penerapan model pembelajaran “papa pepi (paham hafal pakai … · 2016. 8. 15. · 9 e) fisiologi...

22
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji gejala-gejala alam semesta (Ribkahwati, 2012: 1). Seluruh gejala alam semesta dikaji dalam IPA. Dalam pengkajian gejala alam semesta tentu saja memerlukan proses. Proses-proses tersebut merupakan proses yang khas, yaitu dengan melakukan eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, kembali lagi pada ekperimentasi kemudian observasi dan demikian seterusnya. Dalam setiap proses, saling terkait antara cara satu dengan lainnya. IPA mempelajari alam semesta dan isinya. IPA dibagi dalam tiga bahasan. a. Fisika Fisika mempelajari tentang benda-benda tak hidup dari aspek wujud dengan perubahan-perubahan bersifat sementara (Ribkahwati, dkk, 2012: 2). Perubahan- perubahan sementara bersifat sementara tersebut terdiri dari mekanika, panas, bunyi, cahaya, gelombang listrik dan magnet. Ada juga fisika terapan yang terdiri dari teknik sipil, dan teknik mekanik. b. Kimia Berbeda halnya dengan fisika. Kimia mempelajari benda hidup dan tak hidup dari aspek susunan materi dan perubahan yang bersifat tetap. Perubahan-perubahan tersebut terdiri dari kimia anorganik dan kimia organik. c. Biologi Biologi merupakan bidang yang mempelajari tentang makhluk hidup dan gejala- gejalanya. Menurut Ribkahwati dkk, ada beberapa cabang-cabang biologi antara lain: a) Botani (mempelajari seluk beluk tumbuhan) b) Zoologi (mempelajari hewan) c) Morfologi (mempelajari struktur luar dan bentuk luar makhluk hidup) d) Anatomi (mempelajari struktur dalam dan bentuk makhluk hidup)

Upload: others

Post on 02-Feb-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Kajian teori

    2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam

    Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji

    gejala-gejala alam semesta (Ribkahwati, 2012: 1). Seluruh gejala alam semesta dikaji

    dalam IPA. Dalam pengkajian gejala alam semesta tentu saja memerlukan proses.

    Proses-proses tersebut merupakan proses yang khas, yaitu dengan melakukan

    eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, kembali lagi pada ekperimentasi

    kemudian observasi dan demikian seterusnya. Dalam setiap proses, saling terkait

    antara cara satu dengan lainnya. IPA mempelajari alam semesta dan isinya. IPA

    dibagi dalam tiga bahasan.

    a. Fisika

    Fisika mempelajari tentang benda-benda tak hidup dari aspek wujud dengan

    perubahan-perubahan bersifat sementara (Ribkahwati, dkk, 2012: 2). Perubahan-

    perubahan sementara bersifat sementara tersebut terdiri dari mekanika, panas, bunyi,

    cahaya, gelombang listrik dan magnet. Ada juga fisika terapan yang terdiri dari teknik

    sipil, dan teknik mekanik.

    b. Kimia

    Berbeda halnya dengan fisika. Kimia mempelajari benda hidup dan tak hidup

    dari aspek susunan materi dan perubahan yang bersifat tetap. Perubahan-perubahan

    tersebut terdiri dari kimia anorganik dan kimia organik.

    c. Biologi

    Biologi merupakan bidang yang mempelajari tentang makhluk hidup dan gejala-

    gejalanya. Menurut Ribkahwati dkk, ada beberapa cabang-cabang biologi antara lain:

    a) Botani (mempelajari seluk beluk tumbuhan) b) Zoologi (mempelajari hewan) c) Morfologi (mempelajari struktur luar dan bentuk luar makhluk hidup) d) Anatomi (mempelajari struktur dalam dan bentuk makhluk hidup)

  • 9

    e) Fisiologi ( mempelajari fungsi tubuh makhluk hidup) f) Sitologi (mempelajari sel meliputi struktur molekuler dan lain-lainnya) g) Histologi (mempelajari jaringan tubuh atau organ makhluk hidup) h) Palaentologi (mempelajari makhluk hidup yang telah lampau berupa fosil)

    d. Geografi

    Geografi mempelajari tentang terjadinya alam semesta dan tata surya, struktur

    bumi, pembetukan samudera dan benua juga termasuk dalam kajian geografi.

    Permasalahan dalam IPA dapat dikaji dari aspek-aspek IPA (Waldem University,

    2001) dalam buku Salirawati (2008: 29) adalah sebagai berikut:

    (1) Sebagai proses penemuan (science as inquiry) (2) Aspek fisika (3) Aspek biologi (4) Aspek bumi dan antariksa (5) Hubungan dengan teknologi (6) Perpektif personal dan sosial (7) Sisi sejarah dan hakikat IPA Seperti cabang ilmu lainnya, IPA juga memiliki keterampilan proses IPA.

    Misalnya keterampilan dalam berkomunikasi. Keterampilan proses IPA yang pertama

    adalah keterampilan dalam menyusun laporan secara sistematis. Penyusunan laporan

    biasanya dilakukan setelah siswa melakukan percobaan. Penyusunan laporan tidak

    sembarangan, tapi juga harus menyesuaikan setiap urutannya. Dalam laporan terdapat

    hasil percobaan atau pengamatan. Hasil percobaan dan pengamatan tersebut

    kemudian dijelaskan. Dalam percobaan kemungkinan ada yang gagal. Maka dari itu,

    perlu adanya presentasi hasil sehingga dapat didiskusikan pula hasil percobaan

    tersebut. Tidak ditutup kemungkinan bahwa dalam pelaksanaan percobaan akan

    dibuat sebuah grafik atau tabel sehingga siswa harus mampu membaca grafik atau

    tabel tersebut. Ini juga termasuk dalam keterampilan proses IPA. Hal-hal diatas

    adalah sebuah keterampilan yang ada dalam IPA.

