penerapan sebuah sistem penilaian untuk mengevaluasi risiko gizi buruk di beberapa rumah sakit
DESCRIPTION
jdfkjxdfkTRANSCRIPT
PENERAPAN SEBUAH SISTEM PENILAIAN UNTUK MENGEVALUASI
RISIKO MALNUTRISI DI BEBERAPA RUMAH SAKIT
Maria I Spagnuolo, Ilaria Liguoro, Fabrizia Chiatto, Daniela Mambretti, dan
Alfredo Guarino A*
*Departemen Translational Ilmu Kedokteran - Bagian Ilmu Kesehatan Anak,
Universitas Naples "Federico II", Naples, [email protected]
ABSTRAK
Latar Belakang: Terjadi peningkatan, tapi tak terduga, risiko malnutrisi terkait
dengan rawat inap, terutama pada anak-anak dengan penyakit kronis. Kami
melakukan penyelidikan mengenai penerapan Screening Tool for Risk of
Impaired Nutritional Status and Growth (STRONGkids), yaitu sebuah alat ukur
yang diusulkan untuk memperkirakan risiko malnutrisi pada anak-anak yang di
rawat di rumah sakit. Kami juga mengevaluasi peran usia dan penyakit komorbid
sebagai risiko malnutrisi.
Metode: STRONGkids terdiri dari 4 bagian skor yang mengelompokkan pasien
menjadi kelompok pasien resiko malnutrisi rendah, pasien resiko malnutrisi
sedang, pasien resiko malnutrisi tinggi. Penelitian dilakukan di 12 Rumah Sakit
di Italia dengan studi observasional prospektif. Anak-anak usia 1-18 tahun secara
berurutan dimasukkan sebagai sampel dan jika tidak, peserta yang tidak dipilih
diikutsertakan. Skor STRONGkids mereka dihitung, kemudian dibandingkan
dengan status gizi aktual (BMI dan nilai standar deviasi TB/U).
Hasil : Dari 144 anak-anak (75 laki-laki, usia rata-rata 6,5 ± 4,5 tahun), 52 (36%)
diantaranya memiliki penyakit kronis yang mendasari terjadinya
malnutrisi. Berdasarkan nilai STRONGkids, 46 (32%) anak berisiko rendah
terjadinya malnutrisi, 76 (53%) anak berisiko sedang untuk terjadinya malnutrisi,
dan 22 (15%) anak berisiko tinggi untuk terjadinya malnutrisi. Pada anak yang
berisiko tinggi secara signifikan memiliki nilai TB/U (nilai rata-rata SD -1,07 ±
2,08; p = 0,008) dan nilai BMI (nilai rata-rata SD -0,79 ± 2,09; p = 0,0021) yang
lebih rendah dibandingkan dengan kelompok lain. Namun, hanya 29 anak yang
benar-benar mengalami malnutrisi.
1
Kesimpulan: Penilaian menggunakan STRONGkids mudah untuk
dilakukan. STRONGkids sangat sensitif tetapi tidak spesifik. STRONGkids dapat
digunakan sebagai skrining awal penilaian malnutrisi, namun harus ditunjang
dengan data klinis lainnya.
Kata Kunci : pediatri, anak-anak, malnutrisi, skrining, penyakit kronis
LATAR BELAKANG
Malnutrisi dihubungkan dengan hasil negatif pasien yang dirawat inap,
termasuk peningkatan risiko infeksi1,2 peningkatan kehilangan massa otot3,
gangguan dalam penyembuhan luka, lamanya durasi rawat inap dan peningkatan
morbiditas dan mortalitas4,6. Malnutrisi mungkin bertanggung jawab atas lamanya
proses penyembuhan dan membutuhkan perawatan intensif sehingga
meningkatkan biaya rawat inap7.
Data di rumah sakit mengenai malnutrisi akut dan kronis tergantung pada
kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan keadaan tersebut8. Kejadian
malnutrisi 6-19% telah dilaporkan di negara-negara Eropa seperti Inggris,
Perancis, Jerman dan Belanda, mencapai 40% di Turki9-13. Sebuah studi di Italia
baru-baru ini mengevaluasi kejadian kekurangan gizi pada 496 anak yang dirawat
di rumah sakit untuk prosedur diagnostik, infeksi ringan, atau penyakit episodik
lainnya, dan dilaporkan bahwa anak-anak dengan BMI Z-score <-2 SD
menunjukkan penurunan BMI saat akhir perawatan, dimana saat masuk perawatan
di rumah sakit nilai BMI lebih besar dari itu dan kondisi gizi yang lebih baik14.
