penerapan kebijakan program kota tanpa kumuh …

241
PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) DI KELURAHAN BLIGO KECAMATAN BUARAN KABUPATEN PEKALONGAN SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Oleh Putri Fitriani 3301416050 JURUSAN POLITIK DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2020

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

i

PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA

KUMUH (KOTAKU) DI KELURAHAN BLIGO KECAMATAN

BUARAN KABUPATEN PEKALONGAN

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Oleh

Putri Fitriani

3301416050

JURUSAN POLITIK DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2020

Page 2: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

ii

ii

Page 3: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

iii

iii

Page 4: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

iv

iv

Page 5: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Jadilah yang terbaik dimanapun kita berada dan berikan yang terbaik yang bisa

kita lakukan (B.J. Habibie)

Tidak ada gunanya memiliki IQ tinggi tetapi malas dan tidak memiliki disiplin.

Yang terpenting adalah kita sehat dan mau berkorban untuk masa dengan yang

cerah (B.J. Habibie)

Perjuangkanlah mimpi dan cita-citamu sampai ALLAH yang memutuskan

untuk berhenti (Putri Fitriani)

PERSEMBAHAN

Kedua orang tua saya yang sangat saya cintai. Ibu Eni Silvana dan Bapak Usni

yang selalu mendoakan dan mencurahkan rasa cinta dan kasih sayang dalam

kehidupan saya.

Adik perempuan saya satu-satunya, Syafrina Fitriani. Kebahagiaan dan cita-

citamu menjadi motivasi besarku untuk segera menyelesaikan studi ini.

Bapak Drs. Tijan, M.Si., dosen pembimbing yang senantiasa dengan sabar

membimbing dan memberikan ilmu kepada saya dalam menyelesaikan studi ini.

Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup

Kabupaten Pekalongan, Pemerintah Kelurahan Bligo dan BKM Mandiri serta

segenap informan yang telah membantu saya untuk membuat dan

menyelesaikan karya tulis ini.

Page 6: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

vi

Teman-teman kos skyline Ramaudhita, Becik, Nurul dan Ika yang telah menjadi

keluarga dan menemani susah senang perjuangan hidup di perantauan.

Teman-teman program studi PPKn 2016 yang selalu membuat proses belajarku

menyenangkan.

Almamater Universitas Negeri Semarang yang saya cintai, yang telah

memberikan ilmu untuk berorganisasi dan bertemu dengan orang-orang hebat

selama empat tahun masa studi ini khususnya komunitas G2PM 2016, HIMA

PKn 2017, DPM FIS 2018, keluarga PPL SMA Semesta Bilingual Boarding

School, dan kelompok KKN Desa Karangsari.

Page 7: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

vii

SARI

Fitriani, Putri. 2020. Penerapan Kebijakan Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di

Kelurahan Bligo Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan. Skripsi. Jurusan Politik dan

Kewarganegaraan. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Drs.

Tijan, M.Si. 138 halaman.

Kata Kunci: Kebijakan, penerapan, Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)

Besarnya jumlah penduduk Indonesia dan terbatasnya kemampuan pemerintah untuk

membangun kawasan permukiman yang layak menyebabkan banyaknya kawasan kumuh

yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu daerah yang tergolong kumuh yaitu

Kabupaten Pekalongan khususnya Kelurahan Bligo. Oleh sebab itu, diperlukan adanya

kebijakan pembangunan lingkungan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang

layak. Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) adalah kebijakan Kementerian Pekerjaan

Umum dan Perumahan Rakyat untuk mempercepat penanganan masalah permukiman

kumuh di Indonesia hingga mencapai 0%. Penelitian ini bertujuan untuk (1)

mendeskripsikan penerapan kebijakan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di

Kelurahan Bligo Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan; (2) mendeskripsikan faktor-

faktor yang menghambat pelaksanaan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di

Kelurahan Bligo Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Fokus penelitian ini adalah

penerapan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) dan faktor-faktor yang menghambat

penerapan program KOTAKU di Kelurahan Bligo Kecamatan Buaran Kabupaten

Pekalongan. Sumber data diperoleh dari informan, peristiwa dan dokumentasi terkait.

Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi.

Pengujian validitas data menggunakan teknik triangulasi sumber. Analisis data

menggunakan model analisis data interaktif melalui tahapan pengumpulan data, reduksi

data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan (1) program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di

Kelurahan Bligo meliputi empat tahapan utama yaitu tahap persiapan yang berisi kegiatan

sosialisasi dan pembentukan Tim Inti Perencanaan Partisipatif (TIPP), tahap perencanaan

yang berisi penyusunan dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP)

tahap pelaksanaan pembangunan berupa pembuatan saluran air (drainase), jalan paving,

Tempat Pembuangan Sampah Reduce Reuse Recycle (TPS 3R), sumur bor serta tahap

keberlanjutan melalui pembentukan kelompok pengelola dan kelompok pemelihara

pembangunan. Monitoring dan evaluasi program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di

Kelurahan Bligo dilaksanakan pada setiap tahapan secara berkala oleh Dinas Perumahan

Rakyat dan Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Kabupaten Pekalongan dan

fasilitator kelurahan; (2) faktor-faktor yang menghambat penerapan program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo adalah sumber daya manusia dari aspek pelaksana,

masyarakat yang menolak program, dan tukang bangunan yang dinilai tidak efektif, serta

faktor komunikasi yang mengakibatkan terjadinya ketidakharmonisan dalam internal

Badan keswadayaan Masyarakat (BKM).

Saran yang dapat peneliti rekomendasikan yaitu (1) kepada Dinas Perkim LH

Kabupaten Pekalongan menjalin koordinasi lebih intensif melalui koordinasi forum BKM

dan rapat evaluasi koordinasi dengan fasilitator dan pemerintah desa/kelurahan, (2) kepada

BKM Mandiri Kelurahan Bligo dan tim fasilitator perlu bekerjasama dengan pemerintah

kelurahan dan melibatkan tokoh masyarakat serta perlu adanya pendampingan untuk

menjamin kelancaran terlaksananya program secara efektif dan efisien.

Page 8: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

viii

ABSTRACT

Fitriani, Putri. 2020. The Implementation of Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) Programs

Policies in Bligo Village Buaran Subdistric Pekalongan Regency. Final Project.

Department of Politics and Civics. Faculty of Social Science. Universitas Negeri

Semarang. Advisor is Drs. Tijan, M.Si. 138 Pages.

Keywords: implementation, Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) program, policy

The large population of Indonesia and the limited ability of the goverment to develop

decent residential areas causes many slum areas in Indonesia territory. One of the slums

areas is Pekalongan regency, especially Bligo village. Therefore, it is necessary to have an

environmental development policy to improve the quality of the environment and the

welfare of the community. Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) Programs - slum area free - is

the policy of the Ministry of Public Works and Public Housing as an effort to accelerate

the handling of slum areas problems in Indonesia to reach 0%. The purpose of this research

is to (1) describe the implementation of KOTAKU program policy in Bligo Village Buaran

subdistric Pekalongan regency, (2) describe the factors that inhibit the KOTAKU Programs

in Bligo village Buaran subdistric Pekalongan regency.

This study used a qualitative approach. The focus of this research is the implementation of

Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) Programs in Bligo village Buaran subdistric Pekalongan

regency and the factors that inhibit this programs. Data sources obtained from informants,

events and related documentation. Data collection techniques using interviews, observation

and documentation. Data validity testing uses source triangulation techniques. Data

analysis using an interactive data analysis model through stages of data collection, data

reduction, data presentation and drawing conclusions.

The results of the research showed (1) Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) Programs in Bligo

Village covered four main stages namely the preparation stage which contains the

socialization and formation of the TIPP, the planning stage which contains the preparation

of plan for structuring the settlement environment document, the implementation stage of

development in the form of making water channels (drainage), paving roads, TPS (3R),

bore wells, and the sustainability stage through the formation of a management group and

a group of development maintainers. Monitoring and evaluation of KOTAKU Programs

in Bligo Village is carried out at every stage on a regular basis by Environmental

Management Office of Pekalongan Regency and village facilitators. (2) Factors that inhibit

the implementation of KOTAKU Programs in Bligo Village are the community resources

that reject the program and communication that causes disharmony in the internal BKM.

Suggestions that researchers can recommend (1) The Pekalongan Regency Environmental

Management Office establish more intensive coordination through coordinating the BKM

forum and coordinating evaluation meetings with the facilitators and the village

government, (2) to BKM Mandiri Bligo village and facilitating team need to work together

with village administration and involve community leaders and the need for assistance to

ensure the efficient and effective implementation of the program.

Page 9: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

ix

PRAKATA

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah Subhanahuwata’ala yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Penerapan Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di

Kelurahan Bligo Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan”. Penulis menyadari

sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak mendapatkan dukungan,

bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan hormat

penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri

Semarang.

2. Bapak Dr. Moh. Solehatul Mustofa, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Semarang.

3. Bapak Drs. Tijan, M. Si., Ketua Jurusan Politik dan Kewarganegaraan Fakultas

Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang serta selaku dosen pembimbing.

4. Segenap dosen Jurusan Politik dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Semarang.

5. Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup

Kabupaten Pekalongan, Pemerintah Kelurahan Bligo, pengurus BKM Mandiri

Kelurahan Bligo dan segenap informan yang telah memberikan banyak

informasi kepada penulis.

6. Ibu Eni Silvana dan Bapak Usni, orang tua penulis yang sangat penulis cintai

7. Keluarga besar Jurusan Politik dan Kewarganegaraan, khususnya teman-teman

PPKn 2016.

Page 10: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

x

8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Kritik dan saran yang

membangun selalu penulis harapkan untuk memperbaiki penulisan selanjutnya.

Semarang, April 2020

Penulis

Page 11: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ......................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .......................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v

SARI ................................................................................................................... vii

ABSTRACT ........................................................................................................ viii

PRAKATA .......................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii

DAFTAR BAGAN ............................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 8

E. Batasan Istilah ............................................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 11

A. Deskripsi Teoritis .......................................................................................... 11

1. Penerapan Kebijakan............................................................................... 11

a. Pengertian Kebijakan ........................................................................ 11

b. Unsur-unsur Kebijakan ..................................................................... 13

c. Penerapan Kebijakan......................................................................... 17

d. Tahapan Implementasi Kebijakan ..................................................... 26

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan .................................. 29

2. ProgramKotaTanpaKumuh(KOTAKU)....................................................... 31

a. Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) ....................................... 31

b. Tahapan Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) ........................ 34

B. Kajian Penelitian yang Relevan .................................................................... 37

C. Kerangka Berfikir ......................................................................................... 45

Page 12: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

xii

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 48

A. Latar Penelitian ............................................................................................. 48

1. Jenis Penelitian ........................................................................................ 48

2. Lokasi Penelitian ..................................................................................... 49

3. Waktu Penelitian ..................................................................................... 49

B. Fokus Penelitian ............................................................................................ 50

C. Sumber Data Penelitian ................................................................................. 51

D. Alat dan Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 52

1. Wawancara .............................................................................................. 52

2. Observasi ................................................................................................. 54

3. Dokumentasi ........................................................................................... 55

E. Uji Validitas Data ......................................................................................... 55

F. Teknik Analisis Data ..................................................................................... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 61

A. Hasil Penelitian ............................................................................................. 61

1. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................ 61

a. Kelurahan Bligo Kabupaten Pekalongan .......................................... 61

b. Daerah Kumuh Kelurahan Bligo ..................................................... 64

c. Dinas Perkim LH Kabupaten Pekalongan ........................................ 70

d. BKM Mandiri Kelurahan Bligo ........................................................ 77

2. Penerapan Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) Kelurahan Bligo 82

a. Bentuk-bentuk Program KOTAKU Kelurahan Bligo ....................... 82

b. Tahap-tahap Penerapan Program KOTAKU Kelurahan Bligo ......... 94

c. Monitoring dan Evaluasi Program KOTAKU .................................. 108

3. Faktor Penghambat Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) ............. 109

B. Pembahasan ................................................................................................... 115

1. Penerapan Kebijakan Program KOTAKU Kelurahan Bligo ................. 115

2. Tahapan Kebijakan Program KOTAKU Kelurahan Bligo ..................... 125

3. Faktor Penghambat Kebijakan Program KOTAKU Kelurahan Bligo .... 130

4. Relevansi Penelitian dengan Prodi PPKn ............................................... 132

BAB V PENUTUP ............................................................................................. 134

A. Simpulan ......................................................................................................... 134

B. Saran ............................................................................................................. 135

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 136

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 139

Page 13: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Daftar Daerah Kumuh Kelurahan Bligo ........................................... 64

Tabel 4.2 Pengurus BKM Mandiri Kelurahan Bligo Periode 2019-2022 ........ 76

Tabel 4.3 KSM BKM Mandiri Kelurahan Bligo Tahun 2019 .......................... 77

Tabel 4.4 Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh Kelurahan Bligo ......... 81

Tabel 4.5 Kegiatan Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)

Kelurahan Bligo Tahun 2019 ........................................................... 91

Tabel 4.6 Rembug Warga Tahunan (RWT) desa/kelurahan di Kecamatan

Buaran Tahun 2019 ........................................................................... 114

Page 14: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

xiv

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Model Proses Implementasi Kebijakan .......................................... 19

Bagan 2.2 Model Implementasi Kebijakan Mazmanian dan Sabatier ............. 23

Bagan 2.3 Tahapan Pelaksanaan Program KOTAKU ..................................... 34

Bagan 2.4 Kerangka Berfikir ........................................................................... 45

Bagan 3.1 Triangulasi Sumber ......................................................................... 54

Bagan 3.2 Analisis Data Model Interaktif ....................................................... 58

Page 15: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Peta Kelurahan Bligo ................................................................... 60

Gambar 4.2 Industri Batik Rumahan ............................................................... 62

Gambar 4.3 Industri Kain Kasa ....................................................................... 62

Gambar 4.4 Titik Daerah Kumuh Kelurahan Bligo ......................................... 68

Gambar 4.5 RWT (Rembug Warga Tahunan) Kelurahan Bligo ..................... 77

Gambar 4.6 Saluran Drainase Hasil Program KOTAKU ................................ 84

Gambar 4.7 Jalan Paving Hasil Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) .... 86

Gambar 4.8 Sumur Bor (PAMSIMAS) ........................................................... 88

Gambar 4.9 Bangunan TPS(3R) ...................................................................... 90

Gambar 4.10 Lembar Pengesahan RPLP Kelurahan Bligo ............................. 98

Gambar 4.11 Tampak Muka Dokumen RPLP ................................................. 99

Gambar 4.12 Lokasi Peralihan Pembangunan Drainase ................................ 111

Page 16: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi ......... 130

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian ................................................................. 131

Lampiran 3. Pedoman Penelitian .................................................................. 133

Lampiran 4. Instrumen Penelitian ................................................................ 135

Lampiran 5. Pedoman Lembar Observasi ..................................................... 150

Lampiran 6. Pedoman Wawancara ............................................................... 151

Lampiran 7. Pedoman Dokumentasi ............................................................. 162

Lampiran 8. Transkip Wawancara ................................................................ 163

Lampiran 9. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ........................ 207

Lampiran 10. Laporan Pertanggungjawaban BKM Mandiri

Kelurahan Bligo Tahun 2019 ................................................. 208

Page 17: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan suatu daerah tidak terlepas dari pertumbuhan penduduk di

dalamnya. Hal ini tentu menimbulkan permasalahan dalam berbagai aspek

kehidupan, salah satunya adalah masalah kawasan permukiman. Salah satu

masalah permukiman yang terjadi yaitu kesulitan untuk memenuhi kebutuhan

tempat tinggal dan kualitas lingkungan yang baik untuk masyarakat. Hal ini

dikarenakan terbatasnya kemampuan untuk menyediakan kawasan

permukiman yang layak. Tingginya pertumbuhan penduduk di suatu daerah,

jika tidak diimbangi dengan kemampuan untuk membangun kawasan

permukiman yang mencukupi dan memenuhi syarat maka akan menimbulkan

permukiman yang kurang layak atau permukiman kumuh. Permukiman kumuh

menurut Peraturan Menteri PUPR No 2 tahun 2016 merupakan satuan

perumahan dan permukiman dalam lingkup wilayah kabupaten/kota yang

dinilai tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan

bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang

tidak memenuhi syarat.

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat

di dunia, yaitu mencapai sekitar 265 juta jiwa (https://www.bps.go.id:2019).

Hal ini menyebabkan Indonesia sangat rentan terhadap permasalahan kepadatan

penduduk dan penyediaan kualitas lingkungan hidup yang layak. Salah satu

permasalahan lingkungan hidup di Indonesia yang memiliki urgensi untuk

Page 18: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

2

segera diselesaikan yaitu banyaknya kawasan permukiman kumuh yang

tersebar di berbagai wilayah. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

(PUPR) menyatakan bahwa luas kawasan permukiman kumuh di Indonesia

pada tahun 2014 mencapai 38.431 Ha. Hal ini menjadi target penanganan

Kementerian PUPR hingga tahun 2019 (https://www.pu.go.id:2017).

Permasalahan kawasan permukiman kumuh memerlukan upaya penyelesaian

melalui pembangunan lingkungan untuk menciptakan kesejahteran masyarakat

dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup.

Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang memiliki

wilayah kumuh terluas di Indonesia. Luas wilayah kumuh Provinsi Jawa

Tengah pada pendataan tahun 2019 menurut Sugihardjo (Kepala Balai Sarana

Prasarana Permukiman Wilayah Jawa Tengah) mencapai 3.982,88 Ha

(https://www.suaramerdeka.com:2019). Kawasan kumuh tersebut tersebar di

35 kabupaten/kota. Provinsi Jawa Tengah memiliki tingkat kepadatan

penduduk mencapai 1.060/km2 (https://www.bps.go.id:2020). Tingkat

kepadatan penduduk yang tinggi dan terbatasnya lahan menjadi salah satu

faktor utama penyebab munculnya kawasan kumuh di wilayah Provinsi Jawa

Tengah. Selain itu, tingginya angka migrasi penduduk juga menyebabkan

overkapasitas di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Akibatnya, penduduk yang

tidak mendapat tempat tinggal akan tinggal di tempat yang seadanya sehingga

kurang memiliki sikap peduli terhadap kondisi lingkungan sekitar.

Kabupaten Pekalongan merupakan salah satu dari enam daerah

kabupaten/kota yang memiliki kawasan kumuh terluas di Provinsi Jawa

Page 19: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

3

Tengah. Berdasarkan SK Bupati Pekalongan Nomor 663/ 408 Tahun 2014

tentang Penetapan Lokasi Perumahan Kumuh dan Pemukiman Kumuh, luas

kawasan permukiman kumuh di Kabupaten Pekalongan mencapai 671,84 Ha

(https://www.pekalongankab.go.id:2019). Adapun sebaran kawasan kumuh

tersebut dalam kajian RP2KPKP Kabupaten Pekalongan dapat dilihat pada

tabel berikut.

No Kecamatan Luas Kawasan

Kumuh (Ha)

1 Watussalam 14, 30

2 Buaran Kedungwuni 96,41

3 Tirto 140,16

4 Pacar 54,27

5 Kampil 11,03

6 Wiradesa 26,45

7 Wonokerto 193,57

8 Pegaden Tengah 2,02

Sumber: RP2KPKP Kabupaten Pekalongan

Luasnya kawasan kumuh tersebut disebabkan oleh faktor kepadatan

penduduk dan tingkat kerapatan bangunan yang tinggi serta terjadinya bencana

rob di daerah pesisir. Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Pekalongan pada

tahun 2018 tercatat mencapai 1.117/km2 (https://www.bps.go.id:2020). Kondisi

tersebut membutuhkan kebijakan penataan lingkungan dari pemerintah

setempat agar dapat terpecahkan. Salah satu upaya pemerintah untuk mengatasi

masalah kawasan permukiman kumuh yaitu dengan mencanangkan program

Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU).

Kecamatan Buaran merupakan kecamatan terkecil sekaligus terpadat di

Kabupaten Pekalongan. Luas wilayah Kecamatan Buaran yaitu 9,54 km2.

Berdasarkan profil permukiman kumuh dokumen RP2KPKP Kabupaten

Page 20: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

4

Pekalongan, jumlah penduduk di Kecamatan Buaran pada tahun 2019 sebanyak

46.721 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 4.897 jiwa/km2.

Tingginya tingkat kepadatan penduduk tersebut membuat Kecamatan Buaran

menjadi salah satu episentrum kawasan permukiman kumuh di Kabupaten

Pekalongan. Adapun luas kawasan kumuh Kecamatan Buaran berdasarkan

dokumen RP2KPKP Kabupaten Pekalongan mencapai 96,41 Ha. Kawasan

kumuh tersebut tersebar di beberapa desa/kelurahan yang menjadi pusat

pengolahan industri seperti Desa Wonoyoso, Simbang Kulon, Kelurahan Bligo,

Sapugarut dan Simbang Wetan. Adapun kawasan permukiman kumuh

Kecamatan Buaran jika dilihat dari 8 indikator kumuh berdasarkan Peraturan

Menteri PUPR No 2 Tahun 2016 yaitu kondisi bangunan masih terlihat buruk

karena masih terdapat 2.678 rumah tidak layak huni atau 34% dari jumlah total

bangunan, kondisi drainase lingkungan buruk karena mengalami sedimentasi

dan banyaknya sampah karena saluran drainase masih tergabung dengan

saluran limbah rumah tangga, kondisi sanitasi yang buruk karena masih

menyatu dengan pembuangan air limbah, dan masalah persampahan karena

belum memiliki alat pengelolaan persampahan sehingga masyarakat masih

membuang sampah dipinggiran rumah dan sungai.

Kelurahan Bligo adalah salah satu kelurahan di Kecamatan Buaran

Kabupaten Pekalongan yang masih memiliki daerah kumuh. Luas kawasan

permukiman kumuh di Kelurahan Bligo tercatat mencapai 21,84 Ha atau sekitar

33% dari seluruh luas kelurahan. Adanya daerah kumuh tersebut disebabkan

karena tingkat kerapatan bangunan dan infrastruktur yang kurang baik, masalah

Page 21: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

5

pengelolaan sampah yang belum memenuhi standar teknis dan kebutuhan akan

penyediaan air bersih yang belum terpenuhi. Kelurahan Bligo merupakan salah

satu kelurahan dengan jumlah penduduk yang besar yaitu mencapai 4.192 jiwa.

Banyaknya penduduk dan kondisi tipologi wilayah menyebabkan adanya

kepadatan bangunan disisi sebelah barat kelurahan. Kondisi tersebut tentunya

menimbulkan berbagai masalah mengenai kawasan permukiman seperti

kualitas saluran air, kondisi jalan dan masalah permukiman lainnya. Selain itu,

Kelurahan Bligo berada di posisi yang strategis karena dekat dengan pusat

pemerintahan kecamatan, pusat perdagangan dan menjadi pusat perkembangan

home industri batik dan kain kasa. Kondisi tersebut juga membawa dampak

negatif bagi lingkungan masyarakat berkenaan dengan pencemaran akibat

limbah yang dihasilkan. Hal ini menjadi penyebab perlunya penerapan program

Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo sebagai upaya untuk

mengurangi daerah kumuh secara signifikan.

Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) merupakan program kolaborasi

antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan

lainnya yang bertujuan untuk mempercepat pengentasan kawasan kumuh.

Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) dilaksanakan di 269 kota/kabupaten

di 34 provinsi yang menjadi “platfrom” atau basis penanganan kawasan kumuh

dari berbagai sumber daya dan sumber pendanaan termasuk dari pemerintah

pusat, pemerintah daerah provinsi, kota/kabupaten, pihak swasta, masyarakat

dan pemangku kepentingan lainnya. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 2

Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

Page 22: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

6

(RPJMN), Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) merupakan upaya

pemerintah yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan kawasan pemukiman

kumuh dan mencegah timbulnya permukiman kumuh yang baru. Program Kota

Tanpa Kumuh (KOTAKU) mulai dilaksanakan pada tahun 2016 di kawasan

permukiman kumuh yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia.

Banyaknya kawasan kumuh di wilayah Kabupaten Pekalongan

khususnya di Kelurahan Bligo menjadi pusat perhatian pemerintah daerah

setempat sejak tahun 2016. Ayuningtyas dan Artiningsih (2019:88-89)

mengatakan bahwa kondisi kawasan permukiman kumuh dapat diolah lebih

lanjut dengan baseline 100-0-100 yang didapatkan dari Badan/Lembaga

Keswadayaan Masyarakat (BKM/LKM) pada tingkat desa/kelurahan. Kawasan

permukiman kumuh menjadi permasalahan publik yang membutuhkan suatu

kebijakan mengenai penataan lingkungan. Penataan lingkungan yang tepat,

sesuai dengan kondisi geografis dan sosial ekonomi masyarakat dapat

melahirkan suatu kebijakan yang diterima oleh masyarakat secara luas. Oleh

karena itu, Kabupaten Pekalongan menjadi salah satu kabupaten di Provinsi

Jawa Tengah yang mencanangkan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU).

Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) diharapkan mampu

mengurangi kawasan kumuh di Kabupaten Pekalongan hingga mencapai 0%.

Kebijakan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kabupaten Pekalongan

mulai dijalankan pada tahun 2016 di desa/kelurahan yang memiliki kawasan

permukiman kumuh. Pemerintah daerah Kabupaten Pekalongan menargetkan

berkurangnya kawasan permukiman kumuh melalui program Kota Tanpa

Page 23: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

7

Kumuh (KOTAKU) mencapai 0% pada tahun 2021. Untuk mencapai target

tersebut, perlu adanya penerapan kebijakan sesuai dengan peraturan yang ada

agar dapat di implementasikan secara maksimal.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul PENERAPAN KEBIJAKAN

PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) DI KELURAHAN

BLIGO KECAMATAN BUARAN KABUPATEN PEKALONGAN.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam

penlitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana penerapan kebijakan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)

di Kelurahan Bligo Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan?

2. Apa sajakah faktor penghambat dalam pelaksanaan program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo Kecamatan Buaran Kabupaten

Pekalongan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dalam penelitian ini

adalah untuk mendeskripsikan:

1. Penerapan kebijakan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di

Kelurahan Bligo Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan;

2. Faktor penghambat dalam pelaksanaan program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di Kelurahan Bligo Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan.

Page 24: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

8

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teorittis

Hasil penelitian ini secara teoritis hendak menjelaskan mengenai

penerapan kebijakan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di

Kelurahan Bligo Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan dalam

perspektif teori implementasi kebijakan (a model of the policy

implementation process) menurut Van Metter dan Van Horn.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman dan Lingkungan

Hidup Kabupaten Pekalongan

Hasil penelitian ini dapat digunakan Dinas Perkim LH Kabupaten

Pekalongan sebagai masukan dalam menjalankan program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU) untuk mengutamakan koordinasi dengan semua

pihak sebagai upaya untuk mengontrol pelaksanaan program

KOTAKU.

b. Bagi Badan Keswadayaan Masyarakat Mandiri Kelurahan Bligo

Hasil penelitian ini bermanfaat bagi Badan Keswadayaan

Masyarakat Mandiri Kelurahan Bligo untuk lebih mempertimbangkan

ketepatan pelaksanaan program KOTAKU dengan segala aspek baik

kondisi lingkungan maupun masyarakat .

Page 25: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

9

E. Batasan Istilah

1. Penerapan

Konsep penerapan (implementation) menurut Van Meter dan Van Horn

(dalam Wahab, 2004:65) adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh

individu/pejabat maupun kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang

diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam

keputusan kebijaksanaan. Penerapan diartikan sebagai perbuatan untuk

mempraktekkan teori, metode, dan hal lain guna mencapai tujuan tertentu

dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh kelompok atau golongan

yang telah terencana dan tersusun sebelumnya. Dalam penelitian ini, yang

dimaksud dengan penerapan adalah tindakan yang dilakukan oleh

pemerintah dan masyarakat dalam menjalankan kebijakan program Kota

Tanpa Kumuh (KOTAKU) sebagai upaya untuk mengatasi masalah

kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Bligo Kecamatan Buaran

Kabupaten Pekalongan.

2. Kebijakan

Kebijakan menurut Carl Friedrich (dalam Handoyo, 2012:10) adalah

suatu tindakan yang mengarah pada tujuan tertentu dan diusulkan oleh

seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu

berkaitan dengan adanya suatu hambatan seraya mencari peluang untuk

mencapai tujuan dan sasaran yang telah dirumuskan. Definisi tersebut akan

digunakan untuk menganalisis penerapan kebijakan program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU) untuk mengatasi kawasan permukiman kumuh di

Page 26: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

10

wilayah Kabupaten Pekalongan khususnya di Kelurahan Bligo Kecamatan

Buaran.

3. Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)

Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) adalah upaya strategis

Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat (PUPR) untuk mempercepat penanggulangan masalah

kawasan permukiman kumuh di Indonesia dengan membangun platform

kolaborasi antara peran pemerintah dan partisipasi masyarakat

(www.kotaku.pu.go.id). Adapun penelitian ini akan mengkaji bagaimana

penerapan Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) dijalankan untuk

mengatasi permukiman kumuh di Kelurahan Bligo Kecamatan Buaran

Kabupaten Pekalongan khususnya pada bentuk-bentuk, tahapan-tahapan,

dan monitoring evaluasi, serta faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan

program tersebut.

Page 27: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritis

1. Penerapan Kebijakan

a. Pengertian Kebijakan

Kebijakan menurut Greer and Paul Hoggett (1999) ialah sejumlah

tindakan maupun bukan tindakan yang lebih dari sekedar keputusan

spesifik (dalam Handoyo, 2012:5). Pernyataan tersebut diperjelas oleh

pendapat Carl Friedrich (dalam Handoyo, 2012: 5) yang mengatakan

bahwa kebijakan adalah suatu tindakan yang berorientasi pada tujuan

yang diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam

lingkungan tertentu yang berkaitan dengan adanya hambatan tertentu

seraya mencari peluang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Anderson (dalam Wahab, 2015: 8)

merumuskan kebijakan merupakan langkah dan tindakan yang secara

sengaja dilakukan oleh seseorang atau sejumlah aktor yang berkaitan

dengan adanya suatu permasalahan atau persoalan tertentu yang

dihadapi. Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa

kebijakan adalah suatu tindakan yang secara sengaja dilakukan oleh

seseorang atau kelompok pemegang kepentingan untuk mencapai

tujuan dan penyelesaian dari masalah tetentu.

Sementara itu, H. Hugh Heglo (dalam Abidin, 2012: 6) menyatakan

kebijakan sebagai “a course of action intended to accomplish some end”

Page 28: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

12

yang artinya bahwa kebijakan sebagai suatu tindakan yang bermaksud

untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Lain halnya dengan pengertian

kebijakan dari Heglo, Jones (dalam Wahab 2015:8) memaknai

kebijakan sebagai suatu “…’behavioral consistency and repetitiveness’

associated with efforts in and through government to resolve public

problems” (… ‘perilaku yang tetap dan berulang’ dalam hubungannya

dengan usaha yang ada dan melalui pemerintah untuk memecahkan

masalah publik). Definisi tersebut menyatakan bahwa suatu kebijakan

itu bersifat dinamis. Sementara itu, Hamdi (2014:37) mengatakan

bahwa kebijakan adalah pola tindakan yang ditetapkan oleh pemerintah

dan terwujud dalam bentuk peraturan perundang-undangan dalam

rangka penyelenggaraan pemerintahan negara. Dari beberapa definisi

tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kebijakan adalah suatu

tindakan yang hanya boleh dilakukan oleh seseorang, kelompok atau

badan yang memiliki wewenang atau pemegang kekuasaan tertentu

sebagai upaya penyelesaian masalah publik.

Kebijakan publik dibuat oleh pihak-pihak yang memiliki otoritas

dalam menyelesaikan masalah-masalah publik. Merujuk dari beberapa

ahli tersebut, Handoyo (2012:7) memaknai kebijakan publik sebagai

sebuah tindakan yang dilakukan oleh pemegang kekuasaan, untuk

memastikan bahwa tujuan yang sudah dirumuskan dan disepakati oleh

publik dapat tercapai. Setiap kebijakan publik berkaitan dengan

penggunaan kekuasaan tertentu dan berlangsung dalam latar (setting)

Page 29: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

13

kekuasaan tertentu. Hal ini berarti dalam kebijakan publik terdapat

pihak yang berkuasa dan pihak yang dikuasai. Kebijakan publik dapat

klasifikasikan menjadi tiga tingkatan yaitu kebijakan umum, kebijakan

pelaksanaan dan kebijakan teknis. Kebijakan umum dimaknai sebagai

kebijakan makro, kebijakan pelaksanaan sebagai kebijakan meso dan

kebijakan teknis berada pada level mikro (Handoyo, 2012:7).

b. Unsur-unsur Kebijakan

Kebijakan merupakan suatu sistem yang tersusun dari elemen atau

sub-sub yang saling berkaitan. Oleh karena itu, suatu kebijakan yang

baik harus didukung oleh elemen-elemen penyusun yang baik pula.

Abidin (2012: 25) dalam bukunya yang berjudul “Kebijakan Publik”

mengatakan bahwa dilihat dari segi strukturnya, suatu kebijakan

setidaknya memiliki lima unsur sebagai berikut.

1) Tujuan Kebijakan

Tujuan merupakan unsur utama dalam kebijakan (Abidin,

2012:25). Hal ini dikarenakan, suatu kebijakan dibuat karena adanya

tujuan yang ingin dicapai. Tanpa adanya tujuan, maka tidak perlu

adanya kebijakan. Tujuan kebijakan yang baik sekurang-kurangnya

memenuhi empat kriteria yaitu (1) diinginkan untuk dicapai; (2)

rasional atau realistis; (3) jelas; (4) berorientasi kedepan. Sejalan

dengan pendapat tersebut, Jones (dalam Abidin, 2012:6) mengatakan

bahwa tujuan yaitu sesuatu yang memang dikehendaki untuk dicapai

bukan hanya sekedar diinginkan. Dari definisi tersebut, dapat

Page 30: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

14

disimpulkan tujuan yaitu unsur penting dalam suau kebijakan berupa

sesuatu yang hendak dicapai.

2) Masalah

Masalah merupakan salah satu unsur penting dalam kebijakan.

Oleh sebab itu, kesalahan dalam merumuskan masalah yang tepat

akan berakibat pada kegagalan total dalam seluruh proses kebijakan

(dalam Abidin, 2012:27). Sementara itu, Winarno (2014:73)

menyatakan bahwa masalah diartikan sebagai suatu kondisi yang

menimbulkan adanya ketidakpuasan atau kebutuhan pada sebagian

orang yang menginginkan perbaikan maupun pertolongan. Lain

halnya dengan Subarsono (2013:24) yang mengatakan bahwa

masalah publik dipahami sebagai kondisi belum terpenuhinya

kebutuhan, nilai atau kesempatan yang diinginkan publik, dan

pemenuhannya hanya memungkinkan melalui suatu kebijakan. Dari

beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa masalah

merupakan suatu kondisi yang menimbulkan ketidakpuasan atau

kesenjangan dalam masyarakat yang membutuhkan upaya

penyelesaian melalui kebijakan.

3) Tuntutan (demand)

Adanya tuntutan dalam kebijakan disebabkan oleh dua hal yaitu

adanya kepentingan suatu golongan yang terabaikan dalam

perumusan kebijakan sehingga dirasa tidak memenuhi atau

merugikan kepentingan mereka dan adanya kebutuhan baru yang

Page 31: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

15

muncul setelah suatu tujuan tercapai atau suatu masalah telah

terpecahkan (dalam Abidin, 2012:28). Lain halnya dengan Winarno

(2014:83) yang menjelaskan bahwa tuntutan dipahami sebagai

upaya agar pembuat kebijakan memilih atau merasa terdorong untuk

melakukan suatu tindakan tertentu. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa tuntutan adalah upaya yang dilakukan agar

pembuat kebijakan melakukan suatu tindakan untuk menyelesaikan

masalah publik.

4) Dampak (outcome)

Dampak merupakan tujuan lanjutan yang muncul sebagai

pengaruh dari tujuan yang dicapai (Abidin, 2012:30). Sementara itu,

Jones (dalam Abidin, 2012:6) mengatakan bahwa dampak yaitu

sesuatu yang ditimbulkan dari suatu program dalam masyarakat.

Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa dampak

adalah akibat yang ditimbulkan oleh suatu program dalam

masyarakat karena adanya pengaruh dalam mencapai tujuan

kebijakan. Besarnya dampak yang ditimbulkan dari suatu kebijakan

sulit untuk diperhitungkan. Hal ini dikarenakan: (1) tidak

tersedianya informasi yang cukup; (2) sulit dipisahkan dengan

kebijakan yang lain; (3) proses berjalannya pengaruh dari suatu

kebijakan dalam bidang sosial sulit untuk diamati.

Page 32: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

16

5) Sarana atau Alat Kebijakan (policy instrument)

Sarana atau alat digunakan umtuk mengimplementasikan suatu

kebijakan yang meliputi kekuasaan, insentif, pengembangan

kemampuan, simbolis dan perubahan dari kebijakan yang terkait.

Berbeda dengan Abidin, James Anderson (dalam Abidin, 2012:23)

mengatakan bahwa kebijakan publik selalu memiliki ciri khusus dari

berbagai kegiatan pemerintah yang lain. Oleh karena itu, menurut

Anderson suatu kebijakan publik setidaknya terdiri dari beberapa unsur

berikut.

a) Public policy is purposive, goal-oriented behavior rather than

random or chance behavior. Setiap kebijakan harus memiliki tujuan

yang artinya bahwa pembuatan suatu kebijakan tidak boleh hanya

berdasarkan asal buat atau secara kebetulan ada kesempatan. Tanpa

ada tujuan yang ingin dicapai, maka tidak perlu ada kebijakan.

b) Public policy consists of courses of action-rather than separate,

discrete decision, or actions-performed by government official.

Suatu kebijakan tidak dapat berdiri sendiri dan terpisah dari

kebijakan yang lain. Suatu kebijakan selalu berkaitan dengan

berbagai kebijakan lain dalam masyarakat, dan berorientasi pada

implementasi, interpretasi, dan penegakan hukum.

c) Policy is what government do-not what they say will do or what they

intend to do. Kebijakan ialah apa yang dilakukan pemerintah, bukan

apa yang ingin atau dikehendaki untuk dilakukan oleh pemerintah.

d) Public policy may either negative or positive. Kebijakan dapat

berbentuk negatif atau larangan, dan juga dapat berbentuk positif

atau anjuran untuk melakukan sesuatu.

e) Public policy is based on law and is authoritative. Suatu kebijakan

harus berdasarkan hukum sehingga memiliki kewenangan untuk

memaksa masyarakat mematuhinya.

Selain para ahli diatas, Jones (dalam Abidin, 2012: 6) menjabarkan

unsur-unsur kebijakan berkaitan dengan beberapa isi dari kebijakan itu

sendiri meliputi:

Page 33: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

17

(a) tujuan yaitu sesuatu yang sudah dikehendaki untuk dicapai bukan

hanya sekedar diinginkan;

(b) rencana atau proposal yaitu alat atau cara tertentu untuk mencapai

tujuan yang ditetapkan;

(c) program atau cara tertentu yang telah mendapat persetujuan dan

pengesahan untuk mencapai tujuan yang dimaksud;

(d) keputusan yaitu tindakan yang diambil untuk menentukan tujuan,

membuat dan menyesuaikan rencana serta melaksanakan dan

mengevaluasi suatu program;

(e) dampak yakni sesuatu yang ditimbulkan dari suatu program dalam

masyarakat.

Dari beberapa pendapat ahli tersebut, unsur-unsur kebijakan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah unsur-unsur kebijakan menurut

Said Zainal Abidin. Adapun unsur-unsur kebijakan menurut Abidin

(2012:25) yaitu (1) tujuan kebijakan; (2) masalah; (3) tuntutan; (4)

dampak; (5) sarana atau alat kebijakan. kelima unsur tersebut akan

digunakan untuk menganalisis penerapan kebijakan program kota tanpa

kumuh sebagai upaya pemerintah untuk mengatasi permasalahan

kawasan permukiman kumuh.

c. Penerapan Kebijakan

Implementasi dari segi bahasa dimaknai sebagai penerapan,

pelaksanaan atau pemenuhan. Penerapan atau implementasi merupakan

salah satu tahapan dalam kebijakan. Konsep penerapan

Page 34: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

18

(implementation) menurut Van Meter dan Van Horn (dalam Wahab,

2015:164) adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh individu/pejabat

maupun kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada

tercapainya tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan kebijakan.

Penerapan kebijakan berarti suatu tindakan yang dilakukan oleh

individu maupun kelompok pemerintah atau swasta yang memiliki

otoritas untuk menjalankan suatu kebijakan guna mencapai tujuan yang

telah dirumuskan. Definisi tersebut sejalan dengan yang dikemukakan

Handoyo (2012: 96) yang mengemukakan bahwa implementasi

kebijakan adalah kegiatan untuk menjalankan kebijakan, yang ditujukan

kepada kelompok sasaran, untuk mewujudkan tujuan kebijakan. Dari

beberapa definisi tersebut, maka dapat peneliti simpulkan bahwa

penerapan kebijakan adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang

atau kelompok pemegang kepentingan untuk menjalankan suatu

kebijakan agar mencapai tujuan yang telah dirumuskan dalam kebijakan

tersebut.

Penerapan atau Implementasi merupakan tahapan dari proses

kebijakan segera setelah penetapan undang-undang. Hal ini didukung

oleh Handoyo (2012:116) yang menyatakan bahwa Implementasi

kebijakan merupakan tahapan dari proses kebijakan segera setelah

penetapan undang-undang atau apa yang terjadi setelah undang-undang

ditetapkan oleh pihak pemberi otoritas program, kebijakan, keuntungan

(benefit), atau jenis keluaran yang nyata (tangible output).