    2.1.2 Pembelajaran IPA

    Peristiwa belajar dan pembelajaran merupakan kegiatan yang tidak dapat

    dipisahkan dalam kehidupan manusia. Kegiatan belajar yang disertai dengan proses

    pembelajaran akan lebih terarah dan sistematik daripada belajar yang hanya semata-

  • 10

    mata dengan pengalaman dalam kehidupan sosial di masyarakat. Belajar adalah suatu

    proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku

    yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi

    dengan lingkungan (Slameto, 2003: 2).

    Menurut Sugihartono (2007: 81) pembelajaran merupakan suatu upaya yang

    dilakukan sengaja oleh guru untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi

    dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat

    melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil yang optimal.

    Dari beberapa pengertian dari pembelajaran diatas, kita dapat mengerti bahwa

    pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Sedangkan pendidik

    melakukan pembelajaran guna membantu siswa dalam melakukan kegiatan belajar

    Dapat ditarik sebuah pengertian juga bahwa pembelajaran menunjukkan pada

    usaha siswa dalam mempelajari bahan ajar. Kita dapat pula menarik kesimpulan

    bahwa pembelajaran adalah suatu usaha guru yang dilakukan untuk menciptakan

    sebuah keadaan yang memudahkan siswa untuk belajar. Ketika siswa merasa mudah

    maka siswa dapat menguasai kompetensi dengan hasil optimal.

    Pembelajaran IPA adalah suatu proses atau kegiatan guru dalam mengajarkan

    IPA pada siswa. Seperti halnya pernyataan diatas bahwa di dalam pembelajaran IPA

    terkandung usaha guru untuk menciptakan sebuah keadaan yang nyaman. Guru

    memberikan pelayanan dalam beberapa hal seperti kemampuan, potensi, minat, bakat

    dan kebutuhan siswa tentang mata pelajaran IPA.

    Pembelajaran IPA membekali siswa dengan pengetahuan tentang gejala-gejala

    kehidupan. Sesuai dengan bidang IPA, pembelajaran IPA umumnya terdiri dari

    beberapa mata pelajaran. Yang dimaksudkan disini adalah pembelajaran IPA

    mencangkup Fisika, Kimia, Biologi dan Geografi.

    Sekolah dasar merupakan tingkatan rendah dalam pendidikan. Dalam

    pembelajaran SD, kita hanya mengenal IPA tanpa penggolongan. Pembelajaran IPA

    di SD kebanyakan berupa pengenalan dasar-dasar pembelajaran IPA. Siswa SD hanya

    mempelajari secara sederhana mengenai IPA. Untuk pembelajaran lebih lanjut,

  • 11

    disesuaikan dengan jenjang umur. Di SMP, IPA sudah terbagi dalam dua kelompok

    yaitu Fisika dan Biologi.

    Materi yang diajarkan adalah materi dasar dari IPA. Bisa dikatakan bahwa

    pembelajaran IPA di SD masih sederhana. Walaupun masih sederhana, setidaknya

    pembelajaran harus dibuat semenarik mengkin sehingga siswa antusias dalam

    menerima pembelajaran. Ketika siswa merasa tertarik, minat belajar akan meningkat.

    Pembelajaran IPA membekali siswa dengan kemampuan keterampilan proses

    untuk mengahadapi gejala-gejala alam yang harus mereka perhatikan. IPA memiliki

    peran penting dalam memajukan keterampilan dan daya pikir manusia sehingga

    pembelajaran IPA perlu diberikan sejak dini. Dengan penerapan sejak dini, siswa

    mampu memahami gejala alam yang mereka tinggali.

    Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA adalah suatu

    upaya guru yang dilakukan untuk menciptakan iklim pembelajaran yang

    mempermudah siswa belajar dan mengajarkan IPA pada siswanya. Guru lebih

    berperan sebagai pembimbing daripada sebagai pemberi informasi saja. Dengan

    bimbingan guru, siswa dapat mencapai setiap tujuan pembelajaran yang diharapkan

    secara maksimal. Dalam pembelajaran IPA SD mencakup materi yakni tentang bumi

    dan alam semesta, keanekaragaman makhluk hidup, sumber daya alam, makhluk

    hidup dalam ekosistem alami, dan beberapa perkembangan teknologi.

    2.1.3 Model Pembelajaran PAPA PEPI

    Model pembelajaran PAPA PEPI merupakan salah satu inovasi dari

    penggunaan model pembelajaran peta pikiran. PAPA PEPI merupakan singkatan dari

    Paham Hafal Pakai Peta Pikiran. Penggunaan peta pikiran ini dimaksudkan untuk

    memaksimalkan penggunaan model pembelajaran peta pikiran dalam pemaparan

    materi pelajaran. Selain itu, penggunaan model pembelajaran PAPA PEPI juga dapat

    membantu siswa dalam menghafal materi. Tidak hanya sekadar menghafal saja akan

    tetapi penggunaan model ini dapat juga meningkatkan pemahaman materi.

    Model Pembelajaran PAPA PEPI merupakan gagasan dari penulis tersendiri.

  • 12

    Gagasan ini muncul ketika peneliti menginginkan adanya inovasi dari model

    pembelajaran peta pikiran. Penggunaan PAPA PEPI tidak lepas dari model

    pembelajaran peta pikiran. Maka dari itu, perlu kita ketahui secara jelas mengenai

    model pembelajaran peta pikiran. Peta pikiran merupakan salah satu inovasi dari

    model pembelajaran saat ini. Tony Buzan dikenal sebagai salah satu tokoh yang

    berusaha mengenalkan Peta pikiran pada publik. Dalam bukunya yang berjudul Buku

    pintar mind map, Buzan (2008:4) mengemukakan demikian :

    Peta pikiran (mind mapping) adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak. Peta pikiran adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran kita.

