penerapan metode sorogan dalam menghafal al-quran di...
TRANSCRIPT
PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL
AL-QURAN DI PONDOK PESANTREN TAHAFFUDZUL
QURAN PORWOYOSO NGALIYAN SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata (S.I)
Pendidikan Agama Islam
Disusun Oleh:
IZATUL ISTIFAQOH
NIM. 073111083
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ii
iii
iv
v
PERSEMBAHAN
����������� �
Sujudku pun tak ingin memuaskan inginku
Untuk haturkan sembah sedalam kalbu
Adapun ku sembahkan syukur padaMu ya Allah
Untuk nama, jiwa dan keluarga yang mencinta
Dan perjalanan yang sejauh ini tertempa
Alhamdulillah, pilihan dan kesempatan
Yang membuat hamba mengerti lebih baik makna dari hidup
Semuanya lebih berarti bila dihayati
Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah
Dalam rentang waktu menuntut ilmu
Tercipta sebuah karya yang sangat sederhana
Merupakan awal dari sebuah perjalanan yang sangat panjang
Dalam menapaki jalan kehidupan yang sangat terjal dan berliku
Dengan penuh rasa syukur dan kerendahan hati yang sangat dalam
Karya yang sangat sederhana ini didedikasikan kepada:
����������� �
Ibunda tersayang, Sri Jiddah dan Ayahanda tercinta, Masnur Abdullah yang
selalu mencurahkan kasih sayangnya dengan penuh ketulusan dan keikhlasan
hati, kesabaran, ketabahan, serta selalu membasahi bibir beliau dengan
untaian do’a yang tiada hentinya demi keberhasilan Ananda dalam meraih
cita-cita dan kesuksesan. Pengorbanan beliau merupakan semangat hidup
agar diri ini dapat menjadi orang yang lebih baik dan lebih berarti. Semoga
kedamaian, kebahagiaan dan ridho ilahi selalu menyertai keduanya.
Amieen………
Kakek nenekku (alm dan almh) serta adikku tersayang dek ulya dan si kecil
dek fail yang selalu memberi semangat untuk terus berkarya hingga pada
batas akhir, yang selalu menerangi dan menemani diri ini baik suka maupun
duka dalam menapaki jalan kehidupan yang sangat panjang. Semoga adik-
adikku tersayang dapat melanjutkan jenjang yang paling tinggi dan dapat
meraih segala cita-cita, impian dan kesuksesan hidup. Amieen…….
Ummi Aufa Abdullah Umar,AH. Beserta keluarga besar beliau, yang telah
mendidik, membimbing, menasehati, mengarahkan, mengajar ilmu dan
vi
pengetahuan serta mencurahkan kasih sayangnya dengan penuh ketulusan
dan keikhlasan hati yang sangat dalam. Semoga beliau senantiasa dalam
ridho Allah SWT. Amieen….. Jazakumullahu khoiron jaza’ Jazakumullahu
ahsanal jaza’………..
Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan dasar
akhlaqul karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu
pengetahuan. Semoga jasa-jasa beliau mendapat balasan yang sebaik-
baiknya oleh Allah SWT.
Sahabat-sahabatku PAI-C, PPL, KKN,yang selalu memberikan bantuan,
motivasi, inspirasi, nasehat, semangat hidup, pelajaran hidup dan dukungan
untuk selalu bangkit dari keputusasaan dan keterpurukan yang selalu datang
melanda. Semoga sahabat-sahabatku dapat meraih segala impian dan
kesuksesan hidup yang dicita-citakan.
kakanda tercinta yang selalu memberikan semangat dan waktunya dalam
menapaki rintangan dan cobaan hidup untuk selalu sabar dan terus
berusaha. Semoga diberi kelancaran, kesabaran, serta keikhlasan dalam
menjalani hidup yang penuh cobaan, ujian dan rintangan. I love you so
much………………
Kelurga besar Pondok Pesantren Tahaffudzul Quran yang meliputi seluruh
jajaran pengurus yang telah mengorbankan waktu, pikiran dan tenaganya
untuk mengemban tugas yang sangat mulia semoga kebaikan mereka selalu
mendapat ridho dan balasan yang sebaik-baiknya oleh Allah SWT. Seluruh
temen-temen kamar khuffadz, kamar pink, kamar ungu, kamar biru dan
kamar kuning. Sahabat-sahabatku khoir, sokhi,mb ainu, m batik, dek reni, dek
zahro, mb rifa, mb sussi, twiteey, ana, dek sifa, dek milani, dek husna, dek
dian , dek muthi’ dek fanti, dek wilda, dek qoni’ah, dek nida dan semuanya
yang selalu memberi semangat dan nasehat serta semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan karya yang sangat sederhana ini serta sahabat-
sahabatku yang tak tersebut satu persatu semoga kalian semua dapat
melanjutkan studi dengan sungguh-sungguh dan mencapai apa yang kalian
cita-citakan. Amieen…………….
vii
ABSTRAK
Judul : Penerapan Metode Sorogan dalam Menghafal Al-Quran di Pondok
Pesantren Tahaffudzul Quran Porwoyoso Ngaliyan Semarang
Nama : Izatul Istifaqoh
NIM : 073111083
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Penerapan metode sorogan
dalam menghafal al-Quran di Pondok Pesantren Tahaffudzul Quran Porwoyoso
Ngaliyan Semarang. 2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan penerapan metode
sorogan dalam menghafal al-Quran di Pondok Pesantren Tahaffudzul Quran
Porwoyoso Ngaliyan Semarang.
Penelitian ini merupakan field research (penelitian lapangan) yang
disajikan secara deskriptif. Kemudian data yang telah terkumpul akan diadakan
penganalisaan dengan pendekatan deskriptif untuk mengetahui penerapan metode
sorogan dalam menghafal al-Quran di pondok Pesantren Tahaffudzul Quran
Porwoyoso Ngaliyan Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan
metode sorogan yang diterapkan di Pondok Pesantren Tahaffudzul Quran
Porwoyoso Ngaliyan Semarang diterapkan dalam empat periode yaitu periode
yang pertama pada masa K.H Abuya Abdullah Umar (pada tahun 1972-1991),
periode kedua pada masa K.H Mushofa (pada tahun 2000-2004), kemudian
periode ketiga pada masa K.H Azka (pada tahun 2004-2007) dan periode keempat
pada masa Nyai Hj.Aufa (pada tahun 2007-sekarang). Penerapan metode sorogan
sejak K.H Abuya Abdullah Umar dilakukan dengan cara santri maju satu persatu
hingga selesai begitu juga pada masa K.H Mushofa dan pada masa KH Azka,
kemudian baru pada masa Nyai Hj. Aufa metode sorogan yang dilakukan dengan
cara santri maju tiga-tiga secara bersamaan, hal ini dilakukan karena pada masa
pengasuhan Nyai Hj. Aufa jumlah santri yang mondok banyak sehingga Nyai Hj.
Aufa menyuruh santri untuk mengaji dengan maju tiga santri secara bersamaan,
berbeda dengan pada masa K.H .Abuya Abdullah Umar, K.H Mushofa dan K.H
Azka, karena pada masa pengasuhan ketiga beliau ini jumlah santri masih sedikit
dan kebanyakan santri berstatus santri tahassus (santri hanya mondok)
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi
dan masukan bagi mahasiswa, para tenaga pengajar, para peneliti, dan semua
pihak, terutama dalam memberi pertolongan dan motivasi kepada rekan-rekan
mahasiswa agar senantiasa meningkatkan kualitas penelitian pada masa
mendatang.
viii
TRANSLITERASI
Penulisan transliterasi huruf-huruf Arab-Latin dalam Skripsi ini berpedoman pada
SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor:
158/1987 dan Nomor: 0543b/1987. Penyimpangan penulisan kata sandang (al-)
disengaja secara konsisten agar sesuai teks Arabnya.
. t ط a ا
. z ظ b ب
‘ ع t ت
. ثs
gh غ
f ف j ج
q ق . h ح
k ك kh خ
l ل d د
. ذz
m م
n ن r ر
w و z ز
h ھـ s س
` ء sy ش
y ي . s ص
d ض
Bacaan Madd: Bacaan Diftong:
â = a panjang ْاَو = au
î = i panjang ْاَي = ai
û = u panjang
ix
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur alhamdulillah ke hadirat Ilahi Robbi, Tuhan
semesta alam, dengan ridho dan hidayah-Nya lah semua dapat terjadi, sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya ini.
Dan dengan ketulusan hati yang terdalam, penulis sampaikan terima kasih
atas pemberian dan bantuan dalam bentuk apapun kepada berbagai pihak yang
telah ikhlas dan rela. Seiring doa jazakumullah khoiro jaza, limpahan rahmat dan
kasih sayang-Nya tercurah kepada kita semua. Amin. Ucapan terima kasih,
penulis haturkan kepada:
1. Prof. Dr. Muhibbin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang.
2. Dr. Suja’i, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang.
3. Drs. H. Soediyono, M.Pd. dan Nur Asiyah, M.S.I. selaku pembimbing
skripsi bagi penulis.
4. Ibu Nyai Aufa Abdullah Umar AH. beserta Keluarga besar Pondok
Pesantren Tahaffudzul Qur’an Purwoyoso Ngaliyan Semarang yang telah
mendukung menjadi tempat penelitian dan sekaligus membimbing dalam
penelitian ini.
5. Santri Putri Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an Purwoyoso Ngaliyan
Khoir, Shohi, Mbak Atik, Mbak Ainu, Mbak Rifa, Mbak Susi, Tweetiy,
Shifa, Zahra, Reni, Fanti, Ginuk, Husna, Melani, Lek Shofi, Kak Aluh,
Lele, Mbak Isma, mbak Alfu, Vicki, Nayla, Qonik, Nida, Wilda, Ida,
x
Nurus, Wiwik, Wahdah, Rifaah, Susi dan semua teman yang penulis
wawancarai yang telah membantu menyelesaikan penelitian ini.
6. Keluargaku, Bapak dan Ibuku tercinta, Masnur Abdullah dan Sri Jidah;
adik-adikku, Muarijatul Ulya dan Faizatus Sholihah.
7. Sahabat-sahabatku kelas PAI-C 2007 senasib seperjuangan; Khoir, Nurba,
Aida, Juni, Yusuf, A’af, Tina, Nova, Fela, Indah, Ida, Santi, Ila, Lia, Dian,
Junadi, Amin, Janu, Azmi, Basit, Fuad, Zaki, Bambang, Hanif, Ali.
8. Teman-teman PPL, dan KKN.
9. Semua pihak yang membantu, yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Akhirnya, dengan penuh rendah hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini
masih jauh dari sempurna, baik dalam penulisan, materi, maupun analisisnya.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan demi
perbaikan penulisan selanjutnya. Penulis berharap semoga karya ini tetap
membawa manfaat bagi pengembangan pendidikan dan khazanah Islam. Amin
Semarang, 18 November 2011
Penulis,
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
PENGESAHAN ................................................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... iii
DEKLARASI ..................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ............................................................................................. v
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
TRANSLITERASI ............................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 2
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 3
D. Penegasan Istilah ...................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI TENTANG METODE SOROGAN
DALAM MENGHAFAL AL-QURAN .......................................... 6
A. Kajian Pustaka ........................................................................... 6
B. Metode Sorogan ......................................................................... 8
1. Pengertian metode sorogan ................................................. 8
2. Dasar dan Tujuan ................................................................ 10
3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Sorogan ................... 11
4. Penerapan Metode Sorogan ................................................ 12
C. Menghafal Al-Quran ................................................................. 13
1. Pengertian Menghafal Al-Quran ........................................ 13
2. Dasar dan tujuan pendidikan menghafal Al-Quran ........ 20
3. Faktor-faktor dalam menghafal al-Quran ........................ 25
4. Sorogan sebagai metode menghafal al-Quran .................. 30
D. Petunjuk Teknis dan Pelaksanaan Menghafal al-Quran ...... 32
xii
E. Problematika umum dalam menghafal al-Quran .................. 34
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 36
A. Jenis Penelitian .......................................................................... 36
B. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................. 36
C. Sumber Data Penelitian ............................................................ 36
D. Fokus Penelitian ......................................................................... 36
E. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data ............................ 37
1. Observasi .............................................................................. 37
2. Wawancara ........................................................................... 37
3. Dokumentasi ......................................................................... 38
F. Metode Analisis Data 38
1. Tahap Pekerjaan Lapangan ............................................... 39
2. Tahap Pasca Lapangan ...................................................... 40
BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM
MENGHAFAL AL-QURAN DI PONDOK PESANTREN
TAHAFFUDZUL QURAN PURWOYOSO NGALIYAN
SEMARANG .................................................................................... 43
A. Gambaran Umum dan Sejarah Berdirinya Pondok
Pesantren Tahaffudzul Qur’an Ngaliyan Semarang .............. 43
B. Penerapan metode sorogan dalam menghafal al-Quran di
Pondok Pesantren Tahaffudzul Quran Purwoyoso Ngaliyan
Semarang .................................................................................... 52
C. Analisis Terhadap Kelebihan dan Kekurangan Penerapan
Metode Sorogan di Pondok Pesantren Tahaffudzul Quran
Porwoyoso Ngaliyan Semarang ................................................ 54
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 56
A. Kesimpulan ................................................................................ 56
B. Saran ............................................................................................ 57
C. Penutup ........................................................................................ 58
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 59
LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 62
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Pengumpulan Data dan Sumber Data ...................................... 41
Tabel 4.1. Daftar Nama Santri Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an . 48
Tabel 4.2. Jadwal Kegiatan Santri Pondok Pesantren Tahaffudzul
Qur’an ........................................................................................... 50
1
BAB I
PENDAHULUAN
E. Latar Belakang
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh metode-metode pembelajaran yang
ada di pondok pesantren di seluruh Indonesia. Dalam buku Pesantren dari
Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi karangan Mujamil
Qomar, disebutkan ada dua metode pembelajaran, yaitu metode sorogan dan
metode wetonan (bandongan). Disebutkan bahwa metode sorogan merupakan
metode yang ditempuh dengan cara guru atau kyai menyampaikan pelajaran
kepada santri secara individual. Sedangkan metode wetonan atau bandongan
merupakan metode pengajaran dengan cara guru atau kyai membaca,
menterjemahkan, menerangkan dan mengulas buku-buku Islam atau kitab-
kitab dalam bahasa Arab, sedang kelompok santri mendengarkannya.1
Tentang kemunculan pesantren pertama kali di Indonesia, menurut
pendataan yang dilakukan oleh Departemen Agama pada tahun 1984-1985
diperoleh keterangan bahwa pesantren tertua didirikan pada tahun1062 di
Pamekasan Madura, dengan nama pesantren Jan Tampes II.2 Akan tetapi hal
ini diragukan, karena tentunya ada pesantren Jan Tampes I yang lebih tua.
Kendatipun demikian, pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua
di Indonesia yang peran-sertanya tidak diragukan lagi terutama bagi
perkembangan Islam di Indonesia.3
Dalam perkembangannya, pondok pesantren mengalami perubahan
yang pesat, bahkan ada kecenderungan menunjukkan trend. Di sebagian
pesantren telah mengembangkan kelembagaannya dengan membuka sistem
madrasah, sekolah umum, dan di antaranya ada yang membuka semacam
lembaga pendidikan kejuruan seperti bidang pertanian, peternakan, teknik dan
1
Prof. Dr. Mujamil Qomar, Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi
Institusi, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006), hlm. 142-143 2 Drs.Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo persada, 1996),
hlm.41. 3 Qadri Abdillah Azizi, et.al., Dinamika Pesantren dan Madrasah, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2002), Cet.1, hlm. 86.
2
sebagainya.4 Kontak antara pesantren dengan madrasah ini baru terjadi secara
intensif dan massif pada awal dekade 70-an.5 Sebelum itu, kedua lembaga ini
cenderung berjalan sendiri-sendiri, baik karena latar belakang
pertumbuhannya yang berbeda maupun karena tantangan eksistensial yang
dihadapi masing-masing lembaga yang tidak sama.
Di Semarang Jawa Tengah terdapat banyak pondok pesantren yang
mengembangkan kelembagaan dengan sistem madrasah maupun umum.
Selain itu juga terdapat pondok pesantren yang hanya fokus pada kajian-kajian
Islami. Ada juga pondok pesantren yang mengkhususkan diri pada tahfidz al-
Quran. Pola-pola pondok pesantren tersebut sangat layak untuk dikaji demi
kemajuan keilmuan keislaman yang memang banyak bersumber dari kajian
tentang pondok pesantren. Namun pada penelitian ini hanya menfokuskan
kajian pada pondok pesantren tahfid al-Quran di kota Semarang yakni Pondok
Pesantren Tahaffudzul Quran Purwoyoso Ngaliyan Semarang.
Pondok Pesantren Tahaffudzul Quran ini dikhususkan bagi santri putri.
Dengan waktu yang ditentukan, santri menyetorkan hafalannya kepada
pengasuh pondok yang sekaligus sebagai pen-tashih bagi santri yang telah
menyetor hafalan. Namun, pada prakteknya terdapan perbedaan antara teori
metode sorogan dengan pelaksanaan metode sorogan di Pondok Pesantren
tersebut.
Dari latar belakang di atas akan diperoleh gambaran kajian yang akan
diteliti, oleh karena itu dirumuskan judul PENERAPAN METODE
SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI PONDOK
PESANTREN TAHAFFUDZUL QURAN PURWOYOSO NGALIYAN
SEMARANG.
F. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang dan beberapa kerangka pemikiran di atas,
ada dua permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu:
4 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Pendidikan di Indonesia dari Zaman ke Zaman,
(Jakarta: Badan Litbang Pendidikan dan Kebudayaan, 1979), hlm. 166. 5 Maksum Mochtar, ”Transformasi Pendidikan Islam”, dalam Said Agil Siradj, (et.al),
Pesantren Masa depan, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999), Cet.1, hlm.198.
3
1. Bagaimana penerapan metode sorogan dalam menghafal al-Quran di
Pondok Pesantren Tahaffudzul Quran Purwoyoso Ngaliyan Semarang?
2. Apakah kelebihan dan kekurangan penerapan metode sorogan dalam
menghafal al-Quran di Pondok Pesantren Tahaffudzul Quran Purwoyoso
Ngaliyan Semarang?
G. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dari permasalahan-permasalahan yang dipaparkan di atas, maka
tujuan penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui penerapan metode sorogan dalam menghafal al-Quran
di Pondok Pesantren Tahaffudzul Quran Purwoyoso Ngaliyan Semarang.
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan penerapan metode sorogan
dalam menghafal al-Quran di Pondok Pesantren Tahaffudzul Quran
Purwoyoso Ngaliyan Semarang.