Page 35: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

19

Implementasikan kebijakan publik dapat dilakukan dengan dua langkah

yaitu (1) langsung mengimplementasikan dalam bentuk program, (2)

melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan publik

tersebut (Handoyo, 2012:101). Ramdhani (2017:6) menyatakan bahwa

keberhasilan penerapan suatu kebijakan dapat diukur dan dievaluasi

berdasarkan enam dimensi yaitu (1) konsistensi, (2) transparansi, (3)

akuntabilitas, (4) keadilan, (5) efektivitas, (6) efisiensi. Semakin

kompleks permasalahan dalam kebijakan, maka membutuhkan analisis

yang semakin mendalam serta memerlukan teori atau model yang relatif

operasional sehingga mampu menjelaskan hubungan antarvariabel yang

menjadi fokus dalam analisis kebijakan. Adapun model-model

implementasi kebijakan menurut para ahli yaitu sebagai berikut.

1) Model Van Metter dan Van Horn

Model implementasi kebijakan yang relatif operasional adalah

model yang kembangkan oleh Van Metter dan Van Horn (dalam

Wahab, 2015:164) yang disebut dengan “a model of the policy

implementation process” (model proses implementasi kebijakan).

Model ini menjelaskan bahwa konsep penting dalam proses

penerapan kebijakan meliputi: (a) perubahan; (b) kontrol; dan (c)

kepatuhan bertindak. Adapun hubungan antara kebijakan dan prestasi

kerja yang akan mempengaruhi keberhasilan implementasi suatu

kebijakan dapat ditinjau dari beberapa variabel, meliputi: (a) ukuran

dan tujuan kebijakan; (b) sumber-sumber kebijakan; (c) ciri-ciri atau

Page 36: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

20

sifat instansi pelaksana; (d) komunikasi antar organisasi terkait dan

kegiatan-kegiatan pelaksanaan; (e) sikap para pelaksana kebijakan;

dan (f) lingkungan ekonomi, sosial dan politik. Setiap variabel

berkaitan dengan tujuan dan sumber-sumber kebijakan yang tersedia.

Pada akhirnya, titik pusat perhatian pada sikap pelaksana kebijakan

akan menggambarkan orientasi mereka dalam mengoperasionalkan

program kebijakan di lapangan.

Bagan 2.1 Model Proses Implementasi Kebijakan (Wahab, 2015: 166)

2) Model Daniel Mazmanian dan Paul. A. Sabatier

Model ini disebut A Frame Work for Implementatuon Analysis

(kerangka analisis implementasi). Model ini mengartikan

implementasi atau penerapan kebijakan sebagai upaya untuk

mengindentifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi tercapainya

tujuan-tujuan formal dari seluruh proses impelementasi (dalam

Komunikasi

antarorganisasi dan

kegiatan pelaksanaan

Standar dan

tujuan

kebijakan ciri-ciri

badan

pelaksana

Kinerja

Sikap

para

pelaksana

Sumber-

sumber Lingkungan ekonomi,

sosial, dan politik

Page 37: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

21

Wahab, 2015:176). Keberhasilan implementasi kebijakan menurut

model ini dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sebagai berikut.

a) Karakteristik Masalah (tractability of the problems)

Karakteristik masalah berarti mudah atau tidaknya suatu

masalah dikendalikan. Karakteristik masalah dalam implementasi

kebijakan dapat dilihat dari beberapa indikator, meliputi: (a)

tingkat kesulitan teknis dari masalah yang bersangkutan, (b)

tingkat kemajemukan kelompok sasaran kebijakan, (c) proporsi

kelompok sasaran terhadap total populasi, (d) cakupan perubahan

perilaku yang diharapkan.

b) Karakteristik Kebijakan/Undang-Undang (ability of statute to

structure implementation)

Karakteristik kebijakan dapat dimaknai sebagai kemampuan

keputusan kebijakan untuk menstrukturkan secara tepat proses

implementasi. Karakteristik kebijakan terdiri dari beberapa hal

yaitu: (a) kejelasan isi kebijakan, (b) dukungan teoritis yang

dimiliki kebijakan, (c) alokasi sumberdaya finansial terhadap

kebijakan, (d) keterkaitan dan dukungan antarinstitusi pelaksana,

(e) konsistensi aturan pada badan pelaksana, (f) komitmen aparat

terhadap tujuan kebijakan, (g) tingkat partisipasi kelompok luar

dalam implementasi kebijakan.

Page 38: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

22

c) Variabel Lingkungan (nonstatutory variables affecting

implementation)

Variabel lingkungan kebijakan berkenaan dengan berbagai

variabel politik yang dapat mempengaruhi keseimbangan

dukungan untuk mencapai tujuan dari kebijakan. Lingkungan

kebijakan meliputi beberapa hal penting diantaranya: (a) kondisi

sosial ekonomi masyarakat dan tingkat kemajuan teknologi, (b)

dukungan publik terhadap suatu kebijakan, (c) sikap dari

kelompok pemilih/constituency groups, (d) tingkat komitmen dan

keterampilan dari implementator. Adapun variabel-variabel dalam

proses implementasi kebijakan yaitu sebagai berikut.

1) Mudah/tidaknya masalah dikendalikan

Mudah tidaknya masalah dikendalikan dalam suatu

kebijakan ditentukan oleh beberapa hal seperti (a) kesulitan

teknis, (b) keragaman perilaku kelompok sasaran, (c)

prosentase kelompok sasaran dibanding jumlah populasi, (d)

ruang lingkup perubahan perilaku yang diinginkan

2) Kemampuan kebijakan untuk menstrukturkan proses

implementasi

Kemampuan kebijakan dalam menstrukturkan proses

implementasi dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu (a)

kejelasan dan konsistensi tujuan, (b) digunakannya teori kausal

yang memadai, (c) ketepatan alokasi sumberdaya, (d)

Page 39: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

23

keterpaduan hierarki dalam dan diantara lembaga pelaksana, (e)

aturan keputusan dari badan pelaksana, (f) rekruitmen pejabat

pelaksana, (g) akses formal pihak luar.

3) Variabel di luar kebijakan yang mempengaruhi proses

implementasi

Variabel diluar kebijakan yang dapat mempengaruhi proses

implementasi antara lain (a) kondisi sosio-ekonomi dan

teknologi, (b) dukungan publik, (c) sikap dan sumber yang

dimiliki kelompok pemilih, (d) dukungan dari pejabat atasan,

(e) komitmen dan keterampilan kepemimpinan pejabat

pelaksana.

4) Tahap-tahap proses implementasi (variabel tergantung)

Tahap-tahap implementasi kebijakan dalam model ini

meliputi: (a) output kebijakan, (b) kesediaan sasaran untuk

mematuhi output kebijakan, (c) dampak nyata, (d) dampak

output kebijakan, (e) perbaikan dalam UU.

Page 40: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

24

Bagan 2.2 Model Implementasi Kebijakan Menurut Mazmanian dan

Sabatier (Subarsoo, 2013:95)

3) Model G Shabbir Cheema dan Dennis A. Rondinelli

Model implementasi kebijakan menurut Cheema dan Rondinelli

dapat digunakan untuk implementasi program-program pemerintah

yang bersifat desentralisasi (dalam Subarsono, 2013:101). Menurut

model ini, kinerja dan dampak suatu program dipengaruhi oleh empat

variabel pokok yaitu sebagai berikut.

(a) Kondisi lingkungan

Kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi penerapan

kebijakan antara lain: tipe sistem politik yang dianut, struktur

pembentukan kebijakan, karakteristik struktur politik lokal, kendala

sumberdaya, sosio kultural, tingkat keterlibatan penerima program,

adanya infrastruktur fisik yang cukup.

Mudah-tidaknya masalah

dikendalikan

Variabel diluar kebijakan yang

mempengaruhi proses

implementasi

Tahap-tahap dalam Proses Implementasi (Variabel Tergantung)

Kepatuhan

kelompok

sasaran

terhadap output

kebijakan

Output

kebijakan dari

badan-badan

pelaksana

Dampak

nyata output

kebijakan

Dampak

output

kebijakan

sebagaimana

dipersepsi

Perbaikan

mendasar

dalam

undang-

undang

Kemampuan kebijakan untuk

menstrukturkan proses

implementasi

Page 41: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

25

(b) Hubungan antar organisasi

Hubungan antar organisasi pembuat kebijakan dapat dilihat dari

beberapa hal seperti konsistensi sasaran program, pembagian fungsi

antarinstansi yang pantas, standardisasi prosedur setiap tahap

(perencanaan, anggaran, implementasi, evaluasi), konsistensi

komunikasi antar instansi, efektivitas jejaring pendukung program.

(c) Sumberdaya organisasi untuk implementasi program,

Sumberdaya yang mempengaruhi implementasi program

meliputi: kontrol terhadap sumber dana, keseimbangan antara

anggaran dan program, ketepatan alokasi anggaran, pendapatan

yang cukup, dukungan pemimpin politik pusat, dukungan

pemimpin politik lokal, dan komitmen birokrasi.

(d) Karakteristik dan kemampuan agen pelaksana

Karakteristik instansi kebijakan meliputi: ketrampilan teknis

dan manajerial, kemapuan mengontol dan mengkoordinasi,

dukungan dan sumberdaya politik instansi, sifat komunikasi

internal, hubungan baik antara instansi dan sasaran program,

kualitas pemimpin instansi, komitmen terhadap program,

kedudukan instansi dalam hierarki sistem administrasi.

Dari beberapa model implementasi kebijakan menurut para ahli

tersebut, adapun model yang digunakan dalam penelitian ini untuk

menganalisis penerapan kebijakan program Kota Tanpa Kumuh

Page 42: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

26

(KOTAKU) di Kelurahan Bligo yaitu model implementasi kebijakan

Van Metter dan Van Horn.

d. Tahapan Implementasi Kebijakan

Menurut Abidin (2012:73) terdapat 6 tahapan implementasi

kebijakan agar tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai guna

menyelesaikan permasalahan publik. Adapun 6 tahapan tersebut,

meliputi:

1) Identifikasi dan Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan tahap untuk menemukan akar

permasalahan yang akan diangkat menjadi isu masalah publik

sehingga membutuhkan penyelesaian melalui suatu kebijakan.

Perumusan masalah dapat dilakukan melalui tiga tahap yaitu

pengamatan, pengelompokkan, dan pengkhususan masalah (Abidin,

2012:88).

2) Agenda Kebijakan dan Partisipasi Masyarakat

Agenda kebijakan yaitu daftar permasalahan atau isu yang

mendapat perhatian khusus yang disebabkan adanya beberapa

alasan untuk ditindaklanjuti atau diproses oleh pihak yang

berwenang menjadi suau kebijakan (Abidin, 2012:95). Proses

penyusunan agenda dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu: (1)

perkembangan sistem pemerintahan yang demokratis, (2) sikap

pemerintah dalam proses penyusunan agenda, (3) realisasi otonomi

daerah, dan (4) tingkat partisipasi masyarakat.

Page 43: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

27

3) Proses Perumusan Kebijakan

Proses perumusan kebijakan adalah tahapan yang menjadi

salah satu penentu keberhasilan suatu kebijakan (Abidin, 2012:126).

Proses perumusan kebijakan yang demokratis dan partisipatif akan

membuat kebijakan menjadi aturan yang diterima oleh masyarakat.

Proses perumusan kebijakan dipengaruhi oleh 2 faktor penting yaitu

mutu kebijakan dilihat dari substansi dan adanya dukungan terhadap

strategi kebijakan yang dirumuskan.

4) Analisis dan Perumusan Rekomendasi Kebijakan

Rekomendasi kebijakan adalah saran yang disampaikan kepada

pihak yang berwenang dalam mengambil kebijakan untuk

melakukan suatu tindakan agar mencapai tujuan yang dikehendaki

(Abidin, 2012:129). Dalam menganalisis dan merumuskan

rekomendasi kebijakan, ada beberapa nilai yang diperhitungkan

yaitu efisiensi, efektivitas, kepatutan dan adil yang berkenaan

dengan input, output dan outcomes atau dampak.

5) Pelaksanaan Kebijakan

Pelaksanaan (implementasi) kebijakan merupakan tahapan

yang sangat penting dalam proses kebijakan (Abidin, 2012:145).

Implementasi menjadi penentu agar suatu kebijakan dapat

bermanfaat dalam kehidupan masyarakat.

Page 44: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

28

6) Evaluasi Kinerja Kebijakan

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses kebijakan.

Evaluasi kinerja kebijakan secara lengkap meliputi tiga hal yaitu (1)

evaluasi awal saat proses perumusan kebijakan sampai sebelum

diimplementasikan; (2) evaluasi dalam proses implementasi; dan (3)

evaluasi akhir setelah selesai proses implementasi kebijakan

(Abidin, 2012: 165).

Berbeda dengan Abidin, Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn

(dalam Wahab, 2015:167) mengemukakan bahwa implementasi suatu

kebijakan publik setidaknya meliputi tiga tahapan utama yaitu sebagai

berikut.

1) Tahap Persiapan Kebijakan

Tahap persiapan ini secara umum meliputi proses penggambaran

rencana program dan penetapan tujuan, proses penentuan standar

pelaksanaan kebijakan, dan proses menentukan anggaran yang akan

digunakan serta waktu pelaksanaan.

2) Tahap Pelaksanaan Kebijakan

Tahap ini berisi pelaksanaan suatu program dengan melibatkan

dan memanfaatkan struktur staf instansi pemerintah terkait, sumber

daya, prosedur pelaksanaan, anggaran yang telah ditetapkan dan

metode yang digunakan untuk menjalankan program.

Page 45: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

29

3) Tahap Evaluasi Kebijakan

Tahap evaluasi meliputi tahapan ketiga dalam implementasi

keijakan yang meliputi kegiatan (a) menentukan jadwal; (b)

melaksanakan pemantauan; dan (c) melakukan pengawasan guna

menjamin kelancaran program sekaligus mengambil tindakan yang

sesuai apabila terapat penyimpangan atau pelanggaran dalam

pelaksanaan program.

Dari beberapa pendapat ahli tersebut, adapun tahapan implementasi

kebijakan yang digunakan untuk menganalisis kebijakan program Kota

Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo Kecamatan Buaran

Kabupaten Pekalongan dalam penelitian ini yaitu tahapan implementasi

kebijakan menurut Brian Hogwood dan Lewis A. Gunn yaitu (1) tahap

persiapan; (2) tahap pelaksanaan; dan (3) tahap evaluasi.

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan

Keberhasilan suatu kebijakan tidak terlepas dari faktor-faktor yang

mempengaruhi baik dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan maupun

tahap evaluasi kebijakan. Edward III dalam Winarno (2012:177)

mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi suatu kebijakan

yaitu sebagai berikut.

1. Komunikasi

Komunikasi yaitu alat atau sarana dalam suatu kebijakan yang

digunakan untuk menyampaikan perintah dan arahan dari sumber

pembuat kebijakan kepada pelaksana kebijakan. Komunikasi

Page 46: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

30

menurut Edward III (dalam Handoyo 2012:113) berkaitan dengan

bagaimana kebijakan tersebut dikomunikasikan kepada publik,

ketersediaan sumber daya, sikap dan respon pihak yang terlibat dan

struktur organisasi pelaksana kebijakan.

2. Sumber Daya

Sumber daya menjadi faktor penting dalam implementasi suatu

kebijakan atau program tertentu. Unsur penting sumber daya dalam

hal ini yaitu kecakapan pelaksana kebijakan untuk

mengimplementasikan kebijakan secara efektif dan efisien

(Handoyo, 2012: 113). Sumber daya dalam kebijakan meliputi

pelaksana kebijakan dan fasilitas pendukung lainnya.

3. Disposisi

Disposisi diartikan sebagai sikap para pelaksana yang dilihat dari

kemauan dan niat untuk melaksanakan suatu kebijakan serta

menjadi motivasi psikologi bagi pelaksana dalam melaksanakan

kebijakan. Disposisi menurut Edward III (dalam Handoyo

2012:113) diartikan sebagai kesediaan dan komitmen para

implementator dalam mengimplementasikan suatu kebijakan secara

efektif.

4. Struktur Birokrasi

Struktur birokrasi dalam implementasi kebijakan berkenaan

dengan kesesuaian organisasi birokrasi sebagai pelaksana kebijakan

publik. Hal penting dalam struktur birokrasi yaitu bagaimana suatu

Page 47: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

31

kebijakan dalam penerapannya tidak terjadi pecahnya birokrasi

karena hal tersebut akan menghambat pelaksanaan suatu kebijakan

publik (Handoyo, 2013:113).

Berbeda dengan Edward III, Van Metter Van Horn (dalam Winarno

2012:158), mengemukakan enam faktor yang mempengaruhi

implementasi suatu kebijakan atau program yaitu (1) ukuran-ukuran

dasar dan tujuan-tujuan kebijakan, (2) sumber-sumber, (3) komunikasi

antar organisasi dan kegiatan-kegiatan pelaksanaa, (4) karakteristik-

karakteristik badan-badan pelaksana, (5) kondisi ekonomi, sosial, dan

politik, dan (6) kecenderungan para pelaksana.

Dari beberapa ahli tersebut, adapun faktor-faktor yang digunakan

untuk menganalisis kebijakan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)

yaitu faktor-faktor menurut Edward III yaitu komunikasi, sumber daya,

disposisi, dan struktur birokrasi.

2. Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)

a. Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)

Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) adalah salah satu upaya

strategis yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk

mempercepat penanganan permukiman kumuh di Indonesia

(www.kotaku.pu.go.id). Program KOTAKU dalam Surat Edaran No 40

Tahun 2016 Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR adalah program

Page 48: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

32

nasional yang memiliki tujuan dan target secara jelas, membutuhkan

sumber pembiayaan yang tidak hanya memadai dari segi jumlah tetapi

juga terintegrasi dan saling melengkapi serta tepat waktu. Program Kota

Tanpa Kumuh (KOTAKU) mendukung “Gerakan 100-0-100” yaitu

gerakan 100% akses universal air minum, 0% permukiman kumuh dan

100% akses sanitasi yang layak. Program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) dijalankan sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 2

Tahun 2015 tentang RPJMN yang mengamanatkan adanya

pembangunan dan pengembangan kawasan perkotaan melalui

penanganan kualitas lingkungan pemukiman.

Lain halnya dengan Irfani (2018:3) yang menjelaskan bahwa

program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) adalah program untuk

mengatasi bertambahnya permukiman kumuh di Indonesia dan

memfokuskan pada perwujudan permukiman layak huni mencapai 0 Ha

kumuh tanpa penggusuran. Program KOTAKU merupakan suatu

kebijakan untuk pengelolaan dan penataan lingkungan hidup.

Sementara itu, Purnaweni (2014:55) menyatakan bahwa upaya

pengelolaan dan penataan lingkungan adalah upaya terpadu pelestarian

fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijakan penataan,

pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan,

dan pengendalian lingkungan hidup.

Secara umum, program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) memiliki

tujuan untuk meningkatkan akses terhadap infrastruktur dan pelayanan

Page 49: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

33

dasar di permukiman kumuh untuk mendukung terwujudnya

permukiman perkotaan yang layak huni, produktif dan berkelanjutan.

Tujuan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) tersebut dijabarkan

lebih jelas yaitu (1) memperbaiki akses masyarakat terhadap

infrastruktur permukiman sesuai dengan 7+1 indikator kumuh; (2)

penguatan kapasitas pemerintah daerah untuk mengembangkan

kolaborasi dengan pemangku kepentingan (stakeholder); (3)

memperbaiki tingkat kesejahteran masyarakat melalui pengembangan

penghidupan berkelanjutan.

Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) dicanangkan oleh

pemerintah sebagai upaya untuk mempercepat pengurangan kawasan

permukiman kumuh dan mencegah timbulnya kawasan permukiman

kumuh yang baru. Permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak

layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan

bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana

yang tidak memenuhi syarat (UU No.1 tahun 2011). Sementara itu, UN-

HABITAT (dalam Askari dan Gupta, 2016:117) mengatakan bahwa

permukiman kumuh ialah sebuah permukiman yang saling berdekatan

dimana rumah yang dimiliki oleh penduduk tidak memadai dan

kurangnya pelayanan dasar.

Nursyahbani dan Pigawati (2015:269) mengungkapkan bahwa

permukiman kumuh timbul karena pesatnya laju pertumbuhan

penduduk yang sejalan dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan

Page 50: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

34

ruang bermukim, dan adanya pembangunan yang tidak disertai dengan

pengaturan serta pengendalian yang baik. Sejalan dengan hal tersebut,

Etty Soesilowati (2009: 19) mengatakan bahwa masalah permukiman

kumuh tidak hanya masalah kurangnya jumlah lahan, tetapi juga

menyangkut banyaknya rumah yang tidak bermutu dan lingkungan yang

tidak sehat. Pertumbuhan kawasan kumuh memiliki dampak terhadap

perekonomian dan regional yaitu adanya beban biaya transaksi yang

tinggi, meningkatnya belanja transportasi karena infrastruktur tidak

memadai dan adanya beban penyakit (Mahabir dkk, 2016:402).

Berbeda dengan pendapat diatas, menurut United Nations (dalam

Balbim dan Krouse 2019:187) menyatakan bahwa permukiman kumuh

menyangkut beberapa hal seperti kekurangan lahan perumahan,

kurangnya akses peningkatan pasokan air dan limbah, daya tahan

perumahan dan kurangnya penguasaan keamanan. Sementara itu, hasil

survei nasional utama “pelayanan utama oleh public affairs” di India

menyatakan bahwa percepatan pertumbuhan penduduk dan terbatasnya

sumber daya keuangan di negara-negara berkembang dapat

menimbulkan beban bagi infrastruktur dasar yang sudah lemah sehingga

memicu timbulnya permukiman kumuh (dalam Swami, 2012:11).

b. Tahapan Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)

Program Kota tanpa kumuh (KOTAKU) dijalankan melalui

beberapa tahapan yaitu tahap persiapan, tahap perencanaan, tahap

pelaksanaan dan keberlanjutan. Seluruh tahapan tersebut merupakan

Page 51: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

35

kolaborasi antara pemerintah daerah dari tingkat kabupaten/kota

hingga tingkat desa/kelurahan dengan masyarakat serta pihak lain yang

terkait. Berdasarkan Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umun dan

Perumahan Rakyat Nomor 40 Tahun 2016, tahapan pelaksanaan

program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di tingkat desa/kelurahan

dapat dipahami dengan skema berikut.

Bagan 2.3 Tahapan Pelaksanaan Program KOTAKU (SE DKCK No 40 Tahun 2016)

1) Tahap Persiapan

Tahap persiapan di tingkat desa/kelurahan dilaksanakan untuk

membangun kontribusi dan kolaborasi antara pemerintah kecamatan,

pemerintah desa/kelurahan, masyarakat dan pemangku kepentingan

pembangunan. Tahap ini juga meliputi kegiatan penggalangan relawan

untuk terlibat dalam upaya pencegahan dan peningkatan kualitas

pembangunan. Tahap persiapan pada dasarnya terdiri dari dua kegiatan

yang utama yaitu sosialisasi dan pembentukan/penguatan TIPP.

I

Persiapan

1. Sosialisasi awal

& RKM

2. Pembentukan/

penguatan TIPP

II

Perencanaan

1. Membangun Visi

2. RPK

3. Pemetaan Swadaya

4. Penyusunan

(RPLP)

III

Pelaksanaan

1. Implementasi

Kegiatan

Lingkungan,

Ekonomi

dan Sosial

IV

Keberlanjutan

1. Pengembangan

Kelembagaan

2. Integrasi

perencanaan

V. Kegiatan yang Menerus dan Berkala

Monev Pengembangan Kapasitas (menerus):

pelatihan & sosialisasi Operasional & Pemeliharaan

Review Perencanaa

Page 52: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

36

Kegiatan sosialisasi bertujuan untuk membangun kepedulian

masyarakat agar ikut berpartisipasi dalam upaya penataan permukiman

desa/kelurahan melalui program KOTAKU. Pembentukan TIPP (Tim

Inti Perencanaan Partisipatif) tingkat desa/kelurahan terdiri dari

beberapa Pokja berdasarkan tujuh indikator kumuh sesuai kebutuhan

masyarakat dan kondisi lingkungan. TIPP di tingkat desa/kelurahan

berfungsi sebagai lembaga perencanaan penataan permukiman.

2) Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan adalah tahap untuk merumuskan kondisi

lingkungan permukiman desa/kelurahan yang layak huni dan

diinginkan oleh masyarakat di masa yang akan datang. Tahap ini

dilaksanakan sesuai dengan visi dan misi permukiman tingkat

desa/kelurahan untuk mencapai 0 ha permukiman kumuh. Rumusan

kondisi permukiman layak huni dituangkan dalam dokumen RPLP.

Tahap perencanaan berupa kegiatan penyusunan dokumen rencana

penataan lingkungan permukiman (RPLP).

3) Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan atau penerapan program KOTAKU di tingkat

desa/kelurahan dapat berupa kegiatan sosial, ekonomi dan infrastruktur.

Tahap pelaksanaan harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang

telah disusun dalam RPLP dan menjadi prioritas dalam penanganan

permukiman kumuh di tingkat desa/kelurahan. Tahap ini hanya dapat

Page 53: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

37

dijalankan setelah dokumen RPLP disahkan oleh pihak yang

berwenang.

4) Tahap Keberlanjutan

Tahap keberlanjutan berarti tahapan setelah pelaksanaan

dilapangan selesai dijalankan. Tahap keberlanjutan harus di upayakan

dari awal proses persiapan, perencanaan dan pelaksanaan yang

didalamnya terdapat tahap monitoring dan evaluasi di setiap tahapan.

B. Kajian Hasil Penelitian Relevan

Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian-penelitian yang relevan. Adapun

penelitian yang relevan yaitu sebagai berikut.

1. Penelitian Ruli As’ari dan Siti Fadjarani. 2015. Jurnal Geografi. Penataan

Permukiman Kumuh Berbasis Lingkungan. Vol: 15 (1).

Penelitian ini menyimpulkan bahwa upaya penyelesaian masalah

permukiman kumuh dilakukan dengan konsep lingkungan permukiman

berwawasan lingkungan dan upaya keseimbangan penduduk dan daya

dukung lingkungan setempat. Upaya yang paling tepat untuk mengatasi

permukiman kumuh menurut penelitian ini adalah penataan lingkungan

model Land Sharing, yaitu penataan ulang di atas lahan dengan tingkat

kepemilikan masyarakat cukup tinggi.

Hasil penelitian terdahulu seperti pemaparan diatas terdapat persamaan

dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaannya adalah membahas

upaya untuk menyelesaikan masalah permukiman kumuh. Perbedaannya

yaitu penelitian terdahulu memfokuskan pada penyelesaian masalah

Page 54: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

38

permukiman kumuh melalui penataan lingkungan model land sharing di

Kota Tasikmalaya, sedangkan penelitian ini memfokuskan pada upaya

penanggulangan masalah permukiman kumuh melalui kebijakan program

Kota Tanpa Kumuh di Kelurahan Bligo Kecamatan Buaran Kabupaten

Pekalongan.

2. Nurhasanah. 2019. Jurnal Inovasi Ilmu Sosial dan Politik: Implementasi

Kebijakan Program Kotaku (Kota Tanpa Kumuh) Dalam Upaya

Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat. Vol: 1 (1).

Penelitian ini menyimpulkan bahwa tahap implementasi program

KOTAKU di Kelurahan Merjosari dilaksanakan dalam 4 tahap utama yaitu

perencanaan, tahap survei lokal, pendanaan, dan tahap pelaksana. Selain

itu, adanya faktor pendukung dan penghambat berasal dari sikap

masyarakat Kelurahan Merjosari itu sendiri.

Hasil penelitian terdahulu seperti pemaparan diatas terdapat persamaan

dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaannya adalah membahas

persoalan permukiman kumuh melalui Pogram KOTAKU. Perbedaannya

yaitu pada penelitian terdahulu mengkaji program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) yang bermuara pada terwujudnya kesejahteraan masyarakat,

sedangkan penelitian ini mengkaji penerapan program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) yang bertujuan untuk penataan lingkungan yng berkelanjutan

serta upaya pemerintah untuk mengurai permukiman kumuh hingga

mencapai 0%.

Page 55: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

39

3. Yuliani, Sri dan Putri Dhini Rosyida. 2017. Jurnal Wacana Publik:

Kolaborasi dalam Perencanaan Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)

di Kelurahan Semanggi Kota Surakarta. Vol: 1 (2).

Penelitian ini menyimpulkan bahwa kolaborasi dalam perencanaan

program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Semanggi belum

diimplementasikan dengan baik. Hal ini dikarenakan adanya kendala

komunikasi antar stakeholder. Selain itu, adanya ketidaksesuaian prinsip

kolaborasi dengan prinsip partisipasi, komunikasi dan berbagi.

Hasil penelitian terdahulu seperti pemaparan diatas terdapat persamaan

dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaannya adalah mengkaji

tentang implementasi atau pelaksanaan Program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) untuk mengatasi permasalahan kawasan permukiman kumuh.

Perbedaannya yaitu penelitian terdahulu memfokuskan penelitian pada

kolaborasi pada tahap perencanaan Program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU), sedangkan penelitian ini memfokuskan penelitian pada

bagaimana penerapan dan bentuk dari Program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di Keluruhan Bligo Kabupaten Pekalongan.

4. Wijaya, Doni Wahyu. 2016. Jurnal Ilmiah Administrasi Publik.

Perencanaan Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh Studi Penentuan

Kawasan Prioritas untuk Peningkatan Kualitas Infrastruktur pada Kawasan

Permukiman Kumuh di Kota Malang. Vol: 2 (1).

Penelitian ini penyimpulkan bahwa kawasan permukiman kumuh

perkotaan merupakan dampak dari kurang berhasilnya pembangunan

Page 56: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

40

permukiman di perkotaan dan keterbatasan lahan. Hasil penelitian

menunjukkan adanya sebelas klasifikasi kawasan permukiman kumuh dan

lima kawasan prioritas untuk meningkatkan kualitas infrastruktur kawasan

permukiman kumuh di Kota Malang.

Hasil penelitian terdahulu seperti pemaparan diatas terdapat persamaan

dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaannya adalah membahas

mengenai masalah kawasan permukiman kumuh di perkotaan beserta

strategi untuk mengatasi permasalahan kumuh. Perbedaannya yaitu

penelitian terdahulu memfokuskan penelitian pada klasifikasi penentuan

kawasan permukiman kumuh dan menggunakan strategi matriks interaksi

IFAS-EFAS SWOT untuk mengatasinya, sedangkan penelitian ini

memfokuskan pada penanganan masalah permukiman kumuh secara

signifikan melalui program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU).

5. Ayuningtyas, Istiqomah dan Artiningsih. 2019. Jurnal Geografi. Evaluasi

Metode Verifikasi Lokasi dan Pemutakhiran Profil Permukiman Kumuh

dalam Penyusunan RP2KPKP. Vol: 17(2).

Penelitian ini menyimpulkan bahwa akurasi penyusunan RP2KPKP

merupakan hal penting dalam penentuan lokasi kumuh dan berpengaruh

terhadap upaya penanganan dan angka capaian bebas kumuh. Studi ini

menunjukkan banyaknya desa/kelurahan yang diobservasi dapat menjadi

celah adanya kesalahan dalam pengambilan sempel yang menyebabkan

tiga konsekuensi yaitu (a) terkendalanya profil permukiman sehingga tidak

semua desa/kelurahan memiliki baseline 100-0-100; (b) terjadinya

Page 57: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

41

tumpang tindih metode verifikasi dan pemutakhiran kawasan kumuh; (c)

ketidaklengkapan output verifikasi .

Hasil penelitian terdahulu seperti pemaparan diatas terdapat persamaan

dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaannya adalah mengkaji

lokasi permukiman kumuh. Perbedaannya yaitu penelitian terdahulu hanya

meneliti tentang evaluasi metode verifikasi dan pemutakhiran lokasi

permukiman kumuh sebagai bagian dalam proses penanganan masalah

kumuh, sedangkan penelitian ini meneliti keseluruhan tahapan program

Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) untuk mengatasi masalah kumuh secara

signifikan.

6. Krisandriyana Maresty, dkk. 2019. Jurnal Desa-Kota. Faktor yang

Mempengaruhi Keberadaan Kawasan Permukiman Kumuh di Surakarta.

Vol: 1(1).

Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat tiga topologi kawasan

permukiman kumuh di Surakarta yaitu kawasan permukiman kumuh

bantaran sungai, kawasan permukiman kumuh padat perkotaan dan

kawasan permukiman kumuh sepanjang rel kereta api. Adapun faktor

prioritas yang mempengaruhi adanya kawasan permukiman kumuh di

Surakarta berdasarkan analisis prioritas (Analytic Hierarchi Process) yaitu

faktor lahan perkotaan, faktor tata ruang dan faktor status kepemilikan

bangunan, serta faktor ekonomi.

Hasil penelitian terdahulu seperti pemaparan diatas terdapat persamaan

dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaannya adalah penelitian

Page 58: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

42

terdahulu meneliti mengenai kawasan permukiman kumuh. Perbedaannya

yaitu penelitian terdahulu memfokuskan penelitian pada faktor prioritas

penyebab timbulnya kawasan permukiman kumuh, sedangkan penelitian

ini mengkaji upaya menangani masalah kawasan kumuh melalui program

kota tanpa kumuh serta faktor-faktor penghambatnya.

7. Ratnasari, Dwi Jayanti dan Asnawi Manaf. 2015. Jurnal Pengembangan

Kota. Tingkat Keberhasilan Program Penataan Lingkungan Permukiman

Berbasis Komunitas (Studi Kasus: Kabupaten Kendal dan Kota

Pekalongan). Vol: 3(1).

Penelitian ini menyimpulkan bahwa program Penataan Lingkungan

Berbasis Komunitas (PLBK) merupakan upaya pemerintah untuk

mengatasi masalah pemanfaatan ruang melalui perencanaan kolaboratif

yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan khususnya pemerintah

daerah dan masyarakat. Program PLBK dilaksanakan sejak tahun 2008 di

185 desa/kelurahan. Hasil penelitian menunjukkan semua desa/kelurahan

sudah tergolong berhasil dengan tingkat keberhasilan program di lokasi

studi mencapai 92,5-99%.

Hasil penelitian terdahulu seperti pemaparan diatas terdapat

persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaannya adalah

meneliti mengenai upaya pemerintah untuk mengatasi masalah penataan

lingkungan yang bertujuan pada peningkatan kualitas lingkungan hidup

masyarakat. Perbedaannya yaitu penelitian terdahulu meneliti mengenai

program PLBK dan fokus pada tingkat keberhasilan program, sedangkan

Page 59: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

43

penelitian ini meneliti mengenai program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)

termasuk tahapan dan faktor penghambatnya.

8. Wahyuni Sri, dkk. 2012. Jurnal Ilmu Lingkungan. Implementasi Kebijakan

Pembangunan dan Penataan Sanitasi Perkotaan Melalui Program Sanitasi

Lingkungan Berbasis Masyarakat di Kabupaten Tulungagung. Vol: 10(2).

Penelitian ini menyimpulkan bahwa program Sanitasi Lingkungan

Berbasis Masyarakat (SLBM) merupakan kebijakan pemerintah untuk

mengatasi masalah sanitasi perkotaan yang bertujuan mendukung

terciptanya pola hidup bersih sehat (PHBS). Program SLBM dilaksanakan

di kabupaten Temanggung pada tahun 2011 di 4 kelurahan yaitu

Kampungdalem, Karangwaru, Sembung dan Beji. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pelaksanaan program SLBM di Kabupaten

Temanggung belum optimal yang disebabkan adanya kelemahan dari sisi

penentuan lokasi, pelaksanaan RPA dan kurangnya operasional serta

pemeliharaan.

Hasil penelitian terdahulu seperti pemaparan diatas terdapat

persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaannya adalah

mengkaji mengenai kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kualitas

lingkungan hidup masyarakat. Perbedaannya yaitu penelitian terdahulu

meneliti mengenai kebijakan program Sanitasi Lingkungan Berbasis

Masyarakat (SLBM), sedangkan penelitian ini meneliti mengenai

kebijakan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU).

Page 60: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

44

9. Lestari, Dwi Indah dan Agung Sugiri. 2013. Jurnal Teknik PWK. Peran

Badan Keswadayaan Masyarakat dalam Penanganan Permukiman Kumuh

di Podosugih Kota Pekalongan. Vol: 2(1).

Penelitian ini menyimpulkan bahwa peran penting kelompok BKM

dalam menangani permukiman kumuh di Kelurahan Podosugih yaitu

mendorong perubahan perilaku masyarakat menjadi lebih peduli terhadap

lingkungan. Hal ini karena masyarakat dilibatkan dalam penyusunan

program sampai pelaksanaan pelaksanaan sehingga timbul rasa memiliki

dan kewajiban memelihara hasil pembangunan untuk generasi yang akan

datang. Studi ini juga menyatakan bahwa BKM melakukan pelatihan

peningkatan ekonomi dan kohesi sosial masyarakat untuk mengatasi

lingkungan permukiman kumuh.

Hasil penelitian terdahulu seperti pemaparan diatas terdapat

persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaannya adalah

mengkaji penanganan masalah kawasan permukiman kumuh.

Perbedaannya yaitu penelitian terdahulu meneliti mengenai peran BKM

sebagai lembaga lokal yang melaksanakan program, sedangkan penelitian

ini mengkaji mengenai penerapan program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) sebagai upaya mengatasi maslah permukiman kumuh.

10. Ulyah, Afwah. 2018. Partisipasi Masyarakat dalam Program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Krobokan Kecamatan Semarang Barat

Kota Semarang. Pengembangan Masyarakat Islam. Fakultas Dakwah dan

Komunikasi. UIN Walisongo Semarang.

Page 61: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

45

Penelitian ini menyimpulkan bahwa partisipasi masyarakat

merupakan faktor pendukung dan modal utama dalam capaian sasaran

program KOTAKU yang meliputi partisipasi masyarakat dalam

pengambilan keputusan, partisipasi dalam pelaksanaan, partisipasi dalam

evaluasi dan partisipasi dalam menikmati hasil. Adapun faktor

penghambatnya yaitu kurangnya kesadaran masyarakat untuk

berpartisipasi dan kebiasaan masyarakat yang mengharapkan imbalan

dalam membantu pelaksanaan program.

Hasil penelitian terdahulu seperti pemaparan diatas terdapat

persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaannya yaitu

mengkaji program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) dan faktor-faktor yang

mempengaruhi pelaksanaan program tersebut. Perbedaannya yaitu

penelitian terdahulu memfokuskan kajian pada bentuk partisipasi

masyarakat dan seluruh faktor yang mempengaruhi sedangkan penelitian

ini mengkaji penerapan program termasuk bentuk-bentuk dan tahapannya

serta faktor yang menghambat pelaksanaan program KOTAKU.

C. Kerangka Berfikir

Perkembangan suatu wilayah tidak dapat dipisahkan dari perkembangan

penduduk. Pertumbuhan penduduk yang tinggi mengakibatkan tingkat

kepadatan penduduk yang tinggi pula. Hal ini sejalan dengan semakin besarnya

kebutuhan akan lingkungan hidup yang layak, sementara hal tersebut

berbanding terbalik dengan ketersediaan lahan. Hal tersebut menjadi faktor

utama timbulnya kawasan permukiman kumuh. Adanya kawasan kumuh

Page 62: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

46

menandakan belum tercapainya kualitas kawasan yang layak sesuai amanat

UU No 1 Tahun 2011. Salah satu wilayah di provinsi Jawa Tengah dengan

kawasan permukiman kumuh terluas adalah Kabupaten Pekalongan yang

tersebar di 8 kecamatan. Daerah di Kabupaten Pekalongan yang masih

memiliki daerah kumuh akibat kurangnya kesadaran perilaku masyarakat dan

dampak limbah dari industri adalah Kelurahan Bligo Kecamatan Buaran.

Kondisi ini membuat pemerintah daerah memberikan perhatian khusus dengan

mencanangkan Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU). Program tersebut

menjadi langkah pemerintah daerah Kabupaten Pekalongan untuk mengurangi

kawasan permukiman kumuh di Kabupaten Pekalongan hingga 0% pada tahun

2021. Penelitian ini ingin mengkaji program Kota Tanpa Kumuh dari segi

penerapan dan faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan program.

Penerapan program Kota Tanpa Kumuh dalam penelitian ini dikaji

berdasarkan variabel model implementasi kebijakan Van Metter & Van Horn

serta tahap-tahap utama dalam kebijakan menurut Brian Hogwood & Levis

Gunn yang meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi.

Adapun faktor-faktor penghambat program Kota Tanpa Kumuh dikaji

menggunakan faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan menurut Edward

III yaitu komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi. Harapan

dari penelitian ini yaitu tercapainya tujuan dari program KOTAKU untuk

menciptakan kualitas permukiman yang layak di Kelurahan Bligo Kecamatan

Buaran Kabupaten Pekalongan.

Page 63: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

47

Permasalahan Kawasan Permukiman

Belum tercapainya penyediaan kawasan

permukiman yang layak sesuai UU No 1

Tahun 2011 tentang Kawasan Perumahan dan

Permukiman

Adanya Kawasan Permukiman Kumuh

Kebijakan Program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di Kelurahan Bligo Kecamatan

Buaran Kabupaten Pekalongan

Penerapan Kebijakan Program Kota

Tanpa Kumuh (KOTAKU)

(Model Implementasi Kebijakan Van

Metter & Van Horn dan tahapan

Kebijakan menurut Brian Hogwood dan

Levis Gunn)

Faktor Penghambat program

Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU)

(Faktor-faktor kebijakan

menurut Edward III)

Terwujudnya permukiman yang layak,

meliputi:

peningkatan akses terhadap

infrastruktur;

penurunan kawasan permukiman

kumuh mencapai 0%;

penanganan sektor air minum dan

sanitasi yang layak.

Page 64: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

48

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Latar Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lokasi yang menjadi lapangan penelitian bagi

peneliti serta memiliki waktu berlangsungnya penelitian. Adapun jenis, lokasi

dan waktu penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena data yang

telah terkumpul melalui wawancara, observasi dan dokumentasi akan

digambarkan dalam bentuk kata-kata dengan terlebih dahulu menganalisis

secara tajam terhadap data yang dikumpulkan. Penelitian kualitatif

menurut pandangan Miles dan Huberman adalah data yang muncul

berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka. Data yang telah

dikumpulkan melalu berbagai macam cara (wawancara, observasi, intisari

dokumen, pita rekaman) dan biasanya diproses sebelum data tersebut siap

digunakan melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan dan alih tulis.