    Sedangkan menurut Sutanto Windura (2013: 16), “Mind map mampu mengatur

    dan meng-organisasi-kan kata-kata kunci yang telah digaris bawahi. Dengan mind

    map anak dapat belajar lebih sedikit, tahu lebih banyak dan bebas stress.”

    Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka model pembelajaran peta pikiran

    dapat diartikan sebagai model pembelajaran yang menggunakan teknik mencatat

    tingkat tinggi. Setelah siswa mencatat dengan menggunakan peta pikiran, diharapkan

    siswa mampu menghubungkan antara satu topik/konsep dengan konsep lain. Menurut

    Buzan (2008:6) , Peta pikiran dapat membantu dalam banyak hal, antara lain :

    (a) Merencana (b) Berkomunikasi (c) Menjadi lebih kreatif (d) Menghemat waktu (e) Menyelesaikan masalah (f) Memusatkan perhatian (g) Menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran (h) Mengingat dengan lebih baik (i) Belajar lebih giat dan efisien. dll

    Menurut michael Michalko (Buzan, 2008:6) Peta pikiran akan mengaktifkan

    seluruh otak, membereskan akal dari kekusutan mental, memungkinkan kita berfokus

    pada pokok bahasan, membantu menunjukkan hubungan antara bagian-bagian

  • 13

    informasi yang saling terpisah, dll.

    Peta pikiran menggunakan kemampuan otak akan pengenalan visual untuk

    mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya. Dibandingkan pencatatan tradisional peta

    pikiran lebih merangsang secara visual dikarenakan peta pikiran mengkombinasikan

    warna, simbol dan gambar serta cabang-cabang melengkung. Pencatatan tradisional

    cenderung hanya terdiri dari satu warna. Hal ini yang membuat penggunaan peta

    pikiran memudahkan siswa mengingat informasi maupun materi pelajaran.

    Sintaks dari model pembelajaran peta pikiran adalah sebagai berikut.

    a. Informasi kompetensi

    b. Sajian masalah terbuka

    c. Siswa berkelompok untuk menanggapi alternatif jawaban

    d. Presentasi hasil diskusi kelompok

    e. Siswa membuat kesimpulan dari hasil setiap kelompok

    f. Evaluasi

    g. Refleksi

    Menurut Buzan (2008: 14) mengemukakan bahwa, “... mind map begitu mudah

    dan alami, bahan-bahan untuk resep mind map sangatlah sedikit”. Berikut alat dan

    bahan yang harus dipersiapkan untuk membuat mind map, yaitu sebagai berikut.

    1. Kertas kosong tak bergaris

    2. Pena dan pensil warna

    3. Otak

    4. Imajinasi

    Buzan (2008: 15) mengatakan bahwa, Ada tujuh langkah dalam membuat mind

    mapping (peta pikiran), yaitu sebagai berikut.

    1. Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang panjang sisinya diletakkan mendatar. Mengapa? Karena mulai dari tengah memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah dan untuk mengungkapkan dirinya dengan lebih bebas dan alami.

    2. Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral. Mengapa? Karena sebuah gambar bermakna seribu kata dan membantu kita menggunakan imajinasi. Sebuah gambar sentral akan lebih menarik, membuat kita tetap terfokus, membantu kita

  • 14

    berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak kita. 3. Gunakan warna. Mengapa? Karena bagi otak, warna sama menariknya dengan

    gambar. Warna membuat mind mapping lebih hidup, dan menyenangkan. 4. Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang

    tingkat dua dan tiga ke cabang tingkat satu dan dua, dan seterusnya. Kenapa? Karena otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan dua, tiga, atau empat hal sekaligus. Bila kita menghubungkan cabang-cabang, kita akan lebih mudah mengerti dan mengingat.

    5. Buatlah garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. Mengapa? Karena garis lurus akan membosankan otak. Cabang-cabang yang melengkung dan organis, seperti cabang-cabang pohon, jauh lebih menarik bagi mata.

    6. Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Mengapa? Karena kata kunci tunggal memberikan lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada mind mapping.

    7. Gunakan gambar untuk setiap cabangnya. Mengapa? Karena seperti halnya gambar sentral akan memberikan makna seribu kata.

    Untuk lebih memahami pembuatan peta pikiran, berikut merupakan

    gambaran dari stuktur dasar peta pikiran. Setiap informasi saling berhubungan.

    Cabang-cabang yang terbentuk merupakan pancaran dari topik. Struktur dasar peta

    pikiran dapat dilihat pada gambar 2.1.

    Gambar 2.1. Struktur Dasar Peta Pikiran

    http://www.open.ac.uk/skillforstudy/pictures/mind-map.gif

    Model Pembelajaran PAPA PEPI memaksimalkan sistem kerja otak kita.

    Model konsep otak kita, dapat dilihat dari gambar 2.2. kita mampu bekerja secara

    http://www.open.ac.uk/skillforstudy/pictures/mind-map.gifhttp://www.open.ac.uk/skillforstudy/pictures/mind-map.gif

  • 15

    maksimal apabila kita mampu menggunakan secara baik belahan otak kanan dan

    belahan otak kiri. Menurut Sutanto Windura (2013: 19) otak kiri mengatur koordinasi

    fungsi motorik anggota tubuh sebelah kanan, sedangkan otak kanan justru mengatur

    anggota tubuh sebelah kiri kita. Otak kiri mengatur fungsi mental dan pengolahan

    informasi mengenai kata, angka, logika, analisa dan daftar. Sedangkan otak kanan

    mengatur fungsi mental yang berhubungan dengan cara berpikir konseptual berupa

    warna, dimensi/bentuk, irama, imajinasi dan melamun. Model pembelajaran PAPA

    PEPI memaksimalkan kinerja otak kanan dan otak kiri.

