penerapan sebuah sistem penilaian untuk mengevaluasi risiko gizi buruk di beberapa rumah sakit

26
PENERAPAN SEBUAH SISTEM PENILAIAN UNTUK MENGEVALUASI RISIKO MALNUTRISI DI BEBERAPA RUMAH SAKIT Maria I Spagnuolo, Ilaria Liguoro, Fabrizia Chiatto, Daniela Mambretti, dan Alfredo Guarino A* *Departemen Translational Ilmu Kedokteran - Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Universitas Naples "Federico II", Naples, [email protected] ABSTRAK Latar Belakang: Terjadi peningkatan, tapi tak terduga, risiko malnutrisi terkait dengan rawat inap, terutama pada anak-anak dengan penyakit kronis. Kami melakukan penyelidikan mengenai penerapan Screening Tool for Risk of Impaired Nutritional Status and Growth (STRONGkids) , yaitu sebuah alat ukur yang diusulkan untuk memperkirakan risiko malnutrisi pada anak-anak yang di rawat di rumah sakit. Kami juga mengevaluasi peran usia dan penyakit komorbid sebagai risiko malnutrisi. Metode: STRONGkids terdiri dari 4 bagian skor yang mengelompokkan pasien menjadi kelompok pasien resiko malnutrisi rendah, pasien resiko malnutrisi sedang, pasien resiko malnutrisi tinggi. Penelitian dilakukan di 12 Rumah Sakit di Italia dengan studi observasional prospektif. Anak-anak usia 1-18 tahun secara berurutan dimasukkan sebagai sampel dan jika tidak, peserta yang tidak dipilih diikutsertakan. Skor STRONGkids mereka 1

Upload: shafira-nur-aditya

Post on 04-Jan-2016

242 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jdfkjxdfk

TRANSCRIPT

Page 1: Penerapan Sebuah Sistem Penilaian Untuk Mengevaluasi Risiko Gizi Buruk Di Beberapa Rumah Sakit

PENERAPAN SEBUAH SISTEM PENILAIAN UNTUK MENGEVALUASI

RISIKO MALNUTRISI DI BEBERAPA RUMAH SAKIT

Maria I Spagnuolo, Ilaria Liguoro, Fabrizia Chiatto, Daniela Mambretti, dan

Alfredo Guarino A*

*Departemen Translational Ilmu Kedokteran - Bagian Ilmu Kesehatan Anak,

Universitas Naples "Federico II", Naples, [email protected]

ABSTRAK

Latar Belakang: Terjadi peningkatan, tapi tak terduga, risiko malnutrisi terkait

dengan rawat inap, terutama pada anak-anak dengan penyakit kronis. Kami

melakukan penyelidikan mengenai penerapan Screening Tool for Risk of

Impaired Nutritional Status and Growth (STRONGkids), yaitu sebuah alat ukur

yang diusulkan untuk memperkirakan risiko malnutrisi pada anak-anak yang di

rawat di rumah sakit. Kami juga mengevaluasi peran usia dan penyakit komorbid

sebagai risiko malnutrisi.

Metode: STRONGkids terdiri dari 4 bagian skor yang mengelompokkan pasien

menjadi kelompok pasien resiko malnutrisi rendah, pasien resiko malnutrisi

sedang, pasien resiko malnutrisi tinggi. Penelitian dilakukan di 12 Rumah Sakit

di Italia dengan studi observasional prospektif. Anak-anak usia 1-18 tahun secara

berurutan dimasukkan sebagai sampel dan jika tidak, peserta yang tidak dipilih

diikutsertakan. Skor STRONGkids mereka dihitung, kemudian dibandingkan

dengan status gizi aktual (BMI dan nilai standar deviasi TB/U).

Hasil : Dari 144 anak-anak (75 laki-laki, usia rata-rata 6,5 ± 4,5 tahun), 52 (36%)

diantaranya memiliki penyakit kronis yang mendasari terjadinya

malnutrisi. Berdasarkan nilai STRONGkids, 46 (32%) anak berisiko rendah

terjadinya malnutrisi, 76 (53%) anak berisiko sedang untuk terjadinya malnutrisi,

dan 22 (15%) anak berisiko tinggi untuk terjadinya malnutrisi. Pada anak yang

berisiko tinggi secara signifikan memiliki nilai TB/U (nilai rata-rata SD -1,07 ±

2,08; p = 0,008) dan nilai BMI (nilai rata-rata SD -0,79 ± 2,09; p = 0,0021) yang

lebih rendah dibandingkan dengan kelompok lain. Namun, hanya 29 anak yang

benar-benar mengalami malnutrisi.

1

Page 2: Penerapan Sebuah Sistem Penilaian Untuk Mengevaluasi Risiko Gizi Buruk Di Beberapa Rumah Sakit

Kesimpulan: Penilaian menggunakan STRONGkids mudah untuk

dilakukan. STRONGkids sangat sensitif tetapi tidak spesifik. STRONGkids dapat

digunakan sebagai skrining awal penilaian malnutrisi, namun harus ditunjang

dengan data klinis lainnya.