Analisis data kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya

disusun kedalam teks yang diperluas.

Miles dan Huberman menyatakan bahwa analisis data penelitian

kualitatif terdiri dari tiga tahap yang terjadi secara bersamaan yaitu tahap

reduksi data, tahap penyajian data dan tahap penarikan kesimpulan atau

verifikasi. Penyajian data yang baik merupakan cara utama untuk analisis

kualitatif yang valid.

Page 65: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

49

Dalam diagram hubungan komponen-komponen analisis data model

interaktif, analisis data kualitatif merupakan upaya yang berkelanjutan,

berulang dan terus-menerus. Masalah reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan/verifikasi merupakan gambaran keberhasilan yang

secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang saling berurutan.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Bligo Kecamatan

Buaran Kabupaten Pekalongan. Lokasi tersebut dipilih karena memiliki

tingkat kerapatan bangunan dan kepadatan penduduk yang cukup tinggi

yakni diatas 4000 jiwa/km2. Selain itu, kelurahan tersebut memiliki jarak

yang cukup dekat dengan tempat tinggal peneliti sehingga lebih mudah

dalam melakukan pengambilan data agar lebih optimal.

Subjek dalam penelitian ini adalah Dinas Perumahan Rakyat dan

Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup (Perkim LH) Kabupaten

Pekalongan, Pemerintah Kelurahan Bligo, dan Badan Keswadayaan

Masyarakat (BKM mandiri) Kelurahan Bligo sebagai pelaksana kebijakan

program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) serta masyarakat Kelurahan

Bligo sebagai penerima manfaat program KOTAKU.

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti dalam kurun waktu penelitian

selama 2 bulan yang mulai dari bulan 21 Januari- 13 Maret 2020.

Page 66: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

50

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan pemusatan konsentrasi terhadap tujuan

penelitian yang akan dilakukan sehingga lebih terarah. Fokus penelitian

mengandung penjelasan mengenai dimensi yang akan menjadi pusat penelitian

dan hal yang akan dibahas secara tuntas dan mendalam. Sugiyono (2017:286)

dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan

Kuantitatif, Kualitatif dan R&D bahwa penentuan fokus dalam penelitian

kualitatif lebih didasarkan pada tingkat kebaruan informasi yang akan diperoleh

dari situasi sosial (lapangan penelitian). Adapun yang menjadi fokus dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Penerapan kebijakan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan

Bligo Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan meliputi:

a. bentuk-bentuk kebijakan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU);

b. tahap-tahap pelaksanaan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU);

c. model kebijakan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU);

d. monitoring dan evalusasi pelaksanaan program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU).

2. Faktor penghambat dalam pelaksanaan program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di Kelurahan Bligo Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan.

a. Faktor yang menghambat pelaksanaan program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU).

b. Strategi untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan program Kota

Tanpa Kumuh (KOTAKU).

Page 67: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

51

C. Sumber Data

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer menurut Sugiyono (2017:308) adalah sumber data

yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sumber data

primer dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi di lapangan

penelitian dan dokumen-dokumen terkait. Adapun sumber data primer

dalam penelitian ini diperoleh melalui cara wawancara langsung dengan

pihak-pihak terkait yaitu Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan

Permukiman dan Lingkungan Hidup (Perkim LH) Kabupaten Pekalongan

khususnya Bidang Penyehatan Lingkungan Permukiman, Pemerintah

Kelurahan Bligo, Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Mandiri

Kelurahan Bligo, dan masyarakat Kelurahan Bligo.

Data primer dalam penelitian ini juga diperoleh melalui pengamatan

peneliti dalam kegiatan rembug warga tahunan Kelurahan Bligo tahun

2019 serta pengamatan terhadap hasil program KOTAKU di Kelurahan

Bligo.

2. Sumber data Sekunder

Sumber data sekunder dalam pernyataan Sugiyono (2017:309)

merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data. Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian

ini adalah sumber data tertulis. Peneliti mengambil data sekunder berupa

dokumen Surat Edaran Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 40 tahun 2016 tentang

Page 68: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

52

Pedoman Umum Program Kota Tanpa Kumuh, SK Bupati Pekalongan No

663/408 Tahun 2014 tentang Penetapan Lokasi Perumahan Kumuh dan

Permukiman Kumuh, RP2KPKP Kabupaten Pekalongan, dokumen

Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Bligo dan

LPJ BKM Mandiri Kelurahan Bligo.

D. Alat dan Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

suatu penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah untuk mendapatkan

data yang memenuhi standar data yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2017: 308).

Teknik pengumpulan data secara umum dapat dilaksanakan melalui empat

macam yaitu observasi, wawancara, dokumentasi dan gabungan/triangulasi.

Hal ini sejalan dengan Catherine Marshall dan Gretchen B. Rossman (dalam

Sugiyono, 2017: 309) yang menyatakan bahwa “the fundamental methods

relied on by qualitative researchers for gathering information are, participation

in the setting, direct observation, in-depth interviewing, document review”.

Metode dasar yang diandalkan untuk memperoleh informasi dalam penelitian

kualitatif yaitu partisipasi dalam penelitian, observasi langsung, wawancara

mendalam dan tinjauan dokumen terkait.

Adapun teknik penggumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang

dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan

Page 69: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

53

dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang

diajukan (Moleong, 207:186). Wawancara merupakan teknik

pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi sesuai

dengan realitas yang terjadi.

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

tidak terstruktur, dimana pertanyaan yang diajukan tidak terstruktur namun

tetap mengarah pada fokus permasalahan dalam penelitian. Peneliti akan

menggunakan teknik wawancara face to face, sehingga dapat menangkap

keterangan dan informasi dari informan secara langsung. Wawancara tidak

terstruktur digunakan dengan harapan dapat memperoleh informasi yang

lebih mendalam terkait fokus penelitian. Dalam penelitian ini, yang

menjadi informan dalam proses wawancara adalah sebagai berikut.

a. Ibu Asrotun (Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan Permukiman Dinas

Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup

Kabupaten Pekalongan) sebagai Pemrakarsa dan penggagas program

Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU).

b. Fatkhur Rahman, S.H., Lurah Bligo sebagai pemimpin wilayah yang

menjalankan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU).

c. Ibu Istiqomah sebagai koordinator Badan Keswadayaan Masyarakat di

tingkat desa/kelurahan, yaitu BKM Mandiri Kelurahan Bligo sebagai

koordinator pelaksanaan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU).

Page 70: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

54

d. Bapak Budi Nuryanto sebagai koordinator Tim Inti Perencanaan

Partisipatif BKM Kelurahan Bligo sebagai pelaksana lapangan

program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU).

e. Masyarakat Kelurahan Bligo sebagai sasaran dalam kebijakan program

Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU), meliputi:

- Bapak Syaifudin sebagai masyarakat sekaligus ketua RT 3 RW 1

- Bapak Faizin sebagai masyarakat sekaligus ketua RT 15 RW 5

- Saudari Yunita sebagai masyarakat RT 10 RW 4

2. Observasi

Observasi menurut Sugiyono (2017:203) merupakan teknik

pengumpulan data yang digunakan apabila penelitian yang dilakukan

berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala amal dan

apabila responden yang diamati tidak terlalu besar. Teknik pengumpulan

data melalui observasi memiliki ciri yang spesifik yaitu tidak terbatas pada

orang, tetapi juga objek alam yang lainnya.

Observasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi

nonpartisipan, dimana peneliti tidak terlibat dan hanya berperan sebagai

pengamat independen untuk mengamati penerapan kebijakan progam Kota

Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo Kecamatan Buaran

Kabupaten Pekalongan. Pada tahap pengambilan data menggunakan teknik

observasi, peneliti datang ke lokasi penelitian, namun bersifat pasif.

Artinya bahwa peneliti tidak terlibat secara langsung dalam penerapan

kebijakan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo

Page 71: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

55

untuk mendapatkan data. Adapun alat yang digunakan yaitu lembar

observasi untuk mengumpulkan data mengenai penerapan kebijakan

program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo Kabupaten

Pekalongan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi menurut Efridawati dan Lubis (2015: 60) yaitu setiap

bahan yang tertulis baik berupa karangan, memo, pengumuman, majalah,

pernyataan, aturan suatu lembaga masyarakat dan berita yang disiarkan

kepada media masa. Dokumentasi bertujuan untuk menyimpan bukti data

yang diperoleh peneliti selama proses penelitian. Adapun dokumentasi

dalam penelitian ini berupa dokumen Surat Edaran Direktorat Jenderal

Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor

40 tahun 2016 tentang Pedoman Umum Program Kota Tanpa Kumuh, SK

Bupati Pekalongan No 663/408 Tahun 2014 tentang Penetapan Lokasi

Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh, RP2KPKP Kabupaten

Pekalongan, RPLP Kelurahan Bligo, dan LPJ BKM Mandiri Kelurahan

Bligo, serta dokumen lain yang berkaitan dengan penerapan program Kota

Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo Kecamatan Buaran

Kabupaten Pekalongan.

E. Uji Validitas Data

Sugiyono (2017:363) meyatakan bahwa validitas merupakan derajat

ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang

dapat dilaporkan oleh peneliti. Dalam penelitian kualitatif, suatu data dapat

Page 72: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

56

dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan oleh

peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Uji

validitas data merupakan salah satu hal penting dalam penelitian karena

pengujian data terhadap validitasnya akan menghasilkan data yang ilmiah dan

dapat dipertanggungjawabkan. Dalam penelitian ini, uji validitas data yang

digunakan yaitu teknik triangulasi. Triangulasi yaitu teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk

pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut (Moleong. 2007: 330).

Bagan 3.1 Triangulasi Sumber (Sugiyono, 2017: 331 )

Adapun teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik triangulasi sumber yang ditempuh dengan beberapa tahapan sebagai

berikut.

1. Membandingkan pernyataan dan pendapat dari setiap informan dengan

berbagai latar belakang yang dimiliki. Peneliti membandingkan pernyataan

dan pendapat yang dikeluarkan oleh pejabat pemerintah, orang yang

memiliki jabatan tertentu dan masyarakat umum.

2. Membandingkan data hasil wawancara dari beberapa sumber dengan data

hasil pengamatan. Peneliti membandingkan data yang diperoleh dari hasil

wawancara beberapa sumber yang menjadi informan penelitian dengan

Wawancara

Mendalam

A

B

C

Page 73: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

57

data hasil pengamatan mengenai penerapan kebijakan program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo.

3. Membandingkan data hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan dengan program KOTAKU. Peneliti membandingkan hasil

wawancara dengan Dinas Perkim LH Kabupeten Pekalongan, Lurah Bligo

dan pengurus BKM Mandiri dengan dokumen RP2KPKP Kabupaten

Pekalongan, dokumen RPLP dan LPJ BKM Mandiri tahun 2019.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke

dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema

dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data

(Moloeng, 2007: 280). Penelitian ini menggunakan teknik analisis data model

interaktif. Adapun tahapan-tahapan dalam teknis data model interaktif adalah

sebagai berikut.

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

wawancara, observasi dan dokumentasi. Hal ini sesuai dengan filosofi

penelitian ilmiah, bahwa dalam pengambilan data peneliti berbaur dan

berinteraksi secara intensif dengan responden. Data yang didapat dari proses

wawancara, observasi dan dokumentasi akan dicatat dalam catatan

lapangan.

Adapun pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui

wawancara dengan informan yang sudah ditentukan secara sistematis pada

Page 74: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

58

pedoman wawancara, melakukan observasi terkait bentuk-bentuk program

Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo dan kegiatan rembug

warga tahunan, serta mengumpulkan dokumentasi yang terkait dengan

program KOTAKU di Kelurahan Bligo seperti dokumen RP2KPKP

Kabupaten Pekalongan, monografi Kelurahan Bligo, dokumen RPLP

Kelurahan Bligo, laporan pertanggungjawaban BKM Mandiri Kelurahan

Bligo.

2. Reduksi Data

Reduksi data adalah proses penyempurnaan data, baik pengurangan

data yang dianggap kurang perlu maupun penambahan data yang dianggap

masih kurang. Reduksi data merupakan proses untuk menentukan data yang

relevan dan memfokuskan data untuk pemecahan masalah, penemuan,

pemaknaan atau untuk menjawab pertanyaan dalam penelitian. Pada tahap

ini, laporan lapangan direduksi, dirangkum, dipilih dan dipilah hal-hal

pokok, difokuskan pada hal-hal penting kemudian dicari tema atau polanya.

Langkah selanjutnya adalah penyederhanaan dan penyusunan data secara

sistematis serta penjabaran hal-hal penting dalam penelitian. Proses reduksi

data terus berjalan sesudah penelitian lapangan sampai laporan akhir

tersusun dengan lengkap.

Adapun reduksi data dalam penelitian ini dilakukan dengan memilah

dan memusatkan data hasil wawancara dari beberapa informan terkait,

kemudian peneliti membandingkan dan memeriksa kesesuaian data hasil

Page 75: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

59

wawancara dari informan satu dan informan yang lain untuk memperoleh

data yang valid.

3. Penyajian Data

Penyajian data dalam bentuk tulisan, gambar dan tabel yang bertujuan

untuk menggabungkan informasi sehingga dapat menggambarkan keadaan

yang terjadi. Penyajian data dilakukan agar peneliti mampu menguasai data

dan tidak hanya terpaku pada kesimpulan informasi yang ada.

Adapun penyajian data dalam penelitian ini disesuaikan dengan bentuk

informasi yang didapat peneliti di lapangan untuk mendukung kejelasan

informasi dalam menyajikan data seperti bentuk-bentuk Program KOTAKU

disajikan dalam bentuk deskriptif dan didukung dengan gambar hasil

pembangunan program KOTAKU, tahapan-tahapan program KOTAKU

disajikan dalam bentuk deskriptif dengan menyertakan kutipan langsung

hasil wawancara untuk memperoleh informasi yang valid, kemudian

pembagian dan penanganan daerah kumuh disajikan dalam bentuk tabel

untuk memudahkan peneliti dalam menyajikan data yang valid.

4. Verifikasi/Kesimpulan

Penarikan kesimpulan yaitu melakukan verifikasi (pemeriksaan

tentang kebenaran laporan) secara terus menerus, sejak awal memasuki

lokasi penelitian dan selama proses pengumpulan data. Penarikan

kesimpulan dilakukan selama proses penelitian berlangsung. Ketika data

yang terkumpul sudah memadai, maka diperoleh kesimpulan sementara

dan setelah data lengkap sudah terkumpul maka diperoleh kesimpulan

Page 76: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

60

akhir untuk menjawab rumusan masalah mengenai penerapan program

KOTAKU dan faktor-faktor yang menghambat program tersebut.

Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini dilakukan dengan

memverifikasi kebenaran data yang diperoleh dari hasil wawancara,

observasi dan dokumentasi dimulai dari awal penelitian hingga semua data

yang dibutuhkan sudah terkumpul. Kemudian dari seluruh data yang

diperoleh tersebut ditarik kesimpulan untuk menjawab rumusan masalah

dalam penelitian ini.

Bagan 3.2 Analisis Data Model Interaktif (Miles dan Hobberman, 1992:20)

Pengumpulan

data

Penyajian

data

Reduksi

data

Kesimpulan-

kesimpulan:

Penarikan/Verikasi

Page 77: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

61

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Objek Penelitian

a. Kelurahan Bligo Kabupaten Pekalongan

Bligo merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Buaran Kabupaten

Pekalongan. Bligo pada awalnya merupakan sebuah desa yang statusnya

berubah menjadi kelurahan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten

Pekalongan No 5 Tahun 2009 tentang Pembentukan, Penghapusan,

Penggabungan Desa dan Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan.

Kelurahan Bligo memiliki luas wilayah 0,65 km2 yang terbagi menjadi 17

RT dan 5 RW. Wilayah Kelurahan Bligo merupakan dataran rendah dengan

ketinggian 10 meter diatas permukaan laut dengan curah hujan 2,5 mm/th.

Kelurahan Bligo memiliki jarak 0,5 km dari ibu kota kecamatan dan 18 km

dari ibu kota kabupaten serta 105 km dari ibu kota provinsi. Kelurahan Bligo

memiliki batas-batas daerah administratif sebagai berikut.

Sebelah utara : Desa Wonoyoso dan Sapugarut Kecamatan Buaran

Sebelah barat : Kelurahan Sapugarut Kecamatan Buaran

Sebelah Selatan : Kelurahan Pekajangan Kecamatan Kedungwuni

Sebelah timur : Desa Pakumbulan Kecamatan Buaran

Secara umum, tipologi Kelurahan Bligo terbagi menjadi area

persawahan, peternakan dan industri. Kelurahan Bligo memiliki wilayah

yang padat penduduk di sisi bagian barat dan juga memiliki hamparan

Page 78: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

62

sawah yang terbentang luas di sisi bagian timur. Luas wilayah permukiman

Kelurahan Bligo mencapai 27,5 Ha/m2 dengan jumlah penduduk mencapai

4.192 jiwa sedangkan luas area persawahan mencapai 26,1 Ha/m2. Adanya

ketidakseimbangan dalam persebaran kawasan permukiman menyebabkan

Kelurahan Bligo memiliki tingkat kerapatan bangunan yang cukup tinggi.

Adapun yang menjadi visi dari Kelurahan Bligo yaitu: “Terwujudnya

Kelurahan Bligo yang aman, nyaman, makmur dan asri”. Visi tersebut

diwujudkan melalui beberapa misi Kelurahan Bligo yaitu sebagai berikut.

1) Mewujudkan tata kelola pemerintahan kelurahan yang baik dan stabil.

2) Menjalin kerja sama dengan kepolisian melalui Babinkamtibmas guna

mewujudkan kehidupan bermasyarakat yang aman, tertib dan kondusif.

3) Meningkatkan pembangunan baik fisik maupun non fisik di Kelurahan

Bligo.

4) Memberikan ruang dan akses bagi peningkatan kegiatan ekonomi warga

masyarakat.

5) Menggalakkan kegiatan bersih-bersih lingkungan.

Gambar 4.1 Peta Kelurahan Bligo (sumber: Pemerintah Kelurahan Bligo)

Page 79: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

63

Secara umum Kelurahan Bligo memiliki posisi yang strategis baik dari

sisi perekonomian maupun pemerintahan. Hal ini dikarenakan letaknya

yang relatif dekat dengan pusat pemerintahan kecamatan, pusat pendidikan

dan pusat perdagangan. Hal tersebut menunjang tumbuhnya industri dari

skala kecil hingga besar. Kelurahan Bligo terletak di Kecamatan Buaran

yang menjadi kecamatan terkecil sekaligus terpadat di wilayah Kabupaten

Pekalongan yakni mencapai 5.145 jiwa/km2 pada tahun 2013.

Kelurahan Bligo memiliki banyak industri produksi, beberapa

diantaranya menjadi penopang perekonomian masyarakat yaitu industri

batik dan industri kain kasa. Kelurahan Bligo menjadi salah satu penghasil

kain kasa terbesar di Kabupaten Pekalongan dan hasil produksinya mampu

bersaing di kancah nasional. Produksi kain kasa berasal dari industri kecil

rumahan sampai industri pabrik. Hal ini menyebabkan mayoritas penduduk

bermata pencaharian sebagai buruh pabrik dan wiraswasta home industri.

Selain itu, tingginya penduduk dengan usia produktif di Kelurahan Bligo

yang mencapai 2.998 jiwa mendukung pertumbuhan industri khususnya di

bidang produksi batik dan kain kasa. Kedua industri tersebut menjadi salah

satu penopang perekonomian masyarakat Kelurahan Bligo.

Page 80: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

64

Gambar 4.2 Industri Batik Rumahan (Sumber: dokumentasi peneliti)

Gambar 4.3 Industri Kain Kasa (Sumber:dokumentasi peneliti)

b. Daerah Kumuh di Kelurahan Bligo

Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Pekalongan No 663/408 Tahun

2014 tentang Penetapan Lokasi Perumahan Kumuh dan Permukiman

Kumuh, wilayah Kabupaten Pekalongan memiliki daerah kumuh seluas

671, 844 ha. Daerah kumuh tersebut tersebar dalam 34 desa/kelurahan di 7

kecamatan. Setiap kecamatan memiliki faktor penyebab masing-masing

seperti dampak rob untuk daerah pesisir yaitu Kecamatan Tirto, Kecamatan

Wiradesa dan Kecamatan Wonokerto. Faktor penyebab lainnya yaitu

tingginya kepadatan penduduk dan kerapatan bangunan yang tidak

memenuhi standar kelayakan di daerah perkotaan dan pusat perekonomian

Page 81: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

65

seperti Kecamatan Buaran, kecamatan Kedungwuni, Kecamatan Bojong,

dan Kecamatan Wonopringgo. Sebanyak 4 dari 7 kecamatan di Kabupaten

Pekalongan memiliki daerah kumuh yang disebabkan oleh tingginya

kepadatan penduduk dan kerapatan bangunan sehingga menyebabkan

menurunnya kualitas lingkungan dan permukiman.

Kelurahan Bligo merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Buaran

yang termasuk dalam kategori kawasan kumuh. Adapun luas kawasan

kumuh di Kelurahan Bligo mencapai 21, 844 ha atau sekitar 33,6% dari

seluruh wilayah kelurahan. Permasalahan kawasan kumuh di Kelurahan

Bligo mayoritas berkenaan dengan teknis bangunan dan sarana prasarana

umum yang kurang memadai serta kondisi lingkungan setempat yang

memicu timbulnya daerah kumuh. Hal ini disebabkan karena adanya

ketidakseimbangan antara luas daerah permukiman dengan jumlah

penduduk sehingga menimbulkan adanya permukiman padat dan adanya

limbah yang dihasilkan dari industri batik dan kain kasa. Selain itu,

kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan permukiman

menjadi salah satu penyumbang timbulnya daerah kumuh di Kelurahan

Bligo. Daerah kumuh yang terdapat di Kelurahan Bligo tersebar di

beberapa titik yang mencakup 13 RT dari 17 RT secara keseluruhan dengan

total deliniasi kawasan kumuh sebesar 21,844 Ha. Adapun 13 RT yang

termasuk daerah kumuh Kelurahan Bligo yaitu sebagai berikut.

Page 82: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

66

Tabel 4.1 Daftar kegiatan pengentasan daerah kumuh Kelurahan Bligo

tahun 2017-2021

RW RT Kegiatan Pengentasan Kumuh

1 1

2

3

Saluran drainase dan jalan paving

Saluran drainase

Jalan paving

2 4

5

6

Saluran drainase dan jalan paving

Saluran drainase

Saluran drainase

4 11

12

Jalan paving

Jalan paving

5 13

14

15

16

17

Saluran drainase

TPS(3R) dan Sumur bor (PAMSIMAS)

Saluran drainase

Saluran drainase

Saluran drainase

(Sumber: RPLP Kelurahan Bligo tahun 2017-2021)

Kondisi kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Bligo termasuk

dalam kawasan strategis kabupaten karena lokasinya yang dekat dengan

akses perdagangan dan jasa. Hal ini membuat kawasan permukiman

kumuh di Kelurahan Bligo memiliki beberapa karakteristik yang ditinjau

dari kondisi lingkungan kelurahan yaitu sebagai berikut.

1) Kondisi Jalan

Kondisi jalan di Kelurahan Bligo sebagian sudah menggunakan

aspal dan paving. Berdasarkan lokasi deliniasi di Kelurahan Bligo,

terdapat kondisi kualitas jalan lingkungan yang masih buruk pada tahun

2017 seluas 1100 meter. Kondisi tersebut disebabkan beberapa masalah

seperti masih terdapat jalan tanah, kondisi permukaan jalan yang rusak

Page 83: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

67

serta masih ditemukannya kondisi jalan yang tidak di lengkapi dengan

saluran drainase dan kurangnya penerangan jalan sesuai standar teknis

yang telah ditetapkan pemerintah.

Kondisi jalan yang kurang berfungsi secara optimal dapat menjadi

indikator infrastruktur kelurahan yang kurang baik. Baik buruknya

kondisi jalan akan mempengaruhi mobilitas masyarakat setempat.

Ketika kondisi jalan tidak layak, maka aktivitas masyarakat akan

terhambat. Oleh karena itu perlu adanya inovasi program untuk

memperbaiki akses jalan di Kelurahan Bligo agar lebih tertata dan

berfungsi sebagaimana mestinya.

2) Air Bersih

Kebutuhan air bersih masyarakat Kelurahan Bligo menggunakan

sumur galian, PDAM dan tendon air. Adapun permasalahan air bersih

di Kelurahan Bligo yaitu kualitas air yang minim saat musim kemarau

dan sumur galian yang tercemar karena letaknya yang berdekatan

dengan limbah. Kondisi air sumur yang sudah tercemar jika terus

digunakan tentunya akan menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan

dan dapat menyebabkan penyakit. Pada tahun 2017 setidaknya terdapat

86 kepala keluarga dengan kebutuhan air bersih yang belum terpenuhi.

Air bersih merupakan kebutuhan pokok masyarakat untuk bisa

hidup sehat. Permasalahan air bersih memiliki urgensi yang tinggi untuk

diselesaikan, terutama bagi daerah-daerah industri seperti Kelurahan

Bligo. Hal ini karena permasalahan air bersih berkaitan erat dengan

Page 84: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

68

kesehatan masyarakat. Oleh karena itu perlu adanya upaya strategis dari

pemerintah untuk mengatasi permasalahan tersebut sehingga kebutuhan

air bersih bagi masyarakat Kelurahan Bligo dapat terpenuhi. Hal

tersebut bertujuan untuk mendukung pelaksanaan pola hidup bersih dan

sehat sesuai dengan visi dan misi Kelurahan Bligo.

3) Kondisi Saluran Drainase

Kondisi saluran drainase di Kelurahan Bligo memiliki kualitas yang

minimum memadai. Berdasarkan sumber data baseline 100-0-100 tahun

2017, sebanyak 34% saluran drainase di Kelurahan Bligo memiliki

ukuran yang tidak sesuai dengan volume yang dibutuhkan sehingga tidak

mampu menampung limpasan air hujan yang mengakibatkan terjadinya

banjir lingkungan. Sebagian besar permasalahan saluran air atau drainase

di Kelurahan Bligo antara lain saluran air yang macet dan tidak berfungsi,

tidak terhubung ke saluran yang lebih besar sehingga air limbah rumah

tangga tidak bisa mengalir. Selain itu, masih adanya drainase dengan

kualitas buruk dan tidak terpelihara dengan panjang sekitar 5.680 meter.

Kondisi tersebut akan menjadi masalah besar bagi masyarakat

Kelurahan Bligo ketika musim hujan. Saluran air atau drainase yang

tidak mampu menampung air hujan dan tidak berfungsi akan

mengakibatkan terjadinya banjir lingkungan. Selama beberapa tahun

terakhir, banjir lingkungan yang terjadi di Kelurahan Bligo menyebabkan

sebagian rumah dan akses jalan utama terendam air hujan. Selain itu,

banjir lingkungan juga mengakibatkan kerugian dari segi ekonomi

Page 85: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

69

terutama bagi home industri kain kasa karena produk yang sudah siap

dipasarkan terendam banjir.

4) Kondisi Persampahan

Sebagian besar masyarakat Kelurahan Bligo masih membuang

sampah di lubang atau lahan kosong dekat rumah kemudian dibakar.

Kebiasaan masyarakat ini dilakukan karena belum adanya layanan

pengangkutan sampah rumah tangga ke TPS atau TPA. Jumlah sampah

domestik rumah tangga yang dapat terangkut ke TPS hanya sekitar 63,4%

dari seluruh sampah yang dihasilkan. Hal ini berarti masih ada 36,6%

sampah yang belum dapat terangkut dan dibuang begitu saja. Selain itu,

Kelurahan Bligo belum mampu untuk memilah dan mengolah sampah

yang dihasilkan sehingga sampah yang berhasil terangkut ke TPS pun

hanya ditumpuk dan menunggu untuk diangkut ke TPA. Hal ini

mengakibatkan adanya tumpukan sampah yang mencemari lingkungan

dan mengganggu pengguna jalan karena letaknya di tepi jalan utama

Kelurahan Bligo.

Page 86: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

70

Gambar 4.4 Beberapa titik daerah kumuh Kelurahan Bligo (sumber:

dokumentasi peneliti)

Masih adanya beberapa titik daerah kumuh inilah yang menjadikan

perlunya upaya strategis dari pemerintah untuk mengatasi permasalahan

kumuh khususnya di Kelurahan Bligo. Sebagai bentuk keseriusan

pemerintah daerah Kabupaten Pekalongan dalam mengentaskan masalah

kumuh, Kelurahan Bligo menjadi salah satu sasaran dalam program Kota

Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kabupaten Pekalongan. Adapun titik daerah

kumuh di Kelurahan Bligo yang dinilai layak untuk memperoleh kegiatan

pengentasan kumuh didasarkan pada hasil survei yang dilaksanakan oleh

BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) dan fasilitator kelurahan sebagai

pendamping program KOTAKU.

c. Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman dan Lingkungan

Hidup Kabupaten Pekalongan

Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman dan

Lingkungan Hidup (Perkim dan LH) berdasarkan Peraturan Bupati No 7

Tahun 2017 tentang Uraian Tugas Jabatan Struktural Pada Dinas

Page 87: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

71

Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup

adalah dinas yang menangani masalah permukiman rakyat dan lingkungan

hidup yang bertanggungjawab kepada Bupati Pekalongan. Adapun

susunan organisasi Dinas Perkim LH Kabupaten Pekalongan terdiri dari:

1) Kepala Dinas,

2) Sekretariat,

3) Bidang Pencegahan dan Pengawasan Lingkungan,

4) Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan,

5) Bidang Kebersihan Pertamanan dan Penerangan Jalan,

6) Bidang Bina Teknik,

7) Bidang Cipta Karya,

8) UPT,

9) Kelompok jabatan fungsional.

Penelitian ini mengambil data dari Bidang Cipta Karya yang

menangani masalah penciptakaryaan, pembangunan gedung dan

perumahan serta penataan dan penyehatan kawasan permukiman. Adapun

seksi yang relevan dengan penelitian ini yaitu Seksi Penyehatan

Lingkungan Permukiman. Seksi penyehatan lingkungan permukiman

dipimpin oleh seorang kepala seksi yang berkedudukan dibawah dan

bertanggungjawab kepada kepala bidang.

1. Kepala Bidang Cipta Karya

Kepala bidang cipta karya dibawah Dinas Perkim LH memiliki

tugas untuk melaksanakan administrasi teknis terkait dengan

Page 88: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

72

penciptakaryaan, pembangunan gedung dan perumahan serta penataan

dan penyehatan lingkungan permukiman. Adapun uraian tugas kepala

bidang cipta karya yaitu sebagai berikut.

a) Merencanakan operasional program, rencana kerja dan kegiatan

Bidang Cipta Karya sebagai pedoman agar pelaksanaan program

kerja sesuai dengan perencanaan.

b) Mempelajari dan menelaah peraturan perundang-undangan,

petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis Bidang Cipta Karya

sebagai pedoman pelaksanaan tugas.

c) Memberi petunjuk, arahan, dan membagi tugas kepada bawahan

dalam pelaksanaan tugas sesuai peraturan perundang-undangan agar

setiap tugas dapat diselesaikan dengan tepat, efektif dan efisien.

d) Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas bawahan berdasarkan

peraturan perundang-undangan untuk kelancaran pelaksanaan tugas.

e) Menyelenggarakan konsultasi dan koordinasi baik vertikal maupun

horizontal untuk sinkronisasi dan kelancaran pelaksanaan tugas.

f) Merumuskan bahan kebijakan teknis Bidang Cipta Karya sesuai

dengan peraturan perundang-undangan dan petunjuk teknis sebagai

bahan kajian pimpinan.

g) Mengarahkan dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan Bidang

Cipta Karya yang sesuai dengan data masuk dan pemantauan

lapangan untuk mengetahui perkembangan serta permasalahan yang

mungkin terjadi.

Page 89: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

73

h) Menyelenggarakan pembinaan dan pengembangan pembangunan

gedung, perumahan, permukiman serta sarana dan prasarana

lingkungan permukiman sesuai peraturan perundang-undangan dan

petunjuk teknis untuk meningkatkan mutu kegiatan.

i) Menyelenggarakan pengawasan teknis pembangunan gedung dan

perumahan, serta penataan dan penyehatan lingkungan permukiman

sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan petunjuk teknis

guna peningkatan mutu kegiatan.

j) Melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan

Bidang Cipta Karya dengan cara mengukur capaian program kerja

yang telah disusun sebagai bahan laporan dan kebijakan lebih lanjut.

k) Mengevaluasi dan menilai prestasi kerja bawahan berdasarkan

sasaran kerja pegawai dan perilaku kerja sesuai peraturan

perundang-undangan dalam rangka peningkatan karier, pemberian

penghargaan dan sanksi.

l) Melaporkan pelaksanaan program dan kegiatan Bidang Cipta Karya

secara lisan dan tertulis kepada Kepala Dinas melalui sekretaris

sebagai bentuk akuntabilitas dan transparansi pelaksanaan tugas.

m) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan,

baik lisan maupun tertulis sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2. Seksi Bidang Penyehatan Lingkungan Permukiman

Seksi Bidang Penyehatan Lingkungan Permukiman di pimpin oleh

seorang kepala seksi yang berkedudukan dibawah dan

Page 90: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

74

bertanggungjawab kepada kepala bidang. Kepala seksi bidang

penyehatan lingkungan permukiman memiliki tugas untuk

melaksanakan pembinaan, pengembangan dan pengawasan

pembangunan sarana dan prasarana lingkungan permukiman seperti

jalan lingkungan, sanitasi, saluran drainase dan ketersediaan air bersih.

Adapun yang menjadi uraian tugas dari Kepala Seksi penyehatan

lingkungan permukiman yaitu sebagai berikut.

1) Merencanakan serta mengkonsep program, rencana kerja dan rencana

kegiatan Seksi Penyehatan Lingkungan Permukiman sesuai dengan

program kerja tahun sebelumnya sebagai pedoman kerja agar

pelaksanaan program kerja sesuai dengan rencana.

2) Mempelajari dan menelaah peraturan perundang-undangan yang

terkait dengan Seksi Penyehatan Lingkungan Permukiman dan bidang

tugasnya.

3) Memberikan tugas, petunjuk, dan membimbing bawahannya dalam

melaksanakan tugas berdasarkan kompetensi dan jabatannya untuk

pemerataan dan kelancaran pelaksanaan tugas secara benar.

4) Meneliti/memeriksa dan menyelia pelaksanaan tugas bawahan

berdasarkan arahan sebelumnya sehingga diperoleh hasil kerja yang

optimal.

5) Melaksanakan konsultasi dan koordinasi secara vertikal dan

horizontal untuk sinkronisasi dan kelancaran pelaksanaan tugas.

Page 91: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

75

6) Menyusun bahan kebijakan teknis Seksi Penyehatan Lingkungan

Permukiman berdasarkan peraturan perundang-undangan dan

petunjuk teknis sebagai bahan kajian pimpinan.

7) Melaksanakan inventarisasi sarana dan prasarana lingkungan

permukiman dan penyehatan kawasan kumuh dengan mempelajari

dan mengolah data, koordinasi baik vertikal maupun horizontal agar

perencanaan pembangunan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

8) Mengelola data hasil inventarisasi sarana prasarana lingkungan

permukiman dan penyehatan kawasan kumuh melalui koordinasi dan

survei lapangan agar data tersusun dengan baik dan informatif.

9) Menyusun laporan hasil prasurvei program kegiatan dengan

melakukan monitoring dan mengolah data agar program kegiatan

yang diusulkan sesuai dengan prioritas penanganan masalah.

10) Menyusun konsep petunjuk teknis pengembangan konstruksi sarana

prasarana lingkungan permukiman sesuai peraturan perundang-undangan

sebagai pedoman bagi pelaksana kegiatan dalam pengembangan

konstruksi sarana prasarana lingkungan permukiman.

11) Melaksanakan konsultasi teknis mengenai pengembangan konstruksi

sarana prasarana lingkungan permukiman melalui evaluasi dan

koordinasi teknis secara rutin dengan pelaksana kegiatan agar

pelaksanaan fisik tidak menyimpang dan sesuai dengan spesifikasi

teknis yang sudah ditentukan.

Page 92: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

76

12) Menyusun konsep petunjuk dan rencana pelaksanaan kegiatan dengan

mempelajari dan menjabarkan petunjuk kegiatan, rambu-rambu

pelaksanaan kegiatan serta sanksi yang dikenakan apabila terjadi

penyimpangan sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan di lapangan.

13) Menyusun rencana usulan pembangunan di bidang fisik sarana

prasarana penyehatan lingkungan melalui koordinasi, merekap data

usulan dari desa/kelurahan, perangkat daerah dan kecamatan,

inventarisasi serta menyusun prioritas program sehingga diperoleh

data usulan pembangunan yang optimal.

14) Melaksanakan pengawasan pembangunan di bidang fisik sarana

prasarana penyehatan lingkungan dengan menyusun dan membagi

tugas pengawasan langsung di lapangan agar pelaksanaan

pembangunan dapat terkontrol dengan baik sesuai dengan rencana dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

15) Melaksanakan penilaian prestasi kerja bawahan berdasarkan sasaran

kerja pegawai dan perilaku kerja sesuai peraturan perundang-

undangan dalam rangka peningkatan karier, pemberian penghargaan

dan sanksi.

16) Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan Seksi Penyehatan

Lingkungan Permukiman berdasarkan program kerja agar sesuai

dengan target hasil.

Page 93: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

77

17) Membuat laporan pelaksanaan kegiatan Seksi Penyehatan

Lingkungan Permukiman sesuai hasil pelaksanaan kegiatan sebagai

bentuk akuntabilitas dan trasparansi pelaksanaan tugas.

18) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan

secara lisan maupun tertulis sesuai dengan tugas dan fungsinya.

d. BKM Mandiri Kelurahan Bligo

Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) adalah suatu organisasi

masyarakat di tingkat desa/kelurahan yang keanggotaannya bersifat

relawan. Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) bersifat kolektif kolegial

yang artinya bahwa dalam BKM tidak terdapat ketua tetapi dipimpin oleh

seorang koordinator. Kepengurusan Badan Keswadayaan Masyarakat

(BKM) berganti setiap tiga tahun sekali. Setiap periode kepengurusan BKM

dapat mengalami rotasi sehingga semua anggota memiliki kesempatan

untuk menjadi koordinator. Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) yang

ada di Kelurahan Bligo bernama BKM Mandiri yang dibentuk pada tahun

2007. Keanggotaan BKM berawal dari penjaringan melalui RT setempat,

setiap RT akan dipilih sebanyak 2 atau 3 orang. Kemudian hasil penjaringan

tingkat RT akan diseleksi lebih lanjut di tingkat kelurahan. Adapun anggota

kepengurusan BKM Mandiri Keluraan Bligo periode 2019-2022 yaitu

sebagai berikut.

Page 94: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

78

Tabel 4.2 Pengurus BKM Mandiri Kelurahan Bligo Periode 2019-2022

NO NAMA ANGGOTA BKM

JENIS

KELAMIN

(L/P)

ALAMAT

1 Budi Nuryanto L RT 11 RW 04

2 H. Dodi L RT 04 RW 02

3 Reza Pahlevi L RT 15 RW 04

4 Nur Sa’adah P RT 16 RW 05

5 Nur Atikah P RT 12 RW 04

6 Dwi Kurniawan L RT 12 RW 04

7 Sunoto L RT 12 RW 04

8 Abdul Rozak L RT 12 RW 04

9 Tini Ekawati P RT 04 RW 02

10 H. Mulyo Harjo L RT 02 RW 01

11 Nur Khayatun P RT 03 RW 01

12 Akbar Rahman L RT … RW …

13 Suroso L RT … RW …

(Sumber: Rembug Warga Tahunan BKM Mandiri Kelurahan Bligo

Tahun 2019)

Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) dalam melaksanakan

tugasnya dibantu oleh sekretaris dan beberapa unit pengelola. Adapun unit

pengelola BKM Mandiri Kelurahan Bligo antara lain Unit Pengelola Sosial

(UPS), Unit Pengelola Keuangan (UPK) dan Unit Pengelola Lingkungan

(UPL). BKM Mandiri Kelurahan Bligo dalam menerapkan program Kota

Tanpa Kumuh (KOTAKU) memiliki peran:

a. mengelola dana BOP (Biaya Operasional Program) dari pemerintah

daerah;

b. membentuk KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) sebagai panitia

pelaksana program yang akan dilaksanakan;

c. mengkoordinir KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) dalam

melaksanakan pembangunan;

d. menjadi penyalur atau penghubung antara pemerintah dengan KSM.

Page 95: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

79

BKM Mandiri Kelurahan Bligo dalam menjalankan tugasnya

membentuk tiga Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) untuk

melaksanakan pembangunan dalam program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU). Setiap KSM terdiri dari 7 orang yang tersusun oleh ketua,

sekretaris, bendahara dan anggota. Selain itu, masing-masing KSM

menangani satu kegiatan dalam program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)

dan tetap melakukan koordinasi dengan BKM. Adapun KSM yang dibentuk

oleh BKM Mandiri Kelurahan Bligo pada tahun 2019 yaitu sebagai berikut.

Tabel 4.3 KSM BKM Mandiri Kelurahan Bligo tahun 2019

NO NAMA KSM JENIS KEGIATAN LOKASI

PEMBANGUNAN

1 KSM Anggrek TPS (3R) RT 14 RW 04

2 KSM Flamboyan Saluran Drainase

Jalan Paving

RT 1, RT 2, RT 4, RT 5, RT

12, RT 15, RT 16

Rt 1, RT 4, RT 11, RT 12

3 KSM Mawar Sumur Bor (Air

Bersih)

RT 14 RW 04

(Sumber: LPJ BKM Mandiri Kelurahan Bligo Tahun 2019)

Gambar 4.5 RWT (Rembug Warga Tahunan) BKM Mandiri Kelurahan

Bligo 2019 (sumber: dokumentasi peneliti)

Page 96: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

80

Gambar 4.5 menunjukkan masyarakat Kelurahan Bligo yang antusias dan

aktif dalam mengikuti kegiatan Rembug Warga Tahunan (RWT). Pada saat

kegiatan RWT berlangsung, masyarakat aktif mengajukan pertanyaan dan

tanggapan mengenai kinerja BKM selama satu tahun masa kerja. Badan

Keswadayaan Masyarakat (BKM) Mandiri Kelurahan Bligo sebagai organisasi

masyarakat dalam menjalankan tugasnya, bertanggungjawab kepada

masyarakat melalui RWT (Rembug Warga Tahunan). Rembug warga tahunan

Kelurahan Bligo tahun 2019 dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 4 Februari

2019 pukul 20.30 di kantor Kelurahan Bligo. Kegiatan tersebut berisi

pertanggungjawaban BKM Mandiri Kelurahan Bligo selama satu tahun kerja

yang meliputi penggunaan anggaran program KOTAKU tahun 2019, dan

pengelolaan inventaris BKM Mandiri Kelurahan Bligo.

