penetasan unggas

Upload: adhariglobalnet

Post on 14-Apr-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/30/2019 PENETASAN UNGGAS

    1/13

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Unggas adalah jenis hewan ternak kelompok burung yang dimanfaatkan untuk daging

    dan/atau telurnya serta jenis burung yang tubuhnya ditutupi oleh bulu. Umumnya unggas

    merupakan bagian dari ordo Gallifores (seperti ayam dan kalkun), dan Anseriformes

    (seperti bebek). Unggas adalah tipe hewan yang berkembangbiak dengan cara bertelur.

    Telur adalah suatu bentuk tempat penimbunan zat gisi seperti air, protein, karbohidrat,

    lemak, vitamin dan mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan embrio sampai menetas.

    Telur yang dapat ditetaskan adalah harus fertil atau yang lazim disebut dengan telur tetas.

    Telur tetas merupakan telur yang sudah dibuahi oleh sel jantan. Bila tidak dibuahi oleh

    sel jantan, telur tersebut disebut telur infertil atau lazim disebut telur konsumsi, artinya

    telur tersebut tidak dapat menetas jika ditetaskan, melainkan hanya untuk dikonsumsi

    saja. Adapun untuk menetaskan telur perlu diperhatikan hal-hal yang menunjang

    keberhasilan dalam menetaskan.

    Untuk memperbanyak populasi hewan unggas seperti itik, ayam, dan burung puyuh

    dibutuhkan cara penetasan telur yang tepat, yaitu pengeraman telur tetas yang akan

    diperbanyak. Pengeraman ini dapat terjadi jika sifat mengerami telur pada unggas itutelah muncul. Misalnya pada ayam buras, sifat mengerami telur tampak jelas sekali. Pada

    saat sifat ini muncul, ayam buras tidak akan mau lagi bertelur. Berbeda dengan ayam ras

    yang sifat mengeramnya dapat diatur atau dihilangkan dari induknya.

    Penetasan pada prinsipnya adalah menyediakan lingkungan yang sesuai untuk

    perkembangan embrio unggas. Lama penetasan telur ditempat pengeraman sangat

    tergantung dari jenis hewannya. Semakin kecil hewan, semakin kecil telur yang

    dihasilkan. Dan, semakin tinggi suhu badan hewan, semakin pendek waktu penetasan

    telurnya. Bila bentuk telur dan ukurannya seragam, waktu penetasan akan selalu hampir

    bersamaan. Berbeda dengan ayam, jenis unggas lain seperti itik dan puyuh tidak

    mempunyai sifat mengeram. Dahulu, untuk memperbanyak populasinya hanya dengan

    seleksi alam, baik oleh induknya maupun oleh lingkungan. Namun saat ini, dengan

    adanya alat penetas buatan akan mempermudah perbanyakan populasi unggas ini.

    1

  • 7/30/2019 PENETASAN UNGGAS

    2/13

    Sudah sejak ribuan tahun sebelum masehi orang berusaha dan mencoba penetasan tiruan

    tanpa melalui induk unggas. Usaha usaha tersebut antaralain dilakukan oleh orang

    Mesir kuno yang pada saat itu memang sudah tinggi kebudayaannya. Usaha usaha lain

    terdapat pula didaratan Cina, juga ribuan tahun sebelum masehi. Di Mesir sebuah alat

    penetas tiruan dengan memanfaatkan sinar matahari telah dicoba orang kala itu, jauh

    sebelum jaman Aristoteles, dan menghasilkan anak ayam yang cukup banyak (persentase

    daya tetas yang tinggi). Alatnya sederhana, berupa tungku tungku yang dapat memuat

    ribuan telur. Mesin tetas modern pertama kali dikembangkan di Amerika Serikat sekitar

    abad 17-an dan berkembang terus hingga kini.

    Di Indonesia, sebenarnya mesin tetas buatan telah ada sebelum zaman kemerdekaan

    dengan prinsip dan cara pengoperasian mirip dengan mesin tetas sekarang. Usaha itu

    mulai dikembangkan pada akhir tahun 1959-an dan berkembang terus hingga kini.

