penerapan model pembelajaran kooperatif …digilib.unila.ac.id/21802/2/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING
STICK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS
SISWA KELAS VA SD NEGERI 2 METRO SELATAN
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
(Skripsi)
Oleh
SATRIA NOVAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING
STICK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS
SISWA KELAS VA SD NEGERI 2 METRO SELATAN
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Oleh
SATRIA NOVAN
Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPS kelas VA SD Negeri 2 Metro Selatan. Tujuan penelitian ini adalah
untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick. Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang
terdiri dari empat tahap yaitu (a) perencanaan, (b) pelaksanaan, (c) observasi, dan
(d) refleksi. Data dikumpulkan melalui lembar observasi dan soal tes pada setiap
siklus. Data yang sudah terkumpul dianalisis dengan analisis kualitatif dan
kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe talking stick dapat meningkatkan hasil belajar IPS
siswa kelas VA SD Negeri 2 Metro Selatan. Hal ini dapat dilihat dari adanya
peningkatan rata-rata nilai hasil belajar siswa pada siklus I yaitu 67,45 dengan
kategori “Tinggi”, dan pada siklus II meningkat menjadi 75,73 dengan kategori
“Tinggi”, dengan peningkatan sebesar 8,28 dari siklus I ke siklus II. Persentase
ketuntasan klasikal siklus I sebesar 65%, meningkat pada siklus II menjadi 80%,
dengan peningkatan sebesar 15%.
Kata kunci : model pembelajaran kooperatif, talking stick, hasil belajar IPS.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING
STICK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS
SISWA KELAS VA SD NEGERI 2 METRO SELATAN
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Oleh
SATRIA NOVAN
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
RIWAYAT HIDUP
Peneliti dilahirkan di Pekon Gunung Kemala, Kecamatan
Way Krui, Kabupaten Pesisir Barat pada tanggal 9
November 1993. Merupakan anak kedua dari empat
bersaudara pasangan Bapak Suwandi Sater dan Ibu Ida
Royani.
Pendidikan formal peneliti dimulai dari Sekolah Dasar di SD Negeri 2 Gunung
Kemala yang diselesaikan pada tahun 2005. Setelah itu, peneliti melanjutkan
pendidikan di SMP Negeri 2 Pesisir Tengah dan selesai pada tahun 2008.
Selanjutnya, peneliti melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Pesisir Tengah
dan selesai pada tahun 2011.
Pada tahun 2012, peneliti terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Lampung
program studi S1 PGSD melalui jalur tes tertulis Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menyelesaikan studi peneliti pernah
mendapat beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA). Selain itu, peneliti
juga aktif di kegiatan organisasi mahasiswa yaitu HIMAJIP tahun 2012/2013
menjabat sebagai Koordinator Bidang Rumah Tangga dan Harmonisasi Internal
(RTHI).
MOTTO
“Allah akan meninggikan orang-orang beriman diantara kamu dan
orang-orang berilmu pengetahuan, beberapa derajat. Dan Allah maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan”
(QS. Al-Mujadillah: 11)
“Didiklah anak-anak kamu, sesungguhnya mereka diciptakan untuk
menghadapi zaman yang berbeda dengan zaman kamu ini”
(HR. Bukhari)
“The future belongs to those who prepare for it today” -Malcolm X
PERSEMBAHAN
Karya tulis ini kupersembahkan untuk:
Ayahandaku Suwandi Sater dan Ibundaku Ida Royani tercinta, yang selalu
mendo’akan kebaikan dan kesuksesanku, selalu mendengar keluh kesahku, dan
memberikan dukungan serta kasih yang tiada batas. Karya ini adalah salah satu
hadiah yang bisa kuberikan saat ini, akan ada hadiah-hadiah yang lain yang pasti
akan kupersembahkan untuk Ayah dan Ibu.
Kakak kandungku Selvita Sari, S.Pd, Adik ku Suhendra Alvin
dan Fatria An’nur, yang selalu membantu bahkan tanpa disadari,
kalian adalah motivasiku untuk menjadi teladan yang baik.
Suatu hari nanti, banggakanlah Ayah dan Ibu dengan prestasimu.
Untuk semua orang yang mengajariku cara belajar dan tumbuh,
meski mereka tidak menyadarinya
Almamater Tercinta “Universitas Lampung”
i
SANWACANA
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillah, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta hidayahnya sehingga peneliti mampu menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Talking Stick Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VA SD
Negeri 2 Metro Selatan”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung.
Dengan kerendahan hati yang tulus peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., Rektor Universitas Lampung
yang telah banyak berjasa dalam kemajuan Universitas Lampung dan
membawa nama Universitas Lampung terus menjadi lebih baik di lingkup
nasional.
2. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., Dekan FKIP Universitas Lampung
yang telah memberikan dukungan yang amat besar terhadap perkembangan
FKIP terutama program studi PGSD.
3. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung yang menyetujui penulisan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan
dengan baik.
ii
4. Bapak Drs. Maman Surahman, M.Pd., Ketua Program Studi S-1 PGSD
Universitas Lampung yang telah memberikan banyak ilmu kepada peneliti dan
ide-ide kreatif untuk memajukan kampus tercinta PGSD.
5. Bapak Drs. Rapani, M.Pd., Koordinator Kampus B FKIP Universitas
Lampung yang telah memberikan dukungan, saran, serta masukan demi
kebaikan seluruh mahasiswa PGSD Kampus B.
6. Bapak Dr. Suwarjo, M.Pd., Dosen Penguji dan sekaligus Dosen Pembimbing
Akademik yang telah memberikan saran dan masukan yang sangat bermanfaat
dan luar biasa.
7. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., Dosen Pembimbing I yang telah mengarahkan
dengan bijaksana, membimbing dengan penuh kesabaran dan memberikan
saran yang sangat bermanfaat.
8. Bapak Drs. Siswantoro, M.Pd., Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran.
9. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf S-1 PGSD Kampus B yang turut andil dalam
kelancaran penyusunan skripsi ini.
10. Ibu Lindawati, S.Pd., Kepala SD Negeri 2 Metro Selatan, serta dewan guru
dan staf administrasi yang telah memberikan izin dan membantu peneliti
selama penyusunan skripsi ini.
11. Ibu Eltin Yuni Anggraini, S.Pd., Wali kelas VA dan teman sejawat yang
banyak membantu peneliti dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.
12. Siswa-siswi kelas VA SD Negeri 2 Metro Selatan yang telah membantu
selama penelitian.
iii
13. Sahabat seperjuangan dalam menulis skripsi: Uli Ambar Pratiwi, Lisa Arfina,
Prasetyo Adhi, Achmad Hasanuddin, Rikhe Kartika, Wiwin Kuswanti, Ni
Wayan, Rosdiana, dan segenap keluarga besar PGSD 2012 B yang tidak bisa
disebutkan satu persatu yang telah berkontribusi penuh selama ini.
14. Keluarga Besar kosan “Mbah Dipir” yang selalu memberikan semangat serta
motivasi untuk keberhasilan peneliti dalam menyelesaikan penyusunan skripsi
ini: Nurhayat, Ni Komang Ritdia N, Angga Fitra Kusuma, Rizki, Beny
Widayat, Viktor, Wayan, Rizki Andri, Mas Hardi, Mas Jaya.
15. Seluruh rekan-rekan S-1 PGSD angkatan 2012, yang telah berjuang bersama
demi masa depan yang cerah, kalian akan menjadi cerita terindah di masa
depan.
16. Semua pihak yang namanya tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang
telah banyak membantu dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.