Kata Kunci : pediatri, anak-anak, malnutrisi, skrining, penyakit kronis

LATAR BELAKANG

Malnutrisi dihubungkan dengan hasil negatif pasien yang dirawat inap,

termasuk peningkatan risiko infeksi1,2 peningkatan kehilangan massa otot3,

gangguan dalam penyembuhan luka, lamanya durasi rawat inap dan peningkatan

morbiditas dan mortalitas4,6. Malnutrisi mungkin bertanggung jawab atas lamanya

proses penyembuhan dan membutuhkan perawatan intensif sehingga

meningkatkan biaya rawat inap7.

Data di rumah sakit mengenai malnutrisi akut dan kronis tergantung pada

kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan keadaan tersebut8. Kejadian

malnutrisi 6-19% telah dilaporkan di negara-negara Eropa seperti Inggris,

Perancis, Jerman dan Belanda, mencapai 40% di Turki9-13. Sebuah studi di Italia

baru-baru ini mengevaluasi kejadian kekurangan gizi pada 496 anak yang dirawat

di rumah sakit untuk prosedur diagnostik, infeksi ringan, atau penyakit episodik

lainnya, dan dilaporkan bahwa anak-anak dengan BMI Z-score <-2 SD

menunjukkan penurunan BMI saat akhir perawatan, dimana saat masuk perawatan

di rumah sakit nilai BMI lebih besar dari itu dan kondisi gizi yang lebih baik14.

Penilaian status gizi tidak mudah dalam praktek pediatrik dan tidak ada

parameter tunggal untuk menentukan malnutrisi. Penilaian status gizi pasien

hanya dilakukan untuk mengidentifikasi mereka yang sudah kekurangan gizi15,

sementara identifikasi awal anak-anak yang beresiko kekurangan gizi

mempengaruhi ketepatan waktu intervensi gizi, mencegah komplikasi jangka

pendek dan panjang dari malnutrisi. Skrining rutin untuk risiko gizi pada anak-

anak terhambat oleh kurangnya standar protokol penilaian gizi dan evaluasi berat

badan dan kecepatan pertumbuhan16. Beberapa alat skrining telah diusulkan untuk

menilai risiko malnutrisi namun aplikasinya terhambat oleh keterbatasan data dan

penerimaan alat tersebut untuk digunakan secara luas17. Sebuah alat skrining

2

Page 3: Penerapan Sebuah Sistem Penilaian Untuk Mengevaluasi Risiko Gizi Buruk Di Beberapa Rumah Sakit

untuk risiko gizi pada anak-anak, yang disebut Screening Tool for Risk of

Impaired Nutritional Status and Growth (STRONGkids), telah berhasil diterapkan

di Belanda18. Selanjutnya STRONGkids diuji pada pasien dengan Penyakit usus

usus (IBD) tapi keberhasilannya tidak jelas19,20.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas

STRONGkids pada populasi anak yang dirawat di 12 rumah sakit di

Italia. Sensitivitas, spesifisitas dan prediksi dinilai dengan membandingkan skor

risiko dengan status gizi aktual anak. Penilaian STRONGkids juga berkorelasi

dengan faktor risiko gizi buruk termasuk usia, penyebab spesifik yang membuat

anak dirawat di rumah sakit, dan hubungan dengan penyakit kronis.

BAHAN DAN METODE

Studi obsevasional prospektif multi-center dilakukan di 12 rumah sakit di

wilayah Campania, Italia, (termasuk satu rumah sakit Universitas), yang meliputi

hampir 70% dari seluruh populasi anak yang tinggal di daerah tersebut, selama

bulan Oktober-November 2012. Anak usia 1-18 tahun yang dirawat di rumah sakit

untuk penyakit apapun, tidak dipilih, karenanya tidak terdaftar. Pasien dalam

perawatan intensif tidak disertakan. Kriteria masuk rawat inap diklasifikasikan

menjadi infeksi, gastrointestinal, pernapasan, genetik / metabolik, saraf, onkologi,

trauma, bedah, jantung, dll.

STRONGkids terdiri dari 4 penilaian (1-penyakit dasar yang berisiko

tinggi, 2-penilaian klinis, 3-asupan gizi dan adanya muntah atau diare, 4-

penurunan berat badan terakhir) dan anak-anak diklasifikasikan dalam satu dari

tiga derajat gizi buruk (risiko rendah , risiko rendah sedang, dan risiko tinggi)

berdasarkan 5 skala nilai (rendah = 0, sedang = 1-3, tinggi = 4-5). Masing-masing

penilaian diberikan skor 1-2, yaitu sebagai berikut :

1. Penyakit berisiko tinggi (2 poin): penyakit dasar dengan risiko malnutrisi

atau operasi besar. Kondisi kesehatan yang berisiko terhadap status gizi

yang tercantum tercantum dalam STRONGkids adalah: anoreksia nervosa,

penyakit jantung bawaan, penyakit celiac, operasi mayor, dismaturitas /

prematuritas, displasia bronkopulmonal (usia maksimal 2 tahun), cystic

fibrosis, fistula saluran pencernaan, penyakit radang usus, penyakit

3

Page 4: Penerapan Sebuah Sistem Penilaian Untuk Mengevaluasi Risiko Gizi Buruk Di Beberapa Rumah Sakit

menular, penyakit metabolik, kanker, pankreatitis, penyakit hati kronis,

penyakit otot, penyakit ginjal kronis, mental cacat / retardasi, sepsis,

sindrom usus pendek, trauma, luka bakar, dll(ditentukan oleh dokter)18.