Berdasarkan hasil observasi, beberapa tokoh masyarakat yang aktif pada

saat kegiatan RWT berlangsung yaitu Bapak H. Khadiri (mantan Kepala Desa

Bligo) mengajukan pertanyaan mengenai dana talangan yang terdapat dalam

laporan pertanggungjawaban BKM. Pertanyaan tersebut kemudian ditanggapi

oleh koordinator BKM Ibu Istiqomah yang mengatakan bahwa “dana talangan

tersebut adalah dana yang dikeluarkan oleh pengurus BKM pada saat itu

karena anggaran dari pemerintah belum cair seluruhnya, sedangkan

pembangunan harus tetap berjalan. Oleh karena itu, pengurus BKM berinisiatif

untuk memberikan dana talangan yang nantinya akan diganti apabila anggaran

sudah turun seluruhnya” (observasi dalam kegiatan RWT tanggal 4 Februari

2020). Kemudian juga terdapat usulan dari Bapak Syarif sebagai ketua RT 15

Page 97: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

81

yang mengatakan “untuk ke depannya, terkait anggaran BKM Mandiri

Kelurahan Bligo agar lebih transparan sehingga tidak menimbulkan

kesalahpahaman ketika dipertanggungjawabkan dalam kegiatan seperti ini”

(observasi dalam kegiatan RWT tanggal 4 Februari 2020). Adapun hasil dari

kegiatan Rembug Warga Tahunan (RWT) Kelurahan Bligo tahun 2019 yaitu

(1) laporan pertanggungjawaban BKM Mandiri Kelurahan Bligo tahun 2019

diterima oleh masyarakat dalam forum RWT; (2) Kelompok Pengola dan

Pemerima manfaat (KPP) akan dibentuk oleh kelurahan setelah adanya serah

terima dari BKM Mandiri kepada dinas, kemudian dari dinas kepada

Kelurahan Bligo, (3) dilantiknya pengurus BKM Mandiri Kelurahan Bligo

yang baru.

Kegiatan Rembug Warga Tahunan (RWT) Kelurahan Bligo dipimpin oleh

Lurah Bligo, koordinator BKM Mandiri, dan koodinator TIPP. Adapun pihak

yang terlibat dalam kegiatan tersebut yaitu pengurus BKM Mandiri kelurahan

Bligo, Ketua RT dan RW, perwakilan tokoh masyarakat dari organisasi yang

ada seperti IPNU, IPPNU, Aisyiyah dan masyarakat Kelurahan Bligo serta

pemuda. Hal tersebut diperjelas oleh hasil wawancara dengan koordinator

TIPP Bapak Budi Nuryanto dalam kutipan berikut.

“LPJ nya itu BKM bekerjasama dengan faskelnya. Selain itu, nanti juga

ada yang namanya RWT (Rembug Warga Tahunan). RWT itu seperti

bentuk pertanggungjawaban atas kinerja BKM selama satu tahun kepada

warga masyarakat. Biasanya RWT itu dihadiri oleh ketua RT dan RW serta

tokoh-tokoh masyarakat seperti dari IPNU, IPPNU, Aisyiyah dan lainnya

mbak.” (Wawancara tanggal 30 Januari 2020)

Pihak yang terlibat dalam Rembug Warga Tahunan (RWT) Kelurahan

Bligo juga diatur dalam tata tertib rembug warga tahunan tahun 2019 pada

Page 98: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

82

pasal 3 tentang pengunjung rapat dan pasal 4 tentang peserta rapat. Menurut

pasal 3 tata tertib RWT tahun 2019 yang menjadi pengunjung rapat yaitu warga

masyarakat Kelurahan Bligo dan pendamping KOTAKU Kelurahan Bligo.

Kemudian menurut pasal 4, yang menjadi peserta rapat yaitu: (a) anggota

BKM Mandiri Kelurahan Bligo; (b) pengurus dan relawan serta unit pelaksana

BKM Mandiri; (c) perwakilan masyarakat (Pemerintah Kelurahan, unsur

lembaga, tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuda) se Kelurahan Bligo. Dari

berbagai penjelasan tersebut, maka dapat diketahui bahwa Rembug Warga

Tahunan (RWT) merupakan kegiatan pertanggungjawaban BKM terhadap

masyarakat Kelurahan Bligo yang melibatkan seluruh unsur masyarakat di

Kelurahan Bligo. Adapun tindak lanjut dari adanya kegiatan Rembug Warga

Tahunan (RWT) ini yaitu serah terima dan pembentukan kelompok penerima

manfaat dan pengelola oleh kelurahan sebagai upaya keberlanjutan dari

program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo.

2. Penerapan Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) Kelurahan Bligo

a. Bentuk Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) Kelurahan Bligo

Beberapa titik daerah di Kelurahan Bligo yang memperoleh manfaat dari

program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) merupakan daerah yang masih

terdapat area kumuh. Penentuan area kumuh tersebut didasarkan pada 7+1

indikator kumuh berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat No 2 Tahun 2016 tentang Peningkatan Kualitas terhadap

Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh. Adapun kriteria indikator

kumuh tersebut yaitu sebagai berikut.

Page 99: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

83

1) Kriteria kekumuhan yang ditinjau dari bangunan gedung.

2) Kriteria kekumuhan yang ditinjau dari kondisi jalan.

3) Kriteria kekumuhan yang ditinjau dari penyediaan air minum.

4) Kriteria kekumuhan yang ditinjau dari drainase lingkungan.

5) Kriteria kekumuhan yang ditinjau dari pengelolaan air limbah.

6) Kriteria kekumuhan yang ditinjau dari pengelolaan persampahan.

7) Kriteria kekumuhan yang ditinjau dari kondisi proteksi terhadap

kebakaran dan bencana.

8) Ketersediaan ruang terbuka hijau.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat No 2/PRT/M/2016, penentuan kawasan penanganan permukiman

kumuh dapat dilakukan dengan tiga cara berdasarkan kondisi kekumuhan,

berdasarkan legalitas lahan dan berdasarkan pertimbangan lainnya dengan

formula penilaian yang telah diatur. Klasifikasi penanganan kawasan

permukiman kumuh di Kelurahan Bligo dibagi menjadi prioritas 1 untuk

kawasan zona A dan prioritas 2 untuk kawasan zona B. Adapun daerah yang

termasuk dalam prioritas tersebut yaitu sebagai berikut.

Tabel 4.4 Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh Kelurahan Bligo

Kawasan RW RT Skor

Nilai

Klasifikasi

Kekumuhan

Legalitas

Lahan

Pertimbang

an Lainnya

Skala

Priorit

as

Zona A 1 1 34 Kumuh Ringan Legal Tinggi 1

1 2 32 Kumuh Ringan Legal Tinggi

1 3 44 Kumuh Ringan Legal Tinggi

2 4 23 Kumuh Ringan Legal Tinggi

2 5 34 Kumuh Ringan Legal Tinggi

2 6 37 Kumuh Ringan Legal Tinggi

5 13 23 Kumuh Ringan Legal Tinggi

5 16 45 Kumuh Sedang Legal Tinggi

Page 100: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

84

Zona B 4 11 41 Kumuh Ringan Legal Tinggi 2

4 12 18 Tidak Kumuh Legal Tinggi

5 14 19 Kumuh Ringan Legal Tinggi

5 15 45 Kumuh Sedang Legal Tinggi

5 17 19 Kumuh Ringan Legal Tinggi

(Sumber: RPLP Kelurahan Bligo Tahun 2017-2021)

Tabel 4.4 menunjukkan adanya pembagian daerah mana saja di

Kelurahan Bligo yang masuk dalam prioritas 1 dan prioritas 2. Daerah yang

masuk dalam prioritas 1 berarti daerah yang akan terlebih dahulu untuk

dibangun dan diperbaiki dalam program KOTAKU di Kelurahan Bligo.

Setelah daerah prioritas 1 selesai, maka dilanjutkan pada daerah prioritas

2. Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo pada tahun

2019 memperoleh anggaran dari pemerintah daerah sebesar 2 milyar.

Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo

dijalankan oleh Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Mandiri dengan

membentuk panitia pelaksana yang disebut dengan Kelompok Swadaya

Masyarakat (KSM). BKM merupakan organisasi masyarakat yang

menangani kemiskinan dan pembangunan dalam bidang ekonomi, sosial

dan lingkungan. Keanggotaan BKM berasal dari masyarakat itu sendiri

yang dipilih dari penjaringan setiap RT yang kemudian diseleksi lebih

lanjut di tingkat kelurahan setiap tiga tahun sekali. Dalam menjalankan

program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU), BKM membentuk Kelompok

Swadaya Masyarakat (KSM) sebagai pelaksana pembangunan. Jumlah

KSM yang dibentuk disesuaikan dengan bentuk pembangunan yang akan

Page 101: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

85

dilaksanakan. Adapun bentuk-bentuk kegiatan program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo yaitu sebagai berikut.

1) Perbaikan Saluran Air atau Drainase

Perbaikan saluran air atau drainase dilakukan di sebagian besar

daerah prioritas penanganan kawasan kumuh Kelurahan Bligo meliputi

RT 1, RT 2, RT 4, RT 5, RT 12, RT 15 dan RT 16. Pembangunan ini

dijalankan oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Flamboyan

dengan luas mencapai 861 m2. KSM Flamboyan adalah kelompok

pelaksana pembangunan yang dibentuk oleh Badan Keswadayaan

Masyarakat (BKM) Mandiri Kelurahan Bligo untuk menangani

pembuatan saluran air atau drainase. Mekanisme kerja KSM

Flamboyan sesuai dengan fokus kegiatan yang sudah diprogramkan

yaitu pembuatan drainase, mulai dari ikut dalam kegiatan survei awal

lokasi yang akan dibangun drainase, kemudian melaksanakan

pembangunan drainase sesuai rencana yang sudah ditetapkan hingga

menyusun laporan pertanggungjawaban kegiatan. Laporan

pertanggungjawaban kegiatan pembuatan drainase tersebut kemudian

diserahkan kepada BKM sebagai bentuk pertanggungjawaban KSM.

Adapun yang menjadi anggota KSM Flamboyan yaitu (1) H. Furqon

Bakir, S.Ag. sebagai ketua ; (2) Yunita sebagai sekretaris; (3) H.

Rohman; (4) H. Solihin Romadhon; (5) Faizin; (6) Fauzi; dan (7)

Muhammad Abdul Rozak.

Page 102: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

86

Gambar 4.6 Saluran Drainase hasil Program KOTAKU (sumber:

dokumentasi peneliti)

Gambar tersebut menunjukkan kondisi saluran air atau drainase di

sebagian besar Kelurahan Bligo mengalami perubahan yang cukup

signifikan dalam menangani masalah sanitasi air. Perbaikan saluran air

di Kelurahan Bligo bertujuan untuk mengurangi resiko banjir

lingkungan ketika musim hujan dan menambah estetika kawasan.

Setelah adanya perbaikan melalui program KOTAKU, saluran air atau

drainase di Kelurahan Bligo yang tadinya tidak berfungsi dan memiliki

kualitas bangunan yang buruk menjadi berfungsi kembali dan

diperbaharui dengan konstruksi bangunan yang lebih baik. Selain itu,

program KOTAKU juga memperbaharui desain drainase menjadi lebih

rapi dan indah disertai dengan lampu penerangan jalan dan tanaman

hias. Hal ini didukung oleh penjelasan Bapak Budi Nuryanto sebagai

koordinator TIPP Kelurahan Bligo dalam kutipan wawancara berikut.

“.... untuk program KOTAKU itu memang harus ada yang namanya

perubahan wajah dari lingkungan permukiman yang diperbaiki mbak,

Page 103: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

87

sehingga banyak yang dibikin taman-taman mbak” (Wawancara

tanggal 30 Januari 2020).

Perbaikan saluran air atau drainase menjadi salah satu prioritas

dalam program Kota Tanpa Kumuh di Kelurahan Bligo. Hal ini

dikarenakan kondisi drainase yang ada di Kelurahan Bligo yang

memiliki dimensi kurang besar dan kondisi yang rusak atau tidak layak

serta terdapat beberapa yang tidak terhubung ke drainase utama. Hal

tersebut mengakibatkan terjadinya banjir lingkungan karena drainase

yang ada tidak mampu menampung limpasan air hujan. Adapun

anggaran yang dibutuhkan oleh KSM Flamboyan untuk pembangunan

saluran air atau drainase sekaligus pembangunan jalan paving sebesar

Rp 894. 603.000,-. Perbaikan saluran air atau drainse tersebut

menimbulkan dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat

Kelurahan Bligo seperti sudah tidak terjadi banjir lingkungan karena

kondisi drainase yang sekarang memiliki volume lebih besar dan

mampu menampung limpasan air hujan serta terhubung dengan

drainase utama. Hal tersebut sejalan dengan penjelasan dari Mbak

Yunita sebagai masyarakat Kelurahan Bligo yang menerima manfaat

dari program Kota Tanpa Kumuh dalam kutipan wawancara berikut.

“Perubahannya ya pastinya kayak drainase itu pas mulai musim hujan

itu lebih baik dari sebelum dibangun sehingga tidak banjir. Terus yang

sebelah sungai itu kayak kumuh banget sebelumnya, nah sekarang

Page 104: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

88

menjadi rapi dan ramai untuk jalan-jalan santai warga kalau sore hari”

(wawancara tanggal 12 Maret 2020).

2) Pembuatan Jalan Paving

Pembuatan jalan paving dijalankan di sebagian jalan Kelurahan

Bligo yang dinilai memiliki kualitas buruk dan tidak memenuhi standar

teknis karena masih berupa jalan tanah maupun permukaan jalan yang

sudah rusak. Adapun daerah yang memperoleh pembangunan jalan

paving yaitu RT 1, RT 4, RT 11 dan RT 12. Pembangunan ini

dijalankan oleh KSM Flamboyan dengan luas pembangunan mencapai

560 m2. Pembangunan jalan paving bertujuan untuk mempermudah

akses jalan dan mobilitas masyarakat.

Gambar 4.7 Jalan Paving hasil program KOTAKU (sumber:

dokumentasi peneliti)

Gambar 4.7 menunjukkan bahwa pembuatan dan perbaikan jalan

paving melalui program KOTAKU di Kelurahan Bligo menimbulkan

dampak positif bagi kelancaran aktivitas masyarakat dan sebagai

bentuk perbaikan infrastruktur kelurahan. Kondisi jalan yang sudah

Page 105: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

89

layak guna membuat akses masyarakat menjadi lebih mudah. Selain

itu, melalui program KOTAKU, jalan-jalan kecil yang ada di

Kelurahan Bligo menjadi lebih tertata dan memudahkan masyarakat

untuk mengakses jalan-jalan kecil tersebut.

Hal tersebut juga diungkapkan oleh Bapak Syaifudin sebagai

masyarakat sekaligus ketua RT 3 Kelurahan Bligo yang menerima

manfaat dari program KOTAKU dalam kutipan sebagai berikut.

“Sebelum ada program KOTAKU itu infrastruktur masih

berantakan seperti drainase yang macet, jalan yang masih rusak

dan penerangan jalan kurang mbak karena masih mengandalkan

lampu dari rumah warga. Sekarang setelah ada pembangunan

program KOTAKU itu kan sudah ada lampu yang letaknya di

tepi jalan sehingga lebih terang dan lebih bagus dipandang,

drainase menjadi lancar, jalan-jalan kecil tertata rapi sehingga

aktivitas warga menjadi lancar, penerangan jalan yang lebih

memadai” (wawancara tanggal 8 Maret 2020).

3) Pembangunan PAMSIMAS (Air Bersih)

Pembangunan PAMSIMAS (Penyediaaan Air Minum dan Sanitasi

Berbasis Masyarakat) atau sumur bor bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan air bersih dan air minum bagi masyarakat Kelurahan Bligo

yang belum terpenuhi. Lokasi pembangunan PAMSIMAS atau sumur

bor tersebut berada di RT 14 RW 04 dengan kapasitas pengguna

mencapai 50 rumah di daerah RT 11, RT 12, RT 14 dan sekitarnya.

Pembangunan PAMSIMAS dilaksanakan oleh KSM Mawar dengan

dana alokasi kegiatan sebesar Rp 453.293.000,-.

Page 106: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

90

Gambar 4.8 Tower Sumur Bor hasil Program KOTAKU (sumber:

dokumentasi peneliti)

Sumur bor (PAMSIMAS) yang dibuat melalui program KOTAKU

tersebut dialirkan ke wilayah Kelurahan Bligo bagian utara yang

kebutuhan air bersihnya belum terpenuhi. Sumur bor (PAMSIMAS)

tersebut mulai dapat dioperasikan pada bulan Januari 2020 dengan 35

rumah di RT 11 dan RT 12 sebagai percobaan awal. Untuk tahap

selanjutnya akan dibentuk tim pengelola yang akan mengurus

penyediaan air bersih melalui sumur bor (PAMSIMAS) tersebut.

Pengelolaan sumur bor (PAMSIMAS) juga dijelaskan oleh

koordinator TIPP Kelurahan Bligo Bapak Budi Nuryanto dalam

kutipan sebagai berikut.

“Untuk tindak lanjut dari program KOTAKU itu nanti ada

kelompok pemeliharaannya mbak kalau tidak salah namanya KPP

(Kelompok Pemelihara Pembangunan). Kecuali untuk

pembangunan PAM sama TPS (3R) itu nanti ada pengurusnya

sehingga dapat dikelola dan masyarakat dapat menikmati perbaikan

penataan lingkungan yang dilakukan. Untuk PAM itu yang megang

Pak Mulyono di RT 2” (wawancara tanggal 30 Januari 2020).

Page 107: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

91

Sejalan dengan Bapak Budi Nuryanto, Lurah Kelurahan Bligo

Fatkhur Rahman, S.H juga menjelaskan mengenai keberlanjutan sumur

bor (PAMSIMAS) setelah selesai dibangun dalam kutipan hasil

wawancara berikut.

“Ya nanti seperti PAM itu sendiri akan kita bentuk untuk yang

mengurusi sampai penyaluran airnya ke masyarakat itu

pengurusnya dari masyarakat kita sendiri. Untuk PAM dan tempat

pembuangan sampah nanti yang membentuk pengurusnya adalah

kelurahan, tapi nanti setelah programnya selesai dan diserahkan

pada kelurahan” (wawancara tanggal 27 Januari 2020).

Dari beberapa pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa tim

pengelola sumur bor (PAMSIMAS) sebagai bentuk keberlanjutan

program KOTAKU di Kelurahan Bligo berasal dari masyarakat itu

sendiri dan dibentuk oleh kelurahan setelah adanya serah terima

program dari pelaksana kepada kelurahan. Hal ini menunjukkan

adanya kontribusi masyarakat dalam pengelolaan terhadap

pembangunan perbaikan lingkungan melalui program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU).

4) Pembuatan TPS(3R)

Pembuatan Tempat Pembuangan Sampah Reduce Reuse Recycle

(TPS 3R) bertujuan untuk meningkatkan kebersihan dan kesehatan

lingkungan permukiman di Kelurahan Bligo. Lokasi TPS (3R) berada

di RT 14 RW 04 dan dilaksanakan oleh KSM Anggrek pada Agustus

2019 selama 4 bulan dengan volume 1 unit. Adapun anggaran untuk

pembuatan TPS (3R) ini yaitu Rp 645.820.000.

Page 108: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

92

Gambar 4.9 Bangunan TPS(3R) program KOTAKU Kelurahan Bligo

(sumber: dokumentasi peneliti)

Gambar tersebut menunjukkan perubahan kondisi tempat pembuangan

sampah di Kelurahan Bligo yang cukup signifikan. Sebelum dibangun

TPS(3R), tempat pembuangan sampah di Kelurahan Bligo dinilai kurang

layak karena tidak mampu menampung sampah yang dihasilkan sehingga

menyebabkan sampah berserakan di tepian jalan. Pembuatan TPS(3R)

menjadi salah satu bentuk kegiatan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)

di Kelurahan Bligo untuk menangani masalah persampahan. Hal ini

dikarenakan Kelurahan Bligo belum mampu untuk memilah dan mengolah

sampah yang dihasilkan sehingga menimbulkan timbunan sampah yang

mengganggu pengguna jalan karena letaknya yang berada di tepi jalan utama

kelurahan. Kondisi persampahan di Kelurahan Bligo juga dijelaskan oleh

Bapak Fathur Rahman sebagai Lurah Bligo dalam kutipan wawancara

sebagai berikut. “…selain itu juga kondisi tempat pembuangan sampah yang

belum dikelola dengan baik sehingga sampahnya masih mengganggu

lingkungan sekitar” (wawancara tanggal 27 Januari 2020). Oleh karena itu,

pembuatan TPS (3R) melalui program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)

Page 109: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

93

bertujuan agar Kelurahan Bligo mampu untuk mengolah sampah yang

dihasilkan secara mandiri. Hal tersebut diperjelas oleh Bapak Budi Nuryanto

mengenai pengelolaan sampah di TPS (3R) dalam kutipan berikut. “Untuk

TPS (3R) itu nanti sampahnya dipilah mbak, yang organik nanti diolah

menjadi pupuk organik. Kemudian yang plastik-plastik, botol-botol plastik

nanti akan dicacah menjadi biji plastik, nanti yang kardus juga demikian,

nanti ada yang ngurus” (wawancara tanggal 30 Januari 2020).

Beberapa pernyataan tersebut menunjukkan bahwa masalah

persampahan menjadi salah satu indikator kumuh yang ada di Kelurahan

Bligo dan menjadi salah satu prioritas dalam pengentasan kumuh melalui

program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU). Adapun tujuan pembuatan TPS

(3R) yaitu agar Kelurahan Bligo kedepannya memiliki kemampuan untuk

memilah dan mengolah sampah yang dihasilkan secara mandiri dan

berkelanjutan.

Tabel 4.5 Kegiatan Program KOTAKU tahun 2019

KSM KEGIATAN VOLUME LOKASI DANA (Rp) PROGRES

Anggrek TPS(3R) 1 Unit RT 14 RW

04

645.820.000 100%

Flamboyan Saluran

Drainase

Jalan Paving

861 m2

560 m2

RT 1, 2, 4, 5,

12, 15, 16

RT 1, 4, 11,

12

894.603.000

100%

Mawar Sumur Bor 1 Unit 449. 577.000 100%

BOP 10.000.000

(Sumber: LPJ BKM Mandiri Kelurahan Bligo tahun 2019)

Page 110: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

94

b. Tahap-tahap Penerapan Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)

Kelurahan Bligo Kabupaten Pekalongan

Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) berawal dari program P2KP

(Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan) yang diluncurkan

sejak tahun 1999 hingga tahun 2007. Program P2KP di bawah Kementerian

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memiliki fokus untuk

menangani masalah kemiskinan di perkotaan. Kemudian pada tahun 2016

Kementerian PUPR meluncurkan Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)

sebagai bentuk keberlanjutan dari program P2KP. Namun, terdapat

pergeseran indikator yaitu Program P2KP memiliki fokus terhadap

kemiskinan sedangkan program KOTAKU memiliki fokus indikator pada

lingkungan kumuh atau peningkatan kualitas permukiman.

Hal tersebut didukung oleh penjelasan dari kepala seksi bidang

penyehatan lingkungan permukiman Dinas Perkim LH Ibu Asrotun dalam

kutipan hasil wawancara berikut.

“Program KOTAKU itu sebenarnya berawal dari program P2KP

pada tahun 2007. Cuma, untuk launching menjadi program

KOTAKU itu sendiri tahun 2016. Sebenarnya kan hanya pergantian

nama saja, programnya hampir sama. Tetapi terdapat perbedaan

atau pergeseran indikator, kalau dulu itu fokusnya ke kemiskinan,

sedangkan untuk program KOTAKU yang sekarang itu lebih fokus

ke lingkungan kumuh” (wawancara tanggal 3 Februari 2020).

Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU) merupakan bentuk kebijakan lanjutan dari program

sebelumnya yaitu P2KP yang dikeluarkan oleh kementerian PUPR. Hal ini

berarti bahwa kebijakan program KOTAKU masih berkaitan dengan

Page 111: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

95

kebijakan-kebijakan lainnya untuk mencapai tujuan yang relevan yaitu

mengatasi masalah kumuh untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Berdasarkan SK Bupati Pekalongan No 663/408 Tahun 2014 tentang

Penetapan Lokasi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh, kawasan

kumuh di Kabupaten Pekalongan mencapai 671,844 Ha dan menjadi daerah

terkumuh di Provinsi Jawa Tengah. Kawasan kumuh tersebut tersebar di 34

titik yang salah satunya berada di Kelurahan Bligo Kecamatan Buaran

Kabupaten Pekalongan yakni seluas 21,844 Ha. Hal ini disebabkan karena

tingkat kerapatan bangunan yang tinggi serta adanya sarana dan prasarana

yang tidak memenuhi syarat. Kelurahan Bligo menjadi salah satu target

Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kabupaten Pekalongan sejak

tahun 2018. Adapun program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan

Bligo dijalankan melalui tahap-tahap sesuai dengan arahan dan

pendampingan dari pemerintah daerah melalui Dinas Perkim LH Kabupaten

Pekalongan. Tahapan Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di tingkat

desa/kelurahan pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang bersinergi

dengan tahapan program di tingkat kabupaten/kota. Untuk mencapai tujuan

dari program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) khususnya di Kelurahan

Bligo, pada dasarnya meliputi tahapan sebagai berikut.

1) Tahap Persiapan

Tahap persiapan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di

Kelurahan Bligo bertujuan untuk membangun kontribusi dan kolaborasi

antara pemerintah Kecamatan Buaran, pemerintah Kelurahan Bligo,

Page 112: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

96

masyarakat serta pemangku kepentingan pembangunan di tingkat

kelurahan. Selain itu, pada tahap persiapan ini juga memerlukan

penggalangan relawan yang dibutuhkan untuk terlibat dalam kegiatan

peningkatan kualitas permukiman untuk mengentaskan masalah kumuh

di Kelurahan Bligo. Tahap persiapan program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di Kelurahan Bligo pada dasarnya meliputi dua kegiatan

yaitu sosialisasi dan pembentukan Tim Inti Perencanaan Partisipatif

(TIPP). Sosialisasi pada tahap persiapan ini terdiri dari beberapa bentuk

yaitu sosialisasi kabupaten, sosialisasi desa dan sosialisasi basis. Hal ini

sesuai dengan keterangan Ibu Asrotun selaku Kepala Seksi Penyehatan

Lingkungan Permukiman Dinas Perkim LH Kabupaten Pekalongan

bahwa pemerintah daerah dalam menjalankan Program KOTAKU

menyelenggarakan sosialisasi berjenjang. “Pemerintah daerah dalam hal

ini mengadakan sosialisasi secara berjenjang, ada 3 sosialisasi yaitu

sosialisasi kabupaten, sosialisasi desa, dan sosialisasi komunitas. Tetapi

dari dinas hanya mengawal sampai sosialisasi desa” (wawancara tanggal

3 Februari 2020).

Ibu Asrotun kemudian menjelaskan bahwa Sosialisasi kabupaten

yaitu sosialisasi yang diadakan oleh pemerintah daerah Kabupaten

Pekalongan melalui dinas terkait yaitu Dinas Perkim LH dan

dilaksanakan sebelum kegiatan. Sosialisasi kabupaten dimaksudkan

untuk memperkenalkan program KOTAKU kepada pemerintah

kelurahan/desa dan BKM. Kemudian ada sosialisasi desa yaitu

Page 113: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

97

sosialisasi yang di laksanakan di tingkat desa/kelurahan. Sosialisasi desa

dilaksanakan dari desa ke komunitas untuk mengenal program

KOTAKU. Sosialisasi desa dilaksanakan apabila proposal dan rencana

desain sudah di setujui oleh pemerintah kabupaten melalui Dinas

Perkim LH. Pelaksanaan sosialisasi desa masih mendapat pengawasan

dari Dinas Perkim LH. Tingkatan sosialisasi selanjutnya yaitu sosialisasi

komunitas yang dikawal oleh fasilitator desa/kelurahan masing-masing.

Sosialisasi basis merupakan sosialisasi di tingkat RT/RW yang nantinya

akan dibangun atau diperbaiki melalui program KOTAKU.

Sejalan dengan Ibu Asrotun, bentuk sosialisasi dalam program

Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo juga dijelaskan

oleh koordinator TIPP Kelurahan Bligo, Bapak Budi Nuryanto dalam

kutipan berikut.

“Sosialisasi itu ada, bahkan ada beberapa bentuk sosialisasi. Ada

sosialisasi masal yang diselenggarakan oleh pusat yaitu oleh dinas

perkim, kemudian ada sosialisasi desa itu diselenggarakan di

tingkat desa/kelurahan, kemudian juga ada sosialisasi basis itu

sosialisasi di tingkat RT/RW yang nantinya akan dibangun atau

diperbaiki melalui program KOTAKU” (wawancara tanggal 30

Januari 2020).

Dari beberapa penjelasan tersebut, maka dapat diketahui bahwa

sosialisasi program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo

memiliki tiga bentuk yang dilaksanakan secara berjenjang dari tingkat

kabupaten sampai tingkat RT/RW dan masyarakat setempat. Sosialisasi

tersebut meliputi sosialisasi Kabupaten atau sosialisasi masal dalam hal

ini dilaksanakan oleh Dinas Perkim LH Kabupaten Pekalongan,

Page 114: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

98

sosialisasi desa/kelurahan yang dilaksanakan oleh Kelurahan bersama

dengan BKM dan sosialisasi komunitas/sosialisasi basis yang

dilaksanakan oleh BKM kepada RT/RW yang daerahnya akan diperbaiki

melalui program KOTAKU.

Kegiatan pada tahap persiapan selanjutnya adalah pembentukan Tim

Inti Perencanaan Partisipatif (TIPP). TIPP merupaka tim inti

perencanaan partisipatif penataan kawasan permukiman di tingkat

desa/kelurahan yang terdiri dari beberapa program kerja sesuai dengan

7+1 indikator kumuh yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.

TIPP memiliki peran utama untuk membantu Unit Pengelola Lingkungan

(UPL) terkait pelaksanaan perencanaan teknis. Adapun yang menjadi

koordinator TIPP di Kelurahan Bligo untuk melakukan pemetaan awal

pada program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) yaitu Bapak Budi

Nuryanto. Proses pemetaan awal masalah permukiman di Kelurahan

Bligo diperoleh melalui FGD (Forum Group Discution). Hasil FGD

inilah yang menjadi acuan dalam menyusun indikasi kegiatan atau

program kerja pada BKM Mandiri Kelurahan Bligo.

2) Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)

dilaksanakan setelah tahap persiapan selesai. Adapun tahap perencanaan

program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo berupa

tahap penyusunan dokumen Rencana Penataan Lingkungan

Permukiman (RPLP) sebagai acuan dalam pengendalian pembangunan

Page 115: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

99

dan pengimplementasian program. Dokumen RPLP merupakan rencana

tata ruang pembangunan di tingkat kelurahan/desa dalam waktu 5 tahun

yang disusun berdasarkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat untuk

memperbaiki kualitas lingkungan permukiman.

Penyusunan dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman

(RPLP) Kelurahan Bligo dimulai dengan pelaksanaan Focus Group

Discution (FGD) mengenai masalah permukiman dan daerah kumuh di

Kelurahan Bligo, kemudian dilakukan pendataan di tingkat basis (RT)

dimana setiap RT mengusulkan permasalahan permukiman dan

lingkungan yang perlu diperbaiki. Setelah pendataan tingkat basis,

langkah selanjutnya yaitu dilakukan transek atau penelusuran lokasi

oleh Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Mandiri Kelurahan Bligo

dengan didampingi oleh fasilitator kelurahan. Hal tersebut sesuai

dengan penjelasan Koordinator TIPP Kelurahan Bligo Bapak Budi

Nuryanto dalam kutipan wawancara berikut. “…untuk tahapan-tahapan

program KOTAKU itu ada tahap perencanaan yaitu sebelum dana itu

cair. Tahap perencanaan itu sendiri meliputi tahap penyusunan RPLP

(Rencana Penataan Lingkungan Permukiman) yang dilakukan oleh

BKM dan fasilitator kelurahan yang bertugas sebagai pendamping”

(wawancara tanggal 30 Januari 2020).

Sejalan dengan hal tersebut, tahap perencanaan program Kota Tanpa

Kumuh di Kelurahan Bligo juga dijelaskan oleh Bapak Syaifudin

Page 116: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

100

sebagai masyarakat penerima manfaat program sekaligus Ketua RT 03

di Kelurahan Bligo dalam kutipan wawancara berikut.

“…ada semacam rembugan di tingkat kelurahan, jadi setiap RT

mengajukan apa yang perlu diperbaiki. Nanti kalau sudah

terkumpul, BKM dan faskel melakukan survei sesuai usulan para

RT. Dari beberapa usulan yang paling dominan dan perlu, itu yang

di setujui untuk dibangun. Pihak yang terlibat itu ya dari BKM,

kelurahan, ketua RT” (wawancara tanggal 8 Maret 2020).”

Gambar 4.10 Lembar Pengesahan RPLP Kelurahan Bligo

(Sumber: BKM Mandiri Kelurahan Bligo)

Gambar 4.10 menunjukkan bahwa tahap perencanaan program Kota

Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo dalam dokumen

Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) periode 2018-2021

dilaksanakan dari bulan Juli 2018 sampai dengan November 2018.

Adapun hasil dari tahap perencanaan program KOTAKU di Kelurahan

Bligo yaitu penyepakatan penanganan kawasan permukiman kumuh di

Kelurahan Bligo menjadi dua yaitu prioritas 1 untuk zona A dan prioritas

2 zona B dengan total luas kawasan kumuh mencapai 21,844 Ha.

Dokumen RPLP Kelurahan Bligo periode 2018-2021 disahkan pada

Page 117: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

101

November 2018 oleh BKM, pemerintah kelurahan dan koordinator

program KOTAKU Kabupaten Pekalongan.

Gambar 4.11 Tampak Muka Dokumen RPLP Kelurahan Bligo (sumber:

dokumentasi BKM Mandiri Kelurahan Bligo)

Dari beberapa pernyataan yang telah dipaparkan, maka dapat

disimpulkan bahwa tahap perencanaan program Kota Tanpa Kumuh di

Kelurahan Bligo berupa tahap penyusunan dokumen Rencana Penataan

Lingkungan Permukiman (RPLP) yang menjadi pedoman dan alat

kontrol pembangunan permukiman bagi masyarakat, pemerintah dan

semua pihak yang berpartisipasi dalam perbaikan kualitas permukiman

di Kelurahan Bligo.

3) Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan program KOTAKU baik kegiatan sosial, ekonomi

maupun infrastruktur harus sesuai dengan perencanaan yang sudah

disusun dalam RPLP. Tahap pelaksanaan kegiatan hanya dapat dilakukan

setelah dokumen RPLP disahkan oleh pihak yang berwenang. Tahap

pelaksanaan kebijakan program KOTAKU di Kelurahan Bligo dilakukan

secara bertahap dan masih berjalan hingga bulan Januari 2020. Pada

Page 118: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

102

tahun 2018, program KOTAKU di Kelurahan Bligo memfokuskan

perbaikan kualitas permukiman pada pembangunan jalan paving dan

perbaikan saluran air atau drainase. Kemudian pada tahun 2019

Kelurahan Bligo memfokuskan pembangunan pada penyelesaian

perbaikan saluran air atau drainase, pembuatan sumur bor (PAMSIMAS)

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih dan pembuatan

TPS(3R) untuk mengatasi masalah persampahan di Kelurahan Bligo.

Tahap pelaksanaan berupa tahap pembangunan dan perbaikan

lingkungan permukiman yang dilakukan setelah anggaran dari

pemerintah daerah turun. Adapun tahap pelaksanaan program KOTAKU

di Kelurahan Bligo pada tahun 2019 ini meliputi pembuatan jalan paving,

perbaikan saluran air atau drainase, pembangunan sumur bor

(PAMSIMAS) dan pembangunan TPS(3R). Hal ini disampaikan oleh

koordinator TIPP Kelurahan Bligo, Bapak Budi Nuryanto sebagai

berikut.

“Bentuk perbaikan yang dilakukan melalui program KOTAKU itu

seperti perbaikan permukiman, saluran air atau drainase, kemudian

ada juga PAM dan TPS (3R) atau pengelolaan sampah. Untuk

perbaikan saluran air atau drainase di Kelurahan Bligo ini volumenya

mencapai 1.300 m3. Sementara itu untuk paving secara keseluruhan

seluas 850 m2” (wawancara tanggal 30 Januari 2020).

Sejalan dengan keterangan dari koordinator TIPP, Lurah Kelurahan

Bligo Bapak Fatkhur Rahman, S.H juga menjelaskan mengenai jenis

pembangunan dan perbaikan lingkungan permukiman melalui program

KOTAKU yaitu sebagai berikut.

Page 119: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

103

“Perbaikan kualitas lingkungan melalui program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU) yang dilaksanakan di kelurahan Bligo ada

beberapa jenis ya ada saluran atau drainase, paving untuk tahun

sekarang karena untuk aspal sudah tidak boleh, terus ada tempat

sampah atau TPS dan pembangunan PAM. Ya intinya untuk

mengubah wajah Kelurahan Bligo supaya lebih baik” (wawancara

tanggal 27 Januari 2020).

Pembangunan dan perbaikan lingkungan permukiman melalui program

Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo dalam

pelaksanaannya juga melibatkan masyarakat secara aktif. Hal ini karena

melalui program ini diharapkan mampu mengubah perilaku masyarakat

untuk meningkatkan kesadarannya dalam menjaga lingkungan.

Keterlibatan masyarakat Kelurahan Bligo dalam pelaksanaan program

KOTAKU juga dijelaskan oleh Bapak Syaifudin dalam kutipan

wawancara berikut.

“Kontribusinya melalui swadaya. Berhubung anggaran di

beberapa RT seperti misalnya RT 6 yang terkena drainase itu tipis,

kalaupun pas itu bejo. Oleh karena itu, harus ada swadaya masyarakat

untuk mengurangi biaya tukang. Bentuknya tenaga dan materi juga.

Jadi kan drainase yang lama mau di bongkar, nah itu membutuhkan

tenaga tukang, tapi untuk membongkar membutuhkan waktu

sehingga anggaran unutk upah tidak mencukupi. Karena keterbatasan

anggaran tersebut, maka masyarakat berswadaya untuk membongkar

drainase yang lama. Dan nanti tukang hanya membuat drainase yang

baru sehingga lebih menghemat biaya tukangnya. Kalo untuk

swadaya materi dari masyarakat itu biasanya dalam bentuk

akomodasi tukang berupa minuman dan jajan” (wawancara tanggal 8

Maret 2020).

Sejalan dengan Bapak Syaifudin, koordinator TIPP Kelurahan Bligo

Bapak Budi Nuryanto juga membenarkan adanya keterlibatan masyarakat

dalam pelaksanaan program KOTAKU yang diungkapkan dalam hasil

wawancara berikut. “iya, masyarakat terlibat baik dalam tahap

Page 120: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

104

pelaksanaan maupun tahap keberlanjutan. Untuk tahap pelaksanaan

biasanya masyarakat diminta bantuan swadaya seperti penyediaan jajan

tukang dan bantuan tenaga sebagai relawan” (wawancara tanggal 30

Januari 2020).

Tahap pelaksanaan program KOTAKU di Kelurahan Bligo berjalan

dengan adanya monitoring dan evaluasi secara rutin. Monitoring dan

evaluasi dilaksanakan oleh Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan

Permukiman dan Lingkungan Hidup (Dinas Perkim LH) Kabupaten

Pekalongan, Koordinator KOTAKU (Korkot), serta Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sebagai audit terakhir. Hal ini

sesuai dengan penjelasan dari Bapak Budi Nuryanto sebagai koordinator

TIPP Kelurahan Bligo dalam kutipan wawancara berikut.

“Monitoring dan evaluasi (monev) itu ada, biasanya berupa

kunjungan dari dinas perkim, dari Koordinator Kota (Korkot

KOTAKU) dan dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

(BPKP) yang dari Kota Semarang itu mbak sebagai audit terakhir.

Monevnya dilakukan setiap satu bulan sekali selama pelaksanaan”

(wawancara tanggal 30 Januari 2020).

Sejalan dengan hal tersebut, monitoring dan evaluasi program

KOTAKU juga dijelaskan oleh Ibu Asrotun sebagai kepala seksi bidang

penyehatan lingkungan permukiman Dinas Perkim LH Kabupaten

Pekalongan dalam kutipan wawancara berikut.

“Monitoring dan evaluasi dilakukan di setiap tahapan baik

sebelum kagiatan, pada saat pelaksanaan kegiatan dan di akhir

kegiatan. Monitoring dan evalulasi itu dilakukan oleh kami Dinas

Perkim LH Kabupaten Pekalongan dan fasilitator bersama-sama dan

terjun ke titik lokasi secara langsung” (wawancara tanggal 3 Februari

2020).

Page 121: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

105

Dari beberapa pernyataan tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa tahap pelaksanaan program KOTAKU di Kelurahan Bligo

merupakan tahap pembangunan perbaikan lingkungan yang meliputi

perbaikan drainase, jalan paving, sumur bor (PAMSIMAS) dan TPS (3R).

