penerapan metode pembelajaran pendidikan...
TRANSCRIPT
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM PADA PROGRAM AKSELERASI DI SMPN 3 TANGERANG
SELATAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
Abu Bakar Gong Matua Pane
NIM: 207011000252
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1436H/2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan ridho-
Nya yang telah memberikan kemudahan dalam penyusunan skripsi dengan judul Penerapan
Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Program Akselerasi di SMPN 3
Tangerang Selatan.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan, motivasi, serta
bimbingan dari berbagai pihak. Maka sepantasnya penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Nurlena Rifa’i, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Bahrissalim, M.Ag., Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Drs. Syafiudin shiddiq,M.Ag., Sekretaris
Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. H. Masan AF, M.Pd., pembimbing dalam penyusunan skripsi yang telah banyak
meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dengan sabar dan ikhlas membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Drs. Aminuddin Yaqub, M.Pd dan Dra. Manera., penguji dalam sidang munaqasah yang
telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Syafiudin shiddiq, M.Ag., dosen pembimbing akademik.
6. Bapak Maryono, SE., Kepala SMP Negeri 3 Tangerang selatan yang telah memberikan
izin untuk pelaksanaan penelitian skripsi.
Drs. H. Anwaruddin MA., guru bidang studi PAI kelas VIII akselerasi yang telah
memberikan bimbingan dan arahan selama terlaksananya penelitian skripsi.
ABSTRAK
Abu Bakar Gong Matua Pane, 207011000252. Penerapan Metode Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam pada Program Akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan.
Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode yang digunakan pada program
akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kualitatif deskriptif analisis, yaitu penelitian dengan cara menganalisis data yang diarahkan
untuk menjawab perumusan masalah, tetapi tidak untuk menguji hipotesis. Dengan demikian data
utama dari penelitian ini dapat diketahui dengan jelas. Hasil penelitian menunjukan bahwa di dalam
menyampaikan materi PAI, guru sudah menggunakan metode pembelajaran yang menarik, yaitu
metode ceramah, metode tanya jawab, metode demostrasi, metode karya wisata, metode
diskusi, metode kerja kelompok. Walaupun tanpa menggunakan metode pembelajaran mereka
sudah menerapkan nilai-nilai ajaran agama dalam kehidupan dan dari nilai akademik mereka pun
telah melempaui KKM untuk tingkat SMP Negeri pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
(PAI).
Kata Kunci : Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Program Akselerasi,
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ................................................................... 5
D. Perumusan Masalah ..................................................................... 6
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 6
BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PERUMUSAN
HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritis ........................................................................ 7
1. Program Akselerasi
a. Pengertian program akselerasi .......................................... 7
b. Tujuan Program Akselerasi .............................................. 13
c. Aspek-aspek Program Akselerasi ..................................... 14
d. Bentuk Program Akselerasi .............................................. 20
e. Penyelenggaraan Program Akselerasi ............................... 21
2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ................................. 24
a. Pengertian pembelajaran pendidikan agama Islam ............ 24
b. Tujuan pendidikan agama Islam ........................................ 25
c. Ruang lingkup pendidikan agama Islam ............................ 26
3. Metode Pembelajaran PAI ...................................................... 28
a. Macam-macam metode pendidikan Islam ...................... 28
B. Hasil Penelitian yang Relevan ....................................................... 34
ix
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 38
B. Latar Penelitian ........................................................................... 38
C. Metode Penelitian ........................................................................ 39
D. Prosedur Pengumpulan Data ....................................................... 40
E. Pemeriksaan Atau Pengecekan Keabsahan Data ........................ 43
F. Analisis Data ............................................................................... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ............................................................................. 54
B. Pembahasan ................................................................................. 62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 63
B. Implikasi ...................................................................................... 64
C. Saran ............................................................................................ 65
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 66
LAMPIRAN....................................................................................................... 70
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pedoman wawancara........................................................................... 41
.............................................................................................................................
Tabel 4.1 Proses penerimaan siswa kelas akselerasi ......................................... 48
.............................................................................................................................
Tabel 3.3 Jumlah Kelas, Rombel, dan Siswa Tahun Pelajaran 2011/2012 ........ 39
.............................................................................................................................
Tabel 3.4 Jenjang Pendidikan dan Status Guru ................................................. 39
Tabel 3.5 Data Jumlah Guru dan Statusnya ....................................................... 40
Tabel 3.6 Jenjang Pendidikan Tenaga Administrasi (TU) dan Statusnya .......... 40
Tabel 3.7 Tenaga Perpustakaan (Pustakawan) dan Laboratorium (Laboran) ..... 41
Tabel 3.8 Data Rombongan Belajar (Rombel) Dan Guru SMP N 3 Tangsel .... 41
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Suarat peenyataan telah melaksanakan penelitian .........................
Lampiran 2. Panduan sistem penerimaan peserta didik ......................................
Lampiran 3. Profil SMP Negeri 3 Tengerang Selatan ........................................
Lampiran 4. Pormulir pendaftaran calon siswa program CI-BI Akselerasi........
Lampiran 5. Surat penryatan persetujuan dari orang tua ....................................
Lampiran 4. Pedoman wawancara ......................................................................
Lampiran 5. Lembar uji referensi .......................................................................
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas dan
siap bersaing dengan negara lain. Namun untuk membentuk sumber daya
manusia yang berkualitas dan memiliki kompetensi yang tinggi tidaklah
semudah membalik telapak tangan.
“Permasalahan proses belajar mengajar biasanya disebabkan dari
pengajaran yang kurang efektif, kurang efisien, dan kurang membangkitkan
gairah belajar”.1 Hal tersebut menyebabkan rendahnya motivasi siswa,
kesadaran belajar dan kesungguhan belajar, sehingga tidak terpenuhi
penguasaan konsep. Oleh karena itu, perlunya strategi pembelajaran dan
sumber belajar yang tepat sehingga masalah dapat terselesaikan.2
“Di sisi lain orang tua berpendapat bahwa guru merupakan seorang yang
tahu akan segala hal. Pendapat ini terus berkembang di masyarakat, sehingga
1AA. Sukarso dkk., “Tanaman Sekitar Lingkungan Sekolah Sebagai Media Pengajaran Biologi,”
Jurnal Dinamika Pendidikan, vol. 3, no.1, ( Desember 2011), h.53, diakses pada 9 desember 2012,
tersedia online di http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/21065359.pdf
2 Candra Puasati, “Peningkatan Keterampilan Proses Dan Pemahaman Konsep Biologi Melalui
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Siswa,”Jurnal Nuansa Pendidikan, vol.VI, no.1, (
Desember 2011), h.36, diakses pada 9 desember 2012, tersedia online di
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/11083542.pdf
2
menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber informasi bagi siswa dalam
belajar”.3 Dapat dikatakan bahwa kegiatan pendidikan saat itu cenderung
masih bersifat tradisional.
Pendidikan agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan
membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada tuhan yang maha esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup
etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.
Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan
penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi
spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi
yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk tuhan.4
Pendidikan di Indonesia tidak lagi menyamaratakan potensi yang dimiliki
peserta didiknya, namun menempatkan mereka sesuai dengan potensi yang
dimilikinya. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun
1989 tentang sistem Pendidikan Nasional mengenai adanya hak bagi peserta
didik untuk mendapatkan pelayanan pendidikan khusus bagi yang memiliki
kemampuan dan kecerdasan luar biasa. Kecerdasan luar biasa adalah memiliki
satu derajat kemampuan intelektual yang tinggi, yaitu IQ di atas. Dengan
adanya pemahaman tentang kecerdasan istimewa pada peserta didiknya, maka
pendidikan di Indonesia mulai melakukan perubahan guna memenuhi
kebutuhan yang diperlukan oleh peserta didiknya. Sebagai dampaknya, maka
saat ini dibuka kelas yang berbeda-beda menyesuaikan dengan kebutuhan dari
peserta didik. Perubahan besar yang terjadi adalah dibukanya kelas inklusif
bagi murid yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata. Dibuka kelas regular
3 Thomas Wibowo Agung Sutjiono, “ Pendayagunaan Media Pembelajaran,” Jurnal Pendidkan
Penabur, vol. 4, no. 4, (Juli 2005), h. 76, diakses pada 9 desember 2012, tersedia online di http://www.bpkpenabur.or.id/files/Hal.76-84%20Pendayagunaan %20Media%20Pembelajaran.pdf
4 Muhammad Siddiq, “Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ( PAI) Di Sekolah
Menengah Pertama ( SMP ), Widyaiswara madya balai diklat keagamaan medan, h. 1.
3
untuk peserta didik dengan potensi rerata. Sedangkan bagi mereka yang
memiliki kecerdasan luar biasa atau istimewa dibuka kelas akselerasi.5
Program akselerasi suatu proses percepatan (acceleration) pembelajaran
yang dilakukan oleh peserta didik yang memiliki kemampuan luar biasa
(unggul) dalam rangka mencapai target kurikulum Nasional dengan
mempertahankan mutu pendidikan sehingga mencapai hasil yang optimal.
Dengan kata lain peserta didik dapat menyesuaikan cara belajarnya lebih cepat
dari siswa lainnya (siswa reguler). Program akselerasi di Indonesia merupakan
model pendidikan dimana siswa menggunakan waktu yang kurang daripada
waktu yang biasanya digunakan untuk menyelesaikan studi. Pada tingkat
SLTP masa studi siswa dipercepat dari tiga tahun menjadi dua tahun. Istilah
lain mengenai program percepatan belajar (akselerasi) adalah sebuah
pemberian layanan pendidikan sesuai potensi siswa berbakat, dengan memberi
kesempatan mereka untuk menyesuaikan program reguler dalam jangka waktu
yang lebih cepat dibandingkan teman-temannya. Program percepatan belajar
adalah salah satu program layanan pendidikan khusus bagi peserta didik yang
oleh psikolog telah diidentifikasi memiliki kemampuan intelektual umum pada
taraf cerdas, memiliki kreatifitas dan keterikatan terhadap tugas di atas rata-
rata, untuk dapat menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan
belajar mereka.6
Saat ini sejumlah siswa yang mengikuti kelas akselerasi mengalami
tekanan psikologis yang cukup berat. Wajar bila hal itu terjadi sebab siswa
yang mengikuti kelas akselerasi merasa kurang memiliki waktu luang untuk
kegiatan di luar jam sekolah dengan berbagai alasan, seperti capek, banyak
tugas dan lain-lain karena mereka harus mengikuti jadwal dan materi pelajaran
5 Zainul anwar, “Analisis Underchiever Pada Siswa Akselerasi,” jurnal online psikologi, Vol. 01
No. 01, Thn. (2013), h. 231, diakses pada 26 april 2013, tersedia online di http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jop/article/viewFile/1457/1555_umm_scientific_journal.pdf
6 Refista Befris Febrianela, “ Self Regulated Learning (SRL) Dengan Prestasi Akademik Siswa
Akselerasi,” Jurnal Online Psikologi, Vol. 01, No. 01,( 2013), h. 203, diakses pada 26 april 2013, tersedia
online di http://eprints.undip.ac.id/24809/1/SRL_dan_Kemandirian.pdf.
4
yang padat serta mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah.7 Selain itu dalam
proses belajar mengajar pendidikan agama islam pada program akselerasi
masih banyak yang menggunakan metode konvesional (ceramah) sehingga
banyak siswa yang merasa jenuh dan rendahnya pemahaman siswa terhadap
materi pendidikan agama islam yang diajarkan di sekolah.
Dilihat dari masalah-masalah yang dialami siswa di sekolah seyogyanya
proses pembelajaran Agama Islam menggunakan metode yang benar
diarahkan pada peningkatan religiusitas anak didik secara utuh.8 Untuk
masalah ini guru harus menggunkan metode yang tepat ketika mengajar.
Karena metode merupakan aspek penting untuk mentrasfer ilmu pengetahuan
dari kepada siswa. Sehingga terjadi proses internalisasi dan pemilikan ilmu
oleh siswa. Dengan karakteristik siswa yang masuk pada program akselerasi
maka guru harus memiliki kemampuan yang luar biasa dibandingkan guru
yang mengajar pada kelas program reguler. Kemampuan menyampaikan dan
menjelaskan bahan pelajaran, mengelola kelas, mengevaluasi hasil belajar
dan lainnya, sehingga proses pembelajaran pada program akselerasi ini tidak
berat sebelah dan siswa bisa mendapatkan apa yang mereka butuhkan.
Salah satu kemampuan yang harus dikuasi oleh guru pengajar program
akselerasi adalah kemampuan menyampaikan dan menjelaskan bahan
pelajaran. Dalam menyampaikan dan menjelaskan bahan pelajaran guru harus
mampu mencapai tujuan dari setiap bahan pelajaran yang diberikan. Solusi
yang dipakai guru salah satunya adalah memakai metode sesuai dengan
materi yang diajarkan. Dalam menyampaikan dan menjelaskan bahan
pelajaran banyak sekali metode yang digunakan, dengan menggunakan
metode yangb sesuai materi yang diajarkan maka proses pembelajaran akan
berjalan dengan lancar.
7 Diah Sekar Ayu Rena Putri, “Perbedaan Sosialisasi Antara Siswa Kelas Akselerasi Dan
Kelas Reguler Dalam Lingkungan Pergaulan Di Sekolah,” Humanitas : Indonesian Psychological
Journal, Vol. 2 ,No.1 ,(Januari 2005), h. 28 – 40. 8 Nyanyu Khodijah, “Peningkatan Keberhasilan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
(PAI) dengan Pendekatan Revlective Learning, Jurnal Pembangunan manusia,Vol. 7, No. 1, (April 2009), h. 2.
5
Dan sekolah yang dipilih penulis untuk menjadi objek penelitian adalah
SMP Negeri 3 Tangerang selatan. Sekolah yang berdiri sejak tahun 1976 ini
mengalami perkembangan dan peningkatan yang signifikan. Setelah berjalan
sekitar 28 tahun atau tepatnya pada tahun 2004 sekolah ini membuat sebuah
kebijakan dalam program peningkatan mutu sekolah mereka yaitu program
akselerasi.
Dengan demikian, perlu dilakakukan penelitian yang berjudul “Penerapan
Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Program Akselerasi
di SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi
beberapa masalah yaitu sebagai berikut:
1. Pembelajaran umumnya kurang efisien, kurang efektif dan kurang
membangkitkan gairah belajar siswa.
2. Orang tua berpendapat bahwa guru merupakan seorang yang tahu akan
segala hal.
3. Guru Pendidikan agama Islam (PAI) Masih menggunakan metode
konvesional (ceramah) sehingga banyak siswa yang merasa jenuh dan
rendahnya pemahaman siswa terhadap materi pendidikan agama Islam
yang diajarkan di sekolah
4. Sejumlah siswa yang mengikuti kelas akselerasi mengalami tekanan
psikologis yang cukup berat.
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas penulis membatasi permasalahan, yaitu
pada:
1. Penerapan metode Pembelajaran pendidikan agama Islam di kelas
akselerasi.
2. Sekolah yang digunakan untuk penelitian adalah SMP Negeri 3 Tangerang
selatan
6
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka penulis merumuskan
masalah dalam skripsi ini adalah: “Bagaimana Penerapan Metode
Pembelajaran yang Pendidikan Agama Islam pada Program Akselerasi pada
di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan?”
F. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitian yaitu untuk mengetahui pendekatan pembelajaran yang dilakukan
guru agama islam pada program akselerasi pada mata pelajaran pendidikan
agama islam di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan yaitu
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak, yaitu:
1. Bagi siswa, dapat digunakan sebagai peningkatan motivasi dan meraih
prestasi belajar yang lebih baik.
2. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai bahan rujukan jika ingin melakukan
pembelajaran pada program akselerasi
3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan
untuk perbaikan program akselerasi, baik berupa upaya melengkapi sarana
dan prasarana maupun pembinaan guru-guru yang mengajar pada program
akselerasi.
7
BAB II
DESKRIPSI TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Deskripsi Teoritis
1. Program Akselerasi
a. Pengertian Program Akselerasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia program ialah “Rancangan
mengenai asas-asas serta usaha-usaha yang akan dijalankan”.9Dari
pengertian tersebut sudah terlihat adanya unsur-unsur pengelolaan atau
manajemen dalam suatu program yang merupakan serangkaian kegiatan
dalam bentuk program yang dilaksan akan secara bertahap dengan menyusun
terlebih dahulu suatu rancangan rencana, asas-asas dan usaha-usaha untuk
diimplementasikan di lapangan.
Akselerasi diambil dari kata bahasa inggris yaitu “Accelerated” bila
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti yang dipercepat.10
Sedangkan
9 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1988), h. 702. 10
John M. Echols dan Hasan Shdily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia,
1993), h.5.
