penerapan tema tanggap iklim melalui pendekatan arsitektur
TRANSCRIPT
ISSN:2655-1586
22 JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN VOLUME 4, No.3, Agustus 2020, hal 22-26
Penerapan Tema Tanggap Iklim Melalui Pendekatan Arsitektur Tropis Pada
Perancangan Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA) di Kota Banda
Aceh
M. Ridho Hermawan1 Izziah2Zahrul Fuady2
1Mahasiswa Jurusan Arsitektur dan Perancanaan Universitas Syiah Kuala
2Dosen Jurusan Arsitektur dan Perancanaan Universitas Syiah Kuala
Abstract Each year Banda Aceh City continues to have significant numbers of population growth, this rapid growth
mainly caused by the birth rate factor and Urbanization factor. This growth causes the demand for housings getting
larger which then has an impact on property prices become more expensive by the year andland availability continues
to decrease each year in Banda Aceh city. The price/value of properties has been a problem for a lot of people because
not everyone can afford to buy a house especially for people with low income. This problem can be the cause for slum
area to start forming inside the city, there are 40 slum areas that are built without awareness of the
environment.RUSUNAWA (Rumah Susun Sederhana Sewa) is one alternative solution for this problem. RUSUNAWA is
a low cost multi-storey residential building with shared facilities for low/affordable price for people with low income to
rent.
Keyword :Multi-Storey Housing, Affordable, Low Income
Abstrak Setiap tahunnya Kota Banda Aceh terus mengalami peningkatan jumlah penduduk secara signifikan yang di
sebabkan oleh faktor kelahiran dan faktor Urbanisasi. Peningkatan ini menyebabkan meningkatnya permintaan akan
kebutuhan tempat tinggal (rumah) oleh masyarakat yang kemudian berdampak pada peningkatan harga properti setiap
tahunnya serta terus berkurangnya lahan yang tersedia di Kota Banda Aceh. Akan tetapi harga properti (rumah) selalu
menjadi salah satu permasalahan yang terus dihadapi oleh masyarakat karena tidak semuanya mampu untuk membeli
rumah, khusunya masyarakat yang berpenghasilan rendah. Permasalahan ini kemudian dapat menyebabkan
permasalahan lainnya yaitu terbentuknya area permukiman kumuh di dalam kota, saat ini terdapat 40 desa kumuh
yang dibangun secara sembarang tanpa memperhatikan lingkungan serta iklim sekitarnya dan tersebar di Kota Banda
Aceh. Untuk itu membangun RUSUNAWA (Rumah Susun Sederhana Sewa) yang tanggap iklimdapat menjadi salah
satu alternatif untuk mengatasi permasalahan ini.RUSUNAWA adalah bangunan perumhan bertingkat dengan fasilitas
bersama yang memiliki lingkungan tertata sesuai dengan kondisi iklim sekitarnya dengan harga sewa
rendah/terjangkau sehingga masyarakat dengan penghasilan rendah dapat memiliki tempat tinggal dengan harga sewa
terjangkau.
Kata Kunci :Rumah susun, Penghasilan Rendah, Tanggap Iklim
1. Pendahuluan Kota Banda Aceh merupakan ibu kota privinsi
Aceh. Sebagai ibu kota provinsi, kota Banda Aceh
menjadi pusat perputaran ekonomi masyarakat Aceh
dalam berbagai bidang. Hal ini menyebabkan
pertumbuhan kota Banda Aceh menjadi cukup pesat
setiap tahunnya baik dalam hal ekonomi,
pembangunan, pariwisata, serta meningkatnya
jumlah penduduk yang disebabkan oleh faktor
kelahiran dan faktor Urbanisasi (pendatang). Dalam kurun waktu 5 thaun (2012 – 2017)
jumlah penduduk di Kota Banda Aceh meningkat
sebanyak 9.8% (24.777 jiwa).Peningkatan jumlah
penduduk ini kemudian berpengaruh pada
peningkatan jumlah permintaan akan rumah tinggal,
peningkatan jumlah permintaan ini kemudian
menyebabkan peningkatan harga perumahan dan
semakin berkurangnya lahan. Tingginya harga
perumahan ini menyebabkan banyaknya penduduk
yang kesulitan untuk membeli, membangun dan bahkan
untuk menyewa rumah, khususnya masyarakat yang
berpenghasilan rendah. Saat ini tercatat bahwa di Kota
Banda Aceh terdapat 19.420 jiwa masyarakat berpenghasilan
rendah atau 8.03% dari jumlah total masyarakat kota Banda
Aceh[1].
