penerapan nilai-nilai agama islam peserta didik …
TRANSCRIPT
i
PENERAPAN NILAI-NILAI AGAMA ISLAM PESERTA
DIDIK MELALUI METODE PEMBIASAAN
DI SMP YAPIP SUNGGUMINASA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd) pada prodi Agama Islam Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
DWI INDRIYANTI
105191105016
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1441H/2020M
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Judul Skripsi : Penerapan Nilai-nilai Agama Islam Peserta Didik Melalui
Metode Pembiasaan Di SMP Yapip Sungguminasa
Nama : Dwi Indriyanti
Nim : 105191105016
Fakultas/Jurusan : Agama Islam/Pendidikan Agama Islam
Setelah dengan seksama memeriksa dan meneliti, maka skripsi ini dinyatakan
telah memenuhi syarat untuk diujikan di depan tim penguji ujian skripsi pada
Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Makassar, 18 Dzulkaidah1441 H
9 Juli 2020 M
Disetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Atika Achmad, M.Pd Ya’kub S.P.d. M.Pd.I
NIDN: 2017085703 NIDN: 0918098505
v
iii
ABSTRAK
Dwi Indriyanti. 105 191 105 016. 2020. Penerapan Nilai-nilai Agama Islam
Peserta Didik Melalui Metode Pembiasaan di SMP Yapip Sungguminasa Di
bimbing Dra. Atika Achmad, M.Pd dan Ya’kub S.Pd., M.Pd.I
Skripsi ini membahas mengenai Nilai-nilai Pendidikan Islam melalui metode
pembiasaan SMP Yapip Sungguminasa. Rumusan masalah dalam penelitian ini
Bagaimana penerapan Nilai-nilai Agama Islam di SMP Yapip Sungguminasa?
Bagaimana Metode Penerapan Nilai-nilai Agama Peserta Didik Melalui Metode
Pembiasaan di SMP Yapip Sungguminasa? Apa Faktor Pendukung dan
Penghambat Penanaman Nilai-nilai Pembiasaan Agama Peserta Didik di SMP
Yapip Sungguminasa? Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi
mengenai nilai-nilai Pendidikan Islam Peserta didik SMP Yapip Sungguminasa
melalui metode pembiasaan SMP Yapip Sungguminasa.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif deskriptif, subjek penelitian ini adalah peserta didik SMP Yapip
Sungguminasa sebagai responden. Instrumen penelitian yang di gunakan dalam
penelitian ini adalah lembar wawancara dan lembar dokumentasi berupa
dokumenpendukung bahan skripsi yaitu foto wawancara.
Dari data yang di peroleh dapat di ketahui bahwa metode pembiasaan untuk
menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam pada peserta didik SMP Yapip
Sungguminasa membentuk nilai-nilai pendidikan islam yang di tanamkan kepada
peserta didik dengan menanamkan akhlak, yang baik dengan sholat berjamaah,
hafal surat-surat pendek, doa sehari-hari, membaca Al- Qur’an , menghafal as-
maul Husna, budaya salam sapa berdampak positif kepada peserta didik dan orang
tua peserta didik yang sangat mendukung metode pembiasaan dalam menanamkan
nilai-nilai Islam peserta didik SMP Yapip Sungguminasa.
vii
iv
KATA PENGANTAR
حِيم حْمَنِ الره ِ الره بسِْمِ اللَّه
لاةَُ وَالسهلامَُ عَلىَ أشَْرَفِ اْلأنَْبيِاَءِ وَالْمُرْسَليِْنَ وَعَلىَ الَِهِ وَصَحْبهِِ الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالمَِيْنَ وَالصه
ا بعَْدُ أجَْمَعِيْنَ أمَه
Segala puji bagi Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan
nikmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini. Shalawat menyertai salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, beserta keluarga, sahabat, dan juga para
pengikut-pengikutnya yang senantiasa mengikuti ajaran-ajarannya hingga akhir
zaman.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, tidak sedikit hambatan dan kendala yang
penulis alami, tetapi berkat petolongan Allah Shubhanahu Wata’ala. doa,
motivasi, serta dukungan untuk menyelesaikannya meskipun penulis menyadari
bahwa skripsi ini masih jauh dari kata kesempurnaan.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Kedua orang tua, ayahanda Heriyanto , dan Ibunda Raksamala Rasyid, beserta
keluarga.
2. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, bapak Prof. Dr. H. Abd.
Rahman Rahim, S.E,. M.M. beserta wakil-wakil Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
3. Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd. I, selaku Dekan Fakultas Agama Islam,
Universitas Muhammadiyah Makassar, beserta Wakil Dekan I, Dra.
Mustahidang U. M.Si., Wakil Dekan II, Drs. Abd. Samad T., Wakil Dekan III,
Dr. Ferdinan S.Pd.I., M.Pd.I, Wakil Dekan IV, Ahmad Nasir S.Pd.I., M.Pd.I.
4. Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M.A. selaku Ketua Prodi Pendidikan Agama
Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
viii
v
5. Dra. Atika Achmad, M.Pd dan Ya’kub S.Pd., M.Pd.I, selaku pembimbing
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Para Dosen Universitas Muhammadiyah Makassar yang merupakan sumber
ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi penulis selama proses perkuliahan,
hingga skripsi ini selesai.
7. Seluruh Staff Fakultas agama Islam, yang telah banyak memberikan
kemudahan selama peneliti menempuh pendidikan di Universitas
Muhammadiyah Makassar.
8. Teman-temanku Mahasiswa Pendidikan Agama Islam angkatan 2016,
terkhusus kepada PAI .B, yang telah memenjatkan do’a dan memberi motivasi
atas kesuksesan peneliti.
9. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah banyak
memberikan sumbangsihnya kepada peneliti selama kuliah hingga skripsi ini
selesai.
Akhirnya, hanya kepada Allah Shubhanahu Wata’ala jualah peneliti
serahkan segalanya, semoga semua pihak yang membantu peneliti mendapat
pahala serta kebaikan di sisi Allah Shubhanahu Wata’ala., serta semoga skripsi
ini bermanfaat bagi semua orang yang membacanya, terkhusus bagi peneliti
sendiri.
Makassar, Senin 6 April 2020
Peneliti,
Dwi Indriyanti
NIM: 105191105016
xi
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii
PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................... iii
BERITA ACARA MUNAQASYAH .............................................................. iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ......................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 7
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 9
A. Penerapan Nilai-Nilai Agama ......................................................... 9
B. Dasar,Tujuan,Langkah dan Faktor Metode Pembiasaan ................ 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 33
A. Jenis Penelitian ............................................................................ 33
B. Lokasi dan Obyek Penelitian ...................................................... 33
C. Fokus Penelitian ........................................................................... 34
D. Deskripsi Penelitian ..................................................................... 34
E. Sumber Data ................................................................................. 34
F. Instrumen Penelitian .................................................................... 35
G. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 36
H. Teknik Analisis Data .................................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... 39
A. Gambaran Umum SMP Yapip Sungguminasa ............................ 39
x
vii
B. Penerapan Metode Pembiasaan ................................................... 42
C. Bentuk Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Islam ........................ 46
D. Penerapan Metode Pembiasaan Untuk Menanamkan
Nilai-nilai Pendidikan Islam Pada Peserta Didik SMP
Yapip Sungguminasa ................................................................... 50
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 55
A. Kesimpulan .................................................................................. 55
B. Implikasi ....................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 58
LAMPIRAN ..................................................................................................... 62
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... 73
xi
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan kini menjadi pusat sorotan dan perhatian utama sebagai
satu bentuk lembaga pendidikan yang menjalankan sistem dan proses pendidikan,
namun apakah dunia pendidikan kita sampai hari ini dapat di katakana berhasil?
Ini merupakan satu tanda Tanya besar buat kita semua sebagai penanggung jawab
terhadap kemajuan dan perkembangan pendidikan.
Hampir semua orang butuh terhadap pendidikan dan melaksanakan
pendidikan. Sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia.
Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya dan manakala anak-anak ini
sudah dewasa dan berkeluarga mereka juga akan mendidik anak-anaknya. Begitu
pula di sekolah dan perguruan tinggi, peserta didik dan di didik oleh dosen.
Pendidikan adalah khas milik dan alat manusia. Tidak ada makhluk lain yang
membutuhkan pendidikan.
Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia
untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan
kebudayaan. Bagaimana sederhananya peradaban suatu masyarakat, di dalamnya
terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan. Karna itulah sering dinyatakan
pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat manusia.1
Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin maju menuntut adanya
peningkatan mutu dalam pendidikan. Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu
1 Tim Dosen Fip-Ikip Malang, Pengantar Dasar-dasar Kependidikan (Surabaya: usaha
nasional, 1998), h. 2.
1
3
kegiatan berproses yang berorientasi pada tujuan yang ingin dicapai dan tujuan itu
harus mengarah pada perubahan tingkah laku, yang merupakan bagian dari tujuan
pendidikan.
Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu program pendidikan
nasional yang dirancang dengan sangat baik oleh pemerintah, hal ini disebabkan
oleh terjadinya krisis yang cukup serius dalam bidang pendidikan. Krisis dalam
bidang pendidikan tidak hanya disebabkan oleh kurangnya anggaran pemerintah
dalam membiayai kebutuhan pokok pendidikan namun juga kurangnya tenaga ahli
dalam bidang pendidikan.
Penyelenggaraan pendidikan salah satunya adalah melalui pendidikan
sekolah. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah kegiatan belajar
mengajar merupakan kegiatan yang pokok. Belajar tidak dapat dipisahkan dengan
mengajar, peserta didik belajar karna pendidik mengajar demikian juga
sebaliknya. Salah satu usaha untuk mengoptimalkan hasil belajar adalah
memperbaiki pengajaran yang dalam hal ini banyak ditentukan oleh pendidik.
Terjemahan:
Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara
(isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur’an
dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang
dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti
4
sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk
menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang
mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam
ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat,
semuanya itu dari sisi Tuhan kami”. Dan tidak dapat mengambil
pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal . (Surah Ali
imran ayat 7).2
Dalam uraian di atas dapat di gambarkan sebagai berikut:
negara-negara yang sudah berkembang ataupun yang sudah mengalami
stabilitas politik dan agama, pendidikan menjadi perhatian penting bagi
masyarakat. Orang-orang yang memperdebatkan pendidikan cenderung
berpendirian, bahwa tujuan pendidikan adalah mempersiapkan generasi muda
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Khususnya di negara Indonesia yang memiliki tujuan pendidikan sesuai
yang tertera dalam undang-undang Repuplik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang sistem pendidikan Nasional, menegaskan bahwa:
“pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan
menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.”3
Oleh karna itu, sebagai calon pendidik kita di tuntut untuk membantu
pendidik, agar supaya dalam hal belajar mengajar siswa dapat memahami setiap
apa yang sedang di ajarkan, khususnya pembelajaran tentang pendidikan Agama
Islam. Agar pembelajaran berjalan efektif dan efesien maka dala proses belajar
mengajar harusnya pendidik menetapkan beberapa metode pembelajaran dalam
2 Khanza Safitra, Dalami Islam, Pusat Ilmu Nusantara Landasan agama Al-Qur’an ayat-
ayat Al-Qur’an Tentang Ilmu 2018
3 Repuplik Indonesia, Undang-Undang Repuplik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional, “(Jogyakarta: Laksana, 2012), h. 15.
5
hal mengajar ada dalam beberapa metode yang biasa di pakai, salah satunya
adalah metode pembiasaa.
Pembiasaan yang sifatnya pengulangan merupakan teknik pendidikan jitu,
walaupun ada kritik terhadap metode ini karena cara ini tidak mendidik anak
untuk menyadari tentang apa yang di lakukannya. pada mulanya anak merasa di
paksa untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan tersebut, namun lama kelamaan anak
akan terbiasa untuk melakukannya dan akan melekat kedalam jiwa sang anak dan
bahkan kalau tidak melakukannya akan terasa ada beban yang membebaninya.
sedangkan di tinjau dari segi perkembangan anak, pembentukan tingkah laku
melalui pembiasaan akan membantu anak untuk tumbuh dan berkembang secara
seimbang.
Metode pembiasaan tidak akan sempurnah jika tidak di iringi dengan
metode metode keteladanan . karena anak didik selain melakukan kebiasaan, juga
perlu adanya seorang figure yang di jadikan contoh untuk di tiru. secara psikologis
anak senang meniru, tida saja yang baik-baik yang jelek pun ditirunya, dan secara
psikologis pula manusia membutuhkan tokoh teladan dalam hidup. disinilah letak
relevansi dan keterkaitan antara metode keteladanan dengan metode pembiasaan,
artinya pendidik tidak hanya berbica ( memerintah ) tetapi juga harus mampu
menjadi teladan yang baik bagi anak.
