efektivitas pemberian blotong kering terhadap

68
EFEKTIVITAS PEMBERIAN BLOTONG KERING TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH ( Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA SERBUK KAYU SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi Diajukan oleh : Disusun Oleh : IKA KUSUMA DEWI A 420 050 071 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

Upload: vocong

Post on 31-Dec-2016

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

EFEKTIVITAS PEMBERIAN BLOTONG KERING TERHADAP

PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA

MEDIA SERBUK KAYU

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Program Studi Pendidikan Biologi

Diajukan oleh :

Disusun Oleh :

IKA KUSUMA DEWI A 420 050 071

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2009

ii

PERSETUJUAN

EFEKTIVITAS PEMBERIAN BLOTONG KERING TERHADAP

PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA

MEDIA SERBUK KAYU

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

IKA KUSUMA DEWI A 420 050 071

Disetujui untuk dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi S.1

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Hj. Suparti, M.Si Triastuti Rahayu, S.Si, M.Si

iii

PENGESAHAN

EFEKTIVITAS PEMBERIAN BLOTONG KERING TERHADAP

PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA

MEDIA SERBUK KAYU

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

IKA KUSUMA DEWI A 420 050 071

Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji

pada tanggal : Mei 2009

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat.

Susunan Dewan Penguji

1. Dra. Hj. Suparti, M.Si ( )

2. Triastuti Rahayu, S.Si, M.Si ( )

3. Dra. Hj. Aminah Asngad, M.Si ( )

Surakarta, Mei 2009

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Dekan

Drs. Sofyan Anif, M.Si NIK. 547

iv

PERNYATAAN

Dengan ini, saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan

Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata kelak dikemudian hari terbukti ada ketidakbenaran saya

diatas, maka saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.

Surakarta, April 2009

IKA KUSUMA DEWI A. 420 050 071

v

MOTTO

Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah

Tuhan Semesta Alam (QS. Al-An’am : 162)

Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram

(QS. Ar-Rod 13 : 28)

Kebahagiaan dan kesedihan adalah warna dalam kehidupan yang akan

membuat kita semakin dewasa, apabila kita mampu menerima dan menjalaninya

dengan penuh keikhlasan dan kesabaran

(Penulis)

vi

PERSEMBAHAN

Pada Mu ya Allah sujud syukurku atas segala limpahan rahmat dan hidayahMu lah skripsi ini dapat terselesaikan. Teriring do’a dan dzikir disetiap langkahku, kupersembahkan karya sederhana ini untuk: ? Bapak dan Mamah tercinta yang tiada

pernah henti memberikan kasih sayang, nasehat, perhatian, dorongan, serta do’a yang tiada pernah putus mengiringi langkahku.

? Keluarga besarku (terutama kakek dan

nenek ) yang tak pernah lelah mendo’akan dan memberiku dukungan.

? Kakakku Maryawantika dan Adik-

adikku tercinta Rico, Dika dan Diki engkau bagian dari hidupku, kebersamaan dan kasih sayang kita akan selalu ada sampai ajal memisahkan kita

? Sahabat-sahabatku (m’apri, tiwi, lia,

pipit, heru ) dan teman-temanku angkatan 05 yang selalu memberiku semangat.

? Almamaterku Tercinta

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur hanya untuk-Mu ya Raab

penguasa raga dan jiwa ini dan yang telah memberikan keteguhan hati serta

semangat sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“EFEKTIVITAS PEMBERIAN BLOTONG KERING TERHADAP

PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA

MEDIA SERBUK KAYU”. Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi

syarat guna mencapai gelar sarjana S-I Jurusan Biologi Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan meskipun dengan kekurangan dan keterbatasan pengalaman.

Dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan perhatian,

bantuan, bimbingan, motivasi dan arahan serta nasehat kepada penulis. Oleh

karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Hj. Suparti, M.Si. selaku Pembimbing I yang telah berkenan

memberikan petunjuk, bimbingan, dorongan dan nasehat dengan penuh

keikhlasan dan kesabaran dalam penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Triastuti Rahayu, S.Si, M.Si. selaku Pembimbing II yang dengan sabar

dan keikhlasannya memberi motivasi, bimbingan dan pengarahan serta

meluangkan waktunya sejak awal sampai terselesaikan skripsi ini.

3. Drs. Djumadi, M Kes, selaku Pembimbing Akademik yang telah berkenan

memberikan bimbingan dan pengarahan selama kuliah.

viii

4. Dra. Hj. Aminah Asngad., M.Si, selaku dosen penguji III yang telah

meluangkan waktunya untuk menguji skripsi.

5. Bapak dan ibu dosen Jurusan Pendidikan Biologi yang telah memberikan ilmu

dan pengalaman selama dibangku perkuliahan sebagai bekal di masa sekarang

dan yang akan datang.

6. Bapak dan Mamah tercinta yang dengan sangat ikhlas memberikan perhatian,

kasih sayang, dukungan, dan untaian do’a yang tidak pernah terputus hingga

skripsi ini bisa terselesaikan.

7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tak

mungkin disebutkan satu persatu.

Semoga amal baik yang telah mereka berikan senantiasa mendapat ridho dari

Allah SWT. Amin.

Sebesar apapun kemampuan yang penulis curahkan tidak akan bisa

menutupi kekurangan dan keterbatasan dari skripsi ini. Oleh karena itu segala

kritik yang membangun dan saran yang bermanfaat selalu penulis harapkan

dengan senang hati agar skripsi ini lebih bermanfaat bagi pembaca umumnya dan

bagi penulis khususnya. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, April 2009

Penulis

IKA KUSUMA DEWI

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN......................................................................... iv

HALAMAN MOTTO...................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

DAFTAR ISI.................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL............................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR....................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiv

ABSTRAKSI................................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Pembatasan Masalah............................................................................ 4

C. Perumusan Masalah ............................................................................. 4

D. Tujuan Penelitaan................................................................................. 4

E. Manfaat Penelitian............................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 6

A. Tinjauan Umum Jamur ......................................................................... 6

B. Tinjauan Khusus Jamur Tiram Putih ................................................... 7

x

1. Morfologi Jamur Tiram Putih .................................................. 7

2. Klasifikasi Jamur Tiram Putih ................................................. 8

3. Siklus Hidup Jamur Tiram Putih.............................................. 8

4. Nilai Gizi Jamur Tiram Putih................................................... 9

5. Manfaat Jamur Tiram Putih ..................................................... 9

6. Media Tanam Jamur Tiram Putih ........................................... 10

7. Pemeliharaan Jamur Tiram Putih ............................................. 12

8. Penyiraman............................................................................... 14

9. Penanggulangan Hama dan Penyakit....................................... 14

C. Blotong................................................................................................. 15

D. Kerangka Pemikiran............................................................................. 16

E. Hipotesis............................................................................................... 16

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 17

A. Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................. 17

B. Alat dan Bahan Penelitian.................................................................... 17

C. Pelaksanaan Penelitian......................................................................... 17

1. Tahap Persiapan ............................................................................. 17

2. Tahap Pelaksanaan......................................................................... 18

D. Rancangan Penelitian........................................................................... 21

E. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 22

F. Analisis Data ....................................................................................... 22

xi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................. 25

A. Penyajian Data Hasil Penelitian........................................................... 25

B. Uji Hipotesis ........................................................................................ 27

C. Pembahasan.......................................................................................... 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 34

A. Kesimpulan.......................................................................................... 34

B. Saran..................................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Komposisi Gizi Pada Jamur Tiram Putih Segar dalam 100 gram ............. 9

1.2 Komposisi Gizi Pada Jamur Tiram Putih Kering dalam 100 gram ........... 9

3.1 Rancangan Penelitian................................................................................. 21

4.1 Jumlah Badan Buah Jamur Tiram Putih Setelah Panen Pertama............... 25

4.2 Berat Basah (gram) Jamur Tiram Putih Setelah Panen Pertama ................ 26

4.3 Hasil uji Anava Satu Jalur Terhadap Jumlah Badan Buah Jamur Tiram

Putih Setelah Panen Pertama...................................................................... 27

4.4 Hasil Uji Beda Nyata Terkecil Terhadap Jumlah Badan Buah Jamur

Tiram Putih Setelah Panen Pertama........................................................... 27

4.5 Hasil Uji Anava Satu Jalur Terhadap Berat Basah Jamur Tiram Putih

Setelah Panen Pertama ............................................................................... 28

4.6 Hasil Uji Beda Nyata Terkecil Terhadap Berat Basah Jamur Tiram Putih

Setelah Panen Pertama ............................................................................. 28

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Grafik Jumlah Badan Buah Jamur Tiram Putih Setelah Panen Pertama….25

2. Grafik Berat Basah Jamur Tiram Putih Setelah Panen Pertama…………..26

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Anava Satu Jalur Terhadap Jumlah Badan Buah Jamur Tiram

Putih Setelah Panen Pertama.