    Gambar 2.2. Model konsep otak

    Sumber: http://sevensigmaseo.com/productivity-hacks/mind-mapping-is-in-

    traditional-word-processor-note-taking-is-out/

    Langkah-langkah model pembelajaran PAPA PEPI tidak berbeda jauh dengan

    langkah-langkah dalam model pembelajaran peta pikiran. Peta pikiran merupakan

    dasar dari model pembelajaran PAPA PEPI. Berikut merupakan langkah-langkah

    pembelajaran model Pembelajaran PAPA PEPI :

    1. Penyampaian Informasi kompetensi secara umum

    2. Sajian masalah terbuka

    http://sevensigmaseo.com/productivity-hacks/mind-mapping-is-in-traditional-word-processor-note-taking-is-out/http://sevensigmaseo.com/productivity-hacks/mind-mapping-is-in-traditional-word-processor-note-taking-is-out/http://sevensigmaseo.com/productivity-hacks/mind-mapping-is-in-traditional-word-processor-note-taking-is-out/

  • 16

    3. Siswa dikelompokkan untuk meringkas pelajaran yang sudah disampaikan.

    4. Pembuatan peta pikiran

    5. Presentasi hasil diskusi kelompok.

    6. Siswa membuat kesimpulan dari hasil setiap kelompok.

    7. Evaluasi

    8. Refleksi

    Pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

    berpikir agar memahami apa yang dipelajari (Sugandi, 2006: 9). Pembelajaran

    merupakan usaha guru menciptakan kondisi yang memudahkan siswa untuk belajar

    dan memperdayakan potensinya sehingga menguasai kompetensi secara optimal.

    Dalam pembelajaran IPA guru berusaha untuk menciptakan iklim pembelajaran yang

    mempermudah siswa belajar dalam mengajarkan IPA pada peserta didiknya. Oleh

    karena itu, guru dalam pembelajaran lebih berperan sebagai pembimbing daripada

    sebagai pemberi informasi saja. Menurut Buzan, (2004:6)

    Peta pikiran (mind mapping) adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak. Peta pikiran adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran kita.

    Dalam pembelajaran IPA, peta pikiran dapat digunakan untuk meringkas

    konsep awal yang harus diketahui siswa. Setelah ringkasan ditulis guru mengajak

    siswa memahami materi sesuai dengan alur peta pikiran. Dalam memahami jenis

    tanah misalnya, guru mengajak siswa meringkas jenis-jenis tanah dari buku selain itu,

    guru mengajak untuk menulis setiap kata kunci. Menggunakan aturan dari Buzan

    mengenai pembuatan peta pikiran, siswa diajak membuat mind map dengan materi

    jenis-jenis tanah. Pembuatan gambar disesuaikan dengan keinginan sang anak. Sang

    anak bebas mengekspresikan imajinasinya. Guru berperan memantau jalannya proses

    pembuatan peta pikiran. Pembuatan ini sebaiknya dilakukan secara berkelompok.

    Dengan berkelompok siswa diberikan kesempatan bekerjasama untuk menyatukan

    pendapat menyelesaikan masalah dan meyakinkan tiap anggota kelompok

  • 17

    mengetahui atas jawaban pertanyaan tersebut. Siswa bekerjasama untuk memahami

    suatu materi sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.

    Buzan pada bukunya yag berjudul “Mind Map untuk Anak : agar anak lulus

    ujian dengan nilai bagus.” Mengatakan bahwa Mind map (peta pikiran) akan

    mempermudah kamu mengulang semua pelajaran untuk ujian, Mind map akan

    membantumu memilah, menyusun pekerjaanmu, mengerjakan ujian dan mendapat

    nilai bagus. Ini memberi pengertian bahwa dengan menggunakan peta pikiran siswa

    akan mudah dalam mengulang pelajaran dan hasil belajar pun akan meningkat.

    Penggunaan peta pikiran dalam pembelajaran mengajak siswa mengulang dengan

    cara bersenang-senang memainkan dan memadukan warna, simbol, dan gambar.

    Dengan penggunaan gambar dan warna tersebut, peta pikiran membantu siswa untuk

    menggunakan kedua sisi otak dan mempermudah kita untuk berpikir, merencana,

    menyusun, mengingat dan mengambil kendali. Penggunaan kedua sisi otak membuat

    otak siswa berkembang dan hasil belajar pun akan maksimal.

    Materi dapat dipahami lebih mudah dengan menggunakan model ini. selain itu,

    siswa mampu menghafal lebih baik tanpa meninggalkan pemahaman. PAPA PEPI

    mampu untuk menjadikan pemaparan materi lebih mudah sehingga siswa mampu

    lebih memahami dan menghafal dengan baik.

    2.1.4 Hasil Belajar

    Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima

    pengalaman belajar (Nana Sudjana, 2011: 22). Hasil belajar merupakan perubahan

    tingkah laku yang baru setelah melalui proses pembelajaran. Segala yang dipelajari

    oleh pembelajar mempengaruhi perolehan aspek-aspek perubahan perilaku.

    Hasil belajar merupakan uraian untuk mengetahui apa yang sudah digali,

    diperoleh dan dikerjakan oleh siswa. Hasil belajar ini merefleksikan keleluasaan,

    kedalaman, dan kompleksitas dan digambarkan secara jelas serta dapat diukur dengan

    teknik-teknik penilaian tertentu. Perbedaan tentang kompetensi dan hasil belajar

  • 18

    terdapat pada batasan dan patokan-patokan kinerja siswa yang dapat diukur

    (Sugandi, 2006: 63). Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh

    pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni, 2006: 5).

    Hasil belajar peserta didik merupakan suatu puncak proses pembelajaran.

    Dalam pembelajaran, pengukuran hasil belajar dimaksudkan untuk mengetahui

    seberapa jauh perubahan tingkah laku siswa setelah menghayati proses belajar. Guru

    biasanya menggunakan tes untuk mengukur hasil belajar siswa. Hasil pengukuran

    tersebut berwujud angka ataupun pernyataan yang mencerminkan tingkat penguasaan

    materi pelajaran bagi para siswa (Sugihartono, 2007: 130). Pada umumnya hasil

    belajar dinilai melalui tes, baik tes uraian maupun tes obyektif (Sudjana, 2011: 55).

    Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Nana sudjana (2011: 22)

    menyatakan bahwa proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan

    informasi kepada guru tetang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan

    belajarnya melalui kegiatan belajar. Oleh karena itu penilaian hasil belajar

    mempunyai peranan yang penting dalam proses belajar.

    Dari uraian tentang hasil belajar diatas semua merujuk terhadap perubahan

    siswa setelah melakukan proses kegiatan belajar dimana siswa mengalami berbagai

    kegiatan belajar yang menyebabkan perubahan dalam dirinya. Pengukuran hasil

    belajar siswa dapat diukur dengan kriteria atau patokan tertentu. Pengukuran hasil

    belajar siswa dapat menggunakan teknik tes dan hasil tes berupa nilai. Dapat

    disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku atau kemampuan siswa

    setelah menerima pengalaman belajar yang dapat diukur dengan tes. Perubahan hasil

    belajar ini adalah perubahan menjadi lebih baik. Jadi yang dimaksud hasil belajar

    dalam penelitian adalah nilai tes IPA.

    Tes dilaksanakan pada akhir pembelajaran dalam setiap siklusnya. Adapun

    faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan hasil belajar. Menurut Slameto (2003:

    54) faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua yaitu: faktor

  • 19

    intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari individu,

    sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.

    a. Faktor-faktor intern

    Faktor intern adalah faktor yang berasal dari diri siswa. Faktor intern ini terbagi

    menjadi tiga faktor yaitu : faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.

    1. Faktor jasmaniah, sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta

    bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan seorang siswa sangat

    berpengaruh terhadap hasil belajar siswa tersebut.

    2. Faktor psikologis, ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis

    yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah: intelegensi, keaktifan,

    minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. Dari faktor-faktor tersebut

    sangat jelas mempengaruhi belajar, dan apabila belajar terganggu maka hasil

    belajar tidak akan baik.

    3. Faktor kelelahan, kelelahan seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi

    dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: kelelahan jasmani dan kelelahan

    rohani (bersifat praktis).

    b. Faktor-faktor ekstern

    Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor ini meliputi:

    faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat yaitu dengan penjelasan

    sebagai berikut:

    1. Faktor keluarga, siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa:

    cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan

    keadaan ekonomi keluarga.

    2. Faktor sekolah, faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode

    mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin

    sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode

    belajar, dan tugas rumah.

    3. Faktor masyarakat, masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh

    terhadap hasil belajar siswa. Pengaruh ini karena keberadaan siswa dalam

  • 20

    masyarakat. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa ini meliputi: pertama

    kegiatan siswa dalam masyarakat, multi media, dan teman bergaul. Dari

    penjelasan faktor inten dan ekstern yang mempengaruhi hasil belajar siswa maka

    dapat disimpulkan bahwa faktor intern yaitu faktor jasmaniah, psikologis, dan

    kelelahan, dan faktor ekstern yaitu faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.

    Untuk meningkatkan hasil belajar maka siswa dituntut untuk memiliki kebiasaan

    belajar yang baik. Oleh karena itu guru juga harus menciptakan iklim

    pembelajaran yang tidak hanya melihat hasil belajar dikelas saja, karena faktor-

    faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa juga harus diperhatikan.

    2.1.5 Kreativitas

    Kreativitas adalah salah satu hal yang harus dimiliki setiap orang. Orang tanpa

    kreativitas sama saja hidup dalam keadaan hampa. Bayangkan saja bila tidak ada

    kreativitas, segala sesuatu tentu akan tampak monoton. Menurut Arman Hakim

    (2006: 3) dalam bukunya yang berjudul “Creative Thinking: How to Get success in

    Your Future Career”, mengatakan bahwa:

    “Kreativitas adalah kemampuan untuk mencapai kekuatan menarik sebuah ide dari diri anda melalui tahapan awal berupa pengamatan terhadap kondisi sekeliling.”

    Sedangkan Munandar (1999: 48) berpendapat bahwa kreativitas sebagai

    kemampuan berpikir divergen untuk menjajaki berbagai macam jawaban dari

    persoalan. Berpikir divergen merupakan kemampuan berpikir secara menyebar

    dimana orang bisa memandang sesuatu stimulus bukan dari satu sudut pandang saja

    tapi dari berbagai sudut pandang. Hal ini merupakan salah satu ciri kreativitas.

    Kreativitas merupakan istilah yang banyak digunakan baik di lingkungan

    sekolah maupun di luar sekolah.

    Dari beberapa pengertian tersebut, dapat ditarik suatu pengertian bahwa

    kreativitas merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi agar sebagai

    manusia kita mampu menyelesaikan dan melihat sesutu dari banyak sudut pandang.

  • 21

    Kreativitas membuat manusia mampu berpandangan luas. Dengan kreativitas kita

    dapat memunculkan ide-ide baru.

    Penelitian Utami Munandar (1997) terhadap siswa SD dan SMP menunjukkan

    bahwa kreativitas sama absahnya seperti intelegensi sebagai prediktor dari prestasi

    sekolah. Kreativitas itu baik untuk pengembangan diri maupun untuk pembangunan

    masyarakat, juga merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia.

    Kreativitas dalam perkembangan sangat terkait dengan empat aspek, yaitu

    aspek pribadi, pendorong, proses dan produk. Jika dilihat dari aspek pribadi,

    munculnya kreativitas berasal dari interaksi pribadi yang unik dengan lingkungannya.

