penerapan undang-undang nomor 08 tahun 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/skripsi m. janto...

85
PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP KOSMETIK YANG TIDAK MEMILIKI IZIN EDAR OLEH BPOM PROVINSI JAMBI SKRIPSI SHE. 151802 PEMBIMBING : Drs. A. FARUK, MA PIDAYAN SASNIFA, SH., M.Sy PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 1440H/2019M M. JANTO HARIYADI

Upload: others

Post on 08-Nov-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 TENTANG

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP KOSMETIK YANG TIDAK

MEMILIKI IZIN EDAR OLEH BPOM PROVINSI JAMBI

SKRIPSI

SHE. 151802

PEMBIMBING :

Drs. A. FARUK, MA

PIDAYAN SASNIFA, SH., M.Sy

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN

JAMBI

1440H/2019M

M. JANTO HARIYADI

Page 2: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang
Page 3: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang
Page 4: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang
Page 5: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

MOTTO

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang

berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu

membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang

kepadamu”. (Qs. An-nisa [4] : 29).

Page 6: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah..Alhamdulillah..Alhamdulillahirobbil’alamin.. Sujud syukurku kusembahkan kepadamu Tuhan yang Maha Agung nan

Maha Tinggi nan Maha Adil nan Maha Penyayang, atas takdirmu telah kau jadikan aku manusia yang senantiasa berpikir, berilmu, beriman dan bersabar dalam menjalani kehidupan ini. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal bagiku untuk meraih cita-cita besarku.

Bapak Jasni dan Ibu Siti Asmah,

Mereka adalah orang tua hebat yang telah membesarkan dan mendidikku dengan penuh kasih sayang Terimakasih atas

pengorbanan, nasehat dan do’ayang tiada hentinya kalian berikan kepadaku selama ini. Dan abangku tersayang

heriyansah, dan kakakku tersayang ranita, NURweni, dan sumiati

Terima kasih atas dukungan sertado’a kalian, Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian.

Keluarga besar Hukum Ekonomi Syariah angkatan 2015 yang telah mengenalkanku arti sebuah keluarga,

sahabat dan arti kebersamaan.

Untuk Guru-guruku: Semoga Allah selalu melindungimu dan meninggikan derajatmu di dunia dan di akhirat, terimakasih

atas bimbingan dan arahan selama ini. Semoga ilmu yang telah diajarkan menuntunku menjadi manusia yang berharga

di dunia dan bernilai di akhirat. Aamiin.

Hanya sebuah karya kecil dan untaian kata-kata ini yang dapat

Kupersembahkan kepada kalian semua,, Terimakasih beribu terimakasih

kuucapkan..

Atas segala kekhilafan salah dan kekuranganku,

Kurendahkan hati serta diri menjabat tangan meminta beribu-ribu kata maaf

tercurah. Skripsi ini kupersembahkan.

Page 7: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul“Analisis Penerapan Undang-Undang Nomor 08 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen Terhadap Kosmetik yang Tidak Memiliki

Izin Edar oleh BPOM Provinsi Jambi”. Berdasarkan latar belakang masalah

maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan Undang-

Undang Nomor 08 Tahun 1999 mengatur perlindungan terhadap konsumen

(pembeli) dalam kosmetik yang tidak memiliki izin edar. Penelitian ini merupakan

jenis penelitian lapangan(field research) dan penelitian kualitatif normatif, dengan

menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder yang didapat

dengan menggunakan metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara

(interview) dan dokumentasi. Setelah data terkumpul, selanjutnya data tersebut

dianalisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif normatif. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan diperoleh hasil dan kesimpulan sebagai berikut : Analisis

penerapan undang-undang nomor 08 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen

tidak sesuai dengan hukum yang ada, dikarnakan banyaknya masalah yang dihadapi

konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang kaki

lima yang berani secara terang-terangan menjual minyak rambut pomade yang tidak

memiliki kualitas izin edar dari BPOM, dan BPOM juga telah melakukan cara

untuk menerapkan undang-undang perlindungan konsumen dengan cara, sosialisasi,

mediasi, dan penyuluhan. Namun dalam penerapannya masih terdapat kendala,

yaitu : kurangnya jumlah SDM dan terbatasnya dana dan anggaran. Untuk

penyelesaian sengketa dapat dilakukan dengan cara, yaitu : melalui jalur BPSK dan

melalui peradilan umum.

Kata Kunci : Perlindungan Konsumen, Izin Edar

Page 8: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

KATA PENGANTAR

بِسْــــــــــــــــــمِ الِله الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Alhamdulillah wasyukurillah, senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah

SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat kepada semua hamba-Nya,

sehingga sampai saat ini kita masih mendapatkan ketetapan iman dan Islam.

Shalawat serta salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, yang banyak

memberikan keteladanan dalam berfikir dan bertindak.

Skripsi ini berjudul“ANALISIS PENERAPAN UNDANG-UNDANG

NOMOR 08 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

TERHADAP KOSMETIK YANG TIDAK MEMILIKI IZIN EDAR OLEH BPOM

PROVINSI JAMBI” dapat terselesaikan guna memenuhi salah satu persyaratan

untuk menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S.1) Program Studi Hukum

Ekonomi Syariah pada Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi.

Semoga apa yang penulis sajikan dalam skripsi ini merupakan rangkaian

ikhtiar penulis yang ditujukan kepada kita semua sebagai muslim terutama kepada

para pelaku bisnis yang berusaha menjadikan aktivitas pekerjaan bisnis sebagai

wujud amal ibadah dalam rangka menjalan kanfungsi hidup yang sebenarnya yakni

hanya beribadah kepada Allah SWT.

Diharapkan dengan tersusunnya skripsi ini menjadi bagian yang

terintegrasikan dalam menemukan bentuk sistem bisnis didalam sistem ekonomi

yang Islami yang secara ideal berorientasi pada keadilan dan kesejahteraan bersama

sebagai bukti bahwa ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW

membawa rahmat bagi seluruh alam semesta, yang dalam hal ini melalui bisnis

yang Islami.

Patut kiranya penulis menyampaikan ucapkan terimakasih kepada semua

pihak dalam memberikan bantuan sehingga tersusunnya skripsi ini seperti yang

dihadapan pembaca, terutama sekali kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA, selaku Rektor UIN Sulthan Thaha Saifuddin

Jambi.

2. Bapak Dr. A. A. Miftah, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah UIN Sulthan

Thaha Saifuddin Jambi.

Page 9: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

3. Bapak H. HermantoHarun, Lc., M.HI., Ph.D, selaku Wakil Dekan I bidang

Akademik Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

4. Ibu Dr. Rahmi Hidayanti, M.HI, selaku Wakil Dekan II bidang Administrasi

Umum, Perencanaan dan Keuangan Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi.

5. Ibu Dr. Yuliatin, S.Ag., M.HI, selaku Wakil Dekan III bidang Kemahasiswaan

dan Kerjasama Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

6. Ibu Maryani, S.Ag., M.HI dan Ibu Pidayan Sasnifa, SH., M.Sy, selaku Ketua

dan Sekertaris Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah UIN Sulthan

Thaha Saifuddin Jambi.

7. Bapak Drs. A. Faruk, MA dan Ibu PidayanSasnifa, SH., M.Sy,selaku

Pembimbing I dan Pembimbing II skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu dosen, dan seluruh karyawan/karyawati Fakultas Syariah UIN

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

9. Kepala perpustakaan UIN Sulthan Thaha Saifudin Jambi beserta stafnya serta

Kepala Perpustakaan Wilayah Jambi.

10. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung maupun

tidak langsung.

Namun disamping itu, penulis berkeyakinan bahwa tak ada gading yang

takretak. Begitu juga dengan skripsi ini niscaya masih ada kekurangan dan masih

dirasa belum sempurna. Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak untuk

menberikan kontribusi pemikiran maupun saran demi kesempurnaan skripsi ini.

Page 10: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................ ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................................ iv

MOTTO ....................................................................................................... v

PERSEMBAHAN ....................................................................................... vi

ABSTRAK ................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................. viii

DAFTAR ISI ................................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5

C. Batasan Masalah ......................................................................... 5

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................ 5

E. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6

F. Kerangka Teori ........................................................................... 7

G. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 18

Page 11: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

BAB II METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan ..................................................................... 20

B. Instrument Pengumpulan Data .................................................... 23

C. Metode Penyajian Data ............................................................... 25

D. Metode Analisis Data .................................................................. 25

E. Sistematika Penulisan ................................................................. 26

F. Jadwal Penelitian ........................................................................ 27

BAB III GAMBARAN UMUM KANTOR BPOM PROVINSI JAMBI

A. Sejarah Berdirinya Kantor BPOM Provinsi Jambi ..................... 28

B. Struktur Kantor BPOM Provinsi Jambi ...................................... 30

C. Visidan Misi BPOM Provinsi Jambi ........................................... 32

D. Sumber Daya Manusia ................................................................ 33

E. Budaya Organisasi ...................................................................... 36

F. Data Umum Wilayah Kerja......................................................... 41

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Penerapan Undang-Undang Nomor 08 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen Terhadap Kosmetik Yang Tidak Memiliki Izin

Edar Oleh BPOM Provinsi Jambi ............................................... 45

B. Kandala Yang Dihadapi Di Dalam Menerapkan Undang-UndangNomor

08 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Terhadap Konsumen Dalam

Kosmetik Yang Tidak Memiliki Izin Edar Oleh BPOM Provinsi Jambi

49

C. Penyelesaian Sengketa Perlindungan Konsumen Sesuai Dengan Undang-

Undang Nomor 08 Tahun 1999 .................................................. 52

Page 12: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 60

B. Saran .......................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE

Page 13: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

DAFTAR GAMBAR

Gambar I. Struktur Kantor BPOM Provinsi Jambi………………………… 30

Page 14: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka

kebutuhan hidup manusia kian berkembang pula. Tidak hanya kebutuhan akan

sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan saja. Kebutuhan akan

mempercantik diri pun kian menjadi prioritas utama dalam menunjang penampilan

sehari-hari. Salah satu cara untuk mengubah penampilan atau mempercantik diri

yaitu dengan menggunakan kosmetik.

Kosmetikadalah panduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar

badan (epidermis,rambut,kuku,bibirdan organ kelamin luar) gigi dan rongga mulut

untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan supaya tetap

dalam keadaan baik.

Sehubungan dengan hal tersebut Ahmadi Miru dalam bukunya yang

berjudul Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen di Indonesia,

menyatakan bahwa: Hal tersebut memungkinkan beredar luasnya kosmetik-

kosmetik dalam memenuhi kebutuhan pasar yang menjadi ladang bisnis untuk

pelaku usaha, baik kosmetik yang memiliki izin edar dari pemerintah sampai yang

tidak berizin edar dari pemerintah. Kegiatan seperti ini sering dijadikan lahan bisnis

bagi pelaku usaha yang mempunyai etika buruk akibat posisi konsumen yang lemah

karna tidak adanya perlindungan yang seimbang untuk melindungi hak-hak dari

konsumen.1

1 Ahmad Miru. Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen di Indonesia.

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011).Hlm.32.

Page 15: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

Gunawan dan Ahmad Yani menyebutkan bahwa : Berbagai cara dilakukan

oleh pelaku usaha untuk memasarkan produk kosmetik yang diproduksi oleh

mereka, misalnya yaitu dengan mencantumkan bahwa produk kosmetik tersebut

buatan luar negeri yang di impor langsung ke Indonesia.2

Dari kedua pendapat tersebut kita dapat melihat bahwa pelaku usaha akan

melakukan apa saja yang dapat dijadikannya ladang usaha untuk mendapatkan

keuntungan yang besar. Pengetahuan yang kurang dari masyarakatlah yang menjadi

peluang bagi pelaku usaha untuk memasarkan produknya.

Permasalahan yang dihadapi konsumen bertambah banyak di masa era

globalisasi dan teknologi serta krisis ekonomi ini, beban konsumen bertambah berat

dengan harga kebutuhan-kebutuhan mereka yang tinggi, walaupun kualitasnya

masih dipertanyakan.Penipuan berat, ukuran, penggantian tanggal kadaluwarsa,

pemalsuan, produk-produk ilegal beredar di pasaran.Semuanya itu sangat

merugikan konsumen.

Badan pengawas obat dan makanan (BPOM) mengatakan ada sejumlah

kosmetik yang mengandung bahan berbahaya, antara lain berupa Bahan Kimia Obat

(BKO) tersebut antara lain seperti obat-obatan jenis antibiotik, deksamateson,

hingga hidrokuinon.

Berdasarkan hasil pengawasan Balai POM Jambi, ditemukan kosmetik tanpa

izin edar 354 item, yang memiliki label halal 111 item, dan yang tidak memiliki

labeb halal 1300 item. Dilakukan pemusnahan terhadap produk kosmetik tanpa izin

edar jadi sebanyak 2.289 item dengan perkiraan nominal Rp. 650.897.500 dengan

2Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani.Hukum Perlindungan Konsumen. (Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 2000). Hlm. 24.

Page 16: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

digilas menggunakan alat berat dan pembakaran dihalaman kantor Balai POM

Jambi oleh Kepala Balai POM di Jambi. Kosmetik yang banyak di edarkan di

pasaran tanpa izin edar dan mengandung bahan berbahaya yang masih beredar di

pasaran di antaranya, kosmetik bermerk Temulawak Widya Day Cream dan Night

Cream, Mirocell Night Cream, Icome Night Cream.Kosmetik ini mengandung

merkuri yang bisa berbahaya bagi kesehatan tubuh bahkan bisa menyebabkan

kanker.3

Kosmetik tidak hanya digemari kaum hawa saja tetapi juga digemari oleh

sebagian kaum adam, seperti penggunaan minyak rambut(pomade). Pada era

perdagangan bebas sekarang banyak minyak rambut (pomade) yang beredar

dipasaran dengan berbagai jenis merek.Untuk kosmetik jenis minyak rambut

(pomade) yang beredar di Provinsi Jambi sebanyak kurang lebih 931 produk, yang

memiliki izin edar kurang lebih hanya 600 produk, dan yang illegal sebanyak 200

produk. Pomade yang banyak diedarkan di pasaran Kota Jambi di antaranya, merk

Brutal Bull, Suavecito, Kucle Pomade, King Pomade, King Power, Smith, Prince,

Rap Rap, Hair Grom, dan masih banyak merk lainnya.4

Keinginan kaum adam untuk meningkatkan daya tarik dirinya banyak di

manfaatkan oleh pelaku usaha yang tidak bertanggung jawab dengan memproduksi

atau memperdagangkan minyak rambut(pomade) yang tidak memenuhi persyaratan

untuk diedarkan kepada masyarakat. Kebanyakan kaum adam sangat tertarik akan

produk yang mempunyai harga murah. Mereka tidak melihat apakah produk

tersebut tidak memenuhi persyaratan serta tidak terdaftar dalam BPOM.

