pengajaran bahasa indonesia penutur asing tingkat madya (menulis)

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan untuk bangsa Indonesia. Bahasa yang mengalami berbagai penyerapan dan adaptasi dari bahasa lain sehingga memiliki keunikan dan keanekaragaman tersendiri. Bahasa Indonesia saat ini tidak hanya digunakan oleh bangsa Indonesia sepenuhnya karena bangsa Indonesia telah dipelajari dan digunakan oleh bangsa lain sebagai penutur asing. Perkembangan Bahasa Indonesia di luar negeri sudah cukup baik jika kita lihat dari banyaknya lembaga maupun pusat pendidikan yang mengajarkan Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, perlu diketahui mengenai pengajaran Bahasa Indonesia bagi penutur asing dan penggunaannya serta kendala yang di hadapi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. 1

Upload: rini-adiani

Post on 15-Feb-2017

3.505 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan untuk bangsa Indonesia.

Bahasa yang mengalami berbagai penyerapan dan adaptasi dari bahasa lain

sehingga memiliki keunikan dan keanekaragaman tersendiri. Bahasa Indonesia

saat ini tidak hanya digunakan oleh bangsa Indonesia sepenuhnya karena

bangsa Indonesia telah dipelajari dan digunakan oleh bangsa lain sebagai

penutur asing. Perkembangan Bahasa Indonesia di luar negeri sudah cukup

baik jika kita lihat dari banyaknya lembaga maupun pusat pendidikan yang

mengajarkan Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, perlu diketahui mengenai

pengajaran Bahasa Indonesia bagi penutur asing dan penggunaannya serta

kendala yang di hadapi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

Pengajaran Bahasa Indonesia bagi penutur asing merupakan salah satu

cara untuk mengenalkan Bahasa Indonesia ke  negera-negara lain, pengajaran

yang di lakukan oleh beberapa lembaga-lembaga dan pusat pendidikan yang

mengajarkan Bahasa Indonesia bagi penutur asing terus meningkatkan dan

memperbaiki mutu dan kualitasnya agar Bahasa Indonesia semakin dikenal

oleh bangsa lain.

1

Pembelajaran BIPA pada dasarnya merupakan suatu proses perilaku

belajar yang mengarah pada pembangkitan dan pengondisian motivasi peserta

didik untuk mampu menguasai bahasa Indonesia secara baik dan benar.

Penguasaan bahasa Indonesia ini baik meliputi kemampuan penguasaan kosa

kata, tata bahasa, ataupun penguasaan struktur bahasa Indonesia. Berdasarkan

kemampuannya, peserta didik dalam pembelajaran BIPA dapat

diklasifikasikan atas tiga tingkatan, yakni siswa tingkat dasar (pemula),

menengah, dan mahir. Hanya saja dalam makalah ini mengutamakan

pembelajaran BIPA bagi peserta didik tingkat madya (menengah). Peserta

didik BIPA tingkat madya (menengah) adalah pembelajar yang ingin dan ikut

belajar bahasa Indonesia yang bukan berasal dari Indonesia, baik sudah pernah

belajar bahasa Indonesia atau belum pernah belajar bahasa Indonesia. Di

tingkat ini peserta didik tersebut adalah para peserta didik asing yang telah

memiliki keterampilan dalam berbahasa indonesia secara umum. Pada kelas

madya ini lebih dikhususkan terutama untuk membantu peserta untuk

memahami teks-teks dalam berbahasa indonesia untuk berkomunikasi dalam

berbahasa indonesia dan lancar dan secara alami. Pada tingkat ini, peserta

didik disiapkan untuk lebih mendalami dalam menulis sebuah teks yang lebih

kompleks dengan tetap memerhatikan tata bahasa.

Pada pembelajaran BIPA, metode serta media pembelajaran merupakan

hal penting yang harus diperhatikan bagi pengajar. Pasalnya dengan tidak

adanya metode serta media pembelajaran yang efektif dan efisien, maka

pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing tidak akan tersampaikan.