Sedangkan hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat bagi
dunia pendidikan secara teoritis dan praktis.
2. Manfaat teoritis
Secara teoritis diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai
penerapan metode yang tepat untuk dapat menghafal Al-Quran.
3. Manfaat Praktis
Dapat memberikan gambaran kepada para pembaca pada umumnya
dan khususnya para penghafal al-Quran mengenai cara-cara praktis untuk
mempercepat menghafal al-Quran melalui pemahaman terhadap metode
sorogan.
H. Penegasan Istilah
Agar memberikan pemahaman yang tepat serta untuk menghindari
kesalahpahaman dalam menginterpretasikan judul skripsi ini maka, perlu
untuk mempertegas istilah dalam judul tersebut, juga dengan memberikan
batasan-batasan istilah. Adapun penjelasan istilah tersebut adalah:
1. Penerapan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah “penerapan” berasal dari
kata dasar “terap” yang artinya berukur, kemudian mendapat imbuhan pe-
4
an, sehingga kata tersebut menjadi “penerapan” yang berarti proses, cara
atau perbuatan menerapkan.6
2. Metode Sorogan
Metode berasal dari kata “method” dalam bahasa Inggris yang berarti
cara. Metode adalah cara yang tepat dan cepat dalam melakukan
sesuatu.7Sedangkan istilah sorogan berasal dari kata sorog (Jawa) yang
berarti menyodorkan kitab atau al-Quran kedepan kiai atau asistennya.8
Jadi metode sorogan merupakan salah satu metode pendidikan Islam, yaitu
para santri maju satu per satu untuk menyodorkan kitabnya dan
berhadapan langsung dengan seorang guru atau kiai dan terjadi interaksi
diantara keduanya.
3. Menghafal Al-Quran
Kata menghafal di sini berasal dari kata yang berarti menjaga,
memelihara, dan melindungi.9
Menghafal berasal dari kata “hafal” yang artinya telah masuk dalam
ingatan tentang pelajaran atau dapat mengucapkan di luar kepala tanpa
melihat buku atau catatan lain. Kemudian mendapat awalan me-menjadi
menghafal yang artinya adalah berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar
selalu ingat.10
Sedangkan Menghafal al-Quran adalah usaha keras yang
dilakukan oleh seseorang untuk meresapkan sesuatu ke dalam pikirannya
agar selalu diingat.11
4. Pondok Pesantren
Pondok Pesantren merupakan gabungan dua kata yang memiliki arti
hampir sama yaitu :
6 Lukman Ali, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), cet.10, hlm.
1044. 7 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995),
cet. 1, hlm. 9. 8 Abuddin Nata, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-lembaga Pendidikan
Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Grasindo, 2001), hlm. 108. 9 Maftuh Afnan, Kamus Al-Munir, (Surabaya: Anugerah, 1991), cet. 1, hlm. 88.
10 Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III, (Jakarta Balai pustaka, 2003), cet. 3,
hlm. 381. 11
Lukman Ali, dkk., , Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), cet.10,
hlm. 333.
5
Pondok berasal dari bahasa arab “Funduq” yang berarti hotel, asrama,
rumah dan tempat tinggal sederhana.12
Perkataan Pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe depan
dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri. 13
Pondok Pesantren yang dimaksud disini adalah Pondok Pesantren
Tahaffudzul Quran yang berada di daerah Purwoyoso Ngaliyan Semarang.
12
Yasmadi, Modernisasi Pesantren, (Ciputat: Quantum Teaching, 2005), hlm. 62 13
Yasmadi, Modernisasi Pesantren, (Ciputat: Quantum Teaching, 2005), hlm. 61.
6
BAB II
LANDASAN TEORI TENTANG METODE SOROGAN DALAM
MENGHAFAL AL-QURAN
F. Kajian Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mencoba menggali informasi
terhadap penelitian-penelitian terdahulu sebagai bahan pertimbangan untuk
membandingkan masalah-masalah yang diteliti, baik dalam segi khusus
metode maupun objek yang diteliti.
Penelitian dengan tema Metode menghafal al-Quran telah banyak ditulis.
Namun, yang membedakan dari tema-tema tersebut adalah fokus, objek, dan
sasaran yang akan dikaji. Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian
ini antara lain:
Skripsi I’triadi Fatukaloba (063111045) yang berjudul “Menghafal al-
Quran bagi santri di Pondok Pesantren Anzalal Furqân Kecamatan
Gunungpati Semarang”, Skripsi ini ditulis pada tahun 2010, secara garis besar
di dalam skripsi tersebut dijelaskan bahwa metode menghafal al-Quran bagi
santri di Ponpes Anzalal Furqân Kecamatan Gunungpati Semarang
menggunakan dua Metode, yakni: individual method (Metode menghafal al-
Quran secara individu), dan team method (Metode menghafal al-Quran secara
berkelompok.14
Muhammad Liulin Nuha (0314197), dalam skripsinya yang berjudul
“Metode tahfidz Al-Quran dalam keluarga (studi komparasi keluarga Anwar
Syadad Mangkang Semarang dan Ahsan surodadi Jepara).” Skripsi ini ditulis
pada tahun 2010, Secara garis besar, penelitian menunjukkan bahwa metode
tahfidz al-Quran yang diterapkan H Muhammad Ahsan surodadi Jepara belum
dikatakan optimal. Karena dalam pelaksanaannya, belum menerapkan
berbagai macam metode yang ada (masih terbawa oleh metode menghafal
yang diterapkan ketika orang tua berada dilingkungan pondok pesantren).
14
Itriadi Fatukaloba, Menghafal A-Quran bagi Santri di Pondok Pesantren Anzalal Furqan
Kecamatan Gunung Pati, Skripsi SI, Semarang: IAIN Walisongo Semarang, 2010.
7
Adapun metode tahfidz al-Quran yang diterapkan keluarga Anwar Syadad
lebih optimal karena menggunakan metode dan urutan yang dimulai sejak
anak dalam kandungan (doa, ibadah, membaca al-Quran, zikir), kemudian
metode pada tahap kanak-kanak (permainan, mengeraskan bacaan al-Quran,
menggunakan tape recorder, sima’i) hingga sampai metode pada tahap remaja
yaitu menggunakan (wahdah, kitabah, gabungan, antara wahdah dan kitabah,
talaqqi, tasmi’) dan ditunjang dengan program menghatamkan membaca al-
Quran dalam jangka waktu satu pekan. Hasilnya menunjukkan bahwa metode
yang diterapkan keluarga Anwar Syadad lebih cepat dibanding dengan metode
yang diterapkan keluarga H.Muhammad Ahsan dalam mewujudkan putri-
putrinya menjadi seorang hafidzah. 15
Inayah Alfauziyah (03103100). Pengaruh Penerapan Metode Sorogan
Terhadap Kemampuan Membaca al-Qur’an Anak Usia 6-7 Tahun di Pondok
Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Anak-Anak Kudus.” Secara garis besar Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui penerapan metode sorogan di Pondok Tahfidh
Yanbu’ul Qur’an Anak-anak Kudus, untuk mengetahui kemampuan membaca
al-Qur’an anak usia 6-7 tahun di Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Anak-anak
Kudus, dan untuk mengetahui adakah pengaruh positif antara penerapan
metode sorogan terhadap kemampuan membaca al-Qur’an anak usia 6-7 tahun
di Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Anak-anak Kudus.
Penelitian ini menggunakan metode field research dengan tehnik analisis
regresi sederhana (satu predictor). Subyek penelitian sebanyak 38 responden,
menggunakan penelitian populasi. Pengumpulan data dengan menggunakan
metode observasi, metode angket, tes dan metode dokumentasi.
Kesimpulan dari penelitian ini menyatakan ada pengaruh positif antara
penerapan metode sorogan terhadap kemampuan membaca al-Qur’an anak
usia 6-7 tahun di Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Anak-anak Kudus, yaitu
15
Muhammad Liulin Nuha, Metode Tahfidz Al-Quran dalam keluarga (Studi Komparasi
Keluarga Anwar Syadad Mangkang Semarang dan Ahsan Surodadi Jepara), Skripsi SI,
Semarang: IAIN Walisongo Semarang, 2010.
8
dilihat dari nilai Freg > Ft 5 % dan Freg > Ft 1 %, berarti signifikan dan hipotesis
dapat diterima.
Qomariyah (03104286) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan
Metode Takrir dalam Menghafal Al-Quran 2 juz di SD Islam Terpadu Nurul
Iman Genuk Semarang.” Skripsi ini ditulis pada tahun 2009. Secara garis
besar, menunjukkan bahwa pelaksanaan menghafal al-Quran di SD Islam
Terpadu Nurul Iman Genuk Semarang disesuaikan dengan kemampuan
siswa. Oleh karena itu sekolah menargetkan hafal 2 juz al-Quran, yang
dimulai dari juz 30 dan juz 29 karena kedua juz tersebut mempunyai surat
yang pendek dan mudah dihafal.16
Dari telaah pustaka yang telah dilakukan, penulis hendak mengemukakan
bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang telah ada. Hal
yang membedakan kajian penelitian ini adalah fokus kajian dan tujuan
penelitian. Oleh karena itu, penulis berpendapat bahwa rencana penelitian ini
layak diangkat.
G. Metode Sorogan
5. Pengertian metode sorogan
Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia,
mengajarkan ilmu agama. Dengan berbagai macam metode yang biasa
dipergunakan dalam penyajian dan penyampaian materi pendidikan di
pesantren adalah metode sorogan, wetonan dan hafalan.
Pengertian metode sorogan terdiri dari dua kata, yaitu metode dan
sorogan. Kata “metode” mengandung pengertian suatu jalan yang dilalui
untuk mencapai suatu tujuan. Metode berasal dari dua perkataan yaitu
meta dan hodos berarti. “jalan atau cara.17
”
Zuhairini menjelaskan bahwa metode adalah salah satu komponen
dari proses pendidikan, alat untuk mencapai tujuan yang didukung oleh
16
Qomariah, Penerapan Metode Takrir dalam Menghafal Al-Quran 2 Juz di SD Islam Terpadu
Nurul Iman Genuk Semarang, Skripsi SI, Semarang: IAIN Walisongo Semarang, 2009. 17
M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis Dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 65.
9
alat-alat bantu mengajar, dan merupakan kebulatan dalam sistem
pendidikan.18
Dari sini peneliti menyimpulkan bahwa metode merupakan suatu
cara untuk mencapai suatu tujuan. Tuhan sendiri telah mengajarkan
kepada manusia supaya mementingkan metode. Sebagaimana Firman
Allah SWT pada surat An-Nahl: 125.
�� �� �� �� � � � �� � �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��� � �� � �� !� �" �� �# �$ �� �% �� �&
' �� !( �� !� �� �# ��
�� �� �) � �� �� �& �* !� �� �& � �� � �) �+ �� �# �� �� �� �) � �� �� �� �� �" �, �- �& )���� :012(
Ayat di atas menyuruh supaya manusia dalam menyampaikan
ajaran Tuhan, dengan cara-cara yang bijaksana, sesuai antara bahan dan
orang yang akan menerimanya dengan mempergunakan faktor-faktor yang
akan dapat membantu supaya ajarannya itu dapat diterima.19
Metode dalam rangkaian sistem pengajaran, telah menempatkan
urutan setelah meteri yang akan di ajarkan atau di sampaikan oleh guru
atau ustadz dalam penyampaian materi, seorang guru harus mampu
memilih metode dengan tepat dan menggunakannya dengan baik,sehingga
memiliki peran besar terhadap hasil pendidikan dan pengajarannya.
Sedangkan pengertian sorogan menurut beberapa ahli, sebagai
berikut:
Abuddin Nata mengemukakan Istilah sorogan berasal dari kata
Sorog (Jawa) yang berarti menyodorkan kitab ke depan kyai atau
asistennya.20
Armai Arif telah mengutip pendapat dari Mastuhu dalam Pengantar
Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Mastuhu menjelaskan bahwa
sorogan artinya belajar secara individu di mana seorang santri berhadapan
dengan seorang guru atau kyai, terjadi interaksi saling mengenal di antara
18
Zuhairini,dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Malang: Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah
IAIN Sunan Ampel, 1981), hlm. 68. 19
Muhammad Zein, Methodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: Ak Group, 1995), hlm. 11. 20
Abuddin Nata, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-lembaga Pendidikan
Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Grasindo, 2001), hlm. 108.
10
keduannya. Sedangkan menurut wahyu Utomo,yamg dikutip A.Arif
mengatakan metode Sorogan adalah sebuah sistem belajar dimana santri
maju satu persatu untuk menbaca dan menguraikan isi kitab atau al-Quran
di hadapan seorang guru atau kyai.21
Hasbullah menyebut sorogan sebagai cara mengajar per kepala,
yaitu setiap santri mendapat kesempatan tersendiri untuk memperoleh
pelajaran secara langsung dari kyai.22
Penulis menyimpulkan bahwa metode sorogan dengan cara para
santri maju satu persatu untuk menyodorkan kitabnya dan berhadapan
langsung dengan seorang guru atau kyai dan terjadi interaksi di antara
keduanya dalam proses pengajarannya. Dalam metode sorogan terdapat
pembelajaran secara individual, interaksi pembelajaran, bimbingan
pembelajaran, dan didukung keaktifan santri.
6. Dasar dan Tujuan
Pengajaran individual merupakan cara penyampaian materi yang
didasari atas peristiwa yang terjadi ketika Rasulullah saw ataupun Nabi
lainnya menerima ajaran dari Allah swt. Melalui malaikat Jibril, mereka
langsung bertemu satu persatu, yaitu antara malaikat Jibril dan para nabi
tersebut.23
Pada jaman Rasulullah saw dan para sahabat, pengajaran
individual dikenal dengan metode belajar kuttab, sampai muncul istilah
sorogan yang dijadikan sebagai salah satu metode pengajaran di pondok
pesantren.
Metode sorogan merupakan konsekuensi logis dari layanan yang
sebesar-besarnya pada santri. Berbagai usaha pembaharuan dewasa ini
dilakukan justru mengarah pada layanan secara individual kepada peserta
didik. Metode sorogan justru mengutamakan kematangan dan perhatian
21
Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,
2002), hlm. 150. 22
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan
Perkembangannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), Cet.1, hlm. 145. 23
Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,
2002), hlm. 151
11
serta kecakapan seseorang.24
Karena melihat tujuan metode sorogan
sendiri adalah untuk mengarahkan anak didik pada pemahaman materi
pokok dan juga tujuan kedekatan Relasi anak didik dan guru.
Di samping itu dengan metode sorogan seorang guru dapat
memanfaatkannya untuk menyelami gejolak jiwa atau problem-problem
yang dihadapi masing-masing santrinya, terutama yang berpotensi
mengganggu proses penyerapan pengetahuan mereka. Kemudian dari
penyelaman ini guru dapat memilih strategi apa yang diperlukan untuk
memberikan solusi bagi santrinya.
7. Kelebihan dan Kekurangan Metode Sorogan
Seperti halnya metode-metode pembelajaran yang lain, metode
sorogan ini juga mempunyai kelebihan maupun kekurangan. Armai Arif
menyebutkan beberapa kelebihan yang dimiliki metode sorogan ini
adalah:
a. terjadi hubungan yang erat dan harmonis antara guru/kiai dan santri;
b. memungkinkan bagi seorang guru untuk mengawasi, menilai dan
membimbing secara maksimal kemampuan seorang santri;
c. santri mendapatkan penjelasan langsung dari guru;
d. guru dapat mengetahui kualitas yang telah dicapai santrinya; dan
e. santri yang aktif dan yang mempunyai IQ yang tinggi akan lebih cepat
menyelesaikan materi pembelajarannya dibanding dengan yang
rendah akan membutuhkan waktu yang lebih lama.25
Sedangkan kelemahan metode sorogan Armai Arif menemukan
beberapa kekurangan di antaranya adalah:
a. metode sorogan kurang efisien, disebabkan hanya menghadapi
beberapa santri saja;
b. membuat santri cepat bosan karena metode ini menuntut kesabaran,
kerajinan, ketaatan, dan disiplin pribadi; dan
24
Mujamil Qomar, Pesantren: Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi.,
hlm. 145 25
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,
2002), hlm. 152.
12
c. santri kadang hanya menangkap kesan verbalisme semata terutama
mereka yang tidak mengerti terjemahan dari bahasa tertentu.26
8. Penerapan Metode Sorogan
Dalam penerapan metode sorogan mau tidak mau harus terjadi
interaksi antara dua individu, yakni guru atau kyai dan santri. Interaksi dari
keduanya dapat terjadi jika guru membaca atau berbicara sedang santri
mendengarkan atau menyimak; ataupun santri membaca atau berbicara
sedang guruatau kyai mendengar atau menyimak.
Dari interaksi tersebut di atas kemudian diterapkan dalam
menghafal ayat-ayat al-Quran yang nantinya melibatkan antara guru atau
kyai dan santri di lokasi pondok pesantren yang akan peneliti kaji.
Hasbullah dalam bukunya Kapita Selekta Pendidikan Islam
menggambarkan bahwa pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan
metode sorogan ini, santri bersama-sama mendatangi guru atau kyai,
kemudian mereka antri dan menunggu giliran masing-masing.27
Dari
gambaran tersebut dapat diketahui bahwa metode sorogan membutuhkan
keaktifan santri. Jika dikaitkan dengan kajian yang akan peneliti ambil,
para santri menghafal ayat-ayat al-Quran di hadapan guru atau kyai,
namun sebelum hal itu dilakukan sudah tentu santri harus mempersiapkan
terlebih dahulu hafalan yang akan disetorkan. Lebih siap dalam menghafal,
maka akan lebih lancar di hadapan guru atau kyai.
Di lain pihak, Zamakhsyari Dhofier berpendapat bahwa metode
sorogan ini merupakan bagian yang paling sulit dari keseluruhan metode
pendidikan Islam tradisional, sebab sistem ini menuntut kesabaran,
kerajinan, ketaatan, dan disiplin pribadi santri.28
Nampaknya pendapat ini
terlalu berlebihan jika dinyatakan bahwa metode sorogan paling sulit dari
sekian banyak metode pendidikan yang ditawarkan kepada santri dalam
26
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,
2002), hlm. 152. 27
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 50 28
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta:
LP3ES, 1982), hlm. 108
13
pendidikan tradisional Islam, karena bukan hanya santri saja yang
seharusnya berperan aktif, tetapi juga guru atau kyai harus berperan aktif
juga. Sehingga akan diperoleh hasil yang optimal terhadap apa saja bidang
yang menggunakan metode sorogan ini.
H. Menghafal Al-Quran
1. Pengertian Menghafal Al-Quran
a. Landasan menghafal al-Quran
Menghafal al-Quran memiliki landasan yang cukup kuat dan tidak
bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, yaitu landasan agama.