Peneliti senantiasa berdo’a kepada Allah SWT semoga semua pihak yang telah
berjasa dalam rangka menyelesaikan skripsi ini, Allah menulisnya sebagai amal
jariyah yang akan menghantarkan ke Jannah-Nya. Akhir kata, peneliti menyadari
bahwa skripsi ini mungkin masih terdapat kekurangan, akan tetapi semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Metro, 14 Maret 2016
Peneliti
Satria Novan
iv
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 6
C. Rumusan Masalah ......................................................................... 6
D. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6
E. Manfaat Penelitian ......................................................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ....................................................... 9
1. Pengertian IPS ........................................................................... 9
2. Karakteristik IPS ........................................................................ 10
3. Tujuan Pembelajaran IPS .......................................................... 11
B. Belajar dan Pembelajaran ............................................................... 13
1. Belajar ........................................................................................ 13
a. Pengertian Belajar ................................................................. 13
b. Pengertian Hasil Belajar ....................................................... 14
2. Pembelajaran .............................................................................. 15
a. Pengertian Pembelajaran ....................................................... 15
b. Pembelajaran IPS di SD ........................................................ 16
C. Model Pembelajaran ....................................................................... 18
1. Pengertian Model Pembelajaran ................................................ 18
2. Jenis-jenis Model Pembelajaran ................................................ 19
D. Model Pembelajaran Kooperatif .................................................... 20
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif .............................. 20
2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ............................................... 21
3. Unsur-unsur Model Pembelajaran Kooperatif ........................... 22
4. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif .......................... 23
5. Jenis-jenis Model Pembelajaran Kooperatif .............................. 24
Halaman
v
E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick ...................... 26
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick ........... 26
2. Kelemahan dan Kelebihan Talking Stick ................................... 27
3. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick 28
F. Kinerja Guru ................................................................................... 31
G. Penelitian Yang Relevan ............................................................... 32
H. Kerangka Pikir ............................................................................... 33
I. Hipotesis Tindakan ........................................................................ 36
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .............................................................................. 37
B. Prosedur Penelitian ......................................................................... 38
C. Setting Penelitian ............................................................................ 39
D. Subjek Penelitian ............................................................................ 39
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 39
F. Alat Pengumpulan Data .................................................................. 40
G. Teknik Analisis Data ...................................................................... 43
H. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas ................................. 47
I. Indikator Keberhasilan ................................................................... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil SD Negeri 2 Metro Selatan .................................................. 56
B. Pelaksanaan Penelitian ................................................................... 57
C. Hasil Penelitian ............................................................................... 58
1. Siklus I ....................................................................................... 58
a. Perencanaan .......................................................................... 58
b. Pelaksanaan ........................................................................... 58
c. Hasil Observasi Siklus I ........................................................ 61
d. Refleksi ................................................................................. 71
e. Saran Perbaikan Untuk Siklus II ........................................... 72
2. Siklus II ...................................................................................... 73
a. Perencanaan .......................................................................... 73
b. Pelaksanaan ........................................................................... 74
c. Hasil Observasi Siklus II ...................................................... 77
d. Refleksi ................................................................................. 87
D. Pembahasan .................................................................................... 88
1. Kinerja Guru .............................................................................. 89
2. Hasil Belajar Kognitif ................................................................ 90
3. Hasil Belajar Afektif .................................................................. 92
4. Hasil Belajar Psikomotor ........................................................... 93
5. Hasil Belajar Siswa (Kognitif, Afektif, Psikomotor) ................. 94
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..................................................................................... 97
B. Saran ............................................................................................... 98
vi
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 100
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel
3. 1 Rubrik Penilaian Kegiatan Mengajar Guru ............................................. 41
3. 2 Indikator Hasil Belajar Afektif Siswa ..................................................... 42
3. 3 Rubrik Penilaian Hasil Belajar Afektif Siswa ........................................ 42
3. 4 Indikator Hasil Belajar Psikomotor Siswa ............................................... 42
3. 5 Rubrik Penilaian Hasil Belajar Psikomotor Siswa ................................... 43
3. 6 Kategori Kinerja Guru ............................................................................ 44
3. 7 Kategori Nilai Afektif Siswa .................................................................. 44
3. 8 Kategori Psikomotor Siswa ...................................................................... 45
3. 9 Nilai Ketuntasan Belajar Siswa ............................................................... 47
4. 1 Kinerja Guru Siklus I .............................................................................. 62
4. 2 Hasil Belajar Kognitif Siklus I ................................................................. 63
4. 3 Distribusi Nilai Hasil Belajar Afektif Siklus I ........................................ 65
4. 4 Hasil Belajar Psikomotor Siklus I ............................................................ 66
4. 5 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus I ................................................ 69
4. 6 Kinerja Guru Siklus II .............................................................................. 77
4. 7 Hasil Belajar Kognitif Siklus II ............................................................... 79
Halaman
viii
4. 8 Distribusi Nilai Hasil Belajar Afektif Siklus II ........................................ 81
4. 9 Hasil Belajar Psikomotor Siklus II .......................................................... 82
4.10 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus II ............................................. 85
4.11 Rekapitulasi Kinerja Guru Siklus I dan Siklus II .................................... 89
4.12 Rekapitulasi Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus I dan Siklus II ........... 90
4.13 Rekapitulasi Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus I dan Siklus II ............ 92
4.14 Rekapitulasi Hasil Belajar Psikomotor Siswa Siklus I dan Siklus II ..... 93
4.15 Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II ......................................................... 95
Halaman
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 Alur kerangka pikir .................................................................................. 35
3.1 Alur siklus penelitian tindakan kelas ....................................................... 38
4.1 Grafik peningkatan kinerja guru .............................................................. 89
4.2 Grafik peningkatan hasil belajar kognitif siswa ....................................... 91
4.3 Grafik peningkatan hasil belajar afektif siswa ......................................... 92
4.4 Grafik peningkatan hasil belajar psikomotor siswa ................................. 94
4.5 Grafik rekapitulasi hasil belajar siswa ..................................................... 95
Halaman
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1 Lampiran I Surat-surat ................................................................................ 105
2 Lampiran II Perangkat Pembelajaran .......................................................... 113
3 Lampiran III Kinerja Guru .......................................................................... 136
4 Lampiran IV Hasil Belajar Siswa ................................................................ 139
5 Lampiran V Dokumentasi ............................................................................ 168
Halaman
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya
manusia, sedangkan kualitas sumber daya manusia tergantung pada kualitas
pendidikannya. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan
masyarakat yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Indonesia sebagai
negara yang berkembang memandang pendidikan sebagai suatu kebutuhan
penting dan sarana demi memajukan pembangunan negara. Sebagaimana
tercantum dalam UU. No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(sisdiknas) Bab 1 pasal 1 menyebutkan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Visi pendidikan nasional menurut Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007
tentang Standar Proses (Tim Penyusun, 2007: 3) adalah terwujudnya sistem
pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk
memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi
manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan
zaman yang selalu berubah. Lebih lanjut Amri (2013: 241) menyatakan bahwa
2
pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan peranannya dimasa yang
akan datang.
Ihsan (2008: 5) menyatakan pendidikan tidak hanya dipandang sebagai
usaha pemberian informasi saja, namun diperluas sehingga mencakup
usaha untuk mewujudkan keinginan, kebutuhan dan kemampuan
individu sehingga tercapai pola hidup pribadi dan sosial yang
memuaskan, pendidikan bukan semata-mata sebagai sarana untuk
persiapan kehidupan yang akan datang, tetapi untuk kehidupan anak-
anak sekarang yang sedang mengalami perkembangan menuju
ketingkat kedewasaannya.
Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan merupakan salah satu langkah
yang dilakukan untuk membentuk bangsa yang cerdas dan berkualitas.
Sejalan dengan visi pendidikan nasional bahwa dalam era globalisasi dimana
manusia dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan zaman yang semakin
maju, setiap warga negara diharapkan mampu menjadi manusia yang cerdas
dan berkualitas.
Begitu pentingnya peran dan tujuan pendidikan, sehingga menuntut
pemerintah untuk terus melakukan pembaharuan dan peningkatan mutu dari
pendidikan tersebut. Pelaksanaan pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari
penerapan kurikulum yang senantiasa disesuaikan dengan perkembangan
zaman. SD tempat penelitian ini dilakukan masih menggunakan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang merupakan kurikulum yang berlaku
saat ini.
KTSP tersebut, memberikan keleluasaan kepada sekolah untuk
merancang, mengembangkan dan mengimplementasikan kurikulum sekolah
sesuai dengan situasi, kondisi, dan potensi keunggulan lokal yang bisa
3
dimunculkan oleh sekolah. Selain itu, KTSP juga menekankan pada nilai
karakter pada siswa/ peserta didik.
Pada pelaksanaannya KTSP memiliki beberapa mata pelajaran yang
harus dikuasai oleh siswa, salah satunya adalah Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS). Menurut Susanto (2014: 10) IPS adalah bidang studi yang
mempelajari, menelaah, menganalisa gejala, dan masalah sosial di masyarakat
dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan.
Selanjutnya Banks dalam Sapriya dkk (2007: 4) menyatakan bahwa IPS di
sekolah penekanannya pada aspek pengembangan berpikir siswa sebagai
bagian dari masyarakat dan berperan serta dalam memecahkan masalah.
Menurut Bruner dalam Supriatna (2007: 38) terdapat tiga prinsip
pembelajaran IPS di Sekolah Dasar (SD) yaitu: (1) pembelajaran harus
berhubungan dengan pengalaman serta konteks lingkungan; (2) pembelajaran
harus terstuktur; (3) pembelajaran harus disusun sedemikian rupa.
Pembelajaran IPS tidak hanya bersifat hafalan dan pemahaman konsep
saja, tetapi bagaimana proses dalam pembelajaran itu lebih bermakna,
membuat siswa lebih aktif, mengembangkan rasa ingin tahu, dan
mengembangkan kemampuan siswa dalam ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor. Proses pembelajaran tidak terlepas dari ketiga ranah tersebut,
ketiganya saling terkait satu sama lain, pengetahuan yang membentuk
keterampilan dan pengetahuan yang membentuk sikap logis, kritis, cermat,
kreatif, dan disiplin.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh
peneliti terhadap guru kelas VA SD Negeri 2 Metro Selatan serta penelusuran
4
dokumentasi yang dilakukan pada tanggal 5 Desember 2015 pada
pembelajaran IPS diperoleh hasil sebagai berikut; (1) guru jarang melakukan
apersepsi, (2) masih dominan menggunakan metode ceramah sehingga siswa
cenderung pasif, (3) kurang memberikan penguatan kepada siswa, (4)
pembelajaran berlangsung dengan suasana yang membosankan dan kurang
menarik perhatian, (5) siswa kurang percaya diri dan takut untuk
menyampaikan pendapat, banyak siswa tidak dapat menjawab pertanyaan
yang diberikan oleh guru. (6) Hasil belajar siswa rendah, hal ini dibuktikan
oleh jumlah siswa yang mampu mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) hanya 11 dari 20 orang siswa yang ada di kelas tersebut (55%)
dengan nilai rata-rata klasikal yaitu 66,30.
Nilai rata-rata klasikal hasil belajar IPS pada kelas tersebut sudah
memenuhi KKM, tetapi siswa yang mampu mencapai KKM sebanyak 11
orang siswa atau 55%. Dikatakan rendah karena sebagaimana yang terdapat
dalam pedoman penyusunan KTSP dari Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP) bahwa kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator
pencapaian kompetensi adalah 75% (Tim Penyusun, 2006: 27). Merujuk pada
data tersebut, maka hasil belajar IPS siswa kelas VA SD Negeri 2 Metro
Selatan belum dapat dikatakan berhasil, sehingga perlu diadakan peningkatan
guna memperbaiki kualitas output dari pembelajaran IPS tersebut.
Permasalahan tersebut perlu ditanggulangi dengan model pembelajaran
yang tepat untuk mengoptimalkan proses pembelajaran dengan penyajian
materi yang menarik yang lebih dominan melibatkan siswa, sehingga siswa
dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran dimana siswa dituntut untuk
5
menggali potensi kepemimpinan dan keterampilannya dalam kelompok
melalui suatu pembelajaran yang aktif dan menyenangkan.
Sehubungan dengan masalah di atas, diperlukan model pembelajaran
yang dapat memotivasi siswa agar lebih aktif, dan kreatif sehingga dapat
mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimilikinya, serta dapat
menemukan makna yang dalam dari apa yang dipelajari. Salah satu model
yang dipandang dapat memfasilitasi permasalahan di atas adalah model
pembelajaran kooperatif tipe talking stick. Suprijono (2009: 109) menyatakan
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe talking stick merupakan
pembelajaran yang mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat.
Hal senada juga diungkapkan Kurniasih (2015: 82) bahwa pembelajaran
kooperatif tipe talking stick sangat cocok diterapkan bagi siswa SD. Selain
untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan dan membuat siswa aktif.
Menurut Jacob (dalam Suwarjo 2008: 102) pembelajaran kooperatif
(cooperative learning) merupakan sebuah inovasi dan reformasi pendidikan
yang sangat kuat dan penuh potensial diberikan kepada masyarakat yang
berbeda budaya, kemampuan, ras, dan etnik. Berdasarkan penelitian Slavin
tahun 1994 (dalam Huda 2014: 27), teknik-teknik pembelajaran kooperatif
lebih unggul atau lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan
dengan pengalaman-pengalaman individual atau kompetitif. Selajutnya
penelitian Kimberly (1998: 4) dalam jurnal internasional mengungkapkan
pembelajaran kooperatif tipe talking stick memiliki dampak positif bagi siswa
yang hasil belajarnya rendah.
