pengaruh berbagai tingkat intensitas cahaya terhadap … · menurut gosling (2004) penyebaran larva...

17
87 Pengaruh Berbagai Tingkat Intensitas Cahaya Terhadap Sintasan Serta Pertumbuhan Larva dan Spat Tiram Mutiara Pinctada maxima (Jameson) Abstract Light intensity affects the physiological functions and structures of bivalve larvae and spat. An experiment was conducted to evaluate the effects of light intensity on distribution, growth and survival rate of pearl oyster Pinctada maxima larvae and spat. Completely randomized design was applied with four levels of light intensity tested i.e. 0 (fully covered), 200, 500, and 800 lux. While is for spat i.e. 0, 500, 1000, 1500 and 2000 lux, with three replications for each. The result of study showed that larvae distribution was significantly affected by light intensity, whereas the optimum light intensity for survival rate and growth of larvae was 0200 lux and 500 lux for spat. Keywords: Larvae; spat; Pinctada maxima; light intensity, survival rate; growth. Pendahuluan Berkembangnya budidaya mutiara ternyata menjadi pemicu meningkatnya permintaan spat dan tiram siap operasi. Sedangkan spat yang berasal dari alam jumlahnya terbatas, sangat fluktuatif dan dipengaruhi musim (Winanto 1996; 2004). Produksi melalui hatchery merupakan pendekatan yang paling memungkinkan dalam penyediaan spat (Rupp et al. 2005). Kendalanya, produksi spat dari hatchery sangat terbatas, karena masih banyak permasalahan pada pemeliharaan larva dan spat, sehingga sintasannya masih rendah. Salah satu faktor lingkungan yang diduga menjadi penyebabnya adalah intensitas cahaya. Menurut Yan et al. (2006) intensitas cahaya berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan bivalvia. Intensitas cahaya yang tidak terlalu tinggi dapat melindungi tubuh larva stadia veliger dari radiasi sinar ultra violet. Larva tiram mutiara bersifat fototaksis positif dan umumnya selama proses metamorfose menghendaki intensitas cahaya yang sesuai (CMFRI 1991; Gosling 2004). Pola pertumbuhan kepah (hard clam) dipengaruhi oleh cahaya dan kondisi gelap (Cenni et al. 1989). Larva Kerang Manila (Ruditapes philippinarum) yang dipelihara pada kondisi terkena sinar matahari langsung (15.000–2000 lux), menunjukkan pertumbuhan dan sintasan yang siknifikan lebih rendah dibandingkan dengan larva yang dipelihara di dalam kondisi intensitas cahaya 1000–5000 lux dan < 500 lux. Tetapi tidak ada perbedaan yang nyata antara larva yang dipelihara dengan intensitas cahaya 1000–5000 dan < 500 (Yan et al. 2006).

Upload: vantu

Post on 12-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Berbagai Tingkat Intensitas Cahaya Terhadap … · Menurut Gosling (2004) penyebaran larva bivalvia pada awal fase embrionik tidak terlalu aktif atau pasif, tetapi saat mulai

87

Pengaruh Berbagai Tingkat Intensitas Cahaya Terhadap Sintasan Serta Pertumbuhan Larva dan Spat Tiram Mutiara Pinctada maxima (Jameson)

Abstract

Light intensity affects the physiological functions and structures of bivalve larvae and spat. An experiment was conducted to evaluate the effects of light intensity on distribution, growth and survival rate of pearl oyster Pinctada maxima larvae and spat. Completely randomized design was applied with four levels of light intensity tested i.e. 0 (fully covered), 200, 500, and 800 lux. While is for spat i.e. 0, 500, 1000, 1500 and 2000 lux, with three replications for each. The result of study showed that larvae distribution was significantly affected by light intensity, whereas the optimum light intensity for survival rate and growth of larvae was 0−200 lux and 500 lux for spat.

Keywords: Larvae; spat; Pinctada maxima; light intensity, survival rate; growth.

Pendahuluan

Berkembangnya budidaya mutiara ternyata menjadi pemicu meningkatnya

permintaan spat dan tiram siap operasi. Sedangkan spat yang berasal dari alam

jumlahnya terbatas, sangat fluktuatif dan dipengaruhi musim (Winanto 1996; 2004).

Produksi melalui hatchery merupakan pendekatan yang paling memungkinkan dalam

penyediaan spat (Rupp et al. 2005). Kendalanya, produksi spat dari hatchery sangat

terbatas, karena masih banyak permasalahan pada pemeliharaan larva dan spat,

sehingga sintasannya masih rendah. Salah satu faktor lingkungan yang diduga

menjadi penyebabnya adalah intensitas cahaya.

Menurut Yan et al. (2006) intensitas cahaya berpengaruh terhadap

perkembangan dan pertumbuhan bivalvia. Intensitas cahaya yang tidak terlalu tinggi

dapat melindungi tubuh larva stadia veliger dari radiasi sinar ultra violet. Larva tiram

mutiara bersifat fototaksis positif dan umumnya selama proses metamorfose

menghendaki intensitas cahaya yang sesuai (CMFRI 1991; Gosling 2004). Pola

pertumbuhan kepah (hard clam) dipengaruhi oleh cahaya dan kondisi gelap (Cenni et

al. 1989). Larva Kerang Manila (Ruditapes philippinarum) yang dipelihara pada

kondisi terkena sinar matahari langsung (15.000–2000 lux), menunjukkan

pertumbuhan dan sintasan yang siknifikan lebih rendah dibandingkan dengan larva

yang dipelihara di dalam kondisi intensitas cahaya 1000–5000 lux dan < 500 lux.

Tetapi tidak ada perbedaan yang nyata antara larva yang dipelihara dengan intensitas

cahaya 1000–5000 dan < 500 (Yan et al. 2006).

