penerimaan daerah dari bagi hasil sumber daya alam...3 tahapan-tahapan estimasi untuk minyak bumi...

31
1 Penerimaan Daerah Dari Bagi Hasil Sumber Daya Alam (bagian akhir dari dua tulisan) Tim Gabungan dari LPEM-FE UI, Bappenas, NRM, dan BPPT *) Tulisan ini merupakan bagian kedua dari tulisan dengan judul yang sama yang dimuat di majalah ini. Pada bagian kedua ini akan dibahas beberapa metoda yang berkembang dalam mengestimasi penerimaan Bagi Hasil Sumber Daya Alam. Di akhir dari bagian kedua ini akan diuraikan kesimpulan dari seluruh tulisan ini (bagian I dan II). 4. Metode Estimasi Perhitungan Sumber Daya Alam Kendala yang sangat besar dalam perhitungan penerimaan Bagi Hasil Sumber Daya Alam adalah data. Data yang diperlukan dalam perhitungan bagi hasil yang sesuai dengan peraturan pemerintah masih belum tersedia sampai saat ini. Karenanya pekerjaan ini lebih diarahkan pada menjelaskan beberapa metode estimasi penerimaan Bagi Hasil Sumber Daya Alam, bukan pada hasil perhitungannya. Perhitungan dipekerjaan ini tetap dilakukan, tapi hanya untuk contoh perhitungan. Harapannya pembaca dapat mengumpulkan data yang lebih lengkap dan melakukan perhitungan untuk provinsi/kabupaten/kota yang menjadi perhatiannya. Dua metode estimasi yang diuraikan dibagian ini adalah metode estimasi penerimaan Bagi Hasil Sumber Daya Alam yang dikembangkan oleh LPEM-FEUI dan NRM. 1 4.1. Metode LPEM-FEUI Metode ini akan diterapkan untuk menghitung bagi hasil sumber daya alam migas dan pertambangan, sedangkan untuk perikanan dan kehutanan belum dapat dilakukan karena sulitnya menemukan proksi data yang cocok untuk kedua sumber daya tersebut. Dalam perhitungannya metode LPEM-FEUI dapat menghitung penerimaan bagi hasil minyak dan gas sampai tingkatan kabupaten/kota. *) Tim terdiri dari Raksasa Mahi (LPEM-FE UI), Anton Hendranata (LPEM-FE UI), Vid Adrison (LPEM-FE UI), Riatu Mariatul Qibthiyyah (LPEM-FE UI), Budy Resosudarmo (BPPT), Timothy Brown (NRM), Virza Sasmitawidjaja (NRM), Vivi Yulaswati Hadi (Bappenas), dan Mas Wedar H. Adji (Bappenas)-red. 1 Pencarian data dan perhitungan untuk tulisan ini dilakukan dari sekitar Februari 2000 sampai dengan sekitar Juli 2000. Karenanya nama kementerian/departemen dalam tulisan ini masih menggunakan nama kementerian/departemen pada perioda tersebut. Pembaca diminta menyesuaikan sendiri nama- nama ini dengan nama kementerian/departement saat ini.

Upload: others

Post on 27-Oct-2020

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penerimaan Daerah Dari Bagi Hasil Sumber Daya Alam...3 tahapan-tahapan estimasi untuk minyak bumi dan gas alam menurut pendekatan LPEM FEUI. 4.1.1.1. Minyak Bumi Tahap-tahap perhitungan

1

Penerimaan Daerah Dari Bagi Hasil Sumber Daya Alam

(bagian akhir dari dua tulisan)

Tim Gabungan dari LPEM-FE UI, Bappenas, NRM, dan BPPT *)

Tulisan ini merupakan bagian kedua dari tulisan dengan judul yang sama yang dimuat di majalah ini. Pada bagian kedua ini akan dibahas beberapa metoda yang berkembang dalam mengestimasi penerimaan Bagi Hasil Sumber Daya Alam. Di akhir dari bagian kedua ini akan diuraikan kesimpulan dari seluruh tulisan ini (bagian I dan II).

4. Metode Estimasi Perhitungan Sumber Daya Alam

Kendala yang sangat besar dalam perhitungan penerimaan Bagi Hasil Sumber Daya Alam adalah data. Data yang diperlukan dalam perhitungan bagi hasil yang sesuai dengan peraturan pemerintah masih belum tersedia sampai saat ini. Karenanya pekerjaan ini lebih diarahkan pada menjelaskan beberapa metode estimasi penerimaan Bagi Hasil Sumber Daya Alam, bukan pada hasil perhitungannya. Perhitungan dipekerjaan ini tetap dilakukan, tapi hanya untuk contoh perhitungan. Harapannya pembaca dapat mengumpulkan data yang lebih lengkap dan melakukan perhitungan untuk provinsi/kabupaten/kota yang menjadi perhatiannya.

Dua metode estimasi yang diuraikan dibagian ini adalah metode estimasi penerimaan Bagi Hasil Sumber Daya Alam yang dikembangkan oleh LPEM-FEUI dan NRM.1

4.1. Metode LPEM-FEUI

Metode ini akan diterapkan untuk menghitung bagi hasil sumber daya alam migas dan pertambangan, sedangkan untuk perikanan dan kehutanan belum dapat dilakukan karena sulitnya menemukan proksi data yang cocok untuk kedua sumber daya tersebut. Dalam perhitungannya metode LPEM-FEUI dapat menghitung penerimaan bagi hasil minyak dan gas sampai tingkatan kabupaten/kota.

*) Tim terdiri dari Raksasa Mahi (LPEM-FE UI), Anton Hendranata (LPEM-FE UI), Vid Adrison (LPEM-FE UI),

Riatu Mariatul Qibthiyyah (LPEM-FE UI), Budy Resosudarmo (BPPT), Timothy Brown (NRM), Virza Sasmitawidjaja (NRM), Vivi Yulaswati Hadi (Bappenas), dan Mas Wedar H. Adji (Bappenas)-red.

1 Pencarian data dan perhitungan untuk tulisan ini dilakukan dari sekitar Februari 2000 sampai dengan sekitar Juli 2000. Karenanya nama kementerian/departemen dalam tulisan ini masih menggunakan nama kementerian/departemen pada perioda tersebut. Pembaca diminta menyesuaikan sendiri nama-nama ini dengan nama kementerian/departement saat ini.

Page 2: Penerimaan Daerah Dari Bagi Hasil Sumber Daya Alam...3 tahapan-tahapan estimasi untuk minyak bumi dan gas alam menurut pendekatan LPEM FEUI. 4.1.1.1. Minyak Bumi Tahap-tahap perhitungan

2

4.1.1. Minyak Bumi dan Gas Alam

Perhitungan untuk minyak bumi dan gas alam di bawah ini mencoba mengaplikasikan peraturan pemerintah seperti yang disajikan Diagram 1 pada pembahasan sebelumnya. Seperti yang telah diuraikan dalam Bab 3, sebagai dasar perhitungan jumlah uang yang akan dibagikan antara pemerintah dan kontraktor digunakan net operating income (NOI), yaitu penerimaan bersih setelah dikurangi berbagai pembiayaan operasional.

Data NOI umumnya sulit didapat. Data ekonomi yang dapat dipergunakan untuk memperkirakan besarnya NOI dari sumber daya alam minyak bumi dan gas alam di suatu provinsi adalah Tabel Input-Output Provinsi/Kabupaten/Kota. Dengan menggunakan data Input-Output, akan diperoleh besaran nilai sisa hasil usaha (SHU), yaitu besarnya keuntungan bersih kegiatan sector minyak bumi dan gas alam setelah penerimaan dikurangi berbagai biaya operasional. SHU ini merupakan proksi besaran NOI dalam rumusan perhitungan bagi hasil SDA minyak bumi dan gas alam. Namun demikian, tidak setiap provinsi/kabupaten/kota memiliki Tabel Input-Output, karenanya untuk mengestimasi besar NOI di tingkat provinsi digunakan Tabel Input-Output Nasional dan data PDRB Provinsi/Kabupaten/Kota menurut sektor ekonomi.2

Dari Tabel Input-Output Nasional diperoleh rasio SHU nasional untuk minyak bumi dan gas alam terhadap value-added nasional (atau total output nasional) untuk minyak bumi dan gas alam. Rasio tersebut dipergunakan untuk melakukan estimasi penerimaan SDA bersangkutan di suatu provinsi yaitu dengan cara mengalikan rasio tersebut dengan PDRB Provinsi/Kabupaten/Kota untuk sektor minyak bumi dan gas alam. Rumusan yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

NOI migas provinsi/kabupaten/kota i = (SHUmigas nasional/VA migas nasional) x PDRB migas provinsi/kabupaten/kota i

Mengeluarkan komponen pajak (PPN, PBB, pajak daerah, retribusi, PPs + PPh dan retensi pertamina) dilakukan dengan mengalikan hasil perhitungan NOI 53.40% dan 26.81% berturut-turut untuk minyak bumi dan gas alam (persentase komponen bukan pajak yang akan dibagikan ke pemerintah pusat dan daerah). Setelah diperoleh nilai yang akan dibagikan antara pemerintah pusat dan daerah baru diterapkan UU No. 25/1999 untuk mendistribusikannya ke masing-masing daerah.

Mengingat bahwa besarnya bagi hasil untuk minyak bumi dan gas alam harus diestimasi secara sendiri-sendiri, maka untuk lebih lengkapnya, berikut ini dipaparkan

2 Jika yang dimiliki adalah PDRB tingkat kabupaten/kota, maka estimasi NOI dapat dilakukan hingga

tingkat kabupaten/kota. Pada tulisan ini hanya digunakan PDRB tingkat provinsi, karenanya estimasi NOI dilakukan di tingkat provinsi.