2

Makalah ini akan menyajikan materi pembelajaran BIPA untuk peserta didik

tingkat menengah, dengan menyajikan materi yang beragam terkait

keterampilan menulis untuk penutur asing tingkat menengah, dengan tujuan

peserta didik diharapkan mampu menguasai tata bahasa dan struktur yang ada

dalam bahasa Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing)?

2. Seperti apa media pembelajaran BIPA menulis tingkat madya?

3. Apa saja jenis-jenis tulisan?

3.3 Tujuan Penulisan Makalah

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai penambah

pedoman bagi penyelenggara pengajaran bahasa Indonesia untuk penutur

asing khususnya pada kelas madya mengenai teknik atau metode dalam

penulisan bahasa Indonesia, memahami hakikat menulis dan aspek-aspek

dalam menulis, memahami jenis-jenis tulisan dalam bahasa Indonesia, dan

memahami masalah-masalah pengajaran menulis bagi peserta BIPA.

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian BIPA

Di dalam dunia pendidikan bahasa, dikenal istilah pembelajaran

dan pengajaran. Menurut Stern, pengajaran bahasa adalah semua aktivitas

yang dimaksudkan untuk memfasilitasi pembelajaran bahasa (Stern,

1986). Bahasa adalah salah satu alat komunikasi yang digunakan untuk

menyerap informasi ataupun mentransfernya. Menurut Klein (1990),

bahasa pertama biasanya diperoleh oleh anak-anak yang belum memiliki

bahasa. Sementara itu, bahasa kedua dapat diperoleh dalam berbagai cara,

di segala usia, untuk berbagai tujuan, dan dengan tingkatan yang berbeda.

Dari penjabarannya, Klein membedakan bahasa menjadi bahasa pertama

dan bahasa kedua.

Saville-Troike (2007: 4) mempunyai pengertian tersendiri tentang bahasa

asing, yaitu:

Bahasa asing adalah bahasa yang tidak digunakan secara luas di konteks sosial pemelajar, tetapi mungkin untuk digunakan ketika melakukan perjalanan di masa datang atau situasi komunikasi antar budaya, atau dipelajari sebagai persyaratan kurikulum di sekolah, tetapi tidak sesegera atau terlalu penting untuk penerapan praktis.

4

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahasa

asing adalah bahasa yang dipelajari tidak untuk digunakan sesegera

mungkin dalam konteks komunikasi. Biasanya orang belajar bahasa asing

dengan tujuan agar dapat menggunakannya dalam perjalanan yang

membutuhkan komunikasi antar-budaya.

Selain untuk kebutuhan komunikasi, bahasa asing di institusi

pengajaran juga dipelajari karena merupakan bagian dari kurikulum yang

ditetapkan oleh institusi. Lewis mengatakan bahwa “ordinarily the clearest

distinction between the second and a foreign language is based on the

context of their acquisition” (1974: 32). Berdasarkan cara pemerolehannya

itulah, Lewis membedakan antara bahasa kedua dan bahasa asing. Menurut

Jiang (2004) bahasa asing tidak memainkan peran utama pada diri

pemelajar, tetapi diperlukan sebagai bantuan untuk memasuki wilayah

tempat bahasa itu digunakan sebagai bahasa nasional. Bahasa asing dalam

pemaparan Jiang (2004) biasanya dipelajari di negara asal pemelajar.

2.2 Media Pengajaran BIPA

Tidak selamanya membawa pembelajar ke benda/objek/peristiwa

yang sebenarnya atau sebaliknya membawa benda/objek/peristiwa yang

sebenarnya ke kelas, mungkin dilakukan. Bayangkan kalau pengajar harus

mengajarkan proses terjadinya gerhana bulan. Untuk itu pengajar

memerlukan sumber lain untuk menyampaikan pesan tersebut. Model,

gambar, bagan atau film dapat menyajikan pesan tersebut dengan baik.

5

Pengajar bukanlah satu-satunya sumber belajar. Karena itu,

pembelajar dapat berinteraksi dengan media atau sumber belajar lain.

Dalam pengajaran bahasa Indonesia bagi penurut asing (BIPA)

pun, media pengajaran merupakan salah satu unsur penting dalam

menentukan keberhasilan pengajaran. Segala sesuatu yang dapat

mempermudah pengajaran dan pemahaman materi BIPA dapat disebut

media pengajaran BIPA.