3 Dr. Ir. Wisnu Cahayadi M.SI. Bahan Tambahan Pangan (Jakarta Sinar Grafika 2010).

Hlm. 35-37. 4Wawncara dengan saudara Sigit sebagai penjual pomade di Kota Jambi.15 Oktober 2019.

Page 17: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

Kosmetik tersebut mudah didapatkan dengan harga yang terjangkau karna

tidak adanya nomor izin, tidak adanya label bahan baku kosmetik, dan tidak adanya

tanggal kadaluwarsa produk. Karna harganya yang murah, dan dapat dibeli dengan

mudah sehingga minyak rambut(pomade) tanpa izin edar ini mudah dikonsumsi

oleh masyarakat. Ketidaktahuan konsumen akan efek samping yang ditimbulkan

dari kosmetik tersebut menjadi alasan masyarakat untuk tetap memakainya.

Kemudian permasalahan yang dihadapi konsumen khususnya kota Jambi,

banyaknya pedagang-pedagang kali lima yang berani secara terang-terangan

menjual minyak rambu (pomade) yang tidak memiliki standar kualitas izin edar dari

BPOM, sedangkan pelaku usaha tersebut mengetahui akan bahaya atau dampak dari

pemakaian kosmetik yang tidak memiliki izin edar, dan pelaku usaha tersebut juga

mengetahui tentang larangan menjual kosmetik yang tidak memiliki izin edar tetapi

mereka belum mengetahui sangsi apa yang akan mereka dapat apabila melakukan

hal tersebut.Kemudian peneliti mewancarai salah satu penjual pomade di Kota

Jambi yang bernama Sigit, yaitu:

Sigit mengatakan sudah mengetahui tentang izin edar kosmetik, mengenai

segi hukum, kesehatan, dan dampak yang ditimbulkan dari kosmetik yang

tidak memiliki izin edar, Sigit beralasan menjual pomade yang tidak

memiliki izin edar tersebut karena banyak disukai, digemari, dan diminati

konsumen karna harganya yang terjangkau.5

Hukum perlindungan kosumen merupakan masalah yang menarik dan

menjadi perhatian Pemerintah Indonesia. Hal ini dapat di lihat dari peraturan

perundang-undangan yang mengatur hal ini, yaitu Undang-Undang Nomor 08

Tahun 1999 Tentang Pelindungan Konsumen.Perlindungan konsumen merupakan

hal yang sangat perlu untuk terus dilakukan karna berkaitan dengan upaya

5Ibid. 2 Februari 2019.

Page 18: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

mensejahterakan masyarakat dalam kaitan dengan semakin berkembangnya

transaksi perdangan pada zaman modern saat ini.6

Bertitik tolak dari permasalahan di atas, maka dari itu sangat baik untuk

diteliti guna menambah pemahaman konsumen dan produsen terhadap perlindungan

konsumen sesuai dengan Undang-undang Nomor 08 Tahun 1999 Pasal 62 Ayat (1)

pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, 9,

10, 13, ayat (2), Pasal 15, 17 ayat (1) huruf a, b, c, e, ayat (2), dan Pasal 18 dipidana

penjara paling lama 5 tahun atau denda paling banyak Rp. 2000.000.000,00 (dua

milyar), dan ketidak sesuaian yang dilakukan oleh penjual dengan ketentuan yang

berlaku, serta analisis penerapan Undang-undang Nomor 08 Tahun 1999 dalam

masalah ini yang dimuat dalam skripsi yang berjudul PENERAPAN UNDANG-

UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN

KONSUMEN TERHADAP KOSMETIK YANG TIDAK MEMILIKI IZIN

EDAR OLEH BPOM PROVINSI JAMBI.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat diperoleh pokok masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana penerapan Undang-Undang Nomor 08 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen terhadap kosmetik yang tidak memiliki izin edar oleh

BPOM Provinsi Jambi?

6M.Sadar, dkk.Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia. (Jakarta Barat: Akademia,

2012).Hlm.1.

Page 19: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

2. Apa saja kendala yang dihadapi di dalam menerapkan Undang-Undang Nomor

08 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen terhadap kosmetik yang tidak

memiliki izin edar oleh BPOM Provinsi Jambi?

3. Bagaimana penyelesaian sengketaperlindungan konsumen berdasarkan Undang-

Undang Nomor 08 Tahun 1999?

C. Batasan Masalah

Agar pembahasan ini tepat pada sasaran dan tidak terlalu meluas serta tidak

menyalahi sistematika penulisan karya ilimiah sehingga membawa hasil yang di

harapkan, maka dalam penelitian ini penulisannya hanya membahas mengenai

Penerapan Undang-Undang Nomor 08 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen Terhadap Jenis Kosmetik Pomade di Kota Jambi yang tidak Memiliki

Izin Edar. Awal penelitian skripsi ini dimulai pada tahun 2017 dan diselesaiakan

pada tahun 2019.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai oleh penulis yaitu:

Untuk menjelaskan bagaimana penerapan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

mengatur perlindungan terhadap konsumen (pembeli) dalam kosmetik yang tidak

memiliki izin edar.

Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Ingin mengetahui penerapan Undang-Undang Nomor 08 Tahun 1999 tentang

perlindungan konsumen terhadap kosmetik yang tidak memiliki izin edar.

Page 20: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

2. Ingin mengetahui apa saja kendala yang dihadapi di dalam menerapkan

Undang-Undang Nomor 08 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen

terhadap kosmetik yang tidak memiliki izin edar.

3. Ingin mengetahui bagaimana penyelesaian sengketa perlindungan konsumen

berdasarkan Undang-Undang Nomor 08 Tahun 1999.

E. Manfaat Penelitian

Selain tujuan yang ingin dicapai, adapun manfaat yang ingin diperoleh dari

penulian skripsi ini yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis yaitu manfaat dari penulisan hukum ini yang bertalian

dengan pengembangan ilmu hukum ekonomi syariah. Manfaat teoritis dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi

pengembangan dibidang Ilmu Hukum Syariah khususnya Program Studi Hukum

Ekonomi Syariah.

b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya literatur, referensi, dan

bahan-bahan informasi ilmiah.

c) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan terhadap peneliti-peneliti

sejenisnya pada tahapan selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yaitu manfaat dari penulis hukum ini yang berkaitan dengan

pemecahan masalah. Dengan adanya skripsi ini dapat dijadikan sebagai masukan

untuk pihak-pihak terkait seperti:

Page 21: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

a. Bpom dan kepolisian Provinsi Jambi untuk lebih tegas lagi dalam memberikan

sanksi terhadap pelaku usaha yang nakal serta lebih giat lagi untuk mengadakan

sosialisasi serta pendidikan yang cukup terhadap kosumen.

b. Bagi Masyarakat, dengan adanya penelitian ini diharapkan masyarakat sebagai

konsumen semakin menyadari hak-haknya sebagai kosumen.

c. Bagi Penulis, diharapkan bisa menjadi tambahan ilmu, khususnya dalam bidang

hukum perlindungan kosumen.

F. Kerangka Teori

1. Teori Perlindungan Hukum

Teori perlindungan hukum ini bahwa hukum bertujuan mengintegrasikan

dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam masyarakat karena dalam

suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan terhadap kepentingan tentu hanya dapat

dilakukan dengan cara membatasi berbagai kepentingan di lain pihak. Kepentingan

hukum adalah mengurusi hak dan kepentingan manusia, sehingga hukum memiliki

otoritas tertinggi untuk menetukan kepentingan manusia yang perlu diatur dan

dilindungi. Perlindungan hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan hukum

lahir dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh

masyarakat yang pada dasarnya merupakan kesepakatan masyarakat tersebut untuk

mengatur hubungan prilaku antara anggota-anggota masyarakat dan antara

perseorangan dengan pemerintah yang dianggap mewakili kepentingan

masyarakat.7

7 Satjipto Raharjo, 2000, Ilmu hukum, PT. Cipta Aditya Bakti, Bandung. Hlm. 53.

Page 22: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

2. Teori Pertanggung Jawaban

Teori pertanggung jawaban dalam peruatan melanggar hukum dibagi

menjadi beberapa teori, yatu:

a. Tanggung jawab akibat perbuatan melanggar hukum yang dilakukan dengan

sengaja, tergugat harus sudah melakukan perbuatan sedemikian rupa sehingga

merugikan penggugat atau mengetahui bahwa apa yang dilakukan tergugat akan

mengakibatkan kerugian.

b. Tanggung jawab aibat perbuatan melanggar hukum dilakukan kerana kelalaian,

didasarkan pada konsep kesalahan yang berakibat dengan moral dan hukum

yang sudah bercampur baur.

c. Tanggung jawab mutlak akibat perbuatan melanggar hukum tanpa

mempersoalkan kesalahan, didasarkan pada perbuatannya baik secara sengaja

maupun tidak sengaja, artinya meskipun bukan kesalahan tetap bertanggung

jawab atas kerugian yang timbul akibat perbuatannya.8

3. PengertianPenerapan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian penerapan

adalah perbuatan menerapkan. Sedangkan menurut beberapa ahli berpendapat

bahwa, penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekan suatu teori, metode, dan

hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang

diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun

sebelumnya.9

8 Abdulkadir Muhammad, 2010, Hukum Perusahaan Indonesia, Cipta Aditya Bakti. Hlm.

503. 9http//www.Kamus On_line.blogspot.com.24 Mei 2016.

Page 23: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

4. Pengertian Kosmetik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian mengenai kosmetik,

yaitu:

Kosmetik adalah obat (bahan) untuk mempercantik wajar, kulit, rambut, dan

sebagiannya seperti bedak dan pemerah bibir.10

Menurut Syarif M. Wasitaatmadja, mengemukakan mengenai pengertian

kosmetik, yaitu:

Kosmetik dalam bahasa Yunani yaitu “kosmetikos” berarti keterampilan

menghias, sedangkann”kosmos” berarti hiasan.11

5. Perlindungan Konsumen Menurut Undang-Undang Perlindungan

Konsumen

a. Pengertian Konsumen

Istilah konsumen berasal dari alih bahasa dari kata Consumer (Inggris-

Amerika), atau consument/konsument (Belanda).Secara harfiah arti kata consumer

adalah (lawan dari produsen) setiap orang yang menggunakan barang.12

Menurut UU No 8 Tahun 1999 dijelaskan bahwa konsumen adalah setiap

orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi

kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan

tindak untuk diperdagangkan.13

10

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1990, Kamus Besar

Bahasa Indonesia,Jakarta: Balai Pustaka. 11

Syarif M. Wasitaatmadja, 1997, Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, Depok: UI Press, Hlm

26-27. 12

Celina Tri Siwi Kristiyanti. Hukum Perlindungan Konsumen. (Jakarta: Sinar Grafika,

2008). Hlm. 2. 13

Undang-undang No. 08 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK).(Jakarta:

Visimedia, 2007). Hlm. 3.

Page 24: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

Menurut Kotler, konsumen adalah individu dan kaum rumah tangga untuk

tujuan penggunaan personal,produsen adalah individu atau organisasi yang

melakukan pembelian untuk tujuan produksi.14

b. Hak dan Kewajiban Konsumen

Hak-hak Konsumen dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

menyebutkan sejumlah hak konsumen.

Hak konsumen itu adalah :

a) Hak atas kenyamanan, kemanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang

dan/atau jasa;

b) Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau

jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjian;

c) Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan

barang dan/atau jasa;

d) Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang

digunakan;

e) Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian

sengketa perlindungan konsumen secara patut;

f) Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen;

g) Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif;

14

Ade Maman Suherman.Aspek Hukum dalam Ekonomi Global Edisi Revisi.(Bogor: Ghalia

Indonesia, 2005). Hlm. 99.

Page 25: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

h) Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apa bila

barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak

sebagaimana mestinya;

i) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan

lainnya.15

Sedangkan Kewajiban konsumen adalah:

a) Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau

pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan.

b) Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan /ataujasa.

c) Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.

d) Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara

patut.16

c. PerlindunganKonsumen

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Pasal 1 menyatakan: “Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin

adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen”.17

Masyarakat umumnya telah menyebut tentang Hukum Konsumen, terutama

sekali Hukum Perlindungan Konsumen. Tetapi dalam tata hukum di Indonesia,

Hukum Konsumen dan/ atau Hukum Perlindungan Konsumen tersebut belum di

kenal. Begitu pula di kalangan ahli hukum, bahkan tentang eksistensinya pun belum

ada kesepakatan. Keadaan agak berubah setelah hadirnya Undang-Undang

Perlindungan Konsumen (UU No.8 Tahun 1999) pada tanggal 20 April 1999 yang

15

Undang-Undang Nomor 08 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen,

(Jakarta:Bhuana Ilmu Populer). Hlm. 6. 16

Ibid. Hlm. 7. 17

Ibid. Hlm. 3.

Page 26: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

baru. Lalu Undang-Undang ini baru efektif berlaku pada tanggal 20 April 2000, itu

pun sekiranya pemerintah baru nanti tidak mengubah dan/atau memberikan

pengaturan lain.18

d. Pengertian Produsen

Produsen merupakan makluk hidup yang dapat membuat makanannya

sendiri.Produsen juga dapat dikatakan sebagai makluk hidup yang mampu

mengubah zat anorganik menjadi zat organik.

Dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 08 Tahun 1999 Produsen disebut

sebabai pelaku usaha yang mempunyai hak.

Hak pelaku usaha itu adalah:

1. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai

kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

2. Hak untuk mendapatkan perlindungan hokum dari tindakan konsumen yang

beriktikad tidak baik;

3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hokum

sengketa konsumen;

4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hokum bahwa kerugian

konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

5. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.19

Adapun dalam Pasal 7 diatur kewajiban pelaku usaha.

Kewajiban pelaku usaha adalah:

18

Az. Nasution. Ibid. Hlm. 33. 19

Ibid. Hlm. 7.

Page 27: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

1. Beritikad baik dalam melakukan usahanya;

2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan,

dan pemeliharaan;

3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif;

4. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau di perdagangkan

berdasarkan ketentuan standard mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;

5. Memberi kesempatan pada kosumen untuk menguji dan/atau mencoba barang

dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang

dibuat dan/atau diperdagangkan;

6. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat

penggunaan, pemakaian dan pemamfaatan barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan;

7. Memberi kompensasi ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau

jasa yang diterima atau dimamfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.20

6. Pengertian dan Peran BPSK (Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen)

a. Pengertian BPSK

BPSK adalah pengadilan khusus konsumen (small claim court) yang sangat

diharapkan dapat menjawab tuntutan masyarakat agar proses beperkara berjalan

cepat, sederhana dan murah. Dengan demikian, BPSK hanya menerima perkara

yang nilai kerugiannya kecil.Pemeriksaan dilakukan dengan hakim tunggal dan

20

Ibid. Hlm. 8.

Page 28: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

kehadiran penuh pihak ketiga (pengacara) sebagai wakil pihak yang bersengketa

tidak diperkenalkan.Putusan dari BPSK tidak dapat dibanding kecuali bertentangan

dengan hukum yang berlaku.21

b. Peran BPSK

Badan ini dibentuk di setiap daerah Tingkat II (Pasal 49) BPSK dibentuk

untuk menyelesaikan sengketa konsumen di luar pengadilan (Pasal 49 ayat (1)), dan

badan ini mempunyai anggota-anggota dari unsur pemerintah, konsumen dan

pelaku usaha. Setiap unsur tersebut berjumlah 3 (tiga) orang atau sebanyak-

banyaknya 5 (lima) orang, yang semuanya diangkat dan bentuk oleh Menteri

(Perindustrian dan Perdangan). Keanggota badan terdiri atas ketua merangkap

anggota, wakil ketua merangkap anggota, dan anggota dengan dibentuk oleh sebuah

sekretaris (Pasal 50 jo. 51).

Tugas dan Wewenang BPSK (Pasal 52) meliputi:

1. Melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen, dengan cara

melalui mediasi, arbitrase, atau konsiliasi;

2. Memberikan konsultasi perlindungan kosumen;

3. Pengawasan klausul baku;

4. Melapor kepada penyidik umum apabila terjadi pelanggaran Undang-Undang

ini;

5. Menerima pengaduan dari konsumen, lisan atau tertulis, tentang dilanggarnya

perlindungan konsumen;

6. Melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa konsumen;

21

Marianus Gaharpung, Perlindungan Hukum bagi Konsumen Korban Atas Tindakan

Pelaku Usaha, Jurnal Yustika, Vol. 3 No. 1 Juli 2000. Hlm. 43.

Page 29: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

7. Memanggil pelaku usaha pelanggar;

8. Menghadirkan saksi, saksi ahli dan/atau setiap orang yang dianggap mengetahui

pelanggaran itu;

9. Meminta bantuan penyidik untuk menhadirkan mereka tersebut huruf g apabila

tidak mau memenuhi panggilan;

10. Mendapatkan, meneliti dan/atau menilai surat, dokumen atau alat-alat bukti lain

guna penyelidikan dan/atau pemeriksaan;

11. Memutuskan dan menetapkan ada tidaknya kerugian konsumen;

12. Memberitahukan keputusan kepada pelaku usaha pelanggaran Undang-Undang;

13. Menjatuhkan sanksi administrasi kepada pelaku usaha pelanggaran Undang-

Undang.

c. Penyelesaian Sengketa Konsumen Melalui BPSK

Pada penyelesaian sengketa konsumen melalui lembaga BPSK ini diawali

dengan prasidang, yang tujuanny adalah untuk menggali informasi sejauh mana dari

masing-masing pihak. Hal ini juga karena didasarkan pada pengertian bahwa

penyelesaian sengketa di BPSK dilakukan tidak berjenjang, yaitu jika konsumen

dan pelaku usaha telah memilih salah satu metode di BPSK, maka tidak boleh

memilih metode lainnya untuk menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dengan

konsumen.

Namun menurut pendapat Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo di dalam

bukunya yang berjudul Hukum Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa

Undang-Undang Perlindungan Konsumen tidak menentukan adanya pemisahan

tugas anggota BPSK sehingga para anggota BPSK dapat bertidak sebagai aribitator,

konsiliator, maupun mediator.

Page 30: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

Berdasarkan Pasal 52 huruf a Undang-Undang Perlindungan Konsumen

bahwa BPSK akan menyelesaikan sengketa konsumen dengan jalan melalui

mediasi, konsiliasi, dan arbitrase yaitu:

1. Mediasi

Media merupakan cara penyelesaian sengketa yang fleksibel dan tidak mengikat

serta melibatkan pihak netral yaitu mediator, yang memudahkan negosiasi

antara para pihak untuk membantu mereka dalam mencapai kompromi atau

kesepakatan.22

Penyelesaian sengketa melalui mediasi harus didahului dengan kesepakatan para

pihak untuk menyelesaiakan sengketa melalui mediasi.

Jasa yang diberikan mediator adalah menawarkan dasar-dasar penyelesaian

sengketa. Peran mediator sangat terbatas, yaitu hanya menolong para pihak

untuk mencari jalan keluar dar sengketa yang sedang yang mereka hadapi,

sehingga hasil penyelesaian sepenuhnya ada pada kesepakatan para pihak.

Keuntungan penyelesaian sengketa melalui mediasi adalah karena cara

pendekatan penyelesaian diarahkan pada kerja sama untuk mencapai kompromi,

sehingga masing-masing pihak tidak tidak perlu saling mempertahankan fakta

dan bukti yang mereka miliki, serta tidak membela dan mempertahankan

kebenaran masing-masing. Sehingga pembuktian tidak lagi menjadi beban yang

memberatkan para pihak.23

Keuntungan lain dalam mediasi sebagai jalan untuk menyelesaikan sengketa

adalah biaya yang murah, bersifat rahasia, saling memberikan keuntungan bagi

22

Mulyana W. Kusuma, 1994, Should Court-Annexed Alternative Dispute Resolution

Mechanisms Mandatory?. Jurnal Ilmiah Hukum Era Hukum, Nomor 1. Hlm. 5. 23

Yahya Harahap, 1997, Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilan dan Penyelesaian

Sengketa, Bandung: Citra Aditya Bakti. Hlm. 393.

Page 31: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

para pihak, tidak ada pihak yang kalah atau menang, selalu terjalin hubungan

baik antara para pihak yang bersengketa.

2. Konsiliasi

Konsiliasi ini juga dimungkinkan untuk menyelesaikan sengketa konsumen

dengan pelaku usaha berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

Konsiliasi memiliki kesamaan dengan arbitrase yaitu menyerahkan kepada

pihak ketiga untuk memberikan pendapatnya tentang sengketa yang

disampaikan oleh para pihak, akan tetapi pendapat dari konsiliator tidak

mengikat sebgaimana yang ada pada arbitrase.24

Ketidak terikatan para pihak

terhadap pendapat yang diajukan oleh konsiliator mengenai sengketa yang

dihadapi para pihak tersebut, menyebabkan penyelesaian sangat tergantung pada

kesukarelaan para pihak.

3. Arbitrase

Arbitrase berasal dari kata arbitrare (bahasa latin) yang berarti kekuasaan untuk

menyampaikan sesuatu perkara berdasarkan kebijaksanaan. Arbitrase

merupakan istilah yang dipakai untuk menjabarkan suatu bentuk tata cara damai

yang sesuai atau sebagai penyediaan dengan cara bagaimana menyelesaiakan

sengketa yang timbul sehingga mencapai suatu hasil tertentu yang secara hukum

final mengikat.

Penyelesaian sengketa dengan langkah arbitrase ini adalah salah satu cara

mempercepat penyelesaian sengketa konsumen, yaitu melalui lembaga BPSK,

yang putusannya dinyatakan final dan mengikat. Namun Undang-Undang

Perlindungan Konsumen masih membuka kemungkinan pihak yang keberatan

24 Aulia Muthiah, 2015, Aspek Hukum Dagang dan Pelaksanaanya di Indonesia,

Yogyakarta: Pustaka Baru. Hlm. 233.

Page 32: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

atas putusan tersebut untuk mengajukan keberatan kepada pengadilan negeri,

hanya saja pihak yang tidak puas atas putusan pengadilan negeri dan juga dapat

melakukan upaya kasasi ke mahkamah agung dalam tempo waktu 14 hari.25

Berdasarkan tahapan yang ditempuh oleh para pihak dalam penyelesaian

sengketanya maka dapat dikatakan bahwa penyelesaian ini sama saja dengan

jalur litigasi, perbedaan hanya terletak pada tidak dikenalnya upaya hukum

banding terhadap putusannya, sehingga putusan BPSK jika ada pihak yang

keberatan dapat mengajukan kasasi kepada Mahkamah Agung.

G. Tinjauan Pustaka

Mendukung penyusunan yang lebih komprehensif, penyusun melakukan

penelaahan awal terhadap pustaka atau karya-karya terdahulu yang relevan dengan

topik yang akan diteliti. Masalah perlindungan kosumen terhadap kosmetik yang

tidak memiliki izin edar sebenarnya sudah banyak yang menyoroti dan mengkaji,

terutama kajian disajikan dalam bentuk buku.

Selain itu penyusun juga menemukan beberapa judul dalam skripsi Cahaya

Setia Nuarida Triana mahasiswa angkatan 2011 Universitas Jenderal Soedirman

Fakultas Hukum Purwakerto tentang “Perlindungan Hukum Bagi Konsumen

Terhadap Peredaran Kosmetik yang Mengandung Bahan Merkuri di Kabupaten

Banyumas”. Pada penelitian ini hanya membahas tentang penegakan hukum

terhadap banyaknya osmetik yang mengandung bahan berbahaya khususnya di

Kabupaten Banyumas.26

25

Pasal 58 Ayat 2 UUPK yaitu: Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Sebagai yang

dimaksud Pada Ayat (1), Para Pihak dalam Waktu Paling Lambat 14 Hari dapat Mengajukan Kasasi

ke Mahkamah Agung Republik Indonesia. 26

Cahaya Setia Nuarida Triana, 2011. Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap

Peredaran Kosmetik Yang Mengandung Bahan Berbahaya di Kabupaten Banyumas.Skripsi

Universitas Jenderal Soedirman Fakultas Hukum, Purwakerto.

Page 33: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

Kemudian pada skripsi yang disusun oleh Avis Sartika Fakultas Hukum

Universitas Lampung, yang berjudul “Penegakan Hukum Pidana Terhadap Pelaku

Usaha Kosmetik yang Mengandung Bahan Berbahaya di Provinsi Lampung”. Pada

penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa pada tahap aplikasi terdapat pihak

kepolisian dalam hal ini Polda Lampung melakukan tindakan yang diperlukan untuk

menyelesaikan kosmetik yang mengadung bahan brbahaya dengan melakukan tahan

yaitu penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pengumpulan barang bukti, penyitaan,

lalu diajukan ke pengadilan.27

Kemudian yang terakhir Muhammad Yahya Muhayat Fakultas Syariah dan

Hukum Uin Alaudin Makasar. “Perlindungan Terhadap Konsumen dari Peredaran

Obat Ttradisional Berbahaya Kimia/Zat Berbahaya Berdasarkan UU.No.8 Tahun

1999”.Penulis menganalisis mengenai ketentuan hukum tentang perlindungan

konsumen dan implementasi saksi hukum bagi pedagang, produsen, obat tradisional

berbahaya kimia di Kota Makasar.28

Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian yang lainnya adalah

penelitian ini lebih menekankan pada Penerapan Undang-Undang Nomor 08 Tahun

1999 Tentang Perlindungan konsumen yang tidak Memiliki Izin Edar oleh BPOM

Provinsi Jambi.

Penyusun ini tidak terlepas dari beberapa karya para penulis di atas. Hanya

saja dari penelusuran penyusun belum ditemukan penyusunan yang memfokuskan

pada Penerapan Undang-Undang Nomor 08 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

27

Avis Sartika, Penegakan Hukum Pidana Terhadap Pelaku Usaha Kosmetik yang

Mengandung Bahan Berbahaya di Provinsi Lampung (Skripsi Fakultas Hukum 2017). 28

Muhammad Yahya Muhayat,”Perlindungan Terhadap Konsumen dari Peredaran Obat

Ttradisional Berbahaya Kimia/Zat Berbahaya Berdasarkan UU.No.8 Tahun 1999”.Skripsi (Makasar:

Fak. Syariah dan Hukum UIN Alauddin, 2012). Hlm 10.

Page 34: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

Konsumen Terhadap Kosmetik yang tidak Memilikin Izin Edar oleh BPOM

Provinsi Jambi.

Page 35: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

lapangan dengan kualitatif normatif.Pentingnya jenis data karena diprolehnya

temuan dilapangan mengenai kaitan masalah yang diangkat dalam judul ini.

Pendekatan ini dilakukan dengan teknik pengumpulan data yang berdasarkan pada

instrument pengumpulan data.