Page 2: Pengaruh Berbagai Tingkat Intensitas Cahaya Terhadap … · Menurut Gosling (2004) penyebaran larva bivalvia pada awal fase embrionik tidak terlalu aktif atau pasif, tetapi saat mulai

88

Kajian yang berkaitan dengan respon larva tiram mutiara Pinctada maxima

terhadap intensitas cahaya belum banyak dilakukan. Informasi tersebut sangatlah

penting, sehingga berbagai pengkajian yang berkaitan dengan intensitas cahaya pada

larva P. maxima khususnya perlu dilakukan.

Tujuan

Mendapatkan informasi tentang intensitas cahaya optimum untuk distribusi

larva, sintasan serta pertumbuhan larva dan spat, sehingga dapat memacu percepatan

pertumbuhannya.

Bahan dan Metode

Kultur Pakan Hidup

Pakan hidup dipersiapkan satu bulan sebelum percobaan dimulai. Jenis pakan

hidup yang digunakan adalah Isochrysis galbana, Pavlova lutheri dan Tetraselmis

tetrathele dengan kepadatan sekitar 8–10 juta sel/ml. Media pupuk untuk kultur

pakan hidup menggunakan formula Walne dan Hirata Alagarswami at al. 1987;

CMFRI 1991) (Lampiran 2).

Rancangan Percobaan

Disain percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Pada

percobaan pemeliharaan larva diterapkan perlakuan intensitas cahaya 0 lux (A); 200

lux (B); 500 lux (C), dan 800 lux (D), sedangkan pada pemeliharaan spat 0 lux (A);

500 lux (B); 1.000 lux (C); 1.500 lux (D) dan 2.000 lux (E). Masing-masing

perlakuan diberikan ulangan tiga kali. Model linear dari rancangan yang di gunakan

adalah:

Yij = µ + τi + εij

Keterangan: Yij = Pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

µ = Rataan umum τi = Pengaruh perlakuan ke-i εij = Pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j i = Perlakuan 1, 2, 3, 4 j = Ulangan 1, 2, 3

Page 3: Pengaruh Berbagai Tingkat Intensitas Cahaya Terhadap … · Menurut Gosling (2004) penyebaran larva bivalvia pada awal fase embrionik tidak terlalu aktif atau pasif, tetapi saat mulai

89

Pemeliharaan Larva

Hewan uji berupa larva Pinctada maxima stadia bentuk-D (D1),

ditempatkan di dalam wadah percobaan ember plastik ukuran 20 liter. Larva

diperoleh dari hasil pemijahan induk P. maxima dengan menggunakan kombinasi

metode kejut suhu dan ekspose (CMFRI 1991; Winanto 2004). Stok larva dipelihara

di dalam bak fiberglass ukuran 1 ton. Suhu air media bervariasi 27–29 oC dan

salinitas air ≥ 32 ‰. Jadwal pemberian pakan dan media air yang digunakan

mengacu pada percobaan sebelumnya.

Intensitas cahaya diatur sesuai dengan perlakuan menggunakan lampu TL 40

watt (6 buah) yang diletakkan di atas wadah percobaan. Pengaturan pencahayaan

dilakukan dengan menggunakan paranet yang ditutupkan pada wadah percobaan.

Pada perlakuan 0 lux, wadah percobaan ditutup rapat dengan plastik berwarna hitam.

Untuk mendapatkan intensitas cahaya 200, 500 dan 800 lux, masing-masing wadah

ditutup dengan tiga, dua dan satu lembar paranet. Intensitas cahaya diukur dengan

menggunakan digital lux meter (Lutron LX-101, USA).

Padat penebaran larva diatur berdasarkan tahap perkembangan stadianya

(BBL 2001). Pengamatan dilakukan dengan mikroskop (40–60 kali), jumlah sampel

10 ml. Jumlah larva dihitung dengan menggunakan sadgewick rafter cell. Jumlah

plankton dihitung dengan haemocytometer. Pengukuran panjang antero-posterior

(AP) dan dorso-ventral (DV) dilakukan dengan mikrometer.

Pemeliharaan Spat

Percobaan menggunakan hewan uji berupa spat P. maxima dengan wadah

pemeliharaan ember plastik ukuran 20 liter. Media air laut yang digunakan dan

jadwal pemberian pakan mengacu pada percobaan sebelumnya (studi pendahuluan).

Sehari sebelum percobaan dimulai, dilakukan proses penempelan spat pada

kolektor (20 x 30 cm), dengan kepadatan 1 ekor/cm2. Prosedur kerja dan teknik

pemeliharaan spat sama seperti percobaan sebelumnya. Pengaturan intensitas cahaya

sama seperti pada percobaan pemeliharaan larva.

Page 4: Pengaruh Berbagai Tingkat Intensitas Cahaya Terhadap … · Menurut Gosling (2004) penyebaran larva bivalvia pada awal fase embrionik tidak terlalu aktif atau pasif, tetapi saat mulai

90

Parameter yang Diamati

Beberapa parameter yang diamati dalam percobaan ini adalah distribusi

larva, seperti aktivitas berenang dan preferensinya terhadap cahaya, serta sintasan,

pertumbuhan, pikmentasi dan densitas penempelan spat.

Distribusi larva

Pengamatan dilakukan setiap hari secara langsung di media percobaan.

Parameter yang diamati adalah sifat larva terhadap berbagai tingkat intensitas cahaya

(fototaksis positif/negatif), tingkah laku berenang dan tingkah laku sosial

(bergerombol atau soliter).

Distribusi larva diketahui dari jumlah larva yang berada pada tiap bagian

kedalaman air dalam wadah yaitu di bagian permukaan (A), tengah (B) dan bawah

(C) (Gambar 20). Dibandingkan dengan jumlah total larva dan dinyatakan dalam

persen.

