pengantar redaksi - web viewpendidikan dasar menekankan penguasaan tiga kemampuan dasar: bahasa,...

Download PENGANTAR REDAKSI - Web viewPendidikan dasar menekankan penguasaan tiga kemampuan dasar: bahasa, matematika, dan sain. Ketiga pengetahuan dasar itu diajarkan sedini mungkin sejak

If you can't read please download the document

Upload: phungtram

Post on 06-Feb-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGANTAR REDAKSI

KEMAMPUAN BERBAHASA

SEBAGAI ANDALAN DALAM MENGEMBANGKAN DIRI [footnoteRef:1] [1: Bahan Pengantar Redaksi Jurnal Penabur, Des. 2008]

Pendidikan pada hakikatnya dimaksudkan untuk memberikan kemampuan kepada masyarakat tidak saja mengatasi masalah yang dihadapinya tetapi juga dapat meningkatkan kualitas hidupnya sehingga lebih maju dan lebih beradab dalam berpikir, berindak, dan bersikap. Agar mencapai kemampuan yang demikian, pada awalnya setiap orang diharapkan memiliki kemampuan baca-tulis (literacy) dan kemampuan berhitung (numeracy) yang kemudian diakronimkan dengan calistung. Sebagai sarana komunikasi antarsesama, manusia tentu harus memiliki kemampuan berbahasa yang baik.

Pendidikan dasar menekankan penguasaan tiga kemampuan dasar: bahasa, matematika, dan sain. Ketiga pengetahuan dasar itu diajarkan sedini mungkin sejak peserta didik mengikuti pendidikan formal. Penguasaan atas ketiga pengetahuan itu merupakan landasan mempelajari, menguasai, mengembangkan dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan lainnya. Hal ini terlihat dari kurikulum pendidikan yang mencantumkan ketiga mata pelajaran/bidang studi itu di pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Ujian nasional di Indonesia juga menjadikan bahasa, ilmu pengetahuan alam, dan matematika sebagai mata pelajaran/bidang studi yang diprioritaskan diujikan.

Akan tetapi dari berbagai pendapat, dapat juga disimpulkan bahwa kemampuan dasar itu dapat juga disebut keterampilan dasar atau dikenal dengan istilah life skills. Keterampilan dasar itu termasuk kemampuan (1) membaca, (2) menulis, (3) mendengar, (4) menutur, (5) menghitung, (6) mengamati, (7) mengkhayal, dan (8) menghayati. Dari tuntutan lapangan kerja, kemampuan dasar dapat dikelompokkan menjadi (1) keterampilan dasar termasuk membaca, menulis, mendengar, menutur, dan berhitung; (2) keterampilan berpikir termasuk memecahkan masalah, berpikir kreatif, berimaginasi, dan menalar;dan (3) keterampilan yang berkaitan dengan kepribadian termasuk berinteraksi dengan orang lain, pengendalian diri, kejujuran, serta kesalehan.

Belakangan ini keterampilan berkaitan dengan kepribadian menjadi pusat perhatian masyarakat yang peduli pendidikan. Banyaknya skandal moral hampir di semua lapisan masyarakat dalam bentuk korupsi, kolusi, nepotisme, kekerasaan, intoleransi, dan lain sebagainya dianggap merupakan kegagalan sistem pendidikan dalam mewujudkan manusia Indonesia yang berkepribadian Pamcasila sejati. Berbagai komentar menyuarakan perlunya pembentukan dan pembangunan karakter individu, masyarakat, dan bangsa Indonesia melalui jalur pendidikan. Bangsa yang cerdas, kreatif, dan inovatif akan menjadi rapuh apabila tidak memiliki karakter yang baik dan tangguh. Oleh karena itu, tuntutan pendidikan karakter melalui mata pelajaran Budi Pekerti dan Agama semakin menguat.