2. Penilaian subyektif klinis (1 poin): status gizi buruk yang dinilai

berdasarkan klinis subjektif (berkurangnya lemak subkutan dan / atau

massa otot dan / atau hollow face).

3. Input dan output nutrisi (1 poin): a) diare dengan ≥ 5 kali / hari dan / atau

muntah > 3 kali / hari dalam beberapa hari terakhir atau b) berkurangnya

asupan makanan dalam beberapa hari terakhir sebelum masuk rumah sakit

atau c) disarankan dilakukan intervensi gizi atau d) ketidakmampuan

untuk menerima asupan makanan karena sakit.

4. Penurunan berat badan (1 poin): penurunan berat badan atau tidak ada

kenaikan berat badan (bayi <1 tahun) pada beberapa minggu / bulan

terakhir.

Kuesioner diberikan oleh perawat pada satu hari yang telah ditentukan dan

dikumpulkan oleh studi koordinasi perawat (DM). Pengukuran antropometri

diambil saat masuk dan dibandingkan dengan nilai standar21. Nilai STRONGkids

skor setiap anak dibandingkan dengan status gizi yang sebenarnya yang

dinyatakan sebagai nilai BMI dan nilai TB/U. SD-skor < 2 untuk BMI dan TB/U

merupakan ciri dari malnutrisi akut22 dan kekurangan gizi kronis23.Tingkat gizi

buruk didefinisikan sebagai adanya kekurangan gizi akut dan / atau kronis.

Informed consent diperoleh dari orang tua dari anak yang terdaftar dan Komite

Etika dari University of Naples 'Federico II'.

ANALISIS STATISTIK

Data dinyatakan sebagai jumlah/persen atau rata-rata ± SD. Analisis

deskriptif digunakan untuk menggambarkan populasi penelitian dan BMI

dinyatakan sebagai SD-score. Perbandingan data antar kelompok dilakukan

dengan menggunakan t-test. Metode χ2 atau tes Fisher digunakan untuk

membandingkan ada/tidaknya kondisi kronis dan alasan masuk rumah

sakit. Sensitivitas, spesifisitas, Positive Prediktive Value (PPV), dan Negative

Prediktive Value (NPV) dari STRONGkids dihitung berdasarkan BMI dan TB/U,

4

Page 5: Penerapan Sebuah Sistem Penilaian Untuk Mengevaluasi Risiko Gizi Buruk Di Beberapa Rumah Sakit

menggunakan nilai cut-off nya. Analisis regresi univariat digunakan untuk

mengidentifikasi faktor-faktor utama yang dikaitkan dengan hasil : akut, kronis

dan malnutrisi secara keseluruhan, dan risiko tinggi kekurangan gizi menurut

STRONGkids. Bila pilai P <0,05 maka hasil tersebut signifikan. Data dianalisis

dengan menggunakan SPSS versi 17.0.

HASIL

Karakteristik Umum

Sebanyak 144 anak-anak (75 laki-laki, usia rata-rata 6,5 ± 4,5 tahun)

diikutsertakan (Tabel 1). Enam puluh pasien dirawat di Rumah Sakit Universitas

dan data mereka dicatat dalam 4 hari yang berbeda, sedangkan 84 lainnya yang

terdaftar di 11 rumah sakit umum, data mereka dicatat dalam satu hari

pengamatan. Secara keseluruhan, 52/144 (36%) anak-anak yang dirawat di rumah

sakit menderita penyakit kronis dasar (Tabel 1). Sepertiga dari anak-anak dirawat

karena penyakit menular (43/144). Penyakit saluran cerna non infeksi (seperti

Inflamatory Bowel Disease) atau penyakit saluran pernapasan (seperti asma)

merupakan penyebab rawat inap tersering (Gambar 1).