Gambar 20. Posisi pengambilan sampel untuk mengetahui distribusi larva pada

berbagai tingkat intensitas cahaya di dalam wadah percobaan.

Sintasan

Dihitung berdasarkan persentase jumlah individu pada akhir pengamatan

dibagi jumlah individu pada awal pengamatan.

Laju Pertumbuhan spesifik

Dihitung berdasarkan persentase selisih rata-rata ukuran individu akhir (Ln)

dan awal pengamatan (Ln), dibandingkan waktu pengamatan (Chengbo and

Shuanglin 2004).

Pikmentasi spat

Pengamatan terhadap pigmentasi dilakukan sebagai data pendukung

percobaan dan pengambilan sampel dilakukan pada akhir percobaan (D35).

Page 5: Pengaruh Berbagai Tingkat Intensitas Cahaya Terhadap … · Menurut Gosling (2004) penyebaran larva bivalvia pada awal fase embrionik tidak terlalu aktif atau pasif, tetapi saat mulai

91

Pengamatan dibatasi hanya pada warna cangkang spat, dilakukan secara visual

dengan mengidentifikasi warna spat pada setiap perlakuan. Perbedaan warna

yang terjadi pada setiap perlakuan menggambarkan adanya pengaruh intensitas

cahaya. Sampel berjumlah 20 ekor diambil dari setiap perlakuan.

Analisis Data

Data hasil percobaan distribusi larva dianalisis secara diskriptif, sedangkan

data sintasan dan pertumbuhan dianalisis dengan uji F. Jika uji F menunjukkan

adanya pengaruh nyata (P < 0,05) pada tiap perlakuan, maka dilanjutkan analisis

dengan uji rerata Tukey (Neter et al. 1990). Pengolahan data sintasan dan

pertumbuhan dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 15 for Windows.

Hasil dan Pembahasan

Distribusi Larva

Hasil pengamatan terhadap distribusi larva, menunjukkan adanya respon yang

berbeda terhadap tingkat intensitas cahaya. Pada perlakuan intensitas cahaya O lux

dan 200 lux, larva umur 1–5 hari cenderung berada di permukaan (87–92 %), antara

7–12 % larva berada di bagian tengah badan air dan tidak ada larva yang berada di

bagian bawah atau dasar bak. Pada intensitas cahaya 500 lux, sebagian besar berada

di permukaan sampai lapisan tengah media, 61–78 % di bagian permukaan, di bagian

tengah 14–35 % dan 2–12 % di bagian bawah, tetapi pada hari ke 3–4 tidak

ditemukan larva di bagian bawah badan air. Sebaliknya terjadi pada intensitas cahaya

800 lux, larva pada hari 1–5 tersebar merata di seluruh bak, jumlah larva yang berada

di permukaan ada sekitar 25–39 %, di bagian tengah 38–49 % dan di bagian bawah

17–25 % (Lampiran 21).

Secara umum, pada stadia umbo awal dan stadia umbo akhir (pediveliger)

larva menunjukkan kecenderungan berada di bagian tengah badan air, hal ini dapat

dilihat dari peningkatan jumlah persentase larva. Pada akhir periode planktonis larva

yakni stadia pediveliger sampai plantigrade, larva cenderung menyebar merata. Larva

pada intensitas cahaya 200 lux dan 0 lux lebih banyak di bagian tengah, 95 % larva

sudah menempel setelah hari ke 18–19, sehingga hanya ditemukan 2,5 % sampel

Page 6: Pengaruh Berbagai Tingkat Intensitas Cahaya Terhadap … · Menurut Gosling (2004) penyebaran larva bivalvia pada awal fase embrionik tidak terlalu aktif atau pasif, tetapi saat mulai

92

larva yang masih hidup sebagai planktonis di permukaan, selebihnya sekitar 2,5 %

hidup di bagian tengah. Pada intensitas cahaya 500 dan 800 lux, sampai hari ke 20–

25 larva masih belum menempel dan cenderung berada di bagian tengah dan dasar

badan air serta di dasar bak (Gambar 21).

Selama pengamatan, larva menunjukkan tingkah laku berenang yang unik.

Gerakan berenangnya berputar-putar dan hidup bergerombol. Pada hari pertama

sampai ke dua, larva berenang menyebar di seluruh badan air. Setelah hari ke-2, larva

terlihat bergerombol di permukaan dan ketika diamati dengan penerangan lampu

baterai jelas terlihat, larva bergerak bergerombol membentuk lebih dari satu

kelompok. Memasuki hari ke-5 sampai hari ke-7, massa larva mulai bergerak

berputar-putar, kebiasaan tersebut berlangsung hingga hari ke 14–16.

O lux

0

20

40

60

80

100

120

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21Umur (hari)

Jum

lah

larv

a (%

)

PermukaanTengahBaw ah

200 lux

0

20

40

60

80

100

120

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1314 1516 171819 2021

Umur (hari)

Jum

lah

Larv

a (%

)PermukaanTengahBaw ah

500 lux

0

20

40

60

80

100

120

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

Waktu (hari)

Jum

lah

larv

a (%

)

PermukaanTengahBawah

800 lux

0

20

40

60

80

100

120

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

Waktu (hari)

Jum

lah

larv

a (%

)

PermukaanTengahBawah

Gambar 21. Distribusi larva Pinctada maxima stadia veliger sampai plantigrade pada

berbagai tingkat intensitas cahaya (0 lux; 200 lux;500 lux; 800 lux).