6
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian tindakan kelas ini
peneliti mengangkat judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Talking Stick Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VA SD
Negeri 2 Metro Selatan Tahun Pelajaran 2015/2016”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai
berikut:
1. Guru jarang melakukan apersepsi pada saat pelajaran IPS berlansung.
2. Guru masih dominan menggunakan metode ceramah.
3. Guru kurang memberikan penguatan kepada siswa.
4. Pembelajaran berlangsung dengan suasana yang membosankan dan
kurang menarik perhatian.
5. Siswa kurang percaya diri dan takut untuk menyampaikan pendapat.
6. Hasil belajar siswa rendah yaitu hanya mencapai 55% ketuntasan
klasikal.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah maka dapat
dirumuskan masalah penelitian yaitu “Apakah model pembelajaran kooperatif
tipe talking stick mampu meningkatkan hasil belajar IPS siswa Kelas VA SD
Negeri 2 Metro Selatan?”.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
“Untuk meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran
7
kooperatif tipe talking stick pada pembelajaran IPS di kelas VA SD Negeri 2
Metro Selatan tahun pelajaran 2015/2016”.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas VA SD Negeri
2 Metro Selatan diharapkan memberi manfaat bagi:
1. Siswa
Hasil penelitian ini dapat menjadikan siswa lebih aktif dan semangat
dalam belajar sehingga materi yang disampaikan oleh guru dapat
dipahami dengan baik. Selanjutnya berdampak pada hasil belajar siswa
dapat meningkat.
2. Guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan sebagai upaya
meningkatkan hasil belajar siswa dan efektivitas pembelajaran di kelas.
3. Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi positif guna
meningkatkan mutu pendidikan di SD Negeri 2 Metro Selatan.
4. Peneliti
Berguna untuk menambah pengetahuan dan pengalaman melalui
penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe talking stick.
8
5. Instansi Terkait
Dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan yang
lebih baik di masa yang akan datang. Terutama untuk memberikan
masukan dan tambahan informasi serta menyampaikan saran yang
bermanfaat mengenai masalah yang dihadapi di bidang pendidikan.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
1. Pengertian IPS
Pengertian IPS merujuk pada kajian yang memusatkan
perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Berbagai dimensi manusia
dalam kehidupan sosialnya merupakan fokus kajian dari IPS. Aktivitas
manusia dilihat dari dimensi waktu yang meliputi masa lalu, sekarang dan
masa depan. Aktivitas manusia yang berkaitan dalam hubungan dan
interaksinya dengan aspek keruangan atau geografis. Pada intinya, fokus
kajian IPS adalah berbagai aktivitas manusia dalam berbagai dimensi
kehidupan sosial sesuai dengan karakteristik manusia sebagai makhluk
sosial (homo socius).
Menurut Susanto (2014: 6) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial dan humaniora,
yaitu: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya.
Hal senada juga diungkapkan Somantri dalam Sapriya (2009: 9) bahwa
IPS adalah penyederhanaan atau disiplin ilmu-ilmu sosial humaniora serta
kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah
dan pedagogis/ psikologis untuk tujuan pendidikan.
10
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa IPS
merupakan kumpulan dari satu kesatuan ilmu-ilmu sosial yang diolah
berdasarkan prinsip pendidikan dengan tujuan memperbaiki,
mengembangkan, dan memajukan hubungan-hubungan kemanusiaan
kemasyarakatan.
2. Karakteristik IPS
Pendidikan IPS lebih menekankan pada bagaimana cara mendidik
tentang ilmu-ilmu sosial atau lebih kepada penerapannya. IPS memiliki
karakteristik yang membedakannya dengan disiplin ilmu lainnya. Susanto
(2014: 22) menjelaskan karakteristik mata pelajaran IPS sebagai berikut:
a. Menggunakan pendekatan lingkungan yang luas.
b. menggunakan pendekatan terpadu antar mata pelajaran
yang sejenis.
c. Berisi materi konsep, nilai-nilai sosial, kemandirian dan
kerjasama.
d. Mampu memotivasi peserta didik untuk aktif, kreatif dan
inovatif sesuai dengan perkembangan anak.
e. Mampu meningkatkan keterampilan peserta didik dalam
berfikir dan memperluas cakrawala budaya.
Menurut Sapriya (2009: 7) salah satu karakteristik IPS/ social
studies adalah bersifat dinamis, artinya selalu berubah sesuai dengan
tingkat perkembangan masyarakat. Perubahan dapat dalam aspek materi,
pendekatan, bahkan tujuan sesuai dengan tingkat perkembangan
masyarakat. Selain itu, Soemantri dalam Supriatna (2007: 11) menjelaskan
sebagai berikut:
Karakteristik pendidikan IPS yaitu synthetic disciplines, karena
bukan hanya harus mampu mensintesiskan konsep-konsep yang
relevan antara ilmu-ilmu pendidikan dan ilmu-ilmu sosial,
melainkan juga tujuan pendidikan dan pembangunan serta masalah-
masalah sosial dalam hidup bermasyarakatpun yang sering disebut
11
dengan ipoleksosbudhankam akan menjadi pertimbangan dalam
pendidikan IPS.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
karakteristik IPS adalah bersifat dinamis dan komprehensif, pembelajaran
disusun dengan mengaitkan atau menghubungkan bahan-bahan dari
berbagai disiplin ilmu sosial dan lainnya dengan kehidupan nyata di
masyarakat. Sejatinya pendidikan IPS berupaya mengembangkan
kompetensi siswa, agar menjadi warga negara yang baik yang dapat
menjaga keharmonisan hubungan di antara masyarakat sehingga terjalin
persatuan dan keutuhan bangsa.
3. Tujuan IPS
Mata pelajaran IPS di sekolah dasar merupakan program
pengajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi dimasyarakat, memilki
sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi,
dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang
menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan
tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di
sekolah diorganisasikan secara baik.
Gross dalam Solihatin (2007: 14) menyatakan bahwa tujuan
pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan peserta didik menjadi
warga negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat (good
citizen). Kemudian ia juga menegaskan tujuan lain dari pendidikan
IPS adalah untuk mengembangkan kemampuan peserta didik
menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap
persoalan yang dihadapinya.
12
Tujuan pendidikan IPS yang lebih spesifik dirumuskan oleh
Pennsylvania Council for the Social Studies dalam Wahab (2008: 35-36)
yaitu:
Fokus utama dari program IPS adalah membentuk individu-individu
yang memahami kehidupan sosialnya (dunia manusia, aktivitas dan
interaksinya) yang ditujukan untuk menghasilkan anggota
masyarakat yang bebas, yang mempunyai rasa tanggung jawab untuk
melestarikan, melanjutkan dan memperluas nilai-nilai dan ide-ide
masyarakat bagi generasi masa depan. Untuk melengkapi tujuan
tersebut, program IPS harus memfokuskan pada pemberian
pengalaman yang akan membantu setiap individu siswa.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006
tercantum bahwa tujuan IPS adalah sebagai berikut:
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungannya.
2. Memilki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa
ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan
dalam kehidupan sosial.
3. Memilki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
4. Memilki kemampuan untuk berkomunikasi, bekerjasama dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal,
nasional dan global.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IPS memiliki
tujuan untuk membekali siswa dengan beberapa kemampuan diantaranya,
yaitu (a) mengenal konsep-konsep kehidupan masyarakat, (b) memiliki
kemampuan dasar berfikir logis dan kritis, (c) memiliki komitmen dan
kesadaran terhadap nilai-nilai sosial, (d) memiliki kemampuan
berkomunikasi, dan bekerjasama di lingkup lokal, nasional, maupun
global. Kemampuan tersebut membekali siswa dalam menjalani kehidupan
bermasyarakat yang memiliki intelektual dan rasa tanggung jawab sebagai
anggota masyarakat dan bangsa.
13
B. Belajar dan Pembelajaran
1. Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan untuk memperoleh ilmu pengetahuan
dan mengubah pola pikir serta perilaku sebagai akibat dari pengalaman
dan latihan. Susanto (2014: 4) mengemukakan belajar merupakan suatu
aktivitas yang dilakukan seseorang dalam keadaan sadar untuk
memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru
sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan prilaku yang
relatif tetap baik dalam berfikir, merasa, maupun dalam bertindak.
Sagala (2012: 34) belajar adalah perubahan kualitas kognitif,
afektif, dan psikomotorik untuk meningkatkan taraf hidupnya sebagai
pribadi, sebagai masyarakat, maupun sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa. Lebih lanjut Hamalik (2012: 27- 28) menjelaskan pengertian
belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil
atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari
itu, yakni mengalami. Berbeda menurut Walker dalam Riyanto (2009:
5) bahwa belajar adalah suatu perubahan dalam pelaksanaan tugas yang
terjadi sebagai hasil dari pengalaman dan tidak ada sangkut pautnya
dengan kematangan rohaniah, kelelahan, motivasi, perubahan dalam
situasi stimulus atau faktor-faktor samar-samar lainnya yang tidak
berhubungan langsung dengan belajar.
14
Hamalik (2012: 30) mengemukakan bukti bahwa seseorang
telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang
tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak
mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku memiliki unsur
subjektif dan unsur motoris. Unsur subjektif adalah unsur
rohaniah sedangkan unsur motoris adalah unsur jasmaniah.
Bahwa seseorang sedang berpikir dapat dilihat dari raut
mukanya, sikapnya dalam rohaniahnya tidak bisa kita lihat.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa belajar adalah suatu proses yang dialami oleh setiap individu
meliputi perubahan tingkah laku berupa pengetahuan, pemahaman,
maupun sikap. Perubahan tingkah laku yang diperoleh merupakan suatu
hasil dari belajar. Dengan belajar setiap individu akan mendapatkan
pengetahuan dan wawasan yang lebih luas dari sebelumnya, sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai.
b. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan tolok ukur ketercapaian tujuan belajar.
Purwanto (2014: 54) mengungkapkan hasil belajar adalah perubahan
perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai
dengan tujuan pendidikan. Sementara Suprijono (2015: 5)
mengemukakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-
nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.
Menurut Susanto (2014: 5) hasil belajar adalah perubahan-
perubahan yang terjadi dalam diri siswa, baik yang menyangkut aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Hal
tersebut senada dengan pendapat Kunandar (2013: 62) bahwa hasil
belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif,
15
afektif, maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai siswa setelah
mengikuti proses belajar mengajar.