8
dalam kamus besarbahasa Indonesia, akselerasi diartikan “proses
mempercepat”.11
Menurut Dave Meier seperti yang dikutip Busroa kselerasi
dapat di lakukan jika adanya suatu objek, dalam hal ini objek nya adalah
belajar, yaitu menja di percepatan belajar/ Accelarated learning.“Accelarated
learning”adalah “carabelajar yang ilmiah. Akarnya telah tertanam sejak
zaman kuno”.Ini berarti model pembelajaran akselerasi di lakukan secara
ilmiah sesuai dengan kebutuhan dan tingkat kemampuan anak,
danpembelajranakselerasisudakdilakukansejakzamandahulusebagaisuatugera
kan modern yang mendobrakmetodologipembelajarandanpelatihan yang
dikemasdalamsebuah program pendidikan.
Ketika kata ini digunakan dalam dunia kependidikan maka dikenal istilah
program akselerasi, program ini sendiri ditujukan kepada peserta didik yang
memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
program akselerasi diartikan “ Seperangkat kegiatan kependidikan yang
diatur sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan oleh anak didik dalam
waktu yang lebih singkat dari biasanya. Program ini berisikan seperangkat
kegiatan kependidikan yang telah dirancang khusus untuk peserta didik yang
memiliki kemampuan dan kecerdasan tinggi dibandingkan dengan siswa
lainnya, sehingga proses pembelajran dapat diselesaikan dalam waktu yang
lebih cepat.
Depdiknas mendefinisikan bahwa program akselerasi adalah “program
layanan belajar diperuntukkan bagi siswa yang diidentifikasikan memiliki
ciri-ciri keberbakatan intelektual dan program ini dirancang khusus untuk
dapat menyelesaikan program belajar lebih cepat dari waktu yang telah
ditetapkan”.12
Dari beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa program
akelarasi berisikan seperangkat kegiatan pelayanan pendidikan yang
dirancang khusus dan diperuntungkan bagi siswa yang memilki keberbakatan
istimewa dengan kecerdasan dan kemampuan serta bakat dan minat luar biasa
11
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , Op. Cit, h.16. 12
DepartemenPendidikanNasional, Isu-isuPendidikan di Indonesia: Lima
IsuPendidikanTriwulanKedua, (Jakarta: BalitbangDiknas, 2004),h.87 .
9
dibandingkan dengan siswa lain (siswa biasa), sehingga kegitan belajar dapat
diselesaikan dalam waktu yang lebih cepat dan singkat.
Karena program ini diberikan kepada siswa yang memiliki potensi
kecerdasan tingi, dan bakat istimewa, maka pihak sekolah (guru/tenaga
kependidikan) harus mengetahui, mengamati dan meneleksi ciri dari siswa
terebut, hal ini dilakukan agar penyelenggaraan program akselerasi diberikan
tepat sasaran kepada siswa yang benar-benar memeiliki potensi kecerdasan
tinggi dan bakat istimewa.
Renzulli menjelaskan bahwa “ keberbakatan menunjukkan pada adanya
keterkaitan antara tiga kelompok ciri (cluster) yaitu kemampuan umum,
kreatifitas, dan tanggung jawab terhadap tugas (Task Commitment) di atas
rata-rata”.13
Dengan menggunakan konsep keberbakatan dari Renzulli di atas, dengan
disesuaikan dengan kondisi yang ingin dikembangkan oleh pihak sekolah
maka, defenisi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan tinggi dan
bakat istimewa dalam program akselerasi adalah Siswa yang didefinisikan
oleh tenaga prifessional dan mempunyai pencapaian kinerja tinggi. Kinerja
tinggi ini ditunjukkan dengan pencapaian dan mempunyai kemampuan dalam
salahsatu area atau kombinasi beberapa area bidang studi. Adapun area
kemampuan yang ditunjukkan oleh siswa cerdas istimewa adalah kemampuan
kecerdasan umum, bakat akademik khusus, berfikir kreatif dan produktif,
kemampuan kepemimpinan, kemampuan psikomotorik, dan seni peran dan
visual.14
Sedangkan U.S Office Education, sebagaiman yang dikutip oleh Utami
Munanadar, mendefinisikan bahwa siswa istimewa dan berbakat adalah
Mereka yang oleh orang-orang professional di identifikasikan sebagai anak
13
DepartemenPendidikanNasionalDirektoratJenderalManajemenPendidikanDasardanMen
engahDirektoratPembinaanSekolahLuarBiasa,
PedomanPenyelenggaraanPendidikanUntukPesertaDidikCerdas Istimewa, (Jakarta:
DirektoratPembinaanSekolahLuarBiasa), h.18 14
DepartemenPendidikanNasionalDirektoratJenderalManajemenPendidikanDasardanMen
engahDirektoratPembinaanSekolahLuarBiasa, BimbinganTeknisPenyusunanKurikulum Mata
Pelajaran MIPA SiswaCerdas Istimewa, Op. Cit, h. 6-7.
10
yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena mempunyai kemampuan-
kemampuan yang unggul, anak-anak tersebut memerlukan program
pendidikan yang berdiferensiasi dan/ atau pelayanan di luar jangkauan
program sekolah luarbiasa, agar dapat pengembangan diri sendiri.
Kemampuan-kemampuan tersebut baik secara potensial maupun yang
telahnyata, meliputi kemampuan intelektual umum, kemampuan akademikk
husus, kemampuan berfikir kreatif-produktif, kemampuan memimpin,
kemampuan dalam salah satu bidang seni, dan psikomotor (sepertiolahraga).15
Untuk mendapatkan peserta didik berbakat seperti yang disebutkan dalam
definisi di atas, Deparetemen Pendidikan Nasional, menyebutkan 14 ciri-ciri
keberbakatan yang telah memiliki korelasi yang signifikan dengan
kemampuan umum, dan kreatifitas tanggung jawab terhadap tugas yaitu:
a. Lancar berbahasa (mampu mengutarakan pemikirannya).
b. Memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap ilmu pengetahuan.
c. Memiliki kemampuan yang tinggi dalam berfikir logis dan kritis.
d. Mau belajar/bekerja secara mandiri.
e. Ulet mengahadapi kesulitan ( tidak lekas puttus asa ).
f. Mempunyai tujuan yang jelas dalam tiap kegiatan atau perbuatannya.
g. Cermat atau teliti dalam mengamati.
h. Memiliki kemampuan memikirkan beberapa macam pemecahan masalah.
i. Mempunyai minat luas.
j. Mempunyai daya imajinasi yang tinggi.
k. Belajaar dengan mudah dan cepat.
l. Mampu mengemukakan dan mempertahankan pendapat.
m. Mampu berkonsentrasi.
n. Tidak memerlukan dorongan (motovasi) dari luar.
15
PenyusunanKurikulum Mata Pelajaran MIPA SiswaCerdas Istimewa, (Jakarta:
DirektoratPembinaanSekolahLuarBiasa), h.7
11
Selain Depdiknas, Balitbang Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
sebagaimana dikutip Rahmi Nurrahmah, secara rinci mengidentifikasi ciri-ciri
siswa berpotensi tinggi dan berbakat istimewa, yaitu:
a. Memiliki ciri-ciri belajar, antara lain mudah menangkap pelajaran,
mempunyai ingatan yang baik, perbendaharaan kata yang luas, penalaran
tajam, berrfikir kritis, logis, sering membaca buku bermutu, dan
mempunyai rasa ingin tahu yang bersifat intelektual.
b. Memiliki ciri-ciri tanggung jawab terhadap tugas, antara lain tekun
menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, mampu berkerja sendiri
tanpa bantuan orang lain, ingin berprestasi sebaik mungkin, senang dan
rajin belajar, penuh semangat, dan bosan dengan tugas-tugas yang rutin.
c. Memiliki kreativitas, antara lain bersifat ingin tahu, sering mengajukan
pertanyaan yang baik, memberikan banyak gagasan dan usul-usul terhadap
suatu masalah, mampu menyatakan pendapat secara spontan tanpa malu-
malu, tidak mudah terpengaruh pendapat orang lain, dan mampu
mengajukan gagasan pendapat yang berbeda dengan orang lain.
d. Memiliki ciri-ciri kepribadian, antara lain disenangi oleh teman sekolah,
dipilih menjadi pimpinan, dapat bekerja sama, banyak mempunyai
inisiatif, dan percaya pada diri sendiri.
Anak berbakat merupakan aset pembangunan nasional yang luar biasa,
untuk itu diperlukan kesadaran akan pentingnya membina dan
mengembangkan anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa
secara optimal melalui pelayanan pendidikan. Sebaliknya jika mendapatkan
pelayanan pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan
kecerdasannya maka mereka tidak bisa mengoptimalkan bakat, minat,
kemampuan dan kecerdasannya dengan baik, atau bahkan mereka bisa
menjadi anak yang mengalami kesulitan belajar. Berbagai
literaturmenyebutkan bahwa program pendidikan yang banyak dilaksanakan
bagi anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa adalah:
a. Pengayaan (Enrichment). Pengayaan adalah pembinaan anak supernormal
dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang
12
bersifat vertikal (itensif, pendalaman) dan horisontal (ekstensif,
memperluas). Pengayaan diberikan kepada anak setelah yang bersangkutan
menyeleseikan tugas-tugas yang dibebankan untuk anak-anak sekelasnya.
b. Percepatan (Acceleration) yaitu cara penanganan anak supernormal
dengan memperbolehkan naik kelas secara meloncat atau menyeleseikan
program reguler di dalam jangka waktu yang singkat.
Variasi bentuk percepatan adalah antara lain:
a. Early Admisson (masuk lebih awal) misalnya SD dengan usia kurang dari
7 tahun.
b. Advanced Placment (naik kelas sebelum waktunya, mempercepat waktu
kenaikan kelas).
c. Advanced Courses (mempercepat pelajaran), merangkap kelas dan lain-
lain cara untuk mempercepat kemajuan belajar anak supernormal.16
d. Menghilangkan bagian yang dianggap kurang penting atau yang sangat
mudah karena anak sudah dapat belajar sendiri, sehingga dalam
mempelajari buku secara meloncat-loncat. Misalnya dari 7 bab sebuah
buku cukup dipelajari 5 bab, karena 2 bab dianggap tidak perlu.
e. Pelaksanaan percepatan akan dapat bejalan praktis apabila sekolah itu
mempergunakan sisitem maju berkelanjutan (continous progress) dan
sistem kredit. Ini berarti anak maju terus sesuai dengan kemampuaannya
sendiri (cepat atau lambat) anak yang tergolong supernormal, dapat maju
terus tanpa menunggu teman-temannya dapat maju lebih cepat sehingga
dalam waktu singkat dapat mencapai kredit yang telah ditentukan.
f.Pengelompokan khusus (Segregation) dapat dilakukan secara penuh atau
sebagian yaitu bila sejumlah anak supernormal dikumpulkan dan diberi
kesempatan untuk secara khusus memperoleh pengalaman belajar yang
16
Utami Munandar, Bunga Rampai Anak Berbakat Pembinaan dan Pendidikannya,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), h.63
13
sesuai dengan potensinya. Kegiatan yang dimaksud dapat berlangsung
semingggu sekali atau selama satu semester penuh.17
Pengelompokan biasanya didasarkan pada kemampuan dan kecerdasan
dan dapat dilksanakan dalam berbagai bentuk, antara lain:
a. Kelas khusus
b. Sekolah khusus
c. Pertemuan khusus, sebelum dan ssesudah sekolah dan
d. Program diluar kelas reguler pada jam belajar.18
2. Tujuan Program Akselerasi
Departemen PendidikanNasional, menetapkan lima tujuan yang
mendasari diselenggarakannya program akselerasi bagi siswa berpotensi
tinggi dan berbakat istimewa, sebagaimana disebutkan dalam buku
pedoman penyelenggaraan akselerasi, yaitu:
a. Memberikan kesempatan pada peserta didik cerdas istimewa untuk
mengikuti program pendidikan sesuai dengan potensi kecerdasan yang
dimilikinya.
b. Memiliki hak asasi peserta didik cerdas istimewa sesuai kebutuhan
pendidikan bagi dirinya.
c. Meningkatkan efesiensi dan efektivitas proses pembelajaran bagi
peserta didik cerdas istimewa.
d. Membentuk manusia berkualitas yang memiliki kecerdasan spritual,
emosional, sosial, dan intelektual serta memiliki ketahanan dan
kebugaran fisik.
e. Membentuk manusia berkualitas yang kompeten dalam pengetahuan
seni, berkeahlian dan berketerampilan, menjadi anggota masyarakat
yang bertanggung jawab, serta mempersiapkan peserta didik
mengikuti pendidikan lebih lanjut dalam rangka mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
17
Surtinah Tirtonegoro, Anak Supernormal dan Program Pendidikannya, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2001), h.108-109 18
Munandar, Op. Cit., h. 64.
14
Selain tujuan di atas Dave Meier seperti yang dikutip Busro,
menjelaskan tujuan pembelajaran program akselerasi adalah “menggugah
sepenuhnya kemampuan belajar para pelajar, membuat belajar
menyenangkan, dan memuaskan sebagai bagi mereka, serta memberikan
sumbangan sepenuhnya pada kebahagian, kecerdasan, keberhasilan
sebagai manusia.
Dari beberapa tujuan di atas, penulis berpendapat bahwa tujuan
diselenggarakannya program akselerasi adalah untuk memberikan
pelayanan pendidikan dalam rangka memenuhi kebutuhan siswa yang
berpotensi tinggi dan berbakat istimewa, sehingga siswa tersebut dapat
mengoptimalkan potensi yang dimilkinya secara maksimal yang
mengarah pada pencapaian peningkatan mutu pendidikan, dalam arti
peningkatan prestasi belajar siswa baik prestasi akademik maupun non
akademik.
3.Aspek-aspek Program Akselerasi
a. Aspek Filosofis Program Akselerasi
Penyelenggaraan program kelas akselerasi bagi siswa yang
memiliki potensi kecerdasan, kemampuan tinggi, dan bakat istimewa
disadari filosofis oleh berbagai faktor, yaitu:
1) Hakikat manusia
2) Hakikat pembangunan nasional
3) Tujuan pendidikan
4) Usaha pencapaian tujuan pendidikan.
Penjelasan masing-masing filosofis di atas akan dijelaskan sebagai
berikut:
1) Hakikat manusia, manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa
telah dilengkapi dengan berbagai potensi dan kemampuan yang
merupakan anugerah yang semestinya dimanfaatkandan
dikembangkan, jangan samapi disia-siakan. Dalam hal ini peserta
15
didik yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa
jugamempunyai kebutuhan akan keberadaan (eksistensinya),
mereka membutuhkan pelayanan pendidikan khusus yang sesuai
dengan potensi yang dimilikinya. Usaha utntuk mewujudkan
anugerah potensitersebut secara penuh merupakan konsekuensi
dari amanah Tuhan Yang Maha Kuasa.
2) Hakikat Pembangunan Nasional, dalam pembangunan nasional,
manusia memiliki peran sentera, yaitu sebagai subjek
pembangunan. Untuk dapat memainkan perannya sebagai subjek,
maka manusia indonesia dikembangkan untuk menjadi manusia
yang untuh, yang berkembang segenap dimensi potensi secara
wajar, sebagaimana mestinya. Pelayanan pendidikan yang kurang
memperhatikan potensi anak, bukan saja merugikan anak itu
sendiri, melainkan akan membawa kerugian yang lebih besar bagi
perkembangan pendidikan dan pencepatan pembangunan
Indonesia.
3) Tujuan Pendidikan, pendidikan nasional berusaha menciptakan
keseimbangan anatara pemerataan kesempatan dan keadilan.
Pemerataan kesempatan berarti membuka kesempatan seluas-
luasnya kepada semua peserta didik dari semua lapisan masyarakat
untuk mendapat pendidikan tanpa dihambat perbedaan jenis
kelamin, suku bangsa, dan agama. Akan tetapi, memberikan
kesempatan yang sama pada akhirnya akan dibatasi oleh kondisi
objektif peserta didik, yaitu kepastian untuk dikembangkan. Untuk
mencapai keunggulan dalam pendidikan, maka diperlukan itensi
yaitu memberikan perlakuan yang sesuai dengan kondisi objektif
peserta didik, perlakuan yang didasarkan pada minat, bakat dan
kemampuan, serta kecerdasan peserta didik, kalau tidak demikian
maka yang akan terjadi adalah ketiakadilan pendidikan.
4) Usaha Pencapaian Tujuan Pendidikan, dalam upaya
pengemabangan kemapuan peserta didik, pendidikan berpegang
16
kepada asas keseimbangan dan keselarasan, yaitu keseimbangan
anatara kreatifitas dan disiplin, keseimbangan anatara persaingan
(kompetisi) dam kerja sama (kooperatif), keseimbangan anatara
pengembangan kemampuan berpikir holistik dengan kemampuan
berpikir aomistik, dan keseimbangan antara tuntunan dan prakarsa.