Pengamatan lebih jauh terhadap tingkah laku larva, khususnya kebiasaan

berenang dan bersosialisasi, diamati larva mempunyai kebiasaan berenang-

bergerombol sambil berputar-putar, gerakannya menyerupai angin puting beliung,

Page 7: Pengaruh Berbagai Tingkat Intensitas Cahaya Terhadap … · Menurut Gosling (2004) penyebaran larva bivalvia pada awal fase embrionik tidak terlalu aktif atau pasif, tetapi saat mulai

93

dimulai dari massa yang berada di bagian atas. Selanjutnya akan diikuti oleh massa

yang berada di bawahnya. Bentuknya mengerucut semakin mengecil ke bawah, tetapi

tidak sampai menyentuh dasar. Gerakan berputar-putar lebih sering dilakukan searah

jarum jam dan yang menarik jarang ditemukan adanya benturan antara satu

kelompok massa dengan massa yang lain. Jika terjadi benturan antar dua kelompok,

maka sesaat keduanya akan bersatu membentuk massa yang lebih besar sambil tetap

berputar-putar, selanjutnya akan terpecah lagi menjadi dua kelompok atau lebih.

Kelompok massa ini perlahan akan menyebar dan menjauhi permukaan air manakala

diberi perlakuan lampu dengan intensitas cahaya 800 lux, sedangkan pada intensitas

cahaya 500 lux masih ada sekelompok massa kecil-kecil yang menyebar di bagian

tengah badan air. Pernyataan yang mendukung hasil kajian ini disampaikan Gosling

(2004), bahwa selama stadia larva-bivalvia bersifat planktonis dan benar-benar

bersifat fototrofik serta sensitif terhadap cahaya. Namun cenderung bersifat shading-

behavior atau menghindar dari cahaya langsung (Brusca 1990).

Menurut Gosling (2004) penyebaran larva bivalvia pada awal fase embrionik

tidak terlalu aktif atau pasif, tetapi saat mulai makan pertama kali (stadia veliger)

akan menyebar vertikal dan aktif berenang. Penyebarannya dibantu oleh arus air.

Dicatat, kecepatan gerak vertikal larva bivalvia antara 0,15–10 mm/detik, hal ini

mengindikasikan bahwa larva mampu mengendalikan distribusinya secara vertikal.

Berdasarkan hasil kajian diketahui, bahwa selama menjalani periode

planktonis (20 hari), larva P. maxima menghendaki kondisi lingkungan pemeliharaan

dengan intensitas cahaya rendah atau kurang dari 200 lux. Hasil kajian ini dapat juga

digunakan untuk menjawab, mengapa sebagian besar hatchery tiram mutiara yang

ada di Indonesia menggunakan disain bangunan tertutup atau ruangan gelap,

utamanya untuk pemeliharaan larva. Dipertegas lagi oleh pernyataan Alagarswami et

al. (1987) dan CMFRI (1991), larva tiram mutiara P. fucata mempunyai preferensi

konsisi lingkungan dengan pencayaan rendah atau gelap. Untuk memanipulasi

lingkungan digunakan wadah pemeliharaan yang berwarna gelap. Hasilnya, larva

menunjukkan pertumbuhan yang siknifikan lebih tinggi dan waktu penempelan lebih

cepat. Penempelan spat pada bak berwarna gelap (hitam) lebih tinggi atau mencapai

73,7 %, jika dibandingkan pada bak berwarna biru (23,2 %) dan putih (27,3 %).

Page 8: Pengaruh Berbagai Tingkat Intensitas Cahaya Terhadap … · Menurut Gosling (2004) penyebaran larva bivalvia pada awal fase embrionik tidak terlalu aktif atau pasif, tetapi saat mulai

94

Sintasan dan Laju Pertumbuhan Larva

Hasil percobaan menunjukkan bahwa intensitas cahaya berpengaruh nyata (P

≤ 0,05) terhadap sintasan dan laju pertumbuhan larva P. maxima. Sintasan tertinggi

pada stadia I terjadi pada perlakuan intensitas cahaya 200 lux (96,47 %), kemudian

diikuti perlakuan 0 lux (96,37 %), 500 lux (72,26 %) dan terendah pada perlakuan

800 lux (55,33 %). Hasil yang sama juga terjadi pada stadia II dan III (Tabel 11).

Hasil analisis varian terhadap sintasan menunjukkan adanya beda nyata (P ≤ 0,05)

antar perlakuan. Hasil uji nilai tengah Tukey menunjukkan, bahwa perlakuan 0 lux

tidak berbeda nyata lebih kecil (P ≥ 0,05) dengan perlakuan 200 lux, tetapi perlakuan

0 dan 200 lux berbeda nyata lebih besar (P ≤ 0,05) dengan perlakuan 500 dan 800 lux

(Lampiran 22).

Tabel 11. Sintasan (%) larva Pinctada maxima (rata-rata + SD) pada berbagai tingkat intensitas cahaya.

Stadia/Umur Intensitas Cahaya (lux)

0 200 500 800

Stadia I (D1–6) 96,37+0,12a 96,47+0,25a 72,26+0,25b 55,33+0,23c

Stadia II (D7–14) 95,23+0,26a 95,87+0,12a 70,43+0,05b 53,13+0,05c

Stadia III (D15–20) 90,23+0,40a 90,56+0,44a 69,40+0,66b 48,17+0,09c Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada lajur yang sama menunjukkan

adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan pada taraf 5 %.

Hasil pengamatan terhadap laju pertumbuhan larva P. maxima menunjukkan

bahwa pada Stadia I, laju pertumbuhan tercepat terjadi pada perlakuan 200 lux (28,76

x 14,63 μm) dan paling lambat pada perlakuan 800 lux (20,47 x 6,57 μm).

Selanjutnya pada stadia II dan III juga menunjukkan hasil yang sama (Gambar 22)

(Lampiran 23a). Hasil analisis varian terhadap laju pertumbuhan larva menunjukkan

adanya beda nyata (P ≤ 0,05) antar perlakuan. Hasil uji nilai tengah Tukey

menunjukkan, bahwa perlakuan 200 lux tidak berbeda nyata lebih besar (P ≥ 0,05)

dengan perlakuan 0 lux, sedangkan perlakuan 0 dan 200 lux berbeda nyata lebih

besar (P ≤ 0,05) dengan perlakuan 500 dan 800 lux (Lampiran 23bc).

