pengalaman adaptasi guru tuli dalam...

101
\ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM PADA SISWA TULI DI ISLAMIC SPECIAL SCHOOL BEKASI Skripsi ini Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Oleh: SYADZA ROSE MAWADDAH NIM: 1113104000010 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M

Upload: duongtuyen

Post on 28-Apr-2019

272 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

1

\

PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN

PENDIDIKAN ISLAM PADA SISWA TULI DI ISLAMIC SPECIAL

SCHOOL BEKASI

Skripsi ini Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh:

SYADZA ROSE MAWADDAH

NIM: 1113104000010

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1438 H/2017 M

Page 2: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

i

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata I Keperawatan di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 10 Juli 2017

Syadza Rose Mawaddah

Page 3: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul

PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN

PENDIDIKAN ISLAM PADA SISWA TULI DI ISLAMIC SPECIAL

SCHOOL BEKASI

Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun oleh;

Syadza Rose Mahwaddah

NIM. 1113104000010

Jakarta, 10 Juli 2017

Pembimbing I, Pembimbing II

Mardiyanti, S. Kep, Ns, M. Kep, MD Puspita Palupi, S.Kep, Ns, M.Kep,Sp. Mat

NIP.19810208 201101 2 006 NIP.19801119 2011012 006

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH\JAKARTA

1438 H/2017 M

Page 4: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul

PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN

PENDIDIKAN ISLAM PADA SISWA TULI DI ISLAMIC SPECIAL

SCHOOL BEKASI

Telah disetujui dan dipertahankan dihadapan penguji oleh :

Syadza Rose Mawaddah

NIM. 1113104000010

Pembimbing I, Pembimbing II

Mardiyanti, S. Kep, Ns, M. Kep, MDS Puspita Palupi, S.Kep, Ns, M.Kep,Sp. Mat

NIP.19810208 201101 2 006 NIP.19801119 2011012 006

Penguji I Penguji II

Waras Budi Utomo, S.Kep, Ns, MKM Karyadi, S.Kep, PhD

NIP. 19790520 200901 1 012 NIP.19710903 200501 1 007

Penguji III Penguji IV

Mardiyanti, S. Kep, Ns, M. Kep, MDS Puspita Palupi, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp. Mat

NIP.19810208 201101 2 006 NIP.19801119 2011012 006

Page 5: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

iv

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul

PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN

PENDIDIKAN ISLAM PADA SISWA TULI DI ISLAMIC SPECIAL

SCHOOL BEKASI

Telah disusun :

Syadza Rose Mawaddah

NIM : 1113104000010

Mengetahui,

Ketua program studi ilmu keperawatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Maulina Handayani, S.Kp,M.Sc

NIP. 19790210 2005012 002

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Prof. H., Arif Sumantri, S.KM., M.Kes

NIP. 196 50808 198803 1002

Page 6: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

v

RIWAYAT HIDUP

Nama : Syadza Rose Mawaddah

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 14 Mei 1996

Alamat : Jl. Tipar Cakung RT 017 RW 007 No. 26, Kel. Cakung

Barat, Kec. Cakung, Jakarta Timur, 13910

Telepon/Email : 089621187957 / [email protected]

Nama Ayah/Ibu : Dahlim, SH / Marhamah

Riwayat Pendidikan

1. 2013-2017 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. 2010-2013 PonPes Husnul Khotimah Kuningan, Jawa Barat

3. 2007-2010 SMPIT Insan Mubarak Boarding School, jKarta

4. 2001-2007 SDIT Baiturrahman, Jakarta

5. 1999-2001 TK Al-Abror

Riwayat Organisasi

1. Bendahara OSIS SMPIT Insan Mubarak (2007-2008)

2. Ketua OSIS SMPIT Insan Mubarak (2008-2009)

3. Anggota OSIS PonPes Husnul Khotimah Bidang Bahasa (2011-2012)

4. Anggota PSDM BEM FKIK UIN Jakarta (2013-2014)

5. Anggota PSDM KomDA FKIK UIN Jakarta (2013-2014)

6. Anggota Kaderisasi KAMMI Komsat MedSos UIN Jakarta (2013-2015)

7. Koordinator Akhwat PSDM KomDa FKIK UIN Jakarta (2014-2015)

8. Anggota KOMINFO DEMA UIN Jakarta (2014-2015)

9. Koordinator Kemahasiswaan DEMA FKIK UIN Jakarta (2015-2016)

10. Koordinator Kaderisasi Kaderisasi KAMMI Komsat MedSos UIN Jakarta

(2015-2016)

Anggota POK KAMMI Daerah Tangerang Selatan (2016-2017)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Page 7: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

vi

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Juli 2017

Syadza Rose Mawaddah, NIM 1113104000010

PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN

PENDIDIKAN ISLAM PADA SISWA TULI DI ISLAMIC SPECIAL

SCHOOL BEKASI

ABSTRAK

Sekitar 10% penduduk di Indonesia mengalami tuli. Keterbatasan pendengaran

yang dialami penyandang tuli menyebabkan mereka mengalami hambatan dalam

berkomunikasi, yang pada akhirnya berdampak pada perkembangan bahasa, sosial

dan emosional, serta prestasi akademik. Guru di Sekolah Luar Biasa (SLB) negeri

untuk siswa tuli umumnya bukan penyandang tuli. Namun, salah satu Islamic

Special School di Bekasi, lebih memilih pengajar tuli untuk menjadi guru walaupun

tidak memilki kualifikasi sebagai guru. Penelitian ini bertujuan untuk

mengeksplorasi bagaimana pengalaman adaptasi para guru tuli dalam mengajarkan

agama Islam kepada siswa tuli serta mengeksplorasi hambatan-hambatan yang

dialami. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain fenomonologi

deskriptif. Partisipan terdiri dari enam orang yang dipilih menggunakan teknik

purposive sampling berdasarkan asas kesesuaian dan kecukupan. Teknik analisis

data pada penelitian ini menggunakan metode Colaizzi. Dalam mengajarkan

pendidikan agama kepada siswa tuli, para partisipan mengalami hambatan dalam

berkomunikasi dengan siswa yang cukup besar serta hambatan dalam penggunaan

Bahasa Indonesia, baik itu lisan maupun tulisan.

Akan tetapi para partisipan mampu beradaptasi dan mengatasi hambatannya dengan

baik, dengan cara berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat, gesture, serta

gambar/media visual. Para partisipan juga terus meningkatkan kemampuan mereka

dalam menggunakan bahasa isyarat. Seluruh partisipan mengatakan bahwasannya

dalam memberikan pengajaran PAI bagi siswa tuli lebih baik tidak hanya

menggunakan bahasa isyarat, tetapi juga dengan gesture dan gambar..

Kata kunci : Tuli, Pengalaman, Pengajaran PAI.

Referensi : 6 ( Tahun 1964- 2016)

NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

Page 8: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

vii

ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Undergraduate Thesis, July 2017

Syadza Rose Mawaddah, NIM 1113104000010

ADAPTATION EXPERIENCE OF DEAF TEACHER IN TEACHING

ISLAMIC EDUCATION IN DEAF STUDENTS AT THE ISLAMIC

SPECIAL SCHOOL BEKASI

ABSTRACT

Approximately 10% of the population in Indonesia is deaf. Because of their

limitation in listening, deaf people faced hardship in communication that ultimately

impact on language, social and emotional development, and also academic

achievement. The teacher of special needs education for deaf students usually is a

normal people, but at one of Islamic Special School at Bekasi, the teacher that

teaching the deaf students was the deaf teachers eventhough they don’t qualified

as a teacher. This study aims to explore how the experience of adaptation of deaf

teachers in teaching Islam to deaf students and its difficulty. This research is a

qualitative research with descriptive phenomonology design. The participants

consisted of six people selected by using purposive sampling technique based on

the principle of conformity and adequacy. Data analysis technique in this research

using Colaizzi method. In teaching islamic education to deaf students, the

participants face so many limitedness in their ability both of communication and

language, both oral and written. Even though, they can face it well with

communicate using sign language, gesture, and picture/visual media. And the deaf

teacher always improve their ability in sign language. In their opinion of islamic

education of deaf students, all of the participants concur that using sign language,

gustre, and picture are more effective.

Keywords: Deaf, Experience, Teaching, Islamic education

Reference: 6 (Year 1964- 2016)

Page 9: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,

taufik dan hidayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“Pengalaman Adaptasi Guru Tuli dalam Mengajarkan Pendidikan Islam

pada Siswa Tuli di Islamic Special School Bekasi”. Shalawat serta salam

senantiasa kita limpahkan kepada Rasul kita Muhammad SAW.

Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak, sangatlah sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu,

dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada pihak yang telah membantu dan memberikan bimbingan dalam

menyusun skripsi ini. Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan

kepada:

1. Prof. Dr. Arif Sumantri, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Maulina Handayani, S,Kp., MSc selaku Ketua Program Studi dan Ibu

Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Keperawatan (PSIK) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Yenita Agus, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Mat.,PhD, selaku pembimbing akademik

yang selalu memberikan nasehat dan motivasi selama proses pendidikan di

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas IslamNegeri Syarif

Hidayatullah.

4. Ibu Ns. Mardiyanti M.Kep., MDS, selaku pembimbing I dan Ibu Ns. Puspita

Palupi, S.Kep.,Sp.KMat, selaku pembimbing 2 yang telah meluangkan waktu

serta dengan sabar memberikan bimbingan, saran, dan kritikan dalam penulisan

skripsi ini.

Page 10: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

ix

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah

memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama 4 tahun, serta

seluruh staf dan karyawan di lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

6. Orang tuaku tercinta, Ayahanda Dahlim Haminasa dan Ibunda Marhamah yang

telah mendidik, menasehati, mendoa’kan penulis, serta mendukung baik moril

maupun materil kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman-teman PSIK 2013 yang telah memberikan masukkan, semangat, dan

inspirasi selama proses perkuliahan hingga saat ini.

8. Teman-teman “kosanners”, yang telah melalui suka maupun duka penyusunan

proposl skripsi ini bersama-sama, serta terus memberikan motivasi, semangat,

maupun masukkan yang sangat berguna dalam penyusunan proposal skripsi

ini.

9. Pihak LAZNAS BSM yang telah memberikan banyak sekali bantuan kepada

saya, baik moril maupun materil.

10. Semua pihak yang telah membantu selesainya skripsi ini yang tidak dapat

disebutkan satu persatu dalam kesempatan ini.

Penulis berdo’a semoga semua kebaikan yang telah diberikan mendapat

balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan

dalam skripsi ini. Oleh karena itu segala kritikan dan saran yang membangun akan

penulis terima dengan baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, 10 Juli 2017

Syadza Rose Mawaddah

Page 11: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... i

PERNYATAAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN JUDUL ...................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iv

RIWAYAT HIDUP ................................................................................................. v

ABSTRAK ............................................................................................................. vi

ABSTRACT .......................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

DAFTAR BAGAN............................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv

DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang.......................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 5

1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5

1.4. Manfaat ..................................................................................................... 6

1.5. Ruang Lingkup ......................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 7

2.1. Konsep Tuli .............................................................................................. 7

2.1.1. Pengertian .......................................................................................... 7

Page 12: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

xi

2.1.2. Klasifikasi ......................................................................................... 7

2.1.3. Karakteristik Tunarungu ................................................................. 11

2.1.4. Dampak Ketunarunguan.................................................................. 14

2.2. Teori Adaptasi ........................................................................................ 15

2.2.1. Adaptasi dalam Keperawatan .......................................................... 15

2.2.2. Adaptasi dalam Psikologi ................................................................ 17

2.3. Konsep Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).......................... 19

2.3.1. Metode Pembelajaran pada Anak secara Umum ............................ 19

2.3.2. Pendidikan Agama Islam ................................................................ 21

2.3.3. Pendidikan Agama Islam (PAI) bagi Anak Tuli ............................. 23

2.4. Kerangka Teori ....................................................................................... 27

BAB III DEFINISI ISTILAH ............................................................................... 28

3.1. Definisi Istilah ........................................................................................ 28

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 29

4.1. Desain Penelitian .................................................................................... 29

4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................................. 31

4.3. Partisipan Penelitian ............................................................................... 31

4.4. Instrumen Penelitian ............................................................................... 32

4.5. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 33

4.5.1. Pengumpulan Data .......................................................................... 33

4.5.2. Proses Pengumpulan Data ............................................................... 33

4.6. Analisa Data ........................................................................................... 36

4.7. Etika Penelitian ....................................................................................... 39

BAB V HASIL PENELITIAN.............................................................................. 41

5.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian ......................................................... 41

Page 13: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

xii

5.2. Hasil Penelitian ........................................................................................... 41

5.2.1. Karakteristik Partisipan........................................................................ 41

5.2.2. Analisis Tematik .................................................................................. 42

BAB VI PEMBAHASAN ..................................................................................... 57

6.1. Interpretasi Hasil Penelitian dan Diskusi ................................................... 57

6.2. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 68

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 69

7.1. Kesimpulan ................................................................................................. 69

7.2. Saran ........................................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 72

Page 14: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

xiii

DAFTAR BAGAN

Halaman

2.1 Kerangka Teori 27

Page 15: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara

Lampiran 2 Analisis Tematik

Page 16: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

xv

DAFTAR SINGKATAN

UU : Undang-Undang

HR : Hadits Riwayat

BPS-SUSENAS : Badan Pusat Statistik Survey Sosial Ekonomi Nasional

BPS-PPLS : Badan Pusat Statistik Pendataan Program Perlindungan

Sosial

SLB : Sekolah Luar Biasa

UIN : Universitas Islam Negeri

Cps : cycles per second

Hz : Hertz

dB : desibel

JaBoDeTaBek : Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi

PAI : Pendidikan Agama Islam

TAP MPR : Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

DEPDIKNAS : Departemen Pendidikan Nasional

DEPDIKBUD : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

DEPAG : Departemen Agama

TCL : teacher centered learning

SLI : Sign Language Interpreter

SIBI : Sistem Bahasa Isyarat Indonesia

BISINDO : Bahasa Isyarat Indonesia

DPD Gerkatin : Dewan Pengurus Daerah Gerakan untuk Kesejahteraan

Tunarungu Indonesia

Page 17: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Anatomi telinga 9

Page 18: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman

5.1. Karakteristik partisipan 4

Page 19: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 dan UU No. 20 tahun

2003 menyatakan bahwasannya setiap warga negara dijamin haknya dalam

mendapatkan pendidikan yang layak, termasuk pendidikan agama. Selain

itu, hukum dari mempelajari agama Islam bagi seorang muslim adalah

fardhu ‘ain, baik bagi itu muslim perempuan maupun laki-laki, sebagaimana

sabda Rasulullah SAW yang berbunyi

طلب العلم فريضة على كل مسل

Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih

oleh Syaikh Albani da[ lam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah no. 224)

Namun pada kenyataannya, tidak semua anak mampu memperoleh

haknya itu dengan mudah. Seperti halnya bagi anak-anak tuli. Data dari

BPS-SUSENAS (1995) dalam Penelitian Irwanto, dkk (2010) mengenai

analisis penyandang disabilitas di Indonesia menunjukkan bahwasannya

sekitar 10% dari total penduduk di Indonesia atau sekitar 603.740 jiwa

mengalami tuli dan bisu. Dan apabila dikaitkan dengan latar belakang

pendidikan, hanya sekitar 0,04% penyandang tuli yang mengenyam

perguruan tinggi. Sedangkan 0,12% penyandang tuli tidak tamat SD dan

0,38% tidak sekolah. (Kementerian Kesehatan RI, 2013)

Menurut Moores (dalam Hallahan dan Kauffman, 2006), definisi dari

tunarungu adalah kondisi dimana individu tidak mampu mendengar, dan hal

ini tampak dalam wicara atau bunyi-bunyian lain, baik dalam derajat

frekuensi dan intensitas. Sedangkan Dwijosumarto dalam Somantri (2007)

mengemukakan bahwa seseorang yang tidak atau kurang mampu

mendengar suara dikatakan tunarungu. Ketunarunguan dibedakan menjadi

dua kategori, yaitu tuli (deaf) dan kurang dengar (hard of hearing). Tuli

Page 20: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

2

adalah seseorang yang indera pendengarannya mengalami kerusakan dalam

taraf berat sehingga pendengarannya tidak berfungsi lagi. Sedangkan

kurang dengar adalah seseorang yang indera pendengarannya mengalami

kerusakan, tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar, baik dengan

maupun tanpa menggunakan alat bantu dengar (hearing aids).

(Mangunsong, 2009)

Oleh karena keterbatasan yang dimiliknya, penyandang tuli termasuk

anak-anak seringkali menghadapi hambatan-hambatan serta kesulitan dalam

memproses bahasa melalui pendengaran (Brill, MacNeil, & Newman, 1986

dalam Hallahan & Kauffman, 2006). Hal itu tentu berdampak pada

kehidupan mereka, karena keterbatasan penyandang tuli dalam pemrosesan

bahasa merupakan salah satu hambatan yang paling besar untuk terjadinya

kesulitan komunikasi. Dan diantara dampak kesulitan dalam berkomunikasi

yang paling jelas dirasakan adalah dalam hal perkembangan bahasa,

perkembangan sosial dan emosional, serta perkembangan intelektual dan

prestasi akademik (Mangunsong, 2009). Dalam perkembangan bahasa,

seringkali wicara anak tuli sulit dipahami. Hal itu dikarenakan berbagai

faktor, seperti terjadinya masalah dalam menghasilkan suara, kualitas suara

yang buruk, ketidakmampuan membedakan nada, dan juga masalah yang

berkaitan dengan konten dan struktur dan bahasa (Oyers & Frankman, 1975

dalam Suran & Rizzo, 1979 dalam Mangunsong 2009). Kemudian dalam

hal perkembangan sosial dan emosional, sebagai makhluk sosial manusia

tentu perlu untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain.

Namun, oleh karena keterbatasan mereka dalam pemilihan bahasa yang

digunakan, menyebabkan mereka memiliki masalah dalam menemukan

orang yang dapat diajak bercakap-cakap (Cambra, 1996; Charlson. dkk,

1992; dalam Hallahan & Kauffman, 2006). Oleh karena itu, tidaklah

mengherankan apabila banyak anak tuli yang berisiko mengalami kesepian

(Mangunsong, 2009). Sedangkan dalam hal perkembangan intelektual,

Moores (dalam Hallahan & Kauffman, 2006) menyimpulkan bahwasannya

anak tuli dan anak normal mempunyai kemampuan kognitif dan

Page 21: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

intelektualitas yang sama. Namun demikian, untuk prestasi akademik yang

memang banyak bergantung pada bahasa menyebabkan prestasi pendidikan

penyandang tuli menjadi lebih rendah dari anak-anak normal dan pada

akhirnya mereka mengalami keterbelakangan yang serius. (Mangunsong,

2009)

Untuk itu, pelayanan pendidikan dan pengajaran yang diberikan

kepada anak-anak berkebutuhan khusus, seperti tuli tentulah tidak sama

dengan anak-anak normal. Anak-anak berkebutuhan khusus perlu untuk

mendapatkan pelayanan pendidikan yang lebih khusus dan bervariasi, baik

itu dari segi materi, metode, alat, evaluasi, serta strategi pengajaran yang

memang harus disesuaikan dengan kondisi anak (Mangunsong, 2009).

Sebagaimana halnya yang diungkapkan dalam UU Sisdiknas nomor 20

tahun 2003 pasal 5 ayat 2 yang berbunyi “Warga Negara yang memiliki

kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan social berhak memperoleh

pendidikan khusus.” Termasuk halnya dalam mempelajari Islam. Namun,

mempelajari Islam bagi para penyandang tuli tidaklah mudah, banyak

masalah yang dapat menghambat mereka dalam mempelajari Islam.

