pengaruh anatomi struktur pendukung gigi tiruan …

109
PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN PENUH RAHANG BAWAH TERHADAP RETENSI DAN STABILISASI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi AMIRA PUTRI HEIDIRA NIM : 150600194 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019 Universitas Sumatera Utara

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG

GIGI TIRUAN PENUH RAHANG BAWAH TERHADAP

RETENSI DAN STABILISASI

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

Syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

AMIRA PUTRI HEIDIRA

NIM : 150600194

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2019

Universitas Sumatera Utara

Page 2: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Prostodonsia

Tahun 2019

Amira Putri Heidira

Pengaruh Anatomi Struktur Pendukung Gigi Tiruan Penuh Rahang Bawah

Terhadap Retensi Dan Stabilisasi.

xiii + 79 Halaman

Edentulus penuh adalah keadaan dimana seseorang mengalami kehilangan

seluruh gigi aslinya. Perawatan edentulus penuh dilakukan dengan pembuatan gigi

tiruan penuh (GTP). Parameter keberhasilan perawatan sangat tergantung pada

pemakaiannya. Hal yang sering menjadi permasalahan adalah kemampuan pasien

untuk memakai dan beradaptasi terhadap gigi tiruan. Jika tidak teratasi dengan baik,

maka akan berdampak pada kesehatan mulut serta kualitas hidup pasien, sehingga

evaluasi dan kontrol pasca perawatan perlu dilakukan. Satu masalah yang banyak

dikeluhkan adalah masalah pada retensi dan stabilisasi GTP rahang bawah. Menurut

penelitian sebelumnya, adaptasi pasien terhadap GTP berhubungan dengan kondisi

gigi tiruan, yang merupakan kombinasi dari kualitas GTP dan karakteristik linggir

alveolar, sehingga perbedaan antara evaluasi dokter gigi mengenai kualitas GTP dan

penilaian pasien dapat disebabkan penilaian klinis yang kurang tepat pada denture-

bearing area, yang terdiri dari anatomi struktur pendukung dan pembatas gigi tiruan.

Namun, penelitian lain menyatakan linggir sisa alveolar tidak mempengaruhi

penerimaan pasien terhadap GTP, sehingga studi pada bidang ini masih dianggap

samar-samar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh struktur anatomi

pendukung gigi tiruan rahang bawah terhadap retensi dan stabilisasi pada pasien GTP

di RSGM USU. Rancangan penelitian ini adalah deskriptif analitik. Sampel penelitian

ini adalah pasien yang menerima perawatan GTP di RSGM USU. Cara sampling

yang digunakan adalah teknik penarikan sampel non-probability secara purposive

Universitas Sumatera Utara

Page 3: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

sampling. Jumlah sampel penelitian sebanyak 30 orang. Subjek penelitian diperiksa

resiliensi puncak linggir serta bentuk linggir alveolar rahang bawahnya, lalu

dilakukan pemeriksaan retensi dan stabilisasi GTP. Data dianalisis dengan uji Chi-

Square dan Fisher Exact. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang

signifikan antara resiliensi puncak linggir alveolar terhadap retensi dengan nilai

p=0,005, bentuk linggir alveolar terhadap retensi dengan nilai p=0,023, dan bentuk

linggir alveolar terhadap stabilisasi dengan nilai p=0,001. Kesimpulan dari penelitian

adalah resiliensi puncak linggir alvoelar memiliki pengaruh terhadap retensi. Puncak

linggir alveolar yang flabby menyebabkan GTP bergeser, sehingga mengakibatkan

hilangnya peripheral seal antara GTP dengan jaringan. Bentuk linggir alveolar

memiliki pengaruh terhadap retensi dan stabilisasi. Bentuk linggir klas III memiliki

retensi dan stabilisasi yang baik karena mampu menahan gaya lateral dan memiliki

kesejajaran dinding yang dapat mempertahankan seal untuk menahan gaya

melepaskan dari arah vertikal. Pemakai GTP perlu dihimbau untuk melakukan

kontrol rutin setelah pemasangan GTP untuk memeriksa retensi dan stabilisasi, serta

melihat apakah GTP perlu dilakukan relining atau rebasing, sehingga meningkatkan

kesadaran dan kepedulian akan fungsi GTP-nya.

Daftar rujukan : 65 (2003-2018)

Universitas Sumatera Utara

Page 4: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

ii

Universitas Sumatera Utara

Page 5: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

iii

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji

TIM PENGUJI

KETUA : Prof. Slamat Tarigan, drg., MS., Ph.D

ANGGOTA : 1. Eddy Dahar, drg., M.Kes

2. Hubban Nasution, drg., MSc

Universitas Sumatera Utara

Page 6: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai

salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi Universitas

Sumatera Utara.

Rasa hormat dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis

sampaikan kepada kedua orang tua tercinta, yaitu Ayahanda Hendry dan Ibunda Ira

Mashura yang telah membesarkan, memberikan kasih sayang yang tidak terbalas,

doa, nasehat, semangat, dan dukungan baik moril maupun materil kepada penulis.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada adik-adik penulis, yaitu M. Rafi

Attahari dan Ayla Wanda Azzura yang senantiasa memberikan semangat dan

dukungan kepada penulis selama penulisan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan,

bimbingan, serta saran dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima

kasih serta penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Eddy Dahar, drg., M.Kes selaku dosen pembimbing dan anggota penguji

skripsi yang telah memberikan pengarahan, saran, nasehat, dorongan, serta

meluangkan waktu, tenaga, pemikiran dan kesabaran kepada penulis selama

penelitian dan penulisan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes, Sp.RKG (K) selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes., Sp.Pros (K) selaku koordinator

skripsi Departemen Prostodonsia yang telah meluangkan waktu untuk membimbing

dan memberikan pengarahan kepada penulis selama penulisan skripsi ini hingga

selesai.

4. Syafrinani, drg., Sp.Pros (K) selaku Ketua Departemen Prostodonsia

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

v

5. Prof. Slamat Tarigan, drg., MS., Ph.D selaku ketua tim penguji skripsi

yang telah memberikan saran, masukan, serta pendapat kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

6. Hubban Nasution, drg., MSc selaku anggota tim penguji skripsi yang

telah memberikan masukan dan saran yang sangat bermanfaat untuk penyempurnaan

skripsi ini.

7. Aini Hariyani Nasution, drg., Sp.Perio (K) selaku penasehat akademik

yang telah memberikan bimbingan dan motivasi selama masa pendidikan maupun

selama penulisan skripsi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

8. Seluruh staf pengajar serta pegawai Departemen Prostodonsia Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas motivasi dan bantuan dalam

menyelesaikan skripsi ini hingga selesai.

9. Seluruh responden penelitian yang sudah bersedia untuk berpartisipasi

serta mengikuti serangkaian proses penelitian ini dengan baik.

10. Sahabat-sahabat terbaik penulis: Katyana Devy Poranc, M. Rizky

Yuandha, Beby Yusmahizrah, Farhan Maulana Azmi, Kartika Walupi, Rischa Ivana,

Rachella Ryandra, Elisa Pasaribu, Christa Patricia, Soraya Sinaga, Mega Aura,

Luthfiani Indah, Fathur Rohmah, dan Dini Sastrawati yang telah banyak membantu

dan memberikan semangat pada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman seperjuangan yang melaksanakan penulisan skripsi di

Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara:

Ade Khairani L, Aisyah Erawasi, Aisyah Hasibuan, Anggini Anha Fitri, Ayumi

Cintika Putri, Boas Siregar, Bob Pranata Sipayung, Christ A Nababan, Desy

Praningrum, Devi Anita S Haloho, Dinda Novia Putri, Elis Crystal, Elkana

Lumbangaol, Fathur Rohmah, Hafizah Alhusna, Jesicha, Karina Tasya, Luthfiani

Indah, M. Rizky Yuandha, Azizah Nurur Rahmah, M. Taruna, Abdul Muiz, Mutia

Annada, Nova Yohana Hutauruk, Rameiyani Sembiring, Sanggry M. P, Dini

Sastrawati, Siska, Siti Habibah Safina, Sri Afriyanti Munthe, Stevaninta Ginting,

Sylvia Indriana, Tishya, Trifena Mulyani, Vivi Sari Rose, Yan Reynaldo, Yana

Rosmana, Yessi Alicia atas bantuan dandukungannya selama penulisan skripsi.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

vi

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan

skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari semua pihak.

Akhir kata, penulis mengharapkan agar skripsi ini dapat memberikan

sumbangan pikiran yang berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan di Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, khususnya di Departemen

Prostodonsia.

Medan, 25 Oktober 2019

Penulis,

(Amira Putri Heidira)

NIM : 150600194

Universitas Sumatera Utara

Page 9: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ......................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... ii

HALAMAN TIM PENGUJI .......................................................................... iii

KATA PENGANTAR ................................................................................... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2 Permasalahan .................................................................................. 6

1.3 Rumusan Masalah .......................................................................... 6

1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................ 7

1.5 Manfaat Penelitian .......................................................................... 7

1.5.1 Manfaat Teoritis .................................................................... 7

1.5.2 Manfaat Praktis ..................................................................... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Edentulus Penuh ............................................................................. 8

2.1.1 Perubahan yang Terjadi pada Rongga Mulut ....................

2.1.2 Resorpsi Linggir Sisa Alveolar ........................................... 2.1.3 Edentulus Penuh pada Rahang Bawah ...............................

9

10

11

2.2 Denture-bearing Area pada Gigi Tiruan Penuh Rahang Bawah 12

2.2.1 Anatomi Struktur Pendukung .............................................. 2.2.1.1 Puncak Linggir Alveolar ......................................... 2.2.1.2 Buccal Shelf ..............................................................

2.2.1.3 Bentuk dari Tulang Pendukung .............................

13

13

14

15

2.2.2 Anatomi Struktur Pembatas ................................................ 2.2.2.1 Vestibulum Labial ................................................... 2.2.2.2 Vestibulum Bukal .................................................... 2.2.2.3 Frenulum Labial .......................................................

18

18

19

19

vii Universitas Sumatera Utara

Page 10: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

2.2.2.4 Frenulum Bukal ....................................................... 2.2.2.5 Fossa Retromylohyoid ............................................ 2.2.2.6 Sulkus Alveololingual .............................................

19

19

20

2.3 Perawatan pada Pasien Edentulus Penuh .................................... 2.3.1 Gigi Tiruan Penuh ................................................................

2.3.2 Pemeriksaan Awal Pasien ....................................................

2.3.3 Gigi Tiruan Penuh Rahang Bawah .....................................

20

20

22

24

2.4 Retensi dan Stabilisasi pada Gigi Tiruan Penuh ........................ 2.4.1 Retensi .................................................................................... 2.4.1.1 Pengertian .................................................................

2.4.1.2 Faktor yang Memengaruhi ..................................... 2.4.1.3 Pengukuran Retensi .................................................

25

25

25

26

30

2.4.2 Stabilisasi ............................................................................... 2.4.2.1 Pengertian ................................................................ 2.4.2.2 Faktor yang Memengaruhi .................................... 2.4.2.3 Pengukuran Stabilisasi ...........................................

31

31

32

35

2.5 Kerangka Teori ............................................................................... 2.6 Kerangka Konsep ........................................................................... 2.7 Hipotesis Penelitian ........................................................................

36

37

38

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian ..................................................................... 3.2 Populasi Penelitian ......................................................................... 3.3 Sampel Penelitian ...........................................................................

3.3.1 Kriteria Inklusi ......................................................................

3.3.2 Kriteria Eksklusi ................................................................... 3.4 Variabel Penelitian ......................................................................... 3.4.1 Variabel Bebas ......................................................................

3.4.2 Variabel Terikat .................................................................... 3.4.3 Variabel Terkendali .............................................................. 3.4.4 Variabel Tidak Terkendali ...................................................

39

39

39

40

40

40

40

40

40

41

3.5 Definisi Operasional....................................................................... 3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 3.7 Prosedur Penelitian .........................................................................

3.7.1 Alat dan Bahan Penelitian ................................................... 3.7.1.1 Alat Penelitian .......................................................... 3.7.1.2 Bahan Penelitian ......................................................

3.7.2 Cara Penelitian ......................................................................

41

43

43

43

43

45

46

3.8 Analisis Data ................................................................................... 3.9 Kerangka Operasional ....................................................................

52

53

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Distribusi Anatomi Struktur Pendukung Gigi Tiruan Penuh

Rahang Bawah ...............................................................................

54

4.2 Distribusi Retensi dan Stabilisasi Gigi Tiruan Penuh Rahang

viii Universitas Sumatera Utara

Page 11: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

Bawah ............................................................................................. 55

4.3 Pengaruh Anatomi Struktur Pendukung Gigi Tiruan Penuh

Rahang Bawah terhadap Retensi dan Stabilisasi ......................

56

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Distribusi Anatomi Struktur Pendukung Gigi Tiruan Penuh

Rahang Bawah ...............................................................................

61

5.2 Distribusi Retensi dan Stabilisasi Gigi Tiruan Penuh Rahang

Bawah .............................................................................................

64

5.3 Pengaruh Anatomi Struktur Pendukung Gigi Tiruan Penuh

Rahang Bawah terhadap Retensi dan Stabilisasi ......................

66

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ...................................................................................... 72

6.2 Saran ................................................................................................. 73

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 74

LAMPIRAN

ix Universitas Sumatera Utara

Page 12: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Tabel Operasional Variabel Bebas ..............................................

41

2 Tabel Operasional Variabel Terikat ............................................

42

3 Definisi Operasional Variabel Terkendali ..................................

43

4 Definisi Operasional Variabel Tidak Terkendali ......................

43

5 Distribusi Resiliensi Puncak Linggir Alveolar Pada Pasien

GTP di RSGM USU ......................................................................

54

6 Distribusi Bentuk Dari Linggir Alveolar Pada Pasien GTP di

RSGM USU ...................................................................................

55

7 Distribusi Penilaian Retensi Gigi Tiruan Penuh Rahang

Bawah Pada Pasien GTP di RSGM USU ...................................

55

8 Distribusi Penilaian Stabilisasi Gigi Tiruan Penuh Rahang

Bawah Pada Pasien GTP di RSGM USU ...................................

56

9 Pengaruh Resiliensi Puncak Linggir Alveolar Rahang Bawah

Terhadap Retensi Gigi Tiruan Penuh Rahang Bawah Pada

Pasien GTP di RSGM USU .........................................................

57

10 Pengaruh Bentuk Dari Linggir Alveolar Rahang Bawah

Terhadap Retensi Gigi Tiruan Penuh Rahang Bawah Pada

Pasien GTP di RSGM USU .........................................................

58

11 Pengaruh Resiliensi Puncak Linggir Alveolar Rahang Bawah

Terhadap Stabilisasi Gigi Tiruan Penuh Rahang Bawah Pada

Pasien GTP di RSGM USU .........................................................

59

12 Pengaruh Bentuk Dari Linggir Alveolar Rahang Bawah

Terhadap Stabilisasi Gigi Tiruan Penuh Rahang Bawah Pada

Pasien GTP di RSGM USU .........................................................

60

x Universitas Sumatera Utara

Page 13: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Puncak dari linggir alveolar (A) umumnya tersusun dari tulang

cancellous ...........................................................................................

14

2 Buccal shelf memanjang dari frenulum bukal (A) ke retromolar

pad (B) dan dibatasi puncak linggir alveolar (C) ..........................

15

3 Bentuk linggir alveolar pada rahang atas (A) dan bawah (B) ...... 18

4 Gigi tiruan penuh ...............................................................................

21

5 Perpanjangan lateral dari sayap bukal untuk menghasilkan

facial seal ............................................................................................

29

6 Tekanan pada suction cup yang dihasilkan oleh adanya

tabrakan molekul gas yang menyebabkan suction cup kontak

dengan permukaan .............................................................................

30

7 Alat pengukur retensi, push and pull meter (NANBEI China,

Analog Push Pull Force Gauge) .......................................................

31

8 Geometri pada gigi tiruan penuh ......................................................

34

9 Neutral zone pada regio molar .........................................................

35

10 Ball burnisher (Inspire Instrument SS Germany) ..........................

44

11 Mikromotor (Strong 207 Korea) ......................................................

44

12 Push and pull meter (NK-50 50 N Dynamometer Analog Push

Pull Force Gauge Tester Meter) ......................................................

45

13 Bur fraser.............................................................................................

45

14 Loop (diameter 0,7 cm) .....................................................................

45

15 Pemeriksaan resiliensi puncak linggir alveolar rahang bawah ....

47

xi Universitas Sumatera Utara

Page 14: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

16 Hasil cetakan dari bentuk linggir alveolar rahang bawah .............

48

17 Gigi tiruan yang sudah dipasang loop dengan resin akrilik .........

49

18 Pemeriksaan retensi gigi tiruan dengan push and pull meter .......

49

19 Gigi tiruan yang sudah dilepaskan dari loop ..................................

50

20 Pemeriksaan stabilisasi gigi tiruan................................................... 50

xii Universitas Sumatera Utara

Page 15: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Surat Izin Penelitian di RSGM USU

2 Surat Keterangan Ethical Clearance

3 Surat Keterangan Selesai Konsultasi Uji Statistik

4 Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian

5 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)

6 Kuesioner Penelitian

7 Analisa Statistik

xiii

Universitas Sumatera Utara

Page 16: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehilangan seluruh gigi atau yang sering disebut dengan edentulus penuh

adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kehilangan seluruh gigi aslinya.

Kehilangan seluruh gigi sering digunakan sebagai indikator umum untuk menilai

kesehatan penduduk serta kecukupan dari sistem perawatan kesehatan gigi dan mulut

di suatu negara.1

Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya

yaitu karies, penyakit periodontal, kebutuhan perawatan ortodontik, injuri trauma, dan

gigi impaksi. Meskipun banyak faktor yang dapat menyebabkan kehilangan gigi,

karies dan penyakit periodontal masih merupakan penyebab yang paling utama.2

Di

Indonesia, berdasarkan laporan RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2013,

angka prevalensi nasional untuk penyakit gigi dan mulut adalah sebesar 25,9%.3

Kehilangan seluruh gigi nasional pada tahun 2007, usia 35-44 tahun sebesar 0,4% dan

semakin meningkat pada usia 65 tahun ke atas, yaitu 17,6%. Persentase kehilangan

gigi di Sumatera Utara lebih rendah daripada angka nasional yaitu sebesar 0,9%,

sedangkan kehilangan seluruh gigi nasional adalah 1,6%.4

Kondisi edentulus penuh pada dasarnya dapat memengaruhi kesehatan umum,

kesehatan rongga mulut dan kualitas hidup pasien. Perubahan pada rongga mulut

mempunyai peran klinis yang penting terhadap perawatan nantinya.5 Fenomena

perubahan yang paling terlihat pada pasien dengan edentulus penuh terjadi di tulang

alveolar yang sering disebut dengan residual ridge resorption (RRR). Resorpsi

linggir sisa alveolar adalah istilah yang digunakan untuk berkurangnya kuantitas dan

kualitas linggir sisa setelah gigi-geligi diekstraksi. Resorpsi ini merupakan proses

yang kronis, progresif dan irreversibel dengan laju resorpsi paling cepat dalam enam

bulan pertama setelah ekstraksi.6

Universitas Sumatera Utara

Page 17: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

2

Perawatan pada pasien dengan edentulus penuh dapat dilakukan dengan

pembuatan gigi tiruan penuh konvensional. Gigi tiruan lengkap atau gigi tiruan penuh

(GTP) didefinisikan sebagai suatu protesa yang menggantikan keseluruhan gigi-geligi

dan jaringan mulut disekitarnya. Tujuan dari gigi tiruan ini adalah untuk

merehabilitasi sistem stomatognatik.7

Fungsi utama dari GTP adalah untuk

mengembalikan fungsi mastikasi atau pengunyahan pasien, membantu

mengembalikan fonetik, mengembalikan dimensi vertikal normal, dan memberikan

dukungan untuk jaringan lunak wajah, sehingga nantinya akan memberikan estetika

yang optimal dan akan meningkatkan kualitas hidup pasien.8,9,10

Meskipun perawatan

gigi tiruan penuh konvensional tidak dianggap sebagai standar perawatan edentulus

penuh di beberapa negara maju, perawatan ini masih banyak digunakan untuk

penggantian gigi yang hilang. Selain itu, penggunaannya diperkirakan tidak akan

menurun dalam waktu dekat, terutama pada populasi di negara berkembang dengan

keterbatasan ekonomi. Oleh karena itu, kemajuan dalam terapi GTP konvensional

masih perlu untuk diteliti dan ditingkatkan.11

Parameter keberhasilan perawatan dengan gigi tiruan penuh sebagian besar

sangat tergantung pada pemakaian gigi tiruan tersebut. Satu hal yang sering menjadi

permasalahan dalam perawatan GTP adalah kemampuan pasien untuk memakai dan

beradaptasi terhadap protesa, yang juga masih merupakan sebuah tantangan dalam

perawatan gigi tiruan penuh. Hal ini jika tidak teratasi dengan baik maka sebagian

besar protesa akan dinilai tidak memuaskan oleh pasien dan berdampak pada

kesehatan mulut serta kualitas hidup pasien.12

Keberhasilan perawatan prostodontik

tergantung pada pendekatan profesional dari dokter gigi dan di sisi lain pada motivasi

dan kerja sama dengan pasien. Evaluasi hasil perawatan serta kontrol setelah

pemasangan GTP penting untuk dilakukan. Evaluasi dan kontrol pasca perawatan

dilakukan dengan tujuan untuk membantu mengatasi masalah dan keluhan pasien

terhadap gigi tiruan. Beberapa keluhan yang sering timbul dari pasien setelah

pemasangan gigi tiruan adalah adanya kelonggaran pada gigi tiruan,

ketidaknyamanan, masalah dukungan pada gigi tiruan, masalah yang berhubungan

dengan retensi dan stabilisasi, serta permasalahan lain seperti kesulitan dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 18: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

3

berbicara, makan, adanya suara ketika makan, perubahan rasa, dan gagging. Salah

satu masalah yang banyak dikeluhkan oleh pasien setelah pemasangan gigi tiruan

adalah adanya masalah pada retensi dan stabilisasi.13

Retensi adalah kualitas yang ada pada gigi tiruan yang bertindak untuk

melawan kekuatan pemindahan sepanjang gigi tiruan ditempatkan.14

Ada beberapa

faktor yang dapat memengaruhi retensi, diantaranya adalah adhesi, kohesi, tegangan

permukaan interfasial, border seal, dan tekanan atmosfer.15,16,17

Sedangkan,

stabilisasi pada gigi tiruan didefinisikan sebagai resistensi gigi tiruan terhadap

pergerakan pada fondasi jaringannya, terutama terhadap gaya lateral (horizontal)

yang berlawanan dengan perpindahan vertikal.18

Beberapa faktor yang memengaruhi

stabilisasi diantaranya adalah permukaan oklusal, permukaan intaglio, permukaan

poles gigi tiruan, dan struktur yang berhubungan.19

Sebagian besar pasien mengeluh

tentang gigi tiruan mereka yang tidak pas yang mungkin disebabkan kurangnya

retensi atau stabilisasi. Selain itu, kurangnya retensi juga akan menyebabkan

ketidakpuasan pasien terkait dengan fungsi gigi tiruan. Hilangnya retensi gigi tiruan

akan mengurangi kemampuan pasien untuk mengunyah.