Fenomena yang terjadi belakangan ini menunjukkan, membangun masyarakat dan bangsa Indonesia tidak cukup hanya dengan mengandalkan tiga kemampuan dasar (bahasa, matematika, dan sain) saja, tetapi perlu dibarengi dengan kemampuan berkepribadian yang baik dengan beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, mandiri, dan demokratis. Pendidikan kepribadian ini dianggap kurang mendapat perhatian sehingga sistem pendidikan nasional menghasilkan manusia cerdas tapi lemah dalam kepribadian. Pembentukan kepribadian memerlukan proses yang panjang dan tidak dapat diserahkan sepenuhnya ke lembaga pendidikan, orang tua, masyarakat, dan lingkungan memiliki andil yang tidak dapat diabaikan.

Dari berbagai pengelompokan kemampuan dasar yang dikemukakan, terlihat bahwa ketiga pengetahuan dasar yang disebutkan dalam awal tulisan ini merupakan inti dari berbagai kemampuan itu. Dalam setiap kategori terlihat bahwa pengetahuan bahasa disebutkan pada urutan awal yang menunjukkan pentingnya peranan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mempelajari dan menguasai kemampuan dasar lainnya.

Secara singkat, bahasa dapat diartikan sebagai sarana komunikasi yang dipergunakan oleh manusia untuk menyampaikan pikiran/gagasan dan perasaannya kepada orang lain. Manusia berinteraksi satu sama lain dengan menggunakan bahasa. Oleh karena itu bahasa ini merupakan dasar utama dalam menyampaikan dan menerima informasi dari pihak lain. Untuk dapat menggunakan bahasa dengan baik diperlukan kemampuan mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Dengan demikian melek aksara/huruf merupakan bagian dari kemampuan berbahasa. Sedangkan melek angka merupakan bagian kemampuan berhitung atau matematika.Oleh karena itu dari ketiga pengetahuan dasar itu (bahasa, matematika, dan pengetahuan alam), bahasa dianggap sebagai pengetahuan awal yang perlu dimiliki oleh peserta didik.

Kemampuan mendengar dan berbicara dalam bahasa ibu berkembang secara alamiah sejak anak lahir. Ketika ia masuk ke pendidikan dasar, ia diberikan kemampuan membaca dan menulis. Kemudian, keempat kemampuan dasar membaca itu dikembangkan secara bersamaan dan terus dikembangkan sampai ke pendidikan tinggi sebagai salah satu bukti bahwa penguasaan bahasa dianggap sebagai pengetahuan dasar yang terus menerus perlu dikuasai dan dikembangkan. Dari berbagai fenomena terlihat kemampuan berbahasa bangsa Indonesia masih belum seperti diharapkan.

Kemampuan berbahasa yang dimaksud tentu bukan hanya terbatas dalam berkomunikasi secara lisan dalam kehidupan sehari-hari (lingua franca), tetapi mencakup kemampuan mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Mendengar dalam arti dapat menangkap dan memahami secara cepat dan tepat pikiran atau gagasan orang lain yang disampaikan secara lisan. Berbicara dalam arti dapat menyusun dan menyampaikan secara lisan gagasan, pikiran, dan perasaan secara teratur/runtut, mudah dimengerti, dan menarik bagi orang lain sebagai teman berbicara. Membaca dalam arti dapat memperoleh secara cepat dan tepat pikiran atau gagasan orang lain yang disampaikan dalam bahasa ragam tulisan. Menulis dalam arti mampu menyampaikan gagasan, pikiran, atau emosinya dalam bahasa ragam tulisan yang baik dan benar sehingga mudah dipahami serta menarik untuk dibaca.

Salah satu kelemahan yang dihadapi peserta didik di semua jenjang dan jenis pendidikan ialah kemampuan berbahasa, termasuk dalam bahasa Indonesia apalagi dalam bahasa asing. Kemampuan berbahasa ini termasuk pengetahuan tentang kaidah bahasa yang dipergunakan mulai dari pemilihan kata, tata/susunan kalimat, pengucapakan kata (untuk bahasa ragam lisan), dan ejaan (dalam bahasa ragam tulisan). Seperti dikemukakakan sebelumya, fungsi bahasa adalah alat untuk menyampaikan gagasan/pikiran, dan emosi. Oleh karena itu kemampuan berbahasa seseorang juga dipengaruhi oleh kemampuan intelektual dan emosionalnya.