Penilaian status gizi tidak mudah dalam praktek pediatrik dan tidak ada
parameter tunggal untuk menentukan malnutrisi. Penilaian status gizi pasien
hanya dilakukan untuk mengidentifikasi mereka yang sudah kekurangan gizi15,
sementara identifikasi awal anak-anak yang beresiko kekurangan gizi
mempengaruhi ketepatan waktu intervensi gizi, mencegah komplikasi jangka
pendek dan panjang dari malnutrisi. Skrining rutin untuk risiko gizi pada anak-
anak terhambat oleh kurangnya standar protokol penilaian gizi dan evaluasi berat
badan dan kecepatan pertumbuhan16. Beberapa alat skrining telah diusulkan untuk
menilai risiko malnutrisi namun aplikasinya terhambat oleh keterbatasan data dan
penerimaan alat tersebut untuk digunakan secara luas17. Sebuah alat skrining
2
untuk risiko gizi pada anak-anak, yang disebut Screening Tool for Risk of
Impaired Nutritional Status and Growth (STRONGkids), telah berhasil diterapkan
di Belanda18. Selanjutnya STRONGkids diuji pada pasien dengan Penyakit usus
usus (IBD) tapi keberhasilannya tidak jelas19,20.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas
STRONGkids pada populasi anak yang dirawat di 12 rumah sakit di
Italia. Sensitivitas, spesifisitas dan prediksi dinilai dengan membandingkan skor
risiko dengan status gizi aktual anak. Penilaian STRONGkids juga berkorelasi
dengan faktor risiko gizi buruk termasuk usia, penyebab spesifik yang membuat
anak dirawat di rumah sakit, dan hubungan dengan penyakit kronis.
BAHAN DAN METODE
Studi obsevasional prospektif multi-center dilakukan di 12 rumah sakit di
wilayah Campania, Italia, (termasuk satu rumah sakit Universitas), yang meliputi
hampir 70% dari seluruh populasi anak yang tinggal di daerah tersebut, selama
bulan Oktober-November 2012. Anak usia 1-18 tahun yang dirawat di rumah sakit
untuk penyakit apapun, tidak dipilih, karenanya tidak terdaftar. Pasien dalam
perawatan intensif tidak disertakan. Kriteria masuk rawat inap diklasifikasikan
menjadi infeksi, gastrointestinal, pernapasan, genetik / metabolik, saraf, onkologi,
trauma, bedah, jantung, dll.
STRONGkids terdiri dari 4 penilaian (1-penyakit dasar yang berisiko
tinggi, 2-penilaian klinis, 3-asupan gizi dan adanya muntah atau diare, 4-
penurunan berat badan terakhir) dan anak-anak diklasifikasikan dalam satu dari
tiga derajat gizi buruk (risiko rendah , risiko rendah sedang, dan risiko tinggi)
berdasarkan 5 skala nilai (rendah = 0, sedang = 1-3, tinggi = 4-5). Masing-masing
penilaian diberikan skor 1-2, yaitu sebagai berikut :
1. Penyakit berisiko tinggi (2 poin): penyakit dasar dengan risiko malnutrisi
atau operasi besar. Kondisi kesehatan yang berisiko terhadap status gizi
yang tercantum tercantum dalam STRONGkids adalah: anoreksia nervosa,
penyakit jantung bawaan, penyakit celiac, operasi mayor, dismaturitas /
prematuritas, displasia bronkopulmonal (usia maksimal 2 tahun), cystic
fibrosis, fistula saluran pencernaan, penyakit radang usus, penyakit
3
menular, penyakit metabolik, kanker, pankreatitis, penyakit hati kronis,
penyakit otot, penyakit ginjal kronis, mental cacat / retardasi, sepsis,
sindrom usus pendek, trauma, luka bakar, dll(ditentukan oleh dokter)18.
2. Penilaian subyektif klinis (1 poin): status gizi buruk yang dinilai
berdasarkan klinis subjektif (berkurangnya lemak subkutan dan / atau
massa otot dan / atau hollow face).
3. Input dan output nutrisi (1 poin): a) diare dengan ≥ 5 kali / hari dan / atau
muntah > 3 kali / hari dalam beberapa hari terakhir atau b) berkurangnya
asupan makanan dalam beberapa hari terakhir sebelum masuk rumah sakit
atau c) disarankan dilakukan intervensi gizi atau d) ketidakmampuan
untuk menerima asupan makanan karena sakit.