Namun, keluhan pasien terhadap retensi dan stabilisasi gigi tiruan rahang atas

biasanya lebih sedikit daripada gigi tiruan rahang bawah. Gigi tiruan rahang bawah

sering menjadi fokus dari keluhan pasien, seperti adanya masalah ketidakstabilan,

rasa sakit, dan ketidakmampuan untuk mengunyah, sehingga menimbulkan masalah

dalam adaptasi pasien terhadap gigi tiruannya.13

Dalam penelitian Baat (1997),

adaptasi pasien terhadap gigi tiruan penuh sangat berhubungan pada kondisi protesa,

yang merupakan kombinasi dari kualitas gigi tiruan dan karakteristik dari linggir sisa

alveolar. Sehingga, perbedaan antara evaluasi dokter gigi mengenai kualitas gigi

tiruan dan penilaian subjektif pasien dapat disebabkan dari pemeriksaan atau

penilaian klinis yang kurang tepat pada kualitas permukaan bantalan gigi tiruan atau

denture-bearing surfaces.18

Denture-bearing surfaces atau area adalah daerah basal seat yang

mendukung gigi tiruan penuh atau gigi tiruan sebagian lepasan apabila ada beban

oklusal. Gigi tiruan dan jaringan pendukungnya akan berdampingan dalam waktu

Universitas Sumatera Utara

Page 19: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

4

yang cukup lama. Oleh karena itu, dokter gigi harus mengerti sepenuhnya mengenai

anatomi dari jaringan pendukung dan struktur pembatas yang berkaitan karena hal-hal

tersebut merupakan fondasi dari denture-bearing area. Basis gigi tiruan harus

diperluas semaksimal mungkin tanpa mengganggu fungsi normal dari jaringan.20

Pemeriksaan pada denture-bearing area dilakukan pada pemeriksaan awal

pasien dalam perawatan GTP. Diagnosis dalam perawatan prostodontik

membutuhkan kemampuan umum bagi dokter gigi untuk melakukan diagnosa dan

pengetahuan, baik dalam bidang kedokteran gigi ataupun aspek lain dan ilmu-ilmu

pendukung. Setiap pasien adalah individu yang berbeda dari individu lainnya,

sehingga rongga mulut setiap pasien menyajikan kondisi yang berbeda-beda.15

Informasi yang diperlukan untuk mendapatkan diagnosis dan rencana perawatan yaitu

informasi mengenai identitas pasien, riwayat medis, riwayat dental, pemeriksaan

klinis pasien yang terdiri dari pemeriksaan ekstraoral dan intraoral, dan pemeriksaan

radiografi. Pemeriksaan yang berhubungan dengan denture-bearing area dilakukan

pada saat pemeriksaan intraoral.21

Menurut Zarb (2004), denture-bearing area terdiri dari anatomi struktur

pendukung dan pembatas gigi tiruan. Pada rahang atas, anatomi struktur pendukung

terdiri dari tulang pada palatum keras dan sisa linggir alveolar yang ditutupi oleh

membran mukosa. Sedangkan, pada gigi tiruan rahang bawah, didukung oleh puncak

linggir alveolar, buccal shelf, dan bentuk dari struktur atau tulang pendukung.20

Dukungan pada gigi tiruan rahang bawah sangat berkaitan dengan mandibula dan

jaringan lunak yang melapisinya.22

Puncak linggir alveolar yang edentulus adalah area

yang cukup penting sebagai dukungan untuk gigi tiruan. Namun, linggir alveolar sangat

rentan terhadap resorpsi sehingga membatasi potensinya. Kondisi linggir alveolar

sebagai struktur pendukung akan tergantung pada ada atau tidaknya gigi di rongga

mulut. Pasca pencabutan gigi geligi, tulang alveolar akan mengalami resorpsi yang

menyebabkan perubahan bentuk dan berkurangnya ukuran tulang secara terus-

menerus.20

Bentuk linggir alveolar dapat diklasifikasikan menjadi 6 Klas menurut

Cawood dan Howell, yaitu klas I (sebelum pencabutan), klas II (setelah pencabutan),

klas III (well-rounded), klas IV (knife-edge), klas V (low well-rounded), dan klas VI

Universitas Sumatera Utara

Page 20: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

5

(depressed).23

Resorpsi tulang alveolar juga akan berpengaruh pula pada respon yang

akan timbul di jaringan tulang yang bersangkutan. Resorbsi tulang alveolar sering

ditemukan pada pasien yang sudah lama kehilangan gigi sehingga resiliensi atau daya

lentur jaringan lunak sekitarnya flabby.24

Beberapa penelitian sudah dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan

linggir alveolar dengan keberhasilan perawatan prostodontik. Pada penelitian Fenlon

(2000), terhadap 723 pasien pemakai gigi tiruan penuh membuktikan bahwa bentuk

dari sisa linggir alveolar memengaruhi kepuasan pasien serta penggunaan gigi tiruan

baru. Dalam studi lain, kepuasan pasien juga berhubungan dengan laju alir saliva,

karakteristik pada otot-otot rongga mulut, dan linggir sisa alveolar pada rahang

bawah.18

Dari penelitian tersebut terlihat bahwa bentuk linggir yang baik akan

berpengaruh dalam meningkatkan penerimaan pasien terhadap gigi tiruan penuh.

Namun, studi pada topik ini masih sangat sedikit dan cukup diragukan.25

Pada

penelitian oleh Van Waas (1990) membuktikan bahwa bentuk linggir sisa alveolar

tidak memengaruhi kepuasan atau penerimaan pasien terhadap gigi tiruan yang mereka

terima.18

Selain itu, dalam penelitian oleh Celebic (2003) menyimpulkan bahwa pasien

dengan bentuk linggir alveolar pada rahang bawah yang sangat baik menilai kepuasan

terhadap gigi tiruannya dengan nilai yang rendah, terutama dalam hal retensi.

Sehingga, tidak ada hubungan yang signifikan antara denture-bearing area terhadap

kepuasan dan penerimaan pasien terhadap gigi tiruan.26

Pada studi lain, terdapat adanya

hubungan antara resiliensi jaringan dari linggir rahang bawah dan kepuasan pasien.

Oleh karena itu, studi pada bidang ini masih dianggap samar-samar dan kekurangan

metodologi standar untuk perbandingannya.25

Berdasarkan informasi yang didapat, diketahui bahwa belum ada penelitian

mengenai pengaruh anatomi struktur pendukung gigi tiruan penuh rahang bawah

terhadap retensi dan stabilisasi gigi tiruan penuh yang dibuat oleh mahasiswa

kepaniteraan klinik di Rumah Sakit Gigi Mulut Universitas Sumatera Utara (RSGM

USU), tepatnya di Klinik Prostodonsia. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk

meneliti mengenai pengaruh anatomi struktur pendukung gigi tiruan penuh rahang

bawah terhadap retensi dan stabilisasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

6

1.2 Permasalahan

Setiap tahun jumlah individu yang mengalami edentulus penuh atau

kehilangan seluruh gigi terus meningkat. Hal ini menyebabkan terjadinya

peningkatan kebutuhan perawatan GTP. Dengan adanya peningkatan kebutuhan

perawatan GTP, perlu perhatian terhadap keberhasilan perawatan GTP yang juga

berkaitan dengan penerimaan pasien setelah pemasangan gigi tiruan. Beberapa

masalah yang sering timbul setelah pemasangan gigi tiruan adalah masalah retensi

dan stabilisasi. Rahang bawah dipilih karena lebih sering menjadi fokus keluhan pada

retensi dan stabilisasi dibandingkan dengan gigi tiruan rahang atas. Beberapa

penelitian menunjukkan adanya pengaruh anatomi struktur pendukung gigi tiruan

penuh rahang bawah, seperti resiliensi puncak linggir alveolar dan bentuk dari linggir

alveolar terhadap hasil perawatan GTP. Namun, pada penelitian lain menunjukkan

bahwa kondisi rongga mulut seperti linggir alveolar yang baik tidak berhubungan

dengan penerimaan pasien dan belum banyak penelitian yang membahas mengenai

topik tersebut. Oleh karena itu, peneliti tertarik dan merasa perlu melakukan

penelitian untuk mengobservasi pengaruh anatomi struktur pendukung gigi tiruan

penuh rahang bawah terhadap retensi dan stabilisasi pada pasien GTP di RSGM USU

yang dikerjakan oleh mahasiswa kepaniteraan klinik Prostodonsia. Alasan memilih

RSGM USU sebagai tempat penelitian karena RSGM USU merupakan sebuah rumah

sakit pendidikan yang diperuntukkan bagi pelayanan kesehatan gigi dan mulut

masyarakat.

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana distribusi anatomi struktur pendukung gigi tiruan penuh rahang

bawah?

2. Bagaimana distribusi retensi dan stabilisasi gigi tiruan penuh rahang

bawah?

3. Apakah ada pengaruh anatomi struktur pendukung gigi tiruan penuh rahang

bawah terhadap retensi dan stabilisasi?

Universitas Sumatera Utara

Page 22: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

7

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui distribusi anatomi struktur pendukung gigi tiruan penuh

rahang bawah.

2. Untuk mengetahui distribusi retensi dan stabilisasi gigi tiruan penuh rahang

bawah.

3. Untuk mengetahui pengaruh anatomi struktur pendukung gigi tiruan penuh

rahang bawah terhadap retensi dan stabilisasi.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Bagi peneliti merupakan pengetahuan yang berharga dalam rangka

menambah wawasan keilmuan melalui penelitian dan juga sebagai persiapan peneliti

untuk menjadi mahasiswa kepaniteraan klinik.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan atau kontribusi

bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang Prostodonsia.

3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian

lebih lanjut mengenai gigi tiruan penuh.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan masyarakat pemakai GTP

dapat melakukan evaluasi pasca perawatan serta kontrol berkala terhadap gigi

tiruannya.

2. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan bagi

Departemen Prostodonsia untuk menghasilkan gigi tiruan penuh yang lebih

memuaskan dengan memperhatikan faktor-faktor tertentu.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Edentulus Penuh

Edentulus penuh atau kehilangan seluruh gigi adalah suatu keadaan dimana

seseorang mengalami kehilangan seluruh gigi aslinya. Pengamatan terhadap

kehilangan seluruh gigi atau edentulus penuh ini penting dilakukan karena merupakan

indikator umum yang digunakan untuk menilai kesehatan penduduk dan juga fungsi

serta kecukupan dari sistem perawatan kesehatan gigi dan mulut di suatu negara.1

Penelitian yang dilakukan oleh National Health and Nutrition Examination Survey

(NHANES) pada tahun 2011-2012 di Amerika menunjukkan hampir 19% orang

dewasa berumur 65 tahun keatas mengalami kehilangan gigi seluruhnya.27

Persentase

individu yang mengalami edentulus dua kali lebih banyak pada mereka yang berumur

75 tahun keatas (26%) dibandingkan orang dewasa berumur 65-74 tahun (13%).

Prevalensi kehilangan seluruh gigi hampir sama antara laki-laki (18%) dan

perempuan (19%).28

Di Indonesia, berdasarkan laporan RISKESDAS (Riset

Kesehatan Dasar) tahun 2013, angka prevalensi nasional untuk penyakit gigi dan

mulut adalah sebesar 25,9%.3 Kehilangan seluruh gigi nasional tahun 2007 pada usia

35-44 tahun sebesar 0,4% dan semakin meningkat pada usia 65 tahun ke atas, yaitu

17,6%. Persentase kehilangan gigi di Sumatera Utara lebih rendah daripada angka

nasional yaitu sebesar 0,9%, sedangkan kehilangan seluruh gigi nasional adalah

1,6%.4

Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya yaitu

karies, penyakit periodontal, kebutuhan perawatan ortodontik, injuri trauma, dan gigi

impaksi.2 Dalam beberapa penelitian sebelumnya, usia, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, penyakit sistemik, seperti diabetes mellitus, kesenjangan sosial dan

geografis, faktor kebiasaan seperti merokok, dan sikap pasien dan dokter gigi

terhadap status kesehatan mulut termasuk beberapa faktor risiko kehilangan gigi

yang paling sering terjadi.1,2

Meskipun banyak faktor yang dapat menyebabkan

Universitas Sumatera Utara

Page 24: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

9

kehilangan gigi, karies dan penyakit periodontal masih merupakan penyebab yang

paling utama dan menjadi salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia.2

Kehilangan seluruh gigi dapat menimbulkan berbagai dampak, mulai dari

dampak fisik, seperti hilangnya fungsi pengunyahan dan asupan gizi terganggu,

sosial, sampai dampak psikologis. Orang dengan edentulus penuh cenderung

menghindari untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial dikarenakan adanya rasa

malu untuk berbicara, tersenyum, bahkan makan di depan orang lain sehingga

perilaku ini dapat mengarah ke isolasi diri. Dalam penelitian terdahulu, Fiske (1998)

mengatakan bahwa mereka mengalami penurunan kepercayaan diri, penuaan yang

lebih dini, perubahan citra diri, dan perubahan perilaku dalam bersosialisasi dan

membentuk suatu hubungan.29

Pada kehilangan seluruh gigi atau edentulus penuh dapat dilakukan perawatan

dengan pembuatan gigi tiruan penuh konvensional ataupun perawatan gigi tiruan

yang berhubungan dengan implan. Namun, perawatan dengan gigi tiruan penuh

konvensional saat ini masih banyak digunakan untuk penggantian gigi yang hilang.

Selain itu, penggunaannya diperkirakan tidak akan menurun dalam waktu dekat,

terutama pada masyarakat di negara-negara berkembang dengan adanya keterbatasan

ekonomi.11

2.1.1 Perubahan yang Terjadi pada Rongga Mulut

Kondisi edentulus penuh pada dasarnya dapat memengaruhi kesehatan umum,

kesehatan rongga mulut dan pada saat yang sama memengaruhi kualitas hidup secara

keseluruhan. Perubahan pada pasien, terutama pada rongga mulut mempunyai peran

klinis yang penting terhadap perawatan nantinya. Beberapa perubahan ini membuat

prosedur klinis tertentu menjadi lebih sulit dan akan mengurangi prognosisnya.

Perubahan anatomi yang terjadi setelah ekstraksi pada edentulus penuh dapat

terjadi pada intraoral maupun ekstraoral. Setelah kehilangan gigi, pada umumnya

tinggi dan lebar tulang alveolar akan berkurang. Hal ini terlihat secara nyata setelah

ekstraksi gigi, namun prosesnya tetap berkelanjutan. Tulang alveolar mengalami

perubahan berupa hilangnya mineral tulang oleh karena usia melalui resorpsi matriks

Universitas Sumatera Utara

Page 25: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

10

tulang dan proses ini berlanjut dikarenakan adanya kehilangan gigi. Kondisi

edentulus juga ditemukan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap resorpsi

linggir alveolar yang akan mengarah pada pengurangan ukuran denture-bearing

area. Berkurangnya tinggi dan lebar dari tulang alveolar akan menyebabkan

perubahan pada profil jaringan lunak, seperti protrusi dari bibir bawah dan dagu.

Selama proses kehilangan tulang, struktur anatomi lainnya, seperti mylohyoid

ridge dan genial tubercle dapat berubah menjadi lebih menonjol. Mukosa yang

melapisi daerah ini cukup tipis, sehingga tidak mampu menahan beban fungsional,

sehingga rasa sakit yang timbul dari daerah ini terkadang membutuhkan bedah untuk

mengurangi penonjolan tulang.5

Perubahan degeneratif pada anatomi pada pasien bervariasi. Etiologinya

diduga merupakan kombinasi dari faktor lokal dan sistemik, termasuk usia, jenis

kelamin, lama edentulus, kebiasaan parafungsional, kesehatan umum, dan beberapa

penyakit sistemik.30

2.1.2 Resorpsi Linggir Sisa Alveolar

Residual ridge atau linggir sisa adalah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan linggir alveolar klinis setelah penyembuhan tulang dan jaringan

lunak setelah ekstraksi. Setelah proses ekstraksi, terjadi perubahan yang cukup

signifikan pada tulang alveolar. Fenomena perubahan yang terjadi pada tulang

alveolar ini sering disebut dengan residual ridge resorption (RRR). Residual ridge

resorption adalah istilah yang digunakan untuk berkurangnya kuantitas dan kualitas

linggir sisa setelah gigi-geligi diekstraksi. Resorpsi ini merupakan proses yang

kronis, progresif dan irreversibel dengan laju resorpsi paling cepat dalam enam bulan

pertama setelah ekstraksi.6 Resorpsi linggir alveolar yang terjadi setelah ekstraksi

gigi adalah proses yang kompleks dan multifaktorial. Faktor mekanis, metabolisme,

nutrisi, hormonal adalah beberapa faktor-faktor yang terlibat dan memiliki efek dari

waktu ke waktu. Menurut Atwood, kecepatan resorpsi tulang alveolar bervariasi

antar individu. Resorpsi paling besar terjadi pada gigi anterior atas dan bawah pada

enam bulan pertama setelah ekstraksi. Sesudah tiga tahun, resorpsi pada rahang atas

Universitas Sumatera Utara

Page 26: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

11

sangat kecil dibandingkan rahang bawah.31

Selain itu, dalam sebuah studi

longitudinal, Tallgren (1972) menyatakan bahwa resorpsi tulang pada rahang bawah

empat kali lebih besar dibandingkan dengan rahang atas.5

Resorpsi ini akan menyebabkan perubahan bentuk dan berkurangnya ukuran

tulang alveolar secara terus-menerus. Perubahan bentuk dari tulang alveolar tidak

hanya terjadi pada permukaan tulang alveolus dalam arah vertikal saja tetapi juga

dalam arah labiolingual atau labiopalatal dari posisi awal yang menyebabkan tulang

menjadi rendah, membulat, atau datar.32 Puncak tulang alveolar yang mengalami

resorpsi, pada umumnya akan berubah bentuk menjadi cekung, datar atau seperti

ujung pisau. Resorpsi berlebihan pada puncak tulang alveolar mengakibatkan bentuk

linggir yang datar akibat hilangnya lapisan kortikalis tulang. Resorpsi linggir yang

berlebihan dan berkelanjutan merupakan masalah karena menyebabkan fungsi gigi

tiruan penuh kurang baik dan terjadinya ketidakseimbangan oklusi.31

Proses resorpsi tulang alveolus dipengaruhi beberapa faktor etiologi. Zarb

(2012) membaginya atas tiga kategori yaitu faktor anatomis, faktor prostodontik, dan

faktor sistemik. Faktor anatomis terjadi karena resorpsi pada mandibula empat kali

lebih besar daripada pada maksila serta wajah yang pendek dan persegi

menyebabkan besarnya beban pengunyahan. Faktor prostodontik disebabkan karena

adanya penggunaan gigi tiruan secara intensif, keadaan oklusi yang tidak stabil,

kesalahan penempatan gigi posterior, dan penggunaan gigi tiruan yang tidak pas,

sedangkan faktor sistemik yaitu penyakit yang memengaruhi proses pembentukan

tulang seperti osteoporosis, defisiensi vitamin D, dan kelainan metabolisme fosfat

atau kalsium.32

2.1.3 Edentulus Penuh pada Rahang Bawah

Anatomi pada rahang bawah dengan edentulus penuh memberikan tantangan

dalam proses adaptasi pasien terhadap gigi tiruan penuh konvensional. Beberapa

faktor yang memengaruhi kondisi tersebut berhubungan dengan kondisi edentulus

pada rahang bawah, yaitu meliputi mukosa tipis yang melapisi linggir alveolar, area

pendukung yang kurang, pergerakan dari mandibula, serta faktor lain seperti adanya

Universitas Sumatera Utara

Page 27: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

12

mobilitas dari dasar rongga mulut.33

Edentulus pada rahang bawah yang memiliki

bentuk linggir seperti tapal kuda (horseshoe-shaped), luas permukaannya lebih kecil

apabila dibandingkan dengan rahang atas. Pada rahang atas, luas permukaan sangat

bergantung pada luas palatum dan dapat membentuk peripheral seal, sehingga dapat

mempertahankan gigi tiruan penuh.34

Ditambah lagi, palatum pada rahang atas cukup

stabil dengan jaringan fibrosa tebal untuk mendukung gigi tiruan dan menahan

kekuatan oklusal. Selain itu, rahang atas menunjukkan mobilitas yang jauh lebih

sedikit di perbatasan gigi tiruan dibandingkan dengan rahang bawah. Adanya lidah

dan otot orofasial juga cenderung menjadi kendala dalam menangani edentulus pada

rahang bawah. Perbedaan-perbedaan ini menjelaskan sebagian besar alasan mengapa

penanganan pada edentulus rahang bawah lebih sulit jika dibandingkan dengan

rahang atas.33

2.2 Denture-bearing Area pada Gigi Tiruan Penuh Rahang Bawah

Gigi tiruan dan jaringan pendukungnya akan berdampingan dalam waktu

yang cukup lama. Oleh karena itu, dokter gigi harus mengerti sepenuhnya mengenai

anatomi dari jaringan pendukung dan struktur pembatas yang berkaitan karena hal-

hal tersebut merupakan fondasi dari denture-bearing surfaces atau area. Menurut

Baat (1997), adaptasi pasien terhadap gigi tiruan penuh sangat berhubungan dengan

keadaan protesa, yang merupakan kombinasi dari kualitas gigi tiruan dan

karakteristik sisa linggir alveolar. Oleh karena itu, adanya perbedaan dalam evaluasi

dokter gigi terhadap kualitas gigi tiruan dan pendapat pasien dapat disebabkan oleh

adanya pemeriksaan yang tidak tepat terhadap kualitas denture-bearing area.18

Denture-bearing area pada rahang bawah memiliki luas yang lebih kecil, yaitu 14

cm2, sedangkan pada rahang atas lebih besar yaitu 24 cm

2. Ini berarti rahang bawah

memiliki kemampuan yang lebih rendah dalam menahan kekuatan oklusal jika

dibandingkan dengan rahang atas. Selain itu, keberadaan lidah juga mempersulit

pembuatan dan prosedur pencetakan dari gigi tiruan pada rahang bawah, sehingga

gigi tiruan rahang bawah perlu perhatian khusus dalam proses pembuatannya.

