pengantar soal kedaulatan pangan

4
PROPOSAL DISKUSI POLEMIK WARUNG DAUN “MENGURANGI IMPOR, MENCAPAI KEDAULATAN PANGAN” Pendahuluan Bukan sekedar retorika kalau banyak orang yang berteriak mengingatkan makin banyaknya impor produk pertanian di negeri yang sangat subur –Indonesia. Bukan hanya beras yang menjadi makanan utama masyarakat Indonesia yang diimpor, sayur-mayur, buah-buahan, kedelai, jagung, bahkan daging sapi dan daging ayam serta singkong pun diimpor. Tentu sebuah ironi kalau negeri yang berada di iklim tropis –yang diibaratkan tongkat kayu pun jadi tanaman- berada dalam posisi sebagai pengimpor. Celakanya, realitas yang diungkapkan di atas, tidak dianggap sebagai dosa besar. Masyarakat kebanyakan, para konsumen, bahkan kelas menengah seolah tak peduli dengan keadaan tersebut. Hanya segelintir pengamat yang mau mengkritisi dan menyikapi persoalan tersebut. Menurut data BPS tahun 2013, sepanjang tahun 2012 terdapat 10 komoditas pangan yang rutin kita impor, yakni beras, jagung, kedelai, biji gandum, tepung terigu, gula pasir, daging sapi dan daging ayam, garam, kentang dan singkong. Tahun 2012 kita mengimpor beras senilai US$945,6 juta atau setara 1,8 juta ton beras dari Vietnam, Thailand, India, Pakistan dan China. Sementara jagung sebanyak 1,7 juta ton senilai US$501,9 juta diimpor dari India, Argentina, Pakistan, Brazil dan Amerika Serikat. Untuk kedelai sebanyak 1,9 juta ton senilai US$1,2 miliar didatangkan dari Amerika Serikat, Malaysia, Afrika Selatan, Uruguay dan Kanada. Tak ketinggalan tepung terigu juga harus didatangkan Srilanka, Turki, Ukraina, Belgia dan Australia totalnya sebanyak 479,7 ribu ton senilai US$188,8 juta. Yang menyedihkan dan patut dicatat adalah impor gula pasir sebanyak 91,1 ribu ton senilai US$ 62 juta yang didatangkan dari Thailand, Australia, Korea Selatan, Malaysia dan Selandia Baru. Untuk impor daging sapi yang mencapai 40.338 ton (tahun

Upload: abdul-halim

Post on 02-Oct-2015

16 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Artikel

TRANSCRIPT

PROPOSAL DISKUSI POLEMIK WARUNG DAUN

MENGURANGI IMPOR, MENCAPAI KEDAULATAN PANGAN

Pendahuluan

Bukan sekedar retorika kalau banyak orang yang berteriak mengingatkan makin banyaknya impor produk pertanian di negeri yang sangat subur Indonesia. Bukan hanya beras yang menjadi makanan utama masyarakat Indonesia yang diimpor, sayur-mayur, buah-buahan, kedelai, jagung, bahkan daging sapi dan daging ayam serta singkong pun diimpor. Tentu sebuah ironi kalau negeri yang berada di iklim tropis yang diibaratkan tongkat kayu pun jadi tanaman- berada dalam posisi sebagai pengimpor.

Celakanya, realitas yang diungkapkan di atas, tidak dianggap sebagai dosa besar. Masyarakat kebanyakan, para konsumen, bahkan kelas menengah seolah tak peduli dengan keadaan tersebut. Hanya segelintir pengamat yang mau mengkritisi dan menyikapi persoalan tersebut. Menurut data BPS tahun 2013, sepanjang tahun 2012 terdapat 10 komoditas pangan yang rutin kita impor, yakni beras, jagung, kedelai, biji gandum, tepung terigu, gula pasir, daging sapi dan daging ayam, garam, kentang dan singkong. Tahun 2012 kita mengimpor beras senilai US$945,6 juta atau setara 1,8 juta ton beras dari Vietnam, Thailand, India, Pakistan dan China. Sementara jagung sebanyak 1,7 juta ton senilai US$501,9 juta diimpor dari India, Argentina, Pakistan, Brazil dan Amerika Serikat. Untuk kedelai sebanyak 1,9 juta ton senilai US$1,2 miliar didatangkan dari Amerika Serikat, Malaysia, Afrika Selatan, Uruguay dan Kanada. Tak ketinggalan tepung terigu juga harus didatangkan Srilanka, Turki, Ukraina, Belgia dan Australia totalnya sebanyak 479,7 ribu ton senilai US$188,8 juta.Yang menyedihkan dan patut dicatat adalah impor gula pasir sebanyak 91,1 ribu ton senilai US$ 62 juta yang didatangkan dari Thailand, Australia, Korea Selatan, Malaysia dan Selandia Baru. Untuk impor daging sapi yang mencapai 40.338 ton (tahun 2012) dan 102.850 ton (tahun 2011), tercatat ada impor 227 kg senilai US 1.553 dari Singapura. Pasok terbesar masih dari Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat dam Kyrgyzstan. Meski tidak signifikan, impor dari negeri yang tidak punya cukup areal pertanian dan peternakan itu memberi gambaran betapa tata kelola komoditas pangan kita begitu kacau. Malaysia masih menjadi gantungan impor kita untuk daging ayam, di samping Belgia. Tahun 2012 BPS mencatat impor daging ayam sebanyak 6.797 kg dengan nilai US$ 34,8 ribu Malaysia dan Belgia.