Berdasarkan penelitian Mardiyanti & Haryanthi, L. Putu (2016), dikatakan

bahwasannya terdapat tiga hal yang menjadi masalah sehingga

menyebabkan para penyandang tuli kesulitan dalam mempelajari Islam,

antara lain : (1) Terbatasnya bahasa isyarat yang digunakan dalam

mempelajari Islam. Hal ini dapat terlihat dari kondisi muslim tuli di

Indonesia ang sangat berbeda dengan negara-negara lain yang memang

sudah maju. Seperti halnya di Amerika, muslim tuli di Amerika sudah

terfasilitasi oleh adanya suatu organisasi yang memang menyediakan

banyak akses bagi para muslim tuli untuk belajar Islam, seperti misalnya

penjelasan tentang Al Qur’an bagi mereka serta tersedianya banyak

penerjemah bahasa isyarat yang menjelaskan khutbah pada saat sholat

Jum’at. Sedangkan semua akses itu belum ada yang ditemukan di Indonesia,

bahkan penerjemah bahasa isyarat sendiri belum sepenuhnya mampu

menjelaskan Islam kepada para muslim tuli; (2) Terbatasnya kemampuan

Page 22: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

membaca para penyandang tuli (buta huruf). Oleh karena ketidakmampuan

para penyandang tuli dalam menerima informasi melalui pendengaran,

menyebabkan mereka kesulitan dalam mempelajari bahasa. Sehingga pada

akhirnya mereka pun mengalami keterbatasan pula dalam membaca; dan (3)

Tidak adanya dukungan dari masyarakat bagi penyandang tuli yang ingin

belajar Islam. MisalnaDari penjelasan ustadz, banyak dari mereka yang

memiliki kepercayaan bahwasannya, penyandang tuli akan masuk Surga

walau mereka tidak mempelajari Al-Qur’an secara menyeluruh serta hanya

mengikuti orang lain dalam mengerjakan sholat tanpa paham apa itu

maknanya. Namun, ada pula yang beranggapan bahwasannya ustadz

mengatakan seperti itu karena ustadz sendiri pun tidak tahu bagaimana cara

menjelaskan tentang Islam dan Al Qur’an kepada para penyandang tuli.

Salah satu Islamic Special School di Bekasi berbeda dengan Sekolah

Luar Biasa (SLB) lainnya, yang mana dalam melakukan pengajaran,

sekolah liuar biasa ini menjadikan para penyandang tuli sebagai pengajar

anak-anak tuli disana, tidak seperti SLB pada umumnya yang menggunakan

orang normal dalam mengajarkan anak-anak tuli (Martiasari, 2015 &

Sulastri, 2015). Walaupun pada dasarnya, para guru ini tidak memenuhi

kualifikasi yang cukup sebagai pengajar, namun bagi para penyandang tuli,

berkomunikasi sesama tuli menggunakan bahasa isyarat lebih mudah

mereka pahami, mengingat bahasa isyarat merupakan bahasa utama mereka.

(Mardiyanti & Haryanthi, 2016) Dan dari studi pendahuluan yang dilakukan

kepada 10 orang guru tuli di Islamic Special School ini didapatkan hasil

bahwasannya mereka semua baru mengenal Islam secara mendalam setelah

mereka bergabung dengan sekolah ini, serta saat ini mereka memberikan

pengajaran Agama Islam kepada anak-anak tuli bersamaan mereka belajar

disana. Oleh karena itulah, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana

pengalaman adaptasi yang dialami guru tuli disana dalam mengajarkan

pendidikan Islam kepada anak-anak tuli.

Page 23: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

1.2. Rumusan Masalah

Mendapatkan pendidikan agama adalah hak segala anak. Termasuk

halnya mendapatkan pendidikan agama Islam. Dan sebagai seorang muslim,

mempelajari agama hukumnya adalah wajib, karena dengan mempelajari

agama manusia dapat memenuhi kebutuhan ruhiyahnya. Namun, terdapat

sebagian orang yang mengalami kesulitan dalam mendapatkan haknya

mempelajari ilmu agama. Seperti halnya para penyandang tunarungu atau

tuli. Saat ini diketahui sekitar 10% dari jumlah penduduk Indonesia

mengalami tunarungu. Tunarungu itu sendiri adalah kondisi dimana

individu tidak mampu mendengar, dan hal ini tampak dalam wicara atau

bunyi-bunyian lain, baik dalam derajat frekuensi dan intensitas.

Karena keterbatasan penyandang tuli dalam memperoleh informasi

melalui suara dan pendengaran, mereka menghadapi banyak masalah dalam

mempelajari agama Islam, antara lain terbatasnya bahasa isyarat yang

digunakan dalam mempelajari Islam, terbatasnya kemampuan membaca

para penyandang tuli (buta huruf), serta tidak adanya dukungan dari

masyarakat bagi penyandang tuli yang ingin belajar Islam. Oleh karena itu,

dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajarnya perlu diperhatikan dan

diberikan pelayanan pendidikan dan pengajaran yang lebih khusus, baik itu

materi, metode, alat, evaluasi, maupun strategi pengajarannya. Selain itu,

saat ini penelitian yang ada mengenai pembelajaran bagi anak tuli hanyalah

pengajaran yang diberikan oleh orang normal dan belum ada penelitian yang

meneliti tentang bagaimana guru tuli dalam mengajarkan anak tuli. Oleh

karena itulah peneliti tertarik untuk meneliti hal ini. Peneliti tertarik pada

pengalaman adaptasi yang dialami para guru tuli dalam mengajar anak-anak

tuli disana.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana pengalaman

adaptasi para guru tuli dalam mengajarkan agama Islam kepada siswa tuli dan

Page 24: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

mengeksplorasi hambatan-hambatan yang dialami serta bagaimana mereka

mengatasi hambatan-hambatan tersebut.

1.4. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

a. Memberikan gambaran kepada masyarakat tentang bagaimana

adaptasi yang dialami penyandang tuli khususnya di sekolah sesuai

dengan keterbatasannya, sehingga masyarakat dapat membantu

penyandang tuli dalam beradaptasi dan berpartisipasi dalam kegiatan

sosial kemasyarakatan.

b. Bagi perawat adalah agar perawat mengetahui bagaimana memberikan

asuhan keperawatan komunitas yang tepat bagi para penyandang tuli

sesuai dengan adaptasi dan kebutuhan mereka.

1.5. Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman adaptasi yang dialami para guru

tuli dalam mengajarkan Pendidikan Islam kepada anak-anak tuli di salah satu

Islamic Special School di Bekasi. Metode penelitian yang digunakan adalah

kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif. Pengumpulan data

dilakukan dengan observasi langsung serta wawancara mendalam yang

dilakukan kepada para sampel yaitu para guru tuli untuk mengetahui bagaimana

pengalaman adaptasi yang mereka alami dalam mengajarkan pendidikan agama

Islam kepada siswa tuli.

Page 25: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Tuli

2.1.1. Pengertian

Tunarungu atau tuli menurut Suharmini (2009) adalah suatu keadaan

dari seorang individu yang mengalami kerusakan pada indera pendengaran

sehingga menyebabkan tidak bisa menangkap berbagai rangsang suara, atau

rangsang lain melalui pendengaran. Sedangkan menurut Murni Winarsih

(2007) tunarungu adalah suatu istilah umum yang menunjukkan kesulitan

mendengar dari yang ringan sampai berat, baik itu digolongkan ke dalam

tuli (tidak mampu mendengar) maupun kurang dengar.

Dari berbagai pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwasannya

pengertian penyandang tuli adalah seseorang yang mengalami kekurangan

ataupun kehilangan kemampuan pendengarannya, baik itu sebagian maupun

menyeluruh. Dan oleh karena ketidakmampuannya dalam menerima

rangsangan suara, mereka mengalami hambatan dan kesulitan dalam

memahami perkembangan bahasa, sehingga mereka cenderung untuk

kesulitan dalam berkomunikasi dan mendapatkan informasi.

2.1.2. Klasifikasi

Dalam kehidupan, penyandang tuli seringkali disamaartikan dengan

penyandang tunawicara. Namun, pada kenyataannya batasan kemampuan

wicara seorang penyandang tuli dimulai berdasarkan saat mulainya terjadi

ketulian mereka. Hallahan dan Kauffman (2006) membagi tuli menjadi dua

kategori, yaitu prelingual deafness dan postlingual deafness. Prelingual

deafness merupakan suatu kondisi seseorang dimana ketulian sudah ada

sejak lahir atau terjadi sebelum dimulainya perkembangan bicara dan

bahasa. Sedangkan postlingual deafness adalah suatu kondisi dimana

Page 26: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

8

seseorang mengalami ketulian setelah ia sudah mampu menguasai wicara

dan bahasa.

Selain berdasarkan kemampuan wicara, penyandang tunarungu juga

dapat diklasifikasikan berdasarkan seberapa besar mereka kehilangan

pendengaran serta seberapa besar mereka bisa mendengar suara, yang mana

hal itu dapat dilihat dari batasan kuantitatif frekuensi dan intensitasnya.

Frekuensi dijabarkan dalam bentuk cps (cycles per second) atau hertz (Hz).

Seseorang dengan pendengaran normal dapat mendengar dengan frekuensi

18-18.000 hertz, dimana pembicaraan biasa berada pada batas 100-1000

hertz. (Cline & Frederickson, 2002)

Kemudian, batasan kuantitatif kemampuan mendengar penyandang

tuli dapat pula diukur menggunakan audiometri. Audiometri merupakan alat

yang dapat mengukur seberapa jauh seseorang bisa mendengar atau

seberapa besar hilangnya pendengaran, dan ditunjukkan dalam satuan

desibel (dB). Klasifikasi kemampuan mendengar penyandang tuli apabila

diukur dengan audiometri adalah sebagai berikut:

a. Kelompok 1: adalah seseorang yang mengalami kehilangan

pendengaran yang ringan (20-30 dB). Orang-orang dengan kehilangan

pendengaran sebesar ini masih mampu berkomunikasi dengan

menggunakan pendengarannya. Karena kelompok ini merupakan

ambang batas antara orang yang sulit mendengar dengan orang normal.

b. Kelompok 2: hilangnya pendengaran yang marginal (30-40 dB). Orang-

orang dengan gangguan ini sering mengalami kesulitan untuk mengikuti

suatu pembicaraan pada jarak beberapa meter. Pada kelompok ini,

orang-orang masih bisa menggunakan telinganya untuk mendengar,

namun harus dilatih.

c. Kelompok 3: hilangnya pendengaran yang sedang (40-60 dB). Dengan

bantuan alat dengar dan bantuan mata, orang-orang ini masih bisa

belajar berbicara dengan mengandalkan alat-alat pendengaran.

d. Kelompok 4: seseorang yang kehilangan pendengarannya sudah berat

(60-75 dB). Orang-orang ini tidak bisa belajar berbicara tanpa

Page 27: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

9

menggunakan teknik-teknik khusus. Pada gangguan ini mereka sudah

dianggap sebagai ‘tuli secara edukatif’. Mereka berada pada ambang

batas antara selut mendengar dengan tuli.

e. Kelompok 5: hilangnya pendengaran yang parah (>75 dB). Orang-orang

dalam kelompok ini tidak bisa belajar bahasa dengan hanya semata-mata

mengandalkan telinga, meskipun didukung dengan alat bantu dengar

sekalipun.

Dari berbagai klasifikasi diatas, dapat disimpulkan bahwasannya

kelompok 1, 2, dan 3 masih tergolong dalam kategori sulit mendengar.

Sedangkan kelompok 4 dan 5 sudah termasuk dalam kategori tuli. Kesulitan

dalam pendengaran pun berbanding lurus dengan semakin kesulitannya

seseorang untuk berbicara (Mangunsong, 2009). Oleh karena itu, semakin

parahnya tingkat kehilangan pendengaran anak, akan semakin memaksa

anak untuk tidak berkomunikasi secara oral, melainkan lebih banyak

mengandalkan mata dan menggunakan bagian tubuh lain, seperti wajah dan

isyarat tangan.

Gangguan pendengaran juga dapat dikalisfikasikan berdasarkan

anatomis tubuh, meliputi ketulian yang bersifat konduktif dan ketulian

K=yang bersifat sensorineural. Pada kelompok lain juga terdapat ketulian

campuran (mixed hearing loss) dan ketulian karena masalah pada sentral

auditoris (central hearing loss).

Page 28: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

10

F

y

Gambar 2.1. Anatomi telinga

Sumber: Josephine, 2013

Pada kasus tuli konduktif (conductive deafness), kehilangan

pendengaran disebabkan oleh adanya gangguan transmisi suara dari saluran

auditoris ke telinga dalam. Kerusakan telinga biasanya terjadi pada saluran

luar telinga, misalnya disebabkan oleh terjadinya malformasi, penyumbatan,

pecahnya gendang telinga, gendang telinga tidak dapat melakukan vibrasi,

ataupun karena adanya gangguan pada telinga tengah. Dan pada kasus ini,

kerusakan dapat diperbaiki secara medis atau dengan pembedahan, serta

dalam kehidupannya masih dapat dibantu dengan alat bantu dengar.

(Mangusnong, 2009)

Gangguan pendengaran yang disebabkan oleh kerusakan

sensorineural atau yang juga biasa dikenal dengan istilah kerusakan

Page 29: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

11

perseptif merupakan kerusakan kerusakan telinga bagian dalam atau

kerusakan pada syaraf pendengaran yang berfungsi menyampaikan

rangsang ke otak. Kerusakan sensorineural ini tidak dapat diperbaiki secara

medis, dan satu-satunya cara yang dapat dilakukan adalah dengan

penggunaan alat bantu dengar serta dukungan pendidikan. (Mangunsong,

2009)

Ketulian campuran merupakan campuran antara ketulian konduktif

dan ketulian sensorineural. Dan untuk penanganan kasus ini, perbaikan yang

bisa dilakukan adalah pada ketulian konduktifnya saja (Mangunsong, 2009).

Sedangkan pada ketulian karena adanya masalah pada auditoris pusat

merupakan masalah ringan yang bersifat neurologis pada cerebral cortex

yang berdampak pada persepsi, kemampuan organisasi dan pemahaman

terhadap suara dan bukan karena kehilangan kemampuan untuk

mendengarkan bunyi-bunyian. Sebagian anak yang diperkirakan memiliki

kesulitan belajar seringkali mengalami ketulian pusat (control deafnessi),

sama halnya dengan anak-anak yang mengalami gangguan atau hambatan

bahasa, dari tingkat rendah sampai parah. (Ashman & Elkins, 1998)

2.1.3. Karakteristik Tunarungu

Untuk dapat memahami suatu peristiwa tidaklah sulit bagi anak

normal, hal itu dikarenakan mereka dapat memahami pendengaran,

penglihatan, serta segala sesuatu yang sempat terekam di otak melalui

persepsi visual. Berbeda dengan anak-anak yang memang memiliki

beberapa kekurangan dan keterbatasan, seperti halnya anak tunarungu. Dan

berikut beberapa masalah yang biasa dihadapi oleh anak tunarungu dari segi

kebahasaannya antara lain:

a. Miskin kosakata (bahasa terbatas)

b. Sulit mengartikan ungkapan bahasa yang mengandung arti kiasan atau

sindiran.

Page 30: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

12

c. Kesulitan dalam mengartikan kata-kata abstrak seperti Tuhan, pandai,

mustahil, dan lain-lain.

d. Kesulitan menguasai irama dan gaya bahasa. (Rochanah, 2009 dalam

Arum, 2014)

Menurut Telford dan Sawrey (1981) ketunarunguan juga dapat

tampak melalui simtom-simtom seperti sebagai berikut:

1. Ketidakmampuan memusatkan perhatian yang sifatnya kronis

2. Kegagalan berespons apabila diajak berbicara

3. Terlambat berbicara atau melakukan kesalahan artikulasi

4. Mengalami keterbelakangan di sekolah.

Selain itu, dalam kehidupan sehari-hari, sangat penting bagi para

orangtua maupun para guru untuk mengetahui keadaan dan kondisi anak-

anaknya, baik itu saat sedang berada di rumah, di sekolah, maupun di

tempat-tempat lainnya. Dan berikut adalah indikator terjadinya gangguan

pendengaran pada anak, yang biasanya ditandai dengan gejala antara lain:

1. Reaksi lambat terhadap intruksi atau berulang kali menanyakan apa

yang harus ia lakukan padahal baru saja diberitahu

2. Melihat anak lain untuk mengikuti apa yang mereka lakukan

3. Secara konstan meminta orang lain untuk mengulangi apa yang baru

saja mereka katakan

4. Kadang-kadang mampu mendengar, kadang-kadang tidak, terutama

ketika sedang mengalami flu, sakit, ataupun ketika berada di posisi

tertentu

5. Sering salah menginterpretasi informasi, pertanyaan, dan pembicaraan

orang, atau hanya berespon pada hal yang dikatakan paling akhir

6. Tidak mampu mengindentifikasi sumber suara atau pembicara,

terutama pada saat kondisi ramai

Page 31: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

13

7. Memiliki kecenderungan melamun atau menunjukkan konsentrasi dan

perhatian yang payah, terutama selama diskusi kelompok atau ketika

sedang dibacakan cerita dengan suara keras

8. Membuat komentar atau jawaban yang tidak sesuai, tidak mengikuti

topik pembicaraan

9. Perkembangan bahasa terlambat, bahasa tidak gramatikal untuk usianya

10. Sulit mengulangi suara, kata-kata, lagu, irama, atau untuk mengingat

nama orang dan tempat

11. Memperdengarkan suara yang terlalu lembut atau keras tanpa

menyadarinya

12. Membuat kesalahan dalam berbicara (misalnya menghilangkan

konsonan di akhir-akhir kata)

13. Bingung dengan kata-kata yang bunyinya hampir sama (contoh: pahit,

jahit, kait)

14. Melihat wajah pembicara dari jarak dekat atau membaca bibir

pembicara

15. Menyeringai atau menunjukkan ketegangan ketika diajak bicara

16. Mengeluhkan adanya suara bising di telinganya

17. Memegang kepala dengan cara yang aneh ketika diajak bicara

18. Terkadang menjadi terganggu selama pelajaran yang membutuhkan

kemampuan mendengar

19. Sering mengalami batuk, pilek, demam, sakit tenggorokan, tonsilitis,

sinusitis, alergi, atau gangguan pada telinga

20. Prestasinya lebih rendah dari potensinya

21. Memiliki masalah perilaku di rumah dan di kelas

22. Suka menarik diri dari teman-temannya.

(Ashman & Elkins, 1998; Cline & Frederickson, 2002; Suran & Rizzo,

1979; dalam Mangunsong 2009)

Page 32: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

14

2.1.4. Dampak Ketunarunguan

Seberapa jauh dampak ketunarunguan terhadap pendidikan anak

sangat dipengaruhi oleh hakekat kerusakan secara kualitatif, derajat

ketunaan dan saat terjadinya. Dan yang paling parah adalah apabila

kerusakan pendengaran terjadi pada rentang frekuensi manusia, bukan

hanya pada suara musik ataupun suara yang rendah. Dampak tunarungu

antara lain adalah:

1. Perkembangan bahasa

Interdependensi antara pendengaran dengan perkembangan bahasa

sangat besar dan merupakan masalah yang besar bagi anak tunarungu.