Kelemahan ini mulai terjadi pada kemampuan menerima dan memberikan informasi secara cepat dan tepat. Kelemahan mendengar dan menyimak (listening comprehension) dengan baik terlihat pada kemampuan memahami makna informasi yang disampaikan guru secara lisan dalam proses pembelajaran. Hal ini lebih nyata terlihat pada penyampaian informasi dalam bahasa yang merupakan bahasa kedua bagai peserta didik. Di banyak tempat bahasa Indonesia merupakan bahasa kedua bagi peserta didik, karena bahasa yang pertama dia pergunakan berkomunikasi adalah bahasa ibunya (bahasa daerah). Apa lagi kalau informasi itu disampaikan dalam bahasa asing (misalnya dalam bahasa Inggris), kemamapuan menyimak peserta didik lebih rendah lagi. Dengan demikian, kemampuan mendengar itu perlu dilatih misalnya dengan menuturkan kembali informasi yang didengarnya atau membuat ringkasan.

Kemampuan berbicara dapat dilihat bagaimana peserta didik menuturkan pikiran, gagasan, dan perasaannya secara lisan. Kemampuan ini dapat juga dicermati ketika berinteraksi dengan orang lain dalam diskusi. Sering terjadi kurang aktifnya peserta didik di dalam kelas untuk bertanya atau memberikan pendapat karena terkendala oleh kemampuan berbahasa yang lemah. Keadaan ini juga terlihat di diskusi atau seminar yang dihadiri oleh banyak peserta tetapi yang aktif bertanya dan memberikan tanggapan relatif sedikit. Kebanyakan peserta duduk manis dan mendengarkan tuturan pembicara tetapi tidak mengajukan pendapat atau pertanyaan sehingga tidak diketahui sejauh mana mereka menyimak dan memahami isi paparan tersebut.

Kemampuan membaca terkait dengan keterampilan membaca yang tersirat dan tersurat. Secara tersurat keterampilan ini dipengaruhi oleh pengetahuan tentang aksara yang dipergunakan serta kaidah-kaidah bahasa ragam tulisan. Sementar itu pemahaman secara tersirat berkaitan dengan pengetahuan pembaca atas makna informasi yang dipengaruhi oleh persepsi dan latar belakang pengetahuan dan pengalamannya. Di samping kemampuan membaca, motivasi dan kebiasaan membaca merupakan masalah tersendiri yang juga masih berkaitan dengan kemampuan berbahasa. Banyak orang mengatakan bahwa masyarakat terpelajar, didahului oleh masyarakat gemar belajar yang ditandai dengan gemar membaca. Gemar membaca ini didasari oleh kemampuan berbahasa secara lisan dan tertulis.

Terbiasa dengan tradisi lisan dan kurang terlatihnya menulis, kemampuan menulis bangsa Indonesia cukup memprihatinkan dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain walaupun masih di kawasan Asia Tenggara. Bukti nyata terlihat dari jumlah buku baru yang terbit masih berkisar 10.000 judul (2008), dibandingkan dengan Malaysia saja yang sudah mencapai 18.000 judul (2008). Begitu juga di perguruan tinggi terlihat kesulitan mahasiswa meyelesaikan studinya antara lain dihambat oleh kemampuan menulis. Di dunia kerja terlihat, kesulitan karyawan dalam membuat laporan tertulis atau menyampaikan program atau gagasan secara tertulis. Di pihak lain diakui bahwa keunggulan suatu bangsa dapat dilihat antara lain dari banyaknya produk intelektual yang disebarluaskan melalui media cetak atau elektronik.

Di samping kurangnya jumlah penulis buku, kesulit