2.2.1 Permainan dan Simulasi

a. Scrabble Bahasa Indonesia

Scrabble bahasa Indonesia dapat digunakan dalam

pengajaran, terutama pengajaran kosakata.

Contoh pengajaran:

pembelajar secara berkelompok memainkan scrabble sesuai

aturan main dengan bimbingan pengajar;

pembelajar diperkenankan membuka kamus bila tidak dapat

menemukan kosakata yang dimaksud; dan

bila ada kata-kata baru yang mereka peroleh, pembelajar

harus menerapkannya dalam kalimat.

b. Ular Tangga Modifikasi

6

Permainan ular tangga dengan modifikasi aturan permainan

dapat digunakan dalam pengajaran. Permainan ini dimanfaatkan

untuk pengajaran kosakata dan tata bahasa

Contoh pengajaran:

pembelajar memainkan permainan ini seperti biasa, dimulai

dengan mengocok dadu; dan

pembelajar memainkan pin sesuai dengan angka dadu

kemudian mengambil kartu yang berisi perintah atau

pertanyaan, misalnya “Buatlah kalimat aktif dengan

menggunakan kata bunga”.

c. Wayang Golek

Wayang golek dapat dimanfaatkan dalam pengajaran

terutama materi yang berkaitan dengan budaya. Wayang dapat

digunakan dalam pengajaran kosakata, berbicara, dan menulis.

Contoh pengajaran:

pembelajar menyimak penjelasan pengajar tentang wayang

yang ada di hadapannya;

pembelajar menyimak kaset wayang yang diperdengarkan;

pembelajar menulis skenario percakapan dengan topik

tertentu secara berkelompok;

7

pembelajar bermain peran dengan menggunakan wayang

tersebut; dan

pengajar mencatat kesalahan kemudian mendiskusikannya

setelah semua kelompok tampil.

d. Pakaian Tradisional

Pakaian tradisional dapat dimanfaatkan dalam pengajaran

yang berkaitan dengan materi budaya. Pengajaran menulis dan

berbicara dapat menggunakan media ini.

Contoh pengajaran:

pembelajar diperkenalkan dengan pakaian tradisional

Sunda;

pembelajar menyimak penjelasan pengajar tentang pakaian

tradisional tersebut;

pembelajar secara berkelompok menulis skenario

percakapan;

pembelajar bermain peran dengan menggunakan pakaian

tradisional tersebut berdasarkan skenario yang telah

dibuatnya; dan

pengajar mencatat kesalahan lalu mendiskusikannya.

8

2.2.2 Lingkungan Sekitar

Lingkungan sekitar pun ternyata cukup efektif bila dijadikan media

pengajaran. Pembelajar dapat memanfaatkannya untuk meningkatkan

kemampuan menyimak, berbicara, dan menulis.

Contoh pengajaran:

a. Sekolah

Segala sesuatu yang ada di sekitar sekolah dapat dijadikan

media pembelajaran yang baik. Pembelajar dapat meningkatkan

kemampuan menyimak, berbicara, dan menulis.

Contoh pengajaran:

pembelajar mengunjungi sekolah dasar terdekat bersama

pengajar;

pembelajar mewawancarai orang-orang yang ada di sana

berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disiapkan

sebelumnya;

pembelajar memperhatikan suasana dan keadaan sekolah

untuk dilaporkan secara lisan dan tertulis; dan

pembelajar menulis laporan kunjungannya dengan singkat.

b. Perpustakaan

Perpustakaan merupakan media yang baik terutama untuk

pembelajar yang berstatus siswa atau mahasiswa.