    Walaupun masih dalam bentuk yang sederhana, tetapi Indonesia sudah mampu

    membuatnya. Mulai dari kapasitas seratus hingga ribuan, karena memang prinsipnya

    sederhana.

    1.2 Tujuan

    1. Mengetahui apa itu penetasan telur.

    2. Mengetahui syarat penetasan telur yang baik.

    3. Mengetahui tata laksana penetasan telur.

    4. Mengetahui faktor yang mempengaruhi penetasan telur.

    2

  • 7/30/2019 PENETASAN UNGGAS

    3/13

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Penetasan telur

    Penetasan telur adalah usaha untuk menetaskan telur unggas dengan bantuan mesin

    penetas telur yang sistem atau cara kerjanya mengadopsi tingkah laku (behaviour) induk

    ayam atau unggas lainnya selama masa mengeram. Perbanyakan populasi unggas

    biasanya ditempuh dengan cara menetaskan telur yang sudah dibuahi. Menurut Paimin

    (2000) penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam) dan

    melaui penetasan buatan (mesin tetas). Kapasitas produksi unggas sekali pengeraman

    hanya sekitar 10 15 butir telur. Akan tetapi, untuk mesin tetas sangat bervariasi

    tergantung kapasitas mesinnya (minimal 100 butir telur).

    1. Menetaskan telur dengan induk ayam

    Pengeraman telur secara alami (dengan induk ayam) untuk memeperbanyak populasi

    telah dilakukansejak adanya pemeliharaan ayam. Saat itu belum ada alat pengganti induk

    ayam. Semua proses penetasan ditumpukan sepenuhnya pada induk ayam itu sendiri.

    Yang perlu disiapkan untuk proses ini adalah tempat penetasan telur yang kelak akan

    menghasilkan individu baru. Tempat penetasan ini biasa disebut sarang atau sangkar.

    Alasnya terbuat dari rumput atau jerami yang bersih dan lembut. Biasanya induk akan

    membuat sendiri sarangnya dengan menggunakan naluri kehewanan nya dan dapat

    menentukan baik tidaknya sarang yang telah dibuatnya. Bila hal ini diabaikan, kegagalan

    penetasan menjadi lebih besar.

    Saat ini campur tangan manusia dalam pembuatan sangkar telah dilakukan, terutama pada

    induk ayam yang baru belajar mengerami telurnya (Paimin, 2000). Penetasan telur secara

    alami mudah dilakukan karena pengeraman telur sepenuhnya diserahkan pada induknya

    sehingga tidak memerlukan pengetahuan khusus, tidak memerlukan peralatan khusus

    serta tidak ada ketergantungan terhadap tersedianya sumber panas. Akan tetapi, kejelekan

    dari penetasan alami diantaranya adalah kapasitasnya kecil, selama mengerami telurnya

    tidak berproduksi telur serta memudahkan penularan penyakit dari induk kepada yang

    baru menetas (Sukardi, 1999).

    3

  • 7/30/2019 PENETASAN UNGGAS

    4/13

    2. Menetaskan telur dengan alat tetas buatan

    Berbeda dengan cara pertama, maka pada cara kedua ini 100% aktivitas penetasan itu

    membutuhkan campur tangan manusia dan sang induk tidak tahu menahu masalah

    penetasan. Induk unggas itu hanya bertelur dan tidak punya tugas untuk menetaskan telur

    tetas melalui aktivitas pengeraman. Selama mengeram hingga anaknya disapih, ayam

    atau unggas itu tidak akan bertelur (Rasyaf, 1990).

    Penetasan buatan dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut mesin tetas atau

    inkubator. Pada prinsipnya penetasan buatan sama dengan penetasan alami, yaitu

    menyediakan kondisi lingkungan (temperatur, kelembaban dan sirkulasi udara) yang

    sesuai agar embrio dalam telur berkembang dengan optimal, sehingga telur dapat menetas

    (Sukardi, 1999). Penetasan dengan alat tetas buatan terbagi atas dua car, yaitu dengan

    matahari dan sekam serta mesin tetas. Alat alat ini sederhana, bahkan dapat kita buat

    sendiri. Dari kedua jenis ini pun terdapat bermacam macam jenis alat tetas yang prinsip

    kerjanya sama, karena umumnya menggunakan tenaga panas, baik panas matahari

    maupun panas listrik ataulampu teplok (Paimin, 2000).