    Ditinjau dari proses, menurut Torrance (1998), kreativitas adalah proses merasakan

    dan mengamati adanya masalah, dengan membuat dugaan tentang kekurangan

    (masalah) ini, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan

    mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasil-hasilnya. Proses kreatif meliputi

    beberapa tahap yaitu persiapan, inkubasi, iluminasi dan verifikasi. Definisi mengenai

    produk kreativitas menekankan bahwa apa yang dihasilkan dari proses kreativitas,

    ialah sesuatu yang baru, orisinal, dan bermakna. Ditinjau dari aspek pendorong

    kreativitas dalam perwujudannya memerlukan dorongan internal maupun dorongan

    eksternal dari lingkungan (Munandar, 2009: 27)

    Menurut Guilford dalam Munandar (1992) ada 2 ciri kreativitas. Ciri yang

    pertama adalah ciri kognitif (aptitude) dan ciri afektif (non-aptitude) yang

    berhubungan dengan kreativitas. Berikut ini ciri-ciri kognitf (aptitude) dan ciri-ciri

    afektif (non-aptitude) menurut Guilford (dalam Munandar, 1992) akan diuraikan

    lebih lanjut :

    a. Ciri-ciri Kognitif

    Ada lima ciri kognitif, yaitu sebagai berikut.

    1) Kemampuan berpikir lancar

    Kemampuan ini memunculkan banyaknya ide dan gagasan mengemukakan

  • 22

    banyaknya cara untuk melakukan berbagai hal serta mencari banyak kemungkinan

    jawaban maupun dalam menyelesaikan masalah.

    2) Kemampuan berpikir luwes

    Ini merupakan kemampuan berpikir dengan cara menggunakan berbagai

    pendekatan dalam menyelesaikan persoalan.

    3) Kemampuan berpikir orisinal

    Berpikir orisinal adalah kemampuan untuk melahirkan ide atau gagasan dan

    membuat kombinasi-kombinasi yang bersifat baru dan unik. Kemampuan ini

    menggunakan cara yang tidak biasa dalam mengungkapkan diri. Kemampuan ini

    dinilai mampu mencari banyak cara dalam menyelesaikan masalah dengan cara

    yang berbeda dari pemikiran orang lain. Ciri-ciri ini dapat dilihat pada sikap siswa

    dalam memikirkan masalah-masalah atau hal-hal yang tidak pernah terpikirkan

    oleh orang lain, mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha memikirkan

    cara-cara yang baru, memiliki cara berpikir yang lain dari yang lain, setelah

    membaca atau mendengar gagasan-gagasan, bekerja untuk menemukan

    penyelesaian yang baru, memberikan warna-warna yang tegas dan berbeda dengan

    keadaan aslinya dalam menggambar atau sering mempertanyakan mengapa

    sesuatu hal harus dilakukan dengan suatu cara dan bukan dengan cara lain.

    4) Kemampuan menilai

    Merupakan kemampuan untuk membuat penilaian sendiri dan menentukan

    apakah suatu pertanyaan benar, atau suatu tindakan itu bijaksana serta tidak hanya

    mencetuskan gagasan saja tetapi juga melaksanakannya.

    5) Kemampuan memperinci/mendalam

    Merupakan kemampuan untuk memperkaya atau mengembangkan suatu ide,

    gagasan atau produk dan kemampuan untuk memperinci suatu obyek, gagasan,

    dan situasi sehingga tidak hanya menjadi lebih baik tetapi menjadi lebih menarik.

    b. Ciri-ciri afektif

    Ciri-ciri afektif dari kreativitas merupakan ciri-ciri yang berhubungan dengan

    sikap mental atau perasaan individu. Ciri-ciri afketif ini saling berhubungan dan

  • 23

    saling mempengaruhi dengan ciri-ciri kognitif. Kreativitas yang berkaitan dengan

    sikap dan perasaan seseorang.

    Ada beberapa ciri-ciri afektif, yaitu:

    1) Rasa ingin tahu.

    Selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak, misalnya: selalu bertanya,

    memperhatikan banyak hal, peka dalam pengamatan dan ingin mengetahui atau

    meneliti. Ada beberapa perilaku peserta didik yang mencerminkan rasa ingin tahu,

    misalnya sering mempertanyakan segala sesuatu, senang menjajaki buku-buku, peta-

    peta, gambar-gambar, dan sebagainya untuk mencari gagasan-gagasan baru,

    menggunakan semua panca inderanya untuk mengenal, tidak takut menjajaki bidang-

    bidang baru, ingin mengamati perubahan-perubahan dari hal-hal atau kejadian-

    kejadian.

    2) Bersifat imajinatif/fantasi

    Mampu memperagakan atau membayangkan hal-hal yang tidak atau belum pernah

    terjadi dan menggunakan daya khayal namun dapat membedakan mana khayalan dan

    mana yang kenyataan. Perilaku yang terlihat pada siswa biasanya berupa memikirkan

    atau membayangkan hal-hal yang belum pernah terjadi, memikirkan bagaimana jika

    melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan orang lain, meramalkan apa yang

    akan dikatakan atau dilakukan orang lain, mempunyai firasat tentang sesuatu yang

    belum terjadi, melihat hal-hal dalam suatu gambar yang tidak dilihat orang lain,

    membuat cerita tentang tempat-tempat yang belum pernah dikunjungi atau tentang

    kejadian-kejadian yang belum pernah dialami.

    3) Merasa tertantang oleh kemajemukan

    Mempunyai dorongan untuk mengatasi masalah-masalah yang sulit, merasa

    tertantang oleh situasi-situasi yang rumit serta lebih tertarik pada tugas-tugas yang

    sulit. Perilaku anak didik yang mencerminkan sikap tertantang oleh kemajemukan,

    adalah menggunakan gagasan atau masalah-masalah yang rumit, melibatkan diri

    dalam tugas-tugas yang majemuk, tertantang oleh situasi yang tidak dapat diramalkan

    keadaannya, mencari penyelesaian tanpa bantuan orang lain, tidak cenderung mencari

  • 24

    jalan tergampang, berusaha terus-menerus agar berhasil, mencari jawaban-jawaban

    yang lebih sulit atau rumit daripada menerima yang mudah, dan senang menjajaki

    jalan yang lebih rumit.