Dari penjelasan di atas jelas bahwa program akselerasi didasarkan
pada pendidikan keadilan, seperti yang tertera pada Undang-undang
RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, BAB
III, ayat 1 tentang prinsif penyelenggaraan pendidikan yaitu:
“Pendidikan diselenggarakan secara demikratis dan brekeadilan
serta tidak diskriminatif dengan menjungjung tinggi hak asasi
manusia nialai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan
bangsa.”
Dari undang-undang tersebut terlihat jelas bagaimana seharusnya
pendidikan diselenggarakan, yaitu memberikan pelayanan,
pengalaman belajar sesuai dengan potensi kecerdasan, kemampuan,
dan bakat minat yang dimiliki setiap manusia sebagau anugerah dari
Tuhan untuk dimanfaatkan sebaik mungkin agar potensi itu berguna
bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara pembangunan nasional
dalam memajukan pembangunan.
b. Aspek Psikologis Program Akselerasi
Secara psikologis anak berbakat didentikkan dengan istilah anak
yang memiliki kecerdasan, kemampuan dan bakat istimewa. Berkenaan
dengan hal itu, maka teori-teori program percepatan ini mengacu pada
teori tentang anak berbakat.Anak berbakat memiliki potensi kecerdasan
yang berhubungan dengan kemampuan intelektual, sedangkan bakat
tidak hanya terbatas pada kemampuan intelektual, namun berhubungan
jugan dengan beberapa jenis seperti kecerdasan linguistic, kecerdasan
musical, kecerdasan kinestik, kecerdasab interapersonal, kecerdasan
intrapersonal, teori ini dikenal dengan teori (multiple intlegences).
17
Pengertian potensi kecerdasan dan bakat istimewa dalam program
akselearasi ini dibatasi hanya pada kemapuan intelektual umum saja.
satu pendekatan/acuan yang dapat digunakan untuk mengukur
kemampuan intelektual umum siswa yang berbakat, yaitu:
1) Pendekatan multidimensional
Dalam pendekatan ini kriteria yang digunakan adalah
mereka yang memiliki dimensi kemampuan umum pada taraf
cerdas (ditetapkan skor IQ 130 ke atas skala Wechsler), dimensi
keratifitas cukup (ditetapkan skor CQ dalam nilai cukup), dan
pengikatan diri tterhadap tugas baik (ditetapkan skor TC dalam
kategori nilai baku baik), (Renzuli, Reis dan Smith 1978).
Jadi secara psikologis siswa yang memiliki kemampuan,
kecerdasan dan bakat istimewa (anak berbakat) tingkat kemampuan
intelektual umumnua adalah memiliki IQ 140 dengan kategori
(genius), dan mereka yang memiliki IQ 130 dengan kategori cerdas
dengan ditunjang kreatifitas dan keterkaitan terhadap tugas dalam
kategori di atas rata-rata.
c. Aspek Empiris Program Akselerasi
Melihat ciri-ciri yang dijelaskan di atas, terkesan seakan-akan
siswa yang meiliki kemapuan, kecerdasan, dan bakat istimewa hanya
memiliki sifat dan perilaku yang positif saja. Sebetulnya tidak
demikian, sebagaimana anak pada umumnya, mereka membutuhkan
pengertian, perhatian, penghargaan dan perwujudan diri. Apabula
kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi mereka akan menderita
kecemasan, keragu-raguan, dan mungkin akan mengakibatkan
timbulnya masalah-masalah kesulitan belajar, seperti:
1) Kemapuan berfikir kritis mengarak ke arah sikap meragukan
(skeptis) baik terhadap diri sendiri maupun trehadap orang lain.
18
2) Kemampuan kreatif dan minat untuk melakukan hal-hal yang baru
bisa menyebabkan mereka tidak menyukai atau lekas bosan dengan
tugas-tugas rutin.
3) Perilaku yang ulet dan terarah pada tujuan, mendapat menjurus ke
keinginan untuk memaksakan atau mempertahankan pendapatnya.
4) Kepekaan yang tinggi dapat membuat mereka menjadi tersinggung
atau peka terhadap kritik.
5) Semangat, kesiagaan mental dan inisiatifnya yang tinggi dapat
membuat kurang sabar dan kurang tenggang rasa jika tidak ada
kegiatan dan jika kurang tampak kemajuan dalam kegiatan yang
sedang berlangsung.
6) Dengan kemapuan dan minat beraneka ragam, mereka
membutuhkan keluwesan serta dukungan untuk dapat menjajaki
dan mengembangkan minatnya.
7) Keinginan mereka untuk mandiri dalam belajar dan bekerja, serta
kebutuhan akan kebebasan, dapat menimbulkan konflik karena
tidak mudah menyesuaikan diri atau tunduk terhadap tekanan dari
orang tua, sekolah, atau teman-temanya, bahkan mereka mersa
ditolak atau kurang dimengerti oleh lingkungannya.
8) Sikap acuh tak acuh dan malas, dapat timbul karena pengajaran
yang diberikan di sekolah kurang mengunadang tantangan baginya.
9) Berdasarkan penelitian Henry (1933) mereka juga suka menganggu
teman-misalnya mencubit atau melempar benda/kapur ke teman
kelasnya.
Masalah-masalah di atas terjadi karena mereka belum mendapat
pelayanan pendidikan yang memadai. Untuk menghindari sifat,
perilaku, dan masalah tersebut, kita hendaknyaberusaha memberikan
kepuasan kerohanian dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu dengan
memberikan layanan pendidikan yang disesuaikan dengan bakat
minat, potensi kemapuan, dan kecerdasan siswa. Dalam hal ini
19
melalui program akselerasi agar mereka dapat mengoptimalkan
potensinya dengan baik sehingga berguna pada dirinya, investasi bagi
masyarakat dan bangsa.
d. Aspek Yuridis Program Akselerasi
Kesungguhan pemerintah untuk memberikan pelayan pendidikan
bagi anak yang memiliki potensi kecerdasan, kemampuan dan bakat
istimewa secara tegas telah dinyatakan sebagai berikut:
1) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 5 ayat 4, pasal 3, pasal 32 ayat 1dan pasal 12 ayat 1
poin b dan f menegaskan bahwa:
“Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.
Sedangkan pasal 12 ayat 1, bahwa setiap peserta didik pada setiap
satuan pendidikan berhak: (a) mendapatkan pelayanan sesuai
dengan bakat, minat dan kemampuannya; (b) menyelesaikan
program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-
masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas dan waktu
yang ditetapkan”.
2) UU No.23/2002 tentang perlindugan anak pasala 52, “anak yang
memiki keunggulan diberikan kesempatan dan aksebilitas untuk
memperoleh pendidikan khusus.
3) PP No.72/1991 tentang pendidikan luar biasa.
4) Peraturan Presiden RI Nomor 9 tahun 2005 tentang Kedudukan
Tugas, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Negara
Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan peraturan
Presiden Nomor 62 Tahun 2005.
5) Peraturan Presiden RI Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit
Organisasi dan Tugas Eselon I Kementrian Negara Republik
Indonesia.
20
6) Keputusan Presiden RI 187/M Tahun 2004 mengenai pembentukan
Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah diubah dengan
keputusan Presiden Nomor 171/M Tahun 2005.
7) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25 Tahun 2005
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jnederal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan
Nasional.
8) Keputusan Mendiknas No. 053 /2001 tentang Pedoman
Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan
Persekolahan Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah.
9) Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
10) Peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar isi.
11) Peraturan Mendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang standar
Kompetensi Lulusan.
12) Peraturan mendiknas no. 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,
dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006
tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah.
13) Permendiknas no.34/26 tentang pembinaan prestasi peserta didik
yang memiliki potensi kecerdasan istimewa.
14) Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pengelolaan
Pendidikan.
4.Bentuk Program Akselerasi
Penyelenggaraan program pendidikan khusus bagi siswa cerdas
istimewa dan berbakat istimewa dapat dilakukan dalam benttuk kelas
khusus, inklusi, dan satuan pendidikan khusus:
21
a. Kelas khusus adalah kelas yang dibuat untuk kelompok peserta didik
yang memiliki potensi kecerdasan istimewa dalam satuan pendidikan
reguler pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Mata pelajaran
yang diberikan pada saat peserta didik di kelas khusus adalah mata
pelajaran yang termasuk dalam rumpun matematika dan ilmu
pengetahuan alam.
b. Kelas inklusif adalah kelas yang memberikan layanan kepada peserta
didik, peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan istimewa dalam
proses pembelajaran bergabung dengan peserta didik program leguler.
Mata pelajaran yang diberikan pada saat peserta didik di kelas khusus
adalah mata pelajaran lain diluar rumpun matematika dan ilmu
pengetahuan alam.
c. Satuan Pendidikan Khusus adalah lembaga pendidikan formal pada
jenjang pendidikan dasar (SD/MI, SMP/ MTs) menengah (SMA/MA,
SMK/MAK) yang semua peserta didik memiliki potensi kecerdasan
isitimewa dan bakat istimewa.Dan layanan pendidikan untuk peserta
didik secara istimewa dapat berupa program pengayaan (enrichment)
dan gabungan program percepatan dengan pengayaan (accelaration-
enrichment).
d. Program pengayaan (enrichment) adalah pemberian layanan
pendidikan pada peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan
istimewa yang dimiliki, dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas
belajar tambahan yang bersifat perluasan/ pendalaman, setelah yang
bersangkutan menyeleseikan tugas yang diprogramkan untuk peserta
didik lainnya. Program ini cocok untuk peserta didik yang bertipe
enriched learner .
e. Gabungan program percepatan dan pengayaan (accelaration
enrichment)
22
output input
Lulusan Siswa
Kurikulum
Manajemen Sarana & prasarana
Guru Dana
Proses Belajar Mengajar
Lingkungan
5. Penyelenggaraan Program Akselerasi
Penyelanggaraan program akselerasi merupakan salah satu
program pelayanan pendidikan bagi anak berbakat untuk mencapai
keunggulan dalam pendidikan. Pendidikan adalah suatu proses yang akan
menghasilkan suatu perubahan prilaku itu mencakup kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotorik. Upaya peningkatan kemampuan tersebut
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang satu sama lain saling terkait. Faktor-
faktor tersebut merupakan subsistem dalam sistem pendidikanatau
persekolah. Bila ingin mengembangkan subsistem tertentu, menuntut
penyesuaian subsistem yang lain. Faktor-faktor penunjang pencapaian
keunggulan output pendidikan anak berbakat.
a. Masukan (input)
Program percepatan belajar (akselerasi) tidak dapat diikuti
oleh semua siswa sekolah yang bersangkutan. Tes seleksi masuk
program percepatan belajar dilakukan setelah proses penerimaan
murid baru, sebab program ini diselenggarakan untuk memenuhi
kebutuhan untuk pelayanan pendidikan bagi siswa berbakat. Siswa
yang berhak mengikuti program percepatan belajar ini diseleksi
secara ketat dengan menggunakan kriteria tertentu dan prosedur
yang dapat dipertanggung jawabkan.
b. Kurikulum
Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum nasional yang
alokasi waktunya disesuaikan dengan kecepatan dan motivasi
23
belajar yang lebih tinggi dari siswa seusianya. Lamanya waktu
belajar di SLTP memakan waktu tiga tahun terdiri dari enam
semester pada kelas reguler dipercepat menjadi dua tahun di kelas
akselerasi. Selain itu komponen kurikulum terdiri dari tujuan, isi
atau materi, proses atau sistem penyampaian dan media serta
evaluasi, harus tetap menjadi perhatian pihak sekolah jika
menginginkan mutu lulusan yang baik.
c. Tenaga Kependidikan
Karena siswanya memiliki kemampuan dan kecerdasan
yang luar biasa, maka tenaga kependidikan yang menanganinyapun
terdiri dari tenaga kependidikan yang unggul. Baik segi
penguasaan materi, penguasaan metode mengajar, maupun
komitmen dalam menjalankan tugas.
d. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang menunjang diperlukan untuk
dapat digunakan dalam memenuhi kebutuhan belajar serta
menyalurkan kemampuan dan kecerdasannya, termasuk bakat dan
minatnya, baik dalam kegiatan kulikuler maupun ekstrakulikuler.
e. Dana
Untuk menunjang tercapainya tujuan yang telah ditetapkan
diperlukan adanya dana yang memadai, termasuk itensif tambahan
untuk tenaga pengajar baik berupa uang atau berupa fasilitas.
f. Manajemen
Manajemen sangat bersangkut paut dengan strategi dan
penerapan seluruh sumber daya yang ada dalam sistem sekolah
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu
manajemen sekolah dengan kelas percepatan harus memiliki
fleksibilitas yang tinggi, realistis, berorientasii jauh kedepan, yang
mebutuhkan pengelolaan yang didasari oleh komitmen, ketekunan,
pemahaman yang sama dan kebersamaan semua pihak yang terlibat
dalam kegiatan ini.
24
g. Lingkungan belajar yang kondusif
Lingkungan kondusif dibutuhkan untuk mendukung
terciptanya lulusan yang unggul tidak hanya lingkungan Secara
fisk tetapi juga secara sosial psikologis baik di sekolah, masyarakat
dan keluarga. Karena lingkungan salah satu tempat pembelajaran
siswa, di mana siswa akan terlibat langsung dengan lingkungan
sekitarnya dan dapat mempraktekkan apa yang mereka dapat di
sekolah dan begitu sebaliknya jika mereka mendapat pembelajaran
dari lingkungannya maka siswa akan mengkaji ulang apa yang
didapat dengan apa yang didapat di sekolah. Maka dari itu
pengetahuan yang diberikan harus memberikan jalan keluar bagi
siswa dalam menanggapai lingkungannya.
h. Proses belajar mengajar
Proses belajar mengajar yang bermutu hasilnya selalu dapat
dipertanggung jawabkan baik kepada siswa, orang tua, lembaga
maupun masyarakat.
i. Output
Siswa siswi yang telah menyelesaikan pembelajarannya
dalam program akselerasi dalam memilih lanjutan sekolahnya
mendapatkan pengarahan dari guru BK sehingga mereka dapat
melanjutkan sekolah yang sesuai dengan karakteristiknya dan
menjadi siswa-siswi yang mampu bersaing dengan yang lain
sehingga mereka dapat mengaktualisasikan dirinya sebaik mungkin
dan menjadi manusia berhasil.
Dari apa yang telah dikemukakan diatas program akselerasi
merupakan suatu rancangan pelayanan pendidikan kepada peserta didik
yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata dengan memperbolehkan
mereka menyelesaikan program reguler dalam jangka waktu yang lebih
singkat dibandingkan teman-temannya, berupa pemberian pembelajaran
yang telah diatur sedemikian rupa dalam ruangan tersendiri.
25
1) 6. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
a. PengertianPembelajaran PAI
Pembelajaranadalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.19
Dari pengertian tadi
dapat di pahami bahwa dalam proses pembelajaran, pendidik (guru) hanya
menjadi salahsatu sumber belajar. Guru bias berperan sebagai pengajar,
pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, ekspiditor,
perecana, supervisor, motivator, dankonselor.20
Dari sekianbanyakperanan guru tadi, peranan yang paling penting adalah:
1) deminstator, guru hendaknya menguasai bahan atau materi pelajaran
yang akan di ajarkan serta senantiasa mengembangkannya dalam arti
meningkatkan kemampuaannya dalam halilmu yang dimilikinya karena
hal ini sangat menentukan hasil beljar yang dicapai siswa; 2) pengelola
kelas, guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar
serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu di organisir; 3)
mediator dan fasilitator, sebagai mediator hendaknya guru memiliki
pengetahuan dan pemahaman tentang media pendidikan dan menjadi
perantara dalam hubungan antar manusia. Sebagai fasilitator, guru harus
mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat
menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar-mengajar, baik yang
berupa narasumber, bukuteks, majalah, atau pun surat kabar. 4) Evaluator,
guru hendaknya terus-menerus mengikuti hasil belajar yang telah di capai
oleh siswa dari waktu kewaktu.21
b. Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan agama Islam di sekolah menurut Muhaimin
dalam bukunya yang berjudul Rekonstruksi Pendidkan Islam sebagai
berikut:
19
Undang-undangSisdiknas No.20 Tahun 2003, h. 2 20
Moh.UzerUsman,Menja di Guru Profesional, (Bandung: PT. Raja Rosdakarya: 2001)
Cet. Ke-12, h.9 21
Usman.,Loc. Cit, h. 9-12.
26
1)Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan,
serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi
manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketaqwaannya
kepada Alllah swt.
2) Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berahlak mulia
yaitu manusia yang berpengetahuaan, rajin beribadah, cerdas, produktif,
jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasammuh), menjaga
keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya
agama dalam komunitas sekolah. (Pemdiknas No.22 tahun 2006 tentang
standar isi).22
c. Ruang Lingkup Pendidikan Islam
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah
SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, dan ketiga hubungan
manusia dengan dirinya sendiri, serta hubungan manusia dengan makhluk
lain dan lingkungannya.
