penerapan media animasi audio visual menggunakan software
TRANSCRIPT
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Geografi FKIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2, Hal 156-169, Mei 2017
156
PENERAPAN MEDIA ANIMASI AUDIO VISUAL MENGGUNAKAN
SOFTWARE POWTOON UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR IPS SMP NEGERI 16 BANDA ACEH
Zee Trina1, Thamrin Kamaruddin2, Dyah Rahmani3
1Email: [email protected] 2Pendidikan Geografi, FKIP Unsyiah, email: [email protected]
3Pendidikan Geografi, FKIP Unsyiah, email: [email protected]
ABSTRAK
Software animasi powtoon adalah software berbasis web untuk membuat
sebuah paparan yang memiliki fitur animasi, diantaranya animasi tulisan tangan,
animasi kartun, dan efek transisi yang lebih hidup serta pengaturan timeline yang
sangat mudah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) peningkatan hasil
belajar siswa; (2) Kesesuaian aktivitas guru dan siswa; (3) Keterampilan guru
dalam mengelola pembelajaran; dan (4) Respon siswa terhadap pembelajaran
dengan menggunakan software animasi powtoon. Subjek dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas VIII-3 SMP Negeri 16 Banda Aceh yang berjumlah 24
orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan (1) Lembar pre-test
dan post-test; (2) Lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa; (3) Lembar
pengamatan keterampilan guru; dan (4) Angket respon siswa. Analisis data
menggunakan statistik deskriptif persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
(1) Persentase ketuntasan secara individual meningkat dari 63% pada siklus I
menjadi 79% pada siklus II dan 92% pada siklus III. Persentase ketuntasan
klasikal meningkat dari 50% pada siklus I menjadi 70% pada siklus II dan 90%
pada siklus III. (2) Jumlah kesesuaian aktivitas guru dan siswa meningkat dari 6
aktivitas sesuai pada siklus I menjadi 8 aktivitas sesuai pada siklus II dan 10
aktivitas sesuai pada siklus III. (3) Keterampilan guru dalam mengelola
pembelajaran meningkat dari skor 2,6 dengan kategori baik pada siklus I menjadi
3,1 dengan kategori baik pada siklus II dan 3,3 dengan kategori baik pada siklus
III. (4) Pada umumnya atau sebanyak 93,3% siswa menyatakan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan software animasi powtoon sangat menarik
dan membantu siswa dalam memahami materi pelajaran.
Kata kunci: Penerapan, Software animasi powtoon, Hasil belajar, IPS
PENDAHULUAN
Proses pembelajaran diharapkan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.
19 tentang Standar Nasional Pendidikan tahun 2005, yakni proses pembelajaran
pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Geografi FKIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2, Hal 156-169, Mei 2017
157
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa guru sebagai pengajar harus mampu merencanakan suatu
strategi pembelajaran yang menyenangkan agar materi yang diajarkan menjadi hal
yang menarik bagi siswa.
Sebagai fasilitator pembelajaran sudah seharusnya guru mampu
memanfaatkan perkembangan teknologi pada masa sekarang ini dengan
merancang strategi pembelajaran secara kreatif dan inovatif agar siswa tidak
merasa bosan terhadap materi pembelajaran. Maka untuk mewujudkan hal
tersebut, multimedia bisa menjadi salah satu pilihan guru dalam menyajikan dan
menggabungkan teks, suara, gambar, serta video dengan menggunakan komputer.
Melalui pemanfaatan multimedia khususnya media animasi yang dibuat dengan
konsep penuh warna menggunakan software powtoon diharapkan dapat
mempermudah guru dalam menarik perhatian siswa terhadap materi pembelajaran
dan meningkatkan hasil belajar siswa, karena Aksoy dalam jurnal Scientific
Research yang berjudul The Effects of Animation Technique on the 7th Grade
Science and Technology Course menyatakan bahwa metode animasi lebih efektif
daripada metode pengajaran secara tradisional dalam menaikkan hasil belajar
siswa (2012:305).
