkan dengan perlakuan lain.Pemberian bahan organik dapat meningkatkanketersediaan unsur hara bagi tanaman.Hanafiah (2010) menyatakan bahwa bahanorganik berperan penting dalam ketersediaan

unsur hara bagi tanaman. Ketersediaan unsurhara seperti P, penting bagi tanaman terutamafungsinya yang dalam sistem metabolismetanaman (Stevenson dan Cole, 1999).

Jumlah Klorofil

Hasil analisis ragam pada pengamatan jumlahklorofil tebu tidak menunjukkan adanya

Page 9: PENGARUH BLOTONG, ABU KETEL, KOMPOS TERHADAP …

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 1:

http://jtsl.ub.ac.id

pengaruh nyata dari aplikasi abu ketel, blotongdan kompos pada semua waktu pengamatan.

Tidak adanya pengaruh secara nyatadari pemberian abu ketel, blotong dan komposterhadap jumlah klorofil tebu didugaberhubungan dengan kandungan N pada abuketel, blotong dan kompos yang masihtergolong rendah, sehingga pengaruhnya belumterlihat nyata. Unsur hara N merupakan salahsatu faktor yang berperan penting dalampenyusunan klorofil (Moore dan Botha,2013).Hal ini sesuai dengan penelitian Parinduri(2005) bahwa penambahan blotong pada

Gambar 5. Pengaruh abu ketel, blotong dan kompos terhadap bobot kKeterangan: Huruf yang sama pada bagian tengah diagram menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji

Pengaruh yang nyata dari pemberian abu ketel,blotong dan kompos terhadap bobot keringtanaman diduga saling berhubungandengankandungan unsur hara di dalam tanah.Mulyadi (2000), menyatakan bahwa bobotkering tanaman bagian atas dipengaruhi olehstatus hara yang terkandung di dalam tanah.Penambahan bahan organik dapatmeningkatkan ketersediaan unsur hartanah (Sutanto, 2002). Bobot kering tanamanpada perlakuan abu ketel 60 t hamenunjukkan hasil paling tinggi dibandingkandengan perlakuan lain. Peningkatan tertinggibobot kering tebu pada perlakuan abu ketel 60t ha-1dapat diakibatkan olehP yang optimal oleh tanaman, sehinggapertumbuhannya optimal dan menghasilkan

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 1: 431-443,

pengaruh nyata dari aplikasi abu ketel, blotongdan kompos pada semua waktu pengamatan.

Tidak adanya pengaruh secara nyatadari pemberian abu ketel, blotong dan komposterhadap jumlah klorofil tebu diduga

ubungan dengan kandungan N pada abuketel, blotong dan kompos yang masihtergolong rendah, sehingga pengaruhnya belumterlihat nyata. Unsur hara N merupakan salahsatu faktor yang berperan penting dalampenyusunan klorofil (Moore dan Botha,

esuai dengan penelitian Parinduri(2005) bahwa penambahan blotong pada

berbagai komposisi masih belum mampumemberikan pengaruh yang nyata terhadapkandungan klorofil tebu.

Bobot Kering Tanaman

Pengamatan bobot kering tanaman dilakukanpada saat tebu berumur 4 BST. Hasil analisisragam pada pengamatan bobot kering tanamanmenunjukkan adanya pengaruh nyatadaripemberian abu ketel, blotong dan kompos(Gambar 5).

Gambar 5. Pengaruh abu ketel, blotong dan kompos terhadap bobot kKeterangan: Huruf yang sama pada bagian tengah diagram menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji

DMRT 5 %.

yang nyata dari pemberian abu ketel,blotong dan kompos terhadap bobot kering

saling berhubungandengankandungan unsur hara di dalam tanah.Mulyadi (2000), menyatakan bahwa bobotkering tanaman bagian atas dipengaruhi olehstatus hara yang terkandung di dalam tanah.Penambahan bahan organik dapatmeningkatkan ketersediaan unsur hara P dalam

Bobot kering tanamanpada perlakuan abu ketel 60 t ha-1

menunjukkan hasil paling tinggi dibandingkandengan perlakuan lain. Peningkatan tertinggibobot kering tebu pada perlakuan abu ketel 60

dapat diakibatkan oleh penyerapan unsurP yang optimal oleh tanaman, sehinggapertumbuhannya optimal dan menghasilkan

bobot kering yang tinggi. Wijaya (2008)menyatakan bahwa penyerapan unsur hara yangbaik dapat mengakibatkan pertumbuhantanaman menjadi optimal. Hal tersebutmengakibatkan pertumbuhan danperkembangan tanaman serta bagianmenjadi lebih baik dan menghasilkan beratsegar dan bobot kering lebih tinggi.