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam juga identik dengan aspek-
aspek Pengajaran Agama Islam karena materi yang terkandung di
dalamnya merupakan perpaduan yang saling melengkapi satu dengan yang
lainnya.
Apabila di lihat dari segi pembahasannya maka ruang lingkup
Pendidikan Agama Islam yang umum di laksanakan di sekolah adalah :
1). Pengajaran keimanan
22
Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam: Dari Paradigma Pengembangan,
Manajemen, kelembagaan, kurikulum hingga strategi pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers,
2009), cet.1, h.
27
Pengajaran keimanan berarti proses belajar mengajar tentang aspek
kepercayaan, dalam hal ini tentunya kepercayaan menurut ajaran Islam,
inti dari pengajaran ini adalah tentang rukun Islam.
2). Pengajaran akhlak
Pengajaran akhlak adalah bentuk pengajaran yang mengarah pada
pembentukan jiwa, cara bersikap individu pada kehidupannya, pengajaran
ini berarti proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang
diajarkan berakhlak baik.
3). Pengajaran ibadah
Pengajaran ibadah adalah pengajaran tentang segala bentuk ibadah
dan tata cara pelaksanaannya, tujuan dari pengajaran ini agar siswa mampu
melaksanakan ibadah dengan baik dan benar. Mengerti segala bentuk
ibadah dan memahami arti dan tujuan pelaksanaan ibadah.
4). Pengajaran fiqih
Pengajaran fiqih adalah pengajaran yang isinya menyampaikan
materi tentang segala bentuk-bentuk hukum Islam yang bersumber pada
Al-Quran, sunnah, dan dalil-dalil syar'i yang lain. Tujuan pengajaran ini
adalah agar siswa mengetahui dan mengerti tentang hukum-hukum Islam
dan melaksanakanya dalam kehidupan sehari-hari.
5). Pengajaran Al-Quran
Pengajaran Al-Quran adalah pengajaran yang bertujuan agar siswa
dapat membaca Al-Quran dan mengerti arti kandungan yang terdapat di
setiap ayat-ayat Al-Quran.Akan tetapi dalam prakteknya hanya ayat-ayat
tertentu yang di masukkan dalam materi Pendidikan Agama Islam yang di
sesuaikan dengan tingkat pendidikannya.
6). Pengajaran sejarah Islam
28
Tujuan pengajaran dari sejarah Islam ini adalah agar siswa dapat
mengetahui tentang pertumbuhan dan perkembangan agama Islam dari
awalnya sampai zaman sekarang sehingga siswa dapat mengenal dan
mencintai agama Islam.23
d. Metode Pembelajaran PAI
1) Macam-Macam Metode Pendidikan Islam
Mendidik, disamping sebagai ilmu juga sebagai suatu seni. Senin
mendidik atau mengajar disini yang dimaksudkan adalah keahlian di dalam
penyampaian pendidkan a tau pengajaran (metode mengajar).
Pada prinsifnya, metode pendidikan itu sama dengan metode mengajar
ilmu pengetahuan umum, walaupun diakui adanya beberapa ciri khusus
tersendiri. Banyak buku-buku yang telah membahas berbagai macam
metode dalam mengajar antara lain:
Menurut Dr. Winarno Surachmad dalam bukunya “Interaksi mengajar
dan Belajar”, mengemukakan berbagai metode mengajar dalam kelas,
yaitu:24
a) Metode tanya jawab
Metode tanya jawab ialah: penyampaian pelajaran dengan cara
guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab. Atau suatu metode
di dalam pendidikan dimana guru bertanya sedang murid menjawab
tentang bahan / materi yang ingin diperolehnya.25
Metode ini dimaksudkan untuk mengenalkan pengetahuan, fakta-
fakta tertentu yang sudah dijarkan dan untuk merangsang perhatian
23
Abdul Mujid dan Dian Andayani, Pendidikan Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 132 24
Drs. H. Zuhairini, Drs. Abdul Ghogur, dan Drs. Slamet As. Yusuf, Metodik Khusus Pendidikan
Agama, (Surabaya: Biro Ilmiah akultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang, 1983), h. 82 25
Drs. Abu Ahmadi, Metodik Khusus Pendidikan Agama (MKPA), (Bandung: Armico, 1985),
h.113
29
murid dengan berbagai cara (sebagai apersepsi, selingan dan
evaluasi).Metode tanya jawab tepat dipergunakan:
1) Untuk mengarahkan anak agar perhatiaanya terarah kepada masalah
yang sedang dibicarakan.
2) Untuk mengarahkan proses berpikir anak didik.
3) Sebagai bahan ulangan/ evaluasi kemampuan materi yang telah
dikuasai anak didik.
4) Sebagai penambah metode ketika metideh ceramah telah
dipergunakan.
Kelebihan Metode Tanya Jawab
1) Situasi kelas akan lebih hidup, karena anak didik akan lebih aktif
berfikir dan menyampaikan pemikirannya dengan berani berbicara
ataupun menjwab pertanyaan.
2) Sangat positif sekali untuk melatih anak agar berani
mengemukakan pendapat lisan dengan secara teratur.
3) Timbulnya perbedaan pendapat diantara anak didik akan membawa
situasi kelas pada situasi diskusi.
4) Mendorong murid lebih aktif dan bersugguh-sungguh, dalam asrti
murid yang biasanya segan mencurhkan perhatian akan lebih
berhati-hati dan aktif mengikuti pelajaran.
5) Walaupun agak lambat, tetapi guru dapat mengatur pemahaman/
pengertian murid pada masalah yang dibicarakan.
Kekurangan Metode Tanya Jawab
1) Apabila terjadi perbedaan pendapat akan memakan banyak waktu
untuk menyeleseikannya; dan lebih dari pada itu, kadang-kadang
murid dapat menyalahkan pendapat guru (besar resikonya).
2) Kemungkinan terjadi penyimpangan perhatian anak, terutama
apabila terdapat jawaban-jawaban yang kebetulan menarik
30
perhatiannya, padahal bukan sasaran yang dituju (penyimpangan
dari pokok persoalan semula).
3) Kurang dapat secara cepat merangkum bahan/ materi pelajaran.
b) Metode Diskusi
Metode diskusi ialah suatu metode di dalam mempelajari bahan
atau menyampaikan bahan dengan jalan mendiskusikannya, sehingga
berakibat menimbulkan pengertian serta pengubahan tingkah laku murid.
Metode ini dimaksudkan untuk merangsang murid berfikir dan
mengeluarkan pendapat sendiri, serta ikut menyumbangkan pikiran
dalam satu masalah bersama yang terkandung banyak kemungkinan-
kemungkinan jawaban.
Diskusi juga berarti suatu kegiatan kelompok dalam memecahkan
masalah untuk mengambil kesimpulan. Diskusi tidak sama dengan
berdebat. Diskusi selalu diarahkan apada pemecahan masalah yang
menimbulkan berbagai macam pendapat dan akhirnya diambil suatu
kesimpulan yang dapat diterima oleh anggota dalam kelompoknya. 26
Kelebihan Metode Diskusi:
1) Suasana kelas lebih hidup, sebab anak-anak mengarahkan perhatian/
pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan, partisipasi anak
dalam metode ini lebih baik.
2) Dapat menaikkan prestasi kepribadian individu, seperti: toleransi,
demokratis, berfikir kritis, sistimatis, dabar dan sebagainnya.
3) Kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami anak, karena anak-anak
mengikuti proses berpikir sebelum sampai kepada suatu kesimpulan.
4) Anak-anak dilatih belajar mematuhi peraturan dan tata tertib dalam
suatu diskusi sebagai latihan apda musyawarah yang sebenarnya.
Kekurangan metode diskusi
26
Drs. Abu Ahmadi, Metodik Khusus Pendidkan Agama (MKPA), (Bandung: Armico, 1985),
h.114
31
1) Kemungkinan ada anak yang tidak ikut aktif, sehingga bagi anak-
anak ini, diskusi merupakan kesempatan untuk melepaskan diri dari
tanggung jawab.
2) Sulit menduga hasil yang dicapai, karena waktu yang dipergunakan
untuk diskusi cukup panjang.
c) Metode caramah
Metode ceramah ialah suatu metode dalam pendidikan dimana cara
menyampaikan pengertian-pengertia materi kepada anak didik dengan
jalan memberi penerangan dan penuturan secara lisan. Untuk penjelasan
uraiannya guru dapat mempergunakan alat-alat bantu mengajar yang lain,
misalnya: gambar-gambar, peta, denah, dan alat peraga lainnya.Metode
ceramah efektif dipergunakan:
1) Apabila akan menyampaikan bahan atau materi kepada banyak orang.
2) Apabila penceramahnya orang pembicara yang baik dan berwibawa.
3) Apabila tidak ada waktu untuk berdiskusi dan bahan pelajaran yang
akan disampaikan terlalu banyak.
4) Apabila bahan atau materi yang akan disampaikan hanya merupakan
keterangan atau penjelasan (tidak dapat alternatif yang lain yang dapat
didiskusikan).
Kelebihan metode ceramah
1) Dalam waktu relatif singkat dapat disampaikan bahan sebanyak-
banyaknya.
2) Organisasi kelas lebih sedrhana, tidak peerlu mengadakan
pengelompokan murid-murid seperti metode yang lain.
3) Guru dapat menguasai seluruh kelas dengan mudah, walaupun jumlah
cukup besar.
4) Apabila penceramah berhasil baik, dapat menimbulkan semangat,
kreasi dan konstruktif, yang merangsang murid-murid untuk
melaksanakan suatu tugas/ pekerjaan.
32
5) Metode ini lebih fleksibel dalam asrti bahwa jika waktu terbatas
(sedikit) bahan dapat dipersingkat, diambil hal-hal yang penting saja,
dan sebaliknya apabila waktunya memungkinkan (banyak) dapat
disampaikan bahan yang banyak dan mendalam.
Kekurangan metode ceramah
1) Guru sukar untuk mengetahui pemahaman anak terhadap bahan-bahan
yang diberikan.
2) Kadang-kadang guru sangat mengejar disampaikannya bahan
sebanyak-banyaknya, sehingga hanya menjadi bersifat pemompaan.
3) Pendenagaran cenderung menjadi pasif dan ada kemungkinan
malahan kurang tepat dalam mengambil kesimpulan, seba guru
menyampaikan bahan-bahan tersebut denagn lisan.
4) Apabila penceramah tidak memperhatikan segi psikologis dan didaktis
dari anak didik, ceramah dapat bersifat melantur-lantur dan
mebosankan. Sebaliknya guru dapat terlalu berlebih-lebihan berusaha
membangkitkan minat/ perhatian dengan jalan humor, sehingga inti
dan isi ceramah menjadi kabur.
d) Metode kerja kelompok
Kelompok adalah kumpulan dua orang atau lebih yang satu sama
lain ingin mencapai tujuan yang sama. Sedangkan yang dimaksud
dengan metode kerja kelompok adalah metode mengajar yang
menyampaikan bahan ajar dengan cara membentuk kelompok belajar.
Kelebihan metode kerja kelompok antara lain:
1) Menanamkan kerjasama antar siswa
2) Membina sikap toleransi antar siswa
3) Menanamkan sikap tolong menolong antar siswa
4) Menanamkan sikap tanggung jawab, disiplin, dan rela berkorban
Kelemahan metode kerja kelompok anatara lain:
1) Pembentukan kelompok belajar yang baik tidak mudah dilakukan
33
2) Terkadang terdapat anggota kelompok bersifat pasif yang
merugikan kinerja kelompok.
3) Terkadang timbul persaingan antar kelompok yang bersifat negatif
yang menimbulkan permusuhan.
4) Guru terlebih dahulu harus sudah membuat perencanaan yang
matang tentang kegiatan kelompok yang akan dilaksanakan oleh
siswa.
e) Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara
mendemokan atau memperlihatkan suatu proses. Metode ini, biasanya
cocok digunakan untuk mengajarkan suatu pembentukan suatu konsep
atau proses suatu percobaan dalam suatu materi yang diajarkan. Metode
demonstrasi dalam prakteknya memerlukan sejumlah alat peraga.
Kelebihan Metode demonstrasi antara lain:
1) Siswa akan terpusat perhatiannya terhadap kegiatan demonstrasi yang
dilakukan.
2) Suasana belajar tidak pasif, tetapi terjadi interaksi yang dinamis
anatara guru dengan siswa.
3) Siswa terangsang untuk berpikir kritis
4) Memberikan pengalaman yang bersifat praktis sehingga siswa lebih
mudah memahami suatu konsef.
5) Siswa lebih mudah mengambil kesimpulan
6) Siswa bisa langsung mendapat jawaban dari guru terhadap pertanyaan-
pertanyannya yang kemungkinan besar menjadi faktor penghambat
siswa memahami suatu materi.
Kelemahan metode demonstrasi antara lain:
1) Memerlukan waktu relatif yang lama.
34
2) Memerlukan alat peraga yang terkadang tidak mudah dijumpai atau
relatif mahal.
3) Terkadang terdapat sejumlah alat peraga yang tidak memungkinkan
untuk dibawa ke kelas.
4) Metode sulit digunakan apabila siswa sebelumnya tidak memahami
dasar teorinya.
f) Metode karyawisata
Metode karyawisata adalah metode mengajar dengan cara
melakukan kunjungan ketempat yang dianggap relevan dengan materi
yang akan diajarkan.
Kelebihan Metode karyawisata antara lain:
1) Siswa dilatih untuk teliti.
2) Siswa belajar cara-cara melakukan observasi.
3) Siswa diajarkan mengenal alam lingkuangan sekitarnya
4) Siswa dapat menagamati objek swcara langsung sesuai aslinya
5) Siswa dialtih untuk belajar mandiri dan melakukan eksplorasi
6) Siswa belajar dalam suasana yang santai dan menggembirakan
Kelemahan Metode karyawisata antara lain:
1) Waktu yang tersedia tidak mencukupi untuk semua kegiatan belajar
yang direncanakan.
2) Kesulitan mengatur waktu siswa agar tetap tertib selama kegiatan
karyawisata relatif lebih tinggi.
3) Biaya yang digunakan relatif besar.
4) Sering kali terjadi kecelakaan
35
7. Hasil Penelitian yang Relevan
Putri dkk, menjelaskan dalam penelitiannya yang berjudul
“Perbedaan Sosisalisai Antara Siswa Kelas Akselerasi dan Kelas Reguler
dalam Lingkungan Pergaulan Sekolah” menyimpulkan bahwa
Kemampuan kognitif yang dimiliki siswa akselerasi sebagai siswa yang
memiliki kemampuan diatas rata-rata memberikan pengaruh atau
kontribusi terhadap kemampuan sosialisasinya. Hal ini dibuktikan dengan
rata-rata skor sosialisasi yang diperoleh siswa akselerasi lebih tinggi
dibandingkan siswa regular.27
Lina Fatmawati, menjelasakan dalam penelitiannya yang berjudul
“Implemenatasi Program Akselerasi Dalam Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta” menyimpulkan
bahwaAgar tujuan pembelajaran itu tercapai dengan baik, tentunya bagi
seorang guru memilih metode pembelajaran PAI yang sesuai denagn
materi pembelajaran. Namun perlu diperhatikan tiap-tiap metode meiliki
kekurangan, sehingga seorang guru PAI yang baik harus mampu memilih
metode yang tepat dalam penyampaian materi. Dengan metode yang
bervariasi, maka pembelajaran akan semakin menarik. Metode yang
digunakan guru pada pembelajaran PAI di SMP Muhammadiyah 2
Yogyakarta adalah metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan. 28
Respati dkk, menjelaskan dalam penelitiannya yang berjudul
“Gambaran Kecerdasan Emosional Siswa Berbakat di Kelas Akselerasi
SMA di Jakarta” menyimpulkan bahwasiswa dengan IQ genius memiliki
kecerdasan emosional rendah dengan persentase paling besar
dibandingkan kategori IQ lainnya.29
27
DiahSekarAyu Rena Putri,dkk, “PerbedaanSosialisasiAntaraSiswaKelasAkselerasidan
KelasRegulerDalamLingkunganPergaulan Di Sekolah, Humanitas : Indonesian Psychological Journal
Vol. 2 No.1,( Januari 2005), h. 39 28
Lina Fatmawati, “Implementasi Program Akselerasi Dalam Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam, Jurnal Pembangunan manusia,Vol. 7, No. 1, (27 April 2010), h. 84. 29
Winanti S. Respati, Wildan P. Arifin, Ernawati, Gambaran Kecerdasan Emosional Siswa
Berbakatdi Kelas Akselerasi SMA di Jakarta,” Jurnal Psikologi, Vol. 5, No. 1, (Juni 2007), h. 59.