Hasil belajar merupakan suatu ukuran berhasil atau tidaknya seorang siswa
setelah mendapatkan pelajaran di sekolah. Sudjana (2005:23) berpendapat “hasil
belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajar”. Maka jika seorang siswa mampu memahami
materi dalam proses pembelajaran dengan baik yang dapat diukur melalui tes tulis
maupun lisan maka guru sebagai fasilitator pembelajaran telah berhasil
mewujudkan tujuan pembelajaran.
Media yang diharapkan adalah media yang dapat memberikan penjelasan
dari pelajaran abstrak menjadi bersifat kongkret. Materi pembelajaran yang dibuat
ke dalam bentuk animasi audiovisual lebih mudah diterima, dipahami, dan lebih
dapat memotivasi siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Mayer dan Moreno
(2002:91) dalam Educational Psychology Review yang berjudul Animation As An
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Geografi FKIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2, Hal 156-169, Mei 2017
158
Aid To Multimedia Learning bahwa animasi dapat menaikkan pemahaman siswa
ketika digunakan secara konsisten sesuai teori kognitif pada pembelajaran
multimedia.
Kemajuan teknologi komputer tentunya memberi kemudahan bagi guru
dalam menyiapkan media pembelajaran khususnya media animasi, namun
kenyataannya penggunaan media animasi dalam proses pembelajaran masih
sangat terbatas karena memerlukan keahlian khusus untuk membuat media
tersebut. Maka melalui penggunaan software powtoon diharapkan dapat
memudahkan guru dalam membuat animasi audiovisual.
Selama menjalankan Program Pengalaman Lapangan di SMP Negeri 16
Banda Aceh, terlihat bahwa proses pembelajaran di kelas VIII-3 masih kurang
optimal baik dari segi siswa, metode pembelajaran, maupun media yang
digunakan oleh guru. Berdasarkan observasi hanya sekitar 25% dari 28 siswa di
kelas VIII-3 yang memperhatikan dan menanggapi materi IPS yang diajarkan,
selebihnya siswa cenderung bermain di dalam kelas dan membuat keributan
bahkan tidak memperdulikan keberadaan guru. Hal tersebut tentunya
mengakibatkan siswa tidak memahami materi yang diajarkan sehingga tujuan
pembelajaran dapat dikatakan belum tercapai dengan baik.
Pada hasil ulangan tengah semester hanya 8 siswa secara individu dapat
mencapai nilai ketuntasan minimum atau hanya 28,5% siswa yang tuntas pada
pelajaran IPS. Permasalahan dari hal tersebut adalah metode yang digunakan guru
untuk menyampaikan materi pelajaran IPS bersifat konvensional dengan hanya
berbantuan media papan tulis. Guru menyampaikan materi pembelajaran hanya
dengan berceramah tanpa berbantuan media yang dapat menarik perhatian siswa
terhadap pelajaran IPS, sehingga proses pembelajaran terasa membosankan.
Tentunya dalam hal ini metode konvensional bukan berarti tidak bagus digunakan
pada proses pembelajaran. Tetapi jika semua materi disampaikan secara
konvensional tanpa berbantuan media apapun tentu akan menciptakam kejenuhan
pada proses pembelajaran.
Siswa tentunya menyukai sistem pembelajaran yang variatif, misalnya
dengan menggunakan media animasi audiovisual yang menampilkan contoh-
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Geografi FKIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2, Hal 156-169, Mei 2017
159
contoh secara langsung dari materi yang diajarkan, karena materi yang
disampaikan secara kontekstual akan membuat siswa lebih mudah dalam
memahaminya. Berdasarkan uraian tersebut, penulis telah melakukan penelitian
tentang “Penerapan Media Animasi Audiovisual Menggunakan Software
Powtoon Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS SMP Negeri 16 Banda
Aceh”.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 16 Gampong Peuniti Kecamatan
Baiturrahman Kota Banda Aceh. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada
tanggal 17 Agustus 2016 sampai 19 September 2016. Subjek dalam penelitian ini
adalah siswa kelas VIII-3 SMP Negeri 16 Banda Aceh yang terdiri dari 24 siswa
dengan laki-laki berjumlah 15 siswa dan perempuan berjumlah 9 siswa.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan Penelitian
Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas
merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru dikelas atau disekolah tempat ia
mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan
proses dalam pembelajaran (Arikunto, 2006:96). Instrumen yang digunakan untuk
pengumpulan data adalah lembar pre-test dan lembar post test, lembar
pengamatan aktivitas guru dan siswa, lembar pengamatan keterampilan guru, dan
lembar respon siswa.
