penerapan strategi pembelajaran active knowledge sharing...

25
i Penerapan Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing dengan Memanfaatkan Mailing List (Studi Kasus : SMK Negeri 3 Kendal) Artikel Ilmiah Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer Oleh : Astri Widya Ramadhani NIM : 702010045 Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Januari 2015

Upload: doanlien

Post on 03-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penerapan Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13820/2/T1... · 2018-02-23 · yang anggotanya dapat melakukan kegiatan pembelajaran

i

Penerapan Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing

dengan Memanfaatkan Mailing List

(Studi Kasus : SMK Negeri 3 Kendal)

Artikel Ilmiah

Diajukan kepada

Fakultas Teknologi Informasi

untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer

Oleh :

Astri Widya Ramadhani

NIM : 702010045

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

Januari 2015

Page 2: Penerapan Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13820/2/T1... · 2018-02-23 · yang anggotanya dapat melakukan kegiatan pembelajaran

ii

Page 3: Penerapan Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13820/2/T1... · 2018-02-23 · yang anggotanya dapat melakukan kegiatan pembelajaran

iii

Page 4: Penerapan Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13820/2/T1... · 2018-02-23 · yang anggotanya dapat melakukan kegiatan pembelajaran

iv

Page 5: Penerapan Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13820/2/T1... · 2018-02-23 · yang anggotanya dapat melakukan kegiatan pembelajaran

v

Page 6: Penerapan Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13820/2/T1... · 2018-02-23 · yang anggotanya dapat melakukan kegiatan pembelajaran

vi

Page 7: Penerapan Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13820/2/T1... · 2018-02-23 · yang anggotanya dapat melakukan kegiatan pembelajaran

vii

Page 8: Penerapan Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13820/2/T1... · 2018-02-23 · yang anggotanya dapat melakukan kegiatan pembelajaran

2

1. Pendahuluan

Guru perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dimana

siswa dapat aktif membangun pengetahuannya sendiri. Penerapan kurikulum baru

membuat guru mengalami masalah dalam menyesuaikan pembelajaran dengan

materi ajar. Kurikulum 2013 menuntut siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran

[1].

Berdasarkan studi awal di SMK Negeri 3 Kendal memiliki masalah

pembelajaran, yaitu sebagian besar siswa di kelas kurang memperhatikan

penjelasan dari guru dan sering mengobrol dengan teman-teman sebelahnya.

Kurangnya perhatian siswa karena pembelajaran guru dalam menyampaikan materi

kurang bervariatif dan terpusat pada guru, sehingga siswa di kelas merasa cepat

bosan dan kurangnya semangat belajar. Pembelajaran di kelas membuat siswa

menjadi pasif dan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi. Keaktifan siswa

dalam pembelajaran harusnya diperlukan untuk mendukung kemampuan mereka

dalam memahami materi.

Guru perlu melakukan strategi pembelajaran aktif di kelas untuk

meningkatkan keterlibatan siswa dalam berpartisipasi saat proses pembelajaran di

kelas. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan adalah active

knowledge sharing. Selain itu siswa perlu adanya penambahan jam belajar di luar

sekolah untuk meningkatkan pemahaman mereka terhadap materi. Guru dapat

memanfaatkan teknologi internet yang dapat diakses siswa dimanapun dan

kapanpun untuk belajar, seperti forum diskusi online mailing list. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh dari penggunaan

strategi pembelajaran active knowledge sharing dengan memanfaatkan mailing list

Google Groups terhadap efektivitas pembelajaran.

Active knowledge sharing merupakan strategi pembelajaran aktif yang dapat

membawa siswa untuk siap belajar dengan cepat. Pembelajaran ini dapat digunakan

untuk mengukur kemampuan siswa dalam memecahkan masalah di kelas secara

mandiri maupun kerjasama tim. Strategi ini dapat diterapkan pada hampir semua

mata pelajaran [2].

Mailing list merupakan forum diskusi berbasis email yang biasa disebut

dengan milis [3]. Milis dapat digunakan sebagai media pembelajaran untuk saling

berbagi pengetahuan antara anggota kelompok grup melalui akun email.

2. Kajian Pustaka

Penelitian berjudul Penerapan Strategi Pembelajaran Active Knowledge

Sharing untuk Meningkatkan Keaktifan Bertanya Biologi Siswa Kelas XI IPA 1

SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2011/ 2012. Berdasarkan hasil

pengamatan langsung ditinjau dari aspek keaktifan bertanya siswa. Keaktifan

bertanya siswa ditunjukkan dengan kesiapan siswa untuk mengikuti dan menerima

pembelajaran yang sedang berlangsung. Keaktifan bertanya siswa dalam proses

pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat, meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa [4].

Penelitian berjudul E-Learning sebagai Alternatif Pembelajaran Modern. E-

Learning berfungsi sebagai pelengkap atau tambahan, dan pada kondisi tertentu

Page 9: Penerapan Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13820/2/T1... · 2018-02-23 · yang anggotanya dapat melakukan kegiatan pembelajaran

3

bahkan dapat menjadi alternatif lain dari pembelajaran konvensional. Siswa

maupun guru dapat memperoleh manfaat dari penyelenggaraan E-Learning, di

antaranya adalah fleksibilitas kegiatan pembelajaran. Pembelajaran E-Learning

dapat digunakan untuk interaksi siswa dengan materi pembelajaran, maupun

interaksi peserta didik dengan guru, serta interaksi antara sesama siswa untuk

mendiskusikan materi pembelajaran [5].

Penelitian yang dilakukan ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Peneliti

mengkombinasikan penelitian terdahulu dengan menerapkan strategi pembelajaran

active knowledge sharing untuk meningkatkan kemampuan dan keaktifan siswa di

dalam kelas. Sedangkan, pemanfaatan mailing list yang digunakan sebagai media

pembelajaran siswa di luar jam sekolah. Pembelajaran aktif tidak hanya terjadi pada

saat di kelas, namun juga dapat dilakukan di luar kelas. Melalui forum diskusi

mailing list yang anggotanya dapat melakukan kegiatan pembelajaran untuk

membahas materi ajar. Hal tersebut ditujukan untuk meningkatkan pemahaman

siswa terhadap materi ajar dengan berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran

di manapun dan kapanpun.

Strategi pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang berpusat kepada

siswa. Salah satu kelebihannya dari penelitian yang ditulis oleh Chammot adalah

pemilihan strategi pembelajaran didasarkan pada pandangan bahwa, siswa dapat

belajar dengan lebih efektif jika siswa mengendalikan belajar mereka sendiri.