Al-Quran dikenal oleh manusia dari berbagai ciri dan sifatnya.
Salah satu ciri dan sifat al-Quran adalah dijamin keasliannya dan
kemurniannya oleh Allah SWT. Sifat ini tidak dimiliki oleh kitab-kitab
suci sebelumnya. Kemurniannya senantiasa terjaga sejak
diturunkannya kepada nabi Muhammad SAW, sekarang dan sampai
hari kiamat kelak. Hal ini terjadi karena dalam lafal-lafal al-Quran,
redaksi maupun ayat-ayatnya mengandung makna keindahan,
kenikmatan, dan kemudahan. Hal ini memudahkan bagi orang yang
bersungguh-sungguh untuk menghafal dan menyimpan al-Quran
dalam hatinya.29
Allah SWT. Berfirman dalam Qs.Al-Hijr ayat 9:
�(�����4���� �+� �!5�6�� �7 �8�9� ����!:�;5 �& ���5 �!5�6) 7<�� :=(
“Sesungguhnya kamilah yang menurunkan al-Quran dan kami
benar-benar memeliharanya.”30
Ayat diatas meyakinkan kepada orang-
orang yang beriman akan kemurnian al-Quran. Bukan berarti umat
Islam terlepas dari tanggung jawab dan kwajiban untuk memelihara
kemurniannya dari upanya pemalsuan ayat-ayat al-Quran.31
29
Yusuf Qardhawi, Menghafal Al-quran, terj. Nn., (t.tp., KONSIS Media, tt.), pdf, hlm.2. 30
R.A.H Soenarjo, Al-quran dan Terjemahnya, (Jakarta: Departemem Agama RI,1971),
hlm.391 31
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis menghafal Al-Quran, (Jakarta Bumi Aksara, 2005),
cet. 3, hlm. 1.
14
Quraish Shihab memaparkan dalam Tafsir al-Misbah, bahwa ayat
ini merupakan dorongan kepada orang-orang kafir untuk mempercayai
al-Qur'an sekaligus memutus harapan mereka untuk dapat
mempertahankan keyakinan sesat mereka. Betapa tidak, al-Qur'an dan
nilai-nilainya tidak akan punah tetapi akan bertahan. Itu berarti bahwa
kepercayaan yang bertentangan dengannya, pada akhirnya — cepat
atau lambat — pasti akan dikalahkan oleh ajaran al-Qur'an. Dengan
demikian, tidak ada gunanya meteka memeranginya dan tidak berguna
pula mempertahankan kesesatan mereka.32
Oleh karena itu, menghafal al-Quran menjadi sangat penting bagi
umat islam dengan empat alasan.33
1) Al-Quran diturunkan, diterima dan diajarkan oleh Rasulullah saw
secara hafalan sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya Qs. Asy-
Syu’araa ayat 192-193.
…çµ ¯ΡÎ)uρ ã≅ƒÍ”∴tGs9 Éb>u‘ t ÏΗs>≈ yè ø9 $# ∩⊇⊄∪ tΑt“tΡ ÏµÎ/ ßyρ”�9 $# ß ÏΒF{ $# ∩⊇⊂∪
yang artinya: “Dan sesungguhnya al-Quran ini benar-benar
diturunkan oleh tuhan semesta alam. Dia dibawa turun oleh al-
Ruh al-amin (jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu
menjadi salah seorang diantara orang-orang memberi peringatan
dengan bahasa arab yang jelas.”
Kata ( ����� ) tanzil terambil dan kata ( ���� ) nazzala yang
berarti menurunkan. Kata "turun" dapat berkaitan dengan hal yang
bersifat material, dan ketika itu ia bermakna "pemindahan dari
tempat yang tinggi ke tempat yang rendah", dan dapat juga
menyangkut immaterial, dan kctika itu ia bermakna "pemindahan
dari sumber yang ringgi ke arah bawahnya". Al-Qur'an diturunkan
32
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 7, hlm. 97. 33
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis menghafal Al-Quran, (Jakarta Bumi Aksara, 2005),
cet. 3, hlm. 22-23.
15
dari "langit" atau dan Allah swt. kepada manusia. Penurunan
dimaksud adalah penampakannya dari alam gaib atau alam ruhani
ke alam nyata/duniawi yang bersifat material. Kata (�����) tanzil
biasa digunakan dalam arti turun sedikit demi sedikit, tahap demi
tahap.34
Malaikat Jibril dinamai ar-Ruh al-Amin adalah yang
berfungsi mengantar wahyu-whyu ilahi kepada manusia-manusia
pilihan Allah. Agaknya penamaan itu, untuk mengisyaratkan
bahwa kalam Ilahi itu adalah sesuatu yang menghidupkan ruhani
sebagaimana halnya dengan nyawa yang menghidupkan jasmani.
Sedang penyifatan malaikat suci itu dengan al-Amin untuk
menyatakan bahwa ia sangat tepercaya oleh Allah swt.35
2) Hikmah diturunkannya al-Quran secara berangsur-angsur
merupakan isyarat dan dorongan kepada umat islam untuk
menghafalkannya. Mereka harus menjadikan Rasulullah Saw
sebagai figur yang dipersiapkan oleh Allah SWT untuk menerima
wahyu secara hafalan. Beliau adalah teladan bagi umatnya,
Sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Qamar ayat 17;
ô‰s)s9 uρ $ tΡ÷�œ£o„ tβ#uö� à)ø9 $# Ì� ø.Ïe%#Ï9 ö≅yγ sù ÏΒ 9� Ï.£‰•Β ∩⊇∠∪
“Dan sesungguhnya telah kami mempermudah al-Quran (bagi
manusia) untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil
pelajaran (daripadanya)?”
Uraian ayat-ayat yang lalu merupakan bagian dari ayat al-
Qur'an yang diturunkan Allah swt. kepada umat manusia. Uraian
tersebut pada hakikatnya sangat berguna bagi mereka yang ingin
mendapat pelajaran serta sangat mudah dicerna oleh siapa pun
yang memberi perhatian - walau tidak terlalu banyak. Hakikat itu
34
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 10, hlm. 134. 35
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 10, hlm. 134.
16
diungkap oleh Allah swt. melalui ayat di atas dengan menyatakan:
Dan sungguh Kami bersumpah bahwa Kami telah mempermudah
al-Qur'an untuk menjadi pelajaran, maka adakah yang akan
bersungguh-sungguh mengambil pelajaran sehingga Allah
melimpahkan karunia dun membantunya memahami kitab suci itu?
Quraish Shihab menyatakan bahwa Allah swt.
mempermudah pemahaman al-Qur'an dengan cara menurunkannya
sedikit demi sedikit, mengulang-ulangi uraiannya, memberikan
serangkaian contoh dan perumpamaan menyangkut hal-hal yang
abstrak dengan sesuatu yang kasat indrawi melalui pemilihan
bahasa yang paling kaya kosakatanya serta mudah diucapkan dan
dipahami, populer, terasa indah oleh kalbu yang mendengarnya
lagi sesuai dengan nalar fitrah manusia agar tidak timbul kerancuan
dalam memahami pesannya.36
3) Aplikasi dari al-Quran surat al-Hijr ayat 9 diatas Allah-lah yang
menjamin pemeliharaan terhadap kemurnian al-Quran. Namun,
tugas operasional secara nyata dalakukan oleh umat islam sebagai
wujud dan rasa tanggung jawab pemiliknya.
4) Menghafal al-Quran hukumnya fardu kifayah. Fardhu kifayah
adalah suatu kewajiban yang dituntut oleh syar’i dari keseluruhan
para mukallaf (yang diberi tanggung jawab), bukan masing-masing
individu dari mereka. Apabila sebagian dari para mukallaf telah
melaksanakannya maka kewajiban tersebut telah dilaksanakan dan
dosa serta kesulitan telah gugur dari yang lainnya. Apabila tiap-
tiap individu dari para mukallaf tidak melaksanakannya maka
mereka swmua berdosa karena tidak memperhatikan kewajiban
tersebut.37
Dalam konteks kajian penelitian ini, penghafal al-Quran
36
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 13, hlm. 463. 37
Abdul Wahab Khallaf, Ilmi Ushul Fiqh, terj. Muhammad Zuhri dan Ahmad Qorib,
Semarang: Dina Utama Semarang, 1994, hlm.156
17
tidak boleh kurang dari jumlah mutawattir38
. Sehingga tidak ada
kemungkinan terjadi pemalsuan dan pengubahan terhadap ayat-
ayat suci al-Quran.
Menurut penulis, berdasarkan empat alasan diatas maka menghafal
al-Quran hukumnya fardhu kifayah.39
Bagi umat islam. Mereka harus
memelihara dan merawat kesucian ayat-ayat suci al-Quran, baik
dengan ingatan dan terlebih lagi dengan perilakunya.
b. Keutamaan menghafal al-Quran
Menghafal al-Quran memiliki keutamaan yang sangat banyak.
Badrun bin Nasir Al-Badri menerangkan sebagai berikut:40
1) Penghafal al-Quran menjadi manusia yang terbaik.41
Hujjaj bin Minhal telah menyampaikan kepada kami, Syu’bah
telah menyampaikan kepada kami, dia berkata, al-Qamah bin
Mursad telah mengabarkan kepada saya, dia berkata, saya telah
mendengar Sa’d bin U’baidah, dari Abdurrahman As-sulami, dari
Usman ra. Berkata, Nabi SAW. Telah bersabda,” sebaik-baik kamu
adalah orang yang mempelajari al-Quran kemudian
mengajarkannya.
2) Penghafalal-Quran mendapat kenikmatan yang tiada bandingnya.
Ali bin Ibrahim telah menyampaikan kepada kami, dia berkata,
Rauh telah menyampaikan kepada kami, dia berkata, su’bah telah
38
Mutawatir adalah derajat suatu berita (al-Quran) yang tidak membutuhkan syarat-syarat
hadis shahih karena tidak dipercaya keabsahannya dari pada hadis shahih. (A. Hasan, terjemah
Bulughul Maram, Bandung: CV Diponegoro, 2002, cet. 26, hlm.10). Namun Mutawatir memiliki
empat syarat: pertama, perawinya harus tsiqah (terpercaya), mengerti terhadap apa yang
dikabarkan dan menyampaikannya dengan kalimat pasti. Kedua, sandaran penyampaian kepada
sesuatu yang konkrit, meliputi penyaksian atau penglihatan langsung, seperti., “saya mendengar,
kami mendengar, saya melihat dan kami melihat.” Ketiga, jumlah perawi banyak sehinnga
mustahil ada kesepakatan diantara mereka untuk berdusta. Keempat, jumlah perawi minimal 10
orang dan mereka tetap pada pendiriannya dari awal sanad hingga akhir sanad. (Mahmud Tahan,
Kitab Tafsir Mustalah Al-Hadist, terj. Nn., t.tp.:tp.,,tt., hlm.31). 39
Abdul Wahab Khallaf, Ilmi Ushul Fiqh, terj. Muhammad Zuhri dan Ahmad Qorib,
Semarang: Dina Utama Semarang, 1994, hlm.156 40
Badrun bin Nasir Al-Badri, Keutamaan Membaca dan Menghafal al-Quran, terj.
Muhammad Iqbal A. Ghazali, (Indonesia: Maktub Dakwah dan Bimbingan Jaliyat Rabwah, 2010,
hlm. 4-6) 41
Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah Al-Bukhari, Al-Jami’ Al-
Musnad As-Sahih Al-Mukhtasar, Jilid VI, Beirut: Dar Tauq An-Najah, 1422, hlm.191-192.
18
menyampaikan kepada kami, dari Sulaiman, dia berkata, saya telah
mendengar dari Dukwan, dari Abi Hurairah ra. Berkata,
bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda,” tidak boleh
menginginkan sesuatu yang dimiliki oleh orang yang lain kecuali
dua hal: yaitu orang yang diberi oleh Allah SWT keahlian dalam
al-Quran maka dia melaksanakannya (mengamalkannya) pada
malam dan siang. Dan seseorang yang diberi harta oleh Allah
kemudian ia menginfakkannya sepanjang siang dan malam.”42
3) Penghafal al-Quran mendapat syafaatnya dihari kiamat.
Hasan bin Ali Al-Huluwan telah menyampaikan kepada saya,
Abu Taubah telah menyampaikan kepada kami, Mu’awiyah telah
menyampaikam kepada kami, dari Zaid, bahwasanya dia telah
mendengar Aba Salamah berkata, Abu Umamah Al-Bahili ra.
Telah menyampaikan kepada kami, Rasulullah SAW telah
bersabda,” bacalal al-Quran, sesnnguhnya dia akan datang pada
hari kiamat untuk memberi pertolongan kepada ahlinya (orang
yang membaca, menghafal dan mengamalkannya”) 43
4) Penghafal al-Quran mendapat pahala berlipat ganda.
Muhammad bin Basyar teleh menyampaikan kepada kami,
Abu Bakar Al-Hanafi telah menyampaikan kepada kami, Ad-
Dahah bin Usman telah menyampaikan kepada kami, dari ayub bin
musa,dia berkata saya telah mendengar muhammad bin ka’ab Al-
Qorzai dia berkata,saya telah mendengar Abdullah bin mas’ud ra.
Dia berkata, Rasulullah SAW. telah bersabda,”Barang siapa yang
membaca satu huruf dari Al-Qur’an maka untuknya satu kebaikan
dan satu satu kebaikan yang dilipatgandakan menjadi 10 kebaikan.
42
Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah Al-Bukhari, Al-Jami’ Al-
Musnad As-Sahih Al-Mukhtasar, Jilid VI, Beirut: Dar Tauq An-Najah, 1422, hlm.191 43
Muslim bin Al-Hujaj Abu Al-Husain Al-Qusyairi An-Naisaburi, Shahih Muslim. Jilid 1,
Beirut: Dar Ihya At-Turas Al- Arabi, tt., hlm. 553
19
Saya tidak mengatakan alif lam mim satu huruf tetapi alif satu
huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.” 44
5) Penghafal al-Quran dikumpulkan bersama para malaikat.
Dari Aisyah ra. Berkata, Rasulullah SAW. Bersabda,”Orang
yang membaca Al-Qur’an dan dia mahir dalam membacanya maka
dia dikumpulkan bersama malaikat yang mulia lagi berbakti.
Sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an dan dia massih
terbata-bata dan merasa berat dalam membacanya maka dia
mendapat dua pahala.” 45
6) Penghafal al-Quran adalah keluarga Allah SWT.46
Sebagaimana
diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
Imam ahmad berkata, Abdullah telah menyampaikan kepada
kami, dari bapaknya, dari Abu Ubaidah Al-Hadad dari
Abdurrahman bin Badil bin Maisaroh, Ia berkata, Bapakku telah
menceritakan kepadaku dari Anas, dia berkata, Rasulullah SAW.
telah bersabda,” sesungguhnya Allah itu mempunyai keluarga yang
terdiri dari manusia.” Kata An-Nas selanjutnya,” lalu Rasullah
SAW ditanya,” siapakah mereka itu wahai Rasulullah?” beliau
menjawab, “ya ahli Al-Qur’an (orang yang membaca atau
menghafal Al-Quran dan mengamalkan isinya). Mereka adalah
keluarga Allah dan orang-orang yang istimewa bagi Allah.”47
7) Penghafal al-Quran adalah manusia pilihan Allah SWT untuk
menerima warisan kitab suci tersebut.48
Allah SWT menerangkannya dalam Qs. Fatir ayat 32.
Kemudian kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang kami
44
Muhammad bin Isa Abu Isa Al-tirmidzi As-Salami, Al-Jami As-Shahih Sunan At-Tirmidzi,
jilid 2, Beirut: Dar Ihya At-Turas Al-Arabi, tt., hlm.175 45
Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah Al-Bukhari, Al-Jami’ Al-
Musnad As-Sahih Al-Mukhtasar, Jilid VI, Beirut: Dar Tauq An-Najah, 1422, hlm.166 46
Ali Mustafa Yaqub, Nasihat Nabi kepada Pembaca dan Penghafal Al-Qur’an (Jakarta: Gema
Insani Press, 2001), cet.10, hlm. 29. 47
Ahmad bin Hambal Abu Abdillah Syaibani, Musnad Al-Imam Ahmad bin Hambal, Jilid III,
Kairo: Mu’assasah Qurtubah, tt., hlm. 127. 48
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Quran, (Jakarta Bumi Aksara, 2005),
cet. 3, hlm.26
20
pilih diantara hamba-hamba kami, lalu diantara mereka ada yang
menganiaya diri mereka sendiri, dan diantara mereka ada yang
pertengahan, dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu
berbuat kebaikan dengan izin Allah yang demikian itu adalah
karunia yang amat besar.49
8) Menghafal al-Quran adalah ibadah yng paling utama dan jamuan
kepada kekasihnya.50
Allah SWT menerangkannya dalam Qs. fatir
ayat 29.
Sesunggunya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah
dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rizki yang
kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-
terang, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan
merugi.51
2. Dasar dan tujuan pendidikan menghafal Al-Quran
Dasar yang dijadikan sebagai landasan untuk menghafal al-Quran
disebut sebagai nash al-Quran, al-Hadist dan pendapat para ulama.
Adapaun Dasar dari nash al-Quran adalah:
a. Surat al-Hijr ayat 9
$ ¯ΡÎ) ß øtwΥ $ uΖø9 ¨“tΡ t� ø.Ïe%!$# $̄ΡÎ)uρ … çµ s9 tβθ ÝàÏ�≈ ptm: ) 7<�� :=(
“Sesungguhnya kamilah yang menurunkan al-Quran dan kami benar-
benar memeliharanya.”
Seperti pemaparan pada landasan menghafal al-Qur’an di atas,
Quraish Shihab memaparkan dalam Tafsir al-Misbah, bahwa ayat ini
merupakan dorongan kepada orang-orang kafir untuk mempercayai al-
49
R.A.H. Soenarjo, dkk, op.cit., hlm 700-701 50
Ahmad Salim Badwilan, Seni menghafal Al-Quran, Resep Manjur Menghafal Al-Quran
yang Telah Terbukti Keampuhannya, terj. Abu Hudzaifah (t.tp., Wacana Ilmiah Press, 2008), cet.
1, hlm. 264-266. 51
R.A.H. Soenarjo, dkk, op.cit., hlm. 700
21
Qur'an sekaligus memutus harapan mereka untuk dapat
mempertahankan keyakinan sesat mereka.52
b. Surat al-Qamar ayat 17.