2. Perhitungan Anava Satu Jalur Terhadap Berat Basah Jamur Tiram Putih

Setelah Panen Pertama.

3. Tabel Nilai Untuk Distribusi F

4. Tabel Nilai Untuk Distribusi T

5. Foto Penelitian

xv

EFEKTIVITAS PEMBERIAN BLOTONG KERING TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA

MEDIA SERBUK KAYU

Oleh : IKA KUSUMA DEWI. A. 420 050 071. Program Studi Pendidikan Biologi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2009.

ABSTRAKSI Jamur adalah organisme yang tidak berklorofil, sehingga tidak dapat

menyediakan makanan sendiri. Oleh karena itu perlu penyediaan sumber makanan dari luar, misalnya blotong kering. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pemberian blotong kering dapat meningkatkan produktivitas pertumbuhan jamur tiram putih dan mengetahui berapa pemberian blotong kering yang paling efektif untuk meningkatkan produktivitas pertumbuhan jamur tiram putih. Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari satu faktor yaitu pemberian blotong kering dengan 5 taraf perlakuan dan 3 ulangan yaitu pemberian blotong kering 0,01 kg (B1), 0,02 kg (B2), 0,03 kg (B3), 0,04 kg (B4) pada media tanam 1 kg, dan B0 yaitu media tanam tanpa blotong kering. Analisis data yang digunakan adalah Anava Satu Jalur dan dilanjutkan dengan uji BNT. Hasil penelitian menunjukkan rata -rata jumlah badan buah jamur tiram putih pada perlakuan B0 5,667 buah, B1 6,667 buah, B2 8,333 buah, B3 9,667 buah, dan B4 10,333 buah. Rata-rata jumlah badan buah tertinggi yaitu 10,333 buah (perlakuan B4), sedangkan rata-rata berat basah jamur tiram putih pada perlakuan B0 68,333 gram, B1 73,333 gram, B2 76,667 gram, B3 81,667 gram, dan B4 91,667 gram. Rata-rata berat basah tertinggi yaitu 91,667 gram (perlakuan B4). Dapat disimpulkan bahwa pemberian blotong kering pada media serbuk kayu dapat meningkatkan produktivitas pertumbuhan jamur tiram putih. Pemberian blotong kering yang paling efektif untuk meningkatkan produktivitas pertumbuhan jamur tiram putih adalah 0,04 kg pada media tanam 1 kg (perlakuan B 4).

Kata kunci : Jamur Tiram Putih, Blotong Kering, Serbuk Kayu.

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan manusia akan kayu sebagai bahan bangunan baik untuk

keperluan konstruksi, dekorasi, maupun furniture terus meningkat seiring

dengan meningkatnya jumlah penduduk. Kebutuhan kayu untuk industri

perkayuan di Indonesia diperkirakan sebesar 70 juta m3 per tahun dengan

kenaikan rata-rata sebesar 14,2% per tahun, sedangkan produksi kayu bulat

diperkirakan hanya sebesar 25 juta m3 per tahun (Priyono, 2001).

Kegiatan pemanenan dan pengolahan kayu sampai saat ini masih

menghasilkan limbah dalam jumlah besar. Data Departemen Kehutanan dan

Perkebunan tahun 1999/2000 menunjukkan bahwa produksi kayu lapis di

Indonesia mencapai 4,61 juta m3, sedangkan kayu gergajian mencapai 2,06

juta m3. Dengan asumsi limbah yang dihasilkan mencapai 61%, maka

diperkirakan limbah kayu yang dihasilkan mencapai lebih dari 5 juta m3.

Limbah kayu berupa potongan log maupun sebetan telah dimanfaatkan

sebagai inti papan blok dan bahan baku papan partikel. Sedangkan limbah

kayu berupa serbuk kayu pemanfaatannya belum optimal. Pada industri

pengolahan kayu sebagian limbah serbuk kayu biasanya digunakan sebagai

bahan bakar tungku, dibakar begitu saja tanpa penggunaan yang berarti atau

dibiarkan menumpuk sehingga dapat menyebabkan pencemaran lingkungan

(Febrianto, 1999).

2

Untuk mengurangi tingkat pencemaran yang tinggi, serbuk kayu dapat

dimanfaatkan agar mempunyai nilai ekonomis, yakni menjadikannya sebagai

media tanam bagi pertumbuhan jamur. Serbuk kayu yang digunakan sebagai

tempat tumbuh jamur mengandung serat organik (selulosa, serat dan lignin).

Kandungan tersebut dapat mempercepat pertumbuhan jamur.

Jamur merupakan tanaman yang tidak memiliki klorofil sehingga tidak

dapat melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri.

Jamur hidup dengan cara mengambil zat-zat makanan seperti selulosa,

glukosa, lignin, protein dan senyawa pati dari organisme lain. Jamur ada yang

merugikan dan ada juga yang menguntungkan. Yang merugikan adalah

berbagai jenis jamur penyebab penyakit pada manusia dan tanaman, misalnya

jamur yang menyebabkan keracunan saat dikonsumsi dan jamur yang

menyebabkan kayu cepat lapuk. Yang menguntungkan adalah berbagai jenis

jamur yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, misalnya jamur yang

berperan dalam pembuatan tempe, tape dan kecap. Jamur lain yang termasuk

jenis jamur yang menguntungkan adalah jamur konsumsi seperti jamur

kuping, jamur merang, dan jamur tiram. Dari ketiga jenis jamur tersebut

jamur tiram yang mempunyai kandungan protein tertinggi (Parjimo, 2007).

Jamur tiram putih merupakan jenis jamur kayu yang memiliki

kandungan nutrisi lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur kayu lainnya.

Jamur tiram putih mengandung protein, lemak, fosfor, besi, thiamin dan

riboflavin lebih tinggi dibandingkan jenis jamur lain (Nunung, 2001).

Untuk perkembangan jamur memerlukan sumber nutrien atau makanan

3

dalam bentuk unsur-unsur kimia, misalnya nitrogen, fosfor, belerang, kalsium

dan karbon. Oleh karena itu, diperlukan penambahan pupuk untuk bahan

campuran pembuatan substrat tanaman. Pada umumnya, untuk mempercepat

dan meningkatkan produktivitas pertumbuhan jamur digunakan pupuk NPK

dan TSP. Tetapi karena harga pupuk mahal, maka dicari alternatif lain

pengganti pupuk yaitu menggunakan blotong kering.

Blotong merupakan limbah pabrik gula yang paling tinggi tingkat

pencemarannya. Penggunaan blotong dari sisa pengolahan limbah gula dapat

dimanfaatkan sebagai media pertumbuhan jamur. Blotong juga dapat dipakai

atau dapat digunakan sebagai pupuk tanaman karena banyak mengandung

bahan organik, mineral, serat kasar, protein kasar, dan gula yang masih

terserap di dalam kotoran itu. Penggunaan blotong lebih dapat meningkatkan

produktivitas dibandingkan menggunakan pupuk NPK dan TSP, sehingga

blotong digunakan sebagai pengganti pupuk NPK dan TSP (Martina, 2004).

Berdasarkan hasil penelitian Ismailiyati (2006), blotong dapat

dimanfaatkan sebagai media pertumbuhan jamur. Pemberian blotong

berpengaruh positif terhadap jumlah badan buah dan berat basah jamur

merang dengan pemberian blotong sebanyak 400 gram pada media tanam

sebanyak 2 kg.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mencoba mengadakan

penelitian seperti yang dilakukan oleh Ismailiyati tetapi dengan media tanam

dan jamur yang berbeda yaitu EFEKTIVITAS PEMBERIAN BLOTONG

KERING TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH

(Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA SERBUK KAYU.

4

B. Pembatasan Masalah

1. Subyek penelitian : Blotong kering

2. Objek penelitian : Produktivitas pertumbuhan jamur tiram putih

3. Parameter penelitian : Jumlah badan buah dan berat basah jamur tiram

putih pada panen ke 1

C. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

permasalahan yang terkait pada penelitian ini adalah:

1. Apakah pemberian blotong kering dapat meningkatkan produktivitas

pertumbuhan jamur tiram putih?

2. Berapakah pemberian blotong kering yang paling efektif untuk

meningkatkan produktivitas pertumbuhan jamur tiram putih?

D. Tujuan

1. Mengetahui apakah pemberian blotong kering dapat meningkatkan

pertumbuhan jamur tiram putih.

2. Mengetahui berapa pemberian blotong kering yang paling efektif untuk

meningkatkan produktivitas pertumbuhan jamur tiram putih.

5

E. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah khasanah keilmuan bagi peneliti.

b. Mena mbah pengetahuan tentang budidaya jamur tiram putih.

2. Manfaat Praktis

a. Memberi informasi kepada masyarakat bahwa serbuk kayu dapat

dimanfaatkan sebagai media tanam untuk pertumbuhan jamur.

b. Memberi informasi kepada masyarakat bahwa blotong kering dapat

dimanfaatkan menjadi pupuk tanaman.

c. Memberi informasi kepada petani jamur untuk meningkatkan

produksi jamur.