    4) Sifat berani mengambil risiko (tidak takut membuat kesalahan)

    Berani mempunyai pendapat meskipun belum tentu benar, tidak takut gagal atau

    mendapat kritik dari orang lain. Perilaku anak didik yang memiliki sifat berani dalam

    mengambil risiko adalah berani mempertahankan gagasan-gagasan atau pendapatnya

    walaupun mendapatkan tantangan atau kritik, bersedia mengakui kesalahan-

    kesalahannya, berani menerima tugas yang sulit meskipun ada kemungkinan gagal,

    berani mengajukan pertanyaan atau mengemukakan masalah yang tidak dikemukakan

    orang lain, tidak mudah dipengaruhi orang lain, melakukan hal-hal yang diyakini,

    meskipun tidak disetujui sebagian orang, berani mencoba hal-hal baru, berani

    mengakui kegagalan dan berusaha lagi.

    5) Sifat menghargai

    Kemampuan untuk dapat menghargai bimbingan dan pengarahan dalam hidup,

    menghargai kemampuan dan bakat-bakat sendiri yang sedang berkembang. Perilaku

    anak didik yang memiliki sifat menghargai adalah menghargai hak-hak sendiri dan

    orang lain, menghargai diri sendiri dan prestasi sendiri, menghargai makna orang

    lain, menghargai keluarga, sekolah lembaga pendidikan lainnya serta teman-teman,

    menghargai kebebasan tetapi tahu bahwa kebebasan menuntut tanggung jawab, tahu

    apa yang betul-betul penting dalam hidup, menghargai kesempatan-kesempatan yang

    diberikan, senang dengan penghargaan terhadap dirinya.

    Dalam PAPA PEPI, kreativitas dapat terlihat jika siswa diberi tes orisinal. Tes

    kemampuan orisinal cocok digunakan karena dalam tes ini ada beberapa aspek

    penilaian yang sesuai dengan aspek dala peta pikiran. Misalnya, aspek respon, ide,

    keterkaitan, ketekunan, skill dan estetika. Kemampuan menanggapi respon dinilai

    guna mengetahui antusias siswa dalam mengerjakan peta pikiran. Aspek Ide

    menunjukkan seberapa siswa menyambut dan menuangkan ide baru dalam membuat

    peta pikiran. Aspek keterkaitan juga diperhatikan antara kombinasi cabang dengan

  • 25

    ide utama. Aspek ketekunan menunjukkan siswa dalam menuangkan ide dan

    menghadapi setiap tantangan dalam pembuatan peta pikiran. Aspek skill dapat dilihat

    dala penggunaan lebih dari 1 teknik yang berbeda dalam pembuatan peta pikiran.

    Aspek yang terakhir adalah estetika. Aspek ini dinilai dari penggunaan warna dalam

    pembuatan peta pikiran. Semakin banyak warna yang digunakan maka semakin

    banyak poin yang didapat dalam penilaian aspek estetika.

    2.1.6 PAPA PEPI dalam meningkatkan kreativitas

    PAPA PEPI merupakan singkatan dari paham hafal pakai peta pikiran. Adanya

    PAPA PEPI diharapkan mampu menjadi sebuah inovasi dalam pembelajaran. Tujuan

    awal penggunaan PAPA PEPI adalah untuk membantu siswa dalam memahami

    materi. Jika siswa sudah paham peta pikiran mampu membuat siswa lebih cepat

    dalam menghafal.

    Semua orang mampu membuat peta pikiran sendiri. Tidak hanya untuk materi

    pelajaran, peta pikiran juga dapat dibuat untuk kehidupan sehari-hari. Misalnya untuk

    mengadakan rapat, memulai usaha baru, merancang jadwal liburan keluarga, bahkan

    menyelesaikan masalah secara kreatif. Dalam hal ini, peta pikiran dibuat untuk siswa.

    Pembuatan peta pikiran ini guna membantu siswa untuk lebih cepat memahami

    materi. Tidak hanya itu, peta pikiran juga mampu meningkatkan kreativitas siswa.

    Tony Buzan (2012: 94) mengatakan bahwa :

    “Mind map (peta pikiran) adalah alat pemikiran kreatif yang betul-betul hebat- mind map adalah sarana untuk menggali kreativitas.

    Kreativitas sangatlah penting. Kreativitas membuat seseorang mampu berpikir

    mengembangkan ide-ide baru. Siswa yang kreatif akan mampu melihat dunia sebagai

    tantangan. Siswa yang kreatif akan mampu berkembang seturut dengan

    perkembangan jaman. Ide-ide baru akan bermunculan dalam diri siswa menjadikan

    siswa tersebut mampu bertahan di jaman yang semakin maju ini.

    Perlu kita ketahui bahwa kita pada dasarnya kreatif. Asalkan kita percaya dan

  • 26

    mau berusaha untuk mengubah pandangan yang selama ini menghambat kreativitas

    kita.

    Mind mapping (Peta pikiran) adalah alat berpikir kreatif yang mencerminkan

    cara kerja alami otak (Tony Buzan, 2012: 103). Mind mapping akan membantu siswa

    dalam berpikir. Penggunaan warna, simbol dalam meringkas materi memunculkan

    daya kreativitas siswa. PAPA PEPI akan mendorong kreativitas jika kita mau

    berusaha memunculkan ide-ide cemerlang, menemukan solusi yang inspiratif dalam

    menyelesaikan masalah.

    2.2 Kajian Hasil Penelitian yang relevan

    Hasil penelitian dari Farija Roslaini pada tahun 2012 dengan judul

    Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode Mind mapping

    Pada IPA Di Kelas IV SD Negeri 104188 Medan Krio Tahun Ajaran 2011/2012.