Untuk garam, yang sebenarnya Indonesia memiliki sumber sangat besar, terpaksa mengimpor dari Australia, India, Selandia Baru, China dan Jerman sebanyak 2,2 juta ton senilai US$ 108 juta. Sama halnya dengan singkong yang bisa ditanam di semua lahan yang ada, Indonesia masih harus mengimpor sebanyak 13,3 ribu ton atau senilai US$ 3,4 juta dari Thailand, China dan Vietnam. Sedangkan total impor kentang tahun 2012 mencapai 54,1 ribu ton senilai US$ 36,4 juta dari Australia, Amerika Serikat, China, Kanada dan Saudi Arabia.

Deretan 10 komoditas pangan yang diimpor tahun 2012 itu belum termasuk buah-buahan, sayuran dan bumbu-bumbuan. Selain posisinya sudah defisit, ada kecenderungan sejak dua tahun lalu, defisit hortikultura Indonesia tanpa beras mencapai US$ 37 miliar.

Melihat kondisi seperti itu, diperlukan kesadaran sekaligus langkah-langkah yang terukur untuk mengurangi impor komoditas pangan Indonesia, yang pada ujungnya harus bisa menyediakan sendiri kebutuhan pangannya bukan hanya dalam konteks hasil budidaya atau produksinya, tapi juga termasuk mampu menyediakan bibit ataupun benih yang dibutuhkan agar tercapai kedaulatan pangan yang sesungguhnya.

Agar situasi ini dapat dipahami oleh lebih banyak kalangan maka akan diselenggarakan diskusi yang diliput oleh banyak media massa di Indonesia yaitu Talkshow POLEMIK Warung Daun. Adapun detil kegiatan adalah sebagai berikut:KegiatanTalkshow POLEMIK Semi Blocking selama 120 menit (2 jam) yang disiarkansecara langsung atau live. Talk Show POLEMIK adalah program talkshow di akhir pekan yang menghadirkan pembahasan topik-topik yang sedang menjadi polemik dikalangan masyarakat. Menghadirkan narasumber yang kompeten baik dari pihak yang pro, kontra maupun pengamat netral. Saat ini talk show POLEMIK adalah salah satu program talk show terpopuler di Indonesia dan menjadi acuan dari para jurnalis baik cetak, online maupun elektronik (televisi dan radio).

Talk show ini disiarkan oleh Sindo Trijaya FM yang berada di Group MNC Media, dan media lain yang berada pada Group MNC Media lainnya yakin Koran Sindo, Sindo TV, Majalah Sindo Weekly, dan online www.sindonews.com. Serta di dukung media MNC lain, seperti RCTI, Global TV, dan Okezone.com.

Pada saat diskusi live dilakukan, program ini juga disiarkan secara langsung oleh 15 radio network SINDO TRIJAYA yang berada di seluruh Indonesia dan 60 radio partner dari grup ini. Biasanya Diskusi POLEMIK juga dihadiri oleh jurnalis dari berbagai media (cetak, online dan elektronik).Waktu

: Sabtu, pukul 09.00 11.00Tempat: Rumah Makan Warung Daun, Jl. Cikini (depan Taman Ismail Marzuki)

Nara sumber:

1. Gita Irawan Wirjawan (Menteri Perdagangan Kabinet Indonesia Bersatu II)2. Dr. Gatot Irianto (Direktur Jendral Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian)

3. Luhut Binsar Panjaitan (Pengamat bidang industri dan perdagangan internasional, Menteri Perindustrian dan Perdagangan Kabinet Persatuan Nasional)