Analisis Hasil Belajar Siswa
Analisis hasil belajar dilakukan untuk megetahui bagaimana perubahan
yang didapat oleh siswa terhadap mata pelajaran IPS setelah dilakukan penerapan
pembelajaran dengan menggunakan media animasi audiovisual. Hasil belajar
dianalisis secara individual dan klasikal di mana seorang siswa dikatakan tuntas
secara individual pada mata pelajaran IPS jika ia mampu mendapatkan nilai 80
dari 10 soal multiple choise dan essay yang diberikan. Nilai 80 tersebut
merupakan Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditetapkan di SMP Negeri 16
Banda Aceh.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Geografi FKIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2, Hal 156-169, Mei 2017
160
Selanjutnya analisis hasil belajar secara klasikal dilakukan untuk
mengetahui berapa banyak siswa yang tuntas pada mata pelajaran IPS di kelas
VIII-3 setelah dilakukan penerapan media animasi audiovisual dalam proses
pembelajaran. Mulyasa (2004:99) menyebutkan bahwa suatu kelas dikatakan
tuntas secara klasikal apabila di dalam kelas tersebut terdapat ≥ 85% siswa dari
keseluruhan yang secara individu dikatakan tuntas dalam proses pembelajaran, di
mana ketuntasan individu tersebut dapat diperoleh jika seorang siswa mampu
memiliki nilai minimal 80. Nilai tersebut sesuai dengan ketetapan yang diberikan
oleh pihak sekolah, untuk mengetahui jumlah persentase ketuntasan siswa,
digunakan rumus persentase sebagai berikut:
P= N
Fx 100% (Sudijono, 2010:43)
Keterangan:
P = Ketuntasan belajar
F = Frekuensi jawaban yang benar
N = Jumlah soal
Analisis Aktivitas Guru dan Siswa
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana aktivitas guru dan
siswa kelas VIII-3 yang terjadi selama proses pembelajaran IPS dengan
menerapkan media Animasi audiovisual. Hal tersebut dapat menunjukkan sesuai
atau tidaknya aktivitas yang terjadi terhadap komponen-komponen aktivitas yang
telah dirancang pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Analisis dilakukan
dengan mengkategorikan persentase hasil penelitian. Kategori baik jika hasil
persentase sama, kurang atau lebih 1 menit dari standar waktu yang ditetapkan,
dan dikategorikan kurang baik jika hasil persentase tidak sama, kurang atau lebih
2 menit dari standar waktu yang ditetapkan, untuk mengetahui tingkat reabilitas
instrumen ini digunakan statistik persentase, yaitu:
P = N
Fx 100% (Sudijono, 2010:43)
Keterangan:
P = Persentase yang dicari
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Geografi FKIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2, Hal 156-169, Mei 2017
161
F = Frekuensi aktivitas yang dilakukan
N = Banyaknya aktivitas yang dilakukan
Analisis Keterampilan Guru
Guru dalam kegiatan pembelajaran harus memiliki keterampilan disetiap
pelaksanaan kegiatannya. Pada penelitian ini telah direncanakan beberapa
keterampilan yang harus dilakukan oleh guru untuk dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang diinginkan. Setiap kegiatan memiliki beberapa keterampilan,
guru akan memperoleh 4 skor jika mampu melaksanakan semua keterampilan dari
satu kegiatan. Maka untuk mengetahui keterampilan guru dalam mengelola
pembelajaran dengan menerapkan media animasi audiovisual digunakan analisis
data berdasarkan skor rata-rata pengamatan sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Sudjana (2005:77) sebagai berikut:
Skor 1,00-1,69 Kurang Baik
Skor 1,70-2,59 Sedang
Skor 2,60-3,50 Baik
Skor 3,51- 4,00 Sangat Baik
Respon Siswa
Setelah melakukan proses pembelajaran dengan menerapkan media
animasi audiovisual di kelas VIII-3, guru membagikan angket kepada siswa yang
berisi pernyataan-pernyataan tentang proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Hal tersebut untuk mengetahui baik atau tidak respon dari siswa
kelas VIII-3 terhadap pembelajaran dengan menggunakan media animasi
audiovisual. Mengetahui persentase respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran
dengan penerapan media animasi audiovisual digunakan analisis statistik
deskriptif persentase, yaitu:
P = N
Fx 100% (Sudijono, 2010:43)
Keterangan:
P = Persentase yang dicari
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Geografi FKIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2, Hal 156-169, Mei 2017
162
F = Frekuensi respon siswa
N = Jumlah siswa
Selanjutnya untuk menganalisa data respon siswa, digunakan rumus
statistik sederhana yang dikemukakan oleh Sudijono (2006:43) yaitu:
𝑃 =∑𝑓
∑𝑛 .∑𝑥×100% (Sudijono, 2010:43)
Keterangan:
P = Persentase
Σf = Frekuensi jawaban
Σn = Jumlah responden
Σx = Jumlah soal/pertanyaan
Kemudian data dideskripsikan serta ditafsirkan untuk diambil kesimpulan,
dimulai dari bilangan terbesar kepada bilangan terkecil dengan kriteria
sebagaimana yang dikemukakan Hadi (2000:67) sebagai berikut:
100% disebut seluruhnya
80% - 99% disebut pada umumnya
60% - 79% disebut sebagian besar
50% - 59% disebut lebih dari setengah
20% - 39% disebut sebagian kecil
0% - 19% disebut sangat sedikit
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan tiga siklus, maka
dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII-3 pada
materi jumlah dan pertumbuhan, komposisi, serta persebaran dan migrasi
penduduk. Secara individual hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari
siklus I hingga siklus ke III. Hasil belajar siswa secara individual dapat dilihat
pada Gambar 1.
Berdasarkan Gambar 1 terlihat bahwa pada siklus I, hasil belajar
menunjukkan terdapat 15 siswa yang tuntas secara individual. Jumlah keseluruhan
siswa yaitu 24 siswa, 4 orang siswa memperoleh nilai 100, 4 orang siswa
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Geografi FKIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2, Hal 156-169, Mei 2017
163
memperoleh nilai 90, 7 orang siswa memperoleh nilai 80, 4 orang siswa mendapat
nilai 70, dan sisanya 5 orang memperoleh nilai 60. Pada siklus II terdapat 19
siswa yang tuntas secara individual, dari 24 siswa 3 orang siswa memperoleh nilai
100, 6 orang siswa memperoleh nilai 90, 10 orang siswa memperoleh nilai 80, 3
orang siswa mendapat nilai 70 dan 2 orang siswa memperoleh nilai 60.
Pada siklus III terdapat 22 siswa yang tuntas secara individual.
Berdasarkan jumlah 24 siswa sebanyak 4 orang siswa memperoleh nilai 100, 5
orang siswa memperoleh nilai 90, selanjutnya 13 orang siswa memperoleh nilai
80, 1 orang siswa mendapat nilai 70 dan 1 orang siswa memperoleh nilai 60.
Perhatikan Gambar 1. berikut.
Gambar 1. Grafik persentase ketuntasan individual
Gambar 2. Grafik persentase ketuntasan individual dalam kelas
Hasil hitung persentase ketuntasan klasikal dalam proses pembelajaran
pada siklus I, siklus II, dan siklus III dapat dilihat pada gambar grafik berikut.