Page 3: Penerimaan Daerah Dari Bagi Hasil Sumber Daya Alam...3 tahapan-tahapan estimasi untuk minyak bumi dan gas alam menurut pendekatan LPEM FEUI. 4.1.1.1. Minyak Bumi Tahap-tahap perhitungan

3

tahapan-tahapan estimasi untuk minyak bumi dan gas alam menurut pendekatan LPEM FEUI.

4.1.1.1. Minyak Bumi

Tahap-tahap perhitungan bagi hasil sumber daya alam minyak bumi yaitu (lihat Gambar 1):

• Tahap 1: mengumpulkan data PDRB minyak bumi dan gas alam menurut provinsi/kabupaten/kota penghasil.

• Tahap 2: menghitung net operating income (NOI = pendapatan kotor – biaya produksi) dengan rumus: PDRB(provinsi/kabupaten/kota)migas x SHU(nasional)migas / VA(nasional)migas. Sisa hasil usaha (SHU) dan nilai tambah (VA) migas diperoleh dari Tabel Input-Output nasional yang diaplikasikan ke seluruh daerah.

• Tahap 3: menghitung berapa total penerimaan minyak bumi yang akan diperoleh oleh pemerintah dan kontraktor dengan rumus: hasil Tahap 2 dikalikan dengan proporsi lifting minyak bumi terhadap total lifting minyak bumi dan gas alam menurut provinsi/kabupaten/kota penghasil. Data lifting minyak dan gas menurut provinsi/kabupaten/kota bersumber dari Deptamben.3

• Tahap 4: menghitung total bagi hasil sumber daya alam minyak bumi yang akan dibagikan ke pemerintah pusat dan daerah dengan rumus: hasil Tahap 3 dikalikan dengan 0,5340. Angka 0,5340 merupakan penerimaan pemerintah komponen bukan pajak bersumber dari minyak bumi (lihat Diagram 1).

• Tahap 5: menghitung penerimaan bagi hasil sumber daya alam minyak bumi antara pemerintah pusat dan daerah dengan menggunakan UU No. 25/1999. Berikut ini adalah perhitungan penerimaan daerah di suatu provinsi dimana di dalamnya ada satu atau lebih kabupaten/kota yang melakukan kegiatan penambangan minyak bumi:

• Daerah Provinsi Penghasil:

BAGIANPROPINSI = [PDRB(provinsi/kabupaten/kota ke i)migas x SHU(nasional)migas / VA(nasional)migas] x (proporsi minyak bumi di provinsi/kabupaten/kota penghasil ke i x 0.5340 x 0.03)

• Daerah kabupaten/kota:

• Kabupaten/Kota Penghasil: 3 Tabel Input-Output dan data PDRB yang relatif mudah didapat tidak memisahkan sektor minyak bumi

dan gas alam; dengan kata lain, minyak bumi dan gas alam merupakan satu sektor. Jika data PDRB dan Tabel Input-Output memisahkan minyak bumi dan gas alam menjadi dua sektor maka Tahap 3 ini tidak perlu dilakukan dan rumus di Tahap 2 menjadi: NOIminyak = PDRBminyak x SHUminyak/VAminyak.

Page 4: Penerimaan Daerah Dari Bagi Hasil Sumber Daya Alam...3 tahapan-tahapan estimasi untuk minyak bumi dan gas alam menurut pendekatan LPEM FEUI. 4.1.1.1. Minyak Bumi Tahap-tahap perhitungan

4

BAGIANKAB/KOTAi = [PDRB(provinsi/kabupaten/kota ke i)migas x SHU(nasional)migas / VA(nasional)migas] x (proporsi minyak bumi di provinsi/kabupaten/kota penghasil ke i x 0.5340 x 0.06)

• Kabupaten/Kota bukan penghasil di Provinsi penghasil:

BAGIANKAB/KOTAni = [PDRB(provinsi/kabupaten/kota ke i)migas x SHU(nasional)migas / VA(nasional)migas] x (proporsi minyak bumi di provinsi/kabupaten/kota penghasil ke i x 0.5340 x 0.06)/(n-1)

Keterangan: ◊ SHU = sisa hasil usaha ◊ VA = nilai tambah ◊ i = kabupaten/kota penghasil ke-i ◊ ni = kabupaten/kota bukan penghasil kabupaten ke-ni ◊ n = jumlah kabupaten plus kota di provinsi penghasil ◊ 0.5340 = proporsi komponen penerimaan pemerintah bukan pajak untuk minyak

bumi dari NOI ◊ 0.03 dan 0.06 = proporsi bagi hasil menurut UU No. 25/1999

4.1.1.2. Gas Alam

Tahap-tahap perhitungan bagi hasil sumber daya alam gas, yaitu (lihat juga Gambar 2):

• Tahap 1: mengumpulkan data PDRB minyak bumi dan gas alam menurut provinsi/kabupaten/kota.

• Tahap 2: menghitung net operating income (NOI = pendapatan kotor – biaya produksi) dengan rumus: PDRB(provinsi/kabupaten/kota)migas x SHU(nasional)migas / VA(nasional)migas. Sisa hasil usaha (SHU) dan nilai tambah (VA) migas diperoleh dari Tabel Input-Output nasional yang diaplikasikan ke seluruh daerah.

• Tahap 3: menghitung berapa total penerimaan gas alam yang akan diperoleh oleh pemerintah dan kontraktor dengan rumus: hasil Tahap 2 dikalikan dengan proporsi lifting gas alam terhadap total lifting minyak bumi dan gas alam menurut provinsi/kabupaten/kota penghasil. Data lifting minyak dan gas menurut provinsi/kabupaten/kota bersumber dari Deptamben.

• Tahap 4: menghitung total bagi hasil sumber daya alam minyak bumi yang akan dibagikan ke pemerintah pusat dan daerah dengan rumus: hasil Tahap 3 dikalikan dengan 0.2681. Angka 0.2681 merupakan penerimaan pemerintah komponen bukan pajak bersumber dari gas alam (lihat Diagram 2).

Page 5: Penerimaan Daerah Dari Bagi Hasil Sumber Daya Alam...3 tahapan-tahapan estimasi untuk minyak bumi dan gas alam menurut pendekatan LPEM FEUI. 4.1.1.1. Minyak Bumi Tahap-tahap perhitungan

5

• Tahap 5: menghitung penerimaan bagi hasil sumber daya alam gas alam antara pemerintah pusat dan daerah dengan menggunakan UU No. 25/1999. Berikut ini adalah perhitungan penerimaan daerah di suatu provinsi dimana di dalamnya ada satu atau lebih kabupaten/kota yang melakukan kegiatan penambangan gas alam:

• Daerah Provinsi Penghasil:

BAGIANPROPINSI = [PDRB(provinsi/kabupaten/kota ke i)migas x SHU(nasional)migas / VA(nasional)migas] x (proporsi gas alam di provinsi/kabupaten/kota penghasil ke i x 0.2681 x 0.06)

• Daerah kabupaten/kota:

• Kabupaten/Kota Penghasil:

BAGIANKAB/KOTAi = [PDRB(provinsi/kabupaten/kota ke i)migas x SHU(nasional)migas / VA(nasional)migas] x (proporsi gas alam di provinsi/kabupaten/kota penghasil ke i x 0.2681 x 0.12)

• Kabupaten/Kota bukan penghasil di Provinsi penghasil:

BAGIANKAB/KOTAni = [PDRB(provinsi/kabupaten/kota ke i)migas x SHU(nasional)migas / VA(nasional)migas] x (proporsi gas alam di provinsi/kabupaten/kota penghasil ke i x 0.2681 x 0.12)/(n-1)

Keterangan: ◊ SHU = sisa hasil usaha ◊ VA = nilai tambah ◊ i = kabupaten/kota penghasil ke-i ◊ ni = kabupaten/kota bukan penghasil kabupaten ke-ni ◊ n = jumlah kabupaten plus kota di provinsi penghasil ◊ 0.2681 = proporsi komponen penerimaan pemerintah bukan pajak untuk gas alam

dari NOI ◊ 0.06 dan 0.12 = proporsi bagi hasil menurut UU No. 25/1999

Page 6: Penerimaan Daerah Dari Bagi Hasil Sumber Daya Alam...3 tahapan-tahapan estimasi untuk minyak bumi dan gas alam menurut pendekatan LPEM FEUI. 4.1.1.1. Minyak Bumi Tahap-tahap perhitungan

6

Gambar 1. Bagi Hasil Sumber Daya Alam Minyak Metode LPEM-FEUI

PDRB Minyak dan GasPropinsi/Kabupaten/Kota

Hasil Dibagi

Hasil Minyak Dibagi

Yang Dibagi AntaraPemerintah Pusat dan

Daerah

UU No. 25/1999

Pemerintah Pusat(85%)

Pemerintah Daerah(15%)

Propinsi(3%)

Kabupaten/Kota(12 %)

Daerah Penghasil(6%)

Daerah Bukan Penghasildi Propinsi Penghasil

( 6%)

Proporsi SHU (nasional) migas/VA (nasional) migas

Proporsi Minyak

( dikali 53.40%)

Tahap 5:Hasil tahap 4, dibagikanmenurut UU No. 25/1999

Tahap 4:PDRB migas x SHU migas/VA migas x proporsi minyakpropinsi ke - i x 0.5340