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Jamur

Jamur merupakan tanaman yang tidak memiliki klorofil sehingga tidak

bisa melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri.

Jamur hidup dengan cara mengambil zat-zat makanan seperti selulosa,

glukosa, lignin, protein dan senyawa pati dari organisme lain. Di alam, zat-zat

nutrisi tersebut biasanya telah tersedia dari proses pelapukan oleh aktivitas

mikroorganisme (Parjimo, 2007; Nunung, 2001).

Jamur yang dalam bahasa daerah (Sunda) dikenal dengan sebutan supa

atau dalam bahasa Inggris disebut mushroom termasuk golongan fungi atau

cendawan (Sinaga, 2005). Jamur hidup diantara jasad biotik atau mati

(abiotik), dengan sifat hidup heterotrop (organisme yang hidupnya tergantung

dari organisme lain) dan saprofit (organisme yang hidup pada zat organik yang

tidak diperlukan lagi atau sampah) (Pasaribu, 2002).

Baik jamur tingkat rendah maupun jamur tingkat tinggi tubuhnya

mempunyai ciri khas yaitu berupa benang tunggal bercabang-cabang yang

disebut miselium atau berupa kumpulan benang yang padat menjadi satu,

hidupnya heterotrop (Dwidjoseputro, 1987; Tarigan, 1998).

Tubuh jamur dapat berupa sel-sel yang lepas satu sama lain atau

berupa beberapa sel yang bergandengan dan dapat berupa benang. Sehelai

benang itu disebut ”hifa”. Hifa jamur ada yang bersekat-sekat. Pada umumnya

hifa ini menghasilkan alat-alat perkembangbiakan yang disebut spora (Heddy,

1987).

7

B. Tinjauan Khusus Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)

1. Morfologi Jamur Tiram Putih

Jamur tiram putih memiliki tubuh buah yang tumbuh mekar

membentuk corong dangkal seperti kulit kerang (tiram). Tubuh buah jamur

ini memiliki tudung (pileus) dan tangkai (stipe atau stalk). Pileus

berbentuk mirip cangkang tiram berukuran 5 cm-15 cm dan permukaan

bagian bawah berlapis-lapis seperti insang berwarna putih dan lunak.

Tangkainya dapat pendek atau panjang (2cm-6cm) tergantung pada

kondisi lingkungan dan iklim yang mempengaruhi pertumbuhannya

(Nunung, 2001).

Jamur tiram putih mempunyai tudung berdiameter 4-15 cm atau

lebih, berbentuk agak membulat, lonjong dan melengkung seperti

cangkang tiram. Warna bervariasi dari putih sampai abu-abu. Daging

tebal, berwarna putih kokoh, bau dan rasa tidak merangsang. Tangkai tidak

ada atau jika ada biasanya pendek, kokoh dan tidak di pusat, panjang 0,5 –

4,0 cm. Spora putih sampai ungu muda atau abu-abu keunguan, licin,

bentuk lonjong (Gunawan, 2005).

Jamur tiram putih memiliki tudung yang membulat, lonjong dan

melengkung menyerupai cangkang tiram. Permukaan tudung jamur licin,

agak berminyak jika lembab dan tepinya bergelombang. Diameter

tudungnya mencapai 3-15 cm. Batang atau tangkai jamur tiram tidak tepat

berada ditengah tudung, tetapi agak ke pinggir. Tubuh buahnya

membentuk rumpun yang memiliki banyak percabangan dan menyatu

dalam satu media (Parjimo, 2007; Anonim, 2000).

8

2. Klasifikasi Jamur Tiram Putih

Klasifikai jamur tiram putih menurut Becker (1968) adalah sebagai

berikut:

Kingdom : Mycota

Divisio : Amastigomycota

Sub divisio : Basidiomycotae

Classis : Basidiomycetes

Sub classis : Holobasidiomycetideae

Ordo : Agaricales

Familia : Trycholomataceae

Genus : Pleurotus

Spesies : Pleurotus ostreatus

3. Siklus Hidup Jamur Tiram Putih

Siklus hidup jamur tiram putih hampir sama dengan siklus hidup

jenis jamur dari kelas Basidiomycetes. Tahap-tahap pertumbuhan jamur

tiram putih adalah sebagai berikut:

a Spora (basidiospora) yang sudah masak atau dewasa jika berada di

tempat lembab akan tumbuh dan membentuk serat-serat halus

menyerupai serat kasar disebut miselium.

b Jika keadaan lingkungan tempat miselium baik, dalam arti temperatur,

kelembaban, substrat tempat tumbuh memungkinkan, maka kumpulan

miselium akan membentuk bakal tubuh buah jamur.

9

c Bakal tubuh buah jamur kemudian membesar dan pada akhirnya

membentuk tubuh buah jamur yang kemudian dipanen.

d Tubuh buah jamur dewasa akan membentuk spora, jika spora sudah

matang atau dewasa akan jatuh dari tubuh buah jamur (Suriawiria,

2006).

4. Nilai Gizi Jamur Tiram Putih

Menurut Nyoman (2005), kandungan nilai gizi pada jamur tiram

putih sebagai berikut:

Tabel 1.1 Komposisi gizi pada jamur tiram putih segar dalam 100 g Kandungan Komposisi

Kalori Protein Lemak Karbohidrat Kalsium Zat besi Vitamin B Vitamin C

15 kalori 3,8 gram 0,6 gram 0,9 gram 3,0 mg 1,7 mg 0,1 mg

5,0 mg Tabel 1.2 Komposisi gizi pada jamur tiram putih kering dalam 100 g

Kandungan Komposisi Kalori Protein Lemak Karbohidrat Kalsium Zat besi Vitamin B

128 kalori 16 gram 0,9 gram 64,6 mg 51 mg 6,7 mg 0,1 mg

Sumber: Chang & Miles, 1989

5. Manfaat Jamur Tiram Putih

Jamur tiram putih mempunyai manfaat bagi kesehatan manusia,

protein nabati yang tidak mengandung kolesterol sehingga dapat

mencegah timbulnya penyakit darah tinggi dan jantung serta untuk

10

mengurangi berat badan dan diabetes. Kandungan asam folat (vitamin B

komplek) yang tinggi dapat menyembuhkan anemia dan obat antitumor.

Jamur tiram putih dapat digunakan untuk mencegah dan menanggulangi

kekurangan gizi dan pengobatan kekurangan zat besi (Pasaribu, 2002).

Jamur tiram putih mempunyai manfaat sangat besar bagi kesehatan

karena didalamnya banyak mengandung zat gizi yang seimbang dan sangat

dibutuhkan oleh tubuh. Jamur tiram dapat mecegah penyakit jantung

karena tidak mengandung kolesterol, mencegah penyakit tumor

(Suriawiria, 2001; Anonim, 2005).

Jamur tiram putih mengandung protein tinggi, kaya vitamin dan

mineral, rendah karbohidrat, lemak dan kalori. Jamur tiram putih

mempunyai khasiat obat untuk berbagai penyakit seperti diabetes, liver,

anemia, antiviral, antikanker, serta menurunkan kolesterol. Selain itu juga

dapat membantu menurunkan berat badan dan membantu pencernaan (Sri,

2007).

Jamur tiram putih mengandung 9 asam amino esensial yang tidak

bisa disintesis oleh tubuh seperti lisin, metionin, triptophan, threonin,

valin, leusin, isoleusin, histidin, dan fenilalanin. Baik untuk mencegah

penyakit jantung, stroke, tekanan darah tinggi, diabetes melitus (Anonim,

2007).

6. Media Tanam Jamur Tiram Putih

Media tanam yang digunakan dalam penanaman jamur tiram putih

adalah serbuk kayu, bekatul, kapur dan air.

11

a. Serbuk kayu

Serbuk kayu merupakan tempat tumbuh jamur kayu yang

mengandung serat organik (selulosa, hemi selulosa, dan lignin) sebagai

sumber makanan jamur (Suriawiria, 2006).

b. Bekatul

Bekatul merupakan hasil sisa penggilingan padi yang kaya

vitamin, terutama vitamin B komplek, merupakan bagian yang

berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan miselium jamur serta

berfungsi sebagai pemicu untuk pertumbuhan tubuh buah jamur

(Suriawiria, 2006).

c. Kapur

Kapur berfungsi mengontrol pH media tanam agar sesuai dengan

syarat tumbuh jamur. Selain itu, kapur juga merupakan sumber

kalsium. Kapur yang digunakan sebagai bahan campuran media adalah

kapur pertanian yaitu kalsium karbonat (CaCO3) (Parjimo, 2007).