Serapan P

Hasil analisis ragam pada pengamatan serapanPtanaman menunjukkan adanya pengaruh nyatadari aplikasi abu ketel, blotong dan kompos.Adanya pengaruhsecara nyata dari aplikasi abuketel, blotong dan kompos terhadap serapanPtanaman diduga saling berhubungan denganpeningkatankandungan bahan organik dan P

439

443, 2017

berbagai komposisi masih belum mampumemberikan pengaruh yang nyata terhadap

Pengamatan bobot kering tanaman dilakukanur 4 BST. Hasil analisis

ragam pada pengamatan bobot kering tanamanmenunjukkan adanya pengaruh nyatadaripemberian abu ketel, blotong dan kompos

Gambar 5. Pengaruh abu ketel, blotong dan kompos terhadap bobot kering tanaman.Keterangan: Huruf yang sama pada bagian tengah diagram menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji

bobot kering yang tinggi. Wijaya (2008)menyatakan bahwa penyerapan unsur hara yangbaik dapat mengakibatkan pertumbuhantanaman menjadi optimal. Hal tersebut

ngakibatkan pertumbuhan danperkembangan tanaman serta bagian-bagiannyamenjadi lebih baik dan menghasilkan beratsegar dan bobot kering lebih tinggi.

Hasil analisis ragam pada pengamatan serapanPtanaman menunjukkan adanya pengaruh nyata

likasi abu ketel, blotong dan kompos.Adanya pengaruhsecara nyata dari aplikasi abuketel, blotong dan kompos terhadap serapanPtanaman diduga saling berhubungan denganpeningkatankandungan bahan organik dan P-

Page 10: PENGARUH BLOTONG, ABU KETEL, KOMPOS TERHADAP …

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 1:

http://jtsl.ub.ac.id

Tersedia pada penelitian ini.Pemberian bahanorganik dapat memperbaiki pH tanah sehinggaP-Tersedia dalam tanah meningkat. Guntoroal., (2003) menyatakan bahwa penambahanbahan organik pada budidaya tebudapatmemperbaiki penyerapan unsur hara bagi tebu.Ali et al., (2014) menyatakan bahwapupuk organik dapat meningkatkanketersediaan dan serapan unsur hara P bagitanaman. Perlakuan abu ketel 60 t hamerupakan perlakuan terbaik karena dapatmeningkatkan serapan P sebesar 166%dibandingkan dengan perlakuan control(Gambar 6). Hal ini sesuai dengan penelitian

Gambar 6.Pengaruh abu ketel, blotong dan kompos terhadap serapan P tebu.Keterangan: Huruf yang sama pada bagian tengah diagram menunjukk

Hubungan antara C-organik, pH, PTersedia, Pertumbuhan Tanaman, SerapanP dan Bobot Kering

Kesuburan tanah merupakan salah satu faktorpenting dalam mendukung pertumbuhan tebu.Pemberian bahan organik ke dalam tanah dapatmenambah ketersediaan unsur hara bagitanaman. Ketersediaanan unsur hara yangmeningkat akan mengoptimalkan pertumbuhantanaman tebu. Analisis jalur (digunakan untuk mengetahui parameter yangpaling berpengaruh terhadap hasil produksiberat kering tebu, baik berpengaruh secaralangsung maupun tidak langsung. Variabel yangdigunakan pada analisis jalur meliputi variabel

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 1: 431-443,

Tersedia pada penelitian ini.Pemberian bahanrganik dapat memperbaiki pH tanah sehinggaTersedia dalam tanah meningkat. Guntoro et

(2003) menyatakan bahwa penambahanbahan organik pada budidaya tebudapatmemperbaiki penyerapan unsur hara bagi tebu.