4. Penurunan berat badan (1 poin): penurunan berat badan atau tidak ada
kenaikan berat badan (bayi <1 tahun) pada beberapa minggu / bulan
terakhir.
Kuesioner diberikan oleh perawat pada satu hari yang telah ditentukan dan
dikumpulkan oleh studi koordinasi perawat (DM). Pengukuran antropometri
diambil saat masuk dan dibandingkan dengan nilai standar21. Nilai STRONGkids
skor setiap anak dibandingkan dengan status gizi yang sebenarnya yang
dinyatakan sebagai nilai BMI dan nilai TB/U. SD-skor < 2 untuk BMI dan TB/U
merupakan ciri dari malnutrisi akut22 dan kekurangan gizi kronis23.Tingkat gizi
buruk didefinisikan sebagai adanya kekurangan gizi akut dan / atau kronis.
Informed consent diperoleh dari orang tua dari anak yang terdaftar dan Komite
Etika dari University of Naples 'Federico II'.
ANALISIS STATISTIK
Data dinyatakan sebagai jumlah/persen atau rata-rata ± SD. Analisis
deskriptif digunakan untuk menggambarkan populasi penelitian dan BMI
dinyatakan sebagai SD-score. Perbandingan data antar kelompok dilakukan
dengan menggunakan t-test. Metode χ2 atau tes Fisher digunakan untuk
membandingkan ada/tidaknya kondisi kronis dan alasan masuk rumah
sakit. Sensitivitas, spesifisitas, Positive Prediktive Value (PPV), dan Negative
Prediktive Value (NPV) dari STRONGkids dihitung berdasarkan BMI dan TB/U,
4
menggunakan nilai cut-off nya. Analisis regresi univariat digunakan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor utama yang dikaitkan dengan hasil : akut, kronis
dan malnutrisi secara keseluruhan, dan risiko tinggi kekurangan gizi menurut
STRONGkids. Bila pilai P <0,05 maka hasil tersebut signifikan. Data dianalisis
dengan menggunakan SPSS versi 17.0.
HASIL
Karakteristik Umum
Sebanyak 144 anak-anak (75 laki-laki, usia rata-rata 6,5 ± 4,5 tahun)
diikutsertakan (Tabel 1). Enam puluh pasien dirawat di Rumah Sakit Universitas
dan data mereka dicatat dalam 4 hari yang berbeda, sedangkan 84 lainnya yang
terdaftar di 11 rumah sakit umum, data mereka dicatat dalam satu hari
pengamatan. Secara keseluruhan, 52/144 (36%) anak-anak yang dirawat di rumah
sakit menderita penyakit kronis dasar (Tabel 1). Sepertiga dari anak-anak dirawat
karena penyakit menular (43/144). Penyakit saluran cerna non infeksi (seperti
Inflamatory Bowel Disease) atau penyakit saluran pernapasan (seperti asma)
merupakan penyebab rawat inap tersering (Gambar 1).
Tabel 1. Karakteristik Anak-Anak
Karakteristik PasienJenis kelamin, L:P 52 : 48Usia rata-rata (tahun) ± SD (95% CI) 6,5 ± 4,5 (5,7 – 7,2)Rumah Sakit, Universitas : Umum (%) 42 : 58Rata-rata SD : Nilai BMI ± SD (95% CI) 0,05 ± 1,85 (0,2 – 0,3)Rata-rata SD : Nilai HFA ± SD (95% CI) 0,37 ± 1,84 (0,68 – 0,06)Penyakit yang mendasari n/N (%) 52/144 (36)
Menurut skor STRONGkids, 46 (32%) anak-anak berisiko rendah, 76
(53%) berisiko sedang dan 22 (15%) berisiko tinggi untuk berkembang menjadi
malnutrisi. Dua puluh sembilan (20%) anak-anak mengalami malnutrisi menurut
BMI (16/144; 11%) dan nilai SD TB/U (15/144; 10%), termasuk 2 pasien yang
memenuhi kriteria untuk malnutrisi akut dan kronis (Tabel 2). Namun, hanya 5
dari 29 anak kurang gizi ini (17%) diklasifikasikan berisiko tinggi berdasarkan
STRONGkids. Tidak ada perbedaan yang ditemukan dalam kejadian malnutrisi
akut dan kronis berdasarkan risiko. Rata-rata nilai SD untuk BMI dan TB/U dari
5
144 anak-anak masing-masinh -0,37 ± 1,85 dan 0,05 ± 1,86 (Tabel 3). Anak-anak
dengan nilai STRONGkids berisiko tinggi secara signifikan memiliki nilai TB/U
(nilai rata-rata SD -1,07 ± 2,08; p = 0,008) dan nilai BMI (nilai rata-rata SD -0,79
± 2,09; p = 0,0021) yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok lain
(Tabel 3).