63%79%
92%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Siklus I Siklus II Siklus III
Ket
un
tasa
n
Siklus I
Siklus II
Siklus III
5 4
7
4 42 3
10
6
31 1
13
5 4
0
5
10
15
60 70 80 90 100
Ju
mla
h S
isw
a
Nilai Ketuntasan
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Geografi FKIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2, Hal 156-169, Mei 2017
164
Gambar 3. Grafik persentase ketuntasan klasikal
Berdasarkan Gambar 3 terlihat peningkatan hasil belajar pada setiap siklus
yang dilakukan. Pada tindakan siklus I nilai ketuntasan klasikal yang diperoleh
yaitu 50%, dari 10 soal hanya 5 soal yang tuntas dan 5 soal tidak tuntas. Siklus I
dikatakan belum tuntas secara klasikal karena hasil persentase yang diperoleh
masih dibawah ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu ≥85%. Pada siklus II nilai
ketuntasan klasikal yaitu 70%, dari 10 soal hanya 7 soal yang tuntas. Siklus II
dikatakan belum tuntas secara klasikal karena hasil persentase yang diperoleh juga
masih dibawah ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu ≥85%, sedangkan pada
siklus III nilai ketuntasan klasikal mencapai 90%, artinya dari 10 soal tardapat 9
soal yang tuntas dan 1 soal yang tidak tuntas. Hasil siklus III menyatakan
ketuntasan siswa secara klasikal dsalam proses pembelajaran.
Aktivitas guru dan siswa pada pembelajaran dengan menggunakan
software powtoon sebagai media untuk menyampaikan materi pelajaran diamati
dengan menggunakan instrumen aktivitas yang telah disusun berdasarkan alokasi
waktu pada RPP. Instrumen tersebut digunakan oleh pengamat untuk memantau
kesesuaian aktivitas guru dan siswa mulai dari tindakan siklus I sampai dengan
siklus III. Aktivitas guru dan siswa pada siklus I secara ringkas dapat dilihat pada
Gambar 4.
Gambar 4 menunjukkan persentase aktivitas guru dan siswa dalam
kegiatan pembelajaran siklus I. Pada aktivitas guru dan siswa terdapat 5 aktivitas
yang belum sesuai dengan alokasi waktu yang telah disusun berdasarkan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Aktivitas tersebut belum dikatakan sesuai
karena waktu yang digunakan pada setiap aktivitas melebihi waktu yang telah
50%
70%
90%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
Ket
un
tasa
n
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Geografi FKIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2, Hal 156-169, Mei 2017
165
510
17,5
7,55 5
25
10 10
18,75
5510
17,5
7,55 5
25
10 10
18,75
5
05
1015202530
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Per
sen
tase
Wa
ktu
Jumlah Kegiatan
Guru
Siswa
ditentukan. Aktivitas yang belum sesuai tersebut yaitu pada kegiatan ketiga saat
guru menyampaikan ringkasan materi pembelajaran melalui media animasi
audiovisual.
Gambar 4. Grafik persentase aktivitas guru dan siswa siklus I
Kegiatan keempat pada saat guru `menampilkan gambar-gambar yang
berhubungan dengan materi pembelajaran dan menjelaskannya. Kegiatan ketujuh
pada saat guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi kembali
tentang materi yang diajarkan dengan mengisi LKS pada kertas warna yang
diberikan. Kegiatan kedelapan yaitu ketika guru menjadi moderator serta
mengintruksikan dan membimbing siswa dalam persentasi, serta kegiatan
kesepuluh yaitu saat melaksanakan post-test.
Kegiatan pembelajaran tindakan siklus II, terdapat 3 dari 11 aktivitas guru
dan siswa yang alokasi waktunya belum sesuai berdasarkan instrumen yang telah
disusun melalui Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Grafik persentase
waktu pada aktivitas guru dan siswa dalam tindakan siklus II dapat dilihat pada
Gambar 5.
Terdapat 3 dari 11 aktivitas yang belum dikatakan sesuai pada pelaksanaan
pembelajaran siklus II. Aktivitas tersebut belum dikatakan sesuai karena waktu
yang digunakan pada setiap aktivitas melebihi waktu yang telah ditentukan.