9

Contoh pengajaran:

pembelajar bersama pengajar mengunjungi perpustakaan;

pembelajar bertanya kepada petugas bagaimana cara

meminjam buku atau hal lain;

pembelajar membaca buku, surat kabar, atau majalah yang

disenanginya; dan

pembelajar melaporkan hasil bacaannya secara tertulis.

c. Tempat Wisata

Materi budaya dapat menggunakan tempat wisata sebagai

media pengajarannya. Media ini dapat digunakan untuk pengajaran

menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Contoh pengajaran:

pembelajar berwisata ke Gunung Tangkuban Perahu di

Jawa Barat;

pembelajar menyimak cerita legenda Gunung Tangkuban

Perahu selama di perjalanan;

pembelajar bercakap-cakap dengan petugas dan wisatawan

domestik yang dijumpainya;

pembelajar membaca rambu-rambu yang ada di tempat

tersebut; dan

pembelajar menulis laporan perjalanan sejak berangkat

hingga pulang.

10

2.3 Jenis-jenis Tulisan

Sebelum diuraikan jenis-jenis tulisan sebagai hasil kegiatan menulis, perlu

diperhatikan terlebih dahulu tahapan proses menulis yang perlu diketahui siswa

BIPA. Berkaitan dengan hal tersebut, Tompkins (1990:73) menyajikan lima tahap,

yaitu seperti berikut ini:

a. Tahap Pramenlis

Pada tahap pramenulis, pembelajar melakukan kegiatan

sebagai berikut:

1) menulis topik berdasarkan pengalaman sendiri;

2) melakukan kegiatan-kegiatan latihan sebelum menulis;

3) mengidentifikasi pembaca tulisan yang akan mereka tulis;

4) mengidentifikasi tujuan kegiatan menulis; dan

5) memilih bentuk tulisan yang tepat berdasarkan pembaca dan

tujuan yang telah mereka tentukan.

b. Tahap Membuat Draft

Kegiatan yang dilakukan oleh pembelajar pada tahap ini

adalah sebagai berikut:

1) membuat draft kasar; dan

2) lebih menekankan isi daripada tata tulis.

c. Tahap Merevisi

11

Yang perlu dilakukan oleh pembelajar pada tahap merevisi

tulisan ini adalah sebagai berikut:

1) berbagi tulisan dengan teman-teman (kelompok);

2) berpartisipasi secara konstruktif dalam diskusi tentang tulisan

teman-teman sekelompok atau sekelas;

3) mengubah tulisan mereka dengan memperhatikan reaksi dan

komentar baik dari pengajar maupun teman; dan

4) membuat perubahan yang substantif pada draft pertama dan

draft berikutnya, sehingga menghasilkan draft akhir.

d. Tahap Menyunting

Pada tahap menyunting, hal-hal yang perlu dilakukan oleh

pembelajar adalah sebagai berikut:

1) membetulkan kesalahan bahasa tulisan mereka sendiri;

2) membantu membetulkan kesalahan bahasa dan tata tulis tulisan

mereka sekelas atau sekelompok; dan

3) mengoreksi kembali kesalahan-kesalahan tata tulisan mereka

sendiri

Pada umumnya, tulisan dapat dikelompokkan atas lima

jenis/bentuk, yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan

persuasi.

Bentuk tulisan narasi dipilih jika penulis ingin bercerita

kepada pembaca. Narasi biasanya ditulis berdasarkan rekaan atau

12

imajinasi. Akan tetapi, narasi juga dapat juga ditulis berdasarkan

pengamatan atau wawancara. Narasi pada umumnya merupakan

himpunan peristiwa yang disusun berdasarkan urutan waktu atau

urutan kejadian. Dalam tulisan narasi, selalu ada tokoh-tokoh yang

terlibat dalam suatu atau berbagai peristiwa. Contoh narasi: cerita

pendek, novel, surat pribadi, dsb.

Bentuk tulisan deskripsi dipilih jika penulis ingin

menggambarkan bentuk, sifat, rasa, corak dari hal yang

diamatinya. Deskripsi juga dilakukan untuk melukiskan perasaan,

seperti bahagia, takut, sepi, sedih, dan sebagainya. Penggambaran

itu mengandalkan pancaindera dalam proses penguraiannya.

Deskripsi yang baik harus didasarkan pada pengamatan yang

cermat dan penyusunan yang tepat. Tujuan deskripsi adalah

membentuk, melalui ungkapan bahasa, imajinasi pembaca agar

dapat membayangkan suasana, orang, peristiwa, dan agar mereka

dapat memahami suatu sensasi atau emosi. Pada umumna, deskipsi

jarang berdiri sendiri. Bentuk tulisan tersebut selalu menjadi

bagian dalam bentuk tulisan lainnya. Contoh: deskripsi dalam

iklan, deskripsi pada laporan, dsb.