Pembelajaran aktif akan melatih dan membuat siswa lebih banyak bekerja dan

berbuat dalam proses belajar, baik di dalam maupun di luar kelas [2].

Ketika siswa pasif, ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang

mereka terima. Maka perlu seperangkat tertentu untuk dapat mengikat informasi

yang baru saja diterima dari guru. Belajar aktif adalah salah satu cara mengikat

informasi yang baru saja diterima dan menyimpannya di otak. Salah satu faktor

yang menyebabkan informasi itu cepat dilupakan adalah faktor kelemahan otak

manusia itu sendiri [6]. Karakteristik keaktifan siswa menurut Bonwell antara lain,

1) Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi pengajar,

tetapi pada pengembangan ketrampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik

atau permasalahan yang dibahas; 2) Siswa tidak hanya mendengarkan secara pasif

tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi pembelajaran; 3)

Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi

pembelajaran; 4) Siswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisis,

dan melakukan evaluasi; 5) Umpan balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses

pembelajaran [7].

Strategi pembelajaran active knowledge sharing merupakan strategi

pembelajaran yang dapat membawa siswa untuk siap belajar dengan cepat. Strategi

ini dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan siswa dari jawaban yang

mereka ungkapkan disamping membentuk kerjasama tim saling berbagi pendapat

dalam memecahkan masalah. Strategi pembelajaran active knowledge sharing

dapat diterapkan pada hampir semua mata pelajaran [8]. Active knowledge sharing

merupakan suatu strategi yang tepat dalam melibatkan siswa secara langsung dalam

pembelajaran dan mengenalkan siswa kepada materi yang akan diajarkan. Strategi

active knowledge sharing menjadikan pengetahuan siswa lebih luas dan mendalam

karena pengetahuan didapatkan oleh siswa dari berbagai sumber [9]. Active

Page 10: Penerapan Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13820/2/T1... · 2018-02-23 · yang anggotanya dapat melakukan kegiatan pembelajaran

4

knowledge sharing adalah strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan

kepada siswa untuk saling berbagi pengetahuan yang mereka punya.

Keunggulan strategi belajar active knowledge sharing adalah siswa dapat

meminta bantuan siswa yang lain untuk membantu menjawab pertanyaan yang

tidak bisa dijawab. Kegiatan pembelajaran dapat divariasikan dengan pemberian

kartu indeks pada tiap siswa untuk menuliskan informasi baru dari materi yang

telah dipelajari [9]. Kendala yang kemungkinan terjadi saat proses pembelajaran

berlangsung yaitu, aktivitas siswa di dalam kelas menjadi ramai dan menyita

banyak waktu. Kekhawatiran itu bisa ditanggulangi dengan persiapan rencana

pembelajaran yang matang.

Mailing list adalah forum diskusi yang berbasis email yang merupakan

kumpulan dari alamat email yang diwakili oleh sebuah alamat email tunggal, yaitu

alamat list. Mailing list digunakan untuk saling berdiskusi yang memiliki satu topik

pembahasan tertentu. Gambaran cara kerja mailing list, yaitu member mengirim

pesan ke alamat list dan server mailing list secara otomatis mendistribusikannya ke

semua alamat masing-masing member. Bergabung dalam sebuah mailing list bukan

berarti member wajib untuk mengirim dan menanggapi setiap pesan yang masuk

[3].

Gambar 1 Skema mailing list [3]

Google Groups adalah forum diskusi online untuk mengirim pesan ke

sekelompok orang yang ingin dihubungi dalam sebuah grup milis. Grup berisi

alamat email anggota yang dibuat menggunakan account google, sehingga

pengguna dapat mengirim pesan ke semua anggota grup menggunakan satu alamat

untuk grup tersebut sebagai milis. Diskusi antar anggota bisa dilakukan secara

online melalui website milis maupun melalui email. Pengguna dapat menggunakan

grup untuk memudahkan komunikasi dan kolaborasi dengan sekelompok orang.

Misalnya, grup dapat berguna bagi tim proyek, kelas, lokasi kantor, grup dengan

minat khusus. Penggunaan grup juga dapat mengelola akses ke dokumen, situs,

video, dan kalender. Pengguna dapat berbagi konten dengan grup, menambahkan

Page 11: Penerapan Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13820/2/T1... · 2018-02-23 · yang anggotanya dapat melakukan kegiatan pembelajaran

5

atau menghapus anggota dan perubahan tersebut diterapkan ke semua dokumen,

situs, video, dan kalender google yang dibagikan dengan grup tersebut [10].

Forum diskusi milis dimanfaatkan agar dapat tercipta suasana belajar yang

tidak jauh berbeda dengan keadaan yang ada di kelas meskipun tidak secara

langsung. Terjadinya hubungan komunikasi dan berbagi informasi antar anggota

milis, guru dengan siswa atau siswa dengan siswa dalam pembahasan seputar materi

ajar. Milis Google Groups dipilih untuk menghindari tampilan iklan yang muncul,

karena kemungkinan dapat mengganggu proses pembelajaran. Ketersediaan

penggunaan aplikasi Google sebagai pendukung proses pembelajaran hanya

membutuhkan satu akun email.

ICT memiliki pengertian, yaitu segala kegiatan yang terkait dengan

pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, pemindahan informasi antar media. Kriteria

pemilihan media pembelajaran antara lain, 1) Ketepatan media dengan tujuan

pengajaran. Media dipilih atas dasar tujuan-tujuan instruksional seperti, standar

kompetensi, kompetensi dasar, rencana pembelajaran, dan mendukung isi bahan

pengajaran. Bantuan media pembelajaran akan lebih cepat dan mudah dipahami

siswa; 2) Keterampilan guru menggunakannya, yaitu guru mampu menggunakan

media pembelajaran dengan baik; 3) Kemudahan memperolehnya, artinya media

yang diperlukan mudah diperoleh atau mudah dibuat oleh guru; 4) Tersedia waktu

untuk menggunakannya, sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa

selama pengajaran berlangsung; 5) Sesuai dengan taraf berfikir siswa, sehingga

makna yang terkandung di dalamnya dapat dimengerti oleh siswa [7]. Alasan

peneliti menggunakan milis Google Groups karena pemanfaatan pembelajaran e-

learning dari satu akun gmail dapat mencakup beberapa aplikasi google untuk

mendukung pembelajaran.