Universitas Sumatera Utara

Page 28: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

13

Menurut Zarb (2004), denture-bearing area pada rahang bawah, terdiri dari anatomi

dari struktur pendukung dan struktur pembatas.20

2.2.1. Anatomi Struktur Pendukung

2.2.1.1 Puncak linggir alveolar

Puncak dari linggir sisa alveolar dilapisi oleh jaringan ikat fibrosa dengan

tulang cancellous dibawahnya. Membran mukosa yang menutupi puncak linggir

alveolar berupa lapisan keratinisasi yang melekat pada submukosa ke periosteum

pada rahang bawah. Epitelnya berupa epitel skuamosa berlapis berkeratin. Luas dari

perlekatannya berbeda-beda pada setiap individu. Pada submukosa tidak terdapat

adanya sel-sel glandular atau lemak, dan memiliki karakteristik khusus berupa serat

kolagen yang padat dan berdekatan dengan lamina propria. Pada sebagian orang,

submukosa melekat longgar terhadap tulang sampai ke puncak linggir alveolar, dan

jaringan lunak mudah bergerak. Pada sebagian lainnya, submukosa melekat kuat

kepada tulang, baik pada puncak linggir maupun lereng pada linggir alveolar rahang

bawah. Walaupun lapisan submukosa cukup tipis pada linggir alveolar jika

dibandingkan dengan bagian rongga mulut lain, lapisan ini masih cukup tebal untuk

memberikan resiliensi yang adekuat sebagai dukungan gigi tiruan.

Puncak dari linggir alveolar yang edentulus adalah area yang cukup penting

sebagai dukungan untuk gigi tiruan. Namun, linggir alveolar sangat rentan terhadap

resorpsi sehingga membatasi potensinya, tidak seperti palatum yang cukup resisten

terhadap resorpsi. Resorpsi tulang alveolar akan berpengaruh pula terhadap respon

yang akan timbul pada jaringan tulang yang bersangkutan. Resorbsi tulang alveolar

sering ditemukan pada pasien yang sudah lama kehilangan gigi sehingga jaringan

lunak sekitarnya yang flabby.35

Membran mukosa pada puncak linggir alveolar

rahang bawah, apabila melekat dengan baik pada tulang dibawahnya, maka akan

memberikan jaringan lunak yang dapat memberikan dukungan yang baik. Namun,

membran mukosa dengan perlekatan yang longgar tidak dapat menahan kekuatan

mastikasi yang disalurkan melalui basis gigi tiruan.20

Universitas Sumatera Utara

Page 29: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

14

Gambar 1. Puncak dari linggir alveolar (A) umumnya

tersusun dari tulang cancellous20

Resiliensi jaringan pada puncak linggir alveolar dapat dikategorikan menjadi

resilien dan flabby. Resiliensi pada puncak linggir alveolar dikatakan resilen apabila

kukuh, cekat, dan resisten ketika dilakukan palpasi. Sedangkan, dikatakan flabby

apabila ada mobiliti atau pergerakan pada mukosa linggir ketika dilakukan palpasi.18

2.2.1.2 Buccal Shelf

Daerah diantara frenulum bukal pada rahang bawah dan tepi anterior pada

otot masseter diketahui sebagai buccal shelf. Pada bagian medial dibatasi oleh

puncak dari linggir alveolar, lateral dibatasi oleh external oblique ridge, dan pada

bagian distal dibatasi oleh retromolar pad. Lebar dari dukungan tulang pada daerah

ini akan semakin besar apabila resorpsi linggir berlanjut, hal ini dikarenakan lebar

dari perbatasan inferior rahang bawah lebih besar daripada lebar prosesus alveolaris.

Membran mukosa yang melapisi buccal shelf perlekatannya lebih longgar dan

keratinisasinya lebih sedikit daripada membran mukosa yang melapisi linggir

alveolar. Bagian inferior dari otot buccinator melekat pada buccal shelf dan serat

juga ditemukan pada submukosa yang melapisi tulang dibawahnya. Tulang yang

berada dibawah buccal shelf merupakan tulang kortikal.

Universitas Sumatera Utara

Page 30: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

15

Gambar 2. Buccal shelf memanjang dari frenulum

bukal (A) ke retromolar pad (B) dan

dibatasi puncak linggir alveolar (C)20

2.2.1.3 Bentuk dari tulang pendukung

Bentuk dari tulang yang membentuk dukungan pada gigi tiruan rahang bawah

berbeda-beda pada setiap individu. Faktor yang memengaruhinya adalah ukuran dan

konsistensinya, kondisi kesehatan umum seseorang, tekanan yang ditimbulkan oleh

otot disekitarnya, keparahan dari penyakit periodontal, dan lamanya seseorang dalam

kondisi edentulus. Pada rahang atas, resorpsi terjadi ke arah atas dan dalam,

mengikuti arah dari akar gigi dan prosesus alveolaris. Sedangkan pada rahang bawah,

resorpsi terjadi ke arah luar dan semakin lama resorpsi terjadi, maka akan semakin

lebar.

Kondisi linggir alveolar akan tergantung pada ada atau tidaknya gigi di

rongga mulut. Pasca pencabutan gigi geligi, tulang alveolar akan mengalami resorpsi

yang menyebabkan perubahan bentuk dan berkurangnya ukuran tulang secara terus-

menerus. Resorpsi setelah pencabutan gigi pada awalnya akan berlangsung cepat,

lalu akan melambat seiring berjalannya waktu. Ketika gigi sudah tidak ada dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 31: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

16

waktu yang cukup lama, linggir alveolar dapat berubah menjadi kecil dan pada

puncak linggir akan kekurangan permukaan tulang kortikal yang halus di bawah

mukosanya.20

Perubahan bentuk tulang ini tidak hanya terjadi pada permukaan tulang

alveolus dalam arah vertikal saja tetapi juga dalam arah labio-lingual atau palatal dari

posisi awal yang menyebabkan tulang alveolus menjadi rendah, membulat, atau

datar. Perubahan bentuk yang berhubungan dengan usia lebih mudah ditandai pada

individu edentulus penuh. Perubahan ini bervariasi diantara masing-masing

individu.32

Terdapat beberapa anatomi pada rahang bawah sebagai faktor yang dapat

memengaruhi bentuk dari struktur atau tulang pendukung:

1. Mylohyoid ridge

Jaringan lunak biasanya akan menyebabkan bentuk atau ketajaman dari

mylohyoid ridge tidak terlihat. Bentuk dan inklinasi dari linggir bervariasi pada

masing-masing individu. Pada bagian anterior mylohyoid ridge berlekatan dengan

otot mylohyoid, terletak dekat dengan batas inferior dari mandibula. Pada bagian

posterior, setelah resorpsi, akan terletak sama rata dengan permukaan superior dari

sisa linggir alveolar. Membran mukosa yang berada diatas mylohyoid ridge yang

tajam atau irregular akan mudah terkena trauma dari basis gigi tiruan, kecuali

dilakukan relief. Daerah dibawah mylohyoid ridge undercut.

2. Foramen mental

Ketika terjadi resorpsi, maka foramen mental akan mendekat ke puncak dari

linggir alveolar. Dalam keadaan ini, saraf mentalis dan juga pembuluh darah akan

tertekan oleh basis gigi tiruan, maka dari itu diperlukan relief. Tekanan pada saraf

mentalis akan menyebabkan mati rasa pada bibir bagian bawah.

3. Genial tubercles

Sama seperti foramen mentalis, genial tubercles akan mendekat ke puncak

linggir alveolar ketika terjadi resorpsi. Selain itu, dengan terjadinya resorpsi, genial

tubercles akan semakin menonjol.

Universitas Sumatera Utara

Page 32: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

17

4. Torus mandibularis

Torus mandibularis adalah penonjolan tulang yang biasanya ditemukan pada

bagian lingual dari mandibula, tepatnya didekat gigi premolar satu dan dua, berada

diantara jaringan lunak dari dasar mulut dan puncak dari prosesus alveolaris. Pada

pasien yang edentulus, ketika resorpsi telah terjadi, torus mandibularis batas superior

dari torus dapat terletak sejajar dengan puncak dari linggir alveolar. Torus

mandibularis dilapisi oleh membran mukosa yang sangat tipis. Pada umumnya, torus

mandibularis harus dihilangkan dengan bedah, karena akan sulit untuk melakukan

relief pada gigi tiruan tanpa merusak border seal.

Ada beberapa klasifikasi stage atropi yang juga menggambarkan bentuk

linggir alveolar. Cawood dan Howell (1988) membaginya atas enam klas, yaitu23

:

1. Klas I (Dentate)

Linggir alveolar klas I adalah kondisi linggir sebelum pencabutan, dimana

gigi masih berada didalam soket alveolar.

2. Klas II (Post extraction)

Linggir alveolar klas II adalah kondisi linggir setelah pencabutan, dimana

soket bekas pencabutan masih terlihat dengan jelas.

3. Klas III (Well-rounded ridge)

Linggir alveolar klas III berbentuk seperti huruf U dengan tinggi serta lebar

linggir masih adekuat. Soket setelah pencabutan telah diisi sepenuhnya dengan

tulang yang baru terbentuk. Bentuk alveolus asli terlihat lagi dan bagian atas proses

alveolar menjadi bulat karena tanda-tanda pertama dari resorpsi. Namun, tidak ada

pengurangan ketinggian linggir yang terlalu mencolok.

4. Klas IV (Knife-edge ridge)

Bentuk puncak linggir alveolar berubah menjadi tipis dan tajam berbentuk

knife-edge, tinggi adekuat, tetapi lebar sudah tidak adekuat.

5. Klas V (Low well-rounded ridge)

Linggir berbentuk datar, resorpsi lebih lanjut sudah terjadi dan mengarah ke

low well-rounded yang rata tetapi sudah berkurang tinggi dan lebarnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 33: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

18

6. Klas VI (Depressed ridge)

Berbentuk cekung atau depressed. Adanya atrofi yang berlanjut dari sisa

krista menghasilkan bentuk tulang yang cekung, dimana tulang basal

menunjukkan tanda-tanda reduksi.

Gambar 3. Bentuk linggir alveolar pada rahang atas

(A) dan bawah (B)23

2.2.2 Anatomi Struktur Pembatas

2.2.2.1 Vestibulum Labial

Vestibulum labial adalah ruang diantara linggir alveolar dengan bibir.

Panjang dan ketebalan dari sayap labial gigi tiruan yang menempati ruang ini

bervariasi tergantung dengan banyaknya jaringan yang hilang dan sangat penting

dalam memengaruhi dukungan pada bibir.20,36

Vestibulum labial berjalan dari

frenulum labial sampai ke frenulum bukal. Otot aktif yang berada didekat daerah ini

adalah otot mentalis.

Universitas Sumatera Utara

Page 34: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

19

2.2.2.2 Vestibulum Bukal

Vestibulum bukal memanjang dari frenulum bukal sampai ke area retromolar

secara posterior. Vestibulum bukal dibatasi sisa linggir alveolar pada satu sisi dan

buccinator pada sisi lainnya. Pada batas distobukal, diakhir vestibulum bukal, harus

menutupi sepenuhnya untuk mencegah perpindahan yang disebabkan oleh otot

masseter yang serat anteriornya berada di luar dan belakang otot buccinator. Ketika

otot masseter berkontraksi, otot ini akan mendorong ke dalam, melawan otot

buccinator yang nantinya akan menghasilkan tonjolan di dalam mulut. Tonjolan ini

dapat dicetak hanya ketika otot masseter berkontraksi dan terlihat sebagai notch atau

takik pada sayap gigi tiruan yang biasanya disebut dengan masseteric notch.36

2.2.2.3 Frenulum Labial

Frenulum labial adalah seikat jaringan fibrosa yang juga terdapat pada rahang

atas. Frenulum ini dipengaruhi oleh otot orbicularis oris. Berbeda dengan frenulum

labial pada rahang atas, frenulum labial pada rahang bawah lebih aktif. Frenulum ini

mendapat perlekatan dari otot orbicularis oris, sehingga bagian ini cukup aktif dan

sensitif. Dalam pembukaan mulut, sulkus akan menyempit. Oleh karena itu, hasil

cetakan paling sempit berada di regio anterior labial.36

2.2.2.4 Frenulum Bukal

Frenulum bukal berada diatas dari depressor anguli oris. Serat dari otot

buccinator melekat pada frenulum ini. Pada frenulum bukal harus dilakukan relief

untuk mencegah perpindahan dari gigi tiruan pada saat berfungsi.36

2.2.2.5 Fossa Retromylohyoid

Fossa retromylohyoid terletak pada bagian posterior dari sulkus

alveololingual. Fossa ini dibatas oleh retromylohyoid curtain pada bagian anterior,

konstriktor superior dari faring pada bagian posterolateral, palatoglossus dan

permukaan lateral dari lidah pada bagian posteromedial, dan kelenjar submandibular

pada bagian inferior.

Universitas Sumatera Utara

Page 35: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

20

Gigi tiruan pada bagian posterior harus mencakup sampai ke kontak dari

retromylohyoid curtain ketika ujung lidah ditempatkan pada bagian depan dari

linggir alveolar rahang atas. Protrusi dari lidah akan menyebabkan retromylohyoid

curtain bergerak maju.36

2.2.2.6 Sulkus Alveololingual

Sulkus alveololingual adalah ruangan antara linggir alveolar dengan lidah,

memanjang dari frenulum lingual sampai ke retromylohyoid curtain.36

Sulkus

alveololingual dapat dibagi menjadi tiga bagian:

1. Daerah anterior

Sulkus alveololingual memanjang dari frenulum lingual sampai ke fossa

premylohyoid. Sayap gigi tiruan lebih pendek di bagian anterior dan harus menyentuh

mukosa dari dasar mulut ketika ujung lidah menyentuh gigi insisivus atas.

2. Daerah pertengahan

Sulkus alveololingual memanjang dari fossa premylohyoid sampai ke distal

dari mylohyoid ridge. Bagian ini lebih dangkal dari bagian sulkus lainnya, karena

adanya tonjolan dari mylohyoid ridge dan aktivitas dari otot mylohyoid.

3. Daerah posterior

Dibatasi oleh otot mylohyoid pada bagian anterior, pada bagian posterolateral

dibatasi oleh konstriktor superior, palatoglossus pada posteromedial, dan lidah pada

medial.

2.3 Perawatan pada Pasien Edentulus Penuh

2.3.1 Gigi Tiruan Penuh

Gigi tiruan lengkap atau gigi tiruan penuh (GTP) didefinisikan sebagai suatu

protesa yang menggantikan keseluruhan gigi-geligi dan jaringan mulut disekitarnya.

Tujuan dari gigi tiruan ini adalah untuk merehabilitasi sistem stomatognatik. Gigi

tiruan penuh tidak hanya meningkatkan sistem pengunyahan pasien yang edentulus,

tetapi juga fonetik serta penampilan dari pasien. Oleh karena itu, jenis rehabilitasi ini

dapat meningkatkan kualitas hidup dan aktivitas sosial pasien.7

Gigi tiruan penuh

Universitas Sumatera Utara

Page 36: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

21

konvensional adalah perawatan sering dipilih untuk kasus kehilangan seluruh gigi

karena biaya perawatannya yang relatif murah dibandingkan overdenture atau

perawatan gigi tiruan yang berhubungan dengan implan.37

Gambar 4. Gigi tiruan penuh38

Fungsi utama dari GTP adalah untuk mengembalikan fungsi mastikasi,

fonetik, dan estetis:

1. Mastikasi

Salah satu tujuan dalam perawatan dengan gigi tiruan penuh adalah untuk

mengembalikan fungsi mastikasi atau pengunyahan pasien. Fungsi pengunyahan

yang tepat sangat penting, karena pengunyahan akan memengaruhi pencernaan pada

makanan. Proses mastikasi berperan dengan cara mengurangi ukuran makanan dan

mengubahnya menjadi bolus yang homogen sehingga dapat ditelan. Fungsi

pengunyahan yang tepat juga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.8

2. Fonetik

Pemakaian gigi tiruan penuh dapat membantu mengembalikan fonetik pada

pasien yang edentulus. Gigi tiruan penuh dapat mengembalikan pengucapan huruf-

huruf yang dihasilkan melalui bantuan gigi, bibir, lidah seperti dari lidah ke palatum

(d, n, t), lidah ke gigi (l, th), gigi ke gigi (s, sh, z), gigi ke bibir (f, v), dan bibir ke

bibir (b, m, p).9

Universitas Sumatera Utara

Page 37: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

22

3. Estetis

Estetika dalam cabang ilmu prostodontik dapat didefinisikan sebagai suatu

filosofi yang berhubungan dengan kecantikan. Mengembalikan kembali senyum

pasien yang edentulus dianggap sebagai salah satu capaian dalam perawatan

prostodontik, karena senyum adalah bagian integral dari wajah. Tujuan utamanya

adalah untuk mengganti gigi yang hilang, mengembalikan dimensi vertikal normal,

dan memberikan dukungan untuk jaringan lunak wajah, sehingga nantinya akan

memberikan estetika yang optimal bagi pasien dan akan meningkatkan kepercayaan

diri serta kualitas hidup pasien.10

Gigi tiruan penuh juga memiliki beberapa indikasi dan kontraindikasi. Beberapa

indikasi untuk perawatan gigi tiruan penuh adalah38

:

1. Kehilangan seluruh gigi pada salah satu rahang atau keduanya.

2. Pasien yang tidak dapat melakukan perawatan dengan dental implant

dikarenakan adanya masalah keuangan, riwayat penyakit sistemik, atau

adanya kerusakan pada struktur vital, seperti saraf dan pembuluh darah.

3. Kanker intraoral yang telah menyebabkan hilangnya jaringan intraoral yang

parah, sehingga pada lengkung gigi yang edentulus, protesa gigi tiruan

lengkap fungsinya tidak hanya menggantikan gigi, tetapi juga mengisi bagian

dari jaringan yang hilang, seperti nasofaring dan palatum keras.

Beberapa kontraindikasi untuk perawatan gigi tiruan penuh adalah:

1. Pasien tidak ingin menggunakan piranti lepasan untuk menggantikan gigi-gigi

yang hilang.

2. Pasien mempunyai alergi terhadap bahan akrilik yang digunakan sebagai

bahan pembuatan basis gigi tiruan penuh.

3. Pasien mempunyai refleks muntah yang parah.

2.3.2 Pemeriksaan Awal Pasien

Untuk memiliki dugaan prognosis yang baik, perawatan dalam kedokteran

gigi memerlukan perencanaan awal yang tepat. Perencanaan ini termasuk diagnosis,

pemeriksaan yang teliti, dan membuat rencana perawatan. Keberhasilan perawatan

Universitas Sumatera Utara

Page 38: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

23

gigi tiruan penuh dimulai dengan adanya pemeriksaan secara menyeluruh, yaitu

terhadap fisik dan kondisi psikologis pasien, yang nantinya akan menghasilkan

perawatan yang baik, berupa gigi tiruan penuh yang fungsional dan memenuhi

harapan pasien. Setiap pasien adalah individu yang berbeda dari individu lain,

sehingga rongga mulut setiap pasien memiliki kondisi yang berbeda-beda dari satu

dengan yang lainnya. DeVan (1942) menyatakan bahwa “the dentist should meet the

mind of the patient before he meets the mouth of the patient”, artinya bahwa dokter

gigi harus memahami pasien terlebih dahulu, baik motivasinya, keinginannya,

riwayat mengenai keadaan edentulusnya, ataupun perawatan yang pernah dilakukan

untuk mengatasi keluhannya.

Permasalahannya adalah bagaimana mengidentifikasi atau membuat gigi

tiruan yang sesuai dengan kondisi masing-masing pasien melalui pemeriksaan. Oleh

karena itu, agar mendapatkan diagnosis dan rencana perawatan yang tepat,

pemeriksaan menyeluruh meliputi pemeriksaan ekstraoral dan intraoral

dikombinasikan dengan evaluasi psikologis pasien sangat penting untuk dilakukan.39

Hal-hal berikut harus dievaluasi untuk mendapatkan diagnosis dan rencana

perawatan yang adekuat21

:

1. Identitas pasien

Identitas pasien yang penting untuk diketahui terdiri dari nama, usia, jenis

kelamin, pekerjaan, alamat, dan nomor telepon.

2. Riwayat medis

Riwayat medis berperan besar terhadap prognosis penyakit pasien. Beberapa

penyakit sistemik yang dapat memengaruhi perawatan gigi tiruan penuh diantaranya

adalah diabetes mellitus, anemia, penyakit yang berhubungan dengan kekurangan

nutrisi, adanya terapi radiasi, penyakit sendi, kardiovaskular, hipertensi, penyakit

jantung, paru-paru, dan lainnya.

3. Riwayat dental

Pada riwayat dental, perlu ditanyakan mengenai alasan kehilangan seluruh gigi,

seperti penyakit periodontal, karies gigi, atau penyebab lainnya. Keluhan utama

pasien termasuk didalamnya karena rencana perawatan akan sangat bergantung pada

Universitas Sumatera Utara

Page 39: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

24

tahap ini. Pengalaman pasien yang sudah memakai gigi tiruan sebelumnya, alasan

mengapa pasien memerlukan gigi tiruan baru, jumlah, durasi pemakaian, informasi

terkait estetik, fonetik, mastikasi, retensi, dan vertikal dimensi gigi tiruan

sebelumnya penting untuk diketahui. Terakhir, gigi tiruan yang ada harus dievaluasi

dan dokter gigi perlu mendiskusikan mengenai apa yang pasien harapkan dengan gigi

tiruan barunya. Selain itu, dalam tahap ini dokter gigi juga melakukan evaluasi

terhadap psikologis pasien. MM House (1950) mengklasifikasi psikologis pasien

menjadi empat kategori, yaitu philosophical, exacting, hysterical, dan indifferent.

4. Pemeriksaan klinis

a. Pemeriksaan ekstraoral

Pemeriksaan ekstraoral dilakukan terhadap bentuk wajah, profil wajah, simetri

wajah, tinggi wajah, otot wajah, warna kulit, ketebalan dan panjang dari bibir, dan

sendi temporomandibular.

b. Pemeriksaan intraoral

Pemeriksaan intraoral dilakukan terhadap bentuk lengkung rahang, bentuk linggir

sisa alveolar, mukosa, daya lentur jaringan, relasi linggir alveolar, jarak antar rahang,

mukosa, bentuk dari palatum, tuberositas maksila, saliva, ukuran lidah, dan

perlekatan frenulum.