Page 9: Pengaruh Berbagai Tingkat Intensitas Cahaya Terhadap … · Menurut Gosling (2004) penyebaran larva bivalvia pada awal fase embrionik tidak terlalu aktif atau pasif, tetapi saat mulai

95

01

234

567

89

0 200 500 800

Intensitas cahaya (lux)

Laj

u pe

rtum

buha

n (%

) I II III

Gambar 22. Laju pertumbuhan spesifik (%) larva Pinctada maxima (rata-rata ± SD)

pada berbagai tingkat intensitas cahaya. Huruf yang berbeda pada grafik menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan pada taraf 5 %

Dalam percobaan ini, sintasan dan laju pertumbuhan larva P. maxima

dipengaruhi oleh intensitas cahaya. Pendapat yang sama dikemukakan Lucas et al.

(1988), bahwa intensitas cahaya berpengaruh terhadap perkembangan dan laju

pertumbuhan bivalvia moluska. Intensitas cahaya yang tinggi (≥ 10.000 lux) cukup

kritis bagi pertumbuhan normal dan sintasan kima Tridacna gigas. Penelitian lain

menyatakan bahwa pola pertumbuhan jevenil kepah (hard clam) dipengaruhi oleh

cahaya dan kondisi gelap (Cenni et al. 1989).

Intensitas cahaya yang optimum untuk sintasan dan laja pertumbuhan larva P.

maxima antara 0–200 lux. Hal ini menunjukkan bahwa larva lebih cenderung

menyukai kondisi lingkungan dengan pencahayaan rendah. Menurut Brusca (1990)

stadia planktonis larva bersifat foto-positif dan cenderung menghindari cahaya

langsung (shading behavior). Berkaitan dengan sifatnya tersebut, di alam banyak

ditemukan spat menempel di bagian bawah pelampung pada keramba apung (KJA)

atau menempel di bagian bawah benda-benda keras yang menancap di dasar laut dan

di kedalaman air, sehingga tidak terkena cahaya matahari langsung (Winanto et al.

1992).

Hasil penelitian Yan et al. (2006) pada larva Kerang Manila yang diberi

perlakuan terkena matahari langsung (tidak ditutupi) menunjukkan laju pertumbuhan

yang siknifikan lebih lambat jika dibanding kelompok kerang yang diberi perlakuan

ditutup sebagian (1000–5000 lux) atau ditutup rapat (< 500 lux). Fenomena yang

a a

b

c

Page 10: Pengaruh Berbagai Tingkat Intensitas Cahaya Terhadap … · Menurut Gosling (2004) penyebaran larva bivalvia pada awal fase embrionik tidak terlalu aktif atau pasif, tetapi saat mulai

96

sama juga teramati dalam penelitian ini, mengingat habitat alami tiram mutiara yang

hidup di dasar laut hinggá kedalaman 10–75 m, sehingga larva secara alami akan

melakukan adaptasi pada kondisi lingkungan dengan intensitas cahaya rendah.

Dalam penelitian ini diperoleh informasi bahwa laju pertumbuhan larva pada

intensitas cahaya 0, 200 lux nyata lebih tinggi dibanding pada intensitas cahaya 500

dan 800 lux. Diduga, hal ini berkaitan dengan efektivitas metabolisme, pada kondisi

gelap sampai remang-remang (0–200 lux), larva dapat melakukan proses pencernaan

makanan lebih efisien dibanding pada kondisi lingkungan yang terang. Observasi

yang dilakukan Zhuang (2006) terhadap ritme makan Kepah (Meretrix meretrix)

selama siklus diurnal, dengan pencahayaan 9,8 Watt/m2 (diletakkan di atas

permukaan air pada bak pemeliharaan) sebagai periode penyinaran. Hasil observasi

menunjukkan bahwa, terdapat tiga fase pencernaan makanan, yaitu: fase pencernaan

tertinggi terjadi pada pukul 00:00–08:00. Fase pencernaan terendah terjadi dari pukul

12:00–20:00, dan fase peralihan terjadi antara pukul 20:00–00:00. Laju pencernaan

meningkat tajam dari fase makan terendah ke fase makan tertinggi.

Menurut Yamamuro et al. (2000); Wong and Chueng (2001); Wu et al.

(2002) bivalvia yang tinggal pada habitat dan lingkungan sama, akan mempunyai

ritme makan yang sama pula. Berdasarkan pada fase ritme makan, jelaslah bahwa

ritme makan pada semua ukuran Kepah (Meretrix meretrix), sebenarnya merupakan

atribut dari siklus terang-gelap yang mempengaruhi pergerakan dan kemampuan

mendapatkan makanan.

Menurut Gosling (2004) sinar dapat menjadi modulator pertumbuhan pada

kerang Mytilus edulis. Jika kerang ditempatkan di dalam tempat pemeliharaan yang

gelap terus menerus, atau mengurangi tingkat intensitas cahaya, atau dengan periode

penyinaran kurang dari 7 jam, maka secara siknifikan akan meningkatkan

pertumbuhan. Hal ini mungkin berkaitan dengan meningkatknya aktivitas makan.