Tabel 1. Karakteristik Anak-Anak

Karakteristik PasienJenis kelamin, L:P 52 : 48Usia rata-rata (tahun) ± SD (95% CI) 6,5 ± 4,5 (5,7 – 7,2)Rumah Sakit, Universitas : Umum (%) 42 : 58Rata-rata SD : Nilai BMI ± SD (95% CI) 0,05 ± 1,85 (0,2 – 0,3)Rata-rata SD : Nilai HFA ± SD (95% CI) 0,37 ± 1,84 (0,68 – 0,06)Penyakit yang mendasari n/N (%) 52/144 (36)

Menurut skor STRONGkids, 46 (32%) anak-anak berisiko rendah, 76

(53%) berisiko sedang dan 22 (15%) berisiko tinggi untuk berkembang menjadi

malnutrisi. Dua puluh sembilan (20%) anak-anak mengalami malnutrisi menurut

BMI (16/144; 11%) dan nilai SD TB/U (15/144; 10%), termasuk 2 pasien yang

memenuhi kriteria untuk malnutrisi akut dan kronis (Tabel 2). Namun, hanya 5

dari 29 anak kurang gizi ini (17%) diklasifikasikan berisiko tinggi berdasarkan

STRONGkids. Tidak ada perbedaan yang ditemukan dalam kejadian malnutrisi

akut dan kronis berdasarkan risiko. Rata-rata nilai SD untuk BMI dan TB/U dari

5

Page 6: Penerapan Sebuah Sistem Penilaian Untuk Mengevaluasi Risiko Gizi Buruk Di Beberapa Rumah Sakit

144 anak-anak masing-masinh -0,37 ± 1,85 dan 0,05 ± 1,86 (Tabel 3). Anak-anak

dengan nilai STRONGkids berisiko tinggi secara signifikan memiliki nilai TB/U

(nilai rata-rata SD -1,07 ± 2,08; p = 0,008) dan nilai BMI (nilai rata-rata SD -0,79

± 2,09; p = 0,0021) yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok lain

(Tabel 3).

Gambar 1. Penyebaran Etiologi Malnutrisi Anak

Berdasarkan Data Rumah Sakit

Tabel 2. Penyebaran Malnutrisi Akut dan Kronik pada Anak-Anak

Dalam Kelompok Risiko Malnutrisi STRONGkids

Rendah(N=46)

Sedang(N=76)

Tinggi(N=22)

Total(N=144)

Malnutrisi akut (nilai SD BMI < - 2)

5 (11%) 9 (12%) 2 (9%) 16 (11%)

Malnutrisi kronis (nilai SD TB/U < - 2)

2(4%) 9 (12%) 4 (18%) 15 (10%)

Malnutrisi keseluruhan (akut+kronik)

7 (15%) 17(22%) 5 (22%) 29 (20%)

6

Penyebab paling umum adalah infeksi akut. Namun, penyakit kronis saluran pencernaan, termasuk IBD, dan gangguan pernapasan juga sebagai penyebab umum. Kondisi lainnya yang heterogen yang dianggap sebagai 'other' adalah infeksi akut. Oleh karena itu, kondisi kronis dan akut secara keseluruhan sama-sama diwakili dalam populasi yang diamati.

Page 7: Penerapan Sebuah Sistem Penilaian Untuk Mengevaluasi Risiko Gizi Buruk Di Beberapa Rumah Sakit

Gambar 2. Korelasi Linier Antara Pengukuran Antropometri dan Skor

STRONGkids

(a) Korelasi dengan nilai SD-BMI (b) Korelasi dengan nilai SD-TB/U

Sensitivitas, Spesifisitas Dan Nilai Prediktif

Nilai korelasi linear yang rendah terjadi antara nilai STRONGkids dan

pengukuran antopometri mengingat kedua nilai SD BMI (r = -0.238; p = 0.0065)

dan nilai SD TB/U (r = -0.311; p = 0.0002) (Gambar 2 ab).

7

Page 8: Penerapan Sebuah Sistem Penilaian Untuk Mengevaluasi Risiko Gizi Buruk Di Beberapa Rumah Sakit

Tabel 3. Kelompok Risiko Malnutrisi STRONGkids Dan

Rata-Rata Pengukuran Antropometri

Rendah

(N=46)

Sedang

(N=76)

Tinggi

(N=22)

Total

(N=144)

Rata –rata nilai

SD BMI ± SD

0.50 ± 1.90 0.02 ± 1.66 -0.79 ± 2.09a 0.05 ± 1.86

Rata –rata nilai

SD HFA ± SD

0.26 1.19 -0.58 2.01 -1.07 2.08b -0.37 1.85

Sensitivitas

(95% CI)

34% (25-43) 71% (48-89) 86% (78-92) 71% (48-89)

Specifisitas(95%

CI)

75% (55-89) 53% (43-63) 21% (8-41) 53% (43-53)

Positive

predictive value

9% (5-13) 21% (17-25) 28% (19-37) 21% (17-25)

Negative

predictive value

73% (69-77) 85% (85-90) 82% (79-85) 85% (85-90)

a. terdapat perbedaan yang signifikan kelompok SD-BMI rendah bila

dibandingkan dengan kelompok rendah dan sedang (p=0.0021)

b. terdapat perbedaan yang signifikan kelompok SD-HFA rendah bila

dibandingkan dengan kelompok rendah dan sedang (p=0.008)

Sensitivitas, Spesifitas, dan Nilai Prediksi

Skor dalam kisaran menengah ditambah resiko tinggi (1-5) menunjukkan

anak-anak beresiko malnutrisi dengan sensitivitas 71% (95% CI: 48-89) dan 53%

spesifisitas (95% CI: 43-63) (LR 1.5 ; p = 0,032) berdasarkan antropometri. Nilai

prediktif positif dari skor yang sama adalah 21% (95% CI: 17-25) dan nilai

prediktif negatif adalah 85% (95% CI: 85-90). Sensitivitas, spesifisitas dan

prediksi nilai dari kelas STRONGkids disediakan pada Tabel 3.