5. Pemeriksaan radiografi

Pemeriksaan radiografi akan memberikan informasi mengenai keberadaan sisa akar

yang tertinggal, adanya foreign bodies atau benda asing, kondisi patologis dan keadaan

osteoporosis menyeluruh pada tulang pendukung. Pemeriksaan radiografi yang

dilakukan adalah radiografi panoramik yang pada umumnya bertujuan untuk melihat

resorpsi dari linggir alveolar.

2.3.3 Gigi Tiruan Penuh Rahang Bawah

Gigi tiruan penuh rahang bawah memiliki tantangan yang lebih besar dari gigi

tiruan penuh rahang atas dalam aspek teknisnya bagi dokter gigi dan sering

merupakan tantangan dalam pemakaiannya bagi pasien. Ditambah lagi, adanya lidah

dengan variasi ukuran, bentuk, dan aktivitas pada masing-masing individu yang akan

Universitas Sumatera Utara

Page 40: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

25

mempersulit prosedur pencetakan dalam pembuatan gigi tiruan dan kemampuan

pasien untuk mengendalikan gigi tiruannya. Retensi dari gigi tiruan penuh rahang

bawah akan selalu terganggu oleh pergerakan lidah.20

Oleh karena itu, sudah tidak dapat dihindari lagi bahwa ada potensi masalah

atau keluhan yang akan muncul setelah pemasangan gigi tiruan penuh, terutama pada

gigi tiruan penuh rahang bawah. Masalah-masalah ini mungkin bersifat sementara

dan sebagian besar diabaikan oleh pasien atau mungkin cukup serius sehingga pasien

tidak dapat mentoleransi gigi tiruannya. Ketika suatu keluhan muncul dalam

pemakaian gigi tiruan, penting agar permasalahan tersebut diselesaikan secara

sistematis dan logis. Riwayat mengenai kondisi pasien dan pemeriksaan rongga

mulut yang cermat harus dilakukan agar diagnosis akurat dan perencanaan perawatan

dapat disusun dengan tepat. Beberapa keluhan yang sering timbul dari pasien setelah

pemasangan gigi tiruan adalah adanya ketidaknyamanan, masalah dukungan pada

gigi tiruan, masalah yang berhubungan dengan retensi dan stabilisasi, serta

permasalahan lain seperti kesulitan dalam berbicara, makan, adanya suara ketika

makan, perubahan rasa, dan gagging.

Gigi tiruan rahang bawah sering menjadi fokus dari keluhan pasien seperti

adanya ketidakstabilan dan masalah pada retensi, rasa sakit, dan ketidakmampuan

mengunyah, sehingga dalam pembuatannya memerlukan perhatian khusus.13

2.4 Retensi dan Stabilisasi pada Gigi Tiruan Penuh

2.4.1 Retensi

2.4.1.1 Pengertian

Glossary of Prosthodontics mendefinisikan retensi sebagai kualitas yang ada

pada gigi tiruan untuk bertindak melawan kekuatan pemindahan sepanjang gigi

tiruan ditempatkan.40

Kekuatan yang menjaga gigi tiruan di tempat dan terlibat dalam

retensi gigi tiruan adalah adhesi, kohesi, tegangan permukaan interfasial, border seal,

dan tekanan atmosfer.15,20

Jika retensi pada gigi tiruan penuh baik, maka perpindahan harus sulit untuk

dilakukan. Gigi tiruan yang kurang retentif dapat terjadi karena lebar sayap gigi

Universitas Sumatera Utara

Page 41: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

26

tiruan yang kurang adekuat, under-extension, basis gigi tiruan yang kurang pas, dan

adanya penutupan atau seal yang tidak efektif pada gigi tiruan.15

2.3.1.2 Faktor yang Memengaruhi

1. Adhesi

Adhesi adalah kekuatan tarik-menarik antara molekul yang berbeda seperti

air liur dan resin akrilik atau antara saliva dan mukosa, yang berperan dalam

pembasahan atau lubrikasi pada gigi tiruan dan permukaan mukosa.15

Adhesi dari

saliva ke membran mukosa dan basis gigi tiruan terjadi melalui kekuatan ionik antara

glikoprotein saliva dan epitel permukaan atau resin akrilik. Dengan terjadinya kontak

saliva ke jaringan dari rongga mulut dan basis gigi tiruan, adhesi berperan dalam

meningkatkan kekuatan retensi lebih lanjut dari tegangan permukaan antarmuka.

Adhesi juga dapat diamati antara basis gigi tiruan dan membran mukosa pada pasien

dengan xerostomia. Bahan basis gigi tiruan tampaknya melekat pada mukosa yang

kering dari basal seat dan permukaan oral lainnya. Namun, adhesi seperti itu sangat

tidak efektif untuk mempertahankan gigi tiruan dan merupakan faktor predisposisi

untuk abrasi dan ulserasi mukosa karena kurangnya lubrikasi dari saliva.

Retensi yang diberikan oleh adhesi sebanding dengan area yang dicakup oleh

gigi tiruan. Gigi tiruan rahang bawah menutupi area permukaan yang lebih sedikit

daripada gigi tiruan rahang atas, sehingga gigi tiruan rahang bawah kurang retentif

jika dibandingkan dengan rahang atas.20

2. Kohesi

Kohesi adalah kekuatan tarik-menarik antara molekul-molekul sejenis, yang

mempertahankan integritas dari saliva. Gaya antar molekul-molekul dari adhesi dan

kohesi dapat dianggap sebagai pembentukan rantai antara gigi tiruan dan mukosa.

Kohesi sebagai salah satu faktor yang memengaruhi kekuatan retensi terjadi di dalam

lapisan cairan (biasanya saliva) yang ada di antara basis gigi tiruan dan mukosa, dan

berfungsi untuk menjaga integritas cairan tersebut. Saliva normal tidak terlalu

kohesif. Saliva yang tebal dan tinggi kandungan mucin lebih kental daripada air liur

yang encer, namun sekresi yang kental biasanya tidak menghasilkan peningkatan

Universitas Sumatera Utara

Page 42: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

27

retensi karena saliva yang encer dan serosa dapat masuk ke sebagai film yang lebih

tipis daripada sekresi mucin yang lebih kohesif.20

3. Tegangan permukaan interfasial

Tegangan permukaan interfasial adalah tegangan atau daya tahan terhadap

pemisahan oleh selapis tipis atau film cairan antara dua permukaan yang merekat

atau beradaptasi. Tegangan permukaan interfasial ini tergantung pada kemampuan

suatu cairan untuk membasahi permukaan. Kemampuan dari suatu cairan ini

berbanding terbalik dengan tegangan suatu permukaan. Tegangan permukaan

interfasial ini dapat ditemukan pada selapis tipis cairan saliva yang ada diantara basis

gigi tiruan dan jaringan dari rongga mulut. Saliva membasahi permukaan gigi tiruan

sebagai upayanya dalam menciptakan retensi. Mukosa rongga mulut memiliki

tegangan permukaan yang rendah, saliva nantinya akan membasahi mukosa dan

tersebar dalam bentuk lapisan tipis. Bahan basis gigi tiruan memiliki wettability yang

kurang baik atau lebih sukar untuk dibasahi oleh saliva dibanding mukosa pada

rongga mulut, sedangkan resin akrilik polimerisasi panas memiliki wettability yang

lebih baik daripada resin akrilik autopolimerisasi. Semua bahan basis gigi tiruan

memiliki tegangan permukaan yang lebih besar jika dibandingkan dengan mukosa

rongga mulut, tetapi setelah dilapisi oleh pelikel saliva, maka tegangan permukaan

semakin menurun dan kontaknya bertambah, sehingga dapat memaksimalkan luas

permukaan antara saliva dan basis gigi tiruan.

Tegangan permukaan interfasial juga tergantung pada adanya antarmuka

cairan atau udara pada batas kontak dengan cairan atau bahan solid. Jika dua pelat

atau bahan solid dengan cairan diantaranya direndam pada cairan yang sama, maka

tidak ada tegangan permukaan interfasial dan kedua pelat atau bahan solid tersebut

dapat dipisahkan dengan mudah. Batas luar dari gigi tiruan rahang bawah selalu

digenangi cairan saliva, sehingga hal tersebut akan mengurangi efek dari tegangan

permukaan. Oleh karena itu, tegangan permukaan interfasial memegang peran yang

cukup penting dalam retensi gigi tiruan terutama pada rahang atas.

Universitas Sumatera Utara

Page 43: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

28

Tegangan permukaan interfasial dapat dijelaskan dengan Stephan’s formula:

Dimana F adalah tegangan permukaan, k adalah viskositas dari suatu cairan, r

adalah radius dari permukaan yang berkontak, v adalah kecepatan dari tekanan, dan h

adalah jarak antar permukaan. Semakin besar jarak antar permukaan, maka tegangan

permukaan interfasial akan semakin rendah. Oleh karena itu, semakin dekat adaptasi

gigi tiruan dengan mukosa rongga mulut, maka tegangan permukaan interfasial akan

semakin besar dan retensi akan semakin baik. Semakin besar radius atau luas dari

permukaan yang berkontak, maka tegangan permukaan interfasial akan semakin

baik. Sehingga, semakin besar area yang dicakup oleh gigi tiruan, maka retensi akan

semakin baik.16

4. Border seal

Untuk retensi yang optimal, batas gigi tiruan harus dibentuk sehingga

ruangan antara pembatas dan jaringan sulkus sekecil mungkin. Namun, tidak

mungkin mempertahankan kondisi tersebut setiap saat, karena kedalaman sulkus

berubah-ubah, terutama selama gigi berfungsi. Gigi tiruan harus dibuat sehingga

perbatasan sesuai dengan titik paling dangkal yang mencapai refleksi sulkus selama

fungsi normal. Ini berarti untuk beberapa waktu ketika pasien dalam keadaan diam,

gigi tiruan akan sedikit under-extended. Jika gigi tiruan diperpanjang lebih dengan

maksud untuk menciptakan seal yang lebih konsisten, perpindahan mungkin akan

terjadi ketika jaringan sulkus bergerak. Masalah untuk mencapai border seal yang

konstan dapat diatasi dengan memperluas sayap gigi tiruan dari kedua sisi secara

lateral, sehingga berkontak dan sedikit menggeser mukosa bukal dan labial untuk

menghasilkan facial seal.

𝐹 =4,7 × 𝑘𝑟4

ℎ3 × 𝑣

Universitas Sumatera Utara

Page 44: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

29

Gambar 5. Perpanjangan lateral dari sayap

bukal untuk menghasilkan

facial seal15

Untuk rahang atas pada bagian posterior, untuk mencapai retensi dari gigi

tiruan dan mukosa adalah dengan membuat postdam, yaitu celah di perbatasan

posterior yang sedikit tertanam ke dalam mukosa palatal. Cara untuk menghasilkan

ini adalah dengan memotong alur ke model kerja di mana batas posterior gigi tiruan

harus terletak yang biasanya di vibrating line.15

5. Tekanan atmosfer

Tekanan atmosfer didefinisikan sebagai gaya per satuan unit luas yang

diberikan pada permukaan dengan berat udara di atas permukaan. Dalam hal molekul

udara, jika jumlah molekul udara di atas permukaan meningkat, akan ada lebih

banyak molekul untuk mengerahkan kekuatan pada permukaan itu dan akibatnya

tekanan meningkat.

Gigi tiruan melekat pada mukoperiosteum dengan cara yang sama seperti

suction cup yang melekat pada kaca depan mobil. Permukaan yang bekerja dari

suction cup memiliki permukaan yang melengkung. Ketika bagian tengah suction

cup ditekan terhadap permukaan yang rata dan tidak berpori, volume ruang antara

suction cup dan permukaan rata berkurang, yang menyebabkan udara antara cup dan

permukaan dikeluarkan melewati tepi dari cup tersebut. Setelah udara dipaksa keluar,

Universitas Sumatera Utara

Page 45: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

30

ruang hampa udara terbentuk. Karena tekanan atmosfer akan selalu berusaha

menyamakan dirinya, udara secara alami mencoba mengisi setiap celah yang hilang.

Tekanan ini mendorong udara di luar suction cup. Karena tidak bisa menembus

permukaan, maka ia akan mendorong melawan permukaan yang rata. Jika udara bisa

lewat di bawah tepi suction cup, atau melalui permukaan, seal akan pecah dan

suction cup akan jatuh.

Gambar 6. Tekanan pada suction cup yang dihasilkan oleh adanya

tabrakan molekul gas yang menyebabkan suction cup

kontak dengan permukaan17

Gigi tiruan tidak bisa terdistorsi seperti suction cup, tetapi mukosa oral bisa.

Ketika suatu gaya diberikan secara tegak lurus terhadap gigi tiruan, tekanan antara

protesa dan jaringan basal turun di bawah tekanan sekitar, menahan perpindahan.

Retensi karena tekanan atmosfer berbanding lurus dengan area yang dicakup oleh

basis gigi tiruan. Agar tekanan atmosfer menjadi efektif, gigi tiruan harus memiliki

seal yang sempurna di seluruh perbatasannya. Cetakan perbatasan yang tepat dapat

dilakukan dengan teknik tekanan fisiologis.17

2.3.1.3 Pengukuran Retensi

Pengukuran retensi pada gigi tiruan dapat digunakan digital force meter atau

push and pull meter. Hasil pengukurannya adalah gaya. Pengukuran retensi pada

penelitian dapat dilakukan pada beberapa tahapan, yaitu pada saat border moulding

sendok cetak, border moulding ketika pencetakan fisiologis dan pada basis permanen

Universitas Sumatera Utara

Page 46: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

31

dari gigi tiruan penuh. Pada saat pengukuran pasien duduk tegak ditopang dengan

sandaran kepala, pembukaan mulut maksimal dengan posisi rahang atas pasien

sejajar dengan lantai dan gaya yang bekerja tegak lurus untuk menilai retensi gigi

tiruan. Alat ini merupakan alat yang memiliki pegas yang terhubung dengan kaitan

pada basis gigi tiruan penuh. Gaya adalah aksi sebuah benda terhadap benda lain.

Satuan dari gaya adalah newton. Alat ini menunjukkan hasil dalam satuan ukur

newton.41

Gambar 7. Alat pengukur retensi, push

and pull meter (NANBEI China,

Analog Push Pull Force Gauge)42

2.3.2 Stabilisasi

2.3.2.1 Pengertian

Stabilisasi dapat diartikan sebagai daya tahan dari gigi tiruan terhadap

perpindahan (umumnya dalam pergerakan lateral) oleh kekuatan fungsional.

Stabilisasi pada gigi tiruan penuh didefinisikan sebagai resistensi gigi tiruan untuk

bergerak pada fondasi jaringannya, terutama terhadap gaya lateral (horizontal) yang

berlawanan dengan perpindahan vertikal.

Ketidakstabilan gigi tiruan berdampak buruk pada jaringan pendukung, yang

nantinya akan menghasilkan kekuatan merusak pada linggir alveolar pasien

Universitas Sumatera Utara

Page 47: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

32

edentulus selama fungsinya. Gigi tiruan akan bergeser dengan mudah sebagai

respons terhadap gaya yang didapatkan secara lateral. Hal ini akan menyebabkan

gangguan pada border seal dan mencegah basis gigi tiruan berkaitan baik dengan

jaringan pendukung.19

2.3.2.2 Faktor yang Memengaruhi

1. Permukaan Oklusal

Keselarasan antara permukaan oklusal yang berlawanan berkontribusi

terhadap stabilisasi. Gigi tiruan harus bebas dari gangguan dalam rentang fungsional

pergerakan pasien. Selama gerakan fungsional, permukaan oklusal tidak boleh

bertabrakan atau bersentuhan satu sama lain sebelum waktunya. Kekuatan yang tidak

diinginkan ini akan menghasilkan pergerakan lateral dan kekuatan torsi yang

nantinya memengaruhi stabilisasi. Hubungannya dapat dijelaskan melalui oklusi,

posisi gigi dan dataran oklusal, dan hubungan antar linggir.

a. Oklusi

Untuk meminimalkan kekuatan yang dapat melepaskan gigi tiruan, oklusi

harus seimbang di seluruh area rentang pergerakan fungsional pasien. Bilateral

balanced occlusion penting selama pergerakan yang terjadi pada rongga mulut,

seperti menelan air liur dan gerakan menutup mulut untuk memasang kembali gigi

tiruan. Oklusi seimbang tidak akan mengganggu posisi gigi tiruan saat diam atau

statis, stabil, dan retensi pada gigi tiruan.

b. Posisi gigi dan dataran oklusal

Gigi-gigi anterior harus diposisikan sedekat mungkin dalam hubungannya

dengan posisi linggir sebagaimana posisi alaminya. Neutral zone di lengkung rahang

atas perlu diperhatikan agar tidak terlalu sempit sehingga ada ruang untuk

memposisikan gigi anterior atas. Selain itu, zona netral pada rahang atas tidak begitu

berpengaruh dalam menjaga stabilisasi gigi tiruan, seperti zona netral pada rahang

bawah. Dataran oklusal tidak boleh ditempatkan terlalu tinggi dan dataran tersebut

harus ditempatkan lebih bawah dari posisi lidah, sehingga lidah mempertahankan

posisi gigi tiruan rahang bawah.

Universitas Sumatera Utara

Page 48: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

33

c. Hubungan linggir

Hubungan linggir antara rahang atas dan rahang bawah akan memengaruhi

stabilisasi gigi tiruan. Untuk itu, perlu untuk memposisikan gigi dalam keadaan

crossbite ketika linggir berada dalam hubungan crossbite yang parah. Pada kasus klas

III, lengkung rahang bawah lebih ke anterior dibanding lengkung rahang atas. Oklusi

mandibula yang baik harus menjadi perhatian sehingga kontak ke rahang atas dibuat

lebih dari setengah jarak antara papilla insisif dan hamular notch. Ini akan mencegah

ujung gigi tiruan pada rahang atas miring ke arah antero-posterior.19

2. Permukaan Intaglio

a. Adaptasi basis gigi tiruan

Hubungan sayap gigi tiruan dengan lereng dari linggir merupakan faktor

penting yang berkontribusi terhadap stabilisasi. Kontak antara jaringan dan batas gigi

tiruan dibatasi oleh jaringan yang bergerak. Stabilisasi gigi tiruan yang optimal

membutuhkan jaringan-jaringan tersebut untuk memberikan resistensi. Hal ini dapat

dilakukan dengan cara mengkondisikan permukaan-permukaan linggir, agar berada

pada sudut yang benar terhadap bidang oklusal.

b. Sayap lingual gigi tiruan rahang bawah

Kondisi yang paling baik untuk sayap lingual rahang bawah adalah bahwa

sayap tersebut tegak lurus terhadap dataran oklusal dan dapat menahan gaya

horizontal dengan baik. Perpanjangan sayap lingual ditentukan oleh perlekatan otot

mylohyoid ke internal oblique ridge. Pada daerah posterior, otot ini memungkinkan

perpanjangan sayap yang lebih dalam dibandingkan dengan daerah anterior. Otot-

otot pada dasar mulut juga memengaruhi tingkat kedalaman kontak yang dapat

terjadi. Mukosa harus cukup resilien dan cukup tebal untuk mentolerir tekanan.

Shanahan (1962) menyatakan bahwa sayap lingual gigi tiruan dapat diperpanjang di

tiga area yaitu sublingual crescent space, area fossa sublingual dan fossa

retromylohyoid.

3. Cameo surface (permukaan poles) dan struktur yang berhubungan

Otot dapat memengaruhi stabilisasi gigi tiruan penuh dengan dua cara, baik

dengan memungkinkan adanya aksi otot-otot tertentu tanpa gangguan oleh basis gigi

Universitas Sumatera Utara

Page 49: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

34

tiruan atau dengan memanfaatkan aksi normal dari otot-otot tertentu yang dapat

membantu tempat bertahannya basis gigi tiruan dan meningkatkan stabilisasi.

Geometri dasar gigi tiruan harus berbentuk segitiga.

Gambar 8. Geometri pada gigi

tiruan penuh19

Geometri ini digunakan untuk mengarahkan dudukan pada gigi tiruan. Ada

kontraksi otot seperti orbicularis oris (bibir) dan buccinator (pipi) selama gerakan

fungsional (bicara, deglutisi, pengunyahan). Sayap bukal dan labialis pada gigi tiruan

rahang atas dan rahang bawah harus cekung untuk memungkinkan dudukan yang

tepat bagi pipi dan bibir. Kontur yang tepat dari sayap gigi tiruan memungkinkan

gaya horizontal yang terjadi selama kontraksi otot-otot ini untuk ditransmisikan

sebagai kekuatan dudukan vertikal. Lidah juga merupakan faktor yang harus

diperhatikan, dimana untuk mencapai stabilisasi, posisi lidah harus dipertimbangkan

selama pencetakan pada sayap lingual.

Selain itu, permukaan poles dan otot-otot disekitar juga berhubungan dengan

neutral zone. Tujuan umum dari zona netral ini adalah untuk menyisakan suatu

daerah dalam rongga mulut yang edentulus di mana gigi harus diposisikan

sedemikian rupa sehingga kekuatan yang diberikan oleh otot akan cenderung

menstabilkan gigi tiruan, bukan menggesernya. Teori yang digunakan untuk

mengembangkan kontur dasar gigi tiruan didasarkan pada keyakinan bahwa otot-otot

Universitas Sumatera Utara

Page 50: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

35

harus tercetak tidak hanya batas-batas gigi tiruan tetapi juga seluruh permukaan yang

dipoles. Kontur permukaan yang dipoles dan posisi gigi harus ditentukan dengan

mewujudkan ruang di mana pergerakan lidah dan otot mukosa bukal dapat

seimbang.19

Gambar 9. Neutral zone pada regio molar

2.3.2.3 Pengukuran Stabilisasi

Pengukuran stabilisasi gigi tiruan dilakukan dengan metode CU-modified

Kapur. Metode ini adalah modifikasi kriteria Kapur yang dimodifikasi oleh

Chulalongkorn University pada bulan Juli tahun 2018. Kriteria CU-modified Kapur

direkomendasikan untuk menilai retensi dan stabilisasi baik pada pelayanan

kesehatan masyarakat maupun klinis untuk menentukan apakah gigi tiruan perlu

diganti atau tidak. Penilaian terhadap stabilisasi dilakukan dengan menggunakan ibu

jari dan jari telunjuk. Gigi tiruan diletakkan diatas linggir lalu digerakkan dengan ibu

jari dan jari telunjuk pada permukaan bukal gigi premolar. Pergerakan dilakukan

secara horizontal, anterior-posterior, dan medio-lateral.43

Universitas Sumatera Utara

Page 51: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

36

2.5 Kerangka Teori

Edentulus Penuh Gigi Tiruan Penuh

Edentulus Penuh pada Rahang Atas Gigi Tiruan Penuh Rahang Bawah

Stabilisasi Retensi

Perubahan yang Terjadi

pada Rongga Mulut

Anatomi Struktur Pendukung

Gigi Tiruan Rahang Bawah

Resiliensi Puncak

Linggir Alveolar

Buccal Shelf Bentuk dari Linggir

Alveolar

Resorpsi Linggir Sisa

Alveolar

Edentulus Penuh pada Rahang Bawah

Kualitas Hasil Perawatan

Apakah ada pengaruh anatomi struktur pendukung

gigi tiruan penuh rahang bawah terhadap retensi dan

stabilisasi?