Internalisasi nilai-nilai Agama Islam melalui pembiasaan misalkan dalam
bidang akhlak yaitu dengan jalan membiasakannya untuk bertingkah laku dan
beraklak baik seperti ; kejujuran, adil, berlaku benar, memelihara lidah, tidak
6
dusta, yang kesemuanya itu dapat bermanfaat untuk membentuk pribadi muslim
anak.
Dalam hal ini orang tua asuh atau pendidik harus mampu memberikan
contoh dalam kehidupan sehari-hari maka dalam diri sang anak akan tertanam
kepribadian yang baik. contoh, si anak terbiasa menerima perilaku adil dan di
biasakan berbuat adil, maka dalam diri pribadi anak akan tertanam rasa keadilan
dan akan menjadi salah satunya unsur pribadinya.
Dalam bidang ibadah yaitu dengan membiasakan setiap harinya sholat
wajib lima waktu berjamaah dan membiasakan sholat sunnah baik sholat sunnah
rawatib maupun sholat malam, serta membiasakan setiap senin dan kamis
berpuasa sunnah. dengan begiru anak akan terbiasa melaksanakan syariat Islam
dalam dirinya akan tertanam pribadi yang baik. tidak lupa pula sebagai pendidik
juga harus memberi contoh terhap apa yang mereka anjurkan.
Dengan pembiasaan-pebiasaan akan dapat memasukkan unsur-unsur
positif dalam pribadi anak yang sedang tumbuh, karena kebiasaan-kebiasaan baik
yang sudah terbentuk pada diri seorang anak akan terasa ringan untuk
mengerjakan apa-apa yang telah menjadi kebiasaannya.
Zakariah Drajat berpendapat : “Apabila si anak terbiasa melaksanakan
ajaran Islam terutama ibadah (secara konkrit seperti sembahyang, puasa,
membaca Al-Quran dan berdoa) dan tidak pula di latih atau di biasakan
melaksanakan hal-hal yang di suruh tuhan dalam kehidupan sehari-hari,
serta tidak di latih untuk menghindari larangan-Nya, maka pada waktu
dewasanya nanti ia akan cenderung kepada acuh tak acuh, anti Agama atau
sekurang-kurangnya ia tidak merasakan pentingnya Agama bagi dirinya.
tapi sebaiknya anak yang banyak mendapat latihan dan pembiasaan
7
Agama, pada waktu dewasanya nanti akan semakin merasakan kebutuhan
akan Agama.“4
Membiasakan anak terhadap ibadah seperti di atas, dalam kehidupan
sehari-hari akan besar manfaatnya terhadap peserta didik atau anak asuh dimana
kesan Agama akan semakin meresap dalam kehidupam pribadinya secara
mendalam sehingga benar-benar menyatuh dan tercermin dari segala gerak
langkahnya dalam perjalanan hidupnya kelak.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
tentang “Pengembangan nilai-nilai Agama Islam Peserta didik melalui metode
Pembiasaan pada siswa SMP Yapip Sungguminasa”
B. Rumusan masalah
Rumusan masalah dalam penelitian adalah :
1. Bagaimana penerapan Nilai-nilai Agama Islam di SMP Yapip
Sungguminasa?
2. Bagaimana Metode Penerapan Nilai-nilai Agama Peserta Didik Melalui
Metode Pembiasaan di SMP Yapip Sungguminasa?
3. Apa Faktor Pendukung dan Penghambat Penanaman Nilai-nilai
Pembiasaan Agama Peserta Didik di SMP Yapip Sungguminasa?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui Nilai-nilai Agama Islam di SMP Yapip Sungguminasa.
2. Mengetahui Metode Penerapan Nilai-nilai Agama Peserta Didik Melalui
Metode Pembiasaan di SMP Yapip Sungguminasa.5
4Zakariah Darajat, llmu Jiwa Agama ,(Jakarta: P.T . Bulan Bintang . 2005), h. 74
8
3. Mengetahui Faktor Pendukung dan Penghambat Penanaman Nilai-nilai
Pembiasaan Agama Peserta Didik di SMP Yapip Sungguminasa
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang di harapkan dari hasil penelitian yang penulis lakukan
adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Mendapatkan pengetahuan tentang penerapan metode pembiasaan untuk
menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam pada peserta didik.
2. Manfaat praktis
a. Bagi peserta didik adalah dengan adanya hasil penelitian ini di harapkan
mampu melakukan tingkah laku yang baik langsung merespon tanpa
adanya perintah dari pendidik.
b. Bagi pendidik adalah dengan adanya hasil penelitian ini di harapkan
mampu menerapkan metode pembiasaan pada peserta didik secara efektif
c. Bagi sekolah adalah dapat dijadikan salah satu cara yang dapat di gunakan
untuk melatih dan membiasakan peserta didik berbuat baik, sopan, jujur,
sabra, dan amanah. Baik dalam proses pembelajaran maupun diluar
pembelajaran.
d. Bagi peneliti yang berminat melakukan penelitian lanjutan khususnya
mahasiswa pendidikan Agama Islam fakultas Agama Islam.
5 M. Asrori Ardiansyah, M.Pd, Metode Penanaman Nilai Islam, Malang : Kabar
Pendidikan, 2011
9
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Penerapan Nilai-Nilai Agama
1. Pengertian Penerapan Agama
Menurut J.S Badudu dan Sultan Mohammad Zaid mengemukakan bahwa
penerapan adalah hal, cara atau hasil6. Adapun menurut Lukman Ali penerapan
adalah mempraktekkan, memasangkan.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat di simpulkan bahwa penerapan
merupakan suatu cara atau hasil yang dilakukan baik secara individu maupun
kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan adapun
unsur-unsur penerapan meliputi:
a. Adanya program yang di lakukan
b. Adanya kelompok target, yaitu masyarakat yang menjadi sasaran
diharapkan akan menerima manfaat dari program tersebut
c. Adanya pelaksanaan, baik organisasi atau perorangan yang
bertanggung jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan maupun
pengawasan dari proses penerapan tersebut.7
6 Badudu, Zain 1996 1487 https://docplayer.info/30779286-Bab-ii-Kajian-teori-adalah-
hal-cara-atau-hasil-adapun-menurut-Lukman-Ali-penerapan-adalah-
mempraktekkan.html.(Diakses 13 Januari 2020) 7 Wahab, 1990 45 http://belajarpendidikanpkn.blogspot.com/2017/03/pengertian-
penerapan-dan-unsur-unsur.html.(Diakses 13 Januari 2020)
8
10
2. Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama merupakan kata majemuk yang terdiri dari dari kata
“Pendidikan” dan “Agama” dalam kamus umum Bahasa Indonesia, pendidikan
berasal dari kata didik, dengan diberi awalan “pe” dan akhiran “an”, yang berarti
“proses pengubahan sikap dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan latihan (ajaran) mengenai akhlas kecerdasaran pikiran.
Istilah pendidikan adalah terjemahan dari bahasa Yunani Paedagogie yang
berarti “pendidikan” dan Paedagogia yang berarti pergaulan dengan anak-anak”.
Sementara itu, orang yang tugas membimbing atau mendidik dalam
pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri disebut Paedagogos. Istilah
Paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing,
memimpin).
Dalam bahasa inggris, kata yang menunjukkan pendidikan adalah
Education yang berarti pengembangan atau bimbingan.
Sementara itu, pengertian agama dalam kamus Bahasa Indonesia yaitu:
“kepercayaan kepada Tuhan (dewa dan sebagainya) dengan ajaran kebaktian dan
kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.”
Pengertian Agama menurut Frezer dalam Aslam Hadi yaitu :
“menyembah atau menghormati kekuatan yang lebih agung dari manusia
yang di anggap mengatur dan menguasai jalannya alam semesta dan
jalannya peri kehidupan manusia.”
Menurut M.A. Tihami pengertian agama yaitu:
11
a. Al-din (Agama) menurut bahasa terdapat banyak makna, antara lain al-
Tha’at (ketaatan), al-lbadat (ibadah), al-Jaza (pembalasan), al-Hisab
(perhitungan).
b. Dalam pengertian syara; al-din (Agama) adalah keseluruhan jalan hidup
yang di tetapkan Allah melalui lisan Nabi-Nya dalam bentuk ketentuan-
ketentuan (hukum). Agama itu dinamakan al-din karna kita (manusia)
menjalankan ajarannya berupa keyakinan (kepercayaan) dan perbuatan.
Agama dinamakan al-Milah, karna Allah menurut ketaatan Rasul dan
kemudian Rasul menuntut ketaatan kepada kita (manusia). Agama juga
dinamakan syara’ (syari’ah) karna Allah menetapkan atau menentukan
cara hidup kepada kita (manusia) melalui lisan Nabi S A W.
Dari keterangan diatas dan pendapat dapat di simpulkan bahwa agama
adalah peraturan yang bersumber dari Allah SWT, yang berfungsi untuk mengatur
kehidupan manusia, baik hubungan manusia dengan sang pengcipta maupun
hubungan antara sesamanya yang di landasi dengan mengharap ridha Allah SWT
untuk mencapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat.8
Kemudian pengertian Islam itu sendiri adalah Agama yang diajarkan oleh
Nabi Muhammad SAW berpedoman pada kitab suci Al-Qur’an, yang di turunkan
ke dunia melalui wahyu Allah SWT. Agama islam merupakan sistem tata
kehidupan yang pasti biasa menjadikan manusia damai, bahagia, dan sejahtera.
“Menurut Ahmad D Marimba Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan
jasmani maupun rohani berdasarkan hukum-hukum Agama Islam menuju
terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.9
“Menurut Chabib Thoha Pendidikan Agama Islam pendidikan yang
falsafah dasar dan tujuan serta teori-teori yang di bangun untuk
melaksanakan praktek pendidikan berdasarkan nilai-nilai dasar Agama
Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an dan hadits.10
“Menurut Zakiyah Darajat, menekankan bahwa pendidikan Agama Islam
adalah upaya mendidik seseorang kearah pembentukan pribadi muslim
8
ibid h, 13 9 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung : Al Ma’arif, 1989), h.
19 10
HM. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar ,
1996), h. 99
12
yang tangguh, dengan ciri-cirinya perubahan sikap dan tingkah laku sesuai
dengan petunjuk ajaran Islam. Pendidikan Agama Islam mempunyai
cakupan yang sama dengan pendidikan umum, bahkan melebihinya
. (a)Pendidkan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan
terhadap anak didik agar setelah selesai dari pendidkannya dapat
memahami dan mengamalkan ajaran Agama Islam serta menjadikannya
sebagai pandangan hidup (way of life).
b)Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan
berdasarkan ajaran Islam.
c) Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-
ajaran Agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak
didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami,
menghayati, dan mengamalkan ajaran Agama Islam yang telah di yakini
menyeluruh, serta menjadikan keselamatan hidup di dunia dan di akhirat
kelak. 11
Selanjutnya “Menurut Arifin, menekankan bahwa pendidikan Agama
Islam pada khususnya bersumberkan ajaran Islam disamping menanamkan
sikap hidup yang dijiwai nilai-nilai pendidikan Agama Islam juga
mengembangkan kemampuan berilmu pengetahuan sejalan dengan nilai-
nilai yang melandasinya merupakan proses ikhtiarah yang secara
pedagogis mampu mengembangkan hidup anak didik kearah kedewasaan
yang menguntungkan dirinya.12
Berdasarkan rumusan-rumusah diatas, dapat di ambil suatu pengertian,
bahwa pendidikan Agama Islam merupakan sarana untuk membentuk kepribadian
yang utama yang mampu mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari
sesuai dengan norma dan ukuran Islam.
Pendidikan ini harus mampu membimbing, mendidik dan mengajarkan
ajaran-ajaran Islam terhadap murid baik mengenai jasmani maupun rohaninya,
agar jasmani dan rohani, berkembang dan tumbuh secara selaras. Jadi Pendidikan
Agama Islam adalah usaha yang berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan
terhadap anak agar kelak selesai pendidikannya dapat memahami, menghayati,
11
Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Cet. V ; Jakarta: Bumi aksara, 2004) h. 20 12
Muhammad Arifin, Ilmu Pendidikan Agama Islam (Cet. ll; Jakarta : Bumi Aksara,
1993), h. 57.