ô‰s)s9 uρ $ tΡ÷�œ£o„ tβ#uö� à)ø9 $# Ì� ø.Ïe%#Ï9 ö≅yγ sù ÏΒ 9� Ï.£‰•Β ) 7�>�:?1(
“Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Quran untuk pelajaran,
Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?”
c. Surat ar-Rahman ayat 2
zΝ̄=tæ tβ#u ö�à)ø9 $# ) 7�&�% :1(
“Yang telah mengajarkan Al Quran.”
Secara etimologi, Quraish Shihab menjelaskan bahwa patron kata
(��) ‘allama / mengajarkan memerlukan dua objek. Banyak ulama
yang menyebut objeknya adalah kata al-insan (manusia) yang
diisyaratkan oleh ayat berikutnya.
Sedangkan Al-Qur’an adalah firman-firman Allah yang
disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw.
dengan lafal dan maknanya yang beribadah siapa yang membacanya,
dan menjadi bukti kebenaran mukjizat Nabi Muhammad saw. Kata
(� ����) al-Qur'an dapat dipahami sebagai keseluruhan ayat-ayatnya
yang enam ribu lebih itu, dan dapat juga digunakan untuk menunjuk
walau satu ayat saja atau bagian dari satu ayat.53
d. Surat al-Muzzammil ayat 4
... È≅Ïo?u‘uρ tβ#u ö� à)ø9 $# ¸ξ‹Ï?ö� s? )��@:� :A(
52
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 7, hlm. 97. 53
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 13, hlm. 493.
22
“... dan bacalah Al-Quran itu dengan perlahan-lahan.”
Dalam Tafsir al-Mishbah, disebutkan bahwa kata (�����) rattil dan
(�����) tartil terambil dari kata (���) ratala yang antara lain berarti
serasi dan indah. Kamus-kamus bahasa merumuskan bahwa segala
sesuatu yang baik dan indah dinamai ratl seperti gigi yang putih dan
tersusun rapi, demikian pula benteng yang kuat dan kokoh. Ucapan-
ucapan yang disusun secara rapi dan diucapkan dengan baik dan benar
dilukiskan dengan kata-kata Tartil al-Kalam.54
Sehingga Tartil al-Qur'an adalah: "Membacanya dengan perlahan-
lahan sambil memperjelas huruf-huruf berhenti dan memulai (Ibtida'),
sehingga pembaca dan pendengarnya dapat memahami dan
menghayati kandungan pesan-pesannya".55
e. Surat al-Qiyamah ayat 17-19
¨βÎ) $ uΖøŠn=tã … çµyè ÷Ηsd …çµ tΡ#u ö� è%uρ #sŒ Î* sù çµ≈tΡù& t� s% ôìÎ7 ¨?$$ sù … çµtΡ#u ö� è% §ΝèO ¨βÎ) $ uΖøŠn=tã …çµ tΡ$ uŠt/
)>��@� :0B C0=(
“Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di
dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah
selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian,
Sesungguhnya atas tanggungan kamilah penjelasannya.”
Banyak ulama berpendapat bahwa ayat ini adalah sisipan yang
turun spontan saat Nabi Muhammad saw. menerima wahyu al-Qur'an
melalui malaikut Jibril as. Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan
asbab nuzulnya bahwa apabila wahyu al-Qur'an turun, Nabi saw.
menggerakkan lidahnya untuk menghafal wahyu al-Qur'an itu - karena
takut jangan sampai ada yang luput dari beliau, atau karena keinginan
54
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 14, hlm. 516. 55
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 14, hlm. 516.
23
beliau yang meluap untuk menghafalnya. Keadaan ini sangat
menyulitkan beliau. Maka turunlah ayat-ayat di atas. Maksudnya, Nabi
biasa menyempurnakan satu kata yang belum sempurna diucapkan
oleb Jibril as. Misalnya seorang belum lagi selesai mengucapkan kata
kemarin - baru sampai "kema", yang mendengarnya langsung
menambahkan sendiri kaca "rin".56
Quraish Shihab menambahkan, bila malaikat Jibril as. datang
menyampaikan wahyu, behau menggerakkan lidahnya agar dapat
mengikuti dan segera menghafal wahyu itu serta agar tidak luput
sesuatu pun darinya. Itulah yang behau lakukan padahal sebelum ini
telah dinyatakan oleh ayat yang lalu tidak bergunanya dalih seseorang,
sedang ketergesaan merupakan salah satu bentuk dalih. Di samping itu
manusia sering kali dikecam akibat ketergesaan dan keinginan meraih
kenikmatan duniawi yang cepat perolehan serta cepat pula hilangnya.
Sebagai natijah dari mukadimah di atas, Allah berfirman melarang
ketergesaan itu agar beliau tidak cenderung kepada ketergesaan dan
tidak terjerumus dalam pelanggaran.57
Ayat di atas bagaikan menyatakan: Janganlah engkau wahai Nabi
Muhammad menggerakkan dengannya yakni menyangkut al-Qur'an
lidahmu untuk membacanya sebelum malaikat Jibril selesai
membacakannya kepadamu karena engkau hendak mempercepat
menguasai bacaan-nya takut jangan sampat engkau tidak
menghafalnya atau melupakan salah satu bagian darinya.
Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah pengumpulannya sehingga
sempurna ucapan katanya tanpa harus mendahului Jibril dalam
pengucapannya atau pengumpulannya di dalam dadamu dan engkau
mampu menghafalnya tanpa bersusah payah dan atas tanggungan
56
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 14, hlm. 631. 57
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 14, hlm. 631.
24
Kami pula pembacaannya sehingga engkau pandai dan lancar
membacanya.58
Sedangkan tujuan menghafal al-Quran adalah:
a. Merasakan keagungan al-Quran.
Al-Quran merupakan wahyu Allah SWT yang apabila dibaca akan
mendapat pahala.59
Ini menjadi bukti yang kuat tentang keagungan al-
Quran calon tahfidz al-Quran hendaknya menyadari betul bahwa apa
yang akan dihafalkannya adalah sesuatu yang mulia. Kemuliaan al-
Quran tidak hanya diakui oleh kaum muslimin saja, Akan tetapi
semua manusia mengakuinya.
Kesadaran akan al-Quran hendaknya dapat menjadi pemicu bagi
calon tahfidz dalam menghafal al-Quran secara sungguh-sungguh
tertanam dalam hati kemantapan serta optimisme yang tinggi untuk
mendapatkan titel al-hamil yang benar.
b. Memiliki ihtimam (perhatian) terhadap al-Quran
Al-Quran sebanyak 30 juz yang pada proses pewahyuannya tidak
secara langsung, menandakan bahwa al-Quran cukup sulit untuk
dihafalkan, sukses menjadi hamil al-Quran bukanlah hal yang mudah
tapi memerlukan perhatian yang khusus terhadap al-Quran
Adapun ciri orang yang memiliki ihtimam (perhatian) terhadap al-
Quran antara lain: 1) Membaca al-Quran 1 juz tiap hari 2) senang
mengikuti acara hifd al-Quran, 3) Senang mendengarkan bacaan al-
Quran.60
c. Membina dan megembangkan serta meningkatkan jumlah para
penghafal al-Quran, baik kualitas maupun kuantitasnya, dan mencetak
58
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 14, hlm. 632. 59
Ahsin W. Al-Khafidz, Bimbingan Praktis menghafal Al-Quran, (Jakarta: Bumi Aksara
1994), hlm. 1. 60
Miftah, dkk, Al-Quran Sumber Hukum Islam, Juz I, (Bandung: Pustaka, 1989), hlm.19
25
kader-kader muslimin yang hafal al-Quran, memahami dan mendalami
isinya, serta berpengetahuan luas dan berakhlakul karimah.61
d. Melestarikan kemurnian al-Quran dari segi bacaannya yang benar
sesuai dengan perintah AllahSWT dan Rasulnya.
e. Menyebarluaskan ilmu membaca al-Quran, karena mengajar al-Quran
adalah kewajiban suci lagi mulia.
3. Faktor-faktor dalam menghafal al-Quran.
Seseorang yang ingin berhasil dalam menghafal al-Quran harus
memperhatikan faktor-faktor yang mendukung, diantaranya ialah:
a. Usia yang cocok (ideal)
Sebenarnya tidak ada batasan usia tertentu secara mutlak untuk
memulai menghafal al-Quran, akan tetapi tingkat usia seseorang
berpengaruh terhadap keberhasilan menghafal al-Quran. Seseorang
penghafal yang berusia lebih muda akan lebih potensial daya serapnya
terhadap materi-materi yang dibaca, dihafal atau didengar ketimbang
dengan mereka yang berusia lanjut, meskipun tidak mutlak. Dalam hal
ini, ternyata usia dini atau anak-anak mempunyai daya rekam yang
kuat terhadap sesuatu yang dilihat, didengar atau dihafal. Karena usia
yang relatif muda belum banyak terbebani oleh problema hidup yang
memberatkan sehingga ia akan lebih cepat menciptakan konsentrasi
untuk mencapai sesuatu yang diiginkannya, maka usia yang ideal
untuk menghafal adalah berkisar antara 6-21 tahun. Namun, bagi anak-
anak usia dini yang diproyeksikan untuk menghafal al-Quran tidak
boleh dipaksakan di luar batas kemampuan psikologis. Pepatah Arab
mengatakan:
�� !;" �D E) � �4 �F� � �G ��� �8 !;�� �> �H �� � �) �� � �� �< �7 �� !;"� �D E) � �4 �� � �� �� �7 �8 !;�� �> �H �� � �) �� � �� �I�
“Belajar di waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu, sedang belajar
pada usia sesudah dewasa bagaikan mengukir di atas air.62
61
Muhaimin Zen, Pedoman Pembinaan Tahfidzul Quran, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1983),
hlm. 26. 62
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis menghafal Al-Quran, (Jakarta: Bumi Aksara 1994),
hlm. 56-57.
26
Disebut juga dalam buku psikologi perkembangan, bahwa
anak-anak yang berumur 6-7 tahun dianggap matang untuk belajar di
sekolah dasar, jika:
1) Kondisi jasmani yang cukup sehat dan kuat untuk melakukan tugas
di sekolah.
2) Ada keinginan belajar
3) Perkembangan perasaan sosial telah memadai
4) Syarat-syarat lain:
- Fungsi jiwa (daya ingat, cara berfikir, daya pendengaran sudah
berkembang yang diperlukan untuk belajar membaca)
- Anak telah memperoleh cukup pengalaman dari rumah untuk
dipergunakan sebagai dasar bagi pelajaran permulaan, karena
pada apa yang telah diketahui oleh anak.63
b. Pengaturan waktu dan pembatasan.
Pengaturan waktu dan pembatasan pelajaran adalah merupakan
faktor terpenting untuk menghafal al-Quran. Pengaturan waktu dan
pembagiannya sehingga menjadi satuan yang tepat, umpamanya ada
jam-jam pagi dan siang, akan memperoleh hasil yang optimal. Fungsi
terpenting yang dapat dirasakan dari pembagian waktu, adalah
memperbarui semangat dan kemauan, meniadakan kejemuan dan
kebosanan, membiasakan syiar-syiar yang lembut, mengupayakan
adanya kesungguhan, mengurangi senda gurau, perangkat ini adalah
merupakan ciri-ciri muslim yang paling mendalam.64
Dalam kaitannya dengan upanya menghafal al-Quran tampak
adanya tanda-tanda pentingnya pembagian waktu, di antaranya:
1) Untuk menghafal al-Quran sebaiknya kita memilih waktu yang
paling tepat. Di antaranya penghafal al-Quran ada yang menghafal
63
Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008) cet. IV, hlm.
166 64
Abdurrab Nawabuddin, Teknik Menghafal Al-Quran, (Bandung: Al-Gensindo,1991), hlm.
39-40.
27
al-Quran secara khusus, yakni tidak ada kesibukan lain kecuali
menghafal al-Quran saja. Bagi mereka yang tidak mempunyai
kesibukan lain dapat mengoptimalkan seluruh waktu dan
memaksimalkan seluruh kapasitas waktu menghafal dan akan
lebih cepat selesai. Sebaliknya bagi mereka yang mempunyai
kesibukan lain harus pandai-pandai memanfaatkan waktu.
Di antara waktu yang paling tepat adalah:65
a) Waktu sebelum terbit fajar
b) Setelah fajar hingga terbit matahari
c) Setelah bangun tidur dari siang
d) Setelah shalat fardhu
e) Waktu diantara magrib dan isya’
2) Mengatur waktu untuk menghafal dan untuk lainnya. Para ahli jiwa
(psikologi) berpendapat bahwa pengaturan waktu yang baik akan
berpengaruh besar terhadap melekatnya materi.
Siapa yang menghafal nash (teks ) selama satu bulan maka
hafalannya akan melekat erat dan bertahan lama dibandingkan
orang yang membaca teks yang sama dalam waktu satu minggu.
3) Tidak memaksakan mengulang-ulang dengan sekaligus karena hal
tersebut dapat menimbulkan kejenuhan. Orang yang menghafal
satu jam lalu beristirahat agar materi yang baru dihafal mengendap
dalam benak, lebih baik dibandingkan mereka yang membaca Al-
Quran dalam waktu satu hari penuh dalam keadaan lelah lesu.66
c. Tempat Menghafal
Situasi dan kondisi suatu tempat ikut mendukung tercapainya
program menghafal Al-Quran. Oleh karena itu untuk menghafal Al-
Quran diperlukan tempat yang ideal untuk terciptanya konsentrasi.
65
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Quran, (Jakarta: Bumi Aksara 1994),
hlm. 56. 66
Abdurraab Nawabuddin, Teknik Menghafal Al-Quran, (Bandung: Al-Gensindo,1991), hlm.
41
28
Tempat yang ideal untuk menghafal Al-Quran, yaitu: 67
1) Jauh dari kebisingan
2) Bersih dan suci dari kotoran dan najis
3) Cukup ventilasi untuk terjaminnya pergantian udara
4) Cukup penerangan
5) Tidak memungkinkan timbulnya gangguan-gangguan, yakni jauh
dari telephon, atau ruang tamu, atau tempat yang bukan biasa untuk
mengobrol.
Jadi pada dasarnya tempat menghafal harus dapat menciptakan
suasana yang penuh untuk konsentrasi dalam menghafal al-Quran
d. Materi menghafal al-Quran
Materi adalah sisi yang diberikan kepada siswa pada saat
berlangsungnya belajar mengajar.68
Sedangkan materi yang diberikan
dalam menghafal al-Quran berupa materi bacaan yang terdiri dari:
1) Makhraj al-Huruf
Yaitu tempat asal keluarnya huruf ada lima tempat diantaranya:
a) Keluar dari lubang mulut (ا، ي، ر)
b) Tenggorokan (ح، خ، ع، غ، ھـ، ء)
c) Lidah ( ت، د، ذ، ط، ظ، س، ش، ص، ض، ل)
d) Bibir ( ( و، ف ، ب، م،ث
e) Hidung (ن)
2) Ilmu Tajwid
Yaitu: Ilmu yang mempelajari tentang pemberian huruf tentang
hak-haknya dan mustahatnya, seperti tafkhim, tarqiq, qalqalah,
mad dan lain-lain.
3) Kefasihan dalam membaca
4) Kelancaran dalam membaca.69
67
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Quran, (Jakarta: Bumi Aksara 1994),
hlm. 61. 68
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 1989), hlm.
67. 69
Minan Zuhri, Pelajaran Tajwid, (Kudus: Menara Kudus, 1981), hlm. 1.
29
Faktor-faktor psikologis dalam menghafal al-Quran
Dalam kegiatan menghafal al-Quran terdapat juga faktor-faktor
psikologis yang mempengaruhi keefektifannya hal ini perlu
diperhatikan sungguh-sungguh oleh santri demi kesuksesan dalam
menghafal al-Quran
e. Faktor-faktor psikologis tersebut diantaranya:
1) Kecerdasan atau Intelegensi
Pada intinya aktivitas menghafal adalah dominasi kerja otak untuk
mampu menangkap dan menyimpan stimulus yang kuat.
Kecerdasan otak mempunyai peran yang besar dalam menentukan
cepat lambatnnya santri menjadi hafidz dan hafidzah
Kecerdasan sering disamakan dengan intelegensi. Kecerdasan
merupakan kemampuan psiko-fisik dalam meraksi rangsangan
intelegensi seseorang tidak dapat diragukan sangat menentukan
tingkat keberhasilan belajar. Oleh karena itu berlakulah sebuah
hukum, semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang, maka
semakin besar peluangnya untuk meraih sukses.70
2) Minat
Minat merupakan alat komunikasi pokok dalam melakukan suatu
kegiatan. Tidak mungkin seseorang mau berusaha mempelajari
sesuatu bahkan menghafal al-Quran dengan sebaik-baiknya, jika ia
tidak mengetahui betapa pentingnya dari hasil yang akan
mendorongnya untuk mencurahkan perhatian serta memusatkan
fungsi jiwa pada kegiatan tersebut.
3) Motivasi
Adanya unsur motivasi yang tepat akan semakin mempermudah
dalam mencapai keberhasilan dalam menghafal al-Quran.71
Di
samping faktor-faktor psikologi tersebut di atas, terdapat juga hal-
hal yang dapat menguatkan hafalan dan merusak hafalan. Hal-hal
70
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,2001), hlm. 133. 71
Ilham Agus Sugiyanto, Kiat Praktis Menghafal Al-Quran, (Bandung: Mujahid, 2004), hlm.
122.
30
yang dapat menguatkan hafalan adalah tekun atau rajin belajar,
aktif, mengurangi makan, shalat malam, banyak membaca
shalawat nabi dan sering membaca al-Quran. Adapun hal-hal yang
dapat merusak hafalan adalah : banyak berbuat maksiat, banyak
melakukan dosa, banyak susah, prihatin memikirkan harta, dan
terlalu banyak kerja.72
4. Sorogan sebagai metode menghafal al-Quran
Strategi atau cara menghafal al-Quran dipesantren pada dasarnya yang
terpenting adalah adanya minat yang besar dari santri dalam menghafal al-
Quran, dan dididukung oleh keaktifan santri dan ustadz, nyai atau kiyai
nya dalam proses penghafalan al-Quran73
Ada beberapa strategi yang digunakan dalam menghafal al-Quran yaitu
a. Strategi pengulangan ganda
Untuk mencapai tingkat hafalan yang baik tidak cukup hanya dengan
sekali proses menghafal saja, namun penghafalan itu harus dilakukan
berulang-ulang karena pada dasarnya ayat-ayat al-Quran itu meskipun
sudah dihafal, akan tetapi juga cepat hilangnya. Maka supaya ayat-ayat
al-Quran itu tidak lepas dari ingatan harus diulang secara terus
menerus yaitu dimulai dari pagi sampai pagi hari lagi.