Kepandaian berbicara berhubungan dengan tingkat kerusakan

pendengaran dan usia awal munculnya kerusakan pendengaran tersebut

(Hallahan & Kauffaman, 2006 dalam Mangunsong 2009). Marschark

mengatakan bahwasannya anak yang mengalami prelingual deafness

yang parah akan sulit mengembangkan kepandaian berbicara meskipun

sudah melalui terapi intensif (Hallahan & Kauffman, 2006 dalam

Mangunsong, 2009)

2. Perkembangan intelektual dan prestasi akademik

Perkembangan konsep dan kemampuan berpikir abstrak pada anak

tunarungu pada soal-soal yang tidak mengandalkan bahasa ternyata

memiliki kesamaan dengan anak normal (Furth, 1971; Venon, 1967;

dalam Suran & Rizzo, 1979 dalam Mangunsong 2009).

Pendapat Avery (1967), Birch (1975), dan Kirk (1972) (dalam

Cartwright 1984, dalam Mangunsong, 2009) mengatakan bahwa

penguasaan bahasa dan pembentukan konsep dasar anak tunarungu

sangat dipengaruhi oleh bentuk kerusakan pendengaran, usia

dimulainya, derajat kehilangan pendengaran, fungsi kognitif,

ada/tidaknya kondisi kecacatan lain dan jumlah stimulasi yang tersedia

bagi anak yang bersangkutan.

3. Perkembangan sosial dan emosional

Page 33: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

15

Perkembangan sosial dan kepribadian manusia sangat dipengaruhi oleh

kemampuannya untuk berkomunikasi, demikian pula pada anak

tunarungu. Misalnya, pada remaja tunarungu, perkembangan sosialnya

dipengaruhi berbagai hal yang saling berhubungan, dan salah satunya

adalah pemilihan bahasa yang digunakan dalam hubungannya dengan

orang lain. (Gregory dalam Marschark & Clark, 1998 dalam

Mangunsong 2009)

2.2. Teori Adaptasi

2.2.1. Adaptasi dalam Keperawatan

Adaptasi atau penyesuaian diri adalah suatu cara mengubah diri

sesuai dengan keadaan lingkungan, dan juga mengubah lingkungan sesuai

dengan keadaan/keinginan diri (Gerungan, 2006). Sedangkan menurut

Sarafino (2006) adaptasi adalah proses penyesuaian diri terhadap beban

lingkungan agar organisme dapat bertahan hidup. Jadi, dapat disimpulkan

pada hakikatnya inti dari adaptasi adalah penyesuaian. Aminuddin (2000)

mengatakan penyesuaian itu dilakukan demi mencapai beberapa tujuan,

yaitu:

a. Mengatasi halangan-halangan dari lingkungan,

b. Menyalurkan ketegangan sosial,

c. Mempertahankan kelanggengan kelompok atau unit sosial, dan

d. Bertahan hidup.

Sedangkan menurut Semium (2006), tujuan dari adaptasi atau

penyesuaian diri antara lain:

a. Menghadapi tuntutan kesadaran secara sadar,

b. Menghadapi tuntutan kesadaran secara realistik,

c. Menghadapi tuntutan kesadaran secara objektif, dan

d. Menghadapi tuntutan kesadaran secara rasional.

Page 34: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

16

Menurut Roy dalam Potter & Perry (2005) sistem adaptasi memiliki

empat model adaptasi yang akan berdampak terhadap respon adaptasi,

antara lain:

a. Fungsi fisiologis; Sistem adaptasi fisiologis diataranya adalah

oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat, integritas kulit,

indera, cairan dan elektrolit, fungsi neurologis dan endokrin.

b. Konsep diri; Bagaimana seseorang mengenal pola-pola interaksi sosial

dalam berhubungan dengan orang lain.

c. Fungsi peran; Proses penyesuaian yang berhubungan dengan bagaimana

peran seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi sosial dalam

berhubungan dengan orang lain.

d. Interdependen; Kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang

kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan secara

interpersonal pada tingkat individu maupun kelompok.

Roy mendefinisikan bahwasannya tujuan dari asuhan keperawatan

adalah dilihat dari peningkatan dan respon adaptasi sesuai dengan empat

model adaptasi tersebut. Seseorang dikatakan mampu beradaptasi dengan

baik apabila ia mampu berespon secara positif terhadap rangsangan yang ia

terima, baik itu rangsangan dari dalam (interna) maupun dari luar (eksterna)

(Nursalam, 2008). Perubahan atau rangsangan internal, eksternal, dan juga

stimulus yang dialami bergantung dari kondisi koping individu. Peran

perawat adalah meningkatkan perilaku adaptif klien dengan manipulasi

stimulasi fokal, konstektual, dan residual. Tingkat adaptasi fokal ditentukan

oleh stimulus fokal konstektual dan juga residual. Stimulus fokal adalah

suatu repons yang diberikan secara langsung terhadap input yang masuk.

Penggunaan fokal pada umumnya bergantung pada tingkat perubahan yang

berdampak terhadap kehidupan seseorang. Stimulus konstektual adalah

semua stimulus lain yang merangsang seseorang baik internal maupun

eksternal, serta mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur, dan

Page 35: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

17

secara subjektif disampaikan oleh individu. Sedangkan stimulus residual

adalah karakteristik atau riwaat seseorang dan timbul secara relevan sesuai

dengan situasi yang dihadapi tetapi sulit diukur secara objektif.

Terdapat pula dua respon adaptasi yang dinyatakan Roy yaitu:

a. Respon yang adaptif dimana terminologinya adalah manusia dapat

mencapai tujuan atau keseimbangan sistem tubuh manusia.

b. Respon yang tidak adaptif dimana manusia tidak dapat mengontrol dari

terminologi keseimbangan sistem tubuh manusia, atau tid ak dapat

mencapai tujuan yang akan diraih. (Potter & Perry, 2005)

2.2.2. Adaptasi dalam Psikologi

Adaptasi atau penyesuaian diri menurut Schneiders (1964)

merupakan suatu kemampuan untuk mengatasi tekanan kebutuhan, frustrasi

dan kemampuan untuk mengembangkan mekanisme psikologi yang tepat.

Sedangkan Harlock dalam Gunarsa (2004) mendefinisikan adaptasi sebagai

subjek yang mampu menyesuaikan diri kepada umum atau kelompoknya,

dan apanila orang mampu tersebut memperlihatkan sikap dan perilaku yang

menyenangkan, berarti orang tersebut diterima oleh kelompok dan

lingkungannya. Gerungan (1991) juga mendefinisikan adaptasi sebagai

suatu penyesuaian pribadi terhadap lingkungan. Penyesuaian berarti

mengubah diri pribadi sesuai dengan keadaan lingkungan, juga dapat berarti

mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan keinginan pribadi.

Schneiders (1964) mengungkapkan bahwa penyesuaian diri yang

baik meliputi beberapa aspek sebagai berikut :

a. Tidak terdapat emosionalitas yang berlebih

Hal ini ditekankan dengan adanya kontrol dan ketenangan emosi

individu yang memungkinkannya untuk menghadapi permasalahan

secara inteligen dan dapat menentukan berbagai kemungkinan

Page 36: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

18

pemecahan masalah ketika muncul hambatan. Bukan berarti tidak ada

emosi sama sekali, tetapi lebih kepada kontrol emosi ketika menghadapi

situasi tertentu.

b. Tidak terdapat mekanisme psikologis

Individu dikategorikan normal jika bersedia mengakui kegagalan yang

dialami dan berusaha kembali untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

Individu dikatakan mengalami gangguan penyesuaian jika individu

mengalami kegagalan dan menyatakan bahwa tujuan tersebut tidak

berharga untuk dicapai.

c. Tidak terdapat perasaan frustrasi personal

Penyesuaian dikatakan normal ketika seseorang bebas dari frustasi

personal. Perasaan frustasi membuat seseorang sulit untuk bereaksi

secara normal terhadap situasi atau masalah. Individu yang mengalami

frustrasi ditandai dengan perasaan tidak berdaya dan tanpa harapan. Jika

individu mengalami frustasi, maka akan sulit bagi individu untuk

mengorganisir kemampuan berpikir, perasaan, motivasi dan tingkah

laku dalam menghadapi situasi yang menuntut penyelesaian.

d. Kemampuan untuk belajar

Aspek ini menjelaskan bahwasannya proses dari penyesuaian yang

normal bisa diidentifikasikan dengan pertumbuhan dan perkembangan

dalam pemecahan situasi yang penuh dengan konflik, frustasi atau stres.

Penyesuaian normal yang ditunjukkan individu merupakan proses

belajar berkesinambungan dari perkembangan individu sebagai hasil

dari kemampuannya mengatasi situasi konflik dan stres.

e. Pemanfaatan pengalaman masa lalu

Dalam proses pertumbuhan dan perubahan, penggunaan pengalaman di

masa lalu itu penting. Ini merupakan salah satu cara dimana organism

belajar. Individu dapat menggunakan pengalamannya maupun

pengalaman orang lain melalui proses belajar Individu dapat melakukan

Page 37: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

19

analisis mengenai faktor-faktor apa saja yang membantu dan

mengganggu penyesuaiannya.

f. Sikap realistik dan objektif

Aspek yang keenam ini mengindikasikan bahwasannya penyesuaian

yang normal secara konsisten berhubungan dengan sikap realistik dan

objektif. Sikap yang realistik dan objektif adalah berdasarkan

pembelajaran, pengalaman masa lalu, pemikiran rasional mampu

menilai situasi, masalah atau keterbatasan personal seperti apa adanya.

Sikap yang realistik dan objektif bersumber pada pemikiran yang

rasional, kemampuan menilai situasi, masalah dan keterbatasan individu

sesuai dengan kenyataan sebenarnya.

g. Pertimbangan rasional dan pengarahkan diri

Individu memiliki kemampuan berpikir dan melakukan pertimbangan

terhadap masalah atau konflik serta kemampuan mengorganisasi

pikiran, tingkah laku dan perasaan untuk memecahkan masalah, dalam

kondisi sulit sekalipun menunjukkan penyesuaian yang normal.

Individu tidak mampu melakukan penyesuaian diri yang baik apabila

individu dikuasai oleh emosi yang berlebihan ketika berhadapan dengan

situasi yang menimbulkan konflik.

2.3. Konsep Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

2.3.1. Metode Pembelajaran pada Anak secara Umum

Menurut Usman (2004), metode pembelajaran merupakan salah

satu strategi pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru untuk

menghadapi masalah belajar mengajar sehingga tujuan pengajaran dapat

tercapai dengan baik. Dengan pemanfaatan metode yang efektif dan

efisien, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran. Usman (2004)

juga membagi metode pembelajaran menjadi beberapa macam antara

lain:

a. Metode proyek

Page 38: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

20

Merupakan cara penyajian pelajaran yang berttik tolak pada suatu

masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi pemecahannya secara

keseluruhan dan bermakna.

b. Metode eksperimen

Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran

dimana peserta didik melakukan percobaan dengan mengalami dan

membuktikan sendiri sesuatu yang dapat dipelajari. Peserta didik

dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran atau mencoba

mencari suatu hukum atau dalil dan menarik kesimpulan atau proses

yang dialaminya itu.

c. Metode tugas atau resitasi

Adalah metode penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan

tugas tertentu agar peserta didik melakukan kegiatan belajar. Metode

ini diberikan apabila materi pelajaran yang banyak tidak sebanding

dengan waktu yang sedikit.

d. Metode diskusi

Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana peserta

didik dihadapkan pada suatu masalah yang bersifat problematis untuk

dibahas dan dipecahkan secara bersama. Dalam diskusi terjadi

interaksi, tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah

dan peserta didik menjadi aktif.

e. Metode demonstrasi

Adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan atau

mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi, atau benda

tertentu yang sedang dipelajari, baik itu sebenarnya ataupun tiruan

dengan lisan.

f. Metode tanya jawab

Tanya jawab memungkinkan terjadinya komunikasi yang bersifat

dua arah sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan

peserta didik.

g. Metode latihan

Page 39: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

21

Merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan

kebiasaan-kebiasaan tertentu. Metode ini dapat juga digunakan untuk

memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan

keterampilan.

h. Metode ceramah

Adalah metode yang telah lama dipergunakan sebagai alat

komunikasi lisan antara guru dengan peserta didik dalam proses belajar

mengajar. Metode tersebut harus dapat meningkatkan pemahaman

peserta didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru.

2.3.2. Pendidikan Agama Islam

2.3.2.1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Menurut A. Tafsir (2012) pendidikan dalam arti luas adalah

pengembangan pribadi dalam semua aspeknya, yaitu aspek jasmani,

akal, dan hati (ruhani). Kemudian secara umum, pendidikan juga dapat

diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai

dengan nilai-nilai di masyarakat dan kebudayaan (Zuharini, dkk. 1992).

Sedangkan menurut S. Muhibin (2002) pendidikan merupakan suatu

proses pemeliharaan dan pemberi latihan, yang mana dalam proses ini

diperlukan adanya ajaran tuntunan dan pimpinan mengenai akhlak dan

kecerdasan pikiran peserta didik.

Pendidikan agama menurut S. Muhibin (2002) ialah salah satu

sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang

dibutuhkan manusia sebagai hamba Allah SWT, yang mana

menggunakan Al Qur’an dan As Sunnah sebagai pedoman, Islam

mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, baik itu kehidupan di dunia

maupun di akhirat. Menurut Daradjat, D (1996) pendidikan agama

merupakan suatu proses pendidikan melalui ajaran-ajaran Islam, yaitu

berupa bimbingan dan asuhan terhadap peserta didik agar nantinya

setelah selesai dari pendidikan agar dapat memahami, menghayati, dan

mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang telah menyeluruh, serta

Page 40: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

22

menjadikan ajaran Islam sebagai suatu pandangan hidupnya demi

keselamatan dan kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat.

Daradjat, D (1993) juga mengatakan dalam bukunya Ilmu Jiwa

Agama, bahwasannya pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh

pendidikan, pengalaman, dan latihan-latihan yang dilaluinya pada masa

kecil dulu. Seorang yang pada waktu kecilnya tidak pernah

mendapatkan didikan agama maka pada dewasanya nanti, ia tidak akan

merasakan pentingnya agama dalam hidupnya.

2.3.2.2. Faktor-Faktor dalam Pendidikan Agama Islam

Ada beberapa faktor yang dapat mendukung berhasil atau

tidaknya pendidikan agama Islam menurut Ningtyastuti (2011), antara

lain:

1. Pendidik

Pendidik dalam pendidikan agama Islam adalah setiap orang

dewasa yang karena kewajiban agamanya bertanggung jawab atas

pendidikan dirinya dan orang lain. Hal itu berarti bahwa pendidik

merupakan sifat yang lekat pada setiap orang karena pada hakikatnya

setiap orang bertanggung jawab atas pendidikan itu sendiri.

2. Peserta didik

Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan; dalam

arti ada yang dibimbing, diajari, atau dilatih dala peningkatan

keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan terhadap ajaran

agama Islam.

3. Dasar yuridis dan hukum

Dasar pendidikan agama Islam diatur oleh perundang-undangan

yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam

melaksanakan pendidikan agama Islam pada anak. Dasar yuridis formal

tersebut antara lain:

Page 41: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

23

a. Dasar Ideal, yaitu dasar falsafah negara Pancasila, sila pertama:

Ketuhanan Yang Maha Esa; hal itu berarti Pancasila mengatur

bahwasannya setiap warga negara Indonesia harus memiliki

Tuhan. Dan seseorang yang memiliki Tuhan tentu perlu untuk

mengetahui tentang agama dan Tuhannya.

b. Dasar Operasional, yaitu terdapat dalam TAP MPR NO.

IV/MPR 1973 yang kemudian dikokohkan dalam TAP MPR

NO. IV/MPR 1978. Ketetapan MPR No. II/MPR/1983

diperkuat oleh TAP MPR No. II/MPR/1988 dan TAP MPR No.

II/MPR/1983 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara yang

pada pokoknya menyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan

Agama Islam secara langsung dimaksudkan dalam kurikulum

sekolah-sekolah formal, mulai dari Sekolah Dasar hingga

Perguruan Tinggi.

c. Segi Religius. Yang dimaksud dengan segi religius adalah dasar

yang bersumber dari ajaran Islam itu sendiri. Menurut ajaran

Islam, pendidikan agama adalah perintah Allah dan merupakan

perwujudan ibadah kepada-Nya.

2.3.3. Pendidikan Agama Islam (PAI) bagi Anak Tuli

2.3.3.1. Tujuan Pembelajaran PAI

Tujuan pembelajaran PAI bagi anak tunarungu antara lain adalah

untuk:

a. Menumbuhkembangkan aqidah melalui pemberian, pemupukan,

dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan,

pembiasaan, serta pengalaman anak tentang agama Islam sehingga

kelak akan menjadi manusia muslim yang terus berkembang

keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.

b. Mewujudkan manusia Indonesia berakhlak mulia, yaitu manusia

yang produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi

Page 42: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

24

(tasammuh) serta menjaga harmoni serta personal dan sosial.

(DEPDIKNAS, 2006)

2.3.3.2. Ruang Lingkup dan Bahan Pembelajaran PAI

Ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi keserasian,

keselarasan, dan keseimbangan antara:

a. Hubungan manusia dengan Allah SWT

b. Hubungan manusia dengan sesama manusia.

c. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri

d. Hubungan manusia dengan akhluk dan lingkungannya.

(DEPDIKBUD, 2007)

Adapun ruang lingkup bahan pelajaran pendidikan agama Islam

meliputi lima unsur pokok, yaitu Al Qur’an, Aqidah, Syari’ah, Akhlak,

dan Tarikh (sejarah). Namun, pada anak berkebutuhan khusus seperti

tunarungu, diberikan penekanan lebih terhadap tiga hal yaitu:

a. Kepercayaan (i’tiqadiyah), yang berhubungan dengan rukun iman.

b. Perbuatan (‘amaliyah), yang terbagi dalam dua bagian: (1) masalah

ibadah, berkaitan dengan rukun Islam, seperti syahadat, shalat,

zakat, puasa, haji, dan ibadah-ibadah lain yang mengatur hubungan

manusia dengan Allah SWT; (2) masalah Mu’amalah, berkaitan

dengan interaksi manusia dengan sesamanya.

c. Etika (khulukiyah), berkaitan dengan kesusilaan, budi pekerti, serta

adab atau sopan santun yang menjadi perhiasan bagi seseorang.

(DEPDIKBUD, 2007)

2.3.3.3. Fungsi Pembelajaran PAI

Pendidikan Agama Islam bagi anak-anak berkebutuhan khusus

seperti tuli memiliki fungsi antara lain:

Page 43: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

25

a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan

anak kepada Allah SWT sesuai dengan tingkat

perkembangannya.

b. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak yang memiliki bakat

khusus di bidang agama agar bakat tersebut dapat berkembang

secara optimal sehingga nantinya dapat bermanfaat tidak hanya

bagi dirinya tetapi juga orang lain.

c. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,

kekurangan, serta kelemahan siswa dalam keyakinan,

pemahaman, dan pengalaman ajaran Islam dalam kehidupan

sehari-hari.

d. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari

lingkungannya atau dari budaya asing yang dapat membahayakan

dan menghambat perkembangan dirinya menuju manusia

Indonesia seutuhnya.

e. Penyesuaian, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial

dan sehingga nantinya mengubah lingkungannnya sesuai dengan

ajaran Islam.

f. Sumber nilai, yaitu untuk memberikan pedoman hidup untuk

mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. (DEPAG,

2003)

2.3.3.4. Metode Pembelajaran PAI bagi Anak Tuli

Untuk menghadapi anak yang memang meiliki kekurangan,

metode pembelajaran yang paling tepat digunakan adalah TCL (Teacher

Centered Learning), karena apabila anak-anak yang memiliki

kekurangan dibiarkan dan memintanya untuk belajar secara mandiri

maka yang terjadi adalah anak tersebut akan hanya bermain-main

dengan temannya. Dengan pembelajaran yang berpusat pada guru, maka

Page 44: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

26

siswa yang memiliki kekurangan tersebut dapat dibimbing oleh guru

dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Selanjutnya, para guru

hanya fokus pada perilaku siswa. (Smart, 2012)

Selain itu, oleh karena kekurangan dan keterbatasan anak

tunarungu terletak pada pendengaran dan percakapannya, metode

pembelajaran PAI menurut DEPAG (2003) yang sesuai dengan anak

tunarungu antara lain adalah:

a. Dalam pengembangan materi PAI bagi anak tunarungu tidak

dalam bentuk ceramah sebagaimana anak “awas” (umum)

lainnya, tetapi dengan cara percakapan. Jadi guru harus lebih aktif

dalam percakapan. Apalagi yang menyangkut ibadah, dengan

mengucapkan lafal atau bacaan.

b. Materi hendaklah lebih menarik bagi anak. Dalam hal ini

kreativitas dan inovasi guru sangat diperlukan. Penyampaian

materi hendaklah dari hal yang abstrak ke yang kongkrit, dari

yang mudah ke yang sulit.

c. Materi PAI hendaklah disesuaikan dengan kemampuan anak,

serta dilakukan pengelompokkan sesuai dengan kemampuannya.