    Mengapa penetasan telur perlu dilakukan ?

    1. Karena ada jenis unggas yang mempunyai naluri atau sifat mengeram sedikit atau

    bahkan tidak punya sifat itu seperti itik, ayam arab, dan puyuh. Kalau menggunakan jasa

    menthok atau lainnya maka perlu tambahan biaya untuk pemeliharaan menthok tersebut.

    2. Jumlah telur yang mampu dierami induk terbatas sehingga menyulitkan

    manajeman pemeliharaan. Jika mempunyai 10 ekor induk. Saat sekarang ada yang

    menetas, tiga hari kemudian ada yang menetas lagi, dua minggu ada yang menetas

    lagi, bahkan ada yang menetas mungkin satu-dua bulan lagi. Betapa kacaunya

    model pemeliharaannya karena harus punya beberapa kandang pembesaran.

    3. Agar produksi dari seekor induk lebih banyak. Hal ini disebabkan umur

    untuk berproduksi berkurang dengan adanya sifat mengeram dan mengasuh anak.

    Sehingga yang semula seekor induk hanya mampu berproduksi telur hanya 60-75

    butir/tahun dapat meningkat menjadi 100-120 butir/tahun.

    4. Sebagai sarana pencegahan penyakit. karena di dalam proses penetasan

    buatan terdapat program penyucihamaan telur dan ruangan mesin tetas dengan

    4

  • 7/30/2019 PENETASAN UNGGAS

    5/13

    desinfektan. Kalau penyucihamaan dilakukan dengan benar maka dapat memutus

    jalur penyebaran penyakit yang merugikan dapat merugikan (Harianto, 2008).

    2.2 Syarat Syarat Penetasan Telur

    Agar mencapai hasil yang diinginkan, maka telur yang ditetaskan harus memenuhi syarat

    syarat sebagai berikut :

    1. Suhu dan perkembangan embrio

    Embrio akan berkembang cepat selama suhu telur tetap di atas 900F (32, 220C) dan akan

    berhenti berkembang jika suhu dibawah 800F (26,660C), sesudah telur diletakan dalam

    alat penetasan atau mesin tetas, pembelahan sel segera berlangsung dan embrio akan

    terus berkembang sempurna dan menetas. Perlu diperhatikan bahwa suhu ruang

    penetasan harus sedikit diatas suhu telur yang dibutuhkan. Sehingga suhu yangdiperlakukan untuk penetasan telur ayam menurut kondisi buatan dapat sedikit berbeda

    dengan suhu optimum telur untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Mulai hari pertama

    hingga hari kedelapan belas diperlukan suhu ruang penetasan antara99 1000F (35

    41,110C), sedangkan pada hari kesembilan belas hingga menetas, sebaiknya suhu

    diturunkan sekitar 2 30F (0,55 1,110C). Adapun suhu yang umum untuk penetasan

    telur ayam adalah sekitar 101 1050F (38,33 40,550C) atau rata rata sekitar 100,40F.

    Cara ini bertujuan untuk mendapatkan suhu telur tetas yang diinginkan.

    2. Kelembapan dalam induk buatan

    Selama penetasan berlangsung diperlukan kelembapan yang sesuai dengan

    perkembangan dan pertumbuhan embrio. Kelembaban nisbi yang umum untuk penetasan

    telur ayam sekitar 60 70 %. Kelembaban juga mempengaruhi proses metabolisme

    kalsium (Ca) pada embrio. Saat kelembaban nisbi terlalutinggi, perpindahan Ca dari

    kerabang ketulang tulang dalamperkembangan embrio lebih banyak. Pertumbuhan

    embrio dapat diperlambat oleh keadaan kelembaban udara yang terlalu tinggi atau terlalu

    rendah. Sedangkan pertumbuhan embrio optimum akan diperoleh pada kelembaban nisbi

    mendekati 60%.