Bloom dalam Suprijono (2009: 6-7) hasil belajar mencakup
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif
adalah pengetahuan, ingatan, pemahaman, menjelaskan,
meringkas, contoh, menerapkan, menguraikan, menentukan
hubungan, mengorganisasikan, merencanakan, membentuk
bangunan baru, dan menilai. Domain afektif adalah sikap
menerima, memberikan respon, nilai, organisasi, karakterisasi.
Domain psikomotorik meliputi initiatory, pre-routine,
rountinized. Psikomotorik juga mencakup keterampilan produktif,
teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah
mengikuti proses pembelajaran. Kemampuan itu meliputi aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
2. Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu proses yang disengaja dan
bertujuan agar siswa memperoleh hasil belajar. Dalam kegiatan
pembelajaran terjadi interaksi antara siswa dengan guru.
Hamalik (2013: 57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Lebih lanjut Rusmono (2012: 6)
menyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu upaya untuk
menciptakan suatu kondisi bagi terciptanya suatu kegiatan belajar
16
yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang
memadai.
Mohammad Surya dalam Masitoh (2009: 7-8) menjelaskan
bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, maka peneliti
menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan belajar
yang dirancang oleh guru yang merupakan kombinasi dari beberapa
unsur yang saling mendukung untuk mencapai tujuan pembelajaran
yaitu perubahan perilaku pada diri siswa sebagai hasil dari belajar.
Agar tujuan pembelajaran tercapai sebagaimana diharapkan, oleh
karenanya kita perlu menggunakan model pembelajaran yang
mendukung tujuan tersebut dapat tercapai.
b. Pembelajaran IPS SD
Ilmu pengetahuan sosial merupakan pelajaran yang diajarkan
pada anak di sekolah dasar. IPS di SD tidak bersifat keilmuan
melainkan bersifat pengetahuan. Sapriya (2009: 20) mengemukakan
IPS di sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri
sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial,
humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan.
Ia juga menambahkan bahwa materi IPS untuk jenjang sekolah dasar
tidak terlihat aspek disiplin ilmu karena lebih dipentingkan adalah
17
dimensi pedagogik dan psikologis serta karakteristik kemampuan
berpikir peserta didik yang bersifat holistik.
Isjoni (2007: 43) menyatakan bahwa tujuan umum pembelajaran
IPS di sekolah dasar adalah agar siswa mampu mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam
kehidupan sehari-hari. Senjutnya Bruner dalam Sapriya (2007: 38)
menjelaskan terdapat tiga prinsip pembelajaran IPS di SD yaitu:
a. Pembelajaran harus berhubungan dengan pengalaman serta
konteks lingkungan sehingga dapat mendorong mereka untuk
belajar,
b. Pembelajaran harus terstruktur sehingga siswa belajar dari hal-hal
mudah kepada hal yang sulit,
c. Pelajaran harus disusun sedemikian rupa sehingga
memungkinkan siswa dapat melakukan eksplorasi sendiri dalam
mengkonstruksi pengetahuannya.
Ada beberapa karakteristik pembelajaran IPS SD yang dikaji
bersama ciri dan sifat pembelajaran IPS menurut Kosasih Djahiri
dalam Susanto (2014: 12) adalah sebagai berikut:
a. Menautkan teori ilmu dengan fakta atau sebaliknya.
b. Penelaahan pembelajaran IPS bersifat komprehensif.
c. Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar
inquiri.
d. Program pembelajaran disusun dengan meningkatkan atau
menghubungkan bahan-bahan dari berbagai disiplin ilmu
sosial dan lainnya dengan kehidupan nyata di masyarakat,
pengalaman, permasalahan, kebutuhan dan memproyeksikan-
nya kepada kehidupan di masa depan.
e. IPS dihadapkan secara konsep dan kehidupan sosial yang
sangat labil.
f. IPS menghayati hal-hal, arti dan penghayatan hubungan antar
manusia yang bersifat manusiawi.
g. Pembelajaran tidak mengutamakan pengetahuan semata.
h. Berusaha untuk memuaskan siswa yang berbeda melalui
program maupun pembelajarannya.
i. Pengembangan program pembelajaran senantiasa
melaksanakan prinsip-prinsip, karakteristik (sifat dasar) dan
pendekatan yang menjadi ciri IPS itu sendiri.
18
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
pembelajaran IPS SD merupakan pembelajaran yang mengkaji
seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan
dengan isu sosial. Materi yang diberikan memuat Geografi, Sejarah,
Sosiologi, dan Ekonomi yang disajikan secara terpadu yang berkaitan
dengan gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di
lingkungan sekitar siswa. Pembelajaran dilakukan melalui
mengonstruksi pengalaman dalam konteks lingkungan, sehingga siswa
dapat mengeksplorasi pengetahuannya.
C. Model Pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran
Pada proses pembelajaran guru harus menggunakan model
pembelajaran yang tepat agar pembelajaran dapat berjalan efektif dan
efisien sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Komalasari (2010: 57)
menyatakan bahwa model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara
khas oleh guru.
Menurut Joyce & Well dalam Rusman (2013: 133) model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang
bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau
yang lain. Menurut Prastowo (2013: 65) model pembelajaran adalah acuan
19
pembelajaran yang secara sistematis dilaksanakan berdasarkan pola-pola
pembelajaran tertentu.
Hanafiah & Cucu (2010: 41) mengemukakan model pembelajaran
merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan
perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif.
Berdasarkan penjelasan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran adalah acuan yang digunakan dalam proses
pembelajaran berupa pola-pola yang disusun secara sistematis untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Untuk mencapai tujuan tersebut,
dibutuhkan model pembelajaran yang efektif dan efisien. Oleh karena itu
guru harus paham dan bijak dalam memilih jenis-jenis model
pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas.
2. Jenis-jenis Model Pembelajaran
Pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas guru dapat
menggunakan berbagai macam model pembelajaran supaya aktivitas
pembelajaran lebih relevan dan bermakna.
Menurut Sanjaya (2011: 239) jenis-jenis model pembelajaran yang
populer dan relevan dengan kurikulum KTSP 2006 diantaranya adalah:
1) Model Contextual Teaching and Learning (CTL)
Model pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan
siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari
dan menghubungkannya dengan kehidupan nyata.
2) Model Pembelajaran Kooperatif
Suatu model dimana siswa belajar dibagi dalam kelompok-
kelompok yang menekankan kerjasama antar siswa dan
kelompok.
3) Model Problem Solving
20
Model pembelajaran yang mewajibkan siswa untuk mengajukan
soal sendiri melalui belajar secara mandiri.
4) Model Inquiry
Model ini menekankan kepada proses mencari dan menemukan
materi pelajaran tidak diberikan secara langsung.
Berdasarkan jenis-jenis model pembelajaran di atas maka peneliti
memilih menggunakan model pembelajaran kooperatif. Pada pembelajaran
ini siswa dituntut untuk bisa saling bekerja sama dalam kelompok dan
memiliki sikap sosial yang tinggi.
D. Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara
berkelompok yang sistem pengajarannya memberi kesempatan kepada
anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas
yang terstruktur. Menurut Hosnan (2014: 235) pembelajaran kooperatif
mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam
bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang
teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih, dimana
keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota
kelompok itu sendiri.
Rusman (2013: 202) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya
terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang
bersifat heterogen. Hal senada juga diungkapkan Komalasari (2010: 62)
21
bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi kelompok kecil
dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari dua sampai lima orang, dengan
struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran
dimana siswa bekerja dan berinteraksi satu sama lain dalam sebuah
kelompok yang heterogen dan mereka saling bekerja sama untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan.
2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Konsep utama dari pembelajaran kooperatif adalah siswa
bekerjasama dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Suprijono (2015: 80) model pembelajaran kooperatif
dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik,
toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.
Lebih lanjut Johnson and Johnson dalam Trianto (2011: 57) menyatakan
bahwa tujuan pokok pembelajaran kooperatif adalah memaksimalkan
belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik
secara individu maupun secara kelompok.
Stahl dalam Isjoni (2011: 42-43) menyatakan bahwa dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif, siswa
memungkinkan dapat meraih keberhasilan dalam belajar, di
samping itu juga bisa melatih siswa untuk memiliki keterampilan,
baik keterampilan berpikir (thinking skill) maupun keterampilan
sosial (social skill) seperti keterampilan untuk mengemukakan
pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain,
22
bekerjasama, rasa setia kawan, dan mengurangi perilaku yang
menyimpang dalam kelas.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa tujuan pembelajaran kooperatif adalah meningkatkan kinerja
siswa sehingga memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki
solidaritas sosial yang tinggi.
3. Unsur-unsur Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif mempunyai unsur-unsur dalam
pembelajarannya. Menurut Lungdren dalam Isjoni (2011: 16) unsur-unsur
pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut.
a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam
atau berenang bersama”
b. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau
peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab
terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi
c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki
tujuan yang sama
d. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di
antara para anggota kelompok
e. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan
ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok
f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka
memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar
g. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sedangkan menurut Johnson dan Sutton dalam Trianto (2011: 60)
terdapat lima unsur penting dalam pembelajaran kooperatif (Cooperative
Learning) yaitu:
a) Pertama, saling ketergantungan yang bersifat positif antara
siswa. Dalam cooperative learning siswa merasa bahwa
mereka sedang bekerjasama untuk mencapai satu tujuan terikat
satu sama lain. Seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua
anggota kelompoknya juga sukses. Siswa akan merasa bahwa
23
dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga
mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok.
b) Kedua, interaksi antara siswa yang semakin meningkat.
Cooperative learning akan meningkatkan interaksi antara
siswa. Hal ini, terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu
siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling
memberikan bantuan ini akan berlangsung secara alamiah
karena kegagalan seseorang dalam kelompok memengaruhi
suksesnya kelompok. Untuk mengatasi masalah ini, siswa yang
membutuhkan bantuan akan mendapatkan dari teman
sekelompoknya. Interaksi yang terjadi dalam pembelajaran
kooperatif adalah tukar menukar ide mengenai masalah yang
sedang dipelajari bersama.
c) Ketiga, tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual
dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa
dalam hal membantu siswa yang membutuhkan bantuan, dan
siswa tidak dapat hanya sekedar “membonceng” pada hasil
kerja teman jawab siswa dan teman sekelompoknya.
d) Keempat, keterampilan interpersonal dan kelompok kecil.