Permasalahan perumahan ini dapat menyebabkan
terbentuknya area kumuh di dalam wilayah Kota Banda
Aceh, saat ini tercatat bahwa ada 40 desa yang tergolong
sebagai area kumuh di Kota Banda Aceh.Perumahan di area
kumuh ini dibangun secara sembarang tanpa memperhatikan
lingkungan di sekitarnya.Hasilnya lingkungan pada area
kumuh ini terbangun secara tidak teratur yang mnyebabkan
permasalahan seperti sirkulasi dan sanitasi yang tidak baik,
tingkat kenyamanan bangunan hunian pada area ini juga
rendah karena dibangun secara sembarang dengan material
seadanya tanpa memperhatikan iklim sekitarnya.
Membangun rumah susun yang memperhatikan lingkungan
serta tanggap iklim merupakan salah satu alternatif yang
ISSN:2655-1586
23 JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN VOLUME 4, No.3, Agustus 2020, hal 22-26
dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini.
Dengan membangun Rumah Susun Sederhana Sewa
(RUSUNAWA) akan memberikan kemudahan serta
alternatif hunian khususnya bagi masyaakat yang
berpenghasilan rendah untuk mendapatkan tempat
tinggal yang layak huni dengan harga yang
terjangkau dengan lingkungan yang teratur sehingga
menghasilkanhunian yang nyaman. Adapun tujuan
dari perancangan ini antara lain :
a. Mendesain bangunan rumah susun yang
dapat memberikan alternatif serta
mengakomodasi kebutuhan masyarakat
khususnya yang berpenghasilan rendah.
b. Merupakan salah satu solusi untuk
permasalahan tentang semakin terbatasnya
lahan yang tersedia dikota Banda Aceh
dengan cara membangun rumah susun
yang memanfaatkan lahan secara efisien.
c. Mendeasin bangunan hunian yang
memperhatikan lingkungan sertatanggap
iklim dengan pendekatan Arsitektur
Tropis.
2. Kajian Objek Menurut Siswono Yudho Husodo Rumah susun
merupakan cara mengatasi keterbatasan lahan di
daerah perkotaan serta membuat kota menjadi lebih
efisien dan teratur [2]. Rumah sususn adalah gedung
bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan
yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan
secara fungsional baik dalam arah horizontal maupun
vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masimg-
masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah,
terutama untuk tempat hunian yang
dilengkapidengan bagian bersama, benda bersama
dan tanah bersama [3]. Berdasarkan jenisnya, rumah
susun dapat dikategorikan pada beberapa jenis yaitu
[3] :
a. Rumah susun Umum yang diselenggarakan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
berpenghasilan rendah.
b. Rumah susun Khusus yang diselenggarakan
untuk kebutuhan khusus seperti relokasi.
c. Rumah susun Negara yang diselenggarakan
sebagai hunian pejabat/pegawai Negeri.
d. Rumah susun Komersial yang diselenggarakan
untuk mendapatkan keuntungan.
Pada perancangan ini, jenis rumah susun yang akan
dirancang adalah Rumah susun Umum yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
berpenghasilan rendah.
3. Kajian Lokasi
Lokasi perancangan yang dipiliih berlokasi
di jalan Kerukunan, Desa Ilie, Kecamatan Ulee
Kareng, Banda Aceh.
\
Gambar 1 Lokasi perancangan di
Kota Banda Aceh
Lokasi perancangan dipilih berdasrakan fungsi lokasi yang
sesuai dengn RTRW Kota Banda Aceh.Lokasi perancangan
merupakan kawasan perumahan berkepadatan sedang
dengan luas 14.000 m2 atau 1.4 Ha, KDB 60% dan KLB 1.8
[4]. Batasan fsisk lokasi :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Perumahan
Masyarakat.
b. Sebelah timur berbatasan dengan lahan kosong
c. Sebelah selatan berbatasan dengan perumahan
masyarakat.
d. Sebelah barat berbatasan dengan Jalan
Kerukunan desa Ilie dan SD Negeri 66 Banda
Aceh.
4. Kajian Tema Perancangan Desain bangunan Arsitektur, lingkungan tidak pernah
lepas dari bagian penting dalam perancangan baik kondisi
iklim maupun fisiknya yang nantinya akan menentukan hasil
desain/rancangan. Tema yang diterapkan pada preancangan
ini adalah Desain tanggap iklim dengan pendekatan
arsitektur tropis.Tema yang diterapkan pada bangunan ini
dipilih untuk menyesuaikan rancangan bangunan dengan
kondisi lingkungan pada lokasi yang beriklim tropis.