Universitas Sumatera Utara

Page 52: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

37

2.6 Kerangka Konsep

Edentulus Penuh pada Rahang Bawah Gigi Tiruan Penuh Rahang Bawah

Stabilisasi Retensi

Anatomi Struktur Pendukung

Gigi Tiruan Rahang Bawah

Bentuk dari Linggir

Alveolar

Resiliensi Puncak

Linggir Alveolar

Resorpsi puncak tulang

alveolar pada pasien

edentulus berpengaruh

pada jaringan tulang

yang bersangkutan,

jaringan lunak

sekitarnya dapat

menjadi flabby

Klasifikasi menurut

Cawood dan Howell dibagi

menjadi:

- Klas I (bergigi)

- Klas II (pasca ekstraksi)

- Klas III (high well-

rounded)

- Klas IV (knife-edge)

- Klas V (low wel-rounded)

- Klas VI (depressed)

Gerakan rocking

saat digerakkan

di permukaan

bukal gigi

premolar pada

gigi tiruan

rahang bawah

Pertahanan GTP

rahang bawah saat

dilakukan

penarikan secara

vertikal pada gigi

tiruan rahang

bawah pada

permukaan mid-

lingual

Apakah ada pengaruh anatomi struktur pendukung

gigi tiruan penuh rahang bawah terhadap retensi dan

stabilisasi?

Universitas Sumatera Utara

Page 53: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

38

2.7 Hipotesis Penelitian

H0: Tidak ada pengaruh anatomi stuktur pendukung gigi tiruan penuh rahang

bawah terhadap retensi dan stabilisasi.

Ha: Ada pengaruh anatomi stuktur pendukung gigi tiruan penuh rahang bawah

terhadap retensi dan stabilisasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 54: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

39

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross

sectional melalui metode pemeriksaan klinis rongga mulut dan gigi tiruan penuh

pasien menggunakan kuesioner. Penelitian deskriptif pada penelitian ini bertujuan

untuk mendapatkan gambaran karakteristik dari subjek penelitian dimana pengolahan

data didasarkan pada persentase dan penelitian analitik pada penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui hubungan antar variabel.44

Penelitian dengan rancangan cross

sectional adalah penelitian dimana sampel hanya diobservasi satu kali pada saat yang

sama, tanpa diberi perlakuan dan variabel-variabel diukur menurut keadaan atau

status sewaktu diobservasi.

3.2 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah pasien yang telah memakai gigi tiruan penuh

yang dibuat oleh mahasiswa kepaniteraan klinik Prostodonsia RSGM USU Medan

dengan pemakaian GTP minimal 6 bulan.

3.3 Sampel Penelitian

Cara sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

penarikan sampel non probabilitas secara purposive sampling, yaitu dengan

mengadakan studi pendahuluan untuk mengidentifikasi karakteristik populasi dan

kemudian menetapkan sampel. Sesuai angka yang ditetapkan Gay dan Diehl, bahwa

semakin banyak sampel yang diambil maka akan semakin representatif dan hasilnya

dapat digenelisir. Jika penelitiannya korelasional, sampel minimumnya adalah 30

orang.45

Universitas Sumatera Utara

Page 55: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

40

3.3.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi untuk penelitian ini adalah:

1. Subjek pada penelitian ini adalah pasien yang memakai GTP rahang bawah

yang dibuat oleh mahasiswa kepaniteraan klinik Prostodonsia RSGM USU

Medan yang sudah dipakai minimal 6 bulan.

2. GTP tidak retak, patah, dan belum pernah direparasi.

3. Subjek bersedia menandatangani informed consent.

3.3.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi untuk penelitian ini adalah:

1. Subjek yang dirawat dengan gigi tiruan penuh namun tidak memakai lagi gigi

tiruan penuh tersebut.

2. Subjek yang menderita xerostomia.

3. Subjek yang memiliki penyakit sistemik, seperti diabetes mellitus,

osteoporosis, dan sebagainya.

4. Subjek yang tidak bersedia menandatangani informed consent.

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Variabel Bebas

Anatomi struktur pendukung gigi tiruan penuh rahang bawah, yang terdiri

dari:

1. Resiliensi puncak linggir alveolar

2. Bentuk dari linggir alveolar

3.4.2 Variabel Terikat

1. Retensi

2. Stabilisasi

3.4.3 Variabel Terkendali

Peneliti yang sama

Universitas Sumatera Utara

Page 56: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

41

Alat ukur yang sama

3.4.4 Variabel Tidak Terkendali

Lama edentulus

Usia

Posisi lidah

Penggunaan gigi tiruan sebelumnya

3.5 Definisi Operasional

Tabel 1. Definisi operasional variabel bebas

No. Variabel Bebas Definisi

Operasional Hasil Pengukuran

Cara

Pengukuran

Skala

Pengukuran

1. Anatomi struktur

pendukung gigi

tiruan rahang

bawah

1.1 Resiliensi

puncak linggir

alveolar

1.2 Bentuk dari

linggir alveolar

Daya lentur pada

jaringan di

sekitar puncak

linggir alveolar

rahang bawah

Bentuk yang

diamati dari hasil

pencetakan

anatomis linggir

alveolar pada

rahang bawah

Penilaian terhadap

puncak linggir alveolar

dikategorikan:

1 - Resilien

2 – Flabby

Penilaian terhadap

bentuk dari tulang

pendukung

dikategorikan:

1 - Klas III (well-

rounded ridge)

2 - Klas IV (knife-

edge ridge)

3 - Klas V (low well-

rounded ridge)

4 - Klas VI

(depressed ridge)

Pemeriksaan

dengan

menggunakan

ball burnisher

dan

pencetakan

anatomis.

Kategorik

Universitas Sumatera Utara

Page 57: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

42

Tabel 2. Definisi operasional variabel terikat

No. Variabel

Terikat

Definisi

Operasional Hasil Pengukuran

Cara

Pengukuran

Skala

Pengukuran

1.

2.

Retensi

Stabilisasi

Tahanan GTP saat

dilakukan

penarikan secara

vertikal pada

permukaan mid-

lingual gigi tiruan

rahang bawah

Mobilitas GTP

(tipping/rotasi) saat

digerakkan pada

permukaan bukal

gigi premolar kiri

dan kanan dengan

menggunakan ibu

jari dan jari

telunjuk

Penilaian terhadap retensi

dikategorikan:

0 – Sangat buruk

(Terdapat pergerakan

saat GTP ditempatkan

pada linggir alveolar)

1 – Buruk (resistensi

minimal, terhadap

penarikan vertikal

dan/atau gaya lateral

sebesar 2,5 N atau

dibutuhkan sebesar 2,5-5

N untuk GTP terlepas )

2 – Sedang (resistensi

sedang, terhadap

penarikan vertikal

dan/atau gaya lateral

sebesar 5 N atau

dibutuhkan sebesar 5-10

N untuk GTP terlepas)

3 – Baik (resistensi

maksimal, terhadap

penarikan vertikal dan

gaya lateral atau

dibutuhkan lebih dari 10

N untuk GTP terlepas)

Penilaian terhadap stabilisasi

dikategorikan: 0 – Buruk (terdapat rocking

ekstrim yang terlihat nyata

atau pergerakan horizontal

lebih dari 4 mm)

1 – Sedang (terdapat rocking

sedang atau pergerakan

horizontal 2-4 mm)

2 – Baik (tidak ada

pergerakan/terdapat rocking

minimal atau pergerakan

horizontal 1-2 mm)

Pemeriksaan

dengan

menggunakan

push and pull

meter, jari

telunjuk dan

ibu jari.

Kategorik

Universitas Sumatera Utara

Page 58: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

43

Tabel 3. Definisi operasional variabel terkendali

Tabel 4. Definisi operasional variabel tidak terkendali

No. Variabel Tak

Terkendali

Definsi operasional Alat

Pengukuran

Hasil

Pengukuran

Skala

Pengukuran

1 Lama edentulus Data mengenai durasi antara

pencabutan gigi terakhir sampai

dilakukannya perawatan gigi

tiruan penuh pada pasien

- - -

2 Usia Satuan waktu yang mengukur

lama waktu keberadaan suatu

benda atau makhluk

- - -

3 Posisi lidah Keadaan lidah dalam kondisi

istirahat dengan bibir yang

terpisah

- - -

4 Penggunaan gigi

tiruan

sebelumnya

Adanya penggunaan gigi tiruan

sebelum menjalankan perawatan

GTP di RSGM USU

- - -

3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Ruang OSCE Gedung B Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Sumatera Utara dan waktu penelitiannya adalah bulan Juni sampai

Agustus tahun 2019.

3.7 Prosedur Penelitian

3.7.1 Alat dan Bahan Penelitian

3.7.1.1 Alat Penelitian

1. Alat tulis

2. Ball burnisher (Inspire Instrument SS Germany) (Gambar 10)

3. Sendok cetak rahang bawah

No. Variabel Terkendali Definsi operasional Alat

Pengukuran

Hasil

Pengukuran

Skala

Pengukuran

1 Peneliti yang sama Orang yang melakukan

penelitian

- - -

2 Alat ukur yang sama Kuesioner dan alat penelitian - - -

Universitas Sumatera Utara

Page 59: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

44

4. Rubber bowl

5. Spatel plastik

6. Pot akrilik

7. Spatula

8. Mikromotor (Strong 207 Korea) (Gambar 11)

9. Push and pull meter (NK-50 50 N Dynamometer Analog Push Pull

Force Gauge Tester Meter) (Gambar 12)

10. Bur fraser (Gambar 13)

11. Kertas pasir (Grit 500 dan 1200)

12. Bur poles

13. Alat pengolah data, yaitu komputer (Program Aplikasi IBM SPSS 20)

Gambar 10. Ball burnisher (Inspire Gambar 11. Mikromotor (Strong

Instrument SS Germany) 207 Korea)

a.Mikromotor

b. Handpiece

c. Power pedal

a

b

c

Universitas Sumatera Utara

Page 60: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

45

Gambar 12. Push and pull meter Gambar 13. Bur fraser

(NK-50 50 N Dynamometer Analog

Push Pull Force Gauge Tester Meter)

a. Dynamometer b. Hook c. Extension Rod

d. Concave tip e. Cone tip f. Convex tip

g. Flat tip

3.7.1.2 Bahan Penelitian

1. Lembar kuesioner

2. Sarung tangan

3. Masker

4. Bahan cetak alginat (Hygedent)

5. Dental Stone tipe 3 (Moldano)

6. Resin akrilik swapolimerisasi (Dentimex)

7. Loop diameter 0,7 cm (Gambar 14)

8. Surat pernyataan kesediaan untuk menjadi subjek penelitian

Gambar 14. Loop (diameter 0,7 cm)

a

b

c

d

e

f

g

Universitas Sumatera Utara

Page 61: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

46

3.7.2 Cara Penelitian

1. Pengumpulan data pasien pemakai GTP rahang bawah yang dibuat oleh

mahasiswa kepaniteraan klinik Prostodonsia RSGM USU.

2. Peneliti mengurus surat pengantar untuk izin penelitian dari Fakultas

Kedokteran Gigi USU dan surat penelitian dari Komisi Etik Penelitian Bidang

Kesehatan.

3. Setelah memperoleh surat izin melakukan penelitian, peneliti memulai

penelitian dengan mengunjungi rumah responden atau menghubungi responden yang

akan menjadi subjek penelitian yang sudah dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan

eksklusi yang ditetapkan.

4. Sebelum melakukan penelitian, peneliti menjelaskan terlebih dahulu

kepada responden mengenai penelitian yang akan dilakukan, kemudian responden

diberikan lembar informed consent yaitu surat persetujuan setelah memperoleh

penjelasan.

5. Apabila responden bersedia menjadi subjek penelitian, peneliti melakukan

wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner untuk melengkapi data

sosiodemografi pasien.

6. Setelah selesai mengisi kuesioner mengenai data sosiodemografi pasien,

peneliti melakukan penilaian klinis secara langsung terhadap kondisi rongga mulut

pasien, yaitu terhadap jaringan pada resiliensi puncak linggir alveolar dan bentuk dari

linggir alveolar rahang bawah.

7. Pertama-tama, peneliti melakukan pemeriksaan terhadap resiliensi puncak

linggir alveolar rahang bawah. Penilaian dilakukan dengan menekankan burnisher

pada mukosa diatas prosesus alveolaris pada regio anterior, posterior kanan, dan

posterior kiri rahang bawah. Jika saat ditekankan burnisher tidak terlalu terbenam,

maka jaringan di sekitar puncak linggir resilien. Namun, jika mukosa bisa bergerak

dalam arah bukolingual saat ditekan menggunakan burnisher, maka itu berarti

jaringan flabby.

Universitas Sumatera Utara

Page 62: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

47

Gambar 15. Pemeriksaan resiliensi

puncak linggir alveolar

rahang bawah

8. Peneliti lalu menilai bentuk dari linggir alveolar rahang bawah dengan

melakukan pencetakan anatomis. Bahan cetak alginat dan air dicampur menggunakan

rubber bowl dan spatel plastik, lalu diaduk sampai homogen dengan waktu

pengadukan umum 30 detik sampai 1 menit. Hasil pengadukan lalu diaplikasikan

pada sendok cetak rahang bawah dan lakukan pencetakan. Pencetakan rahang bawah

dilakukan dengan mensejajarkan garis mulut ke tragus pasien dengan lantai. Hasil

pencetakan lalu diisi dengan dental stone tipe 3 untuk mendapatkan model anatomis.

Bentuk dari linggir alveolar kemudian diamati dan ditentukan bentuknya berdasarkan

klasifikasi menurut Cawood dan Howell.

Universitas Sumatera Utara

Page 63: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

48

A B

C

Gambar 16. Hasil cetakan dari bentuk linggir alveolar rahang bawah

A. Klas III (well-rounded ridge) B. Klas IV (knife-edge ridge)

C. Klas V (low well-rounded ridge)

9. Kemudian, peneliti mulai melakukan penilaian terhadap gigi tiruan penuh

rahang bawah. Penilaian terhadap retensi gigi tiruan rahang bawah dilakukan dengan

menggunakan alat push and pull meter. Aplikasikan resin akrilik swapolimerisasi

dengan loop pada bagian tengah gigi tiruan. Posisi tengah loop diletakkan di

permukaan mid-lingual pada gigi tiruan rahang bawah, diantara gigi insisivus

sentralis. Loop berfungsi sebagai tempat meletakkan kaitan push and pull meter pada

saat pengukuran retensi.

Universitas Sumatera Utara

Page 64: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

49

Gambar 17. Gigi tiruan yang sudah

dipasang loop dengan resin

akrilik

10. Untuk melakukan pemeriksaan pada retensi, pasien didudukkan dengan

posisi tubuh tegak dengan posisi dataran oklusal sejajar dengan permukaan lantai.

Lakukan pemasangan tangkai push and pull meter untuk mencapai arah tarikan pada

loop yang terdapat pada gigi tiruan rahang bawah. Push and pull meter dipegang

dengan telapak tangan lalu tarikan arah vertikal ke atas dilakukan sebagai gaya untuk

melepaskan gigi tiruan. Dilakukan penarikan secara vertikal sebesar 2,5 N, 5 N, dan

10 N, lalu diamati gaya yang diperlukan untuk melepaskan gigi tiruan dan tentukan

skor retensi gigi tiruan.

Gambar 18. Pemeriksaan retensi gigi tiruan

dengan push and pull meter

Universitas Sumatera Utara

Page 65: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

50

11. Resin akrilik swapolimerisasi dan loop dilepas dari gigi tiruan rahang

bawah menggunakan mikromotor dan bur fraser lalu basis gigi tiruan dipoles kembali

menggunakan kertas pasir dan bur poles agar permukaan basis gigi tiruan tidak kasar.

Gambar 19. Gigi tiruan yang sudah

dilepaskan dari loop

12. Penilaian terhadap stabilisasi pada gigi tiruan rahang bawah dilakukan

dengan cara meletakkan ibu jari dan jari telunjuk pada permukaan bukal dari gigi

premolar, kemudian gigi tiruan digerakkan secara horizontal, anterior-posterior, dan

mediolateral. Tipping dapat dilihat dengan cara memberikan tekanan pada gigi molar

dengan jari telunjuk. Terjadinya pergerakan atau tipping pada gigi tiruan diobservasi

dan tentukan skor stabilisasi gigi tiruan.

Gambar 20. Pemeriksaan stabilisasi gigi tiruan

Universitas Sumatera Utara

Page 66: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

51

13. Setelah data hasil wawancara dan pemeriksaan klinis dari semua subjek

penelitian telah diperoleh, peneliti melakukan tabulasi data. Data diolah dengan

bantuan komputer. Setelah mendapatkan hasil pengolahan data, peneliti membuat

laporan dan menarik kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan.

Universitas Sumatera Utara

Page 67: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

52

3.8 Analisis Data

Semua data yang diperoleh dari kuesioner disajikan dengan menghitung

persentase distribusi, kemudian dilakukan uji statistik dengan SPSS menggunakan uji

Fisher dan Chi-Square untuk melihat adakah pengaruh anatomi struktur pendukung

gigi tiruan penuh rahang bawah terhadap retensi dan stabilisasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 68: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

53

3.9 Kerangka Operasional

Pengumpulan data pasien pemakai GTP yang

dibuat oleh mahasiswa kepaniteraan klinik

Prostodonsia RSGM USU

Mengurus surat izin penelitian dari FKG USU

dan Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan

Mengunjungi rumah pasien yang akan

menjadi subjek penelitian berdasarkan

kriteria inklusi dan eksklusi yang telah

ditetapkan

Penjelasan kuesioner pada subjek penelitian

dan pemberian lembar Informed Consent

Wawancara dan pengisian kuesioner

mengenai identitas pasien

Analisis data

Pemeriksaan pada resiliensi

puncak linggir alveolar dan

bentuk dari linggir alveolar

rahang bawah pasien

Kesimpulan

Pemeriksaan terhadap retensi dan stabilisasi gigi

tiruan penuh rahang bawah

Tabulasi data

Universitas Sumatera Utara

Page 69: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

54

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Distribusi Anatomi Struktur Pendukung Gigi Tiruan Penuh Rahang

Bawah

Pada penelitian ini, anatomi dari struktur pendukung gigi tiruan penuh rahang

bawah terdiri dari resiliensi puncak linggir alveolar dan bentuk dari linggir alveolar

rahang bawah. Resiliensi puncak linggir alveolar terbagi menjadi dua, yaitu resilien

dan flabby. Dari 30 pasien GTP di RSGM USU yang diteliti, terdapat 14 orang

(46,7%) yang memiliki resiliensi puncak linggir alveolar yang resilien, terdiri dari 5

laki-laki (35,7%) dan 9 perempuan (64,3%), sedangkan sisanya sebanyak 16 orang

(53,3%) memiliki puncak linggir alveolar yang flabby, terdiri dari 6 laki-laki (37,5%)

dan 10 perempuan (62,5%) (Tabel 5).

Tabel 5. Distribusi Resiliensi Puncak Linggir Alveolar Pada Pasien GTP di RSGM

USU

Resiliensi puncak

linggir alveolar

Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Resilien 5 35,7 9 64,3 14 46,7

Flabby 6 37,5 10 62,5 16 53,3

Ditinjau dari bentuk linggir alveolar, maka anatomi struktur pendukung gigi

tiruan rahang bawah pada penelitian ini ditemukan klas III sebanyak 15 orang (50%)

yang terdiri dari 6 laki-laki (40%) dan 9 perempuan (60%), diikuti dengan bentuk

linggir klas IV sebanyak 12 orang (40%) yang terdiri dari 5 laki-laki (41,7%) dan 7

perempuan (58,3%), serta bentuk linggir klas V sebanyak 3 orang (10%) yang

seluruhnya perempuan (100%). Dalam penelitian ini, tidak terdapat pasien dengan

bentuk linggir klas VI (Tabel 6).

Universitas Sumatera Utara

Page 70: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

55

Tabel 6. Distribusi Bentuk Dari Linggir Alveolar Pada Pasien GTP di RSGM USU

Bentuk dari linggir alveolar Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Klas III (well-rounded ridge) 6 40 9 60 15 50

Klas IV (knife-edge ridge) 5 41,7 7 58,3 12 40

Klas V (low well-rounded

ridge) 0 0 3 100 3 10

Klas VI (depressed

ridge) 0 0 0 0 0 0

4.2 Distribusi Retensi dan Stabilisasi Gigi Tiruan Penuh Rahang Bawah

Penilaian terhadap retensi GTP rahang bawah dibagi menjadi sangat buruk,

buruk, sedang, dan baik. Dari 30 pasien GTP di RSGM USU yang diteliti, pasien

yang memiliki retensi gigi tiruan penuh rahang bawah dengan kategori sangat buruk

berjumlah 6 orang (20%) yang terdiri dari 3 laki-laki (50%) dan 3 perempuan (50%),

disusul dengan kategori buruk ada sebanyak 10 orang (33,3%) yang terdiri dari 5

laki-laki (50%) dan 5 perempuan (50%), kategori sedang ada sebanyak 9 orang (30%)

yang terdiri dari 1 laki-laki (11,1%) dan 8 perempuan (88,9%), dan dengan kategori

baik ada sebanyak 5 orang (16,7%) yang terdiri dari 2 laki-laki (40%) dan 3

perempuan (60%) (Tabel 7).