Gambar 1. Penyebaran Etiologi Malnutrisi Anak
Berdasarkan Data Rumah Sakit
Tabel 2. Penyebaran Malnutrisi Akut dan Kronik pada Anak-Anak
Dalam Kelompok Risiko Malnutrisi STRONGkids
Rendah(N=46)
Sedang(N=76)
Tinggi(N=22)
Total(N=144)
Malnutrisi akut (nilai SD BMI < - 2)
5 (11%) 9 (12%) 2 (9%) 16 (11%)
Malnutrisi kronis (nilai SD TB/U < - 2)
2(4%) 9 (12%) 4 (18%) 15 (10%)
Malnutrisi keseluruhan (akut+kronik)
7 (15%) 17(22%) 5 (22%) 29 (20%)
6
Penyebab paling umum adalah infeksi akut. Namun, penyakit kronis saluran pencernaan, termasuk IBD, dan gangguan pernapasan juga sebagai penyebab umum. Kondisi lainnya yang heterogen yang dianggap sebagai 'other' adalah infeksi akut. Oleh karena itu, kondisi kronis dan akut secara keseluruhan sama-sama diwakili dalam populasi yang diamati.
Gambar 2. Korelasi Linier Antara Pengukuran Antropometri dan Skor
STRONGkids
(a) Korelasi dengan nilai SD-BMI (b) Korelasi dengan nilai SD-TB/U
Sensitivitas, Spesifisitas Dan Nilai Prediktif
Nilai korelasi linear yang rendah terjadi antara nilai STRONGkids dan
pengukuran antopometri mengingat kedua nilai SD BMI (r = -0.238; p = 0.0065)
dan nilai SD TB/U (r = -0.311; p = 0.0002) (Gambar 2 ab).
7
Tabel 3. Kelompok Risiko Malnutrisi STRONGkids Dan
Rata-Rata Pengukuran Antropometri
Rendah
(N=46)
Sedang
(N=76)
Tinggi
(N=22)
Total
(N=144)
Rata –rata nilai
SD BMI ± SD
0.50 ± 1.90 0.02 ± 1.66 -0.79 ± 2.09a 0.05 ± 1.86
Rata –rata nilai
SD HFA ± SD
0.26 1.19 -0.58 2.01 -1.07 2.08b -0.37 1.85
Sensitivitas
(95% CI)
34% (25-43) 71% (48-89) 86% (78-92) 71% (48-89)
Specifisitas(95%
CI)
75% (55-89) 53% (43-63) 21% (8-41) 53% (43-53)
Positive
predictive value
9% (5-13) 21% (17-25) 28% (19-37) 21% (17-25)
Negative
predictive value
73% (69-77) 85% (85-90) 82% (79-85) 85% (85-90)
a. terdapat perbedaan yang signifikan kelompok SD-BMI rendah bila
dibandingkan dengan kelompok rendah dan sedang (p=0.0021)
b. terdapat perbedaan yang signifikan kelompok SD-HFA rendah bila
dibandingkan dengan kelompok rendah dan sedang (p=0.008)
Sensitivitas, Spesifitas, dan Nilai Prediksi
Skor dalam kisaran menengah ditambah resiko tinggi (1-5) menunjukkan
anak-anak beresiko malnutrisi dengan sensitivitas 71% (95% CI: 48-89) dan 53%
spesifisitas (95% CI: 43-63) (LR 1.5 ; p = 0,032) berdasarkan antropometri. Nilai
prediktif positif dari skor yang sama adalah 21% (95% CI: 17-25) dan nilai
prediktif negatif adalah 85% (95% CI: 85-90). Sensitivitas, spesifisitas dan
prediksi nilai dari kelas STRONGkids disediakan pada Tabel 3.