Pendekatan Arsitektur Tropis yang dimaksud disini adalah
pendekatan arsitektur yang dalam prosesnya
mempertimbangkan kondisi iklim dalam perencanaan dan
perancangannya, baik secara makro (kawasan), mikro
(bangunan).Tujuan dalam arsitektur tropis tersebut adalah
untuk memanipulasi kondisi iklim di luar bangunan yang
kurang mendukung kenyamanan agar tidak mempengaruhi
kenyamanan di dalam bangunan sehinnga penghuni
bangunan dapat beraktifitas dengan nyaman.
Menurut Richard Hyde, Bangunan yang didesain
dengan dasar Tanggap Iklim merupakan sebuah bentuk/cara
merancang untuk menanggapi tantangan iklim sekitar area
bangunan melalui berbagai pendekatan seperti bentukan dan
strukturnya yang ditujukan untuk menyesuaikan iklim
sekitar sehingga pengguna dapat merasakan kenyamanan
yang optimal tanpa terpengaruhi secara berlebihan oleh
kondisi di luar bangunan[5]. Ide utama yang terdpat di dalam
desain tanggap iklim adalah bagaimana bangunan yang
didesain dalam menanggapi tantangan iklim dan kemudian
memanfaatkannya sebagai bagian dari desain (Bioclimatic).
Bangunan dengan desain taggap iklim memiliki hubungan
yang erat dengan lingkungannya, tidak hanya tentang
bagaimana bangunan menanggapi iklim melalui teknologi
dan pendekatan – pendekatan arsitektur, akan tetapi juga
tentang pengaruh yang diberikan oleh desain terhadap
ISSN:2655-1586
24 JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN VOLUME 4, No.3, Agustus 2020, hal 22-26
lingkungan dan bagaimana memanfaatkan kondisi
lingkungan tersebut[5].
5. Penerapan Temapada Rancangan Penerapan tema pada rancangan meliputi 2 (dua)
aspek yakni Mikro (Bangunan) dan Makro
(Lingkungan) yang diterapkan ke dalam rancangan
sebagai berikut.
5.1 Pendekatan mikro
Rancangan tanggap iklim yang diterapkan pada
bangunan melalui pendekatan arsitekur tropis yang
bertujuan untuk mengurangi dampak yang
disebabkan oleh iklim pada lokasi perancngan
melalui penggunaan alat penghalang sinar matahri
(Shading device) pada fasad bangungan sehingga
radiasi matahari tidak secara langsung mengenai
dinding terluar unit hunian.
Gambar 2Shading device pada rancangan
Kemudian untuk memanfaatkan dan
memaksimalkan kinerja penghawaan alami pada
bangunan, dinding kerawang (Breeze Block)
dipasang pada sisi bangunan sehingga angin dapat
masuk secara bebas ke dalam bangunan yang
kemudian akan diarahkan ke ruang terbuka di dalam
bangunan untuk memaksimalkan perputarannya
sehingga menjangkau unit – unit hunian di dalam
bangunan.
Gambar 3 Dinding kerrawang
Ruang terbuka di tengah bangunan tidak hanya
membantu untuk memberikan penghawaan tetapi
juga meningkatkan pencahayaan alami di dalam
bangunan.
Gambar 4Ruang terbuka di dalam bangunan
Bentuk bangunan pada rancangan disesuaikan dengan
orientasi arah utara – selatan untuk menghindari sinar
matahari langsung sehingga dirancang dengan bentuk
memanjang dengan susunan ruang yang memungkinkan
terjadinya ventilasi silang (cross vemtilation) di dalam unit
hunian untuk mendapatkan penghawaan alami dengan
maksimal.
Gambar 5 Penghawaan pada bangunan
Ventilasi silang pada bangunan juga didukung
oleh ruang terbuka di dalam bangunan yang
dimanfaatkan untuk memaksimalkan perputaran udara
sehingga dapat mencapai setiap unit.
5.2 Pendekatan makro
Rancangan tanggap iklim yang diterapkan pada
lingkungan Rumah susun untuk menghasilkan lingkungan
yang nyaman dicapai melalui prinsip – prinsip arsitektur
tropis seperti Orientasi bangunan,pemanfaatan vegetasi dan
ruang terbuka, zoning, sirkulasi, dll. Orientasi bangunan
disesuaikan sebisa mungkin untuk menghindari sisi terluas
dari arah sinar matahari langsung (barat –timur) terutama
pada bangunan yang terdapat hunian di dalamnya, untuk itu
setiap bangunan hunian diarahkan ke sisi yang tidak terkena
sinar matahari secara langsung (utara - selatan).