Dalam cooperative learning, selain dituntut untuk mempelajari
materi yang diberikan seorang siswa dituntut untuk belajar
bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya.
Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan
menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut
keterampilan khusus.
e) Kelima, proses kelompok. Cooperative learning tidak akan
berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi
jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan
mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja
yang baik.
Berdasarkan paparan para ahli di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa unsur-unsur model pembelajaran kooperatif diantaranya saling
ketergantungan yang bersifat positif, interaksi antara siswa, tanggung
jawab individual, keterampilan interpersonal dan kelompok kecil, dan
proses kelompok.
4. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran model pembelajaran kooperatif memiliki
karakteristik yang berbeda dengan model pembelajaran lainnya. Model
24
pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa
secara berkelompok yang saling bekerja sama untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Rusman (2013: 207) ada empat karakteristik Cooperative
Learning, yaitu (1) pembelajaran secara tim, (2) didasarkan pada
manajemen kooperatif, (3) kemauan untuk bekerja sama, (4) keterampilan
bekerja sama.
Menurut Lonning dan Slavin dalam (Suwarjo, 2008: 29)
menjelaskan ada empat hal penting dalam model cooperative learning,
yakni: (1) adanya peserta didik dalam kelompok, (2) adanya aturan main
dalam kelompok, (3) adanya upaya belajar dalam kelompok, (4) adanya
kompetensi yang harus dicapai oleh kelompok.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan
bahwa karakteristik pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yaitu
pembelajaran secara tim, didasarkan pada manajemen kooperatif,
kemauan untuk bekerjasama, keterampilan bekerjasama, mendapatkan
penghargaan tim, tanggung jawab individu dan kesempatan sukses yang
sama.
5. Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif
Untuk memilih tipe yang tepat untuk digunakan dalam
pembelajaran, peneliti harus mengetahui tipe-tipe dari model
pembelajaran kooperatif seperti tipe NHT, Cooperative Script, STAD,
TGT, Snowball Throwing dan Talking Stick.
Menurut Komalasari (2010: 62) terdapat beberapa tipe dalam
pembelajaran kooperatif diantaranya:
25
1) NHT yaitu model pembelajaran dimana setiap siswa diberi nomor
kemudian dibuat suatu kelompok, siswa diacak selanjutnya guru
memanggil nomor dari siswa,
2) Cooperative Script yaitu metode belajar dimana siswa bekerja
berpasangan, dan secara lisan bergantian mengihtisarkan bagian-
bagian dari materi yang dipelajari,
3) STAD yaitu model pembelajaran yang mengelompokkan siswa
secara heterogen, kemudian siswa yang pandai menjelaskan pada
anggota lain sampai mengerti,
4) TGT yaitu model pembelajaran yang melibatkan seluruh aktivitas
siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa
sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan,
5) Snowball Throwing yaitu model pembelajaran yang menggali
potensi kepemimpinan siswa dalam kelompok dan keterampilan
membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan yang dipadukan
melalui suatu permainan imajinatif membentuk dan melemparkan
bola salju,
6) Talking Stick yaitu model pembelajaran yang mampu mendorong
siswa untuk berani mengemukakan pendapat dan melatih daya
ingat siswa dalam memahami materi pokok.
Dari model-model yang telah dijelaskan di atas maka peneliti
memilih model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick. Pada
pembelajaran ini siswa dituntut untuk bisa saling bekerja sama dalam
26
kelompok serta mendorong keberanian siswa mengemukakan pendapat
dan melatih daya ingat siswa dalam memahami materi pokok pelajaran.
E. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Talking Stick
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif tipe Talking Stick
Belum banyak referensi yang dapat dijadikan pegangan khusus
dalam membahas model pembelajaran talking stick. Namun demikian,
talking stick salah satu dari sekian banyak model pembelajaran kooperatif
yang dapat menciptakan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar.
Suprijono (2015: 128) menambahkan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe talking stick adalah pembelajaran yang mendorong siswa
untuk berani mengemukakan pendapat.
Kurniasih (2015: 82) mengemukakan model pembelajaran talking
stick merupakan satu dari sekian banyak model pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat. Tongkat
dijadikan sebagai jatah atau giliran untuk berpendapat atau menjawab
pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pelajaran. Sejalan
dengan Kurniasih, Huda (2014: 224) menyatakan talking stick merupakan
model pembelajaran kelompok dengan bantuan tongkat. Kelompok yang
memegang tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru
setelah mereka mempelajari materi pokok.
Carol Locust dalam Huda (2014: 224) menyatakan bahwa:
The talking stick has been used for centuries by many indian tribes
as a mean of just and impartial hearing. The talking stick was
commonly used in council circles to decide who had the right to
speak. When maters of great concern would come before the council,
27
the leading elder would hold the talking stick, and begins the
discussion. When he would finish what he had to say, he would hold
out the talking stick , and whoever would speak after him would take
it. In this manner, the stick would be passed from one individual to
another until all who wanted to speak had done so. The stick was
then passed back to the elder for safe keeping.
Jadi, pada mulanya talking stick (tongkat berbicara) adalah model
yang digunakan oleh penduduk asli Amerika (suku Indian) untuk
mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam
suatu forum (pertemuan antar suku). Kini model itu sudah digunakan
sebagai model pembelajaran di ruang kelas. Sebagaimana namanya,
talking stick merupakan model pembelajaran kelompok dengan berbantuan
tongkat.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe talking stick adalah
pembelajaran yang menggunakan kelompok-kelompok dimana guru
menggunakan tongkat sebagai media agar mendorong siswa untuk berani
mengemukakan pendapat serta menumbuhkan rasa percaya diri siswa.
2. Kelemahan dan Kelebihan Talking Stick
Setiap pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, demikian
pula dengan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick memiliki
kelebihan dan kekurangan.
Menurut Kurniasih (2015: 83) kelebihan dan kekurangan model
talking stick adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan Model Pembelajaran Talking Stick
a. Menguji kesiapan siswa dalam pengusaan materi pelajaran.
b. Melatih membaca dan memahami dengan cepat materi yang
telah disampaikan.
28
c. Agar lebih giat belajar karena siswa tidak pernah tahu
tongkat akan sampai pada gilirannya.
2. Kekurangan Model Pembelajaran Talking Stick
Jika siswa ada yang tidak memahami pelajaran, siswa akan
merasa gelisah dan khawatir ketika nanti giliran tongkat berada
pada tangannya.
Sejalan dengan Kurniasih, Suprijono (2009: 110) mengungkapkan
kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif tipe talking stick
sebagai berikut:
1. Kelebihan model talking stick
a. Menguji kesiapan siswa
b. Melatih siswa membaca dan memahami materi dengan
cepat.
c. Memacu siswa agar lebih giat belajar.
d. Siswa berani mengemukakan pendapat.
2. Kekurangan model talking stick
a. Membuat siswa senam jantung.
b. Ketakutan akan pertanyaan yang akan diberikan oleh guru.
c. Tidak semua siswa siap menerima pertanyaan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa kelebihan talking stick adalah menguji kesiapan siswa, melatih
keterampilan mereka dalam membaca, memahami materi pelajaran
dengan cepat, dan siswa berani mengemukakan pendapat. Sedangkan
kelemahan talking stick adalah ketakutan siswa akan pertanyaan yang
akan diberikan oleh guru, tidak semua siswa siap menerima pertanyaan,
dan bagi siswa yang secara emosional belum terlatih untuk bisa berbicara
di hadapan guru, model ini mungkin kurang sesuai.
3. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick
Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model
kooperatif tipe talking stick:
29
Uno (2014: 124) menyatakan bahwa terdapat langkah-langkah dalam
pembelajaran Kooperatif tipe talking stick yakni sebagai berikut:
a. Guru menyiapkan sebuah tongkat
b. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari,
kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk
membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/ paketnya.
c. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya, siswa
dipersilahkan untuk menutup bukunya.
d. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah
itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang
tongkat tersebut harus menjawabnya. Demikian seterusnya
sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab
setiap pertanyaan dari guru.
e. Guru memberikan kesimpulan
f. Evaluasi
g. Penutup.
Suprijono (2009: 109-110) menyatakan bahwa terdapat langkah-
langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe talking stick yakni sebagai
berikut:
a. Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 4 orang.
b. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.
c. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari,
kemudian memberi kesempatan para kelompok untuk membaca
dan mempelajari materi pelajaran.
d. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam
wacana.
e. Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan
mempelajari isinya, guru mempersilahkan anggota kelompok
untuk menutup isi bacaan.
f. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu
anggota kelompok, setelah itu guru memberi pertanyaan dan
anggota kelompok yang memegang tongkat tersebut harus
menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa
mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
g. Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota
kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan.
h. Ketika tongkat bergulir dari kelompok ke kelompok lainnya
sebaiknya diiringi musik atau lagu.
i. Guru melakukan evaluasi/penilaian, baik secara kelompok
maupun individu.
j. Guru memberi ulasan terhadap seluruh jawaban siswa,
selanjutnya bersama-sama siswa merumuskan kesimpulan.
30
k. Guru menutup pembelajaran.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menggunakan
langkah-langkah menurut Suprijono yaitu:
1. Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 4 orang.
2. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.
3. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari,
kemudian memberi kesempatan para kelompok untuk
membaca dan mempelajari materi pelajaran.
4. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam
wacana.
5. Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan
mempelajari isinya, guru mempersilahkan anggota kelompok
untuk menutup isi bacaan.
6. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu
anggota kelompok, setelah itu guru memberi pertanyaan dan
anggota kelompok yang memegang tongkat tersebut harus
menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar
siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari
guru.
7. Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota
kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan.
8. Ketika tongkat bergulir dari kelompok ke kelompok lainnya
sebaiknya diiringi musik atau lagu.
31
9. Guru melakukan evaluasi/penilaian, baik secara kelompok
maupun individu.
10. Guru memberi ulasan terhadap seluruh jawaban siswa,
selanjutnya bersama-sama siswa merumuskan kesimpulan.
11. Guru menutup pembelajaran.
Peneliti menggunakan langkah-langkah menurut Suprijono
dikarenakan langkah-langkah tersebut mudah dipahami serta mendukung
suasana pembelajaran aktif dan menyenangkan. Selain itu pola belajarnya
yang berkelompok dapat menumbuhkan sikap kerja sama dan saling
menghargai.