Faktor Risiko Malnutrisi Menurut Antropometri

Peran dugaan faktor risiko malnutrisi juga dievaluasi dengan menganalisis

distribusi variabel terpilih (Tabel 4). Anak-anak ≤ 5 tahun memiliki risiko lebih

8

Page 9: Penerapan Sebuah Sistem Penilaian Untuk Mengevaluasi Risiko Gizi Buruk Di Beberapa Rumah Sakit

tinggi untuk berkembang menjadi malnutrisi (OR = 2,708; p = 0,024), khususnya

malnutrisi akut (OR = 4,602; p = 0,006). Adanya penyakit dasar juga memberikan

kontribusi terhadap perkembangan malnutrisi (OR = 10,234; p = 0,036), dan

secara keseluruhan etiologi memainkan peranan : anak-anak yang terdiagnosa

mengalami penyakit genetik memiliki resiko yang sangat signifikan lebih tinggi

untuk berkembang menjadi malnutrisi kronis (OR = 10,167; p = 0,002)

dibandingkan kelompok diagnostik lainnya. Selanjutnya, anak-anak dengan

diagnosis penyakit gastrointestinal (seperti IBD) lebih sering diklasifikasikan

sebagai risiko tinggi oleh STRONGkids (OR = 3,75; p = 0,026) (Tabel 4).

Tabel 4. Faktor Risiko Gizi Buruk

Faktor Penentu

Malnutrisi Akut

Malnutrisi Kronik

Malnutri Campuran

Kelompok Risiko Tinggi

OR(95% CI)

P OR(95% CI)

P OR(95% CI)

P OR(95% CI)

P

Umur ≤ 5 tahun

4.602 (1.43-14.77)

0.006a 1.295 (0.44-3.78)

0.42 2.708 (1.16-6.31)

0.24b 1.393 (0.56-3.47)

0.496

Terdapat penyakit dasar

1.841 (0.68-4.97)

0.297 2.18 (0.72-6.19)

0.257 1.04 (1.01-

2)

0.036c 10.234 (3.76-28.91)

0.001

Penyakit genetik

2.925 (0.7-

12.24)

0.145 10.167 (2.63-39.24)

0.002d 8.293 (2.24-30.68)

0.002e 0.529 (0.06-4.35)

0.547

Penyakit saluran pencernaan

1.01 (0.3-1.59)

0.129 1.89 (0.7-5.23)

0.216 1.55 (1.22-3.15)

0.023f 3.75 (1.22-11.5)

0.026g

DISKUSI

Sejumlah alat skrining telah diusulkan dan fitur mereka telah diulas baru-

baru ini17. Keandalan (misalnya predictivity) dan penerimaan oleh petugas

kesehatan dan pasien adalah faktor utama untuk keberhasilan sebuat alat skrining

tertentu. Namun, dalam populasi kami sekitar 150 anak di 12 rumah sakit yang

berbeda, 70% merupakan anak yang berisiko sedang atau tinggi untuk terjadinya

malnutrisi berdasarkan penilaian STRONGkids, tetapi hanya sekitar 20% yang

benar-benar malnutrisi menurut pengukuran antropometri. Bahkan jika

STRONGkids hanya dirancang untuk menilai risiko dan bukan malnutrisi

9

Page 10: Penerapan Sebuah Sistem Penilaian Untuk Mengevaluasi Risiko Gizi Buruk Di Beberapa Rumah Sakit

sebenarnya, kesenjangan antara insiden malnutrisi yang benar terjadi kejadian

aktual dan perkiraan risiko malnutrisi substansial. Ini harus dipertimbangkan

bahwa penilaian STRONGkids menggunakan 2 poin (dari total maksimal 5) pada

pasien yang mempunyai penyakit dasar untuk terjadinya malnutrisi sehingga

pasien tersebut dapat tergolong sebagai pasien berisiko sedang. Meskipun adanya

penyakit kronis dikaitkan dengan tingginya risiko komplikasi selama rawat

inap24,25, termasuk malnutrisi26, ketika kita melihat penyebarannya pada

STRONGkids, beberapa kondisi dengan risiko gizi intrinsik diduga tidak terkait

dengan malnutrisi. Misalnya, penyakit celiac (ketika dikendalikan secara

memadai)27 atau keterbelakangan mental, tidak selalu berarti berisiko malnutrisi.

Sementara itu, penyakit jantung bawaan yang biasanya membaik dalam bulan

pertama kehidupan, keberadaan penyamit tersebut menempatkan anak di kelas

risiko tinggi untuk terjadinya malnutrisi.