Anak yang pandai harus disendirikan dari anak yang

berkemampuan sedang atau kurang.

Berdasarkan teori diatas, dapat disimpulkan bahswasannya

metode pembelajaran PAI bagi anak tunarungu masih belum aplikatif,

dikarenakan pengajaran diatas tidak menggunakan bahasa isyarat

sebagaimana bahasa utama bagi penyandang tuli. (Yuniati, 2011

Page 45: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

27

2.4. Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Kerangka teori tentang metode pengajaran agama

Islam oleh guru tuli kepada anak-anak tuli.

Dampak tunarungu:

a. Perkembangan bahasa

b. Perkembangan

intelektual dan prestasi

akademik

c. Perkembangan sosial

dan emosional

Pembelajaran Pendidikan PAI.

Metode pembelajaran PAI bagi

anak tunarungu:

a. TCL (teacher centered

learning)

b. Tidak dalam bentuk

ceramah. Tapi lebih

banyak percakapan

c. Materi dibuat lebih

menarik

d. Materi disesuaikan

dengan kemampuan

anak (kelompokkan anak

sesuai kemampuan)

Siswa tuli

Guru tuli Penyandang Tuli: adalah

suatu keadaan dari

seorang individu yang

mengalami kerusakan

pada indera pendengaran

sehingga menyebabkan

tidak bisa menangkap

berbagai rangsang suara,

atau rangsang lain

melalui pendengaran

Pengalaman adaptasi

mengajar

4 model adaptasi:

a. Fungsi fisiologis

b. Konsep diri

c. Fungsi peran

d. Interdependen

Respon adaptasi:

a. Respon adaptif

b. Respon

maladaptif

Teori adaptasi

keperawatan Calista Roy

Page 46: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

28

(Suharmini, 2009); Mangusnsong (2009); Smart

(2012); DEPAG (2003)

Page 47: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

28

BAB III

DEFINISI ISTILAH

3.1. Definisi Istilah

Untuk memperjelas istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan definisi istilah, yaitu:

1. Tuli atau tunarungu adalah suatu keadaan dari seorang individu yang

mengalami kerusakan pada indera pendengaran sehingga menyebabkan

tidak bisa menangkap berbagai rangsang suara, atau rangsang lain

melalui pendengaran.

2. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-

unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang

saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

3. Pendidikan agama merupakan salah satu sistem kependidikan yang

mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan manusia sebagai

hamba Allah.

4. Pengalaman yang diteliti dalam penelitian ini yaitu pengalaman para

guru tuli mengenai kegiatan pembelajaran pendidikan Agama Islam

kepada para anak-anak tuli usia sekolah di Islamic Special School.

Page 48: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

29

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan

fenomenologi deskriptif. Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk & Miller

dalam Moleong (2013) pada mulanya bersumber pada pengamatan kualitatif

yang dipertantangkan dengan pengamatan kuantitatif. Menurut Strauss &

Corbin (dalam Cresswell, 1998), yang dimaksud dengan penelitian kualitatif

adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak

dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik

atau cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran). Sedangkan Bogdan &

Taylor dalam Moleong (2013) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut

secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan

individu atau organisasi kedalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu

memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan. Sehubungan dengan

itu, Kirk & Miller (1986) juga mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai

tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamnetal

bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun

dalam peristilahannya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi deskriptif yaitu

penelitian yang secara langsung untuk mendeskripsikan persepsi

pengalaman hidup mereka secara luas dan mendalam (Holloway, 2008).

Makna fenomenologi itu sendiri adalah pendekatan filosofis untuk

mempelajari fenomena (penampilan) dan pengalaman manusia (Holloway,

2008). Pendekatan fenomenologi berusaha mencari "esensi" makna dari

suatu fenomena yang dialami oleh beberapa individu. Untuk menerapkan

Page 49: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

30

riset fenomenologis, peneliti bisa memilih antara fenomenologi

hermeneutik yaitu yang berfokus pada "penafsiran" teks-teks kehidupan dan

pengalaman hidup atau fenomenologi transendental dimana peneliti

berusaha meneliti suatu fenomena dengan mengesampingkan prasangka

tentang fenomena tersebut. Prosedurnya yang terkenal adalah Epoche

(pengurungan), yakni suatu proses dimana peneliti harus mengesampingkan

seluruh pengalaman sebelumnya untuk memahami semaksimal mungkin

pengalaman dari para partisipan. Analisisnya berpijak pada horizonalisasi,

dimana peneliti berusaha meneliti data dengan menyoroti pernyataan

penting dari partisipan untuk menyediakan pemahaman dasar tentang

fenomena tersebut (Cresswell, 2014). Sedangkan hal yang akan dikaji

adalah deskripsi mengenai pengalaman orang lain dan apa maknanya bagi

mereka (Saryono & Anggraeni, 2010).

Spiegelberg (1975) dalam Streubert & Carpenter (2011)

mengidentifikasi tiga langkah proses untuk fenomenologi deskriptif, yaitu

tahap intuisi, analisis, dan deskripsi. Langkah pertama yaitu intusi, peneliti

sepenuhnya terlibat dalam investigasi fenomena. Proses dimana peneliti

mulai mengetahui tentang fenomena seperti yang dijelaskan oleh para

partisipan. Pada tahap intuisi ini peneliti sebagai instrumen dalam proses

wawancara. Peneliti menjadi alat untuk pengumpulan data dan

mendengarkan keterangan partisipan melalui proses wawancara. Langkah

kedua yaitu analisis, dimana peneliti mendengarkan deskripsi individu

tentang pengalamannya dari hasil transkripsi kemudian mengidentifikasi

esensi dari fenomena yang diteliti berdasarkan data yang diperoleh dan

bagaimana data disajikan. Peneliti akan membedakan fenomena tersebut

berkaitan dengan elemen-elemen atau unsur, kemudian mengeksplorasi

hubungan dan koneksi dengan fenomena yang berdekatan yang dialami

partisipan. Langkah ketiga yaitu deskripsi, dimana pada tahap ini peneliti

akan mengkomunikasikan dan memberi penjelasan secara tertulis dan lisan,

juga elemen-elemen penting dari fenomena tersebut. Peneliti akan

menguraikan penjelasan dengan mengklasifikasikan atau

Page 50: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

31

mengkelompokkan pada tiap fenomena tersebut. Peneliti akan menghindari

upaya untuk menggambarkan fenomena sebelum waktunya.

Penelitian ini didasarkan pada fokus masalah yang diteliti, memilih

partisipan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai

kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas

temuannya (Sugiyono, 2013). Melalui penelitian dan pendekatan ini

diharapkan peneliti dapat menggali informasi dan memperoleh penjelasan

terkait pengalaman adaptasi para guru tuli dalam mengajarkan pendidikan

Islam kepada siswa tuli di salah satu Islamic Special School di Tambun,

Bekasi.

4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di salah satu Islamic Special School yang

terletak di Kecamatan Tambun Kabupaten Bekasi pada bulan Februari

hingga April tahun 2017. Dan dari hasil studi pendahuluan yang peneliti

lakukan di sekolah tersebut pada hari Senin, 12 Desember 2016, didapatkan

data dari 9 orang pengajar di sekolah tersebut, diketahui bahwasannya 7

orang pengajar mengalami tuli. Dan sebagai seorang guru, sudah kewajiban

mereka untuk mengajarkan pendidikan khususnya pendidikan Islam, bagi

para murid mereka, yang juga mengalami tuli.

4.3. Partisipan Penelitian

Pemilihan partisipan dalam penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling dan snowball sampling. Teknik purposive sampling

adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan

tertentu (Sugiyono, 2010). Sedangkan teknik snowball sampling adalah

teknik pengambilan sampel sember data, yang pada awalnya jumlahnya

sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah

sumber data yang sedikit itu tersebut belum mampu memberikan data yang

memuaskan, maka peneliti perlu mencari orang lain yang dapat digunakan

Page 51: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

32

sebagai sumber data. Dengan demikian jumlah sumber data akan semakin

besar, seperti bola salju yang menggelinding (Sugiyono, 2010). Ciri-ciri

khusus sampel purposive menurut Lincoln & Guba (1985) dalam Sugiyono

(2010) antara lain yaitu: 1) Emergent sampling design/sementara; peneliti

memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data yang

diperlukan; 2) Serial selection of sample/menggelinding seperti bola salju;

berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari sampel sebelumnya,

peneliti dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan akan

memberikan data yang lebih lengkap; 3) Continuous adjustment or focusing

the sample/disesuaikan dengan kebutuhan; unit sampel yang dipilih semakin

lama semakin terarah sejalan dengan makin terarahnya penelitian; 4)

Selection to the point of redunancy/dipilih sampai jenuh; penentuan unit

sampel ditentukan apabila dianggap apabila sampel ditambah lagi tidak

memberikan informasi yang baru. Dan kriteria inklusi partisipan dalam

penelitian ini yaitu:

a. Para guru tuli muslim yang telah mengajar anak-anak tuli muslim

tminimal selama 3 bulan

b. Berdomisili di wilayah kerja Islamic Special School, Tambun, Bekasi

c. Bersedia dan kooperatif menjadi partisipan penelitian.

4.4. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai

pengamat langsung, selain itu peneliti juga dibantu dengan pedoman

wawancara mendalam (in depth interview) dalam bentuk pertanyaan, alat

bantu perekam (handycam dan handphone), alat pencatat dan catatan

lapangan (fieldnote).

Page 52: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

33

4.5. Teknik Pengumpulan Data

4.5.1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Februari hingga April

2017. Peneliti mengumpulkan data melalui wawancara mendalam

berdasarkan pedoman wawancara, yang mana dalam pelaksanaannya

peneliti dibantu oleh 2 orang interpreter/penerjemah bahasa isyarat.

Pengumpulan data juga dilakukan peneliti menggunakan bantuan alat

perekam (handycam dan handphone), alat pencatat, dan membuat catatan

lapangan (fieldnote) saat wawancara berlangsung. Dalam hal ini peneliti

menggunakan rekaman suara penerjemah yang menerjemahkan jawaban

dari partisipan ke dalam oral. Peneliti juga mencatat beberapa pernyataan

penting ke dalam buku catatatn. Selain itu, peneliti juga melakukan

observasi langsung/observasi partisipan bagaimana kegiatan belajar

mengajar di Islamic Special School tersebut dari bulan November hingga

April.

4.5.2. Proses Pengumpulan Data

1. Tahap Persiapan Pengumpulan Data

Rangkaian proses pengumpulan data pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti mengurus perizinan

terlebih dahulu kepada pemilik sekolah.

b. Setelah perizinan selesai, peneliti mulai masuk kedalam lingkungan

Islamic Special School ini dan melakukan obsevasi untuk melakukan

pengamatan yang bertujuan untuk pemilihan partisipan. Selain itu,

peneliti juga ikut berpartisipasi turun langsung dalam interaksi mengajar

antara para guru dan siswa tuli.

c. Setelah mengamati langsung dan berpartisipasi selama beberapa hari,

peneliti mulai mendata partisipan yang sesuai dengan kriteria, lalu

mengadakan pertemuan dengan partisipan untuk melakukan inform

Page 53: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

34

consent dan menjelaskan tujuan serta manfaat dari penelitian ini. Proses

ini dilakukan hanya secara oral. Hal ini dikarenakan peneliti memang

sudah mengenal baik lingkungan serta seluruh para partisipan disana.

2. Tahap Pelaksanaan Pengumpulan Data

Salah satu metode pengumpulan data yang oleh diambil peneliti untuk

penelitian ini adalah metode wawancara mendalam (in-depth interview).

Menurut Esterberg (2002) dalam Sugiyono (2010) teknik wawancara itu

sendiri adalah teknik pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide

melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu

topik tertentu. Teknik wawancara ini juga dilakukan apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal yang lebih mendalam dari responden. Hal ini

dikarenakan teknik pengumpulan data dengan wawancara ini mendasarkan

diri pada laporan tentang diri sendiri atau self report, atau setidaknya pada

pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. (Sugiyono, 2010)

Peneliti menggunakan teknik wawancara semi terstruktur, dimana

dalam pelaksnaannya teknik ini lebih bebas bila dibandingkan dengan

wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk

menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak

wawancara diminta pendapat dan ide-idenya (Sugiyono, 2010). Dan oleh

karena dalam melakukan wawancara peneliti perlu mendengarkan secara

teliti dan mencatat dengan benar apa yang dikemukakan oleh informan,

dalam pelaksanaannya peneliti akan menggunakan alat perekam untuk

membantu dokumentasi wawancara. Namun, sebelum melakukan

wawancara penting bagi peneliti untuk meminta izin kepada partisipan

mengenai penggunaan alat perekam, serta menjelaskan alasan

penggunaannya.

Selama melakukan wawancara mendalam peneliti juga membuat

catatan lapangan (fieldnote) yang merupakan catatan tertulis tentang apa

yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan

data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif. Catatan yang

Page 54: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

35

dibuat peneliti juga berisi deskripsi terkait tanggal, waktu, dan informasi

dasar tentang suasana saat wawancara seperti tatanan lingkungan. Interaksi

sosial, dan aktivitas yang berlangsung selama wawancara dilakukan.

(Bogdan & Biklen dalam Moleong, 2013).

Dalam melakukan wawancara, peneliti harus berperan aktif

mendengarkan, empati, fleksibel dan tanggap merekam dan mencatat, serta

lebih banyak mendengarkan dan menindaklanjuti jawaban partisipan saat

wawancara dilakukan secara langsung berhadapan muka (face to face).

Selain itu, hal lain yang juga penting diperhatikan seorang peneliti saat

mewawancarai partisipan adalah intonasi suara, kecepatan berbicara,

sensifitas pertanyaan, kontak mata, serta kepekaan nonverbal (Saryono &

Anggraeni, 2010). Hal itu dikarenakan dengan mempersiapkan kemampuan

seperti diatas dapat meningkatkan rasa kepercayaan partisipan kepada

pewawancara sehingga membuat mereka menjadi lebih terbuka dalam

menceritakan segala pengalaman mereka dalam belajar dan mengajarkan

pendidikan agama Islam. Berikut

rangkaian proses pengumpulan data yang peneliti lakukan:

a. Setelah menemukan partisipan yang cocok, peneliti melakukan

wawancara mendalam kepada para partisipan sesuai kesepakatan

waktu dan tempat dibantu oleh penerjemah. Namun, sebelum

wawancara kepada partisipan, peneliti melakukan wawancara

terlebih dahulu kepada salah seorang guru tuli juga disana.

Wawancara ini bertujuan untuk menguji pedoman wawancara yang

akan dilakukan kepada partisipan yang sebenarnya. Setelah

mengolah data hasil uji coba pedoman wawancara dan hasil dari

pertanyaan wawancara tersebut dirasa sudah cukup baik, peneliti

pun memulai wawancara kepada para partisipan yang sebenarnya.

Pada saat wawancara, peneliti menggunakan alat perekam suatra

serta fieldnote untuk mempermudah peneliti dalam mengolah data

nantinya.

Page 55: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

36

b. Pada saat yang bersamaan dengan wawancara, peneliti juga

melakukan observasi langsung proses belajar mengajar disana, serta

mengobservasi bagaimana para guru tuli beradaptasi dan menyikapi

diri dengan para siswa disana.

c. Setelah peneliti mendapatkan hasil, baik itu melalui wawancara,

dokumentasi, mupun observasi langsung, peneliti mentranskip data

yang diperoleh.

4.6. Analisa Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam ketegori,

menjabarkan ke dalam unit-unit melakukan sintesa, menyusun kedalam

pola, memillih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

(Sugiyono, 2010). Adapun tahapan proses analisi data kualitatif terdapat

beberapa model analisis. Salah satunya menggunaka model Colaizzi (1978,

dalam Streubert & Carpenter, 2011). Langkah-langkah analisis data

kualitatif dari Colaizzi 1978 (dalam Streubert & Carpenter, 2011) adalah

sebagai berikut:

a. Mendeskripsikan fenomena yang diteliti. Peneliti mencoba memahami

fenomena gambaran konsep penelitiannya dengan cara memperkaya

informasi melalui studi literatur. skema, atau metaphor yang terkait

dengan data. Dalam penelitian ini, fenomena yang ingin diteliti adalah

berupa pengalaman adaptasi yang dialami para guru tuli pada saat

mengajar pendidikan Islam pada siswa tuli.

b. Mendokumentasikan secara lengkap dan rapi data yang terkumpul,

proses pengumpulan data maupun strategi analisisnya. Peneliti

menggunakan perekam suara serta catatan lapangan untuk membantu

dokumentasi dan proses analisa data.

Page 56: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

37

c. Memanfaatkan langkah-langkah dan proses yang diambil peneliti-

peneliti sebelumnya sebagai masukan bagi peneliti untuk melakukan

pendekatan dan menjamin pengumpulan data yang berkualitas untuk

penelitiannya sendiri. Dalam pengumpulan data, peneliti banyak

menggunakan masukan-masukan dari penelitian-penelitian

sebelumnya. Misalnya saja, dalam berkomunikasi dengan para guru tuli

menyertakan penerjemah.

d. Menyertakan partner atau orang-orang yang dapat berperan sebagai

pengkritik yang memberikan saran-saran atau pembelaan yang akan

memberikan pernyataan-pernyataan kritis terhadap analisis yang

dilakukan peneliti. Dalam penyusunan dan pelaksanaan penelitian ini,

peneliti selalu mendiskusikan hasil dari penelitian dengan dosen yang

ahli dalam bidang ini.

e. Melakukan upaya konstan menemukan kasus-kasus negatif.

Pemahaman tentang pola dan kecenderungan yang telah diidentifikasi

akan meningkat bila kita memberikan pula perhatian pada kasus-kasus

yang tidak sesuai dengan pola umum tersebut.

f. Melakukan pengecekan dan pengecekan kembali (checking in

rechecking) data, dengan usaha menguji kemungkinan dugaan-dugaan

yang berbeda. Peneliti perlu mengembangkan pengujian-pengujian

untuk mengecek analisis, dengan mengaplikasikannya pada data, serta

dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang data. Setelah

proses analisa data pertama selesai, peneliti kembali ke partisipan untuk

melakukan rechecking kembali.

Dalam pengujian keabsahan data, metode penelitian kualitatif

menggunakan istilah yang berbeda dengan kuantitatif. Menutut Sugiyono

(2010), uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji,

credibility (validity internal), transferability (validity eksternal),

defendability (reliabilitas), dan confirmability (obyektivitas).