(2014) menyatakan bahwa pemberianpupuk organik dapat meningkatkanketersediaan dan serapan unsur hara P bagi

Perlakuan abu ketel 60 t ha-1

merupakan perlakuan terbaik karena dapatmeningkatkan serapan P sebesar 166%dibandingkan dengan perlakuan control

ini sesuai dengan penelitian

Thind et al., (2012) bahwa penambahanbeberapa macam abu seperti abu ketel dan abujerami dapat meningkatkan penyerapan P olehtanaman. Peningkatan serapan P padaperlakuan abu ketel 60 t haoleh peningkatan pH dan Pperlakuan tersebut. Wijaya (2008) menyatakanbahwa serapan P oleh tanaman tergantungpada faktor ketersediaan senyawa P dalamlarutan tanah dan faktor kondisi biologistanaman khusnya perakaran tanaman. Semakintinggi konsentrasi P tersedia pada zonaperkaran menyebabkan semakin tinggiterserapnya P oleh tanaman.

Gambar 6.Pengaruh abu ketel, blotong dan kompos terhadap serapan P tebu.Keterangan: Huruf yang sama pada bagian tengah diagram menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji

DMRT 5 %.

organik, pH, P-Tersedia, Pertumbuhan Tanaman, Serapan

Kesuburan tanah merupakan salah satu faktormendukung pertumbuhan tebu.

Pemberian bahan organik ke dalam tanah dapatmenambah ketersediaan unsur hara bagitanaman. Ketersediaanan unsur hara yangmeningkat akan mengoptimalkan pertumbuhantanaman tebu. Analisis jalur (Path Analysis)

ngetahui parameter yangpaling berpengaruh terhadap hasil produksiberat kering tebu, baik berpengaruh secaralangsung maupun tidak langsung. Variabel yangdigunakan pada analisis jalur meliputi variabel

eksogen dan endogen. Variabel eksogen padapenelitian ini adalah CTersedia, Serapan P, tinggi tanaman, panjangbatang, jumlah klorofil, jumlah batang sertajumlah daun tebu.Sedangkan bobot kering tebumerupakan variabel endogen, hal inidikarenakanproduksi bobot kering tebumerupakan salah satu indikator untukmenentukan hasil dari produksi tebu. Wijaya(2008) menyatakan bahwa produksi biomasadan kandungan rendemen merupakan faktoryang dapat mempengaruhi hasil tebu.analisis jalur antara variabel eksogen terhadapvariabel endogen memideterminasi total (R2) sebesar 0,998 (Gambar7).

440

443, 2017

(2012) bahwa penambahanbeberapa macam abu seperti abu ketel dan abujerami dapat meningkatkan penyerapan P olehtanaman. Peningkatan serapan P padaperlakuan abu ketel 60 t ha-1dapat diakibatkan

n pH dan P-tersedia padaperlakuan tersebut. Wijaya (2008) menyatakanbahwa serapan P oleh tanaman tergantungpada faktor ketersediaan senyawa P dalamlarutan tanah dan faktor kondisi biologistanaman khusnya perakaran tanaman. Semakin

P tersedia pada zonaperkaran menyebabkan semakin tinggiterserapnya P oleh tanaman.

Gambar 6.Pengaruh abu ketel, blotong dan kompos terhadap serapan P tebu.an tidak berbeda nyata pada uji

eksogen dan endogen. Variabel eksogen padan ini adalah C-Organik, pH, P-

Tersedia, Serapan P, tinggi tanaman, panjangbatang, jumlah klorofil, jumlah batang sertajumlah daun tebu.Sedangkan bobot kering tebumerupakan variabel endogen, hal inidikarenakanproduksi bobot kering tebu

atu indikator untukmenentukan hasil dari produksi tebu. Wijaya(2008) menyatakan bahwa produksi biomasadan kandungan rendemen merupakan faktoryang dapat mempengaruhi hasil tebu.Hasilanalisis jalur antara variabel eksogen terhadapvariabel endogen memiliki koefisien

) sebesar 0,998 (Gambar

Page 11: PENGARUH BLOTONG, ABU KETEL, KOMPOS TERHADAP …

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 1:

http://jtsl.ub.ac.id

Gambar 7. Analisis jalur

Keterangan: Koefisien determinasi total (R

Nilai koefisien determinasi menggambarkanbahwa pada model analisis jalur tersebutvariabel eksogen secara bersamamempengaruhi variabel endogen sebesar99,8%. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapatpengaruh faktor lain sebesar 0,2% yangmempengaruhi variabel endogen.

Wijaya (2008), menyatakan bahwapenyerapan unsur hara yang baik dapatmengakibatkan pertumbuhan tebu menjadioptimal. Hal tersebut mengakibatkan

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 1: 431-443,

antara C-organik, pH, P-tersedia, pertumbuhantanaman, serapanbobot kering.