Kapur digunakan sebagai pengatur pH (keasaman) media tanam dan

sebagai sumber kalsium (Ca) yang dibutuhkan oleh jamur dalam

pertumbuhannya. Jenis kapur yang digunakan dapat berupa kapur

CaCO3 atau kapur bangunan yang biasa disebut dengan mill (Muchroji

dan Cahyana, 2008).

d. Air

Air merupakan salah satu faktor untuk kelancaran dan

pertumbuhan miselium, agar dapat membentuk spora. Bila kelebihan

12

air maka akan mati karena jamur membutuhkan air dalam jumlah

sedikit (Suriawiria, 2006).

7. Pemeliharaan Jamur Tiram Putih

Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan jamur

antara lain:

a. Air

Kandungan air dalam substrat sangat berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan perkembangan miselium jamur. Kandungan air yang

terlalu rendah menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan

miselium jamur terganggu, sebaliknya bila kandungan air terlalu tinggi

menyebabkan miselium jamur akan membusuk dan mati.

b. Sumber Nutrien

Untuk kehidupan dan perkembangan jamur memerlukan

makanan dalam bentuk unsur-unsur kimia misal nitrogen, fosfor,

belerang, kalium, karbon yang telah tersedia dalam jaringan kayu,

walaupun dalam jumlah sedikit. Oleh karena itu, diperlukan

penambahan dari luar misal dalam bentuk pupuk yang digunakan

sebagai bahan campuran pembuatan substrat tanaman atau media

tumbuh jamur (Suriawiria, 2006).

c. Temperatur

Pada umumnya jamur akan tumbuh dengan baik pada kisaran

temperatur antara 22oC – 28oC. Pada siang hari, temperatur di atas

28oC jamur masih dapat tumbuh dengan pertumbuhan agak terhambat

13

dan hasil yang terhambat (Suriawiria, 2006). Temperatur untuk

pembentukan tubuh buah jamur adalah 13-15oC. Sedangkan

temperatur untuk pembentukan miselium adalah 23-28oC (Anonim,

2005).

d. Kelembaban

Secara umum jamur memerlukan kelembaban yang cukup

tinggi, kelembaban antara 95-100% menunjang pertumbuhan yang

maksimum pada kebanyakan jamur (Gunawan, 2005). Kelembaban

minimal 85% dengan cara penyiraman pada lantai, dinding dan atap

minimal 2 kali sehari disesuaikan dengan cuaca dan iklim.

Kelembaban udara berkisar antara 90-96% (Anonim, 2005).

e. Cahaya

Jamur sangat peka terhadap cahaya matahari secara langsung.

Tempat-tempat yang teduh sebagai pelindung seperti di dalam ruangan

merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan

jamur (Suriawiria, 2006). Perkembangan miselium dan tubuh buah

akan terhambat dengan adanya cahaya langsung. Tempat penyimpanan

harus tetap teduh dan sinar matahari tidak masuk secara langsung ke

dalam ruangan (Anonim, 2005).

f. Nilai Kontaminasi

Kontaminasi adalah masuknya atau hadirnya jamur asing yang

merugikan. Selama pemeliharaan pertumbuhan miselium jamur di

dalam log harus diteliti terutama jika ada pertumbuhan serat-serat

14

berwarna gelap yang menandakan kehadiran jamur asing yang tidak

diharapkan. Jamur asing tersebut antara lain Mucor, Rhizopus,

Penicillium dan Aspergillus. Kontaminasi terjadi karena sterilisasi

yang tidak sempurna, bibit yang tidak murni, alat yang kurang bersih

dan kandungan air media terlalu tinggi (Anonim, 2005).

8. Penyiraman

Penyiraman diusahakan teratur disesuaikan dengan kondisi yang

diperlukan untuk pertumbuhan, tidak terlalu basah dan juga tidak

kekurangan. Diusahakan jatuhnya air dengan partikel lembut dan tidak

masuk lubang media, jadi yang disiram hanya rumah jamurnya (Anonim,

2005).

9. Penanggulangan Hama dan Penyakit

Untuk menghindari atau menekan penyebab hama dan penyakit

selama budidaya jamur, usaha pengontrolan harus dilakukan sedini

mungkin secara menyeluruh dan terpadu.

a. Bahan baku untuk substrat, khususnya serbuk gergaji kayu harus

dipilih yang benar -benar baik, tidak terlalu lama dalam penyimpanan

dan tidak mengandung bibit hama atau penyakit.

b. Penyiapan substrat untuk penanaman harus dilakukan sesuai ketentuan

dalam susunan, waktu proses dan waktu sterilisasi. Kadar air yang

dibutuhkan oleh substrat harus benar-benar sesuai dengan ketentuan,

tidak terlalu kering atau terlalu basah.

c. Kebersihan harus diutamakan, mulai dari peralatan yang digunakan,

ruangan tempat pemeliharaan, hingga para pengelolanya.

15

d. Selama pemeliharaan, log tanam yang telah ditanami bibit harus

dikontrol sedini munkin. Kontrol ini dilakukan mulai dari miselia,

awal pertumbuhan, hingga pembentukan tubuh buah. Dengan

demikian, jika ada pertumbuhan jamur asing, sedini mungkin sudah

dapat dikenali kemudian dibuang (Suriawiria, 2001).

C. Blotong

Blotong merupakan salah satu limbah produksi gula yang didapat dari

proses pemurnian nira tebu, dimana tingkat pencemarannya paling tinggi yaitu

35% (Setiyono, 1992; Asep, 2008). Penggunaan blotong dari sisa pengolahan

limbah gula dapat dimanfaatkan sebagai bahan media pertumbuhan jamur.

Selain itu juga dapat dipakai atau digunakan sebagai pupuk tanaman karena

banyak mengandung bahan organik, mineral, serat kasar, protein kasar, gula

yang masih terserap di dalam kotoran itu (Martina, 2004; Rudiono, 2003).

Pemanfaatan blotong sebagai bahan campuran pembuatan pupuk

dikarenakan blotong mudah didapat, mengurangi pencemaran lingkungan dan

dapat meningkatkan hasil panen karena mengandung unsur hara esensial dan

merupakan pupuk yang baik sehingga dapat meningkatkan produktivitas

pertumbuhan jamur (Sugiyarto, 1992).

16

D. Kerangka Pemikiran

Serbuk kayu yang mempunyai kandungan selulosa, hemiselulosa,

serat, karbohidrat, lignin digunakan sebagai media tanam. Untuk mempercepat

pertumbuhan jamur diperlukan penambahan pupuk. Blotong dapat digunakan

sebagai pupuk karena mengandung protein, gula, selulosa, bahan organik,

fosfat, khlor dan serat. Setelah jamur tumbuh, jamur siap diproduksi dan

produksi jamur akan meningkat.

Gambar 1. Kerangka pemikiran

E. Hipotesis

Pemberian blotong kering pada media serbuk kayu dapat

meningkatkan produktivitas pertumbuhan jamur tiram putih

(Pleurotus ostreatus).

Blotong kering mengandung protein kasar, gula, selulosa, bahan organik, khlor, fosfat dan serat.

Serbuk kayu mengandung hemiselulosa, selulosa, karbohidrat, serat dan lignin

Media pertumbuhan jamur tiram putih

Produksi jamur meningkat

Pupuk

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember-Februari 2009.

2. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi FKIP Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan antara lain: ayakan, sekop, timbangan,

termometer, plastik polipropilen, potongan pralon, karet, baskom, ember,

drum (steam), kumbung jamur.

2. Bahan

Bahan yang digunakan antara lain: blotong kering, bibit jamur

tiram putih, serbuk kayu, bekatul, kapur dan air.

C. Pelaksanaan Penelitian

1. Tahap Persiapan

Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan. Media tanam yang

digunakan pada masing-masing plastik polipropilen adalah serbuk kayu

0,56 kg, bekatul 0,056 kg, kapur 0,022 kg dan air 0,3 L. Jumlah

keseluruhan dalam satu plastik polipropilen adalah 1 kg.

2. Tahap Pelaksanaan

a Pembuatan Media Tanam

1) Serbuk kayu kering diayak agar terpisah dari potongan-potongan

kayu dan ditimbang sebanyak 0,56 kg.

2) Mencampur serbuk kayu 0,56 kg dengan bekatul 0,056 kg, kapur

CaCO2 0,022 kg dan air 0,3 L sampai campuran merata.

3) Membagi media tanam menjadi 5 bak.

4) Memberi perlakuan pada bak B1, B2, B3 dan B4 yaitu dengan

menambahkan blotong kering

5) Menambahkan blotong kering sesuai dengan perlakuan yaitu:

B0 : Media tanam 1 kg tanpa blotong kering (kontrol)

B1 : Media tanam 1 kg dengan pemberian blotong kering

0,01 kg

B2 : Media tanam 1 kg dengan pemberian blotong kering 0,02

kg

B3 : Media tanam 1 kg dengan pemberian blotong kering 0,03

kg

B4 : Media tanam 1 kg dengan pemberian blotong ke ring 0,04

kg

6) Media tanam yang telah tercampur dikomposkan dengan cara

menimbun dan menutup campuran media tanam dengan plastik

selama 2-3 hari.