1. Uji kredibilitas

Page 57: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

38

Terdapat beberapa macam uji kredibilitas antara lain perpanjangan

pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan teman

sejawat, analisis kasus negatif, menggunakan bahan referensi, dan

membercheck.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan cara membercheck

sebagai uji kredibilitas. Setelah memperoleh data, peneliti

mendiskusikan kembali hasil penelitian kepada pemberi data. Hal ini

bertujuan agar informasi yang diperoleh dan digunakan dalam penulisan

laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan.

(Moleong, 2013)

2. Uji transferability

Transferability ini merupakan validitas eksternal dalam penelitian

kuantitatif. Hal ini berarti apakah hasil dari penelitian ini dapat

digunakan oleh situasi sosial lain atau tidak. Oleh karena itu, supaya

orang lain dapat memahami hasil penelitian dengan baik sehingga dapat

memutuskan bisa atau tidaknya hasil dari penelitian ini diaplikasikan di

tempat lain, dalam pembuatan laporannya, penting bagi peneliti untuk

menyusunnya secara rinci, jelas, sistematis, serta dapat dipercaya.

3. Uji depenability

Pengujian ini dilakukan dengan melakukan audit terhadap

keseluruhan proses penelitian. Tata cara itu dilakukan oleh auditor atau

pembimbing yang sudah ahli di bidangnya untuk mengaudit keseluruhan

aktivitas penelitian dalam melakukan penelitian. Oleh karena itu dalam

melakukan penelitian, peneliti penting untuk membuat transkip data,

baik itu data wawancara, observasi, maupun dokumentasi. Karena

apabila seorang peneliti tidak memilki dan tidak dapat menunjukkan

‘jejak aktivitas lapangannya’, maka depenabilitas penelitiannya patut

diragukan. (Sanafiah Faisal, 1990 dalam Sugiyono 2010)

4. Uji konfirmability

Pengujian ini biasa dikenal juga dengan uji obyektivitas. Sesuai

dengan namanya, suatu penelitian dikatakan lolos uji konfirmability

Page 58: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

39

atau penelitian tersebut dikatakan obyektif yaitu apabila hasil dari

penelitian itu disepakati oleh banyak orang. Dalam penelitian kualitatif,

uji konfirmability ini mirip dengan uji depenability, sehingga dalam

pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan.

4.7. Etika Penelitian

Oleh karena subjek dari penelitian ini adalah manusia, dalam

pelaksanaannya seorang peneliti sangat penting untuk mempehatikan etika

dari pelaksanaan penelitian itu sendiri, serta memperhatikan dan memahami

hak dasar asasi manusia. Menurut Milton (1999), ada empat aspek utama

yang perlu dipahami oleh seorang peneliti, antara lain:

1. Respect for human dignity

Prinsip ini menekankan bahwasannya peneliti perlu untuk menghormati

harkat dan martabat manusia. Dalam penelitian ini, sebelum dimulai

penelitian, peneliti menanyakan terlebih dahulu kesediaan partisipan

untuk menjadi subyek penelitian. Kemudian, apabila ia bersedia,

selama penelitian, peneliti menjamin ia mendapatkan hak dan

jaminannya dari perlakuan dan tindakan yang diberikan selama

penelitian.

2. Respect for privacy and confidentiality

Prinsip ini adalah untuk menghormati dan menjaga privasi dan

kerahasiaan subyek penelitian. Selama penelitian, seorang peneliti

penting untuk selalu menjaga privasi dan kerahasiaan subyek

penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti merahasiakan sekolah yang

diteliti demi menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin akan

terjadi setelah penelitian. Selain itu, peneliti juga merahasiakan

identitas para partisipan dengan hanya menggunakan inisial partisipan

dalam pembuatan hasil laporan penelitian.

3. Respect for justice and inclusiveness

Page 59: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

40

Prinsip ini berarti menekankan pada keadilan dan inklusivitas. Selama

penelitian peneliti harus berdikap inklusif kepada para subyek

penelitian, serta harus bersikap adil, baik itu sebelum, selama, maupun

sesudah penelitian. Dalam melakukan proses pengambilan data dan

penelitian, peneliti bersikap adil kepada setiap partisipan, tanpa

membeda-bedakan sedikitpun.

4. Balancing harms and benefits

Prinsip ini memiliki arti bahwasannya dalam melakukan penelitian

kepada subyek penelitian, peneliti harus memperhitungkan manfaat dan

kerugian yang akan ditimbulkan dari penelitian ini bagi mereka.

Peneliti meyakinkan bahwa partisipasan dalam penelitian ataupun

informasi yang telah diberikan tidak akan dipergunakan untuk hal-hal

yang dapat merugikan subyek dalam bentuk apapun.

Page 60: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

41

BAB V

HASIL PENELITIAN

Bab ini menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan kepada enam

partisipan melalui proses ana\lisis data dan hasil wawancara mendalam, ditemukan

tema yang selanjutnya dideskripsikan dalam bentuk tabel dengan penvajian hasil

penelitian sebagai berikut.

5.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Islamic Special School ini merupakan sebuah tempat dimana anak-anak tuli

menemukan makna dirinya melalui proses pembelajaran Illahi, alam, dan home

involved. Sekolah yang memiliki misi membantu anak-anak berkebutuhan khusus

menemukan makna diri dan potensinya sehingga bermanfaat bagi kehidupan serta

menjadi anak yang berhati mulia dan berhati lembut seperti yang diajarkan oleh

Rasul Muhammad SAW ini beralamat di Taman Bumyagara F9 No.14 Mustika

Jaya Kota Bekasi.

Sekolah ini saat ini mempunyai 10 guru, yang terdiri dari 3 guru hearing dan

7 guru tuli. Serta memiliki 27 murid, yang terdiri dari 4 siswa down syndrom

hearing, dan sisanya tuli

5.2. Hasil Penelitian

5.2.1. Karakteristik Partisipan

Partisipan penelitian merupakan para guru tuli yang telah mengajarkan

anak-anak tuli di Islamic Special School ini selama minimal 3 bulan.

Karakteristik dari partisipan antara lain adalah nama, usia, agama, pendidikan

terakhir, dan lama mengajar. Peneliti melakukan wawancara mendalam pada

enam orang partisipan setelah menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.

Karakteristik partisipan yang peneliti dapatkan sebagai berikut:

Page 61: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

42

No Nama Usia Agama Pendidikan

terakhir

Lama mengajar

1 Tn. B 22 tahun Islam SMA – SLB 1 tahun 8 bulan

2 Tn. F 27 tahun Islam SMA - SLB 2 tahun

3 Tn. A 25 tahun Islam SMA - SLB 11 bulan

4 Ny. I 34 tahun Islam SMP - SLB 3 tahun 6 bulan

5 Tn. J 27 tahun Islam SMA - SLB 4 tahun

6 Tn. M 42 tahun Islam SMP - SLB 3 tahun 6 bulan

Tabel 5.1 Karakteristik Partisipan

5.2.2. Analisis Tematik

Dari hasil analisa tematik partisipan, peneliti mendapatkan empat tema,

antara lain: (1) alasan guru tuli mengajar siswa tuli; (2) perasaan guru tuli

pertama kali mengajar siswa tuli; (3) hambatan guru tuli dalam mengajar siswa

tuli; (4) strategi guru tuli dalam mengatasi hambatan mengajar; (5) pengajaran

Pendidikan Agama Islam bagi siswa tuli, serta (6) harapan guru tuli dalam

mengajar siswa tuli. Tema-tema yang telah didapatkan ini terdiri atas beberapa

kategori. Berikut penjelasan secara detail mengenai tema-tema tersebut.

Tema 1. Alasan guru tuli mengajar siswa tuli

Alasan dan motivasi para guru mengajar dalam mengajarkan siswa tuli

bermacam-macam, diantaranya: (1) permintaan mengajar oleh pemilik sekolah;

(2) rasa kagum kepada pemilik sekolah; (3) keinginan membantu anak-anak tuli

belajar; (4) keinginan untuk belajar dan mengajar melalui bahasa isyarat.

Berikut uraiannya.

a. Permintaan mengajar oleh pemilik sekolah

Alasan pertama guru tuli mengajar siswa tuli di sekolah tersebut adalah

karena permintaan langsung dari pemiliki sekolah yakni Ny. G agar mereka

mau mengajar disana. Hal ini dinyatakan oleh dua dari enam partisipan.

Berikut pernyataannya:

Page 62: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

43

“...awalnya Ny. G datang ke sini..rumah..minta bantuan Bagus

ngajar. Tapi awalnya dia ga tau ngajarnya gimana caranya. Sulit

pertama kali ngajar. Tapi pelan-pelan, proses. Pertama-tama awalnya

ga nyambung. Bingung. Oh sebabnya Ny. G minta dia...” (P1)

“...pertama, liat-liat sekolah untuk anak-anak. Melakukan

kunjungan. Pertama, aku, Joan. Oh dulu diajak Joan untuk lihat anak-

anak di sekolah. Kedua, ketemu Ny. G. Inget oh dulu ada liat Ny. G di

youtube. Isyaratnya bagus. Oh luar biasa banget Ny. G tuh. Linguistik,

isyarat, ahli. Ilmunya banyak sudah, paham banyak. Aku merasa hormat

banget sama Ny. G. Terus, oh dulu dia ngebantuin service komputer di

sekolah ini. Terus katanya oh dia ada kemampuan untuk service, IT

bisa. Terus dia izin sama Ny. G mau pulang. Terus Ny. G nawarin

ngajar kerja disini. 2 bulan dia pulang dulu. Kesini lagi, langsung

ngajar..” (P2)

Satu dari enam orang partisipan mengungkapkan bahwasannya pada

awalnya tujuan ia datang ke Islamic Special School tersebut adalah untuk

belajar bahasa isyarat. Akan tetapi, setelah beberapa waktu ia belajar, ia

ditawarkan langsung oleh pemilik sekolah untuk mengajar disana. Berikut

ungkapan yang disampaikan partisipan tersebut:

“...karena disini ada akses isyarat. Banvak informasi. Sehingga

dia bisa berkembang lebih dari dulu-dulu. Jadi dia jadi jelas, iya dulu

pertama-tama pengen belajar isyarat aja. Soalnya dulu kan dia oral.

Tapi Ny. G terus minta dia buat ngajar, jadinya sambil ngajar juga...”

(P3)

Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwasannya alasan guru tuli

mengajar siswa tuli disana salah satunya adalah karena permintaan langsung

dari pemilik sekolah agar mereka mengajar di sekolah tersebut.

b. Rasa kagum kepada pemilik sekolah

Alasan dan motivasi salah seorang partisipan adalah karena rasa

kagumnya dengan bahasa isyarat Ny. G, sehingga ia merasa nyaman dan

tertarik mengajar disana. Ia menyatakan pada awalnya ia merasa ragu

karena ia belum lancar menggunakan bahasa isyarat. Akan tetapi, oleh

karena ada salah seorang temannya yang juga mengajar di sekolah tersebut,

ia pun memantapkan hati utuk mengajar disana. Berikut ungkapannya:

Page 63: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

44

“...Ny. G itu bahasanya wuuah. Terus dia ngerasa nyaman.

Terus udah lama-lama, saya sms Okky. Mau kerja di sekolah ini.

Awalnya saya agak ragu-ragu, soalnya belum lancar bahasa isyarat.

Tapi karena Okky ajak juga, ada Okky. Saya tanya adik saya, kata dia

terserah, yaudah saya kerja..”. (P4)

c. Keinginan untuk belajar dan mengajar bahasa isyarat

Satu dari enam partisipan mengatakan bahwasannya alasan ia mengajar

disana adalah karena di Islamic Special School ini belajarnya menggunakan

bahasa isyarat, sedangkan dahulu selama di SLB ia tidak mendapatkan akses

bahasa isyarat sama sekali. Sehingga ia pun menjadi tertarik untuk

mempelajari bahasa isyarat dan juga mengajar anak-anak tuli menggunakan

bahasa isyarat. Berikut pernyataannya.

“...sebab dulu akses ga ada. Di SLB umum tuh cuma ada oral-

oral. Kalo disini tuh Galuh membangun sekolah ini tujuannya untuk

mengajar anak-anak tuli dan guru tuh mengajarkan isyarat. Itu pertama

kali tuh. Itu penting untuk anak-anak tuli. Menyerap informasi.

Sebabnya karena di sekolah ini menggunakan bahasa isyarat, jadi

tertarik pengen belajar dan mengajar, semuanya..” (P5)

d. Keinginan membantu anak-anak tuli belajar

Satu dari enam partisipan mengatakan bahwasannya alasan ia mengajar

di sekolah tersebut adalah karena ia tertarik mengajar anak-anak. Hal itu

disebabkan karena dulu selama ia sekolah di SLB, guru-gurunya mengajar

tanpa menggunakan akses isyarat. Sehingga, di sekolah ini ia berpikir

bahwa ini adalah kesempatan untuknya untuk bisa membantu mengajar

anak-anak tuli. Berikut pernyataannya.

“...Tertarik ngajar anak-anak. Sebab dulu sekolah di SLB, guru-

gurunya ngajar, akses isyarat tuh ga ada. Ini kesempatan untukku untuk

bisa ngajar bantu anak-anak...” (P6)

Tema 2. Perasaan guru tuli pertama kali mengajar siswa tuli

Page 64: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

45

Berbagai macam perasaan dirasakan para partispan sewaktu mereka

pertama kali mengajar anak-anak tuli di Islamic Special School ini. Diantaranya

ada yang merasakan perasaan senang, bingung, dan juga merasakan takut.

Berikut uraiannya.

a. Bingung

Tiga dari enam partisipan mengatakan bahwasannya, sewaktu pertama

kali mengajar, yang mereka rasakan adalah kebingungan. Hal itu

dikarenakan pada saat itu mereka belum pernah mengajar anak-anak.

Berikut pernyataan para partisipan

“...Sulit pertama kali ngajar. Pas ngajar, awalnya bingung

harus gimana.. ga paham..” (P1)

“...Bingung. Dia ga paham gimana caranya ngajar. Setiap anak

kan kemampuannya beda-beda kan ya. Pertama bingung. ..” (P3)

“...Bingung. Saya ga tau ngajar gimana. Terus belum bisa

bahasa isyarat.. jadi bingung.. ngomongnya bingung, ngajarnya

bingung..” (P4)

b. Senang

Dua dari enam partisipan menyatakan bahwasannya dengan berbagai

alasan, perasaan mereka sewaktu pertama mengajar, adalah senang. Seorang

partisipan menyatakan bahwasannya ia merasakan senang dikarenakan ia

bertemu dengan banyak teman yang menggunakan bahasa isyarat yang

sama, yaitu Bisindo. Berikut pernyataannya.

“...Seneng. Ketemu banyak temen yang pake isyarat sama.

Sebab tuli sama, besok-besok pake isyarat sama-sama. kuat nantinya..”

(P2)

Partisipan yang lainnya mengatakan bahwasannya pada saat pertama

kali mengajar, ia merasakan senang karena di Islamic Special School ini,

anak-anak dan para guru mampu berkomunikasi dengan baik, yaitu

menggunakan bahasa isyarat. Tidak seperti di SLB, yang hampir tidak

pernah ada komunikasi anatara murid dengan guru. Karena menurutnya,

Page 65: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

46

komunikasi antara pengajar dan pelajar adalah yang terpenting. Berikut

pernyataanya.

“...Perasaannya luar biasa. Anak-anak tuh komunikasinya pake

bahasa isyarat. Dulu soalnya waktu di SLB komunikasi sama guiru-

guru ga ada. Tapi di sekolah ini tuh, siswa sama guru bisa saling

komunikasi. Yang penting tuh komunikasi dengan guru gimana. Senang

katanya..” (P6)

c. Takut salah

Satu orang partisipan merasakan perasaan takut salah pada saat pertama

kali mengajar siswa tuli di Islamic Special School ini. Hal ini dikarenakan,

pada saat dulu ia mengatakan tidak ada yang mengajarkannya bahasa, lebih

tepatnya bahasa Indonesia, sehingga pada saat mengajar siswa ia merasakan

perasaan takut salah. Berikut pernyataannya.

“... merasa sulit. Berat banget. Sebab dulu ga ada yang ngajarin

aku bahasa Indonesia. Takut salah. Sebab kan baru belajar. Anak-anak

sekarang kan ada akses isyarat..” (P5)

Tema 3. Hambatan guru tuli dalam mengajar siswa tuli

Dalam mengajar siswa tuli, para partisipan mengalami beberapa

hambatan, antara lain: sulit berkomunikasi dengan siswa yang cukup besar,

hambatan dalam membuat laporan tertulis, belum mampu menemukan

minat dan bakat siswa tuli, perbedaan isyarat menyebabkan komunikasi

antar guru tidak nyambung, serta bingung karena perubahan proses

mengajar.

a. Sulit berkomunikasi dengan siswa yang cukup besar

Bagi para guru tuli, mayoritas hambatan yang paling banyak dirasakan

adalah terkait dengan komunikasi. Khususnya komunikasi dengan para

siswa yang sudah agak besar. Tiga dari enam partisipan mengatakan hal

tersebut. Hal itu dikarenakan, bagi para partisipan, bahasa isyarat yang

Page 66: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

47

sudah dikuasai anak-anak yang memang sudah belajar bahasa isyarat sejak

dini ini sudah sangat tinggi, sehingga seringkali mereka kesulitan. Berikut

pernyataannya.

“...Kalo yang kecil-kecil masih bisa. Kalo yang sudah besar,

sulit, bahasanya udah tinggi. Ayyas, Pasha, bahasanva udah tinggi..”

(P1)

“...Mengajar yang besar-besar belum bisa karena bahasanya

dalam...” (P2)

Selain komunikasi dengan siswa yang sudah cukup besar tidak

nyambung, salah seorang partisipan juga mengatakan bahwasannya

seringkali ia merasakan hambatan apabila mengajar anak-anak. Hal itu

dikarenakan, pada saat belajar, anak-anak seringkali tidak fokus. Berikut

pernyataannya.

“...Anak-anak suka ga fokus kalau belajar. Komunikasi kadang-

kadang suka ga nyambung sama anak-anak yang sudah besar...” (P4)

b. Hambatan dalam membuat laporan dan materi tertulis

Salah satu keterbatasan penyandang tuli adalah dari segi bahasa, baik itu

lisan maupun tulisan. Dan salah satu hambatan dalam mengajar yang

dirasakan tiga dari enam partisipan guru tuli di Islamic Special School

Bekasi adalah dalam membuat laporan maupun materi pembelajaran

tertulis. Berikut pernyataannya.

“...Nulis laporan susah. Baru belajar bahsa Indonesia. Jadi

susah.” (P4)

“...buat laporannya katanya bingung selalu hambatan.

Kesulitan dia kalau buat laporan raport, sama materi..” (P5)

“...Buat materi tuh sama kurikulum yang bingung. bahasa

indonesianya. Masih suka kebalik-balik...” (P6)

c. Belum mampu menemukan minat dan bakat siswa tuli

Sebagai seorang guru, dalam melakukan pengajaran sangat penting

untuk dapat mengetahui minat serta bakat anak didiknya. Dan bagi salah

seorang partisipan guru tuli di sekolah ini, hal itu merupakan hambatan yang

Page 67: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

48

seringkali ia hadapi dalam mengajarkan para siswa. Ia mengatakan

bahwasannya ia belum mampu mencari kemampuan siswa yang berbeda-

beda. Berikut pernyataannya.