    Mulai hari pertama hiungga hari kedelapan belas kelembaban nisbi yang diperlukan

    sebesar 60%, sedangkan untuk hari hari berikutnya diperlukan 70%. Biasanya,

    5

  • 7/30/2019 PENETASAN UNGGAS

    6/13

    kelembaban dapat diatur dengan memberikan air kedalam mesin tetas dengan cara

    meletakannya dalam wadah ceper.

    3. Ventilasi

    Perkembangan normal embrio membutuhkan oksigen (O2) dan mengeluarkan

    karbondioksida (CO2) melalui pori pori kerabang telur. Untuk itulah didalam mesin

    tetas harus cukup tersedia oksigen.

    Jika kerabang tertutup oleh kotoran, pertukaran gas oksigen dan karbondioksida akan

    mengalami gangguan. Dala keadaan yang demikian kadar karbondioksida akan

    meningkat sekitar 0,5%, sedangkan kadar oksigen menurun sekitar 0,5%. Peningkatan

    kadar karbondioksida yang terlalu tinggi dapat menyebabkan berkurangnya daya teteas

    telur. Jika kadar karbondioksida meningkat 1%, maka kematian embrio dapat meningkat.

    Sedangkan jika peningkatan sebesar 5%, embrio akan mati sebelum menetas. Penigkatan

    kadar karbondioksida yang masih diperbolehkan adalah sebesar 0,5 0,8%, dengan kadar

    optimum 0.5%. Menurut Djanah Djamalin (1981), perimbangan udara dalam mesin tetas

    selama periode penetasan adalah 0,5% gas CO2 dan 21% O2 (Paimin,2000).

    Jangka waktu lamanya penetasan yang diperlukan pada masing masing spesies unggas

    berbeda satu sama lain. Ada kecenderungan, semakin besar ukuran tubuh dari masing

    masing spesies semakin besar pula ukuran telurnya dan semakin lama jangka waktu yang

    diperlukan untuk menetaskan telurnya. Jangka waktu yang diperlukan untuk penetasan

    telur pada masing masing spesie dapat dilihat pada tabel berikut :

    Spesies Periode penetasan (hari)

    Ostrich 42

    Angsa 35

    Itik manila 35

    Kalkun 35

    Itik 28

    Puyuh bobwhite 24

    Ayam 21

    Puyuh Jepang 17Burung merpati 17

    (Sukardi, 1999).

    2.3 Tata laksana Penetasan Telur

    Keberhasilan penetasan telur sangat tergantung pada manajemen penetasan. Hal hal

    yang perlu diperhatikan pada tatalaksana penetasan adalah :

    6

  • 7/30/2019 PENETASAN UNGGAS

    7/13

    1. Sesuai dengan kegunaannya, telur dibedakan menjadi dua macam, yaitu telur

    konsumsi dan telur tetas. Telur konsumsi umumnya berasal dari unggas yang tidak

    dikawinkan, sehingga didalamnya tidak terkandung embrio (infertil). Jika telur tersebut

    dierami, maka telur tersebut tidak dapat menetas, telur tetas adalah telur yang berasal dari

    induk yang dikawinkan, sehingga Pemilihan telur

    didalamnya terdapat embrio yang dapat berkembang bila kondisi lingkungannya sesuai.

    Hal hal yang perlu diperhatikan dalam memilih teluryang akan ditetaskan adalah :

    a. Asal telur ; telur yang akan ditetaskan harus berasal dari induk yang dikawinkan.

    b. Besar telu ; telur yang terlalu kecil ataupun terlalu besar mempunyai daya tetas yang

    rendah. Disamping itu ukuran (bobot) telur mempunyai korelasi positif dengan bobot

    tetas, sehingga telur yang kecil akan menghasilkan bobot tetas yang kecil, demikian pula

    sebaliknya.

    c. Bentuk telur ; telur mempunyai bentuk oval (bulat telur) dengan dua ujung yaitu

    ujung tumpul dan ujung lancip. Telur yang normal memiliki indeks telur sekitar 74%.

    d. Kerabang telur ; kerabang telur disamping penting sebagai sumber mineral untuk

    pertumbuhan embrio, juga untuk melindungi isi sel telur dari gangguan fisik serta

    mencegah masuknya mikroba yang dapat merusak isi telur sehingga daya tetasnya

    rendah.