7) Setelah dikomposkan, media tanam dimasukkan ke dalam kantong

plastik polipropilen. Selanjutnya ujung plastik dipasang cincin

pralon dan menutup lubang cincin dengan menggunakan kapas.

b Sterilisasi

Media tanam disterilkan dengan uap air panas pada suhu 80-

90oC selama 6-8 jam dengan tujuan menginaktifkan mikroorganisme

yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur yang ditanam. Sterilisasi

dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang sangat sederhana,

yaitu drum minyak yang pada bagian bawahnya dipasang saringan

untuk memisahkan antara bagian air dan media tanam.

c Pendinginan

Sebelum diinokulasikan dengan bibit jamur, bag log

didinginkan terlebih dahulu selama 12 jam sampai suhunya mencapai

35-40°C.

d Teknik Penanaman Bibit atau Inokulasi

Teknik penanaman bibit atau inokulasi merupakan suatu

kegiatan penanaman bibt jamur ke dalam media tanam yang sudah

disiapkan. Inokulasi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:

1) Taburan yaitu dengan menaburkan bibit jamur ke dalam media

tanam secara langsung.

2) Tusukan yaitu dilakukan dengan menusukkan batang penusuk

dengan diameter 2-3 cm ke dalam media sampai kira-kira ¾ tinggi

media tanam.

Media yang telah berisi bibit jamur selanjutnya ditutup

menggunakan kapas atau koran. Penutupan media bertujuan untuk

menciptakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan miselium jamur,

karena miselium jamur tumbuh dengan baik pada kondisi tidak terlalu

banyak oksigen.

e Inkubasi

Inkubasi atau proses menumbuhkan miselum jamur dilakukan

dengan cara menyimpan bag log di ruang inkubasi bersuhu 22oC–

28oC. Suhu ini harus terus dikontrol karena pertumbuhkan miselum

akan terhambat jika berada di bawah atau diatas kisaran angka

tersebut.

f Seleksi

Sebelum bag log dimasukkan ke dalam kumbung, dilakukan

seleksi agar tingkat pertumbuhan jamur di dalam kumbung optimal.

g Memasukkan Bag Log ke Dalam Kumbung

Bag log yang sudah diseleksi dimasukkan ke dalam kumbung

yang telah disiapkan. Bag log tersebut ditata rebah di atas rak dengan

posisi satu baris tutupnya menghadap ke jalan dan baris berikutnya

tutup menghadap ke sebaliknya.

h Penyayatan Bungkus Bag Log

Untuk tempat keluar masuknya jamur yang telah tumbuh perlu

dibuatkan lubang pada bungkus bag log. Ada dua cara yang biasa

dilakukan untuk melubangi bungkus bag log yaitu membuat sayatan

berbentuk huruf L di bagian lengkung yang membentuk sudut siku-

siku terbuka ke arah ujung bag log atau membuat sayatan berbentuk

persegi ukuran 1x1 cm di tempat yang sama.

i Pemanenan

Jamur tiram dipanen saat pertumbuhan tubuh buah telah

maksimal. Pemanenan dilakukan secara manual menggunakan tangan

atau pisau tajam. Jamur yang dipanen harus dipotong beserta akarnya

karena akar yang tertinggal dalam media akan membusuk.

D. Rancangan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan pola Rancangan Acak

Lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu pemberian blotong kering dengan 5

taraf perlakuan dan 3 kali ulangan.

Adapun rancangan penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.1 Rancangan Peneltian

Ulangan Perlakuan 1 2 3

B0 B0.1 B0.2 B0.3 B1 B1.1 B1.2 B1.3 B2 B2.1 B2.2 B2.3 B3 B3.1 B3.2 B3.3 B4 B4.1 B4.2 B4.3

Keterangan:

B0 : Media tanam 1 kg tanpa blotong (kontrol) B1 : Media tanam 1 kg dengan pemberian blotong kering 0,01 kg B2 : Media tanam 1 kg dengan pemberian blotong kering 0,02 kg B3 : Media tanam 1 kg dengan pemberian blotong kering 0,03 kg B4 : Media tanam 1 kg dengan pemberian blotong kering 0,04 kg

E. Metode Pengumpulan Data

1. Metode eksperimen

Metode eksperimen digunakan untuk memperoleh data dengan

melakukan percobaan langsung yaitu menanam bibit jamur tiram putih

pada media serbuk kayu dengan penambahan blotong kering.

2. Metode observasi

Metode observasi merupakan metode pengamatan dan pencatatan

hasil produksi jamur tiram putih.

3. Metode kepustakaan

Metode kepustakaan merupakan metode bantu dalam mencari materi

dari buku-buku atau sumber lain yang dikutip secara langsung maupun

tidak langsung. Metode ini digunakan untuk melengkapi tinjauan pustaka.

F. Analisis Data

Untuk menganalisis pertumbuhan jamur tiram putih, dipergunakan

analisis varian (ANAVA) satu jalur taraf 5% dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Menggunakan tabel data pengamatan

2. Menentukan derajat bebas (Db) untuk perlakuan, galat dan tota l

- Db total = jumlah seluruh observasi-1

- Db perlakuan = jumlah perlakuan-1

- Db galat = Db total – Db perlakuan

3. Menghitung jumlah kuadrat (JK)

t = jumlah perlakuan, r = jumlah ulangan

Faktor korelasi (FK)= observasi semuaJumlah

umum) (total 2

JK total = ? Yij2 – FK

Jumlah perlakuan = FKrperlakuan) hasil(jumlah 2

?

JK galat = JK total – JK perlakuan

4. Menghitung kuadrat tengah (KT)

KT perlakuan = Perlakuan DBPerlakuanJK

KT galat = galat DbGalatJK

5. Mencari F hitung = galat KT

perlakuan KT

6. Mengamati tabel F taraf 5%

7. Mengisi tabel ANOVA dengan nilai-nilai yang telah diperoleh

Sumber variasi db JK KT Fhitung

Ftabel 5%

Perlakuan Galat Total

Uji BNT taraf 5%

Setelah dilaksanakan analisis data Anova satu jalur, maka dilanjutkan dengan

uji beda nyata terkecil (BNT) taraf 5%, dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Menentukan

- kuadrat tengah galat (KTG)

- derajat bebas galat (DbG)

- t 5%

2. Menghitung

Sd = r

KTG 2

3. Menghitung BNT taraf 5%

BNT 5% = t x Sd

4. Membuat tabel BNT taraf 5%

5. Membandingkan nilai-nilai perlakuan dalam tabel dengan BNT taraf 5%

6. Membuat keputusan uji BNT taraf 5%.

25

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penyajian Data Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian pada masing-masing obyek penelitian

tentang efektivitas pemberian blotong kering terhadap pertumbuhan jamur tiram

putih (Pleurotus ostreatus) diperoleh data yang disajikan pada tabel 4.1 dan 4. 2

berikut ini:

Tabel 4.1. Jumlah Badan Buah Jamur T iram Putih Setelah Panen Pertama Jumlah Badan Buah

Jamur (buah) Perlakuan 1 2 3

Jumlah Rata-rata

B0 6 6 5 17 5,667 B1 7 5 8 20 6,667 B2 8 9 8 25 8,333 B3 10 9 10 29 9,667 B4 12 10 9 31 10,333

Keterangan: B0 = Media tanam 1 kg tanpa blotong kering (kontrol) B1 = Media tanam 1 kg dengan pe mberian blotong kering 0,01 kg B2 = Media tanam 1 kg dengan pemberian blotong kering 0,02 kg B3 = Media tanam 1 kg dengan pemberian blotong kering 0,03 kg B4 = Media tanam 1 kg dengan pemberian blotong kering 0,04 kg

Data tentang jumlah badan buah jamur tiram putih menunjukkan adanya

peningkatan, dengan rata -rata yang ditunjukkan pada gambar 1:

10,3339,6678,333

6,6675,667

0

2

4

6

8

10

12

B0 B1 B2 B3 B4

Perlakuan

Jum

lah B

adan

Bua

h

Gambar 1. Grafik Jumlah Badan Buah Jamur Tiram Putih Setelah Panen

Pertama

26

Tabel 4.2. Berat Basah (gram) Jamur T iram Putih Setelah Panen Pertama

Berat Basah Jamur Tiram Putih (gram) Perlakuan

1 2 3 Jumlah Rata-rata

B0 65 70 70 205 68,333 B1 75 75 70 220 73,333 B2 75 85 70 230 76,667 B3 80 75 90 245 81,667 B4 100 85 90 275 91,667

Keterangan: B0 = Media tanam 1 kg tanpa blotong kering (kontrol) B1 = Media tanam 1 kg dengan pemberian blotong kering 0,01 kg B2 = Media tanam 1 kg dengan pemberian blotong kering 0,02 kg B3 = Media tanam 1 kg dengan pemberian blotong kering 0,03 kg B4 = Media tanam 1 kg dengan pemberian blotong kering 0,04 kg

Data tentang berat basah jamur tiram putih menunjukkan adanya

peningkatan, dengan rata -rata yang ditunjukkan pada gambar 2:

91,667

81,667

76,66773,333

68,333

50,00055,00060,000

65,00070,00075,00080,000

85,00090,00095,000

B0 B1 B2 B3 B4

Perlakuan

Ber

at B

asah

Jam

ur

Tir

am P

utih

(g

ram

)

Gambar 2. Grafik Berat Basah Jamur Tiram Putih Setelah Panen Pertama

Selanjutnya data-data dari tabel 4.1 dan tabel 4.2 kemudian dianalisis

dengan Anava Satu Jalur untuk membuktikan efektivitas pemberian blotong

kering terhadap per tumbuhan jamur tiram putih.