Untuk menanggulangi masalah seperti ini, maka perlu sistem
pengulangan ganda. Umpamanya, jika pada waktu pagi hari telah
mendapatkan hafalan satu muka, maka pada sore harinya diulang
kembali sampai pada tingkat hafalan yang mantap. Semakin banyak
pengulangan, maka semakin kuat pelekatan hafalan itu dalam ingatan,
lisan pun akan membentuk gerak reflek untuk menghafalkannya.
b. Tidak beralih pada ayat-ayat berikutnya, sebelum ayat yang sedang
dihafal benar-benar hafal.
72
Syaikh Az-Zarmuji, Ta’lim Muta’allim, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 1995), hlm. 92-94. 73
Syaikh Az-Zarmuji, Ta’lim Muta’allim, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 1995), hlm. 67.
31
Pada umumnya, kecenderumgan seseorang dalam menghafal al-
Quran ialah cepat-cepat selesai, atau cepat mendapatkan sebanyak-
banyaknya dan cepat menghatamkannya. Sehinngga ketika ada ayat-
ayat yang belum dahafal secara sempurna, maka ayat-ayat itu dilewati
begitu saja, karena pada dasarnya ayat-ayat tersebut lafadznya sulit
untuk dihafal, ketika akan mengulang kembali ayat tersebut,
menyulitkan sendiri bagi penghafal. Maka dari itu usahakan lafadz
harus yang dihafal harus lancar, sehingga mudah untuk mengulamgi
kembali.
c. Menghafal urutan-urutan ayat yang dihafalkannya dalam satu kesatuan
jumlah setelah benar-benar hafal ayat-ayatnya.
Untuk mempermudah proses ini, maka memakai al-Quran yang
disebut dengan al-Quran Pojok akan sangat membantu. Dengan
demikian penghafal akan lebih mudah membagi sejumlah ayat dalam
rangka menghafal rangkaian ayat-ayatnya. Dalam hal ini sebaiknya
setelah mendapat hafalan-hafalan ayat sejumlah satu maka, dilanjutkan
dengan mengulang-ulangi sehingga disamping hafal bunyi masing-
masing ayatnya, ia juga hafal tertib ayat-ayatnya.
d. Menggunakan satu jenis mushaf
Di antara strategi menghafal yang banyak membantu proses menghafal
al-Quran ialah menggunakan satu jenis mushaf, walaupun tidak ada
keharusan menggunakannya. Hal ini perlu diperhatikan, karena
bergantinya penggunaan satu mushaf kepada mushaf yang lain akan
membingungkan pola hafalan dalam bayangannya. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa aspek visual sangat mempengaruhi dalam
pembentukan hafalan baru.
e. Memahami (pengertian) ayat-ayat yang dihafalnya.
Memahami pengertian, kisah atau asbabunnuzul yang terkandung
dalam ayat yang sedang dihafalnya merupakan unsur yang sangat
mendukung dalam mempercepat proses menghafal al-Quran.
Pemahaman itu sendiri akan lebih memberi arti bila didukung dengan
32
pemahaman terhadap makna kalimat, tata bahasa, dan struktur kalimat
dalam satu ayat dengan demikian maka penghafal yang menguasai
bahasa Arab dan memahami struktur bahasanya akan lebih banyak
mendapatkan kemudahan daripada mereka yang tidak mempunyai
bekal penguasaan bahasa Arab sebelumnya.
f. Memperhatikan ayat-ayat yang serupa.
Ditinjau dari aspek makna, lafadz dan susunan atau struktur bahasanya
diantara ayat-ayat dalam al-Quran, banyak yang terdapat keserupaan
atau kemiripan antara satu dengan yang lainnya.
Ada beberapa ayat yang hampir sama, di mana sering terbolak-balik.
Kalau menghafal tidak teliti dan tidak memperhatikan, maka dia akan
sulit menghafalkannya. Oleh karena itu ayat-ayat yang mempunyai
kemiripan dengan ayat yang lainnya dikelompokkan secara tersendiri,
sehingga dengan begitu si penghafal dapat membedakaanya.
g. Disetorkan pada seorang pengampu.
Menghafal al-Quran memerlukan adanya bimbingan yang terus
menerus daru seorang pengampu (kyai), baik untuk menambah setoran
hafalan baru, atau untuk mengulang kembali ayat-ayat yang telah
disetorkannya terdahulu. Menghafal al-Quran dengan sistem setoran
kepada seorang pengampu akan lebih baik dibanding dengan
menghafal sendiri dan juga memberikan hasil yang berbeda.74
I. Petunjuk Teknis dan Pelaksanaan Menghafal al-Quran
Seorang penghafal al-Quran sebelum memulai menghafalkan al-Quran,
perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Penggunaan al-Quran
Dalam menghafal al-Quran ada al-Quran khusus untuk menghafal, yang
terkenal dengan sebutan “al-Quran pojok atau al-Quran sudut” yakni al-
Quran yang setiap halaman diakhiri dengan akhir ayat, al-Quran pojok ini
berciri khusus mempunyai 15 baris dalam setiap halamannya, dan setiap
74
Syaikh Az-Zarmuji, Ta’lim Muta’allim, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 1995), hlm. 67-70.
33
juznya berisi 20 halaman, akan sangat praktis untuk menghafalkan dan
membantu ingatan. Oleh karena itu, hampir semua orang Indonesia yang
menghafal al-Quran menggunakan al-Quran tersebut.
2. Perlu diperhatikan bacaan-bacaan yang disunatkan sebelum membaca al-
Quran, do’a atau shalawat. Misalnya:
�� !) �� JKL ����@ �� ��M� N���� ������ J� % 7 ,��@ �5, �)� �L
�)�� O� ��� ��D�� P�>� I� ��� $��Q�R� O�-M� ��� $���QR� (S7>� ��� $��Q�R
)� +��L� +S
3. Perlu diperhatikan jumlah banyaknya khatam di dalam al-Quran.
Sebelum memulai menghafal al-Quran, dianjurkan sekurang-
kurangnya sudah pernah tamat membaca al-Quran tujuh kali dengan
bacaan yang benar dan fasih lagi bertajwid, sehingga dalam pelaksanaan
menghafal al-Quran nanti tidak lagi membetulkan bacaan-bacaan yang
salah.
Dalam menghafal al-Quran setelah mengikuti teori-teori dan
petunjuk teknis serta mematuhi segala ketentuan yang telah dikemukakan,
maka untuk menentukan program berikutnya dapat ditentukan dengan
mengukur kemampuan yang terdapat pada dirinya serta dapat
menyesuaikan daya kemampuan berfikir, situasi, dan kondisi pada
lingkungan masing-masing. 75
Menghafal al-Quran ini dapat diatur dalam program-program
sebagai berikut:
b. Program khusus menghafal
Yang dimaksud program khusus menghafal yaitu semua waktu yang
telah ditentukan dikhususkan untuk menghafal al-Quran saja tanpa
disertai belajar pengetahuan lain atau pekerjaan lain.
75
H.A. Muhaimin Zen, Pedoman Pembinaan Tahfidzul Quran, (Jakarta: Pustaka al-Husna,
1983), hlm. 246-248.
34
c. Program pendidikan formal
Pengelolaan pendidikan Tahfidz al-Quran dapat juga dilakukan di
dalam pendidikan formal, sehinnga nantinya akan menghasilkan
hafidz-hafidzah yang berpengetahuan tinggi yang hafal al-Quran dan
dapat pula mencetak kader-kader yang hafidzul Quran. Pendidikan
formal ini dapat dilakukan pada sekolah menengah dan perguruan
tinggi.76
J. Problematika umum dalam menghafal al-Quran
Problem yang dihadapi oleh yang sedang dalam proses menghafal al-
Quran memang banyak dan bermacam-macam mulai dari pengembangan
minat penciptaan lingkungan pembagian waktu sampai pada metode itu
sendiri.
Adapun Problem yang umumnya sering ditemui oleh calon khafidz-
khafidzah adalah:
1. Cepat lupa bagaimana cepat menghafal
2. Banyaknya kesepadanan ayat dalam struktur ayat
3. Sewaktu-waktu lupa atau fanding, dan barangkali ini merupakan sebab
paling jelas bagi terjadinya kelupaan-kelupaan yang datang secara
bertahap karena pengaruh dari jaringan-jaringan sel-sel yang semangatnya
lemah karena tidak diperbarui
4. Terhalang ingatan yang disebabkan.
a. Masuknya hafalan-hafalan lain yang serupa, sehingga melepaskan
berbagai hal yang sudah dihafal.
b. Benturan yang dapat mengubah berbagai proses hafalan menjadi
hilang.
c. Perasaan tertentu yang terkristal dalam jiwa seperti rasa takut, sakit
syaraf dan gangguan jiwa.77
76
H.A. Muhaimin Zen, Pedoman Pembinaan Tahfidzul Quran, (Jakarta: Pustaka al-Husna,
1983), hlm.252. 77
Abdurrab Nawabuddin, Teknik Menghafal Al-Quran, (Bandung: Al-Gesindo, 1991), hlm.
82-83.
35
5. Timbulnya kejenuhan yang disebabkan seseorang terlalu memeras dan
memaksa untuk mengungat bacaan al-Quran yang telah dibaca.
Problematika yang dihadapi oleh penghafal al-Quran itu secara garis
besarnya dapat dirangkum sebagai berikut:
a. Menghafal itu susah
b. Ayat-ayat yang dihafal lupa lagi
c. Banyaknya ayat-ayat yang serupa
d. Banyaknya gangguan kejiwaan
e. Gangguan lingkungan
f. Banyaknya kesibukan dan lain-lain
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif , yaitu
merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan
menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.78
Dalam hal ini peneliti
mendeskripsikan metode sorogan dalam menghafal al-Quran di Pondok
Pesantren Tahaffudzul Quran dengan cara mengumpulkan data dan
mempelajarinya secara cermat kemudian dikaji dan dihubungkan satu sama
lain. Setelah itu diinterpretasikan oleh peneliti. Interpretasi ini bergantung
pada ketajaman analisis dan objektivitas peneliti yang disusun secara
menyeluruh dan sistematis dengan metode deskriptif.79
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Adapun waktu penelitian ini dimulai pada tanggal 30 Mei 2011 sampai
6 Desember 2011. Sedangkan lokasi yang menjadi objek penelitian ini adalah
Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an yang terletak di Segaran Baru Gang
Buntu RT III RW XI Kelurahan Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan Kota
Semarang.
C. Sumber Data Penelitian
Sumber data penelitian ini diambil dari sumber yang terkait dengan
penelitian ini yaitu berasal dari pengasuh, pengurus dan santri yang ada di
pondok pesantren Tahaffudzul Quran Porwoyoso Ngaliyan Semarang.
D. Fokus Penelitian
Sesuai dengan obyek kajian skripsi ini, maka penelitian ini adalah
penelitian lapangan atau field research, yakni penelitian yang dilakukan di
kancah atau medan terjadinya gejala-gejala yang diselidiki.80
Dalam hal ini
78
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2003), hlm. 157. 79
Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2001), hlm. 196. 80
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid I ( Yogyakarta: Andi Offset, 2003), cet XXXIX,
hlm.10.
37
penelitian difokoskan pada penerapan metode sorogan yang dipraktekkan oleh
para santri putri Pondok Pesantren Tahaffudzul Quran Purwoyoso Ngaliyan
Semarang.
E. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi adalah metode penelitian yang berciri interaksi sosial,
dimana memakan waktu cukup lama antara penelitian dengan lingkungan
subjek dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan
secara sistematis.81
Metode observasi ini digunakan untuk mengetahui secara langsung
penerapan metode sorogan dalam menghafal al-Quran di Ponpes Putri
Tahaffudzul Quran Purwoyoso Ngaliyan Semarang.
Metode observasi ini tidak meninggalkan adanya instrumen agar
proses penelitian tetap dapat terkontrol secara berkesinambungan. Dimana
instrumen penelitian itu sendiri adalah alat atau fasilitas yang digunakan
oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah
dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis
sehingga lebih mudah diolah. Variasi jenis instrumen penelitian adalah:
angket, ceklis (check-list) atau daftar centang, pedoman wawancara,
pedoman pengamatan. Ceklis sendiri memiliki wujud yang bermacam-
macam.
Dengan demikian maka dapat dikatakan: “peneliti di dalam
menerapkan metode penelitian menggunakan instrumen atau alat, agar
data yang diperoleh lebih baik”.
2. Wawancara
Wawancara atau interview adalah alat pengumpul informasi dengan
cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara
lisan pula. Ciri utama interview adalah kontak langsung dan tatap muka
antara pencari informasi (interviewer) dengan sumber informasi
81
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2001), cet. 14, hlm. 117. Lihat juga, Sutrisno Hadi, Metodologi Research jilid 2, (Yogyakarta:
Andi Offset, 2001), hlm. 36
38
(interviewee).82
Metode ini sebagai pelengkap untuk memperoleh data lain
dari sumber informasi, seperti pengasuh, para pengurus, para santri. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui penerapan metode sorogan dalam
menghafal al-Quran terhadap santri di Ponpes Putri Tahaffudzul Quran
Purwoyoso Ngaliyan Semarang.
Instrumen yang digunakan dalam hal ini adalah menggunakan
pedoman wawancara dan ceklis.
3. Dokumentasi
Dokumentasi dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang
tertulis. Didalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki
benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-
peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.83
Metode ini
digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan sejarah
berdirinya, tujuan didirikan, nama dan letak geografis, struktur
kepengurusan, jadwal kegiatan santri, tata tertib dalam menghafal al-
Quran, yang berasal dari dokumen-dokumen Pondok Pesantren
Tahaffudzul Quran Porwoyoso Ngaliyan Semarang.
Instrumen dari dokumentasi ini menggunakan ceklis, kerangka,
sistematika data hasil analisis
F. Metode Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi,
dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang
penting dan mana yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga
mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.84
82
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 1. 83
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,(Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2002), Ed. Revisi V, hlm 135. 84
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV. Alfabeta, 2008), hlm. 89.
39
1. Tahap Pekerjaan Lapangan
Karena data utama penelitian ini diperoleh berdasarkan interaksi dengan
responden dalam latar alamiah, maka beberapa perlengkapan dipersiapkan
hanya untuk memudahkan, misalnya : (1) camera digital, (2) tape recorder,
dan (3) alat tulis termasuk lembar catatan lapangan. Perlengkapan ini
digunakan apabila tidak mengganggu kewajaran interaksi sosial.
Pengamatan dilakukan dalam suasana alamiah yang wajar. Pada tahap
awal, pengamatan lebih bersifat tersamar. Teknik ini seringkali memaksa
peneliti melakukan penyamaran. Misalnya: untuk mengamati aspek-aspek
yang berhubungan dengan perilaku dan gaya hidup, peneliti beranjang-sana di
rumah informan. Sambil berbincang-bincang, peneliti mencermati cara
berbicara, berpakaian, penataan ruang, gaya bangunan rumah, benda-benda
simbolik dan sebagainya.
Ketersamaran dalam pengamatan ini dikurangi sedikit demi sedikit
seirama dengan semakin akrabnya hubungan antara pengamat dengan
informan. Ketika suasana akrab dan terbuka sudah tercipta, peneliti bisa
mengkonfirmasikan hasil pengamatan melalui wawancara dengan informan.
Dengan wawancara, peneliti berupaya mendapatkan informasi dengan
bertatap muka secara fisik dan bertanya-jawab dengan informan. Dengan
teknik ini, peneliti berperan sekaligus sebagai piranti pengumpul data.
Selama wawancara, peneliti juga mencermati perilaku gestural informan
dalam menjawab pertanyaan. Untuk menghindari kekakuan suasana
wawancara, tidak digunakan teknik wawancara terstruktur. Bahkan
wawancara dalam penelitian ini seringkali dilakukan secara spontan, yakni
tidak melalui suatu perjanjian waktu dan tempat terlebih dahulu dengan
informan. Dengan ini peneliti selalu berupaya memanfaatkan kesempatan dan
tempat-tempat yang paling tepat untuk melakukan wawancara.
Pada dasarnya wawancara dilaksanakan secara simultan dengan
pengamatan. Kadang-kadang wawancara merupakan tindak-lanjut dari
pengamatan. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan kegiatan
40
setoran hafalan santri putri Pondok Pesantren Tahaffudzul Quran dengan
menggunakan metode sorogan.
Di samping itu, penelaahan dokumentasi dilakukan khususnya untuk
mendapatkan data konteks dan validitas penelitian. Kajian dokumentasi di
lakukan terhadap catatan-catatan, arsip-arsip, dan sejenisnya termasuk
laporan-laporan yang bersangkut paut dengan permasalahan penelitian.
Kegiatan lapangan penelitian ini semula dijadwal tidak lebih dari satu
bulan. Dengan pertimbangan bahwa peningkatan waktu masih memunculkan
informasi baru tentang penerapan metode sorogan di Pondok Pesantren
Tahaffudzul Qur’an Purwoyoso Ngaliyan, maka lama kegiatan lapangan
diperpanjang hingga tidak ditemukannya informasi baru. Dengan
perpanjangan waktu ini, seperti dikemukakan Lexy J. Moleong (1989),
peneliti dapat mempelajari "kebudayaan", menguji kebenaran dan mengurangi
distorsi.
Dengan mengamati secara tekun, peneliti bisa menemukan ciri-ciri atau
unsur-unsur dalam suatu situasi yang sangat relevan terhadap metode sorogan
yang diterapkan di Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an Purwoyoso
Ngaliyan.
2. Tahap Pasca Lapangan
Telah disinggung bahwa penelitian ini menerapkan metode kualitatif, yaitu
suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
orang baik tertulis maupun lisan dan tingkah laku teramati, termasuk
gambar.85
Analisis selama pengumpulan data dimaksudkan untuk menentukan pusat
perhatian, mengembangkan pertanyaan-pertanyaan analitik dan hipotesis awal,
serta memberikan dasar bagi analisis pasca pengumpulan. Dengan demikian
analisis data dilakukan secara berulang-ulang.