Bentuk tulisan eksposisi dipilih jika penulis ingin

memberikan informasi, penjelasan, keterangan atau pemahaman.

Berita merupakan bentuk tulisan eksposisi karena memberikan

informasi. Tulisan dalam majalah juga merupakan eksposisi. Buku

13

teks merupakan bentuk eksposisi. Pada dasarnya, eksposisi

berusaha menjelaskan suatu prosedur atau proses, memberikan

definisi, menerangkan, menjelaskan, menafsirkan gagasan,

menerangkan bagan atau tabel, mengulsa sesuatu. Tulisan

eksposisi sering ditemukan bersama-sama dengan bentuk tulisan

deskripsi. Laras yang termasuk dalam bentuk tulisan eksposisi

adalah buku resep, buku-buku pelajaran, buku teks, dan majalah.

Tulisan berbentuk argumentasi bertujuan meyakinkan

orang, membuktikan pendapat, membuktikan pendapat atau

pendirian pribadi, atau membujuk pembaca agar pendapat pribadi

penulis dapat diterima. Bentuk tulisan tersebut erat kaitannya

dengan eksposisi dan ditunjang oleh deskripsi. Bentuk argumentasi

dikembangkan untuk memberikan penjelasan dan fakta-fakta yang

tepat sebagai alasan untuk menunjang kalimat topik. Kalimat topik,

biasanya merupakan sebuah pernyataan untuk meyakinkan atau

membujuk pembaca. Dalam sebuah majalah atau surat kabar,

misalnya, argumentasi ditemui dalam kolom

opini/wacana/gagasan/pendapat (Keraf, 1989)

Di samping itu, ada jenis tulisan lain yang bertujuan untuk

mempengaruhi pembaca sehingga sependapat dengan penulisnya.

Wacana jenis ini disebut persuasi. Contoh: berbagai jenis iklan,

pidato-pidato saat kampanya, dsb.

14

Semua jenis tulisan tersebut dapat diajatkan kepada siswa

BIPA sesuai kebutuhan mereka. Siswa BIPA yang bertujuan studi

di Indonesia tentu akan membutuhkan semua jenis tulisan, tetapi

siswa yang akan berwisata tentu hanya membutuhkan materi

menulis sederhana saja atau malah tidak memerlukan sama sekali.

2.4 Pengajaran Tata Bahasa Tingkat Madya

Pada tingkat madya, pelajaran tata bahasa berupa pengenalan imbuhan dan

gabungan imbuhan pembentuk kata kerja dan kata benda, pengulangan kata benda

dan kata kerja (yang sudah mengalami pengimbuhan) yang disertai penjelasan

makna yang lebih rinci daripada tingkat dasar.

2.4.1 Penggunaan Afiks

Penggunaan Afiks meN-

Afiks meN- dapat bergabung dengan kata dasar berkategori

verba, nomina, dan adjektifa.

Afiks meN- membentuk verba transitif, yakni verba berobjek.

Ada beberapa verba berafiks meN- yang merupakan verba

intransitif. Kata daasar verba itu berasal dari nomina, adjektiva,

dan numeralia.

SUBJEK PREDIKAT KETERANGAN

Bapak mengopi di ruang depan

15

Wajahnya memerah karena malu

Gabungan berafiks meN- juga membentuk adjektifa,

misalnya menarik, menawan, mempesona.

Contoh: Film komedi itu menarik.

2.4 Sintaksis Pengajaran BIPA Tingkat Madya

a. Kalimat luas dengan konjungsi penanda hubungan urutan waktu

sementara, sambil, menjelang, selama.