13
dan mengamalkan Agama Islam, serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan,
baik pribadi maupun kehidupan masyarakat.
Untuk memenuhi harapan tersebut, pendidikan harus dimulai sedini
mungkin, agar dapat meresap dihati sanubari anak didik, sehingga ia mampu
menghayati, memahami dan mengamalkan ajaran islam dengan tertib dan benar
dalam kehidupannya, Dengan kata lain beliau menekankan bahwa pendidikan
Agama Islam dimaknai sebagai upaya memersiapkan individu untuk kehidupan
yang lebi sempurna. Hal senada juga apa yang dikemukakan oleh :
“Tadjab bahwa pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang
dilaksanakan dengan bersumber atas ajaran Islam. Sedangkan pendidikan
Islam di Indonesia termasuk bagian dari pendidikan Agama Islam dimana
tujuan utamanya adalah membina dan mendasari kehidupan anak-anak
dengan nilai-nilai Agama.”13
“Menurut Al-Syaibani dalam Jalalunddin menegaskan bahwa tujuan
pendidikan Agama Islam adalah untuk mempertinggi nilai-nilai akhlak
hingga mencapai tingkat akhlak al-karimah.14
pendikan Agama Islam merupakan upaya membentuk pribadi muslim
yang senantiasa mendasarkan hidup. Sikap dan tingkah lakunya pada ajaran Islam
atau pembinaan moral yang berdasarkan alquran dan hadis Nabi saw, dengan
senantiasa berpedoman pada seluruh aspek kehidupan manusia baik duniawi
maupun ukhrawi demi mencapai predikat muttaqin.
Dari pendapat ahli diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai
adalah kualitas atau penghargaan terhadap sesuatu yang di anggap penting dan
baik yang menjadi dasar penentu untuk bertingkah laku atau cita-cita yang ingin
di capai seseorang.
13
Tadjab, Perbandingan Pendidikan: Study Perbandingan Tentang Perbandingan Barat
Modern, islam dan Nasional (Surabaya : Karya Abditama, 1994), h. 55. 14
Jalaluddin, Psikologi Agama (cet. V; Jakarta : Rajawali Pres, 2003), h. 56.
14
3. Nilai-Nilai Agama
a. Pengertian Nilai – Nilai Agama
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia. Pengembangan berarti hal,
cara, atau hasil kerja mengembangkan 15
sedangkan Bambang Daroeso
mengemukakan bahwa nilai adalah suatu kualitas atau penghargaan terhadap
sesuatu, yang dapat menjadi dasar penentu tingkah laku seseorang.16
sedangkan
menurut Kartono Kartini dan Dali Guno dalam Qiqi Yulianti Z dan A. nilai
sebagai hal yang anggap penting dan baik. semacam keyakinan seseorang
terhadap yang seharusnya atau tidak seharusnya di lakukan (misalnya, jujur,
ikhlas, ) atau cita-cita yang ingin di capai oleh seseorang (misalnya kebahagiaan,
kebebasan).
Nilai artinya sifat – sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi
kemanusian menurut Sidi Gazalba dalam W.JS Purwadarma, yang bersifat
abstrak, ideal, bukan benda konkrit, bukan fakta.
Tidak hanya persoalan benar dan salah yang menurut pembuktian empirik,
melainkan penghayatan yang di kehendaki dan tidak di kehendaki17
.
Sedang menurut Chabib Thoha nilai merupakan sifat yang melekat pada
suatu (system kepercayaan) yang telah berhubungan dengan subjek yang
memberi arti (manusia yang meyakini)18
. jadi nilai adalah suatu yang
bermanfaat dan berguna bagi manusia sebagai acuan tingkah laku.
Dalam beberapa uraian di atas maka di tarik kesimpulan nilai-nilai Agama
adalah sifat-sifat atau hal-hal yang melekat pada Agama yang di gunakan sebagai
15
JS Badudu , Sultan Mohammad Zain , Kamus Umum Bahasa Indonesia . ( Jakarta
Pusaka Sinar Harapan 2001) , hlm 655 16
AR Muchsan , Samsuri , Dasar – Dasar Pendidikan Moral , (Yogyakarta : Ombak ,
2013), hlm 21
18
Loc.cit Chabib Thoha, h. 18
15
dasar manusia untuk mencapai tujuan hidup manusia yaitu mengabdi pada Allah
SWT. Nilai-nilai tersebut perlu di tanamkan pada anak sejak kecil, karna pada
waktu itu adalah masa yang tepat untuk menanamkan kebiasaan yang baik
padanya. Bila pendidikan kita sebagai suatu proses, maka proses tersebut akan
berakhir pada pencapaiannya tujuan akhir pendidikan. suatu tujuan yang hendak
di capai oleh pendidikan pada hakekatnya adalah suatu perwujudan nilai-nilai
ideal yang terbentuk dalam pribadi manusia.
Arifin , mengatakan bahwa : adapun dimensi kehidupan yang mengandung
nilai ideal Islami dapat kita kategorikan dalam tiga macam sebagai berikut :
a) Dimensi yang mengandung nilai yang meningkan kesejahteraan hidup
manusia di dunia. dimensi nilai kehidupan ini mendorong kegiatan untuk
mengolah memanfaatkan dunia ini agar menjadi bekal atau sarana bagi
kehidupan di akhirat.
b) Dimensi yang mengandung nilai yang mendorong manusia untuk berusaha
keras meraih kehidupan akhirat yang membahagiakan. dimensi ini
menuntun manusia untuk tidak terbelenggu oleh nilai kekayaan dunia atau
materi yang dimiliki, namun kemudaratan atau kemiskinan harus di
berantas, sebab kemelaratan duniawi biasa menjadi ancaman yang
menjerumuskan manusia dalam kekufuran.
c) Dimensi yang mengandung nilai yang dapat memadukan antara
kepentingan hidup duniawi dan ukhrawi, keseimbangan dan keserasian
antara kepentingan kedua kepentingan hidup ini menjadi daya tangkap
terhadap pengaruh-pengaruh negative dari berbagai gejolak kehidupan
16
yang menggoda ketenangan hidup manusia, baik yang bersifat spiritual,
sosial, kultur, ekonomi, ideology dalam pribadi manusia19
.
Disinilah kita dapat melihat dimensi nilai-nilai Agama yang menekankan
keseimbangan dan keselamatan hidup duniawi dan ukhrawi menjadi landasan
ideal, yang hendak di kembangkan dan dibudayakan dalam pribadi manusia
melalui pendidikan sebagai adat kebudayaan.
Nilai-nilai Islami yang fundamental yang mengandung kemutlakan bagi
kehidupan manusia selaku pribadi dan selaku anggota masyarakat, tidak
berkecenderungan untuk berubah mengikuti selera-selera nafsu manusia yang
berubah-ubah sesui tuntutan perubahan sosial. nilai-nilai islam absolut dari Allah
SWT, itu sebaliknya akan berfungsi sebagai pengendali terhadap pengaruh dan
tuntutan perubahan-perubahan individu.
Jadi, nilai-nilai yang hendak diwujudkan adalah berdimensi transcendental
(melampaui wawasan hidup duniawi) sampai nilai duniawi sasarannya.
Arifin, mengemukakan bahwa nilai-nilai yang mencakup di dalam system
nilai yang merupakan kompenen sub-sistem, yaitu :
a) Sistem nilai kultur yang senada dan senafas dengan Islam
b) Sistem nilai sosial yang memiliki mekanisme gerak yang berorientasi
kepada kehidupan sejahtera di dunia dan bahagia di akhirat.
c) sistem nilai bersifat psikologisnya untuk berperilaku secara nilai yang
menjadi sumber rujuknya, yaitu Islam.
19
Muhammad Arifin,loc.cit h, 1
17
d) sistem nilai tingkah laku dari manusia-manusia yang mengandung
interkomunikasi dengan yang lainnya, tingkah laku ini timbul karna ada
nya faktor-faktor dari kebutuhan mempertahankan hidup yang banyak di
warnai oleh nilai-nilai yang memotivasi dalam pribadinya.20
oleh karna itu antara tujuan pendidikan secara tarbiat saling berkaitan
dengan eratnya, Nilai-nilai tersebut merupakan hasil dari proses pendidikan yang
di inginkan, namun yang paling penting dalam proses pendidikan ini adalah nilai
merealisasikannya dalam kehidupan sehari-harinya. nilai-nilai itu adalah yang
terwujud di dalam keseluruhan hidup pribadi dan sosial manusiawi.
perkembangan nilai-nilai Agama artinya perkembangan dalam
kemampuan memahami, mempercayai dan menjujung tinggi kebenaran-kebenaran
yang berasal dari sang pencipta, dan berusaha menjadikan apa yang di percayai
sebagai pedoman dalam bertutur kata, bersikap, dan bertingkah laku yang baik
dan benar dalam berbagai situasi.
b. Tujuan Pengembangan Nilai Agama
Menurut Sjarkawi, pendidkan Agama bertujuan membina bentuknya
perilaku yang baik bagi setiap orang, artinya, pendidikan bukan sekedar
memahami tentang aturan benar dan salah atau mengetahui tentang
ketentuan baik dan buruk, tetapi harus benar-benar meningkatkan perilaku
seseorang21
.
Menurut Syarifuddin tujuan dari pendidikan dan pengembangan nilai
Agama adalah dalam rangka pembentukan kepribadian yang harus dimiliki
manusia seperti :
1) Dapat beradaptasi pada berbagai situasi dalam relasinya dengan orang lain
dan dalam hubungan dengan berbagai kultur.
20
) Ibid h,140 21
Desmita , Psikologi Perkembangan Peserta Didik , (Bandung : Remaja Rosdakarya ,
2011) hlm . 266
18
2) Selalu dapat memahami sesuatu yang berbeda dan menyadari bahwa
darinya memiliki dasar pada identitas kulturnya,
3) Mampu menjaga batas yang tidak kaku pada dirinya, bertanggung jawab
terhadap bentuk batasan yang di pilihnya sesaat dan terbuka pada
perubahan.22
Sedangkan menurut Frankena dalam Sjarkawi mengemukakan lima tujuan
pendidikan nilai Agama sebagai berikut :
1) Mengusahakan suatu pemahaman “ pandangan nilai Agama “ ataupun
cara-cara dalam pertimbangan tindakan-tindakan dan penetapan
keputusan apa yang seharusnya di kerjakan seperti membedakan hal
estetika, legalitas atau pandangan tentang kebijaksanaan.
2) Membantu mengembangkan kepercayaan atau pengadopsian satu atau
beberapa prinsip umum yang fundamental, ide atau nilai sebagai suatu
pijakan atau landasan atau pertimbangan dalam menetapkan keputusan,
3) Membantu mengembangkan kepercayaan pada dan atau mengadopsi
norma-norma konkret, nilai-nilai, kebaikan-kebaikan seperti pada
pendidikan yang selama ini di praktikkan mengembangkan suatu
kecenderungan untuk melakukan sesuatu.
4) Mengembangkan suatu kecenderungan untuk melakukan sesuatu yang
secara baik dan benar.
4. Pengertian Peserta Didik
Secara etimologi peserta didik adalah anak didik yang mendapat
pengajaran ilmu. Secara terminologi peserta didik adalah anak didik atau individu
yang mengalami perubahan, perkembangan sehingga masih memerlukan
bimbingan dan arahan dalam membentuk kepribadian serta sebagai bagian dari
sturuktural proses pendidikan. Dengan kata lain peserta didik adalah seorang
individu yang tengah mengalami fase perkembangan atau pertumbuhan baik dari
segi fisik, mental dan pikiran.
Peserta didik dalam pendidikan Islam adalah individu yang sedang tumbuh
dan berkembang, baik secara fisik maupun psikis untuk mencapai tujuan
22 Syarifuddin, dkk Ilmu Pendidikan Agama Islam, Jakarta: hijri Pustaka Utama, 2016
19
pendidikannya melalui lembaga pendidikan. Dalam bahasa Arab, peserta didik
dikenal dengan istilah tilmidz (sering digunakan untuk menunjukkan peserta didik
tingkat sekolah dasar) dan thalib al-ilm (orang yang menuntut ilmu dan biasa
digunakan untuk tingkat yang lebih tinggi seperti Sekolah Lanjutan Pertama dan
Atas serta Perguruaan tinggi).