Menurut Reeves (1998) untuk kepentingan pembelajaran di sekolah terdapat

dua pendekatan pokok dalam penggunaan teknologi yaitu, para siswa dapat belajar

‘dari’ dan ‘dengan’ teknologi. Belajar ‘dari’ teknologi dilakukan seperti dalam

penggunaan computer-based instruction (tutorial) atau integrated learning systems.

Belajar ‘dengan’ teknologi adalah menggunakan teknologi sebagai alat bantu

pembelajaran kognitif (cognitive tools) dan menggunakan teknologi dalam

lingkungan pembelajaran konstruktivis (constructivist learning environments) [11].

Sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam

proses belajar mengajar dapat disebut sebagai suatu e-learning [12].

Perkembangan teknologi informasi (TI) semakin pesat. Kebutuhan dalam

bidang pendidikan untuk belajar mengajar berbasis TI menjadi tidak terelakkan

lagi. E-learning membawa pengaruh terjadinya proses transformasi pendidikan

konvensional ke dalam bentuk digital. Teknologi informasi dan komunikasi

mutakhir yang telah berkembang sejauh ini sudah sangat memadai untuk dapat

memfasilitasi dan memudahkan beragam pekerjaan siswa. Berbagai macam

pekerjaan seperti, pencatatan, penghitungan atau pengolahan data, penggambaran

visualisasi, dan pengemasan dalam format akhir laporan. John Chambers yang

merupakan CEO dari perusahaan Cisco System mengatakan bahwa untuk era ke

depan, aplikasi dalam dunia pendidikan akan menjadi “killer application” yang

sangat berpengaruh [12].

Page 12: Penerapan Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13820/2/T1... · 2018-02-23 · yang anggotanya dapat melakukan kegiatan pembelajaran

6

Terjaminnya ketercapaian hasil belajar yang baik dapat tercapai dengan

pembelajaran sebagai pengaturan peristiwa yang berada di luar diri siswa, yang

dirancang guna memudahkan proses belajar dalam diri siswa [13]. Guru

memberikan konseling terhadap siswa di luar penyampaian materi ajar untuk

meningkatkan motivasi belajar.

Efektivitas pembelajaran siswa ditunjukkan dengan ketercapaian dari standar

hasil belajar yang telah ditentukan. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai setelah

proses pembelajaran berlangsung dalam bentuk tingkah laku untuk mencapai

tujuan. Hasil belajar merupakan evaluasi dari proses pembelajaran. Proses belajar

dapat berjalan dan berhasil dengan baik, jika guru dan siswa mampu menjalankan

komunikasi yang harmonis dan keduanya saling mendukung. Keberhasilan proses

belajar mengajar yang ditandai dengan kemampuan guru menumbuh kembangkan

kesadaran siswa untuk belajar, sehingga hasil yang didapat siswa memuaskan.

Faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan hasil belajar siswa adalah

faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal merupakan pengaruh yang

datangnya dari luar diri siswa seperti, metode mengajar guru, suasana belajar,

pemberian beasiswa, fasilitas sekolah, dan perhatian orang tua. Sedangakan faktor

internal merupakan pengaruh yang datangnya dari diri siswa sendiri seperti, minat

belajar, bakat yang dimiliki, dan kondisi kesehatan siswa [14].

3. Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah ekperimen semu dengan model

matching only pretest-posttest control group design. Model desain digunakan untuk

mengetahui perbandingan dari hasil belajar siswa sebelum dan sesudah treatment.

Penggunaan eksperimen semu dikarenakan pengontrolan dapat dilakukan pada satu

variabel dengan mencocokkan karakteristiknya. Pengontrolan Desain penelitian

yang digunakan peneliti membutuhkan dua kelas, yaitu sebagai kelas eksperimen

dan kelas kontrol sebagai pembanding. Pembelajaran kelas eksperimen

menggunakan strategi pembelajaran active knowledge sharing dan memanfaatkan

milis Google Groups sebagai media pembelajaran di luar kelas. Pembelajaran kelas

kontrol berlangsung secara konvensional. Treatment dilaksanakan tiga kali ditiap

pertemuan pembelajaran kelas eksperimen. Pertemuan pembelajaran di kelas terjadi

satu kali pada tiap minggunya. Berikut ini merupakan gambaran dari desain

penelitian matching pretest-posttest control group :

Gambar 2Matching pretest-postest control group design [15]

Variabel dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua. Pertama,

variabel bebas (independen) merupakan variabel yang menjelaskan dan

mempengaruhi variabel lain. Kedua, variabel terikat (dependen) merupakan

Page 13: Penerapan Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13820/2/T1... · 2018-02-23 · yang anggotanya dapat melakukan kegiatan pembelajaran

7

variabel yang dijelaskan dan dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel bebas

adalah bimbingan belajar, sedangkan variabel terikat adalah hasil belajar.

SMK Negeri 3 Kendal merupakan salah satu sekolah favorit bagi

masyarakat sekitar dengan keadaan ekonomi menengah keatas, karena dibangun

dengan dukungan dari pemerintah. Luas area sekolah mencakup 30 hektar persegi

dengan jumlah 1.143 siswa yang terdiri dari lima bidang kejuruan, yaitu teknik

kendaraan ringan (TKR), teknik komputer dan jaringan (TKJ), rekayasa perangkat

lunak (RPL), teknik elektronika industri (TEI), dan kimia industri (KI).

Sampel penelitian digunakan untuk mewakili karakteristik dari populasi,

yaitu siswa kejuruan Teknik Elektronika Industri di SMK Negeri 3 Kendal.

Pengambilan sampel dilakukan secara tidak acak atau nonsampling dengan jenis

convenian sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan kecocokannya dengan

tujuan penelitian [15]. Penelitian bertujuan untuk meningkatkan efektivitas

pembelajaran pada kompetensi kejuruan teknik elektronika industri dalam mata

pelajaran komunikasi data antar peralatan elektronika. Kelompok sampel yang

dipilih dicocokkan dengan berdasarkan kesamaan peran, tugas, dan keahliannya

pada mata pelajaran komunikasi data antar peralatan elektronika. Kelompok

sampel yang dipilih adalah siswa kelas XI TEI yang terdiri dari dua kelas untuk

dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengambilan sampel secara

general dengan tidak membedakan gender siswa di kelas XI TEI – 1 yang terdiri

dari 37 siswa dan XI TEI – 2 sejumlah 33 siswa.

Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu, wawancara untuk

menjawab sejumlah pertanyaan dari sudut pandang responden. Jenis wawancara

yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur yaitu, wawancara bebas yang

tidak menggunakan pedoman pertanyaan secara sistematis. Pertanyaan wawancara

ditujukan secara langsung pada inti permasalahan untuk mengetahui tanggapan

responden mengenai masalah pembelajaran dan treatment yang dilakukan.

Tes, dilakukan untuk mengukur kemampuan penguasaan siswa terhadap

materi ajar. Kemampuan siswa dapat dilihat dari hasil analisis hasil belajar yang

telah dikerjakan siswa. Tes diadakan dua kali pengujian yaitu, pretest dan posttest.

Pretest dilaksanakan sebelum treatment dan posttest dilaksanakan setelah tiga kali

treatment. Hasil tes kelas kontrol dan eksperimen akan dibandingkan untuk

mengetahui tingkat signifikansi nilai antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Observasi, dilakukan untuk menilai guru dan siswa di kelas saat

pembelajaran berlangsung. Lembar observasi yang dibuat peneliti berdasarkan

indikator penilaian yang akan diamati. Dalam penelitian ini yang diamati adalah 1)

Kemampuan siswa terhadap materi; 2) Aktivitas siswa dalam mengikuti

pembelajaran; 3) Efektivitas pembelajaran yang dilakukan guru pada kelas kontrol

dan kelas eksperimen. Hasil observasi digunakan untuk menjawab adanya

pengaruh dari treatment yang dilakukan. Besarnya pengaruh ditunjukkan dengan

peningkatan keaktifan siswa dalam belajar sebagai wujud efektifitas pembelajaran

yang dilakukan guru. Indikator penilaian observasi menggunakan skala penilaian

Guttman berupa pernyataan “ya” dan “tidak”. Keterangan kriteria penilaian

kemampuan dan aktivitas berdasarkan jumlah siswa yang melakukannya,

sedangkan penilaian efektivitas pembelajaran berdasarkan aspek yang dilakukan

guru.

Page 14: Penerapan Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13820/2/T1... · 2018-02-23 · yang anggotanya dapat melakukan kegiatan pembelajaran

8

Kuesioner, diperlukan untuk menjawab respon siswa dan guru terhadap

pembelajaran yang dilakukan di luar sekolah menggunakan milis Google Groups.

Kuesioner diberikan pada akhir pelaksanaan treatment untuk mengetahui apakah

memiliki tanggapan yang positif atau negatif menurut responden. Indikator

penilaian kuesioner menggunakan skala penilaian Likert. Keterangan kriteria

interpretasi skor, diantaranya dari 0-20% = sangat lemah, 21-40% = lemah, 41-

60% = cukup, 61-80% = kuat, 81-100% = sangat kuat [16].

Data hasil penilaian berdasarkan pengamatan peneliti dibuat secara cheklist.

Hasil penilaian observasi dan kuesioner diakumulasi dalam bentuk persentase.

Kemudian, hasil tes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dibandingkan untuk

mendapatkan informasi ketercapaian hasil belajar dengan standar ketentuan nilai

sejumlah 75%. Berikut ini adalah bentuk indikator penilaian pengamatan

pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan pada tiap-tiap anggota kelompok

belajar :

Tabel 1 Penilaian kemampuan siswa [17]

No Aspek Kecakapan

1 Akademik Mendeskripsikan konsep komunikasi data

Mendeskripsikan pengertian DTE & DCE

Mengidentifikasi topologi jaringan

Mengidentifikasi berbagai kabel & konektor

Mengidentifikasi fungsi susunan kabel LAN

Mempraktikkan krimping kabel UTP dengan RJ45

2 Personal Kemampuan memecahkan masalah

3 Sosial Kemampuan bekerja sama

Tabel 1 digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami

materi pelajaran. Aspek akademik merupakan tujuan ketercapaian pembelajaran

yang dibagi untuk tiga kali pertemuan. Aspek personal dilihat dari siswa yang

berkemampuan untuk memecahkan masalah dari guru. Aspek sosial dilihat dari

kegiatan partisipasi siswa dalam bekerja sama di dalam kelompok.

Tabel 2 Penilaian aktivitas siswa menurut Paul B. Diedrich [18]

No Aktivitas Aspek yang Diamati

1 Visual Siswa membaca materi yang disajikan oleh guru

2 Lisan Siswa mengajukan pertanyaan / mengemukakan

pendapat

3 Mendengarkan Siswa mendengarkan dan memperhatikan informasi

yang disampaikan oleh guru dan siswa lain

4 Mental Siswa mengerjakan soal yang diberikan oleh guru

5 Emosional Siswa bergerak aktif dan bersemangat dalam

mengikuti pembelajaran

Page 15: Penerapan Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13820/2/T1... · 2018-02-23 · yang anggotanya dapat melakukan kegiatan pembelajaran

9

Tabel 2 digunakan untuk menilai aktivitas siswa saat pembelajaran

berlangsung. Aktivitas siswa dalam memahami materi dinilai untuk kesesuaian

tingkah laku yang ditunjukkan dengan kemampuan yang dimiliki siswa dari

penilaian tabel 1 tidak mengalami ketimpangan. Aktivitas siswa yang dinilai

meliputi, visual, lisan, mendengarkan, mental, emosional.

Tabel 3 Penilaian efektivitas pembelajaran [7]

No Aspek yang dinilai

1 Pengorganisasian pembelajaran dengan baik

2 Komunikasi secara efektif

3 Penguasaan dan antusiasme

4 Sikap positif terhadap siswa

5 Pemberian ujian dan nilai yang adil

6 Keluwesan dalam pendekatan pengajaran

7 Hasil belajar siswa yang baik

Tabel 3 diberikan penilaian berdasarkan pengamatan pembelajaran yang

dilakukan guru di kelas. 1) Pengorganisasian pembelajaran dilihat dari bagaimana

guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, menyususn tujuan

pembelajaran, memilih materi serta strategi pembelajarannya, pengelolaan kelas,

dan penugasan. 2) Komunikasi yang efektif dapat dilihat dari guru dalam

penyampaian materi dapat didengar, diterima, dan dipahami, selain itu komunikasi

efektif harus terjadi dua arah antara guru dan siswa. 3) Penguasaan dan antusiasme

dilihat dari guru dalam menguasai mata pelajaran yang diajarkan, apakah guru

memiliki sertifikat pendidik sesuai bidang studi, karya ilmiah yang dihasilkan guru,

serta penguasaan materi yang dipahami siswa. 4) Sikap positif guru dapat dilihat

dari sikap yang tidak membeda-bedakan siswa, dan menganggap semua siswa

memiliki potensi atau kecerdasan yang berbeda-beda sehingga semua perlu

dihargai. 5) Adil di dalam ujian dan penilaian dapat dilihat dari kesesuaian

persoalan dengan materi yang diberikan, guru juga harus transparan dan adil dalam

memberikan penilaian. 6) Keluwesan dalam pendekatan pengajaran dapat dilihat

dari bagaimana guru merancang metode, strategi, media yang bervariasi dalam

pembelajaran. 7) Hasil belajar siswa yang baik dapat dilihat dari bertambahnya

pengetahuan, perubahan tingkah laku, dan ketrampilan siswa dalam

mempraktikkan sesuatu yang baru dipelajari [7].