Faktor Risiko Malnutrisi Menurut Antropometri
Peran dugaan faktor risiko malnutrisi juga dievaluasi dengan menganalisis
distribusi variabel terpilih (Tabel 4). Anak-anak ≤ 5 tahun memiliki risiko lebih
8
tinggi untuk berkembang menjadi malnutrisi (OR = 2,708; p = 0,024), khususnya
malnutrisi akut (OR = 4,602; p = 0,006). Adanya penyakit dasar juga memberikan
kontribusi terhadap perkembangan malnutrisi (OR = 10,234; p = 0,036), dan
secara keseluruhan etiologi memainkan peranan : anak-anak yang terdiagnosa
mengalami penyakit genetik memiliki resiko yang sangat signifikan lebih tinggi
untuk berkembang menjadi malnutrisi kronis (OR = 10,167; p = 0,002)
dibandingkan kelompok diagnostik lainnya. Selanjutnya, anak-anak dengan
diagnosis penyakit gastrointestinal (seperti IBD) lebih sering diklasifikasikan
sebagai risiko tinggi oleh STRONGkids (OR = 3,75; p = 0,026) (Tabel 4).
Tabel 4. Faktor Risiko Gizi Buruk
Faktor Penentu
Malnutrisi Akut
Malnutrisi Kronik
Malnutri Campuran
Kelompok Risiko Tinggi
OR(95% CI)
P OR(95% CI)
P OR(95% CI)
P OR(95% CI)
P
Umur ≤ 5 tahun
4.602 (1.43-14.77)
0.006a 1.295 (0.44-3.78)
0.42 2.708 (1.16-6.31)
0.24b 1.393 (0.56-3.47)
0.496
Terdapat penyakit dasar
1.841 (0.68-4.97)
0.297 2.18 (0.72-6.19)
0.257 1.04 (1.01-
2)
0.036c 10.234 (3.76-28.91)
0.001
Penyakit genetik
2.925 (0.7-
12.24)
0.145 10.167 (2.63-39.24)
0.002d 8.293 (2.24-30.68)
0.002e 0.529 (0.06-4.35)
0.547
Penyakit saluran pencernaan
1.01 (0.3-1.59)
0.129 1.89 (0.7-5.23)
0.216 1.55 (1.22-3.15)
0.023f 3.75 (1.22-11.5)
0.026g
DISKUSI
Sejumlah alat skrining telah diusulkan dan fitur mereka telah diulas baru-
baru ini17. Keandalan (misalnya predictivity) dan penerimaan oleh petugas
kesehatan dan pasien adalah faktor utama untuk keberhasilan sebuat alat skrining
tertentu. Namun, dalam populasi kami sekitar 150 anak di 12 rumah sakit yang
berbeda, 70% merupakan anak yang berisiko sedang atau tinggi untuk terjadinya
malnutrisi berdasarkan penilaian STRONGkids, tetapi hanya sekitar 20% yang
benar-benar malnutrisi menurut pengukuran antropometri. Bahkan jika
STRONGkids hanya dirancang untuk menilai risiko dan bukan malnutrisi
9
sebenarnya, kesenjangan antara insiden malnutrisi yang benar terjadi kejadian
aktual dan perkiraan risiko malnutrisi substansial. Ini harus dipertimbangkan
bahwa penilaian STRONGkids menggunakan 2 poin (dari total maksimal 5) pada
pasien yang mempunyai penyakit dasar untuk terjadinya malnutrisi sehingga
pasien tersebut dapat tergolong sebagai pasien berisiko sedang. Meskipun adanya
penyakit kronis dikaitkan dengan tingginya risiko komplikasi selama rawat
inap24,25, termasuk malnutrisi26, ketika kita melihat penyebarannya pada
STRONGkids, beberapa kondisi dengan risiko gizi intrinsik diduga tidak terkait
dengan malnutrisi. Misalnya, penyakit celiac (ketika dikendalikan secara
memadai)27 atau keterbelakangan mental, tidak selalu berarti berisiko malnutrisi.
Sementara itu, penyakit jantung bawaan yang biasanya membaik dalam bulan
pertama kehidupan, keberadaan penyamit tersebut menempatkan anak di kelas
risiko tinggi untuk terjadinya malnutrisi.
Kami menemukan hubungan yang signifikan, tetapi lemah dalam korelasi
antara penilaian STRONGkids dan parameter malnutrisi akut dan kronis. Menurut
hasil kami, korelasi antara STRONGkids dan skor SD TB/U (ciri gizi kronis)
sedikit lebih kuat dari korelasi antara STRONGkids dan skor SD BMI (indeks
malnutrisi akut). Hal ini tampaknya berbeda dengan penelitian lain28 dimana
STRONGkids secara signifikan terkait dengan BMI dan TB/U. Dalam studi
terakhir, STRONGkids memberikan informasi yang lebih handal dibandingkan
dengan STAMP (Screening Tool for The Assessment of Malnutrition in
Pediatrics)29.Penjelasan yang mungkin untuk keadaan tersebut adalah berat badan
yang berbeda dalam hal "penyakit dasar" pada kedua sistem penilaian gtersebut.