“Peserta didik adalah makhluk yang sedang berada dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan menurut fitrahnya masing-masing. Mereka perlu
bimbingan dan pengaraan yang konsisten dan berkesinambungan menuju kearah
titik optimal kemampuan fitrahnya. Peserta didik tidak hanya sebagai objek atau
sasaran pendidikan tetapi juga sebagai subyek pendidikan, diperlakukan dengan
cara melibatkan mereka dalam memecahkan masalah-masalah dalam proses
pembelajaran. Peserta didik juga dapat dicirikan sebagai orang yang tengah
memerlukan pengetahuan (ilmu), bimbingan dan pengarah dari pendidik dan
orang- orang disekitarnya”.23
peserta didik juga dapat diartikan sebagai salah satu komponen manusia
yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar, peserta didiklah
yang menjadi pokok persoalan dan sebagai tumpuan perhatian. Didalam proses
belajar mengajar, peserta didik sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita,
memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Peserta didik
ini akan menjadi faktor “penentu” sehingga menuntut dan dapat mempengaruhi
segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya.24
23
Ibid , 24
Sadirman , lnteraksi dan Motivasi Belajar Mengajar , Jakarta : PT Raja Grafind
Persada , 2010
20
Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI NO. 20 tahun 2003 tentang sistem
Pendidikan Nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur
jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Dari pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa yang dimaksud peserta
didik adalah setiap orang atau sekelompok orang tanpa ada batasan usia tertentu
serta menjadi sasaran pengaruh kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh pendidik
dalam rangka tercapainya tujuan pendidikan.
5. Kedudukan Peserta Didik
Peserta didik adalah pokok persoalan dalam suatu proses pendidikan.
Didalam proses belajar mengajar peserta didik merupakan pihak yang memiliki
tujuan serta memiliki cita-cita yang ingin dicapai secara optimal. Peserta didik
akan menuntut dan melakukan sesuatu agar tujuan belajarnya dapat terpenuhi.
Jadi dalam proses belajar mengajar peserta didiklah yang harus diperhatikan.
Pendidikan merupakan suatu keharusan yang harus diberikan kepada
peserta didik atau anak didik. Peserta didik sebagai manusia yang memiliki akal,
harus dibina dan dibimbing sebaik mungkin dengan perantaraan pendidik.
Pendidik harus memahami hakikat peserta didiknya sebagai subjek dan objek
pendidikan dalam proses belajar mengajar. Peserta didik adalah amanat bagi para
pendidiknya. Jika ia dibiasakan untuk melakukan kebaikan, niscaya ia akan
tumbuh menjadi orang yang baik, selanjutnya memperoleh kebahagian dunia dan
akhiratlah kedua orang tuanya dan juga setiap mu’alim dan murabbi yang
menangani pendidikan dan pengajarannya. Sebaliknya, jika peserta didik
21
dibiasakan melakukan hal-hal yang buruk dan ditelantarkan tanpa pedidikan dan
pengajaran maka dia akan menjadi seseorang yang celaka dan binasa.25
Dengan demikian dalam konsep pendidikan Islam tugas mengajar,
mendidik, dan memberikan tuntutan sama artinya dengan upaya untuk meraih
surga. Sebaliknya, menelantarkan hal tersebut berarti sama dengan menjuruskan
diri kedalam neraka. Jadi kita tidak boleh melalaikan tugas ini.
Ada beberapa hal yang terkait dengan hakekat peserta didik yaitu :
1. Peserta didik bukan miniature orang dewasa, ia mempunyai dunia sendiri
2. Peserta didik mengikuti periode-periode perkembangan tertentu yang
mempunyai pola perkembangan serta tempo dan iramanya yang harus
disesuaikan dalam proses pendidikan.
3. Peserta didik memiliki kebutuhan diantaranya kebutuhan biologis, rasa
aman, rasa kasih sayang, rasa harga diri dan realisasi diri
4. Peserta didik memiliki perbedaan antara individu dengan individu lain,
baik perbedaan yang disebabkan oleh faktor endogen (fitrah) maupun
eksogen (lingkungan) yang meliputi segi jasmani, intelegensi, sosial,
bakat, minat, dan lingkungan yang mempengaruhinya.
5. Peserta didik dipandang sebagai kesatuan system manusia walaupun terdiri
dari banyak segi tetapi merupakan satu kesatuan jiwa dan raga (cipta, rasa,
dan karsa).
25 Abddul Rahman , J, Tahapan Mendidik Anak , Bandung : lrsyarad Baitus Salam , 2008
22
6. Peserta didik merupakan objek pendidikan yang aktif dan kreatif serta
produktif. Anak didik bukanlah sebagai objek pasif yang biasanya hanya
menerima dan medengar saja .26
Adapun pengertian metode pembiasaan yang di kemukakan oleh para ahli
pendidikan, di antaranya:
“Menurut Ramayus, metode pembiasaan adalah cara atau upaya yang
praktis dalam pembentukan (pembinaan) dan persiapan anak “ senada
dengan pengertian Abdullah Nasir Ulwan, Ramayulis juga mengemukakan
bahwa “metode pembiasaan adalah cara untuk menciptakan suatu
kebiasaan atau tingkah laku tertentu bagi anak didik “27
Menurut Armai Arif, “metode pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat
dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai
dengan tuntunan Agama Islam.”28
Oleh karna itu, dapat di simpulkan bahwa yang di maksud metode
pembiasaan adalah sebuah cara yang di pakai pendidik untuk membiasakan anak
didik secara berulag ulang sehingga menjadi kebiasaan yang sulit untuk di
tinggalkan dan akan terus terbawa sampai hari tua.
Ciri khas metode pembiasaan adalah kegiatan yang berupa pengulangan
berkali-kali dari suatu hal yang sama. pengulangan ini sengaja di lakukan berkali-
kali supaya asosiasi antara stimulus dengan suatu respon menjadi sangat kuat. atau
dengan kata lain, tidak mudah di lupakannya.
Dalam beberapa defenisi di atas, terlihat adanya kesamaan pandangan
walaupun redaksinya berbeda-beda, namun pada prinsipnya, mereka sepakat
26 Ibid 27
Ibid. 103 28
Armai Arif , Pengantar llmu dan Metodologi Pendidikan lslam , (Jakarta : Ciputat
Press , 2002), h 110
23
bahwa pembiasaan merupakan salah satu upaya pendidikan yang baik dalam
pembentukan manusia dewasa, oleh karna itu dapat tertanam dalam dirinya ini
kemudian akan termanifestasikan dalam kehidupannya semenjak ia mulai
melangkah ke usia dewasa.
Pendekatan pembiasaan sangat efektif dalam menanamkan nilai-nilai
positif kedalam diri anak didik, baik pada aspek kognitif, efektif
danpsikomotorik. selain pendekatan pembiasaan juga dinilai sangat efesien
dalam mengubah kebiasaan negative menjadi positif, namun demikian
pendekatan ini akan jauh dari keberhasilan jika tidak di iringi dengan
contoh tauladan yang baik. Penanaman yang di maksud di dalam
penelitian ini adalah cara yang di lakukan oleh sekolah dalam
menanamkan nilai Agama peserta didik.
B. Dasar, Tujuan, Langkah Dan Faktor Metode Pembiasaan
1. Dasar Pembiasaan
Pembiasaan merupakan salah satu metode pendidikan yang sangat penting,
terutama bagi anak peserta didik, mereka belum menyadari apa yang di sebut baik
dan buruk dalam arti susila. mereka juga belum mempunyai kewajiban-kewajiban
yang harus di kerjakan seperti pada orang dewasa, sehingga mereka perlu di
biasakan dengan tingkah laku, keterampilan kecakapan, dan pola pikir tertentu
yang baik, kemudian peserta didik akan mengubah seluruh sifat-sifat baik menjadi
kebiasaan, sehingga jiawa dapat menunaikan kebiasaan itu tanpa perlu perlu susah
payah, tanpa kehilangan banyak tenaga, dan tanpa menemukan banyak
kesulitan.29
Pembiasaan dalam hal beribadah kepada Allah. Sebagaimana Allah swt
berfirman dalam QS. Al-Luqman 31/17
29
Abuddin Nata , Filsafat Pendidikan lslam , (Jakarta : Logos Wcana llmu , 1997), h. 101
24
Terjemahan:
“Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan
yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan
Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” 30
Seseorang yang telah mempunyai kebiasaan tertentu akan dapat
melaksanakannya dengan mudah dan senang hati, bahkan segala sesuatu yang
telah menjadi kebiasaan dalam usia muda sulit untuk di ubah dan tetap
berlangsung sampai hari tua. untuk mengubahnya seseringkali di perlukan terapi
dan pengendalian diri yang serius. atas dasar ini, para ahli pendidkan senantiasa
mengingatkan peserta didik segera dibiasakan dengan sesuatu yang di harapkan
menjadi kebiasaan yang baik sebelum terlanjur menjadi kebiasaan lain yang
berlawanan dengannya. tindakan praktis mempunya kedudukan penting Islam.
Islam dengan segala penjelasan menuntut manusia untuk mengarahkan tingkah
laku, instik, bahkan hidupnya untuk merealisasi hukum-hukum ilaihi secara
praktis, praktik ini akan sulit terlaksana manakalah seseorang tidak terlatih dan
terbiasa untuk melaksanakannya.
Untuk membina anak didik agar mempunyai sifat-sifat terpuji tidaklah
mungkin dengan penjelasan pengertian saja, akan tetapi perlu membiasakannya
30
Syaikh Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, Pustaka Azzam, Jakarta Selatan, 2009,
h. 163-164
25
untuk membina anak didik agar mempunyai sifat-sifat terpuji tidaklah mungkin
dengan pejelasan pengertian saja. akan tetapi perlu membiasakannya untuk
melakukan yang baik di harapkan nanti mereka akan mempunyai sifat-sifat baik
dan menjauhi sifat tercela.
“Menurut Zakiyah, semakin muda umur di anak, hendaknya semakin
banyak latihan dan pembiasaan agama yang di lakukan pada anak. dan
semakin bertumbuh umur si anak, hendaknya semakin tambah pula
penjelasan dan pengertian tentang Agama itu di berikan sesuai dengan
perkembangan kecerdasannya”.31
2. Tujuan Pembiasaan
Menurut Arif ada beberapa tujuan yang perlu di perhatikan dalam
melakukan metode pembiasaan kepada peserta didik.
a) Memulai pembiasaan itu sebelum terlambat, jadi sebelum peserta didik itu
mempunyai kebiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal yang akan
dibiasakan.
b) Pembiasaan itu hendak terus menerus (berulang-ulang)dijalankan secara
teratur sehingga akhirnya menjadi kebiasaan ulang otomatis.
c) Pendidikan hendaklah konsekuen, bersikap tegas dan tetap teguh terhadap
pendiriannya yang telah diambilnya. Jangan memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk melanggar pembiasaan yang telah ditetapkan itu.
d) Pembiasaanya yang mula-mulanya mekanistik itu harus semakin menjadi
pembiasaan yang di sertai kata hati anak itu sendiri.32
Pembentukan kebiasaan-kebiasaan tersebut terbentuk melalui pengulangan
dan memperoleh bentuknya yang tetap apabila disertai dengan kepuasan.
Menanamkan kebiasaan itu sulit dan kadang-kadang memerlukan waktu yang
lama. Kesulitan itu yang hendak dibiasakannya, oleh karna itu pembiasaan hal-hal
yang baik perlu dilakukan sedini mungkin sehingga dewasa nanti hal-hal yang
baik telah menjadi kebiasaanya.
31Loc.cit. Zakiyah Darajat,. h. 74
32 Tilaar, H.A.R, Perubahan Sosial dan Pendidikan: Pengantar Pedagogik Transformatif
untuk Indonesia. Jakarta: Grasindo, 2002
26
Menurut Muhibbin syah, pembiasaan adalah proses pembentukan
kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah
ada. pembiasaan selain menggunakan hukuman dan ganjaran . tujuannya
agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan baru yang
lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan
waktu (kontekstual) . selain itu , arti menggunakan perintah , suri tauladan
,dan pengalaman khusus juga tetap positif di atas ialah selaras dengan
norma dan tata nilai yang berlaku, baik yang bersifat religius maupun
tradisional dan kultural.33
Dari penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa diadakannya metode
pembiasaan di sekolah adalah untu melatih serta membiasakan anak didik secara
konsisten dan kontinyu dengan sebuah tujuan, sehingga benar-benar tertanam
pada diri anak dan akhirnya menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan di
kemudian hari.
Menurut Nasuprawoto pembiasaan (habituation) merupakan proses
pembentukan sikap dan perilaku yang relatif menetap dan bersifat otomatis
melalui proses pembelajaran yang berulang-ulang.