Analisis data kuesioner disusun dalam bentuk penilaian pernyataan positif

yang mengarahkan pada efektivitas pembelajaran dengan memanfaatkan milis

Google Groups. Hasil penilaian diperoleh dari pengisian kuesioner oleh responden,

yaitu siswa dan guru sebagai pengguna dari pemanfaatan Google Groups. Indikator

pembuatan kuesioner tentang penggunaan ICT dalam pendidikan menurut Munir

antara lain, 1) Menghilangkan batasan-batasan, jarak, ruang, dan waktu yang

membatasi dunia pendidikan; 2) Mendukung kegiatan-kegiatan pendidikan seperti,

perolehan informasi dari berbagai sumber, penyebaran informasi pengaksesan,

konsultasi dengan tutor, perpustakaan digital (e-library), dan pembelajaran online;

3) Membantu dalam proses kegiatan belajar-mengajar [7].

Page 16: Penerapan Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13820/2/T1... · 2018-02-23 · yang anggotanya dapat melakukan kegiatan pembelajaran

10

4. Hasil dan Pembahasan

Hasil wawancara pada beberapa siswa yang memiliki masalah belajar di kelas

maupun di luar jam sekolah. Masalah di dalam kelas yang diungkapkan antara lain,

1) Banyak siswa yang ramai ketika di kelas; 2) Siswa mengantuk dalam

pembelajaran; 3) Penyampaian bahasa guru yang sulit dimengerti; 4) Guru yang

terkadang datang terlambat dan ribut sendiri; 5) Siswa tertinggal materi ajar karena

memiliki banyak kegiatan berorganisasi. Masalah belajar dari beberapa siswa saat

di luar jam sekolah antara lain, 1) Kurangnya fasilitas belajar di rumah; 2)

Kurangnya kekompakan siswa untuk belajar bersama; 3) Kesulitan dalam mengatur

waktu belajar untuk mengejar ketertinggalan pelajaran.

Pembelajaran pada kelas eksperimen dimulai dengan siswa belajar di luar

kelas pada milis Google Groups kurang lebih satu minggu sebelum pembelajaran,

sedangkan di kelas menggunakan strategi pembelajaran active knowledge sharing.

Pembelajaran kelas kontrol dilakukan secara konvensional. Berikut ini merupakan

langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan saat di kelas :

Tabel 4 Langkah-langkah pembelajaran di kelas [7]

Langkah-langkah Pembelajaran di Kelas

Active knowledge sharing :

Guru menyampaikan tujuan pelajaran

yang akan dicapai dan menekankan

pentingnya topik yang akan dipelajari

dan memotivasi siswa

Guru membuat pertanyaan-pertanyaan

yang berkaitan dengan materi ajar,

jenis pertanyaan yang digunakan

berupa definisi suatu istilah dan

mengidentifikasi sesuatu.

Siswa dibagi menjadi beberapa

kelompok dengan jumlah lima sampai

enam anggota.

Setiap kelompok mengerjakan pada

satu lembar kerja untuk menjawab

pertanyaan tentang topik yang akan

dipelajari.

Guru meminta siswa untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan dengan sebaik-

baiknya dan jawaban ditulis pada

lembar kerja kelompok.

Guru meminta siswa untuk bekerja

sama dalam tim, berdiskusi dalam

menjawab pertanyaan yang tidak

diketahui atau diragukan jawabannya.

Konvensional :

Guru menyampaikan tujuan

pelajaran yang akan dicapai dan

menekankan pentingnya topik yang

akan dipelajari dan memotivasi

siswa.

Guru menyajikan informasi atau

materi kepada siswa dengan jalan

demonstrasi atau melalui bahan

bacaan.

Guru menjelaskan kepada siswa

bagaimana caranya membentuk

kelompok belajar dan membimbing

setiap kelompok agar melakukan

transisi secara efektif dan efisien.

Guru membimbing kelompok-

kelompok belajar pada saat mereka

mengerjakan tugas mereka.

Guru mengevaluasi hasil belajar

tentang materi yang telah dipelajari.

Page 17: Penerapan Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13820/2/T1... · 2018-02-23 · yang anggotanya dapat melakukan kegiatan pembelajaran

11

Guru membimbing kelompok-

kelompok belajar pada saat siswa

mengerjakan tugas.

Jawaban setiap kelompok pada lembar

kerja diputar searah jarum jam.

Setiap kelompok memberikan

penilaian terhadap jawaban kelompok

lain. Apakah setuju atau tidak setuju

dengan jawaban dari kelompok lain

dan memberikan alasannya mengapa

setuju atau tidak.

Lembar kerja kelompok diputar

kembali untuk diberikan penilaian

menurut kelompok yang lain lagi

hingga tiga kali.

Guru mengklarifikasi jawaban setiap

kelompok. Pada pertanyaan yang tidak

dapat dijawab siswa akan dijelaskan

oleh guru sebagai pengantar untuk

mengenalkan topik pembelajaran yang

akan disampaikan dengan cara

demonstrasi atau bahan bacaan.

Guru mengevaluasi hasil belajar

tentang materi yang telah dipelajari

atau masing-masing kelompok.

Penilaian Kemampuan Siswa

Tabel 5 Penilaian kemampuan siswa

No Aspek

Kecakapan

Persentase (%)

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3

X K X K X K

1 Akademik 74,29 72,86 77,14 65,71 92,86 74,29

2 Personal 77,14 71,43 94,29 77,14 97,14 82,86

3 Sosial 80,00 71,43 82,86 65,71 91,43 85,71

Pertemuan 1, kemampuan siswa dalam pembelajaran menunjukkan lebih

dari sebagian siswa di kedua kelas memiliki kemampuan belajar yang baik.