“...Masing-masing anak kemampuannya beda. Jadi dia harus

mencari celahnya. Belum mahir mencari celah..” (P3)

d. Perbedaan isyarat menyebabkan komunikasi tidak nyambung

Selain itu, dalam menyesuaikan diri dengan sesama pengajar, satu dari

enam partisipan mengatakan bahwaannya ia dahulu tidak nyambung

berkomunikasi dengan mereka. Hal itu dikarenakan ia belum mengenal

siapapun disana dan karena bahasa isyarat tiap guru berbeda. Sehingga

akhirnya ia mempelajari bahasa isyarat bisindo terlebih dahulu. Berikut

pernyataannya.

“... Ga kenal dulu semuanya. Dia belajar isyarat bisindo dulu

untuk komunikasi. Setiap guru isyaratnya beda-beda. Jadi ga nyambung

sama guru-gurunya...” (P1)

e. Bingung karena perubahan posisi mengajar

Salah seorang pasrtisipan merasakan kebingungan dengan ketetapan di

Islamic Special School Bekasi sewaktu pertama kali mengajar disana. Hal

itu dikarenakan ia sempat dipindah posisikan dalam mengajar. Pada

awalnya ia diminta untuk mengajar siswa autis dan down syndrom. Akan

tetapi tidak lama kemudian, ia diminta untuk mengajar siswa tuli. Berikut

pernyataannya.

“...Saya ngajar down syndrom sama tuli dituker-tuker. Bingung.

Akhirnya mbak ira lebih sering bantu anak-anak autis dan down

syndrom...” (P4)

Tema 4. Strategi guru tuli dalam mengatasi hambatan mengajar

a. Memperhatikan pengajar lain terlebih dahulu dalam mengajar

Page 68: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

49

Salah seorang partisipan mengatakan bahwasannya sewaktu pertama

kali tiba di Islamic Special School Bekasi, ia beradaptasi dengan

memperhatikan pengajar lain terlebih dahulu, khususnya dalam mengajar.

Berikut pernyataannya.

“...Pertama memperhatikan temen-temennya dulu, baru

kemudian sambil belajar...” (P3)

b. Mengatasi hambatan dengan bantuan interpreter

Dalam mengatasi hambatan yang dirasakan, empat dari enam partisipan

mengatakan bahwasannya mereka menggunakan bantuan penerjemah

(interpreter), baik itu penerjemah bahasa isyarat yang disediakan pihak

sekolah ataupun para guru yang hearing. Berikut pernyataannya.

“...Tanya sama Pak M sama Mbak G. Nanti diajari isyarat yang

dalam anak-anak besar...” (P2)

“...Biasanya minta bantuan Mbak. G. Nanti dibantu buat.

dikoreksi..” (P4)

“...dibantuin Tn.P, dan Mbak G juga bantu. (tertawa)..” (P5)

Selain bertanya kepada penerjemah ataupun pengajar lain yang hearing,

memperbanyak belajar dan membaca juga dapat mengatasi hambatan yang

dirasakan partisipan. Berikut pernyataannya.

“...Solusinya tuh baca banyak. Terus tanya-tanya sama yang

lain, Ny. G...” (P6)

c. Semakin giat mempelajari Bisindo

Dalam berkomunikasi, bahasa isyarat yang digunakan di lingkungan

Islamic Special School ini adalah menggunakan Bisindo. Sehingga, demi

mengatasi hambatan yang ia rasakan, salah seorang dari enam orang

partisipan mengatakan bahwa ia harus semakin giat mempelajari bahasa

isyarat Bisindo. Berikut pernyataanya.

“...Sambil terus belajar bisindo sambil ngajar. Karena anak-

anak bahasanya sudah tinggi..” (P1)

Page 69: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

50

“...Dia ngajar ama anak-anak oral. Tapi kata Ny. G kan ga

boleh oral ya, harus isyarat. Jadi ya sambil ngajar belajar isyarat

dulu...” (P3)

d. Terus berlatih mencari minat dan bakat siswa

Untuk mengatasi hambatan yang ia rasakan, satu orang partisipan

mengatakan bahwasannya ia harus terus berlatih mencari minat dan bakat

para siswa tuli. Berikut pernyataannya.

“...Jadi dia harus terus berlatih mencari celahnya. Perhatikan

siswa terus...” (P3)

e. Menggunakan gesture tubuh

Selain menggunakan bahasa isyarat, salah satu cara berkomunikasi yang

juga digunakan di lingkungan Islamic Special School ini adalah dengan

menggunakan gesture. Oleh karena itu, cara ini diungkapkan oleh salah

seorang partisipan sebagai salah satu cara untuk mengatasi hambatan.

Berikut pernyataannya.

“...Pake gesture tubuh juga, biar nyambung. Biar anak-anak

paham...” (P4).

f. Menggunakan cara sendiri yang mudah dipahami siswa

Salah seorang dari enam orang partisipan mengatakan bahwasannya

cara ia mengatasi hambatan yang ia rasakan adalah dengan tetap mengikuti

kurikulum namun dengan cara penyampainnya sendiri yang mudah

dipahami siswa. Berikut pernyataannya.

“...pake cara sendiri untuk ngajarin anak-anak, kadang-kadang

ikut kurikulum sedikit. Ditambah inisiatif sendiri...” (P6)

Tema 5. Pengajaran pendidikan agama islam bagi siswa tuli

Mendapatkan pendidikan agama Islam merupakan hak setiap siswa,

termasuk didalamnya siswa tuli. Pengajaran Pendidikan Agama Islam bagi

Page 70: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

51

siswa tuli terbagi atas beberapa kategori, diantaranya: merasakan senang;

senang tetapi merasakan kesulitan; perasaan takut salah; di SLB tidak ada

pelajaran agama; ilmu agama tidak berkembang; pengajaran agama

menggunakan isyarat; pengajaran pelajaran lain menggunakan visual dan

gesture; pengajaran pelajaran lain mengikuti kesukaan siswa; pengajaran

pelajaran lain dikorelasikan dengan kehidupan nyata. Berikut uraiannya.

a. Merasakan senang

Perasaan yang dirasakan para guru tuli ketika memberikan pengajaran

Pendidikan Agama Islam berbeda-beda. Empat dari total enam partisipan

mengatakan bahwasannya mereka merasakan senang pada saat mengajari

Pendidikan Agama Islam kepada siswa tuli di Islamic Special School

Bekasi. Alasannya pun bermacam-macam, ada yang senang karena senang

mengajar anak-anak ataupun karena memang senang mengajarkan agama.

Berikut pernyataannya.

“...Senang kalo ngajar anak-anak. Merasa senang kalo ngajar

anak-anak. Ngajar apa aja ke anak-anak senang. Ngajarin alif ba ta tsa.

Nyambung sih kalo sama anak-anak..” (P1)

“...saya seneng ngajarin agama anak-anak. Sambil belajar.

dulu ga ada belajar agama. Teladan. Jadi kita beri teladan ke anak-

anak, bisa mengajarkan contoh yang baik ke anak-anak.. Dulu agama

di SLB, iqro, Cuma pakai buku doang. Al fatihah, oral. Disini pake

isyarat ” (P2)

“...Senang saya, kalu ngajar agama. Soalnya itu penting banget

untuk anak-anak. Anak-anak di sekolah ini belajar agama dari kecil.

saya dulu agama ga jelas...Sebab dulu ga ada. Sekarang anak-anak ada

akses isyarat. Belajar agama bisa. Jadi seneng...” (P5)

“...senang sekali saya. Agama itu penting. Intinya agama. Jadi

seneng anak-anak bisa belajar agama...Saya tuh pengen anak-anak di

sekolah tuh biar tau islam sejak dini...” (P6)

b. Senang tetapi merasakan kesulitan

Satu dari enam orang partisipan mengatakan bahwasannya ia merasakan

senang pada saat mengajarkan agama pada siswa tuli, akan tetapi dalam

pelaksanaannya ia merasakan kesulitan. Berikut pernyataannya.

Page 71: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

52

“...Saya senang ngajar dua-duanya. Agama lebih sulit. Anak-

anak sering beberapa tidak memahami agama Susah kalau ditanya

Allah dimana, sama di Arab, di Mekkah. Pelan-pelan. Tiap anak beda-

beda bisanya, tapi agama penting. Jadi pelan-pelan. Saya harap anak-

anak tau Allah, nanti ‘pulang’ gimana. Tau. dasarnya bertahap-

bertahap melalui bahasa isyarat..” (P3)

c. Perasaan takut salah

Selain perasaan senang, perasaan lain yang juga dirasakan para guru tuli

pada saat mengajarkan Pendidikan Agama Islam keada siswa tuli adalah

perasaan takut salah. Berikut pernyataannya.

“... takut salah. Butuh proses lumayan. Prosesnya lumayan lama. Saya

baru belajar huruf hijaiyah disini. Udah bisa, tapi takut kalo ngajar

agama...” (P4)

d. Di SLB tidak ada pelajaran agama

Tiga dari enam partisipan mengatakan bahwasannya berdasarkan

pengalaman mereka terdahulu, di SLB tidak ada pelajaran agama. Berikut

pernyataannya.

“...Di SMA, ga ada yang ngajar agama. TK sampai SMA ga ada

yang ngajar...” (P1)

“...agama ga ada. Di SLB pelajaran tulis banyak di papan tulis.

Saya ga paham..” (P4)

“...Di sekolah SLB tuh ga ada yang ngajar dulu. Agama ga ada

yang ngajar..” (P6)

e. Ilmu agama tidak berkembang

Sedangkan menurut dua partisipan, di SLB ada pelajaran agama. Akan

tetapi, oleh karena cara penyampaian pengajaran yang tidak menggunakan

bahasa isyarat membuat anak-anak menyerap ilmu tidak maksimal. Berikut

pernyataannya.

“...Di SLB pake oral semua. Jadi ga bisa berkembang...” (P2)

Page 72: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

53

“...cuma pake buku doang. Isyarat tuh ga ada. Anak-anak ga

paham. Tulis di papan tulis. Hapal, hapal. Tapi gatau, lupa...” (P5)

f. Pelajaran kurang jelas

Salah seorang partisipan mengatakan bahwasannya di SLB pelajaran

Pendidikan Agama Islam yang diberikan tidak jelas, serta guru seringkali

tidak merespon dengan baik siswa yang memiliki rasa ingin tahu tentang

pelajaran. Berikut pernyataannya.

“...Kebanyakan ga jelas. Nanya sama gurunya aja malah, halah

palingan kamu ga ngerti baca apa...” (P3)

g. Pengajaran agama menggunakan isyarat

Semua partisipan menjawab bahwasannya menurut mereka pengajaran

pendidikan agama islam yang diberikan di Islamic Special School ini

menggunakan bahasa isyarat. Berikut pernyataannya.

“..Baru mulai belajar agama di di sekolah ini. Sebab ada

aksesnya, katanya. Kalo dulu di sekolah ga ada aksesnya. Pake isyarat.

Kalo agama pake isyarat kalo disini..” (P1)

“...Kalo di sekolah ini pake isyarat paham. Untuk ngajar agama,

liat kondisi anak-anaknya. Liat keseharian anak-anaknya. Lebih

aplikatif...” (P2)

“...Dengan isyarat pastinya. Pertama ngajarin siapa

penciptanya. Kenal Allah dulu. Alif ba ta tasa, huruf hijaiyah. Ngajarin

agama, Lewat isyarat...” (P3)

“...Harus pake isyarat. Jadi paham. Jadi ngerti. Kalo agama,

belajar huruf hijaiyah a ba ta tsa pake isyarat. Al qur’an pake isyarat...”

(P4)

“...Pake isyarat. Al qur’an isyarat. Dari kehidupan sehari-hari.

Sikap baik. Agama, pake isyarat, teladan yang baik...” (P5)

“...Pake bahasa isyarat. Lebih kyk cerita-cerita sih. Pake

bahasa isyarat...” (P6)

h. Pengajaran pelajaran lain menggunakan visual dan gesture

Page 73: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

54

Empat dari enam partisipan mengatakan bahwasannya untuk pengajaran

pelajaran selain Pendidikan Agama Islam disampaikan melalui bahasa

isyarat, visual gambar maupun langsung di alam, dan juga gesture. Berikut

pernyataannya.

“...Kalo yang lain ada yang isyarat, ada yang gambar, ada yang

di alam...” (P1)

“...Kalo ngajar yang lain, kata-kata, Isyarat juga...” (P3)

“...Kalo yang lain isyarat juga, visual juga. Gesture...” (P4)

“...Pertama isyarat. Ga usah katanya dulu. Baru katanya. Kalo

ga paham A-P-E-L. Kalau masih ga paham, warna-warna...” (P5)

i. Pengajaran pelajaran lain mengikuti kesukaan siswa

Salah seorang dari enam orang partisipan mengatakan bahwasannya

dalam penyampaian pelajaran lain selain Pendidikan Agama Islam harus

disesuaikan dengan kesukaan siswa. Berikut pernyataannya.

“...Kalo ngajar yang lain sesuai sama kesukaannya anak...”

(P2)

j. Pengajaran pelajaran lain dikorelasikan dengan kehidupan

Kemudian salah seorang pasrtisipan mengatakan bahwasannya untuk

pengajaran selain Pendidikan Agama Islam disampaikan dengan

dikorelasikan dengan kehidupan nyata. Berikut pernyataannya.

“...Dikorelasiin sama kehidupan sehari-hari...” (P6)

Tema 6. Pengajaran pendidikan agama islam bagi siswa tuli

Metode pengajaran agama lebih baik menggunakan isyarat; harapan

agar siswa tuli mengenal Allah melalui isyarat; harapan agar guru SLB

menyampaikan aspirasi ke pemerintah terkait bahasa isyarat bisindo.

a. Metode pengajaran agama lebih baik menggunakan isyarat

Page 74: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

55

Semua partisipan menjawab bahwasannya metode dan cara yang paling

baik untuk pengajaran agama adalah dengan menggunakan bahasa isyarat.

Berikut pernyataannya.

“...Guru-guru menjelaskan agamanya dengan isyarat. Kalo

disini kan pake isyarat, jadi lebih nyaman, lebih nyambung...” (P1)

“...Kalo di sekolah ini pake isyarat paham. Enak kalo kaya gitu,

anak-anak nyambung, nyaman. Kalo cuma oral sering ga nyambung...”

(P2)

“...Dengan isyarat pastinya. Paje isyarat, kuat. Nyaman.

Komunikasi bisa...” (P3)

“...Iya itu yang pasti isyarat. Kayak di sekolah ini...” (P4)

“...Al qur’annya pake isyarat. Jadi hati tuh merasa bergetar.

Nyawanya ada. Kalo di SLB kayak kosong...” (P5)

Selain dengan dengan bahasa isyarat, pengajaran agama juga perlu

untuk dikorelasikan dan dianalogikan dengan kehidupan sehari-hari.

“...Bilingual. Nulis ditambah dengan isyarat. Dianalogikan

kayak tadi aja...” (P6)

b. Harapan siswa tuli mengenal Allah melalui Isyarat

Untuk pengajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak-anak tuli, lima

dari enam partisipan guru tuli berharap agar penyampaiannya dapat

dilakukan dengan menggunakan bahasa isyarat. Berikut pernyataannya.

“...Kenal Allah terlebih dahulu melalui bahasa isyarat...” (P3)

“...anak-anak tuh harus tau agama sejak kecil. Cara dakwah

lewat isyarat...” (P6)

Selain dengan isyarat, para guru yang mengajarkan agama diharapkan

agar lebih bersabar dalam mengajar. Berikut pernyataannya.

“...Guru harus bersabar. Guru-guru menjelaskan agamanya

dengan isyarat. Kalo disini kan pake isyarat, jadi lebih nyaman, lebih

nyambung...” (P1)

Page 75: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

56

Selain pengajaran agama dengan isyarat pula, para guru diharapkan

dapat memberikan teladan sikap yang baik bagi murid-muridnya. Karena

yang terpenting dalam kehidupan sehari-hari adalah sikap yang dabik dan

sopan. Berikut pernyataannya.

“...Anak tuli lebih nyaman diajarin lewat isyarat. Jadi

harapanya biar guru-guru SLB ngajarinnya pake isyarat. Guru harus

jadi contoh dihadapan muridnya...” (P4)

“...Aku harap besok-besok anak-anak belajar seperti disini.

Berusaha belajar al qur’an pake isyarat. Terus sikap sehari-hari harus

baik. Anak-anak sopan...” (P5)

c. Harapan guru SLB menyampaikan aspirasi ke pemerintah

Salah seorang dari enam partisipan mengatakan bahwasannya ia

berharap agar para guru SLB dalam menyampaikan aspirasi ke pemerintah

agar kelak pengajaran bagi siswa tuli dapat menggunakan bahasa isyarat,

khususnya isyarat bisindo. Karena itu lebih mudah dipahami siswa. Berikut

pernyataannya.

“...Guru SLB bilang ke pemerintah untuk pengajaran untuk

berubah menggunakan bisindo...” (P2)

Page 76: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

57

BAB VI

PEMBAHASAN

Bab ini menjabarkan beberapa bagian yang terkait dengan hasil

penelitian yang telah diperoleh. Bagian pertama menjabarkan pembahasan hasil

penelitian yaitu membandingkan dengan konsep, teori, dan berbagai penelitian

sebelumnya yang terkait dengan hasil penelitian itu untuk memperkuat

pembahasan interpretasi hasil penelitian. Sedangkan bagian kedua

mengemukakan berbagai keterbatasan selama proses penelitian dengan

membandingkan pengalaman selama proses penelitian yang telah dilakukan

dengan proses yang telah seharusnya dilakukan sesuai dengan aturan.

6.1. Interpretasi Hasil Penelitian dan Diskusi

Penelitian ini menghasilkan 6 tema, yaitu: alasan guru tuli mengajar

siswa tuli, perasaan guru tuli pertama kali mengajar siswa tuli, hambatan

guru tuli dalam mengajar siswa tuli, strategi guru tuli dalam mengatasi

hambatan mengajar, pengajaran Pendidikan Agama Islam bagi siswa tuli,

serta harapan guru tuli dalam mengajar siswa tuli. Tema tersebut

teridentifikasi berdasarkan tujuan penelitian. Berikut penjelasan secara rinci

tentang masing-masing tema yang telah dihasilkan dari penelitian ini:

Tema 1. Alasan guru tuli mengajar siswa tuli

Alasan dan motivasi mengajar para partisipan guru tuli di

sekolah ini adalah karena sebagai seorang yang tuli, mereka pernah

mengalami dan merasakan bagaimana proses kegiatan belajar

mengajar yang diberikan di SLB pada umumnya. SLB pada

umumnya selama ini menggunakan orang normal dalam

mengajarkan anak-anak tuli (Martiasari, 2015 & Sulastri, 2015), dan

dalam pengajarannya pun menggunakan oral/wicara. Sedangkan

menurut pengalaman yang mereka rasakan bahwasannya

komunikasi, terlebih pengajaran melalui oral sangatlah tidak efektif

Page 77: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

58

bagi anak-anak tuli. Menurut Tubbs dan Moss (2008) penyandang

tuli menggunakan suatu sistem isyarat tangan yang amat

komprehensif sehingga dapat menggantikan bahasa lisan secara

harfiah. Hasil penelitian Albert Mahrabian (1971) tentang bahasa

non verbal juga menjelaskan bahwasannya tingkat kepercayaan dari

pembicaraan seseorang hanya 7 persen berasal dari bahasa verbal,

38 persen dari vocal suara dan 55 persen dari ekspresi muka. Ia juga

menambahkan jika terjadi pertentangan antara apa yang di ucapkan

seseorang dengan perbuatannya maka orang cenderung

mempercayai hal-hal yang bersifat non verbal. Pesan yang bersifat

non verbal ini selain berupa bahasa isyarat yang di tunjukkan dengan

ekspresi muka juga dapat berupa bahasa tubuh misalnya emblems

(symbol yang di buat oleh gerakan badan), gerakan mata, sentuhan,

maupun tekanan suara. (Cangara, 2005).