Pigmentasi spat

Pada akhir percobaan diamati adanya pengaruh intensitas cahaya terhadap

pigmentasi atau perbedaan warna cangkang spat. Secara diskriptif dapat digambarkan

bahwa pada perlakuan intensitas cahaya 0 lux (A) dan 500 lux (B) sebagian besar

cangkang spat berwarna gelap atau lebih gelap dibanding perlakuan intensitas

cahaya 1000 (C), 1.500 (D) dan 2.000 lux (E). Pada perlakuan A dan B, cangkang

Page 11: Pengaruh Berbagai Tingkat Intensitas Cahaya Terhadap … · Menurut Gosling (2004) penyebaran larva bivalvia pada awal fase embrionik tidak terlalu aktif atau pasif, tetapi saat mulai

97

umumnya berwarna gelap, seperti kecoklatan, coklat kekuningan dan sebagian kecil

berwarna ungu tua (anggur tua), kehijauan sampai hijau tua. Sedangkan warna

cangkang pada perlakuan C, D dan E kelihatan lebih terang atau sebagian besar

berwarna kekuningan, kuning keputihan, krem (putih kecoklatan) dan ada yang di

bagian sekitar umbonya berwarna agak kemerahan (Gambar 23).

Sampai saat ini belum banyak dilakukan kajian mengenai fisiologi dan

regulasi organ-organ pembawa pigmen atau organ pencahayaan pada moluska.

Observasi pada warna dan karakteristik spektrum cahaya yang berpengaruh terhadap

warna moluska juga masih terbatas (Nicol 1964). Warna struktural atau

schemochromic pada moluska, biasa digunakan untuk membedakan adanya

pigmentasi (biokrom), yaitu dengan memunculkan pikmen berwarna-warni. Warna

yang timbul dapat berubah-ubah, sesuai dengan panjang gelombang yang diterima

antara cahaya yang masuk dan dipantulkan secara bergantian oleh lapisan sangat tipis

kalsium karbonat, dengan substansi pembanding indek-refraksi (biasanya air), dalam

strata penyusutan yang sama.

Gambar 23. Warna spat tiram mutiara P. maxima, (A) Intensitas cahaya 0 dan 500

lux (B) Intensitas cahaya 1.000, 1.500 dan 2.000 lux.

Sebagai contoh adalah corak warna yang ditimbulkan dan terjadi karena

adanya campur tangan manusia, diekspresikan sangat sempurna dalam wujut mutiara

dan di lapisan bagian dalam cangkang (nacre) abalone atau tiram mutiara. Pigmetasi

warna juga nampak jelas pada cangkang jenis tersebut, seperti warna coklat, merah,

pink, ungu, kuning, orange, hijau dan warna lain dari material yang mengandung zat

kapur (calcareous) atau dari protein cochiolin matrik cangkang (Fox 1966). Spat P.

maxima warnanya kuning pucat atau kuning kecoklatan, dan warna pada garis-garis

radiernya bervariasi seperti coklat kemerahan, merah anggur atau hijau. Setelah

A B

Page 12: Pengaruh Berbagai Tingkat Intensitas Cahaya Terhadap … · Menurut Gosling (2004) penyebaran larva bivalvia pada awal fase embrionik tidak terlalu aktif atau pasif, tetapi saat mulai

98

dewasa warna-warna pada garis radier tersebut biasanya memudar (BBL 2001;

Winanto 2004). Hal ini diduga, pada waktu spat dipelihara di dalam lab hanya

mendapat pencahayaan sedikit atau dengan intensitas cahaya rendah, sehingga

timbulah pigmentasi dan setelah dewasa dipelihara di alam dengan mendapat

intensitas cahaya tinggi, maka pikmen warna yang berperan hanya zat kapur yang

berada pada permukaan cangkang sehingga warna tiram dewasa menjadi kuning tua

atau kuning kecoklatan.

Pada beberapa sample bivalvia juga ditemukan adanya karotinoid, hasil

observasi menunjukkan bahwa kandungan karotin pada moluska berubah-ubah sesuai

dengan musim (Fox 1966). Warna orange cerah pada kerang Mytilus californianus

ditemukan oleh Scheer (1940), namun tidak ditemukan adanya karotin tetapi berupa

Xantophil yang jarang ditemukan. Mytilus californianus adalah konsumen penyaring,

khususnya detritus laut berukuran sangat kecil dan plankton kecil, kemudian sambil

memilah melakukan asimilasi dan menghasilkan xantofil, jadi bukan karotin. Lebih

dari itu, seperti pada sedikit moluska laut lainnya, proses itu kelihatannya sudah

terjadi, yaitu biasa untuk memodifikasi makanan tertentu yang mengandung

karotinoid ke dalam derivat yang tidak biasa terjadi, misalnya mytiloxantin.

Menurut Fox (1966); Wilbur and Saleuddin (1983) pigmen warna gelap pada

cangkang spat disebabkan oleh melanin. Ketika deposit katabolik tidak dapat larut,

mungkin melanin tidak aktif menjalankan aktivitas fungsi biokimia di dalam

pengaturan metabolisme, tetapi mungkin secara biofisika masih efektif dalam

menentukan corak yang spesifik. Peristiwa ini berlangsung ketika terjadi pertukaran

panas dan infiltrasi cahaya matahari masuk, sehingga melukai atau merusak jaringan

dasar. Harus diingat, tidak semua pikmen warna gelap dari invertebrata disebabkan

melanine.

Sintasan dan Laju Pertumbuhan Spat

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa spat memberikan respon yang

berbeda-beda terhadap perlakuan intensitas cahaya. Pada intensitas 500 lux (B) spat

menunjukkan sintasan paling tinggi (96,12 %), bahkan lebih tinggi jika dibandingkan

pada intensitas cahaya 0 lux (A: 84,26%), selanjutnya diikuti perlakuan C (78,50 %),

Page 13: Pengaruh Berbagai Tingkat Intensitas Cahaya Terhadap … · Menurut Gosling (2004) penyebaran larva bivalvia pada awal fase embrionik tidak terlalu aktif atau pasif, tetapi saat mulai

99

D (60,02 %) dan sintasan terendah pada perlakuan D (48,70 %) (Gambar 24)

(Lampiran 24a).