Contoh:

1) Robi mengerjakan PR sementara adiknya bermain

2) Dita berjemur di pantai sambil membaca buku

3) Menjelang malam hari, dia beru tiba di rumah

4) Selama tinggal di Jakarta, dia belajar bahasa Indonesia.

b. Kalimat luas dengan konjungsi penanda hubungan sebab akibat

sehingga, berkat

Contoh:

1) Dia masih sakit sehingga hari ini dia belum sekolah

2) Berkat bantuannya, pekerjaanku selesai hari ini.

c. Kalimat luas dengan konjungsi penanda hubungan pertentangan

sedangkan, padahal, merkipun/biarpun/walaupun/sekalipun

1) Sari bertubuh kurus, sedangkan adiknya bertumbuh gemuk

16

2) Dia tidak dapat tidur padahal sudah mengantuk

3) Walaupun hujan deras, dia tetap pergi ke toko itu.

Materi tata bahasa yang diberikan pada tingkat menengah lebih

menekankan pada pola kalimat kompleks. Kalimat kompleks yang

diberikan pada tingkar menengah adalah kalimat kompleks yang

mengandung konjungsi penanda hubungan urutan waktu, sebab akibat, dan

pertentangan. Beberapa konjungsi sudah diberikan pada tingkat dasar. Jadi

pada tingkat menengah diberikan konjungsi lain sebagai perluasan dari

materi kalimat kompleks yang sudah diberikan pada tingkat dasar.

17

BAB III

SIMPULAN

Pembelajaran BIPA pada dasarnya merupakan suatu proses perilaku

belajar yang mengarah pada pembangkitan dan pengkondisian motivasi peserta

didik untuk mampu menguasai bahasa Indonesia secara baik dan benar.

Penguasaan bahasa Indonesia ini baik meliputi kemampuan penguasaan tata

bahasa, ataupun penguasaan sintaksis bahasa Indonesia. Berdasarkan

kemampuannya, peserta didik dalam pembelajaran BIPA dapat diklasifikasikan

atas tiga tingkatan, yakni siswa tingkat dasar (pemula), menengah, dan mahir.

Hanya saja dalam makalah ini mengutamakan pembelajaran BIPA bagi peserta

didik tingkat madya (menengah). Peserta didik BIPA tingkat madya (menengah)

adalah siswa asing yang sedang menduduki kelas pembelajaran bahasa Indonesia

untuk tingkat lanjut.

Pembelajaran BIPA pada dasarnya merupakan suatu proses perilaku

belajar yang mengarah pada pembangkitan dan pengkondisian motivasi peserta

didik untuk mampu menguasai bahasa Indonesia secara baik dan benar.

Penguasaan bahasa Indonesia ini baik meliputi kemampuan penguasaan tata

bahasa, ataupun penguasaan sintaksis bahasa Indonesia. Berdasarkan

kemampuannya, peserta didik dalam pembelajaran BIPA dapat diklasifikasikan

atas tiga tingkatan, yakni siswa tingkat dasar (pemula), menengah, dan mahir.

18

Hanya saja dalam makalah ini mengutamakan pembelajaran BIPA bagi peserta

didik tingkat madya (menengah). Peserta didik BIPA tingkat madya (menengah)

adalah siswa asing yang sedang menduduki kelas pembelajaran bahasa Indonesia

untuk tingkat lanjut.

Dalam pembelajaran BIPA tahap menulis terdapat tahapan proses menulis

diantaranya (a.) tahap pramenulis, (b.) tahap membuat draft, (c.) tahap merevisi,

dan (e.) tahap menyunting. Sedangkan untuk media pembelajaran BIPA tingkat

madya tahap menulis dapat memakai beberapa macam media di antaranya berupa

(1) permainan dan simulasi, contohnya seperti: ular tangga modifikasi, wayang

golek, pakaian tradisional dan (2) lingkungan sekitar, diantaranya: sekolah,

perpustakaan, dan tempat wisata. Pada pembelajaran BIPA tingkat madya

diajarkan pula tata bahasa berupa pengenalan imbuhan dan gabungan imbuhan

pembentuk kata kerja dan kata benda. Kata benda dan kata kerja yang disertai

dengan penjelasan makna yang lebih rinci.

19

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

Bandung: UPI

http://repository.upi.edu/10647/1/s_ind_0706200_bibliography.pdf

Tim BIPA Pusat Bahasa. (2009). Lentera Indonesia 2 Tingkat Madya. Pusat

Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

20