Oleh karena pengalaman itulah mereka jadi memiliki

motivasi tersendiri untuk mengajari anak-anak tuli dengan “bahasa

ibu” yang memang dapat dipahami anak-anak tuli, yaitu bahasa

isyarat. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan Notoatmodjo

(2005). Ia mengatakan bahwa pengalaman merupakan guru yang

baik, yang menjadi sumber pengetahuan dan juga meupakan suatu

cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Selain itu,

pengalaman juga dapat diartikan sebagai memori episodik, yaitu

memori yang menerima dan menyimpan peristiwa-peristiwa yag

terjadi atau dialami individu pada waktu dan tempat tertentu, yang

berfungsi sebagai referensi otobiografi. (Syah, 2003)

Selain itu, alasan para guru menerima tawaran mengajar

yang diberikan oleh Ny. G adalah oleh karena kekaguman mereka

atas prestasi-prestasi dan pengalaman serta pengetahuan-

pengetahuan yang dimiliki oleh beliau. Sehingga, pada saat tawaran

itu datang, tidak ada alasan bagi mereka untuk menolak tawaran

Page 78: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

59

tersebut. Hal ini sejalan dengan teori emosi dalam ilmu psikologi.

Pengertian emosi sendiri menurut Chaplin (2002, dalam Safaria,

2009) adalah suatu keadaan yang terangsang dari organisme,

mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

sifatnya, dan perubahan perilaku. Emosi juga cenderung terjadi

dalam kaitannya dengan perilaku yang mengarah (approach) atau

menyingkir (avoidance) terhadap sesuatu. Kemudian, salah satu

fungsi emosi menurut Coleman dan Mammen (1974, dalam

Rakhmat, 1994) adalah pembangkit energi (energizer). Emosi

sebagai pembangkit energi memberikan kegairahan dalam

kehidupan manusia. Artinya ketika seseorang merasakan emosi,

maka tubuhnya akan tergerak untuk melakukan apa yang

dirasakannya, dalam hal ini emosi membangkitkan dan

memobilisasi energi manusia.

Tema 2. Perasaan guru tuli pertama kali mengajar siswa tuli

Kemudian, sewaktu pertama kali mengajar, perasaan para

guru tuli pun berbeda-beda. Beberapa partisipan merasakan senang.

sedangkan partisipan lainnya cenderung merasakan perasaan

negatif, baik itu perasaan bingung ataupun takut. Para partisipan

yang merasakan senang dikarenakan dahulu saat mereka di SLB

mereka kesulitan untuk berkomunikasi dan belajar. Hal itu

dikarenakan, sistem pengajaran yang ditekankan di SLB

menggunakan komunikasi oral. Berbeda dengan apa yang

diterapkan di sekolah ini yang menggunakan bahasa isyarat yang

memang lebih mudah dipahami bagi para penyandang tuli. Yanuar

(2012) mengatakan bahwasannya salah satu unsur kebahagiaan

adalah kepuasan hidup. Pengertian dari kepuasan hidup sendiri

merupakan kualitas dari kehidupan seseorang yang telah teruji

Page 79: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

60

secara keseluruhan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.

Kepuasan hidup merupakan hasil dari perbandingan antara segala

peristiwa yang dialami dengan apa yang menjadi tumpuhan harapan

dan keinginan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin

terpenuhinya kebutuhan dan harapan seseorang maka semakin

tinggi pula tingkat kepuasannya, yang juga akan berbanding lurus

dengan semakin meningkatnya tingkat kebahagiaan seseorang. Oleh

karena itulah, dua dari enam orang partisipan merasakan senang

sewaktu pertama kali mengajar di Islamic Special School Bekasi

setelah mereka mengetahui bagaimana cara pengajaran disana yang

sangat berbeda dengan metode oral yang diterapkan SLB pada

umumnya.

Selain perasaan senang, empat dari enam partisipan

merasakan perasaan bingung dan takut salah sewaktu pertama kali

mengajar di Islamic Special School ini. Salah seorang partisipan

menyatakan bahwasannya alasan perasaan takut salah tersebut

dikarenakan dahulu selama di SLB tidak ada yang mengajarkan

partisipan tersebut bahasa, sehingga pada saat pertama kali

mengajari anak-anak ia merasakan takut salah. Selain itu, partisipan

lain mengatakan bahwasannya alasan ia merasakan bingung

sewaktu pertama kali mengajar adalah karena partisipan tersebut

tidak memiliki latar belakang dan pengalaman mengajar.

Sebagaimana Middlebrook (1974) yang mengatakan bahwasannya

tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek psikologis

cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut

Tema 3.Hambatan guru tuli dalam mengajar siswa tuli

Sejalan dengan pengertian belajar menurut Skinner dalam

Barlow (1985) yang mengatakan bahwasannya belajar merupakan

Page 80: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

61

suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang

berlangsung secara progresif. Menurut Roy, yang dikutip oleh

Nursalam (2003), mekanisme belajar merupakan suatu proses

didalam sistem adaptasi (cognator) yang meliputi mempersepsikan

suatu informasi, baik dalam bentuk implisit maupun eksplisit.

Sewaktu pertama kali mengajar, para guru seringkali mengalami

hambatan dalam hal komunikasi dengan siswa. Hal ini dikarenakan

keterbatasan bahasa mereka sehingga seringkali terjadi

kesalahpahaman dalam penyampaian pesan antara guru ke murid.

Kemampuan penyandang tuli dalam berbahasa dan berbicara

berbeda dengan kebanyakan orang pada umumnya, karena

kemampuan tersebut sangat erat kaitannya dengan kemampuan

mendengar. Karena penyandang tuli tidak bisa mendengar bahasa,

maka mereka mengalami hambatan dalam berkomunikasi. (Somad

dan Hernawati, 1995). Kemudian, dua orang partisipan juga

mengatakan bahwasannya hambatan yang mereka rasakan adalah

dalam hal kepenulisan dan pembuatan laporan. Somad dan

Hernawati (1995) juga mengatakan bahwasannya alat komunikasi

terdiri dan membaca, menulis dan berbicara, sehingga penyandang

tuli pun akan tertinggal dalam tiga aspek penting ini.

Tema 4. Strategi guru tuli dalam mengatasi hambatan mengajar

Penyesuaian diri para guru tuli pada saat mengajar siswa tuli

pendidikan islam ditunjukkan melalui respon adaptasinya. Roy

dalam Potter dan Perry (2005) mengklasifikasikan empat macam

model adaptasi yang berdampak terhadap respon adaptasi, antara

lain:

a. Fungsi fisiologis; Sistem adaptasi fisiologis diataranya adalah

oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat, integritas kulit,

indera, cairan dan elektrolit, fungsi neurologis dan endokrin.

Page 81: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

62

Karena keterbatasan penyandang tuli dalam fungsi fisiologis,

yakni indera pendengaran, penyandang tuli dalam beradaptasi dan

menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya tentu berbeda

dengan yang tidak tuli. Mereka memiliki cara tersendiri untuk

beradaptasi. Misalnya saja, dalam berkomunikasi, penyandang tuli

lebih merasa nyaman apabila berkomunikasi menggunakan bahsa

isyarat, yang memang merupakan bahasa yang lebih mereka pahami.

Dan mereka akan cenderung merasakan kebingungan apabila

menggunakan bahasa yang berbeda. Tidak hanya bahasa isyarat

dengan oral, satu orang partisipan mengatakan bahkan bahasa

isyarat yang berbeda juga menjadi hambatan bagi mereka dalam

beradaptasi.

b. Konsep diri; Bagaimana seseorang mengenal pola-pola interaksi

sosial dalam berhubungan dengan orang lain.

Sama halnya dengan adaptasi fungsi fisiologis, oleh karena

hambatan dalam berkomunikasi, penyandang tuli cenderung

exlusive dan membatasi hubungan sosial hanya dengan sesama tuli

ataupun orang normal yang mampu menggunakan bahasa isyarat.

Satu orang partisipan mengatakan bahwasannya mereka lebih

nyaman berinteraksi dengan yang menggunakan bahasa isyarat.

c. Fungsi peran; Proses penyesuaian yang berhubungan dengan

bagaimana peran seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi

sosial dalam berhubungan dengan orang lain.

Sebagai seorang guru, para partisipan memiliki peran yang

sangat penting dalam lingkungan sosialnya. Para guru harus bisa

menyesuaikan diri tidak hanya kepada para murid yang juga tuli,

tetapi juga kepada para wali murid, sesama pengajar, dan juga aturan

yang berlaku.

d. Interdependen; Kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang

kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan secara

interpersonal pada tingkat individu maupun kelompok.

Page 82: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

63

Respon adaptasi seseorang juga dapat dilihat dari kemampuan

interdependennya, apakah ia mampu diterima dengan baik di

lingkungannya. Dan dalam penelitian ini, semua partisipan memiliki

respon adaptasi interdependen yang baik.

Dalam mengatasi masalah dalam berkomunikasi, seringkali para

pertisipan meminta bantuan pengajar lain yang mampu mendengar

ataupun interpreter yang disediakan pihak sekolah. Berdasarkan

hasil penelitian yang ditulis oleh Ari Sugiyanto (2014) didapatkan

informasi bahwasannya pemaknaan penyampaian informasi bagi

penyandang tuli lebih bermakna apabila diberikan oleh SLI (Sign

Language Interpreter). Hal itu dikarenakan pemaknaan

penyampaian informasi yang disampaikan oleh SLI

diinterpretasikan oleh penyandang tuli melalui simbolik, yang

meliputi sensassi, persepsi, memori, dan berpikir. Kemudian,

partisipan lainnya mengatakan, untuk mengatasi hambatannya,

seringkali mereka menggunakan gesture dalam menyampaikan

informasi. Gesture menunjukkan gerakan sebagian anggota badan

seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasikan berbagai makna.

Pesan dari gesture seringkali mengungkapkan makna mendorong

atau membatasi, menyesuaikan atau mempertimbangkan, responsif

atau tak responsif, perasaan positif atau negatif, memperhatikan atau

tidak memperhatikan, melancarkan atau tidak resptif, serta

menyetujui atau menolak (Sugiyanto, Ari. 2014) Sedangkan

partisipan yang lainnya mengatakan bahwa untuk mencegah

hambatan itu timbul kembali, ia selalu meningkatkan kemampuan

bahasa isyaratnya, yaitu dengan mempelajari bahasa isyarat lebih

giat lagi, sebagaimana pengertian belajar menurut Sudjana (2010)

yang merupakan suatu proses yang diarahkan kepada tujuan, proses

berbuat melalui berbagai pengalaman. Kemudian, salah satu

pasrtisipan lainnya mengajar dengan caranya sendiri sesuai dengan

kemampuan siswa. Hal itu sesuai dengan prinsip belajar yang

Page 83: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

64

disampaikan oleh Djamarah (2008), bahwasannya setiap siswa harus

diberikan kesempatan belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.

Tema 5. Pengajaran Pendidikan Agama Islam bagi siswa tuli

Dalam mengajarkan agama, lima dari enam partisipan

merasakan kebahagiaan. Mereka merasakan senang karena memang

menyukai mengajar anak-anak dan menginginkan agar para siswa

mampu memahami agama sejak dini. Rasulullah SAW juga

bersabda bahwasannya salah satu jalan seorang hamba Allaah untuk

menggapai kebahagiaannya adalah dengan senantiasa mempelajari

dan memahami agama. Hal itu dikarenakan mempelajari terlebih

mengajari agama akan membuat dada terasa lapang dan Allaah akan

meridhainya. Sabda tersebut berbunyi, “Jika Allaah menghendaki

seorang hamba menjadi baik,maka Allaah akan menjadikannya

mengerti tentang agama ” (Dr. ‘Aidh al-Qarni, 2016).

Salah satu partisipan juga mengatakan bahwasannya alasan

perasaan senang dan bahagia yang ia rasakan ketika mengajarkan

siswa tuli pelajaran agama adalah karena ia memiliki keinginan

untuk mampu memberikan contoh yang baik bagi siswa.

Kebahagiaan pada hakikatnya dikatakan sebagai pengalaman

positif, kenikmatan yang tinggi, dan motivator utama dari segala

tingkah laku manusia (Argyle dalam Bekhet, dkk. 2008).

Selain perasaan senang, salah seorang partisipan

mengatakan bahwasannya ia merasakan takut salah pada saat

mengajari siswa tuli pelajaran agama. Alasan dia merasakan

perasaan itu adalah karena pada saat semasa sekolah dahulu ia tidak

pernah mendapatkan pelajaran agama. Lauster (1992) mengatakan

bahwasannya kepercayaan diri diperoleh dari pengalaman hidup.

Menurut Wills dalam Ghufron (2010), keprcayaan diri adalah

Page 84: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

65

keyakinan bahwa seseorang mampu menanggulangi suatu masalah

dengan situasi terbaik dan dapat memberikan sesuatu yang dapat

menyenangkan bagi orang lain. Lauster (1992) juga menambahkan

bahwasannya kepercayaan diri pada hakikatnya berhubungan

dengan kemampuan seseorang dalam melakukan sesuatu yang baik.

Dalam penelitian ini, peneliti menemukan hasil yang

bertentangan dengan teori yang ada. Berdasarkan teori yang peneliti

dapat dari Kurikulum Pendidikan Luar Biasa KEMENDIKBUD,

diketahui bahwasannya di setiap SLB terdapat kurikulum

pengajaran PAI. Hal ini tidak sesuai dengan apa yang telah

disampaikan oleh beberapa orang partisipan. Tiga dari enam

partisipan guru tuli yang kesemuanya pernah merasakan pendidikan

di SLB mengatakan, bahwasannya selama mereka mengenyam

pendidikan di SLB, mereka tidak mendapatkan pelajaran PAI.

Kemudian, dua dari enam partisipan mengatakan bahwasannya di

SLB tempat mereka menuntut ilmu dahulu, ada pelajaran PAI, akan

tetapi, dalam pengajarannya, para guru menggunakan bahasa oral.

Sehingga para murid tuli sangat sulit memahami pelajaran.

Kemudian, satu dari enam partisipan mengatakan bahwa dahulu di

SLB ia mendapatkan pengajaran PAI. akan tetapi, pengajaran yang

disampaikan tidak jelas dan tidak dapat dipahami siswa, serta para

guru kurang memperhatikan muridnya. Sedangkan, semua

partisipan memiliki jawaban yang sama terkait pengajaran PAI di

sekolah ini. Mereka mengatakan bahwasannya di Islamic Special

School Bekasi ini, pengajaran PAI diberikan menggunakan bahasa

isyarat, tepatnya isyarat BISINDO.

Empat dari enam partisipan mengatakan, bahwasannya di

Islamic Special School, pengajaran pelajaran-pelajaran selain PAI

diberikan melalui bahas isyarat, gesture, serta pembelajaran di alam.

Mangunsong (2014) mengatakan bahwasannya bagi penyandang

Page 85: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

66

tuli, komunikasi menggunakan sistem manual /isyarat lebih mudah

mereka pahami dibandingkan dengan oral. Selain lebih mudah

dipahami, bahasa isyarat juga lebih mudah mengungkapkan maksud

serta isi hati dan pikiran penyandang tuli. Selain menggunakan

isyarat tangan, gesture juga dapat mempermudah penyampaian

informasi bagi penyandang tuli. Meadow (1995) juga mengatakan

bahwasannya gesture dapat mempermudah menyampaikan maksud

kepada orang lain. Kemudian, lingkungan yang berada di sekitar

anak-anak, baik itu yang ada di sekolah ataupun luar sekolah dapat

dijadikan sumber belajar. (Usman, 2002) Satu dari enam partisipan

mengatakan bahwa dalam mengajari anak-anak, mereka fokus pada

apa kesukaan serta kemampuan anak. Dan satu partisipan lain

mengatakan bahwa dalam belajar materi lebih mudah ditangkap

siswa apabila pelajaran dikorelasikan dengan kehidupan sehari-hari.

Tema 6. Harapan guru tuli dalam mengajar siswa tuli

Terkait metode yang paling tepat dalam pembelajaran PAI

bagi anak-anak tuli, semua partisipan memil iki jawaban yang sama

yaitu bahasa isyarat. Marschack (1993) mengatakan bahwa studi-

studi psikologi menunjukkan buruknya perkembangan kognitif dan

sosial anak tuli apabila mereka tidak diberikan akses kepada

komunikasi yang berbentuk mediasi visual. Hal itu dikarenakan

keterbatasan penyandang tuli dalam hal bahasa menyebabkan

mereka lebih mudah memperoleh pelajaran apabila disampaikan

menggunakan “bahasa ibu” mereka, yaitu bahasa isyarat, serta

ditambah dengan penyampaian materi melalui media visual, seperti

gambar, dan lain sebagainya. Conrad (1979 dalam Mangunsong

2014) juga menyebutkan bahwa metode oral tidak memungkinkan

sebagaian besar anak tuli untuk mempertahankan hubungan dengan

Page 86: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

67

teman sebaya (peer) mereka di dalam aspek dasar kurikulum

sekolah. Hal itu disebabkan, karena pada hakikatnya, kategori

penyandang tuli dibagi atas beberapa kelompok, sehingga akan

berbeda kemampuan oral antara anak tuli kelompok satu dengan

kelompok lainnya. Misalnya saja anak-anak tuli dengan kelompok

satu yang masih bisa mendengar dan hanya disebut sebagai

gangguan pendengaran, tidak bisa disamakan dengan anak tuli

kelompok dua yang hanya bisa mendengar dalam jarak beberapa

meter. Begitupun dengan kelompok tiga yang masih bisa mendengar

apabila dibantu menggunakan alat bantu dengar, tidak bisa

disamakan kemampuan oralnya dengan anak-anak di kelompok

empat dan lima yang memang tetap tidak bisa mendengar walaupun

dengan alat bantu dengar sekalipun.

Kemudian, penelitian Katz (1967 dalam Mangunsong

2014) juga membandingkan anak tuli yang orangtuanya tuli (dua-

duanya menggunakan komunikasi manual/isyarat) dengan anak tuli

(komunikasi manual) yang orangtuanya tidak menggunakan

komunikasi manual, menunjukkan bahwa anak tuli dari orangtua

yang juga tuli memiliki gambaran diri yang lebih positif, memiliki

kesuksesan akademik yang lebih besar, kemampuan membaca yang

lebih baik, kematangan pribadi, tanggung jawab, kemandirian,

sosiabilitas, serta bahasa tertulis yang lebih baik. Oleh karena itu,

lima dari enam guru memiliki harapan agar kedepannya, para

pengajar bagi anak-anak tuli agar lebih memperhatikan pengajaran

bagi anak-anak tuli, yaitu dengan menggunakan bahasa isyarat atau

bahasa yang memang lebih anak-anak pahami, bukan pengajar

pahami. Kemudian, satu dari enam partisipan memilki harapan agar

para pengajar di SLB menyampaikan kepada pemerintah mengenai

kurikulum serta cara pengajaran yang tepat bagi anak-anak tuli agar

Page 87: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

68

kelak tidak lagi menggunakan kurikulum oral, tetapi menggunakan

isyarat, khususnya isyarat BISINDO.

6.2. Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan pengalaman proses penelitian, peneliti menyadari

masih banyaknya keterbatasan dalam penelitian ini, antara lain:

1. Semua partisipan dalam penelitian ini adalah para penyandang tuli yang

berkomunikasi dengan bahasa isyarat. Dan oleh karena peneliti belum

menguasai bahasa isyarat sepenuhnya, jadi dalam pengambilan data

peneliti menyewa beberapa orang interpreter (penerjemah bahasa

isyarat).