Penelitian ini juga bersifat deskriptif, metode ini adalah metode yang

menggambarkan suatu data yang akan dibuat, baik oleh penulis maupun secara

kelompok. Ciri-ciri metode deskriptif adalah memusatkan diri pada masa sekarang

dan masalah-masalah yang aktual, dan kemudian data yang dikumpulkan disusun,

dijelaskan, dan dianalisis.29

Dalam penelitian ini, penyusun menggunakan jenis pustaka (Library

research), yaitu suatu penyusun dengan cara menghimpun, menuliskan, mengedit,

dan mengklarifikasikan, mereduksi dan menjadikan data dan informasi yang relevan

dengan topik atau masalah yang akan diteliti. Data dan informasi tersebut diproleh

dari berbagai sumber tertulis seperti buku-buku ilmiah, laporan penyusunan,

karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertai, peraturan-peraturan, ensiklopedia, dan

sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik lainnya yang terkait dengan

Analisis Penerapan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen.

29

Sayuti Una, (ED.). Pedoman Penulis Skripsi (Edisi Skripsi). (Jambi: Syariah Press, 2012).

Hlm.251.

Page 36: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

Penulis ini juga menggunakan pendekatan yurisdis. Pendekatan yuridis

empiris penulis gunakan untuk melihat objek hukum karena berkaitan dengan

produk oerundang-undangan yaitu Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen.

1. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian yang digunakan bersifat deskriptif analisis, yang mana

penulisan hukum ini merupakan atau menggambarkan suatu peraturan perundang-

undangan yang berlaku, yaitu Undang-Undang Perlindungan Konsumen dikaitkan

dengan teori hukum dan praktik yang menyangkut objek masalah, yaitu peran Balai

besar POM dalam melakukan pengawasan sebagai wujud perlindungan kepada

konsumen terhadap penggunaan obat dan makanan yang mengandung zat adiktif.

2. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang akurat dan objektif, maka dalam penelitian ini

dilikukan dua cara pengumpulan data, yaitu data primer dan data skunder.30

1) Data Primer

Data primer yaitu data yang diproleh langsung dari sumber pertama.31

Dalam penelitian ini yaitu data yang diproleh langsung dari hasil wawancara yang

dilakukan peneliti di Kantor Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Provinsi

Jambi. Data primer disini merupakan data pokok yang diproleh melalui hasil

wawancara yang dilakukan oleh penulis lapangan. Data yang termasuk dalam

penelitian ini adalah peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang berkenaan

30

Soerjono Soekanto dan Siti Mamudji, Penelitian Normatif,(Jakarta : Rajawali Press,

1995).Hlm.35. 31

Amiruddin dan Zainul Asiki, Pengaturan Metode Hukum, (Jakarta : PR Grafindo

Persada).Hlm.30.

Page 37: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

dengan penerapan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen.

2) Data Skunder

Data skunder diproleh melalui studi keputusan , yaitu mempelajari literatur

karangan para ahli hukum dan peraturan perundang-undangan yang berhubungan

dengan objek dan permasalahan yang diteliti. Data skunder dalam penelitin ini

meliputi:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan-bahan hukum yang melindungi kekuatan mengikat. Adapun yang

digunakan sebagai bahan hukum primer yang berhubungan dengan permasalahan

penelitian ini yang berupa berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan

dengan pengawasan Balai Besar POM dan perlindungan konsumen yaitu:

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

2. Peraturan Pemerintah No.58 Tahun 2001 Tentang Pembinaan, Pengawasan

Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen.

3. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 Tentang Kedudukan, Tugas,

Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah

Non Departemen (LPND).

4. Keputusan Kepala Badan Pengas Obat dan Makanan Nomor

05018/SK/KBPOM Tahun 2001 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit

Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawasan Obat dan Makanan.

Page 38: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

b. Bahan Hukum Skunder

Bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan-bahan hukum primer

dan dapat membentuk menganalisis dan memahami bahan hukum primer, misalnya:

1. Keputusan yang berhubungan dengan perlindungan konsumen.

2. Bahan-bahan karya para sarjana.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan-bahan yang memberikan informasi tentang bahan hukum primer dan

skunder, misalnya:

1. Kamus Hukum

2. Kamus Besar Bahasa Indonesia

Data-data yang diperoleh tersebut selanjutnya merupakan landasan teori

dalam melakukan analisis data serta pembahasan masalah. Data skunder ini

diperlukan untuk lebih melengkapi data primer yang diperoleh melalui penelitian

lapangan.

B. Instrumen Pengumpulan Data

Sesuai dengan permasalahan yang diangkat, peneliti menggunakan

penelitian lapangan. Terkait itu dengan pengumpulan data adalah sebagai berikut:

a) Observasi

Metode dengan mendatangi tempat peneliti lapangan guna mendapatkan

data yang valid bagi peneliti, dan peneliti ini observasinya dilakukan secara

langsung kepada petugas Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang

mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 08 Tahun 1999 dilapangan, dengan

meneliti dan mengamati sejauh mana penerapan Undang-Undang Nomor 08 Tahun

1999 sesuai dengan wujud undang-undang tersebut satu pihak.

Page 39: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

b) Wawancara

Metode dengan tanya jawab langsung kepada pihak yang terlibat dalam

penelitian ini wawancara ini dilakukan dengan pihak guna mengetahui secara

langsung tentang penerapan Undang-Undang Nomor 08 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen. Dimana yang menjadi informan yaitu pegawai BPOM,

penjual pomade, dan konsumen pomade.

c) Dokumentasi

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah tersedia dalam

bentuk-bentuk dokumen. Dokumen yang diproleh dari kantor Badan Pengawas

Obat dan Makanan (BPOM) Provinsi Jambi yang dikelola untuk melengkapi

penelitian-penelitian yang berupa dokumen.

C. Metode Penyajian Data

Data yang telang terkumpul akan diolah melalui proses editing, yaitu

memeriksa atau meneliti data yang diperoleh untuk menjamin apakah sudah dapat

dipertanggung jawabkan sesuai dengan kenyataan. Dalam editing juga dilakukan

perbetulan data yang keliru, menambahkan data yang kurang, melengkapi data yang

belum lengkap. Apabila data yang diperoleh dipandang sudah memenuhi tujuan

penelitian maka langkah selanjutnya adalah menyusun data tersebut secara

sistematis dan sesuai dengan penulisan skripsi yang benar.

D. Metode Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode

analisis normatif kuantitatif, yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara

Page 40: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

sistematis, untuk selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan

masalah yang akan dibahas.

Metode kualitatif digunakan karena data yang diperoleh adalah data

deskriktif, yaitu apa yang telah diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh.

Dengan menganalisis data yang telah terkumpul tersebut kemudian diuraikan dan

dihubungkan antara data yang satu dengan yang lain secara sistematis, untuk

selanjutnya data tersebut disusun dan disajikan dalam bentuk penukisan hukum.

Dalam metode kuantitatif tidak perlu diperhitungkan data dari kemampuannya

mewakili keadaan yang nyata kehidupan sahri-hari.32

E. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam penyusunan proposal ini, penyusun

menggunakan sistematika pembahasan sebagai berikut:

Bab pertama merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,

pokok masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka, kerangka teori,

metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab kedua berbicara mengenai gambaran umum tentang kosmetik, yang di

awali dengan pembahasan tentang pengertian kosmetik, pengertian konsumen, dan

hukum perlindungan konsumen.

Bab ketiga merupakan laporan penyusunan mengenai pelaksanaan Undang-

Undang tentang perlindungan konsumen di kota Jambi, yang meliputi: penjualan

kosmetik (pomade/minyak rambut) yang tidak memiliki izin edar dari BPOM.

32

Soerjono Soekanto dan Siti Mamudji, Ibid.Hlm.35.

Page 41: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

Bab keempat merupakan analisis Undang-Undang hukum perlindungan

konsumen, yang menjadi kajian dalam bab ini adalah Undang-Undang Hukum

Perlindungan Konsumen dalam bab ketiga. Adapun teori-teori yang penyusun

gunakan untuk membahas bab ketiga adalah teori-teori yang penyusun tulis dalam

bab pertama dengan tetap merujuk pada teori-teori hukum perlindungan konsumen

secara umum.

Bab kelima adalah penutup, berisi kesimpulan dari seluruh uraian

sebelumnya kemudian dilanjutkan dengan saran-saran sebagai upaya perbaikan

dalam pelaksanaan Undang-Undang Hukum Perlindungan Konsumen terhadap

kosmetik yang tidak memiliki izin edar di kota Jambi.

F. Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian ini di susun untuk menjadi pedoman ketika penelitian

dilaksanakan. Dengan adanya jadwal penelitian akan mudah mempersiapkan

langkah-langkah penelitian yang akan dilaksanakan nantinya lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel berikut :

Page 42: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

No

Kegiatan

2018/2019

Feb

ruari

Maret

April

Mei

Juni

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan

judul

2 Pembuatan

proposal

3 Perbaikan

proposal dan

seminar

4 Surat izin

riset

5 Pengumpulan

data

6 Pengolahan

data

7 Pembuatan

laporan

8 Bimbingan

dan perbaikan

9 Agenda dan

ujian skripsi

10 Perbaikan dan

penjilidan

Page 43: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

BAB III

GAMBARAN UMUM KANTOR BPOM PROVINSI JAMBI

A. Sejarah Berdirinya Kantor BPOM Provinsi Jambi

Pembentukan Badan Pengawasan Obat dan Makanan ( BPOM ) Provinsi

Jambi diawali oleh terbentuknya Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

Indonesia ( BPOM RI ). BPOM sebenarnya sudah terbentuk pada zaman belanda

dulu dengan nama De Dient De Valks Gezonheid ( DVG ) di bawah naungan

perusahaan farmasi milik belanda. DVG sendiri berperan sebagai lembaga yang

bertugas memproduksi obat-obatan kimia sekaligus sebagai pusat penelitian farmasi

kala itu. Pada tahun 1964, DVG yang merupakan bakal cikal terbentuknya BPOM

ini resmi menjadi milik pemerintah Indonesia dan berubah nama menjadi

Inspektorat Farmasi.33

Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, Direktorat Jendral Farmasi

dibantu oleh:

1. Lembaga farmasi nasional dengan tugas melaksanakan tugas pengujian dan

penelitian dibidang kefarmasian.

2. Pabrik farmasi depertement kesehatan.

3. Depot farmasi pusat.

4. Sekolah menengah farmasi depertement kesehatan.

Pada tahun 1975, pemerintah mengubah direktorat jendral farmasi menjadi

direktorat jendral pengawas obat dan makanan, dengan tugas pokok melaksanakan

pengaturan dan pengawasan obat, makanan, kosmetika dan alat kesehatan, obat

tradisional, narkotika serta bahan berbahaya.Untuk melaksanakan tugas tersebut,

33

Wawancara dengan Bapak Supriyadi, bagian Certifikasi Layanan Konsumen, 17

Desember 2018.

Page 44: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

pada direktorat ini dibentuk unit pelaksana teknis yaitu pusat pemeriksaan obat dan

makanan dipusat dan balai pengawas obat dan maknan di seluruh provinsi.

Berdasarkan keputusan presiden No 166 tahun 2000 yang kemudian diubah

dengan kepres No 103/2001 tentang kedudukan, tugas, fungsi, kewenangan,

susunan organisasi, dan tata kerja lembaga pemerintahan non depertement (LPND)

yang bertanggung jawab kepada presiden dan dikordinasikan dengan menteri

kesehatan.34

Pembentukan Badan POM ini ditindak lanjuti dengan keputusan kepala

Badan Pengawas Obat dan Makanan No :02001/SK/KBPOM, tanggal 26 februari

2001 tentang organisasi dan tata kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan, setelah

mendapatkan persetujuan menteri Negara pendayagunaan aparatur Negara No :

3/M.PAN/2/2001 tanggal 01 Februari 2001. Setelah keputusan ini dikeluarkan

Badan POM menjadi Badan yang ditunjukan indenpedensinya dalam mengawasi

peredaran Obat dan Makanan ditengah masyarkat serta menjamin kesahatan bagi

seluruh rakyat Indonesia. Dengan keputusan tersebutlah maka terbentuklah badan

pengawasan obat dan makanan ( BPOM ) provinsi Jambi di bawah naungan BPOM

RI pada tanggal 31 Januari 2001 yang terletak di Jl. RM. Nur Atmadibrata No.11,

Telanaipura, Kota Jambi.

34

Wawancara dengan Bapak Sarino, bagian Certifikasi dan layanan Informasi, 17 Desember

2018.

Page 45: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

B. Struktur Kantor BPOM Provinsi Jambi

Struktur Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawasan Obat dan Makanan

di Jambi berdasarkan Keputusan Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor 14 tahun

2014, tanggal 17 oktober 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana

dan Teknis di lingkungan Badan Pengawasan Obat dan Makanan.

Gambar I. Struktur Kantor BPOM Provinsi Jambi

Masing-masing Seksi dan Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas pokok

dan fungsi sebagai berikut:35

35

Laporan Tahunan BPOM Provinsi Jambi, tahun 2015.

KEPALA

Drs.H.Ujang Supriatna,Apt

NIP.196006091989031002

KEPALA TATA USAHA

Marhamah,SE

NIP.196035311 1965522001

KEPALA TERANOKOKO

Drs. Lenggo vivirianty,Apt

NIP.196704011995032001

KEPALA PANGAN&BB

Drs.Hj.tessy mulyani,Apt

NIP.196511191995032001

KEPALA SERLIK

Drs.H.Syartuni

NIP.16214323 11919951001

KEPALA PEMERIKSAAN

Drs.Hj.Emili,Apt.

NIP.1967040229953422001

KEPALA MIKROBIOLOGI

Drs.Armelny romita,S.SI,Apt

NIP.196810141997032001

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

Page 46: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

1. Seksi Pengujian Produk Terapik, Narkotika, Obat Tradisional, Kosmetik, dan

Produk Komplemen.

Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan program evaluasi dan

penyusunan laporan pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan

penilaian mutu di bidang terapik, narkotika, obat tradisional, kosmetika dan

produk komplemen.

2. Seksi Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya

Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencan dan program evaluasi dan

penyusunan laporan pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan

penilaian mutu di bidang pangan dan bahan berbahaya.