36
Anwar, menjelaskan dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis
Underchiever Pada Siswa Akselerasi” menyimpulkan bahwa faktor yang
menjadi penyebab underachiever pada siswa akselerasi berasal dari faktor
internal dan eksternal. Faktor internal meliputi motivasi subjek memasuki
kelas akselerasi bukan karena prestasi melainkan karena tujuan tertentu,
adanya self efficacy yang rendah pada diri subjek terutama pada pelajaran
matematika, kesulitan manajemen waktu, dan motivasi belajar yang
rendah. Sedangkan untuk faktor eksternal yang mempengaruhi
underachiever adalah karena adanya permasalahan yang terjadi dalam
keluarga, cara pengajaran yang monoton dan membosankan.30
30
Zainulanwar, “Analisis Underchiever Pada Siswa Akselerasi”, jurnalonline psikologi, Vol.
01, No. 01, (Thn 2013), h. 239-240.
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri3Tangerang Selatan. Sedangkan
waktu penelitian dilaksanakan pada Bulan Januari 2012.
B. Latar Penelitian
SMP N 3 Tangerang Selatan beralamat di jalan Ir. H. Juanda No. 1
Ciputat (samping UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), yang berdiri tahun 1997
dan memiliki luas tanah sekitar 4.039 m2. Sekolah ini memiliki sejarah yang
lumayan panjang untuk mendapatkan nama SMP 3 Tangerang Selatan, yaitu
sejak tahun 1977 dengan nama Kelas Jauh SMPN 2 Tangerang dan dikukuhkan
menjadi SMPN 2 Filial tahun 1979. Bulan Februari 1983 menjadi sekolah
mandiri dengan nama SMP negeri 1 Ciputat. Perubahan nomenklatur pada
tahun 1999 untuk kecamatan Ciputat menjadikan SMPN 1 Ciputat berubah
nama menjadi SMP negeri 2 Ciputat hingga SMPN 3 Tangerang Selatan saat
ini.
Sekolah ini mempunyai program akselerasi yang sudah dijalankan
selama 7 tahun dari tahun 2007 sampai sekarang. Saat ini kelas akselerasi
38
mempunyai siswa berjumlah 42 yang terdiri dari 21 siswa pada kelas dua dan
21 siswa pada kelas tiga.
Penyelenggaraan program akselerasi di sekolah ini menggunakan
bentuk inklusif (kelas yang diberikan layanan pada peserta didik yang memiliki
potensi kecerdasan istimewa dalam proses pembelajaran dan bergabung satu
sekolahan dengan program regular) dan menggunakan bentuk program
pendidikan gabungan program percepatan dan pengayaan. 31
Kurikulum yang dipergunakan adalah kurikulum KTSP, sama halnya
dengan program regular tapi yang membedakan hanyalah akselerasi itu
percepatan, yang tadinya 3 tahun bisa ditempuh dengan hanya 2 tahun.32
Peseta didik yang masuk pada program akselerasi di SMP Negeri 3
Tangerang Selatan memang anak-anak yang memiliki IQ di atas rata-rata,
karena untuk masuk pada kelas ini peserta didik harus mengikuti beberapa
prosedur penerimaan diantaranya seleksi administrasi, tes psikologis, tes
intelegensi, tes kreatifitas dan tes commitment.Guru yang ditugaskan untuk
mengajar pada kelas ini adalah guru yang memiliki kompetensi. Jika guru
tersebut tidak berkompeten maka siswa kelas aksel berhak mengajukan
penggantian guru baru.33
Sarana dan prasarana yang terdapat di kelas akselerasi SMP 3 Tangsel
dianggap cukup lengkap, diantaranya ada komputer, proyektor, loker untuk
setiap siswa, ruangan kelas ber AC dan kedap suara.34
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriftifkualitatif, maksudnya data yang dikumpulkan itu berupa kata-kata,
gambar, dan bukan angka. Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian kualitatif, karena data yang dipaparkan secara analisis deskriptif.
31
Hasil wawancara dengan ketua koordinasi kelas akselerasi (Rabu, 13 November 2012) 32
Op.Cit 33
Op.cit 34
Hasil observasi di kelas 3 akselerasi (Rabu, 13 November 2012)
39
Metode penelitian kualitatif ini sering disebut metode penelitian
naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural
setting); disebut juga sebagai metode etnographi karena pada awalnya metode
ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya;
disebut metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih
bersifat kualitatif. 35
Kegiatan pokok dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan dan
menganalisis secara intensif tentang segala fenomena sosial yang diteliti, yaitu
masalah-masalah yang berkaitan dengan metode pendidikan agama Islam pada
program akselerasi yang diperoleh secara kualitatif.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Tidak ada satu penelitianpun yang tidak melalui proses pengumpulan
data. Mengumpulkan data berarti mencatat peristiwa, karakteristik, elemen,
nilai suatu variable. Maka prosedur pengumpulan data menjelaskan apa yang
akan dilakukan untuk menjaring data tentang variable atau fokus penelitian.36
Dalam proses pembelajaran demi meningkatkan kualitas pendidikan
yang sesuai dengan penelitian kualitatif, maka dalam penelitian ini peneliti
mengumpulkan data dengan cara:
1. Observasi
Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.37
Dalam observasi ini diusahakan mengamatai keadaan yang wajar dan yang
sebenarnya tanpa ada usaha yang sengaja untuk mempengaruhi, mengatur,
atau memanipulasikannya.Dalam hal ini peneliti mengamati pelaksanaan
metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di kelas Akselerasi
SMP Negeri 3 Tangerang Selatan.
35
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabesta, 2008), h. 1 36
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah¸Pedoman Penulisan
Skripsi, h. 55 37
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah¸Op.Cit., h. 56
40
Tabel 3.1
Kisi- Kisi Observasi
Proses pembelajaran PAI di kelas akselerasi
Aspek yang diamati Ya Tidak
A. Kegiatan Pendahuluan
1. Guru mengucapkan salam untuk menciptakan suasana kelas
yang religius, dan mulai mengabsen siswa.
2. Mulai pembelajaran dengan membaca doa dan basmalah.
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
4. Motivasi
5. Apersepsi
B. Kegiatan Inti
a. Eksplorasi
1. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa untuk
mengeksplorasi pengetahuan siswa
b. Elaborasi
1. Guru menjelaskan materi pelajaran
2. Guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk
bertanya.
c. Konfirmasi
1. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum
diketahui siswa
2. Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan
kesalahan pemahaman, memberikan penguatan
dan penyimpulan.
C. Kegiatan Penutup
1. Meminta salah satu siswa untuk memberikan
kesimpulan.
2. Mengakhiri pembelajaran dengan membaca do’a dan
mengucapkan salam
2. Wawancara
41
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu.38
Dengan metode ini, maka peneliti akan
mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam
menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi dimana hal ini tidak
bias ditemukan melalui observasi.39
Dalam teknik wawancara ini, peneliti melakukan wawancara
berbentuk dialog dengan informan dengan tetap berpatokan kepada
sejumlah pertanyaan yang telah disiapkan. Dalam hal ini penulis
mewawancarai Ketua Koordinator Program Akselerasi dan Guru PAI di
kelas akselerasi dan siswa kelas akselerasi di SMP N 3 Tangerang Selatan.
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Pedoman Wawancara
Penerapan Metode Pembelajaran PAI
Dimensi INDIKATOR No Soal Instrumen
Penelitian
Sumber
Data
Konteks
a. Latar belakang
penyelenggaraan program
akselerasi
b. Visi dan misi sekolah SMP
Negeri 3 Tangerang Selatan
c. Tujuan penyelenggaraan
program akselerasi
1
2
3
Wawancara
dan
dokumentasi
Koordintaror
program
akselerasi
Masukan
a. Seleksi dan Tes masuk
program akselerasi
b. Minat siswa terhadap program
kelas akselerasi
c. Persetujuan orang tua siswa
kelas akselerasi
d. Kualitas guru yang mengajar
kelas akselerasi
e. Kelengkapan sarana
pendukung pembelajaran
4
5
6
7
8
Wawancara
Koordintaror
program
akselerasi dan
TU
38
Lexy Moleong, Op. cit., 135 39
Sugiono, Op.Cit., h. 318
42
siswa
f. Uang sekolah/SPP akselerasi
9
Proses
Kualitas pelayanan yang
diberikan sekolah kepada siswa
kelas akselerasi, meliputi
kegiatan pembelajaran di kelas,
media dan strategi pembelajaran
di kelas akselerasi, kurikulum
pembelajaran khusus kelas
akselerasi dan pengelolaan waktu
pembelajaran di kelas akselerasi
10 Wawancara
dan angket
Guru PAI
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan sumber non manusia, sumber ini adalah
sumber yang cukup bermanfaat sebab telah tersedia sehingga akan relative
murah mengeluarkan biaya untuk memperolehnya, merupakan sumber yang
stabil dan akurat sebagai cermin situasi atau kondisi yang sebenarnya serta
dapat dianalisis secara berulang-ulang dengan tidak mengalami perubahan.40
Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data-data yang diperlukan yang
terkait dengan permasalahan, misalnya Profil sekolah SMP Negeri 3 Tangerang
Selatan, jumlah siswa akselerasi tahun ini dan lain-lain.
Disamping itu peneliti mengamati proses pembelajaran yang disampaikan
guru PAI ketika mengajar dikelas akselerasi di SMP Negeri 3 TANGSEL.
E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data
Menurut Moeleng yang dimaksud dengan keabsahan data adalah
bahwa setiap keadaan harus memenuhi:
1. Mendemontrasikan nilai yang benar
2. Menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan, dan
3. Memperoleh keputusan luar yang dapat dibuang tentang konsistensi dari
prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya.41
40
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah¸Op.Cit., h. 57 41
Lexy Moleong, Op. cit., 320
43
Pengecekan keabsahan data didasarkan atas kriteria-kriteria seperti
derajat kepercayaan (kredibilitas), keteralihan, kebergantungan, dan
kepastian. Untuk memeperoleh keabsahan temuan perlu diteliti
kredibilitasnya dengan menggunakan teknik sebagai berikut:
1. Presisten Observation (ketekunan pengamatan)
Yaitu mengadakan observasi secara terus-menerus terhadap objek
penelitian guna memahami gejala lebih mendalam terhadap berbagai
aktivitas yang sedang berlangsung di lokasi penelitian. Ketekunan
pengamatan dilakukan dengan cara mengamati dan membaca secara
cermat sumber data penelitian sehingga data yang diperlukan dapat
diidentifikasi. Selanjutnya dapat diperoleh deskripsi-deskripsi hasil yang
akurat dalam proses perincian maupun penyimpulan.42
2. Triangulasi
Yaitu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang
lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap
data. Yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber data
dengan cara “membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan
suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
metode kualitatif”. Hal ini dilakukan dengan cara:
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakan secara pribadi
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang dengan situasi
penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu
d. Membandingkan keadaan seseorang dengan berbagai pendapat dan
pandangan orang seperti kepala sekolah, coordinator mata pelajaran,
guru, dan
42
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah¸Op.Cit., h. 63
44
e. Membandingkan wasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.43
3. Peerderieng (pemeriksaan sejawat melalui diskusi)
Maksudnya adalah teknik yang dilakukan dengan cara mengekspos
hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi
dengan rekan-rekan sejawat.44
F. Analisis Data
Pada dasarnya analisis data adalah kegiatan untuk memanfaatkan data
sehingga dapat diperoleh suatu kebenaran atau tidak kebenaran dari suatu
hipotesa.45
Menurut Patton analisis data ialah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar.46
Analisis data ini merupakan cara bagi peneliti untuk menyimpulkan data-data
diperoleh setelah melakukan penelitian di lapangan. Dengan ini peneliti dapat
mengetahui hasil penelitian yang telah dilakukannya.
Sugiyono mengatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke
dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan di pelajari, dan
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun
orang lain. 47
43
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, Ibid., h. 64 44
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, Ibid., h. 65 45
Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung Remaja Rosdakarya, 2005)
hal.186 46
Sukiman, Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan Islam, (Suatu Tijauan Praktis
Bagi Mahasiswa Tarbiyah ), Jurnal Pendidikan Islam Fakulttas Tarbiyah Sunan Kalijaga
Yogyakarta, Vol 4 No.2 (Juli 2003) hal. 148 47
Sugiono, Op.cit., h. 335
45
Untuk menganalisa data yang telah diperoleh melalui observasi, interview
dan dokumentasi, maka penulis menggunakan teknik analisa deskriptif
kualitatif dengan pertimbangan bahwa penelitian ini berusaha
menggambarkan dan mempresentasikan data secara sistematis, ringkas dan
sederhana tentang strategi pebelajaran pendidikan agama Islam pada program
akselerasi sehingga lebih mudah dipahami oleh peneliti atau orang lain.
Proses analisis data yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan langkah-
langkah:
1. Reduksi Data
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi
akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti
untuk mendapatkan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.48
Dari awal penelitian, seluruh data dikumpulkan. Data yang telah
terkumpul dirangkumsemua, kemudian dipilih hal-hal yang pokok
(penting) supaya lebih mudah. Kemudian membuang data yang tidak
penting, dengan demikian data yang sudah direduksi dapat memberikan
gambaran yang lebih jelas, sehingga lebih mudah untuk mendapatkan data
yang diperlukan.
2. Display Data atau Penyajian Data
Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori,flowchart dan sejenisnya. Dengan mendisplaykan data, maka
akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.49
Dalam display data atau penyajian data ini, ini semua data disusun
dengan rapi. Dengan tujuan, ketika menarik hasil kesimpulan dari
48
Ibid., h. 338 49
Ibid., h. 341
46
kesuluruhan data yang telah terkumpul mendapatkan kesimpulan sesuai
yang dianalisis.
3. Menarik Kesimpulan dan Verifikasi
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan
Huberman sebagaimana yang dikutip oleh Sugiono adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi.50
Kesimpulan itu mula-mula masih sangat
tentatif, kabur, diragukan, akan tetapi dengan bertambahnya data maka
kesimpulan itu lebih grounded. Jadi kesimpulan senantiasa harus
diverifikasi selama penelitian berlangsung.Karena peneliti menggunakan
pendekatan kualitatif maka analisis yang digunakan adalah analisis
deskriptif. Deskriptif yaitu metode yang berusaha mendeskripsikan dan
menginterpretasikan kondisi atau hubungan yang ada pendapat sedang
tumbuh, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi,
atau kecendrungan yang tengah berkembang. Disini peneliti mengadakan
penganalisisan data secara terbuka, opend-onded, induktif. Dikatakan
terbuka karena terbuka bagi perubahan, perbaikan, penyempurnaan
berdasarkan data yang baru masuk. Selain data-data yang masuk awal
penelitian.
50
Ibid., h. 345
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Sekolah
SMP N 3 Tangerang Selatan beralamat di jalan Ir. H. Juanda No. 1 Ciputat
(samping UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), yang berdiri tahun 1997 dan
memiliki luas tanah sekitar 4.039 m2. Sekolah ini memiliki sejarah yang
lumayan panjang untuk mendapatkan nama SMP 3 Tangerang Selatan, yaitu
sejak tahun 1977 dengan nama Kelas Jauh SMPN 2 Tangerang dan
dikukuhkan menjadi SMPN 2 Filial tahun 1979. Bulan Februari 1983 menjadi
sekolah mandiri dengan nama SMP negeri 1 Ciputat. Perubahan nomenklatur
pada tahun 1999 untuk kecamatan Ciputat menjadikan SMPN 1 Ciputat
berubah nama menjadi SMP negeri 2 Ciputat hingga SMPN 3 Tangerang
Selatan saat ini.
48
Sejak berdirinya SMP N 3 Tangerang Selatan telah mengalami pergantian
kepala sekolah, yaitu:
1. R. Soeharto : 1977
2. Drs. H. Wanhar : 1977-1989
3. Drs.H. Munadjat Indria : 1989-1996
4. Dra. Hj. Ade Halimatus’adiah : 1996-2000
5. Drs. H. Kuswanda, M.Pd : 2000-2006
6. Drs. H. Nurhadi, MM : 2006-2009
7. Maryono, SE, MM, M. Pd : 2009-sekarang
Adapun visi yang diusung oleh sekolah ini adalah:
1. Terunggul dalam prestasi,
2. Teladan dalam bersikap dan bertindak,
3. Konsisten dalam menjalankan ajaran agama.
Untuk mewujudkan visi tersebut, dirumuskan misi sebagai berikut:
1. Mewujudkan peningkatan mutu lulusan,
2. Meningkatkan jumlah lulusan yang masuk SMA dan SMKN,
3. Membina sikap percaya diri, semangat gotong royong dan cinta tanah air,
4. Meningkatkan prestasi kerja yang diimbangi dengan penghargaan yang
layak serta dilandasi dengan semangat ketauladan dan keikhlasan,
5. Meningkatkan status sekolah menjadi sekolah unggulan.
2. Latar Belakang Penyelenggaraan Kelas Akselerasi
Dengan misi meningkatkan kualitas mutu lulusan dan meningkatkan status
sekolah menjadi sekolah unggulan, pada tahun 2007 SMP N 3 Tangerang
Selatan memulai program kelas akselerasi. Pada saat itu sekolah yang
dipimpin oleh Drs. Kuswanda, M.Pd ini memulai program kelas akselerasi
dan terus berjalan hingga saat ini di bawah pimpinan Maryono, SE, MM,
M.Pd dan telah meluluskan 7 (tujuh) angkatan program kelas akselerasi.