27

B. Uji Hipotesis

Untuk membuktikan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa

terdapat efektivitas pemberian blotong kering terhadap pertumbuhan jamur tiram

putih, maka data-data jumlah badan buah dan berat basah jamur tiram put ih

dianalisis dengan anava satu jalur. Data selanjutnya dianalisis dengan uji Beda

Nyata Terkecil (BNT) untuk mengetahui beda nyata masing-masing perlakuan.

Adapun hasilnya adalah sebagai berikut:

1. Uji Anava Satu Jalur untuk Jumlah Badan Buah Jamur Tiram Putih

Tabel 4.3. Hasil Uji Anava Satu Jalur Terhadap Jumlah Badan Buah Jamur Tiram Putih Setelah Panen Pertama

Sumber db JK KT Fhitung Ftabel 5%

Perlakuan 4 46,400 11,600 10,238 3,48 Galat 10 11,333 1,133 Total 14 57,733 Keterangan : * = signifikan pada taraf signifikansi ? = 5%

Hasil perhitungan memperoleh Fhitung > F tabel pada taraf signifikansi

? = 5%, yaitu 10,238 > 3,48. Artinya pemberian blotong kering dapat

meningkatkan produktivitas pertumbuhan jamur tiram putih (perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1).

Hasil uji anava yang signifikan, kemudian dilanjutkan dengan uji

BNT yang hasilnya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4. Hasil Uji Beda Nyata Terkecil Terhadap Jumlah Badan Buah Jamur Tiram Putih Setelah Panen Pertama

Rerata Beda Jarak Nyata No Perlakuan Hasil 2 3 4 5

1 B0 5,667 2 B1 6,667 1,000 3 B2 8,333 1,666 2,666* 4 B3 9,667 1,334 3,000* 4,000* 5 B4 10,333 0,666 2,000* 3,666* 4,666*

Nilai Baku t0,05 (10) 2,228 Nilai Uji BNT 0,05 1,937

28

Hasil uji BNT menunjukkan bahwa perlakuan B4 (media tanam 1 kg

dengan pemberian blotong kering 0,04 kg) merupakan perlakuan yang paling

efektif dapat meningkatkan produktivitas pertumbuhan jamur tiram putih.

Tabel 4.5. Hasil Uji Anava Satu Jalur Terhadap Berat Basah Jamur Tiram Putih Setelah Panen Pertama

Sumber db JK KT Fhitung Ftabel 5%

Perlakuan 4 950,000 237,500 6,196 3,48 Galat 10 383,333 38,333 Total 14 1333,333 Keterangan : * = signifikan pada taraf signifikansi ? = 5%

Hasil perhitungan memperoleh F hitung > Ftabel pada taraf signifikansi

? = 5%, yaitu 6,196 > 3,48. Artinya pemberian blotong kering dapat

meningkatkan produktivitas pertumbuhan jamur tiram putih (perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2).

Hasil uji anava yang signifikan, kemudian dilanjutkan dengan uji

BNT yang hasilnya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6. Hasil Uji Beda Nyata Terkecil Terhadap Berat Basah Jamur Tiram Putih Setelah Panen Pertama

Rerata Beda Jarak Nyata No Perlakuan Hasil 2 3 4 5 1 B0 68,333 2 B1 73,333 5,000 3 B2 76,667 3,334 8,334 4 B3 81,667 5,000 8,334 13,334* 5 B4 91,667 10,000 15,000* 18,334* 23,334*

Nilai Baku t 0,05 (10) 2,228 Nilai Uji BNT0,05 11,263 Keterangan: * = signifikan pada ? = 0,05

Hasil uji BNT menunjukkan bahwa perlakuan B4 (media tanam 1 kg

dengan pemberian blotong kering 0,04 kg) merupakan perlakuan yang paling

efektif dapat meningkatkan produktivitas pertumbuhan jamur tiram putih.

29

C. Pembahasan

1. Jumlah Badan Buah Jamur Tiram Putih

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah badan buah jamur tiram

putih pada setiap perlakuan berbeda. Hal ini disebabkan karena adanya

perbedaan perlakuan yang diberikan pada masing-masing media tanam.

Semakin tinggi konsentrasi blotong kering yang diberikan pada media tanam,

semakin tinggi pula jumlah badan buah yang dihasilkan. Blotong kering

mengandung protein kasar, gula, selulosa, bahan organik, khlor, fosfat, dan

serat yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur, karena jamur hidup

dengan cara menyerap atau mengambil zat-zat makanan dari organisme lain.

Dalam pelaksanaan penelitian, faktor-faktor lingkungan sangat

mempengaruhi pertumbuhan jamur tiram putih seperti air, keasaman (pH),

substrat, kelembaban, suhu udara, dan ketersediaan sumber nutrisi. Air

dibutuhkan untuk menjamin pertumbuhan dan perkembangan miselium

membentuk tubuh buah. Pada umumnya, pertumbuhan spora dan miselium

jamur membutuhkan kelembaban udara yang optimal (Nunung, 2001).

Pada perlakuan B0 (media tanam 1 kg tanpa pemberian blotong

kering) dan B 1 (media tanam 1 kg dengan pemberian blotong kering 0,01 kg)

menunjukkan pertumbuhan badan buah yang kurang baik dengan nilai rata-

rata hanya mencapai 5,667 – 6,667 buah. Hal ini disebabkan karena

kurangnya unsur hara yang dibutuhkan jamur, sehingga pertumbuhannya

tidak optimal.

Pada perlakuan B2 (media tanam 1 kg dengan pemberian blotong

kering 0,02 kg) menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan

30

perlakuan B0 dan B1. Nilai rata -rata jumlah badan buah jamur tiram putih

pada perlakuan B2 mencapai 8,333 buah. Hal ini disebabkan adanya

peningkatan konsentrasi bahan organik yang terkandung dalam blotong

kering.

Pada perlakuan B3 (media tanam 1 kg dengan pemberian blotong

kering 0,03 kg) memiliki nilai rata-rata jumlah badan buah sebesar 9,667

buah. Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi blotong

kering dapat meningkatkan produktivitas pertumbuhan jamur tiram putih.

Zat-zat hara makanan dari blotong kering tersebut diserap oleh spora untuk

tumbuh menjadi mise lium dan tumbuh menjadi jamur dewasa (Soenanto,

2001). Hal ini disebabkan karena jamur tiram putih merupakan tumbuhan

yang tidak mengandung klorofil, sehingga tidak dapat melakukan fotosintesis

untuk menghasilkan makanan sendiri. Oleh karena itu jamur meme rlukan

zat-zat makanan dari organisme lain khususnya dari blotong kering.

Pertambahan jumlah badan buah jamur tiram putih yang paling nyata

perbedaannya terjadi pada perlakuan B4 (media tanam 1 kg dengan

pemberian blotong kering 0,04 kg) yang memiliki nilai rata-rata 10,333 buah.

Hasil uji BNT (Tabel 4.4) menunjukkan bahwa perlakuan yang

menghasilkan jumlah badan buah paling banyak adalah pada perlakuan B4

(media tanam 1 kg dengan pemberian blotong kering 0,04 kg) dengan nilai

rata-rata 10,333 buah.

Pember ian blotong kering yang paling efektif dapat meningkatkan

prodiktivitas pertumbuhan jamur tiram putih adalah pada perlakuan B4

(media tanam 1 kg dengan pemberian blotong kering 0,04 kg). Hal ini

31

disebabkan karena pemberian blotong kering dengan konsentrasi 0,04 kg

pada media tanam 1 kg memiliki kandungan fosfat, selulosa, protein kasar,

gula, serat dan bahan organik yang paling tinggi dibandingkan dengan

perlakuan lainnya, sehingga menghasilkan jumlah badan buah paling banyak.

Pertumbuhan jamur tiram putih dapat berlangsung dengan optimal jika media

tanam banyak mengandung unsur hara esensial yang dibutuhkan oleh jamur.