Adapun pembangunan pada tahap pelaksanaan melibatkan masyarakat

dalam bentuk tenaga relawan untuk mengurangi anggaran biaya tukang

dan materi berupa akomodasi tukang. Tahap pelaksanaan pembangunan

berjalan dengan adanya monitoring dan evaluasi setiap bulan secara rutin

oleh pihak yang berwenang yaitu Dinas Perkim LH Kabupaten

Pekalongan dan fasilitator kelurahan sebagai pendamping program

KOTAKU di Kelurahan Bligo Kecamatan Buaran Kabupaten

Pekalongan.

4) Tahap Keberlanjutan

Tahap keberlanjutan merupakan tahapan setelah pelaksanaan

dilapangan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) selesai. Tahap

keberlanjutan dalam program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) dapat

berupa pengembangan kelembagaan dan pembangunan kolaborasi secara

menerus, kegiatan menerus dan berkala, integrasi perencanaan

pembangunan dan penganggaran daerah, monitoring dan evaluasi setiap

kegiatan, pengembangan kapasitas, operasi dan pemeliharaan serta

pengembangan dan inovasi kegiatan. Kepala Seksi Penyehatan

Lingkungan Permukiman Dinas Perkim LH Kabupaten Pekalongan, Ibu

Page 122: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

106

Asrotun menerangkan mengenai tindak lanjut dari program KOTAKU

sebagai berikut.

“Setelah pelaksanaan selesai, yang pertama kali ya badan

pengelola harus bekerja, kemudian menjalin mitra dengan beberapa

pihak seperti CSR, adanya kolaborasi semua pihak untuk bersama-

sama menjaga kawasan permukiman yang sehat. Pada intinya harus

ada kolaborasi sehingga apa yang kita butuhkan dan apa yang bisa

kita lakukan dapat mengurangi kumuh itu secara signifikan”

(wawancara tanggal 3 Februari 2020).

Tahap keberlanjutan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di

Kelurahan Bligo bertujuan agar perbaikan lingkungan permukiman tidak

hanya berhenti pada pembangunan dan perubahan wajah kampung tetapi

juga ada tindak lanjut untuk menjaga dan merawat apa yang sudah

diperbaiki. Oleh karena itu, beberapa upaya keberlanjutan program

KOTAKU yang dilakukan oleh Kelurahan Bligo seperti dalam penjelasan

koordinator TIPP Bapak Budi Nuryanto:

“Untuk tindak lanjut dari program KOTAKU itu nanti ada kelompok

pemeliharaannya mbak kalau tidak salah namanya KPP (Kelompok

Penerima manfaat dan Pengelola). KPP itu dibentuk dari masyarakat

setempat mbak, jadi nanti misal ada batako yang ambles itu nanti yang

bisa memperbaiki ya KPP itu. KPP itu bersifat mandiri mbak, jadi tidak

lagi berkaitan dengan BKM maupun kelurahan. Kecuali untuk

pembangunan PAM sama TPS (3R) itu nanti ada pengurusnya

sehingga dapat dikelola dan masyarakat dapat menikmati perbaikan

penataan lingkungan yang dilakukan” (wawancara tanggal 30 Januari

2020).

Berdasarkan hasil observasi, tahap keberlanjutan program KOTAKU

di Kelurahan Bligo melibatkan masyarakat sebagai peran utama untuk

melakukan pemeliharaan dan perawatan hasil pembangunan program

KOTAKU yang telah selesai dilaksanakan. Keterlibatan masyarakat ini

dalam rangka menumbuhkan rasa memiliki dan meningkatkan kepedulian

Page 123: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

107

masyarakat terhadap lingkungan sekitar. Selain itu, hal ini juga bertujuan

untuk menjadikan masyarakat Kelurahan Bligo lebih mandiri dalam

pengelolaan kawasan lingkungan sekitar.

Setiap daerah di Kelurahan Bligo memiliki bentuk keterlibatan

masyarakat masing-masing pada tahap keberlanjutan program KOTAKU.

Salah satu bentuk keterlibatan masyarakat dalam tahap keberlanjutan

program KOTAKU di Kelurahan Bligo yaitu melalui kegiatan jimpitan.

Hal ini dijelaskan oleh Bapak Syaifudin sebagai masyarakat sekaligus

ketua RT 3 Kelurahan Bligo dalam kutipan wawancara sebagai berikut.

“Kalau setiap RT itu punya metode masing-masing, misalnya

drainase sama lampu penerangan jalan itu kan meliputi beberapa RT.

Beberapa RT di Kelurahan Bligo pada waktu sekarang kan ada acara

jimpitan yang 500 rupiah perhari setiap rumah, nah itu uang dari

jimpitan itu sebagian digunakan untuk perawatan, seperti mangganti

lampu penerangan, membersihkan drainase, juga untuk kegiatan sosial

seperti kalo ada yang meninggal untuk membeli kafan, menjenguk

warga yang sakit. Jadi jimpitan itu kan setiap rumah nanti dikasih

tempat misalnya dari gelas plastik atau kaleng. Nah nanti warganya itu

mengisi tempat tersebut sebesar 500 rupiah setiap hari, berarti

seminggunya ada 3.500 rupiah. Nanti ada yang mengambil dan

dikumpulkan untuk kegiatan-kegiatan tadi” (wawancara tanggal 8

Maret 2020).

Dari beberapa penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

tahap keberlanjutan program KOTAKU khususnya di Kelurahan Bligo

memiliki 2 poin penting yaitu keterlibatan masyarakat secara aktif sebagai

penerima manfaat program dan adanya kolaborasi semua pihak untuk

menjaga kawasan lingkungan yang sudah diperbaiki melalui program

KOTAKU agar tetap dalam kondisi baik.

Page 124: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

108

c. Monitoring dan Evaluasi Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)

Monitoring dan evaluasi merupakan kegiatan yang penting dalam

penerapan suatu kebijakan termasuk program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU). Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah

kebijakan tersebut layak untuk diteruskan atau perlu ada peninjauan

kembali. Monitoring dan evaluasi memfokuskan pada identifikasi hasil dan

akibat dari implementasi suatu kebijakan atau program. Monitoring dan

evaluasi program KOTAKU di Kelurahan Bligo sesuai dengan RP2KPKP

tingkat kabupaten dilaksanakan pada setiap tahapan. Monitoring dan

evaluasi program KOTAKU dilaksanakan oleh pemerintah daerah

kabupaten yang diwakili oleh dinas terkait. Adapun monitoring dan

evaluasi program KOTAKU di Kabupaten Pekalongan yang disampaikan

oleh Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan Permukiman Dinas Perkim LH

Ibu Asrotun dalam kutipan sebagai berikut. “Monitoring dan evaluasi

dilakukan di setiap tahapan baik sebelum kegiatan, pada saat pelaksanaan

kegiatan dan di akhir kegiatan. Monitoring dan evalulasi itu dilakukan oleh

kami Dinas Perkim LH Kabupaten Pekalongan dan fasilitator bersama-

sama terjun ke titik lokasi secara langsung” (wawancara tanggal 3 Februari

2020).

Hal tersebut sejalan dengan penjelasan koordinator TIPP Kelurahan

Bligo mengenai pelaksanaan monitoring dan evaluasi program KOTAKU

di Kelurahan Bligo dalam kutipan wawancara berikut.

“monitoring dan evaluasi atau monev itu ada, biasanya berupa

kunjungan dari dinas perkim, dari Koordinator Kota (Korkot

Page 125: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

109

KOTAKU) dan dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

(BPKP) yang dari Kota Semarang itu Mbak sebagai audit terakhir.

Monevnya dilakukan setiap satu bulan sekali selama pelaksanaan”

(wawancara tanggal 30 Januari 2020).

Dari beberapa penjelasan tersebut maka dapat peneliti simpulkan

bahwa pelaksanaan monitoring dan evaluasi program KOTAKU di

Kelurahan Bligo dilaksanakan secara berkala di setiap tahapan. Pelaksanaan

monitoring dan evaluasi program KOTAKU di Kelurahan Bligo berupa

kunjungan dari Dinas Perkim LH Kabupaten Pekalongan dan fasiliatator

untuk memantau pelaksanaan kegiatan, dan melihat kesesuaian kegiatan

dengan perencanaan. Adapun yang menjadi poin utama dalam kegiatan

monitoring dan evaluasi yaitu administrasi, fungsi bangunan, kualitas

bangunan dan kemanfaatan bangunan.

3. Faktor Penghambat Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)

Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) merupakan bentuk kebijakan

yang dikeluarkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

untuk mempercepat penyelesaian masalah permukiman kumuh. Hal ini sesuai

dengan salah satu langkah untuk mengimplementasikan kebijakan menurut

Handoyo (2012: 101) yaitu kebijakan dapat langsung diimplementasikan dalam

bentuk suatu program. Sebagai bentuk suatu kebijakan, program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU) tidak terlepas dari adanya hambatan maupun kendala yang

perlu diselesaikan. Hambatan atau kendala yang dihadapi dalam penerapan

program KOTAKU di Kabupaten Pekalongan menurut penjelasan Ibu Asrotun

sebagai kepala seksi penyehatan lingkungan permukiman bidang cipta karya

Dinas Perkim LH Kabupaten Pekalongan yaitu sebagai berikut.

Page 126: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

110

“terkait kendala itu ada beberapa yang masih menjadi PR kita

kedepannya yaitu (1) kurangnya pemahaman masyarakat akan pentingnya

kawasan permukiman yang bersih dan sehat, (2) adanya pihak-pihak yang

hanya mengambil keuntungan dari adanya program KOTAKU, (3) perilaku

masyarakat yang sulit untuk berubah seperti membuang sampah dan buang

air besar sembarangan, biasanya karena sudah menjadi kebiasaan dan turun

temurun (wawancara tanggal 3 Februari 2020)”.

Adapun faktor yang menghambat program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)

di Kelurahan Bligo Kabupaten Pekalongan berdasarkan hasil wawancara

mengacu pada dua hal utama yaitu sumber daya manusia dan komunikasi. Hal

ini diungkapkan oleh koordinator TIPP Kelurahan Bligo, Bapak Budi Nuryanto

dalam kutipan sebagai berikut.

“Penyebab utama hambatan ya dari masyarakatnya mbak, terutama dari

kesadarannya dan juga banyak komplain atau keluhan dari masyarakat. Ada

masyarakat yang mau diajak kerja sama untuk memperbaiki lingkungan

permukiman, tapi juga ada masyarakat yang sulit untuk diajak kerja sama.

Selain itu juga ada ketidakharmonisan sesama pengurus BKM. Koordinator

BKM yang sekarang itu orangnya kaku mbak, terlalu saklek. Jadi akibatnya

terjadi ketidakharmonisan antara anggota BKM dengan koordinator BKM”

(wawancara tanggal 30 Januari 2020).

Hal yang sama juga dirasakan oleh Ibu Istiqomah sebagai koordinator BKM

Kelurahan Bligo, yang menyatakan bahwa kendala dalam pelaksanaan program

KOTAKU di Kelurahan Bligo terletak pada masyarakat dan koordinasi

pelaksana. Hal tersebut diungkapkan oleh Ibu Istiqomah dalam kutipan hasil

wawancara sebagai berikut.

“untuk hambatan itu ada dari masyarakat juga dari pelaksana Mbak.

Kalau dari masyarakat itu seperti masih adanya masyarakat yang tidak mau

diperbaiki dalam program KOTAKU sehingga menimbulkan adanya

peralihan. Kemudian dari pelaksana sendiri itu seperti internal BKM yang

kurang harmonis dan kurang koordinasinya. Saya sebagai koordinator saja

tidak mengetahui kalau ada peralihan pembangunan itu” (wawancara

tanggal 8 Februari 2020).

Page 127: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

111

Adanya peralihan pembangunan dalam program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di Kelurahan Bligo didukung oleh gambar berikut.

Gambar 4.12 lokasi peralihan pembangunan drainase (sumber: dokumentasi

KSM Flamboyan BKM Mandiri)

Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat adanya peralihan pembangunan

drainase di RT 15 Kelurahan Bligo. Gambar sebelah kiri merupakan lokasi awal

pembangunan terletak di daerah RT 15 yang berbatasan dengan RT 3. Lokasi

awal ini pada tahap perencanaan akan dibangun drainase karena kondisi jalan

yang tidak memiliki sistem drainase di kedua sisi sehingga menyebabkan

terjadinya banjir lingkungan. Akan tetapi, karena adanya masyarakat setempat

yang menolak, maka pembangunan dialihkan di daerah RT 15 yang berbatasan

dengan RT 6. Hal ini menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara perencanaan

dengan pelaksanaan karena kondisi lokasi pengganti belum tentu sama dengan

kondisi lokasi awal. Terjadinya peralihan pembangunan menunjukkan masih

adanya ketidaksiapan sebagian masyarakat sebagai sumber daya yang utama

sehingga menyebabkan pelaksanaan program KOTAKU tidak sesuai dengan

perencanaan yang telah disusun.

Page 128: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

112

Hambatan dari pelaksana program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)

Kelurahan Bligo juga dibenarkan oleh Lurah Bligo dalam kutipan wawancara

berikut.

“ya kalo disini itu hambatannya dari pelaksana, jadi untuk pelaksana

sudah dibentuk ok, ternyata yang bersangkutan tidak melaksanakan

sehingga akhirnya di handle oleh orang lain, jadi istilahnya seperti

“njagake” dan kelurahan juga harus mengoprak-oprak mungkin bahasanya

agar program itu dijalankan” (wawancara tanggal 27 Januari 2020).

Lain halnya dengan beberapa pendapat diatas, Bapak Faizin selaku

masyarakat sekaligus ketua RT 15 mengemukakan bahwa

“hambatan yang tahun kemarin tukang nya kurang disiplin, maksudnya,

kemarin tukang itu galinya kurang pas, misalkan kalau motong aspal itu

tidak tanya dulu, semua dipotong jadi menghambat. Jadi motongnya

harusnya salah satu, ini langsung dipotong semua. Anggarannya kurang

transparan kalo menurut saya” (wawancara tanggal 13 Maret 2020).

Senada dengan Bapak Faizin, saudari Yunita sebagai masyarakat sekaligus

anggota KSM Flamboyan juga menyampaikan hambatan program KOTAKU

di Kelurahan Bligo dalam kutipan wawancara berikut.

“…kalau ada pengecekan dari atasan, ternyata ada yang tidak sesuai dan

menghendaki dibongkar ya harus dibongkar lagi mbak walaupun sudah

mulai dibangun sehingga menambah anggaran yang dibutuhkan. Kemudian

kendala lainnya, pas pembangunan ini seperti tukangnya itu kalau lagi

membangun di sebelah sini belum selesai tapi sudah pindah ke tempat lain,

jadi tidak urut. Kemudian kalau misalnya sudah mulai dibangun tetapi

dibongkar itu kan memerlukan anggaran lagi, nah itu biasanya tetap

menggunakan anggaran tersebut” (wawancara tanggal 12 Maret 2020).

Dari beberapa pernyataan yang telah dipaparkan, maka dapat peneliti

simpulkan bahwa faktor penghambat dalam program KOTAKU di Kelurahan

Bligo meliputi beberapa hal pokok sebagai berikut.

Page 129: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

113

a. Sumber Daya

Sumber daya yang dinilai menghambat selama pelaksanaan program

KOTAKU di Kelurahan Bligo berlangsung berdasarkan hasil wawancara

dengan beberapa informan terkait yaitu sumber daya manusia yang meliputi

tiga aspek yaitu anggota BKM sebagai pelaksana program, sebagian

masyarakat yang menolak pembangunan lingkungan, dan pekerja yang

dinilai tidak efisien dalam proses pembangunan sehingga penyelesaian

program KOTAKU Kelurahan Bligo pada tahun 2019 melebihi waktu yang

telah ditentukan. Hambatan dari segi sumber daya manusia tersebut berupa

adanya penolakan dari sebagian masyarakat karena kurang memahami

manfaat program KOTAKU untuk memperbaiki kualitas lingkungan

sehingga terjadi peralihan pembangunan di RT 15 tanpa sepengetahuan

koordinator BKM.

Masyarakat dalam program ini pada dasarnya berperan sebagai pelaku

utama karena konsep dari program KOTAKU adalah pemberdayaan

masyarakat. Tanpa adanya dukungan dan komitmen dari masyarakat, maka

keberhasilan untuk mencapai tujuan menjadi sulit untuk direalisasikan.

Adanya masyarakat yang menolak program dan proses pembangunan yang

tidak dilakukan dengan efektif akan berakibat pada ketidaksesuaian

anggaran perencanaan dengan kegiatan pelaksanaan sehingga membuat

program KOTAKU di Kelurahan Bligo belum berjalan secara maksimal.

Page 130: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

114

b. Komunikasi

Komunikasi menjadi hal penting dalam penerapan program KOTAKU

di Kelurahan Bligo yang bertujuan untuk menyamakan persepsi semua

pihak yang terlibat agar bersama-sama mengatasi masalah kawasan kumuh.

Komunikasi yang baik akan menciptakan koordinasi dan kolaborasi yang

baik pula sehingga saling bersinergi untuk mencapai tujuan sesuai dengan

tahap perencanaan. Akan tetapi, pada kenyataannya komunikasi berbagai

pihak terkait kurang berjalan dengan lancar sehingga menjadi salah satu

faktor yang menghambat program KOTAKU di Kelurahan Bligo. Kondisi

ini menimbulkan adanya masalah koordinasi dari internal Badan

Keswadayaan Masyarakat (BKM) dengan fasilitator maupun dengan

masyarakat sehingga mengakibatkan beberapa hal tidak berjalan sesuai

dengan perencanaan yang sudah disusun. Adanya hambatan dari aspek

komunikasi dapat dilihat dari kegiatan Rembug Warga Tahunan (RWT)

yang baru dilaksanakan pada tanggal 4 Februari 2020 dan belum

dibentuknya KPP (Kelompok Penerima Manfaat dan Pengelola).

Tabel 4.6 Rembug Warga Tahunan (RWT) desa/kelurahan di Kecamatan

Buaran Tahun 2019

Desa/Kelurahan BKM Luas

Daerah

Kumuh

Pelaksanaan

RWT

Desa Simbang Wetan BKM Telaga Artha

18,708 Ha 31 Desember 2019

Kelurahan Simbang

Kulon

BKM Mandiri

Sejahtera

33,150 Ha 5 Januari 2020

Desa Wonoyoso BKM Sejahtera

15,337 Ha 6 Januari 2020

Kelurahan Bligo BKM Mandiri 21,844 Ha 4 Februari 2020

(sumber: Forum Komunitas Antar/FKA- BKM Kecamatan Buaran Tahun

anggaran 2019)

Page 131: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

115

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pelaksanaan kegiatan

RWT Kelurahan Bligo tahun 2019 lebih lambat satu bulan dibandingkan

dengan desa/kelurahan lain di Kecamatan Buaran yang juga memperoleh

program KOTAKU. Kegiatan RWT tingkat desa/kelurahan dapat dilakukan

jika seluruh laporan pertanggungjawaban telah selesai dibuat oleh BKM dan

siap untuk dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Hal ini berarti bahwa

keterlambatan pelaksanaan RWT Kelurahan Bligo menunjukkan

keterlambatan pula pengurus BKM dalam menyelesaikan laporan

pertanggungjawaban selama masa kerja 2019. Keterlambatan pengurus

BKM dalam menyelesaikan laporan pertanggungjawaban dikarenakan

adanya ketidakharmonisan komunikasi antar pengurus BKM.

B. Pembahasan

1. Penerapan Kebijakan Program KOTAKU Kelurahan Bligo

Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) yang ada di Kelurahan Bligo

merupakan salah satu bentuk implementasi kebijakan yang dikeluarkan oleh

Kementerian PUPR untuk mempercepat pengentasan masalah kumuh.

Kebijakan ini bertujuan untuk mengurangi kawasan kumuh mencapai 0%. Hal

tersebut sesuai dengan konsep kebijakan publik menurut Handoyo (2012:7)

yang menyatakan bahwa ciri khusus yang melekat pada suatu bentuk kebijakan

publik yaitu kebijakan publik pada umumnya dirumuskan, dan diputuskan oleh

orang-orang yang memiliki otoritas dalam sistem politik untuk memastikan

tujuan yang telah disepakati oleh publik dapat tercapai. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kebijakan program KOTAKU dikeluarkan dan

Page 132: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

116

dilaksanakan oleh pihak yang memiliki otoritas dibidang kawasan

permukiman rakyat yaitu Kementerian PUPR dengan membawahi pihak-pihak

terkait di daerah yaitu Dinas Perkim LH dan pemerintahan di tingkat

desa/kelurahan. Adapun tujuan publik dari kebijakan program ini secara

eksplisit tercantum dalam Surat Edaran Dirjen Cipta Karya Kementerian

PUPR No 40 tahun 2016 yaitu untuk meningkatkan akses terhadap

infrastruktur dan pelayanan dasar di permukiman kumuh perkotaan untuk

mendukung terwujudnya permukiman perkotaan yang layak huni, produktif

dan berkelanjutan.

a. Konsep Penting Implementasi Kebijakan Van Metter dan Van Horn

Penerapan kebijakan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di

Kelurahan Bligo Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan dalam penelitian ini

didasarkan pada tiga konsep penting model proses implementasi kebijakan

Donald Van Meter dan Carl Van Horn. Adapun tiga konsep penting tersebut

dalam Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo yaitu

sebagai berikut.

1) Perubahan

Perubahan yang terjadi dengan adanya program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di Kelurahan Bligo yaitu perilaku masyarakat yang lebih

peduli terhadap lingkungan dan perubahan wajah kampung Kelurahan

Bligo sebagai bentuk peningkatan kualitas lingkungan yang berkelanjutan.

Adapun perubahan kualitas lingkungan Kelurahan Bligo tersebut diakui

oleh koordinator TIPP Bapak Budi Nuryanto dalam kutipan berikut.

Page 133: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

117

“Manfaatnya sangat banyak sekali mbak untuk program KOTAKU

itu, disamping lingkungannya menjadi indah dipandang, dan

masyarakat merasakan tidak banjir lagi karena saluran airnya sudah

diperbaiki. Selain itu, kebutuhan masyarakat akan air bersih juga lebih

terpenuhi karena adanya pembangunan PAM dalam program KOTAKU

tahun ini” (Wawancara tanggal 30 Januari 2020).

Bentuk perubahan perilaku masyarakat dan peningkatan kualitas

lingkungan di Kelurahan Bligo juga tercantum dalam tujuan poin pertama

dan kedua penyusunan dokumen Rencana Penataan Lingkungan

Permukiman (RPLP) Kelurahan Bligo. Perubahan dalam prosedur

implementasi kebijakan Van Meter dan Van Horn merupakan faktor

penting untuk mengetahui hambatan yang muncul dalam menciptakan

perubahan yang diharapkan dari adanya kebijakan. Dengan demikian dapat

ditarik kesimpulan bahwa perilaku masyarakat Kelurahan Bligo yang

peduli terhadap lingkungan menjadi tujuan perubahan dalam program

KOTAKU untuk mengatasi masalah kumuh di Kelurahan Bligo.

2) Kontrol

Adapun kontrol yang terdapat dalam program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) Kelurahan Bligo yaitu adanya koordinasi semua pihak

pelaksana melalui pokja PKP serta adanya monitoring dan evaluasi di

setiap tahapan program yang dilaksanakan oleh Dinas Perkim LH dan

fasilitator kelurahan untuk memantau dan mengontrol pelaksanaan

program agar sesuai dengan perencanaan yang sudah disusun dalam bentuk

dokumen RPLP (Rencana Penataan Lingkungan Permukiman). Hal ini

dijelaskan oleh Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan Permukiman Dinas

Perkim LH Kabupaten Pekalongan Ibu Asrotun dalam kutipan berikut.

Page 134: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

118

“Monitoring dan evaluasi dilakukan di setiap tahapan baik sebelum

kagiatan, pada saat pelaksanaan kegiatan dan di akhir kegiatan.

Monitoring dan evalulasi itu dilakukan oleh kami Dinas Perkim LH

Kabupaten Pekalongan dan fasilitator bersama-sama dan terjun ke titik

lokasi secara langsung” (wawancara tanggal 3 Februari 2020).

Mekanisme kontrol dalam prosedur implementasi Van Meter dan Van

Horn dimanfaatkan untuk mengetahui tingkat efektivitas dari kebijakan.

Oleh karena itu, adanya monitoring dan evaluasi pada setiap tahapan

program KOTAKU merupakan bentuk mekanisme kontrol untuk

mengetahui keefektifan program KOTAKU dalam mengatasi masalah

kumuh khususnya di Kelurahan Bligo Kecamatan Buaran Kabupaten

Pekalongan.

3) Kepatuhan Bertindak

Kepatuhan bertindak pelaksana dalam program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di Kelurahan Bligo dapat dilihat dari kesesuain antara peranan

dan fungsinya masing-masing. BKM Mandiri Kelurahan Bligo sebagai

penerima anggaran program KOTAKU membentuk tiga Kelompok

Swadaya Masyarakat (KSM) sebagai tim pelaksana lapangan yang

bertugas melaksanakan pembangunan dibawah koordinator BKM. BKM

sendiri menjalankan program KOTAKU sesuai dengan kebijakan

pemerintah daerah yang dalam hal ini melalui Dinas Perkim LH Kabupaten

Pekalongan. Adapun tugas dan peran masing-masing pelaksana tercantum

dalam dokumen Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan

Infrastruktur Skala Lingkungan Program Kota Tanpa Kumuh.

Page 135: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

119

Kepatuhan bertindak menjadi salah satu konsep penting dalam

prosedur implementasi kebijakan Van Meter dan Van Horn karena

menyangkut kekuasaan aktor kebijakan dan besarnya rasa keterikatan

setiap orang dalam instansi terkait. Dari penjelasan tersebut, maka

pelaksanaan tugas dan peran masing-masing pelaksana program KOTAKU

di Kelurahan Bligo dapat dikatakan sebagai bentuk kepatuhan bertindak

serta sebagai wujud rasa memiliki terhadap perbaikan-perbaikan yang telah

dilakukan melalui program tersebut sehingga timbul rasa untuk menjaga

dan merawat lingkungan sekitar agar tetap nyaman dan sehat.

b. Program KOTAKU Kelurahan Bligo Berdasarkan Variabel

Implementasi Kebijakan Van metter dan Van Horn

Kebijakan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) dalam

penerapannya tidak dapat terlepas dari variabel-variabel yang saling terkait

untuk mewujudkan tujuan yang telah dirumuskan. Variabel yang saling

terkait tersebut dalam model proses implementasi kebijakan Van Meter dan

Van Horn (dalam Wahab, 2015:164) merupakan variabel yang memisahkan

jalan antara kebijakan dan kinerja. Adapun variabel-variabel yang terkait

dalam kebijakan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) Kelurahan Bligo

yaitu sebagai berikut.

1) Ukuran atau Tujuan Kebijakan

Tujuan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) tercantum dalam

Surat Edaran Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan

Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 40/SE/DC/2016 tentang Pedoman

Page 136: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

120

Umum Program Kota Tanpa Kumuh yaitu “Meningkatkan akses

terhadap infrastruktur dan pelayanan dasar di permukiman kumuh

perkotaan untuk mendukung terwujudnya permukiman perkotaan yang

layak huni, produktif dan berkelanjutan”.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuan kebijakan program

KOTAKU yaitu pengurangan kawasan kumuh mencapai 0% pada tahun

2021 sudah berjalan lebih dari 80%. Pada akhir tahun 2019, sisa daerah

kumuh di Kabupaten Pekalongan hanya tersisa 50 ha dari total 671 ha

pada tahun 2016. Ukuran dan tujuan dalam kebijakan berguna untuk

menguraikan tujuan keputusan kebijakan secara menyeluruh. Adapun

ukuran kebijakan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) Kelurahan

Bligo Kabupaten Pekalongan yaitu kesesuaian antara pembangunan yang

dilakukan dengan dokumen RPLP (Rencana Penataan Lingkungan

Permukiman) Kelurahan Bligo Kabupaten Pekalongan 2017-2021 yang

telah disetujui bersama antara pihak kelurahan dengan koordinator

KOTAKU Kabupaten Pekalongan. Tujuan program KOTAKU di

Kelurahan Bligo Kabupaten Pekalongan secara lebih jelas terdapat dalam

dokumen RPLP periode tahun 2017-2021.

Tujuan kebijakan dalam variabel ini memandang bahwa program

atau kebijakan akan berhasil apabila perubahan yang dikehendaki relatif

sedikit. Program KOTAKU Kabupaten Pekalongan khususnya di

Kelurahan Bligo memiliki tujuan untuk mengurangi kawasan kumuh

mencapai 0%. Hal ini berarti perubahan yang diharapkan dari program

Page 137: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

121

ini relatif besar sehingga implementasi program pun belum berhasil

secara menyeluruh.

2) Sumber-sumber kebijakan

Sumber-sumber kebijakan dalam program KOTAKU meliputi sumber

daya manusia dan sumber daya finansial. Adapun sumber daya manusia

yang terlibat yaitu masyarakat penerima manfaat program yang utama,

pemerintah daerah Kabupaten Pekalongan yang diwakili oleh Dinas

Perkim LH, Pemerintah Kelurahan Bligo, Badan Keswadayaan

Masyarakat (BKM) Mandiri Kelurahan Bligo, serta pihak swasta

lainnya. Selain sumber daya manusia, implementasi yang baik itu juga

dipengaruhi oleh sumber daya finansial yang berasal dari APBD

Kabupaten Pekalongan dan swadaya masyarakat. Variabel sumber

kebijakan dimaksudkan untuk mengoptimalkan sumber daya dalam

mencapai tujuan program atau kebijakan. Adanya permasalahan dari

sebagian kecil masyarakat yang masih enggan menerima program

tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap keberhasilan program. Hal ini

dikarenakan sumber daya yang mendukung program jauh lebih besar

dibandingkan dengan yang menolak program.

3) Ciri-ciri atau sifat instansi pelaksana

Karakteristik badan pelaksana menjadi salah satu faktor yang

berpengaruh terhadap implementasi suatu kebijakan. Dinas Perkim LH

merupakan badan atau instansi yang bertugas menangani masalah

permukiman dan lingkungan hidup yang kumuh di Kabupaten

Page 138: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

122

Pekalongan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dinas Perkim LH

Kabupaten Pekalongan memiliki inovasi untuk menciptakan program-

program yang bertujuan menimbulkan perubahan perilaku masyarakat

untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Hal tersebut dijelaskan lebih

lanjut oleh Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan Permukiman Dinas

Perkim LH Ibu Asrotun dalam kutipan wawancara sebagai berikut.

“….perilaku masyarakat yang belum berubah menjadi tantangan yang

besar, oleh karena itu program ini diharapkan menjadi upaya dari

pemerintah untuk mengajak masyarakat mengubah perilakunya agar

lebih sadar dan lebih menjaga lingkungan” (wawancara tanggal 3

Februari 2020).

Ciri atau sifat instansi dalam variabel ini berkaitan dengan bagaimana

kebijakan itu dilaksanakan dengan baik dan dibutuhkannya instansi

pelaksana yang inovatif untuk menciptakan program-program yang

memiliki dampak pada perubahan perilaku masyarakat.

4) Komunikasi dan kegiatan terkait

Hasil penelitian menyatakan bahwa komunikasi dan kolaborasi

program KOTAKU di Kelurahan Bligo melalui FGD (Forum Group

Discustion) untuk memperoleh data kondisi permukiman di tingkat basis

(RT) dan Rembug Warga Tahunan (RWT) sebagai bentuk

pertanggungjawaban program KOTAKU. Adapun komunikasi dan

kolaborasi antara pelaksana di tingkat kelurahan dengan tingkat daerah

melalui rapat evaluasi koordinasi antara kelurahan dan fasilitator. Hal ini

Page 139: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

123

diterangkan oleh Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan Permukiman

Dinas Perkim LH Kabupaten Pekalongan Ibu Asrotun dalam kutipan

berikut. “Untuk komunikasi dan koordinasi sendiri, kami melalui

fasilitator, kemudian melalui adanya rapat evaluasi koordinasi dengan

fasilitator dan rapat evaluasi koordinasi dengan desa/kelurahan secara

rutin. Selain itu, kami juga melakukan koordinasi dengan forum BKM”

(wawancara tanggal 3 Februari 2020). Komunikasi sebagai variabel

implementasi kebijakan membahas mengenai bagaimana informasi

mengenai program disalurkan dalam jaringan pelaksana. Hal ini bertujuan

agar pelaksana dapat mengetahui hambatan atau permasalahan yang

terjadi dalam pengimplementasian program.

5) Sikap pelaksana kebijakan

Dinas Perkim LH Kabupaten Pekalongan memiliki komitmen untuk

mengurangi kawasan kumuh secara signifikan dengan menggandeng

berbagai pihak dari pemerintah maupun swasta seperti Bank Jateng, PKK,

CSR, OPD terkait serta dari unsur pendidikan seperti STIKES. Hal ini

sesuai dengan penjelasan Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan

Permukiman Dinas Perkim LH Ibu Asrotun dalam kutipan wawancara

sebagai berikut.

“Untuk program KOTAKU itu kami melibatkan semua pihak, ada

dari masyarakat itu yang utama, kemudian dari pemerintah melalui

kedinasan mulai dari tingkat daerah sampai ke desa, pihak swasta

seperti bank jateng dan PKK untuk pelatihan-pelatihannya, CSR, OPD

terkait (di tingkat kabupaten), kemudian ada dari unsur pendidikan

juga seperti dari STIKES. Nah semua pihak itu tergabung dalam suatu

wadah yang namanya Pokja PKP. Jadi itu semua dalam rangka

Page 140: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

124

memberantas adanya kawasan kumuh” (wawancara tanggal 3

Februari 2020).

Variabel ini berkenaan dengan persepsi pelaksana dalam melihat

masalah kebijakan yang terdiri dari tiga unsur yaitu pemahaman,

penerimaan dan intensitas tanggapan terhadap kebijakan. Adanya

keterlibatan berbagai pihak dalam program KOTAKU menunjukkan

bahwa Dinas Perkim LH Kabupaten Pekalongan sebagai pelaksana di

tingkat daerah memiliki pemahaman dan penerimaan yang baik untuk

keberhasilan program KOTAKU.

6) Lingkungan ekonomi, sosial dan politik

Kondisi lingkungan dan pemahaman masyarakat yang beragam

menimbulkan adanya perbedaan respon terhadap program KOTAKU di

Kabupaten Pekalongan khususya Kelurahan Bligo Kecamatan Buaran.

Masih adanya masyarakat yang menolak perbaikan melalui program

tersebut menjadi penghambat untuk mencapai tujuan. Hal ini diterangkan

oleh koordinator BKM Kelurahan Bligo Ibu Istiqomah dalam kutipan

berikut.

“untuk masyarakat sendiri itu masih ada beberapa masyarakat

yang tidak mau diperbaiki lingkungannya dalam program KOTAKU,

sehingga hal ini menimbulkan adanya peralihan. Yang tadinya di RT

11 ada pembangunan jalan paving, tapi karena masyarakatnya tidak

mau ya akhirnya dialihkan ke tempat lain” (wawancara tanggal 8

Februari 2020).

Variabel ini berkenaan dengan kesesuaian kondisi lingkungan target

dengan program yang akan dilaksanakan. Ketika lingkungan target tidak

menerima kebijakan tersebut, maka implementasipun tidak akan berhasil

Page 141: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

125

dengan baik. Namun, hal ini tidak terlalu berpengaruh pada penerapan

program KOTAKU di Kelurahan Bligo karena lingkungan masyarakat

yang mendukung dan menerima jauh lebih besar daripada yang menolak

program tersebut.

2. Tahapan Kebijakan Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di

Kelurahan Bligo

Tahapan program KOTAKU di Kelurahan Bligo meliputi tahap persiapan,

tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap keberlanjutan. Adapun

kegiatan monitoring dan evaluasi dilaksanakan disetiap tahapan dengan

memperhatikan beberapa poin penting seperti administrasi, kualitas bangunan,

fungsi bangunan dan kemanfaatan bangunan. Hal ini bertujuan untuk

memastikan jalannya program KOTAKU sesuai dengan aturan-aturan yang

sudah ditetapkan serta memastikan bahwa pembangunan yang dilakukan dapat

mengurangi kawasan kumuh secara efektif dan signifikan. Berdasarkan teori

implementasi kebijakan menurut Brian W. Hogwood dan Levis A. Gunn

(dalam Wahab, 2015:167) implementasi suatu kebijakan minimal meliputi tiga

tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa tahapan program KOTAKU Kelurahan Bligo

sesuai dengan teori implementasi kebijakan dari Brian W. Hogwood dan Levis

A Gunn karena memenuhi tahapan minimal suatu kebijakan publik.

Tahap-tahap implementasi kebijakan menurut Brian W. Hogwood dan Levis

A Gunn meliputi tiga tahapan yang utama yaitu sebagai berikut.

Page 142: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

126

a. Tahap Persiapan

Tahap persiapan program KOTAKU di Kelurahan Bligo terdiri dari dua

kegiatan yaitu sosialisasi yang dilaksanakan secara berjenjang dan

pembentukan TIPP (Tim Inti Perencanaan Partisipatif) Kelurahan Bligo.

Tahap ini bertujuan untuk mengenalkan program KOTAKU terhadap

masyarakat Kelurahan Bligo dan mengajak masyarakat untuk mengetahui

indikator kumuh yang terdapat di lingkungan sekitar. Selain itu, adanya

sosialisasi pada tahap ini juga bertujuan untuk menyamakan persepsi

terhadap program KOTAKU sehingga pelaksanaan program berjalan

dengan orientasi tujuan yang sama.

Tahap selanjutnya pada program KOTAKU di Kelurahan Bligo yaitu

tahap perencanaan yang berupa penyusunan dokumen Rencana Penataan

Lingkungan Permukiman (RPLP). Pada tahap ini, tujuan pembangunan dan

perbaikan kualitas lingkungan dirumuskan untuk mengatasi masalah daerah

kumuh. Selain itu, dokumen RPLP yang disusun pada tahap ini

menggambarkan secara detail konsep dan teknis pembangunan yang akan

dilakukan. Dokumen ini disusun oleh BKM bersama fasilitator atau

pendamping dengan berdasarkan pada FGD (forum group discustion),

pendataan tingkat basis (RT) dan hasil penelusuran lokasi yang dilakukan

oleh Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) bersama dengan fasilitator

kelurahan.

Tahap persiapan dalam teori implementasi kebijakan Hogwood dan Gun

merupakan tahap awal suatu kebijakan yang terdiri dari kegiatan-kegiatan

Page 143: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

127

yang menggambarkan rencana dan tujuan suatu program, standar

pelaksanaan program, serta anggaran biaya dan alokasi waktu yang

dibutuhkan. Dalam hal ini, tahap persiapan dan perencanaan program

KOTAKU di Kelurahan Bligo dapat dikatakan sebagai bentuk dari tahap

persiapan implementasi kebijakan menurut Hogwood dan Gun. Hal ini

dikarenakan pada kedua tahap ini memenuhi indikator-indikator tahap

persiapan implementasi kebijakan yaitu (1) kegiatan sosialisasi berjenjang

dari tingkat kabupaten hingga tingkat basis (RT) dan pembentukan Tim Inti

Perencanaan Partisipatif (TIPP merupakan bentuk kegiatan yang

menggambarkan rencana dari kebijakan program KOTAKU; (2)

penyusunan dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP)

Kelurahan Bligo yang menggambarkan kegiatan untuk menentukan standar

pelaksanaan, anggaran dan alokasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan

program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo.

b. Tahap Pelaksanaan Program

Tahap pelaksanaan program KOTAKU di Kelurahan Bligo berupa

pembangunan dan perbaikan kualitas lingkungan yang dilakukan dengan

mengacu pada rancangan yang telah dibuat dalam dokumen RPLP. Tahap

pembangunan dilaksanakan oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)

sesuai dengan bentuk kegiatan yang dilakukan. Adapun bentuk kegiatan

program KOTAKU di Kelurahan Bligo yaitu perbaikan saluran air atau

drainse, pembangunan jalan paving, pembangunan sumur bor dan

Page 144: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

128

pembangunan Tempat Pembuangan Sampah Reduce Reuse Ricycle (TPS

3R).

Tahap yang kedua dalam implementasi kebijakan menurut Brian W.

Hogwood dan Levis A Gunn yaitu tahap pelaksanaan program dengan

memanfaatkan struktur staf atau pelaksana, sumber daya, prosedur dan

biaya serta metode yang digunakan. Dalam hal ini, pembangunan dan

perbaikan kawasan lingkungan melalui program KOTAKU di Kelurahan

Bligo merupakan tahap pelaksanaan kebijakan dengan struktur birokrasi,

sumber daya, prosedur dan anggaran yang sudah ditetapkan secara jelas

dalam Surat Edaran DJCK Nomor: 40/SE/DC/2016 tentang Pedoman

Umum Program Kota Tanpa Kumuh.

Struktur birokrasi program KOTAKU di Kelurahan Bligo meliputi

pemerintah daerah melalui Dinas Perkim LH Kabupaten Pekalongan,

pemerintah tingkat kelurahan, dan BKM Mandiri Kelurahan Bligo. Adapun

sumber daya yang terlibat dalam program ini meliputi sumber daya manusia

yaitu masyarakat Kelurahan Bligo dan sumber daya finansial yaitu APBD

kabupaten dan swadaya masyarakat Kelurahan Bligo.

c. Tahap Evaluasi

Kegiatan monitoring dan evaluasi program KOTAKU di Kelurahan

Bligo dilaksanakan pada setiap tahapan baik sebelum kegiatan, pada saat

kegiatan maupun sesudah kegiatan. Kegiatan monitoring dan evaluasi

dilaksanakan oleh Dinas Perkim LH Kabupaten Pekalongan dan fasilitator

kelurahan sebagai pendamping program KOTAKU. Kegiatan ini bertujuan

Page 145: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

129

untuk memastikan bahwa program KOTAKU dijalankan sesuai dengan

aturan-aturan yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Tahap evaluasi menurut Brian W. Hogwood dan Levis A yaitu tahap

ketiga dalam implementasi kebijakan publik yang berupa kegiatan untuk

menentukan jadwal, melakukan pemantauan dan pengawasan dalam rangka

menjamin kelancaran pelaksanaan program. Tahapan monitoring dan

evaluasi dalam penerapan program KOTAKU di Kelurahan Bligo

dilaksanakan oleh Dinas Perkim LH Kabupaten pekalongan dan fasilitator

untuk memastikan bahwa pembangunan dan perbaikan yang dilakukan

sesuai dengan rencana kegiatan yang tertuang dalam dokumen RPLP.