SMP Negeri 3 Tangerang Selatan menjadi pelopor pertama dalam
penyelenggaraan kelas akselerasi tingkat SLTP di Kabupaten Tangerang
49
Selatan. Hasil wawancara dengan koordinator program kelas akselerasi
menambahkan bahwa alasan yang melarbelakangi sekolah ini membuka kelas
akselerasi adalah untuk menjaring siswa-siswa yang mempunyai daya
intelektual tinggi agar perkembangan IQ-nya tidak terhambat. Selanjutnya
program akselerasi ini dikenal dengan istilah CI-BI (Cerdas Istimewa-
Berbakat Istimewa)
3. Proses Penerimaan Siswa Baru Program CI-BI Akselerasi
a. Tujuan
Tujuan seleksi penerimaan peserta didik baru ini adalah:
1) Memberikan informasi dan promosi tentang Program CI-BI
Akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan kepada masyarakat
luas, khususnya kepada lulusan SD/MI di wilayah Tangerang
Selatan.
2) Menjaring bibit-bibit unggul yang potensial, khususnya dari lulusan
SD/MI di wilayah Tangerang Selatan.
3) Memberikan kesempatan pada lulusan SD/MI negeri maupun
swasta, khususnya yang berada di wilayah Tangerang Selatan yang
selama ini kurang mendapatkan kesempatan untuk menikmati
pendidikan yang bermutu.
4) Melakukan proses rekrutmen untuk menjaring calon peserta didik
yang memiliki potensi kecerdasan yang tinggi dan berkualitasdi
bidang akademik, keimanan, dan ketakwaan.
b. Target
Peserta yang ditargetkan dalam Penerimaan Peserta Didik Baru ini
adalah para siswa lulusan SD/MI , lebih diutamakan lulusan SD/MI yang
berada di wilayah Tangerang Selatan sebanyak 200 siswa. Dari jumlah
tersebut akan diseleksi dan diluluskan ± 28 peserta didik khusus untuk
Program Inklusif CI-BI Akselerasi (percepatan belajar).
c. Tahap-tahappenerimaan siswa baru
50
Tabel 4.1
Proses Penerimaan Siswa Baru Program Kelas Akselerasi SMP
Negeri 3 Tangerang Selatan
2011/2012
Tahap-tahap Kegiatan
Penerimaan Siswa
Kelas Akselerasi
Deskripsi Kegiatan
Tahap Persiapan
1. Penyusunan panduan penerimaan siswa baru.
2. Penyiapan berkas formulir pendaftaran.
3. Penyiapan sofware database pendaftaran
siswa baru.
4. Pembuatan Brosur dan Spanduk (Banner).
5. Rapat koordinasi antara Pengelolaan Program
dengan Panitia Pelaksana.
6. Rapat koordinasi antara Pengelola Program
dengan Dinas Pendidikan.
Tahap Sosialisasi dan
Publikasi
1. Percetakan buku panduan penerimaan peserta
didik baru.
2. Percetakan brosur penerimaan peserta didik
baru.
3. Pembuatan baliho dan banner penerimaan
peserta didik baru.
4. Pemasangan iklan penerimaan peserta didik
baru di media cetak dan internet.
5. Sosialisasi penerimaan peserta didik baru
kepada kepala sekolah SD/MI yang ada di
wilayah Tangerang Selatan.
6. Sosialisasi penerimaan peserta didik baru ke
beberapa satuan pendidikan yang potensial
menjadi calon peserta didik baru Program CI-
BI Akselerasi SMP Negeri 3 Tangerang
Selatan.
Proses Pendaftaran 1. Persyaratan Umum
a. Siswa kelas VI SD/MI tahun pelajaran
2011/2012
b. Memiliki NISN (Nomor Induk Siswa
Nasional)
c. Maksimal berusia 14 tahun pada 15 Juli
2012
d. Menyerahkan foto copy akta/kenal lahir
e. Surat Keterangan peserta UASBN tahun
2011/2012
f. Mengisi formulir pendaftaran (F-A1 dan
F-A2) yang telah disediakan panitia PSB
SMP Negeri 3 Tangerang Selatan.
g. Bila dinyatakan diterima (Lulus Seleksi)
sebagai siswa SMP Negeri 3 Tangerang
Selatan, melampirkan foto copy Nilai
51
UASBN tahun 2011/2012
h. Melampirkan foto copy sertifikat prestasi
akademik (jika memiliki)
2. Persyaratan Khusus Program Akselerasi (CI-
BI)
a. Aspek Akademik:
1) Nilai rata-rata ujian akhir SD/MI ≥
7.00
2) Rata-rata Nilai Raport kelas IV ≥
7.50
3) Tes Potensial Akademik (General
Tes) ≥ 7.50
b. Aspek Psikologi:
1) Intellegent Qoutient (IQ) ≥ 120
(cerdas)
2) Kreativitas baik, diatas skor 120
3) Komitmen pada tugas (TC) diatas
125
4) Spiritual Quotient (SQ) baik/taat
c. Aspek Kesehatan
d. Minat siswa dan persetujuan orang tua
Seleksi Berkas Untuk menjamin bahwa hanya calon peserta didik
baru yang memenuhi persyaratan saja yang berhak
mengikuti tes seleksi baik tes potensi akademik
maupun tes skolastik. Seleksi berkas dilakukan
dengan meneliti data dan bukti fisik data
pendaftar apakah sesuai dengan persyaratan yang
ditentukan. Selanjutnya, pendaftar yang
memenuhi syarat dan berhak mengikuti tes seleksi
akan ditetapkan dalam bentuk Surat
Pemberitahuan dari Kepala SMP Negeri 3
Tangerang Selatan. Pendaftar yang lolos seleksi
berkas diumumkan di papan pengumuman SMP
Negeri 3 Tangerang Selatan, surat pemberitahuan,
dan di upload di website
(www.smpn3tangsel.com).
Pemanggilan Tes Pendaftar yang lolos seleksi berkas akan
mendapatkan surat pemanggilan mengikuti tes
seleksi dari Panitia Penerima Peserta Didik Baru
Program CI-BI Akselerasi SMP Negeri 3
Tangerang Selatan. Surat panggilan tes tersebut
sebagai bukti untuk memperoleh kartu peserta Tes
Potensi Akadimik (TPA)
Pengolahan Hasil Tes 1. Pengolahan Hasil Tes
Pengolahan hasil tes potensi akademik (TPA)
dilakukan oleh panitia penerimaan peserta
didik baru, dan pengolahan tes bakat skolastik
(TBS) dilakukan oleh Lembaga Psikologi
Fakultas Psikologi UIN Jakarta.
52
2. Standar Kelulusan
Peserta tes dinyatakan lulus apabila:
a. Aspek Akademik:
1) Nilai rata-rata ujian akhir SD/MI ≥
7.00
2) Rata-rata Nilai Raport kelas IV ≥
7.50
3) Tes Potensial Akademik (General
Tes) ≥ 7.50
b. Aspek Psikologis:
1) Intellegent Quotient (IQ) ≥ 120
(cerdas)
2) Kreativitas baik, diatas skor 120
3) Komitmen pada tugas (TC) diatas
125
4) Spiritual Quotient (SQ) baik/taat
c. Lulus dari satuan pendidikan SD/MI
3. Rapat Kelulusan
Rapat kelulusan peserta didik baru Program
CI-BI Akselerasi SMP Negeri 3 Tangerang
Selatan dilaksanakan dan dihadiri oleh:
a. Unsur Kepala Sekolah dan para Pembantu
Kepala Sekolah (PKS)
b. Unsur Pengelola Program CI-BI
Akselerasi
c. Unsur-unsur Panitia penerimaan peserta
didik baru
d. Unsur Komite Sekolah
Pengumuman
Kelulusan dan Daftar
Ulang
Berdasarkan rapat lulusan calon peserta didik baru
Program CI-BI Akselerasi, akan ditetapkan calon
peserta didik baru yang dinyatakan lulus.
Penetapan tersebut dituangkan dalam Surat
Keputusan Kepala SMP Negeri 3 Tangerang
Selatan. Pengumuman kelulusan dapat dilihat di
Papan Pengumuman di SMP Negeri Tangerang
Selatan, Surat Pemberitahuan, atau melalui
Website: www.smpn3tangsel.com
Bagi peserta yang dinyatakan seleksi harus segera
melaksanakan proses daftar ulang dengan
melengkapi berkas daftar ulang yang telah
disiapkan panitia. Penyerahan berkas daftar ulang
dapat dilaksanakan secara langsung ke Panitia
Penerimaan Peserta Didik Baru Program CI-BI
Akselerasi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan.
Salah satu berkas yang wajib dilengkapi dalam
proses daftar ulang adalah rekaman medis hasil
tes kesehatan calon siswa baru sebagai bahan
seleksi tes kesehatan. Jika sampai batas waktu
yang ditentukan calon siswa yang lulus tidak
melakukan daftar ulang, dianggap mengundurkan
53
diri. Posisi calon siswa yang mengundurkan diri
tersebut selanjutnya digantikan calon siswa yang
berada pada posisi cadangan berdasarkan nomor
urut.
Sumber: Panduan PSB 2012/2013 Program CI-BI Akselerasi
4. Minat dan Persetujuan Orang Tua Terhadap Program Akselerasi
Dari hasil wawancara dengan koordinator program akselerasi dinyatakan bahwa
sejauh ini minat siswa untuk masuk di kelas akselerasi sangat tinggi terbukti dengan
banyaknya siswa yang mendaftar, tapi karena kapasitas kelas hanya bisa menampung
20 siswa saja, sehingga ada yang tereleminasi dan orang tua sangat setuju dengan
adanya program ini karena orang tua meyakini bakat yang dimiliki oleh anaknya
akan berkembang.
Apabila siswa berminat untuk masuk pada kelas akselerasi dan orang tuanya
menyetujui, maka mereka harus mengisi form yang sudah dipersiapkan oleh panitia
PSB Program CI-BI Akselerasi.
5. Kualitas Guru
Hasil wawancara dengan koordinator program akselerasi menyatakan bahwa
guru-guru yang mengajar di kelas akselerasi adalah guru-guru regular yang dipilih
berdasarkan pertimbangan tertentu, pertimbangan tersebut antara lain S1 di bidang
materi yang diajarkan, berpengalaman dalam mengajar minimal 5 (lima) tahun,
mampu mengelola proses pembelajaran peserta didik yang meliputi: perancangan,
pelaksanaan, dan evaluasi hasil belajar dan juga memahami psikologis
perkembangan dan psikologis pendidikan sehingga tidak ada tes khusus untuk
menentukan guru yang berhak mengajar di kelas akselerasi.
Di bawah ini akan dipaparkan nama-nama guru yang mengajar di kelas akselerasi
beserta mata pelajaran yang di ampu:
No Nama Guru Mata Pelajaran
1 Maryono, SE,M.M.Pd BP / BK (kepala
sekolah) 2 Hj. Neni Supriati, M.Pd P K n
3 Kamaludin, S.Pd Penjaskes
4 Hj. Eni Subekti, M.Pd Bahasa Inggris
5 Dedeh Kurniasih, S.Pd Bahasa Indonesia
54
6 Drs. Anwaruddin Pend. Agama
7 Indah Puji Rahayu, S.Pd I P A
8 Harmanto, S.Pd Seni Budaya
9 Dra. Lilis Susilawati I P A
10 Hj. Siti Budaya, S.Pd Matematika
11 S u p a r m a n, S.Pd Penjaskes
12 Netty Lutfiah, S.Pd Matematika
13 Takhriyah Agustina, S.Pd Bahasa Indonesia
14 Drs. Sholeh Fathoni I P S
15 Hj. N. Ery Suery, S.Pd Tata Boga
16 Verdra Yoliska, S.Pd I P A
17 Dadang Yohana, S.Pd P K n
18 Dra. Rd. Rara Rini
Pramadani
I P S
19 H. Moh. Nasir Rinun, BA Pend. Agama
20 Herlina Yulianti, S.Pd Bahasa Inggris
21 Djamaluddin Al Afghani,
S.Kom
T I K
6. Kelengkapan Sarana Pendukung Pembelajaran
Hasil observasi mengenai sarana dan prasarana, di dalam kelas akselerasi
terdapat beberapa media pembelajaran diantaranya, TV, komputer dan
proyektor.Dan ditambahkan dari hasil wawancara dengan koordinator
program akselerasi bahwasanya ada juga beberapa loker untuk menyimpan
barang-barang berharga yang dimiliki oleh setiap siswa akselerasi dan
ruangan kelas ber AC sekaligus kedap suara sehingga belajar menjadi
nyaman dan tentram.
7. Uang Sekolah/SPP Kelas Akselerasi
Pada dasarnya pemerintah menggratiskan SPP untuk semua jenjang pendidikan
yang sifatnya reguler. Tapi berbeda dengan program akselerasi karena memiliki
banyak kegiatan yang sifatnya ektrakurikuler dan penyediaan alat/media
pembelajaran yang membantu untuk perkembangan bakat yang dimilikinya.
55
Hasil wawancara dengan koordinator program akselerasi menyatakan bahwa
untuk SPP kelas akselerasi:
a. Kelas VII akselerasi = Rp. 400.000
b. Kelas IX akselerasi = Rp. 350.000
Nominal yang tertera di atas tidak mempunyai bukti yang bersifat dokumen
karena menurut pak Iskandar yang menjabat sebagai TU di SMP Negeri 3 Tangerang
Selatan menyatakan bahwa biaya yang selama ini kita tetapkan untuk kelas
akselerasi adalah berasal dari hasil musyawarah antara pihak sekolah dengan orang
tua murid.
B. Deskripsi Data
Untuk mengetahui secara rinci hasil dari penelitian metode pembelajaran PAI
pada kelas akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, maka akan dijelaskan
dalam bentuk tabel sebagai berikut:
1. Kualitas Pelayanan Pembelajaran PAI di Kelas Akselerasi
a. Kegiatan pembelajaran di kelas
Tabel 4.2
Tanggapan terhadap pelaksanaan metode pembelajaran di kelas
No AlternatifJawaban F Persentase
1 Selalu 22 88%
2 Sering 3 12%
3 Kadang-kadang 0 0%
4 Tidak pernah 0 0%
Jumlah 25 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa
menyatakan metode pembelajaran PAI selalu dilaksanakan di dalam
kelas, tapi ada tiga siswa yang menyatakan sering. Pendapat siswa ini
disetujui oleh guru PAI yang menyatakan bahwa setiap pembelajaran
dilaksanakan selalu di dalam kelas baik itu yang sifatnya teori atau
praktik kecuali praktik ibadah.
Tabel 4.3
Tanggapan terhadap banyaknya teori dibanding praktek
No AlternatifJawaban F Persentase
1 Selalu 4 16%
56
2 Sering 10 40%
3 Kadang-kadang 11 44%
4 Tidak pernah 0 0%
Jumlah 25 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa
menyatakan bahwa pembelajaran PAI kadang-kadang bersifat teori
dibanding praktek. Tidak selamanya materi yang diajarkan harus
dipraktekan, dapat juga dengan menggunakan teori saja.
Menurut hasil observasi yang dilakukan, menyatakan bahwa
kegiatan pembelajaran di kelas sudah sesuai dengan yang tertera di dalam
RPP PAI.
Tabel 4.4
Kesesuian materi dengan tujuan pembelajaran
No AlternatifJawaban F Persentase
1 Sangat setuju 20 80%
2 Setuju 5 20%
3 Kurang setuju 0 0%
4 Tidak setuju 0 0%
Jumlah 25 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa
menyatakan bahwa materi yang disampaikan oleh guru agama sesuai
dengan tujuan pembelajaran, ini terbukti dari hasil observasi dan RPP
PAI.
b. Penggunaan media
Tabel 4.5
Penggunaan media pembelajaran
No AlternatifJawaban F Persentase
1 Selalu 0 0%
2 Sering 0 0%
3 Kadang-kadang 5 20%
4 Tidak pernah 20 80%
Jumlah 25 100
57
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa
menyatakan bahwa guru PAI tidak pernah menggunakan media
pembelajaran pada saat mengajar, padahal hasil observasi menyatakan
ada beberapa media pembelajaran seperti radio, TV, laptop dan LCD.