Tahap 3:PDRB migas x SHU migas/VA migas x proporsi minyakpropinsi ke - i

Tahap 2:PDRB migas x SHU migas/VA migas

Tahap 1:PDRB migas

Page 7: Penerimaan Daerah Dari Bagi Hasil Sumber Daya Alam...3 tahapan-tahapan estimasi untuk minyak bumi dan gas alam menurut pendekatan LPEM FEUI. 4.1.1.1. Minyak Bumi Tahap-tahap perhitungan

7

Gambar 2. Bagi Hasil Sumber Daya Alam Gas Metode LPEM-FEUI

PDRB Minyak dan GasPropinsi/Kabupaten/Kota

Hasil Dibagi

Hasil Gas Dibagi

Yang Dibagi Antara PemerintahPusat dan Daerah

UU No. 25/1999

Pemerintah Pusat(70%)

Pemerintah Daerah(30%)

Propinsi(6%)

Kabupaten/Kota(24%)

Daerah Penghasil(12%)

Daerah Bukan Penghasildi Propinsi Penghasil

( 12%)

Proporsi SHU (nasional)migas/VA (nasional) migas

Proporsi Gas

( dikali 26.81%)

Tahap 1:PDRB migas

Tahap 2:PDRB migas x SHUmigas/VA migas

Tahap 3:PDRB migas x SHUmigas/VA migas xproporsi gas

Tahap 4:PDRB migas x SHUmigas/VA migas xproporsi gas x 0.2681

Tahap 5:Hasil tahap 4, dibagikanmenurut UU No. 25/1999

Page 8: Penerimaan Daerah Dari Bagi Hasil Sumber Daya Alam...3 tahapan-tahapan estimasi untuk minyak bumi dan gas alam menurut pendekatan LPEM FEUI. 4.1.1.1. Minyak Bumi Tahap-tahap perhitungan

8

4.1.2. Pertambangan Umum

Untuk sumber daya ini, metode LPEM-FEUI hanya dapat menghitung royalti sektor pertambangan. Kendala yang dihadapi adalah data produksi sumber daya pertambangan (sumber: Indikator Ekonomi, BPS) tidak selengkap PP No. 13/2000 (lihat Tabel 7). Untuk bijih nikel dan batubara digunakan tarif rata-rata dari berbagai jenis bijih nikel di PP No. 13/2000. Sedangkan tarif sumber daya yang lain menggunakan tarif yang tertera dalam PP No. 13/2000.

Tabel 7. Tarif Sumber Daya Pertambangan Menurut Jenisnya Data ProduksiYang Tersedia Menurut PP NO. 13/2000 Dasar Perhitungan TARIF

Konsentrat timah Timah Logam 3.00 Konsentrat bijih tembaga Tembaga Logam 4.00 Bijih nikel Bijih nikel (garnieritik) Logam 5.00 Bijih nikel (limonitik) Logam 4.00 Rata-rata 4.50 Bauksit Bauksit Bijih 3.75 Batubara Batubara (Oopen pil) < 5100 3.00 5100-6100 5.00 >6100 7.00 Batubara (underground) < 5100 2.00 5100-6100 4.00 >6100 6.00 Rata-rata 4.50 Konsentrat pasir besi Pasir besi Konsentrat 3.75 Emas Emas Logam 3.75 Perak Perak Logam 3.25

Sumber: Deptamben

Tahap-tahap perhitungan bagi hasil sumber daya alam tambang yaitu (lihat juga Gambar 3):

• Tahap 1: mengumpulkan data PDRB tambang menurut provinsi/kabupaten/kota.

• Tahap 2: menghitung PDRB tambang jenis-k menurut provinsi/kabupaten/kota dengan rumus: PDRB(provinsi/kabupaten/kota) tambang x proporsi produksi tambang jenis-k secara nasional. Proporsi produksi tambang jenis-k secara nasional, bersumber dari Indikator Ekonomi – BPS, adalah produksi tambang jenis-k dibagi dengan total produksi tambang umum.

• Tahap 3: menghitung pungutan sumber daya alam tambang jenis-k yang diterima pemerintah dengan rumus: hasil Tahap 2 x tarif tambang jenis-k.

• Tahap 4: menghitung penerimaan bagi hasil sumber daya tambang umum antara pemerintah pusat dan daerah dengan menggunakan UU No. 25/1999. Di bawah ini

Page 9: Penerimaan Daerah Dari Bagi Hasil Sumber Daya Alam...3 tahapan-tahapan estimasi untuk minyak bumi dan gas alam menurut pendekatan LPEM FEUI. 4.1.1.1. Minyak Bumi Tahap-tahap perhitungan

9

adalah perhitungan penerimaan daerah dimana satu atau lebih kabupaten/kotanya memiliki kegiatan pertambangan umum:

• Daerah Provinsi Penghasil:

BAGIANPROPINSI = PDRB(provinsi/kabupaten/kota penghasil ke-i)tambang x PROPORSI tambang ke-k x TARIFk x 0.16

• Daerah Kabupaten/Kota:

• Kabupaten/Kota Penghasil:

BAGIANKAB/KOTAi = PDRB(provinsi/kabupaten/kota penghasil ke-i)tambang x PROPORSI tambang ke-k x TARIFk x 0.32

• Daerah bukan penghasil di provinsi penghasil:

BAGIANKAB/KOTAni = PDRB(provinsi/kabupaten/kota penghasil ke-i)tambang x PROPORSI tambang ke-k x TARIFk /(n-1)

Keterangan: ◊ i = provinsi/kabupaten/kota penghasil ke-i ◊ ni = provinsi/kabupaten/kota bukan penghasil ke-ni ◊ k = jenis tambang ke-k ◊ n = jumlah kabupaten plus kota di provinsi penghasil ◊ 0.16 dan 0.32 = proporsi bagi hasil menurut UU No. 25/1999.

Page 10: Penerimaan Daerah Dari Bagi Hasil Sumber Daya Alam...3 tahapan-tahapan estimasi untuk minyak bumi dan gas alam menurut pendekatan LPEM FEUI. 4.1.1.1. Minyak Bumi Tahap-tahap perhitungan

10

Gambar 3. Bagi Hasil Sumber Daya Alam Tambang Metode LPEM-FEUI

PDRB TambangPropinsi/Kabupaten/Kota

PDRB Tambang ke-kPropinsi/Kabupaten/Kota

TarifTambang

ke-k

Yang Dibagi Antara PemerintahPusat dan Daerah Tambang ke-k

UU No. 25/1999

Pemerintah Pusat(20%)

Pemerintah Daerah(80%)

Propinsi(16%)

Kabupaten/Kota(64%)

Daerah Penghasil(32%)

Daerah Bukan Penghasildi Propinsi Penghasil

( 32%)

Proporsi Produksi Tambangke-k

Tahap 4:Hasil tahap 3,dibagikan menurutUU No. 25/1999

Tahap 2:PDRB tambang xproporsi tambangke-k

Tahap 1:PDRB tambang

Tahap 3:PDRB tambang x proporsitambang ke-k x tariftambang ke-k

Page 11: Penerimaan Daerah Dari Bagi Hasil Sumber Daya Alam...3 tahapan-tahapan estimasi untuk minyak bumi dan gas alam menurut pendekatan LPEM FEUI. 4.1.1.1. Minyak Bumi Tahap-tahap perhitungan

11

4.2. Metode NRM

Pada prinsipnya metode estimasi NRM menggunakan tarif pajak efektif. Tarif pajak efektif (TPE) diestimasi cara membagi data total penerimaan suatu sektor di sumber daya alam dengan Produk Domestik Bruto (PDB) sektor sumber daya alam tersebut di tingkat nasional. Data total penerimaan dari suatu sumber daya alam dan PDB sektor sumber daya alam diperoleh dari Depkeu.

TPE sektor s = total penerimaan dari sektor s / PDB sektor s

Secara ringkas langkah-langkah estimasi penerimaan Bagi Hasil Sumber Daya Alam metode NRM adalah sebagai berikut (lihat juga Gambar 4):

• Tahap 1: Kumpulkan data PDRB sektor sumber daya alam menurut provinsi/kabupaten/kota penghasil yang menjadi perhatiannya.

• Tahap 2: Hitung tarif pajak efektif (effective tax rate) untuk setiap sektor sumber daya alam dengan menggunakan data total penerimaan dan PDB dari sektor sumber daya alam tersebut.

• Tahap 3: Mengestimasi penerimaan pemerintah dengan cara mengalikan tarif pajak efektif dengan PDRB sektor sumber daya alamnya menurut provinsi/kabupaten/kota penghasil.

• Tahap 4: Menghitung pembagian penerimaan pusat dan daerah dengan menggunakan aturan pada UU No. 25/1999 (lihat penjelasan di subbagian 4.1.1. dan 4.1.2.).