3. Seksi Pengujian mikrobiologi

Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan program evaluasi dan

penyusunan laporan pelaksnaan mpemeriksaan laboraturium,pengujian dan

penilaian mutu secara mikrobiologi.

4. Seksi pemeriksaan dan penyidikan.

Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan program evaluasi dan

penyusunan laporan pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh

untuk pengujian, pemeriksaan sarana produksi,disttribusi,sarana pelayanan

kesehatan serta penyidikan pelanggaran hukum di bidang produk terapetik,

narkotika,psikotropika,zat adiktif,obat tradisional,kosmetik, produk komplemen,

pangan dan bahan berbahaya.

5. Seksi sertifikasi dan layanan informasi konsumen.

Page 47: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan program evalasi dan

penyusunan laporan pelaksanan sertifikasi produk, sarana produksi dan

distribusi tertentu dan layanan informasi konsumen.

6. Subbagian Tata usaha.

Mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administrasi di lingkungan

Balai Pengawasan Obat dan Makanan di Jambi.

7. Kelompok jabatan fungisonal.

Mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jenis dan jenjang jabatan

fungsional yang diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.Kelompok jabatan fungsional terdiri dari jabatan fungsional

pengawasfsrmasi dan makanan, penyidik pegawai negeri sipil sesuai dengan

bidang keahlianya.

C. Visi dan Misi Kantor Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)

Provinsi Jambi.

Sebagai arah dalam melaksanakan kegiatannya Badan Pengawasan Obat dan

Makanan di Jambi mempunyai Visi dan Misi sesuai dengan keputusan kepala

Badan POM RI No. HK.04.1.21.03.15.1644 Tahun 2015 tentang pernyataan Visi

dan Misi Badan Pengawasan Obat dan Makanan sebagai Berikut:36

1. Visi BPOM Provinsi Jambi

Obat dan makanan aman meningkatkan kesehatan masyarakat dan daya

saing bangsa.37

36

Ibid.Hlm. 3. 37

Ibid. Hlm. 3.

Page 48: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

2. Misi BPOM Provinsi Jambi

a. Meningkatkan sistem pengawasan obat dan makanan berbasis resiko untuk

melindungi masyarakat.

b. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan

obat dan makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentingan.

c. Meningkatkan kapasitas kelembagaan badan pengawas obat dan makanan.38

D. Sumber Daya Manusia

Berdasarkan analisis beban kerja jumlah kebutuhan pegawai Balai

Pengawas Obat dan Makanan di Jambi seharusnya berjumlah 86 (delapan puluh

enam) orang. Namun sampai dengan 31 Desember 2014 jumlah pegawai di BPOM

Jambi baru 68 (enam puluh delapan) orang PNS yang terdistribusi pada:39

1. Sub Bagian Tata Usaha 18 (delapan belas) orang yang terdiri dari apoteker 3

(tiga) orang. Sarjana Ekonomi 1 (satu) orang, Sarjana Hukum 2 (dua) orang,

Sarjana Teknologi Pangan 1 (satu) orang, DIII Komputer 1 (satu) orang, DIII

Akuntansi 1 (satu) orang, SMF 2 (dua)orang, Analis Kesehatan 1(satu) orang,

SLTA Umum 2 (dua) orang, SLTA Kejuruan 3 (tiga) orang dan SD 1 (satu)

orang.

2. Seksi Pengujian Teranokoko berjumlah 18 (delapan belas) orang yang terdiri

dari apoteker 11 (sebelas) orang, Sarjana Kimia 2 (dua) orang. D3 Farmasi/

Kimia 2 (dua) orang, SMF 3 (tiga) orang.

3. Seksi Pengujian Pangan dan bahan Berbahaya 10 (sepuluh) orang terdiri dari

Apoteker 6 (enam) orang, SMF 3 (tiga) orang, SMAK 1 (satu) orang.

38

Ibid. Hlm. 3. 39

Ibid. Hlm. 14.

Page 49: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

4. Seksi Pengujian Mikro Biologi 6 (enam) orang yang terdiri dari Apoteker 2

(dua) orang, Sarjana Biologi 1 (satu) orang, DIII Farmasi/ Kimia 1 (satu) orang,

SMF 3 (tiga) orang,

5. Seksi Pemeriksaan 10 (sepuluh) orang yang terdiri dari Apoteker 4 (empat

orang), Sarjana Hukum 1 (satu) orang , Sarjana Komputer 1 (satu) orang, SMF 3

(tiga) orang, dan SAKMA 1 (satu) orang,

6. Seksi Serlik 6 (enam) orang yng terdiri dari Apoteker 4 (empat) orang, SMF 1

(satu) orang, D3 Kimia 1(satu) orang.

Selain PNS, juga dibantu dengan 16 (enam belas) orang tenaga honorer

(administrasi, pengemidi, cleaning servise dan satpam). Ditinjau dari segi golongan

kepangkatan terbagi menjadi : golongan II sebanyak 10 (sepuluh) orang (14,71 %),

golongan III sebanyak 48 (empat puluh delapan) orang (70,59 %), golongan IV

sebanyak 10 (sepuluh) orang (14,70 %). Selama tahun 2014 terdapat beberapa

perubahan pada komposisi pegawai yaitu penambahan 2 (dua) orang CPNS

Apoteker, 4 (empat) orang mutasi pegawai antar seksi.40

Dalam upaya pengembangan dan peningkatan kompetensi pegawai pada

tahun 2014 ditugaskan pegawai Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di

Jambi untuk mengikuti pelatihan teknis dan manajemen sebanyak 174 (sertus tujuh

puluh empat) orang secara rinci dapat dilihat pada lampiran tabel.

Berdasarkan tingkat usia pegawai Balai pengawas Obat dan Makanan di

Jambi terdiri dari usia 20-24 tahun berjumlah 1 (satu) orang, usia 25-29 tahun 8

(delapan) orang, usia 30-34 tahun 15 (lima belas) orang, usia 35-39 tahun 6 (enam)

40

Ibid. Hlm. 16.

Page 50: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

orang, usia 40-44 tahun 11 (sebelas) orang, usia 45-49 tahun 13 (tigabelas) orang

dan usia 50-54 tahun 12 (duabelas) orang, diatas 54 tahun 2 (orang).

Berdasarkan golongan pegawai balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi

terdiri dari Gol. II a berjumlah 1 (satu) orang, Gol. II c berjumlah 2 (dua) orang,

Gol. II II derjumlah 7 (tujuh) orang, Gol. III a berjumlah 6 (enam) orang, Gol. III b

berjumlah 22 (dua puluh dua) orang, Gol. III c berjumlah 10 (sepuluh) orang, Gol.

III d berjumlah 10 (sepuluh) orang, Gol. IV a berjumlah 6 (enam) orang dan Gol. IV

b berjumlah 1 (satu) orang.

Berdasarkan tingkat pendidikan pegawai Balai Pengawas Obat dan Mkanan

(BPOM) di Jambi berjumlah 68 (enam puluh delapan) orang terdiri dari S2

sebanyak 1 (satu) orang, Apoteker 29 (dua puluh sembilan) orang, S1 Biologi 1

(satu) orang, S1 Teknologi Pangan 1 (satu) orang, S1 Hukum 3 (tiga) orang, S1

Kimia 2 (dua) orang, S1 Ekonomi 1 (satu) orang, S1 Komputer 1 (satu) orang, D3

Komputer 1 (satu) orang, D3 1 (satu) orang, D3 Farmasi/ Kimia 4 (empat)orang,

SMF 14 (empat belas) orang, SMAK/ SAKMA 3 (tiga) orang, SLTA Umum 3

(tiga) orang, SLTA Kejuruan 2 (dua) orang, dan SD 1 (satu) orang.

E. Budaya Organisasi

Untuk membangun organisasi yang efektif dan efesien, Balai Pengawas

Obat dan Makanan di Jambi dikembangkan nilai-nilai dasar budaya organisasi

sebagai berikut :

1. Profesionalisme

Menegakkan profesionalisme dengan integritas, objektivitas, ketekunan dan

komitmen yang tinggi.

Page 51: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

2. Integritas

Konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan, dalam menjunjung tinggi

nilai-nilai luhur dan keyakinan.

3. Dapat dipercaya dan diakui oleh masyarakat luas nasional dan internasional.

4. Kerjasama Tim, Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi

yang baik.

5. Inovatif, Mampu melaksanakan pembaruan sesuai ilmu pengetahuan dan

teknologi terkini.

6. Responsif / Cepat Tanggap, Antisipasif dan responsif dalam mengatasi masalah.

Selain itu Balai pengawas Obat dan Makanan di Jambi juga mempunyai

komitmen, yaitu :

a. Pemerintahan yang bersih dan berwibawa, bebas korupsi dan kolusi, dan

nepotisme.

b. Penegakan hukum disegala bidang

c. Keterbukaan

d. Kemitraan. 41

Kegiatan utama Badan POM Provinsi Jambi:

1. Program pengawasan keamanan pangan, kemasan pangan dan bahan berbahaya.

Tujuan dari program ini dalah untuk menjamin agar produk pangan yang

beredar di provinsi Jambi layak dan aman untuk dikonsumsi serta menekan

serendah mungkin akibat penggunaan produk kemasan pangan dan bahan

berbahaya, dilaksanakan dengan kegiatan :

41

Ibid. Hlm. 16.

Page 52: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

a. Pemantapan penyelenggaraan pemeriksaaan terhadap sarana produksi dan

distribusi pangan dan bahan berbahaya.

b. Pemantapan sistem sampling produk pangan dan kemasan pangan.

c. Penerapan cara produksi makanan yang baik pada industri pangan.

2. Program pengawasan mutu, kasiat dan keamanan produk terapetik / obat yang

beredar di Jambi memenuhi syarat mutu, keamanan dan khasiat.42

Kegiatan utama yang dilakukan dalam program ini adalah :

a. Pemantapan penyelenggaraan pemeriksaan terhadap sarana produksi dan

distribusi Produk Treapetik / Obat.

b. Pemantapan sistem sampling Produk Treapetik / Obat.

c. Perluasan jangkauan monitoring iklan dan label produk.

d. Perluasan cakupan pengawasan peredaran produk treapetik termasuk penertiban

distribusi obat keras pada sarana yang tidak berwenang.

3. Program pengawasan mutu, keamanan dan khasiat / manfaat obat tradisional,

sublemen kesehatan dan kosmetik.

Program ini bertujuan untuk menjamin agar obat tradisional, sublemen

kesehatan dan produk kosmetik yang beredar di provinsi jambi memenuhu syarat

mutu, keamanan dan khasiat.

Kegiatan utama yang dilakukan dalam program ini adakah :

a. Pemantapan penyelenggaranaan pemeriksaan terhadap sarana produksi dan

distribusi produk obat tradisional, sublemen kesehatan, dan kosmetik.

b. Pemantapan sistem sampling obat tradisional, sublemen kesehatan, dan produk

kosmetik.

42

Ibid. Hlm. 16.

Page 53: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

c. Perluasan jangkauan monitoring iklan dan label produk.

4. program perketatan pengawasan narkotika, psikotropika, zat adiktif, (NAPZA)

perkursor dan / rokok.43

Program ini bertujuan untuk meningkatkan pengendalian penyaluran

narkotikam psikitropika dan perkursor yang digunakan untuk pengobatan dan

mencegah penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan perkursor.

Kegiatan utama yang dilakukan dalam program ini adalah :

a. Intenfikasi audit administrasi disemua tingkat pelayanan kesehatan.

b. Penertiban administrasi pencatatan dan pelaporan di seluruh mata rantai

pengadaan dan pengelolaan.

c. Memperkokoh jaringan kerjasama lintas sektor untuk mencegah kebocoran

pendistribusian NAPZA.

d. Peningkatan cakupan sampling NAPZA dan rokok serta pengawasan label dan

iklan rokok yang beredar.

5. program penyidikan dan penegakan hukum dibidang obat dan makanan, program

ini bertujuan untuk pengembangan, penelusuran dan penegakan hukum dalam

kasus pelanggaran dibidang obat dan makanan serta membentuk koordinasi

operasi dengan instansi terkait (Dinas Kesehatan, Dinas Perlindungan,

Perdagangan, dan Kepolisian).

Kegiatan utama yang dilakukan dalam program ini adalah :

a. Pelaksanaan pengembangan penelusuran dan tindak lanjut deteksi dini.

b. Penelusuran kasus pemalsuan, peredaran gelap dan pelanggaran.

43

Ibid. Hlm. 16.

Page 54: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

c. Operasi gabungan daerah.

d. Operasi gabungan nasional.

e. Kegiatan operasi pasar dalam negeri bebas produk ilegal.44

Kegiatan prioritas Badan POM Provinsi Jambi

Kegiatan prioritas Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi pada tahun

2015 adalah sebagai berikut :

Sampling dan pengujian sampel obat, obat tradisional, kosmetika, sublemen

kesehatan, pangan dan bahan berbahaya.

1. Meningkatkan sistem mutu laboraturium sesuai dengan ISO/ IEC 17025 : 2005.

2. Pemeriksaan sarana produksi dan distribusi obat, obat tradisional, kosmetika,

sublemen kesehatan, pangan dan bahan berbahaya.

3. Pengawasan narkotika, psikotropika, prekursor, zat adiktif / rokokdan obat

bahan berbahaya.

4. Pengawasan iklan dan label produk obat, kosmetika, obat tradisional sublemen

kesehatan, dan makanan.

5. Surveilan, audit IRTP dalam rangka izin pencantuman halal dan piagam bintang

keamanan pangan kantin sekolah.

6. Peningkatan penyidikan dan penegakan hukum di bidang obat dan makanan.

7. Peningkatan pemberdayaan konsumen / masyarakat melalui penyuluhan dan

penyebaran informasi.

8. Peningkatan koordinasi dengan stakeholder terkait.

9. Perkuatan infrastuktur untuk mendukung program pengawasan obat dan

makanan.

44

Ibid. Hlm. 16.