STRONGkids memasukkan daftar kondisi/penyakit kronis yang pasien alami,
sedangkan STAMP hanya menggunakan pertanyaan umum"Apakah anak
terdiagnosis sebagai penyakit tertentu yang juga melibatkan perbaikan gizi ?"
Korelasi signifikan antara pengukuran antropometri dan penilaian
STRONGkids ditemukan hanya untuk kelompok risiko tinggi, sehingga dapat
dikonfirmasikan bahwa hanya anak-anak yang berisiko gizi tinggi yang
sebenarnya sudah kekurangan gizi. Meskipun kurang dapat diandalkan bila
dibandingkan dengan hasil yang dilaporkan dalam penilaian mengenai
10
STRONGkids di Belanda, STRONGkids menunjukkan nilai prediktif negatif yang
tinggi. Sebaliknya, nilai prediksi positif rendah.
Ketika kita meneliti faktor-faktor risiko yang terkait dengan risiko
malnutrisi, usia ≤ 5 tahun dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi terjadi
malnutrisi akut, mungkin karena anak pada usia tersebut memiliki insiden yang
lebih tinggi terhadap rawat inap terkait malnutrisi30,31.
Etiologi spesifik dikaitkan dengan risiko malnutrisi, termasuk penyakit
genetik/metabolik. Selain itu, anak-anak dengan penyakit gastrointestinal
(terutama IBD) cenderung memiliki skor di kelas risiko tinggi. Sebuah penelitian
terbaru pada 46 pasien dengan IBD menunjukkan keterbatasan beberapa alat
skrining gizi dan menunjukkan bahwa anak-anak dengan IBD berisiko malnutrisi
tinggi : penderitanya banyak yang kurus, meskipun mayoritas penderitanya
memiliki berat badan normal dan beberapa penderitanya memiliki kelebihan berat
badan untuk tinggi badan mereka20. Kami menemukan hasil yang sama dalam
penelitian kami.
Kami percaya bahwa penilaian STRONGkids harus ditunjang dengan data
klinis dan antropometri. Pada kenyataannya, banyak dokter anak yang terlibat
dalam penelitian ini melaporkan bahwa keterbatasan utama dari penilaian
STRONGkids ini adalah ketidaksesuaian antara penilaian status gizi aktual dan
kategorisasi (tinggi, sedang, atau rendah) penilaian STRONGkids (data tidak
ditampilkan).
Alat skrining lainnya, seperti Subyektif Global nutritional Assessment
(SGA) yang diusulkan oleh Secker dan Jeejeebhoy32,33, menyertakan evaluasi
parameter fisik spesifik, yaitu pemeriksaan lemak subkutan dan atrofi otot
(misalnya edema). Sebaliknya, penilaian STRONGkids tidak menyertakan hal
tersebut dan hal tersebut seharusnya dilakukan sebagai skrining awal sebagai
bagian dari riwayat penyakit pasien dan dengan ditunjang oleh data klinis lain
sehingga handal dalam prediksi risiko malnutrisi.
Skrining rutin status gizi pada anak-anak saat ini terhambat oleh
kurangnya validasi dan metode yang mudah untuk menilai status gizi. Selain
STRONGkids, juga dirancang alat skrining lain untuk mengevaluasi status gizi,
tetapi masing alat tersebut menunjukkan beberapa keterbatasan. Simple Pediatric
11
Nutritional Risk Score (SPNRS) dan SGA32,33 dianggap terlalu rumit dan
memakan waktu sehingga penggunaannya dibatasi17. Gerasimidis dkk.35
mengembangkan Pediatric Yorkhill Malnutrition Score (PYMS), melakukan
penilaian berdasarkan 4 hal : nilai BMI, penurunan berat badan baru-baru ini,
penurunan asupan makan pada minggu sebelumnya, dan penerimaan/kondisi gizi
minggu selanjutnya. Screening gizi menggunakan PYMS layak digunakan untuk
pasien anak yang drawat inap, mengidentifikasi anak-anak yang berisiko
malnutrisi, dan efisien dalam penggunaannya.
Namun, dalam sebuah studi baru-baru ini yang membandingkan
STRONGkids dengan PYMS dan STAMP menunjukkan STRONGkids adalah
satu-satunya alat yang berhasil mengenali bahwa semua anak kekurangan gizi
memang berada di kelompok risiko sedang atau tinggi36.