Page 12: Penerimaan Daerah Dari Bagi Hasil Sumber Daya Alam...3 tahapan-tahapan estimasi untuk minyak bumi dan gas alam menurut pendekatan LPEM FEUI. 4.1.1.1. Minyak Bumi Tahap-tahap perhitungan

12

Gambar 4. Perhitungan Bagi Hasil Sumber Daya Alam Metode NRM

TAHAP 1: Masukkan Data PDRB dari sektor Sumber Daya Alam

TAHAP 2: Kalikan dengan Tarif Pajak Efektif (TPE) TPEs = Penerimaan Subsektor SDA s / PDRB Subsektor SDA s

TAHAP 3: Kalikan dengan persentase bagian daerah yang tertera di dalam UU No 25 untuk Bagi Hasil Sumber Daya Alam Sektor Kehutanan = 80 persen Sektor Perikanan = 80 Persen Sektor Pertambangan Migas = 15 persen Sektor Pertambangan Umum = 80 persen

4.2.1. Minyak dan Gas

Berikut ini akan diuraikan cara perhitungan tarif pajak efektif sektor migas secara singkat:

PDRB Sektor SDA

Total Estimasi Penerimaan Dari Sumber Daya Alam

Penerimaan Bagi Hasil yang Diterima Daerah

UU NO 25/99

Effective Tax Rate (diperoleh dari Depkeu dan

Departemen Teknis)

Page 13: Penerimaan Daerah Dari Bagi Hasil Sumber Daya Alam...3 tahapan-tahapan estimasi untuk minyak bumi dan gas alam menurut pendekatan LPEM FEUI. 4.1.1.1. Minyak Bumi Tahap-tahap perhitungan

13

Tarif pajak efektif migas = penerimaan sektor minyak dan gas/PDB sektor minyak dan gas.

Penerimaan migas disini dihitung berdasarkan penerimaan dari sektor penambangan migas (nilai mentah) dan dari sektor pengolahan migas (nilai proses). Adapun, PDB sektor migas terdiri dari PDB sektor produksi migas dan sektor pengolahan migas.

4.2.2. Kehutanan

Cara perhitungan tarif pajak efektif sektor kehutanan adalah sebagai berikut :

Tarif pajak efektif kehutanan = penerimaan sektor kehutanan/PDB sektor kehutanan.

Penerimaan kehutanan terdiri atas: royalti produk hutan, IHH dan dana reboisasi (DR), dengan rincian sebagai berikut.

• Penerimaan royalti produk hutan, terdiri dari:

(a) Penerimaan royalti dari sektor kehutanan

(b) Penerimaan royalti dari industri pengolahan kayu.

• Penerimaan Iuran Hasil Hutan dari sektor kehutanan.

• Penerimaan Dana Reboisasi dari sektor kehutanan

PDB sektor kehutanan terdiri dari PDB sektor produk kehutanan dan PDB industri pengolahan kayu.

Catatan, perhitungan tarif pajak efektif untuk sektor pertambangan umum dan perikanan, kurang lebih, sama dengan cara perhitungan tarif pajak efektif di sektor migas dan kehutanan.

4.3. Hasil Perhitungan

Tulisan ini menerapkan metode LPEM-FEUI dan NRM untuk sektor minyak bumi, gas alam, pertambangan umum dan kehutan di tingkat provinsi seluruh Indonesia. Ditingkat provinsi maksudnya total penerimaan provinsi plus kabupaten dan kota yang ada di dalam dari sumber daya alam minyak bumi, gas alam, pertambangan umum dan kehutanan. Hasilnya dapat dilihat di Tabel Lampiran 11, 12, 13 dan 14.

Dari Tabel Lampiran 11, 12, 13 dan 14 terlihat bahwa di banyak provinsi hasil estimasi menggunakan metode LPEM-FEUI dan NRM berbeda cukup jauh. Untuk itu perlu jabarkan keunggulan metode satu dan lainnya:

Page 14: Penerimaan Daerah Dari Bagi Hasil Sumber Daya Alam...3 tahapan-tahapan estimasi untuk minyak bumi dan gas alam menurut pendekatan LPEM FEUI. 4.1.1.1. Minyak Bumi Tahap-tahap perhitungan

14

• Keunggulan Metode LPEM-FEUI:

(a) Metode LPEM-FEUI memiliki keunggulan karena dalam menghitung penerimaan bagi hasil digunakan nilai tarif yang sebenarnya (yang tertulis dalam peraturan-peraturan yang terkait). Sedangkan metode NRM menggunakan nilai proksi yang dihitung secara nasional.

(b) Untuk minyak bumi dan gas alam, metode LPEM-FEUI mengestimasi secara detail besarnya NOI dan penerimaan pemerintah, sedangkan metoda NRM melakukannya estimasi dengan cara yang relatif tidak detail.

• Keunggulan Metode NRM:

(a) Metoda NRM hanya membutuhkan data-data dari Depkeu dan BPS, sedangkan metode LPEM-FEUI juga membutuhkan data dari berbagai departemen teknis terkait. Data di Depkeu dan BPS, selain lebih mudah didapat, memiliki validitas dan realibilitas yang lebih baik dari data yang ada di departemen teknis.4 Data-data yang kualitasnya rendah yang ada di departemen teknis dapat menyebabkan kesalahan perhitungan pada metode LPEM-FEUI.

(b) Metode NRM relatif lebih mudah daripada metode LPEM-FEUI.

4.4. Data Pembanding

Sebagai uji validasi hasil estimasi perhitungan sumber daya alam metode LPEM-FEUI dan NRM seharusnya digunakan data realisasi bagi hasil tahun 1995-1997. Namun demikian terdapat beberapa masalah:

(1) Beberapa sumber daya alam tidak pernah dibagihasilkan. Dalam hal ini minyak bumi dan gas alam tidak pernah dibagihasilkan sebelumnya. Karenanya, informasi yang ada hanyalah data penerimaan pemerintah pusat. Kesulitan utama dari data ini adalah menelusuri dari provinsi/kabupaten/kota mana penerimaan itu berasal. Di Deptamben ada data mengenai besarnya produksi dari berbagai kontraktor yang beroperasi di berbagai wilayah Indonesia. Walaupun kelengkapan dan akurasi data tersebut relatif susah dipertanggungjawabkan, data yang ada di Deptamben ini yang akan digunakan sebagai data pembanding hasil perhitungan metode LPEM-FEUI dan NRM.

4 Untuk kepentingan yang relatif netral, Depkeu dan BPS telah terbiasa melakukan penyesuaian

terhadap data-data yang dimilikinya sehingga data-data tersebut relatif lebih sesuai dengan kenyataan di lapangan.

Page 15: Penerimaan Daerah Dari Bagi Hasil Sumber Daya Alam...3 tahapan-tahapan estimasi untuk minyak bumi dan gas alam menurut pendekatan LPEM FEUI. 4.1.1.1. Minyak Bumi Tahap-tahap perhitungan

15

(2) Beberapa sumber daya alam sudah pernah dibagihasilkan. Dalam hal ini pertambangan, kehutanan dan perikanan sudah dibagihasilkan walaupun cara pembagihasilkan tidak sama dengan aturan yang ada di UU No. 25/1999. Untuk membandingkannya dengan hasil estimasi metode LPEM-FEUI dan NRM, penerimaan pemerintah dari sumber daya alam ini harus diredistribusikan sesuai dengan UU No. 25/1999. Untuk sektor pertambangan umum, tim penulis berhasil mendapatkan data mengenai besarnya penerimaan dari sumber daya ini yang diterima daerah. Dengan demikian, dapat diketahui dari daerah mana saja penerimaan pemerintah sumber daya alam tambang umum ini berasal dan peredistribusian penerimaan pemerintah berdasarkan UU No. 25/1999 relatif mudah. Untuk kehutanan dan perikanan, tim penulis tidak berhasil mendapatkan data penerimaan daerah. Tarif pajak efektif yang diperoleh dari metode NRM akan dipergunakan untuk menghitung penerimaan daerah paska UU No. 25/1999.

4.4.1. Data Pembanding Migas

Perhitungan data pembanding bagi hasil sumber daya alam migas menggunakan data dan informasi menghitung yang bersumber dari Deptamben. Dari Deptamben didapat data lifting minyak bumi dan gas alam yang menjadi bagian pemerintah dari tiap kontraktor yang telah berproduksi. Tahapan perhitungan selanjutnya yang dilakukan adalah sebagai berikut:

• Tahap 1: Menghitung nilai equity share pemerintah.

• Tahap 2: Menghitung seluruh komponen pajak dari lifting (lihat Diagram 1 dan 2)

• Tahap 3: Menghitung penerimaan migas pemerintah (net of tax) yang siap dibagihasilkan dengan cara mengurangi hasil Tahap 1 dengan hasil Tahap 2.

• Tahap 4: Menjumlahkan hasil Tahap 3 berdasarkan lokasi kerja kontraktor (lihat Tabel 8). Dalam hal ini kontraktor yang wilayah kerjanya masuk kategori lepas pantai (off-shore) tidak ikut dijumlahkan penerimaan migas yang dibagihasilkan antara pemerintah pusah dan daerah, kecuali untuk kasus ARII, YPF Maxus (Jabar) dan ARBNI, JDA Kodeco (Jatim). Keempat kontraktor ini ikut dijumlahkan karena wilayah kerja lepas pantainya sudah jelas (kurang dari 4 mil).5

• Tahap 5: Menetapkan bagian daerah sesuai dengan UU No.25/1999. Total penerimaan provinsi dan kabupaten/kota dari minyak bumi adalah 15% dari bagian pemerintah (net of tax) dan untuk gas alam sebesar 30%nya. Perhitungannya:

5 Sumber daya migas lepas pantai yang dibagikan ke daerah adalah yang terletak kurang dari 4 mil

(batas kabupaten) dan antara 4 mil sampai dengan 12 mil (batas provinsi). Sedangkan penerimaan sumber daya alam migas dari lokasi lepas pantai diatas 12 mil tidak dibagikan ke daerah.

Page 16: Penerimaan Daerah Dari Bagi Hasil Sumber Daya Alam...3 tahapan-tahapan estimasi untuk minyak bumi dan gas alam menurut pendekatan LPEM FEUI. 4.1.1.1. Minyak Bumi Tahap-tahap perhitungan

16

• Total penerimaan minyak bumi (provinsi+kabupaten+kota) = 0.15 x total penerimaan pemerintah dari minyak bumi di provinsi yang bersangkutan.