Keterangan: Koefisien determinasi total (R2)= 0,99

Nilai koefisien determinasi menggambarkanbahwa pada model analisis jalur tersebutvariabel eksogen secara bersama-samamempengaruhi variabel endogen sebesar

Hal ini mengindikasikan bahwa terdapatpengaruh faktor lain sebesar 0,2% yang

variabel endogen.Wijaya (2008), menyatakan bahwa

penyerapan unsur hara yang baik dapatmengakibatkan pertumbuhan tebu menjadioptimal. Hal tersebut mengakibatkan

pertumbuhan dan perkembangan tebu sertabagian-bagiannya menjadi lebih baik danmenghasilkan bobot kering tanaman lebihtinggi. Setelah mengetahui koefisien jalur sertanilai signifikansi dari setiap veriabel eksogen,maka dilanjutkan dengan memilih jalur utama.Jalur utama dipilih berdasarkan jalur yangsignifikan serta memiliki koefisien jalurtertinggi dibandingkan jalur yang lain (Gambar8).

Gambar 8. Model analisis jalur utamaKeterangan: Koefisien jalur utama= 0,272

441

443, 2017

tersedia, pertumbuhantanaman, serapan P dan

pertumbuhan dan perkembangan tebu sertabagiannya menjadi lebih baik dan

bobot kering tanaman lebihSetelah mengetahui koefisien jalur serta

nilai signifikansi dari setiap veriabel eksogen,maka dilanjutkan dengan memilih jalur utama.Jalur utama dipilih berdasarkan jalur yangsignifikan serta memiliki koefisien jalurtertinggi dibandingkan jalur yang lain (Gambar

Page 12: PENGARUH BLOTONG, ABU KETEL, KOMPOS TERHADAP …

442

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 1: 431-443, 2017

http://jtsl.ub.ac.id

Model jalur utama memiliki koefisien jalursebesar 0,272. Model jalur utama tersebutmenggambarkan bahwa terdapat pengaruhsecara tidak langsung antara kandungan C-Organik dalam tanah terhadap bobot keringtebu. Kandungan C-Organik dalam tanahmempengaruhi bobot kering tebu melaluipengaruhnya terhadap pH, P-Tersedia sertaSerapan P oleh tebu.Model analisis jalur utamamenunjukkan bahwa penambahan bahanorganik seperti blotong, abu ketel dan komposdapat berpengaruh terhadap kandungan C-Organik dan pH tanah. Menurut Darman(2008), kation–kation basa yang dihasilkan darihasil dekomposisi bahan organik dandilepaskan kedalam tanah, dapat menyebabkantanah jenuh dengan kation basah sehinggamempengaruhi pH tanah.

Perubahan yang terjadi pada pH tanahakan mempengaruhi ketersediaan dan serapanP oleh tebu. Menurut Moore dan Botha (2013),ketersediaan P sangat bergantung pada kondisipH tanah. Perbaikan pH menajadi 5,5 - 6,5sangat penting untuk meningkatkanketersediaan P bagi tebu.Wijaya (2008),menyatakan bahwa Semakin tinggi konsentrasiP-Tersedia pada zona perkaran menyebabkansemakin tinggi terserapnya P oleh tanaman.Serapan P oleh tebu akan berhubunganterhadap hasil bobot keringnya. Wijaya (2008)menyatakan bahwa aktifitas penyerapan unsurhara yang optimal oleh tanaman dapatmenyebabkan pertumbuhan danperkembangannya optimal sehinggamenghasilkan berat kering yang lebih tinggi.

Kesimpulan

Pemberian Abu ketel, blotong dan komposbelum memberikan pengaruh secara nyata padasemua parameter kimia tanah, pertumbuhandan hasil tanaman. Pemberian abu ketel 60 t ha-

1 merupakan perlakuan terbaik..

Daftar Pustaka

Ali,A., Sharif, M., Fazli, W., Zhang, Z., Noor,M.S.S., Rafiullah, Zaheer, S., Khan, F. andRehman, F. 2014. Effect of composted rockphosphate with organic materials on yield andphosphorus uptake of berseem and maize.American Jurnal of Plant Sciences 5: 975-984.

Balai Penelitian Tanah. 2005. Petunjuk teknisanalisis kimia tanah, tanaman, air danpupuk.Edisi pertama. Bogor.