F. Kinerja Guru
Kinerja guru dalam pembelajaran sangat mempengaruhi proses dan
hasil belajar yang akan diperoleh oleh siswa. Menurut Rusman (2013: 50)
kinerja guru adalah performance atau unjuk kerja. Kinerja dapat pula
diartikan sebagai prestasi kerja atau hasil unjuk kerja sebagai perwujudan
perilaku seseorang atau organisasi dengan orientasi prestasi. Lebih lanjut
Rusman (2013: 75) juga menyatakan bahwa jika dipandang dari segi
siswa, maka tugas guru adalah harus memberikan nilai-nilai yang berisi
pengetahuan masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang, pilihan nilai
hidup dan praktik-praktik komunikasi.
Berkaitan dengan kinerja guru, Susanto (2014: 29) berpendapat
bahwa kinerja guru dapat diartikan sebagai prestasi, hasil, atau
kemampuan yang dicapai atau diperlihatkan oleh guru dalam
melaksanakan tugas pendidikan dalam pembelajaran. Adapun yang
dimaksud dengan kinerja mengajar guru adalah seperangkat
perilaku nyata yang ditunjukkan guru sesuai dengan tugasnya
sebagai pendidik.
32
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik
dan Kompetensi Guru dalam Rusman (2013: 54-58), standar kompetensi
guru dikembangkan secara utuh ke dalam empat kompetensi yaitu
kompetensi pendagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, kinerja guru adalah
kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kinerja
tersebut diantaranya adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan, dan
menilai hasil belajar yang berkenaan dengan kompetensi profesional guru.
G. Penelitian yang Relevan
1. Wita Purnama (2013), dalam skripsi yang berjudul: “Peningkatan
Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model
Cooperative Learning tipe Talking Stick pada Mata Pelajaran PKn
Kelas VA SD Negeri 7 Metro Barat”. Hasil penelitian
menunjukkan adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa
pada setiap siklusnya. Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I yaitu
49,48 (sedang), pada siklus II 64,59 (tinggi), dan pada siklus III
75,69 (tinggi). Begitu juga dengan rata-rata nilai hasil belajar siswa
pada siklus I (57,22), siklus II (66,11), dan siklus III (81,11).
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa
penerapan model pembelajaran talking stick dapat meningkatkan
33
aktivitas dan hasil belajar ilmu pengetahuan sosial (IPS) siswa
kelas VA SD Negeri 7 Metro Barat tahun ajaran 2012/2013.
2. Husnawati (2011), dalam skripsi yang berjudul “Meningkatkan
Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick pada Murid Kelas IV
SD Inpres Biringkaloro Kabupaten Gowa Tahun Ajaran
2010/2011”. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan
hasil belajar yaitu pada siklus I mencapai nilai rata-rata 52,24, pada
siklus II nilai rata-rata mencapai 75,06. Berdasarkan hasil
penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran
kooperatif tipe talking stick dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) siswa kelas IV di SD Inpres Biringkaloro
Kabupaten Gowa.
Penelitian tersebut pada dasarnya memiliki relevansi dalam
pemilihan model pembelajaran, jenis penelitian, instrumen penelitian, dan
teknik pengumpulan data. Namun terdapat perbedaan antara penelitian
tersebut dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu pada subjek yang
dilibatkan dalam penelitian dan kerangka pikir penelitian.
H. Kerangka Pikir
Kerangka pikir penelitian merupakan urut-urutan logis dari
pemikiran peneliti untuk memecahkan suatu masalah penelitian, yang
dituangkan dalam bentuk bagan dengan penjelasannya. Menurut Mulyasa
(2012: 65) kerangka pikir adalah gambaran/ pola mengenai hubungan
34
antar variabel dalam suatu penelitian, yang diuraikan oleh jalan pikiran
menurut kerangka logis.
Kerangka pikir dalam penelitian ini adalah input (kondisi awal),
tindakan, dan output (kondisi akhir). Input dari penelitian ini yaitu hasil
belajar siswa rendah dan siswa masih pasif pada saat pembelajaran
berlangsung.
Salah satu alternatif model yang dapat memfasilitasi
permasalahan yang ada pada kondisi awal (input) adalah model
pembelajaran kooperatif tipe talking stick. Penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe talking stick harus sesuai dengan langkah-
langkah yang tepat, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Hasil yang diharapkan (output) yaitu meningkatnya hasil belajar
siswa sesuai dengan indikator yang ditetapkan yaitu: hasil belajar
meningkat sehingga siswa yang memperoleh nilai ≥65 mencapai ≥75%
dari jumlah seluruh siswa di kelas tersebut. Adapun kerangka pikir
penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
35
Gambar 2.1 Alur kerangka pikir
Input (Kondisi Awal)
1. Hasil belajar siswa rendah
2. Siswa masih pasif dalam pembelajaran
Tindakan
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 4 orang.
b. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.
c. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian
memberi kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari
materi pelajaran.
d. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana.
e. Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari
isinya, guru mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup isi bacaan.
f. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota
kelompok, setelah itu guru memberi pertanyaan dan anggota kelompok
yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian
seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab
setiap pertanyaan dari guru.
g. Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota
kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan.
h. Ketika tongkat bergulir dari kelompok ke kelompok lainnya sebaiknya
diiringi musik atau lagu.
i. Guru melakukan evaluasi/penilaian, baik secara kelompok maupun
individu.
j. Guru memberi ulasan terhadap seluruh jawaban siswa, selanjutnya
bersama-sama siswa merumuskan kesimpulan.
Guru menutup pembelajaran.
Output (Kondisi Akhir)
Hasil belajar meningkat sehingga siswa yang memperoleh nilai ≥65
mencapai ≥75% dari jumlah seluruh siswa di kelas tersebut.
36
I. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori di atas, dapat dirumuskan hipotesis
penelitian tindakan kelas ini adalah “Apabila proses pembelajaran IPS
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick sesuai
konsep dan langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas VA SD Negeri 2 Metro Selatan.”
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau
yang lazim dikenal dengan Classroom Action Research (CAR). Menurut
Mulyasa (2012: 11) penelitian tindakan kelas merupakan suatu upaya untuk
mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan memberikan
sebuah tindakan (treatment) yang sengaja dimunculkan. Tindakan tersebut
dilakukan oleh guru dengan maksud untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas pembelajaran. Selanjutnya Wardhani (2007: 1.3) berpendapat bahwa
penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam
kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.
Pemberian tindakan yang dilakukan oleh guru menyangkut penyajian
strategi, pendekatan, metode atau cara untuk memperoleh hasil melalui
sebuah tindakan dan dilakukan secara berulang-ulang sampai memperoleh
informasi yang matang tentang pelaksanaan model yang digunakan.
38
B. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk
siklus yang tidak hanya berlangsung satu kali, tetapi beberapa kali hingga
tercapai tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran. Sebagaimana yang
dikemukakan Wardhani (2007: 2.4), setiap siklus terdiri dari empat kegiatan
pokok yaitu perencanaan (planing), pelaksanaan (acting), pengamatan
(observing), dan refleksi (reflection), dan seterusnya sampai tercapai hasil
yang diharapkan.
Berikut ini merupakan gambar alur siklus penelitian tindakan kelas
yang diadaptasi dari Mulyasa (2012: 73).
Siklus 1 Siklus 2
Gambar 3.1 Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Sumber: Mulyasa (2012: 73)
1. Rencana
2. Tindakan
3. Observasi
4. Refleksi
1. Rencana
2. Tindakan
4. Refleksi
3. Observasi
39
C. Setting Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VA SD Negeri 2 Metro Selatan
di jalan Budi Utomo No 4 Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Metro
Selatan, Kota Metro.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
2015/2016 selama kurang lebih 4 bulan dimulai dari bulan Desember
2015 sampai Maret 2016.
D. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif partisipatif antara peneliti
dengan guru kelas VA SD Negeri 2 Metro Selatan. Subjek penelitian tindakan
kelas adalah siswa dan guru kelas VA SDN 2 Metro Selatan dengan jumlah
siswa sebanyak 20 orang yang terdiri dari 9 orang siswa laki-laki dan 11
orang siswa perempuan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti mengumpulkan keseluruhan data yang diperlukan dalam
penelitian ini dengan teknik tes dan non tes yang dilakukan selama tindakan
berlangsung.
1. Teknik tes, yaitu cara atau prosedur dalam rangka pengukuran dan
penilaian yang dilaksanakan setiap akhir siklus untuk mengetahui
tingkat ketercapaian hasil belajar kognitif siswa terhadap materi yang
telah diberikan oleh guru dalam pembelajaran IPS melalui penerapan
40
model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dengan memberikan
soal tes formatif. Tes yang digunakan adalah tes tertulis, tes disusun
sesuai dengan topik dan tujuan pembelajaran atau yang sesuai dengan
indikator pada kompetensi dasar yang dipilih dalam penelitian
tindakan kelas ini.
2. Teknik non tes (observasi), dalam penelitian ini teknik non tes
dilakukan dengan mengobservasi sikap dan keterampilan siswa serta
kinerja guru dalam proses pembelajaran untuk mengetahui sejauh
mana tingkat ketercapaian pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe talking stick sesuai dengan langkah-
langkah yang benar. Teknik ini dengan menggunakan lembar
pengamatan IPKG, afektif dan psikomotor siswa.
F. Alat Pengumpulan Data
Arikunto (2011: 101) menyatakan bahwa instrumen pengumpulan data
adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya
mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah
olehnya. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Soal tes
Instrumen ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar kognitif serta
mengetahui ketercapaian indikator pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe talking stick. Adapun kisi-kisi
instrumen soal yang akan digunakan (terlampir).
41
2. Lembar observasi
Kegiatan observasi ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas selama
proses pembelajaran baik yang ditunjukan oleh guru maupun siswa
sesuai dengan indikator-indikator yang telah ditentukan. Observasi
dilakukan untuk memperoleh data mengenai kinerja guru, dan hasil
belajar pada ranah afektif dan psikomotor. Adapun Instrumen yang
digunakan untuk memperoleh data kinerja guru, hasil belajar afektif dan
psikomotor adalah sebagai berikut:
Lembar penilaian kinerja guru dilakukan dengan cara melingkari skor
yang sesuai dengan hasil pengamatan observer. Berikut ini adalah
rubrik penskoran nilai kinerja guru.
Tabel 3.1. Rubrik Penilaian Kegiatan Mengajar Guru
Skor Nilai
Mutu Indikator
5 Sangat
baik
Aspek yang diamati: dilaksanakan oleh guru dengan
sangat baik, guru melakukannya dengan sempurna, dan
guru terlihat professional.