Sikap yang menjadi kebiasaan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a) Sikap tersebut relatif menetap.
b) Pembiasaan umumnya tidak memerlukan fungsi berfikir yang cukup
tinggi, misalnya untuk dapat mengucapkan salam cukup fungsi berfikir
berupa mengingatkan atau meniru saja.
c) Kebiasaan bukan menjadi hasil dari proses kematangan, tetapi sebagai
akibat atau hasil pengalaman belajar.
d) Sikap tersebut tampil secara berulang-ulang sebagai respons terhadap
stimulus yang sama.34
Dari penjelasan diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa, pembiasaan
adalah proses membentuk peserta didik dengan membiasakan tingkah lakudan
melakukan aktifitas melalui proses pembelajaran yang dilakukan secara berulang-
33
Muhibbin Syah , Psikologi Pendidikan , (Bandung : Remaja Rosdakarya , 2000), h.
123. 34
Nasuprawoto, Implementasi Pembiasaan Sikap 2010, h. 4
27
ulang agar peserta didik terbiasa untuk melakukannya. Sikap peserta didik yang
telah menjadi kebiasaan maka sikap relatif akan menetap pada diri peserta didik.
3. Langkah Pembiasaan
Dalam menanamkan kebiasaan yang baik, islam mempunyai berbagai cara
dan langkah yaitu : Islam menggunakan gerak hati yang hidup dan intuitif, yang
secara tiba-tiba membawa perasaan dari suatu situasi ke situasi yang lain, lalu
Islam tidak membiarkannya menjadi dingin, tetapi langsung mengubahnya
menjadi kebiasaan-kebiasaan yang berkaitan-kaitan dengan waktu, tempat, dan
orang lain.35
Langkah-langkah pembiasaan yaitu pendidik hendaknya sesekali
memberikan motivasi dengan kata-kata yang baik dan sesekali dengan petunjuk-
petunjuk. suatu saat dengan memberi peringatan dan pada saat yang lain dengan
kabar gembira, kalau memang di perlukan, pendidik boleh memberikan sanksi
jika ia melihat ada kemaslahatan bagi anak guna meluruskan penyimpangan dan
penyelewengannya.
Pendidik hendaknya membiasakan anak didik dengan teguh akidah
sehingga peserta didik pun akan terbiasa tumbuh kembang dengan akidah islam
yang mantap, dengan moral yang ada di dalam AL-Qur’an yang tinggi. lebih jauh
mereka akan dapat memberikan keteladanan yang baik, perbuatan yang mulia dan
sifat-sifat terpuji kepada orang lain.
Langkah-langkah pembiasaan untuk menanamkan nilai-nilai Agama dapat
di lakukan dengan berbagai materi, sebagai berikut :
35
Salman Harun , sistem Pendidikan lslam , (Bandung : Al-Ma’rif, 1984), h. 367
28
1) Akhlak berupa pembiasaan bertingkah laku yang baik, baik di sekolah
maupun di luar sekolah, seperti berbicara sopan santun dan berpakaian
bersih dan rapi.
2) Ibadah berupa pembiasaan shalat berjamaah di mushallah sekolah,
mengucapkan salam sewaktu masuk kelas, kemudian membaca
“Basmalah” dan “Hamdalah” ketika memulai dan menyudahi
pembelajaran.
3) Akidah, berupa pembiasaan agar peserta didik beriman dengan sepenuh
jiwa dan hatinya, dengan membawa peserta didik memperhatikan alam
semesta, memikirkan dan merenungkan ciptaan, langit dan bumi dengan
berpindah secara bertahap dari alam natural kea lam super natural.
4) Sejarah, berupa pembiasaan agar peserta didik membaca dan mendengar
sejauh mana kehidupan Nabi dan Rasul serta sahabat nabi dan para
pembesar dan mujahid Islam, agar peserta didik mempunyai semangat dan
mengikuti perjuangan mereka.36
Semua langkah tersebut memberikan arti positif dalam membiasakan
peserta didik dengan keutamaan-keutamaan jiwa, akhlak mulia dan tata cara
sosial. Dari kebiasaan ini ia akan menjadi orang yang mulia, berfikir matang dan
bersifat istiqomah.
4. Faktor Pembiasaan
Faktor terpenting dalam pembentukan kebiasaan adalah pengulangan,
sebagai contoh peserta didik melihat sesuatu yang terjadi di hadapannya, maka ia
36
Ramayulis loc.cit. h. 185
29
akan meniru dan kemudian mengulang-ulang kebiasaan tersebut yang pada
akhirnya akan menjadi kebiasaan. melihat hal tersebut factor pembiasaan
memegang peran penting dalam mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan
peserta didik untuk menanamkan agama yang lurus. Pembiasaan merupakan
proses pembelajaran yang di lakukan oleh orang tua atau pendidik kepada anak.
hal tersebut agar anak mampu untuk membiasakan diri pada perbuatan yang baik
dan di anjurkan baik oleh norma Agama maupun hukum yang berlaku. kebiasaan
adalah reaksi otomatis dari tingkah laku terhadap situasi yang di peroleh dan
dimenifestasikan secara konsisten sebagai hasil dari pengulangan terhadap tingkah
laku tersebut menjadi mapan dan relatif otomatis.
Menurut Ngalim Purwanto, Supaya pembiasaan itu cepat tercapai dan baik
hasilnya , harus memenuhi beberapa syarat tertentu, antara lain:
a) Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat, jadi sebelum anak itu
mempunyai kebiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal yang akan
dibiasakan.
b) Pembiasaan itu hendaknya terus menerus (berulang-ulang) dijalankan
secara teratur sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang otomatis.
untuk di butuhkan pengawasan.
c) Pembiasaan itu hendaknya konsekuen, bersikap tegas dan tetap teguh
terhadap pendirian yang telah diambilnya, jangan memberi kesempatan
kepada anak untuk melanggar kebiasaan yang telah di tetapkan.
d) Pembiasaan yang mula-mulanya mekanistik itu harus makin menjadi
pembiasaan yang di sertai hati anak itu sendiri.37
Pembentukan kebiasaan-kebiasaan tersebut terbentuk melalui pengulangan
dan memperoleh bentuknya yang tetap apabila disertai dengan kepuasaan.
menanamkan kebiasaan itu sulit dan kadang-kadang memerlukan waktu yang
lama. kesulitan itu di sebabkan pada mulanya seorang anak atau anak belum
mengenal secara praktis sesuatu yang hendak di biasakannya. apa lagi kalau yang
37
M. Ngalim Purwanto , llmu Pendidikan Teoritis dan Praktis , (Bandung : Remaja
Rosdakarya , 2002), h. 178
30
dibiasakan itu di rasakan kurang menyenangkan. oleh sebab itu dalam
menanamkan kebiasaan diperlukan pengawasan. pengawasan hendak digunakan,
meski pun secara berangsur-angsur peserta didik di beri kebebasan, dengan
perkataan lain, pengawasan dilakukan dengan mengingat usia peserta didik, serta
perlu ada kelebihan da kekurangan Metode pembiasaan sebagaimana metode-
metode pendidikan lainnya di dalam proses pendidikan, metode pembiasaan tidak
bias terlepas dari dua aspek yang seimbang antara pengawasan dan kebebasan.
5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembiasaan
Sebagaimana metode-metode pendidikan lainnya di dalam proses
pendidikan, metode pembiasaan tidak bias terlepas dari dua aspek yang saling
bertentangan, yaitu kelebihan dan kekurangan, agar menjadi kebiassan yang di
sertai kesadaran (kehendak dan kata kata hati) tidak satupun dari hasil pemikiran
manusia yang sempurnah dan bebas dari kelemahan. adapun kelebihan dan
kekurangan metode pembiasaan sebagai berikut.
a) Kelebihan
1) Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dengan mempergunakan
metode ini akan menambah ketepatan pelaksaan.
2) Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan tidak memerlukan banyak
konsentrasi dalam pelaksanaannya.
3) Pembentukan kebiasaan membuat gerakan-gerakan yang kompleks,
rumit menjadi otomatis.
31
b) Kekurangan
1) Metode ini dapat menghambat bakat dan inisiatif peserta didik, karna
peserta didik lebih banyak bawah kepada konformasi dan di arahkan
kepada uniformitas,
2) Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang
merupakan hal yang menoton dan membosankan.
3) Membentuk kebiasaan yang kaku karena siswa lebih banyak di tujukan
untuk mendapat kecakapan memberi respon secara otomatis, tanpa
menggunakan intelegensinya.
4) Dapat menimbulkan verbalisme karena peserta didik lebih banyak di
latih dan menghafal soal-soal dan menjawabnya secara otomatis.
6. Cara Mengatasi Kelemahan
1) Latihan hanya untuk bahan atau tindakan yang bersifat otomatis.
2) Latihan harus memiliki arti yang luas karenanya harus di jelaskan
terlebih dahulu tujuan latihan tersebut agar peserta didik dapat
memahami kehidupan peserta didik agar perlu mempunyai sikap-sikap
bahwa latihan itu di perlukan untuk melengkapi belajar.
3) maka latihan harus relatif singkat tetapi harus sering di lakukan pada
waktu-waktu tertentu.
4) Latihan harus menarik, gembira, dan tidak membosankan, untuk itu
perlu di bandingkan minat intrinsik, tiap-tiap kemajuan yang dicapai
peserta didik harus jelas, hasil latihan terbaik dengan menggunakan
sedikit emosi.
32
5) Proses latihan dan kebutuhan-kebutuhan harus disesuaikan dengan
proses perbedaan individual.38
Dari pemaparan di atas, dapat di lihat beberapa kelebihan dan kekurangan metode
pembiasaan serta cara mengatasi kelemahannya. dengan demikian, di harapkan
metode pembiasaan dapat di lakukan dengan lebih baik dalam proses
pembelajaran.
38
Syaiful Sagala , Konsep dan Makna Pembelajaran , (Bandung : Alfabeta 2003), h.
217-218
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat Kualitatif dengan mengeksplorasi data yang ada di
lapangan terkait permasalahan yang telah di rumuskan dengan metode analisis
deskriptif yang bertujuan memberi uraian secara tepat tentang Penerapan Nilai-
nilai Agama Islam Peserta Didik Melalui Metode Pembiasaan di SMP Yapip
Sungguminasa.
Sugiono mendefenisikan metode kualitatif adalah metode yang
berlandaskan ada filsafat postpositivisme, di gunakan untuk meneliti pada kondisi
objek yang alamiyah, (sebagai lawanya adalah eksperimen) dimana penelitian
adalah sebagai instrumen kunci39
.
B. Lokasi dan Objek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah SMP Yapip Sungguminasa. Alasan yang melatar
belakangi penulis memilih lokasi ini karna penulis adalah warga sehingga akan
memudahkan akses dalam melakukan penelitian, peniliti akan lebih mudah
memahami kondisi sosial dan adat kebiasaan di lingkungan tersebut. Yang di
maksud objek penelitian, adalah hal menjadi sasaran penelitian.
Adapun alasan penulis mengambil sekolah SMP Yapip Sungguminasa
karna nilai-nilai Agama Islam peserta didik masih kurang dan butuh penerapan
39
sugiono , Metodologi Penelitian kuantitatif ,kualitatif Dan R Dan D (Cet, VI;Bandung:
CV. Alfa Beta , 2009), h. 9.
32
34
nilai Agama melalui metode pembiasaan yang akan di lakukan berulang-ulang
agar menjadi kebiasaan yang baik.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah pendidik dan peserta didik di SMP Yapip
Sungguminasa Kabupaten Gowa,
C. Fokus Penelitian
1. Penembangan Nilai-nilai Agama Peserta Didik
2. Metode Pembiasaan
D. Deskripsi Fokus Penelitian
1. penerapan Nilai-nilai Agama
penerapan Nilai-nilai Agama adalah suatu cara atau hasil yang dilakukan baik
secara individu maupun kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan yang
telah dirumuskan.
2. Metode Pembiasaan
Metode pembiasaan adalah sebuah cara yang di pakai pendidik untuk
membiasakan anak didik secara berulag ulang sehingga menjadi kebiasaan yang
sulit untuk di tinggalkan dan akan terus terbawa sampai hari tua.
E. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini yaitu pendidik dan peserta didik di SMP
Yapip Sungguminasa. Pendidik merupakan sumber data untuk mengetahui
keaktifan pengembangan nilai-nilai Agama dalam mengajar dan peserta didik
35
merupakan sumber data untuk mengetahui keaktifan nilai-nilai Agama sekaligus
sarana pengembangan nilai-nilai Agama yang di terapkan oleh pendidik.