Darman, S. 2008. Ketersediaan dan serapan hara Ptanaman jagung manis pada oxic distrudeptspalolo akibat pemberian ekstrak kompos limbahbuah kakao.Jurnal Agroland. 15(4):323-329.

Guntoro, Purwono, D. dan Sarwono. 2003.Pengaruh pemberian kompos bagasse terhadapserapan hara dan pertumbuhan tanaman tebu(Saccharum officinarum L.).Buletin Agronomi31(3), 112-119.

Hanafiah, K.A. 2010. Dasar-dasar ilmu tanah.PTRaja Grafindo persada.jakarta.

Krismawati, A. dan Asnita, R. 2011. Ragam inovasipendukung pertanian daerah. Balai PengkajianTeknologi Pertanian. Malang.

Moore, P.H. and Botha, F.D. 2013. Sugarcane-physiology,Biochemistry & Functional Biology.John Wiley & Sons.United Kingdom.

Mulyadi, M. 2000. Kajian pemberian blotong danterak baja pada tanah kandiudoxs pelaiharidalam upaya memperbaiki sifat kimia tanah,serapa N,Si, P dan S serta pertumbuhan tebu.Tesis Institut Pertanian Bogor.

Mulyono, D. 2009. Evaluasi kesesuaian lahan danarahan pemupukan N,P dan K dalam budidayatebu untuk pengembangan daerah KabupatenTulungagung. Jurnal Sains dan TeknologiIndonesia.11(1): 47-53.

Munawar, A. 2011. Kesuburan tanah dan nutrisitanaman.IPB press.Bogor.

Parinduri, S. 2005. Respon tanaman tebu (saccharumofficinarum L.) terhadap pemberian blotong yangdiperkaya dengan bakteri pelarut fosfat danAzospirillium. Tesis Institut Pertanian Bogor.

Stevenson, F.J. and Cole, M.A. 1999. Cycles of soil:carbon, nitrogen, phosphorus, sulfur,micronutrients. Second edition. John Wiley &Sons,Inc. Canada. pp.46-325

Suryana, Utomo, W.H. dan Siswanto, B. 2014.Pengaruh Pengolahan Tanah dan PenambahanAbu Ketel terhadap Sifat Fisik Tanah,Pertumbuhan, dan Produksi Tanaman Tebu(Saccharum officinarum) Pada Ultisol. Jurnal Tanah,Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya.Malang.

Sutanto, R. 2002. Partanian organik. Kanisius.Yogyakarta, 180 halaman.

Sutedjo, M.M. 2008. Pupuk dan CaraPemupukan.Rineka Cipta.Jakarta. 134 halaman

Thind, H.S., Singh, Y., Singh, V., Sandeep, S.,Vashistha, M. and Singh, G. 2012. Landapplication of rice hush ash, bagasse ash andcoal fly ash : effects on crop productivity andnutrient uptake in rice-wheat system on an

Page 13: PENGARUH BLOTONG, ABU KETEL, KOMPOS TERHADAP …

443

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 1: 431-443, 2017

http://jtsl.ub.ac.id

alkaline loamy sand. Field CropsResearch135,137-144.

Topani,K., Sisawanto, B. dan Suntari, R. 2015.Pengaruh aplikasi bahan organik pembenahtanah terhadap sifat kimia tanah, pertumbuhandan produksi tanaman tebu di kebun percobaanPabrik Gula Bone, Kabupaten Bone. JurnalTanah dan Sumberdaya Lahan 2 (1), 155-162.

Utami, K.H. 2014. Pengaruh biochar seresah tebu,abu ketel dan pupuk kandang sapi terhadap sifatfisikokimia tanah berpasir serta pertumbuhantebu (Saccharum officinarum L.) di Asembagus,Situbondo. Skripsi Universitas Brawijaya.

Utami, S.N.H dan Handayani, S. 2003. Sifat Kimiaentisol pada sistem pertanian organik. IlmuPertanian 10(2), 63-69.

Wijaya, K.A. 2008. Serapan N dan P tanaman tebuvarietas R 579 dan PS 864 sebagai landasanuntuk menentukan saat tepat pemupukan N danP. Jurnal Pertanian Mapeta 11(1), 26-32.

Page 14: PENGARUH BLOTONG, ABU KETEL, KOMPOS TERHADAP …

444

http://jtsl.ub.ac.id

halaman ini sengaja dikosongkan