Tahapan yang terakhir dalam program KOTAKU adalah tahap

keberlanjutan yang bertujuan agar program KOTAKU tidak berhenti ketika

perbaikan dan pembangunan telah selesai, tetapi ada keberlanjutan dari

program tersebut. Tahap ini berupa adanya kelompok pemelihara

pembangunan dan kelompok pengelola yang berasal dari masyarakat. Oleh

karena itu, masyarakat merupakan sumber daya utama dalam program

KOTAKU. Kelompok pemelihara pembangunan di Kelurahan Bligo

diserahkan kepada masyarakat sekitar yang menerima manfaat program

KOTAKU. Kelompok ini bertugas untuk merawat dan memelihara drainase

dan jalan paving yang sudah diperbaiki. Kemudian kelompok pengelola di

Kelurahan Bligo bertugas untuk mengelola pembangunan yang

menghasilkan materi yaitu sumur bor (PAMSIMAS) dan TPS (3R).

Page 146: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

130

3. Faktor Penghambat Kebijakan Program KOTAKU Kelurahan Bligo

a. Komunikasi

Komunikasi merupakan salah satu kunci berhasilnya penerapan suatu

kebijakan atau program. Komunikasi yang lancar akan menciptakan

kolaborasi yang baik antar stakeholder dan pemegang kepentingan dalam

kebijakan sehingga tujuan yang sudah dirumuskan dapat tercapai.

Penerapan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo

melibatkan banyak pihak meliputi masyarakat Kelurahan Bligo, Badan

Keswadayaan Masyarakat (BKM) Mandiri, fasilitator atau pendamping,

Dinas Perkim LH Kabupaten Pekalongan, dan pihak mitra lainnya. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa komunikasi antar pelaksana kebijakan

program tidak sepenuhnya berjalan dengan baik yang ditandai dengan

munculnya ketidakharmonisan dalam internal BKM dan keterlambatan

pelaksanaan kegiatan Rembug Warga Tahunan (RWT) sebagai bentuk

pertanggungjawaban BKM. Adanya ketidaksepahaman dalam internal

BKM dan pendamping dalam merancang program membuat kejelasan

informasi menjadi rancu. Padahal komunikasi dalam kebijakan menurut

Edward III memiliki tiga hal penting yaitu transmisi, konsistensi dan

kejelasan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa komunikasi

menjadi salah satu faktor penghambat dalam penerapan program

KOTAKU di Kelurahan Bligo yang berakibat pada kolaborasi yang kurang

maksimal.

Page 147: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

131

b. Sumber Daya

Sumber daya merupakan faktor penting untuk menjamin terlaksananya

implementasi kebijakan dengan baik dan efektif. Suatu kebijakan akan

mengalami kegagalan apabila kebijakan tersebut kurang

diimplementasikan dengan baik oleh para pelaksana dan penerima

kebijakan (Setyati, 2015:62). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

hambatan yang muncul dari aspek sumber daya dalam program KOTAKU

di Kelurahan Bligo yaitu masih adanya sikap masyarakat yang tidak mau

mendukung program dan tidak mau adanya perbaikan karena adanya

kekhawatiran justru menyebabkan banjir. Padahal proses pembangunan

program KOTAKU sudah melewati deskripsi desain pada tahap

perencanaan dengan memperhitungkan segala dampak yang mungkin

terjadi. Sumber daya menurut Edward III merupakan hal penting untuk

mencapai implementasi kebijakan yang efektif. Adanya hambatan dari

aspek sumber daya manusia dalam pelaksanaan program KOTAKU di

Kelurahan Bligo menjadi gambaran mengenai kurangnya keefektifan

pelaksanaan program tersebut.

c. Disposisi

Hasil penelitian menunjukkan adanya jalinan dan kerja sama pelaksana

program dengan masyarakat di Kelurahan Bligo dalam program KOTAKU

dapat dilihat dari dukungan masyarakat untuk bersama-sama menjadi

relawan dan memberikan swadaya baik berupa tenaga maupun materi

seperti biaya konsumsi tukang bangunan. Selain itu, adanya keterlibatan

Page 148: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

132

masyarakat dalam setiap tahap menunjukkan sikap persuasif pelaksana

untuk bersama-sama memperbaiki lingkungan melalui program

KOTAKU. Hal tersebut merupakan bentuk sinergitas untuk menyelesaikan

masalah kumuh di Kelurahan Bligo agar menimbulkan dampak yang

signifikan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Edward III mengenai

disposisi sebagai faktor yang berpengaruh terhadap kebijakan dimana

sikap baik dan dukungan para pelaksana kebijakan menjadi faktor yang

memiliki konsekuensi penting bagi implementasi suatu kebijakan.

d. Struktur Birokrasi

Struktur birokrasi menjadi salah satu faktor penting dalam implementasi

kebijakan sebagai kesepakatan kolektif untuk menyelesaikan masalah-

masalah sosial. Program KOTAKU dilaksanakan oleh BKM sebagai

lembaga masyarakat yang terbentuk berdasarkan kehendak masyarakat

sendiri yang struktur kepengurusannya juga disusun berdasarkan aspirasi

masyarakat. Program KOTAKU di Kelurahan Bligo dilaksanakan oleh

BKM Mandiri dengan membentuk tiga KSM sebagai pelaksana

pembangunan di lapangan.

4. Relevansi Penelitian dengan Program Studi Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan

Progam studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) adalah

program studi yang mempelajari empat rumpun disiplin ilmu sebagai kajiannya

yaitu politik, hukum, sosial budaya dan nilai moral. Penelitian ini memiliki

relevansi dengan kajian ilmu program studi PPKn terutama pada rumpun ilmu

Page 149: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

133

politik dan hukum. Dilihat dari kajian ilmu politik, penelitian ini mengkaji

mengenai kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah untuk menerapkan suatu

kebijakan berdasarkan struktur pemerintahan beserta tugas dan wewenangnya.

Kebijakan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu kebijakan program Kota

Tanpa Kumuh (KOTAKU) yang dikeluarkan oleh Kementerian Pekerjaan

Umum dan Perumahan Rakyat yang kemudian dijalankan oleh dinas-dinas

terkait di pemerintah daerah kota/kabupaten. Dilihat dari kajian ilmu hukum,

kebijakan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) ini dijalankan berdasarkan

Peraturan Menteri PUPR, surat keputusan bupati/walikota setempat dan aturan-

aturan lain dibawahnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa penelitian ini juga

mempelajari mengenai tata urutan landasan hukum yang berlaku untuk

menjalankan sebuah kebijakan.

Adapun kontribusi penelitian ini terhadap pembelajaran PPKn di sekolah

yaitu menambah kajian pembelajaran PPKn khususnya pada KD 3.3 kelas X

mengenai fungsi dan kewenangan lembaga-lembaga negara menurut UUD

1945 dan KD 3.4 kelas X mengenai hubungan pemerintah pusat dengan

pemerintah daerah menurut UUD 1945.

Page 150: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

134

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab

sebelumnya, maka peneliti dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut.

1. Penerapan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo

Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan meliputi (a) tahap persiapan yang

terdiri dari sosialisasi berjenjang dan pembentukan TIPP, (b) tahap

perencanaan yang berupa kegiata penyusunan dokumen Rencana Penataan

Lingkungan Permukiman (RPLP), (c) tahap pelaksanaan berupa pembangunan

dan perbaikan di daerah kumuh yang terbagi menjadi dua zona prioritas

meliputi perbaikan saluran air atau drainase, pembuatan jalan paving,

pembangunan sumur bor (PAMSIMAS), dan TPS (3R), serta (d) tahap

keberlanjutan dengan membentuk kelompok pemelihara pembangunan dan

kelompok pengelola. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan disetiap tahapan

program secara berkala dan dilaksanakan oleh Dinas Perkim LH Kabupaten

Pekalongan, pendamping atau fasilitator kelurahan dan BPKP sebagai audit

terakhir.

2. Faktor penghambat dalam program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di

Kelurahan Bligo meliputi dua aspek yang utama yaitu sumber daya manusia

dan komunikasi. Sumber daya manusia dalam hal ini meliputi tiga komponen

yaitu pengurus BKM sebagai pelaksana, sebagian masyarakat yang menolak

program, dan pekerja yang dinilai tidak efisien dalam proses pembangunan.

Page 151: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

135

Hambatan dari aspek sumber daya manusia dapat dilihat dari adanya peralihan

pembangunan drainase di RT 15 dan proses pembangunan yang berjalan

kurang efektif. Sementara itu, hambatan dari aspek komunikasi dapat dilihat

dari keterlambatan pelaksanaan kegiatan Rembug Warga Tahun (RWT)

sebagai bentuk pertanggungjawaban BKM selama masa kerja tahun 2019 yang

diakibatkan karena terjadinya ketidakharmonisan komunikasi dalam internal

BKM sebagai pelaksana program.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, ada beberapa saran yang

diajukan peneliti yaitu sebagai berikut.

1. Kepada Dinas Perkim LH Kabupaten Pekalongan perlu menjalin koordinasi

lebih intensif melalui koordinasi forum BKM dan rapat evaluasi koordinasi

dengan fasilitator dan pemerintah desa/kelurahan sebagai pelaksana di tingkat

desa/kelurahan sehingga lebih mengetahui permasalahan-permasalahan yang

timbul dan dapat memberikan alternatif penyelesaian yang tepat dalam

penerapan program KOTAKU.

2. Kepada Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Kelurahan Bligo dan tim

fasilitator perlu memfasilitasi terbentuknya kerjasama dengan pemerintah

kelurahan dan melibatkan tokoh masyarakat untuk melakukan pendekatan

persuasif kepada masyarakat serta perlunya diadakan pendampingan dari

Dinas Perkim LH dan Koordinator KOTAKU Kabupaten Pekalongan dalam

pelaksanaan program KOTAKU agar menjamin kelancaran terlaksananya

program secara efektif dan efisien.

Page 152: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

136

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abidin, Said Zainal. 2012. Kebijakan Publik Edisi 2. Jakarta: Salemba Humanika

Hamdi, Muchlis. 2014. Kebijakan Publik. Bogor: Ghalia Indonesia

Handoyo, Eko. 2012. Kebijakan Publik. Semarang: Widya Karya

Miles, Matthew B. dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif.

Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI- Press.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Soesilowati, Etty. 2009. Kota dan Permukiman Kebijakan hingga Implementasi.

Semarang: UNNES PRESS.

Subarsono, AG. 2013. Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuntitatif, Kualitatif

dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Wahab, Solichin Abdul. 2015. Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Penyusunan

Model-Model Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Winarno, Budi. 2014. Kebijakan Publik Teori, Proses dan Studi Kasus.

Yogyakarta: CAPS (Center of Academic Publishing Service).

Jurnal

Askari MH dan K Gupta. 2016. Changes in Socio-Economic and Health Condition

of Rehabilitated Slum Dwellers in Kolkata, West Bengal. International

Journal Hum. Capital Urban Manage. No.2. Hal: 177-122.

Ayuningtyas Istiqomah dan Artiningsih. 2019. Evaluasi Metode Verifikasi Lokasi

dan Pemutakhiran Profil Permukiman Kumuh dalam Penyusunan Rencana

Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan

(RP2KPKP). Jurnal Geografi. No. 2. Hal: 79-92.

Balbim Renato dan Cleandro Krause. 2019. Slum Upgrading in Brazil: Lessons

from Evaluation Processes. Journal of Ci& Trop. Recife. No. 43. Hal: 185-

201.

Efridawati dan Anggraeni Atmei Lubis. 2015. Kebijakan Pelayanan Izin

Mendirikan Bangunan di Dinas Cipta Karya dan Pertambangan Deli

Serdang. Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik. No. 1. Hal: 58-70

Krisandriyana Maresty, dkk. 2019. Faktor yang Mempengaruhi Keberadaan

Kawasan Permukiman Kumuh di Surakarta. Jurnal Desa-Kota. No. 1. Hal:

24-33.

Page 153: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

137

Lestari, Indah Dwi dan Agung Sugiri. 2013. Peran Badan Keswadayaan Masyarakat

dalam Penanganan Permukiman KUmuh di Podosugih Kota Pekalongan.

Jurnal Teknik PWK. No. 1. Hal: 30-41.

Mahabir, Ron dkk. 2016. The Study of Slums as Social and Physical Constructs:

Challenges and Emerging Research Opportunities. Regional Studies

Regional Science. No. 1. Hal: 399–419.

Nurhasanah. 2019. Implementasi Kebijakan Program KOTAKU (Kota Tanpa

Kumuh) Dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat. Jurnal

Inovasi Ilmu Sosial dan Politik . No.1. Hal: 58-70.

Nursyahbani, raisya dan Bitta Pigawati. 2015. Kajian Karakteristik Kawasan

Pemukiman Kumuh di Kampung Kota (Studi Kasus: Kampung Gandekan

Semarang). Jurnal Teknik PWK. No. 2. Hal: 267-281.

Purnaweni, hastuti. 2014. Kebijakan Pengelolaan Lingkungan di Kawasan Kendeng

Utara Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Ilmu Lingkungan. No. 1. Hal: 53-65.

Ramdhani Abdullah dan Muhammad Ali Ramdhani. 2017. Konsep Umum

Pelaksanaan Kebijakan Publik. Jurnal Publik. No.1. Hal:1-12.

Ratnasari, Dwi Jayanti dan Asnawi Manaf. 2015. Tingkat Keberhasilan Program

Penataan Lingkungan Permukian Berbasis Komunitas (Studi kasus:

Kabupaten Kendal dan Kota Pekalongan). Jurnal Pengembangan Kota. No.

1. Hal: 40-48.

Ruli As’ari dan Siti fadjarani. 2015. Penataan Permukiman Kumuh Berbasis

Lingkungan. Jurnal Geografi. No. 1. Hal: 56-67.

Setyati, Rini dan Warsito Utomo. 2015. Implementasi Kebijakan Penataan Ruang

Terbuka Hijau Kawasan Perumahan Kota Banjarbaru. Jurnal Kebijakan dan

Administrasi Publik. No. 1. Hal: 59-72.

Swami, Kumar S. 2017. An Empirical Study of Growth of Slum Population in India.

International Journal of Political Science (IJPS). No. 1. Hal: 10-13.

Wahyuni Sri, dkk. 2012. Implementasi Kebijakan Pembangunan dan Penataan

Sanitasi Perkotaan Melalui Program Sanitasi Lingkungan Berbasis

Masyarakat di Kabupaten Tulungagung. Jurnal Ilmu Lingkungan. No. 2.

Hal: 111-122.

Wijaya, Doni Wahyu. 2016. Perencanaan Penanganan Kawasan Permukiman

Kumuh Studi Penentuan Kawasan Prioritas untuk Peningkatan Kualitas

Infrastruktur pada Kawasan Permukiman Kumuh di Kota Malang. Jurnal

Ilmiah Administrasi Publik. No. 1. Hal: 1-10.

Yuliani, Sri dan Gusty Putri Dhini Rosyida. 2017. Kolaborasi dalam Perencanaan

Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di kelurahan Semanggi Kota

Surakarta. Jurnal Wacana Publik. No. 2. Hal: 33-47.

Page 154: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

138

Skripsi

Irfani, Intania. 2018. Efektivitas Program Kota Tanpa Kumuh di Kelurahan

Karangwaru Kota Yogyakarta. Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu

Sosial. Universitas Negeri Yogyakarta.

Saputra, Danang Listya. 2018. Implementasi Kebijakan Dana Desa di Desa Tridadi

Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo. Politik dan Kewarganegaraan.

Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang.

Ulyah, Afwah. 2018. Partisipasi Masyarakat dalam Program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di Kelurahan Krobokan Kecamatan Semarang Barat Kota

Semarang. Pengembangan Masyarakat Islam. Fakultas Dakwah dan

Komunikasi. UIN Walisongo Semarang.

Dokumen

Laporan Pertanggungjawaban Badan Keswadayaan Masyarakat “Mandiri”

Kelurahan Bligo Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan Tahun

Anggaran 2019.

Peraturan Bupati No 7 Tahun 2017 tentang Uraian Tugas Jabatan Struktural Pada

Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia

Nomor 2 Tahun 2016 tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan

Kumuh dan Permukiman Kumuh.

Peraturan Presiden No 2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional Tahun 2015-2019.

Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Bligo Kecamatan

Buaran Kabupaten Pekalongan Tahun 2017-2021.

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan

(RP2KPKP) Kabupaten Pekalongan Tahun 2017.

Surat Edaran Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat Nomor 40/SE/DC/2016 tentang Pedoman Umum

Program Kota Tanpa Kumuh.

Surat Keputusan Bupati Pekalongan No 663/408 Tahun 2014 tentang Penetapan

Lokasi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh.

Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Pemukiman.

Internet

https://www.kotaku.pu.go.id (diakses pada 16 Desember 12.30)

https://www.pekalongankab.go.id (diakses pada 16 Desember pukul 12.21)

https://www.suaramerdeka.com (diakses 16 Desember 2019 pukul 11.50)

Page 155: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

139

LAMPIRAN

-

LAMPIRAN

Page 156: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

140

Lampiran 1. Surat Keputusan Penetapan Dosbing Pembimbing Skripsi

Page 157: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

141

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian

Page 158: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

142

Page 159: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

143

Lampiran 3. Pedoman Penelitian

PEDOMAN PENELITIAN

A. Judul Skripsi

Penerapan Kebijakan Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo

Kabupaten Pekalongan.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Kelurahan Bligo Kecamatan Buaran Kabupaten

Pekalongan.

C. Informan Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pihak yang

menjadi sasaran penelitian yaitu Badan Keswadayaan Masyarakat dan

pemerintah Kelurahan Bligo sebagai pelaksana kegiatan program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo Kabupaten Pekalongan.

2. Responden

Adapun responden yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.

a. Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan Permukiman Dinas Perumahan

Rakyat dan Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Kabupaten

Pekalongan.

b. Kepala Kelurahan Bligo Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan.

c. Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Mandiri Kelurahan Bligo

Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan.

d. Koordinator Tim Inti Perencanaan Partsipatif (TIPP) BKM Mandiri

Kelurahan Bligo.

e. Masyarakat Kelurahan Bligo Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan.

Page 160: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

144

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dalam peneliian ini adalah untuk

mengetahui dan mendeskripsikan:

1. penerapan kebijakan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan

Bligo Kabupaten Pekalongan

2. faktor penghambat dalam pelaksanaan program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di Kelurahan Bligo Kabupaten Pekalongan

E. Fokus Penelitian

Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.

1. Penerapan kebijakan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan

Bligo Kabupaten Pekalongan

a) Bentuk-bentuk kebijakan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)

b) Tahap-tahap pelaksanaan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)

c) Model kebijakan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)

d) Monitoring dan evalusasi pelaksanaan program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU)

2. Faktor penghambat dalam pelaksanaan program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di Kelurahan Bligo Kabupaten Pekalongan

a) Aspek yang menghambat pelaksanaan program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU).

b) Strategi untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan program Kota

Tanpa Kumuh (KOTAKU).

Page 161: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

145

Lampiran 4. Instrumen Penelitian

INSTRUMEN PENELITIAN

PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) DI KABUPATEN PEKALONGAN

NO DATA YANG

DIBUTUHKAN

INDIKATOR DAFTAR

PERTANYAAN

TEKNIK

PENGUMPULAN

DATA

SUMBER

DATA

BENTUK

INSTRUMEN

Wan Obs Dok

1 Penerapan

kebijakan program

Kota Tanpa

Kumuh

(KOTAKU) di

Kabupaten

Pekalongan

a. Bentuk-bentuk

kebijakan

program Kota

Tanpa Kumuh

(KOTAKU)

1. Kabupaten

Pekalongan

menargetkan

pengurangan kawasan

kumuh mencapai 0%

pada tahun 2021

melalui Pogram Kota

Tanpa Kumuh

(KOTAKU) sejak

tahun 2016,

bagaimana

pelaksanaan program

tersebut selama ini ?

1. Kepala Seksi

Penyehatan

Lingkungan

Permukiman

Dinas Perkim

LH Kabupaten

Pekalongan

Pedoman

wawancara,

dan observasi

Page 162: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

146

2. Siapa yang

menjalankan program

Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU)?

3. Siapa yang berwenang

untuk membentuk tim

pelaksana program

Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU)?

2. Kepala Seksi

Penyehatan

Lingkungan

Permukiman

Dinas Perkim

LH, Kepala

Kelurahan

Bligo

Kecamatan

Buaran

Kabupaten

Pekalongan

3. Kepala Seksi

Penyehatan

Lingkungan

Permukiman

Dinas Perkim

LH Kabupaten

Pekalongan

Pedoman

wawancara dan

dokumentasi

Pedoman

wawancara dan

dokumentasi

Page 163: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

147

4. Bagaimana struktur

tim pelaksana

program Kota tanpa

Kumuh (KOTAKU)

di Kabupaten

Pekalongan?

5. Apa saja yang menjadi

tugas dan kewenangan

serta peran dari tim

pelaksana program

Kota tanpa Kumuh

(KOTAKU) di

Kabupaten

Pekalongan?

6. Bagaimana

mekanisme

pertanggungjawaban

tim pelaksana tersebut

4. Kepala Seksi

Penyehatan

Lingkungan

Permukiman

Dinas Perkim

LH dan

Koordinator

BKM Mandiri

5. Kepala Seksi

Penyehatan

Lingkungan

Permukiman

Dinas Perkim

LH Kabupaten

Pekalongan

6. Kepala Seksi

Penyehatan

Lingkungan

Permukiman

Pedoman

wawancara dan

dokumentasi

Pedoman

wawancara dan

dokumentasi

Pedoman

wawancara

Page 164: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

148

sebagai pelaksana

program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU)

di Kabupaten

Pekalongan?

7. Bagaimana

penyelenggaraan

sosialisasi mengenai

program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU)?

8. Daerah mana saja

yang masih tergolong

Dinas Perkim

LH Kabupaten

Pekalongan,

Koordinator

BKM Mandiri,

dan

Koordinator

TIPP

7. Kepala Seksi

Penyehatan

Lingkungan

Permukiman

Dinas Perkim

LH, dan

Koordinator

TIPP

Kelurahan

Bligo

8. Koordinator

TIPP

Pedoman

wawancara dan

dokumentasi

Pedoman

wawancara,

Page 165: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

149

b. Tahap-tahap

pelaksanaan

program Kota

Tanpa Kumuh

(KOTAKU)

kumuh di Kelurahan

Bligo?

9. Apa saja bentuk-

bentuk perbaikan

lingkungan dalam

program KOTAKU di

Kelurahan Bligo?

10. Bagaimana tahapan-

tahapan pelaksanaan

program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU)

di Kabupaten

Pekalongan?

9. Kepala

Kelurahan

Bligo

Koordinator

BKM Mandiri,

Koordinator

TIPP, dan

masyarakat

10. Kepala Seksi

Penyehatan

Lingkungan

Permukiman

Dinas Perkim

LH,

koordinator

BKM Mandiri,

dan

koordinator

TIPP

observasi dan

dokumentasi

Pedoman

wawancara,

observasi dan

dokumentasi

Pedoman

wawancara,

observasi dan

dokumentasi

Page 166: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

150

11. Apa sajakah prosedur

yang harus dipenuhi

pada setiap tahapan

pelaksanaan program

Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di

Kabupaten

Pekalongan?

12. Apa saja yang menjadi

tolok ukur

keberhasilan dari

setiap tahapan

program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU)

di Kabupaten

Pekalongan?

13. Apa saja manfaat dari

adanya program Kota

Tanpa Kumuh

(KOTAKU)?

11. Kepala Seksi

Penyehatan

Lingkungan

Permukiman

Dinas Perkim

LH, dan

koordinator

TIPP.

12. Kepala Seksi

Penyehatan

Lingkungan

Permukiman

Dinas Perkim

LH dan

koordinator

BKM Mandiri

13. Kepala Seksi

Penyehatan

Lingkungan

Permukiman

Dinas Perkim

LH, Kepala

Kelurahan

Pedoman

wawancara dan

dokumentasi

Pedoman

wawancara

Pedoman

wawancara dan

observasi

Page 167: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

151

c. Monitoring

dan evalusasi

pelaksanaan

program Kota

Tanpa Kumuh

(KOTAKU)

14. Bagaimana

pelaksanaan

monitoring dan

evaluasi terkait

program KOTAKU di

kelurahan Bligo?

15. Apa sajakah data dan

informasi yang

digunakan untuk

monitoring dan

evaluasi program Kota

Tanpa Kumuh

(KOTAKU)?

16. Kapan monitoring dan

evaluasi program Kota

Tanpa Kumuh

Bligo, dan

Masyarakat

14. Kepala

Kelurahan

Bligo, dan

Koordinator

TIPP

15. Kepala Seksi

Penyehatan

Lingkungan

Permukiman

Dinas Perkim

LH, dan

Koordinator

TIPP

16. Kepala Seksi

Penyehatan

Lingkungan

Permukiman

Pedoman

wawancara

Pedoman

wawancara dan

observasi

Pedoman

wawancara dan

dokumentasi

Page 168: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

152

(KOTAKU)

dilakukan?

17. Siapa saja pihak-pihak

yang terkait dalam

pelaksanaan

monitoring dan

evaluasi program Kota

Tanpa Kumuh

(KOTAKU)?

18. Apa sajakah yang

menjadi poin penting

dalam monitoring dan

evaluasi program Kota

Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di

Dinas Perkim

LH, Kepala

Kelurahan Bligo

dan koordinator

TIPP

17. Kepala Seksi

Penyehatan

Lingkungan

Permukiman

Dinas Perkim

LH, dan

Koordinator

TIPP

18. Kepala Dinas

Perumahan

Rakyat dan

Kawasan

Permukiman

dan Lingkungan

Hidup, Kepala

Pedoman

wawancara dan

dokumentasi

Pedoman

wawancara

Page 169: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

153

d. Keberlanjutan

upaya

penataan

lingkungan

melalui

program Kota

Tanpa Kumuh

(KOTAKU)

Kabupaten

Pekalongan?

19. Bagaimana tindak

lanjut dari program

Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di

Kelurahan Bligo agar

menjadi upaya

penataan lingkungan

yang berkelanjutan?

20. Bagaimana

pemantauan yang

dilakukan setelah

program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU)

selesai dijalankan?

21. Bagaimana efektivitas

program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU)

Bappeda, dan

Ketua BKM

19. Koordinator

BKM Mandiri

dan Koordinator

TIPP

20. Koordinator

TIPP dan

masyarakat

21. Kepala Seksi

Penyehatan

Lingkungan

Pedoman

wawancara

Pedoman

wawancara,

dan observasi

Pedoman

wawancara

Page 170: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

154

sebagai upaya

penataan lingkungan

di Kabupaten

Pekalongan?

22. Bagaimana

pengelolaan

lingkungan yang

diperbaiki melalui

program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU)

setelah program

tersebut selesai

dilaksanakan?

Permukiman

Dinas Perkim

LH

22. Kepala Seksi

Penyehatan

Lingkungan

Permukiman

Dinas Perkim

LH dan

koordinator

TIPP

Pedoman

wawancara dan

observasi.

3 Faktor

penghambat

dalam

pelaksanaan

program Kota

Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di

a. Aspek yang

menghambat

pelaksanaan

program Kota

Tanpa Kumuh

(KOTAKU).

23. Apa saja yang

menghambat

pelaksanaan program

Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU)?

23. Kepala Seksi

Penyehatan

Lingkungan

Permukiman

Dinas Perkim

LH, Kepala

kelurahan Bligo,

Koordinator

Pedoman

wawancara dan

observasi

Page 171: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

155

Kabupaten

Pekalongan.

24. Apa saja faktor

penyebab munculnya

hambatan dalam

pelaksanaan program

Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di

Kelurahan Bligo?

25. Apakah pemerintah

melibatkan

masyarakat dalam

pelaksanaan dan

tindakan keberlanjutan

dari program Kota

Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di

Kelurahan Bligo?

BKM Mandiri

dan masyarakat.

24. Kepala

Kelurahan

Bligo,

Koordinator

BKM Mandiri,

Koordinator

TIPP dan

masyarakat

25. Koordinator

TIPP dan

masyarakat

Pedoman

wawancara dan

observasi

Pedoman

wawancara dan

observasi

Page 172: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

156

b. Strategi untuk

mengatasi

hambatan

dalam

pelaksanaan

program Kota

Tanpa Kumuh

(KOTAKU).

26. Adakah faktor dari

masyarakat yang

menghambat

pelaksanaan program

Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di

Kelurahan Bligo?

27. Bagaimana upaya untuk

mengatasi hambatan

yang muncul dalam

pelaksanaan program

Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di

Kelurahan Bligo?

28. Bagaimana strategi

dari pemerintah

sebagai pembuat dan

pelaksana kebijakan

untuk mengatasi

hambatan dalam

26. Koordinator

BKM Mandiri

dan Koordinator

TIPP

27. Kepala

Kelurahan

Bligo,

Koordinator

BKM Mandiri,

dan Koordinator

TIPP

28. Kepala Seksi

Penyehatan

Lingkungan

Permukiman

Dinas Perkim

LH, dan

Pedoman

wawancara

Pedoman

wawancara dan

dokumentasi

Pedoman

wawancara

Page 173: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

157

pelaksanaan program

Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU)?

29. Bagaimana upaya

pemerintah untuk

menjamin adanya

transparansi anggaran

terkait pelaksanaan

program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU) di

Kelurahan Bligo?

30. Bagaimana upaya

pemerintah untuk

memastikan program

Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU)

dijalankan di kondisi

lingkungan yang

tepat?

Koordinator

TIPP

29. Kepala Seksi

Penyehatan

Lingkungan

Permukiman

Dinas Perkim

LH, dan Kepala

Kelurahan Bligo

30. Kepala Seksi

Penyehatan

Lingkungan

Permukiman

Dinas Perkim

LH

Pedoman

wawancara

Pedoman

wawancara dan

observasi

Page 174: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

158

31. Bagaimana strategi

yang dilakukan agar

program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU)

menjadi penataan

lingkungan yang

berkelanjutan bagi

masyarakat?

32. Bagaimana strategi

pemerintah agar

setelah

dilaksanakannya

program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU)

tidak menimbulkan

kawasan permukiman

kumuh yang baru?

33. Adakah kebijakan

alternatif yang

disiapkan untuk

mengatasi hambatan

31. Kepala Seksi

Penyehatan

Lingkungan

Permukiman

Dinas Perkim

LH dan

Koordinator

TIPP

32. Kepala Seksi

Penyehatan

Lingkungan

Permukiman

Dinas Perkim

LH

33. Kepala Seksi

Penyehatan

Lingkungan

Permukiman

Pedoman

wawancara

Pedoman

wawancara

Pedoman

wawancara

Page 175: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

159

dalam penerapan

program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU)?

34. Bagaimana koordinasi

pemerintah dengan

pelaksana kebijakan

untuk menjamin

terlaksananya program

Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di

Kelurahan Bligo

dengan baik?

35. Apa saja upaya yang

dilakukan untuk

menjaga lingkungan

yang sudah diperbaiki

melalui program Kota

Tanpa Kumuh

(KOTAKU) agar tetap

terjaga?

Dinas Perkim

LH

34. Kepala Seksi

Penyehatan

Lingkungan

Permukiman

Dinas Perkim

LH dan

Koordinator

TIPP

35. Kepala

Kelurahan

Bligo,

Koordinator

TIPP, dan

masyarakat.

Pedoman

wawancara dan

observasi

Pedoman

wawancara

Page 176: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

160

Lampiran 5. Pedoman Observasi

LEMBAR OBSERVASI

Lembar Pengamatan Penerapan Kebijakan Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kabupaten Pekalongan

Tempat :

Kegiatan :

Hari/Tanggal :

Lama Pengamatan :

No Kegiatan Materi Pihak yang

Terlibat

Respon Masyarakat Keterangan

1

2

3

4

5

Dst

Page 177: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

161

Lampiran 6. Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA

Responden: Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman dan Lingkungan

Hidup Kabupaten Pekalongan

Identitas Diri

Nama :

Alamat :

Profesi :

Usia :

Waktu :

Tempat :

Pertanyaan:

1. Apa yang menjadi dasar hukum untuk menerapkan kebijakan program Kota

Tanpa Kumuh (KOTAKU) ditingkat kabupaten ? (di tingkat Bupati, dinas, atau

bagian dinas)

2. Mengapa Kabupaten Pekalongan termasuk daerah yang ditargetkan dalam

kebijakan program Kota Tanpa Kumuh?

3. Apa sajakah yang menjadi indikator suatu daerah dapat dikatakan kumuh

sehingga berhak untuk mendapatkan program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU)?

4. Kabupaten Pekalongan menargetkan pengurangan kawasan kumuh mencapai

0% pada tahun 2021 melalui Pogram Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) sejak

tahun 2016, bagaimana pelaksanaan program tersebut selama ini ?

5. Siapa saja pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di Kabupaten Pekalongan?

6. Bagaimana koordinasi antar pihak dalam pelaksanaan kebijakan tersebut?

7. Siapa yang berwenang untuk membentuk tim pelaksana program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU) di Kabupaten Pekalongan? (termasuk faskel)

8. Bagaimana struktur tim pelaksana program Kota tanpa Kumuh (KOTAKU) di

Kabupaten Pekalongan?

Page 178: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

162

9. Apa saja yang menjadi tugas dan kewenangan dari tim pelaksana program Kota

tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kabupaten Pekalongan?

10. Bagaimana mekanisme pertanggungjawaban tim pelaksana tersebut sebagai

pelaksana program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kabupaten

Pekalongan?

11. Apakah Pemerintah Daerah menyelenggarakan sosialisasi mengenai program

Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kabupaten Pekalongan?

12. Daerah mana saja yang memperoleh kebijakan program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di Kabupaten Pekalongan?

13. Bagaimana tahapan-tahapan pelaksanaan program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di Kabupaten Pekalongan?

14. Apa sajakah prosedur yang harus dipenuhi pada setiap tahapan pelaksanaan

program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kabupaten Pekalongan?

15. Apa saja indikator keberhasilan dari setiap tahapan program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU) di Kabupaten Pekalongan?

16. Apa saja manfaat dari adanya program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di

Kabupaten Pekalongan?

17. Kapan monitoring dan evaluasi program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di

Kabupaten Pekalongan dilakukan?

18. Apa sajakah yang menjadi poin penting dalam monitoring dan evaluasi

program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kabupaten Pekalongan?

19. Bagaimana tindak lanjut dari program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di

Kabupaten Pekalongan agar menjadi upaya penataan lingkungan yang

berkelanjutan?

20. Bagaimana pemantauan yang dilakukan setelah program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di Kabupaten Pekalongan selesai dijalankan?

21. Bagaimana efektivitas program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) sebagai

upaya penataan lingkungan di Kabupaten Pekalongan?

22. Apa saja upaya pemerintah untuk mendukung terlaksananya program Kota

Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kabupaten Pekalongan? (dukungan materiil dan

imateriil)

Page 179: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

163

23. Adakah sumber dana lain selain APDB untuk melaksanakan kebijakan

tersebut?

24. Bagaimana upaya pemerintah untuk menjamin adanya transparansi anggaran

terkait pelaksanaan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kabupaten

Pekalongan?

25. Bagaimana upaya pemerintah untuk memastikan program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) dijalankan di kondisi lingkungan yang tepat?

26. Bagaimana tindakan pemerintah ketika terjadi ketidaksesuaian antara prosedur

pelaksanaan dengan pelaksanaan dilapangan pada program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU) di Kabupaten Pekalongan?

27. Bagaimana koordinasi pemerintah dengan pelaksana kebijakan untuk

menjamin terlaksananya program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di

Kabupaten Pekalongan dengan baik?

28. Bagaimana strategi pemerintah agar program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)

menjadi penataan lingkungan yang berkelanjutan bagi masyarakat?

29. Bagaimana strategi pemerintah agar setelah dilaksanakannya program Kota

Tanpa Kumuh (KOTAKU) tidak menimbulkan kawasan permukiman kumuh

yang baru?

30. Apa saja yang menghambat pelaksanaan program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di Kabupaten Pekalongan?

31. Apa saja faktor penyebab munculnya hambatan dalam pelaksanaan program

Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kabupaten Pekalongan?

32. Bagaimana upaya untuk mengatasi hambatan yang muncul dalam pelaksanaan

program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kabupaten Pekalongan?

33. Bagaimana strategi dari pemerintah sebagai pembuat dan pelaksana kebijakan

untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di Kabupaten Pekalongan?

Page 180: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

164

PEDOMAN WAWANCARA

Responden: Kepala Desa/Lurah

Identitas Diri

Nama :

Alamat :

Profesi :

Usia :

Waktu :

Tempat :

Pertanyaan

1. Bagaimana profil Kelurahan Bligo ditinjau dari kondisi wilayah permukiman

masyarakatnya?

2. Sejak kapan Kelurahan Bligo memperoleh dan menjalankan kebijakan program

Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)?

3. Berapakah luas wilayah di Kelurahan Bligo yang mendapatkan program Kota

Tanpa Kumuh (KOTAKU)?

4. Apa saja faktor-faktor penyebab Kelurahan Bligo memperoleh kebijakan

program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)?

5. Bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat disekitar wilayah yang terdapat

program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

6. Apa bentuk perbaikan lingkungan melalui program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

7. Apa sajakah kriteria yang digunakan sehingga Kelurahan Bligo dinilai layak

memperoleh kebijakan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)?

8. Bagaimana tahapan-tahapan pelaksanaan kebijakan program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

9. Apa manfaat adanya kebijakan program Kota Tanpa kumuh (KOTAKU)

khususnya di Kelurahan Bligo?

10. Siapa saja pihak yang menjalankan kebijakan program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

Page 181: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

165

11. Apa peran pemerintahan desa/kelurahan dalam penerapan program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU) untuk menyelesaikan persoalan permukiman kumuh?

12. Adakah pemantauan dari pihak kecamatan dalam penerapan kebijakan program

Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

13. Bagaimana sistem koordinasi antar pihak terkait pelaksanaan kebijakan

program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

14. Adakah monitoring dan evaluasi di tingkat desa/kelurahan terkait penerapan

kebijakan program Kota tanpa Kumuh (KOTAKU)?

15. Bagaimana tindak lanjut dari program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)

khususnya di Kelurahan Bligo agar menjadi upaya penataan lingkungan yang

berkelanjutan?

16. Bagaimana pengelolaan lingkungan yang diperbaiki melalui program Kota

Tanpa Kumuh (KOTAKU) setelah program tersebut selesai dilaksanakan?

17. Apakah program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) masuk dalam APBDes di

Kelurahan Bligo?

18. Bagaimanakah kesesuaian antara pelaksanaan program dengan RPLP (Rencana

Penataan Lingkungan Permukiman) dan RPJM?

19. Bagaimana dukungan pemerintah daerah dalam pelaksanaan program Kota

Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo Kabupaten Pekalongan?

20. Bagaimana tingkat keberhasilan penerapan kebijakan program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo Kabupaten Pekalongan?

21. Bagaimana keterlibatan pemerintah desa/kelurahan pada tahapan monitoring

dan evaluasi kebijakan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)?

22. Apa saja yang menghambat proses penerapan kebijakan program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU) khususnya di Kelurahan Bligo?

23. Bagaimana upaya untuk mengatasi hambatan yang muncul dalam pelaksanaan

program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

Page 182: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

166

PEDOMAN WAWANCARA

Responden: Koordinator Badan Keswadayaan Masyarakat tingkat Desa/Kelurahan

Identitas Diri

Nama :

Alamat :

Profesi :

Usia :

Waktu :

Tempat :

Pertanyaan

1. Apa peran BKM dalam pelaksanaan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)?

2. Apa bentuk perbaikan lingkungan melalui program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

3. Bagaimana penyusunan RPLP di Kelurahan Bligo? Siapa saja yang terlibat?

4. Bagaimana mekanisme pertanggungjawaban tim pelaksana tersebut sebagai

pelaksana program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo

Kabupaten Pekalongan?

5. Bagaimana tahapan-tahapan pelaksanaan program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di Kabupaten Pekalongan?

6. Apa saja yang menjadi tolok ukur keberhasilan dari pelaksanaan program Kota

Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo Kabupaten Pekalongan?

7. Apa saja manfaat dari adanya program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) bagi

lingkungan Kelurahan Bligo?

8. Apa sajakah data dan poin penting yang digunakan untuk monitoring dan

evaluasi program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo

Kabupaten Pekalongan?

9. Siapa saja pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi

program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo Kabupaten

Pekalongan?

Page 183: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

167

10. Bagaimana tindak lanjut dari program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di

Kabupaten Pekalongan agar menjadi upaya penataan lingkungan yang

berkelanjutan?

11. Bagaimana pengelolaan lingkungan yang diperbaiki melalui program Kota

Tanpa Kumuh (KOTAKU) setelah program tersebut selesai dilaksanakan?

12. Bagaimana dukungan pemerintah terkait anggaran untuk pelaksanaan program

Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo Kabupaten Pekalongan?

13. Bagaimana koordinasi BKM dengan pemerintah untuk menjamin terlaksananya

program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo dengan baik?

14. Apakah pemerintah melibatkan masyarakat dalam pelaksanaan dan tindakan

keberlanjutan dari program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan

Bligo Kabupaten Pekalongan? (seperti apa keterlibatannya)

15. Apa saja faktor penyebab munculnya hambatan dalam pelaksanaan program

Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

16. Adakah faktor dari masyarakat yang menghambat pelaksanaan program Kota

Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

17. Bagaimana upaya untuk mengatasi hambatan yang muncul dalam pelaksanaan

program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

18. Adakah jalinan kerjasama dengan pihak lain untuk memastikan program Kota

Tanpa Kumuh (KOTAKU) berjalan dengan baik?