Adapun sumber data dari penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu: sumber
primer dan sumber data sekunder.
1. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.40
data di dapatkan
melalui pengukuran-pengukuran tertentu, untuk digunakan landasan dalam
penyusunan argumentasi logis menjadi fakta41
adapun yang dimaksud sumber data
primer adalah kepala sekolah dan pendidik.
2. Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain. Data
tidak langsung di peroleh oleh peneliti dan subjek penelitian.42
Data sekunder
biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia.
Sebagai data sekunder, penelitian mengambil dari buku-buku atau dokumentasi
yang berhubungan dengan penelitian ini.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Pedoman wawancara
Wawancara adalah salah satu jenis instrumen yang sering di pakai dalam
penelitian. pedoman wawancara terbagi meliputi :
a. Wawancara terstruktur
40
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm.62. 41
Abdurrahman Fathoni, Metodologi Penelitian Dan Teknis Penyusunan Skripsi,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2006) hlm. 104 42
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 91
36
Wawancara terstruktur yaitu wawancara dimana peneliti ketika melaksanakan
tatap muka dengan informan menggunakan pedoman wawancara yang telah
disiapkan lebih dahulu. penggunaan pedoman secara terstruktur ini penting bagi
peneliti agar mereka dapat menekankan pada hasil informasi yang telah di
rencanakan dalam wawancara.
b. Wawancara bebas
Wawancara bebas atau sering pula di sebut tak terstruktur, yaitu wawancara
dimana peneliti dalam menyampaikan pertanyaan pada informasi tidak
menggunakan pedoman. dengan wawancara bebas ini, peneliti dapat
memodifikasi jalannya wawancara menjadi lebih baik. santai dan membuat
informan ramah dalam memberikan informasi.
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara lain yang di lakukan peneliti untuk mendapatkan
data. pada tekhnik ini, peneliti dimungkinkan memperoleh informasi dari
bermacam-macam sumber tertulis maupun dokumen yang ada pad
G. Teknik Penggumpulan Data
Sesuai dengan jenis metode yang peneliti pakai yaitu metode penelitian
kualitatif, maka teknik pengumpulan data yaitu
1. Observasi
Observasi adalah mengumpulkan data dengan pengamatan langsung pada
lokasi penelitian dan mencatat secara sistematis fenomena-fenomena yang di
teliti. sebagaimana yang di kemukakan oleh mardalis, bahwa observasi adalah
mengumpulkan data melalui studi yang disengaja dan sistematis dengan jalan
37
mengamati dan mencatat tentang keadaan fenomena sosial dan gejala psikis43
.
Dalam penelititian ini peneliti mengamati keadaan sekolah dan proses belajar
mengajar di kelas.
2. Wawancara
Menurut Marzuki, wawancara adalah pengumpulan data dengan jalan
Tanya-jawab sepihak yang di kerjakan sistematis dan berlandaskan pada tujuan
penelitian44
. Guna untuk mendapatkan data yang akurat tentang penetapan nilai-
nilai Agama dalam metode pembiasaan maka peneliti mewawancarai langsung
Kepala Sekolah kemudian guru SMP Yapip Sungguminasa.
3. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini yaitu foto atau gambar peserta didik dan
pendidik yang sedang melakukan proses belajar mengajar dalam kelas di SMP
Yapip Sungguminasa.
H. Tekhnik Analisis Data
Setelah semua data terkumpul dengan lengkap melalui penelitian lapangan
maupun literatur, maka proses selanjutnya peneliti menganalisa dan mengelolah
data secara kualitatif. dalam hal ini penulis menggunakan beberapa tahap dalam
menganalisis data, yaitu :
1. Tahap reduksi data, yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, terhadap data yang umum.
2. Tahap display data, yaitu penyajian data yang sudah terreduksi.
43
Mardalis, Metode Penelitian , Suatu Pendekatan Proposal, (Cet. ll; Jakarta: Bulan
Bintang, 1995), h. 55. 44
Marzuki, Metodologi Reset, (Yogyakarta: BPFE,UII, 2002), h. 62.
38
3. Tahap verification data, yaitu penarikan kesimpulan pada data yang sudah
terdisplay.
Data yang peneliti maksud adalah hasil wawancara dari para informan,
dokumentasi, hasil observasi, dan teori-teori yang di kemukakan oleh para pakar.
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP Yapip Sungguminasa
1. Identitas sekolah
Nama Sekolah : SMP Yapip Sungguminasa
Alamat: Jalan/Desa : Jl. A. Mallombassang No. 40 C/ Sungguminasa
Kecamatan : Somba Opu
Kabupaten : Gowa
No tlp / hp : (0411) – 865664 – 085299062450
Nama Yayasan : Yayasan Pengembangan Ilmu Pengetahuan YAPIP)
Alamat Yayasan : Jln. Gagak No. 3 Lambaselo tlp. 08529906450
NSS/NDS : 204.19030101/SO2122001
Jenjang Akreditasi : Terakreditasi A
Tahun Didirikan : Tahun 1987
Tahun Beroprasi : Tahun 1987
Kepemilikan Tanah : Yayasan
Status Tanah : Kepemilian
Luas Tanah : 4000 m2
Status Bangunan : Milik Yayasan
Luas Seluruh Bangunan : 2000 m2
No . Rek Sekolah : 0120997700 An. Yapip
Bank BNl Cab. Mattoanging krt. Capen Gowa
38
40
2. Visi Dan Misi SMP Yapip Sungguminasa
a. Visi SMP Yapip Sungguminasa
“ Unggul dalam imtek keolahragaan dan keterampilan serta berbudi
pekerti yang luhur “
b. Misi SMP Yapip Sungguminasa
1. Menumbuh kembangkan semangat kreatif siswa dalam peningkatan
mutu pendidikan sesuai ilmu iman, dan takwa serta menetapkan
manajemen
2. Partisifatif pada semua sektor kegiatan sesuai kemampuan lokal
siswa
3. Daftar pendidik SMP Yapip Sungguminasa
Tenaga pendidik di SMP Yapip Sungguminasa berjumlah 16 orang, guru
honorer sebanyak 12 orang , tenaga pendidik di SMP Yapip Sungguminasa
sebanyak 3 orang dengan status PNS .
Tabel 4.1
Nama –Nama Guru di SMP Yapip Sungguminasa
No
Nama Guru
Gelar
Nama Jabatan/ mata
pelajaran
1. Putri Ratu Rasyid S.pd, M.pd Kepala Sekolah
2. Wa ode Samarni T, S.pdi Pendais
3. Masnovensel S.pdi Bahasa inggris
4. Nurhayati Mansyir, S.pd Bahasa Indonesia
41
5. Nurhayati. M S.pd Ipa
6. Nurhayani, S.pd Ekonomi
7. Istiqlal, S.pd Penjais
8. Syamsul, S.pd Prakarya, bimbingan dan
konseling
9. Resqi Nurhasti, S.pd Bahasa inggris
10. Dwi Suci
Rahmadani
S.pd Bahasa Inggris
11. Nurjannah S.pd Matematika
12. Hasryanti Ruslan S,pd Pkn
13. Nurmiati, S.pd Matematika
14. Indah Puspita Murni S.pd Bahasa Indonesia
15. Ida Zubaidah, S.pdi Pendais
16. Hervina, S S.pd Bahasa indonesia
Sumber Data : Papan potensi pendidik SMP Yapip Sungguh Minasa tahun Ajaran
2019/2020
42
4. Sarana dan prasarana
Tabel 4.2
Sarana dan Prasarana
Nama prasarana Keterangan
Ruang Kelas 7 B Baik
Ruang Guru Baik
Ruang Kelas 7 Baik
Ruang Kelas 8 A Baik
Ruang Kelas 8 B Baik
Ruang kelas 9 A Baik
Ruang kelas 9 B Baik
Ruang Kelas 9 C Baik
Ruang laboratorium Baik
Ruang Perpustakaan Baik
Sumber Data : Papan potensi pendidik SMP Yapip Sungguminasa tahun
Ajaran 2019/2020
5. Keadaan Siswa
Jumlah peserta didik di SMP Yapip Sungguminasa berdasarkan
jenis kelamin
Laki-laki Perempuan Jumlah
98 64 162
43
Sumber Data : Papan potensi pendidik SMP Yapip Sungguminasa tahun Ajaran
2019/2020
Keadaan siswa SMP Yapip Sungguminasa berdasarkan tingkat kelas
Tingkat kelas Laki-laki Perempuan Total
kelas 7 18 15 33
Kelas 8 25 23 48
Kelas 9 55 26 81
Sumber Data : Papan potensi pendidik SMP Yapip Sungguminasa tahun Ajaran
2019/2020
B. Penerapan Metode Pembiasaan Peserta Didik SMP Yapip
Sungguminasa
Penerapan metode pembiasaan pada peserta didik SMP Yapip Sungguminasa
merupakan kebiasaan yang sudah lama di terapkan ke semua peserta didik oleh
guru di sekolah, penerapan pembiasaan dengan mengamalkan nilai-nilai islam
karena metode pembiasaan ini berdampak positif pada peserta didik untuk
membangun karakter islami sejak dini.
Sebagaimana yang di kemukakan oleh Putri Ratu Rasyid S.pd, M.pd selaku
kepala sekolah di SMP Yapip Sungguminasa :
“Metode pembiasaan yang di terapkan peserta didik adalah selalu
membaca doa bersama ,sebelum memulai pelajaran itu wajib, dan di akhir
pembelajaran juga wajib membaca doa sebelum pulang, pembiasaan yang
di lakukan peserta didik dan pendidik, untuk sopan dan santun baik dalam
lingkungan sekolah, maupun di luar sekolah. Contohnya memberikan
salam, saling menyapa baik di pagi hari ketika datang ke sekolah maupun
pulang sekolah.”45
45 Putri Ratu Rasyid, S.pd. M.pd . Kepala Sekolah SMP Yapip Sungguminasa, 8 Juli
2020
44
Salah satu contoh kecil pembiasaan yang di terapkan di sekolah yang
berdampak besar pada akhlak peserta didik di antaranya memberi salam ketika
hendak masuk kelas, memberi salam ketika berpapasan dengan guru baik dalam
lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Dengan adanya pembiasaan memberi
salam kepada guru setiap hari maka peserta didik secara otomatis akan melakukan
pembiasaan tersebut sampai kelak nanti.
Terkait dengan penggunaan pembiasaan pendidikan islam maka hasil
wawancara dengan salah seorang guru pendidikan agama islam Wa ode Samarni
T, S.pdi menyatakan bahwa:
“Metode pembiasaan yang di terapkan di SMP Yapip yaitu pembiasaan di
siplin salam, baik bertemu guru, karyawan sekolah, atau teman, maupun
saat masuk kelas. Sebelum pembelajaran dimulai peserta didik berjabat
tangan dengan guru, membaca doa bersama-sama saat awal dan akhir
pembelajaran”.46
Lanjut pernyataan seorang guru pendidikan islam Ida Zubaidah, S.pdi
menyatakan bahwa :
“ Metode pembiasaan peserta didik selalu melakukan metode seperti
pembiasaan menghafal Al-Qur’an dan As- maul husna itu menjadi
metode yang selalu di lakukan di sekolah.” 47
Terkait dengan pembiasaan yang di lakukan di sekolah dari hasil wawacara
dengan peserta didik pembiasaan yang selalu di terapkan Ariel Multhazan bahwa:
Pembiasaan yang di lakukan di sekolah memberikan dampak positif
terhadap diri dan teman-teman yang lain karena dapat mengajarkan nilai-
nilai islam seperti sholat lima waktu, sholat berjamaah di mushollah,
mengaji, menghafal surat-surat pendek, sopan santun dan di siplin.48
46 Wa ode Samarni T, S.pdi, Guru Pendidikan Islam SMP Yapip Sungguminasa, 30 juni
2020 47
Ida Zubaidah, S.pdi, Guru Pendidikan Islam SMP Yapip Sungguminasa, 7 Juli 2020
48 Ariel Multhazan, Peserta Didik kelas Vlll SMP Yapip Sungguminasa ,wawancara
sungguminasa 2 juli 2020
45
Terkait dengan semua hasil wawancara dengan orang tua peserta didik
mengenai pembiasaan yang di tanamkan di sekolah dan di luar sekolah, ibu fitah
menyatakan bahwa :
Pembiasaan yang di terapkan di sekolah membantu orang tua dalam
mendidik peserta didik agar dapat mengerti nilai-nilai Islami membentuk
pribadi peserta didik tidak susah untuk di suruh mengaji karna penanaman
nilai-nilai Islami berdampak positif kepada anak dengan keseharian yang
di lakukan di sekolah dan di lingkungan rumah.49
C. Bentuk Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Islam Pada Peserta
Didik SMP Yapip Sungguminasa
Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Islam pada peserta didik SMP Yapip
Sungguminasa. Penanaman nilai Pendidikan Islam memberikan dampak positif
terhadap peserta didik dan sangat membantu mengembangkan pengetahuan
spiritual dengan pembiasaan penanaman nilai-nilai Pendidikan Islam seperti
pengalaman sholat berjamaah, kepribadian, budi pekerti, yang baik sehimgga
peserta didik memiliki bekal sejak dini.