Kami menemukan hubungan yang signifikan, tetapi lemah dalam korelasi

antara penilaian STRONGkids dan parameter malnutrisi akut dan kronis. Menurut

hasil kami, korelasi antara STRONGkids dan skor SD TB/U (ciri gizi kronis)

sedikit lebih kuat dari korelasi antara STRONGkids dan skor SD BMI (indeks

malnutrisi akut). Hal ini tampaknya berbeda dengan penelitian lain28 dimana

STRONGkids secara signifikan terkait dengan BMI dan TB/U. Dalam studi

terakhir, STRONGkids memberikan informasi yang lebih handal dibandingkan

dengan STAMP (Screening Tool for The Assessment of Malnutrition in

Pediatrics)29.Penjelasan yang mungkin untuk keadaan tersebut adalah berat badan

yang berbeda dalam hal "penyakit dasar" pada kedua sistem penilaian gtersebut.

STRONGkids memasukkan daftar kondisi/penyakit kronis yang pasien alami,

sedangkan STAMP hanya menggunakan pertanyaan umum"Apakah anak

terdiagnosis sebagai penyakit tertentu yang juga melibatkan perbaikan gizi ?"

Korelasi signifikan antara pengukuran antropometri dan penilaian

STRONGkids ditemukan hanya untuk kelompok risiko tinggi, sehingga dapat

dikonfirmasikan bahwa hanya anak-anak yang berisiko gizi tinggi yang

sebenarnya sudah kekurangan gizi. Meskipun kurang dapat diandalkan bila

dibandingkan dengan hasil yang dilaporkan dalam penilaian mengenai

10

Page 11: Penerapan Sebuah Sistem Penilaian Untuk Mengevaluasi Risiko Gizi Buruk Di Beberapa Rumah Sakit

STRONGkids di Belanda, STRONGkids menunjukkan nilai prediktif negatif yang

tinggi. Sebaliknya, nilai prediksi positif rendah.

Ketika kita meneliti faktor-faktor risiko yang terkait dengan risiko

malnutrisi, usia ≤ 5 tahun dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi terjadi

malnutrisi akut, mungkin karena anak pada usia tersebut memiliki insiden yang

lebih tinggi terhadap rawat inap terkait malnutrisi30,31.

Etiologi spesifik dikaitkan dengan risiko malnutrisi, termasuk penyakit

genetik/metabolik. Selain itu, anak-anak dengan penyakit gastrointestinal

(terutama IBD) cenderung memiliki skor di kelas risiko tinggi. Sebuah penelitian

terbaru pada 46 pasien dengan IBD menunjukkan keterbatasan beberapa alat

skrining gizi dan menunjukkan bahwa anak-anak dengan IBD berisiko malnutrisi

tinggi : penderitanya banyak yang kurus, meskipun mayoritas penderitanya

memiliki berat badan normal dan beberapa penderitanya memiliki kelebihan berat

badan untuk tinggi badan mereka20. Kami menemukan hasil yang sama dalam

penelitian kami.

Kami percaya bahwa penilaian STRONGkids harus ditunjang dengan data

klinis dan antropometri. Pada kenyataannya, banyak dokter anak yang terlibat

dalam penelitian ini melaporkan bahwa keterbatasan utama dari penilaian

STRONGkids ini adalah ketidaksesuaian antara penilaian status gizi aktual dan

kategorisasi (tinggi, sedang, atau rendah) penilaian STRONGkids (data tidak

ditampilkan).

Alat skrining lainnya, seperti Subyektif Global nutritional Assessment

(SGA) yang diusulkan oleh Secker dan Jeejeebhoy32,33, menyertakan evaluasi

parameter fisik spesifik, yaitu pemeriksaan lemak subkutan dan atrofi otot

(misalnya edema). Sebaliknya, penilaian STRONGkids tidak menyertakan hal

tersebut dan hal tersebut seharusnya dilakukan sebagai skrining awal sebagai

bagian dari riwayat penyakit pasien dan dengan ditunjang oleh data klinis lain

sehingga handal dalam prediksi risiko malnutrisi.

Skrining rutin status gizi pada anak-anak saat ini terhambat oleh

kurangnya validasi dan metode yang mudah untuk menilai status gizi. Selain

STRONGkids, juga dirancang alat skrining lain untuk mengevaluasi status gizi,

tetapi masing alat tersebut menunjukkan beberapa keterbatasan. Simple Pediatric

11

Page 12: Penerapan Sebuah Sistem Penilaian Untuk Mengevaluasi Risiko Gizi Buruk Di Beberapa Rumah Sakit

Nutritional Risk Score (SPNRS) dan SGA32,33 dianggap terlalu rumit dan

memakan waktu sehingga penggunaannya dibatasi17. Gerasimidis dkk.35

mengembangkan Pediatric Yorkhill Malnutrition Score (PYMS), melakukan

penilaian berdasarkan 4 hal : nilai BMI, penurunan berat badan baru-baru ini,

penurunan asupan makan pada minggu sebelumnya, dan penerimaan/kondisi gizi

minggu selanjutnya. Screening gizi menggunakan PYMS layak digunakan untuk

pasien anak yang drawat inap, mengidentifikasi anak-anak yang berisiko

malnutrisi, dan efisien dalam penggunaannya.