    2. Fumigasi

    Telur yang baru diambil dari kandang telah tercemar mikroba yang populasinya

    tergantung pada tingkat kebersihan telur. Fumigasi merupakan upaya untuk membasmi

    mikroba tersebut. Fumigasi dengan menggunakan gas formaldehyde digunakan secara

    luas pada perusahaan penetasan telur, karena disamping mudah dilakukan, gas tersebut

    mempunytai daya basmi terhadap mikroba yang tinggi ( Sukardi, 1999).

    Persiapan penetasan

    Dengan melakukan sanitasi / membersihkan mesin tetas dari segala kotoran,

    kemudian dilakukan fumigasi dengan menggunakan KMnO4 dan Formalin 40%, dengan

    perbandingan untuk 1 m diperlukan KMnO4 6 gram dan Formalin 40% 12 ml.

    Wadah/bak air diisi dengan air hangat-hangat kuku (38,5C), setelah itu bak air

    dimasukkan dalam mesin tetas.

    7

  • 7/30/2019 PENETASAN UNGGAS

    8/13

    Hidupkan mesin tetas dan stabilkan suhu dalam mesin tetas hingga mendapatkan

    suhu yang konstan pada skala 101F. Cara mengatur suhu dengan merubah kedudukan

    skrup termostat, apabila suhu belum mencapai 101F lampu sudah mati maka skrup pada

    termostat diputar ke kiri sampai menyala, atau sebaliknya apabila suhu sudah mencapai

    101F tetapi lampu belum mati maka skrup pada termostat diputar ke kanan sampai

    lampu mati. Pekerjaan ini di ulang-ulang hingga diperoleh suhu 101F, kemudian tunggu

    selama 24 jam, apabila sudah tidak berubah lagi maka mesin tetas sudah siap digunakan.

    Susun telur yang akan ditetaskan pada rak telur dengan posisi kemiringan 45 derajat,

    dan bagian ujung tumpul berada diatas.

    Penambahan kelembaban, untuk telur itik perlu dilakukan penambahan kelembaban

    dengan pengabutan air pada telur maupun dalam mesin atau telur di basahi dengan air

    hangat dilakukan setiap pembalikan telur.

    Pelaksanaan penetasan.

    8

  • 7/30/2019 PENETASAN UNGGAS

    9/13

    a. Hari ke 1 : Masukkan telur ke dalam mesin tetas setelah langkah-langkah persiapan

    sudah siap. Ventilasi ditutup rapat, suhu 101F, catat posisi telur pada kartu kontrol.

    Lakukan pemerikasaan telur (candling) setelah 24 jam.

    b. Hari ke 2 : Mesin tetas dibiarkan tertutup rapat, Suhu 101F.

    c. Hari ke 3 : Mesin tetas dibiarkan tertutup rapat, Suhu 101F.

    d. Hari ke 4 : Mulai pemutaran telur, pemutaran telur dilakukan sehari 3 kali yakni pagi

    jam 06.00, siang jam 14.00, malam jam 22.00 (interval 8 jam) dengan cara membalik,

    mengeluarkan telur beserta raknya. Pemutaran dilakukan diluar sambil pendinginan 10

    15 menit (Putar 3 kali dan pendinginan), Suhu 101F. Ventilasi dibuka bagian, jangan

    lupa dicatat.

    e. Hari ke 5 : Putar 3 kali dan pendinginan, ventilasi dibuka bagian.

    f. Hari ke 6 : Putar 3 kali dan pendinginan, ventilasi dibuka bagian.

    g. Hari ke 7 : Putar 3 kali dan pendinginan, dilakukan pemeriksaan telur dan hanya telur yang

    embrionya hidup yang dimasukkan kembali kedalam mesin tetas, suhu 101 F, ventilasi

    dibuka seluruhnya, air diperiksa dan jangan lupa dicatat.