Bentuk penanaman nilai-nilai Pendidikan ini merupakan suatu perilaku atau
sikap untuk menambah pengetahuan peserta didik dan membiasakan menanamkan
Pendidikan Islam seperti nilai keimanan, ibadah, akhlak, yang bertujuan agar
peserta didik mampu mengamalkan pengetahuan dan wawasan dalam kehidupan
sehari-hari dengan baik dan benar.
49 fitrah, Orang Tua Peserta Didik, SMP Yapip Sungguminasa , Wawancara
Sungguminasa, 2 Juli 2020
46
Terkait dengan bentuk penanaman nilai-nilai Pendidikan Islam di SMP Yapip
Sungguminasa maka peneliti mewawancarai Putri Ratu Rasyid S.pd. M.pd Kepala
sekolah bahwa :
“Seperti yang telah saya sampaikan sebelumnya pebiasaan yang biasa kita
lakukan dengan doa, permulaan pembelajaran di mulai dengan doa mau pu
menutup pembelajaran, dan selalu memberika pendidikan karakter, dimana
penndidikan karakter itu di dalamnya yaitu selalu bersikap sopan,
berprilaku yang baik di sekolah baik dengan teman- teman maupun guru/
pendidik dan selalu mengutamana saling menghargai.”50
Lanjut peneliti mewawancarai Ida Zubaidah S.pdi Guru Pendidkan Agama
Islam mengenai Pembentukan nilai-nilai Pendidikan Islam di sekolah bahwa :
“Penanaman nilai-nilai Pendidikan Islam kepada peserta didik di SMP
Yapip Sungguminasa dilakukan dengan pendekatan secara Islami dengan
membiasakan peserta didik untuk melakukan kegiatan-kegiatan ibadah
seperti sholat berjamaah di mushollah, Jum’at Ibadah, kegiatan ekskul
yang di sertai dengan hafalan-hafalan surat-surat pendek serta doa-doa
sehari-hari yang di lakukan setiap di sekolah.”51
Lanjut mewawancarai Indah Puspita Murni S.pd mengenai bentuk penanaman
nilai-nilai Islam yang dilakukan di dalam kelas:
“Yang dilakukan di kelas khususnya bentuk penanaman nilai-nilai Islam
yang dilakukan adalah hafalan doa-doa sehari-hari yang dilakukan secara
kontinyu seperti doa keluar rumah, doa kedua orang tua”.52
Lanjut mewawancarai Dwi Suci Rahmadani S.pd , seorang guru menyatakan
bahwa :
“Bentuk penanaman Nilai-nilai Islam di lakukan untuk membantu peserta
didik untuk menjadi pribadi yang berakhlak baik dan dapat mengharumkan
nama sekolah.”53
50 Putri Ratu Rasyid, S.pd, M.pd. Kepala Sekolah SMP Yapip Sungguminasa, wawancara 8 Juli 2020
51
Ida Zubaibadah S.pdi ,Guru Pendidikan Islam SMP Yapip Sungguminasa, , wawancara .
30 Juni 2020
52
Indah Puspita Murni S.pd, Guru Pendidikan Bahasa Indonesia SMP Yapip Sungguminasa
, Wawancara 2 Juli 2020 53
Dwi Suci Rahmadani S.pd, Guru Bahasa Inggris, SMP Yapip Sungguminasa 7 Juli 2020
47
Lanjut dengan pertanyaan yang di lakukan Nur Risna.s peserta didik
mengenai kendala penanaman nilai-nilai Islam di sekolah :
“Kendala yang sering di hadapi dalam nilai-nilai Islam di sekolah ketika
peserta didik belum terlalu memperhatikan proses belajar di dalam kelas
ketika guru menjelaskan, tatapi hal itu bukan kendala berat karna guru dan
orang tua peserta didik bekerja sama untuk saling membimbing “.54
Lanjut pernyataan orangtua/wali Warni Irawati menyatakan bahwa :
“Sebagai orang tua peserta didik bentuk penanaman nilai-nilai Islam yang
di lakukan pihak sekolah sangat membantu karena anak-anak lebih belajar
menghormati orang tua.”55
Terkait dengan pernyataan di atas, penulis mewawancarai peserta didik,
bentuk penanaman nilai-nilai Islam Saldi menyatakan :
“Di sekolah penanaman nilai tersebut dalam kelas yaitu belajar mengaji
,sholat berjamaah di mushollah, dengan membaca surat-surat pendek”.56
Lanjut pernyataan Mutia Anggreni, peserta didik bahwa :
“Menanamkan akhlak yang baik pada kisah-kisah nabi yang di ajarkan
oleh guru dan mengikuti perilaku yang baik pada nabi.”57
Dari hasil wawancara di atas peneliti menyimpilkan bahwa pentuk
penanaman nilai-nilai Islam di sekolah berdampak positif agar peserta didik dapat
yaitu : a) memotivasi peserta didik, b) menumbuhkan nilai spiritual peserta didik
c) memiliki akhlak yang baik, d) di siplin waktu dalam beribadah e) memberi rasa
tanggung jawab dan jujur kepada diri sendiri dan lingkungan sekitar, dan f)
memiliki budi pekerti dan kepribadian yang lebih baik.
54Nur Risna . s Peserta Didik SMP Yapip Sungguminasa, Wawancara 2 Juli 2020
55
Warnia Irawati, Orangtua Peserta Didik SMP Yapip Sungguminasa, Wawancara 2 Juli
2020
56
Saldi, Peserta Didik SMP Yapip Sungguminasa , Wawancara , 2 Juli 2020
57
Mutia Angreani, Peserta Didik SMP Yapip Sungguminasa, 2 Juli 2020
48
D. Penerapan Metode Pembiasaan Metode Pembiasaan Untuk
Menanamkan Nilai-nilai Pendidikan Islam Pada Peserta Didik
SMP Yapip Sungguminasa.
Kepala sekolah dan para guru merupakan para pendidik dalam dunia
pendidikan yang mempunyai tugas dan tanggung jawab mengelolah pendidikan.
Di samping itu kepala sekolah dan para guru di tuntut untuk mewujudkan tujuan
pendidikan.
Untuk itu peneliti mencoba mewawancarai kepala sekolah SMP Yapip
Sungguminasa terkait dengan metode pembiasaan yang di lakukan oleh gurunya.
“Yang lebih awal di sampaikan bahwa aturan-aturan kita sebelum belajar,
seperti memulai membaca doa, setelah membaca doa, merifyu kembali
pembelajaran yang telah di berikan, untuk mereka lakukan secara rutin
agar menjadi sebuah kebiasaan “.58
Untuk mengetahui pertanyaan di atas peneliti meminta pendapat para guru
terkait dengan upaya yang di lakukan kepala sekolah dalam meningkatkan metode
pembiasaan yang di lakukan di kelas, Wa Ode Samarni Tauta, menyatakan bahwa:
“Metode pembiasaan yang mampu meningkatkan belajar peserta didik
pada SMP Yapip Sungguminasa yaitu dengan cara mengajar yang menarik
sesuai dengan dengan perkembangan peserta didik dan media
pembelajaran yang menarik”. 59
Lanjut pernyataan Ida Zubaeda , S.pdi menyatakan bahwa :
“Mengajarkan pada peserta didik untuk saling menghormati , terutama
kepada guru, kakak kelas dan sesama peserta didik, berbica yang sopan
dan saling menghargai” .60
Lanjut pernyataan Indah Puspita Murni S.pd menyatakan bahwa :
58 Putri Ratu Rasyid S.pd. M.pd, Kepala Sekolah SMP Yapip Sungguminasa, wawancara 8
Juli 2020
59 Wa Ode SamarniTauta, S.pdi, Guru Pendidikan Agama Islam SMP Yapip Sungguminasa ,
Wawancara, 30 juni 2020
60
Ida Zubaedah , S.pdi, Guru Pendidikan Agama Islam, SMP Yapip Sungguminasa, 7 Juli
2020
49
“Terkait dengan penerapan kebiasaan yang di lakukan di sekolah dengan
menanamkan nilai-nilai Pendidikan Islam, kepala sekolah sangat
mendukung kegiatan ini karna dapat dampak positif kepada sekolah
khususnya dan guru-guru serta peserta didik maupun orang tua/wali
dengan program kegiatan yang di lakukan di sekolah.”61
Lanjut pernyataan seorang peserta didik, Ariel Multhazam menyatakan
bahwa:
“Semakin giat dalam beribadah seperti sholat, mengaji, membaca doa,,
membiasakan agar memiliki budi pekerti yang baik dengan penanaman
nilai-nilai Islam , guru selalu mengajarkan bersikap jujur, disiplin, patuh
kepada orang tua , tidak lupa sholat dan menghafal surat-surat pendek itu
sudah menjadi kebiasaan di sekolah”.62
Lanjut pernyataan peserta didik, Saldi, menyatakan bahwa :
“Di dalam kelas sebelum belajar selalu berdoa, selalu ingatkan nilai-nilai
Islam, pengenalan huruf hijaiyah, doa-doa sehari-hari “. 63
Berdasarkan pendapat di atas nampak jelas bahwa pembiasaan nilai-nilai
Islam berdampak positif kepada sekolah, guru, peserta didik, maupun orang tua
peserta didik, pembiasaan ini di lakukan di sekolah sangat membantu untuk nilai-
nilai Islam tnpa mengabaikan pembelajaran yang lainnya yang di seimbangikan
antara penanaman nilai-nilai Islam dengan mata pelajaran yang lain yang di
seimbangkan antara penanaman nilai-nilai Islam dengan pelajaran karena
pembiasaan yang di lakukan dapat sinkronkan dengan bentuk-bentuk penanaman
nilai-nilai Islam dalam proses belajar mengajar di kelas, sehingga seorang
pendidik haruslah mampu menimbulkan minat belajar yang bermakna dan
memiliki nilai lebih buat peserta didik. Untuk membangkitkan nilai belajar peserta
61 Indah Puspita Murni S.pd, Guru Bahasa Indonesia SMP Yapip Sungguminasa ,
wawancara 2 juli 2020
62
Ariel Multhazam, peserta didik, SMP Yapip Sungguminasa, 2 Juli 2020 63
Saldi , Peserta Didik SMP Yapip Sungguminasa, 2 Juli 2020
50
didik sangat bervariasi dengan berbagai macam kegiatan dapat di ciptakan di SMP
Yapip Sungguminasa itu lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-benar
menjadi pusat aktifitas belajar yang maksimal dengan perpaduan nilai-nilai Islam
kepada peserta didik agar lebih memahami memiliki ilmu yang bermanfaat.
Bahwa penanaman nilai-nilai Islam di kelas berfariasi metode yang di
gunakan di sesuai dengan karakteristik peserta didik yang di lakukan pendidik
yang professional yang tau akan karakter peserta didik akan mempelajari ilmu itu
dengan senang dan waktu yang di lewati di rasakan lama. Sehingga pedidik
menciptakan kondisi tertentu agar peserta didik itu selalu butuh dan ingin terus
belajar. Pendidik harus menyadari bahwa tidak semua bahan pelajaran menarik
perhatian peserta didik sebagaimana juga tidak setiap peserta didik menaruh
perhatian terhadap bahan pelajaran yang sama. Karena itu pendidik dapat
memberikan motivasi, membangkitkan minat dan perhatian peserta didik terhadap
bahan pelajaran yang di ajarkannya dengan penanaman nilai-nilai Islam kepada
peserta didik agar lebih menarik dan menyadari kodrat sebagai peserta didik yaitu
menuntut ilmu setinggi-tingginya.
Berdasarkan uraian dia atas, dapat di sempulkan bahwa antara pembiasaan
yang di lakukan, bentuk-bentuk penanaman nilai-nilai Islam dan respon orang tau
mempunyai hubungan sangat erat yaitu berawal dari pembiasaan yang di lakukan
di sekolah dengan sholat berjamaah, salam saat bertemu guru, hafalan doa-doa
sehari-hari dan surah-surah pendek menimbulkan minat peserta didik karena
dengan adanya perhatian dan minat yang besar dalam peserta didik.