Perbandingan dari seluruh aspek penilaian kemampuan siswa menunjukkan jumlah

persentase kelas eksperimen sudah baik dari treatment pertama yang dilakukan

lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.

Pertemuan 2, kemampuan siswa pada pertemuan kedua dalam pembelajaran

menunjukkan kemampuan personal dalam memecahkan masalah pada kelas

eksperimen mengalami peningkatan yang signifikan hingga 17,14%. Pada kelas

kontrol mengalami peningkatan dari penilaian personal kenaikannya 5,71%.

Page 18: Penerapan Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13820/2/T1... · 2018-02-23 · yang anggotanya dapat melakukan kegiatan pembelajaran

12

Kemampuan akademik dan sosial pada kelas eksperimen mengalami peningkatan

daripada treatment pertama. Kelas kontrol justru mengalami penurunan yang

terlihat jelas pada kemampuan akademik dan sosialnya. Hal ini dikarenakan

kebiasaan siswa di kelas yang masih suka mengobrol diluar topik materi

pembelajaran dan kurangnya kerja sama kelompok dalam mengerjakan persoalan

dari guru. Perbandingan dari seluruh aspek penilaian kemampuan siswa

menunjukkan jumlah persentase kelas eksperimen jauh lebih tinggi dibandingkan

dengan kelas kontrol terutama pada kemampuan personal dan sosialnya.

Pertemuan 3, kemampuan siswa kelas eksperimen pada pertemuan ketiga

mengalami peningkatan yang sangat tinggi dengan jumlah 92,86% pada aspek

akademik, 91,43% pada aspek sosial, dan 97,14% pada aspek personal. Kelas

kontrol juga mengalami peningkatan jumlah persentase yang baik dari pertemuan

pertama dan kedua. Pembelajaran secara praktik crimping kabel dengan

konektornya, siswa di dalam kelompok memiliki sikap bekerja sama yang lebih

baik dibandingkan dengan pembelajaran secara material dengan saling membantu

untuk memasang kabel dengan cara yang benar. Perbandingan dari seluruh aspek

penilaian kemampuan siswa memiliki jumlah persentase kelas eksperimen yang

sangat baik dan lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.

Tabel 6 Penilaian aktivitas siswa

No Aktivitas

Persentase (%)

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3

X K X K X K

1 Visual 77,14 68,57 88,57 71,43 91,43 80,00

2 Lisan 68,57 28,57 74,29 40,00 88,57 62,86

3 Mendengarkan 82,86 74,29 68,57 71,43 85,71 77,14

4 Mental 74,29 65,71 85,71 80,00 88,57 80,00

5 Emosional 88,57 65,71 91,43 60,00 94,29 80,00

Pertemuan 1, aktivitas siswa kelas eksperimen menunjukkan sikap

emosional yang sangat baik dalam mengikuti pembelajaran dibandingkan kelas

kontrol. Hal ini dikarenakan siswa kelas eksperimen menunjukkan kesiapan dalam

mengikuti pembelajaran dengan bekal materi yang telah dipelajari di luar jam

pembelajaran sekolah pada Google Groups. Aktivitas siswa kelas kontrol

menunjukkan sikap dalam memperhatikan dan membaca materi yang disajikan

guru lebih tinggi dibandingkan aspek lain. Materi ajar kelas kontrol awalnya

sumber pembelajaran hanya diperoleh dari penyampaian guru di dalam kelas

sehingga pembelajaran terpusat pada guru. Sumber belajar kelas eksperimen dapat

bersumber pada guru dan pengetahuan awal yang dimiliki teman sebelum

dimulainya pembelajaran dalam kelompok diskusi. Perbandingan yang signifikan

cukup jelas terlihat pada jumlah persentase lisan siswa dalam mengikuti

pembelajaran kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Aktivitas siswa

menunjukkan bahwa kelas eksperimen lebih aktif dibandingkan dengan kelas

kontrol.

Page 19: Penerapan Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13820/2/T1... · 2018-02-23 · yang anggotanya dapat melakukan kegiatan pembelajaran

13

Pertemuan 2, aktivitas siswa eksperimen mengalami penurunan perhatian

mendengarkan penjelasan guru dikarenakan waktu siswa lebih banyak digunakan

untuk mengerjakan jobsheet 1 dan mereka lebih fokus mengerjakan tugas yang

diberikan ditunjukkan dengan persentase keaktifan dalam mengikuti pelajaran

siswa sejumlah 91,43%. Kelas eksperimen mengalami penurunan 14,29% pada

aktivitas memperhatikan. Kelas kontrol juga mengalami penurunan jumlah 2,86%

pada aspek memperhatikan dan penurunan 5,71%emosional dalam mengikuti

pelajaran.

Pertemuan 3, aktivitas siswa kelas eksperimen menunjukkan sikap siswa

yang sangat aktif dan bersemangat berdasarkan jumlah persentasenya 94,29% yang

selalu meningkat dari penilaian aktivitas pertemuan pertama dan kedua. Pada kelas

kontrol juga mengalami peningkatan aktivitas siswa yang lebih baik dibandingkan

dengan pertemuan pertama dan kedua. Aspek mental dan emosional pada kelas

kontrol memiliki kesamaan jumlah persentase sebesar 80%. Perbandingan dari

seluruh aspek penilaian mengalami peningkatan jumlah persentase yang sangat baik

pada kelas eksperimen.

Tabel 7 Penilaian efektivitas pembelajaran

Persentase (%)

X K

Pertemuan 1 82,86 77,14

Pertemuan 2 91,43 77,14

Pertemuan 3 97,14 80,00

Efektivitas pembelajaran yang dilakukan guru pada ketiga treatment yang

dilakukan merupakan sangat baik dengan ditunjukkan pada jumlah persentase kelas

eksperimen yang termasuk ke dalam rentang penilaian antara 81-100%. Kelas

kontrol memiliki efektivitas pembelajaran yang baik dengan jumlah rentang

persentase dari ketiga pertemuan yang dilakukan antara 61-80%. Setiap treatment

yang dilakukan pada kelas eksperimen mengalami peningkatan, karena perubahan

yang terjadi dipengaruhi oleh aspek pengorganisasian pembelajaran dengan baik,

komunikasi yang efektif ,dan hasil belajar siswa yang baik. Aspek penilaian lain

merupakan bentuk profesionalisme guru dalam bekerja sudah baik yang dimiliki

guru dan tidak mengalami perubahan saat penelitian dilaksanakan. Aspek yang

dimiliki guru adalah penguasaan materi dan antusiasme mengajar, sikap positif

terhadap siswa, pemberian ujian dan nilai yang adil, dan keluwesan guru dalam

pendekatan pengajaran.