4 Baik Aspek yang diamati: dilaksanakan oleh guru dengan
baik, guru melakukannya tanpa kesalahan, dan guru
tampak menguasai.
3 Cukup Aspek yang diamati: dilaksanakan oleh guru dengan
cukup baik, guru melakukan dengan sedikit kesalahan,
dan guru tampak cukup menguasai.
2 Kurang Aspek yang diamati: dilaksanakan oleh guru,
melakukannya dengan banyak kesalahan, dan guru
tampak kurang menguasai.
1 Sangat
kurang
Aspek yang diamati: tidak dilaksanakan oleh guru.
(Sumber: Poerwanti, 2008: 7.8)
42
Instrumen untuk memperoleh data hasil belajar afektif siswa adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.2 Indikator hasil belajar afektif siswa
No. Sikap Indikator
1 Percaya
diri
a. Pantang menyerah
b. Berani menyatakan pendapat
c. Berani bertanya
d. Mengutamakan usaha sendiri daripada bantuan
e. Berpenampilan tenang
2 Santun a. Menerima nasihat guru
b. Menghindari permusuhan
c. Menjaga perasaan orang lain
d. Menjaga ketertiban
e. Berbicara dengan tenang
(Sumber: adaptasi dari Kemendikbud, 2014: 75)
Tabel 3.3 Rubrik Penilaian Hasil belajar afektif siswa.
Nilai Keterangan
4 Apabila siswa melakukan semua indikator
3 Apabila siswa melakukan 3-4 indikator
2 Apabila siswa melakukan 1-2 indikator
1 Apabila siswa tidak melakukan satupun yang sesuai
dengan indikator
(Sumber: adaptasi dari Rusman, 2013: 98)
Tabel 3.4 Indikator Hasil Belajar psikomotor siswa.
No. Ranah
Psikomotor Indikator
1. Kesiapan Menjawab dengan cermat pertanyaan dari guru
2. Gerakan
Terbimbing
Mengerjakan tugas berdasarkan instruksi verbal atau
tulisan (Soal Formatif)
(Sumber: adaptasi dari Kunandar, 2013: 256)
43
Tabel 3.5 Rubrik penilaian hasil belajar psikomotor siswa
Nilai
angka Nilai Mutu Indikator
4 Sangat baik Apabila siswa selalu melakukan sesuai pernyataan
3 Baik Apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan
kadang-kadang tidak melakukan.
2 Cukup baik Apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak
melakukan
1 Kurang baik Apabila tidak pernah melakukan.
(Sumber: adaptasi dari Rusman, 2013: 98)
G. Teknik Analisis Data
1. Data Kualitatif
Analisis data kualitatif dalam penelitian ini menggunakan lembar
observasi. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui perkembangan
kinerja guru, afektif dan psikomotor siswa selama pembelajaran.
a. Kinerja Guru
NP = nilai kinerja guru
R = skor yang diperoleh guru
SM = skor maksimum
100 = bilangan tetap
(Sumber: Purwanto, 2009: 102)
%100×SM
RNP
44
NA = 𝑅
𝑆𝑀 x 100
Tabel 3.6 Kategori skor kinerja guru
No Rentang nilai Kategori
1 N > 80 Sangat baik
2 60< N ≤ 80 Baik
3 40< N ≤ 60 Cukup baik
4 20< N ≤ 40 Kurang baik
5 N ≤ 20 Sangat kurang
(Sumber: Poerwanti, 2008: 7.8)
b. Sikap Siswa
Keterangan:
NA = nilai sikap R = skor yang diperoleh siswa
SM = skor maksimum
100 = bilangan tetap
(Sumber: Purwanto, 2009: 102)
Tabel 3.7 Kategori Nilai Afektif Siswa
No Rentang nilai Kategori
1 N > 80 Sangat percaya diri
2 60< N ≤ 80 Percaya diri
3 40< N ≤ 60 Cukup percaya diri
4 20< N ≤ 40 Kurang percaya diri
5 N ≤ 20 Sangat kurang percaya diri
(Sumber: Poerwanti, 2008: 7.8)
45
�̅� =∑𝑋
𝑛
NP = 𝑅
𝑆𝑀 x 100
c. Keterampilan Siswa
Keterangan:
NP = nilai psikomotor R = skor yang diperoleh siswa
SM = skor maksimum
100 = bilangan tetap
(Sumber: Purwanto, 2009: 102)
Tabel 3.8 Kategori Psikomotor Siswa
No Rentang nilai Kategori
1 N > 80 Sangat terampil
2 60< N ≤ 80 Terampil
3 40< N ≤ 60 Cukup terampil
4 20< N ≤ 40 Kurang terampil
5 N ≤ 20 Sangat kurang terampil
(Sumber: Poerwanti, 2008: 7.8)
2. Data Kuantitatif
Analisis kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan peningkatan
kualitas belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi
yang diajarkan oleh guru. Nilai akhir siswa akan dibandingkan dengan
nilai awal kemudian akan diketahui selisih dari nilai awal dan nilai akhir,
dimana selisihnya itu yang menjadi penentu kemajuan atau kemunduran
belajar.
a. Menghitung nilai rata-rata seluruh siswa
46
𝑆 =𝑅
𝑁 𝑋 100
Keterangan:
�̅� = nilai rata-rata yang dicari
∑X = jumlah nilai
n = jumlah siswa
(Sumber: Sudjana, 2010: 109)
b. Menghitung ketuntasan hasil belajar siswa secara individual
Ketuntasan individual jika siswa memperoleh nilai ≥65
Keterangan:
S = nilai siswa (nilai yang dicari)
R = jumlah skor/item yang dijawab benar
N = skor maksimum dari tes
(Sumber: Purwanto, 2009: 112)
c. Perolehan hasil belajar siswa merupakan akumulasi dari hasil belajar
kognitif, afektif dan psikomotor. Sehingga nilai akhir hasil belajar
siswa diperoleh dengan rumus:
Keterangan:
NA = nilai akhir (nilai yang dicari)
K = nilai kognitif
A = nilai afektif
P = nilai psikomotor
(Sumber: Purwanto, 2014: 46)
Bila nilai akhir yang diperoleh ≥65 maka dikategorikan tuntas,
sedangkan jika <65 dikategorikan belum tuntas.
NA = 𝐾+𝐴+𝑃
3
47
P =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑥 100%
d. Ketuntasan klasikal
Ketuntasan individual : jika siswa mencapai ketuntasan ≥ 65
Ketuntasan klasikal : jika ≥ 75 % dari seluruh siswa mencapai
ketuntasan ≥ 65
Tabel 3.9 Kategori Ketuntasan Belajar Siswa
Tingkat Keberhasilan Kategori
≥80% Sangat Tinggi
60-79% Tinggi
40-59% Sedang
20-39% Rendah
<20% Sangat Rendah
Sumber: Purwanto (2009: 102)
H. Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas
Dalam penelitian ini terdapat empat tahap penelitian yaitu tahap
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Penelitian ini
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dan terdiri
dari dua siklus.
1. Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan awal pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
48
1. Melakukan analisis Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan
materi pelajaran yang akan disampaikan.
2. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe talking stick.
3. Membuat media pembelajaran yang sesuai dengan materi dan
model pembelajaran kooperatif tipe talking stick.
4. Menyiapkan instrumen penilaian yang berupa lembar observasi
untuk mengamati sikap dan keterampilan siswa serta kinerja guru.
5. Membuat soal-soal tes untuk mendapatkan data hasil belajar
kognitif siswa. Bentuk tes dalam hal ini berupa tes formatif.
6. Menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya ± 20 cm.
b. Pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan rencana pembelajaran
yang telah disusun pada tahap perencanaan, yaitu sebagai berikut:
Kegiatan awal
1. Salam dan berdoa
2. Pengkondisian kelas dan mengecek kesiapan siswa (merapikan
tempat duduk dan mengabsen)
3. Guru melakukan apersepsi dengan cara tanya jawab tentang materi
pembelajaran yang akan dipelajari.
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
5. Guru memberikan motivasi kepada siswa
49
Kegiatan Inti
1. Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 4 orang
2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian
memberi kesempatan para kelompok untuk membaca dan
mempelajari materi pelajaran.
3. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam
wacana.
4. Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan
mempelajari isinya, guru mempersilahkan anggota kelompok untuk
menutup kembali bukunya.
5. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu
anggota kelompok.
6. Setelah itu guru memberikan pertanyaan dan anggota kelompok
yang memegang tongkat tersebut harus menjawab pertanyaan yang
diberikan guru, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa
mendapat bagian untuk menjawab pertanyaan dari guru. Siswa lain
boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya
tidak bisa menjawab pertanyaan.
7. Ketika tongkat bergulir dari satu kelompok menuju kelompok
lainnya dengan iringan musik atau lagu.
8. Guru memberi ulasan terhadap seluruh jawaban kelompok.
9. Guru memberikan apresiasi kepada siswa atau kelompok yang
terbaik.
10. Siswa mengerjakan soal tes (tes formatif) secara individu.
50
Kegiatan akhir
1. Guru bersama siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan.
2. Guru memberikan tindak lanjut terhadap materi pelajaran yang telah
dipelajari.
3. Berdoa.
4. Salam penutup.
c. Pengamatan
Pelaksanaan observasi dilaksanakan bersamaan dengan
berlangsungnya pelaksanaan pembelajaran di kelas. Observasi
dilakukan oleh teman sejawat yang bertindak sebagai observer.
Observasi dilakukan terhadap kinerja guru, hasil belajar afektif dan
psikomotor siswa. Pengamatan terhadap kinerja guru menggunakan
lembar IPKG dengan cara melingkari skor sesuai dengan indikator yang
ditentukan, sedangkan pengamatan terhadap hasil belajar afektif dan
psikomotor siswa menggunakan lembar observasi hasil belajar afektif
dan psikomotor dengan cara memberikan tanda ceklist pada kolom skor
yang tersedia. Hasil pengamatan ini dapat digunakan untuk
memperbaiki proses pembelajaran pada siklus berikutnya.
d. Refleksi
Pada tahap ini, peneliti:
1. Melakukan analisis berdasarkan data yang diperoleh dari hasil
observasi mengenai sikap, keterampilan siswa dan kinerja guru
51
selama proses pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif talking stick.
2. Melakukan analisis keberhasilan dan kekurangan dalam proses
pembelajaran serta mengidentifikasi penyebab terjadinya
kekurangan selama proses pembelajaran.