Kesimpulannya, fitur positif utama STRONGkids terdiri atas struktur
sederhana yang membuatnya mudah untuk digunakan di setiap rumah
sakit. Namun, kehandalan dan efektivitasnya terbatas. STRONGkids efektif
digunakan untuk menilai isu-isu penting terkait dengan risiko gizi. Mungkin
keterbatasan utama adalah bahwa nilai yang muncul dipengaruhi oleh pemberian
nilai yang tinggi pada pasien yang memiliki penyakit dasar, yang bagaimanapun
resiko malnutrisi pada anak yang memiliki penyakit dasar hanya berpengaruh
terhadap status gizi anak ketika penyakit tersebut kambuh. keterbatasan ini bisa
diperbaiki dengan beberapa modifikasi dalam klasifikasi pasien untuk
mengidentifikasi anak-anak pada risiko gizi yang sebenarnya. Untuk
meodifikasinya, terutama harus dilakukan evaluasi ulang terhadap nilai yang
diberikan untuk kondisi kronis.
ADDITIONAL FILE
Singkatan
ART: Antiretroviral therapy; CI: Confidence interval for data estimates; Crl:
Credibility interval for model projections – defined as the 2.5 to 97.5% percentile
range; DALY: Disability adjusted life year; DfID: Department for International
Development; FSW: Female sex workers; HIV: Human immunodeficiency virus;
HSV-2: Herpes simplex type 2; ICER: Incremental cost-effectiveness ratio; IPM:
12
International Partnership for Microbicides; MDP: Microbicide development
programme.
Kepentingan
Para penulis menyatakan bahwa mereka tidak memiliki kepentingan untuk
bersaing
Kontribusi Penulis
MIS dan AG sebagai perancang penelitian. DM mengumpulkan semua data dan
mengoordinasikan perawat. MIS, IL dan FC menganalisis data. MIS menulis draft
pertama naskah. AG, IL dan FC berkontribusi dalam penulisan naskah. MIS, IL,
FC, DM dan AG setuju dengan hasil naskah. Semua penulis membaca dan
menyetujui naskah akhir.
Ucapan Terima Kasih
Kami ingin berterima kasih kepada semua rekan-rekan kami yang berpartisipasi
dalam pendaftaran pasien.
Sumber Pendanaan
Penelitian ini didukung oleh Nutricia-Advanced Medical Nutrition
DAFTAR PUSTAKA
1. Kruizenga HM, Tulder MWV, Seidell JC: Effectiveness and cost-
effectiveness of early screening and treatment of malnourished patients.
Am J Clin Nutr 2005, 82:1082–1089.
2. Baldwin C, Parson TJ: Dietary advice and nutrition supplements in the
management of illness-related malnutrition: a systematic review. Clin Nutr
2004, 23:1267–1279.
3. Hoffer LJ: Clinical Nutrition: 1. Protein-energy malnutrition in the
inpatient. Can Med Assoc J 2001, 165:1345–1349.
13
4. Braunschweig C, Gomez S, Sheean PM: Impact of declines in nutritional
status on outcomes in adult patients hospitalized for more than 7 days. J
Am Diet Assoc 2000, 100:1316–1322.
5. Holmes S: The effects of undernutrition in hospitalised patients. Nurs
Stand 2007, 22:35–38.
6. Kubrack C, Jensen L: Malnutrition in acute care patients. Int J Nurs Stud
2007, 44:1036–1054.
7. Correia MI, Waitzberg DL: The impact of malnutrition on morbidity,
mortality, length of hospital stay and costs evaluated through a
multivariate model analysis. Clin Nutr 2003, 22:235–239.
8. Joosten KF, Hulst JM: Prevalence of malnutrition in pediatric hospital
patients. Curr Opin Pediatr 2008, 20:590–596.
9. Dogan Y, Erkan T, Yalvac S, et al: Nutritional status of patients
hospitalized in pediatric clinic. Turk J Gastroenterol 2005, 16:212–216.
10. Marteletti O, Caldari D, Guimber D, et al: Malnutrition screening in
hospitalized children: influence of the hospital unit on its management.
Arch Pediatr 2005, 12:1226–1231.
11. Moy R, Smallman S, Booth I: Malnutrition in a UK children’s hospital. J
Hum Nutr Diet 1990, 3:93–100.
12. Pawellek I, Dokoupil K, Koletzko B: Prevalence of malnutrition in
paediatric hospital patients. Clin Nutr 2008, 27:72–76.
13. Joosten KF, Zwart H, Hop WC, et al: National malnutrition screening days
in hospitalized children in the Netherlands. Arch Dis Child 2010, 95:141–
145.