Tapi hasil wawancara dengan guru PAI dan isi RPP PAI, media
pembelajaran yang sering dipergunakan adalah yang bersifat buku,
seperti Al-Quran, buku paket PAI dan beberapa buku yang relevan saja.
c. Penggunaan metode pembelajaran
Tabel 4.6
Tanggapan terhadap pentingnya PAI bagi kehidupan
No AlternatifJawaban F Persentase
1 Sangat setuju 15 60%
2 Setuju 7 28 %
3 Kurang setuju 0 0%
4 Tidak setuju 3 12%
Jumlah 25 100
Tabel 4.7
Kesenangan dalam belajar agama
No AlternatifJawaban F Persentase
1 Sangat setuju 14 56 %
2 Setuju 11 44 %
3 Kurang setuju 0 0%
4 Tidak setuju 0 0%
Jumlah 25 100
Tabel 4.8
Kewajiban Mempelajari PAI
No AlternatifJawaban F Persentase
1 Sangat setuju 17 68%
2 Setuju 8 32%
3 Kurang setuju 0 0%
4 Tidak setuju 0 0%
Jumlah 25 100
Dari hasil tabel di atas, dapat diketahui bahwa siswa-siswa kelas
akselerasi senang belajar PAI, ini terbukti dengan jawaban dari delapan
belas siswa merasa sangat setuju karena guru PAI menggunakan metode
58
yang menarik dalam menyampaikan materi dan lima belas siswa
mengatakan bahwa PAI memang wajib untuk dipelajari karena penting
bagi kehidupan.
Namun ada tanggapan dari tiga siswa akselerasi yang menyatakan
bahwa PAI tidak penting bagi kehidupan, karena anak tersebut bukan
beragama Islam tapi beragama kristen. Pada dasarnya siswa akselerasi
kelas tiga tahun ajaran ini tidak semuanya beragama Islam. Siswa yang
beragama lain tetap berada di ruangan kelas pada saat pelajaran PAI
berlangsung.
Tabel 4.9
Penggunaan metode tanya jawab
No AlternatifJawaban F Persentase
1 Selalu 5 20%
2 Sering 7 28%
3 Kadang-kadang 12 48%
4 Tidak pernah 1 4%
Jumlah 25 100
Tabel 4.10
Penggunaan metode diskusi
No AlternatifJawaban F Persentase
1 Selalu 4 16%
2 Sering 2 8%
3 Kadang-kadang 10 40%
4 Tidak pernah 9 36%
Jumlah 25 100
Tebel 4.11
Penggunaan metode ceramah
No AlternatifJawaban F Persentase
1 Selalu 15 60%
2 Sering 10 40%
3 Kadang-kadang 0 0%
4 Tidak pernah 0 0%
Jumlah 25 100
Tabel 4.12
Penggunaan metode kerja kelompok
No AlternatifJawaban F Persentase
1 Selalu 9 36%
59
2 Sering 8 32%
3 Kadang-kadang 3 12%
4 Tidak pernah 5 20%
Jumlah 25 100
Tabel 4.13
Penggunaan metode demonstrasi
No AlternatifJawaban F Persentase
1 Selalu 10 40%
2 Sering 6 24%
3 Kadang-kadang 9 36%
4 Tidak pernah 0 0%
Jumlah 25 100
Tabel 4.14
Penggunaan metode karya wisata
No AlternatifJawaban F Persentase
1 Selalu 2 8%
2 Sering 8 32%
3 Kadang-kadang 0 0%
4 Tidak pernah 15 60%
Jumlah 25 100
Dari hasil 6 angket di atas menunjukkan bahwa, metode yang
sudah diterapkan oleh guru PAI selama ini di kelas akselerasi SMP
Negeri 3 Tangerang Selatan dalam mengajar adalah metode ceramah,
metode kerja kelompok dan metode demonstrasi.Dari hasil wawancara
dengan guru PAI bapak Drs. H. Anwaruddin, metode ini memang sudah
diterapkan, tapi jarang dipergunakan, tapi dalam menyampaikan materi
tidak terfokus dengan buku atau referensi yang ada, keadaan di luar pun
yang sifatnya aktual dan menyangkut dengan materi akan disampaikan,
supaya pengetahuan mereka pun menjadi berkembang.
Tabel 4.15
Kesan terhadap kerja kelompok
No AlternatifJawaban F Persentase
1 Sangat setuju 5 20%
2 Setuju 10 40%
3 Kurang setuju 7 28%
60
4 Tidak setuju 3 12%
Jumlah 25 100
Tabel 4.16
Penggunaan metode pembelajaran
No AlternatifJawaban F Persentase
1 Selalu 10 0%
2 Sering 15 40%
3 Kadang-kadang 0 60%
4 Tidak pernah 0 0%
Jumlah 25 100
Namun di lihat dari tabel di atas bahwa metodepembelajaran sudah
diterapkan di kelas akseleraasi, ada 10siswa senang belajar kelompok, hal
ini harus diterapkan oleh guru PAI karena ke enammetode ini saling
berkaitan satu sama lain dan membangun pola fikir siswa juga. Hasil
wawancara dengan guru agama menyatakan untuk menggunakan
metodepembelajaran dalam penyampaian materi sudah sepenuhnya
dipergunakan karena guru agama sendiri ingin menilai sejauh mana
tingkat pemahaman setiap siswa pada materi yang disampaikan.
Tabel 4.17
Tanggapan terhadap pembelajaran yang tidak menggunakan variasi
dalam mengajar
No AlternatifJawaban F Persentase
1 Sangat setuju 10 48%
2 Setuju 5 19%
3 Kurang setuju 4 19%
4 Tidak setuju 6 14%
Jumlah 25 100
Pada dasarnya anak-anak akselerasi akan merasakan kejenuhan
dalam belajar apabila gurunya khususnya pelajaran PAI tidak
mempergunakan metode dalam mengajar, terbukti dari tabel di atas
bahwa sebagian besar siswa akselerasi sangat setuju akan kejenuhan yang
dialami apabila tidak ada variasi dalam menyampaikan materi.
61
d. Penggunaan kurikulum
Hasil wawancara dengan koordinator program akselerasi
menyatakan bahwa kurikulum yang dipergunakan adalah KTSP, sama
halnya dengan program regular tapi yang membedakan waktu belajar
akselerasi hanya pada percepatan, yang tadinya 3 tahun bisa ditempuh
dengan hanya 2 tahun. Pendapat ini tertera juga di dalam PSB 2012/2013
Program CI-BI Akselerasi.
e. Pengelolaan waktu pembelajaran
Karena akselerasi adalah percepatan maksudnya siswa harus
mampu menyerap materi dengan waktu yang singkat maka guru agama
mensiasati dalam sekali pertemuan apabila siswa-siswanya sudah faham
pada materi yang sudah dijelaskan maka langsung beralih kemateri
selanjutnya. Hasil wawancara dengan guru PAI menyatakan bahwa
minimal dalam satu kali pertemuan mempelajari duakompetensi
dasar.Pendapat ini disepakati oleh koordinator program akselerasi yang
menambahkan bahwa anak-anak kelas akselerasi memang sudah
memiliki IQ yang tinggi, guru hanya mengarahkannya saja.
2. Hasil Pembelajaran PAI di Kelas Akselerasi
a. Nilai ujian semester kelas akselerasi pada mata pelajaran PAI
Hasil wawancara dengan guru PAI menyatakan bahwa strategi
pembelajaran yang selama ini dipergunakan mempunyai pengaruh yang
cukup signifikan karena nilai mereka semua melebihi KKM yang berlaku
yaitu 7.5. Berdasarkan hasil dokumentasi nilai raport semester 5 paling
tinggi 87 dan terendah 77, ini di atas nilai ketuntasan (75).Sebuah
pencapaian yang sesuai mengingat mereka adalah siswa yang
teridentifikasi sebagai siswa yang memiliki kecerdasan istimewa dan
bakat istimewa. Dan sebagian dari mereka menyadari bahwa tanpa
menggunakan metode pembelajaran nilai mereka tidak akan mencapai
target sesuai dengan tabel di bawah ini:
62
Tabel 4.18
Pembelajaran tanpa menggunakan metode
No AlternatifJawaban F Persentase
1 Sangat setuju 0 0%
2 Setuju 8 32%
3 Kurang setuju 12 48%
4 Tidak setuju 5 20%
Jumlah 25 100
b. Perilaku yang ditunjukan setelah memperoleh materi pelajaran
Tabel 4.19
Dorongan mengamalkan ajaran Islam
No AlternatifJawaban F Persentase
1 Selalu 19 76%
2 Sering 2 8%
3 Kadang-kadang 4 16%
4 Tidak pernah 0 0%
Jumlah 25 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa
menyatakan bahwa guru PAI selalu memotivasi siswa untuk
memperaktekkan/mengamalkan materi yang telah dipelajari, dan ini
terbukti dari tabel di bawah ini:
Tabel 4.20
Terdorong untuk mengamalkan ajaran Islam
No AlternatifJawaban F Persentase
1 Sangat setuju 5 20%
2 Setuju 10 40%
3 Kurang setuju 5 20%
4 Tidak setuju 5 20%
Jumlah 25 100
Bukti dari siswa-siswa akselerasi terdorong untuk mengamalkan
ajaran Islam dan bisa diperhatikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.21
Intensitas siswa mengikuti shalat dhuha
63
No AlternatifJawaban F Persentase
1 Selalu 5 20%
2 Sering 0 0%
3 Kadang-kadang 17 68%
4 Tidak pernah 3 12%
Jumlah 25 100
Tabel 4.22
Intensitas siswa mengerjakan shalat 5 waktu
No AlternatifJawaban F Persentase
1 Selalu 4 16%
2 Sering 12 48%
3 Kadang-kadang 4 16%
4 Tidak pernah 5 20%
Jumlah 25 100
Tabel 4.23
Intensitas melaksanakan shalat zuhur di sekolah
No AlternatifJawaban F Persentase
1 Selalu 5 20%
2 Sering 10 40%
3 Kadang-kadang 8 32 %
4 Tidak pernah 2 8%
Jumlah 25 100
Jika diperhatikan dari tabel di atas, sebagian besar siswa akselerasi tergerak
untuk mengamalkan ajaran Islam, tetapi ada dua siswa yang tidak pernah
menjalankannya. Hasil wawancara dengan guru PAI, menyatakan bahwa ke dua
anak tersebut bukan penganut agama Islam, tetapi agama Budha dan Hindu,
namun mereka tidak keluar pada saat pelajaran PAI, dan ingin mengikutinya.
3. Hasil Observasi
a. Penerepan metode PAI di kelas akselerasi
Dalam proses belajar mengajar di kelas akselerasi, beberapa hal yang
telah tercapai.
1) Guru PAI telah terampil dalam membuka materi pelajaran, setiap memulai
materi pelajaran guru memulai dengan salam, membca doa’ apersepsi,
menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa
64
2) Guru PAI di kelas akslerasi telah menerapkan metode pembelajaran PAI,
yaitu: metode ceramah, tanya jawab, diskusi, kerja kelompok dan
demonstrasi.
3) Kualitas dan penampilan guru cukup menyenangkan siswa ketika dalam
belajar, karena guru PAI berpakaian rapi, interaksi dengan siswa berjalan,
humoris dan memiliki suara yang jelas dalam menjelaskan materi
pelajaraan.
4) Suasana belajar dan mengajar di kelas akselerasi berjalan dengan aktif,
disaat guru menjelaskan materi pelajaran, seluruh siswa memperhatikan
dan antusias terhadapa materi pelajaran PAI.
5) Melihat dari kecerdasan siswa dalam belajar, guru PAI tidak memiliki
hambatan dalam mengajar, ini dilihat dari hasil nilai ujian, seluruh siswa
mencapai KKM bahkan melebihi.
6) Mayoritas siwa menyukai materi pelajaran PAI, disebabkan guru PAI
humoris dalam mengajar dan menjelaskan materi pelajaran dengan jelas.
7) Adanya tindak lanjut diberikan guru PAI bagi siswa akselrasi setelah
selesai materi pelajaran, berupa: tugas, dan ringkasan.
b. Kekurangan guru PAI dalam mengajar dikelas Akselerasi
1) Metode yang digunakan guru PAI masi berbentuk konvensional.
2) Fasilititas di kelas akselerasi telah memiliki fasilitas yang cukup memadai
namun, kurangnya keratiftias guru dalam mengajar sehingga fasilitas
tersebut tidak digunakan dengan secara kesuluruhan.
3) Guru PAI di kelas akselerasi belum menggunakan media dengan
semaksimal mungkin, sehingga dapat menimbulkan kejenuhan bagi siswa
dalam belajar.
4) Dalam proses belajar dan mengajar, guru masi menoton di tempat duduk
dan berada diposisi bangku depan, sehingga kumunikasi guru dengan
siswa tidak sesuai yang diharapkan dalam mencapai tujuan pembelajaran,
terutama bagi siswa yang berada diposisi bangku belakang.
65
C. Pembahasan
Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang terjadi ketika
berlangsungnya pemberian materi pelajaran oleh seorang guru kepada anak
didiknya. Maka guru harus memiliki suatu cara yang baik dalam menyajikan
materi pelajaran tersebut.
Maka untuk mencapai tujuan pembelajaran yang baik dan tetap sasaran,
maka salah satu solusi dari guru adalah dengan metode dalam kegiatan belajar
mengajarnya, banyak sekali metode yang digunakan oleh guru, tetapi pada
kelas akselerasi ini guru harus pandai memilih metode apa yang harus
digunakan.Sebab pelaksanaan metode yang digunakan pada kelas akselerasi
ini memiliki beberapa faktor penunjang diantaranya:
Pertama, dari individu atau siswa sendiri yang memiliki kemampuan
berfikir yang lebih dibandingkan dengan siswa lain. Mereka masuk kelas
akselerasi melalui beberapa test diantaranya test yang berhubungan dengan
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik bahkan psikologis anak tersebut
sehingga penempatan mereka benar dan mereka memang layak masuk di kelas
tersebut sehingga tidak ada istilah masuk untuk percobaan saja. Salah satu
sifat mereka dalam belajar sering mengajukan berbagai macam penyataan dan
memberikan pendapatnya tanpa harus malu dengan karakteristik siswa yang
seperti ini guru harus memiliki wacana yang luas agar siswa mendapatkan
penjelasan yang menurut mereka cukup jika mereka tidak puas akan jawaban
yang diberikan oleh guru maka siswa diberikan referensi buku yang bisa
mereka baca untuk menambah wawasan mereka.
Kedua, guru kelas akselerasi yang begitu kreatif dan memiliki kemampuan
memilih metode dan melaksanakannya. Guru agama kelas akselerasi ini
membuat bahan pengajaran sendiri begitu juga dengan lembar kerja siswanya
yang semuanya sudah disesuaikan dengan bahan pengajaran yang diberikan
pada sekolah lain sehingga bahan pengajaran yang diberikan tidak jauh
berbeda dengan sekolah-sekolah lain.
Ketiga, Lingkungan sekolah SMPN 3 Tangerang selatan yang bisa
dibilang kondusif diantaranya terletak ditempat yang strategis dan memiliki
66
berbagai fasilitas yang bisa digunakan oleh siswa seperti lapangan, masjid,
perpustakaan dan lain sebagainmya.
Selain faktor penunjang ada juga faktor penghambat dari pelaksanaan pada
kelas akselerasi ini diantaranya adalah:
Pertama, alokasi waktu yang diberikan pada siswa tidak bervariasainya
pendekatan dalam kegiatan belajar mengajar disebabkan waktu yang telah
ditentukan sesuai dengan program kelasnya yaitu akselerasi yang artinya siswa
harus mampu menyerap materi dalam waktu yang singkat.
Kedua, dari hasil wawancara dengan guru pendidikan agama Islam pada
kelas akselerasi di SMPN 3 Tangerang selatan terbukti bahwa salah satu yang
sangat membantu tugas guru ialah, dengan menggunakan metode yang
tepat.Pada kegiatan belajar mengajar yang digunakan oleh guru agama Islam
pada kelas akselerasi ini belum bisa menggunakan metode pengajaran secara
bervariatif.Metode yang digunakan adalah metode deramah, diskusis,
kelompok dan tanya jawab.
Metode dalam proses belajar dan mengajar sangat dibutuhkan.
Menggunakann metode secara berfariasi, guru dapat menjelaskan materi
pelajaran dengan jelas dan kejenuhan siswa dalam belajar pun hilang.
Dari hasil wawancara dengan guru pendidikan agama Islam di SMP
Negeri 3 Tangerang selatan pada kelas akselerasi terbukti bahwa salah satu
yang sangat membantu tugas guru adalah menggunakan metode pembelajaran
yang sangat tepat. Pada kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru
agama islam di program akselerasi belum terbiasa menggunaka metode secara
berfariatif, metode yang sering digunakan adalah; metode ceramah, diskusi,
kelompok dan tanya jawab.