    h. Hari ke 8 : Putar 3 kali dan pendinginan, kontrol air. ventilasi dibuka seluruhnya.

    i. Hari ke 9 : Putar 3 kali dan pendinginan.

    j. Hari ke 10 : Putar 3 kali dan pendinginan.

    k. Hari ke 11 : Putar 3 kali dan pendinginan.

    l. Hari ke 12 : Putar 3 kali dan pendinginan.

    m. Hari ke 13 : Putar 3 kali dan pendinginan, kontrol air.

    n. Hari ke 14 : Putar 3 kali dan pendinginan. dilakukan pemeriksaan telur ke dua.

    o. Hari ke 15 : Putar 3 kali dan pendinginan.

    p. Hari ke 16 : Putar 3 kali dan pendinginan.

    q. Hari ke 17 : Putar 3 kali dan pendinginan.

    r. Hari ke 18 : Putar 3 kali dan pendinginan.

    s. Hari ke 19 : Putar 3 kali dan pendinginan.

    t. Hari ke 20 : Putar 3 kali dan pendinginan.

    u. Hari ke 21 : Putar 3 kali dan pendinginan.

    v. Hari ke 22 : Putar 3 kali dan pendinginan.

    w. Hari ke 23 : Putar 3 kali dan pendinginan.

    9

  • 7/30/2019 PENETASAN UNGGAS

    10/13

    x. Hari ke 24 : Putar 3 kali dan pendinginan.

    y. Hari ke 25 : Putar 3 kali dan pendinginan. dilakukan pemeriksaan telur ke tiga, suhu

    dikontrol. Ventilasi dibuka seluruhnya, air diperiksa jika perlu ditambah dengan air

    hangat. Jangan lupa dicatat.

    z. Hari ke 26 : Tidak dilakukan pemutaran tetapi tetap dikontrol.

    aa. Hari ke 28 : Pada hari ini biasanya telur sudah mulai retak.

    ab. Hari ke 29 : Pada hari ini biasanya telur sudah menetas, anak itik yang sudah kering

    dikeluarkan dari mesin tetas.

    Penanganan Anak itik

    Setelah anak itik menetas mencapai umur satu hari, anak itik dipindahkan ke kandang

    box dan diberi pemanas sebagai ganti induk itik dan diberi pakan starter, pemeliharaan

    selanjutnya seperti memelihara itik unggas pada umumnya, untuk itik seyogyanya

    pemberian pakan dicampur air (sedikit basah).

    Pengakhiran praktikum

    Mesin tetas yang sudah selesai digunakan dicuci sampai bersih dan dicucihamakan

    kemudian dikembalikan ke ruang penetasan, seperti kondisi saat peminjaman, keadaan

    mesin tetas utuh, peralatan thermometer, rak maupun perlengkapan lainnya dikembalikan

    untuk disimpan atau digunakan lagi (Nuryati, 2000).

    2.4 Faktor yang mempengaruhi Penetasan.

    10

  • 7/30/2019 PENETASAN UNGGAS

    11/13

    Beberapa faktor yang sangat berpengaruh dan harus menjadi perhatian khusus selama

    proses penetasan berlangsung adalah :

    1. Sumber panas, karena mesin tetas ini sumber panasnya dari energi listrik dan

    sebagai media penghantar panasnya menggunakan lampu pijar, maka selama proses

    penetasan berlansung lampu pijar harus diusahakan tidak terputus, kalau lampu pijar

    terputus harus segera diganti. Lampu pijar harus mampu menghantarkan panas yang

    dibutuhkan untuk penetasan yakni 101F (38,5C), untuk menjaga kestabilan suhu

    digunakan alat yang namanya termoregulator.

    2. Air, berfungsi sebagai bahan untuk mempertahankan kelembaban didalam ruangan

    mesin tetas, oleh karena itu air didalam mesin selama proses penetasan berlangsung tidak

    boleh kering. Kelembaban yang dibutuhkan pada penetasan umur 1 hari 25 hari adalah

    yang ideal antara 60% - 70%, sedangkan pada hari ke 26 sampai menetas membutuhkan

    lebih tinggi yaitu 75%.