• Total penerimaan gas alam (provinsi+kabupaten+kota) = 0.3 x total penerimaan pemerintah dari gas alam di provinsi yang bersangkutan.

Tabel 8. Kontraktor Minyak Bumi dan Gas Alam Berdasarkan Provinsi Provinsi Kontraktor

Riau CPI (Rokan), C&T (CPP), C&T (MFK), C&T (Siak) Kaltim VICO (Sanga-Sanga), Total Indonesie (Mahakam), JOB Total Indonesie

(Tengah), INPEX (Mahakam), EXSPAN Kalimantan (Tarakan), EXSPAN Kalimantan (Sanga-Sanga)/TAC

Aceh Mobil Oil (Block B), Mobil Oil (Pase), Gulf Resources NS (Block A) Irian Jaya Santa Fe (Salawati), JOB Santa Fe (Kepala Burung) Sumut JOB JAPEX NS (Gebang) Jambi Santa Fe (Jabung), EXSPAN Sumatera (Rimau), JOB YPF/SAGA (Jambi

Merang) Jabar ARII, YPF Maxus Jatim JOB Santa Fe (Tuban), LAPINDO (Brantas), GFB Resources (Bawean),

ARBNI (Kangean), JOA Kodeco (W. Madura) Sulsel Energy Equity (Sengkang) Maluku Karlrez Petroleum (Bula Seram) Sumsel EXSPAN Sumatera (SNC), Gulf Resources (Grissik) Coridor PSC, Gulf

Resources (Ramba) Coridor TAC, JOB Golden Spike (Raja Pendopo), JOB Talisman (OK), Amerada Hess (Lematang)

Sumber: Ditjen Migas, Deptamben.

4.4.2. Data Pembanding Non Migas

Untuk pertambangan umum diperolah data total penerimaan pemerintah dan data penerimaan setiap provinsi. Dengan demikian asal dari total penerimaan pemerintah dapat diketahui dari komposisi penerimaan setiap provinsi. Dengan diketahuinya daerah asal dari penerimaan pemerintah sektor pertambangan umum dapat dilakukan perhitungan penerimaan provinsi yang sesuai dengan UU No. 25/1999.

Untuk kehutanan, tim penulis hanya mendapatkan data total penerimaan pemerintah dan tidak berhasil mendapatkan data penerimaan provinsi dari sektor ini. Karenanya perlu digunakan angka estimasi untuk mendistribusikan total penerimaan pemerintah ke berbagai provinsi. Tulisan ini menggunakan tarif pajak efektif yang dikembangkan dalam metode NRM untuk mengetahui asal dari penerimaan pemerintah sektor kehutanan. Selanjutnya penerimaan provinsi dapat dihitung sesuai dengan aturan di UU No. 25/1999.

Page 17: Penerimaan Daerah Dari Bagi Hasil Sumber Daya Alam...3 tahapan-tahapan estimasi untuk minyak bumi dan gas alam menurut pendekatan LPEM FEUI. 4.1.1.1. Minyak Bumi Tahap-tahap perhitungan

17

Catatan:

Pembagian ke provinsi dari iuran hasil hutan yang selama ini dilakukan oleh Dephutbun adalah sebagai berikut:

• Untuk setiap provinsi dengan:

◊ PAD<100 milyar rupiah, provinsi tersebut (jatah pemerintahan provinsi plus kabupaten dan kota di dalamnya) mendapat 1% dari total penerimaan iuran hutan (IHH dan IHPH);

◊ PAD 100-200 milyar rupiah, provinsi tersebut mendapat 0.5% dari total iuran hutan;

◊ PAD>200 milyar rupiah, provinsi tersebut mendapat 0.25% dari total penerimaan iuran hutan.

• Untuk provinsi yang memiliki sumber daya alam hutan, maka provinsi tersebut (jatah pemerintahan provinsi plus kabupaten dan kota di dalamnya) akan mendapatkan tambahan penyaluran sebesar: (porsi daerah setelah dikurangi pembagian berdasarkan PAD) x (penerimaan iuran hutan dari provinsi tsb/total penerimaan yang terkumpul di pusat).

• Bagian provinsi untuk IHPH adalah 70% dari total IHPH (SK Menhut No.94/Kpts-IV/1993), sedangkan untuk PSDH sebesar 45% dari total PSDH.

4.4.3. Hasil Perhitungan Data Pembanding

Hasil perhitungan data pembanding dapat dilihat di Tabel Lampiran 15, 16, 17 dan 18. Dalam menghitung data pendamping terdapat beberapa masalah. Namun demikian perlu diperhatikan bahwa:

(1) Untuk kasus minyak bumi dan gas alam: Cara perolehan data dan prosedur yang dilakukan dalam menghitung data pembanding di tulisan ini kemungkinan besar akan digunakan menjadi cara perolehan data dan prosedur yang akan diterapkan dalam menghitung bagi hasil sumber daya alam minyak bumi dan gas alam antara pemerintah pusat dan daerah. Perhitungan data pembanding di sektor ini memiliki sedikit kelamahan, yaitu masih ada beberapa kontraktor, diperkirakan tidak banyak, yang tidak tercakup dalam perhitungan data pembanding.

(2) Untuk kasus pertambangan umum: Data yang diperoleh relatif lengkap. Namun kelemahan dalam menghitung data pembanding di sektor ini adalah penerimaan

Page 18: Penerimaan Daerah Dari Bagi Hasil Sumber Daya Alam...3 tahapan-tahapan estimasi untuk minyak bumi dan gas alam menurut pendekatan LPEM FEUI. 4.1.1.1. Minyak Bumi Tahap-tahap perhitungan

18

daerah selama ini dihitung berdasarkan lokasi kantor wilayah pertambangan (kanwil) yang menangani kegiatan pertambangan di suatu tempat. Ada beberapa kasus dimana lokasi kanwil dan kegiatan berbeda, serta kualitas pencatatan tiap kanwil berbeda-beda.

(3) Untuk kasus kehutanan: Dalam melakukan redistribusi ke daerah digunakan tarif pajak efektif ala metode NRM. Dengan demikian struktur pembagian antar provinsi dari data pembanding akan memiliki pola yang sama dengan metode NRM, hanya saja besarannya yang berbeda.

Mengamati ketiga poin di atas, maka data pembanding minyak bumi dan gas alam yang relatif valid untuk menjadi acuan hasil perhitungan metode LPEM-FEUI dan NRM. Tabel Lampiran 19 dan 20 mempresentasikan selisih antara perhitungan dengan metode LPEM-FEUI dengan data pembanding dan selisih antara perhitungan dengan metode NRM dengan data pembanding untuk kasus minyak bumi dan gas alam.

Dari Tabel Lampiran 19 dan 20 terlihat bahwa jumlah absolut selisih antara hasil perhitungan metode LPEM-FEUI dengan data pembanding, untuk setiap tahun kasus minyak bumi dan gas alam, lebih kecil dari pada jumlah absolut selisih antara hasil perhitungan metoda NRM dengan data pembanding. Hal ini mengindikasikan bahwa hasil estimasi metode LPEM-FEUI, kemungkinan besar, lebih tepat dari hasil estimasi metode NRM. Namun demikian, sulit untuk mengatakan bahwa metode LPEM-FEUI merupakan metode yang akurat untuk mengestimasi penerimaan Bagi Hasil Sumber Daya Alam, mengingat rata-rata kesalahan per provinsi dengan metode ini antara 24% hingga 47% (lihat kolom Rata-rata Kesalahan di Tabel Lampiran 19 dan 20).

5. Penutup

Tulisan ini telah berhasil mendokumentasikan secara rinci mengenai seluruh aturan Bagi Hasil Sumber Daya Alam yang ada hingga saat tulisan ini dibuat; dan secara umum mengenai aturan bagi hasil lainnya. Tulisan ini juga menjelaskan dengan rinci seluruh aturan Bagi Hasil Sumber Daya Alam tersebut. Dengan demikian, pembaca tulisan ini diharapkan dapat mengerti dan mengetahui dengan pasti mengenai cara perhitungan Bagi Hasil Sumber Daya Alam. Di kemudian hari, pembaca dapat pula menghitung besarnya Bagi Hasil Sumber Daya Alam yang seharusnya diterima oleh suatu pemerintah daerah, baik di tingkat provinsi maupun di tingkat kabupaten/kota, yang menjadi perhatiannya.

Berikut ini akan diuraikan beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai aturan yang berkaitan dengan bagi hasil dan metode estimasi yang dikembangkan tulisan ini.

Page 19: Penerimaan Daerah Dari Bagi Hasil Sumber Daya Alam...3 tahapan-tahapan estimasi untuk minyak bumi dan gas alam menurut pendekatan LPEM FEUI. 4.1.1.1. Minyak Bumi Tahap-tahap perhitungan

19

5.1. Migas

Sekurangnya ada dua hal kelemahan pembagian berdasarkan NOI yang perlu diperhatikan. Pertama, pada dua operasi penambangan yang berbeda, operasi penambangan yang menghasilkan produksi lebih banyak belum tentu menghasilkan NOI yang lebih besar, karena tergantung dari besarnya biaya produksi di kedua operasi penambangan tersebut. Kedua, ada kemungkinan untuk suatu penambangan (walaupun sudah berproduksi), besarnya NOI sama dengan nol untuk suatu tahun. Hal ini dapat terjadi pada operasi penambangan yang relatif baru atau pada operasi penambangan yang nilai ekonomisnya rendah.