Pada setiap akhir pengamatan atau wawancara, dicatat hasilnya ke dalam
lembar catatan lapangan (field notes). Lembar catatan lapangan ini berisi: (1)
85
Lexy J. Moleong, , Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2001), cet. 14, hlm. 167
41
teknik yang digunakan, (2) waktu pengumpulan data dan pencatatannya, (3)
tempat kegiatan atau wawancara, (4) paparan hasil dan catatan, dan (5) kesan
dan komentar. Contoh catatan lapangan dapat diperiksa pada lampiran.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis deskriptif kualitatif
yang diimbangkan ke arah penelitian naturalistik (penelitian setting alami)
dengan pendekatan fenomenologis (bersifat alami berdasar fakta di
lapangan).86
Analisis tersebut di gunakan untuk menganalisis tentang:
a. Menelaah seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber, yang pada
penelitian ini data-data terkumpul dari pengamatan langsung peneliti, dan
hasil wawancara (bisa dilihat pada lampiran).
b. Mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan abstraksi yaitu
usaha membuat rangkuman inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang
perlu.
c. Menyusun data dalam satuan-satuan atau mengorganisasikan pokok-pokok
pikiran tersebut dengan cakupan fokus penelitian dan mengujinya secara
deskriptif.
d. Mengadakan pemeriksaan keabsahan data atau memberi makna pada hasil
penelitian dengan cara menghubungkannya dengan teori.
e. Mengambil kesimpulan.87
Tabel 3.1.
Pengumpulan Data dan Sumber Data
No Data Metode
Pengumpulan Data
Sumber data
1 Penerapan metode
sorogan
Wawancara Wawancara
Pengasuh
2 Waktu menghafal Wawancara dan
Observasi
Wawancara santri
dan aktivitas santri
86
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya,(Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2003), hlm.158 87
Lexy J. Moleong, , Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2001), cet. 14, hlm. 190
42
3 Metode sorogan dalam
menghafal al-Quran
Wawancara dan
Observasi
Wawancara santri
dan proses
penggunaan
metode sorogan
4 Penyetoran hafalan Wawancara dan
observasi
Wawancara santri
dan aktivitas
penyetoran santri
5 Proses menghafal
(pelaksanaan)
Wawancara dan
Observasi
Aktivitas
mengahafal santri
6 Kedisiplinan menghafal Observasi Rutinitas
menghafal santri
7 Lingkungan pondok
pesantren
Observasi Lingkungan
pondok pesantren
8 Sejarah berdiri pondok
pesantren
Dokumentasi Dokumen sejarah
berdiri pondok
pesantren
9 Tujuan berdirinya
pondok pesantren
Dokumentasi Dokumen tujuan
berdiri pondok
pesantren
10 Letak geografis pondok
pesantren
Dokumentasi dan
Observasi
Dokumen letak
geografis dan letak
pondok pesantren
11 Struktur kepengurusan Dokumentasi Dokumen struktur
kepengurusan
12 Jadwal setoran
menghafal al-Quran
Dokumentasi Dokumen jadwal
kegiatan santri
13 Tata tertib/sanksi Dokumentasi Dokumen tata
tertib/sanksi santri
43
BAB IV
ANALISIS PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL
AL-QURAN DI PONDOK PESANTREN TAHAFFUDZUL QURAN
PURWOYOSO NGALIYAN SEMARANG
D. Gambaran Umum dan Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren
Tahaffudzul Qur’an Ngaliyan Semarang
- Tinjauan Historis
Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an berdiri atas inspirasi dari
KH. Abdullah Umar AH. Menurut cerita, konon rumah yang dijadikan sebagai
pondok pesantren itu adalah milik seorang penghulu yang bernama Ramelan.
Rumah itu telah lama dihuni oleh fakir miskin yang tidak jelas arah tujuan
hidupnya. Rumah itu letaknya hanya sekitar beberapa meter dari Masjid
Besar Kauman Semarang. Melihat hal itu, kemudian KH. Abdullah Umar
AH mempunyai gagasan untuk membeli rumah tersebut dengan tujuan untuk
menjadikan rumah tersebut sebagai pondok pesantren yang khusus untuk
menghafal Al-Qur'an. Yang menjadi alasannya adalah beliau sangat
menyayangkan apabila rumah yang letaknya sangat dekat dengan masjid
itu hanya digunakan untuk hal-hal yang kurang bermanfaat. Jadi alangkah
lebih baik lagi apabila digunakan untuk hal-hal yang lebih bermanfaat yaitu
untuk meramaikan dan memakmurkan masjid dengan ayat- ayat suci Al-
Qur'an serta melestarikan nya.
Tujuan lain dari gagasan itu adalah untuk membantu para santri
yang sungguh-sungguh berkeinginan dan bercita-cita untuk menghafal Al-
Qur'an tetapi terbentur biaya (dalam arti tidak mempunyai biasa untuk
mondok), maka di tempat inilah mereka dapat mondok. Karena maksud
dan tujuan yang sangat mulia itu, akhirnya pemilik rumah mengizinkan
rumah tersebut dibeli oleh K H. Abdullah Umar AH.
Kemudian pada tahun 1972, berdirilah pondok pesantren yang diberi
nama Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an (PPTQ) dan KH. Abdullah Umar
AH sendiri yang bertindak sebagai pengasuh dan pengajarnya. Jumlah santri
44
yang masuk pondok pesantren tersebut pertama kali ada sekitar 20 orang dan
semuanya adalah santri putra, yang dahulunya bertempat di rumah penghulu
tersebut.
Pada tahun 1973, Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an mulai
menerima santri putri yang jumlahnya tidak lebih dari santri putra.
Untuk santri putri mengambil tempat di Kampung Malang, tetapi itu hanya
sementara karena pada tahun 1985 semua berpindah ke belakang Masjid
Besar Kauman Semarang. Sejak saat itulah banyak santri yang berdatangan
dari berbagai daerah di Jawa Tengah. Kemudian ada yang berasal dari Jawa
Barat dan Jawa Timur bahkan ada juga yang berasal dari luar Jawa.
Selanjutnya dalam usaha untuk mengembangkan pondok pesantren
ini KH. Abdullah Umar menambah bangunan gedung di daerah Purwoyoso
Ngaliyan. Pada bulan Oktober 1991 gedung tersebut sudah dapat ditempati
oleh santri putri, sedangkan yang semula ditempati oleh santri putri kini
ditempati oleh santri putra. Sejak tahun 2000 pondok pesantren Tahaffudzul
Qur’an ini baru menerima mahasiswi yang berminat untuk belajar dan
menghafalkan Al-Qur'an sebagai santri. Karena santri pondok ini semakin
lama semakin berkurang dan pondok kelihatan sepi, sejak tahun tersebut
mahasiswi diterima sebagai santri meskipun sebelumnya K H. Abdullah
Umar AH beranggapan bahwa santri mahasiswi yang mondok di sini tidak
bersungguh-sungguh dalam menghafal Al-Qur'an sehingga tidak diizinkan
bertempat tinggal di pondok ini.
Karena letak pondok putra dan pondok putri yang terpisah jauh,
maka untuk mengurus pondok diserahkan kepada putra-putra beliau.
Pondok putra dipercayakan kepada Gus Musthofa AH (adik Gus Azka)
dan pondok putri dipercayakan kepada Guz Azka AH. Pada tanggal 16
Maret 2001 K H. Abdullah Umar AH sowan ke hadirat Ilahi Robbi. Jenazah
Abuya dimakamkan di Pegandon Kendal di tengah pusara kedua istrinya yang
telah mendahuluinya.
Pada tanggal 4 April 2006 pengasuh pondok putri, KH. Azka
Abdullah Umar AH meninggal dunia dan sebagai penggantinya adalah istri
45
beliau yaitu Ibu Siti Jamzatur Rohmah AH. Pada pertengahan bulan Mei
2007 diadakan rapat keluarga besar K H. Abdullah Umar AH di Pondok
Pesantren Putri Tahaffudzul Qur’an. Hasil dari rapat tersebut memutuskan
bahwa yang menjadi pengasuh Pondok Pesantren Putri Tahaffudzul Qur’an
adalah Umi Aufa Abdullah Umar AH. Sejak saat itu dan sampai sekarang
yang mengasuh Pondok Pesantren Putri Tahaffudzul Qur’an adalah Nyai Hj.
Aufa Abdullah Umar AH.88
- Tinjauan Geografis
Sejarah dan perkembangan PPTQ yang mempunyai lokasi pondok
yang terbagi dua, yaitu: pertama di belakang Masjid Agung Kauman
Semarang Utara sebagai Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an bagian putra
dan yang kedua di Segaran Baru RT 03/XI Purwoyoso Ngaliyan Semarang
sebagai Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an bagian putri. Dan yang
dijadikan lokasi penelitian ini adalah pondok pesantren khusus bagian putri
yang berlokasi di Kelurahan Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang.
Adapun batas wilayah yang berbatasan dengan pondok pesantren
Tahaffudzul Qur’an adalah sebagai berikut:
Sebelah utara berbatasan dengan pemukuman Purwoyoso, sebelah
selatan berbatasan dengan pemukiman Purwoyoso, sebelah barat berbatasan
dengan swalayan Aneka Jaya, sebelah timur berbatasan dengan pemukiman
Purwoyoso.89
1. Struktur Organisasi Kepengurusan Pondok Pesantren Tahaffudzul
Qur’an Purwoyoso Ngaliyan Semarang Tahun 2011-2012.
Organisasi sangat penting dan sangat berperan demi suksesnya
program-program kegiatan pada suatu pesantren. Hal ini sangat diperlukan
agar satu program kegiatan dengan program yang lain tidak berbenturan
dan supaya lebih terarah tugas dari masing-masing personal pelaksana
88
Data diambil dari Dokumen Pondok Pesantren Tahaffudzul Quran Porwoyoso Ngaliyan
Semarang pada tanggal 28 Juli 2011 89
Data diambil dari Dokumen Pondok Pesantren Tahaffudzul Quran Purwoyoso Ngaliyan
Semarang pada tanggal 28 Juli 2011
46
pendidikan. Selain itu organisasi diperlukan dengan tujuan agar terjadi
pembagian tugas yang seimbang dan objektif, yaitu memberikan tugas
sesuai dengan kedudukan dan kemampuan masing-masing orang.
Struktur organisasi pesantren merupakan komponen yang sangat
diperlukan dalam suatu pesantren, terutama dari segi pelaksanaan kegiatan
pesantren. Dalam rangka pencapaian tujuan, struktur organisasi
hendaknya disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan suatu
pesantren.
Adapun yang dimaksud struktur organisasi disini adalah seluruh
tenaga yang berkecimpung dalam kepengurusan di pondok pesantren
Tahaffudzul Qur’an ini. Adapun struktur organisasi kepengurusan Pondok
Pesantren Tahaffudzul Qur’an Ngaliyan Semarang periode 2010-2011
adalah sebagai berikut:
a. Pengasuh : Nyai Hj. Aufa Abdullah Umar AH
K. H. Muhibbin
b. Ketua Pengurus : Novita Asyrifahnti
c. Wakil Ketua : Himmatul Aliyah
d. Sekretaris : Nurus Saniatun Rofiah
e. Seksi-seksi :
1) Seksi Pendidikan : Hilyatun Nida
Ida Nur Chamidah
Rifa’ah
2) Seksi keamanan : Wilda Wahyuni
Siti Shofiyah
3) Seksi kebersihan : Nayla Qoni’ah
Laili Hidayatun Nisa
4) Seksi Perlengkapan : Yuniarti. 90
90 Data diambil dari Buku Induk Pondok Pesantren Tahaffudzul Quran purwoyoso Ngaliyan
Semarang pada tanggal 29 juli 2011.
47
2. Kondisi Ustadz di PPTQ
Ustadz (guru, kyai) memegang peranan yang sangat penting dalam
kegiatan belajar mengajar. Para ustadz menjadi tumpuan bagi para santri
untuk memecahkan berbagai persoalan yang mereka hadapi dan menjadi
suri tauladan bagi para santri di PPTQ. Selain itu mereka dituntut untuk
berperan menggantikan fungsi orang tua santri dalam mendidik dan
membimbing para santri agar memiliki akhlaqul karimah serta ilmu
pengetahuan yang tinggi dan bermanfaat termasuk kecerdasan intelektual,
emosional dan spiritual.
Ustadz yang mengajar di PPTQ ada 6, yaitu: Pertama, Nyai Hj.
Aufa Abdullah Umar AH. Beliau adalah pengasuh harian sekaligus
ustadzah yang mengajar ngaji Al-Qur'an para santri. Kedua, KH.
Muhibbin. Beliau adalah suami Nyai Hj. Aufa Abdullah Umar AH. Selain
sebagai pengasuh harian beliau juga mengajar ngaji kitab Tafsir Jalalain.
Ketiga, Bapak M. Sholeh yang mengajar kitab Nihayatuz Zein. Keempat,
Bapak Shulthon yang mengajar kitab Tambighul Ghofilin. Kelima, Gus
Muhammad Amin yang mengajar kitab Ta’lim Muta’alim dan kitab
Ushfuriyah. Keenam, Nur Hanif Laili, yang mengajar Tilawatil Qur’an.
3. Kondisi Santri di PPTQ
Santri yang belajar di PPTQ pada tahun 2010 ini sebanyak 63
orang. Mereka tidak hanya berasal dari Kota Semarang saja, tetapi mereka
datang dari segala penjuru daerah di pulau Jawa dan luar Jawa. Para santri
yang belajar di pondok ini ada yang berasal dari Demak, Kendal, Pati,
Rembang, Jepara, Kudus, Tegal, Brebes, Grobogan, Magelang, Cirebon,
Kebumen, Banyumas, Batang, dan Pekalongan dan Riau, Sumatra.
Mereka semua datang dengan latar belakang yang sangat beragam.
Ada beberapa santri yang sebelum masuk di pondok ini sudah pernah
mondok di tempat lain. Ada juga santri yang belum pernah mondok sama
sekali. Bahkan ada beberapa santri dengan latar belakang putri seorang
kyai yang biasa disebut dengan “Ning”. 97% santri yang belajar di pondok
pesantren ini adalah seorang mahasiswi. Dan 3% bukan seorang
48
mahasiswi dan biasa disebut sebagai santri takhassus. 68 orang santri
adalah mahasiswi IAIN Walisongo dengan berbagai jurusan di empat
fakultas IAIN Walisongo dan 7 orang adalah santri takhassus.
Santri di PPTQ di bedakan menjadi 2 yaitu santri bil-ghaib dan
santri bin-nadhar.
a. Santri bil-Ghaib adalah santri yang belajar al-Quran dengan menghafal
ayat-ayat al-Quran tanpa melihat tulisannya. Santri bil-ghaib yang ada
di PPTQ sebanyak 61 orang.91
b. Santri bin-Nadhar adalah santri yang belajar al-Quran dan membaca
ayat-ayat al-Quran dengan melihat tulisannya. Santri bin-Nadhar yang
ada di PPTQ sebanyak 6 orang.92
Tabel 4.1.
Daftar Nama Santri Pondok Pesantren
Tahaffudzul Qur’an
No Nama Santri No Nama Santri
1 2 3 4
1 Afifatul Chusna 35 Nur Asiyah
2 Ainu Zumrudiana 36 Nur Hayati
3 Aluh Zahraini 37 Nur Laila Zahra
4 Arina Rokhil 38 Nurul Atiqoh
5 Anis Ulfatush Shihah 39 Nurus Saniatin Rofi’ah
6 Dian Baity Tan’imy 40 Reni Lestiani
7 Elvi Laili Hidayatika 41 Rifa Fauziyah
8 Fadhliyah 42 Rifa’ah
9 Hilyatun Nida 43 Rofi’ Laila Hanaum
10 Himmatul Aliyah ‘10 44 Rohma Istianah
11 Himmatul Aliyah ’06 45 Riska
91
Berdasar Buku Presensi Santri Bil-Ghaib PPTQ Tahun 2011 92
Hasil Wawancara dengan Ketua Pengurus Pondok Saudari Novita Asyrofahnti tanggal 9 juli
2011
49
12 Himmatul Aliyah 09 46 Rika Bekti Sari
13 Ida Nur Chamidah 47 Shokhifatun
14 Ina Aini Fadhilah 48 Siti Nurul Inayatul Hikmah
15 Ismaunah 49 Siti Rizanatul Faizah
16 Izzatul Istifaqoh 50 Siti Sofiyah
17 Izzatul Maula Fitri 51 Siti Uchtafiah
18 Khoirotul Mustabsyiroh 52 Sri Wahyuningsih
19 Khoirul Muti’ah 53 Sussiyanti
20 Khotma Ayyida 54 Syifa Az-Zahra
21 Laili Syarifah 55 Tsani Rahmawati
22 Laily Hidayatun Nisa’ 56 Ulfiyah
23 Linatul Af’idah 57 Umi Nadzifah
24 Milani Tsalisul Aqwa 58 Vicky Ulya Milati
25 Naelatul Inayah 59 Wachidatun Nazilah
26 Naelatut Thoyyibah 60 Wahda Yunia Rahma
27 Nailil Ulfa 61 Wilda Wahyuni
28 Naylina Qoni’ah 62 Wiwik Listyawati
29 Novita Asyrofahnti 63 Yuniarti
30 Nur Aini 64 Farkhatin
31 Nur Alfu Laila 65 Sisa Rahayu
32 Nur Aliyah 66 Isfaizah
33 Roifatul Masfufah 67 Ita Ratnasari
34 Titin 68 mustafidah
Para santri yang belajar di Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an
ini mayoritas adalah dari kalangan mahasiswi. Di pondok tersebut para
santri dibiasakan untuk hidup mandiri dan tidak menjadi beban orang lain
termasuk orang tua. Mereka juga dibiasakan untuk senantiasa mau
berkorban demi kepentingan orang lain, menghormati guru, saling tolong
menolong, sopan santun, menghargai orang lain memiliki kepedulian
50
terhadap lingkungan dan peka terhadap kondisi orang lain, masyarakat dan
lingkungan sekitar.
4. Aktivitas Santri
Para santri di Pondok Pesantren ini telah memiliki jadwal kegiatan
sehari-hari yang harus dilaksanakan dan dipatuhi selama mereka berada di
pondok selain harus melaksanakan kegiatan kuliah di kampus. Adapun
jadwal kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2.