0

20

40

60

80

100

120

0 500 1000 1500 2000

Intensitas cahaya (lux)

Sint

asan

(%)

ab c

d

e

Gambar 24. Sintasan (%) spat (rata-rata ± SD) pada berbagai tingkat intensitas

cahaya. Huruf yang berbeda pada grafik menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan pada taraf 5 %.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa laju pertumbuhan spesifik spat terbaik

terdapat pada perlakuan 500 lux (543,74 x 541,27 µm) dan pertumbuhan paling

lambat pada perlakuan 2.000 lux (224,54 x 223,04 µm) (Gambar 25) (Lampiran 24a).

Hasil analisis varian dan uji nilai tengah Tukey terhadap sintasan dan laju

pertumbuhan menunjukkan adanya pengaruh nyata (P ≤ 0,05) antar perlakuan

(Lampiran 24b).

0

5

10

15

20

25

30

35

0 500 1000 1500 2000

Intensitas cahaya (lux)

Laj

u pe

rtum

buha

n (%

)

Antero-posterior (AP)Dorso-ventral (DV)a

bc

d

e

Gambar 25. Laju pertumbuhan spesifik (%) spat P. maxima pada berbagai tingkat

intensitas cahaya. Huruf yang berbeda pada grafik menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan pada taraf 5 %.

Page 14: Pengaruh Berbagai Tingkat Intensitas Cahaya Terhadap … · Menurut Gosling (2004) penyebaran larva bivalvia pada awal fase embrionik tidak terlalu aktif atau pasif, tetapi saat mulai

100

Berdasarkan hasil analisis korelasi antara sintasan dan pertumbuhan

dengan intensits cahaya, dapat diinterpretasikan bahwa semakin tinggi intensitas

cahaya, maka sintasan spat makin rendah. Semakin tinggi intensitas cahaya makin

lambat pertumbuhan spat atau semakin bertambah ukuran spat (dewasa) makin

menurun toleransinya terhadap intensitas cahaya.

Diduga, kondisi ini berkaitan dengan sifat spat yang lebih menyukai kondisi

lingkungan remang-remang (shading behavior). Laju metabolisme spat akan

meningkat pada kondisi lingkungan dengan intensitas cahaya rendah, pada keadaan

demikian laju filtrasi spat juga akan meningkat, sehingga dapat diperoleh pakan

dalam jumlah maksimum, serta mendapatkan cukup energi untuk tumbuh dan

menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Menurut Yang et al. (2000); Wu et al. (2002) mengukur intensitas cahaya

lebih efektif pengaruhnya dibanding mengukur lama waktu panjang siang hari (ada

cahaya), karena intensitas cahaya sepanjang pagi sampai sore hari berfluktuasi,

dipengaruhi oleh kondisi lingkungan atau cuaca. Dengan mengukur intensitas

cahaya, maka dapat diketahui kebutuhan pencahayaan spat P. maxima, sehingga

dapat dilakukan pemeliharaan di lab dengan memanipulasi pencahayaan. Pada

bivalvia seperti M. meretrix, ritme biologis makan erat kaitannyanya dengan cahaya,

suhu, ketersediaan pakan dan gerakan pasang surut air. Zhuang (2006) mengamati

aktifitas makan M. meretrix dipengaruhi oleh panjang siang atau adanya cahaya.

Diperkirakan pengaruh respon laju mencerna (Ingestion Rate) dan efisiensi asimilasi

(Assimilation Efficiency) meningkat sepanjang siang hari. Hal sama ditunjukkan juga

oleh kepah (clam), bahwa menurunnya laju mencerna (IR) disebabkan oleh

meningkatnya efisiensi asimilasi, peristiwa ini dipengaruhi oleh perubahan lama

pencahayaan. Merangkum pendapat Yang et al. (2000); Wu et al. (2002), laju

mencerna makanan berkaitan dengan metabolisme dan efektifitas metabolisme

berkaitan erat dengan energi yang dihasilkan untuk pertumbuhan, lebih luas lagi pada

aktivitas biologis seperti mencari tempat untuk menempel atau tempat

tinggal/menetap yang nyaman. Sejalan dengan pemikiran para ahli tersebut, hasil

kajian ini juga menunjukkan adanya pengaruh nyata (P < 0,05) intensitas cahaya

terhadap sintasan, pertumbuhan, dan jumlah penempelan spat. Hasil kajian ini

didukung juga oleh Gosling (2004) yang menyampaikan bahwa cahaya merupakan

modulator pertumbuhan kerang. Jika menempatkan kerang (mussel) secara terus-

Page 15: Pengaruh Berbagai Tingkat Intensitas Cahaya Terhadap … · Menurut Gosling (2004) penyebaran larva bivalvia pada awal fase embrionik tidak terlalu aktif atau pasif, tetapi saat mulai

101

menerus di tempat gelap, mengurangi pencahayaan atau pada fotopiriod 7 jam atau

kurang, semua kondisi tersebut berpengaruh siknifikan meningkatkan pertumbuhan,

biasanya ditunjukkan melalui peningkatan aktivitas makan.

Simpulan

1. Intensitas cahaya berpengaruh terhadap distribusi larva Pinctada maxima.

2. Intensitas cahaya optimum untuk sintasan dan pertumbuhan larva P. maxima

adalah 0−200 lux, sedangkan untuk spat 0−500 lux.

Daftar Pustaka

Alagarswami K, Dharmaraj S, Velayudhan TS, Chellam A. 1987. Hetchery Tecnology for Pearl Oyster Production. In: Pearl Culture. CMFRI. Cochin, India. Bulletin 39(9): 62-71.

BBL (Balai Budidaya Laut). 2001. Pembenihan Tiram Mutiara (Pinctada maxima).