Aktivitas di Google Groups

Aktivitas dalam Google Groups diberikan materi ajar dan persoalan oleh

guru untuk dikerjakan siswa kurang lebih satu minggu sebelum pembelajaran di

kelas. Materi dan persoalan yang diberikan pada Google Groups adalah materi

pembahasan untuk pertemuan pembelajaran berikutnya.

Page 20: Penerapan Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13820/2/T1... · 2018-02-23 · yang anggotanya dapat melakukan kegiatan pembelajaran

14

Gambar 3 Tampilan beranda Google Groups

Siswa bergabung ke dalam Google Groups dengan menggunakan akun

gmail. Alamat web untuk mencari milis Google Groups yang digunakan adalah

https://groups.google.com/d/forum/aktif-belajar-smkn3kendal dengan alamat

email grup adalah [email protected]. Berikut

merupakan data tentang grup dengan anggota yang paling aktif memberikan

komentar :

Gambar 4 Pengepos paling aktif

Google Groups menyediakan informasi anggota grup yang paling aktif

melakukan posting komentar untuk dapat diamati oleh guru dalam memantau

keaktifan siswa saat belajar di luar kelas. Pada gambar 4 ditunjukan bahwa yang

paling aktif adalah pemilik grup. Pemilik berperan sebagai penyampai informasi

mengenai pembelajaran dan pemberian tugas atau latihan soal. Siswa yang aktif

pada Google Groups lebih semangat dalam menghadapi pembelajaran di kelas,

karena sudah mempelajari materi ajar yang akan disajikan oleh guru. Gambar 4

menunjukkan siswa yang paling aktif mem-posting adalah Sondy Agung Nugroho

yang sebelumnya memiliki peringkat akademik rata-rata di kelas. Peran siswa di

dalam grup kurang memanfaatkan grup ini untuk diskusi antar anggota grup. Siswa

Page 21: Penerapan Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13820/2/T1... · 2018-02-23 · yang anggotanya dapat melakukan kegiatan pembelajaran

15

secara aktif hanya akan mem-posting jika ada persoalan dari pemilik atau guru yang

ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

Gambar 5 Pemberian soal pertanyaan untuk dijawab siswa

Gambar 5 menunjukkan adanya pembelajaran dengan pemberian tugas di

Google Groups. Konsep pembelajaran pada Google Groups hampir sama dengan

pembelajaran di kelas menggunakan strategi pembelajaran active knowledge

sharing. Siswa diberikan materi ajar dan diminta untuk menjawab pertanyaan yang

diberikan dalam grup secara individu. Gambar 5 menunjukkan, terdapat siswa yang

hanya dapat menjawab sebagian dari pertanyaan. Jawaban siswa pada grup dapat

dijadikan sebagai tolak ukur kemampuan siswa terhadap materi yang akan

disampaikan di kelas.

Gambar 6 Pemberitahuan pengumuman oleh guru

Gambar 6 menunjukkan adanya komunikasi antara guru dengan siswa

melalui Google Groups. Guru dapat memberikan pengumuman kapanpun kepada

siswa untuk sewaktu-waktu ada pemberitahuan yang tidak memungkinkan guru

untuk memberi pengumuman di kelas.

Page 22: Penerapan Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13820/2/T1... · 2018-02-23 · yang anggotanya dapat melakukan kegiatan pembelajaran

16

Peran Google Groups sebagai Media Pembelajaran

Kuesioner dengan responden guru sebagai bentuk persetujuan efektivitas

penggunaan Google Groups sebagai media pembelajaran di luar kelas. Berikut ini

merupakan hasil tanggapan guru mengenai efektivitas Google Groups sebagai

media pembelajaran :

Tabel 8 Hasil respon guru terhadap Google Groups

No Pernyataan Persentase (%)

STS TS R S SS

1 Menghilangkan batasan-

batasan jarak, ruang, dan waktu

0 0 0 80 20

2 Mendukung kegiatan-kegiatan

pendidikan

0 0 0 50 50

3 Proses belajar-mengajar dalam

penyampaian materi

0 0 0 66,67 33,33

Hasil kuesioner dengan responden salah satu guru mata pelajaran kompetensi

kejuruan teknik elektronika industri sebagai pengguna Google Groups untuk

pembelajaran di luar kelas telah menyatakan persetujuan yang baik. Guru selaku

pengguna, tidak memiliki keraguan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan

memanfaatkan Google Groups yang dilakukan di luar kelas.

Tabel 9 Hasil respon siswa terhadap Google Groups

No Pernyataan Persentase (%)

STS TS R S SS

1 Menghilangkan batasan-

batasan jarak, ruang, dan waktu

0 0 0 0 48,65 51,35

2 Mendukung kegiatan-kegiatan

pendidikan

0 0 1,80 33,33 64,86

3 Proses belajar-mengajar dalam

penyampaian materi

0 0 0 44,32 55,68

Hasil kuesioner menunjukkan kebanyakan siswa menjawab setuju dan sangat

setuju jika Google Groups digunakan sebagai media pembelajaran. Jumlah

persentase persetujuan paling besar sejumlah 64,86%, ditunjukkan pada pernyataan

Google Groups untuk mendukung kegiatan-kegiatan pendidikan. Siswa sangat

setuju dengan menggunakan Google Groups untuk membantu siswa dalam

perolehan informasi, penyebaran informasi, komunikasi antar anggota, dan

pembelajaran online.

Page 23: Penerapan Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13820/2/T1... · 2018-02-23 · yang anggotanya dapat melakukan kegiatan pembelajaran

17

Nilai Pretest

Tabel 10 Hasil penghitungan nilai pretest

Nilai Jumlah

XI TEI – 1 XI TEI – 2

0 – 5 34 29

6 – 10 1 2

≥ 75 (tuntas) 0 0

≤ 75 (tidak tuntas) 35 31

Jumlah 35 31

Minimum 1 1

Maximum 6 6

Mean 3,20 3,81

Median 3 4

Mode 4 5

Tabel 10 menunjukkan jumlah nilai rata-rata siswa kelas XI TEI – 1 lebih

rendah dibandingkan dengan kelas XI TEI – 2. Kelas XI TEI – 1 dijadikan sebagai

kelas eksperimen karena memiliki nilai rata-rata yang lebih rendah dan kelas XI

TEI – 2 dijadikan sebagai kelas kontrol.