Selanjutnya bahan analisis dari siklus pertama direfleksikan untuk
dijadikan bahan kajian untuk merencanakan siklus kedua.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Siklus II ini dilakukan setelah merefleksi kegiatan Siklus I. Hasil
pembelajaran pada siklus II ini diharapkan lebih baik dari siklus I. Pada
tahap ini peneliti kembali melakukan persiapan awal pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Melakukan analisis Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan
materi pelajaran yang akan disampaikan.
2. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe talking stick.
3. Membuat media pembelajaran yang sesuai dengan materi dan
model pembelajaran kooperatif tipe talking stick.
4. Menyiapkan instrumen penilaian yang berupa lembar observasi
untuk mengamati sikap dan keterampilan siswa serta kinerja guru.
5. Membuat soal-soal tes untuk mendapatkan data hasil belajar
kognitif siswa.
52
6. Menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya ± 20 cm.
b. Pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan rencana pembelajaran
yang telah disusun pada tahap perencanaan, yaitu sebagai berikut:
Kegiatan awal
1. Salam dan berdoa
2. Pengkondisian kelas dan mengecek kesiapan siswa (merapikan
tempat duduk dan mengabsen)
3. Guru melakukan apersepsi dengan cara tanya jawab tentang materi
pembelajaran yang akan dipelajari.
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
5. Guru memberikan motivasi kepada siswa
Kegiatan Inti
1. Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 4 orang.
2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian
memberi kesempatan para kelompok untuk membaca dan
mempelajari materi pelajaran.
3. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam
wacana.
4. Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan
mempelajari isinya, guru mempersilahkan anggota kelompok untuk
menutup kembali bukunya.
5. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu
anggota kelompok.
53
6. Setelah itu guru memberi pertanyaan dan anggota kelompok yang
memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian
seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk
menjawab pertnyaan dari guru. Siswa lain boleh membantu
menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak bisa
menjawab pertanyaan.
7. Ketika tongkat bergulir dari satu kelompok menuju kelompok
lainnya dengan iringan musik atau lagu.
8. Guru memberi ulasan terhadap seluruh jawaban kelompok.
9. Guru memberikan apresiasi kepada siswa dan kelompok terbaik.
10. Siswa mengerjakan soal tes (tes formatif) secara individu.
Kegiatan akhir
1. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
2. Guru melakukan tindak lanjut terhadap materi pelajaran yang telah
dipelajari.
3. Berdoa.
4. Salam dan penutup.
c. Pengamatan
Pelaksanaan observasi dilaksanakan bersamaan dengan
berlangsungnya pelaksanaan pembelajaran di kelas. Observasi
dilakukan oleh teman sejawat yang bertindak sebagai observer.
Observasi dilakukan terhadap kinerja guru, hasil belajar afektif dan
psikomotor siswa. Pengamatan terhadap kinerja guru menggunakan
54
lembar IPKG dengan cara melingkari skor sesuai dengan indikator yang
ditentukan, sedangkan pengamatan terhadap hasil belajar afektif dan
psikomotor siswa menggunakan lembar observasi hasil belajar afektif
dan psikomotor dengan cara memberikan tanda ceklist pada kolom skor
yang tersedia. Data yang dihasilkan berupa data kualitatif, sedangkan
data kuantitatif diperoleh dari hasil tes.
d. Refleksi
Pada tahap ini, peneliti:
1. Melakukan analisis berdasarkan data yang diperoleh dari hasil
observasi mengenai aktivitas siswa dan kinerja guru selama
proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe talking stick.
2. Melakukan analisis keberhasilan dan kekurangan dalam proses
pembelajaran serta mengidentifikasi penyebab terjadinya
kekurangan selama proses pembelajaran.
3. Mengumpulkan dan menyusun data hasil pelaksanaan siklus I dan
II untuk digunakan dalam laporan penelitian tindakan kelas.
55
I. Indikator Keberhasilan
Pembelajaran dalam penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil
apabila:
1. Adanya peningkatan kinerja guru kelas VA SD Negeri 2 Metro Selatan
dari siklus I ke siklus II, sehingga mencapai kategori Baik.
2. Pada akhir penelitian, hasil belajar siswa meningkat dari satu siklus ke
siklus berikutnya dan yang memperoleh nilai ≥ 65 mencapai ≥ 75% dari
jumlah seluruh siswa di kelas tersebut.
97
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan di kelas
VA SD Negeri 2 Metro Selatan Kecamatan Metro Selatan Kota Metro pada
pembelajaran IPS menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe talking
stick dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe talking stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa, baik dalam ranah
kognitif, afektif dan psikomotor. Nilai rata-rata hasil belajar (kognitif, afektif,
dan psikomotor) siswa pada siklus I 67,45 dengan kategori “Tinggi”, dan
meningkat sebesar 8,28 menjadi 75,73 pada siklus II dengan kategori
“Tinggi”. Persentase ketuntasan pada siklus I sebesar (65%) meningkat
sebesar 15%, menjadi (80%) pada siklus II.
Berdasarkan hasil yang diperoleh peneliti dari apa yang telah
diungkapkan sebelumnya, maka dapat menjawab hipotesis penelitian ini,
yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dapat
meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VA SD Negeri 2 Metro Selatan.
98
B. Saran
Demi kemajuan dan keberhasilan proses belajar mengajar dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan. Peneliti memberikan beberapa saran sebagai
berikut :
1. Siswa
Agar siswa termotivasi dan semangat dalam belajar sehingga hasil
belajar siswa menjadi bagus. Siswa diharapkan berani bertanya kepada
guru apabila ada materi yang belum dipahami dan percaya diri ketika
mengerjakan soal tanpa minta bantuan kepada temannya.
2. Guru
Hendaknya guru menerapkan model-model pembelajaran yang
menarik dan bervariatif sehingga siswa lebih mudah memahami materi
pelajaran serta dapat menarik perhatian siswa agar menyukai materi yang
sedang diajarkan, salah satunya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe
talking stick.
3. Kepala SD Negeri 2 Metro Selatan
Kepala sekolah harus terus mendukung, dan memberikan himbauan
kepada guru untuk selalu memperbaiki kinerjanya agar pembelajaran di
kelas dapat berjalan dengan baik seperti yang diharapkan.
99
4. Peneliti
Diharapkan peneliti dapat mengembangkan dan melaksanakan
perbaikan pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe talking stick pada kelas dan meteri yang berbeda.
5. Instansi Terkait
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
dalam mengambil kebijakan yang lebih baik di masa yang akan datang,
terutama mengenai masalah yang dihadapi di bidang pendidikan.
100
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Sofan. 2013. Pengembangan & Model Pembelajaran dalam Kurikulum
2013. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.
Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk Guru SD, SLB,
TK. CV Yrama Widya. Bandung.
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara.
Jakarta.
Hamalik, Oemar. 2012. Proses Belajar Mengajar. PT Bumi Aksara. Jakarta.
. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.
Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. PT.
Refika Aditama. Bandung.
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad
21. Ghalia. Yogyakarta.
Huda, Miftahul. 2014. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Husnawati, 2011. Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick pada Murid
Kelas IV SD Inpres Bringkaloro Kab. Gowa. (Skripsi). Universitas
Hasanuddin. Makasar.
Ihsan, H Fuad. 2008. Dasar-Dasar Kependidikan. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Isjoni. 2007. Integrated Learning Pendekatan Pembelajaran IPS di Pendidikan
SD. Fallah Production. Bandung.
. 2011. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan
Komunikasi antar Peserta Didik. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
101
Kemendikbud. 2014. Panduan Teknis Penilaian di Sekolah Dasar. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar. Jakarta.
Kimberly, Fujioka. 1998. The Talking Stick: An American Indian Tradition in the
ESL Classroom. dalam The Internet TESL Journal Vol. IV No. 9,
http://iteslj.org/. diakses 9 November 2015 pukul 19.30 WIB.
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.
Refika Aditama. Bandung.
Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementsi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Rajawali Pers.
Jakarta.
. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian hasil belajar peserta didik
berdasarkan Kurikulum 2013). Rajawali Pers. Jakarta.
Kurniasih, Imas. 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk
Peningkatan Profesionalitas Guru. Kata Pena. Jakarta.
Masitoh dan Dewi Laksmi. 2009. Strategi Pembelajaran. Dirjen Pendidikan Islam
Departemen Agama RI. Jakarta.
Mulyasa, HE. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Depatemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Prastowo, Andi. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Diva Press. Bandung.
Purnama, Wita. 2013. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Dengan
Menggunakan Model Cooperative Learning tipe Talking Stick pada Mata
Pelajaran PKn Kelas VA SD Negeri 7 Metro Barat Tahun Ajaran
2012/2013. (skripsi). Universtas Lampung. Bandar Lampung.
Purwanto. 2014. Evaluasi Hasil Belajar. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Purwanto, Ngalim. 2009. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Rosdakarya. Bandung.
Riyanto. 2009. Konsep Belajar Dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru Edisi Kedua. PT. Raja Grafindo Pustaka. Jakarta.
Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran Dengan PBL itu Perlu. Ghalia. Jakarta.
102
Sagala, Syaiful. 2012. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.
Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Kencana. Jakarta.
Sapriya, dkk. 2007. Pengembangan Pendidikan IPS di SD. UPI Press. Bandung.
. 2009. Pendidikan IPS. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.
Solihatin, Etin dan Raharjo. 2007. Cooperative Learning Analisis Model
Pembelajaran IPS. Bumi Aksara. Jakarta.
Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Supriatna, Nana, dkk. 2007. Pendidikan IPS di SD. UPI Press. Bandung.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar. Surabaya.
. 2015. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM (Edisi
Revisi). Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Susanto, Ahmad. 2014. Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.
Pranadamedia Group. Jakata.
. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Prenadamedia Group. Jakarta.
Suwarjo. 2008. Model Pembelajaran Kooperatif. Sebuah Inovasi Pembelajaran
Pemahaman Apresiasi Prosa Fiksi di Sekolah Dasar. Surya Pena Gemilang:
Malang.
Tim Penyusun. 2003. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Depdiknas. Jakarta.
. 2006. Lampiran 1 Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang
Standar isi. Depdiknas. Jakarta.
. 2007. Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar
Proses. Depdiknas. Jakarta.
Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Uno, Hamzah B. 2014. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Bumi Aksara.
Jakarta.
Wahab, Abdul Aziz. 2008. Metode dan Model-Model Mengajar IPS. Alfabeta.
Bandung.
103
Wardhani, IGAK, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka.
Jakarta.
Winataputra, Udin S. 2009. Materi dan Pembelajaran IPS SD. Universitas
Terbuka. Jakarta.