14. Campanozzi A, Russo M, Catucci A, Rutigliano I, Canestrino G, Giardino
I, Romondia A, Pettoello-Mantovani M: Hospital-acquired malnutrition in
children with mild clinical conditions. Nutrition 2009, 25:540–547.
15. Aurangzeb B, Whitten KE, Harrison B, et al: Prevalence of malnutrition
and risk of under-nutrition in hospitalized children. Clin Nutr 2012, 31:35–
40.
16. Hartman C, Shamir R: Basic clinical assessment of pediatric malnutrition.
Ann Nestle Eng 2009, 67:55–63.
14
17. Hartman C, Shamir R, Hecht C, Koletzko B: Malnutrition screening tools
for hospitalized children. Curr Opin Clin Nutr Metab Care 2012, 15:303–
309.
18. Hulst JM, Zwart H, Hop WC, et al: Dutch national survey to test the
STRONGkids nutritional risk screening tool in hospitalized children. Clin
Nutr 2010, 29:106–111.
19. Sandhu BK, Fell JME, Beattie RM: Guidelines for the management of
inflammatory bowel disease in children in the United Kingdom. J Pediatr
Gastroenterol Nutr 2010, 50(suppl1):S1–S13.
20. Wiskin AE, Owens DR, Cornelius VR, et al: Paediatric nutrition risk
scores in clinical practice: children with inflammatory bowel disease. J
Hum Nutr Diet 2012, 25:319–322.
21. Cacciari E, Milani S, Balsamo A, et al: Italian cross-sectional growth
charts for height, weight and BMI (2 to 20 yr). J Endocrinol Invest 2006,
29:581–593.
22. Cole TJ, Flegal KM, Nicholls D, et al: Body mass index cut offs to define
thinness in children and adolescents: international survey. BMJ 2007,
335:194.
23. WHO: Management of severe malnutrition: a manual for physicians and
other senior health workers. Geneva: World Health Organization; 1999.
24. Skillman HE, Wischmeyer PE: Nutrition therapy in critically ill infants
and children. J Parenteral Enteral Nutr 2008, 32:520–534.
25. López-Herce Cid J, Sánchez Sánchez C, Mencía Bartolomé S, et al:
Energy expenditure in critically ill children: correlation with clinical
characteristics, caloric intake, and predictive equations. An Pediatr (Barc)
2007, 66:229–239.
26. Mosby TT: Almost a fifth of children admitted to Dutch hospitals have
acute or chronic malnutrition; risk factors include underlying disease and
non-white ethnicity. Evid Based Nurs 2010, 13:81–82.
27. Barton SH, Kelly DG, Murray JA: Nutritional deficiencies in celiac
disease. Gastroenterol Clin North Am 2007, 36:93–108.
15
28. Ling RE, Hedges V, Sullivan PB: Nutritional risk in hospitalized children:
an assessment of two instruments. E-SPEN 2011, 6:e153–e157.
29. McCarthy H, Dixon M, Crabtree I, et al: The development and evaluation
of the Screening Tool for the Assessment of Malnutrition in Paediatrics
(STAMP©) for use by healthcare staff. J Hum Nutr Diet 2012, 25:311–
318.
30. Hendricks KM, Duggar C, Gallagher L, et al: Malnutrition in hospitalized
pediatric patients. Current prevalence. Arch Pediatr Adolesc Med 1995,
149:1118–1122.
31. Joosten KF, Hulst JM: Malnutrition in pediatric hospital patients: current
issues. Nutrition 2011, 27:133–137.
32. Secker DJ, Jeejeebhoy KN: Subjective global nutritional assessment for
children. Am J Clin Nutr 2007, 85:1083–1089.
33. Secker DJ, Jeejeebhoy KN: How to perform Subjective Global Nutritional
assessment in children. J Acad Nutr Diet 2012, 112:424–431.
34. Sermet-Gaudelus I, Poisson-Salomon AS, Colomb V: Simple pediatric
nutritional risk score to identify children at risk of malnutrition. Am J Clin
Nutr 2000, 72:64–70.
35. Gerasimidis K, Keane O, Macleod I, et al: A four-stage evaluation of the
Paediatric Yorkhill Malnutrition Score in a tertiary paediatric hospital and
a district general hospital. Br J Nutr 2010, 19:1–6.
36. Modena V, Walls T, Day AS: Nutritional status and nutrition risk
screening in hospitalized children in New Zealand. Acta Paediatr 2013,
102:e419–e423.
16