19. Apakah ada sumber dana lain selain dari pemerintah ? (apa saja)

Page 184: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

168

PEDOMAN WAWANCARA

Responden: Koordinator Tim Inti Perencanaan Partisipatif (TIPP) tingkat kelurahan

Identitas Diri

Nama :

Alamat :

Profesi :

Usia :

Waktu :

Tempat :

Pertanyaan

1. Apa peran BKM dalam pelaksanaan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)?

2. Apa bentuk perbaikan lingkungan melalui program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di Kelurahan Bligo ?

3. Bagaimana mekanisme pertanggungjawaban tim pelaksana tersebut sebagai

pelaksana program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

4. Bagaimana mekanisme pertanggungjawaban tim pelaksana tersebut sebagai

pelaksana program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

5. Apakah pemerintah Daerah menyelenggarakan sosialisasi mengenai program

Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

6. Bagaimana tahapan-tahapan pelaksanaan program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

7. Apa sajakah prosedur yang harus dipenuhi pada setiap tahapan pelaksanaan

program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

8. Apa saja yang menjadi tolok ukur keberhasilan dari setiap tahapan program

Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

9. Apa saja manfaat dari adanya program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) bagi

lingkungan Kelurahan Bligo?

10. Apa sajakah data dan informasi yang digunakan untuk monitoring dan evaluasi

program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

Page 185: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

169

11. Kapan monitoring dan evaluasi program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di

Kelurahan Bligo dilakukan?

12. Siapa saja pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi

program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

13. Apa sajakah yang menjadi poin penting dalam monitoring dan evaluasi program

Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

14. Bagaimana tindak lanjut dari program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di

Kelurahan Bligo agar menjadi upaya penataan lingkungan yang berkelanjutan?

15. Bagaimana pemantauan yang dilakukan setelah program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di Kelurahan Bligo selesai dijalankan?

16. Bagaimana pengelolaan lingkungan yang diperbaiki melalui program Kota

Tanpa Kumuh (KOTAKU) setelah program tersebut selesai dilaksanakan?

17. Bagaimana dukungan pemerintah terkait anggaran untuk pelaksanaan program

Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo Kabupaten Pekalongan?

18. Bagaimana koordinasi pemerintah dengan pelaksana kebijakan untuk menjamin

terlaksananya program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo

Kabupaten Pekalongan dengan baik?

19. Bagaimana strategi pemerintah agar program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)

menjadi penataan lingkungan yang berkelanjutan bagi masyarakat?

20. Apakah pemerintah melibatkan masyarakat dalam pelaksanaan dan tindakan

keberlanjutan dari program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan

Bligo?

20. Apa saja faktor penyebab munculnya hambatan dalam pelaksanaan program

Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

21. Adakah faktor dari masyarakat yang menghambat pelaksanaan program Kota

Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

22. Bagaimana upaya untuk mengatasi hambatan yang muncul dalam pelaksanaan

program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

23. Adakah jalinan kerjasama dengan pihak lain untuk memastikan program Kota

Tanpa Kumuh (KOTAKU) berjalan dengan baik?

Page 186: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

170

PEDOMAN WAWANCARA

Responden: Masyarakat Kelurahan Bligo

Identitas Diri

Nama :

Asal :

Profesi :

Usia :

Jabatan :

Pertanyaan

1. Apa yang Bapak/Ibu ketahui mengenai program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) yang ada di kelurahan Bligo?

2. Apa saja bentuk perbaikan kawasan lingkungan dari program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU) yang ada di sekitar tempat tinggal Bapak/Ibu?

3. Bagaimana perubahan yang ditimbulkan dari program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di kelurahan Bligo?

4. Apakah perbaikan yang dilakukan melalui program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) sudah tepat untuk memperbaiki lingkungan sekitar tempat tinggal

Bapak/Ibu?

5. Menurut Bapak/Ibu, apa sajakah manfaat dari adanya program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

6. Bagaimana respon masyarakat Kelurahan Bligo terhadap adanya program Kota

Tanpa Kumuh (KOTAKU)?

7. Bagaimana keterlibatan Bapak/Ibu dalam program KOTAKU sebagai

masyarakat di Kelurahan Bligo? (keterlibatan dalam setiap tahapan)

8. Apakah program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo berjalan

dengan baik?

9. Apa sajakah bentuk kontribusi masyarakat selama pelaksanaan program Kota

Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

10. Apakah ada hambatan dalam pelaksanaan program KOTAKU di Kelurahan

Bligo?

Page 187: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

171

11. Kendala apa saja yang muncul selama pelaksanaan program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

12. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu ketika ada masyarakat yang menolak adanya

program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

13. Bagaimana pemantauan terhadap pelaksanaan program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

14. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai sikap BKM dalam menjalankan

program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

15. Apa saja bentuk kontribusi masyarakat dalam memelihara lingkungan sekitar

yang sudah diperbaiki melalui program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di

Kelurahan Bligo?

Page 188: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

172

Lampiran 7. Pedoman Dokumentasi

PEDOMAN DOKUMENTASI

PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH

(KOTAKU) DI KELURAHAN BLIGO KABUPATEN PEKALONGAN

Lokasi :

Waktu :

Aspek dokumentasi yang dibutuhkan:

A. Deskripsi Umum Kelurahan Bligo Kabupaten Pekalongan, meliputi:

1. Kondisi geografis Kelurahan Bligo Kabupaten Pekalongan

2. Kondisi demografis Kelurahan Bligo Kabupaten Pekalongan

3. Kondisi sosial ekonomi Kelurahan Bligo kabupaten Pekalongan

B. Deskripsi Umum Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) Kelurahan

Bligo kabupaten Pekalongan, meliputi:

1. Kondisi titik daerah kumuh di Kelurahan Bligo Kabupaten Pekalongan

2. Foto bentuk-bentuk program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di

Kelurahan Bligo

C. Dokumen-dokumen terkait, meliputi:

1. Buku monografi Kelurahan Bligo Kabupaten Pekalongan

2. Rencana Pemeliharaan Lingkungan Permukiman (RPLP) kelurahan

Bligo

3. Laporan pertanggungjawaban BKM Mandiri kelurahan Bligo

Page 189: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

173

Lampiran 8. Transkip Hasil Wawancara

A. Identitas Diri

Nama : Asrotun

Alamat : Kec. Bojong, Kab. Pekalongan

Profesi : Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan Permukiman Dinas Perkim

LH

Usia : 39 Tahun

Waktu : Senin, 3 Februari 2020 pukul 10.16 WIB

Tempat : Kantor Bidang Cipta Karya Dinas Perkim LH Kabupaten

Pekalongan

Pertanyaan:

1. Apa yang menjadi dasar hukum untuk menerapkan kebijakan program Kota

Tanpa Kumuh (KOTAKU) ditingkat kabupaten ? (di tingkat Bupati, dinas,

atau bagian dinas)

Jawab:

SK Bupati Pekalongan No 663/408 Tahun 2014 tentang Penetapan Lokasi

Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh.

2. Mengapa Kabupaten Pekalongan termasuk daerah yang ditargetkan dalam

kebijakan program Kota Tanpa Kumuh?

Jawab:

Berdasarkan SK kumuh dari pemerintah kabupaten, kita ada 600 sekian

hektar kawasan kumuh, sekitar 671 hektare yang mana pada tahun 2014 itu

kami menjadi salah satu kawasan terkumuh di Jawa Tengah. Hal itu yang

menjadi dasar untuk kita melakukan program-program baik dari pusat

maupun provinsi dan daerah terkait dengan adanya kawasan kumuh

tersebut. Program KOTAKU itu sebenarnya berawal dari program P2KP

pada tahun 2007. Cuma, untuk launching menjadi program KOTAKU itu

sendiri tahun 2016. Sebenarnya kan hanya pergantian nama saja,

programnya hampir sama. Tetapi terdapat perbedaan atau pergeseran

Page 190: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

174

indikator, kalau dulu itu fokusnya ke kemiskinan, sedangkan untuk program

KOTAKU yang sekarang itu lebih fokus ke lingkungan kumuh.

3. Apa sajakah yang menjadi indikator suatu daerah dapat dikatakan kumuh

sehingga berhak untuk mendapatkan program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU)?

Jawab:

Jadi ada 7+1 indikator yang terkait dengan kumuh, seperti kualitas air

minum, sanitasi, perumahan, kondisi jalan, ruang terbuka hijau,

pengamanan terhadap kebakaran dan bencana, kemudian juga ada masalah

sampah dan indikator lainnya yang saya sendiri tidak begitu hafal ya mbak.

Sehingga kalo dari indikator tersebut kita ada di derajat berapa ya itu yang

dinyatakan kekumuhannya.

4. Kabupaten Pekalongan menargetkan pengurangan kawasan kumuh

mencapai 0% pada tahun 2021 melalui Pogram Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) sejak tahun 2016, bagaimana pelaksanaan program tersebut

selama ini ?

Jawab:

Kalo menurut saya si untuk sampai ke tahun 2021 dengan penurunan

kawasan kumuh mencapai 0% ya insyaAllah bisa tercapai karena disaat

sekarang akhir tahun 2019 itu tinggal tersisa sekitar 50 hektare. Tapi hal itu

berdasarkan SK yang lama, kalau kemudian tiap tahun ada perubahan SK

itu kan tidak mungkin, jadi untuk indikator yang untuk ukuran pun tidak

ada, jadi kalau kita ya berpegangan pada tahun 2014 itu ya bisa kita

wujudkan.

5. Siapa saja pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU) di Kabupaten Pekalongan?

Jawab:

Untuk program KOTAKU itu kami melibatkan semua pihak, ada dari

masyarakat itu yang utama, kemudian dari pemerintah melalui kedinasan

mulai dari tingkat daerah sampai ke desa, pihak swasta seperti bank jateng

dan PKK untuk pelatihan-pelatihannya, CSR, OPD terkait (di tingkat

Page 191: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

175

kabupaten), kemudian ada dari unsur pendidikan juga seperti dari STIKES.

Nah semua pihak itu tergabung dalam suatu wadah yang namanya Pokja

PKP. Jadi itu semua dalam rangka memberantas adanya kawasan kumuh.

6. Bagaimana koordinasi antar pihak dalam pelaksanaan kebijakan tersebut?

Jawab:

Untuk koordinasi antar pihak itu ya kita melalui Pokja PKP tadi, jadi ada

kelompok kerja yang menangani masalah kumuh itu disitu unsurnya ada

dari berbagai pihak. Untuk pihak-pihak yang tergabung dalam Pokja PKP

itu tidak ada ketentuan khusus, itu memang diserahkan pada masing-masing

kabupaten sesuai dengan unsur-unsur kontribusinya masing-masing,

tergantung yang dibutuhkan apa. Jadi mungkin saja di kabupaten lain

berbeda, karena memang permasalahannya berbeda-beda.

7. Siapa yang berwenang untuk membentuk tim pelaksana program Kota

Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kabupaten Pekalongan? (termasuk faskel)

Jawab:

Untuk tim pelaksana itu diserahkan kepada dinas sesuai dengan kondisi

wilayah dan permasalahan kumuh yang dihadapi.

8. Bagaimana struktur tim pelaksana program Kota tanpa Kumuh (KOTAKU)

di Kabupaten Pekalongan?

Jawab:

Strukturnya biasa, ada ketua, sekretaris, dan anggota. Semua pihak itu

menjadi anggota yang terdiri dari seluruh unsur-unsur yang terlibat tadi.

Ketua: Bappeda

Sekretaris : Dinas Perkim

Anggota : BKM, CSR, OPD, LSM

9. Apa saja yang menjadi tugas dan kewenangan dari tim pelaksana program

Kota tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kabupaten Pekalongan?

Jawab:

Terkait tugas dan wewenang tim pelaksana yaitu Pokja PKP dalam program

KOTAKU itu ada beberapa yaitu sebenarnya seperti forum untuk

Page 192: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

176

mendiskusikan kondisi kekumuhan yang ada seperti apa kemudian langkah-

langkahnya bagaimana. Hal tersebut dapat berupa:

- Memberikan arahan

- Melakukan monitoring dan evaluasi

- Mencetuskan atau mengusulkan program-program perbaikan

- Menjembatani kemitraan dalam menjalin kerjasama

10. Bagaimana mekanisme pertanggungjawaban tim pelaksana tersebut sebagai

pelaksana program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kabupaten

Pekalongan?

Jawab:

Untuk pertanggungjawaban itu ada LPJ, setiap tahun menyampaikan

perkembangan dari kondisi lingkungan yang menjalankan program

KOTAKU, langkah-langkah untuk melakukan monitoring dan evaluasi,

jumlah pengurangan kumuh.

11. Apakah Pemerintah Daerah menyelenggarakan sosialisasi mengenai

program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kabupaten Pekalongan?

Jawab:

Pemerintah daerah dalam hal ini mengadakan sosialisasi secara berjenjang,

ada 3 sosialisasi yaitu sosialisasi kabupaten, sosialisasi desa, dan sosialisasi

komunitas. Tetapi dari dinas hanya mengawal sampai sosialisasi desa.

- Sosialisasi kabupaten : dilaksanakan sebelum kegiatan

- Sosialisasi desa : di laksanakan di tingkat desa, dari desa ke komunitas.

Untuk sosialisasi desa masih kami kawal dari dinas perkim.

- Sosialisasi komunitas : dikawal oleh fasilitator

12. Daerah mana saja yang memperoleh kebijakan program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di Kabupaten Pekalongan?

Jawab:

Kalau dilihat dari titik kumuh itu ada 119 titik lokasi di Kabupaten

Pekalongan yang terbagi dalam upaya penanganan dan pencegahan kumuh.

Tetapi untuk tahun 2019 ini yang mendapat intervensi (dana dari pusat) itu

20 lokasi. Program KOTAKU itu konsepnya adalah pemberdayaan

Page 193: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

177

masyarakat, sehingga hasilnya kembali lagi ke masyarakat maksudnya

efektivitasnya ya tergantung masyarakat tersebut menyikapi program

tersebut sehingga hasilnya pun macam-macam. Tetapi untuk di Kabupaten

Pekalongan sendiri secara umum hasilnya baik.

13. Bagaimana tahapan-tahapan pelaksanaan program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di Kabupaten Pekalongan?

Jawab:

- Sosialisasi kabupaten untuk lokasi-lokasi yang mendapatkan intervensi

dari pemerintah pusat, yang kemudian DED yang sudah mereka punya

untuk dituangkan dalam proposal pengajuan.

- Penyusunan proposal

- Verifikasi proposal, jadi mereka akan dihadapkan ke kita mengenai

proposal yang diajukan. Mana yang lebih urgensi untuk di selesaikan

dan efektif untuk mengrangi kumuh.

- Deskripsi terkait desain, mereka punya kumuh dimana kemudian

rencana mereka seperti apa, nanti kita hitung kefektivannya. Biasanya

kita akan memberikan masukan agar dana yang dianggarkan dapat

mengurangi kumuh secara signifikan.

- Sosialisasi desa, setelah semuanya acc maka kita adakan sosialisasi desa

mengenai kegiatan sesuai proposal yang mereka ajukan.

- Pelaksanaan pembangunan dan perbaikan lingkungan yang dianggap

kumuh

- Monitoring dan evaluasi, monitoring dilakukan oleh banyak pihak,

mulai dari kami (dinas perkim), dari provinsi juga melakukan

monitoring.

- Serah terima (dari BKM ke Dinas, kemudian dari Dinas ke Badan

Pengelola)

Badan pengelola berasal dari masyarakat yang dibentuk pada saat akan

dilaksanakan pembangunan, sehingga harapannya mereka merasa

memiliki karena sudah diikutkan dari awal pembangunan.

Page 194: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

178

14. Apa saja indikator keberhasilan dari setiap tahapan program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU) di Kabupaten Pekalongan?

Jawab:

Keberhasilan program dapat dikatakan baik, baik itu terkait dengan

infrastrukturnya, terkait dengan rencana pemeliharaan yang akan dilakukan,

kemudian yang tidak kalah penting adalah adanya pengurangan indikator

kumuhnya.

15. Apa saja manfaat dari adanya program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di

Kabupaten Pekalongan?

Jawab:

Sebenarnya untuk manfaat itu banyak sekali, tapi ya kembali pada

masyarakat itu sendiri.bagaimana masyarakat itu mau mengubah

perilakunya agar kawasan permukiman yang tadinya kumuh, setelah

diperbaiki agar tidak kumuh lagi. Manfaat program KOTAKU dapat dilihat

dari beberapa hal seperti:

- kondisi lingkungan tertangani masalah kumuh

- masyarakat diajak untuk mengubah perilakunya

- meningkatkan kualitas lingkungan permukiman

- beberapa daerah juga ada yang berdampak dari segi ekonomi, misalnya

daerah yang tadinya terkena rob setelah diperbaiki dan tidak terkena rob

lagi bisa untuk berjaualn atau berwirausaha.

16. Kapan monitoring dan evaluasi program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)

di Kabupaten Pekalongan dilakukan?

Jawab:

Monitoring dan evaluasi dilakukan di setiap tahapan baik sebelum kagiatan,

pada saat pelaksanaan kegiatan dan di akhir kegiatan. Monitoring dan

evalulasi itu dilakukan oleh kami Dinas Perkim LH Kabupaten Pekalongan

dan fasilitator bersama-sama dan terjun ke titik lokasi secara langsung.

17. Apa sajakah yang menjadi poin penting dalam monitoring dan evaluasi

program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kabupaten Pekalongan?

Jawab:

Page 195: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

179

Beberapa poin penting dalam monitoring dan evaluasi itu dapat dilihat dari

administrasi yang baik dan transparan, fungsi bangunan yang sesuai dengan

apa yang dibutuhkan, kualitas bangunan yang bagus, serta kemanfaatan

bangunan.

18. Bagaimana tindak lanjut dari program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di

Kabupaten Pekalongan agar menjadi upaya penataan lingkungan yang

berkelanjutan?

Jawab:

- Badan pengelola harus bekerja

- Menjalin mitra dengan beberapa pihak seperti CSR

- Adanya kolaborasi semua pihak untuk bersama-sama menjaga kawasan

permukiman yang sehat

19. Bagaimana pemantauan yang dilakukan setelah program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU) di Kabupaten Pekalongan selesai dijalankan?

Jawab:

Untuk pemantauan itu sebenarnya masih tetap ada melalui organisasi-

organisasi pengelola yang ada di level kabupaten. Namun, secara

administrasi sudah diserahkan kepada pengelola.

20. Bagaimana efektivitas program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) sebagai

upaya penataan lingkungan di Kabupaten Pekalongan?

Jawab:

Program KOTAKU ini tidak bisa dikatakan berhasil tanpa adanya

perubahan perilaku masyarakat. Jadi goals yang sebenarnya dari program

ini adalah adanya perubahan perilaku masyarakat. Walaupun intervensinya

kecil tapi kalau masyaraktnya memang mau berubah itu malah yang lebih

bagus. Jadi indikator yang sebenarnya itu bukan besar kecilnya intervensi

tapi lebih ke bagaimana masyarakat untuk merubah perilakunya.

21. Apa saja upaya pemerintah untuk mendukung terlaksananya program Kota

Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kabupaten Pekalongan? (dukungan materiil

dan imateriil)

Jawab:

Page 196: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

180

Semua sektor sudah mengambil perannya masing-masing, sehingga

nantinya bergantung pada bagaimana masyarakat dalam menyikapinya.

Perilaku masyarakat yang belum berubah menjadi tantangan yang besar,

oleh karena itu program ini diharapkan menjadi upaya dari pemerintah

untuk mengajak masyarakat mengubah perilakunya agar lebih sadar dan

lebih menjaga lingkungan.

22. Adakah sumber dana lain selain APDB untuk melaksanakan kebijakan

tersebut?

Jawab:

Program KOTAKU ini mendapatkan dana mulai dari pusat sampai ke

daerah. Oleh karena itu, sumber dana yang digunakan untuk menjalankan

program itu ada dari APBN, APBD, Dana Desa, juga ada dari CSR.

23. Bagaimana upaya pemerintah untuk menjamin adanya transparansi

anggaran terkait pelaksanaan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di

Kabupaten Pekalongan?

Jawab:

- Audit independen setiap tahun

- Audit per bulan di tingkat fasilitator (semacam pengecekan pembukuan

yang dilakukan secara mandiri oleh fasilitator)

- Audit BPKP (biasanya dilaksanakan antara bulan Februari- Maret)

24. Bagaimana upaya pemerintah untuk memastikan program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU) dijalankan di kondisi lingkungan yang tepat?

Jawab:

- Adanya identifikasi lokasi

- Deskripsi lokasi/kegiatan

- Monitoring dan evaluasi

Ketiga hal tersebut dalam rangka untuk menjamin bahwa memang

pembangunan yang dilakukan itu tepat sasaran dan sesuai yang dibutuhkan.

25. Bagaimana tindakan pemerintah ketika terjadi ketidaksesuaian antara

prosedur pelaksanaan dengan pelaksanaan dilapangan pada program Kota

Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kabupaten Pekalongan?

Page 197: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

181

Jawab:

Ketika terjadi ketidaksesuaian, maka yang dilakukan pemerintah khususnya

di tingkat dinas itu melalui adanya evaluasi, kemudian memberi arahan dan

adanya surat pernyataan.

26. Bagaimana koordinasi pemerintah dengan pelaksana kebijakan untuk

menjamin terlaksananya program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di

Kabupaten Pekalongan dengan baik?

Jawab:

Untuk koordinasi, kami melalui fasilitator, kemudian melalui rapat evaluasi

koordinasi dengan fasilitator dan rapat evaluasi koordinasi dengan

desa/kelurahan secara rutin. Selain itu, kami juga melakukan koordinasi

dengan forum BKM.

27. Bagaimana strategi pemerintah agar program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) menjadi penataan lingkungan yang berkelanjutan bagi

masyarakat?

Jawab:

- Badan pengelolan harus bisa diandalkan (sustainable) serta terdiri dari

orang-orang yang memang mau bekerja

- Adanya kemitraan, sehingga dari desa diharapkan bisa mandiri dan tidak

bergantung lagi untuk keberlanjutan dari program.

28. Bagaimana strategi pemerintah agar setelah dilaksanakannya program Kota

Tanpa Kumuh (KOTAKU) tidak menimbulkan kawasan permukiman

kumuh yang baru?

Jawab:

- adanya penanganan dan pencegahan terhadap masalah kumuh yang

harapannya keduanya itu mendapat intervensi dari pemerintah pusat

sehingga menimbulkan pemicu untuk perubahan masyarakat dan hidup

sehat.

- adanya kolaborasi semua pihak dan stakeholder yang terkait

- kemandirian yang dilakukan oleh desa/kelurahan tidak menimbulkan

kawasan permukiman kumuh yang baru

Page 198: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

182

29. Apa saja yang menghambat pelaksanaan program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di Kabupaten Pekalongan?

Jawab:

- Kurangnya pemahaman masyarakat akan pentingnya kawasan

permukiman yang bersih dan sehat

- Adanya pihak-pihak yang hanya mengambil keuntungan dari adanya

program KOTAKU tersebut

- Perilaku masyarakat yang sulit untuk berubah, biasanya karena sudah

menjadi kebiasaan dan turun temurun.

30. Apa saja faktor penyebab munculnya hambatan dalam pelaksanaan program

Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kabupaten Pekalongan?

Jawab:

Beberapa faktor utama munculnya hambatan itu seperti kebiasaan

masyarakat yang sulit untuk diubah dan kurangnya pemahaman dan

kesadaran dari masyarakat.

31. Bagaimana upaya untuk mengatasi hambatan yang muncul dalam

pelaksanaan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kabupaten

Pekalongan?

Jawab:

Upaya yang dapat dilakukan yang dengan adanya sosialisasi yang dilakukan

secara intens serta adanya koordinasi dengan berbagai pihak dan

stakeholder untuk menyamakan persepsi sehingga apa yang menjadi acuan

dari pusat sampai ke lapangan itu sama.

32. Bagaimana strategi dari pemerintah sebagai pembuat dan pelaksana

kebijakan untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan program Kota

Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kabupaten Pekalongan?

Jawab:

33. Strateginya ya perlunya sosialisasi yang lebih intensif untuk menyamakan

persepsi, kemudian koordinasi semua pihak harus berjalan dengan baik dan

adanya channeling dengan forum-forum untuk bekerjasama mensukseskan

program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kabupaten Pekalongan.

Page 199: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

183

B. Identitas Diri

Nama : Fatkhur Rahman, S.H

Alamat : Kuripan Kidul

Profesi : Lurah Bligo

Usia : 55 tahun

Waktu : Senin, 27 Januari 2020 (Pukul 10.35-11.23)

Tempat : Kantor Kelurahan Bligo

Pertanyaan

1. Bagaimana profil Kelurahan Bligo ditinjau dari kondisi wilayah

permukiman masyarakatnya?

Jawab:

Sebagian besar masyarakat Kelurahan Bligo bermata pencaharian di sektor

pembuatan kain kasa dan buruh pabrik, itu hamper semua masyarakatnya

sehari-hari bekerja dibidang itu.

2. Sejak kapan Kelurahan Bligo memperoleh dan menjalankan kebijakan

program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)?

Jawab:

Kalau yang saya tahu itu dari tahun 2018. Kemarin tahun 2018 mendapat

anggaran 1 milyar, kemudian di tahun 2019 itu 2 milyar.

3. Berapakah luas wilayah di Kelurahan Bligo yang mendapatkan program

Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)?

Jawab:

Hanya sebagian seperti wilayah d RT 2, RT 6, RT 7, kemudian RT 12

sampai RT 17. Terutama yang wilyah bagian timur kesana. Kalo untuk yang

dekat pasar itu udah masuknya APBD, jadi diluar program KOTAKU. Kan

kalau program KOTAKU itu hanya untuk daerah yang masih terbilang

kumuh.

Page 200: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

184

4. Apa saja faktor-faktor penyebab Kelurahan Bligo memperoleh kebijakan

program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)?

Jawab:

Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) itu kan diperuntukkan bagi

wilayah-wilayah yang masih memiliki daerah kumuh. Untuk Kelurahan

Bligo yang masih termasuk daerah kumuh itu di sekitar wilayah RT 2, RT

6, RT 7, RT 12 sampai RT 17. Jadi yang dapat bantuan program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU) itu yang masih ada daerah kumuhnya. Daerah kumuh

itu sebagian besar disebabkan karena keadaan lingkungan yang utama,

kemudian baru aktivitas masyarakat.

5. Bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat disekitar wilayah yang

terdapat program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

Jawab:

Masyarakat Kelurahan Bligo itu mayoritas bekerja di sektor industri kain

kasa dan batik, baik sebagai pekerja maupun wirausaha. Oleh karena iu,

kain kasa dan batik menjadi ciri khas dari Kelurahan Bligo, tetapi yang lebih

utama yang kain kasa.

6. Apa bentuk perbaikan lingkungan melalui program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

Jawab:

Perbaikan kualitas lingkungan melalui program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) yang dilaksanakan di kelurahan Bligo ada beberapa jenis ya

ada saluran atau drainase, paving untuk tahun sekarang karena untuk aspal

sudah tidak boleh, terus ada tempat sampah atau TPS dan pembangunan

PAM. Ya intinya untuk mengubah wajah Kelurahan Bligo supaya lebih

baik. Tetapi yang lebih banyak perbaikan itu di saluran atau drainase. Untuk

perbaikan paving jalan itu di RT 12 ada, di RT 17 juga ada. Untuk PAM di

RT 12, untuk TPS di sebelahnya PAM namanya TPS(3R). untuk program

KOTAKU di tahun 2018 fokusnya ke perbaikan saluran air (drainase) dan

paving. Baru untuk tahun 2019 meningkat yaitu perbaikan tempat

pembuangan sampah dan pembangunan air PAM.

Page 201: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

185

7. Apa sajakah kriteria yang digunakan sehingga Kelurahan Bligo dinilai layak

memperoleh kebijakan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)?

Jawab:

Untuk kriterianya sendiri karena di Kelurahan Bligo ini masih ada sebagian

yang daerah kumuh, baik karena memang kondisi lingkungan maupun

karena kesadaran masyarakatnya. Selain itu juga kondisi tempat

pembuangan sampah yang belum dikelola dengan baik sehingga sampahnya

masih mengganggu lingkungan sekitar. Mungkin keadaan itu yang masih

terbilang daerah kumuh.

8. Bagaimana tahapan-tahapan pelaksanaan kebijakan program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

Jawab:

Tahapan-tahapan secara rincinya saya kurang paham, karena itu menjadi

tugas dari BKM. Yang pasti ada tahap perencanaan dengan dibentuknya

BKM dan beberapa faskel (fasilitator kelurahan), kemudian ada juga

himbauan dari dinas perkim mengenai pelaksanaan dan bentuk-bentuk

perbaikan lingkungan yang diperbolehkan. Setelah itu ada juga evaluasi,

nanti dari kelurahan biasanya Pak Lurahnya yang diundang, nanti dari pihak

BKM juga diundang, kemudian kita ketemunya di dinas perkim.

9. Apa manfaat adanya kebijakan program Kota Tanpa kumuh (KOTAKU)

khususnya di Kelurahan Bligo?

Jawab:

Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) itu manfaatnya luar biasa, tetapi

tergantung yang menerima juga. Kalau memang yang menerima diajak

rembug, diajak melaksanakan bareng itu tidak masalah, malah bagus. Tapi

kalau yang menerima itu tidak bisa diajak bekerja sama ya nanti dari pihak

kelurahan yang mengoprak-oprak agar segera dijalankan.

10. Siapa saja pihak yang menjalankan kebijakan program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

Jawab:

Page 202: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

186

Untuk pihak yang menjalankan, terus terang dari pihak kelurahan tidak ada.

Istilahnya kalo boleh dikatakan kelurahan itu lepas. Yang menjalankan

adalah BKM. BKM itu setiap kelurahan ada, biasanya dibentuk setiap 3

tahun sekali. Kalo untuk program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) itu

hanya koordinator, jadi dari BKM ditunjuk pengurusnya siapa dan

koordinatornya dari situ siapa yang mengurusi program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU). Setiap tahun koordinatornya ganti.

11. Apa peran pemerintahan desa/kelurahan dalam penerapan program Kota

Tanpa Kumuh (KOTAKU) untuk menyelesaikan persoalan permukiman

kumuh?

Jawab:

Kalau untuk kebijakan tersendiri itu kami tidak ada. Jadi, kita hanya

melaporkan saja ke dinas, terutama sini kita melapornya ke Puskesmas dulu,

terus baru ke dinas kesehatan dan dinas sosial.

12. Adakah pemantauan dari pihak kecamatan dalam penerapan kebijakan

program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

Jawab:

Mestinya itu ada, tetapi itu langsung ke dinas perumahan rakyat dan

kawasan permukiman dan lingkungan hidup (perkim lh) yang menangani.

Selama ini kecamatan sepertinya tidak mengurusi masalah tersebut.

Koordinator BKM langsung ke dinas perkim lh.

13. Bagaimana sistem koordinasi antar pihak terkait pelaksanaan kebijakan

program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)?

Jawab:

Untuk koordinasi ya tidak masalah. Cuma kan kalau di dinas perkim itu

nanti mesti jadi satu. Jadi ada pembinaan, ada evaluasi dan sebagainya itu

dari pihak kelurahan diundang, nanti dari pihak BKM juga diundang nanti

kita ketemunya disana, di dinas perkim.

14. Adakah monitoring dan evaluasi di tingkat desa/kelurahan terkait penerapan

kebijakan program Kota tanpa Kumuh (KOTAKU)?

Jawab:

Page 203: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

187

Pelaksanaan monitoring dan evaluasi itu biasanya dari perkim, dari faskel-

faskel itu kan setelah itu ngasih tahu ke kelurahan dan kelurahan nanti juga

survei. Jadwalnya itu ada, biasanya di pertengahan dan di akhir pelaksanaan

program.

15. Bagaimana tindak lanjut dari program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)

khususnya di Kelurahan Bligo agar menjadi upaya penataan lingkungan

yang berkelanjutan?

Jawab:

Untuk tindak lanjutnya sendiri tinggal bagaimana masyarakat memiliki

kesadaran dan untuk pemeliharaan, cuma itu saja. Dari kelurahan

menghimbau masyarakat melalui RT dan RW agar selalu dijaga agar

kekumuhannya hilanng dan tidak ada masalah.

16. Bagaimana pengelolaan lingkungan yang diperbaiki melalui program Kota

Tanpa Kumuh (KOTAKU) setelah program tersebut selesai dilaksanakan?

Jawab:

Ya nanti seperti PAM itu sendiri akan kita bentuk untuk yang mengurusi

sampai penyaluran airnya ke masyarakat itu pengurusnya dari masyarakat

kita sendiri. Kalo untuk paving dan drainase karena sudah dibangun ya

tinggal pemeliharaan aja dari kesadaran masyarakat. Untuk PAM dan

tempat pembuangan sampah nanti yang membentuk pengurusnya adalah

kelurahan, tapi nanti setelah programnya selesai dan diserahkan pada

kelurahan.

17. Bagaimana transparansi anggaran program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)

di Kelurahan Bligo?

Jawab:

Untuk transparansi anggaran sendiri itu harus ada, biasanya kalo untuk

program KOTAKU itu dari kelurahan Cuma pak Lurahnya aja diajak

rembug mengenai programnya. Untuk kesesuaian anggaran, saya kira sudah

sesuai untuk honor pekerja, untuk penyediaan barang itu sudah sesuai.

Untuk anggaran program KOTAKU itu langsung dari APBN pusat, nanti

melalui dinas perkim kemudian langsung ke BKM tidak lewat kelurahan.

Page 204: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

188

18. Bagaimanakah kesesuaian antara pelaksanaan program dengan RPLP

(Rencana Penataan Lingkungan Permukiman) dan RPJM?

Jawab:

Saya kira sudah sesuai, apa yang sudah direncanakan bisa dijalankan oleh

BKM dan tim. Biasanya bentuk perbaikan itu sesuai dengan hasil rembug

musyawarah warga yang bersangkutan. Tapi, terkadang juga tergantung

dari dinas nya, untuk tahun ini pengaspalan sudah tidak boleh, kalo paving

masih boleh, kemudian TPS (3R) itu hampir semua boleh. Jadi juga

disesuaikan dengan aturan dari pusat.

19. Bagaimana dukungan pemerintah daerah dalam pelaksanaan program Kota

Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo Kabupaten Pekalongan?

Jawab:

Kalo untuk program kota tanpa kumuh (KOTAKU) itu langsung dari pusat.

Jadi dana itu langsung cair 2 milyar itu ke BKM, tapi lewatnya rekening.

Kelurahan tidak menerima dana itu, jadi dari pemerintah pusat melalui dinas

perkim kemudian langsung ke BKM. Untuk tahun 2018 kan Kelurahan

Bligo mendapatkan anggaran 1 milyar, kemudian tahun 2019 mendapatkan

anggaran 2 milyar. Ya mudah-mudahan kalau tahun ini dapat lagi bisa lebih

baik lagi, karena kan jika administrasinya bagus, pengurusan daerah kumuh

berjalan dan sebagainya mungkin tidak ada masalah.

20. Bagaimana tingkat keberhasilan penerapan kebijakan program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo Kabupaten Pekalongan?

Jawab:

Kalo disini di Kelurahan Bligo ini sudah memenuhi target, ya sudah 90%

lah program KOTAKU berjalan tidak ada masalah. Ini sudah memasuki

tahap akhir, semua pembangunan sudah selesai tinggal kelengkapan-

kelengkapan yang masih kurang saja. Penyelesaian semua perbaikan sesuai

target, akhir bulan ini sepertinya selesai semuanya. Nanti yang PAM sama

tempat pembuangan sampah itu tinggal pembentukan pengurus.

Page 205: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

189

21. Bagaimana keterlibatan pemerintah desa/kelurahan pada tahapan

monitoring dan evaluasi kebijakan program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU)?

Jawab:

Pihak kelurahan kita saling membantu saja, nanti dari dinas perkim biasanya

meninjau kesini, nanti kumpul lagi di kelurahan, terus BKM nya juga yang

ngabari dan kelurahan, nanti bareng-bareng meninjau ke lokasi.

22. Apa saja yang menghambat proses penerapan kebijakan program Kota

Tanpa Kumuh (KOTAKU) khususnya di Kelurahan Bligo?

Jawab:

Ya kalau disini itu hambatannya cuma pelaksana aja, jadi untuk pelaksana

sudah dibentuk ok, ternyata yang bersangkutan tidak melaksanakan

sehingga akhirnya di handle oleh orang lain, jadi istilahnya seperti

“njagake”. Ya itu, hambatannya cuma itu, kalau untuk masalah anggaran

sudah disiapkan semua.

23. Bagaimana upaya untuk mengatasi hambatan yang muncul dalam

pelaksanaan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

Jawab:

Untuk mengatasi hambatan yang ada itu ya dari kelurahan bahasanya

“ngoprak-ngoprak” sehingga yang tadinya belum jalan kan akhirnya

berjalan programnya. Seperti kemarin kan terbentur dengan adanya pemilu,

kemudian juga terbentur dengan bulan puasa. Tapi Alhamdulillah di

Kelurahan Bligo ini menurt saya termasuknya cepat.

Page 206: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

190

C. Identitas Diri

Nama : Istiqomah

Alamat : Kelurahan Bligo RT 12

Profesi : Koordinator BKM Mandiri Kelurahan Bligo

Usia : 45 tahun

Waktu : Sabtu, 8 Februari 2020 (pukul 16.45-18.12)

Tempat : Kelurahan Bligo RT 12

Pertanyaan

1. Apa peran BKM dalam pelaksanaan program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU)?

Jawab:

Peran BKM itu sendiri sebenarnya ada beberapa yang penting seperti

menjadi penyalur antara pemerintah kepada KSM untuk melakukan

pembangunan, sebagai pengontrol, kemudian BKM itu juga yang mengelola

dana BOP unutk kepentingan-kepentingan program. Selain itu, BKM juga

berperan dalam hal ini unutk membentuk KSM sebagai panitia pelaksana

dalam program KOTAKU.

2. Apa bentuk perbaikan lingkungan melalui program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

Jawab:

Kalau di Kelurahan Bligo ini bentuk-bentuk perbaikannya ada beberapa

macam seperti pembuatan saluran air atau drainase, pembangunan jalan

paving, pembuatan sumur bor (PAMSIMAS) untuk air bersih dan juga

pembuatan TPS(3R) untuk mengolah sampah.

3. Bagaimana penyusunan RPLP di Kelurahan Bligo? Siapa saja yang terlibat?

Jawab:

Untuk penyusunan RPLP itu kan yang saya tahu ya dari usulan setiap RT di

Kelurahan Bligo, kemudian di tampung oleh BKM. Setelah itu kan di

rembug di musyawarahkan bersama-sama, baru di buat RPLP. Tapi dalam

Page 207: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

191

kenyataannya RPLP itu kemarin dibuat oleh faskel. Faskelnya itu setiap

tahun ganti, kemarin dari Doro, Kajen sama Kesesi.

4. Bagaimana mekanisme pertanggungjawaban tim pelaksana tersebut sebagai

pelaksana program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo

Kabupaten Pekalongan?

Jawab:

Untuk pertanggungjawaban itu nanti dari BKM dan KSM melalui RWT

(REmbug Warga Tahunan) yang kemarin itu si Mbak, Hari Rabu tanggal 12

Februari jam 20.00 di Kelurahan. Nah biasanya ketika dana belum cair, itu

nanti ada talangan dari KSM. Makanya kemarin RWTnya baru bisa

dilaksnakan tanggal 12 Februari itu karena kita harus menyelesaikan dana

talangan tadi, setelah semuanya selesai, sisa dana yang ada berapa dan

penggunaannya selama satu tahun itu bagaimana, nanti di

pertanggungjawabkan melalui RWT itu mbak. RWT itu juga dihadiri oleh

Pak Lurah, tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuda juga dari fasilitatornya

hadir disitu.

5. Bagaimana tahapan-tahapan pelaksanaan program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di Kabupaten Pekalongan?

Jawab:

Untuk tahap-tahap program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan

Bligo itu dimulai dari perencanaan. Nah di tahap perencanaan ini diadakan

pelatihan-pelatihan dan sosialisasi. Setelah tahap perencanaan selesai, nanti

dana dari pemerintah turun. Dana dari pemerintah tersebut di turunkan

langsung ke BKM, kemudian dari BKM ke KSM sebagai pelaksana

pembangunan. setelah dana turun, ya pembangunan mulai berjalan sesuai

rencana tadi. Setelah itu juga ada yang namanya evaluasi. Evaluasi itu

dilaksanakan setiap tahapan, baik dari sebelum pembangunana, pada saat

pembangunana maupun setelah pembangunan selesai. Setelah itu ada audit

setiap tahunnya.

Page 208: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

192

6. Apa saja yang menjadi tolok ukur keberhasilan dari pelaksanaan program

Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo Kabupaten

Pekalongan?

Jawab:

Kalau menurut saya yang menjadi ukuran berhasil atau tidaknya program

Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo itu ya seperti dana yang

didapat tersalur dengan baik, kemudian anggaran dapat terealisasikan sesuai

dengan aturan, pelaksanaan program juga sesuai dengan aturan dari

pemerintah, hasil dari pembangunan itu dapat dinikmati oleh seluruh

masyarakat, serta laporan pertanggungjawaban juga sesuai dengan aturan

yang ada mbak.

7. Apa saja manfaat dari adanya program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) bagi

lingkungan Kelurahan Bligo?

Jawab:

Manfaat program KOTAKU itu sebenarnya banyak untuk Kelurahan Bligo

sendiri seperti membangun akses jalan agar lebih baik, lebih rapid an layak.

kemudian juga memperbaiki lingkungan masyarakat yang tadinya kumuh

menjadi tidak kumuh serta memperbaiki penampilan wajah kampung di

Kelurahan Bligo. Dan yang tidak lupa itu memenuhi kebutuhan air bersih

bagi masyarakat dan mengelola persampahan sesuai standar.

8. Apa sajakah data dan poin penting yang digunakan untuk monitoring dan

evaluasi program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo

Kabupaten Pekalongan?

Jawab:

Poin penting dalam monitoring dan evaluasi itu diantaranya (1) segala

sesuatunya harus sesuai dengan aturan dari pemerintah, (2) kesesuaian antara

pembangunan yang dilakukan dengan rencana yang sudah ditetapkan, (3)

kesesuaian LPJ.

Page 209: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

193

9. Siapa saja pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan monitoring dan

evaluasi program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo

Kabupaten Pekalongan?