Tabel 7. Distribusi Penilaian Retensi Gigi Tiruan Penuh Rahang Bawah Pada Pasien

GTP di RSGM USU

Retensi gigi tiruan

penuh rahang bawah

Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Sangat buruk 3 50 3 50 6 20

Buruk 5 50 5 50 10 33,3

Sedang 1 11,1 8 88,9 9 30

Baik 2 40 3 60 5 16,7

Universitas Sumatera Utara

Page 71: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

56

Pada penelitian ini, penilaian terhadap stabilisasi gigi tiruan penuh dapat

dikategorikan menjadi tiga, yaitu buruk, sedang, dan baik. Dari 30 pasien GTP di

RSGM USU yang diteliti, pasien yang memiliki stabilisasi gigi tiruan rahang bawah

dengan kategori buruk ada sebanyak 3 orang (10%) yang terdiri dari 1 laki-laki

(33,3%) dan 2 perempuan (66,7%), kategori sedang berjumlah 11 orang (36,7%) yang

terdiri dari 3 laki-laki (27,3%) dan 8 perempuan (72,7%), dan stabilisasi gigi tiruan

rahang bawah dengan kategori baik ada sebanyak 16 orang (53,3%) yang terdiri dari

7 laki-laki (43,8%) dan 9 perempuan (56,2%) (Tabel 8).

Tabel 8. Distribusi Penilaian Stabilisasi Gigi Tiruan Penuh Rahang Bawah Pada

Pasien GTP di RSGM USU

Stabilisasi gigi tiruan

penuh rahang bawah

Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Buruk 1 33,3 2 66,7 3 10

Sedang 3 27,3 8 72,7 11 36,7

Baik 7 43,8 9 56,2 16 53,3

4.3 Pengaruh Anatomi Struktur Pendukung Gigi Tiruan Penuh Rahang

Bawah terhadap Retensi dan Stabilisasi

Pada penelitian ini anatomi struktur pendukung gigi tiruan penuh rahang

bawah dibagi dua, yaitu resiliensi puncak linggir alveolar dan bentuk dari linggir

alveolar. Resiliensi puncak linggir alveolar dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu

resilien dan flabby. Pada resiliensi puncak linggir alveolar yang resilien dengan

retensi gigi tiruan penuh rahang bawah yang sangat buruk tidak ada (0%), buruk

berjumlah 3 orang (21,4%), sedang berjumlah 7 orang (50%), dan baik berjumlah 4

orang (28,6%), sedangkan pada resiliensi puncak linggir alveolar yang flabby dengan

retensi gigi tiruan penuh rahang bawah yang sangat buruk berjumlah 6 orang

(37,5%), buruk berjumlah 7 orang (43,8%), sedang berjumlah 2 orang (12,5%), dan

yang baik 1 orang (6,2%) (Tabel 9).

Universitas Sumatera Utara

Page 72: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

57

Uji yang digunakan untuk mengetahui pengaruh resiliensi puncak linggir

alveolar rahang bawah terhadap retensi gigi tiruan penuh rahang bawah yang diukur

dengan metode pemeriksaan klinis digunakan uji non parametrik, yaitu uji Fisher.

Uji Fisher yang dilakukan pada resiliensi puncak linggir alveolar rahang

bawah adalah p = 0,005. Nilai p < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh

yang signifikan antara resiliensi puncak linggir alveolar rahang bawah terhadap

retensi gigi tiruan penuh rahang bawah (Tabel 9).

Tabel 9. Pengaruh Resiliensi Puncak Linggir Alveolar Rahang Bawah Terhadap

Retensi Gigi Tiruan Penuh Rahang Bawah Pada Pasien GTP di RSGM

USU

Resiliensi

puncak

linggir

alveolar

Retensi gigi tiruan penuh rahang bawah

Skor 0

(Sangat

buruk)

Skor 1

(Buruk)

Skor 2

(Sedang)

Skor 3

(Baik) Jumlah

p

n % n % n % n % n %

Resilien 0 0 3 21,4 7 50 4 28,6 14 100 0,005*

Flabby 6 37,5 7 43,8 2 12,5 1 6,2 16 100

Keterangan: * = Pengaruh signifikan

Bentuk dari linggir alveolar dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu klas III

(well-rounded ridge), klas IV (knife-edge ridge), klas V (low well-rounded ridge),

dan klas VI (depressed ridge). Pada bentuk linggir alveolar klas III dengan retensi

gigi tiruan penuh rahang bawah yang sangat buruk tidak ada (0%), buruk berjumlah 4

orang (26,7%), sedang berjumlah 7 orang (46,7%), dan baik berjumlah 4 orang

(26,7%), sedangkan bentuk linggir alveolar klas IV dengan retensi gigi tiruan penuh

rahang bawah yang sangat buruk berjumlah 5 orang (41,7%), buruk berjumlah 5

orang (41,7%), sedang berjumlah 1 orang (8,3%), dan baik berjumlah 1 orang (8,3%).

Untuk bentuk linggir alveolar klas V dengan retensi gigi tiruan penuh rahang bawah

yang sangat buruk berjumlah 1 orang (33,3%), buruk berjumlah 1 orang (33,3%),

sedang berjumlah 1 orang (33,3%), dan dengan retensi baik tidak ada (0%). Dalam

penelitian ini, tidak ada pasien dengan bentuk linggir alveolar klas VI, sehingga

penilaian retensi untuk gigi tiruan rahang bawah juga tidak ada (Tabel 10).

Universitas Sumatera Utara

Page 73: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

58

Uji yang digunakan untuk mengetahui pengaruh bentuk dari linggir alveolar

rahang bawah terhadap retensi gigi tiruan penuh rahang bawah yang diukur dengan

metode pemeriksaan klinis digunakan non parametrik, yaitu uji Fisher.

Uji Fisher yang dilakukan pada bentuk dari linggir alveolar rahang bawah

adalah p = 0,023. Nilai p < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang

signifikan antara bentuk dari linggir alveolar rahang bawah terhadap retensi gigi

tiruan penuh rahang bawah (Tabel 10).

Tabel 10. Pengaruh Bentuk Dari Linggir Alveolar Rahang Bawah Terhadap Retensi

Gigi Tiruan Rahang Bawah Pada Pasien GTP di RSGM USU

Bentuk dari

linggir

alveolar

Retensi gigi tiruan penuh rahang bawah

Skor 0

(Sangat

buruk)

Skor 1

(Buruk)

Skor 2

(Sedang)

Skor 3

(Baik) Jumlah

p

n % n % n % n % n %

Klas III 0 0 4 26,7 7 46,7 4 26,7 15 100

0,023* Klas IV 5 41,7 5 41,7 1 8,3 1 8,3 12 100

Klas V 1 33,3 1 33,3 1 33,3 0 0 3 100

Klas VI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Keterangan: * = Pengaruh signifikan

Selain itu, pada penelitian ini juga melihat pengaruh anatomi struktur

pendukung gigi tiruan penuh rahang bawah terhadap stabilisasi gigi tiruan penuh

rahang bawah. Pada resiliensi puncak linggir alveolar yang resilien dengan stabilisasi

gigi tiruan penuh rahang bawah yang buruk berjumlah 1 orang (7,1%), sedang

berjumlah 3 orang (21,4%), dan baik berjumlah 10 orang (71,4%), sedangkan pada

resiliensi puncak linggir alveolar yang flabby dengan stabilisasi gigi tiruan penuh

rahang bawah yang buruk berjumlah 2 orang (12,5%), sedang berjumlah 8 orang

(50%), dan baik berjumlah 6 orang (37,5%) (Tabel 11).

Uji yang digunakan untuk mengetahui pengaruh resiliensi puncak linggir

alveolar rahang bawah terhadap stabilisasi gigi tiruan penuh rahang bawah yang

diukur dengan metode pemeriksaan klinis digunakan uji non parametrik, yaitu uji

Fisher.

Universitas Sumatera Utara

Page 74: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

59

Uji Fisher yang dilakukan pada resiliensi puncak linggir alveolar rahang

bawah adalah p = 0,217. Nilai p > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada

pengaruh yang signifikan antara resiliensi puncak linggir alveolar rahang bawah

terhadap stabilisasi gigi tiruan penuh rahang bawah (Tabel 11).

Tabel 11. Pengaruh Resiliensi Puncak Linggir Alveolar Rahang Bawah Terhadap

Stabilisasi Gigi Tiruan Rahang Bawah Pada Pasien GTP di RSGM USU

Resiliensi

puncak

linggir

alveolar

Stabilisasi gigi tiruan penuh rahang bawah

Skor 0 (Buruk) Skor 1 (Sedang) Skor 2 (Baik) Jumlah

p n % n % n % n %

Resilien 1 7,1 3 21,4 10 71,4 14 100 0,217

Flabby 2 12,5 8 50 6 37,5 16 100

Dalam penelitian ini juga meneliti pengaruh bentuk linggir alveolar rahang

bawah terhadap stabilisasi gigi tiruan penuh rahang bawah. Pada bentuk linggir

alveolar klas III dengan stabilisasi gigi tiruan penuh rahang bawah yang buruk tidak

ada (0%), sedang berjumlah 2 orang (13,3%), dan baik berjumlah 13 orang (86,7%),

sedangkan bentuk linggir alveolar klas IV dengan stabilisasi gigi tiruan penuh rahang

bawah yang buruk berjumlah 2 orang (16,7%), sedang berjumlah 7 orang (58,3%),

dan baik berjumlah 3 orang (25%). Untuk bentuk linggir alveolar klas V dengan

stabilisasi gigi tiruan penuh rahang bawah yang buruk berjumlah 1 orang (33,3%),

sedang 2 orang (66,7%) dan stabilisasi gigi tiruan rahang bawah yang baik tidak ada

(0%). Dalam penelitian ini, tidak ada pasien dengan bentuk linggir alveolar klas VI,

sehingga penilaian untuk stabilisasi gigi tiruan rahang bawah juga tidak ada (0%)

(Tabel 12).

Uji yang digunakan untuk mengetahui pengaruh bentuk dari linggir alveolar

rahang bawah terhadap stabilisasi gigi tiruan penuh rahang bawah yang diukur

dengan metode pemeriksaan klinis digunakan uji non parametrik, yaitu uji Fisher.

Uji Fisher yang dilakukan pada bentuk dari linggir alveolar rahang bawah

adalah p = 0,001. Nilai p < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang

Universitas Sumatera Utara

Page 75: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

60

signifikan antara bentuk dari linggir alveolar rahang bawah terhadap retensi gigi

tiruan penuh rahang bawah (Tabel 12).

Tabel 12. Pengaruh Bentuk Dari Linggir Alveolar Rahang Bawah Terhadap

Stabilisasi Gigi Tiruan Rahang Bawah Pada Pasien GTP di RSGM USU

Bentuk

dari

linggir

alveolar

Stabilisasi gigi tiruan penuh rahang bawah

Skor 0 (Buruk) Skor 1 (Sedang) Skor 2 (Baik) Jumlah

p n % n % n % n %

Klas III 0 0 2 13,3 13 86,7 15 100

0,001* Klas IV 2 16,7 7 58,3 3 25 12 100

Klas V 1 33,3 2 66,7 0 0 3 100

Klas VI 0 0 0 0 0 0 0 0

Keterangan: * = Pengaruh signifikan

Universitas Sumatera Utara

Page 76: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

61

BAB 5

PEMBAHASAN

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross

sectional melalui metode pemeriksaan klinis rongga mulut dan gigi tiruan pasien

menggunakan kuesioner. Penelitian deskriptif pada penelitian ini bertujuan untuk

mendapatkan gambaran karakteristik dari subjek penelitian dimana pengolahan data

didasarkan pada persentase dan penelitian analitik pada penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui hubungan antar variabel. Penelitian dengan rancangan cross sectional

adalah penelitian dimana sampel hanya diobservasi satu kali pada saat yang sama,

tanpa diberi perlakuan dan variabel-variabel diukur menurut keadaan atau status

sewaktu diobservasi.

5.1 Distribusi Anatomi Struktur Pendukung Gigi Tiruan Penuh Rahang

Bawah

Pada tabel 5 menunjukkan bahwa resiliensi puncak linggir alveolar rahang

bawah pada pasien paling banyak adalah flabby (53,3%). Hasil penelitian ini

memiliki hasil yang sama dengan penelitian Ribeiro dkk. (2014) yang menemukan

bahwa sebagian besar pasien GTP, yaitu 62 pasien dari 93 pasien, memiliki resiliensi

yang flabby pada puncak linggir alveolar rahang bawahnya.18

Walaupun Lynch dan

Allen (2006) menyatakan bahwa puncak linggir alveolar yang flabby hanya terjadi

pada 5% pasien gigi tiruan penuh pada rahang bawah. Puncak linggir alveolar yang

flabby lebih banyak terjadi pada rahang atas, yaitu sebanyak 24%, terutama di bagian

anterior.46

Etiologi dari puncak linggir alveolar yang flabby multifaktorial atau dapat

disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya ekstraksi gigi yang tidak terencana atau

tidak terkontrol, resorpsi linggir alveolar, kesehatan sistemik yang kurang baik,

sindroma kombinasi, adanya trauma yang disebabkan oleh basis gigi tiruan, gigi

tiruan yang tidak pas, dan pemakaian gigi tiruan dalam jangka waktu yang lama, dan

pemakaian gigi tiruan tanpa adanya pemeliharaan yang baik. Puncak linggir alveolar

yang flabby dapat terjadi karena pemakaian GTP dalam jangka panjang, dimana

Universitas Sumatera Utara

Page 77: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

62

jaringan lunak akan menggantikan tulang alveolar yang sudah mengalami resorpsi.47

Sebagian besar subjek dalam penelitian ini sudah pernah menggunakan gigi tiruan

sebelumnya (73,3%), sehingga pemakaian GTP dalam jangka waktu yang lama dapat

menjadi salah satu faktor penyebabnya. Menurut Andrei (2016), pemakaian GTP

dalam jangka waktu yang lama, terutama tanpa melakukan relining atau rebasing,

dapat mempercepat proses resorpsi linggir alveolar, sehingga menyebabkan linggir

menjadi flabby.48

Linggir alveolar yang flabby memerlukan teknik khusus pada

pencetakannya, sehingga apabila tidak dilakukan dengan benar, maka dapat

menghasilkan gigi tiruan yang tidak pas dan menyebabkan linggir menjadi flabby

karena adanya trauma dari basis gigi tiruan.47

Selain itu, linggir alveolar yang flabby

pada penelitian ini juga lebih banyak ditemukan pada perempuan (56,2%)

dibandingkan laki-laki (43,8%). Hal ini dapat disebabkan karena perempuan lebih

rentan serta memiliki faktor resiko yang lebih besar terhadap resorpsi linggir sisa

alveolar. Peningkatan resorpsi linggir sisa alveolar pada wanita dapat terjadi karena

adanya efek dari aktivitas menopause. Setelah menopause, terjadi defisiensi hormon

estrogen, sehingga mempercepat kehilangan tulang rangka dan menyebabkan resorpsi

tulang alveolar yang cepat. Mekanisme dari fenomena ini sudah dikonfirmasi pada

studi eksperimental lebih lanjut yang mengungkapkan bahwa hormon estrogen

menginduksi apoptosis dari osteoklas. Defisiensi hormon estrogen akan

memperpanjang masa hidup osteoklas, oleh karena itu defisiensi hormon estrogen

pada wanita menopause menyebabkan resorpsi tulang yang lebih intens.49

Selain itu,

usia pada wanita pemakai GTP biasanya merupakan kelompok usia yang memiliki

risiko tinggi untuk terkena osteoporosis.50

Pada tabel 6 menunjukkan bahwa bentuk dari linggir alveolar rahang bawah

pada pasien paling banyak adalah klas III atau well-rounded ridge (50%). Hal ini

sesuai dengan penelitian oleh Yamaga dkk. (2013) yang juga memiliki hasil yang

sama. Dalam penelitian tersebut, 51 dari 166 pasien (30,7%) memiliki bentuk linggir

alveolar rahang bawah U dengan tinggi dan lebar yang masih adekuat. Penelitian

tersebut juga menggunakan klasifikasi bentuk linggir menurut Cawood dan Howell.51

Kecepatan resorpsi linggir alveolar sangat bervariasi pada setiap individu, bahkan

Universitas Sumatera Utara

Page 78: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

63

pada satu orang pun tidak sama dalam waktu yang berbeda atau dibeberapa regio

dalam rahang. Mengevaluasi kondisi dari linggir alveolar dapat memberikan

informasi mengenai pola resorpsi itu sendiri. Linggir yang berbentuk well-rounded

dengan tinggi yang cukup cenderung akan bertahan dengan bentuknya dalam waktu

yang cukup lama, sedangkan linggir alveolar yang sudah mengalami resorpsi dalam

jangka waktu yang pendek maka cenderung memiliki laju resorpsi yang lebih

tinggi.52

Namun, atropi paling besar terjadi pada tahun pertama setelah kehilangan

gigi. Resorpsi linggir alveolar adalah proses seumur hidup, tetapi kecepatannya

semakin lama semakin menurun. Atropi tulang rahang tidak dapat dihentikan namun

dapat diperlambat dengan melakukan perawatan yang tepat yaitu menggunakan

protesa atau gigi tiruan.23

Selain itu, pasien dengan linggir alveolar klas IV atau knife-edge ridge juga

cukup banyak dijumpai pada penelitian ini. Terdapat 12 dari 30 pasien (40%) yang

memiliki bentuk linggir rahang bawah tajam atau knife-edge. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Reich dkk. (2011) bahwa linggir knife-edge ini lebih banyak terlihat pada

pasien edentulus di regio anterior, terutama pada rahang bawah. Knife-edge ridge

terbentuk oleh karena adanya resorpsi pada sisi labial dan lingual dari linggir alveolar

anterior bawah. Gingiva yang menutupinya akan menggulung dan jaringan lunak

akan berproliferasi menjadi jaringan yang mudah bergerak pada puncak linggir

alveolar. Linggir tersebut tipis dalam arah bukolingual, tajam tetapi lembut seperti

tepi pisau. Kerusakan lokal dari tulang pada linggir tajam ini dapat terjadi karena

adanya penyakit periodontal sebelum pencabutan gigi, prosedur bedah pada tulang

alveolar yang tidak boleh dilakukan pada saat bersamaan dengan pencabutan gigi,

atau kurangnya evaluasi yang baik terhadap perubahan jaringan dapat menjadi faktor

yang berkontribusi terhadap resorpsi alveolar. Kombinasi dari faktor-faktor tersebut

dapat berperan terhadap seberapa banyak resorpsi yang terjadi. Namun, pengaruh dari

setiap faktor bervariasi pada setiap pasien.32

Saat proses berlanjut, linggir yang

berbentuk seperti tepi pisau menjadi lebih pendek dan bahkan akhirnya menghilang,

sehingga linggir menjadi rendah atau datar (klas V).23

Namun, pasien dengan bentuk

Universitas Sumatera Utara

Page 79: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

64

linggir klas V tidak banyak ditemui pada penelitian ini, yaitu hanya 3 dari 30 pasien

(10%).

Dalam penelitian ini tidak ada satupun subjek yang memiliki bentuk linggir

alveolar klas VI atau depressed ridge pada rahang bawah mereka. Linggir alveolar

rahang bawah membutuhkan waktu yang lebih lama untuk berubah dari bentuk

linggir U yang rendah atau klas V ke bentuk klas VI atau depressed ridge

dibandingkan dengan rahang atas, terutama pada pasien lansia. Hal ini dapat terjadi

karena pada fase awal atau inisiasi atropi, mandibula memiliki resistensi lebih besar

terhadap resorpsi vertikal karena ketebalannya yang lebih besar pada tulang kortikal

daripada rahang atas. Namun, mandibula lebih sering terkena dampak dan lebih buruk

dari rahang atas setelah pemakaian GTP. Hal ini disebabkan karena rahang atas

memiliki permukaan struktur pendukung yang lebih besar, yaitu palatum keras.23

5.2 Distribusi Retensi dan Stabilisasi Gigi Tiruan Penuh Rahang Bawah

Pada tabel 7 menunjukkan bahwa retensi pada GTP rahang bawah pada pasien

paling banyak adalah buruk (33,3%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian

oleh Alfadda (2014) yang melihat hubungan kualitas GTP dengan kepuasan pasien.

Dalam penelitian tersebut, terdapat 15 dari 25 gigi tiruan rahang bawah (60%) dengan

retensi yang buruk.53

Hal ini juga mendukung hasil penelitian dari Sikander (2016)

yang menyatakan bahwa retensi termasuk salah satu keluhan yang sering

disampaikan pasien pasca perawatan yang belum lama selesai. Penelitian tersebut

dilakukan pada 99 pasien pemakai GTP, hasilnya 60% mengeluhkan adanya retensi

yang buruk setelah enam bulan sampai satu tahun pemakaian gigi tiruan. Kebanyakan

kasus pada penelitian ini terjadi karena adanya sayap gigi tiruan yang sangat

pendek.54

Selain itu, permasalahan retensi GTP juga ditemukan pada penelitian

Bosînceanu (2017) yang menunjukkan 85,9% dari 64 gigi tiruan penuh menunjukkan

adanya retensi gigi tiruan yang buruk, terutama rahang bawah, diikuti oleh adanya

iritasi mukosa yaitu 44,2%. Hilangnya retensi ini dapat disebabkan karena adanya

resorpsi tulang alveolar yang berkelajutan. Resorpsi ini tidak hanya terjadi di

permukaan, namun juga menyebabkan berkurangnya tinggi dari linggir alveolar.

Universitas Sumatera Utara

Page 80: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

65

Selain itu, hal ini juga dapat disebabkan adanya faktor iatrogenik ataupun

overextension di daerah retromylohyoid rims, daerah masseter, dan frenulum bukal

pada gigi tiruan rahang bawah. Kualitas retensi yang buruk pada GTP rahang bawah

akan meningkat seiring dengan waktu karena adanya pengaruh resorpsi tulang

alveolar dan penurunan kemampuan mengunyah yang dilaporkan oleh pasien.