Namun, dalam sebuah studi baru-baru ini yang membandingkan

STRONGkids dengan PYMS dan STAMP menunjukkan STRONGkids adalah

satu-satunya alat yang berhasil mengenali bahwa semua anak kekurangan gizi

memang berada di kelompok risiko sedang atau tinggi36.

Kesimpulannya, fitur positif utama STRONGkids terdiri atas struktur

sederhana yang membuatnya mudah untuk digunakan di setiap rumah

sakit. Namun, kehandalan dan efektivitasnya terbatas. STRONGkids efektif

digunakan untuk menilai isu-isu penting terkait dengan risiko gizi. Mungkin

keterbatasan utama adalah bahwa nilai yang muncul dipengaruhi oleh pemberian

nilai yang tinggi pada pasien yang memiliki penyakit dasar, yang bagaimanapun

resiko malnutrisi pada anak yang memiliki penyakit dasar hanya berpengaruh

terhadap status gizi anak ketika penyakit tersebut kambuh. keterbatasan ini bisa

diperbaiki dengan beberapa modifikasi dalam klasifikasi pasien untuk

mengidentifikasi anak-anak pada risiko gizi yang sebenarnya. Untuk

meodifikasinya, terutama harus dilakukan evaluasi ulang terhadap nilai yang

diberikan untuk kondisi kronis.

ADDITIONAL FILE

Singkatan

ART: Antiretroviral therapy; CI: Confidence interval for data estimates; Crl:

Credibility interval for model projections – defined as the 2.5 to 97.5% percentile

range; DALY: Disability adjusted life year; DfID: Department for International

Development; FSW: Female sex workers; HIV: Human immunodeficiency virus;

HSV-2: Herpes simplex type 2; ICER: Incremental cost-effectiveness ratio; IPM:

12

Page 13: Penerapan Sebuah Sistem Penilaian Untuk Mengevaluasi Risiko Gizi Buruk Di Beberapa Rumah Sakit

International Partnership for Microbicides; MDP: Microbicide development

programme.

Kepentingan

Para penulis menyatakan bahwa mereka tidak memiliki kepentingan untuk

bersaing

Kontribusi Penulis

MIS dan AG sebagai perancang penelitian. DM mengumpulkan semua data dan

mengoordinasikan perawat. MIS, IL dan FC menganalisis data. MIS menulis draft

pertama naskah. AG, IL dan FC berkontribusi dalam penulisan naskah. MIS, IL,

FC, DM dan AG setuju dengan hasil naskah. Semua penulis membaca dan

menyetujui naskah akhir.

Ucapan Terima Kasih

Kami ingin berterima kasih kepada semua rekan-rekan kami yang berpartisipasi

dalam pendaftaran pasien.

Sumber Pendanaan

Penelitian ini didukung oleh Nutricia-Advanced Medical Nutrition

DAFTAR PUSTAKA

1. Kruizenga HM, Tulder MWV, Seidell JC: Effectiveness and cost-

effectiveness of early screening and treatment of malnourished patients.

Am J Clin Nutr 2005, 82:1082–1089.

2. Baldwin C, Parson TJ: Dietary advice and nutrition supplements in the

management of illness-related malnutrition: a systematic review. Clin Nutr

2004, 23:1267–1279.

3. Hoffer LJ: Clinical Nutrition: 1. Protein-energy malnutrition in the

inpatient. Can Med Assoc J 2001, 165:1345–1349.

13

Page 14: Penerapan Sebuah Sistem Penilaian Untuk Mengevaluasi Risiko Gizi Buruk Di Beberapa Rumah Sakit

4. Braunschweig C, Gomez S, Sheean PM: Impact of declines in nutritional

status on outcomes in adult patients hospitalized for more than 7 days. J

Am Diet Assoc 2000, 100:1316–1322.

5. Holmes S: The effects of undernutrition in hospitalised patients. Nurs

Stand 2007, 22:35–38.

6. Kubrack C, Jensen L: Malnutrition in acute care patients. Int J Nurs Stud

2007, 44:1036–1054.

7. Correia MI, Waitzberg DL: The impact of malnutrition on morbidity,

mortality, length of hospital stay and costs evaluated through a

multivariate model analysis. Clin Nutr 2003, 22:235–239.

8. Joosten KF, Hulst JM: Prevalence of malnutrition in pediatric hospital

patients. Curr Opin Pediatr 2008, 20:590–596.

9. Dogan Y, Erkan T, Yalvac S, et al: Nutritional status of patients

hospitalized in pediatric clinic. Turk J Gastroenterol 2005, 16:212–216.

10. Marteletti O, Caldari D, Guimber D, et al: Malnutrition screening in

hospitalized children: influence of the hospital unit on its management.

Arch Pediatr 2005, 12:1226–1231.

11. Moy R, Smallman S, Booth I: Malnutrition in a UK children’s hospital. J

Hum Nutr Diet 1990, 3:93–100.