Jawab:

Untuk pihak yang terkait dalam program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di

kelurahan Bligo itu ada berbagai pihak mbak mulai dari Dinas Perkim LH

Kabupaten Pekalongan, fasilitator kelurahan sebagai pendamping, kemudian

tentunya ada BKM bersama dengan KSM sebagai pelaksananya.

10. Bagaimana pengelolaan lingkungan yang diperbaiki melalui program Kota

Tanpa Kumuh (KOTAKU) setelah program tersebut selesai dilaksanakan?

Jawab:

Untuk pengelolaan itu nanti ada kelompoknya sendiri mbak. Untuk TPS(3R)

sama PAMSIMAS itu nanti kelompoknya dibentuk kelurahan, sedangkan

untuk drainase sama jalan paving nanti dikelola oleh masyarakat itu sendiri.

11. Bagaimana dukungan pemerintah terkait anggaran untuk pelaksanaan

program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

Jawab:

Terkait anggaran itu pemerintah mendukung penuh melalui APBD Mbak,

hal ini dapat dilihat bahwa pada tahun 2019 Kelurahan Bligo memperoleh

anggaran sebesar 2 milyar untuk mengatasi masalah kawasan kumuh melalui

program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) ini. Anggaran tersebut nantinya

disalurkan ke BKM kemudian langsung ke KSM sebagai pelaksana

lapangan. Setiap KSM nanti memperoleh anggaran sesuai kebutuhan setiap

pembangunan yang akan dilakukan.

12. Bagaimana koordinasi BKM dengan pemerintah untuk menjamin

terlaksananya program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo

dengan baik?

Jawab:

Koordinasinya melalui fasilitator kelurahan yang dari pemerintah memang

ditugaskan sebagai pendamping, karena kan kalau masalah detail

pembangunan kan BKM tidak terlalu paham jadi ada pendampingnya.

Page 210: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

194

Melalui faskel itulah BKM berkoordinasi dengan pemerintah yang dalam hal

ini adalah Dinas Perkim LH kabupaten Pekalongan.

13. Apakah pemerintah melibatkan masyarakat dalam pelaksanaan dan tindakan

keberlanjutan dari program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan

Bligo? (seperti apa keterlibatannya)

Jawab:

Iya mbak, masyarakat Kelurahan Bligo terlibat dalam program KOTAKU

ini. Keterlibatannya itu berupa swadaya berupa tenaga atau relawan serta

swadaya berupa penyediaan jajan dan minuman untuk tukang. Bentuk

keterlibatan masyarakat untuk mendukung program ini dapat dilihat juga di

beberapa warga RT 11 yang rumahnya di pinggir jalan kecil dekat sungai.

Warga tersebut diminta keikhlasannya untuk memberikan tanah mereka

seluas setengah meter guna membangun jalan paving agar lebih luas dan

lebih layak untuk digunakan.

14. Apa saja faktor penyebab munculnya hambatan dalam pelaksanaan program

Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

Jawab:

Sebenarnya penyebab timbulnya hambatan itu dari masyarakatnya ada, dari

pengurusnya juga ada mbak. Jadi untuk hambatan program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo itu ada beberapa hal seperti adanya

ketidakharmonisan dalam internal pengurus BKM , kurangnya koordinasi

antara pihak BKM dengan faskel, kemudian faskel yang sedikit mempersulit

dalam pembangunan sesuai usulan warga. Kalau dari masyarakatnya itu

masih ada beberapa yang menolak program KOTAKU mbak.

15. Adakah faktor dari masyarakat yang menghambat pelaksanaan program

Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kabupaten Pekalongan?

Jawab:

Untuk faktor dari masyarakat yang menghambat itu saya kira ada ya mbak,

jadi waktu awal program ini mau berjalan, itu masih ada masyarakat di

Kelurahan Bligo yang tidak mau diperbaiki lingkungan sekitar tempat

tinggalnya melalui program KOTAKU sehingga hal ini menimbulkan

Page 211: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

195

adanya peralihan. Peralihan itu yang tadinya di RT 11 rencananya ada

perbaikan drainase, tetapi masyarakatnya ada yang tidak mau sehingga harus

dialihkan ke daerah lain tetapi masih dalam satu RT tersebut. Hal itu kan

sebenarnya juga menghambat mbak, yang tadinya sudah diukur dan

persiapkan sebagainya harus dipindah ke daerah lain yang kondisinya belum

tentu sama dengan daerah sebelumnya.

16. Bagaimana upaya untuk mengatasi hambatan yang muncul dalam

pelaksanaan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kabupaten

Pekalongan?

Jawab:

Sebenarnya semua itu bisa diatasi kalau kita bisa menjalin kerja sama dengan

baik kepada semua pihak untuk bareng-bareng bekerja sehingga lebih ringan.

17. Apakah ada sumber dana lain selain dari pemerintah ? (apa saja)

Jawab:

Kalau dana itu sebenarnya secara keseluruhan sudah disediakan oleh

anggaran dari pemerintah Mbak. Tetapi cairnya kan bertahap, jadi ketika

dana itu belum cair maka akan di talangi atau dipinjami dulu oleh BKM atau

KSM karena kan pembangunan harus tetap jalan mbak. Nanti dana talangan

itu akan diganti ketika anggaran dari pemerintah sudah cair. Makanya

kemarin baru bisa RWT karena kami harus menyelesaikan dana talangan itu.

Page 212: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

196

D. Identitas Diri

Nama : Budi Nuryanto

Asal : Kelurahan Bligo RT 11

Profesi : Koordinator TIPP Kelurahan Bligo

Usia : 45 Tahun

Waktu : Kamis, 30 Januari 2020 (pukul 16.20-17.17)

Tempat : Sumur Bor (PAMSIMAS) RT 14 Kelurahan Bligo

Pertanyaan

1. Apa peran BKM dalam pelaksanaan program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU)?

Jawab:

BKM itu memiliki tugas atau peranan untuk penataan kota tanpa kumuh dan

di BKM itu ada permodalan atau dana untuk pengentasan kemiskinan

melalui penataan lingkungan. BKM itu sendiri sebenarnya sudah ada jauh

sebelum adanya program KOTAKU, karena BKM itu sendiri sudah ada

sejak tahun 2005.

2. Apa bentuk perbaikan lingkungan melalui program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

Jawab:

Bentuk perbaikan yang dilakukan melalui program KOTAKU itu seperti

perbaikan permukiman, saluran air atau drainase, kemudian ada juga PAM

dan TPS (3R) atau pengelolaan sampah. Untuk perbaikan saluran air atau

drainase di Kelurahan Bligo ini volumenya mencapai 1.300 m3. Sementara

itu untuk paving secara keseluruhan seluas 850 m2. Pembangunan itu

dilakukan oleh masyarakat kita sendiri seperti drainase itu biasanya pakai

tukang bangunan harian, kecuali untuk pembangunan PAM karena

tenaganya harus khusus mbak, tidak semua orang bisa dan ahli dibidangnya.

Makanya untuk PAM itu bisa di lelangkan atau diborongkan istilahnya

ditenderkan seperti itu mbak.

Page 213: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

197

3. Bagaimana mekanisme pertanggungjawaban tim pelaksana tersebut sebagai

pelaksana program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kabupaten

Pekalongan?

Jawab:

LPJ nya itu BKM bekerjasama dengan faskelnya. Selain itu, nanti juga ada

yang namanya RWT (Rembug Warga Tahunan). RWT itu seperti bentuk

pertanggungjawaban atas kinerja BKM selama satu tahun kepada warga

masyarakat. Biasanya RWT itu dihadiri oleh ketua RT dan RW serta tokoh-

tokh masyarakat seperti dari IPNU, IPPNU, Aisyiyah dan lainnya mbak.

4. Apakah pemerintah Daerah menyelenggarakan sosialisasi mengenai

program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kabupaten Pekalongan?

Jawab:

Sosialisasi itu ada, bahkan ada beberapa bentuk sosialisasi. Ada sosialisasi

masal yang diselenggarakan oleh pusat yaitu oleh dinas perkim, kemudian

ada sosialisasi desa itu diselenggarakan di tingkat desa/kelurahan, kemudian

juga ada sosialisasi basis itu sosialisasi di tingkat RT/RW yang nantinya

akan dibangun atau diperbaiki melalui program KOTAKU.

5. Bagaimana tahapan-tahapan pelaksanaan program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di Kabupaten Pekalongan?

Jawab:

Untuk tahapan-tahapan program KOTAKU itu ada tahap perencanaan yaitu

sebelum dana itu cair. Tahap perencanaan itu sendiri meliputi tahap

penyusunan RPLP (Rencana Penataan Lingkungan Permukiman) yang

dilakukan oleh BKM dan faskel (pendamping), ada faskel ekonomi, faskel

teknik, ada 4 orang yang senior 2 orang. Kemudian tahap perencanaan

pembangunan, selanjutnya ada sosialisasi. Sosialisasi itu sendiri ada

beberapa macam, ada sosialisasi masal, sosialisasi desa/kelurahan dan

sosialiasasi basis atau tingkat RT/RW yang akan dibangun. Setelah itu baru

dana cair sesuai anggaran yang didapatkan. Setelah dana cair, tahap

selanjutnya adalah tahap pelaksanaan yaitu pembangunan dan perbaikan

lingkungan permukiman. Selain itu juga ada monitoring dan evaluasi setiap

Page 214: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

198

bulannya. Setelah itu juga ada tim pengurus sebagai bentuk keberlanjutan

setelah pembangunan melalui program KOTAKU selesai.

6. Apa saja manfaat dari adanya program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)

bagi lingkungan Kabupaten Pekalongan?

Jawab:

Manfaatnya sangat banyak sekali mbak untuk program KOTAKU itu,

disamping lingkungannya menjadi indah dipandang, dan masyarakat

merasakan tidak banjir lagi karena saluran airnya sudah diperbaiki. Selain

itu, kebutuhan masyarakat akan air bersih juga lebih terpenuhi karena

adanya pembangunan PAM dalam program KOTAKU tahun ini.

7. Apa sajakah data dan informasi yang digunakan untuk monitoring dan

evaluasi program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kabupaten

Pekalongan?

Jawab:

Data atau informasi yang disampaikan pada saat monev biasanya terkait

kualitas dari pembangunan, dari pasir, batu atau material lainnya.

8. Kapan monitoring dan evaluasi program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)

di Kabupaten Pekalongan dilakukan?

Jawab:

Monitoring dan evaluasi (monev) itu ada, biasanya berupa kunjungan dari

dinas perkim, dari Koordinator Kota (Korkot KOTAKU) dan dari Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang dari Kota

Semarang itu Mbak sebagai audit terakhir. Monevnya dilakukan setiap satu

bulan sekali selama pelaksanaan.

9. Siapa saja pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan monitoring dan

evaluasi program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kabupaten

Pekalongan?

Jawab:

Kalau untuk pihak yang terkait seperti dinas perkim, BKM, dan masyarakat

setempat. BKM itu yang melaksanakan pembangunan bekerja sama dengan

faskel. Kemudian setiap kegiatan itu ada pengurusnya mbak, namanya KSM

Page 215: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

199

(Kelompok Swadaya Masyarakat). Di BKM sini itu ada 3 KSM salah

satunya saya yang menangani drainase, kemudian PAM dipegang oleh Pak

Mulyono di RT 2 dan TPS (3R) itu dipegang oleh Pak Taufiq. Jadi, untuk

masing-masing pembangunan nanti ada yang mengurusnya sendiri-sendiri.

10. Apa sajakah yang menjadi poin penting dalam monitoring dan evaluasi

program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kabupaten Pekalongan?

Jawab:

Poin pentingnya ya semua tahap mbak, jadi dari awal perencanaan sampai

pelaksanaan itu selalu di monitoring.

11. Bagaimana tindak lanjut dari program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di

Kabupaten Pekalongan agar menjadi upaya penataan lingkungan yang

berkelanjutan?

Jawab:

Tindak lanjut dari program KOTAKU itu nanti ada kelompok

pemeliharaannya mbak kalau tidak salah namanya KPP (Kelompok

Pemelihara Pembangunan). KPP itu dibentuk dari masyarakat setempat

mbak, jadi nanti missal ada batako yang ambles itu nanti yang bisa

memperbaiki ya KPP itu. KPP itu bersifat mandiri mbak, jadi tidak lagi

berkaitan dengan BKM maupun kelurahan. Kecuali untuk pembangunan

PAM sama TPS (3R) itu nanti ada pengurusnya sehingga dapat dikelola dan

masyarakat dapat menikmati perbaikan penataan lingkungan yang

dilakukan. Sementara untuk drainase sama paving itu kami kembalikan

pada masyarakat yang lingkungannya dibangun dan diperbaiki.

12. Bagaimana pemantauan yang dilakukan setelah program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU) selesai dijalankan?

Jawab:

Kalau pemantauan ada mbak, biasanya dari BKM. Ini saya karena tahun ini

dipercaya sebagai ketua BKM, makanya hampir setiap hari saya selalu ke

tempat PAM dan TPS (3R) untuk melihat kondisi sekaligus memantau apa

saja yang masih kurang.

Page 216: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

200

13. Bagaimana pengelolaan lingkungan yang diperbaiki melalui program Kota

Tanpa Kumuh (KOTAKU) setelah program tersebut selesai dilaksanakan?

Jawab:

Untuk TPS (3R) itu nanti sampahnya dipilah mbak, yang organik nanti

diolah menjadi pupuk organik. Kemudian yang plastik-plastik, botol-botol

plastik nanti akan dicacah menjadi biji plastik, nanti yang kardus juga

demikian, nanti ada yang ngurus.

14. Bagaimana dukungan pemerintah terkait anggaran untuk pelaksanaan

program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kabupaten Pekalongan?

Jawab:

Kalau dana itu memang dari pusat, semuanya ada anggarannya. Tapi

biasanya masyarakat juga dilibatkan untuk swadaya berupa penyediaan

jajan untuk tukang atau tenaga untuk relawan.

15. Bagaimana koordinasi pemerintah dengan pelaksana kebijakan untuk

menjamin terlaksananya program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di

Kabupaten Pekalongan dengan baik?

Jawab:

Koordinasinya ya berupa pemantauan serta dengan adanya faskel-faskel itu

mbak yang nantinya mendampingi BKM dalam melaksanakan

pembangunan.

16. Bagaimana strategi agar program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di

Kelurahan Bligo menjadi penataan lingkungan yang berkelanjutan bagi

masyarakat?

Jawab:

Keberlanjutannya itu dengan dibentuknya kelompok pengelola dan

kelompok pemelihara pembangunan. kelompok pengelola itu untuk

mengelola pembangunan yang menghasilkan nilai ekonomis seperti

TPS(3R) dan sumur bor (PAMSIMAS) nanti dibentuk oleh kelurahan.

kemudian untuk kelompok pemelihara pembangunana itu diserahkan

kepada masyarakat yang daerahnya sudah diperbaiki seperti drainase dan

Page 217: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

201

jalan paving, nanti unutk perawatannya diserahkan sepenuhnya kepada

masyarakat.

17. Apakah pemerintah melibatkan masyarakat dalam pelaksanaan dan

tindakan keberlanjutan dari program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di

Kabupaten Pekalongan?

Jawab:

Iya, masyarakat terlibat baik dalam tahap pelaksanaan maupun tahap

keberlanjutan. Untuk tahap pelaksanaan biasanya masyarakat diminta

bantuan swadaya seperti penyediaan jajan tukang dan bantuan tenaga

sebagai relawan. Kemudian untuk tahap keberlanjutan, masyarakat itu

sendiri yang diberi tanggungjawab untuk menjaga dan merawat apa yang

sudah kami perbaiki mbak.

18. Apa saja faktor penyebab munculnya hambatan dalam pelaksanaan program

Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kabupaten Pekalongan?

Jawab:

Penyebab utama hambatan ya dari masyarakatnya mbak, terutama dari

kesadarannya. Ada masyarakat yang mau diajak kerja sama untuk

memperbaiki lingkungan permukiman, tapi jg ada masyarakat yang sulit

untuk diajak kerja sama. Selain itu juga ada ketidakhamonisan sesame

pengurus BKM.

19. Adakah faktor dari masyarakat yang menghambat pelaksanaan program

Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kabupaten Pekalongan?

Jawab:

Kalo untuk hambatan itu biasanya dari masyarakatnya banyak yang

komplain, banyak yang biasanya kalo di bangun atau dibatako nanti takut

kebanjiran. Tapi setelah melihat daerah lain sudah diperbaiki, sudah rapi

mereka yang tadinya menolak menjadi iri. Jadi masyarakatnya itu istilahnya

“mbolak-mbalik” itu si mbak. Kadang dari pihak BKM nya sudah pesan

paving sejumlah sekian, tapi karena banyak yang iri dan minta dibangun

jadi kadang tidak sesuai. Itu si mbak untuk hambatan paling ya dari

masyarakatnya sendiri.

Page 218: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

202

20. Bagaimana upaya untuk mengatasi hambatan yang muncul dalam

pelaksanaan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kabupaten

Pekalongan?

Jawab:

Terkait mengatasi hambatan itu biasanya kalau yang memang sulit diatasi

ya kita tinggal aja, kalau masyarakatnya sulit untuk dibikin rapi ya sudah

kita biarkan saja. Kami melayani yang enak saja, yang mau diajak kerja

sama buat merapikan lingkungan.

21. Adakah jalinan kerjasama dengan pihak lain untuk memastikan program

Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) berjalan dengan baik?

Jawab:

Biasanya ada kerja sama dengan pihak lain seperti perusahaan-perusahaan

terkait keberlanjutannya, terutama untuk beberapa kegiatan yang memang

membutuhkan tenaga ahli khusus seperti pengelolaan PAM dan TPS (3R).

Page 219: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

203

E. Identitas Diri

Nama : Syaifudin

Alamat : Kelurahan Bligo RT 3 RW 1

Profesi : Karyawan (Ketua RT 3)

Usia : 42 tahun

Waktu : Minggu, 8 Maret 2020 (Pukul 10.30-11.20)

Tempat : Bligo RT 3 RW 1

Pertanyaan

1. Apa yang Bapak/Ibu ketahui mengenai program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) yang ada di kelurahan Bligo?

Jawab:

Program lingkungan yang tadinya infrastrukturnya masih berantakan,

melalui program kotaku itu menjadi lebih tertata dan lebih rapi.

2. Apa saja bentuk perbaikan kawasan lingkungan dari program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU) yang ada di sekitar tempat tinggal Bapak/Ibu?

Jawab:

Drainase, penerangan lampu jalan , dan paving jalan ukuran kecil

3. Bagaimana perubahan yang ditimbulkan dari program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di kelurahan Bligo?

Jawab:

Sebelum ada program KOTAKU itu infrastruktur masih berantakan seperti

drainase yang macet, jalan yang masih rusak dan penerangan jalan kurang

mbak karena masih mengandalkan lampu dari rumah warga. Sekarang

setelah ada pembangunan program KOTAKU itu kan sudah ada lampu yang

letaknya di tepi jalan sehingga lebih terang dan lebih bagus dipandang,

drainase menjadi lancar, jalan-jalan kecil tertata rapi sehingga aktivitas

warga menjadi lancar, penerangan jalan yang lebih memadai.

4. Apakah perbaikan yang dilakukan melalui program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) sudah tepat untuk memperbaiki lingkungan sekitar tempat

tinggal Bapak/Ibu?

Page 220: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

204

Jawab:

Ketepatan program belum sepenuhnya 100%. Karena belum semua daerah

yang memerlukan perbaikan memperoleh pembangunan melalui program

itu. Jadi masih ada beberapa daerah yang masih belum tertata dengan baik.

5. Menurut Bapak/Ibu, apa sajakah manfaat dari adanya program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

Jawab:

Kalau untuk manfaat itu sebenarnya banyak, seperti sarana-sarana umum

yang tadinya itu tidak optimal fungsinya sekarang bisa difungsikan kembali

seperti drainase tadi. Jadi sebelum ada program kotaku itu drainasenya pada

macet sehingga tidak mampu mengalirkan limbah rumah tangga yang

dihasilkan, tetapi setelah ada program KOTAKU itu drainasenya menjadi

lancar dan ketika musim hujan tidak lagi menyebabkan banjir. Kemudian

yang tadinya belum tertata menjadi lebih rapi seperti kondisi jalan-jalan

kecil yang sudah dipaving, dan kondisi penerangan jalan menjadi baik.

6. Bagaimana respon masyarakat Kelurahan Bligo terhadap adanya program

Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)?

Jawab:

Pada awalnya memang ada yang menolak karena tumpukan material

mengganggu aktivitas, tetapi sekarang menjadi lebih enak. Jadi komplain

dari masyarakat itu rata-rata cuma sebentar, tapi kalo sudah diperbaiki ya

kembali tertata jadi lebih enak.

7. Bagaimana keterlibatan Bapak/Ibu dalam program KOTAKU sebagai

masyarakat di Kelurahan Bligo? (keterlibatan dalam setiap tahapan)

Jawab:

Persiapan: harusnya bkm itu sharing dengan kelurahan sehingga faskel dr

kabupaten dapat memperoleh data secara lebih akurat, tetapi dalam

kenyataannya dari BKM itu malah faskelnya yang langsung meninjau ke

lokasi sehingga kelurahan tidak ikut campur. Mungkin dalam hal ini BKM

tidak menggandeng kelurahan. oleh karena itu, yang saya tahu nanti untuk

tahun 2020 ini dari pihak camatnya sendiri mengajak kelurahan dan BKM

Page 221: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

205

untuk saling sharing bahwa pembangunan pada tahun depan harus disiapkan

dan bersama dengan kelurahan.

8. Apakah program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo

berjalan dengan baik?

Jawab:

Kalau pembangunan dikatakan berjalan ya berjalan dengan baik. Tapi ya

tadi yang masalah mengenai galian dari drainase lama yang diletakkan di

pinggir jalan itu mengganggu aktivitas warga sehingga ada beberapa yang

keberatan.

9. Apa sajakah bentuk kontribusi masyarakat selama pelaksanaan program

Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

Jawab:

Kontribusinya melalui swadaya. Berhubung anggaran di beberapa RT

seperti misalnya RT 6 yang terkena drainase itu tipis, kalopun pas itu bejo.

Oleh karena itu, harus ada swadaya masyarakat untuk mengurangi biaya

tukang. Bentuknya tenaga dan materi juga. Jadi kan drainase yang lama mau

di bongkar, nah itu membutuhkan tenaga tukang, tapi untuk membongkar

membutuhkan waktu sehingga anggaran unutk upah tidak mencukupi.

Karena keterbatasan anggaran tersebut, maka masyarakat berswadaya untuk

membongkar drainase yang lama. Dan nanti tukang hanya membuat

drainase yang baru sehingga lebih menghemat biaya tukangnya. Kalo untuk

swadaya materi dari masyarakat itu biasanya dalam bentuk akomodasi

tukang berupa minuman dan jajan.

10. Apakah ada hambatan dalam pelaksanaan program KOTAKU di Kelurahan

Bligo?

Jawab:

Hambatanya masalah turunnya anggaran itu bertahap, sehingga kalo

materialnya habis harus menunggu cair lagi. Selain itu, derah yang

bermasalah misalnya yang akan didepan drainase itu yang punya rumah

ngga boleh, Karen afaktor dari masyarakat itu yang belum tau pentingnya

keguanaan drainase

Page 222: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

206

11. Kendala apa saja yang muncul selama pelaksanaan program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

Jawab:

Kendalanya ya itu tadi, anggaran yang bertahap, kemudian harga material

tidak sesuai dengan patokan di buku panduan. Harga di buku lebih murah

dari harga asli, selain itu harga tukang juga tidak sesuai antara yang dibuku

dengan asli, yang dibuku lebih murah.

Kalo dari masyarakat itu ya ada yang tidak mau dibangun kayak di RT 15

itu tidak mau, padahal sudah diukur sehingga dialihkan tapi tetap dalam 1

RT. Kemudian waktu Musyrenbang tingkat kelurahan, jadi setiap RT

mengajukan apa yang perlu diperbaiki. Nanti kalau sudah terkumpul, tim

faskel dari kabupaten melakukan survei sesuai usulan para RT. Dari

beberapa usulan yang paling dominan dan perlu, itu yang di setujui untuk

dibangun. Pihak yang terlibat BKM, kelurahan, ketua RT. Dipercayakan

pada ketua RT, kelurahan tidak melakukan suvei sehingga ketika ada yang

menolak, kelurahan tidak tahu. Yang melakukan BKM, faskel dan RT.

Padahal instruksi dari camat itu kalo ada pembangunan, agar pihak dari

kelurahan harus ada yang tahu dan menjadi penguat dan penanggungjawab

karena wilayahnya adalah wilayah kelurahan. survei dilakukan sekitar 5

bulan sebelum pembangunan dimulai. RPK dan pemetaan swadaya itu

masuk dalam rapat BKM (Musyremang). Seluruh usulan ditampung, nanti

BKM mengadakan rapat kemudian ditentukan mana yang diprioritaskan.

12. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu ketika ada masyarakat yang menolak

adanya program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

Jawab:

Sebenarnya si tidak ada penolakan jika dari pihak kelurahan padasaat survey

memberi gambaran dan pengertian, sebab- akibat dibangunnya drainase

sehingga juga ada dasar hukumnya. Tapi kelurahan tidak menjalankan itu

sehingga ketika warga menolak

Page 223: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

207

13. Bagaimana pemantauan terhadap pelaksanaan program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

Jawab:

Kalau biasanya pemantau itu dari kabupaten, jadi biasanya setelah

mendapat beberapa persen dari pembangunan itu di survey, tapi periodenya

berapa bulan saya lupa.

14. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai sikap BKM dalam menjalankan

program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

Jawab:

BKM kan juga punya asset, terus BKM juga yang menjalankan dan mengisi

pembangunan seperti program KOTAKU atau program lainnya. kalo

pembangunannya sesuai dengan anggaran mungkin tidak ada yang kecewa,

jadi lebih transparan.

15. Apa saja bentuk kontribusi masyarakat dalam memelihara lingkungan

sekitar yang sudah diperbaiki melalui program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

Jawab:

Kalau setiap RT itu punya metode masing-masing, misalnya drainase sama

lampu penerangan jalan itu kan meliputi beberapa RT. Beberapa RT di

Kelurahan Bligo pada waktu sekarang kan ada acara jimpitan yang 500

perhari setiap rumah, nah itu uang dari jimpitan itu sebagian digunakan

untuk perawatan, seperti mangganti lampu penerangan, membersihkan

drainase, juga untuk kegiatan sosial seperti kalo ada yang meninggal untuk

membeli kafan, menjenguk warga yang sakit. Jadi jimpitan itu kan setiap

rumah nanti dikasih tempat missal dari gelas plastic atau kaleng. Nah nanti

warganya itu mengisi tempat tersebut sebesar 500 rupiah setiap hari, berarti

seminggunya ada 3.500 rupiah. Nanti ada yang mengambil dan

dikumpulkan untuk kegiatan-kegiatan tadi.

Page 224: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

208

F. Identitas Diri

Nama : Yunita

Alamat : Bligo RT 10 RW 4

Profesi : Guru Paud

Usia : 24 tahun

Waktu : Kamis, 12 Maret 2020 (Pukul 20.45-21.33)

Tempat : Bligo RT 10 RW 4

Pertanyaan

1. Apa yang Bapak/Ibu ketahui mengenai program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) yang ada di kelurahan Bligo?

Jawab:

Program KOTAKU itu program yang biasanya kerja sama dengan BKM

dan dinas perkim untuk mengatasi maslah kumuh. Kalo dulu itu pnpm

mandiri namanya, jadi kayak lanjutan gitu, tapi untuk sekarang namanya

KOTAKU.

2. Apa saja bentuk perbaikan kawasan lingkungan dari program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU) yang ada di sekitar tempat tinggal Bapak/Ibu?

Jawab:

Setahu saya itu kalau di sekitar RT 12 yang deket rumahnya Pak Lurah Ihsan

itu masih dibangun drainase sama paving, itu kan menjadi lebih baik. Terus

yang di sebelah sungai itu kan tadinya kumuh banget mbak, sekarang

setelah dibangun itu jadi lebih indah, dari penataannya juga menjadi lebih

rapi dan sekarang juga daerah situ untuk jalan-jalan warga kalo sore hari.

3. Bagaimana perubahan yang ditimbulkan dari program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di kelurahan Bligo?

Jawab:

Perubahannya ya pastinya kayak drainase itu pas mulai musim hujan itu

lebih baik dari sebelum dibangun sehingga tidak banjir. Terus yang sebelah

sungai itu kayak kumuh banget sebelumnya, nah sekarang menjadi rapi dan

Page 225: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

209

ramai untuk jalan-jalan santai warga kalau sore hari. Kalo untuk paving saya

kurang paham, tapi kalau dilihat itu dari penataannya lebih bagus.

4. Apakah perbaikan yang dilakukan melalui program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) sudah tepat untuk memperbaiki lingkungan sekitar tempat

tinggal Bapak/Ibu?

Jawab:

Kalau itu menurut saya kan sudah ada rembugan dulu BKM sama faskelnya

kalau mau dibangun itu. Waktu diadakan rapat juga ada usulan dari RT

mengenai daerah-daerah mana saja yang perlu dibangun dan bagian apanya

yang harus diperbaiki. Tetapi ketika dari atasannya yaitu faskel dan BKM

dengan pertimbangan-pertimbangan dirasa kurang sesuai maka belum bisa

di setujui, jadi semua usulan-usulan yang masuk itu belum semuanya dapat

disetujui. Setiap KSM itu kan tugasnya untuk menangani satu projek

pembangunan dan itu sudah ada bukunya yang disediakan oleh faskelnya.

Soalnya kan nanti buku itu menjadi paduan untuk melaksanakan

pembangunan itu mbak.

5. Menurut Bapak/Ibu, apa sajakah manfaat dari adanya program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

Jawab:

Manfaatnya menurut saya itu seperti memperbaiki misalkan jalan dan

fasilitas desa yang kurang layak atau mungkin yang sudah rusak, kemudian

dari segi penataaan juga lebih rapi, dan itu semua sebnarnya berdampak

untuk menjadikan masyarakat lebih nyaman.

6. Bagaimana respon masyarakat Kelurahan Bligo terhadap adanya program

Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)?

Jawab:

Kalau untuk responnya macam-macam mbak, kalo pas di kelompok saya

itu kan waktu mau dibangun drainase itu ada warga yang tidak setuju karena

rumahnya itu dari jalan sampai ke rumahnya warga ini sudah terbiasa banjir,

nanti kalau dibangun takutnya malah jadi banjir mbak katanya. Nah warga

ini itu menolak sehingga alot tidak setuju buat dibangun, kemudian dari

Page 226: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

210

kami dan faskel itu meyakinkan dan menjelaskan bahwa pembangunan itu

sudah ada perhitungan dan pertimbangannya dan sekarang Alhamdulillah

sudah jadi dan sudah setuju. Kalau masalah penataan tanaman dan lampu

sebagai kelengkapan itu belum dipasang.

7. Bagaimana keterlibatan Bapak/Ibu dalam program KOTAKU sebagai

masyarakat di Kelurahan Bligo? (keterlibatan dalam setiap tahapan)

Jawab:

Keterlibatan saya pribadi mungkin ya itu saya diikutkan dalam salah satu

anggota KSM flamboyan. Sebenarnya awalnya saya dikut-ikutin saja,

soalnya kan mumet juga mbak karena saya juga ada pekerjaan lain. Tapi

karena saya dibujuk sama pak budi katanya kalau bukan saya siapa lagi

mbak, jadi akhirnya saya sanggupi.

Kemudian untuk LPJ itu kan dibawa ke perkim juga, nanti juga diperiksa di

koreksi lagi. Setiap bulan dari perkim dicek pelaksanaannya. Kemarin

waktu ada monev, kalau dari sananya tidak sesuai maka harus dibongkar

sehingga ada anggaran lebih. Kalo survei itu menurutku yang

melaksanakan ya BKM, faskel dan melibatkan kelurahan biasanya sama

pak lurah yang ikut surveinya.

8. Apakah program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo

berjalan dengan baik?

Jawab:

Ya mungkin kalau ini tahun kemarin kan dapat anggaran itu dari 2018-2019

berarti bisa dikatakan sudah baik. Tetapi menurut saya ya tetap harus

ditingkatkan lagi kinerjanya, waktu kerjanya harus lebih baik, lebih kompak

lagi.

9. Apakah ada hambatan dalam pelaksanaan program KOTAKU di Kelurahan

Bligo?

Jawab:

Hambatannya mungkin itu pas kemarin ada beberapa yang tidak setuju kalo

daerahnya mau dibangun, ada beberapa daerah yang butuh untuk dibangun

tapi dari atasnya belum acc. Mungkin nanti gantian kalo tahun ini dapat lagi.

Page 227: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

211

Tapi dari RT atau RW nya sudah mengajukan. Waktu itu kan ada rapat atau

rembugan lah bahasanya, terus diusulkan disitu. Rapat itu yang

melaksanakan ya dari BKM dan Kelurahan, jadi semacam sosialiasasi

sebelum dibangun. Kemudian untuk hambatan itu juga kemarin sempat ada

yang mau dibangun tapi dari masyarakatnya ada yang belum setuju karena

ribet, kayak kemarin tahun 2019 itu juga drainase ada di bligo selatan sama

yang deket pasar itu beberapa masyarakat katanya agak riweh. Tapi

sekarang setelah melihat hasilnya malah jadi iri, kok ternyata bagus. Jadi

Alhamdulillah hampir semua sekarang sudah setuju.

10. Kendala apa saja yang muncul selama pelaksanaan program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

Jawab:

Kendalanya kalau saya pribadi kan saya masuknya tidak dilapangan, jadi

susah dalam mengatur waktunya. Kalau kata pak budi, dia itu sering

dikomplain sama orang-orangnya karena ada yang tidak setuju. Kalau

misalnya ada pengecekan dari atasan, ternyata ada yang tidak sesuai dan

menghendaki dibongkar ya harus dibongkar lagi mbak walaupun sudah

mulai dibangun sehingga menambah anggaran yang dibutuhkan. Kemudian

kendala lainnya itu, pas pembangunan ini kayak tukangnya itu kalau lagi

membangun di sebelah sini belum selesai tapi sudah pindah ke tempat lain,

jadi ngga urut. Kemudian kalau misalnya sudah mulai dibangun tetapi

dibongkar itu kan memerlukan anggaran lagi, nah itu biasanya tetap

menggunakan anggaran tersebut.

11. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu ketika ada masyarakat yang menolak

adanya program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

Jawab:

Kalau menurut saya ya tetap ditampung terlebih dahulu, nanti diberikan

penjelasan bahwa untuk pembangunana ini sudah dipertimbangkan dengan

survei dan juga sudah diukur. Karena kan sebenarnya itu juga untunk

kebaikan masyarakat sendiri. Selain itu, nanti juga tergantung bagaimana

Page 228: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

212

caranya tugas BKM dan faskel itu untuk meyakinkan masyarakat bahwa

pembangunan itu dilaksanakan untuk kenyamanan masyarakat.

12. Bagaimana pemantauan terhadap pelaksanaan program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

Jawab:

Pemantauan itu biasanya setiap bulan atau beberapa bulan sekali dan

melibatkan KSM, BKM dan faskel. Pemantauannya itu biasnya terjun ke

lapangan untuk melihat perkembangan pelaksanaan program.

13. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai sikap BKM dalam menjalankan

program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

Jawab:

Kalau di Kelurahan Bligo sendiri, ini kan kemaren koordinatornya masih

Bu Istiqomah, mungkin beliaunya sudah mengarahkan. tetapi waktu itu kan

beliaunya masih melahirkan sehingga terbatas untuk tenaga dan waktunya.

Kalau bisa dibilang si BKM nya belum maksimal, karena yang masuk BKM

itu juga punya kesibukan sendiri-sendiri.

14. Apa saja bentuk kontribusi masyarakat dalam memelihara lingkungan

sekitar yang sudah diperbaiki melalui program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

Jawab:

Kalau kemarin disampaikan si seharusnya dari masyarakatnya itu sendiri.

Karena itukan sebenarnya juga buat masyarakat, sehingga mereka harus

bisa menjaganya sendri. Misalnya kayak paing ada yang lepas atau pecah,

nah nanti yang memperbaiki ya mereka masyarakat itu mbak.

Page 229: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

213

G. Identitas Diri

Nama : Faizin

Alamat : Bligo RT 5 RW 1

Profesi : Wirausaha

Usia : 44 Tahun

Waktu : Jum’at, 13 maret 2020 (Pukul 13.15-13.43)

Tempat : Bligo RT 5 RW 1

Pertanyaan

1. Apa yang Bapak/Ibu ketahui mengenai program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) yang ada di kelurahan Bligo?

Jawab:

Kotaku adalah program untuk menuntaskan kekumuhan di des2, untuk

membuat sebuah desa menjadi lebih baik dan tidak kumuh.

2. Apa saja bentuk perbaikan kawasan lingkungan dari program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU) yang ada di sekitar tempat tinggal Bapak/Ibu?

Jawab:

Perbaikan saluran air atau drainase, terus ada lampu penerangan jalan.

3. Bagaimana perubahan yang ditimbulkan dari program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di kelurahan Bligo?

Jawab:

Perubahannya lebih baik, maksudnya kalau tadinya kalo hujan banjirnya

lama, sekarang langsung surut. Masih banjir tapi untuk mengurangi lebih

cepat.

Penerangannya lebih tertata, yang tadinya kurangn menjadi lebih terang dan

lebih indah juga.

4. Apakah perbaikan yang dilakukan melalui program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) sudah tepat untuk memperbaiki lingkungan sekitar tempat

tinggal Bapak/Ibu?

Jawab:

Page 230: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

214

Ya sudah sesuai, cuma ada yang belum sreg, kadang ada satu warga yang

tidak perbaiki jadi masih ada yang kumuh. Kadang ada warga yang kurang

suka, jadi kita ngga bisa maksakana.

5. Menurut Bapak/Ibu, apa sajakah manfaat dari adanya program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

Jawab:

Manfaatnya ya banyak, jalannan jadi terang, terus juga drainase juga lancar.

Selain itu juga sudah ada tempat sampah, itu tambah rapi seidaknya

mengurangi kumuh. Awal bulan ini tempat sampah mau dijalankan. Tps3r

nanti ada panitianya sendiri

6. Bagaimana respon masyarakat Kelurahan Bligo terhadap adanya program

Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)?

Jawab:

Responnya si kalo satahu saya ya lebih baik, kan program KOTAKU itu

untuk menghilangkan kekumuhnan serta untuk menuntaskan agar desa

menjadi lebih bak. Masyarakat ya sebagian besar sudah setuju, tapi ya tetap

ada yang belum setuju kayak tembok rumahnya yang terlalu mepet jalan,

sehingga kurang setuju jika dibangun.

7. Bagaimana keterlibatan Bapak/Ibu dalam program KOTAKU sebagai

masyarakat di Kelurahan Bligo? (keterlibatan dalam setiap tahapan)

Jawab:

Ya kalau dulu dilibatkan pernah dalam KSM (Kelompok Swadaya

Masyarakat) dan ikut pembinaan.

8. Apakah program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo

berjalan dengan baik?

Jawab:

Ya dibilang baik ya sudah, tapi masih ada yang kurang. Menurut saya kan

yag tah kemaren harusnya setiap ada drainase atau program lainnya dikasih

papan informasi mengenai deskripsi dan lokasi drainase jadi warganya pada

tahu. Tapi ini tidak, jadi warganya tidak tahu karena beberapa drainase

papannya jadi satu.

Page 231: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

215

9. Apa sajakah bentuk kontribusi masyarakat selama pelaksanaan program

Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

Jawab:

Kalo masyarakat itu ya kontribusinya dari penyediaan konsumsi yang

dibagi oleh ketua RT. Kalau membantu ya paling memberi tahu batas-batas

tanah milik warga, mana yang boleh dibangun mana yang tidak.

10. Apakah ada hambatan dalam pelaksanaan program KOTAKU di Kelurahan

Bligo?

Jawab:

Hambatan yang tahun kemarin tukang nya kurang disiplin, maksudnya

kemarin itu tukang itu galinya kurang pas, misalkan kalau motong aspal itu

tidak tanya dulu, semua dipotong jadi menghambat. Saji motongnya

harusnya salah satu, ini langsung dipotong semua. Anggaran nya kurang

transparan kalo menurut saya.

11. Kendala apa saja yang muncul selama pelaksanaan program Kota Tanpa

Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

Jawab:

Kendalanya ya itu dari masyarakatnya masih ada yang menolak sehingga

kan harus dialihkan, itu kan menghambat sebenarnya mbak. Kemudian dari

tukangnya itu kalau membongkar drainase itu tidak salah satu diselesaikan

baru ke yang lain, tetapi dibongkar semua sehingga mengganggu aktivitas

masyarakat.

12. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu ketika ada masyarakat yang menolak

adanya program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

Jawab:

Menurut saya itu karena kurangnya sosialisasi saja dari pihak BKM maupun

kelurahan yang menjelaskan bahwa pembangunan itu tidak akan

mengganggu tanah ataupun bangunan pribadi masyarakat.

13. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai sikap BKM dalam menjalankan

program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

Jawab:

Page 232: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

216

BKM dalam menjalankan program KOTAKU itu sudah cukup baik, tapi

masih perlu diperbaiki lagi mengenai transparansi anggarannya.

14. Apa saja bentuk kontribusi masyarakat dalam memelihara lingkungan

sekitar yang sudah diperbaiki melalui program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) di Kelurahan Bligo?

Jawab:

Masyarakat berkontribusi dalam penyediaan akomodasi tukang berupa air

minum dan jajan. Kemudian memberitahu batas-batas tanah yang milik

pemerintah dengan milik pribadi.

Page 233: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

217

Lampiran 9. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Page 234: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

218

Lampiran 10. Laporan Pertanggungjawaban BKM Mandiri Kelurahan Bligo

Kabupaten Pekalongan

Page 235: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

219

Page 236: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

220

Page 237: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

221

Page 238: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

222

Page 239: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

223

Page 240: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

224

Page 241: PENERAPAN KEBIJAKAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH …

225