Banyak faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, antara
lain kecerdasan.Tapi untuk bisa mengikuti program akselerasi tidak cukup
dengan bermodalkan kecerdasan saja. Siswa yang memiliki kemampuan dan
mempunyai motivasi tinggi, akan lebih cepat memperoleh pengetahuan dan
keterampilan dalam mengikuti program akselerasi. Adapun instrumen untuk
mengevaluasi kesesuaian siswa untuk mengikuti program akselerasi dengan
67
kemampuan akademik dan prestasi, kandidat terbaik mengikuti program
akselerasi adalah siswa yang skor IQ nya paling tidak 145 dan prestasi
belajarnya 1,5 atau 2 tahun di atas kelasnya yang terakhir. Informasi dari
sekolah sebelumnya juga dipakai sebagai dasar rekomendasi.Siswa yang tidak
punya catatan absen, koordinasi motoriknya bagus, memiliki pengalaman
kepemimpinan, memiliki motivasi belajar tinggi, menyukai dan mencari
tantangan akademik merupakan kandidat yang sesuai untuk ikut program
akselerasi.Selain 5 kemampuan itu,hubungan interpersonal, perkembangan
emosi, citra diri, kedisiplinan, komitmen orangtua untuk berkolaborasi dengan
sekolah, juga menjadi kriteria untuk mengikuti program akselerasi.
Adapun kelebihan bagi siswa yang mengikuti program akselerasi adalah:
a. Lebih memberikan tantangan daripada program regular
b. Memberi kesempatan untuk belajar lebih mendekati kesesuaian dengan
kemampuan, sehingga mendorong motivasi belajar
c. Terstimulasi oleh lingkungan sosial karena berada dalam satu kelas dengan
siswa lain yang kemampuan intelektualnya sebanding, sehingga lebih
memberikan tantangan dan tidak memungkinkan bermalas-malasan dalam
belajar
d. Dapat lulus lebih cepat sehingga memungkinkan meraih gelar sarjana pada
usia yang relatif muda tidak banyak membebani biaya orangtua dan
pemerintah.
Kekurangan bagi siswa yang mengikuti program akselerasi, yaitu:
a. Dengan loncat kelas akan mengurangi kesempatan siswa untuk
bersosialisasi dengan teman sebayanya
b. Menimbulkan problem sosial dan emosional
c. Beban tugas belajar yang banyak bisa menjadi tekanan bagi kesehatan
mental
d. Kesempatan untuk latihan kepemimpinan berkurang karena masalah fisik
dan kematangan sosialnya belum sematang siswa lainnya yang lebih tua
e. Melakukan akselerasi dalam perkembangan intelektual, tapi tidak dalam
aspek-aspek lainnya
68
f. Belajar tidak sekedar menguasai ilmu pengetahuan, tapi berfikir, mencari
dan menggali pengetahuan, mengerti, menilai, dan membandingkan.
Dalam pelaksanaannya siswa dan guru program akselerasi sudah
menggunakan sarana dan prasarana yang telah disediakan sekolah dengan
semaksimal mungkin.Diantaranya penggunaan komputer, penyediaan buku-
buku, fasilitas internet dan lain sebagainya.
Berdasarkan pengamatan penulis, tidak semua dimensi kurikulum
terdiferensiasi kelas akselerasi, yaitu dimensi yang membedakandengan
kurikulum kelas reguler, dapat terlaksana dalampenyelenggaraan pembelajaran,
terutama yang menyangkutpendalaman serta pengalaman belajar
variatif.Pemberian kedalamanmateri dengan menggunakan kemampuan berfikir
abstrak tingkattinggi tidak terealisir; karena materi dan metode pembelajaran
yangditerima siswa kelas akselerasi tidak berbeda dengan yang diterimaoleh
siswa kelas reguler.Perluasan pengetahuan dengan memberikanmata pelajaran
di luar kurikulum reguler juga tidak terlaksana. Carapembelajaran dan praktek
di laboratorium yang diberikan kepadasiswa kelas akselerasi dan siswa kelas
reguler juga relatif sama.Pemberian pengalaman belajar dengan melibatkan
siswa dalamkehidupan masyarakat, di instansi, kunjungan ke museum,
ataupembelajaran oleh tokoh masyarakat, maupun pengalaman belajarmelalui
kegiatan eksplorasi, hampir tidak pernah dilakukan.Berdasarkan kenyataan ini
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran di kelasakselerasi tidak memenuhi
salah satu asumsi penyelenggaraanprogram akselerasi tentang belajar
kontekstual.Seperti pada umumnya pembelajaran konvensional di kelasreguler,
yang kurang memperhatikan perkembangan ranah afektifsiswa, di kelas
akselerasi juga terjadi demikian. Namun untuk kelasakselerasi kelemahan ini
perlu mendapat perhatian yang lebih serius,karena satu dari lima standar
kompetensi yang akan dicapai programakselerasi berhubungan dengan ranah
afektif, seperti pemahaman dirisendiri, pemahaman terhadap orang lain,
pengendalian diri,kemandirian, penyesuaian diri, harkat diri dan berbudi
pekerti. Beberapa mata pelajaran yang diasumsikan dapat
69
menumbuhkembangkanranah afektif, seperti pelajaran agama, karena metode
pembelajaran yang dipakai guru masihkonvensional (berbentuk ceramah),
maka hasilnyapun hanyamenyentuh ranah kognitif, diterima siswa hanya
sebagai pengetahuan,dan belum tentu berpengaruh terhadap ranah afektif
siswa.
Media belajar yang efektif untuk mengembangkan ranah afektifadalah
kegiatan ekstrakurikuler.Dalam praktek, kegiatan ekstra kurikuler siswa
kelasakselerasi tidak banyak bedanya dengan siswa kelas
reguler.Bahkan,beberapa siswa kelas akselerasi menjadi berkurang
frekuensinyadalam mengikuti kegiatan ekstra kurikuler karena menghadapi
tugas-tugasbelajarnya yang padat.Kalaupun ada, kegiatan ekstra kurikuleruntuk
pengembangan ranah afektif dan psikomotorik siswa kelasakselerasi yang
dirancang sekolah, tidak diprogram secara reguler,sehingga hasilnya tidak
sesuai dengan yang diharapkan.Kendala utama yang paling nyata bagi sekolah
dan guru untukmengembangkan ranah afektif siswa, adalah padatnya
kurikulum,sistem ujian nasional, dan ketidaksiapan guru menggunakan
pendekatan pembelajaran yang variatif.Kurikulum yang padat, membuat
gurusebagai ujung tombak pembelajaran, tidak dapat leluasamengembangkan
metode pembelajarannya karena lebih berkonsentrasimenyelesaikan materi
yang terdapat dalam kurikulum.
Kelemahan lain penyelenggaraan kelas akselerasi adalah tidakdipenuhinya
persyaratan IQ minimal siswa kelas akselerasi. Beberapa siswa kelas akselerasi
tidak memenuhi IQ minimal yang dipersyaratkan.Konsekuensinya, mereka
harus belajar lebihkeras, menggunakan sebagian besar waktunya untuk belajar
agar tidaktertinggal dari teman-temannya sekelas.Akibatnya mereka
tidakpunya banyak waktu untuk bersosialisasi dengan teman sebayanya.Mereka
inilah yang potensial mengalami permasalahan akademik,yang bisa berakibat
pada gangguan perkembangan personal dan sosial.Oleh sebab itu sekolah harus
memberikan prioritas pertama kepadakelompok siswa ini dalam memantau
kinerja akademik dan perilakumereka sebagai tindakan preventif.
70
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan fakta yang ditemukan, baik dari hasil observasi, wawancara,
dokumentasi dan pengumpulan data yang disebarkan kepada responden dapat
ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Metode pembelajaran yang dipergunakan oleh guru agama dalam
menyampaikan materi di kelas akselerasi yaitu metode ceramah,
metode tanya jawab, metode demonstrasi, metode karya wisata, metode
diskusi, metode kerja kelompok. Metode pembelajaran tersebut
membuat siswa bisa lebih mengasah kemampuan berfikirnya dan
merupakan salah satu faktor keberhasilan guru dalam mencapai tujuan
pembelajaran serta dapat meningkatkan semangat belajar siswa.
71
2. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran tersebut
telah membuahkan hasil diantaranya sebagian besar kelas akselerasi
terdorong untuk merealisasikan nilai-nilai ajaran agama Islam dan dari
segi akademik pun nilai mereka sudah melewati nilai ketuntasan. Dan
pelaksanaan metode pembalajaran yang dipergunakan oleh guru agama
mendapatkan respon baik dari siswa.
3. Sarana dan prasarana yang terdapat di kelas akselerasi sudah lengkap,
namun guru agama tidak pernah menggunakan media yang sudah
tersedia dalam menyampaikan materi karena guru agama kurang
mampu mempergunakan media tersebut.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, bahwa program akselerasi
perlu diteruskan bahkan ditingkatkan, melihat kemampuan siswa yang
memiliki kecerdasan diatas rata-rata.
Untuk meningkatkan program akselerasi ini, seluruh metode pembelajaran
yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam perlu disikapi
lebih baik, bukan hanya oleh guru agama Islam, tetapi semua guru.
Bukan hanya guru yang diutamakan, begitu juga bagi orang tua siswa,
diharapkan selalu memberikan dukungan kepada anak dengan menyediakan
waktu untuk memantau belajar mereka serta mendengarkan masalah-masalah
yang dialami anak. Memonitor kemajuan belajar anak, serta membangkitkan
motivasi belajar dalam diri anak selama menjalani program akselerasi agar
anak dapat mencapai prestasi terbaik sesuai dengan potensi.
Pihak sekolah diharapkan mengembangkan dan meningkatkan
penyelenggaraan program akselerasi dengan menyediakan layanan
pendidikan, sarana penunjang dan manajemen yang terbaik terutama guru.
Hendaknya sekolah menyediakan guru yang berkompeten untuk mengajar
siswa akselerasi yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Selain itu,
72
hendaknya guru juga mampu memberikan pengajaran yang inovatif kreatif
sehingga siswa tidak lagi merasa bosan ketika belajar di kelas. Metode
pengajaran ceramah hendaknya dikombinasi lagi dengan pengajaran yang
lebih menarik dan menantang bagi siswa supaya siswa lebih tertantang lagi
untuk belajar.
C. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan maka dapat diajukan beberapa
saran, yaitu:
1. Bagi guru agama agar dapat menggunakan metode pembelajaran yang
dipergunakan pada kegiatan belajar mengajar di kelas akselerasi lebih
bervaritif lagi seperti metode ceramah, metode tanya jawab, metode
demostrasi, metode karya wisata, metode diskusi, metode kerja
kelompok, sudah seharusnya kegiatan pembelajaran harus
mempergunakan media pembelajaran demi meningkatkan kualitas
penyampaian materi, agar siswa kelas akselerasi dapat mencapai tujuan
pembelajaran.
2. Bagi kepala sekolah dan koordinator program akselerasi dapat membuat
kebijakan agar mempergunakan metode pembelajaran dalam proses
belajar mengajar di kelas akselerasi, dan meningkatkan kemampuan
guru dalam mempergunakan media pembelajaran yang telah disediakan.
73
DAFTAR PUSTAKA
__________, Penyusunan Kurikulum Mata Pelajaran MIPA Siswa Cerdas
Istimewa, (Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa).
___________, Upaya Peningkatan Prestasi, Artikel diakses pada 19 Juli 2011 dari
http//gudang makalah.blogspot.com/2009/2008/skripsi-upaya-peningkatan-
prestasi.html
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi:
Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004 cet. Ke-3, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya), 2006.
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi;
Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004cet. Ke-3, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya), 2006.
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan cet. Ke-4, (Bandung: al-
Ma’rif), 1980.
Anwar ,Zainul, “Analisis Underchiever Pada Siswa Akselerasi”, jurnal online
psikologi, Vol. 01, No. 01, (Thn 2013).
Arsyad, azhar, MediaPembelajaran, (Jakarta: Raja GrafidoPersada), 2007
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1988)
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa,
PedomanPenyelenggaraanPendidikanUntukPesertaDidikCerdas Istimewa,
(Jakarta: DirektoratPembinaanSekolahLuarBiasa).
Departemen Pendidikan Nasional, Isu-isu Pendidikan di Indonesia: Lima Isu
Pendidikan Triwulan Kedua, (Jakarta: Balitbang Diknas), 2004.
Diah Sekar Ayu Rena Putri, “Perbedaan Sosialisasi Antara Siswa Kelas
Akselerasi Dan Kelas Reguler Dalam Lingkungan Pergaulan Di
Sekolah,”Humanitas : Indonesian Psychological Journal, Vol. 2 ,No.1
,(Januari 2005).
74
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, cet. 4,
(Jakarta: RienekaCipta, 2010).
Echols, John M. dan Hasan Shdily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT.
Gramedia), 1993.
Febrianela, Refista Befris, “ Self Regulated Learning (SRL) Dengan Prestasi
Akademik Siswa Akselerasi,” Jurnal Online Psikologi, Vol. 01, No. 01,(
2013), h. 203, diaksespada 26 april 2013, tersediaonline di
http://eprints.undip.ac.id/24809/1/SRL_dan_Kemandirian.pdf.
H. Martinis Yamia, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia cet. Ke-1, (Jakarta:
Gaung Persada Press), 2006.
Khodijah, Nyanyu, “Peningkatan Keberhasilan Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI) dengan Pendekatan Revlective Learning, Jurnal Pembangunan
manusia,Vol. 7, No. 1, (April 2009).
Kuswoyo, Pandi, “Ketuntasan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI Melalui
Metode Kisah, Jurnal Pendidikan Islam , Volume I, Nomor 1, (Juni
2012/1433).
LexyMoleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya), 2007.
Moh.UzerUsman,Menjadi Guru Profesional Cet. Ke-12, (Bandung: PT. Raja
Rsodakarya), 2001.
Muhammad Siddiq, “Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ( PAI) Di
Sekolah Menengah Pertama ( SMP ), Widyais waramadya balai diklat
keagamaan medan
Nasution, Metode Research Penelitian Ilmiah, (Jakarta: BumiAksara), 2007.
Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam 1, (Jakarta : logos wacanailmu, 1980).
Puasati, Candra, “Peningkatan Keterampilan Proses Dan Pemahaman Konsep
Biologi Melalui Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Siswa,”Jurnal Nuansa Pendidikan, vol.VI, no.1, ( Desember 2011), h.36,
diakses pada 9 desember 2012, tersedia online di
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/11083542.pdf
75
Putri, Diah Sekar Ayu Rena. dkk, “Perbedaan Sosialisasi Antara Siswa Kelas
Akselerasi Dan Kelas Reguler Dalam Lingkungan Pergaulan Di Sekolah,
Humanitas : Indonesian Psychological Journal Vol. 2 No.1,( Januari 2005).
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’a,n
(Jakarta: Lentera Hati), 2002.
QuraishShihab,Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Mawdhu’I atas Pelbagai Persoalan
Umat cet. Ke-11, (Bandung: Mizan), 2000.
Respati , Winanti S dan Wildan P. Arifin Ernawati, Gambaran Kecerdasan
Emosional Siswa Berbakat di Kelas Akselerasi SMA di Jakarta,” Jurnal
Psikologi, Vol. 5, No. 1, (Juni 2007).
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif , (Bandung: Alfabeta), 2008.
SuharsimiArikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT
RinekaCipta), 2006.
Sukarso, AA. dkk., “Tanaman Sekitar Lingkungan Sekolah Sebagai Media
Pengajaran Biologi,” Jurnal Dinamika Pendidikan,vol. 3, no.1, ( Desember
2011), h.53, diaksespada 9 desember 2012, tersediaonline di
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/21065359.pdf
Surtinah Tirtonegoro, Anak Supernormal dan Program Pendidikannya, (Jakarta:
Bumi Aksara), 2001.
Sutjiono , Thomas Wibowo Agung, “ Pendayagunaan Media Pembelajaran,”
Jurnal Pendidkan Penabur, vol. 4, no. 4, (Juli 2005), h. 76, diakses pada 9
desember 2012, tersedia online dihttp://www.bpkpenabur.or.id/files/Hal.76-
84%20Pendayagunaan%20Media%20Pembelajaran.pdf.
Syafi’i, “MetodologiPembelajaran, hal. 7, Untuklebihjelasnyabacajuga: M.
BasyarudinUssman, MetodologiPembelajaran Agama Islam cet. Ke-1,
(Jakarta: Ciputat Press), 2002.
Syafi’i, A, “ Metodolgi Pembelajaran PAI” Workshop Pengembangan
Metodologi Pembelajaran PAI pada Madrasah dan Sekolah Umum Tingkat
Dasar se-Provinsi DKI Jakarta, (Hotel Griya Astoeti, Cisarua, Puncak
Bogor), 20 Desember 2003.
Syah, Muhibin,Psikologi Pendidikan, (Bandung: RemajaRosdakarya), 1999
76
Syaripuddin, Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan, Strategi dan
Aplikasi, (Jakarta: Garasindo), 2000
Trianto, Model-Model Pembelajarn Inovatif Berorientasi Kontruktivistik: Konsep
Landasan Teoritis- Praktis dan Implementasinya, (Jakarta: PrestasiPustaka),
2007
Undang-undang Sisdiknas No.20 Tahun 2003
Utami Munandar, Bunga Rampai Anak Berbakat Pembinaan dan Pendidikannya,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), 1993
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumiaksara, 2009).