Balai Budidaya Laut Lampung. Seri Budidaya Laut 6: 61 hal. ______________________. 2004. Pembenihan ikan kerapu. Balai Budidaya Laut

Lampung. Seri Budidaya Laut 13. 106 hal. Brusca GJ. 1990. Invertebrates. Phylum Mollusca. Sounderland, Massachusetts. 20:

363-387. Cenni S, Cerrato RM, Siddall SE. 1989. Periodicity of growth lines in larval and post

larval shell of Marcenaria marcenaria. J Shellfish Res 8: 444-445. Chengbo Z and Shuanglin D. 2004. Effect of Na/K Ratio in Seawater on Growth and

Energy Budget of Juvenile Litopenaeus vannamei. Aquaculture 234: 485-496. CMFRI 1991. Pearl Oyster Farming and Pearl Culture. Training Manual No. 8.

Regional Seafarming Development and Demonstration Project. RAS/90/002. Bangkok, Thailand. 103 p.

Fox DL. 1966. Pigmentation of Molluscs. In: Wilbur KM and Yonge CM.

Physiology of Mollusca. Vol. II. Academic Press. New York. 8: 249-274. Gosling E. 2004. Bivalve Molluscs. Biology, Ecology and Culture. Fishing News

Book. Great Britain.

Page 16: Pengaruh Berbagai Tingkat Intensitas Cahaya Terhadap … · Menurut Gosling (2004) penyebaran larva bivalvia pada awal fase embrionik tidak terlalu aktif atau pasif, tetapi saat mulai

102

Jeffry SW, Gerland CD and Brown MR. 1990. Microalgae in Australian Mariculture. In: Biology of Marine Plants. Longman-Chesher. 18: 400-414.

Lucas SJ., Braly RD, Crawford CM, Nash WJ. 1988. Selecting optimum conditions

for ocean-nursery culture of Tridacna gigas. Gian clams in Asia and the Pacific. In: Copland JW, Lucas JS (Eds). Australian Center for International Agricultural Research Monograph Series, vol. 98. Australian Center for International Agricultural Research, Canberra, Australia, pp.129-132.

Neter J, Wesseran W, Kutsner MH. 1990. Applied Linear Statistikcal Models.

Regression, Analysis of Variance and Experiental Designs. Third Edition. Toppan Copany, LTD. Tokyo, Japan. 1173 p.

Nicol JAC. 1964. Special Effectors: Luminous Organs, Chromatophores, Pigments,

and Poison Glands. In: Wilbur KM and Yonge CM. Physiology of Mollusca. Academic Press. New York. 12(III – IV):360-371.

Rupp GS, Parsons GJ, Thompson RJ, de Bem MM. 2005. Influence of

Environmental Faktors, Season and Size at Development on Growth and Retrieval of Postlarval Lion’s Paw Scallop Nodipecten nodosus (Linnaeus, 1758) From A Subtropical Environment. Aquaculture 243: 195-216.

Scheer BT. 1940. Some Features of The Metabolism of The Carotenoid Pigments of

The California Sea Mussel (Mytilus californianus). J Biol Chem 136: 275-299.

Segal E. 1970. Light, Animal, Invertebrates. MarineEcology, A Comprehensive,

Integrated Treatise on Life in The Oceans and Coastal Waters. Environmental Factors. Wiley-Interscience. London. Vol. I (1): 159-212.

Wilbur KM and Saleuddin ASM. 1983. Shell Formation. In: Saleuddin ASM and

Wilbur KM. The Mollusca. Physiology 1, Vol. 4. Academic Press. New York. Pp. 235-287.

Winanto T, Pontjoprawiro S, Murdjani M. 1992. Budidaya Tiram Mutiara. Pelatihan

Ahli Budidaya Tiram Mutiara. BBL dan FAO/UNDP. INS/81/008. Winanto T, Soekendarsi E, Paonganan Y. 2001. Hatchery Production of Spat of Pearl

Oyster Pinctada maxima (Jameson) in Indonesia. J Phuket Marine Biology Special Publication 25 (1): 189-192.

Winanto T. 1996. Status of Pearl Oyster Culture in Indonesia. J Australian

Gemmology 19 (6): 345-349. _________. 2004. Memproduksi Benih Tiram Mutiara. P.T. Panebar Swadaya,

Jakarta. Seri Agribisnis. 95 hal.

Page 17: Pengaruh Berbagai Tingkat Intensitas Cahaya Terhadap … · Menurut Gosling (2004) penyebaran larva bivalvia pada awal fase embrionik tidak terlalu aktif atau pasif, tetapi saat mulai

103

Wong WH and Cheung SG. 2001. Feeding Rhythm of The Green Lipped Mussel, Perna viridis (Linnaeus,1785)(Bivalvia: Mytillidae), during spring and neap tidal cycles. J Exp Marine Biol Ecol 257: 13-36.

Wu GH, Chen PJ, Hang RS, Yang SY, Shen JL. 2002. Influence of Salinity and Day

and Night Rhythm on Feeding Rate (FR) of Ruditapes philippinarum. Jour Oceanography 21: 72-77.

Yang XX, Lin XT, Ji XL. 2000. The Effect of Light Intensity, Temperature, Salinity

on Filtration Rate of Perna viridis. Chin. J Mar Sci 24: 36-38. Yamamuro M, Hiratsuka J, Ishitobi Y. 2000. Seasonal Change in a Filter-Feeding

Bivalve, Musculista senhousia, population of a Eutrophic Estuarine Lagoon. J Marine Syst 26:117-126.

Yan X, Zhang G, Yang F. 2006. Effects of diet, stoking density, and environmental

factors on growth, survival, and metamorphosis of Manila clam Ruditapes philippinarum larvae. Aquaculture 253: 350-358.

Zhuang S. 2006. The influence of salinity, diurnal rhythm, and day length on feeding

behavior in Meretrix meretrix Linnaeus. Aquaculture 252: 384-590.