12. Pawellek I, Dokoupil K, Koletzko B: Prevalence of malnutrition in

paediatric hospital patients. Clin Nutr 2008, 27:72–76.

13. Joosten KF, Zwart H, Hop WC, et al: National malnutrition screening days

in hospitalized children in the Netherlands. Arch Dis Child 2010, 95:141–

145.

14. Campanozzi A, Russo M, Catucci A, Rutigliano I, Canestrino G, Giardino

I, Romondia A, Pettoello-Mantovani M: Hospital-acquired malnutrition in

children with mild clinical conditions. Nutrition 2009, 25:540–547.

15. Aurangzeb B, Whitten KE, Harrison B, et al: Prevalence of malnutrition

and risk of under-nutrition in hospitalized children. Clin Nutr 2012, 31:35–

40.

16. Hartman C, Shamir R: Basic clinical assessment of pediatric malnutrition.

Ann Nestle Eng 2009, 67:55–63.

14

Page 15: Penerapan Sebuah Sistem Penilaian Untuk Mengevaluasi Risiko Gizi Buruk Di Beberapa Rumah Sakit

17. Hartman C, Shamir R, Hecht C, Koletzko B: Malnutrition screening tools

for hospitalized children. Curr Opin Clin Nutr Metab Care 2012, 15:303–

309.

18. Hulst JM, Zwart H, Hop WC, et al: Dutch national survey to test the

STRONGkids nutritional risk screening tool in hospitalized children. Clin

Nutr 2010, 29:106–111.

19. Sandhu BK, Fell JME, Beattie RM: Guidelines for the management of

inflammatory bowel disease in children in the United Kingdom. J Pediatr

Gastroenterol Nutr 2010, 50(suppl1):S1–S13.

20. Wiskin AE, Owens DR, Cornelius VR, et al: Paediatric nutrition risk

scores in clinical practice: children with inflammatory bowel disease. J

Hum Nutr Diet 2012, 25:319–322.

21. Cacciari E, Milani S, Balsamo A, et al: Italian cross-sectional growth

charts for height, weight and BMI (2 to 20 yr). J Endocrinol Invest 2006,

29:581–593.

22. Cole TJ, Flegal KM, Nicholls D, et al: Body mass index cut offs to define

thinness in children and adolescents: international survey. BMJ 2007,

335:194.

23. WHO: Management of severe malnutrition: a manual for physicians and

other senior health workers. Geneva: World Health Organization; 1999.

24. Skillman HE, Wischmeyer PE: Nutrition therapy in critically ill infants

and children. J Parenteral Enteral Nutr 2008, 32:520–534.

25. López-Herce Cid J, Sánchez Sánchez C, Mencía Bartolomé S, et al:

Energy expenditure in critically ill children: correlation with clinical

characteristics, caloric intake, and predictive equations. An Pediatr (Barc)

2007, 66:229–239.

26. Mosby TT: Almost a fifth of children admitted to Dutch hospitals have

acute or chronic malnutrition; risk factors include underlying disease and

non-white ethnicity. Evid Based Nurs 2010, 13:81–82.

27. Barton SH, Kelly DG, Murray JA: Nutritional deficiencies in celiac

disease. Gastroenterol Clin North Am 2007, 36:93–108.

15

Page 16: Penerapan Sebuah Sistem Penilaian Untuk Mengevaluasi Risiko Gizi Buruk Di Beberapa Rumah Sakit

28. Ling RE, Hedges V, Sullivan PB: Nutritional risk in hospitalized children:

an assessment of two instruments. E-SPEN 2011, 6:e153–e157.

29. McCarthy H, Dixon M, Crabtree I, et al: The development and evaluation

of the Screening Tool for the Assessment of Malnutrition in Paediatrics

(STAMP©) for use by healthcare staff. J Hum Nutr Diet 2012, 25:311–

318.

30. Hendricks KM, Duggar C, Gallagher L, et al: Malnutrition in hospitalized

pediatric patients. Current prevalence. Arch Pediatr Adolesc Med 1995,

149:1118–1122.

31. Joosten KF, Hulst JM: Malnutrition in pediatric hospital patients: current

issues. Nutrition 2011, 27:133–137.

32. Secker DJ, Jeejeebhoy KN: Subjective global nutritional assessment for

children. Am J Clin Nutr 2007, 85:1083–1089.

33. Secker DJ, Jeejeebhoy KN: How to perform Subjective Global Nutritional

assessment in children. J Acad Nutr Diet 2012, 112:424–431.

34. Sermet-Gaudelus I, Poisson-Salomon AS, Colomb V: Simple pediatric

nutritional risk score to identify children at risk of malnutrition. Am J Clin

Nutr 2000, 72:64–70.

35. Gerasimidis K, Keane O, Macleod I, et al: A four-stage evaluation of the

Paediatric Yorkhill Malnutrition Score in a tertiary paediatric hospital and

a district general hospital. Br J Nutr 2010, 19:1–6.

36. Modena V, Walls T, Day AS: Nutritional status and nutrition risk

screening in hospitalized children in New Zealand. Acta Paediatr 2013,

102:e419–e423.

16