Namun, pengurangan yang nyata terjadi pada tahun pertama penggunaan gigi tiruan

dan dalam beberapa tahun berikutnya ada kehilangan terus menerus rata-rata 1 mm

per tahun. Sebagai hasil dari resorpsi linggir alveolar, terjadi pengurangan lebar dan

kedalaman sulkus karena adanya perpindahan perlekatan otot yang lebih dekat ke

puncak linggir, sehingga dasar gigi tiruan menjadi overextension, yang juga

menyebabkan hilangnya retensi.55

Namun, buruknya retensi pada GTP tidak hanya

disebabkan oleh konstruksi gigi tiruan itu saja. Keefektifan dari gigi tiruan juga

bergantung pada pemeliharaan setelah pemasangan gigi tiruan tersebut.56

Tidak hanya

itu, dalam penelitian Limpuangthip (2018) GTP dengan kualitas yang kurang baik

juga ditemukan pada 6 (4,5%) gigi tiruan rahang atas dan pada 25 (19,8%) gigi tiruan

rahang bawah. Penelitian ini juga menggunakan metode serta kriteria yang sama

untuk menentukan kualitas retensi gigi tiruan.41

Pada tabel 8 menunjukkan bahwa stabilisasi pada GTP rahang bawah pada

pasien paling banyak adalah baik (53,3%). Hal ini sesuai dengan penelitian Ribeiro

dkk. (2014) yang menyatakan 46,2% gigi tiruan penuh yang diteliti memiliki

stabilisasi yang baik.18

Selain itu, hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil

penelitian sebelumnya oleh Ritonga dkk (2018) yang membuktikan 25 dari 30 gigi

tiruan penuh rahang bawah memiliki kualitas stabilisasi dengan skor 4 dan 5 yang

berarti baik dan sangat baik. Hanya 3 GTP yang memiliki kualitas stabilisasi yang

buruk dan 2 gigi tiruan memiliki kualitas stabilisasi yang sangat buruk.33

Stabilisasi

gigi tiruan penuh, terutama pada rahang bawah sering menjadi tantangan bagi dokter

gigi dan pasien. Pemahaman mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi stabilisasi

gigi tiruan rahang bawah perlu untuk diperhatikan. Gigi tiruan bawah yang menutupi

keseluruhan denture-bearing area yang ada dengan perpanjangan sayap yang selaras

dengan otot-otot sekitarnya akan meningkatan stabilisasi GTP. Selain itu, permukaan

Universitas Sumatera Utara

Page 81: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

66

poles dari gigi tiruan juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi

stabilitas GTP.57

Penelitian lain oleh Iqtidar dkk (2017) melakukan pemeriksaan

stabilisasi gigi tiruan pada pemakai gigi tiruan yang memiliki xerostomia dan non-

xerostomia. Hasilnya menunjukkan 160 gigi tiruan memiliki stabilisasi yang sangat

baik, sedangkan 6 gigi tiruan memiliki kualitas stabilisasi yang buruk. Hasil

penelitian tersebut dilakukan pada pemakai GTP yang tidak memiliki xerostomia.58

Namun, hasil penelitan ini berbeda dengan penelitian Limpuangthip dkk.

(2018) yang membuktikan bahwa 63 dari 126 gigi tiruan rahang bawah memiliki

kualitas stabilisasi yang kurang baik.41

Stabilisasi gigi tiruan memiliki peran penting

dalam keberhasilan perawatan GTP. Stabilisasi gigi tiruan yang kurang baik dapat

mempengaruhi fungsi GTP karena dapat menyebabkan lepasnya gigi tiruan ketika

diberi tekanan, sehingga mengganggu proses pengunyahan. Penelitian yang dilakukan

oleh Brunello dan Mandikos (1998) membuktikan bahwa stabilisasi gigi tiruan

memiliki efek yang positif terhadap tingkat kepuasan pasien.59

Limpuangthip dkk. (2018) menyatakan gigi tiruan rahang atas memerlukan

minimal retensi yang sedang dan stabilisasi yang cukup untuk berfungsi, sedangkan

gigi tiruan rahang bawah memerlukan sedikit retensi dan stabilisasi yang cukup agar

tidak perlu mengganti gigi tiruannya atau melakukan pemasangan gigi tiruan yang

didukung oleh implan.41

5.3 Pengaruh Anatomi Struktur Pendukung Gigi Tiruan Penuh Rahang

Bawah terhadap Retensi dan Stabilisasi

Pada tabel 9 menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara

resiliensi puncak linggir alveolar rahang bawah terhadap retensi GTP rahang bawah

dengan nilai p = 0,005 (p < 0,05). Hasil ini sesuai dengan hasil peneilitian Ribeiro

dkk. (2014) yang menyatakan bahwa resiliensi puncak linggir alveolar berpengaruh

terhadap hasil perawatan GTP, salah satunya dalam hal retensi. Resiliensi puncak

linggir alveolar yang kukuh dan resisten terhadap palpasi membuat gigi tiruan sulit

untuk dilepaskan dari linggirnya. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa 85% pasien

dengan puncak linggir alveolar yang resilien memiliki retensi gigi tiruan rahang

Universitas Sumatera Utara

Page 82: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

67

bawah yang baik. Hal ini juga didukung oleh Baat (1997) yang menyatakan bahwa

keberhasilan perawatan prostodontik tergantung pada kualitas gigi tiruan dan juga

kondisi rongga mulut pasien, sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya penilaian

kualitas dari gigi tiruan pasien yang cukup rendah dikarenakan karakteristik linggir

sisa alveolar mereka.18

Selain itu, Pai (2014) juga menyatakan bahwa puncak linggir

alveolar yang kurang resilien atau flabby dapat menyebabkan gigi tiruan bergeser

dibawah adanya kekuatan oklusal. Hal ini akan mengakibatkan hilangnya peripheral

seal antara gigi tiruan dengan jaringan yang nantinya akan menyebabkan buruknya

retensi pada gigi tiruan.60

Penelitian yang dilakukan oleh Ribeiro dkk. (2014) menunjukkan 80,8%

pasien dengan puncak linggir alveolar yang flabby memiliki retensi gigi tiruan yang

buruk. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Carlsson (1998), bahwa linggir alveolar

yang flabby dapat menyebabkan retensi pada GTP kurang baik.61

Puncak linggir

alveolar yang flabby dapat bergerak dengan mudah dan melekat secara longgar pada

periostium tulang. Resiliensi puncak linggir alveolar yang flabby ini seringkali

menghadirkan kesulitan dalam pembuatan GTP. Jaringan lunak yang tergeser selama

proses pencetakan cenderung kembali ke bentuk aslinya dan GTP yang dibuat dengan

menggunakan hasil cetakan ini tidak akan pas secara akurat saat jaringan kembali ke

bentuk aslinya. Hal tersebut dapat mengakibatkan hilangnya retensi GTP dan adanya

ketidaknyamanan.62

Namun, hasil yang berbeda ditemukan dalam penelitian Celebic dkk. (2003)

mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan gigi tiruan. Penelitian

tersebut menunjukkan bahwa pasien dengan kualitas denture-bearing area rahang

bawah yang baik memberikan nilai yang paling rendah terhadap retensi serta

kenyamanan gigi tiruan rahang bawah mereka. Hal ini dapat terjadi karena adanya

periode adaptasi neuromuskular yang cukup panjang untuk GTP rahang bawah dan

lamanya waktu yang diperlukan untuk otot bibir, pipi, dan lidah yang mengelilingi

gigi tiruan bawah untuk menyesuaikan fungsinya dengan sayap gigi tiruan. Resorpsi

linggir sisa alveolar adalah proses yang kronis, berkelanjutan yang terjadi paling

cepat setelah pencabutan gigi. Tinggi linggir sisa alveolar paling adekuat setelah

Universitas Sumatera Utara

Page 83: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

68

ekstraksi dan dukungan untuk gigi tiruan penuh harus optimal. Kemungkinan besar

karena periode yang panjang dari adaptasi neuromuskuler dan kemungkinan

pengurangan linggir sisa alveolar setelah ekstraksi, gigi tiruan rahang bawah bergerak

dan mencederai mukosa mulut, sehingga nantinya akan menyebabkan

ketidaknyamanan, retensi yang kurang baik, dan rendahnya kepuasan umum.26

Pada tabel 10 menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara

bentuk dari linggir alveolar rahang bawah terhadap retensi GTP rahang bawah dengan

nilai p = 0,023 (p < 0,05). Hasil ini sesuai dengan hasil peneilitian Nasution dkk.

(2016) yang menyatakan bahwa bentuk tulang alevolus akan mempengaruhi retensi

dari gigi tiruan. Pasca ekstraksi gigi-geligi, tulang alveolus akan mengalami resorpsi

yang menyebabkan perubahan bentuk dari tulang itu sendiri. Resorpsi ini dipengaruhi

oleh faktor-faktor etiologi yang berbeda pada setiap individu. Bentuk tulang atau

linggir alveolar dapat memberikan dukungan terhadap gigi tiruan, hal ini disebabkan

kemampuannya dalam menahan gaya vertikal dan lateral yang terjadi pada GTP.

Namun, resorpsi tulang alveolar juga akan menyebabkan berkurangnya ukuran tulang

sehingga luas denture-bearing area menjadi lebih kecil. Luas permukaan dukungan

GTP memiliki korelasi positif dengan faktor-faktor retensi yang terjadi pada gigi

tiruan. Berkurangnya luas jaringan pendukung gigi tiruan dapat mempengaruhi

faktor-faktor retensi GTP yaitu adhesi, kohesi, tegangan permukaan, dan tekanan

atmosfer.37

Bentuk linggir alveolar yang baik untuk retensi GTP adalah linggir yang

memiliki tinggi yang adekuat dan memiliki dinding paralel yang lebar. Retensi gigi

tiruan juga dipengaruhi oleh kontur dari aspek lateral linggir alveolar. Linggir yang

datar dan sudah mengalami atropi cenderung memberi dukungan dan retensi yang

kurang baik.63

Hal ini juga dapat dilihat dari hasil penelitian ini dimana 83,4% subjek

dengan linggir knife-edge dan 66,6% subjek dengan linggir datar memiliki retensi

gigi tiruan rahang bawah dengan skor sangat buruk dan buruk. Namun, retensi gigi

tiruan rahang bawah tidak hanya dipengaruhi oleh bentuk linggir alveolar saja. Gigi

tiruan rahang bawah yang mencakup seluruh area pendukung yang ada dengan sayap

yang selaras dengan otot-otot sekitarnya akan meningkatkan retensi dari GTP. Selain

Universitas Sumatera Utara

Page 84: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

69

itu, untuk memiliki retensi yang baik, selain memperhatikan faktor-faktor retensi,

setiap prosedur dalam pembuatan GTP juga harus dilakukan dengan baik. Beberapa

hal yang menyebabkan GTP menjadi kurang retentif adalah pencetakan yang kurang

akurat, hubungan rahang yang kurang tepat, dan penyusunan anasir gigi tiruan tidak

memerhatikan neutral zone.64

Pada tabel 11 menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara

resiliensi puncak linggir alveolar rahang bawah terhadap stabilisasi GTP rahang

bawah dengan nilai p = 0,217 (p > 0,05). Hasil ini sesuai dengan hasil peneilitian

Ribeiro dkk. (2014) yang menyatakan bahwa resiliensi linggir alveolar rahang bawah

tidak memiliki pengaruh terhadap stabilisasi gigi tiruan rahang bawah. Selain itu,

menurut Ribeiro dkk. (2014) resiliensi dari linggir alveolar lebih berperan dalam

mencegah perpindahan dibawah kekuatan vertikal, bukan kekuatan rotasi.18

Namun,

hasil penelitian ini berbeda dengan pernyataan Labban (2018) yang mengatakan

bahwa puncak linggir alveolar yang flabby dapat menyebabkan ketidakstabilan dari

gigi tiruan. Perawatan pasien dengan linggir yang flabby akan menimbulkan

permasalahan apabila tidak dilakukan dengan teknik pencetakan khusus.46

Pada tabel 12 menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara

bentuk dari linggir alveolar rahang bawah terhadap stabilisasi GTP rahang bawah

dengan nilai p = 0,001 (p < 0,05). Hasil ini sesuai dengan hasil peneilitian Ribeiro

dkk. (2014) yang menyatakan bahwa anatomi rahang bawah berpengaruh terhadap

hasil perawatan GTP, yaitu stabilisasi. Selain itu, hasil penelitian ini juga mendukung

penelitian sebelumnya oleh Fenlon (2008) yang menemukan adanya pengaruh yang

kuat antara bentuk linggir alveolar dan stabilisasi gigi tiruan rahang bawah. Hal-hal

tersebut juga terbukti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemakaian dan

kepuasan pasien terhadap GTP.18

Ruby dkk. (2015) dan Yanikoglu dkk. (2005)

menyatakan bentuk dari tulang alveolar akan mempengaruhi stabilisasi GTP. Bentuk

linggir yang paling baik adalah berbentuk U atau klas III karena bentuk ini memiliki

tinggi yang mampu menahan gaya lateral. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian

dimana 70,6% pasien dengan bentuk linggir klas III memiliki stabilisasi gigi tiruan

yang baik. Selain itu, bentuk U juga memiliki kesejajaran dinding yang dapat

Universitas Sumatera Utara

Page 85: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

70

menahan seal dengan jarak yang tepat untuk menahan gaya melepaskan dari arah

vertikal. Berbeda pada tulang dengan bentuk V atau klas IV yang hanya memiliki

sedikit kemampuan terhadap gaya vertikal yang melepaskan karena terbukanya seal

pada seluruh sisi secara terus menerus.35

Linggir alveolar dengan klas V yang

mengalami atropi parah cenderung membuat gigi tiruan GTP menjadi tidak stabil.

Perawatan dengan linggir yang datar menjadi tantangan bagi dokter gigi dalam

pembuatan GTP yang berfungsi dengan baik. Linggir alveolar yang datar ini lebih

sering ditemui pada rahang bawah dibandingkan dengan rahang atas.62

Dalam studinya, Mistry (2018) menyatakan bahwa anatomi rongga mulut

akan mempengaruhi stabilisasi gigi tiruan. Linggir alveolar dengan tinggi yang

adekuat serta bentuk yang persegi dan luas memberikan stabilisasi yang lebih baik

daripada linggir alveolar yang rendah serta berbentuk runcing dan sempit.35

Selain itu,

Maller (2010) juga menyatakan bentuk tulang alveolar yang baik adalah tulang

dengan puncak yang rata dan sejajar pada kedua sisi dinding labial-bukal dan lingual-

palatal. Bentuk ini akan memberikan dukungan serta stabilisasi yang maksimal

terhadap pergerakan horizontal.58

Menurut Zarb dkk. (2005) bentuk tulang yang ideal

dalam memberi dukungan pada GTP adalah tulang yang berbentuk membulat dan

sedikit persegi pada regio labial, bukal, lingual serta ditutupi oleh perlekatan mukosa

yang baik. Selain itu, tinggi tulang alveolus yang cukup juga dapat menahan

pergerakan gigi tiruan dengan cara membatasi ruang gaya yang melepaskan dan

dinding lateral tulang alveolus yang tertutupi oleh basis gigi tiruan dapat menahan

gerakan lateral serta membentuk peripheral seal.35

Namun, hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang berbeda dengan

penelitian yang dilakukan oleh Pan dkk. (2010) yang menyatakan bahwa tinggi dari

tulang alveolar yang juga berperan dalam menentukan bentuk linggir edentulus

rahang bawah tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pasien

dalam hal stabilisasi GTP rahang bawah.63

Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa bentuk dari linggir alveolar dan

resiliensi puncak linggir akan mempengaruhi retensi dan stabilisasi GTP. Namun,

dalam penelitian ini resiliensi dari puncak linggir alveolar hanya mempengaruhi

Universitas Sumatera Utara

Page 86: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

71

retensi gigi tiruan rahang bawah dan tidak mempengaruhi stabilisasi. Sebaliknya,

bentuk dari linggir alveolar berpengaruh terhadap retensi dan stabilisasi gigi tiruan

rahang bawah. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya faktor dan kriteria-kriteria

yang berbeda pada pemeriksaan dalam beberapa penelitian, baik terhadap anatomi

struktur pendukung gigi tiruan maupun retensi dan stabilisasi gigi tiruan penuh.18

Pada penelitian ini masih terdapat beberapa kekurangan. Penilaian terhadap resiliensi

puncak linggir alveolar dan bentuk linggir alveolar rahang bawah hanya dilakukan

secara umum. Penilaian tidak dilakukan secara spesifik dengan pembagian antara

regio anterior dan posterior rahang bawah.

Universitas Sumatera Utara

Page 87: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

72

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Distribusi anatomi struktur pendukung gigi tiruan penuh rahang bawah,

terbagi menjadi distribusi resiliensi puncak linggir alveolar dan bentuk dari linggir

alveolar rahang bawah. Distribusi resiliensi puncak linggir alveolar rahang bawah

paling banyak adalah flabby, yaitu sebanyak 53,3%, sedangkan resilien sebanyak

46,7%. Untuk distribusi bentuk linggir alveolar rahang bawah paling banyak adalah

klas III atau well-rounded ridge yaitu sebanyak 50%, sedangkan klas IV atau knife-

edge ridge sebanyak 40%, dan klas V atau low well-rounded ridge sebanyak 10%.

2. Distribusi retensi gigi tiruan penuh rahang bawah paling banyak adalah

buruk, yaitu sebanyak 33,3%, sedangkan retensi sangat buruk sebanyak 20%, sedang

sebanyak 30%, dan baik sebanyak 16,7%. Distribusi stabilisasi gigi tiruan rahang

bawah paling banyak adalah baik, yaitu sebanyak 53,3%, sedangkan stabilisasi gigi

tiruan sedang sebanyak 36,7%, dan buruk sebanyak 10%.

3. Dari hasil penelitian ini, ada pengaruh anatomi stuktur pendukung gigi

tiruan penuh rahang bawah terhadap retensi dan stabilisasi, yaitu resiliensi puncak

linggir alveolar rahang bawah terhadap retensi (p=0,005), bentuk dari linggir alveolar

terhadap retensi (p=0,023), dan bentuk linggir sisa alveolar rahang bawah terhadap

stabilisasi gigi tiruan penuh rahang bawah (p=0,001).

6.2 Saran

1. Pada penelitian lebih lanjut diharapkan untuk menggunakan sampel yang

lebih representatif sehingga hasil lebih valid.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh anatomi struktur

pendukung gigi tiruan rahang atas terhadap retensi dan stabilisasi pada pasien GTP di

Universitas Sumatera Utara

Page 88: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

73

RSGM USU. Selain itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh

dari faktor-faktor lain seperti jenis kelamin, usia, atau lama pemakaian GTP.

3. Pemakai gigi tiruan penuh perlu diedukasi mengenai perawatan dan

pemeliharaan gigi tiruan. Selain itu, pemakai gigi tiruan penuh juga perlu dihimbau

untuk melakukan kontrol rutin setelah pemasangan terhadap gigi tiruannya untuk

memeriksa retensi dan stabilisasi gigi tiruan, serta melihat apakah gigi tiruan perlu

dilakukan relining atau rebasing kembali, sehingga meningkatkan kesadaran dan

kepedulian akan fungsi gigi tiruannya.

Universitas Sumatera Utara

Page 89: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

74

DAFTAR PUSTAKA

1. Peltzer K, Hewlett S, Yawson AE. Prevalence of Loss of All Teeth

(Edentulism) and Associated Factors in Older Adults in China, Ghana, India,

Mexico, Russia and South Africa. Int J Environ Res Public Health 2014; 11:

11308-11324.

2. Pradeep S, Kuriakose S. Causes and Patterns of Loss of Permanent Teeth

among Patients Attending a Dental Teaching Institution in South India. J

Contemp Dent Pract. 2009 Sep 1; 10(5):1-11.

3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Riset Kesehatan Dasar

Nasional 2013.

http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%20

2013.pdf. 1 Januari 2019.

4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Riset Kesehatan Dasar

Nasional 2007.

https://www.k4health.org/sites/default/files/laporanNasional%20Riskesdas%2

02007.pdf. 1 Januari 2019.

5. Chee W, Jivraj S. Treatment planning of the edentulous mandible. Br Dent J.

2006 Sep; 201(6): 1-9.

6. Allen PF. A Review of the Functional and Psychosocial Outcomes of

Edentulousness Treated with Complete Replacement Dentures. J Can Dent

Assoc. 2003; 69(10): 662.

7. Goiato MC. Insertion and follow-up of complete dentures: a literature review.

Gerodontol. 2011; 28: 197–204.

8. Neto FA. Masticatory Efficiency in Denture Wearers with Bilateral Balanced

Occlusion and Canine Guidance. Braz Dent J 2010; 21(2): 165-169.

9. Hodges GA. Managing phonetic complications arising in full-arch All-On-4

hybrid cases. https://www.dentistryiq.com/articles/2016/07/managing-

Universitas Sumatera Utara

Page 90: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

75

phonetic-complications-arising-in-full-arch-all-on-4-hybrid-cases.html. (7

Januari 2019).

10. Kumar M. Personalized Denture - Let’s Make A Difference Between

Conventional And Characterized Denture – A Clinical Case Report. IJACR.

2015; 2(23): 1385-1388.

11. Hantash RAO, Al-Omiri MK, Yunis MA, Da-Odeh N, Lynch E. Relationship

between Impacts of Complete Denture Treatment on Daily Living,

Satisfaction and Personality Profiles. J Contemp Dent Pract. May-June

2011;12(3):200-207.

12. Nimri GEM, Jebreen SE. Oral condition, treatment needs and demands of

geriatric ―Denture Wearers‖ in three different Jordanian communities.

JRSM. Sep 2016; 23(3): 40-48.

13. Lunia MR, Nooji D. Post Insertion and Management in Complete Denture

Patients. Republic of Moldova: LAP Lambert Academic Publishing; 2017. p

46-73.

14. Matthew L, Unni KN, Vijayakumar. A Mathematical Derivation to Prove

Reduced Denture Retention in V Shaped Palate. J Indian Prosthodont Soc

Apr-June 2014; 14(2): 169–171.

15. Basker RM, Davenport JC, Thomason JM. Prosthetic treatment of the

edentulous patients. 5th Ed. West Sussex: Wiley-Blackwell, 2011: 20,24-8.

16. Rangarajan V, Padmanabhan TV. Textbook of Prosthodontics, 2nd ed. India:

Elsevier. 2017; 37-38.

17. Naqash TA, Bali SK. Atmospheric Pressure As An Emergency Retentive

Force In Complete Denture Retention: A Review. Indian J Dent Sci.

Desember 2014; 6(5); 104-105.

18. Ribeiro JAM, Resende CM, Lopes ALC. The influence of mandibular ridge

anatomy on treatment outcome with conventional complete dentures. Acta

Odontol Latinoam. 2014; 27(2): 53-57.

19. Mistry R. Stability in Complete Dentures: An Overview. IOSR-JDMS. 2018

November; 11(7): 36-41.

Universitas Sumatera Utara

Page 91: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

76

20. Zarb GA. Prosthodontic Treatment for Edentulous Patients: Complete

Dentures and Implant-Supported Prostheses. India: Mosby. 2004. 211-233.