Jadwal Kegiatan Santri Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an
Hari Waktu Kegiatan
1 2 3
Senin 03.00 – 03.15 Membaca Asmaul Husna
04.00 – 05.00 Shalat Subuh berjama’ah dan belajar bersama
05.00 – 06.00 Belajar bersama
06.00 – selesai Mengaji Al-Qur’an bin-Nadhar dan bil-Ghaib
16.00 – selesai Mengaji Al-Qur’an bin-Nadhar dan bil-Ghaib
18.00 – 18.45 Shalat Maghrib berjama’ah dan Tartilan
kelompok
19.00 – selesai Shalat Isya’ berjama’ah dan Mengaji Tajwid
Selasa 03.00 – 03.15 Membaca Asmaul Husna
04.00 – 05.00 Shalat Subuh berjama’ah dan belajar bersama
06.00 – selesai Mengaji Al-Qur’an bin-Nadhar dan bil-Ghaib
16.00 – selesai Mengaji Al-Qur’an bin-Nadhar dan bil-Ghaib
18.00 – 18.45 Shalat Maghrib berjama’ah dan Tartilan
kelompok
19.00 – selesai Shalat Isya’ berjama’ah dan Mudzakaroh /
Muhadhoroh
Rabu 03.00 – 03.15 Membaca Asmaul Husna
04.00 – 05.00 Shalat Subuh berjama’ah dan belajar bersama
06.00 – selesai Mengaji Al-Qur’an bin-Nadhar dan bil-Ghaib
51
16.00 – selesai Mengaji Al-Qur’an bin-Nadhar dan bil-Ghaib
18.00 – 18.45 Shalat Maghrib berjama’ah dan Tartilan
kelompok
19.00 – selesai Shalat Isya’ berjama’ah dan Tilawatil Qur’an
Kamis 03.00 – 03.15 Membaca Asmaul Husna
04.00 – 05.00 Shalat Subuh berjama’ah dan membaca ayat
kursi 99x
05.00 – 06.00 Belajar bersama (menghafal atau mengulang
hafalan)
06.00 – selesai Mengaji Al-Qur’an bin-Nadhar dan bil-Ghaib
16.00 – selesai Mengaji Al-Qur’an bin-Nadhar dan bil-Ghaib
18.00 – 18.45 Shalat Maghrib berjama’ah, menbaca yasin dan
tahlil bersama-sama
19.00 – selesai Shalat Isya’ berjama’ah dan Jam’iyahan
Jum’at 02.00 – selesai Shalat tasbih berjama’ah
03.00 – 03.15 Membaca Asmaul Husna
04.00 – 05.00 Shalat Subuh berjama’ah dan membaca
shalawat Nabi 100x
06.00 – selesai Ziarah ke Makam Ayah Azka (Alm)
18.00 – 18.45 Shalat Maghrib berjama’ah dan Tartilan
Kelompok
19.00 – selesai Shalat Isya’ berjama’ah, mengaji Kitab
Ushfuriyah dan kitab Ta’limul Muta’allim
Sabtu 03.00 – 03.15 Membaca Asmaul Husna
04.00 – 05.00 Shalat Subuh berjama’ah dan belajar bersama
06.00 – selesai Mengaji Al-Qur’an bin-Nadhar dan bil-Ghaib
08.30 – 09.00 Roan Akbar (bersih-bersih pondok)
10.00 – 11.30 Mengaji kitab Nihayatuz Zain
16.00 – selesai Memgaji Al-Quran bin-Nadhar dan bil-Ghaib
18.00 – 18.45 Shalat maghrib berjama’ah dan tartilan
52
kelompok
19.00 – selesai Sholat Isya’ berjama’ah dan Sima’an Al-Qur’an
Minggu 03.00 – 03.15 Membaca Asmaul Husna
04.00 – 05.00 Sholat Subuh berjama’ah dan belajar bersama
06.00 – selesai Mengaji Al-Qur’an bin-Nadhar dan bil-Ghaib
09.00 – selesai Shalat Dhukha berjama’ah
10.00 – 11.30 Mengaji kitab Tambighul Ghafilin
16.00 – selesai Mengaji Al-Quran bin-Nadhar dan bil Ghaib
18.00 – 18.45 Sholat Maghrib berjama’ah dan Tartilan
Kelompok
19.00 – selesai Sholat Isya’ berjama’ah dan Mengaji tafsir
jalalain
Sesuai dengan jadwal kegiatan yang telah disebutkan, setiap santri wajib
mengikutinya. Selain hal tersebut santri juga harus mematuhi tata tertib yang
telah ditentukan. Dan akan dikenakan sanksi jika tidak mematuhinya.
E. Penerapan metode sorogan dalam menghafal al-Quran di Pondok
Pesantren Tahaffudzul Quran Purwoyoso Ngaliyan Semarang.
Pondok Pesantren Tahaffudzul Quran didirikan pada tahun 1991 oleh
K.H. Abuya Abdullah Umar. Metode yang digunakan adalah metode
sorogan . Santri mengaji satu persatu sampai selesai. Waktu mengaji adalah
ba’da subuh dan ba’da Asyar.93
Setelah K.H. Abuya Abdullah Umar wafat pengasuh dipegang oleh
K.H. Mushofa, putra dari K.H. Abuya Abdullah Umar. Metode yang
digunakan adalah metode sorogan. Santri mengaji dengan cara maju satu
persatu sampai selesai. Waktu mengaji adalah ba’da subuh dan ba’ da asyar.
93
Berdasarkan hasil wawancara dengan Pengasuh Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an. Pada
tanggal 21 Juni 2011.
53
Setelah subuh untuk undaan sedangkan setelah asyar untuk nderesan
(meriview hafalan yang sudah didapat).94
Pada masa ini pondok pesantren mulai menerima santri dari kalangan
mahasiswi. Pada awalnya hal ini diprotes oleh santri tahassus ( santri yang
hanya menghafalkan al-Quran saja ). Karena santri tahassus merasa akan
terganggu dengan kedatangan santri dari kalangan mahasiswi. Tapi lama
kelamaan santri dari kalangan mahasiswi bisa diterima.95
Pada tahun 2004, pondok pesantren diasuh oleh K.H. Azka, adik dari
K.H. Mushofa. Metode yang digunakan adalah metode sorogan. Santri
mengaji dengan cara maju satu-persatu. Waktu mengaji adalah ba’da subuh
dan setelah ashar.96
K.H. Azka wafat pada tahun 2006, kemudian pondok diasuh oleh Nyai
Hj. Aufa. Metode yang digunakan adalah metode sorogan. Waktu mengaji
adalah ba’da subuh dan ba’da asyar. Santri juga mengaji dengan cara maju
tiga sekaligus. Pada masa ini santri yang tidak mengaji selama tiga hari
berturut-turut akan dikenakan denda atau ta’zir yaitu dengan membaca al-
Quran 30 juz.
Dari analisis hasil observasi dan wawancara dapat disimpulkan bahwa
pondok pesantren Tahaffudzul Quran Purwoyoso Ngaliyan Semarang sejak
didirikan oleh K.H. Abuya Abdullah Umar sampai sekarang selalu
menggunakan metode sorogan yaitu santri maju satu persatu untuk
menyetorkan hafalannya langsung kepada pengasuh. Selama menghafal di
depan pengasuh, jika terjadi kesalahan langsung dibetulkan. Bagi santri yang
belum lancar harus mengulang lagi hafalannya.
Dari awal berdirinya pondok pesantren ini pada saat diasuh oleh K.H.
Abuya Abdullah Umar sampai K.H. Azka santri mengaji dengan cara maju
satu persatu. Tetapi mulai diasuh oleh Nyai Hj. Aufa santri mengaji dengan
94
Berdasarkan hasil wawancara dengan Pengasuh Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an. Pada
tanggal 22 Juni 2011. 95
Berdasarkan hasil wawancara dengan Pengasuh Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an. Pada
tanggal 23 Juni 2011. 96
Berdasarkan hasil wawancara dengan Pengasuh Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an. Pada
tanggal 23 Juni 2011.
54
cara maju tiga sekaligus karena dengan semakin banyaknya santri jika maju
satu persatu waktu yang dibutuhkan sangat lama.
F. Analisis Terhadap Kelebihan dan Kekurangan Penerapan Metode
Sorogan di Pondok Pesantren Tahaffudzul Quran Porwoyoso Ngaliyan
Semarang
Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di pondok pesantren
penerapan metode sorogan mempunyai kelebihan dan kekurangan
Adapun kelebihan dalam penerapan metode sorogan di pondok pesantren
tahaffudzul quran di antaranya:
1. Memudahkan santri dalam proses menghafal al-Quran karena metode ini
dilakukan dengan cara bertatap muka secara langsung di depan pengasuh
2. Jika ada ayat yang salah ketika santri mengaji setoran hafalan dengan
pengasuh makaNyai Hj. Aufa bisa langsung membetulkan dengan cara
mengetuk meja dua sampai tiga kali sehingga santri dapat menyadari
bahwa dirinya salah dan harus mengulangi ayat sebelumnya.
3. Mengaji hafalan al-Quran dengan berhadapan langsung dengan pengasuh
lebih baik karena lebih berkesan dan santri lebih bisa memahami seberapa
besar kemampuan setoran hafalan mengaji dalam menghafal al-Quran.
4. Pengasuh lebih bisa menilai para santrinya yaitu antara santri yang lancar
dalam setoran hafalan dalam menghafal al-Quran dan santri yang belum
lancar mengaji, santri yang rajin mengaji dan santri yang malas mengaji.
5. Pada masa K.H. Abuya Abdullah Umar sampai K.H. Azka hafalan lebih
berarti sebab santri mengaji dengan maju satu persatu
Kekurangan penerapan metode sorogan di Pondok Pesantren
Tahaffudzul Quran yaitu
1. Dengan metode sorogan santri yang kurang siap hafalannya menjadi takut
untuk setor hafalan.
2. Pada masa diasuh oleh Nyai Hj. Aufa dengan cara maju tiga sekaligus,
ketika santri menyetorkan hafalan al-Quran, mereka merasa tidak fokus
karena tiga santri sekaligus maju di hadapan pengasuh (pengasuh
55
mengajari setiap setoran tiga santri-tiga santri bukan satu satu) sehingga
ada salah satu santri yang merasa tidak fokus dengan hafalannya.
3. Adanya kesalahfahaman antara santri ketika pengasuh membenarkan
hafalan yang salah kepada salah satu santri karena antara santri yang satu
dengan yang lainnya tempat duduknya untuk mengaji setoran hafalan
saling berdekatan.
4. Kemampuan antara santri yang satu dengan santri yang lainnya berbeda
sehingga santri yang maju bersamaan dengan santri yang suaranya keras
bagi santri yang suaranya pelan merasa terganggu dan kurang fokus atau
kurang lancar dalam menyetorkan hafalannya.
56
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa pendapat yang diperoleh peneliti dari hasil wawancara
dengan pengasuh, pengurus beserta para santri yang ada di pondok pesantren
Tahaffudhul Quran maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Metode sorogan sudah diterapkan pada masa K.H. Abuya Abdullah Umar
sampai sekarang. Pada masa K.H. Abuya Abdullah Umar sampai K.H.
Azka metode ini dilakukan dengan cara santri maju satu persatu
sedangkan pada masa Nyai Hj. Aufa santri mengaji dengan cara maju tiga
sekaligus. Waktu mengaji setelah subuh untuk undaan ( menambah
hafalan baru ), setelah asyar untuk nderesan ( mereview hafalan yang
sudah didapat )
2. Kelebihan dan kekurangan penerapan metode sorogan dalam menghafal al-
Quran dipondok pesantren tahaffudzul Quran porwoyoso ngaliyan
porwoyoso ngaliyan semarang.
a. Kelebihan penerapan metode sorogan di Pondok Pesantren
Tahaffudzul Quran di antaranya:
1) Memudahkan santri dalam proses menghafal al-Quran karena
metode ini dilakukan dengan cara bertatap muka secara langsung di
depan pengasuh.
2) Jika ada ayat yang salah ketika santri mengaji setoran hafalan
dengan pengasuh maka pengasuh bisa langsung membetulkan
dengan cara mengetuk meja dua sampai tiga kali sehingga santri
dapat menyadari bahwa dirinya salah dan harus mengulangi ayat
sebelumnya.
3) Mengaji hafalan al-Quran dengan berhadapan langsung dengan
pengasuh lebih baik karena lebih berkesan dan santri lebih bisa
memahami seberapa besar kemampuan setoran hafalan mengaji
dalam menghafal al-Quran.
57
4) Pengasuh lebih bisa menilai para santrinya yaitu antara santri yang
lancar dalam setoran hafalan dalam menghafal al-Quran dan santri
yang belum lancar mengaji, santri yang rajin mengaji dan santri
yang malas mengaji.
5) Pada masa K.H. Abuya Abdullah Umar sampai K.H. Azka hafalan
lebih berarti sebab santri mengaji dengan maju satu persatu
b. Kekurangan penerapan metode sorogan di Pondok Pesantren
Tahaffudzul Quran di antaranya:
1) Dengan metode sorogan santri yang kurang siap hafalannya
menjadi takut untuk setor hafalan.
2) Pada masa diasuh oleh Hj. Aufa dengan cara maju tiga sekaligus.
Ketika santri menyetorkan hafalan al-Quran mereka para santri
merasa tidak fokus karena santri maju hafalan tiga santri sekaligus
dalam satu hadapan pengasuh (pengasuh mengajari setiap setoran
tiga santri-tiga santri bukan satu satu) sehingga ada salah satu santri
yang merasa tidak fokus dengan hafalannya.
3) Adanya kesalahfahaman antara santri ketika pengasuh
membenarkan hafalan yang salah kepada salah satu santri karena
antara santri yang satu dengan yang lainnya tempat duduknya
untuk mengaji setoran hafalan saling berdekatan.
4) Kemampuan antara santri yang satu dengan santri yang lainnya
berbeda sehingga santri yang maju bersamaan dengan santri yang
suaranya keras bagi santri yang suaranya pelan merasa terganggu
dan kurang fokus atau kurang lancar dalam menyetorkan
hafalannya.
B. Saran
Dari kesimpulan diatas maka peneliti menganjurkan:
1. Agar dalam menerapkan metode sorogan ini lebih baik ditingkatkan
dengan santri mengaji lebih disiplin dan tepat waktu agar dalam hal
menyetorkan hafalan dengan pengasuh bisa berjalan dengan lancar dan
58
tidak memakan waktu yang lama ketika para santri mengantri mengaji
dengan pengasuh sehingga dapat diambil manfa’at bagi semua santri yang
ada diPondok Pesantren Tahaffudzul Quran baik santri yang berstatus
mahasiswi maupun santri yang berstatus tahassus (santri yang hanya
mondok saja).
2. Santri yang mendapat jadwal kuliyah pada waktu jam pertama maka akan
lebih baik jika mempunyai persiapan yang lebih pagi agar ketika bel
mengaji sudah dibunyikan bisa langsung maju mengaji menyetorkan
hafalannya kepada pengasuh agar tidak terjadi antrian yang panjang
hingga siang hari, sehingga santri yang mendapat jam pertama juga bisa
mengaji dan menyetorkan hafalannya kepada pengasuh.
3. Berkaitan dengan tempat mengaji pada waktu menyetorkan hafalan
mengaji kepada pengasuh memang sudah baik karena tempatnya
dimushalla karena suasana mushalla sangat mendukung, selain tempatnya
bersih, suci dan tenang maka santri bisa lebih fokus, nyaman dalam
menyetorkan hafalannya.
C. Penutup
Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah Allah SWT penyusunan
skripsi ini dapat peneliti selesaikan. Peneliti menyadari bahwa meskipun
dalam penelitian ini telah berusaha semaksimal mungkin, namun dalam
penulisan skripsi ini tidak lepas dari kesalahan dan kekeliruan. Hal itu semata-
mata merupakan keterbatasan ilmu dan kemampuan yang peneliti miliki. Oleh
karena itu, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari
berbagai pihak demi perbaikan-perbaikan penelitian selanjutnya agarmencapai
kesempurnaan. Akhirnya peneliti berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
59
DAFTAR PUSTAKA
Afnan, Maftuh, Kamus Al-Munir, Surabaya: Anugerah, 1991
Ali, Lukman, dkk., , Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999
Alwi, Hasan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III, Jakarta Balai pustaka,
2003.
Arif, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat
Press, 2002
Arifin, M., Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis Dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara, 2003
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2002,
Azizi, Qadri Abdillah, et.al., Dinamika Pesantren dan Madrasah, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2002.
Al-Badri, Badrun bin Nasir, Keutamaan Membaca dan Menghafal al-Quran, terj.
Muhammad Iqbal A. Ghazali Indonesia: Maktub Dakwah dan Bimbingan
Jaliyat Rabwah, 2010
Badwilan, Ahmad Salim, Seni menghafal Al-Quran, Resep Manjur Menghafal
Al-Quran yang Telah Terbukti Keampuhannya, terj. Abu Hudzaifah t.tp.,
Wacana Ilmiah Press, 2008
Al-Bukhari, Al-Jami’ Al-Musnad As-Sahih Al-Mukhtasar min Umur Rasulillah
Sallallah Alaih wa Sallam wa Sunanih wa Ayamih, Jilid VI, Beirut: Dar
Tauq An-Najah, 1422,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Pendidikan di Indonesia dari Zaman
ke Zaman, Jakarta: Badan Litbang Pendidikan dan Kebudayaan, 1979.
Desmita, Psikologi Perkembangan,Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008
Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai,
Jakarta: LP3ES, 1982
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Jilid I Yogyakarta: Andi Offset, 2003
Al-Hafidz, Ahsin W., Bimbingan Praktis Menghafal Al-Quran, Jakarta: Bumi
Aksara 1994
60
Al-Hafidz, Ahsin W., Bimbingan Praktis menghafal Al-Quran, Jakarta Bumi
Aksara, 2005
Hasbullah, Drs., Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo persada,
1996.
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintasan Sejarah
Pertumbuhan dan Perkembangannya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1995
Khallaf, Abdul Wahab, Ilmu Ushul Fiqh, terj. Muhammad Zuhri dan Ahmad
Qorib, Semarang: Dina Utama Semarang, 1994
Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Miftah, dkk, Al-Quran Sumber Hukum Islam, Juz I, Bandung: Pustaka, 1989
Muslim, Sahih Muslim. Jilid 1, Beirut: Dar Ihya At-Turas Al- Arabi, tt.,
Nata, Abuddin, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-lembaga
Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: PT Grasindo, 2001
Nawabuddin, Abdurrab, Teknik Menghafal Al-Quran, Bandung: Al-
Gensindo,1991
Qardhawi, Yusuf, Menghafal Al-quran, terj. Nn., t.tp., KONSIS Media, tt., pdf
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002),
Siradj, Said Agil, (et.al), Pesantren Masa depan, Bandung: Pustaka Hidayah,
1999
Soenarjo, R.A.H, Al-quran dan Terjemahnya, Jakarta: Departemem Agama
RI,1971
Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru,
1989
Sudjana, Nana. dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung:
Sinar Baru Algesindo, 2001
Sugiyanto, Ilham Agus, Kiat Praktis Menghafal Al-Quran,Bandung: Mujahid,
2004
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: CV. Alfabeta, 2008.