2. Berat Basah Jamur Tiram Putih

Penimbangan berat basah dilakukan pada setiap pemetikan dengan

cara menimbang jamur setiap panen. Penimbangan berturut-turut

menghasilkan berat rata-rata 68,333 g, 73,333 g, 76,667 g, 81,667 g, dan

91,667 g pada perlakuan B0, B1, B2, B3, dan B4. Berdasarkan hasil tersebut

dapat diketahui bahwa berat basah jamur tiram putih pada setiap perlakuan

menunjukkan adanya perbedaan. Semakin tinggi konsentrasi pemberian

blotong kering, semakin tinggi pula rata-rata berat basah jamur tiram putih

yang dihasilkan.

Pada perlakuan B0 (media tanam 1 kg tanpa pemberian blotong

kering), B1 (media tanam 1 kg dengan pe mberian blotong kering 0,01 kg),

dan B2 (media tanam 1 kg dengan pemberian blotong kering 0,02 kg)

menunjukkan berat basah jamur tiram putih memiliki nilai yang lebih rendah

dengan nilai rata-rata yaitu hanya mencapai 68,333 g, 73,333 g, dan 76,667g.

Hal ini disebabkan karena kurangnya ketersediaan unsur hara dalam media

tanam yang dibutuhkan jamur, sehingga pertumbuhan jamur kurang optimal.

32

Pada perlakuan B3 (media tanam 1 kg dengan pemberian blotong

kering 0,03 kg), berat basah jamur tiram putih menunjukkan pertumbuhan

yang lebih baik dibandingkan perlakuan B0, B1, dan B2. Nilai rata-rata berat

basah jamur tiram putih pada perlakuan B3 mencapai 81,667 g. Hal ini

disebabkan karena adanya peningkatan konsentrasi bahan organik yang

terkandung dalam blotong kering.

Pertambahan berat basah jamur tiram putih paling tinggi terjadi pada

perlakuan B4 (media tanam 1 kg dengan pemberian blotong kering 0,04 kg)

dengan nilai rata-rata sebesar 91,667 g. Pemberian blotong kering dengan

konsentrasi 0,04 kg banyak mengandung unsur hara seperti selulosa, khlor,

fosfat, protein kasar, serat, gula dan lain-lain, sehingga baik bagi

pertumbuhan jamur tiram putih (Martina, 2004) .

Dari hasil uji anava satu jalur (Tabel 4.5) menunjukkan bahwa

pemberian blotong kering dapat meningkatkan produktivitas berat basah

jamur tiram putih. Hasil uji BNT (Tabel 4.6) menunjukkan bahwa perlakuan

yang menghasilkan berat basah jamur tiram putih paling tinggi adalah pada

media tanam dengan pemberian blotong kering 0,04 kg (perlakuan B4).

Pemberian blotong kering yang paling efektif dapat meningkatkan

produktivitas jamur tiram putih adalah pada perlakuan B4 (media tanam 1 kg

dengan pemberian blotong kering 0,04 kg). Hal ini disebabkan karena

pemberian blotong kering 0,04 kg pada media tanam 1 kg memiliki

kandungan fosfat, gula, bahan organik, protein kasar, selulosa, dan serat yang

paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya, sehingga

menghasilkan berat basah jamur tiram putih paling tinggi.

33

Unsur hara tambahan seperti larutan gula menyebabkan produksi

menjadi lebih tinggi, masa panen lebih panjang dan jamur yang dihasilka n

akan lebih besar dan sukulen. Pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram

putih dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu bibit jamur, substrat

penanaman, kondisi lingkungan, dan bahan media. Subtrat penanaman sangat

berpengaruh terhadap perkembangan jamur karena berhubungan dengan

kandungan nutrien dan derajat keasaman (pH) (Suriawiria, 2001).

34

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini, maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemberian blotong kering pada media serbuk kayu dapat meningkatkan

produktivitas pertumbuhan jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus).

2. Pemberian blotong kering yang paling efektif untuk meningkatkan

produktivitas pertumbuhan jamur tiram putih adalah 0,04 kg pada media

tanam 1 kg.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat dikemukakan saran sebagai

berikut:

1. Bagi masyarakat terutama petani jamur disarankan untuk memanfaatkan

blotong kering sebagai bahan tambahan pada media tanam jamur.

2. Diharapkan adanya penelitian lanjutan untuk mengetahui produktivitas

pertumbuhan jamur tiram putih jika diberi blotong kering dengan konsentrasi

yang lebih tinggi.

3. Dalam budidaya jamur tiram putih perlu adanya perhatian khusus mengenai

faktor -faktor lingkungan seperti kelembaban, air, cahaya, serta kesterilan alat

dan bahan yang digunakan.

25

DAFTAR PUSTAKA

Asep Solihin. 2008. Pemanfaatan Limbah Pabrik Gula Menjadi Pupuk Organik . Jakarta: Intisari.

Anonim. 2000. Jamur Tiram. http//id.wikipedia.org/wiki/jamur_tiram. Diakses

Rabu, 5 November 2008. Anonim. 2005. Budidaya Jamur Tiram Lebih Mudah dengan Media Murah.

http//www.cybertokoh.com/news/jamur.htm. Diakses Senin, 7 Juli 2008. Anonim. 2007. Budidaya Jamur Tiram Putih. http//www.Sragen.go.id. Diakses

Senin, 10 November 2008. Becker, C, Vander Brink. 1968. Flora of Java . The Netherland Noordhraff:

Groningan. Chang dan Miles. 1989. Edible Mushroom and Their Cultivation. Florida: CRC

Press. Febrianto.1999. Potensi Pemanfaatan Limbah Kayu. http//www.cybertokoh.com.

Diakses Senin, 7 Juli 2008. Dwidjoseputro. 1987. Pengantar Mikologi. Bandung: Alumni. Gunawan, Agustin W. 2005. Usaha Pembibitan Jamur. Jakarta: Penebar Swadaya. Heddy. 1987. Biologi Pertanian. Jakarta: CV Rajawali. Ismailiyati. 2006. Pemanfaatan Ampas Tebu dan Blotong Kering PG Tasikmadu

Karanganyar sebagai Media Pertumbuhan Jamur Merang . Sripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Martina, Lona. 2004. Blotong Menambah Isi Kantong. Jakarta: Intisari. Muchroji dan Cahyana . 2008. Budidaya Jamur Kuping. Jakarta: Penebar Swadaya. Nunung Marlina Djarijah. 2001. Budi Daya Jamur Tiram. Yogyakarta: Kanisius. Nyoman. 2005. Budidaya Jamur Tiram Lebih Mudah Dengan Media Murah.

http//www.cybertokoh.com/news/jamur.htm. Diakses Senin, 7 Juli 2008. Pasaribu, T. 2002. Aneka Jamur Unggulan yang Menembus Pasar. Jakarta: PT.

Gramedia.

26

Parjimo dan Agus Andoko. 2007. Budi Daya Jamur. Jakarta: Agromedia Pustaka. Priyono. 2001. Potensi Pemanfaatan Limbah Kayu. http//www.cybertokoh.com.

Diakses, Senin, 7 Juli 2008. Rudiono .2003. Potensi Limbah Perkebunan Tebu . www.disnakkeswan.lampung.go.

id. Diakses Senin, 10 November 2008. Setiyono.1992. Upaya Penanganan Limbah di Pabrik Gula Maduksimo.

Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Sinaga, Meity Suradji. 2005 . Jamur Merang dan Budidayanya. Jakarta: Penebar

Swadaya. Soenanto. 2001. Jamur Kuping . Semarang: Aneka Ilmu. Sri Yuniarti. 2007. Jamur Tiram Putih . http//mikroba.wordpress.com/category/

jamur. Diakses Senin, 10 November 2008. Sugiyarto. 1992. Blotong Peranannya Terhadap Peningkatan Produktivitas Tanah

Pasiran . Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Suriawiria, Unus. 2001. Budidaya Jamur Shiitake. Jakarta: Penebar Swadaya. ______________. 2006. Budidaya Jamur Tiram. Yogyakarta: Kanisius. Tarigan. 1998. Pengantar Mikrobiologi. Yogyakarta: Departemen Pendidikan.

Lampiran 1

Perhitungan Anava Satu Jalur Terhadap Jumlah Badan Buah Jamur Tiram

Putih (Pleurotus ostreatus) Setelah Panen Pertama

Tabel 1. Data Jumlah Badan Buah Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)

Ulangan Perlakuan 1 2 3

Jumlah (T) Rata-rata

B0 6 6 5 17 5,667 B1 7 5 8 20 6,667 B2 8 9 8 25 8,333 B3 10 9 10 29 9,667 B4 12 10 9 31 10,333 R 43 39 40 R2 1849 1521 1600 4970

? Yij 122

Kuadrat

Ulangan Perlakuan 1 2 3

Jumlah (T)

B0 36 36 25 289 B1 49 25 64 400 B2 64 81 64 625 B3 100 81 100 841 B4 144 100 81 961

? Yij2 1050 ? T2 3116

Diketahui:

? Yij = 122

ijY = N

X? =

15122

= 8,133

? R2 = 4970

? T2 = 3116

? Yij2 = 1050

a. Menghitung Derajat Bebas (db)

1) db perlakuan = jumlah perlakuan – 1

= 5-1

= 4

2) db galat = jumlah data - jumlah perlakuan

= 15 –5

= 10

b. Perhitungan Jumlah Kuadrat (JK) :

1) Faktor Kuadrat (FK) = t .r

)Y( 2ij?