Page 55: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

10. Melaksanakan Revitalisasi Mobil Laboraturium Keliling dalam rangka Rapid

Test Kit Bahan Berbahaya pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) dan

Pangan Jajanan Pasar.

11. Melaksanakan SATGAS Pemberantasan Produk Ilegal.

12. Implementasi ISO 9001 : 2008 mengenai Quality Managemen System (QMS).

13. Penerapan sistem pengendalian interen pemerintah.

14. Sampling obat dan sarana pelayanan pemerintah.

15. Pengawasan saran adan sampling produk pangan fortifikasi.

16. Gerakan keamanan pangan desa.45

F. Data Umum Wilayah Kerja

Provinsi Jambi merupakan bagian dari pulau sumatra yang terletak di bagian

wilayah timur. Letak geografis Provinsi Jambi berada pada 0045’ sampai 2

045’

Lintang Selatan dan antara 101010

0 sampai 104

055’ Bujur Timur yang berbatasan

dengan :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Prvinsi Riau dan Kepulauan Riau;

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Cina Selatan;

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatra Selatan;

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Sumatra Barat dan Bengkulu.46

Secara administratif luas wilayah Provinsi Jambi ± 53.435 km2

dengan luas

daratan 50.160,05 km2 dan diperairan 3.274,95 km

2 yang terdiri dari 9 (sembilan)

kabupaten, 2 (dua) kota, 183 kabupaten, 1.553 desa/kabupaten dengan rincian

sebagai berikut :

45

Ibid.Hlm. 17. 46

Ibid. Hlm. 9.

Page 56: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

1. Kabupaten Kerinci : 3.335,27 km2

2. Kabupaten Bungo : 4.659 km2

3. Kabupaten Tebo : 6.461 km2

4. Kabupaten Merangin : 7.679 km2

5. Kabupaten Sarolangun : 6.184 km2

6. Kabupaten Batang Hari : 5.804 km2

7. Kabupaten Muaro Jambi : 5.326 km2

8. Kab. Tanjung Jabung Barat : 4.649,85 km2

9. Kab. Tanjung Jabung Timur : 5.445 km2

10. Kota Jambi : 205,43 km2

11. Kota Sungai Penuh : 391,5 km2

Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Jambi yang terletak di Jl.

RM Nur Atmadibrata No. 11 Telanaipura Jambi menempati lahan seluas 3.976 m2

termuat dalam Surat Hak Pakai Tanah milik pemda Provinsi Jambi sesuai dengan

surat perjanjian antara pemerintah Provinsi Jambi dengan Balai Pengawas Obat dan

Makanan (BPOM) di Jambi No. 2969/SPP/Gub/BPKAD/2014 dan

No.PR.02.02.89.11.14.1995 tanggal 30 Oktober 2014.47

Dan Luas tanah untuk rumah dinas/mes 802 m2 yang terletak di komplek

RSU Jambi(berdasarkan izin pemakaian dari PEMDA Provinsi Jambi sesuai SK.

Gubernur Jambi No. 3096/SPP/Gub/BPKAD/2014 dan No.02.02.89.11.14.1995

Tanggal 30 Oktober 2014. Hal tersebut diatas sesuai SK. Gubernur Jambi No.

580./Kep.Gub/BPKAD/2014 Tanggal 18 November 2014.48

47

Ibid. Hlm. 12. 48

Ibid. Hlm. 12.

Page 57: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

Luas bangunan

Gedung Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Jambi terbagi atas

tujuh gedung, luas keseliruhan 2.745 m2 yang terdiri dari :

1. Gedung Kantor (A) : 764 m2

2. Gedung Lab. Pengujian Pangan dan BB (B) : 450 m2

3. Gedung Lab. Pengujian Teranokoko (C) : 860 m2

4. Gedung Lab. Pengujian Mikrobiologi (D) : 510 m2

5. Gedung Regensia (E) : 40 m2

6. Gedung Regensia : 30 m2

7. Rumah Genset (F) : 21 m2

8. Instalasi Pengolah Air Limbah : 60 m2

a. Adapun sumber Energi Listrik :

Jumlah KVA seluruhnya 105 KVA terbagi untuk :

1. Gedung Utama/kantor

2. Gedung Pengujian Pangan dan BB

3. Gedung Pengujian Mikrobiologi

4. Gedung Pengujian Terapetik

Sementara sumber air bersih yang digunakan sebagai penunjang sarana

lingkungan dan untuk menunjang penyelenggaraan laboratorium serta keperluan air

bersih berasal dari PDAM.

Sedangkan sarana komunikasi yang dimiliki yang dimiliki Balai Pengawas

Obat dan Makanan (BPOM) di jambi berupa 4 bulan telepon di gedung utama,

dengan rincian:

Page 58: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

1. Ruang Ka. Balai

2. Ruang Umum Telp./ Fax dan PABX

3. Ruang Seksi Serlik telp. Dan Fax

4. Ruangan IT untuk Line Internet (Private Vitural Network)

Kendaraan Dinas Roda empat berjumlah 7 (tujuh) unit terdiri dari 3 (tiga)

mobil laboratorium keliling terdiri dari 2 (dua) unit jenis minibus ELF Isuzu

pengadaan tahun 2013 dan 1 (satu) unit Suzuki APV hibah dari Badan POM RI

pada tahun 2008. Sedangkan kendaraan operasional lainnya sejumlah 4 (empat) unit

terdiri dari 2 (dua) unit Innova pengadaan tahun 2014 dan 2005, 1 (satu) unit

Toyota Kijang Kapsung pengadaan 1997 dan Isuzu Panther pengadaan tahun 2002.

Kendaraan dinas roda dua berjumlah 4 (empat) Unit yaitu 1 unit Honda Supra

pengadaan tahun 1997, 1 (satu) unit Honda Supra X pengadaan tahun 2004 dan 2

(dua) unit Honda Supra X 125 CC pengadaan tahun 2007.49

49

Ibid. Hlm. 14.

Page 59: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Penerapan Undang-Undang Nomor 08 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen Terhadap Kosmetik Yang Tidak Memiliki Izin Edar Oleh

BPOM Provinsi Jambi

Pada latar belakang masalah, masih belum dapat dikatakan penerapan

Undang-Undang Nomor 08 Tahun 1999 tentang hukum perlindungan konsumen ini

yang khususnya membahas tentang izin edar kosmetik pomade di kota Jambi.

Kemudian yang peneliti ketahui bahwa Kosmetik sudah menjadi salah satu

kebutuhan manusia untuk meningkatkan penampilan sehari-hari, sehingga dalam

hal ini masayarakat perlu di lindungi terhadap produk kosmetik yang tidak

memenuhi syarat terutama dari segi mutu, kesehatan, keselamatan, dan izin edar. Di

antara kosmetik tersebut ialah minyak rambut yang digunakan oleh anak-anak

maupun orang tua, tentu hal ini badan penjamin obat dan makanan (BPOM)

mempunyai peran yang penting akan perlindungan konsumen.

Didalam melaksanakan upaya penerapan undang-undang perlindungan

konsumen, BPOM berwenang melalui pengawasan sebagaimana yang diatur pada

pasal 34 ayat (1) undang-undang perlindungan konsumen menyebutkan bahwa:

1. Untuk menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 Badan

Perlindungan Konsumen Nasional mempunyai tugas:

a. Memberikan saran dan rekomendasi kepada pemerintah dalam rangka

penyusunan kebijakan di bidang perlindungan konsumen;

b. Melakukan penelitian dan pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan

yang berlaku di bidang perlindungan konsumen.

Page 60: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

c. Melakukan penelitian terhadap barang dan/atau jasa yang menyangkut

keselamatan konsumen;

d. Mendorong berkembangnya lembaga perlindungan konsumen swadaya

masyarakat.

e. Menyebarluaskan informasi melalui media mengenai perlindungan konsumen

dan memasyarakatkan sikap keberpihakan kepada konsumen;

f. Menerima pengaduan tentang perlindungan kosumen dari masyarakat, lembaga

perlindungan konsumen swadaya masyarakat, atau pelaku usaha;

g. Melakukan survei yang menyangkut kebutuhan konsumen.50

Maka dari itu perlu pengawasan dan penerapan Undang-Undang Nomor 08

Tahun 1999, Undang-Undang Perlindungan Konsumen Pasal 30 ayat (1)

menyebutkan bahwa pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan

konsumen serta penerapan ketentuan peraturan perundang-undangan dilaksanakan

oleh:

1. Pemerintah

2. Masyarakat

3. Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat.51

Adapun upaya penerapan perlindungan konsumen dapat di lihat pada Pasal 3

Undang-undang Nomor 08 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen bertujuan:

a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk

melindungi diri;

b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya

dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa;

50

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen,

(Jakarta:Bhuana Ilmu Populer). Hlm. 21. 51

Ibid. Hlm. 20.

Page 61: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan

menuntut hak-haknya sebagai konsumen;

d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian

hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;

e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan

konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam

berusaha;

f. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha

produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, dan keselamatan

konsumen.52

Dari hasil wawancara yang peneliti dapatkan dilapangan, adapun cara

penerapan Undang-Undang Nomor 08 Tahun 1999 mengatur perlindungan terhadap

konsumen dalam kosmetik yang tidak memiliki izin edar, seperti yang dikemukakan

oleh bapak Sarino pada bagian sertifikasi dan informasi layanan konsumen beliau

mengatakan bahwa langkah pertama dilakukan dengan menyediakan :

1. Sosialisasi

Adapun langkah pertama penerapan undang-undang tentang izin edar kosmetik

ini ialah pihak BPOM melakukan sosialisasi kepada masyarakat dengan tujuan

yang pertama memberikan informasi kepada masyarakat untuk dapat

mengetahui bahaya kosmetik yang tidak memiliki izin edar, dan

mengembangkan pengetahuan masyarakat terhadap bahaya dampak dari

pemakai kosmetik yang tidak memiliki izin edar. Adapun sosialisasi yang

pernah dilakukan oleh BPOM ialah, melakukan seminar, dan melakukan

wawancara langsung terhadap masyarakat.

2. Media

Bpom juga melakuakan sosialisasi melalui media sosial, contohnya seperti

youtobe dan media cetak seperti Koran, brosur-brosur, dan majalah-majalah

kesehatan.

3. Penyuluhan

Adapun upaya yang ketiga adalah melakukan penyuluhan secara turun langsung

ke tempat pembuatan kosmetik (pomade) dengan harapan agar para produsen

52

Ibid. Hlm. 5.

Page 62: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

mengetahui cara produksi kosmetik yang baik dan benar agar nantinya tidak ada

konsumen yang dirugikan oleh kosmetik yang tidak memenuhi standar layak

izin edar.53

Kemudian ada yang sama juga dikemukakan oleh Ibu Esi sebagai pegawai

pelayanan konsumen juga mengatakan adapun upaya penerapan yang dilakukan

oleh BPOM sama halnya dengan dikemukakan oleh bapak Sarino yaitu diantaranya

seperti sosialisasi, media, dan penyuluhan sebagai berikut:

Tujuan BPOM melakukan sosialisasi untuk memberikan informasi kepada

masyarakat akan bahaya dan dampak yang di timbulkan oleh kosmetik yang

tidak memiliki standar kualitas yang baik, kemudia BPOM juga melakukan

sosialisasi melalui media, seperti media sosial, media cetak, dan media

gambar. Kemudian BPOM juga melakukan penyuluhan dengan cara turun

langsung kedalam produksi pembuatan kosmetik agar nantinya produsen tau

bagaimana kosmetik yang layak di edarkan.54

Akan tetapi dari fakta yang didapatkan di lapangan peneliti melakukan

wawancara dengan penjual pomade atau produsen yang bernama saudara Nabawi

di Simpang Rimbo mengatakan:

Nabawi mengatak belum mengetahui bagaimana perlindungan hukum

terhadap kosmetik yang tidak memiliki izin edar baik dari segi hukum, dan

kesehatan. Karena saya tidak paham dan tidak tahu mengenai proses

membuat surat izin edar.

Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman produsen didalam melakukan

izin edar usahanya khususnya di kota Jambi. Arifin sebagai penjual pomade kota

Jambi juga berpendapat hampir sama dengan Nabawi, yaitu :

53

Wawancara dengan Bapak Sarino Sebagai Pegawai BPOM Provinsi Jambi, Bagian

Sertifikasi Layanan Informasi dan Konsume .17 Desember 2018. 54Wawancara dengan Ibu Esi Sebagai Pegawai BPOM Privinsi Jambi, Bagian Pelayanan

konsumen.6 Mei 2019.

Page 63: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

Arifin juga mengatakan tidak terlalu paham dengan proses izin edar

tersebut, untuk melakukan proses izin edar di nilai terlalu sulit dan memakan

waktu yang lama serta biaya yang tidak sedikit.55

Kemudian Sigit salah satu dari penjual pomade mengatakan:

Sigit mengatakan sudah mengetahui tentang izin edar kosmetik, mengenai

segi hukum, kesehatan, dan dampak yang ditimbulkan dari kosmetik yang

tidak memiliki izin edar, Sigit beralasan menjual pomade yang tidak

memiliki izin edar tersebut karena banyak disukai, digemari, dan diminati

konsumen karna harganya yang terjangkau.56

B. Kendala Yang Dihadapi Di Dalam Menerapkan Undang-Undang Nomor 08

Tahun 1999 Tentang Perlindungan Terhadap Konsumen Dalam Kosmetik

Yang Tidak Memiliki Izin Edar Oleh BPOM Provinsi Jambi

Dari hasil peneliti dapatkan dilapangan pihak BPOM mengatakan salah satu

kendala yang dihadapi didalam menereapkan undang-undang perlindungan

konsumen ialah dari segi pendanaan, karena seperti yang diketahui luasnya wilayah

Provinsi Jambi khususnya Kota Jambi tentu membutuhkan pendanaan yang begitu

cukup juga banyak.