Aktivitas dapat dikatakan sesuai apabila kegiatan siswa sesuai dengan yang
dirancang oleh guru, waktu yang digunakan sesuai dengan yang ditentukan pada
saat membuat rancangan penelitian, dan urutan kegiatan sesuai dengan rancangan
yang telah disusun. Hasil analisis kesesuaian aktivitas guru dan siswa pada siklus
II dapat dilihat pada Gambar 5 berikut.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Geografi FKIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2, Hal 156-169, Mei 2017
166
510
12,5
5 5 5
25
12,5 15
25
5510
12,5
5 5 5
25
12,515
25
5
05
1015202530
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Per
sen
tase
Wa
ktu
Jumlah Kegiatan
Guru
Siswa
510
12,5
5 5 5
20
12,510
25
5510
12,5
5 5 5
20
12,510
25
5
05
1015202530
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Per
sen
tase
Wak
tu
Jumlah Kegiatan
GuruSiswa
Gambar 5. Grafik persentase aktivitas guru dan siswa siklus II
Aktivitas yang belum sesuai tersebut yaitu pada kegiatan ketujuh saat guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi kembali tentang materi
yang diajarkan dengan mengisi LKS pada kertas warna yang diberikan. Kegiatan
kesembilan pada saat guru bersama siswa mengambil kesimpulan dan guru
memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja terbaik, dan
kegiatan kesepuluh yaitu saat melaksanakan post-test.
Gambar 6. Grafik persentase aktivitas guru dan siswa siklus III
Berdasarkan Gambar 6 dapat diketahui bahwa masih terdapat 1 aktivitas
yang belum sesuai dengan perencanaan yaitu pada aktivitas kesepuluh. Hal
tersebut disebabkan oleh faktor alokasi waktu yang berjalan tidak sesuai dengan
alokasi waktu yang ditentukan pada saat mengerjakan soal post-test, itu karena
siswa menganggap waktu yang diberikan terlalu sedikit sementara soal yang
diberikan membutuhkan waktu lama untuk dikaji.
Berdasarkan hasil analisis data, terlihat adanya peningkatan keterampilan
guru dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan software animasi
powtoon sebagai media untuk menyusun materi pelajaran. Persentase
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Geografi FKIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2, Hal 156-169, Mei 2017
167
2,63,1 3,3
00,5
11,5
22,5
33,5
Siklus I Siklus II Siklus IIINil
ai
Ket
un
tasa
n
Siklus I
Siklus II
Siklus III
keterampilan yang dilakukan oleh guru di setiap siklus dapat dilihat pada Gambar
7 berikut.
Gambar 7. Grafik skor keterampilan guru mengelola pembelajaran
Gambar 7 menjelaskan keterampilan yang dilakukan oleh guru dalam
proses pembelajaran mengalami peningkatan pada setiap siklus. Keterampilan
guru dalam mengelola pembelajaran dikategorikan baik (2,6) pada siklus I,
dikategorikan baik (3,1) pada siklus II dan dikategorikan baik (3,3) pada siklus
III. Peningkatan keterampilan guru dapat terjadi pada siklus III karena guru
melaksanakan kriteria keterampilan yang tidak dilakukan pada siklus I dan siklus
II.
Respon siswa terhadap proses pembelajaran yaitu sebanyak 24 siswa
menyatakan ya bahwa penerapan media animasi audiovisual dalam pembelajaran
IPS merupakan hal yang baru dilaksanakan di kelas. Sebanyak 22 siswa
menyatakan ya bahwa animasi audiovisual yang ditayangkan guru sangat
menarik. Sebanyak 19 siswa menyatakan ya bahwa mereka dapat memahami
materi pelajaran dengan mudah karena guru menyampaikannya melalui media
animasi audiovisual. Sebanyak 22 siswa menyatakan ya bahwa materi pelajaran
IPS menjadi lebih menarik karena disampaikan melalui media animasi
audiovisual.