Nilai Posttest Tabel 11 Hasil penghitungan nilai posttest

Nilai Jumlah

XI TEI – 1 XI TEI – 2

0 – 5 0 1

6 – 10 33 31

≥ 75 (tuntas) 29 22

≤ 75 (tidak tuntas) 4 9

Jumlah 33 32

Minimum 6 5

Maximum 10 10

Mean 8,36 7,97

Median 8 8

Mode 8 8

Tabel 11 menunjukkan jumlah nilai rata-rata siswa kelas XI TEI – 1 lebih

tinggi dibandingkan dengan kelas XI TEI – 2. Treatment yang dilakukan pada kelas

XI TEI – 1 telah berhasil dalam meningkatkan jumlah rata-rata nilai yang lebih

tinggi dibandingkan dengan kelas XI TEI – 2. Jumlah siswa yang mencapai

ketuntasan hasil belajar pada kelas eksperimen sejumlah 29 siswa dari 33 siswa

yang hadir dan 4 siswa belum mencapai batas ketuntasan hasil belajar. Kelas

kontrol sejumlah 22 siswa yang mencapai ketuntasan hasil belajar dari 32 siswa

yang hadir dan 9 siswa belum mencapai batas ketuntasan hasil belajar. Sejumlah

siswa yang belum mencapai batas ketuntasan hasil belajar dikarenakan memiliki

kendala pada partisipasi kehadiran siswa saat proses pembelajaran di kelas.

Page 24: Penerapan Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13820/2/T1... · 2018-02-23 · yang anggotanya dapat melakukan kegiatan pembelajaran

18

5. Simpulan

Penggunaan media pembelajaran online dapat mendukung kegiatan-kegiatan

pendidikan siswa di luar kelas. Hasil respon pernyataan siswa sangat setuju

sejumlah 64,86% dengan pemanfaatan pembelajaran menggunakan Google Groups

untuk mendukung kegiatan-kegiatan pendidikan. Pemberian materi dan persoalan

kepada siswa sebelum dimulainya kegiatan pembelajaran membuat siswa lebih

aktif dan mandiri dalam mempelajari materi agar terarah pembelajarannya.

Keaktifan siswa ditunjukkan dengan persentase rata-rata kemampuan yang

meningkat hingga 93,81% dan aktivitas siswa 89,71% pada treatment ketiga.

Strategi pembelajaran active knowledge sharing dengan memanfaatkan milis

Google Groups sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan efektivitas

pembelajaran yang dilakukan guru di kelas. Hasil pengamatan dari ketiga treatment

menunjukkan peningkatan secara bertahap hingga 97,14% efektivitas pembelajaran

yang dilakukan guru sangat tinggi dan dipengaruhi oleh peningkatan kemampuan

dan aktivitas siswa.

Saran peneliti sebelum melakukan penelitian perlu dilakukan pengkajian yang

lebih rinci tentang karakteristik sampel yang akan diteliti untuk ketepatan solusi

yang diberikan guna menjawab permasalahan yang ada. Pengenalan aplikasi baru

dalam penelitian perlu dilakukan pelatihan penggunaannya sebelum diterapkan

kepada siswa dan guru dibawah pengawasan pakar.

6. Daftar Pustaka

[1] Kemdiknas. (2012). Uji Publik Kurikulum 2013: Penyederhanaan, Tematik-

Integratif. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia. Diambil: 15 Mei 2014, dari

http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/uji-publik-kurikulum-2013-1.

[2] Zaini, Hisyam. (2009). Strategi Pembelajaran Aktif, Implementasi dan

Kendalanya di Dalam Kelas. Solo: Universitas Negeri Solo.

[3] Rafiudin, Rahmat. (2005). Membangun Sendiri Server Mailing List.

Yogyakarta: Andi.

[4]Rosilia, Evita Dewi dkk. (2011). Penerapan Strategi Pembelajaran Active

Knowledge Sharing untuk Meningkatkan Keaktifan Bertanya Biologi Siswa

Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2011/2012. Solo:

Universitas Negeri Solo.

[5] Fachri, Muhammad. (2006). E-Learning Alternatif Pembelajaran Modern.

Balikpapan: Jurnal Pendidikan Inovatif.

[6] Susilo, A.B. (2012). Strategi Pembelajaran Aktif Modelling The Way Berbasis

Teori Bruner pada Pembelajaran Metematika. Semarang: Universitas Negeri

Semarang.

[7] Arifin, Zainal dan Adhi Setiyawan. (2012). Pengembangan Pembelajaran Aktif

dengan ICT. Yogyakarta: PT. Skripta Media Creative.

[8] Zaini, Hisyam et al. (2004). Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD

(Center for Teaching Staff Development) Institut Agama Islam Negeri Sunan

Kalijaga.

Page 25: Penerapan Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13820/2/T1... · 2018-02-23 · yang anggotanya dapat melakukan kegiatan pembelajaran

19

[9] Silberman, M. 2009. Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Edisi

Revisi. Bandung: Nusamedia

[10] Google support. Tentang Google Groups for Business-Google Apps

Administrator Bantuan. Google. Diambil: 5 Juni 2014, dari https://support.google.com/a/answer/166147?hl=id.

[11] Suryadi, Ace. (2007). Pemenfaatan ICT dalam Pembelajaran. Jakarta:

Universitas Krisnadwipayana.

[12] Wahono, Romi Satria. (2005). Pengantar e-Learning dan Pengembangannya.

IlmuKomputer.com.

[13] Sumardjono, et al. (2012). Pengantar ke Dalam Belajar Pembelajaran,

Salatiga : Trisara Grafika dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Kristen Satya Wacana.

[14] Fathoni, Abdurrahman. (2011). Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan

Skripsi. Bandung: PT. Remaja Rodakarya.

[15] Sukmadinata, Nana Syaodih. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:

PT. Remaja Rodakarya.

[16] Riduwan dan Sunarto, (2011). Pengantar Statistika: untuk penelitian

pendidikan, sosial, ekonomi, komunikasi dan bisnis. Bandung: Alfabeta.

[17] Widoyoko, Eko Putro. (2013). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta

: Pustaka Pelajar.

[18] Sadiman, A.S, dkk, 2009, Media Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Pers.