= .5 3

(122) 2

= 15884.14

= 992,267

2) JK Total = ? Yij2 – FK

= 1050 – 992,267

= 57,733

3) JK Perlakuan = FKr T 2

??

= 267,9293

3116?

= 1038,667 – 992,267

= 46,400

4) JK Galat = JK Total – JK Perlakuan

= 57,733 – 46,400

= 11,333

c. Menghitung Kuadrat Tengah (KT)

1) KT Perlakuan = PerlakuandbPerlakuanJk

= 4400,46

= 11,600

2) KT Galat = galat dbGalatJK

= 10333,11

= 1,133

d. Mencari F Hitung

F = Galat KT

Perlakuan KT

= 1,13311,600

= 10,238

Tabel 2. Analisis sidik ragam

Sumber db JK KT Fhitung Ftabel

5% Perlakuan 4 46,400 11,600 10,238 3,48 Galat 10 11,333 1,133 Total 14 57,733

Kesimpulan:

Fhitung > Ftabel pada ? = 0,05 dengan db (4,10), yaitu 10,238 > 3,48. Berarti signifikan

yaitu pemberian blotong kering pada media serbuk kayu dapat meningkatkan

produktivitas pertumbuhan jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus).

II. Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) Terhadap Jumlah Badan Buah Jamur Tiram

Putih (Pleurotus ostreatus)

Untuk menentukan perlakuan yang memberikan pengaruh terbaik, maka

dilakukan uji BNT sebagai berikut:

1. Menghitung Standar Deviasi (sd)

sd = rGalat) 2(KT

= 3

)133,1(2

= 755333333,0

= 0,869

2. Menghitung BNT

Nilai t (? =0,05 dan db=10) = 2,228, maka nilai BNT0,05 = 0,869 x 2,228 = 1,937

Beda Jarak Nyata No Perlakuan Rerata Hasil 2 3 4 5

1 B0 5,667 2 B1 6,667 1,000 3 B2 8,333 1,666 2,666* 4 B3 9,667 1,334 3,000* 4,000* 5 B4 10,333 0,666 2,000* 3,666* 4,666*

Nilai Baku t0,05 (10) 2,228 Nilai Uji BNT0,05 1,937 Keterangan: * = signifikan pada ? = 0,05

Hasil uji BNT menunjukkan bahwa:

1. B0 tidak berbeda nyata dengan B1 (1,000 < 1,937)

2. B0 berbeda nyata dengan B2 (2,666 > 1,937)

3. B0 berbeda nyata dengan B3 (4,000 > 1.973)

4. B0 berbeda nyata dengan B4 (4,666 > 1,973)

Jadi perlakuan yang memiliki jumlah badan buah paling tinggi adalah B4 dengan

nilai rata-rata sebesar 10,333 dan nilai beda nyata 4,666 > 1,973 diterima pada taraf

signifikansi 5%..

Lampiran 2

Perhitungan Anava Satu Jalur Terhadap Berat Basah Jamur Tiram Putih

(Pleurotus ostreatus) Setelah Panen Pertama

Tabel 1. Data Berat Basah Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)

Ulangan Perlakuan 1 2 3

Jumlah (T) Rata-rata

B0 65 70 70 205 68,333 B1 75 75 70 220 73,333 B2 75 85 70 230 76,667 B3 80 75 90 245 81,667 B4 100 85 90 275 91,667 R 395 390 390 R2 156025 152100 152100 460225

? Yij 1175

Kuadrat

Ulangan Perlakuan 1 2 3

Jumlah (T)

B0 4225 4900 4900 42025 B1 5625 5625 4900 48400 B2 5625 7225 4900 52900 B3 6400 5625 8100 60025 B4 10000 7225 8100 75625

? Yij2 93375 ? T2 278975

Diketahui:

? Yij = 1175

ijY = N

X? =

151175

= 78,333

? R2 = 460225

? T2 = 278975

? Yij2 = 93375

a. Menghitung Derajat Bebas (db)

1) db perlakuan = Jumlah perlakuan – 1

= 5 – 1

= 4

2) db galat = Jumlah data – jumlah perlakuan

= 15 – 5

= 10

b. Menghitung Jumlah Kuadrat (JK) :

1) Faktor Kuadrat (FK) = t .r

)Y( 2ij?

= .5 3

(1175) 2

= 15

625.380.1

= 92041,667

2) JK Total = ? Yij2 – FK

= 93375 – 92041,667

= 1333,333

3) JK Perlakuan = FKr T 2

??

= 041,667293

278975?

= 92991,667 – 92041,667

= 950,000

4) JK Galat = JK Total – JK Perlakuan

= 1333,333 – 950,000

= 383,333

c. Menghitung Kuadrat Tengah (KT)

1) KT Perlakuan = perlakuan dbperlakuanJK

=4000,950

= 237,500

2) KT Galat = galat dbgalatJk

= 10

333,383

= 38,333

d. Mencari F Hitung

F = Galat KT

Perlakuan KT

= 38,333237,500

= 6,196

Tabel 2. Analisis sidik ragam

Sumber db JK KT Fhitung Ftabel 5%

Perlakuan 4 950,000 237,500 6,196 3,48 Galat 10 383,333 38,333 Total 14 1333,333

Kesimpulan:

Fhitung > Ftabel pada ? = 0,05 dengan db (4,10), yaitu 6,196 > 3,48. Berarti signifikan

yaitu pemberian blotong kering pada media serbuk kayu dapat meningkatkan

produktivitas pertumbuhan jamur tiaram putih (Pleurotus ostreatus).

II. Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) Terhadap Berat Basah Jamur Tiram Putih

(Pleurotus ostreatus)

Untuk menentukan perlakuan yang memberikan pengaruh terbaik, maka

dilakukan uji BNT sebagai berikut:

1. Menghitung Standar Deviasi (sd)

sd = rGalat) 2(KT

= 3

)333,38(2

= 55533333,25

= 5,055

2. Menghitung BNT

Nilai t (? =0,05 dan db=10) = 2,228, maka nilai BNT0,05 = 5,055 x 2,228 = 11,263

Beda Jarak Nyata No Perlakuan Rerata Hasil 2 3 4 5

1 B0 68,333 2 B1 73,333 5,000 3 B2 76,667 3,334 8,334 4 B3 81,667 5,000 8,334 13,334* 5 B4 91,667 10,000 15,000* 18,334* 23,334*

Nilai Baku t0,05 (10) 2,228 Nilai Uji BNT0,05 11,263 Keterangan: * = signifikan pada ? = 0,05

Hasil uji BNT menunjukkan bahwa:

1. B0 tidak berbeda nyata dengan B1 (5,000 < 11,263)

2. B0 tidak berbeda nyata dengan B2 (8,333 < 11,263)

3. B0 berbeda nyata dengan B3 (13,333 > 11,263)

4. B0 berbeda nyata dengan B4 (23,333 > 11,263)

Jadi perlakuan yang memiliki berat basah paling baik adalah B4 dengan nilai rata-rata

sebesar 91,667 dengan nilai beda nyata 23,333 > 11,263 diterima pada taraf

signifikansi 5%..

Lampiran 3

Lampiran 4

Lampiran 5. Foto Penelitian

Bahan-bahan Penelitian

Gambar 1. Serbuk Gergaji Gambar 2. Bekatul

Gambar 3. Kalsit Gambar 4. Blotong

Gambar 5. Air Gambar 6. Bibit Jamur

Alat -alat Penelitian

Gambar 7. Drum (steam) Gambar 8. Ayakan

Gambar 9. Gambar 10. Kumbung Jamur Keterangan gambar 9: A. Skop B. Timbangan C. Cincin pralon D. Karet E. Temperatur F. Ember G. Baskom H. Plastik polipropilen

Pelaksanaan Penelitian

Gambar 11. Pencampuran Bahan Gambar 12. Membagi Media Tanam

Menjadi Lima Bagian

Gambar 13. Pengomposan Gambar 14. Pewadahan

Gambar 15. Sterilisasi Gambar 16. Inokulasi

Gambar 17. Inkubasi Gambar 18. Menempatkan Log dalam Kumbung

Gambar 19. Penyayatan Log Gambar 20. Log Ditumbuhi Jamur

Gambar 21. Pemanenan

Hasil Penelitian

Gambar 22. B0 (Media tanam tanpa

blotong) Gambar 23. B1 (Media tanam +

blotong 0,01 kg) Gambar 24. B2 (Media tanam +

blotong 0,02 kg) Gambar 25. B3 (Media tanam +

blotong 0,03 kg) Gambar 26. B4 (Media tanam +

blotong 0,04 kg) Gambar 27. Jamur Setelah Panen