    Berdasarkan hasil penelitian dari Farija Roslain, terjadi peningkatan nilai rata-rata

    pada saat dilakukan tes awal mencapai 45,38 dengan perincian dari 26 siswa

    diperoleh 4 orang siswa (15,38 %) yang mendapat nilai tuntas, sedangkan 22 orang

    siswa (84,62%) mendapat nilai belum tuntas. Pada siklus I naik menjadi 11 orang

    siswa (42,31%) yang mendapat nilai tuntas, sedangka 15 orang siswa (57,69%)

    mendapat nilai (96,15%) mendapat nilai tuntas, sedangkan 1 orang siswa (3,85%)

    mendapat nilai belum tuntas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan

    mengunakan metode mind mapping sebagai sarana pembelajaran dapat meningkatkan

    hasil belajar siswa pada IPA di kelas IV SD 104188 Medan Krio Tahun Ajaran

    2011/2012.

    Adapun hasil penelitian yang juga relevan yang mendekati judul penelitian ini

    adalah hasil penelitian dari Vina Agustina tahun 2013 dengan judul Penerapan

    Metode Mind mapping Dalam Pembelajaran IPA Pada Materi Daur Air Untuk

    Meningkatkan Kemampuan Kreatif Siswa : Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa

    Kelas V SDN Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran

    2012/2013. Berdasarkan hasil penelitian dari Vina Agustina disimpulkan bahwa

  • 27

    model pembelajaran peta pikiran dapat meningkatkan kemampuan kreatif siswa

    dalam pembelajaran IPA pada materi daur air. Setelah dilakukan kegiatan

    pembelajaran siklus I dan II, nilai rata-rata kemampuan originallity siswa dari siklus I

    ke siklus II adalah 13,37 menjadi 15,32. Terjadi peningkatan sebesar 13,98 %.

    Sedangkan nilai rata-rata kemampuan fluency siswa dari siklus I ke siklus II adalah

    67,90 menjadi 80,27. Peningkatan sebesar 18,21 %.

    2.3 Kerangka Berpikir

    Mengapa model pembelajaran PAPA PEPI dijadikan salah satu model

    pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar? Jawabannya adalah

    karena model ini diyakini dapat membuat siswa aktif dan mudah memahami materi.

    Dalam peta pikiran siswa terlibat aktif dalam mencari informasi dan dengan

    kreativitas pemikiran yang berbeda, maka mereka akan mudah dalam memahami

    materi. Ketika siswa paham maka hasil belajar siswa pun menjadi lebih baik.

    Model pembelajaran PAPA PEPI juga dijadikan salah satu model pembelajaran

    yang dapat meningkatkan daya ingat siswa. Dengan cara berbeda dalam

    menyampaikan materi (berupa gambar, simbol dan warna), siswa akan lebih cepat

    dalam memahami konsep. Peta pikiran dapat juga membantu siswa berfokus pada

    pokok bahasan yang diajarkan. Dalam model pembelajaran PAPA PEPI siswa akan

    bekerja secara kelompok dengan teman lainnya. Sesuai sintaks, siswa akan bekerja

    sama dalam menanggapi alternatif jawaban. Kerjasama dan pemahaman materi lebih

    cepat akan membuat siswa lebih bersemangat menerima pembelajaran. Semangat

    yang lebih dari siswa akan berdampak baik pada nilai hasil evaluasi. Hasil belajar

    siswa akan semakin meningkat.

    Penggunaan model pembelajaran PAPA PEPI juga dipercaya mampu

    meningkatkan kreativitas siswa. Pembuatan sebuah peta pikiran mampu

    meningkatkan kreativitas karena pembuatan didasarkan pada cara kerja alamiah otak

    dan mampu menyalakan percikan-percikan kreativitas dalam otak kita. PAPA PEPI

  • 28

    mengembangkan kinerja kedua belahan otak kita. Jika siswa dibiasakan berpikir

    kreatif dengan peta pikiran, siswa akan belajar berpikir aktif sehingga menghasilkan

    kreativitas dan hasil belajar siswa.

    Gambar 2.3 Skema Kerangka Berpikir

    Tindakan Menerapkan Model

    Pembelajaran PAPA

    PEPI

    Kondisi Awal Guru belum menerapkan

    Model Pembelajaran

    PAPA PEPI

    Nilai pada mata

    pelajaran IPA masih

    dibawah KKM (63)

    Hasil Tindakan

    Meningkatkan

    Kreativitas

    Meningkatkan

    Hasil Belajar

    MODEL

    PEMBELAJARAN

    PAPA PEPI

    Hafal lebih cepat

    Paham lebih

    cepat

    Fokus

    Memaksimalkan

    otak kanan

    Semangat dan

    menyenangkan

    Daya ingat

    meningkat

    Menggunakan banyak garis

    Menggunakan

    banyak warna

    Menggunakan

    kata kunci

    Imajinasi

    Gambar

  • 29

    2.4 Hipotesis

    Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran maka dapat dirumuskan

    hipotesis/dugaan sementara sebagai berikut:

    1. Penerapan model pembelajaran PAPA PEPI adalah penyampaian informasi, sajian

    masalah terbuka, pembagian kelompok heterogen, pembuatan peta pikiran,

    presentasi hasil diskusi, pembuatan kesimpulan, evaluasi dan refleksi. Langkah-

    langkah ini diterapkan dalam pembelajaran ilmu Pengetahuan Alam.

    2. Jika penerapan model pembelajaran PAPA PEPI dalam pembelajaran lmu

    Pengetahuan Alam dapat diterapkan dengan baik dan berjalan secara efektif serta

    efesien, maka diduga atau ditafsirkan kreativitas siswa kelas V SD Negeri

    Candisari 1 Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali akan meningkat.

    3. Jika penerapan model pembelajaran PAPA PEPI diterapkan diduga akan mampu

    meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Candisari 1 Kecamatan

    Ampel Kabupaten Boyolali