Sebanyak 21 siswa menjawab ya bahwa mereka dapat menjawab soal
evaluasi dengan mudah. Sebanyak 24 siswa menjawab ya bahwa proses
pembelajaran dengan menggunakan media animasi audiovisual sangat
menyenangkan. Sebanyak 23 siswa menyatakan ya bahwa cara guru menjelaskan
materi pelajaran sangat menarik. Sebanyak 19 siswa menyatakan ya bahwa
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Geografi FKIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2, Hal 156-169, Mei 2017
168
mereka lebih bersemangat belajar IPS karena guru menggunakan media animasi
audiovisual.
Sebanyak 19 siswa setuju bahwa penerapan media animasi audiovisual
membantu mereka dalam memahami materi IPS yang dijelaskan oleh guru, dan
sebanyak 24 siswa setuju bahwa mereka berharap guru dapat terus mengajarkan
pelajaran IPS dengan cara yang menarik dan menyenangkan. Setelah semua data
jawaban terkumpul, maka pengelohan data dilakukan dengan rumus yang telah
dijelaskan sebelumnya pada analisi data respon siswa, sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa 90,41 persen siswa atau pada umumnya menyatakan
pembelajaran dengan menggunakan media animasi software powtoon sangat
menyenangkan dan membantu siswa dalam memahami materi pelajaran.
SIMPULAN DAN SARAN
Hasil belajar yang diperoleh siswa kelas VIII-3 SMP Negeri 16 Banda
Aceh dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada materi jumlah dan
pertumbuhan, komposisi, serta persebaran dan migrasi penduduk mengalami
penigkatan secara individual dan klasikal. Hasil ketuntasan individual yang
diperoleh pada tindakan siklus I sebesar 63%. Hasil tersebut meningkat menjadi
79% pada tindakan siklus II dan 92% pada tindakan siklus III. Peningkatan juga
terjadi pada hasil belajar klasikal yang diperoleh siswa. Pada tindakan siklus I
persentase ketuntasan klasikal sebesar 50% dan meningkat menjadi 70% pada
tindakan siklus II serta 90% pada tindakan siklus III. Berdasarkan hasil belajar
siklus I, II, dan III maka dapat dikatakan bahwa penerapan animasi software
powtoon dapat membantu guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Hasil analisis kesesuaian aktivitas guru dan siswa dalam proses
pembelajaran mengalami peningkatan disetiap siklus. Sebanyak 6 dari 11 aktivitas
pada tindakan siklus I dikatakan sesuai berdasarkan alokasi waktu yang telah
direncanakan. Jumlah kesesuaian aktivitas bertambah pada tindakan siklus I yaitu
8 dari 11 komponen aktivitas dan meningkat pada siklus III dengan jumlah 10
aktivitas sesuai dari 11 aktivitas yang telah direncanakan, sehingga kesesuaian
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Geografi FKIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2, Hal 156-169, Mei 2017
169
aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran dapat dikatakan meningkat
pada setiap siklus.
Hasil analisis keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran pada
tindakan siklus I memperoleh skor 2,6 dengan kategori baik. Meningkat pada
tindakan siklus II dengan perolehan skor 3,1 yang dikategorikan baik. serta
meningkat menjadi 3,3 dengan kategori baik pada tindakan siklus III. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa keterampilan guru sudah baik dalam mengelola
pembelajaran dengan menerapkan media animasi software powtoon.
Hasil olah data angket yang berisi 10 pernyataan tentang proses
pembelajaran yaitu sebanyak 90,41% siswa atau pada umumnya menyatakan
pembelajaran dengan menggunakan animasi software powtoon sangat
menyenangkan dan membantu siswa dalam memahami materi pelajaran.
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan media
animasi software powtoon dapat membuat siswa tertarik untuk mengikuti proses
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Aksoy, G. 2012. The Effect of Animation Technique on The 7th Grade Science
and Technology Coure. Journal of Scientific Research, (3), 304-308.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Hadi, Sutrisno. 2000. Metode Penelitian. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Mayer, R. E. dan Moreno, R. 2002. Animation As An Aid Multimedia Learning.
Educational Psychology Review, (14), 87-98.
Mulyasa, E. 2004. Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan
Implementasi. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Sudijono, Anas. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Sudjana, N. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.