2. Pengambilan data dilakukan pada saat hari kerja, sehingga semua guru

disana memiliki tugas untuk mengajar anak-anak. Oleh karena itu, pada

saat melakukan wawancara seringkali kondisi lingkungan tidak terlalu

kondusif, karena seringkali pada saat wawancara diganggu oleh anak-

anak atau partisipan memilki kesibukan lain.

Page 88: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

69

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan pengalaman adaptasi para

guru tuli dalam memberikan pengajaran PAI kepada anak-anak tuli di Islamic

Special School Bekasi. Partisipan ynag telah diwawancarai berjumlah enam

orang. Tema yang teridentifikasi sejumlah enam tema, yaitu : alasan guru tuli

mengajar siswa tuli, perasaan guru tuli pertama kali mengajar siswa tuli,

hambatan guru tuli dalam mengajar siswa tuli, strategi guru tuli dalam

mengatasi hambatan mengajar, pengajaran Pendidikan Agama Islam bagi siswa

tuli, serta harapan guru tuli dalam mengajar siswa tuli . Tema-tema yang telah

didapatkan ini terdiri atas beberapa kategori. Berikut penjelasan secara detail

mengenai tema-tema tersebut.

Motivasi mengajar para partisipan mengajar adalah karena rasa kagum

para partisipan kepada pemilik sekolah yaitu Ny. G dan permintaan Ny. G agar

mereka bekerja disana, karena tertarik ingin belajar bahasa isyarat, dan ingin

membantu anak-anak tuli belajar bahasa isyarat agar memudahkan mereka

dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat pertama kali bekerja disana, mayoritas

partisipan merasaan perasaan senang. Akan tetapi, oleh karena keterbatasan

ilmu yang dimiliki, ada partisipan yang merasakan takut dan berat pada saat

pertama kali mengajar. Pada saat pertama kali mengajar disana, beberapa orang

partisipan menggatakan bahwasannya sambil mengajar mereka sambil belajar

bahasa isyarat. Untuk adaptasi dengan sesama pengajar, para partisipan dapat

beradaptasi dengan baik, walau masih harus belajar bahasa isyarat untuk

mempermudah komunikasi. Dan dalam beradaptasi dengan aturan-aturan

sekolah, mayoritas partisipan tidak memiliki masalah. Hanya beberapa

partisipan saja yang sempat merasakan kebingungan.

Page 89: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

70

Selama mengajar, hambatan yang dirasakan para partisipan adalah

kesulitan berkomunikasi dengan siswa yang sudah cukup besar, penulisan dan

pembuatan laporan, serta belum mampunya partisipan dalam menemukan celah

kemampuan anak. Dan dalam mengatasi hambatan-hambatan tersebut, para

partisipan akan meminta bantuan penerjemah atau pengajar lain yang hearing,

lebih giat belajar isyarat dan menggunakan gesture, terus mencari celah

kemampuan anak, dan menggunakan cara mengajar sendiri.

Dalam mengajarkan PAI, dengan berbagai alasan, mayoritas para

partisipan merasakan perasaan senang. Akan tetapi ada pula partisipan yang

mengungkapkan perasaan takut salah dalam mengajarkan PAI kepada anak-

anak tuli. Menurut para partisipan, pengajaran PAI di SLB kurang maksimal

bagi anak-anak tuli, baik itu karena sulit dimengerti karena pengajarannya

menggunakan oral ataupun cara mengajar yang tidak jelas serta guru yang tidak

perhatian. Bahkan beberapa partisipan mengungkapkan bahwasannya dahulu di

SLB, mereka tidak mendapatkan Pendidikan Agama Islam (PAI). Hal itu sangat

berbeda dengan pengajaran yang diberikan di Islamic Special School Bekasi

yang menggunakan bahasa isyarat dalam penyampaiannya. Dan untuk

pengajaran pelajaran lain di Islamic Special School Bekasi menggunakan

bahasa isyarat, visual, gesture, mengikuti bakat dan minat anak-anak, serta

dikorelasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Harapan para guru tuli bagi pengajaran PAI bagi anak-anak tuli adalah

dengan menggunakan isyarat, karena itu adalah menurut para partisipan metode

itu adalah yang paling cocok untuk mengajarkan PAI bagi anak-anak tuli.

Kemudian, salah satu partisipan juga berharap agar para guru di SLB dapat

menyampaikan ke pemerintah agar kelak kurikulum yang digunakan dalam

pengajaran bagi anak-anak tunarungu dapat menggunakan bahasa isyarat.

Sehingga dapat disimpulkan, bahwasannya bagi penyandang tuli, penggunaan

sistem komunikasi isyarat/manual menggambarkan kesuksesan yang lebih

besar.

Page 90: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

71

7.2. Saran

1. Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada

perawat tentang bagaimana membantu adaptasi penyandang tuli di

sekolah, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan komunitas di

SLB dengan baik dan dapat diterima oleh penyandang tuli.

2. Masyarakat

Diharapkan masyarakat lebih perhatian dan lebih memahami berbagai

keterbatasan yang dimiliki tuli. Masyarakat diharapkan juga dapat

membantu adaptasi penyandang tuli dalam berpartisipasi di kegiatan

sosial kemasyarakatan.

3. Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa

keperawatan dalam mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai

bagaimana para penyandang disabilitas khususnya tuli dalam memenuhi

semua kebutuhannva, khususnya di bidang sosial dan kesehatan.

Page 91: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

72

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Lukman. Dkk. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balaik Pustaka

Aminuddin. 2000. Pengantar apresiasi Kara Sastra. Bandung: Sinar Baru

Algesindo.

Analisa, L. Wulan. 2011. Analisis Pengaruh Motivasi Kerja dan Lingkungan Kerja

Terhadap Kinerja Karyawan DISPERINDAG Kota Semarang. Skripsi.

Fakultas Ekonomi: Universitas Diponegoro Semarang.

Arum, D., M., P. 2014. Visualisasi Tuntunan Sholat untuk Tunarungu Berbasi

Media Interaktif. Semarang

Ashman, A., & Elkins, J. 1998. Educating Children With Special Needs. Australia:

Prentice Hall Australia Pty Ltd.

Bekhet, A. K & Niewski, J. A. 2008. Happiness: Theoritical and Empirical

Consideration Nursing. Forum

Cline, T., & Frederickson, N. 2002. Special Educational Needs: Inclusion And

Diversity. Philadelpia: Open University Press.

Cresswell, J. 1998. Research Design: Qualitative & Quantitative Approaches.

Thousand Oaks CA: Sage Publications.

Cresswell, J. W. 2014. Penelitian Kualitatif dan Desain Riset: Memiloh Diantara

Lima Pendekatan Edisi 3. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Daradjat, Dzakiah. 1993. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang

Daradjat, Dzakiah, dkk. 1996. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

DEPAG RI. 2003. Pedoman Umum PAI Sekolah Umum dan Sekolah Luar Biasa.

Jakarta: DEPAG.

DEPDIKBUD. 2007. Kurikulum Pendidikan Luar Biasa, Mapel – PAI SDLB.

Jakarta: t p.

DEPDIKNAS. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SDLB. Jakarta:

BSNP.

DEPKES RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

Djamarah, S. Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Page 92: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

73

DPD GERKATIN DKI Jakarta. 2010. Berkenalan dengan Bahasa Isyarat

Indonesia (BISINDO)

Gerungan, W.A. 2006. Psikologi Sosial. Bandung: Eresco

Hallahan, D.P., & Kauffman, J. M. 2006. Exceptional Learner: An Intorduction To

Special Education (International Edition: 10th Ed). Boston: Allyn And Bacon.

Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Holloway, Immy. 2008. A-Z Qualitative Research in Healthcare, Second Edition.

British: Blackwell Publishing.

Irwanto, dkk. 2010. Analisis Situasi Penyandang Disabilitas di Indonesia: Sebuah

Desk Review. Depok: Pusat Kajian Disabilitas FISIP UI.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. 2008. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Kirk, Jarome & Marc. L., Miller. 1986. Reliability and Validity in Qualitative

Research. Vol.1. Beverly Hills: Sage Publication.

Mangunsong, Frieda. 2009. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus,

Jilid Kesatu, Cetakan Pertama. Depok: Lembaga Pengembangan Sarana

Pengukuran Dana Pendidikan Psikologi (LPSP3) Kampus Baru UI.

Mardiyanti & Haryanthi, L. Putu. 2016. How Deaf and Mute People Learn Islamic

Value in Indonesian Context. Jakarta: Fakultas Psikologi UIN Jakarta.

Martiasari, Nenda. 2015. Pendidikan Agama Islam pada Anak Tunarungu di SLB-

B Ngudi Hayu Srengat Blitar. Tulungagung: FITK IAIN Tulungagung.

Milton, C. L. 1999. Ethical Issues from Nursing Theoretical Perspectives. Nursing

Science Quarterly.

Moleong, J., Lexy. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya Offset.

Mulyasin, E. 2004. Kurikulum Berbasi Kompetensi. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Ningtyastuti, Wulan. 2011. Metode pembelajaran Pendidikan Islam di SLB Austik

Fajar Yogyakarta. Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Yogyakarta.

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Page 93: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

74

Poerwandari, E. K. 2005. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku

Manusia. Edisi Ketiga. Depok: LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas

Indonesia.

Potter, P. A & Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta:

EGC

Sarafino, E.P. 2006. Health Psychology : Biopsychosocial Interactions Fifth

Edition. USA: John Wiley & Sons

Saryono & Anggraeni, Mekar Dwi. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif dalam

Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Schneider, A.A. 1964. Personal Adjusment and Mental Health. New York: Holt,

Rinehart and Winston

Semium, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Yogyakarta.

Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir al-Misbah Pesan kesan dan Keserasian Al-

Qur’am. Jakarta: Lentera Hati

Smart, Aqila. 2012. Anak Cacat Bukan Kiamat: Metode Pembelajaran dan Terapi

untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Kata Hati.

Somantri, Hj. T. Sutjihati. 2007. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika

Aditama.

Streubert, Helen J. & Carpenter, Dona Rinaldi. 2011. Qualitative Research in

Nursing: Advancing the Humanistic Imperative. USA: Lippincott Williams &

Wilkins.

Sudjana, Nana. 2010. Dasar-dasar Proses Belajar. Bandung: Sinar Baru.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R &D. Bandung:

Penerbit Alfabeta.

Suharmini, Tin. 2009. Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Kanwa

Publisher.

Sulastri, Sri. 2015. Pembelajaran Pendidik Wantu Wirawan Salatiga. Salatiga:

FTIK IAIN Salatiga.

Suran, B. G., & Rizzo, J. V. 1979. Special Children: An Integrative Approach.

Glenview: Scotts, Foresman and Co.

Page 94: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

75

Swarjana, I,. Ketut. 2015. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi.

Yogyakarta: ANDI.

Syah, Muhibin . 2002. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Syaikh Muhammad Nshiruddin A Bani. _. Shahih Sunan Ibnu Majah. Jilid 1.

Jakarta: Pustaka Azzzam

Tafsir, Ahmad. 2008. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Tafsir, Ahmad. 2012. Filsafat Pendidiakn Islami. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Telford, C. W., & Sawrey, J. M. 1981. The Exceptional Individual. 4th Ed. New

Jersey: Prentice Hall Inc.

Thaha, Nasrudin. 1983. Tokoh-tokoh Pendidikan Islam. Jakarta: Mutiara.

Tubbs, Stewart. L & Sylvia, Moss. 2008. Human Communication Prinsip Prinsip

Dasar. Bandung: Remaja Rodakarya

Undang-Undang Dasar 1945. 1998. Jakarta: Apollo

Usman, M,. Basrudin. 2004. Methodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta:

Ciputat Press.

UU No. 20 tahun 2003 Sisdiknas. 2003. Bandung: Citra Umbara

Winarsih, Murni. 2007. Intervensi Dini bagi Anak Tunarungu dalam Pemerolehan

Bahasa. Jakarta: Dirjen Dikti.

Y. Yuniati. 2011. Pengembangan Perangkat Lunak Pembelajaran Bahasa Isyarat

Bagi Penderita Tunarungu Wicara. Jurnal Generic, vol. 6, pp. 29- 32..

Zuharini, dkk. 1992. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara

Page 95: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

76

Pedoman Wawancara Mendalam

Pengalaman Adaptasi Guru Tuli dalam Mengajarkan Pendidikan Islam

pada Siswa Tuli di Islamic Special School Bekasi

A. Petunjuk Umum

1. Tahap perkenalan

2. Ucapkan terima kasih kepada partisipan atas ketersediaan dan waktu

yang telah diluangkan untuk pelaksanaan wawancara

3. Jelaskan maksud dan tujuan wawancara mendalam

B. Petunjuk Wawancara Mendalam

1. Wawancara dilakukan oleh seorang pewawancara

2. Informan bebas menyampaikan pengalaman, pendapat, dan saran

partisipan sangat bernilai

3. Pernyataan partisipan tidak bernilai benar dan salah

4. Semua hasil wawancara akan dijaga kerahasiaannya

5. Wawancara itu akan direkam dengan alat perekam untuk membantu

pencatatan hasil wawancara

C. Identitas Partisipan

1. Nama partisipan (inisial) :

2. Usia :

3. Pendidikan ;

4. Lama mengajar :

D. Pertanyaan Wawancara

1. Fase awal mengajar di sekolah

a. Bagaimana perasaan bapak/ibu dalam mengajar siswa tuli di TLH?

1) Apa sajakah alasan dan motivasi Anda dalam mengajar di TLH?

Page 96: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

77

2) Bagaimana perasaan Anda sewaktu pertama kali mengajar di

TLH, khususnya mengajarkan PAI? Dapatkah Anda jelaskan

lebih dalam terkait perasaan Anda?

3) Bagaimana Anda menyesuaikan diri sewaktu pertama kali

mengajar siswa-siswa disana?

4) Bagaimana Anda menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan

disana? Khususnya kepada sesama teman sejawat pengajar

disana?

5) Bagaimana Anda menghadapi dan menyesuaikan diri atas segala

tuntutan dan peraturan yang diterapkan oleh sekolah?

2. Fase perjalanan dan pengalaman mengajar

a. Hambatan

1) Menurut Anda, hambatan apa yang paling besar yang Anda

rasakan sewaktu mengajarkan PAI di TLH?

2) Bagaimana bapak/ibu menangani hambatan-hambatan yang ada

dalam pembelajaran PAI bagi murid di TLH?

b. Sistem dan metode PAI

1) Bagaimana perbedaan perasaan Anda antara mengajarkan PAI

dengan pelajaran lain di TLH?

2) Menurut Anda, apa yang membedakan metode pengajaran PAI

dengan pengajaran pelajaran lainnya di TLH?

3) Apa yang membedakan pembelajaran PAI di TLH dengan

sekolah-sekolah luar biasa lainnya?

4) Berdasarkan pengalaman Anda, menurut Anda metode apa yang

paling cocok dalam pembelajaran PAI bagi anak tunarungu?

5) Apa harapan bapak/ibu mengenai pengajaran bagi SISWA tuli,

khususnya pengajaran PAI?

Page 97: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

78

Analisis Tematik

No Pernyataan Signifikan

Kategori Tema

Informan

P1 P2 P3 P4 P5 P6

1 Ny. G minta ngajar disini Permintaan mengajar oleh pemilik

sekolah

Alasan guru tuli

mengajar siswa tuli

√ √ √

2 Tertarik karena ngeliat Ny. G bahasa

isyaratnya wuuah

Rasa kagum kepada pemilik

sekolah

3 Tertarik ngajar anak-anak. Ini kesempatan

untukku untuk bisa ngajar bantu

Keinginan membantu anak-anak

tuli belajar

4 Karena di sekolah ini tuh belajarnya lewat

isyarat. Jadi tertarik pengen belajar dan

mengajar

Keinginan untuk belajar dan

mengajar bahasa isyarat

5 Bingung. Saya ga tau ngajar gimana

Bingung Perasaan guru tuli

pertama kali mengajar

siswa tuli

√ √ √

6 Seneng Senang √ √

7 Merasa sulit. Berat banget Takut salah √

Page 98: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

79

Sebab dulu ga ada yang ngajarin aku

bahasa Indonesia. Takut salah

8 Kalo yang sudah besar, sulit, bahasanya

udah tinggi

Sulit berkomunikasi dengan siswa

yang cukup besar

Hambatan guru tuli

dalam mengajar siswa

tuli

√ √ √

9 Buat laporannya katanya bingung Hambatan dalam membuat

laporan dan materi tertulis

√ √ √

10 Masing-masing anak kemampuannya beda.

Jadi dia harus mencari celahnya

Belum mahir mencari celah

Belum mampu menemukan minat

dan bakat siswa tuli

11 Setiap guru isyaratnya beda-beda

Ga nyambung sama guru-gurunya.

Perbedaan isyarat menyebabkan

komunikasi tidak nyambung

12 Saya ngajar down syndrom sama tuli

dituker-tuker. Bingung. Akhirnya mbak ira

lebih sering bantu anak-anak autis dan

down syndrom.

Bingung karena perubahan posisi

mengajar

Page 99: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

80

13 Pertama memperhatikan temen-temennya

dulu, baru kemudian sambil belajar

Memperhatikan pengajar lain

terlebih dahulu dalam mengajar

Strategi guru tuli dalam

mengatasi hambatan

mengajar

14 Minta bantuan penerjemah

Mengatasi hambatan dengan

bantuan interpreter

√ √ √ √

15 Sambil terus belajar bisindo Semakin giat mempelajari bisindo √ √

16 Jadi dia harus terus berlatih mencari

celahnya. Perhatikan siswa terus

Terus berlatih mencari minat dan

bakat siswa

17 Pake gesture tubuh, biar nyambung Menggunakan gesture tubuh √

18 Pake cara sendiri untuk ngajarin anak-

anak. Ditambah inisiatif sendiri

Menggunakan cara sendiri yang

mudah dipahami siswa

19 Senang Merasakan senang Pengajaran Pendidikan

Agama Islam bagi

siswa tuli

√ √ √ √

20 Senang tapi sulit Senang tetapi merasakan kesulitan √

21 Takut salah Perasaan takut salah √

22 Di SMA, ga ada yang ngajar agama Di SLB tidak ada pelajaran agama √ √ √

23 Isyarat tuh ga ada Ilmu agama tidak berkembang √ √

Page 100: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

81

Jadi ga bisa berkembang

24 Kebanyakan ga jelas

nanya sama gurunya aja malah, halah

palingan kamu ga ngerti baca apa

Pelajaran kurang jelas √

25 Kalo di sekolah ini pake isyarat paham Pengajaran agama menggunakan

isyarat

√ √ √ √ √ √

26 Kalo yang lain isyarat juga, visual juga.

Gesture.

Pengajaran pelajaran lain

menggunakan visual dan gesture

√ √ √ √

27 Kalo ngajar yang lain sesuai sama

kesukaannya anak

Pengajaran pelajaran lain

mengikuti kesukaan siswa

28 Dikorelasiin sama kehidupan sehari” Pengajaran pelajaran lain

dikorelasikan dengan kehidupan

29 Iya itu yang pasti isyarat. Kayak di sekolah

ini

Metode pengajaran agama lebih

baik menggunakan isyarat

Harapan guru tuli

dalam mengajar siswa

tuli

√ √ √ √ √ √

30 Kenal Allah terlebih dahulu melalui bahasa

isyarat

Harapan siswa tuli mengenal

Allah melalui isyarat

√ √ √ √ √

Page 101: PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36300/1/Syadza... · 1 \ PENGALAMAN ADAPTASI GURU TULI DALAM MENGAJARKAN PENDIDIKAN ISLAM

82

31 Guru SLB bilang ke pemerintah untuk

pengajaran untuk berubah menggunakan

bisindo

Harapan guru SLB

menyampaikan aspirasi ke

pemerintah