Bapak Sarino mengatakan kami dari pihak BPOM belum bisa bekerja secara

maksimal karna kurangnya dari segi pendanaan, ini merupakan salah satu

faktor sulitnya kami untuk melakukan tugas karna minimnya pendanaan

untuk sarana maupun prasarana. Kemudian kendala selanjutnya ialah

kurangnya pembinaan dan pengawasan serta kurangnya koordinasi aparat

penanggung jawab, rendahnya tingkat kesadaran dan tingkat pengetahuan

konsumen terhadap Undang-Undang Perlindungan Konsumen, dan

kurangnya respon masyarakat terhadap Undang-Undang Perlindungan

Konsumen.57

Dilain waktu peneliti juga melakukan wawancara dengan Ibu Marhamah,

beliau mengatakan bahwa :

55

Wawancara dengan saudara Nabawi dan Arifin sebagai penjual pomade di Kota jambi. 2

Februari 2019. 56

Wawncara dengan saudara Sigit sebagai penjual pomade di Kota Jambi.2 Februari 2019. 57

Wawancara dengan Bapak Sarino Sebagai Pegawai BPOM Provinsi Jambi,Bagian

Sertifikasi Layanan Informasi dan Konsumen.17 Desember 2018.

Page 64: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

Ada dua faktor kendala yang dihadapi BPOM di dalam menerapkan

Undang-Undang Nomor 08 Tahun 1999 Tentang Perlindungan terhadap

Konsumen, faktor pertama yaitu faktor internal dan faktor yang kedua

eksternal yaitu:

1. Faktor internal

a. Kurangnya Jumlah sumber Daya Manusia

Data yang ada pada saat ini jumlah sumber daya manusia atau pegawai

BPOM Provinsi Jambi berkisar kurang lebih 68 orang, tentu dengan jumlah

yang terbatas ini mempengaruhi pelaksanaan tugas pengawasan oleh BPOM

Provinsi Jambi. Apalagi ditambah dengan wilayah kerja Provinsi Jambi

yang luas mencapai kurang lebih 53.435 km yang terdiri dari 9 kabupaten

dan dua kota, dengan luasannya cakupan yang dimiliki oleh BPOM Provinsi

Jambi tidak sebanding dengan besarnya cakupan pengawasan secara

menyeluruh sarana produksi dan distribusi yang ada diseluruh Provinsi

Jambi, sehingga berpengaruh pada intensitas pengawasan.

b. Terbatasnya Dana dan Anggaran

Anggaran yang digunakan terbatas sehingga fungsi pengawasan tidak bisa

berjalan dengan baik, dengan terbatasnya dana yang dimiliki oleh BPOM

Provinsi Jambi menjadi salah satu kendala efektivitasnya kinerja BPOM

dalam upaya penerapan dan pengawasan undang-undang perlindungan

konsumen terhadap kosmetik yang tidak memiliki izin edar khususnya di

kota Jambi.

2. Faktor eksternal

Masih rendahnya kesadaran hukum produsen dan konsumen dalam

memahami konteks pengetahuan tentang Undang-Undang Nomor 08 Tahun

1999 Tentang Perlindungan Terhadap Konsumen mengenai izin edar

kosmetik (pomade) khususnya di Kota Jambi.58

Peneliti mendapatkan tanggapan dari hasil wawancara produsen penjual

pomade di kota Jambi.

Sigit mengatakan sudah mengetahui larangan mengedarkan kosmetik yang

tidak memiliki izn edar, tetapi masih mengedarkan kosmetik (pomade) yang

tidak memiliki izin edar dengan alasan tingginya permintaan konsumen di

karenakan harganya yang terjangkau.59

Kemudian hasil wawancara dari konsumen yaitu:

1. Putra selaku konsumen yang menggunakan kosmetik yang tidak

memiliki izin edar menjelaskan karena harga yang relatif terjangkau,

58

Wawancara dengan Ibu Marhamah Sebagai Pegawai BPOM Provinsi Jambi, Bagian

Kepala Seksi Informasi dan Komunikasi. 13 April 2019. 59

Wawncara dengan saudara Sigit sebagai penjual pomade di Kota Jambi.2 Februari 2019.

Page 65: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

kalau merek yang telah memiliki izin edar tentu harganya tinggi kami

tidak sanggup untuk membelinya. 60

2. Agung selaku konsumen juga berpendapat sama dengan Putra, Agung

beralasan menggunakan pomade yang tidak memiliki izin edar karena

mudah di cari dimana saja dan harga yang cukup murah, bagi Agung

pomade yang tidak memiliki izin edar tidak terlalu jauh berbeda dengan

yang memiliki izin edar hanya terletak pada kemasannya saja yang lebih

menarik atau bagus.61

3. Santo selaku konsumen yang menggunakan kosmetik yang memiliki izin

edar mengatakan karena kualitas lebih diutamakan dari pada harga dan

pengguna lebih merasa puas jika memakai produk yang memiliki izin

edar. Untuk apa kita takut mengeluarkan uang lebih tetapi diri kita tidak

aman apabila menggunakan produk yang tidak bermutu.62

Dari wawancara di atas dapat dilihat bahwa kesadaran hukum yang rendah

atau tinggi pada produsen dan konsumen mempengaruhi pelaksanaan hukum,

kesadaran hukum yang rendah akan menjadi kendala dalam pelaksanaan penerapan

hukum, baik berupa tingginya tingkat pelanggaran hukum maupun kurang

berpartisipasinya produsen dan konsumen dalam pelaksanaan penerapan hukum.

C. Penyelesaian SengketaPerlindungan Konsumen Sesuai Dengan Undang-

Undang Nomor 08 Tahun 1999

Sengketa dipandang sebagai fenomena kekerasan sehingga sengketa selalu

dipandang sebagai sesuatu yang buruk, jadi setiap orang akan selalu mencoba untuk

menghindari terjadinya sengketa. Sebelum masyarakat mengenal hukum tertulis

sengketa sudah biasa terjadi dalam hubungan antar masyarakat, sehingga mereka

menyelesaikan sengketa ini dengan cara hukum adat berdasarkan kebiasaan-

kebiasaan masyarakat setempat. Bisa dengan cara musyawarah atau dengan cara

penerapan sanksi. Namun ketika masyarakat sudah mengenal hukum tertulis mereka

mulai menggunakan cara-cara yang formal yaitu dengan bantuan lembaga

60

Wawncara dengan Saudara Putra Sebagai Konsumen Pomade yang tidak Memiliki Izin

Edar di Kota Jambi.11 Februari 2019. 61

Wawancara dengan Saudara Agung Sebagai Konsumen Pomade yang tidak Memiliki Izin

Edar di Kota Jambi.3 Maret 2019. 62

Wawancara dengan Saudara Santo Sebagai Konsumen Pomade yang Meiliki Izin Edar di

Kota Jambi.24 Maret 2019.

Page 66: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

Peradilan, karena dengan penyelesaian sengketa diakui oleh pemerintah dan

dianggap lebih memberikan kepastian hukum dan keadilan.

Penyelesaian sengketa secara patut merupakan harapan setiap individu

sedang berkasus. Salah satunya adalah kasus antara konsumen dengan pelaku usaha.

Penyelesaian sengketa di bidang konsumen merupakan kebijakan yang baik dalam

upaya pemberdayaan (emporwerment system). Upaya pembedayaan konsumen

merupakan bentuk kesadaran mengenal karakteristik khusus dunia konsumen, yaitu

adanya perbedaan kepentingan yang tajam antara pihak yang berbeda posisi

tawarnya (bargaining position).63

Pengertian sengketa adalah suatu situasi dimana ada pihak yang merasa

dirugikan oleh pihak lain, yang kemudian pihak tersebut menyampaikan

ketidakpuasan ini kepada pihak kedua. Jika situasi menunjukan perbedaan

pendapat, maka terjadilah apa yang dimaksud dengan sengketa.

Dengan fenomena ini maka Undang-Undang Perlindungan Konsumen

sebagai payung hukum bagi konsumen dan pelaku usaha mengatur bagaimana cara

penyelesain sengketa konsumen agar setiap hak-hak yang telah dirugikan mendapat

ganti yang sesuai dengan harapan konsumen tersebut.

Berdasarkan pada uraian di atas maka sesungguhnya dapat kita perhatikan

bahwa permasalahan perlindungan konsumen merupakan masalah yang cukup luas

dan konfleks tidak hanya berhubungan dengan pelaku usaha dan konsumen saja

namun untuk memberikan perlindungan konsumen secara maksimal dan

63

NTH Siahaan, 2005, Hukum Perlindungan Konsumen dan Tanggung Jawab Produk,

Jakarta: Panta Rei. Hlm. 202.

Page 67: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

penyelesaian permasalahan konsumen yang adil diperlukan pihak-pihak lain yang

terkait seperti pemerintah dan anggota-anggota dewan sebagai wakil rakyat.

Sengketa ini dapat berupa salah satu pihak tidak mendapatkan atau

menikmati apa yang seharusnya menjadi haknya karena pihak lawan tidak

memenuhi kewajibannya, seperti konsumen tidak mendapat barang yang sesuai

dengan pesanannya, atau bisa jadi pelaku usaha tidak mendapat pembayaran yang

sempurna dari konsumen. Sengketa antara konsumen dengan pelaku usaha pada

umumnya didasarkan kepada hal-hal yang tidak dikehendaki bahkan tidak diduga

oleh konsumen sebelumnya. Dari berbagai macam penyebab timbulnya sengketa,

dapat berasal dari dua hal yaitu: pertama, pelaku usaha tidak melaksanakan

kewajiban hukumnya sebagaimana diatur di dalam undang-undang. Kedua pelaku

usaha atau konsumen tidak mentaati isi perjanjian.Adapun cara penyelesaian

sengketa dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Penyelesaian Sengketa Konsumen Melalui BPSK

Pada penyelesaian sengketa konsumen melalui lembaga BPSK ini diawali

dengan prasidang, yang tujuannya adalah untuk menggali informasi sejauh mana

dari masing-masing pihak. Hal ini juga karena didasarkan pada pengertian bahwa

penyelesaian sengketa di BPSK dilakukan tidak berjenjang, yaitu jika konsumen

dan pelaku usaha telah memilih salah satu metode di BPSK, maka tidak boleh

memilih metode lainnya untuk menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dengan

konsumen.

Namun menurut pendapat Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo di dalam

bukunya yang berjudul Hukum Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa

Undang-Undang Perlindungan Konsumen tidak menentukan adanya pemisahan

Page 68: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

tugas anggota BPSK sehingga para anggota BPSK dapat bertidak sebagai aribitator,

konsiliator, maupun mediator.64

Berdasarkan Pasal 52 huruf a Undang-Undang Perlindungan Konsumen

bahwa BPSK akan menyelesaikan sengketa konsumen dengan jalan melalui

mediasi, konsiliasi, dan arbitrase yaitu:

1. Mediasi

Mediasi merupakan cara penyelesaian sengketa yang fleksibel dan tidak

mengikat serta melibatkan pihak netral yaitu mediator, yang memudahkan

negosiasi antara para pihak untuk membantu mereka dalam mencapai kompromi

atau kesepakatan.65

Penyelesaian sengketa melalui mediasi harus didahului

dengan kesepakatan para pihak untuk menyelesaiakan sengketa melalui

mediasi.Jasa yang diberikan mediator adalah menawarkan dasar-dasar

penyelesaian sengketa. Peran mediator sangat terbatas, yaitu hanya menolong

para pihak untuk mencari jalan keluar dar sengketa yang sedang yang mereka

hadapi, sehingga hasil penyelesaian sepenuhnya ada pada kesepakatan para

pihak.

Keuntungan penyelesaian sengketa melalui mediasi adalah karena cara

pendekatan penyelesaian diarahkan pada kerja sama untuk mencapai kompromi,

sehingga masing-masing pihak tidak tidak perlu saling mempertahankan fakta

dan bukti yang mereka miliki, serta tidak membela dan mempertahankan

kebenaran masing-masing. Sehingga pembuktian tidak lagi menjadi beban yang

memberatkan para pihak.66

64 Aulia Muthiah, 2018, Hukum Perlindungan Konsumen,Puataka Baru Press. Hlm. 215. 65

Mulyana W. Kusuma, 1994. Ibid. Jurnal Ilmiah Hukum Era Hukum, Nomor 1. Hlm. 5. 66

Yahya Harahap, 1997. Ibid.Bandung: Citra Aditya Bakti. Hlm. 393.

Page 69: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

Keuntungan lain dalam mediasi sebagai jalan untuk menyelesaikan sengketa

adalah biaya yang murah, bersifat rahasia, saling memberikan keuntungan bagi

para pihak, tidak ada pihak yang kalah atau menang, selalu terjalin hubungan

baik antara para pihak yang bersengketa.

2. Konsiliasi

Konsiliasi ini juga dimungkinkan untuk menyelesaikan sengketa konsumen

dengan pelaku usaha berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

Konsiliasi memiliki kesamaan dengan arbitrase yaitu menyerahkan kepada

pihak ketiga untuk memberikan pendapatnya tentang sengketa yang

disampaikan oleh para pihak, akan tetapi pendapat dari konsiliator tidak

mengikat sebgaimana yang ada pada arbitrase.67

Ketidak terikatan para pihak

terhadap pendapat yang diajukan oleh konsiliator mengenai sengketa yang

dihadapi para pihak tersebut, menyebabkan penyelesaian sangat tergantung pada

kesukarelaan para pihak.

3. Arbitrase

Arbitrase berasal dari kata arbitrare (bahasa latin) yang berarti kekuasaan untuk

menyampaikan sesuatu perkara berdasarkan kebijaksanaan. Arbitrase

merupakan istilah yang dipakai untuk menjabarkan suatu bentuk tata cara damai

yang sesuai atau sebagai penyediaan dengan cara bagaimana menyelesaiakan

sengketa yang timbul sehingga mencapai suatu hasil tertentu yang secara hukum

final mengikat.

Penyelesaian sengketa dengan langkah arbitrase ini adalah salah satu cara

mempercepat penyelesaian sengketa konsumen, yaitu melalui lembaga BPSK,

67

Aulia Muthiah, 2015. Ibid. Hlm. 233.