51
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut sebagai hasil penelitian yang telah di
laksanakan, maka dapat di tarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Penerapan metode pembiasaan pada peserta didik SMP Yapip
Sungguminasa Kab. Gowa yang di lakukan dengan pembiasaan salam
sapa dengan warga sekolah sejak datang ke sekolah dan saat pulang
sekolah, membiasakan berdoa sebelum jam pelajaran di mulai yang di
lakukan setiap harinya dan pembiasaan yang lainnya adalah penanaman
nilai-nilai Agama kepada peserta didik.
2. Bentuk penanaman nilai-nilai Pendidikan Islam pada peserta didik SMP
Yapip Sungguminasa dalam hal ini bentuk-bentuk penanaman nilai-nilai
Islam pada peserta didik adanya sholat berjamaah (sholat wajib) yang di
kemukakan oleh pihak sekolah setiap harinya. mengaji dan membaca
surat-surat pendek. Penanaman nilai-nilai Pendidikan Islam untuk
membangun karakter peserta didik yang lebih Islami.
3. Penerapan metode pembiasaan untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan
Islam pada peserta didik SMP Yapip Sungguminasa dari hasil penelitian
dapat di simpulkan bahwa pembiasaan yang di lakukan dengan bentuk
nilai-nilai Islam pada peserta didik sangat efektif karena dapat
meningkatkan akhlak peserta didik yang lebih baik lagi terbukti dari hasil
penelitian terhadap peserta didik dan orang tua murid puas akan
50
52
penerapan metode pembiasaan yang di lakukan di sekolah karena
membantu peserta didik dan orang tua peserta didik sekaligus
meningkatkan kualitas Pendidikan SMP Yapip Sungguminasa Kab. Gowa
lebih baik lagi dengan metode yang di gunakan membangun nilai-nilai
Islam.
B. Implikasi
Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih banyak kekurangan
baik dari aspek penelitian ataupun isi penelitian, tetapi ada beberapa hal yang
terlebih dahulu kita pahami apa yang ingin di teliti, kemudian mengumpulkan
informasi sebagai data awal barulah melakukan penelitian sehingga memudahkan
dalam mengelolah dan menganalisis data.
Dengan selesainya penulisan ini penelitian yang telah di lakukan oleh
penulis walaupun dalam bentuk yang sederhana, maka penulis menyarankan agar :
1. Pembiasaan yang di lakukan hendaknya secara kontinyu atau terus
menerus menerus dengan bimbingan para guru agar peserta didik terbiasa
dengan pembiasaan yang dilakukan di sekolah.
2. Skripsi ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan atau bahan pemikiran
kepada semua guru bidang studi, khusus, khususnya guru SMP Yapip
Sungguminasa Kab. Gowa agar penerapan pembiasaan yang di lakukan di
sekolah dapat menggunakan sebagai macam strategi pembelajaran yang
lebih menantang.
3. Disarankan pula kepada pihak yang lebih terkait baik peserta didik
maupun pendidik agar dapat menjalin kerja sama yang baik dengan
53
peserta didik dan orangtua/wali dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar berjalan dengan lancar dan dapat mencapai tujuan yang di
inginkan.
4. Skripsi ini diharapkan pula dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti
yang ada hubungan nya dengan masalah ini.
54
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qurthubi Imam Syaikh, Tafsir Al-Qurthubi,2009,Pustaka Azzam, (Jakarta
Selatan), h. 163-164
Abddul Rahman, J, 2008, Tahapan Mendidik Anak , Bandung : Irsyad Baitul
Salam ,
Abdullah Nasir Ulwan 1992, Pendidikan Anak Menurut Islam , (Bandung :
Remaja Rosdakarya), h. 62
Ardiansyah Asrori M, M.Pd, 2011, Metode Penanaman Nilai Islam, Malang :
Kabar Pendidikan,
Arif, 2002 Jurnal Pendidikan Agama Islam, hlm 114-155
Arif, Armai, 2002, Pengantar llmu dan Metodologi Pendidikan lslam , (Jakarta :
Ciputat Press), h 110
Arifin Muhammad, 1993, llmu Pendidikan lslam (Cet.ll;Jakarta : Bumi Aksara ),
h, 1 .
Aunul Ma’bud, Abdul Rahman Muhammad Usman 1979 , (Syarah Sunan Abi
Daud). (Libanon: Darul fikr ), h. 161
Azwar Saifuddin, 2010, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), hlm 91
Angreani Mutia, Peserta Didik SMP Yapip Sungguminasa, 2 Juli 2020
Chabib Thoha, HM,1996, Kapita Selekta Pendidikan Agama lslam (Yogyakarta
: Pustaka Pelajar) ,
Darajat, Zakiyah, 2005. llmu Jiwa Agama ,(Jakarta: P.T . Bulan Bintang), h. 74
Departemen Pendidkan Nasional, 2007 , Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai
Pustaka), h. 1135
Desmita , 2011, Psikologi Perkembangan Peserta Didik , (Bandung : Remaja
Rosdakarya) hlm . 266 .
Fathoni Abdurrahman, 2006, Metodologi Pendidikan Dan Teknis Penyusunan
skripsi, (Jakarta: Rineka Cipta), hlm 10
55
Fitrah, Orang Tua Peserta Didik, SMP Yapip Sungguminasa , Wawancara
Sungguminasa, 2 Juli 2020
H.A.R Tilaar, 2002, Perubahan Sosial dan Pendidikan: Pengantar Pedagogik
Transformatif untuk Indonesia. Jakarta: Grasindo,
Harun, Salman, 1984, sistem Pendidikan lslam , (Bandung : Al-Ma’rif), h. 367
Jalaluddin, 2003, Psikologi Agama (cet. V; Jakarta : Rajawali Pres), h. 56.
Khanza Safitra, 2018, Dalami Islam, Pusat Ilmu Nusantara, Landasan Al-Qur’an
ayat-ayat Al-Qur’an Tentang Ilmu
lrsyarad Baitus Salam , 2008 . Ramayus , Metodologi Pendidikan Agama lslam ,
(Jakarta : Kalam Mulia , 2005) , h. 103 .
Irawati Warnia, Orangtua Peserta Didik SMP Yapip Sungguminasa, Wawancara
2 Juli 2020
Mardalis, 1995, Metode Penelitian , Suatu Pendekatan Proposal, (Cet. ll; Jakarta:
Bulan Bintang), h. 55
Marimba D Ahmad,1989, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung : Al
Ma’arif), h. 19
Marzuki, 2002, Metodologi Reset, (Yogyakarta: BPFE,UII), h. 62.
Multhazan Ariel, Peserta Didik kelas Vlll SMP Yapip Sungguminasa ,wawancara
sungguminasa 2 juli 2020
Murni Puapita Indah S.pd, Guru Pendidikan Bahasa Indonesia SMP Yapip
Sungguminasa , Wawancara 2 Juli 2020
Nasuprawoto, 2010, Implementasi Pembiasaan Sikap, (Jakarta: FiskaAgung
Insani), h. 4
Nata, Abuddin ,1997, Filsafat Pendidikan lslam , (Jakarta : Logos Wcana llmu ),
h. 101
Purwadarma, W. JS, 1999, Kamus Umum Bahasa lndonesia , (Jakarta : Balai
Pustaka), h. 677
Repuplik Indonesia 2012, Undang-Undang Repuplik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, “(Jogyakarta: Laksana), h. 15.
56
Rosdakarya , 1992), h. M. Ngalim Purwanto , llmu Pendidikan Teoritis dan
Praktis , (Bandung : Remaja Rosdakarya , 2002), h. 178 64
Rahmadani Suci Dwi S.pd, Guru Bahasa Inggris, SMP Yapip Sungguminasa 7
Juli 2020
Rasyid Ratu Putri S.pd, M.pd, Kepala Sekolah SMP Yapip Sungguminasa,
wawancara 2020
Risna Nur, Peserta Didik SMP Yapip Sungguminasa, Wawancara 2 Juli 2020
Sadirman, 2010, lnteraksi dan Motivasi Belajar Mengajar , Jakarta : PT Raja
GrafindPersada .
Sagala, Syaiful, 2003, Konsep dan Makna Pembelajaran , (Bandung : Alfabeta,
h. 217-218
Samsuri Muchsan AR, 2013, Dasar – Dasar Pendidikan Mor al , (Yogyakarta :
Ombak), hlm 21
Shiddiq Ash Hasbi Muhammad Tengku,1987, Ridjalul Hadits, (tk), Matahari h.
37
Sugiono, 2009, Metodologi Penelitian kuantitatif ,kualitatif Dan R Dan D (Cet,
VI;Bandung: CV. Alfa Beta), h. 9
Syah, Muhibbin , 2000, Psikologi Pendidikan , (Bandung : Remaja Rosdakarya),
h. 123.
Syarifuddin , dkk , 2016, llmu Pendidikan Agama lslam , Jakarta : hijri Pustaka
Utama.
Samarni T Ode Wa, S.pdi, Guru Pendidikan Islam SMP Yapip Sungguminasa, 30
juni 2020
Saldi, Peserta Didik SMP Yapip Sungguminasa , Wawancara , 2 Juli 2020
Tadjab, 1994, Perbandingan Pendidikan: Study Perbandingan Tentang
Perbandingan Barat Modern, islam dan Nasional (Surabaya : Karya
Abditama), h. 55
Tim Dosen Fip-Ikip Malang, 1998, Pengantar Dasar-dasar Kependidikan
(Surabaya: usaha nasional), h. 2.
Wahab, 1990 45 http://belajarpendidikanpkn.blogspot.com/2017/03/pengertian-penerapan-dan-unsur-unsur.html.(Diakses 13 Januari 2020)
57
Zain, Badudu, 1996 1487 https://docplayer.info/30779286-Bab-ii-Kajian-teori-
adalah-hal-cara-atau-hasil-adapun-menurut-Lukman-Ali-penerapan-
adalah-mempraktekkan.html.(Diakses 13 Januari 2020)
Zain, Mohammad Sultan Badudu, JS, 2001, Kamus Umum Bahasa Indonesia . (
Jakarta Pusaka Sinar Harapan) , hlm 655
Zubaidah, Ida S.pdi, Guru Pendidikan Islam SMP Yapip Sungguminasa, 7 Juli
2020
58
LAMPIRAN
59
Pedoman Wawancara
1. Apakah metode pembiasaan diterapkan pada peserta didik saat belajar ?
2. Bagaimana gambaran penerapan metode pembiasaan peserta didik di SMP
Yapip sungguminasa ?
3. Apakah metode pembiasaan mampu meningkatkan minat belajar peserta
didik ?
4. Bagaimana bentuk penanaman nilai – nilai agama islam pada peserta didik
SMP Yapip sungguminasa.
5. Apa kendala yang di temui dalam penerapan metode pembiasaan dalam
menanamkan pendidikan islam.
6. Apa manfaat yang di dapatkan ketika menerapkan metode pembiasaan
tersebut.
7. Apa bentuk positif yang di dapatkan peserta didik setelah menerapkan
metode pembiasaan tersebut?
\
60
DOKUMENTASI PENELITIAN
TAMPAK DEPAN SMP Yapip Sungguminasa
61
Wawancara dengan kepala sekolah SMP Yapip Sungguminasa
62
63
Wawancara dengan peserta didik SMP Yapip Sungguminasa
64
Proses wawancara dengan peserta didik dan orang tua peserta didik
65
66
Proses wawancara dengan guru SMP yapip Sungguminasa
67
68
Proses wawancara dengan Guru Agama Islam SMP Yapip Sungguminasa.
69
RIWAYAT HIDUP
Dwi Indriyanti . Lahir di Sungguminasa, 23 Desember
1997 dari pasangan Raksamala Rasyid dan Heriyanto.
Penulis masuk Sekolah Dasar (SD) pada tahun 2003 di SD
Negeri 5 Sungguminasa dan tamat pada tahun 2009. Pada
tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang
Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Bontomarannu dan tamat
pada tahun 2012, kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah
Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Bontomarannu dan tamat pada tahun
2015. Pada tahun 2016, penulis diterima di Universitas Muhammadiyah Makassar
melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMP) pada program S1 jurusan
Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam dengan judul Skripsi :
“Penerapan Nilai-nilai Agama Islam Peserta Didik Melalui Metode Pembiasaan
Di SMP Yapip Sungguminasa ”