Lebih jauh lagi, dalam pelaksanaan perhitungannya diperkirakan akan muncul beberapa persoalan, antara lain:

1. Penentuan suatu lokasi penambangan migas masuk wilayah kabupaten/kota mana kadang kala sulit ditentukan. Misalnya untuk kasus penambangan lepas pantai (off-shore) dengan jarak 12 mil dari pantai, hingga saat ini, belum semuanya jelas masuk dalam wilayah kabupatan/kota mana.

2. Penentuan suatu kegiatan penambangan migas masuk dalam wilayah suatu kabupaten/kota tertentu tergantung dari tempat diekspoitasinya migas tersebut, walaupun asal dari migas ini berada juga di bawah beberapa wilayah kabupaten/kota lainnya. Kalau kabupaten/kota, yang migas di wilayahnya di eksploitasi di kabupaten/kota lain, ternyata berada di luar provinsi kabupaten pengeksploitasi, maka kabupaten/kota yang migasnya di eksploitasi oleh kabupaten/kota lain tidak mendapat bagian bagi hasil sedikit pun. Hal ini akan menimbulkan masalah.

3. Standar biaya operasi penambangan migas belum jelas. Akan timbul perdebatan apakah suatu kegiatan dapat dikategorikan sebagai biaya operasi dan apakah besarnya biaya relatif bisa diterima. Dengan sistem pembagian berdasarkan NOI, kontraktor tidak punya banyak insentif untuk menekan biaya produksi seminimum mungkin.

5.2. Non Migas

Dalam kasus pertambangan umum ini, hal yang perlu diamati dengan baik adalah, pertama, jenis dan kualitas hasil tambang yang dihasilkan. Kontraktor punya insentif untuk mengkategorikan produksinya pada jenis hasil tambang dengan kualitas dimana besarnya tarif royalti relatif rendah. Kedua, mengenai penambangan yang daerah tambangnya meliputi beberapa kabupaten, sementara kantor operasi produksinya berada di satu kabupaten tertentu. Dalam hal ini perlu dijelaskan bagaimana penentuan kabupaten/kota penghasilnya.

Perlu diperhatikan, kombinasi royalti dan iuran sewa tanah pada penambangan

Page 20: Penerimaan Daerah Dari Bagi Hasil Sumber Daya Alam...3 tahapan-tahapan estimasi untuk minyak bumi dan gas alam menurut pendekatan LPEM FEUI. 4.1.1.1. Minyak Bumi Tahap-tahap perhitungan

20

umum ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan sistem bagi hasil pada migas. Satu, kontraktor pertambangan umum akan punya insentif yang besar untuk menekan biaya produksi seminimum mungkin. Dua, walaupun belum berproduksi, negara sudah menerima pendapatan dari suatu kegiatan penambangan. Begitu suatu operasi penambangan mulai berproduksi, maka penerimaan negara akan naik sesuai dengan naiknya tingkat produksi (untuk harga yang relatif tetap). Namun dilain pihak, jika usaha kontraktor dalam meminimisasi biaya produksi berlebihan, maka perlindungan terhadap kualitas lingkungan sebagai dampak dari kegiatan penambangannya, yang seharusnya dilakukan oleh kontraktor, bisa terabaikan.

Persoalan penting dari iuran di sektor kehutanan ini adalah sangat beragamnya besaran dan satuan tarif, serta luasnya daerah operasi. Kontrol terhadap apa dan berapa yang diproduksi sangat sulit dilakukan. Dan yang lebih parah lagi adalah persoalan penebangan hutan liar yang marak dilakukan di berbagai wilayah Indonesia. Tidak ada kontrol sama sekali terhadap apa dan berapa yang ditebang dan penerimaan negara sama sekali tidak ada.

Selain itu, seperti halnya dalam kasus pertambangan umum, pengusaha hutan punya insentif yang besar untuk meminimumkan biaya produksi, tapi usaha perlindungan lingkungan hutan yang seharusnya dilakukan dapat terabaikan.

Pada perikanan, mengingat transaksi penjualan dapat dilakukan di atas kapal, efektivitas penarikan iuran PHP merupakan sebuah persoalan. Ditambah lagi dengan banyaknya pencurian ikan, terkurasnya sumber daya ikan akan tidak sebanding dengan penerimaan negara di sektor ini.

5.3. Aturan Bagi Hasil Secara Umum

Selain beberapa masalah yang telah diuraikan sebelumnya, secara umum, ada beberapa masalah yang perlu diperhatikan sehubungan dengan penerimaan negara bukan pajak dari sumber daya alam, yang tentunya punya implikasi terhadap penerimaan pemerintah daerah:

1. Cara penarikan pungutan/bagi hasil. Misalnya di sektor migas, cara penarikan bagi hasil berdasarkan NOI tidak memberikan banyak insentif bagi kontraktor untuk menekan biaya produksi.

2. Macam pungutan/bagi hasil. Perlu dipertimbangkan untuk menarik pungutan untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan. Tentunya dalam hal ini bisa juga dilakukan dalam bentuk pajak daerah. Tapi bukan dalam bentuk pajak nasional, karena tidak dibagi-hasilkan ke daerah. Adanya sifat kompensasi bagi yang terkena kerusakan amat penting dalam hal ini.

Page 21: Penerimaan Daerah Dari Bagi Hasil Sumber Daya Alam...3 tahapan-tahapan estimasi untuk minyak bumi dan gas alam menurut pendekatan LPEM FEUI. 4.1.1.1. Minyak Bumi Tahap-tahap perhitungan

21

3. Besaran pungutan/bagi hasil. Dapat dilihat bahwa besarnya penerimaan negara dan daerah relatif sangat kecil dibandingkan dengan nilai produksi sumber daya alam yang dieksploitasi. Perlu dipertanyakan apakah besaran tarif pungutan dan persentasi bagi hasil yang diterapkan pada kontraktor/pengusaha sekarang ini merupakan besaran maksimum yang mungkin dicapai. Catatan, penerimaan daerah (dan juga negara) dari pajak sehubungan dengan kegiatan sumber daya alam pun relatif kecil dibandingkan dengan nilai produksi sumber daya alam yang dieksploitasi. Studi banding dengan keadaan di negara lain perlu diperlihatkan secara transparan.

4. Kontrol akan berapa dan apa yang diproduksi. Areal operasi dari berbagai usaha eksploitasi ini sulit diawasi. Karenanya, kontrol terhadap apa dan berapa yang diproduksi oleh para kontraktor dan pengusaha akan sulit dilakukan oleh pemerintah. Selain itu, kolusi antara pengusaha dan penguasa lokal juga perlu diawasi. Jika lebih murah, pengusaha akan membayar penguasa lokal untuk dapat menghindari iuran sumber daya alam pemerintah.

5. Persentasi Bagi Hasil Pemerintah Pusat dan Daerah. Dari waktu ke waktu akan ada pertanyaan mengapa persentasi pola bagi hasil yang ada adalah seperti sekarang ini. Apakah persentasi ini merupakan yang terbaik bagi masyarakat di daerah penghasil khususnya dan Indonesia pada umumnya? Pengalaman negara-negara lain perlu diperhatikan dan didiskusikan secara terbuka.

6. Transparansi penerimaan negara bukan pajak dari sumber daya alam. Pemerintah daerah menerima bagi hasil ini setelah dana ini dikumpulkan di pemerintah pusat dan melibatkan beberapa instansi. Transparansi dari proses penarikan dana dan penyalurannya harus transparan.

Tanpa menyelesaikan masalah-masalah ini, pada akhirnya, sumber daya alam daerah terkuras habis tanpa ada peningkatan kesejahteraan didaerah tersebut yang sesuai dengan nilai sumber daya alam yang terkuras.

5.4. Metode Estimasi

Kedua metode yang dikembangkan tulisan ini tidak berhasil dibuktikan sebagai metode estimasi yang akurat. Walaupun demikian, dapat dilihat bahwa metoda LPEM-FEUI kemungkinan besar memberikan hasil yang lebih baik dari metode NRM. Secara lebih rinci keunggulan metoda satu terhadap yang lain dapat di lihat kembali pada bagian 4.3 dari tulisan ini.