Page 70: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

yang putusannya dinyatakan final dan mengikat. Namun Undang-Undang

Perlindungan Konsumen masih membuka kemungkinan pihak yang keberatan

atas putusan tersebut untuk mengajukan keberatan kepada pengadilan negeri,

hanya saja pihak yang tidak puas atas putusan pengadilan negeri dan juga dapat

melakukan upaya kasasi ke mahkamah agung dalam tempo waktu 14 hari.68

Berdasarkan tahapan yang ditempuh oleh para pihak dalam penyelesaian

sengketanya maka dapat dikatakan bahwa penyelesaian ini sama saja dengan

jalur litigasi, perbedaan hanya terletak pada tidak dikenalnya upaya hukum

banding terhadap putusannya, sehingga putusan BPSK jika ada pihak yang

keberatan dapat mengajukan kasasi kepada Mahkamah Agung.

2. Penyelesaian Sengketa Melalui Peradilan Umum

Sengketa konsumen di sini dibatasi pada sengketa perdata. Maksudnya suatu

sengketa/perkara ke depan pengadilan bukanlah karena perbuatan sang hakim,

melainkan karena inisiatif dari pihak yang bersengketa dalam hal ini penggugat baik

itu produsen ataupun konsumen. Pengadilan yang memberikan pemecahan atas

hukum perdata yang tidak dapat bekerja diantara para pihak secara sukarela.

Sebagaimana pendapat Bapak Satjipto Rahardjo yang saya kutip, beliau

mengatakan :69

“Pembicaraan mengenai bekerjanya hukum dalam hubungan dengan proses

pradilan secara konvensional melibatkan pembicaraan tentang kekuasaan

kehakiman, prosedur beperkara dan sebagainya”.

68

Pasal 58 Ayat 2 UUPK yaitu: Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Sebagai yang

dimaksud Pada Ayat (1), Para Pihak dalam Waktu Paling Lambat 14 Hari dapat Mengajukan Kasasi

ke Mahkamah Agung Republik Indonesia. 69

Satjipto Rahardjo, Hukum dan Masyarakat, Angkasa Bandung, 1986, hlm. 70 dalam

Yusuf Shofie, Perlindungan Konsumen dan Instrumen-Instrumen Hukumnya.Citra Aditya Bakti,

2003. Hlm. 308-313.

Page 71: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

Istilah “prosedur beperkara” didahului dengan pendaftaran surat gugatan di

kepaniteraan perkara perdata di pengadilan negeri. Sebelumnya, itu berarti surat

gugatan harus sudah dipersiapkan terlebih dahulu secara teliti dan cermat. Pasal 45

ayat (1) Undang-Undang Perlindungan Konsumen menyatakan: ketentuan Pasal 46

ayat (3), masalah itu masih diperlukan pengaturan lebih lanjut dengan peraturan

pemerintah.

Sebelum menyusun gugatan, kuasa hukum terlebih dahulu menerima

pemberian kuasa dari konsumen untuk memberikan bantuan hukum mewakili

kepentingan konsumen di pengadilan. Wujudnya dalam bentuk surat kuasa yang

secara jelas dan terperinci menyebutkan untuk apa kuasa itu diberikan (surat kuasa

khusus). Adanya kekeliruan atau cacat dalam pemberian kuasa dapat

mengakibatkan gugatan dinyatakan tidak dapat diterima.

Sebelum penyusunan surat gugatan hendaknya dipertimbangkan beberapa

hal. Pertama, menggali fakta-fakta dari konsumen termasuk siapa saja dari

produsen yang terlibat dalam sengketa tersebut. Sebelum kuasanya ditangani kuasa

hukum biasanya pada waktu mengadu ke organisasi konsumen atau instansi yang

berkompeten, konsumen sudah membuat kronologis permasalahan atas instansi

sendiri, baik secara lisan atau tertulis. Konsumen sangat dianjurkan untuk

membuatnya secara tertulis. Kuasa hukum sebaiknya tidak menunjukan sikap yang

paling tahu atas permasalahan konsumen. Bukankah yang mengalami fakta-fakta

itu, konsumen sendiri. Jadi kuasa hukum diharapkan tidak menambahkan fakta-

fakta yang sebenarnya tidak dialami kosumen.

Kedua, mempelajari bukti-bukti yang dimiliki konsumen, termasuk di sini

surat-surat dan saksi-saksi. Hasil penelitian/pengujian laboratorium untuk

Page 72: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

komoditas tertentu, seperti makanan/minuman, otomotif/kendaraan, air minum

(PAM), dan listrik (PLN), sebenarnya dapat membantu

mengungkapkan/membuktikan dalil-dalil gugatan konsumen.

Ketiga, kuasa hukum konsumen hendaknya menggali sejauh mungkin hal-

hal apa saja yang sudah dilakukan konsumen, misalnya menyurati produsen,

wawancara dengan media masa/elektronik atau menulis surat pembaca di media

masa. Ini penting guna memperhitungkan kemungkinan adanya gugatan balik

berupa pencemaran nama baik dari produsen.

Keempat, menyangkut kompetensi/kewengan mengadili secara absolute

(atribusi kekuasaan kehakiman di antara peradilan umum, peradilan agama,

peradilan militer, atau peradilan tata usaha negara) maupun kewengan mengadili

secara relatif (di antara peradilan sejenis, mana yang berwenang mengadili).

Kompetensi relatif ini menyangkut mengenai kewenangan pengadilan sejenis untuk

mengadili tergugat sesuai ketentuan Pasal118 HIR. Prinsip yang berlaku, yaitu

gugatan diajukan pada pengadilan negeri di daerah hukum tergugat berdiam

(berdomilisi atau jika domisilinya tidak diketahui, diajukan di tempat tinggal

tergugat sebetulnya). Tempat tinggal seseorang dapat dilihat dari Kartu Tanda

Penduduk (KTP)nya.

Sanski yang diberikan kepada pelaku usaha yang mengedarkan produk yang

tidak memiliki izin edar dapat dilihat pada pasal 62, yaitu :

(1) Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8,

pasal 9, pasal 10, pasal 13 ayat (2), pasal 15, pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b,

huruf c, huruf e ayat (2), dan pasal 18 dipidana dengan pidana penjara paling

Page 73: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp.2.000.000.000,00 (dua

miliar rupiah).

(2) Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 11,

pasal 12, pasal 13 ayat (1), pasal 14, pasal 16, dan asal 17 ayat (1) huruf d dan

huruf f dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana

denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Terhadap pelanggara yang mengakibatkan luka berat, sakit berat, cacat tetap,

atau kematian diberlakukan ketentuan pidana yang berlaku.

Page 74: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Penerapan Undang-Undang Nomor 08 Tahun 1999 mengatur perlindungan

terhadap konsumen dalam kosmetik yang tidak memiliki izin edar, yaitu :

sosialisasi, mediasi, dan penyuluhan.

2. Kendala yang di hadapi dalam menerapkan Undang-Undang Nomor 08 Tahun

1999 Tentang Perlindungann Konsumen terhadap kosmetik yang tidak memiliki

izin edar, yaitu :

a. Faktor Internal

1) Kurangnya jumlah SDM

2) Terbatasnya dana dan anggaran

b. Faktor Eksternal

Masih rendahnya kesadaran hukum produsen dan konsumen dalam

memahami konteks pengetahuan tentang Undang-Undang Nomor 08 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Terhadap Konsumen mengenai izin edar kosmetik (pomade)

khususnya di Kota Jambi.

3. Penyelesaiaan Sengketa Perlindungan Konsumen Berdasarkan Undang-Undang

Nomor 08 Tahun 1999, yaitu : Penyelesaian sengketa melalui peradilan umum

dan penyelesaian konsumen melalui BPSK.

Page 75: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

B. Saran

1. Produsen

Adapun saran bagi produsen yang masih saja mengedarkan kosmetik yang

tidak memiliki izin edar, yaitu untuk tidak lagi mengedarkan barang-barang yang

masih sifatnya ilegal, karna dampak dari pemakaian barang kosmetik yang masih

ilegal dapat membuat kerusakan-kerusak pada saraf-saraf dan organ dalam tubuh

yang memakai kosmetik yang terdapat bahan kimia berbahaya, dan meningkatkan

kesadaran hukum bagi produsen yang masih mengedarkan kosmetik yang tidak

memiliki izin edar.

2. Konsuemen

Adapau saran bagi konsumen adalah untuk lebih berhati-hati dalam membeli

produk-produk yang tidak jelas standar kualitas, mutu, dan keamanannya, kemudian

meningkatkan kesadaran dalam diri konsumen agar tidak lagi membeli atau

memakai produk kosmetik yang tidak memiliki izin edar.

3. BPOM

Adapun saran bagi BPOM ialah lebih sering melakukan razia kepada

pedagang-pedangan kaki lima, minimal satu minggu sekali atau satu bulan sekali

atau enam bulan sekali, agar hukum dapat diterapkan dengan semestinya, dan

supaya tidak ada lagi korban dalam pemakaian kosmetik yang tidak memiliki izin

edar.

Page 76: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

DAFTAR PUSTAKA

Ade Maman Suherman. Aspek Hukum dalam Ekonomi Global Edisi Revisi,. Bogor:

Ghalia Indonesia. 2015.

Ahmadi Miru. Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen di

Indonesia.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2011.

Amiruddin dan Zainul Asiki. Pengaturan Metode Hukum. Jakarta : PR Grafindo

Persada.

Aulia Muthiah. Aspek Hukum Dagangdan Pelaksanaanya di Indonesia.

Yogyakarta: Pustaka Baru. 2015.

Az Nasution. Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar. Jakarta: Diadit

Media. 2007.

Cahaya Setia Nuarida Triana. Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap

Peredaran Kosmetik Yang Mengandung Bahan Berbahaya di Kabupaten

Banyumas. Skripsi Universitas Jenderal Soedirman Fakultas

Hukum.Purwakerto. 2011.

Celina Tri Siwi Kristiyanti. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: Sinar

Grafika. 2008.

Dian Uly Meinar. Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Peredaran

Produk Kosmetik Yang Tidak Memenuhi Standar Mutu Menurut Undang-

Undang Nomor 08 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.Skripsi

Fakultas HukumUniversitas Sumatra Utasa.Medan. 2014.

Gunawan Widjajadan Ahmad Yani. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama. 2000.

http//www.Kamus On_line.blogspot.com.24 Mei 2016.

Page 77: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

I Gede Adi Satria Wiguna. Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Produk

Alat Kecantiakan. Skripsi Fakultas Hukum Universitas Warmadewa.

Denpasar. 2013.

Laporan Tahunan BPOM Provinsi Jambi.tahun 2015.

Marianus Gaharpung, Perlindungan Hukum bagi Konsumen Korban Atas Tindakan

Pelaku Usaha,JurnalYustika, Vol. 3 No. 1 Juli 2000.

Mulyana W. Kusuma. Should Court-Annexed Alternative Dispute Resolution

Mechanisms Mandatory?.Jurnal Ilmiah Hukum Era Hukum, Nomor 1. 1994.

M. Sadar, dkk. Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Jakarta Barat:

Akademia. 2012.

NTH Siahaan. Hukum Perlindungan Konsumen dan Tanggung Jawab Produk,

Jakarta: Panta Rei. 2005.

Pasal 58 Ayat 2 UUPK yaitu: Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Sebagai yang

dimaksud PadaAyat (1), Para Pihak dalam Waktu Paling Lambat 14 Hari

dapat Mengajukan Kasasi ke Mahkamah Agung Republik Indonesia.

Satjipto Rahardjo, Hukum dan Masyarakat, Angkasa Bandung, 1986, hlm. 70

dalam Yusuf Shofie.2003. Perlindungan Konsumen dan Instrumen-

Instrumen Hukumnya..Citra Aditya Bakti,

Sayuti Una, (ED.). Pedoman Penulis Skripsi (Edisi Skripsi 0). Jambi: Syariah Press.

2012.

Soerjono Soekanto dan Siti Mamudji. Penelitian Normatif, Jakarta : Rajawali Press.

1995.

Syarif M. Wasitaatmadja. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Depok: UI Press. 1997.

Page 78: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

Undang-undang No. 08 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

(UUPK).Jakarta: Visimedia. 2007.

Undang-Undang Nomor 08 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

Jakarta:Bhuana Ilmu Populer.2017.

Yahya Harahap. Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilan dan Penyelesaian

Sengketa, Bandung: Citra Aditya Bakti. 1997.

Page 79: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

DOKUMENTASI PENELITIAN

BPOM Provinsi Jambi

Page 80: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

Produsen (Penjual) Pomade

Page 81: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang
Page 82: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

Lampiran Informan Penelitian

Agung sebagai konsumen pemode

Arifin sebagai penjual pemode

Esi sebagai bagian pelayanan konsumen di BPOM

Mahamah sebagai bagian kepala seksi informasi dan komunikasi di BPOM

Nabawi sebagai penjual pomade

Putri sebagai konsumen pomade

Santo sebagai konsumen pomade

Sarino sebagai bagian sertifikasi layanan informasi dan konsumen di BPOM

Sigit sebagai penjual pomade

Supriyadi sebagai sertifikasi layanan konsumen di BPOM

Page 83: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang
Page 84: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang
Page 85: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 …repository.uinjambi.ac.id/1913/1/SKRIPSI M. JANTO HARIYADI - Muh… · konsumen khususnya kota Jambi, salah satunya masih ada pedagang-pedagang

DAFTAR RIWAYAT

(CURRUCULUM VITAE)

Nama Lengkap : M. JantoHariyadi

Tempat/Tanggal/Lahir : TelukNilau, 25 November 1996

Email/Surel :[email protected]

No. Telepon/Hp : 082371981527

Alamat : Jl.Lamtoro, RT.021 Desa TelukNilau, Kec.

Pengabuan, Kab. Tanjung Jabung Barat, Prov.

Jambi.

Pendidikan Formal

a. SDN 112/V Pengabuan Tahun 2002-2008

b. SMPN 1 Pengabuan Tahun 2008-2011

c. SMAN 1 Pengabuan Tahun 2011-2014

d. UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Tahun 2015-2019

Moto hidup:

Menjadidirisendiri