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya,Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2003
61
Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wacana Ilmu,2001
al-Syaibani, Ahmad bin Hambal Abu Abdillah, Musnad Al-Imam Ahmad bin
Hambal, Jilid III, Kairo: Mu’assasah Qurtubah, tt.,
Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam,Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1995
Al-Tirmidzi, Al- Jami As-shohih sunan At-Tirmidzi, jilid 2, Beirut: Dar Ihya At-
Turas Al-Arabi, tt.,
Yaqub, Ali Mustafa, Nasihat Nabi kepada Pembaca dan Penghafal Al-Qur’an
Jakarta: Gema Insani Press, 2001
Az-Zarmuji, Syaikh, Ta’lim Muta’allim, Surabaya: Mutiara Ilmu, 1995
Zein, Muhammad, Methodologi Pengajaran Agama, Yogyakarta: Ak Group, 1995
Zen, Muhaimin, Pedoman Pembinaan Tahfidzul Quran, Jakarta: Pustaka Al-
Husna, 1983
Zuhairini, dkk. Metodik Khusus Pendidikan Agama, Malang: Biro Ilmiah Fakultas
Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 1981
Zuhri, Minan, Pelajaran Tajwid, Kudus: Menara Kudus, 1981
Dokumen PPTQ pada tanggal 20 November 2010
Buku Induk PPTQ pada tanggal 20 November 2010.
Hasil wawancara dengan Nyai Hj. Aufa Umar pada hari selasa tanggal 21 Juni
2011 jam 09.00 WIB pagi.
62
LAMPIRAN-LAMPIRAN
63
PEDOMAN OBSERVASI
1. Lingkungan Pondok Pesantren Tahaffudzul Quran Purwoyoso Ngaliyan
Semarang
2. Kegiatan para santri meliputi:
a. Waktu mengaji menyetorkan hafalan santri
b. Proses menghafal Al-Quran
c. Metode sorogan dalam menghafal Al-Quran
64
Lampiran 1
PEDOMAN WAWANCARA
1. Dengan Metode sorogan ini apakah anda merasa nyaman ?
2. Apakah anda senang dengan metode tersebut ?
3. Apakah Anda mengaji tepat pada waktunya ?
4. Berapa Kali anda mengaji dalam sehari ?
5. Dimana tempat anda mengaji dengan pengasuh ?
6. Jam berapa anda mengaji ?
7. Dengan siapa anda mengaji ?
8. Ketika mengaji lebih suka sendiri atau bareng santri lain?
1. Shofiyah (Pengurus seksi keamanan )
Tanggal 20 juni 2011
Hari: Selasa
Waktu: 06.30
P: Dengan metode sorogan ini apakah anda merasa nyaman?
R:” nyaman saja. Sesuai yang diperintahkan pengasuh”
P: Apakah anda senang dengan metode tersebut ?
R: “ nyaman saja “
P: Berapa kali anda mengaji dalam sehari?
R: “dua kali dalam sehari yaitu pagi dan sore hari”
P: Apakah anda mengaji tepat pada waktunya ?
R: “ tidak tepat, karena suka antri yang terakhir”
P: jam berapa anda mengaji ?
R: “ pagi hari jam 06.30 untuk undaan ( nambah hafalan baru ) dan sore
hari jam 15.30 untuk nderesan ( mengulang hafalan yang telah didapat
sebanyak setengah juz atau seperempat juz )
P: Dimana tempat anda mengaji dengan pengasuh ?
R: “ dimushalla, karena memang tempatnya disitu”
P: Dengan siapa anda mengaji ?
R: “ dengan ummi Aufa”
P: Lebih senang ngaji sendiri atau bareng santri lain?
R: “ sesuai dengan biasanya saja maju tiga santri secara bersamaan “
65
2. Ida Nur Chamidah ( Pengurus seksi pendidikan )
Tanggal 21 Juni 2011
Hari : senin
Waktu : 09.00
P: Dengan Metode sorogan ini apakah anda merasa nyaman ?
R: “ Nyaman ”
P: Apakah anda senang dengan metode tersebut ?
R: ” Senang ”
P: Apakah Anda mengaji tepat pada waktunya ?
R: “ Lebih banyak mengaji pertama karena kalau tidak ngaji duluan itu
antreannya panjang “
P: Berapa Kali anda mengaji dalam sehari ?
R: “ tiga kali “
P: Dimana tempat anda mengaji dengan pengasuh ?
R: “ Dimushalla “
P: Jam berapa anda mengaji ?
R: “ Pagi setelah sebuh jam 05.30, sore setelah asyar jam 15.00, dan
malam setelah shalat Isyak jam 08.00 “
P: Dengan siapa anda mengaji ?
R: “ Dengan ummi . Aufa “
P: Ketika mengaji lebih suka sendiri atau bareng santri lain?
R: “ Saya lebih suka sendirian karena secara pribadi saya lebih bisa fokus
menyetorkan hafalan saya kepada pengasuh tapi kalau dengan santri lain
bisa bareng tapi satu saja jadi dua santri bisa bareng gitu, kalau tiga
santri mengaji bersamaan membuat saya bingung dan tidak fokus
sehingga ketika menyetorkan hafalan saya kepada pengasuh itu jadi
bubar “
3. Isfaizah ( Santri Tahassus )
Tanggal : 22 Juni 2011
Hari : Rabu
Waktu : 20. 00
P: Dengan Metode sorogan ini apakah anda merasa nyaman ?
R: “ Nyaman “
P: Apakah anda senang dengan metode tersebut ?
R: “ Senang, karena memang pengasuh menghendaki demikian “
P: Apakah Anda mengaji tepat pada waktunya ?
R: “ ya kadang tepat , tidak tentu, kalau tidak ada antreannya ya saya
mengaji duluan ( mengawali ) kalau antreannya panjang biasanya saya
antri nomer tiga atau empat tidak sampai terakhir “
P: Berapa Kali anda mengaji dalam sehari ?
R: “ tiga kali
P: Dimana tempat anda mengaji dengan pengasuh ?
R: “ Dimushalla “
P: Jam berapa anda mengaji ?
66
R: “ pagi setelah subuh jam 06.30, sore setelah asyar jam 15.30, malam
setelah shalat isyak jam 18.30 “
P: Dengan siapa anda mengaji ?
R: ” Dengan ummi. Aufa “
P: Ketika mengaji lebih suka sendiri atau bareng santri lain?
R: “ seneng maju bareng dua santri yang suaranya tidak terlalu keras alias
pelan-pelan, kalau ngaji sendirian itu grogi dan takut salah-salah “
4. Ina Aini Fadhilah
Tanggal 22 juni 20011
Hari : Kamis
Waktu : 20.30
P : Dengan Metode sorogan ini apakah anda merasa nyaman ?
R : “ Nyaman saja “
P : Apakah anda senang dengan metode tersebut ?
R : “ Senang “
P : Apakah Anda mengaji tepat pada waktunya ?
R : “ Tidak tepat kadang dapat antrian yang terakhir kadang juga dapat
antrian ditengah-tengah jadi tidak tentu gitu “
P : Berapa Kali anda mengaji dalam sehari ?
R : “ dua kali “
P : Dimana tempat anda mengaji dengan pengasuh ?
R : “ Dimushalla “
P : Jam berapa anda mengaji ?
R : “ Pagi setelah subuh jam 06.00, dan sore setelah asyar jam 15.00
nyaman saja , pendapat saya kalau ada santri yang dapat jam pertama
seharusnya didispensasi jadi tidak nunggu antrian panjang , langsung bisa
berangkat kuliyah gitu karena persiapannya kan panjang harus antri
mandi, antri nyetrika, antri ngaji dan belum lagi nyiapakan jadwal mata
kuliyah gitu , kalau ada jam kuliyah sore juga seharusnya didispensasi
juga karena sepulang dari kampus pasti sudah capek dan kesorean belum
lagi mengantri ngaji “
P : Dengan siapa anda mengaji ?
R : “ Dengan ummi . Aufa “
P : Ketika mengaji lebih suka sendiri atau bareng santri lain?
R : “ Biasa saja, lebih senang maju tiga santri bersamaan, soalnya kalau
sendirian itu takut kalau salah-salah jadi grogi “
67
5. Novita Asyrofahnti ( Pengurus / Ketua Pondok )
Tanggal : 24 Juni 20011
Hari : Jum’at
Waktu : 18.30
P : Dengan Metode sorogan ini apakah anda merasa nyaman ?
R : “ Nyaman saja “
P : Apakah anda senang dengan metode tersebut ?
R : “ Senang , karena memang pengasuh menghendaki demikian “
P : Apakah Anda mengaji tepat pada waktunya ?
R : “ Tidak tepat waktu, kalau belum bisa mengaji atau belum lancar itu
belum berani antri paling nderes dulu baru kalau sudah lancar baru antri “
P : Berapa Kali anda mengaji dalam sehari ?
R : “ dua kali “
P : Dimana tempat anda mengaji dengan pengasuh ?
R ;” ya dimushalla, karena memang tempatnya disitu “
P : Jam berapa anda mengaji ?
R : “ Pagi setelah shalat subuh jam 06.30 dan sore setelah shalat asyar jam
16.00 “
P : Dengan siapa anda mengaji ?
R : “ Dengan ummi . Aufa “
P : Ketika mengaji lebih suka sendiri atau bareng santri lain?
R : “ Senang mengaji bareng tiga santri soale kalau Cuma satu santri itu
kelihatan sedikit sedangkan kalau ngaji empat santri bersamaan itu
kebayakan “
6. Himmatul Aliyah 09 ( Pengurus / Wakil ketua Pondok )
Tanggal : 25 juni 2011-07-2
Hari : Sabtu
Waktu : 18.30
P : Dengan Metode sorogan ini apakah anda merasa nyaman ?
R : “ Heem Nyaman “
P : Apakah anda senang dengan metode tersebut ?
R : “ Senang saja karena memang Pengasuh menginginkan seperti itu “
P : Apakah Anda mengaji tepat pada waktunya ?
R : “ nggak, kadang terakhir kadang juga ditengah-tengah tergantung
antriannya, jika antriannya sedikit ya bisa langsung antri mengaji , kalau
antriannya panjang ya bisa dapat antrian terakhir “
P : Berapa Kali anda mengaji dalam sehari ?
R ; ” Tiga kali “
P : Dimana tempat anda mengaji dengan pengasuh ?
R : “ ya dimushalla, memang tempat mengajinya disitu “
P : Jam berapa anda mengaji ?
R : “ Pagi kalau bisa setelah shalat subuh jam 05.30, sore setelah shalat
asyar jam 16.00 dan malam jam 20.30 kalau bisa mengajinya para santri
68
itu yang lebih awal biar ummi ( pengasuh ) tidak menunggu terlalu lama
“
P : Dengan siapa anda mengaji ?
R : “ Dengan Pengasuh ummi. Aufa “
P : Ketika mengaji lebih suka sendiri atau bareng santri lain?
R : “ lebih senang mengaji bareng tiga santri , soalnya kalao bareng
bertiga itu bisa tenang sedangkan kalau sendirian saya jadi grogi ”
7. Rifa’ah (Pengurus /seksi pendidikan )
Tanggal : 26 Juni 2011
Hari : Minggu
Waktu : 20.00
P : Dengan Metode sorogan ini apakah anda merasa nyaman ?
R : “ nyaman ‘
P : Apakah anda senang dengan metode tersebut ?
R : “ Senang “
P: Apakah Anda mengaji tepat pada waktunya ?
R : “ tidak, soalnya kalau belum lancar be,um berani mengaji , untuk bisa
lancar harus nderes terlebih dahulu sambil menunggu antrian “
P : Berapa Kali anda mengaji dalam sehari ?
R : “ tiga kali “
P : Dimana tempat anda mengaji dengan pengasuh ?
R : “ dimushalla ‘
P : Jam berapa anda mengaji ?
R : “ Pagi setelah shalat subuh jam 06.30, sore setelah shalat asyar jam
16.30 dan malam setelah shalat isyak jam 20.30 “
P : Dengan siapa anda mengaji ?
R : “ Dengan ummi. Aufa “
P : Ketika mengaji lebih suka sendiri atau bareng santri lain?
R : “ Senang mengaji bareng dua santri soalnya kalau mengaji sendirian
merasa grogi akhirnya setoran kepada pengasuh jadi buyar, kalau bareng
tiga santri dengan suara yang keras-keras juga membuat setoran didepan
pengasuh jadi buyar “
69
8. Aluh Zahraini
Tanggal 27 Juni 2011
Hari : Senin
Waktu : 20.00
P : Dengan Metode sorogan ini apakah anda merasa nyaman ?
R : “ Biasa nyaman “
P : Apakah anda senang dengan metode tersebut ?
R : “ senang “
P : Apakah Anda mengaji tepat pada waktunya ?
R : “ nggak juga, Kadang kalau antriannya banyak ya bisa langsung antri
sambil nderes, klau nggak ada antrian ya nggak berani karena belun bisa “
P : Berapa Kali anda mengaji dalam sehari ?
R : “ dua kali “
P : Dimana tempat anda mengaji dengan pengasuh ?
R : “ Dimushalla “
P : Jam berapa anda mengaji ?
R : ” Pagi jam 06.00 dan sore 16.00 “
P : Dengan siapa anda mengaji ?
R : ” Dengan ummi Aufa “
P : Ketika mengaji lebih suka sendiri atau bareng santri lain?
R : ” saya lebih senang bareng tiga santri, alasan saya karena disini
ummi sendiri yang menyimak selain itu waktunya ummi terbatas dan
ummi bisa melakukannya “
9. Reni Lestiani
Tanggal 28 Juni 2011
Hari : Selasa
Waktu : 16.30
P : Dengan Metode sorogan ini apakah anda merasa nyaman ?
R : “ nyaman aja “
P : Apakah anda senang dengan metode tersebut ?
R : ” ya, lha emang begitu “
P ; Apakah Anda mengaji tepat pada waktunya ?
R : “ nggak, biasanya saya ngaji kalau sudah bisa atau sudah lancar ”
P : Berapa Kali anda mengaji dalam sehari ?
R : ” dua kali “
P : Dimana tempat anda mengaji dengan pengasuh ?
R : ” Dimushalla “
P : Jam berapa anda mengaji ?
R : ” biasanya saya mengaji kalau pagi jam 06.00 dan sore jam 16.00 “
P : Dengan siapa anda mengaji ?
R : ” dengan ummi Aufa “
P : Ketika mengaji lebih suka sendiri atau bareng santri lain?
R : ” saya lebih suka bareng tiga santri karena kalau sendirian saya grogi,
jadi salah-salah terus tapi, senang kalau ummi tidak memperhatikan saya ,
70
kalau yang pas bersamaan dengan saya kok suaranya keras , saya nggak
bisa fokus kalau sudah begitu biasanya saya mengimbangi dengan suara
yang keras juga jadi bisa sama-sama keras , pendapat saya kalau mbak-
mbak yang sudah bisa lancar mengajinya mbok ya ndang antri gitu biar
ummi nggak terlalu lama menunngunya gitu ”
10. Sokhifatun
Tanggal : 28 juni 2011
Hari : Selasa
Waktu : 17.00
Tempat : Kamar santri
P : Dengan Metode sorogan ini apakah anda merasa nyaman ?
R : ” Saya lebih merasa senang “
P : Apakah anda senang dengan metode tersebut ?
R : ” biasa , senang “
P : Apakah Anda mengaji tepat pada waktunya ?
R : ” nggak ”
P : Berapa Kali anda mengaji dalam sehari ?
R : ” Dua kali “
P : Dimana tempat anda mengaji dengan pengasuh ?
R : ” Dimushalla “
P : Jam berapa anda mengaji ?
R : ” Biasanya saya mengaji pagi jam 06.00 sedangkan untuk sore hari jam
16.00 ”
P : Dengan siapa anda mengaji ?
R : ” Dengan ummi Aufa “
P : Ketika mengaji lebih suka sendiri atau bareng santri lain?
R : ”Saya lebih setuju bareng tiga santri karena dengan tiga santri saja
ummi Aufa masih bisa membenarkan santri yang ketika menyetorkan
hafalannya ada yang salah “
71
11. Rifa Fauziyah ( Santri Tahassus )
Tanggal : 29 Juni 2011
Hari : Rabu
Waktu : 17.00
Tempat : Kamar Santri
P : Dengan Metode sorogan ini apakah anda merasa nyaman ?
R : ”Nyaman-nyaman saja, memang begitu “
P : Apakah anda senang dengan metode tersebut ?
R : ” ya senang ”
P : Apakah Anda mengaji tepat pada waktunya ?
R : ” nggak, soalnya saya lebih seneng ngaji diakhir-akhir saja, kalau
masih ada yang antri biasanya saya gunakan untuk nderes biar tambah
lancar “
P : Berapa Kali anda mengaji dalam sehari ?
R : ”Tiga kali “
P : Dimana tempat anda mengaji dengan pengasuh ?
R : ” Dimushalla “
P : Jam berapa anda mengaji ?
R : ”kalau pagi jam 06.00 , sore jam 16.00, malam jam 20.00, seharusny
pengurus itu lebih disiplin dalam memukul bel mengaji jadi nggak
mengulur waktu terlalu lama, kalau memukul belnya saja telat maka
kasihan yang sudah antri sedangkan antriannya kan panjang jadi yang
terakhir-terakhir itu nggak kebagian jadi nggak ngaji dech. “
P : Dengan siapa anda mengaji ?
R : ” Dengan ummi Aufa “
P : Ketika mengaji lebih suka sendiri atau bareng santri lain?
R : ” seneng bareng du santri karena kalau nggak ada temennya sendirian
itu saya grogi sedangkan kalau tiga santri maju bareng itu menurut saya
kebayakan karena jadi rame ”
12. Afifatul Khusna ( Santri Tahassus )
Tanggal : 29 Juni 2011
Hari : Rabu
Waktu : 19.00
Tempat : Kamar santri
P : Dengan Metode sorogan ini apakah anda merasa nyaman ?
P : Apakah anda senang dengan metode tersebut ?
P : Apakah Anda mengaji tepat pada waktunya ?
P : Berapa Kali anda mengaji dalam sehari ?
P : Dimana tempat anda mengaji dengan pengasuh ?
P : Jam berapa anda mengaji ?
P : Dengan siapa anda mengaji ?
P : Ketika mengaji lebih suka sendiri atau bareng santri lain?
72
Lampiran 2
DOKUMENTASI KEGIATAN PENELITIAN DI PONDOK PESANTREN
TAHAFFUDZUL QURAN PORWOYOSO NGALIYAN
Aktivitas simaan santri
Aktivitas simaan santri
73
Peneliti sedang melakukan wawancara dengan santri
Peneliti sedang melakukan wawancara dengan santri
74
Aktivitas para santri ketika antri mengaji
Kegiatan santri ketika nderes ( saling menyemak bergantian ) dengan santri lain
75
Pengasuh sedang menyemak para santri dalam satu majlis ( di mushalla )
Pengasuh sedang menyemak setiap santri yang mengaji sekaligus secara
bersamaan
76
Salah satu santri bersalaman dengan pengasuh ketika sudah selesai mengaji