Page 22: Penerimaan Daerah Dari Bagi Hasil Sumber Daya Alam...3 tahapan-tahapan estimasi untuk minyak bumi dan gas alam menurut pendekatan LPEM FEUI. 4.1.1.1. Minyak Bumi Tahap-tahap perhitungan

22

Tabel Lampiran 11. Estimasi Bagi Hasil Minyak Bumi Menurut Provinsi dan Metode Estimasi (dalam juta rupiah)

1995 1996 1997 Kode Provinsi NRM LPEM NRM LPEM NRM LPEM 11 D.I. ACEH 72840 60164 83085 59421 56622 57544

12 SUM-UT 20434 18000 21162 17103 6815 8304

13 SUM-BAR 0 0 0 0 0 0

14 R I A U 1054524 860806 1298679 944073 1034125 1050864

15 J A M B I 7268 6145 11711 8385 10900 11065

16 SUM-SEL 94384 76390 128343 93282 112095 111494

17 BENGKULU 0 0 0 0 0 0

18 LAMPUNG 0 0 0 0 0 0

31 DKI JAKARTA 0 0 0 0 0 0

32 JAWA BARAT 238774 193972 280747 236891 233719 243274

33 JAWA TENGAH 2810 2145 4329 2248 3613 0

34 D.I.YOGYA 0 0 0 0 0 0

35 JAWA TIMUR 1952 1589 5036 3661 12580 11470

51 B A L I 0 0 0 0 0 0

52 N T B 0 0 0 0 0 0

53 N T T 0 0 0 0 0 0

61 KALBAR 0 0 0 0 0 0

62 KALTENG 0 0 0 0 0 0

63 KALSEL 2365 1926 3252 1704 3233 3613

64 KALTIM 171535 129608 174294 139110 128163 159801

71 SULUT 0 0 0 0 0 0

72 SULTENG 0 0 0 0 0 0

73 SULSEL 0 0 0 0 0 0

74 SULTRA 0 0 0 0 0 0

81 M A L U K U 1331 1084 1888 1373 1541 1566

82 IRIAN JAYA 24468 19851 27872 20257 23825 24395

Total 1692685 1371680 2040396 1527508 1627231 1683390

Page 23: Penerimaan Daerah Dari Bagi Hasil Sumber Daya Alam...3 tahapan-tahapan estimasi untuk minyak bumi dan gas alam menurut pendekatan LPEM FEUI. 4.1.1.1. Minyak Bumi Tahap-tahap perhitungan

23

Tabel Lampiran 12. Estimasi Bagi Hasil Gas Alam Menurut Provinsi dan Metode Estimasi (dalam juta rupiah)

1995 1996 1997 Kode Provinsi NRM LPEM NRM LPEM NRM LPEM 11 D.I. ACEH 248441 202249 288430 208833 257971 263221 12 SUM-UT 24055 21218 21182 17174 9739 11999 13 SUM-BAR 0 0 0 0 0 0 14 R I A U 0 0 0 0 0 0 15 J A M B I 0 0 0 0 0 0 16 SUM-SEL 18657 15711 22589 16530 19337 19756 17 BENGKULU 0 0 0 0 0 0 18 LAMPUNG 0 0 0 0 0 0 31 DKI JAKARTA 0 0 0 0 0 0 32 JAWA BARAT 36916 29104 51537 45308 43678 46529 33 JAWA TENGAH 793 607 1221 636 1019 0 34 D.I.YOGYA 0 0 0 0 0 0 35 JAWA TIMUR 0 0 0 0 0 0 51 B A L I 0 0 0 0 0 0 52 N T B 0 0 0 0 0 0 53 N T T 0 0 0 0 0 0 61 KALBAR 0 0 0 0 0 0 62 KALTENG 0 0 0 0 0 0 63 KALSEL 667 545 917 483 912 1024 64 KALTIM 376190 289670 440504 359185 334217 412610 71 SULUT 0 0 0 0 0 0 72 SULTENG 0 0 0 0 0 0 73 SULSEL 0 0 0 0 0 0 74 SULTRA 0 0 0 0 0 0 81 M A L U K U 0 0 0 0 0 0 82 IRIAN JAYA 412 406 560 415 801 758

Total 706131 559510 826940 648564 667674 755897

Page 24: Penerimaan Daerah Dari Bagi Hasil Sumber Daya Alam...3 tahapan-tahapan estimasi untuk minyak bumi dan gas alam menurut pendekatan LPEM FEUI. 4.1.1.1. Minyak Bumi Tahap-tahap perhitungan

24

Tabel Lampiran 13. Estimasi Bagi Hasil Pertambangan Umum Menurut Provinsi dan Metode Estimasi (dalam juta rupiah)

1995 1996 1997 Kode Provinsi NRM LPEM NRM LPEM NRM LPEM 11 D.I. ACEH 0 0 0 0 0 0 12 SUM-UT 0 0 0 0 0 0 13 SUM-BAR 2627 5548 2206 5105 1868.3066 5598 14 R I A U 1711 3614 1790 4217 1607.254 4690 15 J A M B I 0 0 0 0 0 0 16 SUM-SEL 8757 19164 10019 24322 12684.646 30878 17 BENGKULU 695 2084 582 2046 461.53556 0 18 LAMPUNG 9 19 8 20 4.283563 12 31 DKI JAKARTA 0 0 0 0 0 0 32 JAWA BARAT 45 91 57 120 57.974966 169 33 JAWA TENGAH 100 0 122 0 120.98006 0 34 D.I.YOGYA 0 0 0 0 0 0 35 JAWA TIMUR 310 209 319 98 208.91549 101 51 B A L I 0 0 0 0 0 0 52 N T B 0 0 0 0 0 0 53 N T T 0 0 0 0 0 0 61 KALBAR 400 947 453 975 401.63911 1137 62 KALTENG 1422 2522 1879 4115 1823.1946 5874 63 KALSEL 6966 14021 9783 20416 8773.2511 33377 64 KALTIM 20182 44843 21185 62576 22573.276 63887 71 SULUT 9 1256 975 3509 1023.1596 5472 72 SULTENG 0 0 0 0 0 0 73 SULSEL 5949 12563 5809 13683 3729.0129 10881 74 SULTRA 405 855 764 1801 545.26085 1591 81 M A L U K U 2149 4539 2467 5812 1529.7215 4463 82 IRIAN JAYA 58133 122768 61753 145465 52771.354 153991

Total 109870 235043 120173 294280 110184 322121

Page 25: Penerimaan Daerah Dari Bagi Hasil Sumber Daya Alam...3 tahapan-tahapan estimasi untuk minyak bumi dan gas alam menurut pendekatan LPEM FEUI. 4.1.1.1. Minyak Bumi Tahap-tahap perhitungan

25

Tabel Lampiran 14. Estimasi Bagi Hasil Sumber Daya Kehutanan Metode NRM Terinci Menurut Provinsi

Nilai Struktur Provinsi 1995 1996 1997 1995 1996 1997

Aceh 62706 66901 72930 6.35 6.22 6.05 Sumut 48420 50409 61785 4.90 4.69 5.12 Sumbar 26306 27724 35461 2.66 2.58 2.94 Riau 57744 60072 70069 5.85 5.58 5.81 Jambi 24829 28452 36340 2.52 2.64 3.01 SumSel 50622 53865 62919 5.13 5.01 5.22 Beng 7779 7618 8943 0.79 0.71 0.74 Lamp 3969 4975 5344 0.40 0.46 0.44 DKI Jak 0 0 0 0.00 0.00 0.00 Jabar 16163 17874 21208 1.64 1.66 1.76 Jateng 109960 112836 113171 11.14 10.49 9.39 Yogya 107 119 147 0.01 0.01 0.01 Jatim 47902 51925 60624 4.85 4.83 5.03 Bali 78 84 101 0.01 0.01 0.01 NTB 5729 6509 8516 0.58 0.60 0.71 NTT 2172 2650 2372 0.22 0.25 0.20 Kalbar 80624 90777 118023 8.17 8.44 9.79 Kalteng 142790 168301 183495 14.46 15.64 15.22 Kalsel 21625 23662 25862 2.19 2.20 2.15 Kaltim 147099 148721 177870 14.90 13.82 14.75 Sulut 13531 17033 23896 1.37 1.58 1.98 Sulteng 13867 18586 22698 1.40 1.73 1.88 Sulsel 3425 4133 5433 0.35 0.38 0.45 Sultra 4215 6560 7926 0.43 0.61 0.66 Maluku 31512 31699 35814 3.19 2.95 2.97 Irian 64004 74441 44644 6.48 6.92 3.70 Total 987178 1075924 1205592 100 100 100

Page 26: Penerimaan Daerah Dari Bagi Hasil Sumber Daya Alam...3 tahapan-tahapan estimasi untuk minyak bumi dan gas alam menurut pendekatan LPEM FEUI. 4.1.1.1. Minyak Bumi Tahap-tahap perhitungan

26

Tabel Lampiran 15. Data Pembanding Bagi Hasil Minyak Bumi (dalam juta rupiah)

Kode Provinsi 1995 1996 1997 11 D.I. ACEH 77155 90101 129228 12 SUM-UT 189 173 241 13 SUM-BAR 0 0 0 14 R I A U 667392 835209 1485870 15 J A M B I 1018 333 6749 16 SUM-SEL 21395 27322 47902 17 BENGKULU 0 0 0 18 LAMPUNG 0 0 0 31 DKI JAKARTA 0 0 0 32 JAWA BARAT 159884 208893 345093 33 JAWA TENGAH 0 0 0 34 D.I.YOGYA 0 0 0 35 JAWA TIMUR 286 611 634 51 B A L I 0 0 0 52 N T B 0 0 0 53 N T T 0 0 0 61 KALBAR 0 0 0 62 KALTENG 0 0 0 63 KALSEL 0 0 0 64 KALTIM 109611 139842 262266 71 SULUT 0 0 0 72 SULTENG 0 0 0 73 SULSEL 0 0 0 74 SULTRA 0 0 0 81 M A L U K U 0 71 187 82 IRIAN JAYA 5272 7345 12235

Total 1042202 1309899 2290405

Page 27: Penerimaan Daerah Dari Bagi Hasil Sumber Daya Alam...3 tahapan-tahapan estimasi untuk minyak bumi dan gas alam menurut pendekatan LPEM FEUI. 4.1.1.1. Minyak Bumi Tahap-tahap perhitungan

27

Tabel Lampiran 16. Data Pembanding Bagi Hasil Gas Alam (dalam juta rupiah)