Gambar 6 Orientasi bangunan
ISSN:2655-1586
25 JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN VOLUME 4, No.3, Agustus 2020, hal 22-26
Pemanfaatan vegetasi seperti pepohonan dapat
digunakan untuk peneduh lingkungan di sekitar
bangunan, menyaring debu yang masuk ke dalam
lingkungan hunian dan meberikan kesan asri di
dalam lingkungan Rusun.
Gambar 7 Taman dan area yang menggunakan Grass
Block
Pada area terbuka (taman) di dalam lingkungan
Rumah susun selain rerumputan juga digunakan
grass block untuk menurangi area perkerasan
sehingga mengurangi radiasi sinar matahari kareana
panass matahari dapat meresap di area perkerasan
dan mengeluarkan hawa panas pada lingkungan,
untuk itu area perkerasan diminimalkan sebisa
mungkin dan memaksimalkan area dengan material
grass blockdan rerumputan.
Gambar8 Pembagian zona
Pembagian zona pada lingkungan Rusun
disesuaikan dengan fungsi rancangan yakni
perumahan, sehingga dibutuhkan pembagian area
yang dapat membagi aktifitas agar tidak bercampur
dan mengganggu privasi pengguna unit rusun. Area
privat hanya dapat diakses oleh pengguna yang
tinggal di unit - unit hunian Rusun serta petugas
yang berkepentingan di rusun (petugas
kebersihan,dsb). Bagi pengunjung yang akan
menggunakan fasilitas publik (Aula) dan semi privat
(Kantor pengelola dan Mushola), memiliki parkir
terpisah di area publik sehingga tidak dapat
menggunakan parkir di dalam area privat
rusun.Setelah memarkirkan kendaraannya di area publik,
pengunjung kemudian dapat mengakses area semi-publik
melalui jalur pedestrian.
Sirkulasi utama pada lingkungan rusun berupa jalan
satu arah yang berada di tengah site yang tehubung ke
seluruh blok yang ada di dalam lingkungan rusun. Sirkulasi
utama ini digunakan oleh penhuni rusun untuk mengakses
unit hunian masing – masing dan dapat juga digunakan oleh
pengunjung yang memarkirkan kendaraan di area publik
sebagai jalur keluar lingkungan rusun.
Gambar 9 Sirkulasi utama lingkungan Rusun
Sirkulasi utam yang ada di dalam lingkungan rusun
hanya dapat digunkan oleh pengunjung sebagai jalan keluar,
untuk mengontrol prosesnya digunakan portal sebagai
penghalang sehingga kendaraan pengunjung yang keluar
area parkir publik dapat diarahkan langsung menuju gerbang
keluar lingkungan rusun.
6. Hasil Rancangan
Hasil rancangan berupa bangunan rumah susun
serta lingkungannya yang dirancang dengan tema
tanggap iklim melalui pendekatan arsitektur tropis.
(a)
(b)
Privat
Publik
Semi-
Privat
Portal
ISSN:2655-1586
26 JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN VOLUME 4, No.3, Agustus 2020, hal 22-26
(c)
Gambar 10 (a,b,c,) Hasil rancangan
7. Penutup
Dengan perancangan rumah susun sederhana
sewa (RUSUNAWA) yang menerapkan tema
tanggap iklim dengan pendekatan arsitektur ini
diharapkan dapat memberikan alternatif dan
kemudahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah
untuk mendapatkan hunian yang aman, nyaman dan
memiliki lingkungan yang tertata. Perancangan ini
juga diharapkan dapat menjadi solusi untuk
permasalahan berkurangnya lahan dengan
memanfaatkan lahan dengan efektif menjadikan
wilayah tempat bangunan rusun dibangun menjadi
lebih teratur dan mencegah terjadinya permasalahan
yang lebih besar seperti area kumuh dengan
memberikan masyarakat berpenghasilan rendah
hunian dengan harga yang terjangkau.
Daftar Pustaka
[1] Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh. 2017.
Provinsi Aceh Dalam Angka 2017. Badan Pusat
Statistik Provinsi Aceh. Banda Aceh
[2] Republik Indonesia.2011. Undang – Undang
no.20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Lembaran Negara RI tahun 2011, No. 108.
Sekertariat Negara. Jakarta. [3] Yudohusodo, S. 1991. Rumah Untuk Seluruh
Rakyat. Unit Percetakan Bharakerta, Jakarta
[4] Qanun Kota Banda Aceh No. 4 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Tahun 2009– 2029.
[5] Hyde, R. 2013. Climate Responsive Design: A
Study of Buildings in Moderate and Hot Humid
Climates. Taylor & Francis, United Kingdom