21. Sarandhana DL. Textbook of Complete Denture Prosthodontics. India: Jaypee

Brothers Medical Publishers. 2006. 14-63.

22. Fahimullah dkk. Association Of Patient Related Factors With New Complete

Dentures Satisfaction — A Study. PODJ. 2016 July-September; 36(3): 1-5.

23. Reich KM, Huber CD, Lippnig WR, Ulm C, Watzek G. Atrophy of the

Residual Alveolar Ridge Following Tooth Loss in a Historical Population.

Oral Disease, Wiley. 2010; 17 (1): 33.

24. Damayanti L. Perawatan pasien lansia dengan flat ridge/flabby tissue.

http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/11/perawatan_pasien_lans

iadengan_flat_ridge-flabby_tissue.pdf. (4 Maret 2019).

25. Critchlow SB, Ellis JS. Prognostic indicators for conventional complete

denture therapy: A review of the literature. Journal of Dentistry. 2010; 38: 2-

9.

26. Celebic A dkk. Factors related to patient satisfaction with complete denture

therapy. J Gerontol. 2003; 58(10): 948-53.

27. Dye BA. Dental Caries and Tooth Loss in Adults in the United States, 2011-

2012. NCHS 2015; 197.

28. Khazaei S, Firouzei MS. Edentulism and Tooth Loss in Iran: SEPAHAN

Systematic Review No. 6. Int J Prev Med. 2012 Mar; 3(Suppl1): S42–S47.

29. Emami E, Souza RF. The Impact of Edentulism on Oral and General Health.

Int J Dent. 2013 Apr 15; 2013: 1-7.

30. Oksayan R dkk. Effects of Edentulism on Mandibular Morphology:

Evaluation of Panoramic Radiographs. Sci World J. Aug 2014; 2014: 1-5.

31. Chrcanovic BR, Abreu MHNG. Morphological variation in dentate and

edentulous human mandibles. Surg Radiol Anat. 2011; 33: 203-201.

32. Puspitadewi SR. Perawatan Prosthodontik Pada Kondisi Ridge Yang Kurang

Menguntungkan. B-Dent. Desember 2015; 2(2); 133-142.

Universitas Sumatera Utara

Page 92: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

77

33. Ritonga PWU, Prabakaran LL. Relationship between the clinical assessment

of maxillary and mandibular complete denture stability and denture-bearing

area towards the patient’s satisfaction level. Padjadjaran J Dent. 2018; 30(2):

92-97.

34. Lin M. Digital Complete Dentures: Improving Quality Of Removable

Prosthesis While Decreasing Number of Appointments.

https://www.oralhealthgroup.com/features/digital-complete-dentures-

improving-quality-removable-prosthesis-decreasing-number-appointments/.

(5 Maret 2019).

35. Ozkan YK. Complete Denture Prosthodontics: Planning and Decision-

Making. Switzerland: Springer. 2017: 7.

36. Nallaswamy D. Textbook of Prosthodontics. India: Jaypee Brothers Medical

Publishers. 2017; 79.

37. Pridana S, Nasution ID. Bentuk Residual Ridge dan Hubungannya Dengan

Retensi Gigi Tiruan Penuh. Cakradonya Dent J 2016; 8(1):1-76.

38. Abdulwaheed A. Indications and Contraindications to Complete Dentures.

http://emedicine.medscape.com/article/2066046-overview. (7 Januari 2019)

39. Chiramana S, Ashok K. Examination, Diagnosis and Treatment Planning for

Complete Denture Therapy – A Review. J Orofac Sci. 2010; 2(3): 29-35.

40. Ferro KJ. The Glossary Of Prosthodontic Terms Ninth Edition. J Prosthet

Dent. 2017 May; 117(5S): e1-e105.

41. Pridana S. 2018. Pengaruh Bahan dan Teknik Border Molding Terhadap

Detail Morfologi Jaringan Perifer dan Retensi Basis Gigi Tiruan pada Pasien

Edentulus di RSGM USU. Tesis. Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas

Sumatera Utara: Medan.

42. M&A Instrument Inc. NK-50 Mechanical Analog Push Pull Gauge Force

Gauge. https://www.amazon.com/NK-50-Mechanical-Analog-Gauge-

Force/dp/B00KDS29I0. 20 April 2019.

43. Limpuangthip N, Somkotra T, Arksomnukit M. Modified retention and

stability criteria for complete denture wearers: A risk assessment tool for

Universitas Sumatera Utara

Page 93: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

78

impaired masticatory ability and oral health-related quality of life. J Prosthet

Dent. July 2018; 120(1): 43-49.

44. Dharminto. Metode Penelitian Dan Penelitian Sampel.

http://eprints.undip.ac.id/5613/. 11 Desember 2018.

45. Adi H. Menentukan Ukuran Sampel Sederhana.

http://teorionline.net/menentukan-ukuran-sampel-menurut-para-ahli/. 9

Desember 2018.

46. Labban N. Management of the flabby ridge using a modified window

technique and polyvinylsiloxane impression material. Saudi Dent J 2018; 30:

89.

47. Anne R, Manne P, Anne G. A Simplified approach for management of flabby

ridges – A case report. IDJSR 2016; 4(4): 207-212.

48. Andrei OC, Margarit R, Tanasescu L. Prosthetic rehabilitation of complete

edentulous patients with morphological changes induced by age and old ill

fitted dentures. Rom J Morphol Embryol 2016; 57(2 Suppl): 861–864.

49. Jayaram B, Shenoy K. Analysis of Mandibular Ridge Resorption in

Completely Edentulous Patients Using Digital Panoramic Radiography.

IOSR-JDMS 2017; 16(8): 66-73.

50. Aminah HS, Machmud S, Rahajoeningsih P. Relationship between the age,

the bone density, and the height of mandibular residual ridge in edentulous

menopausal women. Padjadjaran Journal of Dentistry 2009; 21(1): 25-31.

51. Yamaga E, Sato Y, Minakuchi S. A structural equation model relating oral

condition, denture quality, chewing ability, satisfaction, and oral health-

related quality of life in complete denture wearers. J Dent 2013 Aug; 41(8):

710-7.

52. Kumar TA, Naeem A, Verma AK. Residual ridge resorption: The

unstoppable. IJAR 2016; 2(2): 169-171.

53. Alfadda SA. The relationship between various parameters of complete

denture quality and patients’ satisfaction. JADA 2014 Sept; 145(9): 941-8.

Universitas Sumatera Utara

Page 94: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

79

54. Sikander I, Chauldhary MA, Ahmad S. Frequency of Short Term Post-

Insertion Complaints in Conventional Complete Denture Wearers Treated by

Undergraduate Students. PODJ 2016 October - December; 36(4): 680-682.

55. Bosinceanu DG, Bosinceanu DN, Lychian I. Complete Dentures - Clinical

Behavior and Patients Complaints. RJOR 2017 Apr; 9(2): 5-8.

56. Anitha. Evaluation on Frequency of Edentulous Patient Wearing Dentures. J

Pharm Sci & Res 2016; 8(9): 1080-1083.

57. Prithviraj DR, Singh V, Kumar S. Conservative prosthodontic procedures to

improve mandibular denture stability in an atrophic mandibular ridge.

J Indian Prosthodont Soc 2008; 8(4): 178-184.

58. Iqtidar Z, Aslam A, Naeem S. Xerostomia And Its Effect On Complete

Denture Stability. PODJ 2017 Jan-Mar; 37(1): 188-191.

59. Maller SV, Karthik KS, Maller US. A Review on Diagnosis and Treatment

planning for Completely Edentulous Patients. JIADS 2010; 10:16-19.

60. Pai UY, Reddy VS, Hosi RN. A Single Step Impression Technique of Flabby

Ridges Using Monophase Polyvinylsiloxane Material: A Case Report. 2017

April; 2014: 1-6.

61. Chiplunkar J, Tumbil M, Chethan MD,

Nandeeshwar DB, Patel D. Management of flabby ridge case: An arduous tas

k in undergraduate practice. Int J Oral Health Sci 2018; 8: 104-8.

62. Prasad K, Mehra D, Prasad A. Prosthodontic Management of Compromised

Ridges and Situations. NUJHS 2014 Mar; 4(1): 141-148.

63. Misch CE. Dental Implant Prosthetic, 2nd Ed. Missouri: Elsevier. 2015; 942.

64. Kuntjoro M, Rostiny, Widajati W. Alveolar ridge rehabilitation to increase

full denture retention and stability. Dent. J (Maj. Ked. Gigi) 2010; (43)4:

181–185.

65. Pan S, Dagenais M, Thomason JM. Does mandibular edentulous bone height

affect prosthetic treatment success?. Int J Dent 2010; 38: 899-907.

Universitas Sumatera Utara

Page 95: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

74

Lampiran 1

Surat Izin Penelitian di RSGM USU

Universitas Sumatera Utara

Page 96: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

75

Lampiran 2

Surat Keterangan Ethical Clearance

Universitas Sumatera Utara

Page 97: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

76

Lampiran 3

Surat Keterangan Selesai Konsultasi Uji Statistik

Universitas Sumatera Utara

Page 98: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

77

Lampiran 4

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Kepada Yth:

Bapak/Ibu

..............................

Bersama ini saya, Amira Putri Heidira, saat ini sedang menjalani pendidikan

sarjana di Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara Medan, memohon

kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian saya yang

berjudul:

PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN

PENUH RAHANG BAWAH TERHADAP RETENSI DAN STABILISASI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh anatomi struktur

pendukung gigi tiruan rahang bawah terhadap retensi dan stabilisasi GTP. Manfaat

dari penelitian ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada Bapak/Ibu

mengenai penilaian terhadap kondisi gigi tiruan rahang bawah Bapak/Ibu, terutama

mengenai retensi dan stabilisasinya.

Penelitian ini merupakan gambaran analitik dimana akan ada pemeriksaan

secara langsung. Pemeriksaan akan dilakukan dua kali, yang pertama terhadap rongga

mulut yaitu untuk melihat anatomi struktur pendukung yang terdiri dari daya lentur

jaringan dan bentuk dari tulang pendukung. Setelah itu, pemeriksaan akan dilakukan

terhadap gigi tiruan penuh rahang bawah untuk melihat retensi dan stabilisasinya.

Pada saat pemeriksaan retensi, gigi tiruan akan ditempelkan loop dengan resin akrilik,

lalu diukur dengan menggunakan sebuah alat penarik. Setelah pemeriksaan, loop dan

resin tersebut akan dilepas kembali dan gigi tiruan akan dipoles lagi, sehingga tidak

akan menimbulkan kekasaran. Dalam pemeriksaan mengenai stabilisasi gigi tiruan,

hanya menggunakan ibu jari dan jari telunjuk saja. Penelitian ini tidak berbahaya dan

tidak memiliki efek samping. Identitas Bapak/Ibu sebagai subjek penelitian akan

dirahasiakan oleh peneliti.

Universitas Sumatera Utara

Page 99: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

78

Apabila dalam proses penelitian terjadi kerusakan pada gigi tiruan Bapak/Ibu,

baik berupa retak atau patah, maka peneliti bersedia untuk bertanggungjawab dengan

menyediakan biaya untuk mereparasi gigi tiruan tersebut.

Jika Bapak/Ibu sudah mengerti isi dari lembar persetujuan ini dan bersedia

menjadi subjek penelitian, maka mohon kiranya Bapak/Ibu untuk mengisi dan

menandatangani surat pernyataan persetujuan sebagai subjek penelitian yang

terlampir pada lembar berikutnya. Perlu untuk Bapak/Ibu ketahui, bahwa surat

kesediaan tersebut tidak mengikat dan Bapak/Ibu dapat mengundurkan diri dari

penelitian bila Bapak/Ibu merasa keberatan.

Demikian lembar penjelasan ini saya buat, semoga keterangan ini dapat

dimengerti dan atas kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini

saya ucapkan terima kasih.

Medan, ............... 2019

(Amira Putri Heidira)

Universitas Sumatera Utara

Page 100: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

79

Lampiran 5

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin : L/P

Alamat :

Menyatakan telah membaca lembar penjelasan kepada subjek penelitian dan sudah

mengerti serta bersedia untuk turut serta sebagai subjek penelitian, dalam penelitian

mahasiswa atas nama Amira Putri Heidira yang berjudul “PENGARUH ANATOMI

STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN PENUH RAHANG BAWAH

TERHADAP RETENSI DAN STABILISASI” dan menyatakan tidak keberatan

dalam pelaksanaan penelitian serta tidak akan melakukan penuntutan di kemudian

hari.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sehat, penuh kesadaran, dan tanpa

paksaan dari pihak manapun dan sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri.

Medan, 2019

Pembuat pernyataan

(materai)

(......…………….…..)

Tanda tangan dan nama jelas

Universitas Sumatera Utara

Page 101: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

80

Lampiran 6

KUESIONER PENELITIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

DEPARTEMEN PROSTODONSIA

No. Responden :

Tanggal :

I. Pencatatan Karakteristik Pasien

Nama pasien :

Alamat :

Umur : tahun

Jenis kelamin : 1. Laki-laki

2. Perempuan

Pendidikan : 1. Tidak sekolah

2. SD

3. SMP

4. SMA

5. Perguruan Tinggi

Pengalaman memakai : 1. Iya

GTP sebelumnya 2. Tidak

PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI

TIRUAN PENUH RAHANG BAWAH TERHADAP RETENSI

DAN STABILISASI

Universitas Sumatera Utara

Page 102: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

81

LEMBAR PEMERIKSAAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

DEPARTEMEN PROSTODONSIA

I. Anatomi struktur pendukung gigi tiruan rahang bawah

1. Resiliensi puncak linggir alveolar

1. Resilien

2. Flabby

2. Bentuk dari linggir alveolar

1. Klas III

2. Klas IV

3. Klas V

4. Klas VI

II. Penilaian terhadap retensi dan stabilisasi gigi tiruan penuh rahang

bawah

1. Retensi gigi tiruan penuh rahang bawah

0 – Sangat buruk

1 – Buruk

2 – Sedang

3 – Baik

2. Stabilisasi gigi tiruan penuh rahang bawah

0 – Buruk

1 – Sedang

2 – Baik

Universitas Sumatera Utara

Page 103: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

82

Lampiran 7

Frequencies

Statistics

Usia Jenis Kelamin Pendidikan Pengalaman GTP

N Valid 30 30 30 30

Missing 0 0 0 0

Frequency Table

Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

30-39 Tahun 1 3,3 3,3 3,3

40-49 Tahun 6 20,0 20,0 23,3

50-59 Tahun 7 23,3 23,3 46,7

60-69 Tahun 16 53,3 53,3 100,0

Total 30 100,0 100,0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Laki-Laki 11 36,7 36,7 36,7

Perempuan 19 63,3 63,3 100,0

Total 30 100,0 100,0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Tidak Sekolah 2 6,7 6,7 6,7

SD 15 50,0 50,0 56,7

SMP 6 20,0 20,0 76,7

SMA 5 16,7 16,7 93,3

Perguruan Tinggi 2 6,7 6,7 100,0

Total 30 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara

Page 104: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

83

Pengalaman GTP

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Ya 22 73,3 73,3 73,3

Tidak 8 26,7 26,7 100,0

Total 30 100,0 100,0

X1 (Resiliensi)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Resilien 14 46,7 46,7 46,7

Flabby 16 53,3 53,3 100,0

Total 30 100,0 100,0

X1 (Resiliensi) * Jenis Kelamin Crosstabulation

Jenis Kelamin Total

Laki-Laki Perempuan

X1 (Resiliensi)

Resilien Count 5 9 14

% within X1 (Resiliensi) 35,7% 64,3% 100,0%

Flabby Count 6 10 16

% within X1 (Resiliensi) 37,5% 62,5% 100,0%

Total Count 11 19 30

% within X1 (Resiliensi) 36,7% 63,3% 100,0%

X2 (Bentuk Linggir)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Klas III 15 50,0 50,0 50,0

Klas IV 12 40,0 40,0 90,0

Klas V 3 10,0 10,0 100,0

Total 30 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara

Page 105: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

84

X2 (Bentuk Linggir) * Jenis Kelamin Crosstabulation

Jenis Kelamin Total

Laki-Laki Perempuan

X2 (Bentuk Linggir)

Klas III Count 6 9 15

% within X2 (Bentuk Linggir) 40,0% 60,0% 100,0%

Klas IV Count 5 7 12

% within X2 (Bentuk Linggir) 41,7% 58,3% 100,0%

Klas V Count 0 3 3

% within X2 (Bentuk Linggir) 0,0% 100,0% 100,0%

Total Count 11 19 30

% within X2 (Bentuk Linggir) 36,7% 63,3% 100,0%

Y1 (Retensi)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Sangat Buruk 6 20,0 20,0 20,0

Buruk 10 33,3 33,3 53,3

Sedang 9 30,0 30,0 83,3

Baik 5 16,7 16,7 100,0

Total 30 100,0 100,0

Y1 (Retensi) * Jenis Kelamin Crosstabulation

Jenis Kelamin Total

Laki-Laki Perempuan

Y1 (Retensi)

Sangat Buruk Count 3 3 6

% within Y1 (Retensi) 50,0% 50,0% 100,0%

Buruk Count 5 5 10

% within Y1 (Retensi) 50,0% 50,0% 100,0%

Sedang Count 1 8 9

% within Y1 (Retensi) 11,1% 88,9% 100,0%

Baik Count 2 3 5

% within Y1 (Retensi) 40,0% 60,0% 100,0%

Total Count 11 19 30

% within Y1 (Retensi) 36,7% 63,3% 100,0%

Universitas Sumatera Utara

Page 106: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

85

Y2 (Stabilisasi)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Buruk 3 10,0 10,0 10,0

Sedang 11 36,7 36,7 46,7

Baik 16 53,3 53,3 100,0

Total 30 100,0 100,0

Y2 (Stabilisasi) * Jenis Kelamin Crosstabulation

Jenis Kelamin Total

Laki-Laki Perempuan

Y2 (Stabilisasi)

Buruk Count 1 2 3

% within Y2 (Stabilisasi) 33,3% 66,7% 100,0%

Sedang Count 3 8 11

% within Y2 (Stabilisasi) 27,3% 72,7% 100,0%

Baik Count 7 9 16

% within Y2 (Stabilisasi) 43,8% 56,2% 100,0%

Total Count 11 19 30

% within Y2 (Stabilisasi) 36,7% 63,3% 100,0%

Resiliensi*Retensi

Crosstab

Y1 (Retensi) Total

Sangat Buruk Buruk Sedang Baik

X1 (Resiliensi)

Resilien Count 0 3 7 4 14

% within X1 (Resiliensi) 0,0% 21,4% 50,0% 28,6% 100,0%

Flabby Count 6 7 2 1 16

% within X1 (Resiliensi) 37,5% 43,8% 12,5% 6,2% 100,0%

Total Count 6 10 9 5 30

% within X1 (Resiliensi) 20,0% 33,3% 30,0% 16,7% 100,0%

Universitas Sumatera Utara

Page 107: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

86

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Point

Probability

Pearson Chi-Square 12,098a 3 ,007 ,004

Likelihood Ratio 14,699 3 ,002 ,005

Fisher's Exact Test 11,788 ,005

Linear-by-Linear

Association 10,555

b 1 ,001 ,001 ,001 ,001

N of Valid Cases 30

a. 7 cells (87,5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,33.

b. The standardized statistic is -3,249.

Bentuk Linggir*Retensi

Crosstab

Y1 (Retensi) Total

Sangat

Buruk

Buruk Sedang Baik

X2 (Bentuk

Linggir)

Klas

III

Count 0 4 7 4 15

% within X2 (Bentuk

Linggir) 0,0% 26,7% 46,7% 26,7% 100,0%

Klas

IV

Count 5 5 1 1 12

% within X2 (Bentuk

Linggir) 41,7% 41,7% 8,3% 8,3% 100,0%

Klas V

Count 1 1 1 0 3

% within X2 (Bentuk

Linggir) 33,3% 33,3% 33,3% 0,0% 100,0%

Total

Count 6 10 9 5 30

% within X2 (Bentuk

Linggir) 20,0% 33,3% 30,0% 16,7% 100,0%

Universitas Sumatera Utara

Page 108: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

87

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Point

Probability

Pearson Chi-Square 11,711a 6 ,069 ,058

Likelihood Ratio 15,016 6 ,020 ,031

Fisher's Exact Test 12,036 ,023

Linear-by-Linear

Association 7,185

b 1 ,007 ,007 ,004 ,003

N of Valid Cases 30

a. 11 cells (91,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,50.

b. The standardized statistic is -2,680.

Resiliensi*Stabilisasi

Crosstab

Y2 (Stabilisasi) Total

Buruk Sedang Baik

X1 (Resiliensi)

Resilien Count 1 3 10 14

% within X1 (Resiliensi) 7,1% 21,4% 71,4% 100,0%

Flabby Count 2 8 6 16

% within X1 (Resiliensi) 12,5% 50,0% 37,5% 100,0%

Total Count 3 11 16 30

% within X1 (Resiliensi) 10,0% 36,7% 53,3% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Point

Probability

Pearson Chi-Square 3,488a 2 ,175 ,217

Likelihood Ratio 3,575 2 ,167 ,294

Fisher's Exact Test 3,443 ,217

Linear-by-Linear

Association 2,500

b 1 ,114 ,177 ,094 ,065

N of Valid Cases 30

a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,40.

b. The standardized statistic is -1,581.

Universitas Sumatera Utara

Page 109: PENGARUH ANATOMI STRUKTUR PENDUKUNG GIGI TIRUAN …

88

Bentuk Linggir*Stabilisasi

Crosstab

Y2 (Stabilisasi) Total

Buruk Sedang Baik

X2 (Bentuk

Linggir)

Klas III

Count 0 2 13 15

% within X2 (Bentuk

Linggir) 0,0% 13,3% 86,7% 100,0%

Klas IV

Count 2 7 3 12

% within X2 (Bentuk

Linggir) 16,7% 58,3% 25,0% 100,0%

Klas V

Count 1 2 0 3

% within X2 (Bentuk

Linggir) 33,3% 66,7% 0,0% 100,0%

Total

Count 3 11 16 30

% within X2 (Bentuk

Linggir) 10,0% 36,7% 53,3% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Point

Probability

Pearson Chi-Square 14,698a 4 ,005 ,004

Likelihood Ratio 17,374 4 ,002 ,001

Fisher's Exact Test 14,662 ,001

Linear-by-Linear

Association 12,728

b 1 ,000 ,000 ,000 ,000

N of Valid Cases 30

a. 6 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,30.

b. The standardized statistic is -3,568.

Universitas Sumatera Utara