Kode Provinsi 1995 1996 1997 11 D.I. ACEH 67007 79643 149915 12 SUM-UT 273 212 422 13 SUM-BAR 0 0 0 14 R I A U 0 0 0 15 J A M B I 0 0 0 16 SUM-SEL 3708 4304 7411 17 BENGKULU 0 0 0 18 LAMPUNG 0 0 0 31 DKI JAKARTA 0 0 0 32 JAWA BARAT 24817 38498 64747 33 JAWA TENGAH 0 0 0 34 D.I.YOGYA 0 0 0 35 JAWA TIMUR 0 0 0 51 B A L I 0 0 0 52 N T B 0 0 0 53 N T T 0 0 0 61 KALBAR 0 0 0 62 KALTENG 0 0 0 63 KALSEL 0 0 0 64 KALTIM 239358 507425 681376 71 SULUT 0 0 0 72 SULTENG 0 0 0 73 SULSEL 0 0 63 74 SULTRA 0 0 0 81 M A L U K U 0 0 0 82 IRIAN JAYA 20 33 92

Total 335183 630116 904024

Page 28: Penerimaan Daerah Dari Bagi Hasil Sumber Daya Alam...3 tahapan-tahapan estimasi untuk minyak bumi dan gas alam menurut pendekatan LPEM FEUI. 4.1.1.1. Minyak Bumi Tahap-tahap perhitungan

28

Tabel Lampiran 17. Data Pembanding Bagi Hasil Pertambangan Umum (dalam juta rupiah)

Kode Provinsi 1995 1996 1997 11 D.I. ACEH 36 36 675 12 SUM-UT 4 3 1 13 SUM-BAR 2948 6602 4612 14 R I A U 1705 2519 3879 15 J A M B I 5 12 12 16 SUM-SEL 20272 19635 23675 17 BENGKULU 1395 611 3907 18 LAMPUNG 67 30 5 31 DKI JAKARTA 0 0 0 32 JAWA BARAT 578 929 5505 33 JAWA TENGAH 208 314 460 34 D.I.YOGYA 0 0 0 35 JAWA TIMUR 24 25 20 51 B A L I 0 2 1 52 N T B 40 120 522 53 N T T 58 21 1 61 KALBAR 442 519 332 62 KALTENG 1474 2698 3267 63 KALSEL 36369 29941 15807 64 KALTIM 18621 27665 20187 71 SULUT 282 1747 3215 72 SULTENG 11 11 128 73 SULSEL 4670 5331 8221 74 SULTRA 2273 2886 2226 81 M A L U K U 4369 6537 7918 82 IRIAN JAYA 67283 64224 65572

Total 163137 172417 170148

Page 29: Penerimaan Daerah Dari Bagi Hasil Sumber Daya Alam...3 tahapan-tahapan estimasi untuk minyak bumi dan gas alam menurut pendekatan LPEM FEUI. 4.1.1.1. Minyak Bumi Tahap-tahap perhitungan

29

Tabel Lampiran 18. Data Pembanding Bagi Hasil Sumber Daya Kehutanan 1997

Provinsi Juta rupiah Persentasi D.I. ACEH 5619 2.76 SUM-UT 9480 4.65 SUM-BAR 3838 1.88 R I A U 11575 5.68 J A M B I 7414 3.64 SUM-SEL 4977 2.44 BENGKULU 2859 1.40 LAMPUNG 2008 0.99 DKI JAKARTA 673 0.33 JAWA BARAT 1402 0.69 JAWA TENGAH 3332 1.63 D.I.YOGYA 2154 1.06 JAWA TIMUR 2244 1.10 B A L I 1607 0.79 N T B 2509 1.23 N T T 2423 1.19 KALBAR 12613 6.19 KALTENG 40455 19.85 KALSEL 4458 2.19 KALTIM 35492 17.41 SULUT 5517 2.71 SULTENG 6757 3.31 SULSEL 6748 3.31 SULTRA 6392 3.14 M A L U K U 9060 4.44 IRIAN JAYA 12247 6.01 Total 203852 100

Page 30: Penerimaan Daerah Dari Bagi Hasil Sumber Daya Alam...3 tahapan-tahapan estimasi untuk minyak bumi dan gas alam menurut pendekatan LPEM FEUI. 4.1.1.1. Minyak Bumi Tahap-tahap perhitungan

30

Tabel Lampiran 19. Selisih Estimasi Bagi Hasil Minyak Bumi Metode NRM dan LPEM-FEUI dengan Data Pembanding (dalam juta rupiah)

1995 1996 1997 Kode Provinsi dNRM dLPEM dNRM dLPEM DNRM DLPEM 11 D.I. ACEH -4314.90 -16990.90 -7016.04 -30680.19 -72605.92 -71683.82

12 SUM-UT 20245.11 17810.69 20988.17 16929.65 6573.92 8063.10

13 SUM-BAR 0 0 0 0 0 0

14 R I A U 387132.21 193413.81 463470.35 108864.23 -451744.96 -435005.95

15 J A M B I 6250.59 5127.31 11378.02 8052.16 4150.40 4315.90

16 SUM-SEL 72988.83 54995.17 101020.83 65960.31 64193.26 63591.85

17 BENGKULU 0 0 0 0 0 0

18 LAMPUNG 0 0 0 0 0 0

31 DKI JAKARTA 0 0 0 0 0 0

32 JAWA BARAT 78889.39 34087.62 71853.93 27998.24 -111374.63 -101819.22

33 JAWA TENGAH 2810.20 2145.00 4328.76 2248.00 3613.35 0.00

34 D.I.YOGYA 0 0 0 0 0 0

35 JAWA TIMUR 1665.70 1302.82 4425.11 3050.39 11945.89 10836.12

51 B A L I 0 0 0 0 0 0

52 N T B 0 0 0 0 0 0

53 N T T 0 0 0 0 0 0

61 KALBAR 0 0 0 0 0 0

62 KALTENG 0 0 0 0 0 0

63 KALSEL 2365.07 1926.00 3252.14 1704.00 3232.80 3613.00

64 KALTIM 61924.15 19997.33 34451.61 -732.16 -134102.62 -102464.93

71 SULUT 0 0 0 0 0 0

72 SULTENG 0 0 0 0 0 0

73 SULSEL 0 0 0 0 0 0

74 SULTRA 0 0 0 0 0 0

81 M A L U K U 1330.58 1084.00 1817.77 1302.32 1354.74 1379.47

82 IRIAN JAYA 19196.59 14579.38 20526.35 12911.68 11590.21 12159.79

Total 650484 329478 730497 217609 -663174 -607015

Jumlah Absolut 659113 363460 744529 280433 876483 814933

Rata-rata Kesalahan 63 % 35 % 57 % 21 % 38 % 36 % Keterangan: dNRM = NRM – data pembanding

dLPEM = LPEM – data pembanding Jumlah absolut = jumlah absolut dari dNRM atau dLPEM semua provinsi Rata-rata kesalahan = Jumlah absolut/Jumlah data pendamping provinsi

Page 31: Penerimaan Daerah Dari Bagi Hasil Sumber Daya Alam...3 tahapan-tahapan estimasi untuk minyak bumi dan gas alam menurut pendekatan LPEM FEUI. 4.1.1.1. Minyak Bumi Tahap-tahap perhitungan

31

Tabel Lampiran 20. Selisih Estimasi Bagi Hasil Gas Alam Metode NRM dan LPEM-FEUI dengan Data Pembanding (dalam juta rupiah)

1995 1996 1997 Kode Provinsi dNRM DLPEM dNRM dLPEM dNRM DLPEM 11 D.I. ACEH 181434.54 135242.18 208786.74 129189.74 108056.34 113306.45

12 SUM-UT 23782.07 20945.14 20969.53 16961.54 9317.03 11577.49

13 SUM-BAR 0 0 0 0 0 0

14 R I A U 0 0 0 0 0.00 0.00

15 J A M B I 0 0 0 0 0 0

16 SUM-SEL 14949.54 12003.18 18285.70 12226.40 11926.42 12345.03

17 BENGKULU 0 0 0 0 0 0

18 LAMPUNG 0 0 0 0 0 0

31 DKI JAKARTA 0 0 0 0 0 0

32 JAWA BARAT 12099.04 4286.54 13038.26 6809.70 -21069.40 -18218.12

33 JAWA TENGAH 792.62 607.00 1220.93 636.00 1019.15 0.00

34 D.I.YOGYA 0 0 0 0 0 0

35 JAWA TIMUR 0 0 0 0 0 0

51 B A L I 0 0 0 0 0 0

52 N T B 0 0 0 0 0 0

53 N T T 0 0 0 0 0 0

61 KALBAR 0 0 0 0 0 0

62 KALTENG 0 0 0 0 0 0

63 KALSEL 667.07 545.00 917.27 483.00 911.82 1024.00

64 KALTIM 136831.83 50312.20 -66921.39 -148240.32 -347158.45 -268765.58

71 SULUT 0 0 0 0 0 0

72 SULTENG 0 0 0 0 0 0

73 SULSEL 0 0 0 0 -62.61 -62.61

74 SULTRA 0 0 0 0 0 0

81 M A L U K U 0.00 0.00 0 0 0 0

82 IRIAN JAYA 391.83 386.16 527.20 382.03 709.42 666.13

Total 370949 224327 196824 18448 -236350 -148127

Jumlah Absolut 370949 224327 330667 314929 500231 425965

Rata-rata Kesalahan 111 % 67 % 52 % 50 % 55 % 47 % Keterangan: dNRM = NRM – Data Pembanding

dLPEM = LPEM – Data Pembanding Jumlah absolut = jumlah absolut dari dNRM atau dLPEM semua provinsi Rata-rata kesalahan = Jumlah absolut/Jumlah data pendamping provinsi