    3. Operator, adalah orang yang mengoperasikan mesin tetas. Tugas operator selama

    penetasan adalah :

    a. Mengatur suhu ruangan mesin tetas sesuai dengan suhu yang ditentukan.

    b. Mengatur dan mengontrol kelembaban ruangan mesin tetas.

    c. Mengatur ventilasi mesin tetas.

    d. Melakukan pembalikan / pemutaran telur.

    e. Melakukan pemeriksaan telur dengan alat teropong.

    f. Mencatat semua kegiatan yang dilakukan selama penetasan berlangsung.

    4. Pemutaran telur, mempunyai tujuan untuk memberikan panas secara merata pada

    permukaan telur, Selain itu untuk mencegah agar embrio tidak menempel pada salah satu

    sisi kerabang telur. Pemutaran telur dilakukan dengan mengubah posisi telur dari kiri ke

    kanan atau sebaliknya, untuk telur dengan posisi mendatar yang bawah diputar menjadi

    diatas, apabila telur diberdirikan bagian yang tumpul harus diatas.

    5. Peneropongan, dilakukan karena untuk mengetahui keberadaan atau perkembangan

    embrio secara dini. Peneropongan biasanya dilakukan sebanyak 3 kali selama penetasan

    berlangsung yaitu pada hari ke 1, ke 7 dan hari ke 25 ( Gatot, 2009).

    11

  • 7/30/2019 PENETASAN UNGGAS

    12/13

    BAB III

    PENUTUP

    3.1. Kesimpulan

    a. Penetasan telur adalah usaha untuk menetaskan telur unggas dengan bantuan mesin

    penetas telur yang sistem atau cara kerjanya mengadopsi tingkah laku (behaviour) induk

    ayam atau unggas lainnya selama masa mengeram.

    b. Syarat syarat penetasan telur : suhu dan perkembangan embrio, kelembapan

    dalam induk buatan dan ventilasi.

    c. Tata laksana meliputi pemilihan telur dan fumigasi.

    d. Faktor yang mempengaruhi Penetasanyaitu :

    - Sumber panas,

    - Air,

    - Operator,

    - Pemutaran telur,

    - Peneropongan.

    12

  • 7/30/2019 PENETASAN UNGGAS

    13/13

    DAFTAR PUSTAKA

    Gatot, 2009. Penetasan Telur. http://gatotleo.blogspot.com/2009/05/penetasan-

    telur.html. diakses tanggal 5 Mei 2012.

    Harianto, Agus. 2008. Tips dan Trik dalam Penetasan Telur Unggas.

    http://sentralternak.com/index.php/2008/09/01/tips-dan-trik-dalam-penetasan-telur-

    unggas/. Diakses tanggal 25 Mei 2012.

    Nuryati, Tutik, dkk. 2000. Sukses Menetaskan Telur. PT Penebar Swadaya. Jakarta.

    Paimin, Farry. 2000.Membuat Dan Mengelola Mesin Tetas. Penebar Swadaya. Jakarta.

    Rasyaf, Muhammad. 1990.Pengelolaan Penetasan. Kanisius. Yogyakarta.

    Sukardi, dkk. 1999.Dasar Ternak Unggas. Fakultas Peternakan UNSOED. Purwokerto.

    13

    http://gatotleo.blogspot.com/2009/05/penetasan-telur.htmlhttp://gatotleo.blogspot.com/2009/05/penetasan-telur.htmlhttp://sentralternak.com/index.php/2008/09/01/tips-dan-trik-dalam-penetasan-telur-unggas/http://sentralternak.com/index.php/2008/09/01/tips-dan-trik-dalam-penetasan-telur-unggas/http://gatotleo.blogspot.com/2009/05/penetasan-telur.htmlhttp://gatotleo.blogspot.com/2009/05/penetasan-telur.htmlhttp://sentralternak.com/index.php/2008/09/01/tips-dan-trik-dalam-penetasan-telur-unggas/http://sentralternak.com/index.php/2008/09/01/tips-dan-trik-dalam-penetasan-telur-unggas/